Pkl Meningioma

52
BAB I PENDAHULUAN Angka kejadian tumor intrakanial berkisar antara 4,2-5,4 per 100.000 penduduk. Pada semua autopsi yang dilakukan oleh bernat & Vincent (1987) dijumpai 2% tumor otak. Pada anak dibawah 16 tahun, angka kejadian tumor otak adalah 2,4 per 100.000 anak. Tampaknya angka kejadian tumor cenderung naik dengan bertambahnya umur. Tidak diketahui secara pasti perbedaan angka kejadian menurut ras, tempat tinggal maupun iklim. Kira-kira 10% dari semua proses neoplasmatik di seluruh tubuh ditemukan pada susunan saraf dan selaputnya, 8% berlokasi diruang intrakranial dan 2% di ruang kanalis spinalis. Di Amerika didapat 35.000 kasus baru dari tumor otak setiap tahun, sedang menurut Bertelone, tumor primer susunan saraf pusat dijumpai 10% dari seluruh penyakit neurologi yang ditemukan di Rumah Sakit Umum. Di Indonesia data tentang tumor susunan saraf pusat belum dilaporkan. Angka kejadian tumor otak pada anak-anak terbanyak pada dekade pertama, sedang pada dewasa pada usia 30-70 dengan puncak usia 40-65 tahun. Proses neoplasmatik atau proses malignansi di susunan saraf mencakup neoplasma saraf primer dan non-saraf atau metastatik. Urutan frekuensi neoplasma di dalam ruang tengkorak adalah sebagai berikut: (1) glioma (41%), (2) meningioma (17%), (3) adenoa hipofisis (13%), (4) neurilemoma 1

Transcript of Pkl Meningioma

BAB I

PENDAHULUAN

Angka kejadian tumor intrakanial berkisar antara 4,2-5,4 per 100.000 penduduk. Pada

semua autopsi yang dilakukan oleh bernat & Vincent (1987) dijumpai 2% tumor otak. Pada

anak dibawah 16 tahun, angka kejadian tumor otak adalah 2,4 per 100.000 anak. Tampaknya

angka kejadian tumor cenderung naik dengan bertambahnya umur. Tidak diketahui secara

pasti perbedaan angka kejadian menurut ras, tempat tinggal maupun iklim.

Kira-kira 10% dari semua proses neoplasmatik di seluruh tubuh ditemukan pada

susunan saraf dan selaputnya, 8% berlokasi diruang intrakranial dan 2% di ruang kanalis

spinalis. Di Amerika didapat 35.000 kasus baru dari tumor otak setiap tahun, sedang menurut

Bertelone, tumor primer susunan saraf pusat dijumpai 10% dari seluruh penyakit neurologi

yang ditemukan di Rumah Sakit Umum. Di Indonesia data tentang tumor susunan saraf pusat

belum dilaporkan. Angka kejadian tumor otak pada anak-anak terbanyak pada dekade

pertama, sedang pada dewasa pada usia 30-70 dengan puncak usia 40-65 tahun.

Proses neoplasmatik atau proses malignansi di susunan saraf mencakup neoplasma

saraf primer dan non-saraf atau metastatik. Urutan frekuensi neoplasma di dalam ruang

tengkorak adalah sebagai berikut: (1) glioma (41%), (2) meningioma (17%), (3) adenoa

hipofisis (13%), (4) neurilemoma (12%), (5) neplasma metastatik dan (6) neoplasma

pembuluh darah serebral.

Diagnosa tumor otak ditegakkan berdasarkan pemeriksaan klinis dan pemeriksaan

penunjang yaitu pemeriksaan radiologi dan patologi anatomi. Dengan pemeriksaan klinis

kadang sulit menegakkan diagnosa tumor otak apalagi membedakan yang benigna dan yang

maligna, karena gejala klinis yang ditemukan tergantung dari lokasi tumor, kecepatan

pertumbuhan masa tumor dan cepatnya timbul gejala tekanan tinggi intrakranial serta efek

dari masa tumor ke jaringan otak yang dapat menyebabkan kompresi, invasi dan destruksi

dari jaringan otak.

1

BAB II

LAPORAN KASUS

I. IDENTITAS PASIEN

Nama : Ny. RS

Umur : 40 tahun

Jenis kelamin : Perempuan

Pekerjaan : Bidan

Agama : Islam

Pendidikan : Akademi

Status pernikahan : Menikah

Alamat : Cibinong

Masuk RS. Fatmawati : 3 Mei 2013

II. ANAMNESIS

Anamnesis dilakukan secara autoanamnesis dan alloanamnesis pada tanggal 18 Mei

2013 jam 10.00 bertempat di Ruang HCU lantai 4 RSUP Fatmawati.

A. Keluhan Utama

Kelemahan pada kaki dan tangan kanan pasien sejak + 2,5 bulan SMRS

B. Keluhan Tambahan

(-)

C. Riwayat Penyakit Sekarang

Pasien datang ke IGD RSUP Fatmawati dengan keluhan kelemahan pada kaki

dan tangan kanan pasien sejak + 2,5 bulan SMRS. Awalnya pasien merasakan jempol

kaki kanan terasa lambat jika digerak-gerakkan. Setelah itu kaki kanan sering

2

kesemutan. Satu bulan kemudian telapak kaki kanan malah sulit untuk digerakkan.

Pasien masih bisa berjalan dan kalau berjalan agak diseret. Keluhan ini disertai

dengan kelemahan pada tangan kanan. Tangan kanan pasien terasa lemah dan tidak

bertenaga sampai-sampai tidak bisa mengangkat gelas dengan tangan kanan. Selain

itu tangan kanan pasien sulit sekali untuk diperintah.

Akhirnya pasien segera berobat ke RS Sentra Medika, disana pasien diberikan

obat namun tidak ada perbaikan. Pasien disarankan oleh dokter saraf RS tersebut

untuk dilakukan CT scan kepala namun pasien masih ragu. Akhirnya setelah

dirasakan keluhan semakin memberat, pasien mau melakukan CT scan kepala.

Hasilnya didapatkan adanya sebuah tumor dibagian otak kiri. Karena tidak

adanya ahli bedah saraf di RS tersebut maka pasien segera dirujuk ke RSUP

Fatmawati untuk ditangani lebih lanjut.

Pasien menyangkal adanya keluahan sakit kepala, pusing, mual, muntah

menyembur, pandangan mata double, bicara pelo, leher kaku, kejang, penurunan

kesadaran, riwayat terbentur dikepala, berat badan menurun, serta gangguan BAB dan

BAK.

D. Riwayat Penyakit Dahulu

Pasien belum pernah mengalami penyakit seperti ini sebelumnya. Pasien

menyangkal memiliki riwayat penyakit hipertensi, penyakit kencing manis, asma,

sakit jantung, riwayat trauma dikepala, stroke, alergi makanan dan obat-obatan.

E. Riwayat Penyakit Keluarga

Tidak ada keluarga pasien yang mempunyai keluhan yang sama dengan

pasien. Nenek pasien memiliki riwayat keganasan berupa kanker paru. Tidak ada

riwayat darah tinggi, kencing manis, asma, stroke, alergi dan sakit jantung dalam

keluarga pasien.

