PERSEPSI AUDITOR TERHADAP KEAHLIAN AUDITOR …eprints.ums.ac.id/59400/12/NASKAH PUBLIKASI.pdf ·...
Transcript of PERSEPSI AUDITOR TERHADAP KEAHLIAN AUDITOR …eprints.ums.ac.id/59400/12/NASKAH PUBLIKASI.pdf ·...
PERSEPSI AUDITOR TERHADAP KEAHLIAN AUDITOR
FORENSIK, KEAHLIAN AUDITOR INVESTIGATIF,
PROFESIONALISME DAN PENGALAMAN KERJA DALAM
PENGUNGKAPAN KORUPSI
Disusun sebagai satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I pada
Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Oleh:
APRILIA MILASARI
B200140337
PROGRAM STUDI AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2018
i
ii
iii
1
PERSEPSI AUDITOR TERHADAP KEAHLIAN AUDITOR FORENSIK,
KEAHLIAN AUDITOR INVESTIGATIF, PROFESIONALISME DAN
PENGALAMAN KERJA DALAM PENGUNGKAPAN KORUPSI
Abstraksi
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis persepsi auditor terhadap keahlian
auditor forensik, keahlian auditor investigatif, profsionalisme dan pengalaman
kerja dalam pengungkapan korupsi. Penelitian ini dilakukan pada kantor
inspektorat kota Surakarta, inspektorat kabupaten Karanganyar dan inspektorat
kabupaten Boyolali. Teknik penentuan sampel yang digunakan dalam penelitian
ini adalah convenience sampling dengan jumlah sampel sebanyak 46 responden.
Analisis data menggunakan regresi linear berganda. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa keahlian auditor forensik dan keahlian auditor investigatif berpengaruh
terhadap pengungkapan korupsi, sedangkan profesionalisme dan pengalaman
kerja tidak berpengaruh terhadap pengungkapan korupsi.
Kata kunci : pengungkapan korupsi, keahlian auditor forensik, keahlian auditor
investigatif, profesionalisme, pengalaman kerja.
Abstract
The purpose of this research is to analyze the perceptions of the auditors on the
auditor forensic’s skill, investigative auditor expertise, professionalism and
woeking experience on the disclosure of corrueption. This research was conducted
at the office of the Inspectorate Surakarta, inspectorate Karanganyar Regency and
inspectorate Boyolali Regency. The technique of determination of the sample used
in this research is convenience sampling with the total sample as much of the 46
respondents. Data analysis using multiple linear regression. The results showed
that the expertise of forensic auditors and auditor investigative expertise to
disclosure of corruption, while the professionalism and work experience have no
effect on the disclosure of corruption.
Keywords : disclosure of corruption, forensic auditor expertise, investigative
auditor expertise, professionalism, work experience
1. PENDAHULUAN
The Association of Certified Fraud Examiners (ACFE) mengklasifikasikan
kecurangan (fraud) dalam bentuk fraud tree yaitu sistem klasifikasi mengenai hal-
hal yang ditimbulkan oleh kecurangan, yang terbagi dalam 3 (tiga) jenis atau
tipologi berdasarkan perbuatan yaitu penyimpangan atas asset (asset
misappropriation), pernyataan palsu atau salah pernyataan (fraudulent statement)
2
dan korupsi (corruption). Fraud adalah sebuah masalah yang semakin
berkembang dewasa ini. Pelaku-pelaku yang melakukan fraud pun saat ini tidak
hanya terbatas pada golongan atas, namun sudah banyak yang menyentuh lapisan
bawah. Hal ini tentu menjadi salah satu yang perlu kita waspadai dan peduli
terhadap sekeliling tempat kita bekerja.
