PERBEDAAN PRAKTIK MANAJEMEN LABA PADA BANK …

21
PERBEDAAN PRAKTIK MANAJEMEN LABA PADA BANK UMUM SYARIAH DAN BANK KONVENSIONAL (Studi Kasus pada Bank Umum Syariah dan Bank Konvensional yang terdaftar di BI tahun 2013-2015) Dhifa Kurniasari Anita Wijayanti Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG [email protected] ABSTRACT This study tries to identify the indication of earnings management practices in conventional and sharia banks and the differences between the two. The objects of this study are conventional and sharia banks listed in the Central Bank of Indonesia during 2013-2015. Using purposive sampling, 168 datas conventional banks and 30 datas sharia banks were selected as the sample. The earnings management is measured using discretionary accrual approach and Modified Jones Model. The data were analyzed through one sample t-test and independent sample t-test using SPSS. The result of this study shows that sharia banks are not likely to carry out earnings management because it has an average value of discretionary accruals very low, while conventional bank commit earnings management, which was shown by negative discretionary accrual values observable during the research period. However, there is no significant difference of earnings management between the two, because the difference in average value of discretionary accrual is very thin. This proves that earnings management is done to meet Central Bank of Indonesia regulations and not for opportunistic reasons. Keywords: earnings management, discretionary accrual, sharia bank, conventional bank PENDAHULUAN Manajemen laba adalah campur tangan dalam proses pelaporan keuangan eksternal dengan tujuan untuk menguntungkan diri sendiri. Manajemen laba adalah salah satu faktor yang dapat mengurangi kredibilitas laporan keuangan, manajemen laba menambah bias dalam laporan keuangan dan dapat mengganggu pemakai laporan keuangan yang mempercayai angka laba hasil rekayasa tersebut sebagai angka laba tanpa rekayasa (Setiawati dan Na’im, dikutip oleh Suryanto, 2014). Manajemen laba tidak selalu dikaitkan dengan upaya untuk memanipulasi laba data atau informasi akuntansi, tetapi lebih condong dikaitkan dengan

Transcript of PERBEDAAN PRAKTIK MANAJEMEN LABA PADA BANK …

Page 1: PERBEDAAN PRAKTIK MANAJEMEN LABA PADA BANK …

PERBEDAAN PRAKTIK MANAJEMEN LABA PADA BANK

UMUM SYARIAH DAN BANK KONVENSIONAL

(Studi Kasus pada Bank Umum Syariah dan Bank Konvensional

yang terdaftar di BI tahun 2013-2015)

Dhifa Kurniasari

Anita Wijayanti

Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis

UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG

[email protected]

ABSTRACT

This study tries to identify the indication of earnings management practices in

conventional and sharia banks and the differences between the two. The objects of

this study are conventional and sharia banks listed in the Central Bank of

Indonesia during 2013-2015. Using purposive sampling, 168 datas conventional

banks and 30 datas sharia banks were selected as the sample. The earnings

management is measured using discretionary accrual approach and Modified

Jones Model. The data were analyzed through one sample t-test and independent

sample t-test using SPSS. The result of this study shows that sharia banks are not

likely to carry out earnings management because it has an average value of

discretionary accruals very low, while conventional bank commit earnings

management, which was shown by negative discretionary accrual values

observable during the research period. However, there is no significant difference

of earnings management between the two, because the difference in average value

of discretionary accrual is very thin. This proves that earnings management is

done to meet Central Bank of Indonesia regulations and not for opportunistic

reasons.

Keywords: earnings management, discretionary accrual, sharia bank,

conventional bank

PENDAHULUAN

Manajemen laba adalah campur tangan dalam proses pelaporan keuangan

eksternal dengan tujuan untuk menguntungkan diri sendiri. Manajemen laba

adalah salah satu faktor yang dapat mengurangi kredibilitas laporan keuangan,

manajemen laba menambah bias dalam laporan keuangan dan dapat mengganggu

pemakai laporan keuangan yang mempercayai angka laba hasil rekayasa tersebut

sebagai angka laba tanpa rekayasa (Setiawati dan Na’im, dikutip oleh Suryanto,

2014). Manajemen laba tidak selalu dikaitkan dengan upaya untuk memanipulasi

laba data atau informasi akuntansi, tetapi lebih condong dikaitkan dengan

Page 2: PERBEDAAN PRAKTIK MANAJEMEN LABA PADA BANK …

pemilihan metode akuntansi yang secara sengaja dipilih oleh manajemen untuk

tujuan tertentu dalam batasan GAAP. Pihak-pihak yang kontra terhadap

manajemen laba, menganggap bahwa manajemen laba merupakan pengurangan

dalam keandalan informasi yang cukup akurat mengenai laba untuk mengevaluasi

return dan resiko portofolionya (Assih, dalam Suryanto, 2014).

Secara empiris, adanya manajemen laba di industri perbankan telah

dibuktikan oleh beberapa peneliti, salah satunya Nasution dan Setiawan (2007).

Nasution dan Setiawan (2007) dalam penelitiannya menemukan adanya indikasi

manajemen laba pada perbankan konvensional. Hasil penelitiannya menunjukkan

bahwa pada 5 periode tahun 2000 sampai dengan tahun 2004 perusahaan

perbankan di Indonesia melakukan tindak manajemen laba dengan pola

memaksimalkan labanya. Penelitian adanya indikasi praktik menajemen laba oleh

perbankan syariah juga telah dilakukan oleh beberapa peneliti, antara lain

Padmantyo (2010). Hasil penelitian Padmantyo (2010), menunjukkan total akrual

yang positif selama empat tahun dan negatif selama setahun, yang menjadi bukti

bahwa terdapat manajemen laba pada laporan keuangan Bank Syariah Mandiri

dan Bank Muamalat Indonesia selama lima tahun.

Pada umumnya, baik bank syariah maupun bank konvensional merupakan

salah satu lembaga keuangan yang memberikan alternatif sumber dana bagi

masyarakat, baik digunakan untuk pembiayaan jangka pendek maupun jangka

panjang. Bank syariah menggunakan mekanisme pembiayaan dan investasi yang

berbeda dengan bank konvensional (Yaya, dkk., 2009). Beberapa perbedaan lain

antara bank konvensional dan bank umum syariah adalah aturan bank umum

syariah yang lebih kompleks dibandingkan bank konvensional. Sesuai dengan

undang-undang no 21 tahun 2008 tentang perbankan syariah, bank syariah adalah

perbankan yang dalam menjalankan kegiatan usahanya berdasarkan prinsip

syariah, sehingga bank syariah tidak hanya teregulasi undang-undang perbankan

namun juga prinsip syariah yang kaitannya dengan agama. Penelitian ini bertujuan

untuk mengetahui apakah manajemen laba dilakukan pada bank konvensional dan

bank syariah serta apakah manajemen laba bank syariah lebih rendah dari bank

konvensional.

