PERUBAHAN INTERAKSI SOSIAL MASYARAKAT KAMPUNG...
Transcript of PERUBAHAN INTERAKSI SOSIAL MASYARAKAT KAMPUNG...
PERUBAHAN INTERAKSI SOSIAL MASYARAKAT
KAMPUNG PULO PASCA RELOKASI DI RUSUNAWA
JATINEGARA BARAT JAKARTA TIMUR
Skripsi
Diajukan sebagai Salah Satu Syarat untuk Mendapat Gelar Sarjana Pendidikan
pada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Disusun Oleh:
UMMI NADZIFAH
NIM. 1112015000029
JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2017
i
ABSTRAK
Ummi Nadzifah (1112015000029): Perubahan Interaksi Sosial Masyarakat
Kampung Pulo Pasca Relokasi di Rusunawa Jatinegara Barat Jakarta
Timur. Skripsi Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Program Studi
Sosiologi-Antropologi, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perubahan interaksi sosial
masyarakat Kampung Pulo pasca direlokasi ke rumah susun sewa Jatinegara Barat
Jakarta Timur. Hal ini dikarenakan Kampung Pulo merupakan wilayah yang
selalu terkena banjir setiap tahun. Oleh karena itu, untuk mengatasi banjir dan
mengurangi jumlah permukiman kumuh yang ada di Jakarta pemerintah Jakarta
merelokasi masyarakat Kampung Pulo ke rumah susun sewa Jatinegara Barat
Jakarta Timur. Pemerintah Provinsi DKI Jakarta menjadikan rumah susun sebagai
salah satu solusi penyelesaian masalah keterbatasan lahan di kota khususnya di
Kampung Pulo. Rumah susun dengan pola hunian vertikal penghuni harus bisa
menyesuaikan diri setelah sebelumnya terbiasa tinggal di pola hunian horizontal
yang memudahkan mereka melakukan aktivitas sosial di dalamnya termasuk
dalam berinteraksi dengan orang di sekitarnya.
Penelitian ini dilakukan menggunakan metode kualitatif dengan mendasar
pada metode deskriptif untuk mengetahui perubahan interaksi sosial masyarakat
Kampung Pulo pasca relokasi ke rumah susun sewa Jatinegara Barat Jakarta
Timur. Ada tiga teknik metode penggalian data, diantaranya: kajian pustaka
(literature review), wawancara (interview) dan pengamatan (observation). Hasil
data yang telah terkumpul kemudian dideskripsikan dan dianalisa. Sedangkan
landasan teori yang digunakan adalah teori perubahan sosial, teori interaksi sosial
dan teori relokasi. Pada sisi lain peneliti mencoba memahami bagaimana para
penghuni rumah susun memahami keadaan lingkungan rumah susun, kebiasan-
kebiasaan, norma, hubungan sosial dan jaringan yang dibentuk para penghuni
rumah susun.
Dari penelitian ini diperoleh hasil penelitian bahwa dilakukannya relokasi
terhadap masyarakat Kampung Pulo ke rumah susun sewa Jatinegara Barat
Jakarta Timur, ternyata merubah interaksi masyarakat Kampung Pulo yang
memberikan dampak pada kurangnya rasa persaudaraan antar penghuni rumah
susun. Bahkan perubahan interaksi pasca relokasi membentuk masyarakat
individual karena ditopang dengan beban hidup mereka yang semakin besar
selama tinggal di rumah susun sewa. Hal ini disebabkan karena faktor pola
bangunan yang berbetuk vertikal sehingga menyulitkan aktivitas sosial para
penghuni dan memberikan pengaruh pada perubahan interaksi sosial penguni.
Kata Kunci: Interaksi Sosial, Perubahan Sosial, Relokasi
ii
ABSTRACT
Ummi Nadzifah (1112015000029): The Transformation of Social Interaction in
the Community of Kampung Pulo After Relocating to West Jatinegara Flat East
Jakarta. A Thesis: Social Education Department, Sociology-Anthropology
Concentration. Faculty of Tarbiyah and Education, State Islamic University of
Syarif Hidaytulah Jakarta, 2017.
The objective of this study is to find out how social interaction of the
community of Kampung Pulo is changing after relocation to West Jatinegara Flat
located in East Jakarta. The relocation is conducted by the provincial government
of DKI Jakarta because the area of Kampung annually experience floods.
Therefore, to prevent floods and reduce the number of slums, the provincial
government of DKI Jakarta built flat named Rusunawa as one solution to solve
restrictive land in the city especially in Kampung Pulo. The vertical building of
flat requires the community to adapt with new condition after living in horizontal
building for long period and facilitate them to do social interaction with their
neighbors.
The thesis uses qualitative study based on descriptive method to examine
the change of social interaction in the community of Kampung Pulo after
displacing to the West Jatinegara flat, East Jakarta. There are three technique
methods in collecting data: literature review, interview, and observation. Then,
the writer describe and analyze the collected data. The writer choose social
change theory, social interaction theory, and relocation theory for theoretical
frame work. Additionally, the writer observes how the community of Kampung
Pulo are able to cope with the environment, habituality, norms, social relations
and the networking happen in the vertical building of flat.
The result illustrates that the relocation happens to change social
interaction among the people of Kampung Pulo. The people tend to lack fraternity
and become individualistic since they shoulder the burden of difficult life and
rising price of rent in a flat. Also, the vertical building type of flat contributes the
occupant to have less social interaction so that it becomes harder for them to
communicate with their neighbors.
Key words: Social Interaction, Social Change, Relocation
iii
KATA PENGANTAR
ب الر س م ب الر ب س ب ب س ب هللا
Puji syukur penulis panjatkan atas Karunia Rahmat, Nikmat dan Ridho
Allah SWT yang telah memberikan inspirasi dan kecerahan dalam berpikir
sehingga penulis dapat menyusun sebuah karya ilmiah, sungguh Maha Besar
karunia yang telah Engkau berikan dan dengan izin-Mu lah penulis dapat
menyelesaikan skripsi yang berjudul “Perubahan Interaksi Sosial Masyarakat
Kampung Pulo Pasca Relokasi di Rusunawa Jatinegara Barat Jakarta Timur”
karya ini ku persembahkan untuk mu Ayahanda KHOLISIN dan Ibunda tercinta
ENTIN KARTINI yang telah memberikan do‟a restu serta pengorbanannya
selama ini sehingga penulis dapat menyelesaikan studi dari awal hingga akhir.
Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penulis skripsi ini.
Namun keberhasilan dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini tidak terlepas dari
semua pihak yang senantiasa ikhlas telah membantu memberikan bimbingan,
dukungan dan dorongan yang tak pernah henti.
Harapan dari penulis agar kiranya skripsi ini menjadi sebuah skripsi yang
dapat bermanfaat dan memberikan andil guna pengembangan lebih lanjut. Atas
petunjuk-Nya, skripsi ini dapat selesai, oleh karena itu dengan segala hormat
penulis menyampaikan terimakasih kepada:
1. Prof. Dr. Dede Rosyada, MA, Rektor Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif
Hidayatullah Jakarta.
2. Prof. Dr. Ahmad Thib Raya, M. A., Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan (FITK) Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah
Jakarta.
3. Dr. Iwan Purwanto, M.Pd., selaku Ketua Jurusan Studi Pendidikan Ilmu
Pengetahuan Sosial dan bapak Syaripulloh, M. Si selaku Sekertaris Jurusan
Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial.
4. Prof. Dr. Ulfah Fajarini, M. Si., selaku dosen pembimbing skripsi 1 dan
Sodikin, M. Si., selaku dosen pembimbing skripsi 2 yang dengan tulus dan
iv
sabar telah banyak meluangkan waktunya guna memberikan bimbingan,
petunjuk serta motivasi untuk penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
5. Bapak dan Ibu dosen Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial (P.IPS)
yang telah memberikan ilmu pengetahuan serta pengalamannya kepada
penulis, sehingga penulis mendapatkan ilmu pengetahuan yang bermanfaat
dan berguna untuk masyarakat khususnya di bidang pendidikan.
6. Seluruh Civitas Akademik dan Staf Administrasi Fakultas Tarbiyah dan
Kegurusan (FITK) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
7. Dra. Vita Nurviatin, M. A.P., selaku Kepala Unit Pengelola Rumah Susun
Jatinegara Barat beserta staf yang sekiranya telah memberikan izin untuk
melaksanakan penelitian di Rusunawa Jatinegara Barat.
8. Untuk kedua orang tua (Ayahanda Kholisin dan Ibunda Entin Kartini) yang
telah memberikan do‟a restu serta pengorbanannya yang tiada henti untuk
putra dan putrinya untuk terus melanjutkan pendidikan ketingkat yang lebih
tinggi.
9. Untuk kedua saudara kandungku (Ikhlasul Amal dan Siti Nur Hasanah) yang
selalu menjadi motivasi agar bisa menjadi seorang kaka yang lebih baik dan
dapat menjadi teladan bagi keduanya.
10. Terima kasih untuk para Romo Kyai (KH. Fauzi Noor, KH. Abdu Salam, KH.
Alwan, KH. Abdu Rahim, KH. Handik, KH. Ridwan Fadhol, KH. Noor Haq,
KH. Hasyim, KH. Ahmad Muad, KH. Basyir, KH. Bahrudin, ibu Nyai Hj.
Elok Hafidzah, Ummi Hj Tuti dan seluruh guru-guru yang pernah mengajari
saya tentang ilmu dunia dan akhirat) yang selalu saya nantikan doa dan ridho
dari para Kyai dan guru.
11. Terima kasih untuk keluarga besar Pondok Pesantren Daar El-hikam (KH.
Bahrudin S.Ag dan keluarga) dan Pondok Pesantren Al-Ittihad Demak (KH.
Abdurahim dan keluarga) yang selalu memberikan nasihat-nasihatnya dalam
mendidik ilmu agama dan juga kepada para Santriwan dan Santriwati Pondok
Pesantren Daar El-Hikam dan Pondok Pesantren Al-Ittihad Demak yang
memberikan semangatnya dalam menyelesaikan skripsi ini.
v
12. Terima kasih untuk keluarga besar Himpunan Qari dan Qariah Mahasiswa
(HIQMA) UIN JKT (Hilma Wildayani, Andi Nursamha Fitriah, Dede Delfia,
Kurnia Yuha Izvana, Syufia Hidayatu Sholehah, Marsita, Noor Muhammad,
Wiwin Handayani dll)
13. Terimakasih kepada sahabat terdekat yang tercinta (Hayatul Millah, Putriana
Sallamah, Khairum Millatin, Arsita Dewi Rasni, Siti Nur Adzni Adzkia, Nida
Arrafh, Nur Aliyah, sholihati) WADAH 2012 dan anak-anak „the beast
ledies” yang menjadi semangat untuk terus berjuang bersama-sama dan
kebersamaanya selama ini.
14. Teman-teman Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial dan terutama pada seluruh
keluarga Sosiologi 2012 (Desty Rahmayanti, Nur Aini, Febriyani
Ramadhana, Aida, Sheila, Ida Aisyah Winda Agnes, dan kepada Mutia
Anggraini, Diah Fajriani dll) yang telah berjuang bersama-sama selama
berada di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta dan membantu
dalam menyelesaikan skripsi ini.
Dalam penyusunan skripsi ini penulis telah berusaha semaksimal mungkin
untuk mencapai kesempurnaan. Namun penulis menyadari dalam penyusunan
skripsi ini masih banyak kekurangan, semua itu dikarenakan keterbatasan dan
kemampuan penulis. Oleh karena itu penulis akan menerima dengan hati terbuka
atas segala kritik dan saran dari berbagai pihak demi kesempurnaan skripsi ini dan
dapat menjadi sebuah skripsi yang baik. Akhirnya penulis berharap semoga
skripsi ini memiliki guna dan manfaat bagi perkembangan Ilmu Pengetahuan dan
dalam dunia Pendidikan
Jakarta, 14 September 2017
Penulis
Ummi Nadzifah
vi
DAFTAR ISI
COVER
LEMBAR PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING SKRIPSI
LEMBAR PENGESAHAN DOSEN PEMBIMBING SKRIPSI
SURAT PERNYATAAN KARYA SENDIRI
UJI REFERENSI
ABSTRAK .................................................................................................. i
ABSTRACT ............................................................................................... ii
KATA PENGANTAR ................................................................................. iii
DAFTAR ISI ............................................................................................... vi
DAFTAR GAMBAR .................................................................................. ix
DAFTAR TABEL ...................................................................................... x
DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................. xi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah................................................................ 1
B. Identifikasi Masalah ...................................................................... 4
C. Pembatasan Masalah ..................................................................... 5
D. Rumusan Masalah ......................................................................... 5
E. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian ...................................... 5
BAB II KAJIAN TEORI
A. Perubahan Sosial........................................................................... 7
1. Definisi Perubahan Sosial ......................................................... 7
2. Faktor-faktor Penyebab Perubahan Sosial ................................. 9
3. Bentuk-bentuk Perubahan Sosial .............................................. 10
4. Proses Perubahan Sosial ........................................................... 12
B. Interaksi Sosial.............................................................................. 13
1.Definisi Interaksi Sosial ............................................................ 13
vii
2. Syarat-syarat terjadinya Interaksi Sosial ................................... 14
a. Adanya Kontak Sosial .......................................................... 15
b. Adanya Komunikasi ............................................................ 15
3. Faktor Dasar Interaksi Sosial .................................................... 16
4. Bentuk-bentuk Interaksi Sosial ................................................. 18
5. Proses Interaksi Sosial .............................................................. 18
a. Proses Asosiatif ................................................................... 18
b. Proses disosiatif ................................................................... 23
C. Relokasi ........................................................................................ 24
1. Definisi Relokasi ...................................................................... 24
2. Latar Belakang Relokasi .......................................................... 27
3. Faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan
dan Kegagalan Relokasi .......................................................... 27
D. Hasil Penelitian Relevan ............................................................... 28
E. Kerangka Berpikir ......................................................................... 36
BAB III METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu ......................................................................... 38
B. Metode Penelitian ......................................................................... 39
C. Subjek dan Sumber Data ............................................................... 40
1. Data Primer .............................................................................. 40
2. Data Sekunder .......................................................................... 40
D. Teknik Pengumpulan Data ............................................................ 41
1. Observasi ................................................................................. 41
2. Wawancara .............................................................................. 42
3. Dokumentasi ............................................................................ 42
E. Instrument Penelitian..................................................................... 43
1. Pedoman Observasi .................................................................. 43
2. Pedoman Dokumentasi ............................................................. 44
3. Pedoman Wawancara ............................................................... 44
F. Teknik Pengecekan Keabsahan Data.............................................. 45
G. Teknik Analisis Data .................................................................... 46
viii
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Data .............................................................................. 49
1. Gambaran Umum Rusunawa Jatinegara Barat Jakarta Timur ..... 49
2. Permasalahan Rusunawa Jatinegara Barat ................................. 55
3. Karakteristik Informan .............................................................. 61
B. Hasil Penelitian ............................................................................. 62
1. Perubahan Interaksi Sosial Masyarakat Kampung Pulo di
Rusunawa Jatinegara Barat Jakarta Timur ................................ 62
2. Interaksi Sosial Masyarakat Kampung Pulo Setelah Relokasi .... 66
C. Pembahasan .................................................................................. 72
1. Perubahan Interaksi Sosial Masyarakat Kampung Pulo ............. 72
2. Interasi Sosial Masyarakat Kampung Pulo Setelah Direlokasi ... 74
BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Kesimpulan ................................................................................. 81
B. Saran ............................................................................................. 82
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
ix
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Kerangka Berpikir .......................................................... 37
x
DAFTAR TABEL
Table 2.1 Hasil Penelitian Relevan ......................................................... 28
Table 2.2 Persamaan dan Perbedaan Penelitian Relevan ......................... 33
Table 3.1 Jadwal Penelitian .................................................................... 38
Table 3.2 Pedoman Observasi ................................................................. 43
Table 3.3 Pedoman Dokumentasi............................................................ 44
Table 3.4 Pedoman Wawancara Jenis Data Jumlah Keterangan .............. 44
Table 4.1 Penduduk Rusunawa Jatinegara Barat Jakarta Timur ............... 51
Table 4.2 Jumlah Penghuni Menurut Usia Sekolah ................................. 52
Table 4.3 Sarana dan Prasarana Rusunawa Jatinegara Barat .................... 54
Table 4.4 Kegiatan Rusunawa Jatinegara Barat Timur ............................ 55
Table 4.5 Data Informan ......................................................................... 61
Table 4.6 Data Demografi Rusunawa Jatinegara Barat ............................ 71
xi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Surat Bimbingan Skripsi
Lampiran 2 Surat Permohonan Izin Penelitian
Lampiran 3 SK Penelitian
Lampiran 4 Pedoman Wawancara
Lampiran 6 Hasil Wawancara
Lampiran 7 Dokumentasi
Lampiran 8 Lembar Uji Referensi
Lampiran 9 Biografi Penulis
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Provinsi DKI Jakarta adalah provinsi yang menempati lahan kecil di
sebelah utara Jawa Barat dihimpit oleh wilayah Provinsi Banten dan Provinsi
Jawa Barat.1 Pada tahun 2015 jumlah penduduk kota Jakarta kurang lebih
sekitar 10.177,9 juta jiwa.2 Data tersebut menggambarkan keadaan Jakarta
sangat padat dengan kegiatan masyarakatnya yang selalu sibuk selama 24 jam.
Kota Jakarta selain menjadi pusat pemerintahan dan perpolitikan, kehidupan
Jakarta yang penuh dengan tempat hiburan, pendidikan yang baik dan
banyaknya lapangan pekerjaan menjadi faktor pendorong masyarakat di luar
Jakarta untuk melakukan urbanisasi dan mencari pekerjaan di Jakarta dengan
tujuan untuk memperbaiki taraf hidup mereka.
Seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk, Jakarta dihadapkan
pada sejumlah persoalan antara lain kemacetan lalu-lintas, kriminalitas, polusi
udara dan bencana banjir. Perluasan permukiman serta pembabatan pohon di
wilayah pinggiran akibat polusi penduduk yang semakin padat menyebabkan
hampir setiap tahun sebagian wilayah Jakarta mengalami banjir.
Pesatnya pertambahan jumlah penduduk di Jakarta selain akan
menyebabkan persoalan banjir juga akan berpengaruh langsung terhadap
kebutuhan sarana dan prasarana kota dalam hal ini menyangkut kebutuhan
akan perumahan dan permukiman. Semakin besar dan meluasnya kota serta
semakin tingginya tingkat kepadatan penduduk menimbulkan permasalahan
permukiman kumuh.
Permukiman kumuh yang berada di pinggiran sungai Jakarta
menghambat aliran sungai yang ada disekitar pemukiman tersebut terlebih
1Fritz G. kumendong dan G. Bani, Muatan Lokal Ensiklpodei Geografi Indonesia Mengenal
33 Provinsi di Tanah Air, (Jakarta: PT. Lentera Abadi, 2009), h. 69.
2Badan Pusat Statistik (BPS) Jakarta, Tahun 2015.
2
sampah dari warga di sekitar sungai yang setiap harinya mereka buang dan
sampah tersebut mengendap sehingga mengurangi jumlah air yang bisa
ditampung oleh sungai. Akhirnya terjadilah banjir tahunan yang dapat
merugikan pendapatan masyarakat Jakarta karena ketika banjir kegiatan
perekonomian di Jakarta dapat terhambat hal ini menyebabkan pendapatan
masyarakat dan daerah menurun. Salah satu daerah yang setiap tahunnya
mengalami banjir adalah Kampung Pulo Jakarta Timur.
Permukiman Kampung Pulo yang berada di bantaran sungai Ciliwung
Jakarta Timur terendam mencapai 1,5 meter hingga 2 meter setiap musim
penghujan tiba.1 Namun setiap banjir warga Kampung Pulo tidak pernah keluar
dari kawasan Kampung Pulo untuk mengungsi, mereka hanya memindahkan
barang-barangnya dan tetap bertahan di lantai dua rumah mereka.
Hal inilah yang mendorong Pemerintah Provinsi Daerah Khusus Ibu kota
(DKI) Jakarta memperbaiki kawasan tersebut dan merelokasikan warganya ke
Rusunawa Jatinegara Barat Jakarta Timur. Tujuan dari relokasi tidak lain
dilakukan agar pemerintah bisa menormalisasi kali dan sungai. Sebab selama
ini permukiman kumuh yang dibangun warga di badan sungai menyebabkan
lebar sungai pun berkurang dari 20-50 meter menjadi 5 hingga 10 meter.2
Sehingga pada tanggal 20 Agustus 2015 Pemerintah Daerah Jakarta
Timur yang dipimpin oleh Walikota Jakarta Timur, yaitu Bambang
Musyawardana dibantu dengan 2.100 personel merelokasi masyarakat
Kampung Pulo ke Rusunawa Jatinegara Barat.3
Kebijakan relokasi merupakan salah satu kebijakan yang diambil
Pemerintah Provinsi Jakarta untuk memperbaiki tata kota di Jakarta yang
hampir seluruh wilayah yang berada di pinggir sungai menjadi permukiman
1Tri Wahyuni dan CNN Indonesia, Berita Ahok di Balik Penggusuran Kampung Pulo, 2015, http://www.cnnindonesia.com/nasional/20150820195034-20-73479/cerita-ahok-di-balik-
penggusuran-kampung-pulo/, diunduh pada 23 Januari 2017 pukul 10.00.
2Poskotanews, Ahok Sudah Relokasi 14.900 Warga ke Rumah Susun, 2016,
http://poskotanews.com/2016/05/21/ahok-sudah-relokasi-14-900-warga-ke-rumah-susun/, diunduh
pada 23 Januari 2017 pukul 10.20.
3Tempo. Co, Ahok Pastikan Penggusuran Kampung Pulo Jalan Terus, 2015,
https://www.tempo.co/read/fokus/2015/08/21/3239/ahok-pastikan-penggusuran-kampung-pulo-
jalan-terus, diunduh pada tanggal 23 Januari 2017 pukul 11.00
3
kumuh. Sampai saat ini Pemerintah Provinsi Jakarta telah merelokasi 14.900
jiwa dari 6.000 Kepala Keluarga (KK) warga yang telah direlokasi ke rumah
susun. Jumlah tersebut berasal dari Waduk Pluit, Kali Sekretaris, Kali
Mookervart, Kampung Pulo, Pulomas, Kalijodo, Pasar Ikan, Waduk Ria Rio,
Sodetan Ciliwung dan akhir-akhir ini adalah Bukit Duri serta lokasi lainnya.4
Relokasi masyarakat Kampung Pulo ke rumah susun sewa Jatinegara Barat
secara tidak langsung membawa dampak perubahan interaksi sosial.
Interaksi sosial merupakan syarat utama terjadinya aktivitas-aktivitas
sosial. Interaksi sosial merupakan hubungan-hubungan sosial yang dinamis
yang menyangkut hubungan antara orang-perorangan, antar kelompok-
kelompok manusia, maupun antara orang-perorangan dengan kelompok
manusia.5 Hal ini sesuai dengan Firman Allah dalam surat Al-Hujurat ayat 13:
Artinya :
“Hai manusia, Sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang
laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa - bangsa dan
bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang
paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara
kamu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal” (QS. Al-
Hujurat: 13)
Perubahan adalah hal yang bertujuan untuk merubah sesuatu yang
kurang baik menjadi sesuatu hal yang baik. Dalam kasus relokasi tersebut
Pemerintah Provinsi Daerah Khusus Ibu kota (DKI) Jakarta bertujuan untuk
merubah pola kehidupan masyarakat Kampung Pulo menjadi lebih baik dan
menjadikan daerah Kampung Pulo menjadi ruang terbuka hijau.
4Poskotanews.com, Ahok Sudah Relokasi 14.900 Warga ke Rumah Susun, 2016,
http://poskotanews.com/2016/05/21/ahok-sudah-relokasi-14-900-warga-ke-rumah-susun/, diunduh
pada tanggal 23 Januari 2017 pukul 10.20
5Soejono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, (Jakarta: PT Rajagrafindo Persada, 2005), h.
61.
4
Relokasi atau perpindahan memang memiliki tujuan tertentu, salah
satunya adalah agar masyarakat Kampung Pulo tidak hidup di lingkungan yang
kumuh dan juga meminimalisir banjir ketika musim hujan.
Berdasarkan permasalahan yang telah diuraikan di atas peneliti tertarik
melakukan penelitian dengan judul “Perubahan Interaksi Sosial Masyarakat
Kampung Pulo Pasca Relokasi di Rusunawa Jatinegara Barat Jakarta
Timur”
B. Identifikasi Masalah
Untuk menghindari dari kekeliruan dan kesalah pahaman dalam
pembahasan ini maka identifikasi permasalahnnya adalah sebagai berikut:
1. Permukiman kumuh yang menjadi latar belakang diadakannya relokasi
masyarakat Kampung Pulo ke Rusunawa Jatinegara Barat Jakarta Timur.
2. Interaksi sosial masyarakat Kampung Pulo yang terjadi sebelum
direlokasinya mereka ke Rusunawa Jatinegara Barat Jakarta Timur.
3. Interaksi sosial masyarakat Kampung Pulo yang berada di Rusunawa
Jatinegara Barat Jakarta Timur.
4. Kendala yang sering dirasakan masyarakat Kampung Pulo dalam melakukan
interaksi sosial pasca relokasi.
5. Usaha yang dilakukan pemerintah untuk mempertahankan masyarakat
Kampung Pulo untuk tetap bertahan di Rusunawa Jatinegara Barat Jakarta
Timur.
C. Pembatasan Masalah
Dalam pembatasan masalah, agar penelitian ini tidak meluas, maka
penulis akan meneliti mengenai interaksi sosial masyarakat Kampung Pulo
yang direlokasi ke Rusunawa Jatinegara Barat Jakarta Timur, maka penulis
memberi batasan masalah sebagai berikut :
1. Interaksi sosial masyarakat Kampung Pulo yang terjadi sebelum direlokasi
mereka ke Rusunawa Jatinegara Barat Jakarta Timur.
2. Interaksi sosial masyarakat Kampung Pulo yang terjadi yang berada di
Rusunawa Jatinegara Barat Jakarta Timur.
5
3. Kendala yang sering dirasakan masyarakat Kampung Pulo dalam melakukan
interaksi sosial pasca relokasi.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah sebagaimana
diuraikan diatas, maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah
Bagaimana bentuk perubahan interaksi sosial masyarakat Kampung Pulo yang
tinggal di Rusunawa Jatinegara Barat akibat relokasi ?
E. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh data, fakta yang valid
dan dapat dipercaya mengenai gambaran yang jelas tentang perubahan
interaksi sosial masyarakat Kampung Pulo paska direlokasinya mereka ke
Rusunawa Jatinegara Barat Jakarta Timur.
F. Manfaat Penelitian
Setelah penelitian ini dilakukan, maka manfaat dari penelitian ini adalah:
1. Manfaat Teoritis
Yakni sebagai bahan acuan untuk mengembangkan ilmu pengetahuan
yang berkaitan dengan bidang studi Sosiologi yang bertujuan untuk
menambah hasanah pengetahuan khususnya pada materi pembelajaran
Perubahan Sosial pada kelas XII.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Pemerintah DKI Jakarta
Hasil kajian ini diharapkan dapat dipergunakan sebagai masukan
bagi Pemerintah Jakarta dalam menentukan program relokasi di
kemudian hari sehingga mampu menghasilkan kebijakan yang optimal,
efektif, efesien dan dirasa tidak berat sebelah bagi masyarakat kecil
sesuai dengan tujuan pemerintah dan aspirasi/keinginan masyarakat yang
direlokasi permukimannya, khusunya bagi masyarakat korban
penggusuran permukiman kumuh.
6
Memberikan gambaran terhadap langkah-langkah kebijakan
relokasi pada Pemerintah Provinsi DKI Jakarta agar relokasi bisa berjalan
dengan baik dan dapat memberikan dampak yang baik bagi masyarakat
korban relokasi.
b. Bagi Institusi
Sebagai penerapan atau implementasi dari referensi-refensi
penelitian yang terdapat dalam penelitian ini bagi masyarakat Kampung
Pulo khususnya dan masyarakat umum secara luas.
c. Bagi Peneliti
1. Sebagai sarana untuk menambah ilmu pengetahuan.
2. Sebagai salah satu cara untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan
7
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Peribahan Sosial
1. Definisi Perubahan Sosial
Perubahan atau disebut juga dengan transformasi. Transformasi
berasal dari bahasa Inggris transformation yang berarti perubahan bentuk
(rupa) atau pengganti rupa.1Kemudian diserap ke dalam bahasa Indonesia
dengan kata transformasi. Kata transformasi dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia (KBBI), diartikan sebagai perubahan rupa, bentuk (sifat dan
sebagainya).2 Dalam ilmu sosial, transformasi sosial sering diartikan dengan
istilah perubahan sosial, yaitu “perubahan yang terjadi dalam kehidupan
masyarakat mencakup perubahan pada norma sosial, nilai sosial, interaksi
sosial, pola perilaku, organisasi sosial, lembaga kemasyarakatan, lapisan
masyarakat, susunan kekuasaan dan wewenang.“3
Setiap manusia pasti mengalami perubahan dalam kehidupannya. Hal
ini merupakan hal yang wajar, karena manusia mempunyai kebutuhan yang
berbeda dan tak terbatas setiap harinya. “Perubahan-perubahan tersebut
akan terlihat ketika adanya perbedaan tatanan sosial yang sebelumnya
dengan yang baru.“4Adanya perubahan bisa terlihat dengan membandingkan
keadaan masyarakat pada masa tertentu yang dibandingkan dengan keadaan
masyarakat masa lampau.
Menurut Auguste Comte dan Herbert Spencer perubahan pasti terjadi
pada kehidupan manusia dan masyarakat yang selalu mengalami
perkembangan dalam segi kehidupan sesuai dengan tahap-tahap tertentu,
1John M. Echols. Kamus Inggris Indonesia, (Jakarta: PT Gramedia Jakarta, 2010), h. 601.
2Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), edisi keempat, h. 1484
3Beni Ahmad Saebani, Perspektif Perubahan Sosial, (Bandung: CV Pustaka Setia, 2016),
h.15. 4Abdulsyani, Sosiologi Skematika, Teori dan Terapan,(Jakarta: PT Bumi Aksara, 2012),
h.162.
8
mulai dari bentuk sederhana, sampai kebentuk yang lebih kompleks hingga
sampai pada tahap yang sempurna.
Teori perubahan sosial berpusat pada ciri-ciri kapitalis atau
perkembangan industrial dan ketiadaan perkembangan sosial yang
nyata dalam masyarakat yang telah menjadi bagian dari wilayah
kekuasaan kolonial Eropa. Teori-teori perubahan sosial ini
mempunyai perhatian pada perkembangan jangka panjang dan
berskala besar atau makro.5
Disisi lain William F. Ogburn dalam Anwar Yesmil dan Adang
berpendapat mengenai perubahan sosial. Perubahan sosial diartikan sebagai
“Perubahan-perubahan yang terjadi dalam struktur dan fungsi masyarakat.
Ruang lingkup perubahan sosial meliputi unsur-unsur kebudayaan baik yang
material terhadap unsur-unsur immaterial. “6
Menurut Herbert Blumer (1955) dalam Beni Ahmad Saebani melihat
perubahan sosial sebagai usaha kolektif untuk menegakkan terciptanya tata
kehidupan baru.7 Menurut Robert H. Laure dalam Beni Ahmad Saebani
perubahan sosial adalah perubahan penting dari struktur sosial, dan struktur
sosial adalah pola-pola perilaku dan interaksi sosial.8 Struktur yang pertama
kali berubah adalah struktur penduduk, yang kemudian menyeret terjadinya
perubahan yang lainnya.9
Menurut Sosiolog Indonesia Selo Soemardjan dan Soelaiman
Soemardi, berpendapat bahwa perubahan-perubahan sosial adalah segala
perubahan-perubahan pada lembaga-lembaga kemasyarakatan di dalam
suatu masyarakat, yang mempengaruhi sistem sosialnya, termasuk di
dalamnya nilai-nilai, sikap-sikap dan pola-pola perikelakuan diantara
kelompok-kelompok dalam masyarakat.10
5Nicholas dkk, Kamus Sosiologi, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010), hh. 510-511. 6Anwar Yesmil dan Adang, Sosiologi untuk Universitas, (Bandung: PT Rafika Aditama,
2013), h.245.
7J.Dwi Narwoko-Bagong Suyanto, Sosiologi Teks Pengantar dan Terapan, (Jakarta: Prenada
Media Group, 2007), h. 363.
8Saebani, h.14.
9Ibid, h.70.
10Abdulsyani, Sosiologi Skematika Teori dan Terapan, (Jakarta : PT Bumi Aksara, 2012), hh.
163-164.
