Periodisasi kehidupan awal manusia di indonesia
-
Upload
mentari-arsharanti -
Category
Education
-
view
14.416 -
download
4
description
Transcript of Periodisasi kehidupan awal manusia di indonesia
BY MENTARI ARSHARANTI
X-8
SMAN 1 KABUPATEN TANGERANG
PERIODISASI KEHIDUPAN AWAL
MANUSIA DI INDONESIA
Periodesasi kehidupan manusia purba
Berdasarkan taraf kehidupan masyarakat membagi menjadi
zaman batu– Batu tua (Paleolithikum)– Batu madya (Mezolithikum)– Batu muda (Neolithikum)
• Zaman logam• Tembaga• Perunggu• Besi
Di Indonesia tidak mengenal zaman tembaga, zaman besi waktunya bersamaan dengan zaman perunggu sehingga zaman perunggulah yang lebih berada.
Budaya Budaya merupakan hasil cipta, rasa, dan
karsa yang dimiliki manusia baik sebagai makhluk individu maupun sosial.
Setiap manusia yang berakal tentunya akan menghasil kan kebudayaan, begitu juga manusia purba.
Kebudayaan selalu berkembang mengikuti tingkatan-tingkatan zaman.
Pada tingkat permulaan budaya, manusia membuat alat-alatnya sangat sederhana terbuat dari: batu, tulang, duri ikan, dan kayu.
Kebudayaan Zaman Paleolithikum
Hasil Kebudayaan
Cara Hidup Pendukung
Kebudayaan Pacitan
Kapak Genggam Kapak Perimbas Alat Serpih (Flake)
Berburu dan mengumpulkan
makanan
Berpindah – pindah(nomaden)
Pithecanthropus Erectus
Kebudayaan NgandongKapak GenggamKapak Alat – alat tulang
Homo SoloensisHomo Wajakensis
Zaman palaeolithikum
Kebudayaan pada zaman ini berkembang cukup lambat karena alam yang tidak stabil.
Alat-alat yang digunakan masih sangat sederhana karena hanya berupa pecahan-pecahan batu.
Secara garis besar kebudayaan Zaman Palaeolithikum dibagi menjadi: Kebudayaan Pacitan dan Kebudayaan Ngandong.
Kebudayaan pacitan
Alat-alat batu dari Pacitan ditemukan oleh Von Koenigswald (1935) di kali Baksoso, desa Punung, Pacitan,Jawa Timur..
Peralatan dari kebudayaan Pacitan berupa:
1. Kapak genggam/Kapak Tak Bertangkai
2. Kapak Penetak dan Kapak Perimbas
3. Alat-alat serpih (flake) Alat-alat batu tersebut berasal dari
lapisan Pleistosen Tengah.
Selain di pacitan, alat – alat batu tersebut ditemukan juga di Sukabumi, Tambangsawah (Bengkulu), Lahat(Sumatra Selatan), Kalianda(Lampung), Awangbangkal(Kalimantan Selatan), Batu Tring(Sumbawa), Maumere(Flores), dan Atambua Timor.
Kebudayaan ngandong Kebudayaan Ngandong ditemukan di
Ngawi, Jawa Timur. Peninggalannya berupa:
1. Kapak genggam
2. Alat serpih (flake)
3. Peralatan dari tulang Peralatan dari tulang digunakan untuk:
menggali, mata anak panah, dan menguliti binatang.
Manusia pendukung dari masa Palaeolithikum:
1. Phitecanthropus Erectus (Kebudayaan Pacitan)
2. Homo Wajakensis (Kebudayaan Ngandong)
3. Homo Soloensis (Kebudayaan Ngandong) Pola hidup: Berburu dan mengumpulkan
makanan (hunting and food gathering) nomaden.
Pada masa ini belum ditemukan adanya bentuk kepercayaan, bahkan penguburan mayat juga belum dilakukan.
Nomaden dengan kelompok kecil
di Pulau Jawa diperkirakan ada 500 orang
Contohnya hidup nomaden adalah masyarakat Aborigin
Contohnya hidup nomaden adalah masyarakat Aborigin
Zaman mesolithikum
Perkembangan kebudayaan pada zaman ini lebih cepat dari masa sebelumnya karena:
1. Kondisi alam sudah mulai stabil
2. Manusia pendukungnya sudah cukup cerdas Peralatan yang digunakan sudah lebih baik
dari masa sebelumnya karena peralatan batunya sudah ada yang dihaluskan.
Sudah mulai mengenal pembuatan gerabah, yaitu benda pecah belah yang terbuat dari tanah liat.
