PERKEMBANGAN TEORI STRUKTUR KOTA & …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20181719-031-09-Perkembangan...
Transcript of PERKEMBANGAN TEORI STRUKTUR KOTA & …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20181719-031-09-Perkembangan...
PERKEMBANGAN TEORI STRUKTUR KOTA &
PENERAPANNYA di DEPARTEMEN GEOGRAFI
UNIVERSITAS INDONESIA
SKRIPSI
ARDITYO
0305060138
DEPARTEMEN GEOGRAFI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS INDONESIA
DEPOK
JULI 2009
Perkembangan teori...,Ardityo,FMIPA UI,2009
i
PERKEMBANGAN TEORI STRUKTUR KOTA &
PENERAPANNYA di DEPARTEMEN GEOGRAFI
UNIVERSITAS INDONESIA
SKRIPSI
Diajukan sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sains
ARDITYO
0305060138
DEPARTEMEN GEOGRAFI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS INDONESIA
DEPOK
JULI 2009
Perkembangan teori...,Ardityo,FMIPA UI,2009
ii
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS
Skripsi ini adalah hasil karya saya sendiri,
dan semua sumber baik yang dikutip maupun dirujuk
telah saya nyatakan dengan benar.
Nama : Ardityo
NPM : 0305060138
Tanda Tangan :
Tanggal : 6 Juli 2009
Perkembangan teori...,Ardityo,FMIPA UI,2009
iii
HALAMAN PENGESAHAN
Skripsi ini diajukan oleh,
Nama : Ardityo
NPM : 0305060138
Program Studi : Departemen Geografi
Judul Skripsi : Perkembangan Teori Struktur Kota &
Penerapannya di Departemen Geografi
Universitas Indonesia
Telah berhasil dipertahankan di hadapan Dewan Penguji dan diterima sebagai
bagian persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar Sarjana Sains pada
Program Studi Departemen Geografi, Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam, Universitas Indonesia
DEWAN PENGUJI
Ketua Sidang/Moderator : Dr. rer. nat. Eko Kusratmoko, MS (...………………)
Sekretaris/Pembimbing 1 : Dr. Rudy P. Tambunan, MS (...………………)
Pembimbing 2 : Dra. Widyawati, MSP (..............…..……………)
Penguji 1 : Dra. Tuty Handayani, MS (.…………………………)
Penguji 2 : Drs. Hari Kartono, MS (.…………………………)
Ditetapkan di : Depok
Tanggal : 6 Juli 2009
Perkembangan teori...,Ardityo,FMIPA UI,2009
iv
KATA PENGANTAR
Assalammu’alaikum wr.wb.
Tidak pernah cukup rasa syukur yang penulis panjatkan atas limpahan
nikmat dari Allah SWT. Termasuk nikmat untuk merasakan bangku kuliah di
kampus ini dan diakhiri dengan selesainya penulisan tugas akhir. Sebuah tahap
dalam hidup untuk mematangkan diri dan mengambil bekal untuk tahap
selanjutnya.
Tahap pematangan diri tidak mungkin penulis lakukan seorang diri. Pada
kenyataannya penulis beruntung berada disekeliling orang-orang yang senantiasa
memberikan dorongan, harapan, semangat, dan bantuan, yang merupakan sebuah
nikmat tersendiri. Sehingga di halaman ini sampailah pada tempatnya untuk
mengungkapkan rasa terima kasih kepada orang-orang disekitar penulis. Kelak
disuatu saat nanti besar harapan untuk penulis dapat membalas segala kebaikan
yang telah diberikan.
1. Penulis awali ucapan terima kasih kepada Dosen Pembimbing penelitian
tugas akhir, Dr. Rudy P. Tambunan, MS dan Dra. Widyawati, MSP yang
telah meluangkan waktu untuk mengarahkan dan membantu penulis dengan
penuh kesabaran.
2. Kepada Dr. rer. nat. Eko Kusratmoko, MS, Dra. Tuty Handayani, MS dan
Drs. Hari Kartono, MS sebagai Dosen Penguji yang secara tegas mencari
celah dan kelemahan tugas akhir ini, sehingga menjadi lebih baik.
3. Kepada Drs. Cholifah Bahaudin, M.A selaku Pembimbing Akademik yang
dengan sabar dan tidak bosan-bosan mengingatkan anak asuhnya untuk terus
membaca dan membaca.
4. Kepada Drs. Hafid Setiadi, M.T, Drs. Djamang Ludiro, M.Si, dan Drs.
Triarko Nurlambang, M.A, atas waktu, ide, pikiran, motivasi, maupun
pinjaman buku dan literatur sehingga mewarnai tugas akhir ini, saya
haturkan banyak terima kasih.
Perkembangan teori...,Ardityo,FMIPA UI,2009
v
5. Para dosen dan seluruh jajaran staf Departemen Geografi UI yang mengisi
dan menemani selama perjalanan di kampus.
6. Kepada Agus Hadi Tjahjoni, Tjatur Ari Lestari, dan Andryanto Hadi, yang
senantiasa memberikan seluruh perhatian, kasih sayang, serta dukungan
moril dan materil yang dicurahkan hingga saat ini.
7. Yuni Pritania Komara Putri atas semua perhatian, pengertian, kesabaran, dan
kasih sayang yang diberikan pada penulis selama ini.
8. Untuk sahabat sepergaulan penulis, Amanda Rhut Arviyanti, Rias Idawanti,
Intan Kurnia Sari, Mayrisna Sari, Amelia Kristina, Alam Primanda Suharso,
Hendri Majedi Mahruzar, Indra Stevanus, dan Ade Panca Z, yang membagi
semua kenangan, cerita, tawa, amarah, semangat, dan motivasi.
9. Untuk R.A. Arini Diah I, Ringga Reza S, Rahma Hijrisanitri, dan Dedy
Priyanto, atas semua godaan dalam pengerjaan penulisan ini.
10. Arnita Fakhris, Siti Nuraisyah Dewi, dan Yuni Asril Sani, sebagai teman
diskusi, beserta teman-teman Geografi UI 2005, Geografi UI 2002, 2003,
2004, 2006, 2007, dan 2008, sebagai keluarga besar Geografi UI.
11. Teman-teman satu atap selama di kontrakkan, kost-an, rumah Cilandak,
hingga sekarang menetap di Ini Teh Warnet, terima kasih atas pengertiannya.
Penulis akui bahwa penelitian ini masih jauh dari sempurna. Sehubungan
dengan hal tersebut, saran dan kritik membangun penulis harapkan demi
perkembangan dan kemajuan penulis, pembaca, dan instansi di masa yang akan
datang.
Wassalammu’alaikum wr.wb.
Depok, 6 Juli 2009
Ardityo
Perkembangan teori...,Ardityo,FMIPA UI,2009
vi
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI
TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Sebagai sivitas akademik Universitas Indonesia, saya yang bertanda tangan di
bawah ini:
Nama : Ardityo
NPM : 0305060138
Departemen : Geografi
Fakultas : Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Jenis Karya : Skripsi
demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada
Universitas Indonesia Hak Bebas Royalti Non-eksklusif (Non-exclusive
Royalty-Free Rights) atas karya ilmiah saya yang berjudul :
PERKEMBANGAN TEORI STRUKTUR KOTA & PENERAPANNYA di
DEPARTEMEN GEOGRAFI UNIVERSITAS INDONESIA
beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti Non-
eksklusif ini Universitas Indonesia berhak menyimpan, mengalihmedia/format-
kan, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data (database),
mendistribusikannya, dan menampilkan/mempublikasikan tugas akhir saya di
internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin
dari saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis/pencipta dan
sebagai pemilik Hak Cipta.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di : Depok
Pada tanggal : 6 Juli 2009
Yang menyatakan
(Ardityo)
Perkembangan teori...,Ardityo,FMIPA UI,2009
vii
ABSTRAK
Nama : Ardityo
Program Studi : Geografi
Judul : Perkembangan Teori Struktur Kota & Penerapannya di
Departemen Geografi Universitas Indonesia
Penelitian tugas akhir sarjana di Departemen Geografi Universitas Indonesia
didominasi oleh penelitian terapan. Salah satu tema penelitian, yaitu Geografi
Perkotaan, dimana penggunaan teori struktur kota merupakan landasan teori
dalam menentukan metode, variabel, dan analisis. Penelitian ini lebih kepada
penelitian murni untuk meneliti perkembangan ilmu, khususnya teori struktur
kota dan geografi perkotaan di Departemen Geografi Universitas Indonesia.
Untuk mengetahui hal tersebut, digunakan metode peer group discussion dan
analisis isi (content analysis). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui teori
struktur kota apa yang digunakan dalam skripsi dan membandingkannya dengan
perkembangan teori struktur kota di dunia. Teori struktur kota yang dipakai
dalam skripsi cenderung teori struktur kota klasik, seperti teori konsentris, teori
sektor, dan teori inti berganda. Sedangkan penggunaan teori struktur kota yang
relatif baru, seperti Urban Sprawl, Edge City,dan Compact City belum terlihat.
Kata Kunci: perkembangan ilmu, paradigma, teori struktur kota, content
analysis.
xii+77 halaman; 7 gambar; 6 tabel
Daftar Pustaka : 29 (1973-2008)
Perkembangan teori...,Ardityo,FMIPA UI,2009
viii
ABSTRACT
Name : Ardityo
Program Study : Geography
Title : Urban Structure Theory Development and Its Application in
Mini Thesis at Department of Geography University of
Indonesia
Most of research in mini thesis at Department of Geography University of
Indonesia are applied research. Urban Geography as one of many topic for
research must use urban structure theory as a platform in selecting methodes
variables, and analysis. This research considered as a pure science research to
examine the science it self, especially urban structure theory and urban geography
in Department of Geography University of Indonesia. Towards that purpose, peer
group discussion and content analysis are used as a methodes. Moreover, this
research will show the urban structure theory that used in mini thesis and
compared with latest urban structure theory outside Dept. of Geography Univ. of
Indonesia. Mini thesis is using urban structure classic theory, such as concentric
theori, sectoral theory, and multiple nuclei theory. While latest urban structre
theory such as Urban Sprawl, Edge City, and Compact City aren’t used.
Key Words: pure science research, paradigm, urban structure theory, content
analysis.
xii+77 pages; 7 pictures; 6 tables
Bibliography: 29 (1973-2008)
Perkembangan teori...,Ardityo,FMIPA UI,2009
ix
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ........................................................................................... i
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS ................................................ ii
LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................ iii
KATA PENGANTAR ...................................................................................... iv
LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH .......................... vi
ABSTRAK ........................................................................................................ vii
ABSTRACK ...................................................................................................... viii
DAFTAR ISI ..................................................................................................... ix
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... xi
DAFTAR TABEL ............................................................................................ xii
1. PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
1.1. Latar Belakang ..................................................................................... 1
1.2. Tujuan Penelitian .................................................................................. 4
1.3. Pertanyaan Penelitian ........................................................................... 5
1.4. Ruang Lingkup Penelitian .................................................................... 5
1.5. Metodologi Penelitian .......................................................................... 5
1.6. Batasan Penelitian ................................................................................ 7
1.7. Alur Penelitian ..................................................................................... 8
2. TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................ 9
2.1. Konsep ................................................................................................. 9
2.2. Teori ................................................................................................... 11
2.3. Asumsi ............................................................................................... 12
2.4. Paradigma ........................................................................................... 13
2.5. Geografi & Perkembangannya ........................................................... 15
2.6. Geografi Perkotaan ............................................................................. 20
2.6.1. Teori Struktur Kota Klasik ..................................................... 22
2.6.1.1. Teori Konsentris ............................................................ 22
2.6.1.2. Teori Sektor .................................................................. 25
2.6.1.3. Teori Inti Berganda ....................................................... 26
2.6.2. Teori Struktur Kota Kontemporer .......................................... 28
Perkembangan teori...,Ardityo,FMIPA UI,2009
x
2.6.2.1. Urban Sprawl ............................................................... 28
2.6.2.2. Edge City ....................................................................... 32
2.6.2.3. Compact City …………………………………………. 34
2.6.3. Sintesa ……………………………………………………… 37
3. METODE PENELITIAN ....................................................................... 39
3.1. Pemahaman ........................................................................................ 39
3.2. Peer Group Discussion ...………………………………………….... 39
3.3. Analisis Isi ...............……………………………………………….. 40
3.3.1. Pengumpulan Data ................................................................ 41
3.3.2. Pengolahan Data ....…………………………………………. 42
3.3.2.1. Identifikasi Skripsi ........................................................ 42
3.3.2.2. Identifikasi Teori di Skripsi & di Dunia …………....... 43
3.3.3. Analisa Data ………………………………………………… 43
4. PERKEMBANGAN PENERAPAN TEORI STRUKTUR KOTA …. 45
4.1. Ulasan Umum .................................................................................... 45
4.2. Identifikasi Skripsi ………………………………………………….. 45
4.2.1. Periode 1980-an …………………………………………….. 45
4.2.2. Periode 1990-an …………………………………………..... 48
4.2.3. Periode 2000-an ..…………………………………………… 55
4.3. Perkembangan Penerapan Teori Struktur Kota ……………............. 60
4.3.1. Perkembangan Penelitian Perkotaan Berdasarkan Fokus
Penelitian ………………………………………...……........ 60
4.3.2. Perkembangan Penelitian Perkotaan Berdasarkan Metode &
Variabel .…………………………………………………..... 62
4.3.3. Perkembangan Penelitian Perkotaan Berdasarkan Teori &
Konsep ......………………………………………………….. 63
4.4. Perkembangan Teori Struktur Kota ...………………………............ 68
5. RINGKASAN ………………………………………………………...… 70
DAFTAR PUSTAKA ….....………………………………………………..... 72
Perkembangan teori...,Ardityo,FMIPA UI,2009
xi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1. Macam-macam Kategori Variabel ................................................ 12
Gambar 2.2. Proses Perubahan Ilmu Pengetahuan Menurut Kuhn .................... 15
Gambar 2.3. Model Teori Konsentris ............................................................... 25
Gambar 2.4. Model Teori Sektor ...................................................................... 27
Gambar 2.5. Model Teori Inti Berganda ........................................................... 29
Gambar 2.6. Citra satelit urban sprawl ............................................................ 33
Gambar 2.7. Edge City Tyson’s Corner abad ke-21 ......................................... 34
Perkembangan teori...,Ardityo,FMIPA UI,2009
xii
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1. Identifikasi Skripsi .............................................................. Lampiran
Tabel 3.2. Perbandingan Teori di Skripsi & di Dunia ......................... Lampiran
Tabel 4.1. Daftar Skripsi ...................................................................... Lampiran
Tabel 4.2. Masalah/Fokus Penelitian Tiap Skripsi .............................. Lampiran
Tabel 4.3. Metode Penelitian dalam Tiap Skripsi ................................ Lampiran
Tabel 4.4. Variabel yang Digunakan dalam Tiap Skripsi .................... Lampiran
Tabel 4.5. Penerapan Teori Struktur Kota Pada Skripsi
Dept. Geografi UI ................................................................ Lampiran
Perkembangan teori...,Ardityo,FMIPA UI,2009
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Buku-buku mengenai filsafat ilmu menjelaskan bahwa geografi
merupakan ilmu yang sangat tua. Namun, perkembangan geografi yang terjadi di
berbagai negara sangat bervariasi. Geografi tidak hanya menghapal negara-negara
dan nama ibukotanya. Sebenarnya geografi jauh lebih dari sekedar definisi
sederhana mengenai tempat. Beberapa ahli berusaha untuk memberikan definisi
mengenai geografi. Menurut Ptolemy (150 SM), geografi bertujuan untuk
memberikan keseluruhan gambaran mengenai bumi dengan memetakan suatu
lokasi. Dickinson (1969) berpendapat bahwa geografi pada dasarnya ialah ilmu
yang mempelajari permukaan bumi secara regional atau kronologis. Pendapat lain
mengatakan bahwa geografi ialah ilmu yang berusaha menemukan dan memahami
persamaan-persamaan dan perbedaan-perbedaan yang ada dalam ruang muka
bumi (Sandy, 1988).
Pertanyaan-pertanyaan ilmiah yang diajukan oleh para ilmuwan berkisar
pada rumus 5W+1H, yaitu what (apa), where (dimana), when (kapan), why
(mengapa), who (siapa), dan how (bagaimana). Dalam sudut pandang geografi,
yang menjadikannya istimewa ialah ketika menjawab pertanyaan “apa” dan
“dimana”, yaitu dengan memetakan letak suatu fenomena pada saat tertentu.
Geografi bukan dicirikan oleh materi yang dikaji, bukan pula oleh pertanyaannya,
melainkan oleh cara menjawab pertanyaan tersebut (Sutanto, 2000). Untuk
menjawab pertanyaan secara geografi, yang digunakan ialah kemampuan berpikir
secara spasial (ruang), dimana konsep keruangan dan generalisasi merupakan
sarana untuk menjelaskan berbagai fenomena yang terjadi di permukaan bumi,
baik dalam skala lokal maupun global.
Fenomena yang terjadi di permukaan bumi dapat dibagi ke dalam
fenomena fisik dan sosial, sehingga terdapat dua cabang utama dalam ilmu
Perkembangan teori...,Ardityo,FMIPA UI,2009
2
Universitas Indonesia
geografi, yaitu Geografi Fisik dan Geografi Sosial. Geografi fisik menekankan
pada pemahaman terhadap proses-proses yang telah dan yang akan terjadi pada
fisik bumi. Sedangkan geografi sosial lebih fokus untuk mempelajari pola-pola
dan berbagai proses pembentuk interaksi yang terjadi antara manusia dengan
lingkungannya, dengan mempertimbangkan terbatasnya ruang permukaan bumi.
Salah satu bidang ilmu dalam geografi sosial adalah geografi perkotaan.
Geografi Perkotaan ialah salah satu bidang ilmu dalam geografi yang
mempelajari mengenai kota dan berbagai fenomena yang yang saling terkait di
dalamnya, dengan tujuan untuk lebih memahami bagaimana faktor-faktor yang
ada berinteraksi dalam ruang sebuah kota. Sehubungan dengan hal itu, terdapat
dua pendekatan yang dapat digunakan. Pertama, studi mengenai sistem kota, yaitu
studi terhadap contoh kasus terkait dengan persebaran spasial kota-kota itu sendiri
dan pola-pola yang terbentuk karena pergerakan, perpindahan, dan hubungan yang
terbentuk. Kedua, studi mengenai kota sebagai sebuah sistem, dimana pemahaman
terhadap pola-pola persebaran dan interaksi dalam sebuah kota. Pada dasarnya
ialah studi mengenai struktur didalamnya.
Struktur sebuah kota dapat didefinisikan sebagai bermacam hubungan
yang terbentuk antara tiap elemen dalam aktivitas perkotaan yang dapat bersifat
persaingan, pelengkap, dan juga penambah dalam suatu wilayah kota. Secara
sederhana, struktur kota diartikan sebagai penyusunan berbagai penggunaan tanah
dalam daerah perkotaan.
Studi-studi empiris mengenai struktur kota telah dilakukan oleh beberapa
ahli. Burgess (1924) memperkenalkan teori Concentric Zone (Zona Konsentris)
dengan mengambil contoh kota Chicago. Teori ini bertujuan untuk mengetahui
perluasan kota terkait dengan sosial ekonomi penduduknya. Dalam teori ini
disebutkan terdapat lima zona dengan pola konsentrik yang dicirikan penggunaan
tanahnya masing-masing. Pusat kota atau Zona I ditandai dengan hadirnya
Central Bussines District (CBD), seperti perkantoran, perdagangan, dan
pemerintahan. Semakin menjauh dari pusat kota, dapat ditemui bahwa
penggunaan tanah yang ada didominasi oleh pemukiman yang kualitasnya
Perkembangan teori...,Ardityo,FMIPA UI,2009
3
Universitas Indonesia
semakin baik. Hoyt pada tahun 1939 memperkenalkan Model Sektoral. Hoyt
menyebutkan bahwa kota tumbuh dan berkembang dari pusatnya bukan sebagai
lingkaran, melainkan dalam sektor-sektor. Hal ini terjadi karena beberapa area
dalam kota lebih cocok untuk aktivitas tertentu. Teori Inti Berganda (Multiple
Nuclei) disampaikan oleh Harris-Ullman (1945), dimana pola keruangan tidak
konsentris dan seolah-olah memiliki zona dengan inti yang berdiri sendiri, seperti
inti pemerintahan, inti perdagangan, dan inti transportasi. Seiring dengan waktu,
maka inti-inti tersebut akan menyatu menjadi suatu pusat urban. Ketiga teori
perkotaan tersebut tergolong ke dalam teori beraliran klasik yang masih sedikit
menjelaskan mengenai hubungan antara perkembangan fisik kota dan kondisi
sosial penghuninya. Pada umumnya, teori struktur kota beraliran klasik
memandang kota sebagai sebuah sistem sosial yang dapat mengatur dirinya
sendiri sehingga perkembangan kota akan selalu berjalan dalam keseimbangan
(Singgih dalam Setiadi). Kemunculan teori-teori tersebut diakibatkan dari
pengalaman negara-negara industri maju yang kondisi masyarakatnya telah "siap"
secara sosial budaya untuk membawa perkembangan kota ke arah tata laku yang
urbanized (McGee dalam Setiadi, n.d.).
Di samping teori beraliran klasik, ada pula teori perkotaan kontemporer
yang diwarnai dengan fenomena in-migrasi baik dari luar daerah maupun luar
negeri sehingga tercipta proses globalisasi dan urbanisasi. Keyakinan ini muncul
terutama berdasarkan pengalaman urbanisasi kota-kota di Asia. Oleh karena itu,
dalam perkembangan terakhir, berbagai kajian tentang struktur fisik kota lebih
dilandasi oleh perpaduan teoritis atau sintesa antara pola pikir klasik dan
kontemporer, seperti yang dilakukan oleh Anthony D. King di perkotaan India
serta Emel Yucekus dan Tridib Banarjee di perkotaan Cina (Dandekar dalam
Setiadi, n.d.). Berkaitan dengan kemajemukan masyarakat kota, teori perkotaan
kontemporer menyatakan bahwa sebuah kota sesungguhnya tidak semata-mata
mewakili “keaslian” masyarakat pribumi atau “eksklusifivitas” masyarakat
pendatang secara terpisah, namun keduanya justru terintegrasi ke dalam proses
yang sama sehingga memunculkan keanekagaraman gejala urbanisasi (Evers &
Korff dalam Setiadi, n.d.). I Made Sandy (1977) juga mengungkapkan teorinya,
Perkembangan teori...,Ardityo,FMIPA UI,2009
4
Universitas Indonesia
yang didasarkan atas pengkajian kota-kota kolonial di Indonesia. Ia beranggapan
bahwa ada dua bagian kota, pertama ialah bagian kota yang terencana dengan
baik. Pada umumnya terletak di pusat kota dan berfungsi sebagai CBD, dimana
terdapat segala sarana pokok kota seperti jalan, listrik, telepon, air bersih, dan
sanitasi. Di sisi lain, terdapat bagian kota yang tidak terencana dengan baik, yang
terletak di pinggiran kota dimana hampir tidak ada sarana pokoknya, kalaupun ada
sangat minim.
Perkembangan kota terjadi karena tuntutan akan tersedianya penggunaan
tanah untuk memenuhi kebutuhan penduduknya. Hal ini menandakan perubahan
struktur kota atau perluasan wilayah urban. Berbagai teori yang diperkenalkan
oleh para ahli sudah tepat untuk menggambarkan tren perkotaan yang terjadi pada
masanya. Dalam usaha untuk mempelajari geografi perkotaan pada masa
sekarang, perlu dilakukan studi yang lebih dari memahami teori-teori struktur kota
klasik milik Burgess, Hoyt, dan Harris-Ullman, tapi diperdalam dengan teori-teori
kontemporer yang ada dan sedang berkembang di dunia. Untuk memahami
keadaan perkotaan saat ini, penggunaan teori-teori klasik tersebut dirasa sudah
kurang relevan, karena tidak menggambarkan keadaan perkotaan yang
sebenarnya. Sehingga diperlukan pemahaman akan teori-teori terbaru, atau malah
dapat menciptakan teori perkotaan baru. Sehubungan dengan hal itu, maka penulis
berusaha untuk mengetahui perkembangan penerapan teori-teori struktur kota
yang digunakan di Departemen Geografi Universitas Indonesia.
1.2. Tujuan Penelitian
Kegiatan penelitian ini memiliki tujuan umum, yaitu untuk mengetahui
perkembangan penerapan “teori struktur kota” dalam kajian geografi perkotaan di
Departemen Geografi Universitas Indonesia (Dept. Geografi UI). Di samping itu,
terdapat pula tujuan khusus yang ingin dicapai antara lain:
a. Mengidentifikasi kecenderungan perkembangan penerapan teori dalam kajian
struktur kota yang selama ini diterapkan di Dept. Geografi UI.
Perkembangan teori...,Ardityo,FMIPA UI,2009
5
Universitas Indonesia
b. Membandingkan kecenderungan tersebut dengan arah perkembangan mutakhir
aliran pemikiran geografi perkotaan.
1.3. Pertanyaan Penelitian
Sehubungan dengan latar belakang dan tujuan penelitian di atas,
pertanyaan penelitian yang diajukan adalah:
a. Apakah konsep yang mendasari teori struktur kota dan bagaimanakah
perkembangan mutakhir konsep tersebut?
b. Bagaimanakah kecenderungan penerapan konsep dan teori struktur kota dalam
disipilin geografi, khususnya dalam kajian geografi perkotaan di Dept.
Geografi UI?
1.4. Ruang Lingkup Penelitian
Pembahasan obyek dalam penelitian ini ialah mengenai perkembangan
penerapan teori struktur kota yang terdapat di Departemen Geografi Universitas
Indonesia dengan mengkaji skripsi-skripsi yang telah dihasilkan. Dalam hal ini,
digunakan skripsi terkait dengan teori struktur kota dalam rentang waktu antara
tahun 1980-an hingga 2000-an. Pemilihan skripsi pada periode 1980-an hingga
2000-an bertujuan agar dapat dilihat kecenderungan atau tren dari teori struktur
kota yang digunakan dalam berbagai aplikasi. Selain itu, untuk melihat apakah
dalam kurun waktu tersebut dinilai proporsional, dimana tidak terlalu jauh jarak
antara skripsi terkini dengan skripsi terdahulu dalam melihat tren perubahan
penggunaan teori struktur kota, aplikasi, dan metode yang digunakan.
1.5. Metodologi Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari:
a. Peer group discussion. Metode ini dilakukan dalam suatu kelompok diskusi
yang terdiri atas mahasiswa atau bersama-sama dengan dosen yang
Perkembangan teori...,Ardityo,FMIPA UI,2009
6
Universitas Indonesia
berkompetensi. Pelaksanaan metode ini bertujuan untuk terjadi pertukaran
informasi untuk mencari kesamaan pemahaman akan teori-teori perkotaan.
b. Studi literatur dengan menggunakan metode content analysis. Untuk
membahas perkembangan penerapan teori perkotaan di Dept. Geografi UI,
maka yang menjadi bahan penelitian ialah skripsi yang telah dilakukan oleh
mahasiswa dan mahasiswi Dept. Geografi UI sebelumnya. Pembahasan skripsi-
skripsi tersebut dibantu dengan sumber-sumber literatur lainnya, seperti buku
teks, jurnal, baik yang tercetak maupun tersedia on-line (internet).
Kedua metode diatas bukanlah sebuah urutan, namun relatif fleksibel
untuk dilakukan. Kedua metode di atas dapat dilakukan secara bersamaan. Selain
itu dapat berulang kali dilaksanakan.
Beberapa tahapan yang dilakukan dalam penelitian ini antara lain:
a. Memahami perkembangan ilmu geografi yang terjadi di dunia dan di
Indonesia.
b. Memahami konsep-konsep dasar yang terkait struktur kota dan meletakkan
pemahaman tersebut dalam konteks perkembangan ilmu geografi.
c. Memahami perkembangan aliran pemikiran (school of thought) mengenai
struktur kota serta turunan teoritis dan metodologisnya.
d. Membuat pengelompokkan (periodisasi) terhadap perkembangan pemikiran di
atas berdasarkan ciri-ciri utamanya.
e. Mengidentifikasi ciri-ciri utama yang muncul dalam tema penelitian sejenis
pada skripsi di Dept. Geografi UI terkait dengan teori struktur kota.
f. Membandingkan temuan yang diperoleh dari hasil periodisasi (no. 4) dan
identifikasi ciri-ciri utama (no. 5).
g. Menempatkan substansi (teori, metode, dan hasil) skripsi Dept. Geografi UI
pada kelompok (periode) pemikiran yang dianggap sesuai.
h. Membahas perkembangan substansi (teori, metode, dan hasil) skripsi Dept.
Geografi UI dan kesesuaiannya dengan perkembangan pemikiran yang terjadi
di dunia.
i. Penarikan ringkasan.
Perkembangan teori...,Ardityo,FMIPA UI,2009
7
Universitas Indonesia
Pada tahap pengolahan data disusun suatu matriks mengenai konsep-
konsep perkotaan dan juga matriks terhadap skripsi-skripsi untuk memudahkan
pengidentifikasian serta perbandingan antara skripsi-skripsi di Dept. Geografi UI
dengan konsep yang ada. Selanjutnya untuk mempertajam analisa dan
memperkuat hasil pengolahan data dilakukan penarikan kesimpulan dengan logika
induktif.
Karena pada penyusunan penelitian ini penulis menggunakan karangan
ilmiah bertipe ideografik, maka terdapat beberapa hal yang perlu mengalami
penyesuaian dibandingkan penyusunan skripsi pada umumnya, antara lain
hipotesa diganti dengan pengutaraan atau deskripsi secara detail dan informatif.
Hasil akhir penelitian bukan merupakan kesimpulan, melainkan suatu ringkasan
atau resume dari apa yang menjadi tujuan penelitian dengan skala unit analisis
messo spasial yang menjelaskan perkembangan teori struktur kota.
1.6. Batasan
a. Konsep dasar ialah ide atau pemikiran atas suatu pengalaman dan fenomena
yang kemudian dinyatakan berupa asumsi dan pernyataan yang digunakan para
ahli dalam penarikan suatu teori.
b. Kota dapat digambarkan sebagai suatu pemusatan penduduk yang memiliki
gaya hidup dan pola tenaga kerja yang beragam. Karakteristik kota antara lain
memiliki luas wilayah yang besar, serta jumlah dan kepadatan penduduk yang
tinggi. Dengan tingginya jumlah penduduk, maka tingkat heterogenitas
penduduknya juga tinggi, seperti dalam strata sosial ekonomi. Kegiatan
ekonomi yang ada didalamnya terkonsentrasi pada industri, bukanlah kegiatan
pertanian (Hartshorn, 1992).
c. Wilayah Perkotaan ialah bagian dari wilayah kota dengan kepadatan penduduk
yang tinggi, persentase luas tanah non-urban rendah, kerapatan jaringan jalan
tinggi, fasilitas kota cukup baik, dan ada pusat keramaian.
d. Struktur Kota diartikan sebagai penyusunan berbagai penggunaan tanah dalam
wilayah perkotaan, seperti CBD atau Daerah Pusat Usaha, daerah permukiman,
daerah industri, daerah komersil, dan daerah pemerintahan.
Perkembangan teori...,Ardityo,FMIPA UI,2009
8
Universitas Indonesia
e. Teori ialah ide-ide yang menjelaskan sesuatu, terutama mengenai prinsip-
prinsip umum yang akan dijelaskan. Sedangkan struktur kota diartikan sebagai
penyusunan berbagai penggunaan tanah dalam wilayah perkotaan. Dengan
demikian, teori struktur kota ialah ide-ide atau prinsip-prinsip umum dalam hal
penyusunan berbagai penggunaan tanah dalam wilayah perkotaan.
f. Perkembangan dapat didefinisikan sebagai suatu deretan keadaan yang
mengarahkan suatu perubahan untuk terus maju (bukan mundur) sehingga
tercipta perubahan yang teratur dan koheren. Maksud “teratur” dan “koheren”
disini ialah terlihatnya hubungan yang nyata antara perubahan yang terjadi
dengan perubahan yang mendahului atau mengikutinya (Nursidik, 2008).
g. Perkembangan teori struktur kota yang dimaksud ialah peralihan atau
perubahan teori-teori mengenai struktur kota dari teori struktur kota beraliran
klasik menuju teori struktur kota yang lebih kontemporer. Dalam kaitannya
dengan penelitian ini ialah teori-teori yang dipelajari dan dipergunakan dalam
penyusunan skripsi di Dept. Geografi UI.
1.7. Alur Penelitian
Dunia
Identifikasi
Perkembangan teori-teori dalam penelitian
mengenai Geografi Perkotaan di Dept.
Geografi UI
Perkembangan penerapan teori stuktur kota di Dept. Geografi UI dengan konsep dan teori struktur
kota yang mutakhir di dunia.
