Perubahan Sikap Dan Kerja Fisik Terhadap Tekanan Darah

download Perubahan Sikap Dan Kerja Fisik Terhadap Tekanan Darah

of 10

description

praktikum

Transcript of Perubahan Sikap Dan Kerja Fisik Terhadap Tekanan Darah

Laporan Praktikum FisiologiPerubahan Sikap dan Kerja Fisik terhadap Tekanan Darah

Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida WacanaJalan Arjuna Utara no.6 Jakarta barat

Kelompok B7Anthea KaristaMellyana Fransiska TamirinDessyMarcella DevianaWilliam Alexander SetiawanZebriyandiKumaran Norlida Binti Mohd JamilPerubahan Sikap dan Kerja Fisik terhadap Tekanan Darah

Alat yang diperlukan :1. Sfigmomanometer2. Stetoskop

Percobaan I : PENGUKURAN TEKANAN DARAH A. BRACHIALIS PADA SIKAP BERBARING, DUDUK, DAN BERDIRI Tujuan : Untuk mengetahui perbedaan hasil rata rata tekanan darah tubuh pada saat posisi berbaring, duduk dan berdiri.

Dasar Teori : Tekanan darah adalah tekanan yang diberikan oleh sirkulasi darah pada dinding pembuluh darah, dan merupakan salah satu tanda-tanda vital utama. Atau tekanan darah dapat berarti pula sebagai daya yang dihasilkan oleh darah terhadap setiap satuan luas dinding pembuluh. Jika dikatakan tekanan pembuluh sebesar 50 mmHg, itu berarti bahwa daya yang dihasilkan cukup untuk mendorong kolom air raksa melawan gravitasi sampai setinggi 50 mm. Pada setiap detak jantung, tekanan darah bervariasi antara tekanan maksimum (sistolik) dan minimum (diastolik). Tekanan darah dapat terjadi dikarenakan oleh pemompaan jantung dan resistensi pembuluh darah. Tekanan darah memiliki penurunan terbesar dalam arteri kecil dan arteriol, dan terus menurun ketika bergerak melalui kapiler darah dan kembali ke paru melalui pembuluh balik serta ke jantung melalui pembuluh darah.Tekanan gravitasi merupakan tekanan yang diakibatkan oleh berat air. Tekanan ini juga timbul di sistem vaskular manusia sebagai akibat berat darah di dalam pembuluh baik terhadap tekanan vena maupun tekanan arteri dan tekanan lainnya. Secara teori sebenarnya posisi tubuh sangat berpengaruh terhadap denyut nadi dan tekanan darah. Hal ini karena ada efek gravitasi bumi. Pada saat berbaring gaya gravitasi pada peredaran darah lebih besar karena melawan gravitasi dan memiliki jarak yang lebih dekat dengan pusat bumi, sehingga akan terjadi penimbunan darah jika jantung tidak memompa lebih kuat, sedangkan pada saat duduk maupun berdiri kerja jantung dalam memompa darah berjalan normal karena gaya gravitasi tidak terlalu berpengaruh pada posisi tersebut (jarak denggan pusat bumi jauh) sehingga darah kembali ke sistem sistemik.Pemeriksaan tekanan dapat dilakukan dengan beberapa cara, salah satunya adalah dengan menggunakan alat sfignomanometer yang diukur dengan cara palpasi dan auskultasi. Metode Palpasi. Metode palpasi merupakan metodi dimana seseorang melakukan pemeriksaan hanya dengan meraba. Dengan cara palpasi, pengukuran tekanan darah dilakukan pada A. Radialis. Cara pengukurannya adalah dengan memasangkan manset ke lengan kanan atas OP lalu mencari A. Radialis, lalu meraba A. Radialis sambil memopa sfignomanometer yang telah siap tadi, setelah denyut di nadi radialis berhenti dan menambah tekanan kurang lebih sebesar 30 mmHg, lepaskan secara perlahan lahan tekanan air raksa sambil meraba A. Radialis OP, saat