PERILAKU PENGUSAHA MUSLIM TERHADAP PEMBELIAN BAHAN … · Indonesia merupakan negara dengan...

15
EkBis: Jurnal Ekonomi dan Bisnis ISSN 2549-4988 (p) Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam ISSN 2550-1267 (o) Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta 171 PERILAKU PENGUSAHA MUSLIM TERHADAP PEMBELIAN BAHAN- BAHAN BERLABEL HALAL (STUDI PADA PENGUSAHA MINUMAN DI YOGYAKARTA) Evyanti Safitri Pascasarjana Universitas Islam Indonesia [email protected]* Siti Achiria Pascasarjana Universitas Islam Indonesia [email protected] DOI: 10.14421/EkBis.2018.2.2.1090 ABSTRACT Indonesia is a country with a majority Muslim population. With a population of 220 million people, Indonesia is a very potential market. Cause problems arise because of people's difficulties in choosing products with the presence of halal labels or not. Especially for business actors, where it is necessary to check halal materials for their production. In choosing a product, consumer behavior becomes a determining factor whether the product will be purchased or not. As an entrepreneur, of course, they must be selective so that consumers will buy the products we sell later. After conducting research on three beverage businesses in the region of Yogyakarta, this research obtained the fact that the three businesses had checked halal labeling on their business materials. With the target of the Muslim student market the Islamic university makes the three business actors careful in selecting materials. The main factors that influence the purchase of materials by businesses are trends, promotions and potential opportunities. As a beverage business, the three businesses now prove that halalness of ingredients can add long-term opportunities to their business. Keywords: Consumption, Consumption Behavior, Halal Label, Trend, Promotions, and Opportunities ABSTRAK Indonesia merupakan negara dengan penduduk mayoritas beragama muslim. Dengan jumlah masyarakat yang mencapai 220 juta jiwa, Indonesia menjadi pasar yang sangat potensial. Menyebabkan masalah muncul karena kesulitan masyarakat dalam memilih produk dengan adanya lebel halal atau tidak. Terutama pada pelaku usaha, dimana perlu melakukan pengecekan kehalalan terhadap bahan-bahan untuk produksinya. Dalam pemilihan suatu produk, perilaku konsumen menjadi faktor penentu apakah produk tersebut

Transcript of PERILAKU PENGUSAHA MUSLIM TERHADAP PEMBELIAN BAHAN … · Indonesia merupakan negara dengan...

Page 1: PERILAKU PENGUSAHA MUSLIM TERHADAP PEMBELIAN BAHAN … · Indonesia merupakan negara dengan penduduk mayoritas beragama muslim. Dengan jumlah masyarakat yang mencapai 220 juta jiwa,

EkBis: Jurnal Ekonomi dan Bisnis ISSN 2549-4988 (p)

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam ISSN 2550-1267 (o)

Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta

171

PERILAKU PENGUSAHA MUSLIM TERHADAP PEMBELIAN BAHAN-

BAHAN BERLABEL HALAL (STUDI PADA PENGUSAHA MINUMAN

DI YOGYAKARTA)

Evyanti Safitri Pascasarjana Universitas Islam Indonesia

[email protected]*

Siti Achiria Pascasarjana Universitas Islam Indonesia

[email protected]

DOI: 10.14421/EkBis.2018.2.2.1090

ABSTRACT

Indonesia is a country with a majority Muslim population. With a population of 220 million people, Indonesia is a very potential market. Cause problems arise because of people's difficulties in choosing products with the presence of halal labels or not. Especially for business actors, where it is necessary to check halal materials for their production. In choosing a product, consumer behavior becomes a determining factor whether the product will be purchased or not. As an entrepreneur, of course, they must be selective so that consumers will buy the products we sell later. After conducting research on three beverage businesses in the region of Yogyakarta, this research obtained the fact that the three businesses had checked halal labeling on their business materials. With the target of the Muslim student market the Islamic university makes the three business actors careful in selecting materials. The main factors that influence the purchase of materials by businesses are trends, promotions and potential opportunities. As a beverage business, the three businesses now prove that halalness of ingredients can add long-term opportunities to their business. Keywords: Consumption, Consumption Behavior, Halal Label, Trend, Promotions, and Opportunities

ABSTRAK

Indonesia merupakan negara dengan penduduk mayoritas beragama muslim. Dengan jumlah masyarakat yang mencapai 220 juta jiwa, Indonesia menjadi pasar yang sangat potensial. Menyebabkan masalah muncul karena kesulitan masyarakat dalam memilih produk dengan adanya lebel halal atau tidak. Terutama pada pelaku usaha, dimana perlu melakukan pengecekan kehalalan terhadap bahan-bahan untuk produksinya. Dalam pemilihan suatu produk, perilaku konsumen menjadi faktor penentu apakah produk tersebut

Page 2: PERILAKU PENGUSAHA MUSLIM TERHADAP PEMBELIAN BAHAN … · Indonesia merupakan negara dengan penduduk mayoritas beragama muslim. Dengan jumlah masyarakat yang mencapai 220 juta jiwa,

EkBis: Jurnal Ekonomi dan Bisnis, Vol. 2, No. 2. Halaman 171-185

172

akan dibeli atau tidak. Sebagai pengusaha tentu harus selektif agar konsumen akan membeli produk yang kita jual nantinya. Setelah dilakukan penelitian terhadap tiga usaha minuman di wilayah yogyakarta, diperoleh fakta bahwa ketiga usaha tersebut telah melakukan pengecekan labelisasi halal pada bahan-bahan bisnis mereka. Dengan sasaran pasar mahasiswa muslim universitas Islam menjadikan ketiga pelaku usaha ini berhati-hati dalam melakukan pemilihan bahan. Faktor-faktor utama yang mempengaruhi pembelian bahan-bahan oleh para pelaku usaha yaitu tren, promosi serta peluang yang potensial. Sebagai usaha minuman kekinian ketiga usaha tersebut membuktikan bahwa kehalalan terhadap bahan-bahan dapat menambah peluang jangka panjang terhadap bisnis mereka. Kata Kunci: Konsumsi, Perilaku Konsumsi, Label Halal, Tren, Promosi, dan Peluang.

