PERUBAHAN DAN KONTINUITAS POLA SPASIAL PADA RUMAH …
Transcript of PERUBAHAN DAN KONTINUITAS POLA SPASIAL PADA RUMAH …
PERUBAHAN DAN KONTINUITAS POLA SPASIALPADA RUMAH TINGGAL CINA
DI SODITAN, KARANGTURI, DAN BABAGAN, LASEM
41
The study would analyze some factors underlying the spatial changes on Chinesehouses and interprets what has influenced them. The focusing of study is interacting theChinese houses's layout from Soditan, Karangturi, and Babagan that has different periods. Thestudy based on the field observation and in-depth interview has done in June 2004 is used toanalyze Chinese houses in Lasem. There is no hypothesis, this study is to increaseunderstanding of the spatial pattern on Chinese houses where has gone through in life'schanges. Spatial Syntax is used for analysis and interpretation of Chinese houses's layout.The spatial pattern was found by interacting the irreducible objects and related to each other onhuman spatial organization in all its variability.This part would discuss factor which implicate thechanges of spatial pattern on Chinese houses in Soditan, Karangturi, and Babagan. Theanalysis generally found that first, the changing of time periods no implicate to spatial pattern onChinese houses in Lasem. There has still keeped of using main spatial pattern on their layout.Second, the changing orientation of Chinese houses from river to roads has no influenced thespatial pattern. Third, the changes of space just has been reducing space from high complexityto be more simplicity. Regularity spatial pattern on Chinese houses is the main spatial patternthat always on ringness dimension which are six spaces : front courtyard, front terrace,praying room (Ngetiya), living room, back terrace, and back courtyard. The pattern shows in asymmetric and distributed relationship, the higher hieararchi of space is located in living room(space F).
Keyword: spatial pattern, chinese house
Lasem satu kota di pesisir utarapulau Jawa merupakan salah satu kotapelabuhan yang cukup besar pada masanya.Selain itu Lasem juga menjadi ibukota suatukerajaan yang besar. Kerajaan Lasemmenurut Negarakertagama adalah salah satudari anak kerajaan Majapahit. KerajaanLasem dipimpin saudara sepupu HayamWuruk, Dewi Indu atau Bhre Lasem(Hutama,1999).
Lokasinya yang terletak di pesisirmenjadikan Lasem sebagai kota yangmengalami transisi sosial budaya. MenurutHutama (1999) terdapat dua polakebudayaan yang cukup besar padamasanya yaitu Hindu dan Islam. Denganfungsinya sebagai ibukota sekaligus kotapelabuhan. Lasem mempunyai dua nukleuspermukiman. Di pesisir, yaitu di daerah
Caruban dan di pedalaman dengan pusatnyapada sekitar alun-alun.
Permukiman bangsawan lokasinyaberseberangan dengan permukiman Cinayang pada waktu itu banyak yang beragamaIslam terletak di sebelah barat sungai Lasem.Masuknya Islam di Lasem mengubah polasosial budaya setempat. Perubahan ini jugaterjadi pada masyarakat Cina di tepi sungaiLasem. Menurut catatan klenteng Sam PoKong antara tahun 1450 1475 M telah banyaktinggal masyarakat Cina yang menganutagama Konghucu di Jawa sehingga banyakmasjid-masjid yang diubah menjadi klenteng,
| VOL.1 | EDISI 1 | 2007
ISSN 1978-0702
Perubahan dan Kontinuitas Pola Spasialpada Rumah Tinggal Cina
di Soditan, Karangturi, dan Babagan, Lasem | hal 41 - 52
Yulyta Kodrat Prasetyaningsih*Program Studi Desain Interior, Fakultas Seni Rupa, Institut Seni Indonesia Yogyakarta
*Korespondensi penulis dialamatkan ke Program StudiDesain Interior, Fakultas Seni Rupa, Institut SeniIndonesia Yogyakarta, Tel/Fax: +62 274 417219
e-mail: [email protected]
42
salah satunya di Lasem (de Graaj & Pigeauddalam Hutama, 1999). Sungai Lasem tetapmenjadi tempat berlangsungnya kegiatanekonomi. Muncul permukiman Cina yangbaru di selatan (Kampung Karangturi).
