PERSEPSI JEAN CHARLIER DE GERSON DAN TUHAN YESUS …

13
MONTESSORI JURNAL PENDIDIKAN KRISTEN ANAK USIA DINI 45 PERSEPSI JEAN CHARLIER DE GERSON DAN TUHAN YESUS KRISTUS MENGENAI PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN (PAK) ANAK Alon Mandimpu Nainggolan, Adventrinis Daeli Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk menggali informasi mengenai persepsi Jean Charlier De Gerson dan Tuhan Yesus Kristus mengenai pelayanan anak dan bagaimana informasi tersebut berguna untuk membangun teori dan praktik Pendidikan Agama Kristen (PAK) bagi Anak di masa kini dan mendatang. Untuk mencapai tujuan penelitian ini, maka peneliti menggunakan metode penelitian kualitatif dengan pendekatan deskriptif. Melalui pengumpulan data terhadap sumber data primer dan sekunder ditemukan bahwa terdapat kesesuaian persepsi antara Jean C. D. Gerson dan Tuhan Yesus Kristus mengenai pelayanan anak. Bagi tokoh Pendidikan Agama Kristen (PAK) tersebut dan Tuhan Yesus Kristus, anak dan orang dewasa memiliki kedudukan dan nilai yang sama dalam pelayanan. Memfokuskan diri bagi pelayanan anak / Pendidikan Agama Kristen (PAK) Anak tidak merendahkan martabat seorang guru atau teolog. Sejatinya, pelayanan kepada anak adalah pelayanan Kristen yang tertinggi. Mendidik anak adalah kesempatan emas untuk memperoleh generasi unggul di masa mendatang. Kata kunci : Pendidikan Agama Kristen, Anak, Jean C. D. Gerson, Tuhan Yesus Kristus. PENDAHULUAN Masa anak adalah masa emas dan terpenting. Mengapa? Karena masa anak-anak merupakan fondasi bangunan yang turut menentukan masa mendatang, masa yang paling diingat, daya menerima informasi tinggi, mencontoh sangat kuat, hati mereka masih polos, memiliki spontanitas, dan lain-lain. Itulah sebabnya, mereka harus diajar untuk membenci dosa dan diupayakan agar mengasihi Tuhan dari sejak kecilnya. Yang dimaksud dengan anak di sini adalah terutama golongan usia di bawah 12 tahun. Menurut Johanes Calvin (1509-1664), Pendidikan Agama Kristen (PAK) adalah pendidikan yang bertujuan untuk mendidik semua putra-putri gereja (termasuk anak-anak) agar mereka terlibat aktif dalam penelaahan Alkitab secara cerdas sebagaimana dengan pimpinan Roh Kudus; mengambil bagian dalam kebaktian (ibadah) dan memahami keesaan gereja (oikoumene); diperlengkapi untuk memilih cara-cara mewujudnyatakan pengabdian diri kepada Allah Bapa dan Allah Anak dalam pekerjaan / aktifitas sehari-hari serta hidup bertanggung- jawab di bawah kedaulatan Allah demi hormat dan kemuliaan-Nya sebagai bentuk ucapan syukur mereka yang dipanggil dan dipilih dalam Tuhan Yesus Kristus (Robert, 2009, h 415; Daniel, 2009, h. 79). Hal senada diungkapkan oleh John M. Nainggolan bahwa Pendidikan Agama Kristen (PAK) adalah pendidikan yang sangat penting dan paling utama bagi anak. Melalui Pendidikan Agama Kristen (PAK), anak akan memiliki spiritualitas yang baik yaitu anak akan memiliki pengenalan akan Allah yang benar dan utuh. Spiritualitas sangat berperan dalam kehidupan gereja dan orang-orang percaya. Tanpa spiritualitas iman orang percaya tidak akan bersinar, Institut Agama Kristen Negeri Manado [email protected], [email protected]

Transcript of PERSEPSI JEAN CHARLIER DE GERSON DAN TUHAN YESUS …

Page 1: PERSEPSI JEAN CHARLIER DE GERSON DAN TUHAN YESUS …

MONTESSORI JURNAL PENDIDIKAN KRISTEN ANAK USIA DINI

45

PERSEPSI JEAN CHARLIER DE GERSON DAN TUHAN YESUS KRISTUS

MENGENAI PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN (PAK) ANAK

Alon Mandimpu Nainggolan, Adventrinis Daeli

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk menggali informasi mengenai persepsi Jean Charlier De

Gerson dan Tuhan Yesus Kristus mengenai pelayanan anak dan bagaimana informasi tersebut

berguna untuk membangun teori dan praktik Pendidikan Agama Kristen (PAK) bagi Anak di

masa kini dan mendatang. Untuk mencapai tujuan penelitian ini, maka peneliti menggunakan

metode penelitian kualitatif dengan pendekatan deskriptif. Melalui pengumpulan data terhadap

sumber data primer dan sekunder ditemukan bahwa terdapat kesesuaian persepsi antara Jean C.

D. Gerson dan Tuhan Yesus Kristus mengenai pelayanan anak. Bagi tokoh Pendidikan Agama

Kristen (PAK) tersebut dan Tuhan Yesus Kristus, anak dan orang dewasa memiliki kedudukan

dan nilai yang sama dalam pelayanan. Memfokuskan diri bagi pelayanan anak / Pendidikan

Agama Kristen (PAK) Anak tidak merendahkan martabat seorang guru atau teolog. Sejatinya,

pelayanan kepada anak adalah pelayanan Kristen yang tertinggi. Mendidik anak adalah

kesempatan emas untuk memperoleh generasi unggul di masa mendatang.

Kata kunci : Pendidikan Agama Kristen, Anak, Jean C. D. Gerson, Tuhan Yesus Kristus.

PENDAHULUAN

Masa anak adalah masa emas dan terpenting. Mengapa? Karena masa anak-anak

merupakan fondasi bangunan yang turut menentukan masa mendatang, masa yang paling

diingat, daya menerima informasi tinggi, mencontoh sangat kuat, hati mereka masih polos,

memiliki spontanitas, dan lain-lain. Itulah sebabnya, mereka harus diajar untuk membenci dosa

dan diupayakan agar mengasihi Tuhan dari sejak kecilnya. Yang dimaksud dengan anak di sini

adalah terutama golongan usia di bawah 12 tahun.

Menurut Johanes Calvin (1509-1664), Pendidikan Agama Kristen (PAK) adalah

pendidikan yang bertujuan untuk mendidik semua putra-putri gereja (termasuk anak-anak) agar

mereka terlibat aktif dalam penelaahan Alkitab secara cerdas sebagaimana dengan pimpinan

Roh Kudus; mengambil bagian dalam kebaktian (ibadah) dan memahami keesaan gereja

(oikoumene); diperlengkapi untuk memilih cara-cara mewujudnyatakan pengabdian diri kepada

Allah Bapa dan Allah Anak dalam pekerjaan / aktifitas sehari-hari serta hidup bertanggung-

jawab di bawah kedaulatan Allah demi hormat dan kemuliaan-Nya sebagai bentuk ucapan

syukur mereka yang dipanggil dan dipilih dalam Tuhan Yesus Kristus (Robert, 2009, h 415;

Daniel, 2009, h. 79).

Hal senada diungkapkan oleh John M. Nainggolan bahwa Pendidikan Agama Kristen

(PAK) adalah pendidikan yang sangat penting dan paling utama bagi anak. Melalui Pendidikan

Agama Kristen (PAK), anak akan memiliki spiritualitas yang baik yaitu anak akan memiliki

pengenalan akan Allah yang benar dan utuh. Spiritualitas sangat berperan dalam kehidupan

gereja dan orang-orang percaya. Tanpa spiritualitas iman orang percaya tidak akan bersinar,

Institut Agama Kristen Negeri Manado

[email protected], [email protected]

Page 2: PERSEPSI JEAN CHARLIER DE GERSON DAN TUHAN YESUS …

MONTESSORI JURNAL PENDIDIKAN KRISTEN ANAK USIA DINI

46

lemah tanpa kekuatan, dan tidak menjadi ciptaan baru (J.M. Nainggolan, 2008, h. 31). Takut

akan Tuhan adalah kunci hikmat dan kesuksesan.

