pertemuan 5 G

31
MODUL V ALTERASI AKIBAT TERBENTUKNYA VEIN Menurut prinsip geokimia adanya unsur – unsur Cu / Pb pada batuan yang teralterasi semakin jauh dari terobosan. Larutan hidrotermal makin berkurang. Hal ini disebut atau diistilahkan dengan Anaroli batuan dinding sesuai dengan diangram dibawah ini : ANOMALI BATUAN DINDING Hasil alterasi : - kwarsa 50 % 30

Transcript of pertemuan 5 G

Page 1: pertemuan 5 G

MODUL V

ALTERASI AKIBAT TERBENTUKNYA VEIN

Menurut prinsip geokimia adanya unsur – unsur Cu / Pb pada batuan yang

teralterasi semakin jauh dari terobosan. Larutan hidrotermal makin berkurang. Hal

ini disebut atau diistilahkan dengan Anaroli batuan dinding sesuai dengan

diangram dibawah ini :

ANOMALI BATUAN DINDING

Hasil alterasi :

- kwarsa 50 %

- mika 36,8 %

- topaz 12,1 %

- casiterite 0,4 %

30

Page 2: pertemuan 5 G

Terubahnya ( alterasi batuan yang biasanya batuan granite menjadi pada

kondisi hidrotermal yaitu bertemperatur 400o – 500o C ( Bateman hal 108 ).

Grasien dapat dipakai sebagai petunjuk tentang ada tidaknya casiterite

pada endapan primernya ( endapan hidrotermal ).

1. Silisifikasi: ialah batuan yang telah berubah menjadi kwarsa – kwarsa

yang berbentuk dari silisifikasi ini ada 2 macam :

- kwarsa yang berbutir kasar, ini terbentuk pada temperatur tinggi

misalnya kwarsa biasa.

- Kwarsa yang berbutir halus : misalnya : calsedon ini terbentuk pada

temperatur rendah .

Pada batuan kapur dapat juga terjadi silisifikasi hingga terbentuklah

calsedon. Karena terbentuknya pada temperatur rendah.

Kalau digunung kita jumpai batuan kwarsa semua, maka ini adalah hasil

dari silifikasi.

2. Serisifisasi , yaitu batuan yang telah beeerubah menjadi sericite.

Batuannya semula adalah batuan asam atau batuan intermediaete ( misal

Ortoklas dan plagioklas ) kemudian terubah menjadi sericite. Misalnya :

mika yang berserabut halus.

3. porilifikasi yaitu batuan yang telah berubah menjadi prophillite.

Batuan prophyllite ini terdiri dari chlarite, epidote dan sedirite, kwarsa,

calsite dan pyrite. Warna prophirite kehijauan. Batuannya semula batuan

intermediete ( andesite dasit).

31

Page 3: pertemuan 5 G

4. Serpertinisasi yaitu batuan yang telah ada beruabah menjadi serperite

yang minerral utamanya adalah Cripiolite disamping ada juga mineral –

mineral lain. Batuan semuala biasanya batuan basa ( andesitte ) yang

berubah karena proses hidrotermal maka batuan basa ini berubah menjadi

serpertisasi. Misal : Geruilite di sulawesi dari kalimantan diubah menjadi

serpentinisasi. Serpentinisasi bisa pula akibat dari pada Weathering, tetapi

daerah yang teralterasi relatif terbatas kecil.

5. Kaolinisasi yaitu batuan yang telah berubah menjadi kaolin. Perubahan ini

bisa karena :

- perubahan larutan hidrotermal

- Weathering

Batuan kaolin mineral utamanya ialah kaolite.

6. Chloritisasi yaitu batuan yang teerubah menjadi chalorite yang warnanya

kehijaun. Bataun semula biasanya bataun basa ( andesite ) yang bisa

teralterasi baik pada kondisi mesotermal maupun epithermal.

Endapan Hidrotermal dipandang dari jaraknya terhadap sumber magma

dan temperatur terbetnuknya terbagi atas tiga , yaitu :

a. Hypotermal yaitu endapan yang terjadi dekat sumber magma

temperatur endapan 300o – 500o C.

b. Mesotermal yaitu endapan yang terjadi agak jauh dari sumber

magma temperatur pembentukan endapan 200o – 300o C.

c. Epitermal yaitu endapan yang terjadi sangat jauh dari sumber

magma temperatur endapan kira – kira 200o – 50o C.