Pembua tan ja lan raya AnyerPanarukan yang dibuat Daendels pada tahun1808 M, membawa perubahan pada arahperkembangan kota di Lasem. Keadaan inimembuat daerah pusat kota semakinberkembang. Permukiman Cina yang tadinyahanya di sekitar sungai mulai tumbuh ke arahjalan raya Lasem.
Pada masa penjajahan Belanda,terjadi pemberontakan anti Cina yangmembuat populasi Cina di Lasem semakinmembengkak dan menggeser permukimanpribumi ke arah timur. Kota Lasem menjadikota ekonomi dan didominasi olehpermukiman Cina.
Perubahan yang terjadi setelahIndonesia merdeka adalah menurunnyapopulasi Cina di kota Lasem. Hal ini menjadisalah satu faktor kemunduran kota Lasem.Saat ini Lasem menjadi kota kecil yang tidakberarti. Aktivitas perdagangan sungaimenjadi hilang. Rumah-rumah Cina sekaranghanya menjadi artifak dan penghuninyasudah banyak yang pindah ke kota lain(Hutama,1999).
Pembahasan mengenai pola spasialpada rumah tinggal tidak lepas dari pengaruhsosial budaya yang berkembang di wilayahtersebut. Untuk mengetahui lebih jauhprinsip-prinsip apa saja yang tetap
dipertahankan dan yang mengalamiperubahan pada rumah tinggal Cina diSoditan, Karangturi, dan Babagan Lasem.
Obyek yang diteliti adalah rumahtinggal Cina yang berada di wilayah Soditan,Karangturi, dan Babagan Lasem. Untuk lebihmemahami perubahan dan kontinuitas polaspasial rumah Cina maka analisis hanyaditinjau dari aspek geometrik pada layoutruangnya saja.
Studi ini rumah Tinggal Cina diKarangturi Lasem dilakukan melaluiobservasi lapangan dan interview untukmemperoleh data-data mengenai rumahtinggal tersebut. Pengambilan obyekdilakukan secara purposive sampling. Untukmemahami dan mendeskripsikan pola ruangdalam organisasi ruang pada rumah tinggalCina tersebut dilakukan analisis denganmenggunakan spatial syntax.
Menurut catatan sejarah dulu kotaLasem merupakan ibukota sebuah kerajaanyang cukup besar. Kerajaan Lasem dalamNegara Kertagama disebutkan bahwa Lasemsebagai kerajaan bawahan imperiumMajapahit. Pada masa itu Lasem merupakanibukota kerajaan sekaligus pelabuhan yangcukup besar. Lasem memiliki dua nukleuspermukiman, di pesisir yaitu di daerahCaruban dan di pedalaman dengan pusatnya
BAHAN DAN METODE
Sejarah Pecinan di Lasem
Gb.1. Dua nukleus permukiman di Lasempada abad ke-14 M
Gb.2. Permukiman bangsawan danpermukiman Cina berdampingan
di wilayah pesisir Lasem
Sumber : Hutama, 1999
| VOL.1 | EDISI 1 | 2007
ISSN 1978-0702
43
di sekitar alun-alun. Dua nukleus permukimanini mempunyai pola tatanan dan karakteryang berbeda. Permukiman di pesisir dihunikelompok permukiman bangsawan danpermukiman Cina yang beragama Islam(Hutama, 1999 : 2-4).
Masuknya Islam di Lasem mengubahpola sosial budaya, konsep makrokosmos-mikrokosmos yang berlaku pada Hindu-Siwamulai sirna walaupun tidak sepenuhnyaditinggalkan. Perubahan ini juga terjadi padamasyarakat Cina di tepi sungai Lasem.Menurut catatan klenteng SamPoKongantara tahun 1450-1475 M masyarakat Cinadi Jawa mulai menganut Konghucu danmasjid-masjid diubah menjadi klenteng, salahsatunya di Lasem. Sungai Lasem tetapmenjadi tempat berlangsungnya kegiatanekonomi. Muncul permukiman Cina yangbaru di selatan -kampung Karangturi (deGraaf dan Pigeud dalam Hutama, 1999 : 7).
Pada masa pendudukan Belandamembawa perubahan besar di Lasem.Pembuatan jalan Anyer Panarukan olehDaendels pada tahun 1808 m, menyebabkandaerah pusat kota semakin berkembang.
