PEWARISAN TARI RAWAS DALAM MASYARAKAT SUKU SERAWAI …

13
Vol. 3, No. 2, Oktober, 2020 Postgraduate Program Institute of The Arts Padangpanjang 129 PEWARISAN TARI RAWAS DALAM MASYARAKAT SUKU SERAWAI DI KAWASAN MANNA, KABUPATEN BENGKULU SELATAN Fresti Yuliza Program Studi Bina Wisata Akademi Pariwisata Paramitha Bukittinggi Email: [email protected], HP. 082283428077 ABSTRACT This paper discusses the rawas dance, which is the name of a dance that lives and develops in the Serawai ethnic community in Manna, South Bengkulu Regency. Applying a qualitative research approach with descriptive analysis methods, a review of the rawas dance is conducted to see: (2) the structure of the dance; (2) the rituals that follow; and (3) the creation myth behind it. Research shows that the rawas dance is sacred by the Manna community, because it is believed to be a dance created by a mystical force. The connection with this mystical power creates a myth about the creation of the rawas dance, which describes the process of creating this dance. The inheritance of the rawas dance then goes along with the inheritance of the myths about its creation. A form of inheritance, traditionally running from one generation to the next through a unique way of learning. Keywords: rawas dance, Serawai, myth, Menjambar ritual, dance inheritance ABSTRAK Tulisan ini membahas tentang tari rawas, yang merupakan nama salah satu tarian yang hidup dan berkembang dalam masyarakat suku Serawai di Manna, Kabupaten Bengkulu Selatan. Menerapkan pendekatan penelitian kualitatif dengan metode analisis deskriptif, tinjauan terhadap tari rawas dilakukan untuk melihat: (2) struktur tarinya; (2) ritual yang mengikutinya; serta (3) mitos penciptaan yang melatar belakanginya. Penelitian menunjukkan bahwa tari rawas disakralkan oleh masyarakat Manna, karena diyakini merupakan sebuah tarian yang diciptakan oleh suatu kekuatan mistis. Kaitan dengan kekuatan mistis ini menciptakan suatu mitos tentang penciptaan tari rawas, yang menggambarkan proses penciptaan tari ini. Pewarisan tari rawas kemudian berjalan bersama dengan pewarisan akan mitos tentang penciptaannya itu. Suatu bentuk pewarisan, berjalan secara tradisional dari satu generasi ke generasi berikutnya melalui satu cara pembelajaran yang khas. Kata Kunci: tari rawas, Serawai, Mitos, Pewarisan Tari

Transcript of PEWARISAN TARI RAWAS DALAM MASYARAKAT SUKU SERAWAI …

Vol.3,No.2,Oktober,2020

PostgraduateProgramInstituteofTheArtsPadangpanjang

129

PEWARISANTARIRAWASDALAMMASYARAKATSUKUSERAWAIDIKAWASANMANNA,KABUPATENBENGKULU

SELATAN

FrestiYuliza

ProgramStudiBinaWisataAkademiPariwisataParamithaBukittinggiEmail:[email protected],HP.082283428077

ABSTRACT

Thispaperdiscussestherawasdance,whichisthenameofadancethatlivesand develops in the Serawai ethnic community inManna, South Bengkulu Regency.Applyingaqualitativeresearchapproachwithdescriptiveanalysismethods,areviewoftherawasdanceisconductedtosee:(2)thestructureofthedance;(2)theritualsthatfollow;and (3) the creationmythbehind it.Research shows that the rawasdance issacred by theManna community, because it is believed to be a dance created by amystical force. The connection with this mystical power creates a myth about thecreationof the rawasdance,whichdescribes theprocessof creating thisdance.Theinheritanceoftherawasdancethengoesalongwiththeinheritanceofthemythsaboutitscreation.Aformofinheritance,traditionallyrunningfromonegenerationtothenextthroughauniquewayoflearning.

Keywords:rawasdance,Serawai,myth,Menjambarritual,danceinheritance

ABSTRAK

Tulisan inimembahas tentang tari rawas, yangmerupakannamasalahsatutarian yang hidup dan berkembang dalam masyarakat suku Serawai di Manna,KabupatenBengkuluSelatan.Menerapkanpendekatanpenelitiankualitatifdenganmetodeanalisisdeskriptif,tinjauanterhadaptarirawasdilakukanuntukmelihat:(2)struktur tarinya; (2) ritual yang mengikutinya; serta (3) mitos penciptaan yangmelatar belakanginya. Penelitianmenunjukkanbahwa tari rawas disakralkan olehmasyarakatManna,karenadiyakinimerupakansebuahtarianyangdiciptakanolehsuatukekuatanmistis.Kaitandengankekuatanmistis inimenciptakansuatumitostentang penciptaan tari rawas, yang menggambarkan proses penciptaan tari ini.Pewarisan tari rawas kemudian berjalan bersama dengan pewarisan akan mitostentangpenciptaannyaitu.Suatubentukpewarisan,berjalansecaratradisionaldarisatugenerasikegenerasiberikutnyamelaluisatucarapembelajaranyangkhas.

KataKunci:tarirawas,Serawai,Mitos,PewarisanTari

Vol.3,No.2,Oktober,2020

PostgraduateProgramInstituteofTheArtsPadangpanjang 130

1. PENDAHULUANTari rawas merupakan nama

salah satu tarian yang hidup danberkembang dalam masyarakatManna, Kabupaten Bengkulu Selatan.Setiapgadisyangakanmenarikantariini diharuskan untuk suci lahir danbatin.Pasalnya,tarirawas,disakralkanoleh masyarakat Manna, karenadiyakini merupakan sebuah tarianyang diciptakan oleh suatu kekuatanmistis.Kaitandengankekuatanmistisini menciptakan suatu mitos tentangpenciptaan tari rawas, yangmenggambarkan proses penciptaantariini.

