PERSPEKTIF KESEHATAN LINGKUNGAN SEBAGAI ILMU … · sanitasi dasar masih merupakan masalah besar...
-
Upload
phungtuong -
Category
Documents
-
view
250 -
download
0
Transcript of PERSPEKTIF KESEHATAN LINGKUNGAN SEBAGAI ILMU … · sanitasi dasar masih merupakan masalah besar...
1
© 2005 Arif Sumantri Makalah Pengantar Falsafah Sains (PPS 702) Posted 18 October 2005 Ilmu Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan Sekolah Pascasarjana/S3 Institut Pertanian Bogor Dosen: Prof.Dr.Ir.Rudy C.Tarumingkeng
PERSPEKTIF KESEHATAN LINGKUNGAN SEBAGAI ILMU PENGETAHUAN DAN TEKNOLOGI
Oleh:
Arif Sumantri
BAB I PENDAHULUAN
1. Latar Belakang Bumi yang dihuni oleh manusia terdiri atas tiga komponen yaitu litosfer bagian
yang padat dari bumi, hidrosfer yang berupa perairan baik laut danau maupun
sungai, dan atmosfer bagian yang menyelubungi bumi yang berisi udara dan
gas-gas dengan benda-benda yang mengisinya. Kondisi ketiga komponen ini
menentukan dan mempengaruhi kehidupan semua makhluk hidup. Ketiga
komponen itu dipengaruhi oleh materi dan perubahan-perubahannya baik yang
biotik maupun abiotik. Keadaan dan masalah kesehatan lingkungan secara
makro sampai kepada hal-hal yang sangat mikro ditentukan dan dipengaruhi
oleh materi dan perubahan dari ketiga komponen tersebut baik oleh karena
peristiwa alam maupun oleh karena perilaku manusia. Perubahan secara makro
oleh karena peristiwa alam seperti perubahan iklim, cuaca, pemanasan global
serta bencana-bencana alam. Perubahan yang disebabkan secara mikro seperti
2
perubahan yang disebabkan oleh perilaku manusia dan gaya hidupnya serta
perkembangan akal budi dan ilmu pengetahuan dan teknologinya.
Masalah lingkungan pada negara berkembang akan semakin besar dan berat
dengan bertambahnya jumlah penduduk dan pesatnya perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi. Bagi negara-negara maju permasalahan lingkungan
semakin dapat dipecahkan dengan kemampuan teknologinya yang didukung
oleh perangkat dan pelaksanaan hukumnya, di samping produksi barang yang
ramah lingkungan dan rendah limbah. Untuk kepentingan dan pengembangan
kemajuannya, memiliki dampak negatif yang tidak kecil bahkan sangat dahsyat
dengan mentalitas frontiers-nya secara global. Sedang di negara berkembang
sanitasi dasar masih merupakan masalah besar dan berat, menyusul masalah
lingkungan yang lain sebagai akibat dampak negatif dari hasil-hasil industri dari
negara maju. Kesadaran dan kepedulian sebagian besar masyarakat dalam
hidup bersih masih sangat rendah.
2. Permasalahan Permasalahan sumberdaya manusia di bidang kesehatan lingkungan yang
kurang memadai, sebagai akibat dari terbatasnya institusi pendidikan tinggi di
bidang kesehatan lingkungan. Perkembangan perindustrian yang tidak diikuti
oleh teknologi bersih, produksi bersih (yang ramah lingkungan), menimbulkan
pencemaran dan kerusakan sumberdaya alam. Sementara manajemen
pembangunan itu sendiri masih lemah, peraturan perundang-undang kurang
mendukung, kalaupun ada implentasinya masih rendah. Masalah-masalah
kesehatan lingkungan tersebut diantaranya adalah sebagai berikut :
A. Sanitasi Dasar Yang dimaksud dengan sanitasi dasar adalah upaya penyediaan dan
penyehatan air bersih, pengelolan pembuangan limbah padat, cair dan gas,
penyehatan perumahan dan pemukiman, penyehatan / sanitasi makanan dan
minuman, dan pengendalian tempat-tempat perkembang biakan / perindukan
vektor penyakit, penyehatan tempat-tempat umum termasuk alat pengangkutan
3
umum, dan sarana sanitasi. Penduduk yang pertumbuhannya sangat tinggi, over
crowding, serta penduduk yang miskin sehingga pemenuhan kebutuhan sanitasi
dasarnya kurang dapat dipenuhi dan keadaannya sangat buruk. Pada dekade
terakhir ini baik di negara-negara maju maupun negara-negara berkembang
terdapat gejala gangguan kesehatan yang bersumber dari kondisi lingkungan
dalam gedung seperti tempat kerja dan tempat tinggal modern (indoor climate).
Gejala-gejala ini populer disebut sebagai sick buliding syndrome. Gejala
gangguan kesehatan ini sering dikaitkan dengan reaksi-reaksi neurologik dan
hypersensitivitas yang non spesifik, muncul gangguan antara lain seperti iritasi
selaput mata, hidung dan tenggorokan. Faktor atmosferik sering dianggap
berperan aktif berkaitan dengan gejala-gejala tersebut, dan efek kombinasinya
Indonesia, pada tahun 2000 baru 53,71% rumah tangga yang memiliki
fasilitas sumber air minum sendiri (daerah perkotaan 65,29 % dan di pedesaan
45,29%). Jumlah rumah tangga yang menggunakan air sumur yang tak
terlindung sebesar 14, 12%, menggunakan mata air tak terlindung sebesar 4,61
%, menggunakan air sungai 3,35% dan 2,70% menggunakan air hujan. Hasil
pemeriksaan air bersih dari system perpipaan 32,24% tidak memenuhi persya-
ratan bakteriologis. Untuk air non perpipaan 54,16 % tidak memenuhi syarat
bakteriologis. Dengan demikian kurang-lebih sumber air minum yang tersedia
separuh-nya tidak memenuhi syarat bakteriologis. Dalam penyediaan air bersih,
tidak terlepas pula mengatasi masalah pencemaran air. Pencemaran air
termasuk juga dalam hal pencemaran laut.
Pembuangan kotoran manusia di negara berkembang masih merupakan
masalah kesehatan masyarakat, sebagai sumber penularan penyakit.
Pembuangan kotoran manusia baik di kota maupun di pedesaan mengandalkan
kepada pembuangan kotoran yang dikelola secara individual, masih banyak
membuang kotoran yang tidak memenuhi syarat kesehatan. Sistem
pembuangan kotoran manusia yang diandalkan dan dipopulerkan kepada
masyarakat adalah sistem septictank, dalam kenyataannya kurang
memperhatikan syarat-syarat kesehatan. Septictank dibangun asal-asalan,
sumur peresapan tak memenuhi syarat secara fisik dan kurang dipelihara. Sering
4
terjadi kebocoran dan limpahan faeses yang dibuang kedalamnya dan
menyebabkan pencemaran terhadap sumber-sumber air yang digunakan oleh
penduduk. Bahkan pembuangan faeses yang disedot dibuang sembarangan, di
sungai, danau atau di lahan terbuka..
Masalah limbah padat atau sampah semakin hari semakin meningkat, terlebih-
lebih di daerah perkotaan. Bertambah besar jumlah sampah yang dihasilkan
adalah merupakan konsekwensi dari jumlah penduduk yang besar. Pada
umumnya pembuangan sampah akhir dilakukan secara terbuka (open dumping).
Pembuangan sampah di tingkat rumah tangga belum memilki sistem yang baik.
Di mana-mana menimbulkan dampak negatif seperti mencemari air permukaan,
menyumbat aliran sungai dan menimbulkan banjir, sarang penyebab penyakit,
vektor penyakit, menimbulkan bau busuk, mencemari udara dan mengganggu
estetika
Akibat sanitasi yang buruk, penyakit-penyakit berbasis lingkungan masih
merupakan masalah, belum dapat dicegah termasuk vektor penyakit belum
dapat ditekan populasinya. Penyakit-penyakit menular seperti malaria, DHF
masih terus meningkat prevalensinya. Khusus terjadinya penyakit-penyakit
berbasis lingkungan artinya penyakit-penyakit yang ditularkan melalui media
lingkungan, reservoirnya berada pada media lingkungan dan penyakit-penyakit
yang timbul akibat kontaminasi lingkungan baik terus menerus maupun akibat
lingkungan yang jelek. Penyakit-penyakit berbasis lingkungan tersebut
diantaranya penyakit-penyakit yang ditularkan melalui air (Waterborne
Deseases) dan Penyakit-penyakit yang ditularkan melalui makanan dan
minuman (Foodborne Deseases), penyakit-penyakit yang ditularkan melalui
udara (Airborne De-seases), penyakit-penyakut yang ditularkan melalui serangga
(Arthropotborne Deseases).
B. Perilaku dan Gaya Hidup
Perilaku dan gaya hidup, berdampak positif dan negatif terhadap lingkungan.
Perilaku dan gaya hidup yang didasari oleh mentalitas frontiers berakibat
kerusakan dan kehancuran lingkungan. Kerusakan dan kehancuran lingkungan
5
menimbulkan risiko baik langsung maupun tidak langsung kesehatan dan
keseimbangan ekologis. Sikap dan perilaku yang tidak sehat akibat ketidak
tahuan dan ketidak mampuan juga akan menimbulkan risiko terhadap kesehatan
dan keseimbangan ekologis. Sikap dan perilaku tersebut akibat dari adaptasi
sosio kultural yang bersifat negatif, sikap dan perilaku kelompok-kelompok
tertentu seperti anak jalanan, remaja kota, pekerja sektor informal dan lainnya
menimbulkan risiko dan estetika. Perilaku dan gaya hidup sangat berpengaruh
dan berakibat tercemar dan rusaknya lingkungan. Rendahnya kesadaran dan
kepedulian, membuang dan membakar sampah sembarangan, penggunaan
bahan plastik yang tak terkendali. Perilaku dan gaya hidup ini bukan
memecahkan masalah tetapi menambah masalah.