Permukiman Cina yang dulunya hanya disekitar sungai mulai tumbuh ke arah jalanraya Lasem ini. Sungai mulai ditinggalkan dansungai sebagai sarana perdagangan semakinjarang digunakan. Alun-alun menjadi pusatekonomi baru, kegiatan ekonomi mulaiberkembang ditandai dengan berdirinyarumah-rumah Cina yang berfungsi jugasebagai toko.
Pemberontakan anti Cina yangberlangsung beberapa kali menyebabkanpermukiman Cina di kota Lasem semakinmembengkak dan menggeser permukimanpribumi ke arah timur. Dibukanya kampungGedong Mulyo dan Babagan oleh Belandasebagai tempat untuk menampungmasyarakat Cina menjadikan kota Lasemyang semula dikuasai pribumi berubahsebaliknya. Lasem menjadi kota ekonomi dandidominasi oleh permukiman Cina.
Kebijakan politik mempengaruhikehidupan sosial budaya masyarakat Lasem.Kegiatan baik ekonomi dan budayamasyarakat Cina sangat dibatasi membuatmasyarakat Cina menjadi terkucil. Hal inimenjadi salah satu faktor kemunduran kota
Gb.3. Perkembangan permukiman Cina pada abad ke -16 M di LasemSumber : Hutama, 1999
YULYTA KODRAT PRASETYANINGSIHPerubahan dan Kontinuitas Pola Spasial pada Rumah Tinggal Cina
di Soditan, Karangturi, dan Babagan, Lasem | hal 41 - 52
44
akhirnya berorientasi menghadap ke arahjalan raya dan tidak menghadap ke arahsungai lagi. Jalan raya tersebut memicutumbuhnya kampung baru di Karangturi danAlun-alun di mana keduanya menjadi pusatpusat ekonomi yang baru.
Permukiman Cina di daerah KarangTuri (bagian selatan Lasem) termasukpermukiman yang berkembang setelahmasuknya Islam ke daerah Lasem. MasuknyaKolonial Belanda di Lasem mengubahkehidupan sosial budaya setempat.
Bentuk rumah di Soditan masihberkarakter Cina dengan bentuk atapmelengkung dengan konstruksi kayu dankaya akan ornamen.
Lasem. Saat ini Lasem telah menjadi kotayang tidak memiliki aktivitas perdagangansungai. Rumah-rumah Cina yang adasekarang hanya berupa peninggalan saja,penghuninya sudah banyak yang pindah kekota besar.
Perkembangan rumah-rumah Cinadimulai dari pantai dan sepanjang sungaiLasem ke arah daratan. Kampung Cinapertama terletak di sepanjang sungai Lasemdi Dasun ke arah selatan Soditan. Rumah-rumah tersebut memiliki pintu masuk danorientasi menghadap ke arah sungai.
Pembangunan jalan Anyer-Panarukanpada tahun 1808 oleh Daendels berpengaruhterhadap tata letak rumah-rumah Cinatersebut. Rumah-rumah tersebut pada
Gb.4. Tampak depan rumah Cina di Soditan
| VOL.1 | EDISI 1 | 2007
ISSN 1978-0702
45
Bentuk rumah di Karangturi ada yangmemiliki gaya Eropa hal ini dapat dilihat pada
antara courtyard depan dan belakangdihubungkan oleh lorong di sisi kanan dan kirirumah. Lorong ini juga menghubungkan
Gb.5. Tampak depan rumah Cina di Karangturi bergaya Eropa
Gb.6. Tampak depan rumah Cina dari kayu (rumah geladak)
Gb.7. Tampak depan rumah Cina di Babagan
YULYTA KODRAT PRASETYANINGSIHPerubahan dan Kontinuitas Pola Spasial pada Rumah Tinggal Cina
di Soditan, Karangturi, dan Babagan, Lasem | hal 41 - 52
antara rumah dengan ruang servis.Fasade bagian depan rumah memiliki
komposisi yang selalui simetris dengan pintudi tengah dan diapit dua jendela. Pintu
46
Gb.8. Pintu gerbang yang memiliki dua pasang pintu
Gb.9. Lorong yang menghubungkan antara courtyard depan dan courtyard belakang,antara ruang dalam dengan ruang servis.
| VOL.1 | EDISI 1 | 2007
ISSN 1978-0702
tersebut menghubungkan antara teras danruang-ruang bagian dalam.
