6 tahun 2013 tentang retribusi pelayanan kesehatan dengan rahmat ...
PERDA No. 1 Tahun 2007 Ttg Retribusi Pelayanan Kesehatan Di Lingkungan Dinas Kesehatan Kab. Sampang
-
Upload
ajay-redab-5784 -
Category
Documents
-
view
212 -
download
4
Transcript of PERDA No. 1 Tahun 2007 Ttg Retribusi Pelayanan Kesehatan Di Lingkungan Dinas Kesehatan Kab. Sampang
PEMERINTAH KABUPATEN SAMPANG
PERATURAN DAERAH KABUPATEN SAMPANG
NOMOR : 1 TAHUN 2007
TENTANG
RETRIBUSI PELAYANAN KESEHATAN DI LINGKUNGAN
DINAS KESEHATAN KABUPATEN SAMPANG
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
BUPATI SAMPANG,
Menimbang : a. bahwa pengaturan Retribusi Pelayanan Kesehatan pada Dinas Kesehatan
Kabupaten Sampang dan Badan Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten
Sampang dituangkan dalam Peraturan Daerah Kabupaten Daerah Tingkat
II Sampang Nomor 12 Tahun 1998 tentang Retribusi Pelayanan
Kesehatan di Sarana Pelayanan Kesehatan Pemerintah Kabupaten Daerah
Tingkat II Sampang beserta perubahannya;
b. bahwa untuk efisiensi dan efektifitas serta dengan adanya peningkatan
pelayanan kesehatan di Lingkungan Dinas Kesehatan Kabupaten
Sampang, maka dipandang perlu dilakukan pengaturan tersendiri;
c. bahwa untuk melaksanakan penyesuaian sebagaimana dimaksud pada
huruf b, maka perlu mengatur kembali Retribusi Pelayanan Kesehatan di
Lingkungan Dinas Kesehatan Kabupaten Sampang dengan Peraturan
Daerah Kabupaten Sampang;
Mengingat : 1. Undang-undang Nomor 12 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah-
Daerah dalam Lingkungan Propinsi Jawa Timur (Berita Negara Tahun
1950 Nomor 41);
- 2 -
2. Undang-undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana
(Lembaran Negara Tahun 1981 Nomor 76, Tambahan Lembaran Negara
Nomor 3209);
3. Undang-undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Pokok-pokok Kesehatan;
4. Undang-undang Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan
Ritribusi Daerah (Lembaran Negara Tahun 1997 Nomor 41, Tambahan
Lembaran Negara Nomor 3685), sebagaimana telah diubah dengan
Undang-undang Nomor 34 Tahun 2000 tentang Perubahan Atas Undang-
undang Nomor 18 Tahun 1987 tentang Pajak Daerah dan Retribusi
Daerah (Lembaran Negara Tahun 2000 Nomor 246, Tambahan
Lembaran Negara Nomor 4048);
5. Undang-undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan
Hidup (Lembaran Negara Tahun 1997 Nomor 68, Tambahan Lembaran
Negara Nomor 3699);
6. Undang-undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan
Perundang-undangan (Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 53,
Tambahan Lembaran Negara Nomor 4389);
7. Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah
(Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran
Negara Nomor 4437) sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang
Nomor 8 Tahun 2005 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti
Undang-undang Nomor 3 Tahun 2005 tentang Perubahan Atas Undang-
undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah Menjadi
Undang-undang (Lembaran Negara Tahun 2005 Nomor 108, Tambahan
Lembaran Negara Nomor 4548);
8. Undang-undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan
Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara
Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4438);
9. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1983 tentang Pelaksanaan
Undang-undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana
(Lembaran Negara Tahun 1983 Nomor 36, Tambahan Lembaran Negara
Nomor 3258);
10. Peraturan …..
- 3 -
10. Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 1987 tentang Penyerahan Sebagian
Urusan Pemerintah Dalam Bidang Kesehatan Kepada Daerah (Lembaran
Negara Tahun 1987 Nomor 9, Tambahan Lembaran Negara Nomor
3347);
11. Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 1991 tentang Pemeliharaan
Kesehatan Pegawai Negeri Sipil, Penerima Pensiun, Veteran, Perintis
Kemerdekaan Beserta Keluarganya (Lembaran Negara Tahun 1991
Nomor 90, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3456);
12. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 1992 tentang Pengalihan Bentuk
Perusahaan Umum (PERUM) Husada Bhakti menjadi Perusahaan
Perseroan (PERSERO) (Lembaran Negara Tahun 1992 Nomor 16);
13. Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan
Pemerintah dan Kewenangan Propinsi sebagai Daerah Otonom
(Lembaran Negara Tahun 2000 Nomor 64, Tambahan Lembaran Negara
Nomor 3952);
14. Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 2001 tentang Retribusi Daerah
(Lembaran Daerah Tahun 2001 Nomor 119, Tambahan Lembaran
Negara Nomor 4134);
15. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan
Keuangan Daerah (Lembaran Negara Tahun 2005 Nomor 140,
Tambahan Lembaran Negara Nomor 4578);
16. Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2005 tentang Pedoman
Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah
(Lembaran Negara Tahun 2005 Nomor 165, Tambahan Lembaran
Negara Nomor 4593);
17. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 174 Tahun 1997 tentang
Pedoman Tata Cara Pemungutan Retribusi Daerah;
18. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor : 582/
MENKES/SK/VI/1997 tentang Pola Tarip Rumah Sakit Pemerintah;
19. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor : 1457/
MENKES/SK/X/2003 tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang
Kesehatan di Kabupaten/Kota;