F. Riwayat Kebiasaan

Pasien tidak pernah merokok, tidak pernah meminum alkohol, ataupun makan

makanan yang asin,bersantan ataupun daging jeroan.

3

III. PEMERIKSAAN FISIK

Dilakukan pada tanggal 22 Mei 2013

a. Keadaan Umum

Kesan sakit : Tampak sakit sedang

Kesadaran : Compos mentis, GCS = 15 (E4 M6 V5)

Sikap : Berbaring

Sikap pasien : Kooperatif pada saat pemeriksaan

Status Gizi : Cukup

I. Tanda Vital

Tekanan Darah : 120/80 mmHg

Nadi : 88x/menit

Suhu : 36,60C

Pernafasan : 20 x/menit

II. Keadaan Lokal

Trauma Stigmata : (-)

Pulsasi A.Carotis : Teraba, kanan = kiri, reguler

Pembuluh Darah Perifer : Capillary refill time < 2 detik

Columna Vertebralis : Lurus ditengah

III. Status Generalis

Kepala - Leher

Bentuk : Normochepali

Rambut : Botak, warna hitam

Wajah : Pucat (-), ikterik (-)

Kulit : Tidak pucat, ikterik (-)

Mata : CA (-/-), SI (-/-), Pupil bulat isokor Ø 3 mm/3 mm, hematom

periorbita (-/-),RCL (+/+), RCTL (+/+)

Telinga : Bentuk normal, darah (-/-), serumen (-/-), MT intak (+/+),

hematom retroaurikuler (-/-)

Hidung : Deviasi septum (-), sekret (-/-), darah (-/-)

Gigi Mulut : Bibir kering (-), gusi berdarah (-)

4

Leher : KGB dan tiroid tidak teraba membesar, JVP 5-2 cm H2O

Thoraks

Paru-paru

Inspeksi : Gerak dada simetris, retraksi intercostal (-/-)

Palpasi : Vocal fremitus sama kuat pada kedua hemitorak (+/+)

Perkusi : Sonor di kedua lapang paru

Auskultasi : Suara nafas vesikuler, ronkhi (-/-), whezing (-/-)

Jantung

Inspeksi : Tak pulsasi ictus cordis

Palpasi : Teraba di sela iga V garis midklavikula sinistra

Perkusi : Batas atas : ICS III linea parasternal sinistra

Batas kanan : ICS V linea parasternal dextra

Batas kiri : ICS V linea midklavikula sinistra

Auskultasi : Bunyi jantung I-II reguler, gallop (-), murmur (-)

Abdomen

Inspeksi : Datar

Palpasi : Supel (+), Nyeri tekan (-), Nyeri lepas (-), defans

muskular (-), Hepar dan lien tidak teraba membesar

Perkusi : Timpani (+)

Auskultasi : Bising usus (+) normal

Ekstremitas

Atas : akral hangat (+/+), edema (-/-)

Bawah : akral hangat (+/+), edema (-/-)

IV. Status Neurologis

Kesadaran : Compos mentis

Kuantitatif : GCS 15 (E4V5M6)

5

Rangsang Selaput Otak

Kanan Kiri

Kaku Kuduk (-)

Laseque > 70° > 70°

Kernig > 135° > 135°

Brudzinski I (-) (-)

Brudzinski II (-) (-)

Peningkatan Tekanan Intrakranial

Nyeri kepala : (-)

Pupil anisokor : (-)

Muntah proyektil : (-)

Penurunan kesadaran : (-)

Saraf Kranial

- Nervus I Olfaktorius : Normosmia kanan dan kiri

- Nervus II Optikus

Kanan Kiri

Acies Visus Baik Baik

Pengenalan Warna Baik Baik

Visus Campus Normal Normal

Fundus Okuli Tidak dilakukan Tidak dilakukan

N. III, IV, VI (Okulomotorius, Trochlearis, Abducen)

Kanan Kiri

6

Kedudukan Bola Mata Ortoposisi Ortoposisi

Ptosis Negatif Negatif

Diplopia - -

Eksopthalmus - -

Nistagmus - -

Gerak mata ke nasal Baik Baik

Gerak mata ke atas Baik Baik

Gerak mata ke bawah Baik Baik

Gerak mata ke temporal Baik Baik

Gerak mata ke nasal atas Baik Baik

Gerak mata ke nasal bawah Baik Baik

Gerak mata ke temporal atas Baik Baik

Gerak mata ke temporal bawah Baik Baik

Pupil

Ukuran pupil Ø 3 mm Ø 3 mm

Bentuk pupil Bulat, isokor Bulat, isokor

Reflek cahaya langsung + +

Reflek cahaya ≠ langsung + +

Reflek Akomodasi + +

Reflek Konvergensi + +

N. V. Trigeminus

Kanan Kiri

Membuka mulut Baik Baik

7

Sensibilitas ophtalmik Baik Baik

Sensibilitas maxilla Baik Baik

Sensibilitas mandibula Baik Baik

Reflek kornea Baik Baik

N. VII Fasialis

Kanan Kiri

Kerutan kulit dahi + +

Mengangkat alis + +

Memejamkan mata + +

Menyeringai + +

Menggembungkan pipi + +

Mencucukan bibir + +

Daya kecap lidah 2/3 depan Tidak dilakukan Tidak dilakukan

N. VIII (Vestibulo cochlearis)

Vestibuler

Vertigo : (-)

Nistagmus : (-)

Cochlear

Tes Rinne : (+)

Weber : Tidak ada lateralisasi

Schwabach : Sama dengan pemeriksa

8

N. IX, X (Glossofaringeus, Vagus)

Arkus farings

Uvula

Simetris

Simetris ditengah

Daya kecap lidah 1/3 belakang Tidak dilakukan

Reflek muntah Tidak dilakukan

Menelan Baik

N. XI Aksesorius

Kanan Kiri

Memalingkan kepala Bisa melakukan Bisa melakukan

Mengangkat bahu + +

Trofi otot bahu Eutrofi Eutrofi

N. XII Hipoglossus

Kedudukan lidah dalam Normal

Kedudukan lidah dijulurkan Normal

Tremor (-)

Fasikulasi (-)

Atropi (-)

S istem Motorik

Ekstremitas Atas Proksimal - Distal : 5 5 5 5 5 5 5 5

Ekstremitas Bawah Proksimal - Distal : 5 5 5 5 5 5 5 5

9

Sistem Sensorik

Eksteroseptif : baik

Proprioseptif : baik

Gerakan involunter

Kanan Kiri

Tremor (-) (-)

Chorea (-) (-)

Ballismus (-) (-)

Athetose (-) (-)

Mioklonik (-) (-)

Tics (-) (-)

Trofik

Eutrofik : + / +

Tonus

Normotonus : + / +

Reflek Fisiologis

Kanan Kiri

Extremitas superior

Biceps +2 +2

Triceps +2 +2

Ekstremitas inferior

Patella +2 +2

10

Achilles +2 +2

Reflek Patologis

Kanan Kiri

Ekstremitas superior

Hoffman Tromner : (-) (-)

