Persepsi Penerima Bantuan Beras Miskin (Studi Kasus Di Desa...
Transcript of Persepsi Penerima Bantuan Beras Miskin (Studi Kasus Di Desa...
1
PERSEPSI PENERIMA BANTUAN BERAS MISKIN
(Studi Kasus Di Desa Candirejo, Kecamatan Tuntang, Kabupaten Semarang)
PENDAHULUAN
Kemiskinan, pertumbuhan penduduk, ketimpangan distribusi pendapatan, pengangguran, adalah
masalah-masalah yang kerap ditemui di Negara Berkembang seperti halnya Indonesia. Dalam
menangani setiap masalah yang kerap muncul di Negara Berkembang, tentunya tidaklah mudah
mengingat banyaknya faktor penyebab yang dapat menimbulkan masalah-masalah di atas.
Intervensi atau campur tangan pemerintah memiliki peran yang sangat penting guna
meminimalkan bahkan menghilangkan masalah-masalah yang kerap muncul. Salah satu bentuk
intervensi yang telah dilakukan pemerintah adalah dengan membuat kebijakan untuk
menanggulangi permasalahan di atas, seperti membuat kebijakan untuk mengurangi kemiskinan
melalui pemberian bantuan beras untuk rakyat miskin atau yang lebih populer dikenal dengan
RASKIN.
Kemiskinan adalah situasi serba kekurangan yang terjadi karena bukan kehendak si miskin,
melainkan karena keadaan yang tidak dapat dihindari dengan kekuatan yang ada padanya
(BAPPENAS,1993). Hal ini berarti, sekuat apapun orang miskin berusaha untuk terbebas dalam
permasalahan kekurangan yang ada padanya, jika tidak didukung oleh situasi yang memadai
tidak akan terbebas dari perangkap kemiskinan tersebut. Banyak pihak-pihak dalam pemerintah
berusaha menanggulangi kemiskinan ini guna mewujudkan Pembangunan Ekonomi yang lebih
baik dari sebelumnya. Namun, dalam kenyataannya hal ini tentunya tidaklah semudah dalam
membalikkan telapak tangan. Menurut BPS penurunan angka kemiskinan dari tahun 2000-Maret
2013 mangalami kisaran penurunan sebanyak 7.77% yaitu dari 19.14% pada tahun 2000,
menjadi 11.37% pada Maret 2013. Para Ekonom menghubungkan sulitnya penurunan angka
kemiskinan di Indonesia dengan salahnya tata kelola pemerintah di dalam membuat kebijakan
untuk mengurangi kemiskinan yang ada di Indonesia (Kompas: Kamis, 10 maret 2011). Peran
serta pemerintah, baik pusat maupun daerah, menjadi tombak yang sangat penting, mengingat
kemiskinan bukanlah permasalahan yang sepele dalam suatu bangsa. Kebijakan pemerintah yang
2
dibuat dalam penanggulangan kemiskinan, diharapkan dapat terwujud secara tepat sehingga
masalah kemiskinan dapat teratasi guna mewujudkan masyarakat yang sejahtera.
Pembangunan adalah hal yang tidak dapat dihindarkan dari pemberantasan kemiskinan.
Pemerintah yang menjadi pelaku penguasa yang sesungguhnya memiliki peran untuk melakukan
pembangunan melalui kebijakan-kebijakan yang telah dibuatnya. Dari banyaknya masalah yang
kerap ditemui dalam perekonomian, disini peneliti akan lebih condong di dalam masalah
kemiskinan yang kerap kali menjadi perbincangan dalam pemberitaan ekonomi. Seperti yang
sudah dijelaskan diatas bahwa salah satu kebijakan pemerintah dalam menanggulangi
kemiskinan ini adalah melalui pemberian bantuan beras untuk rakyat miskin (RASKIN),
kebijakan yang telah dibuat pemerintah ini dibuat dengan tujuan untuk menanggulangi
kemiskinan dengan cara membantu rakyat miskin di Indonesia untuk memenuhi kebutuhan
pokoknya melalui RASKIN.
Pemberian bantuan RASKIN dimulai pada tahun 1998, pada saat Indonesia mengalami krisis
moneter. Menurut Badan Urusan Logistik (BULOG) tujuan dari pemberian RASKIN ini adalah
untuk memperkuat ketahanan pangan rumah tangga terutama rumah tangga miskin. Realisasi
RASKIN selama 2005 - 2009 berkisar antara 1,6 juta ton - 3,2 juta ton. Dengan harga tebus
Rp.1.000/kg sampai dengan 2007 dan Rp.1.600/kg sejak tahun 2008, RASKIN bukan hanya
telah membantu rumah tangga miskin dalam memperkuat ketahanan pangannya, namun juga
sekaligus menjaga stabilitas harga. RASKIN telah mengurangi permintaan beras ke pasar oleh
sekitar 18,5 juta pada tahun 2009. Selain itu, perubahan harga tebus dari Rp.1.000/kg menjadi
Rp.1.600/kg juga dengan mempertimbangkan anggaran dan semakin banyaknya rumah tangga
sasaran yang dapat dijangkau untuk mendapatkan RASKIN.
Penanggulangan kemiskinan melalui pemberian RASKIN adalah salah satu bagian strategi dari
setiap rencana pembangunan yang ada di Indonesia. Pelaksanaan pembangunan dikatakan
berhasil jika mengalami peningkatan yang lebih baik dari sebelumnya.
Menurut Sukirno, 2006:11 Pembangunan berarti suatu proses yang menyebabkan pendapatan
perkapita penduduk suatu Negara meningkat secara berkesinambungan dalam jangka panjang.
Berbeda dengan definisi Sukirno, Michael Todaro dalam bukunya “Ekonomi Pembangunan
3
2006” mengatakan bahwa pembangunan tidak hanya sekedar soal pengukuran tingkat
pendapatan, masalah ketenagakerjaan, atau penaksiran tingkat ketimpangan penghasilan secara
kuantitatif saja, namun bahwa pembangunan harus mampu mencangkup tiga nilai inti dari
pembangunan yaitu Basic need yang mencangkup kecukupan dan kelangsungan hidup dalam
memenuhi kebutuhan pokok, self-esteem(harga diri) yang menyangkut menjadi manusia
seutuhnya, serta freedom(kebebasan) kemampuan sikap yang terbebas dari sikap
menghamba/tergantung.
Banyak peneliti (Jamhari:2012, Ramadayani:2013, Yulaswati:2012) yang sudah meneliti tentang
kebijakan pemerintah dalam memberikan bantuan RASKIN ini, namun kerap kali yang dilihat
adalah dari sisi efektivitas, yaitu apakah RASKIN yang diberikan kepada rakyat miskin itu
memiliki kualitas yang baik, harga yang tepat, serta diberikan kepada rakyat yang tepat atau
tidak, serta mampu memenuhi kebutuhan masyarakat miskin didalam memenuhi kebutuhan
pokoknya atau tidak. Padahal sebagai inti pembangunan yang seseungguhnya, seharusnya
bantuan pemerintah dalam memberikan RASKIN mampu meningkatkan harga diri, memberikan
kecukupan, serta memberikan kebebasan masyarakat sebagai wujud inti atas adanya
pembangunan.
Dalam Koran Kompas yang dimuat di “Kompas.com” pada tanggal 3 Juli 2013 menuliskan
bahwa masih adanya rakyat yang tidak miskin, namun mengaku miskin agar dapat menerima
bantuan RASKIN. Dalam hal ini, disini peneliti menyimpulkan bahwa adanya penurunan harga
diri dalam masyarakat tersebut dalam pelaksanaan kebijakan pemerintah melalui bantuan
RASKIN. Masih dalam berita Kompas, dimuat pula adanya warga miskin yang membuang hasil
pemberian RASKIN karena kualitas yang sangat buruk dan warga ini mengungkapkan meskipun
dalam kehidupannya miskin, namun dia tidak berarti mau mengkonsumsi beras dengan kualitas
yang buruk. Hal ini berarti, adanya tuntutan yang tinggi dari rakyat miskin dalam pemberian
bantuan pemerintah melalui RASKIN, agar pemerintah memberikan bantuan yang mampu
meningkatkan harga diri masyarakat tersebut.
4
Dalam Yewangoe 1989 menuliskan sebuah kisah yang disampaikan oleh C.S Yeo yang
menceritakan adanya seorang yang bernama Lee Pak Sook yang berusia 68 tahun yang tinggal di
Malaysia yang memiliki pekerjaan sebagai penjual bubur kacang merah, serta dalam usianya
yang sudah lanjut tersebut, Lee harus berjalan kurang lebih satu mill untuk menjajakan
dagangannya. Suatu hari ia mendapat kesempatan untuk tinggal di panti werdha agar Lee tidak
usah bersusah payah dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Akan tetapi, Lee tidak dapat tahan
akan kehidupan yang serba diatur serta terlalu bangga untuk hanya hidup dari belas kasihan
orang. Pada akhirnya Lee kembali pada irama kehidupannya seperti sedia kala. Dari kasus
tersebut, dapat disimpulkan bahwa meskipun Lee dipandang miskin, namun ia tidak pernah
kehilangan semangat hidup untuk mencapai masa depan yang serba lebih baik, serta untuk
meningkatkan harga dirinya untuk menjadi manusia yang seutuhnya.