20. Peraturan .....
- 4 -
20. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang
Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah;
21. Peraturan Daerah Kabupaten Daerah Tingkat II Sampang Nomor 6
Tahun 1988 tentang Penyidik Pegawai Negeri Sipil di Lingkungan
Pemerintah Kabupaten Daerah Tingkat II Sampang;
22. Peraturan Daerah Kabupaten Sampang Nomor 4 Tahun 2002 tentang
Pembentukan Organisasi Dinas Kabupaten Sampang;
Dengan Persetujuan Bersama
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN SAMPANG
dan
BUPATI SAMPANG
MEMUTUSKAN :
Menetapkan : PERATURAN DAERAH KABUPATEN SAMPANG TENTANG
RETRIBUSI PELAYANAN KESEHATAN DI LINGKUNGAN DINAS
KESEHATAN KABUPATEN SAMPANG.
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan :
1. Pemerintah Daerah adalah Pemerintah Kabupaten Sampang;
2. Bupati adalah Bupati Sampang;
3. Pelayanan Kesehatan pada Dinas Kesehatan Kabupaten Sampang,
meliputi Pelayanan Kesehatan Puskesmas, Puskesmas Pembantu,
Puskesmas Keliling dan Polindes;
4. Orang yang tidak atau kurang mampu adalah seseorang yang benar-benar
tidak atau kurang mampu yang dibuktikan dengan surat keterangan dari
Kepala Desa/Kelurahan dan diketahui oleh Camat;
- 5 -
5. Pelayanan Kesehatan adalah pelayanan kesehatan di sarana pelayanan
kesehatan milik Dinas Kesehatan Kabupaten Sampang (Puskesmas,
Puskesmas Pembantu, Puskesmas Keliling, Polindes) yang meliputi
upaya produktif, preventif, kuratif dan rehabilitatif;
6. Akomodasi adalah penggunaan fasilitas ruang rawat inap dengan atau
tanpa makan di Puskesmas;
7. Rawat Inap adalah pelayanan kesehatan terhadap pasien di ruangan
perawatan untuk keperluan observasi, perawatan, diagnosa, pengobatan,
rehabilitasi medik dan atau pelayanan kesehatan lainnya;
8. Rawat Jalan adalah pelayanan kesehatan terhadap pasien untuk keperluan
observasi, perawatan, diagnosa, pengobatan, rehabilitasi medik dan atau
pelayanan kesehatan lainnya tanpa rawat inap;
9. Tindakan Medik dan Terapi adalah tindakan pembedahan, pengobatan,
dengan menggunakan alat atau tindakan diagnostik lainnya;
10. Penunjang Diagnostik adalah pelayanan kesehatan guna menunjang/
menegakkan diagnosa;
11. Pelayanan Rehabilitasi Medik dan Mental adalah pelayanan yang
diberikan kepada pasien dalam bentuk pelayanan fisioterapi, terapi
okupasional, terapi wicara, ortotik atau prostatik, bimbingan sosial medik
dan jasa psikologi serta rehabilitasi lainnya;
12. Bahan dan Alat adalah obat, bahan kimia, alat kesehatan, bahan radiologi
dan bahan lainnya untuk digunakan langsung dalam rangka observasi,
diagnosa, perawatan rehabilitasi medik dan perawatan kesehatan lainnya;
13. Jasa adalah pelayanan dan kemudahan yang diberikan kepada pasien
dalam rangka observasi, diagnosa, pengobatan, rehabilitasi medik dan
atau pelayanan kesehatan lainnya;
14. Pelayanan Jenazah adalah perawatan jenazah untuk kepentingan
pelayanan kesehatan dan pemakaman, bukan untuk proses kepentingan
Pengadilan;