Pewarisan tari rawas kemudianberjalan bersama dengan pewarisanakanmitostentangpenciptaannyaitu.Suatubentukpewarisanyangberjalansecaratradisionaldarisatugenerasikegenerasi berikutnyamelalui satu carapembelajaran yang khas. Kekhasanproses pewarisan tersebut terletakpada keharusan untuk melaksanakansuatu ritual yang dinamakan denganmenjambar, suatu cara memberikansesajian kepada roh-roh dan dewa-dewa untuk meminta izin dalammempelajari dan menarikan tarirawas.

Pada proses awal dan akhirpembelajaran, para calon penari tarirawas diharuskanmengikuti kegiatanritual menjambar ini. Keharusan ituterjadi karena para pendukung tarirawasmenganggaphasilpembelajarantersebut tidak akan berhasil denganbaik tanpa melalui ritualmenjambar.Oleh sebab itu pula, seiring denganprosespembelajarantarirawas,ritualmenjambardipertahankanhinggasaatiniolehmasyarakatpendukungnya.

Fenomenamitosyangmenyertaitari rawas ini menarik untuk diteliti

lebih jauh. Pasalnya, transmisi daneksistensitarirawaspadadasarnyatakbisa dilepaskan dengan mitos danritualmenjambar yang menyertainya.Menarik untuk menelisik lebih jauhtentang peran mitos penciptaan tarirawas serta ritual menjambar dalamprosespewarisantariinisecaraumum.Secara lebih khusus, peran tersebutdilihat dalam konteks pembelajarantari rawas di mana mitos penciptaantari rawas dan ritual menjambarberkait erat dengan eksistensi tarirawas pada masyarakat Manna,BengkuluSelatan.

Sebagai mana layaknya sebuahtari, tari rawas memiliki dimensitekstual. Namun dalam kasus tarirawas,kajianatastekstariitusendiri,tidak dapat dilepaskan darikonteksnya, yakni kepercayaanpendukung tari ini atas suatu mitos,lebih tepatnya mitos penciptaan taritersebut. Karena itu, penelitian inibermaksud menyentuh kedua hal itusekaligus, meskipun baru sebagiankecil saja dari teks dan konteks taritersebut. Pasalnya, hingga kini belumada penelitian yang dilakukanterhadap tari rawas, baik dariperspektif kontekstual maupun yangmenyentuh dimensi tekstualnya.Sehingga kajian ini, dapat dipandangsebagaisuatustudipendahuluan.

Padahal, penelitian tentang tarirawas baik secara tekstual maupunkontekstual serupa itu akan sangatbermanfaat dikemudian hari sebagaibentukdokumentasitertulisyangbisadiajarkan kepada masyarakat senisecara umum dan masyarakat sukubangsa Serawai di Manna, BengkuluSelatankhususnya.Apalagimengingatbahwa tari rawas dalam versinyasebagai tari tradisional saat inisemakinterpinggirkan,semakinjarang

Vol.3,No.2,Oktober,2020

PostgraduateProgramInstituteofTheArtsPadangpanjang

131

dipentaskandanbukantidakmungkinsegera akan musnah. Dokumentasitertulis tersebut tentunya akanmenjadi suatu antisipasi yang sangatbermanfaat di kemudian hari, baiksebagaisuatuingatankolektifmaupunsebagaisuatubahanpembelajaran.

2. METODEPENELITIANKajian ini dilakukan dengan

metode penelitian kualitatif, denganpendekatan analisis deskriptif.Pengumpulan data yang berkaitandenganobjekpenelitiantarirawasini,dilakukanempat tahapan,yaitu:Studikepustakaan dilakukan untukmendapatkan berbagai referensi yangdipandang relevan denganpengetahuan tentang budayamasyarakatManna secaraumum,danmasalahmitospadapembelajarantarirawas secara khusus. Sejauh yangdapat peneliti temukan, dari buku-buku, skripsi, dan jurnal, belum adapembahasan khusus tentang konsep-konsep yang bisa dijadikan landasanuntukmengkajiperkaraserupaini.

Studi lapangan kemudiandilakukan dengan dua tekhnikpengumpulandata,yaknipengamatandanwawancara.Wawancaradilakukanterhadapparapelakudanjugapemukamasyarakat yang terlibat dengan tarirawas.Wawancara berencana dengankisi-kisi pertanyaan yang telahdipersiapkan terlebih dahuludilakukan terhadap informan utamayang telah dipilih, yaitu senimanpelaku tari rawas. Selain itu jugamelakukanwawancara tak berencanadengan pertanyaan yang bersifatspontan terhadap masyarakat diMannayangmelihatpembelajarantarirawas.

Sementarapengamatanlangsungdilakukan atas pelaksanaanpenampilan tari rawas dan ritualmenjambar. Selama proses observasi,dilakukanpulaprosesperekamanbaikdalam bentuk audio maupun video.Data yang didapatkan kemudiandigunakanuntukmenguraikantentangstruktur tari rawas, mitospenciptaannya, dan hubungan antarakeduanya dalam konteks pewarisantari rawas. Adapun metode analisisdata yang digunakan ialah metodeinduksi yaitu, menyimpulkan hal-halumum yang berkenaan dengan tarirawas berdasarkan data-data khususyangdiperolehdilapangan.

