PERENCANAAN INTERPRETASI KAWASAN WISATA ALAM … · ABSTRAK EVI HERIYANINGTYAS. Perencanaan...

134
PERENCANAAN INTERPRETASI KAWASAN WISATA ALAM LERENG PEGUNUNGAN MURIA KABUPATEN KUDUS JAWA TENGAH EVI HERIYANINGTYAS DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009

Transcript of PERENCANAAN INTERPRETASI KAWASAN WISATA ALAM … · ABSTRAK EVI HERIYANINGTYAS. Perencanaan...

PERENCANAAN INTERPRETASI

KAWASAN WISATA ALAM LERENG PEGUNUNGAN

MURIA KABUPATEN KUDUS JAWA TENGAH

EVI HERIYANINGTYAS

DEPARTEMEN

KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA

FAKULTAS KEHUTANAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2009

PERENCANAAN INTERPRETASI

KAWASAN WISATA ALAM LERENG PEGUNUNGAN

MURIA KABUPATEN KUDUS JAWA TENGAH

Oleh:

Evi Heriyaningtyas

E34053112

Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar

sarjana kehutanan pada Fakultas Kehutanan

Institut Pertanian Bogor

DEPARTEMEN

KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA

FAKULTAS KEHUTANAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2009

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Perencanaan

Interpretasi Kawasan Wisata Alam Lereng Pegunungan Muria Kabupaten Kudus

Jawa Tengah adalah benar-benar hasil karya saya sendiri dengan bimbingan

dosen pembimbing dan belum pernah digunakan sebagai karya ilmiah pada

Perguruan Tinggi atau lembaga manapun. Sumber informasi yang berasal atau

dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah

disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir

skripsi ini.

Bogor, September 2009

Evi Heriyaningtyas

NRP. E34053112

ABSTRAK

EVI HERIYANINGTYAS. Perencanaan Interpretasi Kawasan Wisata Alam

Lereng Pegunungan Muria Kabupaten Kudus Jawa Tengah. Bimbingan Prof. Dr.

E.K.S Harini Muntasib, MS dan Eva Rachmawati, S.Hut.

Kawasan wisata alam lereng Pegunungan Muria merupakan satu-satunya

kawasan wisata alam di Kabupaten Kudus yang memiliki luas 221.3 Ha. Kawasan

wisata alam lereng Pegunungan Muria merupakan hutan lindung yang dikelola

oleh Perum Perhutani KPH Pati Jawa Tengah. Kawasan wisata alam ini memiliki

objek yang spektakuler yaitu air terjun montel, air terjun gonggomino dan

sendang air tiga rasa yang menjadikan kawasan ini ramai dikunjungi oleh para

wisatawan. Selain itu, adanya peninggalan sejarah Sunan Muria menjadikan

kawasan wisata ini memiliki sosial budaya yang unik dibandingkan oleh kawasan

wisata lainnya. Pengunjung yang datang dikawasan wisata alam lereng

Pegunungan Muria agar mendapatkan nilai lebih dalam melakukan kunjungannya,

maka perlu adanya kegiatan interpretasi alam. Penelitian dilaksanakan di kawasan

wisata alam lereng Pegunungan Muria Kabupaten Kudus Jawa Tengah pada

tanggal 23 Mei 5 Juli 2009. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan

menggunakan metode survei melalui wawancara, studi pustaka dan pengecekan

titik dilapangan berdasarkan objek yang menarik dengan GPS yang diolah

menggunakan bantuan software Arc VIEW dan ERDAS. Kawasan wisata alam

lereng Pegunungan Muria terdiri dari 13 jalur yang memiliki potensi sumberdaya

fisik, biologi dan sosial budaya. Jalur tersebut adalah Buper Kajar Makam

Sunan Muria melalui jalur tangga, Buper Kajar Makam Sunan Muria melalui

jalur lokal, Rejenu Guo, Rejenu Argopiloso Argojembangan, Buper

Petoko, Japan Rejenu, Rejenu Ngandong, Desa Japan Montel, Pos 1

Rejenu, Pos 2 Pos 4, Pos 3 Pos 4 dan Air Tiga Rasa Gonggomino.

Pengunjung kawasan wisata alam lereng Pegunungan Muria didominasi oleh

pengunjung yang berjenis kelamin laki-laki (54 %). Sebagian besar pengunjung

berusia 15 24 tahun (45 %). Pengunjung kawasan wisata alam lereng

Pegunungan Muria didominasi oleh pelajar dan mahasiswa. Tujuan sebagian besar

pengunjung untuk datang ke kawasan wisata alam adalah menikmati keindahan

alam. Pengunjung kawasan lereng Pegunungan Muria mengharapkan adanya

fasilitas interpretasi di kawasan wisata alam lereng Pegunungan Muria yaitu

papan objek interpretasi, papan arah dan peta jalur interpretasi. Penyusunan

perencanaan interpretasi dikawasan lereng Pegunungan Muria adalah rencana

satuan, rencana kegiatan dan rencana penugasan. Tema kegiatan interpretasi di

kawasan wisata alam lereng Pegunungan Muria adalah Budaya Muria

terpelihara, Alam Lestari. Lokasi kegiatan interpretasi alam di kawasan lereng

Pegunungan Muria berada pada 7 jalur yaitu Rejenu Argopiloso

Argojembangan, Rejenu Guo, Buper Petoko, Japan Rejenu, Pos 1 Rejenu,

Pos 2 dan Pos 3 pos 4, Buper Makam Sunan Muria. Rencana media

interpretasi untuk menunjang kegiatan interpretasi di kawasan lereng Pegunungan

Muria adalah papan nama objek interpretasi, peta jalur interpretasi, papan

petunjuk arah, papan objek interpretasi, pintu gerbang kawasan, papan informasi,

papan pesan interpretasi dan pal jarak.

Kata kunci: Kawasan Wisata Alam Lereng Pegunungan Muria, Interpretasi,

Wisata

ABSTRACT

EVI HERIYANINGTYAS. Interpretation Planning Of Natural Tourism Area In

The Slope Of Muria Mountain, Kudus Regency Centeral Java. Supervisor: Prof.

Dr. E.K.S Harini Muntasib, MS. and Eva Rachmawati, S.Hut.

The slope of Muria Mountain is the only natural tourism area in Kudus

Regency which possesses 221.3 Ha of width. The slope of Muria Mountain is

part of protected area that managed by Perum Perhutani KPH Pati, Central Java.

This natural tourism area has spectacular objects; montel waterfall, gonggomino

waterfall and tiga rasa spring. These objects interest the people to visit the area.

Despite of the uniqe objects, it also has historical heritage of Sunan (the holy man

who spreaded Islam in Java) Muria that makes socio-cultural in this area different

to others. In order to get more value during their visitation, the visitors of this area

may need natural interpretation. This study was done in the area of Muria slope-

montain Kudus Regency Centeral Java on May 23rd July 5th 2009. The data

was collected by survey methode through interview, literature and checking

interesting tourism spots using GPS which would be prossesed by using Arc

VIEW and ERDAS. The natural tourism of Muria slope-mountain consits of 13

lanes that possess potential phisically , biologically and sosio cultural resources.

Those lanes are Buper Kajar Sunan Murias funeral (with stair-lane); Buper

Kajar Sunan Murias funeral (with local lane); Rejenu Guo, Rejenu

Argopiloso Argojembangan; Buper Petoko; Japan Rejenu; Rejenu

Ngandong, Desa Japan Montel, Pos 1 Rejenu; Post 2 Post 4; Post 3 Post 4

and the Tiga Rasa spring Gonggomino. The visitors of this natural torism area

are dominated by male (54%). Most of visitors are among 15 24 years old (45%)

and most dominated by students. The visitors objective in visiting this area is for

enjoying the beautiful view of this area. The visitors are desire to get interpreation

facility in this area, like interpretation board, direction board, map of

interpretation lanes. The arrangement of interpretation plan in this area is using

unit plan, activity plan and management plan. The theme of interpretation activity

in this area is Budaya Muria Terpelihara, Alam Lestari (If the Murias Cultural

is Mantained Well, the Nature will be in Sustainability). The location of nature

interpretation in the area of Muria slope-mountain are located at 7 lanes, there are

Rejenu Argopiloso Argojembangan, Rejenu Guo, Buper Sunan Murias

funeral. The planning of interpretation media to support interpretation activity in

this area are name board of object interpretation, the map of interpretation lanes,

the direction board, the board of object interpretation, the entrance door of area,

board of information, board of interpretation message and the sign of distance.

Keywords: The area of natural tourism of Muria slope-mountain, Interpretation,

Tourism

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan

karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul

Perencanaan Interpretasi Kawasan Wisata Alam Lereng Pegunungan Muria

Kabupaten Kudus Jawa Tengah sebagai salah satu syarat untuk memperoleh

gelar Sarjana Kehutanan pada Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor.

Skripsi ini berisi tentang perencanaan interpretasi alam di kawasan wisata alam

lereng Pegunungan Muria Kudus Jawa Tengah. Hasil penelitian ini akan

digunakan untuk pengembangan kegiatan wisata khususnya kegiatan interpretasi

alam di kawasan wisata alam lereng Pegunungan Muria Kudus.

Penulis mengucapkan terimakasih kepada:

1. Bapak, Ibu dan Adek yang tidak berhenti berdoa dan memberikan semangat serta dukungan kepada penulis.

2. Ibu Prof. Dr. E.K.S Harini Muntasib, MS. dan Ibu Eva Rachmawati, S.Hut selaku dosen pembimbing yang telah mencurahkan waktu dan perhatiannya

untuk membimbing penulis.

3. Ir. Muhdin, MS, Ir. Sucahyo Sadiyo, MS dan Ir. T.M. Oemijati, MS. Selaku dosen penguji yang memberikan masukan dan arahannya kepada penulis.

4. Mas Sharif, Mas Tri dan Mas Puji yang selalu membimbing dalam pembuatan peta.

5. Pak Didik, Pak Wiwik, Pak Widodo, Mas Agoes serta semua pihak masyarakat lereng Pegunungan Muria yang tidak dapat penulis sebutkan

satu persatu dan juga pihak pengelola kawasan wisata alam lereng

Pegunungan Muria.

6. Fandy Septian yang selalu menjadi penyemangat dari pembuatan proposal, pengambilan data dilapang dan sampai terselesaikan skripsi ini.

7. Rekan-rekan, kakak-kakak dan adik-adik KSHE, khususnya Ipit, Reni, Arman, Safinah, Nina, Ine, Wulan, Uchie dan Rudi yang selalu berjuang

menjadi konservasionis-konservasionis masa depan.

8. Rekan-Rekan Edelwaiss Atas Meme, Ina, Trias, Eka, Vani, Veni, Nonop, Mbak Mahar, Nisa, Feni dan Ita yang selalu memberikan inspirasi dan ide-

idenya.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa masih banyak kekurangan dalam

penulisan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca

dan khususnya bagi penulis sendiri.

Bogor, September 2009

Evi Heriyaningtyas

RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama lengkap Evi Heriyaningtyas dilahirkan di Semarang pada

tanggal 22 Agustus 1987, sebagai anak pertama dari dua bersaudara. Tahun 2005

penulis lulus dari SMA N 1 BAE Kudus dan pada tahun yang sama lulus seleksi

masuk IPB melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI). Penulis diterima

mayor Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata Fakultas Kehutanan IPB.