15. Puskesmas …..
- 6 -
15. Puskesmas adalah Institusi pelayanan kesehatan milik Pemerintah Daerah
yang menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dan upaya
pelayanan kesehatan dasar. Untuk Puskesmas dengan tempat tidur
disamping menyelenggarakan pelayanan rawat jalan, juga dapat
menyelenggarakan rawat inap dan rawat darurat;
16. Pelayanan Mobil Ambulance adalah pemanfaatan mobil ambulance milik
Puskesmas untuk pengangkutan penderita;
17. Pelayanan Mobil Jenazah adalah pemanfaatan mobil jenazah milik
Puskesmas untuk pengangkutan jenazah;
18. Puskesmas Pembantu adalah Unit Pelayanan Kesehatan yang merupakan
bagian dari Puskesmas di Wilayah Kecamatan yang memberikan
pelayanan kesehatan dalam rangka mendekatkan pelayanan pada
masyarakat;
19. Puskesmas Keliling adalah Unit mobil milik Puskesmas yang
memberikan pelayanan kesehatan dasar dan penyuluhan dengan mobil
keliling dalam rangka mendekatkan pelayanan pada masyarakat;
20. Retribusi adalah sebagian atau seluruh biaya penyelenggaraan kegiatan
pelayanan kesehatan di Puskesmas, yang dibebankan kepada pasien
sebagai imbalan atas pelayanan yang diterima;
21. Jasa Pelayanan adalah imbalan jasa yang diterima oleh pelaksana
pelayanan atas jasa yang diberikan kepada pasien dalam rangka
observasi, diagnosis, pengobatan, konsultasi, visite, rehabilitasi medik
dan atau pelayanan lainnya;
22. Surat Ketetapan Retribusi Daerah untuk selanjutnya disingkat SKRD
adalah Surat Keputusan yang menentukan besarnya jumlah retribusi yang
terutang;
23. Surat Setoran Retribusi Daerah untuk selanjutnya disingkat SSRD adalah
surat yang digunakan oleh Wajib Retribusi untuk melakukan pembayaran
atau penyetoran retribusi yang terutang ke Kas Daerah atau tempat lain
yang ditetapkan oleh Bupati;
24. Surat …..
- 7 -
24. Surat Ketetapan Retribusi Daerah Kurang Bayar untuk selanjutnya
disingkat SKRDKB adalah Surat Keputusan yang menentukan besarnya
jumlah retribusi yang terutang, jumlah kredit retribusi, jumlah
kekurangan pembayaran pokok retribusi, besarnya sanksi administrasi
dan jumlah yang masih harus dibayar;
25. Surat Ketetapan Retribusi Daerah Kurang Bayar Tambahan untuk
selanjutnya disingkat SKRDBT adalah Surat Keputusan yang
menentukan tambahan atas jumlah retribusi yang telah ditetapkan;
26. Surat Ketetapan Retribusi Daerah Lebih Bayar untuk selanjutnya
disingkat SKRDLB adalah Surat Keputusan yang menentukan jumlah
kelebihan pembayaran retribusi karena jumlah kredit retribusi lebih besar
dari retribusi yang terutang atau tidak seharusnya terutang;
27. Surat Tagihan Retribusi Daerah untuk selanjutnya disingkat STRD
adalah surat untuk melakukan tagihan retribusi dan atau sanksi
administrasi berupa bungan dan atau denda.
BAB II
NAMA, OBYEK, SUBYEK DAN GOLONGAN RETRIBUSI
Pasal 2
Dengan nama Retribusi Pelayanan Kesehatan dipungut retribusi sebagai
pembayaran atas pemberian pelayanan kesehatan di Puskesmas, Puskesmas
Pembantu, Puskesmas Keliling dan Polindes.
Pasal 3
Obyek Retribusi adalah pelayanan kesehatan di Puskesmas, Puskesmas
Pembantu, Puskesmas Keliling dan Polindes.
Pasal 4 …..
- 8 -
Pasal 4
Subyek Retribusi adalah orang pribadi atau Badan yang memanfaatkan/
mendapatkan pelayanan kesehatan dari Puskesmas, Puskesmas Pembantu,
Puskesmas Keliling dan Polindes.
Pasal 5
Retribusi pelayanan kesehatan digolongkan sebagai Retribusi Jasa Umum.
BAB III
CARA MENGUKUR TINGKAT PENGGUNA JASA
Pasal 6
Tingkat pengunaan jasa diukur berdasarkan klasifikasi dan jenis pelayanan
kesehatan yang diberikan di Puskesmas, Puskesmas Pembantu, Puskesmas
Keliling dan Polindes.
BAB IV
PRINSIP, STRUKTUR DAN KEBIJAKAN PENETAPAN
BESARAN RETRIBUSI
Pasal 7
Prinsip dan sasaran dalam penetapan tarif retribusi didasarkan pada tujuan
untuk menutup sebagian atau sama dengan biaya penyelenggaraan
pemberian pelayanan kesehatan di Puskesmas, Puskesmas Pembantu,
Puskesmas Keliling dan Polindes.
Pasal 8 …..
- 9 -
Pasal 8
Biaya sebagaimana dimaksud dalam pada Pasal 7 meliputi biaya pelayanan
kesehatan dasar/rawat jalan, rawat inap, tidakan medik dan terapi terencana,
tindakan pengobatan gigi dan mulut, pemeriksaan penunjang diagnostik,
pelayanan kesehatan lain-lain dan pemakaian mobil/Puskesmas Keliling
(Pusling).
Pasal 9
Pengenaan tarif retribusi didasarkan pada kebijaksanaan Daerah dengan
memperhatikan biaya penyediaan jasa yang bersangkutan, kemampuan
masyarakat dan aspek keadilan.