3. HASILDANPEMBAHASAN3.1 Eksistensi Tari Rawas dalam

BudayaSerawaidiManna

Tari rawas adalah sebuah taritradisional yang terdapat di DesaPadang Pematang, kecamatan KotaManna, Bengkulu Selatan. BengkuluSelatan sendirimerupakan salah satukabupaten yang berada di bagianselatanProvinsi Bengkulu. Kabupatenini terdiri atas 11 kecamatan, dengan136 desa dan kelurahan. Daerah inidihuni oleh penduduk asli dari sukubangsa Serawai dan Pasemah, yanghidup berdampingan dengan sukubangsa perantau antara lain Jawa,Minangkabau, Melayu, Sunda, Batak,Tionghoa, dan suku bangsa lainnya.Dari komposisi itu, suku bangsaSerawaiadalahyangterbesardarisegijumlah.

Masyarakat Bengkulu Selatansecara umum bekerja pada sektorpertanian, khususnya perkebunanyang menghasilkan beberapa jenistanaman utama seperti kelapa sawit,kopi,karet,coklat,dankelapa.Selaindi

Vol.3,No.2,Oktober,2020

PostgraduateProgramInstituteofTheArtsPadangpanjang 132

sektor pertanian, sebagian kecilmasyarakat Bengkulu Selatan jugabekerja pada sektor lain sepertipeternakan, perikanan, kehutanan,perindustrian, pertambangan,perdagangan, dan sebagian kecilnyamenjadiPegawaiNegeriSipil.

Penduduk yang ada di Manna,Bengkulu Selatan pada umumnyamemeluk agama Islam. Adapunpenduduk yang beragama lainjumlahnyahanyabeberapapersensaja,yakni Protestan, Katolik, Hindu, danBudha. Menurut sejarahnya, sukubangsaSerawaidimasa lalumemilikikepercayaankepadadewa-dewa,yangkemungkinan besar adalahpeninggalan agama Hindi, sementarasuku Melayu sudah lebih dahulumemelukagamaIslam.Namundimasakini, mayoritas masyarakat SerawaitelahmemelukagamaIslam.

Pada abad ke XII hingga XVII didaerahBengkuluSelatanterdapatduakerajaankecil,yaituGedungAgungdanManauRiang.Sampaipadaakhirabadke XV kerajaan-kerajaan kecil ini dibawah pengaruh kerajaan Majapahityang mengalahkan Sriwijaya padaabad ke XIII. dalam periode ini rata-ratakerajaankecildidaerahBengkuludipimpinolehBikawyangmerupakansebutan pimpinan agama Budha.Kemungkinan besar agama inimasukmelaluikekuasaankerajaanSriwijaya.Setelah Majapahit mundur padapertengahan abad XVI agama Islammasuk melalui pengaruh kesultananBanten. Sejak saat itu Islamberkembang di Bengkulu secaraumum, termasukdiBengkuluSelatan.Perkembangan agama Islam semakinpesat melalui hubungan dagangdengankerajaanAcehpadaabadXVII.

KabupatenBengkuluSelatanolehsebagian orang juga dikenal dengan

sebutan Serawai. Asal nama Serawaidikaitkandenganduapendapat yaitu:pertama, pendapat yang mengatakanbahwa Serawai berasal kata ‘sauai,’yang maksudnya cabang dua buahsungai yaitu sungai Musi dan sungaiSeluma yang dibatasi oleh BukitCapang. Kedua, pendapat yangmengatakan bahwa Serawai berasalkata dari ‘seran’ yang artinya celaka(celako). Ini dihubungkan dengansuatu legenda di mana seorang anakraja dari hulu karena menderitapenyakit menular lalu dibuang(dihanyutkan) ke sungai danterdampar. Tempat di mana iaterdampar inilah kemudian kinidikenal sebagai Bengkulu Selatan, dimana sang anak raja kemudianmendirikan sebuah kerajaan yangbernamaKerajaanSerawai (Hasanadi,2018:1138).

Kerajaan Serawai terpisahdengan Kerajaan Bengkulu(Bangkahulu). Kerajaan ini ditemuiantaradaerahsungai Jenggalusampaikemuara sungai Bengkenang.Namunkerajaan ini akhirnya terpecah-pecahmenjadi kerajaan kecil yang disebutmargo (marga). Marga dipimpin olehseorang datuk dan membawahibeberapa desa atau dusun. Marga-margadiKabupatenBengkuluSelatanitumasihadahinggakini,yakniadalahPasarManna,VIIPucukan,AnakLubukSirih, Anak Dusun Tinggi, Kedurang,Ulu Manna Ilir, Ulu Manna Ulu, AnakGumai dan Tanjung Raya. (Hasanadi,2018: 1138). Namun demikian, kinimasyarakat Serawai di BengkuluSelatanmasihbersatusecarakulturak,atas dasar satu keturunan dan saturumpunbahasa.

Bahasa di Kabupaten BengkuluSelatan terdiri dari dua bahasa asliyaitu bahasa Serawai dan Bahasa

Vol.3,No.2,Oktober,2020

PostgraduateProgramInstituteofTheArtsPadangpanjang

133

Pasemah. Bahasa Pasemah yangbanyak dipakai dari muara SungaiKedurang sampai dengan perbatasanKabupaten Kaur. Sedangkan Bahasamayoritas yang digunakan adalahbahasa Serawai yang merupakanturunandaribahasaMelayu.

Sebagai mana di tempat lain diNusantara, di Bengkulu Selatan adatadalah sarana dalam manakebudayaaan dipelihara dandilestarikan oleh masyarakatsetempat.Hal ini dapat kita lihat dariadanya mitos yang masih terpeliharakuat di daerah mereka, dan warisanbudaya seperti hukum adat, kesenianadat yang bernuansa religius ataupunupacara adat yang syarat denganmuatan-muatan nasehat dan budipekerti.