Dari banyaknya kasus-kasus di atas, peneliti akan mencoba melihat dari sisi yang berbeda, yaitu
apakah kebijakan pemerintah dalam memberikan bantuan RASKIN yang diberikan kepada
rakyat miskin, mampu meningkatkan pembangunan melalui nilai inti dari pembangunan yaitu
kecukupan, harga diri, serta memberikan kebebasan kepada rakyat miskin, atau justru sebaliknya
yaitu membuat masyarakat miskin semakin tidak tercukupi, serta menurunkan harga diri rakyat
miskin bahkan ketergantungan rakyat miskin kepada pemerintah selaku pembuat kebijakan.
Masalah Penelitian
Seperti yang sudah dijelaskan pada latar belakang sebelumnya, rumusan masalah yang akan
diteliti oleh peneliti adalah apakah kebijakan pemerintah dalam memberikan bantuan beras untuk
rakyat miskin(RASKIN), mampu mengimplementasikan nilai inti dari pembangunan, yaitu
“Basic need”, “self esteem” serta “freedom”, atau justru membuat rakyat miskin menjadi tidak
maju tidak dapat menghargai diri sendiri, atau bahkan sangat bergantung kepada pemerintah.
Persoalan Penelitian
1. Apakah penerima RASKIN merasa tercukupi dalam kebutuhannnya setelah menerima bantuan
tersebut?
5
2. Apakah penerima RASKIN mampu meningkatkan Harga Dirinya didalam menerima bantuan
tersebut?
3. Apakah penerima RASKIN memiliki kebebasan penuh dan dapat hidup mandiri setelah
menerima bantuan tersebut?
Tujuan Penelitian
Mengidentifikasi nilai inti pembangunan yaitu kecukupan, harga diri serta kebebasan
dalam menerima bantuan tersebut.
Manfaat Penelitian
Bagi peneliti dan pembaca: membantu peneliti, serta pembaca untuk menambah
pengetahuan ekonomi khususnya dalam bidang ekonomi kemiskinan.
Bagi Pemerintah selaku pembuat kebijakan: membantu memberikan masukan pemerintah
untuk membuat kebijakan yang tepat khususnya didalam penanggulangan kemiskinan.
KAJIAN TEORI
Teori Persepsi, Kemiskinan dan Faktor Penyebab Kemiskinan
Berhubungan dengan topik penelitian, disini peneliti akan menjelaskan mengenai persepsi,
kemiskinan yang menjadi bagian dari penelitian. Sensasi merupakan bagian dari persepsi.
Persepsi muncul karena adanya suatu sensasi. Sensasi berasal dari kata “sense”yang artinya
adalah alat penginderaan yang menghubungkan organisme dengan lingkungan yang ada
disekitarnya. Persepsi adalah arti dan makna tertentu yang diberikan oleh manusia atas fenomena
tertentu berkenaan dengan rangsangan yang diterima oleh panca inderanya atau dengan kata lain,
persepsi adalah bagaimana kita memandang dunia.(Schiffman dan Kanuk, 1987:178).
6
Dalam mengukur kemiskinan, BPS (Badan Pusat Statistik) menggunakan konsep kemampuan
memenuhi kebutuhan dasar (basic needs approach). Dari hal ini, kemiskinan diartikan sebagai
ketidakmampuan dari sisi ekonomi untuk memenuhi kebutuhan dasar makanan dan bukan
makanan yang diukur dari sisi pengeluaran. Jadi Penduduk Miskin adalah penduduk yang
memiliki rata-rata pengeluaran perkapita perbulan dibawah garis kemiskinan.
Pengertian kemiskinan bukanlah pengertian yang mudah untuk diutarakan, mengingat maksud
dan tujuan yang digunakan untuk mengategorikan kemiskinan tersebut berbeda-beda. Pengertian
kemiskinan dari waktu kewaktu perlu diverifikasi lebih lanjut untuk disesuaikan dengan
keadaaan yang ada pada sekarang. Lalu apakah itu kemiskinan? Untuk menjawab perbedaan
penggunaan pengertian kemiskinan, disini akan dijelaskan perbedaanya. Menurut jurnal yang
ditulis oleh Prapto Yuwono yang berjudul “KEMISKINAN: MAKNA,SEBAB, DAN
SOLUSINYA” menjelaskan tentang perbedaan pengertian kemiskinan yaitu sebagai berikut:
a. Kemiskinan Spiritual dan Kemiskinan Material
Kemiskinan spiritual adalah perasaan miskin akibat cara pandang seseorang ketika
membandingkan penghasilannya dengan pihak lain yang lebih tinggi dari
penghasilannya. Sedangkan, kemiskinan material adalah kondisi tidak terpenuhinya
kebutuhan hidup minimum (KHM) dari suatu rumah tangga.
b. Kemiskinan Relatif dan Kemiskinan Absolut
Kemiskinan relatif adalah kondisi miskin karena posisi penghasilannya di bawah 50%
penghasilan per kapita. Sedangkan Kemiskinan Absolut adalah kondisi miskin
berdasarkan berdasarkan volume standar setiap jenis kebutuhan.
Labih lanjut lagi, Yuwono mengartikan kemiskinan sebagai gejala yang menunjukkan
ketidakwajaran sistem sosial-ekonomi di suatu daerah yang disebabkan oleh tiga sebab yaitu:
a. Akibat dari perbuatan atau pilihan pribadi
Yang dimaksud akibat atau pilihan pribadi adalah pilihan yang diambil sesorang dalam
menjalani kehidupannya yang dapat menjerumuskan kedalam kemiskinan. Contohnya,
7
kesukaan mabuk-mabukan, malas, mengkonsumsi narkoba yang dapat menimbulkan
kebutuhan keluarga terabaikan.
b. Akibat keterbelakangan
Keterbelakangan terjadi karena rendahnya aksesibilitas penduduk miskin ini pada
sumberdaya yang diperlukan, seperti tanah, modal, serta ilmu pengetahuan dan teknologi.
c. Akibat dari masalah struktural
Masalah ini timbul karena adanya kekuatan dari luar kelompok miskin yang
mempermiskin kehidupan ekonomi mereka. Kemiskinan dipandang sebagai akibat
struktur yang eksploitatif dan tidak adil. Struktur demikian bertolak dari kemiskinan
spiritual, yaitu perasaan miskin secara individual melihat orang lain yang lebih mampu
secara ekonomi. Lebih lanjut lagi, Yuwono mengemukakan bahwa kemiskinan spiritual
ini timbul dari ilusi uang (money illusion), yaitu penghargaan terhadap uang atau
kekayaan melampaui peri kemanusiaan, sehingga orang rela bersaing dan mengalahkan
orang lain hanya untuk uang. Akibatnya kekuasaan merupakan idaman, dan kepentingan
penguasa mengedepan.
Berbeda dengan Yuwono, Mudrajad Kuncoro (2003: 131), menilai penyebab kemiskinan
dipandang dari tiga segi ekonomi yaitu:
1. Secara mikro, kemiskinan muncul karena adanya ketidaksamaan pola kepemilikan
sumber daya alam yang menimbulkan distribusi pendapatan yang timpang. Penduduk
miskin hanya memiliki sumber daya alam dalam jumlah terbatas dan kualitasnya rendah.
2. Kemiskinan muncul akibat perbedaan dalam kualitas sumber daya manusia. Kualitas
sumber daya manusia yang rendah berarti produktivitasnya rendah, yang pada gilirannya
upahnya rendah. Rendahnya kualitas sumberdaya manusia ini dikarenakan
rendahnya pendidikan, nasib yang kurang beruntung, adanya diskriminasi atau karena
keturunan. Selanjutnya, kemiskinan muncul akibat perbedaan akses dalam modal.
8
3. Ketiga, kemiskinan ini bermuara pada teori lingkaran setan kemiskinan (vicious circle of
poverty).Ketika pendapatan mereka rendah, maka permintaan konsumsi dan tabungan
mereka rendah. Dengan permintaan dan tabungan yang rendah, maka investasi mereka
rendah. Dengan investasi yang rendah, maka produktivitas mereka rendah pula, yang
pada gilirannya akan mengakibatkan pendapatan mereka rendah.
Teori Harga Diri, Kebebasan, serta Kecukupan
a. Harga Diri
Menurut Frey dan Carlock dalam Oktario (2011) harga diri adalah istilah penilaian yang
mengacu pada penilaian yang positif, negatif, netral dan ambigu yang merupakan bagian
dari konsep diri, namun bukan berarti cinta diri sendiri. Sedangkan menurut Coopersmith
(1967) mengartikan harga diri sebagai penilaian yang dibuat individu mengenai hal-hal
yang berkaitan dengan dirinya, yang diekspresikan melalui bentuk sikap setuju, sehingga
sejauh mana individu menyukai dirinya sebagai individu yang mampu, penting, sukses,
dan berharga. Berdasarkan pengertian diatas peneliti menyimpulkan bahwa harga diri
adalah evaluasi terhadap diri sendiri baik hal negatif maupun positif dalam diri seseorang
untuk mengetahui jati diri yang sebenarnya yang kemudian diekspresikan.