Selama kuliah penulis aktif dalam kegiatan organisasi Himpunan Mahasiswa

Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata (HIMAKOVA) sebagai Kelompok

Pemerhati Ekowisata (KPE) dan Biro Kesekretariatan. Selain itu juga aktif

sebagai pemandu di Agroedutourism IPB. Selama dibangku kuliah penulis juga

aktif mengikuti kompetisi karya tulis. Kejuaran yang pernah penulis dapatkan

adalah juara dua Indocement Awards 2008.

i

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI ................................................................................................ i

DAFTAR TABEL ........................................................................................ iii

DAFTAR GAMBAR.................................................................................... iv

DAFTAR LAMPIRAN................................................................................. vi

I PENDAHULUAN .................................................................................. 1

1.1. Latar Belakang ................................................................................. 1

1.2. Tujuan Penelitian ............................................................................. 2

1.3. Manfaat Penelitian............................................................................ 2

II TINJAUAN PUSTAKA .......................................................................... 3

2.1. Wisata Alam Lereng Gunung Muria/Colo ........................................ 3

2.2. Interpretasi ....................................................................................... 3

2.3. Perencanaan Interpretasi................................................................... 8

2.4. SIG (Sistem Informasi Geografi) ...................................................... 15

III METODE PENELITIAN ........................................................................ 18

3.1. Lokasi dan Waktu ............................................................................ 18

3.2. Bahan dan Alat................................................................................. 18

3.3. Teknik Pengumpulan Data ............................................................... 20

3.4. Pembuatan Peta Interpretasi.............................................................. 25

3.5. Analisis Data.................................................................................... 26

3.6. Sintesis Data .................................................................................... 26

3.7. Perencanaan Interpretasi................................................................... 27

IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN............................................ 31

4.1. Sejarah dan Dasar Hukum ................................................................ 31

4.2. Keadaan Fisik Kawasan.................................................................... 31

4.3. Aksesibilitas..................................................................................... 34

4.4. Keadaan Fisik dan Biologi................................................................ 35

4.5. Keadaan Sosial Ekonomi dan Budaya Masyarakat............................ 36

V HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................... 38

5.1. Potensi Kawasan Wisata Alam Lereng Pegunungan Muria kudus..... 38

5.2. Karakteristik dan Keinginan Pengunjung.......................................... 79

ii

5.3. Persepsi Masyarakat ......................................................................... 87

5.4. Rencana Pengambangan Pengelola................................................... 88

5.5. Perencanaan Interpretasi................................................................... 90

VI KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................... 106

6.1. Kesimpulan ...................................................................................... 106

6.2. Saran................................................................................................ 107

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 108

LAMPIRAN

iii

DAFTAR TABEL

Halaman

1 Kelompok umur pengunjung ................................................................... 21

2 Kriteria kelas kelerengan......................................................................... 24

3 Jenis data yang dikumpulkan................................................................... 27

4 Daftar pembagian jalur yang sudah dikembangkan dan jalur yang direncanakan untuk dikembangkan.......................................................... 38

5 Rute Jalur Buper Kajar Makam Sunan Muria ....................................... 42

6 Rute jalur Buper Makam Sunan Muria (jalur tangga) ........................... 42

7 Rute jalur Japan Rejenu........................................................................ 46

8 Rute Desa Japan Monthel..................................................................... 50

9 Rute Jalur Rejenu Puncak Argopiloso .................................................. 53

10 Rute Jalur Puncak Argopiloso Puncak Argojembangan ........................ 53

11 Rute Jalur Buper Petoko....................................................................... 58

12 Rute Jalur Pos 1 Rejenu........................................................................ 61

13 Rute jalur Rejenu Guo.......................................................................... 64

14 Rute Rejenu Ngandong ........................................................................ 67

15 Rute Jalur Pos 3 Pos 4 .......................................................................... 70

16 Rute Jalur Pos 2 Pos 4 .......................................................................... 71

17 Rute Jalur Sendang Air Tiga Rasa Gonggomino................................... 74

18 Karakteristik responden pengunjung ....................................................... 80

19 Kebutuhan pengunjung akan pelayanan interpretasi lingkungan, bahasa informasi, fasilitas tambahan, fasilitas penginapan dan

makanan.................................................................................................. 84

iv

v

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Kuesioner untuk pengunjung..................................................... 112

Lampiran 2. Panduan wawancara kepada pihak yang terkait ......................... 115

iv

DAFTAR GAMBAR

Halaman

1 Bagan alir perencanaan interpretasi menurut Bradley dalam Sharpe (1982). ...... 9

2 Proses perencanaan interpretasi menurut Ham et al. (2005)..................... 13

3 Bagan alir proses penelitian perencanaan interpretasi alam di Kawasan

Wisata Alam Lereng Pegunungan Muria Kudus ...................................... 30

4 Peta lokasi penelitian kawasan wisata alam lereng Pegunungan Muria

Kudus ..................................................................................................... 33

5 Peta potensi jalur interpretasi pada kelas ketinggian di kawasan wisata

alam lereng Pegunungan Muria Kudus .................................................... 39

6 Peta potensi jalur interpretasi pada kelas penutupan lahan kawasan

wisata alam lereng Pegunungan Muria Kudus ......................................... 40

7 Peta potensi objek dan daya tarik wisata interpretasi kawasan wisata

alam lereng Pegunungan Muria Kudus .................................................... 41

8 Peta potensi objek dan daya tarik wisata interpretasi di jalur Buper

Kajar Makam Sunan Muria kawasan wisata alam lereng Pegunungan

Muria Kudus ........................................................................................... 44

9 Keterangan Peta jalur Buper Kajar Makam Sunan Muria...................... 45

10 Peta potensi objek dan daya tarik wisata interpretasi di jalur Japan

Rejenu kawasan wisata alam lereng Pegunungan Muria Kudus ............... 48

11 Keterangan peta jalur Japan Rejenu...................................................... 49

12 Peta potensi objek dan daya tarik wisata interpretasi di jalur Desa Japan

Monthel kawasan wisata alam lereng Pegunungan Muria Kudus .......... 51

13 Keterangan peta jalur Desa Japan Montel ............................................. 52

14 Peta potensi objek dan daya tarik wisata interpretasi di jalur Rejenu

Argopiloso Argojembangan kawasan wisata alam lereng Pegunungan

Muria Kudus ........................................................................................... 56

15 Keterangan peta jalur Rejenu Argojembangan Argopiloso................. 57

16 Peta potensi objek dan daya tarik wisata interpretasi di jalur Buper

Kajar Petoko kawasan wisata alam lereng Pegunungan Muria Kudus ... 60

17 Keterangan peta jalur Buper Kajar Petoko............................................ 61

18 Peta potensi objek dan daya tarik wisata interpretasi di jalur Pos 1 -

Rejenu kawasan wisata alam lereng Pegunungan Muria Kudus ............... 63

v

19 Keterangan peta jalur Pos 1 Rejenu ...................................................... 64

20 Peta potensi objek dan daya tarik wisata interpretasi di jalur Rejenu

Guo kawasan wisata alam lereng Pegunungan Muria Kudus ................... 66

21 Keterangan peta jalur Rejenu Guo........................................................ 67

22 Peta potensi objek dan daya tarik wisata interpretasi di jalur Rejenu

Ngandong kawasan wisata alam lereng Pegunungan Muria Kudus .......... 69

23 Potensi objek interpretasi di jalur Rejenu Ngandong............................. 70

24 Peta potensi objek dan daya tarik wisata interpretasi di jalur Pos 2 dan

Pos 3 Pos 4 kawasan wisata alam lereng Pegunungan Muria Kudus ..... 72

25 Keterangan peta jalur Pos 2 dan Pos 3 Pos 4......................................... 73

26 Peta potensi objek dan daya tarik wisata interpretasi di jalur Sendang

Air Tiga Rasa - Gonggomino kawasan wisata alam lereng Pegunungan

Muria Kudus ........................................................................................... 75

27 Keterangan peta jalur Sendang air tiga rasa Gonggomino ..................... 76

28 Peta potensi objek dan daya tarik wisata interpretasi di jalur Buper

Kajar kawasan wisata alam lereng Pegunungan Muria Kudus.................. 77

29 Keterangan peta di dalam kawasan bumi perkemahan kajar .................... 78

30 Rekapitulasi pengunjung kawasan wisata alam lereng Pegunungan

Muria tahun 2008.................................................................................... 79

31 Tujuan Kunjungan .................................................................................. 81

32 Modus Kunjungan................................................................................... 81

33 Objek yang disukai pengunjung .............................................................. 82

34 Hal yang Ingin Diketahui ........................................................................ 82

35 Asal Usul Pengunjung Mendapatkan Informasi ....................................... 83

36 Durasi pengunjung melakukan kunjungan ............................................... 83

37 Grafik pemilihan jalur tiap kelas umur .................................................... 87

38 Peta objek dan daya tarik wisata interpretasi kawasan wisata alam lereng

Pegunungan Muria Kudus ....................................................................... 92

39 Peta perencanaan media interpretasi kawasan wisata alam lereng

Pegunungan Muria Kudus. ...................................................................... 97

40 Peta interpretasi di Jalur Rejenu Argopiloso ......................................... 105

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pegunungan Muria berada di tiga Kabupaten yaitu Kabupaten Jepara, Pati

dan Kudus. Pegunungan Muria terdiri dari Gunung Argojembangan, Gunung

Argopiloso, Gunung Puncak 29, Gunung Ringgit, Gunung Kelir, Gunung Gajah

Mungkur, Gunung Candi Angin Lor dan Gunung Candi Angin Kidul. Pegunungan

Muria ditetapkan sebagai kawasan hutan lindung berdasarkan surat keputusan

Gubernur Jendral Hindia Belanda Nomor 34 tanggal 24 Juni 1916 di Bogor

(Widjanarko 2006). Pegunungan Muria mempunyai fungsi utama sebagai

penyangga kehidupan flora fauna dan penyedia air bersih untuk Kabupaten

Kudus. Selain itu, di kawasan lereng Pegunungan Muria Kudus juga berfungsi

sebagai kawasan wisata.

Kawasan wisata alam lereng Pegunungan Muria Kudus sejak tahun 2006

dikelola oleh pihak swasta, pengelolaan sebelumnya adalah pihak Perhutani KPH

Pati. Kawasan wisata alam lereng Pegunungan Muria Kudus memiliki luas 221.3

Ha. Wisata alam lereng Pegunungan Muria dikenal sebagai kawasan wisata alam

Colo. Kawasan wisata alam ini merupakan tempat rekreasi yang memanfaatkan

tempat-tempat terbuka untuk pengunjung dapat bersantai dan menikmati

keindahan alam. Keunikan objek wisata alam yang dimiliki kawasan wisata alam

lereng Pegunungan Muria adalah sendang air tiga rasa yang memiliki tiga rasa

yang khas, rasa pertama seperti asam dan air segar, rasa kedua menyerupai

minuman ringan dan rasa ketiga seperti minuman beralkohol. Objek wisata yang

lain adalah Air Terjun Monthel yang mempunyai ketingggian 50 meter, Air

Terjun Gonggomino, Gua Jepang, Makam Sunan Muria dan flora fauna yang

menarik. Selain itu, masyarakat lereng Pegunungan Muria memiliki kebudayaan

yang masih terkait dengan keberadaan Sunan Muria. Karena alasan tersebut

menjadikan kawasan wisata alam lereng Pegunungan Muria Kudus sebagai salah

satu daerah tujuan wisata alam di Kabupaten Kudus.