9
Berdasarkan pendapat para ahli mengenai pengertian perubahan
sosial, maka dapat disimpulkan perubahan sosial adalah berubahnya kondisi
atau keadaan yang terjadi di dalam masyarakat dengan lembaga atau elit
yang menjadi agen perubahan tersebut. Dimana keadaan tersebut bisa
mempengaruhi sistem sosial yang terjadi di masyarakat tersebut bukan
hanya sistem sosialnya tapi juga dapat mempengaruhi pola-pola perilaku
dan interaksi sosial. Perubahan tersebut terjadi dalam jangka waktu cepat
maupun lambat dan dalam keadaan perubahan yang direncanakan maupun
tidak direncanakan.
2. Faktor-faktor Penyebab Perubahan Sosial
Pada dasarnya perubahan-perubahan sosial pasti terjadi dalam
kehidupan manusia. Oleh karena itu, anggota masyarakat pada waktu
tertentu merasa tidak puas lagi terhadap keadaan kehidupannya yang lama
dan karena manusia pada dasarnya memiliki sifat bosan.11
Norma-norma
dan lembaga-lembaga sosial, atau sarana penghidupan yang lama dianggap
tidak memadai lagi untuk memenuhi kebutuhan hidup yang baru. Pada
umumnya dapat dikatakan bahwa sebab-sebab tersebut sumbernya mungkin
ada yang terletak di dalam masyarakat itu sendiri dan ada yang letaknya di
luar masyarakat yaitu datangnya sebagai pengaruh dari masyarakat lain atau
alam sekitarnya.12
Dalam bagian ini selanjutnya akan dibahas tentang
faktor-faktor penyebab perubahan sosial. berikut penjelasannya:
Menurut Abdul Syani terdapat tiga faktor utama penyebab terjadinya
perubahan sosial yaitu penimbunan (akumulasi) kebudayaan, pertambahan
penduduk dan penemuan-penemuan baru.13
Timbunan kebudayaan dan
penemuan baru merupakan faktor penyebab perubahan sosial yang penting
karena selalu terjadinya penimbunan kebudayaan dalam kehidupan
masyarakat sehingga kebudayaan semakin lama semakin beragam. Hal ini
disebabkan karena adanya penemuan baru dari anggota masyarakat pada
11Paul B. Horton dan Chester L. Hunt, Sosiologi Jilid 2 Edisi keenam, (Jakarta: Erlangga,
1984), h. 207.
12Anwar Yesmil dan Adang, op.cit, h.248.
13Abdulsyani, op.cit, h.164.
10
umumnya.14
Perubahan jumlah penduduk merupakan faktor penyebab
timbulnya perubahan sosial dan budaya, sehingga jika suatu daerah baru
telah dipadati penduduk, maka secara otomatis kadar keramah tamahan pun
akan semakin menurun dan lambat laun akan membentuk masyarakat yang
bersifat individual, kelompok sekunder akan semakin bertambah jumlahnya
dan akan berdampak pada rumitnya sistem kelembagaan.15
Penemuan baru
merupakan suatu proses sosial dan kebudayaan yang besar tetapi yang
terjadi dalam jangka waktu yang tidak terlalu lama.16
3. Bentuk-bentuk Perubahan Sosial
Perubahan sosial menurut Syahrial Syarbaini dan Rusdiyanti dapat
dibedakan atas beberapa bentuk yaitu perubahan evolusi, revolusi,
perubahan yang tidak direncanakan dan yang terakhir perubahan yang
direncanakan.17
Adapun penjelasannya sebagai berikut: pertama perubahan
evolusi: Teori evolusi banyak diilhami oleh pemikiran Darwin. Para ahli
menyatakan bahwa evolusi memengaruhi cara pengorganisasian
masyarakat, utamanya adalah yang berhubungan dengan sistem kerja.
Perubahan evolusi terjadi dalam proses yang lambat, dalam waktu yang
cukup lama tanpa ada kemauan tertentu dari masyarakat yang
bersangkutan.18
Kemudian kedua perubahan revolusi: Berbeda dengan teori perubahan
evolusi perubahan revolusi merupakan perubahan yang berlangsung secara
cepat dan tidak ada kehendak atau perencanaan sebelumnya, sedangkan
dalam sosiologi perubahan revolusi dapat diartikan sebagai perubahan-
perubahan sosial mengenai unsur-unsur kehidupan atau lembaga-lembaga
kemasyarakatan yang berlangsung relatif cepat.19
Selanjutnya ketiga
perubahan yang tidak direncanakan: Perubahan yang tidak direncanakan
adalah perubahan-perubahan yang terjadi tanpa dikehendaki, berlangsung di
14Abdulsyani, op.cit, h. 164
15Paul B. Horton dan Chester L. Hunt, op.cit, h.218.
16Anwar Yesmil dan Adang, op.cit, h.249.
17 Syahrial Syarbaini dan Rusdiyanta, loc.cit, h. 138. 18Syahrial Syarbaini dan Rusdiyanta, loc.cit, h. 138.
19Abdulsyani, op.cit, h. 168.
11
luar jangkauan pengawasan masyarakat dan dapat menyebabkan timbulnya
akibat-akibat sosial yang tidak diharapkan masyarakat.20
Dan terakhir
adalah perubahan yang direncanakan: Perubahan yang direncanakan
menurut Lippit dalam Syamsir Salam dan Amir Fadilah merupakan proses
perubahan yang dilakukan menurut keputusan-keputusan tertentu yang akan
mewarnai perkembangan yang akan dicapai dalam suatu sistem sosial.21
Menurut Selo Soemardjan dan Soelaiman Soemardi dalam Abdulsyani,
perubahan yang direncanakan adalah perubahan atau yang telah
direncanakan terlebih dahulu sebelumnya oleh pihak-pihak yang hendak
mengadakan perubahan di dalam masyarakat. 22
Jadi perubahan sosial yang direncanakan adalah perubahan sosial yang
terjadi di dalam masyarakat yang telah direncanakan atau dibicarakan
terlebih dahulu oleh berbagai pihak yang menghendaki perubahan tersebut.
Proses perubahan berencana mencakup tahapan-tahapan sebagai
berikut: membangun kebutuhan untuk berubah, selain itu perubahan juga
membutuhan jaringan untuk perubahan, melaksanakan upaya gerakan untuk
meraih perubahan terutama melalui identifikasi permasalahan yang dihadapi
dan melakukan evaluasi terhadap pilihan yang ada serta merumuskan arah
(maksud dan tujuan) yang akan ditentukan, agar perubahan tersebut dapat
berdampak positif bagi masyarakat sehingga perubahan harus bersifat
generalisasi dan adanya stabilisasi perubahan, dan untuk menyempurnakan
keseluruhan proses maka proses yang terakhir adalah mensukseskan
hubungan akhir (cita-cita yang akan dicapai bersama).23
Dalam kaitannya dengan perubahan berencana, Tjondronegoro dalam
Syamsir Salam dan Amir Fadilah memandang bahwa pembangunan
berencana merupakan bentuk program pembangunan yang dilakukan secara
sistematis dan terorganisir melalui institusi birokrasi pemerintahan dari
20Soerjono Soekanto dan Budi Sulistyowati, op.cit, h. 271.
21Syamsir Salam dan Amir Fadilah, Sosiologi Pembangunan Pengantar Studi Pembangunan
Lintas Sektoral, (Jakarta : Lembaga Penelitian UIN JKT, 2009), h. 63.
22Abdulsyani, op.cit,h. 169-170.
23Syamsir Salam dan Amir Fadilah, op.cit, h.63.
12
tingkat pusat sampai tingkat desa dalam rangka untuk mewujudkan
kesejahteraan dan kemakmuran masyarakat.24
Fenomena dari bentuk sentralistik pemerintah melalui pembangunan
berencana dapat kita lihat dari berbagai upaya pemerintah untuk membentuk
organisasi dan lembaga sosial yang keberadaannya mulai menggusur
eksistensi lembaga lokal yang telah ada sebelumnya, karena diseragamkan
modelnya oleh pemerintah. Lebih jauh Tjondronegoro menggambarkan
bahwa kesadaran yang tertanam dalam pemikiran para elit dan agen
perubahan dalam pembangunan ekonomi negara akan tercapai jika ada
peningkatan produktivitas sumber daya dan ketrampilan warga desa dan
pedusunan dalam mengelola sumber daya alam yang dimiliki warga desa
dapat direkayasa jika mereka dimanfaatkan sebagai agen perubahan dalam
proses pembangunan.25
4. Proses Perubahan Sosial
Proses perubahan sosial terdiri dari tiga tahap berurutan: invensi, yaitu
proses di mana ide-ide baru diciptakan dan dikembangkan; difusi, ialah
proses di mana ide-ide baru itu dikomunikasikan ke dalam sistem sosial dan
konsekuensi, yakni perubahan-perubahan yang terjadi dalam sistem sosial
sebagai akibat pengabdosian atau penolakan inovasi.26
Dalam sumber lain mengatakan proses perubahan sosial meliputi:
Saluran perubahan sosial yang pada umumnya terdapat pada bidang
pemerintah, perekonomian, keagamaan, pendidikan, rekreasi/wisata dsb.
Keseluruhan saluran tersebut berjalan efektif tergantung pada lembaga
kemasyarakatan apa yang dominan dan dijunjung tinggi masyarakat. Selain
itu disorganisasi, apabila ada perubahan maka norma dan nilai-nilai
kemasyarakatan mengalami proses pudar, maka timbul problem sosial
berupa penyimpangan. Sebaliknya, reorganisasi merupakan proses
24Ibid, h.63.
25Ibid, h. 64-65.
26Anwar Yesmil dan Adang, op.cit, h.250.
13
pembentukan norma dan nilai-nilai baru dalam bentuk penyesuaian diri
dalam lembaga kemasyarakatan yang mengalami perubahan. 27
B. Interaksi Sosial
1. Definisi Interaksi Sosial
Ketika berbicara mengenai ilmu sosial maka tidak terlepas dari
interaksi sosial karena interaksi merupakan alat dimana manusia bisa
bersosialisasi dengan lingkungan. Hal ini sesuai dengan pandangan ahli
sosiologi seperti Max Weber bahwa pokok pembahasan sosiologi ialah
tindakan sosial.28
Interaksi sosial merupakan tindakan sosial yang
berpengaruh sangat penting bagi terlaksananya proses sosialiasi dan juga
berpengaruh pada perubahan sosial yang terjadi di masyarakat. Interaksi
sosial berlangsung rutin dan tindakan sosial yang dilakukan orang-orang.29
Tanpa interaksi sosial tidak mungkin ada kehidupan masyarakat.30
Menurut Bonner dalam Yusron Razak berpendapat bahwa interaksi
sosial ialah suatu hubungan antara dua orang atau lebih sehingga kelakuan
individu yang satu memengaruhi, mengubah, atau memperbaiki kelakuan
individu yang lain dan sebaliknya.31
Disisi lain Young dalam Soerjono Soekanto dan Budi Sulistyowati
juga memberikan pendapatnya mengenai interaksi sosial. Menurut Young,
interaksi sosial ialah kontak timbal balik antara dua orang atau lebih.32
Pada
dasarnya interaksi sosial merupakan kunci dari semua kehidupan sosial
karena tanpa interaksi sosial, tak akan mungkin ada kehidupan bersama.33
Para ahli sosiologi sepakat bahwa interaksi sosial adalah syarat utama
bagi terjadinya aktivitas sosial dan hadirnya kenyataan sosial. Ketika
berinteraksi, seseorang atau kelompok sebenarnya tengah berusaha atau
27Syahrial Syarbaini dan Rusdiyanta, Dasar-dasar Sosiologi, (yogyakarta: Graha ilmu, 2009),
h.137. 28Kamanto Sunarto, Ibid, h. 35.
29J. Dwi Narwoko dan Bagong Suyanto, Sosiologi Teks Pengantar dan Terapan (Jakarta:
Kencana, 2007), h.15. 30Syahrial Syarbaini dan Rusdiyanta, op.cit, h.26. 31Yusron Razak, Sosiologi Sebuah Pengantar, (Ciputat: Laboratorium Sosiologi Agama,
2008), h. 57. 32Ibid, h. 57. 33Soerjono Soekanto dan Budi Sulistyowati, op.cit, h. 54.
14
belajar bagaimana memahami tindakan sosial orang atau kelompok lain.
Sebuah interaksi sosial akan kacau bilamana antara pihak-pihak yang
berinteraksi tidak saling memahami motivasi dan makna tindakan sosial
yang mereka lakukan.34
Saling bertemunya individu dengan individu lain secara badaniah saja
tidak akan menciptakan suatu pergaulan hidup atau terjadinya kehidupan
bersama di dalam kelompok sosial. Pergaulan hidup atau kehidupan
bersama akan tercipta jika individu atau kelompok manusia saling berbicara,
bekerja sama dan membantu untuk mencapai tujuan bersama, terciptanya
konflik, persaingan dan lain sebagainya.
Menurut George Herbert Mead dalam Dwi Narwoko dan Bagong
suyanto berpendapat bahwa agar interaksi sosial bisa berjalan dengan tertib
dan teratur dan agar anggota masyarakat bisa berfungsi secara normal, maka
yang diperlukan bukan hanya kemampuan untuk bertindak sesuai dengan
konteks sosialnya, tetapi juga memerlukan kemampuan untuk menilai secara
objektif perilaku kita sendiri dari sudut pandang orang lain.35
Maka dapat dikatakan bahwa interaksi sosial merupakan suatu dasar
proses sosial yang terjadi di dalam kelompok masyarakat, yang menunjuk
pada hubungan-hubungan kelompok sosial yang dinamis. Sehingga interaksi
sosial sangatlah penting bagi terciptanya suatu kehidupan jika individu
hanya bertemu secara badaniah saja tanpa adanya saling berbicara, saling
bekerja sama dan saling membantu maka kehidupan di dalam kelompok
sosial tidak akan terjadi. Manusia sebagai aktor sosial harus memberikan
timbal balik untuk saling mempengaruhi, mengubah dan memperbaiki
kehidupan satu sama lain atau kehidupan kelompok.
2. Syarat-syarat Terjadinya Interaksi Sosial
Suatu interaksi sosial tidak akan terjadi di dalam kehidupan sosial
apabila tidak memenuhi dua syarat, yaitu:
34J. Dwi Narwoko dan Bagong Suyanto, op.cit, h. 20.
35J. Dwi Narwoko dan Bagong Suyanto, op.cit, h. 20.
15
a. Adanya kontak sosial
Kata kontak berasal dari bahasa latin, yaitu con atau cum
(bersama-sama) dan tango (menyentuh) jadi artinya bersama-sama
menyentuh. Kontak sosial mempunyai dua sifat. Yang pertama
bersifat primer, artinya terjadi apabila hubungan diadakan secara
langsung yang berhadapan muka. Yang kedua bersifat sekunder
artinya suatu kontak memerlukan suatu perantara.36
Namun ada pula
yang bersifat positif dan negatif. Kontak sosial yang bersifat positif
mengarahkan pada suatu kerja sama, sedangkan yang bersifat negatif
mengarahkan pada suatu pertentangan atau bahkan sama sekali tidak
menghasilkan suatu interaksi sosial.37
Secara fisik, kontak baru terjadi apabila terjadi hubungan
badaniah. Sebagai gejala sosial itu tidak perlu berarti suatu hubungan
badaniah, karena orang dapat mengadakan hubungan dengan pihak
lain tanpa menyentuhnya, seperti misalnya, dengan cara berbicara
dengan pihak lain tersebut.38
b. Adanya komunikasi
Komunikasi menyangkut segala bentuk penyampaian pesan,
baik kepada kucing, rumput yang bergoyang, arwah, Tuhan dan
tentunya kepada manusia.39
Komunikasi sesuai dengan objek
materinya yang berada dalam rumpun ilmu-ilmu sosial. Artinya,
penyampaian pesan kepada makhluk selain manusia berada di luar
objek kajian ini.40
Usaha penyampaian pesan kepada manusia.41
Arti terpenting komunikasi adalah bahwa seseorang
memberikan tafsiran pada perilaku orang lain (yang berwujud
pembicaraan, gerak-gerak badaniah atau sikap), perasaan-perasaan apa
36Yusron Razak, op.cit, h. 58.
37Soerjono Soekanto dan Budi Sulistyowati, op.cit, h. 59.
38Ibid, h. 58.
39Dani Vardiansyah, Filsafat Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar, (Jakarta: PT Indeks, 2008),
h. 28.
40Ibid, h. 28.
41Ibid, h. 29.
16
yang ingin disampaikan oleh orang tersebut. Orang yang bersangkutan
kemudian memberikan reaksi terhadap perasaan yang ingin
disampaikan oleh orang lain tersebut.42
Komunikasi mengacu pada tindakan, oleh satu orang atau lebih,
yang mengirim dan menerima pesan yang terdistorsi oleh gangguan
(nase), terjadi dalam konteks tertentu, mempunyai pengaruh tertentu
dan ada kesempatan untuk melakukan umpan balik.43
Dengan adanya komunikasi tersebut, sikap-sikap dan perasaan-
perasaan suatu kelompok manusia atau orang-perseorangan dapat
diketahui oleh kelompok-kelompok lain atau orang-orang lainnya. Hal
itu kemudian merupakan bahan untuk menentukan reaksi apa yang
akan dilakukannya.44
Sedangkan aspek terpenting dari komunikasi adalah bila
seseorang memberikan tafsiran pada sesuatu atau perikelakuan orang
lain. Dalam komunikasi sering kali muncul berbagai macam
penafsiran terhadap makna sesuatu atau tingkah laku orang lain yang
mana itu semua ditentukan oleh perbedaan konteks sosialnya.45
Dengan demikian, komunikasi memungkinkan kerja sama antara
orang perorangan atau antara kelompok-kelompok manusia dan
memang komunikasi merupakan salah satu syarat terjadinya kerja
sama. Akan tetapi, tidak selalu komunikasi menghasilkan kerja sama
bahkan suatu pertikaian mungkin akan terjadi sebagai akibat salah
paham atau karena masing-masing tidak mau mengalah.46
3. Faktor Dasar Interaksi Sosial
Berlangsungnya suatu proses interaksi didasarkan pada berbagai
faktor, antara lain faktor imitasi, sugesti, identifikasi dan simpati. Imitasi
merupakan faktor yang paling penting dalam proses interaksi sosial. Imitasi
42Soerjono Soekanto dan Budi Sulistyowati, op.cit, h.60
43Joseph A. Devito, Komunikasi Antar Manusia Kuliah Dasar Edisi Kelima, (Jakarta:
Profesional Book, 1997), h. 23.
44Soejono Soekanto dan Budi Sulistyowati, Sosiologi, op.cit, h.61.
45J. Dwi Narwoko dan Bagong Suyanto, op.cit, h. 16.
46Soejono Soekanto dan Budi Sulistyowati, loc.cit, h.61.
17
dapat mendorong seseorang untuk mematuhi kaidah-kaidah dan nilai-nilai
yang berlaku.47
Namun, disisi lain imitasi juga berdampak negatif ketika
yang ditiru adalah tindakan-tindakan yang menyimpang dan imitasi juga
bisa menghambat kreativitas karena pengaruh dari meniru tersebut.
Faktor sugesti terjadi apabila seseorang memberi suatu pandangan
atau suatu sikap yang berasal dari dirinya yang kemudian diterima oleh
pihak lain. Proses sugesti hampir sama dengan imitasi, tetapi titik tolaknya
berbeda. Sugesti dapat terjadi karena pihak yang menerima dilanda oleh
emosi, yang dapat menghambat daya berpikir secara rasioanal.48
Sugesti dapat terjadi ketika orang yang memberikan pandangan adalah
seseorang yang memiliki sifat berwibawa atau mungkin sifat otoriter. Orang
yang berwibawa atau terpandang dapat dengan mudah memberikan
pandangan bagi anggota dari kelompoknya, secara tidak sadar orang yang
menerima pandangan dari orang yang berwibawa atau otoriter mereka akan
dengan mudah menerima sugesti tersebut, sehingga apa yang mereka terima
secara otomatis akan merubah pola kehidupan atau sikap dari anggota
kelompok tersebut.
Identifikasi sebenarnya merupakan kecenderungan-kecenderungan
atau keinginan-keinginan dalam diri seseorang untuk menjadi sama dengan
pihak lain. Identifikasi sifatnya lebih mendalam dari pada imitasi, oleh
karena kepribadian seseorang dapat terbentuk atas dasar proses ini. Proses
identifikasi dapat berlangsung dengan sendirinya (secara tidak sadar),
maupun dengan disengaja oleh karena seringkali seseorang memerlukan
tipe-tipe ideal tertentu di dalam proses kehidupannya.49 Berlangsungnya
identifikasi mengakibatkan terjadinya pengaruh-pengaruh yang lebih
mendalam ketimbang proses imitasi dan sugesti walaupun ada kemungkinan
bahwa pada mulanya proses identifikasi diawali oleh imitasi dan sugesti.50
47Ibid, h.63.
48Soerjono Soekanto dan Budi Sulistyowati, op.cit, h.57.
49Ibid, h.63.
50Ibid, h.64.
18
Tipe-tipe ideal memang sangat diperlukan dalam membentuk
kepribadian seseorang. Pengaruh yang diberikan dalam faktor identifikasi
sangatlah besar. Pihak yang melakukan identifikasi haruslah mengenal
dengan baik siapa tipe ideal yang akan dijadikan contoh yang ideal bagi
mereka. Sehingga sikap, kaidah maupun karakter yang dimiliki oleh tipe
ideal tersebut dapat menjiwai bagi mereka yang melakukan identifikasi
tersebut.
Simpati merupakan suatu proses di mana seseorang merasa tertarik
kepada pihak lain, contohnya ketika ada tetangga yang berusaha untuk
membantu, simpati lebih banyak terlihat pada hubungan sebaya dan lain-
lain.51
4. Bentuk-bentuk Interaksi Sosial
Bentuk interaksi sosial dapat berupa kerja sama (cooperation),
Akomodasi (accomodation), Persaingan (competition), dan pertikaian
(conflict). Konflik selalu menuju suatu penyelesaian, namun dalam
prosesnya dapat berkondisi sementara, yang disebut akomodasi
(accomodation).52
Proses sosial dapat mengarah kepada proses asimilasi.
Hal ini dapat berupa interaksi sosial yang bersifat saling ada pendekatan,
interaksi sosial bersifat langsung atau primer, interaksi sosial yang lancar
dan tidak ada hambatan atau batas serta interaksi sosial yang sering, intensif
dan sehari-hari.53
5. Proses-proses Interaksi Sosial
a. Proses Asosiatif
1) Kerja sama
Kerja sama merupakan bentuk interaksi sosial yang pokok
dimana kerja sama timbul karena orientasi orang-perorangan
terhadap kelompoknya (in-group-nya) dan kelompok lainnya (out-
group-nya). Kerja sama mungkin akan bertambah kuat apabila ada
bahaya luar yang mengancam atau ada tindakan-tindakan yang
51Syahrial Syarbaini dan Rusdiyanta, op.cit, h.27.
52Ibid, h.28.
53Ibid, h.28.
19
menyinggung kesetiaan yang secara tradisional atau institusional
telah tertanam di dalam kelompok, dalam diri seorang atau
segolongan orang. Betapa pentingnya kerja sama, digambarkan oleh
Charles H. Cooley dalam Soerjono Soekanto sebagai berikut:
Kerja sama timbul apabila orang menyadari bahwa mereka
mempunyai kepentingan-kepentingan yang sama dan pada saat yang
bersamaan mempunyai cukup pengetahuan dan pengendalian
terhadap diri sendiri untuk memenuhi kepentingan-kepentingan
tersebut; kesadaran akan adanya kepentingan-kepentingan yang
sama dan adanya organisasi merupakan fakta-fakta yang terpenting
dalam kerja sama yang berguna.54
Di kalangan masyarakat Indonesia dikenal bentuk kerja sama
tradisional dengan nama gotong royong. Di dalam sistem pendidikan
Indonesia yang tradisional, umpamanya, sejak kecil tidak
ditanamkan ke dalam jiwa seseorang suatu pola perilaku agar dia
selalu hidup, terutama dengan keluarga dan lebih luas lagi dengan
orang lain di dalam masyarakat. Hal mana disebabkan adanya suatu
pandangan hidup bahwa seseorang tidak mungkin sendiri tanpa kerja
sama dengan orang lain. Pandangan hidup demikian ditingkatkan
dalam taraf kemasyarakatan sehingga gotong royong sering kali
diterapkan untuk menyelenggarakan suatu kepentingan.
2) Akomodasi
Akomodasi menunjuk pada usaha-usaha manusia untuk
meredakan suatu pertentangan yaitu usaha-usaha untuk mencapai
kestabilan. Menurut Gillin dan Gillin dalam Soerjono Soekanto
dikatakan bahwa:
Akomodasi adalah suatu pengertian yang dipergunakan oleh
para sosiolog untuk menggambarkan suatu proses dalam hubungan-
hubungan sosial yang sama artinya dengan pengertian adaptasi
(adaptation) yang dipergunakan oleh ahli-ahli biologi untuk
54 Soejono Soekanto, op.cit, h. 66.
20
menunjuk pada suatu proses dimana makhluk-makhluk hidup
menyesuaikan dirinya dengan alam sekitarnya.55
Dengan pengertian tersebut dimaksudkan sebagai suatu proses
dimana orang perorangan atau kelompok-kelompok manusia yang
mula-mula saling bertentangan, saling mengadakan penyesuaian diri
untuk mengatasi ketegangan-ketegangan. Tujuan dari akomodasi
dapat berbeda-beda sesuai dengan situasi yang dihadapinya, yaitu:
1). Untuk mengurangi pertentangan antara orang-perorangan atau
kelompok-kelompok manusia sebagai akibat perbedaan paham.
Untuk mencegah meledaknya suatu pertentangan, untuk sementara
atau secara temporer 2). Memungkinkan terjadinya kerja sama antara
kelompok-kelompok sosial yang sebagai akibat faktor-faktor sosial
psikologis dan kebudayaan, hidupnya terpisah seperti, misalnya yang
dijumpai pada masyarakat-masyarakat yang mengenal sistem
berkasta 3). Mengusahakan peleburan antara kelompok-kelompok
sosial yang terpisah, misalnya, melalui perkawinan campuran atau
asimilasi dalam arti yang luas. Akomodasi sebagai suatu proses,
dapat mempunyai beberapa bentuk, yaitu coercion, compromise,
arbitration, mediation, conciliation, tolerantion, stalemate,
adjudication.
Coercion, adalah suatu bentuk akomodasi yang prosesnya
dilaksanakan oleh suatu paksaan. Coercion merupakan bentuk
akomodasi, dimana salah satu pihak berada dalam keadaan yang
lemah sekali, dibandingkan dengan pihak lawan. Pelaksanaannya
dapat dilakukan secara fisik yaitu secara langsung, maupun secara
psikologis yaitu secara tidak langsung. Misalnya perbudakan, adalah
suatu coercion dimana interaksi sosialnya didasarkan pada
penguasaan majikan atas budak-budaknya, dimana yang terakhir
dianggap sama sekali tidak mempunyai hak-hak apapun juga.
55Ibid, h. 69.
21
Compromise, yaitu suatu bentuk akomodasi, dimana pihak-
pihak yang terlibat masing-masing mengurangi tuntutannya, agar
tercapai suatu penyelesaian terhadap perselisihan yang ada. Sikap
untuk dapat melaksanakan compromise berarti bahwa salah satu
pihak bersedia untuk merasakan dan mengerti pihak lainnya
begitupun sebaliknya.
Arbitration, merupakan suatu cara untuk mencapai
compromise apabila pihak-pihak yang berhadapan, masing-masing
tidak sanggup untuk mencapainya sendiri. Pertentangan
diselesaikan oleh pihak atau oleh suatu badan yang kedudukannya
lebih tinggi dari pihak-pihak yang bertentangan itu, seperti
contohnya adalah penyelesaian suatu perselisihan perbuatan.
Mediation, hampir menyerupai arbitration. Pada mediation
diundanglah pihak ketiga yang netral dalam soal perselisihan yang
ada. Conciliation, adalah suatu usaha untuk mempertemukan
keinginan pihak-pihak yang berselisih untuk mencapai persetujuan
bersama.
Tolerantion, yang juga sering dinamakan tolerant-
participation, ini merupakan suatu bentuk akomodasi tanpa
persetujuan yang formil bentuknya, kadang-kadang tolerantion
timbul secara tidak sadar dan tanpa direncanakan, hal mana
disebabkan karena adanya watak orang perorangan atau kelompok-
kelompok manusia.
Stalamete, merupakan suatu akomodasi, dimana pihak-pihak
yang bertentangan karena mempunyai kekuatan yang seimbang,
berhenti pada suatu titik tertentu dalam melakukan
pertentangannya. Adjudication, yaitu penyelesaian perkara atau
sengketa dipengadilan.
Secara panjang lebar, Gillin dan Gillin menguraikan hasil-
hasil dari terjadinya proses akomodasi, dengan banyak mengambil
contoh-contoh dari sejarah. Antara lain hasil-hasilnya adalah
22
akomodasi menyebabkan usaha-usaha untuk sebanyak mungkin
menghindarkan diri dari benih-benih yang dapat menyebabkan
pertentangan yang baru, untuk kepentingan integrasi masyarakat.
Menekan oposisi, seringkali suatu persaingan dilaksanakan demi
keuntungan suatu kelompok tertentu misalnya golongan produsen
demi kerugian pihak lain misalnya konsumen. Akomodasi membuka
jalan kearah asimilasi. Dengan adanya proses asimilasi, para pihak
lebih sering mengenal dan dengan demikian juga lebih mudah untuk
saling mendekati, oleh karena timbul benih-benih toleransi.
3) Asimilasi
Asimilasi merupakan suatu proses sosial dalam taraf
kelanjutan yang ditandai dengan adanya usaha-usaha mengurangi
perbedaan-perbedaan yang terdapat diantara orang perorangan atau
kelompok-kelompok manusia yang berbeda kebudayaannya.
Memperjelas maksud di atas adalah: 1) Orang-perorangan sebagai
warga kelompok-kelompok tadi saling bergaul secara langsung dan
intensif untuk waktu yang lama 2) kebudayaan-kebudayaan dari
kelompok-kelompok manusia tersebut masing-masing berubah dan
saling menyesuaikan diri.
Faktor-faktor yang dapat mempermudah terjadinya suatu
asimilasi adalah antara lain: toleransi, kesempatan-kesempatan di
bidang ekonomi yang seimbang, suatu sikap menghargai orang asing
dan kebudayaannya, sikap yang terbuka dari golongan yang berkuasa
dalam masyarakat, persamaan dalam unsur-unsur kebudayaan,
perkawinan campuran (amalgamations), adanya bersama dari luar.
Selain faktor-faktor yang mempermudah terjadinya asimilasi
terdapat juga faktor-faktor yang dapat menjadi penghalang terjadinya
asimilasi adalah antara lain: terjadinya kehidupan suatu golongan
tertentu dalam masyarakat (biasanya golongan minoritas). Suatu
contoh misalnya orang-orang Indian di Amerika Serikat yang
diharuskan bertempat tinggal di wilayah-wilayah tertentu yang
23
tertutup (Reservation), Kurangnya pengetahuan mengenai
kebudayaan yang dihadapi itu, Perasaan takut terhadap kekuatan
kebudayaan yang dihadapi itu, Perasaan bahwa suatu kebudayaan
golongan atau kelompok tertentu, lebih superior dari pada
kebudayaan golongan atau kelompok biasanya, Dalam batas-batas
tertentu, perbedaan warna kulit atau perbedaan ciri-ciri badaniyah
dapat pula menjadi salah satu penghalang terjadinya asimilasi. Suatu
in-group feeling yang kuat dapat pula menjadi penghalang terhadap
terjadinya asimilasi. In-group feeling artinya bahwa suatu perasaan
yang kuat sekali bahwa individu terikat pada suatu kelompok yang
bersangkutan. Suatu hal lain yang dapat mengganggu proses
asimilasi adalah apabila golongan minoritas mengalami gangguan-
gangguan dari golongan yang berkuasa.
b. Proses Disosiatif
Proses disosiatif sering juga disebut sebagai oppositional proces,
persis halnya dengan kerja sama, dapat ditemukan pada setiap
masyarakat, walaupun bentuk dan arahnya ditentukan oleh kebudayaan
dan sistem sosial masyarakat bersangkutan. Proses-proses disosiatif
dibedakan dalam tiga bentuk, yaitu:
1) Persaingan
Persaingan atau competition dapat diartikan sebagai suatu proses
sosial, dimana orang perorangan atau suatu kelompok-kelompok
manusia yang bersaing, mencari keuntungan melalui bidang-bidang
kehidupan yang pada suatu masa menjadi pusat perhatian dari publik
(tidak perseorangan maupun kelompok manusia).
Bentuk-bentuk persaingan antara lain: (1) persaingan di bidang
ekonomi (2) persaingan dalam bidang kebudayaan (3) persaingan
untuk mencapai kedudukan dan peranan yang tertentu dalam
masyarakat (4) persaingan karena perbedaan ras.