Dalam dunia pendidikan dikenal istilah “pedagogi” yang berarti “pendidikan”. Secara

etimologis kata pedagogi, “paedagogia” (Yunani) memiliki arti “pergaulan dengan anak-anak”.

Paedagogos (paedos: anak; agoge: saya membimbing, memimpin) adalah seorang pelayan pada

masa Yunani kuno yang bertugas untuk mengantar anak-anak ke sekolah dan menjemput

mereka dari sekolah. Selama di rumah, anak-anak tersebut juga senantiasa dalam pengasuhan

(nurture), pengawasan dan penjagaan para paedagogos. Tampak nyata dan jelas bahwa

pendidikan anak-anak dalam zaman Yunani kuno sebagian besar diserahkan kepada paedagogos

(Harianto, 2012, h. 1). Hal ini mengindikasikan bahwa kedudukan dan martabat anak dipandang

sangat penting pada masa Yunani kuno.

Pendidikan anak-anak adalah tanggung jawab yang besar. Setiap orang tua Kristen di

tengah keluarga, hamba Tuhan di konteks gereja, guru di sekolah dan masyarakat di konteks

masyarakat harus tahu bahwa anak-anak adalah pekerjaan rumah yang Tuhan anugerahkan

dalam dunia pendidikan anak. Pendidikan anak tidak semata-mata mengajarkan mengenai cara

membaca, menulis, berhitung, adat-istiadat, teknologi informasi, nilai-nilai kehidupan dan

pengetahuan umum lainnya, namun yang menjadi prioritas adalah bagaimana anak mengenal

Tuhan dan kebenaran-Nya sejak kecil, yang diresponi dengan hidup bersama dengan Tuhan

dalam seantero hidupnya. Pendidikan terhadap anak memperlengkapi mereka mengenai jalan

kehidupan di dunia, jalan yang membawa pada perjumpaan dengan Tuhan Yesus Kristus sang

juru selamat, menunjukkan kebenaran Alkitab, mengenal hikmat, dan pengetahuan yang sejati.

Pendidikan anak harus berdasarkan pada Alkitab yang merupakan sumber kebenaran mutlak

(obyektif). Homrighausen dan Enklaar mengemukakan bahwa semua putra-putri gereja yang

masih tergolong anak-anak (yang masih muda) di segala abad dan tempat perlu dididik dan

diperlengkapi sampai mereka menjadi orang Kristen yang memiliki kedewasaan rohani.

Diimani bahwa Allah dalam anugerah-Nya pasti menghisabkan mereka pada jemaat Kristus

yang agung dan besar itu (am, rasuli dan universal). Tuhan telah menerima mereka sebagai

anak-anak-Nya sendiri, sekaligus sebagai ahli waris kerajaan sorga. Mazmur 127:5 meneguhkan

bahwa sesungguhnya anak berhak memperoleh pendidikan yang berkualitas, karena banyak

manfaat ketika anak memperoleh pendidikan yang berkualitas dari orangtua, pelayan Tuhan,

guru dan lainnya.

Memang sejak dahulu kala anak-anak merupakan suatu golongan yang penting dalam

Gereja Kristen, namun realitanya itu tidak selalu diinsafinya dengan secukupnya. Lama sekali

gereja kurang mencurahkan / memusatkan perhatian dan pemeliharaannya kepada semua putra-

putri gereja yang masih tergolong anak-anak (Homrighausen, 2008, h. 133). Hampir di semua

gereja ada Pendidikan Agama Kristen (PAK) untuk anak-anak; ada yang menamakannya

Kebaktian Anak, ada yang menamakannya Sekolah Minggu (SM), namun pada praktiknya

golongan ini masih disepelekan dan dikesampingkan. Bahkan pembedaan kebaktian dan sekolah

merupakan kekeliruan gereja, sebab dalam pendidikan anak semestinya kebaktian dan sekolah

adalah dua unsur yang menyatu, yang tidak bisa dipisahkan (Andar, 2003, h. 126). Sama halnya

dengan pendekatan Pendidikan Agama Kristen (PAK) dengan cara sosialisasi, tidak bisa

dipisahkan dengan pengajaran. Keduanya saling melengkapi dan memperkaya untuk

mewujudkan tujuan Pendidikan Agama Kristen (PAK) bagi semua golongan usia, khususnya

anak-anak.

Di samping Pendidikan Anak yang masih disepelekan, menurut Stanley Heath anak

harus dilayani karena memiliki masalah yang kompleks baik di masa kini maupun mendatang.

Berikut adalah pelbagai masalah anak yang sering ditemui: (Stanley, 2005, h. 21-22). Pertama,

sekalipun masih kecil, ada anak yang sudah merasa sedih atas kehidupannya yang tidak jelas

tujuan dan maknanya. Kedua, anak yang merasa tidak berdaya menghadapi keluarga atau

Page 3: PERSEPSI JEAN CHARLIER DE GERSON DAN TUHAN YESUS …

MONTESSORI JURNAL PENDIDIKAN KRISTEN ANAK USIA DINI

47

lingkungan yang selalu meremehkan dan mengancamnya. Ketiga, anak yang merasa minder dan

frustasi karena lingkungan, terutama karena kelakuan orangtuanya, lalu mencetuskan protes

untuk mengindikasikan bahwa ia ada dan berhak untuk dikenal dan dihormati. Keempat, anak

yang merasa tidak dikasihi, bahkan dibenci oleh orang tuanya. Kelima, anak yang menghadapi

suasana rumah tangga yang hancur, percekcokan, dan perkelahian antara ayah dan ibunya.

Keenam, anak yang bingung karena menghadapi disiplin yang tanpa aturan.

Hal senada dikemukakan oleh Homrighausen dan Enklaar (2008, h. 118-120) bahwa

ada beragam masalah anak yang harus diatasi antara lain; Pertama, menghadapi masalah rumah

tangga Kristen yang secara nama saja, atau sering disebut dengan Kristen tanpa pertobatan.

Kedua, orang tua Kristen yang kurang mengacuhkan perkembangan batin anak-anak mereka.

Adakalanya orangtua memandang bahwa tugas untuk menanamkan dan menumbuhkan iman

anak adalah tugas guru sekolah minggu, pendeta atau guru agama Kristen, sedangkan orangtua

bertugas untuk memenuhi kebutuhan primer dan sekunder anak. Ketiga, tidak sedikit orang tua

yang bodoh, yang belum insaf betapa pentingnya pengaruh dan bimbingan mereka bagi anak-

anaknya. Keempat, sebagai orang dewasa seakan-akan meracuni udara tempat anak-anak kita

harus bernafas. Laju teknologi informasi yang sangat pesat, pengaruh sekularisme,

materialisme, hedonisme, ateisme dan lainnya bisa menjadi penghambat pertumbuhan dan

perkembangan anak secara positif, jika anak tidak dibantu untuk menyikapinya. Kelima, gereja

yang kurang mampu memahami anak-anak. Menangani anak berbeda dengan menangani

remaja, pemuda, dewasa awal, paruh baya dan lansia karena mereka memiliki tahap-tahap

perkembangan yang berbeda (perkembangan fisik, psikis, moral, kepercayaan, emosi, sosial,

dan lainnya). Keenam, adanya pandangan yang mengemukakan, bahwa anak-anak hanya dilihat

saja, namun bukan untuk didengar. Sejatinya, semua orang bisa menjadi sumber belajar,

termasuk anak-anak. Ketujuh, gedung gereja tidak dikondisikan untuk anak-anak. Artinya

sarana dan prasarana Pendidikan Agama Kristen (PAK) bagi anak kurang mendukung atau

memadai. Kedelapan, gereja kurang memandang penting peranan anak-anak dalam gereja.

Dalam hal ini sebagian gereja belum melibatkan anak-anak dalam pelayanan atau belum

menyertakan mereka dalam persiapan untuk memasuki pelayanan.

