Perjalan Mandailing Natal

12
Dalam perjalanan sejarah etnis Mandailing sepanjang abad ke-18 tokoh Willem Iskandar wajib dicatat. Karena jasanya sangat besar bagi etnis Mandailing dalam usaha untuk mencerdaskan bangsanya. Dan juga Willem Iskandar berjasa besar untuk mempelopori perkembangan pendidikan modern di Sumatera bagian Utara. Willem Iskandar adalah putera Mangaraja Tinating marga Nasution dan si Anggur boru Lubis. Ia lahir pada tahun 1840 di Pidoli Lombang. Pada masa kecilnya ia bernama si Sati dan kemudian bergelar Sutan Sikondar. Pada tahun 1857 dalam usia 17 tahun, si Sati dibawa oleh Asisten Reiden Godon ke Negeri Belanda untuk belajar di sekolah guru. Setelah mendapat ijazah guru di Negeri Belanda, si Sati yang diberi gelar Willem Iskandar ketika berada di Negeri Belanda kembali ke Indonesia dan tiba di Batavia pada bulan Desember 1861. Kemudian ia kembali ke Mandailing dan dalam usia 22 tahun, yaitu pada tahun 1862 Willem Iskandar mendirikan sekolah guru (kweekschool) di Desa Tano Bato yang tidak jauh letaknya dari desa tempat kelahirannya. Selama kurang dari 12 tahun (1862-1874), Willem Iskandar memimpin sekolah tersebut dan sekaligus menjadi gurunya. Pada tahun 1874 Willem Iskandar pergi untuk kedua kalinya ke Negeri Belanda untuk melanjutkan pendidikan guru. Selama dipimpin oleh Willem Iskandar, Sekolah Tano Bato pernah dijadikan pemerintah Belanda sebagai contoh untuk sekolah-sekolah guru di Indonesia. Murid-murid yang telah menyelesaikan pendidikan di Sekolah Tano Bato kemudian diangkat menjadi guru di berbagai sekolah yang dibangun Belanda di Mandailing dan Angkola. Dan murid-murid mereka banyak yang menjadi guru di kemudian hari di berbagai tempat di Sumatera Utara. Itulah sebabnya maka dapat dikatakan bahwa Willem Iskandar adalah pelopor pendidikan di Sumatera bagian utara. Ada diantara murid dari murid-murid Willem Iskandar yang menjadi guru sampai ke Aceh.

Transcript of Perjalan Mandailing Natal

Page 1: Perjalan Mandailing Natal

Dalam perjalanan sejarah etnis Mandailing sepanjang abad ke-18 tokoh Willem Iskandar wajib dicatat. Karena jasanya sangat besar bagi etnis Mandailing dalam usaha untuk mencerdaskan bangsanya. Dan juga Willem Iskandar berjasa besar untuk mempelopori perkembangan pendidikan modern di Sumatera bagian Utara.

Willem Iskandar adalah putera Mangaraja Tinating marga Nasution dan si Anggur boru Lubis. Ia lahir pada tahun 1840 di Pidoli Lombang. Pada masa kecilnya ia bernama si Sati dan kemudian bergelar Sutan Sikondar.

Pada tahun 1857 dalam usia 17 tahun, si Sati dibawa oleh Asisten Reiden Godon ke Negeri Belanda untuk belajar di sekolah guru. Setelah mendapat ijazah guru di Negeri Belanda, si Sati yang diberi gelar Willem Iskandar ketika berada di Negeri Belanda kembali ke Indonesia dan tiba di Batavia pada bulan Desember 1861.

Kemudian ia kembali ke Mandailing dan dalam usia 22 tahun, yaitu pada tahun 1862 Willem Iskandar mendirikan sekolah guru (kweekschool) di Desa Tano Bato yang tidak jauh letaknya dari desa tempat kelahirannya.

Selama kurang dari 12 tahun (1862-1874), Willem Iskandar memimpin sekolah tersebut dan sekaligus menjadi gurunya. Pada tahun 1874 Willem Iskandar pergi untuk kedua kalinya ke Negeri Belanda untuk melanjutkan pendidikan guru. Selama dipimpin oleh Willem Iskandar, Sekolah Tano Bato pernah dijadikan pemerintah Belanda sebagai contoh untuk sekolah-sekolah guru di Indonesia.

Murid-murid yang telah menyelesaikan pendidikan di Sekolah Tano Bato kemudian diangkat menjadi guru di berbagai sekolah yang dibangun Belanda di Mandailing dan Angkola. Dan murid-murid mereka banyak yang menjadi guru di kemudian hari di berbagai tempat di Sumatera Utara. Itulah sebabnya maka dapat dikatakan bahwa Willem Iskandar adalah pelopor pendidikan di Sumatera bagian utara. Ada diantara murid dari murid-murid Willem Iskandar yang menjadi guru sampai ke Aceh.

