PERBEDAAN PROFIL DISOLUSI KURKUMIN DALAM SISTEM … · “Pengaruh Pembawa terhadap Profil Disolusi...

56
PERBEDAAN PROFIL DISOLUSI KURKUMIN DALAM SISTEM DISPERSI PADAT EKSTRAK KUNYIT DENGAN VARIASI RASIO POLOXAMER 407 / MANITOL SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.) Program Studi Farmasi Oleh : Antonia Puji Widiastuti NIM : 148114117 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2018 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Transcript of PERBEDAAN PROFIL DISOLUSI KURKUMIN DALAM SISTEM … · “Pengaruh Pembawa terhadap Profil Disolusi...

  • PERBEDAAN PROFIL DISOLUSI KURKUMIN DALAM SISTEM

    DISPERSI PADAT EKSTRAK KUNYIT DENGAN VARIASI RASIO

    POLOXAMER 407 / MANITOL

    SKRIPSI

    Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

    Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)

    Program Studi Farmasi

    Oleh :

    Antonia Puji Widiastuti

    NIM : 148114117

    FAKULTAS FARMASI

    UNIVERSITAS SANATA DHARMA

    YOGYAKARTA

    2018

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • i

    HALAMAN JUDUL

    PERBEDAAN PROFIL DISOLUSI KURKUMIN DALAM SISTEM

    DISPERSI PADAT EKSTRAK KUNYIT DENGAN VARIASI RASIO

    POLOXAMER 407 / MANITOL

    SKRIPSI

    Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

    Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)

    Program Studi Farmasi

    Oleh :

    Antonia Puji Widiastuti

    NIM : 148114117

    FAKULTAS FARMASI

    UNIVERSITAS SANATA DHARMA

    YOGYAKARTA

    2018

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • ii

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • iii

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • iv

    HALAMAN PERSEMBAHAN

    Skripsi ini saya persembahkan kepada :

    Tuhan Yesus sumber kekuatan dan pengharapanku

    Orang tua serta keluarga yang kukasihi

    Sahabat-sahabat

    dan Almamater tercinta Universitas Sanata Dharma

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • v

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • vi

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • vii

    PRAKATA

    Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat, kasih dan

    penyertaan-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul

    “Perbedaan Profil Disolusi Kurkumin dalam Sistem Dispersi Padat Ekstrak

    Kunyit dengan Variasi Rasio Poloxamer 407 / Manitol” guna memenuhi salah

    satu syarat untuk mendapatkan gelar sarjana Farmasi (S. Farm.) Fakultas Farmasi

    Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Skripsi ini merupakan bagian dari

    penelitian Ibu Dr. Dewi Setyaningsih, M.Sc., Apt. Yang berjudul “Pengaruh

    Pembawa terhadap Profil Disolusi Kurkumin dalam Dispersi Padat Ekstrak

    Kunyit dengan Berbagai Pembawa dan Kajian Stabilitas Kurkumin” berdasar SK

    No. Far/055/V/2018/ST/D.

    Penulis menyadari bahwa dalam melaksanakan penelitian sampai

    penyusunan skripsi ini tidak akan terwujud tanpa adanya bantuan, bimbingan, dan

    dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis hendak mengucapkan

    terima kasih kepada :

    1. Aris Widayati, M.Si., PhD., Apt. selaku Dekan Fakultas Farmasi

    Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

    2. Dr. Dewi Setyaningsih, M.Sc., Apt. selaku dosen pembimbing utama

    atas segala bimbingan, kritik, dan saran mulai dari penyusunan

    proposal, proses penelitian, hingga penyusunan naskah skripsi serta

    dukungan dalam bentuk penyediaan alat dan bahan dalam penelitian.

    3. Dr. Dewi Setyaningsih, M.Sc., Apt. selaku dosen pembimbing utama

    yang telah mengizinkan untuk mengikuti penelitian payung

    “Pengaruh Pembawa terhadap Profil Disolusi Kurkumin dalam

    Dispersi Padat Ekstrak Kunyit dengan Berbagai Pembawa dan Kajian

    Stabilitas Kurkumin”.

    4. Beti Pudyastuti, M.Sc., Apt. selaku dosen penguji atas segala

    bantuan, kritik dan saran selama proses penyusunan proposal dan

    naskah skripsi.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • viii

    5. Dr. Agatha Budi Susiana Lestari, Apt. selaku dosen penguji atas

    segala bantuan, kritik dan saran selama proses penyusunan proposal

    dan naskah skripsi.

    6. Seluruh dosen Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma atas

    semua bimbingan, pengajaran, serta ilmu yang telah diberikan kepada

    penulis selama masa perkuliahan.

    7. Mas Bima Widura, Bapak Wagiran, Bapak Musrifin, Mas Bimo

    Putranto, Pak Parlan, Mas Kunto, Mas Agung dan seluruh laboran

    yang telah membantu dan mendukung penulis selama proses

    penelitian.

    8. PT. Phytochemindo Reksa sebagai supplier ekstrak kunyit.

    9. Keluarga tercinta Bapak Dalija, Ibu Yuliana, Mba Ria, Mas Adi, Mas

    Siswono, Mba Sasa, Kenzie, Keyla, dan Evan sebagai penghibur,

    pendoa, pendengar, dan penyemangat bagi penulis.

    10. Teman-teman seperjuangan dalam penelitian, Astrid, Retta, Christine,

    Venty, Fafa, Billy, Indrie, Ayu, dan Sastira yang saling membantu

    dan menguatkan satu sama lain dalam suka maupun duka.

    11. Teman-teman FSM 2014 terutama keluarga FSM C 2014 untuk cerita

    dan cintanya.

    Penulis menyadari bahwa naskah skripsi ini masih belum sempurna

    sehingga penulis memohon maaf atas segala kekurangan tersebut dan

    mengharapkan kritik dan saran yang membangun guna mengembangkan karya

    yang lebih baik lagi. Akhir kata, penulis berharap agar karya penelitian ini dapat

    bermanfaat bagi semua pihak.

    Yogyakarta, 8 Mei 2018

    Penulis

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • ix

    “PERBEDAAN PROFIL DISOLUSI KURKUMIN DALAM SISTEM

    DISPERSI PADAT EKSTRAK KUNYIT DENGAN VARIASI RASIO

    POLOXAMER 407 / MANITOL”

    Antonia Puji Widiastuti

    Fakultas Farmasi, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta, Indonesia

    ABSTRAK

    Kurkumin merupakan salah satu senyawa utama yang berasal dari

    ekstrak kunyit (Curcuma longa L.) yang memiliki banyak manfaat dalam industri

    makanan dan memiliki aktifitas farmakologis seperti anti inflamasi, anti depresan,

    anti poliferatif, dan antioksidan. Kurkumin termasuk dalam obat BCS kelas II

    yang memiliki kelarutan rendah tetapi permeabilitas yang tinggi. Disolusi obat

    merupakan rate limiting step dari bioavailabilitas obat BCS kelas II. Oleh karena

    itu perlu adanya upaya untuk meningkatkan disolusi agar bioavailabilitas obat

    meningkat yaitu dengan metode dispersi padat (DP).

    Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan profil disolusi

    kurkumin dalam DP ekstrak kunyit dengan berbagai rasio poloxamer 407 /

    manitol. DP ekstrak kunyit / poloxamer 407 / manitol dibuat dengan proporsi

    ekstrak kunyit sebesar 30% (1:9; 2:8; 3:7) dengan metode penguapan pelarut

    menggunakan rotary evaporator dan oven. Hasil penelitian ini menunjukan

    formulasi DP ekstrak kunyit / poloxamer 407 / manitol dapat meningkatkan

    disolusi kurkumin dibandingkan dengan campuran fisik dan terdapat perbedaan

    nilai disolusi efisiensi (DE) antar formula DP (p value < 0,05). DP dengan rasio

    poloxamer 407: manitol sebesar 3:7 menunjukkan DE180 paling tinggi yaitu 45,5 ±

    0,8 %. Semakin besar rasio poloxamer 407 terhadap manitol, maka semakin besar

    disolusi kurkuminnya.

    Kata kunci : kurkumin, dispersi padat, manitol, poloxamer 407, disolusi.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • x

    THE DIFFERENCES OF CURCUMIN DISSOLUTION PROFILE IN

    TUMERIC EXTRACT SOLID DISPERSION SYSTEM WITH

    VARIANCE OF POLOXAMER 407/MANNITOL RATIOS

    Antonia Puji Widiastuti

    Faculty of Pharmacy, University of Sanata Dharma, Yogyakarta, Indonesia

    ABSTRACT

    Curcumin is one of the main compounds derived from turmeric extract

    (Curcuma longa L.) that has many benefits in the food industry and

    pharmacological activities such as anti-inflammatory, anti-depressant, anti-

    poliferative, and antioxidant. Curcumin belongs to BCS class II drugs that is

    poorly water-soluble but high permeability. Drug dissolution is the rate limiting

    step of bioavailability BCS class II drug. Therefore, the enhancement of

    dissolution rate is required for improved drug bioavailability. Among several

    methods, solid dispersion (SD) is one of the methods to increase curcumin

    dissolution.