Kalau para pendidik di tengah keluarga, gereja, sekolah dan masyarakat betul-betul sadar

betapa bernilainya masa anak-anak dan perlu segera menangkap keberadaannya (eksistensinya),

bagaimana dapat mengembalikan perjalanan hidup mereka pada dimensi masa lalu? Waktu

tidak pernah bisa diputar kembali. (Kalimat ini diucapkan seorang filsuf, teolog, dramawan,

essaist dari Jerman, Gotthold Ephraim Lessing (1729-1781)). Kesadaran ini seyogianya

menjadikan orang Kristen, khususnya yang terlibat dalam dunia pelayanan anak menanamkan

fondasi yang kuat kepada setiap anak yang dipercayakan Tuhan kepada mereka, baik sebagai

(1) orang tua, (2) lingkungan/orang di sekitar, (3) guru-gurunya. (4) pengurus gereja. Demikian

pentingnya seorang anak. Itulah sebabnya, penulis hendak meneliti persepsi Jean C. D. Gerson

dan Tuhan Yesus Kristus mengenai pelayanan anak / Pendidikan Agama Kristen (PAK) Anak

agar keluarga, gereja dan sekolah lebih memerhatikan pelayanan anak.

METODE

Karya ilmiah ini memanfaatkan metode kualitatif lewat pendekatan deskriptif untuk

meneliti, mencermati, memahami dan menganalisis data yang diteliti (Creswell, 2015:45).

Penelitian ini berfokus pada persepsi Jean C. D. Gerson dan Tuhan Yesus Kristus mengenai

Pendidikan Agama Kristen (PAK) bagi Anak atau mengenai pelayanan anak. Melalui penelitian

ini akan ditemukan fondasi pelayanan terhadap anak di masa kini dan mendatang. Penulis

melakukan studi dokumen terhadap sumber primer dan sekunder (Alkitab, buku, jurnal,

majalah, dan lain-lain) mengenai konsep Pendidikan Agama Kristen (PAK) Anak.

Page 4: PERSEPSI JEAN CHARLIER DE GERSON DAN TUHAN YESUS …

MONTESSORI JURNAL PENDIDIKAN KRISTEN ANAK USIA DINI

48

Kemudian data yang telah dikumpulkan akan dianalisis oleh penulis. Konsep-konsep

dianalisis dengan cara mencermati keterhubungan, kemiripan, ketepatan, ketetapan dan

kecocokan dengan topik (Nainggolan, Janis, 2020: 152-163). Analisis data dilaksanakan dengan

cara induktif, melalui beberapa langkah antara lain, reduksi data, penyajian data, verifikasi dan

penarikan kesimpulan (Sugiyono, 2011, h. 339-343). Jean C. D. Gerson dan Tuhan Yesus

Kristus adalah tokoh Pendidikan Agama Kristen (PAK) yang memberikan sumbangsih besar

bagi perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi Pendidikan Agama Kristen (PAK) bagi anak.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Identitas Jean C. D. Gerson

Jean C. D. Gerson hidup antara tahun 1363-1429, abad ke 6-14. Ia lahir dan bertumbuh

di Gerson-les-Barbey di Champagne. Dia dilahirkan pada tanggal 13 Desember 1363 dan

meninggal pada 12 Juli 1429. Jean C. D. Gerson adalah seorang filsuf Prancis pada abad 14 dari

Lyon (Daniel, 2009, h. 38-39; 7172). Ia memulai studinya di Universitas Paris pada tahun 1377,

menjadi sarjana seni pada tahun 1381 dan doktor teologi pada tahun 1392. Sebagian besar

hidupnya Jean C. D. Gerson adalah seorang teolog, akademisi terkemuka di universitasnya; dia

diangkat menjadi kanselir pada tahun 1395, menggantikan temannya, Pierre d'Ailly, yang

kemudian dengannya dia berbagi kepemimpinan intelektual dari gerakan konsili

(https://www.encyclopedia.com/social-sciences/applied-and-social-sciences-magazines/gerson-

jean-de). Jean C. D. Gerson merupakan seorang tokoh pergerakan mistikus ortodoks yang

berseberangan dengan Scotus dan William Ockam. Jean C. D. Gerson berpihak pada filsafat

yang berorientasi dan bernuansa Pietisme. Speculative Mystic Philosophy merupakan karya

utamanya. Dia juga pernah menjadi kanselir dari Universitas Paris dan juga terlibat dalam

skisma kepausan dan memilih Paus yang baru, Paus Aleksander V (Albert, 1954).

Meskipun ia menulis sejumlah risalah teologis akademis, secara skolastik, Jean C. D.

Gerson terutama memusatkan perhatian pada pelaksanaan aktif tuntutan kehidupan Kristen.

Pengalaman pastoralnya yang cukup banyak diperoleh di Paris dan di Bruges, di mana dia

pernah menjadi dekan Gereja St. Donatien. Sejumlah besar khotbah dan risalah pastoral dan

spiritualnya, termasuk tulisan-tulisan yang berpengaruh tentang mistisisme, bertahan.

Perhatiannya pada masalah bagaimana cara terbaik untuk mengakhiri skandal perpecahan

kepausan tumbuh dari tanggung jawab pastoralnya.

Jean C. D. Gerson lahir dari seorang ayah yang bernama Arnulph Charlier dan ibu

Elizabeth Chardeniere. Uniknya dari lima saudaranya dan tujuh saudarinya, tidak ada seorang

pun yang menikah (selibat). Mereka hidup dalam takut akan Tuhan dan kesalehan hidup. “Jean”

dipakai untuk semua anak laki-laki, sedangkan semua anak yang perempuan menjadi suster.

Kedua belas bersaudara tersebut melakoni hidup dalam kesalehan (pietisme) di biara-biara;

Benediktin, Celestine dan Jean C. D. Gerson juga menjadi Uskup Sekuler yang menghabiskan

hidupnya dalam keprihatinan gereja yang memprioritaskan materi saja. Dapat dikemukakan

bahwa sejatinya Jean C. D. Gerson adalah tokoh reformasi yang lebih awal dibandingkan yang

dilaksanakan pada abad 16, sesudahnya. Maka pada akhirnya Jean C. D. Gerson mengambil

keputusan untuk berpisah (mengambil jalan skisma) sebagai respon ketidakpuasan terhadap

gereja (Louis, 1973).

Persepsi Jean C. D. Gerson Mengenai Pelayanan Anak

Jean C. D. Gerson (1363-1429 M) adalah seorang pendidik pada abad mula-mula yang

memandang bahwa pendidikan bagi anak adalah sangat penting. Ia berasal dari Gerson di

Perancis. Dia adalah seorang pendidik besar. Jean C. D. Gerson adalah seorang pakar

Pendidikan Agama Kristen (PAK) bagi anak-anak yang cukup berperan dalam pelaksanaan

Pendidikan Agama Kristen (PAK) anak-anak. Dari tahun 1377 sampai dengan 1384, beliau

Page 5: PERSEPSI JEAN CHARLIER DE GERSON DAN TUHAN YESUS …

MONTESSORI JURNAL PENDIDIKAN KRISTEN ANAK USIA DINI

49

mempelajari teologi pada kampus Kolegia Navarre (Universitas Paris), di bawah asuhan dan

bimbingan Adipati dari Bergundi. Karirnya terus berkembang. Ketika berumur tiga puluh tahun,

yaitu pada tahun 1395, Jean C. D. Gerson dikukuhkan menjadi Rektor Universitas Paris dan

merangkap kanon, salah seorang anggota staf Katedral Notre Dame (Alon, 2014, h. 21).

Masyarakat tidak menduga bahwa seorang ilmuan yang begitu pandai mau menulis

cerita untuk anak kecil. Jean C. D. Gerson mengarang buku pendidikan Kristen dalam bentuk

cerita untuk anak kecil. Karya ini bukannya dihargai, malah dicemoohkan oleh para teolog lain.

Bahkan ada rekan Jean C. D. Gerson yang gusar, “Jean C. D. Gerson menjatuhkan martabat kita

sebagai teolog mengarang cerita untuk anak kecil”.Gerson berasal dari Perancis. Ia mengarang

serta berkecimpung dalam Pendidikan Agama Kristen (PAK) bagi anak-anak.

Sebuah karya dari Jean C. D. Gerson yang sangat memukau dan mempesona mengenai

Pendidikan Agama Kristen (PAK) terhadap anak, berjudul “On Leading Children To Christ”

(Sekitar Mengantar Anak Kepada Kristus). Rekan-rekannya bukan memuji perbuatan Jean C. D.

