PERBEDAAN PENGARUH PENDEKATAN PEMBELAJARAN …... · Dalam proses penyelesaian tesis mengalami...

84
i PERBEDAAN PENGARUH PENDEKATAN PEMBELAJARAN DAN KEMAMPUAN GERAK TERHADAP HASIL BELAJAR SHOOTING BOLA BASKET ( Eksperimen Pembelajaran dengan Metode Bagian Progresif dan Repetitif Pada Siswa Putra Kelas VIII SMP Negeri 2 Playen Kabupaten Gunungkidul ) TESIS Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister Program Studi Ilmu Keolahragaan Diajukan Oleh : MUHAMMAD AHKAM AMIN NIM A.120209109 PROGRAM STUDI ILMU KEOLAHRAGAAN PROGRAM PASCA SARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2010 PERSETUJUAN

Transcript of PERBEDAAN PENGARUH PENDEKATAN PEMBELAJARAN …... · Dalam proses penyelesaian tesis mengalami...

i

PERBEDAAN PENGARUH PENDEKATAN PEMBELAJARAN DAN KEMAMPUAN GERAK TERHADAP

HASIL BELAJAR SHOOTING BOLA BASKET

( Eksperimen Pembelajaran dengan Metode Bagian Progresif dan Repetitif Pada Siswa Putra Kelas VIII SMP Negeri 2 Playen

Kabupaten Gunungkidul )

TESIS Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat

Magister Program Studi Ilmu Keolahragaan

Diajukan Oleh : MUHAMMAD AHKAM AMIN

NIM A.120209109

PROGRAM STUDI ILMU KEOLAHRAGAAN PROGRAM PASCA SARJANA

UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2010

PERSETUJUAN

i

PERBEDAAN PENGARUH PENDEKATAN PEMBELAJARAN

DAN KEMAMPUAN GERAK TERHADAP

HASIL BELAJAR SHOOTING BOLA BASKET

( Eksperimen Pembelajaran dengan Metode Bagian Progresif

dan Repetitif Pada Siswa Putra Kelas VIII SMP Negeri 2 Playen

Kabupaten Gunungkidul )

Disusun oleh :

MUHAMMAD AHKAM AMIN

NIM A.120209109

Telah disetujui oleh Tim Pembimbing

Pada tanggal : 1 Juni 2010

Pembimbing I Pembimbing II

Prof. Dr. H. Sudjarwo, M.Pd. Dr. dr. Muchsin Doewes, M.ARS. NIP. 19390715 196203 1 001 NIP. 19480531 197603 1 001

Mengetahui :

Ketua Program Studi Ilmu Keolahragaan

Prof. Dr. H. Sudjarwo, M.Pd. NIP. 19390715 196203 1 001

PERBEDAAN PENGARUH PENDEKATAN PEMBELAJARAN DAN KEMAMPUAN GERAK TERHADAP

HASIL BELAJAR SHOOTING BOLA BASKET

i

( Eksperimen Pembelajaran dengan Metode Bagian Progresif dan Repetitif Pada Siswa Putra Kelas VIII SMP Negeri 2 Playen

Kabupaten Gunungkidul )

Disusun Oleh :

MUHAMMAD AHKAM AMIN A.120209109

Telah disetujui dan disyahkan oleh Tim Penguji

Pada tanggal : 1 Juni 2010 Jabatan Nama Tanda Tangan

Ketua : Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd.

...................................

Sekretaris : Prof. Dr. Siswandari, M. Stats

....................................

Anggota Penguji :

1. Prof. Dr. H. Sudjarwo, M.Pd.

....................................

2. Dr. dr. H. Muchsin Doewes, AIFO.

....................................

Surakarta, 1 Juni 2010 Mengetahui,

Direktur PPs UNS Ketua Program Studi Ilmu Keolahragaan

Prof. Drs. Suranto, M.Sc., Ph.D. Prof. Dr. H. Sudjarwo, M.Pd. NIP. 19570820 198503 1 004 NIP. 19390715 196203 1 001

i

MOTTO

- Barang siapa yang berjalan disuatu jalan untuk menuntut ilmu maka Allah akan

memudahkan baginya jalan ke surga

(H.R. Muslim)

- Barang siapa keluar (bepergian) dalam hal menutut ilmu, maka ia berjuang di

jalan Allah hingga ia kembali

(H.R. Tirmidzi)

i

PERSEMBAHAN

Karya ini dipersembahkan

Kepada :

