Percobaan Terapi Preventif Isoniazid Massal Dalam Pengendalian Tuberkulosis

14
Percobaan Terapi Preventif Isoniazid M dalam Pengendalian Tuberkulosi Helena Trinina Saragih FK UP !"#$##!!$!

description

sadcsad

Transcript of Percobaan Terapi Preventif Isoniazid Massal Dalam Pengendalian Tuberkulosis

  • Percobaan TerapiPreventif Isoniazid Massal dalam PengendalianTuberkulosis

    Helena Trinina SaragihFK UPN 1320221101

  • ABSTRAK

  • Latar Belakang & MetodeTuberkulosis epidemik di kalangan pekerja tambang emas di Afrika Selatan. Penelitian ini mengevaluasi intervensi untuk mengganggu transmisi tuberkulosis dengan cara skrining massal terkait pengobatan untuk penyakit aktif atau infeksi laten.

    Dalam sebuah studi cluster acak, kami menunjuk 15 cluster dengan 78.744 penambang, baik sebagai kelompok intervensi (40.981 penambang di 8 cluster) atau kelompok kontrol (37.763 penambang di 7 cluster). Pada cluster intervensi, semua penambang ditawarkan menjalani skrining TB.

    Jika didiagnosis TB aktif, mereka dirujuk untuk pengobatan; jika tidak, mereka ditawarkan 9 bulan terapi preventif isoniazid. Hasil primer adalah insidens TB tingkat cluster selama 12 bulan setelah intervensi berakhir. Hasil sekunder termasuk prevalensi TB pada penyelesaian studi.

  • HASILPada cluster intervensi, 27.126 penambang (66,2%) menjalani skrining. Dari jumlah penambang tersebut, 23.659 (87,2%) mulai diobati dengan isoniazid. Intervensi tidak mengurangi kejadian atau prevalensi TB.

    Analisis pengaruh langsung isoniazid pada 10.909 penambang menunjukkan pengurangan kejadian TB selama pengobatan (1,10 kasus per 100 orang/tahun pada penambang yang menerima isoniazid vs 2,91 kasus per 100 orang/tahun pada kelompok kontrol; tetapi ada kehilangan perlindungan berikutnya yang cepat.

  • KESIMPULANSkrining massal dan pengobatan TB laten tidak berpengaruh signifikan terhadap penanggulangan TB pada tambang emas Afrika Selatan, meskipun terdapat keberhasilan penggunaan isoniazid dalam mencegah tuberkulosis selama pengobatan.

  • PENDAHULUANTuberkulosis adalah penyebab utama kematian pada orang dewasa secara global dan bertanggung jawab untuk sekitar 1,4 juta kematian pada tahun 2011. Infeksi HIV, paparan debu silika di tambang ultradeep, kondisi kerja dan hidup mempengaruhi penambang emas di Afrika Selatan untuk mengidap tuberkulosis. Meskipun tindakan pengendalian standar dan penemuan kasus aktif tahunan, prevalensi yang meningkat dari HIV (29% pada tahun 2001) mengintensifkan epidemi tuberkulosis.

    Dalam uji coba pada tahun 1960 pada rumah tangga secara acak yang epidemik TB di Alaska, terapi preventif isoniazid yang disampaikan kepada seluruh anggota rumah tangga mengakibatkan penurunan 55% kejadian TB selama lebih dari 6 tahun. Temuan ini mendorong kami untuk mempertimbangkan intervensi baru untuk para penambang emas.

  • METODEStudi PopulasiStudi Thibela TB adalah uji coba cluster secara acak yang dilakukan di tiga perusahaan pertambangan emas di Afrika Selatan. Setiap cluster terdiri dari semua penambang yang berpartisipasi dan hostel yang terkait, di mana sebagian besar penambang tinggal.

    PengacakanCluster dikelompokkan menjadi dua kelompok sesuai dengan pemberitahuan tingkat kasus tuberkulosis (rendah atau tinggi) pada tahun 2005 (sebelum studi dimulai). Pengacakan dibatasi untuk memastikan keseimbangan secara keseluruhan menurut perusahaan pertambangan, bidang wewenang, dan ukuran tenaga kerja.

