PERTUMBUHAN EKONOMI KETIMPANGAN ANTAR WILAYAH DI …digilib.unila.ac.id/55545/3/SKRIPSI TANPA BAB...

70
PERTUMBUHAN EKONOMI KETIMPANGAN ANTAR WILAYAH DI PROVINSI LAMPUNG DAN SUMATRA SELATAN : Pengujian Hipotesis Kuznets (Skripsi) Oleh Thohir Hasan Putra FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS LAMPUNG BANDARLAMPUNG 2018

Transcript of PERTUMBUHAN EKONOMI KETIMPANGAN ANTAR WILAYAH DI …digilib.unila.ac.id/55545/3/SKRIPSI TANPA BAB...

Page 1: PERTUMBUHAN EKONOMI KETIMPANGAN ANTAR WILAYAH DI …digilib.unila.ac.id/55545/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · dan sudah melewati titik balik dan memiliki korelasi positif antara

PERTUMBUHAN EKONOMI KETIMPANGAN ANTAR WILAYAH DI

PROVINSI LAMPUNG DAN SUMATRA SELATAN :

Pengujian Hipotesis Kuznets

(Skripsi)

Oleh

Thohir Hasan Putra

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDARLAMPUNG

2018

Page 2: PERTUMBUHAN EKONOMI KETIMPANGAN ANTAR WILAYAH DI …digilib.unila.ac.id/55545/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · dan sudah melewati titik balik dan memiliki korelasi positif antara

ABSTRACT

ECONOMIC GROWTH AND REGIONS INEQUALITY IN LAMPUNG

AND SOUTH SUMATRA PROVINCE : EXAMINING KUZNETS

HYPOTHESIS

By

Thohir Hasan Putra

Inequality is a problem in development process which cant be removed, especially

in developing country. This research aims to compare inequality between

Lampung Province and South Sumatra Province, and to test the truth of Kuznets

hypotesis at both provinces. This study uses secondary data from 1985 until 2015,

williamson index used for measuring the inequality between the regions. The

results show that found the difference in gross regional domestic product per

capita between the two provinces tends to be decreased during the period 1985-

2015. The results showed that the Kuznets hypotesis in theory, as evidenced in

the province of lampung and had passed the turning point and have a positive

correlation between an index Williamson with gross regional domestic product

per capita, for the province of South Sumatra Kuznets hypotesis was not proven

and already past the turning point.

Keywords: Economic Growth, Kuznets Hypothesis, Region Inequality

Williamson Index.

Page 3: PERTUMBUHAN EKONOMI KETIMPANGAN ANTAR WILAYAH DI …digilib.unila.ac.id/55545/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · dan sudah melewati titik balik dan memiliki korelasi positif antara

ABSTRAK

PERTUMBUHAN EKONOMI DAN KETIMPANGAN ANTAR WILAYAH

DI PROVINSI LAMPUNG DAN SUMATRA SELATAN :

Pengujian Hipotesis Kuznets

Oleh

Thohir Hasan Putra

Ketimpangan merupakan permasalahan dalam proses pembangunan yang belum

dapat dihapuskan terutama pada negara yang sedang berkembang. Penelitian ini

bertujuan untuk membandingkan ketimpangan antara Provinsi Lampung dan

Sumatra Selatan, dan untuk menguji kebenaran hipotesis Kuznets di kedua

provinsi. Penelitian ini menggunakan data sekunder dari tahun 1985-2015, untuk

mengukur tingkat ketimpangan antar wilayah diukur dengan Indeks Williamson,

ditemukan bahwa ketimpangan produk domestik regional bruto per kapita antara

kedua provinsi cenderung menurun selama periode 1985-2015. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa secara teori, hipotesis Kuznets terbukti di Provinsi lampung

dan sudah melewati titik balik dan memiliki korelasi positif antara Indeks

Williamson dengan produk domestik bruto per kapita, untuk Provinsi Sumatra

Selatan hipotesis Kuznets tidak terbukti dan sudah melewati titik balik.

Kata kunci: Hipotesis Kuznets, Indeks Williamson, Ketimpangan Antar Wilayah,

Pertumbuhan Ekonomi.

Page 4: PERTUMBUHAN EKONOMI KETIMPANGAN ANTAR WILAYAH DI …digilib.unila.ac.id/55545/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · dan sudah melewati titik balik dan memiliki korelasi positif antara

PERTUMBUHAN EKONOMI KETIMPANGAN ANTAR WILAYAH DI

PROVINSI LAMPUNG DAN SUMATRA SELATAN :

Pengujian Hipotesis Kuznets

Oleh

Thohir Hasan Putra

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar

Sarjana Ekonomi

pada

Jurusan Ekonomi Pembangunan

Fakultas Ekonomi Universitas Lampung

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDARLAMPUNG

2018

Page 5: PERTUMBUHAN EKONOMI KETIMPANGAN ANTAR WILAYAH DI …digilib.unila.ac.id/55545/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · dan sudah melewati titik balik dan memiliki korelasi positif antara

Judul Skripsi : PERTUMBUHAN EKONOMI

KETIMPANGAN ANTAR WILAYAH DI

PROVINSI LAMPUNG DAN SUMATRA

SELATAN : Pengujian Hipotesis Kuznets

Nama Mahasiswa : Thohir Hasan Putra

Nomor Pokok Mahasiswa : 1411021107

Jurusan : Ekonomi Pembangunan

Fakultas : Ekonomi dan Bisnis

MENYETUJUI

1. Komisi Pembimbing

Zulfa Emalia,S.E.,M.Sc

NIP 198505102010122 0 004

2. Ketua Jurusan Ekonomi Pembangunan

Dr. Nairobi, S.E., M.Si.

NIP 19660621 199003 1 003

Page 6: PERTUMBUHAN EKONOMI KETIMPANGAN ANTAR WILAYAH DI …digilib.unila.ac.id/55545/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · dan sudah melewati titik balik dan memiliki korelasi positif antara

MENGESAHKAN

1. Tim Penguji

Ketua : Prof. Dr. SSP Pandjaitan, S.E., M.Sc. ........................................

Penguji I : Dr. Arivina Ratih YT, S.E., M.M. ........................................

Penguji II : Emi Maimunah, S.E., M.Si. ........................................

2. Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Prof. Dr. Satria Bangsawan, S.E., M.Si.

NIP 19610904 198703 1 011

Tanggal Lulus Ujian Skripsi : 03 Desember 2018

Page 7: PERTUMBUHAN EKONOMI KETIMPANGAN ANTAR WILAYAH DI …digilib.unila.ac.id/55545/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · dan sudah melewati titik balik dan memiliki korelasi positif antara

PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME

Saya yang bertandatangan di bawah ini menyatakan bahwa skripsi ini telah ditulis

dengan sungguh-sungguh dan bukan merupakan penjiplakan hasil karya orang

lain. Apabila di kemudian hari terbukti bahwa pernyataan ini tidak benar maka

saya sanggup menerima hukuman/sanksi sesuai ketentuan yang berlaku.

Bandar Lampung, 03 Desember 2018

Thohir Hasan Putra

Page 8: PERTUMBUHAN EKONOMI KETIMPANGAN ANTAR WILAYAH DI …digilib.unila.ac.id/55545/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · dan sudah melewati titik balik dan memiliki korelasi positif antara

RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama Thohir Hasan Putra yang lahir di Bekasi pada tanggal 4 Oktober

1996, merupakan anak kedua dari dua bersaudara dari pasangan Bapak Hasan

Thohir (Alm) dan Ibu Haziah.

Penulis mengawali pendidikan formal pada tahun 2002 di TK Dewi Sartika

Sukabumi Indah, Bandar Lampung yang diselesaikan pada tahun 2003. Penulis

melanjutkan sekolah di SD Negeri 1 Metro Pusat, Metro yang diselesaikan pada

tahun 2008. Penulis melanjutkan ke Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 31

Bandar Lampung yang diselesaikan pada tahun 2011 dan Sekolah menengah Atas

(SMA) Negeri 5 Bandar Lampung yang diselesaikan pada tahun 2014.

Pada tahun 2014 penulis diterima di Universitas Lampung, Fakultas Ekonomi dan

Bisnis Jurusan Ekonomi Pembangunan melalui jalur PMPAP. Selama masa kuliah

penulis juga telah mengikuti beberapa kegiatan organisasi kampus, diantaranya

sebagai anggota Himpunan Mahasiswa Ekonomi Pembangunan (Himepa). Pada

tahun 2017, penulis melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Pulau Sebesi

Kecamatan Tejang Kabupaten Lampung Tengah selama 40 hari.

Page 9: PERTUMBUHAN EKONOMI KETIMPANGAN ANTAR WILAYAH DI …digilib.unila.ac.id/55545/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · dan sudah melewati titik balik dan memiliki korelasi positif antara

PERSEMBAHAN

Dengan segenap rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat

dan nikmat yangdiberikan, ku persembahkan skripsi ini dengan segala ketulusan

dan kerendahan hati kepada:

Keluargaku tercinta Papa, Mama, dan Acik, yang penuh ketulusan selalu

menyayangi, mengasihi, dan memberikan motivasi untuk terus maju. Terima

kasih untuk semua perjuangan yang Mama berikan, untuk kesabaran,

pengertian dan kepercayaan yang begitu besar dalam mendukung semua

pencapaian penulis, serta doa yang tiada henti sehingga penulis mampu

menyelesaikan skripsi ini.

Para dosen yang telah begitu berjasa memberikan bimbingan dan ilmu yang

sangat berharga bagi penulis.

Sahabat-sahabat tercinta yang selalu memberikan saran, motivasi, dan

semangat untuk penulis.

Almamaterku tercinta, Universitas Lampung.

Page 10: PERTUMBUHAN EKONOMI KETIMPANGAN ANTAR WILAYAH DI …digilib.unila.ac.id/55545/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · dan sudah melewati titik balik dan memiliki korelasi positif antara

MOTO

“Barangsiapa bersungguh-sungguh, sesungguhnya kesungguhannya itu adalah

untuk dirinya sendiri.”

(QS Al-Ankabut [29]:6 )

“Work until you dont have to introduce yourself.”

(Keenan Pearce)

“Pressure is good for you.”

(Thohir Hasan)

Page 11: PERTUMBUHAN EKONOMI KETIMPANGAN ANTAR WILAYAH DI …digilib.unila.ac.id/55545/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · dan sudah melewati titik balik dan memiliki korelasi positif antara

SANWACANA

Puji Syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas segala rahmat dan nikmat-Nya

sehingga skripsi ini dapat diselesaikan sebagai salah satu syarat dalam

meraihgelar Sarjana Ekonomi pada Jurusan Ekonomi Pembangunan. Skripsi ini

berjudul “Pertumbuhan Ekonomi dan Ketimpangan Antar Wilayah di Provinsi

Lampung dan Sumatra Selatan”. Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan

skripsi ini tidak terlepas dari peranan dan bantuan berbagai pihak. Pada

kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah

memberikan bimbingan, dukungan, dan bantuan selama proses penyusunan dan

penyelesaian skripsi ini. Secara khusus, penulis mengucapkan terima kasih

kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Hi. Satria Bangsawan, S.E., M.Si. selaku Dekan Fakultas

Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung.

2. Bapak Dr. Nairobi, S.E., M.Si. selaku Ketua Jurusan Ekonomi Pembangunan

Fakultas Fakultas Ekonomi dan BisnisUniversitas Lampung.

3. Ibu Emi Maimunah, S.E., M.Si. selaku Sekretaris Jurusan Ekonomi

Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung.

4. Ibu Zulfa Emalia, S.E., M.Sc. selaku Dosen Pembimbing yang telah banyak

meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan, motivasi,saran dan nasihat,

hingga skripisi ini dapat terselesaikan dengan baik.

Page 12: PERTUMBUHAN EKONOMI KETIMPANGAN ANTAR WILAYAH DI …digilib.unila.ac.id/55545/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · dan sudah melewati titik balik dan memiliki korelasi positif antara

5. Bapak Dr. Toto Gunarto, S.E., M.Si. selaku Dosen Penguji yang telah banyak

memberikan masukan dan saran, hingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan

baik.

6. Ibu Dr. Lies Maria Hamzah, S.E., M.E. selaku Dosen Penguji yang telah

banyak memberikan masukan, motivasi, saran dan nasihat, hingga skripsi ini

dapat terselesaikan dengan baik.

7. Ibu Nurbetty Herlina Sitorus, S.E., M.Si. selaku Dosen Pembimbing

Akademik yang telah telah banyak meluangkan waktu untuk memberikan

motivasi, nasihat,dan bantuannya selama proses pendidikan penulis di

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung.

8. Seluruh dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis yang telah memberikan ilmu dan

pelajaran yang bermanfaat selama perkuliahan.

9. Seluruh Karyawan Fakultas Ekonomi dan Bisnis yang telah membantu

penulis selama penulis menjadi mahasiswa di Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Universitas Lampung.

10. Kedua orang tuaku, Papa Hasan Thohir dan Mama Haziah yang dengan

penuh kasih sayang selalu memberikan motivasi, dukungan, doa, dan

semangat untuk penulis, serta menjadi pendorong bagi penulis untuk tidak

menyerah dalam mengejar cita-cita untuk membanggakan Ayah dan Bunda.

11. Saudariku Acik, yang telah memberikan dukungan, inspirasi, penghiburan,

dan selalu dengan besar hati mendengarkan keluh kesah penulis.

12. Sahabat-sahabatku, Fatra, Hada, Dandy, Kodem, Dahasrul dan Ucok, yang

selalu menemani, tertawa bersama, berbagi segala hal dan menjaga penulis

selama menempuh pendidikan di kampus ini.

Page 13: PERTUMBUHAN EKONOMI KETIMPANGAN ANTAR WILAYAH DI …digilib.unila.ac.id/55545/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · dan sudah melewati titik balik dan memiliki korelasi positif antara

13. Sahabat seperjuangan, Halvis, Dawami, Murni dan Citra, terima kasih telah

berjuan bersama-sama dalam proses penyelesaian skripsi.

14. Sahabatku sejak hari pertama kuliah, Ghani, Renaldi, Imanez, Anong, Farid,

Afwan, Rahmad, Agus, Rizo, Hisyam, Udin, Ruli, Sophi, Tia, Raniken,

Dewi, Benny, Lutfi, Aldi, Ifan, Sule, Aji, Vickry, Eno, Sarah, Arya, Ade dan

Ridho yang telah memberikan dukungan untuk penulis.

15. Seluruh teman-teman Ekonomi Pembangunan 2014 yang belum dapat penulis

tuliskan satu per satu, terima kasih atas segala dukungan kepada penulis.

Sukses untuk kita semua.

16. Keluarga KKN Pulau Tejang Sebesi Lampung Selatan, Aswan, Okta, Juniko,

Arif, Dimas, Yogi, Hendra, Ikhsan, Amar, Eka, Tia, Widia dan Syntia.

Terima kasih atas pembelajaran hidup selama 40 harinya.

17. Best Partner, Safa Adhytia. Terima kasih atas segala kesabaran dan dukungan

untuk penulis.