Bentuk-bentuk peninggalan pada Zaman
Mesolithikum adalah:
1. Kjokkenmoddinger
Merupakan tumpukan kulit siput dan kerang yang telah membatu.
2. Abris Saus Roche
Merupakan gua-gua tempat tinggal manusia purba.
3. Kebudayaan tulang dan kebudayaan batu.
Kebudayaan tulang sampung
Ditemukan pertama kali oleh Van Stein Callenfels.
Dinamakan Kebudayaan Tulang Sampung karena sebagian besar alat yang ditemukan terbuat dari tulang.
Meskipun sebagian besar peralatannya terbuat dari tulang, namun peralatan batu masih tetap digunakan. Seperti: alat-alat serpih (flake) dan kapak genggam.
Kebudayaan toala Kebudayaan Toala perama kali ditemukan oleh
Fritz Sarasin dan Paul Sarasin. Peralatan yang dihasilkan oleh Kebudayaan
Toala adalah:
1. Alat-alat serpih (flake)
2. Peralatan tulang
3. Batu penggiling
4. Gerabah
5. Kapak genggam (pebble)
Kebudayaan kapak genggam sumatera
Kebudayaan Kapak Genggam Sumatera berasal dari Kebudayaan Bacson-Hoabinh di Indo-Cina.
Kebudayaan ini ditemukan oleh Van Stein Callenfels pada 1925.
Hasil dari kebudayaan ini:
1. Kapak genggam (pebble)
2. Batu-batu penggiling
3. Pisau batu
4. Alu dan lesung batu
Manusia pendukung dari Zaman Mesolithikum adalah manusia cerdas Homo Sapiens.
Pola kehidupan:
1. Berburu dan mengumpulkan makanan tingkat lanjut.
2. Sebagian telah menetap dan bercocok tanam secara sederhana (berladang).
Pada masa ini telah ditemukan seni lukis yang berhubungan dengan kepercayaan terhadap roh nenek moyang (animisme, dinamisme, totemisme).
Telah ditemukan adanya bukti-bukti penguburan mayat.
Zaman Neolithikum
• Kebudayaan pada Zaman Neolithikum sudah sangat maju dibandingkan sebelumnya, sebab kondisi alamnya sudah stabil.
• Kebudayaan Neolithikum menjadi dasar dari kebudayaan Indonesia sekarang.
• Contoh dari peradaban Neolithikum seperti: Peradaban Lembah Sungai Indus, dan Peradaban Lembah Sungai Eufrat-Tigris.
• Peninggalan dari kebudayaan ini adalah: Kapak Persegi, Kapak Lonjong, dan Gerabah.
Kapak persegi
• Kapak Persegi (Beliung Persegi), merupakan Kapak batu yang berbentuk persegi dengan bagian sisi bawahnya dibuat tajam.
• Kapak Persegi ditemukan hampir di sebagian besar wilayah Indonesia, seperti: Sumatera, Jawa, dan Bali.
• Beberapa Kapak Persegi terbuat dari batu-batu yang indah dan biasanya digunakan untuk: upacara adat, simbol kebesaran, alat barter, dan jimat.
Kapak lonjong
• Kapak Lonjong berbentuk lonjong atau bulat telur, dan pada ujungnya yang lancip digunakan untuk tangkai.
• Sebagian besar Kapak Lonjong ditemukan di wilayah Indonesia Timur: Sulawesi, Maluku, Flores, Papua. Di Papua kapak ini masih digunakan hingga sekarang.
• Kapak Lonjong juga ada yang terbuat dari batuan Indah dengan fungsi: alat upacara, alat barter, simbol kebesaran, dan jimat.
gerabah• Gerabah dalam Zaman Neolithikum
memegang peranan penting sebagai wadah atau tempat.
• Gerabah terbuat dari tanah liat yang dibakar, dan beberapa ada yang dibuat dengan motif indah.
• Gerabah banyak ditemukan di Jawa dan Sumatera.
• Pada masa ini Gerabah banyak digunakan karena pola hidup yang menetap sehingga diperlukan penyimpanan makanan jangka panjang.
• Manusia pendukung pada Masa Neolithikum terbagi menjadi:
1. Proto Melayu dan Duetero Melayu untuk wilayah Indonesia Barat.
2. Papua Melanesoid untuk wilayah Indonesia Timur.
• Pola kehidupan:
1. Hidup menetap secara sederhana dan membentuk perkampungan.
2. Hidup dengan berladang, bersawah, dan beternak.
• Telah mengenal adanya kepercayaan.
megalithikum
Kebudayaan Megalithikum adalah kebudayaan yang menghasilkan bangunan-bangunan monumental yang terbuat dari batu-batu besar.