C. Dampak Negatif Pembangunan dan Dampak Kemajuan IPTEK
Akibat negatif dari proses pembangunan, tidak terkendalinya pengendalian
bahan buangan padat, cair dan gas termasuk bahan buangan berbahaya,
kebisingan, pencemaran udara, keselamatan dan kesehatan kerja, lingkungan
menjadi tercemar, rusak dan mengganggu kesehatan dan kesimbangan ekologi.
Dampak negatif dapat muncul dalam waktu yang relatif singkat dapat juga
muncul dalam waktu yang cukup lama.
Bertambah majunya hasil industri dan penggunaan B3 akan menimbulkan
efek lain seperti limbah radio aktif. Radio aktif dapat menimbulkan bahaya
terhadap kesehatan. Penggunaan dan jumlah bahan-bahan kimia di dunia
termasuk Indonesia untuk tujuan-tujuan komersial dan pemuasan selera
konsumsi masyarakat terus meningkat. Penggunaan bahan-bahan kimia yang
tersebar luas terdapat disemua sektor kehidupan disertai dengan akumulasi
dampak negatif baik secara langsung maupun tidak langsung secara gradual
merusak kesehatan nausia maupun lingkungan.Untuk hal ini banyak kalangan
dan pemerintah sudah terdapat perhatian dan sikap tanggap serta alert yang
meluas terhadap berbagai risiko bahan baku kimia ini, dan sudah dipergunakan
kriteria dan prasyarat untuk mencapai chemical safety (keamanan kimia).
Menurut International Programme on Chemical Safety (IPCS) yang dimaksud
6
dengan chemical safety adalah upaya pencegahan dan pengelolaan efek-efek
yang merugikan (adversed effect) baik dalam jangka pendek maupun jangka
panjang terhadap manusia dan lingkungan yang diakibatkan oleh kegiatan
produksi, penyimpanan, pengangkutan, penggunaan dan pembuangan bahan-
bahan kimia.. Implikasi global atau internasional dalam hal ini timbul atas dasar
kesadaran ekologis bahwa berbagai risiko bahan kimia serta penyebarannya
tidak mengenal batas-batas administratif suatu negara (no boundaries).
Dampak negatif pembangunan, adalah hal-hal yang diakibatkan oleh
pembangunan yang menyebabkan terjadinya penyakit, sumber penyakit ataupun
gangguan-gangguan lainnya. Dampak yang berupa gangguan-gangguan lain
tersebut diantaranya adalah perubahan kualitas lingkungan, pertumbuhan vektor
penyakit dan berkembangnya parasit, berpotensi untuk
menimbulkan/penyebaran penyakit, berdampak terhadap kualitas dan
pemenuhan gizi masyarakat, serta dapat menurunkan kualitas SDM..
Permasalah lingkungan hidup mendapat perhatian secara luas dan
mendasar sudah sejak lama. Menjadi sorotan dunia dan gempar ketika Club of
Rome melakukan studi dan memberi laporan berjudul “The Limits to
Growth”(1972). Di dalam laporan tersebut disampaikan beberapa
kecenderungan yang perlu segera ditangani secara global: (1) industrialisasi
yang semakin cepat, (2) pertumbuhan penduduk yang semakin cepat dan padat,
(3) kekurangan gizi yang semakin meningkat, (4) sumber daya alam yang tidak
dapat diperbaharui semakin berkurang, dan (5) lingkungan hidup yang semakin
rusak. Bilamana kecenderungan ini berjalan terus tanpa pengendalian akan
terjadi doom day. Dalam laporannya yang kedua berjudul “Mankind at the
Turning Point “ perlu adanya perhatian semua pihak, menanamkan sikap
terhadap lingkungan dengan mempertimbangkan faktor-faktor: (1) kesadaran
tentang bumi milik bersama, (2) dikembangkan etika pembangunan sumberdaya
alam, (3) keharmonisan dengan alam dan (5) mengembangkan sikap tanggung
jawab terhadap generasi yang akan datang. Himbauan dan agenda kegiatan
yang sifatnya global dirumuskan dan diterjemahkan ke dalam agenda-agenda
regional maupun nasional. Disepakati dan dirumuskannya agenda kegiatan-
7
kegiatan ini tidak serta merta merupakan kepedulian dan penanganan
lingkungan sesuai yang diharapkan. Perusakan lingkungan terus berlanjut,
penggundulan dan kebakaran hutan, serta pencemaran lingkungan akibat ulah
manusia terus terjadi.
Tragedi Lingkungan (Common Tragedi) pada sepanjang sejarah terjadi dan
sangat memperihatinkan. Kebocoran reaktor nuklir di Chernobil (Maret 1986),
berakibat tidak hanya bagi negara Uni Sovyet pada waktu itu, tetapi juga bagi
negara-negara lain yang sedang mengembangkan tenaga nuklir sebagai sumber
energi, menangguhkan dan mengevaluasi ulang tentang kebijakannya.
Kebocoran gas beracun yaitu gas Methyl Iso Cyanate (MIC) pada pabrik
pestisida Union Carbide (3 Desember 1984) di Bhopal di negeri Bagian Madya
Pradesh India yang dikenal atau disebut dengan Tragedi Bhopal. Dalam waktu
sekejab kurang lebih dalam 10 menit mengeluarkan 40 ton MIC dan
menewaskan 2.500 orang, 4.000 orang dalam keadaan kritis dan 6.500
kebutaan. Dampak dari peristiwa ini diperkirakan pencemaran terhadap air dan
tanah berlangsung kurang lebih sampai 50 tahun. Tragedi pencemaran udara
dari asap pabrik-pabrik / industri dan pemanasan rumah yang menggunakan
batubara di London yang dikenal dengan tragedi SMOG (1952) mengakibatkan
kurang lebih 4.000 kematian prematur karena penyakit jantung dan paru-paru.
Pencemaran lingkungan oleh logam berat dapat menimbulkan keracunan pada
manusia dan mengakibatkan gangguan kesehatan. Minamata, penyakit yang
melumpuhkan pusat jaringan saraf karena keracunan air raksa (merkuri).
Penyakit ini terjadi pada awal tahun 1950 di Teluk Minamata Kumamoto Jepang.
Itai-itai Byo, penyakit karena keracunan Kadmium (Cd) di Jepang. Peristiwa ini
terkenal dengan kasus Fuchimachi di pinggiran kota Toyoma. Terjadi lubang
ozon, sebagaimana yang dinyatakan oleh Firman dengan kawan-kawan yaitu
peneliti dari Inggris di Antartika pada tahun 1985 melaporkan bahwa antara
tahun 1977-1984 terjadi penurunan kadar ozon secara drastis. Penurunan kadar
ozon tersebut terdapat di lapisan stratosfer di atas benua Antartika. Karena
fungsi ozon tersebut memiliki peranan yang sangat penting bagi kehidupan di
bumi, maka perihal lubang ozon ini menjadi isu lingkungan dan perlu mendapat
8
perhatian. Perang Afganistan dan perang Irak, dengan menggunakan berbagai
jenis senjata, mengakibatkan kerusakan lingkungan yang dahsyat. Peristiwa ini
sebagai salah satu bukti kemajuan teknologi yang berdampak negatif yang juga
dilatar belakangi oleh mentalitas frontiers.
Lingkungan hidup sangat terkait erat dan mempengaruhi keberlanjutan
pembangun-an disemua sektor. Sebaliknya pola pembangunan akan sangat
mempengaruhi lingkungan hidup, bahkan masa depan generasi yang akan
datang. Demikian juga masa depan kondisi bumi kita ini. Dari KTT Bumi di Rio
De Janeiro, Juni 1992 yang menunjukkan kekawatiran para pakar dan pemimpin
dunia atas pengaruh negatif dari pembangunan yang dilaksanakan di muka bumi
ini. Oleh karena itu konferensi tersebut sepakat untuk melaksanakan
pembangunan yang berkelanjutan (sustainable development) dengan bertumpu
pada tiga pilar pembangunan yaitu lingkungan, ekonomi dan sosial.
D. Sumber Daya Manusia di Bidang Kesehatan Lingkungan
Khususnya yang berkaitan dengan sumber daya manusia yang berkaitan
dengan kesehatan lingkungan, bila dibandingkan dengan permasalahan yang
dihadapi sangat tidak memadai baik dari segi kualitas maupun kuantitas. Hal ini
disebabkab oleh kurang berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi
kesehatan lingkungan. Sehingga pengembangan atau substansi kesehatan
lingkungan tidak dikembangkan melalui kurikulum pendidikan. Terbatasnya
institusi pendidikan yang mengembangkan kesehatan lingkungan. Keterbatasan
ini menyebabkan kurang terpenuhinya sumberdaya manusia di bidang
kesehatan lingkungan.
E. Lemahnya Penegakan Hukum
Di dalam rangka perlindungan terhadap kualitas manusia dan kualitas
lingkungan dan atau sumberdaya alam serta keseimbangan ekologis dibutuhkan
adanyanya perangkat-perangkat peraturan perundangan. Peraturan dan
perundangan-undang yang dimaksud adalah yang berkaitan langsung maupun
tidak langsung dengan masalah lingkungan sesuai dengan permasalahan dan
9
sosio-kultural masyarakat. Peraturan perundangan dapat dikatakan sudah cukup
ketersediaannya tetapi masih lemah pelaksanaannya. Hal ini kemungkinan
diantaranya perangkat teknis di dalam mengoperasionalkan masih kurang.
F. Lemahnya Manajemen
Manajemen lingkungan kurang efektif dan efisien termasuk perencanaan tata
ruang dan teknologi ramah lingkungan, membangun pernafasan kota,
pembenahan transportasi kota, membangun dan menghidupkan ekotourisme,
serta manajemen yang mengarah kepada ekoefisien sampai kepada perilaku
sehat sehari-hari, menambah semakin besarnya masalah yang dihadapi.