Akhir kata, penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari

kesempurnaan,akan tetapi penulis berharap semoga karya sederhana ini dapat

bermanfaat bagi kita semua.

Bandar Lampung, 03 Desember 2018

Penulis,

Thohir Hasan Putra

NPM. 1411021107

Page 14: PERTUMBUHAN EKONOMI KETIMPANGAN ANTAR WILAYAH DI …digilib.unila.ac.id/55545/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · dan sudah melewati titik balik dan memiliki korelasi positif antara

i

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI ............................................................................................... i

DAFTAR TABEL ...................................................................................... ii

DAFTAR GAMBAR .................................................................................. iii

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ............................................................................. 1

B. Rumusan Masalah ........................................................................ 9

C. Tujuan Penelitian ......................................................................... 10

D. Manfaat Penelitian ....................................................................... 10

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Pembangunan Ekonomi ............................................................... 11

B. Pembangunan Ekonomi Daerah ..................................................... 12

C. Pertumbuhan Ekonomi ................................................................. 13

D. Teori Pertumbuhan Ekonomi ........................................................ 16

1. Model Pertumbuhan Neo-Klasik ............................................... 16

2. Teori Myrdal Mengenai Dampak Balik .................................. 18

E. Ukuran Pertumbuhan Ekonomi .................................................... 19

1. Produk Domestik Bruto…………………………….. .............. 19

2. Produk Domestik Regional Bruto ……………………… ... …. 20

F. Ketimpangan Wilayah ................................................................... 20

1. Kuznets…………………………………………… .................. 22

2. Williamson………………………………………………. ....... 24

3. Indeks Gini ………………………………………………… .. 25

4. Indeks Theil…………………………………………. ............. 26

G. Ukuran Ketimpangan ................................................................... 28

1. Size Distribution…………………………………………… ... 28

2. Kurva Lorenz…………………………………………… ........ 28

3. Indeks Gini…………………………………………… ............ 29

4. Indeks Williamson…………………………………………… 29

Page 15: PERTUMBUHAN EKONOMI KETIMPANGAN ANTAR WILAYAH DI …digilib.unila.ac.id/55545/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · dan sudah melewati titik balik dan memiliki korelasi positif antara

ii

5. Indeks Theil…………………………………………… ........... 30

H. Faktor Penyebab Ketimpangan .................................................... 31

I. Penelitian Terdahulu ..................................................................... 33

J. Kerangka Pemikiran ...................................................................... 34

K. Hipotesis Penelitian ..................................................................... 36

III. METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Sumber Data ................................................................. 37

B. Penyamaan Tahun Dasar PDRB ..................................................... 37

C. Metode Analisis Data ...................................................................... 38

D. Pengujian Asumsi Klasik ................................................................ 41

E. Pengujian Statistik ........................................................................ 45

1. Uji t Statistik ............................................................................... 45

2. Uji F……………. ……….......................................................... 46

3. Koefisien Determinasi (R2 ........................................................... 47

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Ketimpangan Antar Wilauyah................................................. 48

1. Tingkat Ketimpangan Wilayah di Provinsi Lampung ................ 48

2. Tingkat Ketimpangan Wilayah di Provinsi Sumatra Selatan ...... 52

B. Hasil Uji Asumsi Klasik .................................................................. 55

1. Hipotesis Kuznets di Provinsi Lampung……………………….. 55

2. Hipotesis Kuznets di Provinsi Sumatra Selatan……………….. 58

C. Hasil Regresi................................................................................... 62

1. Hasil Regresi Hipotesis Kuznets di Provinsi Lampung……….. 62

2. Hasil Regresi Hipotesis Kuznets di Provinsi Sumatra Selatan... 65

D. Pembahsan……………………................................................. 68

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan ............................................................................................ 76

B. Saran ................................................................................................ . 76

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Page 16: PERTUMBUHAN EKONOMI KETIMPANGAN ANTAR WILAYAH DI …digilib.unila.ac.id/55545/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · dan sudah melewati titik balik dan memiliki korelasi positif antara

iii

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Rata-rata Indeks Gini dan Rata-rata Pertumbuhan Ekonomi Provinsi

di Pulau Sumatra Tahun 2001-2015 ..................................................... 4

2. Produk Domestik Bruto per Kapita Provinsi di Pulau Sumatra

Tahun 2001-2015 ................................................................................. 5

3. Rata-rata PDRB per Kapita Kabupaten/kota di Provinsi Lampung

dan Sumatra Selatan Tahun 1985-2015 .............................................. 7

4. Penilitian Terdahulu ............................................................................. 33

5. Ketimpangan Wilayah dan Pertumbuhan Ketimpangan di

Provinsi Lampung ............................................................................... 49

6. Ketimpangan Wilayah dan Pertumbuhan Ketimpangan di

Provinsi Sumatra Selatan… ................................................................. 52

7. Hasil Uji Normalitas di Provinsi Lampung .......................................... 55

8. Hasil Uji Heterokedastisitas di Provinsi Lampung .............................. 56

9. Hasil Uji Autokorelasi di Provinsi Lampung ....................................... 57

10. Hasil Uji Multikolinearitas di Provinsi Lampung ................................ 58

11. Hasil Uji Normalitas di Provinsi Sumatra Selatan ............................... 58

12. Hasil Uji Heterokedastisitas di Provinsi Sumatra Selatan ................... 59

13. Hasil Uji Autokorelasi di Provinsi Sumatra Selatan ............................ 60

14. Hasil Uji Multikolinearitas di Provinsi Sumatra Selatan ..................... 62

15. Hasil Perhitungan Regresi di Provinsi Lampung ................................. 62

16. Hasil Uji t-Statistik di Provinsi Lampung ............................................ 64

17. Hasil Uji F-Statistik di Provinsi Lampung ........................................... 64

18. Hasil Perhitungan Regresi di Provinsi Sumatra Selatan ...................... 65

19. Hasil Uji t-Statistik di Provinsi Sumatra Selatan ................................. 67

20. Hasil Uji F-Statistik di Provinsi Sumatra Selatan ................................ 67

Page 17: PERTUMBUHAN EKONOMI KETIMPANGAN ANTAR WILAYAH DI …digilib.unila.ac.id/55545/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · dan sudah melewati titik balik dan memiliki korelasi positif antara

iv

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Kurva Lorenz……………….......................................................... ..... 29

2. Kerangka Pemikiran ............................................................................. 36

3. Kurva Kuznets di Provinsi Lampung ................................................... 69

4. Kurva Kuznets di Provinsi Sumatra Selatan ........................................ 71

Page 18: PERTUMBUHAN EKONOMI KETIMPANGAN ANTAR WILAYAH DI …digilib.unila.ac.id/55545/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · dan sudah melewati titik balik dan memiliki korelasi positif antara

v

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Data Penelitian di Provinsi Lampung .................................................. L1

2. Data Penelitian di Provinsi Sumatra Selatan ........................................ L2

3. Perhitungan Indeks Williamson di Provinsi Lampung ........................ L3

4. Perhitungan Indeks Williamson di Provinsi Sumatra Selatan.............. L4

5. Hasil Regresi di Provinsi Lampung ..................................................... L5

6. Hasil Uji Normalitas di Provinsi Lampung .......................................... L6

7. Hasil Uji Heterokedastisitas di Provinsi Lampung .............................. L7

8. Hasil Uji Autokorelasi di Provinsi Lampung ....................................... L8

9. Hasil Uji Multikolinearitas di Provinsi Lampung ................................ L9

10. Hasil Regresi di Provinsi Sumatra Selatan .......................................... L10

11. Hasil Uji Normalitas di Provinsi Sumatra Selatan ............................... L11

12. Hasil Uji Heterokedastisitas di Provinsi Sumatra Selatan ................... L12

13. Hasil Uji Autokorelasi di Provinsi Sumatra Selatan ............................ L13

14. Hasil Uji Multikolinearitas di Provinsi Sumatra Selatan ..................... L14

Page 19: PERTUMBUHAN EKONOMI KETIMPANGAN ANTAR WILAYAH DI …digilib.unila.ac.id/55545/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · dan sudah melewati titik balik dan memiliki korelasi positif antara

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Ketimpangan antar wilayah merupakan aspek yang umum terjadi dalam kegiatan

ekonomi suatu daerah. Ketimpangan pada awal disebabkan oleh perbedaan

kandungan sumber daya alam dan perbedaan kondisi demografi yang terdapat

pada masing-masing wilayah. Akibat dari perbedaan tersebut kemampuan suatu

daerah untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan mendorong proses

pembangunan juga menjadi berbeda. Sehingga di setiap daerah terdapat wilayah

maju (development region) dan wilayah terbelakang (underdevelopment region)

(Sjafrizal dalam Simbolon, 2017).

Ketimpangan antar wilayah selanjutnya membawa implikasi terhadap tingkat

kesejahteraan masyarakat pada wilayah bersangkutan. Aspek ketimpangan antar

wilayah ini perlu ditanggulangi melalui formulasi kebijakan pembangunan

wilayah yang dilakukan oleh pemerintah daerah. Ketimpangan antar wilayah

dipengaruhi oleh tingkat pendapatan dan jumlah penduduk yang akhirnya

menghasilkan pendapatan perkapita dan dijadikan sebagai salah satu indikator

tingkat kesejahteraan (Sjafrizal dalam Simbolon, 2017).

Pembangunan ekonomi merupakan suatu tekad masyarakat untuk berupaya

mencapai kehidupan yang lebih baik dalam peningkatan ketersediaan serta

perluasan distribusi berbagai barang pokok, peningkatan standar hidup secara

Page 20: PERTUMBUHAN EKONOMI KETIMPANGAN ANTAR WILAYAH DI …digilib.unila.ac.id/55545/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · dan sudah melewati titik balik dan memiliki korelasi positif antara

2

ekonomis dan sosial. Pembangunan ekonomi adalah suatu proses

multidimensional yang mencakup berbagai perubahan mendasar atas struktur

sosial, sikap-sikap masyarakat, dan institusi-institusi nasional, disamping tetap

mengejar akselerasi pertumbuhan ekonomi, penanganan ketimpangan pendapatan,

serta pengentasan kemiskinan. Dalam pembangunan ekonomi diartikan sebagai

peningkatan dalam pendapatan per kapita masyarakat, yaitu tingkat pertambahan

PDB pada suatu tahun tertentu melebihi dari tingkat pertambahan penduduk,

sedangkan pertumbuhan ekonomi diartikan sebagai kenaikan dalam PDB, tanpa

memandang apakah kenaikan itu lebih besar atau lebih kecil dari pada tingkat

pertambahan penduduk (Todaro, 2004:21).

Pembangunan ekonomi bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat

maka diperlukan pertumbuhan ekonomi yang meningkat dan distribusi

pendapatan yang merata. Pertumbuhan ekonomi suatu daerah dapat diukur dengan

melihat Produk Domestik Reginal Bruto (PDRB) dan laju pertumbuhannya atas

dasar harga konstan. Pertumbuhan ekonomi yang cepat akan berdampak terhadap

ketimpangan dalam distribusi pendapatan. Sejak diberlakukannya UU RI No 32

dan 33 tahun 2004, peranan pemerintah daerah sangat dominan dalam

menentukan kebijakan daerahnya sehingga memungkinkan terjadi ketimpangan

regional. Laju pertumbuhan ekonomi yang beragam akan berdampak kepada

ketimpangan regional. Ketimpangan regional yang terjadi muncul karena tidak

meratanya dalam pelaksanaan pembangunan ekonomi. Hal ini disebabkan adanya

perbedaan antar wilayah yaitu adanya wilayah yang maju dengan wilayah yang

kurang maju (Suryana dalam Masli, 2008).

Page 21: PERTUMBUHAN EKONOMI KETIMPANGAN ANTAR WILAYAH DI …digilib.unila.ac.id/55545/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · dan sudah melewati titik balik dan memiliki korelasi positif antara

3

Kuznets adalah ekonom pertama yang menunjukkan adanya hubungan antara

ketimpangan pendapatan dan pendapatan per kapita sekaligus memperkenalkan

gagasan tentang hubungan antara ketimpangan dan pembangunan. Hipotesis

tersebut menyatakan bahwa ketimpangan pendapatan awalnya muncul bersamaan

dengan pembangunan ekonomi, tetapi setelah mencapai titik maksimumnya

kemudian jatuh pada tahap pembangunan ekonomi selanjutnya. Sehingga

hubungan antara ketimpangan pendapatan dan pendapatan rata-rata dinyatakan

sebagai PDB per kapita yang memiliki bentuk kurva U yang terbalik (Kuznets

dalam Melikhova dan Cizek, 2014).

Kuznets berpendapat bahwa dalam tahap awal perkembangan, orang kaya

mengumpulkan kekayaan (wealth) lebih banyak dari pada orang miskin.

Akibatnya, distribusi pendapatan menjadi kurang merata. Kuznets menunjukkan

bahwa pembangunan melibatkan pergeseran penduduk dari yang tradisional

menuju moderen. Proses pergeseran penduduk dari yang berpartisipasi pada

produksi pertanian menuju produksi industri membuat Kuznets memprediksi

perilaku ketimpangan selama pembangunan namun, Kuznets menyatakan bahwa

ketika level pendapatan agregat telah mencapai tingkat tertentu, tingkat

ketimpangan pendapatan mengalami off dan akhirnya berkurang selama tahap

terakhir pembangunan. Menurut Kuznets distribusi pendapatan akan meningkat

sejalan dengan pertumbuhan ekonomi. Sesuai dengan rangkaian dari perubahan

kecenderungan distribusi pendapatan dengan ukuran koefisien Gini dan

pertumbuhan PDB perkapita yang akan terlihat seperti kurva yang berbentuk

seperti huruf U terbalik (Kuznets dalam Kulkarni, 2006).

Page 22: PERTUMBUHAN EKONOMI KETIMPANGAN ANTAR WILAYAH DI …digilib.unila.ac.id/55545/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · dan sudah melewati titik balik dan memiliki korelasi positif antara

4

Berikut ini tabel yang memperlihatkan rata-rata Indeks Gini dan rata-rata

Pertumbuhan Ekonomi menurut Provinsi di Pulau Sumatra dari tahun 2001–2015.

Tabel 1. Rata-rata Indeks Gini dan Rata-rata Pertumbuhan Ekonomi

Provinsi di Pulau Sumatra Tahun2001 - 2015

Provinsi

Rata-rata Rata-rata

Pertumbuhan Indeks Gini

Ekonomi (%)

Aceh 0,21 0,275 Sumatra Utara 5,67 0,320 Sumatra Barat 5,64 0,316 Riau 3,30 0,326 Jambi 6,36 0,307 Sumatra Selatan 4,82 0,334 Bengkulu 5,71 0,335 Lampung 5,36 0,349 Kep.Bangka 5,36 0,260 Kep.Riau 6,55 0,270 Rata-rata 4,89 0,3092

Nasional 5,26

Sumber : Badan Pusat Statistik 2015, diolah.

