Perilaku Organisasi

132
 HUBUNGAN STRES KERJA DENGAN KEPUASAN KERJA KARYAWAN BAGIAN CUSTOMER CARE PADA PT TELEKOMUNIKASI INDONESIA Tbk BEKASI Oleh HENNY H24103029 DEPARTEMEN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2007

description

hubungan antara stress kerja dan kepuasan kerja

Transcript of Perilaku Organisasi

  • HUBUNGAN STRES KERJA DENGAN KEPUASAN KERJA

    KARYAWAN BAGIAN CUSTOMER CARE PADA

    PT TELEKOMUNIKASI INDONESIA Tbk BEKASI

    Oleh

    HENNY

    H24103029

    DEPARTEMEN MANAJEMEN

    FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

    INSTITUT PERTANIAN BOGOR

    2007

  • ABSTRAK

    Henny H24103029. Hubungan Stres Kerja dengan Kepuasan Kerja Karyawan Bagian Customer Care Pada PT Telekomunikasi Indonesia Tbk Bekasi. Di bawah bimbingan Anggraini Sukmawati dan I Made Sumertajaya.

    Sumberdaya manusia sebagai agen of change berperan penting dalam pencapaian tujuan perusahaan. Namun hal ini dapat menimbulkan suatu fenomena negatif terhadap kondisi fisik maupun mental karyawan yang akan menimbulkan perasaan emosional terhadap pekerjaan pada lingkungan kerjanya. Hal ini dapat terjadi pada PT TELKOM Tbk Bekasi sebagai perusahaan telekomunikasi yang terus mengembangkan strategi bisnis yang berbasis pelanggan (Customer Centric). Oleh karena itu manajemen perusahaan berusaha untuk mengantisipasi segala kemungkinan yang terjadi seperti timbulnya stres kerja dan kepuasan kerja karyawan. Kondisi ini mengidentifikasikan bahwa penting dilakukan penelitian terhadap hubungan stres kerja dan kepuasan kerja dengan tujuan (1) mengidentifikasi kondisi stres kerja karyawan, (2) mengidentifikasi kondisi kepuasan kerja karyawan, (3) menganalisis hubungan antara stres kerja dengan karakteristik karyawan (4) menganalisis hubungan antara kepuasan kerja dengan karakteristik karyawan, (5) menganalisis hubungan antara stres kerja dengan kepuasan kerja karyawan. Penelitian dilakukan pada PT TELKOM Tbk Bekasi dari Februari sampai April 2007, pemilihan lokasi secara sengaja (purposive). Penelitian bersifat penjelasan (explanatory research) menggunakan data primer dari hasil wawancara dan kuesioner yang disebarkan kepada karyawan bagian Customer Care, berjumlah 74 orang. Responden diambil menggunakan sensus (Complete Enumeration) pada karyawan bagian Customer Care. Data sekunder dari studi kepustakaan dan data internal perusahaan. Metode pengolahan dan analisis data menggunakan Rank Spearman dan Chi-Square dengan program SPSS 12.0 for Windows dan bantuan Microsoft Excel 2003.

    Hasil penelitian dari sumber stres kerja diperoleh kondisi stres kerja karyawan rendah, dari faktor-faktor yang mempengaruhi kepuasan kerja diperoleh kondisi kepuasan kerja karyawan tinggi. Kemudian diperoleh hasil bahwa stres kerja tidak memiliki hubungan dengan karakteristik karyawan serta kepuasan kerja dengan karakteristik karyawan memiliki hubungan pada usia, lama kerja, tingkat pendidikan dan gaji. Selain itu diperoleh hubungan antara stres kerja dengan kepuasan kerja yang negatif signifikan, dengan nilai korelasi rendah yang berarti apabila stres kerja karyawan menurun, maka akan diikuti dengan kepuasan kerja karyawan yang meningkat. Melihat stres kerja karyawan yang rendah, sebaiknya pihak manajemen dapat melakukan variasi pekerjaan karyawan dengan cara job enlargement atau job enrichment agar produktivitas kerja karyawan meningkat dan pada akhirnya akan berdampak positif pada peningkatan keuntungan perusahaan. Dengan kepuasan kerja karyawan yang tinggi pihak manajemen perusahaan harus terus mengembangkan keterampilan dan kemampuan karyawan agar kualitas kerja dan loyalitas kerja karyawan meningkat yang pada akhirnya dapat mempertahankan kepuasan kerja karyawan untuk jangka panjang.

    Kata Kunci: Stres kerja, kepuasan kerja, ketidakpuasan kerja, karakteristik

    karyawan, Rank Spearman dan Chi-Square.

  • RIWAYAT HIDUP

    Penulis dilahirkan di Kota Kebumen pada tanggal 1 September 1985.

    Penulis merupakan anak pertama dari tiga bersaudara pasangan Johnny dan Inah.

    Pada tahun 1991, penulis menyelesaikan pendidikan di TK Lestari Bekasi,

    lalu melanjutkan ke Sekolah Dasar Negeri Poncol Indah Bekasi. Pada tahun 1997,

    penulis melanjutkan pendidikan di Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama Negeri 1

    Bekasi. Kemudian pada tahun 2000 melanjutkan pendidikan ke Sekolah

    Menengah Umum Negeri 6 Bekasi dan masuk dalam program Ilmu Pengetahuan

    Alam (IPA). Pada tahun 2003, penulis diterima di Institut Pertanian Bogor (IPB)

    melalui jalur Ujian Seleksi Masuk Institut Pertanian Bogor (USMI) di

    Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian

    Bogor.

    Selama mengikuti perkuliahan penulis aktif di berbagai kegiatan dan

    seminar yang diadakan baik di dalam kampus maupun di luar kampus. Penulis

    juga mendapatkan beasiswa dari Bantuan Belajar Mahasiswa.

  • KATA PENGANTAR

    Segala puji dan syukur dipanjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat

    rahmat dan hidayah-Nya, penulis dapat menyelesaikan Skripsi berjudul

    Hubungan Stres Kerja dengan Kepuasan Kerja Karyawan Bagian Customer Care

    Pada PT TELEKOMUNIKASI INDONESIA Tbk Bekasi. Skripsi ini disusun

    sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen

    Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.

    Berkembangnya dunia Telekomunikasi sekarang ini menjadikan tantangan

    bagi sumberdaya manusia dalam menghadapi persaingan bisnis yang semakin

    kompetitif. Peningkatan daya saing dan perubahan yang dilakukan perusahaan

    dengan melakukan transformasi, restrukturisasi, terhadap organisasi melahirkan

    suatu komitmen baru bagi karyawan yaitu memberikan pelayanan berbasis

    pelanggan. Hal ini menjadikan suatu wacana terhadap kemampuan sumberdaya

    manusia yang berada dalam lingkungan organisasi PT TELKOM Tbk Bekasi,

    karyawan dituntut untuk dapat memenuhi tujuan yang ingin dicapai perusahaan.

    Oleh karena itu manajemen perusahaan harus berupaya mengantisipasi masalah

    sumberdaya manusia yang timbul seperti masalah stres karyawan dan kepuasan

    kerja karyawan dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawab mereka terhadap

    komitmen organisasi.

    Penyusunan skripsi ini dapat terselesaikan atas bantuan dan dukungan dari

    berbagai pihak baik secara moril maupun materil. Oleh karena itu, penulis ingin

    mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang sebesar-besarnya kepada:

    1. Ir. Anggraini Sukmawati, MM dan Dr.Ir. I Made Sumertajaya, M.Si selaku

    dosen pembimbing skripsi yang telah memberikan bimbingan, pengarahan,

    saran, masukan dan motivasi yang bermanfaat selama penyelesaian skripsi ini.

    2. Bapak Dr. Ir. Jono Mintarto Munandar, M.Sc selaku Ketua Departemen

    Manajemen.

    3. Dra. Hj. Siti Rahmawati, M.Pd atas kesediaannya untuk menjadi dosen

    penguji.

    4. Seluruh dosen dan staf FEM-IPB, khususnya Departemen Manajemen yang

    telah membantu penulis selama studi di FEM-IPB.

  • v

    5. Para dosen dan staf Departemen Statistika-IPB atas segala bantuan yang telah

    diberikan dalam penyelesaian skripsi ini.

    6. Keluarga tercinta: Mama, Papa, Ratna dan Kristin yang selalu memberi kasih

    sayang, semangat, saran, pengorbanan, doa dan cinta yang sempurna sehingga

    penulis mampu menyelesaikan skripsi ini.

    7. Bapak Prio, bapak Sugiman, bapak Mahfudin, bapak Bambang, bapak Irham,

    ibu Sumiati, ibu Henny serta seluruh karyawan Customer Care PT TELKOM

    Tbk Bekasi yang telah memberikan bantuan, semangat dan dukungan dalam

    penyusunan skripsi ini.

    8. Yudhistira Normandia, A.Md yang tiada henti memberikan bantuan, semangat

    dan kasih sayang. You are the best motivator

    9. Sahabat-sahabat: Yusi, Anita, Diah, Trisna, Aisyah, Irma yang banyak

    memberikan bantuan, semangat, motivasi, saran dan doa.

    10. Teman-teman kos Pondok Irafan: Pipit, Nisa, Saras, Yanti, Dian dan Lia yang

    telah memberikan doa dan semangat selama tinggal bersama.

    11. Teman-teman satu bimbingan: Yuliawati, Puji, Andin, Astrid yang telah

    bekerjasama dengan baik dan saling membantu. Kuncinya adalah kesabaran

    12. Seluruh rekan-rekan FEM-IPB yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

    13. Semua pihak yang telah membantu penyelesaian skripsi ini.

    Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih terdapat kekurangan. Oleh

    karena itu, kritik dan saran yang membangun diperlukan demi penyempurnaan.

    Akhir kata, semoga apa yang telah penulis kerjakan dapat bermanfaat bagi penulis

    serta pihak lain.

    Bogor, Mei 2007

    Penulis

  • INSTITUT PERTANIAN BOGOR

    FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

    DEPARTEMEN MANAJEMEN

    HUBUNGAN STRES KERJA DENGAN KEPUASAN KERJA

    KARYAWAN BAGIAN CUSTOMER CARE PADA

    PT TELEKOMUNIKASI INDONESIA Tbk BEKASI

    SKRIPSI

    Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

    SARJANA EKONOMI

    pada Departemen Manajemen

    Fakultas Ekonomi dan Manajemen

    Institut Pertanian Bogor

    Oleh

    HENNY

    H24103029

    Menyetujui, Mei 2007

    Ir. Anggraini Sukmawati, MM Dr.Ir. I Made Sumertajaya, M.Si Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing I I

    Mengetahui,

    Dr. Ir. Jono Mintarto Munandar, M.Sc Ketua Departemen

    Tanggal Ujian : 22 Mei 2007 Tanggal Lulus :

  • HUBUNGAN STRES KERJA DENGAN KEPUASAN KERJA

    KARYAWAN BAGIAN CUSTOMER CARE PADA

    PT TELEKOMUNIKASI INDONESIA Tbk BEKASI

    SKRIPSI

    Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

    SARJANA EKONOMI

    pada Departemen Manajemen

    Fakultas Ekonomi dan Manajemen

    Institut Pertanian Bogor

    Oleh

    HENNY

    H24103029

    DEPARTEMEN MANAJEMEN

    FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

    INSTITUT PERTANIAN BOGOR

    2007

  • DAFTAR ISI

    ABSTRAK

    RIWAYAT HIDUP ...............................................................................

    KATA PENGANTAR ...........................................................................

    DAFTAR ISI ..........................................................................................

    DAFTAR TABEL .................................................................................

    DAFTAR GAMBAR .............................................................................

    DAFTAR LAMPIRAN .........................................................................

    I. PENDAHULUAN ........................................................................... 1.1. Latar Belakang ........................................................................... 1.2. Perumusan Masalah ................................................................... 1.3. Tujuan Penelitian ....................................................................... 1.4. Manfaat Penelitian ..................................................................... 1.5. Ruang Lingkup Penelitian ..........................................................