Kelemahan manajemen ini, dapat disebabkan oleh lemahnya akses dan kualitas
informasi. Sistem informasi, termasuk sistem informasi kesehatan lingkungan
dan survailan epidemilogi kesehatan lingkungan masih perlu ditingkatkan dan
dikembangkan. Lemahnya manajemen ini diperparah lagi oleh aspek moral dan
perilaku serta kepedulian terhadap lingkungan. Manajemen lingkungan
(lingkungan dapat bersifat public goods dan juga private goods) dapat
diselenggarakan dengan melihat aspek pemerintah, swasta/LSM dan
masyarakat. Saat ini tidak jelas kapan penanganan lingkungan sebagai public
goods dan kapan sebagai private goods. Keadaan ini memperparah penanganan
masalah-masalah kesehatan lingkungan. Dengan perkembangan sistem
pemerintahan yang desentralistis dan otonomi daerah yang luas, perlu
pengembangan sistem informasi kesehatan lingkungan yang berkualitas. Dalam
skala lokal, pluralisme dan situasi-kondisi yang berbeda, maka manajemen
kesehatan lingkungan memerlukan penanganan spesifik antara daerah yang
satu dengan yang lain.
10
BAGIAN II PERSPEKTIF KESEHATAN LINGKUNGAN
A. Kesehatan Lingkungan Sebagai Ilmu Pengetahuan dan Teknologi 1. Kesehatan Lingkungan Sebagai Ilmu Pengetahuan
Apabila sebagai ilmu pengetahuan, dari cabang ilmu apa kesehatan
lingkungan itu ? Apa obyek kajiannya ? Ada yang mengatakan kesehatan ling-
kungan adalah bagian dari ilmu kesehatan, ada yang menyatakan bagian dari
ilmu kesehatan masyarakat, dan ada pula yang menyatakan sebagai bagian dari
ekologi.
Ada beberapa pakar, organisasi kesehatan dan profesi menyatakan dan
memberikan batasan bahwa Kesehatan Lingkungan adalah sebagai ilmu, di
antaranya adalah Prof. Dr. Azrul Azwal seperti yang telah disebutkan
sebelumnya yaitu :
“ilmu kesehatan lingkungan merupakan bagian dari ilmu kesehatan masyarakat
yang perkaitannya menitik beratkan pada perencanaan, pengorganisa-sian,
pengarahan, pengawasan, pengkoordinasian dan penilaian dari semua faktor
yang ada pada lingkungan fisik manusia yang diperkirakan ada hubung-annya
dengan perkembangan fisik, kesehatan ataupun kelangsungan hidup manusia
sedemikian rupa sehinga derajat kesehatan masyarakat lebih dapat
ditingkatkan”.
Menurut dr. AL Slamet Riyadi dalam bukunya yang berjudul Pengantar
Kesehatan Lingkungan dinyatakan:
“Kesehatan Lingkungan adalah bagian dari dasar kesehatan masyarakat
modern, yang meliputi semua aspek manusia dalam hubungannya dengan
lingkungan, terikat dengan berbagai ekosistem.nya, dengan tujuan untuk
11
meningkat-kan dan mempertahankan nilai-nilai kesehatan manusia dan semua
organisme hidup pada tingkat setinggi-tinggi-nya, dengan jalan memodifikasi
tidak hanya faktor sosial dan lingkungan fisik semata-mata tetapi juga terhadap
semua sifat-sifat dan kelakuan-kelakuan lingkungan kesehatan dan keselamatan
orgaisme ummat manusia”.
Prof. Dr. Umar Fahmi Achmadi di dalam orasi ilmiah pada pengukuhan
Guru Besar pada Universitas Indonesia tahun 1991, dengan tegas menyatakan
bahwa kesehatan lingkungan merupakan suatu ilmu, dan dinyatakan sebagai
berikut :
“Ilmu Kesehatan Lingkungan adalah ilmu yang mempelajari hubungan interaktif
antara komponen lingkungan akibat adanya perubahan-perubahan yag terjadi
dengan kelompok individu atau masyarakat luas, serta memperhatikkan akibat
yang ditimbulkan dari hubungan interaktif tersebut dan mencari alternatif upaya
pencegahannya”.
Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization / WHO):
“Kesehatan Lingkungan (environmental health) adalah suatu keseimbangan
ekologi yang harus ada antara manusia dan lingkungannya agar dapat menjamin
keadaan sehat dari manusia”.
Dari batasan-batasan tersebut diatas, yang telah nyata dan tegas bahwa
kesehatan lingkungan adalah sebagai ilmu adalah Prof. Dr. Azrul Azwar dan
Prof. Dr. Umar Fahmi Achmadi. Batasan-batasan tersebut diatas, menunjukkan
bahwa kesehatan lingkungan memiliki dimensi yang sangat luas, lintas batas
geografis, disiplin ataupun sektor. Faktor kependudukan, baik secara kuantitas
maupun kualitasnya berkaitan erat dengan pemenuhan kebutuhan dasar
hidupnya, sistem budaya, sosial ekonomi dan iptek, berkaitan erat dalam
menentukan pola dan cara memenuhi kebutuhan dasar tersebut, demikian
dengan pula kesepakatan nasional, regional dan internasional merupakan
lingkungan strategis dalam memenuhi kebutuhan dasar tersebut akan air bersih,
sarana sanitasi, interaksi antar manusia dan menimbulkan dampak terhadap
12
kualitas lingkungan dan pada akhirnya berdampak terhadap kesehatan. Manusia
dengan kegiat-annya dalam memenuhi kebutuhannya dan dengan teknologinya
menimbulkan selain dampak positif juga menimbulkan dampak negatif dalam arti
menimbulkan kerusakan lingkungan dan yang selanjutya mempunyai dampak
negatif terhadap pemenuhan kebutuhan dasar manusia seperti air, udara,
perumahan dan lain sebagainya.
Gambar 1 : Dasar-dasar Keilmuan
Apabila sebagai ilmu, maka ada tiga pertanyaan yang harus dijawab sebagai
dasar keilmuannya, seperti Gambar 1. Pertama, obyek apa yang menjadi kajian
atau telaahan dan bagaimana hubungan obyek tersebut dengan daya tangkap
manusia yaitu berpikir, merasa dan mengindera yang membuahkan
pengetahuan. Kedua, bagaimana pengetahuan tersebut diperoleh, dengan cara
bagaimana untuk mendapatkannya dengan benar? Bagaimana hal tersebut
dianggap benar. Diperolehnya dengan cara dan teknik apa pengetahuan
tersebut didapatkan, yang berupa ilmu ilmu itu. Pertanyaan ketiga, mengapa
sesuatu itu dikaji dan ilmu itu dicari, untuk apa ilmu tersebut dipergunakan,
bagaimana kaitannya dengan kaidah-kaidah moral, norma-norma profesional
dan nilai kegunaannya.
Jawaban dari pertanyaan pertama disebut sebagai landasan ontologis yaitu
obyek yang dikaji, jawaban pertanyaan kedua adalah epistemologi yaitu cara
I L M U
Ontologi Axiologi Epidemiologi
Objek Kajian Metode Teknik Nilai Kegunaan
Bagaimana ? Mengapa ? Apa ?
13
mendapatkan ilmu pengetahuan tersebut dan jawaban pertanyaan ketiga adalah
aksiologis yaitu untuk apa kegunaan dari ilmu pengetahuan tersebut.
Pertanyaan berikutnya adalah masuk dalam rumpun ilmu humaniora, eksakta
atau apa? Selanjutnya harus dapat menjawab bagaimana filsafat ilmu dari
kesehatan lingkungan tersebut, apa dan bagaimana metodologinya serta
bagaimana fraksisnya? Seberapa besar ruang lingkup dan ilmu-ilmu murni yang
mendasarinya? Apakah memang kesehatan lingkungan merupakan suatu pohon
ilmu atau body of knowledge? Apabila dipandang sebagai ilmu pengetahuan,
maka paling tidak mempunyai 4 fungsi yaitu (1) berfungsi untuk kesejahteraan
umat manusia, (2) sebagai pengembangan dari suatu pohon ilmu dan
merupakan cabang dari suatu ilmu tertentu, (3) dapat dikembangkan melalui
penelitian-penelitian (by research) dan (4) fraksisnya memiliki suatu metode,
teknik dan cara yang telah teruji secara empiris. Selanjutnya perlu dikaji state of
the art – nya, bagaimana dan seberapa jauh perkembangnya.
Kesehatan lingkungan dilihat dari hahekat kesehatan yaitu keadaan sejahtera
dari badan, jiwa dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif
secara sosial dan ekonomis dimana kesehatan lingkungan sebagai upaya untuk
memberikan kontribusi kepadanya, dapat dilihat dari hakekat lingkungan yaitu
kondisi yang berada disekitar manusia yang terdiri atas substansi-substansi
abiotis dan non abiotis termasuk lingkungan sosialnya, dan kesehatan
lingkungan sebagai ilmu dan seni. Kesehatan lingkungan dilihat dari hahekat
lingkungan yaitu bahwa lingkungan adalah segala sesuatu yang berada disekitar
manusia termasuk benda mati, benda hidup, nyata atau abstrak seperti suasana
yang terbentuk akibat interaksi semua elemen tersebut.
Kesehatan lingkungan sebagai kebutuhan untuk memecahkan masalah yang
terdiri dari substansi-substansi yang mempunyai pengaruh dan nilai guna,
sebagai obyek kajian dan secara hakiki sebagai ilmu pengetahuan dan teknologi
pendukungnya, maka sebagai ilmu pengetahuan dan teknologi dapat
dirumuskan dengan batasan sebagai berikut :
“Kesehatan Lingkungan adalah ilmu dan seni meningkatkan, mengawasi dan
mengendalikan kondisi lingkungan dari substansi-substansi yang tidak hanya
14
dapat menimbulkan penyakit, tetapi juga yang mengganggu kesehatan manusia
baik fisik, mental, sosial dan biologisnya dan juga bagaimana dalam mewujudkan
kesejahteraan manusia dan keseimbangan ekologisnya dari kondisi lingkungan
tersebut untuk terus-menerus menjadi lebih baik”.
Dari batasan tersebut maka secara bebas kesehatan lingkungan itu merupakan
studi tentang faktor-faktor lingkungan termasuk ekologisnya yang mengganggu
kesehatan manusia, dan bagaimana mengidentifikasi, mencegah dan
mengawasinya serta meningkatkan kualitasnya agar berdampak positif.
Apa Obyek Kajian dari Ilmu Kesehatan Lingkungan?