Pada waktu berada di Negeri Belanda untuk kedua kalinya pada tanggal 27 Januari 1876, Willem Iskandar menikah dengan seorang gadis Belanda bernama Maria Jacoba Christina Winter. Tetapi baru beberapa bula mereka berumah tangga pada bulan Mei tahun 1876 Willem Iskandar meninggal dunia di Amsterdam dalam usia 36 tahun. Seandainya ia tidak meninggal dunia Willem Iskandar sudah direncanakan akan memimpin sekolah guru (kweekschool) yang dibangun oleh Belanda di Padang Sidempuan.

Semasa hidupnya selain dikenal sebagai seorang pelopor pendidikan guru, Willem Iskandar populer pula sebagai penyair Mandailing terkemuka pada abad ke-18. Ia menulis puisi-puisi yang sangat indah dan sangat penting isinya dalam bahasa Mandailing yang puitis dan juga menulis cerita pendek serta menerjemahkan beberapa buku berbahasa Belanda ke dalam Bahasa Melayu dan Bahasa Mandailing.

Puisi-puisi dan cerita pendek seta drama pendek karya Willem Iskandar dikumpulkan dalam buku berjudul Si Bulus-Bulus Si Rumbuk-Rumbuk yang diterbitkan oleh Batavia pertama kali

Page 2: Perjalan Mandailing Natal

pada tahun 1872. Buku tersebut pada masa dahulu sangat populer di kalangan masyarakat Mandailing dan Angkola dan dicetak ulang beberapa kali.

Puisi-puisi Willem Iskandar yang berisi semangat kebangsaan (nasionalisme) mengilhami para pemuda pergerakan di Mandailing pada tahun 1930-an. Dan mereka menggunakannya untuk menumbuhkan rasa kebangsaan dan semangat anti penjajahan di tengah masyarakat Mandailing. Oleh karena itu buku Si Bulus-Bulus Si Rumbuk-Rumbuk pernah dilarang oleh pemerintah Belanda sebagai bacaan. (bersambung)

Page 3: Perjalan Mandailing Natal

Si Bulus-bulus Si Rumbuk-rumbukREP | 31 October 2012 | 17:52 Dibaca: 291   Komentar: 0   0

Si bulus-bulus Si rumbuk-rumbuk merupakan karya fenomenal dari Sati Nasution. Siapakah dia??? mungkin banyak orang yang tdk mengenalnya. Bahkan orang mandailing (ato batak) pun banyak tidak mengenalnya. Beliau adalah pahlawan (menurut orang mandailing) pendidikan (pemikir) tentang pentingnya sekolah (menuntut ilmu). Yaaa beliau adalah seorang pahlawan ,walaupun tdk diakui oleh negara, buktinya dengan karya-karyanya lah sampai ini hari orang mandailing (mungkin orang Batak/sumut) rajin sekolah (menuntut ilmu). Atas karya-karyanyalah beliau disekolahkan sekaligus diasingkan oleh pemerintah kolonial Belanda di negeri Belanda dan mendapat gelar Willem Iskander. Nama terakhir inilah yang sangat terkenal di Tanah Mandailing hingga ini hari. Bahkan nama ini terdapat di nama jalan di Kota Medan. Karya fenomenal beliau tentang menuntut ilmu itu diberi judul sibulus-bulus si rumbuk-rumbuk. bahkan oleh Prof. Andi Hakim Naoetion sedikit mengulas buku ini di bahan kuliah tingkat 1 di IPB hingga ini hari. berikut terjemahan (saduran yang kira2 artinya seperti itu) dalam bahasa Indonesia karya Willem Iskander (sibulus-bulus sirumbuk-rumbuk):

Ajaran seorang ayah terhadap anaknya yang akan pergi kesekolah”

duhai anakku penerusku

pergilah menuntut ilmu

jangan buat seperti sesuka hati (Sekedar Melepaskan Beban)

tetapi rajinlah kamu belajar

kalau makanan dan pakaian

besakit sakit aku mencarinya

tidaklah aku menjadi pelit

untuk memberikannya padamu

bila ada hasil penjualan kopi

yang aku dapat dengan ibumu

sebahagian aku simpan

biar ada pakaian dikemudian hari (Dipernikahanmu)

bila pergi aku menjaring ikan

Page 4: Perjalan Mandailing Natal

aku mendapat dua ikan jurung

satulah yang akan kujual

biar ada untuk membeli garam (Makanan)

bila tidak ada wabah

kita mendapat tiga rantai (Panen Sawah)

satulah yang akan kujual

buat membeli tembakau dan rokok

bila aku tua di kemudian hari

ibumu pun tidak bisa melihat lagi

berilah kami kesenangan

kamulah yang memberi kebanggaan buat kita (Keluarga)

o… yang baik hati (Maha Penyayang)

yang mendengar apa yang aku ucapkan

aku meminta kepada Kita ( Mu / Tuhan )

kita beri kebahagian (Kebaikan) dalam hati anak ini (Generasi)Ajaran seorang ayah terhadap anaknya yang akan pergi kesekolah”

duhai anakku penerusku

pergilah menuntut ilmu

jangan buat seperti sesuka hati (Sekedar Melepaskan Beban)

