PERSEPSI NASABAH USAHA MIKRO KECIL DAN MENENGAH …/Persepsi...dalam penulisan skripsi ini, yang...
Transcript of PERSEPSI NASABAH USAHA MIKRO KECIL DAN MENENGAH …/Persepsi...dalam penulisan skripsi ini, yang...
PERSEPSI NASABAH USAHA MIKRO KECIL DAN MENENGAH (UMKM) PERBANKAN SYARIAH TERHADAP
BENTUK-BENTUK PEMBINAAN NASABAH (Studi kasus Pada Nasabah PT. Bank Muamalat Indonesia Cabang Solo)
SKRIPSI
Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-Tugas Dan memenuhi Syarat-Syarat Guna Mencapai Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Akuntansi
Universitas Sebelas Maret Surakarta
Di Susun oleh: FITRI MAYASARI
F1306571
PROGRAM S1 NON REGULER JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2010
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Skripsi berjudul
PERSEPSI NASABAH USAHA MIKRO KECIL MENENGAH (UMKM)
PERBANKAN SYARIAH TERHADAP BENTUK-BENTUK PEMBINAAN
NASABAH (Studi kasus pada nasabah PT. Bank Muamalat indonesia Cabang
Surakarta)
Telah diterima dan disetujui dengan baik oleh pembimbing skripsi Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta
Surakarta, Juni 2010 Disetujui oleh Pembimbing Dra. Falikhatun, M.Si, Ak NIP. 196811171994032002
HALAMAN PENGESAHAN Telah disetujui dan diterima baik oleh team penguji skripsi Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta guna melengkapi tugas-tugas dan memenuhi syarat-syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonmi Jurusan Akuntansi Surakarta, Juli 2010 Tim Penguji Skripsi 1. Dra. Falikhatun, M.Si,AK (…………………… ) NIP. 19681117 199403 2 002 sebagai pembimbing 3. Dra.Y. Anni Aryani,M.Prof Acc,Ph.D,AK (…………………….) NIP. 19650918 199203 2 002 sebagai ketua penguji
2. Drs. Hanung Triatmoko, M.Si,Ak (…………………….) NIP. 19661028 199203 1 001 sebagai sekretaris penguji
MOTTO
…….. niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di
antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat
…… (QS. Al Mujadillah: 11)
Kesulitan yang datang sebelum kemudahan itu laksana rasa lapar yang
datang sebelum ada makanan. Sehingga letak kesulitan itu akan tepat
beriringan dengan datangnya kemudahan setelah itu, dan makanan akan
terasa lezat dimakan ketika bersama rasa lapar. (DR. ‘Aidh al-Qarni)
berhentinya seorang mukmin dari beraktivitas adalah kelalaian. Kekosongan
adalah musuh yang mematikan, dan kesenggangan adalah sebuah
kemalasan. (DR. ‘Aidh al-Qarni)
Hidup adalah perjuangan dan keyakinan. Perjuangan seorang mukmin sejati
tidak akan berhenti sebelum kedua telapak kakinya menginjak pintu
surgaNya.
PERSEMBAHAN
Skripsi ini penulis persembahkan spesial untuk:
1. Bapak & Ibu, yang saya hormati dan sayangi hingga akhir hayat.
2. Kakak-Kakak-ku, adik-ku, & Keponakan-ku.
3. Pendamping hidupku.
4. Sahabat-sahabatku.
5. Almamater.
KATA PENGANTAR
Puji syukur atas kehadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat dan
hidayahNya, sehingga akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Penulis
menyadari sepenuhnya tanpa ridha dan bimbinganNya segala sesuatu tidak dapat
tewujud, begitupula dengan skripsi ini yang penulis mengambil judul “PERSEPSI
NASABAH USAHA MIKRO KECIL MENENGAH (UMKM) PERBANKAN
SYARIAH TERHADAP BENTUK-BENTUK PEMBINAAN NASABAH”.
Penulisan skripsi ini guna memenuhi persyaratan untuk memperoleh gelar
akademika Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret
Surakarta. Penyusunan skripsi ini tidak akan berhasil dengan baik tanpa adanya
bantuan, dorongan, doa, dan bimbingan dari berbagai pihak. Untuk itu penulis
mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu hingga
terselesaikannya skripsi ini dengan baik. Untuk itu penulis mengucapkan terima
kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Allah SWT, sujud syukurku kepadaMu yang tiada terkira atas segala nikmat
dan karuniaMu.
2. Rosullulloh Muhammad SAW, kekasih dan panutan hidupku, serta teladan
terbaik sepanjang masa.
3. Bapak Prof. Dr. Bambang Sutopo, M.Com, Ak, selaku Dekan Fakultas
Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta.
4. Bapak Drs. Jaka Winarna, M.Si., Ak, selaku Ketua Jurusan Akuntansi
Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta.
5. Ibu Hj. Falikhatun, M.Si.,Ak, selaku Sekretaris Jurusan Akuntansi Fakultas
Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta dan juga selaku pembimbing
dalam penulisan skripsi ini, yang telah banyak meluangkan waktu, kesabaran,
dan perhatian yang tinggi dalam memberikan bimbingan serta pengarahan
hingga terselesaikannya penulisan skripsi ini.
6. Seluruh Staff, Karyawan, dan Dosen Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi
Universitas Sebelas Maret Surakarta.
7. Keluarga besar (Bapak, Ibuk, Kakak-Kakak, adik-adik, saudara-saudara)
yang selalu memberi do’a, dukungan, serta dorongan baik materiil maupun
spiritual. “ dalam setiap sujudku selalu tersirat secercah do’a buat kalian”.
8. BMT KUBE SEJAHTERA 055 crew’s, terima kasih atas dukungan dan
perhatiannya selama ini, serta kelonggaran waktu yang diberikan kepada Q
hingga terwujudnya satu dari sekian banyak impian, cita, dan cintaku. “Afwan,
mungkin selama ini saya belum bisa memberikan yang terbaik buwat lembaga, tetapi yakinlah apa yang saya lakukan selama ini adalah suatu hasil dari proses untuk menjadi yang terbaik dan lebih baik”.
9. Tiga Serangkai, (Ikka-Nanni-Fitri), matur nuwun sanget nggih atas
jalinan persahabatan ini, yang senantiasa ada meski jalan yang dilalui diantara
kita sangat berbeda tapi kita punya satu tujuan yang sama. “ jika kita sudah hidup masing-masing, jangan pernah lupakan bahwa kita pernah bersama berada dalam satu perjuangan, yang merangkai dalam satu perjalanan sehingga terajut dalam sebuah ikatan yang bernama SAHABAT”.
10. Temen-temen di Akuntansi C (mb.nur, yuan, niken, hesti, mb.yanti, tina,
riries, mb.mia, mb.ari’, metha, hesti “^_^”, novitha, neti, ayuks, Kristina,
eppy, andina, nanung, mas wahyu, galuh)..”tetep semangat aja dech….”
11. Semua pihak yang telah membantu penyelesaian skripsi ini yang tidak dapat
penulis sebutkan satu persatu.
Semoga amal kebaikan dan bantuan yang diberikan kepada penulis
mendapatkan balasan dari Allah SWT. Akhir kata, penulis berharap skripsi ini
bermanfaat bagi semua, khususnya bagi yang akan mengadakan penelitian dengan
topik serupa dengan penelitian ini.
Surakarta, Juli 2010
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ……………………………………………………….. i
ABSTRAKSI ……………………………………………………………….. ii
HALAMAN PENGESAHAN ……………………………………………… iv
HALAMAN PERSETUJUAN ……………………………………………... v
MOTTO …………………………………………………………………….. vi
HALAMAN PERSEMBAHAN ……………………………………………. vii
KATA PENGANTAR ……………………………………………………… viii
DAFTAR ISI ……………………………………………………………….. x
DAFTAR GAMBAR ……………………………………………………….. xii
DAFTAR TABEL ………………………………………………………….. xiii
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ……………………………………………….. 1
B. Perumusan Masalah ……………………………………………………. 8
C. Pembatasan Masalah …………………………………………………… 8
D. Tujuan Penelitian ………………………………………………………. 8
E. Manfaat Penelitian ……………………………………………………… 8
F. Sistematika Penelitian ………………………………………………….. 9
BAB II. LANDASAN TEORI
A. Persepsi ………………………………………………………………… 11
B. Perbankan Syariah ……………………………………………………… 13
C. Nasabah UMKM ……………………………………………………….. 21
D. Pembinaan Nasabah ……………………………………………………. 26
E. Keranga Teoritis ………………………………………………………... 27
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN
A. Desain Penelitian ……………………………………………………….. 28
B. Teknik Pengambilan Sampel …………………………………………… 29
C. Instrumen Penelitian ……………………………………………………. 30
D. Metode Pengumpulan Data ……………………………………………. 31
E. Metode Analisis Data ………………………………………………….. 31
F. Gambaran Umum Perusahaan …………………………………………. 35
BAB IV. ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
A. Pelaksanaan Penelitian ………………………………………………… 43
B. Karakteristik Responden ………………………………………………. 44
C. Pengujian Instrumen Penelitian ………………………………………... 46
D. Hasil Analisis Deskriptif ………………………………………………. 49
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ……………………………………………………………. 58
B. Keterbatasan …………………………………………………………… 59
C. Saran …………………………………………………………………… 60
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar II.1 Operasional Bank Syariah …………………………………...... 20
Gambar II.2 Kerangka Teoritis ……………………………………………... 27
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel II.1 Perbedaan Bank Syariah dan Bank Konvensional ……………... 19
Tabel IV.1 Distribusi Kuesioner …………………………………………... 44
Tabel IV.2 Jenis Kelamin Responden ……………………………………... 44
Tabel IV.3 Usia Responden ……………………………………………….. 45
Tabel IV.4 Status Perkawinan Responden ………………………………… 45
Tabel IV.5 Strata Pendidikan Responden …………………………………. 46
Tabel IV.6 Hasil Uji Validitas …………………………………………….. 47
Tabel IV.7 Hasil Uji Reliabilitas ………………………………………….. 48
Tabel IV.8 Hasil Analisis Deskriptif ……………………………………… 50
ABSTRAKSI
FITRI MAYASARI
NIM. F1306571
PERSEPSI NASABAH USAHA MIKRO KECIL DAN MENENGAH (UMKM) PERBANKAN SYARIAH TERHADAP BENTUK-BENTUK
PEMBINAAN NASABAH (Studi kasus Pada Nasabah PT. Bank Muamalat Indonesia Cabang Solo)
This research is descriptive research that aims to obtain empirical evidence about customer perception of small micro and medium enterprise (MSMEs) islamic banking to other forms of coaching clients made bay PT. Bank Muamalat Indonesia Solo Branch. Sampling in this study is to use a convenience sampling of BMT or KJKS domiciled in the region of Surakarta and Karanganyar as a customer MSMEs of PT. Bank Muamalat Indonesia Branch Solo. Research using a quesionnaire instrument, whereby the total 30 quesionnaires submitted a quesionnaire and complette the overall stated that its data can be processed. Validity of test result performed with pearson product moment correlation method shows the result for individual items is greather than rtabel statement amounted to 0.36, this means all items that statement is valid. Reliabilty test results performed by the method cronbach's alpha showed the value of 0.8371 or greather than 0.60 so that the instrument is said the statement was reliable. The results of descriptive research showed that respondents are KJKS or BMT as the customer perception or MSMEs provide a good response to the guidance provided by PT. Bank Muamalat Indonsia. This response means that have done PT. Bank Muamalat Indonesia in order to foster quality development which culminated in the ability of customers in a better direction through coaching activities are running well. Key words: perception, customers, small and medium micro enterprises (MSMEss), Islamic banking, coaching clients.
ABSTRAKSI
FITRI MAYASARI NIM. F1306571
PERSEPSI NASABAH USAHA MIKRO KECIL DAN MENENGAH (UMKM) PERBANKAN SYARIAH TERHADAP BENTUK-BENTUK
PEMBINAAN NASABAH (Studi kasus Pada Nasabah PT. Bank Muamalat Indonesia Cabang Solo)
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif yang bertujuan untuk memperoleh bukti empiris mengenai persepsi nasabah usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) perbankan syariah terhadap bentuk-bentuk pembinaan nasabah yang dilakukan PT. Bank Muamalat Indonesia Cabang Solo. Pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah menggunakan convenience sampling terhadap KJKS atau BMT yang berdomisili di Wilayah Surakarta dan karanganyar sebagai nasabah UMKM Bank Muamalat Indonesia Cabang Solo. Instrument penelitian menggunakan kuesioner, dimana total kuesioner yang disampaikan sebanyak 30 kuesioner dan secara keseluruhan dinyatakan lengkap sehingga datanya dapat diolah. Dari hasil uji validitas yang dilakukan dengan metode korelasi product moment pearson menunjukkan hasil untuk setiap item pernyataan lebih besar dari rtabel sebesar 0,36, hal ini berarti semua item pernyataan tersebut adalah valid. Hasil uji reliabilitas yang dilakukan dengan metode cronbach’s alpha menunjukkan nilai 0,8371 atau lebih besar dari 0,60 sehingga dikatakan instrument pernyataan tersebut adalah reliabel. Hasil dari penelitian deskriptif menunjukkan bahwa responden yaitu KJKS atau BMT sebagai nasabah UMKM memberikan persepsi atau tanggapan yang baik terhadap pembinaan yang dilakukan oleh PT. Bank Muamalat Indonsia. Tanggapan ini mengartikan bahwa upya yang telah dilakukan PT. Bank Muamalat Indonesia dalam rangka pengembangan kualitas guna menumbuhkan kemampuan nasabah yang bermuara pada arah yang lebih baik melalui kegiatan pembinaan berjalan dengan baik. Kata kunci: persepsi, nasabah, usaha mikro kecil dan menengah (UMKM), perbankan syariah, pembinaan nasabah.