Gerson, namun mengejeknya. Mereka mengemukakan bahwa meneliti dan menulis buku cerita

bagi anak merupakan pekerjaan yang mudah, remeh dan merendahkan derajat / martabat

seorang teolog. Jean C. D. Gerson memberikan argumentasi logis terhadap kecaman tersebut

dengan menandaskan bahwa sejatinya pelayanan kepada anak adalah adalah pelayanan Kristen

yang tertinggi (Andar, 1996).

Dalam karyanya menyatakan bahwa apabila sang guru ingin menjadi berguna bagi

anak-anak, maka guru wajib menyesuaikan diri dengan minat, kebiasaan, dan gaya bertindak

anak-anak. Cully berkomentar bahwa karya “On Leading Children to Christ” (Sekitar

Mengantar Anak Didik Kepada Kristus) dinamakan contoh kerendahan hati Kristen yang

sebenarnya. Di samping itu, ia merupakan pandangan sekilas ke dalam dinamika-dinamika

tentang hubungan antara seorang gembala yang berperan sebagai pendidik dan anak-anak yang

dipercayakan kepada Gereja Abad Pertengahan (Boehlke, 1994:247; Alon M. Nainggolan,

2014, h. 21). Artinya,kalau ingin berguna bagi anak-anak, maka harus menyesuaikan diri

dengan kebiasaan mereka, yaitu perlu turun ke bawah agar menaikkan mereka ke tingkat tebih

tinggi. Maksudnya bahwa apabila ingin mendobrak hati anak-anak, maka wajib menyesuaikan

diri dengan minat dan gaya bertindak mereka. Dalam mendidik anak-anak diperlukan hati yang

sungguh-sungguh yang mau melayani dengan kerendahan hati. Rela menjadikan diri seperti

anak-anak demi mencapai suatu kesesuaian antara anak didik dan pengajar.

Tabiat manusia lebih suka bimbingan sabar ketimbang tindakan keras. Anak-anak lebih

dipengaruhi oleh pujian daripada perkataan yang mengancam. Seorang guru tidak akan

meyakinkan anak-anak didik kecuali dia tersenyum dengan sikap sayang terhadap mereka yang

tertawa, mempergiat mereka yang bermain, dan memuji siapa saja yang maju dalam

pelajarannya. Apabila guru harus menegur si anak maka harus menghindari perkataan pahit atau

menghina. Demikianlah anak akan mengetahui bahwa guru mengasihi mereka bukan semata-

mata memarahi (Robert, 2009, h. 248).

Jean C. D. Gerson sangat menghargai anak-anak dan sangat peduli terhadap pendidikan

mereka. Tidak peduli empat kali tuduhan yang negatif terhadap dirinya soal pelayanan

pendidikan anak yang dilakukannya dia tetap semangat dan pantang menyerah melaksanakan

pelayanan kepada anak-anak Sekolah Minggu. Gerson sangat mengecam bahwa gereja tidak

boleh menjadi wadah pendidikan anak-anak (Robert, 2009, 245-251). Tidak mungkin mendapat

tempat yang lebih cocok untuk maksud mendidik anak-anak selain kepada siapa saja dan karena

itu harusnya jauh dari kecurigaan umum. Dengan demikian terhindar dari kebenaran isi pepatah

yang terdapat dalam Injil Yohanes 3:20, “ Barang siapa yang berbuat jahat, membenci

kejahatan” (Robert, 2009, h. 249).

Jean C. D. Gerson tidak setuju bahwa ketinggian martabat seorang imam menuntut

pelayanan yang lebih bermakna daripada mendidik anak-anak. Andar Ismail menuturkan

Page 6: PERSEPSI JEAN CHARLIER DE GERSON DAN TUHAN YESUS …

MONTESSORI JURNAL PENDIDIKAN KRISTEN ANAK USIA DINI

50

banyak orang mengira bahwa mengajar anak kecil atau menulis untuk anak kecil adalah mudah.

Banyak pendeta juga mengira demikian, sehingga pendeta merasa bahwa kedudukannya terlalu

tinggi untuk turut menangani urusan Sekolah Minggu. Pendeta menganggap bahwa mengajar

anak kecil adalah urusan sepele. Padahal Calvin sendiri begitu mementingkan pendidikan anak

kecil dalam gereja sehingga ia menegaskan, “setiap Pendeta mendidik dua gereja, yaitu gereja

dewasa dan gereja anak kecil (Andar, 2014, h. 71-72).

Dalam praktik mendidik anak Jean C. D. Gerson menyatakan“Doa Bapa Kami”

diucapkan pada pagi hari, sedangkan “Salam Maria” dan sedapat mungkin dalam keadaan

berlutut. Doa Bapak Kami dan Salam Maria adalah fondasi spritualitas bagi anak. Nampaklah

dalam diri Jean C. D. Gerson bagaimana dalam jabatan gembala tergabung jabatan guru, dalam

arti Pendidikan Agama Kristen (PAK) merupakan pengalaman rohani dan intelektual. Kata

penutup melambangkan sikap pribadi Jean C. D. Gerson dan argumentasi yang paling

meyakinkan. “Biarkan anak-anak itu datang kepada-Ku” (bnd. Mrk. 10:14b).

Dengan warisan pikiran Jean C. D. Gerson, gereja segala abad dan semua tempat

ditantang menentukan ulang prioritasnya. Apakah pelayanan terhadap anak-anak merupakan

bagian sambilan / sampingan dari tugas pastor/pendeta? Mengapakah biasanya begitu banyak

pelayan Firman menyerahkan pelayanan Pendidikan Agama Kristen (PAK) bagi anak-anak

kepada kaum pemuda? (Robert, 2009, h. 250). Melalui beberapa pertanyaan ini orangtua di

tengah keluarga, hamba Tuhan di konteks gereja, guru di sekolah dan masyarakat di

lingkungannya diajak untuk menemukan hal yang prioritas dalam hidup mereka.

Identitas Tuhan Yesus Kristus

Tuhan Yesus Kristus merupakan tokoh terpenting (sentral) kekristenan. Menurut Injil

Yohanes Tuhan Yesus bukan saja sebagai Mesias yang dijanjikan, namun juga sebagai Sang

Guru Agung (Yoh. 4: 26; Yoh 13:3). Di samping perannya sebagai penebus dan pembebas,

Yesus adalah Guru Agung yang sangat diperhitungkan keahlian-Nya oleh rakyat Yahudi,

sehingga mereka menyebut-Nya sebagai “ Rabi ” yang artinya “ Guru Agung ” (Yoh. 1: 38, 48;

3:2). Panggilan “ Rabi ” yang ditujukan kepada Tuhan Yesus Kristus adalah karena didasari

bahwa Ia adalah sebagai guru, pengajar yang mulia, dan berkedudukan tinggi. Tuhan Yesus

Kristus benar-benar seorang guru yang sempurna, baik dari segi ilahi maupun insani (J. M.

Price, 2011, h. 1).

Dari penjelasan ini nyata bahwa Yesus tidak menolak ketika Dia disapa sebagai “ guru

”. Sapaan itu tidak merendahkan diri-Nya. Yesus mengaku sama dan setara dengan Bapa yang

mengutus-Nya di dunia (Yoh. 5: 17-23), Dia datang untuk melakukan banyak perkara termasuk

menyingkapkan kebenaran hidup (Yoh. 14:6). Namun, rupanya jalan untuk mencapai tujuan itu

adalah Dia menjadi pengajar, berada di sekitar sejumlah orang yang rela belajar. Bahkan Ia

berada di tengah-tengah sebuah komunitas untuk mengerjakan pembaharuan dari diri anggota-

anggotanya.

Persepsi Tuhan Yesus Kristus Mengenai Pelayanan Anak

Untuk memperoleh persepsi Tuhan Yesus Kristus mengenai pelayanan anak, yang

selanjutnya disebut Pendidikan Agama Kristen (PAK) Anak, maka peneliti menggali beberapa

nats secara berturut-turut dalam Injil Sinoptik, yaitu Matius 18:1-14; Lukas, 18:15-26 dan

Matius 19: 14-15. Ketiga nats ini setidaknya dapat digunakan untuk membangun fondasi biblis

pelayanan anak.