Harga diri menjadi komponen yang sangat penting dalam pembangunan, karena hal ini
menyangkut tentang jati diri seseorang didalam menjalani sebuah kehidupan. Dalam
pelaksanaan pembangunan harus mampu meningkatkan harga diri masyarakat untuk
menghargai diri sendirinya, termasuk pelaksanaan pembangunan melalui kebijakan
pemerintah didalam memberikan RASKIN. Apabila nilai harga diri tersebut mengalami
penurunan, maka pembangunan yang dilakukan belum bisa dikatakan berhasil. Untuk
mengetahui tentang harga diri seseorang, berikut akan dijelaskan mengenai ciri-ciri
individu yang memiliki harga diri.
Menurut Frey dan Carlock (1987) dalam Oktario (2011) menuliskan ciri-ciri individu
yang memiliki harga diri adalah sebagai berikut:
9
1. Menghargai dirinya sendiri
2. Menganggap dirinya berharga
3. Menganggap dirinya sama dengan orang lain
4. Tidak berpura-pura menjadi sempurna
5. Mengenali keterbatasannya
6. Berharap untuk bertumbuh dan berkembang lebih baik lagi
Lebih lanjut lagi, frey dan Carlock (1987) menjelaskan mengenai komponen-komponen
harga diri yaitu sebagai berikut:
a. Merasa mampu, yaitu perasaan bahwa individu mampu mencapai tujuan yang
diinginkan. Menjadi individu yang mampu berarti memiliki keyakinan dalam hal
pikiran, perasaan dan perilaku yang sesuai dengan realita dirinya. Jika dalam hal ini
individu berhasil melaksanakannya berarti harga dirinya mengalami peningkatan.
b. Merasa berguna, yaitu perasaan individu bahwa ia berguna dalam menjalankan
kehidupannya. Dalam hal ini yang dimaksud adalah bahwa individu bisa menguatkan
diri serta menghormati dirinya sendiri. Jika seorang individu menganggap dirinya
tidak berguna/tidak layak, berarti individu mengalami penurunan harga diri.
Untuk pembentukan harga diri yang baik, seorang individu harus mampu mengevaluasi
dirinya sendiri. Dalam proses evaluasi tersebut, tidak dapat dibentuk dengan waktu yang
singkat, melainkan harus dipelajari selama individu menjalankan proses pengalaman
kehidupannya. Hal ini senada dengan Branden (1981) yang mengatakan bahwa harga diri
diperoleh melalui proses pengalaman yang terus-menerus terjadi dalam diri seseorang.
Untuk melihat apakah kebijakan dari pemerintah didalam memberikan bantuan RASKIN
mampu mengimplementasikan nilai inti pembangunan melalui harga diri, penilaian yang
digunakan oleh peneliti meliputi penilain dengan menggunakan ciri-ciri (karakteristik)
dari individu yang memiliki harga diri. Jika individu penerima bantuan RASKIN sesuai
10
dengan karakteristik dari seseorang yang memiliki harga diri, berarti individu tersebut
mampu meningkatkan harga dirinya.
b. Kebebasan
Kebebasan berasal dari kata dasar bebas yang artinya adalah tidak terikat. Menurut
Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) bebas berarti, lepas sama sekali, sehingga dapat
bergerak, berbicara, berbuat dengan leluasa. Dengan demikian kebebasan dapat diartikan
sebagai keadaan yang tidak terikat serta tidak tergantung kepada situasi apapun sehingga
dapat berekspresi dengan leluasa.
Dalam buku yang ditulis oleh Amartya Kumar Sen menjelaskan bahwa kebebasan adalah
hal yang terpenting dari adanya suatu pembangunan. Sen melihat bahwa suatu
pembangunan harus mampu merealisasikan kebebasan yang riil dalam masyarakat secara
luas. Untuk mewujudkan pandangan tersebut, diwajibkan bahwa suatu kemiskinan harus
dihilangkan, serta perluasan peluang ekonomi harus dimaksimalkan. Hal ini karena suatu
ketidakbebasan seringkali disebabkan oleh adanya kemiskinan yang berwujud dari
kelaparan sehingga menyebabkan orang-orang sulit untuk bertahan hidup. Sen
memandang bahwa kebebasan individu sebagai dasar yang oleh karena itulah
pembangunan harus dipandang sebagai usaha untuk memperluas kebebasan subtantif atau
“kemampuan manusia”. Kebebasan subtantif ini berkaitan dengan perspektif “modal
manusia”. Namun cakupan perspektif “modal manusia” lebih sempit, karena ia hanya
memfokuskan perhatian kepada upaya manusia dalam meningkatkan produksinya atau
cara agar manusia menjadi lebih produktif sehingga mampu memberi sumbangan yang
besar bagi pertumbuhan ekonomi.
Selain Amartya Kumar Sen, dalam bagian pengantar yang ditulis oleh Dister (1988)
menjelaskan bahwa kebebasan manusia terdapat berbagai macam-macam anggapan,
pendapat serta pandangan yang ada. Dalam mempelajarinya, kita langsung dihadapkan
pada fakta bahwa antara pendapat yang satu dengan yang lain tidak hanya terdapat
perbedaan yang cukup besar, tetapi sering kali juga pertentangan. Maksud dari
perselisihan tersebut adalah bahwa manusia tidak memiliki kebebasan yang mutlak,
11
namun melainkan memiliki kebebasan yang relatif. Mengapa demikian? Karena pada
dasarnya kebebasan manusia dibatasi oleh situasi dan kondisi manusia itu sendiri. Maka
dari itu, manusia tidak pernah seratus persen bebas. Kebabasan yang dimiliki manusia
merupakan tugas bagi manusia yang dapat dilaksanakan oleh manusia untuk mewujudkan
kebahagiaan hidup. Manusia tidak mungkin menyadari kebebasan jika ia tidak
melakukan sesuatu, jika ia tidak menjelmakan kemungkinan kebebasan kedalam situasi
yang konkrit (Dister 1988:17).
Jika kita memiliki kebebasan, itu berarti untuk selamanya kita mampu berpikir jernih dan
menilai sesuatu atas dasar keyakinan, pikiran sehat dan hati nurani sendiri. Memiliki
kebebasan berarti memiliki wewenang untuk memilih dari segala pilihan yang ada
dengan penuh tanggung jawab (Todaro 2006:28). Kebebasan menjadi keinginan yang
mendasar didalam kehidupan manusia karena hal ini adalah salah satu komponen dasar
kehidupan manusia. Kebebasan yang dimaksud disini adalah kemampuan untuk terbebas
dari sikap menghamba serta memiliki kemampuan untuk memilih serta berdiri tegak
sehingga tidak diperbudak oleh pengejaran aspek-aspek materiil dalam kehidupan yang
ada. Kebebasan menjadi faktor yang sangat penting didalam pelaksanaan pembangunan
karena hal ini yang akan menentukan apakah sebuah pembangunan yang dilakukan oleh
pemerintah selaku pembuat kebijakan mampu memberikan kebebasan penuh terhadap
manusia dalam menjalankan segala aspek kehidupannya. Kebebasan disini juga harus
diartikan sebagai kebebasan terhadap ajaran-ajaran yang dogmatis
c. kecukupan
Kecukupan secara umum dapat diartikan sebagai keadaan yang tidak kurang serta mampu
memenuhi kebutuhan dalam kehidupannya. Kecukupan yang dimaksud adalah
kemampuan manusia didalam memenuhi kebutuhan-kebutuhan dasar, dan apabila
kebutuhan dasar tersebut tidak tercukupi maka akan menimbulkan kondisi
keterbelakangan absolute (Todaro 2003). Hal ini menjadi salah satu prasarat untuk
menyatakan keberhasilan Pembangunan Ekonomi untuk kebaikan kualitas kehidupan.
Kecukupan yang dimaksudkan tidak hanya menyangkut kebutuhan pangan, namun juga
12
menyangkut kebutuhan pokok- pokok yang lainnya, seperti sandang, papan, kesehatan,
keamanan, serta pendidikan. Dengan adanya pembangunan diharapkan dapat
meningkatkan kecukupan masyarakat didalam memenuhi kebutuhan pokok untuk
meningkatkan kualitas kehidupan. Seseorang dikatakan cukup dalam kebutuhannya jika
segala kebutuhan terutama kebutuhan pokok mampu terpenuhi.
Penelitian Terdahulu
Hasil penelitian terdahulu menurut Musawa (2009) menunjukkan bahwa pemberian RASKIN
terkesan dipaksakan karena adanya keterbatasan waktu serta adanya kesalahan antara yang
seharusnya menerima dengan yang tidak menerima RASKIN. Menurut wasono dan yulaswati
(2012) menyimpulkan bahwa kualitas RASKIN serta bobot yang diberikan kepada rakyat miskin
mengalami masalah sehingga masyarakat yang menerima tidak puas. Sedangkan menurut
Winarni UNTAG semarang menyimpulkan bahwa pemberian program RASKIN sudah berjalan
dengan baik dan tepat sasaran. Amalia (2013) menyimpulkan dalam penelitiannya, bahwa
pemberian progam RASKIN telah memberikan bantuan RASKIN yang sangat dibutuhkan oleh
kelompok miskin yang menjadi targetnya. Menurut Sapudin (2013) dalam penelitiannya,
menyimpulkan bahwa prosedur dalam pendistribusian RASKIN diketahui telah melanggar
aturan dalam pendistribusian RASKIN sehingga realitas tersebut mengindikasikan telah terjadi
pelanggaran atas hak-hak dasar masyarakat miskin. Jamhari (2012) menyimpulkan bahwa
pemberian RASKIN belum efektif, yaitu dalam pemberian RASKIN tidak tepat sasaran dan
tidak tepat harga. Menurut Ramadayani (2013) menyimpulkan dalam penelitiannya bahwa
pemberian progam RASKIN tidak berjalan dengan efektif, tidak tepat harga serta tidak sesuai
prosedur dalam pemberian bantuan RASKIN.