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Masalah utama yang sering dihadapi oleh setiap perusahaan yang bergerak
dalam bidang usaha apapun tidak terlepas dari kebutuhan suatu dana (modal)
untuk membiayai usahanya. Kebutuhan akan dana ini sangat diperlukan baik
untuk modal investasi atau modal kerja yang lainnya. Dana memang dibutuhkan
baik untuk perusahaan yang baru maupun yang sudah lama berjalan bertahun-
tahun. Dana juga diperlukan baik oleh pengusaha mikro, kecil, menengah, dan
atas. Ketika banyak masyarakat yang memerlukan dana, maka muncullah
perusahaan yang bergerak dalam bidang keuangan yang memegang peranan
sangat penting dalam memenuhi dana (modal) masyarakat, khususnya dunia
bisnis (Sholahuddin & Hakim, 2008).
Usaha keuangan dilaksanakan oleh perusahaan yang bergerak di bidang
keuangan atau yang sering disebut dengan lembaga keuangan. Kegiatan utama
lembaga keuangan adalah menghimpun uang yang sementara belum digunakan
oleh pemiliknya kemudian membiayai permodalan suatu bidang usaha. Selain itu
kegiatan lainnya lembaga keuangan tidak terlepas dari jasa keuangan. Kasmir
(2002), mendefinisikan lembaga keuangan adalah setiap perusahaan yang
bergerak di bidang keuangan, menghimpun dana, menyalurkannya, atau kedua-
duanya. Sholahuddin & Hakim (2008) menyatakan bahwa lembaga keuangan
bank merupakan lembaga keuangan yang memberikan jasa keuangan yang paling
lengkap. Usaha keuangan yang dilakukan disamping menyalurkan dana atau
memberikan pinjaman (pembiayaan) juga melakukan usaha menghimpun dana
masyarakat luas dalam bentuk simpanan. Kemudian usaha bank lainnya
memberikan jasa-jasa keuangan yang mendukung dan memperlancar kegiatan
memberikan pinjaman dengan kegiatan menghimpun dana. Dalam praktiknya
lembaga keuangan bank syariah terdiri dari Bank Umum Syariah (BUS) dan Bank
Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS).
Perkembangan lembaga-lembaga keuangan yang menjalankan praktik
bisnisnya berlandaskan prinsip syariah di Indonesia menunjukkan perkembangan
yang cukup pesat, hal ini di tandai dengan semakin bertambahnya jumlah dan
semakin beragamnya jenis lembaga yang menggunakan prinsip syariah misalnya
pegadaian syariah, asuransi syariah, dan bank syariah. Disamping itu juga banyak
bank konvensional yang membuka cabang perbankan yang bersifat syariah.
Perusahaan-perusahaan perbankan tersebut bukanlah hanya sekedar mencoba-
coba untuk mengembangkan prinsip syariah tetapi faktor yang paling penting
lainnya adalah permintaan konsumen untuk dibentuknya perbankan syariah.
Kepercayaan masyarakat terhadap bank syariah merupakan nilai lebih tersendiri
bagi perbankan syariah. Nasabah bank syariah dari waktu ke waktu semakin
meningkat, terbukti semakin maraknya pangsa pasar bank syariah yaitu seperti
Bank Muamalat Indonesia, Bank Syariah Mandiri, BRI Syariah, BTN Syariah, dll
(Noormila, 2006). Bank syariah muncul di Indonesia dikarenakan oleh dorongan
keinginan masyarakat Indonesia (terutama masyarkat islam) yang berpandangan
bahwa bunga dalam bank merupakan riba, sehingga dilarang dalam islam. Prinsip
perbankan syariah ini secara tegas dinyatakan dalam UU Nomor 10 Tahun 1998,
yang kemudian diperbaruhi dengan UU Nomor 23 Tahun 1999 tentang bank
Indonesia dan UU Nomor 3 Tahun 2004, dan pada 16 juli 2008 telah disahkan
undang-undang perbankan syariah terbaru yaitu UU Nomor 21 Tahun 2008.
Perkembangan lembaga keuangan yang menggunakan prinsip syariah dimulai
pada tahun 1992, yang dengan berdirinya Bank Muamalat Indonesia (BMI)
sebagai bank yang menggunakan prinsip syariah pertama di indonesia.
Keinginan dilaksanakannya ekonomi islam timbul dari kesadaran bahwa
islam adalah ajaran yang komprehensif dan universal yang didalamnya memuat
ajaran segenap aspek kehidupan manusia termasuk di bidang ekonomi. Selain itu
kegagalan ekonomi sosialis dan kapitalis dengan terjadinya krisis moneter sejak
tahun 1997 berdampak pada perekonomian hampir semua negara di dunia. Krisis
yang menyebabkan ketidakstabilan ekonomi menjadikan setiap negara mencari
solusi dalam mengatasi krisis akan mampu bertahan. Di Indonesia sendiri,
dampak krisis global menimpa hampir di semua sektor kehidupan, terutama
bidang ekonomi, hal ini dapat dilihat dari ketidakstabilan nilai tukar rupiah,
gelombang PHK yang semakin kencang, bahkan banyaknya usaha-usaha mikro
yang mengalami kebangkrutan. Dalam kondisi seperti ini, sistem ekonomi islam
dijadikan sebagai salah satu solusi dalam menghadapi krisis.
Mengingat saat ini banyak berdiri bank-bank syariah, sehingga tidak menutup
kemungkinan terjadi persaingan antara bank syariah yang satu dengan yang
lainnya. Adanya persaingan yang ketat antar bank syariah tersebut, bank-bank
syariah berusaha menjadi mitra usaha yang baik bagi masyarakat. Karena
menciptakan hubungan kemitraan yang baik dengan nasabah merupakan salah
satu tujuan lembaga keuangan tersebut. Hubungan yang baik dengan nasabah
merupakan nilai tambah yang sangat menguntungkan dan membangun jembatan
kemitraan serta mendorong nasabah untuk menjalin hubungan yang kuat dengan
lembaga/perusahaan. Dalam jangka panjang, menjadikan lembaga/perusahaan
memahami harapan serta kebutuhan nasabah dan selanjutnya menciptakan
kepuasan nasabah.
Peran bank syariah dalam pembinaan dan pengembangan koperasi dan
UMKM memang sangat dibutuhkan, hal ini bertujuan untuk meningkatkan fungsi
dan perannya sebagai bagian integral dalam perekonomian nasional. Tujuan lain
adalah untuk menumbuhkannya menjadi usaha yang efisien, sehat dan mampu
menjadi tulang punggung perekonomian nasional. Pembinaan perlu diwujudkan
dalam bentuk bimbingan pengelolaan usaha, peningkatan SDM dan diversifikasi
usaha. Karena itulah, agar UMKM bisa diberdayakan secara optimal guna
meningkatkan derajat sosial ekonomi masyarakat, perlu penanganan tepat, antara
lain:
1. Minat yang disertai kemampuan pengelola UMKM perlu senantiasa
ditumbuhkembangkan dengan baik. Untuk itu perlu didukung adanya
wawasan dan keterampilan manajemen usaha.
2. Terkait dengan permodalan. Modal memang perlu ada dan didukung
peningkatannya dengan pemberian bantuan modal dari berbagai pihak.
3. Peran pemerintah dan perbankan dalam pembinaan UMKM perlu lebih
ditingkatkan dengan orientasi pengembangan UMKM.
Pengembangan UMKM tersebut diarahkan kepada pola kemitraan, dimana
UMKM melakukan hubungan kemitraan dengan usaha besar baik yang memiliki
keterkaitan usaha maupun tidak. Program pengembangan UMKM tersebut antara
lain pemasaran dan jaringan usaha, dengan tujuan agar UMKM mampu
menguasai, mengelola, dan mengembangkan pasar pembiayaan usaha. Program
pengembangan lainnya dapat dilakukan dengan meningkatkan kualitas SDM atau
profesionalisme UMKM, dengan tujuan membantu dalam mengatasi
ketidaksempurnaan pasar, keterbatasan akses informasi, meningkatkan
produktifitas dan daya saing dalam penguasaan informasi, serta agar mampu
melihat, menilai, dan memahami perkembangan dan prubahan yang terjadi dalam
lingkungannya dan cepat tanggap mengantisipasi setiap perubahan (Zulkifli,
2009). Tidak dapat dipungkiri bahwa sektor UMKM adalah sektor yang sangat
vital bagi perekonomian Indonesia. Hal ini dikarenakan berdasarkan sejarah
perjalanan perekonomian bangsa ini, sektor UMKM adalah sektor yang mampu
menyumbang banyak kontribusi dalam memajukan perekonomian Indonesia. Hal
ini dapat dibuktikan dengan besarnya kontribusi sektor UMKM terhadap PDB
Indonesia dalam beberapa tahun terakhir. Ketika terjadi krisis ekonomi yang
melanda Indonesia tahun 1997, sektor UMKM tetap mampu bertahan dan tetap
memberikan kontribusi yang positif bagi perekonomian Indonesia di saat sektor
yang lain sebagian besar mengalami pertumbuhan yang negatif. Di samping
mampu memberikan kontribusi posistif dalam sisi Pendapatan Domestik Bruto
(PDB) Indonesia, sektor UMKM juga merupakan sektor yang mampu menyerap
tenaga kerja terbesar di Indonesia. Hal inilah yang mendasari pemerintah kita
untuk terus mendukung kemajuan pengembangan sektor UMKM. Sehingga sektor
UMKM dapat tumbuh maju dengan pesat yang akhirnya mampu menyumbang
pemasukan negara serta dapat menjaring banyak tenaga kerja dalam jumlah
signifikan yang akhirnya mampu dapat mengurangi jumlah pengangguran di
Indonesia. Di samping dukungan stimulus dari pemerintah, sektor UMKM juga
sangat membutuhkan dukungan permodalan untuk memajukan usahanya. Bantuan
financial atau permodalan itu mampu disokong oleh lembaga keuangan terutama
oleh bank melalui fasilitas kredit atau pembiayaan sehingga dengan bantuan
pembiayaan tersebut, para pelaku usaha dalam sektor UMKM dapat
mengembangkan usaha yang dirintisnya dengan lebih cepat.
Menurut Fitria (2009) dalam kaitan strategi peningkatan pembiayaan kepada
sektor UMKM kedepan, maka perlu mencakup empat aspek pokok yaitu:
a. Strategi untuk penguatan iklim investasi dan iklim usaha yang kondusif bagi
sektor UMKM.
b. Strategi untuk penguatan kemampuan kewirausahaan dan kegiatan usaha
sektor UMKM.
c. Strategi penguatan sektor keuangan khususnya perbankan dalam pembiayaan
kepada sektor UMKM.
d. Strategi untuk pengembangan berbagai perangkat penunjang (infrastruktur)
bagi peningkatan pembiayaan sektor UMKM.
Dalam pengembangan UMKM, maka perlu pembinaan yang integral agar
terbentuk jiwa dan etos kerja kewirausahaan. Upaya pengembangan sektor
UMKM merupakan sebuah hal yang niscaya jika pihak terkait hendak merintis
upaya meningkatkan kesejahteraan. Pemberdayaan ini merupakan isu nasional
yang hingga saat ini belum terpecahkan secara optimal. Kesempatan dalam
pengembangan dan pembinaan tersebut sangat tebuka bagi perbankan syariah
dalam pengelolaan UMKM melalui sistem bagi hasil. Selain memenuhi nilai-nilai
ketuhanan, sistem ini pada saatnya akan mampu memberikan kontribusi perluasan
sumber dana dan peningkatan jumlah objek pajak. Kesemuannya ini akan
bermuara pada sistem kehidupan yang berkeadilan menuju pada kesejahteraan
umat.
Terkait uraian diatas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai
persepsi atau tanggapan nasabah perbankan syariah terhadap bentuk-bentuk
pembinaan nasabah PT. Bank Muamalat Indonesia. Alasan utama peneliti
mengambil tema tersebut, karena sepengetahuan peneliti belum pernah ada
penelitian sebelumnya yang mengangkat tema tersebut. Adapun PT. Bank
Muamalat Indonesia dijadikan tempat penelitian karena PT. Bank Mumalat
Indonesia sebagai Bank yang menggunakan prinsip syariah pertama di Indonesia.
