Perkembangan Kognitif Middle Childhood.docx
description
Transcript of Perkembangan Kognitif Middle Childhood.docx
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Teori perkembangan kognitif Jean Piaget (1896-1980) membahas munculnya dan
diperolehnya skema tentang bagaimana seseorang mempersepsi lingkungannya dalam
tahapan-tahapan perkembangan, saat seseorang memperoleh cara baru dalam
merepresentasikan informasi secara mental. Teori ini digolongkan ke dalam konstruktivisme,
yang berarti tidak seperti teori nativisme (yang menggambarkan perkembangan kognitif
sebagai pemunculan pengetahuan dan kemampuan bawaan), Piaget berpendapat bahwa kita
membangun kemampuan kognitif kita melalui tindakan yang termotivasi dengan sendirinya
terhadap lingkungan. Piaget berpikir sebagaimana tubuh fisik kita memiliki struktur yang
memampukan kita beradaptasi dengan dunia.
Piaget menekankan bahwa anak-anak secara aktif membangun dunia kognitif mereka
sendiri, informasi dari lingkungan tidak begitu saja dituangkan ke dalam pikiran-pikiran
mereka. Teori Jean Piaget tentang perkembangan kognitif memberikan batasan kembali
tentang kecerdasan, pengetahuan dan hubungan anak didik dengan lingkungannya.
Kecerdasan merupakan proses yang berkesinambungan yang membentuk struktur yang
diperlukan dalam interaksi terus menerus dengan lingkungan. Struktur yang dibentuk oleh
kecerdasan, pengetahuan sangat subjektif waktu masih bayi dan masa kanak–kanak awal dan
menjadi objektif dalam masa dewasa awal.
Lev Vygotsky (1896-1934) berpendapat bahwa perkembangan kognitif dan bahasa
anak-anak tidak berkembang dalam suatu situasi sosial yang hampa. Vygotsky adalah
pengagum Piaget. Walaupun setuju dengan Piaget bahwa perkembangan kognitif terjadi
secara bertahap dan dicirikan dengan gaya berpikir yang berbeda-beda, tetapi Vygotsky tidak
setuju dengan pandangan Piaget bahwa anak menjelajahi dunianya sendiri dan membentuk
gambaran realitas batinnya sendiri. Teori Vygotsky menawarkan suatu potret perkembangan
manusia sebagai sesuatu yang tidak terpisahkan dari kegiatan-kegiatan sosial dan budaya.
Vygotsky menekankan bagaimana proses-proses perkembangan mental seperti ingatan,
perhatian, dan penalaran melibatkan pembelajaran menggunakan temuan-temuan masyarakat
seperti bahasa, sistem matematika, dan alat-alat ingatan.
Penekanan Vygotsky pada peran kebudayaan dan masyarakat di dalam perkembangan
kognitif berbeda dengan gambaran Piaget tentang anak sebagai ilmuwan kecil yang kesepian.
Piaget memandang anak-anak sebagai pembelajaran lewat penemuan individual, sedangkan
Vygotsky lebih banyak menekankan peranan orang dewasa dan anak-anak lain dalam
memudahkan perkembangan si anak. Menurut Vygotsky, anak-anak lahir dengan fungsi
mental yang relatif dasar seperti kemampuan untuk memahami dunia luar dan memusatkan
perhatian. Namun, anak-anak tak banyak memiliki fungsi mental yang lebih tinggi seperti
ingatan, berfikir dan menyelesaikan masalah.
B. RUMUSAN MASALAH
a. Pengertian Kognitif
b. Teori Perkembangan Kognitif Piaget
c. Teori Perkembangan Kognitif Vygotsky
C. TUJUAN
a. Mengetahui Pengertian Kognitif
b. Memahami Teori Perkembangan Kognitif Piaget
c. Memahami Teori Perkembangan Kognitif Vygotsky
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Kognitif
Kognitif adalah salah satu ranah dalam taksonomi pendidikan. Secara umum kognitif
diartikan sebagai potensi intelektual yang terdiri dari tahapan: pengetahuan (knowledge),
pemahaman (comprehention), penerapan (aplication), analisa (analysis), sintesa (sinthesis),
evaluasi (evaluation). Kognitif berarti persoalan yang menyangkut kemampuan untuk
mengembangkan kemampuan rasional (akal). Teori kognitif lebih menekankan bagaimana
proses atau upaya untuk mengoptimalkan kemampuan aspek rasional yang dimiliki oleh
orang lain. Oleh sebab itu kognitif berbeda dengan teori behavioristik, yang lebih
menekankan pada aspek kemampuan perilaku yang diwujudkan dengan cara kemampuan
merespons terhadap stimulus yang datang kepada dirinya.
Dalam kehidupan sehari-hari kita sering mendengar kata kognitif. Dari aspek tenaga
pendidik misalnya. Seorang dosen diharuskan memiliki kompetensi bidang kognitif. Artinya
dosen tersebut harus memiliki kemampuan intelektual, seperti penguasaan materi
perkuliahan, pengetahuan mengenai cara mengajar, pengetahuan cara menilai mahasiswa dan
sebagainya.
Jean Piaget (1896-1980), pakar psikologi dari Swiss, mengatakan bahwa anak dapat
membangun secara aktif dunia kognitif mereka sendiri. Dalam pandangan Piaget, terdapat
dua proses yang mendasari perkembangan dunia individu, yaitu pengorganisasian dan
penyesuaian (adaptasi). Kecenderungan organisasi dapat dilukiskan sebagai kecenderungan
bawaan setiap organisme untuk mengintegasi proses-proses sendiri menjadi sistem-sistem
yang koheren. Adaptasi dapat dilukiskan sebagai kecenderungan bawaan setiap organisme
untuk memyesuaikan diri dengan lingkungan dan keadaan sosial.
Sedangkan Lev Vygotsky (1896-1934) menekankan bagaimana proses-proses
perkembangan mental seperti ingatan, perhatian, dan penalaran melibatkan pembelajaran
menggunakan temuan-temuan masyarakat seperti bahasa, sistem matematika, dan alat-alat
ingatan. Ia juga menekankan bagaimana anak-anak dibantu berkembang dengan bimbingan
dari orang-orang yang sudah terampil di dalam bidang-bidang tersebut. Penekanan Vygotsky
pada peran kebudayaan dan masyarakat di dalam perkembangan kognitif berbeda dengan
gambaran Piaget tentang anak sebagai ilmuwan kecil yang kesepian. Menurut Vygotsky,
anak-anak lahir dengan fungsi mental yang relatif dasar seperti kemampuan untuk memahami
dunia luar dan memusatkan perhatian. Namun, anak-anak tak banyak memiliki fungsi mental
yang lebih tinggi seperti ingatan, berfikir dan menyelesaikan masalah.
B. Teori Perkembangan Kognitif Piaget
Menurut Piaget, perkembangan kognitif mempunyai empat aspek, yaitu 1)
kematangan, sebagai hasil perkembangan susunan syaraf; 2) pengalaman, yaitu hubungan
timbal balik antara orgnisme dengan dunianya; 3) interaksi sosial, yaitu pengaruh-pengaruh
yang diperoleh dalam hubungannya dengan lingkungan sosial, dan 4) ekuilibrasi, yaitu
adanya kemampuan atau sistem mengatur dalam diri organisme agar dia selalu mempau
mempertahankan keseimbangan dan penyesuaian diri terhadap lingkungannya.
a. Kematangan
Kematangan sistem syaraf menjadi penting karena memungkinkan anak memperoleh manfaat
secara maksimum dari pengalaman fisik. Kematangan membuka kemungkinan untuk
perkembangan sedangkan kalau kurang hal itu akan membatasi secara luas prestasi secara
kognitif. Perkembangan berlangsung dengan kecepatan yang berlainan tergantung pada sifat
kontak dengan lingkungan dan kegiatan belajar sendiri.
b. Pengalaman
Interaksi antara individu dan dunia luar merupakan sumber pengetahuan baru, tetapi kontak
dengan dunia fisik itu tidak cukup untuk mengembangkan pengetahuan kecuali jika
intelegensi individu dapat memanfaatkan pengalaman tersebut.
c. Interaksi Sosial
Lingkungan sosial termasuk peran bahasa dan pendidikan, pengalaman fisik dapat memacu
atau menghambat perkembangan struktur kognitif
d. Ekuilibrasi
Proses pengaturan diri dan pengoreksi diri (ekuilibrasi), mengatur interaksi spesifik dari
individu dengan lingkungan maupun pengalaman fisik, pengalaman sosial dan perkembangan
jasmani yang menyebabkan perkembangan kognitif berjalan secara terpadu dan tersusun
baik.
Dalam pandangan Piaget, anak-anak secara aktif membangun dunia kognitif mereka
dengan menggunakan skema untuk menjelaskan hal-hal yang mereka alami. Skema adalah
struktur kognitif yang digunakan oleh manusia untuk mengadaptasi diri terhadap lingkungan
dan menata lingkungan ini secara intelektual. Piaget (1952) mengatakan bahwa ada dua
proses yang bertanggung jawab atas seseorang menggunakan dan mengadaptasi skema
mereka:
1. Asimilasi adalah proses menambahkan informasi baru ke dalam skema yang sudah ada.
Proses ini bersifat subjektif, karena seseorang akan cenderung memodifikasi pengalaman atau
informasi yang diperolehnya agar bisa masuk ke dalam skema yang sudah ada sebelumnya.
2. Akomodasi adalah bentuk penyesuaian lain yang melibatkan pengubahan atau penggantian
skema akibat adanya informasi baru yang tidak sesuai dengan skema yang sudah ada. Dalam
proses ini dapat pula terjadi pemunculan skema yang baru sama sekali.
Piaget membagi perkembangan kognitif anak ke dalam 4 periode utama yang berkorelasi
dengan dan semakin canggih seiring pertambahan usia:
1. Periode sensorimotor (usia 0–2 tahun)
Bagi anak yang berada pada tahap ini, pengalaman diperoleh melalui fisik (gerakan anggota
tubuh) dan sensori (koordinasi alat indra). Pada mulanya pengalaman itu bersatu dengan
dirinya, ini berarti bahwa suatu objek itu ada bila ada pada penglihatannya. Perkembangan
selanjutnya ia mulai berusaha untuk mencari objek yang asalnya terlihat kemudian
menghiang dari pandangannya, asal perpindahanya terlihat. Akhir dari tahap ini ia mulai
mencari objek yang hilang bila benda tersebut tidak terlihat perpindahannya. Objek mulai
terpisah dari dirinya dan bersamaan dengan itu konsep objek dalam struktur kognitifnya pun
mulai dikatakan matang. Ia mulai mampu untuk melambungkan objek fisik ke dalam symbol-
simbol, misalnya mulai bisa berbicara meniru suara kendaraan, suara binatang, dll.
2. Periode praoperasional (usia 2–7 tahun)
Tahap ini adalah tahap persiapan untuk pengorganisasian operasi konkrit. Pada tahap ini
pemikiran anak lebih banyak berdasarkan pada pengalaman konkrit daripada pemikiran logis,
sehingga jika ia melihat objek-ojek yang kelihatannya berbeda, maka ia mengatakanya
berbeda pula. Pada tahap ini anak masih berada pada tahap pra operasional belum memahami
konsep kekekalan (conservation), yaitu kekekalan panjang, kekekalan materi, luas, dll. Selain
dari itu, cirri-ciri anak pada tahap ini belum memahami dan belum dapat memikirkan dua
aspek atau lebih secara bersamaan.
3. Periode operasional konkrit (usia 7–11 tahun)
pada umumnya anak-anak pada tahap ini telah memahami operasi logis dengan bantuan
benda benda konkrit. Kemampuan ini terwujud dalam memahami konsep kekekalan,
kemampuan untuk mengklasifikasikan dan serasi, mampu memandang suatu objek dari sudut
pandang yang berbeda secara objektif. Anak pada tahap ini sudah cukup matang untuk
menggunakan pemikiran logika, tetapi hanya objek fisik yang ada saat ini (karena itu disebut
tahap operasional konkrit). Namun, tanpa objek fisik di hadapan mereka, anak-anak pada
tahap ini masih mengalami kesulitan besar dalam menyelesaikan tugas-tugas logika.