Kawasan wisata alam lereng Pegunungan Muria banyak dikunjungi oleh

para wisatawan yang berasal dari dalam daerah Kabupaten Kudus dan luar

Kabupaten Kudus. Pengunjung dalam menikmati setiap objek wisata memerlukan

2

pengetahuan yang lebih dalam melakukan kunjungan di kawasan wisata alam

lereng Pegunungan Muria. Pengetahuan tersebut dapat tertuang dengan adanya

suatu perencanaan interpretasi alam pada setiap jalur yang memiliki potensi untuk

dikembangkan kegiatan interpretasi. Menurut Sharpe (1982) Pengunjung di

kawasan wisata alam memerlukan kegiatan interpretasi untuk lebih menikmati

aktivitas rekreasinya. Interpretasi merupakan suatu mata rantai komunikasi antara

pengunjung dan sumberdaya alam yang ada. Interpretasi bermakna komunikasi

guna memperkaya pemahaman mereka dari suatu kebenaran fakta (McArthur

2005). Interpretasi juga memberikan kesempatan kepada pengunujung untuk

mendapatkan suatu pengalaman (Carr 2004).

Penyusunan perencanaan interpretasi alam dilaksanakan dengan

melakukan identifikasi masalah, inventarisasi, verifikasi, analisis, sintesis data dan

pengambilan keputusan. Penyusunan perencanaan interpretasi alam di kawasan

wisata alam lereng Pegunungan Muria menggunakan bantuan teknologi yaitu

Sistem Informasi Geografis. Proses pengolahan data dengan Sistem Informasi

Geografis dapat dilakukan proses pemetaan, analisis, pengolahan ataupun

pengubahan terhadap data kawasan menurut kondisinya yang terkini secara cepat,

mudah dan biaya yang relatif rendah. Penggunaan Sistem Informasi Geografis

akan sangat membantu pengelola suatu kawasan konservasi dalam merencanakan

kebijakan atau keputusan yang akan diambil berkaitan dengan pengelolaan

kawasan tersebut. Berdasarkan alasan tersebut maka penelitian mengenai

perencanaan interpretasi alam di kawasan wisata alam lereng Pegunungan Muria

Kabupaten Kudus dilaksanakan dengan menggunakan Sistem Informasi

Geografis.

1.2. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian adalah menyusun perencanaan interpretasi alam di

kawasan wisata alam lereng Pegunungan Muria Kudus Jawa Tengah.

1.3. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah membantu pengelola dalam upaya

mengembangkan kegiatan wisata alam khususnya interpretasi alam di kawasan

wisata alam lereng Pegunungan Muria Kudus Jawa Tengah.

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Kawasan Wisata Alam Lereng Gunung Muria

Kawasan wisata alam adalah kawasan dengan ciri khas tertentu, baik di

darat maupun perairan dengan mempunyai fungsi pokok sebagai kawasan

pengawetan keanekaragaman jenis satwa dan ekosistem (Suwantoro 1997).

Kawasan wisata alam lereng Pegunungan Muria terdapat beberapa tempat

menarik antara lain Air Terjun Monthel, Makam Sunan Muria, Sumber Air Tiga

Rasa (Rejenu) dan Wana Wisata Kajar (Rakhman 2007). Widjanarko (2006)

mengatakan bahwa kawasan wisata alam lereng Pegunungan Muria terletak di

sebelah utara Kota Kudus dengan jarak tempuh kurang lebih 19 Km dari Kota

Kudus. Gunung Muria mempunyai ketinggian 1602 m dpl, sedangkan objek

wisata alam lereng Gunung Muria memiliki ketinggian 700 m dpl, sebagian hutan

terdiri dari dari hutan-hutan terlindung dan tanaman kopi (Setiyanto 2003).

Kawasan Pegunungan Muria tepatnya di Desa Colo, terdapat Makam Sunan

Muria (Raden Umar Said). Makam Sunan Muria tepatnya berada di puncak

Gunung Muria. Disekitar makam Sunan Muria terdapat objek wisata alam yaitu

air terjun monthel, pesangrahan dan buper Kajar (Sukari 2003).

2.2. Interpretasi

2.2.1. Definisi Interpretasi

Interpretasi adalah sebagai suatu kegiatan yang mengandung pendidikan,

bertujuan untuk mengungkap makna dan hubungan keterkaitan dengan

memanfaatkan objek, melalui pengalaman langsung, media ilustrasi atau visual,

tidak hanya menyampaikan informasi faktual (Tilden 1957). Interpretasi

merupakan suatu bentuk pelayanan kepada pengunjung di suatu taman, hutan dan

beberapa tempat rekreasi yang bertujuan agar dapat beristirahat, mendapatkan

inspirasi dan mempelajari berbagai sumberdaya alam (Sharpe 1982). Canada

(1976) dalam Veverka (1998) berpendapat bahwa interpretasi adalah suatu

proses komunikasi yang dirancang untuk mengungkapkan hubungan dan arti dari

warisan budaya yang bersifat alami kepada pengunjung. Definisi interpretasi

menurut McArthur (2005) berarti gagasan komunikasi dan perasaan dimana dapat

membantu orang dalam memperkaya pemahaman dan pengetahuannya di dunia

4

dan hal tersebut mempunyai peranan yang sangat penting. Selain itu tujuan

interpretasi menurut McArthur (2005) adalah:

1. Meningkatkan kesadaran dan pemahaman terhadap isi pesan kepada sasaran

pasar.

2. Memberikan inovasi secara cukup dan merangsang pasar untuk melakukan

kunjungan.

3. Meningkatkan keuntungan dalam bidang pendapatan ekonomi.

4. Membantu meminimalisasi dampak kunjungan.

Interpretasi merupakan proses komunikasi yang lebih spesifik dan lebih

dari sekedar memperkenalkan sesuatu (Veverka 1998). Kegiatan interpretasi

sangat aktif, santai dan fokus dalam memberikan pengertian keadaan sebenarnya

(Domroese dan Sterling 1999). Interpretasi berarti komunikasi yang dipergunakan

dalam kegiatan rekreasi dengan bentuk program pendidikan di taman rekreasi

(Ham 1992). Interpretasi merupakan bentuk pelayanan kepada pengunjung yang

datang ke taman, hutan, tempat yang dilindungi dan kawasan rekreasi, selain

pengunjung ingin bersantai atau mencari inspirasi juga mempunyai keinginan

untuk mempelajari tentang alam, kebudayaan dan sumberdaya alam berupa proses

geologi, satwa, tumbuhan, komunitas ekologi atau sejarah manusia (Muntasib dan

Rachmawati 2003). Pahsma (2005) berpendapat bahwa interpretasi dapat

menyampaikan aktivitas sejarah, sosial masyarakat suatu kawasan dan

pemandangan secara nyata dan terpusat pada unsur-unsur sejarah. Selain itu,

interpretasi yang baik apabila dapat memberikan pengetahuan secara lengkap,

mampu memenuhi keinginan pengunjung, canggih dalam memberikan

pemahaman suatu tempat dan memiliki kecakapan dalam berkomunikasi.

Interpretasi sangat efektif karena memberikan lebih daripada informasi dan

pengalaman lebih kepada pengunjung (Wearing & Neil 2000). Keuntungan dari

kegiatan interpretasi menurut Beckmann (1991) dalam Wearing dan Neil (2000)

adalah:

1. Memberikan keuntungan dalam kegiatan promosi, karena interpretasi

merupakan hubungan komunikasi antara masyarakat luas dengan staf

pengelola, hal tersebut membuat interpretasi memiliki peranan dalam

mewujudkan pengelolaan secara efektif.

5

2. Keuntungan interpretasi dalam kegiatan rekreasi adalah mampu membantu

pengunjung dalam kegiatan rekreasinya mendapatkan pengalaman tentang

sumberdaya alam yang tersedia, merubah perilaku kunjungan dan

memberikan bantuan pengelolaan rekresai secara langsung.

3. Keuntungan interpretasi dalam kegiatan pendidikan adalah memberikan

pengalaman secara umum kepada pengunjung dalam meningkatkan

pemahaman dan pengetahuannya terhadap lingkungan.

4. Interpretasi sebagai manajemen pengelolaan konservasi karena mengatur

kegiatan pengunjung, mengurangi dampak kunjungan dan meningkatkan

perlindungan suatu kawasan alam.

Dasar dari interpretasi adalah menyampaikan pesan kepada pengunjung

untuk mengajak lebih mengetahui, memahami dan dapat melakukan sesuatu

sehingga mampu memberikan dampak yang positif (Ham & Weiler 2003).

Interpretasi adalah kegiatan komunikasi kepada pengunjung yang bertujuan

memudahkan pengunjung untuk memahami suatu akses tertentu (Scottish

Museums Council 2003). Interpretasi bermakna komunikasi guna membantu

memperkaya pemahaman mereka dari suatu kebenaran fakta (McArthur 2005).

Interpretasi menerangkan maksud atau arti suatu fenomena dan penemuan baru

untuk dimengerti orang lain (Ham 2002). Interpretasi adalah kegiatan yang

berhubungan dengan pendidikan, bertujuan untuk menyatakan arti tentang

kebudayaan dan sumberdaya alam. Oleh karena itu media interpretasi harus

meningkatkan pemahaman, pengetahuan dan melindungi tempat bersejarah dan

tempat alami. Interpretasi dapat diartikan sebagai proses informasi dan inspirasi

(Beck & Cable 1998 dalam Staiff et al. 2002). Weiler dan Davis (1993) dalam

Madin dan Fenton (2004) berpendapat bahwa definisi interpretasi adalah aktivitas

pendidikan dan hiburan yang bertujuan untuk memberikan wawasan dan

hubungan timbal balik antara pengunjung dengan sumberdaya alam tersebut.

2.2.2. Objek Interpretasi

Objek interpretasi adalah segala sesuatu yang ada di dalam kawasan yang

dipergunakan sebagai objek dalam penyelenggaraan interpretasi (Muntasib &

Rachmawati 2003). Program interpretasi dapat berlangsung dengan baik apabila

dalam pemilihan dan penggunaan objek interpretasi secara tepat dilaksanakan.

6

Objek interpretasi dapat membantu pengunjung dalam menikmati kunjungannya

di suatu kawasan wisata (Sharpe 1982). Objek interpretasi berfungsi

mengkonfirmasikan pengunjung untuk mendapatkan informasi cukup, guna

menghasilkan kegiatan yang aman, efisien, memperoleh kunjungan yang

menyenangkan dan mampu mengurangi dampak kerusakan sumberdaya alam

(Ferry 1998).

Veverka (1998) menyatakan bahwa objek interpretasi terbagi dalam 3

kelompok yaitu:

1. Area biologis yang terdiri dari danau, sungai, tipe habitat, spesies langka,

peristiwa-peristiwa musiman (mekarnya bunga liar, migrasi burung, dll),

area demonstrasi potensi/eksisting, area pengelolaan kayu (tipe manajemen).

2. Sumberdaya budaya terdiri dari kabin tua, reruntuhan batuan tua, arena

peperangan, tapak peristiwa sejarah dan tapak arkeologi yang sudah tua.

3. Sumberdaya geologis yang terdiri dari batuan yang muncul di permukaan

taman fosil dan bentukan geologis.