Dasar inilah yang menjadi alasan bagi penulis untuk mengangkat tema ini dalam
penulisan skripsi dengan judul “ Persepsi Nasabah Usaha Mikro Kecil dan
Menengah (UMKM) Perbankan Syariah Terhadap Bentuk-Bentuk Pembinaan
nasabah”, studi kasus pada nasabah PT. Bank Muamalat Indonesia Cabang
Surakarta.
B. Perumusan Masalah
Mengacu pada latar belakang masalah yang telah dikemukakan diatas, maka
permasalahan yang ingin diteliti oleh peneliti adalah bagaimana persepsi nasabah
UMKM perbankan syariah terhadap bentuk-bentuk pembinaan nasabah yang telah
dilakukan oleh PT. Bank Muamalat Indonesia Cabang Surakarta?
C. Pembatasan Masalah
Permasalahan dalam penelitian ini terbatas hanya pada persepsi atau
tanggapan para nasabah UMKM terhadap bentuk-bentuk pembinaan nasabah PT.
Bank Muamalat Indonesia Cabang Surakarta, tidak meluas pada hal-hal lainnya.
D. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian merupakan jawaban terhadap masalah yang akan dikaji
dalam penelitian. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk memperoleh
bukti empiris mengenai persepsi nasabah UMKM perbankan syariah terhadap
bentuk-bentuk pembinaan nasabah PT. Bank Muamalat Indonesia Cabang
Surakarta.
E. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian merupakan kegunaan yang akan diperoleh dari suatu
penelitian. Dalam penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik
secara teoritis dalam rangka meningkatkan pengetahuan dan manfaat praktis
dalam rangka memecahkan masalah aktual:
1. Bagi Perusahaan, Untuk memberikan sumbangan pemikiran bagi
pengembangan dan perbaikan managemen khususnya terkait dengan persepsi
nasabah perbankan syariah terhadap bentuk-bentuk pembinaan nasabah PT.
Bank Muamalat Indonesia Cabang Surakarta.
2. Bagi penulis, melalui penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sarana untuk
menerapkan ilmu yang telah diperoleh dan menambah pengetahuan tentang
perbankan syariah.
3. Bagi civitas akademika FE UNS, melalui penelitian ini diharapkan dapat
menambah wawasan pengetahuan dan digunakan sebagai tambahan referensi
kepustakaan karya ilmiah bagi penelitian selanjutnya.
F. SISTEMATIKA PENELITIAN
BAB I : PENDAHULUAN
Bab ini berisi mengenai latar belakang masalah, perumusan masalah,
pembatasan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, sistematika
penelitian.
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA
Bab ini berisi landasan teori yang mencakup hal-hal yang berhubungan
dengan persepsi, nasabah Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM),
perbankan syariah, pembinaan nasabah, kerangka teoritis.
BAB III: METODOLOGI PENELITIAN
Bab ini mengenai desain penelitian, teknik pengambilan sampel,
instrumen penelitian, metode pengumpulan data, teknik pengumpulan
data, metode analisis data, dan gambaran umum perusahaan.
BAB IV: ANALISIS DATA
Bab ini menguraikan tentang pelaksanaan penelitian, karakteristik
responden, hasil pengolahan data, hasil anaisis, dan pembahasan.
BAB V : PENUTUP
Bab ini berisi kesimpulan yang diperoleh dari hasil analisis data
penelitian, keterbatasan penelitian, dan saran-saran pengembangan
penelitian.
BAB II LANDASAN TEORI
A. Persepsi
1. Definisi Persepsi
Pengertian persepsi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, persepsi adalah
tanggapan (penerimaan) langsung dari sesuatu atau merupakan proses seseorang
mengetahui beberapa hal melalui panca indera. Persepsi, menurut Rakhmat
jalaludin (1998) adalah pengalaman tentang obyek, peristiwa, atau hubungan-
hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan
pesan. Secara umum persepsi dapat diartikan sebagai proses kognitif yang dialami
setiap orang dalam memahami setiap informasi tentang lingkungan melalui panca
inderanya (penglihatan, pendengaran, penciuman, peraba, perasa). Hal ini terjadi
karena persepsi melibatkan penafsiran individu pada obyek tertentu maka masing-
masing individu akan memiliki persepsi yang berbeda walaupun melihat obyek
yang sama.
Definisi lain persepsi adalah suatu proses yang bersifat kompleks yang
menyebabkan seseorang dapat menerima atau meringkas informasi yang diperoleh
dari lingkungannya. Persepsi dapat dirumuskan sebagai suatu proses penerimaan,
pemilihan, pengorganisasian, serta pemberian arti terhadap rangsang yang
diterima (Milton dalam Arisandy, 2004). Namun demikian pada proses tersebut
tidak hanya sampai pada pemberian arti saja tetapi akan mempengaruhi perilaku
yang akan dipilihnya sesuai dengan rangsang yang diterima dari lingkungannya.
Proses persepsi melalui tahapan-tahapan sebagai berikut:
a. Penerimaan rangsang.
Pada proses ini, individu menerima rangsangan dari berbagai sumber.
Seseorang lebih senang memperhatikan salah satu sumber dibandingkan
dengan sumber lainnya, apabila sumber tersebut mempunyai kedudukan yang
lebih dekat lagi atau lebih menarik baginya.
2. Proses penyeleksi rangsangan.
Setelah rangsangan diterima kemudian diseleksi disini akan telibat proses
perhatian. Stimulus itu diseleksi untuk kemudian diproses lebih lanjut.
3. Proses pengorganisasian.
Rangsangan yang diterima selanjutnya diorganisasikan dalam suatu bentuk.
4. Proses penafsiran.
Setelah rangsangan atau data diterima dan diatur, si penerima kemudian
menafsirkan data tersebut dengan berbagai cara. Setelah data itu dipersepsikan
maka telah dapat dikatakan sudah terjadi persepsi. Karena persepsi pada
pokoknya memberikan arti kepada berbagai informasi yang diterima.
5. Proses pengecekan.
Setelah data ditafsir, si penerima mengambil beberapa tindakan untuk
mengecek apakah yang dilakukan benar atau salah. Penafsiran ini dapat
dilakukan dari waktu ke waktu untuk menegaskan apakah penafsiran atau
persepsi dibenarkan atau sesuai dengan hasil proses selanjutnya.
6. Proses reaksi.
Lingkungan persepsi itu belum sempurna menimbulkan tindakan-tindakan itu
biasanya tersembunyi atau terbuka.
Menurut pendapat Wargito dalam Tinna (2005), agar individu dapat
menyadari dan dapat mengadakan persepsi maka ada beberapa syarat yang harus
dipenuhi yaitu:
a. Adanya obyek yang dipersepsikan.
Obyek menimbulkan stimulus yang mengenai alat indra atau reseptor.
Stimulus dapat datang dari luar langsung mengenai alat indra (reseptor), dapat
datang dari dalam, yang langsung mengenai syaraf penerima (sensoris) yang
bekerja sebagai reseptor.
b. Alat indra atau reseptor.
Alat indra atau reseptor merupakan alat untuk menerima stimulus. Disamping
itu harus ada pula syaraf sensoris sebagai alat untuk meneruskan stimulus
yang diterima reseptor ke pusat susunan syaraf yaitu otak sebagai pusat
kesadaran sebagai alat untuk mengadakan respons yang diperlukan pula syaraf
motorik.
c. Perhatian.
Untuk menyadari atau untuk mengadakan persepsi sesuatu diperlukan pula
adanya perhatian, yang merupakan langkah pertama sebagai suatu persiapan
dalam mengadakan persepsi. Tanpa perhatian tidak akan terjadi persepsi.
B. Perbankan Syariah
1. Definisi Bank Syariah
Bank, sebagaimana didefinisikan dalam UU Republik Indonesia No. 21 Tahun
2008 tentang Perbankan Syariah adalah badan usaha yang menghimpun dana dari
masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat
dalam bentuk kredit dan/atau bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf
hidup rakyat. Bank merupakan lembaga perantara antara pemilik modal dan
pengguna modal. dalam hal ini, bank berusaha untuk menghimpun dana dari
masyarakat untuk disalurkan kepada pengguna dana yang pada umumnya adalah
pengusaha atau konsumen. Menurut Muhamad (2001) Perbankan adalah suatu
lembaga yang melaksanakan tiga fungsi utama, yaitu menerima simpanan uang,
meminjamkan uang, dan jasa pengiriman uang.
Menurut UU Republik Indonesia No.21 Tahun 2008 tentang Perbankan
Syariah Pasal 1 butir 1. Bank Syariah adalah bank yang menjalankan kegiatan
usahanya berdasarkan prinsip syariah dan menurut jenisnya terdiri atas Bank
Umum Syariah dan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah. Untuk bank syariah, pada
dasarnya ketiga fungsi tersebut dapat dilakukan, kecuali bila dalam melaksanakan
fungsinya perbankan melakukan hal-hal yang dilarang dalam syariah. Perbankan
syariah adalah suatu sistem perbankan yang dikembangkan berdasarkan prinsip
syariah (hukum) islam. Usaha pembentukan sistem ini didasari oleh larangan
dalam agama islam untuk memungut maupun meminjam dengan bunga atau yang
disebut dengan riba serta larangan investasi untuk usaha-usaha yang dikategorikan
haram. Bank islam atau di Indonesia disebut bank syariah merupakan lembaga
keuangan yang berfungsi memperlancar mekanisme ekonomi di sektor riil melalui
aktivitas kegiatan usaha (investasi, jual beli, atau lainnya) berdasarkan prinsip
syariah, yaitu aturan perjanjian berdasarkan hukum islam antara pihak lain untuk
penyimpanan dana dan atau pembiayaan kegiatan usaha, atau kegiatan lainnya
yang dinyatakan sesuai dengan nilai-nilai syariah yang bersifat makro atau mikro.
Setiap lembaga keuangan syariah mempunyai falsafah mencari keridhaan
Alloh SWT untuk memperoleh kebaikan dunia dan akhirat. Oleh karena itu, setiap
kegiatan keuangan yang dikhawatirkan menyimpang dari tuntunan agama, harus
dihindari antara lain:
a. Menjauhkan diri dari unsur riba. Hal ini dapat dilakukan dengan cara:
1. Menghindari penggunaan sistem yang menetapkan dimuka secara pasti
keberhasilan suatu usaha.
2. Menghindari penggunaan sistem persentase untuk pembebanan biaya
terhadap hutang atau pemberian imbalan terhadap simpanan yang
mengandung unsur melipatgandakan secara otomatis hutang atau
simpanan tersebut hanya karena berjalannya waktu.
3. Menghindari penggunaan sistem perdagangan atau penyewaan barang
ribawi lainnya dengan memperoleh kelebihan baik kuantitas maupun
kualitas.
4. Menghindari penggunaan sistem yang menetapkan dimuka tambahan
atas hutang yang bukan atas prakarsa yang mempunyai hutang secara
sukarela.
b. Menerapkan sistem bagi hasil dan perdagangan.
2. Tujuan Berdiri
Pendirian Bank syariah seperti dalam Sudarsono (2003) mempunyai beberapa
tujuan diantaranya sebagai berikut:
a. Mengarahkan kegiatan ekonomi umat untuk bermuamalat secara islam,
khususnya muamalat yang berhubungan dengan perbankan, agar terhindar
dari praktek-praktek riba atau jenis-jenis usaha atau perdagangan lain yang
mengandung unsur gharar (tipuan), dimana jenis-jenis usaha tersebut
selain dilarang dalam islam, juga telah menimbulkan dampak negatif
terhadap kehidupan ekonomi rakyat.
b. Untuk menciptakan suatu keadilan di bidang ekonomi dengan jalan
meratakan pendapatan melalui kegiatan investasi, agar tidak terjadi
kesenjangan yang besar antara pemilik modal dengan pihak yang
membutuhkan dana.
c. Untuk meningkatkan kualitas hidup umat dengan jalan membuka peluang
usaha yang lebih besar terutama kelompok miskin, yang diarahkan kepada
kegiatan usaha yang produktif, menuju terciptanya kemandirian usaha.
d. Untuk menanggulangi masalah kemiskinan, yang pada umumnya
merupakan program utama dari negara-negara yang sedang berkembang.
Upaya bank syariah ini mengentaskan kemiskinan berupa pembinaan
nasabah yang lebih mengutamakan sifat kebersamaan dari siklus usaha
yang lengkap seperti program pembinaan pengusaha produsen, pembinaan
pedagang perantara, program pembinaan konsumen, program
pengembangan modal kerja, dan program pengembangan usaha bersama.
e. Untuk menjaga stabilitas ekonomi dan moneter. Aktivitas bank syariah
diharapkan mampu mengindarkan dari gejolak pemanasan ekonomi akibat
inflasi dan menghindari persaingan yang tidak sehat antar lembaga
keuangan.
f. Untuk menyelamatkan ketergantungan umat islam terhadap bank
konvensional.