Fenomena perkembangan struktur kota secara geografis
Perkembangan bidang ilmu lain
Perkembangan ilmu geografi
Perubahan paradigma dan konsep dasar
Muncul teori atau metode baru
Teori Geografi Perkotaan
Teori Struktur Kota (Konsentris, Sektor,
Inti Berganda, Urban Sprawl, Edge City, & Compact City)
Perkembangan teori...,Ardityo,FMIPA UI,2009
9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Konsep
Konsep (concept atau construct) ialah simbol yang digunakan untuk
memaknai fenomena tertentu (Ihalauw, 2004). Penentuan dan perincian konsep ini
merupakan hal yang sangat penting agar persoalan-persoalan utamanya tidak
menjadi kabur. Konsep yang terpilih perlu ditegaskan, agar tidak terjadi salah
pengertian mengenai arti konsep tersebut. Namun tetap perlu diperhatikan, karena
konsep merupakan hal yang abstrak, sehingga perlu diterjemahkan dalam kata-
kata sedemikian rupa, yang kemudian dapat diukur secara empiris.
Dari sudut bangunan teori, konsep merupakan unsur utama membentuk
teori (Dubin, 1969; Ihalauw, 2004). Sebuah konsep muncul karena dibentuk dan
untuk membentuk sebuah konsep, diperlukan tiga unsur utama yaitu simbol,
fenomena/fakta/objek/peristiwa/referensi empirik, dan makna tertentu (konsepsi)
(Zetterberg, 1966; Ihalauw, 2004). Pemanfaatan sebuah konsep walaupun tidak
selalu diikuti dengan penunjukkan objek (peristiwa), namun simbol beserta
dengan makna yang dikandungnya harus dinyatakan secara tegas dan jelas.
Berdasarkan hal tersebut, konsep ialah simbol yang diberi makna (konsepsi)
tertentu untuk suatu peristiwa (objek) tertentu.
Ỏ Simbol, dimana masing-masing disiplin keilmuan memiliki simbol-simbol
teknis tersendiri. Berbeda dengan ilmu kedokteran atau ilmu eksakta lain,
ilmu ekonomi dan manajemen menggunakan simbol-simbol yang diangkat
dari kata-kata dalam bahasa sehari-hari. Simbol sehari-hari itu kemudian
diberi konsepsi atau makna khas yang disepakati oleh komunitas ahli
ekonomi dan manajemen.
Ỏ Makna, pada umumnya makna dari sebuah simbol yang digunakan dalam
konsep yang dinyatakan melalui definisi. Oleh karena itu, terlebih dahulu
harus dipahami beberapa hal, seperti tujuan dari membuat definisi, jenis-jenis
Perkembangan teori...,Ardityo,FMIPA UI,2009
10
Universitas Indonesia
definisi, bagaimana membuat definisi, struktur sebuah definisi, jenis-jenis
makna, kepadanan definisi, dan cara menata definisi.
Konsep dibedakan dalam dua macam yaitu atribut (attribute), dan peubah
(variable). Suatu konsep dapat dikatakan atribut jika terdapat ciri khas (property)
yang dikandungnya, yang hanya dapat dibedakan menurut ada atau tidaknya suatu
ciri khas tertentu itu. Contoh konsep yang berupa atribut antara lain: gender,
agama, mata pencaharian, suku dan sebagainya. Konsep-konsep semacam ini
disebut juga categorical concept. Disamping itu, ada pula konsep berupa peubah
(variables) yaitu jika ciri khas (property) yang dikandungnya memperlihatkan
suatu derajat nilai atau besaran nilai tertentu. Contoh konsep yang berupa peubah
antara lain: kewanitaan, kejawaan, laba, keresikoan, pendapatan, usia, dan
sebagainya. Konsep-konsep semacam ini disebut juga continous variable.
Kish (dalam Ihalauw, 2004), menjelaskan beberapa kategori variabel.
Variabel yang menjadi fokus penelitian (focus of the research) disebutnya
explanatory variables, sedangkan variabel-variabel lainnya disebut extraneous
variables. Selanjutnya explanatory variables dibedakan ke dalam peubah terikat
(dependent variables) dan peubah bebas (independent variables). Sedangkan
extraneous variables dibedakan menjadi peubah terkendali (controlled variables)
dan peubah tak terkendali (uncontrolled variables). Peubah dapat juga dibedakan
ke dalam peubah kuantitatif (quantitative variables), yaitu apabila memiliki
besaran nilai, atau interval dari peubah tersebut berupa nilai; dan peubah kualitatif
(qualitative variables), dimana memiliki kategori-kategori discrete yang lazimnya
dinyatakan dengan kata atau label, dan beda antar kategorinya bukanlah angka
melainkan kandungan ciri-cirinya yang spesifik. Dalam artian seperti ini peubah
kualitatif diartikan sama dengan konsep jenis atribut (categorical concept) atau
dengan perkataan lain kata variabel digunakan dalam artian general, bukan
spesifik.
Perkembangan teori...,Ardityo,FMIPA UI,2009
11
Universitas Indonesia
Selain pembedaan tersebut di atas, masih ada lagi pembedaan lain. Peubah
(variable) dibedakan ke dalam flow variable, stock variable dan constant.
Pembedaan ini terutama didasarkan pada kaitannya dengan waktu dan
perkembangan teknologi.
2.2. Teori
Teori adalah sebuah sistem dalil-dalil atau sebuah rangkaian terpadu dari
dalil-dalil, sedangkan dalil adalah sebuah pernyataan yang menyatakan tentang
sifat sebuah fenomena (Ihalauw, 2004). Dengan demikian, sebuah atau beberapa
dalil merupakan unsur pembentuk teori. Dalil-dalil tersebut terangkai dan terkait
satu sama lainnya sehingga menjadi satu totalitas sistem yang terpadu. Dalil-dalil
yang tidak terangkai tidak akan membentuk sebauh teori, melainkan hanya
merupakan himpunan dalil-dalil.
• Dependent Variables
• Independent Variables
Pumpunan Penelitian (Explanatory Variables)
• Controlled Variables
• Uncontrolled Variables
Bukan Pumpunan Penelitian (Extraneous Variables)
• Memiliki besaran nilai atau interval nilai
Peubah Kuantitatif
• Memiliki kategori discrete yang dinyatakan dengan kata (label). Disebut juga atribut (categorical concept)
Peubah Kualitatif
• Nilai berubah cepat dalam jangka pendek
Peubah flow
•Nilai berubah lambat dalam jangka waktu panjang
Peubah stock
• Nilai hanya berubah dalam jangka waktu yang sangat panjang dan penyebab perubahan tidak diketahui
Peubah constant
Bagan 2.1. Macam-Macam Pembedaan Peubah (Variabel) Gambar 2.1. Macam-macam Kategori Variabel
Perkembangan teori...,Ardityo,FMIPA UI,2009
12
Universitas Indonesia
Dalam berbagai percakapan dan literatur, teori dan model seringkali
digunakan secara bergantian. Unsur pembentuk keduanya sama yaitu dalil-dalil.
Baik model maupun teori dibentuk dengan cara merangkai seperangkat dalil-dalil
sehingga menjadi sebuah sistem dari dalil-dalil.
Namun, model berbeda dari teori bila ditinjau dari aras abstrak atau nilai
informatif yang dikandungnya. Sebuah model dibentuk oleh rangkaian dalil aras
rendahan, sedangkan teori dibentuk oleh dalil-dalil beraras lebih tinggi.
Sebagaimana halnya tidak semua konsep dan dalil berada pada aras abstrak yang
relatif tinggi, begitu juga tidak semua teori berada pada aras abstrak yang tinggi.
Bahkan banyak dari teori itu berada pada aras abstrak rendahan, sehingga disebut
model.
2.3. Asumsi
Ihalauw (2004), dalam bukunya berjudul Bangunan Teori mengatakan
bahwa untuk membuat asumsi, perlu terlebih dahulu memperhatikan tiga syarat,
antara lain:
a. Asumsi itu harus relevan dengan masalah dan persoalan penelitian yang
menjadi perhatian.
b. Asumsi itu harus disimpulkan dari keadaan sebagai mana adanya (faktual),
bukan dari keadaan yang seharusnya ada (ideal).
c. Asumsi itu harus diungkapkan secara tegas, jangan dibiarkan tersirat.
Setelah tiga syarat tersebut terpenuhi, kemudian asumsi yang digunakan itu
dipaparkan dalam bentuk pernyataan dan disertai penalaran sehingga jelas
mengapa asumsi itu perlu dibuat.
Asumsi diperlukan karena disadari bahwa masalah dan persoalan
penelitian merupakan sebagian kecil dari masalah yang lebih besar, sangat luas,
rumit, dan senantiasa berubah. Hal ini terkait dengan terbatasnya pengamatan
manusia terhadap berbagai fenomena. Dengan demikian, perlu dibuat asumsi agar
ilmu dapat menggambarkan atau menjelaskan secara analitis apa yang dapat
Perkembangan teori...,Ardityo,FMIPA UI,2009
13
Universitas Indonesia
diserap melalui pengamatan yang terbatas itu. Asumsi merupakan pernyataan
tentang kondisi di luar persoalan penelitian yang dianggap dan diterima sebagai
sesuatu yang benar tanpa harus dibuktikan secara empirik terlebih dahulu. Bisa
dibayangkan, betapa persoalan penelitian yang hendak ditelaah tidak akan pernah
dilaksanakan jika asumsi harus terlebih dahulu dibuktikan benar atau tidaknya
(Ihalauw, 2004).
2.4. Paradigma
Konsep paradigma menjadi populer melalui buku karya Thomas Samuel
Kuhn yang berjudul “The Structure of Scientific Revolutions”. Dalam bukunya
tersebut, Kuhn sendiri kesulitan untuk menjelaskan apa yang dimaksud dengan
paradigma. Sehingga ia menggunakan paradigma dalam 21 makna yang berbeda,
dengan revolusi keilmuan sebagai titik tolak. Yang dapat ia jelaskan ialah bahwa
setiap komunitas ilmiah memegang teguh suatu paradigma, karena menawarkan
masalah pokok beserta pemecahannya, penjelasan dari hal paling dasar di
kehidupan, dan menunjukkan suatu objek penelitian serta menyajikan kerangka
teoritis atas data yang dihadapi peneliti (Dua, 2007). Babbie (dalam Ihalauw,
2004), menegaskan bahwa paradigma adalah “fundamental models or frame of
reference we use to organize our observations and reasoning”. Paradigma bukan
merupakan ungkapan salah atau benar sebagai cara pandang terhadap sesuatu,
melainkan apakah cara pandang itu lebih bermanfaat atau kurang bermanfaat.
Setiap paradigma menawarkan sebuah cara pandang berbeda terhadap sesuatu
termasuk kehidupan manusia. Setiap cara pandang mengandung asumsi-asumsi
tertentu tentang hakekat dari apa yang dipelajari secara ilmiah. Asumsi berperan
untuk:
Ỏ Memberikan bingkai agar menjadi jelas ranah dari apa yang akan diteliti,
sehingga dengan demikian dapat diteliti.
Ỏ Membuat hal-hal lain yang tidak diteliti itu konstan, tidak berubah, sehingga
dianggap tidak mempengaruhi apa yang akan diteliti.
Perkembangan teori...,Ardityo,FMIPA UI,2009
14
Universitas Indonesia
Thomas Kuhn selanjutnya berpendapat bahwa kemajuan ilmu pengetahuan
berlangsung melalui akumulasi pemahaman-pemahaman baru. Namun perubahan-
perubahan mendasar sesungguhnya terjadi karena hasil revolusi keilmuan. Proses
perubahan keilmuan yang dikemukakan oleh Kuhn dapat dipaparkan melalui
bagan berikut (Ihalauw, 2004).
Pada satu masa tertentu ilmu didominasi oleh sebuah paradigma tertentu
(Paradigma I). Berdasarkan paradigma tertentu itu, terjadilah akumulasi ilmu
pengetahuan, berlangsung kemajuan ilmu. Situasi kemajuan seperti ini dikenal
sebagai normal science. Hal ini terjadi ketika suatu periode dimana paradigma
memainkan perannya secara konsisten dalam praktik ilmu pengetahuan, karena
ilmu pengetahuan masih dapat bekerja dengan kriteria penelitian sebagaimana
ditawarkan populasi peneliti pendukungnya. Maka normalitas ilmu pengetahuan
ditentukan oleh masyarakat ilmiah dan didukung secara kuat oleh kekuasaan
ilmiah yang ada di dalam masyarakat tersebut (Dua, 2007).
Jika komunitas cenderung mempertahanan status quo dan stabilitas
paradigma, sejarah dan waktu justru menunjukkan kemungkinan perubahannya.
Kuhn (dalam Dua, 2007) mengidentifikasikan fase ini sebagai tahap revolusi ilmu
pengetahuan, yaitu suatu fase yang menentukan perkembangan ilmu pengetahuan.
Gambar 2.2. Proses Perubahan Ilmu Pengetahuan Menurut Kuhn
Paradigma I
Paradigma II
Anomalies Normal
Science
Krisis
Revolusi
Keilmuan
Perkembangan teori...,Ardityo,FMIPA UI,2009
15
Universitas Indonesia
Karya-karya ilmiah selain mengakumulasi ilmu pengetahuan berdasarkan
paradigma yang ada, juga membuahkan penyimpangan-penyimpangan yang tak
dapat dijelaskan lagi berdasarkan paradigma yang sedang digunakan. Tahapan
inilah yang dimaksud dengan anomalies, dimana data dan pengamatan apapun
sudah tidak cocok lagi dengan skema teoritis yang ada. Apa yang dikatakan
sebagai anomali ini tidak dapat diprediksi. terkadang muncul sebagai kebetulan
belaka. Karena itu komunitas ilmuwan pada tingkat yang sangat dini berusaha
menjelaskan data-data baru tersebut dengan kerangka teoritis yang ada. Tetapi jika
kerangkan penjelasan tersebut tidak memuaskan lagi, maka data yang dilihat
sebagai anomali, sekarang dilihat sebagai pencetus adanya krisis (Dua, 2007).
Krisis, dapat dikatakan terjadi ketika penyimpangan-penyimpangan itu telah
memuncak. Hal ini dikarenakan kerangka teoritis yang lama tidak dapat dipercaya
lagi sebagai kerangka penjelas, sementara kerangka penjelasan lain belum
ditemukan. Jika situasi seperti ini telah terjadi, maka munculah revolusi keilmuan
dimana paradigma I ditinggalkan dan hadirnya paradigma II yang digunakan
sebagai landasan baru bagi gagasan-gagasan ilmiah (Ihalauw, 2004).
Krisis dapat diakhiri dengan runtuhnya bangunan ilmu tersebut, tetapi juga
dapat menjadi pendorong bagi munculnya teori-teori baru dan penemuan fakta-
fakta baru. Kemungkinan pertama menjadi sangat merugikan bagi sebuah teori,
tetapi kemungkinan kedua justrumelahirkan sebuah perspektif baru dalam ilmu
dan mengubah perspektif masyarakat ilmiah terhadap realitas. Kemungkinan
terakhir ini dapat dilihat sebagai revolusi imiah, yang pada gilirannya akan
menaakan perbahan besar dalam bidang struktur buku pelajaran dan penerbitan
hasil-hasil penelitian. Seluruh proses dinamis ini oleh Kuhn disebut juga sebagai
kebebasan ilmu pengetahuan (Ihalauw, 2004).
2.5. Geografi & Perkembangannya
Geografi ialah ilmu yang dapat memberikan jawaban atas pertanyaan
pertama yang manusia ajukan, “Ada apa disana?”. Eksplorasi dan penemuan
tempat-tempat baru, kebudayaan yang baru, dan pemikiran-pemikiran baru selalu
menjadi komponen mendasar dari geografi. Dengan demikian, geografi sering
Perkembangan teori...,Ardityo,FMIPA UI,2009
16
Universitas Indonesia
disebut sebagai ibu ilmu pengetahuan seraya mempelajari manusia dan berbagai
tempat yang mengarah pada bidang ilmu lain, seperti biologi, antropologi,
geologi, astronomi, dan lain-lain. Geografi dapat menjawab mengenai apa dan
dimana, namun dalam mengetahui arti geografi itu sendiri, belum ada definisi
yang pasti.
Geografi berasal dari bahasa Yunani, dimana 2200 tahun yang lalu,
Erasthotenes memperkenalkan geografi yang secara harafiah berarti gambaran
bentuk muka bumi. Kemudian disusul oleh Ptolemy (150 SM) yang menyebutkan
bahwa, geografi bertujuan untuk memberikan keseluruhan gambaran mengenai
bumi dengan memetakan suatu lokasi. Hingga kini, geografi telah berkembang
lebih dari sekedar definisi sederhana mengenai rupa bumi. Konsep dari geografi
selalu berubah sepanjang waktu, sehingga mendapatkan definisi untuk sesuatu
yang sangat dinamis dan mencakup keseluruhan subjek menjadi tidak mudah
dikarenakan keterkaitannya dengan bidang ilmiah lainnya. Tidak sedikit ahli
geografi ataupun bukan geograf yang berusaha mendefinisikan bidang ilmu ini.
Pengertian geografi berubah seiring dengan pengetahuan manusia yang
terus bertambah. Sekitar abad 18 dan 19, muncul konsep geografi modern dengan
tokoh pelopornya ialah Immanuel Kant (1780) dan Alexander van Humboldt
(1845). Kedua tokoh tersebut menyebutkan bahwa geografi ialah ilmu yang
bersifat sintesis. Ketika melakukan kajian, seorang ahli geografi harus memiliki
kesadaran akan pentingya pengetahuan yang berasal dari bidang ilmu lain dan
memiliki kemampuan untuk memadukannya ke dalam analisis geografi. Kedua
tokoh tersebut kemudian mendorong munculnya teori-teori baru pada abad 20.
Richard Hartshorne (1959) memberikan pengertian bahwa geografi ialah studi
mengenai areal differentiation, sedangkan Chrisholm (dalam Sandy, 1973)
mengungkapkan bahwa geograf mempelajari pola-pola spasial suatu fenomena,
interkasi, dan hubungan yang terbentuk dalam suatu wilayah. Berdasarkan
pendapat beberapa ahli, secara umum terdapat enam tema utama dalam geografi,
yaitu lokasi (location), tempat (place), wilayah (region), interaksi manusia-
Perkembangan teori...,Ardityo,FMIPA UI,2009
17
Universitas Indonesia
lingkungan (human-environment interaction), mobilitas (mobility), dan skala
(scale).
Seperti bidang ilmu lainnya, perkembangan dan perubahan yang terjadi di
dunia turut mempengaruhi perkembangan dan perubahan keilmuan bagi geografi.
Perkembangan yang terjadi dapat berupa prediksi atau solusi terhadap suatu
masalah, sehingga mendorong tercapainya solusi atau prediksi yang lebih jauh
menjelaskan mengenai perkembangan keilmuan. Ide atau pemikiran-pemikiran
baru memunculkan perubahan keilmuan, baik secara parsial maupun keseluruhan.
Dimana berperan sebagai dorongan untuk memperbaiki ide yang ada, atau untuk
membandingkan pemikiran yang satu dengan yang lain. Jika suatu subjek
akademik tidak mengalami perubahan, maka akan sekarat, jika tidak mau
dikatakan mati. Dalam penerapannya, perkembangan geografi tidak dapat
dilepaskan dari perkembangan tradisi dalam geografi. Tradisi yang berkembang
secara global dalam ilmu geografi dapat dijelaskan sebagai berikut:
a. Tradisi man-land relation: Memfokuskan untuk mempelajari faktor penyebab
dan dampak dari keterkaitan antara manusia dengan lingkungan. Keterkaitan
yang timbul tersebut sesungguhnya bersifat timbal balik dan saling
menguntungkan, dimana faktor manusia lebih dominan dibandingkan faktor
lingkungan.
b. Tradisi areal differentiation: Sekitar tahun 1920-an, tradisi ini dicetuskan
geograf-geograf di Amerika untuk menekankan pada penyajian dan penafsiran
secara akurat, teratur, dan rasional mengenai perbedaan karakter berbagai
tempat di permukaan bumi. Berbagai kajian diarahkan untuk
mengklasifikasikan dan menjelaskan gejala fisik, ekonomi, dan budaya sebagai
faktor pembentuk keunikan suatu wilayah.
c. Tradisi spatial analysis: Tradisi ini berkembang tahun 1950-an seiring dengan
adanya perhatian yang lebih besar tehadap pola-pola keruangan (spatial
pattern). Dengan menekankan pada penerapan model-model matematik dan
pengembangan teori, tradisi ini melahirkan kajian-kajian geografis yang
beraliran positivisme. Studi mengenai pusat permukiman, pusat pelayanan
Perkembangan teori...,Ardityo,FMIPA UI,2009
18
Universitas Indonesia
ekonomi, pola perjalanan penduduk, pelayanan transportasi, lokasi optimal,
dan studi empiris sejenisnya berkembang pesat dalam tradisi ini.
d. Tradisi social theory: Seiring dengan terjadinya krisis sosial pada tahun 1960-
an, banyak ahli geografi yang mulai mempertanyakan peranan ilmu geografi
dalam menanggapi berbagai perubahan sosial. Aliran Marxist pada saat itu
memberikan pengaruh kuat dalam kajian-kajian geografis terutama yang
berkaitan dengan ketimpangan ekonomi dan dampaknya pada struktur sosial
politik, yang kemudian dikenal dengan aliran ”geografi radikal”, yang mana
dicirikan oleh penolakannya pada paham positivisme. Selain aliran Marxist,
berkembang pula aliran humanis yang lebih menekankan pada “pemaknaan
sosial”. Aliran ini berupaya untuk mengkaji ”social outcomes” sebagai produk
dari kemampuan penduduk dalam mengelola lingkungannya. Dalam berbagai
kajiannya, aliran ini lebih menekankan penerapan pendekatan fenomenologi
yang difokuskan pada kondisi psikologis, emosional, dan persepsi manusia
terhadap tempat, ruang, dan lingkungan.
Di Indonesia, definisi geografi tidak mengalami perbedaan dengan
beberapa pendapat para ahli di dunia seperti di atas. Sandy, (1988) menyatakan
bahwa geografi adalah ilmu yang berusaha menemukan dan memahami
persamaan-persamaan dan perbedaan yang ada dalam ruang muka bumi. Dalam
sudut pandang geografi, yang menjadikannya istimewa ialah ketika menjawab
pertanyaan “apa” dan “dimana”, yaitu dengan memetakan letak suatu fenomena
pada saat tertentu. Geografi bukan dicirikan oleh materi yang dikaji, bukan pula
oleh pertanyaannya, melainkan oleh cara menjawab pertanyaan tersebut (Sutanto,
2000). Geografi melihat segala sesuatu dalam kaitannya dengan ruang. Tekanan
utama geografi bukanlah pada substansi, melainkan pada sudut pandang, yaitu
sudut pandang “spatial”. Produk akhir geografi adalah wilayah-wilayah atau
“regions”, sebagai perwujudan dari persamaan-persamaan dan perbedaan-
perbedaan dari sesuatu yang terdapat di muka bumi. “Wilayah-wilayah” tersebut
identik dalam prinsipnya dengan kurun-kurun waktu yang misalnya dihasilkan
oleh para pakar sejarah.
Perkembangan teori...,Ardityo,FMIPA UI,2009
19
Universitas Indonesia
Dari usaha “pengwilayahan” itulah kemudian para pakar geografi berusaha
menciptakan dalil-dalil umum dalam bentuk model-model spatial, yang digunakan
untuk “meramal”, sebagai usaha pemenuhan salah satu tuntutan hasil bidang
ilmiah. Ciri utama geografi sebagai sebuah bidang ilmu adalah penekanannya
pada perspektif keruangan. Sesuatu dapat menjadi “geografi” bukan ditentukan
oleh subyeknya melainkan oleh sejauh mana keterkaitannya dengan ruang
(space). Atau dengan kata lain, geografi mempelajari berbagai gejala berkaitan
dengan “ruang muka bumi” sebagai tempat berkembangnya kehidupan.
Perkembangan ilmu geografi juga menular di Indonesia, seperti yang
dijelaskan oleh Sandy (1988). Perkembangan geografi diidentifikasikan dalam
enam tahap, yaitu :
a. Tahapan pertama (sebelum tahun 1778), dimana penyelenggaraan dilakukan
secara pribadi tanpa koordinasi dalam bentuk karangan atau cerita perjalanan.
Namun dengan sifat karangan mengenai cerita perjalanan dan fokus bidang
ilmiah tidak jelas.
b. Tahapan kedua (1778-1904) yaitu penyelenggara pribadi namun telah ada
naungan koordinatif, yaitu lembaga Bataviaasch Genootschap van Kunsten en
Wetenschepappen dengan sifat karangan antara cerita perjalanan dan bidang
ilmiah.
c. Tahapan ketiga (1904-1941) yaitu dilakukan sebagian besar dari pemerintah
dan mendapat dorongan kuat dari Gubernur Jenderal dengan sifat karangan dan
eksplorasi atau pengumpulan data telah mengarah atau mengacu ke bidang-
bidang ilmu meskipun belum sampai tahap analitik. Akan tetapi, sebagian
besar bersifat deskriptif.
d. Tahapan keempat (1941-1950) dimana penyelenggara ialah angkatan perang
sekutu namun tidak ada eksplorasi hanya ada kompilasi dan analisis data yang
dilakukan untuk keperluan perang.
e. Tahap kelima (1950-1969) yaitu penyelenggara adalah pemerintah, namun
belum banyak kegiatan yang dilakukan hanya usaha analisa data yang pernah
dikumpulkan sebelumnya dan pembidangan ilmu jelas.
Perkembangan teori...,Ardityo,FMIPA UI,2009
20
Universitas Indonesia
f. Tahapan keenam (1969-1988) yaitu penyelenggara pemerintah yang dibantu
dengan tambahan para ahli asing secara perseorangan yang mendapat izin dari
pemerintah dan mendapat dorongan kuat dari Kepala Negara. Pembidangan
ilmu jelas. Terdapat publikasi oleh pemerintah baik Pusat atau Daerah dan
usaha penerbitan swasta sehingga ada harapan untuk meningkatkan mutu.
Perkembangan ilmu geografi kini telah melangkah jauh yang kemudian
memunculkan ilmu-ilmu terapan dengan menggabungkan geografi dengan bidang
ilmu lainnya, seperti geografi dengan demografi, geografi dengan ekonomi, dan
lain sebagainya. Keberadaan ilmu-ilmu terapan tersebut sebagai kepekaan ilmu
geografi untuk mempelajari segala fenomena yang ada di ruang muka bumi.
Khusus di Departemen Geografi, Universitas Indonesia perkembangan ilmu
geografi itu sendiri masih berada dalam tahap kajian geografi yang masih
terpengaruhi oleh paham positivisme. Hal itu terlihat dari beberapa skripsi yang
terdapat di Dept. Geografi, dimana studi-studi empiris mengenai perkembangan
kota, wilayah urban, dan sejenisnya lebih mendominasi dibandingkan dengan
pure science research, seperti mengkritisi perkembangan teori atau konsep.
2.6. Geografi Perkotaan
Ilmu geografi mempelajari persamaan dan perbedaan fenomena yang
terjadi di permukaan bumi. Salah satu fenomena yang terlihat adalah mengenai
perkotaan (urban), sehingga muncul Geografi Perkotaan (Urban Geography).
Pengertian mengenai kota sendiri berbeda-beda dalam berbagai literatur. Hal ini
dikarenakan sudut pandang yang berbeda dalam penarikan definisi. Yunus (dalam
Desmond, 2001) mengemukakan beberapa pandangan para ahli dalam
mendefinisikan kota.
Menurut Meyer, kota ialah tempat bermukimnya penduduk, bukan rumah
tinggal, jalan raya, kantor, dan sebagainya, melainkan penghuni yang telah
menciptakan segalanya itu.
Perkembangan teori...,Ardityo,FMIPA UI,2009
21
Universitas Indonesia
Max Webber mengatakan bahwa ciri khas kota terlihat dari pasarnya,
dimana jika sebagian besar penghuninya telah terpenuhi kebutuhan pokoknya oleh
pasar setempat.
Christaller mengemukakan teorinya yang menunjukkan fungsi kota
sebagai penyelenggara dan penyedia jasa-jasa bagi sekitarnya. Sedangkan Wirth
merumuskan kota sebagai permukiman yang relatif besar, padat perumahan
dengan penduduk yang kedudukan sosialnya heterogen.
Kamus Besar Bahasa Indonesia menuliskan bahwa kota ialah daerah
permukiman sebagai pemusatan penduduk yang terdiri atas bangunan rumah yang
merupakan kesatuan tempat tinggal dari berbagai lapisan masyarakat dengan
kepadatan tinggi serta fasilitas modern dan sebagian besar penduduknya bekerja
di luar pertanian.
Sandy (1977) mengungkapkan bahwa kota itu pada hakekatnya merupakan
permukiman. Perbedaan jenis permukiman kota dengan permukiman desa ialah
terlihat dari ukuran, dimana sebelum permukiman tersebut mencapai ukuran
tertentu, maka permukiman itu belum dapat dikatakan kota.
Hartshorn dalam bukunya, Interpreting The City (1992), menjelaskan
bahwa kota dapat digambarkan sebagai suatu pemusatan penduduk di suatu
daerah yang memiliki gaya hidup dan pola tenaga kerja yang beragam.
Karakteristik kota antara lain memiliki luas wilayah yang besar, serta jumlah dan
kepadatan penduduk yang tinggi. Dengan tingginya jumlah penduduk, maka
tingkat heterogenitas penduduknya juga tinggi, seperti dalam strata sosial dan
ekonomi. Kegiatan ekonomi yang ada didalamnya terkonsentrasi pada industri,
bukan dalam kegiatan pertanian.
Berdasarkan beberapa definisi yang telah diutarakan, dapat ditarik garis
besar bahwa kota dicirikan dengan:
a. Luas wilayah yang besar.
Perkembangan teori...,Ardityo,FMIPA UI,2009
22
Universitas Indonesia
b. Jumlah dan tingkat kepadatan penduduk yang tinggi, dibandingkan dengan
daerah sekitarnya.
c. Heterogenitas sosial ekonomi penduduknya yang tinggi.
d. Kegiatan perekonomian yang utama bukan di bidang pertanian, namun lebih
terkonsentrasi ke sektor industri dan keuangan.
e. Jenis penggunaan tanah yang beragam.
Perkembangan dan pertumbuhan kota pada hakekatnya adalah produk dari
dinamika kegiatan penduduk yang disebabkan antara lain oleh pertambahan
jumlah penduduk, perkembangan kegiatan, serta perubahan sosial budaya. Variasi
ketiga hal tersebut pada setiap bagian kota akan menimbulkan fenomena
perkembangan yang saling berbeda antara satu bagian dengan bagian kota yang
secara keseluruhan akan membentuk suatu struktur kota yang khas. Studi-studi
empiris mengenai geografi perkotaan, terutama struktur kota telah diutarakan oleh
beberapa ahli, baik ahli geografi maupun bukan geografi.
2.6.1. Teori Struktur Kota Klasik
2.6.1.1. Teori Konsentris (Concentric Theory)
Penelitian mengenai teori struktur kota dan perkotaan pertama yang
dipublikasikan ialah penelitian yang dilakukan oleh Park dan Burgess. Dalam
periode tahun 1920-an, Robert E. Park (1864-1944) bersama-sama dengan Ernest
W. Burgess (1886-1966) melakukan penelitian dengan kota Chicago sebagai
fokus utamanya. Penelitian yang mereka lakukan menggabungkan ilmu perkotaan
dengan ilmu lingkungan sehingga dikenal dengan urban ecology (Brown, n.d.).
Mengadopsi teori evolusi Darwin, dimana kompetisi menjadi hal utama, Park dan
Burgess menyatakan bahwa perebutan sumber daya urban, terutama tanah, akan
menuju pada kompetisi di antara kelompok sosial dan yang lebih besar
berpengaruh pada pembagian ruang kota ke dalam “area alami”, dimana manusia
dengan karakteristik sosial yang sama akan menempati ruang yang sama pula.
Pertarungan untuk mendapatkan tanah dan sumber daya lain akan berujung pada
diferensiasi spasial dari ruang kota menjadi zona-zona yang memiliki kesamaan
karakteristik, dengan area ideal memiliki harga tanah yang lebih tinggi. Ketika
Perkembangan teori...,Ardityo,FMIPA UI,2009
23
Universitas Indonesia
kotanya semakin makmur, penduduk dan kegiatan perekonomian semakin
bergeser keluar dari pusat kota.