merasakan denyut pertama pada A. Radialis, maka itulah yang disebut dengan sistolik A. Radialis. Dengan menggunakan metose ini, kita hanya dapat menentukan tekanan sisitoliknya saja karena setelah sekali berdenyut, A. Radialis akan tetap berdenyut. Biasanya tekanan yang diperoleh dari metode palpasi 2 5 mmHg lebih rendah dibandingkan dengan yang diukur dengan menggunakan metode auskultasi. Metode Auskultasi. Metode ini dapat menetukan tekan sistolik dan juga diastolik. Sebuah stetoskop diletakkan di atas A. Brachialis yang kurang lebih terdapat di fossa cubiti dan di sekeliling lengan dipasang sebuah manset yang digembungkan. Selama manset menekan lengan dengan tekanan terlalu kecil untuk menyumbat A. Brachialis, tidak akan ada bunyi yang terdengan dari arteri tersebut melalui stetoskop. Namun, jika tekanan cukup besar untuk menekan arteri selama sebagian siklus tekanan arteri, maka akan terdengar bunyi pada setiap pulsasi. Bunyi bunyi tersebut disebut dengan bunyi Korotkoff. Bunyi korotkoff terjadi karena semburan darah yang melalui pembuluh yang menglami hambatan parsial. Dalam menentukan tekanan darah dengan cara auskultasi, tekanan dalam manset mula mula dinaikkan sampai di atas tekanan sistolik arteri. Selama tekanan manset lebih tinggi daripada tekanan sistolik, A. Brachialis akan tetap kolaps dan tidak akan ada darah yang mengalir ke dalam arteri yang lebih distal selama siklus penekanan. Oleh karena itu, tidak akan terdengar bunyi korotkoff di arteri yang lebih distal. Kemudian tekanan dalam manset dikurangi secara bertahap, begitu tekanan dalam manset turun di bawah tekanan sistolik, darah akan mulai mengalir melalui arteri yang terletak di bawah manset selama puncak tekanan sistolik, lalu akan mulai mendengar bunyi berdetak dari arteri fossa cubiti yang sinkron dengan denyut jantung. Bila tekanan dalam manset diturunkan lebih lanjut, maka akan terjadi perubahan kualitas bunyi korotkoff, kualitas detaknya mulai berkurang dan bunyinya mnjadi lebih berirama dan lebih kasar. Dan akhirnya, sewaktu tekanan manset turun mencapai tekanan diastolik, bunyi mendadak mulai meredam lalu menghilang.Bunyi yang terdengar disebut bunyi Korotkoff dan dapat dibagi dalam lima fase yang berbeda,yaitu:Fase I :Timbulnya dengan tiba-tiba suatu bunyi mengetuk yang jelas dan makin lama makin keras sewaktu tekanan menurun 10-14 mmHg berikutnya. Ini disebut pula nada letupan.Fase II: Bunyi berubah kualitasnya menjadi bising selama penurunan tekanan 15-20 mmHg berikutnya.Fase III: Bunyi sedikit berubah tetapi menjadi lebih jelas dan keras selama penurunan tekanan 5-7 mmHg berikutnya.Fase IV: Bunyi meredam (melemah) selama penurunan 5-6 mmHg berikutnya. Setelah itu bunyi menghilang.Fase V : Bunyi menghilang. Permulaan dari Fase I yaitu dimana bunyi mula-mula terdengar merupakan tekanan systole. Permulaan Fase IV atau Fase V merupakantekanan diastole,dengan perbedaan sebagai berikut: Fase IV terjadi pada tekanan 7-10 mmHg lebih tinggi daripada tekanan diastole intra arterial yang diukur secara langsung. Fase V terjadi pada tekanan yang sangat mendekati tekanan diastole intra arterial pada keadaan istirahat. Pada keadaan latihan otot atau keadaan yang meningkatkan aliran darah, maka Fase V lebih tepatdigunakan sebagai Index tekanan diastolis.

