PERILAKU YAHUDI MENGUBAH DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50093...ayat-ayat...
Transcript of PERILAKU YAHUDI MENGUBAH DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50093...ayat-ayat...
PERILAKU YAHUDI MENGUBAH DAN
MENYEMBUNYIKAN AYAT-AYAT ALLAH
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Ushuluddin Untuk Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Agama (S. Ag)
Oleh:
Iim Fauziah
NIM : 11140340000233
PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR
FAKULTAS USHULUDDIN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1440 H / 2019 M
iii
PEDOMAN TRANSLITRERASI
Berdasarkan Surat Keputusan bersama Menteri Agama RI dan
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI Nomor: 158/1987 dan 0543
b/U/1987, tanggal 22 Jnuari 1988.
A. Konsonan Tunggal
Huruf Arab Nama Huruf Latin Nama
Alif Tidak ا
dilambangkan
Tidak
dilambangkan
Ba B Be ب
Ta T Te ت
Ṡa ṡ es (dengan titik ث
di atas)
Jim J Je ج
Ḥa ḥ ha (dengan titik ح
di bawah)
Kha Kh Ka dan Ha خ
Dal D De د
Ẑal ẑ zet (dengan titik ذ
di atas)
Ra R Er ر
Zai Z Zet ز
Sin S Es س
Syin Sy Es dan Ye ش
iv
Ṣad Ṣ es (dengan titik ص
di bawah)
Ḍad ḍ de (dengan titik ض
di bawah)
Ṭa ṭ ط
te (dengan titik
di bawah)
Ẓa ظ
ẓ zet (dengan titik
di bawah)
ain‘ ع
‘ komaterbalik (di
atas)
Gain G Ge غ
Fa F Ef ف
Qaf Q Ki ق
Kaf K Ka ك
Lam L El ل
Mim M Em م
Nun N En ن
Wau W We و
Ha H Ha ه
Hamzah ' Apostrof ء
Ya Y Ye ي
v
B. Vokal
Vokal bahasa Arab, seperti vocal bahasa Indonesia yang terdiri dari
vocal tunggal atau monoftong dan vocal rangkap atau diftong.
1) Vokal Tunggal
Vokal tunggal bahasa Arab yang lambangnya berupa tanda atau
harkat, transliterasinya sebagai berikut
Tanda Nama Huruf Latin Nama
Fathah A A
Kasrah I I
Dhammah U U
2) Vokal Rangkap
Vokal rangkap dalam bahasa Arab yang lambangnya berupa
gabungan antara harkat dan huruf, yaitu:
Tanda Nama Huruf Latin Nama
Fathah dan Ya Ai A dan i ى
Fathah dan Wau Au A dan u و
C. Maddah
Maddah atau vocal panjang yang lambangnya berupa harkat dan
huruf, transliterasinya berupa huruf dan tanda, yaitu:
Harkat dan
Huruf
Nama Huruf dan
Tanda
Nama
ا ى Fathah dan alif
atau ya
A a dan garis di atas
Kasrah dan ya I i dan garis di atas ى
vi
Dammah dan و
wau
U u dan garis di atas
D. Ta’ Marbuṯah
Berkaitan dengan alih aksara ini, jika huruf tâ’ marbûtah terdapat
pada kata yang berdiri sendiri, maka huruf tersebut dialihaksarakan
menjadi huruf /h/ (lihat contoh 1 di bawah). Hal yang sama juga
berlaku jika ta marbûtah tersebut diikuti oleh kata sifat (na’t) (lihat
contoh 2). Namun, jika huruf ta marbûtah tersebut diikuti kata benda
(ism), maka huruf tersebut dialihaksarakan menjadi huruf /t/ (lihat
contoh 3). Contoh:
No Kata Arab Alih Aksara
Tharîqah طريقة 1
al-jâmiʽah al-islâmiyyah الجامعة اإلسالمية 2
Wahdat al-wujûd وحدة الوجود 3
E. Syaddah
Syaddah atau Tasydîd yang dalam sistem tulisan Arab dilambangkan
dengan sebuah tanda ( ) dalam alih aksara ini dilambangkan dengan
huruf, yaitu dengan menggandakan huruf yang diberi tandah tasydîd
itu. Akan tetapi, hal ini tidak berlaku jika huruf yang menerima tanda
tasydîd itu terletak setelah kata yang diikuti oleh huruf-huruf
syamsiyyah. Misalnya, kata الضرورة tidak ditulis ad-dharûrah melainkan
al-dharûrah, demikian seterusnya.
vii
F. Kata Sandang
Kata sandang dalam sistem aksara Arab dilambangkan dengan
huruf, yaitu alif dan lam, dialih aksarakan menjandi huruf /1/, baik diikuti
huruf syamsiyyah maupun qomariyyah, contoh: al-syamsiyyah bukan asy-
syamsiyyah, al-rijāl bukan ar-rijāl.
G. Hamzah
Dinyatakan di depan bahwa ditransliterasikan dengan apostrof.
Namun, itu hanya berlaku bagi hamzah yang terletak di tengah dan diakhir
kata. Bila hamzah itu terletak diawal kata, isi dilambangkan, karena dalam
tulisan Arab berupa alif.
Contoh:
ta'khużūna) تأخذون
(syai'un)شيئ
umirtu) أمرت
(akala) أكل
H. Penulisan Kata
Pada dasarnya setiap kata, baik fi’il, isim maupun harf ditulis
terpisah. Hanya kata-kata tertentu yang penulisannya dengan huruf Arab
sudah lazim dirangkaikan dengan kata lain karena ada huruf atau harakat
yang dihilangkan maka transliterasi ini, penulisan kata tersebut
dirangkaikan juga dengan kata lain yang mengikutinya.
Contoh:
Wainnallāhalahuwakhairar-rāziqĭn وإناهلللوخريالرازقي
Wainnallāhalahuwakhairrāziqĭn
viii
Wa auf al-kaila wa-almĭzān وأوفواالكيلوالميزان
Wa auf al-kaila wal mĭzān
Ibrāhĭm al-Khalĭl إبراهيمالليل
Ibrāhĭmul-Khalĭl
Bismillāhimajrehāwamursahā بسماهللمراهاومرساها
I. Huruf Kapital
Meskipun dalam sistem tulisan Arab huruf kapital tidak dikenal,
dalam transliterasi ini huruf tersebut digunakan juga. Penggunaanhuruf
kapital seperti apa yang berlaku dalam EYD, di antaranya: Huruf kapital
digunakan untuk menuliskan huruf awal nama diri dan permulaan kalimat.
Bilamana nama diri itu didahului oleh kata sandang, maka yang ditulis
dengan huruf kapital tetap huruf awal nama diri terebut, bukan huruf awal
kata sandangnya.
Contoh:
رسولد ومامم إال Wa mā Muhammadun illā rasl
فقألبولقدراه المبي Walaqadra’āhubil-ufuq al-mubĭn
Walaqadra’āhubil-ufuqil-mubĭn
ال العالميمدهللرب Alhamdulillāhirabbil al-‘ālamĭn
Alhamdulillāhirabbilil ‘ālamĭn
ix
Penggunaan huruf awal capital hanyauntuk Allah bila dalam tulisan
Arabnya memang lengkap demikian dan kalau tulisan itu disatukan
dengan kata lain sehingga ada huruf atau harakat yang dihilangkan, huruf
capital tidak digunakan.
Contoh:
بنصرمناهللوفتحقري Naṣrunminallāhiwafathunqarĭb
يعاجهللاألمر Lillāhi al-amrujamĭ’an
Lillāhil-amrujamĭ’an
Wallāhabikullisyai’in ‘alĭm واهللبكلشيئعليم
J. Tajwid
Bagi mereka yang menginginkan kefasihan dalam bacaan, pedoman
transliterasi ini merupakan bagian yang tak terpisahkan dengan Ilmu
Tajwid .Karena itu peresmian pedoman transliterasi ini perlu di sertai
dengan pedoman Tajwid.
x
ABSTRAK
Iim Fauziah
Yahudi Merubah dan Menyembunyikan Ayat-Ayat Allah
Skripsi ini mengungkapkan tentang perilaku Yahudi yang
mengakibatkan mereka sebagai masyarakat yang di kecam di dalam al-
Qur’an, hal ini tidak sejalan dengan keberadaan mereka sebagai Ahl Kitab.
Ahl Kitab adalah masyarakat yang semestinya orang-orang yang terbaik,
karena banyaknya nabi-nabi dan kitab Suci.
Jenis penelitian yang penulis gunakan adalah penelitian kualitatif
atau penelitian pustaka (library research). Ditinjau dari sifatnya, maka
penelitian ini bersifat deskriptif-analitis, yaitu suatu penelitian yang
berupaya memberikan gambaran secara deskriptif dan mendetail terhadap
aspek yang berhubungan dengan permasalahan seputar perilaku Yahudi
mengubah dan menyembunyikan ayat-ayat Allah.
Adapun kesimpulan dari tulisan ini adalah : bahwa orang-orang
Yahudi melakukan berbagai macam penyimpangan terhadap agama dan
kitab suci mereka. Yahudi kerap kali mentahrif dan menyembunyikan
ayat-ayat Allah, bentuk tahrif yang Yahudi lakukan, mengubah isi kitab
suci dan hukum yang telah Allah tetapkan serta berdusta atas nama Allah,
kemudian Yahudi menyembunyikan kebenaran dan menyembunyikan
ilmu. Karena mereka menganggap bahwa jika ilmu yang mereka ketahui
itu semakin mereka sembunyikan niscaya orang awam semakin tidak tahu
kesewang-wenangan mereka. Karena sikap mereka itulah mereka menjadi
umat yang dikecam, karena jeleknya amal perbuatan mereka, sehingga
mereka mendapat kemarahan, laknat, dan kemurkaan dari Allah swt.
Keywords: Yahudi, tahrif, merubah, menyembunyikan
xi
KATA PENGANTAR
بسم اهلل الرحمن الرحيم
Segala puji bagi Allah Tuhan semesta alam yang telah
mencurahkan kasih sayang, kesehatan dan ridhonya serta memberikan
Istiqomah, keikhlasan dan kesabaran sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini yang berjudul : PERILAKU YAHUDI
MERUBAH DAN MENYEMBUNYIKAN AYAT-AYAT ALLAH.
Shalawat dan salam kepada Nabi Muhammad saw junjungan para umat
yang berfikir, dimana mencari sebuah kebenaran dalam sebuah konsep
ketuhanan yang telah di konsep secara rapih dan sistematis untuk umatnya
hingga akhir zaman.
Penulis sangat bersyukur atas selesainya tugas akhir untuk jenjang
pendidikan Strata Satu (S1) yang penulis tempuh. Penulis yakin di dalam
penulisan skripsi ini masih banyak kekurangan di dalam
menyelesaikannya. Maka dari itu penulis menyadari dan mempunyai
kewajiban untuk menghaturkan permintaan maaf kepada pembaca atas
ketidak sempurnaan yang memang itu telah kodrat bagi manusia itu
sendiri.
Selanjutnya penulis menyadari bahwa skipsi ini tidaklah mungkin
dapat tercapai tanpa dukungan dan bantuan dari berbagai pihak. Maka dari
itu sebagai ungkapan rasa hormat, penulis mengucapkan terimakasih
kepada yang terhormat:
1. Segenap civitas akademika Universitas Islam Negeri Syarif Hidaytullah
jakarta: Prof. Dr. Hj. Amany Burhanuddi Umar Lubis M.A, selaku rektor
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta beserta jajarannya dan Bapak Dr. Yusuf
Rahman M.A. selaku dekan Fakultas Ushuluddin, sekaligus selaku dosen
xii
pembimbing akademik dari semester satu hingga selesai. Bapak Dr. Eva
Nugraha M.A, selaku ketua jurusan Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir dan Bapak
Fahrizal Mahdi, Lc. MIRKH selaku sekertaris Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir.
2. Bapak Drs. H. A. Rifqi Muchtar M.A selaku dosen pembimbing penulis
yang telah memberikan arahan, saran dan dukungan kepada penulis,
sehingga skripsi dapat terselesaikan. Mohon maaf atas sebesar-besarnya,
jika selama proses pembimbingan penulis banyak merepotkan. Semoga
bapak selalu sehat dan di lancarkan segala urusannya.
3. Seluruh dosen Fakultas Ushuluddin Khususnya di program Ilmu al-Qur’an
dan Tafsir atas segala motivasi, ilmu pengetahuan, bimbingan dan
wawasan dan pengalaman yang telah diberikan. Kepada seluruh staf dan
karyawan Fakultas Ushuluddin UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
4. Pemimpin dan segenap karyawan Perpustakaan Umum, perpustakaan
Fakultas Ushuluddin UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
5. Terkhusus kepada kedua orang Tua yang sangat dicintai dan disayangi
ayahanda tercinta Bapak H. Catim dan ibuku tercinta Umi Hj. Sarnah yang
selalu memberikan masukan kepada saya untuk selalu semangat dan sabar
dalam menyelesaikan skripsi ini dan tidak lupa mereka selalu mendoakan
saya agar selalu di beikan kesehatan dan waktu luang agar dapat
mengerjakan skripsi ini dengan baik dan benar. Kedua orang tua adalah
sumber inspirasi penulis dalam menjalankan hidup dan menyelesaikan
skripsi ini.
6. Suami tercinta dan terkasih Dyan Pra Nugraha S.T, yang selalu memberi
suport lahir batin, dan selalu bersikap sabar dalam menunggu dan
mensuport penulis dalam penyelesaian study.
7. Anakku tercinta Azka Azfar Fauzi, yang selalu menjadi suport utama
penulis dalam menyelesaikan study.
xiii
8. Terimakasih kepada guru-guru penulis, guru-guru SDN Cikande II, guru-
guru pondok pesantren Qorro Abadan Babus Salam Cikande, guru-guru
Mts Matla’ul Huda Cikande, guru-guru SMAN 1 Manonjaya Tasikmalaya,
guru dan dewan Kiyai podok pesantren Miftahul Huda Al-Faqih
Manonjaya Tasikmalaya.
9. Teman-teman seperjuangan, teman-teman Jurusan Ilmu Al-Qur’an dan
Tafsir angkatan 2014, khususnya TH F. Kepada teman-teman Lima Jariku
: Ibu jari mamih Suciani, jari telunjuk Siti Falihatul Fitria, jari tengah
Nurma Juli Putriani, dan jari kelingking Wendi Widianti terimakasih
sudah menyemangati saya dan mensuport saya dalam menyelesaikan
study, semoga Allah memudahkan urusan kalian.
10. Teman-teman KKN 094 Kelapa Muda: Ihsya, Nanda, Muharomah, Debby,
Cacu, Irul, Gayus, anwar, irfan, fathur, Irfan, rizka, Bakri, dan zulfa
kebersamaan dengan kalian selama kurang dari sebulan lamanya banyak
meberi pelajaran yang sangat berharga.
11. Kepada teman-teman yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatunya
yang mana selalu memberikan semangat dan motivasi penulis dalam
menyelesaikan karya ilmiyah ini.
Semoga amal baik mereka di balas oleh Allah swt, sungguh hanya Allah
yang dapat membalas kebaikan mereka dengan kebaikan yang berlipat
ganda.
Jakarta 15 Juli 2019
Iim Fauziah
xiv
DAFTAR ISI
Persetujuan Para Penguji i
Pernyataan Penulis ii
Pedoman Translitrasi iii
Abstrak x
Kata Pengantar xi
BAB I : PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang Masalah 1
B. Permasalahan 8
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 9
D. Kajian Pustaka 9
E. Metode Penelitian dan Teknik Penulisan 14
F. Sistematika Penulisan 15
BAB II : TINJAUAN UMUM MENGENAI TERM BANI ISRAIL
DAN YAHUDI 17
A. Pengertian Bani Israil 17
B. Pengertian Yahudi 24
C. Perbedaan Penggunaan Kata Yahudi dan Bani Israil 28
BAB III : PERILAKU YAHUDI TERHADAP KITAB SUCI
A. Kitab Suci Yahudi 33
B. Posisi Yahudi Menurut Al-Qur’an 36
C. Perbedaan Penyebutan Yahudi, Bani Israil 39
D. Bentuk Kecaman Allah Atas Perilaku Yahudi 41
xv
BAB IV : KAUM YAHUDI MENGUBAH DAN
MENYEMBUNYIKAN AYAT ALLAH 51
A. Perbedaan Perilaku Mengubah dan Menyembunyikan Ayat-Ayat
Allah 51
B. Kecaman Allah Atas Perbuatan Mengubah Hukum Allah 62
C. Ancaman Allah Kepada Yahudi 69
BAB V : PENUTUP 77
A. Kesimpulan 77
B. Saran 78
DAFTAR PUTAKA 79
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Yahudi (Judaism) merupakan agama yang awalnya dibawa oleh
Nabi Musa as, menurut pendapat yang paling populer, nama agama ini
diambil dari nama salah satu dari dua belas anak Ya’qub yaitu Yahuda.
Sebetulnya, keseluruhan keturunan Ya’qub adalah mereka yang disebut
sebagai Bani Israil (yang berarti keturunan Nabi Ya’qub, sementara Israil
adalah nama lain Ya’qub), seluruh keturunan Nabi Ya’qub terusir dari
tempat tinggal mereka kecuali anak keturunan Judah. Mereka inilah yang
kemudian disebut sebagai Umat Yahudi1.
Pada dasarnya agama Yahudi mempunyai beberapa ajaran yang
sama dengan ajaran Islam. Diantaranya dalam hal mengkhitan, mereka
mengharuskan bagi anak-anak mereka dan kemudian dirayakkan, sebagai
bentuk penyambutan atas masyarakat Yahudi yang baru.
Sejarah mengenai Yahudi ini dapat dilihat dari perjanjian lama. Pada
awalnya, Israel hanyalah sebuah kelompok bersatu yang terdiri atas suku-
suku, lalu ia menjadi sebuah kerajaan. Setelah terbebas dari perbudakan di
Mesir, mereka menaklukan negeri Kan’an. Sejarah Yahudi mencapai masa
keemasannya pada masa Daud dan Sulaiman, sedangkan dalam sejarahnya
adalah pada masa perbudakan selama di Mesir dan Babilonia (586 M),
serta masa penyerangan Romawi (70 M)2.
1 M. Ali Imron, Sejarah Terlengkap Agama-Agama di Dunia Dari Masa Klasik
Hingga Moderen, (Djogjakarta: IRCiSoD, 2015), h. 345-346. 2 M. Ali Imron, Sejarah Terlengkap Agama-Agama di Dunia Dari Masa Klasik
Hingga Moderen, (Djogjakarta: IRCiSoD, 2015), h. 345-346.
2
Para nabi atau rasul yang diutus dari kalangan Yahudi atau Bani
Israil serta para umatnya yang sering diungkap dalam al-Qur’an ialah
kisah Nabi Ya’qub beserta anak cucu keturunannya dalam al-Qur’an.
Adapun anak keturunannya Nabi Ya’qub as dari keempat orang istrinya
Ya’qub memiliki dua belas putra, yakni dari Lea atau Layya enam orang
putra, yaitu; Ruben, Simeon, Lewy, Yahuda, Isakhar dan Zebulaon. Dari
Rachel lahir dua orang putra, yaitu ; Yusuf, dan Benyamin. Dari Bilha dua
orang anak, yaitu ; Dann dan Naftali. Kemudian dari Zilfa dua orang
putra, yaitu ; Gad dan Asyer3. Putra-putra Nabi Ya‟qub inilah yang
merupakan cikal bakal lahirnya istilah Bani Israil.
Kitab suci agama Yahudi itu dinamakan dengan Biblia, yakni Al-
kitab. Pihak kristen pada masa belakangan memanggilkan keseluruhannya
dengan Old Testamen, yakni perjanjian lama, namun bagian dari Bibel
yang terbesar adalah perjanjian lama, yaitu lebih kurang dari 75% dari
keseluruhan isi kitab itu4. Merupakan dari bagian perjanjian lama. Oleh
karena itulah, penganut agama Yahudi meyakini bahwa Allah telah
menurunkan kepada Musa dua kitab Suci yang menjadi tuntunan dan
pedoman hidup bagi Bani Israel. Kitab suci yang menjadi pedoman hidup
agama Yahudi yaitu: pertama, Taurat Tertulis bisa disebut Taurat, atau
Tanakh, sering kali dipakai untuk menyebut keseluruhan bagian yang
biasa disebut oleh orang Kristen sebagai perjanjian lama dan merupakan
bibel orang yahudi. Mereka meyakini bahwa tanakh merupakan firman
Allah yang didekatkan kepada Nabi Musa, lalu Musa menuliskan dalam
dua buah lempeng batu dan hal itu terjadi saat Musa menemui Allah
dibukit Sinai selama Empat puluh hari empat puluh malam.
3 Ibn Katsīr, Kisah Para Nabi, Terj. Dudi Rosyadi, (Jakarta: Pustaka al-Kautsar,
2011), h. 376-377 4 M. Ali Imron, Sejarah Terlengkap Agama-Agama di Dunia Dari Masa Klasik
Hingga Modern, (Djogakarta: IRCiSoD, 2015) h. 357-363
3
Adapun isi Tanakh secara keseluruhan terdiri atas tiga bagian yaitu5:
pertama, hukum atau Taurat. Kedua nabi-nabi atau (nevi’im) dalam
agama Yahudi. Ke-tiga, sastra atau ketuvim, kitab sastra ini sering
diberikan di Sinanog pada hari-hari perayaan. Kemudian kitab suci yang
menjadi pedoman agama Yahudi yang kedua Taurat Lisan Taurat ini biasa
disebut sebagai Talmud dan diyakini sebagai penjelasan atau perincian
atas Taurat (Tanakh), Talmud dapat diartikan sebagai pengajaran atau
pengetahuan. Setelah pertengahan abad ke-2 Masehi, Talmud ditetapkan
sebagai kitab yang berisi hukum-hukum syariat kaum Yahudi. Talmud ini
terdiri atas dua komponen, yaitu: pertama, Mishnah merupakan versi
utama karena ditransmisikan secara turun temurun secara lisan dari Nabi
Musa ke Yosua, lalu kepada para tua, para Nabi, sampai generasi Great
Assembly yang dipimpin oleh Ezra, yakni sampai abad kedua Masehi. Ke-
Dua, Gemara memiiki arti “pelengkap” bagian ini merupakan versi analisi
atau pelengkap atau komplemen atau komentar terhadap Mishnah, karena
baru muncul dengan versi yang berbeda-beda setelah generasi Great
Assembly.6
Dalam perkembangannya, al-Qur’an memiliki perhatian yang cermat
dan mendetail tentang Yahudi di bumi, baik sebelum dan sesudah masa
Nabi Muhammad. Al-Qur’an menggambarkan berbagai ekspresi keadaan
Bani Israil, yang di dalamnya terdapat penganut agama Yahudi. Seperti
cerita orang Yahudi yang terdapat dalam surat al-Baqarah (2): 1137.
5 M. Ali Imron, Sejarah Terlengkap Agama-Agama di Dunia Dari Masa Klasik
Hingga Modern, (Djogakarta: IRCiSoD, 2015) h. 357-363 6 M. Ali Imron, Sejarah Terlengkap Agama-Agama di Dunia Dari Masa Klasik
Hingga Moderen, (Djogjakarta: IRCiSoD, 2015), h. 357-363 7 Lihat selengkapnya al-Baqarah [2]:113
لون الكتاب وقالت الي هود ليست النصارى على شيء وقالت النصارى ليست الي هود على شيء وىم ي ت لك قال الذين ل ي علمون مثل ق ولم ن هم ي وم القيامة فيما كانوا فيو يتلفون كذ فاللو يكم ب ي
4
Dalam ayat tersebut digambarkan keadaan sekelompok orang Yahudi yang
beradu pendapat dengan segolongan orang dari agama Nasrani pada
zaman Nabi Muhammad saw. Keduanya tidak ada yang mau mengalah
dan keras kepala.
Akan tetapi, hal yang perlu di ketahui mengenai isu Yahudi ini
adalah tidak selalu kata Bani Israil merujuk kepada orang yang beragama
Yahudi. Diantara Bani Israil ada yang masih menganut agama ketauhidan
yang diajarkan oleh Nabi Ibrahim8. Dalam surat Yunus (10):90
9 juga
disebutkan bahwa ketika Fir’aun hendak tenggelam di laut Merah, dirinya
langsung beriman kepada Tuhan yang disembah oleh Bani Israil dan
mengaku seorang muslim. Dijelaskan pula dalam surat yang sama ayat
8410
bahwasanya Nabi Musa menyebut umatnya yang beriman dan
berserah diri kepada Allah sebagai muslim.
Dan orang-orang Yahudi berkata: "Orang-orang Nasrani itu tidak mempunyai
suatu pegangan", dan orang-orang Nasrani berkata: "Orang-orang Yahudi tidak
mempunyai sesuatu pegangan," padahal mereka (sama-sama) membaca Al Kitab.