  • INTERVENSISeluruh tenaga kerja di masing-masing kelompok intervensi didorong untuk berpartisipasi. Penambang menyetujui untuk diskrining TB berdasarkan gejala (batuk dengan durasi > 2 minggu, penurunan berat badan secara tidak disengaja, atau berkeringat di malam hari) dan radiografi dada untuk semua partisipan.

    Penambang dengan gejala atau kelainan pada radiografi dada yang sugestif TB diambil spesimen dahaknya untuk diperiksa di bawah mikroskop fluoresensi, kultur mikobakteri pada media cair, dan (jika positif) dilakukan tes spesifitas dan sensitivitas obat. Penambang tanpa TB aktif dan yang tidak ada kontraindikasi ditawarkan terapi preventif isoniazid 9 bulan (300 mg per hari) dengan pyridoxine (25 mg per hari) yang dibagikan setiap bulan oleh staf penelitian.

  • Efek Langsung dari IntervensiKami membandingkan insidens tuberkulosis di antara kelompok isoniazid dan kelompok kontrol, dikelompokkan menjadi tiga periode: pertama periode 9 bulan yang mencerminkan durasi pemberian terapi preventif isoniazid; dan dua periode berikutnya (> 9 - 18 bulan dan 18 bulan) untuk menilai daya tahan efeknya.

    Analisis StatistikDengan 15 cluster, kami memperkirakan bahwa studi ini memiliki kekuatan 80% untuk mendeteksi 40% insidens tuberkulosis yang lebih rendah pada cluster intervensi dibandingkan dengan cluster kontrol selama periode pengukuran untuk hasil utama, dengan asumsi variasi koefisien 0,25, dan tingkat kejadian tuberkulosis di cluster kontrol 2 kasus per 100 orang per tahun.

  • HASIL

  • STUDI POPULASIDari lima belas kelompok acak yang berpartisipasi: delapan cluster intervensi dan tujuh cluster kontrol, 95,9% laki-laki, dan usia rata-rata 41 tahun. Ukuran cluster rata-rata adalah 4.391 penambang dalam kelompok intervensi dan 5.887 penambang dalam kelompok kontrol.

    Di antara 13.958 penambang dalam survei dasar, 2,6% pasti mengalami silikosis, sebanyak 12,5% dilaporkan memiliki TB aktif sebelumnya, 13,6% dilaporkan menjadi HIV-positif, 2,7% dilaporkan saat ini atau sebelumnya menerima terapi antiretroviral, dan 0,5% dilaporkan saat ini atau sebelumnya menerima terapi preventif isoniazid, dengan tingkat yang sama dalam dua kelompok.

  • EFEK LANGSUNG DARI INTERVENSI Karakteristik awal secara umum serupa pada dua kelompok. Selama seluruh periode tindak lanjut, kejadian TB sebanyak 1.91 kasus per 100 orang/tahun pada kelompok isoniazid dan 2,77 kasus per 100 orang/tahun pada kelompok kontrol.

    Selama periode 9 bulan pertama, kejadian TB 58% lebih rendah pada kelompok isoniazid dibandingkan pada kelompok kontrol, tetapi kemudian serupa pada kedua kelompok. Adjusted rate ratio untuk kelompok isoniazid versus kelompok kontrol adalah 0,93 untuk periode 9-18 bulan dan 0,95 untuk periode > 18 bulan.

  • DISKUSIPenelitian kami memiliki beberapa keterbatasan. Pertama, kami tidak dapat menentukan prevalensi HIV yang dihubungan dengan kemampuan kami menyesuaikan efek HIV. Kedua, jumlah cluster yang relatif kecil membatasi kekuatan studi, kurangnya konsistensi efek di berbagai hasil (insidens dan prevalensi TB, kematian, dan tren laporan tingkat kejadian). Ketiga, program kontrol rutin TB berbeda menurut perusahaan pertambangan (misalnya, dalam frekuensi penemuan TB aktif). Akhirnya, terdapat keterbatasan sehubungan dengan analisis efek langsung.

    Sebagai kesimpulan, kami menemukan bahwa pengobatan 9 bulan di masyarakat luas tidak meningkatkan penanggulangan TB di tambang emas di Afrika Selatan. Faktor yang berkontribusi meliputi peningkatan kerentanan terhadap TB karena infeksi HIV dan silikosis bersamaan dengan transmisi tuberkulosis. Terapi preventif isoniazid yang berkelanjutan harus dipertimbangkan untuk orang yang berisiko tinggi TB.