Tabel 1 memperlihatkan rata-rata indeks gini dan rata-rata pertumbuhan ekonomi

provinsi di Pulau Sumatra pada tahun 2001-2015. Rata-rata pertumbuhan ekonomi

provinsi di Pulau Sumatra sebesar 4,89 persen yang berada di bawah rata-rata

pertumbuhan ekonomi nasional sebesar 5,26 persen. Rata-rata pertumbuhan

ekonomi Provinsi Kep.Riau merupakan yang tertinggi sebesar 6,55 persen.

Sedangkan rata-rata pertumbuhan ekonomi terendah adalah Provinsi Aceh sebesar

0,21 persen. Terdapat 7 provinsi yang memiliki rata-rata pertumbuhan ekonomi di

atas rata-rata pertumbuhan nasional sebesar 5,26 persen. Meskipun memiliki rata-

rata pertumbuhan ekonomi di atas rata-rata pertumbuhan nasional

ketidakmerataan pendapatan antar provinsi masih saja terjadi, hal ini dapat dilihat

dari rata-rata indeks gini. Rata-rata indeks gini Provinsi Lampung menunjukkan

Page 23: PERTUMBUHAN EKONOMI KETIMPANGAN ANTAR WILAYAH DI …digilib.unila.ac.id/55545/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · dan sudah melewati titik balik dan memiliki korelasi positif antara

5

angka tertinggi di Pulau Sumatra sebesar 0,349 diikuti Provinsi Bengkulu sebesar

0,335 dan Provinsi Sumatra Selatan sebesar 0,334 yang menunjukkan

ketimpangan antar wilayah provinsi di Pulau Sumatra cenderung tinggi.

Fenomena yang menarik terjadi di Provinsi Lampung, dimana rata-rata

pertumbuhan ekonomi Provinsi Lampung sebesar 5,36 yang berada di atas rata-

rata nasional namun ketimpangan pendapatan yang ditunjukkan oleh angka indeks

gini merupakan yang tertinggi di Pulau Sumatra. Hal ini tidak sesuai dengan

hipotesis Kuznets yang menyatakan bahwa distribusi pendapatan akan meningkat

sejalan dengan pertumbuhan ekonomi. Fenomena yang menarik juga terjadi di

Provinsi Sumatra Selatan dimana rata-rata angka indeks gini provinsi ini

menunjukkan urutan tertinggi ketiga di Pulau Sumatra. Salah satu indikator untuk

mengukur distribusi pendapatan yaitu dengan melihat pendapatan perkapita yang

ditunjukan melalui data Produk Domestik Bruto per Kapita (PDRB per Kapita).

Berikut ini tabel yang menunjukkan data PDRB per kapita provinsi di Pulau

Sumatra.

Tabel 2. Produk Domestik Bruto per Kapita Provinsi di Pulau Sumatra

Tahun 2001-2015 (Rupiah)

Provinsi 2001 2008 2015

Rata-rata

PDRB per

kapita

Aceh 4.943,03 6.296,28 22.523,41 12.596,16

Sumut 6.029,99 8.263,33 31.637,41 15.755,39

Sumbar 5.506,85 7.419,04 27.077,95 13.620,91

Riau 5.995,89 8.187,94 70.769,78 32.927,43

Jambi 3.530,75 4.636,13 36.753,23 15.741,08

Sumsel 4.549,62 6.199,19 31.549,30 14.805,05

Bengkulu 3.423,43 4.460,48 20.302,48 9.768,40

Lampung 3.482,27 4.555,94 24.581,68 11.319,24

Kep.Bangka 7.339,53 8.387,91 33.479,77 17.357,03

Kepri - 22.952,33 78.616,07 45.115,73

Nasional 17.876,99

Sumber : Badan Pusat Statistik 2015, diolah.

Page 24: PERTUMBUHAN EKONOMI KETIMPANGAN ANTAR WILAYAH DI …digilib.unila.ac.id/55545/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · dan sudah melewati titik balik dan memiliki korelasi positif antara

6

Berdasarkan Tabel 2, memperlihatkan bahwa perkembangan PDRB per kapita dan

provinsi di Pulau Sumatra yang menunjukkan tren positif selama kurun waktu 15

tahun. Secara fenomena terlihat bahwa Provinsi Sumatra Selatan mempunyai

PDRB per kapita yang jauh lebih tinggi dari Provinsi Lampung, tetapi memiliki

kesamaan yaitu PDRB per kapita dibawah PDRB nasional sebesar Rp.17.876.99.

Kedua wilayah tersebut dipilih untuk dilakukan penelitian, dimana Provinsi

Lampung merupakan karesidenan Provinsi Sumatra Selatan hal ini yang

mendasari dua wilayah tersebut berdasarkan latar belakang sejarah dipilih sebagai

wilayah penelitian. Provinsi Lampung terbentuk pada tanggal 18 Maret 1964

dengan ditetapkannya Peraturan Pemerintah Nomor 3/1964 yang kemudian

menjadi Undang-undang Nomor 14 tahun 1964. Sebelum itu Provinsi Lampung

masih bergabung dengan Provinsi Sumatera Selatan. Sedangkan Provinsi Sumatra

Selatan terbentuk pada tanggal 12 September 1950. Wilayah Provinsi Sumatra

Selatan dahulu masih mencakup Bengkulu, Lampung dan Bangka Belitung.

Ketiga wilayah tersebut selanjutnya menjadi provinsi tersendiri.

Provinsi Lampung secara administratif dahulu masih merupakan bagian dari

karesidenan Provinsi Sumatra Selatan pada tahun 1947. Berdasarkan latar

belakang sejarah tersebut kedua provinsi memiliki kedekatan sejarah satu sama

lain, sehingga hal ini menarik untuk dilakukan penelitian dengan sasaran

pertumbuhan ekonomi dan ketimpangan di kedua wilayah tersebut. Penelitian ini

diharapkan bermanfaat bagi pemerintah untuk mengambil kebijakan dalam

pengalokasian dana pembangunan yang dapat dikembangkan serta berfokus pada

pemerataan pembangunan. Berikut ini data yang menunjukkan rata-rata PDRB per

kapita kabupaten/kota di masing-masing provinsi.

Page 25: PERTUMBUHAN EKONOMI KETIMPANGAN ANTAR WILAYAH DI …digilib.unila.ac.id/55545/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · dan sudah melewati titik balik dan memiliki korelasi positif antara

7

Tabel 3. Rata-rata PDRB per Kapita Kabupaten/kota di Provinsi Lampung

dan Sumatra Selatan Tahun 1985-2015 (Rupiah)

Kabupaten/kota

Lampung

Rata-rata

PDRB

Kabupaten/kota

Sumatra Selatan

Rata-rata

PDRB

per kapita per kapita

Lampung Barat 10.277.725

OKU 12.411.080

Tanggamus 10.502.272

OKI 10.162.987

Lampung Selatan 13.040.911

Muara Enim 24.803.701

Lampung Timur 18.516.272

Lahat 15.577.361

Lampung Tengah 18.481.958

Musi Rawas 15.212.056

Lampung Utara 12.241.344

Musi Banyuasin 31.317.386

Way Kanan 13.894.820

Banyuasin 15.402.585

Tulang Bawang 22.632.494

Oku Selatan 11.159.259

Pesawaran 17.810.057

Oku Timur 10.322.362

Pringsewu 14.217.896

Ogan Ilir 11.882.846

Tulang Bawang B 24.730.115

Empat Lawang 9.840.733

Mesuji 21.894.125

Penukal Abab ilir 20.444.752

Bandar Lampung 18.840.625

Musi Rawas U 25.049.894

Metro 16.031.790

Palembang 21.779.311

Pesisir Barat 15.859.391

Prabumulih 20.038.779

Pagar Alam 11.437.872

Lubuk Linggau 12.787.632

Sumber : Badan Pusat Statistik 2015, diolah.

Provinsi Lampung adalah provinsi yang terletak paling selatan di Pulau Sumatra

yang memiliki letak geografis yang berbatasan langsung dengan Provinsi Sumatra

Selatan. Indikasi awal terjadinya ketimpangan antar kabupaten/kota di kedua

provinsi ini dapat dilihat berdasarkan Tabel 3, PDRB per kapita masing-masing

kabupaten/kota di kedua provinsi ini menunjukkan distribusi yang tidak merata

dimana terdapat wilayah yang PDRB per kapita nya sangat tinggi dibandingkan

wilayah lain dan terdapat wilayah yang PDRB per kapita nya sangat rendah

dibandingkan wilayah lainnya. Kabupaten Musi Banyuasin merupakan wilayah

yang memiliki rata-rata PDRB per kapita tertinggi sebesar Rp31.317.386,

sedangkan Kabupaten Empat Lawang memiliki rata-rata PDRB terendah sebesar

Rp9.840.773.

Page 26: PERTUMBUHAN EKONOMI KETIMPANGAN ANTAR WILAYAH DI …digilib.unila.ac.id/55545/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · dan sudah melewati titik balik dan memiliki korelasi positif antara

8

Ketimpangan wilayah yang terjadi antar kabupaten/kota di masing-masing

provinsi menarik untuk diteliti untuk mengetahui seberapa besarkah ketimpangan

yang terjadi di wilayah tersebut. Sehingga isu tentang ketimpangan antar wilayah

ini masih menjadi isu strategis di kedua wilayah tersebut.

Pertumbuhan ekonomi adalah kenaikan kapasitas dalam jangka panjang dari

negara yang bersangkutan untuk menyediakan berbagai barang ekonomi kepada

penduduknya. Kenaikan kapasitas itu sendiri ditentukan oleh adanya kemajuan

teknologi, institusional terhadap berbagai tuntutan keadaan yang ada (Todaro,

2004:99).

Sehingga pertumbuhan ekonomi dapat mengukur prestasi dari perkembangan

suatu perekonomian dari suatu periode ke periode lainya. Peningkatan

pertumbuhan ekonomi itu tercermin dari PDB rill yang merupakan indikator

utama untuk melihat sejauh mana pertumbuhan ekonomi telah meningkat. Apabila

PDB riil meningkat maka seluruh kegiatan ekonomi dapat terpenuhi, sehingga

proses-proses ekonomi menjadi lancar yang pada akhirnya pendapatan masyarakat

meningkat yang secara otomatis diikuti oleh kesejahteraan yang meningkat.

Dengan adanya pertumbuhan ekonomi baik secara langsung maupun tidak

langsung akan berpengaruh terhadap masalah ketimpangan regional. Ketimpangan

dalam pembagian pendapatan adalah ketimpangan dalam perkembangan ekonomi

antara berbagai daerah pada suatu wilayah yang akan menyebabkan pula

ketimpangan tingkat pendapatan perkapita antar daerah. Hasil hipotesis Kuznets

mengatakan bahwa ada korelasi positif atau negatif panjang antara tingkat

pendapatan perkapita dengan tingkat pemerataan distribusi pendapatan. Relasi

Page 27: PERTUMBUHAN EKONOMI KETIMPANGAN ANTAR WILAYAH DI …digilib.unila.ac.id/55545/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · dan sudah melewati titik balik dan memiliki korelasi positif antara

9

antara tingkat kesenjangan pendapatan dan tingkat pendapatan perkapita

berbentuk U terbalik, yang menyatakan bahwa dimana pada saat pendapatan

perkapita meningkat, akan terjadi peningkatan kesenjangan pendapatan, lalu

bertahan dalam jangka waktu tertentu dan kemudiam berkurang seiring

membaiknya pendapatan perkapita (Todaro dalam Yuliani, 2015).

Penelitian tentang ketimpangan antar wilayah sudah banyak dilakukan salah satu

contoh yaitu penelitian yang dilakukan oleh Yuliani (2015) telah membuktikan

adanya hubungan negatif pertumbuhan ekonomi terhadap ketimpangan wilayah

dan hipotesis Kuznets berbentuk U terbalik terbukti untuk Provinsi Kalimantan

Timur. Mudrajat (2003) dalam penelitiannya menggunakan indeks Williamson

untuk mengukur ketimpangan terhadap PDRB di Kabupaten Banyumas

membuktikan kurva U terbalik. Angelia (2010) meneliti tentang ketimpangan

yang terjadi di DKI Jakarta dan membuktikan kebenaran hipotesis Kuznets.

Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya yaitu, terdapat pada lokasi

penelitian dan terdapat dua wilayah penelitian. Untuk mengetahui ketimpangan

yang terjadi pada penelitian ini menggunakan Indeks Williamson. Untuk

mengetahui apakah terjadi ketimpangan pada tahap awal pembangunan

menggunakan hipotesis Kuznets .

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimanakah ketimpangan yang terjadi antar wilayah di masing-masing

provinsi ?

2. Apakah Hipotesis Kuznets terbukti di Provinsi Lampung dan Provinsi

Sumatra Selatan ?

Page 28: PERTUMBUHAN EKONOMI KETIMPANGAN ANTAR WILAYAH DI …digilib.unila.ac.id/55545/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · dan sudah melewati titik balik dan memiliki korelasi positif antara

10

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini yaitu.

1. Untuk menganalisis ketimpangan yang terjadi antar wilayah di masing-masing

provinsi.

2. Untuk menganalisis Hipotesis Kuznets apakah terbukti di Provinsi Lampung

dan Provinsi Sumatra Selatan.

D. ManfaatPenelitian

1. Merupakan suatu pembelajaran yaitu mengnalisis pengaruh Hipotesis Kuznets

terhadap ketimpangan antar daerah. Sehingga penulis dapat mempraktekan

teori yang didapat selama perkuliahan dengan menganalisa dan memecahkan

masalah.

2. Diharapkan dapat memberikan pemahaman dan informasi dalam menganalisis

ketimpangan wilayah terhadap pertumbuhan ekonomi .

Page 29: PERTUMBUHAN EKONOMI KETIMPANGAN ANTAR WILAYAH DI …digilib.unila.ac.id/55545/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · dan sudah melewati titik balik dan memiliki korelasi positif antara

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Pembangunan Ekonomi

Pembangunan ekonomi didefinisikan sebagai suatu proses yang menyebabkan

kenaikan pendapatan riil per kapita penduduk suatu negara dalam jangka panjang

yang disertai oleh perbaikan sistem kelembagaan. Pembangunan ekonomi

merupakan suatu proses dimana pendapatan per kapita suatu negara meningkat

selama kurun waktu yang panjang, dengan catatan bahwa jumlah penduduk yang

hidup di bawah “garis kemiskinan absolut” tidak meningkat dan distribusi

pendapatan tidak semakin timpang. Peningkatan pendapatan per kapita dalam

jangka panjang merupakan kunci dalam melihat suatu pengertian pembangunan

ekonomi. Proses pembangunan paling tidak memiliki tiga tujuan inti yaitu 1)

peningkatan ketersediaan serta perluasan distribusi berbagai barang kebutuhan

hidup yang pokok; 2) peningkatan standar hidup; dan 3) perluasan pilihan-pilihan

ekonomis dan sosial.

