PERILAKU ORGANISASI
Transcript of PERILAKU ORGANISASI
BAB I
1) Mendeskripsikan hal-hal yang dilakukan oleh manajer.
2) Mendefinisikan perilaku organisasi (PO).
3) Menjelaskan manfaat studi sistematis PO.
4) Mengetahui berbagai kontribusi ilmu-ilmu pengetahuan perilaku utama terhadap
PO.
5) Menyebutkan berbagai tantangan dan peluang bagi manajer untuk menggunakan
konsep-konsep PO.
6) Menjelaskan tiga tingkat analisis dalam model PO buku ini.
7) Menjelaskan pentingnya pendekatan kemungkinan untuk studi PO.
Jawab:
1) Mendeskripsikan hal-hal yang dilakukan oleh manajer.
- membuat keputusan.
- mengalokasikan sumber daya.
- mengatur aktivitas anak buahnya untuk mencapai tujuan.
Manajer melakukan pekerjaan mereka dalam suatu organisasi
(organization), yaitu sebuah unit sosial yang dikoordinasi secara sadar, terdiri atas
dua individu atau lebih, dan berfungsi dalam suatu dasar yang relatif terus-
menerus guna mencapai satu atau serangkaian tujuan bersama.
Individu yang mengawasi aktivitas individu lain dan bertanggung jawab
terhadap pencapaian tujuan dalam organisasi adalah manajer.
Manajer juga membuat fungsi perencanaan (planning) meliputi
pendefinisian tujuan suatu organisasi. Penentuan strategi keseluruhan untuk
mencapai tujuan tersebut. Dan pengembangan serangkaian rencana komprehensif
untuk menggabung dan mengkoordinasi berbagai aktivitas.
2) Perilaku organisasi adalah sebuah bidang studi yang menyelidiki pengaruh yang
dimiliki oleh individu, kelompok, dan struktur terhadap perilaku dalam
organisasi, yang bertujuan menerapkan ilmu pengetahuan semacam ini guna
meningkatkan keefektifan suatu organisasi.
3) Manfaat studi sistematis PO.
Untuk melihat pada hubungan-hubungan, berusaha mengaitkan antara sebab dan
akibat, dan mendasari kesimpulan kita dengan bukti ilmiah, yaitu berdasarkan
data yang dikumpulkan dalam kondisi yang terkendali, dan diukur serta
dinterpretasikan secara lebih teliti.
Studi sistematis menambah intuisi (intuition), atau “perasaan-perasaan instingtif,
tentang” mengapa saya melakukan apa yang saya lakukan” dan apa yang
memotivasi individu lain”.
4) Kontribusi ilmu-ilmu pengetahuan perilaku utama terhadap PO.
a) Psikologi
Ilmu pengetahuan yang berusaha mengukur, menjelaskan, dan terkadang
mengubah perilaku manusia dan mahluk lain.
b) Psikologi Sosial
Bidang dalam psikologi yang memadukan konsep dan psikologi dan sosiologi
serta berfokus pada pengaruh seseorang terhadap orang lainnya.
c) Sosiologi
Studi tentang manusia dalam kaitannya dengan lingkungan sosial dan kultur
mereka.
d) Antropologi
Studi kemasyarakatan untuk mempelajari manusia dan aktivitas-aktivitas
mereka.
5) Tantangan dan peluang bagi manajer untuk menggunakan konsep-konsep PO.
1. Merespons Globalisasi.
2. Mengelola keragaman angkatan kerja.
Keragaman angkatan kerja konsep bahwa organisasi menjadi semakin
heterogen dalam hal gender, usia, ras, etnik
dan orientasi seksual dan keterlibatan
berbagai kelompok lain.
3. Meningkatkan kualitas dan produktivitas.
4. Merespon kurangnya tenaga kerja.
5. Meningkatkan layanan pelanggan.
6. Meningkatkan keahlian personal.
7. Membudayakan karyawan/orang. membuat karyawan-karyawan
bertanggung jawab atas apa yang mereka lakukan.
8. Menstimulasi inovasi dan perubahan.
9. Mengatasi “kesementaraan”.
10. Bekerja dalam organisasi berjaringan.
11. Membantu karyawan menyeimbangkan konflik kehidupan pekerjaan.
12. Meningkatkan perilaku etis.
6) Tiga tingkat analisis dalam model PO.