Kasus mengenai kecurangan (fraud) sudah banyak terjadi di indonesia menurut
hasil survey fraud yang dilakukan oleh Association of Fraud Examiners (ACFE)
Indonesia yang bekerjasama dengan Pusat Penelitian dan Pencegahan Kejahatan
Kerak Putih (P3K2P), korupsi merupakan kasus fraud yang paling banyak terjadi
di Indonesia. Korupsi terjadi dalam 67% kasus di dalam survey tersebut, diikuti
oleh pemindahan aset sebanyak 31% dan kecurangan laporan keuanan sebanyak
2%. Jumlah kerugian yang disebabkan oleh korupsi dapat mencapai hingga 10
milyar rupiah sedangkan oleh pemindahan aset mencapai lebih besar lagi dari
angka tersebut. Korupsi dianggap sebagai bentuk fraud yang paling merusak
dikarenakan jumlah kasusnya yang paling banyak di indonesia. (Survei Fraud
Indonesia, 2016)
Perkembangan ilmu akuntansi telah memasuki wilayah investigasi dan forensik
untuk mendeteksi kecurangan. Permasalahan dan solusi mengenai kecurangan
biasanya dipandang dari sudut ekonomi, sosiologi, budaya, sistem pemerintahan
maupun segi hukum. Namun pada segi akuntansi, masih jarang terlihat kontribusi
nyata dari akuntan dalam melawan kecurangan (fraud). Dalam hal ini para
akuntan dituntut untuk memiliki kemampuan yang lebih dalam bidang akuntansi
yang didukung oleh pengetahuan luas di bidang ekonomi, keuangan, perbankan,
perpajakan, bisnis, teknologi informasi, dan tentunya pengetahuan di bidang
hukum. (Rika, 2016).
Fraud atau kecurangan adalah objek utama dari akuntansi forensik dan
dibuktikan dalam audit investigatif. Akuntansi forensik adalah penerapan disiplin
ilmu akuntansi dalam arti luas, termasuk auditing, pada masalah hukum untuk
penyelesaian hukum di dalam atau di luar pengadilan, di sektor publik maupun
privat. Pada awalnya akuntansi forensik merupakan perpaduan yang sederhana
antara akuntansi dan hukum, tetapi pada kasus yang lebih rumit ada tambahan
3
ilmu yang terkandung dalam akuntansi forensik yaitu ilmu audit. (Tuanakotta,
2014). Audit forensik lebih menekankan proses pencarian bukti serta penilaian
kesesuaian bukti atau temuan audit tersebut dengan ukuran pembuktian yang
dibutuhkan untuk proses persidangan. Audit forensik merupakan perluasan dari
penerapan prosedur audit standar ke arah pengumpulan bukti untuk kebutuhan
persidangan di pengadilan. Dalam membuktikan apakah seseorang melakukan
kecurangan (fraud) harus didukung oleh alat-alat bukti yang kuat, sedangkan
untuk memperoleh alat bukti yang kuat diperlukan metode yang tepat dan relevan
salah satu metode yang digunakan yaitu jasa auditor forensik (Hakim, 2014).
Dalam hal ini keahlian auditor forensik sangat dibutuhkan.
Masalah yang dihadapi indonesia saat ini adalah kecurangan yang berupa
korupsi. Tidak mudah dalam menyelesaikan kasus-kasus tersebut karena harus
melalui prosedur yang tepat untuk memperoleh bukti yang kuat. Audit investigatif
merupakan salah satu cara yang efektif untuk mengungkap kecurangan yang
terjadi karena audit investigatif ini dilakukan oleh seorang ahli akuntansi dan audit
dalam pengungkapan kecurangan tersebut. (Ni Wayan, 2016). Audit investigatif
merupakan upaya pembuktian, umumnya pembuktian ini berakhir di pengadilan
dan ketentuan hukum acara yang berlaku dengan menerapkan beberapa teknik.
Audit investigatif dilakukan oleh auditor yang disebut auditor investigatif. Dalam
pelaksanaan audit investigatif, auditor harus memiliki kemampuan untuk
membuktikan adanya kecurangan yang mungkin terjadi dan belum terdeteksi oleh
berbagai pihak. prosedur dan teknik dalam proses penyelidikan harus sesuai
dengan ketentuan dan standar yang berlaku.
Hal ini menuntut setiap auditor harus memiliki sikap profesionalisme dalam
melakukan tugasnya. Hal ini berarti auditor dituntut untuk memiliki keterampilan
umum yang dimiliki auditor pada umumnya dan merencanakan serta
melaksanakan pekerjaan menggunakan keterampilan dan kemahiran
profesionalnya dengan cermat dan seksama. Penggunaan kemahiran profesional
dengan cermat dan seksama, memungkinkan auditor untuk memperoleh
keyakinan memadai bahwa laporan keuangan bebas dari salah saji material, baik
4
yang disebabkan oleh kekeliruan maupun kecurangan. (Marcellina dan Sugeng,
2009).