24
2) Kontravensi
Kontravensi pada hakekatnya merupakan suatu bentuk proses
sosial antara persaingan dengan pertentangan atau pertikaian.
Contravention terutama ditandai oleh gejala-gejala adanya ketidak
pastian mengenai seseorang atau suatu rencana dan perasaan tidak
suka disembunyikan, kebencian atau keraguan-keraguan terhadap
kepribadian seseorang. Dalam bentuk murni, contravention adalah
suatu sikap mental yang tersembunyi terhadap orang-orang lain atau
terhadap unsur-unsur kebudayaan suatu golongan tertentu.
3) Pertentangan
Pertentangan merupakan suatu proses sosial dimana individu
atau kelompok berusaha memenuhi tujuannya dengan jalan
menentang pihak lawan yang disertai dengan ancaman dan
kekerasan. Sebab dari pertikaian antara lain: Perbedaan antara orang-
perorangan. Perbedaan pendirian dan perasaan mungkin
menyebabkan bentrokan antara orang perorangan. Perbedaan
kebudayaan. Perbedaan kepribadian dari orang perorangan
tergantung pula dari pola-pola kebudayaan yang menjadi latar
belakang pembentukan serta perkembangan kepribadian tersebut.
Bentrokan antara kepentingan-kepentingan. Bentrokan-bentrokan
kepentingan orang perorangan maupun kelompok-kelompok
manusia merupakan sumber lain dari pertentangan. Dan yang
terakhir adalah Perubahan-perubahan sosial yang cepat dalam
masyarakat, merubah nilai-nilai dalam masyarakat dan menyebabkan
terjadinya golongan yang berbeda pendiriannya mengenai
reorganisasi menyebabkan suatu disorganisasi.
C. Relokasi
1. Definisi Relokasi
Di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), relokasi adalah
memindahkan tempat. Sedangkan menurut istilah perpindahan atau
25
pemindahan lokasi, baik suatu pemukiman, industri atau tempat berdagang
dari satu tempat ke tempat lainnya dengan alasan-alasan tertentu.56
Relokasi adalah upaya pemindahan sebagian atau seluruh aktivitas
berikut sarana dan prasarana penunjang aktivitas dari satu tempat ke tempat
lain guna mempertinggi faktor keamanan, kelayakan, legalitas pemanfaatan
dengan tetap memperhatikan keterkaitan antara yang dipindah dengan
lingkungan alami dan binaan di tempat tujuan. Menurut Jha et al (2010)
dalam Fahrudin dan Saut mendefinisikan relokasi sebagai sebuah proses di
mana permukiman masyarakat, aset dan infrastruktur publik dibangun
kembali di lokasi lain.57
Jadi relokasi yang dimaksud dalam hal ini adalah tindakan pengalihan
tempat tinggal, usaha, dan kegiatan sosial serta ekonomi dari satu lokasi ke
satu lokasi yang lain. Dalam hal ini dari Kampung Pulo Jakarta Timur ke
Rusunawa Jatinegara Barat Jakarta Timur.
Menurut Philip dalam Mutiara Khairani kata pemindahan atau
Penggeseran tempat dalam penggusuran berarti adanya destinasi
perpindahan subjek yang digusur, dan yang dipindahkan bukan hanya
sebuah obejk tetapi sekelompok manusia yang memiliki kehidupan sangat
terkait satu hal dengan hal lainnya seperti aspek sosial, ekonomi, kesehatan
dan lain-lain. Hal ini yang akan membuat relokasi menjadi kompleks, dan
tawaran relokasi sering kali tidak mengakomodir seluruh warga gusur, tetapi
jika ada yang mengakomodir keseluruhan warga gusur akan terjadi
penurunan kualitas hidup masyarakat. Masyarakat korban penggusuran
mengalami perpindahan tempat tinggal dengan pengalaman yang berbeda
56http://peunebah.blogspot.co.id/2011/06/, diunduh pada tanggal 15 Oktober 2015, pukul
13.00
57Fahrudin dan saut, Faktor-faktor yang Mempengaruhi Persoalan Relokasi Pasca Bencana
Lahar Dingin di Kali Putih (Studi Kasus Dusun Gempol, Desa Jumoyo, Kecamatan
Salam,Kabupaten Magelang), jurnal, program megister perencanaan wilayah dan kota, sekolah
arsitektur, perencanaan dan pengembangan kebijakan, ITB, 2014, h. 70.
26
dengan masyarakat biasa yang memang ingin berpindah tempat, ada faktor
eksternal dan unsur pemaksaan terhadap perpindahan.58
Dalam melaksanakan relokasi setelah terjadinya ada beberapa prinsip
yang harus dipegang sebagai pedoman. Jha et al (2010) dalam Fahrudin dan
Saut menyebutkan beberapa prinsip tentang relokasi, yaitu: relokasi
bukanlah sebuah pilihan yang harus dilakukan karena resiko bisa dikurangi
dengan mengurangi jumlah penduduk pada suatu permukiman dari pada
memindahkan seluruh permukiman. Relokasi bukan sekedar merumahkan
kembali manusia namun juga menghidupkan dan membangun kembali
masyarakat, lingkungan dan modal sosial. Lebih baik menciptakan insentif
yang mendorong orang untuk merelokasi dari pada memaksa mereka untuk
meninggalkan. Relokasi seharusnya mengambil tempat sedekat mungkin
dengan lokasi asal mereka. Dan yang terakhir adalah masyarakat di lokasi
yang akan ditempati merupakan salah satu yang mendapatkan dampak dari
relokasi dan harus dilibatkan dalam perencanaan.59
Berdasarkan tata cara pelaksanaan penataan kawasan relokasi yang
disusun oleh Dirjen Cipta Karya kementerian Pekerjaan Umum, relokasi
harus mempertimbangkan bahwa penerima dampak relokasi merupakan
pihak yang dinilai rentan (vulnerable). Dengan mempertimbangkan hal
tersebut, maka dalam pelaksanaan relokasi harus mengikuti beberapa
prinsip-prinsip sebagai berikut : pemindahan bersifat sukarela, penerimaan
dampak mendapatkan penghidupan yang setara atau lebih baik dari
sebelumnya, penerima dampak mendapatkan kompensasi penuh selama
proses transisi, sebisa mungkin meminimalisir kerusakan jaringan sosial dan
peluang ekonomi, memberikan peluang pengembangan bagi semua
penerima dampak, dan terakhir harus memiliki kesadaran demokrasi,
partisipatoris, terbuka, akuntabel, kemandirian dan keberlanjutan.
Penyelenggaraan kegiatan relokasi memperhitungkan dengan cermat
kondisi pasca relokasi dan menjamin berjalannya proses menuju
58 Mutiara Kahirani, Rumah Susun Sebagai Tujuan Relokasi dan Hunian bagi Korban
Penggusuran, skripsi, program studi Arsitektur Fakultas Teknik, UI, 2016, h. 20. 59Fahrudin dan saut, op.cit, h. 70.
27
kemandirian dan keberlanjutan kehidupan dan penghidupan serta
pengelolaan dan pengembangan lingkungan permukiman relokasi.60
2. Latar Belakang Relokasi
Asian developman Bank (November 1995) dalam Martzessa Hario
Prakoso menyampaikan laporan hasil studinya yang menunjukkan bahwa
kebijakan dan peristiwa yang seringkali menjadi penyebab program relokasi
(resettlement), antara lain: Proyek pemerintah yang memerlukan
pembebasan tanah untuk keperluan pembangunan sarana prasarana kota,
pembuatan waduk, pembuatan rel kereta api atau jalan bebas hambatan
untuk keperluan jaringan listrik dan telepon. Kondisi force majour, seperti
bencana alam, kebakaran, perang dan kerusuhan.61
3. Faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan dan Kegagalan Relokasi
Jha et al (2010) dalam Fahrudin dan Saut menyebutkan beberapa
kriteria mengenai faktor-faktor keberhasilan dan kegagalan relokasi. Faktor
kegagalan relokasi yaitu : tidak memadainya lokasi baru, jarak yang jauh
dari sumber penghidupan dan jaringan sosial, susunan permukiman yang
tidak sesuai dengan keadaan sosial budaya, kurangnya partisipasi
masyarakat, serta kurangnya anggaran relokasi merupakan faktor utama
terjadinya kegagalan dalam kebijakan relokasi.
Sedangkan faktor-faktor keberhasilan relokasi yaitu: Masyarakat yang
terkena dampak berpartisipasi dalam relokasi dan keputusan implementasi
(pemilihan lokasi, identifikasi kebutuhan dasar, perencanaan permukiman,
desain rumah dan implementasi), mata pencaharian tidak spesifik pada
lokasi sehingga tidak terganggu, air, angkutan umum, pelayanan kesehatan,
pasar dan sekolah dapat diakses dan terjangkau, orang dapat membawa
barang-barang yang berhubungan dengan spiritual, budaya atau nilai
emosional tinggi (benda-benda keagamaan, bagian-bagian bangunan
60Ibid, h. 71.
61 Martzessa Hario Prakoso, Faktor Keberhasilan Relokasi Permukiman Menurut Persepsi
Penghuni (Studi Kasus: Program Relokasi Permukiman DAS Bengawan Solo Surakarta), skripsi,
program studi perencanaan wilayah dan kota jurusan arsitektur Fakultas Teknik Universitas
Sebelas Maret, 2015.
28
diselamatkan, patung atau land mark lokal lainnya), orang pada kelompok
masyarakat yang sama dipindahkan ke lokasi baru, keterkaitan emosional,
spiritual dan budaya lampiran pada lokasi yang lama tidak terlalu tinggi,
penilaian resiko sosial, lingkungan, dan bahaya mengkonfirmasi bahwa
resiko tidak dapat dikurangi di lokasi lama, sementara masyarakat yakin
dengan kesesuian tempat relokasi, desain rumah, tatanan permukiman,
habitat alami, dan fasilitas masyarakat sesuai dengan cara hidup masyarakat,
komunikasi yang intensif dengan kelompok sasaran dan transparan, serta
yang terakhir adalah mekanisme penyelesaian keluhan yang efektif, serta
relokasi dan bantuan untuk mengurangi dampak ekonom bantuan untuk
mengurangi dampak ekonomi yang didanai secara memadai selama periode
waktu yang wajar.62
Sudah sangat jelas dikatakan bahwa ketika kaum elit ingin merelokasi
masyarakat kelas bawah maka pemerintah harus memperhatikan akibat
setelah terjadinya relokasi. Jangan sampai relokasi tersebut memberikan
dampak yang negatif bagi perkembangan sistem dalam masyarakat tersebut.
D. Hasil Penelitian Relevan
Dalam penulisan ini, terdapat beberapa bahan bacaan yang berkaitan
dengan permasalahan dalam perubahan interaksi sosial yang diakibatkan
karena adanya kebijakan relokasi suatu wilayah, masing-masing hasil
penelitian yang relevan dijelaskan pada Tabel 2.1:
Table 2.1
Hasil Penelitian Relevan
No Nama, Judul, Instansi Jenis Penelitian Hasil
1 Fakhrudin Martanto dan Saut
Aritua. Fakhrudin merupakan
Mahasiswa Program Magister
Perencanaan Wilayah dan Kota,
Sekolah Arsitektur,
Perencanaan dan
Jurnal
perencanaan
wilayah dan kota
B SAPPK V3N1
Kebijakan
Pemerintah
Kabupaten
Magelang yang
merelokasi warga
Dusun Gempol
62Fahrudin dan saut, op.cit, h. 72.
29
Pengembangan kebijakan ITB
dan Saut Aritua H. Sagala
merupakan anggota dari
kelompok Keilmuan
Perencanaan Wilayah dan
Perdesaan, Sekolah Arsitektur,
Perencanaan dan
Pengembangan Kebijakan ITB,
Faktor-faktor yang
Mempengaruhi Persoalan
Relokasi Pasca Bencana Lahar
Dingin di Kali Putih (Studi
Kasus Dusun Magelang)
Desa Jumoyo yang
diakibatkan karena
banjir lahar dingin
gunung Merapi
tahun 2010 yang
mengakibatkan
kerusakan
permukiman
penduduk daerah
Sampadan Sungai
yang berhulu di
gunung Merapi
dan adanya
penolakan warga
yang terindikasi
adanya persoalan
pada penerapan
kebijakan relokasi
yang dilakukan
oleh Pemerintah
Kabupaten
Magelang.
2 Sri Rahayu Rahman Nasir
merupakan Mahasiswa Jurusan
Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial
dan Ilmu Politik Universitas
Hasanudin Makasar, Perubahan
Sosial Masyarakat Lokal
Akibat Perkembangan
Pariwisata Dusun Wakka
Kabupaten Pinrang (Interaksi
antara Wisatawan dan
Masyarakat Lokal
Skripsi ketidak puasan
sebagian
masyarakat Dusun
Wakka yang
melihat
lingkungan
sekeliling mereka
mengalami
percepatan
kemajuan dan
pemenuhan
kebutuhan primer
dan sekunder
mereka yang
kurang terpenuhi
dan kurang
memuaskan yang
dikibatkan karena
pembangunan
pariwisata di
Dusun Wakka
serta
mengidentifikasika
30
n perubahan sosial
yang terjadi akibat
interaksi antara
masyarakat lokal
dengan wisatawan
dan untuk
mengetahui faktor-
faktor yang
mempengruhi
perubahan sosial
yang terjadi akibat
interaksi antara
masyarakat lokal
dengan wisatawan
3. Tri Arif Mudhito merupakan
Mahasiswa Program Studi
Pendidikan Sosiologi Jurusan
Pendidikan Sejarah Fakultas
Ilmu Sosial Universitas Negeri
Yogyakarta, Dampak Sosial
Ekonomi Relokasi Pasar pada
Pedagang Burung dari Ngasem
ke Dongkelan (Studi Kasus di
Pasar Satwa dan Tanaman Hias
Yogyakarta)
Skripsi Perubahan sosial
yang secara teknis
terjadi. Dalam
relokasi ini
memunculkan
dampak sosial dan
ekonomi seperti
manifestasi,
dengan adanya
dampak
manifestasi, maka
muncul dampak
dibelakangnya
berupa dampak
latensi yang
dialami setelah
relokasi dan
kurangnya
intennya interaksi
yang terjalin.
Dampak sosial
yang muncul yaitu,
berubahnya sistem
sosial, interaksi
dan hubungan
personal yang
kurang intensif
4 Martzessa Hario Prakoso
merupakan Mahasiswa
Program Studi Perencanaan
Wilayah dan Kota Jurusan
Skripsi Relokasi dianggap
memberikan
banyak perubahan
bagi warga
31
Arsitektur Fakultas Teknik
Universitas Sebelas Maret,
Faktor Keberhasilan Relokasi
Pemukiman Menurut Persepsi
Penghuni (Studi Kasus Program
Relokasi Permukiman DAS
Bengawan Solo)
relokasi, sehingga
kegiatan relokasi
hanya
menimbulkan
masalah-masalah
baru di lokasi
pemindahan
5 Andy Rizal Umbara merupakan
Mahasiswa Program
Pascasarjana Magister Teknik
Pembangunan Kota Universitas
Diponegoro, Kajian Relokasi
Permukiman Kumuh Nelayan
ke Rumah Susun Kedaung
Kelurahan Sukamaju, Bandar
Lampung
Tesis Terdapat faktor
sosial yaitu
rusaknya jaringan
sosial akibat
pecahnya
komunitas dan
ketidak mampuan
beradaptasi dengan
lingkungan sosial
6 Bindu Hutapea merupakan
Mahasiswa Program
Pascasarjana Ilmu Administrasi
Kekhususan Administrasi dan
Kebijakan Publik Universitas
Indonesia, Pengaruh Rumah
Susun Sederhana Terhadap
Peningkatan Kehidupan Sosial
dan Ekonomi Penghuninya
(Studi Kasus Rumah Susun di
Kelurahan Penjaringan Kota
madya Jakarta Utara Propinsi
DKI Jakarta
Tesis Perubahan yang
dialami penghuni
rumah susun dari
lingkungan
sebelumnya di
lingkungan
permukiman
bukan rumah
susun. Perubahan
permukiman yang
dihadapi
mengharuskan
untuk mengadakan
penyesuaian diri
terhadap
lingkungan fisik
dan lingkungan
sosial yang baru.
7 Mutiara Khairani merupakan
Mahasiswa Program Studi
Arsitektur Fakultas Teknik
Universitas Indonesia, Rumah
Susun sebagai Tujuan Relokasi
dan Hunian bagi Korban
Penggusuran
Skripsi Hasil penelitian
terdahulu
menunjukkan
bahwa rumah
susun yang
seharusnya bisa
menjadi wadah
kebutuhan
prioritas korban
penggusuran tetapi
justru membatasi
interaksi
32
penghuninya dan
penelitian
sebelumnya lebih
menunjukkan
tingkat
keberhasilan dan
kegagalan relokasi
dan fungsi rumah
susun untuk
penghuni
8 Suryantika Sinaga merupakan
Mahasiswa Program
Pascasarjana Kekhususan
Manajemen Pembangunan
Sosial Fakultas Ilmu Sosial dan
Ilmu Politik Universitas
Indonesia, Dampak Sosial
Kebijakan Pemda DKI Jakarta
tentang Relokasi Pedagang
Kaki Lima di Lokasi Binaan
(Studi Kasus di Lokasi Binaan
Pal Merah Jakarta Pusat)
Tesis Hasil penelitian
sebelumnya
menunjukkan
bahwa relokasi
cukup memberikan
solusi bagi
problematika di
perkotaan, adanya
perubahan yang
lebih baik antara
sebelumnya
adanya relokasi
dan setelahnya
9 Arifin Mukhlis merupakan
Mahasiswa Program
Pascasarjana Kajian Strategik
Ketahanan Nasional
Universitas Indonesia, Program
Relokasi Masyarakat dan
Pengaruhnya kepada Human
Security (Studi Kasus
Penertiban Daerah Aliran
Sungai Ciliwung DKI Jakarta)
Tesis Hasil penelitian
sebelumnya
menunjukkan
relokasi
merupakan
kebijakan yang pro
rakyat namun
warga tidak begitu
tertarik karena
dikhawatirkan
akan menggusur
tempat tinggal
mereka dan lebih
kepada aspek
keamanan manusia
10 Ratna Handayani merupakan
Mahasiswa Arsitektur Fakultas
Teknik Universitas Indonesia,
Interaksi Penghuni pada Ruang
Luar Rumah Susun
Skripsi Hasil sebelumnya
lebih kepada
bagaimana para
penghuni
memanfaatkan
ruang luar untuk
aktivitas sosial
mereka
33
Hal-hal yang membedakan penelitian ini dengan penelitian-penelitian di
atas adalah sebagai berikut:
Table 2.2
Tabel Persamaan dan Perbedaan Penelitian Relevan
No Persamaan Perbedaan
1 Kebijakan Pemerintah Kabupaten Magelang
yang merelokasi warga Dusun Gempol Desa
Jumoyo yang diakibatkan karena banjir lahar
dingin gunung Merapi tahun 2010 yang
mengakibatkan kerusakan permukiman
penduduk daerah Sampadan Sungai yang
berhulu di gunung Merapi dan adanya penilakan
warga yang terindikasi adanya persoalan pada
penerapan kebijakan relokasi yang dilakukan
oleh Pemerintah Kabupaten Magelang.
Berbeda dengan
penelitian terdahulu
karena dalam penelitian
ini, peneliti meninjau dari
segi perubahan interaksi
sosial setelah relokasi
sedangkan peneliti
terdahulu meninjau dari
segi faktor-faktor yang
mempengaruhi
munculnya persoalan
dalam relokasi
2 ketidak puasan sebagian masyarakat Dusun
Wakka yang melihat lingkungan sekeliling
mereka mengalami percepatan kemajuan dan
pemenuhan kebutuhan primer dan sekunder
mereka yang kurang terpenuhi dan kurang
memuaskan yang dikibatkan karena
pembangunan pariwisata di Dusun Wakka serta
mengidentifikasikan perubahan sosial yang
terjadi akibat interaksi antara masyarakat lokal
dengan wisatawan dan untuk mengetahui faktor-
faktor yang mempengruhi perubahan sosial yang
terjadi akibat interaksi antara masyarakat lokal
dengan wiasatawan
Berbeda dengan
penelitian terdahulu
karena dalam penelitian
ini, peneliti lebih
meninjau dari segi
perubahan sosial interaksi
setelah relokasi
sedangkan dalam
penelitian terdahulu
meninjau perubahan
sosial yang terjadi akibat
interaksi antara
masyarakat lokal dengan
wisatawan dan
mengetahui faktor-faktor
yang mempengaruhi
perubahan tersebut
3 Perubahan sosial yang secara teknis terjadi.
Dalam relokasi ini memunculkan dampak sosial
dan ekonomi seperti manifestasi, dengan adanya
dampak manifestasi, maka muncul dampak
dibelakangnya berupa dampak latensi yang
dialami setelah relokasi dan kurangnya intennya
interaksi yang terjalin. Dampak sosial yang
muncul yaitu, berubahnya sistem sosial,
Dalam penelitian
terdahulu lebih terfokus
pada perubahan sosial
ekonominya sedangkan
skripsi ini lebih kepada
perubahan interaksi sosial
masyarakat yang
direlokasi
34
interaksi dan hubungan personal yang kurang
4 Relokasi dianggap memberikan banyak
perubahan bagi warga relokasi, sehingga
kegiatan relokasi hanya menimbulkan masalah-
masalah baru di lokasi pemindahan
Penelitian terdahulu
meninjau dari segi
keberhasilan relokasi dan
karakteristik
permukiman, sedangkan
yang diteliti dalam skripsi
ini kebijakan relokasi
yang mempengaruhi pola
interaksi masyarakatnya
5 Terdapat faktor sosial yaitu rusaknya jaringan
sosial akibat pecahnya komunitas dan
ketidakmampuan beradaptasi dengan
lingkungan sosial
Hasil penelitian terdahulu
terdapat lima faktor yang
saling berkaitan di
antaranya faktor fisik
lingkungan, faktor
ekonomi, faktor sosial,
faktor budaya dan faktor
hukum, sedangkan yang
diteliti dalam skripsi ini
adalah hanya pada segi
peruban interaksi sosial
dan faktor yang
mempengaruhi perubahan
interaksi sosial
6 Perubahan yang dialami penghuni rumah susun
dari lingkungan sebelumnya di lingkungan
permukiman bukan rumah susun. Perubahan
permukiman yang dihadapi mengharuskan
untuk mengadakan penyesuaian diri terhadap
lingkungan fisik dan lingkungan sosial yang
baru.
Hasil penelitian
sebelumnya
menunjukkan bahwa
rumah susun sederhana
bukan hanya memberikan
pengaruh pada kehidupan
sosial saja melainkan
pada aspek ekonominya
sedangkan dalam
penelitian ini yang akan
lebih dikaji adalah pada
segi perubaha interaksi
sosial
7 Rumah susun dengan ketetapan dimensi dan
peraturannya membatasi interaksi penghuni
dengan huniannya.
Hasil penelitian terdahulu
menunjukkan bahwa
rumah susun yang
seharusnya bisa menjadi
wadah kebutuhan
prioritas korban
penggusuran tetapi justru
membatasi interaksi
penghuninya dan
35
penelitian sebelumnya
lebih menunjukkan
tingkat keberhasilan dan
kegagalan relokasi dan
fungsi rumah susun untuk
penghuni sedangkan
penelitian ini lebih
kepada bagaimana
perubahan interaksi sosial
yang terjadi di rumah
susun pada korban
penggusuran.
8 Melihat dampak sosial yang terjadi dari
kebijakan relokasi.
Hasil penelitian
sebelumnya
menunjukkan bahwa
relokasi cukup
memberikan solusi bagi
problematika di
perkotaan, adanya
perubahan yang lebih
baik antara sebelumnya
adanya relokasi dan
setelahnya sedangkan
pada penelitian ini
menunjukkan bahwa
relokasi memberikan
permasalahan pada
interaksi sosial
masyarakat.
9 Banjir di Jakarta membuat Pemda Jakarta
menerapkan relokasi menjadi salah satu
kebijakan untuk mengatasinya dan
memindahkan masyarakat ke rumah susun
Hasil penelitian
sebelumnya
menunjukkan relokasi
merupakan kebijakan
yang pro rakyat namun
warga tidak begitu
tertarik karena
dikhawatirkan akan
menggusur tempat
tinggal mereka dan lebih
kepada aspek keamanan
manusia sedangkan
dalam penelitian ini lebih
kepada aspek interaksi
sosial
10 Penataan ruang pada Rumah susun yaitu bentuk Hasil sebelumnya lebih
36
ruang, unsur-unsur pembentukan ruang dan
iklim dapat mempengaruhi interaksi penghuni
rumah susun
kepada bagaimana para
penghuni memanfaatkan
ruang luar untuk aktivitas
sosial mereka sedangkan
pada penelitian ini
melihat interaksi sosial
masyarakat penghuni
rumah susun bukan hanya
pada ruang luar saja
melainkan pada seluruh
ruang yang ada di rumah
susun
E. Kerangka Berpikir
Seiring dengan meningkatnya kebutuhan masyarakat dan kegiatan
interaksi sosial, manusia memanfaatkan wilayah pinggiran untuk berbagai
kepentingan. Konsekuensi yang muncul adalah masalah pemukiman liar yang
mengakibatkan adanya bencana banjir yang terjadi di Jakarta, khususnya yang
sering terjadi setiap tahun di Kampung Pulo Jakarta Timur. Jalan yang
ditempuh untuk mengatasi masalah pemukiman liar dan banjir adalah dengan
merelokasi masyarakat Kampung Pulo ke Rusunawa Jatinegara Barat Jakarta
Timur.
Dengan adanya relokasi tersebut diharapkan tidak hanya dapat mengatasi
masalah pemukiman liar dan banjir tetapi juga dapat merubah pola kehidupan
masyarakat yang sebelumnya.Disamping itu, yang tidak kalah pentingnya dari
kebijakan relokasi ini adalah perubahan taraf sosial dan interaksi sosial
masyarakat Kampung Pulo, yang diketahui melalui perbandingan pola interaksi
sosial sebelum dan sesudah adanya relokasi. Pemberdayaan masyarakat
pinggiran harus dapat dikelola secara optimal oleh pemerintah provinsi Daerah
Khusus Ibu kota (DKI) Jakarta, sehingga kondisi kehidupan masyarakat yang
sesuai dengan standar kesejahteraan dapat terwujud secara perlahan, tentunya
hal ini memerlukan perencanaan secara terpadu dan analisis dampak yang tidak
hanya mempertimbangkan aspek lingkungan saja, tetapi juga dampak
perubahan interaksi sosial yang dapat menentukan masa depan masyarakat.
37
Relokasi termasuk kebijakan pemerintah yang menyebabkan perubahan
interaksi sosial. Dengan berubahnya kondisi lingkungannya, masyarakat
berusaha menyesuaikan diri (adaptasi) sebagai upaya untuk bertahan dengan
kondisi lingkungan yang baru. Dalam proses penyesuaian ini tidak semua
individu dikatakan berhasil dan merasakan dampak positif dari relokasi,
sebagian dari mereka merasakan ketidak nyamanan dan kegagalan dalam
proses ini, sehingga harus merasakan dampak negatif dari suatu perubahan
lingkungan (relokasi).
Dengan demikian, dapat dirangkaikan suatu asumsi bahwa jika penataan
ruang hasil relokasi sesuai dengan pedoman atau ketentuan yang berlaku, maka
hal ini akan memudahkan masyarakat untuk tetap saling berinteraksi dengan
tetangga atau kerabat dulu, sehingga dapat meminimalkan dampak negatif yang
ditimbulkan akibat relokasi serta kecenderungan dampak positif relokasi dapat
dirasakan secara signifikan. Dapat dilihat pada Gambar 2.1:
Gambar 2.1 Kerangka Berpikir
Permasalahan Jakarta:
pemukiman kumuh, banjir,
kemacetan, kriminalitas dll
Perubahan interaksi
sosial masyarakat
Kampung Pulo
Kesimpulan
Relokasi
38
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
Tempat penelitian ini dilakukan di Rusunawa Jatinegara Barat Jakarta
Timur.Dipilihnya tempat ini untuk mengetahui perubahan interaksi sosial pada
masyarakat Kampung Pulo yang telah direlokasi ke Rusunawa Jatinegara
Barat. Penelitian ini akan dilaksanakan selama 15 (lima belas) bulan terhitung
bulan September 2015 sampai dengan November 2016, dimulai dari pengajuan
judul sampai dengan penyusunan laporan hasil penelitian. Secara garis besar
rancangan jadwal penelitian dapat dilihat pada Tabel 3.1:
Table 3.1
Jadwal Penelitian
No
Kegia
tan
Bulan (2015 s/d 2016)
Sep
tem
ber
Ok
tob
er
No
vem
ber
Dese
mb
er
Ja
nu
ari
Feb
ru
ari
Ma
ret
Ap
ril
Mei
Ju
ni
Ju
li
Ag
ust
us
Sep
tem
ber
Ok
tob
er
No
vem
ber
1
Seminar
proposal
2 Revisi
proposal
3 Pengumpulan
data
4 Analisis data
5
Penyusunan
laporan hasil
penelitian
39
B. Metode Penelitian
Metode penelitian merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data
dengan tujuan dan kegunaan tertentu.1Metode yang digunakan penulis dalam
penyusunan penelitian ini adalah metode kualitatif. Metode kualitatif adalah
jenis penelitian yang menghasilkan penemuan-penemuan yang tidak dapat
dicapai dengan menggunakan prosedur-prosedur statistik atau dengan cara-
cara lain dari kuantitatif.2Penelitian kualitatif memang bertujuan untuk mencari
temukan makna, pemahaman yang mendalam. Bukan sekedar penjelasan
tentang hubungan atau pengaruh variabel yang terbatas.3
Menurut Kirk dan Miller penelitian kualitatif merupakan tradisi tertentu
dalam ilmu pengetahuan sosial yang secara fundamental bergantung dari
pengamatan pada manusia baik dalam kawasannya maupun dalam
peristirahatannya. Sedangkan, menurut Bogdan dan Taylor penelitian kualitatif
merupakan prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-
kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati.4
Penelitian kualitatif dapat menunjukkan pada penelitian tentang
kehidupan masyarakat, sejarah, tingkah laku atau hubungan
kekerabatan.Beberapa dapat diukur melalui data sensus, tetapi analisisnya
adalah analisis data kualitatif. Beberapa peneliti memperoleh data dengan cara
interview dan observasi.5 Jadi, penggalian data lapangan adalah titik anjak atau
sumber dari perumusan masalah dan cara kerja utama dalam penelitian
kualitatif.6
Dari pengertian dan pandangan mengenai penelitian kualitatif menurut
para ahli, maka penulis akan mengambil data mengenai perubahan interaksi
sosial masyarakat Kampung Pulo yang telah direlokasi ke Rusunawa Jatinegara
Barat melalui metode kualitatif dengan cara observasi, wawancara dan
1Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D, (Bandung: Alfabeta, 2006), h.
2.
2Syamsir Salam, Metodelogi Penelitian Sosial, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2006), h.29.
3Nusa Putra, Penelitian Kualitatif Proses dan Aplikasi, (Jakarta: PT Indeks, 2012), h. 18.
4Syamsir Salam, loc.cit, h. 30.
5Ibid, h. 29.
6 Nusa Putra, Ibid, h. 42.
40
dokumentasi yang sesuai dengan data yang diperlukan untuk mendukung
penelitian ini.
C. Subjek dan Sumber Data
Subjek pada penelitian ini adalah masyarakat Kampung Pulo yang telah
di relokasi ke Rusunawa Jatinegara Barat Jakarta Timur. Sedangkan sumber
datanya adalah sebagai berikut:
1. Data Primer
Menurut S. Nasution data primer adalah data yang dapat diperoleh
langsung dari lapangan atau tempat penelitian. Sedangkan menurut Lofland
bahwa sumber data utama dalam penelitian kualitatif ialah kata-kata dan
tindakan.7
Kata-kata dan tindakan merupakan sumber utama yang hanya bisa
diperoleh dari lapangan melalui cara mengamati atau mewawancarai.
Peneliti menggunakan data ini untuk mendapat informasi langsung tentang
perubahan interaksi sosial masyarakat Kampung Pulo yang telah direlokasi
ke Rusunawa Jatinegara Barat Jakarta Timur.
Data primer penelitian ini adalah hasil wawancara dari para informan
yang merupakan masyarakat Kampung Pulo yang tinggal di rumah susun
sewa Jatinegara Barat Jakarta Timur, selain itu data primer penelitian ini
adalah berupa hasil observasi yang diambil langsung di rumah susun sewa
Jatinegara Barat Timur dan dokumentasi berupa foto yang menunjang
penelitian ini.
