PERBEDAAN PRAKTIK MANAJEMEN LABA PADA BANK …
Transcript of PERBEDAAN PRAKTIK MANAJEMEN LABA PADA BANK …
PERBEDAAN PRAKTIK MANAJEMEN LABA PADA BANK
UMUM SYARIAH DAN BANK KONVENSIONAL
(Studi Kasus pada Bank Umum Syariah dan Bank Konvensional
yang terdaftar di BI tahun 2013-2015)
Dhifa Kurniasari
Anita Wijayanti
Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis
UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG
ABSTRACT
This study tries to identify the indication of earnings management practices in
conventional and sharia banks and the differences between the two. The objects of
this study are conventional and sharia banks listed in the Central Bank of
Indonesia during 2013-2015. Using purposive sampling, 168 datas conventional
banks and 30 datas sharia banks were selected as the sample. The earnings
management is measured using discretionary accrual approach and Modified
Jones Model. The data were analyzed through one sample t-test and independent
sample t-test using SPSS. The result of this study shows that sharia banks are not
likely to carry out earnings management because it has an average value of
discretionary accruals very low, while conventional bank commit earnings
management, which was shown by negative discretionary accrual values
observable during the research period. However, there is no significant difference
of earnings management between the two, because the difference in average value
of discretionary accrual is very thin. This proves that earnings management is
done to meet Central Bank of Indonesia regulations and not for opportunistic
reasons.
Keywords: earnings management, discretionary accrual, sharia bank,
conventional bank
PENDAHULUAN
Manajemen laba adalah campur tangan dalam proses pelaporan keuangan
eksternal dengan tujuan untuk menguntungkan diri sendiri. Manajemen laba
adalah salah satu faktor yang dapat mengurangi kredibilitas laporan keuangan,
manajemen laba menambah bias dalam laporan keuangan dan dapat mengganggu
pemakai laporan keuangan yang mempercayai angka laba hasil rekayasa tersebut
sebagai angka laba tanpa rekayasa (Setiawati dan Na’im, dikutip oleh Suryanto,
2014). Manajemen laba tidak selalu dikaitkan dengan upaya untuk memanipulasi
laba data atau informasi akuntansi, tetapi lebih condong dikaitkan dengan
pemilihan metode akuntansi yang secara sengaja dipilih oleh manajemen untuk
tujuan tertentu dalam batasan GAAP. Pihak-pihak yang kontra terhadap
manajemen laba, menganggap bahwa manajemen laba merupakan pengurangan
dalam keandalan informasi yang cukup akurat mengenai laba untuk mengevaluasi
return dan resiko portofolionya (Assih, dalam Suryanto, 2014).
Secara empiris, adanya manajemen laba di industri perbankan telah
dibuktikan oleh beberapa peneliti, salah satunya Nasution dan Setiawan (2007).
Nasution dan Setiawan (2007) dalam penelitiannya menemukan adanya indikasi
manajemen laba pada perbankan konvensional. Hasil penelitiannya menunjukkan
bahwa pada 5 periode tahun 2000 sampai dengan tahun 2004 perusahaan
perbankan di Indonesia melakukan tindak manajemen laba dengan pola
memaksimalkan labanya. Penelitian adanya indikasi praktik menajemen laba oleh
perbankan syariah juga telah dilakukan oleh beberapa peneliti, antara lain
Padmantyo (2010). Hasil penelitian Padmantyo (2010), menunjukkan total akrual
yang positif selama empat tahun dan negatif selama setahun, yang menjadi bukti
bahwa terdapat manajemen laba pada laporan keuangan Bank Syariah Mandiri
dan Bank Muamalat Indonesia selama lima tahun.
Pada umumnya, baik bank syariah maupun bank konvensional merupakan
salah satu lembaga keuangan yang memberikan alternatif sumber dana bagi
masyarakat, baik digunakan untuk pembiayaan jangka pendek maupun jangka
panjang. Bank syariah menggunakan mekanisme pembiayaan dan investasi yang
berbeda dengan bank konvensional (Yaya, dkk., 2009). Beberapa perbedaan lain
antara bank konvensional dan bank umum syariah adalah aturan bank umum
syariah yang lebih kompleks dibandingkan bank konvensional. Sesuai dengan
undang-undang no 21 tahun 2008 tentang perbankan syariah, bank syariah adalah
perbankan yang dalam menjalankan kegiatan usahanya berdasarkan prinsip
syariah, sehingga bank syariah tidak hanya teregulasi undang-undang perbankan
namun juga prinsip syariah yang kaitannya dengan agama. Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui apakah manajemen laba dilakukan pada bank konvensional dan
bank syariah serta apakah manajemen laba bank syariah lebih rendah dari bank
konvensional.
TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS
Agency Theory
Perspektif hubungan keagenan merupakan dasar yang digunakkan untuk
memahami konsep manajemen laba.Menurut Salno dan Baridwan (2000:19)
penjelasan konsep manajemen laba menggunakan pendekatan teori keagenan
(agency theory) yang menyatakan bahwa praktek manajemen laba dipengaruhi
oleh konflik kepentingan antara manajemen (agent) dan pemilik modal (principal)
yang timbul karena setiap pihak berusaha untuk mencapai atau
mempertimbangkan tingkat kemakmuran yang dikehendakinya.
Agency Theory menurut Anthony dan Govindarajan (dikutip oleh Padmantyo,
2010), kata “agent” berarti mekanisme yang dihasilkan perusahaan produksi atau
perusahaan bisnis yang diatur.Pada dasarnya fungsi agen terkait dengan hubungan
antara aturan yang dilakukan.Anthony dan Govindarajan (dikutip oleh
Padmantyo, 2010)mengemukakan asumsi Agency Theory bahwa masing-masing
individu semata-mata termotivasi oleh kepentingan dirinya sendiri sehingga
menimbulkan konflik kepentingan antara principal dan agent. Principal
termotivasi mengadakan kontrak untuk mensejahterakan dirinya sendiri dengan
profitabilitas yang selalu meningkat, sedangkan agent termotivasi untuk
memaksimalkan pemenuhan kebutuhan ekonomis dan psikolognya.
