PERPARKIRAN KENDARAAN BERMOTOR

35
Enung Sudjana, PERPARKIRAN KENDARAAN BERMOTOR – REKAYASA LALULINTAS 2 Bab I Pendahuluan Setelah bergerak dan sampai ke tempat tujuannya, kendaraan akan berhenti dan harus diparkir, bahkan kadang-kadang ditinggalkan untuk keperluan tertentu. Dengan demikian masih terdapat persoalan rekayasa lalulintas lainnya yang perlu disediki, yaitu persoalan lalulintas dalam keadaan berhenti. Pada umumnya badan jalan adalah pilihan terdekat dan paling gampang untuk parkir. Semakin besar volume lalulintas di jalan, semakin besar pula kebutuhan pelataran parkir. Akibat parkir di badan jalan, walaupun hanya beberapa kendaraan yang diparkir sepanjang ruas jalan, kendaraan-kendaraan itu secara efektif mengurangi lebar jalan dan hal ini berarti mengurangi kapasitas jalan yang bersangkutan. Sebagai gambaran, hanya tiga buah kendaraan yang diparkir pada sebuah ruas jalan sepanjang satu kilometer akan secara efektif mengurangi lebar jalan dari 5,5 meter (18 ft) menjadi tinggal 4,6 meter (15 ft), yaitu dari jalan untuk lalulintas dua arah menjadi satu arah. Jelas bahwa parkir di pinggir jalan harus diatur dan dibatasi. Tetapi kendaraan harus dimungkinkan untuk berhenti pada suatu tempat di tujuan perjalanannya. Oleh karena itu, sebelum usaha mencari suatu penyelesaian dan melakukan tindakan, sebuah survey TEKNIK SIPIL – S1 – UNWIM - 1 -

Transcript of PERPARKIRAN KENDARAAN BERMOTOR

Page 1: PERPARKIRAN KENDARAAN BERMOTOR

Enung Sudjana, PERPARKIRAN KENDARAAN BERMOTOR – REKAYASA LALULINTAS 2

Bab I Pendahuluan

Setelah bergerak dan sampai ke tempat tujuannya, kendaraan akan

berhenti dan harus diparkir, bahkan kadang-kadang ditinggalkan untuk

keperluan tertentu. Dengan demikian masih terdapat persoalan rekayasa

lalulintas lainnya yang perlu disediki, yaitu persoalan lalulintas dalam

keadaan berhenti. Pada umumnya badan jalan adalah pilihan terdekat dan

paling gampang untuk parkir. Semakin besar volume lalulintas di jalan,

semakin besar pula kebutuhan pelataran parkir.

Akibat parkir di badan jalan, walaupun hanya beberapa kendaraan

yang diparkir sepanjang ruas jalan, kendaraan-kendaraan itu secara

efektif mengurangi lebar jalan dan hal ini berarti mengurangi kapasitas

jalan yang bersangkutan. Sebagai gambaran, hanya tiga buah kendaraan

yang diparkir pada sebuah ruas jalan sepanjang satu kilometer akan

secara efektif mengurangi lebar jalan dari 5,5 meter (18 ft) menjadi tinggal

4,6 meter (15 ft), yaitu dari jalan untuk lalulintas dua arah menjadi satu

arah.

Jelas bahwa parkir di pinggir jalan harus diatur dan dibatasi. Tetapi

kendaraan harus dimungkinkan untuk berhenti pada suatu tempat di

tujuan perjalanannya. Oleh karena itu, sebelum usaha mencari suatu

penyelesaian dan melakukan tindakan, sebuah survey harus dilakukan

baik terhadap sumber-sumber parkir maupun terhadap kebutuhan parkir.

Sebelum melakukan survey parkir secara terperinci, agar

diperhatikan bahwa terdapat keperluan yang saling berbenturan diantara

berbagai ‘permintaan’ parkir, yaitu seperti terlihat pada Tabel. Pkr-1. di

bawah ini.

Adalah tugas akhli perlalulintasan mencari keseimbangan antara

kepentingan-kepentingan yang berbenturan ini sejauh mungkin. Hal ini

dilakukannya dengan menyeimbangkan parkir waktu lama dan waktu

parkir pendek. Akan diperhatikannya imbalan parkir di jalan (yaitu pada

TEKNIK SIPIL – S1 – UNWIM - 1 -

Page 2: PERPARKIRAN KENDARAAN BERMOTOR

Enung Sudjana, PERPARKIRAN KENDARAAN BERMOTOR – REKAYASA LALULINTAS 2

kerb atau pinggiran) dan parkir di luar jalan, di bawah tanah atau

bangunan parkir bertingkat, dan menyediakan sesuatu bagi setiap orang.

Tabel. Pkr-1. Berbagai Permintaan Parkir

Penumpang/sopir pribadi

Pemilik toko

Operator kendaraan Umum

Sopir mobil komersial

Lalulintas langsung

Petugas parkirAkhli perlalulintasan

- menghendaki parkir bebas, nyaman bagi kepentingan berbelanja

- menginginkan mudah bongkar muat dan parkir yang menyenangkan bagi pelanggan

- menghendaki jalur bebas/khusus untuk bus agar dapat menepati jadwal waktu

- menginginkan mudah bongkar muat, dan apabila pelataran parkir tidak memadai, mereka akan ‘parkir ganda’

- menghendaki tidak ada kemacetan akibat parkir

- menghendaki parkir bebas di mana saja- ingin menyenangkan setiap orang dan

tetap menjaga kelancaran lalulintas

Banyak pakar yang mengeluarkan pendapat tentang parkir, yang

pada intinya dapat didefinisikan sebagai berikut :

1. Parkir adalah suatu keadaan dimana sebuah kendaraan

ditinggalkan di suatu tempat tertentu oleh pemiliknya dalam jangka

waktu tertentu yang pada saatnya akan diambil kembali oleh

pemiliknya tersebut.