2. Data Sekunder
Data sekunder adalah data-data yang didapat dari sumber bacaan dan
berbagai sumber lainnya yang terdiri dari surat-surat pribadi, buku harian,
notula rapat perkumpulan sampai dokumen-dokumen resmi dari berbagai
instansi pemerintah.Data sekunder juga dapat berupa majalah, buletin,
publikasi dari berbagai organisasi, lampiran-lampiran dari badan-badan
7Burhan Bungin, Penelitian Kualitatif, (Jakarta: Kencana; 2011), h. 115.
41
resmi seperti kementrian-kementrian, hasil-hasil studi, tesis, hasil survei,
studi histories dan sebagainya.8
Pada penelitian ini peneliti menggunakan data sekunder berupa
gambaran umum masyarakat Kampung Pulo yang di relokasi ke Rusunawa
Jatinegara barat serta data kependudukan yang telah diarsip oleh pengelola
Rusunawa Jatinegara Barat untuk memperkuat penemuan dan melengkapi
informasi yang telah dikumpulkan melalui wawancara langsung dengan
masyarakat Kampung Pulo di Rusunawa Jatinegara Barat Jakarta Timur.
Penelitian ini juga menggunakan data sekunder berupa media cetak, skripsi,
tesis dan jurnal yang mendukung dan memperkuat penelitian skripsi ini.
D. Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data adalah prosedur yang sistematis dan standar untuk
memperoleh data yang diperlukan. Dalam metode kualitatif ada tiga teknik
yang digunakan untuk mengumpulkan data yang diinginkan, sebagai berikut:
1. Observasi
Observasi atau pengamatan adalah teknik pengumpulan data yang
mempunyai ciri spesifik bila dibandingkan dengan teknik yang lain, yaitu
wawancara kuesioner. Bila wawancara dan kuesioner selalu berkomunikasi
dengan orang, maka observasi tidak terbatas pada orang, tetapi juga objek-
objek alam yang lain.9
Observasi ini digunakan untuk penelitian yang telah direncanakan
secara sistematik tentang bagaimana perubahan interaksi sosial masyarakat
Kampung Pulo setelah direlokasi ke Rusunawa Jatinegara Barat Jakarta
Timur.
Tujuan menggunakan metode ini untuk mencatat hal-hal, perubahan
aktivitas sosial, lembaga sosial dan perilaku masyarakat Kampung Pulo
yang berpengaruh kepada perubahan interaksi sosial masyarakat Kampung
Pulo yang telah direlokasi ke Rusunawa Jatinegara Barat Jakarta Timur,
8Ibid, h. 116.
9Sugiyono, op.cit, h.162.
42
sewaktu kejadian tersebut berlaku sehingga tidak menggantungkan data dari
ingatan seseorang.
Dari pemahaman observasi atau pengamatan di atas, maka yang
dimaksud dengan metode observasi adalah metode pengumpulan data yang
digunakan untuk menghimpun data penelitian melalui pengamatan dan
penginderaan.10
2. Wawancara
Wawancara adalah pertemuan dua orang untuk bertukar informasi
dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam
suatu topik tertentu.11
Tujuan penulis menggunakan metode ini, untuk memperoleh data
secara jelas dan kongkret tentang perubahan interaksi sosial masyarakat
Kampung Pulo di Rusunawa Jatinegara Barat Jakarta Timur.
3. Dokumentasi
Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen
bisa berbentuk tulisan, gambar atau karya-karya monumental dari seseorang.
Dokumen yang berbentuk tulisan misalnya catatan harian, sejarah
kehidupan (life histories), ceritera, biografi, peraturan, kebijakan.
Sedangkan dokumentasi yang berbentuk karya misalnya gambar, patung,
film dll. Dokumentasi merupakan pelengkap dari penggunaan metode
observasi dan wawancara yang digunakan dalam penelitian kualitatif.12
Dari uraian di atas maka metode dokumentasi adalah pengumpulan
data dengan mengambil dan meneliti catatan-catatan penting yang sangat
erat hubungannya dengan objek penelitian. Karena sebenarnya sejumlah
besar fakta dan data sosial tersimpan dalam bahan yang berbentuk
dokumentasi.
Tujuan digunakannya metode dokumentasi ini adalah untuk
memperoleh data secara jelas dan konkret tentang perubahan interaksi sosial
masyarakat Kampung Pulo di Rusunawa Jatinegara Barat Jakarta Timur.
10Burhan Bungin, op.cit, h. 118.
11Sugiyono, op.cit, h.260.
12Ibid, h.270.
43
E. Instrument Penelitian
1. Pedoman Observasi
Hal-hal yang diamati dalam penelitian ini dapat disajikan pada Table
3.2:
Table 3.2
Pedoman Observasi
No Aspek yang diamati Indikator Objek yang diamati
1
Bagaimana pola
interaksi masyarakat
Kampung Pulo
Peneliti dapat
mengidentifikasi pola
interaksi masyarakat
Kampung Pulo yang
berada di rusunawa
Jatinegara Barat
Jakarta Timur
Masyarakat Kampung
Pulo yang di relokasi ke
Rusunawa Jatinegara Barat
pada saat proses
berinteraksi
2 Lingkungan
Peneliti dapat
mengidentifikasi
keadaan lingkungan
sekitar rusunawa
Jatinegara Barat
Jakarta Timur
Mengamati lingkungan
Rusunawa Jatinegara Barat
3 Bangunan
Peneliti dapat
mengidentifikasi
keadaan bangunan,
sarana prasana dan
unit di Rusunawa
Jatinegara Barat
Mengamati kondisi
bangunan Rusunawa
Jatinegara Barat
4 Masyarakat
Peneliti dapat
mendeskripsikan
kegiatan sehari-hari
dari penguin
Rusunawa Jatinegara
yang menjadi korban
penggusuran
Kampung Pulo
Jakarta Timur
Mengamati masyarakat
Kampung Pulo yang
tinggal di Rusunawa
Jatinegara Barat
44
2. Pedoman Dokumentasi
Adapun dokumen yang diperlukan seperti terlihat pada Tabel 3.3:
Table 3.3
Pedoman Dokumentasi
No Data yang diperlukan Dokumen yang
dibutuhkan
1 Data kependudukan Monografi
2 Struktur kepengurusan Rusunawa
Jatinegara Barat
Struktur kepengurusan
Rusunawa Jatinegara Barat
3 Harga sewa Rusun Rincian harga sewa Rusun
4 Fasilitas Rusunawa Jatinegara
Barat
Rincian fasilitas yang
berada di Rusunawa
Jatinegara Barat
5 Foto/gambar Masyarakat Rusunawa
3. Pedoman wawancara
Penulis melakukan wawancara kepada masyarakat Kampung Pulo
yang telah direlokasi ke Rusunawa Jatinegara Barat Jakarta Timur untuk
mendapatkan data yang lebih valid. Adapun pedoman wawancara yang
diperlukan seperti terlihat pada Tebal 3.4:
Table 3.4
Pedoman wawancara
No Aspek Indikator No soal
1 Perubahan - Mengidentifikasi hal-hal
yang mempengaruhi
terjadinya perubahan sosial
- Mendeskripsikan bentuk-
bentuk perubahan sosial
- Mendeskripsikan proses
terjadinya perubahan sosial
1 dan 3
2 Interaksi
Sosial
- Mengidentifikasi hal-hal
yang menjadi syarat
terjadinya interaksi sosial
- Mengidentifikasi faktor-
faktor terjadinya interaksi
6, 9, 13, 14,
7, 8, 10, 20
45
sosial
- Mendeskripsikan bentuk-
bentuk interaksi sosial
4, 5, 11, 12,
19
3 Relokasi - Mendeskripsikan latar
belakang diadakannya
relokasi
- Mengidentifikasi faktor
yang mempengaruhi
keberhasilan relokasi
- Mengidentifikasi faktor
yang mempengaruhi
kegagalan
2
15, 17, 18
16
F. Teknik Pengecekan Keabsahan Data
Teknik pemeriksaan keabsahan data pada penelitian ini adalah
triangulasi, perpanjangan pengamatan dan meningkatkan ketekunan.
1. Triangulasi
Triangulasi diartikan sebagai mencocokan (croos chek) antara hasil
wawancara, atau observasi dengan bukti dokumen, atau pendapat yang
lain.13
Berbagai sumber yang didapat harus dicek terlebih dahulu untuk
memastikan apakah datanya benar atau tidak. Yang terdiri dari:
a. Triangulasi Sumber
Triangulasi sumber dilakukan untuk memastikan kebenaran
data.Penelitian kualitatif memang tidak boleh percaya begitu saja pada
sebuah sumber.14
Pengecekan data dalam triangulasi sumber ini dilakukan
dengan mengecek kembali data yang telah diperoleh melalui beberapa
sumber.
b. Triangulasi Teknik
Triangulasi teknik untuk menguji kredibilitas data dilakukan
dengan cara mengecek data kepada sumber yang sama dengan teknik
yang berbeda.15
13Boy S. Sabarguna, Analisis Data pada Penelitian Kualitatif edisi revisi, (Jakarta: UI PRESS,
2008), h.60.
14Nusa Putra, Penelitian Kualitatif Proses dan Aplikasi, (Jakarta: PT Indeks, 2012), h. 190.
15Sugiyono, op.cit, h. 307.
46
c. Triangulasi Waktu
Pengujian kredibilitas data dapat dilakukan dengan cara melakukan
pengecekan dengan wawancara, observasi atau teknik lain dalam waktu
atau situasi yang berbeda. Bila hasil uji menghasilkan data yng berbeda,
maka dilakukan berulang-ulang sehingga sampai ditemukan kepastian
datanya.16
2. Perpanjangan Pengamatan
Perpanjangan Pengamatan berarti peneliti kembali ke lapangan,
melakukan pengamatan, wawancara lagi dengan sumber data yang pernah
ditemui maupun yang baru.17
perpanjangan pengamatan bertujuan agar
hubungan peneliti dengan narasumber semakin akrab, semakin terbuka,
saling mempercayai sehingga memudahkan peneliti untuk mendapatkan
sumber yang lebih mendalam tanpa ada hal yang disembunyikan.
3. Meningkatkan Ketekunan
Meningkatkan ketekunan berarti melakukan pengamatan secara lebih
cermat dan berkesinambungan. Sebagai bekal peneliti untuk meningkatkan
ketekunan adalah dengan cara membaca berbagai referensi buku maupun
hasil peneliti atau dokumentasi-dokumentasi yang terkait dengan temuan
yang diteliti.18
G. Teknik Analisis Data
Untuk mendapatkan sebuah analisis yang tepat dalam penelitian tentu
saja memerlukan teknik pengumpulan data yang tepat. Pengumpulan data yang
tepat bertujuan untuk menghindari adanya data yang salah walaupun telah
dianalisis dengan benar, tetap saja akan memperoleh hasil analisis yang salah.
Setelah data selesai dikumpulkan dengan lengkap dari lapangan melalui
observasi, wawancara dan dokumentasi, maka tahap selanjutnya adalah tahap
analisa.Tahap ini adalah tahap yang penting dan menentukan keberhasilan
sebuah penelitian. Di mana pada tahap inilah data dikerjakan dan diolah
16Ibid, h. 308.
17Ibid, h. 302.
18Ibid, h. 305.
47
sedemikian rupa sampai berhasil menyimpulkan kebenaran-kebenaran yang
digunakan untuk menjawab persoalan-persoalan yang diajukan oleh peneliti.
Analisis data adalah menata, menyusun dan memberi makna pada
kumpulan data.19
Analisis data menunjuk pada kegiatan mengorganisasikan
data ke dalam susunan-susunan tertentu di dalam rangka penginterpretasian
data, ditabulasi sesuai dengan susunan sajian data yang dibutuhkan untuk
menjawab masing-masing masalah.20
Dari rumusan di atas dapat kita ambil garis besarnya bahwa analisis
data bermaksud pertama-tama untuk menata data.Semua data yang terkumpul
terdiri dari catatan lapangan, komentar peneliti, gambar, foto, dokumen berupa
laporan, biografi, artikel dan sebagainya.
Analisis data diawali dengan penelusuran dan pencarian catatan
pengumpulan data, dilanjutkan dengan mengorganisasikan dan menata data
tersebut ke dalam unit-unit, melakukan sintesis, menyusun pola, dan memilih
yang penting dan esensial sesuai dengan aspek yang dipelajari dan diakhiri
dengan kesimpulan dan laporan.21
Setelah data dari lapangan terkumpul dengan menggunakan metode
pengumpulan data di atas, maka peneliti akan mengolah dan menganalisis data
tersebut dengan menggunakan analisis secara deskriptif-kualitatif, tanpa
menggunakan teknik kuantitatif.
Analisis deskriptif-kualitatif merupakan suatu teknik yang
menggambarkan dan menginterpretasikan arti data-data yang telah terkumpul
dengan memberikan perhatian dan merekam sebanyak mungkin aspek situasi
yang diteliti pada saat itu, sehingga memperoleh gambaran secara umum dan
menyeluruh tentang keadaan sebenarnya.22
Sedangkan menurut M. Nazir bahwa tujuan deskriptif ini adalah untuk
membuat deskripsi, gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat
19Boy S. Sabarguna, op.cit, h. 31.
20 Sanapiah Faisal, Format-format Penelitian Sosial, (Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada,
2008), hh. 33-34.
21Muri Yusuf, Metode Penelitian: Kuantitatif, Kualitatif, dan Penelitian Gabungan Edisi
Pertama, ( Jakarta : Prenadamedia Gorup, 2014), h. 401. 22 Syamsir Salam, Metodelogi Penelitian Sosial, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2006), h. 50.
48
mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antar fenomena yang
diselidiki.23
Agar data yang diperoleh memberi makna maka dalam analisis yang
dilakukan ditempuh langkah-langkah sebagai berikut:
(1) Reduksi data, yaitu kegiatan menyeleksi, menentukan fokus,
menyederhanakan, dan mentransformasikan data yang muncul pada catatan
lapangan. Reduksi data dilakukan berupa penulisan ringkasan, penajaman,
pengkodean, pemfokusan, pembuangan dan penyusunan data sehingga
kesimpulan dapat ditarik, dibuktikan dan dipertanggung jawabkan.
(2) Display data, yaitu katedorisasi dengan menyusun sekumpulan data
berdasar pola pikir, pendapat, dan kriteria tertentu untuk menarik kesimpulan.
Display data membantu untuk memahami peristiwa dan apa yang harus
dilakukan untuk menganalisa lebih jauh dan lebih dalam, berdasarkan
pemahaman terhadap peristiwa tersebut.
(3) Penyimpulan atau pembuktian, yaitu menafsirkan berdasarkan
kategori yang ada dan menggabungkan dengan melihat hubungan semua data
yang ada, sehingga dapat diketahui tentang perubahan interaksi sosial di
Rusunawa Jatinegara Barat Jakarta Timur setelah relokasi.
Dalam pelaksanaannya, data yang diperoleh berasal dari informasi, dari
lapangan, dijadikan bentuk uraian, kemudian dikaitkan dengan data yang
lainnya untuk mendapatkan kejelasan terhadap suatu kebenaran.
23Ibid, h. 50.
49
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Data
1. Gambaran Umum Rusunawa Jatinegara Barat Jakarta Timur
Rusunawa Jatinegara Barat berlokasi di Jl. Jatinegara Barat No. 142
Kelurahan Kampung Melayu Kecamatan Jatinegara Kota Administrasi
Jakarta Timur. Letaknya kurang lebih sekitar 350 meter dari Terminal
Kampung Melayu. Rusunawa Jatinegara Barat dibangun pada tanggal 31
Desember 2013 oleh Kementrian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
di atas tanah milik Pemda Provinsi DKI Jakarta. Peletakan batu pertama
diletakan oleh Gubernur Provinsi DKI Jakarta yang ketika itu dijabat oleh
Ir. H. Joko Widodo.1
Rusunawa Jatinegara Barat memang sengaja dibangun sebagai tempat
relokasi bagi masyarakat Kampung Pulo yang terkena gusur. Tidak semua
masyarakat Kampung Pulo terkena penggusuran pemerintah Jakarta
Timur. Hanya rumah-rumah yang berada di zona merah saja yang digusur
sekitar 40% dari keseluruhan permukian yang berada di Kampung Pulo,
sehingga warga terpaksa untuk menempati rusunawa yang telah disiapkan
oleh pemerintah.
Rusunawa Jatinegara Barat merupakan sebuah tempat hunian
masyarakat yang berpenghasilan rendah (MBR). Fisik bangunan memang
setara dengan apartemen dan merupakan kebanggaan bagi masyarakat
Provinsi DKI Jakarta, namun setelah masuk ke dalam unit yang ada di
rusun kondisi unit yang sangat sempit ditambah lorong yang kurang celah-
celah udara yang masuk dan juga terlihat banyak gantungan baju-baju
1Data yang bersumber dari UPRS Rusunawa Jatinegara Barat Jakarta Timur dalam Power
Point.
50
warga yang terlihat dari luar gedung. Membuat sebagian masyarakat
penghuni rusun kurang merasa nyaman untuk tinggal di rusun.
Pengelola rusunawa Jatinegara Barat yang bekerjasama dengan RW
dan RT juga membuat program atau pelatihan pemberdayaan masyarakat
penghuni rusun. Tujuannya untuk memberikan motivasi dan dukungan
moral serta dukungan sosial agar penghuni rusun lebih mandiri dan lebih
berdaya lagi.
Rusunawa Jatinegara Barat memiliki luas area 7.460 m². Gedung rusun
dibagi menjadi dua tower yaitu tower A dan tower B dengan jumlah
keseluruhan unit hunian 518 unit. Tower A memiliki 266 unit hunian
dengan 16 lantai dan tower B memiliki 252 unit hunian dengan jumlah 16
lantai. Tipe unit hunian di Rusunawa Jatinegara Barat adalah tipe 30.2
a. Penduduk
Dari data yang diperoleh diketahui bahwa jumlah penduduk
rusunawa Jatinegara Barat berjumlah 2.145 jiwa, yang terbagi dalam
jumlah KK berdasarkan unit yang dihuni 516 Kepala Keluarga dengan
jumlah KK berdasarkan anggota keluarga berjumlah 657 Kepala
Keluarga dengan 1 unit lebih dari 2 KK. Jumlah penduduk berusia
lanjut berjumlah 170 jiwa.3 Dari jumlah penduduk yang berada di
rusunawa Jatinegara Barat terdiri dari 1.082 jiwa berjenis kelamin
laki-laki dan 999 jiwa berjenis kelamin perempuan. Berdasarkan data
monograf antara jenis kelamin laki-laki dengan perempuan lebih
banyak jenis kelamin laki-laki.
Di bawah ini adalah deskripsi penduduk rusunawa Jatinegara
Barat Jakarta Timur berdasarkan data yang diperoleh dari kantor
UPRS (Unit Pengelola Rusun) Jatinegara Jakarta Timur. Deskrispsi
2Data kondisi eksisting yang bersumber dari UPRS Rusunawa Jatinegara Barat Jakarta Timur
dalam Power Point.
3Data demografi yang bersumber dari UPRS Rusunawa Jatinegara Barat Jakarta Timur dalam
Power Point.
51
ini merupakan keseluruhan data kependudukan secara umum yang
dijelaskan dalam tabel 4.1:
Tabel 4.1
Penduduk Rusunawa Jatinegara Barat Jakarta Timur
Jenis Data Jumlah Keterangan
Total unit hunian 518 unit 266 unit hunian di tower A dan 252
unit hunian di tower B
Jumlah unit hunian yang
terisi 516 unit
Penghuni yang sudah
ber-SP 504 unit
Penghuni yang belum
ber-SP 11 unit
I unit undian agustus 2015, 4 unit
undian 10/06/2016, 18 unit undian
21/06/2016
Penghuni yang sudah
ber-KTP rusun 487 unit
Penghuni yang belum
ber-KTP rusun 29 unit
Masih sedang dalam proses. Sudah
diberikan surat teguran pada tanggal
24 Juni
Penghuni yang sudah
membuka Rek. DKI 472 unit
Penghuni yang
belummembuka Rek.
DKI
43 unit Sudah diberikan surat teguran pada
tanggal 24 Juni 2016
Jumlah KK pemilik SP
Rusunawa Jatinegara
Barat Jakarta Timur
516 KK
Jumlah KK Gendong 141 KK
Jumlah jiwa di
Rusunawa Jatinegara
Barat Jakarta Timur
2081
jiwa
Termasuk di dalamnya jumlah jiwa
KK Gendong sebanyak 753 jiwa
Jenis kelamin perempuan 999 jiwa
Jenis kelamin laki-laki 1082
jiwa
Jumlah lansia di
Rusunawa Jatinegara
Barat Jakarta Timur
170
orang
52
Sumber: Data Penghuni Rusunawa Jatinegara Barat bulan Agustus
2016
Berdasarkan tabel 4.1 menunjukkan bahwa secara administrasi
penghuni rusun masih banyak yang belum memiliki SP sehingga
pihak pengelola rusun mengadakan undian pada tahun 2015 dan 2016
sebanyak 23 unit undian. Permasalahan administrasi kependudukan
juga terdapat pada kepemilikan KTP sebanyak 29 penghuni yang
belum memiliki KTP rusun.
Unit dengan tipe 30 dirasa masih terbilang cukup sempit terlebih
berdasarkan tabel 4.1 menunjukkan bahwa 141 KK gendong dengan
753 jiwa masih belum memiliki unit hunian sendiri, sehingga terdapat
2 sampai 3 KK dalam satu unit hunian. Inilah yang membuat sebagian
para penghuni rusun kurang nyaman untuk tinggal di rusun.
Searah dengan kebijakan pemerintah dalam bidang pendidikan
bahwa pemerintah mengupayakan setiap warga negara mendapatkan
hak pendidikan yang sama dan pemerataan kualitas pendidikan yang
baik. Berdasarkan hal ini pula dapat dilihat tingkat pendidikan warga
rusun secara umum. Agara lebih jelas dapat dilihat pada tabel 4.2:
Tabel 4.2
Jumlah Penghuni Menurut Usia Sekolah
No Jenis Data Jumlah
1 Jumlah penghuni usia sekolah PAUD 65 pelajar
2 Jumlah penghuni usia sekolah SD 142pelajar
3 Jumlah penghuni usia sekolah SMP 84 pelajar
4 Jumlah penghuni usia sekolah SMA 60 pelajar
5 Jumlah 351
Sumber: Data Penghuni Rusunawa Jatinegara Barat bulan Agustus
2016
Berdasarkan tabel 4.2 dapat diketahui bahwa penghuni rusunawa
Jatinegara Barat yang bersekolah berjumlah sebagaimana yang terbagi
dalam berbagai jenjang pendidikan. Untuk meningkatkan taraf
53
pendidikan masyarakat penghuni rusunawa Jatinegara Barat Pemda
memberikan Kartu Jakarta Pintar (KJP) setiap bulan sebasar Rp.
100.000-, untuk membantu para pelajar dalam hal kebutuhan sekolah
dan Pemda menyediakan bis gratis untuk antar jemput siswa dari
sekolah ke Rusunawa Jatinegara Barat setiap jam pergi dan pulang
sekolah. Dengan adanya data penduduk berdasarkan usia sekolah
menunjukkan bahwa tingkat kesadaran akan pentingnya pendidikan
terbilang cukup tinggi, sehingga banyak penghuni rusun yang
melanjutkan pendidikan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi
walaupun jumlah angka tidak terlalu besar dan belum terdata secara
administrasi oleh pihak UPRS namun dari hasil wawancara beberapa
masyarakat penghuni rusun banyak jumlah anak usia sekolah yang
melanjutkan pendidikan ke jenjang perguruan tinggi.
Pemerintah Daerah Jakarta juga memberikan bentuk perhatiannya
terbukti masyarakat rusun difasilitasi bis sekolah gratis dan pemberian
Kartu Jakarta Pintar (KJP) untuk memudahkan pelajar dan sedikit
meringankan beban biaya sekolah, walaupun perhatian pemerintah
bukan termasuk bentuk perhatian khusus kepada masyarakat rusun
karena bus sekolah dan Kartu Jakarta Pintar (KJP) masih bisa
dinikmati oleh masyarakat DKI Jakarta lainnya bukan hanya
masyarakat Kampung Pulo yang direlokasi ke rusunawa Jatinegara
Barat saja.
b. Sarana Prasarana
Unit Rusunawa Jatinegara Barat bangunan permanen yang
memiliki luas 30 m² bisa dilihat pada table 4.3:
54
Tabel 4.3
Sarana dan Prasarana Rusunawa Jatinegara Barat
Sarana dan Prasarana
Rusunawa Jatinegara Barat
Kondisi
Terawat Tidak
A. Sarana dan Prasarana unit
1. 2 Kamar Tidur
2. 1 Kamar Mandi
3. Ruang Tamu
4. Dapur
5. Air (AETRA)
6. APAR
7. Exhaust Fan
8. Grease Trape
B. Sarana Air Bersih
1. Ground Water Tank
2. Roof Water Tank
C. Sarana Air Kotor
1. STP/Biotek
2. Saluran Air Kotor
D. Sarana Penerangan
1. Unit Hunian dan Fasos
Fasum dari PLN
2. Halaman Rusun dari
Dinas Perindustrian dan
Energi
3. Genset
4. Penanggulangan
Bencana Kebakaran
5. Hydrant
6. Depp Well
E. Sarana dan Prasarana Umum
1. PAUD
2. Puskesmas
3. Poliklinik Gigi
4. Perpustakaan
5. Ruang Posyandu
6. Ruang PKK
7. Taman Masjid
8. Parkir Kendaraan Roda
Dua
9. Sarana Tempat berjualan
55
c. Kegiatan Rusnawa Jatinegara Barat
Rusunawa Jatinegara Barat juga mengadakan kegiatan untuk para
penghuni. Hal ini bertujuan agar penghuni rusun memiliki kegiatan
yang bermanfaat dan dapat mengolah kemampuan untuk mendapatkan
tambahan perekonomian bagi para penghuni, dapat dilihat pada tabel
4.4:
Tabel 4.4
Kegiatan Rusunawa Jatinegara Barat
Kegiatan di Rusunawa
Jatinegara Barat Efektif Tidak
1. Kegiatan pemberdayaan
(membuat kue, tanaman
hidproponik, budidaya
lele, taman hari PKK
2. BAKSOS (pemberdayaan
sembako, pelayanan
kesehatan gratis)
3. Kegiatan pelayanan
(perubahan KK, KTP
rusun, pembuatan Rek.
Bank DKI, pembuatan
BPJS, imunisasi,
digitalisasi arsip)
4. Sosialisasi (penyuluhan
kesehatan, penyuluhan
narkoba, penanggulangan
HIV/AIDS)
5. Kegiatan Pelatihan
(damkar, komputer)
6. Kegiatan bimbingan
belajar (bimbel oleh
pelajar SMAN 8 Jakarta)
7. Kegiatan warga (kerja
bakti, senam aerobik)
2. Permasalahan Rusunawa Jatinegara Barat
Rusunawa Jatinegara Barat merupakan bangunan baru yang disahkan
dan resmi digunakan sebagai hunian bagi masyarakat Kampung Pulo yang
digusur pada tanggal 20 Agustus 2015. Hunian yang berbentuk vertikal ini
56
dibagi menjadi dua tower dan setiap masing-masing tower memiliki 16
lantai merupakan banguan yang terlihat mewah dari luar. Namun
Rusunawa Jatinegara Barat juga memiliki sejumlah bentuk permasalahan
yang dirasakan masyarakat Kampung Pulo yang kini tinggal di rusun.
a. Permasalahan Hunian
Penghuni rusun pasti merasakan sejumlah permasalahan selama
tinggal di Rusunawa Jatinegara Barat mereka yang dulunya tinggal di
daerah yang berbentuk horizontal kini harus tinggal di bangunan yang
berbentuk vertikal dengan unit yang terbilang kecil karena masih ada
unit hunian yang dihuni lebih dari delapan jiwa. Padahal unit rusun
berukuran cukup kecil dengan tipe 30 yang didalamnya berisi ruang
tamu sekaligus dijadikan sebagai ruang keluarga, dua kamar tidur, satu
kamar mandi, dapur yang tidak terlalu jauh dengan ruang tamu dan juga
adanya ruang kecil di luar untuk tempat jemur pakaian, sedangkan
dalam satu unit itu ada yang terdapat dua KK bahkan lebih di dalamnya.
Selain itu parmasalahan hunian yang lain adalah masih ada warga rusun
yang belum memiliki KTP Rusunawa yaitu berjumlah 29 jiwa tetapi
KTP tersebut masih dalam proses dan juga masih ada masyarakat
penghuni rusun yang belum memiliki Rekening Bank DKI berjumlah
44 jiwa.
Setelah warga dipindahkan ke Rusunawa Jatinegara Barat banyak
sekali keluhan yang dirasakan warga terutama pada aspek sosial dan
ekonomi. Sehingga banyak warga yang menunggak uang sewa unit
berjumlah kurang lebih 135 unit serta masih kurang kesadaran dari
warga rusun untuk tidak membuang sampah di tangga darurat dan
permasalahan yang terakhir adalah masih ada satu warga rusun yang
tidak mau membuat SP sejak masuk rusun.
Dalam hal ini pihak pengelola melakukan berbagai langkah untuk
menyelesaikan sejumlah permasalahan yang ada di rusun yaitu dengan
memberikan satu unit tambahan pada pengundian tanggal 10 dan 21
Juni 2016 bagi unit yang berpenghuni lebih dari sembilan jiwa dengan
57
total 21 unit data yang sudah disepakati oleh pihak pengelola rusunawa
Jatinegara Barat, RT, RW, LMK dan Kelurahan Kampung Melayu.
Sedangkan bagi warga yang belum memiliki KTP rusun dan Rekening
Bank DKI pengelola berkordinasi dengan pihak RW dan Dinas
Pendudukan dan Pencatatan Sipil untuk permasalahan pembuatan KTP
dan bekerjasama dengan pihak pengelola dan Bank DKI dan sudah
diberikan surat teguran bagi yang belum pada tanggal 24 Juni 2016.
Bagi warga rusun yang menunggak uang sewa pengelola akan
memberikan teguran satu dan teguran dua sampai dengan penyegelan,
jika warga tidak juga membayar. Dan bagi warga yang membuang
sampah di tangga darurat maka akan dilakukan pendekatan secara
persuasif (Door to Door) untuk mengingatkan warga agar meletakan
kantong sampah di depan unit hunian nanti petugas yang akan
mengambil sampah ke setiap unit. Sedangkan untuk permasalahan
penghuni yang tidak mau membuat SP sejak awal masuk maka
pengelola akan melakukan penyegelan atas unit tersebut.
b. Permasalahan Sarana dan Prasarana
Selain permasalahan hunian rusunawa Jatinegara Barat juga
mengalami permasalahan pada sarana dan prasarana. Rusunawa
Jatinegara Barat belum menyiapkan kios di lantai dua untuk
menampung para pedagang di lantai dua dan terkesan kumuh serta tidak
tertata dengan rapih dan rawan terjadinya kehilangan. Dengan kondisi
tempat berdagang di lantai dua yang kurang tertata rapih sehingga
pedagang mengeluh sepi dari pembeli dan mereka memilih berjualan di
trotoar depan rusun hal itu mengakibatkan depan rusun kotor dan
kumuh.
Seperti pada umumnya rusunawa Jatinegara Barat juga memiliki
petugas keamanan yang bertugas selama dua puluh empat jam untuk
mengawasi keamanan rusun tetapi masih disayangkan hanya ada satu
pos keamanan yaitu di gerbang masuk rusunawa sedangkan untuk di
gerbang keluar rusun belum ada pos keamanan. Hunian dengan bentuk
58
bangunan yang vertikal harus memiliki fasilitas penunjang untuk
memudahkan segala aktivitas warga untuk itu rusunawa Jatinegara
Barat menyediakan lift sebagai sarana bagi masyarakat untuk
memudahkan aktivitas mereka sehari-hari, namun disisi lain lift di
rusun sering macet hal ini disebabkan karena pemeliharaan lift tidak
bisa berkontrak dengan ATPM (Agen Tunggal Pemegang Merk) karena
alokasi anggaran 2016 hanya Rp. 32.000.000-, sedangkan ATPM
menawarkan untuk 1 unit lift/bulan Rp. 1.100.000 x 10 Unit Lift x 12
bulan = Rp. 132.000.000-,.4 Untuk segi kebersihan minimnya tong
sampah besar beroda (sulo) untuk mengangkut sampah dari unit hunian.
Pihak pengelola mengambil tindakan untuk bisa mengatasi
permasalahan sarana dan prasarana yang ada di rusunawa Jatinegara
Barat yaitu dengan berusaha mengajukan tambahan untuk membuat
kios di lantai dua. Pengelola juga memfasilitasi atau menyediakan
tempat berjualan di halaman lantai dasar sebelah utara pojok samping
Masjid rusunawa Jatinegara Barat namun tempat masih berbentuk tanah
dan bila hujan menyebabkan becek dan juga tidak beratap. Untuk
persoalan pos keamanan sendiri pengelola mengajukan pembuatan pos
jaga di gerbang keluar rusun.