Kebudayaan Megalithikum sebenarnya muncul di akhir masa Neolithikum.
Sebagian besar hasil kebudayaan Megalithikum berkaitan dengan praktik-praktik kepercayaan (religi).
peninggalan
Menhir
Merupakan tiang atau tugu batu yang terbuat dari batuan tunggal yang berfungsi sebagai:
1. Sebagai sarana pemujaan terhadap roh nenek moyang.
2. Sebagai penghormatan terhadap orang yang telah meninggal.
3. sebagai tempat menampung kedatangan roh.
Punden Berundak
Bangunan pemujaan yang bertingkat-tingkat, biasanya terdapat di atas bukit.
Bentuknya yang bertingkat-tingkan memiliki makna untuk mendekatkan manusia kepada sang pencipta.
Diatas Punden Berundak terkadang diletakkan sebuah Dolmen, yang berfungsi sebagai tempat meletakkan sesaji.
Dolmen
Merupakan meja batu yang berfungsi sebagai tempat meletakkan sesaji (persembahan).
Dolmen memiliki banyak kombinasi seperti:
1. Dolmen yang kaki-kakinya berupa Menhir, seperti yang ditemukan di Sumatera Selatan.
2. Dolmen yang digunakan sebagai kubur batu di bagian bawahnya, seperti yang ditemukan di Jawa Timur.
3. Dolmen yang diletakkan di atas Punden Berundak.
Kubur Peti Batu
Peti jenazah yang terpendam di dalam tanah berbentuk persegi panjang yang terbuat dari lempengan batu.
Sarkofagus
Peti jenazah yang berbentuk seperti lesung dan memiliki tutup diatasnya.
Waruga
Peti jenazah kecil yang berbentuk kubus dan memiliki tutup seperti atap rumah.
Zaman logam Zaman Logam disebut juga dengan
zaman perundagian (telah ada pembagian kerja secara jelas).
Pada masa ini Indonesia mendapatkan pengaruh dari kebudayaan Dongson (Vietnam).
Pada Zaman Logam peralatan yang banyak ditemukan di Indonesia terbuat dari perunggu.
teknologi Teknik Bivalve
Teknik membuat benda logam dengan menggunakan dua cetakan yang dirapatkan dan diberi lubang di tengahnya. Cara ini dapat digunakan berulang-ulang.
Teknik A Cire Perdue
Teknik membuat benda logam dengan menggunakan cetakan dari lilin dan tanah liat. Cara ini hanya dapat digunakan sekali saja.
Peralatan Kapak Corong
Kapak yang bagian atasnya berbentuk corong. Kapak Corong yang salah satu bagian sisinya memanjang disebut Candrasa.
Nekara
Genderang besar yang terbuat dari perunggu.
Moko
Genderang seperti Nekara namun ukurannya lebih kecil, dan biasanya berfungsi sebagai alat musik.
Perkembangan ekonomi
€ Pada masa awalnya manusia purba hidup dengan cara berburu dan mengumpulkan makanan (hunting and food gathering).
€ Mereka melakukan berburu dan mengumpulkan makanan karena belum dapat menghasilkan makanan sendiri, sehingga harus bergantung pada alam.
€ Pada masa ini manusia hidup berkelompok dalam jumlah kecil untuk memudahkan mobilisasi (perpindahan).
€ Dalam perkembangannya manusia purba mulai bercocok tanam dan berladang, pada masa ini mereka sudah mulai tinggal di goa-goa (Abris Saus Roche).
€ Karena sudah dapat menghasilkan makanannya sendiri, maka mereka tidak lagi hidup secara nomaden.
€ Manusia pendukung dari masa ini adalah Homo sapiens.
€ Peralatan hidup pada masa ini sudah lebih baik dari sebelumnya, dan telah ada pembagian kerja.
€ Pada tahapan yang terakhir manusia purba sudah dapat melakukan pelayaran dan perdagangan.
€ Pada masa ini mereka telah bertempat tinggal menetap dalam perkampungan-perkampungan. Mereka dipimpin oleh kepala suku yang dipilih berdasarkan kekuatan.
€ Pada masa ini juga telah ada pembagian kerja yang lebih kompleks lagi.
€ Masa ini menjadi dasar bagi kehidupan masyarakat Indonesia sekarang.
Sistem kepercayaan
Animisme
Kepercayaan terhadap roh-roh nenek moyang.
Dinamisme
Kepercayaan kepada benda-benda yang dianggap memiliki kekuatan (kesaktian).
Totemisme
Kepercayaan terhadap hewan yang dianggap suci (memiliki kekuatan gaib).