32

Page 4: pertemuan 5 G

Batas – batas peralihan antara batuan – batuan yang terbentuk pada

kondisi hypotermal ; mesotermal dan epitermal tidak begitu terlihat, serupa bisa

diberikan dengan membandingkan kandungan – kandungan mineralnya pada

endapan hypotermal, nmesotermal dan epitermal, karena ada mineral yang khas

terdapat pada kondisi yang tertentu.

Disamping itu ada juga mineral – mineral yang kita dapat pada semua

kondisi ( hypotermal , mesotermal dan epitermal ). Misal : mineral Pirite,

Chalcopirite dan kwarsa yang bisa terbentuk pada hampir semua temperatur dari

juga hampir semua batuan memungkinkan terdapatnya mineral tersebut.

Secara umum alterasi hidrotermal akan membentuk satu “ Aureole “ “

hale “ terhadap tubuh bijih hidrotermal ataupun “ Channelwey “ termineralisasi

yang pada umumnya dapat diindentifikasi secaara megaskopis di lapangan dan

dipetakan menjaaadi bebrapa zone – subzone berdasarkan asosiasi minerral

khusus.

Jenis – jenis Alterassi

1. Alterasi yang menghasilkan mineral tunggal :

a. Albitasasi : alterasi yang dihasilkan dari perusakan mineral lain,

terutama K – felspar oleh larutan yang kaya akan Na. Contoh :

perlit atau spilit.

b. Alunisasi : terlihat sebagai batuan beku yang berbutir halus, yang

terdapat disekeliling vein epitermal, ini dihasilkan oleh perubahan

K – felspar menjadi alunit oleh aktivitas air sulfan.

c. Argilisaasi : ditemukan pada batuan samping : Wall rock ‘ dari

vein, dimana cairan pembetnuk vein tersebut mengubah felspar

menjaadi mineral lempung tertentu, umpanya nacrite dan dickite,

33

Page 5: pertemuan 5 G

d. Karbonisasi : dihasilkan oleh introduksi atau pembentukan

karbonat setempat.

e. Kloritsasi : dicirikan oleh introduksi klorit atau perubahan

minerral sebelumnya, umumnya minerral “ aliminous

ferromagnasian silicate menjadi Klorite. Alterasi ini umumnya di

dalam batuan intermedier hingga mfik yang afanitik.

f. Epidotisasi : dihasilkan oleh introduksi epidot ( Zeosite ) atau

perubahan mineral “ aluminous ferro – magnesian silikate “

menjadi epidot. Umumnya terjadapat bersama – sama dengan

kloritisasi.

g. Garnetisasi : umumnya dihasilkan oleh proses metamorfosa

kontak, meghasilkan garnet.

h. Seritisasi : terjadi pada felspar di dalam batuan, sebagai hasil

alterasi larutan akhir atau introduksi larutan hidrotermal yang

secara genetik tidak berhubungan.

i. Serpentinisasi : Umumnya sebagai akibat proses magmatik akhir

yang mengubah mineral “ nonaluminous feromagnesin “ menjadi

agregat mineral serpentin. Talk dapat juga terbentuk.

j. Silifikasi : dihasilkan oleh introduksi silika dari larutan magmatik

akhir atau larutan hidrotermal alin.

k. Turmanilisasi ; umumnya berasosiasi dengan granit.

l. Uralisasi : perubahan dari piroksin menjadi horblende dan pada

umumnya merupakan proses magmatik akhir.

34

Page 6: pertemuan 5 G

m. Zeolitisasi : introduksi mineral – mineral zeolite didalam rongga –

rongga atau perubahan mineral lainnya ( terutama flspar basa dan

felspatoid ) menjadi agregat minerral – mineral zeolite.

n. Alkalifelsparisasi : intruksi mineral K-felspar pada rekah – rekah

didalam batuan, ataupun pengubahan mineral lain ( terutama

felpar ) menjadi K-felspar. Kadang – kadang dapat ditemukan

sebagai agregat granoblastik ( bersama – sama dengan kwarsa )

dalam batuan.

o. Biaotisasi : pembentukan biotit sekunderdi dalam batuan.

Umumnya terlihat sebagai lembaran – lemaran halus dan tersebar

di dalam batuan atau terkonsentrasi sebagai elompok – kelompok.

Pemeriksaan mikroskopis memperliahatkan bahwa biotit ini dapat

mengubah horbelende, biotit primer, klorite dan felspar.