Disamping memiliki tujuan inti, pembangunan secara garis besar memiliki

indikator-indikator kunci yang pada dasarnya dapat diklasifikasikan menjadi dua

yaitu indikator ekonomi dan indikator sosial, yang termasuk sebagai indikator

ekonomi adalah GNP per kapita, laju pertumbuhan ekonomi, GDP per kapita

dengan Purchasing Power sedangkan yang termasuk indi kator sosial adalah

Page 30: PERTUMBUHAN EKONOMI KETIMPANGAN ANTAR WILAYAH DI …digilib.unila.ac.id/55545/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · dan sudah melewati titik balik dan memiliki korelasi positif antara

12

Human Development Index (HDI) dan Physical Quality Life Index (PQLI) atau

indeks mutu hidup (Kuncoro, 2006:28-30).

B. Pembangunan Ekonomi Daerah

Arsyad (2010:374) mengartikan pembangunan ekonomi daerah sebagai suatu

proses dimana pemerintah daerah dan masyarakat mengelola sumber daya yang

ada dan membentuk suatu pola kemitraan antara pemerintah daerah dengan sektor

swasta untuk menciptakan suatu lapangan kerja baru dan merangsang

perkembangan ekonomi dengan wilayah tersebut. Pembangunan ekonomi daerah

merupakan suatu proses, yaitu proses yang mencakup pembentukan institusi-

institusi baru, pembanguan industri-industri alternatif, perbaikan kapasitas tenaga

kerja yang ada untuk menghasilkan produk dan jasa yang lebih baik, identifikasi

pasar-pasar baru, alih ilmu pengetahuan, dan pengembangan perusahaan-

perusahaan baru.

Perencanaan pembangunan ekonomi daerah bisa dianggap sebagai perencanaan

untuk memperbaiki penggunaan sumber-sumberdaya publik yang tersedia di

daerah tersebut dan untuk memperbaiki kapasitas sektor swasta dalam

menciptakan nilai sumberdaya-sumber daya swasta secara bertanggung

jawab.Dalam pembangunan ekonomi daerah diperlukan campur tangan

pemerintah.Apabila pembangunan daerah diserahkan sepenuhnya kepada

mekanisme pasar maka pembangunan dan hasilnya tidak dapat dirasakan oleh

seluruh daerah secara merata (Arsyad, 2010:159).

Menurut Arsyad (1997:167) keadaan sosial ekonomi yang berbeda disetiap daerah

akan membawa implikasi bahwa cakupan campur tangan pemerintah untuk tiap

Page 31: PERTUMBUHAN EKONOMI KETIMPANGAN ANTAR WILAYAH DI …digilib.unila.ac.id/55545/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · dan sudah melewati titik balik dan memiliki korelasi positif antara

13

daerah berbeda pula. Perbedaan tingkat pembangunan antar daerah,

mengakibatkan perbedaan tingkat kesejahteraan daerah. Ekspansi ekonomi suatu

daerah akan mempunyai pengaruh yang merugikan bagi daerah-daerah lain,

karena tenaga kerja yang ada, modal, perdagangan, akan pindah kedaerah yang

melakukan ekspansi tersebut seperti yang diungkapkan Jhingan (2010:211-212)

mengenai dampak balik pada suatu daerah.

C. Pertumbuhan Ekonomi

Menurut Sukirno (2012: 29) pertumbuhan ekonomi adalah perkembangan

kegiatan ekonomi yang berlaku dari waktu ke waktu dan menyebabkan

pendapatan nasional riil semakin berkembang.Tingkat pertumbuhan ekonomi

menunjukkan persentasi kenaikan pendapatan nasional riil pada suatu tahun

tertentu apabila dibandingkan dengan pendapatan nasional riil pada tahun

sebelumnya. Sementara itu, Menurut Arsyad (2010) Pertumbuhan ekonomi yaitu

kenaikan Gross Domestik Bruto (GDP) dan Gross National Bruto (GNP) tanpa

memandang kenaikan itu lebih besar atau lebih kecil dari tingkat pertumbuhan

penduduk, dan terjadi perbaikan struktur ekonomi atau sistem kelembagaan.

Menurut Simon Kuznets, pertumbuhan ekonomi adalah kenaikan kapasitas dalam

jangka panjang dari negara yang bersangkutan. untuk menyediakan berbagai

barang ekonomi bagi penduduknya. Kenaikan kapasitas itu sendiri ditentukan atau

dimungkinkan oleh adanya kemajuan atau penyesuaian-penyesuaian teknologi,

kelembagaan, dan ideologis terhadap berbagai tuntutan keadaan yang ada.

Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu dari indikator keberhasilan suatu

proses pembangunan ekonomiyang terjadi pada suatu negara atau wilayah.

Page 32: PERTUMBUHAN EKONOMI KETIMPANGAN ANTAR WILAYAH DI …digilib.unila.ac.id/55545/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · dan sudah melewati titik balik dan memiliki korelasi positif antara

14

Meskipun demikian, pertumbuhan ekonomi tidak identik dengan pembangunan

ekonomi. Pertumbuhan ekonomi hanya salah satu syarat dari banyak syarat yang

diperlukan dalam proses pembangunan ekonomi. pertumbuhan ekonomi hanya

mencatat peningkatan kapasitas penawaran atau produksi barang dan jasa yang

berdasarkan pada peningkatan teknologi, penyesuaian ideologi dan kelembagaan

yang dibutuhkan. Sedangkan pembangunan ekonomi mencakup perubahan pada

komposisi produksi, perubahan pada pola penggunaan dan alokasi sumber daya

produksi diantara sektor-sektor kegiatan ekonomi, perubahan pada pola distribusi

kekayaan dan pendapatan diantara berbagai golongan pelaku ekonomi, perubahan

pada kerangka kelembagaan dalam kehidupan masyarakat secara menyeluruh

(Todaro, 2006:11-12).

Menurut Suryana (2000: 31), ada empat roda atau faktor yang dapat memengaruhi

pertumbuhan ekonomi, antara lain:

1. Sumber Daya Manusia

Sumber daya manusia yang dilengkapi dengan ketrampilan dan sikap mental

terhadap pekerjaan, serta kemampuan untuk berusaha sendiri merupakan

modal utama bagi terciptanya pembangunan.Peningkatan GNP sangat

berkaitan dengan pengembangan sumber daya manusia seperti terlihat dalam

efisien dan produktivitas. Oleh karena itu pembentukan modal insani, yaitu

suatu proses peningkatan ilmu pengetahuan, ketrampilan dan kemampuan

seluruh penduduk mutlak diperlukan. Hal tersebut mencakup

kesehatan,pendidikan,dan pelayanan sosial pada umum nya. (Jhingan,

1998:96)

Page 33: PERTUMBUHAN EKONOMI KETIMPANGAN ANTAR WILAYAH DI …digilib.unila.ac.id/55545/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · dan sudah melewati titik balik dan memiliki korelasi positif antara

15

2. Sumber Daya Alam

Sumber-sumber alam ini meliputi rumah,mineral,iklim,bahan bakar,yang

sering dikenal dengan sumber-sumber fisik.Tersedianya sumber alam secara

melimpah belum cukup bagi pertumbuhan ekonomi.Apa yang diperlukan

adalah pemanfaatan nya (Jhingan, 1998:86). Sumber alam sebenarnya dapat

dikembangkan semaksimal mungkin melalui kemajuan ilmu pengetahuan dan

kemajuan ilmu teknologi yang sekaligus dapat memperbaiki sumber daya

manusia sebagai subjek dan objek pembangunan yang handal.

3. Pembentukan Modal

Pembentukan modal merupakan investasi dalam bentuk mesin-mesin,

perusahaan-perusahaan,pabrik-pabrik,jalan raya dan infrastruktur lainnya.

Menurut Jhingan bahwa pembentukan modal seperti ini bersifat komulatif

dan membiayai diri sendiri,sekali diciptakan pembentukan modal, maka

proses ini akaan berkesinambungan menciptakan modal baru. Proses ini

menurut Jhingan (1988:88) mecakup tiga tahap yang saling berkaitan.

Keberadaan tabungan nyata dan kenaikannya, mempergunakan tabungan

untuk investasi barang modal.

4. Teknologi dan Kewirausahaan

Perubahan teknologi secara langsung ataupun tidak akan berkaitan dengan

perubahan dalam metode produksi,sebagai hasil dari teknik penelitian baru.

Perubahan teknologi telah menaikan produktivitas buruh modal, dan faktor

produksi lainnya. Kuznets telah mencatat lima pola penting pertumbuhan

teknologi di dalam ekonomi modern. Penemuan ilmiah atau penyempurnaan

Page 34: PERTUMBUHAN EKONOMI KETIMPANGAN ANTAR WILAYAH DI …digilib.unila.ac.id/55545/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · dan sudah melewati titik balik dan memiliki korelasi positif antara

16

pengetahuan teknik, invensi, inovasi, penyempurnaan, penyebarluasan

penemuan yang biasanya diikuti dengan penyempurnaan.

D. Teori Pertumbuhan dan Pembangunan Ekonomi

1. Teori PertumbuhanNeoklasik

Teori neoklasik berpendapat bahwa pertumbuhan ekonomi bersumber pada

penambahan dan perkembangan faktor-faktor yang mempengaruhi penawaran

agregat. Teori pertumbuhan neo klasik dikembangkan oleh dua orang ekonom

yaitu : Robert Solow dan Trevor Swan. Teori pertumbuhan ini juga

menekankan bahwa perkembangan faktor-faktor produksi dan kemajuan

teknologi merupakan faktor penentu dalam pertumbuhan ekonomi. Menurut

teori neoklasik membagi tiga jenis input yang berpengaruh dalam

pertumbuhan ekonomi, yaitu :

a) Pengaruh modal dalam pertumbuhan ekonomi

b) Pengaruh teknologi dalam pertumbuhan ekonomi

c) Pengaruh angkatan kerja yang bekerja dalam pertumbuhan

ekonomi

Teori neoklasik memiliki pandangan dari sudut yang berbeda dari teori klasik

yaitu dari segi penawaran. Pertumbuhan ekonomi ini bergantung kepada

fungsi produksi, persamaan ini dinyatakan dengan:

Y = TKα

tL1

t

Dimana Y adalah output, K adalah modal, L adalah angkatan kerja yang

bekerja dan T adalah teknologi. Karena tingkat kemajuan teknologi ditentukan

secara eksogen maka model neo klasik Solow juga disebut model

Page 35: PERTUMBUHAN EKONOMI KETIMPANGAN ANTAR WILAYAH DI …digilib.unila.ac.id/55545/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · dan sudah melewati titik balik dan memiliki korelasi positif antara

17

pertumbuhan eksogen. Model Solow memiliki beberapa kekurangan dan untuk

memperbaikinya dengan memecah total faktor produksi dengan memasukan

variabel lain, dimana variabel ini dapat menjelaskan pertumbuhan yang

terjadi. Model ini disebut model pertumbuhan endogen.Model pertumbuhan

endogen beranggapan bahwa perdagangan internasional penting sebagai faktor

yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi. Model perdagangan internasional

diukur melalui aktifitas ekspor dan impor, yaitu:

Y= F(Ai,Ki,Li)

Dimana Y adalah output, A adalah indeks produktifitas, K adalah modal, L

adalah angkatan kerja yang bekerja, i adalah tahun, sedangkan indeks

produktifitas (A) adalah fungsi dari ekspor (X) dan impor (M), yaitu

Ai=F(Xi,Mi)

Model Solow hanya dapat menerangkan hubungan modal dan angkatan kerja

yang bekerja, sehingga ditambahkan lagi variabel mutu modal manusia untuk

membantu menjelaskan pola pertumbuhan ekonomi selain modal dan

angkatan kerja, yaitu

Y=TKα

t Lβ

t H1-α-β

Dimana Y adalah output, Kadalah modal, Ladalah tenaga kerja, T adalah

teknologi dan H adalah modal manusia. Penganut Model Neo-Klasik (dalam

Sjafrizal, 2008) beranggapan bahwamobilitas faktor produksi, baik modal

maupun tenaga kerja, pada permulaan prosespembangunan adalah kurang

lancar. Akibatnya, pada saat itu modal dan tenaga kerjaahli cenderung

terkonsentrasi di daerah yang lebih maju sehingga ketimpanganpembangunan

Page 36: PERTUMBUHAN EKONOMI KETIMPANGAN ANTAR WILAYAH DI …digilib.unila.ac.id/55545/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · dan sudah melewati titik balik dan memiliki korelasi positif antara

18

regional cenderung melebar (divergence). Akan tetapi bila

prosespembangunan terus berlanjut, dengan semakin baiknya prasarana dan

fasilitaskomunikasi maka mobilitas modal dan tenaga kerja tersebut akan

semakin lancar.Dengan demikian, nantinya setelah negara yang bersangkutan

telah maju makaketimpangan pembangunan regional akan berkurang

(convergence).

2. Teori Myrdal Mengenai Dampak Balik

Jhingan (2010:211-212), berpendapat bahwa pembangunan ekonomi

menghasilkan suatu proses sebab menyebab sirkuler yang membuat si kaya

mendapat keuntungan semakin banyak, dan mereka yang tertinggal di

belakang menjadi semakin terhambat. Dampak balik (backwash effect)

cenderung membesar dan dampak sebar(spread effect) semakin mengecil.

Semakinkumulatif kecenderungan ini semakin memperburuk ketimpangan

internasional dan menyebabkan ketimpangan regional di negara negara

terbelakang.Myrdal mendefinisikan dampak balik (backwash effect) sebagai

semua perubahan yang bersifat merugikan dari ekspansi suatu ekonomi

disuatu tempat karena sebab-sebab di luar tempat itu. Dalam istilah ini Myrdal

memasukkan dampak migrasi, perpindahan modal, dan perdagangan serta

keseluruhan dampak yang timbul dari proses sebab akibat sirkuler antara

faktor ekonomi dan non ekonomi. Dampak sebar (spread effect) menujuk pada

momentum pembangunan yang menyebar secara sentrifugal dari pusat

pengembangan ekonomi ke wilayah-wilayah lainnya.Sebab utama

ketimpangan regional menurut Myrdal adalah kuatnya dampak balik dan

lemahnya dampak sebar di negara terbelakang.Ketimpangan regional

Page 37: PERTUMBUHAN EKONOMI KETIMPANGAN ANTAR WILAYAH DI …digilib.unila.ac.id/55545/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · dan sudah melewati titik balik dan memiliki korelasi positif antara

19

berkaitan erat dengan sistem kapitalis yang dikendalikan motif laba. Motif

laba ini lah yang mendorong berkembang nya pembangunan berpusat di

wilayah-wilayah yang memiliki harapan laba tinggi, sementara wilayah lain

tetap terlantar.

E. Ukuran Pertumbuhan Ekonomi

Tingkat pertumbuhan ekonomi ditentukan oleh pertambahan yang sebenarnya atas

barang-barang dan jasa-jasa yang diproduksi dalam suatu perekonomian. Dengan

demikian untuk menentukan tingkat pertumbuhan ekonomi yang dicapai oleh suatu

negara perlu dihitung pendapatan nasional riil, yaitu Produk Domestik Bruto atau

Produk Nasional Bruto.