2. Parkir adalah meletakkan kendaraan pada suatu areal tertentu

untuk jangka waktu tertentu pula (durasi parkir tertentu). Atau

dapat dilukiskan dalam gambar berikut :

Masuk Keluar

Gambar. Pkr-1. Ilustrasi Parkir

TEKNIK SIPIL – S1 – UNWIM - 2 -

Pelayanan Parkir(tempat parkir)

Page 3: PERPARKIRAN KENDARAAN BERMOTOR

Enung Sudjana, PERPARKIRAN KENDARAAN BERMOTOR – REKAYASA LALULINTAS 2

Lokasi dimana kendaraan parkir dinamakan fasilitas parkir. Fasilitas

parkir merupakan suatu bagian yang sangat penting dari sebuah sistem

transportasi. Peran fasilitas parkir dalam sebuah sistem transportasi dapat

dilihat dari fungsinya dalam menyediakan tempat untuk menyimpan

kendaraan di tempat-tempat tujuan perjalanan dari pergerakan lalu lintas.

TEKNIK SIPIL – S1 – UNWIM - 3 -

Page 4: PERPARKIRAN KENDARAAN BERMOTOR

Enung Sudjana, PERPARKIRAN KENDARAAN BERMOTOR – REKAYASA LALULINTAS 2

Bab II. Jenis Parkir

Jenis parkir dapat diklasifikasikan menurut beberapa hal, yaitu

sebagai berikut :

1. Menurut penempatannya

2. Menurut sifatnya

3. Menurut jenis kendaraan

4. Menurut tujuan

5. Menurut cara pengelolaannya

2.1. Menurut Penempatannya

Menurut penempatannya, parkir dibagi menjadi dua, yaitu :

1. Parkir di badan jalan (On Street Parking)

2. Parkir di luar jalan (Off street Parking)

2.1.1. Parkir di Badan Jalan (On Street Parking)

Parkir di badan jalan (On Street Parking) adalah parkir yang

menggunakan bagian dari jalan sebagai tempat parkir. Sarana parkir ini

biasanya terletak di pinggir jalan yang secara fisik ditentukan dengan

memberikan pembatas dengan bentuk empat persegi panjang dengan

menggunakan cat atau sejenisnya. Parkir di jalan dapat banyak terlihat

pada daerah pusat kegiatan yang padat, karena tiadanya tempat parkir

khusus. Perlu diperhatikan bahwa kategori ini dapat mempengaruhi arus

lalu lintas jalan tersebut.

Pengoperasian parkir pada badan jalan harus diperhatikan supaya

tidak mengganggu lalu lintas di sekitarnya. Pada tempat-tempat tertentu

kendaraan yang parkir dibatasi untuk tipe-tipe kendaraan tertentu, yaitu

misalnya kendaraan besar tidak diperbolehkan untuk parkir pada tempat

tersebut.

TEKNIK SIPIL – S1 – UNWIM - 4 -

Page 5: PERPARKIRAN KENDARAAN BERMOTOR

Enung Sudjana, PERPARKIRAN KENDARAAN BERMOTOR – REKAYASA LALULINTAS 2

2.1.2. Parkir di Luar Jalan (Off Street Parking)

Tempat parkir di luar jalan (Off Street Parking) adalah tempat parkir

yang tidak menggunakan bagian dari badan jalan sebagai tempat parkir,

tapi merupakan suatu tempat yang sengaja dibangun atau suatu tempat

tertentu yang sengaja dijadikan tempat parkir.

Tempat parkir jenis ini lebih baik dari jenis yang telah disebutkan

sebelumnya. Karena jenis ini tidak mengganggu fasilitas jalan yang sudah

ada. Tapi parkir jenis ini juga mempunyai kelemahan yaitu harus

direncanakan secara khusus yang berarti timbulnya biaya untuk

perencanaan, pembebasan tanah dan konstruksi tambahan.

Bentuk-bentuk dari parkir di luar jalan adalah sebagi berikut:

a. Lapangan Parkir

Tempat parkir bentuk ini berupa lapangan terbuka atau berupa

taman yang sengaja dibangun untuk tempat parkir.

b. Gedung Parkir

Gedung parkir adalah bangunan yang sengaja dibuat khusus untuk

tempat parkir. Untuk menyediakan jumlah tempat yang diinginkan,

sementara itu luas tanah yang tersedia kurang, maka biasanya

bangunan ini dibuat bertingkat. Jenis ini cocok untuk daerah

perkotaan dimana lahan kososng sudah susah didapatkan.

c. Parkir Bawah Tanah (Basement)

Parkir bawah tanah adalah tempat parkir yang memanfaatkan

basement sebagai tempat parkir. Jadi bedanya dengan gedung

parkir yaitu pada jenis ini gedungnya dibangun untuk kegiatan lain

misalnya kantor, pusat perbelanjaan atau lainnya.

d. Garasi

Garasi merupakan salah satu tempat parkir yang bersifat pribadi

yang dibangun untuk tempat parkir atau tempat menyimpan mobil

keluarga.