2.2.3. Jalur Interpretasi

Jalur interpretasi adalah jalur khusus yang terdapat objek-objek menarik,

yaitu jalur transportasi seperti jalur mobil, sepeda, pejalan kaki dan lain

sebagainya. Jalur interpretasi harus memperhatikan urutan rangkaian objek

sehingga memberikan pengertian terhadap objek tersebut (Muntasib &

Rachmawati 2003). Kriteria jalur interpretasi yang baik menurut Domroese dan

Serling (1999) adalah:

1. Jalur tidak terlalu panjang dan memakan waktu 20 menit - 1 jam dengan

berjalan kaki termasuk dengan waktu istirahat.

2. Berbentuk lingkaran untuk menghindari pengulangan pemandangan.

3. Memiliki tanda-tanda yang jelas sehingga pengunjung dapat mengikutinya

dengan mudah.

4. Bersih dan tidak terdapat peninggalan sampah atau jejak dari pengunjung

sebelumnya.

5. Dibangun dengan meminimalisasi dampak erosi dan mempunyai drainase

yang baik.

7

6. Terpelihara dengan baik, tidak ada pohon tumbang, vandalisme dan

kerusakan karena pengaruh iklim.

7. Dirancang dan dikelola untuk meminimalkan dampak ekologi yaitu dengan

membiarkan serasah menjadi humus.

Karakteristik jalur yang baik menurut Berkmuller (1981) adalah:

1. Jalur yang baik diarahkan pada pemandangan yang menakjubkan, dapat

melihat beberapa daya tarik seperti, air terjun, habitat hewan, gua, sungai,

pemukiman tua, pohon dan lain sebagainya.

2. Jalur yang baik apabila nyaman dipergunakan. Jalur tersebut harus tidak

licin, curam, berlumpur dan tergenang air.

3. Jalur yang baik adalah melindungi pengunjung dari ketegangan.

Memberikan perhatian secara khusus di beberapa tempat pada jalur dan

jangan pernah membuat jalur yang lurus dan jauh.

4. Jalur yang baik juga mampu membuat pengunjung merasa senang. Jalur

harus dilengkapi dengan tempat sampah, tanda yang jelas dan petunjuk arah.

5. Jalur yang baik menghindari lokasi yang mungkin membahayakan dan

rawan kecelakaan seperti komunitas pohon yang mudah tumbang dan tempat

yang dapat mengganggu satwaliar.

2.2.4. Tanda Interpretasi

Tanda merupakan suatu komunikasi (Trapp et al. 1994). Tanda interpretasi

berbeda dengan tanda penunjuk arah karena tanda interpretasi memuat lebih

banyak pesan, tidak boleh terlalu panjang dan dirancang sedemikian rupa

sehingga dapat menarik pengunjung untuk membacanya (Muntasib &

Rachmawati 2003). Masalah mengenai tanda interpretasi di tempat terbuka adalah

jumlah tanda interpretasi yang terus meningkat tetapi sedikit yang berupa media

interpretasi, banyak terdapat vandalisme, desain tanda yang kurang menarik

karena itu tanda harus selalu diperbarui (McLoughlin 1998). Tanda interpretasi

yang baik harus bersifat kokoh dan tebal. Selain itu, tanda yang baik adalah tanda

yang tidak menggunakan bahan tipis dan bercahaya karena akan menyulitkan bagi

pengendara transpotasi pada malam hari. Hal lain yang paling penting dalam

pembuatan adalah menggunakan bahan-bahan yang bersifat tahan lama

(Berkmuller 1981).

8

Tanda yang sering dipergunakan dalam suatu program interpretasi terdiri

dari dua tipe yaitu tanda interpretasi dan tanda administrasi. Tanda administrasi

antara lain pintu masuk, tanda penunjuk arah dan tanda informasi yang salah satu

fungsinya adalah untuk menghubungkan pengunjung dengan program interpretasi

(Muntasib & Rachmawati 2003).

2.3. Perencanaan Interpretasi

Proses perencanaan interpretasi untuk semua sistem dapat dicontohkan

dalam membangun perencanaan interpretasi pada suatu kawasan yang

memerlukan pertimbangan dan tujuan perencanaan (Veverka 1998). Muntasib

(2003) menyatakan bahwa sebuah perencanaan interpretasi dapat mencapai tujuan

dengan baik maka perencanaan tersebut haruslah:

1. Mampu dipergunakan oleh semua orang dalam merencanakan fasilitas

interpretasi yang disediakan dengan mengutamakan keselamatan

pengunjung.

2. Memiliki fasilitas yang efisien dari segi pelayanan, penggunaan, pembiayaan

dan dapat membantu perencanaan interpretasi.

3. Dapat mengungkapkan keindahan dan mampu menyediakan suatu paket

yang bervariasi tetapi kompak pada sebuah karakteristik yang ada, indah,

peka dan menimbulkan bayangan atau gambaran dari subyek

interpretasinya.

4. Perencanaan interpretasi merupakan suatu proses yang fleksibel, efektif dan

dinamis, maka interpretasi yang disampaikan harus terus berkembang

sehingga pengunjung dapat lebih tertarik.

5. Mampu mengatasi dampak kerusakan dan kerugian sumberdaya alam

budaya dan mempergunakan sumberdaya secara optimal.

6. Mempergunakan partisipasi publik dalam hal pendapat umum atau saran-

saran yang berhubungan dengan perencanaan interpretasi secara

keseluruhan, karena berfungsi sebagai kritik dan saran dalam penyusunan

perencanaan interpretasi.

9

Berikut ini merupakan tahapan perencanaan interpretasi menurut Bradley

dalam Sharpe (1982) yaitu:

Gambar 1 Bagan alir perencanaan interpretasi menurut Bradley dalam Sharpe (1982).

Keterangan dari bagan di atas sebagai berikut:

a) Menentukan tujuan

Tahap pertama dalam proses perencanaan interpretasi adalah menentukan

tujuan. Tujuan dipergunakan sebagai panduan perencanaan interpretasi. Young

dalam Sharpe (1982) berpendapat bahwa dalam menentukan tujuan interpretasi

harus mencakup:

1. Semua keinginan.

2. Maksud dari semua tujuan.

3. Target yang menggambarkan keseluruhan tujuan dan hasil yang ingin

dicapai.

4. Serangkaian kegiatan.

Menentukan tujuan dalam proses perencanaan interpretasi harus jelas dan

konsisten.

b) Inventarisasi/pengumpulan data

Sharpe (1982) berpendapat bahwa tahapan inventarisasi adalah

mengidentifikasi sumberdaya alam dan kebudayaan. Kegiatan inventarisasi

mencakup fisik, biologi dan lingkungan kebudayaan. Tahapan inventarisasi akan

menghasilkan informasi yang berguna dalam perencanaan interpretasi.

Inventarisasi yang baik mampu memberikan informasi yang dapat menunjang

kegiatan interpretasi secara efektif. Pada beberapa kondisi dalam proses

inventarisasi apabila informasi yang telah didapat tidak sesuai dengan hasil yang

diharapkan dan memiliki kualitas rendah dapat dicegah dengan cara

mempergunakan data yang ada, meskipun data tersebut merupakan data yang jauh

dari harapan sebenarnya. Selain itu, apabila proses inventarisasi tidak didapatkan

Masukan

Tujuan Implementasi Rencana Analisis Sintesis

Inventarisasi

dan

Pengumpulan

data

Evaluasi

dan

Revisi

Umpan balik

10

data yang bersifat baru, maka keputusan yang dapat diambil adalah tetap

mempergunakan data yang ada walaupun data tersebut bersifat lama.

c.) Analisis

Proses analisis adalah memeriksa dan memberikan penilaian terhadap

segala informasi yang berhasil dikumpulkan guna untuk pengembangan

perencanaan interpretasi. Selain itu, proses analisis akan mampu menghasilkan

interpretasi yang interaktif dengan mempertimbangkan seluruh sistem yang ada.

Tahap analisis juga mengidentifikasi segala sesuatu yang berpotensi untuk

direncanakan, seperti halnya area yang memiliki keistimewaan tertentu dan

menarik (Sharpe 1982).

Kesimpulan pada tahap analisis adalah mampu membuat perencanaan

interpretasi dengan menggambarkan secara teliti suatu area tertentu. Data dasar

harus mampu dikemas dan dideskripsikan, selanjutnya dipilih suatu data yang

berpotensi untuk dikembangkan perencanaan interpretasi.

d.) Sintesis

Sintesis adalah tahap memutuskan pilihan alternatif objek, dengan cara

menyeleksi serangkaian alternatif objek yang menarik dan sesuai dengan tujuan

interpretasi yang ada (Sharpe 1982).

e.) Perencanaan

Perencanaan merupakan tahapan yang terakhir dalam proses pemilihan

alternatif objek interpretasi. Salah satu poin yang harus dilakukan dalam proses

perencanan adalah merevisi dan melengkapi seluruh aspek perencanaan (Sharpe

1982).

f.) Implementasi

Implementasi merupakan tahapan pemilihan yang dilakukan sebelum

mengusulkan suatu program interpretasi. Serangkaian kegiatan implementasi

harus dilakukan secara efisien supaya mampu mengatasi segala permasalahan

(Sharpe 1982).

g.) Evaluasi dan Revisi

Evaluasi merupakan tahapan untuk memastikan bahwa rencana telah

berjalan sesuai dengan tujuan yang telah dibuat dengan cara memonitoring setiap

program. Selain itu, kegiatan evaluasi adalah meninjau kembali dampak fasilitas

11

terhadap sumberdaya dan dampak program yang telah ditentukan terhadap

pengguna. Evaluasi dilakukan setelah kegiatan implementasi. Evaluasi juga

dilakukan secara periodik pada waktu tertentu. Suatu program dalam kegiatan

tertentu dapat dieliminasi apabila menunjukan hasil yang negatif pada suatu

kegiatan. Hal penting dalam proses evaluasi adalah mengikutsertakan semua

anggota dari tim perencana untuk ikut berpartisipasi dalam kegiatan evaluasi

program. Proses evaluasi ini tidak hanya berguna untuk program administrasi saja

tetapi dapat menjadi sebuah acuan dalam membangun program dimasa depan

(Sharpe 1982).

Perencanaan interpretasi merupakan strategi dalam implementasi,

mesukseskan tujuan pengelolaan interpretasi dan memudahkan pemahaman

antara pengunjung dengan sumberdaya alam. Selain itu, perencanaan interpretasi

berarti memberikan peluang kepada pengunjung yang didalam maupun diluar

kawasan wisata. Perencanaan interpretasi akan membuat pengunjung mempunyai

pengalaman, pengetahuan, pemahaman setelah melakukan kunjungan pada

kawasan tertentu (Fall 2000). Perencanaan interpretasi merupakan salah satu

bagian dari sebuah studi besar yang meliputi rencana konservasi, penilaian akses,

penilaian peninggalan purbakala dan rencana pengembangan pengunjung (Jura

Consultants 2006). Perencanaan interpretasi akan membantu identifikasi sumber

daya alam yang akan membuat pengunjung tertarik (Great Exscursions 2008).

Perencanaan interpretasi merupakan cabang dari rencana konservasi

dimana menyediakan keseluruhan kerangka kebijakan konservasi dan manajemen

pada lokasi tertentu (Pahsma 2005). Ferry (1998) berpendapat bahwa perencanaan

interpretasi akan mampu membantu pengelola dalam:

1. Mengembangkan perencanaan jangka panjang.

2. Memberikan solusi perlindungan sumberdaya alam dan peningkatan kinerja

pengelola dengan tidak mengurangi jumlah pengunjung.

