Pewarnaan Tahan Asam

download Pewarnaan Tahan Asam

of 29

description

Microbiology

Transcript of Pewarnaan Tahan Asam

  • LAPORAN PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI FARMASI

    PEWARNAAN TAHAN ASAM

    Selasa, 4 Maret 2015

    Kelompok III

    Selasa , Pukul 10.00 13.00 WIB

    Nama NPM

    WIRNA GRACE .S 260110130092

    LABORATORIUM MIKROBIOLOGI FARMASI

    FAKULTAS FARMASI

    UNIVERSITAS PADJADJARAN

    2015

    Nilai TTD

    (Casuarina) (Andini) ( Emanuella)

  • PEWARNAAN TAHAN ASAM

    I. TUJUAN

    Mengamati dua kelompok bakteri, yaitu bakteri tahan asam dan bakteri tak

    tahan asam, dengan menggunakan prosedur pewarnaan tahan asam

    pewarnaan (Ziehl-Neelsen). Memahami setiap langkah dan reaksi-reaksi

    kimia yang terjadi dalam prosedur tersebut.

    II. PRINSIP

    1.Penetrasi zat warna

    Bakteri ini dikenal tahan asam sebab bakteri tersebut resisten

    terhadap dekolorisasi dengan alkohol asam. Dalam prosedur pewarnaan

    tahan asam, Karbol fuchsin merupakan pewarna dasar, yang mengandung

    fenol untuk membantu melarutkan dinding sel. Pemanasan biasanya

    diperlukan untuk memperkuat penetrasi pewarna dasar ke dalam sel

    bakteri.

    2.Pewarnaan tahan asam

    Pewarnaan tahan asam adalah tipe pewarnaan diferensial lebih dari

    satu pewarna untuk membedakan suatu mikroorganisme dengan

    kandungan dinding sel peptidoglikan serta disusun lebih dari 60% lipid

    kompleks yang tahan terhadap dekolorisasi dengan alkohol asam.

    3. Pemanasan

    Untuk mewarnai spora dan di dalam proses pewarnaannya

    melibatkan proses pemanasan, yaitu; spora dipanaskan bersamaan dengan

    zat warna tersebut sehingga memudahkan zat warna tersebut untuk

    meresap ke dalam dinding pelindung spora bakteri.

    4. Impermeabilitas dinding sel bakteri tahan asam

    Bakteri tahan asam memiliki kandungan senyawa dari

    peptidoglikan dan lipid kompleks yang disebut asam mycolat yang

    membangun struktur dinding selnya, sehingga menjadi impermeabel

    terhadap macam-macam prosedur pewarnaan termasuk pewarnaan gram.

  • III. TEORI DASAR

    Mikroorganisme yang ada di alam ini mempunyai morfologi, struktur dan

    sifat-sifat yang khas, begitu pula dengan bakteri. Bakteri yang hidup hampir tidak

    berwarna dan kontras dengan air, dimana sel-sel bakteri tersebut disuspensikan.

    Salah satu cara untuk mengamati bentuk sel bakteri sehingga mudah untuk

    diidentifikasi ialah dengan metode pengecatan atau pewarnaan. Hal tersebut juga

    berfungsi untuk mengetahui sifat fisiologisnya yaitu mengetahui reaksi dinding

    sel bakteri melalui serangkaian pengecatan.

    Bakteri tahan asam merupakan bakteri yang kandungan lemaknya sangat

    tebal sehingga tidak bisa diwarnai dengan reaksi pewarnaan biasa, tetapi harus

    dengan pewarnaan tahan asam. Kelompok bakteri ini disebut bakteri tahan asam

    (BTA) karena dapat mempertahankan zat warna pertama sewaktu dicuci dengan

    larutan pemucat. Golongan bakteri ini biasanya bersifat patogen pada manusia

    contohnya adalah Mycobacterium tuberculosis. Bakteri Mycobacterium

    tuberculosis dapat diisolasi dari sputum penderita TBC. Reaksi hasil

    pewarnaannya jika positif terdapat bakteri TBC berwarna merah. Selain

    menyerang manusia juga menyerang hewan seperti marmut, dan kera.

    Penularannya dapat melalui udara yang masuk ke saluran pernafasan (Pelczar dan

    Chan, 1988).

    Bakteri tahan asam adalah jenis bakteri yang tidak dapat diwarnai dengan

    pewarnaan anilin biasa kecuali dengan menggunakan fenol dan dengan

    pemanasan. Bakteri ini memilki dinding sel berlilin karena mengandung sejumlah

    besar materi lipoidal oleh karena itu bakteri ini hanya dapat diwarnai dengan

    pewarnaan BTA (Acid-Fast Stain). Dinding sel hidrofobik dan impermeabel

    terhadap pewarnaan dan bahan kimia lain pada cairan atau larutan encer. Ketika

    proses pewarnaan, bakteri tahan asam ini melawan dekolorisasi dengan asam

    sehingga bakteri tersebut disebut bakteri tahan asam (Ball, 1997).

    Pewarnaan diferensial artinya pewarnaan yang menggunakan lebih dari

    satu macam zat warna, seperti pewarnaan gram dan pewarnaan tahan asam.

  • Sedangkan pewarnaan khusus artinya pewarnaan yang dipakai untuk mewarnai

    bagian-bagian sel atau bakteri tertentu yang sukar diwarnai dengan menggunakan

    pewarnaan biasa. Pewarnaan khusus dipakai untuk mewarnai bagian-bagian sel

    kuman atau kuman tertentu yang sukar diwarnai (Noverita, 2009).

    Bakteri tahan asam dapat diamati dengan teknik pewarnaan Ziehl Neelson,

    Kinyoun Gabber, dan Fluorochrom. Pengambilan sputum (sekret paru-paru atau

    ludah) untuk analisis tuberculosis dapat dilakukan setiap saat dikenal ada 3 jenis

    sputum:

    Sputum pagi : sputum yang dikeluarkan oleh penderita pada saat bangun

    pagi.

