Perbedaan Senyawa Organik Dan Anorganik
-
Upload
ismayani-arifin -
Category
Documents
-
view
1.007 -
download
5
Transcript of Perbedaan Senyawa Organik Dan Anorganik
LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK FARMASI
PERCOBAAN I
PERBEDAAN SENYAWA ORGANIK DAN ANORGANIK
OLEH:
NAMA : ISMAYANI
STAMBUK : F1 F1 10 074
KELOMPOK : III
KELAS : B
ASISTEN : RIZA AULIA
JURUSAN FARMASI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS HALUOLEO
KENDARI
2011
PERBEDAAN SENYAWA ORGANIK DAN
SENYAWA ANORGANIK
A. Tujuan Percobaan
Adapun tujuan dalam percobaan ini dalah untuk:
1. Mempelajari tes-tes yang digunakan untuk mengindetifikasi unsur penyusun
senyawa tersebut.
2. Mengamati beberapa perbedaan sifat dasar antara senyawa organik dan
anorganik.
B. Landasan Teori
Sekitar tahun 1850, kimia organik didefenisikan sebagai kimia dari
senyawa yang datang dari benda hidup sehingga timbul istilah organik. Suatu
pengetahuan mengenai kimia organik tak dapat diabaikan bagi kebanyakan
ilmuwan. Misalnya, karena sistem kehidupan terutama terdiri dari air dan senyawa
organik, hampir semua bidang yang berurusan dengan tanaman, hewan, atau
mikroorganisme bergantung pada prinsip kimia organik (Fessenden, 1997).
Pada awalnya, perkembangan ilmu kimia sekitar tahun 1850, kimia
organik didefenisikan sebagai kimia yang datang dari benda hidup. Pada saat ini,
kimia organik dengan definisi semacam itu dianggap orang sejak sekitar tahun
1900. Ahli kimia mensintesa senyawa kimia baru dan tidak mempunyai hubungan
dengan benda hidup. Sekarang ini, kimia organik adalah kimia senyawa karbon.
Definisi ini pun tak terlalu tepat, karena beberapa senyawa karbon seperti karbon
dioksida, natrium karbonat dan kalium sianida dianggap sebagai senyawa
anorganik. Namun demikian, definisi ini dapat diterima sebab semua senyawa
organik mengandung karbon (Fessenden, 1997).
Senyawa karbon atau yang biasa dikenal dengan senyawa organik ialah
suatu senyawa yang unsus-unsur penyusunnya terdiri dari atom karbon dan atom-
atom hidrogen, oksigen, nitrogen, sulfur, halogen, atau fosfor. Pada awalnya
senyawa karbon ini secara tidak langsung menunjukan hubungannya dengan
sistem kehidupan. Namun dalam perkembangannya, ada senyawa organik yang
tidak mempunyai hubungan dengan sistem kehidupan. Misalnya urea yang
merupakan senyawa organik dari makhluk hidup yang berasal dari urin. Urea
dapat dibuat dengan cara menguapkan garam amonium sianat yang merupakan
senyawa anorganik menjadi senyawa organik (Siswoyo, 2009).
Senyawa organik terutama mengandung atom karbon dan atom hidrogen,
ditambah nitrogen, oksigen belerang dan atom unsur lainnya. Senyawa induk
untuk semua senyawa organik adalah hidrokarbon-alkana (hanya mengandung
ikatan tunggal), alkena (mengandung ikatan rangkap karbon-karbon), alkena
(mengandung ikatan rangkap tiga karbon-karbon), dan hidrokarbon aromatik
(mengandung cincin benzena) (Chang, 2004).
Gugus fungsional sebagai ciri utama suatu senyawa organik yang pada
dasarnya dapat diketahui secara jelas dengan mengelompokkan molekul-molekul
tersebut saling berkaitan sehingga sulit untuk membahas suatu gugus fungsional
tanpa menyinggung gugus fungsional yang lainnya. Tetapi secara sederhana dapat
dikatakan bahwa gugus fungsional adalah suatu atom-atom, gugus atom dalam
suatu senyawa organik yang boleh dikatakan paling menentukan sifat zat tersebut
(Arsyad, 2001).
Asam oganik adalah termasuk senyawa organik yang umumnya
merupakan hasil dari kegiatan jasad hidup. Umumnya, di alam, ditemukan pada,
di atas dan di dalam tanah. Bentuk senyawa organik terdiri dari senyawa yang
belum terhumuskan dan telah terhumuskan. Senyawa organik yang belum
terhumuskan misalnya karbohidrat, asam amino, protein, lemak, lignin, asam
nukleat, pigment, hormon dan asam-asam organik. Asam organik yang termasuk
dalam senyawa organik belum terhumuskan selanjutnya diistilahkan asam organik
belum terhumuskan. Senyawa organik yang telah terhumuskan adalah asam humat
(AH), asam fulfat (AF), dan turunan dari hidroksi bensoat dari asam humat
(Ismangil, 2005).