Persoalan lift memang menjadi persoalan utama bagi keselamatan
para warga rusun. Sehingga pengelola berupaya melakukan perbaikan
sistem panggilan darurat kepada ATPM, mendayagunakan teknisi
rusunawa Jatinegara Barat. Untuk kekurangan anggaran pemeliharaan
telah diusulkan dalam APBDP sebesar Rp. 219.650.420, berdasarkan
surat dengan PT. Jaya Kencana. Telah berkordinasi dengan pihak PT.
Jaya Kencana (ATPM Sigma) untuk bekerjasama dalam hal
pemeliharaan lift dan telah dilakukan general chek-up terhadap
komponen-komponen lift yang akan diganti. Untuk segi kebersihan
sendiri pengelola sudah mengirim surat ke sudin kebersihan untuk
4Data yang bersumber dari UPRS Rusunawa Jatinegara Barat Jakarta Timur dalam Power
Point.
59
memfasilitasi tempat sampah beroda (sulo) dengan nomor surat 718/1-
1.796.35 tentang permohonan tempat sampah besar beroda (sulo) yaitu
sejak tanggal 30 Mei 2016, tetapi sampai saat ini belum ada jawaban
terkait tentang permohonan tempat sampah beroda (sulo).
c. Permasalahan Fisik
Penghuni rusunawa Jatinegara Barat Jakarta Timur juga
mengalami permasalahan fisik selama mereka menjadi penghuni
rusunawa Jatinegara Barat yaitu terjadi rembesan air masuk ke dalam
unit hunian yang di tembok antara precast dan precast tidak di silent
(rembes dari sambungan). Serta masih banyak kavar yang bocor di unit
hunian. Tower A: 13 unit dan tower B: 13 unit. Dak yang berada di
lantai 17 mengalami rembes saat hujan hal itu mengakibatkan bocor ke
unit hunian di lantai 16. Selain itu terjadinya ketidak fungsian Deep
Well dikarenakan bocor (dari 4 GWT).Penampungan blower di STP
tower B dan bak Screen STP tidak berfungsi dengan baik.
Permasalahan fisik juga terjadi pada Roof Tank (Torrent) yang berada
di DAK lantai 16 harus diberikan atap torrent sehingga tidak mudah
pecah akibat dari kondisi cuaca.
Pengelola juga melakukan beberapa tindakan untuk mengatasi
permasalahan fisik yang terjadi di rusunawa yaitu sudah dilakukan
perbaikan oleh WIKA dan HIK pada persoalan rembesan air yang
masuk ke unit dan persoalan dak lantai 17 yang rembes saat hujan
namun hasilnya belum maksimal, beberapa unit yang diperbaiki oleh
teknisi rusunawa Jatinegara Barat dan hal tersebut sudah dilaporkan
PPTK Kemenpupera dan sudah TL paska lebaran. Sedangkan untuk
persoalan penampungan Deep Well yang tidak berfungsi dengan baik
pengelola sudah melakukan perbaikan yang bekerjasama dengan pihak
HK tetapi hasilnya belum maksimal dan masih bocor. Sudah
dilakukannya perbaikan penampungan blower TB dan penampungan di
bak Screen STP untuk menyelesaikannya pihak pengelola melakukan
60
koordinasi dengan pihak subcon dan juga berkordinasi dengan PTTK
Kemenpora pada bulan Agustus 2016.
d. Permasalahan Tarif Sewa
Permasalahan yang paling utama dirasakan oleh para penghuni
rusun adalah permasalahan biaya sewa rusun. Berbanding terbalik
dengan kehidupan mereka ketika berada di Kampung Pulo mereka
hanya memikirkan biaya listrik dan air setiap bulannya tanpa
memikirkan biaya sewa rumah, terlebih bagi mereka yang dulunya
mempunyai usaha sewa rumah kontrakan. Setiap bulan mereka
mendapatkan uang dari usaha sewa rumah kontrakan tersebut.
Pada surat perjanjian sewa Pasal 2 tertulis biaya sewa rusun
sebesar Rp. 300.000,- tetapi sampai saat ini peraturan yang menetapkan
tarif tersebut belum didapatkan atau belum tercantum baik pada Perda
nomor 3 tahun 2012 tentang tarif rusun maupun Perda nomor 1 tahun
2015 tentang perubahan Perda nomor 3 tahun 2012.
Sampai dengan saat ini berita acara serah terima rusun dari
Kemenpora ke Pemprov DKI cq. Dinas Perumahan dan Gedung Pemda
belum ada. Begitu juga surat izin mengelola rusun dari kementrian.
Sedangkan DPGP Up. UPRS Jatinegara, terkait dengan pengelolaan
rusun telah menganggarkan kegiatan untuk mengelola rusun yang
tertuang dalam DPA. Hal tersebut menurut ketentuan yang ada tidak
diperkenankan, mengingat belum menjadi aset Pemerintah Provinsi.
Pengelola belum bisa mengambil tindakan untuk mengatasi
permasalahan tarif sewa tersebut, tetapi hanya bisa memberikan saran
untuk bisa memperbaiki peraturan daerah mengenai permasalahan tarif
adalah pada Perda nomor 3 tahun 2012 hanya mencantumkan tarif
sewa 5 lantai sedangkan untuk rusun yang lebih dari 5 lantai tidak
diatur dalam Perda 3 tahun 2012 maupun Perda nomor 1 tahun 2015.
Berkenaan tarif sewa Rp. 300.000,- pihak pengelola memohon
dibuatkan aturan tarif sebagai dasar penetapan tarif sewa.
61
Sedangkan saran untuk permasalahan berita acara serah terima
rusun dari Kemenpora ke Pemprov DKI yaitu agar dari dinas
Perumahan dan Gedung Pemda cq. Bidang Perencanaan Teknis segera
mendorong BAST tersebut untuk dapat terealisasi. Demikian juga untuk
surat ijin mengelola dari Kementrian dapat segera didorong (seandainya
BAST tersebut masih dalam proses, minimal untuk sementara dapat
menggunakan surat ijin mengelola dari Kementrian). Dengan adanya
BAST atau surat ijin mengelola dari Kementrian dapat dijadikan
sebagai dasar Pemprof cq. Dinas/UPRS Jatinegara Barat dalam
mengusulkan anggaran kegiatan dalam rangka pengelolaan rusun.
3. Karakteristik Informan
Dalam penelitian ini, peneliti melakukan wawancara dengan 10
responden masyarakat penghuni rusunawa Jatinegara Barat Jakarta Timur.
Hal ini seperti terlihat pada table 4.5:
Tabel 4.5
Data Informan
Nama Nomor
Unit
Jenis
Kelamin
Tanggal
Masuk Agama Pendidikan Pekerjaan
Iwan
Setiawan 3.15 L
20 Agustus
2015 Islam SD Pedagang
Warji 10.04 L 21 Agustus
2015 Islam SLTP Wiraswasta
Marwiyah 8.06 P 22 Agustus
2015 Islam SD
Ibu Rumah
Tangga
Bahrudin 6.11 L 20 Agustus
2015 Islam SLTA Wiraswasta
Eti
Roswa
ti
4.15 P 20 Agustus
2015 Islam SLTA
Ibu Rumah
Tangga
Dewi
Purnawati 11.16 P
20 Agustus
2015 Islam SLTA
Ibu Rumah
Tangga
Achmad
Rifa‟i 3.07 L
20 Agustus
2015 Islam SLTP Buruh
Anita 9.15 P 20 Agustus Islam SLTA Ibu Rumah
62
Suryani 2015 Tangga
Indah 12.01 P 20 Agustus
2015 Islam SLTA
Karyawan
Swasta
Karimah 13.03 P 20 Agustus
2015 Islam SD
Ibu Rumah
Tangga
Sumber: Hasil wawancara dengan para informan
Wawancara dilakukan untuk memperoleh data yang diperlukan
dalam penelitian.Informan yang diwawancarai adalah penghuni rusunawa
Jatinegara Barat yang merupakan masyarakat relokasi dari Kampung Pulo.
Kehidupan di rusun dirasa sangat berbeda dengan kehidupan ketika
berada di Kampung Pulo terlebih dalam hal berinteraksi dengan
masyarakat.Tetapi sebagian peanghuni merasa lebih nyaman tinggal di
rusun karena mereka tidak mengalami banjir yang setiap tahunnya mereka
alami sedangkan dalam segi interaksi mereka tidak merasa nyaman.
B. Hasil Penelitian
1. Perubahan Interaksi Sosial Masyarakat Kampung Pulo di Rusunawa
Jatinegara Barat Jakarta Timur
a. Interaksi Sosial Masyarakat Kampung Pulo Sebelum Relokasi
Interaksi sosial merupakan hal terpenting dalam kelangsungan
kehidupan bermasyarakat. Ketika interaksi dalam masyarakat tidak
berjalan dengan baik maka yang timbul adalah permasalahan-
permasalahan sosial di antaranya seperti masalah ekonomi, permasalahan
hubungan antar suku bahkan negara. Kebanyakan masyarakat Indonesia
hidup dalam toleransi yang tinggi dimana toleransi timbul dari sebuah
interaksi yang baik. Tetapi bagi sebagian orang yang tinggal di wiliyah
perkotaan, terkadang interaksi sosial sudah jarang terjadi di kehidupan
sehari-hari dan akan menciptakan masyarakat yang bersifat individual.
Gambaran interaksi masyarakat Kampung Pulo sebelum digusur sangat
tinggi tingkat sosialnya, diantaranya:
63
a) Komunikasi
Komunikasi masyarakat Kampung Pulo ketika sebelum di
relokasi ke rusunawa Jatinegara Barat Jakarta Timur terbilang cukup
intensif sesuai dengan penuturan beberapa masyarakat Kampung Pulo
yang dituturkan oleh Bapak Warji (50 tahun) yang merupakan ketua RT
02 di Rusunawa Jatinegara Barat dengan jawabannya:
“Perbedaan jelas terasa waktu kami di Kampung Pulo kami
pulang dari mana saja dan jam berapa saja banyak yang bertegur sapa”.5
Bapak Warji selain menjabat sebagai Ketua RT 02 pak Warji juga
membuka usaha kecil di lantai dasar rusun. Bapak Warji merasa bahwa
interaksi antar masyarakat Kampung Pulo sebelum digusur berjalan
hingga malam hari, banyak warga yang masih melakukan interaksi di
malam hari entah itu hanya sekedar menyapa masyarakat yang baru
pulang dari kerja.
Jawaban bapak Warji diperkuat oleh bapak Rifai (37 tahun) juga
menceritakan bagaimana seringnya masyarakat Kampung Pulo
berkumpul dengan tetangga yang lain:
“Interaksi waktu di Pulo kita sama-sama masyarakat sering
berkumpul ada acara maupun tidak ada acara kita tetap kumpul setiap
harinya, sekedar mengobrol, duduk, sampai kita ngopi bareng di depan
teras bareng warga”.6
Jarak rumah yang tidak terlalu jauh membuat masyarakat
Kampung Pulo sering berkumpul dengan tetangga bahkan sampai tengah
malam. Sehingga rasa persaudaraan yang mereka rasakan sangat besar
hal ini dapat membentuk masyarakat yang memiliki jiwa sosial yang
tinggi.
b) Simpati
Proses penempatan unit yang dilakukan dengan sistem random
atau pengocokanpun menjadi salah satu faktor mereka harus melakukan
5Wawancara dengan bapak Warji, 20 Desember 2016.
6Wawancara dengan bapak Rifai, 11 Januari 2017.
64
adaptasi kepada masyarakat Kampung Pulo yang lain. Hal ini sesuai
dengan perkataan ibu Indah (30 tahun), beliau mengatakan bahwa:
“Tetangga juga masing-masing. Kan sekarang dalam satu lantai
beda-beda tetangganya ada yang dari gang Anwar yang dulu di Pulo jadi
tetangganya ga sama kaya dulu”.7
Adaptasi ulang yang dilakukan oleh ibu Indah membuat ibu Indah
jarang berkumpul dengan tetangga di rusun, walaupun ibu Indah
bercerita tetangga yang di rusun merupakan tetangga yang baik yang
memiliki rasa simpati yang besar namun karena faktor belum terlalu
kenal dan faktor beban ekonomi yang lebih besar membuat mereka
jarang untuk melakukan interaksi di rusun, ketika berbincang-bincang
pun hanya sekedar saja.
c) Kerjasama
Bapak Iwan (42 tahun) juga mengatakan pola interaksi dirasa
sudah berubah bukan hanya dari pola interaksi sehari-hari tapi juga dari
kegiatan masyarakat yang lain berupa kerjasama:
“Mengurus jenazah ketika dulu di Kampung Pulo jenazah
disemayamkan di rumah duka masing-masing jadi warga bisa bergadang
menjaga jenazah dan juga ngaji atau Yasinan”.8
Ukuran unit yang terbilang kecil membuat beberapa kegiatan
tidak bisa dilakukan di unit, dalam hal ini Bapak Iwan menceritakan
bahwa masyarakat Kampung Pulo selalu bergadang ketika ada warga
yang meninggal dunia, jenazah disemayamkan di rumah duka sehingga
bisa dilakukan pengajian Yasin semalaman di rumah duka dan bagi
keluarga bisa dengan nyaman untuk melakukan persiapan pengurusan
jenazah yang dibantu oleh masyarakat sekitar.
Hal yang sama juga dirasakan oleh ibu Anita (33 tahun)
kerjasama masyarakat Pulo ketika masih hidup di Kampung Pulo begitu
baik seperti halnya:
7Wawancara dengan ibu Indah, 11 Januari 2017.
8Wawancara dengan bapak Iwan, 20 Desember 2016.
65
“Kalau waktu di Pulo kita sering ngeriung kalau disini mah ke
lantai juga sepi apa lagi kalau ada yang meninggal yang
nunggu jenazah paling hanya keluarga aja kalau di Pulo mah
banyak tetangga dari mana aja juga begadang ngajiin jenazah
nungguin”.9
Bentuk kerjasama masyarakat Kampung Pulo yang dikemukakan
oleh ibu Anita terlihat sangat baik. setiap kali ada masyarakat Kampung
Pulo yang meninggal dunia mereka selalu bekerjasama untuk mengurusi
jenazah tersebut. Dimulai dari menyemayamkan jenazah di rumah duka,
ikut serta bergadang di rumah duka, membuat tenda, adanya pengajian
Yasinan bahkan para ibu pun ikut serta membantu memasak untuk
keluarga duka. Selain itu ketika di Pulo jika ada masyarakat yang
mengadakan pesta pernikahan mereka sudah tidak segan untuk datang
dan membantu ke rumah pemilik hajad.
Dilihat dari pendapat yang diperoleh sebelum peristiwa
penggusuran dan sebelum masyarakat direlokasi ke Rusunawa Jatinegara
Barat telihat sangat jelas kehidupan interaksi masyarakat yang sangat
baik. Mereka tidak memiliki halangan untuk melakukan interaksi atau
untuk melakukan aktivitas sosial. Masyarakat juga cenderung memiliki
sifat sosial yang tinggi terbukti dimana saja dan kapan saja masyarakat
kampung Pulo selalu bertegur sapa setiap kali bertemu dengan tetangga
dan sering kali mereka berkumpul di rumah tetangga satu RT untuk
berkumpul dan saling mengobrol setiap harinya.
Bentuk kerjasama masyarakat Kampung Pulo juga terbilang baik.
Mereka selalu membantu masyarakat Kampung Pulo yang terkena
musibah maupun dalam acara pernikahan, sunatan atau acara-acara yang
lain.
Dari jawaban para responden tersebut dapat diambil kesimpulan
bahwa sebelum masyarakat direlokasi ke Rusunawa Jatinegara Barat
kehidupan masyarakat Kampung Pulo dalam segi interaksi sosialnya
lebih baik. Masyarakat memiliki sifat sosial dan simpati yang tinggi.
9Wawancara dengan ibu Anita, 11 Januari 2017.
66
b. Interaksi Sosial Masyarakat Kampung Pulo Setelah Relokasi
Pengamatan terhadap interaksi para penghuni rumah susun
dilakukan selama 4 hari (2 hari kerja dan 2 hari libur), yaitu pada selasa 20
Desember 2016, rabu 21 Desember, minggu 25 Januari dan 1 Januari
2017. Pengamatan dilakukan antara pukul 08.00-18.30 WIB. Berdasarkan
pengamatan dan wawancara dengan pihak pengelola dan penghuni rumah
susun. Penghuni biasanya berinteraksi di lingkungan rumah susun pada
pagi dan sore hari.
Interaksi yang terjadi berupa kegiatan mengobrol, mengantar anak
ke sekolah, menemani anak bermain atau sekedar duduk-duduk. Penghuni
biasa memanfaatkan pinggir jalan yang berada di lobi untuk duduk dan
biasanya penghuni laki-laki yang berusia lanjut memanfaatkan pelataran
lantai dasar untuk tempat bersantai dan berkumpul dengan penghuni
seusianya.
Pada hari biasa, pada pagi hari ruang luar di pakai oleh anak-anak
yang bermain atau ibu-ibu yang menemani anak-anak bermain. Area parkir
biasa mereka manfaatkan untuk berjalan santai dan juga lari pagi. Interaksi
di lokasi parkir terjadi bila seseorang kebetulan berpapasan dengan
tetangganya.
Pada waktu menjelang siang (pukul 09.00-11.00 WIB), mulai
banyak orang baik itu laki-laki maupun perempuan yang berkumpul
disekitar penjual makanan dari taman yang berada di lantai dasar dekat
gerbang keluar untuk berbelanja sekedar jajanan makanan kecil dan
mengobrol.
Interaksi juga terjadi di taman kecil tepatnya di belakang PAUD
yang biasa dimanfaatkan anak-anak untuk bermain pada hari libur atau
setelah mereka pulang sekolah. Tingkat penggunaan lapangan cukup tinggi
pada sore hari dan jika hari libur tingkat penggunaannya pun cukup tinggi
dimulai dari pagi dan sore hari sedangkan pada siang hari, terkadang masih
ada beberapa orang yang memanfaatkannya.
67
Di lokasi aula yang berada di lantai 2 yang juga terdapat pujasera.
Menurut penghuni aula serbaguna ini digunakan untuk acara-acara besar
seperti pernikahan, panggung 17 Agustusan hingga acara duka. Selain itu,
sering juga digunakan untuk rapat warga dan juga dimanfaatkan bagi para
remaja dan anak-anak untuk bermain bola di lantai 2 ini pada sore hari.
Peneliti sempat mengamati pada saat lantai serbaguna ini dimanfaatkan
untuk lapangan bola. Dan kegiatan berlangsung dalam waktu yang cukup
lama. Sedangkan untuk pujasera sendiri kurang ramai banyak penjual yang
mengeluh sepi.
Pada ruang luar terdapat banyak pedagang makanan. Keberadaan
pedagang dapat mendorong penghuni untuk pergi ke area tersebut dan
interaksi dapat terjadi ditambah dengan banyaknya pepohonan yang
rindang membuat tempat ini menjadi teduh.
Sedangkan setelah memasuki setiap lantai di rusun jarang terjadi
interaksi karena kondisi yang kurang nyaman ditambah angin cukup
kencang masuk ke dalam unit sehingga banyak penghuni yang menutup
pintu rumah mereka, ditambah bentuk bangunan yang vertikal dan mereka
perlu beradaptasi dengan orang-orang baru sehingga hal ini menyebabkan
jarang sekali penghuni melakukan interaksi di unit atau koridor rumah
susun hanya terlihat sesekali penghuni berinteraksi ketika mereka
memanfaatkan lift untuk naik dan turun tangga.
Pada waktu maghrib menjelang malam sudah jarang ditemukan
interaksi penghuni, mereka sudah masuk ke unit masing-masing dan
menutup pintu unit mereka. Hanya saja waktu maghrib menjelang isya
masih terlihat kegiatan di beberapa Taman Pendidikan Al-quran (TPA)
yang didirikan oleh penghuni dan hal ini dijadikan tempat interaksi bagi
anak-anak.
Peristiwa penggusuran pada tanggal 20 Agustus 2015 membuat
kehidupan masyarakat Kampung Pulo mengalami perubahan terutama dari
segi kehidupan sosial.
68
a) Komunikasi
Bentuk interaksi berupa komunikasi juga dirasakan pada penghuni
rumah susun. Perubahan komunikasi dirasakan pada ibu Indah (30 tahun)
yang menyatakan:
“Sekarang saya jarang ngobrol sama tetangga kalau dulu mah waktu
di Pulo sering ngobrol sama tetangga. Karena penghuni rusun kebanyakan
pada nutup pintu. Apa lagi kalau anginnya lagi kenceng”.10
Tinggal di gedung bertingkat membuat angin yang masuk ke unit
sangat kencang apa lagi bagi penghuni yang tinggal di lantai atas. Hal ini
menyebabkan masyarakat banyak yang menutup pintu unit mereka untuk
menghindari angin kencang yang masuk ke dalam unit, sehingga
masyarakat jarang melakukan interaksi di luar unit.
b) Simpati
Komunikasi penghuni yang kurang intensif berdampak pada rasa
simpati penghuni yang semakin berkurang sesuai dengan pernyataan ibu
Eti (53 tahun):
“Sudah sendiri-sendiri jarang terjadi interaksi karena faktor lantai
yang berbeda-beda”.11
Sama seperti halnya ibu Indah, ibu Eti juga merasakan interaksinya
mengalami perubahan. Perbedaan lantai membuat ibu Eti hanya
melakukan interaksi dengan tetangga satu lantai dengannya, sedangkan
untuk tetangga di lantai yang berbeda ibu Eti jarang berinteraksi karena
ibu Eti terbilang sudah masuk dalam kategori usia lanjut sehingga sulit
bagi ibu Eti untuk naik atau turun tangga setiap harinya kalau bukan
karena terpaksa atau karena ada suatu keperluan yang mengharuskan ibu
Eti turun dari lantai unitnya.
Selanjutnya bapak Iwan (42 tahun) menyatakan perubahan interaksi
yang dirasakan setelah direlokasi ke rusunawa Jatinegara Barat:
10Wawancara dengan ibu Indah, 11 Januari. 11Wawancara dengan ibu Eti, 20 Desember 2016.
69
“Persaudaraannya agak berkurang, interaksi juga kurang. Kalau
kita ga turun ke bawah kita ga kenal saudara kita yang di Pulo.
Sekarang hidupnya masing-masing. Kalau ada yang mampu yah
untuk diri mereka sendiri kalau ga ada yang mampu yah urusan
pribadi”.12
Bapak Iwan merasakan perubahan pada segi interaksi sosial para
penghuni rusun. Persaudaraan di dalam rusun semakin lama semakin
berkurang termasuk juga pada interaksi para penghuni rusun. Ketika
interaksi para penghuni berkurang maka yang terjadi adalah timbulnya
sifat individual. Sifat individual hampir tertanam di dalam pribadi para
penghuni rusun, sehingga para penghuni rusun hanya mementingkan
kehidupan mereka pribadi dibandingkan dengan penghuni rusun yang
lainnya.
Bukan hanya orang dewasa saja yang mengalami perubahan dalam
berinteraksi, anak-anak juga mengalami perubahan interaksi dengan teman
sebayanya. Hal ini dijelaskan oleh ibu Anita (33 tahun) yang menyatakan
bahwa:
“Paling depan unit kalau ga dibawah, tapi emang sekarang anak saya
mah jarang main, di rumah terus”.13
Tidak tersedianya tempat bermain yang nyaman bagi anak-anak
ditambah dengan bangunan yang berbentuk vertikal membuat orang tua
khawatir untuk melepaskan anak-anak mereka bermain di luar unit apa lagi
sampai turun di lantai dasar dengan lift atau tangga. Dan hal itu
menyebabkan anak-anak jarang sekali bermain dengan teman sebayanya,
anak-anak lebih banyak menghabiskan waktu di rumah atau bermain di
depan unit mereka. Walaupun disediakannya taman di depan PAUD
namun posisi taman yang berada di lantai dasar membuat mereka harus
turun dulu menggunakan lift atau tangga dan hal itu dapat membahayakan
keselamatan anak-anak.
Kasus kriminal di dalam rusun juga sering terjadi. Hal ini dinyatakan
langsung bapak Rifai (32 tahun):
12Wawacara dengan bapak Iwan, 20 Desember 2016. 13Wawancara dengan ibu Anita, 11 Januari 2017.
70
“Narkoba, pencurian yah gitu aja. Sudah kita serahkan sama satpam,
RW dan RT warga juga udah sendiri-sendiri sekarang”.14
Kasus kriminal pasti terjadi dimana saja tidak terkecuali di rusunawa
Jatinegara Barat. Beberapa kasus kriminal terjadi di rusunawa Jatinegara
Barat seperti pencurian, narkoba. Dengan biaya sewa Rp. 300.000 per-
bulan pihak pengelola memberikan fasilitas keamanan bagi para penghuni
rusun. Ketika kasus kriminal terjadi di rusun, kasus tersebut di serahkan
oleh RW, RT dan dibantu oleh Satpam sehingga masyarakat sudah tidak
terlalu perduli dengan kasus-kasus kriminal yang terjadi di rusun, karena
menurut mereka kasus tersebut sudah ada yang bertanggung jawab.
Pernyataan bapak Rifai juga dibenarkan oleh ibu Karimah (57 tahun)
yang menyatakn bahwa:
“Sering disini. Ada narkoba terus perselingkuhan, baru-baru ini ada
penculikan bayi. Sikap warga yah gitu cuek aja namanya juga
rumah pada tertutup. Paling pas kumpul di warung aja baru pada
ngobrol-ngobrol. Kalau di Pulo mah kan masyarakatnya sosial jadi
kalau ada yang kasus kriminal rame pada ngumpul. Sekarang mah
cuek-cuek aja”.15
Fasilitas keamanan ditambah bentuk bangunan yang vertikal
membuat para penghuni lebih banyak menghabiskan waktu di dalam unit.
Unit yang selalu tertutup membuat mereka jarang mengetahui kasus-kasus
kriminal yang ada di rusun. Dan menciptakan masyarakat yang acuh tak
acuh dengan permasalahan yang ada di rusun.
c). Kerjasama
Relokasi juga berdampak pada kerjasama penghuni rusun. Terlihat
ketika ada warga yang mengadakan hajatan berupa pernikahan atau
khitanan hanya sanak saudara keluarga saja yang membantu persipan
sednagkan penghuni jarang untuk membantu.
Selain itu ketika ada penghuni yang meninggal dunia aktivitas
pengajian untuk jenazah kebanyakan dari saudara sendiri. Hal ini
14Wawancara dengan bapak Rifai, 11 Januari 2017. 15 Wawancara dengan ibu karimah, 11 Januari 2017
71
disebabkan karena lingkungan yang sempit sehingga seluruh kegiatan
besar hanya dilakukan di aula lantai dua dan itu sangat terbatas.
Dari jawaban para responden dapat diketahui bahwa setelah
masyarakat Kampung Pulo direlokasi ke Rusunawa Jatinegara Barat
kehidupan sosial mereka mengalami perubahan, terlebih pada perubahan
interaksi sosial antar masyarakat penghuni rusun.
Kehidupan yang baik ditunjang dengan lingkungan dan kawasan
permukiman yang layak merupakan keinginan setiap orang. Setiap orang
menginginkan hidup dengan hunian yang bersih, nyaman dan lingkungan
yang sehat, sehingga mereka dapat melakukan aktivitas sosial dengan baik.
Aktivitas sosial akan berjalan dengan baik jika didukung dengan
pola interaksi antar masyarakat sekitar permukiman yang berjalan dengan
efektif sehingga dapat menciptakan masyarakat yang memiliki rasa
kekeluargaan yang erat.
Interaksi sehari-hari masyarakat penghuni rusun kurang berjalan
dengan efektif dikarenakan bentuk bangunan yang vertikal sehingga bagi
penghuni yang berusia lanjut mereka merasa tidak nyaman untuk tinggal di
rusun. Mereka sulit untuk bercengkrama dengan rekan seusia atau tetangga
mereka di Kampung Pulo. Penghuni usia lanjut di rusunawa Jatinegara
Barat memiliki jumlah yang tidak terlalu banyak seperti disajikan pada
table 4.6:
Tabel 4.6
Data Demografi Rusunawa Jatinegara Barat
No Jenis Data Jumlah
1 Jumlah KK berdasarkan unit yang dihuni 516 KK
2 Jumlah KK berdasarkan anggota
keluarga
657 KK
3 Jumlah penghuni 2145
4 Jumlah lansia 170
Sumber: Data dari UPRS dalam bentuk Power Point
72
Karena jumlah lansia yang terbilang cukup sedikit dengan jumlah
keseluruhan penghuni rusun sehingga penghuni lansia tidak memiliki
ruang yang layak dan fasilitas yang khusus untuk mendukung aktivitas
sosial dan interaksi sosial.
Sebagian dari mereka biasa berkumpul di lantai dasar setiap sore itu
pun hanya dilakukan oleh penghuni berusia lanjut laki-laki. Berbeda
dengan sebagian penghuni berusia lanjut yang berjenis kelamin perempuan
mereka sudah sangat jarang melakukan interaksi.
C. Pembahasan
Dari hasil wawancara dan observasi dapat diketahui bahwa peristiwa
penggusuran mengharuskan masyarakat kampung Pulo yang terkena gusur
terpaksa direlokasi ke Rusunawa Jatinegara Barat. Perubahan pun mereka
alami terlebih pada perubahan interaksi sosial. Bangunan yang berbentuk
vertikal mengharuskan mereka memanfaatkan fasilitas pendukung untuk
membantu aktivitas mereka, sehingga ketika fasilitas pendukung itu rusak
atau tidak berfungsi dengan baik maka yang terjadi adalah hambatan dalam
melakukan aktivitas sehari-hari di lantai dasar atau lantai yang berbeda.
Perubahan interaksi di rusunawa Jatinegara Barat membentuk karakter
individual bagi para penghuni rusun.
1. Perubahan Interaksi Sosial Masyarakat Kampung Pulo
a. Interaksi Sosial Masyarakat Kampung Pulo Sebelum Relokasi
Kehidupan sosial masyarakat Kampung Pulo terbilang sangat
harmonis mereka selalu berkomunikasi dengan tetangga sekitar
Kampung Pulo secara efektif. Kehidupan bergotong royong,
bekerjasama, hubungan antar warga terjalin dengan baik. Masyarakat
Kampung Pulo yang direlokasi kebanyakan adalah penduduk asli
betawi yang memang sudah lama menempati wilayah Kampung Pulo.
Sifat ramah yang dimiliki masyarakat Kampung Pulo membuat mereka
betah untuk hidup disana walaupun setiap tahunnya mereka harus
bergotong royong untuk membersihkan lingkungan Kampung Pulo
akibat banjir yang datang.
73
Banjir yang datang setiap tahunnya tidak membuat masyarakat
Kampung Pulo merasa tidak nyaman dalam kondisi kehidupan yang
terbilang cukup menyulitkan bagi mereka. Hal ini disebabkan karena
masyarakat Kampung Pulo yang hidup dengan tingkat kerukunan yang
tinggi, sifat sosial yang tinggi dan mereka merasa bahwa masyarakat
yang tinggal di Kampung Pulo merupakan saudara mereka. Sehingga
disana mereka saling membantu dan saling melindungi jika ada
masyarakat yang terkena musibah. Komunikasi antar masyarakat pun
berjalan dengan baik bahkan terjadi sampai malam hari. Setiap sore hari
ibu-ibu selalu berkumpul dengan tetangga sekitar rumah dan saling
bercengkrama dengan tetangga. Bahkan jika ada masyarakat Kampung
Pulo yang pulang kerja pada malam hari mereka selalu disapa oleh
warga yang memang sedang berkumpul di luar.
Adanya kontak sosial yang merupakan syarat terjadi interaksi
sosial. Kontak sosial mempunyai dua sifat yaitu primer yang
terjadi apabila hubungan diadakan secara langsung yang
berhadapan muka dan bersifat sekunder yang terjadi ketika kontak
sosial dilakukan melalui perantara.16
“Dan kontak sosial juga bersifat positif yang mengarahkan pada
suatu kerjasama selain itu juga bersifat negatif yang mengarahkan pada
suatu pertentangan atau bahkan sama sekali tidak menghasilkan
interaksi sosial.”17
Komunikasi juga syarat terjadi interaksi sosial yang dapat
memungkinkan kerjasama antara orang perorangan atau antara
kelompok-kelompok manusia dan memang komunikasi
merupakan salah satu syarat terjadinya kerjasama. Akan tetapi
komunikasi tidak selalu menghasilkan kerjasama bahkan
menghasilkan suatu pertikaian mungkin akan terjadi sebagai
akibat salah paham atau karena masing-masing tidak mau
mengalah.18
Komunikasi yang merupakan salah satu syarat terjadinya
interaksi sosial menghasilkan sebuah bentuk kerjasama yang baik.