Ruang-ruang bagian dalam terdiri dariruang duduk, ruang untuk sembahyang dimana tersimpan abu leluhur dari pemilikrumah tersebut yang letaknya bersebelahan
dengan ruang keluarga. Di bagian sisi kanandan kirinya adalah ruang tidur.
Bila mempelajari arsitektur rumahtinggal Cina yang ada di Indonesia,karakteristiknya hampir sama seperti ciri-ciriarsitektur Cina untuk rumah tinggal antara lainadanya halaman tengah ( ),courtyard
47
Gb.10. Fasade depan memiliki komposisi simetris
Gb.11. Ruang sembahyang untuk leluhur
YULYTA KODRAT PRASETYANINGSIHPerubahan dan Kontinuitas Pola Spasial pada Rumah Tinggal Cina
di Soditan, Karangturi, dan Babagan, Lasem | hal 41 - 52
penekanan pada atap, elemen struktur, danpenggunaan warna. Rumah tinggal di negaraasalnya Cina mempunyai kontinuitas yang
sangat panjang dan dibangun mengikutikonsep susunan ruang empat tangkap.
yang dikelilingi empat sisi ruangCourtyard
yang memiliki nilai makna tinggi. Fungsiadalah sebagai ruang peralihan, di
mana semua ruang berorientasi ke arahcourtyard
courtyard tersebut.Pada arsitektur rumah tinggal Cina
menurut Steinhardt (1984), susunan ruang
48 | VOL.1 | EDISI 1 | 2007
ISSN 1978-0702
Keterangan:1. Halaman Depan2. Ruang Tamu3. Ruang Sembahyang Bagi Dewa4. Courtyard utama5. Hunian keluarga-ruang tidur5a. Ruang keluarga5b. Ruang sembahyang bagi leluhur6. Daerah servis
1
2
3
4
5a
5b5
6 6
Gb.12. Susunan Ruang
bersifat hirarkis di mana ruang yangdiletakkan paling belakang merupakan ruangyang mempunyai nilai penting. Ruang depandiperuntukkan untuk menerima tamu, ruangt e n g a h m e r u p a ka n r u a n g t e m p a tsembahyang untuk para dewa. Ruang ini jugadigunakan untuk menerima tamu yang akrab.Ruang bagian belakang digunakan untukhunian keluarga. Di dalam ruang tersebutjuga terdapat tempat sembahyang bagi tamuyang akan menghadap tuan rumah dalamperayaan-perayaan tertentu. Ruang di sisi kiridan kanan merupakan daerah servis. Ruangini berhubungan dengan ruang depan danruang tengah tetapi secara ruang dipisahkanoleh .courtyard
Sebagaimana ruangnya yang disusunsecara hirarkis berdasarkan nilai ruangnya,ornamennya juga demikian semakin kebelakang semakin kaya akan ornamen.Ruang tempat sembahyang memilikiornamen yang paling lengkap.
Pembahasan ini akan mengidentifikasidan menganalisis ruang-ruang yang adadalam organisasi ruang di rumah tinggal CinaSoditan, Karang Turi , dan Babagan Lasemmenggunakan spatial syntax sehingga bisaditemukan di mana letak perubahannya danprinsip-prinsip apa saja yang tetapdipertahankan. Model sintak adalah metodeyang digunakan untuk menemukan obyekterkecil atau struktur dasar dari sistem yangberlaku pada organisasi spasial yang memilikikeragaman dan mengetahui hubungan antarstruktur dasar tersebut sehingga membentuksistem yang koheren / saling bertalian (Hillierand Hanson, 1984 : 52).
HASIL DAN PEMBAHASAN
Dari tabel di atas ditemukan bahwarata-rata pola ruang memiliki empat level.Ruang A selalu terletak di level pertama danRuang D, E, G, dan H selalu terletak di level 4(paling dalam). Ruang A, B, C, F, I, dan Jselalu terletak dalam dimensi lingkarancincin.
