Perencanaan Strategis Sistem Informasi Menggunakan...
-
Upload
truongkhue -
Category
Documents
-
view
218 -
download
0
Transcript of Perencanaan Strategis Sistem Informasi Menggunakan...
Perencanaan Strategis Sistem Informasi Menggunakan Kerangka
The Open Group Architecture Framework (TOGAF) pada BPJS
Kesehatan Surakarta
Artikel Ilmiah
Peneliti :
Laxmi Chovan Septiana (682010064)
Andeka Rocky Tanaamah, S.E., M.Cs.
Agustinus Fritz Wijaya, S.Kom., M.Cs.
Program Studi Sistem Informasi
Fakultas Teknologi Informasi
Universitas Kristen Satya Wacana
Salatiga
ii
iii
iv
v
vi
1
Perencanaan Strategis Sistem Informasi Menggunakan Kerangka The Open Group
Architecture Framework (TOGAF)
pada BPJS Kesehatan Surakarta
Laxmi Chovan Septiana1, Andeka Rocky Tanaamah
2, Agustinus Fritz Wijaya
3
Sistem Informasi
Fakultas Teknologi Informasi
Universitas Kristen Satya Wacana
Jalan Diponegoro No. 52-60, Salatiga 50711, Jawa Tengah, Indonesia
Email : [email protected], [email protected].,
Abstract
The best Strategic planning is one of the most important things for a company to be able
to run a good business processes. BPJS already have a good information system but in
the business process is still lacking adequate infrastructure to manage existing
information systems. So its needed the development of a good framework for planning a
return, designing and managing infrastructure / IT-called enterprise architecture (EA).
The method used in the strategic planning of information systems in BPJS Kesehatan
Surakarta is The Open Group Architecture Framework (TOGAF) Architecture
Development Method (ADM). TOGAF ADM contains steps for designing an Enterprise
Architecture (EA) for an organization.Developmentof information system was done by the
addition of a desktop applications,web applications and mobile applications for every
existing application business.The expected result form output is an blueprint of
enterprise-scale architecture as a guide for companies to realize the strategic plan of
IS/IT.
Keywords: Strategic planning, BPJS Kesehatan, Enterprise Arsitecture, TOGAF, ADM
Abstrak
Perencanaan strategis sistem informasi yang baik merupakan salah satu hal yang paling
penting bagi perusahaan untuk bisa menjalankan proses bisnis yang baik. BPJS
Kesehatan Surakarta sudah memiliki sistem informasi yang baik namun dalam proses
bisnisnya masih kurang infrastruktur yang baik dalam mengelola sistem informasi yang
sudah ada. Sehingga dibutuhkan pengembangan suatu kerangka kerja yang baik untuk
merencanakan kembali, merancang dan mengelola infrastruktur SI/TI yang disebut
enterprise architecture(EA). Metode yang digunakan dalam perencanaan strategis sistem
informasi pada BPJS kesehatan Surakarta adalah The Open Group Architecture
Framework (TOGAF) Architecture Development Method (ADM). TOGAF ADM berisi
tahap-tahap untuk merancang sebuah Enterprise Architecture (EA) bagi sebuah
organisasi. Pengembangan system informasi yang dilakukan berupa penambahan aplikasi
desktop, web dan mobile application disetiap aplikasi bisnis yang ada dan Luaran yang
dihasilkan adalah sebuah blueprint arsitektur berskala enterprise sebagai pedoman bagi
perusahaan untuk mewujudkan rencana strategis SI/TI.
Kata Kunci: Perencanaan Strategis, BPJS Kesehatan, Enterprise Arsitecture, TOGAF,
ADM
1Mahasiswa Fakultas Teknologi Informasi, Universitas Kristen Satya Wacana
2Staff Pengajar Fakultas Teknologi Informasi, Universitas Kristen Satya Wacan
2
1. Pendahuluan
Sistem Informasi merupakan salah satu penunjang bisnis bagi suatu
perusahaan untuk mendukung dan membantu dalam memaksimalkan proses bisnis
dan merealisasikan tujuan dari perusahaan. Peran sistem informasi disetiap
perusahaaan mempunyai peran yang berbeda-beda sesuai dengan fungsi yang ada
dalam setiap perusahaan sehingga perencanaan strategi Sistem Informasi yang
tepat sangat diperlukan untuk membantu sebuah organisasi dalam pengambilan
keputusan untuk melakukan rencana bisnis dan merealisasikan pencapian tujuan
bisnisnya.
Perkembangan jasa asuransi di Indonesia mengalami pertumbuhan yang
sangat pesat, hal ini terbukti dengan banyaknya perusahaan jasa asuransi yang
menawarkan berbagai produk-produk asuransi untuk memberikan kemudahan
pada konsumen dalam memilih jasa asuransi. Salah satu jasa layanan asuransi
kesehatan diberikan oleh BPJS kesehatan yang dulunya lebih dikenal dengan
ASKES yang dikelola oleh PT Askes Indonesia (Persero), namun sesuai UU
No.24 Tahun 2011 Tentang BPJS, PT.Askes Indonesia berubah menjadi BPJS
Kesehatan sejak tanggal 1 Januari 2014 [1].Dalam menjalankan proses bisnisnya
Kantor Pusat BPJS kesehatan Jakarta sudah menerapkan penggunaan teknologi
informasi untuk menunjang dan memaksimalkan hasil kerja dalam perusahaan.
Penerapan SI/TI pada BPJS kesehatan sudah sangat membantu perusahaan dalam
memaksimalkan kinerja perusahaan.Dalam penelitian ini peneliti menggambil
BPJS Kesehatan Surakarta sebagi tempat Studi kasus.Proses bisnis yang ada pada
BPJS Kesehatan Surakarta ini sudah menerapkan penggunaan teknologi informasi
untuk menunjang hasil kerja dalam perusahaan.namun bukan berarti
perusahaan tidak mengalami hambatan dan masalah dalam menjalankan proses
bisnis yang ada dalam sistem kerja BPJS kesehatan surakarta.