1. Produk Domestik Bruto

Bagi negara-negara berkembang, konsep Produk Domestik Bruto (PDB) atau

Gross Domestic Product (GDP) merupakan suatu konsep yang paling penting

jika dibandingkan dengan konsep pendapatan nasional lainnya. Produk

Domestik Bruto (PDB) dapat diartikan sebagai nilai barang dan jasa yang

diproduksikan di dalam negara tersebut dalam satu tahun tertentu.

Dalam suatu perekonomian, barang dan jasa yang diproduksi bukan hanya

dihasilkan oleh perusahaan milik warga negara tersebut melainkan juga

perusahaan miliki warga negara lain. Pada umumnya, hasil produksi nasional

juga berasal dari faktor-faktor produksi luar negeri.Output yang dihasilkan

merupakan bagian yang cukup penting dalam kegiatan ekonomi suatu

negara.Oleh sebab itu, nilai produksi yang disumbangkan perlu dihitung dalam

pendapatan nasional.

Page 38: PERTUMBUHAN EKONOMI KETIMPANGAN ANTAR WILAYAH DI …digilib.unila.ac.id/55545/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · dan sudah melewati titik balik dan memiliki korelasi positif antara

20

2. Produk Domestik Regional Bruto

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) dapat digunakan sebagai alat ukur

pertumbuhan yang lebih baik dalam mencerminkan kesejahteraan penduduk.Hal

ini disebabkan perhitungan PDRB yang lebih menyempit dari perhitungan

PDB.PDRB hanya mengukur pertumbuhan perekonomian di lingkup wilayah,

pada umumnya wilayah provinsi atau kabupaten.

F. Ketimpangan Wilayah

Salah satu tujuan pembangunan ekonomi daerah adalah untuk mengurangi

ketimpangan (disparity).Peningkatan pendapatan per kapita memang

menunjukkan tingkat kemajuan perekonomian suatu daerah.Namun meningkatnya

pendapatan per kapita tidak selamanya menunjukkan bahwa distribusi pendapatan

lebih merata.Seringkali di negara-negara berkembang dalam perekonomiannya

lebih menekankan penggunaan modal dari pada tenaga kerja sehingga keuntungan

dari perekonomian tersebut hanya dinikmati sebagian masyarakat saja.Apabila

ternyata pendapatan nasional tidak dinikmati secara merata oleh seluruh lapisan

masyarakat, maka dapat dikatakan bahwa telah terjadi ketimpangan (Hartono,

2008).

Ketimpangan antar wilayah merupakan aspek yang umum terjadi dalam kegiatan

ekonomi suatu daerah.Ketimpangan ini terjadi disebabkan adanya perbedaan

kandungan sumber daya alam dan perbedaan kondisi demografi yang terdapat

pada masing-masing wilayah. Adanya perbedaan ini menyebabkan kemampuan

suatu daerah dalam mendorong proses pembangunan juga menjadi berbeda. Oleh

Page 39: PERTUMBUHAN EKONOMI KETIMPANGAN ANTAR WILAYAH DI …digilib.unila.ac.id/55545/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · dan sudah melewati titik balik dan memiliki korelasi positif antara

21

karena itu pada setiap daerah biasanya terdapat wilayah maju (Developed Region)

dan wilayah terbelakang (Underdeveloped Region) (Sjafrizal, 2008).

Kesenjangan mengacu pada standar hidup relatif dari seluruh masyarakat, sebab

kesenjangan antar wilayah yaitu adanya perbedaan faktor anugrah awal

(endowment factor).Perbedaan ini yang menyebabkan tingkat pembangunan di

berbagai wilayah dan daerah berbeda-beda.

Secara teoritis, permasalahan ketimpangan antar wilayah mula-mula dimunculkan

oleh Douglas C. North dalam analisanya tentang Teori Pertumbuhan Neo

Klasik.Dalam teori tersebut dimunculkan sebuah prediksi tentang hubungan

antara tingkat pembangunan ekonomi nasional suatu negara dengan ketimpangan

pembangunan antar wilayah.Hipotesa ini kemudian lebih dikenal sebagai

Hipotesa Neo-Klasik (Sjafrizal, 2008).

Menurut Hipotesa Neo-Klasik, pada permulaan proses pembangunan suatunegara,

ketimpangan pembangunan antar wilayah cenderung meningkat. Prosesini akan

terjadi sampai ketimpangan tersebut mencapai titik puncak. Setelah itu,bila proses

pembangunan terus berlanjut maka secara berangsur-angsurketimpangan

pembangunan antar wilayah tersebut akan menurun. Berdasarkan hipotesa ini,

bahwa pada negara-negara sedang berkembang umumnyaketimpangan

pembangunan antar wilayah cenderung lebih tinggi, sedangkan pada negara maju

ketimpangan tersebut akan menjadi lebih rendah. Dengan kata lain, kurva

ketimpangan antar wilayah adalah berbentuk huruf u terbalik.

Kebenaran Hipotesa Neo-Klasik ini kemudian diuji kebenarannya oleh

Williamson pada tahun 1965 melalui studi tentang ketimpangan pembangunan

Page 40: PERTUMBUHAN EKONOMI KETIMPANGAN ANTAR WILAYAH DI …digilib.unila.ac.id/55545/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · dan sudah melewati titik balik dan memiliki korelasi positif antara

22

antar wilayah pada negara maju dan negara sedang berkembang dengan

menggunakan data time series dan cross section.Williamson (1965) menjadi orang

pertamayang mencoba membuktikan hipotesis U terbalik dengan menggunakan data

antarwilayah. Dengan mendasarkan analisisnya pada pengalaman impiris di 24

negaraselama kurun waktu 1950-1960, ia membuktikan bahwa kesenjangan antar

wilayahakan memberikan pengaruh negatif pada kelangsungan pertumbuhan

ekonomi. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa Hipotesa Neo-Klasik yang

diformulasi secara teoritis ternyata terbukti benar secara empirik. Ini berarti

bahwa proses pembangunan suatu negara tidak otomatis dapat menurunkan

ketimpangan pembangunan antar wilayah, tetapi pada tahap permulaan justru

terjadi hal yang sebaliknya (Sjafrizal, 2008). Berikut ini teori-teori tentang

ketimpangan wilayah.

1. Kuznets

Kuznets (1955) meneliti hubungan antara pertumbuhan ekonomi dengan

ketimpangan pendapatan. Ditemukan, ada suatu hubungan antara pertumbuhan

ekonomi dengan ketimpangan pendapatan. Berdasarkan hipotesis ini

ketimpangan pendapatan dalam suatu negara akan meningkat pada tahap awal

pertumbuhan ekonomi, kemudian pada tahap menengah cenderung tidak

berubah dan akhirnya menurun ketika negara tersebut sejahtera. Ketimpangan

pendapatan yang besar pada fase awal pertumbuhan ekonomi ini disebabkan

proses perubahan menjadi masyarakat industri.

Kuznets juga mengemukakan bahwa ketimpangan pendapatan yang besar

terjadi pada negara-negara yang belum berkembang (underdevelopment

countries)berkaitan dengan rata-rata pendapatan per kapita yang lebih rendah.

Page 41: PERTUMBUHAN EKONOMI KETIMPANGAN ANTAR WILAYAH DI …digilib.unila.ac.id/55545/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · dan sudah melewati titik balik dan memiliki korelasi positif antara

23

Kuznets mengasumsikan bahwa ketimpangan pendapatan ada bersama

(presumably coexisted) dengan tingkat pertumbuhan pendapatan per kapita

yang rendah, dan hipotesis Kuznets tentang penyebab perubahan jangka

panjang dalam distribusi pendapatan apakah ketidaksetaraan dalam distribusi

pendapatan meningkat atau menurun dalam perjalanan pertumbuhan ekonomi

bagi suatu negara hanya dapat dijelaskan 5 persen informasi empiris dan 95

persen hanya spekulasi dan kemungkinan harapan. Kuznets mengemukakan

enam karakteristik atau ciri proses pertumbuhan ekonomi yang ditemui hampir

diseluruh negara maju, yaitu sebagai berikut :

1. Tingkat pertumbuhan output perkapita dan pertumbuhan penduduk

yang tinggi

2. Tingkat kenaikan produktifitas faktor total yang tinggi

3. Tingkat transformasi struktural ekonomi yang tinggi

4. Tingkat transformasi sosial dan ideologi yang tinggi

5. Adanya kecendrungan negara-negara yang mulai atau sudah maju

perekonomiannya untuk berusaha merambah bagian-bagian dunia

lainnya sebagai daerah pemasaran dan sumber bahan baku yang baru

6. Terbatasnya penyebaran pertumbuhan ekonomi yanggg hanya

mencapai sepertiga bagian penduduk dunia.

Dua Faktor yang pertama lazim disebut sebagai variabel-variabel ekonomi

agregat.Sedangkan nomor tiga dan empat biasa disebut variabel-variabel

transformasi struktural.Adapun dua faktor yang terakhir disebut sebagai

variabelvariabel yang mempengaruhi penyebaran pertumbuhan ekonomi

secara internasional (Todaro, 2004).

Page 42: PERTUMBUHAN EKONOMI KETIMPANGAN ANTAR WILAYAH DI …digilib.unila.ac.id/55545/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · dan sudah melewati titik balik dan memiliki korelasi positif antara

24

2. Williamson

Indeks Williamson yang diperkenalkan oleh Williamson dalam jurnalnya

tahun 1965 merupakan metode untuk mengukur ketidakmerataan regional.

Indeks Williamson menggunakan PDRB per kapita sebagai ketimpangan

regional (regional inequality) sebagai data dasar. Metode ini diperoleh dari

perhitungan perkapita dan jumlah penduduk di suatu negara, secara sistematis

perhitungan Indeks Williamson adalah sebagai berikut

Keterangan :

IW = Indeks Williamson

Fi = Jumlah penduduk kabupaten/kota ke –i (jiwa)

N = Jumlah Penduduk

Yi = PDRB per kapita kabupaten/kota ke –i (rupiah)

Y = PDRB per kapita rata-rata (rupiah)

Besarnya Indeks Williamson ini bernilai positif dan berkisar antara angka 0

sampai 1. Jika ketimpangan Williamson mendekati 0 maka ketimpangan

regional antar kabupaten/kota di provinsi adalah rendah atau semakin merata

tingkat pemerataan pendapatan antar daerah dalam wilayah tersebut. Jika

ketimpangan Williamson mendekati 1 maka ketimpangan regional

kabupaten/kota di provinsi tinggi atau semakin besar tingkat ketimpangan

pendapatan antar daerah dalam wilayah tersebut.

Oshima menetapkan kriteria untuk mengetahui tingkat ketimpangan

pendapatan antar daerah, apakah ada ketimpangan tinggi, sedang atau rendah.

Untuk itu ditentukan kriteria sebagai berikut.

Page 43: PERTUMBUHAN EKONOMI KETIMPANGAN ANTAR WILAYAH DI …digilib.unila.ac.id/55545/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · dan sudah melewati titik balik dan memiliki korelasi positif antara

25

- Ketimpangan tinggi jika IW > 0,5

- Ketimpangan sedang jika IW = 0,35 - 0,5

- Ketimpangan rendah jika IW < 0,35

Namun Indeks Williamson ini mempunyai kelemahan yakni penghitungan ini

baru menggambarkan tingkat pendapatan secara global sejauh mana dan

berapa besar bagian yang diterima oleh kelompok yang berpendapatan rendah

atau miskin bertambah tidak tampak dengan jelas.

3. Indeks Gini

Indeks Gini merupakan suatu ukuran kemerataan yang dihitung dengan

membandingkan luas antara diagonal dan kurva lorenz dibagi dengan luas

segitiga di bawah diagonal. Rasio Gini bernilai antara 0 dan 1. Nilai 1

menunjukkan complete inequality atau perfectly inequal, di mana seluruh

penduduk menempati satu lokasi di suatu negara dan tidak ada penduduk di

lokasi lainnya. Nilai 0 menunjukkan perfectly equal, yaitu penduduk

terdistribusikan sempurna di seluruh wilayah suatu negara, semakin besar nilai

rasio konsentrasi Gini, semakin besar ketidakmerataan antara distribusi

penduduk dan jumlah lokasi.

Rumus Indeks Gini atau koefisien Gini diformulasikan dalam rumus di bawah

ini:

= 1 − ( + −1 )

Keterangan:

GR = Koefisien Gini

Fpi = Frekuensi penduduk dalam kelas pengeluaran ke-i

Page 44: PERTUMBUHAN EKONOMI KETIMPANGAN ANTAR WILAYAH DI …digilib.unila.ac.id/55545/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · dan sudah melewati titik balik dan memiliki korelasi positif antara

26

Fci = Frekuensi kumulatif dari total pengeluaran dalam

kelaspengeluaran ke-i

Fci-1 =Frekuensi kumulatif dari total pengeluaran dalam

kelaspengeluaran ke i-1

Indeks Gini memiliki beberapa kelebihan untuk dijadikan acuanmengukur

tingkat ketimpangan distribusi pendapatan, kelebihan tersebutantara lain :

1. Tidak tergantung pada nilai rata-rata (mean independence). Jika semua

pendapatan bertambah dua kali lipat,ukuran ketimpangan tidak akan

berubah.

2. Tidak tergantung pada jumlah penduduk (population sizeindependence).

Jika penduduk berubah, ukuran ketimpanganseharusnya tidak berubah,

jika kondisi lain tetap (ceterisparibus).

3. Simetris. Jika antar penduduk bertukar tempat tingkat pendapatannya,

seharusnya tidak akan ada perubahan dalam ukuran ketimpangan. d.

Sensitivitas Transfer Pigou-Dalton. Dalam kriteria ini, transfer pandapatan

dari si kaya ke si miskin akan menurunkan ketimpangan.

4. Indeks Theil

Theil Index sebagaimana digunakan oleh Akita dan Alisyahbaha (2002) dalam

studinya yang dilakukan di Indonesia (Sjafrizal, 2012). Data yang digunakan

dalam indeks Theil ini sama halnya dengan data yang digunakan dalam indeks

Williamson. Semakin besar indeks theil artinya sangat timpang dan

sebaliknya bila indeks mendekati 0 atau semakin kecil artinya sangat merata.

Theil Indeksmerupakan analisis dekomposisi regional (regional

decompositionanalysis), kesenjangan “dalam” wilayah (within inequality) dan

Page 45: PERTUMBUHAN EKONOMI KETIMPANGAN ANTAR WILAYAH DI …digilib.unila.ac.id/55545/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · dan sudah melewati titik balik dan memiliki korelasi positif antara

27

ketimpangan “antar” wilayah atau between inequality. Formulasi Theil index

(Td) adalah sebagai berikut (Akita, 2003)

T =

Dimana :

Ti =

T=

Keterangan :

T = Indeks Theil;

Y = PDRB Provinsi Lampung;

Yi = PDRBkabupaten/kota

n = Jumlah PendudukProvinsi Lampung;

ni= Jumlah penduduk di kabupaten/kota

Dengan indikator bila semakin besar nilai indeks entropi Theil maka semakin

besar ketimpangan yang terjadi sebaliknya apabila semakin kecil nilai indeks

maka semakin merata terjadinya pembangunan.