3 tingkat analisis
Tingkat sistem-sistem organisasi
Tingkat kelompok
Tingkat individual
Tiga tingkat dasar tersebut sama dengan balok-balok bangunan: setiap tingkat
berdiri di atas tingkat sebelumnya. Konsep kelompok melebihi dasar yang ada di
bagian individual; kita meletakkan batasan struktural di atas tingkat individual
dan kelompok untuk mencapai PO.
7) Pentingnya pendekatan kemungkinan untuk studi PO.
BAB II
1) Membedakan dua jenis kemampuan.
2) Mendefinisikan karakteristik-karakteristik biografis utama.
3) Memahami cara membentuk perilaku orang lain.
4) Membedakan keempat jadwal penegasan.
5) Mengklarifikasi peran hukuman dalam pembelajaran.
Jawab:
1) 2 Jenis kemampuan.
Kemampuan intelektual
Kemampuan yang dibutuhkan untuk melakukan berbagai aktivitas mental-
berpikir, menalar dan memecahkan masalah.
Kemampuan fisik
Kemampuan melakukan tugas-tugas yang menuntut stamina, ketrampilan,
kekuatan dan karakteristik serupa.
2) Mendefinisikan karakteristik-karakteristik biografis utama.
a. Usia
Suatu keadaan yang menunjukkan umur dari seorang individu/pribadi.
b. Gender
Sifat biologis dari manusia yang menunjukkan perbedaan manusia yang
satu dengan yang lainnya.
c. Ras
Warisan biologis yang digunakan individu untuk mengidentifikasi diri
mereka sendiri.
d. Masa Jabatan
Pengalaman kerja dari suatu individu dalam menekuni suatu pekerjaan.
3) Memahami cara membentuk perilaku orang lain.
Ada 4 cara pembentukan perilaku, yaitu:
a. Melalui penegasan positif
* Menindaklanjuti respons dengan sesuatu yang menyenangkan.
b. Penegasan negatif
* Menindaklanjuti respon dengan penghentian atau penarikan sesuatu
yang tidak menyenangkan.
c. Hukuman
* Sebuah kondisi tidak menyenangkan dalam upaya menghilangkan
perilaku yang tidak diharapkan.
d. Peniadaan
* Menghapuskan semua penegasan yang mempertahankan sebuah
perilaku.
4) Membedakan ke-4 jadwal penegasan.
1. Jadwal interval tetap
Memberi jarak penghargaan pada interval waktu yang seragam.
2. Jadwal interval variabel
Mendistribusikan penghargaan pada waktu yang sedemikian sehingga
penegasan tersebut tidak dapat diprediksikan.
3. Jadwal rasio tetap
Mencetuskan penghargaan setelah sejumlah respons yang tetap atau
konstan.
4. Jadwal rasio variabel
Memvariasikan penghargaan secara relatif terhadap perilaku individu.
5) Mengklarifikasi peran hukuman dalam pembelajaran.
Pembelajaran lebih baik jauh menyarankan bahwa penegasan adalah sebuah
alat yang lebih efektif daripada hukuman. Meskipun hukuman
menghilangkan perilaku yang tidak diharapkan secara lebih cepat dari ada
penegasan negatif, perilaku yang mendapat hukuman cenderung hanya
tertekan secara sementara dan bukannya diubah secara permanen. Dan ada
hukuman dapat menghasilkan pengaruh sampingan yang tidak
menyenangkan seperti moral yang lebih rendah dan ketidakhadiran atau
perputaran karyawan yang lebih tinggi. Selain itu, penerima hukuman
cenderung menjadi benci kepada pemberi hukuman. Dengan demikian para
manajer disarankan untuk menggunakan penegasan daripada hukuman.
BAB III
Sikap dan Kepuasan Kerja
1) Membedakan tiga komponen sikap
2) Menelaah peran konsistensi dalam sikap.
3) Merangkum hubungan antara sikap dan perilaku.
4) Mendiskusikan berbagai persamaan dan perbedaan antara kepuasan kerja dan
sikap kerja lain yang didiskusikan.
5) Merangkum sebab-sebab utama kepuasan kerja.
6) Menelaah empat respons karyawan terhadap ketidakpuasan.
Jawab:
1) Membedakan 3 komponen sikap.
a. Komponen kognitis
Segmen opini atau keyakinan dari sikap, yang menentukan tingkatan
untuk bagian yang lebih penting dari sebuah sikap.
b. Komponen afektif
Segmen emosional atau perasaan dari sikap.
c. Komponen perilaku
Dari sebuah sikap merujuk pada suatu maksud untuk berprilaku dalam
cara tertentu terhadap seseorang atau sesuatu.
2) Menelaah peran konsistensi dalam sikap.
