pidana 2

3
 1. Aja ran Ka usa lit as dal am hal perbuat an pas if Dari macam unsur tingkah lakunya, tindak pidana dibedakan antara tindak pidana aktif atau tindak pidana positif (tindak pidana comissi) dan ti ndak pidana pasif atau tindak pidana negatif (tindak pidana omisi). Tindak pidana omisi adalah tindak pidana yang terujudnya oleh sebab  perbuatan pasif atau tidak berbuat aktif, tidak berbuat mana melanggar suatu keajiban hokum untuk berbuat sesuatu. !arang siapa oleh hokum diajibkan untuk melakukan suatu perbuatan dimana dia tidak melakukannya misalnya membiarkan("#$) atau tidak datang (%&&) atau seorang ibu dengan maksud membunuh bayinya sengaja tidak menyusuinya (ujud dari perbuatan menghilangkan nyaa secara pasif dari ""') maka dia telah melakukan tindak pidana pasif. * Apakah ajaran kausalitas berlaku juga pada tindak pidana pasif+ ntuk tindak pidana pasif murni tidaklah merupakan persoalan, oleh sebab tindak pidana formil, yang dalam hal terujudnya tidak penting akibat, atau tidak bergantung pada akibat, misalnya pada pasal "#$ atau %&&. Dengan terujudnya perbuatan membiarkan ("#$) atau tidak datang (%&&) tindak pidana itu telah terjadisecara sempurna. -ain halnya dengan tindak pidana pasif yang tidak murni. Tindak pidana  pasif yang tidak murni adalah berupa tindak pidana pasif yang terjadi pada tindak pidana materiil. ebagaimana diketahui baha pada tindak pidana materiil tertentu dapat terjadi dengan tidak berbuat, seperti pada contoh diatas /tidak menyusui0. ersoalan ini timbul berhubung tindak pidana pasif yang pada dasarnya adalah berupa tindak  pidana formil itu, dilakukan pada tndak pidana materiil, dimana unsure akibat menjadi sangat  penting dalam hal untuk terujudnya tindak pidana. 2engenai persoalan ini ada beberapa  pandangan, yaitu3 1. a ndanga n erta ma ada mulanya timbul pandangan yang berdasarkan pada ilm pengetahuan alam. !erdasarkan  pandangan ini maka0 tidak mungkin ada hubungan antara akib at dengan tidak melakukan  perbuatan0 (aktif), atau tidak mungkin tidak berbuat apa pun dapat menimbulkan suatu akibat. endirian ini tidak memuaskan berhubung dalam hukum tidak harus sama dengan ilmu  pengetahuan alam, karena hukum adalah mengenai nilai, sedangkan ilmu pengetahu an alam adalah mengenai alam nyata. Dalam kehidupan sehari4hari banyak kejadian5kejadian yang oleh sebab tidak berbuat yang seharusnya yang menimbulkan akibat, yang menurut pertanggung jaab pidana terhadap  pembuat yang tidak berbuat, seperti pada peristia kecelakaan kereta api yang meneaskan sekian banyak orang. 2aka adalah tidak mungkin untuk berpegang teguh pada pendapat menurut ilmu pengetahuan ala mini. 1. a ndan ga n Kedu a andangan yang disebut dengan teori berbuat lain, yaitu didasarkan baha perbuatan aktif itu adalah suatu perbuatan apa yang dilakukan pada saat terujudnya suatu akibat terlarang.