Berdasarkan pengumpulan data awal yang dilakukan pada BPJS Kesehatan
Surakarta yang dilakukan kurang lebih 1 bulan penggunaan SI/TI pada BPJS
Kesehatan Surakarta ternyata masih sering mengalami masalah-masalah dalam
menjalankan proses bisnis dalam perusahaan seperti pada level penggunaan
aplikasi oleh user sering mengalami hilangnya data peserta klaim karena
pengarsipan data. Masalah lain adalah lemahnya keamanan sistem karena user
account yang digunakan pegawai dapat diakses melalui dua komputer sekaligus
secara bersamaan sehingga perlu dibangunnya sebuah desain kemanan jaringan
pada sisi arsitektur jaringan. Selain itu dari platform aplikasi yang ada hanya
sebatas website untuk menjalankan proses bisnisnya dan masalah lain yang
berkaitan dengan kesiapan pada level arsitektur sistem aplikasi dan teknologi yang
digunakan di BPJS. Secara keseluruhan dapat disimpulkan bahwa masalah yang
ada terletak pada kurang adaptifnya BPJS dalam menyediakan layanan SI/TI
untuk melakukan proses bisnisnya. Sehingga dibutuhkan pengembangan suatu
kerangka kerja yang baik untuk merencanakan kembali, merancang dan
mengelola infrastruktur SI/TI yang disebut enterprise architecture(EA).
Pemilihan EA adalah karena EA dipandang sebagai sebuah pendekatan
logis, komprehensif, dan holistik untuk merancang dan mengimplementasikan
sistem dan komponen sistem secara bersamaan. Dengan kata lain, EA
mengintegrasikan sistem informasi di dalam suatu arsitektur[2]. Konsep
3
perencanaan strategis sistem informasi yang digunakan dalam pengembangan
sistem informasi pada BPJS Kesehatan Surakarta adalah TOGAF dengan
melakukan tahapan dalam Architecture Development Method (ADM). Tahapan
yang ada pada TOGAF ADM juga memiliki perencanaan sistem informasi yang
akan diselaraskan dengan pengembangan arsitektur sistem informasi. Hasil
perencanaan strategis sistem informasi yang dicapai dengan menggunakan
kerangka TOGAF ADM adalah rencana strategis sistem informasi dan model
infrastruktur sistem informasi yang dapat dijadikan acuan dalam
mengembangkan, mengimplementasikan, dan mengelola sistem informasi serta
infrastruktur sistem informasi di BPJS Kesehatan Surakarta.Tahapan yang ada
pada TOGAF ADM ini sangat sesuai untuk membangun sistem informasi dan
membangun infrastruktur yang lebih baik bagi BPJS Kesehtaan Surakarta yang
diharapkan dapat memberikan blueprint pengembangan rencana strategis sistem
informasi dan model infrastruktur yang nanti dapat dijadikan acuan bagi BPJS
Kesehatan Surakarta dalam mengembangkan,mengimplementasikan dan
mengelola sistem informasi dan infrastruktur yang ada pada BPJS Kesehatan
Surakarta serta dapat membantu perusahaan dalam memberikan panduan dan
acuan kepada masing-masing sub-bagian dalam menentukan standar
pengembangan dan implementasi sistem informasi.
2. Tinjauan Pustaka
Penelitian mengenai perancangan infrastruktur TI sudah pernah dilakukan
sebelumnya, yaitu dengan judul “Arsitektur Sistem Informasi Untuk Perguruan
Tinggi di Indonesia”. Penelitian tersebut membahas mengenai perencanaan
arsitektur sistem informasi organisasi yang merupakan sebuah proses yang
kompleks, karena itu proses perencanaan harus dikelola berdasarkan suatu
petunjuk yang jelas dengan tujuan menyelaraskan strategi bisnis organisasi dan
strategi teknologi untuk memberikan hasil yang maksimal bagi organisasi. The
Open Group Architecture Framework (TOGAF) Architecture Development
Method (ADM) adalah metode di dalam TOGAF untuk melakukan perencanaan
arsitektur sistem informasi (SI) organisasi. Sedangkan COBIIT (Control
Objectives for Information and Related Technology) adalah suatu metodologi
yang memberikan kerangka dasar untuk menciptakan TI yang sesuai dengan
kebutuhan organisasi. Selain itu COBIT dapat digunakan untuk melakukan
pengukuran (maturity level) dari TI suatu organisasi. Dengan menggunakan
perpaduan prinsip-prinsip dalam TOGAF ADM dan COBIT dapat dirancang
kerangka dasar SI untuk institusi pendidikan di indonesia yang sekaligus mampu
mengukur performansi dari hasil implementasi kerangka dasar tersebut[3].
Penelitian lainnya adalah dengan judul “Studi dan Implementasi
Framework Zachman Dalam Pembangunan Sistem Informasi, Studi Kasus:
Sistem Informasi Potensi Keramik Daerah pada Balai Besar Keramik Bandung”.
Pada penelitian tersebut, dijelaskan bagaimana memahami pembangunan sistem
informasi (SI) secara lebih dan bagaimana Framework Zachman dapat
menjembatani gap yang biasa terjadi antara pihak perencana dan pembangun
sistem serta implementasi penggunaan Framework Zachman pada pembangunan
SI Potensi Keramik Daerah di Balai Besar Keramik Bandung. Metodologi yang
4
digunakan dalam penelitian tersebut adalah Framework Zachman dengan objek
penelitian pada Balai Besar Keramik Bandung [4].