2. Alterasi yang menghasilkan kumpulan mineral sekunder :

a. Silifikasi : terutama terjadi pada batuan karbonat didaaerah

kontak. Disini dihasilkan mineral – mineral silikat tertama yang

kaya akan Ca misalnya, gfarnet, epidot, diopsit dan wellastonite.

b. Greisenisasi : suatu kenampakan yang umumnya berasosiasi

dengan abtaun greanitik yang menghasilkan rekristalisasi mineral

– mineral yang berukluran kasar dan introduksi mineral – mineral

yang mengandung flour, timah, muscovit dan kwarsa.

c. Saussurtisasi : menghasilakn mineral – mineral sausurit berbutir

halus dan secara kompleks tercampur di antaranya dengan

mineral albite/oligoklas, zosite/epidot, kalsit, srisite dan mineral

zeolite.

35

Page 7: pertemuan 5 G

Mineral asal yang mengalami ubahan pada umumnya adlah

plagioklas basa di dalam gabro dan basalt. Kloritisasi dapat pula

menyertainya.

d. poripillitasi : merupakan satu bentuk alterasi hidrotermal yang

dicirikan oleh introduksi atau pembentukan setempat daripada

mienrral – mineral karbonat, silika, klorite dan sulfida.

Konsep – konsep “ Porhyry Coper {“ dan jenis – jenis alterasinya

Porhyry Copper didefenisikan sebagai minerla tembaga tang tersebar di

dalam bataun porhyry yang cukup luas. Term ini secara komersil dipaki untuk

segala jenis endapan tembaga yang emmpunyai penyebaran luas , berkadar cukup

rendah ( berkisar 2 % Cu ), penyebaran seragam tanpa mempedulikan genesa dan

jenis batuan induknya.

1. “Porhyry Copper “ umumnya berhubungan dengan stock, dike atau sill

dari batuan yang disebut dengan “ Porhyry “ berkombinasi mineralogi

dari batuangranodiorit hinga monzonite kwarsa.

2. hubungan geologi memperlihatkan umum sekitar akhir kapur hingga

tersier Tua. Penentuan umur dengan metode K-Ar memperlihatkan

kisaran antara 55 – 70 th.

3. Mineral – mineral sulfida yang khgas adalah kalkopirit , pirit dan

molibdenit.

4. Alterasi hidrotermal yang terjadi sangat kuat pada zona bijih dan batuan

yang berdampingan, menyebar ke arah laur zona bijih dan cukup luas.

Alterasi menghasilkan mineral – mineral silikat sekunder , terutama yang

bersifat “ hidrous “

36

Page 8: pertemuan 5 G

Secara umum, bentuk struktur dan tekstur yang sering diperlihatkan oleh

jebakan hidrotermal antara lain :

Struktur – struktur :

- “Banded” (urutan “peerlapisan” mineral)

- “Crustified” ( perulangan “pelapisan”mineral ) ,

- “Cockade” (Ring structure / struktur korar /struktur pembungkusan) ,

- “Comb” (struktur sisir /”batu gigi”),

- “Colloforn” ( struktur membulat, seperti kumpulan buah anggur )

- “ Brecciated “

- Kombinasi.

Struktur Replacment :

- “ Marginal”/”Rim struktur” ( bagian tepi mineral yang mengalami

“replacment”).

- “Core”/”Atol struktur” ( bagian engah/inti yang mengalami “replacment”).

- “Selecment” (pengantian secara selektif).

- “Relict” (struktur sisa mineral asal ).

- “Diffuse penetration” ( pengantian secara difusi).

Bentuk tekstur yang sering diperlukan, bisa berupa tekstur – tekstur :

37

Page 9: pertemuan 5 G

- Kristalin (cleavage, kembar, “herring bone” (tulang ikan), derditrik atau

zonar).

- “Fibrous” (berupa serat – serat halur ).

Pembagian jenis endapan hidrotermal didasarkan ataas perbedaan cara

terbentuknya ( kedalaman ) serta perbedaan tinggi rendahnya tekanan dan

temperatur yang berpengaruh.

Secaara garis besar pembagian jenis endapan hidrotermal adalah :

1. Endapan Hypotermal, dengan ciri – ciri sebagi berikut :

- tekanan dan temperatur pembentukan relatif paling tinggi.