13
METODE PENELITIAN
Pendekatan Penelitian
Penelitian yang digunakan oleh peneliti ini bersifat deskriptif-analitis. Penelitian deskriptif tidak
dimaksudkan untuk menguji hipotesis tertentu, tetapi hanya menggambarkan “apa adanya”
tentang suatu variabel, gejala atau keadaan (Arikunto 2009:234) Menurut Kamus Besar Bahasa
Indonesia analitis berarti (analisis) yang artinya adalah penyelidikan terhadap suatu peristiwa
untuk mengetahui keadaan yang sebenarnya. Penelitian Deskriptif menurut Muhammad dan
Soekanto dalam (Musawa 2009:65) adalah penelitian yang bersifat memaparkan dalam rangka
menggambarkan selengkap mungkin suatu keadaan yang terjadi ditempat tertentu, atau suatu
gejala yang ada, atau suatu peristiwa tertentu yang terjadi dalam masyarakat dalam konteks
penelitian. Dengan demikian, penelitian yang bersifat deskriptif-analitis dapat diartikan sebagai
penelitian yang bersifat memaparkan untuk menggambarkan suatu peristiwa yang terjadi
ditempat tertentu guna mengetahui keadaan yang sebenarnya. Berhubungan dengan topik
penelitian maka penelitian ini akan berupaya menjelaskan serta menggambarkan selengkap
mugkin mengenai persepsi masyarakat miskin didalam menerima RASKIN guna meningkatkan
pembangunan melalui inti pembangunan yaitu “basic need”, “self esteem” serta “freedom”.
Lokasi Penelitian
Lokasi Penelitian ini dilakukan di Desa Candirejo Kecamatan Tuntang, Kabupaten Semarang.
Penelitian dilakukan di desa tersebut, karena masih banyaknya warga yang menerima bantuan
RASKIN dari pemerintah sehingga sangat mendukung topik penelitian.
Sasaran Penelitian
Rumah Tangga Sasaran yang menerima RASKIN dan memiliki kartu RASKIN maupun yang
tidak memiliki kartu penerima RASKIN
Jenis Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer, yaitu data yang diperoleh langsung
oleh peneliti melalui lokasi penelitian
14
Teknik Pengumpulan data
a. Observasi
Observasi adalah pengamatan yang dilakukan oleh peneliti baik secara langsung maupun
tidak langsung untuk mengetahui serta mendapatkan informasi.Dengan adanya
pengamatan(Observasi) peneliti dapat memperoleh gambaran langsung yang terjadi
dilapangan. Berdasarkan topik penelitian, observasi yang akan dilakukakan oleh peneliti
adalah pengamatan langsung mengenai persepsi yang menyangkut gambaran peristiwa
kepada masyarakat miskin didalam menerima bantuan RASKIN.
b. Wawancara
wawancara adalah komunikasi dua arah yang dilakukan oleh individu antar individu
maupun individu dengan kelompok. Wawancara dilakukan oleh peneliti guna
mendapatkan jawaban yang sebenarnya dari informan yang sesuai dengan topik
penelitian. Wawancara yang akan dilakukan oleh peneliti disini dengan cara
mewawancarai penerima bantuan RASKIN berdasarkan daftar pertanyaan yang disusun
oleh peneliti.
Teknik analisis data
a. Pencatatan
Pencatatan dilakukan oleh peneliti guna mendokumentasikan hasil observasi maupun
wawancara yang telah didapat.
b. Pengelompokan data
Setelah data dicatat yang dilakukan oleh peneliti adalah mengelompokan data agar sesuai
dengan jenis kebutuhan penelitian.
c. Verifikasi
Verifikasi dilakukan oleh peneliti agar data-data yang diperoleh sesuai dengan tujuan dari
penelitian.
15
HASIL dan ANALISIS
Gambaran Umum Tentang Bantuan RASKIN
RASKIN merupakan salah satu bentuk bantuan pemerintah yang diberikan kepada rakyat miskin
guna memperkuat ketahanan pangan rumah tangga terutama rumah tangga miskin. Bantuan
pemerintah yang diberikan ini berupa beras yang diberikan langsung kepada rumah tangga
miskin melalui distributor penanganan RASKIN. Pemberian bantuan RASKIN dimulai sejak
tahun 1998 pada saat Indonesia mengalami krisis moneter. Pada awalnya tujuan RASKIN adalah
sebagai progam darurat (social safety net), namun pada saat ini sudah mengalami perluasan
tujuan yaitu sebagai bagian dari program perlindungan sosial masyarakat. Bentuk bantuan beras
ini diberikan kepada rakyat miskin Indonesia, mengingat sebagian besar penduduk Indonesia
mengkonsumsi beras untuk memenuhi kebutuhan pangannnya. Hal ini terbukti dengan adanya
rata-rata penduduk Indonesia yang mengkonsumsi beras sebesar 113,7kg/jiwa/tahunnya (Bps,
2011 dalam PEDUM RASKIN 2014).
Menurut badan urusan logistik (BULOG) data pemberian RASKIN menggunakan data Rumah
Tangga Miskin (RTM) yang diperoleh dari data BPS yang sampai saat ini menjadi dasar
pelaksanaan progam RASKIN. Dari jumlah RTM yang tercatat sebanyak 19,1 juta RTS(Rumah
Tangga Sasaran), baru dapat diberikan kepada 15,8 juta RTS pada tahun 2007, dan baru dapat
diberikan kepada seluruh RTM pada tahun 2008. Dengan jumlah RTS 19,1 juta pada tahun 2008,
berarti telah mencakup semua rumah tangga miskin yag tercatat dalam Survei BPS tahun 2005.
Jumlah sasaran ini juga merupakan sasaran tertinggi selama RASKIN disalurkan. Penggunaan
data RTS hasil pendataan Program Perlindungan Sosial tahun 2008 (PPLS – 2008) dari BPS
diberlakukan sejak tahun 2008 yang juga berlaku untuk semua program pengentasan kemiskinan
yang dilaksanakan oleh Pemerintah.
Dalam pelaksanaan / realisasi RASKIN, BULOG menyampaikan bahwa selama tahun 2005 -
2009 pemberian bantuan RASKIN berkisar antara 1,6 juta ton - 3,2 juta ton. Dengan harga tebus
Rp.1.000/kg sampai dengan 2007 dan Rp.1.600/kg sejak tahun 2008, RASKIN bukan hanya
telah membantu rumah tangga miskin dalam memperkuat ketahanan pangannya, namun juga
sekaligus menjaga stabilitas harga. RASKIN telah mengurangi permintaan beras ke pasar oleh
16
sekitar 18,5 juta pada tahun 2009. Selain itu, perubahan harga tebus dari Rp.1.000/kg menjadi
Rp.1.600/kg juga dengan mempertimbangkan anggaran dan semakin banyaknya rumah tangga
sasaran yang dapat dijangkau. Harga ini juga masih lebih rendah dari harga pasar yang saat itu
rata-rata sekitar Rp.5.000 – 5.500/kg.
Pada tahun 2014, Kementerian Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat menulis mengenai
pedoman umum dalam pemberian RASKIN (Pedum Umum RASKIN 2014). Pedoman ini
merupakan kebijakan makro dalam pelaksanaan program RASKIN secara nasional. Dalam
pedoman ini tertulis mengenai tujuan, manfaat, serta sasaran dalam pelaksanaan program
RASKIN. Perencanaan serta penganggaran program RASKIN mengacu pada Undang-Undang
No. 23 tahun 2013 tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) tahun 2014.
Dalam anggaran tersebut, pemerintah mengalokasikan dana untuk alokasi subsidi pangan dengan
kebijakan sebagai berikut:
a. Anggaran subsidi RASKIN tahun 2014 disediakan dalam APBN tahun 2014, DIPA
(Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran) kementrian keuangan. Kebijakan pemerintah pusat
dalam Penganggaran Program Raskin hanya untuk pengadaan beras dan penyalurannya
sampai TD(Titik Distribusi).
b. Sesuai dengan Undang-Undang No.18 tahun 2012 tentang Pangan (Pasal 18 dan 58) dan
Surat Edaran Menteri Dalam Negeri No.:900/2634/SJ tanggal 27 Mei 2013, maka
pemerintah daerah (provinsi dan kabupaten/kota) mengalokasikan Anggaran Pendapatan
dan Belanja Daerah (APBD) untuk penyaluran Raskin dari TD sampai dengan RTS-PM.