    Spot sputum : sputum yang dikeluarkan pada saat itu.

    Collection sputum : sputum yang keluar dan ditampung selama 24 jam

    Sputum yang telah diperoleh dapat disimpan dalam lemari es selama satu

    minggu.

    Teknik pewarnaan Ziehl-Neelsen, yaitu dengan menggunakan zat

    warna carbol fuchsin 0,3 %, asam alkohol 3 %, dan methylen blue 0,3%. Pada

    pemberian warna pertama, yaitu carbol fuchsin, BTA bersifat

    mempertahankannya. Carbol fuchsinmerupakan fuksin basa yang dilarutkan

    dalam larutan fenol 5 %. Larutan ini memberikan warna merah pada sediaan

    dahak. Fenol digunakan sebagai pelarut untuk membantu pemasukan zat warna ke

    dalam sel bakteri sewaktu proses pemanasan. Fungsi pemanasan untuk

    melebarkan pori-pori lemak BTA sehingga carbol fuchsin dapat masuk sewaktu

    BTA dicuci dengan larutan pemucat, yaitu asam alkohol, maka zat warna pertama

    tidak mudah dilunturkan. Bakteri kemudian dicuci dengan air mengalir untuk

    menutup pori-pori dan menghentikan pemucatan. BTA akan terlihat berwarna

    merah, sedangkan bakteri yang tidak tahan asam akan melarutkan carbol

    fuchsin dengan cepat sehingga sel bakteri tidak berwarna. Setelah penambahan zat

    warna kedua yaitu methylen blue, bakteri tidak tahan asam akan berwarna biru

    (Lay, 1994).

  • Metode Ziehl-Neelsen digunakan karena cukup sederhana dan mempunyai

    sensitivitas serta spesifitas yang cukup tinggi. Spesifitas dan sensitivitas yang

    tinggi sebenarnya dimiliki oleh metode fluorokrom. Bakteri yang terwarnai

    menunjukkan warna yang kontras dengan lingkungannya dan tidak membutuhkan

    perbesaran sampai 1000x sehingga bisa mempercepat waktu. Akan tetapi, alat

    yang digunakan tidak ada yaitu mikroskop fluorescens (Kurniawati et al., 2005).

    Mycobacterium tuberculosis berbentuk batang langsing, lurus atau

    berbentuk filament. Bakteri ini bersifat aerobik, tidak membentuk spora, non

    motil, tahan asam, dan merupakan bakteri gram positif. Namun, sekali

    mycobacteria diberi warna oleh pewarnaan gram, maka warna tersebut tidak dapat

    dihilangkan dengan asam. Oleh karena itu, maka mycobacteria disebut sebagai

    Basil Tahan Asam atau BTA. Beberapa mikroorganisme lain yang juga memiliki

    sifat tahan asam, yaitu spesies Nocardia, Rhodococcus, Legionella micdadei, dan

    protozoa Isospora dan Cryptosporidium. Pada dinding sel mycobacteria, lemak

    berhubungan dengan arabinogalaktan dan peptidoglikan di bawahnya. Struktur ini

    menurunkan permeabilitas dinding sel, sehingga mengurangi efektivitas dari

    antibiotik. Lipoarabinomannan adalah suatu molekul lain dalam dinding sel

    mycobacteria, berperan dalam interaksi antara inang dan patogen, menjadikan M.

    tuberculosis dapat bertahan hidup di dalam makrofaga. Mikobakteria dapat

    tumbuh lebih cepat pada pH 6 dan 8 dengan pH optimum sekitar 6.5 - 6.8 untuk

    tipe pathogen. Sel mikobakteria terdiri dari tiga lapisan penting yaitu lipid, protein,

    dan polisakarida (Thomas, 1999).

    Mycobacterium tuberculosis termasuk gram positif, berbentuk batang

    panjang atau pendek, tidak berspora, tidak berkapsul, pertumbuhan sangat lambat

    (2-8 minggu), suhu optimal 37-380C yang merupakan suhu normal manusia.

    Pertumbuhannya membutuhkan tambahan makanan seperti darah, egg yolk, serum,

    dan bahan kimia tertentu. Dalam jaringan, basil tuberkel adalah bakteri batang

    lurus dengan ukuran sekitar 0,4 3 m. Pada media buatan, bentuk kokoid dan

    filamentous tampak bervariasi dari satu spesies ke spesies lain. Segera setelah

    diwarnai dengan pencelupan dasar mereka tidak dapat didekolorisasi oleh alkohol,

  • tanpa memperhatikan pengobatan dengan iodine. Basil tuberkel secara umum

    dapat diwarnai dengan pewarnaan Ziehl-Neelsen. Media untuk membiakan

    mikobakteria adalah media nonselektif dan media selektif. Media selektif

    berisi antibiotik untuk mencegah pertumbuhan kontaminan bakteri dan fungi

    yang berlebihan. Ada tiga formulasi umum yang dapat digunakan untuk kedua

    media nonselektif dan selektif, yaitu media agar semisintetik (middlebrook 7H10

    dan 7H11), media telur inspisasi (Lowenstein-jensen), media kaldu (broth media)

    (Jawetz et al., 2001).

    Mikobakteria merupakan aerobik obligat yang memperoleh energi dari

    oksidasi beberapa senyawa sederhana. Penambahan CO2 meningkatkan

    pertumbuhan. Tidak ada aktivitas biokimia yang menandai. Dan kecepatan

    pertumbuhan lebih rendah dari pada sebagian besar bakteri. Waktu untuk

    menggandakan basil tuberkel sekitar 18 jam, bentuk saprofit cenderung tumbuh

    lebih cepat, poliferasi terjadi pada temperatur 22-23C, untuk menghasilkan

    pigmen yang lebih banyak dan mengurangi bentuk cepat asam daripada bentuk

    patogenik. Mikobakteria cenderung lebih resisten terhadap agen kimia daripada

    bakteri lain karena sifat hidrofobik permukaan sel dan pertumbuhannya. Basil

    tuberkel reisten terhadap kekeringan dan bertahan hidup selama periode waktu

    yang lama dalam sputum kering. Variasi dapat terjadi dalam koloni, pigmentasi,

    virulensi, temperatur petumbuhan yang optimal dan beberapa tanda pertumbuhan

    atau seluler lainnya (Fardiaz, 1992).