Matius 18:2 mengisahkan bahwa Tuhan Yesus Kristus tidak serta merta, langsung

menjawab pertanyaan murid-murid pada Matius 18:1 tentang siapakah yang terbesar pada

Kerajaan Sorga?, namun Tuhan Yesus Kristus memanggil seorang anak kecil. Dalam konteks

Page 7: PERSEPSI JEAN CHARLIER DE GERSON DAN TUHAN YESUS …

MONTESSORI JURNAL PENDIDIKAN KRISTEN ANAK USIA DINI

51

ini Tuhan Yesus Kristus ingin memberikan pelajaran yang sangat penting mengenai tempat dan

kedudukan anak dalam kerajaan-Nya. Anak kecil yang dipanggil oleh Tuhan Yesus Kristus

menjadi alat peraga, contoh dan ilustrasi dari pengajaran yang hendak disampaikan oleh Tuhan

Yesus Kristus.

Dalam Matius 18:3 Tuhan Yesus Kristus menyerukan terhadap murid-murid untuk

bertobat (metanoia) dan menjadi seperti anak kecil ini untuk bisa masuk dalam Kerajaan Sorga.

Dalam perikop tersebut kata bertobat bukan sekedar percaya kepada Tuhan Yesus Kristus (kata:

metanoia), namun percaya dan memercayakan diri sepenuhnya kepada Tuhan (totalitas hidup).

Orang yang mau masuk dalam Kerajaan Tuhan adalah mereka yang mau dan rela menjadi yang

terkecil. Ia memiliki ketergantungan sama seperti seorang anak kecil. Seorang anak kecil merasa

dirinya tidak berdaya, lemah, perlu pertolongan orang tuanya atau sesama. Selain itu, seorang

anak juga perlu percaya kepada orang lain agar dia dapat bertahan di dalam peziarahan

hidupnya di dunia ini.

Matius 18:4 mengajarkan bahwa barangsiapa yang merendahkan diri dan menjadi

seperti anak kecil, dialah yang terbesar dalam Kerajaan Sorga. Selanjutnya, Matius 18:5

mengemukakan bahwa barangsiapa menyambut seorang anak seperti ini dalam nama Tuhan, ia

menyambut Tuhan. Banyak orang tidak menerima dan menghargai anak-anak, anak-anak

dipandang sebagai aset semata. Dari respon murid-murid Tuhan Yesus Kristus, nampak jelas

bahwa mereka juga tidak menerima dan menghargai anak-anak. Dalam pandangan mereka

anak-anak hanyalah pengganggu dan yang berpotensi merepotkan orang dewasa. Namun,

panggilan gereja dan umat-Nya adalah meneladani Tuhan Yesus Kristus yang mau datang dan

mati untuk orang berdosa, termasuk anak-anak. Dalam perjalanan hidup dan pelayanan Dia

begitu menghargai anak-anak.

Dalam ayat 18:6 dikemukakan bahwa siapa yang menyesatkan anak kecil akan

diikatkan batu kilangan di lehernya. Hal ini menegaskan bahwa siapa saja yang merusak

kerohanian (spritualitas) seorang anak membangkitkan kemarahan Tuhan Yesus Kristus yang

paling besar. Dengan kata lain, barangsiapa yang mengombang-ambingkan iman orang percaya

yang masih polos hatinya adalah sesuatu yang tidak berkenan di hadapan Tuhan. Para pendeta,

pengajar dan khususnya orangtua harus secara khusus memperhatikan dan berpegang pada

perkataan Kristus ini dalam perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi Pendidikan Agama Kristen

(PAK) bagi anak, baik melalui pendekatan sosialisasi, sekolah pengajaran, persekutuan,

pembebasan, dan lainnya (Donald, 2013, h. 1540).

Matius 18 : 10. Banyak orang berpandangan bahwa mengajar anak kecil itu mudah.

Bagi mereka anak itu polos, belum berpengalaman, kebergantungan pada orang dewasa, mudah

dibohongi, mudah diperdaya dan lain sebagainya. Padahal yang sesungguhnya tidaklah

demikian. Justru mengajar anak kecil itu harus berhati-hati dan berhikmat, karena apa yang

diajarkan itu yang akan tertanam dalam benaknya sampai mati. Jadi, bila guru, pelayan Tuhan

dan orangtua mengajarkan hal-hal yang salah dan keliru, maka itu akan mempengaruhi seantero

hidup dan dibawa anak-anak secara terus menerus sepanjang hayatnya. Bahkan ketika kelak

anak-anak itu dewasa, maka tidak mudah bagi para pendidik untuk membongkar fondasi yang

telah tertanam tersebut. Ada banyak tokoh Alkitab yang berasal dari seorang anak yang dididik

dengan benar dan akhirnya berpengaruh bagi bangsa, keluarga dan masyarakat seperti Ester,

Daniel, Yusuf, Timotius, dan lain-lain. Ini pun berlaku bagi anak-anak di masa kini. Untuk

menjadi pendidik anak yang berhasil, maka ia harus memahami tahap-tahap pertumbuhan dan

perkembangan anak, baik secara fisik, psikis, moral, sosial, emosi, terutama kepercayaan

(spritual).

Sesungguhnya setiap anak berharga, bernilai di mata Tuhan Yesus Kristus. Mereka juga

penyandang gambar dan rupa Allah (Kej. 1:26-27). Itu sebabnya, Tuhan Yesus Kristus memberi

Page 8: PERSEPSI JEAN CHARLIER DE GERSON DAN TUHAN YESUS …

MONTESSORI JURNAL PENDIDIKAN KRISTEN ANAK USIA DINI

52

peringatan keras terhadap murid-murid-Nya yang tentu juga berlaku bagi orang tua dan

pendidik Kristen pada masa kini agar berupaya dengan sadar, terencana, sungguh-sungguh dan

berkesinambungan menuntun anak mengenal Tuhan dan kebenaran-Nya dan menjadi warga

Kerajaan Sorga. Anak-anak dapat percaya kepada Tuhan Yesus Kristus dan menjadi warga

kerajaan sorga jika diajar dan dididik dengan tepat, baik dan benar. Karena itulah Tuhan Yesus

Kristus secara tegas mengemukakan “Ingatlah, jangan menganggap rendah seorang dari anak-

anak kecil ini. Karena aku berkata kepadamu : Ada malaikat mereka di sorga yang selalu

memandang wajah Bapaku di sorga” (Mat. 18:10).

Bagi Tuhan Yesus Kristus anak sangat bernilai dan berharga sekali, karena Allah Bapa

juga datang untuk menyelamatkan mereka, serta menghendaki agar mereka diajar, dididik dan

diarahkan kepada jalan yang benar (Mat. 18:14; Nehemiah, 2005, h. 136). Karena itulah

tampaknya mengapa Tuhan Yesus Kristus memusatkan perhatian-Nya kepada anak-anak dan

melayani mereka dengan sentuhan kasih, percakapan, kebersamaan bahkan menganugerahkan

mereka berkat.

Tuhan Yesus Kristus sangat peduli dengan anak-anak. Ia menganggap anak-anak sama

pentingnya dengan orang dewasa. Itu sebabnya Tuhan Yesus Kristus tidak ingin anak-anak yang

masih kecil disesatkan imannya. Usia anak-anak adalah usia di mana anak mudah percaya

terhadap apa yang dikatakan, diajarkan. Dalam konteks ini Tuhan Yesus Kristus menghendaki

supaya anak-anak beroleh pengajaran yang benar, bukan yang menyesatkan, sehingga anak

tersebut tetap ada dalam kebenaran firman Tuhan (Mat. 18:14). Tuhan Yesus Kristus

mengingatkan murid-murid agar jangan sampai mereka bertindak sebagai pelaku-pelaku yang

menyesatkan salah satu dari anak-anak yang sudah diterima dalam Kerajaan Sorga (Nehemiah,

2005, h. 136). Dari hal-hal di atas dapat dikatakan bahwa sesungguhnya anak berharga di mata

Tuhan Yesus Kristus. Bukti bahwa anak memiliki peran dan kedudukan dalam Kerajaan-Nya

adalah mengingat Tuhan Yesus Kristus memerintahkan murid-murid-Nya belajar dari anak kecil

yang bergantung sepenuhnya kepada orang tuanya.