4. Periode operasional formal (usia 11 tahun sampai dewasa)
Anak pada tahap ini sudah mampu melakukan penalaran dengan menggunakan hal-hal yang
abstrak dan menggunakan logika. Penggunaan benda-benda konkret tidak diperlukan lagi.
Anak mampu bernalar tanpa harus berhadapan dengan dengan objek atau peristiwa
berlangsung. Penalaran terjadi dalam struktur kognitifnya telah mampu hanya dengan
menggunakan simbol-simbol, ide-ide, astraksi dan generalisasi. Ia telah memiliki
kemampuan-kemampuan untuk melakukan operasi-operasi yang menyatakan hubungan di
antara hubungan-hubungan, memahami konsep promosi.
C. Teori Perkembangan Kognitif Vygotsky
Seperti Piaget, Vygotsky menekankan bahwa anak-anak secara aktif menyusun
pengetahuan mereka. Akan tetapi menurut Vygotsky, fungsi-fungsi mental memiliki koneksi-
koneksi sosial. Vygotsky berpendapat bahwa anak-anak mengembangkan konsep-konsep
lebih sistematis, logis, dan rasional sebagai akibat dari percakapan dengan seorang penolong
yang ahli.
1. Konsep Zona Perkembangan Proksimal (ZPD)
Zona Perkembangan Proksimal adalah istilah Vygotsky untuk rangkaian tugas yang
terlalu sulit dikuasai anak seorang diri tetapi dapat diipelajari dengan bantuan dan bimbingan
orang dewasa atau anak-anak yang terlatih. Menurut teori Vygotsky, Zona Perkembangan
Proksimal merupakan celah antara actual development dan potensial development, dimana
antara apakah seorang anak dapat melakukan sesuatu tanpa bantuan orang dewasa dan apakah
seorang anak dapat melakukan sesuatu dengan arahan orang dewasa atau kerjasama dengan
teman sebaya. Batas bawah dari ZPD adalah tingkat keahlian yang dimiliki anak yang bekerja
secara mandiri. Batas atas adalah tingkat tanggung jawab tambahan yang dapat diterima oleh
anak dengan bantuan seorang instruktur. Maksud dari ZPD adalah menitikberatkan ZPD pada
interaksi sosial akan dapat memudahkan perkembangan anak.
2. Konsep Scaffolding
Scaffolding ialah perubahan tingkat dukungan. Scaffolding adalah istilah terkait
perkembangan kognitif yang digunakan Vygotsky untuk mendeskripsikan perubahan
dukungan selama sesi pembelajaran, dimana orang yang lebih terampil mengubah bimbingan
sesuai tingkat kemampuan anak.Dialog adalah alat yang penting dalam ZPD. Vygotsky
memandang anak-anak kaya konsep tetapi tidak sistematis, acak, dan spontan. Dalam dialog,
konsep-konsep tersebut dapat dipertemukan dengan bimbingan yang sistematis, logis dan
rasional.
3. Bahasa dan Pemikiran
Menurut Vygotsky, anak menggunakan pembicaraan bukan saja untuk komunikasi
sosial, tetapi juga untuk membantu mereka menyelesaikan tugas. Lebih jauh Vygotsky yakin
bahwa anak pada usia dini menggunakan bahasa unuk merencanakan, membimbing, dan
memonitor perilaku mereka. Vygotsky mengatakan bahwa bahasa dan pikiran pada awalnya
berkembang terpisah dan kemudian menyatu. Anak harus menggunakan bahasa untuk
berkomunikasi dengan orang lain sebelum mereka dapat memfokuskan ke dalam pikiran-
pikiran mereka sendiri. Anak juga harus berkomunikasi secara eksternal dan menggunakan
bahasa untuk jangka waktu yang lama sebelum mereka membuat transisi dari kemampuan
bicara ekternal menjadi internal.
BAB III
PENUTUP
Jean Piaget (1896-1980) pakar psikologi dari Swiss, mengatakan bahwa anak dapat
membangun secara aktif dunia kognitif mereka sendiri. Teori Jean Piaget tentang
perkembangan kognitif memberikan batasan kembali tentang kecerdasan, pengetahuan dan
hubungan anak dengan lingkungannya.
Jean Piaget dikenal dengan teori perkembangan intelektual yang menyeluruh, yang
mencerminkan adanya kekuatan antara fungsi biologi & psikologis. Bayi lahir dengan refleks
bawaan, skema dimodifikasi dan digabungkan untuk membentuk tingkah laku yang lebih
kompleks. Pada masa kanak-kanak, anak belum mempunyai konsepsi tentang objek yang
tetap. Ia hanya dapat mengetahui hal-hal yang ditangkap dengan indranya. Anak telah dapat
mengetahui simbol-simbol matematis, tetapi belum dapat menghadapi hal-hal yang abstrak
(tak berwujud).
Lev Vygotsky (1896-1934) berpendapat bahwa perkembangan kognitif dan bahasa
anak-anak tidak berkembang dalam suatu situasi sosial yang hampa. Vygotsky tidak setuju
dengan pandangan Piaget bahwa anak menjelajahi dunianya sendiri dan membentuk
gambaran realitas batinnya sendiri. Vygotsky menekankan bagaimana proses-proses
perkembangan mental seperti ingatan, perhatian, dan penalaran melibatkan pembelajaran
menggunakan temuan-temuan masyarakat seperti bahasa, sistem matematika, dan alat-alat
ingatan.
Penekanan Vygotsky pada peran kebudayaan dan masyarakat di dalam perkembangan
kognitif lebih banyak menekankan peranan orang dewasa dan anak-anak lain dalam
memudahkan perkembangan si anak. Menurut Vygotsky, anak-anak lahir dengan fungsi
mental yang relatif dasar seperti kemampuan untuk memahami dunia luar dan memusatkan
perhatian. Namun, anak-anak tak banyak memiliki fungsi mental yang lebih tinggi seperti
ingatan, berfikir dan menyelesaikan masalah. Pada intinya dapat disimpulkan bahwa dalam
teori Vygotsky mengandung banyak unsur psikologi pendidikan, khususnya pokok bahasan
pendidikan dan budaya.
TEORI PERKEMBANGAN KOGNISI JEAN PIAGET
PENGERTIANIstilah “Cognitive” berasal dari kata cognition artinya adalah pengertian, mengerti. Pengertian yang luasnya cognition (kognisi) adalah perolehan, penataan, dan penggunaan pengetahuan (Neisser, 1976). Dalam pekembangan selanjutnya, kemudian istilah kognitif ini menjadi populer sebagai salah satu wilayah psikologi manusia / satu konsep umum yang
mencakup semua bentuk pengenalan yang meliputi setiap perilaku mental yang berhubungan dengan masalah pemahaman, memperhatikan, memberikan, menyangka, pertimbangan, pengolahan informasi, pemecahan masalah, kesengajaan, pertimbangan, membayangkan, memperkirakan, berpikir dan keyakinan. Termasuk kejiwaan yang berpusat di otak ini juga berhubungan dengan konasi (kehendak) dan afeksi (perasaan) yang bertalian dengan rasa. Menurut para ahli jiwa aliran kognitifis, tingkah laku seseorang itu senantiasa didasarkan pada kognisi, yaitu tindakan mengenal atau memikirkan situasi dimana tingkah laku itu terjadi.
TEORI PERKEMBANGAN KOGNITIF PIAGETJean Piaget meneliti dan menulis subjek perkembangan kognitif ini dari tahun 1927 sampai 1980. Berbeda dengan para ahli-ahli psikologi sebelumnya, Piaget menyatakan bahwa cara berpikir anak bukan hanya kurang matang dibandingkan dengan orang dewasa karena kalah pengetahuan , tetapi juga berbeda secara kualitatif. Menurut penelitiannya juga bahwa tahap-tahap perkembangan individu /pribadi serta perubahan umur sangat mempengaruhi kemampuan belajar individu. Jean Piaget menyebut bahwa struktur kognitif ini sebagai skemata (Schemas), yaitu kumpulan dari skema-skema. Seseorang individu dapat mengikat, memahami, dan memberikan respons terhadap stimulus disebabkan karena bekerjanya skemata ini. Skemata ini berkembang secara kronologis, sebagai hasil interaksi antara individu dengan lingkungannya. Dengan demikian seorang individu yang lebih dewasa memiliki struktur kognitif yang lebih lengkap dibandingkan ketika ia masih kecil. Piaget memakai istilah scheme secara interchangeably dengan istilah struktur. Scheme adalah pola tingkah laku yang dapat diulang . Scheme berhubungan dengan : (i) Refleks-refleks pembawaan ; misalnya bernapas, makan, minum, (ii) Scheme mental ; misalnya scheme of classification, scheme of operation. ( pola tingkah laku yang masih sukar diamati seperti sikap, pola tingkah laku yang dapat diamati Jika schemas / skema / pola yang sudah dimiliki anak mampu menjelaskan hal-hal yang dirasakan anak dari lingkungannya, kondisi ini dinamakan keadaan ekuilibrium (equilibrium), namu ketika anak menghadapi situasi baru yang tidak bisa dijelaskan dengan pola-pola yang ada, anak mengalami sensasi disekuilibrium (disequilibrium) yaitu kondisi yang tidak menyenangkan. Sebagai contoh karena masih terbatasnya skema pada anak-anak : seorang anak yang baru pertama kali melihat buaya ia menyebutnya sebagai cecak besar, karena ia baru memiliki konsep cecak yang sering dilihat dirumahnya. Ia memiliki konsep cecak dalam skemanya dan ketika ia melihat buaya untuk pertama kalinya, konsep cecaklah yang paling dekat dengan stimulus. Peristiwa ini pun bisa terjadi pada orang dewasa. Hal ini terjadi karena kurangnya perbendaharaan kata atau dalam kehidupan sehari-harinya konsep tersebut jarang ditemui. Misalnya : seringkali orang menyebut kuda laut itu sebagai singa laut, padahal kedua binatang itu jauh berbeda cara hidupnya, lingkungan kehidupan, maupun bentuk tubuhnya dengan kuda ataupun singa. Asosiasi tersebut hanya berdasarkan sebagian bentuk tubuhnya yang hampir sama. Perkembangan skemata ini berlangsung terus -menerus melalui adaptasi dengan lingkungannya. Skemata tersebut membentuk suatu pola penalaran tertentu dalam pikiran anak. Makin baik kualitas skema ini, makin baik pulalah pola penalaran dan tingkat intelegensi anak itu.
Menurut Piaget, intelegensi itu sendiri terdiri dari tiga aspek, (1).Struktur ; disebut juga scheme seperti yang dikemukakan diatas, (2).Isi ; disebut juga content, yaitu pola tingkah laku spesifik tatkala individu menghadapi sesuatu masalah. (3) Fungsi ; disebut fungtion, yaitu yang berhubungan dengan cara seseorang mencapai kemajuan intelektul. Fungsi itu sendiri terdiri dari dua macam fungsi invariant, yaitu
organisasi dan adaptasi. Organisasi ; berupa kecakapan seseorang dalam menyusun proses-proses fisik dan psikis dalam bentuk system-sistem yang koheren. Adaptasi ; yaitu penyesuaian diri individu terhadap lingkungannya. Proses terjadinya adaptasi dari skemata yang telah terbentuk dengan stimulus baru dilakukan dengan dua cara, yaitu : 1. AsimilasiAdalah proses pengintegrasian secara langsung stimulus baru ke dalam skemata yang telah terbentuk / proses penggunaan struktur atau kemampuan individu untuk mengatasi masalah dalam lingkungannya.2. AkomodasiAdalah proses pengintegrasian stimulus baru ke dalam skema yang telah terbentuk secara tidak langsung/ proses perubahan respons individu terhadap stimuli lingkungan. Dalam struktur kognitif setiap individu mesti ada keseimbangan antara asimilasi dengan akomodasi. Keseimbangan ini dimaksudkan agar dapat mendeteksi persamaan dan perbedaan yang terdapat pada stimulus-stimulus yang dihadapi. Perkembangan kognitif ini pada dasarnya adalah perubahan dari keseimbangan yang dimiliki ke keseimbangan baru yang diperolehnya. Dengan penjelasan diatas maka dapatlah kita ketahui tentang bagaimana terjadinya pertumbuhan dan perkembangan intelektual. Pertumbuhan intelektual terjadi karena adanya proses yang kontinu dari adanya equilibrium – disequilibrium. Bila individu dapat menjaga adanya equilibrium, individu akan dapat mencapai tingkat perkembangan intelektual yang lebih tinggi.