Menurut Sjafrizal (2012), penggunaan Theil Index sebagai ukuran

ketimpangan ekonomi antarwilayah mempunyai kelebihan tertentu, yaitu:

Pertama, indeks ini dapat menghitung ketimpangan dalam daerah dan

antardaerah secara sekaligus, sehingga cakupan analisis menjadi lebih luas.

Kedua, dengan menggunakan indeks ini dapat pula dihitung kontribusi

masing-masing daerah terhadap ketimpangan pembangunan wilayah secara

keseluruhan sehingga dapat memberikan kebijakan yang cukup penting.

Page 46: PERTUMBUHAN EKONOMI KETIMPANGAN ANTAR WILAYAH DI …digilib.unila.ac.id/55545/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · dan sudah melewati titik balik dan memiliki korelasi positif antara

28

G. Ukuran Ketimpangan

1. Size Distribution

Secara umum ukuran ketimpangan dihitung dengan menghitung berapa

persen pendapatan yang diterima oleh 40 persen penduduk yang paling

miskin, ukuran ketimpangan bisa pula dilakukan dengan

memperbandingkan persentase pendapatan yang diterima oleh 40 persen

orang paling miskin dengan persentase yang diterima oleh 20 persen orang

paling kaya

a. Tingkat ketimpangan berat apabila 40 persen penduduk paling miskin

menerima kurang dari 12 persen pendapatan nasional

b. Tingkat ketimpangan sedang apabila 40 persen penduduk paling

miskin menerima antara 12-17 persen dari pendapatan nasional

c. Tingkat ketimpangan ringan apabila 40 persen penduduk paling miskin

menerima diatas 17 persen dari pendapatan nasional.(Tondaro dan

Smith, 2006).

2. Kurva Lorenz

Kurva Lorenz adalah kurva yang dibuat berdasarkan angka-angka yang

digunakan dalam perhitungan size distribution dengan cara

menampilkannya dalam bentuk kurva. Dengan menggunakan garis

horisontal sebagai persentase penduduk dan garis vertikal sebagai

persentase pendapatan yang diterima oleh kelompok penduduk, data dalam

Page 47: PERTUMBUHAN EKONOMI KETIMPANGAN ANTAR WILAYAH DI …digilib.unila.ac.id/55545/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · dan sudah melewati titik balik dan memiliki korelasi positif antara

29

size distribution bisa digambarkan dalam bentuk kurva lorenz

berikut.(Tondaro dan Smith, 2006).

Gambar 1.Kurva Lorenz

Sumber :(Todaro, 2006)

3. Indeks Gini

Ukuran ketiga adalah Indeks Gini yang dihitung dengan menggunakan

kurva Lorenz.Caranya dengan memperbandingkan atau membafi bidang

yang dibatasi oleh garis diagonal dalam kurva Lorenz dengan garus

lengkung sebagai penyimpangan atas diagonal.Angka yang didapatkan

kemudian disebut indeks atau koefisien atau rasio gini.Indeks gini berkisar

antara nol dan satu. Gini sebesar 0 menunjukkan kemerataan sempurna

dimana semua orang mempunyai pendapatan yang persis sama. Sedangkan

gini indeks 1 artinya ada ketidakmerataan yang sempurna ( Bariska, 2012).

4. Indeks Williamson

Index ini yang sebenarnya adalah coefficient of variation yang lazim untuk

mengukur perbedaan. Indeks ini memiliki beberapa kelemahan yaitu

0

Per

sen

tad

e

Pe

nd

ap

ata

n

Na

sio

nal

Persentade Jumlah Penduduk

100

100

10

A

Page 48: PERTUMBUHAN EKONOMI KETIMPANGAN ANTAR WILAYAH DI …digilib.unila.ac.id/55545/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · dan sudah melewati titik balik dan memiliki korelasi positif antara

30

sensitif terhadap definisi wilayah yang digunakan dalam perhitungan. Dan

untuk formula perhitungannya adalah sebagai berikut:

Keterangan :

IW = Indeks Williamson

Fi = Jumlah penduduk kabupaten/kota ke –i (jiwa)

N = Jumlah Penduduk

Yi = PDRB per kapita kabupaten/kota ke –i (rupiah)

Y = PDRB per kapita rata-rata (rupiah)

5. Indeks Entropi Theil

Penggunaan Indeks Theil lazim digunakan dalam mengukur ketimpangan

pembangunan antarwilayah.Kelebihan dalam menggunakan indeks ini,

pertama indeks ini menghitung ketimpangandalam daerah dan antar daerah

secara sekaligus, sehingga cakupan analisis menjadi lebih luas.Kedua,

dengan menggunakan indeks ini dapat pula dihitung kontribusi (dalam

presentase) masing-masing daerah terhadap ketimpangan pembangunan

wilayah secara keseluruhan sehingga dapat memberikan implikasi

kebijakan yang cukup penting. Dengan formulasi Indeks Theilnya yaitu

(Akita, 2003):

T =

Dimana :

Ti =

T=

Page 49: PERTUMBUHAN EKONOMI KETIMPANGAN ANTAR WILAYAH DI …digilib.unila.ac.id/55545/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · dan sudah melewati titik balik dan memiliki korelasi positif antara

31

Keterangan :

T = Indeks Theil;

Y = PDRB Provinsi Lampung;

Yi = PDRBkabupaten/kota

n = Jumlah PendudukProvinsi Lampung;

ni= Jumlah penduduk di kabupaten/kota

H. Faktor – faktor Penyebab Ketimpangan

Beberapa faktor utama yang menyebabkan terjadinya ketimpangan antar wilayah

menurut Sjahfrizal (2012) yaitu :

1. Perbedaan kandungan sumber daya alam

Perbedaan kandungan sumber daya alam akan mempengaruhi

kegiatanproduksi pada daerah bersangkutan. Daerah dengan kandungan

sumber daya alam cukup tinggi akan dapat memproduksi barang-barang

tertentudengan biaya relatif murah dibandingkan dengan daerah lain

yangmempunyai kandungan sumber daya alam lebih rendah. Kondisi

inimendorong pertumbuhan ekonomi daerah bersangkutan menjadi

lebihcepat. Sedangkan daerah lain yang mempunyai kandungan sumber

dayaalam lebih kecil hanya akan dapat memproduksi barang-barang

denganbiaya produksi lebih tinggi sehingga daya saingnya menjadi lemah.

Kondisi tersebut menyebabkan daerah bersangkutan cenderung

mempunyai pertumbuhan ekonomi yang lebih lambat

2. Perbedaan kondisi demografis

Perbedaan kondisi demografis meliputi perbedaan tingkat pertumbuhan

dan struktur kependudukan, perbedaan tingkat pendidikan dan kesehatan,

perbedaan kondisi ketenagakerjaan dan perbedaan dalam tingkah laku dan

Page 50: PERTUMBUHAN EKONOMI KETIMPANGAN ANTAR WILAYAH DI …digilib.unila.ac.id/55545/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · dan sudah melewati titik balik dan memiliki korelasi positif antara

32

kebiasaan serta etos kerja yang dimiliki masyarakat daerah bersangkutan.

Kondisi demografis akan berpengaruh terhadap produktivitas kerja

masyarakat setempat. Daerah dengan kondisi demografis yang baik akan

cenderung mempunyai produktivitas kerja yang lebih tinggi sehingga hal

ini akan mendorong peningkatan investasi yang selanjutnya akan

meningkatkan penyediaan lapangan kerja dan pertumbuhan ekonomi

daerah tersebut.

3. Kurang lancarnya mobilitas barang dan jasa

Mobilitas barang dan jasa meliputi kegiatan perdagangan antar daerah dan

migrasi baik yang disponsori pemerintah (transmigrasi) atau migrasi

spontan. Alasannya adalah apabila mobilitas kurang lancar maka

kelebihan produksi suatu daerah tidak dapat di jual ke daerah lain yang

membutuhkan. Akibatnya adalah ketimpangan pembangunan antar

wilayah akan cenderung tinggi, sehingga daerah terbelakang sulit

mendorong proses pembangunannya.

4. Konsentrasi kegiatan ekonomi wilayah

Pertumbuhan ekonomi akan cenderung lebih cepat pada suatu daerah

dimana konsentrasi kegiatan ekonominya cukup besar. Kondisi inilah yang

selanjutnya akan mendorong proses pembangunan daerah melalui

peningkatan penyediaan lapangan kerja dan tingkat pendapatan

masyarakat.Terjadinya konsentrasi kegiatan ekonomi yang cukup tinggi

padawilayah tertentu jelas akan mempengaruhi disparitas antar wilayah.

Page 51: PERTUMBUHAN EKONOMI KETIMPANGAN ANTAR WILAYAH DI …digilib.unila.ac.id/55545/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · dan sudah melewati titik balik dan memiliki korelasi positif antara

33

I. Penelitian Terdahulu

Tabel 4. Penelitian Terdahulu

No Penulis Judul Metode Variabel Hasil Penelitian

1 Sutarno

dan

Mudrajad

Kuncoro

Pertumbuh

an

Ekonomi

dan

Ketimpan

gan Antar

Kecamata

n di

Kabupaten

Banyumas

Tahun

1993 –

2000

Tipologi

Klassen,

Indeks

Williams

on,

Indeks

Entropy

Theil,

dan

Korelasi

Pearson

Pertumbuha

n Ekonomi,

Ketimpanga

n Wilayah

Terjadi

Kecenderungan

peningkatan

ketimpangan antar

kecamatan di

Kabupaten Banyumas

yang salah satunya

Diakibatkan

konsentrasi aktivitas

ekonomi secara

spasial serta Hipotesis

U-Terbalik Kuznet

berlaku di Kabupaten

Banyumas. Tahun

1993-2000

2 Linggar

Dewangg

a Putra

Analisis

Pengaruh

Ketimpan

gan

Distribusi

Pendapata

n terhadap

Jumlah

Penduduk

Miskin di

Provinsi

Jawa

Tengah

Indeks

Williams

on dan

Indeks

Gini

Jumlah

Penduduk

Miskin,

Indeks

Williamson,

Indeks Gini

Jumlah Penduduk

miskin berpengaruh

secara signifikan

terhadap ketimpangan

distribusi Pendapatan

dan Indeks

Williamson lebih

berpengaruh

dibandingkan Indeks

gini di Provinsi Jawa

Tengah

3. Emi

Nuraini

Pengaruh

Pertumbuh

an

Ekonomi

dan

Tingkat

Pendidika

n terhadap

Disparitas

Pendapata

n di

Wilayah

Gerbangke

rtosusila

Asosiatif

Kausal

Tingkat

Pendidikan,

Disparitas

Pendapatan,

Pertumbuha

n Ekonomi

Tidak ada pengaruh

signifikan

pertumbuhan ekonomi

terhadap disparitas

pendapatan dan

berpengaruh positif,

Kedua, pengaruh

tingkat pendidikan

terhadap disparitas

pendapatan adalah

sginifikan dan

berpengaruh

negatif.Semakin tinggi

pendidikan akan

menjamin pemerataan

pendapatan

Page 52: PERTUMBUHAN EKONOMI KETIMPANGAN ANTAR WILAYAH DI …digilib.unila.ac.id/55545/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · dan sudah melewati titik balik dan memiliki korelasi positif antara

34

No Penulis Judul Metode Variabel Hasil Penelitian

4 Yuki

Angelia

Analisis

Ketimpan

gan

Pembangu

nan

Wilayah di

Provinsi

DKI

Jakarta

Tahun

1995-2008

Analisis

Hipotesis

Kuznets

melalui

Korelasi

pearson,

Analisis

Regresi

Ketimpanga

n

Pembangun

an, PDRBB

perkapita,

Investasi,

Aglomerasi

Hipotesis Kuznets

mengenai Kurva U-

terbalik terbukti. Pada

pertumbuhan awal

ketimpangan

memburuk, kemudian

padatahap selanjutnya

ketimpangan

menurun.Akan teteapi

suatu waktu

ketimpangan tersebut

akan kembali

meningkat sehingga

terjadi trade off

5. Budianto Analisis Pooled Analisis De Terjadi ketimpangan

Ro Ketimpa cross se skriptif dan yang semakin melear

Hartono ngan Pem ction, fi metode peng di Provinsi Jawa Teng

Banguan xed and ukuran Inde ah, peningkatan inves

Ekonomi random ks William tasi akan menyebabka

Di Provin effect son dengan n ketimpangan menur

Si Jawa pendapatan un, peningkatan jumla

Tengah perkapita h angkatan kerja akan

Mengurangi ketimpa

ngan dan DAU men

yebakan ketimpangan

J. Kerangka Teoritis

Pembangunan ekonomi suatu wilayah bertujuan untuk meningkatkan

kesejahteraan masyarakat wilayah yang bersangkutan satu cara untuk

meningkatkan kesejahteraan masyarakat adalah dengan meningkatkan

pertumbuhan ekonomi. Untuk melihat apakah pertumbuhan ekonomi cenderung

meningkat atau tidak akan dibuktikan dengan hipotesis kuznet yang berbentuk

kurva U terbalik (inverted U curve) untuk menunjukan apakah pertumbuhan

ekonomi pada jangka lama cendrung tetap atau berfluktuasi. Dalam penelitian ini

untuk mengukur ketimpangan antar provinsi di wilayah menggunakan Indeks

Williamson, dengan besaran nilai nol sampai satu.Semakin besar angka Indeks

Page 53: PERTUMBUHAN EKONOMI KETIMPANGAN ANTAR WILAYAH DI …digilib.unila.ac.id/55545/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · dan sudah melewati titik balik dan memiliki korelasi positif antara

35

Williamson atau mendekati satu maka semakin besar ketimpangan atau

kesenjangan, sebaliknya jika mendekati nol maka semakin merata.Peningkatan

pertumbuhan ekonomi ditunjukan dengan meningkatkan PDRB khususnya PDRB

per kapita pada suatu wilayah. Harapan pertumbuhan ekonomi yang tinggi akan

dapat meningkatkan pendapatan per kapita masyarakat. Ketika pendapatan per

kapita meningkat dan merata maka diharapkan tercipta masyarakat yang sejahtera

dan mengurangi ketimpangan.Akan tetapi yang masih menjadi masalah dalam

pembangunan ekonomi ini adalah apakah pendapatan per kapita pada suatu

wilayah sudah merata diseluruh lapisan masyarakat.

Pembangunan daerah diarahkan pada peningkatan pertumbuhan ekonomi dan

pemerataan secara optimal.Setiap daerah pada dasarnya mengalami pertumbuhan

ekonomi yang berbeda antar wilayah satu dengan yang lainnya.Perbedaan

pertumbuhan tersebut disebabkan karena adanya perbedaan potensi yang ada pada

tiap daerah seperti sumberdaya alam maupun sumberdaya manusia nya. Sehingga

mengakibatkan adanya ketimpangan antar wilayah yang pada akhirnya akan

menimbulkan terjadinya disparitas pendapatan dan merupakan konsekuensi dari

proses pertumbuhan ekonomi antar wilayah.