    Larutan kimia yang digunakan adalah alkohol asam 3% , carbol

    fuchsin 0,3%, serta methylen blue 0,3% yang masing-masing mempunyai fungsi

    antara lain asam alkohol digunakan sebagai peluntur, carbol fuchsin mempunyai

    fungsi membuka lapisan lilin agar menjadi lunak sehingga cat dapat menembus

    masuk ke dalam sel bakteri M. tuberculosis. Methylen blue berfungsi sebagai cat

    lawan dan pada pemberian methylen blue pada bakteri akan tetap berwarna merah

    dengan latar belakang biru atau hijau (Jutono dkk., 1980).

  • IV. ALAT

    BAHAN

    Alat :

    1. Bak warna

    2. Botol semprot

    3. Kaca objek

    4. Kapas

    5. Kertas saring

    6. Mikroskop

    7. Ose

    8. Pipet tetes

    9. Spiritus

    10. Tabung reaksi

    V.

    Bak warna Botol semprot Kaca objek

    Kertas saring Mikroskop

    Kapas

    Tabung reaksi

    Spiritus

    Pipet Tetes

  • Bahan

    1. Alkohol 70% 2.Air suling 3. Emerge oil

    4.Suspensi Bakteri 5. Zat warna biru 6.Zat warna

    saprofit Metilen karbol fuksin

    VI. PROSEDUR

    Mula-mula disediakan alat dan bahan yang diperlukan. Disiapkan kaca

    obyek yang bersih dan buat olesan dari suspensi bakteri, olesan bakteri

    digenangi dengan pewama karbol fuksin selama 5 menit, sambil

    dipanaskan di atas penangas air. Jaga jangan sampai terlalu panas,

    mendidih atau kering. Dibuang zat wama yang berlebih, lalu dibilas

    dengan air suling. Dibilas dengan zat pemucat alkohol-asam selama 15

    detik atau sampai latar belakang olesan berwarna merah muda pucat.

    Digenangi olesan dengan pewarna tandingan biru metilen selama 2 menit,

    dibuang zat warna yang berlebih, dibilas dengan air suling, lalu

    dikeringkan dengan kertas saring. Diteteskan sedikit minyak imersi pada

    preparat, lalu periksa di bawah mikroskop. Dimulai dengan obyektif

    berkekuatan terendah 10X, lalu ganti dengan lensa obyektif berkekuatan

    100X. Diamati dan digambarkan hasilnya. Bakteri tahan asam (ZN + )

  • akan berwarna merah dan bakteri tidak tahan asam (ZN -) akan berwarna

    biru.

    VII. DATA PENGAMATAN

    SAMPEL LITERATUR

    Bentuk dan warna bakteri tidak

    terlihat jelas

    (http://textbookofbacteriology.net/tuberculosis.html)

    Bentuk Bakteri teramati,yaitu batang

    Warna bakter teramati yaitu merah

    VIII. PEMBAHASAN

    Pada praktikum kali ini, percobaan untuk pewarnaan bakteri tahan asam

    tidak dilakukan. Hanya dilakukan pengamatan pada preparat bakteri yang

    telah disediakan. Pewarnaan pada bakteri tahan asam tidak dilakukan

    karena bakteri sampel yang digunakan merupakan bakteri yang berbahaya.

    Bakteri yang digunakan adalah bakteri Mycobacterium tuberculosis

    Hal pertama yang dilakukan dalam praktikum ini adalah

    menyiapkan alat dan bahan yag diperlukan . Setelah menyiapkan preparat

    olesan bakteri. Langkah yang dilakukan sebelum menyiapkan preparat

    yaitu membersihkan kaca obyek dengan cara merendam dalam alkohol

    70% lalu keringkan dengan menggunakan lap/tissue yang telah ditetesi

    dengan alkohol. Proses ini bertujuan untuk menghilangkan lemak dan

  • mikroorganisme yang menempel pada permukaan kaca obyek yang dapat

    mengganggu hasil pengamatan. Kemudian pada salah satu sisi kaca

    preparat dibuat lingkaran dengan menggunakan spidol. Hal ini bertujuan

    sebagai batas pengamatan bakteri agar lebih mudah diamati dibawah

    mikroskop.

    Lalu,ose difiksasi melalui api hingga kawat ose berubah menjadi

    merah dan didinginkan dekat api, yang menandakan bahwa ose sudah

    panas dan bebas dari kontaminasi. Ini bertujuan untuk membunuh bakteri

    yang menenmpel pada ose yang dapat mengganggu hasil pengamatan. Ose

    yang digunakan harus dingin sebab jika masih panas dapat menyebabkan

    pecahnya dinding sel bakteri sehingga bakteri sulit untuk diamati. Setelah

    itu,tabung reaksi yang berisi suspense bakteri saprofit. dikocok dan dibuka

    dekat sumber api untuk mengurangi kontaminasi. Pengocokan dilakukan

    bertujuan agar suspense bakteri tercampur secara merata tidak berkumpul

    di bagian bawah tabung. Lalu suspense bakteri diambil dengan

    menggunakan ose. Setelah itu,penutup tabung dan mulut tabung difiksasi

    untuk menghilangkan kontaminasi dan tabung ditutup. Kemudian olesan

    bakteri dibuat dengan mengoleskan secara merata ose pada kaca preparat.

    Olesan yang baik adalah olesan yang tidak terlalu tebal atau terlalu tipis

    dan tahan terhadap pencucian satu kali atau lebih. Pada olesan yang terlalu

    tebal, sel-sel bakteri akan bertumpuk sehingga sulit untuk diamati.

