PERSEPSI KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA (K3) … · cara lingkungan luar yang sebenarnya tetapi...

30
2 PERSEPSI KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA (K3) PADA KARYAWAN YANG BERESIKO TINGGI MENGALAMI KECELAKAAN KERJA DI PERTAMINA UP V BALIKPAPAN Rilia Maya Wangi Muh. Bachtiar INTISARI Penelitian ini bertujuan untuk menggali persepsi kesehatan dan keselamatan kerja (K3) pada karyawan yang beresiko tinggi mengalami kecelakaan kerja. Secara umum, K3 yang dilaksanakan di Indonesia bisa dikatakan belum maksimal. Pertamina UP V Balikpapan merupakan bagian dari PT. Pertamina yang merupakan unit pengolahan, sehingga memiliki tingkat bahaya yang cukup tinggi bagi para karyawan yang bekerja di lapangan. Bagaimanakah persepsi karyawan yang beresiko tinggi mengalami kecelakaan kerja terhadap kesehatan dan keselamatan kerja? Bagaimanakah persepsi mereka mengenai peraturan yang berlaku, fasilitas yang ada dan pelaksanaannya? Bagaimanakah kesediaan para karyawan untuk melaksanakan peraturan yang berlaku? Apabila terjadi pelanggaran, mengapa hal tersebut terjadi? Hal-hal tersebut menjadi pertanyaan-pertanyaan yang ingin digali dalam penelitian ini. Subjek penelitian ini adalah karyawan-karyawan Pertamina UP V Balikpapan yang bekerja di bagian produksi. Metode yang digunakan dalam pengambilan data adalah wawancara. Responden wawancara berjumlah delapan orang. Dari wawancara tersebut didapatkan gambaran mengenai persepsi karyawan terhadap K3, antara lain: 1) Peraturan yang berlaku sudah bagus bagi karyawan, 2) Fasilitas yang tersedia memadai bagi karyawan, 3) Karyawan sudah memahami arti penting K3 bagi keselamatan mereka, 4) Sebagian besar karyawan bersedia menjalankan peraturan yang berlaku, 4) Pelaksanaan K3 di lapangan banyak tergantung pada situasi dan penilaian karyawan atas situasi tersebut. Rincian mengenai hasil penelitian dideskripsikan dalam laporan penelitian ini. Kata kunci: Persepsi, kesehatan dan keselamatan kerja, karyawan yang beresiko tinggi mengalami kecelakaan kerja

Transcript of PERSEPSI KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA (K3) … · cara lingkungan luar yang sebenarnya tetapi...

Page 1: PERSEPSI KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA (K3) … · cara lingkungan luar yang sebenarnya tetapi lebih pada apa yang mereka lihat atau yakini (Robbins, 2001). Suatu perusahaan mencanangkan

2

PERSEPSI KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA (K3) PADA

KARYAWAN YANG BERESIKO TINGGI MENGALAMI KECELAKAAN

KERJA DI PERTAMINA UP V BALIKPAPAN

Rilia Maya Wangi Muh. Bachtiar

INTISARI

Penelitian ini bertujuan untuk menggali persepsi kesehatan dan keselamatan kerja (K3) pada karyawan yang beresiko tinggi mengalami kecelakaan kerja. Secara umum, K3 yang dilaksanakan di Indonesia bisa dikatakan belum maksimal. Pertamina UP V Balikpapan merupakan bagian dari PT. Pertamina yang merupakan unit pengolahan, sehingga memiliki tingkat bahaya yang cukup tinggi bagi para karyawan yang bekerja di lapangan. Bagaimanakah persepsi karyawan yang beresiko tinggi mengalami kecelakaan kerja terhadap kesehatan dan keselamatan kerja? Bagaimanakah persepsi mereka mengenai peraturan yang berlaku, fasilitas yang ada dan pelaksanaannya? Bagaimanakah kesediaan para karyawan untuk melaksanakan peraturan yang berlaku? Apabila terjadi pelanggaran, mengapa hal tersebut terjadi? Hal-hal tersebut menjadi pertanyaan-pertanyaan yang ingin digali dalam penelitian ini. Subjek penelitian ini adalah karyawan-karyawan Pertamina UP V Balikpapan yang bekerja di bagian produksi. Metode yang digunakan dalam pengambilan data adalah wawancara. Responden wawancara berjumlah delapan orang. Dari wawancara tersebut didapatkan gambaran mengenai persepsi karyawan terhadap K3, antara lain: 1) Peraturan yang berlaku sudah bagus bagi karyawan, 2) Fasilitas yang tersedia memadai bagi karyawan, 3) Karyawan sudah memahami arti penting K3 bagi keselamatan mereka, 4) Sebagian besar karyawan bersedia menjalankan peraturan yang berlaku, 4) Pelaksanaan K3 di lapangan banyak tergantung pada situasi dan penilaian karyawan atas situasi tersebut. Rincian mengenai hasil penelitian dideskripsikan dalam laporan penelitian ini. Kata kunci: Persepsi, kesehatan dan keselamatan kerja, karyawan yang beresiko tinggi mengalami kecelakaan kerja

Page 2: PERSEPSI KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA (K3) … · cara lingkungan luar yang sebenarnya tetapi lebih pada apa yang mereka lihat atau yakini (Robbins, 2001). Suatu perusahaan mencanangkan

3

Pengantar

Latar Belakang Masalah

Penerapan K3 dalam perusahaan menjadi sangat penting karena K3 erat

kaitannya dengan persoalan yang akhir-akhir ini ramai dibicarakan, yaitu

kecelakaan kerja. Kecelakaan kerja merupakan fenomena yang cukup sering

terjadi dalam dunia kerja, dan dapat terjadi baik pada pekerjaan di lapangan

maupun di kantor. Kematian, cacat, cedera, penyakit, dan lain-lain yang terjadi

akibat kecelakaan kerja bertentangan dengan dasar kemanusiaan. Oleh karena itu,

atas dasar landasan UUD 1945, lahir undang-undang tentang kesehatan dan

keselamatan kerja (Suma'mur, 1987). Perusahaan sebagai komponen kedua

melakukan penerapan dan praktik keselamatan kerja (Suma'mur, 1987).

Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) yang dilaksanakan di Indonesia

belum bisa dikatakan maksimal. Standar keselamatan kerja di Indonesia sampai

dengan tahun 2001 ternyata paling buruk jika dibandingkan dengan negara-

negara Asia Tenggara lainnya. Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) yang

belum dilaksanakan secara maksimal di Indonesia juga terlihat dari masih

banyaknya kasus kecelakaan kerja yang terjadi di Indonesia dan masih belum

maksimalnya penanganan yang diberikan atas kasus-kasus kecelakaan kerja yang

terjadi. Standar Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) yang masih rendah di

Indonesia dilatarbelakangi oleh berbagai macam alasan, mulai dari biaya, dasar

hukum, alasan kepraktisan sampai pada tingkat kesadaran untuk melaksanakan K3

itu sendiri. Keselamatan kerja sendiri memiliki latar belakang sosio-ekonomis

dan kultural yang sangat luas. Tingkat pendidikan, latar belakang kehidupan yang

Page 3: PERSEPSI KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA (K3) … · cara lingkungan luar yang sebenarnya tetapi lebih pada apa yang mereka lihat atau yakini (Robbins, 2001). Suatu perusahaan mencanangkan

4

luas, seperti kebiasaan-kebiasaan, kepercayaan-kepercayaan, dan lain-lain erat

kaitannya dengan pelaksanaan keselamatan kerja (Suma'mur, 1987).