    II. TINJAUAN PUSTAKA .................................................................. 2.1. Manajemen Sumber Daya Manusia ........................................... 2.2. Stres Kerja ..................................................................................

    2.2.1. Pengertian Stres Kerja ..................................................... 2.2.2. Gejala-gejala Stres Kerja ................................................ 2.2.3. Sumber Penyebab Stres Kerja ......................................... 2.2.4. Dampak Stres Kerja ........................................................ 2.2.5. Tindakan-tindakan untuk Mengurangi Stres ...................

    2.3. Kepuasan Kerja .......................................................................... 2.3.1. Pengertian Kepuasan Kerja ............................................. 2.3.2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kepuasan Kerja ....... 2.3.3. Teori Kepuasan Kerja...................................................... 2.3.4. Pengukuran Kepuasan Kerja ........................................... 2.3.5. Tindakan-tindakan Mencegah Ketidakpuasan Kerja ......

    2.4. Hubungan Stres Kerja dan Kepuasan Kerja ............................... 2.5. Hasil Penelitian Terdahulu .........................................................

    III. METODOLOGI PENELITIAN .................................................. 3.1. Kerangka Pemikiran ................................................................... 3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ..................................................... 3.3. Metode Penelitian ......................................................................

    3.3.1. Teknik Pengambilan Contoh ........................................... 3.3.2. Pengumpulan Data ..........................................................

    3.4. Pengolahan dan Analisis Data .................................................... 3.4.1. Uji Validitas .................................................................... 3.4.2. Uji Reliabilitas ................................................................ 3.4.3. Rata-rata Tertimbang .....................................................

    Halaman

    iii

    iv

    vi

    viii

    ix

    x

    114455

    6677

    101014151818202223242525

    27273030313233333435

  • vii

    3.4.4. Korelasi Rank Spearman ................................................. 3.4.5. Asosiasi Chi-Square ........................................................

    IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ....................................................... 4.1. Gambaran Umum Perusahaan ....................................................

    4.1.1. Sejarah PT TELKOM ..................................................... 4.1.2. Lokasi PT TELKOM Kandatel Bekasi ........................... 4.1.3. Visi, misi, budaya, logo dan maskot PT TELKOM ........ 4.1.4. Struktur Organisasi dan Uraian Jabatan Customer Care 4.1.5. Produk atau Jasa Utama PT TELKOM ...........................

    4.2. Uji Validitas dan Reliabilitas ..................................................... 4.2.1. Hasil Uji Validitas ........................................................... 4.2.2. Hasil Uji Reliabilitas ....................................................... 4.2.3. Keberhasilan Sensus........................................................

    4.3. Karakteristik Responden ............................................................ 4.4. Kondisi Stres Kerja dan Kepuasan Kerja Karyawan .................

    4.4.1. Sumber Stres Kerja Karyawan ........................................ 4.4.2. Faktor-faktor Kepuasan Kerja Karyawan .......................

    4.5. Analisis Karakteristik Karyawan Berdasarkan Stres Kerja dan Kepuasan Kerja .........................................................................

    4.6. Analisis Hubungan ..................................................................... 4.6.1. Stres Kerja Karyawan dengan Karakteristik Karyawan .. 4.6.2. Kepuasan Kerja Karyawan dengan Karakteristik

    Karyawan ........................................................................ 4.6.3. Hubungan Stres Kerja dengan Kepuasan Kerja

    Karyawan ........................................................................ 4.7. Implikasi Manajerial ..................................................................

    KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................. 1. Kesimpulan ................................................................................... 2. Saran ..............................................................................................

    DAFTAR PUSTAKA ............................................................................

    LAMPIRAN ...........................................................................................

    3639

    414141424244485353545454585868

    747878

    79

    8186

    878788

    89

    92

  • DAFTAR TABEL

    No. Halaman

    1. Penanggulangan Stres Secara Individual dan Organisasi ........................... 2. Populasi karyawan pada bagian Customer Care ......................................... 3. Rentang keeratan hubungan nilai r .............................................................. 4. Rata-rata tertimbang penilaian karyawan terhadap stres kerja ................... 5. Rata-rata tertimbang penilaian karyawan terhadap kepuasan kerja ............ 6. Tingkat stres dan kepuasan kerja berdasarkan karakteristik karyawan ...... 7. Hasil uji chi-square karakteristik karyawan dengan stres kerja .................. 8. Hasil uji chi-square karakteristik karyawan dengan kepuasan kerja .......... 9. Hasil uji rank spearman sumber stres kerja dengan faktor-faktor

    kepuasan kerja karyawan ............................................................................ 10. Hasil uji rank spearman stres kerja dengan kepuasan kerja karyawan .......

    1631385969757980

    8184

  • DAFTAR GAMBAR

    No. Halaman

    1. Komponen-komponen Stres .......................................................................... 2. Model Stres ................................................................................................... 3. Penyebab, tipe, dan akibat dari stres ............................................................. 4. Kerangka Pemikiran ...................................................................................... 5. Tahapan Penelitian ........................................................................................ 6. Karakteristik Responden ............................................................................... 7. Grafik Pemetaan Tingkat Stres dan Kepuasan Kerja Karyawan ..................

    99

    1129305577

  • DAFTAR LAMPIRAN

    No. Halaman

    1. Lembar kuesioner ........................................................................................ 2. Logo, lambang dan maskot TELKOM ....................................................... 3. Struktur organisasi Kandatel Bekasi ........................................................... 4. Uji validitas dan reliabilitas kuesioner ........................................................ 5. Crosstabs ..................................................................................................... 6. Uji asosiasi chi square ................................................................................ 7. Uji korelasi rank spearman .........................................................................

    92959697

    100102109

  • I. PENDAHULUAN

    1.1. Latar Belakang

    Berkembangnya dunia global sekarang ini menyebabkan ruang

    lingkup bisnis telekomunikasi mengalami perubahan yang sangat cepat,

    tidak menentu dan banyaknya gangguan baik dari sisi teknologi, regulasi,

    pasar maupun persaingan. Dari sisi teknologi, munculnya fenomena

    konvergensi digital (digital convergence) yang ditandai oleh bersatunya

    teknologi pengolahan data (computing), teknologi content dan multimedia

    digital, serta teknologi telekomunikasi yang membuat batasan industri di

    ketiga sektor itu menjadi tidak jelas. Dari sisi peraturan terlihat munculnya

    tiga perubahan yang tak kalah penting. Pertama, adalah adanya privatisasi

    operator pemegang di berbagai negara. Kedua, pembukaan pasar dan

    perubahan paradigma pengelolaan otoritas telekomunikasi dari pendekatan

    monopoli (monopolistic approach) menuju ke pendekatan yang berbasis

    pasar (market-base approach). Ketiga, pembentukan badan regulasi

    independen yang menjamin agar industri ini selalu di dalam jalur kompetisi

    yang sehat dan terbuka. Dari sisi lingkungan persaingan telah terjadi

    kompetisi yang berlebihan akibat pembukaan pasar di industri ini yang

    ditandai dengan munculnya operator baru dalam jumlah besar dengan

    strategi yang semakin inovatif.

    Disamping itu, tren konvergensi digital juga telah memunculkan

    saingan tersembunyi yang sering kali sulit teridentifikasi oleh operator

    pemegang yang ada. Hal ini menjadi ancaman bagi operator pemegang

    karena layanan mereka seringkali menjadi subtitusi (killer app) yang

    berdampak mengganggu industri telekomunikasi secara keseluruhan.

    Sementara dari sisi pasar, pembongkaran monopoli dan pembukaan pasar

    juga telah memicu kecenderungan semakin meningkatnya posisi tawar

    pelanggan di depan operator. Dengan kecenderungan ini operator harus

    semakin fokus kepada pelanggan dan harus memberikan solusi terhadap

    setiap persoalan yang terjadi.

  • 2

    PT TELKOM merupakan salah satu perusahaan yang bergerak dalam

    bidang jasa komunikasi dan informasi. Sejak Oktober 2005, PT TELKOM

    mengalami perubahan organisasi agar mampu bersaing dalam

    mengembangkan teknologi komunikasi menjadi a leading infocom player

    in the region yaitu menjadi pemimpin teknologi informasi di wilayah

    regional dengan menggunakan pendekatan strategi berbasis pelanggan

    (Customer Centric). Oleh karena itu, sumberdaya manusia sebagai agen of

    change berperan penting dalam perubahan organisasi menghadapi

    persaingan bisnis yang semakin ketat, perusahaan dituntut untuk mampu

    berkomitmen, mengembangkan potensi usaha sepenuhnya dan menciptakan

    lingkungan dengan mengoptimalisasikan karyawannya agar unggul,

    kompetitif serta mampu membangun sinergi yang menguntungkan.

    Mengamati perkembangan dunia saat ini, dengan segala tuntutan

    kehidupan yang harus dipenuhi, memiliki suatu pekerjaan merupakan suatu

    keharusan. Pada kenyataannya banyak karyawan yang sering mengalami

    beberapa kondisi yang tidak sesuai dengan apa yang diharapkan dalam

    ruang lingkup pekerjaannya. Hal ini dapat disebabkan karena adanya

    keterbatasan lapangan pekerjaan dan juga dapat terjadi karena adanya

    serangkaian tuntutan yang berkaitan dengan pekerjaan seperti beban kerja

    yang berlebihan, keterbatasan waktu, adanya konflik peran, hubungan yang

    kurang harmonis dengan rekan kerja, perubahan gaya manajerial yang

    kurang sesuai dan hal lain yang dapat membuat seseorang merasa tertekan

    sehingga secara potensial dapat memicu timbulnya stres kerja pada

    karyawan.

    Stres kerja merupakan suatu kondisi dimana seorang karyawan

    dihadapkan dengan tuntutan, hambatan, peluang dan tantangan yang

    berbeda atau tidak sesuai dengan kondisi yang diharapkan hingga dapat

    mempengaruhi kondisi fisik dan mentalnya, serta dapat berakibat baik

    maupun kurang baik bagi dirinya maupun lingkungan organisasinya. Stres

    kerja dapat ditandai dengan adanya penyimpangan perilaku di dalam

    organisasi. Oleh karena itu, keberadaan stres kerja harus disadari oleh

  • 3

    karyawan dan perusahaan agar dapat diketahui apa yang membuat karyawan

    merasa stres dalam lingkungan pekerjaannya.

    Tingkat stres yang dirasakan oleh karyawan tergantung dari pribadi

    yang bersangkutan, ada yang sudah merasa stres dalam menghadapi satu

    masalah dan ada yang dapat mengatasinya dengan baik. Stres dapat

    menyebabkan dampak yang bertolak belakang, apabila stres yang dihadapi

    oleh karyawan masih dalam tingkat kewajaran, maka stres dapat menjadi

    suatu pendorong bagi karyawan dalam melakukan pekerjaannya. Namun

    sebaliknya, apabila tingkat stres yang dialami berada pada tingkat yang

    tinggi, stres menjadi suatu masalah yang harus segera diatasi oleh karyawan

    dan perusahaan agar kepuasan kerja tidak menurun sehingga tidak

    memberikan dampak yang negatif bagi perusahaan.

    Kepuasan kerja merupakan kondisi emosional seorang karyawan baik

    yang menyenangkan maupun tidak menyenangkan yang berpengaruh positif

    atau negatif terhadap pekerjaannya. Kepuasan dalam bekerja dapat

    ditemukan apabila ada keseimbangan antara apa yang diharapkan karyawan

    dan apa yang diterimanya dalam bekerja. Dari pengalaman dan hasil survei,

    ternyata karyawan yang menyenangi pekerjaannya lebih produktif dari pada

    mereka yang kurang menyenangi pekerjaannya.

    Kondisi perusahaan melalui pengamatan langsung diperoleh bahwa

    karyawan mengalami banyak adaptasi terhadap perubahan organisasi secara

    menyeluruh. Karyawan dituntut untuk mampu bersaing di dalam lingkungan

    organisasi dan mampu mewujudkan tujuan yang ingin dicapai perusahaan.

    Tekanan pada kondisi kerja dapat menimbulkan stres kerja dan penurunan

    kepuasan kerja karyawan yang berdampak pada menurunnya produktivitas

    kerja karyawan dan dapat menurunkan keuntungan perusahaan.

    Selanjutnya, dengan adanya perubahan organisasi didasarkan atas

    perbaikan terus-menerus dikhawatirkan menimbulkan stres di kalangan

    karyawan yang pada akhirnya akan menimbulkan banyak keluhan-keluhan

    terhadap kepuasan kerja karyawan. Khususnya bagi karyawan yang

    merupakan unit kerja baru yang terbentuk karena adanya perubahan

    organisasi perusahaan. Bagian Customer Care merupakan unit kerja yang

  • 4

    terbentuk dari komposisi karyawan yang ada sebelumnya dan memiliki

    peran penting dalam perusahaan. Dengan demikian, perlu dilakukan

    penelitian sejauh mana tingkat stres yang terjadi pada karyawan bagian

    Customer Care akibat perubahan lingkungan kerja yang terjadi dan sejauh

    mana tingkat kepuasan karyawan bagian Customer Care dengan adanya

    perubahan-perubahan dalam perusahaan.

    1.2. Perumusan Masalah

    Adapun perumusan masalah berdasarkan uraian di atas adalah sebagai

    berikut:

    1. Bagaimana kondisi stres kerja karyawan bagian Customer Care PT

    TELKOM Tbk Bekasi ?

    2. Bagaimana kondisi kepuasan kerja karyawan bagian Customer Care PT

    TELKOM Tbk Bekasi ?

    3. Bagaimana hubungan antara stres kerja dengan karakteristik karyawan

    bagian Customer Care PT TELKOM Tbk Bekasi ?

    4. Bagaimana hubungan antara kepuasan kerja dengan karakteristik

    karyawan bagian Customer Care PT TELKOM Tbk Bekasi ?

    5. Bagaimana hubungan antara stres kerja dengan kepuasan kerja karyawan

    bagian Customer Care PT TELKOM Tbk Bekasi ?

    1.3. Tujuan Penelitian

    Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

    1. Mengidentifikasi kondisi stres kerja karyawan bagian Customer Care PT

    TELKOM Tbk Bekasi.

    2. Mengidentifikasi kondisi kepuasan kerja karyawan bagian Customer Care

    PT TELKOM Tbk Bekasi.

    3. Menganalisis hubungan antara stres kerja dengan karakteristik karyawan

    bagian Customer Care PT TELKOM Tbk Bekasi.

    4. Menganalisis hubungan antara kepuasan kerja dengan karakteristik

    karyawan bagian Customer Care PT TELKOM Tbk Bekasi.

    5. Menganalisis hubungan antara stres kerja dengan kepuasan kerja

    karyawan bagian Customer Care PT TELKOM Tbk Bekasi.

  • 5

    1.4. Manfaat Penelitian

    Dengan adanya penelitian ini diharapkan mampu memberikan

    sumbangan pemikiran bagi pihak-pihak terkait:

    1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan perusahaan sebagai alat

    untuk melihat bagaimana kondisi karyawan baik itu dari tingkat stres

    kerja dan kepuasan kerja. Dengan demikian perusahaan dapat melakukan

    usaha-usaha untuk suatu program yang dapat mencegah terjadinya stres

    dengan membuat suatu tindakan pencegahan serta dapat mengevaluasi

    sejauh mana kepuasan karyawan terhadap pekerjaan yang dilakukannya.

    2. Diharapkan hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai suatu karya ilmiah

    yang layak dipercaya dan dapat menjadi bahan acuan maupun

    pertimbangan pembaca untuk dijadikan langkah awal bagi penulisan

    karya ilmiah lainnya.

    1.5. Ruang Lingkup Penelitian

    Ruang lingkup masalah dalam penelitian ini dibatasi, agar lebih

    terarah dan mudah dipahami, mencakup masalah:

    1. Stres kerja yang dibahas adalah stres kerja karyawan bagian Customer

    Care PT TELKOM Tbk Bekasi yang meliputi sumber stres kerja yang

    berasal dari faktor organisasional (Siagian, 2004).

    2. Kepuasan kerja diukur dengan menggunakan faktor-faktor yang

    mempengaruhi kepuasan kerja karyawan bagian Customer Care PT

    TELKOM Tbk Bekasi yang berasal dari faktor pekerjaan (Mangkunegara,

    2001) meliputi pekerjaan itu sendiri, pengawasan, rekan kerja, gaji,

    promosi, lingkungan kerja, organisasi.

    3. Responden adalah seluruh karyawan bagian Customer Care PT

    TELKOM Tbk Bekasi.

    Kajian ini dilakukan dengan penyebaran kuesioner di PT TELKOM Tbk

    Bekasi.

  • II. TINJAUAN PUSTAKA

    2.1. Manajemen Sumberdaya Manusia

    Menurut Mangkunegara (2001) manajemen sumberdaya manusia

    merupakan suatu perencanaan, pengorganisasian, pengkoordinasian,

    pelaksanaan, dan pengawasan terhadap pengadaan, pengembangan,

    pemberian balas jasa, pengintegrasian, pemeliharaan dan pemisahan tenaga

    kerja dalam rangka mencapai tujuan organisasi. Manajemen sumberdaya

    manusia dapat didefinisikan pula sebagai suatu pengelolaan dan

    pendayagunaan sumberdaya yang ada pada individu (pegawai). Pengelolaan

    dan pendayagunaan tersebut dikembangkan secara maksimal di dalam dunia

    kerja untuk mencapai tujuan organisasi dan pengembangan individu

    karyawan.

    Menurut Hasibuan (2003) manajemen sumberdaya manusia adalah

    ilmu dan seni mengatur hubungan dan peranan tenaga kerja agar efektif dan

    efisien membentuk terwujudnya tujuan perusahaan, karyawan dan

    masyarakat. Flippo yang diacu Arep dan Tanjung (2003) berpendapat bahwa

    manajemen personalia adalah perencanaan, pengorganisasian, pengarahan,

    pengendalian dari pengadaan, pengembangan, kompensasi, integrasi,

    pemeliharaan dan pemberhentian sumber daya manusia pada akhirnya,

    sehingga tujuan individu, organisasi dan sosial dapat dicapai.

    Menurut Simamora (2004) manajemen sumberdaya manusia (human

    resources management) adalah pendayagunaan, pengembangan, penilaian,

    pemberian balas jasa dan pengelolaan individu anggota organisasi atau

    kelompok karyawan. Manajeman sumberdaya manusia juga menyangkut

    desain dan implementasi sistem perencanaan, penyusunan karyawan,

    pengembangan karyawan, pengelolaan karir, evaluasi kinerja, kompensasi

    karyawan dan hubungan ketenagakerjaan yang baik. Manajemen

    sumberdaya manusia melibatkan semua keputusan dan praktik manajemen

    yang mempengaruhi secara langsung sumberdaya manusianya yaitu orang-

    orang yang bekerja bagi organisasi. Manajemen sumberdaya manusia terdiri

    atas serangkaian keputusan yang terintegrasi tentang hubungan

  • 7

    ketenagakerjaan yang mempengaruhi efektivitas karyawan dan organisasi.

    Manajemen sumberdaya manusia merupakan aktivitas-aktivitas yang

    dilaksanakan agar sumberdaya manusia di dalam organisasi dapat digunakan

    secara efektif guna mencapai berbagai tujuan.

    2.2. Stres Kerja

    2.2.1. Pengertian Stres

    Menurut Szilagyi yang diacu Gitosudarmono dan Sudita (2000) stres

    adalah pengalaman yang bersifat internal yang menciptakan adanya

    ketidakseimbangan fisik dan psikis dalam diri seseorang sebagai akibat dari

    faktor lingkungan eksternal, organisasi atau orang lain. Menurut

    Mangkunegara (2001) stres kerja juga dapat berarti perasaan tertekan yang

    dialami karyawan dalam menghadapi pekerjaan. Stres kerja ini tampak dari

    simptom, antara lain emosi tidak stabil, perasaan tidak tenang, suka

    menyendiri, sulit tidur, merokok yang berlebihan, tidak bisa rileks, cemas,

    tegang, gugup, tekanan darah meningkat, dan mengalami gangguan

    pencernaan.

    Menurut Handoko (2001) stres adalah suatu kondisi ketegangan yang

    mempengaruhi emosi, proses berpikir dan kondisi seseorang. Stres yang

    terlalu besar dapat mengancam kemampuan seseorang untuk menghadapi

    lingkungan. Sebagai hasilnya, pada diri para karyawan berkembang

    berbagai macam gejala stres yang dapat mengganggu pelaksanaan kerja

    mereka yang menyangkut baik kesehatan fisik maupun kesehatan mental.

    Menurut Arep dan Tanjung (2003) stres adalah suatu kondisi ketegangan

    yang mempengaruhi emosi, proses berpikir dan kondisi seseorang. Orang

    yang mengalami stres menjadi tegang dan merasakan kekhawatiran kronis

    sehingga mereka sering menjadi marah-marah, agresif, tidak dapat relaks

    atau memperlihatkan sikap yang tidak kooperatif.

    Menurut Robbins (2003) stres adalah suatu kondisi dinamik yang

    didalamnya seorang individu dikonfrontasikan dengan suatu peluang,

    kendala (constraints) atau tuntutan (demands) yang dikaitkan dengan apa

    yang sangat diinginkannya dan yang hasilnya dipersepsikan sebagai tidak

    pasti dan penting. Stres dengan tidak sendirinya harus buruk, walupun stres

  • 8

    lazimnya dibahas dalam konteks negatif, stres juga memiliki nilai positif.

    Stres merupakan suatu peluang bila stres itu menawarkan perolehan yang

    potensial.

    Menurut Siagian (2005) salah satu masalah yang pasti akan dihadapi

    oleh setiap orang dalam kehidupan berkarya adalah stres yang harus diatasi,

    baik oleh karyawan sendiri tanpa bantuan orang lain, maupun dengan

    bantuan pihak lain seperti para spesialis yang disediakan oleh organisasi

    dimana karyawan bekerja. Stres merupakan kondisi ketegangan yang

    berpengaruh terhadap emosi, jalan pikiran dan kondisi fisik seseorang. Stres

    yang tidak diatasi dengan baik biasanya berakibat pada ketidakmampuan

    seseorang berinteraksi secara positif terhadap lingkungannya, baik dalam

    arti lingkungan pekerjaan maupun diluarnya. Menurut Rivai (2006) Stres

    kerja adalah suatu kondisi ketegangan yang menciptakan adanya

    ketidakseimbangan fisik dan psikis, yang mempengaruhi emosi, proses

    berfikir dan kondisi seorang karyawan. Stres yang terlalu besar dapat

    mengancam kemampuan seseorang untuk menghadapi lingkungan. Sebagai

    hasilnya, pada diri karyawan berkembang berbagai macam gejala stres yang

    dapat mengganggu pelaksanaan kerja.

    Pengertian di atas dapat dikemukakan bahwa ada tiga komponen

    utama dari stres yaitu komponen stimulus, komponen respon, dan

    komponen interaksi. Pertama, komponen stimulus meliputi kekuatan-

    kekuatan yang menyebabkan adanya ketegangan atau stres, stimulus stres

    dapat berasal dari lingkungan ekternal, organisasi dan individu. Kedua,

    komponen respon meliputi reaksi fisik, psikis atau perilaku terhadap stres.

    Paling tidak ada dua respon terhadap stres yang paling sering diidentifikasi

    yaitu frustasi dan gelisah. Ketiga, komponen interaksi dari stres yaitu

    interaksi antara faktor stimulus dengan faktor respon dari stres.

  • 9

    Gambar 2. Model Stres (Robbins, 2003)

    Stimulus -Lingkungan - Organisasi - Individu

    Respon - Frustasi - Gelisah

    Interaksi dari

    Stimulus &

    Respon

    Gambar 1. Komponen-komponen Stres (Gitosudarmo dan Sudita, 2000)

    Perbedaan Individu :

    -Persepsi - Pengalaman pekerjaan - Dukungan moral - Keyakinan akan tempat kedudukan kendali

    - Sikap bermusuhan

    GGeejjaallaa FFiissiioollooggiiss ::

    -- SSaakkiitt kkeeppaallaa -- TTeekkaannaann ddaarraahh ttiinnggggii - PPeennyyaakkiitt jjaannttuunngg,, hhaattii

    FFaakkttoorr IInnddiivviidduuaall ::

    -- MMaassaallaahh kkeelluuaarrggaa - Masalah ekonomi - Kepribadiaan

    FFaakkttoorr OOrrggaanniissaassii ::

    -- TTuunnttuuttaann ttuuggaass -- TTuunnttuuttaann ppeerraann -- TTuunnttuuttaann aannttaarr pprriibbaaddii - Struktur organisasi - Kepemimpinan organisasi - Tahap hidup organisasi

    Pengalaman Stres

    GGeejjaallaa PPssiikkoollooggiiss ::

    -- MMuurruunngg -- BBeerrkkuurraannggnnyyaa kkeeppuuaassaaaann kkeerrjjaa

    - KKeecceemmaassaann

    GGeejjaallaa PPeerriillaakkuu ::

    -- PPrroodduukkttiivviittaass -- KKeemmaannggkkiirraann -- TTiinnggkkaatt kkeelluuaarrnnyyaa kkaarryyaawwaann

    FFaakkttoorr LLiinnggkkuunnggaann ::

    -- KKeettiiddaakkppaassttiiaann eekkoonnoommii -- KKeettiiddaakkppaassttiiaann ppoolliittiiss - Ketidakpastian teknologis

    Sumber Potensial Konsekuensi

  • 10

    2.2.2. Gejala-gejala Stres Kerja

    Menurut Siagian (2004) gejala-gejala stres kerja dapat timbul dalam

    berbagai bentuk yang tampak pada diri seseorang. Bentuk-bentuk tersebut

    dapat digolongkan pada tiga kategori antara lain:

    1. Kategori fisiologis antara lain adalah perubahan yang terjadi pada

    metabolisme seseorang, gangguan pada cara bekerja jantung, gangguan

    pada pernafasan, tekanan darah tinggi, pusing dan serangan jantung.

    2. Kategori psikologis antara lain adalah ketegangan, resah, mudah

    tersinggung, kebosanan dan bersikap suka menunda sesuatu tugas atau

    pekerjaan.

    3. Kategori perilaku antara lain adalah menurunnya produktivitas kerja,

    tingkat kemangkiran tinggi, keinginan pindah organisasi, cara bicara

    yang berubah, gelisah, sukar tidur, merokok dan minum-minum.

    Menurut Siagian (2005) gejala-gejala stres dapat dilihat pada perilaku

    yang tidak normal seperti gugup, tegang, selalu cemas, adanya gangguan

    pencernaan, tekanan darah tinggi dan lain-lain. Hal ini berpengaruh pada

    kondisi mental tertentu seperti minum-minuman keras, merokok secara

    berlebihan, sukar tidur, tidak bersahabat, putus asa, mudah marah, sukar

    mengendalikan diri dan bersifat agresif. Stres yang dapat timbul karena

    adanya tekanan atau ketegangan yang bersumber pada ketidakselarasannya

    seseorang dengan lingkungan dan apabila saran dan tuntutan tugas tidak

    selaras dengan kebutuhan dan kemampuan seseorang maka ia akan

    mengalami stres, stres juga dapat melahirkan suatu tantangan bagi yang

    bersangkutan.

    2.2.3. Sumber Penyebab Stres Kerja

    Menurut Davis dan Newstrom (1985) penyebab stres adalah

    perbedaan antara nilai perusahaan dan nilai karyawan. Artinya, perbedaan

    ini menuntut karyawan dengan tekanan mental pada waktu yang dilakukan

    untuk memenuhi kebutuhan nilai perusahaan dan karyawan. Penyebab stres

    yang umum dan secara luas dikenal adalah perubahan suatu pekerjaan,

    dimana sumber stres berbeda menurut tingkat organisasinya karena

    memerlukan penyesuaian dari karyawan. Perubahan cenderung

  • 11

    menyebabkan stres yang lebih berat apabila perubahan tersebut penting dan

    tidak lazim, misalnya pemberhentian sementara atau pemindahan tugas.

    Kondisi kerja yang menyebabkan stres antara lain :

    1) Beban kerja yang berlebihan

    2) Tekanan atau desakan waktu

    3) Kualitas penyelia yang jelek

    4) Iklim politik yang tidak nyaman

    5) Wewenang yang tidak memadai untuk melaksanakan tanggung jawab

    6) Konflik dan keambiguan peran

    7) Perbedaan antara nilai perusahaan dan karyawan

    8) Perubahan tipe, khususnya jika penting dan tidak lazim, misalnya

    pemberhentian sementara

    9) Frustasi

    Gambar 3. Penyebab, Tipe dan Akibat dari Stres menurut Randall S. Schuler

    diacu Davis dan Newstrom (1985)

    Menurut Dessler (1997) ada dua sumber utama dari stres pekerjaan

    yaitu lingkungan dan personal. Faktor-faktor lingkungan yang dapat

    menyebabkan stres pekerjaan mencakup jadwal kerja, irama kerja, jaminan

    pekerjaan, rute perjalanan kerja, jumlah dan sifat pelanggan atau klien,

    kebisingan tempat kerja. Faktor-faktor personal yang dapat mempengaruhi

    Karyawan

    Penyebab Akibat

    Stresor organisasional

    Stresor nonpekerjaan

    Stres Positif

    Akibat dari organisasional

    dan personal yang kontruktif

    - Jangka pendek

    - Jangka panjang

    Stres Negatif

    Akibat dari organisasional

    dan personal yang destruktif

    - Jangka pendek

    Jangka panjang

    Tipe

  • 12

    stres kerja yaitu tipe dari kepribadian seseorang. Selain stres yang berasal

    dari pekerjaan stres juga dapat disebabkan oleh masalah non-pekerjaan

    seperti perceraian.

    Menurut Mangkunegara (2001) penyebab stres kerja, antara lain

    beban kerja yang dirasakan terlalu berat, waktu kerja yang mendesak,

    kualitas pengawasan kerja yang rendah, iklim kerja yang tidak sehat,

    otoritas kerja yang tidak memadai yang berhubungan dengan tanggung

    jawab, konflik kerja, perbedaan nilai antara karyawan dengan pemimpin

    yang frustasi dalam kerja. Menurut Handoko (2001) kondisi-kondisi yang

    cenderung menyebabkan stres disebut stressors. Meskipun stres dapat

    diakibatkan oleh hanya satu stressors, biasanya karyawan mengalami stres

    karena kombinasi stressors. Ada dua kategori penyebab stres, yaitu on-the-

    job dan off-the-job.

    Ada sejumlah kondisi kerja di dalam perusahaan yang sering

    menyebabkan stres bagi para karyawan. Di antara kondisi-kondisi kerja

    yang menyebabkan stres on-the-job tersebut adalah sebagai berikut:

    1) Beban kerja yang berlebihan

    2) Tekanan atau desakan waktu

    3) Kualitas supervisi yang jelek

    4) Iklim politik yang tidak aman

    5) Umpan balik tentang pelaksanaan kerja yang tidak memadai

    6) Wewenang yang tidak mencukupi untuk melaksanakan tanggung jawab

    7) Memenduaan peranan (role ambiguity)

    8) Frustasi

    9) Konflik antar pribadi dan antar kelompok

    10) Perbedaan antar nilai-nilai perusahaan dan karyawan

    11) Berbagai bentuk perubahan

    Di lain pihak, stres kerja juga dapat disebabkan masalah-masalah yang

    terjadi di luar perusahaan yang dapat menyebabkan stres bagi para

    karyawan. Adapun penyebab-penyebab stres off-the-job antara lain:

  • 13

    1) Kekhawatiran finansial

    2) Masalah-masalah yang bersangkutan dengan anak

    3) Masalah-masalah fisik

    4) Masalah-masalah perkawinan (misal; perceraian)

    5) Perubahan-perubahan yang terjadi di tempat tinggal

    6) Masalah-masalah pribadi lainnya, seperti kematian sanak saudara.

    Menurut Siagian (2004) stres merupakan interaksi antara seseorang

    dengan lingkungannya dengan ciri ketegangan emosional yang

    mempengaruhi kondisi fisik dan mental seseorang. Terdapat tiga kelompok

    stressor dalam kehidupan seseorang, yaitu faktor-faktor lingkungan,

    faktor-faktor organisasional, dan faktor-faktor individual. Faktor-faktor

    lingkungan merupakan salah satu faktor penyebab seseorang menghadapi

    stres yang menyangkut masalah-masalah ketidakpastian dalam bidang

    ekonomi, politik dan dampak dari perkembangan teknologi.

    Faktor-faktor organisasional yang dapat menjadi stressor bagi

    karyawan berasal dari lingkungan pekerjaannya seperti tekanan untuk

    menghindar dari berbuat kesalahan, menyelesaikan tugas pada satu jangka

    waktu tertentu, beban tugas yang terlalu berat, atasan yang kaku, tidak peka

    dan terlalu banyak menuntut, rekan sekerja yang tidak mendukung. Dengan

    perkataan lain, faktor-faktor organisasional yang dapat menjadi stressor

    ialah:

    1) Tuntutan tugas

    2) Tuntutan peran

    3) Tuntutan hubungan interpersonal,

    4) Struktur organisasi

    5) Kepemimpinan dan siklus hidup organisasi.

    Faktor-faktor individual merupakan faktor yang berasal dari apa yang

    terjadi atau tidak terjadi pada jam-jam di luar jam kerja seorang karyawan

    yang berpengaruh pada timbul tidaknya stres dalam kehidupan kekaryaaan

    seseorang. Terdapat faktor-faktor yang bersifat individual yang menjadi

    stressor dalam kehidupan seseorang seperti masalah-masalah keluarga,

    masalah-masalah ekonomi dan kepribadian seseorang.

  • 14

    Menurut Siagian (2005) stres bersumber dari pekerjaan dan luar

    pekerjaan seseorang. Berbagai hal yang dapat menjadi sumber stres yang

    berasal dari pekerjaan dapat beraneka ragam seperti beban tugas yang terlalu

    berat, desakan waktu, penyeliaan yang kurang baik, iklim kerja yang

    menimbulkan rasa tidak aman, kurangnya informasi dari umpan balik

    tentang prestasi kerja seseorang, ketidakseimbangan antara wewenang dan

    tanggung jawab, ketidakjelasan peranan karyawan dalam keseluruhan

    kegiatan organisasi, frustasi yang ditimbulkan oleh intervensi pihak lain

    yang terlalu sering sehingga seseorang merasa terganggu konsentrasinya,

    konflik antara karyawan dengan pihak lain di dalam dan di luar kelompok

    kerjanya, perbedaan sistem nilai yang dianut oleh karyawan dan yang dianut

    oleh organisasi dan perubahan yang terjadi, sehingga pada umumnya dapat

    menimbulkan rasa ketidakpastian. Stres yang berasal dari lingkungan luar

    yang dihadapi oleh seseorang, seperti masalah keuangan, perilaku negatif

    anak-anak, kehidupan keluarga yang tidak atau kurang harmonis, pindah

    tempat tinggal, ada anggota keluarga yang meninggal, kecelakaan, penyakit

    gawat dan perkembangan teknologi adalah beberapa contoh penyebab stres.

    2.2.4. Dampak Stres Kerja

    Menurut Dessler (1997) stres kerja dapat menimbulkan konsekuensi

    bagi karyawan maupun organisasi. Konsekuensi manusiawi tentang stres

    pekerjaan mencakup kecemasan, depresi, penyalahgunaan obat-obatan

    terlalu banyak atau kurang makan, hubungan antar pribadi yang jelek dan

    kemarahan serta konsekuensi fisik seperti sakit darah tinggi, sakit kepala

    dan kecelakaan. Lain halnya stres pekerjaan yang mempunyai konsekuensi

    bagi organisasi seperti merosotnya kuantitas dan kualitas kinerja jabatan,

    meningkatnya kemangkiran, tingkat perputaran karyawan dan bertambah

    banyaknya keluhan.

    Menurut Robbins (2003) konsekuensi yang timbul dari penyebab stres

    dapat dibagi dalam tiga kategori umum:

    1. Gejala Fisiologis

    Perhatian utama atas stres diarahkan pada gejala fisiologis, stres dapat

    menciptakan perubahan dalam metabolisme, meningkatkan laju detak

  • 15

    jantung dan pernapasan, meningkatkan tekanan darah, menimbulkan sakit

    kepala dan menyebabkan serangan jantung. Hubungan antara stres dan

    gejala fisiologi sulit diukur secara objektif, ada sedikit hubungan yang

    konsisten yaitu pada perilaku dan sikap.

    2. Gejala Psikologis

    Stres yang berkaitan dengan pekerjaan dapat menimbulkan ketidakpuasan

    yang berkaitan dengan pekerjaan. Tetapi stres dapat muncul dalam

    keadaan psikologis lain misalnya: ketegangan, kecemasan, mudah marah,

    kebosanan dan suka menunda-nunda.

    3. Gejala Perilaku

    Gejala stres yang berkaitan dengan perilaku mencakup perubahan dalam

    produktivitas, absensi, dan tingkat keluar-masuknya karyawan, juga

    perubahan dalam kebiasaan makan, meningkatnya merokok, konsumsi

    alkohol, bicara cepat, gelisah dan gangguan tidur.

    2.2.5. Tindakan-tindakan untuk Mengurangi Stres

    Menurut Davis dan Newstrom (1985) ada beberapa cara untuk

    mengurangi stres, melalui tiga pendekatan yaitu:

    1. Meditasi

    Meditasi mencakup pemusatan pikiran untuk menenangkan fisik dan

    emosi. Meditasi membantu menghilangkan stres duniawi secara temporer

    dan mengurangi gejala-gejala stres. Jenis meditasi yang populer adalah

    meditasi transendental. Pada umumnya meditasi memerlukan unsur

    berikut:

    a) Lingkungan yang relatif tenang

    b) Posisi yang nyaman

    c) Rangsangan mental yang repetitif

    d) Sikap yang pasif

    2. Biofeedback

    Suatu pendekatan yang berbeda terhadap suasana kerja yang mengandung

    stres. Dengan biofeedback orang di bawah bimbingan medis belajar dari

    umpan balik instrumen untuk mempengaruhi gejala stres, sehingga dapat

    membantu dalam mengurangi efek stres yang tidak diinginkan.

  • 16

    3. Personal Wellness

    Program pembinaan preventif bagi personal wellness lebih baik dalam

    mengurangi penyebab stres dengan metode-metode penanggulangan

    membantu seseorang menghadapi stressor yang berada di bawah

    pengendalian langsung.

    Menurut Gitosudarmo dan Sudita (2000) cara mengatasi stres dapat

    dilakukan dengan dua pendekatan yaitu pendekatan individu dan organisasi.

    Bagi individu penting dilakukannya penanggulangan stres karena stres dapat

    mempengaruhi kehidupan, kesehatan, produktivitas dan penghasilan.

    Sedangkan bagi organisasi bukan karena alasan kemanusiaan tetapi juga

    karena pengaruhnya terhadap prestasi semua aspek dari organisasi dan

    efektivitas organisasi secara keseluruhan. Perbedaan penanggulangan stres

    antara pendekatan individu dengan pendekatan organisasi tidak dibedakan

    secara tegas, pengurangan stres dapat dilakukan pada tingkat individu

    organisasi maupun kedua-duanya. Tabel berikut menyajikan dua pendekatan

    dalam menanggulangi stres.

    Tabel 1. Penanggulangan stres secara individual dan organisasi Secara Individual Secara Organisasi

    1) Meningkatkan keimanan

    2) Melakukan meditasi dan pernapasan

    3) Melakukan kegiatan olah raga

    4) Melakukan rileksasi

    5) Dukungan sosial dari teman-teman

    dan keluarga

    6) Menghindari kebiasan rutin yang

    membosankan

    1) Melakukan perbaikan iklim organisasi

    2) Melakukan perbaikan terhadap lingkungan

    fisik

    3) Menyediakan sarana olah raga

    4) Melakukan analisis dan kejelasan tugas

    5) Mengubah struktur dan proses organisasi

    6) Meningkatkan partisipasi dalam proses

    pengambilan keputusan

    7) Melakukan restrukturisasi tugas

    8) Menerapkan konsep manajemen berbasis

    sasaran.

    Sumber : (Gitosudarmo dan Sudita, 2000)

    Menurut Handoko (2001) cara terbaik untuk mengurangi stres adalah

    dengan menangani penyebab-penyebabnya. Sebagai contoh, departemen

    personalia dapat membantu karyawan untuk mengurangi stres dengan

    memindahkan (transfer) ke pekerjaan lain, mengganti penyelia yang berbeda

    dan menyediakan lingkungan kerja yang baru. Latihan dan pengembangan

  • 17

    karir dapat diberikan untuk membuat karyawan mampu melaksanakan

    pekerjaan baru. Cara lain untuk mengurangi stres adalah merancang kembali

    pekerjaan-pekerjaan sehingga para karyawan mempunyai pilihan keputusan

    lebih banyak dan wewenang untuk melaksanakan tanggung jawab mereka.

    Desain pekerjaan dapat mengurangi kelebihan beban kerja, tekanan waktu

    dan kemenduaan peran. Komunikasi yang lebih baik bisa memperbaiki

    pemahaman karyawan terhadap situasi-situasi stres.

    Menurut Siagian (2004) strategi penanganan stres yang dapat

    ditempuh dapat diklasifikasikan pada dua kategori, yaitu pendekatan oleh

    karyawan itu sendiri dan pendekatan organisasional. Pendekatan individu

    dapat dikatakan bahwa orang pertama dan yang paling bertanggung jawab

    dalam menghadapi dan mengatasi stres adalah yang bersangkutan sendiri,

    strategi yang efektif untuk ditempuh meliputi manajemen waktu, olah raga

    yang teratur, pelatihan rileks dan memperluas jaringan dukungan sosial.

    Adapun strategi yang dilakukan melalui pendekatan organisasional yang

    dikendalikan oleh manajemen harus dilakukan langkah-langkah tertentu

    seperti:

    1) Perbaikan proses seleksi dan penempatan,

    2) Penggunaan prinsip-prinsip penentuan tujuan secara realistik,

    3) Rancang bangun ulang pekerjaan,

    4) Pengambilan keputusan yang partisipatif,

    5) Proses komunikasi,

    6) Program kebugaran.

    Menurut Siagian (2005) ada berbagai langkah yang dapat diambil

    untuk menghadapi stres para karyawan antara lain:

    1) Merumuskan kebijaksanaan manajemen dalam membantu para karyawan

    menghadapi berbagai stres,

    2) Menyampaikan kebijaksanaan tersebut kepada seluruh karyawan

    sehingga mereka mengetahui kepada siapa mereka dapat meminta

    bantuan dan dalam bentuk apa jika mereka menghadapi stres,

    3) Melatih para manajer dengan tujuan agar mereka peka terhadap

    timbulnya gejala-gejala stres di kalangan para bawahannya dan dapat

  • 18

    mengambil langkah-langkah tertentu sebelum stres itu berdampak

    negatif terhadap prestasi kerja para bawahannya,

    4) Melatih para karyawan mengenali dan menghilangkan sumber stres,

    5) Terus membuka jalur komunikasi dengan para karyawan sehingga

    mereka benar-benar diikutsertakan untuk mengatasi stres yang

    dihadapinya,

    6) Memantau terus-menerus kegiatan organisasi sehingga kondisi yang

    dapat menjadi sumber stres dapat teridentifikasi dan dihilangkan secara

    dini,

    7) Menyempurnakan rancang bangun tugas dan tata ruang kerja sedemikian

    rupa sehingga berbagai sumber stres yang berasal dari kondisi kerja

    dapat diletakkan,

    8) Menyediakan jasa bantuan bagi para karyawan apabila mereka sempat

    menghadapi stres.

    2.3. Kepuasan Kerja

    2.3.1. Pengertian Kepuasan Kerja

    Menurut Handoko (2001) kepuasan kerja (job satisfaction) adalah

    keadaan emosional yang menyenangkan atau tidak menyenangkan yang

    dialami para karyawan dalam memandang pekerjaan mereka. Kepuasan

    kerja mencerminkan perasaan seseorang terhadap pekerjaannya yang

    tampak dalam sikap positif karyawan terhadap pekerjaan dan segala sesuatu

    yang dihadapi dilingkungan kerjannya. Menurut Davis, Wexley dan Yukl

    yang diacu Mangkunegara (2001) kepuasan kerja adalah suatu perasaan

    yang menyokong atau tidak menyokong diri pegawai yang berhubungan

    dengan pekerjaannya maupun dengan kondisi dirinya. Perasaan yang

    berhubungan dengan pekerjaan melibatkan aspek-aspek seperti upah atau

    gaji yang diterima, kesempatan pengembangan karir, hubungan dengan

    pegawai lainnya, penempatan kerja, jenis pekerjaan, struktur organisasi

    perusahaan, mutu pengawasan. Sedangkan perasaan yang berhubungan

    dengan dirinya, antara lain umur, kondisi kesehatan, kemampuan,

    pendidikan.

  • 19

    Menurut Johan (2002) kepuasan kerja dirumuskan sebagai respon

    umum pekerja berupa perilaku yang ditampilkan karyawan sebagai hasil

    persepsi mengenai hal-hal yang berkaitan dengan pekerjaannya. Baron dan

    Greenberg (2003) mendefinisikan kepuasan sebagai sikap positif atau

    negatif seseorang terhadap pekerjaannya. Menurut Tiffin yang diacu Asad

    (2003) kepuasan kerja berhubungan erat dengan sikap dari karyawan

    terhadap pekerjaannya sendiri, situasi kerja, kerjasama antara pimpinan

    dengan sesama karyawan. Kepuasan atau ketidakpuasan seseorang dengan

    pekerjaan merupakan keadaan yang sifatnya subyektif, yang merupakan

    hasil kesimpulan yang didasarkan pada suatu perbandingan mengenai apa

    yang secara nyata diterima oleh karyawan dari pekerjaannya dibandingkan

    dengan apa yang diharapkan, diinginkan dan dipikirkannya sebagai hal yang

    pantas atau berhak baginya (Gomes, 2003).

    Menurut Hasibuan (2003) kepuasan kerja adalah sikap emosional

    yang menyenangkan dan mencintai pekerjaannya. Sikap ini dicerminkan

    oleh moral kerja, kedisiplinan dan prestasi kerja. Kepuasan kerja dinikmati

    dalam pekerjaan, luar pekerjaan dan kombinasi dalam dan luar pekerjaan.

    Kepuasan kerja dalam pekerjaan adalah kepuasan kerja yang dinikmati

    dalam pekerjaan dengan memperoleh pujian hasil kerja, penempatan,

    perlakuan, peralatan dan suasana lingkungan kerja yang baik. Kepuasan

    kerja di luar pekerjaan adalah kepuasan kerja karyawan yang dinikmati di

    luar pekerjaan dengan besarnya balas jasa yang akan diterima dari hasil

    kerjanya, agar karyawan dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhannya.

    Kepuasan kerja kombinasi dalam dan luar adalah kepuasan kerja yang

    dicerminkan oleh sikap emosional yang seimbang antara balas jasa dengan

    pelaksanaan pekerjaannya.

    Menurut Siagian (2005) kepuasan kerja merupakan suatu cara

    pandang seseorang baik yang bersifat positif maupun bersifat negatif

    tentang pekerjaannya. Menurut Satria (2005) kepuasan kerja merupakan

    suatu sikap umum seorang individu terhadap pekerjaannya yang

    menunjukkan pertimbangan kognitif, afektif dan konatif mengenai objeknya

  • 20

    yang dalam hal ini adalah pekerjaan yang meliputi faktor pembayaran, work

    it self, promosi, supervisi dan rekan kerja.

    2.3.2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kepuasan Kerja

    Menurut Mangkunegara (2001) ada dua faktor yang mempengaruhi

    kepuasan kerja, antara lain:

    1. Faktor pegawai, yaitu kecerdasan (IQ), kecakapan khusus, umur, jenis

    kelamin, kondisi fisik, pendidikan, pengalaman kerja, masa kerja,

    kepribadian, emosi, cara berfikir, persepsi dan sikap kerja.

    2. Faktor pekerjaan, yaitu jenis pekerjaan, struktur organisasi, pangkat

    (golongan), kedudukan, mutu pengawasan, jaminan finansial, kesempatan

    promosi jabatan, interaksi sosial dan hubungan kerja.

    Menurut Hasibuan (2003), kepuasan karyawan dipengaruhi oleh

    faktor-faktor berikut:

    1. Balas jasa yang adil dan layak

    2. Penempatan yang tepat sesuai dengan keahlian

    3. Berat dan ringannya suatu pekerjaan

    4. Suasana dan lingkungan pekerjaan

    5. Peralatan yang menunjang pelaksanaan pekerjaaan

    6. Sikap pimpinan dalam kepemimpinannya

    7. Sifat pekerjaan yang monoton atau tidak.

    Menurut Harold E. Burt yang diacu Asad (2003) mengemukakan

    pendapatnya tentang faktor-faktor yang dapat menimbulkan kepuasan kerja.

    Adapun faktor-faktor tersebut adalah:

    1. Faktor hubungan antara karyawan, antara lain :

    a. hubungan antara manajer dengan karyawan

    b. faktor fisik dan kondisi kerja

    c. hubungan sosial diantara karyawan

    d. sugesti dari teman sekerja

    e. emosi dan situasi kerja

    2. Faktor individual, yaitu yang berhubungan dengan :

    a. sikap orang terhadap pekerjaannya

    b. umur orang sewaktu kerja

  • 21

    c. jenis kelamin

    3. Faktor-faktor luar, yang berhubungan dengan :

    a. keadaan keluarga karyawan

    b. rekreasi

    c. pendidikan (training, up grading dan sebagainya)

    Menurut Gilmer yang diacu Asad (2003) faktor-faktor yang

    mempengaruhi kepuasan kerja sebagai berikut:

    1. Kesempatan untuk maju dalam memperoleh pengalaman dan

    peningkatan kemampuaan selama bekerja.

    2. Keamanan kerja yang mempengaruhi perasaan karyawan selama

    bekerja.

    3. Gaji sering menyebabkan ketidakpuasan kerja.

    4. Perusahaan dan manajemen yang baik mampu memberikan situasi dan

    kondisi kerja yang stabil sebagai penentu kepuasan kerja karyawan.

    5. Pengawasan (Supervisi) sebagai fitur atasan bagi karyawan.

    6. Faktor intrinsik dari pekerjaan, seperti keterampilan, sukar dan

    mudahnya serta kebanggaan akan tugas.

    7. Aspek sosial dalam pekerjaan salah satu faktor sikap yang menunjang

    puas atau tidak puas dalam bekerja.

    8. Komunikasi yang lancar antara karyawan dengan pihak manajemen.

    9. Fasilitas seperti, rumah sakit, cuti, dana pensiun, perumahan sebagai

    standar suatu jabatan yang akan menimbulkan rasa puas.

    Umar (2005) menyebutkan bahwa kepuasan karyawan terhadap

    pekerjaannya dipengaruhi oleh beberapa faktor berdasarkan Job Description

    Index (JDI) meliputi pembayaran, pekerjaan itu sendiri, promosi pekerjaan,

    kepenyeliaan dan rekan sekerja. Dari berbagai pendapat di atas dapat

    dirangkum mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi kepuasan kerja

    yaitu:

    1. Faktor psikologi, merupakan faktor yang berhubungan dengan kejiwaan

    karyawan yang meliputi minat, ketentraman dalam kerja, sikap terhadap

    kerja, bakat dan keterampilan.

  • 22

    2. Faktor sosial, merupakan faktor yang berhubungan dengan interaksi

    sosial baik antara sesama karyawan, dengan atasannya, maupun

    karyawan yang berbeda jenis pekerjaannya.

    3. Faktor fisik, merupakan faktor yang berhubungan dengan kondisi fisik

    lingkungan kerja dan kondisi fisik lingkungan karyawan, meliputi jenis

    pekerjaan, pengaturan waktu kerja dan waktu istirahat, perlengkapan

    kerja, keadaan ruangan, suhu, penerangan, pertukaran udara, kondisi

    kesehatan karyawan, umur dan sebagainya.

    4. Faktor finansial, merupakan faktor yang berhubungan dengan jaminan

    serta kesejahteraan karyawan yang meliputi sistem dan besarnya gaji,

    jaminan sosial, macam-macam tunjangan, fasilitas yang diberikan,

    promosi dan sebagainya.

    2.3.3. Teori Kepuasan Kerja

    1. Teori Perbedaan atau Discrepancy Theory

    Teori ini dipelopori oleh Porter. Ia berpendapat bahwa mengulur

    kepuasan dapat dilakukan dengan cara menghitung selisih antara apa

    yang seharusnya dengan kenyataan yang dirasakan pegawai. Locke yang

    diacu Mangkunegara (2001) berpendapat bahwa kepuasan kerja pegawai

    bergantung pada perbedaan antara apa yang didapat dan apa yang

    diharapkan oleh pegawai. Apabila yang didapat pegawai ternyata lebih

    besar daripada apa yang diharapkan maka pegawai tersebut merasa puas.

    Sebaliknya, apabila yang didapat pegawai lebih rendah daripada yang

    diharapkan, akan menyebabkan pegawai tidak puas.

    2. Teori Pemenuhan Kebutuhan (Need Fulfillment Theory)

    Menurut teori ini, kepuasan kerja pegawai bergantung pada

    terpenuhi atau tidaknya kebutuhan pegawai. Pegawai akan merasa puas

    apabila ia mendapatkan apa yang dibutuhkannya. Kamin besar kebutuhan

    pegawai terpenuhi, makin puas pula pegawai tersebut. Begitu pula

    sebaliknya apabila kebutuhan pegawai tidak terpenuhi, pegawai itu akan

    merasa tidak puas (Mangkunegara, 2001).

  • 23

    3. Teori Pandangan Kelompok (Social Reference Group Theory)

    Menurut teori ini, kepuasan kerja pegawai bukanlah bergantung

    pada pemenuhan kebutuhan saja, tetapi sangat bergantung pada

    pandangan dan pendapat kelompok yang oleh para pegawai dianggap

    sebagai kelompok acuan. Kelompok acuan tersebut oleh pegawai

    dijadikan tolak ukur untuk menilai dirinya maupun lingkungannya. Jadi,

    pegawai akan merasa puas apabila hasil kerjanya sesuai dengan minat dan

    kebutuhan yang diharapkan oleh kelompok acuan (Mangkunegara, 2001).

    4. Teori Dua Faktor dari Herzberg

    Teori ini dikembangkan oleh Frederick Herzberg. Ia menggunakan

    teori Abraham Maslow sebagai titik acuannya. Menurut Herzberg yang

    diacu Mangkunegara (2001) ada dua faktor yang menyebabkan timbulnya

    rasa puas atau tidak puas, yaitu faktor pemeliharaan (maintenance factors)

    dan faktor pemotivasi (motivasional facotrs). Faktor pemeliharaan disebut

    pula dissatisfiers, hygiene factors, job context, extrinsic factors yang

    meliputi administrasi dan kebijakan perusahaan, kualitas pengawasan,

    hubungan dengan pengawas, hubungan dengan subordinate, upah,

    keamanan kerja, kondisi kerja dan status. Sedangkan faktor pemotivasian

    disebut juga satisfier, motivators, job content, intrinsic factors yang

    meliputi dorongan berprestasi, pengenalan, kemajuan (advancement),

    work it self, kesempatan berkembang dan tanggung jawab.

    2.3.4. Pengukuran Kepuasan Kerja

    Pengukuran kepuasan kerja sangat bervariasi, baik dari segi analisa

    statistikanya maupun pengumpulan datanya. Informasi yang didapat dari

    kepuasan kerja ini bisa melalui tanggung jawab secara perorangan, dengan

    angket ataupun dengan pertemuan suatu kelompok kerja. Apabila

    menggunakan tanya jawab (interview) sebagai alatnya maka pada karyawan

    diminta untuk merumuskan tentang perasaannya terhadap aspek-aspek

    pekerjaan (self report), hanya orang yang bersangkutan yang tahu persis

    bagaimana perasaannya terhadap pekerjaan, dapat menggunakan pertanyaan

    langsung maupun tidak langsung. Cara yang lain adalah dengan mengamati

    sikap dan tingkah laku karyawan tersebut.

  • 24

    Menurut Mangkunegara (2001) mengukur kepuasan kerja dapat

    digunakan beberapa cara sebagai berikut :

    1. Pengukuran kepuasan kerja dengan skala indeks deskripsi jabatan

    Penggunaan skala ini, karyawan ditanya mengenai pekerjaan maupun

    jabatannya yang dirasakan sangat baik dan sangat buruk dalam skala

    pengukuran sikap dari lima area, yaitu kerja, pengawasan, upah, promosi,

    dan co-worker. Setiap pertanyaan yang diajukan, harus dijawab oleh

    karyawan dengan cara menandai jawaban ya, tidak atau tidak ada

    jawaban.

    2. Pengukuran kepuasan kerja dengan berdasarkan ekspresi wajah

    Skala pengukuran ini terdiri atas seri gambar wajah-wajah orang mulai

    dari sangat gembira, gembira, netral, cemberut dan sangat cemberut.

    Karyawan diminta memilih ekspresi wajah yang sesuai dengan kondisi

    pekerjaan yang dirasakan pada saat itu.

    3. Pengukuran kepuasan kerja dengan kuesioner Minnesota

    Skala pengukuran ini terdiri atas pekerjaan yang dirasakan karyawan

    mulai dari sangat tidak puas, tidak puas, netral, memuaskan dan sangat

    memuaskan. Karyawan diminta memilih satu alternatif jawaban yang

    sesuai dengan kondisi pekerjaannya.

    2.3.5. Tindakan-tindakan Mencegah Ketidakpuasan Kerja

    Menurut Wexley dan Yukl yang diacu Samsudin (2006) pencegahan

    seharusnya dilakukan untuk menghindari ketidakpuasan kerja yang tidak

    perlu daripada menunggu timbulnya tindakan-tindakan tidak puas. Program

    pengelolaan upah dengan baik akan membantu menghindari jenis-jenis

    ketidakadilan, seleksi yang sistematik dan program-program latihan akan

    membantu menciptakan pasangan yang tepat antara tuntutan pekerjaan

    dengan karakteristik pekerja, sosialisasi dan orientasi yang tepat penting

    bagi pekerja baru yang direkrut.

  • 25

    2.4. Hubungan Stres Kerja dengan Kepuasan kerja

    Menurut Strauss dan Sayles yang diacu Handoko (2001) bahwa

    kepuasan kerja penting untuk aktualisasi diri, karyawan yang tidak

    memperoleh kepuasan kerja tidak akan pernah mencapai kematangan

    psikologis dan pada gilirannya akan menimbulkan frustasi yang merupakan

    dampak dari stres pada pekerjaan. Menurut Robbins (2003) dampak dari

    stres kerja akan menimbulkan gejala psikologis, stres yang diakibatkan

    karena pekerjaan dapat menimbulkan kepuasan atau ketidakpuasan dalam

    pekerjaan.

    Menurut Siagian (2004) bahwa gejala-gejala stres yang berasal dari

    psikologis seperti sikap suka menunda tugas atau pekerjaan mununjukkan

    stres yang timbul berkaitan dengan ketidakpuasan seseorang terhadap

    pekerjaannya. Ketidakpuasan ini merupakan akibat dari hal, seperti

    banyaknya tuntutan tugas, adanya pertentangan, ketidakjelasan kewajiban,

    wewenang dan tanggung jawab, kurangnya otonomi dan diskresi dalam

    penyelesaian tugas, tugas yang cenderung rutin, ketidakjelasan tentang

    pekerjaan yang dilakukan dan tidak adanya umpan balik tentang kinerja

    karyawan. Menurut Siagian (2004) melalui pendekatan organisasional

    bahwa sumber-sumber stres kerja yang disebabkan akibat adanya aktivitas

    organisasi yang ingin mencapai sasaran dan tujuan sesuai ketetapan dengan

    mengerahkan segala tenaga, kemampuan dan waktu karyawan, situasi

    demikian akan menimbulkan stres pada karyawan sehingga tidak

    mendatangkan kepuasan terhadap pekerjaan yang dilakukan.

    2.5. Hasil Penelitian Terdahulu

    Novitasari (2003) melakukan penelitian tentang pengaruh stres kerja

    terhadap motivasi kerja dan kinerja karyawan PT H.M. Sampoerna Tbk

    Surabaya dihasilkan bahwa variabel stres kerja (konflik kerja, beban kerja,

    waktu kerja, karakteristik tugas, dukungan kelompok, dan pengaruh

    kepemimpinan) mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kinerja

    karyawan, sedangkan variabel-variabel stres kerja secara simultan tidak

    mempunyai pengaruh signifikan terhadap motivasi kerja. Dalam hal ini

  • 26

    disimpulkan juga bahwa variabel stres kerja dan motivasi kerja secara

    simultan mempunyai pengaruh signifikan terhadap kinerja karyawan.

    Faridatul (2005) dalam penelitiannya mengenai analisis hubungan

    prestasi kerja dengan stres dan tipe kepribadian karyawan (studi kasus PT

    KHI Pipe Industries Cilegon, Banten). Dihasilkan bahwa stres berpengaruh

    dan memiliki hubungan yang positif terhadap prestasi kerja. Hal ini berarti

    bahwa semakin tingginya tingkat stres yang dialami oleh karyawan maka

    akan semakin tinggi pula prestasi kerja karyawan dengan variabel indikator

    stres yang paling dominan adalah sumber stres kerja. Tipe kepribadian dari

    tiap karyawan berhubungan positif tidak signifikan dengan prestasi kerja,

    sehingga pengaruh yang ditimbulkan tidak signifikan pada taraf nyata 5

    persen. Variabel indikator tipe kepribadian yang paling dominan adalah

    persaingan dan variabel indikator prestasi kerja yang dijadikan patokan

    adalah keterampilan.

  • III. METODOLOGI PENELITIAN

    3.1. Kerangka Pemikiran

    Menghadapi era globalisasi dan persaingan telekomunikasi yang

    semakin kompetitif, perusahaan ditantang untuk menghasilkan produk

    (barang dan jasa) yang berkualitas yang dapat mempertahankan dan

    menjaga kelangsungan hidup perusahaan. Setiap perusahaan berusaha untuk

    mencapai sasaran dalam bentuk kemampuan menghasilkan laba yang

    optimal. Simamora (2004), mengklasifikasikan sumberdaya yang dimiliki

    perusahaan menjadi empat tipe, yaitu sumberdaya finansial, sumberdaya

    fisik, sumberdaya manusia dan sumberdaya kemampuan teknologi.

    Sumberdaya manusia dalam perusahaan menempati tempat yang strategis

    dan penting, sehingga perlu pengelolaan yang optimal.

    PT TELKOM Tbk Bekasi dalam menjalani bisnisnya sedang

    melakukan perubahan menuju perusahaan yang berbasis pada pelanggan

    (Customer Centric), tuntutan tanggung jawab terhadap karyawan dirasakan

    semakin meningkat disesuaikan dengan arah tujuan yang ingin dicapai

    perusahaan. Sumberdaya manusia sebagai pelaksana segala aktivitas dalam

    organisasi memiliki tingkat keterbatasan dalam kemampuan. Dengan adanya

    unit kerja baru yaitu bagian Customer Care di dalam organisasi yang

    memiliki peran penting terhadap kemajuan masa depan perusahaan. Hal ini

    menimbulkan perhatian besar terhadap kondisi karyawan terutama

    mengenai tingkat stres kerja dan kepuasan kerja yang dihadapi karyawan,

    melalui pembelajaran individu untuk beradaptasi terhadap lingkungan kerja

    dan adanya pengaruh dari karakteristik masing-masing karyawan. Melalui

    pengamatan langsung terlihat bahwa aktivitas kerja bagian Customer Care

    terlibat dan berinteraksi langsung dengan para pelanggan. Dengan demikian,

    karyawan pada bagian Customer Care berperan membawa citra dan image

    terhadap pelaksanaan aktivitas kerja perusahaan khususnya dalam

    memberikan pelayanan kepada pengguna jasa telekomunikasi.

    Menurun Handoko (2001) ada beberapa karakteristik pekerjaan dan

    lingkungan kerja yang menjelaskan kondisi kerja penyebab stres kerja yang

  • 28

    terdiri atas beban kerja yang berlebihan, tekanan dan desakan waktu,

    kualitas supervisi yang buruk, iklim politik yang tidak aman, umpan balik

    tentang pelaksanaan kerja yang tidak memadai, wewenang yang tidak

    mencukupi untuk melaksanakan tanggung jawab, konflik antar pribadi dan

    antar kelompok, kemenduaan peran, frustasi, perbedaan antara nilai yang

    dianut perusahaan dan karyawan dan berbagai bentuk perubahan. Menurut

    Mangkunegara (2001) didapat beberapa kriteria penilaian kepuasan kerja

    berdasarkan faktor pekerjaan yang terdiri atas jenis pekerjaan, struktur

    organisasi, pangkat (golongan), kedudukan, mutu pengawasan, jaminan

    finansial, kesempatan promosi jabatan, interaksi sosial dan hubungan kerja.

    Berdasarkan teori di atas didapat suatu dasar pemikiran dari

    permasalahan yang dihadapi yaitu adanya variabel bebas (independent

    variable) stres kerja yang berasal dari sumber stres kerja antara lain beban

    kerja yang berlebihan, tekanan dan desakan waktu, kualitas supervisi yang

    buruk, kondisi perusahaan yang tidak aman, kurangnya pengendalian diri,

    wewenang yang tidak mencukupi untuk melaksanakan tanggung jawab,

    konflik dan kemenduaan peran, perbedaan antara nilai yang dianut

    perusahaan dan karyawan, perubahan, frustasi dan teknologi. Stres kerja

    tersebut diidentifikasi mempunyai hubungan dengan kepuasan kerja sebagai

    variabel terikat (dependent variable) yang berasal dari faktor-faktor yang

    mempengaruhi kepuasan kerja antara lain pekerjaan itu sendiri, pengawasan,

    rekan kerja, gaji, promosi, lingkungan kerja dan organisasi.

    Selanjutnya akan dilihat juga hubungan stres kerja dengan

    karakteristik karyawan serta kepuasan kerja dengan karakteristik karyawan.

    Adapun karakteristik karyawan, dikategorikan ke dalam jenis kelamin,

    status perkawinan, usia, tingkat pendidikan, lama bekerja, gaji dan jabatan.

    Analisis data digunakan untuk melihat kondisi stres kerja dan tingkat

    kepuasan kerja karyawan bagian Customer Care. Untuk melihat hubungan

    stres kerja dengan kepuasan kerja penulis menggunakan korelasi Rank

    Spearman dan untuk melihat hubungan stres kerja serta kepuasan kerja

    dengan karakteristik karyawan penulis menggunakan asosiasi Chi-Square.

  • 29

    Analisis data tersebut diolah menggunakan software Statistical

    Product and Service Solutions (SPSS) 12.0 for windows dan bantuan

    Microsoft Excel 2003. Pengolahan data tersebut diharapkan dapat

    menghasilkan suatu kesimpulan yang dapat menerangkan hubungan stres

    kerja dengan kepuasan kerja karyawan bagian Customer Care yang

    selanjutnya dengan penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan berupa

    saran bagi PT TELKOM Tbk Bekasi dalam melakukan tindakan antisipasi

    untuk mengurangi keluhan-keluhan serta mengatasi masalah-masalah yang

    dihadapi karyawan pada lingkungan kerja. Dengan demikian akan tercipta

    suasana lingkungan kerja yang harmonis dan seimbang. Secara garis besar,

    kerangka pemikiran dan tahapan penelitian (Gambar 4 dan Gambar 5).

    Customer Centric

    Perubahan Organisasi

    Persaingan Global Telekomunikasi

    Karakteristik karyawan : Jenis kelamin Status perkawinan Usia Tingkat pendidikan Lama bekerja Gaji Jabatan

    Manajemen SDM

    TELKOMPelanggan

    Stres Kerja : Beban kerja yang berlebihan Tekanan dan desakan waktu Kualitas supervisi yang buruk Kondisi perusahaan yang tidak aman Kurangnya pengendalian diri Wewenang yang tidak mencukupi

    untuk melaksanakan tanggung jawab Konflik dan kemenduaan peran Perbedaan antara nilai yang dianut

    perusahaan dan karyawan Perubahan Frustasi Teknologi

    Kepuasan Kerja : Pekerjaan itu sendiri Pengawasan Rekan Kerja Gaji Promosi Lingkungan kerja Organisasi

    Customer Care

    Tujuan Perusahaan

    Keterangan : Tidak diteliti Diteliti

    Gambar 4. Kerangka Pemikiran

  • 30

    Gambar 5. Tahapan Penelitian

    3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian

    Kegiatan penelitian ini dilaksanakan pada PT TELKOM Tbk Bekasi

    yang berada di kawasan Bekasi. Tepatnya berlokasi di Jalan Rawa Tembaga

    Raya No. 4 Bekasi - 17141. Waktu pelaksanaan kegiatan penelitian ini

    adalah selama tiga bulan pada bulan Februari 2007 sampai April 2007.

    Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja (purposive) dengan berdasarkan

    pertimbangan adanya kesediaan pihak perusahaan untuk memberikan

    informasi dan data yang diperlukan sesuai dengan penelitian.

    3.3. Metode Penelitian

    Metode dalam penelitian ini bersifat penjelasan (explanatory research)

    yang bertujuan untuk memberikan gambaran dan penjelasan secara

    sistematis mengenai sifat atau karakteristik dari suatu fenomena tertentu

    SDM Customer Care

    Analisis Rank Spearman, Chi-Square Windows SPSS 12.0 dan Microsoft Excel 2003

    Kesimpulan dan Saran

    Penyebaran Kuesioner & Wawancara

    Uji Validitas Uji Reliabilitas

    Hasil Analisis Data

    Pra Penelitian

    Studi Literatur

    Perumusan Masalah

    Desain Penelitian

    Pembuatan Kuesioner

    PT TELKOM Tbk Bekasi

    Pengumpulan Data

    Pengolahan Data

  • 31

    melalui pengujian hipotesis yaitu mengenai stres kerja karyawan dengan

    kepuasan kerja karyawan pada suatu perusahaan. Desain penelitian ini

    dirancang untuk menentukan tingkat hubungan variabel-variabel yang

    berbeda dalam suatu populasi atau disebut dengan penelitian korelasi.

    Dalam hal ini variabel-variabel yang ingin dihubungkan berasal dari stres

    kerja dan kepuasan kerja karyawan yang bekerja pada lingkungan

    perusahaan maupun organisasi.

    3.3.1. Teknik Pengambilan Contoh

    Menurut Hasan (2002) populasi adalah keseluruhan dari semua objek

    atau individu yang memiliki karakteristik tertentu, jelas dan lengkap yang

    akan diteliti. Populasi dari penelitian ini adalah bagian Customer Care pada

    PT TELKOM Tbk Bekasi yang terdiri dari manajer Customer Care, staf

    administrasi, karyawan pada sub-sub bagian Prime Customer Care,

    Personal Customer Care, Direct Channel Management, Indirect Channel

    Management dengan karakteristik pekerjaan yang berbeda-beda. Populasi

    karyawan bagian Customer Care (Tabel 2).

    Tabel 2. Populasi karyawan pada bagian Customer Care No Unit kerja Jumlah Responden

    1. Manajer Customer Care 1

    2. Staf Administrasi 1

    3. Prime Customer Care 16

    4. Personal Customer Care 14

    5. Direct Channel Management 26

    6. Indirect Channel Management 16

    Jumlah Responden 74

    Sumber : PT TELKOM Tbk Bekasi

    Melihat keadaan tersebut, dimana objek survei tidak terlalu banyak,

    maka metode pengambilan sampel untuk penelitian ini dilakukan secara

    sensus atau Complete Enumeration. Menurut Hasan (2002) sensus adalah

    cara pengumpulan data dengan mengambil setiap elemen populasi atau

    karakteristik yang ada dalam populasi sebagai sampel. Teknik ini dipilih

    berdasarkan pertimbangan-pertimbangan (judgment) peneliti dimana sampel

    yang diambil hanya dari bagian Customer Care, dengan jumlah keseluruhan

    anggota populasi sebanyak 74 orang karyawan. Dengan demikian seluruh

  • 32

    populasi pada bagian Customer Care diambil dan dijadikan sampel untuk

    diteliti.

    3.3.2. Pengumpulan Data

    Data yang diperlukan dalam penyelesaian tugas akhir ini bersumber

    dari data primer dan data sekunder, baik yang bersifat kualitatif maupun

    kuantitatif. Menurut Istijanto (2006) data primer adalah data asli yang

    dikumpulkan oleh periset dan belum tersedia untuk menjawab masalah

    penelitian secara khusus, sedangkan data sekunder adalah data yang sudah

    tersedia atau sudah dikumpulkan oleh pihak lain untuk tujuan sebelumnya.

    Sementara itu, cara memperoleh data dapat dilakukan dengan

    mengumpulkan data atau informasi berupa data primer dan data sekunder.

    Adapun data primer dapat diperoleh dengan melakukan pengamatan

    langsung di lapangan, wawancara dengan pihak-pihak yang terkait dengan

    perusahaan yaitu pihak perusahaan yang berkaitan dengan sumberdaya

    manusia serta melalui hasil pengisian kuesioner. Data sekunder tentang

    gambaran umum perusahaan, mencakup data tentang sejarah perkembangan

    perusahaan, struktur organisasi perusahaan, ketenagakerjaan karyawan

    diperoleh dari literatur-literatur dan laporan-laporan yang dimiliki oleh

    perusahaan.

    Metode pengumpulan data yang digunakan yaitu berupa:

    1. Observasi Partisipan

    Teknik ini digunakan untuk mendapatkan fakta-fakta empiris yang

    tampak (kasat mata) guna memperoleh dimensi-dimensi untuk

    pemahaman konsep dan fenomena yang diamati.

    2. Wawancara

    Teknik ini digunakan karena wawancara mempunyai sejumlah kelebihan,

    antara lain: dapat digunakan oleh peneliti untuk lebih cepat memperoleh

    data dan informasi yang dibutuhkan, informasi yang diperoleh lebih

    meyakinkan, memberikan keleluasaan yang lebih besar dalam

    mengajukan pertanyaan. Wawancara dilakukan dengan manajer HRD

    yang berhubungan langsung dengan karyawan.

  • 33

    3. Kuesioner

    Kuesioner yang diberikan kepada responden berisi pernyataan mengenai

    stres kerja karyawan dan kepuasan kerja karyawan dapat dilihat pada

    Lampiran 1. Cara penilaian terhadap hasil jawaban kuesioner dengan

    menggunakan skala Likert (Sumarsono, 2004), karena skala Likert

    berhubungan dengan pernyataan tentang sikap seseorang terhadap

    sesuatu, dengan bobot tertentu pada setiap pertanyaan yaitu :

    Bobot nilai = 5 Sangat setuju Bobot nilai = 4 Setuju Bobot nilai = 3 Kurang setuju Bobot nilai = 2 Tidak setuju Bobot nilai = 1 Sangat tidak setuju

    4. Studi pustaka

    Diperlukan untuk mencari referensi dan literatur yang berkaitan dengan

    kegiatan yang dilakukan sebagai data pelengkap dan pembanding dari

    data yang ada.

    3.4. Pengolahan dan Analisis Data

    3.4.1. Uji Validitas

    Menurut Singarimbun dan Effendi (1989), uji validitas menunjukkan

    sejauh mana alat pengukur itu dapat mengukur hal yang akan diukur.

    Menurut Riduwan (2005) Product Moment atau analisis korelasi adalah

    untuk mencari hubungan variabel bebas (X) dengan variabel terikat (Y) dari

    data berbentuk interval atau rasio. Langkah-langkah dalam menguji validitas

    kuesioner adalah sebagai berikut (Umar, 2003):

    a. Mendefinisikan secara operasional konsep yang akan diukur dengan cara:

    1) Mencari definisi dan rumusan konsep dari literatur, jika sekiranya

    sudah ada rumusan yang cukup operasional, maka rumusan tersebut

    dapat langsung dipakai. Tetapi bila rumusan tersebut belum

    operasional, maka peneliti harus merumuskan seoperasional mungkin.

    2) Jika dalam literatur tidak diperoleh definisi atau rumusan konsep yang

    akan diukur, peneliti harus mendiskusikannya dengan para ahli lain.

  • 34

    Pendapat para ahli ini kemudian disarikan ke dalam rumusan yang

    operasional.

    3) Menanyakan langsung kepada calon responden penelitian mengenai

    aspek-aspek konsep yang akan diukur. Dari jawaban yang diperoleh,

    peneliti membuat kerangka konsep dan menyusun pertanyaan yang

    operasional.

    b. Melakukan uji coba skala pengukur pada sejumlah responden yang

    memiliki karakteristik mirip dengan objek penelitian yang sebenarnya.

    Jumlah respoden untuk uji coba adalah 30 orang, karena distribusi skor

    atau nilai akan lebih mendekati kurva normal.

    c. Mempersiapkan tabel tabulasi jawaban.

    d. Menghitung korelasi antara skor masing-masing pertanyaan dengan total

    skor tiap-tiap pertanyaan dengan menggunakan rumus korelasi Product

    Moment, yaitu:

    =

    = == =

    = = =n

    i

    n

    iii

    n

    i

    n

    iii

    n

    i

    n

    i

    n

    iiiii

    YYNXXN

    YXYXNr

    1

    2

    1

    2

    1

    2

    1

    2

    1 1 1)((

    ......(1)

    Keterangan :

    N = Jumlah responden

    X = Skor masing-masing pertanyaan

    Y = Skor total

    e. Membandingkan angka korelasi yang diperoleh dengan angka kritik tabel

    korelasi nilai r. Bila nilai r hitung > r tabel, maka pertanyaan tersebut

    valid atau signifikan dalam penelitian ini, angka kritik tabel korelasi

    untuk nilai r adalah r (N-2;).

    3.4.2. Uji Reliabilitas

    Setelah dilakukan uji validitas, kemudian dilakukan uji reliabilitas.

    Menurut Singarimbun dan Effendi (1989), reliabilitas adalah indeks yang

    menunjukkan sejauh mana alat pengukuran dapat dipercaya atau dapat

    diandalkan. Suatu alat pengukuran dikatakan reliabel jika alat tersebut

    memiliki hasil pengukuran yang konsisten dari dua kali pengukuran gejala

  • 35

    yang sama. Teknik Alpha Cronbach digunakan untuk mencari reliabilitas

    dengan instrumen yang skornya bukan 0-1, tetapi merupakan rentangan

    antara beberapa nilai, misalnya 0-10 atau 0-1000 atau bentuk skala 1-3, 1-5

    atau 1-7 dan seterusnya. Rumus ini ditulis sebagai berikut:

    r11 =

    =

    21

    2,

    11 t

    n

    iib

    kk

    ...........................................................(2)

    Keterangan : r11 = reliabilitas instrument k = banyaknya butir pertanyaan

    =

    n

    iib

    1

    2, = varians butir ke-b

    2t = varians total Rumus varians yang digunakan :

    nn

    XX

    n

    j

    n

    jji

    ji =

    == 1

    1

    2.

    2.

    2

    )(

    .....................................................(3) dimana : n = Jumlah Responden

    X = nilai skor yang dipilih (total nilai dari nomor-nomor butir

    pertanyaan)

    3.4.3. Rata-Rata Tertimbang

    Rata-rata tertimbang digunakan untuk mengelompokkan jawaban

    responden terhadap masing-masing kriteria (skala 1-5), dimana skala

    tersebut memiliki bobot masing-masing sebagai berikut:

    Bobot nilai = 5 Sangat setuju Bobot nilai = 4 Setuju Bobot nilai = 3 Kurang Setuju Bobot nilai = 2 Tidak setuju Bobot nilai = 1 Sangat tidak setuju Kemudian jumlah responden dikelompokkan di dalam setiap kriteria

    dikalikan dengan bobotnya, lalu hasil perkalian di dalam setiap kriteria

    dijumlahkan kemudian dibagi dengan jumlah respondennya, sehingga

  • 36

    didapat suatu nilai rata-rata tertimbang yang berada pada skala 1-5. Dengan

    rumus sebagai berikut:

    Xi 1 2 3 4 5

    fi f1 f2 f3 f4 f5 fi

    =X

    =

    =n

    ii

    n

    iii

    f

    fX

    1

    1 ...........................................................................(4)

    Keterangan : Xi = skor butir ke-i

    fi = frekuensi skor ke-i

    Dari hasil nilai rata-rata tertimbang kemudian ditentukan rentang skala tiap

    komponen dengan menggunakan rumus rentang skala (1-5):

    RS = m

    )1m( ...........................................................................(5) dimana : m = jumlah alternatif jawaban tiap item

    Hasil perhitungan tersebut yang kemudian akan didapat kesimpulan nilai

    terhadap skala 1-5 sehingga nilai rata-rata tertimbang yang dihasilkan akan

    menunjukan tingkat stres kerja dan kepuasan kerja karyawan.

    3.4.4. Korelasi Rank Spearman

    Menurut Hakim dan Barizi (1976) korelasi Rank Spearman digunakan

    untuk mengukur keeratan hubungan antara peubah acak X dan Y. Menurut

    Djarwanto (2003) korelasi Rank Spearman diperlukan untuk mengukur

    keeratan hubungan antara dua variabel dimana dua variabel itu tidak

    mempunya joint normal disribution dan conditional variance tidak

    diketahui sama, korelasi Rank Spearman ini juga dipergunakan apabila

    pengukuran kuantitatif secara eksak tidak mungkin atau sulit dilakukan.

    Menurut Pratisto (2004) korelasi Rank Spearman digunakan untuk

    mengukur tingkat keeratan hubungan antara variabel satu dengan variabel

    yang lain berdasarkan rankingnya, termasuk dalam statistik non-parametik.

    Pada penelitian ini dilakukan uji korelasi Rank Spearman antara stres kerja

    dengan kepuasa