Asam organik mampu mengkomplek logam dalam larutan. Derajat
kompleksasi tergantung: 1) sifat asam organik (jumlah gugus karboksil dan
hidroksil), 2) konsentrasi asam organik, 3) tipe loka permukaan, dan 4) pH dan
kekuatan ionik larutan tanah (Tamad, 2008).
C. Alat dan Bahan
1. Alat
Adapun alat-alat yang digunakan dalam percobaan ini antara lain :
- Gelas Kimia
- Penangas Air
- Timbangan Analitik
- Pipet ukur
- Pipet Tetes
- Filler
- Tabung reaksi
- Pipet
2. Bahan
Adapun bahan yang digunakan dalam percobaan ini antara lain :
- Ca(OH)2
- Kloroform (CHCl3)
- Akuades
- Natrium Hidroksida (NaOH)
- Natrium klorida (NaCl)
- Perak Nitrat (AgNO3)
- Etanol
- Urea
1 ml CHCL3Dalam tabung I
1 ml NaClDalam tabung II
D. Prosedur Kerja
1. Tes unsur-unsur dengan pembakaran senyawa anorganik
- Dimasukkan dalam gelas kimia - Ditiup dengan udara pernapasan (CO2)- Didiamkan - Dilihat perubahan yang terjadi
Endapan putih keruh
2. Perbedaan senyawa organik dan anorganik
a. Perbedaan sifat karena Pemanasan
- Dipanaskan diatas hot plate- Diamati perubahan yang terjadi
Gelas kimia I : mendidih lebih cepatGelas kimia II : mendidih lebih lamaGelas kimia III : berbau pesing
b. Perbedaan dalam Ionisasi
- Ditambahkan dengan 1 mL AgNO3 1 %- Diamati perubahan yang terjadi
Tabung I : terbentuk dua lapisan Tabung II : endapan putih AgCl
10 ml Etanoldalam gelas kimia I
10 ml akuades dalam gelas kimia II
1 gram urea + 10 ml NaOH dalam gelas kimia III
10 ml Larutan Ca(OH)2
E. Hasil Pengamatan
a. Data pengamatan
No
. PerlakuanHasil
1. 20 ml larutan Ca(OH)2 + CO2 (udara hasil
pernafasan), didiamkan
Bening menjadi keruh &
endapan putih
2.1 gram urea + 10 ml NaOH 3M,
dipanaskan Berbau pesing
3. 1 ml NaCl + 1 mL AgNO3
Larutan keruh & Terdapat
endapan putih
4.1 ml CHCl3 + 1 mL AgNO3
Larutan bening & Terbentuk
dua lapisan
5. 10 ml Etanol, dipanaskan Mudah menguap
6. 10 ml akuades, dipanaskan Sukar menguap
b. Reaksi
Ca(OH)2 + CO2 → CaCO3 + H2O
CO(NH2)2 + 2NaOH → 2NH3 + Na2CO3
C2H5OH + 3O2 → 2CO3 + 3H2O
NaCl + AgNO3 NaNO3 + AgCl
CHCl3 + AgNO3
F. Pembahasan
Senyawa organik adalah golongan besar senyawa kimia yang
molekulnya mengandung karbon, kecuali karbida, karbonat, dan oksida karbon.
Studi mengenai senyawaan organik disebut kimia organik. Banyak di antara
senyawaan organik, seperti protein, lemak, dan karbohidrat, merupakan
komponen penting dalam biokimia. Sedangkan senyawa non organik adalah
senyawa pada alam yang pada umumnya menyusun materi atau benda tak hidup.
Pada umumnya senyawa organik merupakan senyawa yang mengandung
unsur karbon, selain itu juga terdapat unsur hydrogen (H), oksigen (O), nitrogen
(N), sulfur (S), dan posfor (P). Senyawa organik merupakan dari seluruh atau
sebagian atom yang terkandung didalam jasad hidup. Sedangkan senyawa
anorganik merupakan senyawa yang merupakan semua senyawa kimia yang jika
dipanaskan terbentuk endapan dan pada umumnya membentuk ikatan kovalen.
Senyawa anorganik pada umumnya berasal dari sintesis mineral.
Pada percobaan kali ini dilakukan dengan tujuan untuk mempelajari tes-
tes yang digunakan untuk mengindetifikasi unsur penyusun senyawa tersebut serta
mengamati beberapa perbedaan sifat dasar antara senyawa organik dan anorganik.
Umumnya golongan senyawa organik dan senyawa anorganik mempunyai
karakteristik yang menandakan perbedaan pada kedua golongan senyawa tersebut
seperti dilakukan dengan cara pembakaran, pemanasan, ionisasi, dan
kelarutannya.