    This study aims to determine the difference of curcumin dissolution

    profile in SD of turmeric extract with various ratios among poloxamer 407 and

    mannitol. SD turmeric extract / poloxamer 407 / mannitol was prepared with the

    proportion of tumeric extract of 30% (1:9; 2:8; 3:7) by solvent evaporation

    method using rotary evaporator and oven. The results of this study showed that

    the formulation of SD extract of turmeric / poloxamer 407 / mannitol can increase

    the curcumin dissolution compared to the physical mixture and there is difference

    of dissolution efficiency (DE) value between SD formulas (p value

  • xi

    DAFTAR ISI

    HALAMAN JUDUL .............................................................................................. i

    PERSETUJUAN PEMBIMBING ......................................................................... ii

    PENGESAHAN SKRIPSI BERJUDUL ...............................................................iii

    HALAMAN PERSEMBAHAN ........................................................................... iv

    PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI .................................................. v

    PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ............................................................... vi

    PRAKATA ........................................................................................................... vii

    ABSTRAK ............................................................................................................ ix

    ABSTRACT ........................................................................................................... x

    DAFTAR ISI ........................................................................................................ xi

    DAFTAR TABEL ..............................................................................................xiii

    DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... xiv

    DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ xv

    PENDAHULUAN ................................................................................................. 1

    METODE PENELITIAN ....................................................................................... 3

    Alat dan Bahan .................................................................................................. 3

    Pembuatan Larutan Baku Kurkumin ................................................................. 3

    Penentuan Panjang Gelombang Serapan Maksimum ........................................ 4

    Pembuatan Kurva Baku Kurkumin ................................................................... 4

    Verifikasi Metode Analisis ................................................................................ 5

    Pembuatan Dispersi Padat ................................................................................. 5

    Pembuatan Campuran Fisik ............................................................................... 6

    Pembuatan Medium Disolusi ............................................................................ 7

    Uji Drug Load ................................................................................................... 7

    Uji Kelarutan ..................................................................................................... 7

    Uji Disolusi ........................................................................................................ 7

    Analisis Data .................................................................................................... 8

    HASIL DAN PEMBAHASAN .............................................................................. 8

    Verifikasi Metode Analisis ................................................................................ 9

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • xii

    Uji Drug Load ................................................................................................. 11

    Uji Kelarutan ................................................................................................... 11

    Uji Disolusi ...................................................................................................... 13

    KESIMPULAN .................................................................................................... 15

    SARAN ................................................................................................................ 16

    DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 17

    LAMPIRAN ......................................................................................................... 21

    BIOGRAFI PENULIS ......................................................................................... 40

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • xiii

    DAFTAR TABEL

    Tabel I. Perbandingan Formula Dispersi Padat...................................................... 6

    Tabel II. Data Akurasi dan Presisi ....................................................................... 10

    Tabel III. Data Hasil Uji Drug Load CF dan DP ................................................. 11

    Tabel IV. Data Hasil Uji Kelarutan CF dan DP ................................................... 12

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • xiv

    DAFTAR GAMBAR

    Gambar 1. Kurva Baku Kurkumin dalam Medium Disolusi ................................. 9

    Gambar 2. Kurva Rata - Rata Persen Terdisolusi vs Waktu ................................ 13

    Gambar 3. Grafik Perbandingan DE Menit ke-180 ............................................. 14

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • xv

    DAFTAR LAMPIRAN

    Lampiran 1. Certificate of Analysis (CoA) Ekstrak Kunyit ...................................... 21

    Lampiran 2. Product Information Standar Kurkumin ........................................ 22

    Lampiran 3. Penentuan Panjang Gelombang Maksimum .................................... 23

    Lampiran 4. Summary Output Regression Statistic Kurva Baku Medium .......... 27

    Lampiran 5. Kurva Baku Kurkumin dalam Metanol ........................................... 27

    Lampiran 6. Summary Output Regression Statistic Kurva Baku Metanol........... 27

    Lampiran 7. Tabel Association of Official Analytical Chemist (AOAC) ............ 28

    Lampiran 8. Penetapan Kadar Kurkuminoid pada Serbuk Ekstrak Kunyit ........ 28

    Lampiran 9. Penimbangan Kapsul Uji Disolusi ................................................... 29

    Lampiran 10. Perhitungan Rendemen .................................................................. 29

    Lampiran 11. Data Disolusi DP dan CF............................................................... 29

    Lampiran 12. Parameter Uji Disolusi................................................................... 30

    Lampiran 13. Statistika Kelarutan........................................................................ 31

    Lampiran 14. Statistika DE menit ke 180 CF dan DP ......................................... 35

    Lampiran 15. Dokumentasi Uji Disolusi CF dan DP .......................................... 39

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 1

    PENDAHULUAN

    Kurkuminoid yang terkandung dalam kunyit (Curcuma longa L.) terdiri

    dari kurkumin (60-80%), demetoksikurkumin (15-30%), dan bis-

    demetoksikurkumin (2-6%) (Rohman, 2012). Beberapa penelitian secara in vitro

    dan in vivo menunjukan bahwa kurkumin memiliki beberapa manfaat kesehatan

    seperti anti inflamasi (Teixeira et al., 2016), anti depresan (Mendonça et al. 2015),

    anti poliferatif (Yue et al., 2011), dan antioksidan (Naama et al., 2013). Kurkumin

    termasuk dalam klasifikasi obat Biopharmaceutics Classification System (BCS)

    kelas II yang memiliki kelarutan yang rendah dalam air namun memiliki

    permeabilitas yang tinggi (Wan et al., 2012). Rendahnya kelarutan kurkumin

    menyebabkan kurangnya disolusi dan rendahnya bioavailabilitas (Modasiya and

    Patel, 2012; Mendonca et al., 2015). Berdasarkan permasalahan tersebut,

    beberapa metode telah dikembangkan untuk meningkatkan kelarutan serta

    biovailabilitas seperti formasi garam, mikronisasi, penambahan pelarut, atau

    surfaktan dan dispersi padat (Modasiya and Patel, 2012; Mogal et al., 2012),

    nanokristal, emulsi, liposome, self-assemblies, dan nanogels (Jager et al., 2014).

    Pada penelitian ini dilakukan formulasi dispersi padat yang diharapkan

    dapat meningkatkan kelarutan dan bioavailabilitas kurkumin. Menurut Chiou dan

    Reigelman, dispersi padat merupakan suatu dispersi dari satu atau lebih zat aktif

    dalam suatu pembawa hidrofilik inert atau matriks padat yang dipreparasi dengan

    menggunakan metode pemanasan (fusion), pelarutan, atau metode pemanasan-

    pelarutan (Krishnamoorthy, Priya and Prasad, 2012; Bhowmik et al., 2013).

    Konsep dispersi padat telah berhasil diaplikasikan pada formulasi oral yang

    mengandung obat dengan kecenderungan memiliki kristalisasi tinggi (Baghel,

    Cathcart and Reilly, 2016).

    Dalam pembuatan dispersi padat perlu dilakukan pemilihan pembawa

    untuk meningkatkan stabilitasnya (Huang and Dai, 2014). Berdasarkan hasil

    penelitian Kakran (2013) menyatakan bahwa sistem ternary dispersi padat

    menggunakan pembawa PEG, PVP dan poloxamer 407 memiliki peningkatan

    disolusi lebih tinggi dibandingkan dengan sistem dispersi binary (Kakran et al.,

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 2

    2013). Oleh karena itu digunakan manitol sebagai pembawa hidrofilik dan

    poloxamer 407 sebagai surfaktan yang dapat meningkatkan disolusi kurkumin.

    Manitol merupakan salah satu senyawa turunan gula, berfungsi sebagai

    pembawa hidrofilik yang telah diteliti dapat meningkatkan disolusi dan

    bioavailabilitas dari suatu obat dengan kelarutan rendah dalam air (Nikghalb et

    al., 2012; Hana et al., 2017). Pada penelitian Magdulkar et al, dilakukan

    pembuatan dispersi padat dengan beberapa gula (manitol, fruktosa, dekstrosa dan

    maltosa) sebagai matriks untuk meningkatkan disolusi dari Clotrimazole yang

    termasuk BCS kelas II, dan hasilnya menunjukan bahwa manitol mampu

    meningkatkan disolusi hingga 806 kali lipat dibandingkan dengan matriks yang

    lain (Madgulkar et al., 2015). Manitol sebagai pembawa hidrofilik berperan

    meningkatkan pembasahan dari obat hidrofobik (Song, Cha and Choi, 2016;

    Zaini, Umar and Firdaus, 2017).