3. Memberikan solusi atas masalah sumberdaya alam.

4. Mempergunakan interpretasi secara efektif dan pendidikan menjadi tujuan

utama dalam keberhasilan.

5. Memenuhi amanat masyarakat untuk menjaga sumberdaya alam.

12

Ferry (1998) mengatakan bahwa perencanaan interpretasi merupakan suatu

proses identifikasi di dalam suatu taman, hutan, kebun binatang, sumberdaya alam

dan area rekreasi yang bertujuan untuk merekomendasikan jalan guna

menyediakan pengalaman yang lebih kepada pengunjung. Tahapan dalam proses

perencanaan interpretasi menurut Ferry (1998) adalah:

1. Mempersiapkan perencanaan dengan cara membaca atau meninjau kembali

aturan perundang-undangan, petunjuk rencanaan yang lain, sumberdaya

yang utama, informasi dari masyarakat dan mengumpulkan beberapa orang

yang ingin bergabung dalam kelompok perencana.

2. Mengidentifikasi pencapaian target dalam cakupan perencanaan,

keberhasilan dan persoalan, masukan pengalaman para pengunjung, tema,

sumberdaya alam, menanggapi keberhasilan dan mengatasi persoalan.

3. Mengumpulkan informasi tentang perkirakaan kondisi saat ini, masukan

informasi dari pengunjung, kebudayaan dan sumberdaya alam, media,

program, berbagai aktivitas pengunjung, persoalan, keberhasilan dan

beberapa perencanaan lainnya.

4. Menentukan arah terbaik untuk dapat mencapai keberhasilan dan

menyediakan media interpretasi kepada pengunjung agar mendapatkan

pengalaman, fasilitas interpretasi, kegiatan interpretasi dan hubungan

dengan sumberdaya alam.

Perencanaan interpretasi bertujuan untuk mengartikan suatu objek kepada

pengunjung agar mendapatkan pengalaman, selain itu interpretasi memiliki peran

untuk menyampaikan pesan kepada pengunjung agar mereka lebih dalam

pengetahuannya tentang warisan alam dan kebudayaan (Fermata 2005). Scottish

Museums Council (2003) berpendapat bahwa perencanaan interpretasi yang baik

apabila dapat:

1. Memberikan struktur dan petunjuk kepada pengelola untuk sekecil mungkin

mempergunakan sumberdaya alam.

2. Menetapkan objek pada setiap jalur.

3. Menjamin kegiatan interpretasi dapat menarik dan diterima oleh para

pengunjung.

4. Memberikan dasar secara singkat mengenai pelaksanaan interpretasi.

13

5. Mengidentifikasi terjadinya peluang perubahan dengan proses penilaian dan

pengembangan.

Isi pokok perencanaan interpretasi adalah teknik menyampaikan pesan

dalam menerangkan kebudayaan khusus disuatu tempat (McArthur 2005).

Kandungan isi perencanaan interpretasi menurut McArthur (2005) adalah:

1. Indikator keberhasilan.

2. Menjelaskan tentang tujuan interpretasi yang mencakup tema dan pesan

interpretasi.

3. Mengidentifikasi mesyarakat yang berkeinginan menggunakan pelayanan

teknik interpretasi.

4. Mendeskripsikan usulan teknik interpretasi secara langsung dan teknik

interpretasi secara tidak langsung.

5. Bertindak strategi dalam menjalankan perencanaan.

6. Dapat mengimplementasikan arah perencanaan (mengatur dan

menyelesaikan).

Ham (2002) berpendapat bahwa dalam menyusun perencanaan interpretasi

juga memerlukan pendapat pengunjung mengenai kenyamanan, keselamatan dan

kemudahan dalam menempuh perjalanan. Proses perencanaan interpretasi

menurut Ham et al. (2005) adalah:

Gambar 2 Proses perencanaan interpretasi menurut Ham et al. (2005).

Keterangan dari bagan di atas adalah:

1. Inventarisasi interpretasi terdiri dari dua komponen yaitu uraian tentang

potensi suatu tempat dimana pengunjung akan tertarik pada sesuatu yang ada

pada tempat tersebut. Komponen kedua adalah uraian umum tentang

pengunjung.

Inventarisasi

Interpretasi

Pencapaian Tujuan

Interpretasi

Identifikasi

Pengunjung

Menentukan Tujuan

Hasil

Proses Evaluasi Perencanaan

Implementasi

Mengembangkan

Sistem Media Mengembangkan

Tema

14

2. Pencapaian tujuan interpretasi merupakan proses yang dimulai dengan

berfikir tentang tujuan yang ingin dicapai. Terdapat empat kriteria katagori

keberhasilan yaitu meningkatnya pengalaman pengunjung, meningkatnya

hubungan masyarakat, melindungi kawasan sumberdaya alam dan

melindungi pengunjung dari berbagai resiko.

3. Identifikasi pengunjung bertujuan untuk mendapatkan masukan mengenai

maksud dari tujuan perencanaan.

4. Menentukan tujuan hasil untuk memutuskan langkah yang akan dipilih

menurut tujuan awal perencanaan.

5. Mengembangkan tema merupakan proses menentukan gagasan secara utuh

yang dinyatakan dalam satu kalimat atau lebih dan juga dapat berupa

hubungan antar kalimat.

6. Tahapan mengembangkan sistem media adalah memilih media yang

strategis untuk dapat mesukseskan program interpretasi, karena media

merupakan sarana pengetahuan dengan tema tertentu yang diinginkan

pengunjung.

7. Perencanaan implementasi menjadikan semua keputusan program

interpretasi untuk segera ditindaklanjuti.

8. Proses evaluasi diselenggarakan selama atau setelah implementasi dari suatu

program interpretasi terealisasikan. Proses evaluasi penting karena untuk

mengatur kemajuan atau keberhasilan program interpretasi, menyediakan

umpan balik untuk peningkatan kesinambungan dari suatu program

interpretasi, mempertunjukkan keuntungan program interpretasi di sektor

pribadi, para manajer bisnis, sektor publik, badan pembiayaan dan

stakeholder.

Stewart et al. (2001) berpendapat bahwa perencanaan interpretasi sangat

efektif dilakukan dalam mengembangkan pariwisata apabila memasukkan unsur-

unsur sebagai berikut:

1. Mampu menciptakan situasi keuntungan ekonomi secara lokal.

2. Meningkatkan kesadaran berkunjung secara efektif.

3. Lebih mengikutsertakan partisipasi masyarakat lokal.

4. Meningkatkan hubungan kerjasama terhadap penyandang dana.

15

5. Menggunakan sumberdaya secara efektif.

2.4. SIG (Sistem Informasi Geografi)

Sistem Informasi Geografi (SIG) adalah salah satu sistem informasi yang

dibahas dalam ilmu komputer yaitu pengintegrasian SIG dan mempresentasikan

sistem informasi lainnya. SIG merupakan gabungan dari tiga unsur pokok yaitu

sistem, informasi dan geografis (Narwastu & Eri 2007). Narwastu dan Eri (2007)

berpendapat bahwa subsistem dalam SIG adalah:

1. Data input: subsistem ini bertugas untuk mengumpulkan, mempersiapkan

data spasial dan atribut dari berbagai sumber dan bertanggung jawab dalam

mengkonversi format data-data aslinya ke dalam format yang dapat

digunakan oleh SIG.

2. Data output: subsistem ini menampilkan atau menghasilkan keluaran seluruh

atau sebagian basis data baik dalam bentuk softcopy maupun hardcopy

seperti tabel, grafik, peta dan lain-lain.

3. Data managemen: subsistem ini mengorganisasikan data spasial maupun

atribut ke dalam sebuah basis data sedemikian rupa sehingga mudah

diambil, diupdate dan diedit.

4. Data manipulasi dan analisis: subsistem ini menentukan informasi-informasi

yang dapat dihasilkan oleh SIG. Selain itu, subsistem ini juga melakukan

manipulasi dan permodelan data untuk menghasilkan informasi yang

diharapkan.

SIG merupakan suatu alat yang dapat dipergunakan untuk mengelola

(input, manajemen, proses dan output) data spasial atau data yang bereferensi

geografis (Nuarsa 2005). Nuarsa (2005) berpendapat bahwa perangkat keras dan

sistem operasi yang dibutuhkan dalam software ArcView adalah:

1. Komputer pentium atau yang lebih tinggi dengan mikro prosesor Intel.

2. RAM (Random Access Memory) minimal 32 MB ditambah paling baik 17

MB memori virtual.

3. Ketersediaan ruang hard disk yang cukup. Program dan kebutuhan ruang

sekitar 135 MB.

4. Monitor berwarna SVGA dengan kualitas 256 warna atau lebih besar.

5. Mouse dan keyboard standar.

16

6. Digitizer, printer dan plotter bersifat opsional. Digitizer diperlukan apabila

melakukan digitasi peta. Printer dan plotter dibutuhkan bila melakukan

percetakan.

7. ArcView GIS 3.3 dapat dijalankan pada informasi Windows NT, Windows

95, Windows 98, Windows 98 SE, Windows 2000, Windows Millineium,

Windows XP, atau versi Windows yang lebih tinggi.

SIG (Sistem Informasi Geografi) adalah sebuah sistem untuk mengelola,

menyimpan, memproses, menganalisis dan menayangkan (display) data yang

terkait dengan permukaan bumi (Darmawan 2006). Manfaat menggunakan Sistem

Informasi Geografi menurut Darmawan (2006) adalah:

1. Dapat mempermudah dalam melihat fenomena kebumian dengan perspektif

yang lebih baik.

2. SIG mampu mengakomodasi penyimpanan, pemrosesan, penayangan data

spasial digital dan integrasi data beragam mulai dari citra satelit, foto udara,

peta bahkan data statistik.

3. SIG akan mampu memproses data dengan cepat dan akurat dalam hal

penampilannya.

4. SIG mengakomodasi dinamika data, pemutakhiran data yang akan menjadi

lebih mudah.

SIG bukan sekedar sebagai alat dalam membuat peta, kelebiahan atau

kekurangan SIG yang sebenarnya terletak pada kemampuannya dalam

menganalisa suatu data geografis, walaupun produk-produk SIG sering disajikan

dalam bentuk peta (Prahasta 2002). Aronoff (1989) dalam Nagara (2005)

mengklasifikasikan fungsi analisis dari SIG sebagai berikut:

a. Pemeliharaan dan analisis spasial

Terdiri dari konversi format, transformasi geometrik, transformasi antara

dua proyeksi peta, konflaksi, edge matching, mengedit elemen grafik dan

penipisan garis koordinat.

b. Pemeliharaan dan analisis dari data atribut

Fungsi pengeditan data atribut dan fungsi query atribut.

c. Analisis integrasi data spasial dan data atribut

17

Klasifikasi pencarian keterangan, operasi overlay, operasi tetangga dan

fungsi konektivitas.

d. Format keluaran

Peta, label, penentuan tekstur dan jenis garis serta simbol grafik.

Maryadi (2003) menyatakan SIG dapat digunakan untuk melakukan zonasi

daerah tujuan wisata berdasarkan fungsi kawasan. SIG dapat dipetakan daerah-

daerah yang rawan berdasarkan kondisi lingkungannya, yaitu curah hujan,

kemiringan lereng dan jenis tanah. Penggabungan informasi ini bertujuan untuk

kepentingan keamanan wisatawan maupun untuk mencegah kerusakan

lingkungan. Sehingga walaupun suatu kawasan dijadikan daerah tujuan wisata,

tetapi lingkungan tetap terjaga.