Penyediaan anggaran tersebut mencakup antara lain untuk: biaya operasional Raskin,
biaya angkut raskin dari TD ke TB hingga ke RTS-PM, subsidi harga tembus Raskin,
dana talangan Raskin, tambahan alokasi Raskin kepada RTS-PM diluar Pagu yang
ditetapkan maupun tambahan alokasi Raskin untuk RTS-PM didalam Pagu yang
ditetapkan.
17
Tujuan, Sasaran, serta Manfaat RASKIN
A. Tujuan
Tujuan Program Raskin adalah mengurangi beban pengeluaran Rumah Tangga Sasaran melalui
pemenuhan sebagian kebutuhan pangan beras.
B. Sasaran
Sasaran program RASKIN 2014 adalah berkurangnya beban pengeluaran 15.530.897 RTS dalam
mencukupi kebutuhan pangan beras melaui penyaluran beras bersubsidi dengan alokasi sebanyak
15kg/RTS/bulan.
C. Manfaat
1. Stabilisasi harga beras di pasaran.
2. Pengendalian inflasi melalui intervensi Pemerintah dengan menetapkan harga beras
bersubsidi sebesar Rp.1.600,-/kg, dan menjaga stok pangan nasional.
3. Peningkatan ketahanan pangan di tingkat rumah tangga sasaran, sekaligus mekanisme
perlindungan sosial dan penanggulangan kemiskinan.
4. Peningkatan akses pangan baik secara fisik (beras tersedia di TD), maupun ekonomi (harga
jual yang terjangkau) kepada RTS.
5. Sebagai pasar bagi hasil usaha tani padi.
6. Membantu pertumbuhan ekonomi daerah.
18
Alur Pemberian RASKIN
Sumber: http://www.bulog.co.id/images/alur_raskin_new.gif
Dari alur distribusi RASKIN diatas dapat dijelaskan bahwa pemberian bantuan RASKIN dimulai
dari adanya Surat Perintah Alokasi (SPA) yang diberikan kepada Kabupaten/Kota kemudian
diberikan kepada perum BULOG berdasarkan pagu RASKIN. SPA tersebut juga menyangkut
rincian di masing-masing Kecamatan dan Desa/Kelurahan.Setelah SPA diterima oleh perum
19
BULOG maka berdasarkan SPA tersebut, perum BULOG menerbitkan Surat Perintah
Pengeluaran Barang/Delivery Order (SPPB/DO) beras untuk masing- masing Kecamatan atau
Desa/Kelurahan kepada satuan kerja RASKIN.
Satuan kerja RASKIN kemudian mengambil beras ke gudang Perum BULOG serta mengangkut
dan menyerahkan RASKIN kepada Pelaksana Distribusi RASKIN dititik Distribusi. Dari titik
Distribusi tersebut, penyerahan/penjualan beras kepada RTS-PM ( Penerima Manfaat) RASKIN
dilakukan oleh salah satu dari tiga Pelaksana Distribusi RASKIN, yaitu Kelompok Kerja (Pokja),
atau Warung Desa (Wardes) atau Kelompok Masyarakat (Pokmas). Dari titik inilah terjadi
transaksi secara tunai dari RTS – PM RASKIN ke Pelaksana Distribusi.
Dasar Hukum Pemberian RASKIN
(Sumber: Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan)
Dalam pemberian bantuan RASKIN pemerintah menggunakan dasar hukum dalam pemberian
bantuan ini. Dasar hukum yang digunakan untuk landasan pemberian RASKIN adalah sebagai
berikut:
1. Undang-Undang No. 8 Tahun 1985 tentang Organisasi Masyarakat.
2. Undang-Undang No. 18 Tahun 1986 tentang Pelaksanaan Undang-Undang No. 8 Tahun
1985.
3. Undang-Undang No. 19 Tahun 2003, tentang Badan Usaha Milik Negara (BUMN).
4. Undang-Undang No. 32 Tahun 2004, tentang Pemerintahan Daerah.
5. Undang-Undang No. 18 Tahun 2012, tentang Pangan.
6. Undang-Undang No. 23 Tahun 2013 tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
(APBN) Tahun Anggaran 2014.
7. Peraturan Pemerintah No. 68 Tahun 2002, tentang Ketahanan Pangan.
8. Peraturan Pemerintah No. 7 Tahun 2003, tentang Pendirian Perusahaan Umum BULOG.
9. Peraturan Pemerintah No. 58 Tahun 2005, tentang Pengelolaan Keuangan Daerah.
10. Peraturan Pemerintah No. 38 Tahun 2007, tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara
Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/kota.
20
11. Peraturan Pemerintah No. 60 Tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah
(SPIP).
12. Peraturan Presiden RI No. 15 tahun 2010 tentang Percepatan Penanggulangan Kemiskinan
13. Peraturan Presiden RI tentang Rencana Kerja Pemerintah Tahun 2014
14. Inpres No. 3 tahun 2012 tentang Kebijakan Pengadaan Gabah / Beras dan Penyaluran Beras
oleh Pemerintah.
15. Permendagri No. 21 Tahun 2011 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Dalam Negeri
No. 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah.
16. Permenkeu tentang Penunjukan Kementerian Sosial sebagai Kuasa Pengguna Anggaran
(KPA) Program Raskin;
17. Kepmenko Kesra No. 57 Tahun 2012 tentang Tim Koordinasi Raskin Pusat;
18. Instruksi Mendagri No.: 541/3150/SJ tahun 2013 tentang Pelaksanaan Pembagian Kartu
Perlindungan Sosial (KPS) dan Penanganan Pengaduan Masyarakat;
19. Surat Edaran Menteri Dalam Negeri No.: 900/2634/SJ tahun 2013 tentang Pengalokasian
Biaya Penyaluran Raskin dari Titik Distribusi ke Titik Bagi.
Semua dasar hukum diatas digunakan pemerintah sebagai landasan atau dasar dalam
pemberian bantuan RASKIN yang merupakan salah satu strategi pemerintah dalam
menanggulangi kemiskinan yang ada di Indonesia.
Gambaran Umum Desa Candirejo
Desa Candirejo adalah salah satu desa yang menjadi bagian dari Kecamatan Tuntang, Kabupaten
Semarang, Jawa Tengah. Letak Geografi Desa Candirejo, disebelah Utara adalah Desa kesongo
dan Kelurahan Blotongan, disebelah selatan Desa Jombor, serta disebelah Timur Kelurahan
Pulutan (Salatiga) dan disebelah Barat adalah Rawa Pening. Perwilayah Desa Candirejo
didominasi oleh pekarangan bangunan yang mencapai 94.632 ha. Jumlah kemiskinan yang ada di
desa Candirejo yaitu sebanyak 247 jiwa.
Pembagian perwilayahan desa candirejo adalah sebagai berikut:
21
Tabel 1.1
Pembagian Wilayah Desa Candirejo
NO WILAYAH LUAS
1 TANAH KERING
a. Pekarangan / Bangunan 94.632 Ha
b. Tegal / Kebun 16.211 Ha
c. Ladang Pengembalaan
2 TANAH UNTUK FASILITAS UMUM
a. Lapangan Olahraga 1.200 Ha
b. Taman Rekreasi
c. Kuburan / Jalan 3.729 Ha
Sumber:
Kelurahan Desa Candirejo
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa sebagian besar dari lahan yang ada di desa Candirejo
digunakan sebagai pekarangan dan bangunan. Kemudian seluas 16.112 ha dari lahan yang ada
digunakan sebagai tegal/ kebun.
Tabel 1.2
Pembagian Dusun Desa Candirejo
NO NAMA DUSUN LAKI-LAKI PEREMPUAN
TOTAL PENDUDUK
1 DEMPEL 306 304 610
2 KINTELAN KIDUL 307 342 649
3 KINTELAN LOR 315 327 642
4 KARANG PAWON 335 339 674
5 KUMPULREJO 141 150 291
22
6 CANDI LOR 183 212 395
7 CANDI TENGAH 317 343 660
8 CANDI KIDUL 207 238 445
9 KLEGO 176 180 356
10 KALIPANGGANG 311 286 597
11 CANDI INDAH 225 260 485
TOTAL 5804
Sumber: Kelurahan Desa Candirejo
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa penduduk yang ada di desa candirejo memiliki total
penduduk sebanyak 5804 jiwa serta jumlah penduduk paling sedikit ada di dusun Kumpulrejo
yaitu sebanyak 291 jiwa, serta penduduk terbayak ada di dusun karang pawon yaitu sebanyak
674 jiwa.
Tabel 1.3
Mata Pencaharian Desa Candirejo
NO JENIS MATA PENCAHARIAN JUMLAH
1 PEDAGANG 134
2 ANGKUTAN 60
3 PNS DAN ABRI 107
4 PENSIUNAN 84
5 PETANI 505
6 BURUH TANI 400
7 PENGUSAHA 271
8 BURUH INDUSTRI 140
9 BURUH BANGUNAN 281
10 NELAYAN 60
11 PETERNAK 2
12 SWASTA 110
23
13 LAIN-LAIN 154
TOTAL 2308
Sumber: Kelurahan Desa Candirejo
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa jenis mata pencaharian yang tertinggi adalah “petani” yang
mancapai 505 jiwa, kemudian diikuti oleh “buruh tani” yang mencapai 400 jiwa. Buruh
bangunan yang ada di desa Candirejo sebesar 281 jiwa, pengusaha sebesar 271 jiwa, buruh
industry 140 jiwa, swasta 110 jiwa, nelayan 60 jiwa, sedangkan yang paling sedikit berada pada
mata pencaharian sebagai peternak yaitu 2 jiwa.