PT. Pertamina merupakan perusahaan negara yang bergerak di bidang

perminyakan dan pertambangan. Pertamina UP V Balikpapan merupakan salah

satu cabang unit pengolahan PT. Pertamina yang terletak di kota Balikpapan,

Kalimantan Timur. Sebagai salah satu cabang dari PT. Pertamina, Pertamina UP

V Balikpapan juga berkewajiban untuk menerapkan peraturan kesehatan dan

keselamatan kerja yang berlaku di Pertamina, yang dikenal dengan nama

Kebijakan Keselamatan, Kesehatan Kerja dan Lindungan Lingkungan (K3LL).

Potensi bahaya terkandung dalam kegiatan yang dijalankan oleh Pertamina UP V

Balikpapan. Hal ini dikarenakan bahan-bahan yang digunakan, diproduksi, diolah,

diangkut, dan dipasarkan oleh Pertamina UP V Balikpapan sebagai unit

pengolahan, umumnya berbahaya dan beracun. Kesalahan pengendalian operasi

dapat menimbulkan insiden dalam bentuk kecelakaan, kebakaran, peledakan,

penyakit akibat kerja, pencemaran lingkungan maupun gangguan operasi. Insiden

ini, selain dapat mengakibatkan korban jiwa, kerusakan harta dan lingkungan

hidup, juga dapat menurunkan daya saing maupun citra perusahaan (Kebijakan

Keselamatan, Kesehatan Kerja dan Lindungan Lingkungan PT. Pertamina

(PERSERO), 2004).

Kecelakaan kerja kategori ringan tercatat masih terjadi di Pertamina UP V

Balikpapa, dalam waktu lima tahun terakhir ini. Dalam penelitian ini, penulis

ingin menggali bagaimana persepsi karyawan Pertamina UP V Balikpapan, yang

beresiko tinggi untuk mengalami kecelakaan kerja terhadap kebijakan

Page 4: PERSEPSI KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA (K3) … · cara lingkungan luar yang sebenarnya tetapi lebih pada apa yang mereka lihat atau yakini (Robbins, 2001). Suatu perusahaan mencanangkan

5

keselamatan dan kesehatan yang berlaku di Pertamina UP V Balikpapan dan

sejauh mana persepsi tersebut kemudian membentuk perilaku karyawan dalam

menyikapi kebijakan tersebut.

Persepsi memiliki peran penting dalam studi mengenai perilaku organisasi.

Hal ini dikarenakan perilaku seseorang didasarkan pada persepsi mereka

mengenai apa realitas itu, bukan mengenai realitas itu sendiri (Robbins, 2001).

Persepsi merupakan suatu proses yang didahului oleh proses penginderaan, yaitu

proses diterimanya stimulus oleh individu melalui alat indera. Stimulus tersebut

kemudian diinterpretasikan dan diorganisasikan oleh individu, sehingga individu

tersebut menyadari dan mengerti mengenai apa yang diindera tersebut, dan proses

ini disebut dengan persepsi (Walgito, 2002). Persepsi terhadap satu stimulus yang

sama, dapat berbeda-beda pada setiap orang yang menerimanya. Persepsi dari

karyawan itu yang akan menjadi dasar perilakunya, yang dalam hal ini ia mungkin

akan mengindahkan peraturan yang berlaku dan tidak mengenakan alat pengaman.

Persepsi

Persepsi merupakan reaksi seseorang terhadap stimulus yang bersifat khas.

Persepsi merupakan suatu proses yang didahului oleh proses penginderaan, yaitu

proses diterimanya stimulus oleh individu melalui alat indera. Stimulus tersebut

kemudian diinterpretasikan dan diorganisasikan oleh individu, sehingga individu

tersebut menyadari dan mengerti mengenai apa yang diindera tersebut, dan proses

ini disebut dengan persepsi (Walgito, 2002). Robbins (2001) menyatakan bahwa

persepsi dapat didefinisikan sebagai suatu proses dengan mana individu-individu

mengorganisasikan dan menafsirkan kesan indera mereka agar memberi makna

Page 5: PERSEPSI KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA (K3) … · cara lingkungan luar yang sebenarnya tetapi lebih pada apa yang mereka lihat atau yakini (Robbins, 2001). Suatu perusahaan mencanangkan

6

kepada lingkungan mereka. Davidoff (Walgito, 2002) menyatakan bahwa dengan

persepsi, individu akan menyadari tentang keadaan sekitarnya dan juga keadaan

diri sendiri. Persepsi, berdasarkan berbagai uraian di atas, dapat disimpulkan

sebagai tanggapan atau reaksi seseorang terhadap stimulus tertentu, diperoleh

dengan bantuan penginderaan untuk kemudian diinterpretasi dan diorganisir oleh

individu, sehingga memberikan makna. Persepsi kesehatan dan keselamatan kerja

dalam penelitian ini diartikan sebagai pemahaman, pandangan, dan reaksi

(tanggapan, sikap) individu terhadap stimulus-stimulus (fisik maupun non fisik)

yang berkaitan dengan kesehatan dan keselamatan kerja, baik sebagai ilmu

pengetahuan maupun penerapannya.

Matlin (1983), berdasarkan berbagai pendekatan di atas menyimpulkan

bahwa ada empat tema yang terlibat dalam proses persepsi, yaitu alat indra yang

berbagi kesamaan antara satu dengan yang lainnya, stimuli yang kaya akan

informasi, sistem sensori manusia yang berada dalam keadaan baik dalam

mengumpulkan semua informasi mengenai stimuli, serta pengetahuan terdahulu,

hubungan dan pengharapan yang membantu dalam pembentukan persepsi.

Walgito (1994) menyatakan bahwa persepsi merupakan aktivitas yang menyatu

dalam diri individu, oleh karena itu seluruh apa yang ada dalam diri individu

seperti perasaan, pengalaman, kemampuan berpikir, kerangka acuan dan aspek-

aspek lain yang ada dalam diri individu akan ikut mempengaruhi persepsi.

Walgito (1994) menyatakan bahwa faktor yang mempengaruhi individu

mengadakan persepsi berasal dari dua faktor, yaitu faktor internal dan eksternal.

Kedua faktor ini akan saling berinteraksi dalam individu mengadakan persepsi.

Page 6: PERSEPSI KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA (K3) … · cara lingkungan luar yang sebenarnya tetapi lebih pada apa yang mereka lihat atau yakini (Robbins, 2001). Suatu perusahaan mencanangkan

7

Faktor internal berupa keadaan dalam diri individu tersebut, baik yang

berhubungan dengan segi jasmaniah maupun yang berhubungan dengan segi

psikologis (pengalaman, perasaan, kemampuan berpikir, kerangka acuan, dan

motivasi), sedangkan faktor eksternal berupa faktor stimulus itu sendiri dan

faktor lingkungan di mana persepsi itu berlangsung. Berkaitan dengan persepsi

terhadap kesehatan dan keselamatan kerja, faktor-faktor eksternal tersebut dapat

berupa peralatan teknis, lingkungan kerja, sistem manajemen dan pekerjaan itu

sendiri (Anoraga, 2002).