TEKNIK SIPIL – S1 – UNWIM - 5 -

Page 6: PERPARKIRAN KENDARAAN BERMOTOR

Enung Sudjana, PERPARKIRAN KENDARAAN BERMOTOR – REKAYASA LALULINTAS 2

2.2. Menurut Sifatnya

Menurut sifatnya parkir dapat juga dibedakan menjadi beberapa

bagian :

1. Tempat Parkir Umum

Sesuai dengan namanya umum, maka tempat parkir jenis ini

adalah tempat parkir yang dapat dipakai oleh umum dan untuk

semua jenis kendaraan.

2. Tempat Parkir Khusus

Tempat parkir khusus merupakan tempat parkir yang memiliki

peraturan tertentu dalam pengelolaannya. Misalnya parkir untuk

pengelola, parkir motor motor dan lain sebagainya. Biasanya pada

tempat-tempat tersebut diberi tanda (rambu-rambu) khusus untuk

keperluan itu.

2.3. Menurut Jenis Kendaraan

Berdasarkan jenis kendaraan yang mengisinya, fasilitas parkir

terdiri dari :

1. Parkir kendaraan tidak bermotor, yang diperuntukkan bagi

kendaraan seperti sepeda dan sebagainya.

2. Parkir kendaraan bermotor roda dua, yang diperuntukkan bagi

kendaraan seperti sepeda motor dan sebagainya.

3. Parkir kendaraan bermotor roda empat atau lebih, yang merupakan

parkir untuk kendaraan-kendaraan seperti mobil, truk dan

sebagainya.

2.4. Menurut Tujuannya

Berdasarkan tujuan parkirnya, sebuah fasilitas parkir dapat dibagi

menjadi :

1. Parkir Penumpang

Fasilitas parkir ini ditujukan sebagai tempat menaikturunkan

penumpang.

TEKNIK SIPIL – S1 – UNWIM - 6 -

Page 7: PERPARKIRAN KENDARAAN BERMOTOR

Enung Sudjana, PERPARKIRAN KENDARAAN BERMOTOR – REKAYASA LALULINTAS 2

2. Parkir Barang

Fasilitas parkir ini ditujukan sebagai tempat bongkar-muat barang.

2.5. Menurut Cara Pengelolaannya

Menurut pengelolaan, fasilitas parkir dapat diklasifikasikan sebagai

berikut :

1. Parkir bebas

Parkir bebas atau parkir tidak dipungut biaya dapat dijumpai pada

tempat parkir yang menggunakan badan jalan. Namun pada

tempat-tempat tertentu terdapat pengecualiaan, yang dimaksudkan

untuk dapat membatasi waktu parkir atau lamanya kendaraan

parkir.

2. Parkir dengan sejumlah pembayaran

Biasanya tempat parkir jenis ini berupa bangunan gedung atau

lapangan terbuka yang dikelola sendiri atau disewakan pada orang

lain untuk mengelolanya. Kemudian pengelolanya dapat

menetapkan sejumlah uang untuk ongkos parkir guna perawatan

dan keamanan parkir.

TEKNIK SIPIL – S1 – UNWIM - 7 -

Page 8: PERPARKIRAN KENDARAAN BERMOTOR

Enung Sudjana, PERPARKIRAN KENDARAAN BERMOTOR – REKAYASA LALULINTAS 2

Bab III. System Parkir

3.1. Beberapa System Parkir

Ada beberapa system parkir yang biasa digunakan untuk keadaan

khusus yaitu :

a. Park and walk facility

Adalah jenis parkir dimana pelaku perjalanan memarkir kendaraan

di suatu lahan parkir dan selanjutnya berjalan kaki untuk mencapai

tujuan mengingat jarak jarak tempuh dengan jalan kaki relatif

pendek . Hal ini terjadi misalnya di pusat pertokoan dan

perkantoran.

b. Park and ride facility

Dapat diartikan dengan pengendara yang akan memarkir

kendaraannya ke areal parkir dalam waktu lama karena

pengendara mempunyai tempat tinggal yang cukup jauh.

c. Kiss and ride facility

Dipakai untuk mengantar dan menjemput menuju dan datang di

suatu teminal. Menaik-turunkan penumpang di pagi hari tidak

menimbulkan permasalahn yang berarti, namun masalah besar

baru muncul pada sore atau malam hari pada saat menunggu

kedatangan, maka perparkiran tersebut akan mengganggu lalu

lintas di jalan sekitarnya yang pada akhirnya akan menimbulkan

kemacetan.

3.2. Cara Pembayaran Uang Parkir

Ada berbagai cara yang diterapkan oleh pengelola untuk

pembayaran uang parkir :

1. Free Entry/Pay On Exiting

Pada jenis ini si pemarkir mengambil tiket pada pintu masuk dan

membayar pada pintu keluar. Dengan pembayaran seperti ini maka

pemarkir tidak terlalu lama menunggu mobil didepannya jika antri

TEKNIK SIPIL – S1 – UNWIM - 8 -

Page 9: PERPARKIRAN KENDARAAN BERMOTOR

Enung Sudjana, PERPARKIRAN KENDARAAN BERMOTOR – REKAYASA LALULINTAS 2

dan pelayanan pintu masuk jadi lebih efisien. Namun cara ini akan

memberikan bebannya pada pintu keluar.