PENDAHULUAN

Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia.medengan

penduduk mayoritas beragama muslim. Banyaknya jumlah masyarakat

muslim di Indonesia tentu sangat berpengaruh terhadap budaya konsumsi

yang berkembang, termasuk juga dengan perilaku konsumsi yang ada di

masyarakat. Dengan jumlah masyarakat yang mencapai 220 juta jiwa,

Indonesia menjadi pasar yang sangat potensial untuk memasarkan produk

bagi negara-negara di dunia. Namun hal tersebut mendatangkan masalah

mengenai bagaimana pemilihan masyarakat terhadap banyaknya produk

yang beredar untuk dikonsumsi, khususnya pada produk makanan.

Masyarakat saat ini dalam mengkonsumsi suatu produk kurang

memperhatikan ada atau tidaknya labelisasi halal pada produk tersebut.

Padahal kegiatan konsumsi merupakan kegiatan yang setiap hari kita lakukan

tanpa kita sadari. Masyarakat muslim memang memiliki tingkat kepatuhan

terhadap syariah yang berbeda-beda, namun secara umum konsumen muslim

memiliki sikap yang positif terhadap produk-produk yang menggunakan

pendekatan halal (Nor & Md, 2007).

Jumlah masyarakat muslim yang banyak memberikan peluang usaha

bagi para pengusaha muslim dalam negeri. Berbagai produk dari mulai

makanan hingga pakaian menjadi peluang usaha yang sangat potensial. Para

pengusaha melakukan inovasi dan promosi terbaiknya untuk menarik minat

konsumen. Dari semua jenis usaha tersebut, usaha makanan dan minuman

adalah yang paling potensial untuk di daerah Yogyakarta. Karena bayaknya

kampus menjadikan Yogyakarta sebagai lahan usaha yang cukup strategis

dengan mahasiswa sebagai konsumen utama. Sebagai pelaku usaha, para

Page 3: PERILAKU PENGUSAHA MUSLIM TERHADAP PEMBELIAN BAHAN … · Indonesia merupakan negara dengan penduduk mayoritas beragama muslim. Dengan jumlah masyarakat yang mencapai 220 juta jiwa,

Evyanti Safitri & Siti Achiria: Perilaku Pengusaha Muslim Terhadap Pembelian Bahan-Bahan Berlabel Halal (Studi Pada Pengusaha Minuman di Yogyakarta)

173

pengusaha muslim tentu harus memilih bahan-bahan produksi dari

kehalalannya untuk para pembeli/konsumen islami.

Kita sebagai konsumen mengetahui bahwa produk halal diakui sebagai

simbol kebersihan, keamanan, dan memiliki kualitas yang tinggi, oleh sebab

itu diperlukan pemeriksaan lebih lanjut mengenai kehalalan produk yang

akan kita konsumsi. Dalam pemilihan suatu produk, perilaku konsumen

menjadi faktor penentu apakah produk tersebut akan dibeli atau tidak.

Perilaku konsumen merupakan suatu kegiatan seseorang yang

berhubungan dengan masalah pencarian, pemilihan, pembelian, penggunaan,

serta pengevaluasian produk yang akan dikonsumsi (Zainal, 2017). Kegiatan

konsumsi terbagi menjadi tiga bagian, yaitu tahap sebelum pembelian, saat

pembelian, dan setelah pembelian. Pada pemilihan produk hal tersebut terjadi

sebelum pembelian dimana konsumen dipengaruhi labelisasi halal untuk

menentukan produk mana yang akan dikonsumsi/dibeli.

Dengan adanya label halal pada suatu produk, konsumen muslim

dapat memastikan produk mana saja yang boleh mereka konsumsi dan mana

yang tidak. Produk yang memiliki dan mencantumkan label halal pada

kemasannya tentu telah layak untuk dikonsumsi, karena telah melewati

pemerikasaan hingga mendapat labelisasi halal. Konsumen Muslim harus

berhati-hati dalam memutuskan untuk mengkonsumsi atau tidak produk-

produk tanpa label halal.

Setiap orang mempunyai persepsi yang berbeda dalam memutuskan

membeli atau tidak suatu produk. Sebagian mungkin tidak peduli dengan

label halal pada suatu produk sedangkan sebahagian lainnya masih

memegang teguh prinsip bahwa suatu produk harus ada label halalnya.

Berdasarkan latar belakang tersebut, penulis tertarik untuk melakukan sebuah

penelitian guna membahas masalah perilaku pengusaha muslim terhadap

pembelian bahan-bahan berlabel halal.

LANDASAN TEORI

Konsumsi dalam Islam

Konsumsi secara umum merupakan kegiatan menggunakan barang

dan jasa untuk memenuhi kebutuhan hidup. Konsumsi adalah semua

penggunaan barang dan jasa yang dilakukan manusia untuk memenuhi

kebutuhan hidupnya. Barang dan jasa yang digunakan dalam proses produksi

tidak termasuk konsumsi, karena barang dan jasa itu tidak digunakan untuk

memenuhi kebutuhan hidup manusia. Barang dan jasa dalam proses produksi

ini digunakan untuk memproduksi barang lain (James, 2001).

Page 4: PERILAKU PENGUSAHA MUSLIM TERHADAP PEMBELIAN BAHAN … · Indonesia merupakan negara dengan penduduk mayoritas beragama muslim. Dengan jumlah masyarakat yang mencapai 220 juta jiwa,

EkBis: Jurnal Ekonomi dan Bisnis, Vol. 2, No. 2. Halaman 171-185

174

Konsumsi dapat diartikan sebagai penggunaan barang dan jasa yang

secara langsung akan memenuhi kebutuhan manusia (Todaro, 2002). Untuk

dapat mengkonsumsi, seseorang harus mempunyai pendapatan, besar

kecilnya pendapatan seseorang sangat menentukan tingkat konsumsinya.