Setiap ilmu mempunyai obyek yang menjadi kajian atau penyelidikan yaitu
obyek material dan obyek formal. Obyek material ilmu kesehatan lingkungan
adalah lingkungan fisik dan perubahan-perubahannya. Obyek formal ilmu
kesehatan lingkungan adalah aktivitas dan akibat dari perubahan lingkungan fisik
tersebut terhadap kehidupan manusia.
Di dalam obyek formal dari kesehatan lingkungan akan didapatkan
permasalahan (problems) yang harus diselidiki / dikaji untuk memperoleh peme-
cahannya secara ilmiah. Masalah kesehatan lingkungan mulai dari kajian
material dan kajian formal didapatkan mulai dari apa yang menjadi atau
menimbulkan masalah, mengapa, dimana, kapan, siapa dan bagaimana
memecahkan masalah-masalah tersebut.
Sebagai ilmu, maka kesehatan lingkungan memiliki obyek kajian. Namun
tampaknya memiliki kajian yang luas dan memiliki dimensi yang luas pula. Obyek
kajiannya tersebut, perlu dibatasi dan dinyatakan sebagai ruang lingkup. Ruang
lingkup kajiannya dibatasi oleh dampak yang ditimbulkan yaitu berdampak
terhadap kesehatan manusia, terarah pada upaya pencegahan penyakit dan
atau gangguan terhadap kesehatan lainnya, peningkatan kesehatan masyarakat
luas, keseimbangan lingkungan yang diakibatkan oleh interaksi antara manusia
dan perubahan-perubahan kondisi media lingkungan akibat suatu substansi fisik,
kimia dan bilogis pada udara, air, tanah, makanan dan minuman dan benda-
benda yang lain, serta vektor penyakit dan binatang pengganggu yang terjadi
15
pada daerah tangkapan (area cathment) kawasan tempat kerja dan industri,
pemukinan/ perumahan, tempat-tempat umum, tempat tinggal/ rumah, lalulintas
dan alat transportasi serta peningkatan kesejahteraan manusia melalui upaya
penciptaan lingkungan yang sehat dan kesimbangan lingkungan. Kondisi
tersebut diukur dengan menggunakan parameter-parameter yang baku yang
telah teruji secara laboratoris. Menurut Prof. Dr. Umar Fahmi, obyek kajian Ilmu
Kesehatan Lingkungan digambarkan ke dalam 4 (empat) titik simpul yaitu Simpul
1, Simpul 2, Simpul 3 dan Simpul 4. Pada simpul 1 obyek kajiannya adalah
sumber pencemar, jenis dan skala aktivitas yang mengeluarkan atau
menghasilkan zat atau bahan emisi. Simpul ini mempelajari sumber pencemar
atau pengganggu terhadap media lingkungan (ambient). Pada simpul 2, objek
kajiannya adalah ambient pada media lingkungan yaitu air, udara, tanah dan
biota dengan segala sifatnya yang dalam suatu kondisi tertentu media ini
terganggu fungsinya. Pada simpul 3, objek kajiannya adalah hasil kontak dari
pencemar dan manusia khususnya titik-titik pajanan, dan pada simpul 4, objek
kajiannya adalah dampak yang ditimbulkan oleh pencemar dan atau oleh
lingkungan.
Bagaimana Ilmu Kesehatan Lingkungan Diperoleh?
Terdapat bermacam-macam cara mendapatkan pengetahuan sebagai
jawaban terhadap permasalahan yang dihadapi manusia. Dilihat dari
perkembangan kebudayaan, maka sikap manusia dalam menghadapi masalah
dibedakan menurut ciri-ciri tertentu yaitu pertama, tahap mistis, sikap manusia
yang merasakan dirinya terkepung oleh kekuatan gaib disekitarnya. Selanjutnya
mulai meninggalkan tahap mistis dan bersikap dengan ragu-ragu dan mulai
melakukan penelaahan terhadap obyek-obyek tertentu yang diteruskan dengan
penggunaan pengetahuan secara tersistem, empirical
Demkikian juga terhadap kesehatan lingkungan. Penderita kusta pertama-
tama dianggap sebagai kutukan Tuhan. Selanjutnya, timbul dari rasa keragu-
raguan, seperti dinyatakan dalam penemuan penyebab penyakit malaria, yang
mana pertama-tama penyakit malaria dipercayai disebabkan oleh udara yang
16
buruk (Mal = buruk, area = daerah). Dari keragu-raguan itu, maka manusia
berpikir menggunakan nalarnya. Secara empiris, dengan ditemukannya
mikroskop oleh Leuwenhook, penyakit malaria yang semula dianggap penyakit
yang disebabkan oleh udara buruk, dibuktikan melalui mikroskop ternyata di
dalam darah penderita terdapat suatu mikroorganisme yaitu plasmodium
malariae. Sejak itu malaria ditemukan penyebabnya yaitu disebabkan oleh
palsmodium malariae, dan ditularkan melalui nyamuk yang hidup di daerah rawa-
rawa.
Metode Penelitian Kesehatan Lingkungan
Kesehatan lingkungan sebagi ilmu pengetahuan memiliki metode penelitian
yang dapat dipertanggung jawabkan secara ilmiah, baik metode yang digunakan
untuk mengumpulkan keteranganan, peristiwa-peristiwa atau yang disebut
dengan data maupun metode untuk mengolahnya.Untuk mengumpulkan data
tersebut dikenal dengan bermacam-macam teknik antara lain observasi,
interview, tes / uji laboratorium dan lainnya. Untuk mengolah dan menganalisis
data dapat digunakan bermatam-macam metode dan program tergantung pada
sifat dan jenis data yang dikumpulkan dan arah pemecahan masalahan dan
tujuan yang akan dicapai.
Di dalam menganalisis, metode berpikir dapat dilakukan secara induktif
maupun dedukti. Dengan metode induktif, pengkajian dilakukan terhadap hal-hal
yang khusus dan selanjutnya dapat diambil suatu kesimpulan yang sifatnya
umum. Metode ini digunakan pada hal-hal yang sifatnya kesehatan lingkungan
dalam praktek di lapangan secara empirik. Sebaliknya dengan metode deduktif,
dimulai hal-hal yang umum menuju kepada hal-hal yang khusus. Metode ini
digunakan dalam hal-hal yang berkaitan dengan hal-hal yang membahas
filosofis, hakekat (teori) sampai kepada keadaan realita di lapangan.
Kesehatan Lingkungan sebagai Suatu Sistem
Sistem adalah suatu tatanan yang teratur, terdiri atas beberapa bagian dan
saling berinterelasi, tergantung satu dengan yang lainnya merupakan satu
17
kesatuan dan mempunyai satu tujuan. Masing-masing bagian memiliki fungsi
dan dapat diuraikan menjadi bagian-bagian yang lebih kecil. Ilmu kesehatan
lingkungan sebagai suatu sistem, terdiri dari bagian-bagian yang merupakan
suatu kesatuan yang mempunyai satu tujuan. Permasalahan yang satu dengan
permasalahan yang lain saling berhubungan.
Apa Nilai Guna dari Ilmu Kesehatan Lingkungan?
Sesuai dengan upaya yang dilakukan, manusia dalam mencapai dan
mewujudkan hak azasinya untuk hidup sehat, kesehatan lingkungan mempunyai
kontribusi yang sangat besar. Lingkungan sehat sebagai suatu filosofi,
lingkungan yang biasa disebut dengan papan mempunyai makna yang integratif
dengan sandang dan pangan sebagai unsur dari kesejahteraan manusia yang
paling dasar. Sejahtera apabila kecukupan atau memiliki kondisi yang baik dari
ketiga hal tersebut yaitu sandang pangan dan papan.
Apakah mungkin seseorang atau keluarga sehat hidup dalam rumah yang
tidak sehat? Mugkin bisa dalam waktu tertentu sehat dengan kondisi rumah atau
tempat yang tidak sehat. Namun cepat atau lambat keseimbangan antara
lingkungan yang sehat dengan kondisi badan sehat akan bergeser menunggu
waktu akan jatuh sakit atau mengalami gangguan. Bebas dari ketakutan
merupakan hak azasi, bebas dari kecemasan terhadap lingkungan-pun yang
meng-ganggu dan mengancam kesehatan pada hakekatnya merupakan hak
azasi.
Dari analisis singkat tersebut dapat dirumuskan kesehatan lingkungan sebagai
ilmu dan seni mempelajari dan mengendalikan kondisi dan keseimbangan
lingkungan serta interaksinya, secara terus menerus sehingga terwujud kualitas
lingkungan untuk mewujudkan kesejahteraan manusia. Jadi dari perkembangan
kesehatan lingkungan yang semula mulai dari hygiene perorangan dan sanitasi
lingkungan kemudian menjadi kesehatan lingkungan, dari semula berorientasi
kepada kebersihan, pencegahan penyakit menjadi kearah kesejahteraan ummat
manusia dan pada akhirnya akan mewujudkan atau menampakkan tingkat
peradaban manusia.
18
Kesehatan Lingkungan memiliki tiga misi yaitu :
1. meningkatkan kemampuan manusia untuk hidup serasi dengan lingkung-
annya dan mewujudkan hak azasinya untuk mencapai kualitas hidup yang
optimal,
2. mempengaruhi cara interaksi manusia dengan lingkungannya sehingga
dapat melindungi dan meningkatkan kesehatan mereka dan
3. mengendalikan dan mengubah unsur-unsur lingkungan sedemikian rupa
sehingga baik untuk perlindungan dan peningkatan kesejah-teraan
manusia dan keseimbangan ekologis baik untuk saat ini maupun untuk
generasi yang akan datang (biocentris).
Berdasarkan misi tersebut, maka upaya kesehatan lingkungan ditujukan
kepada lingkungan fisik dan lingkungan non fisik.