2. Free Entry/Pay Before Exiting

Pada cara ini pemarkir mengambil tiket pada pintu masuk dan

kemudian membayar pada loket yang telah ditentukan sebelum ia

keluar.

3. Pay On Entry/Free Exiting

Pemarkir mengambil tiket dan membayar biaya parkir pada pintu

masuk. Sehingga beban terbesarnya terjadi pada pintu masuk.

4. Langganan

Pembayaran dilakukan secara menyeluruh untuk jangka waktu

tertentu. Pada sistem ini si pemarkir tinggal memarkirkan mobilnya

tanpa harus membayar pada setiap parkirnya.

TEKNIK SIPIL – S1 – UNWIM - 9 -

Page 10: PERPARKIRAN KENDARAAN BERMOTOR

Enung Sudjana, PERPARKIRAN KENDARAAN BERMOTOR – REKAYASA LALULINTAS 2

Bab IV Lay Out Parkir

Yang dimaksud dengan lay out parkir adalah bagaimana tempat

parkir tersebut diatur sehingga memberikan jumlah ruang parkir yang

dapat memenuhi kebutuhan, dengan jalan mengoptimalkan luas lahan

yang tersedia. Selain jumlah tempat parkir, pengaturan tersebut juga

harus memberikan keamanan dan kenyamanan bagi kendaraan yang

akan masuk ke atau keluar dari tempat parkir tersebut.

4.1. Panjang dan Lebar Ruang Parkir

Yang dimaksud dengan panjang dan lebar ruang parkir adalah

besaran yang dibutuhkan bagi sebuah kendaraan untuk parkir. Ukuran

panjang dan lebar ruang parkir biasanya disesuaikan dengan ukuran

kendaraan yang parkir. Sedangkan ukuran kendaraan itu berbeda-beda.

Informasi mengenai panjang dan lebar kendaraan bisa didapatkan dari

Automobile Manufacturers Association.

4.2. Lebar Jalan Akses dan Sirkulasi Parkir

Lebar jalan akses parkir adalah jalan atau ruang pada tempat parkir

yang diperuntukkan bagi kendaraan bergerak sebelum atau sesudah

parkir. Jalan akses ini sangat erat hubungannya dengan kemudahan

pengemudi yang akan memarkirkan mobil atau untuk mencapai pintu

keluar.

Jalan akses yang baik akan memberikan kenyamanan pada

pengemudi untuk bergerak keluar atau masuk ke ruang parkir tanpa was-

was akan menabrak atau membahayakan kendaraan didekatnya. Namun

jalan akses yang terlalu besar merupakan pemborosan tempat dan itu

juga tidak baik. Jadi harus seefisien mungkin.

Sirkulasi parkir merupakan pangaturan arah lalu lintas kendaraan

yang berada pada lokasi fasilitas parkir, baik yang baru masuk dan

TEKNIK SIPIL – S1 – UNWIM - 10 -

Page 11: PERPARKIRAN KENDARAAN BERMOTOR

Enung Sudjana, PERPARKIRAN KENDARAAN BERMOTOR – REKAYASA LALULINTAS 2

sedang mencari tempat yang kosong maupun yang sudah akan keluar

dari lokasi fasilitas parkir.

Arah lalu lintas kendaraan dalam suatu fasilitas parkir dapat

berupa:

- Satu arah

- Dua arah

- Kombinasi satu arah dan dua arah

Pemilihan tipe sirkulasi parkir di atas harus dilakukan secara

seksama. Rute menuju stall parkir seharusnya dibuat sependek mungkin

dan lalu lintas dibuat tersebar untuk menghindari kemacetan (HOBBS,

1974). Namun perlu juga diingat bahwa sirkulasi satu arah akan lebih

memberikan arus lalu linas yang efisien dan meminimalkan bentrokan

(O’FLAHERTY,1974). Berbagai alternatif arah lalu lintas di atas dapat

dilihat pada Gambar. Pkr-2 di bawah ini.

TEKNIK SIPIL – S1 – UNWIM - 11 -

Page 12: PERPARKIRAN KENDARAAN BERMOTOR

Enung Sudjana, PERPARKIRAN KENDARAAN BERMOTOR – REKAYASA LALULINTAS 2

Gambar. Pkr-2. Alternatif arah lalu lintas dalam fasilitas parkir (O’FLAHERTY)

Pada fasilitas parkir yang bertingkat, sirkulasi kendaraan dari satu

lantai kelantai lainnya memerlukan alat bantu. Alat bantu tersebut dapat

berupa :

- Elevator

- Ramp

Penggunaan elevator sebagai alat bantu pada fasilitas parkir

tidaklah banyak, bahkan di Indonesia dapat dikatakan tidak ada. Alat

bantu yang digunakan pada fasilitas parkir di Indonesia adalah ramp, baik

yang berbentuk lurus maupun melingkar. Selain itu ada pula suatu bentuk

ramp istimewa yang disebut parking ramp atau sering pula disebut slope

floor yaitu suatu ramp yang juga digunakan sebagai sebuah modul parkir.