Cara kerja : Berbaring telentang 1. Suruhlah OP berbaring dengan tenang selama 10 menit.2. Selama menunggu, pasanglah manset sfigmomanometer pada lengan kanan atas OP.3. Carilah dengan palpasi denyut a.brachialis pada fossa cubiti dan denyut a.radialis pada pergelangan tangan kanan OP.4. Setelah OP berbaring 10 menit, tetapkanlah kelima fase Korotkoff dalam pengukuran tekanan darah OP tersebut.5. Ulangilah pengukuran langkah 1-5 sebanyak 3 kali untuk mendapatkan nilai rata-rata dan catatlah hasilnya.

Hasil percobaan :Percobaan ke-Fase 1Fase 2Fase 3Fase 4Fase 5

1110 mmHg90 mmHg70 mmHg60 mmHg

2110 mmHg100 mmHg90 mmHg76 mmHg60 mmHg

3112 mmHg88 mmHg68 mmHg60 mmHg

Rata - rata110,67 mmHg100 mmHg89,33 mmHg71,33 mmHg60 mmHg

Cara Kerja :Duduk1. Masih dengan OP yang sama, tanpa melepaskan manset, OP disuruh duduk.2. Setelah ditunggu 3 menit, ukurlah lagi tekanan darah a.brachialis nya dengan cara yang sama.3. Ulangilah pengukuran sebanyak 3 kali untuk mendapatkan nilai rata-rata dan catatlah hasilnya.

Hasil Percobaan Percobaan ke-Fase 1Fase 2Fase 3Fase 4Fase 5

1100 mmHg90 mmHg80 mmHg70 mmHg60 mmHg

2100 mmHg78 mmHg66 mmHg58 mmHg

3100 mmHg84 mmHg68 mmHg60 mmHg

Rata - rata100 mmHg90 mmHg80,67 mmHg68 mmHg59,33 mmHg

Cara Kerja :Berdiri1. Masih dengan OP yang sama, tanpa melepaskan manset, OP disuruh berdiri.2. Setelah ditunggu 3 menit, ukurlah lagi tekanan darah a.brachialis nya dengan cara yang sama.3. Ulangilah pengukuran sebanyak 3 kali untuk mendapatkan nilai rata-rata dan catatlah hasilnya.4. Bandingkan hasil pengukuran tekanan darah OP pada ketiga sikap yang berbeda di atas.

Hasil Percobaan :Percobaan ke-Fase 1Fase 2Fase 3Fase 4Fase 5

1100 mmHg-80 mmHg70 mmHg60 mmHg

2100 mmHg-88 mmHg72 mmHg60 mmHg

3100 mmHg-90 mmHg74 mmHg60 mmHg

Rata - rata100 mmHg-86 mmHg72 mmHg60 mmHg

Pembahasan :Pada ketiga posisi yang berbeda, didapatkan rata rata tekanan darah saat terlentang pada fase 1 5 : 110,67; 100; 89,33; 71,33; 60 mmHg. Rata rata tekanan darah saat duduk pada fase 1 5 : 100; 90; 80,67; 68; 59,33 mmHg. Rata rata tekanan darah saat berdiri pada fase 1 5 : 100; -; 86; 72; 60 mmHg.Posisi yang berbeda mengakibatkan tekanan darah terpengaruh oleh gaya dan tekanan gravitasi. Jika dilihat dari data yang ada, pada posisi duduk dan berdiri memiliki besar tekanan yang hampir sama, sedangkan pada posisi berbaring, tekanan yang didapat lebih besar. Hal ini terjadi karena posisi berbaring memiliki gaya gravitasi yang besar sehingga jantung harus memompa sekuat mungkin agar darah dapat dialirkan dan agar tidak terjadi penimbunan. Sedangkan pada posisi duduk atau berdiri, gaya gravitasi tidak begitu berpengaruh sehingga darah akan dialirkan secara normal tanpa jantung yang memompa dengan kuat.

Percobaan II : PENGUKURAN TEKANAN DARAH SETELAH KERJA OTOT Tujuan : Untuk mengetahui perbedaan tekanan darah sebelum dan sesudah kerja otot.