Selain itu, juga masih terdapatpraktik-praktik kecil upacara-upacaraadat, yang salah satunyaadalah ritualziarah sebagai bentuk penghormatandan sekaligus ibadah masyarakatterhadap para pendahulunya atauuntuk para leluhur dan orang tua.Masyarakat Bengkulu Selatanmempunyai berbagai upacara adatyang memadukan antara yangbernuansaagamisdenganyangsakral,seperti upacara adat Nundang Padi,upacara adatZiarah, upacara sedekahritual pengobatan, upacara adatbimbang.

Dalam adat istiadat BengkuluSelatan terdapat berapa kandungan,seperti hukum adat, kesenian adat,pakaianadat,danupacaraadat.Dalamhalhukumadat,masyarakatBengkuluSelatanmasih sangatmemeliharadanmelaksanakannya,baik secara tertulismaupun secara lisan. Aturan yangdipedomani secara lisan memangtidaklah ada sangsi nyata berbentukkesepakatan hukuman. Akan tetapi,

bentuk sangsi moral yang lebihmenyakitkan biasanya masihditerapkan kepada mereka yangbersalah. Hukuman tersebut bisa sajadiberlakukan dalam jangka panjangbagi pelanggar aturan, yangdiwujudkan dalam bentuk antara laindikucilkan, dijauhi orang, dan bicaratidak didengarkan orang. Adapunaturan yang tidak tertulis tersebut,seperti: istinja, petata-petitih, etika,dannorma-normaadatlainnya.

Sebagaimanaterpeliharanyaadatistiadat,masyarakatBengkuluSelatanjuga masih mempraktikkan berbagaikesenian tradisionalnya, meliputi,kesenian yang bernuansa religius,seperti kaligrafi, tadut, serapal anam.Ada juga kesenian yang merupakanperpaduanantarasenitari,senimusik,dan seni suara seperti, berdendang,tembang,danlain-lain.DalamuraianyatentangkearifanlokalsukuSerawaidikabupaten Bengkulu Selatan Dihamri(2016: 90) menyebutkan antara pulabeberapa tradisi sastra lisan, antaralain Betembang, yakni tradisimelantunkansyairataupantundiiringigitar tunggal; danAndai-Andai yaknitradisi melantunkan kisah seseorangyangtermasyurataukisahjenakaataupendidikantanpairingan.

Sedangkan jenis tarian yangmasihterpeliharadiBengkuluSelatanpadadasarnyadapatdibagidua,yakni:(1) tarian tanpa iringan alat musikseperti, tari bubu, tari pisau dua, taripedang, dan juga tari silat; dan (2)tarian dengan iringan alat musik, dimana jenisnya yang paling banyakdipraktikkan adalah tari andun, yangtersebar pada setiap kecamatankecuali di Kecamatan Kedurang. TariAndun yangartinyaadalahkunjungandalam acara pernikahan, biasanyadiselenggarakan dengan acara

Vol.3,No.2,Oktober,2020

PostgraduateProgramInstituteofTheArtsPadangpanjang 134

bimbangadat(semacamacararesepsipernikahan adat). Di masa kini, tariandun bahkan sudah disebarluaskanmelalui lembaga pendidikan formalmaupun non formal seperti sekolah-sekolahdansanggar-sanggaryangadadi kota Manna, dan diperlombakandalam berbagai acara (MelisaWulandari,Kuswarsantyo,2017:7)

Sangat berbeda dengan TariAndunyangmasihdipraktikkansecaraluas,tarirawasadalahtaritradisionalBengkulu Selatanyangbisadikatakanhampirpunah.Saatini,tarianinisecaratradisional hanya masih dipraktikkanoleh sekelompok masyarakat yangtinggal di Desa Padang Pematang,kecamatan Kota Manna, BengkuluSelatan.UwakUpik,adalahnamasalahseorang guru dan penari senior tarirawas di tempat ini. Muridnya tidaklagibanyakjumlahnya.Demikianpula,proses pembelajaran tari rawas itusendiri sudah semakin jarangdilakukan,seiringterusberkurangnyajumlah murid, dan berkurangnyajumlahkesempatanuntuktampil.

Karena berbagai sebab, tarirawas kini lebih banyak dipraktikkansebagai sumber penciptaan dari tariKreasi Baru, seperti salah satunyadipraktikkan oleh Madali Sya’ban,salah seorang koreografer lokalBengkulu Selatan (Cindhy PospitaWati, AfifahAsriati,Nerosti, 2018: 7).Salah satu sinyalemen, datang daribudayawan di Manna sendiri, bahwatari rawas mulai semakin jarangdipraktikkan karena berbagai pihakmulai memandangnya bertentangandengan ajaran agama Islam yangdianut oleh mayoritas masyarakatBengkuluSelatan.Halyangdipandangsangat bertentang itu, adalahkepercayaantentangadanyakekuatangaib yang melingkupi tari itu, serta

dilaksanakan sebuah ritual dalampembelajaran tari rawas, yangdinamakansebagairitualmenjambar.

3.2 StrukturTariRawasdanMitos

PenciptaannyaTari rawas yang dalam bahasa

Serawai (bahasa sehari-hari Manna)berarti lemah gemulai, lembut danindah, ditarikan oleh sembilan oranggadis. Menurut kepercayaanmasyarakat setempat, setiap gadisyangmenarikan tari ini haruslah sucilahir batin, dengan pengertian tidakdalam keadaan menstruasi, tidaksedang mengalami gangguanemosional seperti, marah, sedih, ataukesal. Tarian ini ditarikan oleh paragadis tersebut sambil menyanyikanpantun,yangsekaligusmenjadimusikyangmengiringi tarian ini. Sementaraitu, pada beberapa bagian tari rawasjugadiiringidenganrebana.