Selanjutnya Burgess memberikan Teori Konsentris dengan membagi kota
ke dalam zona-zona seperti:
a. Daerah Pusat Kegiatan atau Central Business District (CBD), yaitu daerah
yang merupakan pusat dari segala kegiatan kota antara lain kegiatan politik,
sosial budaya, ekonomi dan teknologi. Zona ini terdiri dari bangunan yang
menunjang perdagangan, toko swalayan, bank, hotel, perkantoran.
b. Daerah Peralihan atau Transition Zone. Zona ini merupakan daerah yang
mengalami penurunan kualitas lingkungan yang terus menerus dan bertambah
besar penurunannya. Hal ini terjadi karena adanya intrusi fungsi yang berasal
dari Zona I, sehingga perbauran permukiman dengan bangunan bukan untuk
permukiman. Perdagangan dan industri ringan dari Zona I, banyak
mengambil alih daerah pemukiman. Pengambil alihan yang terus menerus
mengakibatkan terbentuknya daerah permukiman kumuh (slum area), yang
semakin lama menjadi daerah miskin (areas of proverty).
c. Low-class Residential Homes. Zona ini berfungsi sebagai permukiman bagi
pekerja-pekerja, antara lain oleh pekerja pabrik, dan industri yang di
antaranya adalah pendatang-pendatang baru dari Zona 2. Di sini kondisi
pemukimannya masih lebih baik dibandingkan dengan Zona 2, sekalipun
penduduknya masih masuk dalam kategori “low- medium status”. Zona ini
dijadikan pilihan sebagai tempat tinggal karena lokasinya yang berdekatan
dengan lokasi tempat kerja.
d. Zone of Better Resident. Zona ini dihuni oleh penduduk yang berstatus
ekonomi menengah hingga tinggi. Kondisi ekonomi mereka pada umumnya
stabil sehingga lingkungan permukimannya menunjukkan derajat keteraturan
yang cukup tinggi. Fasilitas permukiman terencana dengan baik, sehingga
kenyamanan tempat tinggal dapat dirasakan pada zona ini.
e. Zona Penglaju atau Commuters Zone. Timbulnya penglaju merupakan suatu
akibat adanya proses desentralisasi permukiman sebagai dampak sekunder
Perkembangan teori...,Ardityo,FMIPA UI,2009
24
Universitas Indonesia
dari aplikasi teknologi di bidang transportasi dan komunikasi. Di daerah
pinggiran kota mulai bermunculan perkembangan permukiman baru yang
berkualitas tinggi sampai kualitas mewah. Kecenderungan penduduk untuk
memilih zona ini didorong oleh kondisi lingkungan daerah asal yang
dianggap tidak nyaman dan tertarik oleh kondisi lingkungan Zona 5 ini yang
menjajikan kenyamanan hidup yang jauh lebih baik – bebas polusi, tinggal
dengan aman dan nyaman – namun dengan konsekuensi lebih jauh dari
tempat bekerja.
Menurut Murphy dalam (dalam Masjkuri, 2007), karena zona-zona yang
tercipta menurut teori ini tercapai sebagai akibat interaksi-interaksi berbagai
elemen sistem kehidupan perkotaan dan mengenai kehidupan manusia, maka
sifatnya sangat dinamis, tidak statis. Demikian juga teori ini hanya berlaku pada
kota-kota besar yang cepat berkembang.
Dengan mengambil contoh kota Chicago, Amerika Serikat, dalam teori ini,
Burgess menggunakan beberapa asumsi, seperti:
a. Kota dibangun di daerah datar.
b. Sistem transportasi tidak rumit, murah, mudah dan cepat ke segala arah.
CB
Transition Zone
Low-class Residential Homes
Zone of Better Resident
Commuters Zone
Gambar 2.3. Model Teori Konsentris
Perkembangan teori...,Ardityo,FMIPA UI,2009
25
Universitas Indonesia
c. Nilai tanah tertinggi berada di pusat kota dan menurun semakin jauh dari
pusat kota.
d. Bangunan tua berada di dekat pusat kota.
e. Penduduk miskin harus tinggal di dekat pusat kota karena mereka tidak
mampu membayar biaya transportasi.
f. Tidak terjadi konsentrasi industri berat.
Pasca-Perang Dunia, model urban ekologi yang diterapkan oleh Burgess
menjadi kurang diminati setelah dikritik oleh para ahli karena model yang
dikedepankan terlalu sederhana. Kritikus beranggapan bahwa “proses-proses
alami” yang diterapkan tidak mengkaitkan baik dengan elemen sosial dan budaya
kehidupan perkotaan serta dampak politik dan ekonomi dari kegiatan
industrialisasi.
2.6.1.2. Teori Sektor (Sector Theory)
Berdasarkan studinya terhadap sekitar 140 kota di Amerika Serikat,
Homer Hoyt pada tahun 1939 memperkenalkan teori sektor untuk mengatasi
ketidaksesuaian terhadap teori konsentris yang sebelumnya telah dikemukakan
oleh E.W. Burgess (Johnson, 1975). Pemikiran teori ini merupakan perkembangan
dari teori konsentris, yang ditandai dengan beberapa kesamaan, seperti
terdapatnya Central Bussiness District (CBD) yang berfungsi sebagai pusat kota
dan beberapa zona yang mengelilinginya. Namun zona dalam teori ini tidaklah
melingkar keluar, namun masih dalam jarak yang sama dari pusat kota atau CBD.
Zona dengan penggunaan tanah yang sejenis akan mengelompok dan membentuk
sektor penggunaan tanah sejenis dalam kota (Gambar 2.).
Dalam teori sektor, Hoyt menggambarkan bahwa perkembangan kota
dipengaruhi oleh faktor ketersediaan jaringan jalan atau aksesibilitas yang
memadai seperti rel kereta dan jalan raya. Dengan demikian sebuah kota seolah-
olah terdiri dari masing-masing sektor yang mengalami perkembangan keluar
(Hoyt dalam Akhmad, 1998). Penggunaan tanah yang membedakan teori sektor
dengan teori konsentris ialah keberadaan penggunaan tanah untuk industri, yang
Perkembangan teori...,Ardityo,FMIPA UI,2009
26
Universitas Indonesia
tidak dimiliki oleh teori konsentris. Menurut Hoyt, zona industri terletak di
sepanjang jalur transportasi kereta, begitu pula dengan zona pemukiman kumuh
atau tempat tinggal buruh. Sementara zona perdagangan berada di daerah dengan
harga tanah tertinggi, yaitu di pusat kota. Hal ini dikarenakan terdapat berbagai
rute dan moda transportasi menuju daerah perkotaan, seperti rel kereta, dermaga
atau pelabuhan (bagi yang berbatasan dengan perairan), serta jalan raya yang
menggambarkan mudahnya aksesibilitas. Dengan mudahnya aksesibilitas, maka
suatu daerah menjadi strategis dan harga tanah pun akan menjadi mahal. Zona
pemukiman menengah dan atas akan berada menjauh dari kota, terletak di
pinggiran kota untuk menghindari kemacetan, bising, dan polusi.
Secara skematis, teori sektor milik Hoyt dapat digambarkan sebagai
berikut:
2.6.1.3. Teori Inti Berganda (Multiple Nuclei Theory)
Teori ini dikemukakan oleh Chauncy Harris dan Edward Ullman pada
tahun 1945, yang kemudian lebih dikenal dengan teori Harris-Ullman. Mereka
berpendapat bahwa meskipun dalam suatu kota terdapat pola konsentris dan
sektoral, namun kenyataanya lebih rumit dari apa yang sekedar diteorikan oleh
Burgess dan Hoyt (Harris-Ullman dalam Desmond, 2001). Harris dan Ullman
menjelaskan, sementara suatu kota bermula dari sebuah CBD atau pusat kota,
namun dalam perkembangannya, kota memiliki sub-pusat atau pusat-pusat yang
lebih kecil. Walaupun CBD yang sebenarnya masih berfungsi sebagai pusat kota.
Gambar 2.4. Model Teori Sektor
Perkembangan teori...,Ardityo,FMIPA UI,2009
27
Universitas Indonesia
Kegiatan-kegiatan yang memiliki kemiripan akan berlokasi dalam satu
area dan menciptakan subpusat dalam suatu kota, sehingga memiliki kesan,
terbentuk “inti-inti” baru bagi masing-masing area. Kemunculan model inti-inti
ini secara spasial dapat digolongkan dalam beberapa hal, antara lain (Sanders,
n.d.):
a. Beberapa aktivitas membutuhkan fasilitas khusus, seperti jalur transportasi
untuk menunjang kegiatan industri serta bidang tanah yang luas untuk
dijadikan permukiman.
b. Beberapa kegiatan mengelompok di suatu area karena mendapatkan
keuntungan dengan bergabung dengan yang memiliki kesamaan profesi.
c. Beberapa kegiatan menolak mengelompok dan dapat berdiri sendiri sehingga
tidak ditemukan dengan ciri-ciri kegiatan yang sama dalam satu area.
d. Beberapa aktivitas ekonomi tidak dapat menghasilkan keuntungan jika harus
membayar harga sewa yang terlalu tinggi di daerah yang paling di inginkan.
Sehingga harus mencari tempat lain, dan pada umumnya jauh dari pusat kota.
e. Pengelompokkan bangunan yang dibangun dengan tujuan khusus sering
terlihat di wilayah perkotaan. Sebagai contoh seperti tingkat konsentrasi pasar
retail di pusat kota, pemusatan pabrik dan jasa distribusi di area industri, serta
pengelompokan kantor-kantor dan fasilitas kesehatan di sekitar rumah sakit
menggambarkan pengelompokan di sekitar subpusat.
f. Dalam teori inti berganda ini, permukiman tersebar menjauh dari pusat kota
dan berkembang di sepanjang jalur transportasi. Permukiman ini dihuni
keluarga dengan tingkat pendapatan yang relatif tinggi dan terdapat area
komersil yang letaknya tidak jauh dari permukiman tersebut. Keberadaan area
komersial ini berfungsi untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga sehari-hari
sehingga tidak perlu melakukan perjalanan ke pusat kota.
Perkembangan teori...,Ardityo,FMIPA UI,2009
28
Universitas Indonesia
2.6.2. Teori Struktur Kota Kontemporer
Teori-teori yang relatif baru atau kontemporer mengenai struktur kota
sangat terkait dengan globalisasi, urbanisasi, serta kemajuan teknologi transportasi
dan informasi. Hal ini mendorong terjadi peningkatan yang dialami oleh kota,
baik mengenai jumlah penduduk, luas wilayah maupun penggunaan tanahnya.
Beberapa konsep yang penulis kedepankan kali ini merupakan konsep-konsep
yang banyak digunakan dalam mempelajari fenomena perkotaan di dunia.
2.6.2.1. Urban Sprawl
Sprawl dapat diartikan sebagai suatu daerah di luar pusat kota yang
dicirikan dengan rendahnya kepadatan pembangunan perkotaan (Snyder-Bird,
1998). Karakteristik sprawl yang membedakannya dari pusat kota terdiri dari tiga
hal, yaitu (Durning dalam Snyder-Bird, 1998):
a. Tingkat kepadatan penduduknya tidak lebih dari 12 jiwa per hektar.
b. Terdapat pemisahan yang tegas akan daerah pemukiman terhadap daerah
komersil dan industri.
c. Bentuk jaringan jalannya didominasi dengan jalan bercabang dan jalan buntu
(cul-de-sacs).
Gambar 2.5. Model Teori Inti Berganda
Perkembangan teori...,Ardityo,FMIPA UI,2009
29
Universitas Indonesia
Dengan mengambil contoh kota-kota di Amerika Serikat, awal suburban
sprawl terbentuk bukan karena sebuah evolusi kota, melainkan dari berbagai
kebijakan publik yang diciptakan sehingga mendorong perluasan wilayah
perkotaan. Duany et al. (2000) memberi contoh bahwa pasca-Perang Dunia II,
Federal Housing Administration (FHA) dan Veterans Administration (VA)
menyediakan kesempatan untuk menempati jutaan rumah baru. Dengan biaya
yang ditawarkan tiap bulannya lebih murah dibandingkan dengan menyewa,
rumah-rumah baru yang didirikan di pinggiran kota tersebut ditujukan bagi
keluarga baru berpenghasilan sedang.
Dengan berpindahnya penduduk ke pinggiran kota, maka diikuti pula oleh
berbagai kegiatan ekonomi yang mencari konsumen di daerah baru. Seperti
munculnya strip shopping centre yang dicirikan dengan lokasinya berada di sisi
jalan utama/tol, serta memiliki papan nama berukuran besar. Sama halnya dengan
pusat perbelanjaan, gedung-gedung perkantoran dimana karyawannya didominasi
oleh penduduk di wilayah pinggiran, lama kelamaan juga berpindah ke kota baru
ini. Hal ini bertujuan agar mendekatkan perjalanan komuter bagi karyawannya.
Disamping itu, untuk mendapatkan pajak yang lebih rendah sehingga menuju
terciptanya komplek bisnis dan perkantoran (Duany et al., 2000).
Pada umumnya, sprawl terdiri dari lima komponen yang dapat disusun
dengan berbagai cara. Walaupun tiap komponen letaknya saling berdekatan,
namun karakteristik dari sprawl ialah masing-masing komponen kota dengan
sangat tegas terpisahkan. Komponen-komponen tersebut antara lain (Duany et al.,
2000):
a. Pemukiman
Sebagaimana telah dituliskan sebelumnya, komponen kota ini merupakan
asal muasal terbentuknya sprawl. Hal ini terjadi karena kawasan pusat kota tidak
lagi menyediakan tempat tinggal yang ideal, sehingga sebagian penduduk mencari
tempat tinggal di pinggiran kota. Tumbuh dan berkembang di pinggiran kota,
pemukiman ini ditujukan bagi single-family yang baru menikah dengan
Perkembangan teori...,Ardityo,FMIPA UI,2009
30
Universitas Indonesia
penghasilan sedang. Rumah yang ada di daerah sprawl merupakan sebuah
bangunan tunggal, sebagai bagian dari deretan rumah homogen dalam suatu
kompleks.
b. Pusat perbelanjaan
Pusat perbelanjaan dapat dengan jelas dibedakan dari komponen-
komponen kota lainnya. Hal ini dilihat dari bangunannya tak bertingkat, tidak ada
rumah atau gedung perkantoran di sekitarnya, serta lahan parkir luas yang
memisahkan antara gedung dengan jalan raya. Pembangunan toko-toko ritel atau
perkulakan di daerah suburban dilakukan berdasarkan aturan yang disamakan,
seperti luas lahan parkir, penempatan lampu untuk pencahayaan, ketebalan aspal,
dan besarnya ukuran reklame. Walaupun hasilnya mencolok, namun dari sekian
banyak pertimbangan dalam pembangunannya, pertokoan ritel tersebut menjadi
kurang menarik.
c. Kawasan perkantoran
Kawasan ini ditujukan hanya sebagai tempat bekerja. Gedung perkantoran
di area ini dapat dilihat dari kejauhan karena bentuknya yang menjulang tersendiri
di tengah-tengah lapangan parkir yang luas. Sebagai bagian dari sprawl, pekerja
di daerah ini didorong untuk menggunakan kendaraannya untuk pergi dan pulang
bekerja. Hal ini didukung dengan tidak adanya aksesibilitas bagi pejalan kaki
untuk berpergian, kalaupun ada menjadi tidak nyaman untuk digunakan. Begitu
pula halnya dengan perjalanan dari dan ke kantor, pada saat makan siang para
pekerja juga harus berpergian menggunakan kendaraannya selama kurang lebih 30
menit untuk mencari makan di luar kantor karena area perkantoran ini seperti
terisolasi dari fasilitas lainnya.
d. Kawasan publik
Yang dimaksud kawasan publik dalam hal ini seperti sekolah, gereja, balai
kota, dan tempat-tempat bagi penduduk untuk berkumpul. Fasilitas-fasilitas
tersebut dicirikan dengan bentuknya yang besar, namun secara kuantitas
Perkembangan teori...,Ardityo,FMIPA UI,2009
31
Universitas Indonesia
jumlahnya sedikit. Bangunan tersebut pada umumnya tidak terawat karena
kurangnya pendanaan, dan dilengkapi dengan lahan parkir yang luas seperti
komponen kota lainnya.
e. Jaringan jalan
Jaringan jalan yang melintang di kota seperti ini tersusun untuk
menghubungkan empat komponen kota lainnya, sebagaimana tiap aktifitas
terletak di masing-masing wilayah. Rendahnya kerapatan bangunan dan
pemisahan atau pembatasan komponen kota mendorong penduduk untuk
menggunakan kendaraan walaupun jaraknya dekat. Hal ini dikarenakan masing-
masing komponen memiliki jalan tersendiri untuk mengakses ke jalan utama dan
ke bagian kota yang lain. Dengan demikian, untuk dapat beraktifitas penduduk
harus bergerak menuju wilayah yang berbeda-beda dengan mengandalkan satu
jalan yang sama, sehingga tercipta kemacetan pada tiap harinya. Terlebih lagi jika
terjadi kecelakaan atau gangguan, maka seluruh sistem menjadi tidak berfungsi
dan mengganggu aktifitas penduduk. Namun sisi positif dari jaringan jalan pada
jenis kota ini ialah dapat lebih mudah di analisis secara statistik, dimana tiap
perjalanan hanya memiliki satu akses dan kemacetan yang terjadi, sehingga dapat
diprediksi secara akurat.
Keberadaan sprawl terutama di Amerika Serikat dapat dikatakan sebagai
sistem kota buatan yang ideal. Yang dimaksud dengan kota buatan ialah kota yang
direncanakan dan dibuat sehingga penduduknya perlu menyesuaikan dengan kota
itu sendiri. Lain halnya dengan kota pada umumnya, dimana pembangunan kota
dilakukan secara alamai, sesuai dengan kebutuhan penduduknya. Namun
sebenarnya sprawl bukan benar-benar ideal, melainkan suatu pertumbuhan yang
tidak sehat bagi sebuah kota. Hal ini dilihat dari pembangunan gedung yang
memerlukan luas yang tidak kecil sehingga ada konversi lahan secara besar-
besaran dari pertanian ke perkantoran atau pusat perbelanjaan. Selain itu,
dorongan bagi penduduk untuk menggunakan kendaraan walaupun jarak dekat
telah meningkatkan pemakaian bahan bakar fosil yang berdampak tidak hanya
pada polusi namun juga kemacetan yang parah (Snyder-Bird, 1998).
Perkembangan teori...,Ardityo,FMIPA UI,2009
32
Universitas Indonesia
2.6.2.2. Edge City
Fenomena wilayah perkotaan atau urban di Amerika Serikat mengalami
perkembangan semenjak Perang Dunia II. Setelah hadir istilah suburban, dimana
merupakan pusat permukiman yang berada di pinggiran kota bagi para penglaju.
Lebih jauh dari pinggiran kota, terbentuk suatu pusat permukiman yang
dilengkapi dengan segala fasilitas yang tersedia di pusat kota, bahkan lebih
banyak. Seorang wartawan Washington Post bernama Joel Garreau, menyebut
fenomena urban ini dengan istilah Edge City, sebagaimana ia tuliskan dalam
bukunya, Edge City: Life on the New Frontier (Garreau, 1991). Istilah edge
muncul karena pusat komunitas bagi penduduk pelopor dan imigran yang pindah
dan menjauh dari pusat kota lama. Sedangkan disebut city karena didalamnya
memiliki seluruh fasilitas yang terdapat di kota pada umumnya, seperti fasilitas
perdagangan, perkantoran, dan hiburan.
Keberadaan Edge Cities menggambarkan gerakan ketiga yang terjadi
dalam kehidupan perkotaan selama setengah abad ini. Dimana gerakan yang
pertama ialah manusia berpindah mencari tempat tinggal menjauh dari pusat kota.
Sehingga terjadi proses urbanisasi, terutama setelah Perang Dunia II. Kemudian
gerakan yang kedua terjadi untuk memenuhi kebutuhan hidup penduduk yang
Gambar 2.6. Citra satelit urban sprawl (Sumber: http://www.satimagingcorp.com/galleryimages/quickbird-urban-sprawl.jpg,
4 Mei 2009 Pkl 23.50 WIB)
Perkembangan teori...,Ardityo,FMIPA UI,2009
33
Universitas Indonesia
jauh dari pusat kota, maka penduduk berusaha mendekatkannya dengan cara
mendirikan pasar dan pusat-pusat perdagangan ke sekitar permukiman mereka.
Seperti yang terjadi pada era 1960 dan 1970-an ketika mall menjamur di Amerika
Serikat. Ketiga, terjadi pergerakan lapangan pekerjaan, dengan “memindahkan”
lokasi tempat kerja menjadi lebih dekat dengan tempat tinggal. Hal ini kemudian
melahirkan Edge City.
Pada umumnya Edge City muncul di sekitar persimpangan jalan raya
utama (major freeway interchanges). Edge City dicontohkan seperti yang terdapat
di luar Washington D.C., berlokasi di dekat persimpangan Interstate (Jalan Antar
Negara Bagian) 495, Interstate 66, dan Virginia 267, yaitu Tysons Corner,
Virginia. Beberapa dekade yang lalu, Tysons Corner, tidak lebih dari sebuah desa,
namun sekarang merupakan sebuah pusat kegiatan retail terbesar di pantai timur
Amerika Serikat, sebelah selatan Kota New York. Disini terdapat lebih dari 3.400
kamar hotel, 100.000 lapangan pekerjaan, serta lebih dari 25 juta kaki persegi
lahan perkantoran (Rosenberg, n.d.). Walaupun memiliki seluruh fasilitas
tersebut, Tysons Corner ternyata tidak memiliki pemerintahan yang berdiri
sendiri, melainkan berada di bawah pemerintahan Fairfax County.
Gambar 2.7. Edge City Tyson’s Corner abad ke-21
(Sumber: http://www.smartergrowth.net/anx/img/category/155/tysons.jpg,
4 Mei 2009, Pkl 23.45 WIB)
Perkembangan teori...,Ardityo,FMIPA UI,2009
34
Universitas Indonesia
Edge City secara fungsional sudah sulit dibedakan dengan pusat kota lama
yang dikelilinginya. Hal ini terlihat dari segala fasilitas yang tersedia dan
menunjung kehidupan penduduknya. Namun dilihat dari jumlah penduduk,
sebagai suatu ukuran suatu kota, Edge City memiliki jumlah penduduk yang lebih
banyak dibanding pusat kota lama. Seperti penduduk metropolitan New York,
dimana sebanyak 92% penduduk tidak tinggal di Manhattan sebagai pusat
kotanya.
Dalam upayanya mendefinisikan Edge City, Garreau memberikan lima
kriteria agar suatu kota dapat dikatakan sebagai Edge City, antara lain (Garreau,
1991):
a. Memiliki area seluas lima juta kaki persegi atau lebih yang diperuntukkan
bagi lahan perkantoran. Ukuran ini merupakan syarat ukuran pusat kota yang
baik.
b. Memiliki 600.000 kaki persegi atau lebih untuk lahan kegiatan retail. Luas ini
sama dengan luas mall atau pusat perbelanjaan yang ada di pusat kota lama
yang isinya merupakan puluhan bahkan ratusan toko dan butik multinasional.
c. Memiliki lebih banyak lapangan kerja dibandingkan dengan tempat tinggal.
Sebagaimana daerah perkotaan pada umumnya, jumlah penduduk meningkat
di pagi hari, kemudian kembali turun pada sore hari.
d. Penduduk merasakannya sebagai suatu tujuan dengan berbagai fungsi yang
dapat memenuhi segala kebutuhan hidupnya, mulai dari pekerjaan,
berbelanja, hingga hiburan.
e. Keadaan kota saat ini tidaklah sama seperti ketika 30 tahun yang lalu. Sebagai
contoh, di tempat yang sama dengan berdirinya kota, 30 tahun yang lalu
merupakan suatu pedesaan dengan peternakan sapinya.
2.6.2.3. Compact City
Perkembangan kota-kota yang terjadi di dunia cenderung semakin
bergerak keluar, menjauh dari pusat kota. Hal ini seperti yang terlihat pada teori
kota sebelumnya, yaitu Urban Sprawl dan Edge City. Sejalan dengan semakin
Perkembangan teori...,Ardityo,FMIPA UI,2009
35
Universitas Indonesia
meluasnya daerah perkotaan, maka kegiatan manusia menjadi semakin beragam.
Salah satu hal yang perlu diperhatikan dalam perkembangan kota-kota saat ini
ialah mengenai masalah lingkungan. Dalam permasalahan ini tidak hanya
berdampak pada lingkungan, seperti daya dukung lingkungan, namun manusia
sebagai penghuni juga turut mengalami imbasnya, dimana terfokus pada masalah
kesehatan masyarakat serta nilai dan etika sosial yang secara kualitatif terangkum
dalam quality of life (QoL). Penurunan kualitas hidup ini berusaha diatasi dengan
menerapkan konsep keberlanjutan (sustainability), dimana dalam melaksanakan
pembangunan, perlu memperhatikan faktor lingkungan sekitar. Hal ini kemudian
dikenal dengan pembangunan berkelanjutan (sustainable development). Berangkat
dari konsep pembangunan berkelanjutan tersebut, hadirlah Compact City sebagai
upaya untuk mengurangi beban lingkungan perkotaan yang ditimbulkan oleh
masyarakatnya.
Beberapa orang telah mencoba mendefinisikan Compact City, antara lain
Elkin et al. (dalam Jenks et al., 2000) yang mengedepankan intensifikasi
pemanfaatan ruang dalam kota sehingga tercipta sentralisasi dan pemusatan
pemukiman. Di samping itu, ada pula yang berpendapat bahwa Compact City
dicirikan dengan tingginya tingkat kepadatan penduduk, mixed-use city, serta
pertumbuhan yang terjadi berada di dalam batas area perkotaan yang ada,
sedangkan di daerah pinggiran kota tidak terjadi perkembangan (Breheny dalam
Jenks et al., 2000). Dari beberapa definisi yang disampaikan, dapat dikatakan
bahwa Compact City berusaha untuk menyediakan seluruh elemen kota hanya
berada dalam batas kota sehingga terbentuk karakteristik kota dengan tingkat
kepadatan yang tinggi dan terjadi penggunaan lahan dengan berbagai tujuan
(mixed-use).
Teori Compact City ialah agar dapat mengetahui konsentrasi pengunaan
tanah yang keberlanjutan secara sosial, yang memfokuskan pembangunan kota
dengan mengurangi kebutuhan untuk berpergian, sehingga dapat mengurangi
emisi kendaraan dan menghemat penggunaan bahan bakar energi fosil. Hal ini
dapat dilakukan karena ketersediaan infrastruktur dan fasilitas publik yang efisien,
Perkembangan teori...,Ardityo,FMIPA UI,2009
36
Universitas Indonesia
dimana letaknya tidak terlalu jauh sehingga dapat ditempuh dengan berjalan kaki,
bersepeda, atau menggunakan kendaraan umum.
Ukuran optimal suatu kota agar dapat dikatakan sebagai Compact City
telah menjadi subjek penelitian tersendiri. Sekitar tahun 1970-an, muncul konsep
akan kota yang kompak (Compact City). Dikatakan bahwa Compact City
memiliki bentuk menyerupai lingkaran dengan radius kurang dari tiga kilometer
dari pusat kota. Sehingga dari sisi yang satu dengan sisi yang lain berjarak sekitar
enam kilometer. Sedangkan jumlah penduduk ideal ialah sebesar 250.000 jiwa
(Harasawa, 2002).
Pemilihan bentuk dan struktur kota seperti Compact City memiliki
berbagai dampak, baik positif maupun negatif (Anonim, n.d.). Beberapa dampak
positifnya antara lain:
a. Dapat mengurangi beban lingkungan yang ditanggung oleh kota.
b. Menghemat waktu tempuh perjalanan dibandingkan kota-kota pada umumnya
yang penuh dengan kemacetan.
c. Menghemat pengeluaran masyarakat terhadap biaya-biaya transportasi,
seperti bahan bakar, parkir, tol, dan sebagainya.
d. Menghemat pengeluaran pemerintah terhadap penyediaan lahan untuk jalan
raya serta fasilitas penunjang dan perawatannya.
e. Konversi energi dari yang biasanya bahan bakar untuk kendaraan, dialihkan
kepada bahan bakar untuk perumahan atau bangunan.
Disamping dampak positif, dampak negatif dari penerapan Compact City
ialah:
a. Terjadinya kejenuhan dalam suatu kota.
b. Terjadi kepadatan penduduk yang sangat tinggi (overcrowded).
c. Dengan berkurangnya lahan terbuka, tidak ada sarana rekreasi dan bermain.
d. Menurunnya keramahan penduduk (Dharma, n.d.).
Perkembangan teori...,Ardityo,FMIPA UI,2009
37
Universitas Indonesia
Breheny (dalam Jenks et al., 2000) mengatakan bahwa Compact City
mungkin tidak mewakili keadaan yang diinginkan bagi sebagian besar orang
untuk memilih sebagai tempat tinggal. Hal ini dikarenakan terjadi pemusatan
penduduk (overcrowded) dan berkurangnya kualitas urban, dimana berkurangnya
lahan terbuka.
2.6.3. Sintesa
Kota berawal dari sebuah pemusatan penduduk di suatu area. Dengan akal
dan pikiran manusia untuk bertahan hidup, terjadi perkembangan di area tersebut
yang sehingga dapat dikatakan sebagai sebuah kota. Dimana terdapat berbagai
penggunaan tanah yang menunjang aktifitas penduduk. Susunan atau layout
berbagai penggunaan tanah sebagai komponen-komponen kota kemudian dilihat
sebagai sebuah susunan pembentuk kota yang dikenal dengan struktur kota.
Teori struktur kota yang pertama dipublikasikan ialah Teori Konsentris
(Concentric Theory) yang diperkenalkan oleh Ernest W. Burgess pada tahun
1925. Dalam teori tersebut, Burgess mengemukakan bahwa pengruangan kota
terjadi karena ada kompetisi antar komunitas, yang menjurus kepada proses
seleksi alam. Homer Hoyt pada tahun 1939 juga mengajukan Teori Sektor (Sector
Theory), setelah melihat fenomena perkotaan di tidak kurang dari 140 kota di
Amerika Serikat. Teori ini menyanggah teori konsentris bahwa, perkembangan
kota tidak terjadi secara merata, namun ada pengaruh dari teknologi transportasi
dan aksesibilitas, seperti jalan raya, rel kereta api, dan pelabuhan. Sehingga bagian
kota yang mengalami perkembangan ialah bagian kota dengan aksesibilitas yang
baik. Chauncy Harris dan Edward Ullman juga mengeluarkan teori struktur kota
pada tahun 1945 yang didasari pada pendapat bahwa struktur kota tidak
sesederhana seperti bentuk konsentris ataupun sektor, namun lebih rumit lagi.
Harris dan Ullman mengatakan bahwa kota berawal dari CBD sebagai pusat kota,
namun dalam perkembangannya timbul beberapa subpusat atau inti-inti baru
sebagai dampak dari aglomerasi.
Perkembangan teori...,Ardityo,FMIPA UI,2009
38
Universitas Indonesia
Ketiga teori struktur kota tersebut merupakan titik awal bagi kebanyakan
penelitian mengenai perkotaan yang dikenal dengan teori struktur kota klasik.
Schwab (1945) mengatakan bahwa sebelum mengimplementasikan ketiga teori
struktur kota klasik tersebut, ada tiga hal yang harus diperhatikan. Pertama,
masing-masing teori berdasar pada generalisasi pola-pola penggunaan tanah.
Teori-teori tersebut memang dibuat lebih umum dan untuk menggambarkan pola
di banyak kota, maka tidak ada kota yang cocok secara sempurna dengan teori.
Kedua, teori-teori didasari pada pola yang ditemukan di kota-kota di Amerika
Serikat, sehingga tidak secara utuh menggambarkan penggunaan tanah kota-kota
lain di dunia. Terakhir, ketiga teori tersebut memperhatikan masalah perubahan
ekologis atau bagaimana pola spasial suatu kota berubah mengikuti pertumbuhan
dan perkembangan kota.
Seiring waktu berputar, terjadi perkembangan teknologi informasi dan
transportasi. Urban sprawl yang terjadi pada periode 1980-an, sangat bergantung
pada penggunaan kendaraan pribadi. Hal ini dikarenakan layout antar komponen
kota dipisahkan dengan tegas dan dihubungkan dengan hanya satu jalan utama,
sehingga mendorong penggunaan kendaraan pribadi. Jalan penghubung
komponen yang sedikit mengakibatkan kemacetan yang parah, terlebih lagi ketika
ada kecelakaan. Pengaruh teknologi transportasi juga terlihat pada teori edge city,
dimana kota ini terbentuk di persimpangan jalan raya utama, seperti jalan
nasional. Pada teori compact city, pengaruh teknologi baik itu informasi,
transportasi, dan lainnya lebih terasa. Yang berbeda dibandingkan dengan teori
urban sprawl dan edge city adalah, compact city dalam pembangunan kotanya
turut memperhatikan alam sekitar dan isu-isu lingkungan, sehingga timbul konsep
sustainable development. Dengan perkembangan teknologi, pembangunan kota
dilakukan sedemikian rupa sehingga mengurangi dampak negatif terhadap
lingkungan. Hal ini seperti penggunaan tanah yang mixed-use, jarak antar tempat
yang mudah dijangkau, baik dengan kendaraan umum, bersepeda, atau jalan kaki
sehingga mengurangi penggunaan bahan bakar fosil dan polusi.