Menurut Al-Ghazali konsumsi adalah (al-hajah) penggunaan barang

atau jasa dalam upaya pemenuhan kebutuhan melalui bekerja (al-iktisab) yang

wajib dituntut (fardhu kifayah) berlandaskan etika (shariah) dalam rangka

menuju kemaslahatan (maslahah) menuju akhirat (Chamid, 2010). Prinsip

ekonomi dalam Islam yang disyariatkan adalah agar tidak hidup bermewah-

mewahan, tidak berusaha pada pekerjaan yang dilarang, membayar zakat dan

menjauhi riba, merupakan rangkuman dari akidah, akhlak dan syariat Islam

yang menjadi rujukan dalam pengembangan sistem ekonomi Islam.

Aturan dan kaidah konsumsi dalam sistem ekonomi Islam menganut

paham keseimbangan dalam berbagai aspek. Konsumsi yang dijalankan oleh

seorang muslim tidak boleh mengorbankan kemaslahatan individu dan

masyarakat. Kemudian, tidak diperbolehkan mendikotomi antara

kenikmatan dunia dan ahirat, bahkan sikap ekstrimpun harus dijauhkan

dalam berkonsumsi. larangan atas sikap tabzir dan israf bukan berarti

mengajak seorang muslim untuk bersikap bakhil dan kikir, akan tetapi

mengajak kepada konsep keseimbangan, karena sebaik-baiknya perkara

adalah pertengahan (QS. Al-Isra’: 29).

Prinsip keseimbangan pengeluaran yang jika kita jalankan sepenuhnya

dapat menghapus kerusakan-kerusakan dalam ekonomi yaitu pemborosan

dan kekikiran yang biasa ditemukan dalam sistem kapitalis modern. Setiap

orang baik yang mampu baik kaya maupun miskin dianjurkan untuk

mengeuarkan harta sesuai dengan kemampuannya. Meskipun dengan kondisi

penghasilan yang berbeda berdasarkan tanggung jawab ekonomi masing-

masing baik untuk sebuah keluarga kecil atau keluarga besar, sepanjang

pengeluaran tidak boros dan tidak juga terlalu kikir tapi menyesuaikan

dengan pendapat para konsumen, hal tersebut dibolehkan dan halal.

Dalam ekonomi konvensional, konsumsi diasumsikan selalu bertujuan

untuk memperoleh kepuasan (utility). Konsumsi dalam Islam tidak hanya

bertujuan mencari kepuasan fisik, tetapi lebih mempertimbangkan aspek

mashlahah yang menjadi tujuan dari syariat Islam.

Perintah Islam mengenai konsumsi dikendalikan oleh lima prinsip,

yaitu keadilan, kebersihan, kesederhanaan, kemurah hati, dan moralitas

(Mannan, 1997). Sedangkan menurut Qarādhawi (1999) dalam konsumsi

terdapat tiga prinsip yaitu membelanjakan harta dalam kebaikan dan

Page 5: PERILAKU PENGUSAHA MUSLIM TERHADAP PEMBELIAN BAHAN … · Indonesia merupakan negara dengan penduduk mayoritas beragama muslim. Dengan jumlah masyarakat yang mencapai 220 juta jiwa,

Evyanti Safitri & Siti Achiria: Perilaku Pengusaha Muslim Terhadap Pembelian Bahan-Bahan Berlabel Halal (Studi Pada Pengusaha Minuman di Yogyakarta)

175

menjauhi sifat kikir, tidak melakukan kemubaziran dan kesederhanaan.

Pendapat para tokoh ini, pada intinya adalah satu yaitu bersumber pada Al-

Qur’an dan Sunnah.

Islam tidak pernah melupakan unsur materi dalam memakmurkan dan

meningkatkan taraf hidup manusia. Kehidupan ekonomi yang baik adalah

target yang perlu dicapai dalam kehidupan tapi bukanlah tujuan akhir.

kehidupan perekonomian yang mapan adalah sarana mencapai tujuan yang

lebih besar dan berarti.

Perilaku Konsumen dalam Islam

Perilaku konsumen Islami didasarkan atas rasionalitas yang

disempurnakan dan mengintegrasikan keyakinan dan kebenaran yang

melampaui rasionalitas manusia yang sangat terbatas berdasarkan Al-quran

dan Sunnah. Perilaku rasional mempunyai dua makna, yaitu pertama: metode,

“action selected on the basis of reasoned thought rather than out of habit, prejudice, or

emotion” (tindakan yang dipilih berdasarkan pikiran yang beralasan, bukan

berdasarkan kebiasaan, prasangka atau emosi), dan kedua: makna, “action that

actually succeeds in achieving desired goals” (tindakan yang benar-benar dapat

mencapai tujuan yang ingin dicapai) (Karim, 2012).

Perilaku konsumsi semestinya dapat memperhatikan aspek-aspek yang

tergolong kebutuhan primer (dharuriyat) kemudian sekunder (hajjiyat) dan

tersier (tahsiniyat) sesuai dengan semangat al-maqashid asy-syari’ah, sehingga

dalam memenuhi kebutuhan seorang konsumen lebih mengedepankan aspek

kebutuhan dari pada aspek keingingan demi membatasi kebutuhan dan

kengingan manusia yang sifatnya senantiasa tidak terbatas.

Dalam pandangan Islam perilaku konsumsi harus menghindari

perilaku israf dan tabzir dalam menggunakan pendapatan untuk memenuhi

kebutuhan hidup, sebagai rambu-rambu dalam konsumsi pangan semestinya

manusia secara umum dan muslim secara khusus untuk senantiasa menjaga

unsur kehalalan dan ketayyiban dalam konsumsi sebagai langkah untuk

menjaga kesehatan jasmani dan rohani (Bahri S., 2014).

Perilaku konsumsi dalam ekonomi Islam bertujuan untuk tercapainya

aspek materil dan aspek spiritual dalam konsumsi, kedua aspek tersebut akan

tercapai dengan menyeimbangkan antara nilai guna total (total utility) dan

nilai guna marginal (marginal utility) dalam konsumsi. Sehingga setiap muslim

akan berusaha memaksimumkan nilai guna dari tiap barang yang di

konsumsi, yang akan menjadikan dirinya semakin baik dan semakin optimis

dalam menjalani hidup dan kehidupan (Sarwono, 2009).