Kesehatan dan Keselamatan Kerja

Istilah kesehatan merujuk pada kondisi fisik, mental, dan stabilitas emosi

secara umum dan istilah keselamatan merujuk pada perlindungan terhadap

kesejahteraan fisik seseorang (Mathis dan Jackson, 2002). Leon C. Megginson

(dalam Mangkunegara, 2002) menyatakan bahwa istilah keselamatan kerja

mengacu pada kondisi yang aman dari resiko mengalami sakit, cedera, atau

kehilangan/kerugian di tempat kerja, dan istilah kesehatan kerja mengacu pada

kondisi bebas dari gangguan fisik, emosi, mental atau rasa sakit yang disebabkan

oleh lingkungan kerja. Ditinjau dari segi keilmuan, kesehatan dan keselamatan

kerja dapat diartikan sebagai ilmu pengetahuan dan penerapannya dalam usaha

mencegah kemungkinan terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja

(Manulang, 1995).

Aspek-aspek Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3), berdasarkan

pengertian dan penjelasan dalam Anoraga (2002), dapat meliputi hal-hal berikut

ini:

Page 7: PERSEPSI KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA (K3) … · cara lingkungan luar yang sebenarnya tetapi lebih pada apa yang mereka lihat atau yakini (Robbins, 2001). Suatu perusahaan mencanangkan

8

a. lingkungan dan sarana kerja yang aman

b. peraturan Kesehatan dan Keselamatan Kerja yang berlaku

c. kesediaan pekerja dalam menjalankan peraturan K3

d. motivasi kerja

e. aspek psikologis (kecocokan atau ketidaksukaan pada pekerjaan)

f. sistem manajemen K3

Kecelakaan kerja dapat menimbulkan kerugian bagi karyawan sendiri,

pengusaha dan masyarakat (Batubara, 1988). Silalahi & Silalahi (1991)

menyatakan bahwa akibat kecelakaan kerja dapat dibagi atas dua kategori besar

yaitu kerugian yang bersifat ekonomis dan kerugian yang bersifat non-ekonomis.

Kerugian-kerugian akibat kecelakaan kerja menurut Koeshartono & Junaedi

(2005) adalah kerusakan, kekacauan organisasi, keluhan dan kesedihan, kelainan

dan cacat serta kematian.

Individu berperilaku dengan suatu cara tertentu yang didasarkan tidak pada

cara lingkungan luar yang sebenarnya tetapi lebih pada apa yang mereka lihat atau

yakini (Robbins, 2001). Suatu perusahaan mencanangkan peraturan kesehatan dan

keselamatan kerja yang ketat demi keamanan karyawan-karyawannya dan

mempertahankan efektivitas produksi perusahaannya. Namun, meskipun ada

usaha seperti itu dari pihak perusahaan, jika seorang karyawan meyakini bahwa

peraturan tersebut hanya menganggu pekerjaannya, maka ia akan berperilaku

sesuai dengan keyakinannya.

Page 8: PERSEPSI KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA (K3) … · cara lingkungan luar yang sebenarnya tetapi lebih pada apa yang mereka lihat atau yakini (Robbins, 2001). Suatu perusahaan mencanangkan

9

Karyawan yang Beresiko Tinggi Mengalami Kecelakaan Kerja

Karyawan diartikan sebagai pekerja, pegawai. Employee, menurut

Sungguh (1992) dapat diartikan sebagai orang yang bekerja secara kontinyu untuk

mendapatkan upah atau gaji. Resiko dalam Oxford (1980) diartikan sebagai

kemungkinan akan terjadinya bahaya atau menderita cedera atau kehilangan.

Karyawan yang beresiko tinggi mengalami kecelakaan kerja dapat diartikan

sebagai orang yang bekerja untuk suatu perusahaan demi mendapatkan imbalan

berupa gaji, yang dalam pekerjaannya memiliki kemungkinan tinggi mengalami

kecelakaan kerja. Silalahi & Silalahi (1991) yang menyebutkan bahwa faktor-

faktor yang mempengaruhi kecelakaan kerja ada dua, yaitu unsafe behavior

(perilaku tidak aman) dan unsafe condition (lingkungan/kondisi tidak aman).

Berkaitan dengan perilaku tidak aman, ada tiga penyebab terjadinya kecelakaan

kerja yaitu: karyawan tidak mengetahui tata cara yang aman atau perbuatan-

perbuatan yang berbahaya; karyawan tidak mampu memenuhi persyaratan kerja

sehingga terjadi tindakan di bawah standar; dan karyawan mengetahui seluruh

peraturan dan persyaratan kerja namun tidak mematuhinya. Selain itu

ditambahkan pula sikap-sikap yang tidak memenuhi syarat keamanan sebagai

berikut: karyawan segan/tidak memakai alat pelindung yang disediakan;

melanggar peraturan K3 dengan sengaja; tergesa-gesa dan kurang berhati-hati

dalam pekerjaan; bersikap kasar, bergurau atau bercanda sambil bekerja; tidak

memahami arti kerugian bagi perusahaan maupun dirinya (Silalahi & Silalahi,

1991).

Page 9: PERSEPSI KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA (K3) … · cara lingkungan luar yang sebenarnya tetapi lebih pada apa yang mereka lihat atau yakini (Robbins, 2001). Suatu perusahaan mencanangkan

10

Kecelakaan kerja dapat menimbulkan kerugian bagi karyawan sendiri,

pengusaha dan masyarakat (Batubara, 1988). Pertambangan dan pengolahan

minyak bumi adalah satu kekhususan yang kompleks meliputi eksplorasi dan

produksi, pemurnian dan pengolahan, pengangkutan dan penjualan (Suma'mur,

1986). Dalam proses tersebut, terdapat berbagai hal seperti rawannya minyak

terhadap bahaya kebakaran, pengotoran lingkungan kerja dan umum oleh bahan-

bahan minyak, penggunaan berbagai bahan kimia dan keluarnya gas-gas dan uap-

uap ke udara pada proses pemurnian dan pengolahan, serta pencemaran udara oleh

pembakaran gasolin (Suma'mur, 1986). Kilang sebagai lingkungan kerja memiliki

sumber potensi bahaya yang dapat menimbulkan resiko kecelakaan, kebakaran

dan pencemaran (Petunjuk Umum Keselamatan Kerja Kontraktor, 2006). Dalam

sektor pertambangan, mesin dan alat mekanik banyak digunakan, terutama

produksi minyak yang menggunakan peralatan yang modern (Suma'mur, 1986).

Dalam operasinya, tidak jarang alat-alat produksi ini mengeluarkan kebisingan,

serta memiliki temperatur dan tekanan yang tinggi. Bahaya-bahaya yang ada di

lingkungan kilang sendiri dapat berupa bahaya kebakaran, tumpahan minyak,

bocoran gas atau bocoran gas beracun (Pedoman Penanggulangan Keadaan

Darurat PT. Pertamina (PERSERO) UP V, 2003). Berdasarkan penjelasan di atas,

karyawan yang bersiko tinggi mengalami kecelakaan kerja dalam penelitian ini

adalah karyawan yang dalam lingkungan kerjanya menghadapi bahaya kebakaran,

peledakan, tumpahan minyak, kebocoran gas, kebocoran gas beracun, kebisingan

serta temperatur yang tinggi.

Page 10: PERSEPSI KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA (K3) … · cara lingkungan luar yang sebenarnya tetapi lebih pada apa yang mereka lihat atau yakini (Robbins, 2001). Suatu perusahaan mencanangkan

11

Page 11: PERSEPSI KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA (K3) … · cara lingkungan luar yang sebenarnya tetapi lebih pada apa yang mereka lihat atau yakini (Robbins, 2001). Suatu perusahaan mencanangkan

12

Dinamika psikologis persepsi karyawan terhadap Kesehatan dan

Keselamatan Kerja (K3) pada bagan di atas dapat dijelaskan sebagai berikut ini:

garis penghubung 1 menjelaskan hubungan antara aspek K3 dengan persepsi

dimana aspek-aspek tersebut merupakan hal-hal yang dipersepsi dan membentuk

persepsi terhadap K3. Persepsi dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal

sebagaimana yang ditunjukkan oleh garis penghubung 2 dan 3. Faktor internal

dapat berupa keadaan dalam diri individu tersebut, baik yang berhubungan dengan

segi jasmaniah maupun yang berhubungan dengan segi psikologis (pengalaman,

perasaan, kemampuan berpikir, kerangka acuan, dan motivasi), sedangkan faktor

eksternal berupa faktor stimulus itu sendiri dan faktor lingkungan di mana

persepsi itu berlangsung.