Demikian pula orang-orang yang tidak mengetahui, mengatakan seperti ucapan mereka
itu. Maka Allah akan mengadili diantara mereka pada hari Kiamat, tentang apa-apa yang
mereka berselisih padanya. 8 Ṭhāhīr Ibn Āsyūr, al-Tahrīr wa al-Tanwīr, ( Tunis: Dār al- Tunisiyah, 1984),
Juz I, h. 532-533 9 Lihat selengkapnya Q.S Yunus {10}:90
إذا أدركو الغرق قال آمنت أنو ل إلو وجاوزنا ببن إسرائيل البحر فأت ب عهم فرعون وجنوده ب غيا وعدوا حتالمسلمي إل الذي آمنت بو ب نو إسرائيل وأنا من
Dan Kami memungkinkan Bani Israil melintasi laut, lalu mereka diikuti oleh
Fir'aun dan bala tentaranya, karena hendak menganiaya dan menindas (mereka); hingga
bila Fir'aun itu telah hampir tenggelam berkatalah dia: "Saya percaya bahwa tidak ada
Tuhan melainkan Tuhan yang dipercayai oleh Bani Israil, dan saya termasuk orang-orang
yang berserah diri (kepada Allah)". 10
Lihat selengkapnya Q.S Yunus {10}: 84
لوا إن كنتم مسلمي وقال موسى يا ق وم إن كنتم آمنتم باللو ف عليو ت وك Berkata Musa: "Hai kaumku, jika kamu beriman kepada Allah, maka
bertawakkallah kepada-Nya saja, jika kamu benar-benar orang yang berserah diri".
5
Bani Israil mulai disebut dengan sebutan kaum Yahudi setelah
mereka memiliki syariat yang khusus dan kitab suci yang diturunkan
kepada mereka. Definisi ini berlaku setelah Musa diangkat menjadi nabi
seperti diterangkan dalam al-Qur’an11
. Kaum Yahudi dalam beberapa ayat
digambarkan mempunyai sifat yang tidak terpuji. Bahkan sementara
ulama tafsir memberi catatan bahwa redaksi al-maghdub (yang dimurkai)
dalam surat al-Fātihah adalah kaum Yahudi12
. Saat ini, nama Yahudilah
yang dipakai dan telah menjadi identitas eksklusif suatu agama dan
bangsa. Selain itu orang-orang Yahudi seringkali berperilaku menyimpang
dari ajaran Taurat, dalam ayat lainpun kaum Yahudi kerap sekali merubah
isi kitab Taurat dan mengingkari kerasulan Nabi Muhammad saw. Allah
swt berfirman:
ر نا واسع غي عنا وعصي من الذين ىادوا يرفون الكلم عن مواضعو وي قولون سين عنا وأطعنا واسع وانظرنا مسمع وراعنا ليا بألسنتهم وطعنا ف الد ولو أن هم قالوا س
را لم وأق وم ولكن لعن هم اللو بكفرىم فل ي ؤمنون إل قليل لكان خي
Yaitu orang-orang Yahudi, mereka mengubah perkataan dari
tempat-tempatnya. Mereka berkata: "Kami mendengar", tetapi kami tidak
mau menurutinya. Dan (mereka mengatakan pula): "Dengarlah" sedang
kamu sebenarnya tidak mendengar apa-apa. Dan (mereka mengatakan):
"Raa'ina", dengan memutar-mutar lidahnya dan mencela agama.
Sekiranya mereka mengatakan: "Kami mendengar dan menurut, dan
dengarlah, dan perhatikanlah kami", tentulah itu lebih baik bagi mereka
dan lebih tepat, akan tetapi Allah mengutuk mereka, karena kekafiran
mereka. Mereka tidak beriman kecuali iman yang sangat tipis. (Q.S An-
Nisa [4]:46)13
.
11
Mansur Abd al- Hakim, Bangsa Ke-13 Sang Penguasa Dunia: Mengungkap
Misteri Bangsa Yang Hilang, terj. Gina Najjah Hajidah, (Bandung: Mizania, 2015), h. 33. 12
Abī al- Fidā’ Ismail bin Kathīr al- Dimasqī, Tafsīr al-Qur’ān al – Azīm, vol
1, (Cairo: Mu’assasat Qurtubat,2000), h. 225 13
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya, h. 109
6
Menurut suatu pendapat ayat ini diturunkan berkenaan dengan dua
orang Yahudi yang berbuat zinah, sedangkan mereka telah mengubah
Kitabullah yang ada di tangan mereka, antara lain ialah perintah
menghukum rajam orang yang berzina muhsan diantara mereka. Mereka
telah mengubahnya dan membuat peristilahan tersendiri diantara sesama
mereka, yaitu menjadi hukuman dera seartus kali, mencoreng mukanya
dengan arang, dan dinaikan ke atas keledai secara terbalik (lalu dibawa ke
sekeliling kota). Mereka telah melenceng dari ajaran Taurat yang
mewajibkan hukum rajam bagi pezina yang telah menikah. Hal ini mereka
lakukan karena maraknya perzinahan yang dilakukan oleh orang-orang
kaya dan terhormat di kalangan mereka. Rasulallah merasa sedih dengan
komdisi seperti ini. Hingga ayat ini turun untuk menghibur beliau.14
Kaum Yahudi selain kerap merubah kitab Taurat dan Injil mereka
kerap juga menyembunyikan kebenaran, seperti kaum Yahudi mengetahui
bahwa Nabi saw diutus sebagai penutup para rasul di akhir zaman ini,
tetapi mereka selalu menyembunyikan kebenaran ini. Allah swt berfirman:
ناىم الكتاب ي عرفونو كما ي عرفون أب ناءىم هم ليكتمون الذين آت ي وإن فريقا من ون الق وىم ي علم
"Orang-orang (Yahudi dan Nasrani) yang telah Kami beri Al Kitab
(Taurat dan Injil) mengenal Muhammad seperti mereka mengenal anak-
anaknya sendiri. Dan sesungguhnya sebahagian diantara mereka
menyembunyikan kebenaran, padahal mereka mengetahui." (QS. Al
Baqarah: 146).
Ibn Katsir mengatakan bahwa kadang pula maksud seperti mereka
mengenal anak-anaknya sendiri adalah mereka mengenal sekumpulan
anak-anak manusia lalu mereka tidak merasa ragu sedikit pun untuk
14
Lihat Jalāludīn al-Suyūthī, Lubāb al-Nuqūl fī asbāb al-Nuzūl (Riyadh:
Maktabah al- Riyādh, t.th) h. 227
7
mengenal anak mereka sendiri jika mereka melihatnya di antara
sekumpulan anak tadi15
. Walaupun mereka sudah mengenal Nabi saw
dengan sangat yakinnya, namun Allah katakana, "sebahagian diantara
mereka menyembunyikan kebenaran". Maksudnya adalah mereka
menyembunyikan sifat nabi saw yang ada pada kitab mereka pada
manusia padahal mereka mengetahuinya.
Akibat dari perbuatan mengubah kitab Allah serta hukum yang di
tetapkan oleh Allah dan menyembunyikan kebenaran maka Allah
memberikan ancaman bagi mereka, yaitu pertama, dikutuki dan dimurkai
Allah. Yang dimaksud dikutuk disini yaitu “dijauhkan dari rahmat Allah”
dan dimurkai artinya “Allah murka kepada mereka dengan murka yang
tidak akan reda sesudahnya untuk selama-lamanya”. Ke-dua, dilaknati
oleh Allah dan dilaknati (pula) oleh semua (makhluk) yang dapat
melaknati. Ke-tiga, orang yang menyembunyikan apa yang telah
diturunkan Allah, maka mereka itu sebenarnya tidak memakan kedalam
perutnya melainkan api”. Artinya, apa yang mereka makan tersebut
sebenarnya merupakan balasan atas perbuatan mereka menyembunyikan
kebenaran, yaitu berupa api yang menyela-nyala di dalam perut mereka
pada hari kiamat kelak.16
Alasan penulis memilih judul perilaku Yahudi mengubah dan
menyembunyikan ayat-ayat Allah, karena ada mufasir yang memandang
bahwa kaum Yahudi sering kali mentahrif dan menyembunyikan ayat-ayat
Allah dan mereka dikecam di dalam al-Qur’an hal ini tidak sejalan dengan
keberadaan mereka sebagai Ahl Kitab. Ahl Kitab adalah masyarakat yang
15
Abū Fida Ismail Ibn Katsīr ad-Dimasyqī, Tafsīr Ibn Katsīr, terj. Bahrun Abu
Bakar, Juz 2, (Bandung” Sinar Baru al-Gensindo, 2002), h. 297 16
Abu Fidā Ismaīl Ibn Katsīr ad-Dimasyqī, Tafsīr Ibn Katsīr, terj. Bahrun Abu
Bakar, Juz 2, Bandung” Sinar Baru al-Gensindo, 2002, h. 327
8
semestinya orang-orang yang terbaik, karena banyaknya Nabi-nabi dan
kitab Suci dari kalangan mereka.
Maka atas dasar itulah timbul inisiatif penulis untuk melakukan
penelitian dalam bentuk skripsi dengan judul : PERILAKU YAHUDI
MENGUBAH DAN MENYEMBUNYIKAN AYAT-AYAT ALLAH.
B. Permasalahan
1. Identifikasi Masalah
a. Terdapat multi pemahaman dalam memahami antara pengertian Yahudi
dan Bani Israil, apakah kedua pengertian tersebut memiliki makna yang
sama atau bahkan memiliki sisi perbedaan yang signifikan.
b. Perlunya pelacakan pakar sejarah term Bani Isrâîl dan Yahudi dari sisi
pemakaian term tersebut dalam Alquran.
c. Terdapat beragam perdebatan mengenai sejarah munculnya Yahudi dan
apakah Yahudi tersebut merupakan agama atau merupakan suku/bangsa.
d. Terdapat perdebatan mengenai bentuk perilaku Yahudi mengubah dan
menyembunyikan ayat-ayat Allah.
2. Pembatasan dan Perumusan Masalah
Untuk memperjelas dan menghindari pembahasan yang tidak
mengarah pada maksud dan tujuan penulisan skripsi ini, maka penulis
akan membatasi permasalahan dengan menitik beratkan pada dalam
bentuk seperti apa perilaku merubah dan perilaku menyembunyikan ayat-
ayat Allah?
Berdasarkan pembatasan di atas, maka penulis merumuskan
permasalahannya dengan bentuk pertanyaan dalam bentuk yaitu apa
perilaku mengubah dan perilaku menyembunyikan ayat-ayat Allah yang
dilakukan oleh kaum Yahudi?
9
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini sebagaimana digambarkan dalam
rumusan masalah di atas adalah untuk menunjukan Ibn Katsir memandang
bahwa kaum Yahudi sering kali mentahrif dan menyembunyikan ayat-ayat
Allah dan mereka dikecam di dalam al-Qur’an hal ini tidak sejalan dengan
keberadaan mereka sebagai Ahl Kitab. Ahl Kitab adalah masyarakat yang
semestinya orang-orang yang terbaik, karena banyaknya Nabi-nabi dan
kitab Suci dari kalangan mereka.
Sedangkan kegunaannya penelitian ini adalah untuk para peneliti
setelahnya yang hendak menambah keilmuannya dan menjadi referensi
dalam memberikan proses belajar mengajar di fakultas masing-masing.
D. Kajian Pustaka
Untuk menghindari kesamaan pembahasan pada skripsi ini dengan
skripsi lain, penulis menelusuri kajian-kajian yang pernah dilakukan atau
memiliki kesamaan. Selanjutnya hasil penelusuran ini akan menjadi acuan
penulis untuk memanfaatkan celah permasalahan yang belum diangkat
dalam penelitian sebelumnya, termasuk tidak menerapkan metodologi
yang sama, sehingga penulisan ini benar-benar memiliki distingsi dari
kajian yang telah ada.
Berdasarkan hasil penelusuran penulis, penulis menemukan ada
beberapa karya yang membahas permasalahan ini, yaitu:
1. Nayyirotul Laili Assururiyah, menulis skripsi tentang “Kata Yahudi
Dalam al-Qur’an”, membahas tentang kata Yahudi dalam al-Qur’an pasti
negatif, yaitu tentang pengelompokan golongan yang belum beriman
kepada Allah, merubah isi Taurat, pengharaman makanan, klaim agama
yang diberi petunjuk, klaim anak dan kekasih Allah, klaim masuk surga
dan lain-lain. Perbedaan dari masing-masing kata adalah kata hadu
10
menggambarkan sekelompok orang yang menganut agama yahudi tetapi
belum sepenuhnya. Sedangkan kata hudan mendefinisikan keadaan
seseorang yang mendalami agama yahudi dengan sungguh-sungguh.
Berbeda dengan kedua kata seelumnya yang masih berhubungan dengan
Allah dan ajarannya, kata yahud mendeskripsikan orang memiliki banyak
sifat buruk dan bukan lagi masuk dalam golongan orang yag beragama.
Dalam sekala keburukan, hadu adalah yang paling rendah tingakatannya,
kemudian diatasnya ada hudan, dan yang teratas tidak lain adakah
yahud17
.
2. Khoirul Anwar, menulis skripsi tentang “Relasi Politik Nabi Muhammad
Dengan Yahudi di Madinah”, membahas tentang relasi timbal balik
kepentingan dalam relasi keduanya menjadi sebab yang melahirkan
keadaan harmoni dan disharmoni. Relasi Nabi dan Yahudi berubah dengan
seiring dengan berubahnya kepentingan politik yang dikehendaki masing-
masing. Orang-orang Yahudi banyak berkontribusi terhadap Nabi
Muhammad dalam mewujudkan kekuasaan yang hingga menjelang Nabi
wafat, kekuasaanya terbentang diseluruh wilayah jazirah Arab. Meski
keberhasilan Nabi tidak seluruhnya dari Yahudi, namun kontribusi Yahudi
dalam hal ini tak bisa disepelekan18
.
3. Karya Syekh Mustafa al-Maraghi, buku ini berjudul 76 karakter Yahudi
dalam al-Qur’an, buku ini menjelaskan menjelaskan tentang kedaan
mental Bani Israil setelah mereka menerima berbagai nikmat dan nasihat
yang diberikan oleh Nabi Musa. Ternyanta bahwa nikmat Allah dan
nasihat Nabi Musa kepada mereka sama sekali tidak berpengaruh positif
17
Nayyirotul Laili Assururiyah, (2017) KATA YAHUDI DALAM AL-QUR’AN
(KAJIAN SEMANTIK). Skripsi thesis, UIN Sunan Kalijaga, diakses dari http://digilib.uin-
suka.ac.id/25062/ pada tanggal 1 oktober 2019 18
Anwar, Khoirul (2016) Relasi politik Nabi Muhammad dengan Yahudi di
Madinah (melacak kontribusi Yahudi terhadap kekuasaan Nabi Muhammad).
Undergraduate (S1) thesis, UIN Walisongo, diakses dari
http://eprints.walisongo.ac.id/5726/ pada tanggal 1 oktober 2019.
11
kepada mereka. Bangsa yahudi tidak berubah menjadi baik dengan nasehat
dan peringatan dari Allah. Mereka sama sekali tidak dapat meresapi
kebebnaranm sehingga segala tanda kuasa Allah yang ada didepan mereka
dan yang dibawa oleh para nabi sama sekali tidak berpengaruh postif
kedalam jiwa mereka. Segala apa yang mereka saksikan dari bukti
kebenaran para nabi hanya membuat mereka semakin ingkar dan berbuat
kerusakan lebih besar.19
4. Zulkarnaini, menulis skripsi tentang “Yahudi Dalam Al-Qur’an (Teks,
Konteks dan Diskursus Pluralime Agama)” membahas tentang
menyebutkan Bani Israil sebagai umat pilihan dan dalam banyak ayat
dirujuk sebagai ahli kitab, yakni umat yang memiliki kitab suci yang
diturunkan tuhan. Semementara kritik terhadap mereka ditujukan pada
sikap dan perilaku mereka yang menurut al-Qur’an telah menyimpang dari
ajaran kitab suci mereka sendiri.20
5. Karya Agus Darmaji, “Manusia Dalam Pandangan Yahudi”, jurnal ini
membahas tentang proses penciptaan manusia, ia menguraikan dasar
perilaku manusia di Yahudi, seperti moralitas, penderitaan, dan orang-
orang terpilih. dalam hal penciptaan manusia, yudaisme menyatakan
bahwa manusia terbuat dari debu yang kemudian dipenuhi oleh roh
melalui hidungnya. manusia diciptakan menurut gambar Dewa. itu bukan
hanya jiwanya, tetapi juga tubuhnya, mewakili simbol tuhan. Alkitab
ibrani (Kitab Suci), secara umum, sangat menganut doktrin moralitas yang
harus digunakan sebagai dasar perilaku Yahudi. ini khususnya jelas dari
kejadian-kejadian yang terkandung dalam Sepuluh Perintah. selain itu,
19 Dedie Kusmayadi, “76 Karakter Yahudi Dalam Al-Qur’ān, Karya : Syaikh
Mustafa Al-Marāghī”, selasa 01 Oktober 2013, diakses dari
http://resensiakhirzaman.blogspot.com/2013/10/76-karakter-yahudi-dalam-al-quran-
karya.html pada tanggal 01 oktober 2019. 20
Zulkarnaini, (2005) “Yahudi dalam al-Qur’an (Teks, Konteks dan Diskursus
Pluralisme Agama)”, thesis, diakses dari http://digilib.uin-suka.ac.id/14357/ pada tanggal
01 iktober 2019.
12
juga mempertimbangkan orang-orang yang dipilih sebagai kewajiban,
bukan kesempatan untuk mendapatkan hak istimewa tertentu; dengan
demikian, mereka dipilih untuk melayani Tuhan dan menjalani beberapa
penderitaan dalam melaksanakan pelayanan21
6. Zukrufatul Jannah, menulis tesis tentang “ASBÂTH DAN YAHUDI
DALAM ALQURAN (Melacak Sejarah dan Korelasi Asbâth dan Yahudi
Dalam Alqur’an), membahas tentang melacak sejarah yakni menemukan
korelasi antara Asbâth dan Yahudi dalam pandangan Al-Qur’an sesuai
informasi-informasi yang diberitakan Allah dalam Al-qur’an.22
7. Karya Afif abd al-Fattāh Tabbarah, “al-Yahūd fī al-Qur’ān”, mengulas
tentang ayat-ayat Yahudi dengan pendekatan yang lebih obyektif, dan
dalam buku ini pula didiskusikan ayat-ayat yang mengingatkan kaum
Yahudi untuk berlaku lurus dan berlaku teguh dalam menjalankan perintah
Kitab (agama).
8. Karya Ahzami Sami’un Jazuli, dengan judul “Menyembunyikan ayat
Allah” ia membahas tentang Q.S al-Baqarah ayat 174 beliau menjelaskan
bahwa tujuan Yahudi menyembunyikan keterangan-keterangan Allah
tersebut adalah at-tasykik (membuat ragu) umat Islam pada ajaran yang
dipeluknya. Orang-orang ahli kitab selalu mengembangkan cara-cara yang
sesuai dengan perkembangan jaman, untuk berusaha agar umat Islam ragu
terhadap ajaran Islam sendiri. Ketika Allah mengatakan sesuatu itu halal,
mereka dengan berbagai cara berusaha menanamkan pemahaman hal
tersebut hukumnya haram. Begitu sebaliknya ketika Allah mengatakan itu
21
Agus Darmaji, “Manusia Dalam Pandangan Yahudi”, jilid 11, (agustus 2016):
17 22
Zukrufatul Jannah “ASBÂTH DAN YAHUDI DALAM ALQURAN
(Melacak Sejarah dan Korelasi Asbâth dan Yahudi Dalam Alqur’an), 12 september 2017,
diakses dari
http://repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36035/1/FAIZAH%20ALI%20
SYIBROMALISI%20-%20TESIS.pdf pada tanggal 01 oktober 2019.
13
haram mereka selalu berusaha bersilat lidah mengolah kata agar umat
Islam melanggarnya.23
9. Musyrifah, menulis skripsi tentang “Teologi dan Manuver Yahudi Nasrani
Menurut Penafsiran Sayyid Qūtb Dalam Kitab Tafsir Fī Ẓhilāl al-Qur’ān,
Uin Antasari, skripsi ini membahas tentang ayat-ayat manuver dan teologi
bahwa dalm surat al- Baqarah, ali-Imran, an-Nisa’, al-Maidah, al-A’raf, al-
Jatsiyah dan At-Taubah menerangkan tentang hakikat Ahl al-Kitab yaitu
rusak akidahnya, mempersekutukan Allah, dan mengufuri ayat-ayat
Allah.24
10. Karya Ilim Abdul Halim “Agama Yahudi Sebagai Fakta Sejarah dan
Sosial Keagamaan”. Jurnal ini membahas tentang beberapa istilah dalam
literatur inggris digunakan untuk menyebut Yahudi diantaranya:
Hebre/hebron (Ibrani). Israelites (orang-orang Israel). Jews (orang-orang
Yahudi). Yahudi dapat ditinjau dari dari dua sisi yaitu etnis dan Agama.
Disatu sisi Yahudi sebagai etnis telah memerankan bebagai peristiwa
sejarah penting dalam dinamika kehidupannya sehingga menjadi catatan
sejarah dunia. Di sisi lain Yahudi sebagai agama memiliki corak
keberagaman tetentu yang berbeda dengan agama-agama lainnya dalam
kehidupan. Secara sosiologis Yahudi termasuk agama karena memiliki
unsur-unsur agama yaitu kepercayaan keagaan. Pengalaman keagamaan
ritual keagamaan dan komunitas keagamaan.25
23
Ahzami Sami'un Jazuli, “Menyembunyikan Ayat Allah”, diakses dari
http://sabiluna.tripod.com/edisi03/ayat.htm pada tanggal 1 oktober 2019 24
Musyrifah, Teologi dan Manuver Yahudi Nasrani Menurut Penafsiran Sayyid
Qutb Dalam Kitab Tafsir Fi Zhilal Al-Qur’an”, skripsi Ushuluddin dan Humaniora (UIN
Antasari), 22 juli 2016, di akses dari http://idr.uin-antasari.ac.id pada tanggal 1 oktober
2019. 25
Ilim Abdul Halim, “Agama Yahudi Sebagai Fakta Sejarah dan Sosial
Keagamaan”, Perbandingan Agama Fakultas Ushuluddin , vol.2 , no. (2017): 35
14
Dari tinjauan di atas, dapat penulis katakan bahwa pembahasan
skripsi ini berbeda dengan karya diatas, karena penulis membahas tentang
perilaku yahudi mengubah dan menyembunyikan ayat-ayat Allah.
E. Metode Penelitian dan Teknik Penulisan
1. Jenis Penelitian
Penelitian ini termasuk dalam jenis penelitian kualitataif atau
penelitian pustaka (library research), Dikatakan kualitatif karena data-data
dan sumber-sumber data adalah bersifat kualitatif atau refrensi uraian-
uraian yang menyebar dalam berbagai lembaran buku-buku, laporan-
laporan penelitian, majalah, jurnal dan sebagainya.
2. Sifat Penelitian
Ditinjau dari sifatnya, maka penelitian ini bersifat deskriptif analitis,
yaitu suatu penelitian yang berupaya memberikan gambaran secara
deskriptif sekaligus mengeksplorasi secara mendalam dan mendetail
terhadap aspek yang berhubungan dengan permasalahan seputar perilaku
yahudi merubah atau menyembunyikan ayat-ayat Allah.
3. Teknik Pengumpulan Data
Dalam hal pengumpulan data, peneliti menempuh teknik survey
kepustakaan dan studi literature. Survey kepustakaan yaitu menghimpun
data yang berupa sejumlah literature yang diperoleh diperpustakaan atau
pada tempat lain ke dalam sebuah daftar bahan bahan pustaka. Sedangkan
studi literature adalah mempelajari, menelaah dan mengkaji bahan pustaka
yang berhubungan dengan masalah yang menjadi obyek penelitian.
Karena penelitian ini berupaya mengkaji wawasan al-Qur’an tentang
perilaku yahudi mengubah dan menyembunyikan ayat Allah secara utuh
dan menyeluruh, maka untuk menghindari kemungkinan terjadinya
pandangan yang bersifat parsial terhadap masalah yang dibahas, maka
15
metode yang dipakai dalam penelitian ini adalah metode Mawdhû‟î, yaitu
metode tafsir yang berusaha mencari jawaban al-Quran terhadap suatu
masalah tertentu dengan cara menghimpun seluruh ayat yang dimaksud,
menyusunnya berdasarkan tartib nuzulnya ayat, lalu menganalisisnya
lewat ilmu-ilmu bantu yang relevan dengan masalah yang dibahas dalam
hal ini meggunakan pendekatan ilmu sejarah, untuk kemudian melahirkan
suatu uraian yang utuh dari al-Qur’an tentang masalah tersebut.
F. Sistematika Penulisan
Skripsi ini terbagi menjadi lima bab, setiap bab terdiri dari
beberapa sub-sub bab yang dimaksudkan untuk mempermudah dalam
penyusunan serta mempelajarinya, dengan sistematika sebagai berikut:
Bab I merupakan pendahuluan yang meliputi latar belakang
masalah, identifikasi masalah, batasan dan rumusan masalah, kajian
pustaka, metode penelitian dan teknik penulisan dan diakhiri dengan
sistematika penulisan. Bab ini berusaha memberikan gambaran singkat
tentang masalah yang akan dibahas pada bab-bab selanjutnya.
Bab II dipaparkan tentang wawasan umum mengenai pengertian
Yahudi, Bani Israil, yang di bagi dalam beberapa sub bab, yang pertama
pengertian Bani Israil secara etimologi dan terminology, pengertian
Yahudi secara etimologi dan terminology, perbedaan makna Yahudi, Bani
Israil.
Bab III di paparkan mengenai tentang perilaku Yahudi terhadap
kitab suci mereka, dibagi dalam beberapa sub bab, pada bab pertama
kitab-kitab suci Yahudi, sub bab yang kedua mengenaiYahudi pada masa
Nabi Muhammad, sub bab ke-tiga mengenai perbedaan penyebutan nama
Yahudi dan Bani Israil, sub bab ke-empat bentuk kecaman Allah atas
perilaku Yahudi.