Cara meminimalisir konflik yang terjadi antara prinsipal dan agen adalah
dengan mensejajarkan kepentingan antara keduanya. Beberapa cara lainnya untuk
mengurangi konflik kepentingan menurut Masdupi (2005), yaitu a) meningkatkan
kepemilikan saham oleh manajemen (insider ownership); b) pengawasan melalui
penggunaan hutang. Penambahan hutang dalam struktur modal dapat mengurangi
penggunaan saham sehingga meminimalisir biaya keagenan ekuitas; c)
institusional investor sebagai monitoring agent.Kerjasama antara principal dan
agen akan berjalan dengan baik serta saling menguntungkan apabila masing-
masing pihak mentaati komitmen yang telah disepakati di dalam kontrak kerja.
Kemungkinan untuk terjadi asimetri informasi pun juga akan berkurang. Namun
jika pihak agen merasa hak tidak sesuai dengan pengorbanan yang dilakukan
maka sangat mungkin bagi agen untuk melakukan manajemen laba maupun
praktik lain yang memberikan keuntungan besar bagi agen.
Manajemen Laba
Schipper (1989: 92) menyatakan bahwa manajemen laba merupakan suatu
intervensi dengan tujuan tertentu dalam proses pelaporan keuangan eksternal,
untuk memperoleh beberapa keuntungan privat (sebagai lawan untuk
memudahkan operasi yang netral dari proses tersebut).Sedangkan Asih dan
Gudono (2000) mengemukakan manajemen laba adalah suatu proses yang
dilakukan dengan sengaja dalam batasan General Accepted Accounting Principles
(GAAP) untuk mengarah pada tingkatan laba yang dilaporkan.
Menurut Scott (2009: 406) terdapat beberapa faktor pendorong yang
melatarbelakangi terjadinya manajemen laba, yaitu:
1. Rencana Bonus (Bonus Scheme)
Manajer dengan rencana bonus akan menghindari metode akuntansi yang
mungkin melaporkan net income lebih rendah. Manajer menggunakan laba
akuntansi untuk menentukan besarnya bonus, cenderung memilih kebijakan
akuntansi yang dapat memaksimalkan laba.
2. Kontrak Utang Jangka Panjang (Debt Covenant)
Kontrak utang jangka panjang merupakan perjanjian untuk melindungi
pemberi pinjaman (lender atau kreditur) dari tindakan-tndakan manajer
terhadap kepentingan kreditur, seperti deviden yang berlebihan, pinjaman
tambahan, atau membiarkan modal kerja dan kekayaan pemilik berada
dibawah tingkat yang telah ditentukan yang mana semuanya menurunkan
keamanan atau menaikkan risiko bagi kreditur yang telah ada.
3. Motivasi Politis
Aspek politis tidak dapat dilepaskan dari perusahaan, khususnya perusahaan
besar dan strategis, karena aktivitasnya melibatkan hajat hidup orang banyak.
Perusahaan yang berkecimpung di bidang penyediaan fasilitas bagi
kepentingan orang banyak seperti listrik, air, telekomunikasi, dan sarana
infrastruktur, secara politis akan mendapat perhatian dari pemerintah dan
masyarakat. Perusahaan seperti ini cenderung menurunkan laba untuk
mengurangi visibilitasnya, khususnya selama periode kemakmuran tinggi.
Tindakan ini dilakukan untuk memperoleh kemudahan dan fasilitas dari
pemerintah misalnya subsidi.
4. Motivasi Perpajakan
Perpajakan merupakan salah satu alasan utama mengapa perusahaan
mengurangi laba bersih yang dilaporkan. Dengan mengurangi laba yang
dilaporkan maka perusahaan dapat meminimalkan besarnya pajak yang harus
dibayarkan pemerintah.
5. Pergantian Direksi
Beragam motivasi timbul disekitar waktu pergantian direksi sebagai contoh,
direksi yang mendekati masa akhir penugasan atau pensiun akan melakukan
strategi memaksimalkan laba untuk meningkatkan bonusnya. Demikian juga
dengan direksi yang kurang berhasil memperbaiki kinerja perusahaan akan
cenderung memaksimalkan laba untuk mencegah atau membatalkan
pemecatannya.
6. Penawaran Perdana (Initial Public Offering)
Ketika perusahaan dinyatakan teleh go public, informasi keuangan yang ada
di dalam prospektus merupakan sumber informasi penting. Informasi ini
dapat digunakan sebagai sinyal kepada calon investor tentang nilai
perusahaan. Untuk mempengaruhi keputusan calon investor, maka manajer
berusaha menaikkan laba yang dilaporkan.
Bentuk-bentuk pengaturan laba menurut Scott (2009: 405), yaitu:
1. Taking a Bath
Taking a Bath disebut juga big baths, bisa terjadi selama periode dimana
terjadi dalam organisasi atau terjadi reorganisasi, misalnya penggantian
direksi. Jika teknik ini digunakan maka biaya-biaya yang ada pada periode
yang akan datang diakui pada periode berjalan. Ini dilakukan jika kondisi
yang tidak menguntungkan tidak bisa dihindari. Akibatnya, laba pada periode
yang akan datang menjadi tinggi meskipun kondisi tidak menguntungkan.
2. Income Minimization
Pola meminimumkan laba mungkin dilakukan karena motif politik atau motif
meminimumkan pajak. Cara ini dilakukan pada saat perusahaan memperoleh
profitabilitas yang tinggi dengan tujuan agar tidak mendapat perhatian secara
politis. Kebijakan yang diambil dapat berupa penghapusan (write off) atas
barang-barang modal dan akyiva tak berwujud, pembebanan pengeluaran
iklan, riset, dan pengembangan yang cepat.
3. Income Maximization
Maksimalisasi laba bertujuan untuk memperoleh bonus yang lebih besar,
selain itu tindakan ini juga bisa dilakukan untuk menghindari pelanggaran
atas kontrak hutang jangka panjang (debt covenant)
4. Income Smoothing
Perusahaan umumnya lebih memilih untuk melaporkan trend pertumbuhan
laba yang stabil daripada menunjukkan perubahan laba yang meningkat atau
menurun secara drastis.
5. Timing Revenue dan Expenses Recognation
Teknik ini dilakukan dengan membuat kebijakan tertentu yang berkaitan
dengan timing suatu transaksi, misalnya pengakuan premature atas
pendapatan.