Ekstremitas inferior

Babinsky : (-) (-)

Chaddock : (-) (-)

Gordon : (-) (-)

Schaeffer : (-) (-)

Gonda : (-) (-)

Klonus

Klonus patella : (-) (-)

Klonus achilles : (-) (-)

Fungsi Cerebellar dan Koordinasi

Ataxia : (-)

Tes Rhomberg : (-)

Disdiadokinesia : (-)

Jari-Jari : Baik

Jari-Hidung : Baik

Tumit-Lutut : Baik

11

Fungsi Luhur

Astereognosia : (-)

Apraksia : (-)

Afasia : (-)

Fungsi Otonom

Miksi : terpasang DC

Defekasi : Baik

Sekresi Keringat : Baik

Keadaan Psikis

Intelegensia : baik

Demensia : (-)

Tanda regresi : (-)

IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Hasil EKG

EKG : irama sinus, HR 84x/menit, ST elevasi (-), ST depresi (-), T inverted (-),

LVH (-), Kesan : Normal

Laboratorium (3 Mei 2013)

Pemeriksaan Nilai Rujukan Hasil

HEMATOLOGI

Hemoglobin 11.7 – 15.5 g/dl 13.6 g/dl

12

Hematokrit 33-45% 41% Leukosit 5.0-10.0 ribu/ul 8,9 ribu/ul Trombosit 150-440 ribu/ul 322 ribu/ul Eritrosit 4.40-5.90 juta/ul 4,43 juta/ul

VER/HER/KHER/RDW

VER 80.0-100.0 fl 93,2 fl HER 26.0-34.0 pg 30,8 pg KHER 32.0-36.0 g/dl 33,0 g/dl RDW 11.5-14.5% 13.0 % HEMOSTASISAPTT 27.4 – 39.3 dtk 27.9 dtkPT 11.3 – 14.7 dtk 14.0 dtkINR 13.7 dtkKIMIA KLINIKSGOT 0-34 U/L 18 U/LSGPT 0-40 U/L 14 U/LFUNGSI GINJAL

Ureum 20-40 mg/dl 24 mg/dl

Kreatinin 0,6-1,5 mg/dl 0,9 mg/dl

DIABETES

GDS 70 – 140 mg/dl 93 mg/dl ELEKTROLIT DARAH

Natrium 135 – 147 mmol/l 137 mmol/l

Kalium 3,1 – 5 mmol/l 3,77 mmol/l

Klorida 95 – 108 mmol/l 106 mmol/l

Laboratorium (15 Mei 2013) hasil post operasi

Pemeriksaan Nilai Rujukan Hasil

HEMATOLOGI

Hemoglobin 11.7 – 15.5 g/dl 12.6 g/dl Hematokrit 33-45% 39 % Leukosit 5.0-10.0 ribu/ul 19,0 ribu/ul Trombosit 150-440 ribu/ul 192 ribu/ul Eritrosit 4.40-5.90 juta/ul 4,28 juta/ul

VER/HER/KHER/RDW

VER 80.0-100.0 fl 90,8 fl HER 26.0-34.0 pg 29,4 pg KHER 32.0-36.0 g/dl 32,4 g/dl RDW 11.5-14.5% 15.2 % HEMOSTASIS

13

APTT 27.4 – 39.3 dtk 27.9 dtkPT 11.3 – 14.7 dtk 14.3 dtkINR 13.7 dtkKIMIA KLINIKSGOT 0-34 U/L 18 U/LSGPT 0-40 U/L 14 U/LFUNGSI GINJAL

Ureum 20-40 mg/dl 32 mg/dl

Kreatinin 0,6-1,5 mg/dl 0,6 mg/dl

DIABETES

GDS 70 – 140 mg/dl 106 mg/dl ELEKTROLIT DARAH

Natrium 135 – 147 mmol/l 140 mmol/l

Kalium 3,1 – 5 mmol/l 3,54 mmol/l

Klorida 95 – 108 mmol/l 109 mmol/l

URINALISA

Urobilinogen < 1 32 mg/dl

Protein Urine Negative Trace

Berat Jenis 1005 – 1.030 1.020

Bilirubin Negative Negative

Keton Negative Negative

Nitrit Negative Negative

pH 4,8 – 7,4 7,5

Leukosit Negative Negative

Darah Negative +2

Glukosa urin Negative Negative

Warna Yellow Yellow

Kejernihan Clear Clear

SEDIMEN URIN

Epitel + 1

Leukosit 0 – 5 /LPB 3 – 5 /LPB

Eritrosit 0 – 2 /LPB 5 – 10 /LPB

Silinder Negative Negative

Kristal Negative Negative

Bakteri Negative Negative

14

Lain – lain Negative Negative

Rontgen Thorak (3 Mei 2013)

Kesan : Cor dan Pulmo dalam batas normal

CT Scan kepala tanpa dan dengan kontras (12 April 2013)

15

- Tampak lesi extra axial, lobulated, slight hyperdens dengan kalsifikasi base broad di

parietal kiri ukuran 6,3 x 6 x 4,7 cm yang pada pemberian contras tampak strong

heterogenous contras enhancement.

- Massa tampak mendesak ventrikel lateralis kiri ke kanan yang menyebabkan deviasi

mid line ke kanan sejauh 1,7 cm disertai edema yang luas disebagian hemisfer

cerebri kiri.

- Tak tampak gambaran hiperostosis pada parietal kiri.

- Sulci dan gyri diluar lesi tampak normal.

- Ventrikel lateralis kanan, III, dan IV tampak normal.

- Tak tampak fraktur pada calvaria.

- Sinus paranasalis tampak baik.

Kesan :

Lesi solid, lobulated, slight hyperdens dengan kalsifikasi base broad di parietal kiri

mendesak ventrikel lateralis kiri ke kanan dengan edema yang luas di hemisfere cerebri

16

kiri dengan contrast tampak strong heterogenous contrast enhancement extra axial

mengesankan suatu meningioma.

V. RESUME

Pada anamnesis didapatkan:

Seorang pasien perempuan, usia 40 tahun, datang ke IGD RSUP Fatmawati

dengan keluhan kelemahan pada kaki dan tangan kanan pasien sejak + 2,5 bulan

SMRS. Awalnya pasien merasakan jempol kaki kanan terasa lambat jika digerak-

gerakkan. Satu bulan kemudian telapak kaki kanan malah sulit untuk digerakkan.

Pasien masih bisa berjalan dan kalau berjalan agak diseret. Keluhan ini disertai

dengan kelemahan pada tangan kanan. Selain itu tangan kanan pasien sulit sekali

untuk diperintah.

Pasien belum pernah mengalami penyakit seperti ini sebelumnya. Riwayat

penyakit hipertensi (-), DM (-), asma (-), sakit jantung (-), riwayat trauma dikepala (-),

stroke (-), alergi makanan dan obat-obatan (-).