16
Bab IV dipaparkan mengenai kaum Yahudi menyembunyikan
ayat-ayat Allah, dibagi dalam beberapa sub bab, pada sub bab pertama
menjelaskan perbedaan perilaku mengubah ( ونفيحر ) dan
menyembunyikan ( ونيكتم ), sub bab yang kedua menjelaskan kecaman
Allah atas perbuatan mengubah hukum Allah, sub bab yang ketiga
menjelaskan tentang ancaman Allah kepada Yahudi.
Bab V merupakan penutup yang berisi kesimpulan yang didapat
dari pembahasan dan merupakan jawaban dari pertanyaan pada perumusan
masalah dan juga berisi saran-saran penulis.
17
BAB II
TINJAUAN UMUM MENGENAI TERM BANI ISRAIL DAN
YAHUDI
Di dalam al-Qur‟an banyak disebut Bani Israil. Bila kata tersebut
dilihat dari bentuk kebahasaan maka menunjukan garis keturunan
terkadang kata tersebut diposisikan pengertiannya sama dengan Yahudi
padahal dua kata tersebut memiliki arti masing-masing.
A. Pengertian Bani Israil
Bani Israil merupakan kata gabungan atau (idofat) dari Banĩn dan
Israĩl. Kata Banûn (Banin) adalah kata yang bentuk tunggalnya Ibn yang
secara literal mengandung pengertian sesuatu yang lahir dari yang lain.
Dalam al-Qur‟an, kata yang berasal dari akar kata tersebut ditemukan
sebanyak 161 kali1. Kata Banî itu sendiri disebutkan sebanyak 49 kali, 41
kali diantaranya dikaitkan dengan Isrâ‟îl. Selebihnya 6 kali dikaitkan
dengan keturunan Adam.2 Sedang dua kali diantaranya dalam Q.S. al-Nur
(24) : 31 berbicara tentang putra saudara laki-laki dan perempuan. Dari
ayat-ayat tersebut, ternyata bahwa term Banî, semuanya mengisyaratkan
adanya hubungan darah.
Sedang kata Isrâʽîl ,secara mandiri disebutkan dua kali keduanya
menunjuk kepada Nabi Ya‟qub3. Kata Isrâîl itu berasal dari bahasa Ibrani
yang terdiri dua kata Isrâ’ yang berarti hamba atau kekasih, dan El yang
berarti Tuhan, Sehingga Isrâ‟îl berarti hamba Allah atau kekasih Allah.
Nabi Ya‟qub as adalah salah seorang di antara para Nabi. Beliau
adalah putra Ishaq bin Ibrahim as, kelahiran Ya‟qub telah disampaikan
1 Muhammad Fūad Abdal Bāqī, Al Mu'jām Al-Mufahrās, h. 136-139
2 Lihat Q.S. al- A‟raf (7): 26,27,35; Q.S. Al-Isra‟‟ (17) 30, Q.S. Yasin (36); 60.
3 Muhammad Fūad Abdal Bāqī, Al Mu'jām Al-Mufahrās, h.33
18
oleh para tamu Nabi Ibrahim yang terdiri dari beberapa malaikat dari
istrinya Sarah. Allah swt berfirman:
قائمة فضحكت ف بشرناىا بإسحاق ومن وراء إسحاق ي عقوب وامرأتو
“Dan istrinya berdiri lalu dia tersenyum maka kami sampaikan
kepadanya berita gembira tentang (kelahiran) Ishak dan dari Ishak (akan
lahir putranya) Ya‟qub (Q.S. Huud:71).4
Nabi Ya‟qub dari sejak kecil hingga dewasa tumbuh dengan
mendapatkan perhatian dari Allah dan rahmatnya. Oleh karena itu, ia
berjalan di atas jalan hidup ayahnya dan kakeknya. Nabi Ya‟qub memiliki
dua belas orang anak yang Allah sebut mereka dengan sebutan Asbath
(keturunan Ya‟qub). Dari istrinya yang bernama Rahiil lahirlah Nabi
Yusuf as dan Bunyamin. Dari istrinya yang bernama Layaa lahirlah
Ruubil, Syam‟un, Laawi, Yahuudza, Isaakhar, dan Zabilon. Dari budak
milik Rahiil lahir Daan dan Naftaali, dan dari budak milik Layaa lahirlah
Jaad dan Asyir.
Diantara sekian anaknya, yang paling tinggi kedudukannya, paling
bertakwa dan paling bersih hatinya, di samping paling muda usianya
adalah Nabi Yusuf „as. Oleh karena itu Nabi Ya‟qub memberikan
perhatian dan kasih sayang lebih kepadanya. Hal ini sudah menjadi tabiat,
yakni ayah sangat sayang kepada anak yang paling kecil sampai ia
dewasa.
Nabi Ya‟qub adalah seorang ayah yang patut dijadikan teladan.
Beliau mendidik anak-anaknya dengan pendidikan yang baik, memberikan
nasihat kepada mereka dan menyelesaikan masalah mereka. Namun
4 Lihat selengkapnya Q.S Hud [11]:71
وامرأتو قائمة فضحكت ف بشرناىا بإسحاق ومن وراء إسحاق ي عقوب “Maka kami sampaikan kepadanya berita gembira tentang (kelahiran) Ishak dan
dari Ishak (akan lahir putranya) Ya‟qub.
19
selanjutnya, saudara-saudara Yusuf dihasut oleh setan untuk berlaku jahat
kepada Yusuf ketika mereka mengetahui perhatian ayahnya kepada Yusuf.
Sampai-sampai mereka hendak membunuh Yusuf, namun kemudian
sebagian mereka mengusulkan untuk melempar Yusuf ke dalam sumur
yang jauh agar dibawa oleh kafilah yang lewat dan menjadi budak mereka.
Ketika Yusuf tidak kunjung pulang, maka Nabi Ya‟qub bersedih dengan
kesedihan yang dalam karena berpisah dengan puteranya, bahkan ia
sampai menderita buta karena rasa sedih yang begitu dalam. Kemudian
Allah swt menjadikannya dapat melihat kembali.
Setelah berlalu waktu yang cukup lama, Nabi Ya‟qub as pun sakit, ia
kumpulkan anak-anaknya dan berpesan kepada mereka agar tetap
beribadah kepada Allah swt, demikian juga tetap beriman dan beramal
saleh. Allah swt berfirman5:
وت إذقال لبنيو مات عبدون من ب عدى قالوا ن عبد ام كنتم شهداء إذحضر ي عقوب امل
م وإساعيل وإسحاق إلا واحدا ونن لو مسلمون ي ابائك إب راى ك وإلو إل “Adakah kamu hadir ketika Nabi Ya‟qub kedatangan (tanda-tanda)
maut, ketika ia berkata kepada anak-anaknya, “Apa yang kamu sembah
sepeninggalku?” mereka menjawab, “Kami akan menyembah Tuhanmu
dan Tuhan nenek moyangmu, Ibrahim, Ismail, dan Ishaq, (yaitu) Tuhan
yang maha esa dan kami hanya tunduk patuh kepadanya.” (Q.S. Al-
Baqarah: 133).
5 Q.S. Al-Baqarah (1): 133
وت إذقال لبنيو مات عبدون من ب عدى قالوا ن عبد إلك وإلو ابائك إب راىيم ام كنتم شهداء إذحضر ي عقوب امل
وإساعيل وإسحاق إلا واحدا ونن لو مسلمون “Adakah kamu hadir ketika Nabi Ya‟qub kedatangan (tanda-tanda) maut, ketika ia
berkata kepada anak-anaknya, “Apa yang kamu sembah sepeninggalku?” mereka
menjawab, “Kami akan menyembah Tuhanmu dan Tuhan nenek moyangmu, Ibrahim,
Ismail, dan Ishaq, (yaitu) Tuhan yang maha esa dan kami hanya tunduk patuh
kepadanya”.
20
Para ulama sepakat bahwa pengertian Isrâ‟il dalam al-Qur‟an
menunjuk kepada Nabi Yaʽqub a.s.6 Menurut Muhammad Rasyid Ridha,
di samping pengertian Isrāʽīl menunjuk kepada Nabi Yaʽqub a.s.
Penyebutan Nabi Yaʽqub a.s. dengan Isrâʽîl dalam arti hamba atau kekasih
Allah, menunjukan betapa dekatnya hubungan beliau dengan Allah
sekaligus menunjukan bahwa Nabi Yaʽqub adalah seorang nabi yang
ikhlas berjuang di jalan Allah. Di samping itu, kata hamba menunjukan
panggilan terhormat dari kecintaan Allah kepada hamba-Nya7 .
Menurut al-Thabāthaba'ī, Nabi Yaʼqub disebut Isrâʽîl karena beliau
seorang pejuang yang sangat teguh dan kokoh di jalan Allah untuk
mencapai keridhaan-Nya.8 Gelar itu secara sendiri diberikan Allah
kepadanya setelah beliau kembali dari Faddan-Aram9. Dari keterangan
tersebut, dapat dinyatakan bahwa Banî Isrâʽîl lebih banyak mengacu
kepada etnis dalam arti keturunan Nabi Yaʽqub a.s10
. Kata Banî Isrâʽîl
diungkap dalam al-Qur‟an sebanyak 43 kali11
, yang secara umum
menunjukkan bahwa Banî Isrâʽîl merupakan hanya dari garis keturunan
Nabi Ya‟qub.
Dapat dilihat dari seruan yang disampaikan oleh para Nabi dan
Rasul yang diutus kepada mereka silih berganti, misalnya seruan mesra
Nabi Isa a.s. agar mereka mengikuti ajaran yang dibawanya sebagai
pelanjut dari ajaran Nabi Mûsâ a.s12
. Seruan dan ajakan tersebut diterima
6 Shābir Thu'miyah, al-Turāts al- Isra'ili fī al- Ahd al- Qodīm, h. 28
7 Nabi Muhammad saw. juga dalam beberapa ayat al-Qur‟an disebut Allah sebagai
hamba, misalnya Q.S. al-Isra“(17):1, QS. Al-Kahfi (18):1, dan QS. Al-Furqan (25):1 8 Muhammad Husyayn al-Thabāthaba‟ī, al-Mīzan fī Tafsīr al-Qur’ān, (Beirut:
Mu‟assasah al-Alami lī Mathbu, 1393 H/1973 M), jilid III, h. 345 9 Fadan Aram merupakan nama lain dari daerah Harran dikawasan negara
Mesopotamia. 10
Abd al-Ghani Abdūh, Anbiya’ Allah wa Hayāh al-Mu’ashirāh (Mesir : Dar el-
Fikr al- Arabi, 1978), h. 74 11
Muhammad Fuad Abdal-Baqī, Al-Mu’jām al-Mufahrās, h. 33 12
Lihat QS. Al-Shaff (61): 4
21
baik oleh sebagian di antara mereka, tetapi sebagian lainnya memusuhi
dan menolak Nabi Îsâ a.s. dan ajarannya13
. Panggilan serupa juga datang
dari Allah, disampaikan melalui para Rasul yang diutus kepada mereka
agar tetap berjalan di atas jalan yang benar, seperti diungkapkan .
يبن إسرءيل ٱ ذكرو ا نعمت ٱلت أنعمت عليكم وأوفو ا بعهدي أوف بعهدكم وإيي فٱ رىبون
“Hai Bani Israil, ingatlah akan nikmat-Ku yang telah Aku
anugerahkan kepadamu, dan penuhilah janjimu kepada-Ku, niscaya Aku
penuhi janji- Ku kepadamu; dan hanya kepada-Ku-lah kamu harus takut
(tunduk)” (QS.al-Baqarah [2] : 40)
Al-A'masy meriwayatkan dari Ismail Ibn Raja‟, dari Umar Maula
Ibn Abbas, dari Abdullah Ibn Abbas, disebutkan bahwa Israil itu artinya
sama dengan perkataanmu Abdullah (hamba Allah). Firman Allah swt:
م ت الت أن عمت عليكاذكروانعم
Ingatlah kalian akan nikmatku yang relah aku turunkan kepada
kalian.(Q.S al-Baqarah [2]: 40)14
Mujahid mengatakan bahwa nikmat Allah yang dilimpahkan kepada
mereka (kaum Bani Israil) selain dari apa yang telah disebutkan ialah
dipecahkan batu besar buat mereka hingga mengeluarkan air untuk minum
mereka, diturunkan kepada mereka Manna dan Salwa, dan mereka
diselamatkan dari perbuatan fir‟aun dan bala tentaranya15
.
13
Lihat QS. Al-Shaff (61) : 14 14
Lihat ayat selengkapnya:
فارىبون يا بن إسرائيل اذكروا نعمت الت أن عمت عليكم وأوفوا بعهدي أوف بعهدكم وإياي Hai Bani Israil, ingatlah akan nikmat-Ku yang telah Aku anugerahkan kepadamu,
dan penuhilah janjimu kepada-Ku, niscaya Aku penuhi janji-Ku kepadamu; dan hanya
kepada-Ku-lah kamu harus takut (tunduk). (Q.S. Al-Baqarah [2]:40) 15
Abu Fida Ismail, Al-Qur’ān al-Adzīm (Tafsir Ibn Katsir), terj, M. Abdul
Ghoffar, jilid 1 (Bogor, pustaka Imam Syafi‟i, 2004) h. 114
22
Abu Aliyah mengatakan bahwa nikmat Allah tersebut ialah Dia
menjadikan dari kalangan mereka banyak Nabi dan Rasul, dan diturunkan
kepada mereka kitab-kitab samawi.16
Menurut al-Qasimī, ayat tersebut mengindikasikan bahwa Allah
menggugah Banî Isrā'īl agar mengingat nikmat Allah dengan menyebut
nenek moyang mereka yaitu Yaʽqub a.s. Disini, seolah-olah Allah
berfirman kepada mereka, wahai keturunan hamba yang saleh lagi taat
kepada Allah, jadilah kalian seperti nenek moyang kalian yaitu Isrāʽīl .
Nikmat yang diberikan Allah kepada Banî Isrâʽîl yang berupa
kesenangan hidup duniawi; dikaruniakan kepada mereka al-manna wa al-
salwa . Hal demikian dapat dilihat melalui informasi al-Qur‟an:
عدنكم جانب ٱلطور ٱال ين ونزلنا عليكم يبن إسر ءيل قد أجنينكم من عدوكم وو ٱملن وٱلسلوى
“Hai Bani Israil, sesungguhnya Kami telah menyelamatkan kamu
sekalian dari musuhmu, dan Kami telah mengadakan perjanjian dengan
kamu sekalian (untuk munajat) di sebelah kanan gunung itu dan Kami
telah menurunkan kepada kamu sekalian manna dan salwa” (QS. Thâhâ
[20]:80)
Di samping nikmat yang berlimpah ruah yang dianugerahkan Allah
kepada Bani Isrāʽil, Allah juga menyelamatkan mereka dari marabahaya
yang mengancam jiwa maupun harta benda mereka17
. Mereka juga
diberikan tempat tinggal untuk kehidupan yang nyaman di muka bumi18
.
Merekapun diberikan kebebasan oleh Allah untuk memakan makanan
16
Imamuddin Abul Fida Ismail, Al-Qur’ān al-Adzīm (Tafsir Ibn Katsir), terj, M.
Abdul Ghoffar, jilid 1 (Bogor, pustaka Imam Syafi‟i, 2004) h. 114 17
Lihat Q.S al-Baqarah [2]: 49-50, Q.S al-A‟raf [7]:138, Q.S Yunus [10]: 90, Q.S
Thaha [20]:80 dan Q.S Al-Dukhan [44]:30 18
Lihat QS. Al-Baqarah (2):49-50, QS. Al-A‟raf (7):138, QS. Yunus (10):90, QS.
Thaha (20):80, dan QS. Al-Dukhan (44):30
23
yang baik dan halal, kecuali beberapa jenis makanan tertentu yang telah
diharamkan Allah kepada nenek moyang mereka Isrâʽîl19
.
Agar mereka tetap berjalan di atas petunjuk kebenaran, Allah juga
mengutus beberapa orang Rasul kepada mereka silih berganti. Hal tersebut
antara lain dimaksudkan agar mereka tetap berpegang teguh pada janji
yang telah mereka ikrarkan dengan Tuhan yang disebut al-mîtsâq20
. Para
Rasul itu juga datang untuk membebaskan Banî Isrâʽîl dari penindasan
yang dilakukan bangsa lain, seperti Firʽaun21
. Para Nabi dan Rasul yang
diutus kepada Banî Isrâʽîl, juga dilengkapi dengan kitab suci sebagai
pedoman hidup. Para Rasul pun dilengkapi dengan muʽjizat sebagai bukti
kerasulan mereka agar Banî Isrâʽîl yakin akan kebenaran misi yang
mereka bawa22
.
Dari paparan di atas bahwa nikmat terbesar dari Allah untuk Bani
Israil adalah dihadirkannya Nabi dan dan Rasul dari kalangan mereka.
Berbagai bentuk peraturan dan hukum dibawa para nabi dan rasul
untuk mengatur tatanan kehidupan manusia agar tercipta stabilitas dan
perdamaian di antara mereka, seperti hukum mengenai pembunuhan23
.
Akan tetapi, ajaran yang dibawa para nabi dan rasul silih berganti itu tidak
ada yang langgeng, karena Banî Isrâʽîl termasuk umat yang sangat sulit
diatur, sangat mudah melanggar janji dan melupakan nikmat Tuhan.
Pengungkapan pengertian Banî Isrâʽîl juga dikaitkan dengan sikap
dan perilaku mereka yang melakukan pengerusakan di muka bumi24
.
Merekapun mendapat laknat Tuhan sebagai akibat pelanggaran dan
19
Lihat QS. Ali-Imran (3): 93 20
Lihat QS. Al-Baqarah (2):83, dan QS. Al-Maidah (5):16 21
Lihat QS. Al-A‟raf (7):105 22
Lihat QS. Al-Baqarah (2)”221, QS. Al-Maidah (5)110, QS. Al-A‟raf (7):105,
QS. Al-Isra (7): 101, QS. Al-Syu‟ara (26):197 23
Lihat QS. Al-Maidah (5):32 24
Liahat QS. Al-Israa (17):4
24
keingkaran kepada Tuhan melalui para nabi dan rasul yang diutus kepada
mereka25
.
Di dalam al-Qur‟an terkadang Bani Israil disebut juga dengan Ahl
Kitab. Istilah Bani Israil sendiri dalam al-Qur‟an hanya dipakai untuk
menyebut anak cucu Nabi Ya‟qub ini, yang kemudian diperbudak oleh
fir‟aun di Mesir, dan kemudian dibawa oleh Nabi Musa a.s keluar dari
Mesir menyebrangi Laut Merah. Istilah Bani Israil juga dipakai jika
berbicara mengenai geneologi atau ras.
B. Pengertian Yahudi
Secara terminologis kata al-Yahûdu berasal dari kata Hâda yahûdu
hauwdan, yang berarti kembali, kemudian kata tersebut berkembang
menjadi al- Tahwid , yang berarti berjalan merangkak ataupun merayap.
Adapun makna al-Hawdu itu sendiri umumnya di artikan dengan taubat.26
Istilah kata Yahudi dalam bahasa Indonesia mempunyai tiga bentuk
dalam al-Qur‟an, yaitu hadu, hudan, dan yahud. Masing-masing bentuk
kata Yahudi mempunyai perbedaan makna dan konteks yang melatarinya.
Kata Yahudi terulang sebanyak 22 kali dalam 21 ayat terdapat pada
sembilan surat. Dengan perincian, kata hadu terulang sebanyak sepuluh
kali, kemudian kata hudan terulang sebanyak tiga kali, dan yang terakhir
kata yahud terulang sebanyak sembilan kali. Semua ayat-ayat yang
memuat kata Yahudi berbicara tentang sisi negatif dari agama
monotheisme tertua di dunia tersebut.
Menurut kitab Tafsir Ibn Katsir kata Yahudi berasal dari kata
hawadah artinya kasih sayang, atau tawahhud yang berarti taubat. Seperti
ucapan Musa as, “sesungguhnya kami kembali kepadamu.” (Q.S Al- A‟raf
25
Lihat QS. Al-Maidah (5): 78 26
Al-Raghīb Al-Asfahāni, Al-Mufradāt fī Gharīb Al-Qurʽān , h. 546
25
156).27
Maksudnya ialah: “Kami bertaubat”, kemungkinan mereka disebut
demikian pada awal mulanya karena taubat mereka dan kecintaan
sebagian mereka pada sebagian lainnya.28
Adapun perbedaan makna dan konteks yang ada pada ketiga kata
tersebut adalah hadu merupakan golongan orang Yahudi yang menganut
agama Yahudi tetapi belum sepenuhnya. Kemudian hudan adalah
golongan orang yang sudah berada dalam agama Yahudi dan
mendalaminya dengan kesungguhan. Dan yahud adalah golongan orang
yang menganut agama Yahudi garis keras atau dengan kata lain yahud
sudah terlepas dari ajaran Nabi Musa yang murni mengimani Allah
dengan syariat-syariat-Nya golongan pertama dan ke-dua, yaitu hadu dan
hudan masih diajak berdialog oleh Allah dalam hal keimanan meskipun
seringkali diabaikan kebenarannya yang nyata tersebut. Berbeda dengan
yahud yang benr-benar dilepas tangan oleh Allah. Bahkan jika dibuat
tingkatan keyahudian, maka posisi yang paling puncak adalah yahud yang
identik dengan celaan, kemarahan, bahkan laknat dari Allah. Kemudian
tepat dibawah yahud diduduki oleh golongan hudan, dan dalam skala ini
hadu menempati posisi terendah berdasarkan kepada kedzaliman yang ia
buat. Seperti halnya tingkatan orang beriman dalam Islam, yaitu amanu,
mu’min, dan muttaqin.
27
Lihat selengkapnya Q.S al-A‟raf :156
ن يا حسنة وف الخرة إنا ىدنا إليك ذه الد ورحت وسعت قال عذاب أصيب بو من أشاء واكتب لنا ف ىفسأكتب ها للذين ي ت قون وي ؤتون الزكاة والذين ىم بآياتنا ي ؤمنون كل شيء
Dan tetapkanlah untuk kami kebajikan di dunia ini dan di akhirat; sesungguhnya
kami kembali (bertaubat) kepada Engkau. Allah berfirman: "Siksa-Ku akan Kutimpakan
kepada siapa yang Aku kehendaki dan rahmat-Ku meliputi segala sesuatu. Maka akan
Aku tetapkan rahmat-Ku untuk orang-orang yang bertakwa, yang menunaikan zakat dan
orang-orang yang beriman kepada ayat-ayat Kami". 28
Al-Imam Abul Fida Ismaĩl Ibn Katsĩr ad-Dimasyqi, Tafsir Ibn Katsir, terj.
Bahrun Abu Bakar, Juz 1, Bandung” Sinar Baru al-Gensindo, 2002, h. 148
26
Dari sisi lain istilah Yahudi menunjuk sebutan kepada Bani Israil29
yang berasal dari keturunan anak cucu Ya‟qub ibn Ishaq ibn Ibrahim.
Ya‟qub mempunyai dua belas orang anak, dan keturunan mereka disebut
dengan istilah al-Asbâth. Mengenai penamaan Banî Isrâ‟îl dengan Yahudi,
menurut Abd Al- Qadir Syaibat Al-Hamd,30
dalam bukunya Al-Adyan wa
al-Firaq wa al-Madzâhib al-Muâshirat didasarkan atas empat
kemungkinan. Dari kata al-Hawdu, yang berarti kembali taubat. Hal ini
berdasarkan atas firman Allah swt:
ذه ٱلد إليكإنا ىدنا الخرة نيا حسنة وف وٱكتب لنا ف ى
“Dan tetapkanlah untuk kami kebajikan di dunia dan akhirat
Sesungguhnya kami kembali bertaubat kepada engkau” (Q.S. Al-A‟raf,
[7]:156).
Ayat ini secara kontekstual mengandung arti bahwa orang-orang
Yahudi itu kembali bertaubat dan tunduk kepada Allah swt. setelah
mereka menyembah anak lembu.31
Dari kata al-Tahwid , yang berarti berbicara dengan pelan, suara
sengau dari rongga hidung.32
Kebiasaan ini sengaja dilakukan oleh
pendeta Yahudi ketika membaca Taurat untuk orang awam guna
membentuk persepsi bahwa yang mereka bacakan berasal dari Allah swt,
padahal bukan. Hal ini dapat difahami dari surat Ali-Imrân, 3:78:
29
Abd Al-Karīm Al-Khatīb, Al-Din Dharurāt Hayāt al-Insān, (Riyadh :Dâr al-
Ishalat lī al-Tsaqafāt wa al-Nasyr wa al-I'lām, 1981) h. 152 30
Abd Al-Qadir Syaibat Al-Hamd, Al-Adyan wa al-Firāq wa al-Madzāhib al-
Muāshirat,(Madinah : Al-Jāmi'at Al-Islāmiyyat Al-Madīnah Al-Munawwarah, tth) h. 15 31
Al-Syawkanī, Fath al-Qadīr, (Beirut: Dâr Ihyâ' al-Turāts al-„Arabī, tth) juz I, h.