TEKNIK SIPIL – S1 – UNWIM - 12 -

Kombinasi Satu Arah dengan Dua Arah

In Out

O u t

In

O u tIn

O u t

Kombinasi Satu Arah

Kombinasi Dua Arah

In

O u t

O u tIn

In

O u t In

O u t

O u tIn

In

O u t

In

O u t

Page 13: PERPARKIRAN KENDARAAN BERMOTOR

Enung Sudjana, PERPARKIRAN KENDARAAN BERMOTOR – REKAYASA LALULINTAS 2

Gambar. Pkr 3. Layout lantai dan ramp dalam fasilitas parkir bertingkat

Hal ini tentunya dapat dilakukan apabila ramp tersebut memiliki

lebar yang cukup sebagai suatu modul parkir, dan memiliki kemiringan

yang tidak terlalu besar. Kemiringan suatu ramp secara umum hendaknya

tidak melebihi 10% jika lurus dan 8% jika melingkar, sedangkan untuk

parking ramp kemiringannya hendaknya tidak melebihi 5%

(HOBBS,1974).

4.3. Pengaturan Parkir

Dengan meningkatnya perjalanan maka kebutuhan akan ruang

parkir juga semakin meningkat. Hal ini tidak menutup kemungkinan akan

meningkatkan perlunya lahan dan tata ruang yang digunakan untuk parkir.

Pilihan tata letak parkir kendaraan tergantung pada bentuk dan

dimensi bidang yang tersedia di mana hal ini dimaksudkan untuk

mempermudah akses kendaraan untuk masuk dan keluar areal parkir.

TEKNIK SIPIL – S1 – UNWIM - 13 -

Page 14: PERPARKIRAN KENDARAAN BERMOTOR

Enung Sudjana, PERPARKIRAN KENDARAAN BERMOTOR – REKAYASA LALULINTAS 2

Pemilihan sudut parkir yang baik akan memberikan jumlah tempat yang

optimal.

Pertimbangan tersebut diperlukan mengingat :

a. Kapasitas parkir yang direncanakan

b. Lebar gang (aisle width) dan sirkulasi arus lalu lintas.

c. Tingkat kemudahan, kenyamanan dan keselamatan yang

diinginkan.

Pertimbangan tersebut diperlukan mengingat :

a. Parkir membentuk sudut

b. Parkir sejajar/pararel

Parkir membentuk sudut biasanya memudahkan pemarkir untuk

melakukan manuver masuk dan keluar dari ruang parkir. Parkir

membentuk sudut membutuhkan waktu yang sedikit dibandingkan dengan

parkir pararel, tetapi parkir membentuk sudut akan menyebabkan konflik

yang lebih besar antara kendaraan yang masuk atau keluar dari ruang

parkir dengan kendaraan yang bergerak dalam arus pergerakan

kendaraan pada pelataran parkir. Di bawah ini beberapa bentuk dari

pemilihan sudut parkir :

TEKNIK SIPIL – S1 – UNWIM - 14 -

Page 15: PERPARKIRAN KENDARAAN BERMOTOR

Enung Sudjana, PERPARKIRAN KENDARAAN BERMOTOR – REKAYASA LALULINTAS 2

Gambar. Pkr 4. Pemilihan Sudut Parkir

Apabila kebutuhan parkir sangat tinggi dan ruangan parkir yang

tersedia sudah tidak mencukupi, maka diperlukanm perluasan lahan parkir

atau perlu dibuatnya gedung parkir yang dapat dibangun di bawah tanah

(basement) ataupun di atas tanah. Dalam merancang gedung parkir, ada

4 faktor yang perlu diperhatikan yaitu biaya, kemudahan dan kenyamanan

pemarkir, permintaan akan parkir serta keserasian dan keharmonisan

gedung parkir dengan lingkungan sekitarnya.

TEKNIK SIPIL – S1 – UNWIM - 15 -

Page 16: PERPARKIRAN KENDARAAN BERMOTOR

Enung Sudjana, PERPARKIRAN KENDARAAN BERMOTOR – REKAYASA LALULINTAS 2

4.4. Masalah Perparkiran

Perencanaan, operasional, manajemen dan pengawasan sebuah

tempat parkir secara professional akan dapat memberikan informasi yang

lebih akurat mengenai tempat parkir tersebut. Kebutuhan terhadap data

spesifik dapat dilakukan dengan penyelidikan secara langsung di

lapangan. Sehingga masalah yang dihadapi pada sebuah tempat parkir,

khususnya perparkiran off street parking akan dapat diketahui. Masalah

yang sering ditemui adalah ketersediaan lahan parkir (Supplay) dan

kebutuhan lahan parkir (demand) itu sendiri. Masalah yang mungkin

sering ditemui :

1. Penyediaan Lahan

Penyediaan lahan untuk parkir sangat bergantung pada jumlah

tempat yang parkir yang harus disediakan. Besarnya lahan parkir

pada suatu gedung biasanya disesuaikan dengan :

a. luasnya gedung tersebut

b. jenis kegiatan

c. besar kegiatan yang terjadi atau akan terjadi pada gedung

tersebut.