Page 6: PERILAKU PENGUSAHA MUSLIM TERHADAP PEMBELIAN BAHAN … · Indonesia merupakan negara dengan penduduk mayoritas beragama muslim. Dengan jumlah masyarakat yang mencapai 220 juta jiwa,

EkBis: Jurnal Ekonomi dan Bisnis, Vol. 2, No. 2. Halaman 171-185

176

Menurut Misanam (2004), perilaku konsumen muslim dipengaruhi oleh

Masalah berkah/keberkatan. Dikarenakan hikmah dari berkah/keberkatan ini

telah dijanjikan oleh Allah sebagaimana tertulis dalam al-Qur’an (Q.S Al A’raf:

96).

لو و نا وات قوا آمنوا ال قرى أه ل أن ن بركات علي هم لفتح ض الس ماء م كذ بوا ولـكن والأر

سبون كانوا بما فأخذ ناهم يك

Berkah yang diberikan oleh Allah yang berasal dari bumi adalah berupa

kesejahteraan yang diterima oleh masyarakat. Tingkat kesejahteraan

konsumen yang memperhatikan masalah berkah/keberkahan lebih besar

dibanding dengan yang tidak memperhatikan hal ini. Perilaku konsumen

muslim dalam memilih barang yang akan dikonsumsinya sangat ditentukan

oleh kandungan berkah yang ada dalam produk tersebut dan bukan masalah

harga.

Terdapat empat prinsip dalam sistem ekonomi Islam dalam menyikapi

permasalahan tentang perilaku konsumen, termasuk konsumsi di dalamnya:

Hidup hemat dan tidak bermewah-mewahan (abstain from wasteful and lixurius

living), bahwa tindakan ekonomi diperuntukan untuk pemenuhan kebutuhan

hidup (needs) bukan pemuasan keinginan (wants).

Implementasi zakat yang diwajibkan dan infak, shadaqah, wakaf,

hadiah, yang bersifat sukarela, mempunyai pengaruh terhadap perilaku

konsumen muslim. Menjalankan usaha-usaha yang halal (permissible conduct),

jauh dari riba, maisir dan gharar, meliputi bahan baku, proses produksi out put

produksi hingga proses distribusi dan konsumsi harus dalam kerangka halal.

Dari prinsip-prinsip demikian, terlihat bahwa model perilaku muslim

dalam menyikapi harta benda dan jasa bukanlah merupakan tujuan.

Kesemuanya merupakan media untuk akumulasi kebaikan dan pahala demi

tercapainya falah (kebahagiaan dunia akhirat).

Prinsip Dasar Perilaku Konsumen Islam

Muflih (2006) menjelaskan tentang konsumsi dalam Islam bahwa

perilaku seorang konsumen harus mencerminkan hubungan dirinya dengan

Allah SWT. Seorang konsumen muslim akan mengalokasikan pendapatannya

untuk memenuhi kebutuhan duniawi dan ukhrawinya. Konsumsi tidak dapat

dipisahkan dari peranan keimanan.

Peranan keimanan menjadi tolak ukur penting karena keimanan

memberikan cara pandang dunia yang cenderung mempengaruhi kepribadian

manusia, yang dalam bentuk perilaku, gaya hidup, selera, sikap-sikap

terhadap sesama manusia, sumber daya, dan ekologi. Keimanan sangat

Page 7: PERILAKU PENGUSAHA MUSLIM TERHADAP PEMBELIAN BAHAN … · Indonesia merupakan negara dengan penduduk mayoritas beragama muslim. Dengan jumlah masyarakat yang mencapai 220 juta jiwa,

Evyanti Safitri & Siti Achiria: Perilaku Pengusaha Muslim Terhadap Pembelian Bahan-Bahan Berlabel Halal (Studi Pada Pengusaha Minuman di Yogyakarta)

177

mempengaruhi sifat, kuantitas, dan kualitas konsumsi baik dalam bentuk

kepuasan material maupun spiritual (Muflih, 2006).

Ekonomi Islam bukan hanya berbicara tentang pemuasan materi yang

bersifat fisik, tapi juga berbicara cukup luas tentang pemuasan materi yang

bersifat abstrak, pemuasan yang lebih berkaitan dengan posisi manusia

sebagai hamba Allah SWT. Menurut Lukman Hakim dalam buku Prinsip-

prinsip Ekonomi Islam, ada beberapa prinsip konsumsi bagi seorang muslim.

Prinsip tersebut didasari dari ayat-ayat Al-Qur’an dan Hadist Nabi SAW dan

perilaku sahabat, prinsip-prinsip tersebut antara lain (Hakim, 2012):

1. Prinsip Syariah

a) Memperhatikan tujuan konsumsi

Perilaku konsumsi muslim dari segi tujuan tidak hanya mencapai

kepuasan dari konsumsi barang, melainkan berfungsi “ibadah” dalam

rangka mendapat ridha Allah SWT.

b) Memperhatikan kaidah ilmiah

Dalam berkonsumsi, seorang muslim harus memperhatikan prinsip

kebersihan. Prinsip kebersihan mengandung arti barang yang

dikonsumsi harus bebas dari kotoran maupun pernyakit, demikian

juga harus menyehatkan, bernilai gizi, dam memiliki manfaat tidak

memiliki kemudharatan.

c) Memperhatikan bentuk konsumsi

Dari konsep ini, fungsi konsumsi muslim berbeda dengan prinsip

konvensional yang bertujuan kepuasan maksimum (maximum utility),

terlepas dari keridhaan Allah atau tidak, karena pada hakekatnya teori

konvensional tidak mengenal Tuhan.