3. Ciri-Ciri bank Syariah
Bank Syariah mempunyai ciri-ciri berbeda dengan bank konvensional, adapun
ciri-ciri bank syariah yang diungkapkan oleh Sudarsono (2003) adalah:
a. Beban biaya yang dsepakati bersama pada waktu akad perjanjian
diwujudkan dalam bentuk jumlah nominal, yang besarnya tidak kaku dan
dapat dilakukan dengan kebebasan untuk tawar-menawar dalam batas
wajar. Beban biaya tersebut hanya dikenakan sampai batas waktu sesuai
dengan kesepakatan dalam kontrak.
b. Penggunaan persentase dalam hal kewajiban untuk melakukan
pembayaran selalu dihindari, karena presentase bersifat melekat pada sisa
utang meskipun batas waktu perjanjian telah berakhir.
c. Didalam kontrak-kontrak pembiayaan proyek, bank syariah tidak
menetapkan perhitungan berdasarkan keuntungan yang pasti yang
ditetapkan dimuka, karena pada hakekatnya yang mengetahui tentang
ruginya suatu proyek yang dibiayai bank hanyalah Alloh SWT.
d. Pengerahan dana masyarakat dalam bentuk deposito tabungan oleh
penyimpan dianggap sebagai titipan (al-wadiah) sedangkan bagi bank
dianggap sebagai titipan yang diamanatkan sebagai penyertaan dana pada
proyek-proyek yang dibiayai bank yang beroperasi sesuai dengan prinsip
syariah sehingga pada penyimpan tidak dijanjikan imbalan yang pasti.
e. Dewan Pengawas Syariah (DPS) bertugas untuk mengawasi
operasionalisasi bank dari sudut syariah. Selain itu manajer dan pimpinan
Bank syariah harus menguasai dasar-dasar muamalah islam.
f. Fungsi kelembagaan bank syariah selain menjembatani antara pihak
pemilik modal dengan pihak yang membutuhkan dana, juga mempunyai
fungsi khusus yaitu fungsi amanah, artinya berkewajiban menjaga dan
bertanggung jawab atas keamanan dana yang disimpan dan siap sewaktu-
waktu apabila dana diambil pemiliknya.
4. Perbedaan Antara Bank Konvensional dan Bank Syariah
Bank syariah sebagai salah satu bagian sistem perbankan juga memiliki fungsi
yang sama dengan bank konvensional, yaitu sebagai administrator sistem
pembayaran dan sebagai lembaga perantara keuangan. Namun ada perbedaan
filosofi dan sistem operasional antara bank syariah dengan bank konvensional
yaitu adanya internalisasi nilai-nilai dan aturan-aturan islam dalam perbankan
syariah.
Perbedaan-perbedaan antara bank syariah dan bank konvensional dalam
Sholahudin & Hakim (2008), dinyatakan dalam tabel sebagai berikut:
Tabel II.1 Perbedaan Bank Syariah dan Bank Konvensional
Bank Syariah Bank Konvensinal
1. Melakukan Investasi yang halal. 1. Investasi yang halal dan haram. 2. Berdasarkan pada prinsip bagi hasil,
jual-beli, atau sewa. 2. berdasarkan perangkat bunga.
3. Profit dan falah oriented. 3. Profit oriented. 4. Hubungan dengan nasabah dalam
bentuk hubungan kemitraan. 4. Hubungan dengan nasabah dalam
bentuk hubungan antara debitur-debitur.
5. Penghimpunan dan penyaluran dana harus disesuaikan dengan fatwa Dewan Pengawas Syariah.
5. Tidak terdapat Dewan sejenis.
6. Hubungan investor-investor (mutual investment relationship) yang berlandaskan kepada prinsip bagi hasil (profit and loss sharing), transaksi perdagangan, dan pelayanan transaksi keuangan lainnya,
6. Hubungan kreditor-kreditor dimana kreditur (termasuk pengertian deposan) telah ditetapkan besarnya pendapatan yang menjadi haknya dalam bentuk bunga (interest), demikian juga sebaliknya terhadap debitur (termasuk pengertian bank sebagai penerima dana deposan)
7. Tunduk kepada syariat islam yang melarang investasi pada bisnis yang diharamkan dan harus berlandaskan kepada keadilan, produktivitas, dan kemanfaatan bagi manusia.
7. Semata-mata berorientasi pada rate of return dan kelayakan arus kas. Jika ada pembatasan, terutama dikarenakan nilai-nilai etika yang dapat berubah sesuai nilai yang dianut pada masyarakat.
8. Lebih variatif dan luas, meliputi sistem bagi hasil, investment banking, jual-beli, sewa, anjak piutang, novasi, dan jasa lainnya yang tidak bertentangan dengan syariat islam.
8. Terbatas hanya pada mekanisme pinjam-meminjam dengan instrument bunga. Beberapa transaksi financial lainnya adalah derivative (option & exchange) dan investasi pada instrument surat berharga dan saham.
9. Akuntansi dan penyajian laporan keuangan berorientasi kepada pertanggungjawaban bisnis dan sosial, berlandaskan aspek transparansi, akuntabilitas kepada seluruh stake holders, dan keadilan. Sistem pencatatan dan pelaporan mengacu pada standar akuntansi sesuai dengan prinsip syariah.
9. Akuntansi dan penyajian laporan keuangan berorintasi kepada kepentingan para pemegang saham, dan tidak dikenal konsep pertanggungjawaban sosial dan keadilan.
5. Operasional Bank Syariah
Operasional bank syariah baik dalam menghimpun dana maupun dalam
penyalurannya menggunakan prinsip syariah. Adanya ketentuan bahwa akad
dalam penghimpunan dana dan penyaluran dana tersebut maka bank syariah akan
memberikan manfaat kepada semua pihak yang berkepentingan. Selain itu
kejelasan akad akan membantu dalam operasional bank sehingga lebih efisien dan
akan meningkatkan kepastian hukum oleh berbagai pihak termasuk bagi pengawas
dan auditor bank syariah.
Ketentuan persyaratan minimum akad ini disusun berpedoman kepada fatwa
yang diterbitkan oleh Dewan Syariah Nasional dan Peraturan Bank Indonesia No.
7/46/PBI/2005 tentang akad penghimpunan dan penyaluran dana bagi bank yang
melaksanakan kegiatan usaha berdasarkan pada prinsip syariah (Sholahudin &
Hakim, 2008). Gambaran operasional bank syariah secara ringkas sebagai berikut:
Penghimpunan dana Penyaluran Dana Pendapatan
Laporan Laba Rugi
Gambar II.1 Operasional Bank Syariah
Wadiah yad dhamanah
Mudharabah Mutlaqah (Investasi tidak terikat)
Lainnya (modal, dsb)
POOLING DAN A
Prinsip Bagi Hasil
Prinsip Jual-Beli
Bagi Hasil / Laba-Rugi
Margin
Tabel Bagi hasil
Pendapatan Mdh Mutlaqah (Investasi tidak terikat)
Pendapatan berbasis imbalan (fee base income)
Agen: Mudharabah Muqoyyadah ( Investasi Terikat)
Jasa Keuangan : Wakalah, kafalah, sharf
C. Nasabah Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM)
1. Pengertian Nasabah
Pengertian Nasabah dalam wikipedia adalah pihak yang menggunakan jasa
bank, baik itu untuk keperluannya sendiri maupun sebagai perantara bagi
keperluan pihak lain. Kamus perbankan mendefinisikan nasabah sebagai orang
atau badan yang mempunyai rekening simpanan pinjaman pada bank (Anik,
2009). Sedangkan menurut Tim Penyusun Kamus Bahasa, mendefinisikan
nasabah sebagai orang yang biasa berhubungan dengan atau menjadi pelanggan
bank. Dari definisi diatas dapat diambil kesimpulan bahwa nasabah adalah orang
atau badan yang menjadi pelanggan bank yang mempunyai rekening simpanan
dan/atau pinjaman.
2. Pengertian Usaha Mikro, kecil dan Menengah (UMKM)
Kriteria Usaha mikro, kecil, dan menengah perlu diketahui oleh para pelaku
UMKM agar dapat menyesuaikan usahanya dengan kriteria sesuai dengan
Undang-Undang atau Keputusan Menteri Keuangan. Berikut ini kriteria UMKM
menurut UU No. 6 Tahun 2008:
a. Usaha mikro
Merupakan usaha produktif milik keluarga atau perorangan warga negara
indonesia yang memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp. 50.000.000,- (lima
puluh juta rupiah), dan tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha, dan
memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp. 300.000.000,- (tiga ratus juta
rupiah.
Ciri-ciri usaha mikro, antara lain:
1. Jenis barang/komoditi usahanya tidak selalu tetap, sewaktu-waktu berubah
dapat berganti.
2. Tempat usahanya tidak selalu menetap, sewaktu-waktu dapat pindah
tempat.
3. Belum melakukan administrasi keuangan yang sederhana sekaliupun, dan
tidak memisahkan keuangan keluarga dengan kegiatan usaha.
4. SDM belum memiliki jiwa wirausaha yang memadai.
5. tingkat pendidikan rata-rata relitif sangat rendah.
6. umumnya tidak memiliki izin usaha atau persyaratan legalitas lainnya.
Contoh usaha mikro, antara lain:
1. Usaha tani pemilik dan penggarap perorangan peternak, nelayan, dan
pembudidaya.
2. Industri makanan dan minuman, industri meubelair pengolahan kayu dan
rotan, industri pandai besi pembuat alat-alat.
3. Usaha perdagangan seperti kaki lima serta pedagang di pasar.
4. Usaha jasa, seperti perbengkelan, salon kecantikan, ojek, dan penjahit.
Dilihat dari kepentingan perbankan, usaha mikro adalah suatu segmen pasar
yang cukup potensial untuk dilayani dalam upaya meningkatkan fungsi
mediasinya karena usaha mikro mempunyai karakteristik positif dan unik yang
tidak selalu dimiliki oleh usaha non mikro, antara lain:
1. Perputaran usaha cukup tinggi, kemampuan menyerap dana yang mahal
dan dalam situasi krisis ekonomi kegiatan usaha masih tetap berjalan
bahkan teris berkembang.
2. Tidak sensitive terhadap suku bunga.
3. Tetap berkembang walaupun dalam situasi krisis ekonomi dan moneter.
4. Pada umumnya berkarakter jujur, ulet, lugu, dan dapat menerima
bimbingan asal dilakukan dengan pendekatan yang tepat.
b. Usaha Kecil
Merupakan usaha produktif milik warga negara indonesia yang berbentuk
badan usaha perorangan, badan usaha yang tidak berbadan hukum, dan/atau badan
usaha yang berbadan hukum (termasuk koperasi), bukan merupakan anak atau
cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau berafiliasi baik langsung atau
tidak langsung dengan usaha menengah atau besar. Usaha kecil memiliki
kekayaan bersih lebih dari Rp. 50.000.000,- (lima puluh juta rupiah), sampai
dengan paling banyak Rp. 500.000.000,- (lima ratus juta rupiah) tidak termasuk
tanah dan bangunan tempat usaha. Dan memiliki hasil penjualan tahuan lebih dari
Rp. 300.000.000,- (tiga ratus juta rupiah) sampai paling banyak Rp.
2.500.000.000,- (dua milyar lima ratus juta rupiah).
Ciri-ciri usaha kecil:
1. Jenis barang/komoditi yang diusahakan umumnya sudah tetap tidak
gampang berubah.
2. Lokasi/tempat usaha umumnya sudah menetap tidak berpindah-pindah.
3. Pada umunya sudah melakukan administrasi keuangan walau masih
sederhana, keuangan perusahaan sudah mulai dipisahkan dengan keuangan
keluarga, sudah membuat neraca usaha.
4. Sudah memiliki perizinan usaha dan persyaratan legalitas lainnya.
5. SDM memiliki pengalaman dalam berwirausaha.
6. Sebagian sudah akses ke perbankan dalam hal keperluan modal.
7. Sebagian besar belum dapat membuat manajemen usaha dengan baik
seperti business planning.
Contoh usaha kecil:
1. Usaha tani sebagai pemilik tanah perorangan yang memiliki tenaga kerja.
2. Pedagang dipasar grosir (agen) dan pedagang pengumpul lainnya.
3. Pengrajin industri makanan dan minuman, industri meubelair, kayu dan
rotan, industri alat-alat rumah tangga, industri pakaian jadi, dll.
4. Koperasi berskala kecil.
c. Usaha Menengah
Merupakan usaha produktif milik WNI, yang berbentuk badan usaha
perorangan, badan usaha tidak berbadan hukum, atau badan usaha berbadan
hukum (termasuk koperasi), bukan merupakan anak atau cabang perusahaan yang
dimiliki, dikuasai, atau berafiliasi baik langsung atau tidak langsung dengan usaha
besar. Usaha besar memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp. 500.000.000,- (lima
ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp. 10.000.000.000,- (sepuluh
milyar rupiah), tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha. Dan memiliki
hasil penjualan tahunan lebih dari Rp. 2.500.000.000,- (dua milyar lima ratus juta
rupiah) sampai paling banyak Rp. 50.000.000.000,- (lima puluh milyar rupiah).