BAB V
PELAYANAN KESEHATAN DI LINGKUNGAN DINAS KESEHATAN
KABUPATEN SAMPANG
Pasal 10
(1) Retribusi pelayanan kesehatan di Puskesmas terdiri dari retribusi
pelayanan kesehatan dasar dan pelayanan kesehatan di luar jam
pelayanan.
(2) Retribusi pelayanan di Puskesmas meliputi semua klasifikasi dan jenis
pelayanan.
Pasal 11
(1) Retribusi pelayanan kesehatan dasar rawat jalan di Puskesmas,
Puskesmas Pembantu, Puskesmas Keliling dan Polindes dikenakan karcis
sekali pelayanan diluar tindakan medik, pemeriksaan penunjang dan/atau
obat dan alat kesehatan.
(2) Setiap …..
- 10 -
(2) Setiap pemberian pelayanan rawat inap dikenakan retribusi pelayanan
kesehatan yang meliputi jasa sarana dan jasa pelayanan.
(3) Retribusi pelayanan rawat inap meliputi : akomodasi, tindakan medik dan
terapi, rehabilitasi medik dan mental, penunjang diagnostik dan/atau
pelayanan lainnya.
(4) Tarif tindakan medik dan terapi, pemeriksaan penunjang, pelayanan
rehabilitasi medik dan mental dan pelayanan lainnya untuk rawat jalan
maupun rawat inap dengan rincian sebagaimana tercantum dalam
Lampiran Peraturan Daerah ini.
(5) Retribusi pelayanan rawat darurat dikenakan karcis sekali pelayanan,
pelayanan diluar tindakan medik, pemeriksaan penunjang dan/atau obat
dan alat kesehatan.
(6) Besaran tarif tindakan medik dan terapi, pemeriksaan penunjang
pelayanan gawat darurat ditetapkan dengan Peraturan Bupati.
Pasal 12
(1) Retribusi pemeriksaan penunjang diagnostik meliputi pemeriksaan
laboratorium klinik, pemeriksaan elektromedik dan pemeriksaan
radiologis.
(2) Retribusi pemeriksaan penunjang diagnostik terdiri dari jasa sarana dan
jasa pelayanan yang digolongkan perjenis pemeriksaan.
(3) Besaran tarif pemeriksaan penunjang diagnostik dengan rincian
sebagaimana tercantum dalam Lampiran Peraturan Daerah ini.
(4) Pelayanan pemeriksaan penunjang diagnostik diluar jam pelayanan
ditetapkan besarannya dengan Peraturan Bupati.
Pasal 13
(1) Retribusi pemeriksaan kesehatan untuk keperluan surat keterangan sehat
dan surat keterangan visum dibedakan untuk peruntukannya.
(2) Retribusi pemeriksaan kesehatan terdiri dari jasa sarana dan jasa
pelayanan.
- 11 -
(3) Jika dalam pemeriksaan kesehatan tersebut memerlukan pemeriksaan
penunjang diagnostik dikenakan sesuai tarif yang berlaku dan jenis
pemeriksaannya.
(4) Besaran tarif pemeriksaan kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) ditetapkan dengan rincian sebagaimana tercantum dalam Lampiran
Peraturan Daerah ini.
(5) Pelayanan pemeriksaan kesehatan diluar jam pelayanan ditetapkan
besarannya dengan Peraturan Bupati.
Pasal 14
(1) Retribusi pelayanan mobil ambulance dan mobil jenazah terdiri dari jasa
sarana berupa sewa dan jasa pelayanan.
(2) Besaran tarif pelayanan mobil ambulance dan mobil jenazah
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan dengan rincian
sebagaimana tercantum dalam Lampiran Peraturan Daerah ini.
Pasal 15
(1) Pelayanan pemulasaran jenazah meliputi perawatan jenazah dan bedah
mayat untuk keperluan visum et repertum.
(2) Retribusi pelayanan perawatan jenazah terdiri dari jasa sarana dan jasa
pelayanan.
(3) Besaran tarif pemulasaran jenazah sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
ditetapkan dengan rincian sebagaimana tercantum dalam Lampiran
Peraturan Daerah ini.
(4) Pelayanan pemulasaran jenazah diluar jam pelayanan ditetapkan
besarannya dengan Peraturan Bupati.
Pasal 16
(1) Pelayanan kesehatan bagi pasien tidak mampu ditanggung oleh
Pemerintah melalui PT. ASKES.
- 12 -
(2) Setiap pasien sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus menunjukkan
Kartu Tanda Peserta ASKESKIN atau SKTM dari pejabat yang
berwenang.
(3) Bagi pasien yang tidak bisa menunjukkan kartu atau SKTM sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) dikenakan retribusi yang berlaku umum.
Pasal 17
Bagi penderita penyakit menular yang pengobatannya termasuk dalam
program pengembangan pemberantasan penyakit menular yang termasuk
dalam penyakit wabah dan karantina diberikan pelayanan kesehatan secara
cuma-cuma.