Tari rawas, disakralkan olehmasyarakat Manna karena dianggapdiciptakanolehsuatukekuatanmistis.Menurut mitos, yang diyakini olehmasyarakat Manna, tari rawasdiciptakanolehsuatukekuatanmistisyang bernama Dewa Sembilan.MenurutkisahUwakUpik(wawancaradiManna, 2Mei 2008), seorang gurutarirawas,padamasadahulukala,adasembilanoranganakgadisyangbelajardengan “sesuatu” hal yang tidak bisadigambarkandengankata-kata,karenabukanmanusia.Merekabelajardengan“sesuatu”ituselamatigamalam,yaitupada setiapmalamke-14, selama tigabulan, tanpa adanya guru dalampengertian manusia. “Sesuatu” yangdikenal dengan nama Dewa Sembilantersebut, menggerakkan tubuh paragadis tersebut, sehingga membentuksuatu tarian. Dalam proses belajar

Vol.3,No.2,Oktober,2020

PostgraduateProgramInstituteofTheArtsPadangpanjang

135

seperti itulah, mereka mendapatkangerak-gerak tari yang kelak dikemudianharidinamakantarirawas.

Gambar1

ParaGurumengajarimuridTariRawas(DokumentasiFrestiYuliza,2008)

Sebagai syarat belajar dengan

Dewa Sembilan, kesembilan gadistersebut mengadakan semacampersembahan. Syarat-syaratpersembahan inilah yang kemudianmenjadi syarat-syarat dalam sebuahritual yang mengiringi tari rawashingga sekarang, yang dinamakandengan ritual menjambar. Adapunsyarat-syaratpersembahantersebutdiantaranyaadalah,nasikuningyangdiatasnya diletakkan daging ayam,karangan bunga 44 macam, uangkertas sebagai uang kemasukanbelajar, minyak manis dari kelapahijau, bulu landak blantan (putih),telur, jeruk nipis, cabe dan garam,tembakau, sirih, dan kemenyan, yangdiletakkan dalam sebuah sangkakayam.

DewaSembilan,sangpemiliktarirawastersebut,dipercayaiselaluhadirpada pada pelaksanaan tari rawas(Uwak Upik,wawancara di Manna, 2Mei 2008). Konon, setelahmenyelesaikan proses belajarnyadengan Dewa Sembilan selama tigabulan,paragadistersebutmengulangikembali tari yang dipelajarinya itu di

tempat tinggal mereka. Untuk tujuantersebutmerekamenyediakankembaliberbagai persyaratan yang digunakanpadasaatmerekabelajardulu.Syarat-syaratitudikumpulkandandiletakkandi atas sebuah tiang bambu. Ketikamerekamenarikantarianmengelilingitiang bambu dan syarat-syarattersebut, mereka menyaksikan adaseberkas sinar lampu yangmengelilingi mereka. Pada pagiharinya, mereka menyaksikan bahwapadatiangbambutempatsyarat-syaratitu diletakkan terdapat bekas-bekaskuku, yang mereka percayai adalahbekas jari Dewa Sembilan. KetikaJambar diturunkan dari tiang bambu,di dalam Jambar mereka jugamenemukan tinja dan lima bekas jariDewaSembilan.

Demikianlah, mitos tentangkejadian penciptaan tari rawastersebut diceritakan hingga sekarang.Pada awalnya, mitos tersebut tidakdiceritakan kepada para penari yangmempelajarinya. Namun, setelah parapenari menyaksikan sendiri adanyacahayayangmengelilingimerekapadasaat menari, maka mitos tersebutkemudian diceritakan sebagaipenjelasan dari kejadian tersebut.Setelah mengetahui kekuatan mistisyang melingkupi tari rawas yangmerekapelajari, biasanyaparapenariyangbelajarsemakintermotifasiuntukmempelajarinya (Uwak Upik,wawancara di Manna, 30 September2008).

Dari proses belajar serupaitulah, mereka mendapatkan gerak-gerak tari yang kemudian dinamakanTari rawas, yang diyakini pernahdipelajari pula oleh sembilan gadis didalam mitos kepada Dewa Sembilan.Adapun hasil pembelajaran tersebutmenghasilkan 11 bagian dalam Tari

Vol.3,No.2,Oktober,2020

PostgraduateProgramInstituteofTheArtsPadangpanjang 136

rawas, yang diwariskan hinggasekarangdanmasihdapatdisaksikanpada masyarakat Manna, yaitu: (1)SayangKeremak;(2)SayangSempayut;(3)PantunBersahut;(4)NanamPercik;(5)TariLampu;(6)TariPiringBeliku;(7) Tari Piring Alus; (8) Tari PiringBesak;(9)TariPiringJarang;(10)TariPiringKerap;dan(11)TariBeremas.

Gambar2

FormasiParaPenarisambilmelantunkanpantundalamTariRawas

(DokumentasiFrestiYuliza,2008)

Sayang Keremak, merupakan

nama tarian pembuka dari rangkaianTarirawas.Padabagianini,parapenarimenari sambil berpantunmenyampaikanmaksuddantujuannya,yaitusalampembukadanpermohonanmaaf pada roh-roh terdahulu yangmenurunkantarianiniuntukmemulaipelaksanaannya. Salah satu pantunyang dinyanyikan pada bagian iniadalah:

Sayang keremak di pulau lanibanyakBatangkemuningsampirankainMinta maaf kami dengan urangbanyakKamindaknumpangbemainRajaulahdiutuspulangdipadangMasuksuntrikampungbelandaTalilahdiputuspedumanilangKapaldihandamdirajacina