94. Lihat juga Ibn Jārīr al-Ṭhabarī, Tafsīr al-Ṭhabarī ( Beirut : Dâr al-Fikr, 1405 H/ 1984
M), juz I, h. 318. 32
Ibrāhīm al-Abyārī, al-Mausū'ah Al-Qur'āniyah, (Kairo: Mathūbi' Sijl al-„Arab,
1984) , juz VII, h. 618-619
27
يلو ن ألسنت هم بٱلكتب لتحسبوه من ٱلكتب وما ىو من ٱلكتب وإن منهم لفريقام يعلمون وى ٱلكذب ٱللو ىو من عند ٱللو وما ىو من عند ٱللو ويقولون على ويقولون
“Sesungguhnya diantara mereka ada segolongan yang memutar-
mutar lidahnya membaca Al Kitab, supaya kamu menyangka yang
dibacanya itu sebagian dari Al Kitab, padahal ia bukan dari Al Kitab dan
mereka mengatakan: "Ia (yang dibaca itu datang) dari sisi Allah", padahal
ia bukan dari sisi Allah. Mereka berkata dusta terhadap Allah sedang
mereka mengetahui.” (Q.S. Ali- Imran [3]: 78)
Kemudian dari nama Yahudza, saudara Yusuf as. salah seorang anak
nabi Ya‟qub as. Kemudian huruf dzal mengalami perubahan menjadi dal
sehingga menjadi Yahuda.33
Selanjutnya dari kata Al-Muwâhadat, yang berarti janji. Latar
belakang pengambilan kata ini didasarkan atas firman Allah swt. dalam
surat Al-A‟raf, 7:142 :
ت ربو أربعني ليلة وقال موسى ها بعشر ف تم ميق ثني ليلة وأمتمن عدنا موسى ثل وورون ٱخلفن ف قومي وأصل وال ت تب سبيل ٱملفسدينل خيو ى
“Dan telah Kami janjikan kepada Musa (memberikan Taurat)
sesudah berlalu waktu tiga puluh malam, dan Kami sempurnakan jumlah
malam itu dengan sepuluh (malam lagi), maka sempurnalah waktu yang
telah ditentukan Tuhannya empat puluh malam. Dan berkata Musa kepada
saudaranya yaitu Harun: "Gantikanlah aku dalam (memimpin) kaumku,
dan perbaikilah, dan janganlah kamu mengikuti jalan orang-orang yang
membuat kerusakan” (Q.S. al-A‟raf [7]: 142)
Kenapa disebut Yahudi? karena mereka menyimpang dari aturan-
aturan yang ditetapkan Allah, baik aturan yang dibawa Nabi Musa as.
maupun aturan yang dibawa Nabi Muhammad saw.34
Nama ini bersifat
pejoratif, sebab ia menunjukan, bahwa mereka tidak hanya menolak ajaran
33
Al-Ṭhabarsī, al-Bayān fī Tafsīr al-Qurʽān, (Beirut: Dâr al-Ma‟rifah, t.th.), juz I,
h. 159 34
Al-Ṭhabarsī, al-Bayān fī Tafsīr al-Qur'ān, h. 159
28
yang dibawa Nabi Muhammad saw. yang seharusnya mereka ikuti sesuai
dengan tuntunan kitab suci mereka, tetapi juga memberikan isyarat bahwa
mereka juga telah menyimpang dari petunjuk kitab sucinya.
Selain dari kemungkinan di atas, ada pula yang mengatakan bahwa
Yahudi adalah mereka yang mengklaim dirinya sebagai pengikut Musa as.
Setiap teori di atas mengandung kebenaran sesuai dengan argument dan
pendekatan yang digunakan. Al-Qurʽan membedakan antara keturunan
Bani Israil dan penganut keyakinan dan pelaku perbuatan yang disebut
Yahudi.
Walaupun sebutan untuk mereka ini beragam, namun
bagaimanapun, sebutan Yahudi itu dengan sendirinya telah membedakan
mereka dari orang-orang Nasrani sebagai pengikut al-Masih yang juga
dari Bani Israil, sementara mayoritas orang-orang Israil mengingkari Isa
as. dan tetap mengikuti Musa as.35
Dari beberapa teori yang telah
dipaparkan mengenai definisi Yahudi, penulis lebih cenderung pada teori
yang mengatakan bahwa Yahudi berasal dari nama Yahudza, saudara
Yusuf as. salah seorang anak nabi Ya‟qub as.
Di dalam al-Quran terkadang Yahudi disebut juga dengan Ahl al-
Kitab, jika kita menggunakan Istilah Ahli kitab dalam membicarakan
mengenai agama, maka Ahli kitab disitu tentang kaum Yahudi.
C. Perbedaan Penggunaan Kata Yahudi dan Bani Israil
Mengenai sisi perbedaan makna pengertian Banî Isrâ‟îl dan Yahudi
dari sisi istilah Yahudi sebagai suku atau kelompok adalah bahwa tidak
semua Banî Isrâ‟îl bisa dikatakan Yahudi, karena Yahudi sekelompok
kaum atau suku salah satu dari dua belas suku Banî Isrâ‟îl yakni dari
35
Abd Al-Karīm Al-Khatīb, Al-Dīn Dharurāt, h. 152
29
keturunan suku Yahuda. 36
Namun di sisi lain, dari sisi Yahudi sebagai
istilah kepercayaan atau agama,37
seperti dikutip dari pendapat Dr.
Jawwad Ali, Istilah “Yahudi” lebih luas maknanya daripada istilah
“Ibrani” dan Banî Isrâ‟îl‟. Hal ini karena istilah “Yahudi”, selain
disematkan kepada kaum Ibrani, juga disematkan kepada orang-orang
non-Ibrani yang memeluk agama Yahudi.
Sedangkan mengenai sisi perbedaan makna Banî Isrâ‟îl dan Yahudi
dari sisi istilah Yahudi sebagai suku atau kelompok, tidak semua Banî
Isrâ‟îl bisa dikatakan Yahudi, karena Yahudi sekelompok kaum atau suku
salah satu dari dua belas suku Banî Isrâ‟îl yakni dari keturunan suku
Yahuda.38
Sisi perbedaan yang lain mengenai Yahudi dan Bani Israil yaitu,
Yahudi adalah nama bagi orang-orang yang tidak beriman kepada Nabi
Musa as, sedangkan yang beriman terhadap Nabi Musa yaitu Bani Isra‟il.
Awal mula penyebutan Bani Israil dalam Al-Qur‟an yaitu pada ayat
yang menceritakan kisah Nabi Musa dan Fir‟aun. Seperti yang telah
diketahui bahwa Banî Isrâ‟îl merupakan keturunan Nabi Ya‟qub yang
menetap di Mesir semenjak hijrahnya Nabi Ya‟qub dan seluruh
keluarganya ke Mesir pada masa Nabi Yusuf menjabat sebagai bendahara
kerajaan pada masa dinasti Hyksos menguasai mesir. Maka sangat logis
bila term Banî Isrâ‟îl pertama kali muncul dalam Alquran ketika zaman
Nabi Musa, karena perkembangan Banî Isrâ‟îl yang semakin pesat pada
zaman itu dan juga karena Nabi Musa diutus untuk menyelamatkan dan
membebaskan Banî Isrâ‟îl dari kekejaman rezim yang berkuasa kala itu.
36
Ṭhāhīr Ibn Āsyūr, al-Tahrīr wa al-Tanwīr, ( Tunis: Dār al- Tunisiyah, 1984),
Juz I, h. 532-533 37
Lihat QS. al-Baqarah (2): 135. 38
Thāhīr Ibnu Āsyūr, al-Tahrīr wa al-Tanwīr, ( Tunis: Dâr al- Tunisiyah, 1984),
Juz I, h. 532-533
30
Selain kata Yahudi dan Bani Israil dalam al-Qur‟an juga menyebut
istilah Asbath39
Perbedaan antara term Banî Isrâ‟îl dan pengertian Asbâth
yang disebut dalam al-Qur‟an jika dilihat dari sisi kronologis turunnya
ayat atau dari sisi situasi dan kondisi penyebutannya (term Banî Isrâ‟îl
dan pengertian Asbâth) dalam Alquran. Kendati maknanya hampir sama
yakni keturunan Nabi Ya‟qub, namun terdapat perbedaan yang signifikan
di antara kedua pengertian tersebut, bahwa pengertian Banî Isrâ’îl lebih
umum dari pada term Asbâth, yang mana term Banî Isrâ‟îl bermakna
anak-anak keturunan Isrâ‟îl atau keturunan Nabi Ya‟qub. Sedangkan
penyebutan term Asbâth dalam Alquran dipakai ketika menyebutkan Banî
Isrâ‟îl ketika pada zaman Nabi Musa, karena pada zaman Nabi Musa,
jumlah keturunan Nabi Ya‟qub atau Banî Isrâ‟îl berkembang banyak,
maka penyebutannya dengan istilah Asbâth,40
yang mana makna kata
Asbâth secara etimologi berarti banyak atau lebat, dan secara terminology
bermakna anak keturunan Nabi Ya‟qub dari dua belas putra beliau dan
dari setiap keturunan menjadi suatu kaum, maka penisbatan nama suku
dari Asbâth ini dinisbatkan kepada nama-nama kedua belas putra Nabi
Ya‟qub tersebut.
39
makna Asbâth menurut terminology yaitu dua belas orang dari anak keturunan
Nabi Ya'qub a.s, yang masing-masing dari dua belas putra tersebut melahirkan suatu
kaum yang menjadi dua belas suku Bani Isrâîl. 40
Lihat QS. al-Araf (7): 160.
نا إل موسى إذ استسقاه ق ومو أن اضرب بعصاك الجر وأو وقطعناىم اث نت عشرة أسباطا أما حي نا وظللنا عليهم الغمام وأن زلنا عليهم المن والسلوى قد علم كل أناس مشرب هم فان بجست منو اث نتا عشرة عي وما ظلمونا ولكن كانوا أن فسهم يظلمون كلوا من طيبات ما رزق ناكم
Dan mereka Kami bagi menjadi dua belas suku yang masing-masingnya
berjumlah besar dan Kami wahyukan kepada Musa ketika kaumnya meminta air
kepadanya: "Pukullah batu itu dengan tongkatmu!". Maka memancarlah dari padanya
duabelas mata air. Sesungguhnya tiap-tiap suku mengetahui tempat minum masing-
masing. Dan Kami naungkan awan di atas mereka dan Kami turunkan kepada mereka
manna dan salwa. (Kami berfirman): "Makanlah yang baik-baik dari apa yang telah Kami
rezekikan kepadamu". Mereka tidak menganiaya Kami, tapi merekalah yang selalu
menganiaya dirinya sendiri.
31
Dalam al-Qur‟an terkadang kata Yahudi sering di namakan dengan
Ahl Kitab, dengan dinamakan demikian karena Allah telah mengutus
Nabi-nabi yang membawa kitab suci yaitu Taurat melalui Nabi Musa dan
Injil melalui Nabi Isa. Dengan kedatangan Nabi Muhammad dan
diturunkannya al-Qur‟an, Ahl kitab ini ada yang menerima41
dan ada juga
yang menolak kerasulan Muhammad maupun kebenaran al-Qur‟an dari
Allah.
41
Lihat QS. Al- Qassas : 52
ناىم الكتاب من ق بلو ىم بو ي ؤمنون الذين آت ي “Orang-orang yang telah kami berikan kepada mereka al-Kitab sebelum al-
Qur‟an mereka beriman (pula) dengan al-Qur‟an itu”.
32
33
BAB III
PERILAKU YAHUDI TERHADAP KITAB SUCI
A. Kitab Suci Agama Yahudi
Orang Yahudi menamakan kitab suci mereka Tenakh dan terdiri dari
tiga bagian, yaitu Hukum atau Tuarat, Nabi-Nabi atau Nevi’im, dan Sastra
atau Ketuvim1.
Kitab suci Perjanjian Lama menceritakan perjanian besar yang
dibuat antara Allah dengan bangsa Yahudi, termasuk Abraham dan Musa.
Orang Kristen menyebut Kitab Suci Yahudi sebagai Perjanjian Lama,
yang merupakan bagian pertama dari Kitab Suci orang Kristen.2
a. Kitab Suci Tertulis
Penjelasan daftar kitab Perjanjian Lama berdasarkan urutan Yahudi,
sebagai berikut:
1) Taurat (Hukum)
Bagian ini terkenal dengan nama Taurat atau Pentateukh. Namun
Taurat lebih banyak digunakan dibandingkan Pentateukh. Pentateukh
adalah nama yang biasa digunakan oleh orang-orang Katolik dan
Ortodoks.3 Dalam Tradisi Yahudi maupun kristen, pentateukh dikenal
sebagai lima kitab yang dikarang oleh Musa. Pendapat ini bertahan sampai
abad ke-18. Akan tetapi, setelah penelitian historis-hostoris yang
1 Michael Keene, Agama-agama Dunia, (Djogjakarta: Kansius, 2012), cet. 5,
h. 44 2 Michael Keene, Agama-agama Dunia, (Djogjakarta: Kansius, 2012), cet. 5,
h. 45 3 Michael Keene, Agama-agama Dunia, (Djogjakarta: Kansius, 2012), cet. 5,
h. 47
34
diterapkan terhadap al-Kitab, pernyataan bahwa Musa sebagai pengarang
Pentateukh tidak dapat lagi diterima. Pengamatan yang lebih cermat
membuktikan bahwa kitab-kitab tersebut memiliki berbagai gaya
penulisan, kosakata yang digunakan sampai dengan penggambaran tentang
Tuhan. Oleh karena itu lebih tepat dikatakan jika pantateukh dilihat dari
sekumpulan karangan dari berbagai pengarang dan buikan dari Musa
seorang saja.
Lebih lanjut, Taurat berarti “hukum” atau “pengajaran” dan menunjuk
kepada keseluruhan apa yang diketahui tentang Allah dan hubungannya
dengan dunia ciptaan-Nya berarti wahyu atau pernyataan Allah yang
diberikan kepada imam-imam. Dalam arti yang lebih sempit, Taurat
menunjuk pada lima kitab Musa (kejadian, keluaran, Imamat, Bilangan,
ulangan), yang berada di awal kitab suci. Bersamaan dengan hari sabat,
Tuarat dirayakan sebagai pemberian Tuhan terbesar kepada orang-orang
Yahudi.4
Kitab-kitab yang termasuk ke dalam Pentateukh adalah: kejadian atau
(Genesis), keluaran atau (Exodus), Imamat atau (Leviticus), Bilangan atau
(Numeri), Ulangan atau (Deutronomium).
2) Nabi-Nabi (Nevi’im)
Dalam tradisi Yahudi ada delapan kitab yang diberi nama menurut
nama para Nabi. Empat kitab yang pertama (Yosua, Hakim-hakim,
Samuel dan Raja-raja). Biasanya mengacu kepada Nabi-nabi terdahulu
dan kitab-kitab sejarah. Keempat Kitab yang lain mengacu kepada Nabi-
nabi terakhir seperti: Yesaya, Yeremia, Yehezkiel, dan 12 Nabi-nabi yang
lainnya yang dianggap sebagai satu kitab. Sebagian besar isi kitab dari
Nabi-nabi terakhir merupakan kumpulan Khutbah yang disampaikan oleh
4 Michael Keene, Agama-agama Dunia, (Djogjakarta : Kansius, 2012), cet. 5,
h. 23
35
para Nabi, yang nama-namanya menjadi nama kitab-kitab tersebut, yang
semuanya dikumpulkan oleh para murid mereka. Bacaan terpilih dari kitab
para Nabi dibacakan di sinagoga pada hari-hari sabat. Perayaan-perayaan
keagamaan, dan hari-hari puasa.5
3) Sastra (Ketuvim)
Kitab ini merupakan bagian ketiga Tanakh Ibrani dan dianggap
kurang bernilai dari pada dua jenis kitab lainnya, walaupun kitab ini berisi
Mazmur, yang secara teratur digunakan dalam ibadat Yahudi di Sinagog.
Bacaan dari sastra ini sering diberikan di Sinagog pada hari-hari perayaan
keagamaan.
Selain dari daftar kitab Yahudi di atas, Talmud yang merupakan
terjemahan serta komentar mengenai Torah dari para rabi dan
cendikiawan undang-undang. Sumber lain mengatakan bahwa Talmud
adalah catatan tentang diskusi para rabi yang berkaitan dengan hukum
yahudi, etika, kebiasaan, dan sejarah.
Ini termasuk Mishnah dan Halakah (kode undang-undang masyarakat
utama penganut agama Yahudi), Gemara, Midrash dan Aggadah atau
Hagadah (legenda dan kisah-kisah lama), serta Kabbalah berisi teks lama
yang berunsur mistik, dan menceritakan zat-zat Tuhan.
a) Mishnah
Mishnah adalah kompilasi pandangan dan perdebatan hukum atau
kumpulan hukum lisan agama Yahudi pertama yang ditulis (namun pada
awalnya, Mishnah ini tidak ditulis karena meupakan tradisi lisan),
mishnah ini secara khusus terkenal dikalangan madzhab Farisi. Kata
Mishnah berasal dari kata Shanah yang berati mengulangi atau
5 Michael Keene, Agama-agama Dunia, (Djogakarta: Kansius, 2012), cet. 5,
h. 45
36
“meninjau”. Nama ini mungkin merupakan petunjuk pada metode studi
wacana rabinik dengan cara mengulang-ulang secara lisan.6
b) Gemara
Gemara juga ditranslitrasi sebagai Gemora, Gemara atau Gemora,
dari bahasa Aram, Gamar, secara harfiyah berarti “belajar” atau “belajar
melalui tradisi” adalah komponen melalui Talmud yang terdiri dari
analisis para Rabbi dan komentar tentang Mishnah. Stelah Mishnah
diterbitkan oleh Yehuda (sekitar tahun 200 M), karya itu dikaji secara
mendalam oleh para rabbi dari generasi ke generasi di Babel dan tanah
Israil. Diskusi mereka dicatat dalam serangkaian buku yang kemudian
menjadi “Gemara” yang jika dikombinasi dengan Mishnah merupakan
Talmud.
B. Yahudi Pada Masa Nabi Muhammad SAW
Kedatangan Yahudi ke Yatsrib tidak dapat dipastikan bagaimana
asal mulanya. Hal itu dikarenakan sedikitnya sumber sejarah yang ada,
yaitu masih terbatas pada ungkapa para penyair dalam puisi-puisi mereka.
Catatan sejarah baru marak dituliskan sesudah Islam datang. Alhasil
kedatangan mereka ke tanah Hijaz—yang meliputi wilayah Mekkah,
Madinah, Thaif, Khaibar, Fadak, Taima dan sekitarnya—tidak didukung
fakta sejarah yang memadai.
Terdapat beberapa dugaan yang menunjukkan bahwa keberadaan
mereka di tengah-tengah Bangsa Arab telah berlangsung lama.
Sedemikian lamanya hingga peradaban dan kehidupan sosial mereka
sudah „ter-arabkan‟. Akan tetapi karena sikap mereka yang eksklusif dan
tertutup agama mereka dianggap asing sehingga agama mereka tidak
6 Wisnu Sasongko, Jejak Ya’juj Ma’juj Dalam Inskripsi Yahudi, (Jakarta:
Hikmah, 2010), h. 18
37
terlalu banyak membawa pengaruh kepada orang-orang Arab. Namun
disisi lain, orang-orang Arab tetap merasa hormat kepada orang-orang
Yahudi karena mereka memiliki kitab dan ilmu pengetahuan yang tidak
dimiliki oleh kaum Arab. Bahkan ada beberapa kaum Arab yang memeluk
agama mereka. Hal tersebut sangat mungkin terjadi, sebagian dari ajaran
dan dogma mereka telah menyebar di kalangan orang Arab sejak sebelum
Islam.
Dugaan lain mengatakan bahwa mereka telah menempati wilayah
Arab lebih dari seratus tahun sebelum Nabi Muhammad lahir. Tampaknya,
pada tahun 70 M setelah Yerussalem dihancurkan oleh Titus, Kaisar
Romawi dan pemberontakan sengit namun gagal yang dipimpin oleh Bar
Kochba pada 135 M, banyak orang Yahudi yang bermigrasi ke wilayah
Arab.
Di samping itu, ada juga kemungkinan bahwa kedatangan mereka ke
Arab didorong oleh sebuah ramalan yang berkembang di kalangan para
rabbi Yahudi dan rahib-rahib Nasrani tentang kedatangan seorang “juru
selamat” atau nabi di daerah gurun yang kaya akan pohon kurma itu.
Mereka ingin berada di negeri tersebut ketika nabi yang diramal diutus
Tuhan itu hadir.
Mayoritas sarjana Barat tidak yakin bahwa komunitas Yahudi di
Madinah secara orisinal berasal dari keturunan Yahudi. Mereka
diperkirakan sebagai orang-orang Arab yang memeluk agama Yahudi.
Suku-suku Yahudi Madinah adalah proselytes7 yang berasal dari
keturunan Badui. Mereka menjadi Yahudi di tangan para misionaris
Yahudi yang melarikan diri dari tentara Romawi menuju Arabia. Diduga
para pengungsi tersebut yang menjadi pembentuk utama populasi Yahudi
7 Proselytes adalah orang yang beralih agama menjadi Yahudi, sedangkan orang
Yahudi yang memeluk agama lain disebut convert
38
di Madinah. Beberapa abad kemudian, jumlah mereka bertambah dengan
adanya suku-suku Arab yang bergabung agama mereka. Pemeluk agama
Yahudi yang baru tersebut tidak hanya mengadopsi kehidupan agrikultural
dan pandangan hidup umat Yahudi, namun juga bahasa yang mereka
gunakan, yaitu Aramaik.
Ada tiga suku terkenal dari golongan Yahudi di samping beberapa
suku kecil lainnya di Madinah pada saat itu: Banu Quraizhah, Bani
Nadhir, dan Bani Qainuqa. Mereka telah menjadi penduduk yang mapan,
bahkan telah menghuni wilayah itu sebelum dua suku dominan di
Madinah, Aus dan Khazraj. Berbeda dari suku-suku Arab, orang-orang
Yahudi adalah orang yang terampil. Mereka adalah saudagar-saudagar
kaya dan petani yang berbakat.
Tak jarang unta mereka disewa orang Yahudi untuk membawa hasil
kebun mereka. Mereka melek huruf, bisa membaca dan menulis serta
memiliki kitab dan para rabbi.
Sejak kedatangan Aus dan Khazraj, dominasi Yahudi di Madinah
mulai memudar. Kemudian datanglah agama baru yang dibawa oleh Nabi
Muhammad SAW, yaitu Islam. Pada masa kenabian ini banyak hal yang
menyebabkan mereka terusir dari tempat tinggalnya. Diantaranya dalah
karena kebiasaan mereka yang suka mengingkari janji. Hingga
berkonspirasi dengan kāfir Qūraisy yang banyak merugikan Islam. Seperti
pengkhinatan Bani Qaīnuqa,8 Bani Nadhīr dan Bani Quraīzah di Madinah.
Sejarah mencatat alasan mereka memusuhu Nabi Muhannad Saw,
sebab mereka takut terusir dari Madinah. Karena melihat Islam begitu
berkembang cepat. Selain itu, alasan paling mendasar mereka membenci
8 Banī Qaīnuqa adalah satu diantara tiga suku Yahudi yang tinggal di Yastrib,
sekarang Mdinah. Mereka tinggal di dua benteng barat daya kota Yastrib. Meskipun
mereka menggunakan Arab secara etnis mereka asli Yahudi. Pada tahun 624 mereka
diusir oleh Nabi saw karena dituduh melanggar perjanjian yang disebut piagam
Madinah.
39
Nabi Muhmmad Saw meski tau bahwa ajaran yang ia bawa memang
benar adanya mereka iri dan dengki, karena Nabi yang terakhir turun
bukanlah dari bangsa Yahudi dan umat Nabi Muhammad Saw yang
dijadikan Allah sebagai bangsa pilihan menggantikan posisi mereka.
C. Perbedaan Penyebutan Yahudi dan Bani Israil
1. Penyebutan Yahudi
Ada beberapa nama lain untuk kaum Yahudi, di antaranya Bani
Israil kaum Musa, Ahl al Kitab. Nama-nama inilah yang sering dipakai
oleh al-Qur’an untuk menyebut mereka, seperti dalam surat al-Baqarah :
439,67
10,83
11,120
12 surat al-Maidah; 51
13 surat ali Imran: 64
14 surat al-
A’raf : 15615
. Pada awalnya mereka pengikut Nabi Musa as, mereka
menjadi pengikut yang baik, karena mengikuti ajaran-ajaran yang
disampaikan oleh Nabi Musa as. Namun, setelah Nabi Musa meninggal
mereka banyak melakukan Tahrif (mengubah) isi at-Taurat dan banyak
melakukan pelanggaran pada ajaran-ajaran mereka.
Ada yang mengatakan bahwa Yahudi adalah mereka yang mengklaim
dirinya sebagai pengikut Musa as. Setiap teori diatas mengandung
kebenaran sesuai dengan argument dan pendekatan yang digunakan. Al-
Qur’an membedakan antara keturunan Bani Israil dan penganut keyakinan
dan pelaku perbuatan yang disebut Yahudi.