Tidak ada keluarga pasien yang mempunyai keluhan yang sama dengan

pasien. Nenek pasien memiliki riwayat keganasan berupa kanker paru. Tidak ada

riwayat darah tinggi, kencing manis, asma, stroke, alergi dan sakit jantung dalam

keluarga pasien.

Pada Pemeriksaan fisik didapatkan:

Kesadaran : Compos mentis

Tanda vital

Tekanan darah : 110/80 mmHg

Suhu : 36,4 oC

Pernafasan : 20 x / menit

Nadi : 84 x / menit

17

Pada status neurologis, ditemukan keadaan pasien sebagai berikut :

GCS : E4 V5 M6

Tanda rangsang meningeal : (-)

Nervus Cranialis : Tidak ada parese

Motorik :

Sensorik : Baik

Otonom : Baik

Refleks fisiologis :

Refleks Patologis : - / -

Fungsi cerebellar dan koordinasi : baik

Fungsi luhur : baik

Hasil pemeriksaan lab didapatkan :

Hasil pemeriksaan rontgen thorak dan EKG :

Kesan : Cor dan pulmo dalam batas normal

Hasil pemeriksaan CT Scan didapatkan :

Kesan :

Lesi solid, lobulated, slight hyperdens dengan kalsifikasi base broad di parietal kiri

mendesak ventrikel lateralis kiri ke kanan dengan edema yang luas di hemisfere cerebri

18

5555 5555

5555 5555

+2 +2

+2 +2

kiri dengan contrast tampak strong heterogenous contrast enhancement extra axial

mengesankan suatu meningioma.

VI. DIAGNOSIS KERJA

Diagnosis klinis : Hemiparese sinistra

Diagnosis etiologi : Giant Meningioma

Diagnosis topik : Lobus parietal sinistra

VII. PENATALAKSANAAN

Non medikamentosa:

- Mengedukasikan pasien tentang penyakitnya

- Monitoring

Kesadaran Vital sign, keluhan Motorik Status neurologis pasien

Medikamentosa

- IVFD RL 500cc per 12 jam

- Ceftriaxone 2 x 2 gr IV

- Fenitoin 2 x 100 mg IV

- Ketorolac 3 x 1 amp IV

- Piracetam 3 x 3 gr IV

- Omeprazol 2 x 40 mg IV

- Metylprednisolon 3 x 125 mg IV

- Citicholin 3 x 500 mg IV

VIII. ANJURAN

- Cek lab ulang

- CT scan kepala ulang

19

IX. PROGNOSIS

Ad vitam : Dubia ad bonam

Ad fungsionam : dubia ad bonam

Ad sanationam : Dubia ad bonam

Laporan Operasi

CT Scan Post OP

Follow Up Pasien 23-24 Mei 2013

20

BAB III

TINJAUAN PUSTAKA

TUMOR OTAK

PENDAHULUAN

Pada setiap tahun lebih dari 17.000 orang di Amerika Serikat diketahui mempunyai

tumor otak. The National Cancer Institue (NCl), menulis buku tentang tumor otak untuk

membantu pasien dan keluarganya dan teman-temannya untuk mengetahui tentang tumor

otak.

Tumor otak adalah sekumpulan massa sel-sel otak yang tumbuh abnormal, di luar

kendali. Massa ini dapat bersifat jinak (disebut tumor otak) dan ganas (disebut kanker).

Sebagian besar kanker otak dapat menyebar melalui jaringan otak, tetapi jarang menyebar ke

area lain dari tubuh.

EPIDEMIOLOGI

Tumor otak primer hanya 2 – 3% dari seluruh jumlah kanker pada orang dewasa.

Kira-kira 18.000 kasus baru pasien tumor otak dan dengan kematian 14.000. Pada anak-anak

tumor otak primer kira-kira 25% dari seluruh tumor.

Tumor otak dapat terjadi pada setiap umur, dari penelitian, tumor otak sering terdapat

pada anak-anak 3 – 12 tahun dan pada dewasa sekitar 40 – 70 tahun.

ANATOMI

Sistem saraf pusat terdiri dari otak dan sumsum tulang belakang. Otak adalah organ

penting yang mengendalikan pikiran, memori, emosi, sentuhan, keterampilan motorik, visi,

respirasi, suhu, rasa lapar, dan setiap proses yang mengatur tubuh kita.

21

Otak dapat dibagi ke dalam otak besar (cerebrum), batang otak (brainstem), dan otak

kecil (cerebellum):

1. Cerebrum

Merupakan bagian yang paling besar.

Terdiri atas bagian kiri dan kanan yang disebut hemispherium Cerebri.

Berfungsi untuk kontrol terhadap pembicaraan, emosi, inisiasi gerakan,

koordinasi gerakan, temperatur, sentuhan, penglihatan, pendengaran,

penilaian, penalaran, pemecahan masalah, emosi, dan pembelajaran.

2. Cerebellum

Terletak dibawah Cerebrum dan dibelakang otak.

Berfungsi untuk mengkoordinasi gerakan otot sukarela dan untuk

mempertahankan postur tubuh, keseimbangan, dan equilibrium.

3. Batang otak

Batang otak (garis tengah atau bagian tengah otak) termasuk otak tengah,

pons, dan medulla.

Fungsi daerah ini meliputi: pergerakan mata dan mulut, penyampaian pesan

sensorik (panas, nyeri, keras, dll), rasa lapar, respirasi, kesadaran, fungsi

22

jantung, suhu tubuh, gerakan otot tak sadar, bersin, batuk, muntah, dan

menelan tekanan darah dan pernapasan.

Secara lebih spesifik, beberapa bagian lain dari otak adalah sebagai berikut:

Pons: sebuah bagian yang terletak sangat dalam di otak, terletak di brainstem, pons

berisi banyak daerah kontrol untuk gerakan mata dan wajah.

Medulla: Bagian terendah dari batang otak, medula adalah bagian yang paling

penting dari seluruh otak dan merupakan pusat control jantung dan paru-paru yang

sangat penting.

Saraf tulang belakang: merupakan sekumpulan besar serabut saraf yang terletak di

bagian belakang yang memanjang dari dasar otak ke punggung bawah, syaraf tulang

belakang ini membawa pesan ke dan dari otak dan seluruh tubuh.

Lobus frontal: bagian terbesar dari otak yang terletak di bagian depan kepala, lobus

frontal terlibat dalam karakteristik kepribadian dan gerakan.

Lobus parietal: bagian tengah otak, lobus parietalis membantu seseorang untuk

mengidentifikasi objek dan memahami hubungan spasial (dimana tubuh seseorang

dibandingkan dengan benda-benda di sekitar orang tersebut). Lobus parietalis juga

terlibat dalam interpretasi rasa sakit dan sentuhan pada tubuh.

Lobus oksipital: lobus oksipital adalah bagian belakang otak yang terlibat dengan

penglihatan.

Lobus temporal: sisi otak, lobus temporal ini terlibat dalam memori, ucapan, dan

indra penciuman.