    Sedangkan pada olesan yang terlalu tipis, akan sulit menemukan sel-sel

    tersebut. ,lalu kaca preparat difiksasi dan dibiarkan dingin dan kering.

    Lalu kaca preparat dibiarkan kering dan difiksasi. Fiksasi pada olesan

    yang belum kering akan menyebabkan sel-sel bakteri seakan-akan terebus

    dan bentuknya menjadi tidak karuan. Fiksasi adalah adalah proses

    pengawetan dan pelekatan atau penempelan struktur sel mikroorganisme

    pada suatu posisi. Hal yang diperhatikan dalam fiksasi adalah dilakukan

    dengan cara melewatkan kaca preparat di atas api. Fiksasi dilakukan

    sampai kaca preparat terasa hangat apabila ditempelkan pada punggung

  • tangan. Fiksasi yang dilakukan tidak boleh terlalu panas dan lama, karena

    bakteri yang ada pada preparat bisa hangus terpanggang dan terjadi

    perubahan bentuk dan penyusutan sel selain itu . Tujuan dari fiksasi adalah

    pelekatan bakteri supaya pada saat pencucian, bakteri tersebut tidak ikut

    hilang tercuci dan untuk menonaktifkan enzim lytic sehingga bakteri tidak

    mengalami lisis dan berubah bentuk pada saat diamati.

    Kemudian olesan bakteri digenangi dengan pewarna pertama

    karbol fuksin,yang telah dicampur fenol selama 5 menit,sambil dipanaskan

    diatas penangas air ( jaga jangan sampai terlalu panas,mendidih,atau

    kering).Menunggu selama 5 menit setelah pewarnaan dengan warna carbol

    fuchsin dan dilakukan pemanasan bertujuan agar cat ini dapat diserap dan

    melekat sempurna pada dinding bakteri dan dinding selnya kembali seperti

    semula setelah dilakukan pemanasan

    Pada Bakteri Tahan Asam,pewarnaan pertama ini, akan sulit

    menembus dinding dari Bakteri tahan asam yang memiliki lapisan lilin

    ( lemak ) yang tebal, sehingga dilakukan pemanasan untuk memuaikan

    dinding sel bakteri tersebut sehingga warna carbol fuchsin ini mampu

    diserap oleh sel-sel bakteri. Namun perlu diperhatikan, pemanasan

    dilalukan jangan sampai mendidih cukup sampai menguap agar sel-sel

    bakteri tersebut tidak rusak sedangkan fenol digunakan sebagai pelarut

    untuk membantu pemasukan zat warna ke dalam sel bakteri . Namun

    dalam dinding sel bakteri non BTA lapisan lemaknya tidak banyak

    sehingga untuk melakuka penyerapan warna tidak perlu dilakukan

    pemanasan dan pelunturan warna pun sangatmudah dilakukan saat

    penambahan asam alkohol.

    Setelah itu zat warna yang berlebih dibuang dan dibilas dengan air

    suling yang bertujuan untuk membilas zat warna yang berlebih sebelum

    dilanjutkan dengan pewarnaan berikutnya. Pencucian juga menyebabkan

  • lapisan lilin dan lemak yang terbuka akan merapat kembali

    Kemudian olesan bakteri dibilas dengan pemucat alcohol-asam

    selama 15 detik atau sampai latar belakang olesan berwarna merah muda

    pucat. Penambahan alkohol berfungsi untuk membilas atau melunturkan

    zat warna (decolorization) pada sel bakteri (mikroorganisme). Saat sel-sel

    bakteri sudah mampu menyerap warna carbol fuchsin maka dinding sel

    tersebut akan kembali tertutup dalam pada saat pencucian dengan air

    sulinh.

    Menunggu selama 15 detik setelah penambahan larutan asam

    alkohol bertujuan agar zat warna dapat luntur secara sempurna dan tidak

    ada yang tersisa. Saat penambahan asam alcohol ini, maka bakteri yang

    bukan BTA akan dilunturkan kembali warna carbol fuchsin tersebut

    karena tidak mampu mengikat kuat seperti halnya bakteri BTA yang

    mampu mempertahankan zat warna karbol fuksin Karena BTA memiliki

    lapisan lipid yang sangat tebal sehingga alkohol sukar menembus dinding

    sel bakteri tersebut dan warna merah akibat pemberian carbol fuchsin tidak

    hilang.

    Dekolorisasi merupakan fase yang paling kritis. Pemberian asam

    alkohol jangan sampai berlebih karena akan menyebabkan

    overdekolorization sehingga sel BTA hampir sama dengan Non BTA yang

    menyebabkan sulit membedakannya, tetapi jangan juga terlalu sedikit

    dalam memberikan alkohol (underdecolorization) karena tidak akan

    melunturkan warna secara sempurna sehingga sel Non BTA bisa saja

    berwrna ungu mendekati warna sel BTA.

    Olesan bakteri digenangi dengan pewarna tanding metilen biru

    selama 2 menit,lalu zat warna yang berlebih dibuang dan preparat dibilas

    dengan air suling. Tujuan pemberian methylen blue adalah memberi warna

  • background ( pewarna sekunder ). Zat ini berfungsi untuk mewarnai

    kembali sel-sel yang telah kehilangan pewarna utama setelah perlakuan

    dengan asam alkohol. Zat warna methylene blue masuk ke dalam sel

    bakteri non BTA yang permeabilitas dinding selnya membesar akibat

    lapisan lipid pada bakteri non BTA terekstraksi oleh asam alkohol,

    sehingga menyebabkan sel bakteri non BTA tersebut menjadi berwarna

    biru. Pada bakteri BTA dinding selnya sudah terdehidrasi dengan

    perlakuan alkohol, sehingga pori pori mengkerut, daya rembes dinding

    sel dan membran menurun sehingga zat warna methylene blue tidak dapat

    masuk sehingga sel bakteri BTA berwarna merah.