TAHAP-TAHAP PERKEMBANGANPiaget mengidentifikasi empat faktor yang mempengaruhi transisi tahap perkembangan anak, yaitu :1. kematangan2. pengalaman fisik / lingkungan3. transmisi social4. equilibriumSelanjutnya Piaget mengemukakan tentang perkembangan kognitif yang dialami setiap individu secara lebih rinci, mulai bayi hingga dewasa. Teori ini disusun berdasarkan studi klinis terhadap anak-anak dari berbagai usia golongan menengah di Swiss. Berdasarkan hasil penelitiannya, Piaget mengemukakan ada empat tahap perkembangan kognitif dari setiap individu yang berkembang secara kronologis :a. tahap Sensori Motor : 0 – 2 tahun b. tahap Pra Operasi : 2 – 7 tahun c. tahap Operasi Konkrit : 7 – 11 tahun d. tahap Operasi Formal : 11 keatasSebaran umur pada seiap tahap ersebut adalah rata-rata (sekitar) dan mungkin pula terdapat perbedaan antara masyarakat yang satu dengan masyarakat yang lainnya, antara individu yang satu dengan individu yang lainnya. Dan teori ini berdasarkan pada hasil penelitian di Negeri Swiss pada tahun 1950-an.
Tahap Sensori Motor (Sensory Motoric Stage)Bagi anak yang berada pada tahap ini, pengalaman diperoleh melalui fisik (gerakan anggota tubuh) dan sensori (koordinasi alat indra) Pada mulanya pengalaman itu bersatu dengan dirinya, ini berarti bahwa suatu objek itu ada bila ada pada penglihatannya. Perkembangan selanjutnya ia mulai berusaha untuk mencari objek yang asalnya terlihat kemudian
menghiang dari pandangannya, asal perpindahanya terlihat. Akhir dari tahap ini ia mulai mencari objek yang hilang bila benda tersebut tidak terlihat perpindahannya. Objek mulai terpisah dari dirinya dan bersamaan dengan itu konsep objek dalam struktur kognitifnya pun mulai dikatakan matang. Ia mulai mampu untuk melambungkan objek fisik ke dalam symbol-simbol, misalnya mulai bisa berbicara meniru suara kendaraan, suara binatang, dll. Kesimpulan pada tahap ini adalah : Bayi lahir dengan refleks bawaan, skema dimodifikasi dan digabungkan untuk membentuk tingkah laku yang lebih kompleks. Pada masa kanak-kanak ini, anak beum mempunyai konsepsi tentang objek yang tetap. Ia hanya dapat mengetahui hal-hal yang ditangkap dengan indranya.
Tahap Pra Operasi (PreOperational Stage)Tahap ini adalah tahap persiapan untuk pengorganisasian operasi konkrit. Istilah operasi yang digunakan oleh Piaget di sini adalah berupa tindakan-tindakan kognitif, seperti mengklasifikasikan sekelompok objek (classifying), menata letak benda-benda menurut urutan tertentu (seriation), dan membilang (counting), (mairer, 1978 :24). Pada tahap ini pemikiran anak lebih banyak berdasarkan pada pengalaman konkrit daripada pemikiran logis, sehingga jika ia melihat objek-ojek yang kelihatannya berbeda, maka ia mengatakanya berbeda pula. Pada tahap ini anak masih berada pada tahap pra operasional belum memahami konsep kekekalan (conservation), yaitu kekekalan panjang, kekekalan materi, luas, dll. Selain dari itu, cirri-ciri anak pada tahap ini belum memahami dan belum dapat memikirkan dua aspek atau lebih secara bersamaan. Kesimpulan pada tahap ini adalah : Anak mulai timbul pertumbuhan kognitifnya, tetapi masih terbatas pada hal-hal yang dapat dijumpai (dilihat) di dalam lingkungannya saja.
Tahap Operasi Konkrit (Concrete Operational Stage)Anak-anak yang berada pada tahap ini umumnya sudah berada di Sekolah Dasar, dan pada umumnya anak-anak pada tahap ini telah memahami operasi logis dengan bantuan benda-benda konkrit. Kemampuan ini terwujud dalam memahami konsep kekekalan, kemampuan untuk mengklasifikasikan dan serasi, mampu memandang suatu objek dari sudut pandang yang berbeda secara objek. Anak pada tahap ini sudah cukup matang untuk menggunakan pemikiran logika, tetapi hanya objek fisik yang ada saat ini (karena itu disebut tahap operasional konkrit). Namun, tanpa objek fisik di hadapan mereka, anak-anak pada tahap ini masih mengalami kesulitan besar dalam menyelesaikan tugas-tugas logika. Smith (1998) memberikan contoh. Anak-anak diberi tiga boneka dengan warna rambut yang berlainan (Edith, Suzan, dan Lily), tidak mengalami kesulitan untuk mengidentifikasi boneka yang berambut paling gelap. Namun, ketika diberi peranyaan, “Rambut Edith lebih terang daripada rambut Lily. Rambut siapakah yang paling gelap?” , anak-anak pada tahap operasional konkret mengalami kesulitan karena mereka belum mampu berpikir hanya dengan menggunakan lambang-lambang. Kesimpulan pada tahap ini adalah : Anak telah dapat mengetahui symbol-simbol matematis, tetapi belum dapatt menghadapi hal-hal yang abstrak (tak berwujud).
Tahap Operasi Formal (Formal Operation Stage)Tahap operasi formal ini adalah tahap akhir dari perkembangan konitif secara kualitatif. Anak pada tahap ini sudah mampu melakukan penalaran dengan menggunakan hal-hal yang abtrak dan menggunakan logika. Penggunaan benda-benda konkret tidak diperlukan lagi. Anak mampu bernalar tanpa harus berhadapan dengan dengan objek atau peristiwanya
berlangsung. Penalaran terjadi dalam struktur kognitifnya telah mampu hanya dengan menggunakan simbol-simbol, ide-ide, astraksi dan generalisasi. Ia telah memiliki kemampuan-kemampuan untuk melakukan operasi-operasi yang menyatakan hubungan di antara hubungan-hubungan, memahami konsep promosi. Sebagai contoh eksperimen Piaget berikut ini : Seorang anak pada tahap ini dihadapkan pada gambar “pak Pendek” dan untaian klip (penjepit kertas) untuk mengukur tinggi “Pak Pendek” itu. Kemudian ditambahkan penjelasan dalam bentuk verbal bahwa “Pak Pendek” itu mempunyai teman “Pak Tinggi”. Lebih lanjut dikatakan bahwa apabila diukur dengan batang korek api tinggi “Pak Pendek”empat batang sedangkan tinggi “Pak Tinggi” enam batang korek api. Berapakah tinggi “Pak Tinggi” bila diukur dengan klip? Dalam memecahkan masalah diatas, anak harus memerlukan operasi terhadap operasi. Karakteristik dari anak pada tahap ini adalah telah memiliki kekampuan untuk melakukan penalaran hipotek-deduktif, yaitu kemampuan untuk menyusun serangkaian hipotesis dan mengujinya (child, 1977 : 127) Kesimpulan pada tahap ini adalah : Pada tahap operasional formal, anak-anak sudah mampu memahami bentuk argumen dan tidak dibingungkan oleh isi argument (karena itu disebut operasional formal). Tahap ini mengartikan bahwa anak-anak telah memasuki tahap baru dalam logika orang dewasa, yaitu mampu melakukan penalaran abstrak. Sama halnya dengan penalaran abstrak sistematis, operasi-operasi formal memungkinkan berkembangnya system nilai dan ideal, serta pemahaman untuk masalah-masalah filosofis.
IMPLIKASI PENDIDIKAN DAN PEMBELAJARAN DI KELASPengaplikasiannya di dalam belajar : perkembangan kognitif bergantung pada akomodasi. Kepada individu diberikan suatu area yang belum diketahui agar ia dapat belajar, karena ia tak dapat belajar dari apa yang telah diketahuinya saja. Ia tak dapat menggantungkan diri pada asimilasi. Dengan adanya area baru ini individu akan mengadakan usaha untuk dapat mengakomodasi. Situasi atau area itulah yang akan mempermudah pertumbuhan kognitif. Secara terinci dibawah ini adalah penerapan teori Piaget terhadap pendidikan di kelas :1. Karena cara berpikir anak itu berbeda-beda dan kurang logis di banding dengan orang dewasa, maka guru harus dapat mengerti cara berpikir anak, bukan sebaliknya anak yang beradaptasi dengan guru.2. Anak belajar paling baik dengan menemukan (discovery). Arrtinya disini adalah agar pembelajaran yang berpusat pada anak berlangsung efektif, guru tidak meninggalkan anak-anak belajar sendiri, tetapi mereka memberi tugas khusus yang dirancang untuk membimbing para siswa menemukan dan menyelesaikan masalah sendiri. 3. Pendidikan disini bertujuan untuk mengembangkan pemikiran anak, artinya ketika anak-anak mencoba memecahkan masalah, penalaran merekalah yang lebih penting daripada jawabannya. Oleh sebab itu guru penting sekali agar tidak menghukum anak-anak untuk jawaban yang salah, tetapi sebaliknya menanyakan bagaimana anak itu memberi jawaban yang salah, dan diberi pengertian tentang kebenarannya atau mengambil langkah-langkah yang tepat untuk untuk menanggulanginya.4. Guru dapat menemukan menemukan dan menetapkan tujun pembelajaran materi pelajaran atau pokok bahasan pengajaran tertentu. Jadi, secara singkat dapat dikatakan bahwa pertumbuhan intelektual anak mengandung tiga aspek, yaitu structure, content dan function. Anak yang sedang mengalami perkembangan, struktur dan konten intelektualnya berubah / berkembang. Fungsi dan adaptasi akan tersusun sehingga melahirkan suatu rangkaian perkembangan ; masing-masing . mempunyai struktur psikologi khusus yang menentukan kecakapan pikir anak. Maka Piaget mengartikan intelegensi adalah sejumlah struktur psikologis yang ada pada tingkat perkembangan khusus.
KRITIK TERHADAP TEORI PIAGETKebanyakan ahli psikologi sepenuhnya menerima prinsip-prinsip umum Piaget bahwa pemikiran anak-anak pada dasarnya berbeda dengan pemikiran orang dewasa, dan jenis logika anak-anak itu berubah seiring dengan bertambahnya usia. Namun, ada juga peneliti yang meributkan detail-detail penemuan Piaget, terutama mengenai usia ketika anak mampu menyelesaikan tugas-tugas spesifik. - Pada sebuah studi klasik, McGarrigle dan Donalson (1974) menyatakan bahwa anak sudah mampu memahami konservasi (conservation) dalam usia yang lebih muda daripada usia yang diyakini oleh Piaget. - Studi lain yang mengkritik teori Piaget yaitu bahwa anak-anak baru mencapai pemahaman tentang objek permanence pada usia di atas 6 bulan. Balillargeon dan De Vos (1991) ; 104 anak diamati sampai mereka berusia 18 tahun, dan diuji dengan berbagai tugas operasional formal berdasarkan tugas-tugas yang dipakai Piaget, termasuk pengujian hipotesa. Mayoritas anak-anak itu memang belum mencapai tahap operasional formal. Hal ini sesuai dengan studi-studi McGarrigle dan Donaldson serta Baillargeon dan DeVos, yang menyatakan bahwa Piaget terlalu meremehkan kemampuan anak-anak kecil dan terlalu menilai tinggi kemampuan anak-anak yang lebih tua- dan belum lama ini, Bradmetz (1999) menguji pernyataan Piaget bahwa mayoritas anak mencapai formal pada akhir masa kanak-kanak. Inilah yang menjadi pertentangan dan kritikan diantara para ahli psikologi.