Otak dilindungi oleh tulang tengkorak dan ditutupi oleh 3 membran yang disebut

meningen. Otak juga dilindungi oleh cairan serebrospinal, yang diproduksi oleh pleksus

khoroideus, yang masuk ke dalam 4 ventrikel dan rongga antara meningen. Cairan

serebrospinal membawa nutrient dari darah ke otak dan membawa kembali zat-zat yang tidak

diperlukan lagi dari otak ke darah.

Otak terdiri dari beberapa tipe sel, setiap tipe mempunyai fungsinya masing-masing.

Ketika sel kehilangan kemampuan untuk mengontrol pertumbuhannya dan sel-sel diluar suatu

massa jaringan disebut Tumor.

23

ETIOLOGI

Penyebab tumor hingga saat ini masih belum diketahui secara pasti, walaupun telah

banyak penyelidikan yang dilakukan. Adapun faktor-faktor yang perlu ditinjau, yaitu :

1. Herediter

Riwayat tumor otak dalam satu anggota keluarga jarang ditemukan kecuali pada

meningioma, astrositoma dan neurofibroma dapat dijumpai pada anggota-anggota

sekeluarga. Sklerosis tuberose atau penyakit Sturge-Weber yang dapat dianggap sebagai

manifestasi pertumbuhan baru, memperlihatkan faktor familial yang jelas. Selain jenis-

jenis neoplasma tersebut tidak ada bukti-buakti yang kuat untuk memikirkan adanya

faktor-faktor hereditas yang kuat pada neoplasma.

2. Sisa-sisa Sel Embrional (Embryonic Cell Rest)

Bangunan-bangunan embrional berkembang menjadi bangunan-bangunan yang

mempunyai morfologi dan fungsi yang terintegrasi dalam tubuh. Tetapi ada kalanya

sebagian dari bangunan embrional tertinggal dalam tubuh, menjadi ganas dan merusak

bangunan di sekitarnya. Perkembangan abnormal itu dapat terjadi pada kraniofaringioma,

teratoma intrakranial dan kordoma.

3. Radiasi

Jaringan dalam sistem saraf pusat peka terhadap radiasi dan dapat mengalami

perubahan degenerasi, namun belum ada bukti radiasi dapat memicu terjadinya suatu

glioma. Pernah dilaporkan bahwa meningioma terjadi setelah timbulnya suatu radiasi.

4. Virus

Banyak penelitian tentang inokulasi virus pada binatang kecil dan besar yang

dilakukan dengan maksud untuk mengetahui peran infeksi virus dalam proses terjadinya

neoplasma, tetapi hingga saat ini belum ditemukan hubungan antara infeksi virus dengan

perkembangan tumor pada sistem saraf pusat.

5. Substansi-substansi Karsinogenik

24

Penyelidikan tentang substansi karsinogen sudah lama dan luas dilakukan. Kini

telah diakui bahwa ada substansi yang karsinogenik seperti methylcholanthrone, nitroso-

ethyl-urea. Ini berdasarkan percobaan yang dilakukan pada hewan.

KLASIFIKASI TUMOR

Klasifikasi tumor, terbagi dua yaitu :

1. Tumor Jinak (Benigna)

Tidak terdapat sel kanker

Biasanya dapat diangkat dan tidak berulang

Batas tegas

Bersifat tidak menginvasi ke jaringan sekitar tapi dapat menekan daerah yang

sensitive dari otak dan mengakibatkan gejala

Bila terletak di daerah vital dari otak dan menganggu fungsi vital maka dapat

dipikirkan suatu mlaignasi

2. Tumor Ganas (Maligna)

Mengandung sel kanker

Menganggu fungsi vital dan mengancam nyawa

Tumbuh cepat dan menginvasi ke jaringan sekitar otak

Seperti tanaman, tumor maligna mempunyai akar yang tumbuh ke dalam

jaringan otak yang sehat

Tumor otak maligna bisa encapsulated

Klasifikasi tumor otak menurut WHO, dibagi menjadi 9 kategori tumor otak primer, yaitu :

Tipe Sel Asal

Infiltratif astrositoma Astrosit

25

Pilositik Astrositoma Astrosit

Oligodendroglioma Oligodendrosit

Mixed Oligodenodroglioma Oligidendrosit, astrosit

Glioblastoma Multiforme Astrosit, Astroblas, Spongioblas

Ependimomaa Ependimosit

Meduloblastoma Sel Primitif neural

Meningioma Meningen

Other

Klasifikasi tumor otak menurut lokasi, yaitu :

1. Supratentorial, yaitu Tumor yang terletak di atas tentorium serebelli

2. Infratentorial atau subtentorial, yaitu : Tumor yang terletak di bawah tentorium

serebelli dalam fossa Kranni Posterior

Klasifikasi tumor otak seluler berdasarkan histologi untuk orang dewasa, yaitu :

1. Tumor Glia

- Astrosit tumor

- Non-infiltrat (Juvenile Pilositik, Subependimal)

- Infiltratif (Well differentiated midly and moderately anaplastic astrositoma,

glioblastoma, multiforme)

- Ependymal tumor

- Myxopapillary and well differentiated ependimoma

- Anaplastik ependimoma

- Ependimoblastoma

- Oligodendroglial tumor

- Well differentiated oligodendroglioma

- Anaplastik oligodendroglioma

- Mixed tumor

26

- Mixed astrositoma-ependimoma

- Mixed astrositoma-oligodendroglioma

- Mixed astrositoma-ependimoma-oligodendriglioma

- Meduloblastoma

2. Non-glial tumor

- Pineal parenkim tumor

- Pineostioma

- Pineoblastoma

- Astrositoma

- Germ tumor

- Germinoma

- Embrional karsinoma

- Teratoma

- Craniopharingioma

- Meningioma

- Meningioma

- Maligna meningioma

- Choroid plexus tumor

- Choroid plexus papiloma

- Anaplastik choroids plexus papilloma

Pembagian tumor menurut asal sel, yaitu

1. Tumor otak primer

- Tumor yang berasal dari jaringan otak

- Diklasifikasikan berdasarkan tipe jaringan asal, yaitu :

1) Glioma

Astrositoma, yaitu : Tumor otak yang berasal dari astrosit, yaitu sel kecil

seperti bintang, pada orang dewasa terdapat pada secebrum dan pada anak-

27

anak dapat terjadi di batang otak, serebrum dan serebellum. Merupakan

25% dari seluruh tumor otak

Pilositik astrositoma, yaitu non-infiltrating astrositoma, berdiferensiasi,

baik, jarang berubah, mampu diangkat semua dengan operasi. Pada anak

banyak pada Cerebellum, dan pada orang dewasa banyak terdapat pada

Korteks serebri.