    Lalu preparat dikeringkan dikeringkan dengan kertas saring.

    Penotolan dengan kertas saring harus hati-hati agar olesan bakteri tidak

    terbawa pada kertas saring. Lalu,kaca preparat ditetesi dengan

    menggunakan minyak imersi. Hal ini dikarenakan, cahaya yang datang

    dibiaskan melalui 2 medium yang berbeda, yaitu udara dan kaca. Oleh

    karena itu, dibutuhkan suatu bahan yang mampu membiaskan cahaya dari

    medium udara dan medium kaca dengan pembiasan yang mendekati garis

    normal. Bahan yang mampu membiaskan cahaya dari medium udara dan

    medium kaca dengan pembiasan yang mendekati garis normal adalah

    minyak imersi. Selain itu, minyak imersi juga mempunyai indeks bias

    yang mendekati atau identik dengan kaca.Setelah itu diamati dibawah

    mikroskop

    Hasil Pengamatan pada praktikum kali ini sel bakterinya sulit untuk

    diamati dan berbeda dengan hasil literature. Pada praktikum kali

    ini,,bentuk sel bakteri Mycobacterium tubercolosis tidak terlihat batang

    dan warnanya juga tidak merah sebagaimana literature.

    Hal ini mungkin dapat disebabkan oleh :

    1.Olesan bakteri tidak rata dan terlalu tipis sehingga sulit untuk diamati

    pada mikroskop/ hasil pengamatan tidak jelas

  • 2.Pada saat pengolesan bakteri dengan ose,ose yang digunakan masih

    panas sehingga dinding bakteri pecah dan bentuknya tidak dapat diamati

    3.Pembilasan dengan air suling yang terlalu keras menyebabkan olesan

    bakteri terbawa oleh air

    4.Proses penotolan dengan kertas saring yang tidak benar dan terlalu keras

    sehingga bakteri sampel malah menempel pada kertas saring.

    5. Zat warna tidak merata masuk ke dalam dinding bakteri / proses

    pewarnaan yang kurang lama

    6.Fiksasi yang terlalu lama dapat menyebabkan dinding bakteri pecah

    sehingga sulit untuk diamati

    IX. SIMPULAN

    1.Dapat mengamati dua jenis bakteri yaitu bakteri tahan asam dan bakteri

    tidak tahan asam, dengan menggunakan prosedur pewarnaan tahan asam

    Pada bakteri tahan asam akan mempertahankan warna merah sedangkan

    bakteri tidak tahan asam akan berwarna biru.

    2. Bakteri tahan asam yang digunakan adalah sel Mycobacterium

    tubercolosis

    3.Praktikan dapat memahami cara pewarnaan bakteri tahan asam

  • DAFTAR PUSTAKA

    Ball, A.S. 1997. Bacterial Cell Culture : Essential Data. John Wiley & Sons,

    New

    Fardiaz, S., 1992. Mikrobiologi Pangan I. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

    Jawetz, E., Joseph Melnick&Edward Aldeberg.1996. Mikrobiologi

    Kedokteran, diterjemahkan oleh Edi Nugroho dan R. F

    Maulany.Jakarta: Penerbit Buku kedokteran EGC.

    Jutono dkk, 1980. PEDOMAN PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI UMUM (untuk

    perguruan tinggi). Fakultas Pertanian Universitas Gadjah Mada,

    Yogyakarta.

    Lay, B. W. 1994. Analisis Mikroba di Laboratorium. Jakarta: PT. Raga Grafindo

    Persada.

    Pelczar, M J.dan E.C.S Chan.1986.Dasar- dasar Mikrobiologi Jilid 1Jakarta:

    UI Press.

  • LAPORAN PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI FARMASI

    PEWARNAAN SPORA

    Selasa, 4 Maret 2015

    Kelompok III

    Selasa , Pukul 10.00 13.00 WIB

    Nama NPM

    WIRNA GRACE .S 260110130092

    LABORATORIUM MIKROBIOLOGI FARMASI

    FAKULTAS FARMASI

    UNIVERSITAS PADJADJARAN

    2015

    Nilai TTD

    (Casuarina) (Andini) ( Emanuella)

  • PEWARNAAN SPORA

    I. TUJUAN

    Mengamiati endospora bakteri dengan menggunakan prosedur pewarnaan

    spora (pewarnaan Klein). Memahami setiap langkah dan reaksi-reaksi

    kimia yang terjadi daam prosedur tersebut.

    II. PRINSIP

    1.Pewarnaan spora

    Pewarnaan spora merupakan pewarnaan dengan menggunakan

    malchit green dan safranin, yang dalam hasil pewarnaanya akan muncul

    warna hijau pada sporanya, serta warna merah pada sel vegetatifnya, yaitu

    pada Bacillus subtilis.

    2.Teknik aseptis

    Teknis aseptis merupakan suatu teknis yang dilakukan dalam

    pemindahbiakan bakteri agar bakteri yang dibiakan tidak mengalami

    kontaminasi, dengan teknis aseptis diharapkan bakteri yang

    dipindahbiakan mempertahankan kemurniannya.

    3. Impermeabilitas spora

    Sifat spora yg tidak bisa ditembus oleh apapun. Maksudnya pori-pori

    spora tersebut sangat rapat jadi tidak bisa dilewati oleh benda lain.

    4. Penetrasi zat warna

    Dalam pengamatan spora bakteri diperlukan pewarnaan tertentu

    yang dapat menembus dinding tebal spora. Namun ada juga zat warna

    khusus untuk mewarnai spora dan di dalam proses pewarnaannya

    melibatkan proses pemanasan, yaitu; spora dipanaskan bersamaan dengan

    zat warna tersebut sehingga memudahkan zat warna tersebut untuk

    meresap ke dalam dinding pelindung spora bakteri.