Walaupun sebutan untuk mereka ini beragam, namun
bagaimanapun, sebutan Yahudi itu dengan sendirinya telah membedakan
mereka dari orang-orang Nasrani sebagai pengikut al-Masih yang juga
9 Lihat QS. Al-Baqarah [2]:43
10 Lihat QS. Al-Baqarah [2]:67
11 Lihata Q.S Al-Baqarah [2]:83
12 LihatQ.S. Al-Baqarah [2]:120
13 Lihat Q.S Al- Maidah [5]:51
14 Lihat Q.S Ali-Imran [3]:64
15 Lihat Q.S Al-A’raf [7]:156
40
dari Bani Israil, sementara mayoritas orang-orang Israil mengingkari Isa
as. dan tetap mengikuti Musa as16
, dan penyebutan istilah Yahudi dalam
al-Qur’an biasanya digunakan ketika al-Qur’an sedang membahas
mengenai Agama. Selain itu Dalam Alquran beberapa ayat yang memakai
term Yahudi merupakan ayat-ayat yang membahas tentang sikap kaum
Yahudi yang seringkali berprilaku menyimpang dari ajaran Taurat dan
banyak melakukan kedurhakaan.
2. Penyebutan Bani Isra’il
Dalam al-Qur’an jika dilihat dari sisi kronologis turunnya ayat atau
dari sisi situasi dan kondisi penyebutannya Bani Israil ini bersifat umum.
Banî Isrâ‟îl bermakna anak-anak keturunan Isrâ‟îl atau keturunan Nabi
Ya’qub. penyebutan istilah Bani Israil dalam al-Qur’an biasanya
digunakan ketika berbicara mengenai geneologi atau ras.
Sedangkan mengenai sisi perbedaan makna Banî Isrâ’îl dan
Yahudi dari sisi istilah Yahudi sebagai suku atau kelompok adalah bahwa
tidak semua Banî Isrâ’îl bisa dikatakan Yahudi, karena Yahudi
sekelompok kaum atau suku salah satu dari dua belas suku Banî Isrâ’îl
yakni dari keturunan suku Yahuda17
. Namun di sisi lain, dari sisi Yahudi
sebagai istilah kepercayaan atau agama18
, seperti dikutip dari pendapat Dr.
Jawwad Ali, Istilah “Yahudi” lebih luas maknanya daripada istilah
“Ibrani” dan Banî Isrâ’îl‟. Hal ini karena istilah “Yahudi”, selain
disematkan kepada kaum Ibrani, juga disematkan kepada orang-orang
non-Ibrani yang memeluk agama Yahudi.
16
Abd Al-Karīm Al-Khatīb, Al-Dīn Dharurat, h. 152 17
Ṭhāhīr Ibn Āsyūr, al-Tahrīr wa al-Tanwīr, ( Tunis: Dâr al- Tunisiyah,
1984), Juz I, h. 532-533 18
Lihat QS. al-Baqarah (2): 135.
41
Sisi perbedaan yang lain mengenai Yahudi dan Bani Israil yaitu,
Yahudi adalah nama bagi orang-orang yang tidak beriman kepada Nabi
Musa as, sedangkan yang beriman terhadap Nabi Musa yaitu Bani Isra’il.
Awal mula penyebutan Bani Israil dalam Al-Qur’an yaitu pada
ayat yang menceritakan kisah Nabi Musa dan Fir‟aun. Seperti yang telah
diketahui bahwa Banî Isrâ‟îl merupakan keturunan Nabi Ya‟qub yang
menetap di Mesir semenjak hijrahnya Nabi Ya‟qub dan seluruh
keluarganya ke Mesir pada masa Nabi Yusuf menjabat sebagai bendahara
kerajaan pada masa dinasti Hyksos menguasai mesir. Maka sangat logis
bila term Banî Isrâ‟îl pertama kali muncul dalam Alquran ketika zaman
Nabi Musa, karena perkembangan Banî Isrâ‟îl yang semakin pesat pada
zaman itu dan juga karena Nabi Musa diutus untuk menyelamatkan dan
membebaskan Banî Isrâ‟îl dari kekejaman rezim yang berkuasa kala itu.
D. Bentuk Kecaman Allah Atas Perilaku Yahudi
Al-Qur’an secara umum mengecam orang-orang Yahudi dengan
pemakaian lafal Hâdû, Hûdan, Al-yahûdu ) اليهود ( dan Yahûdiyyan
karena berbagai penyimpangan yang telah mereka lakukan .(يهوديا)
terhadap agama dan kitab suci mereka, juga karena perbuatan mereka
yang kerap menimbulkan kerusakan dan permusuhan terhadap kelompok
agama lain.
Adapun ayat-ayat al-Qur’an yang menggunakan lafal Hâdû disebut
sepuluh kali dalam bentuk yang bervariasi, sebagian menunjukan kecaman
terhadap mereka, dan sebagian lainnya menunjukkan pujian serta bernada
positif . Pernyataan yang bernada kecaman ditujukan kepada mereka
karena pelanggaran dari ketentuan-ketentuan yang ditetapkan Allah atas
mereka. Diantara kecaman tersebut muncul dikarenakan mereka
42
mengubah kitab sucinya19
sebagaimana firman Allah dalam QS. An-Nisa‟
(4): 4620
. Pernyataan yang bernada kecaman ditujukan kepada mereka
karena pelanggaran dari ketentuan-ketentuan yang ditetapkan Allah atas
mereka. Diantara kecaman tersebut muncul dikarenakan kesewenang-
wenangan orang Yahudi dan siksaan yang disediakan Allah21
,
sebagaimana firman-Nya dalam QS. An-Nisa‟ (4): 16022
. Diantara siksaan
yang dimaksud adalah diharamkannya sebagian makanan tertentu sebagai
siksaan duniawi disamping siksaan ukhrawi jika mereka tidak bertubat,
sebagaimana firman Allah dalam Q.S al-An‟am(6): 14623
dan Q.S. al-
Nahl (16): 11824
.
19
Ibn Jārīr al-Ṭhabarī, Tafsīr al-Ṭhabarī, Jilid VII ,h. 142 20
Lihat selengkapnya :
عنا وعصي نا واسع غي ر مسمع وراعنا ليا بألسنتهم وطعنا ف من الذين ىادوا يرفون الكلم عن مواضعو وي قولون سين عنا وأطعنا واسع وانظرنا لكان خي را لم وأق وم ولكن لعن هم الد اللو بكفرىم فل ي ؤمنون إل ولو أن هم قالوا س قليل
Yaitu orang-orang Yahudi, mereka mengubah perkataan dari tempat-tempatnya.
Mereka berkata: "Kami mendengar", tetapi kami tidak mau menurutinya. Dan (mereka
mengatakan pula): "Dengarlah" sedang kamu sebenarnya tidak mendengar apa-apa.
Dan (mereka mengatakan): "Raa'ina", dengan memutar-mutar lidahnya dan mencela
agama. Sekiranya mereka mengatakan: "Kami mendengar dan menurut, dan dengarlah,
dan perhatikanlah kami", tentulah itu lebih baik bagi mereka dan lebih tepat, akan tetapi
Allah mengutuk mereka, karena kekafiran mereka. Mereka tidak beriman kecuali iman
yang sangat tipis . (Q.S An-Nisa [4]:46) 21
Jalāluddīn al-Suyūṭhī, Ad-Dūr al-Mantsūr, (Beirut: Dâr al-Kutub al-Ilmiyah,
911 H) Juz II, h. 246 22
Lihat selengkapnya :
ىم عن سبيل اللو كثريافبظلم من الذين ىادوا حرمنا عليهم طيبات أحلت لم وبصد Maka disebabkan kezaliman orang-orang Yahudi, kami haramkan atas (memakan
makanan) yang baik-baik (yang dahulunya) dihalalkan bagi mereka, dan karena mereka
banyak menghalangi (manusia) dari jalan Allah. (QS. An-Nisa [4]:160) 23
Lihat selengkapnya:
ا أو الوايا ومن الب قر والغنم حرمنا عليهم شحومهما إل ما حلت ظهوره وعلى الذين ىادوا حرمنا كل ذي ظفر لك جزي ناىم بب غيهم أو ما اخت لط بعظم وإنا لصادقون ذ
43
Merekapun dikecam karena kegemarannya menyebarluaskan berita
bohong dan memutarbalikan fakta, sehingga umat Islam diingtkan agar
berhati-hati terhadap mereka, 25
sebagaimana terungkap dalam Q.S. al-
Mâidah (5): 4126
. Di sisi lain mereka juga dikecam karena mereka sangat
ekslusif dan mengklaim diri sebagai kekasih Allah sedang selain mereka
Dan kepada orang-orang Yahudi, Kami haramkan segala binatang yang berkuku dan
dari sapi dan domba, Kami haramkan atas mereka lemak dari kedua binatang itu, selain
lemak yang melekat di punggung keduanya atau yang di perut besar dan usus atau yang
bercampur dengan tulang. Demikianlah Kami hukum mereka disebabkan kedurhakaan
mereka; dan sesungguhnya Kami adalah Maha Benar.(QS. Al-An’am [6]: 146) 24
Lihat selengkapnya :
وما ظلمناىم ولكن كانوا أن فسهم يظلمون وعلى الذين ىادوا حرمنا ما قصصنا عليك من ق بل
Dan terhadap orang-orang Yahudi, Kami haramkan apa yang telah Kami ceritakan
dahulu kepadamu; dan Kami tiada menganiaya mereka, akan tetapi merekalah yang
menganiaya diri mereka sendiri. (QS An-Nahl [16]: 118) 25
Ibnu Aṭhiyah, al-Muharṭīr al-Wajīz fī Tafsīr Al-qurān al-Azīz, (Beirut: Dār
al-Kutūb al- „Ilmiyāh, 1993) Jilid II, h. 191 26
Lihat selengkapnya:
ومن ل ت ؤمن ق لوب هم يا أي ها الرسول ل يزنك الذين يسارعون ف الكفر من الذين قالوا آمنا بأف واىهم و ي قولون إن أوتيتم يرفون الكلم من ب عد مواضعو يأتو ساعون للكذب ساعون لقوم آخرين ل الذين ىادوا
ذا فخذوه وإن ل ت ؤت وه فاحذروا نتو ف لن تلك لو من اللو شيئا ى اللو أن أولئك الذين ل يرد ومن يرد اللو فت ن يا خزي يطهر ق لوب هم ولم ف الخرة عذاب عظيم لم ف الد
Hari Rasul, janganlah hendaknya kamu disedihkan oleh orang-orang yang
bersegera (memperlihatkan) kekafirannya, yaitu diantara orang-orang yang mengatakan
dengan mulut mereka: "Kami telah beriman", padahal hati mereka belum beriman; dan
(juga) di antara orang-orang Yahudi. (Orang-orang Yahudi itu) amat suka mendengar
(berita-berita) bohong dan amat suka mendengar perkataan-perkataan orang lain yang
belum pernah datang kepadamu; mereka merubah perkataan-perkataan (Taurat) dari
tempat-tempatnya. Mereka mengatakan: "Jika diberikan ini (yang sudah di rubah-rubah
oleh mereka) kepada kamu, maka terimalah, dan jika kamu diberi yang bukan ini maka
hati-hatilah". Barangsiapa yang Allah menghendaki kesesatannya, maka sekali-kali
kamu tidak akan mampu menolak sesuatupun (yang datang) daripada Allah. Mereka itu
adalah orang-orang yang Allah tidak hendak mensucikan hati mereka. Mereka beroleh
kehinaan di dunia dan di akhirat mereka beroleh siksaan yang besar.(QS Al-Maidah
[5]:41)
44
tidak termasuk didalamnya27
seperti yang terungkap dalam firman Allah
pada Q.S. al-Jumu‟ah (62): 628
.
Pengungkapan kata hûdan dalam Alquran yang menunjukan kepada
orang-orang Yahudi, semuanya bernada sumbang. Hal ini karena ayat-ayat
yang berbicara tentang orang-orang Yahudi yang menggunakan lafal
hûdan , semuanya menyangkut klaim-klaim mereka yang tidak benar.
Misalnya klaim tentang Ahl al-Kitab Yahudi dan Nasrani yang masing-
masing menyatakan diri mereka sebagai kelompok yang paling benar dan
bahwa kelompok mereka yang akan selamat dan masuk surga, sedang
kelompok lainnya akan celaka29
, padahal mereka tidak dapat memberikan
argumentasi yang memperkuat klaim mereka tersebut30
.
Kesan umum diperoleh bahwa bila Al-Qur'an menggunakan kata Al-
Yahud maka isinya adalah kecaman atau gambaran negatif tentang
mereka. Perhatikan misalnya firman-Nya tentang kebencian orang
Yahudi terhadap kaum Muslim (QS Al-Maidah [5]: 82),31
atau ketidak
27
al-Qurthubi, al-Jami‟ li ahkami Alquran (Kairo: Dar al-Katib al-Urbah,
1968), Juz XVIII, h. 94 28
Lihat selengkapnya:
أولياء للو من دون الناس ف تمن وا الموت إن كنتم صادقي قل يا أي ها الذين ىادوا إن زعمتم أنكم
Katakanlah: "Hai orang-orang yang menganut agama Yahudi, jika kamu
mendakwakan bahwa sesungguhnya kamu sajalah kekasih Allah bukan manusia-
manusia yang lain, maka harapkanlah kematianmu, jika kamu adalah orang-orang yang
benar". (QS. Al-Jumu’ah [62]:6) 29
Lihat selengkapnya :
قل ىاتوا ب رىانكم إن كنتم تلك أماني هم وقالوا لن يدخل النة إل من كان ىودا أو نصارى صادقي
Dan mereka (Yahudi dan Nasrani) berkata: "Sekali-kali tidak akan masuk
surga kecuali orang-orang (yang beragama) Yahudi atau Nasrani". Demikian itu
(hanya) angan-angan mereka yang kosong belaka. Katakanlah: "Tunjukkanlah bukti
kebenaranmu jika kamu adalah orang yang benar". (QS. Al-Baqarah [2]:111) 30
Ibnu Athiyah, al-Muharir al-Wajiz fi Tafsir Al-Qur‟an al-„Aziz, Jilid I, h.
198 31
Lihat selengkapnya Q.S Al-Maidah [5]:82
45
relaan orang-orang Yahudi dan Nasrani terhadap kaum Muslim sebelum
umat Islam mengikuti mereka (QS Al-Baqarah [2]: 120),32
atau
pengakuan mereka bahwa orang Yahudi dan Nasrani adalah putra-putra
dan kinasih Allah (QS Al-Ma-idah [5]: 18),33
atau pernyataan orang
Yahudi bahwa tangan Allah terbelenggu (kikir) (QS Al-Maidah [5]: 64),34
ولتجدن أق رب هم مودة للذين آمنوا الذين ين أشركوا لتجدن أشد الناس عداوة للذين آمنوا الي هود والذ لك بأن من هم قسيسي ورىبانا وأن هم ل يستكبون قالوا إنا نصارى ذ
Sesungguhnya kamu dapati orang-orang yang paling keras permusuhannya
terhadap orang-orang yang beriman ialah orang-orang Yahudi dan orang-orang
musyrik. Dan sesungguhnya kamu dapati yang paling dekat persahabatannya dengan
orang-orang yang beriman ialah orang-orang yang berkata: "Sesungguhnya kami ini
orang Nasrani". Yang demikian itu disebabkan karena di antara mereka itu (orang-
orang Nasrani) terdapat pendeta-pendeta dan rahib-rahib, (juga) karena sesungguhnya
mereka tidak menymbongkan diri. 32
Lihat selengkapnya Q.S. Al-Baqarah [2]:120
ولئن ات ب عت قل إن ىدى اللو ىو الدى الي هود ول النصارى حت ت تبع ملت هم ولن ت رضى عنك ما لك من اللو من ول ول نصري أىواءىم ب عد الذي جاء من العلم
Orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan senang kepada kamu hingga
kamu mengikuti agama mereka. Katakanlah: "Sesungguhnya petunjuk Allah itulah
petunjuk (yang benar)". Dan sesungguhnya jika kamu mengikuti kemauan mereka
setelah pengetahuan datang kepadamu, maka Allah tidak lagi menjadi pelindung dan
penolong bagimu. 33
Lihat selengkapnya Q.S Al-Maidah [5]:18
بكم بذنوبكم وقالت الي هود والنصارى نن أب ناء اللو وأحباؤه بل أن تم بشر من خلق قل فلم ي عذن هما اء وي عذب من يشاء ي غفر لمن يش وإليو المصري وللو ملك السماوات والرض وما ب ي
Orang-orang Yahudi dan Nasrani mengatakan: "Kami ini adalah anak-anak
Allah dan kekasih-kekasih-Nya". Katakanlah: "Maka mengapa Allah menyiksa kamu
karena dosa-dosamu?" (Kamu bukanlah anak-anak Allah dan kekasih-kekasih-Nya),
tetapi kamu adalah manusia(biasa) diantara orang-orang yang diciptakan-Nya. Dia
mengampuni bagi siapa yang dikehendaki-Nya dan menyiksa siapa yang dikehendaki-
Nya. Dan Kepunyaan Allah-lah kerajaan antara keduanya. Dan kepada Allah-lah
kembali (segala sesuatu). 34
Lihat selengkapnya Q.S Al-Maidah [5]:64
46
dan sebagainya. Pengungkapan term al-yahûd (اليهود) juga antara lain
digunakan untuk membantah klaim-klaim antara sesama ahl al-kitab yang
masing-masing menyatakan diri sebagai kelompok paling benar35
dan
menganggap kelompok mereka merupakan kekasih Allah36
.
Sejumlah perilaku buruk yang melekat dalam diri mereka yang dirujuk
dengan term al-yahûd, antara lain kecaman keras karena tidak hanya
sering berprasangka buruk terhadap sesama manusia, bahkan juga berani
berperasangka buruk kepada Allah swt. dengan mengatakan bahwa tangan
Allah terbelenggu37
(kikir)38
. Di samping itu, mereka juga dikecam karena
ي نفق كيف يشاء بل يداه مبسوطتان غلت أيديهم ولعنوا با قالوا وقالت الي هود يد اللو مغلولة نا ب ي ن هم العداوة والب غضاء إل ي وم القيامة وليزيدن كثريا من هم ما أنزل إليك من ربك طغيانا وكفرا كلما وألقي
واللو ل يب المفسدين ويسعون ف الرض فسادا و أوقدوا نارا للحرب أطفأىا الل Orang-orang Yahudi berkata: "Tangan Allah terbelenggu", sebenarnya tangan
merekalah yang dibelenggu dan merekalah yang dilaknat disebabkan apa yang telah
mereka katakan itu. (Tidak demikian), tetapi kedua-dua tangan Allah terbuka; Dia
menafkahkan sebagaimana Dia kehendaki. Dan Al Quran yang diturunkan kepadamu
dari Tuhanmu sungguh-sungguh akan menambah kedurhakaan dan kekafiran bagi
kebanyakan di antara mereka. Dan Kami telah timbulkan permusuhan dan kebencian di
antara mereka sampai hari kiamat. Setiap mereka menyalakan api peperangan Allah
memadamkannya dan mereka berbuat kerusakan dimuka bumi dan Allah tidak
menyukai orang-orang yang membuat kerusakan. 35
Lihat selengkapnya: Q.S Al-Baqarah [2]:113
لون وقالت الي هود ليست النصارى على شيء وقالت النصارى ليست الي هود على شيء وىم ي ت لك قال الذين ل ي علمون مثل ق ولم الكتاب ن كذ هم ي وم القيامة فيما كانوا فيو يتلفون فاللو يكم ب ي
36
Lihat selengkapnya : al-Maidah [5]:18
بكم بذنوبكم وقالت الي هود والنصارى نن أب ناء اللو وأحباؤه بل أن تم بشر من خلق قل فلم ي عذن هما ي غفر لمن يشاء وي عذب من يشاء وإليو المصري وللو ملك السماوات والرض وما ب ي
37
Lihat selengkapnya :
بل يداه مبسوطتان ي نفق كيف يشاء قالوا غلت أيديهم ولعنوا با وقالت الي هود يد اللو مغلولة نا ب ي ن هم العداوة والب غضاء إل ي وم القيامة وليزيدن كثريا من هم ما أنزل إليك من ربك طغيانا وكفرا كلما وألقي
واللو ل يب المفسدين ويسعون ف الرض فسادا نارا للحرب أطفأىا اللو أوقدوا
47
aqidah mereka sudah rusak oleh perilaku syirik, seperti mengaggap Uzair
adalah putra Allah39
.
Selain kata al-Yahûd, Al-Qur'an juga menggunakan istilah Utu Al-
Kitab, Utu nashiban minal kitab, Al-Ladzina Hadu, Bani Israil, An
Nashara, dan istilah lainnya.
Bila Al-Qur'an menggunakan Al-Ladzina Hadu, maka kandungannya
ada yang berupa kecaman, misalnya terhadap mereka yang mengubah
arti kata-kata atau mengubah dan menguranginya (QS Al-Nisa, [4]:
46),40
atau bahwa mereka tekun mendengar (berita kaum Muslim)
Orang-orang Yahudi berkata: "Tangan Allah terbelenggu", sebenarnya tangan
merekalah yang dibelenggu dan merekalah yang dilaknat disebabkan apa yang telah
mereka katakan itu. (Tidak demikian), tetapi kedua-dua tangan Allah terbuka; Dia
menafkahkan sebagaimana Dia kehendaki. Dan Al Quran yang diturunkan kepadamu
dari Tuhanmu sungguh-sungguh akan menambah kedurhakaan dan kekafiran bagi
kebanyakan di antara mereka. Dan Kami telah timbulkan permusuhan dan kebencian di
antara mereka sampai hari kiamat. Setiap mereka menyalakan api peperangan Allah
memadamkannya dan mereka berbuat kerusakan dimuka bumi dan Allah tidak
menyukai orang-orang yang membuat kerusakan. (QS. Al- Maidah [5]:64) 38
Jalâluddin al-Suyuṭhî, Ad-Dûr al-Mantsur, Juz III, 114 39
Lihat selengkapnya:
لك ق ولم بأف واىهم وقالت الي هود عزي ر ابن اللو وقالت النصارى المسيح ابن اللو يضاىئون ق ول ذأن ي ؤفكون قات لهم اللو الذين كفروا من ق بل
40 Lihat selengkapnya Q.S An-Nisa [4]:46
عنا وعصي نا واسع غي ر مسمع وراعنا ليا بألسنتهم من الذين ىادوا يرفون الكلم عن مواضعو وي قولون سين عنا وأطعنا واسع وانظرنا لكان خي را لم وأق وم ولكن لعن هم وطعنا ف الد اللو بكفرىم فل ولو أن هم قالوا س ي ؤمنون إل قليل
Yaitu orang-orang Yahudi, mereka mengubah perkataan dari tempat-
tempatnya. Mereka berkata: "Kami mendengar", tetapi kami tidak mau menurutinya.
Dan (mereka mengatakan pula): "Dengarlah" sedang kamu sebenarnya tidak mendengar
apa-apa. Dan (mereka mengatakan): "Raa'ina", dengan memutar-mutar lidahnya dan
mencela agama. Sekiranya mereka mengatakan: "Kami mendengar dan menurut, dan
dengarlah, dan perhatikanlah kami", tentulah itu lebih baik bagi mereka dan lebih tepat,
akan tetapi Allah mengutuk mereka, karena kekafiran mereka. Mereka tidak beriman
kecuali iman yang sangat tipis.
48
untuk menyebarluaskan kebohongan (QS Al-Maidah [5]: 41),41
dan
ada juga yang bersifat netral, seperti janji bagi mereka yang beriman
dengan benar untuk tidak akan mengalami rasa takut atau sedih (QS
Al-Baqarah [2]: 62).42
Kata Nashara sama penggunaannya dengan Al-Ladzina Hadu,
terkadang digunakan dalam konteks positif dan pujian, misalnya surat
Al-Maidah [5]: 82 yang menjelaskan tentang mereka yang paling akrab
persahabatannya dengan orang-orang Islam; dan di kali lain dalam
konteks kecaman, seperti dalam surat Al-Baqarah [2]: 120 yang
berbicara tentang ketidakrelaan mereka terhadap orang Islam sampai
kaum Muslim mengikuti mereka. Dalam kesempatan lain
41
Lihat selengkapnya Q.S Al-Maidah [5]:41
ومن الذين م ل ت ؤمن ق لوب ه يا أي ها الرسول ل يزنك الذين يسارعون ف الكفر من الذين قالوا آمنا بأف واىهم و ذا يرفون الكلم من ب عد مواضعو ساعون للكذب ساعون لقوم آخرين ل يأتو ىادوا ي قولون إن أوتيتم ى
نتو ف لن تلك لو من اللو شيئا ومن يرد اللو ف فخذوه وإن ل ت ؤت وه فاحذروا ر ت أولئك الذين ل يرد اللو أن يطهن يا خزي ق لوب هم ولم ف الخرة عذاب عظيم لم ف الد
Hari Rasul, janganlah hendaknya kamu disedihkan oleh orang-orang yang bersegera
(memperlihatkan) kekafirannya, yaitu diantara orang-orang yang mengatakan dengan
mulut mereka: "Kami telah beriman", padahal hati mereka belum beriman; dan (juga) di
antara orang-orang Yahudi. (Orang-orang Yahudi itu) amat suka mendengar (berita-
berita) bohong dan amat suka mendengar perkataan-perkataan orang lain yang belum
pernah datang kepadamu; mereka merubah perkataan-perkataan (Taurat) dari tempat-
tempatnya. Mereka mengatakan: "Jika diberikan ini (yang sudah di rubah-rubah oleh
mereka) kepada kamu, maka terimalah, dan jika kamu diberi yang bukan ini maka hati-
hatilah". Barangsiapa yang Allah menghendaki kesesatannya, maka sekali-kali kamu
tidak akan mampu menolak sesuatupun (yang datang) daripada Allah. Mereka itu
adalah orang-orang yang Allah tidak hendak mensucikan hati mereka. Mereka beroleh
kehinaan di dunia dan di akhirat mereka beroleh siksaan yang besar. 42
Lihat selengkapnya Q.S Al-Baqarah [2]:62
ن باللو والي وم الخر وعمل صالا ف لهم أجرىم إن الذين آمنوا والذين ىادوا والنصارى والصابئي من آم عند ربم ول خوف عليهم ول ىم يزنون
Sesungguhnya orang-orang mukmin, orang-orang Yahudi, orang-orang
Nasrani dan orang-orang Shabiin, siapa saja diantara mereka yang benar-benar beriman
kepada Allah, hari kemudian dan beramal saleh, mereka akan menerima pahala dari
Tuhan mereka, tidak ada kekhawatiran kepada mereka, dan tidak (pula) mereka
bersedih hati.