Lukas 18:15-26. Untuk menemukan signifikansi dan kedudukan anak dalam

Perjanjian Baru, maka tidak lain adalah dengan melihat sikap penerimaan dan penghargaan

Tuhan Yesus Kristus terhadap anak-anak. Melalui studi kepustakaan yang dilaksanakan oleh

penulis ditemukan bahwa Tuhan Yesus Kristus sangat mengasihi anak-anak, sehingga Ia

menyatakan betapa bernilainya anak-anak sejak dari dalam kandungan ibunya. Ketika Tuhan

Yesus Kristus datang ke dunia ini melalui proses dikandung dalam rahim Maria, kemudian

dilahirkan, itu menunjukkan nilai anak dalam kandungan harus diterima dan dipelihara, supaya

menjadi generasi yang mempermuliakan sang penciptanya, di dalam dan melalui Tuhan Yesus

Kristus (B.S, Sidjabat, 2008, h. 62). Pentingnya masa anak-anak secara umum, pentingnya masa

anak-anak di mata Tuhan, pentingnya anak-anak di mata Kristus, dan pentingnya anak-anak

dalam sejarah Kerajaan Allah harus dipahami seorang pendidik anak (Stephen Tong, 2013, h. 1-

21).

Kitab injil memberikan informasi bahwa Tuhan Yesus Kristus pun memperdulikan

anak-anak kecil. Ketika sejumlah orang tua membawa anak-anak mereka kepada-Nya, Dia

menyambut dan menumpangkan tangan atas mereka (Mat. 19:15). Sebelumnya, murid-murid

melarang orang tua itu, dan mencegah mereka membawa anak-anak kepada Sang Guru. Namun

sebaliknya Yesus menegaskan supaya anak-anak jangan dihalangi untuk datang kepada-Nya

(Mat.19:14). Bandingkan dengan pandangan Stanley Heath dalam bukunya “Teologi

Pendidikan Anak”, menyatakan bahwa rahasia sukses yang terutama dalam pelayanan rohani

adalah sikap dasar pelayanan kita dan Yesus sendiri mengatakannya. Beliau mengutip dari ayat-

ayat ini. Matius 19:14, tetapi Yesus berkata: "Biarkanlah anak-anak itu, janganlah menghalang-

halangi mereka datang kepada-Ku; sebab orang-orang yang seperti itulah yang empunya

Kerajaan Sorga." Markus 9:42, "Barangsiapa menyesatkan salah satu dari anak-anak kecil yang

Page 9: PERSEPSI JEAN CHARLIER DE GERSON DAN TUHAN YESUS …

MONTESSORI JURNAL PENDIDIKAN KRISTEN ANAK USIA DINI

53

percaya ini, lebih baik baginya jika sebuah batu kilangan diikatkan pada lehernya lalu ia

dibuang ke dalam laut. Beliau juga berpendapat bahwa setiap anak yang sudah ataupun belum

percaya, sangat berharga di mata Tuhan.

Tuhan Yesus Kristus mengungkapkan hal ini secara lebih sederhana lagi; “Biarkanlah

anak-anak itu, jangan menghalang-halangi mereka mereka datang kepadaKu; sebab orang-

orang yang seperti itulah yang empunya kerajaan sorga” (Mat 19:14). Anak-anak selalu terkait

kepada Tuhan Yesus, dan Ia tidak pernah menyuruh mereka menunggu sampai mereka benar-

benar mengerti dahulu tentang konsep teologi sebelum ataupun menegor mereka. Sebaliknya, “

Ia meletakkan tangannya atas mereka” (Mat 19:15) Ia menjamah mereka dan menasihati orang-

orang dewasa agar bertobat dan menjadi seperti anak kecil”, Matius 18:3 (Judith, h. 10). Sangat

jelas bahwa, anak-anak mempunyai tempat istimewa dalam hati Allah (Judith, h. 10). Itulah

sebabnya Tuhan Yesus sangat perduli dan mementingkan anak-anak. Demikianlah seharusnya

dapat dilakukan oleh gereja pada saat ini bahwa anak-anak sangat perlu untuk diperhatikan baik

secara jasmani maupun secara rohani. Dengan asupan Pendidikan Agama Kristen (PAK) yang

diberikan akan mengantar anak menjadi pribadi yang takut akan Tuhan dan anak akan memiliki

spiritualitas yang baik.

Kalau bagi TuhanYesus Kristus anak-anak sangat bernilai, maka bagi warga gereja atau

sebagai murid-murid-Nya demikianlah sepatutnya. Dia meninggalkan teladan sebagaimana

dilaporkan Kitab Injil supaya meneladaninya (Sidjabat, h. 93). Merupakan kebiasaan bagi ibu-

ibu untuk membawa anak-anak mereka kepada seorang Rabi yang terkenal pada hari ulang

tahun mereka yang pertama, agar Rabi itu dapat memberkati mereka. Itulah juga yang

diharapkan oleh ibu-ibu itu dari Yesus.

Orang Kristen tidak boleh berpikir bahwa para murid itu sulit dan kasar. Adalah

perasaan kasih mereka kepada Tuhan Yesus Kristus yang menjadikan mereka berlaku

sebagaimana adanya. Tuhan Yesus Kristus sedang dalam perjalanan ke Yerusalem untuk mati di

kayu salib. Para murid itu dapat melihat di wajah Yesus ketegangan batin, dan mereka tidak

mau Yesus diganggu lagi dalam keadaan yang seperti itu (William, h. 332). Persepsi yang

berbeda bahwa sesungguhnya murid-murid Tuhan Yesus memandang anak-anak itu sebagai

gangguan. Namun, Tuhan Yesus mengasihi mereka (Handbook, h. 591).

Ajaran dan teladan Tuhan Yesus tentang peran dan kedudukan anak dalam kerajaan-

Nya adalah model bagi keluarga, gereja, sekolah, dan masyarakat dalam merencanakan,

mengembangkan dan melaksanakan Pendidikan Agama Kristen (PAK) terhadap anak. Tuhan

Yesus Kristus memandang anak dan orang dewasa sama-sama bernilai dan berharga di hadapan-

Nya (bnd. Mrk. 10:14; Mat. 19:14; Luk. 18:16). Bahkan, Tuhan Yesus juga datang untuk

menyelamatkan mereka (Mat. 18:14). Oleh karena itu, mereka juga berhak untuk memperoleh

pelayanan pendidikan yang berkualitas. Secara keseluruhan, dari catatan para penginjil tampak

jelas bahwa Yesus bersikap positif dan menilai anak secara tinggi.

Keutamaan Pendidikan Agama Kristen Anak

Paling tidak ada enam alasan mengapa anak-anak perlu dilayani, yaitu (Ukri, http://e-

jurnal.ukrimuniversity.ac.id/file/P112.pdf): Pertama, karena Tuhan mencintai anak-anak. Anak

merupakan berkat yang dianugerahkan Tuhan bagi keluarga dan Tuhan menerima serta

mengasihi mereka. Bahkan, Tuhan tidak hanya mengasihi anak-anak, namun juga bernilai di

mata-Nya (bnd. Kej. 4:1; Mat. 14:21; Mrk. 9; Luk. 9). Kedua, karena anak-anak sangat terbuka

bila diajar tentang Tuhan (bnd. Ef. 6: 4). Ketiga, karena mengajarkan mengenai Tuhan kepada

anak-anak merupakan perintah Tuhan (Ul. 6:4-9). Pengajaran tentang Tuhan terhadap anak-anak

harus dilaksanakan oleh orang tua dengan cara berulang-ulang, berkesinambungan, kapanpun

dan dimanapun. Keempat, karena pengajaran dan pelayanan di awal kehidupan anak-anak (sejak

dini) merupakan nilai kehidupan yang akan bertahan sangat lama. Pengajaran atau pelayanan