Memori I : Pemprosesan InformasiOleh : Itsar Bolo R
Pengantar
Pemprosesan Informasi
Proses berpikir merupakan proses yang kompleks dan tidak dapat dilihat secara langsung bagaimana otak bekerja dan informasi di olah. Informasi yang diterima melalui alat indera akan dipersepsikan oleh bagian-bagian yang berfungsi secara khusus. Memahami bagaimana individu mengolah informasi yang masuk kepadanya adalah suatu hal yang cukup rumit. Orang-orang membutuhkan beberapa kajian dan sudut pandang ilmiah untuk dapat memahaminya lebih lanjut. Sebagian besar aktivitas manusia melibatkan apa yang disebut dengan “memori”. Namun aktivitas yang melibatkan memori itu sendiri kadang-kadang tidak disadari dan sering tidak dihiraukan arti pentingnya. Fungsi memori sangat dibutuhkan ketika
seseorang melakukan rutinitas, percakapan dengan teman, membaca buku, belajar di kelas, dll. Namun, disaat individu melakukan aktivitas terkadang merasa frustrasi. Mengapa demikian? kerap kali kita frustrasi untuk mengingat nama seseorang atau mengingat nomor telepon kita sendiri. Hal tersebut begitu menarik karena dalam beberapa kasus bahwa otak dan manusia memiliki beberapa ketebatasan ketika diperhadapkan pada peristiwa-peristiwa tertentu. Beberapa uraian di atas merupakan contoh dari berbagai masalah memori. Penekanannya adalah bahwa memori bekan sekedar proses pasif penyimpanan informasi dan penemuan kembali pada saat diperlukan namun memori juga mencakup rekonstruksi sebuah peristiwa.
Dalam uraian tentang memori kita sering menggunakan istilah retention (keingatan) dan forgetting (kelupaan). Retention mengacu kepada keberadaan material yang dipelajari sebelumnya dan masih ada dalam ingatan. Sementara forgetting mengacu pada bagian yang telah dipelajari tetapi tidak mampu diingat kembali atau telah hilang. Kedua hal tersebut sangat menarik untuk dikaji. Namun dalam tulisan ini penulis akan mencoba mengkaji secara singkat mengenai bagaimana memori dan pemprosesan informasi. Sangat disadari retention dan forgetting merupakan bagian terpenting dalam pemprosesan informasi, namun kajian mendalam akan diuraikan pada sub bagian Memori II.
Konsep Dasar dan Pendekatan Memori
Memori adalah kemampuan untuk menyimpan apa yang telah pernah dialaminya, tetapi juga termasuk kemampuan untuk menerima, menyimpan, dan menimbulkan kembali apa yang dialami. Pembicaraan mengenai memori memang selalu melalui dua buah sudut pandang (selanjutnya disebut pendekatan). Kedua pendekatan tersebut adalah associationistic, berasal dari seorang pelopor kajian tentang memori, yaitu Ebbinhaus dan Thorndike. Sedangkan pendekatan berikutnya, information processing yang berasal dari karya ahli psikologi Britania Donald Broadbent. Uraian singkat mengenai kedua pendekatan tersebut di atas adalah sebagai berikut.
1. Pendekatan associationistic
Aliran ini berasumsi bahwa apa yang diperoleh oleh manusia melalui pembelajaran merupakan asosiasi antara peristiwa-peristiwa. Dalam pendekatan ini, proses pembelajaran berlangsung terus menerus. Masalah belajar merupakan masalah bagaimana asosiasi terlupakan karena perjalanan dari waktu ke waktu dan faktor-faktor lain yang mempengaruhi kelupaan asosiasi. Pendekatan ini memandang memori sebagai akibat dari pembelajaran dan memori merupakan hasil dari koneksi mental antara ide dan konsep.
2. Pendekatan information processing
Aliran ini memandang memori sebagai suatu yang berkaitan dengan arus informasi melalui orang mulai dari proses encode, storage dan retrieval. Hal yang penting dari pendekatan information processing adalah jarak atau perbedaan antara storage dan retrieval. Pendekatan ini memfokuskan lebih banyak kajian ke arah retrieval ketimbang storage, karena pendekatan ini merupakan kunci untuk membuka memori.
Proses Memori
Ada tiga proses yang berlangsung di dalam sistem memori manusia. Ketiga proses tersebut adalah encoding, storage, dan retrieval. Uraian singkat mengenai ketiga proses tersebut sebagai berikut.
1. Encoding yaitu proses pengtransformasian peristiwa-peristiwa ke dalam bentuk yang bisa disimpan dan digunakan selama masa tertentu (biasa disebut dengan learning – pembelajaran). Encoding itu sendiri dapat berupa kata-kata, gambar, grafik, fenomena, dll. Lebih lanjut encoding merupakan proses mengalihkan informasi dari bentuk fisik, energi dan lain-lain ke dalam bentuk yang dapat disimpan di dalam memori. Di dalam proses encoding informasi ini dapat terjadi dengan dua cara, yaitu: (1) Tidak sengaja, yaitu apabila hal-hal yang diterima oleh indranya dimasukkan dengan tidak sengaja kedalam ingatannya. Contohnya konkritnya dapat kita lihat pada anak–anak yang umumnya menyimpan pengalaman yang tidak di sengaja, misalnya bahwa ia akan mendapat apa yang diinginkan bila ia menangis keras-keras sambil berguling-guling dan (2) Sengaja, yaitu bila individu dengan sengaja memasukkan pengalaman dan pengetahuan ke dalam ingatannya. Contohnya orang yang bersekolah dimana ia memasukkan segala hal yang dipelajarinya di bangku sekolah dengan sengaja.
2. Storage disebut juga dengan retensi yaitu proses mengendapkan informasi yang diterima dalam suatu tempat tertentu dan dalam jangka waktu tertentu. Penyimpanan ini sudah sekaligus mencakup kategorisasi informasi sehingga tempat informasi tersimpan sesuai dengan kategorinya. Dalam proses ini, penyimpanan dilakukan untuk peristiwa-peristiwa yang sudah di-encode-kan.
3. Retrieval yaitu sebuah proses pengaksesan, penemubalikan atau pemanggilan kembali informasi yang disimpan di dalam memori untuk digunakan. Proses penemubalikan informasi yang disimpan dalam memori dari sensory memory bersifat langsung dan otomatis.
Kode Memori
Ada empat jenis kode-kode memori yang dikenal oleh ahli psikologi. Pertama adalah Image yaitu kode yang mirip dengan apa keadaan fisik, peristiwa atau objek yang sebenarnya diterima. Kedua adalah verbal yaitu kode berupa nama sesuatu fisik, peristiwa, benda, atau objek dalam bentuk kata-kata. Huruf A dapat berbentuk image jika ditinjau dari bentuknya, sementara bersifat verbal bila dikaitkan dengan konsepnya. Ketiga adalah symbolic yaitu kode yang dibuat oleh manusia kata atau symbol yang berbentuk abstrak untuk suatu peristiwa atau objek. Keempat adalah motor yaitu kode yang berkaitan dengan gerak. Kode motorik cenderung berkenaan dengan keterampilan harian manusia, seperti mengikat tali sepatu, mengetik, memainkan musik, dll.
Tahapan Penyimpanan Memori
Ada tiga tahap penyimpanan informasi di dalam memori manusia yaitu: (1) sensory atau iconic memory, (2) short-term memory, (3) long-term memory dan (4) Working Memory. Lebih lanjut mengenai tahap-tahap penyimpanan memori diuraikan sebagai berikut:
1. Sensory atau iconic memory didefinisikan sebagai ”momentary lingering of sensory information after a stimulus is remove.” yaitu mengacu kepada suatu periode yang sangat singkat di mana stimulus trace bertahan. Stimulus trace adalah sisa atau kebertahanan stimulus setelah penglihatan stimulus eksternal. Contoh: ketika kita
menatap bola lampu yang menyala kemudian sekejap mendadak bola lampu tersebut dipadamkan, maka bentuk bola lampu tersebut masih kelihatan dalam pandangan mata beberapa saat. Tidak semua informasi yang tercatat dalam Memori Sensoris akan disimpan lebih lanjut ke Memori Jangka Pendek atau Jangka Panjang, karena manusia akan melakukan proses selective attention, yaitu memilih informasi mana yang akan diproses lebih lanjut.
2. Short-term memory merupakan bagian memori manusia yang mampu menyimpan informasi dalam jangka waktu yang pendek. Pada memori ini informasi yang diterima akan mudah hilang. Bila informasi tersebut dapat dipanggil atau diproses kembali, maka informasi tersebut langsung ditransfer ke long-term memory. Proses tersebut disebut rehearsal yaitu mengulang-ulang informasi di dalam benak kita hingga akhirnya kita mengingatnya. Contoh: ketika kita melakukan chunking, seperti ketika kita mengingat nomor telepon, di mana kita akan berusaha membagi-bagi sederetan angka itu menjadi beberapa potongan yang lebih mudah diingat. Dalam short-term memory, kita hanya mampu memproses kira-kira tujuh item (bits) informasi dalam satu saat. Pengertian bits dalam hal ini tidak berarti terbatas pada satu item saja tetapi juga beberapa unit yang membentuk suatu kesatuan dari beberapa item yang disebut chunk. Sehingga bila ukurannya chunk maka short-term memory manusia mampu mengolah informasi sebanyak tujuh chunk. Bila diukur dari segi waktu hilangnya informasi dalam memori maka short-term memory menyimpan informasi antara 20 sampai 30 detik.
3. Long-term memory mengacu kepada memori yang menyimpan informasi secara lebih permanen. Sulit bagi kita untuk membayangkan kapasitas dan durasi informasi yang ditampung dalam Long-term memory. Hal ini disebabkan oleh kapasitas Long-term memory yang sangat luas dan durasinya seolah tanpa akhir. Kemampuan manusia untuk memahami masa lalu dan menggunakan informasi tersebut untuk “masa kini” adalah fungsi dari Long-term memory. Karakteristik utama yang paling menonjol dari Long-term memory adalah keberanekaragamannya (penyandian, abstraksi informasi, struktur, kapasitas dan permanensinya). Long-term memory tidak pasif, dalam arti bahwa informasi yang diambilnya tinggal di dalam memori menunggu untuk dipanggil kapan saja ia diperlukan. Dalam Long-term memory informasi dikumpulkan kembali, disusun, diperiksa, dan ditahan sebentar sebelum ia dapat disimpan. Informasi yang hilang atau tidak lengkap harus dilengkapi dan ditambahkan sehingga memori menjadi sangat koheren.
4. Working Memory merupakan sistem memori yang aktif mengorganisir, mengubah dan mempersiapkan informasi untuk dipanggil kembali. Fungsinya adalah menjaga dan mengatur informasi sehingga pada saat ia diperlukan, informasi tersebut siap diakses.
Cara Mengukur Memori
Pengukuran memori sebenarnya tidak dapat dilakukan dengan mutlak karena metode yang dikembangkan sampai saat ini lebih cenderung mengukur aspek proses memori ketimbang memori itu sendiri. Sehingga dalam hal ini ada empat metode pengukuran yang dihubungkan dengan proses memori. Empat metode tersebut adalah recall, recognition, saving, dan reaction time. Uraian singkat mengenai keempat cara mengukur memori adalah sebagai berikut.
1. Recall. Dalam proses ini pihak yang diukur diharapkan melakukan apa yang sudah dipelajari dengan menghasilkan respon-respon yang benar. Contoh: mengingat nomor telepon, tanggal lahir, nama seseorang, dan menjawab pertanyaan ujian essay. Lebih
lanjut recall dapat dibedakan atas dua yaitu, recall bebas (free recall) yaitu mengharapkan orang yang diukur untuk menghasilkan item-item yang dia pelajari di dalam urutan tertentu. Selanjutnya recall aided yaitu memberikan stimulus kontekstual terhadap suatu yang harus diresponi. Dengan kata lain, orang yang sedang diukur memorinya diberikan suatu situasi yang membantu ia melakukan respon. Perbedaan yang paling mendasar dari dua jenis recall ini adalah terletak pada contextual stimulus.