Sayang Sempayut, yangmerupakanbagiankeduatarirawasinitidak jauh berbeda dengan SayangKeremak. Pantun-pantun yangdisampaikan pada bagian ini punmasih mempunyai kemiripan denganSayang Keremak dalam hal maksuddan tujuannya. Pantun yangdinyanyikantersebut,misalnya:

SayanglahsempayutbuahdihutanLimakankurutbatanglahbeduriTimpekandayekarangantuanLahsedanglamatidaklahberjumpaJairemejaitanggaiselakeDitundeandunkairumdinginAlusmbakbudibujangjuareResap mbak banyu menyuruakbungin

KapalriamtumbuhdipasirLahanakcinadiamdilautDuduakdiamberupapasirTidaklahmatisebelummautPadangpanjanglabuhankepalTempatmiliterlahmaintenisSejakharikemaraupetangDuduaklahsayatermenungnangis

PantunBersahut,demikiannamabagian ketiga dari Tari rawas. Padabagian ini, para penari berpantundengan saling bersahut-sahutan.Pantun yang digunakan boleh dibuatsendiri oleh para penarinya.Misalnyaseperti:

DarimanahendakkemanaDarilahkebunkebandarcinaJanganmarahsayabertanyaBungadilamansiapapunyaMalaminimalamsenayan

Vol.3,No.2,Oktober,2020

PostgraduateProgramInstituteofTheArtsPadangpanjang

137

MalamlahpagimalamselasaNgapauadindatidakkeruanBungadilamankitabersamaTapaulahkekandisBatanbemasambegulaitunakTapaulahbeanakbilisBatanbemasaklahikanbesak”

Nanam Percik, yang merupakan

bagian ke empat ini menggambarkankeinginan yang besar untukmerubahnasib menuju kehidupan yang lebihlayak,halinidapatdiungkapkandalampantun yang disampaikan. SementaraTariLampu,adalahbagiankelimaTarirawas. Pada bagian tari lampu ini,dimana para masing-masing penaridibekali dengan 12 buah piring putihataudisebutpiringbelantanyangtipis,yang berfungsi sebagai tempatberinjaknya para penari, serta tigabuahpiringsasaruntuktempatlampu.Adapun pantun yang dinyanyikanpenariadalahsebagaiberikut:

BungapandansehulingdahaniAsapkemenyanmemanggildewauMintatulungdidewausembilanMintagimbaritarianlampuTarianlampudiujungkukuBatangbuluhtengahjeramiKainkuningdibelahduau

Tari Piring Beliku, merupakannama bagian ke enam, di manasebelum para penari memulaitariannyadiataspiringterlebihdahulumereka menari di tempat denganformasi membentuk lingkaran sambilberpantun. Dalam tarian iniditambahkanalatmusikberuparebanayangditabuholehanggotalainnyajikaparapenari sudahmemulaimenaridiataspiring.

Gambar3

SeorangPenariTariRawasberjalandiataspiringsambilmembawapiringdenganlilin

menyala(DokumentasiFrestiYuliza,2008)

Sementara Tari Piring Alus,

demikian nama bagian ketujuh,ditarikandenganterlebihdahuupenarimengambil piring, dan diharuskanmenyanyikan pantun. Para penariberhadap-hadapan denganmembentuk barisan bersaf. Pada tariini piring alus yang digunakan penaridiletakkanhanyapadaujungibujariditangankiridankanan.

Tari Piring Besak, merupakanbagian ke delapan, yang mempunyaikemiripan dengan Tari Piring Alus,hanya yang membedakannya padaperalatan yang digunakan, yaitupiringnya agak besar dan ditambahdenganalatmusikberuparebanayangditabuholehanggotapenarilainnya.

Tari Piring Jarang, yangmerupakan bagian ke Sembilan,mempunyai kemiripan seperti TariPiring Alus, demikian pulaTari PiringKerap, yang merupakan bagian kesepuluh. Bagian yang agak berbedaadalahTariBeremas,yangmeruoakantarian penutup dari rangkaian Tarirawas. Bagian ini, berisikan pantun-pantun yang disampaikan sambilmenyanyi sama seperti halnya padabagian bagian sebelumnya. Padabagian akhir ini, para penari kembali

Vol.3,No.2,Oktober,2020

PostgraduateProgramInstituteofTheArtsPadangpanjang 138

meminta maaf apabila di dalampelaksanaan tarian ini terdapatkesalahandankekurangan.

3.3 Pewarisan Tari Rawas dan

RitualMenjambarPewarisan tari rawas berjalan

bersamaan dengan pewarisan mitostentang penciptaannya. Proses iniberjalan secara tradisional dari satugenerasi ke generasi berikutnyamelalui satu cara pembelajaran yangkhas.Kekhasantersebutterletakpadapelaksanaan suatu ritual yangdinamakan dengan menjambar.Menjambar yang dimaksud adalahmemberikan sesajian kepada roh-rohdan dewa-dewa untuk meminta izindalammenarikanTarirawas.

Sesajiandalamritualmenjambardinamakan sebagai Jambar, yangterdiridariberbagaijenisbenda,yangmasing-masing diyakini memilikimakna dan fungsinya tersendiri, diantaranya:nasiketanberwarnakuningseekorayamyangsudahdimasak,dansebuahsangkakayam.Disampingitu,pada Jambar juga terdapat syarat-syarat lain yang masing-masingmemiliki makna khusus bagipendukungTarirawas.

Gambar4

KaumBapakmembawaJambardalamRitualMenjambar

(DokumentasiFrestiYuliza,2008)

Padadasarnya, tari rawas hidupdalam hubungan yang salingmempengaruhi dengan mitospenciptaannyasertaritualmenjambar.MenurutSedyawati(1981:110)untukmelihat bagaimana kehidupan tari diIndonesia, perlu lebih dahulu dilihatadanya etnik, yang di antaramempunyai perbedaan dalam halbahasa,adatistiadatdannorma-normakehidupannya. Tari tumbuh didalamnya,dalamrangkumanyangeratdari ketiga segi budaya tersebut.Dengan sendirinya perwujudan-perwujudan tari etnik berbeda-bedadalam hal bentuk serta landasan-landasan moral maupun mental yangmenjadialasaneksistensinya.