    Dispersi padat dengan menggunakan pembawa kristalin seperti gula

    (manitol) ini termasuk pada dispersi padat generasi pertama yang memiliki

    kekurangan yaitu adanya pembentukan kristalin yang secara termodinamik lebih

    stabil dan pelepasan obat tidak secepat dalam bentuk amorf. Oleh karena itu

    digunakan dispersi padat generasi ketiga dengan menggunakan surfaktan yang

    bertujuan untuk meningkatkan bioavailabilitas obat dan untuk menstabilkan

    dispersi padat serta menghindari obat dari rekristalisasi (Vasconcelos, Sarmento

    and Costa, 2007). Penggunaan surfaktan poloxamer 407 efektif dalam

    polymorphic purity dan meningkatkan bioavailabilitas in vivo (Vasconcelos,

    Sarmento and Costa, 2007). Berdasarkan penelitian sebelumnya yang dilakukan

    oleh Luciana (2016) tentang formulasi ekstrak kunyit dalam sistem dispersi padat

    manitol pada proporsi ekstrak kunyit 30%, didapatkan hasil presentase disolusi

    hanya sebesar 35,95±1,22 % (Luciana, 2016). Oleh karena itu, pada penelitian ini

    penambahan surfaktan diharapkan dapat meningkatkan disolusi kurkuminnya.

    Metode pada penelitian ini adalah metode penguapan pelarut yang memiliki

    kelebihan yaitu mengurangi resiko dekomposisi obat atau pembawa karena

    penguapan cukup menggunakan suhu rendah (Savjani, Gajjar and Savjani, 2012;

    Kumar, Mishra and Singh, 2015).

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 3

    Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui perbedaan profil disolusi

    kurkumin dalam dispersi padat ekstrak kunyit dengan berbagai rasio poloxamer

    407/ manitol.

    Hipotesis

    Terdapat perbedaan profil disolusi kurkumin dalam sistem dispersi padat

    ekstrak kunyit pada berbagai rasio poloxamer 407 – manitol. Semakin besar rasio

    poloxamer 407/manitol (1:9, 2:8, 3:7), maka semakin besar profil disolusi

    kurkumin.

    METODE PENELITIAN

    Alat dan Bahan

    Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah neraca analitik (Mettler

    Toledo), mortar dan stemper, shaker (Innova 2000), mikropipet (Socorex),

    makropipet disolusi (Socorex), alat uji disolusi (Guoming RC-6D Dissolustion

    Tester), ayakan nomer mesh 50, rotary evaporator, oven, alat-alat gelas (Pyrex

    Iwaki Glass®), yellowtip dan bluetip, stainless steel spoon, centrifuge (Gemmy

    Industrial Cprp. PLC-05), tabung centrifuge, spektrofotometer UV-Visibel

    (Shimadzu UV-1800), hotplate magnetic stirrer (Wilten & Co), pH – meter

    (Wissenschaflich-Technische Werkstaten), desikator.

    Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah standar kurkumin

    (Nacalai Tesque, Inc. Jepang), ekstrak kunyit terstandar (PT. Phytochemindo

    Reksa) yang mengandung kurkumin sebesar 84,675% (ditetapkan dengan

    spektrofotometer di Laboratorium Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma),

    metanol p.a. (Merck), etanol 96%, akuades, cangkang kapsul keras ukuran 00

    (Kapsulindo Nusantara), filter paper nomer 1 (WhatmanTM), alumiunium foil,

    manitol PEARLITOL 25 C (very fine grade) (Department of Pharmaceutical

    Technology and Biopharmacy, University of Groningen), Poloxamer 407 (PT

    Konimex), Sodium Lauryl Suphate (SLS) (Merck) dan sodium dihydrogen

    phosphate dehydrate/NaH2PO4 (Merck).

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 4

    Pembuatan Larutan Baku Kurkumin

    1. Larutan Stok Kurkumin (Konsentrasi 1000 µg/ml)

    Standar kurkumin ditimbang seksama kurang lebih 1,0 mg dilarutkan

    dalam metanol sebanyak 1 mL dalam wadah terlindung cahaya.

    2. Larutan Intermediet (Konsentrasi 10 µg/ml )

    Larutan stok kurkumin diambil sebanyak 0,1 mL kemudian dilarutkan

    dengan 10,0 mL metanol dalam wadah terlindung cahaya.

    Penentuan Panjang Gelombang Serapan Maksimum (λ Maksimum)

    1. Panjang Gelombang Serapan Maksimum Kurkumin dengan Pelarut Medium

    Disolusi

    Larutan intermediet kurkumin diambil sebanyak 0,25 mL; 1,5 mL; dan 3,0

    mL, lalu masing-masing dimasukkan ke dalam labu takar 10,0 ml kemudian

    diencerkan dengan medium disolusi (dapar fosfat pH 6,0 dan SLS 0,5 %).

    Larutan ini diukur dengan menggunakan spektrofotometer visible pada panjang

    gelombang antara 400-600 nm.

    2. Panjang Gelombang Serapan Maksimum Kurkumin dengan Pelarut Metanol

    Larutan intermediet kurkumin diambil sebanyak 0,25 mL; 1,5 mL; dan 3,0

    mL, lalu masing-masing dimasukkan ke dalam labu takar 10,0 ml kemudian

    diencerkan dengan metanol. Larutan ini diukur dengan menggunakan

    spektrofotometer visible pada panjang gelombang antara 400-600 nm.

    Pembuatan Kurva Baku Kurkumin

    1. Pembuatan Kurva Baku Kurkumin dalam Medium Disolusi

    Larutan intermediet kurkumin dibuat seri konsentrasi yaitu 0,011; 0,021;

    0,043; 0,085; 0,173; 0,214; 0,416; 0,538; 1,08; 2,078; 3,232; 4,365; 5,384;

    6,444 µg/mL dalam labu takar 5,0 mL dengan pelarut medium disolusi.

    Replikasi sebanyak tiga kali. Larutan ini diukur absorbansinya pada λ

    maksimum. Persamaan kurva baku didapat dengan menghitung regresi linear.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 5

    2. Pembuatan Kurva Baku Kurkumin dalam Metanol

    Larutan intermediet kurkumin dibuat seri konsentrasi yaitu 0,538; 1,080;

    2,078; 3,232; 4,365; 5,384 µg/mL dalam labu takar 5,0 mL dengan pelarut

    metanol. Replikasi sebanyak tiga kali. Larutan ini diukur absorbansinya pada λ

    maksimum. Persamaan kurva baku didapat dengan menghitung regresi linear.

    Verifikasi Metode Analisis

    Verifikasi metode analisis dilakukan dengan penetapan parameter

    akurasi, presisi, dan linearitas. Akurasi dihitung dari nilai persen perolehan

    kembali (% recovery), presisi dinyatakan dengan nilai koefisien variasi (KV),

    sementara linearitas ditentukan dengan nilai koefisien korelasi (r) persamaan

    regresi linear dari tiga replikasi kurva baku.

    3. Linearitas

    Larutan seri baku dibuat dengan rentang konsentrasi 0,011; 0,021; 0,043;

    0,085; 0,173; 0,214; 0,416; 0,538; 1,080; 2,078; 3,232; 4,365; 5,384; 6,444

    µg/mL dalam labu takar 5,0 mL dengan medium disolusi. Replikasi dilakukkan

    sebanyak tiga kali. Serapan diukur pada λ maksimum, lalu dianalisis dengan

    Least Square Analysis.

    4. Penetapan Akurasi dan Presisi

    Larutan intermediet kurkumin dibuat larutan seri dengan konsentrasi

    0,538; 3,232; 5,384 µg/mL dalam labu takar 5,0 mL dengan pelarut medium

    disolusi. Replikasi dilakukan sebanyak tiga kali, lalu dihitung nilai % recovery

    dan KV-nya.

    Pembuatan Dispersi Padat Ekstrak Kunyit dengan Variasi Rasio Poloxamer

    407 / Manitol

    Dalam pembuatan formula Dispersi Padat (DP) menggunakan beberapa

    perbandingan pembawa poloxamer 407 dan manitol dengan proporsi ekstrak

    kunyit 30%. kurkumin. Ekstrak kunyit, Poloxamer 407, dan manitol ditimbang

    masing-masing sesuai formula. Ekstrak kunyit dan poloxamer 407 masing-masing

    dilarutkan dengan etanol. Dalam wadah lain manitol dilarutkan dalam akuades.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 6

    Larutan ekstrak kunyit dan poloxamer 407 kemudian didispersikan dengan larutan

    manitol menjadi satu fase. Pelarut dihilangkan menggunakan rotary evaporator

    sampai didapatkan cairan kental kemudian dikeringkan di oven dengan suhu 50oC.

    Padatan yang didapat dimasukkan ke dalam desikator (RH < 50%) hingga

    memiliki bobot tetap, setelah itu ditimbang untuk dihitung hasil perolehan

    kembali (rendemen). Padatan digerus dan diayak dengan mesh no.50 dan

    disimpan didalam desikator.