Pemodelan mengenai EA dalam suatu organisasi juga pernah dilakukan
dalam penelitian yang berjudul “Pemodelan Arsitektur Enterprise Menggunakan
Enterprise Architecture Planning untuk Mendukung Sistem Informasi Akademik di
Jurusan Teknik Informatika STMIK Darmajaya Bandar Lampung”. Dalam
penelitian tersebut, dibahas bagaimana cara untuk menentukan bentuk SI yang
dapat memenuhi syarat bisnis dan selaras dengan pertumbuhan bisnis organisasi
yaitu dengan mengembangkan EA. Konsep EA menetapkan sebuah proses untuk
mengatur dan mengarahkan rencana pengembangan SI, yang terdiri dari arsitektur
data, arsitektur aplikasi, dan arsitektur teknologi untuk mendapatkan komitmen
dan dukungan manajemen dalam mengintegrasikan implementasi pengembangan
SI. Metodologi yang digunakan di dalam model arsitektur ini adalah Enterprise
Achitecture Planning (EAP). EAP menentukan sebuah proses dari EA yang
menekankan pada kemampuan dan teknik individu untuk mengelola proyek EA,
yang terdiri dari komitmen pengelolaan, mendeskripsikan rencana pengelolaan
dan mengarahkan organisasi melalui transisi dari implementasi perencanaan.
Objek penelitian atau studi kasus adalah pada Jurusan Teknik Informatika STMIK
Darmajaya Bandar Lampung [5]
Berdasarkan dari penelitian di atas perbedaan dengan penelitian terdahulu
yang sudah ada penelitian ini lebih difokuskan untuk membangun sistem
informasi dan membangun infrastruktur pada BPJS Kesehatan Surakarta, maka
yang menjadi keunggulan dari penelitian ini terletak pada gaya penerapan
metodologi, kasus dan hasil penelitian yang berbeda. Metodologi yang digunakan
adalah TOGAF ADM yang menyediakan tahapan proses dalam pengembangan
arsitektur enterprise yang berbasis pada infrastruktur TI. Hasil dari penelitian ini
akan menghasilkan sebuah blueprint EA yang dapat digunakan oleh perusahaan
BPJS Kesehatan Surakarta dalam membangun suatu arsitektur SI/TI.
Strategi sistem informasi dan strategi teknologi informasi (Strategi SI/TI)
meliputi dua (2) strategi yaitu strategi SI menekankan pada penentuan aplikasi
sistem informasi yang dibutuhkan oleh organisasi. Esensi dari strategi SI adalah
menjawab pertanyaan “apa?”. Sedangkan strategi TI lebih menekankan pada
pemilihan teknologi, infrastruktur dan keahlian khusus yang terkait atau guna
menjawab pertanyaan “bagaimana?” [6].
Proses membuat strategi SI/TI tidak boleh hanya berfokus pada anlisis
teknologi saja.Cara paling efektif yang dapat ditempuh adalah menganalisis
permasalahan bisnis yang ada,perubahan lingkunganya,dan menyadari bahwa
SI/TI hanya merupakan salah satu solusi yang ditawarkan [12].
Enterprise architecture (EA) atau lebih dikenal dengan arsitektur
ffenterprise adalah deskripsi dari misi stakeholder yang di dalamnya termasuk
informasi, fungsionalitas/kegunaan, lokasi organisasi dan parameter kinerja. EA
adalah sebuah sistem atau sekumpulan sistem [7]. Bagaimana implementasi dari
EA bisa digunakan oleh organisasi adalah sebaiknya organisasi mengadopsi
sebuah metode atau framework yang bisa digunakan dalam melakukan
pengembangan arsitektur enterprise tersebut. Sehingga, dengan ada metode EA
5
diharapkan dapat mengelola sistem yang kompleks dan dapat menyelaraskan
bisnis dan TI yang akan di investasikan [8].
The Open Group Architecture Framework (TOGAF) memberikan metode
yang detil bagaimana membangun dan mengelola serta mengimplementasikan EA
dan SI yang disebut dengan Architecture Development Method (ADM) [9].
Elemen kunci dari TOGAF adalah ADM yang memberikan gambaran spesifik
untuk proses pengembangan EA [10]. ADM adalah fitur penting yang
memungkinkan perusahaan mendefinisikan kebutuhan bisnis dan membangun
arsitektur spesifik untuk memenuhi kebutuhan itu. ADM terdiri dari tahapan -
tahapan yang dibutuhkan dalam membangun EA, tahapan - tahapan ADM
ditunjukkan pada Gambar 1, juga merupakan metode yang fleksibel yang dapat
mengantifikasi berbagai macam teknik pemodelan yang digunakan dalam
perancangan, karena metode ini bisa disesuaikan dengan perubahan dan
kebutuhan selama perancangan dilakukan.
Gambar 1. Architecture Development Method Cycle [9]
Gambar 1 menyatakan visi dan prinsip yang jelas tentang bagaimana
melakukan pengembangan EA, prinsip tersebut digunakan sebagai ukuran dalam
menilai keberhasilan dari pengembangan EA oleh organisasi [9], prinsip-prinisip
tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut: (1) Prinsip Enterprise, yaitu
pengembangan arsitektur yang dilakukan diharapkan mendukung seluruh bagian
organisasi, termasuk unit-unit organisasi yang membutuhkan. (2) Prinsip
Teknologi Informasi (TI) lebih mengarahkan konsistensi penggunaan TI pada
seluruh bagian organisasi, termasuk unit - unit organisasi yang akan menggunakan.
(3) Prinsip Arsitektur adalah merancang arsitektur sistem berdasarkan kebutuhan
6
proses bisnis dan bagaimana mengimplementasikannya. Langkah awal yang perlu
diperhatikan pada saat mengimplementasikan TOGAF ADM adalah
mendefinisikan persiapan-persiapan yaitu dengan cara mengidentifikasi kontek
arsitektur yang akan dikembangkan, kedua adalah mendefenisikan strategi dari
arsitektur dan menetapkan bagian-bagian arsitektur yang akan dirancang, yaitu
mulai dari arsitektur bisnis, arsitektur sistem informasi, arsitektur teknologi, serta
menetapkan kemampuan dari arsitektur yang akan dirancang dan dikembangkan
[10].
Berdasarkan pada gambar 1 metode ADM dapat dijelaskan sebagai
berikut :
- Tahap persiapan (Preliminary Phase) : Konfirmasi kerangka pendukung
dan mengidentifikasi prinsip arsitektur.