Berdasarkan pendapat tersebut,maka mitos penciptaan tari rawasmerupakan landasan mental yangmendasari eksistensi tari tersebut ditengah-tengah kehidupan masyarakatpendukungnyadiManna.Kepercayaanterhadapmitostarirawasmerupakanfaktor yang membuat parapendukungnya tetap menghargai tariini hingga sekarang, dan sekaligusmelestarikannya. Proses pelestariantersebut, diwujudkan dalam bentukpembelajaran yang dilakukan terus-menerusdarigenerasikegenerasi.

Disampingitu,mitospenciptaantari rawas menjadi faktor yang ikutmenentukan ketahanan Tari rawas.Dariwaktukewaktu tari rawas tetapterjaga keasliaannya karena tidakseorang pun hingga sekarangmelakukan perubahan-perubahanterhadap gerak-geraknya. Padahal,tidak terdapat sangsi atau hukumanbaik secara adat maupun sosial yangmelarang orang untuk melakukanperubahan terhadap tari padamasyarakatManna.

Vol.3,No.2,Oktober,2020

PostgraduateProgramInstituteofTheArtsPadangpanjang

139

MenurutUwakUpik(wawancaradiManna, 2Mei 2008) salah seorangguru dan penari seniorTari rawas, iatidak keberatan jika ada orang yangmelakukan perubahan terhadap tariini. Akan tetapi ia sendiri engganmelakukannya sebab takut akanmendapatkan bencana ataukemalangan tertentu akibat darikemarahanempuyangpunyatari.

Fenomena ini tampak sesuaidenganyangdinyatakanJunus(1981:93-94)bahwamustahiladakehidupantanpamitos.Kitahidupdenganmitos-mitos yang membatasi segala tindak-tanduk kita. Ketakutan ataukeberanian kita terhadap sesuatunyaditentukanolehmitos-mitosyangkitahidupi. Banyak hal yang sukar untukdipercayai berlakunya, tapi ternyataberlaku hanya karena penganutnyabegitumempercayai suatumitos.Danketakutan kita akan sesuatu lebihdisebabkan karena ketakutan akansuatu mitos, bukan ketakutan akankeadaan yang sebenarnya.Berdasarkan pernyataan itu, makaketakutan melakukan perubahanterhadap tari rawas oleh masyarakatpendukungnya sendiri merupakanbentukdariketakutanterhadapmitosdanbukanketakutankepadahalyangsebenarnya.

Hubungan erat antara mitosdengan eksistensi tari rawas tersebutdiakui pula oleh berbagai kalanganmasyarakat di Manna. BurhanuddinDurhan (Wawancara di Manna, 28September2008),salahseorangtokohmasyarakatMannamenginformasikanbahwaterdapatbanyakjeniskeseniantradisionalManna yanghilang karenamasyarakat pendukungnya tidak lagipercayakepadamitos.Olehsebabituia

1 Wawancara dengan Armanudin Durhan, di Manna, 28 September 2008

juga yakin bahwa tari rawas akanpunah jika nanti masyarakatpendukungnyasemakinmajusehinggatidaklagipercayakepadamitos.1

Mengenairitual,Hadi(2000:29-30) mengutip pernyataan ThomasO’Dea, memberikan batasan bahwa:Ritual merupakan suatu bentukupacara atau perayaan (celebration)yang berhubungan dengan beberapakepercayaan atau agama denganditandai oleh sifat khusus, yangmenimbulkanrasahormatyang luhurdalam arti merupakan suatupengalamanyangsuci.

Menurut Putri (wawancara diManna, 5 Oktober 2008),keterlibatannya di dalam ritualmenjambar memberikan suatupengalaman yang berharga dan iamerasa memiliki kebanggaan bisamempelajariTari rawas. Menurutnya,syarat-syarat pelaksanaan ritualmenjambarmenunjukkanbahwatidaksembarang orang bisa terlibat dalamproses pembelajaran Tari rawas.Dengan demikian jelas bahwa mitospenciptaantarirawasdanpelaksanaanritual menjambar memiliki peranpenting bagi eksistensi tari rawas itusendiri. Dengan kata lain, tanpakeduanya tari rawas besarkemungkinan akan kehilangantempatnyadalamdinamikakehidupanmasyarakatnyapendukungnyasendiri.

4 KESIMPULAN

Berdasarkanpolasepertidiatas,mitos mempengaruhi prosespembelajaran Tari rawas. Dengandiceritakan cerita tentang sembilangadis yangmempelajari tari rawas di

Vol.3,No.2,Oktober,2020

PostgraduateProgramInstituteofTheArtsPadangpanjang 140

masalalu,mitospenciptaantarirawasmembangkitkanrasaketertarikanparapendengarnya, yaitu para gadis yangbelajartaritersebutdimasasekarang.Paragadistersebutselanjutnyaseolah-olah diajak untuk mengetahui lebihbanyaktentangtarirawas.

Maka dari itu, dapat dipahamibahwa tari rawas itu sendiri dalamproses pembelajarannya padahakikatnya adalah bagian dari ritualmenjambar. Sehingga, keseluruhanritual ini, pada dasarnya mencontohurutan peristiwa penciptaan tarirawas, seperti yang dikisahkan dalammitos.