Pengalaman audit ditunjukkan dengan jam terbang auditor dalam melakukan
prosedur audit terkait dengan pemberian opini atas laporan auditnya. Auditor yang
telah memiliki banyak pengalaman tidak hanya akan memiliki kemampuan untuk
menemukan kekeliruan (error) atau kecurangan (fraud) yang tidak lazim yang
terdapat dalam laporan keuangan tetapi juga auditor tersebut dapat memberikan
penjelasan yang lebih akurat terhadap temuannya tersebut dibandingkan dengan
auditor yang sedikit pengalamannya (Ansah dan Kushasyandita, 2014).
Penelitian ini merupakan kombinasi dari penelitian Isam Ahmad Fauzan,
Pupung Purnamasari dan Hendra Gunawan (2015), Sastiana dan Sumarlin (2016)
dan Ni Wayan Puspita dan I Wayan Ramatha (2016) yang mana penelitian ini
menguji kembali pengaruh audit forensik dan audit investigatif terhadap
kecurangan atau korupsi dimana penelitian ini menambahkan variabel
profesionalisme dan pengalaman kerja.
Perbedaan selanjutnya, peneliti menggunakan objek penelitian yang berbeda
yaitu kantor Inspektorat sedangkan penelitian sebelumnya menggunakan objek
kantor Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP). Berdasarkan
latar belakang masalah yang telah dipaparkan di atas, maka peneliti tertarik
melakukan penelitian mengenai persepsi auditor atas pengaruh keahlian auditor
forensik, keahlian auditor investigatiatif, profesionalisme dan pengalaman kerja
dalam pengungkapan korupsi.
2. METODE PENELITIAN
2.1 Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pegawai di kantor Inspektorat,
sedangkan sampel penelitian ini adalah auditor pemerintah dan Aparat
Pengawasan Internal Pemerintah (APIP) yang bekerja di kantor Inspektorat Kota
Surakarta, Inspektorat Kabupaten Boyolali dan Inspektorat Kabupaten
Karanganyar. Metode pengambilan sampling dilakukan secara non probability
5
sampling dengan teknik convenience sampling (pemilihan sampel berdasarkan
kemudahan).
2.2 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel
2.2.1 Variabel Dependen
2.2.1.1 Pengungkapan Korupsi
Pengungkapan korupsi yaitu tindakan untuk menunjukkan, membuktikan,
menyikap tentang penyelewengan atau penyalahgunaan uang negara (perusahaan
dsb) untuk keuntungan pribadi atau orang lain. Variabel ini diukur menggunakkan
skala likert mulai poin 1 yang menyatakan tidak setuju sampai dengan poin 5
yang menyatakkan sangat setuju. Variabel pengungkapan korupsi diukur dengan 9
item pertanyaan.
2.2.2 Variabel Independen
2.2.2.1 Keahlian Auditor Forensik
Keahlian auditor forensik datang dari kemampuanya dalam bidang
akuntansi dan audit, pajak, operasi bisnis, manajemen, pengendalian intern,
hubungan interpersonal dan komunikasi. Sehingga keahlian merupakan dasar
yang positif dimiliki seorang auditor forensic untuk mendukung penugasanya
dalam pengungkapan korupsi. Variabel ini diukur menggunakkan skala likert
mulai poin 1 yang menyatakan tidak setuju sampai dengan poin 5 yang
menyatakkan sangat setuju. Variabel keahlian auditor forensik diukur dengan 9
item pertanyaan.
2.2.2.2 Keahlian Auditor Investigatif
Keahlian auditor investigatif adalah keahlian untuk mencari, menemukan
dan mengumpulkan bukti secara sistematis yang bertujuan untuk mengungkapkan
kecurangan atau korupsi Variabel ini diukur menggunakkan skala likert mulai
poin 1 yang menyatakan tidak setuju sampai dengan poin 5 yang menyatakkan
sangat setuju. Variabel keahlian auditor investigatif diukur dengan 21 item
pertanyaan.