Ciri-Ciri usaha menegah, antara lain:
1. Pada umumnya telah memiliki manajemen dan organisasi yang lebih baik,
lebih teratur, bahkan lebih modern, dengan pembagian tugas yang jelas
anata lain, bagian keuangan, bagian pemasaran, dan bagian produksi.
2. Telah melakukan manajemen keuangan dengan menerapkan sistem
akuntansi dengan teratur, sehingga memudahkan untuk auditing dan
penilaian atau pemeriksaan termasuk oleh perbankan.
3. Telah memiliki aturan atau pengelolaan dan organisasi perburuhan, telah
ada jamsostek, pemeliharaan kesehatan, dll.
4. Sudah memiliki segala persyaratan legalitas atara lai izin tetangga, izin
usaha, izin tempat, NPWP, upaya pengelolaan lingkungan, dll.
5. Sudah akses ke sumber-sumber pendanaan perbankan.
6. Pada umunya telah miliki SDM yang terlatih dan terdidik.
Jenis atau macam usaha menengah hampir menggarap komoditi dari seluruh
sektor mungkin hampir secara merata, antara lain:
a. Usaha pertanian, peternakan, perkebunan, kehutanan skala menengah.
b. Usaha perdagangan (grosir), termasuk ekspor dan impor.
c. Usaha jenis EMKL (ekpedisi muatan kapal laut), garment dan jasa
transportasi taxi dan bus antar propinsi.
d. Usaha industri makanan dan minuman, elektronik dan logam.
e. Usaha pertambangan batu gunung untuk konstruksi dan marmer buatan.
f. Koperasi dalam skala menengah.
D. Pembinaan Nasabah.
Pengertian pembinaan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, menyebutkan
bahwa pembinaan adalah suatu usaha, tindakan, dan kegiatan yang dilakukan
secara berdaya guna dan berhasil guna untuk memperoleh hasil yang lebih baik.
Definisi lain tentang pembinaan dalam Permenkop No.2/per/M.KUKM/I/2008
menyebutkan bahwa pembinaan adalah upaya yang dilakukan oleh pemerintah,
dunia usaha, dan masyarakat melalui pemberian bimbingan, bantuan perkuatan
untuk menumbuhkan, dan meningkatkan kemampuan usaha kecil agar menjadi
usaha yang tangguh dan mandiri, sebagaimana diatur dalam menurut Undang-
undang tentang usaha kecil.
Pembinaan ini dimaksudkan agar pengelolaan UMKM dilakukan secara baik
sehingga menumbuhkan kepercayaan dari pihak-pihak terkait, seperti anggota,
calon anggota, atau koperasi lain. Tugas pembinaan secara umum meliputi:
1. Memantau perkembangan UMKM secara berkala melalui laporan
keuangan yang bersangkutan.
2. melakukan pemeriksaan UMKM secara meyeluruh baik yang
menyangkut mengenai organisasi maupun usahanya.
3. Melakukan penilaian UMKM secara menyeluruh.
Ciri-ciri pembinaan menurut Mappa (2003) adalah sebagai berikut:
1. Pekerjaan yang dilakukan oleh seseorang dalam rangka mencapai setinggi-
tingginya tingkat kematangan dan tujuan.
2. Prosedur pembinaan dirancang sedemikian rupa agar tujuan yang hendak
dicapai terarah.
3. Pembinaan sebagai pengatur proses belajar harus merancang dan memilih
peristiwa yang sesuai dengan anak binaan.
4. Pembinaan diartikan sebagai usaha untuk menata kondisi yang pantas.
E. Kerangka Teoritis
Menurut waktunya, penelitian ini termasuk ke dalam penelitian cross
sectional, karena pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan satu kali dalam
periode tertentu untuk menjawab pertanyaan penelitian. Apabila dilihat dari
tujuannya, penelitian ini termasuk dalam penelitian deskriptif. Penelitian
deskriptif merupakan penelitian yang dilakukan untuk menguraikan aspek-aspek
fenomena atau karakteristik variabel. Penelitian yang akan dilakukan ini untuk
menguraikan aspek atau fenomena yang dialami oleh nasabah terkait dengan
persepsi mereka sebagai nasabah perbankan syariah terhadap pembinaan nasabah
PT. Bank Muamalat Indonesia. Kerangka teoritis dalam penelitian ini dapat
digambarkan sebagai berikut:
Gambar II.2 Kerangka toritis
Nasabah UMKM Persepsi Bentuk-bentuk pembinaan nasabah
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
Penelitian yang ilmiah dapat dipercaya kebenarannya apabila disusun dengan
menggunakan suatu metode yang tepat. Metode merupakan cara kerja atau tata
kerja untuk dapat memahami objek yang menjadi sasaran dari ilmu pengetahuan
yang bersangkutan. Metode adalah pedoman-pedoman, cara seseorang
mempelajari dan memahami lingkungan yang dihadapi (Soerjono Soekanto,
2006). Dalam penelitian ini peneliti menggunakan metode-metode sebagai
berikut:
A. Desain Penelitian
Desain penelitian merupakan perencanaan, struktur, dan strategi penelitian
dalam rangka menjawab pertanyaan dan mengendalikan penyimpangan yang
mungkin terjadi. Menurut tujuannya penelitian ini merupakan penelitian
deskriptif. Penelitian deskriptif yang bertujuan untuk melukiskan atau
medeskripsikan suatu variabel atau kondisi-kondisi sesuatu yang nyata, sehingga
dapat diketahui tentang status sesuatu. Penelitian ini mempunyai tujuan untuk
menggambarkan bagaimana persepsi nasabah UMKM perbankan syariah terhadap
bentuk-bentuk pembinaan nasabah PT. Bank Muamalat Indonesia. Menurut
horizon waktu, penelitian ini termasuk dalam studi cross sectional. Penelitian ini
dilakukan dengan data yang hanya sekali dikumpulkan, mungkin selama periode
harian, mingguan, atau bulanan, dalam rangka menjawab pertanyaan penelitian.
Penelitian ini tidak diarahkan untuk menguji hipotesis dalam pengambilan suatu
keputusan.
B. Teknik Pengambilan Sampel
Keputusan lain dalam penelitian yang penting adalah keputusan untuk
melakukan seleksi terhadap individu dari obyek yang akan dikaji.
1. Populasi
Populasi merupakan keseluruhan obyek yang diteliti dan terdiri atas sejumlah
individu, baik yang terbatas (finite) maupun tidak terbatas (infinite) (Murti &
Salamah, 2006). Populasi dalam penelitian ini adalah nasabah UMKM Perbankan
syariah yang memperoleh pembiayaan di PT. Bank Muamalat Indonesia cabang
Surakarta di Eks-Karisidenan Surakarta.
2. Sampel
Sampel adalah bagian populasi yang digunakan untuk memperkirakan
karakteristik populasi (Murti & Salamah, 2006). Apa yang dipelajari dari sampel,
maka kesimpulannya akan diberlakukan untuk populasi. Kriteria sampel yang
baik menurut Jogianto (2004) harus memenuhi dua kriteria sebagai berikut:
a. Akurat.
Sampel yang akurat adalah sampel yang tidak bias. Beberapa cara dapat
dilakukan untuk meningkatkan akurasi dari sample antara lain:
g. Pemilihan sampel berdasarkan proksi yang tepat.
h. Menghindari bias diseleksi sampel.
i. menghindari bias hanya di perusahaan-perusahaan yang bertahan.
b. Presisi.
Sampel yang mempunyai presisi yang tinggi adalah yang mempunyai
kesalahan pengambilan sampel (sampling error) yang rendah. Kesalahan
pengambilan sampel (sampling error) adalah seberapa jauh sampel berbeda
dari yang dijelaskan oleh populasinya. Presisi diukur dengan standar error of
estimate. Semakin kecil standard error of estimate semakin tinggi presisi
sampelnya. Presisi dapat ditngkatkan dengan jumlah sampelnya. Semakin
besar jumlah sampel, semakin kecil kesalahan standar estimasinya.
Sampel pada penelitian ini adalah Koperasi Jasa Keuangan Syariah (KJKS)
atau Baitul Maal wat tamwil (BMT) yang berdomisili di wilayah Surakarta dan
karanganyar sebagai nasabah UMKM perbankan syariah yang memperoleh
pembiayaan dari PT. Bank Muamalat Indonesia Cabang Solo. Pemilihan sampel
ini lebih ditekankan pada pihak-pihak yang berhubungan langsung atau berkaitan
langsung dengan Bank Muamalat Indonesia.
3. Teknik Sampling
Metode sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah Convenience
sampling. Convenience sampling atau pengambilan sampel secara nyaman
dilakukan dengan memilih sampel bebas berkehendak penelitinya. Teknik
pengambilan sampel ini merupakan suatu teknik pengambilan sampel
nonprobability dimana informasi atau data penelitian diperoleh dari anggota
populasi yang dapat dengan mudah diakses oleh peneliti.
C. Instrumen penelitian
Instrumen penelitian yang digunakan peneliti berupa kuesioner. Kuesioner
adalah daftar pertanyaan tertulis yang telah dirumuskan sebelumnya yang akan
responden jawab, biasanya dengan alternatif yang didefinisikan dengan jelas
(Sekarang, 2006). Tipe kuesioner menggunakan pertanyaan terbuka dan tertutup,
dimana peneliti selain akan meminta responden untuk membuat pilihan di antara
serangkaian alternatif yang diberikan dinyatakan dalam skala likert, juga
responden dapat menjawab cara yang mereka pilih. Skala likert merupakan
metode mengukur sikap dengan menyatakan setuju atau ketidaksetujuannya
terhadap subyek, obyek, atau kejadian tertentu lainnya (Sekaran, 2006).
D. Metode Pengumpulan Data
Data dalam penelitian ini diperoleh dari sumber data primer dan sumber data
sekunder. Data primer berupa data yang dapat memberikan informasi secara
langsung mengenai segala hal yang berkaitan dengan obyek penelitian. Data
primer diperoleh dari jawaban responden terhadap pertanyaan yang diajukan
peneliti melalui kuesioner yang dilakukan terhadap responden yang menjadi
sampel penelitian. Sedangkan sumber data sekunder mengacu pada informasi
yang dikumpulkan oleh seseorang, dan bukan peneliti yang melakukan studi
mutakhir (Sekaran, 2006). Data sekunder diperoleh dari jurnal, skripsi, buku
kepustakaan, dan literatur yang diakses melalui internet, penelusuran dokumen,
ataupun publikasi informasi.
E. Metode Analisis Data
Analisis data adalah kegiatan mengelompokkan, membuat suatu urutan, serta
mengolah data sehingga mudah dibaca. Penelitian ini menganalisis data yang
berasal dari hasil gradasi kuesioner dengan menggunakan skala likert. Skala ini
menggunakan rentang nilai (skor) 1 sampai 5. alternatif jawaban yang dipakai
dalam kuesioner yaitu:
a. Sangat Tidak Setuju (STS) : Skor 1
b. Tidak Setuju (TS) : Skor 2
c. Ragu-Ragu (R) : Skor 3
d. Setuju (S) : Skor 4
e. Sangat Setuju (SS) : Skor 5
Alternatif jawaban “STS” sebenarnya berada pada kategori “TS” tetapi
dengan tingkat gradasi yang lebih atau menyangatkan. Begitu juga dengan “SS”
yang sebenarnya pada kategori “S”, tetapi dengan tingkat lebih atau sangat.
Adapun untuk jawaban “R” atau ragu-ragu diartikan abstain atau tidak
memberikan tanggapan/jawaban. Kategori ini diberikan responden yang kurang
memahami topik dalam penelitian, yang mungkin dikarenakan latar belakang
penelitian yang tidak sesuai atau hal lain yang mempengaruhi.
Data dari responden yang telah dikumpulkan harus diuji terkait dengan
validitas dan reliabilitas terlebih dahulu. Pengujian tersebut dimaksudkan agar
data yang diperoleh benar-benar valid dan reliabel. Pengujian atas data tersebut
dilakukan dengan menggunakan pengujian bantuan paket program Statistical
Product dan Service Solutions (SPSS) for windows release 12.0.
a. Uji Validitas
Uji validitas dilakukan untuk mengetahui apakah masing-masing pertanyaan
akan dapat menjawab sesuai yang dimaksud (sekaran, 2000). Uji validitas
dilakukan dengan analisis faktor yang dimaksudkan untuk memastikan bahwa
masing-masing pernyataan akan diklasifikasikan pada variabel-variabel yang
telah ditentukan (contruct validity). Contruct validity ditunjukkan oleh
koefisien korelasi antara skor yang diperoleh untuk setiap pernyataan dengan
skor keseluruhan. Pernyataan-pernyataan dalam kuesioner dikatakan valid bila
rxy (koefisien korelasi) lebih besar dari rtabel (critical value), begitu pula
sebaliknya.
b. Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas bertujuan untuk mengetahui tingkat konsistensi hasil
pengukuran terhadap dua kali atau lebih gejala yang sama (sekaran, 2000). Untuk
mengukur reliabilitas ini digunakan pendekatan konsistensi internal (internal
consistency reability) dinyatakan dalam cronbach alpha yang mencerminkan
koefisien reliabilitas dari seluruh item pernyataan yang diuji.