Bapak dan Ibunda Tercinta,

Isteri dan Anakku Tersayang,

Saudara dan Sahabatku Terkasih,

Almamaterku Tercinta,

i

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Allah SWT. atas rahmad, hidayah dan karunia-Nya, sehingga

penyusunan tesis ini dapat diselesaikan. Dalam proses penyelesaian tesis mengalami

berbagai kesulitan dan hambatan, namun berkat bantuan dari berbagai pihak, maka

berbagai kesulitan dan hambatan yang timbul tersebut dapat diatasi. Dalam kesempatan

ini diucapkan terima kasih kepada yang terhormat :

1. Prof. Dr. dr. M. Syamsulhadi, Sp. KJ (K). selaku Rektor Universitas Sebelas Maret

Surakarta yang telah memberikan ijin penelitian.

2. Prof. Drs. Suranto, M.Sc., Ph.D. selaku Direktur Program Pascasarjana Universitas

Sebelas Maret Surakarta atas pemberian pengarahan dan bantuannya

3. Prof. Dr. H. Sudjarwo, M.Pd. selaku Ketua Program Studi Ilmu Keolahragaan

Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta, sekaligus sebagai Dosen

Pembimbing tesis yang telah memberikan pengarahan, saran dan koreksi dalam

penyusunan tesis.

4. Dr. dr. Muchsin Doewes, AIFO. sebagai Dosen Pembimbing tesis yang telah

memberikan pengarahan, saran dan koreksi dalam penyusunan tesis.

5. Syarifatul Hidayah, S.Pd. selaku Kepala SMP Negeri 2 Playen, Gunungkidul yang

telah memberikan ijin untuk mengadakan penelitian.

6. Siswa Kelas VIII Putera SMP Negeri 2 Playen, Gunungkidul Tahun Pelajaran

2009/2010 atas kerelaan dan keikhlasannya menjadi sampel penelitian.

7. Kepada semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah

memberikan bantuan dalam menyelesaikan penulisan tesis ini.

Semoga Allah SWT memberikan balasan yang setimpal. Amiin Yaa Robbal ’alamiin.

Surakarta, Juni 2010 M. Ahkam Amin

i

ABSTRAK

Muhammad Ahkam Amin, NIM: A.120209109, 2010. PERBEDAAN PENGARUH PENDEKATAN PEMBELAJARAN DAN KEMAMPUAN GERAK TERHADAP HASIL BELAJAR SHOOTING BOLA BASKET ( Eksperimen Pembelajaran dengan Metode Bagian Progresif dan Repetitif Pada Siswa Putra Kelas VIII SMP Negeri 2 Playen Kabupaten Gunungkidul ). Tesis: Program Studi Ilmu Keolahragaan, Program Pascasarjana, Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui: (1) Perbedaan pengaruh pendekatan

pembelajaran dengan metode bagian progresif dan bagian repetitif terhadap hasil belajar shooting bola basket. (2) Perbedaan hasil belajar kemampuan shooting bola basket antara siswa yang memiliki kemampuan gerak tinggi dan rendah. (3) Pengaruh interaksi antara pendekatan pembelajaran dan kemampuan gerak terhadap hasil belajar belajar shooting bola basket.

Penelitian menggunakan metode eksperimen dengan rancangan faktorial 2 X 2. Populasi penelitian adalah siswa putra kelas VIII SMP Negeri 2 Playen Kabupaten Gunungkidul tahun pelajaran 2009/2010 yang berjumlah 60 siswa. Teknik sampling yang digunakan adalah purposive random sampling, sampel yang diambil sebanyak 40 siswa, terdiri dari 20 siswa yang memiliki kemampuan gerak tinggi dan 20 siswa yang memiliki kemampuan gerak rendah. Variabel penelitian yaitu variabel bebas terdiri dari variabel manipulatif dan variabel atributif, serta satu (1) variabel terikat. Variabel manipulatif terdiri dari pendekatan pembelajaran dengan metode progresif dan metode repetitif. Variabel atributif terdiri dari kelompok sampel dengan kemampuan gerak tinggi dan rendah. Variabel terikat pada penelitian ini yaitu kemampuan shooting bola basket. Teknik pengumpulan data dengan tes dan pengukuran. Pengambilan data kemampuan shooting bola basket dengan tes shooting bola basket. Pengambilan data kemampuan gerak dilakukan dengan Barrow motor ability test. Teknik analisis data pada penelitian ini menggunakan analisis varians dan pengujian hipotesis dengan perhitungan uji F pada taraf signifikan 0,05 %.