49
kandungannya bersifat netral: bukan kecaman bukan pula pujian, seperti
dalam surat Al-Hajj [22]:1743
yang membicarakan tentang putusan
Tuhan yang adil terhadap mereka dan kelompok-kelompok lain,
kelak di hari kemudian. Dengan demikian, kita dapat mengatakan
bahwa bila Al-Qur'an menggunakan Al-Yahud, maka pasti ayat
tersebut berupa kecaman atas sikap-sikap buruk mereka, dan jika
menggunakan kata Nashara, maka ia belum tentu bersikap kecaman,
sama halnya dengan Al-Ladzina Hadu.
Agaknya ini sebabnya sehingga surat Al-Baqarah [2]: 120 yang
berbunyi "Lan tardha 'ankal-Yahud wa lan Nashara hatta tattabi'a
millatahum (orang Yahudi dan Nasrani tidak akan rela kepadamu
(Muhammad) sampai engkau mengikuti agama/tatacara mereka,"
menggunakan kata "lan" terhadap orang Yahudi, dan kata "la" terhadap
orang Nasrani. Menurut pakar-pakar bahasa Al-Qur'an, antara lain Az-
Zarkasyi dalam bukunya Al-Burhan, kata "lan" digunakan untuk
menafikan sesuatu di masa datang, dan penafian tersebut lebih kuat dari
"la" yang digunakan untuk menafikan sesuatu, tanpa mengisyaratkan
masa penafian itu, sehingga boleh saja ia terbatas untuk masa lampau,
kini, atau masa datang.
Ayat di atas, secara tegas menyatakan bahwa selama seseorang itu
Yahudi, maka ia pasti tidak akan rela terhadap umat Islam hingga umat
43
Lihat selengkapnya Q.S Al-Hajj [22]:17
ن هم ي وم ين آمنوا والذين ىادوا والصابئي والنصارى والمجوس والذين أشركوا إن اللو ي فصل ب ي إن الذ إن اللو على كل شيء شهيد القيامة
Sesungguhnya orang-orang yang beriman, orang-orang Yahudi, orang-orang
Shaabi-iin orang-orang Nasrani, orang-orang Majusi dan orang-orang musyrik, Allah
akan memberi keputusan di antara mereka pada hari kiamat. Sesungguhnya Allah
menyaksikan segala sesuatu.
50
Islam mengikuti agama/tatacara mereka. Dalam arti, menyetujui sikap
dan tindakan serta arah yang mereka tuju.44
44
M. Quraish Shihab, Wawasan Ahl Kitab. Diakses dari
http://media.isnet.org/kmi/islam/Quraish/Wawasan/AhlAlKitab pada tanggal 27 April
2019
51
BAB IV
KAUM YAHUDI MENGUBAH DAN MENYEMBUNYIKAN AYAT
ALLAH
Pada bab ini akan mengkaji mengenai perbedaan perilaku
mengubah dan perilaku menyembunyikan ayat-ayat Allah, kecaman Allah
atas perbuatan mengubah hukum, menyembunyikan sifat-sifat rasul dan
akibat dari perbuatan yang Yahudi lakukan.
A. Perbedaan Perilaku Mengubah ( ونفيحر ) dan Menyembunyikan
( ونيكتم ) Ayat-Ayat Allah
Kata ونيحرف (yuharrifûn ) yang berarti mengubah. Kata ونيحرف
(yuharrifûn ) dalam al-Qur‟an disebut empat kali yaitu1: al-Baqarah 75
2,
An-Nisa 463, al-Maidah 13
4, al-Maidah 41.
1 Muhammad Fūād Abdūl Baqī, Al-Mu’jām al-Mufahros lī Alfadh Al-Qur’ān
al-Karīm, (Beirut: Darul Fikr, 1987), h. 197 2 Lihat selengkapnya QS al-Baqarah [2]: 75
عد ما عقلوه وىم ي علمون أف تطمعون أن ي ؤمنوا لكم وقد كان فريق من هم يسمعون كلم اللو ث يرفونو من ب Apakah kamu masih mengharapkan mereka akan percaya kepadamu, padahal
segolongan dari mereka mendengar firman Allah, lalu mereka mengubahnya setelah
mereka memahaminya, sedang mereka mengetahui?. 3 Lihat selengkapnya QS An-Nisa [4]:46
عنا وعصي نا واسع غي ر مسمع وراعنا ليا بألسنتهم وطعنا ف من الذين ىادوا يرفون الكلم عن مواضعو وي قولون سين عنا وأطعنا واسع وانظرنا لكان خي را لم وأق وم ولكن لعن هم الد اللو بكفرىم فل ي ؤمنون إل ولو أن هم قالوا س قليل
Yaitu orang-orang Yahudi, mereka mengubah perkataan dari tempat-
tempatnya. Mereka berkata: "Kami mendengar", tetapi kami tidak mau menurutinya.
Dan (mereka mengatakan pula): "Dengarlah" sedang kamu sebenarnya tidak mendengar
apa-apa. Dan (mereka mengatakan): "Raa'ina", dengan memutar-mutar lidahnya dan
mencela agama. Sekiranya mereka mengatakan: "Kami mendengar dan menurut, dan
dengarlah, dan perhatikanlah kami", tentulah itu lebih baik bagi mereka dan lebih tepat,
akan tetapi Allah mengutuk mereka, karena kekafiran mereka. Mereka tidak beriman
kecuali iman yang sangat tipis. 4 Lihat selengkapnya QS Al-Maidah [5]:13
52
Dalam bahasa Arab tahrif diambil dari kata فحر يرف حتريفا yang
berarti mengubah, membelokkan huruf atau mengganti huruf.5
Sedangkan menurut istilah adalah merubah huruf-huruf dan kalimat-
kalimat al-Qur‟an dari maknanya.6 Sebagai contoh dari makna
penggantian atau pengubahan adalah firman Allah berikut ini:
من الذين ىادوا يرفون الكلم عن مواضعو
“Yaitu orang-orang Yahudi, mereka mengubah perkataan dari
tempat-tempatnya”7.
pengubahan adalah firman Allah berikut ini: Praktek tersebut
tentang penggantian huruf-huruf, kalimat-kalimat al-Qur‟an atau
yang lebih spesifik pada surat dan ayat al-Qur‟an adalah merupakan
perubahan teks untuk mengubah arti dari yang asli, praktek ini dapat
juga dinamakan tabdil.8
Kemudian istilah “yuharrifuna” merupakan suatu bentuk lafadz
yang menunjukan bahwa tahrif yang terjadi pada kitab Bibel itu terjadi
saat ini dan waktu yang akan datang. Dan mempunyai arti bahwa mereka
روا بو يرفون الكلم عن مواضعو فبما ن قضهم ميثاق هم لعناىم وجعلنا ق لوب هم قاسية ول ونسوا حظا ما ذكإن اللو يب المحسني فاعف عن هم واصفح ت زال تطلع على خائنة من هم إل قليل من هم
(Tetapi) karena mereka melanggar janjinya, Kami kutuki mereka, dan Kami
jadikan hati mereka keras membatu. Mereka suka merubah perkataan (Allah) dari
tempat-tempatnya, dan mereka (sengaja) melupakan sebagian dari apa yang mereka
telah diperingatkan dengannya, dan kamu (Muhammad) senantiasa akan melihat
kekhianatan dari mereka kecuali sedikit diantara mereka (yang tidak berkhianat), maka
maafkanlah mereka dan biarkan mereka, sesungguhnya Allah menyukai orang-orang
yang berbuat baik. 5 Idruss H AlKaff, ”Kamus Pelik-Pelik Al-Qur’an”, Penerbit Pustaka, Cetakan
1, 1993, h.88 6 Al-Imam al-Alalamah Abi Fadlil Jamaluddin Muhammad bin Mukarram
Ibnu Mandhur, Lisanul Arab, jilid IX, Ad-Darr Sadir, Bairut, 1990, h. 43 7 Lihat selengkapnya Q.S An-Nisa [4]:46
8 Muhammad Iqbal dan William Hunt, “Ensiklopedi Ringkas Tentang Islam”,
penerbit Taramedia, Jakarta, 2003, h. 376
53
(Yahudi) mengubah secara tekstual maupun kontekstual. Perubahan
tersebut dalam bentuk redaksi teks maupun bentuk pada penafsiran-
penafsiran suatu teks. Fenomena tahrif itu tidak hanya dalam al-Qur‟an
saja namun juga terjadi pada Bibel (al-Kitab) yang dianut oleh umat
Kristen saat ini.
Hamka menulis bahwa yang dimaksud dengan tahrif adalah
“mengubah-ubah ayat atau isi kandungan ayat, dan menafsirkannya secara
lain dari yang seharusnya”.9 Dengan pengertian seperti di atas, penekanan
yang diberikan adalah pengubahan pada redaksi ayat atau maksud dari
kandungan ayat, yang juga disebut tafsirnya. Dengan demikian, dapat
dikatakan bahwa pengubahan itu bisa jadi pada ayatnya, atau bisa jadi
pada penafsirannya. Yang pertama mengacu pada pemahaman bahwa
ayat-ayat Kitab Suci itu sendiri yang diubah, sedang yang kedua
penggantian hanya sebatas pada penafsirannya saja.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa tahrif secara bahasa
berarti pemalingan, pengubaan, atau penggerak. Dalam tulisan ini yang
dimaksud dengan tahrif adalah pengubahan.
Al-Maraghi menulis bahwa yang dimaksud dengan tahrif itu ada
dua, yaitu: “Yang pertama adalah penggantian makna kata dengan arti lain
yang tidak sesuai dengan makna yang dimaksud. Sedang yang kedua
adalah mengubah atau mengambil satu kata atau frase yang kemudian
diletakkan di tempat lain”.10
Dengan rumusan ini al-Maraghi membagi tahrif menjadi dua, yaitu
tahrif yang berkaitan dengan penggantian makna kata, sedangkan kata itu
sendiri tetap ada, dan tahrif yang berkaitan dengan letak kata atau frase
ayat dari satu tempat ke tempat lain.
9 Hamka, Tafsir al-Azhar, jilid 1 (Jakara: Pustaka Panjimas, 1982), 34
10 Al-Maraghī, Tafsīr al-Maraghī, jilid 1 (Mesir: Mushthafa al-Babi al- Halabi
wa Auladūh, 1963), 52
54
Dari beberapa definisi di atas dapat ditetapkan bahwa yang
dimaksud dengan tahrif pada tulisan ini adalah pengubahan yang terjadi
pada ayat Kitab Suci, baik yang berkaitan dengan huruf, kata, ayat, atau
penafsirannya.
Bentuk tahrif yang Yahudi lakukan yaitu mengubah kalamullah
dan syari‟at-syri‟atnya serta berdusta atas nama Allah dengan apa-apa
yang sesuai dengan hawa nafsu dan tujuan mereka yang rusak.11
Allah swt
berfirman:
يرفون الكلم عن فبما ن قضهم ميثاق هم لعناىم وجعلنا ق لوب هم قاسية روا بو اضعو مو هم ونسوا حظا ما ذك هم إل قليل من ول ت زال تطلع على خائنة من
هم واصفح إن اللو يب المحسني فاعف عن (Tetapi) karena mereka melanggar janjinya, Kami kutuki mereka,
dan Kami jadikan hati mereka keras membatu. Mereka suka merubah
perkataan (Allah) dari tempat-tempatnya, dan mereka (sengaja) melupakan
sebagian dari apa yang mereka telah diperingatkan dengannya, dan kamu
(Muhammad) senantiasa akan melihat kekhianatan dari mereka kecuali
sedikit diantara mereka (yang tidak berkhianat), maka maafkanlah mereka
dan biarkan mereka, sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang
berbuat baik. (Q.S Al-Maidah [5]13).
Dan apabila ada hukum yang tidak sesuai dengan nafsu mereka,
maka merekapun mencari-cari alasan untuk melanggar ketentuan Allah.
Para Ulama tradisional12
, berdasarkan tradisi al-Qur‟an dan yang
lain-lain, berpendapat bahwa orang-orang Yahudi telah mengubah firman
Allah dan merubah hukum Allah.
11
Amin Ahsan Islahi, Tadabbūr al-Qur’ān, vol. 1, (Lahore: Faran Foundation,
1986), 252 12
Ibn Hazm, al-Qurtũbi, al-Maqrizī, Ibn Taymiyyah, Ibn al-Qoyyim,
Rahmatullah Kairanawi dan lain-lain
55
Qatadah r.a berkata, “Mereka adalah Yahudi, musuh Allah swt,
mereka mengubah kitab Allah swt, membuat bid‟ah di dalamnya,
kemudian mengira bahwa itu dari sisi Allah swt”13
.
Kata ونيكتم (yaktumûn) yang berarti menyembunyikan sesuatu
dengan sengaja, lawan dari kata i’lan yang berarti mengumumkan. Kata
ونيكتم (yaktumûn) ini di sebut dalam al-Qur‟an sebanyak enam kali
yaitu14
: QS. Al-Baqarah 15915
, al-Baqarah 17416
, ali-Imran 16717
, An-
Nisa 4218
, al-Maidah 61.
Misi risalah Rasullah saw adalah menjelaskan kebenaran dengan
ucapan dan perbuatannya. Misalnya, Allah memerintahkan mendirikan
shalat lalu beliau menjelaskan perintah Allah itu dan tata cara
pelaksanaannya dengan ucapan dan perbuatan.
13
Tafsīr Ath-Ṭhabāri, jilid 3, h. 324 14
Muhammad Fuad Abdūl Baqī, Mu’jâm al-Mufahros lĩ Alfadh Al-Qur’ân al-
Karĩm, Beirut: Darul Fikr, 1987, h. 596 15
Lihat selengkapnya QS Al-Baqarah [2]:159
أولئك ي لعن هم اللو وي لعن هم ب إن الذين يكتمون ما أن زلنا من الب ي نات والدى من ب عد ما ب ي ناه للناس ف الكتاعنون الل
16
Lihat selengkapnya QS Al-Baqarah [2]: 174
ل النار أولئك ما يأكلون ف بطونم إ إن الذين يكتمون ما أن زل اللو من الكتاب ويشت رون بو ثنا قليل يهم ولم عذاب أليم ول يكلمهم اللو ي وم القيامة ول ي زك
17
Lihat selengkapnya QS Ali-Imran [3]:167
قالوا لو ن علم قتال لت ب عناكم وقيل لم ت عالوا قاتلوا ف سبيل اللو أو ادف عوا ولي علم الذين ناف قوا واللو أعلم با يكتمون ي قولون بأف واىهم ما ليس ف ق لوبم ىم للكفر ي ومئذ أق رب من هم للميان
18
Lihat selengkapnya QS An-Nisa [4]:42
ي ود الذين كفروا وعصوا الرسول لو تسوى بم الرض ول يكتمون اللو حديثا ي ومئذ
56
Diantara tugas menjelaskan itu adalah menjelaskan, menerangkan
dan menyikapkan perbuatan mereka yang menyembunyikan hakikat-
hakikat yang terkandung dalam kitab Allah yang ada pada mereka, baik
mereka orang Yahudi maupun Nasrani. Kaum Nasrani telah
menyembunyikan prinsip utama agama ini, yaitu Tauhid. Kaum Yahudi
banyak menyembunyikan hukum-hukum syariat, seperti keharaman
berzina dan keharaman riba secara total dan ajaran Islam lainnya. Juga
sebagaimana mereka secara keseluruhan baik yahudi maupun Nasrani
menyembunyikan berita pengutus Nabi yang ummi, “yang mereka dapati
namanya tertulis di dalam Taurat dan Injil yang ada pada mereka”19
.
را ما كنتم تفون من الكتب اهلالكت بقدجا ي لكم كثي ءكم رسولنا ي ب يهن وروكت بمبينوي عفوا عن كثي قد جاءكم من الل
Hai Ahli Kitab, sesungguhnya telah datang kepadamu banyak dari
isi Al- Kitab yang kamu sembunyikan dan banyak pula yang dibiarkannya.
Sesungguhnya telah datang kepadamu cahaya dari Allah, dan kitab yang
menjelaskan . (Q.S Al- Ma‟idah [5]: 15).
Di dalam seruan ilahi kepada Ahl Kitab ini, terdapat catatan bahwa
mereka diseru kepada Islam, diseru untuk beriman kepada Rasul, untuk
membela dan membantunya, sebagaimana telah disebutkan dalam
perjanjian dengan mereka terdahulu. Juga terdapat catatan kesaksian Allah
atas mereka bahwa Nabi yang ummi ini juga merupakan utusan Allah
kepada mereka sebagaimana ia juga Rasul bagi bangsa Arab, dan bagi
semua manusia. Sehingga, tidak ada peluang untuk mengingkari risalah
yang dibawanya dari sisi Allah. Juga tidak ada celah bagi mereka untuk
mendakwahkan bahwa risalah beliau berbatas pada bangsa Arab saja,
tidak mencakup Ahl Kitab. Misalnya, Taurat dan Injil berbicara tentang
19
Moh Amer Iqbal, “ Makna Al-Nûr dan al-Zhulumât Dalam Al-Quran
(Kajian Munasabah Ayat-Ayat Al-Quran)”, 2015, h. 5-6.
57
hukum rajam bagi pezina dan potong tangan bagi pencuri, lalu Al Kitab
menutupinya, maka Nabi dan al-Qur‟an datang untuk membongkar apa
yang mereka sembunyikan ini.
Di dalam al-Qur‟an diterangkan bahwa Yahudi kerap sekali
menyembunyikan kebenaran dan menyembunyikan ilmu. Dengan cara
tersebut mereka seakan bisa aman dalam persembunyian di balik
topengnya, karena menganggap bahwa jika ilmu yang mereka ketahui itu
semakin mereka sembunyikan niscaya orang awam semakin tidak tahu
kesewang-wenangan mereka walau sebenarnya tidak di atas cahaya ilmu.
Sehingga mereka berani menyembunyikan wahyu yang diturunkan oleh
Allah swt kepada mereka. Yahudi tidak merasa takut untuk mengingkari
dan menyembunyikan selama itu tidak menguntungkan tujuan dan maksud
mereka yang jelek. Allah swt berfirman:20
ناىم الكتاب ي عرفونو كما ي عرفون هم ليكتمون الذين آت ي أب ناءىم وإن فريقا من الق وىم ي علمون
Artinya: “Orang-orang (Yahudi dan Nasrani) yang telah kami beri
Al-Kitab (Taurat dan Injil) mengenal Muhammad seperti mereka
mengenal anak-anaknya sendiri, dan sesungguhnya sebagian diantara
mereka menyembunyikan kebenaran padahal mereka mengetahui. (Q.S
Al-Baqarah [2]:146).
Kaum Yahudi sebenarnya tahu bahwa Nabi saw diutus sebagai
penutup para rasul di akhir zaman ini, tetapi mereka selalu
menyembunyikan kebenaran ini. Allah swt berfirman:
20
Lihat Q.S Al-Baqarah [2]:146
ناىم الكتاب ي عرفونو كما ي عرفون أب ناءىم وإن فريقا من هم ليكتمون ال ق وىم ي علمون الذين آت ي
58
ناىم الكتاب ي عرفونو كما ي عرفون أب ناءىم هم ليكتمون الذين آت ي وإن فريقا من الق وىم ي علمون
"Orang-orang (Yahudi dan Nasrani) yang telah Kami beri Al Kitab
(Taurat dan Injil) mengenal Muhammad seperti mereka mengenal anak-
anaknya sendiri. Dan sesungguhnya sebahagian diantara mereka
menyembunyikan kebenaran, padahal mereka mengetahui." (QS. Al
Baqarah: 146)
Allah swt memberitahukan bahwa ulama Ahl al-Kitab mengenal
kebenaran dari apa yang disampaikan oleh Rasullah saw kepada mereka,
sebagaimana seseorang dari mereka mengenal anaknya sendiri. Orang-
orang Arab biasa membuat perumpamaan seperti ini untuk menunjukan
pengertian pengenalan yang sempurna.21
Al Qurtubhi mengatakan “Diriwayatkan bahwasanya Umar berkata
pada Abdullah bin Salam, "Apakah engkau (sebelum masuk Islam)
mengenal Muhammad saw sebagaimana engkau mengenal anak-anakmu
sendiri? Abdullah pun menjawab, "Ya, bahkan lebih dari itu”, malaikat
yang dipercaya turun dari langit kepada orang yang dipercaya di bumi
seraya membawa keterangan mengenai sifat-sifatnya. Karena itu, aku
dapat mengenalnya, tetapi aku tidak mengetahui seperti apa yang
diketahui oleh ibunya”.
Menurut kami, Firmannya berikut ini :”Mereka mengenal
(Muhammad) sebagaimana mereka mengenal anak-anaknya sendiri”.22
21
Ibn Katsir Ad-Dimasyqy, Abi Fada‟ Tafsir Al-Qur‟an al-Azhîm (Tafsir Ibn
Katsir), (Bairut: Darul Kutub Ilmiyah, 2006), h. 220 22
Lihat selengkapnya Q.S Al-Baqarah [2]:146
ناىم الكتاب ي عرفونو كما ي عرفون أب ناءىم وإن فريقا من هم ليكتمون الق وىم ي علمون الذين آت ي
"Orang-orang (Yahudi dan Nasrani) yang telah Kami beri Al Kitab (Taurat
dan Injil) mengenal Muhammad seperti mereka mengenal anak-anaknya sendiri. Dan
59
Ibn Katsir mengatakan bahwa kadang pula maksud seperti mereka
mengenal anak-anaknya sendiri adalah mereka mengenal sekumpulan
anak-anak manusia lalu mereka tidak merasa ragu sedikit pun untuk
mengenal anak mereka sendiri jika mereka melihatnya di antara
sekumpulan anak tadi.23
Walaupun mereka sudah mengenal Nabi saw dengan sangat
yakinnya, namun Allah katakan, "sebahagian diantara mereka
menyembunyikan kebenaran". Maksudnya adalah mereka
menyembunyikan sifat nabi saw yang ada pada kitab mereka pada
manusia padahal mereka mengetahuinya.24
“Dan sesungguhnya diantara sebagian dari mereka” Setelah Allah
swt memberitahukan dengan kepastian dan keyakinan tentang
pengetahuan mereka itu, mereka masih juga “menyembunyikan
kebenaran”, artinya, mereka menyembunyikan sifat Nabi saw yang
terdapat dalam kitab-kitab mereka. “padahal mereka mengetahui”.
Selanjutnya Allah swt meneguhkan dan meberitahukan kepada Nabinya
dan juga orang-orang beriman bahwa apa yang dibawa Rasulnya itu
adalah suatu kebenaran yang tidak perlu lagi diragukan, dimana Dia
berfirman, “kebenaran itu dari Rabbnmu, maka janganlah sekali-kali
enaku termasuk orang-orang yang ragu”.25
Dalam Tafsir Kementrian Agama RI di katakan, orang-orang
Yahudi mengetahui bahwa apa yang dibawa Nabi Muhammad saw itu
sesungguhnya sebahagian diantara mereka menyembunyikan kebenaran, padahal
mereka mengetahui”. 23
Ibn Katsir Ad-Dimasyqy, Abi Fada‟ Tafsir Al-Qur’an al-Azhîm (Tafsir Ibn
Katsir), (Bairut: Darul Kutub Ilmiyah, 2006), h. 297 24
Ibn Katsir Ad-Dimasyqy, Abi Fada‟ Tafsir Al-Qur’an al-Azhîm (Tafsir Ibn
Katsir), (Bairut: Darul Kutub Ilmiyah, 2006), h. 220 25
Ibn Katsir Ad-Dimasyqy, Abi Fada‟ Tafsir Al-Qur’an al-Azhîm (Tafsir Ibn
Katsir), (Bairut: Darul Kutub Ilmiyah, 2006), h.297
60
benar, karena mereka telah mengenal Nabi Muhammad saw itu dari kitab-
kitab mereka sendiri. Hal ini dijelaskan dalam firman Allah swt:
ن يل الذين ي تبعون الرسول النب المي الذي يدونو مكتوبا عندىم ف الت وراة والهاىم عن المنكر ويل لم الطيبات ويرم عليهم ال بائ ويضع يأمرىم بالمعروف وي ن
هم إصرىم والغلل الت كانت عليهم فالذين آمنوا بو وعزروه ونصروه وات ب عوا النور عن أولئك ىم المفلحون الذي أنزل معو
“(Yaitu) orang-orang yang mengikut Rasul, Nabi yang ummi
yang (namanya) mereka dapati tertulis di dalam Taurat dan Injil yang ada
di sisi mereka, yang menyuruh mereka mengerjakan yang ma'ruf dan
melarang mereka dari mengerjakan yang mungkar dan menghalalkan bagi
mereka segala yang baik dan mengharamkan bagi mereka segala yang
buruk dan membuang dari mereka beban-beban dan belenggu-belenggu
yang ada pada mereka. Maka orang-orang yang beriman kepadanya.
memuliakannya, menolongnya dan mengikuti cahaya yang terang yang
diturunkan kepadanya (Al Quran), mereka itulah orang-orang yang
beruntung”.26
(QS. Al-A‟raf [7]:157)
Orang-orang Yahudi itu mengenal Nabi Muhammad saw karena
telah disebut-sebut di dalam kitab Taurat dengan sifat-sifatnya yang cocok
dengan pribadi Nabi Muhammad saw itu lebih daripada mengenal
anaknya sendiri.