- Phase A : Architecture Vision.Mendefinisikan scope,visi organisasi dan
memetakan strategi keseluruhan.
- Phase B: Business Architecture. Mendeskripsikan bisnis arsitektur saat ini,
menghindari dampak penyimpangan arsitektur.
- Phase C: Information System Architecture. Mengembangkan arsitektur
untuk data dan aplikasi.
- Phase D: Technology Architecture. Menciptakan keseluruhan infrastruktur
yang akan digunakan.
- Phase E: Opportunities and Solutions. Mengembangkan strategi
keseluruhan, mencari solusi untuk perancangan pada phase sebelumnya.
- Phase F: Migration Planning. Merencanakan persiapan migrasi kepada
perancangan yang telah dibuat.
- Phase G: Implementation Governance. Melakukan implementasi terhadap
perancangan dan penerapan yang sudah ada.
- Phase H: Architecture Change Management. Memonitor sistem yang
sedang berjalan untuk kepentingan perubahan dan menentukan apakah
untuk mengawali satu siklus baru perlu pengulangan kembali ke tahap
persiapan.
Dari metode ADM diatas tahap-tahap anlisa yang akan dilakukan yaitu :
Architecture Vision, Business Architecture,Information System
Architecture,Technology Architecture,dan Opportunities and
Solution.Hasil analisa dari 5 tahap diatas yang nanti akan menghasilkan
luaran berupa blueprint.
3. Metodologi Penelitian
Metode penelitian yang akan digunakan adalah kualitatif dengan
pendekatan deskriptif. Hal ini dilakukan untuk mendapatkan informasi secara
lebih mendalam dan juga untuk memahami fenomena yang ada dilapangan secara
spesifik tanpa adanya manipulasi apapun[13]. Pada tahap penelitian ini metode
penelitian dilakukan seperti yang ditunjukan pada Gambar 2 di bawah ini yang
mengacu pada kerangka The Open Group Architecture Framework (TOGAF)
yang merupakan kerangka kerja arsitektur di suatu organisasi yang memberikan
pendekatan secara komprehensif untuk melakukan desain, perencanaan,
7
implementasi, dan tata kelola arsitektur sistem informasi dan teknologi informasi
(SI/TI).
Gambar 2. Tahapan Penelitian
Berdasarkan tahapan penelitian pada Gambar 2, maka metode penelitian
secara lebih detail dapat dijelaskan sebagai berikut:
Tahapan awal yang dilakukan adalah penentuan fokus masalah yang ada pada
BPJS Kesehatan Surakarta. Kemudian dilakukan penelitian dan memahami sistem
kerja yang ada pada BPJS Kesehatan Surakarta yang nantinya akan berkaitan
dengan kerangka The Open Group Architecture Framework (TOGAF) yang
merupakan kerang kerja Architecture yang akan membantu organisasai dalam
melakukan penerapan strategi sistem informasi pada BPJS Kesehatan Surakarta.
Studi Pustaka, tahap ini merupakan tahap lanjutan yang dilakukan setelah
menentukan fokus masalah pada BPJS Kesehatan Surakarta. Yang dilakukan
adalah mencari refrensi dari buku-buku yang nantinya akan membantu dalam
mempelajari TOGAF yang akan digunakan pada penelitian ini. Pada tahap ini
juga bisa dipelajari penemuan sebelumnya yang telah melakukan penelitian
dengan metode yang sama.
Pengumpulan Data, pada tahap ini penulis melakukan pengumpulan data
dengan melakukan wawancara dan melakuakn observasi pada masing masing
bagian yang ada pada BPJS Kesehatan Surakarta.Tahap pengumpulan data ini
dimulai dengan mewawancarai salah satu staf bagian IT pada BPJS Kesehatan
yaitu bapak Aldino yang dilakukan kurang lebih satu bulan untuk mendapaatkan
data yang diperlukan.Pengumpulan data ini dilakukan agar penulis bisa dengan
mudah mengetahui masalah apa saja yang ada pada masing-masing bagian yang
ada pada BPJS Kesehatan Surakarta.kemudian penulis memberikan kuisioner
pada setiap bagian bagian yang ada pada BPJS kesehatan dengan didiukung oleh
Studi Pustaka
Pengumpulan Data
Wawancara Kuisioner
Analisis & Perencanaan Strategis Sistem Informasi
Blueprint / Renstra SI
Penentuan Fokus Masalah
Pengembangan Arsuktektur Development
Observasi
8
hasil wawancara dan obervasi yang telah dilakukan penulis pada tahap
sebelumnya.
Tahap Selanjutnya Analisis dan Perencanaan Strategis Sistem informasi,
ditahap ini mulai melakukan analisis pada bagian-bagian yang nantinya akan
diperlukan pada tahap perencanaan strategi sistem informasi. Selanjutnya
dilakukan analisis data data yang telah diperoleh pada tahap sebelumnya.
Kemudian dalam tahap perencanaan dilakukan pengecekan dan mempelajari
proses bisnis dan sistem kerja pada organisasi tersebut. Dalam perencanaan
strategi sistem informasi ini digunakan kerangka The Open Group Architecture
Framework (TOGAF) yang nantinya akan membantu BPJS Kesehatan Surakarta
dalam pengambilan keputusan untuk melakukan rencana bisnis dan
merealisasikan pencapian bisniisnya.
Pengembangan Architecture Development, merupakan inti dari metode
TOGAF yang nantinya akan digunakan dalam membangun perencanaan strategi
sistem informasi pada BPJS Kesehtan Surakarta. ADM ini merupakan bagian
yang sangat penting dalam pembangunan strategi sistem informasi pada suatu
organisasi yang memungkinkan perusahaan mendefinisikan kebutuhan bisnis dan
membangun arsitektur spesifik untuk memenuhi kebutuhan bisnis suatu
organisaisi.