Pada percobaan pertama yaitu untuk mendeteksi adanya atom C yang
dilakukan dengan udara pernapasan yang dilewatkan melalui pipet kedalam
larutan Ca(OH)2. Dari perlakuan menunjukkan hasil yang positif yang ditandai
bahwa larutan tersebut yang awalnya bening menjadi keruh dan ketika didiamkan
membentuk endapan putih CaCO3. Perubahan larutan menjadi endapan
merupakan bukti adanya gas CO2 yang dihasilkan dari pernapasan mengandung
atom C. CO2 yang kita keluarkan tersebut merupakan hasil metabolisme
(respirasi) seluler yang terjadi di dalam tubuh, yaitu pembakaran karbohidrat oleh
oksigen yang dihirup oleh manusia.
Percobaan selanjutnya dilakukan untuk melihat perbedaan sifat senyawa
organik dan anorganik karena pemanasan. Pada percobaan ini bertujuan untuk
mendeteksi adanya unsur nitrogen pada senyawa organik tersebut dan tes paling
sederhana untuk mendeteksinya yaitu tergantung pada kecenderungan senyawa
tersebut menghasilkan amoniak. Sampel senyawa organik yang digunakan adalah
urea yang direaksikan dengan NaOH kemudian dipanaskan guna untuk
mempercepat terjadinya reaksi. Hasil positif didapatkan dengan adanya gas
dengan bau yang khas dari larutan tersebut yaitu bau pesing. Gas tersebut
merupakan amoniak (NH3) yang bersifat basa lemah. Jadi dapat pastikan bahwa
urea merupakan senyawa organik yang mengandung unsur nitrogen.
Uji selanjutnya yaitu membandingkan senyawa organik dan anorganik dari
pemanasan. Sampel senyawa organik yang digunakan yaitu kloroform (CHCl3)
dan senyawa anorganiknya yaitu akuades. Dari perlakuan diperoleh hasil bahwa
kloroform yang memiliki titik didih yang lebih rendah lebih cepat mendidih dan
menguap dibandingkan dengan akuades. Hal ini menunjukkan bahwa senya
organik ketika dikenakan pembakaran ataupun pemanasan akan lebih mudah
terurai dibandingkan dengan senyawa anorganik yang sukar terurai ketika
dilakukan pembakaran atau pemanasan.
Uji terakhir perbedaan antara senyawa organik dan anorganik yaitu dengan
cara ionisasi. NaCl yang direaksikan dengan AgNO3 maka larutan akan keruh dan
terdapat endapan putih, hal ini disebabkan karena adanya perbedaan energi
ionisasi. NaCl yang memiliki ikatan ion mudah melepaskan dan membentuk ion
ion positif sehingga lebih reaktif karena energi ionisasi yang dimilikinya kecil bila
dibandingkan dengan Ag yang energi ionisasinya besar dan membentuk ion
positif. Sedangkan CHCl3 yang direaksikan dengan AgNO3 larutan terdiri dari
dua lapisan,yang menunjukkan tidak terjadinya reaksi antara dua senyawa
tersebut. Hal ini disebabkan karena CHCl3 memiliki energi ionisasi yang sangat
kuat sebab kloroform mempunyai ikatan kovalen yang menyebabkan ia tidak
dapat bereaksi dengan AgNO3 sehingga sukar untuk membentuk ion positif, sama
dengan Ag yang sukar membentuk ion positif, sehingga keduanya sukar larut.
Dari hasil tersebut dapat menunjukkan bahwa senyawa organik (CHCl3) akan
lebih sukar untuk membentuk ion positif dibandingkan dengan senyawa anorganik
(NaCl) yang lebih mudah membentuk ion positif.
G. Kesimpulan
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan dapat diambil kesimpulan
sebagai berikut :
1. Beberapa uji yang dapat dilakukan untuk mengidentifikasi unsur penyusun
suatu senyawa antara lain uji dengan pembakaran senyawa anorganik,
pemanasan, dan ionisasi.
2. Perbedaan senyawa organik dan anorganik dapat dilihat dari sifat fisika dan
kimia seperti keadaan saat pemanasan senyawa organik akan lebih mudah
mendidih dan menguap dibandingkan senyawa anorganik serta perbedaan
ionisasi (dissosiasi), dan kelarutan.
DAFTAR PUSTAKA
Arsyad. 2001. Kamus Kimia. Gramedi Pustaka: Jakarta.
Chang, R.p 2004. Kimia Dasar Konsep-Konsep Inti, Edisi Ketiga Jilid I. Erlangga: Jakarta.
Fessenden, R. J., dan Fessenden, J. S. 1997. Dasar-Dasar Kimia Organik. Bina Aksara: Jakarta.
Ismangil, dan Eko H. 2005. Degradasi Mineral Batuan oleh Asam-Asam Organik. Jurnal Ilmu Tanah dan Lingkungan, Vol. 5 (1).
Siswoyo, Riswiyanto. 2009. Kimia Organik. Erlangga: Jakarta.
Tamad, dan Eko H. 2008. Kompetisi Anion Organik dan Anorganik Dalam Membentuk Kompleks dengan Allofan Dalam Upaya Perbaikan Ketersediaan Fosfat pada Andisol. Jurnal Ilmu Tanah dan Lingkungan. Vol. 8 (2).