Perkembangan teori...,Ardityo,FMIPA UI,2009
39
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Pemahaman
Sebagai langkah awal dalam penelitian seperti ini, diperlukan pemahaman
yang mendalam mengenai ilmu geografi secara umum, baik di dunia maupun di
Indonesia, serta perkembangan ilmu geografi yang terjadi hingga saat ini.
Disamping itu, perlu juga memahami bidang ilmu lain yang pada akhirnya
mempengaruhi dan memperkaya kajian dalam geografi. Selanjutnya perlu
dimengerti konsep-konsep dasar terkait teori struktur kota dalam Urban
Geography (Geografi Perkotaan) dan perkembangan aliran pemikiran (school of
thought) serta turunan teoritis dan metodologisnya. Hal yang dilakukan oleh
penulis ini dapat dikatakan sebagai bekal untuk melakukan identifikasi kasus dan
dilanjutkan untuk membantu dalam proses analisa. Untuk memperoleh
pemahaman tersebut, penulis mendapatkan bahan seputar geografi, geografi
perkotaan, dan struktur kota dalam bentu buku teks, jurnal, dan artikel. Bahan-
bahan tersebut penulis peroleh, baik dalam bentuk cetak (printed) maupun bentuk
dijital (on-line).
3.2. Peer Group Discussion
Selain itu, penulis juga tergabung dalam peer group discussion yang
terdiri atas beberapa mahasiswa serta dosen yang berkompetensi dalam bidang
Geografi Perkotaan. Dalam kelompok diskusi ini, dilakukan pembahasan
mengenai tema-tema terkait, dalam hal ini teori struktur kota, serta menyamakan
pemahaman terhadap teori struktur kota dan perkembangannya, baik di
Departemen Geografi Universitas Indonesia (Dept. Geografi UI), maupun di
dunia. Peer group discussion merupakan sebuah teknik pengumpulan data yang
umumnya dilakukan pada penelitian kualitatif dengan tujuan menemukan makna
dari sebuah tema menurut pemahaman suatu kelompok. Hal ini mungkin terjadi
Perkembangan teori...,Ardityo,FMIPA UI,2009
40
Universitas Indonesia
karena keterbatasan pengetahuan dari penulis, maka perlu mendapat arahan dan
bimbingan dari orang yang lebih paham objek penelitian dalam bentuk kelompok.
Menurut Bungin (2001), pembentukkan kelompok diskusi dibangun
berdasarkan beberapa asumsi, antara lain:
a. Keterbatasan individu selalu tersembunyi pada ketidaktahuan kelemahan
individu tersebut.
b. Masing-masing anggota kelompok saling memberi pengetahuan satu dengan
lainnya dalam diskusi kelompok.
c. Setiap individu dikendalikan oleh individu lain, sehingga ia berupaya untuk
menjadi yang terbaik.
d. Kelemahan subyektif terletak pada kelemahan individu yang sulit
dikendalikan oleh individu yang bersangkutan.
e. Intersubyektif, selau mendekati kebenaran yang terbaik pada saat itu.
Sebuah kelompok memiliki pemikiran yang lebih sempurna dibandingkan
dengan individu. Hal ini dikarenakan umumnya kelebihan berpikir individu selalu
dibatasi oleh bingkai berpikir pribadi (frame of reference). Batasan-batasan ini
yang kemudian menyebabkan orang berpikir egois, sempit, dan terbatas, bahkan
menghalangi progresivitas individu. Pada umumnya individu hanya mampu
memahami fenomena dari sisi dimana individu berada. Sehingga kehadiran
masukkan pemikiran dari orang lain di luar pribadi peneliti menjadi “penolong”
terhadap kelemahan kritikal yang dimiliki individu (Bungin, 2001). Dengan
demikian, hasil pemaknaan yang diperoleh dengan menggunakan teknik ini adalah
pemaknaan intersubyektif, yang mana bisa jadi, peran subyektivitas peneliti lebih
kecil atau lebih besar, bergantung dari seberapa jauh peran kelompok dalam
proses-proses diskusi.
3.3. Analisis Isi
Dalam meneliti penerapan teori struktur kota dalam suatu penelitian tugas
akhir, penulis menggunakan metode analisis isi (content analysis). Pada dasarnya
Perkembangan teori...,Ardityo,FMIPA UI,2009
41
Universitas Indonesia
teknik analisis isi lebih banyak digunakan dalam bidang studi ilmu komunikasi.
Analisis isi menggunakan kumpulan data yang sudah ada, dimana data dihasilkan
dari penghitungan unit analisis suatu isi dari media komunikasi (Grinnell, 2001).
Menurut Holsti dalam Grinnell (2001), dalam meneliti media komunikasi dengan
teknik analisis isi, harus memiliki tiga karakteristik, yaitu sistematik, dimana
teknik ini harus mengikuti sederet prosedur pelaksanaan. Selain itu, dicirikan
harus objektif, dimana untuk membuat aturan atau batasan untuk
mengelompokkan isi suatu teks, sehingga memastikkan keabsahan dan
menghindari bias. Karakteristik yang ketiga yaitu secara kuantitatif, dimana
dilakukan perhitungan terhadap isi yang sudah ditentukan dari suatu media
komunikasi.
3.3.1. Pengumpulan Data
Metode yang penulis gunakan dalam pengumpulan data ialah studi kasus
(case study). Studi kasus merupakan suatu strategi yang dilakukan dalam
penelitian dengan tujuan untuk memahami fenomena sosial dalam sebuah atau
sejumlah keadan alaminya (Bloor, et al, 2006). Bloor (2006) juga berpendapat
bahwa tujuan dari dilakukannya teknik studi kasus yaitu ialah untuk memperoleh
sebuah gambaran melalui contoh yang spesifik atau untuk menguji teori-teori
tertentu.
Data yang digunakan dalam penelitian ini antara lain skripsi-skripsi yang
disusun oleh mahasiswa dan mahasiswi Dept. Geografi UI. Skripsi yang
digunakan sebagai data ialah skripsi-skripsi mengenai perkotaan (urban),
terutama terkait teori struktur kota sebagai kasus penelitian. Sebanyak 16 buah
skripsi yang terdapat di Perpustakaan Dept. Geografi UI kemudian dibagi
berdasarkan periode penerbitan skripsi tersebut, yaitu periode 1980-an sebanyak
tiga skripsi, periode 1990-an dengan tujuh buah skripsi, dan pada periode 2000-an
berjumlah enam skripsi.
Masing-masing skripsi yang telah terkumpul kemudian dilalukan
penentuan beberapa komponen skripsi. Komponen skripsi tersebut antara lain,
Perkembangan teori...,Ardityo,FMIPA UI,2009
42
Universitas Indonesia
pertanyaan penelitian, teori yang digunakan, variabel yang digunakan, tujuan dan
kesimpulan. Hal ini dilakukan sebagai tahap awal untuk kemudian melakukan
identifikasi.
3.3.2. Pengolahan Data
Dalam analisis isi, setelah melakukan tahap pengumpulan data, kemudian
pada tahap pengolahan data dilakukan dengan menentukan unit analisis.
Penentuan unit analisis dalam media komunikasi dapat bermacam-macam,
tergantung pada kerumitan pertanyaan penelitian, serta universalitas media
komunikasi yang digunakan sebagai data. Pada beberapa penelitian, menetukan
unit analisis dapat dilakukan dengan mudah, seperti menghitung jumlah dari kata
atau frase tertentu. Namun ada pula yang membutuhkan usaha kategorisasi sistem,
pengkodean, dan prosedur tertentu.
Grinnell (2001), dalam bukunya mencontohkan dengan penentuan unit
analisis dari media komunikasi berupa surat bunuh diri. Pada surat bunuh diri
tersebut, dihitung jumlah dari berbagai kata yang mengandung pemaknaan “death
(mati/meninggal)”. Dalam penelitian ini, yang dimaksudkan unit analisis ialah
metode, fokus/masalah, variabel, dan teori yang digunakan dalam masing-masing
penelitian tugas akhir di Departemen Geografi Universitas Indonesia.
3.3.2.1. Identifikasi Skripsi
Identifikasi skripsi dilakukan sebagai salah satu tahap dalam analisis isi.
Setelah skripsi dikelompokkan dalam periodenya masing-masing, dilakukan
identifikasi dengan mencari masalah penelitian, metode yang digunakan, teori
struktur kota yang dipakai, serta kesimpulan hasil penelitian. Penentuan tiap unit
analisis ini dilakukan dengan membaca tiap halaman dari masing-masing skripsi.
Dari tulisan yang dikemukakan oleh masing-masing penulis, didapatkan kata
kunci yang menandakan fokus/masalah penelitian, metode yang dipakai, dan
variabel yang dipilih (Tabel 3.1.).
Perkembangan teori...,Ardityo,FMIPA UI,2009
43
Universitas Indonesia
Pada tahap ini pula dicari teori struktur kota yang digunakan dalam skripsi,
baik yang disampaikan secara eksplisit maupun implisit, disertai dengan jelas atau
tidaknya teori yang dipakai. Identifikasi ini disajikan ke dalam bentuk matriks.
Skripsi yang tidak menuliskan teori struktur kota apa yang dipakai, tetap dicari
dengan analisis isi. Unit analisis yang tidak tertulis ini disebut dengan latent
content, dimana unit analisis tersebut sebenarnya ada, namun secara tersirat.
Dalam hal ini, teori yang tidak dituliskan, dicari kata kuncinya dan dengan
mencocokkan metode, variabel, dan fokus penelitian, dengan berbagai teori
struktur kota, sehingga dapat disimpulkan teori apa yang dipakai.
3.3.2.2. Identifikasi Teori di Skripsi & di Dunia
Dari identifikasi masing-masing skripsi kemudian diketahui teori struktur
kota apa yang digunakan dalam skripsi tersebut. Selanjutnya, pada tahap ini
ditentukan kata kunci dan asumsi dari tiap teori struktur kota yang dipakai di
skripsi-skripsi di Dept. Geografi UI. Disamping itu, dilakukan pula hal yang sama
terhadap teori struktur kota yang berkembang di dunia, sesuai dengan periodenya.
Dari masing-masing periode diwakili oleh satu teori struktur kota yang muncul
pada saat itu. Pada periode 1980-an, diwakili oleh teori Urban Sprawl, sedangkan
pada periode 1990-an, diwakili oleh teori Edge City, dan pada periode 2000-an
diwakili oleh teori Compact City. Kata kunci yang ditemukan pada masing-
masing teori berasal dari buku teks yang diperoleh dari beberapa sumber.
Penjabaran kata kunci dan asumsi dari tiap teori struktur kota disajikan dalam
bentuk matriks (Tabel 3.2.).
3.3.3. Analisa Data
Dalam penelitian ini, analisis isi digunakan untuk menemukan teori
struktur kota apa yang terkandung dalam penelitian tugas akhir mahasiswa Dept.
Geografi UI. Proses yang dilakukan dalam analisis isi yaitu coding terhadap unit
analisis, dalam hal ini teori struktur kota dan penerapannya. Coding dilakukan
untuk merekam data yang diinginkan, yang dikeluarkan dari suatu media
komunikasi. Dalam penelitian ini, data yang diinginkan adalah pernyataan
Perkembangan teori...,Ardityo,FMIPA UI,2009
44
Universitas Indonesia
penggunaan teori struktur kota apa yang digunakan dalam skripsi-skripsi di Dept.
Geografi UI. Disamping teori-teori yang secara jelas tertulis, ada pula skripsi yang
tidak mencantumkan teori apa yang digunakan. Dengan demikian, penulis harus
menemukan latent content dari teori pada tiap skripsi. Latent content tidak
spesifik dan lebih sulit dikodekan karena latent content dapat mewakili beberapa
arti, kedalaman, dan intensitas komunikasi (Grinnell, 2001).
Setelah melakukan pengolahan data berupa identifikasi skripsi, dapat
dilakukan perbandingan antar skripsi, maupun antar periode. Hal yang menjadi
perbandingan antara lain teori yang digunakan, metode yang dipakai, serta
aplikasi atau penerapan terhadap teori struktur kota. Disamping identifikasi
skripsi, matriks identifikasi teori digunakan untuk membandingkan kata kunci dan
asumsi yang terdapat pada skripsi dan yang berkembang didunia, sesuai dengan
periodenya masing-masing.
Perkembangan teori...,Ardityo,FMIPA UI,2009
45
BAB IV
PERKEMBANGAN PENERAPAN
TEORI STRUKTUR KOTA
4.1. Ulasan Umum
Kota dengan bentuk ruangnya merupakan suatu habitat, tempat manusia
hidup dan beraktifitas, termasuk ke dalam fenomena geografi, yang perlu dikaji
lebih jauh. Kajian teori struktur kota berangkat dari komponen-komponen kota
yang tersusun sedemikian rupa membentuk suatu kota. Dengan perkembangan
zaman dan teknologi, maka kota pun ikut mengalami perkembangan. Munculnya
kota-kota baru, kemudian dapat diikuti dengan lahirnya teori struktur kota baru
atau modifikasi dari teori yang telah ada sebelumnya. Sebagai salah satu cabang
ilmu geografi yang termasuk dalam Human Geography, kajian geografi perkotaan
menjadi pembahasan yang menarik di Departemen Geografi Universitas Indonesia
(Dept. Geografi UI).
Teori struktur kota digunakan dalam penulisan tugas akhir di Dept.
Geografi UI, khususnya mengenai perkotaan. Sebanyak 16 skripsi dipilih sebagai
kasus yang dibagi dalam tiga periode, sesuai dengan tahun penerbitan masing-
masing skripsi, yaitu periode 1980-an sebanyak tiga kasus, periode 1990-an
sebanyak tujuh kasus, dan periode 2000-an sejumlah enam skripsi (Tabel 4.1).
4.2. Identifikasi Skripsi
4.2.1. Periode 1980-an
Skripsi-skripsi yang diteliti dalam periode ini berjumlah tiga buah. Skripsi-
skripsi tersebut antara lain yang dilakukan oleh Windriasanti pada tahun 1986
berjudul Perkembangan Kota Salatiga, M. Abdurrazaq pada tahun 1987 berjudul
Struktur & Tingkat Perkembangan Kotamadya Cirebon, serta Eka Fadrian pada
tahun 1987 dengan judul Konsentrasi Penduduk & Analisa Struktur Pemukiman
di Kotamadya Padang.
Perkembangan teori...,Ardityo,FMIPA UI,2009
46
Universitas Indonesia
a. Identifikasi Berdasarkan Fokus Penelitian
Tiap penelitian yang dilakukan mengedepankan fokus atau masalah
penelitian masing-masing. Dengan melakukan identifikasi skripsi, dapat diketahui
bahwa masalah yang diajukan dari ketiga skripsi tersebut berbeda-beda (Tabel
4.2.). Windriasanti dalam penelitiannya berusaha untuk mengetahui tingkat dan
arah perkembangan kota. Penelitian yang dikerjakan oleh Abdurrazaq juga
berusaha mengenali tingkat perkembangan kota yang ditambah dengan
identifikasi wilayah perkotaan, peralihan, dan pedesaan, serta bentuk struktur
kotanya. Sedangkan Fadrian, melakukan penelitian yang membahas kesesuaian
antara teori sktruktur Kota Padang dengan teori struktur kota konsentris yang
dikemukakan oleh E.W. Burgess tahun 1925 silam.
b. Identifikasi Berdasarkan Metode & Variabel Penelitian
Dalam melakukan identifikasi skripsi, selain mengetahui fokus atau
masalah penelitian, dapat diketahui pula variabel dan metode yang digunakan oleh
masing-masing peneliti dalam pengerjaan tugas akhirnya (Tabel 4.3.).
Windriasanti menggunakan metode korelasi peta yang dibantu dengan
diterapkannya statistik regresi linier. Metode tersebut digunakan untuk mengolah
dan analisis berbagai variabel, yaitu penggunaan tanah dan fasilitas kota, seperti
jaringan jalan, listrik, air, dan telepon. Sementara itu, Abdurrazaq dalam
penelitiannya menggunakan jumlah penduduk, penggunaan tanah perkotaan,
pemukiman, mata pencaharian non-tani, dan jaringan jalan aspal sebagai variabel.
Untuk mengolah variabel tersebut, Abdurrazaq menggunakan metode korelasi
peta dan angka. Korelasi peta yaitu pembandingan peta yang terlebih dahulu telah
dibuat dengan metode grid, sedangkan korelasi angka ialah pembandingan
persentase perubahan luas wilayah, baik perkotaan, peralihan, dan pedesaan. Lain
halnya dengan penelitian yang dilakukan oleh Fadrian, dimana metode penelitian
yang dilakukan berupa analisis deduktif terhadap peta yang dihasilkan. Namun
demikian, variabel yang digunakannya masih relatif sama, yaitu penggunaan
tanah, kualitas pemukiman, utilitas kota, harga tanah, jumlah penduduk, dan
jaringan jalan.
Perkembangan teori...,Ardityo,FMIPA UI,2009
47
Universitas Indonesia
c. Identifikasi Berdasarkan Teori & Konsep
Teori struktur kota yang ada pada masing-masing skripsi dapat ditemukan
dengan identifikasi skripsi, baik teori tersebut tersurat maupun tersirat (Tabel
4.4.). Fadrian dalam penelitiannya secara jelas menuliskan teori struktur kota apa
yang digunakannya, yaitu teori konsentris dari Burgess, teori sektor dari Hoyt, dan
teori struktur kota kolonial dari I Made Sandy. Dalam tugas akhirnya, Fadrian
menuliskan:
Ỏ Teori konsentris, bahwa kota terdiri dari lima zona, dengan CBD sebagai
pusat dan perkembangan kota bergerak secara merata melingkar menjauh dari
pusat kota.
Ỏ Teori sektor yang menyebutkan bahwa CBD ialah pusat suatu kota. Letak
sektor industri bersinggungan dengan CBD, sedangkan pemukiman miskin
berdekatan dengan CBD dan industri. Lebih jauh dari pusat kota, ada
pemukiman kelas menengah sedangkan pemukiman kelas atas terletak lebih
jauh lagi.
Ỏ Teori struktur kota kolonial yang mengatakan bahwa kota memiliki daerah
pusat usaha (CBD). Disamping itu, ada bagian kota yang terencana dengan
baik yang memiliki semua fasilitas kota, dan ada bagian yang tidak terencana
dengan baik yang hampir tidak punya fasilitas kota.
Berbeda dengan Fadrian, Windriasanti dan Abdurrazaq tidak
mencantumkan secara jelas teori struktur kota apa yang digunakan dalam
penelitian mereka. Windriasanti dalam skripsinya berusaha untuk mengetahui
tingkat dan arah perkembangan kota beserta penyebab terbentuknya dengan
menggunakan variabel seperti penggunaan tanah dan fasilitas kota. Disamping
variabel yang digunakan tersebut, dalam skripsinya Windriasanti menyebutkan
bahwa daerah dengan potensi ekonomi yang bagus akan menjadi daya tarik
perkembangan kota. Ditambah dengan keberadaan faktor topografi yang turut
membantu bentuk perkembangan kota. Penggunaan variabel dan beberapa konsep
atau gagasan tersebut menggambarkan secara implisit penggunaan teori sektor
Perkembangan teori...,Ardityo,FMIPA UI,2009
48
Universitas Indonesia
yang dikemukakan oleh H. Hoyt pada tahun 1939, dimana mulai terlihat faktor
dari topografi bagi perkembangan kota.
Penelitian yang dilakukan oleh Abdurrazaq berusaha untuk membahas
berbagai fenomena yang terjadi di perkotaan, seperti struktur kota, tingkat
perkembangan, serta letak wilayah perkotaan, peralihan, dan pedesaan. Sebagai
landasan teori yang digunakan dalam penelitiannya, Abdurrazaq menerapkan teori
struktur kota kolonial, walaupun tidak secara eksplisit dicantumkan. Hal ini
terlihat dari konsep dasar teori tersebut yang terdapat dalam skripsi, seperti
terdapat daerah pusat usaha (CBD), bagian kota yang terencana dengan baik yang
memiliki semua fasilitas kota, namun disertai bagian kota yang tidak terencana
dengan baik yang hampir tidak punya fasilitas kota. Selain itu, persebaran, jumlah
dan perubahan, serta mata pencaharian penduduk sebagai hal pokok dari faktor
penentu pola dan arah kecenderungan penggunaan tanah. Hal ini dikarenakan
dalam teori tersebut masih ada wilayah pedesaan dengan penggunaan tanah
pertanian sebagai bagian kota.
4.2.2. Periode 1990-an
Sebanyak tujuh karya tugas akhir mahasiswa atau skripsi pada periode
1990-an diambil untuk dapat mengetahui teori struktur kota dan penerapannya
(Tabel 4.1.). Skripsi-skripsi tersebut antara lain milik Imam Subandi pada tahun
1990 dengan judul skripsi Perkembangan Kotamadya Bandar Lampung, Hasan
Al. Rubiana pada tahun 1990 dengan judul Perkembangan Fisik Kota Sintang,
Buceu Akhmad melakukan penelitian berjudul Perkembangan Kota Sumedang
Tahun 1980-1990 pada tahun 1994, sedangkan pada tahun 1995 Lili Suryenti,
Sumanto, dan Bonifasia E. Secundarti masing-masing membuat skripsi berjudul
Wilayah Perkotaan Bukittinggi; Struktur Kota Sehubungan dengan Industri di
Kecamatan Cikampek Tahun 1975 & 1990; serta Perubahan Wilayah Perkotaan,
Peralihan, dan Pinggiran di Kota Administratif Bekasi. Terakhir ialah skripsi
berjudul Struktur Pemukiman Kotip Cimahi dan Kotip Depok yang disusun oleh
Marrian Melanie pada tahun 1996.
Perkembangan teori...,Ardityo,FMIPA UI,2009
49
Universitas Indonesia
a. Identifikasi Berdasarkan Fokus Penelitian
Tugas akhir karya Subandi pada tahun 1990 mengedepankan masalah
mengenai perkembangan Kota Bandarlampung, termasuk tingkat, arah, dan
penyebabnya. Selain daripada itu, diketahui pula jumlah luas wilayah yang
bersifat pedesaan. Tidak jauh berbeda dengan Subandi, pada tahun yang sama
Rubiana juga melakukan penelitian yang membahas keadaan fisik dan
perkembangan Kota Sintang. Tahun 1994, Akhmad melakukan penelitian dengan
fokus yang sama, yaitu perkembangan kota di Sumedang, baik tingkat maupun
arah perkembangannya. Disamping itu, Akhmad juga ingin mengetahui bentuk
struktur Kota Sumedang. Pada tahun 1995, sebanyak tiga skripsi yang
dipublikasikan memiliki kesamaan fokus penelitian. Ketiga skripsi tersebut adalah
hasil penelitian dari Suryenti, Sumanto, dan Secundarti yang fokus penelitiannya
membahas letak wilayah urban, semiurban, dan rural pada masing-masing daerah
penelitian (Tabel 4.2.). Namun yang dilakukan oleh Sumanto sedikit berbeda,
dimana dibahas pula bentuk struktur kota penelitiannya. Pembahasan untuk
mengetahui struktur kota penelitian juga dilakukan oleh Melanie pada tahun 1996
yang juga membandingkan dengan teori struktur kota yang ada.
b. Identifikasi Berdasarkan Metode & Variabel Penelitian
Penelitian yang dilakukan oleh Subandi pada tahun 1990 menggunakan
jaringan jalan, penggunaan tanah, mata pencaharian, dan jumlah penduduk
sebagai variabel penelitiannya. Sedangkan metode yang digunakan ialah korelasi
peta yang telah dihasilkan disertai dengan uraian deskriptif. Metode yang sama
juga digunakan oleh Rubiana, yaitu korelasi peta yang didukung dengan uraian
deskriptif. Namun variabel yang digunakan oleh Rubiana berbeda, seperti terdapat
faktor fisik termasuk curah hujan, hidrologi, jenis tanah, dan topografi, disamping
faktor penggunaan tanah dan kependudukan. Sementara itu, Akhmad pada tahun
1994 melakukan penelitian dengan menggunakan variabel-variabel seperti
kepadatan permukiman, fasilitas kota (jaringan jalan, listrik, air minum) jumlah &
kepadatan penduduk, mata pencaharian, dan penggunaan tanah. Pada
penelitiannya tersebut, Akhmad menggunakan sistem skoring terhadap tiap
Perkembangan teori...,Ardityo,FMIPA UI,2009
50
Universitas Indonesia
variabel dalam tahap pengolahan data. Kemudian dianalisis dengan menggunakan
korelasi terhadap peta yang telah dihasilkan. Suryenti pada tahun 1995
menggunakan variabel yang relatif sama dengan yang dipakai oleh Akhmad, yaitu
jaringan jalan, jumlah penduduk, mata pencaharian, dan penggunaan tanah kota.
Metode yang digunakan pun tidak jauh berbeda, yaitu korelasi peta yang telah
dihasilkan disertai dengan analisis secara deskriptif. Sumanto pada tahun yang
sama melakukan penelitian dengan menggunakan berbagai variabel, antara lain
pengunaan tanah (tani/non-tani), kependudukkan, pemukiman, mata pencaharian
(tani/non-tani), dan utilitas kota (jaringan jalan dan fasilitas kota). Sedangkan
metode yang digunakan dalam analisisnya ialah metode skala nilai (skoring) yang
ditunjang dengan penggunaan statistik Karl Pearson. Penelitian yang dilakukan
oleh Secundarti dan Melanie terlihat menggunakan variabel dan metode yang
sama, dimana variabel yang digunakan antara lain kepadatan penduduk, jaringan
jalan, penggunaan tanah kota, sarana perdagangan atau hiburan, dan kelas fasilitas
kota. Sedangkan metode penelitian yang digunakan oleh Secundarti menggunakan
overlay peta yang dihasilkan dari beberapa variabel tadi. Melanie juga
menggunakan metode overlay peta, namun ditambah dengan analisis deskriptif
(Tabel 4.3.).
c. Identifikasi Berdasarkan Teori & Konsep
Tiap skripsi yang diteliti pada penelitian ini menggunakan landasan teori,
namun landasan teori tersebut ada yang secara jelas disebutkan, ada pula yang
tidak secara spesifik menuliskan teori struktur kota yang dipakai (Tabel 4.4.).
Subandi dengan jelas menuliskan teori struktur kota apa yang digunakan dalam
penelitiannya. Teori struktur kota tersebut antara lain teori konsentris, teori sektor,
dan teori inti berganda. Gagasan atau konsep dari tiap teori yang ditemukan dalam
skripsi, yaitu:
Ỏ Teori konsentris, bahwa kota terdiri dari lima zona, dengan CBD sebagai
pusat dan perkembangan kota bergerak secara merata melingkar menjauh dari
pusat kota.
Perkembangan teori...,Ardityo,FMIPA UI,2009
51
Universitas Indonesia
Ỏ Teori sektor yang menyebutkan bahwa CBD ialah pusat suatu kota. Letak
sektor industri bersinggungan dengan CBD, sedangkan pemukiman miskin
berdekatan dengan CBD dan industri. Lebih jauh dari pusat kota, ada
pemukiman kelas menengah sedangkan pemukiman kelas atas terletak lebih
jauh lagi.
Ỏ Dalam teori sektor, ada tiga jenis pertumbuhan kota: vertikal, dimana
daerah dihuni oleh struktur keluarga tunggal, semakin lama didiami oleh
struktur keluarga ganda; memampat, yaitu masih ada wilayah dalam kota
dengan ruang kosong; sentrifugal, yang terjadi karena ada kekurangan
ruang bagi tempat tinggal dan kegiatan lainnya, dimana pertumbuhannya
bersifat datar yang terlihat di sepanjang jalur transportasi.
Ỏ Perluasan wilayah mengikuti pertumbuhan sumbu atau mengikuti jalur
transportasi ke arah perbatasan kota
Ỏ Teori inti berganda, dimana dituliskan bahwa pola keruangan tidak konsentris
dan seolah-olah merupakan inti yang berdiri sendiri. Tidak ada urutan yang
teratur seperti di teori konsentris. Pusat-pusat kegiatan baru berkembang dan
meluas dengan pola tataguna tanahnya sendiri, yang dikarenakan tiap daerah
pusat kegiatan memiliki latar belakang lingkungan yang berbeda. Sehingga
seakan-akan ada CBD ganda.
Skripsi dengan teori struktur kota yang kurang jelas dicontohkan pada
penelitian yang dilakukan oleh Rubiana, dimana tidak dituliskan teori apa yang
digunakan. Untuk mengetahui teori tersebut, dilakukan identifikasi terhadap
gagasan atau konsep dan mengkorelasikannya dengan variabel yang digunakan.
Dalam penelitiannya, gagasan yang muncul yaitu bahwa suatu kota berawal dari
sebuah desa yang berkembang. Keberadaan manusia dan usahanya untuk
pemenuhan kebutuhan hidup turut membangun desa menjadi kota. Faktor alam
dan kondisi lingkungan yang bervariasi mengakibatkan perkembangan kota juga
beragam. Hal ini terlihat dari variabel yang digunakan berupa faktor fisik, seperti
jenis tanah, curah hujan, topografi, dan hidrologi. Disamping faktor fisik, ada pula
variabel seperti mata pencaharian, dan data kependudukkan lain. Pada umumnya,
teori struktur kota tidak secara khusus menggunakan variabel fisik sebagai
Perkembangan teori...,Ardityo,FMIPA UI,2009
52
Universitas Indonesia
pembentuk struktur kota. Namun berdasarkan gagasan dan variabel lain yang
digunakan, dapat diketahui bahwa Rubiana secara tidak langsung menggunakan
teori struktur kota kolonial yang dikemukakan oleh I Made Sandy, dimana dalam
teori tersebut dikatakan bahwa kota masih memiliki wilayah pedesaan yang
terletak di tepi kota dengan penduduknya sebagian besar bermata pencaharian
sebagai petani.
Akhmad dalam penelitiannya pada tahun 1994 menggunakan beberapa
teori struktur kota sebagai landasan teorinya. Teori-teori tersebut antara lain teori
konsentris, teori sektor, teori inti berganda, dan teori kota kolonial. Penggunaan
teori-teori tersebut dapat diketahui karena Akhmad secara jelas menuliskan dala
penelitiannya. Gagasan dari teori yang dipaparkan dalam skripsinya antara lain:
Ỏ Teori konsentris, bahwa kota terdiri dari lima zona, dengan CBD sebagai
pusat dan perkembangan kota bergerak secara merata melingkar menjauh dari
pusat kota.
Ỏ Pola konsentrik dapat berubah berdasarkan rute transportasi yang
tersedia.
Ỏ Teori sektor, dimana CBD berfungsi sebagai pusat kota. Daerah dengan harga
tanah tinggi berada di tepi luar kota, sedangkan daerah dengan harga tanah
rendah meningkat sepanjang pusat kota hingga tepi kota (perbatasan).
Ỏ Kota terdiri dari beberapa sektor, dimana tiap sektor berkembang sendiri
sesuai dengan fasilitas yang tersedia.
Ỏ Perluasan mengikuti pertumbuhan sumbu atau mengikuti jalur
transportasi ke arah perbatasan kota.
Ỏ Teori inti berganda disebutkan bahwa pola keruangan tidak konsentris dan
seolah-olah merupakan inti yang berdiri sendiri. Sehingga tidak ada urutan
yang teratur seperti di teori konsentris.
Ỏ Teori struktur kota kolonial, dimana terdapat daerah pusat usaha (CBD),
bagian kota yang terencana dengan baik yang memiliki semua fasilitas kota,
dan bagian kota yang tidak terencana dengan baik yang hampir tidak punya
fasilitas kota.
Perkembangan teori...,Ardityo,FMIPA UI,2009
53
Universitas Indonesia
Suryenti melakukan penelitian dengan masalah letak wilayah perkotaan,
pertanian, dan pedesaan. Gagasan teori yang dikemukakan dalam penulisan tugas
akhir ini antara lain bahwa kota memiliki karakteristik penggunaan tanah non-
agraris dengan kepadatan pemukiman tinggi, pola jaringan jalan kompleks, dan
ada banyak fasilitas kota. Selain itu, wilayah perkotaan ditentukan juga dari harga
tanah, dan jumlah pedagang eceran. Identifikasi gagasan ini perlu dilakukan
karena tugas akhir karya Suryenti termasuk yang tidak mencantumkan secara jelas
penerapan teori struktur kota apa yang digunakan sebagai landasan teorinya. Dari
gagasan dan variabel yang digunakan, dapat dikatakan bahwa penelitian Suryenti
secara tidak langsung menggunakan dua teori struktur kota, yaitu teori sektor dan
teori kota kolonial.