    Tabel I. Perbandingan Formula Dispersi Padat Kurkumin / Poloxamer 407 /

    Manitol

    BAHAN FORMULA

    I II III

    Ekstrak Kunyit (g) 1,5 1,5 1,5

    Poloxamer 407 (g) 0,35 0,7 1,05

    Manitol (g) 3,15 2,8 2,45

    Perbandingan pembawa

    poloxamer 407 : manitol 1:9 2:8 3:7

    Proporsi Ekstrak Kunyit 30% 30% 30%

    Pembuatan Campuran Fisik Ekstrak Kunyit dengan Variasi Rasio

    Poloxamer 407 / Manitol

    Campuran Fisik (CF) dibuat sebagai kontrol dengan cara mencampurkan

    sejumlah ekstrak kunyit, poloxamer 407 dan manitol hingga homogen sesuai

    formula. CF dibuat dengan pengadukan ringan dalam mortar, kemudian diayak

    dengan mesh no.50.

    Pembuatan Medium Disolusi

    Medium disolusi yang digunakan dalam penelitian ini adalah dapar fosfat

    pH 6,0 (NaH2PO4 dan NaOH) ditambah dengan 0,5% Sodium Lauril Sulfat (SLS).

    Uji Drug Load

    DP dan CF sebanyak 10,0 mg dilarutkan dengan 10 mL metanol dan diaduk

    menggunakan magnetic stirrer kemudian di-vortex sampai larut. Replikasi

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 7

    dilakukan sebanyak tiga kali. Sampel dianalisis dengan menggunakan

    spektrofotometer visible pada λ maksimum.

    Uji Kelarutan

    DP dan CF sebanyak 20,0 mg dilarutkan dalam 20 mL dapar fosfat pH 6

    tanpa SLS 0,5% hingga jenuh di dalam erlenmeyer, diaduk menggunakan shaker

    dengan kecepatan 75 rpm selama 48 jam pada suhu ruangan (Thirupathaiah and

    Shyam Sunder, 2016) dan terlindung dari cahaya. Sampel kemudian disaring

    dengan kertas saring Whatman no.1 dan diukur pada λ maksimum dengan

    spektrofotometer visible. Pengujian dilakukan sebanyak tiga kali.

    Uji Disolusi

    Uji disolusi dilakukan terhadap DP dan CF menggunakan alat disolusi

    tipe dayung dengan kecepatan putar 75 rpm dan suhu 37±0,5oC (Thirupathaiah

    and Shyam Sunder, 2016). Medium disolusi menggunakan 500 mL dapar fosfat

    pH 6,0 serta SLS 0,5% (USP, 1995). Sebanyak 5 mL cuplikan diambil setiap

    interval waktu yaitu pada menit ke-10, 15, 30, 45, 60, 90, 120, 150 dan 180.

    Setiap pengambilan cuplikan medium disolusi harus diganti dengan medium yang

    baru dengan jumlah dan suhu yang sama dengan yang diambil. Cuplikan yang

    telah diambil sebanyak 5 mL kemudian di sentrifugasi dengan kecepatan 6000

    rpm selama 5 menit. Pengujian dilakukan sebanyak tiga kali. Cuplikan diukur

    absorbansinya menggunakan spektrofotometri UV-Vis pada λ maksimum. Kadar

    kurkumin dihitung dengan persamaan kurva baku dalam medium disolusi yang

    kemudian dinyatakan sebagai presentase kurkumin terdisolusi.

    Analisis Data

    Data hasil uji disolusi dan uji kelarutan DP dan CF dianalisis

    menggunakan program Real Statistic dari Microsoft Excel. Uji normalitas

    dilakukan antara CF dan DP dengan Shapiro-Wilk Test. Apabila data yang

    dihasilkan normal, dilanjutkan dengan uji signifikansi menggunakan uji statistik

    parametrik (ANOVA) untuk lebih dari dua data atau uji T untuk dua data. Namun

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 8

    apabila data tidak normal, pengujian dilanjutkan dengan uji statistik non-

    parametrik (Kruskal-Wallis Test) untuk lebih dari dua data atau Mann-Whitney

    untuk dua data. Pada penelitian ini, berdasarkan hasil Shapiro Wilk Test pada uji

    kelarutan dan disolusi antar CF dan DP menyatakan bahwa data tidak terdistribusi

    normal sehingga dilanjutkan uji signifikansi Mann Whitney. Pada uji kelarutan

    antar DP menghasilkan data terdistribusi normal sehingga dilanjutkan dengan

    Single Factor ANOVA, sedangkan pada uji disolusi antar DP data tidak

    terdistribusi normal sehingga dilanjutkan Kruskal Wallis Test, taraf kepercayaan

    95%.

    HASIL DAN PEMBAHASAN

    Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan profil disolusi

    kurkumin dalam dispersi padat ekstrak kunyit pada berbagai rasio poloxamer

    407/manitol. Dalam penelitian ini dibuat dispersi padat sistem ternary terdiri dari

    kurkumin (bahan aktif), manitol (pembawa), dan poloxamer 407 (surfaktan) yang

    bertujuan mengatasi permasalahan kelarutan pada kurkumin. Kurkumin akan sulit

    untuk mencapai efikasi terapetik obat karena bioavailabilitas didasarkan oleh

    kelarutan kurkumin yang kecil di dalam air (Sharma, Kapoor and Bhargava,

    2012). Proporsi ekstrak kunyit yang digunakan cukup besar yaitu 30%, hal ini

    diharapkan agar lebih efisien untuk mencapai efek terapetiknya.

    Sistem dispersi padat ekstrak kunyit - poloxamer 407 - manitol dibuat

    dengan menggunakan metode penguapan pelarut. Metode ini memiliki kelebihan

    yaitu mengurangi resiko dekomposisi obat atau pembawa karena penguapan

    cukup menggunakan suhu rendah (Savjani, Gajjar and Savjani, 2012; Kumar,

    Mishra and Singh, 2015). Pada penelitian ini dilakukan perhitungan rendemen

    untuk melihat adanya kehilangan bahan selama proses pembuatan dispersi padat

    dengan menggunakan metode penguapan pelarut menggunakan rotary evaporator

    dan oven. Rendemen yang diperoleh sebesar 97,09– 99,72%.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 9

    Verifikasi Metode Analisis

    Verifikasi metode dilakukan dengan tujuan untuk memastikan metode

    yang digunakan dalam penelitian ini valid. Parameter yang digunakan yaitu

    linearitas, akurasi, dan presisi. Pada awal penelitian dilakukan penentuan panjang

    gelombang maksimum yang akan digunakan, yaitu λ 424 nm pada pelarut metanol

    dan 430 nm pada pelarut medium disolusi.

    1. Linearitas

    Linearitas adalah kemampuan suatu metode untuk mendapatkan hasil uji

    yang secara langsung proporsional dengan konsentrasi analit pada kisaran yang

    diberikan yang selanjutnya dapat ditentukan slope, intersep, dan koefisien

    korelasinya (Gandjar dan Rohman, 2007).

    Gambar 1. Kurva Baku Kurkumin dalam Medium Disolusi

    Pada penelitian ini didapatkan persamaan kurva baku y = 0,1352x +

    0,0095 dengan koefisien korelasi (r) yaitu 0,9969 (R2 = 0,9939) (Gambar 1).

    Persyaratan data liniearitas yang bisa diterima yaitu jika memenuhi nilai

    koefisien korelasi 𝑟 > 0,99 (AOAC, 2002). Oleh karena itu dapat dikatakan

    bahwa metode memiliki linearitas yang baik.

    2. Akurasi dan Presisi

    Akurasi adalah kedekatan antara nilai terukur dengan nilai yang diterima,

    baik nilai konvensi, nilai sebenarnya, atau nilai rujukan. ICH

    merekomendasikan dilakukan 9 kali penetapan kadar dengan 3 konsentrasi (3

    konsentrasi 3 replikasi) dan dinyatakan sebagai persentase perolehan kembali

    y = 0,1352x + 0,0095

    R² = 0,9939

    0

    0,2

    0,4

    0,6

    0,8

    1

    0 1 2 3 4 5 6 7

    Ab

    sorb

    an

    siλ4

    30

    Konsentrasi kurkumin (µg/mL)

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 10

    (% recovery) (Gandjar dan Rohman, 2007). Metode dapat dinyatakan akurat

    apabila % recovery untuk kadar sampel 1 µg/ml – 10 µg/ml sebesar 80-110%

    (AOAC, 2016). Sedangkan, presisi adalah ukuran keterulangan metode

    analisis yang diekspresikan sebagai simpangan baku relatif dari sejumlah

    sampel yang berbeda signifikan secara statistik (Gandjar dan Rohman, 2007).