    III. TEORI DASAR

    Spora bakteri ini dapat bertahan sangat lama, ia dapat hidup

    bertahun-tahun bahkan berabad-abad jika berada dalam kondisi

  • lingkungan yang normal. Kebanyakan sel vegetatif akan mati pada suhu

    60-70oC, namun spora tetap hidup, spora bakteri ini dapat bertahan dalam

    air mendidih bahkan selama 1 jam lebih. Selama kondisi lingkungan tidak

    menguntungkan, spora akan tetap menjadi spora, sampai kondisi

    lingkungan dianggap menguntungkan, spora akan tumbuh menjadi satu sel

    bakteri yang baru dan berkembangbiak secara normal (Volk & Wheeler,

    1988).

    Spora bakteri adalah bentuk bekteri yang sedang dalam usaha

    mengamankan diri terhadap pengaruh buruk dari luar. Spora bakteri

    mempunyai fungsi yang sama seperti kista amoeba, sebab bakteri dalam

    bentuk spora dan amoeba dalam bentuk kista merupakan suatu fase

    dimana kedua mikroorganisme itu berubah bentuk untuk melindungi diri

    terhadap faktor luar yang tidak menguntungkan.(Dwidjoseputro, 2001)

    Sepanjang pengetahuan yang kita miliki sekarang, hanya golongan

    basillah yang dapat membentuk spora, akan tetapi tidak semua basil

    mampu berbuat demikian. Beberapa spesies Bacillus yang aerob dan

    beberapa spesies Clostridium yang anaerob dapat membentuk spora. Spora

    ini lazim disebut endospora, dikarenakan spora itu dibentuk di dalam sel.

    (Dwidjoseputro, 2001)

    Endospora hanya terdapat pada bakteri. Merupakan tubuh

    berdinding tebal, sangat refraktif, dan sangat resisten, dihasilkan oleh

    semua spesies Bacillus, Clostridium dan Sporosarcina. Bakteri yang

    mampu membentuk endospora dapat tumbuh dan bereproduksi selama

    banyak generasi sebagai sel vegetatif. Namun pada beberapa tahapan di

    dalam pertumbuhannya, terjadi sintesis protoplasma baru dalam

    sitoplasma vegetatifnya yang dimaksudkan untuk menjadi spora.

    (Pelczar,1986)

    Bentuk spora ada yang bulat, ada pula yang bulat panjang, hal ini

    bergantung pada spesies. Endospora ada yang lebih kecil dan ada pula

  • yang lebih besar daripada diameter sel induk. (Dwidjoseputro, 2001)

    Letak endospora di dalam sel serta ukurannya selama

    pembentukannya tidaklah sama bagi semua spesies. Sebagai contoh,

    beberapa spora adalah sentral yaitu dibentuk di tengah-tengah sel, yang

    lain terminal yaitu dibentuk di ujung; dan yang lain lagi subterminal yaitu

    di dekat ujung. (Pelczar,1986)

    Pada umumnya sporulasi itu mudah terjadi, jika keadaan medium

    memburuk, zat-zat yang timbul sebagai pertukaran zat bertimbun-timbun

    dan faktor-faktor luar lainnya merugikan. Tetapi pada beberapa spesies

    mampu membentuk spora meskipun tidak terganggu oleh faktor luar.

    Sporulasi dapat dicegah, jika selalu diadakan pemindahan piaraan ke

    medium yang baru. Beberapa spesies bakteri dapat kehilangan

    kemampuannya untuk membentuk spora. Spora dapat tumbuh lagi menjadi

    bakteri biasa apabila keaadaan di luar menguntungkan. Mula-mula air

    meresap ke dalam spora, kemudian spora mengembang dan kulit spora

    menjadi retak karenanya. Keretakan ini dapat terjadi pada salah satu ujung,

    tetapi juga dapat terjadi pada tengah-tengah atau dekat tengah-tengah

    spora. Hal ini merupakan ciri khas bagi beberapa spesies Bacillus. Jika

    kulit spora pecah di tengah-tengah, maka masing-masing pecahan akan

    merupakan suatu tutup pada kedua ujung bakteri. (Dwidjoseputro, 2001)

    Proses pewarnaan endospora dilakukan setelah fiksasi dan setelah

    dibuat apusan preparat.Kemudian preparat diberikan malakit hujau yang

    berfungsi sebagai pewarna primer yangdigunakan untuk melumuri fiksasi

    panas. Preparat diuapkan diatas air mendidih dengan tujuanuntuk

    memperbesar pori-pori bakteri agar pada saat pewarnaan dapat menembus

    dindingendospora dan dijaga jangan sampai pewarna kering. Kemudian

    dicuci dengan air dialirkan dariatas, yang bertujuanuntuk menghilangkan

    malacite green dari seluruh bagian sel endospora.Pewarnaan safranin

  • bertujuan untuk counterstein yang digunakan untuk melumuri bagian

    warnadari sel yang lain dari pada endospora. Hasil uji bakteri

    Bacillus subtilis menghasilkan bakteri

    gram positif. Prinsip pewarnaan spora didasarkan pada penggunaan zat wa

    rna malachite green dan safranin dimana pada hasil pewarnaan akan

    menghasilkan warna hijau pada spora dan warna merah pada sel

    vegatitifnya (Lay 1994).