Dengan demikian jelas bahwamitospenciptaantarirawasolehDewaSembilan dan pelaksanaan ritualmenjambar memiliki peran pentingbagi pewarisan dan eksistensi tarirawas itu sendiri. Dengan kata lain,tanpa adanya mitos Dewa Sembilanyang diwujudkan dalam bentuk ritualmenjambar tari rawas besarkemungkinanakantidakdiminati,dankarenanya tidak sakn lagi dipelajari.Lebihjauh,tarirawasdapatkehilangantempatnyadalamdinamikakehidupanmasyarakatnyapendukungnyasendiri.

Menurut Sunardi (2002: 103),mitosberasaldarikata ‘muthos,’ yangdalam bahasa Yunani berarti cerita.Mitos biasanya adalah cerita sakralyang ditempatkan dalam zaman yangberbeda dengan zaman pencerita,sambil mengungkapkan pemahamanrealitas yang menjelaskan beberapaadat kebiasaan dalam masyarakat sipencerita.Berdasarkan teori tersebut,maka cerita tentang penciptaan tarirawaspadadasarnyamerupakansuatumitos, sebab:pertama, cerita tersebutmenceritakan kejadian pada masadahulukalayangdisakralkanolehparapendukungnya.Kedua, cerita tersebut

menjelaskan tentangTari rawas, yangmerupakan satu adat kebiasaan atautradisimasyarakatsetempat.

Jika dilihat dengan cara Junus(1981: 84) yang membagi mitosmenjadi dua, yaitumitos pengukuhan(myth of concern) dan mitospembebasan (myth of freedom), dimana cerita tradisi rakyat lebihmerupakan mitos pengukuhan (mythof concern) yang menguatkan suatunilaiditengahmasyarakat,makamitostari rawas pada dasarnya bertujuanuntuk mengukuhkan keberadaan taritersebut di tengah masyarakatpendukungnya. Di sisi lain, sesuaipendapat Pramayoza (2014: 298),selain berfungsi sebagai cara untukberhubungandenganmasa lalu,mitospenciptaan tari rawas oleh DewaSembian juga dapat menguatkankembali eksistensi dari sebuahkesenian, dalam hal ini tari rawas,yakni dengan cara memberi maknadarimasalalutersebutdimasakini.

Akhirnya, dapat disimpulkanbahwa mitos tari rawas memilikikaitan yang erat dengan ritualmenjambar, sebuah ritual padadasarnya berfungsi magi, yaitu usahamanusia untuk berhubungan dengankekuatan mistis. Sebagaimanadinyatakan Hadi (2002: 338-339),fungsisebuahritualyangberhubungandengan kepercayaan tertentu, dantelah berlangsung cukup lama, ialahsebagai bukti dari kepercayaanterhadap mitos. Dengan demikian,maka ritual menjambar adalah jenisritus magi, yang di dalamnyamengandung kekuatan yangmenghubungkan kehendak manusiadengan penguasanya, roh nenekmoyangnya, ataupun menyiasatiperjalanan alam, dan mempengaruhi

Vol.3,No.2,Oktober,2020

PostgraduateProgramInstituteofTheArtsPadangpanjang

141

kekuatan lainnya (Hadi, 2000: 338-339).

Dengan begitu, maka ritualmenjambar yang erat kaitannyadengan mitos penciptaan tari rawasolehDewaSembilan,merupakanritualyangmenjadicaradaripendukungtarirawas untuk berhubungan dengankekuatan mistis yang dianggapmenguasaitaritersebut.Olehsebabitu,ritual ini merupakan salah satuinstrumen penting dari pembelajarantari rawas, karena dilakukan sebagaicaratradisionaldalammenyampaikanmitosDewa Sembilan, yang ditujukansebagai perangsang motivasi belajarparagadisyanginginmempelajaritarirawas.

DAFTARPUSTAKA

ArmanudinDurhan (60 tahun). KetuaAdat. Wawancara tanggal 28September 2008 di Manna,BengkuluSelatan.

Dihamri.(2016).“KearifanLokalSukuSerawai Di KabupatenBengkulu Selatan,” JurnalGeorafflesia, Vol. 1, No. 2,Desember.

Hadi, Sumandiyo. (2000). Seni dalamRitual Agama. Yogyakarta:TerawangPers.

Hasanadi. (2018). “Seni DendangBengkulu Selatan,” JurnalPenelitianSejarahdanBudaya,Vol.4No.2,November.

Junus, Umar. (1981). Mitos danKomunikasi. Jakarta: PenerbitSinarHarapan.

Pospita, Cindhy, Wati, Afifah Asriati,Nerosti. (2018). “BiografiMadaliSya’banSebagaiTokohTari Di Bengkulu Selatan,” E-Jurnal Sendratasik, Vol. 6, No.2.,SeriC.,Maret.

Pramayoza,Dede.(2014).“PenampilanJalan Kepang di Sawahlunto:Sebuah Diskursus SeniPoskolonial,” Jurnal EkspresiSeni,Vol.16,No.2,November.

Putri (15 tahun). Penari Tari rawas.Wawancaratanggal5Oktober2008 di Manna, BengkuluSelatan.

Sedyawati, Edy. (1981). PertumbuhanSeni Pertunjukan Indonesia.Jakarta:SinarHarapan

Sunardi, ST. (2002). SemiotikaNegativa.Kanal:Yogyakarta.

Uwak Upik (65 tahun). Penari, danGuru Tari rawas. Wawancaratanggal2Mei2008diManna,BengkuluSelatan.

Wulandari, Melisa, Kuswarsantyo.(2017). “Eksistensi DanBentuk Penyajian Tari Andundi Kota Manna BengkuluSelatan,” Mangenjali JurnalPendidikanSeniTari,Vol.6,No.5.