Garis penghubung 4 menjelaskan bahwa persepsi terhadap K3 membentuk

pelaksanaan di lapangan, yang terbagi menjadi dua yaitu pelaksanaan sesuai

dengan peraturan (garis penghubung 6) dan pelaksanaan yang menemui kendala

(garis penghubung 5). Pengaruh kendala terhadap pelaksanaan di lapangan

ditunjukkan oleh garis penghubung 7, sedangkan faktor-faktor yang

mempengaruhi pelaksanaan sesuai dengan peraturan ditunjukkan oleh garis

penghubung 8.

Garis penghubung 9 menunjukkan bahwa pelaksanaan di lapangan yang

menemui kendala mendorong terjadinya pelanggaran. Pelanggaran yang terjadi

berupa karyawan yang tidak mengenakan alat keselamatan. Pelanggaran dapat

menyebabkan terjadinya kecelakaan kerja ditunjukkan oleh garis penghubung 10.

Kecelakaan kerja sendiri berkaitan erat dengan aspek-aspek K3, di mana

Page 12: PERSEPSI KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA (K3) … · cara lingkungan luar yang sebenarnya tetapi lebih pada apa yang mereka lihat atau yakini (Robbins, 2001). Suatu perusahaan mencanangkan

13

keduanya menunjukkan hubungan timbal balik sebagaimana yang ditunjukkan

oleh garis penghubung 11. Hubungan timbal balik atau keterkaitan di sini dapat

diartikan bahwa aspek-aspek K3 yang tidak sempurna dapat mempengaruhi atau

menyebabkan, baik secara langsung maupun tidak langsung, terjadinya

kecelakaan kerja. Kecelakaan kerja sendiri memiliki pengaruh terhadap aspek-

aspek K3, dimana kecelakaan kerja dapat menjadi umpan balik bagi aspek-aspek

K3 untuk lebih dioptimalkan.

Metode Penelitian

Fokus Penelitian

Fokus penelitian ini adalah persepsi karyawan terhadap kesehatan dan

keselamatan kerja, baik itu peraturan, maupun penerapannya.

Subjek Penelitian

Subjek penelitian dalam penelitian ini adalah karyawan PT. Pertamina UP

V Balikpapan yang memiliki kriteria sebagai berikut: merupakan karyawan

lapangan, dan berusia 30-50 tahun. Subjek untuk wawancara berjumlah delapan

orang.

Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

wawancara. Esterberg (Sugiyono, 2005) mendifinisikan wawancara sebagai

pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab,

sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam suatu topik tertentu. Sugiyono

(2005) menyatakan bahwa wawancara dapat digunakan untuk mengetahui hal-hal

Page 13: PERSEPSI KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA (K3) … · cara lingkungan luar yang sebenarnya tetapi lebih pada apa yang mereka lihat atau yakini (Robbins, 2001). Suatu perusahaan mencanangkan

14

dari responden yang lebih mendalam. Stainback (Sugiyono (2005) menyatakan

bahwa dengan wawancara peneliti akan mengetahui hal-hal yang lebih mendalam

tentang partisipan dalam menginterpretasikan situasi dan fenomena yang terjadi,

dimana hal tersebut tidak dapat ditemukan melalui observasi.

Wawancara yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara

semi terstruktur. Jenis wawancara ini sudah termasuk dalam kategori in-dept

interview, dimana dalam pelaksanaannya lebih bebas bila dibandingkan dengan

wawancara terstruktur (Sugiyono, 2005). Peneliti tetap menggunakan interview

guide dalam pelaksanaan wawancara, namun bersifat umum dan terbuka

kemungkinan untuk perkembangan pertanyaan-pertanyaan yang diajukan selama

wawancara berlangsung.

Metode Analisis Data

Dalam penelitian ini, teknik analisis data yang digunakan adalah teknik

analisis kualitatif dengan menggunakan model langkah analisis dari Miles dan

Huberman dan Poerwandari (2001). Menurut model dari Miles dan Huberman

(Sugiyono, 2005), analisis data selama di lapangan dapat dibagi menjadi tiga

tahap, yaitu reduksi data (data reduction), penyajian data (data display), serta

verifikasi (conclusion drawing). Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-

hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, mencari tema dan pola.

Penyajian data dapat dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan

antar kategori, dan sejenisnya.

Poerwandari (2001) memberikan tahapan-tahapan dalam menganalisis

data kualitatif sebagai berikut, yaitu: data ? kata kunci ? tema ? kategori ?

Page 14: PERSEPSI KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA (K3) … · cara lingkungan luar yang sebenarnya tetapi lebih pada apa yang mereka lihat atau yakini (Robbins, 2001). Suatu perusahaan mencanangkan

15

hubungan antar kategori-kategori (pola). Hal yang harus dilakukan menurut

Poerwandari (2001) adalah mengorganisasikan data, membuat koding dan

analisis, kemudian menguji dugaan. Teknik analisis data yang digunakan dalam

penelitian ini merupakan sintesa dari teknik-teknik di atas, yaitu:

1. Mengorganisasikan data

2. Mereduksi data dengan membuat koding, mencari kata kunci, tema,

kategori serta pola

3. Penyajian data

4. Penarikan kesimpulan

Hasil Penelitian

Subjek dari wawancara yang dilakukan peneliti adalah karyawan

Pertamina. Pekerjaan dari subjek yang diwawancara antara lain operator dan

pengawas dan karyawan lapangan. Karyawan yang menjadi responden di sini

memiliki kantor yang berada di dalam area kilang, sehingga memahami dan

mengetahui seluk-beluk daerah operasi tempat dia bekerja, serta resiko bahaya

yang menyertainya.

Peneliti mendapatkan gambaran dan bentuk persepsi karyawan terhadap

kesehatan dan keselamatan kerja (K3) dari proses wawancara. Penggalian persepsi

itu sendiri terbagi ke dalam beberapa aspek, yaitu persepsi terhadap peraturan K3

yang berlaku, sistem manajemen (sosialisasi, pengawasan), persepsi terhadap

ketersediaan fasilitas, serta persepsi terhadap lingkungan kerja.

Pemahaman/pengetahuan mengenai K3 serta kesediaan untuk menjalankan

Page 15: PERSEPSI KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA (K3) … · cara lingkungan luar yang sebenarnya tetapi lebih pada apa yang mereka lihat atau yakini (Robbins, 2001). Suatu perusahaan mencanangkan

16

peraturan dalam hubungan dengan persepsi terhadap pelaksanaan juga digali

dalam penelitian ini. Dari proses wawancara juga didapatkan gambaran mengenai

beban kerja serta komitmen manajemen terhadap pelaksanaan K3. Masing-masing

subjek memiliki pendapat yang berbeda-beda mengenai hal-hal di atas.

