PK NO 4.docx
-
Upload
mustikaaryanti -
Category
Documents
-
view
214 -
download
2
Transcript of PK NO 4.docx
PEMICU 1
4. Sebuah bola kuarsa-lebur mempunyai difusivitas termal (α) = 9,5 x10−7 m2/ s, diameter
2,5 cm dan konduktivitas termal 1,52 W/m°C . Bola tersebut mula-mula berada pada suhu
seragam 25°C dan secara tiba-tiba diberi lingkungan konveksi dengan suhu 200°C. Jika koefisien
perpindahan kalor konveksi sebesar 110 W/m²°C , hitunglah suhu pada pusat nola setelah 4
menit! Dapatkah sistem tersebut dikatakan sebagai sistem kapasitas kalor tergabung ?
1. Sistem kapasitas kalor tergabung
Sistem kapasitas kalor tergabung mengasumsi bahwa suatu sistem suhunya dianggap seragam.
Asumsi ini merupakan suatu pendekatan kepada sistem yang ideal karena seperti kita tahu
didalam setiap bahan selalu ada gradien suhu ( temperatur gradient ) jika pada bahan itu
diberikan kalor yang dikonduksikan kedalam atau keluar . Umumnya makin kecil ukuran benda
makin realistik pula pengandaian tentang suhu seragam itu dan pad limitnya kita dapat
menggunakan diferensial volume sebagaimana dalam penurunan persamaan umum konduksi
kalor. Syarat penerapan kapasitas kalor tergabung :
1. Distribusi suhu seragam dalam benda padat 2. Tahanan konveksi permukaan lebih besar daripada tahanan konduksi dalam
Untuk mengecek apakah suatu keadaan dapat dikerjakan dengan menggunakan sistem kapasitas kalor tergabung maka keadaan tersebut harus memenuhi kondisi ini :
Dimana k : konduktivitas termal benda tersebut
2. Tahanan Kontak termal
Tahanan kontak termal adalah suatu daerah dimana analogi resistansi elektrik yang
tadinya terabaikan menjadi berpengaruh . Hal ini terjadi pada interfasa dua media penghantar.
Tahanan kontak termal terjadi ketika dua baja yang disambungkan . Tahan kontak termal
ini menjelaskan bahwa tidak ada dua permukaan padatan yang selamanya memberikan kontak
termal sempurna ketika keduanya disambungkan. Hal ini terjadi karena faktor kekasaran
permukaan yang menyebabkan terbentuknya celah udara sempit seperti yang ditunjukkan pada
Gambar 1.
Gambar. 1
Sumber : buku Holman Heat transfer 10th
Dengan menerapakan neraca energi kedua bahan ( Bahan A dan Bahan B) maka
pemyusunan ulang rumus menjadi :
dengan memberi tanda Ac untuk bidang kontak termal dan Av untuk celah, serta memberi Lg
untuk tebal celah dan kf untuk konduktivitas termal fluida yang mengisi celah. Luas penampang
total batangan adalah A, maka dapat ditulis
3. Faktor bentuk konduksi
Pada sistem dua dimensi dimana hanya ada dua batas temperatur, kita bisa mendefinisikan faktor
bentuk konduksi S (M/N ) yaitu:
Q = k S ( T2-T1)
Harga S telah dicari untuk berbagai bentuk benda dapat dilihat pada table dibawah
Diketahui :
α = 9,5 x10−7 m2/ s
d = 2,5 cm
k = 1,52 W /m °C
Ti = 25°C
T∞ = 200°C
h = 110W /m ² °C
T (akhir) ? → t = 4 menit (240 sekon)
Jawaban
Uji angka Biot : ( Jika angka Biot nya Bi < 0,1 , maka dapat menggunakan metod ekapasitas
kalor tergabung)
Bi=h . Lk
=h.( V
A)
k
110 Wm2 °C
1,52 Wm ° C
( 43
π r3
4 π r2 )=0,301
Artinya kita tidaka dapat mencari suhu akhir dengan metode kapasitas kalor tergabung. Jika
dibuktikan dengan metode ini
a) Metode Kapasitas Kalor Tergabung
T−T ∞Ti−T ∞
=e−b . t
dimana nilai nilai b= hρ.C . L
α= kρ .C
→ ρ .C= kα
ρ .C= 1,52 W /m° C9,5 x10−7 m² /s
=1600000 W . s /m ³ C
b= 110W /m ² °C1600000 W . s /m ³ C
=0,0165 s−1
masukkan kedalam rumus awal
T−200C25° C−200 °C
=e−0,0165 .240 → T=196,664 °C
T=196,664 ° C
Hasil yang didapatakan kurang rasional. Karena angka biot yang kita miliki lebih dari
0,1. JAdi sistem ini tidak dapat menggunakan metode kapasitas kalor tergabung. Kita akan
mencoba dengan cara metode aliran transien. Metode aliran transien digunakan untuk sistem
yang tak tunak (unsteady). Oleh karena itu pemilihan metode ini dilakukan.
b) Metode aliran Transien
x2√α .t
=(
43
π r3
4 π r2 )
2√9,5 x10−7 m2
s .240 s
=0,138
Kita dapat menentukan fungsi galat yang ada pada lampiran A (buku Holman). Karena tidak
terlampir angka 0,138 ; maka kita lakukan interpolasi
X−X 2X 1−X 2
= Y −Y 2Y 1−Y 2
0,138−0,120,14−0,12
= Y−0,134760,15695−0,13476
Y=0,154731
x2√α .t
→ erf x2√α . t
=0,154731
Masukkan kedalam rumus : T ( x , t )=T ∞+(Ti−T ∞ ) . erf x2√α .t
200 °C+(25 °C−200 ° C ) .0,154731=172,922° C
T=172,922° C
Hasil yang didapatkan masih belum logis dan masih mendekati hasil dari metode
kapasitas sistem terabung. Hal tersebut didapatkan karena metode aliran transien hanya
digunakan untuk bentuk yang non-simetris dan tidak beraturan (kondisi batas berubah-ubah).
Sedangkan, kasus yang kita alami , memiliki bentuk yang simetris , yaitu bola. Maka metode
inipun tidak dapat digunakan. Kita harus menggunakan metode lain, yaitu metode kondisi batas
konveksi
c) Kondisi Batas Konveksi
Metode ini digunakan untuk menetukan keadaan suatu sistem dengan perpindahan kalor
secara konveksi. Rumus awal dari metode ini adalah
T−TiT ∞−Ti
=1−erf x2√α . t
−[exp( h . xk
+ h2 . α .tk2 )] .¿
T−25 ° C200° C−25°C
=1−0,154731−[exp( 110 Wm2 °C .4,1667 x 10−3 m
1,52 Wm
° C+(110 W
m2 ° C)2
.9,5 x10−7 m2
s.240 s
(1,52 Wm
°C)2 )] .¿
T−25° C175° C
=0,845269−[ 4,462 ] .(1−0,918015)
T=109,13 °C
Suhu yang didapatkan lebih rendah dibandingkan dengan metode kapasitas kalor
tergabung dan aliran transien. Hal ini didapatkan, karena metode kondisi batas konveksi adalah
metode yang tepat untuk kasus ini,. Metode kondisi batas memang dikhususkan untuk beberapa
kasus, yaitu (1) Plat yang ketebalannya kecil dibandingkan dengan dimensi lainnya; (2) Silinder
yang diameternya kecil dibandingkan dengan panjangnya; dan (3) Bola.