    Presisi dinyatakan dalam Koefisien Variasi (KV). Metode dapat dinyatakan

    presisi apabila nilai koefisien variasi untuk kadar sampel 1 µg/ml sebesar 11%

    (AOAC, 2016). Berdasarkan hasil penelitian yang didapatkan, parameter

    akurasi dan presisi telah memenuhi ketentuan dari Association of Official

    Analytical Chemist (AOAC) (Tabel II). Oleh karena itu, berdasarkan nilai

    linearitas, akurasi, dan presisi yang didapatkan dapat disimpulkan bahwa

    metode yang digunakan telah valid.

    Tabel II. Data Akurasi dan Presisi

    Keterangan Konsentrasi

    teoritis (µg/mL)

    Konsentrasi yang

    didapatkan (µg/mL)

    %

    recovery

    KV

    (%)

    Rendah Rep 1

    0,54

    0,51 95,55

    1,46 Rep 2 0,50 92,80

    Rep 3 0,51 94,17

    Sedang Rep 1

    3,23

    3,13 96,69

    0,36 Rep 2 3,12 96,46

    Rep 3 3,10 96,00

    Tinggi Rep 1

    5,38

    5,32 98,84

    3,26 Rep 2 4,99 92,66

    Rep 3 5,12 95,13

    Uji Drug Load

    Uji drug load bertujuan untuk menetapkan jumlah kandungan zat aktif

    (obat) serta mengetahui adanya kehilangan obat selama proses preparasi. Pada

    penelitian ini semua formula CF dan DP dibuat dengan proporsi ekstrak kunyit

    30%. Hasil uji drug load ditunjukkan pada Tabel III. Nilai KV yang didapat < 4

    % sehingga dapat dikatakan CF dan DP yang dibuat homogen (Corazza, Markman

    and Rosa, 2015), sedangkan nilai % recovery drug load yang didapat sebesar

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 11

    91,16 – 100,53 %. Hal ini masih dapat ditoleransi karena rentang % recovery yang

    digunakan ± 10%. Berdasarkan hasil yang didapat, % recovery pada DP lebih

    besar dibandingkan dengan CF. Hal ini mungkin dikarenakan adanya perbedaan

    proses pembuatan nya, dimana pada dispersi padat terdapat proses pelarutan

    sehingga terjadi pengecilan ukuran partikel yang dapat meningkatkan kelarutan

    dalam metanol. Sedangkan pada CF pencampuran dilakukan hanya dengan

    pengadukan ringan.

    Tabel III. Data Hasil Uji Drug Load CF dan DP

    Sampel

    (n=3)

    CF 1

    (1:9)

    CF 2

    (2:8)

    CF 3

    (3:7)

    DP 1

    (1:9)

    DP 2

    (2:8)

    DP 3

    (3:7)

    Rep 1 (%) 25,32 23,11 23,94 25,28 25,86 25,20

    Rep 2 (%) 24,12 22,94 25,25 25,55 25,42 25,76

    Rep 3 (%) 24,41 23,43 23,55 24,88 24,73 25,70

    Rata-rata drug

    load ±SD (%)

    24,62 ±

    0,63

    23,16 ±

    0,25

    24,25 ±

    0,89

    25,24 ±

    0,34

    25,34 ±

    0,57

    25,55 ±

    0,31

    Drug load

    teoritis (%)

    25,40 25,41 25,40 25,41 25,40 25,41

    Rata – rata %

    recovery

    96,91 91,16 95,46 99,31 99,75 100,53

    KV (%) 2,47 0,98 3,52 1,32 2,24 1,20

    Uji Kelarutan

    Uji kelarutan bertujuan untuk melihat kelarutan murni antara CF dan DP

    dalam medium disolusi. Oleh karena itu digunakan medium disolusi tanpa SLS

    0,5% sebagai agen peningkat kelarutan. SLS tidak mempengaruhi pengukuran

    absorbansi pada panjang gelombang diatas 240 nm dengan Spektrofotometer UV-

    Vis (Wang, Ma and Higgins, 2006). Hasil uji kelarutan ditunjukkan pada Tabel

    IV. Berdasarkan hasil penelitian, terdapat peningkatan kelarutan secara signifikan

    (p

  • 12

    Dispersi padat dapat meningkatkan kelarutan karena partikel dapat

    terdispersi dalam campuran eutektik padat (Chiou and Riegelmant, 1971;

    Serajuddin, 1999) serta peningkatan kontak antara zat padat dengan pembawanya

    akibat luas permukaan yang lebih besar. Manitol merupakan pembawa yang dapat

    membuat suatu lingkungan hidrofilik di sekitar obat sehingga dapat meningkatkan

    pembasahan yang mengarah ke peningkatan kelarutan (Madgulkar et al., 2015).

    Selain itu, adanya surfaktan dalam dispersi padat ternary dapat meningkatkan

    interaksi intermolekuler antara obat dengan pembawa sehingga dapat

    meningkatkan dispersi obat dalam pembawa, mengurangi ukuran partikel obat,

    mengurangi tegangan permukaan dan meningkatkan pembasahan yang dapat

    meningkatkan kelarutan dan disolusi dispersi dapat ternary (Kakran et al., 2013).

    CF memiliki kelarutan rendah, hal ini dapat terjadi karena pada CF tidak

    mengalami proses pendispersian sehingga tidak terjadi pengecilan ukuran partikel.

    Pada persamaan Noyes-Whitney, luas kontak muka zat aktif - medium (S) dan

    kelarutan jenuh obat dilapisan difusi (Cs) sebanding dengan kecepatan disolusi zat

    aktif (dW/dt). Hal ini menunjukan bahwa adanya proses pengecilan ukuran

    partikel menyebabkan luas kontak muka semakin besar serta peningkatan

    kelarutan jenuh pada lapisan difusi sehingga akan berpengaruh terhadap

    peningkatan disolusinya. Semakin besar kelarutan sistem dispersi padat maka

    akan semakin besar disolusinya (Nikghalb et al., 2012).

    Tabel IV. Data Hasil Uji Kelarutan CF dan DP

    Sampel

    (n=3)

    CF 1

    (1:9)

    DP 1

    (1:9)

    CF 2

    (2:8)

    DP 2

    (2:8)

    CF 3

    (3:7)

    DP 3

    (3:7)

    Rep 1 µg/mL 0,68 9,34 1,07 11,56 0,98 12,67

    Rep 2 µg/mL 0,78 8,41 0,86 10,63 1,09 11,74

    Rep 3 µg/mL 0,64 9,52 0,98 10,45 1,10 12,67

    x ± SD µg/mL 0,70 ±

    0,07

    9,09 ±

    0,59

    0,97 ±

    0,10

    10,88 ±

    0,59

    0,97 ±

    0,10

    12,36 ±

    0,53

    Peningkatan 13,01 kali 11,21 kali 11,70 kali

    Uji Disolusi

    Uji disolusi bertujuan untuk mengetahui jumlah kurkumin terlarut dalam

    medium disolusi sebagai fungsi waktu. Medium disolusi yang digunakan terdiri

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 13

    dari 0,5 % b/v SLS dalam sodium phosphate buffer pH 6,0. Penggunaan dapar

    fosfat pH 6,0 dikarenakan kurkumin paling stabil pada pH tersebut (Wang et al.,

    1997). Menurut British Pharmacopeia (2011), untuk obat golongan BCS kelas II

    disarankan menggunakan surfaktan. SLS sebagai surfaktan digunakan untuk

    mengkondisikan medium disolusi agar mencerminkan kondisi fisiologis manusia

    yang memiliki surfaktan alami (garam empedu) pada saluran gastrointestinal

    (Gurusamy and Nath, 2006). Pemilihan SLS 0,5% didasarkan oleh penelitian

    Rahman et al. (2009) yang menyatakan bahwa dari beberapa konsentrasi SLS (0,1

    – 3%) konsentrasi 0,5% merupakan konsentrasi efektif pada disolusi kurkumin

    yang juga sudah melebihi nilai Critical Micelle Concentration (CMC) SLS

    (Rahman et al., 2009). Metode uji disolusi yang digunakan adalah metode dayung

    dengan volume medium disolusi sebanyak 500 mL, suhu 37 ± 0,5oC.

    Gambar 2. Kurva Waktu (Menit) VS Rata - Rata Persen Terdisolusi (%)

    Awal mula proses disolusi ditandai dengan pecahnya kapsul yang terjadi

    kurang dari 3 menit, yang kemudian diamati sampai menit ke-180. Profil disolusi

    yang dihasilkan menunjukkan terjadi peningkatan % terdisolusi secara signifikan

    (p

  • 14

    Pada Gambar 2, terlihat penurunan disolusi pada CF dan DP (1:9),

    sementara pada CF dan DP (2:8) dan (3:7) tergolong meningkat. Hal ini

    menggambarkan konsep spring and parachute. Awalnya obat terlarut bersama

    dengan pembawa menghasilkan larutan supersaturasi (spring) kemudian diikuti

    menurunnya konsentrasi obat pada media yang disebabkan oleh penyerapan atau

    pengendapan (parachute) (Baghel, Cathcart and Reilly, 2016). Dalam hal ini

    kurkumin dapat mengalami rekristalisasi. Hal ini terjadi karena konsentrasi obat

    bebas dalam larutan menurun, mengakibatkan penurunan kelarutan dan

    disolusinya (Huang and Dai, 2014). Peningkatan % terdisolusi pada rasio (2:8)

    dan (3:7) dapat terjadi dikarenakan proporsi poloxamer 407 yang semakin

    meningkat. Gabungan dari surfaktan (poloxamer 407) dan pembawa gula

    (manitol) dapat meningkatkan karakteristik disolusi dan stabilitas termodinamik

    kurkumin (Singh, Chhabra and Pathak, 2011), serta menghindari obat dari

    rekristalisasi (Vasconcelos, Sarmento and Costa, 2007).