Glioblastoma Multiforme, yaitu tumor otak yang tumbuh cepat, berasal dari

astrosit, astroblas, spongioblas. Banyak pada usia 45 – 55 tahun. Prognosis

buruk

Ependimoma, berasal dari sel ependim yang ada di dinding ventrikel, dapat

juga terjadi di Medulla spinalis. Bisa terdapat pada semua umur, terutama

pada anak-anak dan dewasa

Oligodendroglioma, berasal dari sel yang menghasilkan myelin untuk

melindungi saraf, yang bermula dari serebrum. Tumbuh lambat dan tidak

menyebar ke jaringan otak disekeliling. Sering terjadi pada usia

pertengahan pada dewasa tetapi bisa terdapat pada semua umur

2) Medulloblastoma

Sebelumnya diduga berasal dari sel glia, tetapi pada penelitian

disimpulkan bahwa tumor ini berasal dari sel saraf yang primitif yang secara

normal tidak ada pada tubuh setelah lahir, kadang disebut Primitif Neuro

Ektoderma Tumor (PNET). Sering terdapat di Serebellum. Sering terjadi pada

anak-anak terutama anak laki-laki dan puncak berada pada 3 – 5 tahun.

Cenderung metastasis relatif tinggi

3) Meningioma

Berasal dari Meningen, bersifat jinak karena tumbuhnya sangat lambat

dan otak mampu untuk menerima adanya meningioma, sering tumbuh sampai

cukup besar baru memberikan gejala. Banyak terdapat pada wanita antara 30 –

50 tahun

4) Schwannoma

28

Tumor jinak berasal dari sel Schwan, yang menghasilkan myelin yang

melindungi saraf akustikus untuk pendengaran. Banyak pada orang dewasa,

dan ternyata 2 kali lipat lebih banyak pada wanita daripada laki-laki

5) Craniopharingioma

Tumor berasal dari kelenjar pituitary dekat hipotalamus, karena dapat

menekan atau merusak hipotalamus dan dapat menyebabkan gangguan fungsi

vital dan banyak terdapat pada anak-anak dan dewasa.

6) Germ Cell Tumor

Berasal dari sel primitif sel kelamin atau dari germ sel, sering disebut

Germinoma

7) Tumor Pineal

Terjadi disekitar kelenjar pineal, yaitu suatu organ yang kecil di dekat

pusat otak. Tumbuh lambat (Pineositoma), dapat tumbuh cepat

(Pineoblastoma). Daerah pineal sulit dicapai dan sering tidak dapat diangkat

2. Tumor otak sekunder

- Tumor yang tumbuh ketika kanker menyebar dari tempat lain ke otak dan

menyebabkan tumor otak

- Tumor sekunder tidak sama dengan tumor otak primer, karena sel yang terdapat

pada tumor otak sekunder mirip dengan sel asal tumor metastasis tersebut yang

abnormal

- Terapi tergantung pada asal tumor dan perluasan penyebaran tumor, umur,

keadaan umum pasien, respon terhadap pengobatan sebelumnya

PEMBAGIAN STADIUM TUMOR, MENURUT DIFERENSIASI TUMOR YANG

TAMPAK SECARA MIKROSKOPIK

Derajat I : Sifat kurang agresif, tumbuh lambat, gambar sel hampir normal, bila

dilakukan operasi maka merupakan terapi yang efektif.

29

Derajat II : Relatif tumbuh lambat, ada sel yang abnormal di bawah mikroskop,

menginvasi jaringan normal, dapat timbul kembali bila diangkat.

Derajat III: Cenderung tumbuh lebih cepat, menginfiltrasi dan dapat timbul kembali bila

diangkat.

Derajat IV: Tumbuh sangat cepat, bersifat agresif, gambaran bizarre pada mikroskop

GEJALA

Tumor otak menunjukkan manifestasi klinik yang tersebar. Tumor ini dapat

menyebabkan peningkatan TIK serta tanda dan gejala lokal sebagai akibat dari tumor yang

menggangu bagian spesifik dari otak.

Gejala-gejala peningkatan TIK disebabkan oleh tekanan yang berangsur-angsur

terhadap otak akibat pertumbuhan tumor. Pengaruhnya adalah ganguan keseimbangan yang

nyata antara otak, cairan serebrospinal dan darah serebral. Sebagai akibat pertumbuhan

tumor, maka kompensasi penyesuaian diri dapat dilakukan melalui penekanan pada vena-

vena intrakranial, melalui penurunan volume cairan serebrospinal ( Dengan meningkatkan

absorbsi dan menurunkan produksi ), penurunan sedang pada aliran darah serebral dan

menurunkan masa jaringan otak intraseluler dan ekstraseluler. Bila kompensasi ini semua

gagal, maka pasien mengalami tanda dan gejala peningkatan TIK.

Gejala yang biasanya banyak terjadi akibat tekanan ini adalah sakit kapala, muntah,

papiledema (“Choked disc” atau edema saraf optik), perubahan kepribadian dan adanya

variasi penurunan fokal motorik, sensori dan disfiungsi saraf kranial.

Gejala klinik pada tumor intrakranial dibagi dalam 3 kategori, yaitu : Gejala klinik

umum, gejala klinik lokal, dan gejala lokal yang menyesatkan (False lokalizing features).

1. Gejala Klinik Umum

Gejala umum timbul karena peningkatan tekanan intrakranial atau akibat infiltrasi

difus dari tumor. Gejala yang paling sering adalah sakit kepala, perubahan status mental,

kejang, nyeri kepala hebat, papil edema, mual dan muntah. Tumor maligna (ganas)

30

menyebabkan gejala yang lebih progresif daripada tumor benigna (jinak). Tumor pada

lobus temporal depan dan frontal dapat berkembang menjadi tumor dengan ukuran yang

sangat besar tanpa menyebabkan defisit neurologis, dan pada mulanya hanya memberikan

gejala-gejala yang umum. Tumor pada fossa posterior atau pada lobus parietal dan

oksipital lebih sering memberikan gejala fokal dulu baru kemudian memberikan gejala

umum.

Nyeri Kepala

Merupakan gejala awal pada 20% penderita dengan tumor otak yang kemudian

berkembang menjadi 60%. Nyerinya tumpul dan intermitten. Nyeri kepala berat juga

sering diperhebat oleh perubahan posisi, batuk, maneuver valsava dan aktivitas fisik.

Muntah ditemukan bersama nyeri kepala pada 50% penderita. Nyeri kepala ipsilateral

pada tumor supratentorial sebanyak 80 % dan terutama pada bagian frontal. Tumor pada

fossa posterior memberikan nyeri alih ke oksiput dan leher.

Perubahan Status Mental

Gangguan konsentrasi, cepat lupa, perubahan kepribadian, perubahan mood dan

berkurangnya inisiatif adalah gejala-gejala umum pada penderita dengan tumor lobus

frontal atau temporal. Gejala ini bertambah buruk dan jika tidak ditangani dapat

menyebabkan terjadinya somnolen hingga koma.

Seizure

Adalah gejala utama dari tumor yang perkembangannya lambat seperti

astrositoma, oligodendroglioma dan meningioma. Paling sering terjadi pada tumor di

lobus frontal baru kemudian tumor pada lobus parietal dan temporal.

Edema Papil

Gejala umum yang tidak berlangsung lama pada tumor otak, sebab dengan teknik

neuroimaging tumor dapat segera dideteksi. Edema papil pada awalnya tidak

menimbulkan gejala hilangnya kemampuan untuk melihat, tetapi edema papil yang

berkelanjutan dapat menyebabkan perluasan bintik buta, penyempitan lapangan pandang

perifer dan menyebabkan penglihatan kabur yang tidak menetap.