BAB VI
WILAYAH DAN TATA CARA PEMUNGUTAN RETRIBUSI
Pasal 18
Retribusi yang terutang dipungut di Wilayah Daerah.
Pasal 19
Retribusi dipungut dengan mengunakan SKRD atau dokumen yang
dipersamakan.
BAB VII
TATA CARA PEMBAYARAN DAN SANKSI ADMINISTRASI
Pasal 20
Pemungutan retribusi tidak dapat diborongkan.
Pasal 21 …..
- 13 -
Pasal 21
(1) Retribusi dipungut dengan menggunakan Surat Ketetapan Retribusi
Daerah atau dokumen lain yang dipersamakan.
(2) Dalam hal Wajib Retribusi tertentu tidak membayar tepat pada waktunya
atau kurang membayar, dikenakan sanksi administrasi berupa bunga
sebesar 2% (dua persen) setiap bulan dari retribusi yang terutang yang
tidak atau kurang dibayar dan ditagih dengan menggunakan Surat
Tagihan Retribusi Daerah.
BAB VIII
TATA CARA PENAGIHAN
Pasal 22
(1) Pelaksanaan penagihan retribusi dikeluarkan setelah 7 (tujuh) hari sejak
jatuh tempo pembayaran dengan mengeluarkan surat bayar/penyetoran
atau surat lainnya yang sejenis sebagai awal tindakan pelaksanaan
penagihan.
(2) Dalam jangka waktu 7 (tujuh) hari setelah tanggal Surat Teguran/
peringatan/surat lain yang sejenis, Wajib Retribusi harus melunasi
retribusinya yang terutang.
(3) Surat Teguran/penyetoran atau surat lainnya sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dikeluarkan oleh pejabat yang ditunjuk.
BAB IX
TATA CARA PERHITUNGAN PENGEMBALIAN KELEBIHAN
PEMBAYARAN RETRIBUSI
Pasal 23
(1) Atas kelebihan pembayaran retribusi, Wajib Retribusi dapat mengajukan
permohonan pengembalian kepada Kepala Daerah.
- 14 -
(2) Kepala Daerah dalam jangka waktu paling lama 6 (enam) bulan sejak
diterimanya permohonan kelebihan pembayaran retribusi sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), harus memberikan keputusan.
(3) Apabila jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (2) telah
dilampaui dan Kepala Daerah tidak memberikan suatu keputusan,
permohonan pengembalian pembayaran retribusi dianggap dikabulkan
dan Surat Ketetapan Retribusi Daerah Lebih Bayar harus diterbitkan
dalam jangka waktu paling lama 1 (satu) bulan.
(4) Apabila Wajib Retribusi mempunyai utang retribusi lainnya, kelebihan
pembayaran retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) langsung
diperhitungkan untuk melunasi terlebih dahulu utang retribusi tersebut.
(5) Pengembalian kelebihan pembayaran retribusi sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dilakukan dalam jangka waktu paling lama 2 (dua) bulan
sejak diterbitkannya Surat Ketetapan Retribusi Daerah Lebih Bayar.
(6) Apabila pengembalian kelebihan pembayaran retribusi dilakukan setelah
lewat jangka waktu 2 (dua) bulan, Kepala Daerah memberikan imbalan
bunga 2% (dua persen) sebulan atas keterlambatan pembayaran kelebihan
pembayaran retribusi.
BAB X
KADALUWARSA
Pasal 24
(1) Hak untuk melakukan penagihan retribusi, kadaluwarsa setelah
melampaui jangka waktu 3 (tiga) tahun terhitung sejak saat terutangnya
retribusi, kecuali apabila Wajib Retribusi melakukan tindak pidana
dibidang retribusi.
(2) Kadaluwarsa penagihan retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
tertangguh apabila :
a. diterbitkan Surat Teguran, atau;
b. ada pengakuan utang retribusi dari Wajib Retribusi baik langsung
maupun tidak langsung.
- 15 -
BAB XI
TATA CARA PENGHAPUSAN PIUTANG RETRIBUSI
YANG KADALUWARSA
Pasal 25
(1) Piutang retribusi yang tidak mungkin ditagih lagi karena hak untuk
melakukan penagihan sudah kadaluwarsa dapat dihapuskan.
(2) Bupati menetapkan Keputusan Penghapusan Piutang Retribusi Daerah
Kabupaten yang sudah kadaluwarsa sebagaimana dimaksud pada
ayat (1).
BAB XII
PENGELOLAAN KEUANGAN
Pasal 26
(1) Penerimaan Satuan Kerja Perangkat Daerah yang merupakan penerimaan
Daerah tidak dapat dipergunakan langsung untuk pengeluaran.
(2) Penerimaan Satuan Kerja Perangkat Daerah sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dilarang digunakan langsung untuk membiayai pengeluaran,
kecuali ditentukan lain oleh Peraturan Perundang-undangan.