Dasar Teori : Tidak ada nilai tekanan darah normal yang tepat, namun dihitung berdasarkan rentang nilai berdasarkan kondisi pasien. Tekanan darah amat dipengaruhi oleh kondisi saat itu, misalnya seorang pelari yang baru saja melakukan lari maraton, memiliki tekanan yang tinggi, namun ia dalam nilai sehat. Dalam kondisi pasien tidak bekerja berat, tekanan darah normal berkisar 120/80 mmHg. Tekanan darah tinggi atau hipertensi diukur pada nilai sistolik 140-160 mmHg. Tekanan darah rendah disebut hipotensi.Tekanan darah dalam kehidupan seseorang bervariasi secara alami. Bayi dan anak-anak secara normal memiliki tekanan darah yang jauh lebih rendah daripada dewasa. Tekanan darah dipengaruhi oleh aktivitas fisik, dimana akan lebih tinggi pada saat melakukan aktivitas dan lebih rendah ketika beristirahat. Tekanan darah dalam satu hari juga berbeda, paling tinggi di waktu pagi hari dan paling rendah pada saat tidur malam hari.Bila tekanan darah diketahui lebih tinggi dari biasanya secara berkelanjutan, orang itu dikatakan mengalami masalah darah tinggi. Penderita darah tinggi mesti sekurang-kurangnya mempunyai tiga bacaan tekanan darah yang melebihi 140/90mmHg saat istirahat.

Cara Kerja :1. Ukurlah tekanan darah a.Brachialis OP dengan penilaian menurut metode baru pada sikap duduk (OP tidak perlu sama yang seperti pada sub.1).2. Tanpa melepaskan manset, suruhlah OP berlari di tempat dengan frekuensi 120 loncatan/menit. Segera setelah selesai, OP disuruh duduk dan ukurlah tekanan darahnya.3. Ulangilah pengukuran tekanan darah ini setiap menit sampai tekanan darahnya sama seperti semula dan catatlah hasil pengukuran tersebut. Hasil Percobaan :Sebelum kerja ototSetelah kerja otot

Tekanan darah : 110 / 80Tekanan darah : 120 / 90 130 / 80 120 / 90 110 / 70 110 / 80

Pembahasan :Dari data yang didapat, terjadi perbedaan tekanan darah antara kondisi OP sebelum kerja otot dengan setelah kerja otot. Sebelum kerja otot OP memiliki tekanan darah sistolik dan diastolik sebesar 110 / 80 mmHg. Namun, tekanan darah OP naik setelah melakukan kerja otot, yaitu sebesar 120 / 90 mmHg dan kembali ke tekanan darah awal setelah melakukan beberapa kali pengukuran tekanan darah. Hal ini dapat terjadi karena ada faktor faktor yang mempengaruhi perubahan tekanan darah, seperti umur, jenis kelamin, aktivitas yang dilakukan, dan juga suhu. Tekanan darah akan naik saat melakukan kerja otot sama seperti percobaan yang telah dilakukan. Pemulihan tekanan darah setelah kerja otot memang memerlukan waktu, dan jika dilihat dengan data yang kami dapat, tekanan darah akan lebih naik lagi dari kondisi setelah kerja otot lalu akan turun kembali ke tekanan darah setelah kerja otot, lalu akan mulai menurun hingga kembali ke tekanan darah sebelum kerja otot. Hal ini terjadi karena jantung bekerja lebih sesaat setelah kerja otot atau kontraksi otot, lalu akan mulai pulih kembali saat otot relaksasi. Seperti yang diketahui bahwa seseorang yang tidak pernah atau jarang melakukan aktivitas olahraga akan mengakibatkan denyut jantung lebih cepat karena memompa darah ke seluruh tubuh untuk dapat melakukan kerja atau aktivitas, sedangkan pada orang yang rutin berolahraga akan memiliki denyut jantung yang relatif normal atau tidak terjadi perbedaan tekanan darah yang besar.