Diriwayatkan dari Umar, bahwa beliau berjumpa dengan seorang
pendeta Yahudi yang telah masuk Islam bernama Abdullah bin Salam
yang berkata demikian: “ Saya lebih mengenal Nabi Muhammad saw
daripada mengenal anak saya sendiri”. Umar bertanya kepadanya:
“Mengapa?” ia menjawab: “Karena aku sedikit pun tidak meragukan
bahwa Muhammad itu adalah Nabi, sedangkan mengenai anakku, ada saja
26
Lihat Q.S Al-A‟raf [7]:157
61
kemungkinan bahwa ibunya telah berkhianat”. Maka Umar mencium
kepala Abdullah bin Salam.
Sebagian orang-orang Yahudi mengingkari dan menyembunyikan
kebenaran bahwa Nabi Muhammad saw itu adalah Nabi dan bahwa ka‟bah
itu adalah kiblat, tetapi sebagian lagi dari mereka ada yang mengakui
kebenarannya serta mempercayai dan menerima petunjuknya.27
مون ما أن زلنا من الب ي نات والدى من ب عد ما ب ي ناه للناس ف إن الذين يكت عنون الكتاب أولئك ي لعن هم اللو وي لعن هم الل
Sesungguhnya orang-orang yang menyembunyikan apa yang telah
Kami turunkan berupa keterangan-keterangan (yang jelas) dan petunjuk,
setelah Kami menerangkannya kepada manusia dalam Al Kitab, mereka
itu dilaknati Allah dan dilaknati (pula) oleh semua (mahluk) yang dapat
melaknati”.28
(QS. Al-Baqarah [2]:159)
Dalam kitab Tafsir Ibn Katsir di jelaskan bahwa orang-orang
Yahudi yang menyembunyikan sifat-sifat (ciri-ciri) Nabi Muhammad saw
dalam kitab-kitab yang ada di tangan mereka, yang isinya antara lain
mempersaksikan kerasulan dan kenabiannya. Lalu mereka dengan sengaja
menyembunyikan hal tersebut agar kepemimpinan mereka tidak lenyap,
dan agar tidak lenyap pula hadiah-hadiah dan upeti-upeti yang biasa
diberikan oleh orang-orang Arab kepada kakek moyang mereka. Maka
mereka merasa khawatir jika hal tersebut ditampakan kepada orang-orang,
sehingga orang-orang akan mengikutinya dan meninggalkan mereka29
.
Karena itulah mereka menyembunyikan berita tersebut demi
mempertahankan apa yang biasa mereka hasilkan dari ara mereka itu,
27
Kementerian Agama RI, Al-Qur‟an dan Tafsirnya, Jakarta: Lentera Abadi,
2010. 28
Lihat Q.S Al-Baqarah [2]:159 29
Ibn Katsir Ad-Dimasyqy, Abi Fada‟ Tafsir Al-Qur‟an al-Azhîm (Tafsir Ibn
Katsir), (Bairut: Darul Kutub Ilmiyah, 2006), h. 225
62
yaitu harta duniawi yang sedikit, mereka rela menjual akidah mereka
dengan hal tersebut. Dengan demikian, berarti mereka menukar hidayah
perkara yang hak, membenarkan Rasul dan Iman kepada apa yang
diturunkan kepadanya dari Allah, dengan harta duniawi yang sedikit itu
akhirnya kelak mereka akan kecewa dan merugi dalam kehidupan dunia
dan akhirat.
B. Kecaman Allah Atas Perbuatan Mengubah Hukum Allah
Allah swt telah menjelaskan dalam beberapa ayat, yang
menerangkan akhlak orang-orang Yahudi yang seringkali berperilaku
menyimpang dari ajaran Taurat, kaum Yahudi kerap kali mengubah isi
kitab Taurat dan mengingkari kerasulan Nabi Muhammad saw, hal ini
tergambar dalam ayat berikut30
:
ناواسمع منالذينهادوايحرفونالكلمعنمواضعهوي قولونسمعناوعصي رمسمعوراعناليابألسنته ينغي موطعنافيالد ولوأن همقالواسمعناوأطعنا
رالهموأق ومول كنلعن هماللهبكفرهمفلي ؤمنونإل واسمعوانظرنالكانخي 31قليل
30
Lihat selengkapnya (QS. An-Nisa [4]:46) 31
Lihat juga ayat berikut:
ومن ن ف الكفر من الذين قالوا آمنا بأف واىهم ول ت ؤمن ق لوب هم يا أي ها الرسول ل يزنك الذين يسارعو أوتيتم ي قولون إن يرفون الكلم من ب عد مواضعو ساعون للكذب ساعون لقوم آخرين ل يأتوك الذين ىادوا
ذا فخذوه وإن ل ت ؤت وه فاحذروا نتو ف لن تلك لو من اللو شيئا ى أولئك الذين ل يرد اللو أن ومن يرد اللو فت ن يا خزي يطهر ق لوب هم الخرة عذاب عظيم ولم ف لم ف الد
Hari Rasul, janganlah hendaknya kamu disedihkan oleh orang-orang yang
bersegera (memperlihatkan) kekafirannya, yaitu diantara orang-orang yang mengatakan
dengan mulut mereka: "Kami telah beriman", padahal hati mereka belum beriman; dan
(juga) di antara orang-orang Yahudi. (Orang-orang Yahudi itu) amat suka mendengar
(berita-berita) bohong dan amat suka mendengar perkataan-perkataan orang lain yang
belum pernah datang kepadamu; mereka merubah perkataan-perkataan (Taurat) dari
tempat-tempatnya. Mereka mengatakan: "Jika diberikan ini (yang sudah di rubah-rubah
63
Yaitu orang-orang Yahudi, mereka mengubah perkataan dari
tempat-tempatnya. Mereka berkata: "Kami mendengar", tetapi kami tidak
mau menurutinya. Dan (mereka mengatakan pula): "Dengarlah" sedang
kamu sebenarnya tidak mendengar apa-apa. Dan (mereka mengatakan):
"Raa'ina", dengan memutar-mutar lidahnya dan mencela agama. Sekiranya
mereka mengatakan: "Kami mendengar dan menurut, dan dengarlah, dan
perhatikanlah kami", tentulah itu lebih baik bagi mereka dan lebih tepat,
akan tetapi Allah mengutuk mereka, karena kekafiran mereka. Mereka
tidak beriman kecuali iman yang sangat tipis32
. (Q.S An-Nisa [4]:46)
Pada kalimat yuharrifûna al-kalima an mawâdhiʽihi (merubah
perkataan (Allah) dari tempat-tempatnya), difahami bahwa tahrif atau
perubahan tersebut bisa dilakukan dengan dua cara: pertama,
mentakwilkan suatu kalimat dengan makna yang tidak dikehendaki oleh
kalimat itu. Misalnya yang dilakukan orang-orang Yahudi adalah
mengatakan bahwa seorang rasul yang diberitakan dalam Taurat yang
akan datang adalah bukan Muhammad tetapi orang lain yang sampai
sekarangpun masih mereka tunggu kehadirannya. Kedua, adalah dengan
mengambil suatu kalimat atau sebagian isi al-Kitab dan meletakkannya di
tempat lain. Selain melakukan perubahan orang-orang Yahudi juga telah
mencampuradukan apa-apa yang berasal dari nabi Musa dan apa-apa yang
ditulis orang jauh sesudah zaman Musa33
.
Hal senada juga dikemukakan Ibn Katsîr, bahwa pemahaman
orang-orang yahudi terhadap Taurat keliru, dan mereka berbuat jahat
terhadap ayat-ayat Allah dengan mentakwilkannya secara bertentangan
oleh mereka) kepada kamu, maka terimalah, dan jika kamu diberi yang bukan ini maka
hati-hatilah". Barangsiapa yang Allah menghendaki kesesatannya, maka sekali-kali
kamu tidak akan mampu menolak sesuatupun (yang datang) daripada Allah. Mereka itu
adalah orang-orang yang Allah tidak hendak mensucikan hati mereka. Mereka beroleh
kehinaan di dunia dan di akhirat mereka beroleh siksaan yang besar.(QS Al-Maidah
[5]:41) 32
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya, h. 109 33
Ahmad Musthafa al-Marâghi. Tafsir al-Marâghi, (Semarang: CV. Toha
Putera) Jilid I, Juz IV, h. 52-53
64
dengan maksud diturunkannya dan mengamalkannya dengan cara yang
tidak sesuai sebagaiman yang dikehendaki, dan semua itu dilakukan
dengan kesengajaan.34
Dalam Lisân al-`Arab, Ibn al-Manzur menulis bahwa yang
dimaksud dengan tahrif adalah pengubahan huruf dari maknanya, atau
kata dari artinya yang berdekatan, sebagaimana orang Yahudi mengubah
makna-makna (ayat) Taurat dengan yang serupa.35
Dalam rumusan ini, perhatian yang diberikan Ibnu Manzur adalah
bahwa penggantian atau pengubahan itu berkisar pada makna huruf atau
kata dengan yang serupa. Hal ini berarti bahwa maksud dan makna dari
ayat itu tidak jauh berbeda artinya setelah terjadinya pengubahan di antara
huruf atau maknanya. Namun demikian, pengubahan semacam ini tetap
tidak dapat dibenarkan, walau kandungannya tidak banyak berbeda dari
arti semula. Bagaimanapun, yang diubah adalah Kitab Suci yang berasal
dari Allah yang mesti dijaga keasliannya. Dengan demikian umat tidak
akan ragu untuk menjadikan Kitab itu sebagai petunjuk.
Menurut suatu pendapat ayat ini diturunkan berkenaan dengan
suatu kaum dari kalangan orang-orang Yahudi yang telah melakukan suatu
pembunuhan terhadap seseorang (dari mereka). Dan mereka mengatakan,
„Marilah kita meminta keputusan kepada Muhammad. Jika dia
memutuskan pembayaran diat. Maka terimalah hukum itu. Dan jika dia
memutuskan hukum Qisas, maka janganlah kalian dengar (turuti)
keputusan itu.
Tetapi yang benar adalah yang mengatakan bahwa ayat ini
diturunkan berkenaan dengan dua orang Yahudi yang berbuat zinah,
sedangkan mereka telah mengubah Kitabullah yang ada di tangan mereka,
34
Ibn Katsîr, Tafsir Al-Qur’an al-Azhîm, Juz I. h. 146 dan 628. 35
Ibn Manzur, Lisan al-`barA , cet. ke 3, jilid 9 (Beirut: Dar as-Shadir, 1994),
42.
65
antara lain ialah perintah menghukum rajam orang yang berzina muhsan
diantara mereka36
.
Mereka telah mengubahnya dan membuat peristilahan tersendiri
diantara sesama mereka, yaitu menjadi hukuman dera seartus kali,
mencoreng mukanya (dengan arang), dan dinaikan ke atas keledai secara
terbalik (lalu dibawa ke sekeliling kota)37
.
Ketika peristiwa itu terjadi sesudah hijrah, pendeta-pendeta Yahudi
berkumpul di Baitul Midras begitu Rasulullah saw tiba di Madinah.
Sebelum Rasulullah tiba, salah seorang lelaki yang telah menikah telah
berzina dengan seorang wanita Yahudi yang telah menikah pula.
Mereka berkata, “Bawalah pria dan wanita ini kepada Muhammad,
lalu tanyakanlah kepadanya apa hukuman atas mereka berdua, dan beri dia
hak untuk mengadilinya, Jika ia menjatuhkan hukuman cambuk dengan
tali kepadanya seperti kalian, pasti dia seorang raja dan ikutilah dia.
Namun apabila dia menjatuhkan hukuman rajam kepada mereka, pastilah
dia seorang nabi. Maka jagalah apa yang ada pada kalian, agar tidak
direbut olehnya”.
Mereka lalu mendatangi Rasulullah saw dan berkata, “Wahai
Muhammad, orang ini telah menikah kemudian berzina dengan wanita ini
yang telah menikah pula. Adililah mereka berdua dan kami memberikan
hak sepenuhnya kepadamu untuk mengadili mereka”. Rasulullah saw
berjalan hingga tiba di tempat pendeta-pendeta mereka di Baitul Midras.
Nabi bersabda, “Wahai orang-orang Yahudi, datangkan kepadaku ulama
kalian”.
Mereka lalu mengirim Abdullah bin Shuriya kepada Rasulullah
saw. Beberapa orang Bani Quraizhah berkata bahwa, selain mendatangkan
36
Ibn Katsir Ad-Dimasyqy, Abi Fada‟ Tafsir Al-Qur’an al-Azhîm (Tafsir Ibn
Katsir), (Bairut: Darul Kutub Ilmiyah, 2006), h. 619 37
Lihat Jalâludîn al-Suyûthî, Lubâb al-Nuqûl fi asbâb al-Nuzûl, h. 227
66
Abdullah bin Shuriya kepada Rasulullah saw, mereka juga mendatangkan
Abu Yasir bin Akhthab dan Wahb bin Yahudza38
.
Pendeta-pendeta Yahudi berkata, “Merekalah ulama kami”.
Rasulullah saw bertanya kepada pendeta-pendeta Yahudi tentang masalah
tersebut sampai perkaranya menjadi jelas hingga akhirnya mereka berkata
tentang Abdullah bin Shuriya, “Orang ini lebih mengerti tentang Taurat
daripada ulama-ulama kami yang lain.”39
Setelah itu Rasulullah saw duduk berdua bersama dengan
Abdullah bin Shuriya. Abdullah bin Shuriya adalah orang paling dalam
ilmunya di antara ulama-ulama Yahudi. Rasulullah saw menyelidik
Abdullah bin Shuriya dengan beberapa pertanyaan menukik, “Wahai anak
Shuriya, aku bersumpah kepadamu dengan nama Allah, dan dengan hari-
hari Allah yang ada di Bani Israel, tidakkah engkau paham bahwa Allah
menetapkan hukuman rajam bagi seorang muhshan (lelaki atau perempuan
yang telah menikah) yang berzina di dalam Taurat?”40
Abdullah bin Shuriya menjawab, “Benar, demi Allah, memang
demikian! Ketahuilah wahai Abu Al Qasim, sesungguhnya orang-orang
Yahudi telah tahu bahwa engkau adalah nabi yang diutus, hanya saja
mereka dengki padamu.”
Lalu Rasulullah saw keluar dan memerintahkan agar kedua orang
yang berbuat zina tersebut di rajam di depan pintu masjid beliau di Bani
38
Lihat Jalâludîn al-Suyûthî, Lubâb al-Nuqûl fi asbâb al-Nuzûl (Riyadh:
Maktabah al- Riyadh, t.th) h. 226 39
Erna Iriani, “Orang Yahudi Bertanya tentang Hukum Zina (Sebab Turun Al-
Maidah: 14)”, 2 Juli 2018, https://www.jalansirah.com/orang-yahudi-bertanya-tentang-
hukum-zina-sebab-turun-al-maidah-14.html . diakses pada 29 Juni 2019. 40
Dika Nugraha, “Orang-orang Yahudi Bertanya pada Rasulullah Tentang
Hukuman bagi Pezina”, 15 Desemeber 2017, https://www.jalansirah.com/orang-orang-
yahudi-bertanya-pada-rasulullah-tentang-hukuman-bagi-pezina.html. Diakses pada
tanggal 19 Mei 2019.
67
Ghanm bin Malik bin An-Najjar. Sesudah peristiwa ini Abdullah bin
Shuriya kafir namun tidak mengingkari kenabian Rasulullah saw41
.
Lalu Allah swt menurunkan firman-Nya tentang orang-orang
Yahudi tersebut, pada Q.S al-Maidah [5]: 41
“Hai Rasul, janganlah hendaknya kamu di sedihkan oleh orang-
orang yang bersegera (memperlihatkan) kekafirannya, yaitu di antara
orang-orang yang mengatakan dengan mulut mereka: “Kami telah
beriman”, padahal hati mereka belum beriman; dan (juga) di antara orang-
orang Yahudi. (Orang-orang Yahudi itu) amat suka mendengar (berita-
berita) bohong dan amat suka mendengar perkataan-perkataan orang lain
yang belum pernah datang kepadamu; yakni mereka mengutus orang yang
mereka utus di antara mereka, dan mereka mengingkari, dan mereka
menyuruh mereka dengan apa yang mereka suruhkan dengan mengubah
hukum dari yang sebenarnya, kemudian Allah berfirman: mereka merobah
perkataan-perkataan (Taurat) dari tempat-tempatnya. Mereka mengatakan:
“Jika diberikan ini (yang sudah dirobah-robah oleh mereka) kepada kamu,
maka terimalah, dan jika kamu diberi yang bukan ini, yakni rajam, maka
hati-hatilah” (QS. al-Ma‟idah: 41)42
.
Rasulullah saw memerintahkan pelaksanaan hukuman rajam
kepada kedua pelaku zina tersebut, lalu mereka berdua dirajam di depan
41
Ibn Katsir, al-Sirâh al-Nabawîyah, (Beirut : Alam al-Kutub, 1978) 42
Lihat selengkapnya QS Al-Maidah [5]:41
ومن من ق لوب هم ها الرسول ل يزنك الذين يسارعون ف الكفر من الذين قالوا آمنا بأف واىهم ول ت ؤ ا أي يي قولون إن أوتيتم كلم من ب عد مواضعو يرفون ال ساعون للكذب ساعون لقوم آخرين ل يأتوك الذين ىادوا
ذا فخذوه وإن ل ت ؤت وه فاحذروا نتو ف لن تلك لو من اللو شيئا ى أولئك الذين ل يرد اللو أن ومن يرد اللو فت ن يا خزي م يطهر ق لوب ه ولم ف الخرة عذاب عظيم لم ف الد
Hari Rasul, janganlah hendaknya kamu disedihkan oleh orang-orang yang
bersegera (memperlihatkan) kekafirannya, yaitu diantara orang-orang yang mengatakan
dengan mulut mereka: "Kami telah beriman", padahal hati mereka belum beriman; dan
(juga) di antara orang-orang Yahudi. (Orang-orang Yahudi itu) amat suka mendengar
(berita-berita) bohong dan amat suka mendengar perkataan-perkataan orang lain yang
belum pernah datang kepadamu; mereka merubah perkataan-perkataan (Taurat) dari
tempat-tempatnya. Mereka mengatakan: "Jika diberikan ini (yang sudah di rubah-rubah
oleh mereka) kepada kamu, maka terimalah, dan jika kamu diberi yang bukan ini maka
hati-hatilah". Barangsiapa yang Allah menghendaki kesesatannya, maka sekali-kali
kamu tidak akan mampu menolak sesuatupun (yang datang) daripada Allah. Mereka itu
adalah orang-orang yang Allah tidak hendak mensucikan hati mereka. Mereka beroleh
kehinaan di dunia dan di akhirat mereka beroleh siksaan yang besar.
68
masjid beliau. Ketika laki-laki Yahudi tersebut mulai mendapatkan
lemparan batu, ia berdiri menuju wanita yang dia pernah berzina
dengannya, kemudian menelungkupinya untuk melindunginya hingga
akhirnya keduanya meninggal dunia.
Demikianlah satu hal yang Allah swt lakukan bagi Rasul-Nya
dalam melaksanakan hukuman zina terhadap kedua orang tersebut43
.
Pada saat orang-orang Yahudi menyerahkan putusan hukum
mereka berdua kepada Rasulullah saw, beliau menyeru mereka kepada
Taurat dan salah seorang dari pendeta mereka duduk membaca Taurat
sambil menutup ayat tentang hukuman rajam dengan tangannya, kemudian
Abdullah bin Salam memukul tangan pendeta tadi.
Abdullah bin Salam berkata, “Wahai Rasulullah, inilah ayat
tentang hukuman rajam. Namun ia menolak membacakannya kepadamu”.
Rasulullah saw bersabda kepada mereka, “Sungguh celaka kalian wahai
orang-orang Yahudi, mengapa kalian meninggalkan hukum Allah, padahal
itu berada di tangan kalian?”
Mereka menjawab, “Demi Allah, awalnya hukuman rajam
diberlakukan pada kami, hingga pada suatu hari orang muhshan yang
berasal dari keluarga istana dan kalangan tehormat berbuat zina. Raja
melarang pemberlakukan hukuman rajam terhadapnya. Kemudian ada
seseorang berzina sesudah keluarga istana tersebut. Raja bermaksud
merajamnya, hanya saja orang-orang Yahudi berkata, „Demi Allah, tidak
mungkin ini bisa dilakukan. Apabila engkau mau merajam orang ini maka
hendaknya engkau juga merajam orang dari keluarga istana yang berzina.
Selesai mengatakan itu kepada rajanya mereka menyelenggarakan rapat,
dengan hasil kesepakatan mengganti hukuman rajam dengan hukuman
43
Ibn Katsir Ad-Dimasyqy, Abi Fada‟ Tafsir Al-Qur’an al-Azhîm (Tafsir Ibn
Katsir), (Bairut: Darul Kutub Ilmiyah, 2006), h. 619
69
cambuk, dan mereka meninggalkan hukuman rajam dan penerapannya”
Rasulullah saw bersabda, “Jika demikian, maka akulah orang yang
pertama kali menghidupkan hukum Allah dan Kitab-Nya serta
penerapannya”.
Rasulullah saw meminta keduanya dihukum rajam di depan masjid
beliau. Abdullah bin Umar berkata, “Aku ikut serta merajam kedua orang
pezina tersebut”44
C. Ancaman Allah Kepada Yahudi
Telah datang dalam Al-Quran berupa dalil dan petunjuk yang jelas,
bahwasanya orang-orang yang paling licik tipu-dayanya terhadap kaum
mukminin, paling besar permusuhannya, dan paling kotor makar dan
kebenciannya; ialah orang-orang Yahudi. Mereka adalah umat yang
dimurkai, yang karena jeleknya amal perbuatan mereka mendapat
kemarahan, laknat, dan kemurkaan dari Allah swt. Maka mereka adalah
umat yang terlaknat lagi dimurkai, karena kejelekan yang mengakar pada
diri mereka, kekejian yang bertumpuk-tumpuk, dan kerusakan yang besar,
Allah swt berfirman:45
قل ىل أن بئكم بشر من ذلك مثوبة عند اللو من لعنو اللو وغضب عليو وجعل هم القردة والنازير وعبد الطاغوت أولئك شر مكانا وأضل عن سواء السبيل من
“Katakanlah: “Apakah akan aku beritakan kepadamu tentang
orang-orang yang lebih buruk pembalasannya dari (orang-orang fasik) itu
disisi Allah, yaitu orang-orang yang dikutuki dan dimurkai Allah, di antara
mereka (ada) yang dijadikan kera dan babi dan (orang yang) menyembah
44
Dika Nugraha, “Orang-orang Yahudi Bertanya pada Rasulullah Tentang
Hukuman bagi Pezina”, 15 Desemeber 2017, https://www.jalansirah.com/orang-orang-
yahudi-bertanya-pada-rasulullah-tentang-hukuman-bagi-pezina.html Diakses pada
tanggal 19 Mei 2019. 45
Lihat selengkapnya Q.S Al-Maidah [5]:60
القردة والنازير وعبد قل ىل أن بئكم بشر من ذلك مثوبة عند اللو من لعنو اللو وغضب عليو وجعل من هم عن سواء السبيل الطاغوت أولئك شر مكانا وأضل
70
thaghut?”. Mereka itu lebih buruk tempatnya dan lebih tersesat dari jalan
yang lurus” (QS. al-Maidah : 60)
Yang dimaksud dikutuk disini yaitu “dijauhkan dari rahmat Allah”
dan dimurkai artinya “Allah murka kepada mereka dengan murka yang
tidak akan reda sesudahnya untuk selama-lamanya”. Diantara mereka ada
yang dijadikan kera dan babi.
Abu Daud At-Tayalisi mengatakn, telah menceritakan kepada
kamu Daud Ibn Abul Furat, dari Muhammad Ibn Zaid, daei Abul A‟yan
Al-Ma‟badi, dari Abul Ahwas, dari Ibn Mas‟ud yang menceritakan bahwa
kami pernah bertanya kepada Rasullah saw tentang kera dan babi, apakah
kera dan babi yang ada sekarang merupakan keturunan dari orang-orang
Yahudi yang dikutuk Allah swt, maka Rasullah saw pun menjawab: Tidak,
sesungguhnya Allah saw sama sekali belum pernah mengutuk suatu kaum,
lalu membiarkan mereka berketurunan.46
Tetapi kera dan babi yang ada
merupakan makhluk yang telah ada sebelumnya, dan ketika Allah murka
terhadap orang-orang Yahudi, maka Allah mengutuk mereka dan
menjadikan mereka seperti kera dan babi.47
Apabila ada dari umat yang suka menyembunyikan kebenaran
maka ia telah menyerupai Ahl al-Kitab. Karena buruknya perbuatan ini,
Al-Qur'an mengancamnya dengan laknat. Allah swt berfirman:
والدى من ب عد ما ب ي ناه للناس ف إن الذين يكتمون ما أن زلنا من الب ي نات عنون الكتاب أولئك ي لعن هم اللو وي لعن هم الل
“Sesungguhnya orang-orang yang menyembunyikan apa yang
telah Kami turunkan berupa keterangan-keterangan (yang jelas) dan
petunjuk, setelah Kami menerangkannya kepada manusia dalam Al Kitab,
46
Ibn Katsir Ad-Dimasyqy, Abi Fada‟ Tafsir Al-Qur’an al-Azhîm (Tafsir Ibn
Katsir), (Bairut: Darul Kutub Ilmiyah, 2006), h. 732 47
Ibn Katsir Ad-Dimasyqy, Abi Fada‟ Tafsir Al-Qur‟an al-Azhîm (Tafsir Ibn
Katsir), (Bairut: Darul Kutub Ilmiyah, 2006), h. 733
71
mereka itu dilaknati Allah dan dilaknati (pula) oleh semua (makhluk) yang
dapat melaknati. ” (QS. Al-Baqarah [2]: 159).