2. Recognition Test. Prosedur ini menghendaki seseorang yang diukur memorinya untuk memilih item-item yang telah dialami atau dipelajari sebelumnya dan menolak item-item yang lain yang disebut distractor atau item penyaring. Ada dua jenis Recognition Test yang dikemukakan dalam bahasan ini yaitu prosedur item tunggal (single-item) dan prosedur item ganda (multiple-item). Pada prosedur item tunggal (single-item), orang yang diukur diminta untuk mengatakan “lama” atau “baru”; “ya” atau “tidak” terhadap suatu item. Ia mengatakan “ya” apabila item tersebut sudah lama atau sudah dialaminya, dan sebaliknya mengatakan “tidak” apabila item tersebut baru atau belum dialaminya. Sementara itu, pada prosedur item ganda (multiple-item), kepada orang yang sedang diukur diajukan masing-masing item yang dipelajari bersama dengan lebih dari satu item distractor. Contoh: metode pengungkapan kejahatan oleh polisi untuk menentukan tersangka kejahatan. Tersangka dan beberapa orang lain dijejerkan, lalu saksi diminta mengingat siapa di antara jejeran tersebut yang melakukan kejahatan. Namun dalam prosedur ini dapat saja terjadi kesalahan apabila orang yang diukur “tidak jujur” dalam menjawab item-item yang disajikan. Hal ini dinamakan Motivational-incnetive condition.
3. Saving. Prosedur ini mengharapkan seseorang yang hendak diukur mempelajari beberapa tugas di dalam batasan tertentu dan mempelajari kembali item-item secara berurutan. Disampin itu, prosedur ini membantu kita membandingkan pembelajaran yang asli dan pembelajaran ulang untuk melihat beberapa item yang dipelajari berhasil disimpan. Perbendaan tersebut dapat ditemukan dengan menggunakan rumus : % tersimpan = Jumlah latihan pembelajaran – jumlah latihan pembelajaran ulang / jumlah latihan pembelajaran X 100.
4. Reaction Time. Prosedur ini mengukur lama waktu yang diperlukan untuk melakukan reaksi. Pengukuran ini sangat penting karena dengan pengukuran ini kita dapat menyimpulkan suatu item sulit, kompleks atau tidak. Contoh: Untuk menjawab pertanyaan “Jam berapa anda makan tadi pagi”? berbeda dengan untuk menjawab pertanyaan “Jam berapa anda makan pagi seminggu yang lalu?”.
Model-model Memori
Berikut adalah tiga model ingatan yang berkaitan dengan pemrosesan informasi yaitu.
1. Model yang dikemukakan oleh Atkinson dan Shiffrin yang membedakan ingatan jangka pendek (Short Term Memory) dan ingatan jangka panjang (Long Term Memory). Model ini seperti yang sudah dijelaskan diatas, didasarkan kepada pemrosesan informasi. Berdasarkan model ini, informasi yang diterima kemudian diproses melalui pencatatan indera menuju pada ingatan jangka pendek, dan akhirnya sampai pada penyimpanan yang lebih permanen di dalam ingatan jangka panjang. Menurut model ini informasi dimasukkan dan di oleh melalui 3 tahap ( Huitt, W ;2003). Pemindahan informasi dari ingatan indera (ingatan sensori)menuju pada ingatan jangka pendek akan dikendalikan oleh perhatian. Jika proses informasi dalam ingatan jangka pendek sudah dikendalikan, maka informasi itu akan melakukan fungsi
ingatan. Proses pengendalian yang paling penting dalam ingatan jangka pendek adalah rehearsal atau repetition, yaitu pengulangan informasi dalam pikiran.
2. Model ingatan yang diajukan oleh Craik dan Lockhart yang menekankan pada tingkatan proses informasi didalam ingatan. Model tingkatan pemrosesan informasi, orang dapat menganalisis informasi menurut cara-cara yang berbeda, dari proses yang paling dangkal hingga yang paling dalam (tentang makna). Menurut Craik dan Lockhart suatu proses pengulangan informasi (rehearsal) dibedakan menjadi pengulangan untuk pemeliharaan dan untuk elaborasi atau pendalaman. Pemrosesan informasi pada tingkat yang lebih dalam akan meningkatkan kinerja penggalian kembali informasi di dalam ingatan(recall) karena adanya faktor yang menonjol (distinctiveness) dan pemerincian (elaboration).
3. Model ingatan episodik dan ingatan semantik. Model ingatan episodik dan semantik diperkenalkan oleh Endel Tulving(Matlin, 1989). Ingatan episodik menyimpan informasi mengenai kejadian-kejadian dan hubungan-hubungan masing-masingkejadian itu, bersifat temporer dan berkaitan dengan perubahan peristiwa. Sedangkan ingatan semantik adalah pengetahuan yang terorganisasikan mengenai segala sesuatu yang ada dalam kehidupan. Ingatan semantik ini berkaitan erat dengan perngertian, konsep, ide dan fakta. Menurut Tulving, Memori dapat dilihat sebagai suatu hirarki yang terdiri dari tiga sistem Memori, yaitu (1) Memori Prosedural: Memori mengenai bagaimana caranya melakukan sesuatu, misalnya Memori mengenai bagaimana caranya mengupas pisang lalu memakannya. Memori ini tidak hanya dimiliki manusia, melainkan dimiliki oleh semua makhluk yang mempunyai kemampuan belajar, misalnya binatang yang mengingat bagaimana caranya melakukan akrobat di sirkus. (2) Memori Semantik: Memori mengenai fakta-fakta, misalnya Memori mengenai ibukota-ibukota Negara. Kebanyakan dari Memori Semantik berbentuk verbal, dan (3) Memori Episodik: Memori mengenai peristiwa-peristiwa yang pernah dialami secara pribadi oleh individu di masa yang lalu. Misalnya Memori mengenai pengalaman masa kecil seseorang.
Menurut L.L. Thurstone
Kecerdasan dapat dibagi dua yaitu kecerdasan umum biasa disebut sebagai faktor-g maupun kecerdasan spesifik. Akan tetapi pada dasarnya kecerdasan dapat dipilah-pilah. Berikut ini pembagian spesifikasi kecerdasan menurut L.L. Thurstone:
Pemahaman dan kemampuan verbal Angka dan hitungan Kemampuan visual Daya ingat Penalaran Kecepatan perseptual
Skala Wechsler yang umum dipergunakan untuk mendapatkan taraf kecerdasan membagi kecerdasan menjadi dua kelompok besar yaitu kemampuan kecerdasan verbal (VIQ) dan kemampuan kecerdasan tampilan (PIQ).
Menurut Howard Gardner
Sedangkan menurut Howard Gardner, seorang psikolog terkemuka dari Universitas Harvard, menyatakan ada delapan kecerdasan yang dimiliki oleh manusia, diantaranya adalah:
Kecerdasan linguistik
Orang yang memiliki kecerdasan ini merupakan seseorang yang pandai mengolah kata-kata saat berbicara maupun menulis. Orang tipe ini biasanya gemar mengisi TTS, bermain scrable, membaca, dan bisa mengartikan bahasa tulisan dengan jelas. Jika orang memiliki kecerdasan ini, maka pekerjaan yang cocok adalah jurnalis, penyair, atau pengacara.
Kecerdasan matematik atau logika
Tipe kecerdasan ini adalah orang yang memiliki kecerdasan dalam hal angka dan logika. Mereka mudah membuat klasifikasi dan kategorisasi, berpikir dalam pola sebab akibat, menciptakan hipotesis, dan pandangan hidupnya bersifat rasional. Pekerjaan yang cocok jika memiliki kecerdasan ini adalah ilmuwan, akuntan, atau progammer.
Kecerdasan spasial
Mereka yang termasuk ke dalam tipe ini memiliki kepekaan tajam untuk visual, keseimbangan, warna, garis, bentuk, dan ruang. Selain itu, mereka juga pandai membuat sketsa ide dengan jelas. Pekerjaan yang cocok untuk tipe kecerdasan ini adalah arsitek, fotografer, desainer, pilot, atau insinyur.
Kecerdasan kinetik dan jasmani
Orang tipe ini mampu mengekspresikan gagasan dan perasaan. Mereka menyukai olahraga dan berbagai kegiatan yang mengandalkan fisik. Pekerjaan yang cocok untuk mereka adalah atlet, pengrajin, montir, dan penjahit.
Kecerdasan musikal
Mereka yang termasuk ke dalam tipe ini mampu mengembangkan, mengekspresikan, dan menikmati bentuk musik dan suara. Ciri-ciri orang yang memiliki kecerdasan musikal yaitu suka bersiul, mudah menghafal nada lagu yang baru didengar, menguasai salah satu alat musik tertentu, peka terhadap suara sumbang, dan gemar bekerja sambil bernyanyi. Pekerjaan yang cocok untuk mereka adalah penyanyi atau pencipta lagu.
Kecerdasan interpersonal
Orang tipe ini biasanya mengerti dan peka terhadap perasaan, intensi, motivasi, watak, dan temperamen orang lain. Selain itu, mereka juga mampu menjalin kontak mata dengan baik, menghadapi orang lain dengan penuh perhatian, dan mendorong orang lain menyampaikan kisahnya. Pekerjaan yang cocok untuk orang tipe ini antara lain networker, negosiator, atau guru.
Kecerdasan intrapersonal
Orang tipe ini memiliki kecerdasan pengetahuan akan diri sendiri dan mampu bertindak secara adaptif berdasarkan pengenalan diri. Ciri-cirinya yaitu suka bekerja sendiri, cenderung
cuek, sering mengintropeksi diri, dan mengerti kekuatan dan kelemahan yang dimilikinya. Pekerjaan yang cocok untuk mereka yaitu konselor atau teolog.
Kecerdasan naturalis
Orang yang memiliki kecerdasan ini mampu memahami dan menikmati alam dan menggunakannya secara produktif serta mengembangkan pengetahuannya mengenai alam. Ciri-ciri orang yang memiliki kecerdasan ini yaitu mencintai lingkungan, mampu mengenali sifat dan tingkah laku hewan, dan senang melakukan kegiatan di luar atau alam. Kecerdasan ini biasanya dimiliki oleh petani, nelayan, pendaki, dan pemburu.
KLASIFIKASI ATAU TINGKATAN RETARDASI MENTAL
Hasil bagi intelegensi (IQ = Intelligence Quotient) bukanlah merupakan satu-satunya
patokan yang dapat dipakai untuk menentukan berat ringannya retardasi mental. Sebagai
kriteria dapat dipakai juga kemampuan untuk dididik atau dilatih dan kemampuan sosial atau
kerja. Tingkatannya mulai dari taraf ringan, sedang sampai berat, dan sangat berat.
Klasifikasi retardasi mental menurut DSM-IV-TR yaitu :
1. Retardasi mental berat sekali
IQ dibawah 20 atau 25. Sekitar 1 sampai 2 % dari orang yang terkena retardasi
mental.
• Sudah tampak sejak anak lahir, biasanya tidak dapat belajar berjalan, berbicara atau
memahami.
2. Retardasi mental berat
IQ sekitar 20-25 sampai 35-40. Sebanyak 4 % dari orang yang terkena retardasi
mental.
• Sudah tampak sejak anak lahir, yaitu perkembangan motorik yang buruk dan kemampuan
bicara yang sangat minim
• Dapat dilatih meskipun agak lebih susah dibandingkan dengan RM moderat
• Hanya mampu untuk dilatih belajar bicara dan keterampilan untuk pemeliharaan tubuh
dasar
• Sudah tampak sejak anak lahir, biasanya tidak dapat belajar berjalan, berbicara atau
memahami.
3. Retardasi mental sedang
IQ sekitar 35-40 sampai 50-55. Sekitar 10 % dari orang yang terkena retardasi mental.
• Sudah tampak sejak anak masih kecil dengan adanya keterlambatan dalam perkembangan,
misalnya perkembangan bicara atau perkembangan fisik lainnya
• Anak hanya mampu dilatih untuk merawat dirinya sendiri
• Pada umumnya tidak mampu menyelesaikan pendidikan dasarnya
• Dengan latihan dan dukungan dari lingkungannya, mereka dapat hidup dengan tingkat
kemandirian tertentu.
4. Retardasi mental ringan
IQ sekitar 50-55 sampai 70. Sekitar 85 % dari orang yang terkena retardasi mental.
Pada umunya anak-anak dengan retardasi mental ringan tidak dikenali sampai anak
tersebut menginjak tingkat pertama atau kedua disekolah.