(3) Penerimaan Satuan Kerja Perangkat Daerah berupa uang atau cek harus
disetor ke rekening kas umum Daerah paling lama 1 (satu) hari kerja.
BAB XIII
KETENTUAN PIDANA
Pasal 27
(1) Pelanggaran terhadap ketentuan-ketentuan dalam Peraturan Daerah ini,
sehingga merugikan keuangan Daerah diancam kurungan paling lama 6
(enam) bulan atau denda paling banyak 4 (empat) kali retribusi yang
terutang.
- 16 -
(2) Pengawasan atas pelaksanaan ketentuan-ketentuan dalam Peraturan
Daerah ini dilaksanakan oleh Pejabat yang ditunjuk oleh Bupati.
BAB XIV
KETENTUAN PENYIDIKAN
Pasal 28
(1) Pegawai Negeri Sipil tertentu di Lingkungan Pemerintah Daerah diberi
wewenang khusus sebagai penyidik untuk melakukan penyidikan tindak
pidana dibidang Perpajakan Daerah atau Retribusi Daerah.
(2) Wewenang Penyidik sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) sesuai
dengan ketentuan yang diatur dalam Undang-undang Nomor 8 Tahun
1981 tentang Hukum Acara Pidana adalah :
a. menerima, mencari dan mengumpulkan serta meneliti keterangan atau
laporan berkenaan dengan tindak pidana dibidang Retribusi Daerah
agar keterangan atau laporan tersebut menjadi lebih lengkap dan jelas;
b. meneliti, mencari dan mengumpulkan keterangan mengenai orang
pribadi atau Badan tentang kebenaran perbuatan yang dilakukan
sehubungan dengan tindak pidana Retribusi Daerah;
c. meminta keterangan dan bahan bukti dari orang pribadi atau Badan
sehubungan dengan tindak pidana Retribusi Daerah;
d. memeriksa buku-buku, catatan-catatan dan dokumen-dokumen lain
berkenaan dengan tindak pidana dibidang Retribusi Daerah;
e. melakukan penggeledahan untuk mendapatkan bahan bukti
pembukuan, pencatatan dan dokumen-dokumen lain serta melakukan
penyitaan terhadap bahan bukti tersebut;
f. meminta bantuan tenaga ahli dalam rangka pelaksanaan tugas
penyidikan tindak pidana dibidang Retribusi Daerah;
g. menyuruh berhenti, melarang seseorang meninggalkan ruangan atau
tempat pada saat pemeriksaan sedang berlangsung dan memeriksa
identitas orang atau dokumen yang dibawa sebagaimana dimaksud
dalam huruf e;
- 17 -
h. memotret seseorang yang berkaitan dengan tindak pidana Retribusi
Daerah;
i. memanggil orang untuk didengar keterangannya dan diperiksa
sebagai tersangka atau saksi;
j. menghentikan penyidikan;
k. melakukan tindakan lain yang perlu untuk kelancaran penyidikan
tindak pidana dibidang Retribusi Daerah menurut hukum yang dapat
dipertanggungjawabkan.
(3) Pejabat Penyidik Pegawai Negeri Sipil membuat Berita Acara setiap
tindakan tentang :
a. pemeriksaan tersangka;
b. pemasukan rumah;
c. pemeriksaan benda;
d. pemeriksaan surat;
e. pemeriksaan sanksi;
f. pemeriksaan di tempat kejadian.
(4) Menyerahkan hasil penyidikannya kepada Penuntut Umum melalui
Penyidik Kepolisian Negara Republik Indonesia.
BAB XV
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 29
(1) Dengan berlakunya Peraturan Daerah ini, maka Peraturan Daerah
Kabupaten Daerah Tingkat II Sampang Nomor 12 Tahun 1998 tentang
Retribusi Pelayanan Kesehatan di Sarana Pelayanan Kesehatan
Pemerintah Kabupaten Daerah Tingkat II Sampang beserta perubahannya
dicabut dan dinyatakan tidak berlaku lagi.
(2) Hal-hal yang belum cukup diatur dalam Peraturan Daerah ini, sepanjang
mengenai pelaksanaannya akan diatur lebih lanjut oleh Bupati.
Pasal 30 …..
- 18 -
Pasal 30
Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan
Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kabupaten
Sampang.
Ditetapkan di : Sampang
pada tanggal : 4 Januari 2007
PJ. BUPATI SAMPANG,
ttd
SALINAN Peraturan Daerah ini disampaikan H. IMAM UTOMO. Skepada :
Yth. 1. Menteri Dalam Negeri di Jakarta;2. Gubernur Jawa Timur di Surabaya;3. Kepala Badan Koordinasi Wilayah
IV Pamekasan;4. Ketua Dewan Perwakilan Rakyat
Daerah Kabupaten Sampang;5. Kepala Dinas/Badan/Kantor/Bagian
di Lingkungan Pemerintah Kabupa-ten Sampang.