Page 10: PERSEPSI JEAN CHARLIER DE GERSON DAN TUHAN YESUS …

MONTESSORI JURNAL PENDIDIKAN KRISTEN ANAK USIA DINI

54

orang tua terhadap anak-anak di awal kehidupan mereka akan berdampak secara signifikan bagi

anak sampai mereka dewasa. Bahkan ketika anak sudah menikah dan memiliki keturunan,

pengajaran dan pelayanan di awal kehidupan anak ini akan terus tersimpan dalam memori dan

dapat diingat. Kelima, karena anak-anak perlu ditolong, baik di dalam kedewasaan psikis,

moral, etis, terutama dalam dimensi spiritual. Keenam, karena nilai-nilai sekuler atau tantangan

zaman pada masa kini terus berkembang dan diperlukan ajaran-ajaran Kristen yang benar untuk

mengevaluasi bahkan menolak nilai-nilai sekuler itu. Sejalan dengan nilai sekuler yang terus

berkembang mau tidak mau nilai tersebut akan mempengaruhi karakter dan keyakinan anak-

anak, apalagi anak-anak yang berumur di bawah dua belas tahun tahun mudah menyerap ajaran

atau nilai yang baru tersebut tanpa mangetahui pengaruh dari ajaran tersebut. Bila fondasi

Alkitabnya kuat atau diimbangi dengan pengajaran Kristen, anak dipersiapkan dan

diperlengkapi untuk mampu menangkal dan mengeliminir ajaran-ajaran sekuler yang mereka

terima di sekolah atau di lingkungan mereka.

Ada beberapa hal yang penting dan sangat berperan dalam pembentukan karakter anak,

yaitu: a) Kebenaran. b) Agama. c) Kesulitan, kesengsaraan dan penganiayaan. d) Pembentukan

Roh Kudus (Stephen, 2013, h. 75). Keempat hal ini harus menjadi pusat perhatian dari para

pendidik Kristen di pelbagai konteks agar pertumbuhan dan perkembangan anak secara utuh

dapat tercipta. Dalam buku Arsitek Jiwa I dan II yang ditulis oleh Stephen Tong, nampak jelas

bahwa anak memiliki tempat dan kedudukan khusus di hati Tuhan Yesus Kristus, yang

sepatutnya juga di hati umat-Nya.

Menurut Homrighausen (2008:126), ada beberapa metode yang sesuai untuk anak-anak:

bercerita, bercakap-cakap, melihat gambar-gambar, menggambar sendiri, membangunkan

gedung gereja dari blok kayu, melakonkan cerita Kitab Suci, memakai papan flanel, berdoa dan

bernyanyi bersama, menghafal ayat-ayat Alkitab, dan kidung-kidung gereja, membuat sesuatu

bagi orang lain, dan turut mengambil bagian dalam segala pernyataan hidup di gereja. Dalam

hal ini, seorang pendidik anak dalam pelbagai konteks terpanggil untuk tidak hanya mengetahui

pelbagai metode secara teoritis, namun harus dapat menerapkannya dalam membelajarkan anak.

Pendidikan Agama Kristen (PAK) Anak tidak lepas daripada Alkitab (Bibliosentris),

sebab pada hakikatnya Pendidikan Agama Kristen (PAK) Anak bersumber pada Alkitab. Baik

pokok pikiran, tujuan, metode, evaluasi dan berbagai hal dalam Pendidikan Agama Kristen

(PAK) Anak tidak dapat dipisahkan dari Alkitab. Firman Tuhan merupakan sumber

keselamatan, kebenaran, hikmat dan pengetahuan (bnd. Kol. 2:3). Alkitab juga melaporkan

bahwa Tuhan tidak hanya sekedar menciptakan langit bumi dan segala isinya, namun segala

sesuatu yang diciptakan untuk hormat dan kemuliaan-Nya. Sebagai Pencipta dan Pemilik segala

sesuatu, Tuhan adalah sumber kebenaran mutlak (absolut). Ketika Fondasi Alkitab ditiadakan

dari proses pendidikan dari jenjang tertinggi sampai terendah, maka pendidikan tersebut

hanyalah kesia-siaan semata. Pendidikan yang direncanakan, dilaksanakan, dievaluasi dan

dikembangkannya akan menjadi praksis yang keliru dan mengingkari Tuhan sebagai sumber

keselamatan, kebaikan, kebenaran, hikmat dan pengetahuan. Apapun yang diajarkan kepada

anak-anak harus berpusat pada Alkitab. Salah satu pendiri Association of Christian Schools

International (ACSI), Roy W. Lorie mengemukakan bahwa, tidak ada satu pelajaran pun dapat

diajarkan kepada peserta didik dengan tuntas dalam kebenarannya jika Sang Pencipta diabaikan

atau disangkal. Pendidikan Agama Kristen (PAK) bagi anak yang harus dikelola dalam pelbagai

konteks adalah pendidikan yang melahirkan anak-anak yang semakin terpesona, kagum, hormat

dan mengasihi Tuhan di seantero hidupnya.

Pendidikan, pemeliharaan dan pengasuhan anak di konteks keluarga, gereja dan sekolah

mengajarkan kebergantungan anak terhadap kebaikan, kasih, dan anugerah Tuhan. Pengenalan

Page 11: PERSEPSI JEAN CHARLIER DE GERSON DAN TUHAN YESUS …

MONTESSORI JURNAL PENDIDIKAN KRISTEN ANAK USIA DINI

55

akan Tuhan memperlengkapi peserta didik untuk mengetahui dan memahami rencana hidupnya

dari perspektif Tuhan. Bagi mereka yang berkecimpung dalam Pendidikan Agama Kristen

(PAK) Anak harus meyakini, bahwa: Alkitab adalah pusat pengajaran Kristen sumber

kebenaran dan pengajaran moral, Alkitab adalah otoritas tertinggi bagi iman dan perbuatan dan

sumber perintah untuk pengajaran (pendidikan) - (2 Tim. 3:16, Ul. 6, Mat. 28).

Dari rangkaian ulasan di atas, nampak jelas bahwa terdapat kesesuaian persepsi antara

Jean C. D. Gerson dengan Tuhan Yesus Kristus mengenai anak. Dari fondasi biblis dan teologis

yang dipergunakan Jean C. D. Gerson mengenai pelayanan anak pada abad pertengahan,

nampak jelas bahwa ia terinspirasi dan termotivasi dari Tuhan Yesus Kristus Sang Guru Agung.

Anak memiliki kedudukan yang sama dengan orang dewasa, maka melayani anak tidak

mengurangi harkat dan martabat seorang teolog. Pendidikan Agama Kristen (PAK) bagi Anak

adalah pelayanan yang sangat bernilai.

Inspirasi dan motivasi dari Jean C. D. Gerson dan Tuhan Yesus Kristus bagi teorikus dan

praktisi Pendidikan Agama Kristen Anak di masa kini dan mendatang antara lain;

1. Seorang yang bergerak di dunia pelayanan anak harus menjadikan ajaran dan teladan

Tuhan Yesus tentang peran dan kedudukan anak dalam kerajaan-Nya sebagai model

bagi keluarga, gereja, sekolah, dan masyarakat dalam merencanakan, mengembangkan

dan melaksanakan Pendidikan Agama Kristen (PAK) terhadap anak;

2. Seorang yang bergerak di dunia pelayanan anak harus menyadari bahwa Alkitab adalah

sumber pertama dan utama dalam membangun teori dan praktik Pendidikan Agama

Kristen (PAK) Anak, di samping fondasi Psikologis, Sosiologis, Filosofis, Teknologi,

Linguistik, dan lain-lain;

3. Seorang yang bergerak di dunia pelayanan anak harus menerima dan menghargai anak

sebagaimana adanya;

4. Seorang yang bergerak di dunia pelayanan anak tidak lebih rendah martabatnya jika

dibandingkan dengan pelayanan orang dewasa;

5. Seorang yang bergerak di dunia pelayanan anak harus menyadari bahwa sejatinya,

pelayanan kepada anak adalah pelayanan Kristen yang tertinggi;

6. Seorang yang bergerak di dunia pelayanan anak harus memahami bahwa anak lebih

mudah dipengaruhi melalui pujian daripada hukuman, pengertian daripada ancaman,

kasih sayang daripada perkataan kotor, senyuman daripada muka yang muram;

7. Seorang yang bergerak di dunia pelayanan anak harus mengetahui bahwa mendidik

anak bukanlah perkara sepele, maka ia haruslah memahami anak secara fisik,

psikologis, sosial, moral, dan iman. Artinya, harus mampu menyesuaikan diri dengan

pertumbuhan dan perkembangan anak-anak;

8. Seorang yang bergerak di dunia pelayanan anak harus menyadari bahwa ada pelbagai

masalah anak yang harus diatasi agar mereka dapat bertumbuh dan berkembang secara

utuh;

9. Seorang yang bergerak di dunia pelayanan anak harus terus belajar dan belajar

mengenai pendekatan dan metode dalam pembelajaran. Diharapkan pendekatan dan

metode yang digunakan sesuai dengan konteksnya.