Muntah

31

Muntah sering mengindikasikan tumor yang luas dengan efek dari massa tumor

tersebut juga mengindikasikan adanya pergeseran otak. Muntah berulang pada pagi dan

malam hari, dimana muntah yang proyektil tanpa didahului mual menambah kecurigaan

adanya massa intrakranial.

2. Gejala Klinik Lokal

Manifestasi lokal terjadi pada tumor yeng menyebabkan destruksi parenkim,

infark atau edema. Juga akibat pelepasan faktor-faktor ke daerah sekitar tumor

(contohnya : peroksidase, ion hydrogen, enzim proteolitik dan sitokin), semuanya dapat

menyebabkan disfungsi fokal yang reversibel.

Tumor Kortikal

Tumor lobus frontal menyebabkan terjadinya kejang umum yang diikuti paralisis

pos-iktal. Meningioma kompleks atau parasagital dan glioma frontal khusus berkaitan

dengan kejang. Tanda lokal tumor frontal antara lain disartri, kelumpuhan kontralateral,

dan afasia jika hemisfer dominant dipengaruhi. Anosmia unilateral menunjukkan adanya

tumor bulbus olfaktorius.

Tumor Lobus Temporalis

Gejala tumor lobus temporalis antara lain disfungsi traktus kortikospinal

kontralateral, defisit lapangan pandang homonim, perubahan kepribadian, disfungsi

memori dan kejang parsial kompleks. Tumor hemisfer dominan menyebabkan afasia,

gangguan sensoris dan berkurangnya konsentrasi yang merupakan gejala utama tumor

lobus parietal. Adapun gejala yang lain diantaranya disfungsi traktus kortikospinal

kontralateral, hemianopsia/ quadrianopsia inferior homonim kontralateral dan simple

motor atau kejang sensoris.

Tumor Lobus Oksipital

Tumor lobus oksipital sering menyebabkan hemianopsia homonym yang

kongruen. Kejang fokal lobus oksipital sering ditandai dengan persepsi kontralateral

episodic terhadap cahaya senter, warna atau pada bentuk geometri.

Tumor pada Ventrikel Tiga dan Regio Pineal

32

Tumor di dalam atau yang dekat dengan ventrikel tiga menghambat ventrikel atau

aquaduktus dan menyebabkan hidrosepalus. Perubahan posisi dapat meningkatkan

tekanan ventrikel sehingga terjadi sakit kepala berat pada daerah frontal dan verteks,

muntah dan kadang-kadang pingsan. Hal ini juga menyebabkan gangguan ingatan,

diabetes insipidus, amenorea, galaktorea dan gangguan pengecapan dan pengaturan suhu.

Tumor Batang Otak

Terutama ditandai oleh disfungsi saraf kranialis, defek lapangan pandang,

nistagmus, ataksia dan kelemahan ekstremitas. Kompresi pada ventrikel empat

menyebabkan hidrosepalus obstruktif dan menimbulkan gejala-gejala umum.

Tumor Serebellar

Muntah berulang dan sakit kepala di bagian oksiput merupakan gejala yang sering

ditemukan pada tumor serebellar. Pusing, vertigo dan nistagmus mungkin menonjol.

3. Gejala Lokal yang Menyesatkan (False Localizing Features)

Gejala lokal yang menyesatkan ini melibatkan neuroaksis kecil dari lokasi tumor

yang sebenarnya. Sering disebabkan oleh peningkatan tekanan intrakranial, pergeseran

dari struktur-struktur intrakranial atau iskemi. Kelumpuhan nervus VI berkembang ketika

terjadi peningkatan tekanan intrakranial yang menyebabkan kompresi saraf. Tumor lobus

frontal yang difus atau tumor pada korpus kallosum menyebabkan ataksia (frontal

ataksia).

DIAGNOSA

Untuk menegakkan diagnosis pada penderita yang dicurigai menderita tumor otak

yaitu melalui anamnesis dan pemeriksaan fisik neurologik yang teliti.

Dari anamnesis kita dapat mengetahui gejala-gejala yang dirasakan oleh penderita

yang mungkin sesuai dengan gejala-gejala yang telah diuraikan di atas. Misalnya ada

tidaknya nyeri kepala, muntah dan kejang. Sedangkan melalui pemeriksaan fisik neurologik

mungkin ditemukan adanya gejala seperti edema papil dan deficit lapangan pandang.

33

PEMERIKSAAN PENUNJANG

- Foto tulang tengkorak, dapat memperlihatkan defisit kalsium yang ada dalam

beberapa tipe tumor. Dapat memperlihatkan perubahan dalam tulang yang disebabkan

oleh sel tumor

- Lumbal pungsi

- EEG

- Mielografi

- Angiografi atau arteriografi

- CT-Brain (Computerized Tomography Scanning Brain)

- MRI (Magnetic Resonance Imaging)

- PET (Position Emission Tomography)

DIAGNOSIS BANDING

Gejala yang paling sering dari tumor otak adalah peningkatan tekanan intrakranial,

kejang dan tanda deficit neurologik fokal yang progresif. Setiap proses desak ruang di otak

dapat menimbulkan gejala di atas, sehingga agak sukar membedakan tumor otak dengan

beberapa hal berikut :

- Abses intraserebral

- Epidural hematom

- Hipertensi intrakranial benigna

- Meningitis kronik

TERAPI

- Tergantung pada banyak faktor, diantaranya : tipe, lokasi, ukuran tumor, umur pasien,

keadaan umum pasien

34

- Metode terapi pada anak-anak berbeda dengan dewasa dan disesuaikan dengan

kebutuhan dari setiap pasien

- Metode-metode terapi yaitu :

Operasi – craniotomy

Radioterapi

Kemoterapi

- Sebelum diterapi diberikan terlebih dahulu :

Steroid untuk menghilangkan edema otak

Antikonvulsan, untuk mencegah atau mengontrol kejang

P-V shunt, untuk hydrocephalus

OPERASI

- Merupakan terapi yang paling sering dilakukan pada tumor otak

- Untuk mengambil tumor otak, operasi ini disebut kraniotomi

- Jika mungkin tumor diambil semua, tetapi bila tumor tidak dapat diangkat semua

tanpa merusak jaringan otak vital, maka akan diangkat tumor sebanyak-banyaknya.

Pengambilan sebagian tumor dapat menghilangkan gejala dengan mengurangi tekanan

pada otak dan mengurangi ukuran tumor dan terapi dapat dilanjutkan dengan

radioterapi atau kemoterapi

- Pada tumor yang tidak dapat diangkat sama sekali, akan dilakukan biopsy untuk

mengetahui tipe sel sehingga dapat membantu untuk memutuskan terapi yang akan

dilakukan, biasanya dilakukan Needle biopsy dengan bantuan CT-Scan atau MRI

untuk mengarahkan ke lokasi yang tepat. Operator membuat lubang kecil di tulang

tengkorak dan menuntun jarum ke tumor, teknik ini disebut stereotaksis

Radiosurgery stereotactic

Adalah tehnik "knifeless" yang lebih baru untuk menghancurkan tumor otak tanpa

membuka tengkorak. CT scan atau MRI digunakan untuk menentukan lokasi yang tepat dari

35

tumor di otak. Energi radiasi tingkat tinggi diarahkan ke tumornya dari berbagai sudut untuk

menghancurkan tumornya. Alatnya bervariasi, mulai dari penggunaan pisau gamma, atau

akselerator linier dengan foton, ataupun sinar proton.