Diundangkan di : Sampangpada tanggal : 4 Januari 2007
SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN SAMPANG
ttd
Drs. H. ASYHAR, MMPembina Utama Muda
NIP. 510 090 098
Lembaran Daerah Kabupaten Sampang Tahun 2007 Nomor : 1 SERI : C
LAMPIRAN PERATURAN DAERAH KABUPATENSAMPANGNOMOR : 1 TAHUN 2007TANGGAL : 4 JANUARI 2007
TARIF RETRIBUSI PELAYANAN KESEHATAN DI LINGKUNGANDINAS KESEHATAN KABUPATEN SAMPANG
A. Tarif Pelayanan Kesehatan Dasar/Rawat
Jasa PelayananBiaya Perawatan/hariRetribusi
Akomodasi Konsumsi
Jasa Sarana Perawatan/Hari
DokterUmum
JenisPerawatan
(Rp) (Rp) (Rp) (Rp) (Rp) (Rp)
JumlahBiaya
(Rp)
Pelayanankesehatandasar un-tuk rawatjalanPerawatanumumdan pera-watan khusus untukrawat inap
2.000
5.000,- 2.500,- 7.500,- 2.500,- 5.000,- 5.000,-
2.000
27.500,
B. Tarif Tindakan Medik dan TerapiJasa PelayananNO Klasifikasi Retribusi (Rp)
Jasa Sarana(Rp)
Jasa Medis(Rp)
Jumlah(Rp)
1 2 3 4 5 61 Tindakan Medik Ringan
a. Ringan I meliputi :- jahit luka 1-5cm- debridemen luka- insisi/eksisi tumorjinak supervisial kecil(ateroma, lipoma dll),insisi herdcolum,verruca simple kistadermoid kecil, absesdsb.
- tindakan daun telinga,cerumen prop dancorpus alleneum
- lain-lain termasukpasang infus, oksigeni-sasi dan resusitasi
3.750,- 2.250,- 1.500,- 7.500,-
b. Ringan II …..
- 2 -
1 2 3 4 5 6
2
3
b. Ringan II meliputi :- jahit lika 5-10cmCircumsisieinsisi/eksisi tumor ji -nak supervisial sedang,dll, verruca multiple,kista, dermoid sedang
- circulasi gips tangandan tungkai
- luka baker dibawah10% tanpa komplikasidan gigitan binatang
- penariulum danekstraksi kuku sertaepulis
Tindakan medik Sedangmeliputi :
jahit luka diatas 10cmcurretase dan vasektomipemasangan/pelepasanIUD dan implantinsisi/eksisi tumor jinaksupervisial besar, kistadermoid besar dllkaterisasiluka bakar diatas 10%tanpa komplikasi
Tindakan Medik Khususmeliputi :- persalinan normal- persalinan dengan
peralatan
6.250,-
20.000,-
20.000,-50.000,-
3.750,-
12.000,-
22.500,-30.000,-
2.500,-
8.000,-
15.000,-20.000,-
12.500,-
40.000,-
57.500,-100.000,-
C. Tarif Tindakan Pengobatan Gigi dan Mulut
Retribusi Jasa PelayananJasa Sarana Jasa Medis
JumlahNO Klasifikas
(Rp) (Rp) (Rp) (Rp)1 2 3 4 5 61
2
Scaling atas atau bawahper kunjunganEkstrasisi/pencabutan :a. gigi anak tanpa
komplikasib. gigi anak dengan
komplikasic. gigi permanen tanpa
komplikasid. gigi permanen dengan
komplikasie. operasi gigi miring/
impacted
3.000,-
1.500,-
3.000,-
4.000,-
5.500,-
12.500,-
1.800,-
900,-
1.200,-
2.400,-
2.700,-
4.500,-
1.200,-
600,-
800,-
1.600,-
1.800,-
3.000,-
6.000,-
3.000,-
5.000,-
8.000,-
10.000,-
20.000,-
3. Konservasi/penambalan …..
- 3 -
1 2 3 4 5 63 Konservasi/penambalan:
a. tumpatan gigi sementa-ra
b. tumpatan gigi tetap(amalgam/silikat)
c. tumpatan gigi composit/ART
d. perawatan saraf/ devita-lisasi pulpa perkunjungan
e. insisi abses per-regiof. perawatan gigi gangren
per kunjungang. opercutectomy dan
koreksi oklusi
1.500,-
4.500,-
7.000,-
2.500,-
2.500,-2.000,-
2.000,-
900,-
1.800,-
3.000,-
1.500,-
1.500,-900,-
900,-
600,-
1.200,-
2.000,-
1.000,-
1.000,-600,-
600,-
3.000,-
7.500,-
12.000,-
5.000,-
5.000,-3.500,-
3.500,-
D. Tarif Pemeriksaan Penunjang Diagnostik
1. Pemeriksaan Laboratorium KlinikNO Klasifikasi Jumlah Biaya1
2
Pemeriksaan laboratorium sederhana meliputi :- hematology : laju endap darah, hematokrit,
eritosit, retikulosit, lekosit,trombosit, diff count malaria,filaria dan golongan darah.