Page 3: PERBEDAAN PRAKTIK MANAJEMEN LABA PADA BANK …

TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS

Agency Theory

Perspektif hubungan keagenan merupakan dasar yang digunakkan untuk

memahami konsep manajemen laba.Menurut Salno dan Baridwan (2000:19)

penjelasan konsep manajemen laba menggunakan pendekatan teori keagenan

(agency theory) yang menyatakan bahwa praktek manajemen laba dipengaruhi

oleh konflik kepentingan antara manajemen (agent) dan pemilik modal (principal)

yang timbul karena setiap pihak berusaha untuk mencapai atau

mempertimbangkan tingkat kemakmuran yang dikehendakinya.

Agency Theory menurut Anthony dan Govindarajan (dikutip oleh Padmantyo,

2010), kata “agent” berarti mekanisme yang dihasilkan perusahaan produksi atau

perusahaan bisnis yang diatur.Pada dasarnya fungsi agen terkait dengan hubungan

antara aturan yang dilakukan.Anthony dan Govindarajan (dikutip oleh

Padmantyo, 2010)mengemukakan asumsi Agency Theory bahwa masing-masing

individu semata-mata termotivasi oleh kepentingan dirinya sendiri sehingga

menimbulkan konflik kepentingan antara principal dan agent. Principal

termotivasi mengadakan kontrak untuk mensejahterakan dirinya sendiri dengan

profitabilitas yang selalu meningkat, sedangkan agent termotivasi untuk

memaksimalkan pemenuhan kebutuhan ekonomis dan psikolognya.

Cara meminimalisir konflik yang terjadi antara prinsipal dan agen adalah

dengan mensejajarkan kepentingan antara keduanya. Beberapa cara lainnya untuk

mengurangi konflik kepentingan menurut Masdupi (2005), yaitu a) meningkatkan

kepemilikan saham oleh manajemen (insider ownership); b) pengawasan melalui

penggunaan hutang. Penambahan hutang dalam struktur modal dapat mengurangi

penggunaan saham sehingga meminimalisir biaya keagenan ekuitas; c)

institusional investor sebagai monitoring agent.Kerjasama antara principal dan

agen akan berjalan dengan baik serta saling menguntungkan apabila masing-

masing pihak mentaati komitmen yang telah disepakati di dalam kontrak kerja.

Kemungkinan untuk terjadi asimetri informasi pun juga akan berkurang. Namun

jika pihak agen merasa hak tidak sesuai dengan pengorbanan yang dilakukan

maka sangat mungkin bagi agen untuk melakukan manajemen laba maupun

praktik lain yang memberikan keuntungan besar bagi agen.

Page 4: PERBEDAAN PRAKTIK MANAJEMEN LABA PADA BANK …

Manajemen Laba

Schipper (1989: 92) menyatakan bahwa manajemen laba merupakan suatu

intervensi dengan tujuan tertentu dalam proses pelaporan keuangan eksternal,

untuk memperoleh beberapa keuntungan privat (sebagai lawan untuk

memudahkan operasi yang netral dari proses tersebut).Sedangkan Asih dan

Gudono (2000) mengemukakan manajemen laba adalah suatu proses yang

dilakukan dengan sengaja dalam batasan General Accepted Accounting Principles

(GAAP) untuk mengarah pada tingkatan laba yang dilaporkan.

Menurut Scott (2009: 406) terdapat beberapa faktor pendorong yang

melatarbelakangi terjadinya manajemen laba, yaitu:

1. Rencana Bonus (Bonus Scheme)

Manajer dengan rencana bonus akan menghindari metode akuntansi yang

mungkin melaporkan net income lebih rendah. Manajer menggunakan laba

akuntansi untuk menentukan besarnya bonus, cenderung memilih kebijakan

akuntansi yang dapat memaksimalkan laba.

2. Kontrak Utang Jangka Panjang (Debt Covenant)

Kontrak utang jangka panjang merupakan perjanjian untuk melindungi

pemberi pinjaman (lender atau kreditur) dari tindakan-tndakan manajer

terhadap kepentingan kreditur, seperti deviden yang berlebihan, pinjaman

tambahan, atau membiarkan modal kerja dan kekayaan pemilik berada

dibawah tingkat yang telah ditentukan yang mana semuanya menurunkan

keamanan atau menaikkan risiko bagi kreditur yang telah ada.

3. Motivasi Politis

Aspek politis tidak dapat dilepaskan dari perusahaan, khususnya perusahaan

besar dan strategis, karena aktivitasnya melibatkan hajat hidup orang banyak.

Perusahaan yang berkecimpung di bidang penyediaan fasilitas bagi

kepentingan orang banyak seperti listrik, air, telekomunikasi, dan sarana

infrastruktur, secara politis akan mendapat perhatian dari pemerintah dan

masyarakat. Perusahaan seperti ini cenderung menurunkan laba untuk

mengurangi visibilitasnya, khususnya selama periode kemakmuran tinggi.

Tindakan ini dilakukan untuk memperoleh kemudahan dan fasilitas dari

pemerintah misalnya subsidi.

Page 5: PERBEDAAN PRAKTIK MANAJEMEN LABA PADA BANK …

4. Motivasi Perpajakan

Perpajakan merupakan salah satu alasan utama mengapa perusahaan

mengurangi laba bersih yang dilaporkan. Dengan mengurangi laba yang

dilaporkan maka perusahaan dapat meminimalkan besarnya pajak yang harus

dibayarkan pemerintah.

5. Pergantian Direksi

Beragam motivasi timbul disekitar waktu pergantian direksi sebagai contoh,

direksi yang mendekati masa akhir penugasan atau pensiun akan melakukan

strategi memaksimalkan laba untuk meningkatkan bonusnya. Demikian juga

dengan direksi yang kurang berhasil memperbaiki kinerja perusahaan akan

cenderung memaksimalkan laba untuk mencegah atau membatalkan

pemecatannya.

6. Penawaran Perdana (Initial Public Offering)

Ketika perusahaan dinyatakan teleh go public, informasi keuangan yang ada

di dalam prospektus merupakan sumber informasi penting. Informasi ini

dapat digunakan sebagai sinyal kepada calon investor tentang nilai

perusahaan. Untuk mempengaruhi keputusan calon investor, maka manajer

berusaha menaikkan laba yang dilaporkan.

Bentuk-bentuk pengaturan laba menurut Scott (2009: 405), yaitu:

1. Taking a Bath

Taking a Bath disebut juga big baths, bisa terjadi selama periode dimana

terjadi dalam organisasi atau terjadi reorganisasi, misalnya penggantian

direksi. Jika teknik ini digunakan maka biaya-biaya yang ada pada periode

yang akan datang diakui pada periode berjalan. Ini dilakukan jika kondisi

yang tidak menguntungkan tidak bisa dihindari. Akibatnya, laba pada periode

yang akan datang menjadi tinggi meskipun kondisi tidak menguntungkan.