Bagaimana perspektif kesehatan lingkungan? Sebagai keilmuan, akan dapat
berperan dalam suatu kehidupan tidak hanya kehidupan manusia saja, tetapi
dalam dimensi makhluk hidup dan lingkungan secara totalitas (entity) dalam
keadaan yang optimal dan seimbang. Sebagai upaya sangatlah luas dari yang
berbentuk mikro sampai kepada yang makro serta multidimensional dan
interdisipliner. Dengan demikian, kesehatan lingkungan memiliki dimensi yang
sangat luas, lintas batas geografis, disiplin ataupun sektor. Kependudukan, baik
secara kuantitas maupun kualitasnya berkaitan erat dengan pemenuhan
kebutuhan dasar hidupnya, sistem budaya, sosial ekonomi dan ilmu
pengetahuan dan teknologi, berkaitan erat dalam menentukan pola dan cara
memenuhi kebutuhan dasar tersebut, demikian dengan pula kesepakatan
nasional, regional dan internasional adalah juga merupakan lingkungan, yaitu
lingkungan strategis dalam memenuhi kebutuhan dasar tersebut akan air bersih,
19
sarana sanitasi, interaksi antar manusia dan menimbulkan dampak terhadap
kualitas lingkungan dan pada akhirnya berdampak terhadap kesehatan.
Sebaliknya manusia dengan kegiatannya dalam memenuhi kebutuhannya dan
dengan teknologinya menimbulkan selain dampak positif juga menimbulkan
dampak negatif dalam arti menimbulkan kerusakan lingkungan dan yang
selanjutnya mempunyai dampak negatif terhadap pemenuhan kebutuhan dasar
manusia seperti air, udara, perumahan dan lain sebagainya.
Kesehatan lingkungan memiliki bidang garapan yang sangat luas namun
dapat dilingkupi oleh suatu batasan yang menyangkut lingkungan fisik, biologik
dan sosial sebagai media yang menimbulkan pengaruh apabila terjadi sesuatu
kondisi yang tidak seimbang atau dalam arti kata lain kondisi tertentu yang
mampu mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat yaitu udara, air, tanah,
makanan-minuman, serangga dan binatang pengganggu dan perilaku manusia
termasuk sosial budayanya. Oleh karena itu lingkungan, perlu didudukkan
sebagai komponen dasar dalam semua upaya kesehatan dan sekaligus sebagai
sumberdaya kehidupan (kontekstual). Timbulnya suatu penyakit digambarkan
sebagai akibat tidak seimbangnya faktor agent, environment dan host
(paradigma John Gordon). Lingkungan yang baik merupakan sumber daya
kehidupan yang berdampak meningkatkan kondisi kesehatan dan dapat
mencegah penyakit. Dalam keadaan dan waktu tertentu pada saat faktor agent,
lingkungan dan induk semang seimbang, maka dalam keadaan sehat. Tetapi
juga keseimbangan lingkungan memiliki hukum keterbatasn (hukum pembatas).
Apabila dihubungankan dengan suatu tata ruang, maka lingkungan dapat
didekati dengan pelingkupan kawasan, seperi kawasan rumah tanggga beserta
tempat huniannya, kawasan yang lebih luas yaitu kawasan pemukiman, kawasan
industri, kawasan tempat-tempat umum dan tranporstasi / lalu lintas, kawasan-
kawasan lain seperti kawasan kelautan dan pantai, hutan pertanian dan lainnya.
Pengembangan kesehatan lingkungan baik sebagai ilmu pengetahuan
maupun sebagai upaya akan sangat tergantung dari para pengambil keputusan
dan para pemerhatinya (circum consernt) dan para ahli dan praktisi di bidang
kesehatan lingkungan (circum enfluent) itu sendiri. Apabila tidak ada suatu
20
kemajuan pemikiran dan terobosan oleh para ahli dan praktisi di bidang
kesehatan lingkungan maka terhentilah perkembangan kesehatan lingkungan ini,
baik sebagai program atau upaya maupun sebagai ilmu pengetahuan. Terdesak
oleh program dan ilmu lain.
Pengambil keputusan dan para pemerhatinya sangat menentukan perkem-
bangan kesehatan lingkungan. Walaupun di dalam kenyataannya issue
lingkungan sangat strategis dan sudah berada di lingkaran utama pembangunan
tetapi apabila tidak dilakukan atau dikerjakan oleh para ahli dan praktisinya di
lapangan maka akan ditinggalkan dan kembali ke issue yang menjauh dari issue
utama atau hanya sebatas wacana yang memacu program dan ilmu lain yang
berkembang. Oleh karena itu, pengembanan sumberdaya di bidang kesehatan
lingkungan menjadi penting, baik untuk pengembangan kesehatan lingkungan
sebagai ilmu pengetahuan maupun sumberdaya manusia di bidang kesehatan
lingkungan untuk menciptakan lingkungan yang sehat susuai dengan
kemampuan teknis yang diwujudkan dalam kewenangan dan perwujudan
kompetensi teknis dalam melakukan intervensi kesehatan lingkungan dari mulai
identifikasi masalah kesehatan lingkungan, analisis risiko sampai kepada
penanggulangan/pemecahan masalah lingkungan.
Secara mikro, kesehatan lingkungan suatu kondisi dimana kondisi tersebut
dengan kriteria tertentu dan parameter yang digunakan dapat menimbulkan
mempengaruhi kesehatan manusia. Untuk mencapai suatu kondisi tertentu agar
tidak menganggu atau berpengaruh terhadap kesehatan manusia maka
dilakukan suatu upaya kesehatan lingkungan. Betambah maju manusia termasuk
ilmu pengetahuan dan teknologi yang dikuasai manusia kondisi lingkungan
bertambah komplek, termasuk penanganannya.
Kesehatan lingkungan, disatu sisi akan menjadi tuntutan yaitu tuntutan
sebagai hak untuk menikmati lingkungan sehat bagi yang punya (the have), dan
disatu sisi ketidak pedulian terhadap lingkungan bertambah besar bagi yang tak
punya (the poor). Tumbuh kota-kota satelit yang eksklusif, dan tumbuh
perkampungan yang bertambah kumuh proporsinyapun akan lebih besar.
Kondisi dilematis akan menghadang kita, desa mengkota (urbaniced) dan diikuti
21
suatu gaya hidup yang tak sehat, kota menjadi sakit, desa mulai merasap
penyakit kota merayap menghinggapi desa yang mengkota tsb. Berkaitan
dengan kota sehat, lingkungan mengambil peranan besar apabila pola pikir
besar tentang kesehatan lingkungan diaplikasikan. Tak dapat dipungkiri seperti
Jakarta, mengalami perbahan besar, kasat mata image Kampung Besar. Seperti
dulu Kampung Melayu Besar, bernuansa desa besar dengan pohon pisang,
nangka, cempedak, gandaria, kecapi, melinjo, buah atap dan lain sebangsanya
masih akrab dengan warganya. Kini berubah menjadi bangunan pencakar langit
dan mall mewah, menjadi benar-benar kota metropolitan dengan segala ciri-
cirinya. Dengan berbagai indikator mudah dilihat dan ditemukan. Tetapi
bagaimana dibalik itu? Dengan kasat mata pula ketidak merataan dan ketidak
adilan mudah kita temukan. Ini merupakan tantangan kita yang begitu besar dan
luas, menyentuh maslah ipoleksosbud-hankam. Termasuk sebagai tantangan
kesehatan lingkungan, dan untuk itu harus ada keberpihakan yaitu untuk
kesejahteraan masyarakat. Gambaran akan diikuti oleh daerah-daerah lain.
Kesehatan lingkungan sebagai ilmu pengetahuan yang memiliki body of
knowledge (pohon keilmuan), dengan didukung ilmu pengetahuan murni seperti
kimia, mekanika, fisika, ilmu pengetahuan alam dan imu pendidikan dan ilmu
terapan yang lain seperti statistika, elektronika dan sebagainya. Komponen
senyawa kimia, panas, gerakan, bunyi memiliki pengaruh terhadap kesehatan
manusia. Pendidikan dan perilaku akan menghasilkan budaya dan etika, juga
memiliki peranan besar dalam kesehatan manusia dan keberlanjutannya.
Kesehatan lingkungan sebagai ilmu, pada suatu saat di masa depan dapat
dikembangkan menjadi beberapa ilmu sebagai cabang ilmu kesehatan
lingkungan. Setiap orang yang telah mendapatkan pendidikan secara formal
tentang ilmu kesehatan lingkungan memiliki profesi kompetensi di bidang
kesehatan lingkungan baik kompetensi individu, intelektual/ profesional maupun
sosial. Pendidikan formal yang ada saat ini ini secara formal sampai dengan
jenjang DIII. Terdapat berbagai jenjang pendidikan tinggi yang berkaitan dengan
kesehatan lingkungan misalnya Teknik Penyehatan, Teknik Lingkungan /
22
Landscape, Kesehatan Masyarakat majoring/prodi Kesehatan Lingkungan,
Matematik dan Ilmu Pengetahuan Alam (MIPA) Program Biologi.
2. Teknologi Kesehatan Lingkungan
Di dalam perkembangannya baik kesehatan lingkungan sebagai kondisi,
upaya, ilmu dan seni seperti yang telah diuraikan sebelumnya pada hakekatnya
telah dibarengi dengan teknologi-teknologi sebagai implementasi atau fraksisnya
yang biasa disebut dengan teknologi kesehatan lingkungan. Konsep dan praktek
kesehatan lingkungan baik sebagai ilmu pengetahuan maupun teknologi terkait
dan dipengaruhi oleh banyak cabang ilmu baik ilmu murni maupun ilmu terapan.
Namun demikian teknologi kesehatan ini belum banyak yang menulisnya, baru
sebentar dimunculkan dalam kelengkapan dari suatu nama institusi pendidikan di
bidang kesehatan lingkungan dengan sebutan terknologi sanitasi.
Teknologi kesehatan lingkungan merupakan bentuk pendekatan yang berupa
perpaduan perangkat keras dan perangkat lunak di dalam memecahkan masalah
sebagai aplikasi dari ilmu kesehatan lingkungan dan aplikasi ilmu-ilmu
pendukung dalam memecahkan masalah dan mencapai nilai guna ilmu
kesehatan lingkungan. Untuk memecahkan masalah rendahnya BOD,
mengurangi kadar CO2, menghilangkan breading places vektor penyakit DBD,
mengurangi kadar kelembaban dan lain sebagainya diperlukan suatu teknologi
kesehatan lingkungan.