- bakteriologi : BTA silide dan nelsseria slide.- urine : PH, berat jenis, protein, reduksi
glucose, unobilirubin, urobilin,bilirubin, darah samar dansedimen.
- tinja : rutin, darah samar dan telur cacingPemeriksaan laboratorium sedang meliputi :- serologi : windal, gravindertest, pap smear,
PP test.
Rp.3.000/per specimen
Rp.25.000/per specimen
2. Pemeriksaan Diagnostik Elektromedik dan RadiologiNo Klasifikasi Jumlah Biaya1
2
3
Pemeriksaan diagnostik elektromediksederhana meliputi :- elektro kardiografi (EKG) dan pemerik-
saan visus mata.Pemeriksaan diagnostik elektromediksedang meliputi :- pemeriksaan fundus mata, tonomotori
mata dan USG.Radiologi sederhana
Rp.25.000,-
Rp.20.000,-
Rp.30.000,-
3. Pemeriksaan Penunjang Diagnostik segera (cito) dikenakan biaya tambahan 25% daritarif yang telah ditentukan.
- 4 -
E. Tarif Pemeriksaan Kesehatan
1. Pemeriksaan Kesehatan Untuk Keperluan Surat Keterangan SehatNo Jenis Pelayanan /Keperluan Jumlah Biaya1
2
Melamar pekerjaan, mendaftar sekolah dan keperluanlainPemeriksaan calon pengantin termasuk TTCPW.
Rp.2.500,-
Rp.5.000,-/per orang
2. Pemeriksaan Untuk Surat Keterangan VisumNo Klasifikasi Jumlah Biaya12
Pemeriksaan luarSurat kematian
Rp.25.000,-Rp. 7.500,-
F. Tarif Pemakaian Mobil/Puskesmas Keliling (Pusling) Untuk Rujukan Pasien danPemulasaran Jenazah
No Jenis Pelayanan Jumlah Biaya1
2
Untuk setiap kali pemakaian mobil/Puskesmas Keliling(Pusling) dikenakan retribusi yang harus dibayardimuka sebesar :a. Dalam jarak 5 Km dari Puskesmasb. Dalam jarak lebih dari 5 Km dari PuskesmasRetribusi sebagaimana dimaksud dalam angka 1,dikenakan biaya tambahan sebagai berikut :a. Dalam jarak 5 Km dari Puskesmas
b. Dalam jarak lebih dari 5 Km dari Puskesmas
c. Setiap pemakaian Mobil/Puskesmas Keliling(Pusling)
Rp.3.500,-Rp.5.000,-
dihitung 1x (satu kali) angkutsesuai harga 10 liter premium.berlaku ketentuan sebagaima-na dalam angka 1 huruf bditambah ½ liter premiumsetiap kilometer yangditempuh, dihitung pergi danpulang.ditambah 25% dari biaya yangharus dibayar untuk jasapengemudi.
PJ. BUPATI SAMPANG,
ttd
H. IMAM UTOMO. S
PENJELASAN
ATAS
PERATURAN DAERAH KABUPATEN SAMPANG
NOMOR : 1 TAHUN 2007
TENTANG
RETRIBUSI PELAYANAN KESEHATAN DI LINGKUNGANDINAS KESEHATAN KABUPATEN SAMPANG
I. PENJELASAN UMUM
Bahwa dengan ditetapkannya Undang-undang Nomor 18 Tahun 1997 tentangPajak Daerah dan Ritribusi Daerah, sebagaimana telah diubah dengan Undang-undangNomor 34 Tahun 2000 tentang Perubahan Atas Undang-undang Nomor 18 Tahun 1987tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah dan dengan adanya peningkatan pelayanankesehatan di Lingkungan Dinas Kesehatan Kabupaten Sampang, maka perlu diaturtersendiri pengaturan retribusinya dan ditinjau kembali karena tidak sesuai lagi dengansituasi dan kondisi saat ini, disamping itu perlu adanya penyederhanaan-penyederhanaandidalam kegiatan penyediaan jasa pelayanan oleh Pemerintah Daerah melalui pungutanretribusi dengan maksud untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi di dalam rangkameningkatkan mutu pelayanan kepada masyarakat.
Sehubungan dengan hal tersebut diatas, serta dalam rangka untuk meningkatkanPendapatan Asli Daerah guna menunjang pelaksanaan Otonomi Daerah sertameningkatkan pelayanan kepada masyarakat, maka perlu menetapkan kembali PeraturanDaerah baru tentang Retribusi Pelayanan Kesehatan di Lingkungan Dinas KesehatanKabupaten Sampang serta mencabut dan dinyatakan tidak berlaku lagi Peraturan DaerahKabupaten Daerah Tingkat II Sampang Nomor 12 Tahun 1998 serta perubahannya.
II. PENJELASAN PASAL DEMI PASAL
Pasal 1 sampai dengan Pasal 30Cukup jelas.