3. Analisis Data
Analisis data yang dipakai dalam penelitian ini adalah berupa analisis
deskriptif. Analisis ini akan menjelaskan setiap item-item pernyataan yang
merupakan persepsi dari responden. Berikut ini dijelaskan mengenai hal-hal atau
judul kolom yang terdapat dalam tabel analisis tersebut.
a. Nomor
Merupakan nomor item peryataan hingga akan mencerminkan jumlah item
dalam suatu kelompok pernyataan.
b. Pernyataan
Merupakan kumpulan pernyataan yang disampaikan peneliti untuk diberikan
tanggapan oleh responden.
c. Skor
Merupakan sebaran dari penilaian yang mempunyai rentang nilai (skor) 1
sampai 5, yang menjelaskan banyaknya responden yang menjawab suatu
alternatif jawaban/tanggapan yang diberikan.
d. Jumlah Responden
Merupakan suatu jumlah yang menjelaskan banyaknya responden yang
dijadikan sampel dalam penelitian ini.
e. Jumlah Nilai
Merupakan perolehan hasil kali antara banyaknya responden yang menjawab
suatu alternatif jawaban dengan skor dari alternatif jawaban tersebut.
f. Rata-Rata Nilai
Merupakan rata-rata dari nilai per item pernyataan yang diperoleh dari jumlah
nilai dibagi dengan jumlah responden.
g. Jumlah
Merupakan suatu baris yang menyatakan suatu jumlah dari keseluruhan
responden yang menjawab suatu alternatif jawaban yang diberikan, serta rata-
rata nilai semua item pernyataan yang diperoleh dari penjumlahan semua nilai
per item dibagi dengan banyaknya item pernyataan tersebut.
h. Kategori
Kategori jawaban yang ada terbagi menjadi tiga yaitu “Tidak Setuju”, “Ragu-
Ragu”, dan “Setuju”. Kategori ini ditentukan berdasarkan kategori sebagai
berikut:
1. Apabila hasil perhitungan rata-rata nilai diperoleh 1,00 sampai dengan
2,50, maka termasuk kategori tidak setuju.
2. Apabila hasil perhitungan rata-rata nilai diperoleh 2,51 sampai dengan
3,50 maka termasuk kategori ragu-ragu.
3. Apabila hasil perhitungan rata-rata nilai diperoleh 3,51 sampai dengan
5,00 maka termasuk kategori setuju.
Penentuan kategori ini mengacu pada penelitian yang telah dilakukan oleh
Tina Alfa (2005) dan Nunung (2008).
F. Gambaran Umum Perusahaan
1. Sejarah berdirinya PT Bank Muamalat Indonesia
PT Bank Muamalat Indonesia Tbk didirikan pada 24 Rabius Tsani 1412 H
atau 1 November 1991, yang diprakarsai oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI)
dan pemerintah Indonesia, dan memulai kegiatan operasinya pada 27 Syawwal
1412 H atau 1 Mei 1992. dengan dukungan nyata dari eksponen Ikatan
Cendekiawan Muslim se-Indonesia (ICMI) dan beberapa pengusaha muslim,
pendirian Bank Muamalat Indonesia juga menerima dukungan masyarakat. Hal ini
terbukti dari komitmen pembelian saham perseroan senilai Rp. 84 Milyar pada
saat penandatanganan akta pendirian perseroan. Selanjutnya, pada acara
silaturrahim peringatan pendirian tersebut di Istana Bogor diperoleh tambahan
komitmen masyarakat Jawa Barat yang turut menanam modal senilai Rp. 106
Milyar Rupiah.
Pada tanggal 27 Oktober 1994, dua tahun setelah didirikan, Bank Muamalat
Indonesia berhasil menyandang predikat sebagai Bank Devisa. Pengakuan ini
semakin memperkokoh posisi perseroan sebagai bank syariah pertama dan
terkemuka di Indonesia dengan beragam jasa maupun produk yang terus
dikembangkan. Pada akhir tahun 90an, Indonesia dilanda krisis moneter yang
memporakporandakan sebagian besar perekonomian Asia Tenggara. Sektor
perbankan tergulung oleh kredit macet di segmen korporasi. Bank Muamalat
Indonesia pun terimbas dampak krisis. Di tahun 1998, rasio pembiayaan macet
(NPF) mencapai lebih dari 60%. Perseroan mencatat rugi sebesar Rp. 105 Milyar,
ekuitas mencapai titik terendah, yaitu Rp. 39,3 Milyar, kurang dari sepertiga
modal setor awal.
Dalam upaya memperkuat permodalannya, Bank Muamalat mencari pemodal
yang potensial, dan ditanggapi secara positif oleh Islamic Development Bank
(IDB) yang berkedudukan di Jeddah, Arab Saudi. Pada RUPS tanggal 21 Juni
1999, IDB secara resmi menjadi salah satu pemegang saham Bank Muamalat.
Oleh karenanya kurun waktu antara tahun 1999 dan 2002 merupakan masa-masa
yang penuh tantangan sekaligus keberhasilan bagi Bank Muamalat. Dalam kurun
waktu tersebut Bank Muamalat berhasil membalikkan kondisi dari rugi menjadi
laba berkat upaya dan dedikasi setiap kru Muamalat, dan ditunjang oleh
kepemimpinan yang kuat, strategi pengembangan usaha yang tepat, serta ketaatan
terhadap pelaksanaan perbankan syariah secara murni. Hingga akhir tahun 2004,
Bank Muamalat tetap merupakan bank syariah terkemuka di Indonesia dengan
jumlah aktiva sebesar Rp. 5.2 Triliyun, modal pemegang saham sebesar Rp. 269.7
miliyar, serta perolehan laba bersih sebesar Rp. 48,4 miliyar pada tahun 2004.
Keunggulan dari penerapan konsep islam di dalam sistem perbankan, Bank
Muamalat telah terbukti, terutama disaat krisis ekonomi melanda Indonesia.
Ketika banyak bank-bank konvensional yang runtuh dan perlu direkapitulasi oleh
pemerintah atau bahkan dilikuidasi, Bank muamalat tetap kokoh dan tidak
menderita kerugian yang besar akibat negative spread. Namun demikian,
managemen menyadari perlunya meningkatkan modal perseroan, bank muamalat
kemudian melakukan penawaran umum terbatas (right issue) pada bulan Juli
1998. patut disayangkan, kondisi makro ekonomi yang tidak mendukung pada
saat itu serta adanya perubahan dalam kebijakan investasi luar negeri di Negara-
negara asal calon investor telah menghambat rencana perseroan. Sehingga
menyebabkan perolehan dana dari right issue belum mencapai target. Namun,
modal disetor tetap meningkat. Penanaman modal utama Dari right issue
perseroan adalah Islamic Development Bank dan dana ONH.
2. Visi dan Misi Bank Muamalat Indonesia
Visi dari Bank Mumalat Indonesia adalah menjadi bank syariah utama di
Indonesia, dominan di pasar spiritual, dan di kagumi di pasar regional. Sedangkan
misi dari Bank Muamalat Indonesia adalah menjadi ROLE MODEL Lembaga
Keuangan Syariah dunia dengan penekanan pada semangat kewirausahaan,
keunggulan manajemen, dan orientasi investasi yang inovatif untuk
memaksimumkan nilai bagi stakeholder.
3. Aktivitas Usaha Bank Muamalat Indonesia
Bank muamalat Indonesia mempunyai berbagai macam produk perbankan
yang dibagi dalam dua kategori yaitu penyimpanan dana dan pengelolaan dana.
a. Produk Penghimpunan Dana
1. Tabungan umat
a. Tabungan umat, merupakan cara investasi murni yang sesuai dengan
syariah dalam mata uang rupiah yang memungkinkan nasabah
melakukan penyetoran dan penarikan tunai dengan sangat mudah.
b. Tabungan arafah, merupakan jenis tabungan yang ditujukan bagi
nasabah yang berniat melaksanakan ibadah haji secara terencana sesuai
dengan kemampuan dan jangka waktu yang dikehendaki.
c. Tabungan arafah plus, merupakan jenis tabungan yang ditujukan bagi
nasabah yang berniat melaksanakan ibadah haji plus secara terencana
sesuai dengan kemampuan dan jangka waktu yang dikehendaki.
d. Shar-E, merupakan suatu investasi syariah yang dikemas khusus dalam
bentuk paket perdana seharga Rp. 125.000,- dan dapat diperoleh di
kantor layanan Bank Muamalat dan Kantor Pos Online (SOPP) di
seluruh Indonesia.
e. TabunganKu, merupakan produk tabungan untuk perorangan dengan
persyaratan mudah dan ringan yang diterbitkan secara bersama oleh
bank-bank diseluruh Indonesia guna menumbuhkan budaya menabung
serta meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
2. Giro wadia’ah, merupakan dana investasi baik dalam bentuk rupiah atau
valas, pribadi maupun perusahaan yang ditujukan untuk mendukung
aktivitas usaha. Dengan sistem wadiah ini, bank tidak berkewajiban,
namun diperbolehkan untuk memberikan bonus kepada nasabah.
3. Deposito
a. Deposito mudharabah, merupakan pilihan investasi dalam mata uang
rupiah maupun USD dengan jangka waktu 1, 3, 6, dan 12 bulan yang
ditujukan bagi nasabah yang ingin berinvestasi secara halal, murni
sesuai syariah. Dana nasabah akan diinvestasikan secara optimal untuk
membiayai berbagai macam usaha produktif yang berguna bagi
kepentingan ummat.
b. Deposito fulinves, merupakan pilihan investasi dalam mata uang
rupiah maupun USD dengan jangka waktu 6 dan 12 bulan yang
ditujukan bagi nasabah yang ingin berinvestasi secara halal, murni
sesuai syariah. Deposito ini dilengkapi dengan fasilitas asuransi jiwa.
4. Dana Pensiun Lembaga Keuangan (DPLK) Muamalat, merupakan badan
hukum yang menyelenggarakan program pensiun yaitu suatu program
yang menjanjikan sejumlah uang yang pembayarannya secara berkala dan
dikaitkan dengan pencapaian usia tertentu.
b. Produk penyaluran dana
1. Piutang Murabahah, merupakan suatu fasilitas penyaluran dana dengan
sistem jual beli. Dimana bank akan membelikan barang-barang halal apa
saja yang dibutuhkan nasabah kemudian menjualnya kepada nasabah
untuk diangsur sesuai dengan kemampuan nasabah. Produk ini dapat
digunakan untuk memenuhi kebutuhan usaha (modal kerja dan investasi:
pengadaan barang modal seperti mesin, peralatan, dll) maupun pribadi
( pembelian kendaraan bermotor, rumah, dll)
2. Piutang Istishna’/Salam, merupakan suatu fasilitas penyaluran dana
dengan sistem jual beli, dimana seorang produsen ditugaskan untuk
membuat suatu barang pesanan dari pemesan. Pada dasarnya istishna’
sama dengan salam, yaitu dari segi obyek pesanannya yang harus dibuat
atau dipesan terlebih dahulu dengan ciri-ciri khusus. Perbedaannya hanya
pada sistem pembayarannya, yaitu jika istishna pembayaran dapat
dilakukan di awal, ditengah, atau diakhir, sedangkan salam pembayaran
dilakukan dimuka.
3. Pembiayaan Mudharabah, merupakan jenis pembiayaan dalam bentuk
modal/dana yang diberikan oleh bank kepada nasabah untuk dikelola
dalam usaha yang telah disepakati bersama. Dalam pembiayaan pihak
nasabah dan pihak bank sepakat untuk berbagi hasil atas pendapatan usaha
yang diperoleh, sedang resiko kerugian ditanggung oleh pihak bank
kecuali kerugian yang diakibatkan oleh kesalahan pengelolaan, kelalaian,
penyimpangan pihak nasabah seperti penyelewengan, kecurangan, dan
penyalahgunaan.
4. Pembiayaan Musyarakah, merupakan jenis pembiayaan kerjasama
perkongsian yang dilakukan antara pihak nasabah dan pihak bank dalam
suatu usaha, dimana masing-masing pihak berdasarkan kesepakatan
memberikan kontribusi sesuai dengan kesepakatan bersama berdasarkan
porsi yang ditanamkan.
5. Ijarah, merupakan suatu perjanjian antara bank dengan nasabah sebagai
penyewa suatu barang milik bank, dan bank mendapat imbalan jasa atas
barang yang disewakannya. Ijarah dan Ijarah Muntahiya Bittamlik
(IMBT) digunakan untuk pembiayaan alat-alat berat.
Bank Muamalat Indonesia dalam menjalankan usahanya mengutamakan
konsistensi penerapan prinsip syariah dengan menggunakan sistem non bunga dan
penerapan kualitas pelayanan syariah. Harmoni antara kemajuan usaha dan nilai-
nilai rohani inilah yang menjadi salah satu keunggulan Bank Muamalat Indonesia
untuk menjadi salah satu bank alternatif bagi pelaksanaan perbankan di Indonesia.