Model Pendeteksian Manajemen Laba
The Modified Jones Model (1995)
Model Jones yang dimodifikasi oleh Dechow, Sloan, dan Sweeney (1995)
dirancang untuk mengurangi kecenderungan terjadinya kesalahan model Jones,
ketika discretionary diterapkan pada pendapatan. Perubahan pendapatan
disesuaikan dengan perubahan piutang, karena dalam pendapatan atas penjualan
sudah tentu ada yang berasal dari penjualan secara kredit. Pengurangan terhadap
nilai piutang untuk menunjukkan bahwa pendapatan yang diterima benar-benar
merupakan pendapatan bersih (Dechow, Sloan, and Sweeny, 1995). Seperti yang
dilakukan Jones (1991), perhitungan dilakukan dengan menghitung total laba
akrual, kemudian memisahkan nondiscretionary accrual (tingkat laba akrual yang
wajar) dan discretionary accrual (tingkat laba yang tidak normal. Total akrual
merupakan selisih antara net income dengan cash flow operation yang dirumuskan
Dechow (dikutip oleh Sulistyanto, 2008) sebagai berikut:
TAit = NIt – CFOt
Dimana :
TAit = total akrual pada tahun t
NIit = laba bersih pada tahun t
CFO = kas dari operasi perusahaan pada tahun t
Total akrual kemudian dirumuskan oleh Jones (1991) yang dimodifikasi oleh
Dechow et al (1995) sebagai berikut :
TAt/At-1 = 1(1/At-1) + 2(REVt/At-1 - RECt/At-1) + 3(PPEt/At-1) +t
Dimana :
TAt = total akrual pada tahun t
REVt = pendapatan pada tahun t dikurangi pendapatan tahun t-1
RECt = piutang pada tahun t dikurangi piutang tahun t-1
PPEt = property, plant, equipment perusahaan pada tahun t
At-1 = total aktiva tahun t-1
it = error term tahun t
Dengan meregresikan komponen-komponen diatas akan diketahui besarnya
koefisien 1, 2, dan 3 yang akan digunakan dalam menghitung non-
diskresioner (NDAt). Perhitungan untuk nondiscretionary accrual menurut model
Jones yang dimodifikasi kemudian dirumuskan sebagai berikut:
NDAt = 1(1/At-1) + 2(REVt/At-1 - RECt/ At-1) + 3(PPEt/ At-1)
Pengembangan Hipotesis
Praktik manajemen laba pada bank umum syariah dibuktikan dengan
penelitian Padmantyo (2010). Hasil penelitiannya menemukan bahwa pada
laporan keuangan perbankan syariah terdapat praktik manajemen laba. Hal ini
dibuktikan dengan hasil perhitungan rata-rata total akrual selama 5 tahun
pengamatan yang bernilai positif dan negatif. Dalam perspektif syariah sendiri
metode akrual diperbolehkan. Sesuai fatwa DSN no 14/DSN/MUI/IX/2000
tentang sistem distribusi bagi hasil usaha dalam lembaga keuangan syariah
ditetapkan bahwa pada prinsipnya Lembaga Keuangan Syariah (LKS) boleh
menggunakan sistem accrual basis maupun cash basis dalam administrasi
keuangan. Akrual sendiri merupakan metode akuntansi di mana penerimaan dan
pengeluaran diakui atau dicatat ketika transaksi terjadi, bukan ketika uang kas
diterima atau dibayarkan. Komponen akrual merupakan komponen yang tidak
memerlukan bukti kas secara fisik sehingga mempermainkan besar kecilnya
komponen akrual tidak harus disertai dengan kas yang diterima atau dikeluarkan
perusahaan. Hal tersebut menimbulkan kesempatan bagi manajemen untuk
mengelola akrualnya atau yang biasa disebut discretionary accrual.
H1: Bank Umum Syariah melakukan manajemen laba
Praktik manajemen laba pada bank konvensional dibuktikan oleh temuan
Nasution dan Setiawan (2007).Nasution dan Setiawan (2007) dalam penelitiannya
menemukan adanya indikasi manajemen laba pada perbankan konvensional. Hasil
penelitiannya menunjukkan bahwa pada 5 periode tahun 2000 sampai dengan
tahun 2004 perusahaan perbankan di Indonesia melakukan tindak manajemen laba
dengan pola memaksimalkan labanya. Salah satu alasan perbankan melakukan
manajemen laba adalah ketatnya regulasi perbankan dibandingkan industri lain,
misalnya suatu bank harus memenuhi kriteria CAR (Capital Adequancy Ratio)
minimum.
H2: Bank Konvensional melakukan manajemen laba
Pada dasarnya, segala jenis usaha bertujuan untuk menghasilkan keuntungan
(profit oriented).Namun, bagi bank syariah dalam mencapai keuntungan tersebut
harus menghindari berbagai hal yang bertentangan dengan syariat islam.
Transaksi syariah menurut Pedoman Akuntansi Perbankan Syariah Indonesia
(PAPSI) seharusnya berasaskan pada prinsip persaudaraan (ukhuwah), keadilan
(‘adalah), kemaslahatan (maslahah), keseimbangan (tawazun), dan universalisme
(syumuliyah). Prinsip yang berkaitan erat dengan manajemen laba adalah prinsip
keadilan.Implementasi keadilan dalam kegiatan usaha berupa aturan prinsip
muamalah yang melarang adanya unsur-unsur seperti zalim, yaitu menempatkan
sesuatu tidak pada tempatnya dan gharar, yaitu transaksi yang mendukung unsur
ketidak jelasan, manipulasi, dan eksploitasi informasi.Di samping itu, dalam
struktur organisasi bank syariah terdapat Dewan Pengawas Syariah (DPS) selaku
pengawas yang bertugas mengawasi setiap kegiatan dari entitas syariah terkait
dengan pemenuhan aspek etika dan hukum syariah Islam.Dengan adanya regulasi
bank syariah yang lebih ketat, peneliti menduga bahwa manajemen laba bank
umum syariah lebih rendah daripada bank konvensional.Sebagai penguat dugaan,
hasil penelitian Quttainah(2011), menemukan bahwa praktik manajemen laba
yang dilakukan oleh perbankan syariah lebih rendah dari perbankan konvensional.