6
2.2.2.3 Profesionalisme
Profesionalisme merupakan elemen dari motivasi yang memberikan
sumbangan pada seseorang agar mempunyai kinerja tugas yang tinggi.
Profesionalisme sangat penting bagi auditor unuk menjalankan tugasnya. Variabel
ini diukur menggunakkan skala likert mulai poin 1 yang menyatakan tidak setuju
sampai dengan poin 5 yang menyatakkan sangat setuju. Variabel profesionalisme
diukur dengan 6 item pertanyaan.
2.2.2.4 Pengalaman Kerja
Pengalaman kerja adalah pengalaman auditor dalam melakukan audit yang
dilihat dari segi lamanya bekerja sebagai auditor dan banyaknya tugas
pemeriksaan yang telah dilakukan. Variabel ini diukur menggunakkan skala likert
mulai poin 1 yang menyatakan tidak setuju sampai dengan poin 5 yang
menyatakkan sangat setuju. Variabel pengalaman kerja diukur dengan 6 item
pertanyaan.
2.3 Metode Analisis Data
Penelitian menggunakan metode analisis regresi linear berganda yang
bertujuan untuk menguji hubungan variabel independen terhadap variabel
dependen. Model regresi berganda dalam penelitian ini dinyatakan sebagai berikut
:
KOR = α + β1KF + β2KL+ β3PA+ β4PK + е
Dimana :
KOR = Pengungkapan Korupsi
α = Konstanta
β1, β2, β3, β4 = Koefisien regresi
KF = Keahlian Auditor Forensik
KL = Keahlian Auditor Investigatif
PA = Profesionalisme
PK = Pengalaman Kerja
е = Variabel Residual (tingkat kesalahan)
7
3. HASIL DAN PEMBAHSAN
3.1 Uji Regresi Linear Berganda
Tabel 1
Uji Regresi Linear Berganda
B T Sig (p-value)
Constant -1,214 -0,546 0,588
Keahlian Auditor Forensik
(KF)
-0,192 -2,150 0,037
Keahlian Auditor Investigatif
(KL)
0,448 7,355 0,000
Profesionalisme (PA) -0,030 -0,421 0,676
Pengalaman Kerja (PK) 0,112 1,114 0,272
Sumber : Data primer 2017, diolah
KOR = -1,214 – 0,192KF + 0,448KL – 0,030PA + 0,112PK + e
Interpretasi dari masing-masing koefisien variabel adalah sebagai berikut :
1) Nilai konstanta -1,214 menunjukkan bahwa keahlian auditor forensik,
keahlian auditor investigatif, profesionalisme dan pengalaman kerja
nilainya 0 maka pengungkapan korupsi akan turun sebesar 1,214
2) Koefisien regresi pada variabel keahlian auditor forensik menunjukkan
sebesar 0,192 dengan nilai negatif. Hal ini berarti bahwa setiap
peningkatan tingkat keahlian auditor forensik maka pengungkapan korupsi
akan menurun sebesar 0,192 dengan asumsi variabel yang lain konstan
3) Koefisien regresi pada variabel keahlian auditor investigatif menunjukkan
sebesar 0,448 dengan nilai positif. Hal ini berarti bahwa setiap peningkatan
tingkat keahlian auditor investigatif maka pengungkapan korupsi akan
meningkat sebesar 0,448 dengan asumsi variabel yang lain konstan
4) Koefisien regresi pada variabel profesionalisme menunjukkan sebesar
0,030 dengan nilai negatif. Hal ini berarti bahwa setiap peningkatan
tingkat profesionalisme maka pengungkapan korupsi akan menurun
sebesar 0,030 dengan asumsi variabel yang lain konstan
8
5) Koefisien regresi pada variabel pengalaman kerja menunjukkan sebesar
0,112 dengan nilai positif. Hal ini berarti bahwa setiap peningkatan tingkat
pengalaman kerja maka pengungkapan korupsi akan meningkat sebesar
0,112 dengan asumsi variabel yang lain konstan.
3.2 Pembahasan
1) Variabel keahlian auditor forensik diketahui nilai (-2,150) lebih
besar daripada (2,019) dan dapat dilihat dari nilai signifikansi 0,037 <
α = 0,05 , maka diterima artinya keahlian auditor forensik berpengaruh
terhadap pengungkapan korupsi.