4. Struktur Organisasi Bank Muamalat Indonesia
Struktur organisasi dalam jajaran Dewan Pengawas Syariah, Dewan
Komisaris, Dewan Direksi dijelaskan sebagai berikut:
a. Dewan Pengawas Syariah
1. Ketua : KH. Ma’ruf Amin
2. Anggota : Prof. Dr. H. Muardi Chatib
3. Anggota : Prof. Dr. H. Umar Shihab
b. Dewan Komisaris
1. Komisaris Utama : Widigdo Sukarman
2. Komisaris : Irfan ahmed Akhtar
3. Komisaris : Abdulla Saud Abdul Aziz Al-Mulaifi
4. Komisaris : Sultan Muhammed Hasan Abdulrauf
5. Komisaris : Emirsyah Satar
6. Komisaris : Andre Mirza Hartawan
c. Dewan Direksi
1. Direktur Utama : Ir. H. Arviyan Arifin
2. Direktur : Ir. H. Andi Buchari
3. Direktur : Ir. Hj. Luluk Mahfudah
4. Direktur : Farouk Abdullah Alwyni, MA, MBA
5. Direktur : Andrian A.Gunadi, MBA
BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
A. Pelaksanaan Penelitian
Penelitian yang dilakukan merupakan suatu penelitian deskriptif yang
menggunakan kuesioner sebagai instrumen penelitian. Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui bagaimana persepsi atau tanggapan nasabah Usaha, Mikro
Kecil, dan menengah (UMKM) perbankan syariah terhadap bentuk-bentuk
pembinaan nasabah. Penelitian ini mengambil sampel pada nasabah UMKM Bank
Muamalat Indonesia yang berada di wilayah Eks Karesidenan Surakarta.
Instrumen yang digunakan untuk pengumpulan data dalam penelitian ini
adalah kuesioner. Penyebaran kuesioner dilakukan dengan mengunjungi langsung
nasabah UMKM PT. Bank Muamalat Indonesia yang telah dipilih menjadi
sampel. Kuesioner ini disampaikan untuk setiap KJKS/BMT sebagai nasabah
UMKM PT. Bank Muamalat Indonesia sebanyak 1 (satu) bandel yang diisi oleh
pihak-pihak yang berhubungan langsung dengan PT. Bank Muamalat Indonesia
yang dalam hal ini manajer atau bagian pembiayaan. Penyebaran kuesioner ini
dilakukan mulai tanggal 21 Mei 2010 sampai dengan 5 Juni 2010. Distribusi
kuesioner yang disebar ke respoden dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
Tabel IV.1 Distribusi Kuesioner
Kuesioner
disebar Keusioner kembali
Persentase Kuesioner Valid
Kuesioner Tidak Valid
Persentase
30 30 100% 30 - 100%
Sumber : data primer diolah
Tabel IV.1 tersebut diatas menyajikan tentang distribusi kuesioner, dimana
kuesioner disampaikan langsung kepada 30 responden. Dari 30 kuesioner yang
disampaikan 100% dinyatakan kembali dan 100% dinyatakan valid untuk
dilakukan proses selanjutnya.
B. Karakteristik Responden
Karakteristik responden yang telah berpartisipasi dalam penelitian ini adalah
seperti yang terlihat pada tabel berikut:
Tabel IV.2 Jenis Kelamin Responden
Jenis Kelamin Jumlah Persentase
Laki-Laki 27 90,00%
Perempuan 3 10,00%
Total 30 100% Sumber: Data Primer diolah
Tabel IV.2 diatas menyajikan tabel tentang jenis kelamin responden. Dalam
tabel tersebut ditunjukkan bahwa 30 orang yang menjadi responden, terdiri dari 27
atau 90% adalah responden laki-laki, dan 3 atau 10% adalah responden
perempuan.
Tabel IV.3 Usia Responden
Usia Responden Jumlah Persentase
20-30 Tahun 8 26,67%
31-40 Tahun 19 63,33%
41-50 Tahun 3 10,00%
>50 tahun 0 0%
Total 30 100%
Sumber : data primer diolah
Tabel IV.3 diatas menyajikan tabel tentang usia responden. Dimana dalam
tabel tersebut dijelaskan rentang usia yang paling dominan dari 30 orang yang
menjadi responden adalah 31-40 Tahun yaitu sebanyak 19 responden atau
sebanyak 63,33%, sedangkan rentang usia yang paling sedikit adalah >50 Tahun
yaitu sebanyak 0 responden atau 0%.
Tabel IV.4 Status Perkawinan Responden
Status
Perkawinan Jumlah Persentase
Belum Kawin 7 23,33%
Kawin 23 76,67%
Total 30 100%
Sumber : data primer diolah
Tabel IV.4 diatas menyajikan tabel tentang status perkawinan responden.
Dalam tabel tersebut ditunjukkan bahwa dari 30 orang yang menjadi responden,
terdiri dari 7 responden atau 23,33% merupakan responden yang belum kawin dan
23 responden atau 76,67% merupakan responden yang sudah kawin.
Tabel IV.5 Strata Pendidikan Responden
Pendidikan Terakhir
Jumlah Persentase
SMA/Sederajat 0 0%
D1/D2/D3/ Akademika
9 30,00%
S1 20 66,67%
S2/S3/Pasca Sarjana
1 3,33%
Total 30 100%
Sumber : data primer diolah
Tabel IV.5 diatas menyajikan tabel tentang strata pendidikan responden.
Dimana dalam tabel tersebut dijelaskan bahwa strata pendidikan yang paling
dominan dari 30 orang yang menjadi responden adalah S1 yaitu sebanyak 20
responden atau sebanyak 66,67%, sedangkan strata pendidikan yang paling sedikit
adalah SMA/Sederajat yaitu sebanyak 0 responden atau 0%.
C. Pengujian Instrumen Penelitian
1. Pengujian Validitas
Uji validitas dilakukan untuk mengetahui apakah masing-masing pertanyaan
akan dapat menjawab sesuai yang dimaksud (sekaran, 2000). Teknik yang
digunakan untuk menguji validitas adalah dengan menggunakan rumus Pearson’s
Correlation Product Moment. Dengan menggunakan taraf signifikan sebesar 5%
dan diperoleh nilai korelasi (rhitung) yang lebih besar dari rtabel, maka item
pernyataan tersebut tersebut dianggap valid dan dapat digunakan sebagai
instrumen pengukur dalam penelitian ini. Dan apabila diperoleh rhitung yang lebih
kecil dari rtabel, maka item pernyataan tersebut dianggap tidak valid, sehingga
tidak dapat digunakan sebagai instrumen pengukur dalam suatu penelitian ini.
Tabel IV.6 Hasil Uji Validitas
Item
Pernyataan r hitung r tabel Kesimpulan
1 0,400 0,36 Valid
2 0,742 0,36 Valid
3 0,617 0,36 Valid
4 0,505 0,36 Valid
5 0,496 0,36 Valid
6 0,519 0,36 Valid
7 0,645 0,36 Valid
8 0,647 0,36 Valid
9 0,538 0,36 Valid
10 0,635 0,36 Valid
11 0,556 0,36 Valid
12 0,398 0,36 Valid
13 0,627 0,36 Valid
14 0,543 0,36 Valid
15 0,386 0,36 Valid
16 0,528 0,36 Valid
Sumber : Data primer diolah
Hasil pengujian validitas terhadap seluruh item pernyataan pada tabel IV.8
menunjukkan bahwa nilai rhitung pada masing-masing item pernyataan lebih besar
dari nilai rtabel yaitu sebesar 0,36. dengan kondisi tersebut diatas maka item
pernyataan 1 sampai item pernyataan 16 dapat dikatakan valid.
2. Pengujian Reliabilitas
Pengujian ini dilakukan untuk melihat apakah hasil pengukuran dapat
konsisten, yaitu apakah alat ukur yang dapat diterapkan pada objek yang sama
berulang dan menghasilkan ukuran yang mendekati ukuran sebelumnya. Jika
memang demikian maka alat tersebut dikatakan reliabel (Ghozali, 2005).
Pengujian ini dilakukan dengan pendekatan cronbach alpha. Dimana pengujian
ini dilakukan dengan menghitung masing-masing instrumen dalam item
pernyataan tersebut. Instrumen yang dipakai dalam item pernyataan tersebut
dikatakan handal jika cronbach’s alpha lebih dari 0,60 (Sekaran, 2000).
Tabel IV.7 Hasil Uji Reliabilitas
Mean Std Dev Cases
1 P1 4,2333 0,6261 30,0
2 P2 3,9000 0,7589 30,0
3 P3 3,1000 0,7120 30,0
4 P4 3,2667 0,5833 30,0
5 P5 3,2333 0,9714 30,0
6 P6 4,1333 0,7303 30,0
7 P7 3,5000 0,6823 30,0
8 P8 3,7000 0,5960 30,0
9 P9 3,2667 0,4498 30,0
10 P10 3,2000 0,4068 30,0
11 P11 3,6000 0,6747 30,0
12 P12 4,2000 0,6644 30,0
13 P13 3,7333 0,9072 30,0
14 P14 3,8333 0,7466 30,0
15 P15 3,3000 0,6513 30,0
16 P16 3,2000 0,6644 30,0
Reliability Coefficients N of Cases = 30.0 N of Items = 16 Alpha = .8371
Pada tabel IV.7 ditunjukkan bahwa hasil pengujian reliabilitas dengan jumlah
responden (n of cases) sebanyak 30 dan item pernyataan (n of items) sebanyak 16,
dapat diketahui bahwa koefisien alpha sebesar 0,8371. Hasil menunjukkan bahwa
instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah reliabel atau baik, sehingga
dapat dilakukan proses selanjutnya.
D. Hasil Analisis Deskriptif
Analisis dskriptif dalam penelitian ini dilakukan dengan menghitung hasil
persepsi dari masing-masing responden terhadap item pernyataan yang diajukan,
kemudian mengkategorikan hasilnya menurut jumlah atau persentase dari skor
yang sudah dihitung. Setelah itu hasil penghitungan dijumlahkan secara
keseluruhan untuk mengetahui hasil penelitian.
Untuk mengetahui hasil selengkapnya dari analisis deskriptif dapat dilihat
pada tabel berikut ini:
Tabel IV.8 Persepsi Nasabah Usaha Mikro Kecil Dan Menengah (UMKM) Perbankan Syariah Terhadap
Bentuk-Bentuk Pembinaan Nasabah No Pernyataan Skor Jumlah
Responden Jumlah Nilai
Rata-Rata Nilai
Kategori
1 2 3 4 5
1. Pembinaan dilakukan melalui kunjungan
langsung dengan memantau
perkembangan UMKM secara berkala.
- - - 21 9 30 129 4,.30 Setuju
2.
Pembinaan dilakukan melalui review
laporan kinerja (laporan keuangan,
laporan portofolio, NPF ) yang
dilakukan secara berkala.
- - 4 21 5 30 121 4,03 Setuju
3. Bimbingan teknis (Bintek) terkait dengan
organisasi UMKM dilakukan secara
berkala.
- 4 17 9 - 30 95 3,17 Ragu-Ragu
4. Bimbingan teknis (Bintek) terkait dengan
usaha UMKM dilakukan secara berkala.
- 2 18 10 - 30 99 3,30 Ragu-Ragu
5. Bimbingan teknis (Bintek) terkait dengan - 3 14 13 - 30 101 3,37 Ragu-Ragu
pengelolaan administrasi keuangan
UMKM dilakukan secara berkala.
6. Peningkatan kemampuan usaha UMKM
melalui pengadaan training terkait dengan
strategi marketing (Price, Product,
Promotion, Place) yang dibutuhkan oleh
UMKM.
- - - 22 8 30 128 4,27 Setuju
7. Peningkatan kemampuan usaha UMKM
melalui pengadaan training terkait dengan
managemen control yang dibutuhkan oleh
UMKM.
- - 8 21 1 30 112 3,73 Setuju
8. Peningkatan kemampuan usaha UMKM
melalui pengadaan training terkait dengan
Sumber Daya Manusia yang dibutuhkan
oleh UMKM.
- - 3 25 2 30 119 3,97 Setuju
9. Peningkatan kemampuan usaha UMKM
melalui pengadaan training terkait dengan
Sistem Informasi Akuntansi yang
dibutuhkan oleh UMKM.
- 4 6 15 5 30 115 3,83 Setuju
10. Peningkatan kemampuan usaha UMKM
melalui pengadaan training terkait dengan
Sistem Informasi Managemen yang
dibutuhkan oleh UMKM.
- 5 6 17 2 30 106 3,53 Setuju
11. Peningkatan kemampuan usaha UMKM
melalui pengadaan training terkait dengan
pelaporan kinerja yang dibutuhkan oleh
UMKM.