• Mulai tampak gejala pada usia sekolah dasar, misalnya sering tidak naik kelas, selalu
memerlukan bantuan untuk mengerjakan pekerjaan rumah atau mengerjakan hal-hal
yang berkaitan dengan kebutuhan pribadi
• Anak dapat menyelesaikan pendidikan dasar (tamat SD)
• Bisa mencapai kemampuan membaca sampai kelas 4-6. Meskipun memiliki kesulitan
membaca, tetapi mereka dapat mempelajari kemampuan pendidikan dasar yang
diperlukan dalam kehidupan sehari-hari.
• Mereka memerlukan pengawasan dan bimbingan serta pendidikan dan pelatihan khusus.
• Biasanya tidak ditemukan kelainan fisik, tetapi mereka bisa menderita epilepsi.
• Mereka seringkali tidak dewasa dan kapasitas perkembangan interaksi sosialnya kurang.
• Mereka mengalami kesulitan dalam menyesuaikan diri dengan keadaan yang baru dan
mungkin memiliki penilaian yang buruk. Mereka jarang melakukan penyerangan yang
serius, tetapi bisa melakukan kejahatan impulsif.
TingkatKisaran IQ
Kemampuan Usia Prasekolah (sejak lahir-5 tahun)
Kemampuan Usia Sekolah (6-20 tahun)
Kemampuan Masa Dewasa (21 tahun keatas)
Ringan 52-68
Bisa membangun kemampuan sosial & komunikasi
Koordinasi otot sedikit terganggu
Seringkali tidak terdiagnosis
Bisa mempelajari pelajaran kelas 6 pada akhir usia belasan tahun
Bisa dibimbing ke arah pergaulan sosial
Bisa dididik
Biasanya bisa mencapai kemampuan kerja & bersosialisasi yg cukup, tetapi ketika mengalami stres sosial ataupun ekonomi, memerlukan bantuan
Moderat 36-51
Bisa berbicara & belajar berkomunikasi
Kesadaran sosial kurang
Koordinasi otot cukup
Bisa mempelajari beberapa kemampuan sosial & pekerjaan
Bisa belajar bepergian sendiri di tempat-tempat yg dikenalnya dengan baik
Bisa memenuhi kebutuhannya sendiri dengan melakukan pekerjaan yg tidak terlatih atau semi terlatih dibawah pengawasan
Memerlukan pengawasan & bimbingan ketika mengalami stres sosial maupun ekonomi yg ringan
Berat 20-35 Bisa mengucapkan beberapa kata
Mampu mempelajari kemampuan untuk menolong diri sendiri
Bisa berbicara atau belajar berkomunikasi
Bisa mempelajari kebiasaan hidup sehat yg sederhana
Bisa memelihara diri sendiri dibawah pengawasan
Dapat melakukan beberapa kemampuan perlindungan diri dalam lingkungan yg terkendali
Tidak memiliki kemampuan ekspresif atau hanya sedikit
Koordinasi otot jelek
Sangat berat
19 atau kurang
Sangat terbelakang
Koordinasi ototnya sedikit sekali
Mungkin memerlukan perawatan khusus
Memiliki beberapa koordinasi otot
Kemungkinan tidak dapat berjalan atau berbicara
Memiliki beberapa koordinasi otot & berbicara
Bisa merawat diri tetapi sangat terbatas
Memerlukan perawatan khusus
Angka harapan hidup untuk anak-anak dengan Retardasi Mental mungkin lebih pendek, tergantung
kepada penyebab dan beratnya Retardasi Mental. Biasanya, semakin berat RMnya maka semakin
kecil angka harapan hidupnya.
ADHD (Attention Deficit Hyperactivity Disorder)
Apa itu ADHD?
ADHD (Attention Deficit Hyperactivity Disorder) adalah gangguan perkembangan.
Secara luas ADHD juga gangguan perkembangan dalam peningkatan aktifitas motorik anak-
anak hingga menyebabkan aktifitas anak-anak yang tidak lazim dan cenderung berlebihan.
Di Indonesia ADHD diartikan sebagai gangguan pemusatan perhatian disertai hiperaktif.
Sederhananya dijelaskan bahwa ADHD adalah suatu kondisi di mana seseorang memiliki
masalah perhatian dan pemusatan terhadap kegiatan. Istilah ADHD sendiri berasal dari
penelitian Prof. George F. Still, seorang dokter Inggris pada tahun 1902. Penelitian ini
dilakukan terhadap sekelompok anak yang menunjukkan suatu ketidakmampuan abnormal
untuk memusatkan perhatian disertai dengan rasa gelisah dan resah. Anak-anak itu
mengalami kekurangan yang serius ‘dalam hal kemauan’ yang berasal dari bawaan biologis.
Gangguan tersebut diakibatkan oleh sesuatu ‘di dalam’ diri si anak dan bukan karena faktor-
faktor lingkungan.
Hal ini ditandai terutama oleh eksistensi gangguan atensi dan hiperaktif, dengan
perilaku setiap terjadi jarang sendirian dan gejala awal sebelum usia tujuh tahun, berbagai
keluhan perasaan gelisah, tidak bisa diam, tidak bisa duduk dengan tenang, dan selalu
meninggalkan keadaan yang tetap seperti sedang duduk, atau sedang berdiri. Beberapa
kriteria yang lain sering digunakan adalah suka meletup-letup, aktifitas berlebihan, dan suka
membuat keributan.
ADHD adalah gangguan kejiwaan yang paling sering dipelajari dan didiagnosis pada
anak-anak, mempengaruhi sekitar 3 sampai 5 persen anak-anak secara global dan
didiagnosis pada sekitar 2 sampai 16 persen dari anak usia sekolah. Ini adalah gangguan
kronis dengan 30 sampai 50 persen dari orang-orang didiagnosis pada masa kanak-kanak
terus mengalami gejala sampai dewasa Remaja dan orang dewasa yang dengan ADHD
cenderung mengembangkan mekanisme koping untuk mengkompensasi sebagian atau
semua gangguan mereka.
ADHD dan diagnosis dan pengobatan telah dianggap kontroversial sejak tahun 1970.
Kontroversi telah melibatkan dokter, guru, pembuat kebijakan, orang tua dan media. Topik
meliputi penyebab ADHD, dan penggunaan obat stimulan dalam pengobatan. Kebanyakan
penyedia layanan kesehatan menerima bahwa ADHD adalah gangguan asli dengan
perdebatan dalam komunitas ilmiah keterpusatan terutama di sekitar bagaimana didiagnosis
dan diobati. The American Medical Association pada tahun 1998 menyimpulkan bahwa
kriteria diagnostik untuk ADHD didasarkan pada penelitian dan, jika diterapkan secara tepat,
mengarah pada diagnosis dengan keandalan yang tinggi. Tanpa perawatan, ADHD dapat
menyebabkan permasalahan serius di rumah, sekolah, pekerjaan, dan interaksi sosial di
masyarakat.
Penyebab-penyebab ADHD
Beberapa faktor yang memungkinkan dapat terjadinya ADHD dialami oleh seorang
anak, adalah sebagai berikut:
1. Genetika atau keturunan. ADHD mungkin dapat terjadi apabila ada salah satu dari
orang tua atau leluhurnya yang mengalami ADHD.
2. Riwayat hidup kesehatan Ibu sebelum kehamilan dan sewaktu kehamilan serta saat
melahirkan.
3. Penyakit yang pernah diderita Ibu berpengaruh pada kesehatan Ibu dan janinnya.
4. Konsumsi makanan dan minuman, gizi serta jaminan kesehatannya bagi Ibu hamil.
5. Pemakaian obat-obatan bagi Ibu hamil.
Faktor risiko yang meningkatkan terjadinya ADHD
1. Kurangnya deteksi dini.
2. Gangguan pada masa kehamilan (infeksi, genetic, keracunan obat, alkohol, dan
rokok, serta stress psikogenik).
3. Gangguan pada masa persalinan (premature, postmatur, hambatan persalinan,
induksi, kelainan persalinan)
Penyebab spesifik dari ADHD tidak diketahui. Namun, sejumlah faktor yang
berkontribusi, atau memperburuk ADHD. Mereka termasuk genetika, makanan dan
lingkungan sosial dan fisik.
Ciri-ciri Anak Penderita ADHD
ADHD adalah diklasifikasikan sebagai gangguan perilaku mengganggu bersama
dengan gangguan pemberontak oposisi, melakukan kekacauan dan gangguan antisosial .
Menurut buku ”Anak Hiperaktif” (Zafiera, Ferdinand. 2007. Jogjakarta: Katahati) Ciri
anak hiperaktif atau anak penderita attention deficit and hyperactivity disorder (ADHD)
adalah:
1. Tidak fokus
Anak dengan gangguan hiperaktif tidak bisa konsentrasi lebih dari lima menit. Tidak memiliki
focus yang jelas dan melakukan sesuatu tanpa tujuan.
2. Sulit untuk dikendalikan
Anak hiperaktif memang selalu bergerak, nakal. Keinginannya harus segera dipenuhi. Tidak
bisa diam dalam waktu lama dan mudah teralihkan.
3. Impulsif
Melakukan sesuatu secara tiba-tiba tanpa dipikir lebih dahulu. Selalu ingin meraih dan
memegang apapun yang ada di depannya. Gangguan ini biasanya terjadi pada anak usia
prasekolah dasar.
4. Menentang
Umumnya memiliki sikap penentang/pembangkang/tidak mau dinasehati. Penolakannya
ditunjukkan dengan sikap cuek.
5. Destruktif
Destruksif atau merusak. Merusak mainan yang dimainkannya dan cenderung
menghancurkan sangat besar.
6. Tidak kenal lelah
Sering tidak menunjukkan sikap lelah, hal inilah yang sering kali membuat orang tua
kewalahan dan tidak sanggup meladeni perilakunya.
7. Tidak sabar dan usil
Ketika bermain tidak mau menunggu giliran,tetapi langsung merebut. Sering pula mengusili
teman-temannya tanpa alas an yang jelas.
8. Intelektualitas rendah
Sering kali anak dengan gangguan hiperaktif memiliki intelektualitas di bawah rata-rata anak
normal. Mungkin dikarenakan secara psikologis mentalnya sudah terganggu sehingga ia
tidak bisa menunjukkan kemampuan kreatifnya.
Solusi menangani anak ADHD
Penanganan pharmacological diterapkan tergantung pada hasil diagnosa dokter dan
psikolog. Umumnya dokter memberikan obat-obatan pada anak. Selama masa terapi ini,
sangat disarankan agar orang tua senantiasa berhubungan dengan dokter. Sedangkan
nonpharmacological adalah cara alternatif menangangi ADHD tanpa obat, yaitu: pendidikan
khusus, terapi perikalu dan psikoterapi seluruh keluarga. Hingga saat ini para ahli masih
meneliti dampak penanganan alternatif ini dalam mengembangkan disiplin dan rasa
tanggung jawab pada anak pengidap ADHD.
Pengobatan
Untuk meminimalisir efek ADHD, struktur, rutinitas, rencana intervensi sekolah, dan
teknik pengasuhan yang dimodifikasi sering diperlukan. Beberapa anak yang tidak agresif
dan yang datang dari lingkungan rumah stabil dan lingkungan rumah yang mendukung
mungkin lebih berguna dengan pengobatan obat sendiri. Terapi kelakuan yang diadakan
oleh seorang psikolog anak kadang-kadang digabungkan dengan pengobatan obat.
Terapi yang diberikan untuk pasien ADHD harus dilaksanakan secara menyeluruh,
dimulai dari Edukasi dengan keluarga, terapi perilaku hingga penatalaksanaan dengan obat-
obatan farmasi. Beberapa terapi yang dapat diberikan adalah:
1. Terapi Obat-obatan;
2. Terapi nutrisi dan diet;
3. Psikososial; dan
4. Obat.
Gangguan/Kesulitan Belajar (Learning Disorder) 22.26 1 comment
Gangguan/Kesulitan Belajar (Learning Disorder) adalah suatu gangguan neurologis yang mempengaruhi kemampuan untuk menerima, memproses, menganalisis atau menyimpan informasi. Anak dengan Learning Disorder mungkin mempunyai tingkat intelegensia yang sama atau bahkan lebih tinggi dibandingkan dengan teman sebayanya, tetapi sering berjuang untuk belajar secepat orang di sekitar mereka.