16Yusron Razak, Sosiologi Sebuah Pengantar, (Ciputat: Laboratorium Sosiologi Agama,
2008), h. 58. 17Soejono Soekanto dan Budi Sulistyowati, Sosiologi Suatu Pengantar, (Jakarta: PT
Rajagrafindo Persada, 2014), h. 59. 18Ibid, h.61.
74
Masyarakat Kampung Pulo terbentuk sebagai masyarakat yang
memiliki rasa kekeluargaan yang besar, mereka selalu bekerjasama dan
saling tolong menolong antar masyarakat Kampung Pulo. Sifat tersebut
terbentuk karena seringnya mereka berkomunikasi sehingga dapat
menghasilkan hubungan antar masyarakat semakin kuat.
“Pada dasarnya interaksi sosial merupakan kunci dari semua
kehidupan sosial karena tanpa interaksi sosial, tak akan mungkin ada
kehidupan bersama.”19
Walaupun mereka tinggal di lingkungan yang padat penduduk
dan selalu mengalami banjir, namun dari segi perekonomian, kehidupan
sosial dan kenyamanan mereka merasa lebih baik disana. Banyak
masyarakat Kampung Pulo yang membuka usaha kecil di depan rumah
mereka dan itu bisa dijadikan sumber perekonomian bagi mereka
karena warung kecil tersebut bisa buka hingga pukul 00.00 bahkan
lebih karena masih ada saja warga yang membeli ditengah malam.
Aktivitas sosial mereka pun berjalan dengan baik karena mudah
melakukan berbagai aktivitas sosial di lingkungan mereka.
Seperti yang telah diperoleh dari hasil penelitian menunjukkan
bahwa tingkat interaksi sosial masyarakat Kampung lebih tinggi dan
memberikan pengaruh terhadap sendi-sendi perekonomian masyarakat
Kampung Pulo. Hal ini pula yang membuat masyarakat Kampung
membuat aksi pertahanan ketika akan dilakukan penggusuran pada
tanggal 20 Agustus 2015 dan membuat masyarakat Kampung Pulo
merasa tidak nyaman tinggal di Rusunawa Jatinegara Barat karena
kurangnya interaksi.
b. Interasi Sosial Masyarakat Kampung Pulo Setelah Direlokasi
Kebijakan Pemerintah Provinsi Jakarta untuk menggusur
masyarakat Kampung Pulo dan merelokasinya ke rusunawa Jatinegara
Barat membawa hasil yang tidak baik bagi masyarakat Kampung Pulo
yang tinggal di rusun. Perubahan terjadi pada kehidupan masyarakat
19 Ibid, h.54.
75
penghuni rusun terutama adanya perubahan interaksi sosial. Perubahan
interaksi sosial ini dapat dilihat dari kurangnya masyarakat penghuni
rusun melakukan komunikasi terhadap penghuni rusun lainnya salah
satunya adalah faktor bentuk bangunan yang vertikal sehingga
menyulitkan bagi mereka untuk melakukan interaksi ke penghuni rusun
yang berbeda lantai dengan mereka.
Perubahan yang dialami oleh masyarakat penghuni rusun
merupakan hal yang wajar dialami oleh setiap manusia termasuk juga
masyarakat Kampung Pulo yang direlokasi ke rusunawa Jatinegara
Barat. Mereka yang awalnya tinggal di lingkungan yang berbentuk
horizontal kini mereka dengan terpaksa tinggal di bangunan yang
berbentuk vertikal. Dimana mereka harus menggunakan lift atau tangga
untuk membantu pergerakan mereka dalam beraktivitas.
Setiap manusia pasti mengalami perubahan dalam
kehidupannya. Hal ini merupakan hal yang wajar, karena
manusia mempunyai kebutuhan yang berbeda dan tak terbatas
setiap harinya. Perubahan-perubahan tersebut akan terlihat
ketika adanya perbedaan tatanan sosial yang sebelumnya dengan
yang baru.20
Setelah peristiwa penggusuran yang dilakukan oleh Pemerintah
Daerah Jakarta Timur masyarakat tidak bisa lagi menolak perubahan
yang ada. Mereka dengan sangat terpaksa mencoba kembali
bersosialisasi dengan lingkungan baru, tetangga baru dan kehidupan
yang baru. Walaupun bagi mereka itu merupakan sebuah hal yang
mendadak tanpa perencanaan dan hal yang tidak mereka harapkan.
Perubahan yang tidak direncanakan adalah perubahan-
perubahan yang terjadi tanpa dikehendaki, berlangsung di luar
jangkauan pengawasan masyarakat dan dapat menyebabkan
timbulnya akibat-akibat sosial yang tidak diharapkan
masyarakat.21
Akibat penggusuran yang terjadi tanggal 20 Agustus 2015,
masyarakat Kampung Pulo terpaksa menempati bangunan rusun untuk
20Abdulsyani, Sosiologi Skematika, Teori dan Terapan, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2012), h.
162.
21Soejono Soekanto dan Budi Sulistyowati, op.cit, h. 271.
76
tempat tinggal mereka. Dengan bangunan 16 lantai menyebabkan
masyarakat sulit untuk berinteraksi dengan penghuni rusun di lantai
yang berbeda. Kebanyakan dari mereka memanfaatkan rusun sebagai
tempat untuk beristirahat setelah mereka lelah bekerja di luar. Mereka
sudah merasa lelah untuk berkomunikasi dengan tetangga satu lantai
apa lagi tetangga di lantai yang berbeda, sehingga ketika sudah
memasuki lorong di setiap lantai suasananya sangat sepi, karena para
penghuni banyak yang menutup pintu dan jarang untuk berkomunikasi
dengan penghuni rusun lainnya.
Proses perubahan sosial berupa penyesuaian terhadap perubahan
yang setiap kali ada gangguan terhadap keseimbangan
(dinamika sosial) selalu distabilkan melalui perubahan lembaga
sosial atau orang perorangan yang menyesuaikan diri pada
perubahan (control mity), saluran perubahan sosial,
disorganisasi (dintegrasi dan reorganisasi) terjadi apabila ada
perubahan maka norma dan nilai-nilai kemasyarakatan
mengalami proses pudar, maka timbul problem sosial berupa
penyimpangan. Sebaliknya, reorganisasi merupakan proses
pembentukan norma dan nilai-nilai baru dalam bentuk
penyesuaian diri dalam lembaga kemasyarakatan yang
mengalami perubahan.22
Masyarakat Kampung Pulo yang direlokasi ke rusunawa
Jatinegara Barat berupaya untuk tidak meninggalkan nilai-nilai dan
norma-norma yang ada di Kampung Pulo. Awal mereka pindah ke
rusun ketua RW dibantu oleh RT dan para pemuda untuk membuat
kembali organisasi-organisasi yang dulu ada di Kampung Pulo untuk
dikembangkan kembali di rusunawa Jatinegara Barat. Selama 4 bulan
mereka bekerja keras untuk menggerakan kembali organisasi-organisasi
sosial seperti PKK, Posyandu, Karang Taruna dan Jumantik hingga
organisasi-organisasi tersebut bisa berjalan dengan efektif di rusun.
Masyarakat penghuni rusun merasakan sekali perubahan dalam pola
interaksi sosial sedangkan dalam organisasi-organisasi sosial, nilai dan
norma hanya sedkit yang berubah.
22Syahrial Syarbaini dan Rusdiyanti, Dasar-dasar Sosiologi, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2009),
h.137.
77
Relokasi mayarakat Kampung Pulo ke rusunawa Jatinegara
Barat Jakarta Timur yang terjadi pada tanggal 20 Agustus 2015
merupakan cara pemerintah Jakarta untuk mengatasi banjir di wiliyah
Jakarta yang setiap tahunnya terjadi. Sehingga 40% masyarakat
Kampung Pulo yang masuk dalam zona merah direlokasi ke rusunawa
Jatinegara Barat.
Relokasi sebagai upaya pemindahan sebagian atau seluruh
aktivitas berikut sarana dan prasarana penunjang aktivitas dari
satu tempat ke tempat lain guna mempertinggi faktor kemanan,
kelayakan, legalitas pemanfaatan dengan tetap memperhatikan
keterkaitan antara yang pindah dengan lingkungan alami dan
binaan di tempat tujuan. Menurut Jha et al (2010)
mendefinisikan relokasi sebagai sebuah proses di mana
permukiman masyarakat, aset dan infrastruktur publik dibangun
kembali di lokasi lain.23
Awalnya masyarakat Kampung Pulo sempat melakukan upaya
mempertahankan permukiman mereka, namun upaya itu sia-sia.
Masyarakat Kampung Pulo tetap harus meninggalkan Kampung Pulo
dan terpaksa menempati rusun yang sudah disediakan sebelumnya oleh
pemerintah daerah.
Prinsip relokasi adalah pemindahan dilakukan bersifat sukarela,
penerimaan dampak mendapatkan penghidupan yang setara atau
lebih baik dari sebelum relokasi, penerimaan dampak
mendapatkan kompensasi penuh selama proses transisi,
meminimalisir kerusakan jaringan sosial dan peluang ekonomi,
memberikan peluang pengembangan bagi penerimaan dampak,
demokrasi, partisipatitoris, terbuka dan akuntabel, dan
kemandirian serta keberlanjutan. Penyelenggaraan kegiataan
relokasi memperhitungkan dengan cermat kondisi paska relokasi
dan menjamin berjalannya proses menuju kemandirian dan
keberlanjutan kehidupan dan penghidupan serta pengelolaan dan
pengembangan lingkungan permukiman relokasi.24
23http://peunebah.blogspot.co.id/2011/06, diunduh pada tanggal 15 Oktober 2015, pukul
13.00.
24Fahrudin dan Saut, Faktor-faktor yang Mempengaruhi Persoalan Relokasi Pasca Bencana
Lahar Dingin di Kali Putih (Studi Kasus Dusun Gempol, Desa Jumoyo, Kecamatan Salam,
Kabupaten Magelang), jurnal, program megister perencanaan wilayah dan kota, sekolah arsitektur,
perencanaan dan pengembangan kebijakan, ITB, 2014, h. 70.
78
Masyarakat Kampung Pulo beralasan bahwa upaya mereka
mempertahankan agar penggusuran tidak terjadi dan mereka tidak
direlokasi ke rusun disebabkan karena kekecewaan mereka terhadap
pemerintah yang tidak memberikan uang kompensasi atas bangunan
mereka yang digusur. Padahal seharusnya warga yang direlokasi harus
mendapatkan kompensasi penuh selama proses transisi. Mereka hanya
diberikan biaya sewa gratis selama tiga bulan. Setelah tiga bulan
mereka berada dirusun mereka harus membayar biaya sewa yang sudah
ditetapkan oleh pemerintah. Banyak dari penghuni rusun yang tidak
bisa membayar biaya sewa sehingga unit yang mereka tempati harus
disegel.
Beban yang dirasakan masyarakat penghuni rusun menjadikan
masyarakat rusun lebih memikirkan bagaimana mendapatkan uang
untuk membayar biaya sewa, sehingga kehidupan mereka dirusun
cenderung hampir bersifat individual. Masyarakat sudah tidak ada
waktu lagi dan enggan untuk berkumpul dan bercengkrama seperti dulu
dengan penghuni rusun lainnya karena terlalu berat beban hidup mereka
ditambah dengan lingkungan yang kurang mendukung.
Berdasarkan data yang telah diperoleh penulis menyimpulkan
bahwa interaksi sosial masyarakat Kampung Pulo mengalami
perubahan yang rendah setelah masyarakat Kampung Pulo direlokasi ke
rusunawa Jatinegara Barat Jakarta Timur. Dalam penelitian ini juga
ditemukan faktor yang mempengaruhi perubahan interaksi sosial di
rusunawa Jatinegara Barat Jakarta Timur yaitu perubahan bentuk
lingkungan yang awalnya masyarakat Kampung Pulo hidup pada
lingkungan yang berbentuk horizontal membuat masyarakat mudah
melakukan aktivitas sosial sehingga berdampak pula pada pola interaksi
sosial masyarakat Kampung Pulo yang baik, dilihat dari kehidupan
masyarakat yang memiliki rasa kekeluargaan yang tinggi akibat dari
seringnya mereka berkomunikasi dengan tetangga lain dan kini
masyarakat Kampung Pulo harus hidup pada lingkungan yang
79
berbentuk vertikal yang berdampak pada berubahnya interaksi sosial
masyarakat Kampung Pulo, dilihat dari jarangnya masyarakat Kampung
Pulo yang direlokasi ke rusunawa Jatinegara Barat berkomunikasi
dengan penghuni rusun lainnya, terlebih pada penghuni yang berbeda
lantai hal ini diakibatkan karena bentuk bangunan yang berbentuk
vertikal sehingga mereka harus turun dan naik tangga untuk melakukan
interaksi sosial walaupun disediakannya lift untuk memudahkan mereka
dalam berinteraksi dengan penghuni di lantai yang berbeda, namun hal
ini dirasa masih cukup menyulitkan mereka terlebih jika lift mengalami
gangguan. Jarangnya mereka berinteraksi perlahan dapat membentuk
masyarakat yang bersifat individual.
Dari hasil penelitian ini adanya perubahan interaksi sosial
masyarakat Kampung Pulo paska relokasi. Hal tersebut berkaitan
dengan hasil penelitian terdahulu tentang Dampak Sosial Ekonomi
Relokasi Pasar pada Pedagang Burung dari Ngasem ke Dongkelan
(Studi Kasus di Pasar Satwa dan Taman Hias Yogyakarta, Dongkelan,
DIY).
Hasil penelitian sebelumnya bahwa adanya perubahan sosial,
dimana secara teknis pedagang dan lokasi berdagang dari Ngasem
berpindah pada lokasi pasar yang baru. Dalam perpindahan pasar ini
memunculkan dampak, yaitu dampak sosial dan ekonomi seperti
manifestasi, maka muncul dampak dibelakangnya, yaitu dampak latensi
yang dialami oleh pedagang setelah relokasi pasar. Serta kurang
intensnya interaksi yang terjalin antara pedagang lama dengan
pedagang baru. Dampak sosial yang muncul yaitu, berubahnya sistem
sosial, interaksi dan hubungan personal yang kurang. Dampak ekonomi
yang muncul yaitu tentang pendapatan yang menurun setelah
menempati pasar yang baru.
Sedangkan dalam penelitian ini hasil yang diperoleh setelah
masyarakat Kampung Pulo direlokasi ke Rusunawa Jatinegara Barat
Jakarta Timur adalah masyarakat mengalami perubahan pada segi
80
interaksi sosial. Kurang intensnya interaksi masyarakat sehingga
berdampak pada hubungan sosial masyarakat dan perubahan pada
kepribadian masyarakat yang perlahan bersifat individual karena terlalu
banyaknya beban terutama beban ekonomi dimana masyarakat harus
membayar biaya sewa unit setiap bulan dan tidak diimbangi dengan
tempat usaha yang baik sehingga yang ada dipikiran masyarakat
Kampung Pulo yang tinggal di rusun adalah bagaimana mendapatkan
uang untuk memenuhi beban hidup dirusun dan hal ini berdampak pada
kurang intensnya interaksi masyarakat Kampung Pulo yang direlokasi
ke rusunawa Jatinegara Barat Jakarta Timur.
81
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Perubahan kehidupan masyarakat Kampung Pulo yang dipengaruhi
oleh berubahnya bentuk lingkungan tempat tinggal mereka yang awalnya
mereka hidup dalam lingkungan yang berbentuk horizontal kini harus hidup
dalam lingkungan yang berbentuk vertikal menimbulkan perubahan dari segi
interaksi sosial para penghuni rusun. Hal ini disebabkan karena kebijakan
Pemerintah Provinsi DKI Jakarta yang harus merelokasi masyarakat
Kampung Pulo yang permukimannya terkena penggusuran.
Masyarakat Kampung Pulo yang awalnya hidup dengan tingkat sosial
yang tinggi dan memberikan pengaruh terhadap sendi-sendi perekonomian
masyarakat Kampung Pulo, sehingga beban yang dirasakan masyarakat dirasa
tidak terlalu membebani mereka dan berdampak pada intensitas interaksi
sosial masyarakat Kampung Pulo yang tinggi.
Masyarakat Kampung Pulo yang menjadi korban penggusuran dan
terpaksa direlokasi ke rusunawa Jatinegara Barat Jakarta Timur kini
mengharuskan mereka mengalami perubahan pada segi interaksi sosial.
kurang intensifnya masyarakat dalam melakukan interaksi sosial sehingga
berdampak pada hubungan sosial masyarakat dan perlahan mampu
membentuk masyarakat yang bersifat individual.
Berubahnya bentuk bangunan dan lingkungan serta bertambahnya
beban berupa biaya sewa unit menjadi faktor berubahnya interaksi sosial
masyarakat Kampung Pulo yang direlokasi ke rusunawa Jatinegara Barat
Timur.
Masyarakat Kampung Pulo yang awalnya memiliki tingkat simpati
yang tinggi setelah mereka tinggal di Rusunawa Jatinegara Barat rasa simpati
dari tiap-tiap penghuni berkurang dibuktikan dengan kejadian kriminal yang
82
ada di rusun tidak terlalu penghuni hiraukan lagi, sehingga membentuk
masyarakat yang bersifat individal.
B. Saran
1. Bagi pemerintah DKI Jakarta, hendaknya kebijakan yang diambil oleh
pemerintah DKI Jakarta dapat merubah kehidupan rakyat kecil menjadi
lebih baik lagi. Relokasi yang dijadikan sebagai kebijakan untuk mengatasi
banjir dan untuk memperbaiki tatanan kota juga harus mempertimbangkan
dampak kehidupan sosial dan ekonomi bagi para korban relokasi.
2. Bagi warga rusunawa Jatinegara Barat Jakarta Timur, semoga penghuni
rusun tetap mampu mempertahankan nilai-nilai dan norma-norma yang
ada di Kampung Pulo dan dapat menerapkannya di kehidupan mereka di
rusun agar rasa sosial dan hubungan antar penghuni rusun dapat terus
terjalin dengan baik.
3. Bagi pendidik, semoga penelitian ini dapat menjadi acuan dalam materi
pembelajaran sosiologi khususnya pada materi perubahan sosial.
4. Bagi peneliti selanjutnya, penelitian ini belum dan masih sangat banyak
terdapat kekurangan. Untuk itu, penulis sangat berharap jika ada penelitian
selanjutnya yang ingin mengangkat tema yang sama dengan penelitian ini,
untuk bisa lebih lagi mengembangkan penelitian menjadi penelitian yang
jauh lebih baik.
83
DAFTAR PUSTAKA
Abdulsyani. Sosiologi Skematika. Teori dan Terapan. Jakarta: PT Bumi Aksara.
2012.
Astrid, Phil. Pengantar Sosiologi dan Perubahan Sosial Bandung: Bina Cipta.
1977.
Badan Pusat Statistik (BPS) Jakarta, Tahun 2014.
Bungin, Burhan. Penelitian Kualitatif. Jakarta: Kencana. 2011.
Data demografi yang bersumber dari UPRS Rusunawa Jatinegara Barat Jakarta
Timur dalam Power Point.
Data kondisi eksisting yang bersumber dari UPRS Rusunawa Jatinegara Barat
Jakarta Timur dalam Power Point.
Data yang bersumber dari UPRS Rusunawa Jatinegara Barat Jakarta Timur dalam
Power Point.
Devito, Joseph A. Komunikasi Antar Manusia Kuliah Dasar Edisi Kelima Jakarta:
Profesional Book. 1997.
Echols John M. Kamus Inggris Indonesia. Jakarta: PT Gramedia Jakarta. 2010.
Fahrudin dan Saut. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Persoalan Relokasi Pasca
Bencana Lahar Dingin di Kali Putih (Studi Kasus Dusun Gempol, Desa
Jumoyo, Kecamatan Salam,Kabupaten Magelang). Jurnal. program
megister perencanaan wilayah dan kota. sekolah arsitektur. perencanaan dan
pengembangan kebijakan. ITB 2014.
Faisal Sanapiah. Format-format Penelitian Sosial. Jakarta: PT. RajaGrafindo
Persada. 2008.
Henslin, James M. Sosiologi dengan Pendekatan Membumi Edisi 6 Jilid 2 Jakarta:
Erlangga. 2006.
Horton, Paul B. dan Chester L. Hunt. Sosiologi Jilid 2 Edisi keenam. Jakarta:
Erlangga. 1984.
http://peunebah.blogspot.co.id/2011/06. diunduh pada tanggal 15 Oktober 2015.
pukul 13.00.
Kahirani, Mutiara. Rumah Susun Sebagai Tujuan Relokasi dan Hunian bagi
Korban Penggusuran. Skripsi. Program Studi Arsitektur Fakultas Teknik.
UI. 2016.
Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI). Edisi keempat.
Kumendong, Fritz G. Dan G. Bani. Muatan Lokal Ensiklpodei Geografi Indonesia
Mengenal 33 Provinsi di Tanah Air. Jakarta: PT. Lentera Abadi. 2009.
Narwoko, J.Dwi -Bagong Suyanto. Sosiologi Teks Pengantar dan Terapan.
Jakarta: Prenada Media Group. 2007.
Nicholas dkk. Kamus Sosiologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. 2010.
Poskotanews. Ahok Sudah Relokasi 14.900 Warga ke Rumah Susun. 2016.
http://poskotanews.com/2016/05/21/ahok-sudah-relokasi-14-900-warga-ke-
rumah-susun/. diunduh pada 23 Januari 2017 pukul 10.20.
84
Poskotanews.com. Ahok Sudah Relokasi 14.900 Warga ke Rumah Susun. 2016.
http://poskotanews.com/2016/05/21/ahok-sudah-relokasi-14-900-warga-ke-
rumah-susun/. diunduh pada tanggal 23 Januari 2017 pukul 10.20.
Prakoso, Martzessa Hario. Faktor Keberhasilan Relokasi Permukiman Menurut
Persepsi Penghuni (Studi Kasus: Program Relokasi Permukiman DAS
Bengawan Solo Surakarta) Skripsi. Program Studi Perencanaan Wilayah
dan Kota Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret
2015.
Putra, Nusa. Penelitian Kualitatif Proses dan Aplikasi. Jakarta: PT Indeks. 2012.
Razak Yusron. Sosiologi Sebuah Pengantar. Ciputat: Laboratorium Sosiologi
Agama. 2008.
Razak, Yusron. Sosiologi Sebuah Pengantar. Ciputat: Laboratorium Sosiologi
Agama. 2008.
Sabarguna, Boy S. Analisis Data pada Penelitian Kualitatif edisi revisi. Jakarta:
UI PRESS. 2008.
Saebani Beni Ahmad. Perspektif Perubahan Sosial. Bandung: CV Pustaka Setia.
2016.
Salam, Syamsir dan Amir Fadilah. Sosiologi Pembangunan Pengantar Studi
Pembangunan Lintas Sektoral. Jakarta : Lembaga Penelitian UIN JKT.
2009.
--------------------- Metodelogi Penelitian Sosial. Jakarta: UIN Jakarta Press 2006.
Setiadi, Elly M. dan Usman Kolip. Pengantar Sosiologi Pemahaman Fakta dan
Gejala Permasalahan Sosial: Teori, Aplikasi dan Pemecahannya. Jakarta:
Prenadamedia Group. 2011.
Soekanto Soejono. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada,
2005.
Soekanto, Soerjono dan Budi Sulistyowati. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta:
PT Rajagrafindo Persada. 2014.
Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D. Bandung: Alfabeta
2006.
Sunarto, kamanto. Pengantar Sosiologi (edisi revisi). Jakarta: Lembaga Penerbit
Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. 2004.
Syarbaini, Syahrial dan Rusdiyanta. Dasar-dasar Sosiologi. Yogyakarta: Graha
ilmu. 2009.
Tempo. Co. Ahok Pastikan Penggusuran Kampung Pulo Jalan Terus. 2015.
https://www.tempo.co/read/fokus/2015/08/21/3239/ahok-pastikan-
penggusuran-kampung-pulo-jalan-terus. diunduh pada tanggal 23 Januari
2017 pukul 11.00.
Vardiansyah, Dani. Filsafat Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Jakarta: PT
Indeks. 2008.
Wahyuni, Tri dan CNN Indonesia. Berita Ahok di Balik Penggusuran Kampung
Pulo. 2015. http://www.cnnindonesia.com/nasional/20150820195034-20-
73479/cerita-ahok-di-balik-penggusuran-kampung-pulo/. diunduh pada 23
Januari 2017 pukul 10.00.
Wawancara dengan bapak Bahrudin, 20 Desember 2016.
85
Wawancara dengan bapak Iwan, 20 Desember 2016.
Wawancara dengan bapak Rifai, 11 Januari 2017.
Wawancara dengan bapak Warji, 20 Desember 2016.
Wawancara dengan ibu Marwiyah, 20 Desember 2016.
Wawancara dengan ibu Anita, 11 Januari 2017.
Wawancara dengan ibu Dewi, 20 Desember 2016..
Wawancara dengan ibu Eti, 20 Desember 2016.
Wawancara dengan ibu Indah, 11 Januari 2017.
Wawancara dengan ibu Karimah, 11 Januari 2017.
Yesmil, Anwar dan Adang. Sosiologi untuk Universitas. Bandung: PT Rafika
Aditama. 2013.
Yusuf Muri. Metode Penelitian: Kuantitatif, Kualitatif, dan Penelitian Gabungan
Edisi Pertama. Jakarta: Prenadamedia Gorup. 2014.
LAMPIRAN-LAMPIRAN
SURAT BIMBINGAN SKRIPSI,
SURAT PERMOHONAN IZIN
PENELITIAN, SK PENELITIAN
PEDOMAN WAWANCARA DAN
HASIL WAWANCARA
PEDOMAN WAWANCARA
Pelaksanan Wawancara:
1. Hari/Tanggal : ...................................................................................
2. Jam : ...................................................................................
3. Tempat : …………………………………………………….
4. Topik : …………………………………………………….
5. Informan : ...................................................................................
A. Pertanyaan-pertanyaan:
1. Kapan Saudara/Saudari mulai menempati Rusunawa Jatinegara Barat Jakarta
Timur ?
2. Apa alasan Saudara/Saudari bersedia dipindahkan ke Rusunawa Jatinegara Barat
Jakarta Timur ?
3. Perubahan apa saja yang dirasakan Saudara/Saudari setelah pindah ke Rusunawa
Jatinegara Barat Jakarta Timur ?
4. Organisasi sosial apa saja yang ada di Rusunawa Jatinegara Barat Jakarta Timur ?
jika ada apakah organisasi sosial tersebut berjalan dengan efektif di Rusun ?
5. Organisasi sosial apa saja yang Saudara/Saudari ikuti di Rusunawa Jatinegara
Barat Jakarta Timur ?
6. Apakah sering Saudara/Saudari mengobrol dengan tetangga yang satu/berbeda
lantai ? jika tidak apa alasannya ?
7. Perbedaan interaksi seperti apa yang dirasakan masyarakat setelah di relokasi ke
rusunawa Jatinegara Barat Jakarta Timur ?
8. Kendala apa yang dirasakan masyarakat Kampung Pulo yang direlokasi ke
Rusunawa Jatinegara Barat dalam melakukan interaksi ?
9. Apakah pernah terjadi kasus kriminal di Rusunawa Jatinegara Barat Jakarta Timur
? jika ada sebutkan ?
10. Bagaimana sikap Saudara/Saudari ketika terjadi tindakan kriminal yang menimpa
penghuni Rusun ?
11. Apakah sering diadakannya kerja bakti di Rusunawa Jatinegara Barat Jakarta
Timur ?
12. Kegiatan besar apa saja yang ada di Rusunawa Jatinegara Barat ?
13. Di waktu kapan anak-anak Saudara/Saudari bermain dengan teman sebayanya di
Rusunawa Jatinegara Barat Jakarta Timur ?
14. Dimana anaka-anak Saudara/Saudari biasanya bermain ?
15. Apakah Saudara/Saudari nyaman tinggal di Rusunawa Jatinegara Barat Jakarta
Timur ?
16. Kendala apa saja yang dirasakan Saudara/Saudari selama tinggal di Rusunawa
Jatinegara Barat Jakarta Timur ?
17. Keuntungan apa yang didapat Saudara/Saudari selama tingga di Rusunawa
Jatinegara Barat Jakarta Timur ?
18. Apa saja bentuk perhatian yang diberikan pemerintah kepada Saudara/Saudari
selama tinggal Rusunawa Jatinegara Barat Jakarta Timur ?
19. Bagaimanakah bentuk kerjasama yang sering dilakukan Saudara/Saudari dan
sering terjadi di Rusunawa Jatinegara Barat Jakarta Timur ?
20. Siapakah orang yang berpengaruh terhadap pola pikir masyarakat Rusun ?
B. Catatan Tambahan Peneliti
...........................................................................................................................
....
TRANSKIP WAWANCARA
Pelaksanan Wawancara:
6. Hari/Tanggal : 11 Januari 2017
7. Jam : 16.00
8. Tempat : Rusunawa Jatinegara Barat Jakarta Timur
9. Topik : Perubahan interaksi sosial paska relokasi
10. Informan : M. Rifai
Pertanyaan : Kapan Saudara/Saudari mulai menempati Rusunawa Jatinegara
Barat Jakarta Timur ?
Jawaban : 20 Agustus 2015
Pertanyaan : Apa alasan Saudara/Saudari bersedia dipindahkan ke Rusunawa
Jatinegara Barat Jakarta Timur ?
Jawaban : Yah karena terpaksa udah digusur kita juga bingung mau pindah
kemana
Pertanyaan : Perubahan apa saja yang dirasakan Saudara/Saudari setelah
pindah ke Rusunawa Jatinegara Barat Jakarta Timur ?
Jawaban : Banyak berubah. Berubah dari segi sosial kita ke tetangga
terutama ekonomi kita disini
Pertanyaan : Organisasi sosial apa saja yang ada di Rusunawa Jatinegara Barat
Jakarta Timur ? jika ada apakah organisasi sosial tersebut berjalan
dengan efektif di Rusun ?
Jawaban : PKK, Karang Taruna, Posyandu dan Jumantik. Lumayan
efektif
Pertanyaan : Organisasi sosial apa saja yang Saudara/Saudari ikuti di
Rusunawa Jatinegara Barat Jakarta Timur ?
Jawaban : Saya sibuk kerja jadi ga ikut organisasi disini
Pertanyaan : Apakah sering Saudara/Saudari mengobrol dengan tetangga yang
satu/berbeda lantai ? jika tidak apa alasannya ?
Jawaban : Jarang. Penghuni juga dah lelah naik turun jadi yah ngobrol ke
lantai yang beda sama kita jarang banget
Pertanyaan : Perbedaan interaksi seperti apa yang dirasakan masyarakat
setelah di relokasi ke rusunawa Jatinegara Barat Jakarta Timur ?
Jawaban : Interaksi waktu di Pulo kita sama-sama masyarakat sering
berkumpul ada acara maupun tidak ada acara kita tetap kumpul
setiap harinya, sekedar mengobrol, duduk, sampai kita ngopi
bareng di depan teras bareng warga.
Pertanyaan : Kendala apa yang dirasakan masyarakat Kampung Pulo yang
direlokasi ke Rusunawa Jatinegara Barat dalam melakukan
interaksi ?
Jawaban : Mau ngobrol ke tetangga yang beda lantai harus naik turun
tangga dulu
Pertanyaan : Apakah pernah terjadi kasus kriminal di Rusunawa Jatinegara
Barat Jakarta Timur ? jika ada sebutkan ?
Jawaban : Pernah. Narkoba, pencurian yah gitu aja
Pertanyaan : Bagaimana sikap Saudara/Saudari ketika terjadi tindakan kriminal
yang menimpa penghuni Rusun ?
Jawaban : Sudah kita serahkan sama satpam, RW dan RT warga juga udah
sendiri-sendiri sekarang
Pertanyaan : Apakah sering diadakannya kerja bakti di Rusunawa Jatinegara
Barat Jakarta Timur ?
Jawaban : Seminggu sekali
Pertanyaan : Kegiatan besar apa saja yang ada di Rusunawa Jatinegara
Barat ?
Jawaban : Peringatan hari kemerdekaan, tahun baru islam, maulid Nabi
kadang juga kemarin ada calon Gubernur yang bikin acara disini
Pertanyaan : Di waktu kapan anak-anak Saudara/Saudari bermain dengan
teman sebayanya di Rusunawa Jatinegara Barat Jakarta Timur ?
Jawaban : Sore hari kalau ga yah habis pulang sekolah
Pertanyaan : Dimana anaka-anak Saudara/Saudari biasanya bermain ?
Jawaban : Taman depan PAUD, depan uit sama lantai dasar kalau engga
mereka sering main bola di lantai dua dekat aula
Pertanyaan : Apakah Saudara/Saudari nyaman tinggal di Rusunawa Jatinegara
Barat Jakarta Timur ?
Jawaban : Nyaman ga nyaman
Pertanyaan : Kendala apa saja yang dirasakan Saudara/Saudari selama tinggal
di Rusunawa Jatinegara Barat Jakarta Timur ?