- Endapan berupa urat – urat dan korok/”dike” yang berasosiasi dengan intrusi

dengan kedalaman yang besar.

- Asosiasi mineralnya berupa sulfida, misalnya : pirit, kalkopirit, gelena dan

sfalerit serta oksida besi ( spekularit).

- Pada intruisi granit sering berupa endapan mineral logam : Au, Pb, Sn, W dan

Zn.

2. Endapan Mesotermal. Dengan ciri – ciri sebagai berikut :

- tekanan dan temperatur yang berpengaruh lebih rendah dari pada endapan

hydrotermal.

- Endapannya berasosiasi dengan batuan beku asam – bsa dan dekat dengan

permukaan bumi.

38

Page 10: pertemuan 5 G

- Tektur akibat “cavity filling” jelas terlihat, sekalipun sering mengalami proses

“replacment”, antara lain berupa “crustification atau banding”.

- Asosiasi mineralnya berupa sulfida : Au, Cu, Ag, As, Sb dan oksida Sn.

- Proses pengayaan (“supergene – enricment “) sering terjadi.

3. Endapan Epitermal, dengan ciri – ciri sebagai berikut :

- Tekanan dan temperatur yang berpengaruh paling rendah.

- Tekstur “replacment” tidak khas, jarang terjadi.

- Endapan bisa dekat atau pada permukaan bumi.

- Kebanyakan teksturnya berlapis atau berupa “fissure – vein “

- Struktur khas sering berupa “ Cockade – struktur “

- Asosiasi mineral logamnya berupa Au dan Ag dengan mineral “ganguenya”

berupa kalsit dan zeolit disamping mineral kwarsa.

Contoh type endapan lain yang erat hubungan dengan aktifitas larutan

hidrotermal adalah endapan “porpyry – copper”.

39

Page 11: pertemuan 5 G

Endapan “ Porphyry – Copper “

Yang diamaksud dengan endapan “ Porpyry Copper “ adalal endapan

logam Cu dan atau Mo sulfida yang besar secara merata ( “ disinated “ ) berbentuk

“ stokwork “ yang mengal;ami pengisian larut hidrotermal berupa mineral logam

sulfida pada larutan hidroermal. Proses alterasinya diperlihatkan cukup luas

sampai berupa pola ( zona ) berbentuk konsentrasi dengan penyebaran cukup luas

sampai berupa ratus meter.

Contoh endapan “ poryphyry copper “ yang dibahas disini adalah contoh

yang ditemukan didaerah tersebut berupa batuan granit monzonit dan dasit yang

berumur Laramid – Pre Camtrium, dengan ciri – ciri :

- zona alterasinya pada arah lateral terdiri dari Potassic – core – Phylitic –

Argillic – Propilic. Pada arah vertikal terbagi dua macam alterasi , yaitu :

- “ Outer – zone “ : khlorit – serisit – epidot – magneti

- “ Inner – zone “ : Kwarsa – K.Felspar – Serisit – Khorit

Karena proses alterasi ini warna batuan mengalami perubahan warna

menjadi hiaju ke hijau muda.

- Bentuk “ Ore – body “ , “ elongated – irregular

Yang berdiferensiasi dari diorit – kwarsa - monzonit , hanya berupa korok

berbentuk “ stok “ ( perubahan bentuk oval kebentuk pipa ) yang dikontrol oleh “

regional fauliting “.

Mineralisasi, kadar serta strukturnya memperlihatkan hal – hal sebagai berikut :

- Bijih : 70 % dari pada 140,00 ton bijih terdapat pada “ igneus host rock “ dan

30 % nya terdapat pada “ pre – ore rock “

40

Page 12: pertemuan 5 G

- Kadar/ “ metal value “ terdiri dari 0,45 % hipogen Cu dan 0,35 % supergen

Cu serta 0,015 % Mo.

- Variasi endapan sulfida berupa : Kalkopirit – Molibdenit – Pirit dan Galena –

Spalerit dengan sedikit kandungan Au dan Ag berupa garam sulfo serta logam

Pb dan Zn.

- Strukturnya berupa “ micro vein lets “ , sampai “ breccia – pipe “

- Dimensi endapan kearah lateral bisa sampai beberapa ratus meter sedangkan

kearah vertikal bisa mencapai 10.000 kaki.