Penelitian yang dilakukan oleh Secundarti memiliki kesamaan masalah
penelitian dengan yang dilakukan oleh Suryenti, namun secara jelas Secundarti
menuliskan teori struktur kota yang digunakannya, yaitu teori kota kolonial.
Gagasan teori yang terdapat di skripsinya ialah bahwa kota memiliki ada daerah
pusat usaha (CBD), dengan terdapat bagian kota yang terencana dengan baik yang
memiliki semua fasilitas kota, dan juga bagian yang tidak terencana dengan baik,
dimana hampir tidak punya fasilitas kota. Disamping itu, meskipun mata
pencaharian penduduk kota bukan dari sektor pertanian, tapi masih ada
penggunaan tanah pertanian di pinggiran kota. Disebutkan pula bahwa secara
alami, kota merupakan desa yang berkembang yang mengalami transisi sehingga
terbentuk karakteristik wilayah peralihan desa-kota.
Penelitian yang dilakukan Sumanto dan Melanie memiliki kesamaan,
dimana mereka sama-sama memfokuskan penelitiannya pada bentuk struktur kota
masing-masing daerah penelitian, walaupun Sumanto juga membahas letak
wilayah urban, semiurban, dan rural. Dalam penelitiannya, Sumanto menuliskan
beberapa teori struktur kota yang digunakan, yakni teori kota kolonial, teori
konsentris, teori sektor, dan teori inti berganda. Gagasan teori yang dituliskan
dalam penelitian Sumanto antara lain:
Perkembangan teori...,Ardityo,FMIPA UI,2009
54
Universitas Indonesia
Ỏ Teori konsentris yang mengatakan bahwa kota terdiri dari lima zona, dengan
CBD sebagai pusat dan secara melingkar perkembangannya bergerak ke
segala arah menjauh dari pusat kota.
Ỏ Teori sektor dimana CBD berfungsi sebagai pusat kota, daerah dengan harga
tanah tinggi ada di tepi luar kota. Sedangkan daerah dengan harga tanah
rendah meningkat sepanjang pusat kota hingga tepi kota (perbatasan).
Ỏ Ada tiga jenis pertumbuhan: vertikal, daerah dihuni oleh struktur
keluarga tunggal, semakin lama didiami oleh struktur keluarga ganda;
memampat, masih ada wilayah dalam kota dengan ruang kosong;
sentrifugal, terjadi karena ada kekurangan ruang bagi tempat tinggal dan
kegiatan lainnya, dimana pertumbuhannya bersifat datar yang terlihat di
sepanjang jalur transportasi.
Ỏ Teori inti berganda yang terlihat dari pola keruangan kota tidak konsentris
dan tidak ada urutan yang teratur dari zona di teori konsentris. Pusat-pusat
kegiatan baru tumbuh yang mengacu pada pertumbuhan dan perkembangan
daerah-daerah di lingkungan kota dan meluas sesuai pola batas kemampuan
penggunaan tanahnya.
Ỏ Model kota dari tiap teori mengambil objek kota yang tumbuh dan
berkembang akibat adanya industri.
Ỏ Teori struktur kota kolonial, dimana masih ada wilayah kota yang bersifat
pedesaan. Pemukiman kumuh berada di sekitar CBD dan dipinggiran daerah
pemukiman kelas menengah ke atas.
Jika Sumanto menerapkan empat teori struktur kota, Melanie menampilkan tiga
buah teori struktur kota, yaitu teori konsentris, teori sektor, dan teori inti
berganda. Gagasan dari masing-masing teori yang digunakan oleh Melanie antara
lain:
Ỏ Teori konsentris, dimana kota terdiri dari lima zona, dengan CBD sebagai
pusat dan secara melingkar perkembangannya bergerak ke segala arah
menjauh dari pusat kota.
Perkembangan teori...,Ardityo,FMIPA UI,2009
55
Universitas Indonesia
Ỏ Teori sektor yang menyebutkan bahwa CBD berfungsi sebagai pusat kota.
Sektor industri letaknya bersinggungan dengan CBD, sedangkan letak
pemukiman miskin berdekatan dengan CBD dan industri. Lebih jauh dari
pusat kota ada pemukiman kelas menengah dan pemukiman kelas tinggi
terletak lebih jauh lagi.
Ỏ Perkembangan yang terjadi di dalam kota semakin lama menghasilkan
sektor-sektor dengan kesamaan karakteristik.
Ỏ Ada tiga jenis pertumbuhan: vertikal, daerah dihuni oleh struktur
keluarga tunggal, semakin lama didiami oleh struktur keluarga ganda;
memampat, masih ada wilayah dalam kota dengan ruang kosong;
sentrifugal, terjadi karena ada kekurangan ruang bagi tempat tinggal dan
kegiatan lainnya, dimana pertumbuhannya bersifat datar yang terlihat di
sepanjang jalur transportasi.
Ỏ Teori inti berganda, dimana pusat-pusat kegiatan baru berkembang dan
meluas dengan pola tataguna tanahnya sendiri. Hal ini dikarenakan tiap
daerah kegiatan memiliki latar belakang lingkungan yang berbeda.
Ỏ Kota dibentuk oleh pusat-pusat kegiatan fungsional, & tiap pusat punya
peranan yang penting bagi kota.
Ỏ Tidak ada urutan pemukiman secara gradual karena batas untuk
berkembang tiap komunitas pemukiman tidak sama.
Ỏ Keadaan alam (seperti topografi) memiliki peranan terhadap pola
penggunaan tanahnya.
4.2.3. Periode 2000-an
Penelitian tugas akhir atau skripsi yang penulis masukkan pada periode ini
ada sebanyak enam skripsi (Tabel 4.1.). Skripsi-skripsi tersebut antara lain
mengambil judul Perubahan Penggunaan Tanah Permukiman di Kotamadya
Bogor Tahun 1992-1997 yang disusun oleh Nana Rusyana pada tahun 2000,
Perkembangan Kota Bukittinggi Tahun 1980, 1990, & 1999, serta skripsi berjudul
Pola Perkembangan Kota Tanjungpinang Tahun 1984 & 1998 yang masing-
masing disusun oleh Andreno dan Desmond pada tahun 2001. Sedangkan pada
Perkembangan teori...,Ardityo,FMIPA UI,2009
56
Universitas Indonesia
tahun 2002, Budianto mengerjakan skripsi dengan judul Pertumbuhan Perumahan
& Pengaruhnya Terhadap Perubahan Struktur Ruang Kotamadya Jakarta Selatan
Tahun 1990-2000. Memasuki tahun 2005, penelitian berjudul Wilayah Urban di
Kota Bekasi Tahun 2000 dilakukan oleh Dandy H. Kuswiyoto. Kemudian pada
tahun 2006, M. Rieza mengerjakan skripsi dengan judul Perkembangan Wilayah
Terbangun Kota Jakarta 1990-2005.
a. Identifikasi Berdasarkan Fokus Penelitian
Fokus penelitian yang dilakukan oleh Rusyana pada tahun 2000 ialah
seputar perubahan penggunaan tanah pemukiman di Kota Bogor terkait dengan
perubahan jumlah penduduk, fasilitas, dan aksesibilitas. Sementara itu, pada tahun
2001, dimana skripsi Andreno dan Desmond sama-sama dipublikasikan, masalah
yang diutarakan oleh keduanya pun relatif sama, yaitu mengenai perkembangan
kota di masing-masing daerah penelitian, yaitu Andreno di Bukittingi, sedangkan
Desmond di Tanjungpinang. Lain halnya dengan penelitian yang dilakukakan oleh
Budianto pada tahun 2002, dimana ia berusaha membahas pertumbuhan
perumahan dan perkembangan struktur ruang di Jakarta Selatan, serta dampak dari
pertumbuhan tersebut terhadap struktur ruang. Kuswiyoto dalam penelitiannya
pada tahun 2005 mengedepankan masalah letak wilayah perkotaan, peralihan, dan
pedesaan, sedangkan Rieza memfokuskan masalah pada perkembangan wilayah
terbangun (Tabel 4.2.).
b. Identifikasi Berdasarkan Metode & Variabel Penelitian
Setelah melihat masalah yang diajukan oleh Rusyana dalam penelitiannya,
yaitu perubahan penggunaan tanah pemukiman terkait perubahan jumlah
penduduk, fasilitas, dan aksesibilitas, maka sejalan dengan variabel yang
digunakan. Variabel tersebut ialah jumlah penduduk, jaringan jalan, dan fasilitas
kota. Sedangkan metode yang digunakan untuk dapat menjawab masalah tersebut
ialah dengan menggunakan overlay peta. Metode analisis deskriptif ditemukan
pada dua skripsi di tahun 2001, yaitu Andreno dan Desmond (Tabel 4.3.).
Variabel yang digunakan oleh keduanya pun relatif sama, yaitu jaringan jalan,
Perkembangan teori...,Ardityo,FMIPA UI,2009
57
Universitas Indonesia
fasilitas kota, dan penggunaan tanah. Sementara itu, pada tahun 2002 Budianto
melakukan penelitian dengan menggunakan variabel pemukiman dan jaringan
jalan. Sedangkan metode yang dipilih untuk pengolahan variabel tersebut ialah
metode grid dan pada tahap analisis menggunakan korelasi peta serta analisis
deskriptif. Lain halnya dengan Kuswiyoto, dimana variabel yang digunakan lebih
banyak, meliputi penggunaan tanah, kepadatan dan mata pencaharian penduduk,
jaringan jalan, utilitas dan fasilitas kota, serta kerapatan bangunan. Sedangkan
metode yang dipilih dalam menganalisa variabel yang ada ialah menggunakan
overlay peta dan analisis deskriptif kuantitatif. Terakhir ialah skripsi yang
dikerjakan oleh Rieza pada tahun 2006, dimana metode yang digunakan dalam
tahap pengolahan ialah Urban Index. Pada metode ini, menggunakan bantuan alat
atau perangkat lunak pengolah citra. Setelah dihasilkan peta yang berasal dari
citra, selanjutnya dilakukan proses analisis dengan cara mengkorelasikan peta
tersebut.
c. Identifikasi Berdasarkan Teori & Konsep
Skripsi yang dilakukan oleh Rusyana pada tahun 2000 secara jelas
menuliskan beberapa teori struktur kota yang ia gunakan. Terhitung ada empat
teori, antara lain teori kota kolonial. Teori konsentris, teori sektor, dan teori inti
berganda. Gagasan dari tiap teori yang terdapat pada skripsi tersebut yaitu:
Ỏ Teori konsentris, dimana kota terdiri dari lima zona, dengan CBD sebagai
pusat dan perkembangan yang terjadi melingkar secara merata bergerak ke
segala arah menjauh dari pusat kota.
Ỏ Teori sektor yang ditandai dengan CBD berfungsi sebagai pusat kota. Sektor
industri bersinggungan dengan CBD, sedangkan pemukiman miskin
berdekatan dengan CBD dan industri. Lebih jauh dari pusat kota ada
pemukiman kelas menengah dan pemukiman kelas atas terletak lebih jauh
lagi.
Ỏ Aksesibilitas sebagai faktor perkembangan struktur kota.
Perkembangan teori...,Ardityo,FMIPA UI,2009
58
Universitas Indonesia
Ỏ Faktor alam (seperti kelerangan) mempengaruhi perkembangan kota.
Daerah datar dapat dibangun jalur transportasi darat sehingga
perkembangan memanjang searah jaringan jalan, sedangkan adanya
lereng membuat perkembangan mengikuti bujuran lereng.
Ỏ Teori inti berganda yang menyebutkan bahwa muncul pusat-pusat kegiatan
tambahan yang masing-masing berfungsi sebagai pusat pertumbuhan dan
dikelilingi oleh penggunaan tanah yang bersambungan secara fungsional.
Ỏ Teori struktur kota kolonial, dimana suatu kota memiliki daerah pusat usaha
(CBD), bagian kota yang terencana dengan baik yang memiliki semua
fasilitas kota, dan bagian kota yang tidak terencana dengan baik yang hampir
tidak punya fasilitas kota.
Ỏ Masih ada penggunaan tanah pertanian di pinggiran kota.
Pada tahun 2001, ketika terdapat dua skripsi yang masing-masing
dikerjakan oleh Andreno dan Desmond, teori struktur kota yang digunakan
sebagai landasan teori penelitian mereka memiliki kesamaan (Tabel 4.4.). Pada
kedua skripsi tersebut ditemukan teori kota kolonial, teori konsentris, teori sektor,
dan teori inti berganda, dimana gagasan teori yang tertulis antara lain:
Ỏ Teori konsentris dimana suatu kota terdiri dari lima zona, dengan CBD
sebagai pusat dan bergerak melingkar merata bergerak ke segala arah
menjauh dari pusat kota.
Ỏ Teori sektor, dimana CBD berfungsi sebagai pusat kota. Sektor industri
letaknya bersinggungan dengan CBD dan pemukiman miskin berdekatan
dengan CBD dan industri. Lebih jauh dari pusat kota ada pemukiman kelas
menengah dan pemukiman kelas atas terletak lebih jauh lagi.
Ỏ Faktor alam (seperti kelerangan) mempengaruhi perkembangan kota.
Daerah datar dapat dibangun jalur transportasi darat sehingga
perkembangan memanjang searah jaringan jalan, sedangkan adanya
lereng membuat perkembangan mengikuti bujuran lereng.
Ỏ Aksesibilitas sebagai faktor perkembangan struktur kota.
Perkembangan teori...,Ardityo,FMIPA UI,2009
59
Universitas Indonesia
Ỏ Teori inti berganda yang menyatakan bahwa muncul pusat-pusat kegiatan
tambahan yang masing-masing berfungsi sebagai pusat pertumbuhan dan
dikelilingi oleh penggunaan tanah yang bersambungan secara fungsional.
Ỏ Teori struktur kota kolonial, dimana suatu kota ada daerah pusat usaha
(CBD), bagian kota yang terencana dengan baik yang memiliki semua
fasilitas kota, dan ada bagian kota yang tidak terencana dengan baik yang
hampir tidak punya fasilitas kota.
Ỏ Masih ada penggunaan tanah pertanian di pinggiran kota.
Tidak jauh berbeda dengan skripsi karya Andreno dan Desmond, skripsi
yang dikerjakan oleh Budianto pada tahun 2002 juga menuliskan beberapa teori
struktur kota.Teori tersebut antara lain teori konsentris, teori sektor, dan teori inti
berganda.
Ỏ Teori konsentris, dimana suatu kota terdiri dari lima zona, dengan CBD
berfungsi sebagai pusat dan perkembangan yang terjadi melingkar secara
merata bergerak ke segala arah menjauh dari pusat kota.
Ỏ Teori sektor yang ditandai dengan CBD sebagai pusat kota. Letak sektor
industri bersinggungan dengan CBD dan pemukiman miskin berdekatan
dengan CBD dan industri. Lebih jauh dari pusat kota ada pemukiman kelas
menengah dan pemukiman kelas tinggi terletak lebih jauh lagi.
Ỏ Aksesibilitas sebagai faktor perkembangan struktur kota.
Ỏ Ada tiga jenis pertumbuhan: vertikal, daerah dihuni oleh struktur
keluarga tunggal, semakin lama didiami oleh struktur keluarga ganda;
memampat, masih ada wilayah dalam kota dengan ruang kosong;
sentrifugal, terjadi karena ada kekurangan ruang bagi tempat tinggal dan
kegiatan lainnya, dimana pertumbuhannya bersifat datar yang terlihat di
sepanjang jalur transportasi.
Ỏ Teori inti berganda yang menyatakan bahwa pusat-pusat kegiatan baru
berkembang dan meluas dengan pola penggunaan tanahnya sendiri,
dikarenakan tiap daerah kegiatan memiliki latar belakang lingkungan yang
berbeda.
Perkembangan teori...,Ardityo,FMIPA UI,2009
60
Universitas Indonesia
Dalam penelitian yang dilakukan oleh Kuswiyoto, landasan teori yang
dituliskan tidak sebanyak yang dipakai oleh Andreno, Desmond, maupun
Budianto. Kuswiyoto hanya menggunakan teori kota kolonial oleh I Made Sandy,
dimana gagasan dari teori tersebut yaitu suatu kota memiliki daerah pusat usaha
(CBD), dimana bagian kota yang terencana dengan baik yang memiliki semua
fasilitas kota, dan bagian kota yang tidak terencana dengan baik yang hampir
tidak punya fasilitas kota. Secara alami, kota merupakan desa yang berkembang
yang mengalami transisi sehingga terbentuk karakteristik wilayah peralihan desa-
kota.
Lain halnya dengan penelitian yang dilakukan oleh Rieza yang membahas
perkembangan wilayah terbangun. Dengan metode yang dipakai ialah Urban
Index, dan pengolahan citra satelit dengan bantuan perangkat lunak pengolah
citra. Dalam penelitiannya, tidak dituliskan teori struktur kota apa yang dipakai.
Namun jika melihat gagasan dan variabel, seperti penggunaan tanah berupa
industri, perdagangan, fasilitas umum, dan pemukiman, maka dapat dikatakan
bahwa Rieza menggunkan teori struktur kota yang dikemukakan oleh Harris &
Ullman, yaitu teori inti berganda.
4.3. Perkembangan Penerapan Teori Struktur Kota
Setelah melakukan proses identifikasi masing-masing skripsi dari tiap
periode, kemudian dilanjutkan dengan pembahasan terhadap hasil identifikasi.
Pada tahap selanjutnya dilakukan dengan membandingkan teori struktur kota yang
digunakan dalam skripsi dengan teori struktur kota yang berkembang di dunia.
Hal ini untuk membahas bagaimana perkembangan dan penerapan teori struktur
kota di Departemen Geografi Universitas Indonesia.
4.3.1. Perkembangan Penelitian Perkotaan Berdasarkan Fokus Penelitian
Skripsi-skripsi yang diperoleh dari periode 1980-an ada sebanyak tiga
buah skripsi. Skripsi tersebut antara lain berjudul Perkembangan Kota Salatiga
(ditulis oleh Windriasanti, 1986), Struktur & Tingkat Perkembangan Kotamadya
Perkembangan teori...,Ardityo,FMIPA UI,2009
61
Universitas Indonesia
Cirebon (M. Abdurrazaq, 1987), serta Konsentrasi Penduduk & Analisa Struktur
Pemukiman di Kotamadya Padang (Eka Fadrian, 1987). Setelah proses
identifikasi dari tiga karya tulis tersebut, diketahui bahwa fokus penelitian pada
skripsi di periode 1980-an ialah seputar penentuan tingkat dan arah perkembangan
kota, letak wilayah urban/rural, serta perbandingan dengan teori struktur kota
yang ada. Masing-masing fokus penelitian diwakili oleh satu buah skripsi.
Pada periode selanjutnya, periode 1990-an, diperoleh tujuh buah skripsi
yang antara lain berjudul Perkembangan Kotamadya Bandar Lampung (disusun
oleh Imam Subandi, 1990), Perkembangan Fisik Kota Sintang (Hasan Al.
Rubiana, 1990), Perkembangan Kota Sumedang Tahun 1980-1990 (Buceu
Akhmad, 1994), Wilayah Perkotaan Bukittinggi (Lili Suryenti, 1995), Struktur
Kota Sehubungan dengan Industri di Kecamatan Cikampek Tahun 1975 & 1990
(Sumanto, 1995), Perubahan Wilayah Perkotaan, Peralihan, & Pinggiran di Kota
Administratif Bekasi (Bonifasia E. Secundarti, 1995), serta Struktur Pemukiman
Kotip Cimahi & Kotip Depok (Marrian Melanie, 1996). Fokus penelitian yang
diketahui setelah melakukan identifikasi pada skripsi-skripsi tersebut ialah seputar
penentuan letak wilayah urban, semiurban, dan rural; tingkat, arah, dan pola
perkembangan kota; serta identifikasi bentuk struktur kota dan perbandingannya
dengan teori struktur kota yang ada di dunia. Dari tujuh skripsi, sebanyak tiga
skripsi memfokuskan penelitiannya pada tingkat, arah, dan pola perkembangan
kota, yang ditulis oleh Subandi, Rubiana, dan Akhmad. Sedangkan sebanyak tiga
skripsi lain membahas masalah letak wilayah urban, semiurban, dan rural, seperti
yang dituliskan oleh Secundarti, Sumanto, dan Suryenti. Fokus penelitian yang
menentukan bentuk struktur kota terdapat pada tiga skripsi, dimana dua
diantaranya juga membahas perkembangan dan wilayah urban. Ketiga fokus
penelitian pada periode ini tidak jauh berbeda dengan fokus penelitian pada
periode sebelumnya.
Skripsi yang diperoleh pada periode 2000-an antara lain berjudul
Perubahan Penggunaan Tanah Permukiman di Kotamadya Bogor Tahun 1992-
1997 (disusun oleh Nana Rusyana, 2000), Perkembangan Kota Bukittinggi Tahun
Perkembangan teori...,Ardityo,FMIPA UI,2009
62
Universitas Indonesia
1980, 1990, & 1999 (disusun oleh Andreno, 2001), Pola Perkembangan Kota
Tanjungpinang Tahun 1984 & 1998 (Desmond, 2001), Pertumbuhan Perumahan
& Pengaruhnya Terhadap Perubahan Struktur Ruang Kotamadya Jakarta Selatan
Tahun 1990-2000 (Budianto, 2002), Wilayah Urban di Kota Bekasi Tahun 2000
(Dandy H. Kuswiyoto, 2005), serta Perkembangan Wilayah Terbangun Kota
Jakarta 1990-2005 (M. Rieza, 2006). Pada periode ini, terdapat skripsi-skripsi
dengan fokus penelitian yang relatif baru, yaitu sebanyak dua skripsi membahas
penggunaan tanah dan perubahan pemukiman. Hal ini terlihat pada skripsi yang
ditulis oleh Rusyana dan Budianto. Namun skripsi lain pada periode ini juga
masih ada yang membahas pola perkembangan kota, yang terlihat dari karya
Desmond, Andreno, dan Rieza, serta penentuan letak wilayah urban, semiurban,
dan rural yang dituliskan oleh Kuswiyoto.
4.3.2. Perkembangan Penelitian Perkotaan Berdasarkan Metode & Variabel
Metode dan variabel penelitian yang ditemukan berdasarkan hasil
identifikasi pada skripsi di periode 1980-an ialah didominasi dengan korelasi peta
dan dibantu dengan perhitungan statistik antar variabel, seperti penggunaan tanah
dengan jaringan jalan, listrik, dan air minum. Disamping itu, ada pula penggunaan
metode grid dan korelasi diagram yang digunakan untuk menentukan wilayah
urban/rural, yaitu oleh Abdurrazaq. Kemudian dalam penyajiannya disampaikan
dengan menggunakan analisa deduktif terhadap peta yang dihasilkan.
Pada periode selanjutnya, yaitu periode 1990-an, penggunaan metode
penelitian korelasi peta sebagai tahap pengolahan, digunakan oleh Subandi,
Rubiana, Suryenti, dan Akhmad. Sedangkan metode overlay peta dilakukan dalam
penelitian yang dikerjakan oleh Secundarti dan Melanie. Pada periode ini juga
ditemukan metode skala nilai (skoring) dan penggunaan statistik dalam skripsi
milik Sumanto. Penggunaan statistik tersebut membantu melihat hubungan
variabel yang digunakan, seperti pengunaan tanah, kependudukkan, pemukiman,
mata pencaharian, dan utilitas kota. Penelitian yang dilakukan oleh Rubiana,
memasukkan variabel fisik untuk melihat pengaruhnya terhadap perkembangan
kota. variabel fisik tersebut antara lain jenis tanah, curah hujan, hidrologi, dan
Perkembangan teori...,Ardityo,FMIPA UI,2009
63
Universitas Indonesia
topografi. Pada umumnya, skripsi pada periode ini menggunakan analisis
deskriptif dalam tahap analisis berdasarkan hasil yang diperoleh dari pengolahan
data.
Periode 2000-an, diketahui bahwa metode yang digunakan lebih
mendominasi metode overlay peta dibanding penggunaan metode korelasi peta
yang banyak digunakan di dua periode sebelumnya, walaupun masih digunakan,
seperti pada skripsi karya Budianto. Penggunaan metode overlay peta terlihat
pada skripsi karya Rusyana, Desmond, Andreno, dan Kuswiyoto. Berbeda dengan
lima skripsi lain pada periode ini, Rieza menggunakan metode Urban Index untuk
mengetahui perkembangan wilayah terbangun. Penggunaan metode ini tergolong
baru, mengingat perkembangan teknologi informasi dan penginderaan jauh
dengan menggunakan citra satelit dan bantuan perangkat lunak untuk mengolah
citra tersebut.
4.3.3. Perkembangan Penelitian Perkotaan Berdasarkan Teori & Konsep
a. Periode 1980-an
Penggunaan teori diperlukan sebagai landasan pada penulisan skripsi atau
tugas akhir. Hal yang sama juga berlaku di Departemen Geografi Universitas
Indonesia. Penggunaan teori struktur kota yang diterapkan dalam penulisan tugas
akhir atau skripsi bertemakan perkotaan di Dept. Geografi UI pada periode 1980-
an antara lain seputar Teori Konsentris (dikemukakan oleh E.W. Burgess), Teori
Sektor (H. Hoyt), dan Teori Kota Kolonial (I Made Sandy). Teori-teori ini secara
eksplisit disebutkan oleh Fadrian (1987) dalam skripsinya. Sedangkan pada
skripsi yang ditulis oleh Windriasanti (1986) dan Muhammad Abdurrazaq (1987),
tidak disebutkan teori struktur kota apa yang digunakan. Namun dengan melihat
variabel-variabel yang diambil oleh Windriasanti, seperti penggunaan tanah,
jaringan jalan, dan fasilitas kota, dapat dikatakan bahwa penelitiannya
menggunakan Teori Sektor (Hoyt, 1939). Hal ini diperkuat dengan konsep atau
gagasan yang dituliskan dalam skripsinya, yaitu daerah dengan potensi ekonomi
yang baik menjadi daya tarik bagi perkembangan kota, serta bahwa perkembangan
Perkembangan teori...,Ardityo,FMIPA UI,2009
64
Universitas Indonesia
kota dipengaruhi oleh topografi. Sementara itu, penelitian yang dilakukan oleh
Abdurrazaq diperkirakan menggunakan teori kota kolonial dari I Made Sandy.
Hal ini dapat dilihat dari penggunaan gagasan yang dituliskan, bahwa dalam suatu
kota ada daerah pusat usaha (CBD), kemudian ada bagian kota yang terencana
dengan baik yang memiliki semua fasilitas kota, dan ada pula bagian yang tidak
terencana dengan baik yang hampir tidak punya fasilitas kota.
Pada periode yang sama, muncul teori urban sprawl sebagai akibat dari
jenuhnya penduduk yang tinggal di pusat kota terhadap keadaan lingkungannya.
Sehingga penduduk memilih lokasi tempat tinggal yang lebih baik, yaitu di daerah
pinggiran kota. Jenis kota seperti ini memiliki komponen penyusun yang terletak
secara terpisah dan memiliki batas antar komponen yang sangat jelas. Untuk
mencapai tiap komponen kota tersebut, dapat dikatakan penduduk dapat
mencapainya hanya dengan satu cara, karena hanya terdapat satu jalan utama yang
menghubungkan tiap komponen kota. Aksesibilitas berupa satu jalan utama yang
tersedia, menjadi dorongan yang sangat besar untuk berkendara bagi penduduk
yang tidak dapat dilalui dengan berjalan kaki. Walaupun bisa, akan terasa tidak
nyaman karena fasilitas yang kurang memadai. Dalam teori ini diasumsikan
bahwa urban sprawl merupakan kota baru yang terbentuk di pinggiran kota lama,
dengan penduduk berasal dari kota lama. Disamping itu, terjadi perubahan
penggunaan tanah secara besar-besaran di pinggiran kota, yang awalnya berupa
pertanian, menjadi perkantoran atau pusat perbelanjaan. Dengan demikian
pemakaiannya cenderung hanya untuk satu tujuan (single use zoning), misalkan
hanya perkantoran saja dan dikelilingi lahan parkir yang luas. Tingkat kepadatan
penduduk pun lebih rendah, yang terlihat dari tempat tinggal penduduk bukan di
apartemen atau bangunan bertingkat, namun berbentuk rumah tunggal (single
family homes) dengan halaman yang luas dalam sebuah komplek perumahan.
b. Periode 1990-an
Skripsi-skripsi yang penulis masukkan sebagai kasus dalam periode ini
ada sebanyak tujuh skripsi. Ketujuh skripsi tersebut antara lain Perkembangan
Kotamadya Bandar Lampung (disusun oleh Imam Subandi, 1990), Perkembangan
Perkembangan teori...,Ardityo,FMIPA UI,2009
65
Universitas Indonesia
Fisik Kota Sintang (Hasan Al. Rubiana, 1990), Perkembangan Kota Sumedang
Tahun 1980-1990 (Buceu Akhmad, 1994), Wilayah Perkotaan Bukittinggi (Lili
Suryenti, 1995), Struktur Kota Sehubungan dengan Industri di Kecamatan
Cikampek Tahun 1975 & 1990 (Sumanto, 1995), Perubahan Wilayah Perkotaan,
Peralihan, dan Pinggiran di Kota Administratif Bekasi (Bonafisia E. Secundarti,
1995), serta Struktur Pemukiman Kotip Cimahi dan Kotip Depok (Marrian
Melanie, 1996).
Dalam penulisan tugas akhir oleh masing-masing penulis, ditemukan
skripsi yang mencantumkan secara tertulis teori struktur kota apa yang digunakan.
Teori-teori tersebut antara lain berupa teori struktur kota klasik, seperti Teori
Konsentris (E.W. Burgess), Teori Sektor (H. Hoyt), dan Teori Inti Berganda (E.
Harris & C. Ullman), serta Teori Kota Kolonial (I Made Sandy). Penggunaan teori
tersebut ditemukan pada tugas akhir karya Subandi, Akhmad, Sumanto,
Secundarti, dan Melanie. Namun ada pula yang tidak menuliskan teori apa yang
dipakai, seperti yang ditemukan pada penulisan skripsi oleh Al. Rubiana dan
Suryenti. Melihat gagasan teori yang Suryenti kemukakan dalam penulisan tugas
akhir ini, antara lain bahwa kota memiliki karakteristik penggunaan tanah non-
agraris dengan kepadatan pemukiman tinggi, pola jaringan jalan kompleks, dan
ada banyak fasilitas kota. Selain itu, dikatakan pula bahwa wilayah perkotaan
ditentukan juga dari harga tanah dan jumlah pedagang eceran. Melihat gagasan
tersebut dan variabel yang Suryenti gunakan, seperti penggunaan tanah, mata
pencaharian, jaringan jalan, dan jumlah penduduk, maka dapat dikatakan bahwa ia
menggunakan teori sektor dan teori kota kolonial. Sedangkan penerapan teori
pada karya Rubiana berdasarkan pada gagasan dan variabel lain yang digunakan,
dapat diketahui bahwa Rubiana secara tidak langsung menggunakan teori struktur
kota kolonial yang dikemukakan oleh I Made Sandy. Dalam teori tersebut
dikatakan bahwa kota masih memiliki wilayah pedesaan yang terletak di tepi kota
dengan penduduknya sebagian besar bermata pencaharian sebagai petani.
Pada periode 1990-an, muncul teori struktur kota yang lebih baru, yaitu
Edge City. Istilah edge muncul karena pusat komunitas bagi penduduk pelopor
Perkembangan teori...,Ardityo,FMIPA UI,2009
66
Universitas Indonesia
(pioneer) yang pindah atau menjauh dari pusat kota lama. Selain itu juga
merupakan tempat tinggal bagi para imigran, khususnya di sekitar kota-kota di
pantai timur Amerika Serikat. Sedangkan disebut city karena didalamnya
memiliki seluruh fasilitas yang terdapat di kota pada umumnya. Edge City dapat
dikatakan sebagai tahap lanjutan dari proses urbanisasi. Setelah penduduk
berpindah mencari tempat tinggal di pinggiran kota atau bahkan di luar kota,
maka diikuti dengan munculnya perkantoran dan pusat perbelanjaan yang
mendekati pemukiman baru penduduk. Dengan demikian memudahkan penduduk
untuk beraktifitas, dimana tidak perlu lagi berpergian ke kantor atau berbelanja di
pusat kota. Struktur kota seperti ini tidak akan muncul tanpa adanya persimpangan
antar jalan raya utama (major freeway interchanges). Proyek pembangunan
Interstate (jalan antar negara bagian) menghubungkan Amerika Serikat dari pantai
timur hingga pantai barat. Oleh karena itu terbentuk titik-titik strategis di
persimpangan dimana terjadi aliran transportasi yang mengantarkan orang,
barang, dan jasa ke seluruh Amerika Serikat. Keadaan kota Edge City saat ini
tidaklah sama seperti ketika, misalkan, 30 tahun yang lalu, dimana sewaktu
melintasi persimpangan jalan antar negara bagian, pemandangan yang terlihat
merupakan sebuah pedesaan, namun sekarang telah berubah menjadi suatu kota
baru.
c. Periode 2000-an
Skripsi yang penulis masukkan sebagai kasus di periode 2000-an dalam
penelitian ini ada sebanyak enam skripsi. Skripsi-skripsi tersebut antara lain
Perubahan Penggunaan Tanah Permukiman di Kotamadya Bogor Tahun 1992-
1997 (disusun oleh Nana Rusyana, 2000), Perkembangan Kota Bukittinggi Tahun
1980, 1990, & 1999 (disusun oleh Andreno, 2001), Pola Perkembangan Kota
Tanjungpinang Tahun 1984 & 1998 (Desmond, 2001), Pertumbuhan Perumahan
& Pengaruhnya Terhadap Perubahan Struktur Ruang Kotamadya Jakarta Selatan
Tahun 1990-2000 (Budianto, 2002), Wilayah Urban di Kota Bekasi Tahun 2000
(Dandy H. Kuswiyoto, 2005), serta Perkembangan Wilayah Terbangun Kota
Jakarta 1990-2005 (M. Rieza, 2006).
Perkembangan teori...,Ardityo,FMIPA UI,2009
67
Universitas Indonesia
Dengan membaca masing-masing penulisan tugas akhir, penulis
menemukan skripsi yang mencantumkan secara tertulis teori struktur kota apa
yang digunakan. Teori-teori tersebut antara lain berupa teori struktur kota klasik,
seperti Teori Konsentris (E.W. Burgess), Teori Sektor (H. Hoyt), dan Teori Inti
Berganda (E. Harris & C. Ullman), disamping ada pula Teori Kota Kolonial (I
Made Sandy). Penggunaan teori tersebut ditemukan pada tugas akhir karya
Kuswiyoto, Rusyana, Budianto, Andreno, dan Desmond. Selain itu, ada pula
skripsi yang tidak terdapat teori struktur kota apa yang digunakan. Seperti yang
ditemukan pada penulisan skripsi oleh Rieza. Namun jika melihat gagasan dan
variabel, seperti penggunaan tanah berupa industri, perdagangan, fasilitas umum,
dan pemukiman, maka dapat dikatakan bahwa Rieza menggunkan teori struktur
kota yang dikemukakan oleh Harris & Ullman, yaitu teori inti berganda.
Pada periode 2000-an, penulis memasukkan teori Compact City, sebagai
teori pembanding bagi teori struktur kota yang dipakai dalam penulisan tugas
akhir di Dept. Geografi UI. Teori ini lahir ketika para ahli perkotaan melihat
kecenderungan perkembangan kota yang sudah jauh. Pada tahap awal terjadi
suburbanisasi, kemudian urban sprawl dan dilanjutkan dengan leap frogging,
dimana kota selalu mengalami perluasan. Fenomena ini dianggap tidak sehat,
tidak mewakili keberlanjutan (sustainability) kehidupan manusia di habitatnya,
yaitu kota. Menanggapi hal tersebut, dalam melaksanakan pembangunan perlu
memperhatikan faktor lingkungan. Hal ini kemudian dikenal dengan
pembangunan berkelanjutan (sustainable development). Berangkat dari konsep
pembangunan berkelanjutan tersebut, hadirlah Compact City sebagai upaya untuk
mengurangi beban lingkungan perkotaan yang ditimbulkan oleh masyarakatnya.
Asumsi dasar dari Compact City yaitu tingginya tingkat kepadatan penduduk,
serta pertumbuhan yang terjadi berada di dalam batas area perkotaan yang ada,
sedangkan di daerah pinggiran kota tidak terjadi perkembangan, sehingga
perkembangan kota yang terjadi secara vertikal, dengan karakteristik penggunaan
tanah yang mixed-used. Dengan demikian Compact City berusaha untuk
menyediakan seluruh komponen kota berada hanya dalam batas kota. Sehingga
tercapai intensifikasi pemanfaatan ruang dalam kota, dimana tercipta sentralisasi
Perkembangan teori...,Ardityo,FMIPA UI,2009
68
Universitas Indonesia
dan pemusatan pemukiman. Penggunaan tanah mixed-use, sentralisasi, dan
pemusatan pemukiman dalam lingkup yang kecil dalam suatu kota
memungkinkan penduduk untuk berjalan kaki atau bersepeda dalam beraktifitas.
Hal ini dapat meminimalisasi penggunaan kendaraan yang berujung pada
pengurangan penggunaan bahan bakar dan emisi kendaraan.
4.4. Perkembangan Teori Struktur Kota
Kota berawal dari sebuah pemusatan penduduk di suatu area. Dengan akal
dan pikiran manusia untuk bertahan hidup, area tersebut berkembang sedemikian
rupa hingga dapat dikatakan sebagai sebuah kota. Dimana terdapat berbagai
penggunaan tanah yang menunjang aktifitas penduduk. Susunan atau layout
berbagai penggunaan tanah sebagai komponen-komponen kota kemudian dilihat
sebagai sebuah susunan pembentuk kota yang dikenal dengan struktur kota.
Ketiga teori struktur kota klasik (teori konsentris, teori sektor, dan teori inti
berganda) memperhatikan masalah perubahan ekologis atau bagaimana pola
spasial suatu kota berubah mengikuti pertumbuhan dan perkembangan alami kota
sebagai habitat hidup manusia.
Seiring waktu berputar, terjadi perkembangan teknologi informasi dan
transportasi yang turut serta mempengaruhi struktur kota. Hal ini terlihat dari teori
urban sprawl, edge city, dan compact city. Urban sprawl yang terjadi pada
periode 1980-an, sangat mendorong penggunaan kendaraan pribadi. Hal ini
dikarenakan layout antar komponen kota dipisahkan dengan tegas dan
dihubungkan dengan hanya satu jalan utama. Pengaruh teknologi transportasi juga
terlihat pada teori edge city, dimana kota ini terbentuk di persimpangan jalan raya
utama, seperti jalan nasional. Pada teori compact city, pengaruh teknologi baik itu
informasi, transportasi, dan lainnya lebih terasa. Yang berbeda dibandingkan
dengan teori urban sprawl dan edge city adalah, compact city dalam
pembangunan kotanya turut memperhatikan alam sekitar dan isu-isu lingkungan,
sehingga timbul konsep sustainable development. Dengan perkembangan
teknologi, pembangunan kota dilakukan sedemikian rupa sehingga mengurangi
Perkembangan teori...,Ardityo,FMIPA UI,2009
69
Universitas Indonesia
dampak negatif terhadap lingkungan, seperti mengurangi penggunaan bahan bakar
fosil dan polusi.
Teori struktur kota modern sudah tidak lagi mengatakan bagaimana bentuk
struktur suatu kota. Tidak seperti teori konsentris atau teori sektor, yang
mengatakan bahwa CBD bersinggungan dengan pemukiman kumuh, atau
semacamnya. Hal ini dikarenakan bentuk kota modern saat ini yang sudah terjadi
generalisasi, sehingga letak komponen kota tidak bisa ditentukan lokasinya
dimana.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa perkembangan konsep struktur
kota berawal dari isu-isu ekologis kemudian terjadi konversi lahan secara besar-
besaran sebagai perluasan wilayah kota. Hal ini didorong perkembangan teknologi
transportasi dan informasi. Pada akhirnya, konsep struktur kota kembali pada
masalah alam, dimana pembangunan dilakukan secara berkelanjutan dengan
memperhatikan lingkungan sekitar. Kemajuan teknologi informasi dan
transportasi kembali memberikan dampaknya agar pembangunan tidak merusak
lingkungan.
Perkembangan teori...,Ardityo,FMIPA UI,2009
70
BAB V
RINGKASAN
Kajian teori struktur kota terdiri dari komponen-komponen kota yang
membentuk suatu kota. Konsep struktur kota berawal dari isu-isu ekologis dan
kembali pada masalah alam, dimana pembangunan dilakukan secara berkelanjutan
dengan memperhatikan lingkungan sekitar. Kemajuan teknologi informasi dan
transportasi memberikan dampaknya agar pembangunan tidak merusak
lingkungan.
Konsep dan teori struktur kota yang diterapkan di Departemen Geografi
Universitas Indonesia selama periode 1980 hingga 2000-an masih didominasi oleh
teori struktur kota klasik, sedangkan konsep dan teori struktur kota yang lebih
baru seperti Urban Sprawl, Edge City, dan Compact City sama sekali belum
pernah digunakan.
Ditinjau dari metode analisisnya, meskipun relatif bervariasi, namun
selama periode 1980-an hingga 2000-an metode analisis yang mendominasi
kajian struktur kota di Departemen Geografi Universitas Indonesia adalah metode
analisis deskriptif. Metode lain yang digunakan selama periode tersebut adalah
metode korelasi peta dan diperkuat dengan perhitungan statistik. Adapun metode
overlay peta dan skala nilai mulai digunakan pada periode 1990-an dan berlanjut
hingga 2000-an. Sementara itu, metode grid yang digunakan pada periode 1980-
an, sempat menghilang pada periode 1990-an dan digunakan kembali pada
periode 2000-an. Memasuki periode 2000-an, mulai menerapkan metode analisis
interpretasi citra satelit untuk mengetahui wilayah perkotaan.
Ditinjau dari aspek terapannya, penerapan teori struktur kota dari 1980-an
hingga 2000-an terutama ditujukan untuk melihat arah dan tingkat perkembangan
kota. Di samping itu, pada tiap periode terdapat aplikasi untuk menentukan letak
dan batas wilayah perkotaan, peralihan, maupun pedesaan; serta untuk
mengidentifikasi struktur internal kota. Penerapan yang relatif baru muncul pada
Perkembangan teori...,Ardityo,FMIPA UI,2009
71
Universitas Indonesia
periode 2000-an, yaitu untuk mengkaji pertumbuhan pemukiman di daerah
penelitian.
Semua kecenderungan di atas tersebut menunjukkan bahwa kajian struktur
kota di Departemen Geografi Universitas Indonesia selama periode 1980-an
hingga 2000-an tidak memperlihatkan adanya perkembangan landasan konseptual.
Perkembangan hanya terlihat pada aspek metode dan terapannya.
Perkembangan teori...,Ardityo,FMIPA UI,2009
72
DAFTAR PUSTAKA
Sumber Cetak
Akhmad, Buceu. 1998. Perkembangan Kota Sumedang Tahun 1980-1990.
Jurusan Geografi FMIPA-UI: Depok.
Bird, James. 1993. The Changing Worlds of Geography. Clarendon Press: Oxford.
Bungin, Burhan. 2001. Content Analysis Dan Focus Group Discussion Dalam
Penelitian Kualitatif. Rajawali: Jakarta.
Desmond. 2001. Pola Perkembangan Kota Tanjungpinang Tahun 1984 dan 1998.
Jurusan Geografi FMIPA-UI: Depok.
Duany et al. 2000. The Rise of Sprawl Suburban Nation. North Point Press: New
York.
Garreau, Joel. 1991. Edge City: Life On The New Frontier.Anchor Books: New
York.
Grinnell, R.M., Jr. 2001. Social Work Reaserch & Evaluation: Quantitative &
Qualitative Approaches (6th ed.). F.E. Peacock: Illinois.
Hartshorn, Truman A. 1992. Interpreting The City: An Urban Geography. John
Wiley & Sons: Canada.
Ihalauw, John J.O.I. 2004. Bangunan Teori – Ed. 3 Milenium. Satya Wacana
University Press: Salatiga
Jenks, Mike., et al. 2000. The Compact City: A Sustainable Urban Form?. E &
FN SPON: Oxford.
Johnson, James H. 1975. Urban Geography; an Introduction Analysis. Pergamon
Press: United Kingdom.
Perkembangan teori...,Ardityo,FMIPA UI,2009
73
Universitas Indonesia
Masjkuri, Siti Umajah. 2007. Perbaikan Kampung Komprehensif Dan
Dampaknya Terhadap Kesejahteraan Sosial Serta Kemandirian Masyarakat
Miskin Kampung Kumuh Di Kota Surabaya. Program Pascasarjana
Universitas Airlangga: Surabaya.
Sandy, I Made. 1973. Esensi Geografi. Jurusan Geografi FMIPA-UI: Jakarta.
Sandy, I Made. 1977. Penggunaan Tanah di Indonesia (Land Use). Publikasi No.
75. Direktorat Tata Guna Tanah Departemen Dalam Negeri: Jakarta.
Sandy, I Made. 1988. Geografi, Perkembangannya di Indonesia dan Pelajaran
Geografi di Sekolah Lanjutan. Dipresentasikan pada Pidato Pengukuhan
Guru Besar Jurusan Geografi. Jurusan Geografi FMIPA-UI: Jakarta.
Setiadi, Hafid. (n.d.). Globalisasi Dan Struktur Kota: Perkembangan “Kampung
Internasional” Di Jakarta. Dept. Geografi FMIPA-UI: Depok.
Snyder, Ken, & Lori Bird. 1998. Paying the Costs of Sprawl: Using Fair-Share
Costing to Control Sprawl. U.S. Department of Energy’s Center of
Excellence for Sustainable Development
Sutanto. 2000. Geografi dan Permasalahannya di Indonesia. Dipresentasikan
pada Seminar Ikatan Geograf Indonesia. Fakultas Geografi Universitas
Gadjah Mada: Yogyakarta.
Taaffe, Edward J. & Gauthier, Howard L. (n.d.). The Development of Geographic
Thought in the United States. The Ohio State University.
Sumber Online
The Advantages of Compact City. 12 November 2008 (15:00 WIB).
http://library.thinkquest.org/C0115965/english/info/solu/advantages.htm.
Bloor, M., Wood, F. 2006. Keywords in Qualitative Methods. London: Sage
Publications. 10 Maret 2009 (18:09 WIB).
Perkembangan teori...,Ardityo,FMIPA UI,2009
74
Universitas Indonesia
http://gigapedia.com/items/272487/keywords-in-qualitative-methods--a-
vocabulary-of-research-concepts
Brown, Nina. (n.d.). Robert Park and Ernest Burgess: Urban Ecology Studies,
1925. 13 Oktober 2008 (23:00 WIB).
http://www.csiss.org/classics/content/26.
Clark, David. 2004. Urban World/Global Cities. Taylor & Francis e-Library. 5
Februari 2009 (12:48 WIB).
http://gigapedia.com/items/164609/urban-world-global-city
Dharma, Agus. (n.d.). Sustainable Compact City: Sebagai Alternatif Kota Hemat
Energi. 12 November 2008 (15:00 WIB).
http://ftsp.gunadarma.ac.id/arsitektur/upload/Sustainable%20Compact%20C
ity%20-%20Sebagai%20Alternatif%20Kota%20Hemat%20Energi.pdf.
Harasawa, Hideo. Januari 2002. Compact City Project. Institute for Global
Environmental Strategies. 11 November 2008 (20:05 WIB).
http://www.iges.or.jp/en/ue/pdf/megacity02/data/PDF/07-1(Harasawa).pdf
Nursidik, Yahya. 18 Juni 2008. Definisi Perkembangan. 19 Oktober 2008 (17:00
WIB).
http://apadefinisinya.blogspot.com/2008/06/definisi-perkembangan.html.
Sanders, Raymond L. Jr. (n.d.). The Urban Mosaic. 22 Oktober 2008 (16:01
WIB).
http://www.utexas.edu/depts/grg/sanders/GRG305/PowerPoint/The%20Urb
an%20Mosaic%20-%20Part%20II.ppt.
Smith, David Drakakis. 2002. Third World Cities. Taylor & Francis e-Library. 5
Februari 2009 (12:58 WIB).
http://gigapedia.com/items/161671/third-world-cities-2nd-edition--
routledge-introductions-to-development-
Perkembangan teori...,Ardityo,FMIPA UI,2009
75
Universitas Indonesia
Rosenberg, Matt. (n.d.). Edge City: Identified by Joel Garreau in 1991. 9
November 2008 (22:00 WIB).
http://geography.about.com/od/urbaneconomicgeography/a/edgecity.htm.
Perkembangan teori...,Ardityo,FMIPA UI,2009
LA
MP
IRA
N
Ta
bel
3.1
. Id
en
tifi
ka
si S
krip
si
No
. S
kri
psi
M
asa
lah
M
eto
de
T
eo
ri
Ke
sim
pu
lan
1.
Win
dri
asa
nti
.
19
86
.
Pe
rke
mb
an
gan
Ko
tam
ad
ya
Sa
lati
ga.
a.
Ba
ga
ima
na
ka
h t
ing
kat
pe
rke
mb
an
ga
n K
ota
ma
dya
Sa
lati
ga s
eja
k t
ah
un
19
70
sam
pa
i de
ng
an
tah
un
19
85
?
Me
ng
ap
a d
em
ikia
n? D
an
ke
ma
na
ara
h
pe
rke
mb
an
ga
nn
ya
?
b.
Fu
ng
si a
pa
kah
yan
g d
itim
bu
lka
n
ole
h K
ota
ma
dya S
ala
tig
a
terh
ad
ap
da
era
h s
eki
tarn
ya?
Me
laku
ka
n p
en
ga
mata
n l
ap
an
ga
n y
an
g
me
ng
am
bil
data
da
ri b
erb
ag
ai i
nst
an
si.
Ke
mu
dia
n m
ela
ku
ka
n p
en
go
lah
an
data
dan
ko
rela
si p
eta
ya
ng
dib
an
tu d
en
ga
n p
en
gh
itu
ng
an
sta
tist
ik.
Te
ori
se
kto
r a
. P
erk
em
ba
ng
an
di t
iap
ke
lura
han
tid
ak
sam
a.
b.
De
ng
an
me
mp
erh
ati
ka
n v
ari
ab
el-
va
riab
el y
an
g d
igu
na
kan
,
dip
ero
leh
gam
ba
ran
tin
gkat
pe
rke
mb
an
ga
n d
ari
ma
sin
g-m
asi
ng
ke
lura
han
. K
elu
rah
an
de
ng
an
pe
rke
mb
an
gan
tin
ggi
me
lipu
ti t
iga
ke
lura
han
, p
erk
em
ba
ng
an
se
da
ng s
eb
an
ya
k ti
ga
ke
lura
ha
n,
dan
pe
rke
mb
an
ga
n r
en
da
h s
eb
an
ya
k t
iga
ke
lura
han
.
c. T
ing
ka
t p
erk
em
ba
ng
an
dip
en
ga
ruh
i ole
h t
op
og
rafi
wila
ya
hn
ya
.
d.
Ara
h p
erk
em
ban
ga
n c
en
de
run
g k
e a
rah
ba
rat.
e.
Pe
rke
mb
an
gan
ko
ta m
em
iliki p
en
ga
ruh
ha
mp
ir d
i se
tia
p k
eg
iata
n
pe
reko
no
mia
n t
erh
ad
ap
te
mp
at
ata
u p
usa
t-p
usa
t p
ela
ya
na
n d
i
da
era
h s
eki
tarn
ya.
Ke
cua
li u
ntu
k fu
ngsi
ke
bu
tuh
an
pri
me
r, S
ala
tig
a
me
rup
aka
n p
usa
t p
ela
ya
nan
bag
i fu
ng
si k
eb
utu
han
jasa
da
n
seku
nd
er.
2.
Ab
du
rra
zaq
,
Mu
ha
mm
ad
.
19
87
. Str
ukt
ur
&
Tin
gka
t
Pe
rke
mb
an
gan
Ko
tam
ad
ya
Cir
eb
on
.
a.
Dim
an
aka
h b
ata
s w
ila
yah
be
rsif
at
pe
rko
taa
n, p
era
lih
an
,
da
n p
ed
esa
an
da
lam
Ko
tam
ad
ya
Cir
eb
on
pa
da
ta
hu
n
19
71
da
n 1
98
3? B
ag
aim
an
a
stru
ktu
r K
ota
mad
ya
Cir
eb
on
seh
ub
un
ga
n d
en
ga
n b
ata
s
wil
aya
h t
ers
eb
ut?
b.
Dim
an
aka
h t
erj
ad
i pe
rge
sera
n
ba
tas
wila
ya
h b
ers
ifa
t
pe
rko
taan
, p
era
lih
an
, d
an
pe
de
saa
n d
ari
tah
un
19
71
sam
pa
i de
ng
an
tah
un
19
83
?
Ke
nap
a?
c.
Ba
ga
ima
na
tin
gka
t
pe
rke
mb
an
ga
n K
ota
ma
dya
Cir
eb
on
se
hu
bu
ng
an
de
ng
an
ba
tas
wila
ya
h t
ers
eb
ut?
a.
Me
ng
um
pu
lkan
data
ya
ng d
ida
pat
da
ri
inst
an
si,
surv
ei l
ap
an
g, d
an
stu
di
ke
pu
sta
ka
an
.
b.
Me
ng
gu
na
ka
n k
ore
lasi
pe
ta d
en
ga
n
me
ne
rap
kan
sis
tem
gri
d p
ad
a t
iap
pe
ta u
ntu
k
me
mu
da
hkan
da
lam
me
mp
ero
leh
da
n
me
ng
iku
ti g
am
ba
ran
le
tak s
esu
atu
ya
ng
dip
eta
ka
n.
c. T
ing
ka
t p
erk
em
ba
ng
an
ko
ta d
ike
tah
ui d
ari
pe
rba
nd
ing
an
pe
rse
nta
se p
eta
mb
ah
an
ata
u
pe
ngu
ran
gan
lua
s a
nta
ra w
ila
ya
h b
ers
ifa
t
pe
rko
taan
de
ng
an
wil
ayah
be
rsif
at
pe
ralih
an
ma
up
un
pe
de
saa
n.
Te
ori
ko
ta k
olo
nia
l a
. Str
uktu
r K
ota
ma
dya C
ire
bo
n p
ad
a t
ah
un
19
71
da
n t
ah
un
19
83
tid
ak
me
ng
ala
mi
pe
rub
ah
an
, n
am
un
lu
as
ba
gia
n d
ari
str
ukt
ur
wil
aya
h t
ers
eb
ut
ya
ng
be
rub
ah
.
b.
Pe
rge
sera
n b
ata
s d
ala
m K
ota
mad
ya
Cir
eb
on
pa
da u
mu
mn
ya
be
rge
ser
ke a
rah
ba
rat,
ba
rat
da
ya
, d
an
se
lata
n. P
erg
ese
ran
wil
aya
h p
era
liha
n m
en
uju
pe
rko
taa
n d
ipe
ng
aru
hi o
leh
fa
kto
r
jum
lah
pe
nd
ud
uk,
jum
lah
ru
ma
h t
ingg
al s
ed
an
g, d
an
lu
as
tan
ah
pe
rum
ah
an
se
da
ng
; ju
mla
h p
en
du
du
k n
on
-tan
i re
nd
ah
; se
rta
pa
nja
ng j
ala
n a
spa
l tin
gg
i. P
erg
ese
ran
ba
tas
wila
ya
h p
ed
esa
an
me
nja
di p
erk
ota
an
dip
en
ga
ruh
i ole
h ju
mla
h p
en
du
du
k,
jum
lah
pe
nd
ud
uk
no
n-t
an
i, ju
mla
h r
um
ah
tin
gg
al,
luas
tan
ah
pe
rum
ah
an
da
n p
an
jan
g j
ala
n a
spa
l ya
ng
tin
gg
i. P
erg
ese
ran
wila
ya
h p
ed
esa
an
me
nja
di p
era
liha
n d
ipe
ng
aru
hi
ole
h j
um
lah
pe
nd
ud
uk,
jum
lah
rum
ah
tin
gg
al,
da
n l
uas
tan
ah
pe
rum
ah
an
ya
ng
se
dan
g;
jum
lah
pe
nd
ud
uk
no
n-t
an
i da
n p
an
jan
g j
ala
n a
spa
l ya
ng t
ingg
i.
c. P
erg
ese
ran
bata
s ya
ng t
erj
ad
i me
nye
bab
ka
n t
ing
ka
t
pe
rke
mb
an
ga
n t
iap
wila
ya
h k
ota
tid
ak s
am
a d
an
did
ap
ati
du
a
tin
gkat
pe
rke
mb
an
gan
, ya
itu
pe
rke
mb
an
ga
n t
ing
gi
pad
a w
ila
yah
pe
rko
taan
dan
pe
ralih
an
, se
rta
re
nd
ah
di
wil
aya
h p
ed
esa
an
.
Perkembangan teori...,Ardityo,FMIPA UI,2009
3.
Fa
dri
an
, E
ka
.
19
87
. K
on
sen
tra
si
Pe
nd
ud
uk
dan
An
alis
a S
tru
ktu
r
Pe
mu
kim
an
di
Ko
tam
ad
ya
Pa
da
ng
.
a.
Dim
an
a s
aja
te
rdap
at
ko
nse
ntr
asi
pe
nd
ud
uk
Ko
tam
ad
ya
Pa
dan
g?
b.
Ap
aka
h s
tru
ktu
r p
em
ukim
an
ko
ta P
ad
an
g s
esu
ai d
en
ga
n
stru
ktu
r ko
ta y
an
g d
iga
mb
ark
an
ole
h B
urg
ess
(d
itin
jau
da
ri s
eg
i
ku
alit
as
pe
rum
ah
an
, u
tilit
as
ko
ta,
ha
rga t
an
ah
, d
an
ja
rin
ga
n
jala
n)?
a.
Pe
ne
litia
n m
en
gg
un
aka
n m
eto
de
su
rve
y
lap
an
g d
an
stu
di l
ite
ratu
r yan
g d
ilan
jutk
an
de
ng
an
an
alis
a d
ed
ukt
if.
b.
Va
ria
be
l ya
ng d
igu
na
ka
n:
pe
ng
gu
na
an
ta
nah
,
ha
rga
ta
na
h, u
tilit
as
ko
ta, k
ua
lita
s
pe
rum
ah
an
, ju
mla
h p
en
du
du
k,
da
n j
ari
ng
an
jala
n.
Te
ori
str
ukt
ur
ko
ta;
ko
nse
ntr
is o
leh
Bu
rge
ss, te
ori
se
kto
r
ole
h H
oyt,
da
n t
eo
ri
ko
ta k
olo
nia
l ole
h
Sa
nd
y.
a.
Ko
nse
ntr
asi
pe
nd
ud
uk t
erp
usa
t d
i d
ala
m k
ota
de
ng
an
Ke
c. P
ad
an
g
Ba
rat
(11
6 j
iwa/h
a),
se
da
ng
ka
n p
ing
gir
an
ko
ta k
ep
ad
ata
n
pe
nd
ud
ukn
ya s
an
gat
ren
da
h (
3-1
6 ji
wa/h
a).
b.
Be
rdasa
rka
n p
ert
um
bu
ha
n p
en
du
du
k d
an
pe
rub
ah
an
pe
ng
gu
na
an
tan
ah
, p
erk
em
ba
ng
an
ko
ta P
ad
an
g t
erl
ihat
leb
ih c
ep
at
ke a
rah
uta
ra d
an
tim
ur,
na
mu
n p
erk
em
ba
ng
an
ke
se
lata
n b
erj
ala
n la
mb
at.
c. Str
uktu
r ko
ta P
ad
an
g b
erb
ed
a d
en
gan
str
ukt
ur
kota
Bu
rge
ss d
ilih
at
da
ri p
ola
str
uktu
r p
em
ukim
an
. P
erm
ukim
an
tip
e A
di P
ad
an
g
be
rad
a d
i de
kat
CB
D,
sed
an
gka
n m
en
uru
t B
urg
ess
, p
erm
ukim
an
tip
e A
te
rle
tak d
i pin
ggir
an
ko
ta.
d.
Te
ori
ko
nse
ntr
is y
an
g d
ike
mu
ka
ka
n o
leh
Bu
rge
ss t
ida
k se
suai
de
ng
an
str
ukt
ur
pe
rmu
kim
an
ko
ta P
ad
an
g y
an
g d
itu
nju
kka
n
de
ng
an
te
rbata
snya f
asi
lita
s ko
ta.
e.
Fa
kto
r p
em
be
da
lain
nya
iala
h p
em
be
ntu
kka
n k
ota
Pa
da
ng
yan
g
dip
en
ga
ruh
i ole
h k
olo
nia
l da
n h
uku
m a
da
yan
g k
en
tal.
4.
Su
ba
nd
i, Im
am
.
19
90
.
Pe
rke
mb
an
gan
Ko
tam
ad
ya
Ba
nd
ar
Lam
pu
ng.
a.
Ba
ga
ima
na
tin
gka
t
pe
rke
mb
an
ga
n K
ota
ma
dya
Ba
nd
ar
Lam
pu
ng?
b.
Ke
ma
na a
rah
pe
rke
mb
an
ga
nn
ya
? M
en
ga
pa?
c.
Ba
ga
ima
na
po
la
pe
rke
mb
an
ga
nn
ya
?
d.
Be
rap
a b
agia
n k
ota
ya
ng
masi
h
pe
de
saa
n?
a.
Un
tuk m
elih
at
pe
rke
mb
an
ga
n k
ota
dig
un
aka
n
tekn
ik p
en
de
ka
tan
ko
mp
leks
wila
ya
h d
an
an
alis
is k
eru
an
ga
n.
b.
Pe
ng
um
pu
lan
data
be
rasa
l d
ari
stu
di l
ite
ratu
r,
da
ta s
eku
nd
er
da
ri b
erb
ag
ai
inst
an
si,
da
n
surv
ey
lap
an
g.
c. D
ata
ya
ng
dik
um
pu
lkan
, d
ifo
rmu
lasi
ka
n
da
lam
be
ntu
k ta
be
l da
n p
eta
. D
en
ga
n u
raia
n
de
skri
pti
f d
an
ko
rela
si p
eta
se
rta
kla
sifi
ka
si
aka
n d
ipe
role
h g
am
ba
ran
te
nta
ng
tin
gka
t,
ara
h,
da
n p
ola
pe
rke
mb
an
ga
n k
ota
.
Te
ori
str
ukt
ur
ko
ta;
teo
ri k
on
sen
tris
ole
h
Bu
rge
ss, te
ori
se
kto
r
ole
h H
oyt,
sert
a t
eo
ri
inti
be
rga
nd
a o
leh
Ha
rris
& U
llma
n.
a.
Pe
rke
mb
an
gan
ko
ta B
an
da
rla
mp
un
g d
i tia
p b
agia
n k
ota
tid
ak
sam
a,
tin
gkat
pe
rke
mb
an
ga
n k
ota
tin
gg
i dia
lam
i ole
h d
ua
ke
cam
ata
n, p
erk
em
ba
ng
an
se
dan
g s
eb
an
ya
k t
iga
ke
cam
ata
n, d
an
pe
rke
mb
an
ga
n r
en
da
h s
eb
an
ya
ke
mp
at
ke
cam
ata
n.
b.
Ara
h p
erk
em
ban
ga
n k
ota
pad
a u
mu
mn
ya m
en
ga
rah
ke
uta
ra,
seja
lan
de
ng
an
wil
ayah
data
rnya y
an
g le
bih
lua
s. P
erb
ed
aan
tin
gkat
da
n a
rah
pe
rke
mb
an
gan
ko
ta d
ite
ntu
ka
n o
leh
fa
kto
r fi
sik,
ke
pe
nd
ud
ukan
, d
an
fa
silit
as
ko
tan
ya
.
c. P
ola
pe
rke
mb
an
ga
n k
ota
dim
ula
i d
ari
du
a i
nti
ko
ta k
em
ud
ian
me
lua
s m
en
gik
uti
jalu
r tr
an
spo
rtasi
, d
en
gan
str
ukt
ur
kota
tid
ak
tera
tur
dan
fa
kto
r lin
gku
ng
an
ala
mi
me
mp
en
ga
ruh
i pe
rke
mb
an
ga
n
ko
tan
ya.
d.
Da
era
h p
erk
ota
an
te
rdap
at
pa
da b
agia
n t
en
gah
ko
ta,
dae
rah
pe
ralih
an
me
ling
ka
ri d
ae
rah
pe
rko
taa
n, se
dan
gka
n d
ae
rah
pe
de
saa
n b
era
da d
i pa
ling p
ing
gir
ya
ng
me
nca
pa
i 7
5%
da
ri lu
as
Ko
tam
ad
ya
Ba
nd
arl
am
pu
ng.
5.
Al R
ub
ian
a, H
asa
n.
19
90
.
Pe
rke
mb
an
gan
Fis
ik K
ota
Sin
tan
g
(19
63
– 1
98
9)
a.
Ba
ga
ima
na
ke
ad
aa
n k
ota
Sin
tan
g d
itin
jau
da
ri f
isik
wil
aya
h d
an
pe
rke
mb
an
ga
n
sosi
aln
ya?
b.
Ba
ga
ima
na
pe
rke
mb
an
gan
pe
ngg
un
aan
ta
na
h, fa
silit
as
dan
uti
lita
s ko
ta S
inta
ng?
a.
Me
laku
ka
n s
tud
i ke
pu
sta
ka
an
da
n p
en
eli
tia
n
lan
gsu
ng k
e l
ap
an
ga
n y
an
g m
elip
uti
wa
wa
nca
ra,
pe
ng
am
bila
n d
ata
pri
me
r, d
an
pe
ng
am
ata
n l
an
gsu
ng.
b.
An
alis
is m
ela
lui p
eta
ya
ng
diu
raik
an
se
cara
de
skri
pti
f, m
elip
uti
pe
ta t
op
og
rafi
, pe
ta
wil
aya
h b
an
jir,
pe
ta j
en
is t
an
ah
, p
eta
Te
ori
ko
ta k
olo
nia
l a
. Fis
ik k
ota
Sin
tan
g t
erb
ag
i me
nja
di t
iga b
agia
n o
leh
su
ng
ai K
ap
ua
s
da
n s
un
gai
Me
law
i, d
ima
na s
ep
ert
iga l
uas
wil
ayah
nya
me
rup
akan
da
era
h b
an
jir,
sed
an
gkan
se
leb
ihn
ya
te
rdir
i da
ri d
ae
rah
pe
rbu
kita
n.
b.
Pe
rke
mb
an
gan
fis
ik k
ota
dit
an
dai d
en
ga
n p
eru
ba
ha
n p
en
ggu
na
an
tan
ah
, b
ert
am
ba
hn
ya lu
as
wila
ya
h t
erb
an
gu
n,
dan
me
nin
gka
tnya
fasi
lita
s d
an
uti
lita
s ko
ta.
Tin
gkat
pe
rke
mb
an
gan
tia
p w
ilaya
h t
ida
k
Perkembangan teori...,Ardityo,FMIPA UI,2009
c.
Ba
ga
ima
na
kait
an
an
tara
ke
ad
aa
n f
isik
wila
ya
h d
en
ga
n
pe
rke
mb
an
ga
n f
isik
wil
aya
h?
pe
ngg
un
aan
ta
na
h, p
eta
ke
pa
data
n
pe
nd
ud
uk, p
eta
ke
rap
ata
n b
an
gu
nan
, se
rta
pe
ta f
asi
litas
dan
uti
lita
s.
sam
a,
dik
are
na
ka
n p
erb
ed
aan
fis
ik w
ila
yah
da
n k
eg
iata
n m
asi
ng-
ma
sin
g w
ila
ya
h.
c. K
ea
da
an
fis
ik w
ila
yah
da
n p
erk
em
ba
ng
an
ko
ta b
erk
ait
an
da
lam
hal
be
ntu
k k
ota
yan
g t
erb
an
gu
n. W
ila
yah
uta
ra b
en
tukn
ya
se
ma
kin
me
ma
nja
ng
, w
ilaya
h t
imu
r ce
nd
eru
ng
be
rta
mb
ah
leb
ar,
se
da
ng
kan
wil
aya
h b
ara
t se
ma
kin
me
leb
ar
dan
me
ma
nja
ng
.
6.
Akh
ma
d, B
uce
u.
19
94
.
Pe
rke
mb
an
gan
Ko
ta S
um
ed
an
g
Ta
hu
n 1
98
0 -
19
90
a.
Ba
ga
ima
na
tin
gka
t
pe
rke
mb
an
ga
n K
ota
Su
me
dan
g?
b.
Ke
ara
h m
an
a p
erk
em
ban
ga
n
Ko
ta S
um
ed
an
g?
c.
Ap
aka
h t
eo
ri s
tru
ktu
r u
mu
m
ko
ta-k
ota
di I
nd
on
esi
a d
ap
at
dit
era
pka
n t
erh
ad
ap
Ko
ta
Su
me
da
ng?
a.
Pe
ng
um
pu
lan
data
fa
silit
as
ko
ta, ju
mla
h d
an
ke
pa
da
tan
pe
nd
ud
uk, ke
pad
ata
n
pe
rmu
kim
an
, b
an
gu
nan
um
um
, &
pe
ngg
un
aan
ta
na
h k
ota
.
b.
Pe
ng
ola
ha
n d
ata
dila
ku
ka
n d
en
gan
me
laku
ka
n k
lasi
fika
si,
dis
aji
kan
da
lam
pe
ta
da
n t
ab
el.
c. M
en
ga
nali
sis
seca
ra d
esk
rip
tif
me
lipu
ti
be
rba
gai
va
ria
be
l m
en
gg
un
akan
me
tod
e s
ka
la
nil
ai.
a.
De
fin
isi
ko
ta
me
nu
rut
Yu
nu
s d
an
Mu
mfo
rd.
b.
Te
ori
str
ukt
ur
ko
ta;
teo
ri k
on
sen
tris
ole
h B
urg
ess
, te
ori
sekto
r o
leh
Ho
yt,
teo
ri k
om
bin
asi
ole
h M
an
n, t
eo
ri
inti
be
rga
nd
a o
leh
Ha
rris
& U
llma
n,
sert
a t
eo
ri k
ota
ko
lon
ial o
leh
Sa
nd
y.
a.
Tin
gka
t p
erk
em
ba
ng
an
tin
ggi
ad
a d
i tig
a k
elu
rah
an
, p
erk
em
ba
ng
an
sed
an
g h
an
ya
di s
atu
ke
lura
ha
n,
sert
a p
erk
em
ba
ng
an
re
nd
ah
ad
a
di t
iga k
elu
rah
an
.
b.
Pe
rke
mb
an
gan
ko
ta m
en
ga
rah
ke
ko
ta C
ire
bo
n d
i uta
ra d
an
Ba
nd
un
g d
i ba
rat.
c. T
eo
ri s
tru
ktu
r ko
ta m
en
uru
t B
urg
ess
, H
oyt,
Ma
nn
s, H
arr
is d
an
Ull
ma
n t
ida
k b
isa d
ite
rap
ka
n p
ad
a k
ota
Su
me
da
ng
, ka
ren
a t
eo
ri
ters
eb
ut
me
rup
aka
n p
ola
ko
ta-k
ota
pa
da n
eg
ara
de
ng
an
in
du
stri
ya
ng
su
dah
ma
ju.
Po
la s
tru
ktu
r ko
ta y
an
g s
esu
ai i
ala
h y
an
g
dip
op
ule
rka
n o
leh
Sa
nd
y.
7.
Su
rye
nti
, Li
li.
19
95
. W
ilaya
h
Pe
rko
taa
n d
i
Bu
kit
tin
gg
i.
Dim
an
a w
ila
yah
(ke
lura
ha
n)
ya
ng
pa
lin
g m
en
un
jukka
n c
iri-
ciri
ko
ta,
sem
i ko
ta, d
an
ko
ta d
esa
di
Bu
kit
tin
gg
i.
a.
Pe
ng
um
pu
lan
data
ja
rin
gan
jala
n,
jum
lah
pe
nd
ud
uk,
mata
pe
nca
ha
rian
, &
pe
ng
gu
na
an
tan
ah
ko
ta.
b.
Pe
ng
ola
ha
n d
ata
dila
ku
ka
n d
en
gan
me
laku
ka
n k
lasi
fika
si,
dis
aji
kan
da
lam
pe
ta
da
n t
ab
el.
c. M
en
ga
nali
sis
seca
ra d
esk
rip
tif
me
lipu
ti
va
ria
be
l se
pe
rti k
era
pata
n j
ala
n, k
ep
ad
ata
n
da
n m
eta
pe
nca
ha
rian
, p
en
gg
un
aan
ta
na
h
urb
an
, h
arg
a t
an
ah
, da
n j
um
lah
pe
dag
an
g
ece
ran
. Se
lain
itu
dib
an
tu a
na
lisis
ko
rela
si
pe
ta u
ntu
k m
en
ge
tah
ui w
ilaya
h y
an
g b
ers
ifa
t
ko
ta.
Te
ori
se
kto
r, t
eo
ri in
ti
be
rga
nd
a,
da
n t
eo
ri
ko
ta k
olo
nia
l
a.
Wil
aya
h d
en
ga
n c
iri k
ota
iala
h K
elu
rah
an
Au
r T
aju
ng
kun
g d
en
ga
n
jari
ng
an
ja
lan
rap
at,
pe
nd
ud
uk
pa
dat,
mata
pe
nca
ha
ria
n n
on
-ta
ni
tin
gg
i, h
arg
a t
an
ah
tin
gg
i, p
en
ggu
na
an
tan
ah
urb
an
tin
gg
i, d
an
jmla
h p
ed
ag
an
g e
cera
n b
an
ya
k.
b.
Wil
aya
h s
em
i ko
ta s
eb
an
ya
k 1
1 K
elu
rah
an
, d
ima
na j
ari
ng
an
ja
lan
da
n j
um
lah
pe
nd
ud
uk s
ed
an
g;
ma
ta p
en
cah
ari
an
no
n-t
an
i da
n
pe
ngg
un
aan
ta
na
h n
on
-urb
an
tin
ggi;
ha
rga
ta
nah
dan
pe
dag
an
g
ece
ran
ju
mla
hn
ya b
erv
ari
asi
.
c. W
ilaya
h k
ota
de
sa s
eb
an
ya
k 1
1 K
elu
rah
an
yan
g d
ita
nd
ai
de
nga
n
jari
ng
an
ja
lan
da
n p
en
du
du
k j
ara
ng
; m
ata
pe
nca
ha
ria
n n
on
-ta
ni,
ha
rga
ta
na
h, d
an
pe
ng
gu
na
an
tan
ah
urb
an
re
nd
ah
; se
rta
ju
mla
h
pe
da
gan
g e
cera
n s
ed
ikit
.
8.
Su
ma
nto
. 1
99
5.
Str
uktu
r K
ota
Se
hu
bu
ng
an
de
ng
an
In
du
stri
di
Ke
cam
ata
n
Cik
am
pe
k T
ah
un
a.
Dim
an
aka
h w
ilaya
h-w
ilaya
h
be
rsif
at
urb
an
, su
b-u
rba
n, d
an
rura
l. P
ad
a d
ae
rah
pe
ne
litia
n
pa
da
ta
hu
n 1
97
5 d
an
19
90
?
b.
Ap
aka
h a
da
kait
an
an
tara
pe
rub
ah
an
te
na
ga
ke
rja
ind
ust
ri
a.
Pe
ng
um
pu
lan
data
me
lalu
i ob
serv
asi
lap
an
g
da
n d
ata
se
ku
nd
er
ya
ng
dip
ero
leh
da
ri
be
rba
gai i
nta
nsi
te
rka
it.
b.
Pe
nyu
sun
an
da
n k
lasi
fika
si d
ata
yan
g
terk
um
pu
l ya
ng s
esu
ai
kri
teri
a u
ntu
k
me
ng
en
ali
po
la s
tru
ktu
r ko
ta.
Te
ori
str
ukt
ur
ko
ta;
teo
ri k
on
sen
tris
ole
h
Bu
rge
ss, te
ori
se
kto
r
ole
h H
oyt,
te
ori
inti
be
rga
nd
a o
leh
Ha
rris
& U
llma
n, se
rta t
eo
ri
a.
Pa
da t
ah
un
19
75
wil
aya
h u
rba
n a
da
di D
esa
Cik
am
pe
k,
sub
-urb
an
di
De
sa D
aw
ua
n, d
an
wila
ya
h la
inn
ya
ru
ral.
Pad
a t
ah
un
19
90
wil
aya
h u
rba
n a
da
di D
esa
Cik
am
pe
k d
an
Jo
min
, su
b-u
rba
n d
i De
sa
Ce
ng
ko
ng
, P
urw
asa
ri,
dan
Da
wu
an
, d
an
wil
ayah
lain
nya
ru
ral.
b.
Be
rdasa
rka
n p
ert
am
pa
lan
an
tar
pe
rta
, te
rda
pa
t ka
ita
n a
nta
ra
pe
rub
ah
an
te
na
ga
ke
rja
ind
ust
ri t
erh
ad
ap
pe
rub
ah
an
sif
at
wil
aya
h
Perkembangan teori...,Ardityo,FMIPA UI,2009
19
75
& 1
99
0.
terh
ad
ap
pe
rub
ah
an
sif
at
wil
aya
h k
ota
pad
a d
ae
rah
pe
ne
litia
n?
c.
Ba
ga
ima
na
str
ukt
ur
ko
ta
Ke
cam
ata
n C
ika
mp
ek t
ah
un
19
90
de
ng
an
be
rdir
inya
ind
ust
ri?
c. M
eto
de
an
alis
is b
eru
pa s
ka
la n
ila
i te
rha
dap
kri
teri
a-kri
teri
a v
ari
ab
el,
seh
ing
ga d
ap
at
me
ne
ntu
ka
n w
ila
ya
h b
ers
ifa
t u
rba
n,
sub
-
urb
an
, d
an
ru
ral.
Ke
mu
dia
n m
em
ba
nd
ing
ka
n
de
ng
an
da
ta t
en
ag
a k
erj
a in
du
stri
.
d.
Me
laku
ka
n u
ji st
ati
stik
Ka
rl P
ea
rso
n u
ntu
k
me
lih
at
kete
rka
itan
te
nag
a k
erj
a in
du
stri
terh
ad
ap
str
ukt
ur
kota
.
ko
ta k
olo
nia
l ole
h
Sa
nd
y.
ko
ta,
sed
an
gka
n b
erd
asa
rka
n h
asi
l uji s
tati
stik
, ad
a h
ub
un
gan
yan
g
rela
tif
ke
cil
an
tara
pe
rub
ah
an
te
nag
a k
erj
a in
du
stri
de
ng
an
pe
rub
ah
an
sif
at
wila
ya
h k
ota
.
c. K
ec.
Cik
am
pe
k p
ad
a t
ah
un
19
75
se
bag
ai a
wa
l pe
rke
mb
an
ga
n s
uatu
ko
ta.
Se
da
ng
ka
n p
ad
a t
ah
un
19
90
str
ukt
ur
kota
Ke
c. C
ika
mp
ek
ma
sih
te
rda
pa
t w
ila
ya
h y
an
g b
ers
ifat
rura
l d
an
pe
mu
kim
an
ke
las
ren
da
h d
ijum
pai
di s
ekit
ar
CB
D.
Ke
ad
aa
n t
ers
eb
ut
sesu
ai d
en
ga
n
stru
ktu
r ko
ta k
olo
nia
l ya
ng
dip
erk
en
alk
an
ole
h S
an
dy.
9.
Se
cun
da
rti,
Bo
nafi
sia
E.
19
95
.
Pe
rub
ah
an
Wil
aya
h
Pe
rko
taa
n,
Pe
ralih
an
, da
n
Pin
gg
iran
di K
ota
Ad
min
istr
ati
f
Be
ka
si.
a.
Dim
an
a w
ila
yah
pe
rko
taan
,
pe
ralih
an
, d
an
pin
gg
iran
di K
ota
Ad
min
istr
ati
f B
ekasi
pa
da t
ah
un
19
83
da
n 1
99
2?
b.
Ba
ga
ima
na
pe
rub
ah
an
wila
ya
h
pe
rko
taan
, p
era
lih
an
, d
an
pin
gg
ira
n d
i Ko
ta A
dm
inis
trati
f
Be
ka
si?
a.
Pe
ng
um
pu
lan
data
ba
ik m
ela
lui o
bse
rva
si d
i
lap
an
gan
mau
pu
n d
ata
se
ku
nd
er
be
rup
a
jari
ng
an
ja
lan
, fa
sili
tas
kota
, p
en
gg
un
aa
n
tan
ah
ko
ta, sa
ran
a p
erd
ag
an
ga
n a
tau
hib
ura
n,
& j
um
lah
pe
nd
ud
uk.
Data
se
ku
nd
er
ters
eb
ut
did
ap
at
da
ri b
erb
ag
ai i
nst
an
si
terk
ait
.
b.
Da
ta y
an
g t
erk
um
pu
l ke
mu
dia
n d
iola
h d
an
dik
lasi
fika
sikan
ke
dala
m t
iga
ba
gia
n d
an
dis
aji
kan
da
lam
be
ntu
k p
eta
da
n t
ab
el,
seh
ing
ga d
ida
pat
wil
ayah
pe
rko
taan
,
pe
ralih
an
, d
an
pin
gg
iran
.
c. M
en
ggu
na
ka
n m
eto
de
an
ali
sis
sup
er-
imp
ose
d
(pe
na
mp
ala
n)
pe
ta s
eh
ing
ga
pa
da p
eta
terl
iha
t w
ilaya
h p
erk
ota
an
, p
era
lihan
, d
an
pin
gg
ira
n.
a.
De
fin
isi
ko
ta
me
nu
rut
Ha
gg
et,
Sa
nd
y,
Za
ris,
dan
Bin
tart
o.
b.
Te
ori
str
ukt
ur
ko
ta
ko
lon
ial o
leh
Sa
nd
y.
a.
Pa
da t
ah
un
19
83
, wila
ya
h p
erk
ota
an
te
rle
tak d
i ba
gia
n t
en
ga
h
Ko
tif
Be
ka
si, w
ilaya
h p
era
liha
n t
erl
eta
k d
i sis
i ba
rat
dan
tim
ur
wil
aya
h p
erk
ota
an
, se
da
ng
kan
wil
ayah
pin
gg
ira
n m
en
ge
lilin
gi
wil
aya
h p
era
liha
n.
Pa
da t
ah
un
19
92
, wila
ya
h p
erk
ota
an
me
ma
nja
ng
di b
ag
ian
te
ng
ah
, m
em
be
lah
Ko
tif
Be
ka
si d
ari
Ba
rat
hin
gg
a T
imu
r (s
eja
jar
de
ng
an
jalu
r ja
lan
to
l Ja
ka
rta
-Cik
am
pe
k),
wil
aya
h p
era
liha
n t
erl
eta
k d
i U
tara
, T
en
gg
ara
, d
an
Ba
rat
wila
ya
h
pe
rko
taan
, se
da
ng
kan
wil
ayah
pin
gg
iran
te
rle
tak d
i pin
ggir
ba
tas
wil
aya
h K
oti
f b
agia
n U
tara
-Tim
ur
Lau
t d
an
Se
lata
n.
b.
Pe
rta
mb
ah
an
lua
s w
ilaya
h p
erk
ota
an
ka
ren
a p
eru
ba
han
wil
aya
h
da
ri p
ing
gir
an
dan
pe
ralih
an
me
nja
di p
erk
ota
an
, dim
an
a a
rah
pe
rta
mb
ah
an
nya m
ula
i da
ri b
ag
ian
te
ng
ah
ke
Ba
rat
da
n T
imu
r
Ko
tif
Be
ka
si.
Pe
rta
mb
ah
an
lua
s w
ila
ya
h p
era
liha
n d
ika
ren
aka
n
pe
rub
ah
an
wil
ayah
pin
gg
iran
me
nja
di
pe
ralih
an
, d
ima
na
me
ng
ara
h
ke
Uta
ra, T
en
gga
ra,
da
n B
ara
t K
oti
f B
eka
si.
10
. M
ela
nie
, M
arr
ian
.
19
96
. Str
ukt
ur
Pe
mu
kim
an
Ko
tip
Cim
ah
i da
n K
oti
p
De
po
k
a.
Ba
ga
ima
na
ka
h s
tru
ktu
r
pe
mu
kim
an
Ko
tip
De
po
k d
an
Ko
tip
Cim
ah
i?
b.
Ba
ga
ima
na
ka
h s
tuktu
r ke
du
a
ko
tip
bil
a d
iba
nd
ing
ka
n d
en
gan
teo
ri s
tru
ktu
r ko
ta y
an
g
dik
em
uka
kan
ole
h H
oyt
da
n
Ha
rris
& U
llma
n?
a.
Pe
ng
um
pu
lan
data
be
rup
a k
ep
ad
ata
n
pe
nd
ud
uk,
kera
pa
tan
ba
ng
un
an
, p
rop
ors
i
lua
s ta
nah
pe
rtan
ian
, ku
alit
as
ban
gu
na
n,
tin
gkat
kera
pa
tan
jala
n, d
an
ke
las
fasi
lita
s
ko
ta.
b.
Pe
ng
ola
ha
n d
ata
de
ng
an
me
ng
kla
sifi
ka
sika
n
ma
sin
g-m
asi
ng d
ata
yan
g k
em
ud
ian
dis
aji
kan
da
lam
be
ntu
k ta
be
l.
c. A
na
lisis
ya
ng
dig
un
aka
n i
ala
h d
en
ga
n
me
ng
gu
na
ka
n s
up
er
imp
ose
d h
asi
l pe
me
taa
n
da
ta-d
ata
ya
ng t
ela
h d
iola
h.
Se
hin
gg
a d
ap
at
dik
eta
hu
i wil
aya
h k
ota
be
rsif
at
pe
rko
taan
,
pe
de
saa
n,
da
n p
era
liha
n.
Te
ori
str
ukt
ur
ko
ta;
teo
ri k
on
sen
tris
ole
h
Bu
rge
ss, te
ori
se
kto
r
ole
h H
oyt,
te
ori
inti
be
rga
nd
a o
leh
Ha
rris
& U
llma
n.
a.
Pa
da K
oti
p C
imah
i, C
BD
te
rle
tak
di t
en
gah
ko
ta d
an
be
rba
tasa
n
lan
gsu
ng d
en
gan
pe
mu
kim
an
ke
las
tin
gg
i da
n m
en
en
ga
h.
Ko
tip
Cim
ah
i tid
ak m
em
iliki s
tru
ktu
r ko
ta y
an
g s
am
a p
ers
is d
en
ga
n t
eo
ri
inti
be
rga
nd
a s
ert
a t
eo
ri s
ekt
or,
na
mu
n d
en
ga
n m
em
od
ifik
asi
te
ori
ters
eb
ut,
te
rlih
at
ba
hw
a K
oti
p C
ima
hi m
em
iliki
kece
nd
eru
ng
an
stru
ktu
r p
em
uki
ma
n y
an
g r
ad
ial
ata
u m
en
yeru
pai s
turk
tur
kota
ole
h H
oyt.
b.
Pa
da K
oti
p D
ep
ok,
CB
D t
erl
eta
k d
i te
ng
ah
ko
ta y
an
g b
erb
ata
san
lan
gsu
ng d
en
gan
pe
mu
kim
an
ke
las
tin
gg
i da
n m
en
en
ga
h,
sert
a
be
ntu
k s
tru
ktu
r ko
ta y
an
g t
ida
k s
am
a p
ers
is d
en
ga
n k
ed
ua
te
ori
ya
ng
dik
em
uka
ka
n o
leh
Ho
yt m
au
pu
n H
arr
is &
Ull
man
. B
en
tuk
stru
ktu
r p
em
uki
ma
n d
i De
po
k ce
nd
eru
ng k
e a
rah
rad
ial,
me
nye
rup
ai t
eo
ri y
an
g d
ike
mu
ka
ka
n o
leh
Ho
yt.
Perkembangan teori...,Ardityo,FMIPA UI,2009
11
. R
usy
an
a, N
an
a.
20
00
. P
eru
ba
ha
n
Pe
ng
gu
na
an
Ta
na
h
Pe
rmu
kim
an
di
Ko
tam
ad
ya
Bo
go
r
Ta
hu
n 1
99
2-1
99
7.
a.
Ba
ga
ima
na
pe
rub
ah
an
pe
ngg
un
aan
ta
na
h p
erm
ukim
an
seb
elu
m d
an
se
sud
ah
ta
hu
n
19
95
?
b.
Ba
ga
ima
na
pe
rub
ah
an
pe
ngg
un
aan
ta
na
h p
erm
ukim
an
ters
eb
ut
ka
ita
nn
ya d
en
gan
jum
lah
pe
nd
ud
uk,
fasi
lita
s ko
ta,
da
n a
kse
sib
ilita
s?
a.
Pe
ng
um
pu
lan
data
ja
rin
gan
jala
n, fa
silit
as
ko
ta,
pe
ng
gu
na
an
tan
ah
ko
ta, &
jum
lah
pe
nd
ud
uk.
b.
Me
laku
ka
n p
em
eta
an
da
n k
lasi
fikasi
da
ta
ya
ng
did
ap
at,
ke
mu
dia
n d
isa
jika
n d
ala
m p
eta
da
n t
ab
el.
c. M
en
ga
nali
sis
po
la p
eru
bah
an
ya
ng d
ibe
da
kan
da
lam
du
a p
eri
od
e, s
eb
elu
m (
19
92
-19
95
) d
an
sete
lah
pe
rlu
asa
n k
ota
(1
99
5-1
99
7).
a.
De
fin
isi
ko
ta
me
nu
rut
Sa
nd
y,
Bin
tart
o, d
an
Ka
rto
no
.
b.
Te
ori
str
ukt
ur
ko
ta
ko
lon
ial o
leh
Sa
nd
y.
a.
Se
be
lum
pe
rlu
asa
n (
19
92
-19
95
), p
eru
ba
ha
n lu
as
pe
ng
gu
na
an
tan
ah
pe
mu
kim
an
han
ya
me
ngik
uti
pe
rub
ah
an
pa
nja
ng
jari
ng
an
jala
n,
dim
an
a k
ela
s ti
ng
gi b
era
da
di K
ec.
Ta
na
h S
are
al d
an
Bo
go
r
Se
lata
n, k
ela
s se
da
ng
be
rad
a d
i Ke
c. B
og
or
Tim
ur,
se
da
ng
ka
n
ren
da
h t
erd
ap
at
di K
ec.
Bo
go
r B
ara
t, B
og
or
Te
ng
ah
, se
rta
Bo
go
r
Uta
ra.
b.
Se
tela
h p
erl
uasa
n (
19
95
-19
97
), p
eru
ba
ha
n lu
as
pe
ng
gun
aa
n t
an
ah
pe
rmu
kim
an
me
ngik
uti
pa
nja
ng
ja
rin
gan
jala
n,
jari
ng
an
te
lep
on
,
pe
rub
ah
an
jum
lah
pe
nd
ud
uk, d
an
ja
rin
ga
n P
DA
M,
dim
an
a k
ela
s
tin
gg
i be
rad
a d
i Ke
c. T
an
ah
Sa
rea
l, B
ogo
r B
ara
t, d
an
Bo
go
r Se
lata
n,
ke
las
sed
an
g b
era
da
di B
og
or
Uta
ra,
sed
an
gka
n y
an
g r
en
da
h
terd
ap
at
di B
og
or
Te
ng
ah
dan
Bo
go
r T
imu
r.
12
. A
nd
ren
o.
20
01
.
Pe
rke
mb
an
gan
Ko
ta B
ukit
tin
ggi
Ta
hu
n 1
98
0,
19
90
,
& 1
99
9.
Ba
ga
ima
na
tin
gka
t d
an
ara
h
pe
rke
mb
an
ga
n k
ota
Bu
kit
tin
gg
i
tah
un
19
80
, 1
99
0, d
an
ta
hu
n
19
99
?
a.
Pe
ng
um
pu
lan
data
pe
nd
ud
uk, p
em
uki
ma
n,
jari
ng
an
ja
lan
, fa
sili
tas
kota
, &
pe
ngg
un
aan
tan
ah
ko
ta.
b.
Kla
sifi
ka
si d
ata
yan
g d
ida
pa
t, d
isa
jika
n d
ala
m
pe
ta d
an
tab
el.
c. M
en
ga
nali
sis
po
la p
erk
em
ban
ga
n k
ota
se
cara
de
skri
pti
f d
en
ga
n m
elih
at
pe
ta p
en
du
du
k,
pe
mu
kim
an
, ja
rin
ga
n j
ala
n,
fasi
lita
s ko
ta, &
pe
ngg
un
aan
ta
na
h k
ota
ya
ng
te
lah
dik
lasi
fika
sikan
.
Te
ori
str
ukt
ur
ko
ta;
teo
ri k
on
sen
tris
ole
h
Bu
rge
ss, te
ori
se
kto
r
ole
h H
oyt,
te
ori
ko
mb
inasi
ole
h M
an
n,
teo
ri in
ti b
erg
an
da
ole
h H
arr
is &
Ull
man
,
sert
a t
eo
ri k
ota
ko
lon
ial o
leh
Sa
nd
y.
a.
Tin
gka
t p
erk
em
ba
ng
an
re
nd
ah
di K
eca
ma
tan
Gu
gu
k P
an
jan
g,
pe
rke
mb
an
ga
n s
ed
an
g d
i M
an
dia
ng
in K
oto
Se
laya
n,
sed
an
gka
n
ya
ng
te
rtin
gg
i ad
a d
i Ke
cam
ata
n A
ur
Bir
ug
o T
igo
Ba
leh
.
b.
Ara
h p
erk
em
ban
ga
n k
ota
di b
ag
ian
uta
ra m
en
uju
ke
ba
rat
lau
t
(Lu
bu
k S
ikap
ing
) d
an
bag
ian
se
lata
n m
en
uju
ke
ara
h p
usa
t ko
ta d
an
ten
gg
ara
(P
ad
an
g P
an
jan
g).
13
. D
esm
on
d.
20
01
.
Po
la
Pe
rke
mb
an
gan
Ko
ta
Ta
nju
ng
pin
an
g
Ta
hu
n 1
98
4 &
19
98
.
Ba
ga
ima
na
po
la p
erk
em
ba
ng
an
Ko
ta T
an
jun
gp
ina
ng t
ah
un
19
84
&
19
98
?
An
alis
is d
esk
rip
tif
de
ng
an
ta
hap
an
:
a.
Pe
ng
um
pu
lan
data
ja
rin
gan
jala
n, fa
silit
as
ko
ta,
& p
en
ggu
na
an
tan
ah
ko
ta.
b.
Kla
sifi
ka
si d
ata
yan
g d
ida
pa
t, d
isa
jika
n d
ala
m
pe
ta d
an
tab
el.
c. M
en
ga
nali
sis
po
la p
erk
em
ban
ga
n k
ota
de
ng
an
me
liha
t p
eta
ja
rin
gan
jala
n, fa
silit
as
ko
ta,
& p
en
ggu
na
an
tan
ah
pa
da t
ah
un
19
84
& 1
99
8.
a.
De
fin
isi
ko
ta d
ari
Me
ye
r, M
um
ford
,
Ma
x W
eb
be
r,
Ch
rist
alle
r, W
irth
,
Ha
rris
& U
llma
n,
sert
a S
an
dy.
b.
Te
ori
str
ukt
ur
ko
ta;
teo
ri k
on
sen
tris
ole
h B
urg
ess
, te
ori
sekto
r o
leh
Ho
yt,
teo
ri in
ti b
erg
an
da
ole
h H
arr
is &
Ull
ma
n, se
rta t
eo
ri
ko
ta k
olo
nia
l ole
h
Sa
nd
y.
a.
Pe
rke
mb
an
gan
ko
ta s
ea
rah
de
ng
an
pe
rke
mb
an
ga
n j
ari
ng
an
ja
lan
ya
ng
dit
an
da
i de
ng
an
pe
rba
ikan
be
rup
a p
ele
ba
ran
da
n
pe
ng
asp
ala
n j
ala
n.
Po
la y
an
g t
erl
iha
t, l
inie
r d
en
gan
ja
rin
ga
n j
ala
n
ya
ng
ad
a.
b.
Be
rke
mb
an
gn
ya
ja
rin
ga
n j
ala
n m
em
bu
ka k
ese
mp
ata
n b
agi
pe
nd
ud
uk
un
tuk m
en
cari
ru
an
g h
idu
p y
an
g le
bih
ba
ik,
seh
ing
ga
terc
ipta
pe
mu
sata
n p
em
uki
ma
n b
aru
. P
erk
em
ba
ng
an
ko
ta
me
ng
ara
h k
e s
eg
ala
ara
h.
c. P
erk
em
ba
ng
an
ko
ta d
iiku
ti p
ula
ole
h m
en
ing
katn
ya
pe
laya
na
n
fasi
lita
s ko
ta (
list
rik,
air
be
rsih
, te
lep
on
, &
fa
silit
as
ke
be
rsih
an
) d
i
uta
ra d
an
tim
ur
ko
ta.
d.
Pu
sat
keg
iata
n b
erg
ese
r ke
dae
rah
de
ng
an
pe
ng
gu
na
an
ta
na
h
be
rup
a p
erd
ag
an
ga
n d
an
ja
sa y
an
g b
era
da
di t
en
ga
h k
ota
.
14
. B
ud
ian
to.
20
02
. a
. B
ag
aim
an
a p
ert
um
bu
ha
n
a.
Pe
ng
um
pu
lan
data
da
n p
eta
ya
ng
be
rasa
l d
ari
a
. D
efi
nis
i ko
ta d
ari
a
. P
ert
um
bu
ha
n p
eru
mah
an
te
rjad
i pa
da w
ilaya
h p
usa
t ko
ta y
an
g
Perkembangan teori...,Ardityo,FMIPA UI,2009
Pe
rtu
mb
uh
an
Pe
rum
ah
an
&
Pe
ng
aru
hn
ya
Te
rhad
ap
Pe
rub
ah
an
Str
uktu
r R
ua
ng
Ko
tam
ad
ya
Jaka
rta
Se
lata
n
Ta
hu
n 1
99
0 -
20
00
.
pe
rum
ah
an
di
Jaka
rta
Se
lata
n
tah
un
19
90
da
n 2
00
0?
b.
Ba
ga
ima
na
pe
rke
mb
an
gan
stru
ktu
r ru
an
g K
ota
ma
dya
Jaka
rta
Se
lata
n t
ah
un
19
90
da
n
20
00
?
c. B
ag
aim
an
a p
en
ga
ruh
pe
rtu
mb
uh
an
pe
rum
ah
an
terh
ad
ap
str
ukt
ur
rua
ng
Ko
tam
ad
ya
Ja
ka
rta
Se
lata
n
tah
un
19
90
da
n 2
00
0?
be
rba
gai i
nst
an
si t
erk
ait
pe
ne
litia
n in
i.
b.
Pe
ng
ola
ha
n d
ata
de
ng
an
kla
sifi
ka
si b
erb
ag
ai
va
ria
be
l ya
ng
dig
un
aka
n.
Me
ngg
un
akan
sist
em
gri
d s
eb
ag
ai s
atu
an
an
alis
a s
eb
esa
r 2
5
ha
.
c. A
na
lisis
data
se
cara
de
skri
pti
f d
en
ga
n
me
ng
ko
rela
sika
n p
eta
me
liha
t p
ert
um
bu
ha
n
pe
rum
ah
an
dan
hu
bu
ng
an
nya
te
rhad
ap
stru
ktu
r ru
an
g k
ota
.
Me
ye
r, M
um
ford
,
Ma
x W
eb
be
r,
Ch
rist
alle
r, W
irth
,
Ha
rris
& U
llma
n,
Yu
nu
s, T
rum
an
,
sert
a S
an
dy.
b.
Te
ori
str
ukt
ur
ko
ta;
teo
ri k
on
sen
tris
ole
h B
urg
ess
, te
ori
sekto
r o
leh
Ho
yt,
teo
ri in
ti b
erg
an
da
ole
h H
arr
is &
Ull
ma
n.
me
ng
elil
ing
i w
ilaya
h p
usa
t u
sah
a, s
ed
an
gkan
pe
rtu
mb
uh
an
pe
rum
ah
an
tid
ak
tera
tur
terj
ad
i pe
ng
ura
ng
an
ko
nse
ntr
asi
pad
a
ba
gia
n t
en
gah
da
n b
erg
era
k k
e a
rah
Ba
rat,
Tim
ur,
da
n S
ela
tan
pin
gg
ir k
ota
.
b.
Pe
rke
mb
an
gan
str
ukt
ur
rua
ng k
ota
te
rja
di p
ad
a r
eg
ion
str
ukt
ur
rua
ng
Ka
wasa
n P
usa
t B
isn
is d
an
Pe
rda
gan
ga
n d
i p
usa
t ko
ta d
an
me
mb
en
tuk
po
ros
Tim
ur-
Se
lata
n.
Re
gio
n s
tru
ktu
r ru
an
g
pe
rum
ah
an
te
ratu
r b
erk
em
ban
g m
em
be
ntu
k p
oro
s se
pe
rti h
uru
f
“J”
da
ri U
tara
-Tim
ur-
Te
ng
ga
ra-S
ela
tan
. R
eg
ion
str
uktu
r ru
an
g
pe
rum
ah
an
tid
ak
tera
tur
be
rke
mb
an
g k
e B
ara
t-Se
lata
n-T
imu
r
de
ng
an
pe
ngu
ran
gan
lua
s d
i b
ag
ian
te
ng
ah
, d
an
re
gio
n j
alu
r h
ija
u
be
rad
a d
i Se
lata
n d
an
Te
ngg
ara
.
c. P
ert
um
bu
ha
n p
eru
mah
an
be
rpe
nga
ruh
be
sar
pad
a p
em
be
ntu
ka
n
stru
ktu
r ru
an
g k
ota
, d
iman
a p
ert
um
bu
han
te
rse
bu
t d
iiku
ti
pe
rub
ah
an
str
ukt
ur
rua
ng
ko
ta y
an
g m
en
gik
uti
po
la j
ari
ng
an
ja
lan
.
15
. K
usw
iyo
to,
Da
nd
y
H.
20
05
. W
ila
yah
Urb
an
di K
ota
Be
ka
si T
ah
un
20
00
.
Dim
an
a w
ila
yah
yan
g b
ers
ifat
urb
an
, p
era
liha
n, d
an
no
n-u
rban
di
Ko
ta B
eka
si p
ad
a t
ah
un
20
00
?
a.
Pe
ng
um
pu
lan
pe
ta d
an
da
ta v
ari
ab
el
tah
un
20
00
se
pe
rti f
asi
lita
s ko
ta, p
en
gg
un
aa
n t
an
ah
,
jum
lah
da
n k
ep
ad
ata
n p
en
du
du
k.
b.
Pe
ng
ola
ha
n d
ata
de
ng
an
me
laku
ka
n k
lasi
fika
si
be
rba
gai
va
ria
be
l yan
g m
en
un
jan
g p
en
elit
ian
.
Da
ta t
ers
eb
ut
dil
am
pir
ka
n d
ala
m b
en
tuk t
ab
el
da
n p
eta
.
c.
Me
ng
gu
na
ka
n a
nali
sa d
esk
rip
tif
sete
lah
me
laku
ka
n o
verl
ay p
eta
se
hin
gga
te
rlih
at
ka
rakte
rist
ik w
ilaya
h u
rba
n, p
era
lih
an
, d
an
no
n-u
rba
n.
a.
De
fin
isi
ko
ta d
ari
No
rth
am
,
Ch
rist
alle
r, H
arr
is &
Ull
ma
n, B
inta
rto
,
sert
a S
an
dy.
b.
Te
ori
str
ukt
ur
ko
ta
ko
lon
ial o
leh
Sa
nd
y.
Wil
aya
h K
ota
Be
ka
si y
an
g b
ers
ifat
urb
an
te
rle
tak d
i ba
gia
n t
en
ga
h,
uta
ra,
tim
ur
(be
rbata
san
de
ng
an
Ka
b.
Be
ka
si)
da
n b
ara
t (b
erb
ata
san
de
ng
an
DK
I Ja
ka
rta).
Wil
ayah
pe
ralih
an
te
rda
pat
di b
ag
ian
se
lata
n
(be
rba
tasa
n d
en
ga
n K
ab
. B
ogo
r), b
ara
t (b
erb
ata
san
de
ng
an
DK
I
Jaka
rta
), d
an
se
bag
ian
ke
cil t
ers
eb
ar
di u
tara
. W
ilaya
h n
on
-urb
an
did
om
ina
si d
i ba
gia
n s
ela
tan
ya
ng
be
rba
tasa
n d
en
ga
n K
ab
up
ate
n
Bo
go
r, d
an
se
ba
gia
n k
eci
l te
rse
ba
r d
i ba
gia
n b
ara
t, t
en
ga
h, u
tara
, d
an
tim
ur
ya
ng b
erb
ata
san
de
ng
an
DK
I Ja
ka
rta
da
n K
ab
up
ate
n B
ekasi
.
16
. R
ieza
, M
. 2
00
6.
Pe
rke
mb
an
gan
Wil
aya
h
Te
rban
gu
n K
ota
Jaka
rta
19
90
-20
05
Ba
ga
ima
na
pe
rke
mb
an
gan
wil
ayah
terb
an
gu
n K
ota
Ja
ka
rta
be
rda
sark
an
ja
rak
da
ri p
usa
t ko
ta
tah
un
19
90
-20
05
?
a.
Pe
ng
um
pu
lan
data
pe
ngg
un
aa
n t
an
ah
ya
ng
dib
agi
ked
ala
m p
em
ukim
an
, fa
sili
tas
um
um
,
pe
rda
gan
ga
n, in
du
stri
, d
ae
rah
hij
au
, d
an
tub
uh
air
. Se
rta d
idu
ku
ng
cit
ra s
ate
lit t
ah
un
19
89
, 1
99
7,
da
n 2
00
3.
b.
Pe
ng
ola
ha
n d
ata
dib
an
tu d
en
ga
n p
era
ng
ka
t
lun
ak
pe
ng
ola
h c
itra
, m
en
gg
un
akan
me
tod
e
Urb
an
In
de
ks.
c. M
ela
ku
ka
n p
erb
an
din
gan
te
rhad
ap
tia
p p
eta
ha
sil p
en
go
lah
an
cit
ra.
Te
ori
inti
be
rga
nd
a
Wil
aya
h t
erb
an
gu
n d
ido
min
asi
ole
h p
en
gg
un
aa
n t
an
ah
pe
mu
kim
an
,
pe
rda
gan
ga
n, d
an
fasi
litas
um
um
. D
iman
a p
ad
a t
ah
un
19
90
te
rse
ba
r
di b
ag
ian
te
ng
ah
ko
ta, ta
hu
n 1
99
7 b
erg
era
k k
e a
rah
uta
ra,
tim
ur,
da
n
ba
rat,
se
da
ng
ka
n t
ah
un
20
05
ce
nd
eru
ng k
e a
rah
se
lata
n.
(Sum
ber
: P
erpust
akaa
n D
ept.
Geo
gra
fi U
I &
Pen
gola
han
Dat
a, 2
009)
Perkembangan teori...,Ardityo,FMIPA UI,2009
Ta
bel
3.2
. P
erb
an
din
ga
n T
eori
di
Sk
rip
si &
di
Du
nia
No.
Per
iod
e T
eori
@ S
krip
si D
ep
t. G
eografi
T
eori
@ D
un
ia
Teori
Kata
Ku
nci
T
eori
Kata
Ku
nci
1.
19
80
-an
Teo
ri K
on
sen
tris
Ỏ
Keg
iata
n i
ndu
stri
tid
ak t
erm
asuk
.
Ỏ
Per
ebu
tan s
um
ber
day
a ta
nah
, m
enu
ju p
ada
kom
pet
isi
di
anta
ra
kel
om
pok s
osi
al d
an y
ang l
ebih
jau
h b
erpen
gar
uh p
ada
pem
bag
ian
ruan
g k
ota
ke
dal
am “
area
ala
mi”
dim
ana
man
usi
a den
gan
kar
akte
rist
ik
sosi
al y
ang s
ama
akan
men
empat
i ru
ang y
ang s
ama
pu
la.
Urb
an S
pra
wl
Ỏ
Ter
jadi
kon
ver
si l
ahan
sec
ara
bes
ar-b
esar
an,
dar
i la
han
per
tan
ian
m
enja
di
area
l pem
ukim
an, per
kan
tora
n, dan
per
dag
angan
.
Ỏ
Kom
ponen
pen
yusu
n k
ota
ter
leta
k s
ecar
a te
rpis
ah d
an s
angat
jel
as
terl
ihat
bat
asan
nya
.
Ỏ
Han
ya t
erdap
at s
atu j
alan
uta
ma
yan
g m
engh
ub
un
gk
an t
iap k
om
pon
en
kota
.
Ỏ
Doro
ngan
yan
g s
angat
bes
ar u
ntu
k b
erken
dar
a bag
i pen
duduk k
aren
a ti
dak
dap
at d
ilal
ui
den
gan
ber
jala
n k
aki.
Ỏ
Tem
pat
tin
ggal
ber
upa
kom
ple
k p
erum
ahan
den
gan
ben
tuk b
angunan
tun
ggal
yan
g h
om
ogen
.
Teo
ri S
ekto
r
Ỏ
Ter
dap
at k
egia
tan i
nd
ust
ri.
Ỏ
Per
kem
ban
gan
kota
dip
engar
uhi
ole
h f
akto
r k
eter
sed
iaan
jar
ingan
jal
an
atau
akse
sibil
itas
yan
g m
emad
ai.
Ỏ
Han
ya s
ebag
ian s
ekto
r dal
am k
ota
yan
g b
erkem
ban
g.
Teo
ri K
ota
Kolo
nia
l
Ỏ
Mer
up
akan
kota
pen
inggal
an p
enja
jahan
.
Ỏ
Ter
dap
at d
ua
bag
ian k
ota
, ya
itu y
ang t
eren
can
a d
engan
bai
k d
an y
an
g
tere
nca
na
kura
ng b
aik.
Ỏ
CB
D d
ikel
ilin
gi
ole
h b
agia
n y
ang t
eren
cana
kura
ng b
aik d
an
ber
dam
pin
gan
den
gan
bag
ian
yan
g t
eren
can
a den
gan
bai
k,
sert
a w
ilay
ah
ped
esaa
n “
men
gu
run
g”
sem
uan
ya.
2.
1990-a
n
Teo
ri K
onse
ntr
is
Ỏ
Keg
iata
n i
ndu
stri
tid
ak t
erm
asuk
.
Ỏ
Per
ebu
tan s
um
ber
day
a ta
nah
, m
enu
ju p
ada
kom
pet
isi
di
anta
ra
kel
om
pok s
osi
al d
an y
ang l
ebih
jau
h b
erpen
gar
uh p
ada
pem
bag
ian
ruan
g k
ota
ke
dal
am “
area
ala
mi”
dim
ana
man
usi
a den
gan
kar
akte
rist
ik
sosi
al y
ang s
ama
akan
men
empat
i ru
ang y
ang s
ama
pu
la.
Ed
ge
Cit
ies
Ỏ
Mu
ncu
l di
sekit
ar p
ersi
mpan
gan
jal
an r
aya
uta
ma
(ma
jor
free
wa
y
inte
rchanges
), s
ebag
ai j
alur
tran
sport
asi
anta
r kota
.
Ỏ
Lah
ir k
aren
a kep
adat
an p
enduduk d
i pusa
t kota
, nam
un t
erle
tak l
ebih
jau
h d
ari
pu
sat
kota
dib
andin
gk
an d
engan
su
bu
rba
n.
Ỏ
Mem
ilik
i ar
ea s
elu
as l
ima
juta
kak
i p
erse
gi
atau
leb
ih b
agi
per
kan
tora
n d
an 6
00
.00
0 k
aki
per
segi
atau
leb
ih u
ntu
k l
ahan
keg
iata
n
reta
il.
Luas
ini
sam
a den
gan
luas
mall
yan
g a
da
di
pusa
t kota
lam
a
ber
isi
pulu
han
toko d
an b
uti
k m
ult
inas
ional
.
Ỏ
Kea
daa
n k
ota
saa
t in
i ti
dak
lah s
ama
seper
ti k
etik
a 30 t
ahun y
ang l
alu.
Seb
agai
con
toh
, di
tem
pat
yan
g s
ama
den
gan
ber
dir
inya
kota
, 30
ta
hun
yan
g l
alu
mer
up
akan
suat
u p
edes
aan
den
gan
pet
ern
akan
sa
pin
ya.
Teo
ri S
ekto
r
Ỏ
Ter
dap
at k
egia
tan i
nd
ust
ri.
Ỏ
Per
kem
ban
gan
kota
dip
engar
uhi
ole
h f
akto
r k
eter
sed
iaan
jar
ingan
jal
an
atau
akse
sibil
itas
yan
g m
emad
ai.
Ỏ
Han
ya s
ebag
ian s
ekto
r dal
am k
ota
yan
g b
erkem
ban
g.
Teo
ri I
nti
Ber
gan
da
Ỏ
Keg
iata
n y
ang m
emil
iki
kem
irip
an a
kan
ber
lok
asi
dal
am s
atu
are
a dan
men
cip
tak
an s
ub
pusa
t d
alam
suat
u k
ota
, se
hin
gga
terb
entu
k i
nti
-inti
bar
u b
agi
mas
ing-m
asin
g a
rea.
Ỏ
Pem
ukim
an t
erse
bar
men
jauh d
ari
pusa
t kota
dan
ber
kem
ban
g d
i se
pan
jan
g j
alur
tran
sport
asi.
Ỏ
Sam
a se
per
ti p
emu
kim
an,
lok
asi
indu
stri
ju
ga
ber
kem
ban
g k
aren
a ja
lur
tran
sport
asi.
Teo
ri K
ota
Kolo
nia
l Ỏ
M
eru
pak
an k
ota
pen
inggal
an p
enja
jahan
.
Ỏ
Ter
dap
at d
ua
bag
ian k
ota
, ya
itu y
ang t
eren
can
a d
engan
bai
k d
an y
an
g
Perkembangan teori...,Ardityo,FMIPA UI,2009
tere
nca
na
ku
ran
g b
aik.
Ỏ
CB
D d
ikel
ilin
gi
ole
h b
agia
n y
ang t
eren
cana
kura
ng b
aik d
an
ber
dam
pin
gan
den
gan
bag
ian y
ang t
eren
cana
den
gan
bai
k, se
rta
wil
ayah
p
edes
aan
“m
engu
run
g”
sem
uan
ya.
3.
20
00
-an
Teo
ri K
onse
ntr
is
Ỏ
Keg
iata
n i
ndu
stri
tid
ak t
erm
asuk
.
Ỏ
Per
ebu
tan s
um
ber
day
a ta
nah
, m
enu
ju p
ada
kom
pet
isi
di
anta
ra
kel
om
pok s
osi
al d
an y
ang l
ebih
jau
h b
erpen
gar
uh p
ada
pem
bag
ian
ruan
g k
ota
ke
dal
am “
area
ala
mi”
dim
ana
man
usi
a den
gan
kar
akte
rist
ik
sosi
al y
ang s
ama
akan
men
empat
i ru
ang y
ang s
ama
pu
la.
Co
mp
act
Cit
y
Ỏ
Tim
bul
kar
ena
per
tim
ban
gan
mas
alah
lin
gk
un
gan
dan
efi
sien
si e
ner
gi.
Ỏ
Ber
angkat
dar
i konse
p p
emban
gunan
ber
kel
anju
tan s
ebag
ai u
pay
a
untu
k m
engura
ngi
beb
an l
ingkungan
per
kota
an y
ang d
itim
bulk
an o
leh
mas
yara
kat
nya
.
Ỏ
Dic
irik
an d
engan
tin
ggin
ya t
ingk
at k
epad
atan
pen
du
duk
, m
ixed
-use
city
, se
rta
per
tum
buh
an y
ang t
erja
di
ber
ada
di
dal
am b
atas
are
a per
kota
an y
ang a
da,
sed
angkan
di
dae
rah p
inggir
an k
ota
tid
ak t
erja
di
per
kem
ban
gan
.
Ỏ
Pem
ban
gunan
kota
dif
okusk
an d
engan
tuju
an m
engura
ngi
keb
utu
han
un
tuk
ber
per
gia
n,
sehin
gga
tid
ak b
ergan
tun
g p
ada
ken
dar
aan,
nam
un
d
apat
dit
empu
h d
engan
ber
jala
n k
aki,
ber
sep
eda,
ata
u k
end
araa
n
um
um
.
Teo
ri S
ekto
r
Ỏ
Ter
dap
at k
egia
tan i
nd
ust
ri.
Ỏ
Per
kem
ban
gan
kota
dip
engar
uhi
ole
h f
akto
r k
eter
sed
iaan
jar
ingan
jal
an
atau
akse
sibil
itas
yan
g m
emad
ai.
Ỏ
Han
ya s
ebag
ian
sek
tor
dal
am k
ota
yan
g b
erkem
ban
g.
Teo
ri I
nti
Ber
gan
da
Ỏ
Keg
iata
n y
ang m
emil
iki
kem
irip
an a
kan
ber
lok
asi
dal
am s
atu
are
a dan
men
cip
tak
an s
ub
pusa
t d
alam
suat
u k
ota
, se
hin
gga
terb
entu
k i
nti
-inti
bar
u b
agi
mas
ing-m
asin
g a
rea.
Ỏ
Pem
ukim
an t
erse
bar
men
jauh d
ari
pusa
t kota
dan
ber
kem
ban
g d
i
sep
anja
ng j
alur
tran
sport
asi.
Ỏ
Sam
a se
per
ti p
emu
kim
an,
lok
asi
indu
stri
ju
ga
ber
kem
ban
g k
aren
a ja
lur
tran
sport
asi.
Teo
ri K
ota
Kolo
nia
l
Ỏ
Mer
up
akan
kota
pen
inggal
an p
enja
jahan
.
Ỏ
Ter
dap
at d
ua
bag
ian k
ota
, ya
itu y
ang t
eren
can
a d
engan
bai
k d
an y
an
g
tere
nca
na
kura
ng b
aik.
Ỏ
CB
D d
ikel
ilin
gi
ole
h b
agia
n y
ang t
eren
cana
kura
ng b
aik d
an
ber
dam
pin
gan
den
gan
bag
ian
yan
g t
eren
can
a den
gan
bai
k,
sert
a w
ilay
ah
ped
esaa
n “
men
gu
run
g”
sem
uan
ya.
(Sum
ber
: P
engola
han
Dat
a, 2
009)
Perkembangan teori...,Ardityo,FMIPA UI,2009
Tabel 4.1. Daftar Skripsi
No. Nama Tahun Judul
1. Windriasanti 1986 Perkembangan Kotamadya Salatiga
2. Muhammad
Abdurrazaq 1987 Struktur & Tingkat Perkembangan Kotamadya Cirebon.
3. Eka Fadrian. 1987 Konsentrasi Penduduk & Analisa Struktur Pemukiman di
Kotamadya Padang
4. Imam Subandi 1990 Perkembangan Kotamadya Bandar Lampung
5. Hasan Al Rubiana 1990 Perkembangan Fisik Kota Sintang (1963 – 1989)
6. Buceu Akhmad 1994 Perkembangan Kota Sumedang Tahun 1980 - 1990
7. Lili Suryenti 1995 Wilayah Perkotaan di Bukittinggi
8. Sumanto 1995 Struktur Kota Sehubungan dengan Industri di Kecamatan
Cikampek Tahun 1975 & 1990
9. Bonafisia Endah
Secundarti 1995
Perubahan Wilayah Perkotaan, Peralihan, & Pinggiran di Kota
Administratif Bekasi
10. Marrian Melanie 1996 Struktur Pemukiman Kotip Cimahi & Kotip Depok
11. Nana Rusyana 2000 Perubahan Penggunaan Tanah Permukiman di Kotamadya
Bogor Tahun 1992-1997
12. Andreno 2001 Perkembangan Kota Bukittinggi Tahun 1980, 1990, & 1999
13. Desmond 2001 Pola Perkembangan Kota Tanjungpinang Tahun 1984 & 1998.
14. Budianto 2002 Pertumbuhan Perumahan & Pengaruhnya Terhadap Perubahan
Struktur Ruang Kotamadya Jakarta Selatan Tahun 1990 - 2000.
15. Dandy Hanom
Kuswiyoto 2005 Wilayah Urban di Kota Bekasi Tahun 2000.
16. M. Rieza 2006 Perkembangan Wilayah Terbangun Kota Jakarta 1990-2005
(Sumber: Perpustakaan Dept. Geografi UI dan Pengolahan Data, 2009)
Perkembangan teori...,Ardityo,FMIPA UI,2009
Tabel 4.2. Masalah/Fokus Penelitian Tiap Skripsi
No. Skripsi
Masalah/Fokus
Tingkat & Pola
Perkembangan
Letak & Batas
Wilayah Perkotaan,
Peralihan, &
Pedesaan
Penggunaan atau
Perbandingan Teori
Struktur Kota
Pertumbuhan
Pemukiman
1. Perkembangan Kotamadya Salatiga
(Windriasanti, 1986) √ √
2.
Struktur & Tingkat Perkembangan
Kotamadya Cirebon (Abdurrazaq,
1987)
√ √ √
3.
Konsentrasi Penduduk dan Analisa
Struktur Pemukiman di Kotamadya
Padang (Fadrian, 1987)
√
4. Perkembangan Kotamadya Bandar
Lampung (Subandi, 1990) √
5. Perkembangan Fisik Kota Sintang
(1963-1989) (Al Rubiana, 1990) √
6. Perkembangan Kota Sumedang
Tahun 1980-1990 (Akhmad, 1994) √ √
7. Wilayah Perkotaan di Bukittinggi
(Suryenti, 1995) √
8.
Struktur Kota Sehubungan dengan
Industri di Kecamatan Cikampek
Tahun 1975 & 1990. (Sumanto,
1995)
√ √
9.
Perubahan Wilayah Perkotaan,
Peralihan, dan Pinggiran di Kota
Administratif Bekasi (Secundarti,
1995)
√
10. Struktur Pemukiman Kotip Cimahi
dan Kotip Depok (Melanie, 1996) √
11.
Perubahan Penggunaan Tanah
Permukiman di Kotamadya Bogor
Tahun 1992-1997 (Rusyana, 2000)
√
12.
Perkembangan Kota Bukittinggi
Tahun 1980, 1990, & 1999
(Andreno, 2001)
√
13.
Pola Perkembangan Kota
Tanjungpinang Tahun 1984 & 1998
(Desmond, 2001)
√
14.
Pertumbuhan Perumahan &
Pengaruhnya Terhadap Perubahan
Struktur Ruang Kotamadya Jakarta
Selatan Tahun 1990-2000
(Budianto, 2002)
√ √
15. Wilayah Urban di Kota Bekasi
Tahun 2000 (Kuswiyoto, 2005) √
16.
Perkembangan Wilayah Terbangun
Kota Jakarta 1990-2005 (Rieza,
2006)
√
(Sumber: Pengolahan Data, 2009)
Perkembangan teori...,Ardityo,FMIPA UI,2009
Tabel 4.3. Metode Penelitian dalam Tiap Skripsi
No. Skripsi
Metode
Korelasi
Peta
Overlay
Peta
Analisis
Deskriptif
Skala
Nilai Statistik Grid
Urban
Index
1. Perkembangan Kotamadya Salatiga
(Windriasanti, 1986) √ √
2.
Struktur & Tingkat Perkembangan
Kotamadya Cirebon (Abdurrazaq,
1987)
√ √
3.
Konsentrasi Penduduk dan Analisa
Struktur Pemukiman di Kotamadya
Padang (Fadrian, 1987)
√
4. Perkembangan Kotamadya Bandar
Lampung (Subandi, 1990) √ √
5. Perkembangan Fisik Kota Sintang
(1963-1989) (Al Rubiana, 1990) √
6. Perkembangan Kota Sumedang
Tahun 1980-1990 (Akhmad, 1994) √ √ √
7. Wilayah Perkotaan di Bukittinggi
(Suryenti, 1995) √ √
8.
Struktur Kota Sehubungan dengan
Industri di Kecamatan Cikampek
Tahun 1975 & 1990. (Sumanto,
1995)
√ √
9.
Perubahan Wilayah Perkotaan,
Peralihan, dan Pinggiran di Kota
Administratif Bekasi (Secundarti,
1995)
√
10. Struktur Pemukiman Kotip Cimahi
dan Kotip Depok (Melanie, 1996) √
11.
Perubahan Penggunaan Tanah
Permukiman di Kotamadya Bogor
Tahun 1992-1997 (Rusyana, 2000)
√ √
12.
Perkembangan Kota Bukittinggi
Tahun 1980, 1990, & 1999 (Andreno,
2001)
√
13.
Pola Perkembangan Kota
Tanjungpinang Tahun 1984 & 1998
(Desmond, 2001)
√ √
14.
Pertumbuhan Perumahan &
Pengaruhnya Terhadap Perubahan
Struktur Ruang Kotamadya Jakarta
Selatan Tahun 1990-2000 (Budianto,
2002)
√ √ √
15. Wilayah Urban di Kota Bekasi Tahun
2000 (Kuswiyoto, 2005) √ √
16. Perkembangan Wilayah Terbangun
Kota Jakarta 1990-2005 (Rieza, 2006) √ √
(Sumber: Pengolahan Data, 2009)
Perkembangan teori...,Ardityo,FMIPA UI,2009
Ta
bel
4.4
. V
ari
ab
el y
an
g D
igu
na
ka
n d
ala
m T
iap
Sk
rip
si
No
. S
kri
psi
Va
ria
be
l
Pe
ng
gu
na
an
Ta
na
h
Jari
ng
an
Jala
n
List
rik
&
Te
lep
on
Air
Min
um
&
Sa
lura
n
Air
Ha
rga
Ta
na
h
Pe
mu
kim
an
M
ata
Pe
nca
ha
ria
n
Ke
pe
nd
ud
uk
an
Je
nis
Ta
na
h
Cu
rah
Hu
jan
Fasi
lita
s
Um
um
H
idro
log
i T
op
og
rafi
1.
Pe
rke
mb
an
gan
Ko
tam
ad
ya
Sa
lati
ga (
Win
dri
asa
nti
, 1
98
6)
√
√
√
√
2.
Str
uktu
r &
Tin
gkat
Pe
rke
mb
an
gan
Ko
tam
ad
ya
Cir
eb
on
(A
bd
urr
aza
q,
19
87
)
√
√
√
√
√
3.
Ko
nse
ntr
asi
Pe
nd
ud
uk
da
n
An
alis
a S
tru
ktu
r P
em
uki
ma
n
di K
ota
ma
dya
Pa
dan
g
(Fa
dri
an
, 19
87
)
√
√
√
√
√
√
4.
Pe
rke
mb
an
gan
Ko
tam
ad
ya
Ba
nd
ar
Lam
pu
ng (
Sub
an
di,
19
90
)
√
√
√
5.
Pe
rke
mb
an
gan
Fis
ik K
ota
Sin
tan
g (
19
63
-19
89
) (A
l
Ru
bia
na
, 1
99
0)
√
√
√
√
√
√
6.
Pe
rke
mb
an
gan
Ko
ta
Su
me
da
ng T
ah
un
19
80
-19
90
(Akh
mad
, 1
99
4)
√
√
√
√
7.
Wil
aya
h P
erk
ota
an
di
Bu
kit
tin
gg
i (Su
rye
nti
, 1
99
5)
√
√
√
√
8.
Str
uktu
r K
ota
Se
hu
bu
ng
an
de
ng
an
In
du
stri
di K
eca
ma
tan
Cik
am
pe
k T
ah
un
19
75
&
19
90
. (S
um
an
to,
19
95
)
√
√
√
√
√
√
9.
Pe
rub
ah
an
Wil
ayah
Pe
rko
taa
n, P
era
liha
n, d
an
Pin
gg
iran
di K
ota
Ad
min
istr
ati
f B
ekasi
(Se
cun
da
rti,
19
95
)
√
√
√
√
10
. Str
uktu
r P
em
ukim
an
Ko
tip
Cim
ah
i da
n K
oti
p D
ep
ok
√
√
√
√
Perkembangan teori...,Ardityo,FMIPA UI,2009
(Me
lan
ie, 1
99
6)
11
.
Pe
rub
ah
an
Pe
ngg
un
aan
Ta
na
h P
erm
uki
ma
n d
i
Ko
tam
ad
ya
Bo
go
r T
ah
un
19
92
-19
97
(R
usy
an
a, 2
00
0)
√
√
√
√
12
.
Pe
rke
mb
an
gan
Ko
ta
Bu
kit
tin
gg
i Tah
un
19
80
, 1
99
0,
& 1
99
9 (
An
dre
no
, 2
00
1)
√
√
√
√
√
13
.
Po
la P
erk
em
ban
ga
n K
ota
Ta
nju
ng
pin
an
g T
ah
un
19
84
&
19
98
(D
esm
on
d,
20
01
)
√
√
√
14
.
Pe
rtu
mb
uh
an
Pe
rum
ah
an
&
Pe
ng
aru
hn
ya
Te
rhad
ap
Pe
rub
ah
an
Str
ukt
ur
Ru
an
g
Ko
tam
ad
ya
Ja
ka
rta
Se
lata
n
Ta
hu
n 1
99
0-2
00
0 (
Bu
dia
nto
,
20
02
)
√
√
15
.
Wil
aya
h U
rba
n d
i Ko
ta B
ekasi
Ta
hu
n 2
00
0 (
Ku
swiy
oto
,
20
05
)
√
√
√
16
.
Pe
rke
mb
an
gan
Wila
ya
h
Te
rban
gu
n K
ota
Ja
ka
rta 1
99
0-
20
05
(R
ieza
, 2
00
6)
√
√
(Su
mb
er:
Pen
go
lahan D
ata,
20
09)
Perkembangan teori...,Ardityo,FMIPA UI,2009
Ta
bel
4.5
. P
en
era
pa
n T
eori
Str
uk
tur K
ota
Pa
da
Sk
rip
si D
ep
t. G
eog
ra
fi U
I
Te
ori
S
kri
psi
19
80
-an
S
kri
psi
19
90
-an
S
kri
psi
20
00
-an
WIN
M
AB
E
FA
IS
U
HA
R
BA
K
LSI
SU
M
BO
S
ME
L N
RU
A
ND
D
ES
B
UD
D
HK
M
RI
Te
ori
Ko
nse
ntr
is
√
√
√
√
√
√
√
√
Te
ori
Se
kto
r √
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
Te
ori
In
ti B
erg
an
da
√
√
√
√
√
√
√
√
Te
ori
Ko
ta K
olo
nia
l
√
√
√
√
√
√
√
√
√
Urb
an
Sp
raw
l
Ed
ge
Cit
y
Co
mp
act
Cit
y
(Su
mber
: P
eng
ola
han
Dat
a, 2
00
9)
Perkembangan teori...,Ardityo,FMIPA UI,2009