Jawaban : Liftnya sering mati, naik turun tangga
Pertanyaan : Keuntungan apa yang didapat Saudara/Saudari selama tinggal di
Rusunawa Jatinegara Barat Jakarta Timur ?
Jawaban : Udah ga kena banjir lagi itu aja keuntungannya
Pertanyaan : Apa saja bentuk perhatian yang diberikan pemerintah kepada
Saudara/Saudari selama tinggal Rusunawa Jatinegara Barat Jakarta
Timur ?
Jawaban : Sudah tidak ada perhatian khusus. Kalau perhatian umum yah ada
sama kaya warga Jakarta yang lain diberikan KJP, Bis sekolah
gratis. Tapi kalau perhatian khusus untuk kami tidak ada. Uang
ganti rugi saja belum diberikan
Pertanyaan : Bagaimanakah bentuk kerjasama yang sering dilakukan
Saudara/Saudari dan sering terjadi di Rusunawa Jatinegara Barat
Jakarta Timur ?
Jawaban : Yah kalau ada acara pernikahan atau ketika ada yang
meninggal
Pertanyaan : Siapakah orang yang berpengaruh terhadap pola pikir masyarakat
Rusun ?
Jawaban :Tidak ada
TRANSKIP WAWANCARA
Pelaksanan Wawancara:
11. Hari/Tanggal : Selasa, 20 Desember 2016
12. Jam : 15.00 WIB
13. Tempat : Rusunawa Jatinegara Barat Jakarta Timur
14. Topik : Perubahan interaksi sosial paska relokasi
15. Informan : Ibu Dewi
Pertanyaan : Kapan Saudara/Saudari mulai menempati Rusunawa Jatinegara
Barat Jakarta Timur ?
Jawaban : 20 Agustus 2015. Kita tanggal 13Agustus 2015 udah mengambil
undian unit rusun
Pertanyaan : Apa alasan Saudara/Saudari bersedia dipindahkan ke Rusunawa
Jatinegara Barat Jakarta Timur ?
Jawaban : Kan udah disuruh pemerintah kita bingung rumah kita, walaupun
kita jaga-jaga tetap dibongkar. Kita harus ikut aturan pemerintah.
Pertanyaan : Perubahan apa saja yang dirasakan Saudara/Saudari setelah
pindah ke Rusunawa Jatinegara Barat Jakarta Timur ?
Jawaban : Kalau pribadi saya sih Alhamdulillah kita dipindah kesini dari
segi tempat tinggal sudah lebih enak dari pada dulu masih di
Kampung Pulo, tapi yah hanya dari segi ekonominya saja yang kita
rasa cukup membebani kita.
Pertanyaan : Organisasi sosial apa saja yang ada di Rusunawa Jatinegara Barat
Jakarta Timur ? jika ada apakah organisasi sosial tersebut berjalan
dengan efektif di Rusun ?
Jawaban : Ada. Dari PKK sampai Karang taruna berjalan efektif
disini
Pertanyaan : Organisasi sosial apa saja yang Saudara/Saudari ikuti di
Rusunawa Jatinegara Barat Jakarta Timur ?
Jawaban : Kalau saya mah ga aktif organisasi, karena memang sudah ada
kader-kadernya. Tapi kalau ada acara dari posyandu, PKK
masyarakat penghuni rusun diundang saya sering ikut kegiatannya
Pertanyaan : Apakah sering Saudara/Saudari mengobrol dengan tetangga yang
satu/berbeda lantai ? jika tidak apa alasannya ?
Jawaban : Saya jarang ngobrol sama tetangga yah paling hanya di bawah
setiap sorenya bersama-sama para penghuni tower A dan B. Lagian
orang-orang yang di lantai 6 bukan tetangga saya dulunya tapi yah
sudah setahun tinggal di rusun sudah seperti saudara sendiri tetapi
untuk mengobrol kita jarang karena memang sudah males keluar
unit dan ketika sudah masuk unit nyamannya untuk beristirahat
saja.
Pertanyaan : Perbedaan interaksi seperti apa yang dirasakan masyarakat
setelah di relokasi ke rusunawa Jatinegara Barat Jakarta Timur ?
Jawaban : Dulu ketika kita masih di Kampung Pulo sering kita kumpul-
kumpul sama tetangga kadang kita makan bareng tapi sekarang
mah udah dipisah, jadi setiap lantai bukan tetangga kita yang dulu
perlu adabtasi lagi untuk saling kenal. Tapi memang rasa
kekeluargaan di rusun masih terasa sedikit seperti kalau ada yang
masak saya sendiri sering dikasih tapi dari segi kebersamaan sudah
hampir tidak terasa lagi.
Pertanyaan : Kendala apa yang dirasakan masyarakat Kampung Pulo yang
direlokasi ke Rusunawa Jatinegara Barat dalam melakukan
interaksi ?
Jawaban : Kalau lift mati yah kita naik tangga, kasian untuk para lansia.
Ketika liftnya yang berfungsi hanya satu jadi kita antri dan itu
buang-buang waktu.
Pertanyaan : Apakah pernah terjadi kasus kriminal di Rusunawa Jatinegara
Barat Jakarta Timur ? jika ada sebutkan ?
Jawaban : Ada sih. Pencurian dan narkoba.
Pertanyaan : Bagaimana sikap Saudara/Saudari ketika terjadi tindakan kriminal
yang menimpa penghuni Rusun ?
Jawaban : Kita saling bekerjasama untuk menyelesaikan kasus criminal.
saling melapor kalau ada warga yang menjadi korban.
Pertanyaan : Apakah sering diadakannya kerja bakti di Rusunawa Jatinegara
Barat Jakarta Timur ?
Jawaban : Seminggu sekali setiap jumat
Pertanyaan : Kegiatan besar apa saja yang ada di Rusunawa Jatinegara
Barat ?
Jawaban : Ada. Peringatan ulang tahun kemerdekaan, maulid Nabi dan
tahun baru islam kita pawai sampai Kampung Pulo.
Pertanyaan : Di waktu kapan anak-anak Saudara/Saudari bermain dengan
teman sebayanya di Rusunawa Jatinegara Barat Jakarta Timur ?
Jawaban : Sore, kalau seandainya saya ga turun ke lantai dasar atau
halaman yah anak-anak ga main.
Pertanyaan : Dimana anaka-anak Saudara/Saudari biasanya bermain ?
Jawaban : Di taman yang dekat PAUD, lantai dasar kadang di
lorong-lorong
Pertanyaan : Apakah Saudara/Saudari nyaman tinggal di Rusunawa Jatinegara
Barat Jakarta Timur ?
Jawaban : Nyaman kalau saya pribadi, tapi yah beban kita ke biaya
sewa aja.
Pertanyaan : Kendala apa saja yang dirasakan Saudara/Saudari selama tinggal
di Rusunawa Jatinegara Barat Jakarta Timur ?
Jawaban : Hanya kendala biaya sewa aja kalau saya pribadi
Pertanyaan : Keuntungan apa yang didapat Saudara/Saudari selama tingga di
Rusunawa Jatinegara Barat Jakarta Timur ?
Jawaban : Kita sudah tidak mengalami banjir lagi setiap tahunnya.
Kesehatan terjamin dokter, keamanan dan kebersihan sudah
disediakan.
Pertanyaan : Apa saja bentuk perhatian yang diberikan pemerintah kepada
Saudara/Saudari selama tinggal Rusunawa Jatinegara Barat Jakarta
Timur ?
Jawaban : Waktu awal pindah kita masih dikasih sembako sebagai bentuk
perhatiannya, cuma kalau untuk sekarang sudah kurang.
Pertanyaan : Bagaimanakah bentuk kerjasama yang sering dilakukan
Saudara/Saudari dan sering terjadi di Rusunawa Jatinegara Barat
Jakarta Timur ?
Jawaban : Sering terjadi kalau untuk segi kerjama antar warga.
Pertanyaan : Siapakah orang yang berpengaruh terhadap pola pikir masyarakat
Rusun ?
Jawaban : Yah mungkin ustadz dan ustadzah yang ngajar ngaji kita.
TRANSKIP WAWANCARA
Pelaksanan Wawancara:
16. Hari/Tanggal : Selasa, 20 Desember 2016
17. Jam : 16.00 WIB
18. Tempat : Rusunawa Jatinegara Barat Jakarta Timur
19. Topik : Perubahan interaksi sosial paska relokasi
20. Informan : Ibu Eti
Pertanyaan : Kapan Saudara/Saudari mulai menempati Rusunawa Jatinegara
Barat Jakarta Timur ?
Jawaban : 20 Agustus bersamaan dengan pembongkaran rumah di Kampung
Pulo
Pertanyaan : Apa alasan Saudara/Saudari bersedia dipindahkan ke Rusunawa
Jatinegara Barat Jakarta Timur ?
Jawaban : Yah terpaksa karena tidak ada tempat lagi
Pertanyaan : Perubahan apa saja yang dirasakan Saudara/Saudari setelah
pindah ke Rusunawa Jatinegara Barat Jakarta Timur ?
Jawaban : Perubahan ekonomi yang lebih saya rasakan. Dulu saya memiliki
usaha sewa rumah kontrakan mendapatkan penghasilan setiap
bulannya. Tapi sekarang saya harus memikirkan uang setiap bulan
yang harus saya keluarkan untuk biaya sewa unit, listrik, galon,
dan juga air.
Pertanyaan : Organisasi sosial apa saja yang ada di Rusunawa Jatinegara Barat
Jakarta Timur ? jika ada apakah organisasi sosial tersebut berjalan
dengan efektif di Rusun ?
Jawaban : Karang taruna, POSYANDU dan PKK
Pertanyaan : Organisasi sosial apa saja yang Saudara/Saudari ikuti di
Rusunawa Jatinegara Barat Jakarta Timur ?
Jawaban : Saya tidak ikut organisasi apa pun disini
Pertanyaan : Apakah sering Saudara/Saudari mengobrol dengan tetangga yang
satu/berbeda lantai ? jika tidak apa alasannya ?
Jawaban : Kita sudah jarang ngobrol sama tetangga. Dulu ketika di Pulo kita
mau ke tetangga buka pintu sudah langsung bisa berbincang-
bincang sama tetangga tapi kalau disini mau ngobrol sama tetangga
yang beda lantai aja susah jadi sudah males untuk ngobrol.
Pertanyaan : Perbedaan interaksi seperti apa yang dirasakan masyarakat
setelah di relokasi ke rusunawa Jatinegara Barat Jakarta Timur ?
Jawaban : Sudah sendiri-sendiri jarang terjadi interaksi karena faktor lantai
yang berbeda-beda.
Pertanyaan : Kendala apa yang dirasakan masyarakat Kampung Pulo yang
direlokasi ke Rusunawa Jatinegara Barat dalam melakukan
interaksi ?
Jawaban : Naik lift dan tangga untuk bisa beraktivitas ke lantai yang
berbeda ditambah biaya sewa
Pertanyaan : Apakah pernah terjadi kasus kriminal di Rusunawa Jatinegara
Barat Jakarta Timur ? jika ada sebutkan ?
Jawaban : Ada yah seperti anak-anak nakal pada maling barang
milik warga
Pertanyaan : Bagaimana sikap Saudara/Saudari ketika terjadi tindakan kriminal
yang menimpa penghuni Rusun ?
Jawaban : Kita saling lapor kalau ada kejadian pencurian di rusun kan ada
CCTV jadi lebih cepat terdeteksinya.
Pertanyaan : Apakah sering diadakannya kerja bakti di Rusunawa Jatinegara
Barat Jakarta Timur ?
Jawaban : Sering seminggu sekali
Pertanyaan : Kegiatan besar apa saja yang ada di Rusunawa Jatinegara
Barat ?
Jawaban : Agustusan, maulid Nabi. Diadakan juga kegiatan pengajian
mingguan setiap malam Jumat untuk ibu-ibu di unit yang berbeda
setiap minggunya, kalau siang di masjid setelah shalat Jum‟at
Pertanyaan : Di waktu kapan anak-anak Saudara/Saudari bermain dengan
teman sebayanya di Rusunawa Jatinegara Barat Jakarta Timur ?
Jawaban : Tergantung anak-anak kadang sore atau setelah pulang
sekolah
Pertanyaan : Dimana anaka-anak Saudara/Saudari biasanya bermain ?
Jawaban : Di depan lift, lorong-lorong, taman dan PAUD
Pertanyaan : Apakah Saudara/Saudari nyaman tinggal di Rusunawa Jatinegara
Barat Jakarta Timur ?
Jawaban : Saya kurang nyaman tinggal di rusun. Suasananya kurang enak
mau ngobrol ke tetangga susah. Tidur ga nyaman
Pertanyaan : Kendala apa saja yang dirasakan Saudara/Saudari selama tinggal
di Rusunawa Jatinegara Barat Jakarta Timur ?
Jawaban : Harus naikl dan turun tangga dan terkadang juga lift
sering macet
Pertanyaan : Keuntungan apa yang didapat Saudara/Saudari selama tingga di
Rusunawa Jatinegara Barat Jakarta Timur ?
Jawaban : Terhindar dari banjir
Pertanyaan : Apa saja bentuk perhatian yang diberikan pemerintah kepada
Saudara/Saudari selama tinggal Rusunawa Jatinegara Barat Jakarta
Timur ?
Jawaban : Sudah tidak ada lagi
Pertanyaan : Bagaimanakah bentuk kerjasama yang sering dilakukan
Saudara/Saudari dan sering terjadi di Rusunawa Jatinegara Barat
Jakarta Timur ?
Jawaban : Ketika ada masyarakat penghuni rusun yang meninggal kita
bekerjasama untuk membantu pengurusan jenazah ke lantai 2,
karena jenazah tidak di semayamkan di masing-masing unit tetapi
di tempat yang sudah disediakan di lantai 2.
Pertanyaan : Siapakah orang yang berpengaruh terhadap pola pikir masyarakat
Rusun ?
Jawaban : Saya belum menemukan, yah paling hanya ustdazah yang
mengajari ilmu agama.
TRANSKIP WAWANCARA
Pelaksanan Wawancara:
21. Hari/Tanggal : 11 Januari 2017
22. Jam : 14.50
23. Tempat : Rusunawa Jatinegara Barat Jakarta Timur
24. Topik : Perubahan interaksi sosial paska relokasi
25. Informan : Ibu Anita
Pertanyaan : Kapan Saudara/Saudari mulai menempati Rusunawa Jatinegara
Barat Jakarta Timur ?
Jawaban : Pas gusuran. Tanggal 21 saya masuk rusun
Pertanyaan : Apa alasan Saudara/Saudari bersedia dipindahkan ke Rusunawa
Jatinegara Barat Jakarta Timur ?
Jawaban : Saya sebenarnya ga mau dipindahin enakan rumah yang dulu
gratis. Yah udah rumah ga ada yah mau ga mau. Ngontrak di luar
kan mahal
Pertanyaan : Perubahan apa saja yang dirasakan Saudara/Saudari setelah
pindah ke Rusunawa Jatinegara Barat Jakarta Timur ?
Jawaban : Belum ada perubahan yang baik gini-gini aja. Sekarang mah pada
sendiri-sendiri jadi kalau ada apa-apa jadi susah
Pertanyaan : Organisasi sosial apa saja yang ada di Rusunawa Jatinegara Barat
Jakarta Timur ? jika ada apakah organisasi sosial tersebut berjalan
dengan efektif di Rusun ?
Jawaban : Disini ada PKK, Karang Taruna. Yah lumayan
Pertanyaan : Organisasi sosial apa saja yang Saudara/Saudari ikuti di
Rusunawa Jatinegara Barat Jakarta Timur ?
Jawaban : Kalau saya ga ikut paling hanya ngaji-ngaji aja
Pertanyaan : Apakah sering Saudara/Saudari mengobrol dengan tetangga yang
satu/berbeda lantai ? jika tidak apa alasannya ?
Jawaban : Sekarang saya ngobrol sama tetangga berkurang paling kalau
emang lagi pada ngumpul di luar baru ngobrol kalau ga ada yah
engga karena emang udah pada males lingkungannya begini jadi ga
enak ga kaya dulu. Kalau dulu mah depan rumah saya ibu-ibu dari
mana aja pada duduk depan teras
Pertanyaan : Perbedaan interaksi seperti apa yang dirasakan masyarakat
setelah di relokasi ke rusunawa Jatinegara Barat Jakarta Timur ?
Jawaban : Sekarang kalau apa-apa susah. Kalau waktu di Pulo kita sering
ngeriung kalau disini mah ke lantai juga sepi apa lagi kalau ada
yang meninggal yang nunggu jenazah paling hanya keluarga aja
kalau di Pulo mah banyak tetangga dari mana aja juga begadang
ngajiin jenazah nungguin. Sekarang mah udah pada cuek
Pertanyaan : Kendala apa yang dirasakan masyarakat Kampung Pulo yang
direlokasi ke Rusunawa Jatinegara Barat dalam melakukan
interaksi ?
Jawaban : Lift sering rusak, tapi kebanyakan orang mah kendalaya bayar
sewa.
Pertanyaan : Apakah pernah terjadi kasus kriminal di Rusunawa Jatinegara
Barat Jakarta Timur ? jika ada sebutkan ?
Jawaban : Ga tau tapi jarang paling hanya kehilangan aja
Pertanyaan : Bagaimana sikap Saudara/Saudari ketika terjadi tindakan kriminal
yang menimpa penghuni Rusun ?
Jawaban : Yah gitu kalau ada yang bisa bantu tapi yah pada sibuk masing-
masing kan sekarang mah udah ada satpam jadi paling serahinnya
ke satpam gitu
Pertanyaan : Apakah sering diadakannya kerja bakti di Rusunawa Jatinegara
Barat Jakarta Timur ?
Jawaban : Setiap minggu per-RT
Pertanyaan : Kegiatan besar apa saja yang ada di Rusunawa Jatinegara
Barat ?
Jawaban : 17 Agustusan itu juga masing-maing RT ada yang ga juga, yah
Karang Taruna bikin pentas seni gitu
Pertanyaan : Di waktu kapan anak-anak Saudara/Saudari bermain dengan
teman sebayanya di Rusunawa Jatinegara Barat Jakarta Timur ?
Jawaban : Abis pulang sekolah
Pertanyaan : Dimana anaka-anak Saudara/Saudari biasanya bermain ?
Jawaban : Paling depan unit kalau ga dibawah, tapi emang sekarang anak
saya mah jarang main di rumah terus
Pertanyaan : Apakah Saudara/Saudari nyaman tinggal di Rusunawa Jatinegara
Barat Jakarta Timur ?
Jawaban : Nyaman ga nyaman deh. Kalau buat tidur yah lumayan kalau di
Pulo mah berisik kalau disini kan ga berisik
Pertanyaan : Kendala apa saja yang dirasakan Saudara/Saudari selama tinggal
di Rusunawa Jatinegara Barat Jakarta Timur ?
Jawaban : Naik turun tangganya susah, lift mati
Pertanyaan : Keuntungan apa yang didapat Saudara/Saudari selama tinggal di
Rusunawa Jatinegara Barat Jakarta Timur ?
Jawaban : Bebas banjir aja sekarang mah
Pertanyaan : Apa saja bentuk perhatian yang diberikan pemerintah kepada
Saudara/Saudari selama tinggal Rusunawa Jatinegara Barat Jakarta
Timur ?
Jawaban : Udah ga ada sekarang Cuma waktu awal pindah aja
Pertanyaan : Bagaimanakah bentuk kerjasama yang sering dilakukan
Saudara/Saudari dan sering terjadi di Rusunawa Jatinegara Barat
Jakarta Timur ?
Jawaban : Kalau ada yang meninggal, acara-acara besar terus nikahan aja.
Bantu-bantu masak tapi yah hanya keluarga sendiri kalau ga pas
ada yang minta bantuan aja kalau ga minta bantuan yah ga. Kalau
dulu mah disuruh ga disuruh kita dateng buat bantu.
Pertanyaan : Siapakah orang yang berpengaruh terhadap pola pikir masyarakat
Rusun ?
Jawaban : Ga ada si kayanya
TRANSKIP WAWANCARA
Pelaksanan Wawancara:
26. Hari/Tanggal : 11 Januari 2017
27. Jam : 10.19
28. Tempat : Rusunawa Jatinegara Barat Jakarta Timur
29. Topik : Perubahan interaksi sosial paska relokasi
30. Informan : Ibu Indah
Pertanyaan : Kapan Saudara/Saudari mulai menempati Rusunawa Jatinegara
Barat Jakarta Timur ?
Jawaban : Pas kami digusur tanggal 20 Agustus 2015
Pertanyaan : Apa alasan Saudara/Saudari bersedia dipindahkan ke Rusunawa
Jatinegara Barat Jakarta Timur ?
Jawaban : Abisnya mau kemana lagi, sebenarnya mah ga mau tapi nyari
kontrakan juga susah karena dadakan yah terpaksa ke rusun
Pertanyaan : Perubahan apa saja yang dirasakan Saudara/Saudari setelah
pindah ke Rusunawa Jatinegara Barat Jakarta Timur ?
Jawaban : Banyak pengeluaran, tetangga juga masing-masig. Kan sekarang
dalam satu lantai beda-beda tetangganya ada yang dari gang Anwar
yang dulu di Pulo jadi tetangganya ga sama kaya dulu
Pertanyaan : Organisasi sosial apa saja yang ada di Rusunawa Jatinegara Barat
Jakarta Timur ? jika ada apakah organisasi sosial tersebut berjalan
dengan efektif di Rusun ?
Jawaban : Ada PKK, Posyandu, Karang Taruna. Lumayan aktif
Pertanyaan : Organisasi sosial apa saja yang Saudara/Saudari ikuti di
Rusunawa Jatinegara Barat Jakarta Timur ?
Jawaban : Saya ga ikut abis ribet paling ikut pengajian
Pertanyaan : Apakah sering Saudara/Saudari mengobrol dengan tetangga yang
satu/berbeda lantai ? jika tidak apa alasannya ?
Jawaban : Sekarang saya jarang ngobrol sama tetangga kalau dulu mah
waktu di Pulo sering ngobrol sama tetangga. Karena penghuni
rusun kebanyakan pada nutup pintu. Apa lagi kalau anginnya lagi
kenceng
Pertanyaan : Perbedaan interaksi seperti apa yang dirasakan masyarakat
setelah di relokasi ke rusunawa Jatinegara Barat Jakarta Timur ?
Jawaban : Sekarang interaksinya kurang, hidupnya masing-masing paling
nyapa sekedarnya itu pun pas ga sengaja ketemu
Pertanyaan : Kendala apa yang dirasakan masyarakat Kampung Pulo yang
direlokasi ke Rusunawa Jatinegara Barat dalam melakukan
interaksi ?
Jawaban : Sekarang udah banyak beban jadi masyarakat juga udah males
ngobrol, kalau mau ke unit tetangga yang dulu yang beda lantai
harus naik lift dulu atau tangga jadi kita udah males aja ngobrol
karena itu
Pertanyaan : Apakah pernah terjadi kasus kriminal di Rusunawa Jatinegara
Barat Jakarta Timur ? jika ada sebutkan ?
Jawaban : Ada. Yah paling hanya pencurian aja
Pertanyaan : Bagaimana sikap Saudara/Saudari ketika terjadi tindakan kriminal
yang menimpa penghuni Rusun ?
Jawaban : Kalau yang ilang masalah kecil yah biasa ga teralalu rame. Kalau
masalahnya besar yah sebisa mungkin bantu, itu pun hanya yang
kenal-kenal aja. Kalau di Pulo kalau ada yang terkena musibah atau
menjadi korban kejahatan yah kita sama-sama saling bantu
Pertanyaan : Apakah sering diadakannya kerja bakti di Rusunawa Jatinegara
Barat Jakarta Timur ?
Jawaban : Setiap hari minggu, jadi seminggu sekali
Pertanyaan : Kegiatan besar apa saja yang ada di Rusunawa Jatinegara
Barat ?
Jawaban : Agustusan ada lomba, maulid biasanya di lantai dua
Pertanyaan : Di waktu kapan anak-anak Saudara/Saudari bermain dengan
teman sebayanya di Rusunawa Jatinegara Barat Jakarta Timur ?
Jawaban : Paling siang, abis pulang sekolah. Tapi anak saya sekarang mah
udah jarang main belum berani turun soalnya.
Pertanyaan : Dimana anaka-anak Saudara/Saudari biasanya bermain ?
Jawaban : Paling di depan unit, di taman deket PAUD
Pertanyaan : Apakah Saudara/Saudari nyaman tinggal di Rusunawa Jatinegara
Barat Jakarta Timur ?
Jawaban : Yah gitu deh! Kadang nyaman kadang ga. Nyamannya udaah ga
kena banjir. Ga nyamannya sekarang hidupnya udah masing-
masing
Pertanyaan : Kendala apa saja yang dirasakan Saudara/Saudari selama tinggal
di Rusunawa Jatinegara Barat Jakarta Timur ?
Jawaban : Kalau lift mati nunggunya lama, mau turun lama jadi kalau mau
membeli sesuatu yah sekalian, dan biaya sewa rusun
Pertanyaan : Keuntungan apa yang didapat Saudara/Saudari selama tingga di
Rusunawa Jatinegara Barat Jakarta Timur ?
Jawaban : Hanya bebas dari banjir aja
Pertanyaan : Apa saja bentuk perhatian yang diberikan pemerintah kepada
Saudara/Saudari selama tinggal Rusunawa Jatinegara Barat Jakarta
Timur ?
Jawaban : Di awal aja ngasih bebas sewa unit itu juga Cuma 3 bulan sama
dikasih kasur itu juga untuk satu orang setelah itu udah ga ada lagi
Pertanyaan : Bagaimanakah bentuk kerjasama yang sering dilakukan
Saudara/Saudari dan sering terjadi di Rusunawa Jatinegara Barat
Jakarta Timur ?
Jawaban : Kalau ada acara-acara yang penting aja, kaya ada yang hajatan
nikah, atau yang meninggal terus pas acara besar kaya maulid aja.
Itu juga yang acara nikahan juga kebanyakan mah keluarga-
keluarga aja yang bantu.
Pertanyaan : Siapakah orang yang berpengaruh terhadap pola pikir masyarakat
Rusun ?
Jawaban : Udah gada lagi. Dulu waktu Pulo mah ada Habib
TRANSKIP WAWANCARA
Pelaksanan Wawancara:
31. Hari/Tanggal : 11 Januari 2017
32. Jam : 13.00
33. Tempat : Rusunawa Jatinegara Barat Jakarta Timur
34. Topik : Perubahan interaksi sosial paska relokasi
35. Informan : Ibu Karimah
Pertanyaan : Kapan Saudara/Saudari mulai menempati Rusunawa Jatinegara
Barat Jakarta Timur ?
Jawaban : dari pertama digusur tanggal 20 Agustus 2015
Pertanyaan : Apa alasan Saudara/Saudari bersedia dipindahkan ke Rusunawa
Jatinegara Barat Jakarta Timur ?
Jawaban : yah kan dipaksa. Kalau ga mauh yah kita ga dapat rumah, terus
mau tinggal dimana uang aja kita ga punya
Pertanyaan : Perubahan apa saja yang dirasakan Saudara/Saudari setelah
pindah ke Rusunawa Jatinegara Barat Jakarta Timur ?
Jawaban : perubahan baik sih ga ada, malah tambah buruk. Kalau disana kan
saya dagang depan rumah laku sehari dapat uang, anak sekolah
bayaran lancar buat makan lancar. Sedangkan saya dagang disini
sepi banget kadang-kadang dapat uang kadang-kadang ga.
Hidupnya udah pada sendiri-sendiri.
Pertanyaan : Organisasi sosial apa saja yang ada di Rusunawa Jatinegara Barat
Jakarta Timur ? jika ada apakah organisasi sosial tersebut berjalan
dengan efektif di Rusun ?
Jawaban : ada. Ada PKK, Karang taruna. Tapi ga tau udah lama ga
aktif
Pertanyaan : Organisasi sosial apa saja yang Saudara/Saudari ikuti di
Rusunawa Jatinegara Barat Jakarta Timur ?
Jawaban : kalau saya ga ikut. Kadang-kadang mah saya ikutnya
pengajian
Pertanyaan : Apakah sering Saudara/Saudari mengobrol dengan tetangga yang
satu/berbeda lantai ? jika tidak apa alasannya ?
Jawaban : jarang saya ngobrol, paling kalau ada tetangga di depan rumah
yah baru ngobrol kalau ga ada mah males. Karena emang udah
pada pusing sama beban hidupnya maing-maing, jadi di unit udah
pada tutup pintu.
Pertanyaan : Perbedaan interaksi seperti apa yang dirasakan masyarakat
setelah di relokasi ke rusunawa Jatinegara Barat Jakarta Timur ?
Jawaban : kalau dulu kan tetangga kita deket, namanya kita kan hidup di
Pulo bertahun-tahun jadi kaya saudara. Kalau disini kan campur
ada gang Anwar terus ada gang yang beda-beda sama kita dulu jadi
harus kenalan lagi. Hidupnya udah sendiri-sendiri sekarang jadi
yang pada kumpul.
Pertanyaan : Kendala apa yang dirasakan masyarakat Kampung Pulo yang
direlokasi ke Rusunawa Jatinegara Barat dalam melakukan
interaksi ?
Jawaban : kan saya lansia kalau lagi liftnya mati saya pusing lewat sana sini
nyari lift yang hidup. Kalau ga ada yah terpaksa tangga. Saya
pernah sekali naik ke lantai saya lantai tiga belas itu kaki saya jadi
sakit seminggu bengkak. Capek lift sering mati terus anak saya
juga pernah kejebak di lift.
Pertanyaan : Apakah pernah terjadi kasus kriminal di Rusunawa Jatinegara
Barat Jakarta Timur ? jika ada sebutkan ?
Jawaban : sering disini. Ada narkoba terus perselingkuhan, baru-baru ini ada
penculikan bayi
Pertanyaan : Bagaimana sikap Saudara/Saudari ketika terjadi tindakan kriminal
yang menimpa penghuni Rusun ?
Jawaban : yah gitu cuek aja namanya juga rumah pada tertutup. Paling pas
kumpul di warung aja baru pada ngobrol-ngobrol. Kalau di Pulo
mah kan masyarakatnya sosial jadi kalau ada yang kasus kriminal
rame pada ngumpul. Sekarang mah cuek-cuek aja.
Pertanyaan : Apakah sering diadakannya kerja bakti di Rusunawa Jatinegara
Barat Jakarta Timur ?
Jawaban : hari minggu, paling yah di bawah tapi ga semuanya ikut.
Pertanyaan : Kegiatan besar apa saja yang ada di Rusunawa Jatinegara
Barat ?
Jawaban : ada juga penyuluhan anak-anak, ada kampanye partai juga, 17
Agustusan, maulid Nabi
Pertanyaan : Di waktu kapan anak-anak Saudara/Saudari bermain dengan
teman sebayanya di Rusunawa Jatinegara Barat Jakarta Timur ?
Jawaban : paling sore jam 4
Pertanyaan : Dimana anaka-anak Saudara/Saudari biasanya bermain ?
Jawaban : taman deket PAUD palingan
Pertanyaan : Apakah Saudara/Saudari nyaman tinggal di Rusunawa Jatinegara
Barat Jakarta Timur ?
Jawaban : yah nyaman mah lumayan
Pertanyaan : Kendala apa saja yang dirasakan Saudara/Saudari selama tinggal
di Rusunawa Jatinegara Barat Jakarta Timur ?
Jawaban : yah lift suka mati, tetangga yang kurang dekat kaya dulu terus
biaya sewa
Pertanyaan : Keuntungan apa yang didapat Saudara/Saudari selama tinggal di
Rusunawa Jatinegara Barat Jakarta Timur ?
Jawaban : untungnya sih gini kita ga banjit. Kalau dibandingkan yah
mendingan di Pulo, walaupun banjir kan enak kita tetap betah
Pertanyaan : Apa saja bentuk perhatian yang diberikan pemerintah kepada
Saudara/Saudari selama tinggal Rusunawa Jatinegara Barat Jakarta
Timur ?
Jawaban : udah ga ada lagi Cuma diawal-awal aja
Pertanyaan : Bagaimanakah bentuk kerjasama yang sering dilakukan
Saudara/Saudari dan sering terjadi di Rusunawa Jatinegara Barat
Jakarta Timur ?
Jawaban : kalau kerjama mah udah kurang paling yah karena ada yang
hajatan itu juga yang bantu kebanyakan kelaurga sendiri, terus pas
ada yang meninggal
Pertanyaan : Siapakah orang yang berpengaruh terhadap pola pikir masyarakat
Rusun ?
Jawaban : ga ada ah! Udah pada hidup sendiri-sendiri juga. Kalau dulu mah
Habib jadi kita senang.