description

ruiruir

Transcript of pidana 2

1. Ajaran Kausalitas dalam hal perbuatan pasifDari macam unsur tingkah lakunya, tindak pidana dibedakan antara tindak pidana aktif atau tindak pidana positif (tindak pidana comissi) dan tindak pidana pasif atau tindak pidana negatif (tindak pidana omisi). Tindak pidana omisi adalah tindak pidana yang terwujudnya oleh sebab perbuatan pasif atau tidak berbuat aktif, tidak berbuat mana melanggar suatu kewajiban hokum untuk berbuat sesuatu. Barang siapa oleh hokum diwajibkan untuk melakukan suatu perbuatan dimana dia tidak melakukannya misalnya membiarkan(304) atau tidak datang (522) atau seorang ibu dengan maksud membunuh bayinya sengaja tidak menyusuinya (wujud dari perbuatan menghilangkan nyawa secara pasif dari 338) maka dia telah melakukan tindak pidana pasif. [7]Apakah ajaran kausalitas berlaku juga pada tindak pidana pasif? Untuk tindak pidana pasif murni tidaklah merupakan persoalan, oleh sebab tindak pidana formil, yang dalam hal terwujudnya tidak penting akibat, atau tidak bergantung pada akibat, misalnya pada pasal 304 atau 522. Dengan terwujudnya perbuatan membiarkan (304) atau tidak datang (522) tindak pidana itu telah terjadisecara sempurna. Lain halnya dengan tindak pidana pasif yang tidak murni. Tindak pidana pasif yang tidak murni adalah berupa tindak pidana pasif yang terjadi pada tindak pidana materiil. Sebagaimana diketahui bahwa pada tindak pidana materiil tertentu dapat terjadi dengan tidak berbuat, seperti pada contoh diatas tidak menyusui.Persoalan ini timbul berhubung tindak pidana pasif yang pada dasarnya adalah berupa tindak pidana formil itu, dilakukan pada tndak pidana materiil, dimana unsure akibat menjadi sangat penting dalam hal untuk terwujudnya tindak pidana. Mengenai persoalan ini ada beberapa pandangan, yaitu:1. Pandangan PertamaPada mulanya timbul pandangan yang berdasarkan pada ilm pengetahuan alam. Berdasarkan pandangan ini maka tidak mungkin ada hubungan antara akibat dengan tidak melakukan perbuatan (aktif), atau tidak mungkin tidak berbuat apa pun dapat menimbulkan suatu akibat. Pendirian ini tidak memuaskan berhubung dalam hukum tidak harus sama dengan ilmu pengetahuan alam, karena hukum adalah mengenai nilai, sedangkan ilmu pengetahuan alam adalah mengenai alam nyata.Dalam kehidupan sehari-hari banyak kejadiankejadian yang oleh sebab tidak berbuat yang seharusnya yang menimbulkan akibat, yang menurut pertanggung jawab pidana terhadap pembuat yang tidak berbuat, seperti pada peristiwa kecelakaan kereta api yang menewaskan sekian banyak orang. Maka adalah tidak mungkin untuk berpegang teguh pada pendapat menurut ilmu pengetahuan ala mini.1. Pandangan KeduaPandangan yang disebut dengan teori berbuat lain, yaitu didasarkan bahwa perbuatan aktif itu adalah suatu perbuatan apa yang dilakukan pada saat terwujudnya suatu akibat terlarang. Berdasarkan pendirian ini, maka dalam contoh ibu yang tidakmenyusui bayi tadi, dipandang dia berbuat apa pada saat kematian bayinya itu terwujud.1. Pandangan KetigaPandangan yang ketiga apa yang dimaksud dengan teori berbuat sebelumnya,menurut teori ini, yang harus dipandang sebagai sebab daripada akibat ialah perbuatan yang mendahului pada saat terwujudnya akibat. Contohnya, seorang penjaga wissel KA yang tidak memindahkan wissel sebelum terjadinya akibat kecelakaan ereta api. Pandangan ini juga tidak memuaskan, berhubung tidak ada hubungan antara diterimanya jabatn penjaga wissel dengan kecelakaan kerata api.1. Pandangan KeempatPandangan keempat ialah didasarkan pada kewajiban hukum yang dimiliki seseorang yang pada waktu dan keadaan tertentu diwajibkan oleh hukum harus berbuat. Apabila karena hukum seseorang wajib berbuat, dan kemudian dia tidak menimbulkan akibat, maka sebab dari akibat itu adalah terletak pada dimilikinya kewajiban hukum tersebut. Pelopor pandangan ini ialah VAN HAMELyang nebyatakan bahwa seseorang yang tidak berbuat, ia tidak dapat dianggap-menyebabkan suatu akibat, apabila dia tidak mempunyai kewajiban hukum untuk berbuat. Contohnya dalam putusan Hof Amsterdam yang menyatakan orang tua yang diam saja ketika anaknya akan dibunuh, maka orang tua tidak bertanggung jawab atas matinya anak itu, walaupun sikap orang tuanya itu sebagai tidak patut (Sudarto, op.cit:75). Dari pendirian Hof Amsterdam ini dapat disimpulkan bahwa tida ada hubungan causal antara tidak berbuat (pencegahan) dengan kematian anaknya akibat dubunuh orang, karena dianggap tidak ada kewajiban hukum untuk berbuat mencegah pembunuhan terhadap anaknya itu.Lain halnya dengan contoh ibu menyusui bayinya yang mengakibatkan kematian bayinya, dimana pada diri ibu sejak melahirkan bayinya terbitlah suatu kewajiban hukum yang didasarkan pada kausalitas atau kedudukannya sebagi ibu yang melahirkan untuk berbuat menghidupi nayinya dengan cara yang ada pada umumnya menyusuinya.Dalam pandangan keempat ini, timbul masalah tentang dari mana kita dapat mengetahui bahwa seseorang itu itu memiliki suatu kewajiban hukum? Kewajiban hukum timbul dari 3 macam, yaitu:1. Pekerjaan atau jabatan2. Ditetapkan oleh hukum3. Kepatutan yang diakui dan dijunjung tinggi oleh masyarakat (Saochid,op.cit,:240).Oleh karena itu untuk mengetahui apakah pada seseorang yang tidak berbuat yang karenanya menimbulkan suatu akibat, memiliki kewajiban hukum untuk berbuat (tidak menimbulkan akibat terlarang itu) adalah mencarinya dari tiga macam sumber tersebut.Kewajiba hukum dapat timbul pada diri seseorang karena ditentukan secara tegas oleh hukum, tentu saja namanya juga kewajiban hukum, misalnya 304,dan 522.Sedangkan kewajiban hukum dapat pula lahir dari kepatutan-kepatutan yang dipertahankan dan dijunjung tinggi oleh masyarakat. Misalnya soerang anak kecil yang suatu hari bapak ibunya meninggal bersama karena kecelakaan dan tidak meninggal kan keluarga lain yang dekat; maka tetangganya timbul kewajiban hukum untuk member makan anak itu agar tidak menimbulkan akibat kelaparan dan jika berlanjut pada kematiannya.Pandangan keempat ini dapat mengatasi persoalan tentang apakah mungkin perbuatan dalam tindak pidana pasif yang tidak murni dapat menimbulkan akibat terlarang? pemecahan masalah penting dalam hal pembebanan tanggung jawab pada si pembuat. Pandangan yang keempat ini sesuai dengan kenyataan pada umumnya yang berlaku pada masyarakat, dan dapat memenuhi rasa keadilan masyarakat. Contoh petugas palang kereta api yang tidak menutup jalan dengarn menurunkan palang pintu yang mengakibatkan sebuah bis mengalami kecelakaan karena ditabrak kereta api dengan menimbulkan banyak orang mati. Dengan mempertanggungjawabkan akibat matinya banyak orang kepada penjaga palang yang tidak berbuat apa-apa ketika kereta api hendak lewat adalah memenuhi rasa keadilan masyarakat.