Pada umumnya, penelitian menyimpulkan bahwa individu mencari konsistensi
di antara sikap mereka. Serta antara sikap dan perilaku mereka. Ini berarti
bahwa individu berusaha untuk menetapkan sikap yang berbeda serta
meluruskan sikap dan perilaku mereka sehingga mereka terlihat rasional dan
konsisten. Ketika terdapat ketidakkonsistenan, timbullah dorongan untuk
mengembalikan individu tersebut ke keadaan seimbang di mana sikap dan
perilaku kembali konsisten. Ini bisa dilakukan dengan cara mengubah sikap
maupun perilaku atau dengan mengembangkan rasionalisasi untuk
ketidaksamaan.
3) Merangkum hubungan antara sikap dan perilaku.
Variabel-variabel pengait hubungan sikap-perilaku yang paling kuat adalah
pentingnya sikap, kekhususannya, aksebilitasnya, apakah ada tekanan-tekanan
sosial, dan apakah seseorang mempunyai pengalaman langsung dengan sikap
tersebut.
Sikap yang penting adalah sikap yang mencerminkan nilai-nilai fundamental.
Minat dari, atau identifikasi dengan individu atau kelompok yang dihargai
oleh seseorang. Sikap-sikap yang dianggap penting oleh individu cenderung
menunjukkan hubungan yang kuat dengan perilaku. Semakin khusus sikap
tersebut dan semakin khusus perilaku tersebut, semakin kuat hubungan antara
keduanya.
Ketidaksesuaian antara sikap dan perilaku kemungkinan besar muncul ketika
tekanan sosial untuk berprilaku dalam cara-cara tertentu memiliki kekuatan
yang luar biasa.
Akhirnya, hubungan sikap perilaku mungkin sekali jauh lebih kuat apabila
sebuah sikap merujuk pada sesuatu dengan mana individu tersebut
mempunyai pengalaman pribadi secara langsung.
4) Persamaan dan perbedaan antara kepuasan kerja dan sikap kerja lain yang
didikusikan.
Kepuasan Kerja. Istilah kepuasan kerja (job satisfaction) dapat didefinisikan
sebagai suatu perasaan positif tentang pekerjaan seseorang yang merupakan hasil
dari sebuah evaluasi karakteristiknya.
Keterlibatan Pekerjaan. Meskipun jauh lebih sedikit dipelajari bila
dibandingkan dengan kepuasan kerja, konsep yang juga berkaitan dengan sikap
kerja adalah keterlibatan pekerjaan (job involvement).13 Keterlibatan pekerjaan
mengatur tingkat sampai mana individu secara psikologis memihak pekerjaan
mereka dan menganggap penting tingkat kinerja yang dicapai sebagai bentuk
penghargaan diri.14
5) Kepuasan kerja sebagai suatu perasaan positif tentang pekerjaan seseorang yang
merupakan hasil dari sebuah evaluasi karakteristiknya. Definisi ini benar-benar
merupakan sebuah definisi yang sangat luas.36
Dua pendekatan yang paling luas digunakan adalah penilaian tunggal
secara umum dan nilai penyajian akhir yang terdiri atas jumlah aspek pekerjaan.
Pendekatan yang lain-penyajian akhir aspek pekerjaan-lebih rumit. Pendekatan ini
mengidentifikasi elemen-elemen penting dalam suatu pekerjaan dan menanyakan
perasaan karyawan tentang setiap elemen. Faktor-faktor khusus yang akan
dimasukkan adalah sifat pekerjaan, pengawasan, bayaran saat ini, peluang
promosi, dan hubungan dengan rekan-rekan kerja.38
6) Keluar
Ketidakpuasan yang diungkapkan melalui perilaku yang ditujukan untuk
meninggalkan organisasi.
Aspirasi
Ketidakpuasan yang diungkapkan melalui usaha-usaha yang aktif dan konstruktif
untuk memperbaiki kondisi.
Kesetiaan
Ketidakpuasan yang diungkapkan dengan secara aktif menunggu membaiknya
kondisi.
Pengabdian
Ketidakpuasan yang diungkapkan dengan membiarkan kondisi menjadi lebih
buruk.
BAB IV
1) Menjelaskan faktor-faktor yang menentukan kepribadian seorang individu
2) Mendeskripsikan kerangka kepribadian Myers-Briggs Type Indicator.
3) Menelaah sifat-sifat utama dalam model kepribadian Lima Besar.
4) Menjelaskan bagaimana sifat-sifat kepribadian yang utama bisa memprediksi
perilaku di tempat kerja.
5) Membedakan nilai terminal dan instrumental.
6) Menyebutkan nilai-nilai dominan dari angkatan kerja zaman sekarang.
7) Memahami lima dimensi nilai kultur nasional oleh Hofstede.
Jawab:
1) Faktor keturunan, Keturunan merujuk pada faktor genetis seorang individu.
Tinggi fisik, bentuk wajah, gender, temperamen, komposisi otot dan refleks,
tingkat energi, dan irama biologis adalah karakteristik yang pada umumnya
dianggap, entah sepenuhnya atau secara substansial, dan psikologis bawaan
mereka. Pendekatan keturunan berpendapat bahwa penjelasan pokok mengenai
kepribadian seseorang adalah struktur molekul dari gen yang terdapat dalam
kromoson.
Terdapat tiga dasar penelitian berbeda yang memberikan sejumlah
kredibilitas terhadap argumen bahwa faktor keturunan memiliki peran penting
dalam menentukan kepribadian seseorang. Dasar pertama berfokus pada
penyokong genetis dari perilaku dan temperamen anak-anak kembar yang
dipisahkan sejak lahir. Dasar ketiga meneliti konsestensi kepuasan kerja dari
waktu ke waktu dan dalam berbagai situasi.
Faktor lingkungan. Faktor lain yang memiliki pengaruh cukup besar terhadap
pembentukan karakter kita adalah lingkungan di mana kita tumbuh dan
dibesarkan; dan pengaruh-pengaruh lain yang kita alami. Faktor-faktor
lingkungan ini memiliki peran dalam membentuk kepribadian kita.
Ada cara lain di mana lingkungan relevan untuk membentuk kepribadian.
Kepribadian seseorang, meskipun pada umumnya stabil dan konsisten, dapat
berubah bergantung pada situasi yang dihadapinya. Meskipun kita belum mampu
mengembangkan pola klasifikasi yang akurat untuk situasi-situasi ini, kita tahu
bahwa ada beberapa situasi-misalnya, tempat ibadah atau wawancara pekerjaan-
membatasi banyak perilaku, sementara situasi lainnya-misalnya, piknik di taman
umum-membatasi relatif lebih sedikit perilaku.6
2) - Ekstraver versus Introver-Individu dengan karakteristik ekstraver
digambarkan sebagai individu yang ramah, suka bergaul, dan tegas,
sedangkan individu dengan karakteristik introver digambarkan sebagai
individu yang pendiam dan pemalu.
- Sensitif versusu intuitif-Individu dengan karakteristik sensitif digambarkan
sebagai individu yang praktis dan lebih menyukai rutinitas dan urutan. Mereka
berfokus pada detail. Sebaliknya, individu dengan karakteristik intuitif
mengandalkan proses-proses tidak sadar dan melihat “gambaran umum”.
- Pemikir versus Perasa-Individu yang termasuk dalam karakteristik pemikir
menggunakan alasan dan logika untuk menangani berbagai masalah,
sedangkan individu dengan karakteristik perasa mengandalkan nilai-nilai dan
emosi pribadi mereka.
- Memahami versus Menilai-Individu yang cenderung memiliki karakteristik
memahami menginginkan kendali dan lebih suka dunia meraka teratur dan
terstruktur, sedangkan individu dengan karakteristik menilai cenderung lebih
fleksibel dan spontan.
3) Ekstravesi
Dimensi kepribadian yang mendeskripsikan seseorang yang suka bergaul, suka
berteman, dan tegas.
Mudah akur atau mudah bersepakat
Dimensi kepribadian yang mendeskripsikan seseorang yang bersifat baik,
kooperatif, dan penuh kepercayaan
Sifat berhati-hati
Dimensi kepribadian yang mendeskripsikan seseorang yang bertanggung jawab,
bisa dipercaya, gigih, dan teratur.
Stabilitas emosi
Dimensi kepribadian yang menggolongkan seseorang sebagai orang yang tenang,
percaya diri, memiliki pendirian yang teguh (positif) versus mudah gugup,
khawatir, depresi, dan tidak memiliki pendirian yang teguh (negatif).
Terbuka terhadap hal-hal baru
Dimensi kepribadian yang menggolongkan seseorang berdasarkan lingkup minat
dan ketertarikannya terhadap hal-hal baru.
4) Evaluasi Inti Diri
Tingkat dimana individu menyukai atau tidak menyukai diri mereka sendiri
apakah mereka menganggap diri mereka cakap dan efektif, dan apakah mereka
merasa memegang kendali atau tidak berdaya atas lingkungan mereka.
Harga diri
Tingkat dimana individu menyukai atau tidak menyukai diri mereka sendiri dan
sampai mana mereka menganggap diri mereka berharga atau tidak sebagai
manusia.
Lokus kendali
Tingkat dimana individu yakin bahwa mereka adalah penentu nasib mereka
sendiri.
Internal
Individu-individu yang yakin bahwa mereka merupakan pemegang kendali atas
apa pun yang terjadi pada diri mereka.
Eksternal
Individu-individu yang yakin bahwa apa pun yang terjadi pada diri mereka
dikendalikan oleh kekuatan-kekuatan luar seperti keberuntungan atau
kesempatan.
Machiavellianisme
Tingkat dimana seseorang individu pragmatis, mempertahankan jarak emosional,
dan yakin bahwa hasil lebih penting daripada proses.
Narsisme
Kecenderungan menjadi arogan , mempunyai rasa kepentingan diri yang
berlebihan, membutuhkan pengakuan berlebih, dan mengutamakan diri sendiri.
Pemantuan Diri
Kemampuan seorang individu untuk menyesuaikan perilakunya dengan faktor-
faktor situasional eksternal.
Kepribadian Tipe A
Keterlibatan secara agresif dalam perjuangan terus menerus untuk mencapai lebih
banyak dalam waktu yang lebih sedikit dan, bila perlu, melawan upaya-upaya
yang menentang dari orang atau hal lain.
Karakteristik tipe A adalah:
a) Selalu bergerak, berjalan, dan makan dengan cepat
b) Merasa tidak sabaran
c) Berusaha keras untuk memikirkan atau melakukan dua hal atau lebih pada
saat bersamaan
d) Tidak dapat menikmati waktu luang
e) Terobsesi dengan angka-angka, mengukur keberhasilan dalam bentuk jumlah
hal yang bisa mereka peroleh
Kepribadian Proaktif
Sikap yang cenderung oportunis, berinisiatif, berani bertindak, dan tekun hingga
berhasil mencapai perubahan yang berarti.
5) Nilai Terminal
Keadaan akhir kehidupan yang diinginkan, tujuan-tujuan yang ingin dicapai
seseorang selama masa hidupnya.
Nilai Instrumental
Perilaku atau cara-cara yang lebih disukai untuk mencapai nilai-nilai terminal
seseorang.
6) Nilai-nilai Kerja Dominan pada Angkatan Kerja Saat ini
KelompokMemasuki Angkatan Kerja
Rata-rata Usia Saat ini
Nilai-nilai kerja yang dominan
Veteran 1950-an atau awal 1960-an
65+ Kerja keras, konservatif, patuh: loyal terhadap organisasi
Boomer 1965-1985 Awal 40-an sampai 60-an
Keberhasilan, pencapaian, ambisi, tidak menyukai otoritas; loyal terhadap pekerjaan
Generasi X 1985-2000 Akhir 20-an sampai awal 40-an
Keseimbangan kerja/kehidupan, berorientasi tim, tidak menyukai peraturan; setia pada hubungan-hubungan
Nexter 2000 sampai saat ini Dibawah 30 Percaya diri, keberhasilan finansial, percaya diri tetapi berorientasi tim; setia pada diri sendiri dan hubungan-hubungan
7) Jarak Kekuasaan
Sifat Kultur nasional yang mendeskripsikan tingkatan dimana suatu masyarakat
menerima kekuatan dalam institusi dan organisasi didistribusikan secara tidak
sama.
Individualisme
Sifat kultur nasional yang mendeskripsikan tingkatan dimana orang lebih suka
bertindak sebagai individu daripada sebagai anggota suatu kelompok.
Maskulinitas
Sifat kultur nasional yang mendeskripsikan tingkat sampai mana kultur tersebut
menyukai peran pencapaian, kekuatan, dan pengendalian dari pekerjaan maskulin
tradisional, nilai-nilai sosial digolongkan menurut ketegasan dan materialisme.
Penghindaran ketidakpastian
Sifat kultur nasional yang mendeskripsikan tingkat sampai mana suatu
masyarakat merasa terancam oleh situasi-situasi yang tidak pasti dari ambigu
serta berusaha untuk menghindarinya.
Orientasi jangka panjang
Sifat kultur nasional yang menekankan masa depan, penghematan, dan ketekunan.
Orientasi jangka pendek
Sifat kultur nasional yang menekankan masa lalu dan masa kini, menghormati
tradisi, dan memenuhi kewajiban-kewajiban sosial.
BAB V
1) Menjelaskan bagaimana dua orang bisa melihat hal yang sama dan
menafsirkannya secara berbeda.
2) Menyebutkan tiga faktor penentu hubungan.
3) Mendeskripsikan bagaimana jalan pintas bisa membantu atau mengubah penilaian
kita tentang orang lain.
4) Menjelaskan bagaimana persepsi memengaruhi proses pembuatan keputusan.
5) Menguraikan enam langkah rasional dalam model pembuatan keputusan.
6) Mendeskripsikan berbagai tindakan dari pembuat keputusan yang rasional.
7) Menyebutkan dan menjelaskan bias-bias atau kesalahan-kesalahan keputusan
umum.
8) Mengidentifikasi kondisi-kondisi di mana para individu kemungkinan besar
menggunakan intuisi dalam membuat keputusan.
9) Membandingkan tiga kriteria keputusan etis.
Jawab:
1) Ketika seseorang individu melihat sebuah target dan berusaha untuk
menginterpretasikan apa yang ia lihat, interpretasi itu sangat dipengaruhi oleh
berbagai karakteristik pribadi dari pembuat persepsi individual tersebut.
Karakteristik pribadi yang memengaruhi persepsi meliputi sikap, kepribadian,
motif, minat, pengalaman masa lalu, dan harapan-harapan seseorang. Sebagai
contoh, apbila Anda mengharapkan para petugas polisi memiliki wewenang,
orang-orang muda menjadi malas, atau para individu yang mendiami kantor
umum tidak mengindahkan moral, Anda mungkin menganggap mereka
seperti itu tanpa memedulikan sifat-sifat mereka yang sebenarnya.
2) (1) kekhususan, (2) konsensus, dan (3) konsistensi.
3) Kita menggunakan sejumlah jalan pintas ketika menilai individu lain.
Mengartikan dan menginterpretasikan apa yang dilakukan oleh individu lain
sangatlah berat. Akibatnya, para individu mengembangkan berbagai teknik
untuk membuat tugas tersebut menjadi lebih dapat diatur. Teknik-teknik ini
sering kali berharga-memungkinkan kita untuk membuat berbagai persepsi
yang akurat dengan cepat dan memberikan data yang valid untuk membuat
berbagai prediksi. Namun, teknik-teknik tersebut bukan merupakan teknik-
teknik yang sangat mudah sehingga bisa dilakukan oleh siapa pun, sebaliknya
teknik-teknik tersebut dapat dan benar-benar menyulitkan kita. Pemahaman
mengenai hal ini bermanfaat dalam mengenali kapan teknik-teknik tersebut
dapat mengakibatkan penyimpangan yang signifikan.
4) Sebuah penelitian persepsi di mana 23 eksekutif bisnis (6 dari bagian
penjualan, 5 dari bagian produksi, 4 dari bagian akuntansi, dan 8 dari bagian
umum) membaca sebuah kasus komprehensif yang mendeskripsikan
organisasi dan aktivitas sebuah perusahaan baja.7 Setiap manajer diminta
untuk menuliskan masalah yang paling penting yang mereka temukan dalam
kasus tersebut. Delapan puluh tiga persen eksekutif penjualan menganggap
penting penjualan; hanya 29 persen eksekutif dari bagian lain yang
beranggapan demikian. Bersama hasil-hasil lain dari penelitian tersebut, para
peneliti menyimpulkan bahwa partisipan menerima aspek-aspek situasi yang
khususnya berhubungan dengan aktivitas-aktivitas dan tujuan-tujuan unit
dengan bagian mana mereka terikat.
5) 1. Kejelasan masalah. Masalahnya jelas dan tidak ambigu pembuat
keputusan dianggap memiliki informasi yang lengkap sehubungan dengan
situasi keputusan.
2. Pilihan-pilihan yang diketahui. Pembuat keputusan dianggap bisa
mengidentifikasi semua kriteria yang relevan dan bisa menyebutkan
semua alternatif yang mungkin. Selanjutnya, pembuat keputusan
mengetahui semua konsekuensi yang mungkin dari setiap alternatif.
3. Pilihan-pilihan yang jelas. Rasionalitas mengasumsikan bahwa berbagai
kriteria dan alternatif bisa dinilai dan ditimbang untuk mencerminkan
kepentingan mereka.
4. Pilihan-pilihan yang konstan. Diasumsikan bahwa kriteria-kriteria
keputusan tertentu bersifat konstan dan bobot yang diberikan pada
kriteria-kriteria tersebut selalu stabil.
5. Tidak ada batasan waktu atau biaya. Pembuat keputusan yang rasional bisa
mendapatkan informasi lengkap tentang kriteria-kriteria dan alternatif-
alternatif karena diasumsikan bahwa tidak ada batasan waktu atau biaya.
6. Hasil maksimun. Pembuat keputusan yang rasional akan memilih alternatif
yang menghasilkan nilai tertinggi.
6) Kita sering berpikir bahwa pembuat keputusan yang palin baik adalah yang
rasional (rational). Artinya, pembuat keputusan tersebut membuat pilihan-
pilihan yang konsisten dan memaksimalkan nilai dalam batasan-batasan
tertentu.23 Pilihan-pilihan ini dibuat dengan mengikuti enam langkah dari
model pembuatan keputusan yang rasional (rational decision-making
model).24
7) Bias jangkar kecendrungan untuk sangat tertarik dengan informasi awal,
dari mana kita kemudian gagal menyesuaikan diri dengan baik untuk
informasi yang berikutnya.
Bias konfirmasi kecendrungan untuk mencari informasi yang menguatkan
pilihan-pilihan masa lalu dan mengabaikan informasi yang bertentangan
dengan penilaian-penilaian masa lalu.
Bias ketersediaan kecendrungan individu mendasarkan penilaian mereka
pada informasi yang sudah tersedia bagi mereka.
Bias representatif menilai kemungkinan sesuatu kejadian dengan
menganggap situsi saat ini sama seperti situasi masa lalu.
Bias peninjauan kembali kecendrungan kita untuk pura-pura yakin bahwa
kita telah memprediksi hasil dari sebuah peristiwa secara akurat, setelah hasil
itu benar-benar diketahui.
8) (1) ketika terdapat tingkat ketidakpastian yang tinggi; (2) ketika hanya
terdapat sedikit teladan yang bisa digunakan; (3) ketika variabel-variabelnya
kurang bisa diprediksi secara ilmiah; (4) ketika fakta-fakta dibatasi; (5) ketika
fakta-fakta tidak menunjukkan jalan dengan jelas; (6) ketika hanya digunakan
sedikit data analitis; (7) ketika terdapat berapa solusi alternatif masuk akal
yang bisa dipilih, di mana setiap solusi memiliki penjelasan yang baik; dan
(8) ketika waktu yang ada sangat terbatas dan terdapat tekanan untuk
membuat keputusan yang tepat.65
9) Utilitarianisme keputusan-keputusan dibuat untuk memberikan kebaikan
terbesar untuk jumlah terbanyak.
Pembocor rahasia individu yang melaporkan perbuatan-perbuatan tidak etis
dari perusahaan mereka kepada pihak luar.
BAB VI
1. Menguraikan proses motivasi.
2. Mendeskripsikan hierarki kebutuhan Maslow.
3. Membedakan motivator dari faktor higiene.
4. Menyebutkan karakteristik-karakteristik pekerjaan yang disukai oleh orang-orang
berprestasi.
5. Meringkas jenis-jenis tujuan yang meningkatkan kinerja.
6. Mendiskusikan cara-cara untuk meningkatkan efektivitas diri.
7. Menyebut dampak dari kurangnya pemberian penghargaan kepada karyawan.
8. Menjelaskan hubungan-hubungan utama dalam teori pengharapan.
9. Menjelaskan bagaimana teori motivasi kontemporer saling melengkapi.
Jawab:
1. Apa itu motivasi? Barangkali, untuk menjelaskan hal ini kita mulai dengan
menyebutkan apa yang bukan merupakan motivasi. Banyak individu yang secara
salah memandang motivasi sebagai sebuah sifat pribadi – beberapa individu
memilikinya dan yang lain tidak. Dalam praktiknya, manajer yang tidak
berpengalaman sering menyebut karyawan mereka yang terlihat kurang
termotivasi sebagai karyawan malas. Pendapat demikian memberi asumsi bahwa
karyawan tersebut selalu malas atau kurang termotivasi.
2. 1. Fisiologis: Meliputi rasa lapar, haus, berlindung, seksual, dan
kebutuhan fisik lainnya.
2. Rasa aman: Meliputi rasa ingin melindungi dari bahaya fisik dan emosional.
3. Sosial: Meliputi rasa kasih sayang, kepemilikan, penerimaan dan
persahabatan.
4. Penghargaan: Meliputi faktor-faktor penghargaan internal seperti hormat diri,
otonomi, dan pencapaian; dan faktor-faktor penghargaan eksternal seperti
status, pengakuan, dan perhatian.
5. Aktualisasi diri: Dorongan untuk menjadi seseorang sesuai kecakapannya;
meliputi pertumbuhan, pencapaian potensi seseorang, dan pemenuhan diri
sendiri.
3. Faktor-faktor higiane faktor-faktor-seperti kebijaksanaan dan administrasi
perusahaan, pengawasan, dan imbalan kerja-yang, ketika sesuai dengan suatu
pekerjaan, membuat para karyawan puas. Ketika faktor-faktor ini sesuai,
karyawan tidak akan merasa tidak puas.
4. Faktor-faktor intrinsik, seperti kemajuan, pengakuan, tanggung jawab, dan
pencapaian tampaknya berhubungan dengan kepuasan kerja.
5. Tiga elemen utama dalam definisi kita adalah intensitas, arah, dan ketekunan.
Intensitas berhubungan dengan seberapa giat seseorang berusaha. Ini adalah
elemen yang paling banyak mendapat perhatian ketika kita membicarakan tentang
motivasi. Namun, intensitas yang tinggi sepertinya tidak akan menghasilkan
prestasi kerja memuaskan kecuali upaya tersebut dikaitkan dengan arah yang
menguntungkan organisasi. Dengan demikian, kita harus mempertimbangkan
kualitas serta intensitas upaya secara bersamaan. Upaya yang diarahkan ke, dan
konsisten dengan, tujuan-tujuan organisasi merupakan jenis upaya yang
seharusnya kita lakukan. Terakhir, motivasi memiliki dimensi ketekunan.
Dimensi ini merupakan ukuran mengenai berapa lama seseorang bisa
mempertahankan usahanya. Individu-individu yang termotivasi bertahan
melakukan suatu tugas dalam waktu yang cukup lama demi mencapai tujuan
mereka.
6. 1. penguasaan yang tetap (enactive)
2. contoh yang dilakukan individu lain
3. bujukan verbal
4. kemunculan
Menurut Bandura, sumber peningkatan efektivitas diri yang paling penting adalah
apa yang disebutnya dengan penguasaan tetap. Penguasaan tetap adalah perolehan
pengalaman yang relevan dengan tugas atau pekerjaan. Apabila berhasil
melakukan suatu pekerjaan di masa lalu, saya yakin akan lebih mampu
melakukannya di masa depan.
Sumber kedua adalah contoh yang dilakukan oleh individu lain-atau
menjadi lebih percaya diri karena Anda melihat individu lain melakukan tugas
tersebut.
Sumber ketiga adalah bujukan verbal, yaitu menjadi lebih percaya diri
karena seseorang meyakinkan Anda bahwa Anda mempunyai keterampilan yang
dibutuhkan untuk berhasil. Para pembicara motivasional sering sekali
menggunakan taktik ini.
Akhirnya, Bandura memperlihatkan bahwa kemunculan meningkatkan
efektivitas diri. Kemunculan memicu keadaan bersemangat yang mendorong
seseorang untuk menyelesaikan tugas. Individu tersebut “tergerak” dan bekerja
lebih baik. Tetapi ketika tidak relevan, kemunculan merugikan kinerja.
7. Pekerja tidak termotivasi dalam pekerjaan-pekerjaan mereka dan hanya
melakukan usaha minimum untuk mencapai sesuatu.
8. 1. Hubungan usaha-kinerja. Kemungkinan yang dirasakan oleh
individu yang mengeluarkan usaha akan menghasilkan kinerja.
2. Hubungan kinerja-penghargaan. Tingkat sampai mana individu tersebut
yakin bahwa bekerja pada tingkat tertentu akan mencapai pencapaian yang
diinginkan.
3. Hubungan penghargaan-tujuan-tujuan pribadi. Tingkat sampai mana
penghargaan-penghargaan organisasional memuaskan tujuan-tujuan pribadi
atau kebutuhan-kebutuhan seorang individu dan daya tarik dari penghargaan-
penghargaan potensial bagi individu tersebut.78
9. Kenyataan bahwa beberapa dari teori ini telah mendapatkan dukungan hanya
mempersulit permasalahannya. Betapa sederhananya bila, setelah menghadirkan
setengah lusin teori, hanya satu teori dianggap valid. Karena satu teori yang valid
tidak dengan sendirinya membuat yang lain menjadi tidak valid. Pada
kenyataannya, banyak teori yang dikemukakan dalam bab ini adalah teori yang
saling melengkapi.