TRANSKIP WAWANCARA
Pelaksanan Wawancara:
36. Hari/Tanggal : Selasa, 20 Desember 2016
37. Jam : 10.00 WIB
38. Tempat : Rusunawa Jatinegara Barat Jakarta Timur
39. Topik : Perubahan interaksi sosial paska relokasi
40. Informan : Bapak Bahrudin (Ketua RW 09)
Pertanyaan : Kapan Saudara/Saudari mulai menempati Rusunawa Jatinegara
Barat Jakarta Timur ?
Jawaban : Tanggal 20 Agustus saya registrasi ulang lalu tanggal 28 saya
bersih-bersih rusun dan tanggal 30 saya beserta keluarga
menempati rusun.
Pertanyaan : Apa alasan Saudara/Saudari bersedia dipindahkan ke Rusunawa
Jatinegara Barat Jakarta Timur ?
Jawaban : Faktor kebutuhan dan terpaksa. Terpaksa karena kami sudah
digusur sedangkan faktor kebutuhan ketika kami dalam keadaan
digusur kami tidak memiliki tempat tinggal. Akhirnya kita
mengalah.
Pertanyaan : Perubahan apa saja yang dirasakan Saudara/Saudari setelah
pindah ke Rusunawa Jatinegara Barat Jakarta Timur ?
Jawaban : Perubahan pola hidup yang pasti. Awalnya kita hidupnya
horizontal sekarang pola hidupnya vertikal dan itu mempengaruhi
hal-hal yang lain seperti ekonomi dan sosial. Dulu kita hidupnya
bermasyarakat sekarang hampir terkikis. Masyarakat penghuni
rusun kalau sudah berada di unit sudah males untuk keluar kecuali
ada hal-hal yang urgent selain itu mereka sudah males keluar unit
apa lagi bagi masyarakat penghuni lantai 15 atau 16. Contohnya
ketika di masjid sudah masuk waktu shalat berjamaah dan ada
masyarakat penghuni rusun yang terlambat maka kebanyakan dari
mereka enggan untuk turun dan mengejar shalat berjamaah. Untuk
perubahan ekonomi sendiri kebanyakan masyarakat rusun kan
hidupnya surviver hari ini mereka dapat uang untuk hari ini mereka
makan ditambah problem usaha kecil sulit untuk berjalan di rusun.
Bisa dikatakan hampir terbentuk masyarakat yang bersifat
individual.
Pertanyaan : Organisasi sosial apa saja yang ada di Rusunawa Jatinegara Barat
Jakarta Timur ? jika ada apakah organisasi sosial tersebut berjalan
dengan efektif di Rusun ?
Jawaban : PKK, Posyandu, Karang Taruna dan Jumantik. Organisasi
tersebut berjalan secara efektif walaupun diawal-awal banyak
hambatan dan dalav waktu 4 bulan organisasi sudah bisa berjalan
efektif sampai sekarang. Untuk TPA sendiri itu dikelola oleh
masyarakat penghuni rusun yang membuka TPA untuk anak-anak
di rusun.
Pertanyaan : Organisasi sosial apa saja yang Saudara/Saudari ikuti di
Rusunawa Jatinegara Barat Jakarta Timur ?
Jawaban : Saya dipercayai sebagai RW oleh warga untuk itu saya harus
sering dan ikut serta aktif dalam setiap organisasi yang ada di
rusun ini.
Pertanyaan : Apakah sering Saudara/Saudari mengobrol dengan tetangga yang
satu/berbeda lantai ? jika tidak apa alasannya ?
Jawaban : Saya sebagai ketua RW sering mengobrol dengan warga untuk
mengetahui keadaan masyarakat yang sebenarnya jadi saya juga
harus sering mengobrol dengan masyarakat penghuni rusun yang
lain.
Pertanyaan : Perbedaan interaksi seperti apa yang dirasakan masyarakat
setelah di relokasi ke rusunawa Jatinegara Barat Jakarta Timur ?
Jawaban : Perbedaan interaksi di rusun sangat dirasakan oleh masyarakat
penghuni rusun. Dulu ketika di Kampung Pulo ketika ada
masyarakat yang pulang kerja malam hari masyarakat masih
banyak yang menyapa. Terlebih setiap sore dan siang ibu-ibu
sering melakukan interaksi dengan tetangga sekitar rumahnya. Tapi
setelah kami pindah ke rusun interaksi kami sudah tidak sering
seperti dulu. Kami kalau sudah sampai rusun sudah males untuk
interaksi dengan masyarakat lain apa lagi untuk tetangga yang
berbeda lantai. Dan juga tidak disediakannya tempat berkumpul
yang nyaman di rusun yah paling hanya dibawah itupun
masyarakat jarang ke bawah.
Pertanyaan : Kendala apa yang dirasakan masyarakat Kampung Pulo yang
direlokasi ke Rusunawa Jatinegara Barat dalam melakukan
interaksi ?
Jawaban : Kendala masyarakat itu lebih terletak pada lift yang sering macet
dan kita harus menggunakan tangga darurat, terkadang ketika lift
ramai di pagi hari kami terpaksa menggunakan tangga darurat
untuk turun atau naik tangga. Biaya sewa juga termasuk kendala
atau beban kami selama tinggal di sewa.
Pertanyaan : Apakah pernah terjadi kasus kriminal di Rusunawa Jatinegara
Barat Jakarta Timur ? jika ada sebutkan ?
Jawaban : Jelas ada, walaupun kami tinggal di gedung yang terlihat mewah
tapi tetap saja ini zona hunian masyarakat yang direlokasi. Tapi
kriminal yang terjadi di rusun bukan karena faktor kebutuhan tapi
hanya faktor usil karena beberapa kali kami sering mempergoki
penghuni yang mengambil sendal. Kasus kriminal disini hanya
kasus-kasus kecil seperti pencurian dan juga sempat ada kasus
narkoba di awal kami pindah ke rusun ini.
Pertanyaan : Bagaimana sikap Saudara/Saudari ketika terjadi tindakan kriminal
yang menimpa penghuni Rusun ?
Jawaban : Kita kompak dalam penanganan kasus kriminal. Ketika ada
masyarakat penghuni rusun yang kehilangan mereka akan lapor
dan RW akan lapor ke security untuk melihat CCTV lalu kami
bersama masyarakat dan keamanan mencari pelaku dari kasus
kriminal tersebutl.
Pertanyaan : Apakah sering diadakannya kerja bakti di Rusunawa Jatinegara
Barat Jakarta Timur ?
Jawaban : Kami selalu ada agenda kerja bakti. Jadwal yang diberikan
kelurahan adalah setiap satu bulan sekali tapi ada jadwal masing-
masing dari setiap RT. Karena kami tidak ingin menghilangkan
kebiasan-kebiasan baik kami ketika berada di Kampung Pulo. Tapi
yang memang kerja bakti tidak dilakukan terus menerus setiap
minggu karena kami disini dengan biaya sewa Rp. 300.000-, sudah
termasuk uang kebersihan dan keamanan
Pertanyaan : Kegiatan besar apa saja yang ada di Rusunawa Jatinegara
Barat ?
Jawaban : Ada dua acara besar yang kami adakan setiap tahunnya di rusun
yang pertama adalah hari kemerdekaan 17 Agustus ada acara
upacara serta pawai sampai Kampung Pulo dan juga ketika tahun
baru islam kita ada pawai obor
Pertanyaan : Di waktu kapan anak-anak Saudara/Saudari bermain dengan
teman sebayanya di Rusunawa Jatinegara Barat Jakarta Timur ?
Jawaban : Di sore hari dan setelah mereka pulang sekolah
Pertanyaan : Dimana anaka-anak Saudara/Saudari biasanya bermain ?
Jawaban : Tidak ada tempat yang nyaman untuk anak-anak bermain yah
akhirnya mereka bermain bola di lorong-lorong terkadang juga di
lantai 2 dekat dengan kantin-kantin yang ada di lantai 2 dan
mungkin mereka bermain di taman kecil depan PAUD.
Pertanyaan : Apakah Saudara/Saudari nyaman tinggal di Rusunawa Jatinegara
Barat Jakarta Timur ?
Jawaban : Kami nyaman dari segi kebersihan dan keamanan sedangkan dari
segi ekonomi kami belum merasa nyaman.
Pertanyaan : Kendala apa saja yang dirasakan Saudara/Saudari selama tinggal
di Rusunawa Jatinegara Barat Jakarta Timur ?
Jawaban : Dari segi bentuk bangunan yang mengharuskan kita
menggunakan lift atau tangga untuk bisa ke unit apa lagi ketika lift
macet itu yang menjadi kendala kami dan juga kendala biaya sewa
rumah. Ketika di Kampung Pulo kami hanya memikirkan biaya air
dan listrik tapi ketika kami di rusun kami memikirkan biaya sewa,
air dan listrik.
Pertanyaan : Keuntungan apa yang didapat Saudara/Saudari selama tingga di
Rusunawa Jatinegara Barat Jakarta Timur ?
Jawaban : Kita sudah tidak merasa khawatir mengalami banjir
Pertanyaan : Apa saja bentuk perhatian yang diberikan pemerintah kepada
Saudara/Saudari selama tinggal Rusunawa Jatinegara Barat Jakarta
Timur ?
Jawaban : Fasilitas daging murah, bis antar jemput sekolah, KJP tetapi tidak
ada perhatian khusus untuk masyarakat penghuni rusun.
Pertanyaan : Bagaimanakah bentuk kerjasama yang sering dilakukan
Saudara/Saudari dan sering terjadi di Rusunawa Jatinegara Barat
Jakarta Timur ?
Jawaban : Bentuk kerjasama masyarakat penghuni rusun sering terjadi
contohnya ketika ada masyarakat yang meninggal dunia kami
bersama-sama mengurusi jenazah di lantai 2.
Pertanyaan : Siapakah orang yang berpengaruh terhadap pola pikir masyarakat
Rusun ?
Jawaban : Tidak ada tokoh khusu yang mempengaruhi pola pikir
masyarakat penghuni rusun hanya kita dari warga saling
menasehati.
TRANSKIP WAWANCARA
Pelaksanan Wawancara:
41. Hari/Tanggal : Selasa, 20 Desember 2016
42. Jam : 11.00 WIB
43. Tempat : Rusunawa Jatinegara Barat Jakarta Timur
44. Topik : Perubahan interaksi sosial paska relokasi
45. Informan : Marwiah
Pertanyaan : Kapan Saudara/Saudari mulai menempati Rusunawa Jatinegara
Barat Jakarta Timur ?
Jawaban : 22 Agustus 2015
Pertanyaan : Apa alasan Saudara/Saudari bersedia dipindahkan ke Rusunawa
Jatinegara Barat Jakarta Timur ?
Jawaban : Karena terpaksa. Kami sudah digusur jadi yah terpaksa kami
pindah karena sudah tidak ada lagi tempat tinggal.
Pertanyaan : Perubahan apa saja yang dirasakan Saudara/Saudari setelah
pindah ke Rusunawa Jatinegara Barat Jakarta Timur ?
Jawaban : Kalau disini kita sudah males untuk kumpul sama tetangga apa
lagi kalau beda lantai. Kalau disana kita kan ga perlu naik jadi kita
enak mau main ke tetangga, ngobrol-ngobrol.
Pertanyaan : Organisasi sosial apa saja yang ada di Rusunawa Jatinegara Barat
Jakarta Timur ? jika ada apakah organisasi sosial tersebut berjalan
dengan efektif di Rusun ?
Jawaban : Ada PKK, Posyandu, Karang Taruna. Semuanya berjalan
aktif
Pertanyaan : Organisasi sosial apa saja yang Saudara/Saudari ikuti di
Rusunawa Jatinegara Barat Jakarta Timur ?
Jawaban : Saya ga terlalu aktif di organisasi yang ada rusun, tapi yah saya
hanya ikut pengajian-pengajian setiap seminggu sekali yang ada di
rusun.
Pertanyaan : Apakah sering Saudara/Saudari mengobrol dengan tetangga yang
satu/berbeda lantai ? jika tidak apa alasannya ?
Jawaban : Kalau ngobrol sama tetangga yang satu lantai lumayan sering tapi
kalau tetangga kita yang dulunya di Pulo tapi sekarang beda lantai
itu saya sudah jarang ngobrol karena memang males untuk naik
dan turun tangga.
Pertanyaan : Perbedaan interaksi seperti apa yang dirasakan masyarakat
setelah di relokasi ke rusunawa Jatinegara Barat Jakarta Timur ?
Jawaban : Dulu kita ingin berinteraksi ke tetangga mudah tapi kalau
sekarang sudah sulit. Saya harus naik lift dulu ditambah tempatnya
kurang nyaman untuk berinteraksi. Saya juga jarang ketemu
tetangga di lantai yang berbeda padahal itu tetangga dulu saya yang
di Pulo.
Pertanyaan : Kendala apa yang dirasakan masyarakat Kampung Pulo yang
direlokasi ke Rusunawa Jatinegara Barat dalam melakukan
interaksi ?
Jawaban : Harus naik lift atau tangga untuk beraktivitas, terkadang lift
sering macet dan penuh jadi untuk usia lansia itu sangat
membebani mereka beraktivitas. Biaya sewa rusun juga menjadi
kendala tinggal di rusun.
Pertanyaan : Apakah pernah terjadi kasus kriminal di Rusunawa Jatinegara
Barat Jakarta Timur ? jika ada sebutkan ?
Jawaban : Kasusu kriminal pasti ada, tapi yah tidak kasus-kasus besar paling
hanya pencurian kecil. Di awal pindah ada kasus narkoba
Pertanyaan : Bagaimana sikap Saudara/Saudari ketika terjadi tindakan kriminal
yang menimpa penghuni Rusun ?
Jawaban : Kita seluruh penghuni saling bantu kalau ada kasus kriminal. Dari
RW juga bekerjasama dengan bagian keamanan rusun.
Pertanyaan : Apakah sering diadakannya kerja bakti di Rusunawa Jatinegara
Barat Jakarta Timur ?
Jawaban : Sering. Kadang sebulan sekali, kalau sehari-harinya kan ada
bagian kebersihan rusun.
Pertanyaan : Kegiatan besar apa saja yang ada di Rusunawa Jatinegara
Barat ?
Jawaban : Hari kemerdekaan 17 Agustus, peringatan Maulid Nabi, tahun
baru islam ada pawai obor.
Pertanyaan : Di waktu kapan anak-anak Saudara/Saudari bermain dengan
teman sebayanya di Rusunawa Jatinegara Barat Jakarta Timur ?
Jawaban : Sore setelah pulang sekolah
Pertanyaan : Dimana anaka-anak Saudara/Saudari biasanya bermain ?
Jawaban : Di lorong-lorong lantai, di taman dekat PAUD mungkin yah di
lantai bawah.
Pertanyaan : Apakah Saudara/Saudari nyaman tinggal di Rusunawa Jatinegara
Barat Jakarta Timur ?
Jawaban : Nyaman ga nyaman sih, dulu kan kita kena banjir sekarang sudah
tidak. Tapi yah kita ga bisa lagi kumpul sama tetangga-tetangga
seperti dulu. Jadi sendiri-sendiri.
Pertanyaan : Kendala apa saja yang dirasakan Saudara/Saudari selama tinggal
di Rusunawa Jatinegara Barat Jakarta Timur ?
Jawaban : Kendalanya hanya di susahnya naik dan turun tangga.
Pertanyaan : Keuntungan apa yang didapat Saudara/Saudari selama tingga di
Rusunawa Jatinegara Barat Jakarta Timur ?
Jawaban : Dulunya kita ga kenal sama orang-orang Kampung Pulo yang
beda Rt sekarang bisa kenal jadi banyak saudara lagi, sudah tidak
terkena banjir lagi.
Pertanyaan : Apa saja bentuk perhatian yang diberikan pemerintah kepada
Saudara/Saudari selama tinggal Rusunawa Jatinegara Barat Jakarta
Timur ?
Jawaban : Diawal pindah kita dikasih kasur lipat, sembako sampai dua
bulan saja. Tapi kalau sekarang sudah tidak ada lagi perhatian lagi
dari pemerintah.
Pertanyaan : Bagaimanakah bentuk kerjasama yang sering dilakukan
Saudara/Saudari dan sering terjadi di Rusunawa Jatinegara Barat
Jakarta Timur ?
Jawaban : Yah paling kalau lagi ada acara-acara kita saling bantu, terus
kalau ada yang meninggal.p
Pertanyaan : Siapakah orang yang berpengaruh terhadap pola pikir masyarakat
Rusun ?
Jawaban : Yah paling RW, RT dan ustadz yang ngajar ngaji di rusun
TRANSKIP WAWANCARA
Pelaksanan Wawancara:
46. Hari/Tanggal : Selasa, 20 Desember 2016
47. Jam : 13.00 WIB
48. Tempat : Rusunawa Jatinegara Barat Jakarta Timur
49. Topik : Perubahan interaksi sosial paska relokasi
50. Informan : Pak Iwan
Pertanyaan : Kapan Saudara/Saudari mulai menempati Rusunawa Jatinegara
Barat Jakarta Timur ?
Jawaban : Penggusurannya tanggal 20 Agustus 2015 saya tanggal 23
ngambil kunci tanggal 25 saya bersih-bersih rusun 27 Agustus
2015 saya mulai masuk bersama anggota keluarga saya yang
lainnya.
Pertanyaan : Apa alasan Saudara/Saudari bersedia dipindahkan ke Rusunawa
Jatinegara Barat Jakarta Timur ?
Jawaban : Kan dibongkar paksa, kami dipaksa bukan terpaksa karena kami
disuruh tinggal disini dan kami tidak meminta untuk tinggal disini.
Pertanyaan : Perubahan apa saja yang dirasakan Saudara/Saudari setelah
pindah ke Rusunawa Jatinegara Barat Jakarta Timur ?
Jawaban : Banyak juga salah satunya yah persaudaraannya agak berkurang,
interaksi juga kurang. Kalau kita ga turun ke bawah kita ga kenal
saudara kita yang di Pulo. Sekarang hidupnya masing-masing.
Kalau ada yang mampu yah untuk diri mereka sendiri kalau ga ada
yang mampu yah urusan pribadi. Perubahan mengurus jenazah
ketika dulu di kampung pulo jenazah disemayamkan di rumah
duka masing-masing jadi warga bisa begadang ngejaga jenazah dan
juga ngaji atau Yasinan tapi sekarang jenazah di semayamkan di
lantai 2 gedung jadi warga hanya seadanya disana. Karena kondisi
unit yang sempit. Tapi memang segi interaksi yang sangat berubah.
Pertanyaan : Organisasi sosial apa saja yang ada di Rusunawa Jatinegara Barat
Jakarta Timur ? jika ada apakah organisasi sosial tersebut berjalan
dengan efektif di Rusun ?
Jawaban : Organisasi sosial disini ada seperti PKK, Karang Taruna,
Posyandu dan semuanya berjalan efektif. Ada juga forum
silaturahmi cuma belum resmi.
Pertanyaan : Organisasi sosial apa saja yang Saudara/Saudari ikuti di
Rusunawa Jatinegara Barat Jakarta Timur ?
Jawaban : Saya ikut forum silaturahmi warga rusun. Cuma memang akhir-
akhir tidak berjalan secara efektif lagi karena beberapa faktor.
Salah satunya adalah ketua sudah tidak ada perhatiannya lagi
semenjak ada pemelihan gubernur.
Pertanyaan : Apakah sering Saudara/Saudari mengobrol dengan tetangga yang
satu/berbeda lantai ? jika tidak apa alasannya ?
Jawaban : Sering. Karena kan saya juga punya usaha di bawah jadi cukup
sering saya mengobrol warga rusun.
Pertanyaan : Perbedaan interaksi seperti apa yang dirasakan masyarakat
setelah di relokasi ke rusunawa Jatinegara Barat Jakarta Timur ?
Jawaban : Warga jarang melakukan interaksi. Kalau warga rusun ga turun
tangga atau turun ke bawah maka jarang terjadinya bentuk interaksi
antar warga
Pertanyaan : Kendala apa yang dirasakan masyarakat Kampung Pulo yang
direlokasi ke Rusunawa Jatinegara Barat dalam melakukan
interaksi ?
Jawaban : Macet yah rezekinya macet, liftnya macet dan mati
Pertanyaan : Apakah pernah terjadi kasus kriminal di Rusunawa Jatinegara
Barat Jakarta Timur ? jika ada sebutkan ?
Jawaban : Ada. Pencurian awal pindah juga ada warga yang terkena kasus
narkoba
Pertanyaan : Bagaimana sikap Saudara/Saudari ketika terjadi tindakan kriminal
yang menimpa penghuni Rusun ?
Jawaban : Yah kita bersama-sama mencari pelaku dibantu oleh pihak
keamanan rusun. Mencarinya lewat CCTV yang ada di rusun.
Pertanyaan : Apakah sering diadakannya kerja bakti di Rusunawa Jatinegara
Barat Jakarta Timur ?
Jawaban : Sebulan sekali itu karena jadwal dari kelurahan. Kalau setiap
minggunya memang jarang soalnya kan kita sudah ada bagian
kebersihan rusun.
Pertanyaan : Kegiatan besar apa saja yang ada di Rusunawa Jatinegara
Barat ?
Jawaban : Hari kemerdekaan tanggal 17 Agustus itu kita upacara sama
tahun baru islam ada pawai obor.
Pertanyaan : Di waktu kapan anak-anak Saudara/Saudari bermain dengan
teman sebayanya di Rusunawa Jatinegara Barat Jakarta Timur ?
Jawaban : Paling sore dan setelah pulang sekolah
Pertanyaan : Dimana anaka-anak Saudara/Saudari biasanya bermain ?
Jawaban :Di lantai 2 yang dijadikan kantin biasanya anak-anak bermain bola
disana dan di taman kecil dekat PAUD terkadang juga di lorong-
lorong. Tetapi tidak ada tempat yang nyaman bagi anak-anak
bermain terlebih bentuk bangunan yang vertical jadi anak-anak
harus bersama orang tuanya kalau mau turun ke lantai dasar.
Pertanyaan : Apakah Saudara/Saudari nyaman tinggal di Rusunawa Jatinegara
Barat Jakarta Timur ?
Jawaban : Saya kurang nyaman terkadang merasa takut kalau tiba-tiba
gedungnya terjadi sesuatu.
Pertanyaan : Kendala apa saja yang dirasakan Saudara/Saudari selama tinggal
di Rusunawa Jatinegara Barat Jakarta Timur ?
Jawaban : Lift sering macet, antri lift terkadang menghambat aktivitas dan
biaya sewa gedung
Pertanyaan : Keuntungan apa yang didapat Saudara/Saudari selama tingga di
Rusunawa Jatinegara Barat Jakarta Timur ?
Jawaban : Bebas banjir
Pertanyaan : Apa saja bentuk perhatian yang diberikan pemerintah kepada
Saudara/Saudari selama tinggal Rusunawa Jatinegara Barat Jakarta
Timur ?
Jawaban : Perhatian khusus tidak ada tapi yah kita dikasih fasilitas mobil
antar jemput sekolah, daging murah dan KJP. Namun kalau untuk
perhatian khusu memang tidak ada
Pertanyaan : Bagaimanakah bentuk kerjasama yang sering dilakukan
Saudara/Saudari dan sering terjadi di Rusunawa Jatinegara Barat
Jakarta Timur ?
Jawaban : Pengurusan jenazah dan ketika ada acara-acara besar di rusun kita
saling kerjasama untuk acara tersebut.
Pertanyaan : Siapakah orang yang berpengaruh terhadap pola pikir masyarakat
Rusun ?
Jawaban : Tidak ada orang yang memberikan pengaruh secara khusus yah
mungkin hanya dari pihak RW, RT dan juga ustadz atau ustadzah
yang memberikan pengajian di rusun.
TRANSKIP WAWANCARA
Pelaksanan Wawancara:
51. Hari/Tanggal : Selasa, 20 Desember 2016
52. Jam : 14.00 WIB
53. Tempat : Rusunawa Jatinegara Barat Jakarta Timur
54. Topik : Perubahan interaksi sosial paska relokasi
55. Informan : pak Warji
Pertanyaan : Kapan Saudara/Saudari mulai menempati Rusunawa Jatinegara
Barat Jakarta Timur ?
Jawaban : 21 Agustus 2015
Pertanyaan : Apa alasan Saudara/Saudari bersedia dipindahkan ke Rusunawa
Jatinegara Barat Jakarta Timur ?
Jawaban : Karena kami digusur jadi yang kami terpaksa karena
dipaksa
Pertanyaan : Perubahan apa saja yang dirasakan Saudara/Saudari setelah
pindah ke Rusunawa Jatinegara Barat Jakarta Timur ?
Jawaban : Sangat banyak diantaranya tadinya kita berpikir bangun tidur
nepak jidat tapi sekarang tidur nepak jidat. Waktu di Pulo kami
sebelum melangkah kita tidak memikirkan biaya sewa tapi disini
bangun tidur sebelum melangkah sudah memikirkan biaya sewa.
Dan bagi penghuni yang mempunyai keahlian dalam memperbaiki
bangunan tapi setelah di rusun keahlian tersebut tidak bisa
digunakan dengan seperti dulu.
Pertanyaan : Organisasi sosial apa saja yang ada di Rusunawa Jatinegara Barat
Jakarta Timur ? jika ada apakah organisasi sosial tersebut berjalan
dengan efektif di Rusun ?
Jawaban : Karang taruna, PKK, majelis-majelis ta‟lim dan organisasi-
organisasi tersebut berjalan secara efektif.
Pertanyaan : Organisasi sosial apa saja yang Saudara/Saudari ikuti di
Rusunawa Jatinegara Barat Jakarta Timur ?
Jawaban : Saya di kepengurusan RT
Pertanyaan : Apakah sering Saudara/Saudari mengobrol dengan tetangga yang
satu/berbeda lantai ? jika tidak apa alasannya ?
Jawaban : Saya sering mengobrol dengan tetangga karena saya berjualan
kopi sekaligus menjadi ketua RT
Pertanyaan : Perbedaan interaksi seperti apa yang dirasakan masyarakat
setelah di relokasi ke rusunawa Jatinegara Barat Jakarta Timur ?
Jawaban : Perbedaan jelas terasa waktu kami di Kampung Pulo kami pulang
dari mana saja dan jam berapa saja banyak yang bertegur sapa
kalau disini mungkin hanya di lift ketika mau turun atau naik tapi
kalau bertegur sapa disetiap lantai sudah hampir tidak terlihat, para
penghuni biasanya langsung menutup pintu dan jarang sekali
terjadinya interaksi di setiap lantai di rusun itu karena lingkungan
yang sangat tidak memadai karena kondisi yang lingkungan yang
sangat sempit.
Pertanyaan : Kendala apa yang dirasakan masyarakat Kampung Pulo yang
direlokasi ke Rusunawa Jatinegara Barat dalam melakukan
interaksi ?
Jawaban : Bukan permasalahan kendala mungkin hanya yang tadinya kita
memikirkan biaya sewa itu menjadi tambahan beban lagi untuk
kami dan juga kita harus menggunakan lift atau tangga yang
terkadang lift tersebut sering mengalami macet atau rusak dan juga
kami sering mengantri lift dan menjadi hambatan bagi kami untuk
beraktivitas.
Pertanyaan : Apakah pernah terjadi kasus kriminal di Rusunawa Jatinegara
Barat Jakarta Timur ? jika ada sebutkan ?
Jawaban : Pada dasarnya anak-anak ABG yang jail. Seperti kehilangan
sendal jadi tidak ada kasus kriminal yang lebih besar berbeda
dengan ketika di Kampung Pulo.
Pertanyaan : Bagaimana sikap Saudara/Saudari ketika terjadi tindakan kriminal
yang menimpa penghuni Rusun ?
Jawaban : Masyarakat selalu kompak ketika ada kasus kriminal, karena dari
RW sendiri kami diharuskan untuk terus menerapkan kebiasaan
baik kita dulu.
Pertanyaan : Apakah sering diadakannya kerja bakti di Rusunawa Jatinegara
Barat Jakarta Timur ?
Jawaban : Kalau kerja bakti memang sering diarahkan karena memang dari
kelurahan sudah dijadwalkan setiap satu bulan sekali dan jadwal
per-Rt tapi kurang berjalan efektif karena kami sudah membayar
uang sewa dan itu sudah termasuk dalam uang kebersihan dan
keamanan.
Pertanyaan : Kegiatan besar apa saja yang ada di Rusunawa Jatinegara
Barat ?
Jawaban : Hari-hari islam seperti Maulid kami adakan setiap tahun.
Pengajian-pengajian, hari kemerdekaan tanggal 17 Agustus
Pertanyaan : Di waktu kapan anak-anak Saudara/Saudari bermain dengan
teman sebayanya di Rusunawa Jatinegara Barat Jakarta Timur ?
Jawaban : Sore hari dan ketika pulang sekolah
Pertanyaan : Dimana anaka-anak Saudara/Saudari biasanya bermain ?
Jawaban : Tidak ada ruang untuk bermain anak-anak hanya di lorong-
lorong, taman dekat PAUD dan juga hanya sekedar lari-larian aja.
Pertanyaan : Apakah Saudara/Saudari nyaman tinggal di Rusunawa Jatinegara
Barat Jakarta Timur ?
Jawaban : Nyaman karena tidak terkena banjir lagi
Pertanyaan : Kendala apa saja yang dirasakan Saudara/Saudari selama tinggal
di Rusunawa Jatinegara Barat Jakarta Timur ?
Jawaban : Biasanya kita tidak memikirkan biaya sekarang kita memikirkan
biaya dan juga warga sering terjebak lift mati
Pertanyaan : Keuntungan apa yang didapat Saudara/Saudari selama tingga di
Rusunawa Jatinegara Barat Jakarta Timur ?
Jawaban : Biasanya setiap tahun kami mengalami banjir tapi setelah pindah
kami tidak mengalami banjir lagi
Pertanyaan : Apa saja bentuk perhatian yang diberikan pemerintah kepada
Saudara/Saudari selama tinggal Rusunawa Jatinegara Barat Jakarta
Timur ?
Jawaban : Kami dikasih gerobak untuk berjualan di bawah rusun tapi
setelah itu tidak ada perhatian lagi dari pemerintah. Seharusnya ada
penyuluhan untuk berwirausaha untuk kami dan akhirnya banyak
yang tidak berjalan.
Pertanyaan : Bagaimanakah bentuk kerjasama yang sering dilakukan
Saudara/Saudari dan sering terjadi di Rusunawa Jatinegara Barat
Jakarta Timur ?
Jawaban : Masalah mengurusi jenazah salah satunya
Pertanyaan : Siapakah orang yang berpengaruh terhadap pola pikir masyarakat
Rusun ?
Jawaban : Tidak ada tokoh yang secara khusus berperan dalam pola pikir
kami hanya mungin ustadz atau ustadzah yang sering mengisi
pengajian di rusun.
DOKUMENTASI, LEMBAR UJI
REFERENSI DAN BIODATA
PENULIS
Bersama Petugas Unit Pengelola Rusun (UPRS) dan Para Penghuni
Rusunawa
Jatinegara Barat Jakarta Timur
Gambar 1. Foto bersama petugas UPRS Rusunawa Gambar 2. Foto bersama
narasumber Jatinegara Barat
Gambar 3. Foto bersama penghuni rusunawa Gambar 4. Foto bersama
narasumber
Foto Lingkungan Rusunawa Jatinegara Barat Jakarta Timur
Gambar 5. foto bagian depan Rusunawa Gambar 6. foto lorong
Rusunawa
Gambar 7. Foto keadaan lift Rusunawa Gambar 8. Foto keadaan taman
bermain
Biodata Penulis
Nama lengkap penulis adalah Ummi Nadzifah dan
biasa dipanggil “Ummi/iffah”, lahir di Jakarta, 11 Mei 1993,
putri dari pasangan Bapak Kholisin dan Ibunda Entin Kartini.
Penulis merupakan anak pertama dari tiga bersaudara.
Alamat e-mail penulis [email protected].
Penulis mengenyam pendidikan diantaranya, di MI Hidayatul
Athfal Depok 2000-2006, MTs Bandar Alim Demak 2006-
2009, MA Raden Fattah Demak 2009-2012 dan Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta (2012-2017) pada
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Program Studi
Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Konsentrasi Sosiologi-
Antropologi.
Pengalaman organisasi selama menjadi mahasiswa Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta yaitu Ikatan Remaja Masjid Fatullah (IRMAFA ), penulis juga aktif
di Unit Kegiatan Mahasiswa Himpunan Qari dan Qariah Mahasiswa ( HIQMA ) tahun
2012-2016.
Skripsi yang dibuat penulis berjudul ”PERUBAHAN INTERAKSI SOSIAL
MASYARAKAT KAMPUNG PULO PASCA RELOKASI DI RUSUNAWA
JATINEGARA BARAT JAKARTA TIMUR ”. Skripsi ini dibuat melalui berbagai
arahan dan bimbingan Ibu Dr. Ulfah Fajarini, M. Si dan Bapak Sodikin, M. Si, serta berkat
doa dan dukungan orang tua, para kyai, guru, keluarga dan teman-teman penulis.