III. METODE PENELITIAN

3.1. Lokasi dan Waktu

Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei Juli 2009. Lokasi penelitian

berada di kawasan wisata alam lereng Pegunungan Muria Kabupaten Kudus.

3.2. Bahan dan Alat

3.2.1. Bahan yang dipergunakan dalam proses penelitian adalah:

1. Kuesioner

2. Panduan wawancara

3. Peta penutupan lahan, peta jalan, peta sungai dan peta kelerengan)

3.2.2. Adapun alat yang dipergunakan adalah:

1. Alat tulis menulis

2. GPS (Global Positioning System)

3. Kamera

4. Binokuler

5. Meteran dan pita ukur

6. Alat pengukur waktu

7.Buku Panduan lapang (pengenalan jenis mamalia dan burung)

8. Tape recorder

3.3. Teknik Pengumpulan Data

Keterangan data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdapat pada

Tabel 3. Adapun teknik pengumpulan data dilakukan dengan:

3.3.1. Studi literatur

Metode studi literatur bertujuan untuk memperoleh data berupa kondisi

umum lokasi, meliputi sejarah kawasan, iklim yang berupa suhu dan curah hujan,

tanah, topografi, aksesibilitas, fenomena alam yang menarik, cerita rakyat, situs

sejarah dan purbakala, situs budaya, jenis dan nama latin flora fauna, peta

kawasan wisata alam lereng Gunung Muria Kudus, peta topografi kawasan

penelitian, peta kelerengan, peta bentang alam, peta batas administrasi, peta

sungai, peta jalan dan peta penutupan lahan.

19

3.3.2. Wawancara terpandu

1.Pengelola Kawasan Wisata Alam Lereng Pegunungan Muria Kudus (CV

Matra Indonesia Crafe)

Wawancara kepada CV Matra Indonesia Crafe dimaksudkan untuk

mengetahui apa saja rencana pengembangan kawasan wisata, jenis, jumlah

dan posisi fasilitas-fasilitas yang ada di dalam kawasan, jenis, jumlah dan

posisi sarana dan prasarana, ada tidaknya perencanaan interpretasi,

kebijakan pengelolaan, wilayah administrasi, sejarah pengelolaan kawasan

dari mulai didirikan, ticketing, rencana kerja (jangka panjang dan jangka

pendek) dan data pengunjung satu tahun terakhir. Kegiatan wawancara

kepada pengelola juga untuk mengetahui kondisi fisik dan biologi,

meliputi jenis, posisi, waktu perjumpaan fauna yang ada dikawasan dan

jenis, posisi dan manfaat, keistimewaan flora (akar, buah, biji, bunga,

banir, batang, tajuk dan lain sebagainya) yang ada di kawasan wisata alam

lereng Gunung Muria.

2.Perum Perhutani KPH Pati Jawa Tengah

Wawancara kepada pihak Perhutani KPH Pati Jawa Tengah

dikarenakan kawasan Gunung Muria dikelola dibawah Perum Perhutani

KPH Pati Jawa Tengah. Adapun data yang bisa didapat dari hasil

wawancara adalah status kawasan Pegunungan Muria, batas-batas

pengelolaan kawasan, peruntukan kawasan, kondisi fisik kawasan dan

kondisi biologi yang berupa jenis dan posisi flora fauna yang ada di

kawasan.

3. Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Kudus

Wawancara kepada pihak Dinas Pariwisata dan Kebudayaan

Kabupaten Kudus untuk memperoleh data mengenai keterlibatan dalam

pengelolaan wisata di kawasan wisata alam lereng Gunung Muria, kondisi

fisik kawasan dan kondisi biologi yang berupa jenis dan posisi flora fauna

yang ada di kawasan wisata alam lereng Gunung Muria.

4.BAPPEDA (Badan Perencana dan Pembangunan Daerah Kabupaten

Kudus)

20

Wawancara kepada pihak BAPPEDA dimaksudkan untuk

mengetahui masterplan Pegunungan Muria dan Rencana Tata Bangunan

dan Lingkungan (RTBL) kawasan wisata alam lereng Pegunungan Muria.

Selain itu untuk mendapatkan data batas wilayah administrasi kawasan

wisata alam lereng Pegunungan Muria, peta kawasan wisata alam lereng

Pegunungan Muria Kudus, peta topografi kawasan penelitian, peta

kelerengan, peta bentang alam, peta batas administrasi, peta sungai, peta

jalan dan peta penutupan lahan.

5.Pengunjung

Wawancara kepada pengunjung untuk memperoleh karakteristik

pengunjung (umur, pekerjaan, tingkat pendidikan, asal, agama), tujuan

datang ke kawasan, latar belakang kunjungan (peneliti atau umum), pola

kunjungan (sendiri atau berkelompok), aktivitas yang dilakukan, objek

yang menarik menurut pengunjung, tempat-tempat yang dikunjungi,

sarana dan prasarana yang dibutuhkan pengunjung, fasilitas yang

dibutuhkan pengunjung, harapan pengunjung terhadap kawasan wisata

alam lereng Pegunungan Muria dan informasi pengunjung mengetahui

objek wisata alam lereng Pegunungan Muria Kudus.

Kegiatan wawancara dengan pengunjung dilakukan melalui

wawancara secara langsung dengan menggunakan panduan kuesioner.

Pertama kali yang harus dilakukan dalam pengambilan contoh adalah

menentukan strata menurut kelompok umur yaitu anak-anak, remaja,

dewasa muda dan dewasa tua, dalam pengambilan responden keempat

kelas umur tersebut harus terwakili.

Kelompok umur anak-anak yang menjadi responden dimulai dari

anak-anak yang berusia 9-14 tahun yang memiliki pendidikan mulai dari

kelas 4 SD (Sekolah Dasar) sampai pada kelas 2 SMP (Sekolah Menengah

Pertama). Responden untuk kelompok umur remaja dimulai dari

responden yang memiliki umur 15-24 tahun yang memiliki pendidikan

mulai dari kelas 3 SMP sampai pada pendidikan terakhir sarjana.

Responden untuk kelompok umur dewasa muda dimulai dari responden

yang memiliki umur 25-50 tahun, sedangkan responden untuk kelompok

21

umur dewasa tua adalah responden yang memiliki umur lebih dari 50

tahun dan masih mampu berkomunikasi dengan baik.

Setelah menentukan strata langkah ke-2 yang perlu diperhatikan

adalah memilih responden menurut kriteria peneliti yaitu dapat diajak

berkomunikasi dan mampu memberikan informasi data yang diperlukan

sesuai dengan tujuan perencanaan interpretasi. Jumlah sampel responden

pengunjung di kawasan wisata alam lereng Pegunungan Muria

menggunakan metode sampling acakan dengan stratifikasi, yaitu mengatur

jumlah setiap strata kelompok umur menurut jumlah yang dikehendaki

atas kemampuan peneliti (Nasution 2007). Adapun kelompok umur

pengunjung, presentase dan jumlah responden setiap strata dapat dilihat

pada tabel 1.

Tabel 1 Kelompok umur pengunjung, presentase dan jumlah tiap strata

dalam pengambilan sampel responden pengunjung

Kelompok umur

pengunjung

Proporsi

sampel

Jumlah sampel

< 15 tahun 10 % 10

15-24 tahun 45 % 45

25-50 tahun 30 % 30

> 50 tahun 15 % 15

Jumlah 100 % 100

Jadi jumlah sampel responden pengunjung yang diambil peneliti

untuk mendapatkan informasi yaitu 100 orang responden.

6. Masyarakat sekitar

Wawancara kepada masyarakat dilakukan di Desa Japan, Colo dan

Kajar karena kawasan wisata alam lereng Pegunungan Muria termasuk

dalam wilayah administrasi ketiga desa tersebut. Wawancara ditujukan

kepada masyarakat yang mampu memberikan informasi mengenai topik

perencanaan interpretasi kawasan wisata alam lereng Pegunungan Muria.

Selain itu, wawancara dapat ditujukan kepada tokoh kunci yaitu Lurah,

Camat, tokoh agama dan tokoh adat. Wawancara juga ditujukan kepada

masyarakat yang memiliki hubungan dengan kegiatan wisata yaitu

masyarakat yang memiliki peran sebagai pemandu, petugas lapangan dan

22

penjual di kawasan wisata alam lereng Pegunungan Muria. Jumlah sampel

responden masyarakat yang diambil sebesar 0.01 % dari jumlah kepala

keluarga ketiga desa yang ditentukan (Singarimbun 1995). Responden

yang diambil untuk mendapatkan informasi dari masyarakat berjumlah 30

kepala keluarga dari 2.892 kepala keluarga.

Wawancara terhadap masyarakat bertujuan untuk mengetahui

sosial budaya yang ada di kawasan wisata alam lereng Pegunungan Muria

dan untuk mendapatkan data tentang karakteristik masyarakat secara

keseluruhan yang mencakup mata pencaharian, pendidikan, umur dan jenis

kelamin, sejarah kawasan, cerita rakyat, cerita sejarah, fenomena alam

yang menarik, kebudayaan masyarakat sekitar berupa kesenian daerah,

kerajinan tangan, jenis dan posisi benda peninggalan sejarah dan

purbakala, jenis dan posisi situs kebudayaan, legenda kawasan dan mitos

kawasan wisata alam lereng Pegunungan Muria. Selain itu wawancara

kepada masyarakat juga untuk mengetahui jenis, posisi flora dan jenis,

posisi dan waktu perjumpaan fauna yang menarik dan memiliki keunikan

tertentu.

3.3.3. Pengamatan langsung di lapangan

Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk mencocokan data yang didapat dari

studi pustaka dan hasil informasi dari kegiatan wawancara dengan fakta yang ada

di lapangan. Data yang diambil adalah:

1. Pengamatan fauna

Setelah hasil pustaka dan wawancara telah didapat, maka dilakukan

verifikasi di lapangan untuk mengetahui potensi fauna di kawasan wisata

alam lereng Pegunungan Muria. Verifikasi dilakukan sepanjang jalur yang

telah diduga sebagai habitat dan tempat ditemukannya satwa dan

sepanjang jalur yang telah didesain pada peta kawasan. Data yang diambil

dalam kegiatan ini adalah jenis satwa, posisi perjumpaan satwa pada jalur

pengamatan, ciri khas satwa, waktu perjumpaan satwa dengan

memperhatikan jejak yang ditinggalkan satwa. Apabila dalam proses

verifikasi telah ditemukan secara jelas dan benar-benar terdapat fauna

23

yang bisa menjadi objek interpretasi, maka dalam lokasi perjumpaan

ditandai dengan titik koordinat GPS. Selain itu, data pendukung yang

dapat dilakukan adalah mengambil foto-foto fauna yang menarik untuk

dijadikan objek interpretasi.

2. Pengamatan flora

Pengamatan untuk flora dilakukan di sepanjang jalur yang telah

didesain pada peta kawasan dan pada jalur yang menurut informasi

literatur dan wawancara telah terdapat flora yang menarik dan berpotensi

dijadikan objek interpretasi. Kegiatan pengamatan flora merupakan

kegiatan verifikasi yang bertujuan untuk mendapatkan kebenaran data dari

informasi yang telah didapat dengan fakta yang ada di lapangan. Kegiatan

ini juga bertujuan untuk mencatat jenis dan mendeskripsikan ciri

morfologi flora yang ditemukan di sepanjang jalur pengamatan. Apabila

dalam proses verifikasi telah ditemukan terdapat jenis flora yang menarik

untuk dijadikan objek interpretasi, maka dilakukan penandaan dengan titik

koordinat GPS. Data pendukung yang dapat dilakukan adalah mengambil

foto-foto flora yang menarik untuk dijadikan objek interpretasi.