H3: Manajemen laba bank umum syariah lebih rendah daripada bank
konvensional
METODE PENELITIAN
Penelitian yang dilakukan adalah penelitian komparatif yang bertujuan untuk
membandingkan antara satu hal dengan yang lain.Populasi yang digunakan dalam
penelitian ini adalah semua bank umum syariah serta bank konvensional yang
terdaftar di Bank Indonesia pada tahun 2013-2015.
Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan metode purposive
sampling yaitu suatu metode pengambilan sampel yang sesuai dengan kriteria
tertentu (Sekaran dan Bougie, 2013).
Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel
Variabel penelitian yang diambil dalam penelitian ini untuk mengetahui ada
atau tidaknya manajemen laba dapat diukur dengan pendekatan discretionary
accrual.Discretionary accrual merupakan proksi kebijakan akrual yang
digunakan oleh pihak manajemen perusahaan dalam memanipulasi laba yang
berkaitan dengan akrual. Akrual merupakan kejadian yang bersifat operasional
pada suatu tahun yang berpengaruh terhadap kas.
Langkah-langkah pengukuran manajemen laba dengan pendekatan
discretionary accrual berdasarkan model Jones yang telah dimodifikasi oleh
Dechow, Sloan, dan Sweeney (dikutip oleh Pramesti, 2013) adalah sebagai
berikut:
1. Menghitung Total Akrual
TAit = NIit - CFOit
Keterangan :
TA = total akrual perusahaan i pada periode t
NI = laba bersih perusahaan i pada periode t
CFO = arus kas operasiperusahaan i pada periode t
2. Menghitung total akrual yang telah di deflasi dengan aset total awal tahun
Modified Jones Model menaksir akrual total dideflasi dengan aset total
awal tahun untuk mengurangi heteroskedastisitas. Persamaan model
tersebut adalah sebagai berikut:
TAt/At-1 = 1(1/At-1) + 2(REVt/At-1 - RECt/At-1) + 3(PPEt/At-1) +t
Keterangan:
TAt = total akrual pada tahun t
REVt = pendapatan pada tahun t dikurangi pendapatan tahun t-1
RECt = piutang pada tahun t dikurangi piutang tahun t-1
PPEt = property, plant, equipment perusahaan pada tahun t
At-1 = total aktiva tahun t-1
it = error term tahun t
3. Menghitung non-discretionary accrual (NDA)
Dengan meregresikan komponen-komponen pada tahap dua (2) akan
diketahui besarnya koefisien 1, 2, dan 3 yang akan digunakan dalam
menghitung non-diskresioner (NDAt). Perhitungan untuk
nondiscretionary accrual menurut model Jones yang dimodifikasi
kemudian dirumuskan sebagai berikut:
NDAt = 1(1/At-1) + 2(REVt/At-1 - RECt/ At-1) + 3(PPEt/ At-1)
Keterangan :
NDAt = Non diskresioner akrual tahun t
4. Penghitungan discretionary accrual (DA)
DAt = TAt/At-1– NDAt
Variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini adalah perubahan
pendapatan, perubahan piutang, Property, Plant, and Equipment (PPE), dan total
aktiva.
Teknik Analisis Data
1. Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif digunakan untuk memberikan gambaran variabel-variabel
yang diteliti. Statistik deskriptif mencakup range, nilai minimum, nilai
maksimum, nilai rata-rata (mean), serta standar deviasi dari data discretionary
accrual selama tahun 2013-2015.
2. Uji Normalitas
Pengujian normalitas dilakukan menggunakan Kolmogorov-Smirnov Test.
Kriteria yang digunakan dalam tes ini adalah dengan membandingkan antara
tingkat signifikansi yang didapat dengan tingkat alpha yang digunakan, di
mana data tersebut dikatakan berdistribusi normal apabila sig. >alpha. Dalam
penelitian ini alpha ditetapkan sebesar 0.05.
3. One Sample T-Test
One Sample T-Test ini digunakan untuk menguji ada atau tidaknya
manajemen laba pada bank umum syariah dan bank konvensional. Tahapan
analisis untuk one sample t-test adalah sebagai berikut :
a. Rumusan hipotesis
H0 : µDA ≥ 0
H1 dan H2 : µDA < 0
b. Dasar pengambilan keputusan
H0 diterima jika probabilitas (p value) > 0.05
H1 dan H2 diterima jika probabilitas (p value) < 0.05
4. Uji Beda
Tahapan analisis untuk parametric test (independent sample t-test),
adalah sebagai berikut :
a. Rumusan hipotesis
H0 : µBUS - µBK ≥ 0
H3 : µBUS - µBK < 0
b. Dasar pengambilan keputusan
H0 diterima jika probabilitas (p value) ≥ 0.05
H3 diterima jika probabilitas (p value) < 0.05
HASIL DAN PEMBAHASAN
Sampel yang digunakan dalam penelitian ini berjumlah 56 bank konvensional
dan 10 bank umum syariah selama 3 tahun berturut-turut. Pengambilan sampel
menggunakan metode purposive sampling dan sampel terpilih telah memenuhi
kriteria-kriteria yang telah ditentukan seperti perincian berikut ini :
Tabel 4.1
Pemilihan Sampel Bank Umum Syariah
Kriteria Jumlah
Data laporan keuangan Bank Umum
Syariah yang terdaftar di BI
12
Data laporan keuangan yang tidak
ditemukan dan tidak dinyatakan dalam
mata uang rupiah
(1)
Laporan keuangan belum diaudit dan data
tidak lengkap
(1)
Total 10
Total Sampel Penelitian selama 3 tahun 30
Sumber: Data dari website bank yang diolah, 2017
Tabel 4.2
Pemilihan Sampel Bank Konvensional
Kriteria Jumlah
Data laporan keuangan bank umum yang
terdaftar di BI
77
Data laporan keuangan Bank Umum
Syariah yang terdaftar di BI
(12)
Data laporan keuangan yang tidak
ditemukan dan tidak dinyatakan dalam
mata uang rupiah
(9)
Laporan keuangan belum diaudit dan data
tidak lengkap
0
Total 56
Total Sampel Penelitian selama 3 tahun 168
Sumber: Data dari website bank yang diolah, 2017
Deskripsi Analisis Data
Analisis data digunakan untuk menjawab penelitian yang telah dirumuskan
sebelumnya. Penelitian ini menggunakan pendekatan discretionary accrual untuk
mengukur ada atau tidaknya manajemen laba yang terkandung dalam laporan
keuangan bank konvensional maupun bank umum syariah. Untuk mendapatkan
hasil perhitungan discretionary accrual padapenelitian ini menggunakan Modified
Jones Model (1995), adapun langkah-langkahnya adalah sebagai berikut:
1. Menghitung Total Akrual
TAit = NIit - CFOit
2. Menghitung total akrual yang telah di deflasi dengan aset total awal tahun.
Persamaan model tersebut adalah sebagai berikut:
TAt/At-1 = 1(1/At-1) + 2(REVt/At-1 - RECt/At-1) + 3(PPEt/At-1) +t
3. Menghitung non-discretionary accrual (NDA)
Dengan meregresikan komponen-komponen pada tahap dua (2) akan
diketahui besarnya koefisien 1, 2, dan 3 yang akan digunakan dalam
menghitung non-diskresioner (NDAt). Perhitungan untuk nondiscretionary
accrual menurut model Jones yang dimodifikasi kemudian dirumuskan
sebagai berikut:
NDAt = 1(1/At-1) + 2(REVt/At-1 - RECt/ At-1) + 3(PPEt/ At-1)
Hasil pengujian regresi linier berganda menyajikan data sebagai berikut:
Tabel 4.3
Estimasi Koefisien Non-Discretionary Accrual
Model
Koefisien Standar
Bank Konvensional
Koefisien Standar Bank
Umum Syariah
Beta Beta
AKTIVA -0.116 0.044
REV.REC -0.124 0.277
PPE -0.111 -0.047
Sumber :Data output SPSS diolah
Dari hasil regresi bank konvensional dan bank umum syariah, diperoleh
koefisien yang digunakan untuk mencari nilai non-discretionary accrual.Oleh
karena itu model persamaan bank konvensional untuk menghitung non-
discretionary accrual adalah sebagai berikut:
NDAit = -0,116(1/Ait-1) + (-0,124)(REVit/Ait-1 - RECit/ Ait-1)
+(0,111)(PPEit/ Ait-1)
Sedangkan model persamaan bank umum syariah untuk menghitung non-
discretionary accrual adalah sebagai berikut:
NDAit = 0,044(1/Ait-1) + (0,277)(REVit/Ait-1 - RECit/ Ait-1)
+(-0,047)(PPEit/ Ait-1)
4. Mendapatkan hasil discretionary accrual
Discretionary accrual (DA) diperoleh dengan rumus:
DAt = TAit/Ait-1– NDAt
5. Setelah discretionary accrual diketahui hasilnya, maka dapat diketahui
ada atau tidaknya pengelolaan laba pada masing-masing bank. Hasil
perhitungan diskresioner akrual bank konvensional dan bank umum
syariah pada tahun 2013 hingga 2015 terlampir.
Berdasarkan hasil discretionary accrual dari Modified Jones Model (1995)
yang telah didapat maka dapat diasumsikan bahwa bank konvensional dan bank
umum syariah melakukan praktik manajemen laba.Praktik manajemen laba yang
dilakukan oleh bank dapat dilihat melalui kolom discretionary accrual yang
bernilai positif dan negatif. Nilai discretionary accrual yang positif menunjukkan
bahwa bank melakukan manajemen laba dengan cara menaikkan laba yang
dilaporkan. Sebaliknya, nilai discretionary accrual yang negatif menunjukkan
bahwa bank melakukan manajemen laba dengan cara menurunkan laba
Deskripsi variabel yang digunakan adalah statistik deskriptif. Analisis
statistik deskriptif bertujuan untuk mendapatkan gambaran mengenai keseluruhan
data sampel penelitian, sehingga karakteristik suatu data dapat diketahui (Ghozali,
2013). Item statistik deskriptif dari penelitian ini yang digunakan adalah
maksimum, minimum, mean, dan standar deviasi.
Tabel 4.4
Statistik Deskriptif
Jenis Bank Statistik
Diskresioner
Akrual
Bank
Konvensional
Rata-rata -0.01729
Std. deviasi 0.0935
Minimum -0.4292
Maksimum 0.2603
Bank Umum
Syariah
Rata-rata 0.0054
Std. deviasi 0.0990
Minimum -0.337
Maksimum 0.2416
Sumber: Data output SPSS diolah
Statistik deskriptif diatas menunjukkan bahwa perilaku manajemen laba
pada bank konvensional dan bank umum syariah tergolong sangat rendah karena
nilai discretionary accrual masih berada di kisaran angka nol (0). Nilai rata-rata
discretionary accrual pada bank konvensional sebesar -0.01729 menunjukkan
bahwa bank konvensional mengelola laba dengan cara menurunkan laba.
Sedangkan bank umum syariah yang memiliki nilai rata-rata sebesar 0.0054
mengindikasikan bahwa bank umum syariah mengelola laba dengan cara
menaikkan laba.
Uji Normalitas Data
Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui distribusi data sampel yang
kemudian digunakan untuk menentukan teknik pengujian yang sesuai dengan
jenis distribusi data yang dimiliki. Teknik uji normalitas yang digunakan dalam
penelitian ini adalah Uji Kolmogorov-Smirnov.
Tabel 4.5
Hasil Uji Normalitas
Jenis Data Asymp. Sig. (2-tailed) Alpha
Bank Konvensional 0.067 0.05
Bank Umum Syariah 0.560 0.05
Discretionary Accrual keseluruhan 0.329 0.05
Sumber: Data output SPSS diolah
Tabel diatas merupakan ringkasan hasil uji normalitas dengan menggunakan
Kolmogorov-Smirnov pada data penghitungan manajemen laba akrual bank
konvensional, bank umum syariah, serta discretionary accrual secara
keseluruhan.Berdasarkan hasil uji normalitas data, perolehan nilai asymp.sig (2-
tailed) dari ketiga jenis data > 0.05yaitu masing-masing sebesar 0.067; 0.560; dan
0.329. Ketiga jenis data dapat disimpulkan sebagai data berdistribusi normal.
Uji Hipotesis
Setelah diperoleh nilai discretionary accrual pada tahap sebelumnya sebagai
ukuran manajemen laba, selanjutnya akan dilakukan uji hipotesis denganone
sample t-test dan uji beda.