Ruang-ruang yang selalu ada di setiaprumah tinggal Cina adalah ruang-ruang yangberada dalam dimensi lingkaran cincin :courtyard depan (A) saja atau courtyarddepan dan belakang (I) menyambung dantidak dibatasi pintu, teras depan (B), ruangsembahyang (C), teras belakang (I) dancourtyard belakang (J) saja. Sedangkanfaktor yang berubah-ubah terjadi pada variasipeletakan dan jumlah ruangnya seperti ruang
Tabel.2. Kategorisasi Spasial Rumah Cina di Karangturi
No. KASUS SPATIAL SYNTAX
K-3
K-4
No. KASUS SPATIAL SYNTAX
K-1
K-2
Tabel.1. Kategorisasi Spasial Rumah Cina di Soditan
49YULYTA KODRAT PRASETYANINGSIH
Perubahan dan Kontinuitas Pola Spasial pada Rumah Tinggal Cinadi Soditan, Karangturi, dan Babagan, Lasem | hal 41 - 52
Tabel.3.. Kategorisasi Spasial Rumah Cina di Karangturi
No. KASUS SPATIAL SYNTAX
K-5
K-6
K-7
K-8
50 | VOL.1 | EDISI 1 | 2007
ISSN 1978-0702
Tabel.4. Kategorisasi Spasial Rumah Cina di Babagan
No. KASUS SPATIAL SYNTAX
K-9
K-10
51
Keterangan :ruang terbukaruang tertutupjalan / ruang di luar site
A/JB/I terasC ruang sembahyangD/E/G/H ruang tidurF ruang keluargaK ruang servisL sumur/kamar mandiM/N/O ruang penyimpanan
courtyard
YULYTA KODRAT PRASETYANINGSIHPerubahan dan Kontinuitas Pola Spasial pada Rumah Tinggal Cina
di Soditan, Karangturi, dan Babagan, Lasem | hal 41 - 52
tidur, ruang servis dan sumur / kamar mandi.Dari hasil analisis ditemukan bahwa
terjadi perulangan pola utama yang samapada rumah tinggal Cina di Karangturi, polaini membentuk dimensi lingkaran cincin dimana di dalamnya terdapat enam ruang.Pola tersebut menunjukkan hubungan ruangyang simetrik dan terdistribusi . Jadi dapatdisimpulkan bahwa terjadi kontinuitas pada
pola spasial rumah tinggal Cina di Karangturi,Lasem.
Dalam bukunya Tao Teh Ching, Taomenyatukan Being (yang ada) dan Non Being(yang tak ada) ke dalam satu konsep yangterus bergema dalam seluruh perkembanganManusia. Penyatuan dari dua kondisi yangberlawanan memang masih tetap menjadistruktur vital dalam estetika kontemporer
52 | VOL.1 | EDISI 1 | 2007
ISSN 1978-0702
J
A
B
C
F
I
1
2
3
4
Gb.13. Pola Spasial
Keterangan:Ditinjau dari hirarki ruang maka ruang Cmenduduki hirarki yang paling tinggi karena untukmencapai ruang tersebut baik dari depan maupunbelakang harus melalui tiga tahap (tiga ruang). Halini juga menunjukkan bahwa privasi yang tinggidan keamanan yang ber lap is menjadipertimbangan utama dalam pola ruangnya.
yang berkaitan dengan ruang. Yang tidaknyata justru menjadi hakikatnya, dandinyatakan dalam bentuk materi (Van de Ven,Cornelis, 1995 :3-8).
Sesuai dengan pemikiran Tao tersebutruang peralihan atau transisi ruang yangmenghubungkan antara dunia di dalamdengan dunia di luar, direplikasikan dalamruang courtyard (Adan J).DAFTAR PUSTAKA
Hillier, Bill dan Hanson Julienne. 1984.. Cambridge:
Cambrigde University Press.
Hutama, David. 1999. Lasem Kota YangTerlupakan. . Volume 1 Nomer1 Juli.
Steinhardt, N.S.1984.. New York: China Institute
inAmerica.
Van de Ven, Cornelis, 1995.. Jakarta: PT Gramedia
Pustaka Utama.
TheSpatial Logic of Space
Tatanan
Chinese TraditionalArchitecture
Ruang DalamArsitektur