tetapi rajinlah kamu belajar

kalau makanan dan pakaian

besakit sakit aku mencarinya

tidaklah aku menjadi pelit

untuk memberikannya padamu

Page 5: Perjalan Mandailing Natal

bila ada hasil penjualan kopi

yang aku dapat dengan ibumu

sebahagian aku simpan

biar ada pakaian dikemudian hari (Dipernikahanmu)

bila pergi aku menjaring ikan

aku mendapat dua ikan jurung

satulah yang akan kujual

biar ada untuk membeli garam (Makanan)

bila tidak ada wabah

kita mendapat tiga rantai (Panen Sawah)

satulah yang akan kujual

buat membeli tembakau dan rokok

bila aku tua di kemudian hari

ibumu pun tidak bisa melihat lagi

berilah kami kesenangan

kamulah yang memberi kebanggaan buat kita (Keluarga)

o… yang baik hati (Maha Penyayang)

yang mendengar apa yang aku ucapkan

aku meminta kepada Kita ( Mu / Tuhan )

kita beri kebahagian (Kebaikan) dalam hati anak ini (Generasi)

Page 6: Perjalan Mandailing Natal

SIBULUS-BULUS SIRUMBUK-RUMBUK

WILLEM ISKANDAR NASUTION. Orang Mandailing menganggap penyair yang lahir di Pidoli Lombang, Panyabungan,

Mandailing Natal, Sumatera Utara tahun 1838 dan meninggal secara misterius di negeri Belanda tahun 1877 ini-- lebih

hebat dari Khairil Anwar maupun penyair dunia lainnya. Karya bersejarah beliau ini di buatkan dalam 3 (tiga) versi bahasa

dan mudah-mudahan bisa lebih memotivasi kita semua untuk senantiasa terus Belajar dan terus Berkarya.

1. (Bahasa Mandailing)

"Ajar ni amangna tu anakna Nalaho kehe tusikola"

Ia bo ale amang sinuan tunas 

laho ma ho marsikola 

Ulang Hum baen songon luas luas 

Tai ringgasma ho marsipoda 

Anggo panganon dohot abit 

Huparkancitkon pe manjalahisa

Nada au nian makikit 

Diho mangalehensa 

Muda adong Tuhor ni kopi

Dapot au dohot inangmu 

Deba mai hu pajopi

Anso adong abit matomu

Muda kehe au manjala 

Dapot au dua mera

Hugadis mai sada 

Anso adong panabusi ni sira 

Page 7: Perjalan Mandailing Natal

Muda ngada dipangan Tangkalon

Dapot kita tolu lungguk

Sada mai hu gadis kon 

Anso adong panabusi ni imbaho dohot pusuk 

Muda au sogot matobang 

Inangmu pe ngada marnida

Da hami ma pasonang

Ho ma markayahon hita 

O... ale nadenggan roha

Na umbege na hupardokkon on

Mangido au di hita 

Hita pasonang pagarohai nidanak on

2. (Bahasa Indonesia)

"Ajaran seorang ayah terhadap anaknya yang akan pergi kesekolah"

duhai anakku penerusku

pergilah menuntut ilmu

jangan buat seperti sesuka hati (Sekedar Melepaskan Beban)

tetapi rajinlah kamu belajar

kalau makanan dan pakaian

besakit sakit aku mencarinya

tidaklah aku menjadi pelit

Page 8: Perjalan Mandailing Natal

untuk memberikannya padamu

bila ada hasil penjualan kopi

yang aku dapat dengan ibumu

sebahagian aku simpan

biar ada pakaian dikemudian hari (Dipernikahanmu)

bila pergi aku menjaring ikan

aku mendapat dua ikan jurung

satulah yang akan kujual 

biar ada untuk membeli garam (Makanan)

bila tidak ada wabah

kita mendapat tiga rantai (Panen Sawah)

satulah yang akan kujual 

buat membeli tembakau dan rokok

bila aku tua di kemudian hari

ibumu pun tidak bisa melihat lagi

berilah kami kesenangan

kamulah yang memberi kebanggaan buat kita (Keluarga)

o... yang baik hati (Maha Penyayang)

yang mendengar apa yang aku ucapkan

aku meminta kepada Kita ( Mu / Tuhan )

kita beri kebahagian (Kebaikan) dalam hati anak ini (Generasi)

3. (English/ Language)

Page 9: Perjalan Mandailing Natal

"Teachings of a father for his son, who will go to school"

O my son my successor

went to study

do not make such as they pleased (just off load)

but you will diligently study

if food and clothing

I look ill ail

I was not to be stingy

to give it to you

if there is coffee sales

that I can be with your mother

I am a party store

let me no clothing in the future (in your wedding)

when I go to capture fish

I got two fish Jurung

Only one that i will sell

I'll have to buy salt (food)

when no outbreaks

we get the three chains (crop fields)

Only one that i will sell

for buying tobacco and cigarettes

when I'm old at a later date

Page 10: Perjalan Mandailing Natal

Not even your mother could see again

give us pleasure

You will give pride for us (family)

O. .. A good heart (most merciful)

who hear what I say

I ask You ("You / God)

we give happiness (good) in the heart of this child (generation)