Dari hasil wawancara, terungkap bahwa sebagian besar responden

berpendapat bahwa peraturan K3 yang berlaku sudah bagus. Fasilitas memiliki

kaitan erat dengan ergonomi kerja dan keselamatan kerja. Persepsi sebagian besar

karyawan terhadap fasilitas yang tersedia adalah bahwa fasilitas tersebut sudah

cukup memadai. Di Pertamina, fasilitas K3 sudah tersedia, baik fasilitas yang

bersifat melindungi keselamatan pemakai dan lingkungannya (seperti peralatan

keselamatan pada diri, alat pemadam kebakaran, shower, dll), maupun fasilitas

yang mendukung kenyamanan dalam bekerja (seperti AC dalam ruangan, dapur,

kamar mandi, televisi, dll). Dari salah satu wawancara terungkap bahwa ada

fasilitas yang dirasa kurang yaitu alat komunikasi yang kurang optimal baik dari

jenis maupun jumlahnya. Ada juga yang menyatakan bahwa hendaknya layar

monitor diberi pelindung untuk mengurangi efek ke mata. Seorang responden

pernah mengalami kerugian akibat peralatan yang kurang baik. Ergonomi kerja

karyawan yang bekerja di area dalam kilang dan merupakan daerah bising juga

digali dalam penelitian ini. Responden yang bekerja dalam lingkungan kerja

tersebut menyatakan bahwa lingkungannya sudah cukup nyaman karena

kebutuhan dan fasilitas terpenuhi. Kebisingan yang terjadi memang dirasa

menganggu namun masih dalam batas toleransi responden.

Page 16: PERSEPSI KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA (K3) … · cara lingkungan luar yang sebenarnya tetapi lebih pada apa yang mereka lihat atau yakini (Robbins, 2001). Suatu perusahaan mencanangkan

17

Dari segi sosialisasi, tanggapan responden dalam proses wawancara adalah

sudah cukup baik. Bentuk-bentuk sosialisasi yang dipahami oleh responden antara

lain adalah safety talk, safety induction dan memorandum. Responden juga

memahami dan mengerti seperti apa bentuk sosialisasi-sosialisasi tersebut,

walaupun persepsi mereka terhadap bentuk itu sendiri berbeda-beda. Sosialiasi

terhadap perubahan sistem juga dilakukan perusahaan untuk menghindari efek

stress bagi karyawan.

Komitmen perusahaan terhadap pelaksanaan K3 tidak terbatas pada

tersedianya peraturan, fasilitas serta sosialisasi saja. Untuk menjaga dan mencegah

karyawannya dari penyakit akibat kerja, Pertamina melakukan pengukuran desibel

dan membuat peta untuk daerah-daerah bising, serta melakukan pelatihan

pemadaman kebakaran. Pertamina juga mewajibkan semua pekerja/kontraktor

baru untuk mengikuti pelatihan K3 sebelum bekerja di area kilang agar memiliki

bekal mengenai K3. Apabila terjadi kecelakaan kerja, Pertamina memberikan

kompensasi pada karyawan yang menjadi tanggungan perusahaan. Selain itu,

perusahaan juga memberikan sarana untuk menyalurkan aspirasi karyawan, yaitu

serikat pekerja

Para karyawan yang menjadi responden sudah memiliki pemahaman

terhadap K3. Para responden sangat mengenal lingkungan kerja mereka, baik

situasi, kondisi, maupun bahaya apa saja yang menyertai pekerjaan dan

lingkungan kerja mereka dan akibat yang ditimbulkannya. Pemahaman terhadap

K3 yang tergali dari proses wawancara tidak terbatas pada pengenalan akan

lingkungan kerja, bahaya/resiko yang menyertainya, serta cara mengatasinya

Page 17: PERSEPSI KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA (K3) … · cara lingkungan luar yang sebenarnya tetapi lebih pada apa yang mereka lihat atau yakini (Robbins, 2001). Suatu perusahaan mencanangkan

18

Wawasan mengenai K3 juga menjadi indikasi sejauh mana pemahaman

responden. Hal ini terlihat pada responden yang mengetahui dan memahami

mengenai ISO yang merupakan sistem manajemen lingkungan serta konsep near

miss yang termasuk dalam kecelakaan kerja.. Karyawan yang menjadi responden

telah menunjukkan kesediaannya dalam menjalankan peraturan K3 yang berlaku.

Hal ini tercermin dalam kesadaran responden akan K3 serta peran serta mereka

dalam pelaksanaan peraturan. Para responden menyadari bahwa peran lain dari

karyawan adalah mengingatkan sesamanya yang melanggar dan sebagai ujung

tombak pelaksana peraturan.

Peraturan yang baik tidak selalu menjamin pelaksanaan yang baik pula.

Seringkali terjadi perbedaan antara peraturan dan pelaksanaan. Pelaksanaan di

lapangan juga mencerminkan kesediaan karyawan dalam menjalankan peraturan.

Persepsi karyawan terhadap pelaksanaan K3, yang didapat dari proses wawancara

cukup bervariasi. Ada responden yang secara jelas menganggap dan

mengungkapkan bahwa pelaksanaan K3 masih kurang. Menurut responden,

kekurangan ini disebabkan karena masih ada individu-individu yang tidak

memakai peralatan keselamatan yang seharusnya. Kendati begitu, ada responden

yang menganggap bahwa peraturan dan pelaksanaan tidak selalu bisa bersesuaian,

karena kondisi di lapangan yang tidak mendukung. Dari hasil wawancara, juga

ditemukan bahwa bagi sebagian responden, pelaksanaan K3 di lapangan biasanya

melihat-lihat situasi. Bagi karyawan-karyawan yang sudah mengenal area serta

resiko yang menyertainya, penggunaan alat keselamatan melihat-lihat kondisi,

apabila mereka menilai situasi dan kondisinya aman, maka mereka tidak

Page 18: PERSEPSI KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA (K3) … · cara lingkungan luar yang sebenarnya tetapi lebih pada apa yang mereka lihat atau yakini (Robbins, 2001). Suatu perusahaan mencanangkan

19

menggunakan topi atau sarung tangan, dan begitu pula sebaliknya, apabila mereka

melihat situasinya berbahaya bagi dirinya, mereka akan mengenakan peralatan

keselamatan. Selain alasan kepraktisan, diakui juga oleh beberapa responden

bahwa faktor keengganan dan keterbatasan ruang gerak juga berpengaruh dalam

perilaku tersebut.

Terlepas dari kondisi di mana perilaku karyawan berdasarkan pada

penilaian mereka terhadap situasi, di sisi lain, ada kondisi yang justru memaksa

karyawan mengenakan peralatan keselamatan dengan lengkap. Para karyawan

yang bekerja di daerah panas dan bising terutama, memahami hal ini. Bagi

responden yang bekerja di area ini, peralatan keselamatan sudah bukan merupakan

kewajiban, melainkan kebutuhan, sehingga bila berada di daerah-daerah yang

bising atau berbahaya, mereka akan mengenakan peralatan keselamatan yang

sudah disediakan. Pemahaman mengenai keselamatan itu sendiri juga sudah

melekat dalam diri responden. Dari pernyataan responden terlihat bahwa

responden sudah menyadari dan memahami bahwa keselamatan pada dasarnya

adalah untuk diri sendiri, bukan orang lain. Responden-responden tersebut juga

mengetahui dan memahami bahwa dengan menggunakan peralatan keselamatan,

kemungkinan maupun dampak terjadinya kecelakaan dapat dikurangi. Kecelakaan

yang diakibatkan pelanggaran kecil seperti tidak mengenakan alat pengaman

bukannya tidak pernah terjadi. Responden mengakui bahwa pernah terjadi

kecelakaan karena kelalaian individu yang tidak mengenakan alat pengaman,

walaupun kecelakaan yang terjadi hanya kecelakaan kecil. Berdasarkan

pemaparan di atas terlihat bahwa budaya K3 di Pertamina bisa dikatakan fleksibel

Page 19: PERSEPSI KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA (K3) … · cara lingkungan luar yang sebenarnya tetapi lebih pada apa yang mereka lihat atau yakini (Robbins, 2001). Suatu perusahaan mencanangkan

20

dan banyak tergantung kondisi di lapangan. Berkaitan dengan pelaku pelanggar,

para keryawan merasa bahwa yang paling berhak menegur para pelanggar adalah

pihak LK3.