3. Kebudayaan

Pengamatan mengenai budaya bertujuan untuk mengetahui sosial

budaya masyarakat setempat, adat istiadat, acara-acara adat, bahasa

masyarakat setempat, situs kebudayaan, kesenian dan kerajianan yang

dimiliki, rumah adat dan cerita-cerita rakyat. Kebudayaaan yang ada dapat

diabadikan dalam foto dan menandai lokasi objek dengan titik koordinat

GPS lalu dipetakan pada peta kawasan.

4. Fenomena alam yang menarik

Pengamatan dilakukan pada sepanjang jalur yang telah didesain

pada peta kawasan dan telah diduga terdapat fenomena alam yang

menarik. Setelah itu, menandai posisi lokasi terdapatnya fenomena alam

yang menarik dengan titik koordinat GPS. Data pendukung yang dapat

dipergunakan adalah mengambil foto-foto fenomena alam yang menarik.

24

5. Pengamatan jalur

Pengamatan juga dilakukan disepanjang jalur yang telah

ditentukan, adapun kegiatan yang diamati adalah tingkat kesulitan pada

setiap kelas kelerengan. Kegiatan ini bertujuan untuk menetapkan kriteria

pemilihan jalur pada tiap kelompok umur sesuai dengan kelas kelerengan

dan kondisi jalur yang memungkinkan untuk dipergunakan. Adapun kelas

kelerengan lapang terdapat pada Tabel 2. Selain itu mengamati kondisi

fisik jalur secara deskriptif, yaitu apakah jalur tersebut berbatu, licin,

beraspal dan lain sebagainya.

Tabel 2 Kriteria kelas kelerengan

No Kelas Lereng Lereng

1. I 0 %-8 % (datar)

2. II 8%-15 % (landai)

3. III 15%-25% (agak curam)

4. IV 25%-45% (curam)

5. V 45% atau lebih (sangat curam)

3.4. Pembuatan Peta Interpretasi

Pembuatan peta interpretasi terdapat beberapa tahapan mulai dari

pembuatan peta dasar kawasan sampai pada menumpang tindihkan objek yang

berpotensi sebagai objek interpretasi. Tahap awal dalam pembuatan peta adalah

mengumpulkan data yang berupa peta rupa bumi kawasan Lereng Pegunungan

Muria. Setelah peta rupa bumi didapat maka difokuskan pada kawasan yang akan

menjadi objek penelitian yaitu kawasan wisata alam lereng Pegunungan Muria.

Peta rupa bumi dipergunakan untuk mendapatkan peta dasar pembuatan peta

interpretasi yaitu peta jalan, peta sungai, peta topografi, peta administrasi dan peta

hutan lindung. Proses pembuatan peta tersebut adalah menggunakan seperangkat

komputer dengan software Arc VIEW 3.3 dan ERDAS 8.4 yang menghasilkan

keluaran berupa data digital. Setelah peta hasil digitasi selesai maka diadakan

koreksi dan pengisian koordinat UTM (Universal Transverse Mercator) ke dalam

peta tersebut.

25

Setelah itu melakukan proses tumpang tindih antara hasil pengolahan peta

dasar, peta penutupan lahan yang berupa peta citra dengan data sebaran potensi

flora, fauna, objek fenomena alam, situs kebudayaan dan situs sejarah, maka akan

menghasilkan peta sebaran potensi objek wisata. Tahapan selanjutnya adalah

pembuatan peta potensi objek interpretasi.

3.5. Analisis Data

Analisis data dilakukan setelah tahap verifikasi di lapangan selesai

dilakukan. Kegiatan analisis adalah mendeskripsikan semua data sumberdaya

alam yaitu fisik dan biologi, sosial budaya masyarakat, keinginan pengunjung dan

pengembangan pengelola. Langkah selanjutnya memilih beberapa objek yang

berpotensi untuk dijadikan objek interpretasi yang dikemas dalam bentuk peta

perencanaan objek interpretasi. Kegiatan analisis data juga mendeskripsikan

keinginan pengunjung berdasarkan strata umur yang telah ditentukan, kegiatan ini

bertujuan untuk membuat alternatif jalur interpretasi berdasarkan kelompok umur

pengunjung sesuai dengan keinginan pengunjung dan kemampuan pengelola

kawasan wisata alam lereng Pegunungan Muria. Selain itu, kegiatan analisis data

juga menguraikan semua sarana dan prasarana yang dibutuhkan oleh pengunjung.

3.6. Sintesis Data

Sintesis merupakan tahapan pemilihan jalur sesuai dengan tujuan

perencanaan interpretasi. Tahapan pemilihan jalur berdasarkan alternatif objek

yang berpotensi untuk dijadikan objek interpretasi yang dikemas dalam bentuk

peta perencanaan objek interpretasi. Selain itu, tahap sintesis data juga memilih

jalur interpretasi untuk setiap kelompok umur berdasarkan ketertarikan

pengunjung terhadap objek, kemampuan setiap kelompok umur pada tingkat

kelerengan dan kesulitan jalur berdasarkan pengamatan peneliti dilapangan. Tahap

sintesis data juga memilih sarana dan prasarana yang dibutuhkan oleh

pengunjung, adapun luarannya adalah peta perencanaan sarana dan prasarana

interpretasi. Pemilihan sarana dan prasarana interpretasi selain berdasarkan

keinginan pengunjung juga disesuaikan dengan pengembangan dan kemampuan

pengelola kawasan wisata alam lereng Pegunungan Muria Kudus.

26

3.7. Perencanaan Interpretasi

Perencanaan interpretasi di kawasan wisata alam lereng Pegunungan

Muria difokuskan dalam merencanakan peta interpretasi. Perencanaan peta

interpretasi disusun sesuai dengan potensi sumberdaya alam, keinginan

pengunjung, pengembangan dan kemampuan pengelola kawasan wisata alam

lereng Gunung Muria. Peta interpretasi tersebut berupa peta objek interpretasi

berdasarkan kelas umur pengunjung dan peta perencanaan sarana dan prasarana

interpretasi kawasan wisata alam lereng Pegunungan Muria Kudus.

27

Tabel 3 Jenis data yang dikumpulkan

No

DATA JENIS DATA METODE TEMPAT

a. Peta a.) Peta dasar (peta kawasan wisata alam lereng Pegunungan

Muria Kudus, peta topografi, peta jalan, peta sungai dan

peta batas administrasi pemerintahan)

Studi literature & pelaksanaan secara langsung di

laboratorium

Laboratorium PPLH

IPB

b.) Peta tematik: batas administrasi kawasan hutan, peta geologi, peta tanah, peta kemiringan lahan (elevasi), peta

iklim, peta curah hujan dan peta sebaran flora dan fauna.

Studi literatur & pelaksanaan secara langsung di

laboratorium

Laboratorium PPLH

IPB

b. Potensi 1. Fisik a.) Fenomena alam yang menarik

1. Air terjun (posisi objek) Studi literatur, verifikasi & wawancara kepada masyarakat sekitar dan pengelola

2. Air tiga rasa (posisi objek) Studi literatur, verifikasi & wawancara kepada masyarakat sekitar dan pengelola

3. Gua jepang (posisi objek) Studi literatur, verifikasi & wawancara kepada masyarakat sekitar dan pengelola

4. Pemandangan (posisi objek) Studi literatur, verifikasi & wawancara kepada masyarakat sekitar dan pengelola

5. Fenomena alam yang menarik lainnya (posisi objek) Studi literatur, verifikasi & wawancara kepada masyarakat sekitar dan pengelola

Kawasan wisata alam

lereng Gunung Muria

2. Biologi a.) Flora

1. Nama lokal Wawancara kepada pengelola dan masyarakat, studi literatur

2. Kekhasan dan keunikan Wawancara kepada pengelola dan masyarakat sekitar, studi literatur, verifikasi dan pengamatan sendiri

3. Posisi ditemukan flora Wawancara kepada pengelola dan masyarakat sekitar, studi literatur, verifikasi dan pengamatan sendiri

b.) Fauna 1. Nama lokal Wawancara kepada pengelola dan masyarakat, studi

literatur

2. Kekhasan fauna Wawancara kepada pengelola dan masyarakat sekitar, studi literatur, verifikasi dan pengamatan sendiri

1.

DATA UTAMA

3. Posisi ditemukan fauna Wawancara kepada pengelola dan masyarakat sekitar, studi literatur, verifikasi dan pengamatan sendiri

Kawasan wisata alam

lereng Gunung Muria

28

3. Budaya atau sejarah a.) Situs-situs sejarah dan peninggalan purbakala

1. Jenis peninggalan Wawancara kepada pengelola dan masyarakat sekitar, studi literatur dan verifikasi

2. Posisi ditemukan Wawancara kepada pengelola dan masyarakat sekita, verifikasi dan pengamatan sendiri

b.) Situs-situs budaya 1. Jenis situs budaya Wawancara kepada pengelola dan masyarakat sekitar, studi

literatur dan verifikasi

2. Posisi ditemukan Wawancara kepada pengelola dan masyarakat sekita, verifikasi dan pengamatan sendiri

c.) Pemukiman dan kehidupan penduduk asli baik di dalam kawasan dan di sekitar kawasan

Wawancara kepada pengelola dan masyarakat sekitar, studi

literatur dan verifikasi

Kawasan wisata alam

lereng Gunung Muria

1. Letak pemukiman Verifikasi dan pengamatan sendiri 2. Kondisi pemukiman Verifikasi dan pengamatan sendiri

d.) Cerita budaya, mitos dan sejarah Wawancara kepada pengelola dan masyarakat sekitar e.) Jenis cerita budaya, mitos dan sejarah Wawancara kepada pengelola dan masyarakat sekitar

c. Keinginan pengunjung 1. Latar belakang responden (nama, umur, pendidikan,

pekerjaan, asal)

Kuesioner dan wawancara pengunjung

2. Sarana dan prasarana yang dibutuhkan pengunjung Kuesioner dan wawancara pengunjung a.) Jenis sarana dan prasarana Kuesioner dan wawancara pengunjung b.) Posisi sarana dan prasarana yang diinginkan Kuesioner dan wawancara pengunjung

3. Jenis dan posisi fasilitas yang dibutuhkan oleh pengunjung

Kuesioner dan wawancara pengunjung

4. Objek yang dikunjungi Kuesioner dan wawancara pengunjung 5. Objek yang disenangi dan alasannya Kuesioner dan wawancara pengunjung

Kawasan wisata alam

lereng Gunung Muria

d. Jalur 1. Panjang jalur Wawancara pengelola dan verifikasi 2. Peruntukan jalur (buat pejalan kaki, sepeda motor , mobil) Wawancara pengelola dan verifikasi

Kawasan wisata alam

lereng Gunung Muria

e. Sarana dan prasarana 1. Posisi dan kondisi pal-pal jarak Wawancara pengelola ,pengamatan lapang & verifikasi 2. Posisi dan kondisi papan Wawancara pengelola ,pengamatan lapang & verifikasi 3. Posisi dan kondisi pal-pal Wawancara pengelola ,pengamatan lapang & verifikasi 4. Posisi dan kondisi papan petunjuk arah Wawancara pengelola ,pengamatan lapang & verifikasi

