Ramadhanjatim.kemenag.go.id/file/file/mimbar322/wvnl1372951337.pdfdok pesantren Miftachus Sunnah...

2
6 MPA 322 / Juli 2013 Ramadhan telah berada di am- bang pintu. Setiap Muslim diserukan untuk menyambutnya dengan penuh sukacita. Sebab pada bulan tersebut – sebagaimana tertera dalam kitab Shahih Muslim – dibukalah pintu- pintu surga, ditutuplah pintu-pintu neraka, dan setan-setan pun dibe- lenggu. “Bagi siapa yang berpuasa Ramadhan karena iman dan semata mengharap pahalaNya, maka di- ampunilah dosa-dosanya yang ter- dahulu.” (HR. Bukhari) Target utama dari puasa Rama- dhan, sebagaimana tersebut dalam surah al-Baqarah ayat 183, adalah tercapainya ketaqwaan. Derajat taq- wa itu bisa diraih, jika seseorang da- pat melaksanakan perintah dan men- jauhi laranganNya. Dan salah satu jalan utama untuk meraih ketaqwaan, adalah dengan menjalankan ibadah puasa. Dengan berpuasa, seseorang diharamkan untuk makan, minum, berhubungan suami-istri di siang hari, dan juga larangan-larangan yang lain. Menurut KH. Miftahul Akhyar, pengekangan hawa nafsu tersebut dimaksudkan agar manusia dapat bertaqarrub kepada Allah SWT. “Dengan berpuasa seseorang akan senantiasa merasa bahwa Allah selalu melihat semua perbuatannya,” tukasnya. Dengan berpuasa, sambung- nya, akan dapat mempersempit jalur setan yang menggoda manusia me- lalui aliran darahnya. Maka dengan berpuasa seseorang akan bisa meng- eliminir gejolak hawa nafsunya. “Se- bab waktunya lebih banyak dipergu- nakan untuk beribadah kepada Allah. Dengan selalu beribadah dan ketaat- an, adalah merupakan salah satu ben- tuk taqwa,” urainya. Rois Syuriah PWNU Jatim ini melanjutkan, bahwa dengan menaha rasa lapar dan haus akan melahirkan kesabaran, ketabahan menghadapi ujian dan kesalehan sosial, sehingga dirinya menjadi ringan tangan untuk menolong fakir-miskin. Dengan ber- puasa seseorang juga akan menge- tahui nilai dirinya, serta menemukan rahasia ciptaan Allah di dalamnya. Dengan begitu akan lebih menenga- dah ke sisi samawi ketimbang meng- hadap ke sisi jasadinya. Itulah pasalnya kenapa Allah mewajibkan puasa untuk manusia. Sebab dengan berpuasa manusia akan dapat membebaskan diri dari be- lenggu dirinya; dari belenggu naluri jasadiahnya, lepas dari penjara raga- winya, mengalahkan dorongan-do- rongan syahwatnya, serta dapat me- nguasai sisi-sisi hewaniahnya. “Tak heran jika orang yang berpuasa itu naik dan mendekat kepada Yang Ma- hatinggi. Lalu mengetuk pintu-pintu langit dengan doa-doanya. Maka pintu-pintu itu pun terbuka seluas- luasnya,” ungkapnya. Sabda Rasululllah SAW: “Ada tiga orang yang doanya tidak akan ditolak; orang yang sedang berpuasa sampai berbuka, pemimpin yang adil, dan doa orang yang dizalimi.” (HR. Tirmidzi, Ahmad, Ibn Majah, Ibn Khuzaymah dan Ibn Hibban). Itulah pasalnya, Pimpinan pon- Ramadhan Mengetuk Pintu Langit dengan Doa Ramadhan Mengetuk Pintu Langit dengan Doa

Transcript of Ramadhanjatim.kemenag.go.id/file/file/mimbar322/wvnl1372951337.pdfdok pesantren Miftachus Sunnah...

Page 1: Ramadhanjatim.kemenag.go.id/file/file/mimbar322/wvnl1372951337.pdfdok pesantren Miftachus Sunnah Surabaya ini menyerukan, agar kita berpuasa tak sekedar untuk mening-galkan makan dan

6 MPA 322 / Juli 2013

Ramadhan telah berada di am-bang pintu. Setiap Muslim diserukanuntuk menyambutnya dengan penuhsukacita. Sebab pada bulan tersebut– sebagaimana tertera dalam kitabShahih Muslim – dibukalah pintu-pintu surga, ditutuplah pintu-pintuneraka, dan setan-setan pun dibe-lenggu. “Bagi siapa yang berpuasaRamadhan karena iman dan sematamengharap pahalaNya, maka di-ampunilah dosa-dosanya yang ter-dahulu.” (HR. Bukhari)

Target utama dari puasa Rama-dhan, sebagaimana tersebut dalamsurah al-Baqarah ayat 183, adalahtercapainya ketaqwaan. Derajat taq-wa itu bisa diraih, jika seseorang da-pat melaksanakan perintah dan men-jauhi laranganNya. Dan salah satujalan utama untuk meraih ketaqwaan,adalah dengan menjalankan ibadahpuasa. Dengan berpuasa, seseorangdiharamkan untuk makan, minum,berhubungan suami-istri di sianghari, dan juga larangan-laranganyang lain. Menurut KH. Miftahul

Akhyar, pengekangan hawa nafsutersebut dimaksudkan agar manusiadapat bertaqarrub kepada Allah SWT.“Dengan berpuasa seseorang akansenantiasa merasa bahwa Allahselalu melihat semua perbuatannya,”tukasnya.

Dengan berpuasa, sambung-nya, akan dapat mempersempit jalursetan yang menggoda manusia me-lalui aliran darahnya. Maka denganberpuasa seseorang akan bisa meng-eliminir gejolak hawa nafsunya. “Se-bab waktunya lebih banyak dipergu-nakan untuk beribadah kepada Allah.Dengan selalu beribadah dan ketaat-an, adalah merupakan salah satu ben-tuk taqwa,” urainya.

Rois Syuriah PWNU Jatim inimelanjutkan, bahwa dengan menaharasa lapar dan haus akan melahirkankesabaran, ketabahan menghadapiujian dan kesalehan sosial, sehinggadirinya menjadi ringan tangan untukmenolong fakir-miskin. Dengan ber-puasa seseorang juga akan menge-tahui nilai dirinya, serta menemukan

rahasia ciptaan Allah di dalamnya.Dengan begitu akan lebih menenga-dah ke sisi samawi ketimbang meng-hadap ke sisi jasadinya.

Itulah pasalnya kenapa Allahmewajibkan puasa untuk manusia.Sebab dengan berpuasa manusiaakan dapat membebaskan diri dari be-lenggu dirinya; dari belenggu nalurijasadiahnya, lepas dari penjara raga-winya, mengalahkan dorongan-do-rongan syahwatnya, serta dapat me-nguasai sisi-sisi hewaniahnya. “Takheran jika orang yang berpuasa itunaik dan mendekat kepada Yang Ma-hatinggi. Lalu mengetuk pintu-pintulangit dengan doa-doanya. Makapintu-pintu itu pun terbuka seluas-luasnya,” ungkapnya.

Sabda Rasululllah SAW: “Adatiga orang yang doanya tidak akanditolak; orang yang sedang berpuasasampai berbuka, pemimpin yang adil,dan doa orang yang dizalimi.” (HR.Tirmidzi, Ahmad, Ibn Majah, IbnKhuzaymah dan Ibn Hibban).

Itulah pasalnya, Pimpinan pon-

RamadhanMengetuk Pintu Langit dengan Doa

RamadhanMengetuk Pintu Langit dengan Doa

01 LAYOUT A - HAL 1 - 19 - JULI 2013.pmd 6/27/2013, 11:13 PM6

Page 2: Ramadhanjatim.kemenag.go.id/file/file/mimbar322/wvnl1372951337.pdfdok pesantren Miftachus Sunnah Surabaya ini menyerukan, agar kita berpuasa tak sekedar untuk mening-galkan makan dan

7MPA 322 / Juli 2013

dok pesantren Miftachus SunnahSurabaya ini menyerukan, agar kitaberpuasa tak sekedar untuk mening-galkan makan dan minum semata. Se-bab kalau sekedar itu yang kita laku-kan, tentu tak akan menumbuhkan ke-salehan sosial, kewaspadaan, sema-ngat untuk kebaikan, serta perolehanbonus-bonus Ramadhan bagi kehi-dupan secara kongkret. “Kalau hal-hal demikian tak terjadi pada diri kita,jangan-jangan selama ini kita cumaunjuk kelaparan dan kehausanmassal saja,” kritiknya.

Jika itu yang terjadi, lanjut KiaiMiftah, sungguh sangat disayang-kan. Sebab puasa itu bagai tamuagung yang membawa segala keber-kahan menuju kemuliaan insani. Da-lam bulan Ramadhanlah terjadi obralpahala; tarawih, i’tikaf, nuzulul Qur-’an, lailatul qadar dan yang lainnya.“Intinya, bahwa di bulan Ramadhanada bonus-bonus pahala yang tanpabatas,” tandasnya.

Untuk itulah dirinya menyaran-kan, agar kita benar-benar serius da-lam melaksanakan ritual ibadah yangada di dalamnya. Sebab puasa Rama-dhan adalah ibadah yang dapat me-lepas dari berbagai naluri syahwat.Orang yang berpuasa akan merasa-kan totalitas kepasrahan dirinya ke-pada Allah SWT. Itulah yang membu-at seseorang menjalani peran kehi-dupannya dengan disiplin, amanahdan peuh tanggung jawab. “Sebabdia telah hidup dengan bashirahnya,sehingga selalu waspada dan senan-tiasa dalam kontrol dan kendaliNya,”pungkasnya.

Bagi Drs. Nur Cholis Huda, MSi,menjalankan ibadah Ramadhan itusetidaknya harus menghasilkan 4 K;Kejujuran, Kasih sayang, Keikhlasan,dan Ketakwaan. Yang pertama, keju-juran. Bahwa berpuasa itu harus jujur.Berpuasa beda dengan shalat. Ber-puasa itu tidak dapat dilihat, sedang-kan shalat dapat dilihat orang lain.Di tengah waktu sahur, kita melaku-kan makan sahur bersama keluarga.Selepas sahur, ketika melakukan ak-tivitas kerja, keluarga di rumah taktahu kalau kita membatalkannya.“Saat menjelang berbuka, kita pasangaksi lemas bak orang berpuasa be-neran. Tentu keluarga di rumah akanpercaya jika kita masih berpuasa,”ungkapnya..

Itulah sebabnya, kata Wakil Ke-tua Pimpinan Wilayah Muhammadi-yah Jawa Timur ini, orang berpuasaitu harus punya sifat jujur. Kejujuranitu pintu gerbang kebaikan. Orangyang tidak jujur, kebaikan tidak akanbisa masuk. Dan kejujuran itu dibu-tuhkan semua orang, baik penjahatmaupun orang baik. “Jadi, jika sese-orang berpuasa dan tidak berlakujujur, maka di mata Allah tidak adaartinya dan akan sia-sia saja puasa-nya,” tandasnya.

Yang kedua, lanjut pria kelahiranGresik 3 Maret 1953 ini, berpuasaharus bisa menumbuhkan dan mem-pertebal rasa kasih sayang. Agar tum-buh rasa kasih sayang, maka kita

harus mencoba untuk menjadi ataumerasakan sebagai orang lain. Jikakita kaya, mencoba sebagai orangmiskin. Dari proses penghayatan iniakan dapat mempertebal rasa kasihsayang terhadap kaum dhuafa’ dankasih sayang terhadap siapa saja.“Prinsip kasih sayang itu adalahmemberi. Maka carilah kesenangandengan menyenangkan orang lain,”tukasnya. “Carilah kebahagiaandengan membahagiakan orang lain,tanpa memandang siapa dan apa lagikelompok atau golongan,” tuturnyamenambahkan.

Sedangkan yang ketiga, sam-bung ayah lima putra ini, adalah ke-ikhlasan. Artinya, orang yang berpu-asa itu harus ikhlas. Sesungguhnyaruh dari beribadah dan beramal ituadalah ikhlas. Akan sia-sia puasa se-

KH. Miftahul AkhyarDrs. Nur Cholis Huda, MSi

seorang jika tanpa keikhlasan. Danyang keempat, sebagai puncaknyaadalah ketaqwaan. “Puncak dari me-lakukan ibadah, adalah ketaqwaan.Dan ketaqwaan itu adalah merasadekat dengan Allah SWT,” tegasnya.

Namun demikian, tutur penulisbuku ‘Jalan Terpendek Menuju Tu-han’ ini, rangkaian ibadah itu selaluberkait dengan iman yang kadangmenebal dan menipis. Iman itu ber-tambah dan menyusut. Banyak faktoryang mempengaruhinya. Diantara-nya adalah lingkungan. Manusia itukan hamba Allah; sebagai Abdullah.Dan beribadah kan menghamba padaAllah. “Jika lingkungan tidak baik, bi-sa saja suatu saat akan menjadi abdu-

fulus (mengabdi uang), abdukursi,atau abdi jabatan,” kelakarnya.

Penulis buku ‘MengamalkanAgama dengan Semangat Cinta’ inimenengarai, jika hal demikian telahmenghinggapi diri kita, maka sesung-guhnya lemahlah daya juang daniman kita ini. Tapi itu semua bergan-tung pada diri sendiri. Sebab manusiaitu pada suatu saat kokoh dan di saatlain bisa menjadi lemah. Dalam ber-ibadah semuanya berawal dari hatidan niat. “Jika qalbu seseorang ituhidup, niscaya ia akan senantiasabersuara dengan hati. Dan suara hatiitu selalu jernih dan jujur,” ungkappenulis buku ‘Rumput TetanggaTidak Lebih Hijau’ ini dengan nadasahaja.

Laporan: Mey.S,Rasmana Rahim (Surabaya).

01 LAYOUT A - HAL 1 - 19 - JULI 2013.pmd 6/27/2013, 11:13 PM7