Dalam penelitian ini untuk mengukur tingkat ketimpangan wilayah di Provinsi

Lampung dan Sumatra Selatan menggunakanIndeks Williamson. Untuk

mengetahui apakah dalam jangka panjang ketimpangan semakin membaik atau

semakin parah dilakukan pengujian hipotesis Kuznets

Page 54: PERTUMBUHAN EKONOMI KETIMPANGAN ANTAR WILAYAH DI …digilib.unila.ac.id/55545/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · dan sudah melewati titik balik dan memiliki korelasi positif antara

36

Gambar 2.Kerangka Pemikiran

K. Hipotesis

Berdasarkan teori serta hasil penelitian terdahulu, maka hipotesis yang

dikemukakan dalam penelitian ini adalah :

1. Diduga ketimpangan yang terjadi antar wilayah di masing-masing provinsi

semakin mengecil.

2. Diduga Hipotesis Kuznets terbuktiProvinsi Lampung dan Provinsi

Sumatra Selatan.

Perekonomian Provinsi

Lampung dan Sumatra

Selatan

Ketimpangan Wilayah di

Provinsi Lampung

Pengujian Hipotesis

Kuznets

Ketimpangan Wilayah di

Provinsi Sumatra Selatan

Page 55: PERTUMBUHAN EKONOMI KETIMPANGAN ANTAR WILAYAH DI …digilib.unila.ac.id/55545/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · dan sudah melewati titik balik dan memiliki korelasi positif antara

III. METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis dan Sumber Data

Data yang digunakan untuk menganalisis ketimpangan wilayah dan hipotesis

Kuznets di Provinsi Lampung dan Sumatra Selatan adalah data sekunder yang

bersifat kuantitatif. Data sekunder yang digunakan adalah data runtun waktu (time

series). Sumber data berasal dari publikasi situs resmi Badan Pusat Statistik

(BPS), Sensus Penduduk (Susenas) dan sumber-sumber lainnya berupa buku,

jurnal, maupun artikel. Data yang digunakan yaitu data tahunan pada periode

tahun 1985-2015.

B. Penyamaan Tahun Dasar PDRB

Data perekonomian yang digunakan dalam penelitian ini adalah PDRB menurut

provinsi periode 1985-2015. Data tersebut merupakan data time series dengan

empat tahun dasar yang berbeda, yaitu tahun dasar 1985, 1993, 2000 dan 2010.

Sehingga perlu dilakukan penyamaan tahun dasar terhadap PDRB atas dasar harga

konstan (ADHK) 2000 menjadi 2010.

Menurut Badan Pusat Statistik (BPS), tahun 2010 dipilih sebagai tahun dasar baru

menggantikan tahun dasar 1985, 1993, 2000 karena pertumbuhan indonesia tahun

2010 relatif stabil, telah terjadi perubahan struktur ekonomi selama 10 (sepuluh)

tahun terakhir terutama dibidang informasi dan teknologi serta transportasi yang

Page 56: PERTUMBUHAN EKONOMI KETIMPANGAN ANTAR WILAYAH DI …digilib.unila.ac.id/55545/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · dan sudah melewati titik balik dan memiliki korelasi positif antara

38

berpengaruh terhadap pola distribusi dan munculnya produk-produk baru dan sub-

sektor yang sudah semakin berkembang.

Langkah-langkah penyamaan tahun dasar mulai dari 1985 menjadi 2010 adalah

sebagai berikut:

1. Menentukan data PDRB pada tahun tertentu yang memiliki dua tahun dasar

yang berbeda.

2. Backcast data PDRB ADHK 1985, 1993, 2000 menjadi PDRB ADHK 2010.

PDRBi-1.2010 = PDRBi -1.2000 x PDRBi-1.2010

PDRBi.2000

Keterangan :

PDRBi-1.2010 : PDRB tahun i-1 ADHK 2000 yang di backcast

menjadi PDRB tahun i-1 ADHK 2010

PDRBi-1.2000 : PDRB tahun i-1 ADHK 2000

PDRBi.2000 : PDRB tahun i ADHK 2000

PDRBi.2010 : PDRB tahun i ADHK 2010

i : tahun 1985-2015

C. Metode Analisis Data

1. Alat Analisis untuk Mengukur Ketimpangan Antar Wilayah di Masing-

masing Provinsi.

Untuk mengukur ketimpangan antar wilayah di masing-masing provinsi juga

menggunakan indeks Williamson, yang membedakan hanya ruang lingkup

wilayah penelitian. Untuk data penduduk dan PDRB per kapita

menggunakakan data masing-masing provinsi baik total maupun tiap

kabupaten/kota di masing-masing provinsi.

√ ( )

Page 57: PERTUMBUHAN EKONOMI KETIMPANGAN ANTAR WILAYAH DI …digilib.unila.ac.id/55545/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · dan sudah melewati titik balik dan memiliki korelasi positif antara

39

Keterangan :

IWL,SS = Indeks Williamson masing-masing provinsi

L = Indeks Williamson Provinsi Lampung

SS = Indeks Williamson Provinsi Sumatra Selatan

Fi = Jumlah penduduk kabupaten/kota i masing-masing provinsi

N = Jumlah penduduk total di masing-masing provinsi

Yi = PDRB per kapita kabupaten/kota i masing-masing provinsi

Y = PDRB per kapita rata-rata seluruh kabupaten kota masing-

masing provinsi

Oshima (1976) menetapkan sebuah kriteria yang digunakan untuk menentukan

apakah ketimp angan ada pada ketimpangan taraf rendah, sedang atau tinggi.

Untuk itu, ditentukan kriteria sebagai berikut:

- Ketimpangan tinggi jika IW > 0,5

- Ketimpangan sedang jika IW = 0,35-0,5

- Ketimpangan rendah jika IW < 0,35

Dimana menggunakan PDRB per kapita untuk setiap Kabupaten/kota di

masing-masing provinsi dari tahun 1985-2015. Sedangkan Indeks Williamson

ditunjukkan oleh angka 0 sampai 1 atau 0 <IW <1. Jika Indeks Williamson

semakin mendekati angka 0 maka ketimpangan antar wilayah semakin kecil

dan jika mendekati angka 1 maka semakin tinggi ketimpangan yang terjadi.

2. Alat Analisis untuk Menguji Hipotesis Kuznets

Hipotesis Kuznets menunjukkan hubungan antara pertumbuhan ekonomi dan

ketimpangan wilayah. Bentuk kurva Kuznets adalah kurva U terbalik atau

Inverted U-Shaped yang menggambarkan bahwa pada tahap awal

pembangunan, distribusi pendapatan makin tidak merata. Kemudian setelah

mencapai tingkat pembangunan tertentu, distribusi pendapatan akan merata

Page 58: PERTUMBUHAN EKONOMI KETIMPANGAN ANTAR WILAYAH DI …digilib.unila.ac.id/55545/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · dan sudah melewati titik balik dan memiliki korelasi positif antara

40

dan akan menurunkan ketimpangan wilayah. Untuk analisis hipotesis Kuznets

menggunakan regresi dat time series. Berikut model untuk menguji hipotesis

Kuznets.

Model penelitian ini mengadopsi model dari Melikhova dan Cizek (2014)

yang sebelumnya ditemukan oleh Simon Kuznets 1955 yang menjelaskan

hubungan antara Gini Index dan GDP per kapita yang dinyatakan dalam

bentuk :

Ln IWL,SS= β0 + β1 Ln PDB + β2 Ln (PDB)2 + ε

Keterangan :

Ln = Logaritma Natural

IWL, IWSS = Indeks Williamson Lampung dan Sumatra Selatan

PDBit = Produk domestik bruto per kapita Provinsi masing-

masing pada tiap tahun

β0 = Konstanta

β1, 2 = Koefisien

ε = Residual (error term)

Koefisien diharapkan sesuai dengan hipotesis Kuznets adalah ln PDBit positif,

dan ln (PDBit)2

negatif sehingga akan membentuk kurva U terbalik (Kuznets

dalam Melikhova dan Cizek, 2014). Untuk mencari titik balik dengan

menggunakan rumus.

0 = β1 + 2β2 ln PDB

ln PDB =

Page 59: PERTUMBUHAN EKONOMI KETIMPANGAN ANTAR WILAYAH DI …digilib.unila.ac.id/55545/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · dan sudah melewati titik balik dan memiliki korelasi positif antara

41

Sehingga turning point atau titik balik dapat dicari dengan menggunakan

rumus –

. Titik balik tersebut masih berbentuk logaritma natural, sehingga

perlu di ubah dalam bentuk anti-logaritma natural.

D. Pengujian Asumsi Klasik

Uji asumsi klasik adalah persyaratan statistik yang harus dipenuhi pada

analisis regresi linear berganda yang berbasis Ordinary Least Square (OLS).

Jadi analisis regresi yang tidak berdasarkan OLS tidak memerlukan

persyaratan asumsi klasik, misalnya regresi logistik atau regresi ordinal.

Demikian juga tidak semua uji asumsi klasik harus dilakukan pada analisis

regresi linear, misalnya deteksi multikolinearitas tidak dilakukan pada analisis

regresi linear sederhana dan uji autokorelasi tidak perlu diterapkan pada cross

sectional data(Widarjono, 2016).

Uji asumsi klasik juga tidak perlu dilakukan untuk analisis regresi linear yang

bertujuan untuk menghitung nilai pada variabel tertentu. Misalnya nilai return

saham yang dihitung dengan market model, atau market adjusted model.Uji

asumsi klasik yang sering digunakan yaitu deteksi multikolinearitas, uji

heteroskedastisitas, uji normalitas, uji autokorelasi dan uji linearitas. Tidak

ada ketentuan yang pasti tentang urutan uji mana dulu yang harus dipenuhi.

Analisis dapat dilakukan tergantung pada data yang ada. Sebagai contoh,

dilakukan analisis terhadap semua uji asumsi klasik, lalu dilihat mana yang

tidak memenuhi persyaratan. Kemudian dilakukan perbaikan pada uji

tersebut, dan setelah memenuhi persyaratan, dilakukan pengujian pada uji

yang lain (Widarjono, 2016).

Page 60: PERTUMBUHAN EKONOMI KETIMPANGAN ANTAR WILAYAH DI …digilib.unila.ac.id/55545/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · dan sudah melewati titik balik dan memiliki korelasi positif antara

42

a. Uji Normalitas

Uji normalitas adalah uji yang dilakukan untuk mengetahui apakah

residual terdistribusi normal atau tidak. Uji signifikansi pengaruh variabel

independen terhadap variabel dependen melalui uji t hanya akan valid jika

kita dapatkan mempunyai distribusi normal (Widarjono, 2016). Uji

normalitas dalam penelitian ini dilakukan dengan uji Jarque-Bera.

Hipotesis yang digunakan:

H0 = residual terdistribusi normal

Ha = residual terdistribusi tidak normal

Dengan kriteria pengujian sebagai berikut:

Jarque Bera stat>x2tabel, p-value < 0,025%, H0ditolak, Ha diterima

Jarque Bera stat<x2tabel, p-value > 0,025%, H0diterima, Ha ditolak

b. Uji Multikolinearitas

Multikolinieritas adalah hubungan linier antara variabel independen di

dalam regresi berganda dalam suatu persamaan. Deteksi multikolinearitas

dilakukan untuk melihat ada atau tidaknya korelasi yang tinggi antara

variabel-variabel bebas dalam suatu model regresi linier berganda. Jika

ada korelasi yang tinggi di antara variabel-variabel bebasnya, maka

hubungan antara variabel bebas terhadap variabel terikatnya menjadi

terganggu (Widarjono, 2016).

Alat statistik yang sering dipergunakan untuk mendeteksi gangguan

multikolinearitas adalah dengan Variance Inflation Factor (VIF), korelasi

Page 61: PERTUMBUHAN EKONOMI KETIMPANGAN ANTAR WILAYAH DI …digilib.unila.ac.id/55545/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · dan sudah melewati titik balik dan memiliki korelasi positif antara

43

pearson antara variabel-variabel bebas, atau dengan melihat eigenvalues

dan Condition Index (CI).Dalam pengujian ini akan digunakan metode

Variance Inflation Factor (VIF) untuk mendeteksi apakah ada

multikolinieritas antar variabel yang digunakan. Sebagai aturan main

(rule of thumb) jika nilai VIFmelebihi angka 10 maka dikatakan ada

multikolinieritas (Widarjono, 2016).

Hipotesis yang digunakan:

H0 = VIF > 10, terdapat multikolinieritas antar variabel

Ha = VIF < 10, tidak terdapat multikolinieritas antar variabel

c. Uji Autokorelasi

Menurut Widarjono (2016), secara harafiah, autokorelasi berarti adanya

korelasi antara anggota observasi satu dengan observasi lain yang

berlainan waktu. Dalam kaitannya dengan OLS, autokorelasi merupakan

korelasi antara satu variabel gangguan dengan variabel gangguan yang

lain. Sedangkan salah satu asumsi penting metode OLS berkaitan dengan

gangguan adalah tidak adanya hubungan antara variabel gangguan satu

dengan variabel gangguan yang lain. Dalam penelitian ini metode statistik

yang digunakan untuk menguji autokorelasi adalah metodeBreusch-

GodfreySerial Correlation LM Test dengan membandingkan nilai Obs*R-

squared dengan nilai Chi-Square. Jika Obs*R-squared( χ2hitung) >Chi-

Square (χ2–tabel), berarti hasil uji Breusch-Godfrey SerialCorrelation LM

Test mengindikasikan bahwa terdapat masalah autokolerasidi dalam

model. Jika nilai Obs*R-squared ( χ2hitung) <Chi-Square (χ

2tabel),berarti

Page 62: PERTUMBUHAN EKONOMI KETIMPANGAN ANTAR WILAYAH DI …digilib.unila.ac.id/55545/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · dan sudah melewati titik balik dan memiliki korelasi positif antara

44

hasil uji Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test

mengindikasikanbahwa tidak ada masalah autokolerasi. Hipotesis deteksi

masalah autokolerasi adalah sebagai berikut:

H0 = Obs*R-squared (χ2hitung) >Chi-Square (χ

2 tabel), model

mengalamimasalah autokolerasi

Ha = Obs*R-squared ( χ2hitung ) <Chi-Square (χ

2–tabel), model

terbebas darimasalah autokolerasi

d. Uji Heterokedastisitas

Menurut Widarjono (2016), heteroskedastisitas adalah varian dari residual

model regresi yang digunakandalam penelitian tidak homokedastis atau

dengan kata lain tidak konstan.Uji heteroskedastisitas adalah uji untuk

melihat apakah terdapat ketidaksamaan varians dari residual satu ke

pengamatan ke pengamatan yang lain. Model regresi yang memenuhi

persyaratan adalah di mana terdapat kesamaan varians dari residual satu

pengamatan ke pengamatan yang lain tetap atau disebut homoskedastis.