2. Income Minimization

Pola meminimumkan laba mungkin dilakukan karena motif politik atau motif

meminimumkan pajak. Cara ini dilakukan pada saat perusahaan memperoleh

profitabilitas yang tinggi dengan tujuan agar tidak mendapat perhatian secara

politis. Kebijakan yang diambil dapat berupa penghapusan (write off) atas

Page 6: PERBEDAAN PRAKTIK MANAJEMEN LABA PADA BANK …

barang-barang modal dan akyiva tak berwujud, pembebanan pengeluaran

iklan, riset, dan pengembangan yang cepat.

3. Income Maximization

Maksimalisasi laba bertujuan untuk memperoleh bonus yang lebih besar,

selain itu tindakan ini juga bisa dilakukan untuk menghindari pelanggaran

atas kontrak hutang jangka panjang (debt covenant)

4. Income Smoothing

Perusahaan umumnya lebih memilih untuk melaporkan trend pertumbuhan

laba yang stabil daripada menunjukkan perubahan laba yang meningkat atau

menurun secara drastis.

5. Timing Revenue dan Expenses Recognation

Teknik ini dilakukan dengan membuat kebijakan tertentu yang berkaitan

dengan timing suatu transaksi, misalnya pengakuan premature atas

pendapatan.

Model Pendeteksian Manajemen Laba

The Modified Jones Model (1995)

Model Jones yang dimodifikasi oleh Dechow, Sloan, dan Sweeney (1995)

dirancang untuk mengurangi kecenderungan terjadinya kesalahan model Jones,

ketika discretionary diterapkan pada pendapatan. Perubahan pendapatan

disesuaikan dengan perubahan piutang, karena dalam pendapatan atas penjualan

sudah tentu ada yang berasal dari penjualan secara kredit. Pengurangan terhadap

nilai piutang untuk menunjukkan bahwa pendapatan yang diterima benar-benar

merupakan pendapatan bersih (Dechow, Sloan, and Sweeny, 1995). Seperti yang

dilakukan Jones (1991), perhitungan dilakukan dengan menghitung total laba

akrual, kemudian memisahkan nondiscretionary accrual (tingkat laba akrual yang

wajar) dan discretionary accrual (tingkat laba yang tidak normal. Total akrual

merupakan selisih antara net income dengan cash flow operation yang dirumuskan

Dechow (dikutip oleh Sulistyanto, 2008) sebagai berikut:

TAit = NIt – CFOt

Dimana :

TAit = total akrual pada tahun t

NIit = laba bersih pada tahun t

CFO = kas dari operasi perusahaan pada tahun t

Page 7: PERBEDAAN PRAKTIK MANAJEMEN LABA PADA BANK …

Total akrual kemudian dirumuskan oleh Jones (1991) yang dimodifikasi oleh

Dechow et al (1995) sebagai berikut :

TAt/At-1 = 1(1/At-1) + 2(REVt/At-1 - RECt/At-1) + 3(PPEt/At-1) +t

Dimana :

TAt = total akrual pada tahun t

REVt = pendapatan pada tahun t dikurangi pendapatan tahun t-1

RECt = piutang pada tahun t dikurangi piutang tahun t-1

PPEt = property, plant, equipment perusahaan pada tahun t

At-1 = total aktiva tahun t-1

it = error term tahun t

Dengan meregresikan komponen-komponen diatas akan diketahui besarnya

koefisien 1, 2, dan 3 yang akan digunakan dalam menghitung non-

diskresioner (NDAt). Perhitungan untuk nondiscretionary accrual menurut model

Jones yang dimodifikasi kemudian dirumuskan sebagai berikut:

NDAt = 1(1/At-1) + 2(REVt/At-1 - RECt/ At-1) + 3(PPEt/ At-1)

Pengembangan Hipotesis

Praktik manajemen laba pada bank umum syariah dibuktikan dengan

penelitian Padmantyo (2010). Hasil penelitiannya menemukan bahwa pada

laporan keuangan perbankan syariah terdapat praktik manajemen laba. Hal ini

dibuktikan dengan hasil perhitungan rata-rata total akrual selama 5 tahun

pengamatan yang bernilai positif dan negatif. Dalam perspektif syariah sendiri

metode akrual diperbolehkan. Sesuai fatwa DSN no 14/DSN/MUI/IX/2000

tentang sistem distribusi bagi hasil usaha dalam lembaga keuangan syariah

ditetapkan bahwa pada prinsipnya Lembaga Keuangan Syariah (LKS) boleh

menggunakan sistem accrual basis maupun cash basis dalam administrasi

keuangan. Akrual sendiri merupakan metode akuntansi di mana penerimaan dan

pengeluaran diakui atau dicatat ketika transaksi terjadi, bukan ketika uang kas

diterima atau dibayarkan. Komponen akrual merupakan komponen yang tidak

memerlukan bukti kas secara fisik sehingga mempermainkan besar kecilnya

komponen akrual tidak harus disertai dengan kas yang diterima atau dikeluarkan

perusahaan. Hal tersebut menimbulkan kesempatan bagi manajemen untuk

mengelola akrualnya atau yang biasa disebut discretionary accrual.

H1: Bank Umum Syariah melakukan manajemen laba

Page 8: PERBEDAAN PRAKTIK MANAJEMEN LABA PADA BANK …

Praktik manajemen laba pada bank konvensional dibuktikan oleh temuan

Nasution dan Setiawan (2007).Nasution dan Setiawan (2007) dalam penelitiannya

menemukan adanya indikasi manajemen laba pada perbankan konvensional. Hasil

penelitiannya menunjukkan bahwa pada 5 periode tahun 2000 sampai dengan

tahun 2004 perusahaan perbankan di Indonesia melakukan tindak manajemen laba

dengan pola memaksimalkan labanya. Salah satu alasan perbankan melakukan

manajemen laba adalah ketatnya regulasi perbankan dibandingkan industri lain,

misalnya suatu bank harus memenuhi kriteria CAR (Capital Adequancy Ratio)

minimum.

H2: Bank Konvensional melakukan manajemen laba

Pada dasarnya, segala jenis usaha bertujuan untuk menghasilkan keuntungan

(profit oriented).Namun, bagi bank syariah dalam mencapai keuntungan tersebut

harus menghindari berbagai hal yang bertentangan dengan syariat islam.