2. Prinsip Kuantitas

a) Sederhana, tidak bermewah-mewahan

Sesungguhnya kuantitas konsumsi yang terpuji dalam kondisi yang

wajar adalah sederhana.

b) Kesesuaian antara pemasukan dan konsumsi

Kesesuaian antara pemasukan dan konsumsi adalah hal yang sesuai

dengan fitnah manusia dan realita. Karena itu, salah satu aksiomatik

ekonomi adalah bahwa pemasukan merupakan salah satu faktor yang

mempengaruhi permintaan konsumen individu.

c) Penyimpanan dan pengembangan

Penyimpanan (menabung) merupakan suatu keharusan untuk

merealisasikan pengembangan (investasi). Sebab salah satu hal yang

telah dimaklumi, bahwa hubungan antara penyimpanan dan

Page 8: PERILAKU PENGUSAHA MUSLIM TERHADAP PEMBELIAN BAHAN … · Indonesia merupakan negara dengan penduduk mayoritas beragama muslim. Dengan jumlah masyarakat yang mencapai 220 juta jiwa,

EkBis: Jurnal Ekonomi dan Bisnis, Vol. 2, No. 2. Halaman 171-185

178

konsumsi adalah kebalikan. Setiap salah satu dari keduanya

bertambah, maka berkuranglah yang lain.

3. Prinsip Prioritas

Prioritas atau urutan konsumsi alokasi harta menurut syari’at Islam, yaitu:

untuk nafkah diri, istri, dan saudara.

4. Prinsip Moralitas

Perilaku konsumsi seorang muslim dalam berkonsumsi juga

memerhatikan nilai prinsip moralitas, di mana mengandung arti ketika

berkonsumsi terhadap suatu barang, maka dengan rangka menjaga

martabat manusia yang mulia, berbeda dengan mahluk Allah lainnya.

sehingga dalam berkonsumsi harus menjaga adab dan etika (tertib) yang

disunahkan oleh Nabi Muhammad SAW.

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Konsumen

Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi prilaku konsumen

seperti kekuatan sosial budaya dan kekuatan psikologis. Kekuatan sosial

budaya yang terdiri dari faktor budaya, tingkat sosial, kelompok anutan dan

keluarga, kemudian psikologis terdiri dari pengalaman belajar, kepribadian,

sikap dan keyakinan.

Menurut Kotler (2001) faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku

konsumen dalam membuat keputusan pembelian suatu produk yaitu:

1. Faktor Kebudayaan

Faktor kebudayaan mempunyai pengaruh yang paling luas dan paling

dalam terhadap perilaku konsumen. Pemasar harus memahami peran

yang dimainkan oleh budaya, sub-budayanya, dan kelas sosial pembeli.

a) Budaya

Budaya adalah susunan nilai-nilai dasar, persepsi, keinginan dan

perilaku yang di pelajari dari anggota suatu masyarakat, keluarga dan

institusi lainnya.

b) Sub budaya

Sub budaya merupakan pola-pola kultural yang menonjol, dan

merupakan bagian atau segmen dari populasi masyarakat yag lebih

luas dan lebih kompleks.

c) Kelas sosial

Kelas sosial adalah susunan yang relatif permanen dan teratur dalam

suatu masyarakat yang anggotanya mempunyai nilai, minat, dan

perilaku yang sama. Kelas sosial diukur sebagai kombinasi pekerjaan,

pendapatan, pendidikan, kekayaan, dan variabel lainnya. Kelas sosial

memperlihatkan preferensi produk dan merek yang berbeda.

Page 9: PERILAKU PENGUSAHA MUSLIM TERHADAP PEMBELIAN BAHAN … · Indonesia merupakan negara dengan penduduk mayoritas beragama muslim. Dengan jumlah masyarakat yang mencapai 220 juta jiwa,

Evyanti Safitri & Siti Achiria: Perilaku Pengusaha Muslim Terhadap Pembelian Bahan-Bahan Berlabel Halal (Studi Pada Pengusaha Minuman di Yogyakarta)

179

2. Faktor Sosial

Perilaku konsumen juga akan dipengaruhi oleh faktor-faktor sosial

seperti kelompok, keluarga, peran dan status sosial dari konsumen.

a) Kelompok

Perilaku seseorang dipengaruhi oleh banyak kelompok kecil.

Kelompok yang berpengaruh langsung dan dimana seseorang

menjadi anggotanya disebut kelompok keanggotaan (kelompok

referensi). Ada yang disebut dengan kelompok primer, dimana

anggotanya berinteraksi secara tidak formal seperti keluarga,

teman, dsb. Adapula kelompok sekunder, yaitu seseorang

berinteraksi secara formal tetapi tidak reguler seperti organisasi.

b) Keluarga

Anggota keluarga merupakan kelompok acuan primer yang paling

berpengaruh. Bahkan jika pembeli sudah tida berhubungan lagi

dengan orang tua, pengaruh terhadap perilaku pembeli tetap ada.

Sedangkan pada keluarga prokreasi, yaitu keluarga yang terdiri

dari ibu-ayah dan anak, pada keluarga jenis ini pengaruh pembelia

akan sangat terasa.

c) Peran dan status

Kedudukan seseorang dalam setiap kelompok dapat ditentukan

dari segi peran dan status. Tiap peran membawaa status yang

mencerminkan penghargaan umum oleh masyarakat.

3. Faktor Pribadi

Keputusan seorang pembeli juga dipengaruhi oleh karakteristik pribadi

seperti umur dan tahap daur-hidup pembeli, jabatan, keadaan ekonomi,

gaya hidup, kepribadian dan konsep diri pembeli yang bersangkutan.

a) Usia dan Tahap Siklus Hidup

Orang akan mengganti atau mengubah barang dan jasa yang mereka

beli sepanjang kehidupan mereka. Karena kebutuhan dan selera

seseorang akan berubah sesuai dengan usia yang dimilikinya.

b) Pekerjaan

Pekerjaan seseorang juga mempengaruhi pembelian barang dan jasa.

Karena jenis pekerjaan tertentu membutuhkan produk yang tertentu

pula. Dengan demikian para pemasar dapat mengidentifikasi

kelompok yang berhubungan dengan jabatan yang mempunya minat

terhadap produk dan jasa yang mereka miliki.