Pemberian Program Raskin Di Desa Candirejo
Dalam pemberian bantuan RASKIN pemerintah melalui tim koordinasi memberikan tanggung
jawab kepada kepala Desa/Lurah/Kepala Pemerintahan setempat atas pelaksanaan program
Raskin di wilayahnya. Melalui rapat dari tim yang ada dikelurahan Candirejo, Desa ini
melaporkan kepada pemerintah, bahwa terdapat 247 jiwa miskin yang harus mendapatkan
bantuan RASKIN. Penilaian kemiskinan di Desa ini berdasarkan laporan tiap RT yang kemudian
dilaporkan ke-RW. Dari tiap-tiap RW yang ada, kemudian melaporkan ke Kelurahan setempat.
Pihak RT setempat menilai kemiskinan yang ada diwilayahnya dilihat dari kondisi rumah tangga
yang ada secara langsung. Penilaian ini berdasarkan kondisi rumah masyarakat, serta pola hidup
masyarakat dalam memenuhi kebutuhan pokoknya.
Pemberian bantuan RASKIN di Desa candirejo dihargai dengan harga rata-rata tiap kilogram
beras yang didapat dengan harga Rp. 1.900,-. Dari banyaknya beras 15kg per-karung penerima
dapat membeli dengan harga Rp. 28.000,- yang kemudian dibagikan kepada kelompok penerima
bantuan tersebut. Dari setiap kelompok karung beras dibagi 4-6 orang penerima RASKIN.
Pembentukan kelompok pembagian bantuan RASKIN berdasarkan inisiatif dari warga yang
menerima RASKIN.
24
Tabel 1.4
Jumlah penerima Raskin menurut RW dari tahun 2008-2013
RW JUMLAH RT
JUMLAH RTS (Rumah Tangga Sasaran)
JUMLAH RASKIN DITERIMA (Per RTS=dalam(kg))
I 4 20 15
II 4 24 15
III 4 28 15
IV 4 27 15
V 2 15 15
VI 3 23 15
VII 4 29 15
VIII 3 20 15
IX 3 20 15
X 4 23 15
XI 6 18 15
TOTAL 41 247
Sumber: Kelurahan Desa Candirejo
Dari data yang didapat peneliti, Kelurahan menyampaikan bahwa masing-masing warga yang
menerima bantuan RASKIN mendapat jatah beras sebanyak 15kg. Hal ini, bertentangan dengan
fakta-fakta yang terjadi dilapangan bahwa warga penerima RASKIN mendapat jatah beras
dengan rata-rata 2-7 kg.
Pemberian Raskin Desa Candirejo dari Tahun 2008-2013 tidak mengalami perubahan jumlah
jiwa penerima bantuan Raskin. Menurut data yang ditulis di Desa ini, Kelurahan menyampaikan
bahwa jumlah penerima Raskin yaitu sebanyak 247 jiwa yang terdaftar sebagai warga miskin
semuanya mendapatkan bantuan RASKIN. Dalam pemberian bantuan RASKIN ini, memiliki
karakteristik yang berbeda-beda sesuai dengan keputusan masing-masing Dusun.
Ada beberapa Dusun yang membagikan bantuan RASKIN secara merata kepada tiap warganya
untuk menerima RASKIN, ada pula yang membagikan bantuan RASKIN khusus warganya yang
25
kurang mampu. Sebagai contohnya, Dusun Karang Pawon yang memiliki jumlah penduduk
terbanyak membagikan merata bantuan RASKIN kepada tiap warganya yang masing-masing
warganya mendapat jatah beras dengan rata-rata sebanyak 2 kg. Menurut pengamatan yang
dilakukan peneliti, disini peneliti melihat bahwa terjadi sikap iri dari warga Karang Pawon
terhadap penerima RASKIN semula, kemudian warga tersebut mengadu kepada pihak RT.
Dengan adanya aduan-aduan dari warga, kemudian diputuskan bahwa pemberian RASKIN di
Dusun ini dibagikan secara merata.
Dengan adanya peristiwa tersebut, tentunya sangat merugikan penduduk golongan rendah
sebagai penerima adanya bantuan RASKIN. Disini peneliti menyimpulkan bahwa suatu
pembangunan yang ditujukan guna mengurangi kemiskinan tidak dapat berjalan dengan baik,
namun justru bersifat diskriminatif yang menghilangkan nilai inti dari suatu pembangunan yaitu
kecukupan, harga diri serta kebebasan dari sikap bergantung dari pemerintah. Dengan adanya
peristiwa tersebut, peneliti juga melihat bahwa pemberian bantuan RASKIN justru membuat
masyarakat yang memiliki kehidupan lebih baik menjadi kehilangan atau mangalami penurunan
harga diri. Hal ini dilihat dari sikap masyarakat yang justru tidak malu untuk memperoleh jatah
beras miskin yang seharusnya ditujukan kepada masyarakat miskin.
Berikut akan disampaikan mengenai hasil penelitian yang berhasil dikumpulkan oleh peneliti
serta termasuk jawaban dari setiap pertanyaan yang sudah disiapkan oleh peneliti. Wawancara
dilakukan dengan 25 orang yang menjadi bagian dari penerima bantuan Raskin yang ada di desa
Candirejo. Dari wawancara yang dilakukan peneliti, terdapat bahwa sebagian besar jawaban
responden mengaku sangat senang dalam menerima bantuan RASKIN serta tidak malu dalam
menerima bantuan tersebut serta tetap berharap bahwa pemerintah akan tetap memberikan
bantuan RASKIN. Berikut adalah contoh jawaban-jawaban dari setiap responden:
“saya sangat senang dalam menerima bantuan RASKIN dan tidak malu lah mumpung mendapat
jatah beras murah. Saya tetap berharap bahwa pemerintah tetap memberikan RASKIN untuk
waktu-waktu yang akan datang. Mengenai soal cukup atau tidaknya, ya sedikit membantu
kebutuhan saya.Jika suatu saat pemerintah menghentikan bantuan ini, mau tidak mau ya tidak
mendapat jatah beras lagi.” (Ibu Temu: penerima bantuan RASKIN dari th. 2003-2013)
26
“Dalam menerima RASKIN tentunya tidak malu, namanya juga dikasih ya saya terima saja
daripada mubadir. Untuk waktu mendatang semoga pemerintah tetap memberikan bantuan
RASKIN. Jika suatu saat diberhentikan sangat disayangkan, kalaupun benar-benar berhenti ya
mau gimana lagi, harus diterima lah.” (Ibu Wiji: penerima bantuan RASKIN baru, yang semula
tidak mendapat bantuan)
Dari jawaban diatas, peneliti melihat bahwa bantuan RASKIN belum mampu
mengimplementasikan pembangunan yang sebenarnya. Dengan adanya jawaban-jawaban
tersebut, dapat dilihat bahwa terjadi kecenderungan sikap menghamba dari masyarakat setelah
menerima bantuan tersebut. Hal ini dibuktikan dengan adanya jawaban dari responden yang
menyatakan akan tetap berharap bahwa pemerintah memberikan bantuan RASKIN secara terus-
menerus. Hal ini berarti bahwa suatu pembangunan yang dilakukan pemerintah belum mampu
memberikan kebebasan penuh kepada masyarakat sebagai penerima adanya bantuan. Adanya
bantuan ini juga diharapkan bahwa pembangunan yang dilakukan pemerintah bisa memberikan
kebebasan kepada masyarakat mengingat kebebasan merupakan salah satu hal terpenting
manusia dalam menjalankan hidupnya. Kebebasan disini bisa dinilai agar masyarakat setelah
menerima bantuan tidak bergantung kepada pemerintah dikemudian hari melainkan memiliki
semangat serta tekat untuk hidup maju termasuk dalam memenuhi kebutuhan pokoknya.
Hal yang tidak kalah penting dari adanya pembangunan yaitu harga diri. Harga diri menjadi
komponen yang sangat penting dalam pembangunan karena hal ini menyangkut mengenai jati
diri seseorang dalam menjalankan kehidupannya. Dengan adanya bantuan RASKIN ini justru
membuat masyarakat tidak dapat menghargai diri-sendiri termasuk menurunkan harga dirinya
dalam menerima bantuan tersebut. Adanya sikap masyarakat yang justru tidak malu dan merasa
senang dalam menerima bantuan akan membentuk karakter masyarakat yang semakin
mengalami penurunan harga diri. Penurunan harga diri ini diperparah dengan adanya sikap dari
masyarakat yang semula tidak menjadi target pemberian bantuan RASKIN justru meraih cara
apapun termasuk menurunkan harga dirinya dengan merasa miskin agar dapat menerima bantuan
yang diberikan oleh pemerintah.