Urutan proses mineralisasinya bisa digambarkan sebagai berikut :

Setelah proses diferensiasi magma, kemudian terjadi pengisian larutan

hidrotermal dengan temperatur mineralisasi rendah. Karena dipengaruhi oleh

kedalam ( “ deoths of intrusion “ ), waktu pengendapan dan “ source “ ( macam

sifat ) larutan serta struktur batuan ( baik lokal maupun regional ) , maka

mineralisasina bisa sangat luas. Karena hal – hal tersebut diatas, maka

mineralisasinya cukup meluas dengan bentuk “ poryphyry “ dengan urutan alterasi

( ‘ gradati on alteration ‘) berkurang makin kearah alteral dan keatas.

Kesimpulan :

- Ternyata endapan “ poryphyry copper molybdenum “ memperlihatkan

keadaan geologi yang karakteristik, dicirikan oleh perubahan zona

mineralisasi baik kearah vertikal maupun lateral dengan bantuk penyebaran

alterasi yang silindris.

- Faktor – faktor yang mempengaruhinya :

1. Struktur regional maupun lokal yang menyebabkan zona – zona alterasi

dan mineralisasi bijoih berbentuk a – simetris.

41

Page 13: pertemuan 5 G

2. komposisi heterogen daripada “ pre ore rocks “ terutama bila “ country

rocknya “ berupa batuan sedimen.

3. dislokasi yang terjadi kearah pengaruh sesar maupun “ post ore intrusion

4. Pengisian endapan “ poryphyry “ meluas baik kearah lateral, vertikal

maupun ke tengah ( dalam ).

Proses dan Pengendapan Karena Aktifitas Vulkanik

Material atau bahan – bahan yang dikeluarkan oleh aktifitas vulkanik

terdiri dari bahan – bahan piroklastik dan uap serta gas. Material yang berupa

gas/uap ini biasa dihasilkan oleh proses peledakan guning api dan aktivitas akhir

vulkam=nisme ( “ post volcanic activity :, misal fumarola ).

Gas / uap yang dikeluarkan oelh aktifitas tersebut sering mengandung

unsur – unsur logam dan non – logam . karena proses sublimasi / pembekuan dari

pada material gas/uap tersebut sering membentuk endapan – endapan mineral

logam maupun non logam disekitas dan pada kepundan gunung berapi

bersangkutan . proses sublimasi ini terjadi didalam keadaan tekanan dan

temperatur yang relatif rendah tanpa melalui fassa cair.

Endapan mineral yang terbentuk jarang sekali terdapat dalam jumlah

banyak, tetapi kadang – kadang bisa bernialai ekonomis, contoh endapan mineral

karena proses vulkanisme ini antaara lain ; belerang, garam – garam KCL, Na, Cl

serta bebrapa jenis endapan mineral logam. Mineral logam yang sering ditemukan

berupa khlorida daripada besi., tembaga, seng serta oksida besi dan tembaga.

Disamping itu kadang – kadang ditemukan juga asam borat dan bebrapa jenis

garam alkali dan amonium.

42

Page 14: pertemuan 5 G

Contoh lain daripada endapan yang ada hubungannya dengan aktifitas

vilkanik yang disertai pengaruh aktivitas larutan hidrokarbon.

HYDROTERMAL PROCESSES

- OPENING IN ROCK -

Orginal Cavities

1. pore space

2. Cristal Latices

3. Vesikles or “ blow holes “

4. Lava drain channels

5. Cooling cracks

6. igneous breccia cavities

7. bedding planes

43

Page 15: pertemuan 5 G

Induced Cavities

1. Fissures with or without fauling

2. shear – zone cavities

3. cavities due to folding and warping.

- saddle reef

- Pitcec and flats

- Anticlinal and syclinal , dracking and slumping

4. volcanic pipes

5. tektonik breccias

6. collapse breccias

7. solution caves

8. rock alteration openings.

44

Page 16: pertemuan 5 G

For convenience , the deposite resulting from cavity filling may be

graouped as below, and discussion of each follow ini sequence :

1. fissure veins

2. shear – zone deposite

3. stockworks

4. saddle reefs

5. ladder veins

6. pitches, and flats ; fold cracks

7. breccia – filling deposite : volcanik ; collapse, tectonic

8. slution cavity filling : cave, chanel, gash veins

9. pore – spece fillinggs

10. vesicular fillings

45

Page 17: pertemuan 5 G

TABLE.02. MINERAL OF HIDROTERMAL DEPOSITS

X Common or characteristic. ( X ) – sparse or occasional. ? – Douptful occurrence

( contigen on classificasion of specific deposits).

Ket : H : hypotermal

M : Mesotermal

L : Leptothermal

E : Epithermal

Ore Mineral H M L E Gangue and Rock –

Alteration Minerals

H M L E

46

Page 18: pertemuan 5 G

Magnetite

Spekularite

Pyrotyte

Cassiterite

Arsenopyrite

Bismuthinite

Molybdenite

Bornite

Gold ( Native )

Pyrite

Spalerite

Galeno

Chalcopirite

Anargite

( famatinite )

Calcocite

Jamesonite

Bournonite

Boulangerite

X

X

X

X

X

X

X

X

X

X

X

X

X

(X)

?

(X)

(X)

(X)

(X)

X

X

X

X

X

X

X

X

X

X

(X)

X

X

Garnet

Pyroxine

Amphibole

Forsterite

Ilvate

Vesuvianite

Anortite

Wolastonite

Axinite

Scapolite

Biotite

Muscovite

Topaz

Tourmalin

Albite

Epidote

Qwartz

Sericite

X

47

Page 19: pertemuan 5 G

Silver (native )

Cobaltite

Niccolite

Samaltite

Ruby silvers

Polybasite

Pearceitte

Marcasite

Stibnite

Bismute ( native )

Argentite

Selenides

Realgar

cripment

(X)

(X)

(X)

(X)

(X)

(X)

Chlorite ( high iron )

Chlorite ( low iron )

Carbonates

Fluorite

Rhodonite

Rhodohrosite

Barite

Dickite

Adularia

48

Page 20: pertemuan 5 G

TABLE.03. MINERAL OF EPITERMAL DEPOSITE

Calaria

(valencianite)

Chalcopyrite Muscovite Silver

Calabandite

Clunite

Calcito

Cakorite

Clenopyrite

Pirite

Baxite

Bismutbinite

cranite

Claverite

Calcite

clestite

calcedony

Cher

Chalorite

Cinnabar

Cobaltite

Copper

Dolomite

Flourite

Galena

Gold

Kargoorlite

Kaolin

Magnesite

marcasite

Molybdenite

Opal

Platinum

Polybasite

Proustite

Pyrargyrite

Pyrite

Quartz

Rhodochrosite

Rhodonite

Rearger

Selenides

sericite

Stephanite

Stibnite

Stilbite

Stromeyerite

Sylvante

Thuringite

Tungstates

Tellurides

Tennantide

Tetrahedrite

Zeolites

ziniciblende

49

Page 21: pertemuan 5 G

TABLE.04. MINERAL OF MESOTERMAL DEPOSITE

Clerite

Catite

Egentite

Clenopiryte

Bauxite

Barite

Bismuth

Bismuthinite

Granite

Claverite

Calcite

Clestite

Calcocite

Chalcopyrite

Chert

Chlorite

Cinnabar

Cobaltite

Covellite

Dolomite

Energite

Flourite

Galena

Gold

Molybdenite

Muscovite

Noccolite

Opal

Orpiment

Ortoclas

Pentlandite

Petzite

Platinum

Polybasite

Proustite

Pyrargyrite

Pyrite

Quartz

Reargar

Rhodochrosite

Rhodonite

Sericite

Siderite

Stephanite

Stipnite

Sylvanite

Tellurides

Tennantite

Tetrahedrite

Tungstates

Zinc blade

50

Page 22: pertemuan 5 G

TABLE.05. MINERAL OF HYDROTERMAL DEPOSITS

Aalbite

Chiboles

Ciradite

Chydrite

chikerite

Apatite

Csenopyrite

Biotite

Bismuthinite

Calcite

Cassiterite

Calcopyrite

Diorite

Cinnabar (rare)

cryolite

Diposite

Dolomite

Epidote

Fluorite

Gahnite

Galena

Garnet

Gold

Graphite

Hematite

Hornb;ende

Ilmenite

Lepidolite

Magnetite

molybdenite

Muscovite

Ortoclas

Phogopite

Plagioclas

Platinum

Pyrite

Pyroxen

Pyssotite

Quartz

Rutite

Scapolite

Scheelite

Sericite

Siderite

silver

Specularitit

Spinel

Stibnite

Tellurides

Topas

Tourmaline

Tremolite

Willemite

Zinc blede

Zincite

Zinnwaldite

zeoisite

51