    Gambar 3. Grafik Perbandingan DE Menit ke-180

    Untuk mengungkapkan hasil pengamatan kecepatan disolusi kurkumin

    dalam medium digunakan nilai Dissolution Efficiency (DE). DE dinyatakan dalam

    kurun waktu pengamatan tertentu, semakin besar waktu semakin banyak titik-titik

    pada kurva yang terhitung (Fudholi, 2013). Oleh karena itu, digunakan DE180 agar

    mendapat gambaran profil disolusi yang lebih baik. Berdasarkan nilai DE yang

    20,15 19,22 20,32

    38,0340,02

    45,52

    0,00

    10,00

    20,00

    30,00

    40,00

    50,00

    60,00

    (1:9) (2:8) (3:7)

    Dis

    solu

    tio

    n E

    ffic

    ien

    cy (

    %)

    Formula

    Campuran Fisik

    Dispersi Padat

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 15

    diperoleh (Gambar 3) dapat dilihat bahwa formulasi DP ekstrak kunyit dengan

    poloxamer 407/manitol mampu meningkatkan disolusi kurkumin dibandingkan

    dengan CF secara signifikan (p < 0,05) yang diuji dengan menggunakan Uji

    Mann-Whitney. Pada formula DP (1:9), (2:8), dan (3:7) secara berturut-turut

    mengalami peningkatan disolusi yang signifikan dengan nilai p sebesar 0,027

    (p 0,05). Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa perubahan komposisi

    (rasio poloxamer 407 : manitol) tidak mengakibatkan perubahan disolusi tanpa

    diberikan suatu metode, dalam hal ini dispersi padat.

    Pada penelitian Luciana (2016) yang meneliti sistem dispersi padat

    binary ekstrak kunyit-manitol pada proporsi ekstrak kunyit 30% nilai DE120

    sebesar 35,95±1,22 %. Sedangkan pada penelitian ini, sistem dispersi padat

    ternary ekstrak kunyit-poloxamer 407-manitol pada proporsi ekstrak kunyit 30%

    (3:7) didapatkan nilai DE120 sebesar 41,894 ± 0,8%. Berdasarkan hasil kedua

    penelitian tersebut dapat dikatakan bahwa dispersi padat sistem ternary dapat

    meningkatkan disolusi lebih besar dibandingkan pada sistem biner. Hal ini sesuai

    dengan penelitian Bhowmik et al (2013) yang menyatakan bahwa sistem dispersi

    ternary memiliki peningkatan disolusi lebih tinggi dibandingkan dengan sistem

    dispersi binary (Bhowmik et al., 2013). Peningkatan disolusi tersebut dapat

    disebabkan karena poloxamer 407 sebagai surfaktan membantu terdispersinya

    kurkumin dalam manitol dan meningkatkan stabilitas kurkumin.

    KESIMPULAN

    Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa formulasi dispersi

    padat ekstrak kunyit dengan poloxamer 407 dan manitol mampu meningkatkan

    kelarutan dan disolusi kurkumin dibandingkan dengan campuran fisik secara

    signifikan (p < 0,05). Hasil kelarutan kurkumin berbanding lurus dengan hasil

    disolusinya, dimana terjadi peningkatan kelarutan kurkumin dan DE180 secara

    signifikan pada peningkatan rasio poloxamer 407/manitol. DP dengan rasio

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 16

    poloxamer 407 / manitol sebesar 3:7 memiliki nilai DE180 yang paling besar yaitu

    45,52 ± 0,8%.

    SARAN

    Pada penelitian selanjutnya dapat dilakukan percobaan untuk mencari

    hubungan rasio pembawa terhadap profil disolusi. Selain itu perlu penelitian lebih

    lanjut mengenai karakteristik dispersi padat seperti Fourier Transform Infrared

    Spectroscopy (FTIR) untuk mengidentifikasi interaksi antara obat dan pembawa

    dalam sistem dispersi padat.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 17

    DAFTAR PUSTAKA

    AOAC (2002) ‘AOAC Guidelines for Single Laboratory Validation of Chemical

    Methods for Dietary Supplements and Botanicals’, pp. 1–38.

    AOAC (2016) ‘Guidelines for Standard Method Performance Requirements’,

    AOAC International, pp. 1–18.

    Baghel, S., Cathcart, H. and Reilly, N. J. O. (2016) ‘Polymeric Amorphous Solid

    Dispersions : A Review of Amorphization, Crystallization, Stabilization,

    Solid-State Characterization, and Aqueous Solubilization of

    Biopharmaceutical Classification System Class II Drugs’, Journal of

    Pharmaceutical Sciences. Elsevier Ltd, pp. 1–18. doi:

    10.1016/j.xphs.2015.10.008.

    Bhowmik, D. et al. (2013) ‘Solid Dispersion – A Approach To Enhance The

    Dissolution Rate of Poorly Water Soluble Drugs’, 1(12).

    Chiou, W. I. N. L. and Riegelmant, S. (1971) ‘Pharmaceutical sciences

    Pharmaceutical Applications of Solid’, Journal of Pharmaceutical

    Sciences, 60(9), pp. 1281–1302.

    Corazza, F. G., Markman, B. E. O. and Rosa, P. C. P. (2015) ‘Physicochemical

    quality evaluation of amoxicillin capsules produced in compounding

    pharmacies at Diadema, São Paulo, Brazil’, Journal of Applied

    Pharmaceutical Science, 5(12), pp. 29–34. doi:

    10.7324/JAPS.2015.501205.

    Gurusamy, S. Vi. K. and Nath, D. M. (2006) ‘Preparation, Characterization and in

    Vitro Dissolution Studies of Solid Systems of Valdecoxib with Chitosan’,

    Chem. Pharm. Bull., 54(8), pp. 1102–1106.

    Hana, Y. K. et al. (2017) ‘Physicochemical characterization of physical mixture

    and solid dispersion of diclofenac potassium with mannitol’, Journal of

    Applied Pharmaceutical Science, 7(1), pp. 204–208. doi:

    10.7324/JAPS.2017.70130.

    Huang, Y. and Dai, W. (2014) ‘Fundamental aspects of solid dispersion

    technology for poorly soluble drugs’, Acta Pharmaceutica Sinica B.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 18

    Elsevier, 4(1), pp. 18–25. doi: 10.1016/j.apsb.2013.11.001.

    Jäger, R. et al. (2014) ‘Comparative absorption of curcumin formulations’, pp. 1–

    8. doi: 10.1186/1475-2891-13-11.

    Kakran, M. et al. (2013) ‘Ternary dispersions to enhance solubility of poorly

    water soluble antioxidants’, Colloids and Surfaces A: Physicochemical

    and Engineering Aspects. Elsevier B.V., 433, pp. 111–121. doi:

    10.1016/j.colsurfa.2013.05.021.

    Krishnamoorthy, V., Priya, V. and Prasad, R. (2012) ‘Physicochemical

    characterization and in vitro dissolution behavior of olanzapine-mannitol

    solid dispersions’, Brazilian Journal of Pharmaceutical Sciences, 48.

    Kumar, S., Mishra, D. N. and Singh, S. K. (2015) ‘Enhancement of dissolution

    and bioavailability of fenofibrate by solid dispersion with sodium citrate,

    HPMC and sugar derivatives’, Der Pharmacia Lettre, 7(3), pp. 162–173.

    Luciana, N. O. (2016) ‘Pengaruh Formulasi Ekstrak Kunyit dalam Sistem Dispersi

    Padat Manitol terhadap Disolusi Kurkumin’, Sanata Dharma University,

    pp. 14–15.

    Madgulkar, A. et al. (2015) ‘Sugars as solid dispersion carrier to improve

    solubility and dissolution of the BCS class II drug: clotrimazole.’, Drug

    development and industrial pharmacy. Informa Healthcare USA, Inc, 0(0),

    pp. 1–11. doi: 10.3109/03639045.2015.1024683.

    Mendonça, L. M. et al. (2015) ‘Comparative study of curcumin and curcumin

    formulated in a solid dispersion : Evaluation of their antigenotoxic effects’,

    Genetics and Molecular Biology, 38(4), pp. 490–498.