27
Sebagai wujud implementasi pembangunan yang sebenarnya seharusnya bahwa suatu bantuan
yang diberikan kepada masyarakat harus mampu untuk meningkatkan harga diri masyarakat
untuk dapat menghargai diri sendiri serta merasa mampu dan berguna dalam mencapai tujuan
hidupnya, termasuk memiliki semangat serta tekat untuk memenuhi kebutuhan pokoknya.
Dengan adanya sikap serta mental penerima RASKIN yang tetap bergantung kepada pemerintah
serta mengalami penurunan harga diri, membuat masyarakat sebagai penerima adanya suatu
bantuan akan membentuk karakter masyarakat menjadi buruk. Adanya suatu pembangunan guna
pengentasan kemiskinan diharapkan bahwa masyarakat setelah menerima bantuan, mampu
meningkatkan harga dirinya dengan cara menghargai diri sendiri, menganggap dirinya berharga,
mengenali keterbatasanya sehingga akan berkembang lebih baik lagi serta tidak bergantung
kepada pemerintah dikemudian hari.
Dengan adanya bantuan RASKIN ini pula, masyarakat sebagai penerima bantuan tidak mampu
mencukupi kebutuhan pokoknya melalui beras RASKIN. Hal ini diakibatkan bahwa jatah beras
miskin yang seharusnya diterima masyarakat miskin sebesar 15kg menjadi tidak terpenuhi
dengan adanya pembagian merata kepada masyarakat. Adanya penurunan harga diri dari
masyarakat yang semula tidak menerima bantuan membuat masyarakat sebagai penerima
bantuan tidak tercukupi melalui RASKIN.
Komponen yang tidak kalah penting dari adanya pembangunan ekonomi selain perbaikan
struktur sosial, sistem kelembagaan, adalah perubahan sikap serta perilaku masyarakat itu sendiri
(Arsyad, 2010:31). Dalam penelitian ini, peneliti akan menyampaikan mengenai efek positif
serta negatif dari pemberian RASKIN. Hal ini dimaksudkan agar suatu program pembangunan
dapat berjalan secara maksimal guna mewujudkan pembangunan yang sebenarnya.
Tabel 1.5
Efek Positif dan Negatif dari pemberian bantuan RASKIN
EFEK POSITIF EFEK NEGATIF
RASKIN menjadi bantuan yang cukup
cocok bagi masyarakat miskin yang
Adanya bantuan ini justru menjadikan
peluang-peluang baru bagi masyarakat
28
sebagian besar ada di Indonesia. Hal ini
dilihat dari adanya rata-rata penduduk
Indonesia yang mengkonsumsi beras
sebesar 113,7kg/jiwa/tahunnya (Bps,
2011).
Pemberian bantuan RASKIN ini cukup
membantu masyarakat miskin didalam
memenuhi kebutuhan pokonya malalui
beras, namun belum sepenuhnya
menolong masyarakat miskin didalam
memenuhi kebutuhan pokoknya
yang semula tidak menjadi target
pemberian RASKIN, menempuh jalan
apapun termasuk menurunkan harga
dirinya agar dapat menerima bantuan
RASKIN. Jika hal ini dibiarkan akan
justru menghambat realisasi
pembangunan guna mengurangi
kemiskinan yang ada di Indonesia
mengingat salah satu nilai inti dari
adanya pembangunan adalah harga diri
(“self-esteem”)
Adanya bantuan RASKIN ini, justru
membuat masyarakat tidak menjadi
bebas, serta tetap bergantung kepada
pemerintah, sehingga membentuk
mental serta perilaku masyarakat yang
tidak mandiri. Selain hal tersebut,
adanya sikap masyarakat serta
pengawasan yang kurang dari
pemerintah membuat RASKIN belum
mampu memenuhi kebutuhan. Hal ini
dikarenakan adanya masyarakat yang
semula tidak menerima RASKIN,
justru mengambil hak masyarakat
penerima RASKIN untuk mendapatkan
RASKIN, sehingga masyarakat sebagai
penerima bantuan tidak tercukupi.
29
Sebagai wujud dari pembangunan yang sebenarnya, seharusnya pemerintah dalam memberikan
RASKIN memperhatikan hasil dari suatu kebijakan tersebut melalui nilai inti dari pembangunan
yaitu “Basic need”, “self esteem” serta “freedom”. Adanya bantuan RASKIN yang diberikan
kepada masyarakat miskin, harus mampu membentuk mental/sikap masyarakat agar tidak
bergantung kepada pemerintah dikemudian hari, serta mampu meningkatkat harga diri
masyarakat untuk memiliki semangat yang baik didalam menghargai diri sendiri.
Dalam pengentasan kemiskinan yang ada di Indonesia, guna mewujudkan sikap/mental
masyarakat agar mendukung adanya suatu pembangunan dibutuhkan strategi/kebijakan yang
tepat agar suatu pembangunan dapat berjalan secara efektif. Menurut Arsyad (2010:307-309)
menuliskan bahwa strategi/kebijakan dalam pengentasan kemiskinan adalah sebagai berikut:
a. Pembangunan Sumber Daya manusia
Di Indonesia, pendidikan baik formal maupun non-formal memiliki peran yang sangat
penting dalam mengurangi kemiskinan jangka panjang. Pengurangan kemiskinan tersebut
dapat dilakukakan dengan cara perbaikan produktivitas, efisiensi secara umum, maupun
melalui pelatihan-pelatihan golongan miskin dengan bekal ketrampilan yang dibutuhkan
yang dibutuhkan yang pada akhirnya akan menguntungkan serta meningkatkan pendapatan
mereka.
b. Pembangunan Pertanian dan Perdesaan
Dari data empiris menuliskan bahwa sektor pertanian memiliki peran yang sangat penting
dalam pembangunan ekonomi dan pengurangan kemiskinan yang ada di Indonesia. Ada 3
aspek dalam pertanian yang telah memberikan kontribusi yang sangat besar bagi
pengurangan kemiskinan yang ada. Kontribusi terbesar bagi peningkatan pendapatan
perdesaan dan pengurangan kemiskinan perdesaan dihasilkan dari adanya revolusi teknologi
dalam pertanian padi, termasuk pembangunan irigasi.
Profitabilitas produksi padi telah meningkat sekitar dua per tiga(dalam ukuran riil) antara
tahun 1969 dan 1987, ketika varietas unggul menggantikan varietas tradisional. Pendapatan
30
pertanian pada tahunan diperkirakan meningkat lebih dari dua kali lipat, dari sekitar Rp.
34.000 per ha menjadi lebih dari Rp. 82.000 pada tingkat harga pada tahun 1969 (Huppi dan
Revalion, 1989).
Kontribusi yang lain hadir dari program pemerintah untuk meningkatkan produksi dari
tanaman keras. Misalnya, lebih dari 200.000 petani di luar jawa tealah dibantu untuk
menanam karet, kelapa, dan kelapa sawit. Dengan adanya bantuan tersebut, akhirnya
pembangunan kawasan luar Jawa juga mengurangi dalam penurunan angka kemiskinan.
c. Peranan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM)
Adanya peranan dari LSM mempunyai peran yang tidak kalah penting dalam pengentasan
kemiskina. Keterlibatan aktif dari LSM didalam program-program pemerintah cenderung
akan meningkatkan “penerimaan” masyarakat perdesaan terhadap program-program
pemerintah dan pada akhirnya akan meningkatkan partisipasi masrarakat itu sendiri.
Pemerintah selaku pembuat kebijakan yang ada di Indonesia, diharapkan mampu memantau serta
melihat hasil dari adanya kebijakan, termasuk kebijakan pemberian RASKIN dalam
menanggulangi kemiskinan. Adanya program RASKIN,diharapkan dapat membentuk sumber
daya manusia yang baik agar masyarakat sebagai target pemberian RASKIN tidak mengalami
penurunan harga diri serta tidak bergantung kepada pemerintah dikemudian hari. Dengan adanya
pemberian RASKIN diharapkan pula agar pemerintah mampu melakukan kerja sama yang baik
melalui LSM setempat, hal ini dimaksudkan agar masyarakat miskin memiliki wadah dalam
membentuk ketrampilan guna merubah masyarakat yang miskin untuk menjadi masyarakat yang
mandiri.
Dengan adanya strategi/kebijakan yang telah ditulis Arsyad diatas, diharapkan dapat mengurangi
adanya kemiskinan yang ada di Indonesia. Selain hal tersebut,keterlibatan dari masyarakat
seluruh baik pemerintah maupun masyarakat pada umumnya, juga memiliki peran yang sangat
penting. Kerjasama yang baik serta komunikasi dalam hal pemberian informasi antara
pemerintah terhadap masyarakat juga menentukan keberhasilan adanya suatu
pembangunan.Pembentukan sikap/mental masyarakat agar mendukung adanya suatu
pembangunan bisa dilakukan melalui pemberian pelatihan karakter serta seminar-seminar melaui
31
LSM setempat serta pembentukan tempat-tempat bagi masyarakat miskin untuk perkembangan
hidupnya sehingga memiliki semangat untuk maju kearah yang lebih baik.