Transaksi syariah menurut Pedoman Akuntansi Perbankan Syariah Indonesia

(PAPSI) seharusnya berasaskan pada prinsip persaudaraan (ukhuwah), keadilan

(‘adalah), kemaslahatan (maslahah), keseimbangan (tawazun), dan universalisme

(syumuliyah). Prinsip yang berkaitan erat dengan manajemen laba adalah prinsip

keadilan.Implementasi keadilan dalam kegiatan usaha berupa aturan prinsip

muamalah yang melarang adanya unsur-unsur seperti zalim, yaitu menempatkan

sesuatu tidak pada tempatnya dan gharar, yaitu transaksi yang mendukung unsur

ketidak jelasan, manipulasi, dan eksploitasi informasi.Di samping itu, dalam

struktur organisasi bank syariah terdapat Dewan Pengawas Syariah (DPS) selaku

pengawas yang bertugas mengawasi setiap kegiatan dari entitas syariah terkait

dengan pemenuhan aspek etika dan hukum syariah Islam.Dengan adanya regulasi

bank syariah yang lebih ketat, peneliti menduga bahwa manajemen laba bank

umum syariah lebih rendah daripada bank konvensional.Sebagai penguat dugaan,

hasil penelitian Quttainah(2011), menemukan bahwa praktik manajemen laba

yang dilakukan oleh perbankan syariah lebih rendah dari perbankan konvensional.

H3: Manajemen laba bank umum syariah lebih rendah daripada bank

konvensional

Page 9: PERBEDAAN PRAKTIK MANAJEMEN LABA PADA BANK …

METODE PENELITIAN

Penelitian yang dilakukan adalah penelitian komparatif yang bertujuan untuk

membandingkan antara satu hal dengan yang lain.Populasi yang digunakan dalam

penelitian ini adalah semua bank umum syariah serta bank konvensional yang

terdaftar di Bank Indonesia pada tahun 2013-2015.

Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan metode purposive

sampling yaitu suatu metode pengambilan sampel yang sesuai dengan kriteria

tertentu (Sekaran dan Bougie, 2013).

Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel

Variabel penelitian yang diambil dalam penelitian ini untuk mengetahui ada

atau tidaknya manajemen laba dapat diukur dengan pendekatan discretionary

accrual.Discretionary accrual merupakan proksi kebijakan akrual yang

digunakan oleh pihak manajemen perusahaan dalam memanipulasi laba yang

berkaitan dengan akrual. Akrual merupakan kejadian yang bersifat operasional

pada suatu tahun yang berpengaruh terhadap kas.

Langkah-langkah pengukuran manajemen laba dengan pendekatan

discretionary accrual berdasarkan model Jones yang telah dimodifikasi oleh

Dechow, Sloan, dan Sweeney (dikutip oleh Pramesti, 2013) adalah sebagai

berikut:

1. Menghitung Total Akrual

TAit = NIit - CFOit

Keterangan :

TA = total akrual perusahaan i pada periode t

NI = laba bersih perusahaan i pada periode t

CFO = arus kas operasiperusahaan i pada periode t

2. Menghitung total akrual yang telah di deflasi dengan aset total awal tahun

Modified Jones Model menaksir akrual total dideflasi dengan aset total

awal tahun untuk mengurangi heteroskedastisitas. Persamaan model

tersebut adalah sebagai berikut:

TAt/At-1 = 1(1/At-1) + 2(REVt/At-1 - RECt/At-1) + 3(PPEt/At-1) +t

Keterangan:

TAt = total akrual pada tahun t

REVt = pendapatan pada tahun t dikurangi pendapatan tahun t-1

RECt = piutang pada tahun t dikurangi piutang tahun t-1

PPEt = property, plant, equipment perusahaan pada tahun t

Page 10: PERBEDAAN PRAKTIK MANAJEMEN LABA PADA BANK …

At-1 = total aktiva tahun t-1

it = error term tahun t

3. Menghitung non-discretionary accrual (NDA)

Dengan meregresikan komponen-komponen pada tahap dua (2) akan

diketahui besarnya koefisien 1, 2, dan 3 yang akan digunakan dalam

menghitung non-diskresioner (NDAt). Perhitungan untuk

nondiscretionary accrual menurut model Jones yang dimodifikasi

kemudian dirumuskan sebagai berikut:

NDAt = 1(1/At-1) + 2(REVt/At-1 - RECt/ At-1) + 3(PPEt/ At-1)

Keterangan :

NDAt = Non diskresioner akrual tahun t

4. Penghitungan discretionary accrual (DA)

DAt = TAt/At-1– NDAt

Variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini adalah perubahan

pendapatan, perubahan piutang, Property, Plant, and Equipment (PPE), dan total

aktiva.

Teknik Analisis Data

1. Statistik Deskriptif

Statistik deskriptif digunakan untuk memberikan gambaran variabel-variabel

yang diteliti. Statistik deskriptif mencakup range, nilai minimum, nilai

maksimum, nilai rata-rata (mean), serta standar deviasi dari data discretionary

accrual selama tahun 2013-2015.

2. Uji Normalitas

Pengujian normalitas dilakukan menggunakan Kolmogorov-Smirnov Test.

Kriteria yang digunakan dalam tes ini adalah dengan membandingkan antara

tingkat signifikansi yang didapat dengan tingkat alpha yang digunakan, di

mana data tersebut dikatakan berdistribusi normal apabila sig. >alpha. Dalam

penelitian ini alpha ditetapkan sebesar 0.05.

3. One Sample T-Test

One Sample T-Test ini digunakan untuk menguji ada atau tidaknya

manajemen laba pada bank umum syariah dan bank konvensional. Tahapan

analisis untuk one sample t-test adalah sebagai berikut :

Page 11: PERBEDAAN PRAKTIK MANAJEMEN LABA PADA BANK …

a. Rumusan hipotesis

H0 : µDA ≥ 0

H1 dan H2 : µDA < 0

b. Dasar pengambilan keputusan

H0 diterima jika probabilitas (p value) > 0.05

H1 dan H2 diterima jika probabilitas (p value) < 0.05

4. Uji Beda

Tahapan analisis untuk parametric test (independent sample t-test),

adalah sebagai berikut :

a. Rumusan hipotesis

H0 : µBUS - µBK ≥ 0

H3 : µBUS - µBK < 0

b. Dasar pengambilan keputusan

H0 diterima jika probabilitas (p value) ≥ 0.05

H3 diterima jika probabilitas (p value) < 0.05

HASIL DAN PEMBAHASAN

Sampel yang digunakan dalam penelitian ini berjumlah 56 bank konvensional

dan 10 bank umum syariah selama 3 tahun berturut-turut. Pengambilan sampel

menggunakan metode purposive sampling dan sampel terpilih telah memenuhi

kriteria-kriteria yang telah ditentukan seperti perincian berikut ini :

Tabel 4.1

Pemilihan Sampel Bank Umum Syariah

Kriteria Jumlah

Data laporan keuangan Bank Umum

Syariah yang terdaftar di BI

12

Data laporan keuangan yang tidak

ditemukan dan tidak dinyatakan dalam

mata uang rupiah

(1)