    Modasiya, M. K. and Patel, V. M. (2012) ‘Studies on solubility of curcumin’,

    International Journal of Pharmacy & Life Sciences, 3(3), pp. 1490–1497.

    Mogal, S. A. et al. (2012) ‘Solid dispersion technique for improving solubility of

    some poorly soluble drugs’, Der Pharmacia Lettre, 4(5), pp. 1574–1586.

    Naama, J. H. et al. (2013) ‘Curcuminoids as antioxidants and theoretical study of

    stability of curcumin isomers in gaseous state’, Research on Chemical

    Intermediates, 39(9), pp. 4047–4059. doi: 10.1007/s11164-012-0921-2.

    Nikghalb, L. A. et al. (2012) ‘Solid Dispersion: Methods and Polymers to increase

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 19

    the solubility of poorly soluble drugs’, Journal of Applied Pharmaceutical

    Science, 2(10), pp. 170–175. doi: 10.7324/JAPS.2012.21031.

    Rahman, S. M. H. et al. (2009) ‘Role of Surfactant and pH in Dissolution of

    Curcumin.’, Indian journal of pharmaceutical sciences, 71(2), pp. 139–

    142. doi: 10.4103/0250-474X.54280.

    Rohman, A. (2012) ‘Analysis of curcuminoids in food and pharmaceutical

    products’, International Food Research Journal, 19(1), pp. 19–27.

    Savjani, K. T., Gajjar, A. K. and Savjani, J. K. (2012) ‘Drug solubility:

    importance and enhancement techniques.’, ISRN pharmaceutics, 2012(100

    mL), p. 195727. doi: 10.5402/2012/195727.

    Serajuddin, A. T. M. (1999) ‘Solid Dispersion of Poorly Water-Soluble Drugs :

    Early Promises , Subsequent Problems , and Recent Breakthroughs’,

    Journal of Pharmaceutical Sciences, 88(10), pp. 1058–1066.

    Sharma, P., Kapoor, A. and Bhargava, S. (2012) ‘Sciences A Review on :

    Solubility Enhancement by Implementing Solid Dispersion Technique for

    Poorly Water Soluble Drug’, Research Journal of Pharmaceutical,

    Biological and Chemical Sciences, 3(1), pp. 847–859.

    Singh, G., Chhabra, G. and Pathak, K. (2011) ‘Dissolution behavior and

    thermodynamic stability of fused-sugar dispersions of a poorly water-

    soluble drug’, Dissolution Technologies, 18(3), pp. 62–70. doi:

    dx.doi.org/10.14227/DT180311P62.

    Song, I. S., Cha, J. S. and Choi, M. K. (2016) ‘Characterization, in Vivo and in

    Vitro Evaluation of Solid Dispersion of Curcumin Containing D-α-

    Tocopheryl Polyethylene Glycol 1000 Succinate and Mannitol’, MDPI,

    21, pp. 1–16. doi: 10.3390/molecules21101386.

    Teixeira, C. C. C. et al. (2016) ‘Microparticles Containing Curcumin Solid

    Dispersion : Stability , Bioavailability and Anti-Inflammatory Activity’,

    American Association of Pharmaceutical Scientists, 17(2), pp. 252–261.

    doi: 10.1208/s12249-015-0337-6.

    Thirupathaiah, A. and Shyam Sunder, R. (2016) ‘Formulation and Evaluation of

    Simvastatin Solid Dispersions by Solvent Evaporation Method’, Research

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 20

    Journal of Pharmaceutical , Biological and Chemical Sciences For, 7(4),

    pp. 2516–2528.

    Vasconcelos, T., Sarmento, B. and Costa, P. (2007) ‘Solid dispersions as strategy

    to improve oral bioavailability of poor water soluble drugs’, Drug

    Discovery Today, 12(December). doi: 10.1016/j.drudis.2007.09.005.

    Wan, S. et al. (2012) ‘Improved Bioavailability of Poorly Water-Soluble Drug

    Curcumin in Cellulose Acetate Solid Dispersion’, AAPS America

    Association of Pharmaceutical Scientists, 13(1), pp. 159–166. doi:

    10.1208/s12249-011-9732-9.

    Wang, Q., Ma, D. and Higgins, J. P. (2006) ‘Drug Product Dissolution Testing’,

    (August), pp. 6–13.

    Wang, Y. J. et al. (1997) ‘Stability of curcumin in buffer solutions and

    characterization of its degradation products’, Journal of Pharmaceutical

    and Biomedical Analysis, 15(12), pp. 1867–1876. doi: 10.1016/S0731-

    7085(96)02024-9.

    Yue, G. G. L. et al. (2011) ‘Evaluation of In vitro Anti-poliferative and

    Immunomodulatory Activities of Compound Isolated from Curc’, Food

    and Chemical Toxicology, 48(8–9), pp. 1–23. doi:

    10.1016/j.fct.2010.04.039.Evaluation.

    Zaini, E., Umar, S. and Firdaus, N. (2017) ‘Improvement of Dissolution Rate of

    Valsartan By Solid Dispersion System Using D ( − ) Mannitol’, Asian

    Journal of Pharmaceutical and Clinical Research, 10(3), pp. 288–290.

    doi: 10.22159/ajpcr.2017.v10i3.16171.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 21

    LAMPIRAN

    Lampiran 1. Certificate of Analysis (CoA) Ekstrak Kunyit dari PT

    Phytochemindo Reksa

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 22

    Lampiran 2. Product Information Standar Kurkumin dari Nacalai. Inc

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 23

    Lampiran 3. Penentuan Panjang Gelombang Maksimum

    Overlay Spectrum Scanning Lamda Maksimum Kurkumin dalam Medium

    Disolusi

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 24

    1. Scanning Panjang Gelombang Maksimum Konsentrasi Rendah dalam

    Medium Disolusi

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 25

    2. Scanning Panjang Gelombang Maksimum Konsentrasi Sedang dalam

    Medium Disolusi

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 26

    3. Scanning Panjang Gelombang Maksimum Konsentrasi Tinggi dalam Medium

    Disolusi

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 27

    Lampiran 4. Summary Output Regression Statistic Kurva Baku Medium

    Disolusi

    Lampiran 5. Kurva Baku Kurkumin dalam Metanol

    Lampiran 6. Summary Output Regression Statistic Kurva Baku Metanol

    y = 0,1349x + 0,0035

    R² = 0,9944

    0

    0,1

    0,2

    0,3

    0,4

    0,5

    0,6

    0,7

    0,8

    0 1 2 3 4 5 6

    ab

    s

    konsentrasi (µg/mL)

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 28

    Lampiran 7. Tabel Association of Official Analytical Chemist (AOAC)

    a. Presisi

    b. Akurasi

    Lampiran 8. Penetapan Kadar Kurkuminoid pada Serbuk Ekstrak Kunyit

    Sampel Kadar (%) Rata-rata

    Kadar (%) SD CV

    Rep 1 81,710

    84,675 2,60 3,07 Rep 2 86,584

    Rep 3 85,732

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 29

    Lampiran 9. Penimbangan Kapsul Uji Disolusi

    Sampel

    (Campuran Fisik)

    Berat

    (mg)

    Rata-rata

    Berat (mg)

    Sampel

    (Dispersi Padat)

    Berat

    (mg)

    Rata-rata

    Berat (mg)

    CF 1

    (1:9)

    Rep 1 499,1

    499,6 DP 1

    (1:9)

    Rep 1 500,5

    500,4 Rep 2 499,9 Rep 2 500,4

    Rep 3 499,9 Rep 3 500,4

    CF 2

    (2:8)

    Rep 1 499,7

    500 DP 2

    (2:8)

    Rep 1 500

    499,9 Rep 2 500,1 Rep 2 499,8

    Rep 3 500,1 Rep 3 499,9

    CF 3

    (3:7)

    Rep 1 500,3

    500 DP 3

    (3:7)

    Rep 1 499,9

    500,2 Rep 2 500,2 Rep 2 500,4

    Rep 3 499,6 Rep 3 500,4

    Lampiran 10. Perhitungan Rendemen

    % 𝑹𝒆𝒏𝒅𝒆𝒎𝒆𝒏 =𝑩𝒆𝒓𝒂𝒕 𝒚𝒂𝒏𝒈 𝒅𝒊𝒑𝒆𝒓𝒐𝒍𝒆𝒉

    𝑩𝒆𝒓𝒂𝒕 𝒕𝒆𝒐𝒓𝒊𝒕𝒊𝒔 × 𝟏𝟎𝟎%

    Bahan Formula

    I (1:9) II (2:8) III (3:7)

    Berat yang diperoleh (gram) 4,907 4,9865 4,8549

    Berat teoritis (gram) 5,0011 5,0001 5,0002

    % rendemen 98,11 99,72 97,09

    Lampiran 11. Data Disolusi DP dan CF

    Tabel 1. Data Disolusi CF 3

    Menit

    R1 R2 R3 R1 R2 R3 Rata-

    rata

    %D C

    (µg/ml)