Deskripsi hasil penelitian menunjukkan bahwa responden dalam penelitian

ini sudah mengetahui, memahami serta memiliki kesediaan untuk melaksanakan

peraturan K3 yang berlaku, walaupun pelaksanaan itu sendiri cukup tergantung

pada kondisi di lapangan juga. Persepsi yang banyak terlihat berbeda pada

responden adalah persepsi terhadap pelaksanaan di lapangan di mana ada

karyawan yang merasa peralatan keselamatan banyak membantu atau sebaliknya

justru menganggu kinerja.

Pihak manajemen, sebagaimana juga karyawan, memegang peranan

penting dalam pelaksanaan K3. Keterlibatan pihak manajemen dapat terlihat dari

komitmen perusahaan dalam menjalankan K3. Komitmen perusahaan sebagai

pembuat kebijakan sangat berpengaruh terhadap budaya yang terbentuk di

lapangan. Komitmen perusahaan terhadap K3 terlihat antara lain dengan

dibentuknya bagian khusus untuk menangani K3 dan lindungan lingkungan, sudah

adanya peraturan K3 serta usaha-usaha untuk mensosialisasikan serta mendukung

pelaksanaan K3 itu sendiri. Usaha-usaha yang mendukung pelaksanaan K3 antara

lain penyediaan fasilitas, serta usaha untuk menjaga kesehatan, keselamatan serta

mendukung kenyamanan karyawan.

Hal lain yang juga tergali dari proses wawancara adalah beban kerja

karyawan. Beban kerja dirasakan responden yang bekerja di bagian produksi yang

merupakan jantung kilang. Selain disebabkan karena berjalannya kilang

Page 20: PERSEPSI KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA (K3) … · cara lingkungan luar yang sebenarnya tetapi lebih pada apa yang mereka lihat atau yakini (Robbins, 2001). Suatu perusahaan mencanangkan

21

tergantung pada bagian ini, sumber daya manusianya juga terbatas. Kendati berat,

responden menyatakan bahwa pekerjaannya harus tetap dilaksanakan,

bagaimanapun keadaannya Dari proses wawancara juga terungkap bahwa sarana

refreshing yang dibutuhkan responden dirasa kurang, sementara refreshing

sendiri sangat penting bagi karyawan. Bentuk-bentuk refreshing itu bervariasi

menurut pemahaman responden, antara lain cuti tahunan, pelatihan-pelatihan,

serta dinas atau studi banding yang dilakukan ke luar daerah. Selama beberapa

tahun terakhir ini, sarana refreshing karyawan yang berupa dinas atau training

keluar kota ditiadakan.

Pembahasan

Persepsi dalam penelitian ini diartikan sebagai sebagai suatu proses yang

membentuk reaksi seseorang terhadap stimulus tertentu, diperoleh dengan bantuan

penginderaan untuk kemudian diinterpretasi dan diorganisir oleh individu,

sehingga memberikan makna. Persepsi kesehatan dan keselamatan kerja dalam

penelitian ini diartikan sebagai persepsi individu terhadap stimulus-stimulus (fisik

maupun non fisik) yang berkaitan dengan kesehatan dan keselamatan kerja, baik

sebagai ilmu pengetahuan maupun penerapannya.

Keselamatan kerja menurut Koeshartono & Junaedi (2005) adalah

keselamatan yang berkaitan dengan mesin, alat kerja, bahan dan proses

pengolahannya, landasan tempat kerja dan lingkungan kerja serta cara-cara

melakukan pekerjaan atau sarana utama untuk mencegah kecelakaan, cacat dan

kematian sebagai akibat kecelakaan kerja, sedangkan kesehatan kerja adalah

Page 21: PERSEPSI KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA (K3) … · cara lingkungan luar yang sebenarnya tetapi lebih pada apa yang mereka lihat atau yakini (Robbins, 2001). Suatu perusahaan mencanangkan

22

bagian dari ilmu kesehatan yang bertujuan supaya tenaga kerja memperoleh

keadaan kesehatan yang sempurna baik fisik, mental maupun sosial sehingga

memungkinkan untuk dapat bekerja secara optimal.

Dari hasil wawancara, terungkap bahwa sebagian besar responden

berpendapat bahwa peraturan K3 yang berlaku sudah bagus. Fasilitas memiliki

kaitan erat dengan ergonomi kerja dan keselamatan kerja. Muchinsky (1997)

menyatakan bahwa mendesain lingkungan kerja menjadi aman adalah salah satu

tujuan tertua dari ergonomi. Beberapa kondisi lingkungan dapat dikontrol dengan

menambah/meningkatkan perlengkapan, namun terkadang hal ini sulit atau

bahkan tidak mungkin dilakukan, sehingga apabila hal ini terjadi, yang dapat

dilakukan adalah melindungi pekerjanya (Berry&Houston, 1993). Peralatan

keselamatan ditujukan untuk melindungi pekerja dari bahaya. Di Pertamina,

fasilitas ini sudah tersedia, baik fasilitas yang bersifat melindungi keselamatan

pemakai dan lingkungannya, maupun fasilitas yang mendukung kenyamanan

dalam bekerja. Persepsi sebagian besar karyawan terhadap fasilitas yang tersedia

adalah bahwa fasilitas tersebut sudah cukup memadai. Berkaitan dengan ergonomi

kerja, responden yang bekerja di area dalam kilang dan merupakan daerah bising

menyatakan bahwa lingkungannya sudah cukup nyaman karena kebutuhan dan

fasilitas terpenuhi. Kebisingan merupakan salah satu stressor fisik di tempat kerja,

namun kebisingan juga memberikan efek yang berbeda-beda pada setiap orangnya

(Muchinsky, 1997). Bagi responden, kebisingan yang terjadi memang dirasa

menganggu namun masih dalam batas toleransi responden.

Page 22: PERSEPSI KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA (K3) … · cara lingkungan luar yang sebenarnya tetapi lebih pada apa yang mereka lihat atau yakini (Robbins, 2001). Suatu perusahaan mencanangkan

23

Dari segi sosialisasi, tanggapan responden dalam proses wawancara adalah

sudah cukup baik. Berry & Houston (1993) menyatakan bahwa tidak ada diskusi

mengenai pengurangan angka kecelakaan yang lengkap tanpa menyebut poster

dan kampanye keselamatan. Poster merupakan salah satu bentuk sosialiasi yang

dikenal karyawan. Bentuk-bentuk sosialisasi yang dipahami oleh responden antara

lain adalah safety talk, safety induction dan memorandum.