Laporan keuangan belum diaudit dan data

tidak lengkap

(1)

Total 10

Total Sampel Penelitian selama 3 tahun 30

Sumber: Data dari website bank yang diolah, 2017

Page 12: PERBEDAAN PRAKTIK MANAJEMEN LABA PADA BANK …

Tabel 4.2

Pemilihan Sampel Bank Konvensional

Kriteria Jumlah

Data laporan keuangan bank umum yang

terdaftar di BI

77

Data laporan keuangan Bank Umum

Syariah yang terdaftar di BI

(12)

Data laporan keuangan yang tidak

ditemukan dan tidak dinyatakan dalam

mata uang rupiah

(9)

Laporan keuangan belum diaudit dan data

tidak lengkap

0

Total 56

Total Sampel Penelitian selama 3 tahun 168

Sumber: Data dari website bank yang diolah, 2017

Deskripsi Analisis Data

Analisis data digunakan untuk menjawab penelitian yang telah dirumuskan

sebelumnya. Penelitian ini menggunakan pendekatan discretionary accrual untuk

mengukur ada atau tidaknya manajemen laba yang terkandung dalam laporan

keuangan bank konvensional maupun bank umum syariah. Untuk mendapatkan

hasil perhitungan discretionary accrual padapenelitian ini menggunakan Modified

Jones Model (1995), adapun langkah-langkahnya adalah sebagai berikut:

1. Menghitung Total Akrual

TAit = NIit - CFOit

2. Menghitung total akrual yang telah di deflasi dengan aset total awal tahun.

Persamaan model tersebut adalah sebagai berikut:

TAt/At-1 = 1(1/At-1) + 2(REVt/At-1 - RECt/At-1) + 3(PPEt/At-1) +t

3. Menghitung non-discretionary accrual (NDA)

Dengan meregresikan komponen-komponen pada tahap dua (2) akan

diketahui besarnya koefisien 1, 2, dan 3 yang akan digunakan dalam

menghitung non-diskresioner (NDAt). Perhitungan untuk nondiscretionary

accrual menurut model Jones yang dimodifikasi kemudian dirumuskan

sebagai berikut:

NDAt = 1(1/At-1) + 2(REVt/At-1 - RECt/ At-1) + 3(PPEt/ At-1)

Hasil pengujian regresi linier berganda menyajikan data sebagai berikut:

Tabel 4.3

Page 13: PERBEDAAN PRAKTIK MANAJEMEN LABA PADA BANK …

Estimasi Koefisien Non-Discretionary Accrual

Model

Koefisien Standar

Bank Konvensional

Koefisien Standar Bank

Umum Syariah

Beta Beta

AKTIVA -0.116 0.044

REV.REC -0.124 0.277

PPE -0.111 -0.047

Sumber :Data output SPSS diolah

Dari hasil regresi bank konvensional dan bank umum syariah, diperoleh

koefisien yang digunakan untuk mencari nilai non-discretionary accrual.Oleh

karena itu model persamaan bank konvensional untuk menghitung non-

discretionary accrual adalah sebagai berikut:

NDAit = -0,116(1/Ait-1) + (-0,124)(REVit/Ait-1 - RECit/ Ait-1)

+(0,111)(PPEit/ Ait-1)

Sedangkan model persamaan bank umum syariah untuk menghitung non-

discretionary accrual adalah sebagai berikut:

NDAit = 0,044(1/Ait-1) + (0,277)(REVit/Ait-1 - RECit/ Ait-1)

+(-0,047)(PPEit/ Ait-1)

4. Mendapatkan hasil discretionary accrual

Discretionary accrual (DA) diperoleh dengan rumus:

DAt = TAit/Ait-1– NDAt

5. Setelah discretionary accrual diketahui hasilnya, maka dapat diketahui

ada atau tidaknya pengelolaan laba pada masing-masing bank. Hasil

perhitungan diskresioner akrual bank konvensional dan bank umum

syariah pada tahun 2013 hingga 2015 terlampir.

Berdasarkan hasil discretionary accrual dari Modified Jones Model (1995)

yang telah didapat maka dapat diasumsikan bahwa bank konvensional dan bank

umum syariah melakukan praktik manajemen laba.Praktik manajemen laba yang

dilakukan oleh bank dapat dilihat melalui kolom discretionary accrual yang

bernilai positif dan negatif. Nilai discretionary accrual yang positif menunjukkan

bahwa bank melakukan manajemen laba dengan cara menaikkan laba yang

dilaporkan. Sebaliknya, nilai discretionary accrual yang negatif menunjukkan

bahwa bank melakukan manajemen laba dengan cara menurunkan laba

Page 14: PERBEDAAN PRAKTIK MANAJEMEN LABA PADA BANK …

Deskripsi variabel yang digunakan adalah statistik deskriptif. Analisis

statistik deskriptif bertujuan untuk mendapatkan gambaran mengenai keseluruhan

data sampel penelitian, sehingga karakteristik suatu data dapat diketahui (Ghozali,

2013). Item statistik deskriptif dari penelitian ini yang digunakan adalah

maksimum, minimum, mean, dan standar deviasi.

Tabel 4.4

Statistik Deskriptif

Jenis Bank Statistik

Diskresioner

Akrual

Bank

Konvensional

Rata-rata -0.01729

Std. deviasi 0.0935

Minimum -0.4292

Maksimum 0.2603

Bank Umum

Syariah

Rata-rata 0.0054

Std. deviasi 0.0990

Minimum -0.337

Maksimum 0.2416

Sumber: Data output SPSS diolah

Statistik deskriptif diatas menunjukkan bahwa perilaku manajemen laba

pada bank konvensional dan bank umum syariah tergolong sangat rendah karena

nilai discretionary accrual masih berada di kisaran angka nol (0). Nilai rata-rata

discretionary accrual pada bank konvensional sebesar -0.01729 menunjukkan

bahwa bank konvensional mengelola laba dengan cara menurunkan laba.

Sedangkan bank umum syariah yang memiliki nilai rata-rata sebesar 0.0054

mengindikasikan bahwa bank umum syariah mengelola laba dengan cara

menaikkan laba.

Uji Normalitas Data

Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui distribusi data sampel yang

kemudian digunakan untuk menentukan teknik pengujian yang sesuai dengan

jenis distribusi data yang dimiliki. Teknik uji normalitas yang digunakan dalam

penelitian ini adalah Uji Kolmogorov-Smirnov.

Page 15: PERBEDAAN PRAKTIK MANAJEMEN LABA PADA BANK …

Tabel 4.5

Hasil Uji Normalitas

Jenis Data Asymp. Sig. (2-tailed) Alpha

Bank Konvensional 0.067 0.05

Bank Umum Syariah 0.560 0.05

Discretionary Accrual keseluruhan 0.329 0.05

Sumber: Data output SPSS diolah

Tabel diatas merupakan ringkasan hasil uji normalitas dengan menggunakan

Kolmogorov-Smirnov pada data penghitungan manajemen laba akrual bank

konvensional, bank umum syariah, serta discretionary accrual secara

keseluruhan.Berdasarkan hasil uji normalitas data, perolehan nilai asymp.sig (2-

tailed) dari ketiga jenis data > 0.05yaitu masing-masing sebesar 0.067; 0.560; dan

0.329. Ketiga jenis data dapat disimpulkan sebagai data berdistribusi normal.

Uji Hipotesis

Setelah diperoleh nilai discretionary accrual pada tahap sebelumnya sebagai

ukuran manajemen laba, selanjutnya akan dilakukan uji hipotesis denganone

sample t-test dan uji beda.

One Sample T-Test

One Sample T-Test digunakan untuk menguji ada atau tidaknya manajemen

laba pada bank umum syariah dan bank konvensional. H1 dan H2 yang diajukan

oleh peneliti adalah bank umum syariah dan bank konvensional melakukan

manajemen laba. Adapun hasil one sample t-test dari rata-rata discretionary

accrual pada kedua jenis bank adalah sebagai berikut

Tabel 4.6

Hasil One Sample T-Test

Jenis Data P value alpha

diskresioner akrual bank

umum syariah

0.763 0.05

diskresioner akrual bank

konvensional

0.018 0.05

Sumber: Data output SPSS diolah

Hasil one sample t-test pada diskresioner akrual bank umum syariah memiliki

nilai probabilitas (p value) 0.763 > 0.05, yang artinya H1 ditolak. Hasil tersebut

Page 16: PERBEDAAN PRAKTIK MANAJEMEN LABA PADA BANK …

mengindikasikan bahwa bank umum syariah tidak melakukan manajemen laba.

Sedangkan hasil one sample t-test pada diskresioner akrual bank konvensional

memiliki nilai probabilitas (p value) sebesar 0.018< 0.05, yang artinya H2

diterima. Hasil tersebut mengindikasikan bahwa bank konvensional melakukan

manajemen laba dengan pola menurunkan laba.

Independent Sample T-Test

H3 yang diajukan peneliti menyatakan bahwa tingkat manajemen laba bank

umum syariah lebih rendah dari bank konvensional.H3 diuji dengan melihat

perbedaan rata-rata discretionary accrual pada kedua jenis bank. Adapun hasil

dari uji bedadiscretionary accrual antara bank konvensional dan bank umum

syariah disajikan pada tabel dibawah ini.

Tabel 4.7

Hasil Uji Independent Sample t-test

Mean Bank

Konvensional

Mean Bank

Umum Syariah

Mean

Difference

T P value alpha

- 0,01729 0.005492 0.0227 1.218 0.1125 0.05

Sumber: Data output SPSS diolah

Hasil uji perbandingan rata-rataantara bank konvensional dan bank umum

syariah dengan menggunakan uji beda Independent Sample t-test adalah nilai

probabilitas (p value) sebesar 0.1125 ≥ 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa H3

ditolak, artinyatidak terdapat perbedaan yang signifikan pada tingkat manajemen

laba antara bank umum syariah dan bank konvensional. Pada uji one sample t-test

bank umum syariah tidak terindikasi melakukan manajemen laba karena sangat

rendahnya nilai rata-rata discretionary accrual, sedangkan bank konvensional

masih terindikasi melakukan manajemen laba, meski demikian pada uji

independent sample t-test tidak terdapat perbedaan yang signifikan terhadap nilai

rata-rata discretionary accrual kedua jenisbank dikarenakan selisih kedua rata-

rata discretionary accrual tersebut sangat tipis dan tidak signifikan.

Pembahasan

Berdasarkan hasil one sample t-test bank umum syariah tidak terindikasi

melakukan manajemen laba karena nilai rata-rata discretionary accrual yang

sangat rendah. Adanya peraturan yang lebih kompleks pada Pedoman Akuntansi

Perbankan Syariah Indonesia serta dengan adanya Dewan Pengawas Syariah,

Page 17: PERBEDAAN PRAKTIK MANAJEMEN LABA PADA BANK …

menjadikan bank umum syariah lebih aktif dalam menekan praktik manajemen

laba. Hasil penelitian saat ini menunjukkan bahwa bank umum syariah tidak

melakukan praktik manajemen laba yang sejalan dengan prinsip keadilan.

Implementasi keadilan dalam kegiatan usaha berupa aturan prinsip muamalah

yang melarang adanya unsur-unsur seperti zalim dan gharar (ketidak jelasan).

Dewan Pengawas Syariah (DPS) yaitu badan independen yang bertugas

melakukan pengarahan, pemberian konsultasi, melakukan evaluasi, dan

pengawasan kegiatan bank syariah dalam rangka memastikan kegiatan usaha bank

syariah tersebut mematuhi prinsip syariah sebagaimana telah ditentukan oleh

fatwa dan syariat islam. Keberadaan DPS seharusnya mampu mengurangi bahkan

menghilangkan tindakan manajemen laba di bank syariah. Dapat dibuktikan dari

hasil penelitian ini yang menunjukkan bahwa bank umum syariah tidak

melakukan manajemen laba, mengindikasikan bahwa keberadaan Dewan

Pengawas Syariah telah mampu mengurangi atau menghilangkan tindakan

manajemen laba di bank syariah.

Hasil one sample t-test bank konvensional mengindikasikan bahwa bank

konvensional melakukan praktik manajemen laba dengan pola menurunkan laba.

Hasil ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Nasution dan Setiawan

(2007) yang menemukan adanya indikasi manajemen laba pada perbankan

konvensional. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa pada 5 periode tahun 2000

sampai dengan tahun 2004 perusahaan perbankan di Indonesia melakukan tindak

manajemen laba dengan pola memaksimalkan labanya. Perilaku manajemen laba

pada bank konvensional dalam penelitian ini tergolong sangat rendah. Hal ini

membuktikan bahwa manajemen laba pada bank konvensional dilakukan bukan

karena alasan oportunistik atau demi kepentingan pribadi manajer. Bank

konvensional memilih menggunakan metode akuntansi yang dapat menurunkan

laba karena perusahaan yang memiliki tingkat laba yang tinggi dinilai akan

mendapat perhatian yang luas dari kalangan konsumen dan media yang nantinya

juga akan menarik perhatian pemerintah dan regulator sehingga menyebabkan

terjadinya biaya politis, diantaranya muncul intervensi pemerintah, pengenaan

pajak yang lebih tinggi, dan berbagai macam tuntutan lain yang meningkatkan

biaya politis. Beberapa kemungkinan alasan lain yang menjadi dasar bank

Page 18: PERBEDAAN PRAKTIK MANAJEMEN LABA PADA BANK …

konvensional melakukan praktik manajemen laba yaitu agar dapat meningkatkan

kepercayaan pemegang saham terhadap manajer, memperbaiki hubungan dengan

pihak kreditur, dapat menarik investor untuk menanamkan modalnya, serta untuk

memenuhi berbagai regulasi yang ditetapkan oleh Bank Indonesia ataupun badan

lain yang terkait.

Hasil uji independent sample t-test yang menyatakan tidak adanya perbedaan

yang signifikan pada praktik manajemen laba yang dilakukan oleh bank

konvensional dan bank umum syariah sejalan dengan temuan beberapa peneliti

terdahulu. Rahman (2012) menemukan bahwa perusahaan syariah dan perusahaan

non syariah tidak memiliki tingkat manajemen laba yang berbeda berdasarkan

beberapa ukuran manajemen laba. Nilai-nilai etika agama tidak dapat membatasi

manipulasi laba melalui transaksi ekonomi riil. Selain itu Andriani (2014)

mengungkapkan bahwa praktik manajemen laba bank umum syariah dan bank

konvensional tidak dapat dibedakan mana yang lebih baik dan mana yang lebih

buruk karena keduanya tidak memiliki perbedaan yang signifikan.

SIMPULAN, KETERBATASAN. DAN SARAN

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada atau tidaknya manajemen laba

pada bank umum syariah dan bank konvensional, serta ada atau tidaknya

perbedaan manajemen laba diantara kedua jenis bank tersebut.Penelitian ini gagal

mengindikasikan bank umum syariah melakukan manajemen laba.Hal ini

dikarenakan bank umum syariah memiliki nilai rata-rata discretionary accrual

yang sangat rendah.Penelitian ini mengindikasikan bahwa bank konvensional

melakukan praktik manajemen laba, namun dengan nilai yang rendah.Hal ini

menunjukkan bahwa bank konvensional melakukan manajemen laba bukan

karena alasan yang oportunis.

Dalam penelitian ini tidak menemukan adanya perbedaan yang signifikan

terhadap manajemen yang dilakukan oleh bank umum syariah dan bank

konvensional, karena kedua jenis bank memiliki selisih nilai rata-rata

discretionary accrual yang sangat tipis.

Penelitian ini memiliki beberapa kelemahan dan masih jauh dari sempurna.

Keterbatasan-keterbatasan penelitian tersebut diantaranya adalah adanya data

laporan keuangan yang tidak sinkron, sehingga berdampak pada validitas data.

Page 19: PERBEDAAN PRAKTIK MANAJEMEN LABA PADA BANK …

Beberapa data yang tidak sinkron menyebabkan ketidak tahuan peneliti manakah

data yang valid dan manakah data yang tidak valid.

Saran yang dapat diberikan untuk penelitian sejenis berikutnya, yaitu peneliti

selanjutnya diharapkan dapat memperoleh data secara lengkap dan valid walaupun

data tersebut didapatkan dengan mendatangi kantor perusahaan secara langsung,

agar hasil penelitian dapat merepresentasi populasi penelitian.

DAFTAR PUSTAKA

Abdurrachman, A. (1982). Ensiklopedia Ekonomi, Keuangan dan Perdagangan.

Jakarta: PT. Karya Octa Dynamic

Ahmad, N. (2015). Apakah Manajemen Laba Pada Bank Syariah Lebih Rendah

dari Bank Konvensional? (Skripsi Universitas Sebelas Maret, Surakarta).

Diakses dari http://digilib.uns.ac.id/dokumen/detail/45117/ Apakah-

Manajemen-Laba-Pada-Bank-Syariah-Lebih-Rendah-dari-Bank-

Konvensional.

Andriani, D. (2014). Perbedaan Manajemen Laba Bank Umum Syariah dengan

Bank Konvensional: Studi pada bank Umum Syariah dan Bank

Konvensional yang terdaftar di BEI tahun 2011-2012 (Skripsi Universitas

Widyatama, Indonesia). Diakses dari

http://repository.widyatama.ac.id/xmlui/handle/123456789/3531.

Antonio, M.S. (2001). Bank Syariah dari Teori ke Praktek. Jakarta Gema Insani

Empat.

Ardiati, A.Y. (2005). Pengaruh Manajemen Laba terhadap Perusahaan yang

diaudit oleh KAP big 5 dan KAP non big 5.Simposium Nasional Akuntansi

VI. Surabaya.

Arifah, D.A. (2012). Praktek Teori Agensi pada Entitas Publik dan Non Publik.

Prestasi, 9 (1), 95-95.

Assih, P. & Gundono. (2000). Hubungan Tindakan Perataan Laba dengan Reaksi

Pasar atas Pengumuman Informasi Laba Perusahaan yang Terdaftar di

Bursa Efek Jakarta. Jurnal Riset Akuntansi Indonesia. 3, 17-34.

Bank Indonesia.(2008). Pedoman Akuntansi Perbankan Indonesia.Jakarta: Bank

Indonesia.

Bank Indonesia.(2013). Pedoman Akuntansi Perbankan Syariah

Indonesia.Jakarta: Bank Indonesia.

Belkaoui, A.R. (2007). Accounting Theory(5th Edition). Jakarta: Salemba Empat.

Dewi, G. (2006). Hukum Perikatan Islam di Indonesia. Jakarta: Kencana

Faradila, A. & A.D. Cahyati. (2013). Analisis Manajemen Laba pada Perbankan

Syariah. Jurnal Riset Akuntansi Keuangan, IV, 57-54.

Harahap, S.S. (2001). Menuju Perumusan teori Akuntansi Islam. Jakarta: Pustaka

Quantum

Hendriksen, E.S. & M. Van Berda.(2002). Teori Akunting.Jakarta: Interaksara

Kamil, F.G. & Shinta D.H. (2016).Pengaruh Rasio CAMEL Terhadap Praktik

Manajemen Laba di Bank Umum Syariah (Studi Empiris pada Perusahaan

Perbankan Syariah yang Terdaftar di Indonesia 2012-2014).Jurnal

Akuntansi Bisnis dan Ekonomi, 02 (1), 347-360.

Page 20: PERBEDAAN PRAKTIK MANAJEMEN LABA PADA BANK …

Kustinah, S. (2011). Model Pendeteksian Manajemen Laba dan Pengaruhnya

terhadap Kapital Aset: Survei pada Perusahaan Manufaktur yang Tercatat

di BEI periode 2005-2009. Jurnal Akuntansi dan Keuangan, 16 (2), 125-

157.

Marzuqi, A.Y & A.B. Latif. (2010). Manajemen Laba dalam Tinjauan Etika

Bisnis Islam. Jurnal Dinamika Ekonomi dan Bisnis, 7 (1), 1-22.