Selain itu penyediaan lahan parkir juga sangat tergantung pada ada

tidaknya tanah kosong untuk membangun tempat tersebut. Dan

untuk mengatasi masalah kekurangan lahan ini maka orang

membangun gedung parkir bertingkat. Selain itu mengoptimalkan

penggunaan lahan yang sudah ada, misalnya pemakaian sudut

parkir yang tepat juga akan membantu masalah ini.

2. Kebutuhan Parkir

Kebutuhan akan tempat parkir akan muncul setelah adanya

kegiatan di suatu gedung atau pusat kegiatan. Karakteristik dari

kebutuhan tersebut akan dipengaruhi :

a. Jumlah perjalanan dengan mobil (frekuensi parkir) pada tempat

itu.

TEKNIK SIPIL – S1 – UNWIM - 16 -

Page 17: PERPARKIRAN KENDARAAN BERMOTOR

Enung Sudjana, PERPARKIRAN KENDARAAN BERMOTOR – REKAYASA LALULINTAS 2

b. Durasi parkir

c. Aktifitas utama pada areal tersebut

Selain penyediaan lahan dan jumlah kebutuhan terhadap tempat

pada suatu gedung, analisis jumlah kepemilikan kendaraan pada suatu

daerah tersebut dapat membantu memperkirakan jumlah kebutuhan

terhadap tempat parkir.

Jadi parkir merupakan bagian dari suatu perjalanan dengan

menggunakan kendaraan, seperti ke tempat kerja, ke sekolah, ke took

atau super market, atau ketika pulang ke rumah. Ketersediaan suatu

ruang untuk tempat parkir adalah sangat penting untuk dapat memberikan

kelancaran bagi perjalanan tersebut.

Selain tersedianya tempat juga sangat di butuhkan jaminan

keamanan dan kenyamanan. Sehingga pemarkir tidak was-was

kendaraannyaakan hilang atau rusak selama parkir.

4.5. Pengukuran Parkir

Dalam analisis sebuah tempat parkir ada beberapa parameter-

parameter penting pada analisis tempat parkir.

1. Akumulasi Parkir

Akumulasi parkir adalah jumlah kendaraan yang parkir di suatu

tempat parkir pada periode waktu tertentu. Data jumlah kendaraan

yang parkir didapat dari hasil perhitungan selisih kendaraan yang

masuk dan keluar tempat parkir dalam satuan waktu tertentu.

TEKNIK SIPIL – S1 – UNWIM - 17 -

Page 18: PERPARKIRAN KENDARAAN BERMOTOR

Enung Sudjana, PERPARKIRAN KENDARAAN BERMOTOR – REKAYASA LALULINTAS 2

Sumber : F.D. HOBBS

Gambar. Pkr 5. Contoh Kurva Akumulasi Parkir

2. Volume Parkir

Volume parkir menyatakan jumlah kendaraan yang masuk ke

tempat parkir pada selang waktu tertentu (jumlah kendaraan per

periode tertentu). Biasanya volume parkir ini dihitung per hari.

3. Lama Parkir (Parking Duration)

Lama parkir adalah waktu yang digunakan oleh suatu kendaraan

untuk parkir pada periode waktu tertentu.

4. Pergantian Parkir (Parking Turn Over)

Yaitu tingkat pemakaian ruang parkir yang diperoleh dari

pembagian volume parkir dengan jumlah ruang yang tersedia untuk

periode tertentu.

5. Waktu Sibuk

TEKNIK SIPIL – S1 – UNWIM - 18 -

Page 19: PERPARKIRAN KENDARAAN BERMOTOR

Enung Sudjana, PERPARKIRAN KENDARAAN BERMOTOR – REKAYASA LALULINTAS 2

Yaitu waktu dimana pemakaian ruang parkir mendapat beban

paling tinggi. Ini ditandai dengan banyaknya kendaraan yang

masuk dan keluar pada tempat parkir tersebut.

6. Kapasitas Parkir Harian

Kapasitas parkir harian adalah banyaknya kendaraan yang dapat

dilayani oleh suatu tempat parkir dalam satu hari. Harga dari

kapasitas harian tersebut dapat dirumuskan sebagai berikut :

KPH =

Dimana :

KPH = Kapasitas Parkir Harian

K = Faktor efisiensi

Kapasitas ruang parkir adalah jumlah petak parkir yang tersedia

(yang diperhitungkan).

Waktu pelayanan parkir harian adalah lamanya waktu operasi

lahan parkir perhari yang dihitung mulai dari kendaraan pertama

masuk sampai dengan waktu kendaraan terakhir keluar.

7. Indeks Parkir

Indeks parkir merupakan tingkat pemakaian ruang parkir pada

suatu lahan parkir pada waktu tertentu yang dihitung dengan

membandingkan jumlah kendaraan yang parkir dengan kapasitas

parkir yang tersedia. Nilai dari indeks parkir dapat dihitung dengan

rumus sebagai berikut :

IP =

8. Faktor Kebutuhan Parkir

Faktor kebutuhan parkir adalah suatu harga yang menunjukan

berapa jumlah petak parkir yang dibutuhkan untuk setiap satuan

luas lantai bangunan berdasarkan kendaraan parkir maksimum per

jam setiap hari pengamatan.