Kelebihan dari prosedur knifeless ini adalah memperkecil kemungkinan komplikasi

pada pasien dan memperpendek waktu pemulihan. Kekurangannya adalah tidak adanya

sample jaringan tumor yang dapat diteliti lebih lanjut oleh ahli patologi, serta pembengkakan

otak yang dapat terjadi setelah radioterapi.

Kadang-kadang operasi tidak dimungkinkan. Jika tumor terjadi di batang otak

(brainstem) atau daerah-daerah tertentu lainnya, ahli bedah tidak mungkin dapat mengangkat

tumor tanpa merusak jaringan otak normal. Dalam hal ini pasien dapat menerima radioterapi

atau perawatan lainnya.

RADIOTERAPI

Radioterapi menggunakan X-ray untuk membunuh sel-sel tumor. Sebuah mesin besar

diarahkan pada tumor dan jaringan di dekatnya. Mungkin kadang radiasi diarahkan ke

seluruh otak atau ke syaraf tulang belakang.

Radioterapi biasanya dilakukan sesudah operasi. Radiasi membunuh sel-sel tumor

(sisa) yang mungkin tidak dapat diangkat melalui operasi. Radiasi juga dapat dilakukan

sebagai terapi pengganti operasi. Jadwal pengobatan tergantung pada jenis dan ukuran tumor

serta usia pasien.

36

Beberapa bentuk terapi radiasi:

Fraksinasi: Radioterapi biasanya diberikan lima hari seminggu selama beberapa minggu.

Memberikan dosis total radiasi secara periodik membantu melindungi jaringan sehat di

daerah tumor.

Hyperfractionation: Pasien mendapat dosis kecil radiasi dua atau tiga kali sehari, bukan

jumlah yang lebih besar sekali sehari.

Efek samping dari radioterapi, dapat meliputi: perasaan lelah berkepanjangan, mual,

muntah, kerontokan rambut, perubahan warna kulit (seperti terbakar) di lokasi radiasi, sakit

kepala dan kejang (gejala nekrosis radiasi).

KEMOTERAPI

Kemoterapi, yaitu penggunaan satu atau lebih obat-obatan untuk membunuh sel-sel

kanker. Kemoterapi diberikan secara oral atau dengan infus intravena ke seluruh tubuh. Obat-

obatan biasanya diberikan dalam 2-4 siklus yang meliputi periode pengobatan dan periode

pemulihan.

Dua jenis obat kemoterapi, yaitu: temozolomide (Temodar) dan bevacizumab

(Avastin), baru-baru ini telah mendapat persetujuan untuk pengobatan glioma ganas. Mereka

lebih efektif, dan memiliki efek samping lebih sedikit jika dibandingkan dengan obat-obatan

kemo versi lama. Temozolomide memiliki keunggulan lain , yaitu bisa secara oral.

Untuk beberapa pasien dengan kasus kanker otak kambuhan, ahli bedah biasanya

melakukan operasi pengangkatan tumor dan kemudian melakukan implantasi wafer yang

mengandung obat kemoterapi. Selama beberapa minggu, wafer larut, melepaskan obat ke

otak. Obat tersebut kemudian membunuh sel kankernya.

BIOLOGICAL TERAPI

Merupakan cara baru untuk mengobati tumor otak dan masih dalam penelitian. Cara

ini menggunakan prinsip meningkatkan system imun tubuh untuk melawan penyakit

37

REHABILITASI

- Merupakan bagian yang sangat penting pada bagian terapi

- Tergantung pada kebutuhan pasien dan bagaimana tumor mempengaruhi aktivitas

kerja

- Occupational terapi, untuk mengatasi kesulitan dalam aktivitas untuk kehidupan

sehari-hari seperti makan, mandi, berpakaian dan pergi ke toilet

- Physical terapi terutama pada lengan yang lemah atau paralyse dan pada gangguan

keseimbangan

- Speech terapi terutama pada pasien dengan gangguan bicara.

PROGNOSIS

Prognosisnya tergantung jenis tumor spesifik. Berdasarkan data di Negara-negara

maju, dengan diagnosis dini dan juga penanganan yang tepat melalui pembedahan dilanjutkan

dengan radioterapi, angka ketahanan hidup 5 tahun (5 years survival) berkisar 50-60% dan

angka ketahanan hidup 10 tahun (10 years survival) berkisar 30-40%. Beberapa hal yang

merupakan prognosis buruk tumor otak metastase adalah usia lanjut, gejala-gejala muncul

kurang dari 1 minggu, dan adanya penurunan kesadaran. 4,6

38

DAFTAR PUSTAKA

1. Sylvia A Price dan Lorraine M Wilson, Buku Patofisiologi edisi ke IV,1995, EGC,

Jakarta.

2. Youmans,Neurological Surgery,edisi IV,1996, by sounders company

3. Raymond D Adamx and Mourice Victor. Allan H Rapper, Principle of

Neurologi,1997,by sounders company

4. Bailey and love’s, Short Practice of Surgery 21 st edition,1992, Chapman and Hall

Medical

5. Annegers JF, Laws ER Jr, Kurland LT, Grabow JD. Head trauma and subsequent

brain tumors. Neurosurgery. 1979, 4: 203-206.

6. Deangelis, Lisa M. 2001. Brain tumor. N Engl J Med, Vol. 344, No. 2

7. Greenberg, Harry S., Chandler, William F., Sandler, Howard M. 1999. Brain Tumors.

Oxford University Press: New York

8. Harsono. 2008. Buku Ajar Neurologi Klinis. Gajah Mada University Press;

Yogyakarta. Hal 201-207

9. Japardi, Iskandar. 2002. Gambaran CT-Scan pada Tumor Otak Benigna. USU digital

library; Sumatera Utara.

10. Japardi, Iskandar. 2002. Tekanan Tinggi Intrakranial. USU digital library; Sumatera

Utara.

11. Mardjono, mahar. 2006. Neurologi Klinis Dasar. Dian Rakyat; Jakarta. Hal 390-396

12. Ngoerah, I Gst Ng Gd. 1991. Dasar-Dasar Ilmu Penyakit Saraf. Airlangga University

Press; Surabaya. Hal 332-345.

13. Pillay, Prem. 2009. Brain Tumors. Available from:

http://www.drprempillay.org/eng/services_brain_tumors.htm. (Accessed at: 2013,

May 12)

14. Sitepu, Firman., Nara, P. 1985. Metastasis Tumor di Otak. Cermin Dunia Kedokteran

No. 36,1985 41

15. Kegawatdaruratan saraf dan bedah, PT Delta Citra Grafinda, 2002,FK uph lippo

karawaci

39