Masdupi, E. (2005). Analisis Dampak Struktur Kepemilikan pada Kebijakan

Hutang dalam Mengontrol Konflik Keagenan.Jurnal Ekonomi Bisnis. 20

(1), 56-69.

Mulford, C.W. & E.E. Comiskey. (2010). The Financial Numbers Game. Jakarta:

PT. Ikrar Mandiriabadi

Mustam.(2012). Manajemen Laba (Earning Management) Dalam Tinjauan Etika

Islam.Jurnal Kajian Keislaman dan Pendidikan, 01 (2), 9-21.

Nasution, M. & D. Setiawan. (2007). Pengaruh Corporate Governance Terhadap

Manajemen Laba di Industri Perbankan Indonesia. Simposium Nasional

Akuntansi X. Unhas Makassar 26-28 Juli 2007.

Nur’aini, M. & S. Raharja. (2012). Studi Perbandingan Model Revenue dan Model

Accrual dalam Mendeteksi Manajemen Laba (Sudi pada Perusahaan

Manufaktur yang terdaftar di BEI tahun 2006-2010).Diponegoro Journal

of Accounting, 01 (1), 1-13.

Padmantyo, S. (2010). Analisis Manajemen Laba pada Laporan Keuangan

Perbankan Syariah (Studi pada bank Syariah Mandiri dan Bank Muamalat

Indonesia). BENEFIT Jurnal Manajemen dan Bisnis, 14 (2), 53-65

Pramesti, N.D. (2013). Analisis Perbandingan Manajemen Laba Sebelum dan

Sesudah Reformasi Pajak Penghasilan Badan Tahun 2008 Pada

Perusahaan Property dan Real Estate. (Skripsi Universitas Negeri

Semarang)

Puspitosari, L. (2015). Analisis Faktor-Faktor yang Berpengaruh Terhadap

Manajemen Laba pada Perbankan Syariah Periode 2010-2013. Jurnal

MIX, VI, 260-274.

Quttainah, M.A. (2011). Do Islamic Banks Employ Less Earnings Management?.

Egypt: The Economic Research Forum.

Rahayu, A. (2009). Praktik Manajemen Laba Terkait Peringkat Emisi

Obligasi.Simposium Nasional Akuntansi XIII. IAI.

Rahman, R.A. (2012). Religious Ethical Values and Earnings Quality: Some

Evidence from Malaysia (Tesis, Massey University, Albany, New

Zealand). Diakses dari

http://mro.massey.ac.nz/bitstream/handle/10179/3936/02_whole.pdf?seque

nce=1&isAllowed=y

Rahmawati., Yacob S., & Nurul Q. (2006). Pengaruh Asimetri Informasi terhadap

Praktik Manajemen Laba pada Perusahaan Publik yang terdaftar di

BEJ.Simposium Nasional Akuntansi IX di Padang.

Rahmawati. (2007). Model Pendeteksian Manajemen Laba pada Industri

Perbankan Publik di Indonesia dan Pengaruhnya terhadap Kinerja

Perbankan. Jurnal Akuntansi dan Manajemen, 18 (1), 23-34.

Rokhlinasari, S. (2014). Perbankan Syariah dan Manajemen Laba. Jurnal Kajian

Ekonomi dan Perbankan Syariah, 06 (1), 80-94.

Page 21: PERBEDAAN PRAKTIK MANAJEMEN LABA PADA BANK …

Salno, H.M. & Z. Baridwan. (2000). Analisis Perataan Penghasilan (Income

Smoothing): Faktor-Faktor yang Mempengaruhi dan Kaitannya dengan

Kinerja Saham Perusahaan Publik di Indonesia. Jurnal Riset Akuntansi

Indonesia, 03 (1), 17-34.

Sari, N.H & N. Ahmar. (2014). Revenue Discretionary Model Pengukuran

Manajemen Laba: Berdasarkan Sektor Industri Manufaktur di Bursa Efek

Indonesia. Jurnal Akuntansi dan Keuangan, 16(1), 43-51.

Scott, William R. (2009). Financial Accounting Theory, 5th

. International Edition,

United States: Pretince-Hall Inc.

Sekaran, U. dan R. Bougie. (2013). Research Methods for Business: A skill

Buliding Approach. Jakarta: Salemba Empat.

Setiawati, K. (2010). Pengaruh rasio CAMEL terhadap Praktik Manajemen Laba

di Bank Umum Syariah. Universitas Diponegoro Semarang.

Sholahuddin, M.. (2008). Lembaga Ekonomi dan Keuangan syariah

Kontemporer. Surakarta: Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Subekan, A. (2015). Mengenal Prinsip Dasar Bank Syariah. Artikel Keuangan

Umum. Diakses darihttp://www.bppk.kemenkeu.go.id/

Sulistyanto, S. (2008). Manajemen Laba Teori dan Model Empiris. Jakarta: PT.

Grasindo

Suryanto, T. (2014). Manajemen Laba Pada Bank Syariah di Indonesia: peran

Komite Audit dan dewan Pengawas Syariah. Kinerja, 18, 90-100

Suyatno, Thomas., D.T. Marala, Azhar A, Johan T.A., C.T.Y. Ananda, dan H.A.

Chalik. (2007). Kelembagaan Perbankan. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka

Utama.

Syahfandi, R. (2012). Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perataan Laba

Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif: Praktik Manajemen Laba pada

Perbankan Syariah di Indonesia.(Skripsi Program Sarjana Universitas

Diponegoro).

Trisnawati dan Susan. 2011. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perusahaan

Melakukan Auditor Switching. Jurnal Bisnis dan Akuntansi, 13 (2), 131-

144.

Ulum, I. & A. Juanda. (2016). Metodologi Penelitian Akuntansi: Klinik Skripsi

(edisi 2). Malang: Aditya Media Publishing.

Undang-Undang No 10 Tahun 1998 Tentang Perbankan Syariah.Diakses dari

www.bi.go.id

Undang-Undang No 21 Tahun 2008 Tentang Perbankan Syariah. Diakses dari

www.bi.go.id

Undang-Undang No. 14 Tahun 1967 Tentang Pokok-Pokok Perbankan. Diakses

dari www.bi.go.id

Utami, W. (2005). Pengaruh Manajeman Laba terhadap Biaya Modal Ekuitas

(Studi pada Perusahaan Publik Sektor Manufaktur). Simposium Nasional

Akuntansi VIII.

Wiroso, Harahap, S.S., & M. Yusuf. (2010). Akuntansi Perbankan Syariah: PSAK

Syariah Baru. Jakarta: LPFE Usakti.

Yaya, R., Aji E.M., dan Ahim A. (2009). Akuntansi Perbankan Syariah. Jakarta:

Salemba Empat.