Percobaan III : PENGUKURAN TEKANAN A. BRACHIALIS DENGAN CARA PALPASI Tujuan : Untuk mengetahui tekanan darah sistolik dengan cara palapsi. Dasar Teori :Metode AuskultasiTekanan darah arteri pada manusia secara rutin diukur dengan metode auskultasi. Suatu manset yangdapat dipompa dihubungkan pada manometer air raksa kemudian dililitkan disekitar lengan dan stetoskop diletakkan diatas a.brachialis pada siku. Manset secara tepat dipompa sampai tekanan di dalamnya diatas tekanan sistolik yang diharapkan dalam a.brachialis. Arteri dioklusi oleh manset dan tidak ada suara terdengar oleh stetoskop. Kemudian tekanan dalam manset diturunkan secara perlahan-lahan. Pada titik tekanan sistolik dalam arteri dapat melampaui tekanan manset, semburan darah melewatinya pada tiap denyut jantung dan secara sinkron dengan tiap denyut, bunyi detakan didengar dibawah manset.Metode PalpasiTekanan sistolik dapat ditentukan dengan memompa manset lengan dan kemudian membiarkan tekanan turun dan tentukan tekanan pada saat denyut radialis pertama kali teraba. Oleh karena kesukaran dalam menentukan secara pasti kapan denyut pertama teraba, tekanan yang diperoleh dengan metode palpasi biasanya 2-5mmHg lebih rendah dibandingkan dengan yang diukur menggunakan metodeauskultasi.Adalah bijaksana melakukan kebiasaan meraba denyut nadi radialis ketika memompa manset selama pengukuran tekanan darah dengan metode auskultasi. Bila tekanan manset diturunkan, bunyi Korotkoff kadang-kadang menghilang pada tekanan diatas tekanan diastolic, kemudian muncul lagi pada tekanan yang lebih rendah. Bila manset dimulai untuk dipompa sampai denyut radialis menghilang, pemeriksa dapat yakin bahwa tekanan manset diatas tekanan sistolik dan nilai tekanan rendah palsu dapat dihindari.

Cara Kerja :1. Ukurlah tekanan darah a.Brachialis OP pada sikap duduk dengan cara auskultasi (sub.1)2. Ukurlah tekanan darah a.Brachialis OP dengan sikap yang sama dengan cara palpasi.

Hasil Percobaan : Cara auskultasi dilakukan untuk mendengar bunyi denyut A. brachialis dengan stetoskop, dengan menggunakan dengan cara auskultasi didapatkan tekanan sistolik dan diastolik sebesar 120 / 90 mmHg.Cara palpasi hanya dapat menentukan tekanan sistolik dimana pada percobaan ini tekanan sistolik yang didapat adalah sebesar 116 mmHg. Pembahasan :Dengan cara auskultasi, didapatkan tekanan a. Brachialis sebesar 120 / 90 mmHg. Hal ini disebabkan oleh semburan darah yang melewati pembuluh yang mengalami hambatan parsial. Semburan darah ini menimbulkan aliran turbulen di dalam pembuluh yang terletak diluar area manset, dan keadaan ini akan menimbulkan getaran yang terdengar melalui stetoskop.Dengan cara palpasi, didapatkan tekanan sistolik di a. Brachialis sebesar 116 mmHg, pada pengukuran tekanan darah dengan cara palpasi tidak bisa didapatkan tekanan diastolik karena sekali a. Brachialis berdenyut, maka akan tetap berdenyut. Dari hasil pengukuran tekanan darah dengan cara auskultasi dan dengan palpasi didapatkan selisih tekanan sistolik sebesar 4 mmHg. Hal ini terjadi karena hasil auskultasi didapat dari mendengarkan getaran aliran semburan darah yang lebih dulu terdengar, setelah itu darah baru mengalir sehingga a. Brachialis dapat teraba berdenyut dengan cara palpasi.

Kesimpulan:Tekanan darah dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain, pemompaan jantung, resistensi pembuluh darah, aktivitas fisik, umur, jenis kelamin, dan suhu. Tekanan jantung berpengaruh terhadap posisi tubuh, yaitu pada saat berdiri, berbaring, dan duduk (tekanan gravitasi). Pengukuran tekanan darah dengan palpasi hanya bisa mendapatkan tekanan sistolik saja.Pengukuran tekanan darah dengan cara auskultasi dan palpasi tidak akan memiliki perbedaan selisih yang besar karena saat bunyi terdengar, maka denyut a. Brachialispun akan mulai berdenyut.

10