    IV. ALAT BAHAN

  • Alat :

    1. Bak warna

    2. Botol semprot

    3. Kaca objek

    4. Kapas

    5. Kertas saring

    6. Mikroskop

    7. Ose

    8. Pipet tetes

    9. Spiritus

    10. Tabung reaksi

    Botol semprot Kaca objek Bak warna

    Kertas saring Mikroskop

    Kapas

    Tabung reaksi Spiritus

    Pipet tetes

  • Bahan

    1. Alkohol 70% 2.Air suling 3. Emerge oil

    4.Asam Sulfat 1% 5.Supensi 6.NaCl Fisiologis

    Bacillus subtilis

    7. Zat warna 8. Zat warna

    Biru Metilen Karbol Fuksin

    V. PROSEDUR

    Mula-mula disiapkan alat dan bahan yang dibutuhkan. dibuat suspensi

    bakteri yang terdiri dari biakan bakteri dan NaCl fisiologis di tabung

    reaksi. Ditambahkan korbol fuksin sebanyak 1:1 ke dalam suspensi

    tersebut. Dipanaskan campuran tersebut dalam pemanas air bersuhu 800C

    selama 10 menit. Daga jangan sampai mendidih atau kering. Disediakan

    kaca obyek yang bersih dan buat olesan dari campuran tersebut. Digenangi

    olesan dengan H2S04 1% selama 2 detik, lalu dicuci dengan air suling.

  • Digenangi olesan dengan pewarna tandingan biru metilen selama 5 menit,

    dibuang zat warna yang berlebih, dibilas dengan air suling, lalu

    dikeringkan dengan kertas saring. Diteteskan sedikit minyak imersi pada

    preparat, lalu diperiksa di bawah mikroskop. Dimulai dengan obyektif

    berkekuatan terendah 10X, lalu ganti dengan lensa obyektif berkekuatan

    100X. Diamati dan digambarkan hasilnya. Endospora akan berwarna

    merah dan badan vegetative akan berwarna biru.

    VI. DATA PENGAMATAN

    SAMPEL LITERATURE

    Bentuk bakteri : Batang

    Warna Bakteri : Biru

    Warna Spora : Tidak dapat

    teramati

    http://www.austincc.edu/microbugz/endospore_sta

    in.php

    Bentuk bakteri : Batang

    Warna Bakteri : Biru

    Warna Spora : Merah

    VII. PEMBAHASAN

    Telah dilakukan praktikum pewarnaan spora. Yang pertama kali harus

    dilakukan adalah menyediakan alat dan bahan yang dibutuhkan diatas

    meja. Hal ini dilakukan agar praktikum dapat berjalan dengan baik tanpa

    kekurangan bahan-bahan yang diperlukan. Meja harus dibersikan dahulu

    menggunakan desinfektan. Ini bertujuan untuk membunuh bakteri yang

  • ada pada meja yang mungkin akan mengontaminasi preparat bakteri yang

    akan kita buat.

    Menyiapkan alat dan bahan. Suspensi bakteri dibuat dari biakan bakteri

    dan NaCl fisiologis steril di dalam tabung reaksi. Fungi NaCl Fisiologis

    berfungsi sebagai pengencer agar suspense sampel yang akan digunakan

    steril dan menghindari adanya kontaminan pada sampel. Selain itu,NaCl

    Fisiologis juga mempertahankan kondisi pH dari sampel suspensi.

    Sebagaimana telah diketahui bahwa pertumbuhan mikroorganisme sangat

    peka terhadap perubahan pH . Larutan pengencer NaCl Fisiologis steril

    merupakan larutan netral sehingga tidak mempengaruhi kondisi pH.

    Lalu ditambahkan karbol fuksin sebanyak 1 : 1 ke dalam suspense

    tersebut. Kemudian dipanaskan campuran tersebut dalam penangas air

    bersuhu 80o C selama 10 menit. Penambahan karbol fuksin adalah sebagai

    pewarna untuk mewarnai bakteri dengan warna merah. Hal ini bertujuan

    untuk memperbesar pori-pori bakteri agar zat warna dapat menembus

    dinding endospora serta jaga jangan sampai mendidih atau kering karena

    dinding bakteri akan hancur jika terlalu panas.Pemanasan pada suhu 80o C

    bermaksud untuk membunuh sel vegetative bakteri.Sedangkan sel spora

    tidak akan mati pada suhu 80o C,bahkan spora masih dapat hidup selama 1

    jam dalam air mendidih. Pada praktikum kali ini,pembuatan suspense

    bakteri dilakukan dengan mencampurkan zat warna dengan suspense

    bakteri secara bersama pada saat pemanasan. Hal ini bertujuan agar

    memudahkan zat warna tersebut untuk meresap ke dalam dinding

    pelindung bakteri. Spora sangat sulit untuk diwarnai,tetapi ketika sekali

    diberikan pewarnaan maka zat warna tersebut akan sulit untuk dilepaskan

    dari dinding spora Karena dinding spora mengandung asam

    dupikolinat,yang mana substansi ini tidak dapat ditemui pada sel

    vegetative atau dengan kata lain senyawa ini khas dimiliki oleh spora.

    Karena mengandung senyawa ini lah spora memiliki dinding yang relatif

  • tidak permeable, namun zat warna bias menembusnya dengan cara

    memanaskan preparat,selain itu senyawa ini juga menyebabkan

    metabolismenya bersifat inaktif dan mampu bertahan dalam tekanan fisik

    dan kimia seperti panas, kering, dingin, radiasi, dan bahan kimia.Oleh

    sebab itu dengan bantuan pemanasan maka pori-pori pada dinding spora

    akan melebar sehingga zat warna karbol fuksin lebih mudah masuk.

    Selanjutnya adalah membuat olesan bakteri. Mengambil sebuah kaca

    obyek dari larutan alcohol. Kaca obyek yang akan digunakan untuk

    membuat olesan bakteri haruslah bersih dan steril. Itulah sebabnya kaca

    obyek direndam terlebih dahulu pada larutan alcohol. Kaca obyek

    kemudian dikeringkan dengan menggunakan kapas steril. Kaca obyek

    dilap searah hingga kering. Hal ini bertujuan agar tidak ada sisa kapas

    yang menempel pada kaca obyek yang dapat mengganggu hasil

    pengamatan. Pada satu sisi kaca obyek diberi lingkaran dengan

    menggunakan spidol, tidak terlalu besar dan tidak terlalu kecil. Hal ini

    dilakukan untuk membuat batas pengamatan yang akan kita kerjakan.