- - 6 21 3 30 115 3,83 Setuju
12. Sosialisasi terkait dengan skim
pembiayaan / pendanaan diperlukan guna
perkuatan permodalan UMKM dilakukan
secara berkala.
- - - 20 10 30 130 4,33 Setuju
13. Pemberian fasilitas khusus terkait dengan
jaminan pembiayaan yang diperoleh guna
perkuatan permodalan UMKM.
- - 5 21 4 30 119 3,97 Setuju
14. Pemberian fasilitas khusus terkait dengan
jumlah pembiayaan yang diperoleh guna
perkuatan permodalan UMKM.
- - 4 23 3 30 119 3,97 Setuju
15. Pemberian fasilitas khusus terkait dengan
bagi hasil atas pembiayaan yang
diperoleh guna perkuatan permodalan
UMKM.
- 9 10 11 - 30 92 3,07 Ragu-Ragu
16 Pemberian fasilitas khusus terkait dengan
jangka waktu pengembalian pembiayaan
yang diperoleh guna perkuatan
permodalan UMKM.
- 7 8 15 - 30 98 3,27 Ragu-Ragu
2 36 164 234 44 3,74 Setuju
Pada tabel IV.8 menunjukkan bahwa secara keseluruhan tanggapan atau
persepsi responden sebagai nasabah UMKM perbankan syariah terhadap bentuk-
bentuk pembinaan nasabah dapat disimpulkan dalam kategori setuju, hal ini
ditunjukkan dengan rata-rata nilai akhir yaitu sebesar 3,74. Hasil ini dapat
dikatakan bahwa PT. Bank Muamalat Indonesia telah melakukan pembinaan baik
secara langsung maupun tidak langsung kepada nasabah dalam rangka pemberian
bimbingan, bantuan perkuatan permodalan, dan peningkatan kemampuan nasabah
walaupun dengan proporsi yang berbeda-beda untuk masing-masing pernyataan.
Pernyataan no. 1 sebanyak 21 responden menjawab setuju dan 9 responden
menjawab sangat setuju, dengan rata-rata nilai 4,30. Hal ini menunjukkan bahwa
upaya pembinaan yang dilakukan oleh PT. Bank Muamalat Indonesia dalam
rangka melakukan pemantauan secara langsung melalui kunjungan kepada
nasabah telah dilakukan secara efektif dan efisien. Kunjungan ini dilakukan oleh
pihak bank minimal satu kali dalam satu bulan, dimana dari kunjungan tersebut
bertujuan untuk:
1. Terciptanya komunikasi yang baik dengan nasabah. Sehingga akan
menciptakan suatu hubungan kemitraan antara pihak bank dengan nasabah
atau antara shahibul maal dengan mudharib.
2. Pertumbuhan dan produktivitas asset UMKM dapat terpantau.
3. Mengetahui perkembangan UMKM, berikut dengan masalah dan kendala-
kendala yang dihadapi dalam menjalankan usahanya.
Pernyataan no.2 terkait dengan upaya pembinaan yang dilakukan PT. Bank
Muamalat Indonesia melalui review laporan kinerja diketahui dalam tabel IV.8
bahwa terdapat 21 responden memberi tanggapan setuju dan 5 responden
memberi tanggapan sangat setuju. Menurut pendapat responden review ini
dilakukan oleh PT. Bank Muamalat Indoensia setelah tutup buku tahunan melalui
laporan Rapat Anggota Tahunan (RAT), yang meliputi laporan keuangan KJKS,
Laporan kolektibilitas KJKS, Laporan portofolio pembiayaan KJKS, laporan
likuiditas KJKS, sampai pada Laporan Pertanggungjawaban Pengurus, dan
Rencana Anggaran Pendapatan Belanja (RAPB). Hal ini sangat dirasakan
manfaatnya oleh nasabah karena selain untuk memantau perkembangan finansial
KJKS, juga untuk memantau rasio-rasio kesehatan KJKS.
Pada tabel IV.8 pernyataan 3-5 menunjukkan bahwa sebagian responden
memberi tanggapan ragu-ragu atas pernyataan yang diajukan peneliti kepada
responden terkait dengan bimbingan teknis yang dilakukan oleh PT. Bank
Muamalat Indonesia kepada nasabahnya. Sebagian responden yang memberi
tanggapan tidak setuju, mereka memberikan pendapat bahwa bimbingan teknis
membutuh biaya yang cukup besar, sehingga menjadi beban bagi KJKS, selain itu
mereka juga berpendapat bahwa pengadaan bintek terlalu banyak menyita waktu
dan tenaga bagi pengelola KJKS. Sedangkan dari responden yang memberi
tanggapan setuju atas pernyataaan yang diajukan oleh peneliti, mereka
berpendapat bahwa salah satu bentuk bimbingan Teknis PT. Bank Muamalat
Indonesia yang bekerjasama dengan KJKS melalui Baitul Maal Muamalat (BMM)
ikut berperan aktif dalam penyusunan dan pembuatan petunjuk dan pelaksanaan
Sistem Oprasional Prosedur ( SOP) dan Sistem Oprasional Manajemen (SOM),
serta Ketentuan teknis lainnya.
Pada table IV.8 untuk pernyataan no 6-11 terkait dengan upaya pembinaan PT.
Bank Muamalat Indonesia dalam rangka meningkatkan kemampuan bagi
pengelola KJKS melalui training yang difasilitasi, secara umum responden
memberi tanggapan setuju. Training atau pelatihan yang dilakukan terkait dengan
strategi marketing, managemen control, pemberdayaan dan peningkatan sumber
daya insani , pemutakhiran sistem teknologi dan informasi, dan terkait dengan
pelaporan kinerja KJKS dilakukan dengan bekerjasama dengan lembaga
penyelenggaraan LPDB melalui PT. Microfin Indonesia. Sedangkan untuk
pernyataan no 9-11 terdapat responden yang memberi tanggapan tidak setuju
mereka berpendapat bahwa:
1. Pelatihan tersebut hanya dilakukan untuk beberapa peserta, dan sangat
terbatas.
2. Pelatihan yang dilakukan membutuhkan biaya yang cukup besar.
3. Rata-rata KJKS belum terlalu menerapkan SPI, dan pelaporan yang memadai.
Pembiayaan yang diberikan oleh PT. Bank Muamalat Indonesia diberikan
kepada KJKS yang telah memiliki portofolio dan kemampuan skill serta
knowledge yang baik dalam mengelola jasa keuangan syariah. Untuk pernyataan
no 12-16 terkait dengan adanya sosialisasi terkait dengan informasi perkuatan
permodalan dan beberapa fasilitas khusus untuk nasabah PT. Bank Muamalat
Indonesia, secara rata-rata responden memberi tanggapan setuju. Hal ini
didasarkan pada pendapat responden bahwa beberapa kemudahan yang diperoleh
antara lain:
1. Kemudahan dalam persyaratan dan prosedur dalam proses pengajuan
perkuatan permodalan KJKS.
2. Kemudahan dalam negosiasi antara jumlah pengajuan perkuatan permodalan
yang bisa diatas jaminan yang diberikan nasabah KJKS.
3. Adanya fasilitas asuransi bagi nasabah pembiayaan terkait dengan modal yang
diperoleh dari PT. Bank Muamalat Indonesia.
Untuk pernyataan no. 15-16 terdapat responden yang memberi tanggapan
tidak setuju untuk pernyataan yang diajukan. Mereka berpendapat bahwa terkait
dengan bagi hasil merupakan kebijakan internal PT. Bank Muamalat Indonesia
yang tidak bisa ubah. Selain itu mereka berpendapat bahwa hal tersebut sulit
untuk dinegosiasikan dengan pihak terkait. Sedangkan untuk masalah jangka
waktu pengembalian, hal tersebut sudah menjadi satu rangkaian kesepakatan yang
dikeluarkan oleh PT. Bank Muamalat Indonesia, serta juga menyesuaikan
kewajiban lembaga terhadap perbankan.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Hasil dari penelitian deskriptif menunjukkan bahwa upaya pembinaan nasabah
yang telah dilakukan oleh PT. Bank Muamalat Indonesia mendapat tanggapan
yang baik dari nasabah. Hasil ini memberikan gambaran bahwa upaya konkrit
yang telah dilakukan Bank Muamalat Indonesia terhadap nasabah UMKM dalam
rangka pengembangan guna menumbuhkan kemampuan nasabah yang bermuara
pada arah yang baik, melalui kegiatan pemberian bimbingan, bantuan perkuatan
permodalan, dan upaya meningkatkan kemampuan nasabah UMKM sangat
bermanfaat bagi nasabah. Hasil untuk masing-masing dimensi pembinaan sebagai
berikut:
1. Pembinaan melalui proses pemberian bimbingan yang telah dilakukan oleh
PT. Bank Muamalat Indonesia memberikan manfaat untuk nasabah yang
dibuktikan sebagian besar nasabah memberikan tanggapan yang baik
terhadap upaya yang telah dilakukan PT. Bank Muamalat Indonesia.
2. Pembinaan melalui peningkatan kemampuan yang diselenggarakan dalam
bentuk pelatihan atau training kepada nasabah UMKM memberikan manfaat
untuk nasabah yang dibuktikan sebagian besar nasabah memberikan
tanggapan yang baik terhadap upaya yang telah dilakukan PT. Bank
Muamalat Indonesia tersebut.
3. Pembinaan melalui bantuan perkuatan permodalan yang diberikan kepada
nasabah UMKM memberikan manfaat kemudahan untuk nasabah yang
dibuktikan sebagian besar nasabah memberikan tanggapan yang baik
terhadap upaya yang telah dilakukan PT. Bank Muamalat Indonesia tersebut.
B. Keterbatasan
Dalam penelitian ini terdapat beberapa keterbatasan. Keterbatasan ini perlu
diperhatikan pada penelitian serupa selanjutnya, dimana keterbatasan tersebut
antara lain:
1. Hasil Penelitian ini tidak dapat digeneralisasikan untuk seluruh cabang PT.
Bank Muamalat Indonesia karena penelitian ini hanya mengambil populasi di
satu tempat yaitu PT. Bank Muamalat Indonesia cabang Surakarta.
2. Peneliti mengambil sampel dalam penelitian ini sangat sedikit, hal ini
dikarenakan keterbatasan waktu dan terlalu lamanya waktu yang dibutuhkan
dalam pengisian kuesioner yang terjadi di sebagian responden.
3. Hasil penelitian ini diolah berdasarkan data kuesioner, dan yang
dimungkinkan adanya respons bias dari responden dalam menjawab kuesioner
yang diberikan seperti tidak menjawab serius, asal-asalan, atau adanya
kesalahan pemahaman responden dalam menjawab kuesioner mengenai
maksud yang terkandung dalam setiap item pernyataan tersebut. Serta
sebagian responden tidak menyertakan penjelasan terkait dengan pilihan
jawaban, sehingga membuat kesulitan peneliti dalam mendeskripsikan
jawaban atau tanggapan yang dipilih responden.
4. Item pernyataan yang dibuat peneliti belum diadakan pembobotan untuk
masing-masing item pernyataan yang dibuat.
C. Saran
Berdasarkan kesimpulan dan keterbatasan yang telah dikemukakan, maka dari
hasil penelitian dapat disampaikan saran-saran sebagai berikut:
1. Saran kepada PT. Bank Muamalat Indonesia.
a. Peranan pembinaan sangat penting dalam rangka pengembangan
kemampuan dan kualitas nasabah UMKM, oleh karena itu proses
pembinaan yang telah ada selama ini sebaiknya tetap berjalan dengan
program-program yang lebih inovatif guna meniciptakan pengelola-
pengelola UMKM yang lebih kompetitif.
b. Program pembinaan dalam hal pemberian bimbingan, pengadaan
pelatihan/training, ataupun sosialisasi produk, yang diberikan bagi nasabah
UMKM sebaiknya diadakan secara rutin dan berkala.
2. Saran kepada penelitian selanjutnya
a. Memperluas populasi penelitian yang tidak hanya memfokuskan pada satu
tempat penelitian. Misalnya mengambil populasi pada PT. BMI di seluruh
cabang di Jawa Tengah, atau bank syariah yang lain.
b. Periode penelitian sebaiknya ditambah, hal ini perlu dipertimbangkan
karena akan mempengaruhi ketepatan dan ketelitian responden dalam
menjawab kuesioner, serta lebih banyak sampel yang akan diambil.
c. Intrument penelitian sebaiknya selain mengambil data kuesioner tetapi
juga melakukan wawancara secara langsung kepada responden agar
jawaban yang diberikan tidak mengandung unsur bias, dan bisa menggali
informasi yang lebih akurat dan lebih banyak dari responden, selain itu
juga bisa menjalin sharing antara peneliti dengan responden.
d. Mengenai waktu penelitian, sebaiknya dilakukan atau dimulai pada awal
bulan tertentu. karena ketika dilakukan pada akhir bulan penelitian ini
dinilai kurang kondusif, atau situasi kurang mendukung, serta tidak
menguntungkan bagi peneliti.
e. Melakukan pembobotan untuk masing-masing item pernyataan dalam
kuesioner.