BluePrint/Renstra SI yang nantinya akan dihasilkan adalah kerangka kerja
yang terperinci sebagai landasan pentetapan tujuan dan sasaran, penyusunan
strategi, pelaksanaan fokus kegiatan serta langkah – langkah yang nantiya akan
diterapkan pada masing- masing bagian yang ada pada BPJS Kesehatan Surakarta.
4. Pembahasan dan Analisis
Pada tahap pembahasan dan analisis ini,langkah awal yang akan dilakukan
adalah mempersiapkan perancangan Enterprise Architecture (EA) dengan
mengunakan TOGAF yaitu Preliminary, Architecture vision, dan Business
Architecture yang digunakan untuk melakukan proses pengenalan obek penelitian
pada BPJS Kesehatan Surakarta. Kemudian tahap selanjutnya yang akan
dilakukan untuk merancang Enterprise Architecture(EA) adalah Informasi System
Architecture,Technology Architecture dan Opportunities and Solution.
Preliminary Phase Pada tahapan ini berisi langkah-langkah persiapan
perencanaan arsitektur enterprise yaitu penentuan framework arsitektur,
metodologi, scoope enterprise organisasi, dan tools arsitektur dalam pemanfaatan
penggunaan prinsip-prinsip EA. Pendefinisian proses bisnis pada BPJS Kesehatan
Surakarta digambarkan dengan menggunakan analisis value chain pada Gambar 3
:
Gambar 3. Value Chain BPJS Kesehatan Surakarta
9
Berdasarkan Gambar 3, maka aktivitas-aktivitas yang ada di BPJS
Kesehatan Surakarta dapat dibagi menjadi dua (2) jenis aktivitas yaitu : (1)
Proses utama yang merupakan aktivitas-aktivitas utama dalam mencapai
tujuan organisasi meliputi: manajemen kepesertaan, manajemen pelayanan
kesehatan rujukan,dan manajemen keuangan.(2) Proses pendukung sebagai
aktivitas-aktivitas pendukung proses utama antara lain : manajemen
pemasaran, manajemen pelayanan kesehatan primer,dan manajemen umum
dan TI.
Framework yang digunakan untuk perencanaan arsitektur enterprise sistem
informasi pada BPJS Kesehatan Surakarta adalah TOGAF dengan metodologi
yang mengacu pada 5 dari 8 tahapan TOGAF ADM, yaitu : (1)Phase A :
Architecture Vision.Mendefinisikan scope,visi organisasi dan memetakan
strategi keseluruhan, (2)Phase B : Business Arsitectur. Mendeskripsikan bisnis
arsitektur saat ini, menghindari dampak penyimpangan arsitektur, (3)Phase C
: Information System Architecture. Mengembangkan arsitektur untuk data dan
aplikasi, (4)Phase D : Technology Architecture, Menciptakan keseluruhan
infrastruktur yang akan digunakan (5)Phase E : Oppurtinities and Solution.
Mengembangkan strategi keseluruhan, mencari solusi untuk perancangan pada
phase sebelumnya.
Scoope enterprise pada penelitian ini, yang akan dianalisa dan dilakukan
permodelan arsitektur adalah 5 (lima) proses bisnis utama pada BPJS
Kesehatan Surakarta, yaitu mencakup : Manajemen Administrasi, Manajemen
Keuangan, Manajemen Proyek, dan Manajemen Pemasaran. Proses bisnis
utama tersebut akan diproses dan dikelola sedemikian rupa dengan mengacu
kepada Requirement Management yang berguna untuk memberikan gambaran
kebutuhan EA yang efektif bagi perusahaan. Tools dalam perancangan EA
merupakan hasil dari identifikasi permasalahan aktual pada proses bisnis
utama dan pendukung yang teridentifikasi dalam Requirement Management.
Prinsip-prinsip EA pada tahapan awal pengembangan EA yang dapat
digunakan adalah prinsip yang sifatnya umum namun memiliki hubungan
dengan enterprise yang dikembangkan. Prinsip yang dimaksud adalah sebagai
berikut: (1) penyeragaman penggunaan teknologi, (2) Penerapan open source
software, (3) modularisasi komponen-komponen sistem, dan (4) penggunaan
konsep reuse dan penggunaan bersama (sharing).
Requirement management Tujuan utama dari requirement management
adalah mengidentifikasi kebutuhan proses EA yang sesuai dalam setiap proses
ADM. Skenario bisnis menjadi hal utama dalam pengembangan tahapan ini.
Skenario bisnis mencakup core business, proses bisnis, dan permasalahan
bisnis organisasi.
Phase A.Architecture Vision Tahap architecture vision akan dijelaskan
mengenai kebutuhan terkait visi dan misi perusahaan, profil organisasi,
sasaran organisasi, struktur organisasi, arsitektur dan kondisi penggunaan
SI/TI organisasi saat ini di BPJS Kesehatan Surakarta.
Phase B. Business Architecture Tahap business architecture akan
dilakukan analisa pada proses bisnis secara lebih dalam, pada tahapan ini
stakeholder pada bagian informatika akan mengidentifikasi dan menganalisa
10
proses bisnis agar relevan terhadap perancangan yang akan dibuat.
Permodelan tahapan ini dikelompokkan menjadi dua yaitu manajemen utama
dan manajemen pendukung. Keterkaitan dalam proses bisnis yang ada
dipetakan melalui arsitektur bisnis pada Gambar 4 sebagai berikut :
Gambar 4. Arsitektur Bisnis BPJS Kesehatan Surakarta
Berdasarkan pemetaan arsitektur bisnis yang digambarkan pada Gambar 4,
maka dapat dilihat bahwa manajemen Kepesertaan berhubungan langsung
dengan manajemen Pelayanan Kesehatan Rujukan, manajemen Pelayanan
Kesehatan Rujukan berhubungan langsung lagsung dengan manajemen
keunagan. Sedangkan setiap manajemen pada proses utama didukung oleh
manajemen pada proses pendukung, antara lain adalah manajemen
Kepesertaan yang didukung oleh manajemen pemasaran dan manajemen
umum dan pengelolaan TI, manajemen Pelayanan Kesehatan Rujukan yang
didukung oleh manajemen Pelayanan Kesehatan Primer dan manajemen
umum dan pengelolaan TI,serta manajemen keunagan yang didukung
manajemen umum dan pengelolaan TI yang saling terkait satu sama lain
dalam proses bisnis yang ada pada BPJS Kesehatan Surakarta.