One Sample T-Test
One Sample T-Test digunakan untuk menguji ada atau tidaknya manajemen
laba pada bank umum syariah dan bank konvensional. H1 dan H2 yang diajukan
oleh peneliti adalah bank umum syariah dan bank konvensional melakukan
manajemen laba. Adapun hasil one sample t-test dari rata-rata discretionary
accrual pada kedua jenis bank adalah sebagai berikut
Tabel 4.6
Hasil One Sample T-Test
Jenis Data P value alpha
diskresioner akrual bank
umum syariah
0.763 0.05
diskresioner akrual bank
konvensional
0.018 0.05
Sumber: Data output SPSS diolah
Hasil one sample t-test pada diskresioner akrual bank umum syariah memiliki
nilai probabilitas (p value) 0.763 > 0.05, yang artinya H1 ditolak. Hasil tersebut
mengindikasikan bahwa bank umum syariah tidak melakukan manajemen laba.
Sedangkan hasil one sample t-test pada diskresioner akrual bank konvensional
memiliki nilai probabilitas (p value) sebesar 0.018< 0.05, yang artinya H2
diterima. Hasil tersebut mengindikasikan bahwa bank konvensional melakukan
manajemen laba dengan pola menurunkan laba.
Independent Sample T-Test
H3 yang diajukan peneliti menyatakan bahwa tingkat manajemen laba bank
umum syariah lebih rendah dari bank konvensional.H3 diuji dengan melihat
perbedaan rata-rata discretionary accrual pada kedua jenis bank. Adapun hasil
dari uji bedadiscretionary accrual antara bank konvensional dan bank umum
syariah disajikan pada tabel dibawah ini.
Tabel 4.7
Hasil Uji Independent Sample t-test
Mean Bank
Konvensional
Mean Bank
Umum Syariah
Mean
Difference
T P value alpha
- 0,01729 0.005492 0.0227 1.218 0.1125 0.05
Sumber: Data output SPSS diolah
Hasil uji perbandingan rata-rataantara bank konvensional dan bank umum
syariah dengan menggunakan uji beda Independent Sample t-test adalah nilai
probabilitas (p value) sebesar 0.1125 ≥ 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa H3
ditolak, artinyatidak terdapat perbedaan yang signifikan pada tingkat manajemen
laba antara bank umum syariah dan bank konvensional. Pada uji one sample t-test
bank umum syariah tidak terindikasi melakukan manajemen laba karena sangat
rendahnya nilai rata-rata discretionary accrual, sedangkan bank konvensional
masih terindikasi melakukan manajemen laba, meski demikian pada uji
independent sample t-test tidak terdapat perbedaan yang signifikan terhadap nilai
rata-rata discretionary accrual kedua jenisbank dikarenakan selisih kedua rata-
rata discretionary accrual tersebut sangat tipis dan tidak signifikan.
Pembahasan
Berdasarkan hasil one sample t-test bank umum syariah tidak terindikasi
melakukan manajemen laba karena nilai rata-rata discretionary accrual yang
sangat rendah. Adanya peraturan yang lebih kompleks pada Pedoman Akuntansi
Perbankan Syariah Indonesia serta dengan adanya Dewan Pengawas Syariah,
menjadikan bank umum syariah lebih aktif dalam menekan praktik manajemen
laba. Hasil penelitian saat ini menunjukkan bahwa bank umum syariah tidak
melakukan praktik manajemen laba yang sejalan dengan prinsip keadilan.
Implementasi keadilan dalam kegiatan usaha berupa aturan prinsip muamalah
yang melarang adanya unsur-unsur seperti zalim dan gharar (ketidak jelasan).
Dewan Pengawas Syariah (DPS) yaitu badan independen yang bertugas
melakukan pengarahan, pemberian konsultasi, melakukan evaluasi, dan
pengawasan kegiatan bank syariah dalam rangka memastikan kegiatan usaha bank
syariah tersebut mematuhi prinsip syariah sebagaimana telah ditentukan oleh
fatwa dan syariat islam. Keberadaan DPS seharusnya mampu mengurangi bahkan
menghilangkan tindakan manajemen laba di bank syariah. Dapat dibuktikan dari
hasil penelitian ini yang menunjukkan bahwa bank umum syariah tidak
melakukan manajemen laba, mengindikasikan bahwa keberadaan Dewan
Pengawas Syariah telah mampu mengurangi atau menghilangkan tindakan
manajemen laba di bank syariah.
Hasil one sample t-test bank konvensional mengindikasikan bahwa bank
konvensional melakukan praktik manajemen laba dengan pola menurunkan laba.
Hasil ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Nasution dan Setiawan
(2007) yang menemukan adanya indikasi manajemen laba pada perbankan
konvensional. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa pada 5 periode tahun 2000
sampai dengan tahun 2004 perusahaan perbankan di Indonesia melakukan tindak
manajemen laba dengan pola memaksimalkan labanya. Perilaku manajemen laba
pada bank konvensional dalam penelitian ini tergolong sangat rendah. Hal ini
membuktikan bahwa manajemen laba pada bank konvensional dilakukan bukan
karena alasan oportunistik atau demi kepentingan pribadi manajer. Bank
konvensional memilih menggunakan metode akuntansi yang dapat menurunkan
laba karena perusahaan yang memiliki tingkat laba yang tinggi dinilai akan
mendapat perhatian yang luas dari kalangan konsumen dan media yang nantinya
juga akan menarik perhatian pemerintah dan regulator sehingga menyebabkan
terjadinya biaya politis, diantaranya muncul intervensi pemerintah, pengenaan
pajak yang lebih tinggi, dan berbagai macam tuntutan lain yang meningkatkan
biaya politis. Beberapa kemungkinan alasan lain yang menjadi dasar bank
konvensional melakukan praktik manajemen laba yaitu agar dapat meningkatkan
kepercayaan pemegang saham terhadap manajer, memperbaiki hubungan dengan
pihak kreditur, dapat menarik investor untuk menanamkan modalnya, serta untuk
memenuhi berbagai regulasi yang ditetapkan oleh Bank Indonesia ataupun badan
lain yang terkait.