TEKNIK SIPIL – S1 – UNWIM - 19 -

Page 20: PERPARKIRAN KENDARAAN BERMOTOR

Enung Sudjana, PERPARKIRAN KENDARAAN BERMOTOR – REKAYASA LALULINTAS 2

Harga faktor kebutuhan parkir dapat dihitung dengan rumus berikut:

FKP =

4.6. Studi Terdahulu

Di beberapa negara penentuan jumlah tempat parkir yang harus

disediakan sudah merupakan suatu kewajiban. Untuk menentukan jumlah

tersebut ada beberapa metoda yang diterapkan.

Harga akumulasi parkir dapat digambarkan dalam sebuah grafik.

Grafik yang sering dijumpai adalah seperti pada Gambar. Pkr 6 di bawah

ini. Namun disamping itu juga dapat digambarkan dengan selisih dari

grafik kumulatif kedatangan dan grafik kumulatif keberangkatan.

Gambar. Pkr 6. Grafik Kumulatif Kendaraan Masuk dan Keluar.

Jumlah kebutuhan parkir dapat dihitung dari jumlah kendaraan

parkir maksimum pada suatu waktu tertentu. Jumlah kendaraan parkir

maksimum pada suatu waktu tertentu. Jumlah kendaraan parkir adalah

TEKNIK SIPIL – S1 – UNWIM - 20 -

Page 21: PERPARKIRAN KENDARAAN BERMOTOR

Enung Sudjana, PERPARKIRAN KENDARAAN BERMOTOR – REKAYASA LALULINTAS 2

jarak vertikal antara grafik masuk dan grafik keluar. Jumlah parkir

maksimum berarti jarak vertikal maksimum antara dua grafik tersebut.

Dengan diketahuinya akumulasi parkir maka indeks parkir akan

diketahui. Yaitu merupakan perbandingan jumlah kendaraan yang parkir

terhadap jumlah petak parkir (kapasitas parkir) yang tersedia.

Dengan indeks parkir ini dapat dilihat tingkat pemakaian ruang

parkir. Jika harga indeks parkir tersebut lebih dari 100% maka dikatakan

tingkat pemakaian ruang parkir lebih besar dari kapasitas. Sebaliknya jika

kurang dari 100% maka tingkat pemakaian ruang parkir lebih kecil dari

kapasitas.

4.7. Standar Kebutuhan Parkir

Kebijaksanaan standar kebutuhan parkir pada suatu negara

berbeda dari yang satu dengan yang lainnya. Lain negara akan lain pula

kebijaksanaan penetapan jumlah petak parkir yang harus disediakan

untuk luas tertentu. Seperti ditunjukan pada tabel 2.1. untuk perkantoran

kebijakan di Paris adalah satu ruang parkir untuk setiap 50 meter persegi

luas lantai yang mana berbeda dengan kebijaksanaan di London yang

menetapkan satu ruang parkir untuk 185 meter persegi luas lantainya.

Selain itu yang juga mempengaruhi jumlah ruang parkir yang harus

disediakan yaitu pada jenis kegiatan (zona) dan besarnya kegiatan

Tabel. Pkr 2. Standar Ruang Parkir Untuk Pusat-Pusat Kota Terpilih

  Tataguna LahanPemerintahan Perumahan Perkantoran Shops Stores

  Satu Ruang Parkir Untuk

TEKNIK SIPIL – S1 – UNWIM - 21 -

Page 22: PERPARKIRAN KENDARAAN BERMOTOR

Enung Sudjana, PERPARKIRAN KENDARAAN BERMOTOR – REKAYASA LALULINTAS 2

Frenc Min of Equipment 0.67 - 1 dwelling 40m² 30m² -Paris 1 50m² 50m² -Copenhagen 1 - 1.5 - - 50 - 100m²London 1 185m² 232m² -Hamburg 1.00 100m² 50m² -Britain 1 32.5 - 232m² 37232m² -Sumber : (O’Flaherty,1974)

Tabel. Pkr 3. Kebutuhan Tempat Parkir Menurut Zona

Zona Satu tempat parkir untuk setiap

PerkantoranToko dan pasarRestauranBioskopHotel bintang 4 dan 5Hotel bintang 3Hotel bintang 2MotelRumah sakit

70 m² luas lantai80 m² luas lantai

10 kursi20 kursi

4 kamar tidur8 kamar tidur

10 kamar tidur1 kamar tidur

10 tempat tidurSumber : (Geofferey & Funaro 1977)

Kebutuhan tempat parkir menurut jenis kegiatan (zona) akan

berbeda dari yang satu dengan yang lainnya. Seperti terlihat pada tabel

2.2. untuk zona perkantoran adalah satu tempat parkir untuk setiap 70

meter persegi luas lantai sedangkan zona toko dan pasar akan

membutuhkan 80 meter persegi luas lantai untuk satu tempat parkir.

Bab V Survei Perparkiran

TEKNIK SIPIL – S1 – UNWIM - 22 -

Page 23: PERPARKIRAN KENDARAAN BERMOTOR

Enung Sudjana, PERPARKIRAN KENDARAAN BERMOTOR – REKAYASA LALULINTAS 2

Dalam rangka study perparkiran terdapat beberapa jenis survey

perparkiran yang sering dilakukan, yaitu sebagai berikut :

5.1. Penghitungan di Tapal Batas Daerah Perencanaan (Cordon Count).

Daerah perencanaan yang akan disurvei dikelilingi (di tapal-tapal

batasnya) oleh pos-pos pengawasan. Pada tiap pos, dilakukan

penghitungan terpisah antara kendaraan yang masuk dan yang keluar

dengan cara pencatatan plat nomor kendaraan. Penjumlahan secara

aljabar semua kendaraan yang masuk dan yang keluar menghasilkan

akumulasi seluruh kendaraan pada area tersebut.

