Pert. 5, 6 Dialog, Toleransi Insan Yg Mewujudkan Iman

15
Makna Religiusitas Kata Latin Religiosus, kata sifat dari religio. Dikaitkan dengan kata kerja a. Re-eligare : memilih kembali b. Re-ligare : mengikat kembali c. Relegare : terus menerus berpaling kepada sesuatu Subyek yang melakukan religiusitas yaitu manusia. Subyek yang dituju manusia religius yaitu YANG TRANSENDEN (Allah). BUDI HARIJONO

description

sdasdasdasdad

Transcript of Pert. 5, 6 Dialog, Toleransi Insan Yg Mewujudkan Iman

Makna ReligiusitasKata Latin Religiosus, kata sifat

dari religio. Dikaitkan dengan kata kerja a. Re-eligare : memilih kembalib. Re-ligare : mengikat kembalic. Relegare : terus menerus

berpaling kepada sesuatu

Subyek yang melakukan religiusitas yaitu manusia. Subyek yang dituju manusia religius yaitu YANG TRANSENDEN (Allah).

BUDI HARIJONO

1. Memilih kembali ke sesuatu yang sudah ada tetapi terlupakan,

2. Mengikatkan diri ke sesuatu yang dapat dipercaya, diandalkan yang sebelumnya sudah ada namun terputus,

3. Memilih kembali dan mengikatkan diri, manusia terus – menerus berpaling pada sesuatu yang sudah ada itu.

Berkat pengetahuan dan pengalaman akan Allah.Pengetahuan akan Allah ingat 6 argumen dari Thomas Aquinas, Permenungan manusia akan hidup & pewahyuan.

Pengalaman akan Allah diperoleh dari pergumulan hidup yang dipahami Allah hadir dalam kehidupan manusia.

Manusia dengan kemauan yang sadar berusaha memilih, mengikatkan diri dan terus menerus berpaling kepada YANG TRANSENDEN yaitu ALLAH sendiri.

Mereka itu siapa? Siapa pun berpeluang menjadi seorang religius. Tidak memandang gender, status sosial, usia, …

1. Seorang religius percaya bahwa Allah itu ada dan hidup.

2. Allah yang diyakini ada itu diimani. Allah tidak berada jauh dari manusia tetapi ada dan hidup bersama manusia.

3. Oleh karena itu manusia religius berupaya senantiasa terpaut dengan YANG TRANSENDEN dengan menjaga kebaikan pikiran, hati, jiwa, roh serta sikap hdup.

Kasihilah Tuhan Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap

jiwamu dan dengan segenap akal budimu dan dengan segenap

kekuatanmu.

Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri.Luk 12 : 30, 31

Fenomena Kekerasan Admadiah Gereja Jakarta

Pertanyaan reflektif:1. Apa kekerasan di atas

terkait dengan persoalan Agama? Mengapa?

2. Mengapa “kerap” kekerasan menyertai perkembangan Agama?

3. Bagaimana anda menyikapi kekerasan yang seolah-olah mengatas namakan Agama?

Indonesia terlahir dalam kebinekaan suku, bahasa, budaya dan agama. Kebinekaan ada dalam kesatuan NKRI.

Semakin tinggi keb inekaan dituntut kian tingginya toleransi dan dialog.

Ini menjadi tantangan bagi setiap warga negara Indonesia untuk bertoleransi dan dialog demi kesatuan dan persatuan.

Sumber iman adalah Pewahyuan. Wahyu disampaikan oleh penerima wahyu kepada manusia. Manusia

menerima wahyu itu sebagai ajaran kebenaran. Kebenaran itu

selanjutnya diimani. Iman yang benar kemudian diajarkan kepada manusia lain. Dengan demikian iman sebenarnya berawal dari

pendengaran.

Pendengaran yang baik menentuan kualitas iman seseorang.

Bentuk – bentuk perwujudan iman:1. Toleransi dan Kerukunan

Dari kata “tolerare” berarti menanggung, menyabarkan, membiarkan, memelihara, menghidupi, ... Beberapa arti ini mengarah pada semangat, sikap terbuka dalam kebersamaan dan perjumpaan dengan sesama.

Dasar Toleransi:Martabat Manusia; manusia kesatuan badan, jiwa, roh dan hati; manusia berdimensi personal dan sosial.Pancasila sebagai dasar yuridis

DialogBerarti percakapan antara dua orang atau lebih perihal pertukaran nilai-nilai kehidupan. Dialog yang benar tidak akan menghasilkan percekcokan tetapi keterbukaan akan keberbedaan iman, sehingga pelaku dialog saling diperkaya nilai iman.

 Landasan dasar berdialog:Kepercayaan yg sama akan satu TuhanPengakuan bahwa semua agama memiliki perutusan yg sama yaitu penyelamatan manusia oleh Tuhan.

Tujuan Dialog:1. Bukan untuk melebur keberbedaan dalam agama

yg plural2. Bukan untuk mencari agama mana yang

terbaik/paling benar.3. Tetapi untuk mewujudkan sikap saling pengertian,

penghargaan sehingga terjalin hubungan persaudaraan yang jujur.

4. Dalam dialog dibutuhkan sikap selalu berpikir positif, terbuka akan keberbedaan, penghargaan satu sama lain.

Jenis Dialog1. Dialog Kehidupan2. Dialog kerjasama dalam kegiatan sosial3. Dialog intermonestik4. Dialog Teologi

Pelaku dialog semua orang beriman. Mereka mendialogkan pengalaman iman yang mereka rasakan dalam kehidupan sehari-hari. Meresakan kehadiran Tuhan dalam pengalaman suka-duka, pahit-manis,, beratnya menjalani hidup di dunia, serta iman akan kehadiran Tuhan dalam hidup manusia. Tuhan tidak meninggalkan manusia sendirian.

Pelaku dialog ini adalah semua orang beriman. Dengan dialog ini orang beriman saling memperkaya pengalaman iman yang mereka miliki dalam menghayati iman mereka dalam kehidupan sehari-hari. Meresakan kehadiran Tuhan dalam hidup manusia.

Dialog dilakukan oleh orang-orang yang memiliki kemampuan cukup dalam ajaran agama. Biasanya dilakukan oleh mereka yang beroleh pengajaran khusus ajaran agama, mis: para biksu-biksuni, rahib, kiai, ustad, pastor, biarawan-biarawati.