B. Upaya dan Program Kesehatan Lingkungan sebagai Fraksis Kesehatan Lingkungan seperti telah disebutkan, sering diucapkan dan
sebagai upaya, yang selanjutnya diprogramkan sebagai program pembangunan
yang penting di bidang kesehatan. Hal ini dikaitkan dengan beberapa pendapat
para ahli yang menyatakan lingkungan merupakan faktor penentu yang paling
besar terhadap upaya peningkatan derajat kesehatan masyarakat. Pernyataan
ini secara logika benar, karena kesehatan lingkungan berasal dari gabungan dua
kata yaitu kesehatan dan lingkungan. Kesehatan lingkungan pada awalnya
sering atau disebut dengan istilah sanitasi lingkungan, atau sebaliknya sanitasi
23
lingkungan dipersepsikan sama dengan kesehatan lingkungan, berorientasi pada
pencegahan penyakit.
Pada hakekatnya tidak ada masalah lingkungan yang disebabkan oleh
penyebab tunggal. Banyak factor yang merupakan determinan dari satu
penyakit. Dari mulai faktor-faktor yang berkaitan dengan pendapatan, tingkat
pendidikan, sarana-sarana kesehatan dan tingkat pelayanannya sampai kepada
factor-faktor perilaku Untuk mengenali secara dalam dan luas dilakukan analisis
jaringan penyebab atau analisis jaringan diagnostik masalah (web causision
analysis / diagnostic problems network analysis).
Analisis jaringan masalah atau analisis jaringan diagnostik masalah dan
penyebab terhadap suatu penyakit dan atau gangguan kesehatan dapat
diberikan contoh seperti terjadinya penyakit diare yang memiliki berbagai
pernyebab dan masalah serta determinan, sebagai berikut.
Gambar 2 : Analisis Jaringan Diagnostik
Di dalam suatu sistem wawasan lingkungan, maka dapat dilihat bahwa
interaksi dari semua organisme dan koreksi alam merupakan siklus. Salah satu
bentuk dari suatu model keselarasan, keserasian dan kesinambungan sistem
Ekonomi (persedian pangan ) kurang Pendapatan rendah Distribusi
Makan
Prevalensi Penyakit Diare
Tingkat ekonomi nasional rendah
Biaya Kesehatan Rendah
Perilaku tidak sehat Pelayanan kesehatan buruk
Meninggal
Sembuh
Keadaan rumah tempat tinggal kurang sehat
Tingkat prndidikan rendah
24
yang saling terkait dalam proses terbinanya wawasan lingkungan dapat dilihat
pada Gambar 3.
Sumber : Moh.Soerjani, Rofig Ahmad dan Rozy Munir, ed., Lingkungan :
Sumberdaya Alam dan Kependudukan dalam Pembangunan. ed. (Jakarta : UI
Press.1987), p. 265.
Gambar 3 : Sistem Kehidupan dalam Proses Wawasan Lingkungan Modifikasi dari Miller 1979
Kesehatan lingkungan di dalam upaya meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat, Prof. Winslow menyatakan “kesehatan masyarakat adalah ilmu dan
seni mencegah penyakit, memperpanjang hidup meningkatkan kesehatan fisik
dan mental, dan efisiensi melalui usaha masyarakat yang terorganisir untuk
meningkatkan sanitasi lingkungan, kontrol infeksi di masyarakat, pendidikan
individu tentang kebersihan perorangan, pengorganisasian pela-yanan medis
dan perawatan untuk diagnosa dini, pencegahan penyakit dan pengembangan
aspek sosial, yang akan mendukung agar setiap orang di masyarakat
mempunyai standar hidup yang adekuat untuk menjaga kesehatannya.
Berkaitan batasan ilmu kesehatan masyarakat ini, selanjutnya
direkomendasikan ruang lingkup kesehatan lingkungan mencakup 17 upaya-
upaya (WHO Expert Committee, 1970). Pada awalnya kegiatan-kegiatan yang
mencakup upaya dalam mencegah dan mengendalikan lingkungan agar tidak
Koreksi Sikap
Koreksi Teknologi
Manusia berwawasan lingkungan
Kelembagaan berwawasan lingkungan
Evaluasi Dampak terhadap lingkungan
Dampak terhadap Lingkungan hidup
Lingkungan Hidup
25
mengganggu kesehatan disebut sebagai sanitasi atau sering disebut secara
lengkap yaitu sanitasi atau pekerjaan-pekerjaan kesehatan lingkungan. Dan
didefinisikan oleh WHO sebagai berikut : “Sanitation is the control of all those
factors in man’s physical environment which exercise or may exercisea
deleterious effect on his physicsl development, health and survival”.
Ketujuhbelas kegiatan tersebut adalah : penyehatan/pengadaan air bersih,
pengendalian pencemaran air (water pol-lution controle) dan pengelolaan air
limbah (waste treatment), pengelolaan sampah / limbah padat (solid waste
management), pengendalian vektor penyakit (vector controle), pencegahan dan
pengawasan pencemaran tanah oleh factor lingkungan biologis dan kimia,
higiene dan sanitasi makanan (food hygiene), pencegahan dan pengendalian
pencemaran udara (controle of air pollution), pencegahan dan pengendalian
pencemaran radiasi (radiation controle), kesehatan kerja (occupational health),
pengendalian kebisingan/suara (noise controle), perbaikan perumahan dan
sistem permukiman (housing and settlement), perencanaan perkotaan dan
pembangunan wilayah (urban and region planning), pengembangan aspek
kesehatan lingkungan pola ecosystem udara, laut dan lalu lintas darat,
pencegahan kecelakaan (accident prevention), pembinaan dan pengawasan
lingkungan tempat-tempat rekreasi dan pariwisata, sanitasi yang dikaitkan
dengan epidemi, kedaruratan, bencana alam, migrasi penduduk dan lainnya, dan
pengembangan system pengukuran dan standarisasi yang dibutuhkan untuk
memberikan jaminan informasi akan perlindungan lingkungan yang dapat
dinyatakan bebas dari segala risiko bagi kesehatan.
Secara legal formal dalam Undang-undang No.22 tahun 1992 tentang
Kesehatan, dinyatakan bahwa kesehatan lingkungan adalah merupakan upaya
untuk mewujudkan kualitas lingkungan yang sehat terhadap tempat umum,
lingkungan pemukiman, lingkungan kerja, angkutan umum dan lingkungan yang
lain dengan kegiatan-kegiatan penyehatan air dan udara, pengamanan limbah
padat, limbah cair, limbah gas, radiasi dan kebisingan, pengendalian vektor
penyakit dan penyehatan atau pengamanan lainnya.
26
Dalam perkembangan selanjutnya untuk mengatasi masalah kese-hatan
masyarakat dikenal dengan tiga tahap, pencegahan yaitu pencegahan primer
(health promotion and specific protection), pencegahan sekunder (early
diagnosis, promt treatment and dissability limitation), dan pencegahan tersier
(rehabilitation). Pada tahap pencegahan primer kegiatannya di antaranya adalah
perbaikan perumahan, perbaikan kondisi dan perlindungan lingkungan/tempat
kerja, hygiene perorangan, sanitasi lingkungan dan pengendalian pencemaran.
Peranan profesi kesehatan lingkungan pada konsentrasi pencegahan primer dan
sekunder. Tingkatan pencegahan dapat dilihat pada Gambar 4.
Sumber : Hugh Rodman Leavell & E.Gurney Clark, Preventive Medicine for
Doctor in His Community : An Epidemiologic Approach ( London : McGraw-Hill
Book Company, 1965), p.21.
Gambar 4 : Tingkat Pencegahan Sesuai dengan Riwayat Perjalanan Penyakit
Sebagai upaya kesehatan lingkungan dapat digambarkan sebagai suatu
sistem IPO (input, process dan output), dimana komponen input terdiri atas
lingkungan yang terdiri dari lingkungan fisik, biologik dan sosial. Kemudian tiga
Promosi Kesesehatan Diagnosis dini
dan Pengobatan tepat
Perlindungan Spesifik Pembatasan
kecacatan
Rehabilitasi
Interelasi faktor Agen, penjamu, lingkungan - stimulus Fase sebelum sakit
Reaksi terhadap stimulus Fase selama proses sakit
P R I ME R SEKUNDER TERSIER
27
elemen tersebut yang dapat menyebabkan penyakit dan mengganggu dikaitkan
dengan melalui media lingkungan. Elemen fisik dan biologik kedalam media
lingkungan yaitu udara, tanah, air, serangga dan binatang pengganggu dan
makanan minuman. Sedangkan lingkungan sosial saya batasi dengan perilaku
dan segala bentuk manifestasinya termasuk etikanya. Komponen proses adalah
program atau kegiatan yang sering atau biasa disebut sebagai bidang garapan
kesehatan lingkungan, yaitu pembuangan sampah, penyehatan air, pembuangan
limbah cair, padat dan gas, penyehatan makanan (food safety), penyehatan
udara dan berbagai kegiatan lain seperti analisis dampak kesehatan lingkungan,
analisis risiko lingkungan, epidemiologi lingkungan, klinik sanitasi dan berbagai
kegiatan rekayasa terhadap lingkungan non fisik seperti tindakan-perilaku
higiene/ bersih. Sehingga menghasilkan lingkungan fisik, biologik dan sosial
yang kurang/tidak berisiko terhadap kesehatan. Sebagai output-nya adalah
lingkungan sehat, tidak mengandung risiko atau risikonya kurang terhadap
kesehatan.
Di dalam penyelenggaraan upaya ini dipergunakan pendekatan epidemiologis,
kawasan, dan individu, keluarga dan masyarakat. Pendekatan ini dilakukan
dengan mempertimbangkan lingkungan strategis seperti komitmen global,
regional maupun nasional, ilmu pengetahuan dan teknologi dan peraturan
perundang-undangan yang berlaku..