Persepsi karyawan terhadap pelaksanaan K3 cukup bervariasi. Ada

responden yang secara jelas menganggap dan mengungkapkan bahwa pelaksanaan

K3 masih kurang karena masih ada individu-individu yang tidak memakai

peralatan keselamatan yang seharusnya. Kendati begitu, ada responden yang

menganggap bahwa peraturan dan pelaksanaan tidak selalu bisa bersesuaian,

karena kondisi di lapangan yang tidak mendukung. Dalam hal ini, apabila

mengenakan peralatan keselamatan yang seharusnya (sepatu), kinerja karyawan

justru terganggu. Hal ini bersesuaian dengan pendapat Berry & Houston (1993),

yang menyatakan bahwa peralatan keselamatan dapat ditolak oleh pekerja apabila

mereka merasa tidak nyaman atau mengganggu fungsi normal. Ini merupakan hal

yang biasa dan beberapa dari masalah ini disebabkan oleh desain peralatan yang

miskin (Berry& Houston, 1993). Bagi sebagian responden, pelaksanaan K3 di

lapangan biasanya melihat-lihat situasi, dalam arti tidak setiap waktu mereka

mengenakan alat keselamatan seperti topi atau sarung tangan. Bagi karyawan-

karyawan yang sudah mengenal area serta resiko yang menyertainya, penggunaan

alat keselamatan melihat-lihat kondisi. Fenomena ini biasanya terjadi karena

alasan kepraktisan. Hal ini bersesuaian dengan pendapat Geller (2001) yang

Page 23: PERSEPSI KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA (K3) … · cara lingkungan luar yang sebenarnya tetapi lebih pada apa yang mereka lihat atau yakini (Robbins, 2001). Suatu perusahaan mencanangkan

24

menyatakan bahwa, pada saat pekerja mengambil resiko yang sudah

diperhitungkan, mereka akan memilih untuk mengabaikan alasan-alasan

keselamatan atau mengambil jalan pintas untuk meningkatkan efsiensi dan

kenyamanan. Selain alasan kepraktisan, diakui juga oleh beberapa responden

bahwa faktor keengganan dan keterbatasan ruang gerak juga berpengaruh dalam

perilaku tersebut.

Fenomena yang terjadi di atas serta alasan yang melatarbelakanginya

bersesuaian dengan teori yang dikemukakan oleh Frank E. Bird (dalam Reamer,

1980), dimana kebutuhan fisik dan psikologis bertentangan dengan kebutuhan

keselamatan, sebagai berikut:

1. Safety vs saving time (keselamatan vs penghematan waktu)

Apabila cara-cara yang aman memakan lebih banyak waktu daripada cara-cara

tidak aman, beberapa orang akan lebih memilih cara-cara tidak aman.

2. Safety vs saving effort (keselamatan vs penghematan tenaga)

Apabila cara-cara aman memerlukan usaha lebih banyak daripada cara-cara

tidak aman, beberapa orang akan memilih cara-cara tidak aman.

3. Safety vs comfort (keselamatan vs kenyamanan)

Apabila cara aman lebih terasa tidak nyaman daripada cara tidak aman,

beberapa orang akan memilih cara tidak aman untuk menghindari

ketidaknyamanan tersebut.

4. Safety vs getting attention (keselamatan vs usaha mencari perhatian)

Apabila cara tidak aman menarik lebih banyak perhatian dari cara aman, maka

beberapa orang akan memilih cara yang tidak aman.

Page 24: PERSEPSI KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA (K3) … · cara lingkungan luar yang sebenarnya tetapi lebih pada apa yang mereka lihat atau yakini (Robbins, 2001). Suatu perusahaan mencanangkan

25

5. Safety vs independence (keselamatan vs kebebasan)

Apabila cara tidak aman memberikan perasaan akan kebebasan/otoritas lebih

bebas dari pada cara-cara aman, beberapa orang akan lebih memilih cara tidak

aman, sekedar untuk menunjukkan kebebasan mereka.

6. Safety vs group acceptance (keselamatan vs penerimaan kelompok)

Apabila cara-cara yang tidak aman meraih penghargaan yang lebih besar dari

kelompok, maka beberapa orang akan memilih cara-cara tersebut untuk

mendapatkan atau mempertahankan penerimaan kelompok.

Di sisi lain, ada kondisi yang justru memaksa karyawan mengenakan

peralatan keselamatan dengan lengkap. Bagi para karyawan yang bekerja di area

panas dan bising, peralatan keselamatan sudah bukan merupakan kewajiban,

melainkan kebutuhan. Pemahaman mengenai keselamatan itu sendiri juga sudah

melekat dalam diri responden. Responden-responden tersebut juga mengetahui

dan memahami bahwa dengan menggunakan peralatan keselamatan, kemungkinan

maupun dampak terjadinya kecelakaan dapat dikurangi. Responden mengakui

bahwa pernah terjadi kecelakaan karena kelalaian individu yang tidak

mengenakan alat pengaman, walaupun kecelakaan yang terjadi hanya kecelakaan

kecil. Batubara (1988) menyatakan bahwa penyebab kecelakaan paling besar

adalah manusianya, yaitu karena kurangnya kesadaran pengusaha dan karyawan

sendiri untuk melaksanakan K3.

Geller (2001) menyatakan bahwa pada saat perilaku dilakukan secara

berulang-ulang dan konsisten dalam jangka waktu tertentu, perilaku tersebut akan

bersifat otomatis, dan pada saat itu kebiasaan terbentuk. Kebiasaan dapat menjadi

Page 25: PERSEPSI KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA (K3) … · cara lingkungan luar yang sebenarnya tetapi lebih pada apa yang mereka lihat atau yakini (Robbins, 2001). Suatu perusahaan mencanangkan

26

budaya. Berdasarkan pemaparan di atas terlihat bahwa budaya K3 di Pertamina

bisa dikatakan fleksibel dan banyak tergantung kondisi di lapangan. Pihak

manajemen, sebagaimana juga karyawan, memegang peranan penting dalam

pelaksanaan K3. Menurut Koeshartono dan Junaedi (2005), pelaksanaan

keselamatan dan kesehatan kerja dalam suatu perusahaan harus dilakukan secara

bersama-sama baik oleh pimpinan maupun pengurus perusahaan dan seluruh

karyawan agar program-program yang telah disusun dengan baik dapat terlaksana

dengan baik pula.

Responden memiliki beban dalam menjalankan pekerjaannya. Beban kerja

yang mungkin dihadapi pekerja dapat berupa beban fisik, mental, dan sosial yang

masing-masing mempunyai dampak yang berbeda pula (Anoraga, 2005). Beban

kerja yang dialami responden sendiri lebih bersifat mental karena lingkungan

kerja responden yang memegang posisi penting dalam unit pengolahan. Beban

kerja memiliki keterkaitan dengan kesehatan kerja. Suma'mur (1986) menyatakan

bahwa agar seorang tenaga kerja dalam keserasian yang sebaik-baiknya, yang

berarti dapat terjamin keadaan kesehatan dan produktivitas kerja setinggi-

tingginya, maka perlu ada keseimbangan dari faktor beban kerja.

Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian, didapatkan gambaran mengenai persepsi

karyawan terhadap K3. Persepsi sebagian besar karyawan terhadap peraturan,

fasilitas dan sosialisasi adalah sudah cukup bagus. Para karyawan sendiri sudah

memahami arti pentingnya K3, bahwa pada dasarnya peraturan K3 ditujukan

Page 26: PERSEPSI KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA (K3) … · cara lingkungan luar yang sebenarnya tetapi lebih pada apa yang mereka lihat atau yakini (Robbins, 2001). Suatu perusahaan mencanangkan

27

untuk diri mereka sendiri dan pentingnya menggunakan alat keselamatan,

sehingga mereka bersedia melaksanakan peraturan yang berlaku. Namun pada

pelaksanaannya, banyak karyawan yang melihat-lihat situasi dan kondisi,

mempertimbangkan kenyamanan dan batasan dalam ruang gerak, sehingga masih

terjadi perilaku-perilaku yang tidak mengenakan alat pengaman yang seharusnya.