    C

    (µg/ml)

    C

    (µg/ml) %D %D %D

    0 0 0 0 0 0 0 0

    10 37,722 37,722 37,722 14,841 14,844 14,862 14,849

    15 40,680 39,201 37,722 16,005 15,426 14,862 15,431

    30 40,680 37,722 39,201 16,005 14,844 15,445 15,431

    45 42,160 46,598 45,118 16,587 18,337 17,776 17,567

    60 55,473 56,953 49,556 21,825 22,412 19,524 21,254

    90 52,515 55,473 52,515 20,661 21,830 20,690 21,060

    120 58,432 65,828 56,953 22,989 25,904 22,439 23,777

    150 56,953 52,515 62,870 22,407 20,665 24,770 22,614

    180 65,828 68,787 65,828 25,899 27,069 25,936 26,301

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 30

    Tabel 2. Data Disolusi DP 3

    Menit

    R1 R2 R3 R1 R2 R3 Rata-

    rata

    %D C

    (µg/ml)

    C

    (µg/ml)

    C

    (µg/ml) %D %D %D

    0 0 0 0 0 0 0 0

    10 77,663 76,183 88,018 30,580 29,967 34,622 31,723

    15 104,290 96,893 96,893 41,064 38,114 38,114 39,097

    30 92,456 93,935 93,935 36,404 36,950 36,950 36,768

    45 117,604 117,604 114,645 46,306 46,260 45,096 45,888

    60 125,000 123,521 119,083 49,219 48,588 46,842 48,216

    90 117,604 111,686 111,686 46,306 43,933 43,933 44,724

    120 117,604 127,959 126,479 46,306 50,333 49,751 48,797

    150 132,396 126,479 113,166 52,131 49,751 44,514 48,799

    180 169,379 159,024 164,941 66,693 62,553 64,881 64,709

    Lampiran 12. Parameter Uji Disolusi

    a. Perhitungan Area Under Curve (AUC) didapatkan dengan metode trapezoid.

    b. Perhitungan nilai Dissolution Efficiency (DE) menggunakan rumus sebagai

    berikut :

    𝐷𝐸𝑡 = ∫ (𝑌𝑑𝑡

    𝑌100𝑡) 𝑥100%

    𝑡

    0

    )

    𝐷𝐸𝑡 : Dissolution efficiency pada saat t

    Ydt : Luas di bawah kurva zat aktif terlarut pada saat t

    Y100 : Luas segiempat 100% zat aktif larut dalam medium untuk waktu t

    Tabel 1. Hasil Perhitungan AUC dan DE CF 3

    Menit

    R1 R2 R3 R1 R2 R3 Rata-

    rata

    DE(%) AUC AUC AUC

    DE

    (%)

    DE

    (%)

    DE

    (%)

    0 0 0 0 0 0 0 0

    10 74,206 74,220 74,310 7,421 7,422 7,431 7,425

    15 77,116 75,676 74,310 10,088 9,993 9,908 9,996

    30 240,077 227,027 227,300 13,047 12,564 12,531 12,714

    45 244,442 248,857 249,156 14,130 13,906 13,891 13,976

    60 288,092 305,614 279,754 15,399 15,523 15,080 15,334

    90 637,295 663,618 603,219 17,347 17,722 16,756 17,275

    120 654,755 716,009 646,931 18,467 19,259 17,958 18,561

    150 680,946 698,545 708,127 19,313 20,064 19,087 19,488

    180 724,596 716,009 760,581 20,120 20,698 20,132 20,316

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 31

    Tabel 2. Hasil Perhitungan AUC dan DE DP 3

    Menit

    R1 R2 R3 R1 R2 R3 Rata-

    rata

    DE (%) AUC AUC AUC

    DE

    (%)

    DE

    (%)

    DE

    (%)

    0 0 0 0 0 0 0 0

    10 152,899 149,836 173,112 15,290 14,984 17,311 15,862

    15 179,110 170,202 181,840 22,134 21,336 23,663 22,378

    30 581,014 562,977 562,977 30,434 29,434 30,598 30,155

    45 620,331 624,075 615,347 34,075 33,491 34,073 33,879

    60 716,439 711,359 689,538 37,497 36,974 37,047 37,173

    90 1432,878 1387,804 1361,619 40,919 40,069 39,827 40,272

    120 1389,192 1413,989 1405,261 42,266 41,835 41,581 41,894

    150 1476,563 1501,272 1413,989 43,656 43,477 42,691 43,275

    180 1782,360 1684,567 1640,926 46,282 45,589 44,692 45,521

    Lampiran 13. Statistika Kelarutan

    1. Uji Normalitas Kelarutan

    a. Uji Normalitas (Shapiro-Wilk test) Formula I

    b. Uji Normalitas (Shapiro-Wilk test) Formula II

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 32

    c. Uji Normalitas (Shapiro-Wilk test) Formula III

    Berdasarkan uji normalitas formula menghasilkan data yang tidak normal

    sehingga dilanjutkan dengan Uji Signifikansi Mann Whitney.

    2. Uji Signifikansi Kelarutan

    3. Uji Signifikansi (Mann Whitney test) Formula I

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 33

    4. Uji Signifikansi (Mann Whitney test) Formula II

    5. Uji Signifikansi (Mann Whitney test) Formula III

    Setelah itu dilakukan Uji Statistika antar DP.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 34

    6. Uji Normalitas Kelarutan Antar DP

    7. Uji Signifikansi Kelarutan Antar DP

    8. Grafik Perbandingan Kelarutan DP dan CF

    Formula 1

    (1:9)

    Formula 2

    (2:8)

    Formula 3

    (3:7)

    Campuran Fisik (µg/mL) 0,70 0,97 1,06

    Dispersi Padat (µg/mL) 9,09 10,88 12,36

    0,00

    2,00

    4,00

    6,00

    8,00

    10,00

    12,00

    14,00

    Kad

    arK

    urk

    um

    in T

    erla

    rut

    (µg

    /mL

    ) Grafik Perbandingan Kelarutan DP dan CF

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 35

    Lampiran 14. Statistika DE menit ke 180 CF dan DP

    1. Uji Normalitas Disolusi

    a. Uji Normalitas DE 180 Formula I

    b. Uji Normalitas DE 180 Formula II

    c. Uji Normalitas DE 180 Formula III

    Berdasarkan uji normalitas DE180 semua formula menghasilkan data yang tidak

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 36

    normal sehingga dilanjutkan dengan Uji Signifikansi Mann Whitney.

    2. Uji Signifikansi Disolusi

    a. Uji Signifikansi (Mann Whitney test) Formula I

    b. Uji Signifikansi (Mann Whitney test) Formula II

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 37

    c. Uji Signifikansi (Mann Whitney test) Formula III

    Setelah itu dilakukan uji statistika disolusi antar DP.

    3. Uji Normalitas Disolusi Antar DP

    4. Uji Signifikansi Disolusi Antar DP

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 38

    5. Uji Normalitas Disolusi Antar CF

    6. Uji Signifikansi Antar CF

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 39

    Lampiran 15. Dokumentasi Uji Disolusi CF dan DP Ekstrak Kunyit-

    Poloxamer 407-Manitol

    a)

    b)

    Gambar 1. Sampel Ekstrak Kunyit-Poloxamer 407-manitol : (a) CF dan (b)

    DP

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 40

    BIOGRAFI PENULIS

    Penulis skripsi berjudul “Perbedaan Profil

    Disolusi Kurkumin dalam Sistem Dispersi Padat Ekstrak

    Kunyit dengan Variasi Rasio Poloxamer 407 / Manitol”

    memiliki nama lengkap Antonia Puji Widiastuti yang

    lahir di Banjarnegara, 20 Juni 1996. Penulis merupakan

    anak ketiga dari tiga bersaudara dari pasangan

    Andrianus Dalija dan Yuliana Wasriyani.

    Penulis menyelesaikan pendidikan formal di TK

    Pertiwi (2001-2002), SD Negeri 2 Purwanegara (2003-

    2008), SMP Santo Borromeus Purbalingga (2008-2011), SMA Negeri 1

    Banjarnegara (2011-2014), dan melanjutkan pendidikan S1 di Fakultas Farmasi

    Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Selama menjadi mahasiswa, penulis

    pernah menjadi asisten praktikum Peracikan Obat 2016, serta aktif dalam kegiatan

    kemahasiswaan seperti TITRASI 2015 sebagai anggota divisi hubungan

    masyarakat, TITRASI 2016 sebagai koordinator divisi hubungan masyarakat,

    Pharmacy 3on3 and dance Competition 2016 sebagai koordinator divisi publikasi

    dan dokumentasi. Selain itu penulis juga aktif dalam organisasi FKMKKP periode

    2015/2016 sebagai sekretaris II dan periode 2016/2017 sebagai sekretaris I .

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI