PERUMAHAN MBR.doc

21
13 PERUMAHAN UNTUK MBR (MASYARAKAT BERPENGHASILAN RENDAH) 2.1.1 ........................Pengertian Perumahan dan Permukiman Definisi perumahan menurut Undang-undang Nomor 1 Tahun 2011 mengenai perumahan dan permukiman adalah perumahan didefinisikan sebagai kumpulan rumah sebagai bagian dari permukiman, baik perkotaan maupun perdesaan, yang dilengkapi dengan prasarana, sarana, dan utilitas umum sebagai hasil upaya pemenuhan rumah yang layak huni. Sedangkan kawasan permukiman diartikan sebagai bagian dari lingkungan hidup di luar kawasan lindung, baik berupa kawasan perkotaan maupun pedesaan yang berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian dan tempat kegiatan yang mendukung perikehidupan dan penghidupan. Sehingga, perumahan dan kawasan permukiman dapat didefinisikan sebagai satu kesatuan sistem yang terdiri atas pembinaan, penyelenggaraan perumahan, penyelenggaraan kawasan permukiman, pemeliharaan dan perbaikan, pencegahan dan peningkatan kualitas terhadap perumahan kumuh dan permukiman kumuh, penyediaan tanah, pendanaan dan sistem pembiayaan, serta peran masyarakat. Hampir sama dengan definisi yang telah dipaparkan menurut ketetapan dan peraturan perundang-undangan. Menurut Pedoman Perencanaan Lingkungan Perumahan, (1983 : 24) Perumahan merupakan salah satu bentuk sarana hunian yang memiliki kaitan yang sangat erat dengan masyarakatnya. Hal ini berarti perumahan di suatu lokasi sedikit banyak mencerminkan karakteristik masyarakat yang tinggal di perumahan tersebut. Pendapat para ahli juga berpendapat yang sama dan saling mneguatkan definisi perumahan. Definisi perumahan menurut (Abrams, 1964 : 7)

Transcript of PERUMAHAN MBR.doc

Page 1: PERUMAHAN MBR.doc

13

PERUMAHAN UNTUK MBR (MASYARAKAT BERPENGHASILAN RENDAH)

2.1.1 Pengertian Perumahan dan Permukiman

Definisi perumahan menurut Undang-undang Nomor 1 Tahun 2011 mengenai perumahan dan

permukiman adalah perumahan didefinisikan sebagai kumpulan rumah sebagai bagian dari permukiman,

baik perkotaan maupun perdesaan, yang dilengkapi dengan prasarana, sarana, dan utilitas umum

sebagai hasil upaya pemenuhan rumah yang layak huni. Sedangkan kawasan permukiman diartikan

sebagai bagian dari lingkungan hidup di luar kawasan lindung, baik berupa kawasan perkotaan maupun

pedesaan yang berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian dan tempat kegiatan

yang mendukung perikehidupan dan penghidupan. Sehingga, perumahan dan kawasan permukiman

dapat didefinisikan sebagai satu kesatuan sistem yang terdiri atas pembinaan, penyelenggaraan

perumahan, penyelenggaraan kawasan permukiman, pemeliharaan dan perbaikan, pencegahan dan

peningkatan kualitas terhadap perumahan kumuh dan permukiman kumuh, penyediaan tanah, pendanaan

dan sistem pembiayaan, serta peran masyarakat.

Hampir sama dengan definisi yang telah dipaparkan menurut ketetapan dan peraturan

perundang-undangan. Menurut Pedoman Perencanaan Lingkungan Perumahan, (1983 : 24) Perumahan

merupakan salah satu bentuk sarana hunian yang memiliki kaitan yang sangat erat dengan

masyarakatnya. Hal ini berarti perumahan di suatu lokasi sedikit banyak mencerminkan karakteristik

masyarakat yang tinggal di perumahan tersebut. Pendapat para ahli juga berpendapat yang sama dan

saling mneguatkan definisi perumahan. Definisi perumahan menurut (Abrams, 1964 : 7) merupakan

tempat tiap individu yang ada saling berinteraksi dan mempengaruhi satu sama lain serta memiliki sense

of belonging atas lingkungan tempat tinggalnya.

Diperkuat dengan beberapa pendapat para ahli yang menerangkan definisi dari permukiman.

Menurut Kuswartojo dan Salim, (1997 : 21) permukiman adalah perumahan dengan segala isi dan

kegiatan yang ada di dalamnya. Permukiman memiliki arti lebih luas daripada perumahan yang hanya

merupakan wadah fisiknya saja, sedangkan permukiman merupakan perpaduan antara wadah (alam,

lindungan, dan jaringan) dan isinya (manusia yang hidup bermasyarakat dan berbudaya di dalamnya).

Menurut (Kamus Tata Ruang, 1997) permukiman merupakan tempat atau daerah untuk

bertempat tinggal dan menetap. Sedangkan menurut Undang-Undang Nomor 1 tahun 2011 tentang

perumahan dan kawasan permukiman terdapat pengertian-pengertian sebagai berikut:

1. Pengertian rumah adalah bangunan yang berfungsi sebagai tempat tinggal atau hunian dan

sarana pembinaan keluarga.

2. Perumahan adalah kumpulan rumah sebagai bagian dari permukiman, baik perkotaan maupun

perdesaan, yang dilengkapi dengan prasaran, sarana, dan utilitas umum sebagai hasil upaya

pemenuhan rumah yang layak huni.

3. Sedangkan permukiman adalah bagian dari lingkungan hidup di luar kawasan lindung (kota dan

desa) yang berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal/hunian dan tempat kegiatan yang

mendukung perikehidupan dan penghidupan.

Page 2: PERUMAHAN MBR.doc

13

Menurut Doxiadis (1968), human settlement atau permukiman terdiri dari 5 elemen yang daat

dikelompokkan sebagai content (pengisi/manusia) dan container (wadah). Adapun keliman elemen

tersebut sebagai berikut :

a. Shells atau ruang bangunan dari bangunan gedung hingga kelompok yang mencapai skala

permukiman, kampung, kota dan aglomerasi fisik wilayah dan tempat tinggal manusia

b. Network atau jaringan, yang meliputi prasarana tempat manusia berkomunikasi dan jaringan

utilitas.

c. Nature atau alam sebagai natural environment yang terdiri atas elemen biotik dan abiotik.

d. Man atau manusia sebagai individu dengan segala kepribadian dan identitasnya.

e. Society atau masyarakat, adalah kumpulan manusia dari keluarga, neighborhood, dan warga

dunia yang kompleks dalam kehidupan sosial, ekonomi, budaya, dan politik.

dari kelima elemen tersebut, shells, network dan nature dikelompokkan sebagai container

(wadah) sedangkan man dan society dikelompokkan sebagai content.

2.1.2 Pengertian Perumahan Tidak Layak Huni

Rumah tidak layak huni pada umumnya erat kaitannya dengan pemukiman kumuh dan banyak

dijumpai masyarakat miskin atau masyarakat yang kurang mampu. Rumah tidak layak huni adalah suatu

hunian atau tempat tinggal yang tidak layak huni karena tidak memenuhi persyaratan untuk hunian baik

secara teknis maupun non teknis. Selain itu, menurut salah satu pengamat masalah mengenai

permukiman memberikan pemahamannya ada tiga kriteria rumah layak huni, antara lain aman terhadap

gangguan sosial lingkungan, nyaman mencakup aspek kesehatan, dan terjangkau dalam arti sesuai

kemampuan daya beli.

Perumahan tidak layak huni adalah kondisi dimana rumah beserta lingkungannya tidak

memenuhi persyaratan yang layak untuk tempat tinggal baik secara fisik, kesehatan maupun sosial,

dengan kriteria sebagai berikut :

1. Luas lantai perkapita, di kota kurang dari 4 m2 sedangkan untuk di desa kurang dari 10 m2.

2. Jenis atap rumah terbuat dari daun dan lainnya.

3. Jenis dinding rumah terbuat dari anyaman bambu yang belum diproses.

4. Jenis lantai terbuat dari tanah

5. Tidak mempunyai fasilitas umum misalnya untuk kamar mandi atau MCK.

2.1.3 Kriteria dan Standar Permukiman Layak Huni

Rumah atau Hunian sebagai kebutuhan dasar manusia. Kebutuhan hunian akan terus

berkembang seiring perkembangan kehidupan. Permasalahan perumahan adalah permasalahan yang

multi dimensi (sosial, politik, ekonomi, budaya, pertahanan dan keamanan). Fungsi dasar rumah adalah

untuk melindungi diri dari berbagai ancaman bahaya. Persoalan yang biasanya terjadi dalam rumah

adalah ukuran rumah yang sempit tidak sesuai dengan kebutuhan penghuni yang ada di dalamnya.

Page 3: PERUMAHAN MBR.doc

13

Penyediaan perumahan bersifat inelastis dalam jangka waktu yang lama (O’Sullivan, 2000:400)

sebab untuk menyediakan rumah (housing stock) sangat tergantung sekali oleh banyak faktor, antara lain:

faktor harga, variasi substitusi rumah di pasar formal, ketersediaan lahan dan kemampuan membangun itu

sendiri (Hoag dan Hoag, 1991:61-66). GNPSR (2003) dan RPJPN Bidang Perumahan (2010-2025)

menyebutkan ada 4 (empat) faktor yang mempengaruhi sisi penyediaan perumahan yakni penyediaan

tanah, penyediaan infrastruktur, pembiayaan, dan kelembagaan.

Kepmen Kesehatan No.829/Menkes/SK/VII/1999 tentang Persyaratan Kesehatan Rumah Tinggal

dan Kepmen Kimpraswil No.403/KPTS/M/2002 tentang Pedoman Teknis Pembangunan Rumah yaitu:

1. Bangunan Fisik Rumah:

a. Bahan bangunan. Tidak terbuat dari bahan yang dapat melepas zat-zat yang dapat

membahayakan kesehatan. Bahan bangunan tidak terbuat dari bahan yang dapat menjadi

tumbuh dan berkembangnya mikro organisme patogen.

b. Atap berfungsi untuk menahan panas, debu, dan air hujan. Penutup atap sebaiknya

merupakan bidang datar dan sudut kemiringan atap tergantung dari jenis bahan penutup atap

yang dipakai. Bumbungan rumah yang memiliki tinggi 10 meter atau lebih harus dilengkapi

dengan penangkal petir.

c. Dinding berfungsi untuk menahan angin dan debu, serta dibuat tidak tembus pandang. Bahan

dinding dapat berupa batu bata, batako, bambu, papan kayu. Dinding dilengkapi dengan

sarana ventilasi untuk pengaturan sirkulasi udara. Dinding kamar mandi dan tempat cuci

harus kedap air dan mudah dibersihkan.

d. Jendela dan pintu berfungsi sebagai lubang angin, jalan udara segar dan sinar matahari serta

sirkulasi. Letak lubang angin yang baik adalah searah dengan tiupan angin.

Ochieng (2007:140–152) menyatakan

bahwa pemenuhan kebutuhan perumahan saat ini

bukan lagi dengan pendekatan tradisional dengan

menghitung berapa jumlah rumah yang akan

disediakan dalam pasar perumahan tetapi dengan

melihat pada besaran rumah tangga, subsidi

pemerintah, pengentasan kemiskinan, dan

kehidupan yang lebih baik bagi individu maupun

komunitas yang lebih luas. Sehingga kualitas akan

mempengaruhi kuantitas dalam pasar perumahan.

Pembangunan perumahan ditujukan untuk

menanggulangi kemiskinan juga sudah mulai

diimplementasikan di kawasan perkotaan

(Bappenas, 2009).

Komponen dan Pelaku Perumahan

Page 4: PERUMAHAN MBR.doc

13

2. Fasilitas Kelengkapan Bangunan Rumah:

a. Sarana Air Bersih, tersedia sarana air bersih dengan kapasitas 120 liter/hari/orang. Kualitas

air bersih harus memenuhi persyaratan kesehatan. Sekeliling sumur dangkal (gali) diberikan

pengerasan dan selokan air agar tempat sekitarnya tidak tergenang air (becek). Jarak sumur

terhadap resapan/septik tank harus mencukupi syarat kesehatan.

b. Limbah dan drainase rumah, air kotor atau air buangan dari kamar mandi, cuci dan dapur

disalurkan melalui drainase rumah (selokan) terbuka atau tertutup di dalam pekarangan

rumah ke (drainase) selokan air di pinggir jalan. Limbah cair yang berasal dari rumah tidak

mencemari sumber air, tidak menimbulkan bau dan tidak mencemari permukaan tanah.

Limbah padat harus dikelola agar tidak menimbulkan bau, pencemaran terhadap permukaan

tanah serta air tanah.

c. Fasilitas Listrik. Sebagai pencahayaan buatan mutlak diperlukan pada sebuah hunian.

Kebutuhan minimal daya listrik untuk rumah sederhana 900 watt/rumah artinya bahwa setiap

rumah harus tersedia listrik dengan daya yang mencukupi.

3. Penataan Bangunan Rumah:

a. Perancangan Ruang, Ruang di dalam rumah harus ditata agar berfungsi sebagai ruang tamu,

ruang keluarga, ruang makan, ruang tidur, ruang dapur, ruang mandi/cuci/Wc, ruang bermain

anak yang letaknya terpisah satu sama lain. Luas ruang sekurang kurangnya 9 m² per orang,

bukaan ventilasi 1/9 luas lantai atau minimal 1 m² atau lebih dari 11% luas ruang. Lebih lanjut,

parameter yang harus diperhatikan dalam perancangan rumah adalah: kepadatan hunian

terutama kamar tidur, pencahayaan terutama dari sinar matahari, penghawaan, jenis lantai,

jenis dinding serta jenis bahan bakar yang digunakan dalam rumah tangga.

b. Kepadatan Hunian Ruang Tidur. Luas ruang tidur minimal 9 m² dan tidak dianjurkan

digunakan lebih dari dua orang tidur dalam satu ruang tidur, kecuali anak dibawah 5 tahun.

c. Kepadatan hunian. Satu keluarga yang terdiri dari 5 orang, minimum luas rumah adalah 50

m². Untuk kamar tidur diperlukan luas lantai minimum 3 m²/orang dan untuk mencegah

penularan penyakit (misalnya penyakit pernapasan) jarak antara tepi tempat tidur yang satu

dengan yang lain minimum 90 cm. Apabila ada anggota yang menderita penyakit pernapasan

sebaiknya tidak tidur sekamar dengan anggota yang lain.

d. Pencahayaan. Untuk memperoleh cahaya yang cukup pada siang hari, diperlukan luas

jendela kaca minimum 20 % luas lantai. Kamar tidur sebaiknya diletakkan di sebelah timur

untuk memberi kesempatan masuknya sinar ultraviolet yang ada dalam sinar matahari pagi.

Jika perletakan jendela kurang leluasa, dapat dipasang genteng kaca karena semua jenis

cahaya dapat mematikan kuman, hanya berbeda satu sama lain dari segi lamanya proses

mematikan kuman. Agar cahaya matahari tidak terhalang masuk ke dalam rumah, maka jarak

rumah yang satu dengan yang lain paling sedikit sama dengan tinggi rumahnya.

e. Penghawaan. Untuk memungkinkan pergantian udara secara lancar diperlukan minimum luas

lubang ventilasi tetap 5% luas lantai, dan jika ditambah dengan luas lubang yang dapat

Page 5: PERUMAHAN MBR.doc

13

memasukkan udara lainnya (celah, pintu,jendela, lubang anyaman bambu dan sebagainya)

menjadi berjumlah 10% luas lantai. Udara yang masuk sebaiknya udara yang bersih dan

bukan udara yang mengandung debu atau bau.

f. Binatang Penular Penyakit. Tidak ada tikus, kecoa atau binatang pembawa / vektor penyakit

bersarang di dalam rumah

2.1.4 Bentuk Penanganan Permukiman bagi Masyarakat Kurang Mampu

Rumah bagi MBR merupakan hasil dari suatu proses keputusan yang mempertimbangkan

berbagai kebutuhan dan kemampuan baik secara ekonomi, sosial dan fisik. Rumah harus memenuhi

syarat dekat dengan tempat kerja atau berlokasi di tempat yang berpeluang dalam mendapatkan

pekerjaan. MBR tidak terlalu mementingkan kualitas fisik rumah asalkan tetap menjamin kelangsungan

kehidupannya, dan juga tidak memandang pentingnya hak–hak penguasaan atas tanah dan bangunan

karena rumah dianggap suatu fasilitas (Jo Santoso, et.al, 2002:41). Prioritas utama MBR adalah jarak

rumah dengan tempat kerja (lokasi) baru status kepemilikan dan lahan serta kualitas adalah prioritas

berikutnya (Turner (1971) dalam Panudju (1999:9–12).

Menurut Downs (ed. 2004:1-2) rumah tangga mengeluarkan lebih dari 30% bagian

pendapatannya untuk perumahan. Inilah yang dikatakan sebagai masalah afordabilitas/kemampuan

dalam perumahan yang diartikan tidak punya kemampuan untuk mengisi tempat tinggal yang kualitasnya

layak dengan upaya yang lebih besar dalam pemenuhannya. Sehingga kemampuan perumahan

(affordable housing) didefinisikan sebagai perumahan dengan kualitas layak dimana rumah tangga

berpenghasilan rendah dapat memperolehnya tanpa membelanjakan lebih dari 30% pendapatan mereka.

Hal yang sama diemukakan O’Sullivan (2000:413) bahwa harga sewa rumah tidak boleh melebihi 30%

pendapatan rumah tangga.

Di Indonesia telah diaplikasikan bentuk penanganan bagi permukiman kurang mampu, yang

terbagi menjadi dua yaitu sebagai berikut :

a. Perbaikan Permukiman

Perumahan kurang mampu identik dengan kondisi permukiman kumuh yang tidak memenuhi

standar yang telah ditetapkan oleh pemerintah. Masyarakat yang memiliki permukiman kurang

mampu berusaha untuk dapat memenuhi standar sesuai dengan norma yaitu sumber daya fisik,

sosial dan ekonomi. Dalam hal ini dapat dilakukan dua tindakan yang berupa housing adjustment

dan housing adaptation. Housing adjustment memiliki pengertian bahwa penghuni secara aktif

menimbulkan perubahan terhadap keadaan rumahnya sebagai usaha memenuhi kebutuhan

ketika penghuni merasakan kekurangan pada rumahnya. Sedangkan untuk housing adaptation

merupakan perubahan pada diri penghuni tanpa merubah rumahnya sebagai usaha atas

tekanan akibat berbagai kerkurangan yang terdapat pada rumahnya.

b. Peningkatan Kualitas Lingkungan Permukiman

Berdasarkan penetapan Dinas Pekerjaan Umum dan Cipta Karya terdapat beberapa bentuk

usaha dalam melakukan perbaikan permukiman, sebagai berikut :

Page 6: PERUMAHAN MBR.doc

13

Pemugaran fisik rumah seperti semula

Program perbaikan kampong atau Kampung Improvement Program (KIP) bertujuan untuk

perbaikan kesehatan lingkungan dengan komponen dasar berbaikan infrastruktur seperti

jaringan jalan, saluran drainase dan sanitasi.

Perbaikan lingkungan kawasan pasar atau MIP bertujuan untuk perbaikan permukiman disekitar

pasar menjadi dampak pasar yang tidak memiliki sarana pendukung, seperti saluran

drainase, parkir, dan sampah.

Konsolidasi lahan merupakan kegiatan terpadu untuk menata kembali pola kepemilikan tanah

pada wilayah yang kurang teratur.

Pengembangan lahan terkendali sebagai upaya penatan lanjut dalam pengembangan tata

ruang kota. Hal ini bertujuan untuk membangun kondisi iklim partisipatif melibatkan potensi

masyarakat terutama pihak swasta.

Pembangunan rumah susun yang bertujuan untuk menata kembali suatu kawasan kota baik

secara fisik maupun fungsional dan keuntungan ekonomisnya.

2.1.5 Standar Rumah Sehat dan Rumah Inti

Berdasarkan Keputusan Menteri Permukiman dan Prasarana Wilayah Nomor: 403/KPTS/M/2002

Tentang Pedoman Teknis Pembangunan Rumah Sederhana Sehat (Rs Sehat), rumah sehat didefinisikan

sebagai rumah sebagai tempat tinggal yang memenuhi ketetapan atau ketentuan teknis kesehatan yang

wajib dipenuhi dalam rangka melindungi penghuni rumah dari bahaya atau gangguan kesehatan,

sehingga memungkinkan penghuni memperoleh derajat kesehatan yang optimal. Sedangkan rumah inti

diartikan sebagai rumah yang terdiri atas ruangan inti rumah seperti ruang yang terpenting atau hanya

atap dan lantai, sedangkan pengembangan selanjutnya diserahkan kepada penghuni.

Dalam mewujudkan lingkungan permukiman yang mampu meningkatkan kehidupan

penghuninya, maka diperlukan suatu kriteria standar permukiman. Berikut ini merupakan persyaratan

permukiman dikatakan sehat menurut Kusnoputranto dalam Budiharjo, (1998: 67-68) sebagai berikut :

a. Harus memenuhi kebutuhan fisiologis

Yang meliputi suhu optimal di dalam rumah, pencahayaan, perlindungan terhadap kebersihan,

dan ketersediaan ruang tempat bermain anak.

b. Harus memenuhi kebutuhan psikologis.

Meliputi jaminan privasi yang cukup, kesempatan dan kebebasan untuk kehidupan keluarga

secara normal, hubungan serasi antara orang tua dan anak, terpenuhinya persyaratan sopan

santun pergaulan, dan sebagainya

c. Dapat memberikan perlindungan terhadap penularan penyakit dan pencemaran.

Meliputi penyediaan air bersih yang memenuhi persyaratan, adanya failitas pembuangan air

kotor, fasilitas menyimpan makanan, terhindar dari hama-hama lainnya yang mungkin berperan

dalam penyebaran penyakit.

d. Dapat memberikan pencegahan atau perlindungan terhadap bahaya kecelakaan dalam rumah.

Page 7: PERUMAHAN MBR.doc

13

Meliputi konstruksi yang kuat karena dapat menghindarakan dari bahaya kebakaran dan

pencegahan kemingkinan jatuh atau kecelakaan mekanis.

Berikut ini merupakan fasilitas yang perlu disediakan di suatu lingkungan permukiman, yaitu :

a. Penyediaan Air Bersih

Penyediaan fasilitas air bersih dapat dilakukan oleh pihak pemerintah maupun swasta, berupa

sambungan langsung ke rumah atau ke kran umum. Bagi permukiman di luar daerah pelayanan

dapat menggunakan sumur air tanah dan PAM. Jumlahnya kurang lebih 65 liter per orang per

hari (minimal).

b. Penyaluran Air Kotor

Penyaluran dapat melalui saluran kota ke instalasi pengolahan air limbah atau diolah secara

individual dengan sistem cubluk atau septictank. Ketiadaan fasilitas penyaluran air kotor dapat

menimbulkan kerawanan terhadap penyakit.

c. Pembuangan Limbah Padat

Limbah padat yaitu berupa sampah rumah tangga, terutama berasal dari kegiatan dapur. Bahan

organik cukup dominan jumlahnya dalam sampah, sehingga bentuk sampah umumnya basah

dengan sifat mudah busuk. Penanganan sampah harus dilakukan secara rutin dengan kapasitas

operasional sebanding dengan jumlah sampah yang harus ditangani.

d. Drainase

Perlu adanya fasilitas drainase atau penyaluran air hujan mutlak pada suatu kawasan terbangun

karena tingkat penyerapan air hujan oleh tanah yang relatif kecil.

e. Jalan Lingkungan

Jalan lingkungan sangat dibutuhkan sebagai sarana hubungan lokal antar warga masyarakat.

Selain itu, penting juga sebagai penghubung dengan daerah luar.

Rumah Sederhana Sehat (Rs Sehat) yaitu rumah yang dibangun dengan menggunakan bahan

bangunan dan konstruksi sederhana akan tetapi masih memenuhi standar kebutuhan minimal dari aspek

kesehatan, keamanan, dan kenyamanan, dengan mempertimbangkan dan memanfaatkan potensi lokal

meliputi potensi fisik seperti bahan bangunan, geologis, dan iklim setempat serta potensi sosial budaya

seperti arsitektur lokal, dan cara hidup. Sasaran penyediaan Rumah Sederhana Sehat yaitu bagi

kelompok masyarakat yang berpenghas ilan rendah.

Menurut Keputusan Menteri Permukiman dan Prasarana Wilayah Nomor: 403/KPTS/M/2002

Tentang Pedoman Teknis Pembangunan Rumah Sederhana Sehat (Rs Sehat), standar rumah sehat

sebagai berikut :

1. Kebutuhan Minimal Masa (penampilan) dan Ruang (luar-dalam)

Kebutuhan ruang per orang dihitung berdasarkan aktivitas dasar manusia di dalam rumah.

Aktivitas seseorang tersebut meliputi aktivitas tidur, makan, kerja, duduk, mandi, kakus, cuci dan

masak serta ruang gerak lainnya. Dari hasil kajian, kebutuhan ruang per orang adalah 9 m2

Page 8: PERUMAHAN MBR.doc

13

dengan perhitungan ketinggian rata-rata langit-langit adalah 2.80 m. Rumah sederhana sehat

memungkinkan penghuni untuk dapat hidup sehat, dan menjalankan kegiatan hidup sehari-hari

secara layak. Kebutuhan minimum ruangan pada rumah sederhana sehat perlu memperhatikan

beberapa ketentuan sebagai berikut:

Kebutuhan luas per jiwa

Kebutuhan luas per kepala keluarga (KK)

Kebutuhan luas bangunan per kepala keluarga (KK)

Kebutuhan luas lahan per unit bangunan

Kebutuhan Luas Minimum Bangunan dan Lahan untuk Rumah Sederhana Sehat (Rs Sehat)

Sumber : Keputusan Menteri Permukiman dan Prasarana Wilayah Nomor: 403/KPTS/M/2002 Tentang Pedoman Teknis Pembangunan Rumah Sederhana Sehat (Rs Sehat)

2. Kebutuhan Kesehatan dan Kenyamanan

Rumah sebagai tempat tinggal yang memenuhi syarat kesehatan dan kenyamanan dipengaruhi

oleh 3 aspek, yaitu pencahayaan, penghawaan, serta suhu udara dan kelembaban dalam ruangan.

Aspek-aspek tersebut merupakan dasar atau kaidah perencanaan rumah sehat dan nyaman.

a. Pencahayaan

Matahari sebagai potensi terbesar yang dapat digunakan sebagai pencahayaan alami pada

siang hari. Pencahayaan yang dimaksud adalah penggunaan terang langit, dengan ketentuan

sebagai berikut:

Cuaca dalam keadaan cerah dan tidak berawan,

Ruangan kegiatan mendapatkan cukup banyak cahaya,

Ruang kegiatan mendapatkan distribusi cahaya secara merata.

Page 9: PERUMAHAN MBR.doc

13

Sedangkan untuk kualitas pencahayaan alami siang hari yang masuk ke dalam ruangan

ditentukan oleh:

Kegiatan yang membutuhkan daya penglihatan (mata),

Lamanya waktu kegiatan yang membutuhkan daya penglihatan (mata),

Tingkat atau gradasi kekasaran dan kehalusan jenis pekerjaan,

Lubang cahaya minimum sepersepuluh dari luas lantai ruangan,

Sinar matahari langsung dapat masuk ke ruangan minimum 1 (satu) jam setiap hari,

Cahaya efektif dapat diperoleh dari jam 08.00 sampai dengan jam 16.00.

Tata letak perabotan rumah tangga, seperti lemari, meja tulis atau meja makan,

Bidang pembatas ruangan, seperti partisi, tirai masif.

a. Penghawaan

Udara merupakan kebutuhan pokok manusia untuk bernafas sepanjang hidupnya. Udara

akan sangat berpengaruh dalam menentukan kenyamanan pada bangunan rumah. Kenyamanan

akan memberikan kesegaran terhadap penghuni dan terciptanya rumah yang sehat, apabila

terjadi pengaliran atau pergantian udara secara kontinyu melalui ruangan- ruangan, serta lubang-

lubang pada bidang pembatas dinding atau partisi sebagai ventilasi. Agar diperoleh kesegaran

udara dalam ruangan dengan cara penghawaan alami, maka dapat dilakukan dengan

memberikan atau mengadakan peranginan silang (ventilasi silang) dengan ketentuan sebagai

berikut:

Lubang penghawaan minimal 5% (lima persen) dari luas lantai ruangan.

Udara yang mengalir masuk sama dengan volume udara yang mengalir keluar ruangan.

Udara yang masuk tidak berasal dari asap dapur atau bau kamar mandi/WC.

Khususnya untuk penghawaan ruangan dapur dan kamar mandi/WC, yang memerlukan

peralatan bantu elektrikal-mekanikal seperti blower atau exhaust fan, harus memenuhi ketentuan

sebagai berikut:

Lubang penghawaan keluar tidak mengganggu kenyamanan bangunan disekitarnya.

Lubang penghawaan keluar tidak mengganggu kenyamanan ruangan kegiatan dalam

bangunan seperti: ruangan keluarga, tidur, tamu dan kerja.

b. Suhu udara dan kelembaban

Rumah dinyatakan sehat dan nyaman, apabila suhu udara dan kelembaban udara

ruangan sesuai dengan suhu tubuh manusia normal. Suhu udara dan kelembaban ruangan

sangat dipengaruhi oleh penghawaan dan pencahayaan. Penghawaan yang kurang atau tidak

lancar akan menjadikan ruangan terasa pengap atau sumpek dan akan menimbulkan

kelembaban tinggi dalam ruangan.

Untuk mengatur suhu udara dan kelembaban normal untuk ruangan dan penghuni dalam

melakukan kegiatannya, perlu memperhatikan:

Keseimbangan penghawaan antara volume udara yang masuk dan keluar.

Pencahayaan yang cukup pada ruangan dengan perabotan tidak bergerak.

Page 10: PERUMAHAN MBR.doc

13

Menghindari perabotan yang menutupi sebagian besar luas lantai ruangan.

c. Kebutuhan Minimal Keamanan dan Keselamatan

Pada dasarnya bagian-bagian struktur pokok untuk bangunan rumah tinggal sederhana

adalah: pondasi, dinding (dan kerangka bangunan), atap serta lantai. Sedangkan bagian-bagian

lain seperti langit-langit, talang dan sebagainya merupakan estetika struktur bangunan saja.

d. Pondasi

Sistem pondasi yang digunakan pada Rumah Inti Tumbuh (RIT) dan pengembangannya

dalam hal ini Rumah Sederhana Sehat (Rs Sehat) ini adalah sistem pondasi setempat dari bahan

pasangan batu kali atau pasangan beton tanpa tulangan dan sistem pondasi tidak langsung dari

bahan kayu ulin atau galam.

e. Dinding

Bahan dinding yang digunakan untuk RIT dan pertumbuhannya adalah conblock, papan,

setengah conblock dan setengah papan atau bahan lain seperti bambu tergantung pada potensi

bahan yang dominan pada daerah dimana rumah ini akan dibangun. Ukuran conblock yang

digunakan harus memenuhi SNI PKKI NI-05.

Untuk dinding papan harus dipasang pada kerangka yang kokoh, untuk kerangka

dinding digunakan kayu berukuran 5/7 dengan jarak maksimum 100 cm. Kayu yang digunakan

baik untuk papan dan balok adalah kayu kelas kuat dan awet II. Apabila untuk kerangka

digunakan kayu balok berukuran 5/10 atau yang banyak beredar dipasaran dengan ukuran

sepadan. Jarak tiang rangka kurang lebih 150 cm. Papan yang digunakan dengan ketebalan

minimal 2 cm setelah diserut dan sambungan dibuat alur lidah atau sambungan lainnya yang

menjamin kerapatan.

Ring-balok dan kolom dari kayu balok berukuran 5/10 atau yang banyak beredar

dipasaran dengan ukuran sepadan. Hubungan antara kolom dengan ringbalok dilengkapi dengan

sekur-sekur dari kayu 5/10 atau yang banyak beredar dipasaran dengan ukuran sepadan.

Panjang sekur maksimum 50 cm.

f. Kerangka bangunan

Rangka dinding untuk rumah tembok dibuat dari struktur beton bertulang. Untuk rumah

setengah tembok menggunakan setengah rangka dari beton bertulang dan setengah dari rangka

kayu. Untuk rumah kayu tidak panggung rangka dinding menggunakan kayu. Untuk sloof

disarankan menggunakan beton bertulang. Sedangkan rumah kayu panggung seluruhnya

menggunakan kayu, baik untuk rangka bangunan maupun untuk dinding dan pondasinya.

g. Kuda-kuda

Rumah sederhana sehat ini menggunakan atap pelana dengan kuda- kuda kerangka

kayu dengan kelas kuat dan awet II berukuran 5/10 atau yang banyak beredar dipasaran dengan

ukuran sepadan. Disamping sistem sambungan kuda-kuda tradisional yang selama ini sudah

digunakan dan dikembangkan oleh masyarakat setempat. Dalam rangka mempercepat

pelaksanaan pemasangan kerangka kuda-kuda disarankan menggunakan sistem kuda-kuda

Page 11: PERUMAHAN MBR.doc

13

papan paku, yaitu pada setiap titik simpul menggunakan klam dari papan 2/10 dari kayu dengan

kelas yang sama dengan rangka kuda-kudanya.

Dalam pelaksanaannya pemenuhan penyediaan Rumah Sederhana Sehat masih menghadapi

kendala berupa rendahnya tingkat kemampuan masyarakat, mengingat harga Rumah Sederhana Sehat

masih belum memenuhi keterjangkauan secara menyeluruh. Untuk itu perlu disediakan disain rumah

antara yang pertumbuhannya diarahkan menjadi Rs Sehat. Rumah antara yang dimaksud adalah Rumah

Inti Tumbuh (RIT), yaitu rumah yang hanya memenuhi standar kebutuhan minimal rumah, dengan kriteria

sebagi berikut:

RIT memiliki ruang paling sederhana yaitu sebuah ruang tertutup dan sebuah ruang terbuka

beratap dan fasilitas MCK.

RIT memiliki bentuk atap dengan mengantisipasi adanya perubahan yang bakal dilakukan yaitu

dengan memberi atap pada ruang terbuka yang berfungsi sebagai ruang serba guna.

Bentuk generik atap pada RIT selain pelana, dapat berbentuk lain (limasan, kerucut, dll) sesuai

dengan tuntutan daerah bila itu ada.

Penghawaan dan pencahayaan alami pada RIT menggunakan bukaan yang memungkinkan

sirkulasi silang udara dan masuknya sinar matahari.

Dalam proses pengembangan RIT menjadi Rs Sehat, memberi peluang peran calon penghuni/penghuni

dalam mengekspresikan kebutuhan pengungkapan jati diri. Sehingga akan mengurangi peluang terhadap

pembongkaran bagian-bagian bangunan secara besar-besaran.

Rancangan RIT memenuhi tuntutan kebutuhan paling mendasar dari penghuni untuk

mengembangkan rumahnya, dalam upaya peningkatan kualitas kenyamanan, dan kesehatan penghuni

dalam melakukan kegiatan hidup sehari-hari, dengan ruang-ruang yang perlu disediakan sekurang-

kurangnya terdiri dari:

Satu ruang tidur yang memeuhi persyaratan keamanan dengan bagianbagiannya tertutup oleh

dinding dan atap serta memiliki pencahayaan yang cukup berdasarkan perhitungan serta

ventilasi cukup dan terlindung dari cuaca. Bagian ini merupakan ruang yang utuh sesuai dengan

fungsi utamannya.

Satu ruang serbaguna merupakan ruang kelengkapan rumah dimana di dalamnya dilakukan

interaksi antara keluarga dan dapat melakukan aktivitas-aktivitas lainnya. Ruang ini terbentuk

dari kolom, lantai dan atap, tanpa dinding sehingga merupakan ruang terbuka namun masih

memenuhi persyaratan minimal untuk menjalankan fungsi awal dalam sebuah rumah sebelum

dikembangkan.

Satu kamar mandi/kakus/cuci merupakan bagian dari ruang servis yang sangat menentukan

apakah rumah tersebut dapat berfungsi atau tidak, khususnya untuk kegiatan mandi cuci dan

kakus.

Ketiga ruang tersebut diatas merupakan ruang-ruang minimal yang harus dipenuhi sebagai

standar minimal dalam pemenuhan kebutuhan dasar. Selain itu, sebagai cikal bakal rumah sederhana

sehat. Konsepsi cikal bakal dalam hal ini diwujudkan sebagai suatu Rumah Inti yang dapat tumbuh

Page 12: PERUMAHAN MBR.doc

13

menjadi rumah sempurna yang memenuhi standar kenyamanan, kemanan, serta kesehatan penghuni,

sehingga menjadi rumah sederhana sehat.