Profesi kesehatan lingkungan dengan kemampuan dan kewenangan yang
dimiliki baik untuk mencapai derajat kesehatan sebagai bagian dari
kesejahteraan rakyat maupun mencapai lingkungan yang sehat yang merupakan
hak setiap orang, menjadi kewajibannya untuk meningkatkan kemandiriannya,
keberdayaan masyarakat dan kemitraan, menumbuh kembangkan kemampuan
dan kepeloporan masyarakat, menumbuhkan sensitivitas masyarakat untuk
bersama-sama melakukan pengawasan menyampaikan saran dan informasi
tentang lingkungan.
C. Kondisi Lingkungan merupakan Nilai dan Manfaat
28
Ada yang mengatakan kesehatan lingkungan sebagai kondisi. Kondisi dari
lingkungan yang memiliki pengaruh terhadap kesehatan. Kondisi ini dinyatakan
atau diukur dengan parameter-parameter seperti kandungan kimiawi, kandungan
benda-benda padat seperti benda-benda yang terlarut, benda-benda tersuspensi
dan mikro organisme yang ada pada media lingkungan seperti udara, air, tanah,
biota dan benda-benda yang lain. Apabila sebagai kondisi, bagaimana
kondisinya saat ini? Dan seberapa besar pengaruhnya terhadap kesehatan?
Kesehatan lingkungan dapat dipandang sebagai “suatu kondisi yang mampu
menopang keseimbangan ekologis yang dinamis antara manusia dan lingkungan
untuk mendukung tercapainya kualitas hidup manusia yang sehat, sejahtera dan
bahagia, dimana terjadi hubungan interaksi antara kelompok penduduk atau
masyarakat yang dinamis dan segala macam perubahan komponen lingkungan
hidup, seperti sebagai species kehidupan, bahan, zat atau kekuatan disekitar
manusia yag menimbulkan ancaman atau berpotensi mengganggu kesehatan
serta mencari upaya-upaya pencegahannya”. Menurut Organisasi Kesehatan
Dunia (World Health Organization / WHO), Kesehatan Lingkungan (envi-
ronmental health) adalah suatu keseimbangan ekologi yang harus ada antara
manusia dan lingkungannya agar dapat menjamin keadaan sehat dari manusia.
Demikian juga Himpunan Akhli Kesehatan Lingkungan Indonesia (HAKLI) yang
merupakan organisasi profesi di bidang kesehatan lingkungan, menyatakan
bahwa kesehatan lingkungan adalah suatu kondisi yang mampu menopang
keseimbangan ekologi yang dinamis antara manusia dan lingkungan untuk
mendukung tercapainya realitas hidup manusia yang sehat, sejahtera dan
bahagia. Dilihat dari aspek terjadinya penyakit, timbulnya suatu penyakit
digambarkan sebagai akibat tidak seimbangnya faktor agent, envirronment dan
host (paradigma John Gordon). Lingkungan yang baik merupakan sumber daya
kehidupan yang berdampak meningkatkan kondisi kesehatan dan dapat
mencegah penyakit. Dalam keadaan dan waktu tertentu pada saat faktor agent,
lingkungan dan induk semang seimbang, maka dalam keadaan sehat. Tetapi
juga keseimbangan lingkungan, memiliki hukum keterbatasan (hukum
pembatas). Hukum pembatas adalah suatu keadaan atau proses pada titik mana
29
suatu system biologi untuk bertahan terhadap perubahan-perubahan tidak dapat
dipertahankan (homeo-stasis tidak dapat dipertahankan). Homeostasis sering
dikacaukan oleh manusia.
D. Pendekatan Kesehatan Lingkungan
1. Pendekatan Deduktif dan Induktif Ilmu Kesehatan Lingkungan berkembang mengikuti paradigma ilmiah dan
metode ilmiah. Pendekatan secara ilmiah yang digunakan dalam kesehatan
lingkungan sebagai ilmu pengetahuan adalah induktif dan deduktif.
Pendekatan induktif yaitu penarikan kesimpulan dari hal-hal yang spesifik,
khusus kemudian dapat ditarik kesimpulan yang bernilai makro dan atau umum.
Sebaliknya, pendekatan deduktif dari hal-hal yang umum, makro dan
berdasarkan teori yang ada ditarik ke hal-hal yang mikro, khusus atau spesifik.
2. Pendekatan Analisis Dampak Kesehatan Lingkungan Untuk pencapaian tujuan dan nilai guna, digunakan beberapa pendekatan
operasional. Analisis Dampak Kesehatan Lingkungan merupakan pendekatan
operasional/dalam kegiatan memprediksi dampak yang akan terjadi. Di dalam
memprediksi dampak terhadap kesehatan masyarakat, dapat berupa studi
retrospektif, deskriptif dan prospektif. Di dalam ADKL termasuk juga Analisis
Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL). Studi ini merupakan bagian dari Analisis
Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) yang tidak saja melihat dampaknya
pada kesehatan tetapi juga dampak kepada lingkungan dan sistem ekologi
dimana pembangunan/kegiatan dilakukan. ARKL memfokuskan pada studi faktor
lingkungan yang mempengaruhi distribusi dan determinan penyakit dan
gangguan pada manusia. Upaya ini dilakukan melalui dua pendekatan yaitu (1)
upaya analisis yang diawali dengan adanya kasus gangguan kesehatan dan
diikuti dengan pengujian bahaya potensial / kajian semacam ini biasanya
merupakan suatu reaksi terhadap health outcome yang buruk. Pendekatan ini
ummnya dipersulit oleh pemajanan berganda dalam lingkungan. (2) Upaya
analisis yang diawali dengan identifikasi bahaya potensial dan kemudian menguji
30
dampaknya pada kesehatan manusia. Kajian semacam ini biasanya merupakan
reaksi terhadap outcome lingkungan yang buruk atau proaksi untuk menganalisis
dampak dari suatu rencana pembangunan.
3. Pendekatan Epidemiologi Pendekatan di dalam rangka pendeteksian penyebab terjadinya suatu
penyakit akibat lingkungan atau kerusakan lingkungan, dan faktor-faktor
determinannya. Pendekatan ini sangat berguna dalam upaya pencegahan
tersebar/menyebarnya kejadian penyakit dan atau kerusakan/gangguan
terhadap lingkungan. Secara khusus, pendekatan epidemilogi ini ada yang
menyebutnya dengan pendekatan epidemiologi lingkungan. Namun pada
dasarnya kaidah-kaidah yang dipergunakan adalah kaidah-kaidah epidemiologi
menyangkut tiga hal pokok yaitu manusia (person), tempat (place) dan waktu
(time), selanjutnya dalam menganalisis terjadinya penyakit dan gangguan akibat
interaksinya tiga faktor yaitu penyebab (agent), lingkungan (environment) dan
inang (host).
4. Pendekatan terfokus kepada Individual, Keluarga, Masyarakat dan Tatanan/ Kawasan
Pendekatan ini terutama di dalam melakukan kajian maupun melaksanakan
fraksis dimana individu, keluarga, masyarakat dan kawasan merupakan klien dari
iptek kesehatan lingkungan. Dengan pendekatan klien ini akan lebih terfokus dan
terbatasi sasaran kajiannya. Dari pendekatan terfokus ini akan terlihat kapan
masalah lingkungan menjadi private goods dan kapan menjadi public goods.
Dengan pendekatan-pendekatan tersebut tenaga di bidang kesehatan secara
profesional memiliki kemampuan memahami permasalahan, analisis yang
komprehensif dan mampu memecahkan masalah berdasarkan sasaran.
Pemahaman permasalah, analisis dan kemampuan pemecahan masalah akan
menyakinkan pelaksanaan dan peningkatkan pelayanan dan kinerjanya serta
kepercayaan kepada klien. Disamping itu beberapa pendekatan dapat digunakan
oleh masyarakat sesuai dengan kapasitasnya, khususnya dalam bentuk
teknologi tepatguna yang sesuai dengan kearifan sosio-kultural setempat.
31
Kesehatan lingkungan dapat digambarkan sebagai limas atau piramida
berdinding empat yang berputar pada sumbu vertikalnya. Pada suatu saat
menampakkan muka sebagai ilmu pengetahuan dan teknologi dengan ontologi,
epistemologi dan aksiologinya, pada suatu saat menampakkan muka sebagai
upaya dengan berbagai metode dan tehnisnya yaitu sebagai fraksisnya, pada
suatu saat menampakkan suatu kondisi dengan kualitas dan nilai-nilai
kergunaannya bagi kehidupan, dan pada suatu saat menampakkan suatu
kesejahteraan dengan peradabannya.
32
BAGIAN III
KESIMPULAN DAN IMPLIKASI
A. KESIMPULAN
1. Perkembangan pemikiran dan konsep kesehatan lingkungan sebagai
pandangan yang maju terlihat sejak dua dekade terakhir ini. Suatu
perkembangan pemikiran besar yaitu perkembangan sanitasi lingkungan
yang berorientasi kepada penyakit dan gangguan berubah kepada
kesehatan lingkungan yang berorientasi kepada kesejahteraan
masyarakat. Artinya, pertama, kesehatan lingkungan adalah sebagai
media menikmati hak asasi yang nyaman. Kedua, untuk nyaman dalam
menikmati hak asasi ada kewajiban, yaitu memelihara kualitas lingkungan.
Ketiga dalam memelihara, upaya yang dilakukan adalah mencegah
terjadinya gangguan atau kerusakan lingkungan. Keempat, lingkungan
baik yang terjadi akibat adanya aktifitas manusia atau alam yang berupa
bahan buangan atau sampah diubah menjadi bahan yang bermanfaat.
Bahan buangan adalah energi. Kelima, untuk mengubah bahan buangan
menjadi bermanfaat perlu dikembangkan atau rekayasa teknologi. Suatu
tantangan perlu segera diubah menjadi peluang. Keenam, untuk
mengatasi masalah-masalah tersebut diatas, selain berdimensi luas dan
lintas sektor serta peran masyarakat sangat penting, maka perlu
perubahan pola pikir, perumusan strategi dan kebijakan baru, serta
langkah-langkah yang komprehensif dari berbagai bidang termasuk
bidang pendidikan di samping penyusunan program-program
pembangunan di bidang kesehatan lingkungan.
2. Permasalahan-permasalahan kesehatan lingkungan semakin kompleks,
bertambah besar baik kualitas maupun kuantitasnya. Permasalahan perlu
segera dipecahkan untuk kesehatan dan keseimbangan ekologi. Ilmu
33
pengetahuan dan teknologi berfungsi untuk memecahkan masalah yang
dihadapi secara profesional. Sementara sampai saat ini kesehatan
lingkungan sebagai ilmu pengetahuan dan teknologi masih belum banyak
dipahami dan dikembangkan, walaupun dalam tingkat global telah
disepakati adanya tiga pilar penting dalam upaya mewujudkan
pembangunan berkelanjutan. Banyak hal atau faktor-faktor yang
mempengaruhi. Hal ini keberadaan kesehatan lingkungan sebagai ilmu
pengetahuan dan teknologi sangat dibutuhkan dan perlu dikembangkan.
Keadaan dan masalah tersebut diatas merupakan refleksi dari fraksis,
nilai dan manfaat dari keberadaan ilmu pengetahuan dan teknologi
kesehatan lingkungan..
3. Kesehatan lingkungan sebagai ilmu pengetahuan dan teknologi belum
banyak yang konsern sehingga belum tertata dengan baik, dan belum
mendapat dukungan untuk meningkatkan dan mengembangkan serta
mengimplementasikannya. Tertinggal oleh kemajuan iptek bidang-bidang
lain.
4. Perkembangan / aktualisasi upaya prevensi - promosi dan kebijakan di
bidang kesehatan seperti Paradigma Sehat, memberikan nuansa dan
suasana yang baik untuk mengembangkan kesehatan lingkungan. Tetapi
karena kurangnya sumberdaya di bidang kesehatan lingkungan, iklim
yang sangat kondusif kurang mendapatkan sambutan dan tetap kurang
berkembang. Tak pelak kesehatan lingkungan akan mengalami back
washing effects atas kemajuan iptek yang lain.
B. IMPLIKASI 1. Pengembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Kesehatan Lingkungan
Ilmu pengetahuan dan teknologi kesehatan lingkungan akan berkembang terus
bersama perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi lainnya. Dengan
perkembangan iptek baik yang menjadi dasar maupun yang berkaitan erat
dengan iptek kesling, maka untuk itu perlu adanya langkah-langkah dan upaya :
34
(1) Perlu untuk mengevaluasi dan melakukan kajian tentang insitusi pendidikan
di bidang kesehatan lingkungan yang ada saat ini berfungsi dalam
mengembangkan dan meningkatkan ilmu pengetahuan dan teknologi kesehatan
lingkungan dan memproduksi tenaga-tenaga di bidang kesehatan lingkungan.
(2) Perlu adanya suatu lembaga pendidikan di bidang kesehatan lingkungan
dengan tugas dan wewenang menyelenggarakan dan mengembangkan iptek
kesling dengan terencana dan sistematis yang akan menghasilkan tenaga-
tenaga yang trampil dan ahli secara profesional baik dengan non gelar maupun
yang bergelar (sain).
(b) Pendidikan sain yang bergelar (S1 s/d S3), bernaung pada pada universitas
baik negeri maupun swasta. Untuk pengembangan pemikiran ini perlu terlebih
dahulu disusun kurikulum nasional tentang kesehatan lingkungan.
(3) Perlu dilakukan penelitian-penelitian di bidang kesehatan lingkungan yang
lebih intens untuk mendukung pengembangan dan peningkatan iptek kesehatan
lingkungan.
2. Upaya Kesehatan Lingkungan sebagai Fraksis
Upaya-upaya yang terarah, tersistematisir perlu dilakukan upaya-upaya
dan dukungan :
(1) Tenaga yang terampil dan ahli di bidang kesehatan lingkungan, dengan
dilandasi etika profesi, standard kompetensi/profesi dan standarisasinya.
(2) Penguatan organisasi profesi di bidang kesehatan lingkungan untuk
menyusun dan menetapkan etika profesi, kompetensi dan standarisasinya.
Apabila diperlukan dibentuk dewan kesehatan lingkungan (Environmental Health
/ Sanitarian Board).
(3) Upaya pengendalian dan peningkatan perilaku dan lingkungan yang sehat
melalui pendidikan / pelatihan dan pemberdayaan masyarakat.
(4) Perangkat keras yaitu peralatan/sarana dan prasarana yang memadai baik
untuk operasional dilapangan maupun untuk keluarga dan masyarakat serta
sarana-sarana umum dan sosial yang menenuhi syarat-syarat kesehatan.
35
(5) Pendekatan-pendekatan dan prosedurnya yang dapat dilakukan secara
mandiri .
(6) Pengembangan teknologi dan rekayasa kesehatan lingkungan.
Di dalam impelementasinya dituntut pula bagaimana menterjemahkan dalam
kebijakan dan strategi pembangunannya. Komitmen ini penting dan strategis
serta tergantung dari pengambil keputusan sekltor-sektor terkait di tingkat Pusat
maupun Daerah, para pakar dan organisasi profesi, praktisi di lapangan dan
pemberdayaan masyarakatnya.
3. Kondisi Lingkungan sebagai Nilai dan Manfaat Bertambahnya jumlah penduduk dunia, jumlah penduduk miskin dan
bertambah majunya teknologi dan perkembangan industri, maka daya dukung
lingkungan dan kualitas lingkungan menurun bahkan merosot.
Untuk pemecahan permasalahan pada saat ini dan antisipasi pemecahan
permasalahan pada masa yang akan datang, maka perlu adanya :
1. Upaya penciptaan dan penggunaan barang-barang/produksi dan mesin-
mesin yang tepatguna dan ramah lingkungan serta pengawasannya.
2. Pengembangan dan penetapan parameter dan indikator Kesehatan
Lingkungan pada setiap tatanan / kawasan.
3. Perlu adanya prioritas sasaran kesehatan lingkungan kelompok rentan
dan miskin.
Implikasi ini perlu direspon oleh pihak pemerintah khususnya para pengambil
kebijakan baik di tingkat pusat maupun daerah, swasta termasuk dunia usaha
dan masyarakat temasuk lembaga-lembaga swadaya masyarakat dan organisasi
profesi, para pakar dan praktisi kesehatan lingkungan.
36
Daftar Pustaka
Achmadi, Umar Fahmi, Transformasi Kesehatan Lingkungan dan Kesehat-an Kerja di Indonesia, Diupayakan pada Upacara Pengukuhan Jabatan Guru Besar Tetap Kesehatan Lingkungan dan Kesehatan Kerja pada Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia di Jakarta, tanggal 18 September 1991. Adams Charles. Pertambahan Penduduk dan Penyerbuan Daerah Kota, dalam Kemiskinan di Perkotaan, Penyunting : Dr. Parsudi Suparlan, Jakarta : Sinar Harapan, 1984. Aswar, Azrul. Pengantar Ilmu Kesehatan Lingkungan. Jakarta: PT. Mutiara Sumber Widya, 1979. Blaikie N.W.H., Education and Environmentalism: Ecological World View and Environmentally Responsible Behaviour, Australian Journal of Environ-mental Education, August 1993. Chiras, Daniel D, Environmental Science: A Framwork for Decision Making, San Yuan: The Benya-min Publishing, 1985. Christensen, John W, Global Science : Energy, Resources, Environment, Second Edition, Ed. Iowa : Kendall / Hunt Publishing Company, 1984. Departemen Kesehatan. Rencana Pembangunan Kesehatan Menuju Indonesia Sehat 2010. Jakarta : Departemen Kesehatan, 1999. Dunlop dan Valiere, The New Environment Paradigm : Apropos Measuring Instrument and Preliminary, dalam Journal of Environment Education, No.9, 1978. Ehler, Victor M and Ernest W. Steel. Municipal and Rural Sanitation. London: McGraw-Hill Book Company, 1965. Engel, J.Ronald and Joan Gibb Engel, Ethics of Environment and Development, London: Belhaven Press, 1990.
37
Gilbert, Alan & Josef Gugler. Cities, Poverty and Development : Urbanization in the Third World. Penterjemah : Anshori dan Juanda. Yogya : PT. Tiara Wacana, 1996. Golley, Frank B, Deep Ecology from the Perspective of Ecological Science: An Interdiciplinary Journal Dedicated to the Philosophical Aspects of Environmental Problem, Spring 1987. Hanlon John J. and George Pickett. Public Health Administration and Practice. Santa Clara: Time Miror/Mosby College Publishing, 1984. Himpunan Akhli Kesehatan Lingkungan Indonesia, Laporan Seminar Sehari Pembangunan Berwawasan Lingkungan, Jakarta : HAKLI, 1982. Kantor Meneg. Lingkungan Hidup. Agenda 21 Indonesia, Jakarta, 1996 Leavell, Hugh Rodman and E.Gurney Clark. Preventive Medicine for The Doctor in His Community : An Epidemiologic Approach. London: McGraw-Hill Book Company, 1965. Levin, Norman D. Human Ecology. California : Duxbury Press. Meadow, Dennis L. et.al., The Limit to Growth, New York : The New American Library, 1972. Mesarovic Mihajlo, and Eduarts Pestel, Mankind at the Turning Point, The Second Report to The Club of Rome. New York : EP Dutton and Co, Inc,1974. Odum, Eugene P. Fundamentals of Ecology, Philadelphia: WB. Saunders Company, 1971. Purdom, P.Wilton. Environmental Health. London : Academic Press, 1980 Rivai, H.TB.Bachtiar. Perspektif Pembangunan Ilmu dan Teknologi. Jakarta : PT.Gramedia, 1986 Riyadi, AL. Slamet. Pengantar Kesehatan Lingkungan, Dimensi dan Tinjanuan Konsepsional. Surabaya : Usaha Nasional, 1986. Salim Emil, Pembangunan Berwawasan Lingkungan, Jakarta : PT.Pustaka LP3ES, 1993. Sarwono, Sarlito Wirawan, Psikologi Lingkungan, Jakarta: PT. Gramedia Widiasarana Indonesia, Cetak-an Kedua, 1995. Sastrawijaya, A. Tresna. Pencemaran Lingkungan. Surabaya : Rineka Cipta, 1991