Masalah yang terkait dengan kesehatan mental dan gangguan belajar yaitu kesulitan dalam membaca, menulis, mengeja, mengingat, penalaran, serta keterampilan motorik dan masalah dalam matematika.
Anak-anak dengan Learning Disorder yang tidak di terapi, akan mempengaruhi kepercayaan diri mereka. Mereka berusaha lebih daripada teman-teman mereka, tetapi tidak mendapatkan pujian atau reward dari guru atau orang tua. Demikian pula, Learning Disorder yang tidak di terapi dapat menyebabkan penderitaan psikologis yang besar untuk orang dewasa.
Jenis-jenis Learning Disorder :
Disleksia (Dyslexia) : adalah gangguan belajar yang mempengaruhi membaca dan / atau kemampuan menulis. Ini adalah cacat bahasa berbasis di mana seseorang memiliki kesulitan untuk memahami kata-kata tertulis.
Diskalkulia (Dyscalculia) : adalah gangguan belajar yang mempengaruhi kemampuan matematika. Seseorang dengan diskalkulia sering mengalami kesulitan memecahkan masalah matematika dan menangkap konsep-konsep dasar aritmatika.
Disgrafia (Dysgraphia) : adalah ketidakmampuan dalam menulis, terlepas dari kemampuan untuk membaca. Orang dengan disgrafia sering berjuang dengan menulis bentuk surat atau tertulis dalam ruang yang didefinisikan. Hal ini juga bisa disertai dengan gangguan motorik halus.
Gangguan pendengaran dan proses visual (Auditory and visual processing disorders) : adalah gangguan belajar yang melibatkan gangguan sensorik. Meskipun anak tersebut mungkin dapat melihat dan / atau mendengar secara normal, gangguan ini menyulitkan mereka dari apa yang mereka lihat dan dengar. Mereka akan sering memiliki kesulitan dalam pemahaman bahasa, baik tertulis atau auditori (atau keduanya).
Ketidakmampuan belajar nonverbal (Nonverbal Learning Disabilities) : adalah gangguan belajar dalam masalah dengan visual-spasial, motorik, dan keterampilan organisasi. Umumnya mereka mengalami kesulitan dalam memahami komunikasi nonverbal dan interaksi, yang dapat mengakibatkan masalah sosial.
Gangguan bahasa spesifik (Specific Language Impairment (SLI)) : adalah gangguan perkembangan yang mempengaruhi penguasaan bahasa dan penggunaan.
Mendiagnosis Gangguan Belajar (Learning Disorder)Karena otak anak-anak lebih fleksibel daripada orang dewasa, mereka sering dapat mempelajari strategi baru dan mampu untuk kembali melatih pikiran mereka untuk berpikir dengan cara yang lebih konstruktif. Karena elastisitas otak menurun dengan usia, merupakan hal yang penting untuk mencari bantuan sedini mungkin.
Sebagai aturan umum, semakin muda usia diagnosis gangguan mental dan belajar, akan semakin sukses pengobatan. Anak-anak yang didiagnosis di TK sering dapat sepenuhnya mengatasi masalah mereka dengan bantuan perbaikan/terapi.
Mereka yang didiagnosis lebih lama/terlambat, kemungkinan dapat diajarkan cara-cara kompensasi atau cara untuk menolong mereka, tetapi semakin berkembangnya usia maka cara kompensasi itu juga semakin menurun. Jadi jika terlihat tanda dan gejala pada anak anda seperti berikut ini, segeralah minta bantuan Okupasi Terapis untuk menerapinya.
Mengetahui gejala Gangguan Belajar (Learning Disorder) :
Gejala pada balita:
o Lambat bicara dan perkembangan kosakata yang sedikit dibandingkan dengan anak seumurannya.
o Masalah dengan pengucapano Kesulitan belajar alfabet, angka, bentuk, dan warnao Kesulitan mengikuti petunjuko Kesulitan kemampuan motoriko Mudah tergangguo Masalah dengan interaksi sosial
Gejala pada anak yang lebih dewasa :o Lambat untuk mempelajari suara-suara asosiasio Konstan membaca, menulis, atau kesalahan ejaano Kesulitan dalam tanda aritmatika matematika dan bingung (Seperti tanda X dan +)o Lambat untuk belajar keterampilan baruo Tidak menyadari akan bahaya (resiko)o Miskin konsentrasio Membutuhkan waktu yang lebih lama dibandingkan teman sebaya nya untuk
pelajaran sekolah atau pekerjaan rumaho Terbalik atau susah untuk memahami huruf seperti p dengan q dan b dengan do Menghindari membaca dengan suara keraso Tulisan tangan yang jeleko Kesulitan untuk bertemano Nilai akademik jelek
Gejala yang ditampilkan pada remaja dan dewasa :o Menghindari membaca dan menulis tugaso Salah membaca sesuatuo Salah mengejao Bekerja secara perlahano Bermasalah dengan konsep-konsep abstrako Masalah pada ingatan
Hal ini biasanya seorang guru atau orang tua yang pertama kali tahu bahwa anak mempunyai gangguan belajar. Kinerja pekerjaan sekolah (akademik) biasanya menurun ketika pekerjaan menjadi sulit dan anak mungkin berusaha dengan cara yang mudah.
Seseorang dengan gangguan belajar mempunyai karakteristik :
Keterlambatan akademik, meskipun IQ rata-rata atau diatas rata-rata Kekurangan dalam pemrosesan informasi Prestasi akademik dan kemampuan aktual secara substansial lebih rendah daripada usianya,
pendidikan dan IQ nya.
Jika anda menduga bahwa anak anda mengalami gangguan/kesulitan belajar, disarankan untuk menghubungi Okupasi Terapis untuk tindakan yang lebih lanjut.
Penyebab Gangguan Belajar (Learning Disorder)Penelitian telah menunjukan bahwa ada sejumlah faktor yang mungkin berperan penyebab gangguan belajar :
Genetik : Gangguan belajar cenderung ada pada keluarga Perkembangan otak dan gangguannya : beberapa penelitian telah menunjukkan bahwa
gangguan belajar mungkin disebabkan oleh gangguan pada otak baik sebelum kelahiran atau setelah kelahiran. Lahir berat badan rendah, kekurangan oksigen, ibu mengkonsumsi obat atau alkohol, ibu merokok selama kehamilan, kelahiran prematur, kekurangan gizi, serta minimnya perawatan pra kelahiran. Anak-anak yang mengalami cedera kepala cenderung untuk mempunyai gangguan belajar.
Faktor lingkungan : racun yang ada dilingkungan juga merupakan penyebab gangguan belajar. Janin yang berkembang, bayi, dan anak-anak sangat rentan terhadap racun lingkungan. Beberapa racun yang sering kita dapati dilingkungan yaitu zat aditif makanan tertentu, pengawet, asap rokok, merkuri, dan timah. Gizi buruk pada awal kehidupan juga berpengaruh untuk penyebab gangguan belajar di kemudian hari.
Penanganan untuk gangguan belajar
Setiap anak adalah unik, jadi penanganan sering bervariasi tergantung pada jenis gangguan dan keparahan gejala. Diskusikan dengan Okupasi Terapis dan guru untuk mendapatkan solusi yang terbaik. Kebanyakan penanganan gangguan belajar melibatkan intervensi pendidikan dan pelatihan keterampilan perilaku. Sebuah program pengajaran dapat dirancang untuk membantu anak mempelajari strategi baru dalam mata pelajaran. Seperti yang telah disebutkan diatas, jika anda menduga anak anda mengalami gangguan belajar, semakin cepat tertangani, maka semakin cepat baik pula kondisi anak anda untuk menjalani aktivitas akademik yang normal dan sukses.
Psikologi Umum " Intelligence" (contoh Kasus)
Ketika kita menyebut seseorang sebagai seorang yang intelligence maka orang tersebut
merupakan orang yang kita lihat mampu untuk mengatasi masalah dalam kehidupan sehari-harinya.
Intelligence sendiri sebenarnya dapat dikategorikan kedalam beberapa jenis, tapi pada kesempatan
ini saya tertarik untuk membahas mengenai fluid intelligence dan crystallized intelligence.
Fluid intelligence merupakan kemampuan seseorang untuk belajar atau menciptakan strategi
untuk menyelesaikan permasalahan baru sedangkan Crystalized intelligence adalah kemampuan
seseorang untuk menggunakan skil dan informasi yang pernah dipelajari sebelumnya untuk
menangani permasalahan yang mirip dengan permasalahan yang pernah ia tangani.
Ketika diharuskan memilih jurusan antara IPA dan IPS di SMA, saya memutuskan untuk
memilih IPA, walaupun saya tidak terlalu yakin dengan kemampuan saya di bidang eksakta
( khususnya Fisika ). Hari itu, pertama kali saya belajar fisika di kelas XI IPA 2, diajar oleh seorang
guru laki-laki yang terlihat tidak terlalu sangar, sangat berbeda dengan apa yang pernah saya dengar
dari senior. Pendapat saya itu ternyata tidak bertahan lama, di pertengahan jam pelajaran saat kami
mencoba mengerjakan tugas yang mirip dengan contoh soal, “Sekretaris buka daftar nama, ketua
kelas sebutkan nomor yang kamu suka ! ) kata Bapak itu tiba-tiba. “ Lima, Pak “, kata sang ketua
kelas. “Ok, siapa yang nomor absennya Lima, silahkan kerjakan soal nomor satu di papan tulis”, kata
Bapak itu lagi. Wah, saat itu kami benar-benar kaget, anak bernomor absen lima itu pun maju, dan
lebih parahnya lagi dia hanya bisa memegang spidol tanpa bisa menuliskan apa-apa. “Waktunya
habis, sekarang kamu lari memutari lapangan dua kali “, perintah Bapak itu. Memang bukan
hukuman yang terlalu menyakitkan, tapi ini memalukan jika harus berlari di hadapan siswa lain,
junior lebihnya lagi. Semenjak kejadian itu saya selalu ketakutan di hari Senin (saya belajar fisika hari
Senin pada jam ketiga ), apa yang harus saya lakukan, tentu saya tidak mau mengalami hal yang
sama dengan anak bernomor absen lima itu. Setelah berpikir cukup lama, saya teringat teman saya
pernah memberi tahu bahwa pada hari Senin di jam pertama kelas XI IPA 1 belajar Fisika, kami diajar
guru yang sama. Saat pergantian kelas, saaya langsung menemui teman saya di IPA 1, dan meminjam
catatan dan segala hal darinya yang berhubungan dengan mata pelajaran Fisika hari itu. Pada hari itu
juga ternyata nomor saya yang kebetulan dipanggil dan saya pun selamat dari hukuman yang
memalukan, berkat catatan teman saya tadi tentunya. Belajar dari pengalaman itu, hari-hari
selanjutnya saya rutin untuk meminjam catatan dari anak IPA 1 agar tetap aman pada pelajaran
Fisika itu.
Bedasarkan pengalaman yang saya ceritakan di atas, saya rasa saya sudah menggunakan Fluid
intelligence dan Crystallized intelligence saya.
1. Fluid Intelligence
Disini saya belajar dan menciptakan strategi untuk menangani masalah yang baru bagi saya ( saya
meminjam catatan dari anak IPA 1 agar tidak dipermalukan pada mata pelajaran Fisika ).
2. Crystallized Intelligence
Disini saya belajar untuk menggunakan cara/informasi yang pernah saya pelajari sebelumnya untuk
menangani masalah yang mirip dengan yang pernah saya tangani ( ketika saya merasa bisa tetap
aman pada pelajaran Fisika dengan cara meminjam catatan anak IPA 1, pada pelajaran Fisika di hari-
hari selanjutnya saya selalu meminjam catatan teman saya di IPA 1 tersebut sebelum saya mengikuti
pelajaran Fisika.
1. C. Model Berfikir Kritis
Sebelum melanjutkan lebih jauh, kita perlu mencoba untuk menemukan jalan yang membantu pelajar pemula untuk belajar tentang berpikir kritis dan termasuk perkembangan model berpikir kritis yang menjadi pokok bahasan. Banyak klasifikasi berpikir yang ditemukan di literature. Costa and Colleagues (1985). Menurut Costa and Colleagues klasifikasi berpikir dikenal sebagai “The Six Rs” yaitu :
1. Remembering (Mengingat)2. Repeating (Mengulang)3. Reasoning (Memberi Alasan/rasional)4. Reorganizing (Reorganisasi)5. Relating (Berhubungan)6. Reflecting (Memantulkan/merenungkan)
Lima Model Berfikir Kritis
Meskipun The Six Rs sangat berguna namun tidak semuanya cocok dengan dalam keperawatan. Kemudian Perkumpulan Keperawatan mencoba mengembangkan gambaran berpikir dan mengklasifikasikan menjadi 5 model disebut T.H.I.N.K. yaitu: Total Recall, Habits, Inquiry, New Ideas and Creativity, Knowing How You Think.
Menurut Dr. Gregorc, ada dua hal penting yang perlu diketahui
tentang bagaimanakah anak menangkap pelajaran. Dia membagi fungsi
otak dalam dua macam, pertama PERSEPSI, yaitu cara kita menerima
informasi, kedua PENGATURAN, yaitu cara menggunakan informasi yang
kita persepsikan.
1. PERSEPSI
Persepsi adalah cara kita menerima informasi atau menangkap
sesuatu hal, secara pribadi atau individu. Persepsi-persepsi ini
membentuk apa yang kita pikirkan, mendefinisikan apa yang
penting bagi kita, dan selanjutnya juga akan menentukan
bagaimana kita mengambil keputusan. Menurut Gregorc, persepsi
yang dimiliki setiap pikiran/pribadi ada dua macam, yaitu
Persepsi Konkret dan Persepsi Abstrak.
a. PERSEPSI KONGKRET/NYATA
Persepsi Kongkret membuat anak lebih cepat menangkap
informasi yang nyata dan jelas, secara langsung melalui
kelima indranya, yaitu penglihatan, penciuman, peraba,
perasa, dan pendengaran. Anak tidak mencari arti yang
tersembunyi atau mencoba menghubungkan gagasan atau konsep.
Kunci ungkapannya: "Sesuatu adalah seperti apa adanya."
b. PERSEPSI ABSTRAK/KASAT MATA
Persepsi abstrak memungkinkan anak lebih cepat dalam
menangkap sesuatu yang abstrak/kasat mata, dan mengerti atau
percaya apa yang tidak bisa dilihat sesungguhnya. Sewaktu
anak menggunakan persepsi abstrak ini, mereka menggunakan
kemampuan intuisi, intelektual dan imajinasinya. Kunci
ungkapannya: "Sesuatu tidaklah selalu seperti apa yang
terlihat."
Meskipun setiap anak menggunakan Persepsi Konkret dan Persepsi
Abstrak setiap harinya, namun ada kecenderungan seseorang merasa
lebih mampu dalam menggunakan yang satu dibanding yang lainnya.
2. PENGATURAN
Setelah anak menerima informasi yang masuk, maka anak akan
mengatur dan menggunakan informasi yang dipersepsikan tersebut.
Menurut Gregorc, kedua kemampuan anak untuk mengatur persepsi
adalah sekuensial (teratur, menurut suatu aturan bertahap) dan
random (acak, yang mana saja).
a. SEKUENSIAL/BERURUTAN
Metode pengaturan sekuensial membiarkan pikiran anak
mengatur informasi secara berurutan, linear atau setapak
demi setapak. Anak yang bertipe berurutan biasanya menyukai
metode belajar satu demi satu secara berurutan. Orang-orang
yang memiliki kemampuan pengaturan sekuensial yang kuat
mungkin lebih suka mempunyai suatu rencana dan mengikutinya
daripada bertumpu kepada dorongan-dorongan hati. Kunci
ungkapannya: "Ikutilah langkah-langkah tersebut."
b. RANDOM/ACAK
Pengaturan acak membuat pikiran kita mengatur informasi
dalam potongan-potongan dan tanpa rangkaian tertentu, seperti
memulai di tengah-tengah atau memulai di akhir bagian dan
kembali kepermulaan. Anak yang bertipe acak biasanya lebih
menyukai cara belajar yang spontan, tidak harus berurutan.
Seolah-olah mereka tidak mempunyai suatu rencana tertentu.
Kunci ungkapannya: "Lakukan saja!"
B. Berdasarkan konsep ini Cyntia Ulrich Tobias menyusun empat gaya
belajar, agar orangtua dan guru lebih dapat memahami cara anak
dalam belajar. Setiap anak sebenarnya memiliki kemampuan untuk
menggunakan tipe yang lain namun biasanya anak mempunyai tipe yang
dominan. Empat tipe kombinasi yang dominan tersebut adalah:
1. SEKUENSIAL KONGKRET (Kongkret Berurutan)
Anak yang bertipe Kongkret Berurutan biasanya mengalami
kesulitan apabila diminta untuk menangkap suatu pelajaran yang
bersifat abstrak dan yang memerlukan daya imajinasi yang kuat.
Ia cenderung menangkap pelajaran yang dopresentasikan secara
verbal dan yang dapat ia lihat. Dengan kata lain, ia membutuhkan
banyak contoh atau peragaan dan semua ini disajikan dalam bentuk
yang sistematis dan berurutan.
Anak ini tidak bisa diburu-buru untuk menyelesaikan tugasnya,
karena dia harus benar-benar memahami informasi yang diterimanya
satu demi satu. Ini tidak berarti bahwa ia lebih lamban daripada
anak yang lain. Ketertarikannya terhadap kerapian, membuat dia
sukar menerima beberapa informasi yang datang bersamaan. Istilah
kunci baginya adalah SATU DEMI SATU dan NYATA.
2. SEKUENSIAL ABSTRAK (Abstrak Berurutan)
Anak yang bertipe Abstrak Berurutan dilengkapi Tuhan dengan
kemampuan penalaran yang tinggi. Anak ini cenderung kritis dan
analitis karena dia memiliki daya imajinasi yang kuat. Pada
umumnya ia menangkap pelajaran atau informasi secara abstrak dan
tidak memerlukan peragaan yang kongkret. Biasanya ia bersifat
pendiam dan menyendiri karena ia sibuk berpikir dan menganalisa.
Ia pun lebih menyukai pelajaran atau informasi yang disajikan
secara sistematis. Istilah kunci baginya adalah SATU DEMI SATU
dan IMAJINATIF.
3. RANDOM ABSTRAK (Abstrak Acak)
Anak yang bertipe Abstrak Acak, pelajaran yang disajikan secara
berurutan atau sistematis tidaklah menarik. Cara belajar anak
model ini tidak teratur dan penjadwalan sangat menyiksa dirinya.
Ia tidak terbiasa terpaku oleh pengajaran di dalam kelas;
baginya semua pengalaman hidup merupakan pelajaran yang
berharga. Istilah kunci baginya adalah SPONTAN dan IMAJINATIF.
4. RANDOM KONGKRET (Kongkret Acak)
Anak yang bertipe Konkret Acak adalah anak yang penuh dengan
energi dan ide-ide yang segar. Ia belajar banyak melalui
pancaideranya dan tidak terlalu tertarik dengan hal-hal yang
memerlukan penalaran abstrak. Ciri praktisnya yang diperkuat
oleh kemampuannya menerima pelajaran secara acak membuatnya
menjadi orang yang penuh dengan ide-ide yang baru. Kesulitannya
adalah melakukan hal-hal yang sama, sebab baginya hal ini sangat
membosankan. Anak bertipe ini cenderung mengalami masalah dalam
sistem pengajaran di sekolah sebab ia bukanlah tipe penurut.
Istilah kunci baginya adalah SPONTAN dan NYATA.
Sternberg mengakui bahwa seseorang tidak harus memiliki satu saja kecerdasan yang disebutkannya. Ada individu yang memiliki integrasi ketiga aspek kecerdasan ini dengan menunjukkan tingkat kecerdasan yang tinggi.
a. Kecerdasan Analitik (Componential Intelligence)
Kecerdasan seseorang individu dalam bidang akademis bisa disebut sebagai kecerdasan analitik. Kecerdasan menganalisis merupakan fitur utama kecerdasan ini. Ada diantara siswa yang dikatakan memiliki kecerdasan luar biasa sehingga dinaikkan beberapa tingkat dalam pendidikannya (sistem sekolah Barat). Menurut Sternberg, aspek keterampilan memproses informasi (componential) menyatakan bahwa proses kognitif bertanggung jawab terhadap perilaku kecerdasan4. Kecerdasan analitik digunakan untuk mengenali dan memecahkan masalah, merumuskan strategi, menyusun dan menyampaikan informasi.
Perilaku kecerdasan analitik (Componential Intelligent Behavior).
Sub teori ini menekankan pada struktur dan mekanisme yang mendasari perilaku cerdas. Di dalamnya terdapat tiga komponen pengolahan data yaitu belajar melakukan sesuatu, merencanakan apa yang akan dilakukan, dan bagaimana melakukan hal tersebut. Orang yang tergolong dalam bentuk ini umumnya akan meraih nilai yang tinggi dalam tes kecerdasan, tapi kurang kreatif dan kurang dapat berpikir kritis.
Kecerdasan analitik melibatkan tindakan menganalisis, membandingkan dan menilai. Sebagai contoh, siswa berlatih Matematika. Di dalam proses menyelesaikan masalah Matematika, siswa akan menganalisis informasi yang diberikan. Kemudian membuat gerak kerja solusi sesuai formula tertentu.
b. Kecerdasan Pengalaman (Experiental-Creative Intelligence)
Kecerdasan ini bisa dijelaskan artinya dengan kreativitas. Kecerdasan ini memungkinkan dilihat sebagai kemampuan untuk mengatasi situasi baru lantas mempelajari dari situasi tersebut. Dalam arti kata yang lain, individu yang berpengalaman akan lebih efisien dalam memproses informasi dalam situasi baru.
Perilaku kecerdasan pengalaman (experiential Intelligent Behavior). Sub teori ini menunjukkan bahwa perilaku yang cerdastidak akan selalu sama, seiring dengan perkembangan waktu. Kemampuan ini sangat signifikan ketika seseorang harus mengalami suatu hal baru atau harus menghadapi sesuatu persoalan secara spontan. Mereka yang memiliki karakteristik seperti ini mungkin tidak dapat mencapai nilai tinggi dalam tes kecerdasan, namun sering merupakan orang yang kreatif dalam menghadapi hidup. Kecerdasan pengalaman terjadi ketika kita menciptakan, misalnya memproduksi puisi, menciptakan permainan baru, menghasilkan lukisan dan sebagainya. Pengajaran dan penilaian kreatif harus memungkinkan siswa mendefinisikan masalah disamping memastikan siswa dapat menyelesaikan masalah dengan baik dan dapat mengutarakan ide-ide mereka.
Sebagai contoh, jika siswa diberi suatu tugas baru yang berhubungan dengan mereka, siswa-siswa yang memiliki kecerdasan yang tinggi dalam kecerdasan pengalaman akan dapat belajar dengan cepat, menggunakan strategi yang sesuai secara otomatis dan efisien tanpa membuang waktu.
c. Kecerdasan Praktek (Contextual Intelligence)
Ada beberapa orang yang mampu mengadaptasi diri mereka di dalam apa saja situasi yang dituntut dalam lingkungan mereka. Mereka yang memiliki kecerdasan ini pandai memulai langkah untuk sukses di dalam hidup. Bahkan mereka juga dapat bertahan dalam hidup karena berhasil untuk mengatasi perubahan.
Perilaku kecerdasan praktis (Contextual Intelligent Behavior). Kecerdasan ini meliputi adaptasi dengan lingkungan, pemilihan lingkungan yang lebih optimal dari yang dimiliki sekarang, menata lingkungan yang ada agar sesuai dengan keterampilan, minat dan nilai yang dimiliki. Kemampuan ini memungkinkan seseorang untuk menyatu dengan lingkungan dengan mengubah orang, lingkungan, atau keduanya. Dengan kata lain kemampuan untuk beradaptasi dengan dunia.