Phase C. Information System Architecture Tahapan information system
architecture dilakukan untuk membangun sistem informasi dari perancangan
arsitektur data yang bertujuan untuk mendefinisikan kebutuhan data yang akan
digunakan pada arsitektur aplikasi. Tahap ini juga mengharuskan kombinasi
dari beberapa entitas data dan arsiktektur aplikasi. Dua tahapan dalam
membuat arsitektur data yaitu: (1) Pendefinisian entitas berdasarkan pada
fungsi bisnis. (2) Pembuatan model konsep dengan menggunakan Class
Diagram. Model konseptual merupakan pendefinisian sekumpulan entitas,
atribut dan relasi yang digambarkan menggunakan Class Diagram.
Mengidentifikasi arsitektur aplikasi berdasarkan : (1) Kebutuhan informasi
untuk mendukung pengambilan keputusan pada setiap fungsi bisnis. (2)
Kebutuhan pertukaran informasi antar fungsi bisnis. (3) Kebutuhan alat bantu
di tiap fungsi bisnis.
Tahapan ini dilakukan dengan mengidentifikasi aplikasi-aplikasi yang
diperlukan untuk mengelola dan mendukung fungsi bisnis. Pada tahapan ini
dilakukan pendefinisisan mengenai apa saja yang harus dilakukan aplikasi
untuk mengelola dan menyediakan informasi agar dapat mendukung fungsi
bisnis. Dari hasil identifikasi fungsi bisnis dapat ditentukan daftar kandidat
modul aplikasi yang diperlukan untuk mendukung fungsi proses utama BPJS
Kesehatan Surakarta.
11
Berdasarkan observasi dan analisis, maka sistem informasi dan saran
pemodelan aplikasi yang sesuai dan dapat dibangun pada BPJS Kesehtan
Surakarta dapat dilihat pada Tabel 1:
Tabel 1. Daftar Sistem Informasi & dan saran model aplikasi.
NO Kelompok Sub
Nomor
Aplikasi
Yang Sudah
Ada
Saran Pemodelan
Aplikasi
1. Sistem
informasi
Kepesertaan
1.1 Pemasaran - Pemasaran via
website
- Pemasaran via
aplikasi mobile
1.2 Kepesertaan - Kepesertaan via
aplikasi
desktop
- Kepesertaan via
website
1.3 Kepesertaan
(Daftar cepat)
- Kepesertaan via
aplikasi
desktop
- Kepesertaan via
website
- Kepesertaan via
mobile apps
1.4 Kepesertaan
(Daftar via
Website)
- Kepesertaan via
website
- Kepesertaan via
mobile apps
1.5 Kepesertaan
(cetak e-ID
peserta BU)
- Aplikasi
kepesertaan via
desktop
1.6 Migrasi data
badan usaha
- Aplikasi
migrasi data via
desktop
(menggunakan
excel)
1.7 Dashboard
Pemasaran
- Aplikasi
desktop
- Aplikasi web
dashboard
- Aplikasi mobile
12
dashboard
2. Sistem
informasi
pelayanan
2.1 Primary care
(PCARE)
- Aplikasi
desktop
pelayanan
- Aplikasi web
pelayanan
2.2 BPJS office
App (BOA )
- Aplikasi
desktop BPJS
office
2.3 Legalisasi
(LIPIS)
- Aplikasi
desktop
Legalisasi
- Aplikasi web
Legalisasi
2.4 Referensi
online
- Aplikasi web
Referensi
online
2.5 Lokasi PPK - Aplikasi web
Lokasi PPK
- Aplikasi mobile
Lokasi PPK
2.6 Dashboard
pcare
- Aplikasi
desktop pcare
- Aplikasi web
dashboard
pcare
- Aplikasi mobile
dashboard
pcare
3. Sistem
informasi
Keuangan
3.1 Akuntansi - Aplikasi
desktop
Akuntansi
3.2 Keuangan - Aplikasi
desktop
Keuangan
3.3 Laporan iuran
Premi
- Aplikasi
desktop
Laporan iuran
Premi
3.4 Iuran wajib
(IW)
- Aplikasi
desktop Iuran
wajib (IW)
3.5 Tools aktivitas
peserta & BU
- Aplikasi
desktop Tools
13
aktivitas
peserta & BU
- Berdasarkan tabel 1 dapat dilihat Kelompok aplikasi, aplikasi yang sudah
berjalan dan saran aplikasi ke depan sudah dipaparkan pada tabel di atas
yaitu pengelompokan sistem informasi yang terdiri dari Sistem informasi
kepesertaan, sistem informasi pelayanan,dan sistem informasi
keungan.dari masing-masing sistem informasi yang telah ada terdapat
beberapa kandidat aplikasi di dalamnya yaitu sistem informasi kepesertaan
terdiri dari aplikasi pemasaran, aplikasi kepesertaan, aplikasi
kepesertaan(daftar cepat), aplikasi kepesertaan (daftar via website),
aplikasi kepesertaan (cetak e-ID peserta BU), aplikasi migrasi data badan
usaha dan aplikasi dashboard pemasaran. Kemudian sistem informasi
pelayanan memiliki kandidat aplikasi di dalamnya yaitu aplikasi primary
care (PCARE), aplikasi BPJS office App(BOA), aplikasi legalisasi
(LIPIS), aplikasi refrensi online, aplikasi lokasi PPK dan aplikasi
dashboard pcare serta sistem informasi keungan terdiri dari aplikasi
akuntansi,aplikasi keuangan, aplikasi laporan iuran premi, aplikasi iuran
wajib (IW) dan aplikasi tools aktivitas peserta dan BU. Dari aplikasi yang
sudah ada maka dapat dibangun sebuah pemodelan aplikasi baru dari
masing masing sistem informasi yang nantinya akan dibangun menjadi
sebuah saran aplikasi baru bagi BPJS Kesehatan Surakarta berdasarkan
tabel 1 di atas.