2) Variabel keahlian auditor investigatif diketahui nilai (7,355) lebih
besar daripada (2,019) dan dapat dilihat dari nilai signifikansi 0,000 <
α = 0,05 , maka diterima artinya keahlian auditor investigatif
berpengaruh terhadap pengungkapan korupsi.
3) Variabel profesionalisme diketahui nilai (-0,421) lebih kecil
daripada (2,019) dan dapat dilihat dari nilai signifikansi 0,676 > α =
0,05 , maka ditolak artinya profesionalisme tidak berpengaruh terhadap
pengungkapan korupsi.
4) Variabel pengalaman kerja diketahui nilai (1,114) lebih kecil
daripada (2,019) dan dapat dilihat dari nilai signifikansi 0,272 > α =
0,05 , maka ditolak artinya pengalaman kerja tidak berpengaruh terhadap
pengungkapan korupsi.
4. PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa keahlian auditor
forensik dan keahlian auditor investigatif berpengaruh terhadap pengungkapan
korupsi, sedangkan profesionalisme dan pengalaman kerja tidak berpengaruh
terhadap pengungkapan korupsi.
9
4.2 Keterbatasan
Penelitian ini mempunyai beberapa keterbatasan, namun diharapkan
keterbatasan ini tidak mengurangi manfaat yang ingin dicapai. Beberapa
keterbatasan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1) Penelitian ini tidak mencakup keseluruhan kantor inspektorat di Eks
Karisidenan Surakarta sehingga hasil penelitian terbatas generalisasinya.
2) Terdapat variabel independen lain yang belum mampu dijelaskan sebesar
11,5% terhadap variabel pengungkapan korupsi, sehingga masih ada
kemungkinan variabel lain yang dapat mempengaruhi pengungkapan korupsi.
3) Data penelitian ini dihasilkan dari instrumen yang didasarkan pada kuesioner
responden, sehingga besar kemungkinan adanya kelemahan yang ditemui
seperti adanya pertanyaan kuesioner yang kurang dipahami oleh responden.
4.3 Saran
Berdasarkan simpulan dan keterbatasan dalam penelitian ini, maka dapat
dijadikan sebagai acuan untuk memberikan saran guna meningkatkan kualitas
penelitian selanjutnya. Adapun saran yang penulis ajukan adalah :
1) Bagi penelitian berikutnya, diharapkan memperluas sampel serta menambah
cakupan penelitian.
2) Peneliti selanjutnya yang tertarik dengan topik serupa, sebaiknya menambah
variabel lain diluar penelitian ini atau bisa menambahkan variabel moderating
maupun intervening.
3) Peneliti selanjutnya disarankan menggunakan metode kualitatif untuk
mengumpulkan data penelitian agar dapat memperkuat hasil penelitian,
pendekatan ini bisa dilakukan dengan wawancara langsung dengan
responden.
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, et al. (2014). “The Role of Forensik Accounting in Reducing Financial
Corruption A Study in Iraq”. ISSN 1833-8119. Vol.9, No.1
Agung Pratomo S.P, Taufiq. (2017). “Pengaruh Independensi, Kompetensi dan
Pengalaman Auditor Aparat Pengawas Intern Pemerintah (APIP)
10
terhadap Pendeteksian Fraud dengan Skeptisme Profesional
sebagai Variabel Intervening pada Perwakilan BPKP Provinsi
Kepulauan Riau”. Vol.8, No.1
Fauzan, Purnamasari dan Hendra Gunawan. (2015). “Pengaruh Akuntansi
Forensik dan Audit Investigasi terhadap Pengungkapan Fraud”.
ISSN : 2460-6561. Vol.2
Ferdiansyah, Reza. (2016). “Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kualitas
Hasil Pemeriksaan Audit Pemerintah”. Jurnal Akuntansi dan
Bisnis. Vol.16, No.2. Hal : 109-121
Ghozali, Imam. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS21.
Edisi 7. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro, 2013.
Hakim, Uminah. (2014). “Eksistensi Akuntansi Forensik dalam Penyelidikan dan
Pembuktian Pidana Korupsi”. Jurnal Unnes. ISSN: 2301-6744.