Page 10: PERILAKU PENGUSAHA MUSLIM TERHADAP PEMBELIAN BAHAN … · Indonesia merupakan negara dengan penduduk mayoritas beragama muslim. Dengan jumlah masyarakat yang mencapai 220 juta jiwa,

EkBis: Jurnal Ekonomi dan Bisnis, Vol. 2, No. 2. Halaman 171-185

180

c) Gaya hidup

Gaya hidup seseorang menunjukkan pola kehidupan orang yang

bersangkutan, yang tercermin dalam minat, kegiatan, dan opini yang

bersagkutan.

d) Kepribadian

Setiap orang memiliki kepribadian yang berbeda-beda, dan

kepribadian ini akan mempengaruhi perilaku pembeliannya terhadap

suatu produk. Kepribadian mengacu pada karakteristik psikologi

yang unik sehingga menimbulkan reaksi konstan terhadap

lingkungannya sendiri.

4. Faktor Psikologi

Pilihan pembelian seseorang juga dipengaruhi oleh faktor psikologi.

Faktor ini meliputi motivasi, persepsi, proses belajar, kepercayaan, dan

sikap.

a) Motivasi

Kebanyakan dari kebutuhan-kebutuhan yang ada tidak cukup kuat

untuk memotivasi seseorang dalam bertindak pada saat tertentu.

Suatu kebutuhan akan berubah menjadi motif apabila kebutuhan itu

telah mencapai tingkat tertentu. Motivasi adalah suatu konsep yang

digunakan ketika dalam diri kita muncul keinginan dan

menggerakkan tingkah laku. Semakin tinggi motivasi seseorang maka

semakin tinggi pula intensitas perilakunya.

b) Persepsi

Persepsi adalah proses dimana individu memilih, merumuskan, dan

menafsirkan informasi yang masuk untuk menciptakan gambaran

yang berarti mengenai suatu objek. Orang dapat memiliki persepsi

yang berbeda-beda dari objek yang sama karena adanya tiga proses

persepsi, meliputi perhatian yang selektif, gangguan yang selektif, dan

mengingat kembali yang selektif.

c) Proses belajar

Pembelajaran menggambarkan perubahan dalam tingkah laku

individual yang muncul dari pengalaman hidup. Proses belajar

menjelaskan perubahan dalam perilaku seseorang yang timbul dari

pengalaman dan kebanyakan perilaku manusia adalah hasil proses

belajar.

d) Kepercayaan dan sikap

Melalui tindakan dan proses belajar, orang akan mendapatkan

kepercayaan dan sikap yang kemudian mempengaruhi perilaku

Page 11: PERILAKU PENGUSAHA MUSLIM TERHADAP PEMBELIAN BAHAN … · Indonesia merupakan negara dengan penduduk mayoritas beragama muslim. Dengan jumlah masyarakat yang mencapai 220 juta jiwa,

Evyanti Safitri & Siti Achiria: Perilaku Pengusaha Muslim Terhadap Pembelian Bahan-Bahan Berlabel Halal (Studi Pada Pengusaha Minuman di Yogyakarta)

181

pembeli. Kepercayaan adalah suatu pemikiran deskriptif yang

dimiliki seseorang tentang sesuatu. Sedangkan sikap adalah

organisasi dari motivasi, perasaan emosional, persepsi dan proses

kognitif kepada suatu aspek. Kepercayaan dapat berupa pengetahuan,

pendapat atau sekedar percaya. Kepercayaan inilah yang akan

membentuk citra produk dan merk. Sedangkan sikap menentukan

orang untuk berperilaku serta relatif konsisten terhadap objek yang

sama.

Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen diantaranya

faktor kebudayaan, faktor sosial, faktor pribadi dan faktor psikologi konsumen

(Setiadi, 2010). Sedangkan menurut (Hasan, 2009), faktor-faktor yang dapat

mempengaruhi perilaku beli konsumen terhadap suatu produk, diantaranya

adalah kultural–budaya, sosial class-kelas sosial, reference group-kelompok

acuan dan keluarga.

Labelisasi Halal Produk Menurut Suryani (2008), label adalah bagian sebuah produk yang

membawa informasi verbal tentang produk atau tentang penjualnya. Sebuah

label juga merupakan bagian dari kemasan yang dicantumkan pada produk.

Niat pembelian yang dimiliki oleh konsumen juga berasal dari sikap dan

penilaian konsumen terhadap suatu produk serta faktor-faktor eksternal dari

produk tersebut. Sikap, penilaian dan faktor-faktor eksternal ini merupakan

faktor yang sangat penting untuk memprediksi perilaku konsumen.

Selanjutnya menurut Schiffman & Kanuk (2000) dalam Suryani (2008), niat

pembelian mengindikasikan bahwa konsumen akan mengikuti pengalaman

mereka, preferensi dan lingkungan eksternal dalam memperoleh informasi,

mengevaluasi alternatif-alternatif dan membuat keputusan pembelian.

Menurut Amir (2005) adalah keinginan pembelian konsumen berasal dari

sikap dan penilaian konsumen terhadap suatu produk serta faktor-faktor

eksternal dari produk tersebut.

Menurut Departemen Agama yang dimuat dalam Keputusan Menteri

Agama Republik Indonesia nomor 518 Tahun 2001 tentang Pemeriksaan dan

Penetapan Pangan Halal adalah:

“...tidak mengandung unsur atau bahan haram atau dilarang untuk dikonsumsi umat Islam, dan Pengolahannya tidak bertentangan dengan syariat Islam”.

Page 12: PERILAKU PENGUSAHA MUSLIM TERHADAP PEMBELIAN BAHAN … · Indonesia merupakan negara dengan penduduk mayoritas beragama muslim. Dengan jumlah masyarakat yang mencapai 220 juta jiwa,

EkBis: Jurnal Ekonomi dan Bisnis, Vol. 2, No. 2. Halaman 171-185

182

Proses-proses yang menyertai dalam suatu produksi makanan atau

minuman, agar termasuk dalam klasifikasi halal adalah proses yang sesuai

dengan standard halal yang telah ditentukan agama Islam. Standar halal

tersebut diantaranya:

1. Tidak mengandung babi atau produk-produk yang berasal dari babi serta

tidak menggunakan alkohol sebagai bahan baku yang sengaja

ditambahkan.

2. Daging yang digunakan berasal dari hewan halal yang disembelih

menurut tata cara syariat Islam.

3. Semua bentuk minuman yang tidak beralkohol.

4. Semua tempat penyimpanan, tempat penjualan, pengolahan, tempat

pengelolaan dan tempat transportasi tidak digunakan untuk babi atau

barang tidak halal lainnya,tempat tersebut harus terlebih dahulu

dibersihkan dengan tata cara yang diatur menurut Syariat Islam.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif deskriptif. Dengan

sumber data primer dan sekunder, data primer didapatkan penulis dari

wawancara langsung pada objek penelitian yaitu pengusaha minuman

muslim di Yogyakarta, data sekunder berupa data-data penulis dapatkan

melalui literatur pustaka. Penulis melakukan 3 tahapan pada teknik

pengumpulan data, yaitu observasi, wawancara langsung, dan dokumentasi.

Setelah penulis mendapatkan data dari objek, penulis melakukan tahap

analisis data, yang dimulai dengan reduksi data, kemudian penyajian data,

dan penarikan kesimpulan.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Peneliti mendapatkan tiga narasumber pengusaha minuman sebagai

berikut:

No Nama Usaha Memperhatikan Labelisasi

halal pada Produk

1. Susu Sarjana Iya

2. Capcuzz Iya

3. Mao Mao Thai tea Iya

Pertama pada usaha susu sarjana, narasumber mengatakan bahwa

walaupun mereka membeli produk yang sama berkali-kali, namun saat

membeli kembali tetap memperhatikan keberadaan label halal pada produk

yang akan dibeli. Mereka merasa bahwa itu merupakan tanggungjawab

Page 13: PERILAKU PENGUSAHA MUSLIM TERHADAP PEMBELIAN BAHAN … · Indonesia merupakan negara dengan penduduk mayoritas beragama muslim. Dengan jumlah masyarakat yang mencapai 220 juta jiwa,

Evyanti Safitri & Siti Achiria: Perilaku Pengusaha Muslim Terhadap Pembelian Bahan-Bahan Berlabel Halal (Studi Pada Pengusaha Minuman di Yogyakarta)

183

mereka kepada konsumen yang akan membeli produk mereka yang

kebanyakan mayoritas muslim, yaitu mahasiswa/i kampus Universitas Islam.

Saat melakukan pembelian produk untuk bahan-bahan jualan, faktor

dominan yag mempengaruhi mereka membeli yatu tren dan iklan. Karena

bisnis susu sarjana merupakan minuman kekinian, tentu rasa yang ditawarkan

harus mengikuti tren masa kini, agar konsumen yang merupakan kebanyakan

mahasiswa/i tertarik. Seperti rasa susu oreo, durian dan vanilla, susu biasanya

hanya ditawarkan pada rasa yang umum seperti coklat, strawberry, mocca,

serta original, namun mereka menciptakan menu baru yang menyebakan

konsumen tertarik untuk mencobanya.

Walaupun mereka membeli produk untuk diproses menjadi produk

bisnis mereka, namun kepuasan dalam membeli suatu produk sama dengan

saat mereka membeli produk untuk penggunaan pribadi. Saat setelah mereka

membeli suatu produk, ada rasa puas tersendiri setelah menggunakan untuk

bahan tambahan dalam produksi produk bisnis mereka.

Kedua yaitu pada usaha capcuzz, pemilik capcuzz sebagai narasumber

mengatakan dalam pembelian awal bahan-bahan untuk produk bisnis mereka

terdapat satu bahan yang belum berlabel halal, seperti cincau. Namun pada

bahan lain tentu telah dipastikan kehalalannya (berlabel halal). Namun hal

tersebut hanya di awal bisnisnya saja, karena pihak capcuzz melakukan

investigasi lebih lanjut kepada distributor cincau mengenai kehalalan produk

tersebut, hingga mendapatkan bukti mengenai sertifikasi halal dari produk

tersebut. Pemilik capcuzz mengatakan bahwa kasus cincau ini sama halnya

dengan saat kita membeli sayuran di pasar tradisional, kita tidak mungkin

menemukan adanya label halal pada produk-produk tersebut. Namun

kebanyakan kita menyatakan bahwa sayur tersebut halal karena langsung dari

alam tanpa proses produksi.

Dalam bisnis capcuzz ini pemilik mengatakan bahwa faktor-faktor

yang mempengaruhi pemilik dalam melakukan pembelian terhadap suatu

produk yaitu peluang. Pemilik sering melakukan observasi terhadap produk-

produk yang ada dipasaran untuk melihat peluang bisnis baru yang potensial

dan berlaku untuk jangka panjang. Seperti thai tea, saat ini thai tea sangat

terkenal dimana-mana, saat ini capcuzz tidak hanya memiliki menu coffe

dengan berbagai rasa, banyak pengusaha yang membuka usaha baru dengan

menu thai tea dengan merk yang berbeda-beda. hal tersebut juga mendorong

pemilik capcuzz untuk membuat inovasi menu baru dari thai tea yaitu thaifee,

yang merupakan thai tea versi capcuzz sendiri.

Page 14: PERILAKU PENGUSAHA MUSLIM TERHADAP PEMBELIAN BAHAN … · Indonesia merupakan negara dengan penduduk mayoritas beragama muslim. Dengan jumlah masyarakat yang mencapai 220 juta jiwa,

EkBis: Jurnal Ekonomi dan Bisnis, Vol. 2, No. 2. Halaman 171-185

184

Berbeda dengan susu sarjana yang lebih dipengaruhi oleh tren dalam

pembelian produk, namun pemilik capcuzz mengatakan bahwa tren memang

berpengaruh namun tidak banyak, pemilik harus melakuka riset terlebih

dahulu mengenai tren ini apakah dapat berjangka panjang atau tidak, seperti

es kepal milo yang hanya bertahan beberapa bulan saja. Pemilik mengatakan

bahwa es kepal milo memiliki peluang namun tidak potensial.

Setelah pemilik capcuzz melihat peluang dan produk tersebut

potensial, langkah selanjutnya yaitu pencarian bahan-bahan yang sesuai dan

juga berlabel halal tentunya. Pemilik juga mengatakan bahwa kepuasan yang

didapatkan setelah membeli produk-produk untuk bisnisnya akan dirasakan

setelah pemilik mendapatkan feedback.

Ketiga pada Mao Mao thai tea, mao-mao merupakan bisnis yang

memiliki menu berupa thai tea dengan berbagai varian rasa. Narasumber

mengatakan bahwa dalam pembelian bahan-bahan untuk bisnis telah

didapatkan dari pemilik. Dikarenakan mao-mao merupakan bisnis franchise,

maka pemilik cabang dapat membeli bahan dari pemilik utama. Dari beberapa

bahan yang dibeli, terdapat beberapa bahan yang belum berlabel halal seperti

bubuk thai tea yang telah dikemas kembali oleh pemilik dengan merk mao-

mao. Namun, bubuk tersebut telah dicek kehalalannya.

Sebagai salah satu usaha minuman yang lagi banyak diminati

masyarakat mao-mao tentu harus memperhatikan bagaimana produknya

memiliki jaminan kualitas dan berlabel halal agar dapat bersaing dengan

usaha sejenis lainnya. faktor utama pendorong mao-mao dalam membeli suatu

produk untuk bisnisnya yaitu jumlah pembeli. Jika konsumen mao-mao

bertambah maka akan mendorong mao-mao untuk membeli lebih banyak

bahan dan produk baru untuk inovasi.

Dari ketiga usaha, perilaku pengusaha dapat terlihat dengan jelas yaitu

melihat peluang yang potensial, tren, dan iklan yang sedang diminati, serta

banyaknya jumlah konsumen. Tiga faktor tersebut merupakan faktor-faktor

utama yang mempengaruhi dalam pembelian bahan-bahan dan tentunya

faktor kehalalan menjadi faktor yang lebih diperhatikan.

KESIMPULAN

Dari hasil di atas dapat ketahui bahwa label halal pada sebuah produk

tentu mempengaruhi seseorang dalam melakukan pembelian suatu produk.

Para pengusaha berusaha untuk memberikan jaminan kualitas dengan bahan-

bahan yang telah diseleksi dan halal bagi kaum muslimin sebagai konsumen.

Bagi para pengusaha terdapat faktor-faktor yang memepngaruhi dalam

Page 15: PERILAKU PENGUSAHA MUSLIM TERHADAP PEMBELIAN BAHAN … · Indonesia merupakan negara dengan penduduk mayoritas beragama muslim. Dengan jumlah masyarakat yang mencapai 220 juta jiwa,

Evyanti Safitri & Siti Achiria: Perilaku Pengusaha Muslim Terhadap Pembelian Bahan-Bahan Berlabel Halal (Studi Pada Pengusaha Minuman di Yogyakarta)

185

pembelian suatu produk dalam bisnisnya, faktor utama yaitu tren, peluang

potensial, dan feedback (dilihat dari banyaknya jumlah pembeli). Selaku

pengusaha muslim ketiga usaha tersebut mencoba untuk memberikan para

konsumennya bukan hanya produk dengan harga yang bisa dijangkau namun

juga kualitas kehalalan yang menjadi faktor pendorong penting seorang

konsumen muslim dalam membeli suatu produk.

DAFTAR PUSTAKA

Amir, M. T. (2005). Dinamika Pemasaran: Jelajahi & Rasakan. Jakarta: Rajawali

Pers.

Bahri S., A. (2014). Etika Konsumsi dalam Perspektif Ekonomi Islam. Hunafa:

Jurnal Studia Islamika, Vol. 11, No. 2, hal. 347-370.

Chamid, N. (2010). Jejak Langkah Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam. Yogyakarta:

Pustaka Pelajar.

Hakim, L. (2012). Prinsip-prinsip Ekonomi Islam. Jakarta: Erlangga.

Hasan, A. (2009). Marketing. Yogyakarta: Media Pressindo.

James, M. (2001). Pembangunan Ekonomi di Dunia Ketiga. Jakarta: Ghalia.

Karim, A. (2012). Ekonomi Mikro Islami. Jakarta: Rajawali Press.

Kotler, P. (2001). Manajemen Pemasaran: Analisis, Perencanaan, Implementasi dan

Kontrol. Jakarta: PT. Prehallindo.

Mannan, M. A. (1997). Teori dan Praktek Ekonomi Islam. Yogyakarta: Dana

Bakti Prima Yasa.

Misanam, M. (2004). Teori Pilihan Konsumen Dalam Perspektif Islam. Simposium

Nasional Sistem Ekonomi Islami II, diselenggarakan oleh PPBEI-FEUB,

Malang 28-29 Mei 2004.

Muflih, M. (2006). Perilaku Konsumen dalam Perspektif Ilmu Ekonomi Islam.

Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Nor, K. A., & Md, N. O. (2007). Halal Certification. Sertifikasi Halal, 2(3).

Qardhawi, Y. (1999). Norma dan Etika Ekonomi Islam. Diterjemahkan oleh

Zainal Arifin dan Dahlia Husain.

Setiadi, N. (2010). Perilaku Konsumen. Jakarta: Kencana.

Suryani, T. (2008). Perilaku Konsumen Implikasi pada Strategi Pemasaran.

Yogyakarta: Graha Ilmu.

Todaro, M. P. (2002). Ekonomi dalam Pandangan Modern. Edisi Terjemahan.

Jakarta: Bina Aksara.

Zainal, V. R. (2017). Islamic Marketing Management. Jakarta: Bumi Aksara.