    Nyalakan pembakar spiritus menggunakan korek api. Panaskan

    (fiksasi) ose hingga membara. Hal ini bertujuan untuk membunuh sisa

    bakteri yang menempel di ose yang dapat mengganggu hasil pengamatan.

    Ose didinginkan di dekat pembakar spiritus. Ambil suspensi bakteri

    dengan menggunakan tangan kiri. Buka penutup tabung dan miringkan.

    Ambil suspensi bakteri dengan menggunakan ose didekat api. Tabung

    suspense dan penutupnya difiksasi didekat api dan disimpan pad arak

    tabung. Suspensi bakteri pada ose dioleskan pada kaca obyek yang telah

    diberi lingkaran secara merata. Ose difiksasi kembali hingga membara

    untuk membunuh sisa bakteri yang menempel pada kawat ose. Olesan

    yang baik adalah olesan yang tidak terlalu tebal atau terlalu tipis serta

    tahan terhadap pencucian satu kali atau lebih. Pada olesan yang terlalu

    tebal, sel-sel bakteri akan bertumpuk sehingga sulit untuk diamati pada

  • mikroskop. Sedangkan pada olesan yang terlalu tipis, akan sulit

    menemukan sel-sel tersebut. Setelah itu fiksasi kaca obyek diatas

    pembakar spiritus. Olesan bakteri harus betul-betul kering, olesan yang

    belum kering akan menyebabkan sel-sel bakteri seakan-akan terbawa dan

    bentuknya menjadi tidak karuan. Fiksasi ini berfungsi supaya bakteri

    selain bakteri target yang akan diamati mati sehingga tidak mengganggu

    hasil pengamatan, selain itu untuk menempelkan bakteri pada kaca supaya

    bakteri tidak hilang saat mencuci. Fiksasi ini tidak boleh terlalu lama

    karena dinding sel bakteri akan pecah jika terkena panas terlalu lama atau

    panas yang berlebihan. Fiksasi yang baik adalah fiksasi yang tidak

    merubah bentuk bakteri atau tidak menyusutkan / mengkerutkan bakteri.

    Kemudian olesan bakteri ditetesi dengan H2SO4 1% dan dicuci dengan air

    suling. Proses pencucian ini menyebabkan por-pori dinding spora yang

    semula melebar,kembali mengecil. Tahapan ini lah yang mengakibatkan

    dekolorisasi dengan asam-alkohol tidak akan melarutkan zat warna karbol

    fuksin pada spora .Kemudian olesan digenangi dengan pewarna tanding

    biru metilen selama 5 menit. Tujuan pemberian methylen blue adalah

    memberi warna background ( pewarna sekunder ). Hal ini berfungsi untuk

    mewarnai kembali sel-sel yang telah kehilangan pewarna utama setelah

    perlakuan dengan asam alkohol. Bakteri yang tidak berspora cenderung

    tidak tahan pengecatan karena hanya memiliki sel vegetatif. Saat diwarnai

    oleh karbol fuksin, sel vegetatif dapat mengikat warna tetapi dapat luntur

    setelah dilunturkan karena ikatannya tidak kuat. Setelah pewarnaan

    selanjutnya dengan metilen biru, sel vegetatif mudah mengikat warna

    kembali. Oleh karena itu, hasil pewarnaan akhir adalah biru dari metilen

    biru.

    Lalu zat warna yang berlebih dibilas dengan air suling dan

    dikeringkan dengan kertas saring. Penotolan dengan kertas saring harus

    hati-hati agar olesan bakteri tidak terbawa / menempel pada kertas saring.

  • Lalu,kaca preparat ditetesi dengan menggunakan minyak imersi. Hal ini

    dikarenakan, cahaya yang datang dibiaskan melalui 2 medium yang berbeda,

    yaitu udara dan kaca. Oleh karena itu, dibutuhkan suatu bahan yang mampu

    membiaskan cahaya dari medium udara dan medium kaca dengan

    pembiasan yang mendekati garis normal. Bahan yang mampu membiaskan

    cahaya dari medium udara dan medium kaca dengan pembiasan yang

    mendekati garis normal adalah minyak imersi. Selain itu, minyak imersi

    juga mempunyai indeks bias yang mendekati atau identik dengan

    kaca.Setelah itu preparat diamati dibawah mikroskop

    Bakteri yang diamati adalah bakteri Bacillus subtilis memiliki sel

    vegetative yang berwarna biru, spora yang berwarna merah tidak dapat

    diamati. Hal ini mungkin disebabkan oleh :

    1.Biakan spora suspense bakteri belum matang, seharusnya umur biakan

    bakteri yang digunakan 36 jam. Tapi pada praktikum kali ini umur biakan

    hanya 24 jam. Menyebabkan spora belum matang,sehingga karbol fuksin

    tidak masuk secara sempurna dan sulit diamati

    2.Proses pencucian yang terlalu lama dapat menyebabkan sel bakteri

    terbawa air/ tercuci oleh air.

    VIII. SIMPULAN

    1.Endospora bakteri dapat diamati dengan mengggunakan prosedur

    pewarnaan spora .

    2. Hasil pengamatan :

    Badan vegetative : warna biru

    Spora : warna merah muda

    Sel vegetative : bentuk batang

  • 3. Praktikan dapat memahami pewarnaan spora dengan baik.

  • DAFTAR PUSTAKA

    Dwidjoseputro, D.2005. Dasar- dasar Mikrobiologi. Jakarta: PT Penerbit

    Djambatan.

    Lay, B. W. 1994. Analisis Mikroba di Laboratorium. Jakarta: PT. Raga Grafindo

    Persada.

    Pelczar, M J.dan E.C.S Chan.1986.Dasar- dasar Mikrobiologi Jilid 1Jakarta:

    UI Press.

    Volk, W.A dan Margaret Fwheeler.1988.Mikrobiologi Dasar, diterjemahkan oleh:

    Markham, M.sc.Jakarta: Erlangga.