Vol.3 (1)
Indriantoro dan Supomo. Metodologi Penelitian Bisnis untuk Akuntansi dan
Manajemen. Medan: PT.Madju Medan Cipta, 1999
Karamoy, Herman dan Heince R.N.Wokas. (2015). “Pengaruh Independensi dan
Profesionalisme dalam Mendeteksi Fraud Pada Auditor Internal
Provinsi Sulawesi Utara”. Vol.6, No.2
Lidyah. Rika. (2016). “Korupsi dan Akuntansi Forensik. I-Finance”. Vol.2, No.2
Opi Widyanti. (2016). Pengaruh Profesionalisme dan Keahlian Auditor Forensik
terhadap Pengungkapan Korupsi dengan Kompetensi Bukti
sebagai Variabel Intervening. Skripsi, Jakarta: Fakultas Ekonomi
dan Bisnis Universitas Islam Begeri Syarif Hidayatullah.
_____________Peraturan Badan Pemeriksa Keuangan Nomor 3 tahun 2010
tentang Tata Cara Pemberian Keterangan Ahli. Jakarta. 2010
_____________Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara
Nomor: PER/05/M.PAN/03/2008 tentang Standar Audit Aparat
Pengawasan Intern Pemerintah. Jakarta. 2008
Purjono. 2011. Peran Audit Investigasi Dalam Pemberantasan Korupsi Di
Lingkungan Instansi Pemerintah. Jakarta
11
Rozmita dan Elsa Tiara.(2015). “Pengaruh Pengalaman dan Profesionalisme
Akuntan Forensik terhadap Kualitas Bukti Audit Guna
Mengungkap Fraud”. Jurnal Riset Akuntansi dan Keuangan.
ISSN: 2338-1500. Vol.3, No.1
Kushasyandita, Rr.Sabhrina. (2012). Pengaruh Pengalaman, Keahlian, Situasi
Audit, Etika dan Gender terhadap Ketepatan Pemberian Opini
Auditor melalui Skeptisisme Profesional Auditor. Skripsi.UNDIP.
(tidak dipublikasi)
Sastiana dan Sumarlin. (2016). “Pengaruh Audit Forensik dan Profesionalisme
Auditor terhadap Pencegahan Fraud dengan Kecerdasan Spiritual
sebagai Variabel Moderating pada Perwakilan BPKP Provinsi
Sulawesi Selatan”. Akuntansi Peradaban. Vol.1, No.1
Sastiana. (2016). Pengaruh Audit Forensik dan Profesionalisme Auditor terhadap
Pencegahan Fraud dengan Kecerdasan Spiritual sebagai Variabel
Moderating. Skripsi, Makassar: Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Islam Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar.
Soedarwan DR. (1997). Audit Kecurangan (Fraud Auditing). Yayasan Pendidikan
Internal Auditing
Soejono, Karni. (2000). Auditing : Audit Khusus & Audit Forensik Dalam
Praktek. Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas
Indonesia
Sayyid, Annisa. (2014). “Pemeriksaan Fraud dalam Akuntansi Forensik dan
Audit Investigatif”. Al-Banjari. Vol.12, No.2
Sugiyono. “Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D”. Bandung:
Alfabeta. 2014
Widiyastuti dan Sugeng Pamudji. (2009). “Pengaruh Kompetensi, Independensi
dan Profesionalisme terhadap Kemampuan Auditor dalam
Mendeteksi Kecurangan”. VALUE ADDED. Vol.5, No.2
Tuanakotta, M.Theodorus. Akuntansi Forensik dan Audit Investigatif. Jakarta:
Salemba Empat, 2010
12
_____________Undang-Undang Nomor 20 tahun 2001 tentang Perubahan Atas
Undang-Undang No.31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak
Pidana Korupsi. Jakarta. 2001
_____________Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara
Pidana. Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1981 No.76.
Jakarta. 1981
Widawaty, Zilly Restu. (2015). Pengaruh Kompetensi Auditor Investigatif
terhadap Efektifitas Pelaksanaan Prosedur Audit dalam
Pembuktian Kecurangan. Skripsi, Bandung: Fakultas Ekonomi
Widyatama