KESIMPULAN
KESIMPULAN
Dari rangkaian penelitian diatas, disini peneliti menyimpulkan bahwa pemberian bantuan
RASKIN belum sepenuhnya mampu mengimplementasikan nilai inti dari pembangunan
yaitu: “Basic need”, “self esteem” serta “freedom”. Hal ini dikarenakan adanya sikap dari
setiap masyarakat penerima bantuan RASKIN yang kurang mendukung untuk
mewujudkan adanya suatu pembangunan. Adanya kecenderungan dari sikap masyarakat
miskin yang tetap bergantung atas pemberian bantuan RASKIN dari pemerintah,
dikhawatirkan dalam jangka panjang akan terus merugikan pemerintah sebagai pelaku
pelaksana kebijakan yang ada di Indonesia. Adanya bantuan RASKIN ini belum
terlaksana secara baik mengingat pelaksanaan pemberian RASKIN tidak sesuai dengan
target dari pemberian bantuan. Adanya pengawasan yang kurang dari pihak-pihak yang
bertanggung jawab dalam pelaksanaan RASKIN, dikhawatirkan membuat masyarakat
secara terus-menerus mengalami penurunan harga diri, serta tidak tercukupi dalam
memenuhi kebutuhan pokonya. Hal ini dilihat dari adanya masyarakat yang tidak merasa
malu untuk menerima jatah beras yang seharusnya bukan menjadi jatahnya. Jika hal ini
terus dibiarkan akan menghambat pembangunan ekonomi, karena salah satu faktor
penentu adanya suatu pembangunan adalah sikap/perilaku masyarakat itu sendiri.
IMPLIKASI DAN SARAN
IMPLIKASI
Dalam pengentasan kemiskinan melalui program RASKIN yang ada di Indonesia,
pemerintah seharusnya melakukan strategi/kebijakan yang tepat seperti membentuk
32
Sumber Daya Manusia yang baik melalui pelatihan-pelatihan ketrampilan kepada
masyarakat miskin, agar dapat hidup mandiri dikemudian hari serta manjadikan
masyarakat sebagai penerima bantuan dapat seutuhnya dalam menjalani hidup agar tidak
bergantung kepada pemerintah. Hal ini bisa dilakukan dengan maksimal jika pemerintah
melakukan kerjasama kepada LSM yang memiliki peranan penting dalam pengentasan
kemiskinan di Indonesia.
SARAN UNTUK PENELITIAN SELANJUTNYA
Untuk penelitian yang akan datang, diharapkan bahwa peneliti meneliti kebijakan pemerintah
dalam pemberian RASKIN dengan membandingkan satu daerah ke daerah lain, mengingat
penelitian ini hanya dilakukakan dengan mengambil data satu daerah saja yaitu desa
Candirejo, kecamatan Tuntang, kabupaten Semarang, JATENG.
33
DAFTAR PUSTAKA:
Buku dan Jurnal:
Alimah, 2012. Analisis Kualitas Pelayanan Progam Raskin Terhadap Pencapaian Progan 6T
Amalia, 2013. Analisis Efektifitas Pelaksanaan Progam Raskin Di Bandar Lampung
Arikunto, suharsimi. 2009. Manajemen penelitian. Jakarta: PT Rineka Cipta
Coopersmith.S. 1967. The Antecedents of Self Esteem. San Fransisco: W.H.Freman&CO.
Dister, Niko Syukur, 1988, Filsafat Kebebasan. Yogyakarta : Kanisius
Frey, D.,& Carlock, C.J. 1987. Enchancing Self Esteem.
Ginandjar Kartasasmita, 1996, Pembangunan Untuk Rakyat, Memadukan Pertumbuhan dan
Pemerataan, CIDES, Jakarta
Jamhari, 2012. Efektifitas Distribusi Raskin Di Pedesaan Dan Perkotaan Indonesia
Kuncoro, Mudrajad, 2003, Ekonomi Pembangunan : Teori, Masalah dan Kebijakan, Edisi Ketiga,
Yogyakarta :UPP AMP YKPN.
Lincolin Arsyad. 2010. Ekonomi Pembangunan. Yogyakarta: Unit Penerbit dan percetakan
STIM YKPN Yogyakarta.
Michael P. Todaro & Stephen C. Smith, 2003, Pembangunan Ekonomi di Dunia Ketiga, edisi
kedelapan, Erlangga, Jakarta
Michael P. Todaro & Stephen C. Smith, 2006, Pembangunan Ekonomi, edisi kesembilan,
Erlangga, Jakarta
Muhammad, Abdulkadir. 2007. Metodelogi penelitian. Bandung: Citra aditya
Musawa, Mariyam. 2009. Studi Implementasi Program Beras Miskin (RASKIN) Di Wilayah
GajahMungkur, Kota Semarang
34
Ramadayani, 2013. Efektifitas pelaksanaan progam RASKIN Di Desa Kubang Jaya Kecamatan
Siak Hulu Kabupaten Kampar
Sapudin, 2013. Sikap Aparatur Desa Dalam Pendistribusian Beras Miskin(RASKIN) Di Desa
Kuala Dua Kecamatan Sungai Raya, Kabupaten Kubu Raya
schiffman dan kanuk, 1987, perilaku konsumen, jakarta: binampa aksara
Sen, Amartya Kumar, 1999, Develpoment As Freedom, New York: Random House
Soekanto, Soejono. 1997. Pengantar Metodelogi Penelitian. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada
Tim Koordinasi RASKIN Pusat, 2014, Pedoman Umum Pemberian RASKIN 2014
Wasono, Yulaswati.2012. Persepsi Masyarakat Miskin Terhadap Program Keluarga Harapan dan
subsidi Beras untuk Rumah Tangga Miskin
Winarni, Study Implementasi Program Raskin di Desa Kebumen Kecamatan Sukorejo
Kabupaten Kendal. UNTAG semarang.
Yewangoe, A.A. 1989. Theologia Crusis Di Asia. Jakarta : Gunung Mulia
Yuwono, Prapto. Kemiskinan: Makna, Sebab, dan Solusinya.
Web:
http://regional.kompas.com/read/2013/07/03/1901513/Bupati.Waykanan.Ancam.Laporkan.Warg
a.yang.Mengaku.Miskin
http://regional.kompas.com/read/2013/10/04/1518271/Bercampur.Kerikil.Warga.Buang.Raskin.k
e.Jalan
http://regional.kompas.com/read/2013/10/06/1347223/Raskin.yang.Dibagikan.Bulog.Pamekasan.
Tak.Layak.Konsumsi
http://www.bulog.co.id/sekilasraskin_v2.php
http://www.edukasiana.net/2011/04/pengertian-kebijakan-pemerintah.html
“KBBI” http://bahasa.kemdiknas.go.id/kbbi/index.php
http://bps.go.id/menutab.php?kat=1&tabel=1&id_subyek=23
35
LAMPIRAN PERTANYAAN:
NO KETERANGAN INDIKATOR PERTANYAAN
1. HARGA DIRI 7. a. Menghargai dirinya sendiri
8. b. Menganggap dirinya berharga
9. c. Menganggap dirinya sama dengan
orang lain
d. Tidak berpura-pura menjadi
sempurna
e. Mengenali keterbatasannya.
f. Berharap untuk bertumbuh dan
berkembang lebih baik lagi
1.Bagaimana perasaan anda setelah menerima Raskin? Apakan Anda merasa puas atau justru malu setelah menerima bantuan tersebut?
2.Apakah anda merasa nyaman setelah menerima bantuan tersebut?
3.Bagaimana perasaan anda juga didalam kehidupan bermasyarakat? Apakah anda merasa memiliki kehidupan yang setara dengan orang-orang yang ada disekitar anda?
4.Setelah menerima bantuan tersebut, apakah anda merasa bahwa kehidupan anda menjadi lebih baik( merasa sempurna) atau bahkan semakin tidak baik?
5.Apakah anda setelah menerima bantuan tersebut, anda memilki semangat untuk berkembang lebih baik?
6.Setelah menerima bantuan tersebut, apakah anda mempunyai tekad untuk merubah diri anda agar terbebas dari permasalahan ekonomi?
36
2. KEBEBASAN a. Mempunyai wewenang
b. Tanggung jawab
c. Tidak akan tergantung dari orang lain
d. Tidak penuh dengan pengharapan
(memiliki tekad untuk berubah dan
perubahan tersebut tidak akibat adanya
pengharapan terhadap orang lain
melainkan kesadaran karena memiliki
tanggung jawab)
1.Apakah anda setelah menerima bantuan tersebut, anda memiliki kebebasan penuh dalam menjalankan kehidupan anda?
2.Setelah menerima bantuan tersebut apakah anda semakin mempuyai semangat untuk meningkatkan tanggung jawab anda agar kehidupan anda menjadi lebih baik lagi?
3.apakah anda menginginkan agar pemerintah selalu memberikan bantuan tersebut untuk membantu memenuhi kebutuhan anda? Jika tidak sebaiknya pemerintah harus bagaimana?
3. KECUKUPAN 1.Terpenuhinya kebutuhan dasar (sandang, pangan, papan, kesehatan, keamanan)
1.Apakah anda merasa cukup setelah menerima bantuan tersebut?
2.Apakah RASKIN mampu memenuhi kebutuhan pangan Anda?
3.Seberapa besar RASKIN mampu membantu kebutuhan pangan Anda?