5. Posisi dan kondisi papan nama Wawancara pengelola ,pengamatan lapang & verifikasi

Kawasan wisata alam

lereng Gunung Muria

6. Posisi dan kondisi papan informasi Wawancara pengelola ,pengamatan lapang & verifikasi 7. Posisi dan kondisi peta kawasan Wawancara pengelola ,pengamatan lapang & verifikasi 2. DATA PENUNJANG a. Kondisi fisik lokasi penelitian 1. Iklim dan curah hujan Studi literatur 2. Sejarah alam (geologi, biologi dan arkeologi) Studi literatur

Kawasan wisata alam

lereng Gunung Muria

29

b. Kondisi biologi 1. Flora a.) Nama latin studi literatur b.) Cerita sejarah atau mitos Wawancara kepada pengelola dan masyarakat c.) Habitat dan penyebaran Wawancara kepada pengelola dan masyarakat, studi

literatur, verifikasi

d.) Manfaat Wawancara kepada pengelola dan masyarakat, studi literatur

2. Fauna a.) Nama latin studi literatur b.) Tempat dan waktu perjumpaan Wawancara kepada pengelola dan masyarakat, studi

literatur, verifikasi

c.) Habitat dan penyebaran Wawancara kepada pengelola dan masyarakat, studi literatur, verifikasi

Kawasan wisata alam

lereng Gunung Muria

c. Keinginan pengunjung 1. Latar belakang (umum atau peneliti dan pola kunjungan) Kuesioner dan wawancara

2. Tujuan melakukan kunjungan Kuesioner dan wawancara 3. Minat untuk melakukan kunjungan kembali ke kawasan

wisata

4. Tanggapan terhadap sarana prasarana dan fasilitas yang telah ada di lokasi wisata

Kuesioner dan wawancara

5. Harapan pengunjung terhadap sarana prasarana dan fasilitas kawasan wisata alam lereng Gunung Muria

Kuesioner dan wawancara

6. Informasi pengunjung mendatangi kawasan wisata alam lereng Gunung Muria

Kuesioner dan wawancara

Kawasan wisata alam

lereng Gunung Muria

d. Pengelola kawasan wisata 1. Fasilitas pendukung yang ada Wawancara & Verifikasi a.) Jenis fasilitas yang ada Wawancara & Verifikasi b.) Jumlah Wawancara & Verifikasi c.) Posisi Wawancara & Verifikasi d.) Kegunaan Wawancara & Verifikasi e.) Kondisi saat ini Wawancara & Verifikasi 2. Rencana arah pengembangan (Jangka panjang dan jangka

pendek)

Wawancara

Kawasan wisata alam

lereng Gunung Muria

30

Peta Citra

Peta Dasar

Kawasan Lereng

Pegunungan

Muria

Studi Pustaka

Survei Lapangan

Wawancara

Masyarakat

Pengelola

Pengunjung

Info Potensi

Kawasan - Potensi

flora&fauna

- Potensi fisik - Situs sejarah

dan purbakala,

situs budaya,

legenda dan

mitos

mengenai

kawasan

Digitasi

Perbaikan

Pemberian

Transform

Proyeksi

- Peta Jalan - Peta Sungai - Peta Topografi - Peta Administrasi - Peta Hutan

Lindung

Tumpang Tindih

Data Sebaran

Potensi Objek

Wisata Pada

Titik GPS

Penutupan

Lahan

Sintesis Data

Perencanaan

Sarana dan

Prasarana

Peta Sebaran Potensi

Objek Wisata

PETA INTERPRETASI

Verifikasi

Gambar 3 Bagan alir proses penelitian perencanaan interpretasi alam di Kawasan Wisata

Alam Lereng Pegunungan Muria Kudus.

IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

4.1. Sejarah dan Dasar Hukum

Kawasan hutan di Kabupaten Kudus merupakan kawasan Hutan

Lindung yang dikelola oleh Perhutani. Kawasan hutan Pegunungan Muria

Kabupaten Kudus ditetapkan sebagai Hutan lindung berdasarkan SK.

Menhut No. 359 Menhut-II/2004 pada Tanggal 1 Oktober 2004 (Widjanarko

2006). Menurut hasil wawancara Hutan lindung Gunung Muria Kabupaten

Kudus termasuk dalam kawasan KPH Pati tepatnya pada RPH (Resort

Pemangkuan Hutan) Ternadi. Hutan lindung Pegunungan Muria memiliki

luas 2.334,8 Ha, sebagian wilayah Hutan Lindung Pegunungan Muria

Kabupaten Kudus diperuntukan sebagai kawasan wisata dengan luas 221.3

Ha.

Perhutani yang dibagi mejadi dua peruntukan yaitu KPH (Kesatuan

Pemangkuan Hutan) dan KMB (Kesatuan Bisnis Mandiri), dimana kawasan

Hutan Lindung yang diperuntukan untuk pariwisata pengelolaanya dibawah

KBMWBU (Kesatuan Bisnis Mandiri Wisata Benih dan Usaha). Pada tahun

2006 KBMWBU bermitra dengan perusahaan swasta yaitu CV Matra

Indonesia Crafe untuk mengeola kawasan yang telah diperuntukan sebagai

kawasan wisata. Nama kawasan wisata lereng Pegunungan Muria berubah

menjadi Taman Seni Nasional sejak dikelola oleh CV Matra Indonesia

Crafe.

4.2. Keadaan Fisik Kawasan

4.2.1. Letak dan Luas

Kawasan wisata alam lereng Pegunungan Muria terletak di Kabupaten

Kudus Jawa Tengah. Letak Kabupaten Kudus berada pada ketinggian rata-rata

kurang 55 m di atas permukaan air laut. Kawasan wisata alam lereng Pegunungan

Muria Kudus tepatnya berada di Desa Desa Kajar, Desa Colo dan Desa Japan

yang merupakan desa yang berhubungan langsung dengan kawasan Pegunungan

Muria dan terletak di Kecamatan Dawe. Kawasan wisata alam lereng Pegunungan

Muria memiliki luas 221,3 Ha dan pada ketinggian dari 600 sampai 1.550

meter di atas permukaan laut, sedangkan luas dari Pegunungan Muria yang

32

merupakan Hutan Lindung di Kabupaten Kudus yaitu 2.377,57 Ha. Kawasan

wisata alam lereng Pegunungan Muria Kudus memiliki batas wilayah administrasi

sebagai berikut:

- Batas sebelah utara : Desa Rahtawu Kecamatan Gebok Kab. Kudus

- Batas sebelah selatan : Desa Kuwukan Kecamatan Daw Kab. Kudus

- Batas sebelah timar : Desa Plukaran Kecamatan Gembong Kab. Pati

- Batas sebelah barat : Desa Ternadi Kecamatan Gebok Kab. Kudus.

33

Sumber: Bappeda Kabupaten Kudus

Gambar 4 Peta lokasi penelitian kawasan wisata alam lereng Pegunungan Muria

Kudus.

34

4.2.2. Topografi

Kawasan wisata alam lereng Pegunungan Muria memiliki ciri fisik berupa

wilayah berbukit-bukit sampai lereng terjal, bergelombang berat kasar dicirikan

oleh daerah yang berbukit bergunung dengan kemiringan antara 15 40 % dan

lebih dari 40 % dengan udara sejuk. Kawasan wisata alam lereng Pegunungan

Muria terbagi dalam tiga kawasan yaitu kawasan hutan, kawasan perkebunan dan

kawasan pertanian (Bapedda Kabupaten Kudus 2007).

4.2.3. Geologi dan Tanah

Jenis tanah Gunung Muria berdasarkan peta tanah hijau TWG Dames

tahun 1955 terdiri dari andosol dan laktosol coklat dan merah. Komplek Gunung

Muria terletak di atas batuan neogen yaitu gamping, batu lempung dan nepal

(Bapedda Kabupaten Kudus 2007).

4.2.4. Iklim

Kabupaten Kudus memiliki iklim tropis dan temperatur sedang dengan

suhu rata-rata 27,5 C, suhu rendah mencapai 17,5C dan tertinggi mencapai 29,2

C. Tingkat kelembaban sekitar 76 % dan termasuk angin musim barat dan angin

musim timur. Curah hujan rata-rata bervariasi antara 3000-3500 mm/tahun

terdapat di daerah sekitar Pegunungan Muria sedangkan di daerah lereng

Pegunungan Muria dan dataran lainnya rata-rata 2000-2500 mm/tahun (Bapedda

Kabupaten Kudus 2007).

4.2.5. Hidrologi

Kawasan Pegunungan Muria merupakan bagian hulu dari sungai-sungai

yang mengalir ke daerah pemukiman dan pertanian di daerah hilir, sehingga

berperan penting sebagai daerah tangkapan air dan melindungi sistem tata air di

kawasan tersebut. Kemiringan lereng Pegunungan Muria ke arah dataran semakin

landai, maka kecepatan aliran air tanah di daerah utara yang relatif lebih terjal

akan lebih cepat dibandingkan dengan daerah selatan yang bersifat landai.

(Bapedda Kabupaten Kudus 2007).

4.3. Aksesibilitas

Perjalanan menuju kawasan wisata alam lereng Pegunungan Muria

Kabupaten Kudus dapat dicapai melalui beberapa alternatif, antara lain:

1. Semarang Kota Kudus, berjarak 70 km dengan waktu tempuh 2,5 jam

35

2. Kota Pati Kecamatan Gembong, berjarak 15 km dengan waktu tempuh 1

jam

Terdapat dua alternatif cara untuk menuju kekawasan wisata alam lereng

Pegunungan Muria Kudus, yaitu:

1. Menggunakan kendaraan umum :

a. Dari terminal Kudus 16 km naik angkutan umum berwarna kuning

coklat jurusan Dawe Colo, turun di depan kantor pusat informasi

kawasan wisata alam lereng Pegunungan Muria Kudus.

b. Dari kota Pati 20 km naik kendaraan arah ke gembong lalu kearah Colo

dan 1 km kearah selatan/dawe (Kudus) sampai kawasan wisata alam

lereng Pegunungan Muria Kudus.

2. Menggunakan kendaraan pribadi :

a. Dari terminal Kudus ke utara sampai ke alun-alun simpang tujuh

b. Simpang tujuh ke utara / Jl Sunan Muria sampai perempatan proliman

c. Proliman ke utara / Jl Sosrokartono lurus sampai pasar dawe. Pasar dawe

ke utara dan ikuti petunjuk arah ke Kawasan wisata alam lereng

Pegunungan Muria (Colo).

Kondisi jalan menuju lokasi cukup baik dan dapat ditempuh dengan

menggunakan kendaraan umum atau pribadi. Setiap desa yang berada di kawasan

lereng Pegunungan Muria terdapat jalan setapak yang dapat digunakan sebagai

jalur untuk mencapai setiap objek wisata alam, baik secara langsung (jalur

tunggal) maupun bertemu dengan jalur lain pada ketinggian/titik tertentu. Jalan

setapak tersebut merupakan jalur penduduk setempat dalam mencari kayu bakar

dan keperluan lainnya.

4.4. Keadaan Fisik dan Biologi

4.4.1. Keadaan Fisik

Sebagian besar Kawasan wisata alam lereng Pegunungan Muria

Kabupaten Kudus merupakan daerah pegunungan dengan bentuk lapang