Hasil uji independent sample t-test yang menyatakan tidak adanya perbedaan
yang signifikan pada praktik manajemen laba yang dilakukan oleh bank
konvensional dan bank umum syariah sejalan dengan temuan beberapa peneliti
terdahulu. Rahman (2012) menemukan bahwa perusahaan syariah dan perusahaan
non syariah tidak memiliki tingkat manajemen laba yang berbeda berdasarkan
beberapa ukuran manajemen laba. Nilai-nilai etika agama tidak dapat membatasi
manipulasi laba melalui transaksi ekonomi riil. Selain itu Andriani (2014)
mengungkapkan bahwa praktik manajemen laba bank umum syariah dan bank
konvensional tidak dapat dibedakan mana yang lebih baik dan mana yang lebih
buruk karena keduanya tidak memiliki perbedaan yang signifikan.
SIMPULAN, KETERBATASAN. DAN SARAN
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada atau tidaknya manajemen laba
pada bank umum syariah dan bank konvensional, serta ada atau tidaknya
perbedaan manajemen laba diantara kedua jenis bank tersebut.Penelitian ini gagal
mengindikasikan bank umum syariah melakukan manajemen laba.Hal ini
dikarenakan bank umum syariah memiliki nilai rata-rata discretionary accrual
yang sangat rendah.Penelitian ini mengindikasikan bahwa bank konvensional
melakukan praktik manajemen laba, namun dengan nilai yang rendah.Hal ini
menunjukkan bahwa bank konvensional melakukan manajemen laba bukan
karena alasan yang oportunis.
Dalam penelitian ini tidak menemukan adanya perbedaan yang signifikan
terhadap manajemen yang dilakukan oleh bank umum syariah dan bank
konvensional, karena kedua jenis bank memiliki selisih nilai rata-rata
discretionary accrual yang sangat tipis.
Penelitian ini memiliki beberapa kelemahan dan masih jauh dari sempurna.
Keterbatasan-keterbatasan penelitian tersebut diantaranya adalah adanya data
laporan keuangan yang tidak sinkron, sehingga berdampak pada validitas data.
Beberapa data yang tidak sinkron menyebabkan ketidak tahuan peneliti manakah
data yang valid dan manakah data yang tidak valid.
Saran yang dapat diberikan untuk penelitian sejenis berikutnya, yaitu peneliti
selanjutnya diharapkan dapat memperoleh data secara lengkap dan valid walaupun
data tersebut didapatkan dengan mendatangi kantor perusahaan secara langsung,
agar hasil penelitian dapat merepresentasi populasi penelitian.
DAFTAR PUSTAKA
Abdurrachman, A. (1982). Ensiklopedia Ekonomi, Keuangan dan Perdagangan.
Jakarta: PT. Karya Octa Dynamic
Ahmad, N. (2015). Apakah Manajemen Laba Pada Bank Syariah Lebih Rendah
dari Bank Konvensional? (Skripsi Universitas Sebelas Maret, Surakarta).
Diakses dari http://digilib.uns.ac.id/dokumen/detail/45117/ Apakah-
Manajemen-Laba-Pada-Bank-Syariah-Lebih-Rendah-dari-Bank-
Konvensional.
Andriani, D. (2014). Perbedaan Manajemen Laba Bank Umum Syariah dengan
Bank Konvensional: Studi pada bank Umum Syariah dan Bank
Konvensional yang terdaftar di BEI tahun 2011-2012 (Skripsi Universitas
Widyatama, Indonesia). Diakses dari
http://repository.widyatama.ac.id/xmlui/handle/123456789/3531.
Antonio, M.S. (2001). Bank Syariah dari Teori ke Praktek. Jakarta Gema Insani
Empat.
Ardiati, A.Y. (2005). Pengaruh Manajemen Laba terhadap Perusahaan yang
diaudit oleh KAP big 5 dan KAP non big 5.Simposium Nasional Akuntansi
VI. Surabaya.
Arifah, D.A. (2012). Praktek Teori Agensi pada Entitas Publik dan Non Publik.
Prestasi, 9 (1), 95-95.
Assih, P. & Gundono. (2000). Hubungan Tindakan Perataan Laba dengan Reaksi
Pasar atas Pengumuman Informasi Laba Perusahaan yang Terdaftar di
Bursa Efek Jakarta. Jurnal Riset Akuntansi Indonesia. 3, 17-34.
Bank Indonesia.(2008). Pedoman Akuntansi Perbankan Indonesia.Jakarta: Bank
Indonesia.
Bank Indonesia.(2013). Pedoman Akuntansi Perbankan Syariah
Indonesia.Jakarta: Bank Indonesia.
Belkaoui, A.R. (2007). Accounting Theory(5th Edition). Jakarta: Salemba Empat.
Dewi, G. (2006). Hukum Perikatan Islam di Indonesia. Jakarta: Kencana
Faradila, A. & A.D. Cahyati. (2013). Analisis Manajemen Laba pada Perbankan
Syariah. Jurnal Riset Akuntansi Keuangan, IV, 57-54.
Harahap, S.S. (2001). Menuju Perumusan teori Akuntansi Islam. Jakarta: Pustaka
Quantum
Hendriksen, E.S. & M. Van Berda.(2002). Teori Akunting.Jakarta: Interaksara
Kamil, F.G. & Shinta D.H. (2016).Pengaruh Rasio CAMEL Terhadap Praktik
Manajemen Laba di Bank Umum Syariah (Studi Empiris pada Perusahaan
Perbankan Syariah yang Terdaftar di Indonesia 2012-2014).Jurnal
Akuntansi Bisnis dan Ekonomi, 02 (1), 347-360.
Kustinah, S. (2011). Model Pendeteksian Manajemen Laba dan Pengaruhnya
terhadap Kapital Aset: Survei pada Perusahaan Manufaktur yang Tercatat
di BEI periode 2005-2009. Jurnal Akuntansi dan Keuangan, 16 (2), 125-
157.
Marzuqi, A.Y & A.B. Latif. (2010). Manajemen Laba dalam Tinjauan Etika
Bisnis Islam. Jurnal Dinamika Ekonomi dan Bisnis, 7 (1), 1-22.
Masdupi, E. (2005). Analisis Dampak Struktur Kepemilikan pada Kebijakan
Hutang dalam Mengontrol Konflik Keagenan.Jurnal Ekonomi Bisnis. 20
(1), 56-69.
Mulford, C.W. & E.E. Comiskey. (2010). The Financial Numbers Game. Jakarta:
PT. Ikrar Mandiriabadi
Mustam.(2012). Manajemen Laba (Earning Management) Dalam Tinjauan Etika
Islam.Jurnal Kajian Keislaman dan Pendidikan, 01 (2), 9-21.
Nasution, M. & D. Setiawan. (2007). Pengaruh Corporate Governance Terhadap
Manajemen Laba di Industri Perbankan Indonesia. Simposium Nasional
Akuntansi X. Unhas Makassar 26-28 Juli 2007.
Nur’aini, M. & S. Raharja. (2012). Studi Perbandingan Model Revenue dan Model
Accrual dalam Mendeteksi Manajemen Laba (Sudi pada Perusahaan
Manufaktur yang terdaftar di BEI tahun 2006-2010).Diponegoro Journal
of Accounting, 01 (1), 1-13.
Padmantyo, S. (2010). Analisis Manajemen Laba pada Laporan Keuangan
Perbankan Syariah (Studi pada bank Syariah Mandiri dan Bank Muamalat
Indonesia). BENEFIT Jurnal Manajemen dan Bisnis, 14 (2), 53-65
Pramesti, N.D. (2013). Analisis Perbandingan Manajemen Laba Sebelum dan
Sesudah Reformasi Pajak Penghasilan Badan Tahun 2008 Pada
Perusahaan Property dan Real Estate. (Skripsi Universitas Negeri
Semarang)
Puspitosari, L. (2015). Analisis Faktor-Faktor yang Berpengaruh Terhadap
Manajemen Laba pada Perbankan Syariah Periode 2010-2013. Jurnal
MIX, VI, 260-274.
Quttainah, M.A. (2011). Do Islamic Banks Employ Less Earnings Management?.
Egypt: The Economic Research Forum.
Rahayu, A. (2009). Praktik Manajemen Laba Terkait Peringkat Emisi
Obligasi.Simposium Nasional Akuntansi XIII. IAI.
Rahman, R.A. (2012). Religious Ethical Values and Earnings Quality: Some
Evidence from Malaysia (Tesis, Massey University, Albany, New
Zealand). Diakses dari
http://mro.massey.ac.nz/bitstream/handle/10179/3936/02_whole.pdf?seque
nce=1&isAllowed=y
Rahmawati., Yacob S., & Nurul Q. (2006). Pengaruh Asimetri Informasi terhadap
Praktik Manajemen Laba pada Perusahaan Publik yang terdaftar di
BEJ.Simposium Nasional Akuntansi IX di Padang.
Rahmawati. (2007). Model Pendeteksian Manajemen Laba pada Industri
Perbankan Publik di Indonesia dan Pengaruhnya terhadap Kinerja
Perbankan. Jurnal Akuntansi dan Manajemen, 18 (1), 23-34.
Rokhlinasari, S. (2014). Perbankan Syariah dan Manajemen Laba. Jurnal Kajian
Ekonomi dan Perbankan Syariah, 06 (1), 80-94.
Salno, H.M. & Z. Baridwan. (2000). Analisis Perataan Penghasilan (Income
Smoothing): Faktor-Faktor yang Mempengaruhi dan Kaitannya dengan
Kinerja Saham Perusahaan Publik di Indonesia. Jurnal Riset Akuntansi
Indonesia, 03 (1), 17-34.
Sari, N.H & N. Ahmar. (2014). Revenue Discretionary Model Pengukuran
Manajemen Laba: Berdasarkan Sektor Industri Manufaktur di Bursa Efek
Indonesia. Jurnal Akuntansi dan Keuangan, 16(1), 43-51.
Scott, William R. (2009). Financial Accounting Theory, 5th
. International Edition,
United States: Pretince-Hall Inc.
Sekaran, U. dan R. Bougie. (2013). Research Methods for Business: A skill
Buliding Approach. Jakarta: Salemba Empat.
Setiawati, K. (2010). Pengaruh rasio CAMEL terhadap Praktik Manajemen Laba
di Bank Umum Syariah. Universitas Diponegoro Semarang.
Sholahuddin, M.. (2008). Lembaga Ekonomi dan Keuangan syariah
Kontemporer. Surakarta: Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Subekan, A. (2015). Mengenal Prinsip Dasar Bank Syariah. Artikel Keuangan
Umum. Diakses darihttp://www.bppk.kemenkeu.go.id/
Sulistyanto, S. (2008). Manajemen Laba Teori dan Model Empiris. Jakarta: PT.
Grasindo
Suryanto, T. (2014). Manajemen Laba Pada Bank Syariah di Indonesia: peran
Komite Audit dan dewan Pengawas Syariah. Kinerja, 18, 90-100
Suyatno, Thomas., D.T. Marala, Azhar A, Johan T.A., C.T.Y. Ananda, dan H.A.
Chalik. (2007). Kelembagaan Perbankan. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka
Utama.
Syahfandi, R. (2012). Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perataan Laba
Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif: Praktik Manajemen Laba pada
Perbankan Syariah di Indonesia.(Skripsi Program Sarjana Universitas
Diponegoro).
Trisnawati dan Susan. 2011. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perusahaan
Melakukan Auditor Switching. Jurnal Bisnis dan Akuntansi, 13 (2), 131-
144.
Ulum, I. & A. Juanda. (2016). Metodologi Penelitian Akuntansi: Klinik Skripsi
(edisi 2). Malang: Aditya Media Publishing.
Undang-Undang No 10 Tahun 1998 Tentang Perbankan Syariah.Diakses dari
www.bi.go.id
Undang-Undang No 21 Tahun 2008 Tentang Perbankan Syariah. Diakses dari
www.bi.go.id
Undang-Undang No. 14 Tahun 1967 Tentang Pokok-Pokok Perbankan. Diakses
dari www.bi.go.id
Utami, W. (2005). Pengaruh Manajeman Laba terhadap Biaya Modal Ekuitas
(Studi pada Perusahaan Publik Sektor Manufaktur). Simposium Nasional
Akuntansi VIII.
Wiroso, Harahap, S.S., & M. Yusuf. (2010). Akuntansi Perbankan Syariah: PSAK
Syariah Baru. Jakarta: LPFE Usakti.
Yaya, R., Aji E.M., dan Ahim A. (2009). Akuntansi Perbankan Syariah. Jakarta:
Salemba Empat.