Tahap berikutnya adalah penentuan arsitektur aplikasi yang
digunakan untuk mengembangkan fungsi bisnis utama dan pendukung di
BPJS Kesehatan Surakatra. Kebutuhan arsitektur baru dalam
mengembangkan proses bisnis yang ada dapat dilihat pada Application
Portfolio Tabel 2:
Tabel 2. Application Portofolio
Strategic High Potential
Pengelolaan Gaji Petugas
Pengelolaan Keuangan
Pengarsipan Data Kepesertaan
Aplikasi web dan mobile Pemasaran
Screening kesehatan pelanggan
Manajemen pelayanan dan kepesertaan
Kepesertaan
Pemasaran
Legalisasi
Referensi online
Key Operational Support
Berdasarkan application portofolio pada Tabel 2 maka bisa dilihat
penentuan arsitektur aplikasi yang digunakan untuk membantu fungsi bisnis
14
utama dan pendukung sesuai dengan fungsi strategic, high potencial, key
operational dan support. Fungsi bisnis utama terdiri dari pengelolaan
keuangan dengan fungsi bisnis pendukung seperti pengelolaan gaji petugas,
pengarsipan data kepesertaan, aplikasi web dan mobile pemasaran serta
screening kesehatan pelanggan. Sedangkan fungsi bisnis utama manajemen
pelayanan dan kepesertaan memiliki fungsi bisnis pendukung seperti
kepesertaan, pemasaran, legalisasi serta referensi online.
Berikutnya untuk arsitektur sistem aplikasi dapat dimodelkan
menggunakan application landscape, dimana arsitektur sistem aplikasi
tersebut menggambarkan hubungan kedekatan antar sistem aplikasi yang
dapat terlihat pada Gambar 5 berikut :
Gambar 5. Arsitektur Sistem Aplikasi
Dari Gambar 5, dapat dilihat arsitektur sistem aplikasi yang terdiri dari
lapisan client application dimana aplikasi berupa aplikasi desktop, web dan
aplikasi mobile dan juga ada web portal. Lapisan ini memiliki aplikasi-
aplikasi seperti pengelolaan keuangan sampai pada aplikasi referensi online.
Sedangkan untuk mendukung lapisan tersebut maka ditambahkan lapisan user
profile management untuk mengatur profile penggunaan aplikasi, serta adanya
dukungan pada keamanan infrastruktur jaringan berupa lapisan network
security. Sehingga berdasarkan gambar arsitektur sistem aplikasi pada Gambar
5, maka dapat dilakukan proses pemetaan terhadap komponen sistem aplikasi
terhadap arsitektur teknologi seperti terlihat pada Gambar 6 berikut :
Pengelolaan Keuangan
Pengelolaan Gaji Petugas
Pengarsipan Data Kepersetaan
Aplikasi Web dan Mobile Pemasaran
Screening Kesehatan Pelanggan
Manajemen Pelayanan dan Kepesertaan
Kepesertaan
Pemasaran
Legalisasi
Referensi Online
Web Portal
Client Application (Desktop, Web, Mobile)
Client Application
Netw
ork S
ecurity
User P
rofile M
an
ag
emen
t
15
Arsitektur Sistem Aplikasi Arsitektur Teknologi
Gambar 6. Pemetaan Arsitektur Sistem Aplikasi terhadap Arsitektur Teknologi
Dari hasil pemetaan pada gambar 6 dapat dilihat hubungan antara
arsitektur aplikasi dan arsitektur teknologi yang digunakan. Business
Application memiliki hubungan dengan arsitektur sistem aplikasi pada lapisan
client application. Lapisan web portal memiliki hubungan dengan
infrastructure applications, data interface dan user interface. Pada lapisan user
profile management memiliki hubungan dengan lapisan user interface pada
arsitektur teknologi. Pada lapisan network security memiliki hubungan
dengan layer security pada arsitektur teknologi. Sedangan lapisan operating
system sampai communication structure pada arsitektur teknologi merupakan
lapisan yang mendukung semua lapisan pada arsitektur sistem aplikasi.
Dari hasil pemetaan diatas Komponen infrastruktur yang dapat digunakan
dalam pemetaan arsitektur sistem aplikasi dengan arsitektur teknologi terlihat
seperti Gambar 7 berikut :
16
Gambar 7. Komponen Infrastruktur Pemetaan
Berdasarkan Pemetaan arsitektur sistem aplikasi terhadap arsitektur
Teknologi yang ada pada gambar 7 dan mengacu pada komponen infrastruktur
pemetaan maka dapat dibuat arsitektr secara keseluruhan (Overall
Architecture) yang dapatdilihat pada gambar 8 berikut :
17
Gambar 8. Overall Architecture
Phase D. Technology Architecture dari hasil yang didapat tahapan
technology architecture merupakan tahapan pengembangan arsitektur
teknologi yang nantinya kan diusulkan pada BPJS Kesehtan
Surakarta.Berdasarkan kondisi teknologi saat ini, maka arsitektur teknologi
yang diusulkan adalah sebagai berikut :
Aliran informasi antara sistem aplikasi merupakan sebuah model yang
menggambarkan proses transformasi informasi antara sistem aplikasi yang
telah dirancang pada Gambar 5 yaitu arsitektur sistem aplikasi, aliran
informasi antara sistem aplikasi dapat dilihat pada Gambar 9 berikut:
18
Gambar 9. Aliran Informasi Antar Sistem Aplikasi
Gambar 9 menjelaskan bahwa sistem informasi pada setiap bagian yang
ada saling berhunungan dapat dilihat bahwa sistem informasi Pelayanan
,Kepesertaan,dan Keuanagan berhubungan langsung dengan web prtal /mobile
web server dan terhubung langsung pada client application .
Phase E. Opportunities and Solution tahapan opportunities and solution
ini bertujuan untuk mengevaluasi dan memilih alternatif implementasi yang
nantinya akan dilihat dari kebutuhan dari perusahaan dan kondisi saat ini. pada
fase information system architecture dan technology architecture dilakukan
pemodelan kebutuhan sistem informasi yang akan datang. Dari hasil analisis
yang telah dilakukan terdapat kesenjangan (gap) antara kondisi saat ini dengan
usulan untuk mencapai kondisi yang akan datang. Analisis kesenjangan
dilakukan untuk melihat perbandingan kondisi saat ini dengan setelah
penerapan arsitektur yang akan datang..
Adapun Solusi rekomendasi untuk BPJS Kesehatan Surakarta dilihat dari
kondisi yang ada saaat ini dan permodelan sistem informasi yang akan datang,
berdasarkan tahapan TOGAF mulai dari architecture vision sampai
technology architecture dapat didefinisikan melalui renstra pembangunan
sistem informasi yang dapat dilihat pada Tabel 3 :
Tabel 3. Renstra BPJS Kesehatan Surakarta
Tahun ke- Pembangunan Sistem Informasi
1 Sistem Informasi Kepesertaan
2 Sistem Informasi Pelayanan
3 Sistem Informasi Keuangan
19
Pada Tabel 3 dapat dilihat Renstra BPJS Kesehatan Surakarta pada tahun
pertama sistem informasi Kepesertaan yang nantinya akan dibangun terlebih
dahulu karena sistem informasi kepesertaan merupakan sistem informasi
utama yang akan membantu perusahaan untuk mendata jumlah peserta yang
masuk pada data perusahaan tersebut.kemudian pada tahun kedua akan
dibangun sistem informasi pelayanan dimana sistem informasi ini yang
nantinya akan menjadi pendukung dari sistem informasi kepesertaan.tahap
terakhir pada tahun ketika yaitu pembangunan sistem informasi keuangan
yang nantinya akan dibangun sesuai dengan kebutuhan perusahaan .
5. Simpulan
Dari penelitian yang dilakukan di BPJS Kesehatan Surakarta dapat
disimpulkan bahwa proses bisnis perusahaan yang belum berjalan maksimal dapat
dimaksimalkan dengan mengembangkan Architecture Framework yang ada.
Selain itu sistem informasi yang ada di BPJS Kesehatan Surakarta juga dapat
lebih dimaksimalkan dalam menjalankan proses bisnis yang ada. Pengembangan
system informasi yang dilakukan berupa penambahan aplikasi desktop, web dan
mobile application disetiap aplikasi bisnis yang ada. Dari 9 tahap yang ada pada
metode ADM diatas maka diaharapkan hasil analisis yang terdiri dari 5 tahap
penelitian yaitu : Architecture Vision, Business Architecture,Information System
Architecture,Technology Architecture dan Opportunities and Solution yang
nantinya akan menghasilkan luaran berupa blueprint. Dengan metode TOGAF
tersebut maka diharapkan aplikasi yang telah ada dalam perusahaan dapat
dikembangkan dengan menambah saran aplikasi, menyesuaikan dengan arsitektur
yang ada sehingga dapat memaksimalkan proses bisnis perusahaan dan membantu
dalam merealisasikan tujuan dari BPJS Kesehatan sehingga penambahan
pemodelan saran aplikasi yang disarankan dapat mengembangkan,
mengimplementasikan, dan mengelola sistem informasi serta infrastruktur yang
lebih baik kedepannya dengan penerapan TOGAF yang sesuai dengan acuan
perancangan sistem informasipada BPJS Kesehatan Surakarta.
20
6. Daftar Pustaka
[1] www.bpjs-kesehatan.go.id/bpjs/, diakses : 14 Januari 2015.
[2] Parizeau, Y., 2002, Enterprise Architecture for Complex Government and the
Challenge of Government On-line in Canada, Canada: Dalhoussie University.
[3] Mutyarini, K., Sembiring, J., 2006, Arsitektur Sistem Informasi untuk Institusi
Perguruan Tinggi di Indonesia, Prosiding KNTI&K.
[4] Adhinugraha, K., 2005, Studi dan Implementasi Framework Zachman dalam
Pembangunan Sistem Informasi, Studi Kasus: Sistem Informasi Potensi Keramik
Daerah pada Balai Besar Keramik Bandung, Bandung: Institut Teknologi
Bandung.
[5] Nisar, Triloka., J., 2008, Pemodelan Arsitektur Enterprise Menggunakan
Enterprise Architecture Planning untuk Mendukung Sistem Informasi Akademik
di Jurusan Teknik Informatika STMIK Darmajaya Bandar Lampung, Bandung:
Institut Teknologi Bandung.
[6] Ward, J., Peppard, J., 2002, Strategic Planning for Information Systems 3rd
Ed., UK: John Wiley & Sons, Ltd.
[7] Osvalds, 2001, Definition of Enterprise Architecture – Centric Models for the
Systems Engineer, TASC Inc.
[8] Kourdi, H., 2007, Framework for Enterprise Architecture, IEEE: September.
[9] The Open Group, 2009, The Open Group Architecture Framework:
Architecture Development Method, https://www2.opengroup.org/ogsys, diakses:
17 Juni 2011.
[10] Lise, 2006, Comparison of Enterprise Architecture Framework, Issues in
Information Systems, Eastern Michigan University Vol. VII.
[11] Harrison, K., Varveris, L., 2006, TOGAF: Establishing Itself as the
Devenitive Method for Building Enterprise Architecture in the Commercial
World.
[12] Widyanigsih, Pipin, (2012), Perencanaan Strategis Sistem Informasi Pada
Institusi Pendidikan Tinggi Menggunakan Analisis Critical Success Factors,
www.Academia.edu, diakses : 01 Desember 2014.
[13] Ali, Mohamad., 1984. Penelitian Kependidikan dan Strategi, Penerbit
Angkasa Bandung.