Ancaman Allah yang selanjutnya yaitu ancaman bagi orang yang
menyembunyikan apa yang telah disampaikan oleh rasul-rasul berupa
keterangan-keterangan yang jelas yang bertujuan benar serta petunjuk
yang yang bermanfaat bagi had manusia. Kepada hamba-hambanya
melalui kitab-kitab yang diturunkan kepada rasul-rasulnya48
.
Abu Aliyah mengatakan bahwa ayat ini diturunkan berkenaan
dengan orang-orang Ahl al-Kitab. Mereka menyembunyikan sifat Nabi
Muhammad saw, kemudian Allah swt memberitahukan bahwa mereka
dilaknat oleh segala sesuatu, akibat perbuatan mereka itu. Sebagaimana
seorang ulama dimohonkan ampunan oleh segala sesuatu, bahkan sampai
ikan paus di air dan burung yang terbang diangkasa, maka sebaliknya,
orang-orang Ahl al-Kitab itu dilaknat oleh Allah dan dilaknat oleh semua
makhluk yang dapat melaknat.
Dalam sebuah hadits telah dijelaskan bahwa seorang yang berilmu
akan dimohonkan ampunan oleh segala sesuatu, sampai ikan paus yang
berada di dalam laut”49
.
أول ئك إنالذينيكتمونماأن زلاللهمنالكتابويشت رونبهثمناقليلالناروليكلمهماللهي ومالقيامةولي زكيهمولهمعذابمايأكلونف يبطونهمإل
أليمSesungguhnya orang-orang yang menyembunyikan apa yang telah
diturunkan Allah, yaitu Al Kitab dan menjualnya dengan harga yang
sedikit (murah), mereka itu sebenarnya tidak memakan (tidak menelan) ke
dalam perutnya melainkan api, dan Allah tidak akan berbicara kepada
48
Al-Imam Abul Fida Ismail Ibn Katsir ad-Dimasyqi, Terj. Bahrun Abu Bakar,
Tafsir Ibn Katsir, Juz 2, Bandung” Sinar Baru al-Gensindo, 2002, h. 312 49
Diriwayatkan Abu Daud, at-Tirmidzi, Ibnu Mjah, Ibnu Hibban dalam kitab
as-Shahih dan al-Baihaqi dalam Syu‟abul Iman, yang berupa hadits panjang.
72
mereka pada hari kiamat dan tidak mensucikan mereka dan bagi mereka
siksa yang amat pedih50
. (QS. Al-Baqarah [2]:174)
Allah swt berfirman “sesungguhnya orang-orang yang
menyembunyikan apa yang telah diturunkan Allah, yaitu al-Kitab,” Yakni
orang-orang yang menyembunyikan sifat Nabi Muhammad saw yang
terdapat dalam kitab-kitab yang berada di tangan mereka, seperti sifat-sifat
yang membuktikan kerasulan dan kenabiannya. Mereka menyembunyikan
agar kepemimpinan mereka tidak hilang serta tidak hadiah dan pemberian
yang diterimanya dari masyarakat Arab sebagai penghormatan terhadap
nenek moyang mereka tidak lenyap begitu saja, tetapi mereka tak berhasil
dan merugi di dunia dan di akhirat, serta mendapatkan kemurkaan yang
berlipat ganda51
. Allah mencela melalui kitabNya di dalam beberapa surat,
diantaranya adalah firman-Nya:
ويشت رونبهثمناقليلإنالذينيكتمونماأن زلاللهمنالكتاب
“sesungguhnya orang-orang yang menyembunyikan apa yang telah
diturunkan Allah, yaitu al-Kitab dan menjualnya dengan harga murah”.
yaitu berupa harta benda dan kehidupan dunia.
“Mereka itu sebenarnya tidak memakan (tidak menelan) kedalam
perutnya melainkan api”. Artinya, apa yang mereka makan tersebut
sebenarnya merupakan balasan atas perbuatan mereka menyembunyikan
kebenaran, yaitu berupa api yang menyela-nyala di dalam perut mereka
pada hari kiamat kelak52
.
50
Lihat QS Al-Baqarah 174 51
Ibn Katsir Ad-Dimasyqy, Abi Fada‟ Tafsir Al-Qur’an al-Azhîm (Tafsir Ibn
Katsir), (Bairut: Darul Kutub Ilmiyah, 2006), h. 230 52
Al-Imam Abul Fida Ismail Ibn Katsir ad-Dimasyqi, Terj, Bahrun Abu
Bakar, Tafsir Ibn Katsir, Juz 2, Bandung” Sinar Baru al-Gensindo, 2002, h. 327
73
Sebagaimana firman-Nya: “Sesungguhnya orang-orang yang
memakan harta anak yatim secara zalim, sebenarnya mereka itu menelan
api sepenuh perutnya dan mereka akan masuk ke dalam api yang menyala-
nyala (neraka). (QS. An-Nisa [4]:10).
Dalam sebuah hadits shahih diriwayatkan, bahwasanya Rasullah
saw bersabda:
يأكلاويشربفىانيةالذهبوالفضةإنمايجرجرفىبطنهنارجهنمإنالذي
“sesungguhnya orang yang makan dan minum dalam bejana emas
dan perak, sebenarnya ia menelan api neraka jahanam ke dalam perutnya”.
Dan firman Allah “Dan Allah tidak akan berbicara kepada mereka
pada hari kiamat dan tidak akan menyucikan mereka dan bagi mereka
siksa yang amat pedih”. Yang demikian itu karena Allah sangat murka
kepada mereka sebab mereka menyembunyikan kebenaran padahal
mereka mengetahuinya. Sehingga dengen itu mereka berhak mendapatkan
kemurkaan. Maka Allah swt tidak melihat ke arah mereka melainkan
mengadzab mereka dengan adzab yang sangat pedih.53
Selain merubah dan menyembunyikan ayat-ayat Allah, Yahudi
juga melakukan pelanggaran yang sangat melampaui batas yaitu mereka
membunuh tanpa alasan yang benar, mereka membunuh Nabi dari
kelompok mereka sendiri yang seharusnya mereka hormati.
كفرىم بآيات اللو وق تلهم النبياء بغي حق وق ولم ق لوب نا فبما ن قضهم ميثاق هم و ها بكفرىم فل ي ؤمنون إل قليل غلف بل طبع اللو علي
53
Ibn Katsir Ad-Dimasyqy, Abi Fada‟ Tafsir Al-Qur’an al-Azhîm (Tafsir Ibn
Katsir), (Bairut: Darul Kutub Ilmiyah, 2006), h 230
74
Maka (Kami lakukan terhadap mereka beberapa tindakan),
disebabkan mereka melanggar perjanjian itu, dan karena kekafiran mereka
terhadap keterangan-keterangan Allah dan mereka membunuh nabi-nabi
tanpa (alasan) yang benar dan mengatakan: "Hati kami tertutup". Bahkan,
sebenarnya Allah telah mengunci mati hati mereka karena kekafirannya,
karena itu mereka tidak beriman kecuali sebahagian kecil dari mereka.
(QS. An-Nisa [4]:155).54
Al-Qur‟an menjelaskan bahwa akibat pelanggaran yang mereka
lakukan menyebabkan mereka diberikan hukuman berupa pengharaman
beberapa jenis makanan yang sebelumnya dibolehkan bagi mereka,
sebagaimana firman Allah swt:
ىم عن سبيل اللو فبظلم من الذين ىادوا حرمنا عليهم طيبات أحلت لم وبصدموال الناس بالباطل وأعتدنا للكافرين ( وأخذىم الربا وقد ن هوا عنو وأكلهم أ ٦كثيا )
هم عذابا أليما ) (٦من
Maka disebabkan kezaliman orang-orang Yahudi, kami haramkan
atas (memakan makanan) yang baik-baik (yang dahulunya) dihalalkan
bagi mereka, dan karena mereka banyak menghalangi (manusia) dari jalan
Allah. dan disebabkan mereka memakan riba, padahal sesungguhnya
mereka telah dilarang daripadanya, dan karena mereka memakan harta
benda orang dengan jalan yang batil. Kami telah menyediakan untuk
orang-orang yang kafir di antara mereka itu siksa yang pedih . (QS. An-
Nisa [4]:160-161).55
Sebagian ketetapan Allah yang dilanggar oleh orang-orang Yahudi
antara lain suka memakan riba, sebagaimana tersebut dalam ayat di atas.
Kesukaan pada uang dan sifat tamak mereka proyeksikan pada Allah,
karena itu Allah dipandang memiliki sifat tamak karena mereka
menganggap Allah tidak memberikan mereka kemurahan rezeki, yang
mana kala itu sebagian diantara orang Yahudi selalu merugi setelah
54
Departmen Agama RI, Al-Qur‟an dan Terjemahnya, h. 103 55
Departmen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, h. 103
75
memusuhi Nabi Muhammad,56
dan anggapan mereka yang menyatakan
Allah tamak tercantum dalam Al-Qur‟an berikut:
بل يداه غلت أيديهم ولعنوا با قالوا وقالت الي هود يد اللو مغلولة هم ما أنزل إل مبسوطتان ي نفق كيف يشاء يك من ربك طغيانا وكفرا وليزيدن كثيا من
ن هم العداوة والب غضاء إل ي وم القيامة نا ب ي كلما أوقدوا نارا للحرب أطفأىا اللو وألقي واللو ل يب المفسدين ويسعون ف الرض فسادا
“Orang-orang Yahudi berkata: "Tangan Allah terbelenggu",
sebenarnya tangan merekalah yang dibelenggu dan merekalah yang
dilaknat disebabkan apa yang telah mereka katakan itu. (Tidak demikian),
tetapi kedua-dua tangan Allah terbuka; Dia menafkahkan sebagaimana Dia
kehendaki. Dan Al Quran yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu
sungguh-sungguh akan menambah kedurhakaan dan kekafiran bagi
kebanyakan di antara mereka. Dan Kami telah timbulkan permusuhan dan
kebencian di antara mereka sampai hari kiamat. Setiap mereka
menyalakan api peperangan Allah memadamkannya dan mereka berbuat
kerusakan dimuka bumi dan Allah tidak menyukai orang-orang yang
membuat kerusakan”.(QS. Al-Maidah [5]: 64)57
Orang-orang Yahudi juga terbiasa membangkang perintah-perintah
Allah yang terdapat dalam kitab suci mereka kemudian mereka mebuat
hukum sendiri sesuai dengan selera mereka yang bertentangan dengan
tuntunan Allah swt, karena itu al-Qur‟an memposisikan mereka sebagai
orang yang memutar-balikan kebenaran dengan kebatilan sebagai
kebenaran. Padahal kitab suci mereka (Taurat) telah menjelaskan mana
yang benar dan mana yang salah secara gamblang, tetapi hati mereka telah
diliputi oleh kesombongan yang besar sehingga sulit menerima kebenaran.
Karena begitu banyak kedurhakaan yang mereka telah lakukan maka
56
Muhammad Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah, (Jakarta: Lentera Hati, 2002)
jilid V, h. 177 57
Departmen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, h. 118
76
mereka juga dihukum dengan pengharaman beberapa makanan,
sebagaiamana yang tercantum dalam Alquran berikut:
ومن الب قر والغنم حرمنا عليهم وعلى الذين ىادوا حرمنا كل ذي ظفر لك جزي ناىم لت ظهورما أو الوايا أو ما اخت ل بعظم شحومهما إل ما ح ذ
وإنا لصادقون بب غيهم
“Dan kepada orang-orang Yahudi, Kami haramkan segala
binatang yang berkuku dan dari sapi dan domba, Kami haramkan atas
mereka lemak dari kedua binatang itu, selain lemak yang melekat di
punggung keduanya atau yang di perut besar dan usus atau yang
bercampur dengan tulang. Demikianlah Kami hukum mereka disebabkan
kedurhakaan mereka; dan sesungguhnya Kami adalah Maha Benar” (QS.
al-An‟am [6]: 146).58
58
Departmen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, h. 147
77
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Setelah melakukan kajian mengenai perilaku Yahudi merubah dan
menyembunyikan ayat-ayat Allah, maka berdasarkan seluruh bahasan
yang telah dikemukakan, dapat di tarik kesimpulan bahwa orang-orang
Yahudi melakukan berbagai macam penyimpangan terhadap agama dan
kitab suci mereka. Salah satunya mereka kerap kali mentahrif dan
menyembunyikan ayat-ayat Allah, bentuk tahrif yang Yahudi lakukan,
mengubah isi kitab suci dan hukum yang telah Allah tetapkan serta
berdusta atas nama Allah dengan apa-apa yang sesuai dengan hawa nafsu
dan tujuan mereka yang rusak. Bahkan didalam al-Qur’an diterangkan
bahwa Yahudi kerap kali menyembunyikan kebenaran dan
menyembunyikan ilmu. Karena mereka menganggap bahwa jika ilmu
yang mereka ketahui itu semakin mereka sembunyikan niscaya orang
awam semakin tidak tahu kesewang-wenangan mereka walau sebenarnya
tidak di atas cahaya ilmu. Karena sikap mereka itulah mereka menjadi
umat yang dikecam, karena jeleknya amal perbuatan mereka, sehingga
mereka mendapat kemarahan, laknat, dan kemurkaan dari Allah swt.
78
Saran:
Dari proses pengerjaan sampai menjadi sebuah karya tulis di
hadapan pembaca, penelitian ini sangat jauh dari kata sempurna. Kritik
dan saran yang membangun dari pembaca diharapkan dapat menjadi
motivasi bagi penulis untuk lebih giat lagi menghasilkan karya tulis yang
berkualitas.
Adapun beberapa hal yang dapat dijadikan perhatian khusus dalam
penelitian-penelitian selanjutnya adalah hasil yang terdapat pada
penelitian ini belum memuaskan penulis dalam menjawab persoalan
tentang perilaku Yahudi yang mengubah dan menyembunyikan ayat-ayat
Allah, oleh karenanya, diharapkan pada penelitian-penelitian selanjutnya
dapat menelurkan ide-ide baru yang dapat mengena pada pokok
permasalahan.
Kajian yang penulis lakukan ini masih berupa tinjauan awal yang
untuk mengembangkan khazanah ilmu tafsir dan menghidupkan kembali
nilai-nilai al-Qur’an secara utuh.
79
DAFTAR PUSTAKA
Abduh, Abd al-Ghani, Anbiyā’ Allah wa Hayh al-Mu’āshirah. Mesir : Dar
el-Fikr al- Arabi, 1978.
al-Abyārī, Ibrāhīm, al-Mausāʽah Al-Qurʽâniyah. Kairo: Mathūbi‟ Sijl al-
Arab, 1984, juz VII.
al-Asfahāni, al-Raghīb, Al-Mufradāt Fī Ghorīb Al-Qurʽân. Musthafa al-
Babi al-Halabi, Mesir 1961.
Anwar, Khoirul (2016) Relasi politik Nabi Muhammad dengan Yahudi di
Madinah (melacak kontribusi Yahudi terhadap kekuasaan Nabi
Muhammad). Undergraduate (S1) thesis, UIN Walisongo, diakses
dari http://eprints.walisongo.ac.id/5726/
Assururiyah, Nayyirotul Laili, (2017) Kata Yahudi Dalam Al-Qur’an
(Kqjian Semantik). Skripsi thesis, UIN Sunan Kalijaga, diakses dari
http://digilib.uin-suka.ac.id/25062/
Atsīr , Ibn , al-Kāmil fī al-Tārīkh. Beirut: Dār al-Fikr, 1965 M.
Āsyūr, Ṭhāhīr Ibnu, al-Tahrīr wa al-Tanwīr. Tunis: Dār al-Tunisiyah,
1984, Juz I.
Bush, Lasor DA Hubbard & F.W, Pengantar Perjanjian Lama 1, terj,
Werner Tan dkk. Jakarta: BPK Gunung Mulia 2008.
al-Baqi, Muhammad Fuad Abd, Al-Muʼjām al-Mufahrās lī Alfazh Al-
Qurʼān al-Karīm, Dar al-Fikr. Beirut, 1987.
al-Butānī, Buthros, Quthr al-Muhīth. Beirut: Maktabah Lubnân, 1969,
Jilid 1.
Darmaji, Agus, “Manusia Dalam Pandangan Yahudi”, jilid 11, agustus
2016.
Hamka, Tafsir al-Azhār, jilid 1. Jakara: Pustaka Panjimas, 1982.
Hasan, Muhammad Khalifah, Sejarah Agama Yahudi, terj. Abdul Somas
dan Faisal Saleh. Jakarta: Pustaka Al- Kautsar, 2009.
al-Hamd, Abd Al-Qadīr Syaibat, Al-Adyān wa al-Fīraq wa al-Madzāhib
al-Muāshirat. Madinah : Al-Jâmi‟at Al-Islāmiyyat Al-Madīnah Al-
Munawwarah, tth.
80
al-Hakim, Mansur Abd, Bangsa Ke-13 Sang Penguasa Dunia:
Mengungkap Misteri Bangsa Yang Hilang, terj. Gina Najjah
Hajidah. Bandung: Mizania, 2015.
Ibnu Athiyah, al-Muharīr al-Wajīz fī Tafsīr Al-qurʽān al-„Azīz. Beirut:
Dār al-Kutub al- „Ilmiyah, 1993.
Ibn Mandhūr, Abi Fadlil Jamaluddin Muhammad bin Mukarram, Lisanul
Arab, jilid IX, Ad-Darr Sadir. Bairut, 1990.
Islahi, Amin Ahsan, Tadabbur al-Qur’ān, vol. 1. Lahore: Faran
Foundation, 1986.
Ilim Abdul Halim, “Agama Yahudi Sebagai Fakta Sejarah dan Sosial
Keagamaan”, Perbandingan Agama Fakultas Ushuluddin , vol.2 ,
no. (2017).
Imaran, M. Ali, Sejarah Terlengkap Agama-Agama di Dunia Dari Masa
Klasik Hingga Moderen. Djogjakarta: IRCiSoD, 2015.
Iriani, Erna, “Orang Yahudi Bertanya tentang Hukum Zina (Sebab Turun
Al-Maidah: 14)”, 2 Juli 2018, https://www.jalansirah.com/orang-
yahudi-bertanya-tentang hukum-zina-sebab-turun-al-maidah-14
Iqbal, Moh Amer, “Makna Al-Nūr dan al-Ẓhulumat Dalam Al-Quran
(Kajian Munasabah Ayat-Ayat Al-Quran)”, 2015.
Iqbal, Muhammad dan William Hunt, “Ensiklopedi Ringkas Tentang
Islam”, penerbit Taramedia. Jakarta, 2003.
Jazuli, Ahzami Sami'un, “Menyembunyikan Ayat Allah”, diakses dari
http://sabiluna.tripod.com/edisi03/ayat.htm.
Jannah, Zukrufatul, “ASBĀTH DAN YAHUDI DALAM ALQURAN
(Melacak Sejarah dan Korelasi Asbāth dan Yahudi Dalam Al-
qur’ān), 12 september 2017, diakses dari
http://repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36035/1/F
AIZAH%20ALI%20SYIBROMALISI%20-%20TESIS.pdf.
Al-Kaff, Idruss H, ”Kamus Pelik-Pelik Al-Qur’an”. Penerbit Pustaka,
Cetakan 1, 1993.
Katsir, Ibn, Tafsir al-Qur’ān al – Azīm, vol 1. Cairo: Mu’assasat
Qurtubat,2000.
-------, “Kisah Para Nabi, Terj. Dudi Rosyadi”. Jakarta: Pustaka al-
Kautsar, 2011.
81
-------, terj. Bahrun Abu Bakar, Tafsir Ibn Katsir, Juz 1. Bandung: Sinar
Baru al-Gensindo, 2002.
Kementrian, Agama, Al-Qur’an Dan Tafsirnya. Jakarta: Lentera Abadai,
2010.
Keene, Michael, Agama-agama Dunia. Djogjakrta : penerbit Kansius,
2012, cet. 5.
Kusmayadi, Dedie, “76 Karakter Yahudi Dalam Al-Qur’an, Karya :
Syaikh Mustafa Al-Maraghi”, selasa 01 Oktober 2013, diakses dari
http://resensiakhirzaman.blogspot.com/2013/10/76.
al-Khatib, Abd Al-Karim, Al-Dīn Dharūrat Hayāt al-Insān. Riyadh :Dār
al-Ishalat lĩ al-Tsaqafat wa al-Nasyr wa al-I‟lam, 1981.
Musyrifah, Teologi dan Manuver Yahudi Nasrani Menurut Penafsiran
Sayyīd Qūtb Dalam Kitab Tafsir Fī Ẓhilāl Al-Qur’ān”, skripsi
Ushuluddin dan Humaniora (UIN Antasari), 22 juli 2016, di akses
dari http://idr.uin-antasari.ac.id.
al-Marāghi, Ahmad Musthafa, Tafsir al-Marāghi. Semarang: CV. Toha
Putera, Jilid I, Juz IV.
Al-Maraghi, Tafsir al-Marāghi, jilid 1. Mesir: Mushthafa al-Bābi al-
Halabī wa Auladūh, 1963.
Noth, Martin, Levitikus Commentary. Philadelphia: The Westminster Press
1972.
Nugraha, Dika, “Orang-orang Yahudi Bertanya pada Rasulullah Tentang
Hukuman bagi Pezina”, 15 Desemeber 2017,
https://www.jalansirah.com/orang-orang-yahudi-bertanyapada-
rasulullah-tentang-hukuman-bagi-pezina.html.
Penrice, Jhon, A Dictionary and Glossary of the Koran, Silsilah al-Bayān
fī al- Manāqib al-Qurʼān. London: Curson Press, 1985.
al-Qurthubi, al-Jamīʽ lī ahkami Al-qurān. Kairo: Dar al-Katib al-Urbah,
1968.
al-Syawkanī, Fath al-Qadīr. Beirut: Dār Ihyā‟ al-Turāts al-„Arabī, tth juz
I.
al-Suyūṭhī, Jalāludīn, Lubāb al-Nuqūl fī asbāb al-Nuzūl. Riyadh:
Maktabah al- Riyadh, t.th.
------------, Ad-Dūr al-Mantsūr. Beirut: Dār al-Kutub al-,,Ilmiyah,911 H.
82
Tamam, Badrul, “Ahli Kitab Suka Sembunyikan Kebenaran, Nabi & Al-
Qur'an Membongkarnya”, diakses dari https://www.voa-
islam.com/read/aqidah/2016/08/04/45485/ahli-kitab-suka-
sembunyikan-kebenaran-nabi-alquran-membongkarnya/.
Ṭhu'miyāh, Shābir, al-Ṭurāts al-Isrā'īlī fī al-„Ahd al-Qadīm wa Mawqīf
al-Qurʽān al-Karīm minhū. Beirut: Dâr al-Jay, 1979.
al-Ṭhabarī, Ibn Jārīr, Jamīʽ al-Bayān fī Tafsīr al-Qurʼān, Jilid VII. Kairo :
Musthafa al-Babi al-Halabi, 1954.
al-Ṭhabarsī, al-Bayān fī Tafsīr al-Qurʽān. Beirut: Dār al-Ma'rifah, t.th., juz
I.
al-Ṭhabāthabaʽi, Muhammad Husyayn, al-Mīzān fī Tafsīr al-Qur’ān.
Beirut: Mu'assasah al-Alamī lī Mathbū, 1393 H/1973 M, jilid III.
Sasongko, Wisnu, Jejak Ya’juj Ma’juj Dalam Inskripsi Yahudi. Jakarta:
Hikmah, 2010.
Syihab, Muhammad Qurays, Tafsīr al-Misbāh. Jakarta: Lentera Hati,2002
Jilid V.
--------, Wawasan Ahl Kitab, Diakses dari
http://media.isnet.org/kmi/islam/Quraish/Wawasan/AhlAlKitab.
Vaddja, G, “Ahl al-Kitab” , dalam Ensyclopedia of Islam. Leiden: E.J.
Brill, 1960.
al-Wahidī, Abu Husayn „ali ibn Ahmad, Asbāb al-Nuzūl Al-qurān, t.t.p. :
Dar sl- Tsaqafah al-Islamiyah, 1404 H/ 1984 M.
Zamaksyarî, tafsīr al-Kassyāf ʼan Haqāiq al-Tanzīl wa Uyun al-Aqwīl Fī
Wujūh al- Ta'wīl. Kairo: Musthafa al-Bāab al-Halabī wa Awlāduh ,
1972 M, Jilid I.
Zulkarnaini, (2005) “Yahudi dalam al-Qur’ān (Teks, Konteks dan
Diskursus Pluralisme Agama)”, thesis, diakses dari http://digilib.uin-
suka.ac.id/14357/.