Hal yang lebih penting daripada menetapkan permintaan parkir,

ialah kenyataan bahwa akumulasi yang ditunjukan dengan cara

perhitungan di tapal batas ini dapat dipakai sebagai kerangka

pengendalaian. Perhitungan dapat dilakukan secara manual maupun

otomatis.

Dari hasil survei pencatatan plat nomor tersebut akan didapatkan

suatu informasi dari setiap pos yaitu ;

a. Total parkir kendaraan

b. Menilai kedatangan dan keberangkatan

c. Akumulasi parkir

d. Durasi parkir

5.2. Wawancara Langsung

Pengendara kendaraan yang berparkir pada daerah studi

diwawancarai tentang asala dan tujuan perjalanannya serta maksud

melakukan parkir. Informasi ini, bersama dengan informasi lama waktu

parkir, memungkinkan perumusan karakteristik parkir utama. Wilayah

survei dibagi menjadi beberapa bagian yang ukuran tiap bagian ditetapkan

sedemikian sehingga areal tersebut dapat diliput dalam satu hari oleh tim

TEKNIK SIPIL – S1 – UNWIM - 23 -

Page 24: PERPARKIRAN KENDARAAN BERMOTOR

Enung Sudjana, PERPARKIRAN KENDARAAN BERMOTOR – REKAYASA LALULINTAS 2

pewawancara. Pewawancara ditugaskan pada sepenggal panjang jalan

tertentu yang dapat teramati dengan mudah dan setiap kejadian parkir

yang terjadi pada ruas jalan tersebut dapat dicatat, namun pada kondisi

parkir pusat kota yang khas panjang tersebut tidak lebih dari 100 meter.

Untuk tiap kendaraan, pewawancara mencatat informasi sebagai

berikut :

a. Nomer plat kendaraan : untuk tujuan identifikasi

b. Klasifikasi kendaraan : mobil penumpang, taksi, truk, dan

sebaginya.

c. Sifat parkir ; sah, tidak sah, sisi jalan, luar jalan, dan sebagainya.

d. Waktu kendaraan berhenti untuk parkir

e. Waktu kendaraan meninggalkan tempat parkir

f. Tempat berhenti paling akhir yang penting tempat pengemudi

menghentikan kendaraan (sebelum sampai ke tempat parkir ini).

g. Tempat tujuan pengemudi setelah meninggalkan kendaraannya di

tempat parkir.

h. Maksud pengemudi memarkir kendaraannya : belanja, bekerja,

bongkar-muat barang dan sebaginya.

Contoh formulir wawancara yang sederhana, yang cocok untuk

merekam informasi ini, terlihat pada gambar di bawah ini :

TEKNIK SIPIL – S1 – UNWIM - 24 -

WAWANCARA SURVEI

Klasifikasi kendaraan : 1. Mobil2. Taksi3. Truk

Sifat parkir : di luar jalan

Waktu kendaraan berhenti parkir 15:25

Waktu kendaraan meninggalkan tempat parkir 16:15

* Lama parkir : …………

* Jam – jam sibuk : …………

Asal Parjalanan : Perumahan sidoarum

Tempat tujuan setelah meninggalkan kendaraanDi tempat parkir : Toko Gardena, Jl Solo

* Jarak tempuh jalan kaki

Maksud perjalanan : belanja

1

Page 25: PERPARKIRAN KENDARAAN BERMOTOR

Enung Sudjana, PERPARKIRAN KENDARAAN BERMOTOR – REKAYASA LALULINTAS 2

Gambar 2.7. Formulir Wawancara Parkir

5.3. Survei Cara Patroli

Dalam survei ini wilayah studi dibagi menjadi beberapa bagian

yang cukup kecil sedemikian hingga dapat dipatroli setiap setengah jam

atau interval waktu lainnya yang lebih memadai. Pada tiap kali patroli,

dihitung jumlah kendaraan yang berparkir di tiap wilayah bagian studi,

dengan demikian dapat diperoleh jumlah akumulasi parkir selama waktu

survei. Selain penghitungan kendaraan parkir tersebut, petugas juga

mencatat setiap nomor plat kendaraan, maka dapat diketahui selama

berapa kali interval patroli sebuah kendaraan di parkir dan dengan

demikian didapat informasi tentang lama waktu parkir.

Total informasi yang dapat diperoleh dari survei ini:

- Total jumlah parkir

- Akumulasi parkir

- Durasi parkir

- Tingkat kedatangan

- Tingkat keberangkatan

TEKNIK SIPIL – S1 – UNWIM - 25 -

Page 26: PERPARKIRAN KENDARAAN BERMOTOR

Enung Sudjana, PERPARKIRAN KENDARAAN BERMOTOR – REKAYASA LALULINTAS 2

Dari ketiga metoda survei di atas, umumnya metoda yang dipilih

adalah metoda nomor 1, karena metoda ini lebih bermanfaat dan metoda

ini sangat cocok untuk studi parkir pada pusat perbelanjaan.

TEKNIK SIPIL – S1 – UNWIM - 26 -