Metode deteksi masalah heterokedastisitas yang dapat digunakan adalah

metode informal, metode Glejser, metode Park, metode korelasi Sperman,

metode GoldFeld-Quandt, metode Breusch-Pagan dan metode

White(Widarjono, 2016).

Dalam penelitian ini metode statistik yang digunakan untuk mendeteksi

masalah heterokedastisitas adalah metode White. Uji keberadaan

heteroskedastisitas dilakukan dengan menguji residualhasil estimasi

menggunakan metode White Heteroskedasticity Test (No Cross Term)

Page 63: PERTUMBUHAN EKONOMI KETIMPANGAN ANTAR WILAYAH DI …digilib.unila.ac.id/55545/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · dan sudah melewati titik balik dan memiliki korelasi positif antara

45

dengan membandingkan nilai Obs*R-squared dengan nilai Chi-Square.

JikaObs*R-square ( χ2hitung) >Chi-Square (χ

2tabel), berarti terdapat

masalahheteroskedastis di dalam model. Jika Obs*R-squared (χ2hitung)

<Chi-Square (χ2tabel), berarti tidak ada masalah

heteroskedastis.Hipotesispendugaan masalah heteroskedastisitas adalah

sebagai berikut:

H0 = Obs*R-squared (χ2 hitung) >Chi-Square (χ

2tabel), model

mengalami masalah heteroskedastisitas.

Ha = Obs*R-squared (χ2 hitung) <Chi-Square (χ

2tabel), model terbebas

dari masalah heteroskedastisitas.

E. Pengujian Statistik

1. Uji Koefisien Regresi Secara Individual (Uji t)

Pengujian t-statistik digunakan untuk melihat apakah terdapat hubungan

atau pengaruh antara variabel independen secara individual terhadap

variabel dependen (parsial) (Widarjono, 2016).

Hipotesis yang digunakan:

H0 : βi = 0 variabel bebas tidak berpengaruh terhadap ketimpangan di

Provinsi lampung dan Sumatra Selatan

Ha : βi ≠ 0 variabel bebas berpengaruh terhadap ketimpangan di

Provinsi Lampung dan Sumatra Selatan

Kriteria pengujiannya yaitu:

Page 64: PERTUMBUHAN EKONOMI KETIMPANGAN ANTAR WILAYAH DI …digilib.unila.ac.id/55545/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · dan sudah melewati titik balik dan memiliki korelasi positif antara

46

1. Apabila t-hitung ≥ t-tabel maka H0 ditolak dan Ha diterima, artinya

variabel bebas yang diuji akan berpengaruh nyata terhadap variabel

terikat.

2. Apabila t-hitung < t-tabel maka H0 diterima dan Ha ditolak, artinya

variabel bebas yang diuji tidak berpengaruh nyata terhadap variabel

terikat.

2. Uji Signifikasi Simultan (Uji F)

Pengujian F dilakukan untuk mengetahui hubungan atau pengaruh antara

variabel independen secara bersama-sama terhadap variabel dependen atau

untuk mengetahui apakah model regresi dapat digunakan untuk

memprediksi variabel dependen atau tidak (Widarjono, 2016). Signifikan

langkah-langkah pengujian hipotesis dengan distribusi F.Hipotesis yang

digunakan :

Ho : βi= 0, artinya secara bersama-sama tidak ada pengaruh variabel bebas

terhadap variabel terikat.

Ha : βi≠ 0, artinya secara bersama-sama ada pengaruh variabel bebas

terhadap variabel terikat.

Kriteria pengujiannya yaitu:

1. Apabila F statistik > F tabel maka Ha diterima dan Ho ditolak,

artinyavariabel independen secara bersama-sama berpengaruh

signifikansecara statistik terhadap variabel dependen.

Page 65: PERTUMBUHAN EKONOMI KETIMPANGAN ANTAR WILAYAH DI …digilib.unila.ac.id/55545/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · dan sudah melewati titik balik dan memiliki korelasi positif antara

47

2. Apabila F statistik < F tabel maka Ho diterima dan Ha ditolak,artinya

variable independen secara bersama - sama tidak berpengaruh

signifikan terhadap variabel dependen.

3. Uji Koefisien Determinasi (R2)

Koefisien determinasi (R2) digunakan untuk mengetahui besarnya daya

menerangkan dari variabel independen terhadap variabel dependen pada

model tersebut. Nilai R2 berkisar antara 0 < R

2< 1 sehingga kesimpulan yang

diambil adalah:

1. Nilai R2 mendekati nol artinya kemampuan variabel independen dalam

menjelaskan variabel-variabel dependen sangat terbatas.

2. Nilai R2 mendekati satu artinya variabel independen memberikan hampir

semua informasi untuk memprediksi variasi variabel dependen.

Page 66: PERTUMBUHAN EKONOMI KETIMPANGAN ANTAR WILAYAH DI …digilib.unila.ac.id/55545/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · dan sudah melewati titik balik dan memiliki korelasi positif antara

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan tujuan dan rumusan masalah pada bab sebelumnya maka dapat

ditarik kesimpulan sebagai berikut :

1. Nilai Indeks Williamson untuk Provinsi Lampung dan Sumatra Selatan

selama tahun penelitian menunjukkan bahwa ketimpangan antar wilayah yang

terjadi cenderung mengalami penurunan selama periode penelitian 1985-2015.

Hasil perhitungan ketimpangan di Provinsi Lampung masuk dalam kategori

rendah sedangkan Provinsi Sumatra Selatan tergolong ketimpangan sedang.

2. Hipotesis Kuznets secara teori terbukti untuk Provinsi Lampung dan tidak

terbukti untuk Provinsi Sumatra Selatan dan keduanya sudah melewati titik

balik. Hasil hipotesis Kuznets di Provinsi Lampung dan Provinsi Sumatra

Selatan menunjukkan adanya perbedaan awal pembangunan ekonomi yang

terjadi dimana terjadi trade off antara pertumbuhan ekonomi dengan

ketimpangan.

B. Saran

Berdasarkan dari kesimpulan di atas, maka terdapat beberapa saran yang dapat

diberikan kepada pemerintah guna mengurangi ketimpangan yang semakin

melebar :

Page 67: PERTUMBUHAN EKONOMI KETIMPANGAN ANTAR WILAYAH DI …digilib.unila.ac.id/55545/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · dan sudah melewati titik balik dan memiliki korelasi positif antara

77

1. Dari hasil penelitian Indeks Williamson di Provinsi Lampung dan Provinsi

Lampung, didapatkan tingkat ketimpangan yang terjadi sangat beragam masih

terdapat daerah yang memiliki ketimpangan yang tinggi dan juga rendah yang

berarti kesejahteraan baik dua wilayah belum merata. Pemerintah daerah

hendaknya tidak berfokus untuk mengejar pertumbuhan ekonomi tinggi dalam

waktu cepat karena tanpa diiringi upaya pemerataan dan keberlanjutan

pembangunan. Pertumbuhan yang tidak berkualitas menjadikan ketimpangan

wilayah semakin melebar. Diharapkan pemerintah daerah dalam programnya

disamping mengejar laju pertumbuhan ekonomi yang tinggi, dapat pula

mampu lebih intensif melaksanakan upaya pemerataan pendapatan melalui

pembangunan berbagai sarana dan prasarana yang dibutuhkan di daerah untuk

mendukung pembangunan di tingkat yang lebih rendah. Sehingga diharapkan

meningkatnya pertumbuhan eknomi regional melalui peningkatan PDRB per

kapita tanpa harus memperbesar ketimpangan antar wilayah

2. Proses pembangunan suatu daerah harus memberikan efek pada peningkatan

kesejahteraan masyarakatnya. Pemerintah harus mempunyai kebijakan

seimbang antara kebijakan untuk mendorong proses pembangunan dan

kebijakan untuk mensejahterakan masyarakat. Sehingga proses pembangunan

yang berlanjut di ikuti dengan peningkatan kesejahteraan masyarakat di

wilayah tersebut.

Page 68: PERTUMBUHAN EKONOMI KETIMPANGAN ANTAR WILAYAH DI …digilib.unila.ac.id/55545/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · dan sudah melewati titik balik dan memiliki korelasi positif antara

DAFTAR PUSTAKA

Aprianoor, Prita. Kajian Ketimpangan Wilayah di Provinsi Jawa Barat.

Jurnal Teknik PWK Vol.04 No.4, 2015 Hal: 1-15.

Atmanti, Hastarini dan Dhyatmika, Ketut. 2013. Analisis Ketimpangan

Pembangunan Provinsi Banten Pasca Pemekaran. Ejournal-s1.undip

Vol.02 No.2, 2013 Hal: 1-8.

Angelia, Yuki. 2010. Analisis Ketimpangan Pembangunan Wilayah di

Provinsi DKI Jakarta Tahun 1995-2008. Skripsi. Universitas

Diponogoro. Semarang.

Baktianto Saputra, Hanung dan Kuncoro, Mudrajat. 2014. Analisis Kurva

U-terbalik (Hipotesis Kuznet) Studi Kasus Indonesia seluruh

Provinsi. Skripsi. Universitas Gadjah Mada

BPS. Produk Domestik Regional Bruto menurut Provinsi 2001-2015.

Jakarta: Badan Pusat Statistik.

BPS. Jumlah Penduduk Lampung menurut Kabupaten/Kota 2001-2015.

Lampung: Badan Pusat Statistik.

BPS. Perkembangan Realisasi Investasi PMA dan PMDN menurut Provinsi

2001- 2015. Jakarta: Badan Pusat Statistik.

BPS. Rata-rata Lama Sekolah menurut Provinsi Provinsi 2001-2015.

Jakarta: Badan Pusat Statistik.

BPS. Tingkat Pengangguran Terbuka menurut Provinsi 2001-2015. Jakarta:

Badan Pusat Statistik.

BPS. Jumlah Penduduk Sumatra Selatan menurut Kabupaten/Kota 2001-

2015. Sumatra Selatan: Badan Pusat Statistik.

Fitriyah, Lailatul dan Lucky Rachmawati. 2011. Analisis Ketimpangan

Pembangunan Daerah Serta Hubungannya Dengan Kesejahteraan

Masyarakat di Kawasan Gerbangkertosusila Provinsi Jawa Timur.

Jurnal Ekonomi Pembangunan, Fakultas Ekonomi, Universitas

Negeri Semarang.

Page 69: PERTUMBUHAN EKONOMI KETIMPANGAN ANTAR WILAYAH DI …digilib.unila.ac.id/55545/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · dan sudah melewati titik balik dan memiliki korelasi positif antara

Heryanti, Yanti. 2014. Interaksi Spasial Perekonomian dan

Ketenagakerjaan Antar Kabupaten/Kota di Provinsi Jambi.

Jurnal Perspektif Pembiayaan dan Pembangunan Daerah, Fakultas

Ekonomi, Universitas Jambi, Vol 2: hal, 99- 104.

Hartono, Budiantoro. 2008. Analisis Ketimpangan Pembangunan Ekonomi

di Provinsi Jawa Tengah. Tesis. Universitas Diponogoro.

Semarang.

Jayanti, Aji dan Djaja, Komaja. Emisi Gas Rumah Kaca dan Pertumbuhan

Ekonomi di Indonesia: Pendekatan Nasional dan Regional. Jurnal

Ekonomi, Fakultas Ekonomi, Universitas Indonesia.

Kulkarni, Kishore G. 2006. Economic Growth and Income Distribution in

Malaysia: A Test of the Kuznets Inverted U Hypothesis. Indian

Journal of Economic and Business, Reading in International

Economics. New Delhi.

Kuncoro, Mudrajat. 2014. Otonomi Daerah Menuju Era Baru

Pembangunan Daerah. Edisi 3. Penerbit Erlangga.

Kepala BPS. 2016. Perekonomian RI Masih Dominan di Jawa dan Sumatra

.(https://ekonomi.kompas.com/read/2016/02/05/151449126/Perekon

omian.RI.Masih.Dominan.di.Jawa.dan.Sumatera).

Masli, Lili. 2008. Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan

Ekonomi dan Ketimpangan Regional antar Kabupaten/kota di

Provinsi Jawa Barat. Jurnal STIE STAN IM, Jakarta.

Melikhova, Oksana dan Jakub Cizek. 2014. Kuznets Inverted U- Curve

Hypothesis Examined On Up-To Date Observation For 145

Countries. Czech Republic: Institute of Economic studies, Faculty of

Social Sciences, Charles University in Prague, Opletalova 26,

CZ-11000, Praha 1. Czech Republic: Faculty of Mathematics

and Physics, Charles University in Prague,V Holesovickach

2, CZ-18000, Praha 8.

Nazamuddin, 2015. Menilik Geliat Ekonomi Aceh Selama 10 Tahun

Perdamaian.(http://www.bbc.com/indonesia/berita_indonesia/2015/

08/150816_indonesia_ekonomi_aceh).

Octavianingrum, Denty. 2015. Analisis Pengaruh Investasi, Tenaga Kerja,

dan Tingkat Pendidikan Terhadap Pertumbuhan Ekonomi di

Daerah Istimewa Yogyakarta: Studi 5 Kabupaten/Kota. Skripsi.

Universitas Negeri Yogyakarta. Yogyakarta.

Page 70: PERTUMBUHAN EKONOMI KETIMPANGAN ANTAR WILAYAH DI …digilib.unila.ac.id/55545/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · dan sudah melewati titik balik dan memiliki korelasi positif antara

Putri, Rizka Mardela. Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi

Ketimpangan Pembangunan Ekonomi di Provinsi Lampung.

Skripsi. Universitas Lampung. Lampung.

Suryana. 2000. Ekonomi Pembangunan Problematika dan Pendekatan

Edisi Pertama. Jakarta: Salemba Empat.

Simbolon, Tiur Roida. 2017. Analisa Keterkaitan Ketimpangan

Pembangunan Antar Daerah Terhadap Pertumbuhan Ekonomi

di Wilayah Sumatera. Jurnal Ilmu Ekonomi Regional, Fakultas

Ekonomi Pascasarjana, Unimed Medan.

Sutarno dan Kuncoro, Mudrajad. 2003. Pertumbuhan Ekonomi dan

Ketimpangan Antar Kecamatan di Kabupaten Banyumas, 1993-

2000. Yogyakarta: Jurnal Ekonomi Pembangunan Vol. 8 No. 2,

Desember 2003 Hal: 97-110.

Sukirno, Sadono. 2012. Teori Pengantar Makroekonomi Edisi Ketiga .

Jakarta: Rajawali Pers.

Saputra, Diki. 2016. Analisis Pertumbuhan Ekonomi dan Tingkat

Ketimpagan Antar Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Barat. CR

Journal Vol.02 No. 01, Juni 2016 Hal: 1-18.

Todaro, S.M.P, dan Stephen C. Pembangunan Ekonomi. Edisi /

Kedelapan. Terjemahan Haris Munandar, dan Puji A.L 2004.

Jakarta: Erlangga.