10. Seorang yang bergerak di dunia pelayanan anak harus mengembangkan kreativitas dan

inovasi media pembelajaran bagi anak agar anak terfasilitasi bertumbuh sesuai dengan

perkembangannya. Misalnya, buku cerita, film animasi, drama, dll.

11. Seorang yang bergerak di dunia pelayanan anak harus menyadari bahwa generasi

unggul akan terbentuk jika Pendidikan Agama Kristen (PAK) bagi Anak dilaksanakan

secara sadar, sungguh-sungguh, terencana dan berkesinambungan.

12. Seorang yang bergerak di dunia pelayanan anak harus menyadari bahwa mendidik anak

adalah tugas semua pihak, walaupun yang menjadi pendidik utama adalah orangtua di

Page 12: PERSEPSI JEAN CHARLIER DE GERSON DAN TUHAN YESUS …

MONTESSORI JURNAL PENDIDIKAN KRISTEN ANAK USIA DINI

56

tengah keluarga. Itu sebabnya, menjalin sinergi antara keluarga, gereja, sekolah dan

masyarakat adalah langkah strategis agar generasi unggul dapat terwujud.

SIMPULAN DAN SARAN

Pendidikan Agama Kristen (PAK) terhadap anak dimaksudkan untuk membawa anak-

anak agar memiliki spiritualitas yang sehat, yang diwujudnyatakan dengan komitmen dan

memiliki pengakuan iman yang teguh bahwa Tuhan Yesus Kristus adalah Mesias Anak Allah,

kecintaan terhadap Alkitab, serta piawai dalam menyikapi pelbagai tantangan hidup di masa

kini dan mendatang. Untuk mencapai hal ini, maka Pendidikan Agama Kristen (PAK) terhadap

anak harus dikelola dengan berpusat pada firman Allah (Alkitab), serta memanfaatkan

sumbangan pemikiran dari disiplin ilmu lain, seperti Psikologi. Jean C. D. Gerson dan Tuhan

Yesus Kristus adalah inspirator dan motivator bagi orangtua di tengah keluarga, hamba Tuhan

di konteks gereja dan guru di sekolah di masa kini dan mendatang. Kedudukan anak sama

dengan orang dewasa. Sejatinya, pelayanan kepada anak adalah pelayanan Kristen yang

tertinggi. Bangga dan bersemangatlah, hai pribadi-pribadi yang berkecimpung dalam dunia

pendidikan anak! Namun, alangkah beratnya tugas ini. Oleh karena itu, bersandarlah hanya

kepada Tuhan Yesus Kristus dan kerjakanlah dengan tulus dan tekun!.

Yang terutama dalam Pendidikan Agama Kristen (PAK) Anak adalah dalam konteks

rumah tangga yaitu ditangani oleh orangtuanya (Ul. 6:4-9). Sikap yang tepat di masa kini dan

mendatang adalah: pertama, iman anak dibentuk dalam konteks keluarga, yaitu diinjili dan

dibina oleh ayah dan ibunya sendiri. Kedua, Gereja, Sekolah Minggu di samping memberikan

bahan tambahan, merupakan tempat melatih iman anak agar berkembang dalam konteks

kebersamaan dengan anak-anak Kristen lainnya. Ketiga, Sekolah, Pendidikan Anak Usia Dini

(PAUD) dan Sekolah Dasar (SD), di samping tempat memperoleh ilmu, pengetahuan dan

pelbagai hal, merupakan tempat anak untuk mewakili Yesus dan menghayati Alkitab, sebagai

kesaksian positif di hadapan anak-anak lainnya. Keempat, masyarakat di lingkungannya

haruslah mengkondisikan anak agar bertumbuh dan berkembang secara utuh ke arah yang lebih

baik. Peninjauan terhadap persepsi tokoh Pendidikan Agama Kristen (PAK) seyogianya

memotivasi, menginspirasi dan membangkitkan semangat sebagai seorang pendidik iman bagi

anak di pelbagai konteks.

DAFTAR PUSTAKA

Avey E. Albert E. (1954). Handbook in The History of Philosophy. New York: Barnes & Noble,

Inc.

Barclay, William. (2010). Pemahaman Alkitab Setiap Hari. Jakarta: BPK Gunung Mulia.

Boehlke, Robert R. (2009). Sejarah Perkembangan Pikiran Dan Praktik PAK. Jakarta: BPK

Gunung Mulia.

GP, Harianto. (2012). Pendidikan Agama Kristen Dalam Alkitab Dan Dunia Pendidikan Masa

Kini. Surabaya: ANDI.

________. (2014). Handbook to the Bible. Bandung: Kalam Hidup.

Https://www.encyclopedia.com/social-sciences/applied-and-social-sciences-magazines/gerson-

jean-de.

Heath, Stanley. 2005). Teologi Pendidikan Anak. Bandung: Kalam Hidup.

Homrighausen, E.G. & I.H.Enklaar. (2008) Pendidikan Agama Kristen. Jakarta: BPK Gunung

Mulia.

Ismail, Andar. (1997). Ajarlah Mereka Melakukan. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1999.

Page 13: PERSEPSI JEAN CHARLIER DE GERSON DAN TUHAN YESUS …

MONTESSORI JURNAL PENDIDIKAN KRISTEN ANAK USIA DINI

57

________. (2014). Selamat Menabur. Jakarta: BPK Gunung Mulia.

________. (1996). Dasar-Dasar Teologis Untuk Pelayanan Anak. Jurnal Pelita Zaman,

Vol. 1 No. 1.

Mimery, Nehemiah. (2005). Komentar Praktis Injil Synopsis (Injil Matius, Markus,

Lukas).Jakarta: Mimery Press..

Nainggolan, Mandimpu Alon. (2014). Diktat Sejarah Pendidikan Agama Kristen.

Ciranjang: STTP Shema.

Nainggolan, Mandimpu Alon, Yanice Janis. Etika Guru Agama Kristen Dan

Relevansinya Terhadap Pendidikan Iman Naradidik. Caraka: Jurnal Teologi

Biblika dan Praktika, Vol. 1 No. 2, 2020, h. 152-163. DOI:

https://doi.org/10.46348/car.v1i2.23

Nainggolan, John M. (2008). Strategi Pendidikan Warga Gereja. Bandung: Bina Media

Informasi.

Pascoe B. Louis (1973). Jean Gerson: principles of church reformation. Netherlands: E. Jebril.

Price, J.M. (2011). Jesus the Teacher. Bandung: LLB.

Setiawan, Mary Go. (2000). Menerobos Dunia Anak. Bandung: Yayasan Kalam Hidup.

Sidjabat, B.S. (2008). Membesarkan Anak Dengan Kreatif . Yogyakarta: ANDI, 2008.

Shelly, Judit Allen (2010). Kebutuhan Rohani Anak. Bandung: Yayasan Kalam Hidup.

Stamps, Donald C. (2013). Alkitab Penuntun Hidup Berkelimpahan. Malang: Gandum Mas.

Stefanus, Daniel. (2009). Sejarah PAK . Bandung: BMI.

Sugiyono (2011). Metode Penelitian Kombinasi. Bandung: Alfa Beta.

Tong, Stephen, (2013). Arsitek Jiwa 1. Surabaya: Momentum.

Ukri. PAK Anak. http://e-jurnal.ukrimuniversity.ac.id/file/P112.pdf. Diunduh 31 Oktober 2020.