Dari hal ini terlihat bahwa sebagian karyawan mempersepsikan bahwa

pelaksanaan peraturan juga perlu melihat-lihat kondisi juga.

Persepsi karyawan terhadap ergonomi lingkungan kerja adalah sudah

cukup nyaman, sejauh kebutuhan terpenuhi. Komitmen perusahaan dalam

menjalankan peraturan sudah terlihat dengan dibuatnya peraturan, dibentuknya

bagian khusus untuk menangani K3, sosialisasi, penyediaan fasilitas, serta usaha

menjaga kesehatan karyawan. Hal yang dirasa kurang bagi karyawan yang

menjadi responden adalah kurangnya refreshing, yang berbentuk dinas atau

pelatihan ke luar daerah. Kurangnya refreshing ini terutama dirasakan oleh

responden yang memiliki beban kerja yang berat.

Saran

1. Bagi perusahaan

Berdasarkan hasil penelitian, terlihat bahwa ada fasilitas yang bagi responden

masih kurang, seperti kurangnya alat komunikasi. Perusahaan diharapkan

dapat lebih memaksimalkan kebutuhan karyawan akan fasilitas yang tersedia.

Refreshing bagi karyawan juga dirasakan kurang, sehingga perusahaan

diharapkan dapat mencari cara-cara untuk memenuhi kebutuhan refreshing

Page 27: PERSEPSI KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA (K3) … · cara lingkungan luar yang sebenarnya tetapi lebih pada apa yang mereka lihat atau yakini (Robbins, 2001). Suatu perusahaan mencanangkan

28

karyawan. Hal ini juga berkaitan dengan pengembangan sistem manajemen

K3. Beberapa lingkungan kerja karyawan juga tidak mendukung pelaksanaan

K3 dengan maksimal. Perusahaan diharapkan dapat mengusahakan agar

lingkungan kerja menjadi lebih kondusif bagi pelaksanaan kerja karyawan.

Aspek-aspek yang diharapkan dapat dikembangkan oleh perusahaan yaitu

fasilitas, sistem manajemen K3 dan lingkungan kerja.

2. Bagi karyawan

Berdasarkan hasil penelitian ini, diketahui bahwa karyawan sudah memahami

akan pentingnya peraturan dan pelaksanaan K3. Namun pada realisasinya,

tidak sepenuhnya maksimal, dan banyak melihat-lihat situasi. Diharapkan para

karyawan dapat merubah persepsinya menjadi berorientasi profesional,

sehingga pelaksanaan K3 dapat terealisasi dengan maksimal.

3. Bagi penelitian selanjutnya

Dalam penelitian ini banyak sekali kekurangan. Penelitian ini bersifat

kualitatif. Metode yang digunakan dalam penelitian ini berupa wawancara.

Dalam pelaksanaan wawancara banyak terjadi kekurangan seperti kurang

mendalam dan kurang terfokus, sehingga data-data yang didapat kurang

mendalam. Peneliti menyarankan pada penelitian selanjutnya jika

menggunakan metode wawancara sebagai metode penelitiannya hendaknya

diusahakan wawancara dilakukan dengan lebih mendalam. Dan sebelum

melakukan wawancara, sebaiknya peneliti sudah memahami mengenai teknik-

teknik wawancara agar dapat mengembangkan proses wawancara dengan

Page 28: PERSEPSI KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA (K3) … · cara lingkungan luar yang sebenarnya tetapi lebih pada apa yang mereka lihat atau yakini (Robbins, 2001). Suatu perusahaan mencanangkan

29

baik, terarah dan mendalam. Peneliti juga sebaiknya sudah memahami

mengenai topik yang akan diangkat.

Page 29: PERSEPSI KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA (K3) … · cara lingkungan luar yang sebenarnya tetapi lebih pada apa yang mereka lihat atau yakini (Robbins, 2001). Suatu perusahaan mencanangkan

30

DAFTAR PUSTAKA

Atkinson, R.L., Atkinson, R.C., Smith, E.E., Bem, D.J. Pengantar Psikologi. Edisi kesebelas: Jilid 1. Batam Center: Interaksara

Batubara, C. 1988. Masalah Ketenagakerjaan di Indonesia. Jakarta: Departemen Tenaga Kerja R.I.

Berry, L.M., Houston, J.P. 1993. Psychology at Work. Dubuque, Iowa: Brown&Brenchmark

DeReamer, R. 1980. Modern Safety and Health Technology. Canada: John Wiley&Sons, Inc.

Ehrlich, E., Flexner, S. B., Carruth, G., Hawkins, J. M. 1980. Oxford American Dictionary. New York: Avon

Koeshartono, D., Junaedi, M., F., S. 2005. Hubungan Industrial: Kajian Konsep dan Permasalahan. Jogjakarta: Universitas Atma Jaya Jogjakarta

LK&KK Unit Pengolahan V. 2006. Petunjuk Umum Keselamatan Kerja

Kontraktor. Booklet (Tidak Diterbitkan untuk Umum). Balikpapan: PT. Pertamina UP V

Manulang, S. 1995. Pokok-pokok Hukum Ketenagakerjaan di Indonesia. Jakarta: Penerbit Rineka Cipta

Mathis, R.L., Jackson, J.H. 2002. Manajemen Sumber Daya Manusia. Buku 2. Jakarta: Penerbit Salemba 4

Matlin, M. W. 1983. Sensation and Perception. Second Edition. New York: Allynond Bacon. Inc

Muchinsky, P.M. 1997. Psychology Applied to Work. Fifth Edition. California: Brooks/Cole Publishing Company

Poerwandari. 2001. Pendekatan Kualitatif untuk Penelitian Perilaku Manusia. Jakarta: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia

Page 30: PERSEPSI KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA (K3) … · cara lingkungan luar yang sebenarnya tetapi lebih pada apa yang mereka lihat atau yakini (Robbins, 2001). Suatu perusahaan mencanangkan

31

PT. Pertamina (Persero), 2004. Kebijakan Keselamatan, Kesehatan Kerja dan Lindungan Lingkungan PT. Pertamina (Persero). Booklet (Tidak Diterbitkan untuk umum). Jakarta: PT. Pertamina (Persero)

PT. Pertamina (Persero) Unit Pengolahan V. 2003). Pedoman Penanggulangan Keadaan Darurat. Pedoman (Tidak Diterbitkan untuk Umum). Balikpapan: PT. Pertamina (Persero) Unit Pengolahan V

Robbins, S. P. 2001. Perilaku Organisasi. Jilid I, Edisi ke-8. Jakarta: PT.

Prehallindo Silalahi, B. N., Silalahi, R. B. 1991. Manajemen Keselamatan dan Kesehatan

Kerja. Jakarta: PT. Pustaka Binaman Pressindo

Sugiyono. 2005. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Penerbit CV. Alfabeta

Sungguh, A. 1992. Kamus Ekonomi Perdagangan. Jakarta: Penerbit Gaya Media Pratama

Suma'mur. 1987. Keselamatan Kerja dan Pencegahan Kecelakaan. Jakarta: CV Haji Masagung

Walgito, B. 1994. Psikologi Sosial (Suatu Pengantar). Yogyakarta: Andi Offset

Walgito, B. 2002. Pengantar Psikologi Umum. Yogyakarta: Penerbit Andi