Kesimpulan: (1) Ada perbedaan pengaruh yang signifikan antara pendekatan pembelajaran dengan metode bagian progresif dan metode bagian repetitif terhadap hasil belajar shooting bola basket. Pengaruh pembelajaran dengan metode bagian progresif lebih baik dari pada metode bagian repetitif. (2) Ada perbedaan hasil belajar shooting bola basket yang signifikan antara siswa yang memiliki kemampuan gerak dasar tinggi dan rendah. Peningkatan hasil belajar shooting bola basket pada siswa yang memiliki kemampuan gerak tinggi lebih baik daripada kemampuan gerak rendah. (3) Terdapat pengaruh interaksi yang signifikan antara pembelajaran metode bagian dan tingkat kemampuan gerak terhadap hasil belajar shooting bola basket. (a) Siswa yang memiliki kemampuan gerak tinggi lebih cocok jika diberikan pembelajaran dengan metode bagian progresif. (b) Siswa dengan kemampuan gerak rendah lebih cocok jika diberikan pembelajaran dengan metode bagian repetitif. Kata Kunci: Pendekatan Pembelajaran, Metode Bagian Progresif, Metode Bagian

Repetitif, Kemampuan Gerak, Hasil Belajar Shooting bola basket.

i

ABSTRACT

Muhammad Ahkam Amin, NIM: 120209109, 2010. THE DIFFERENT

EFFECT OF TEACHING APPROACH AND MOTOR ABILITY TO THE LEARNING RESULT OF SHOOTING BASKET BALL. Thesis : The Major of Ilmu Keolahragaan, Post Graduate Sebelas Maret University Of Surakarta. (Study Experiment About Teaching Approach With Progresif Method And Repetitif Method Approach at Male Student Class VIII of SMP Negeri 2 Playen, Gunungkidul). Thesis: Study Program of Sports Science, Postgraduate Program, Sebelas Maret University of Surakarta.

The aims of this research are to investigate (1) The different effect of teaching approach with progressive part method and repetitive part method to the learning result of shooting basket ball. (2) The different result of learning shooting basket ball between student group having high motor ability and motor ability lower. (3) Interaction effect of teaching approach and motor ability to result of learning shooting basket ball.

Experiment method with 2 X 2 factorial design was used in this research. The Research Population was the male student class VIII of SMP Negeri 2 Playen, Gunungkidul Academic Year 2009/2010, i.e. 60 students. Sampling technique was used purposive random sampling,, the amount of sample taken were 40 students. Sample consists of 20 student represent student owning high motor ability and 20 students owning low motor ability. The variable that researched independent variable consisted that were manipulative variable, attributive variable, and also one (1) dependent variable. Manipulative variable consist of the teaching approach with the progresif method approach and repetitive method approach. Attributive Variable consists of groups with high motor ability and low motor ability. Dependent variable in this research shooting basket ball skill. Data collecting technique test and measurement. The data collecting of shooting basket ball skill used shooting basket ball test. Data of motor ability done using Barrow motor ability test. Data analysis Technique in this research use analysis of variance test and span Newman Keuls, at 5% level of significance.

Conclusions: (1) There is a significant different effect between teaching approach with progressive part method and repetitive part method to the learning result of shooting basket ball. The effect approach with the progressive part method is better than with the repetitive part method approach. (2) There is a significant different between student who has high motor ability and low motor ability to the learning result of shooting basket ball. Uplifting learning result of shooting basket ball at student owning high motor ability is better the than those who owning low motor ability. (3) There is significant of interaction effect between usage of teaching approach and motor ability to the learning shooting basket ball. (a) Student having high motor ability is compatible if given by teaching with the progressive part method. (b) Student ability motor lower is compatible if given by teaching with the repetitive part method.

Keyword: Teaching Approach, Progressive Part Method, Repetitive Part Method, Motor

Ability, Leraning Result of shooting Basket Ball.

i

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan Jasmani pada dasarnya merupakan bagian integral dari sistem

pendidikan secara keseluruhaan bertujuan untuk mengembangkan aspek kesehatan,

kebugaran jasmani, ketrampilan berpikir kritis, stabilitas emosional, ketrampilan

sosial, penalaran dan tindakan moral melalui aktivitas jasmani dan olahraga. Dalam

proses pembelajaran Pendidikan Jasmani, guru diharapkan mengajarkan berbagai

keterampilan gerak dasar, teknik dan strategi permainan dan olahraga, internalisasi

nilai-nilai (sportifitas, jujur, kerjasama, dan lain-lain) serta pembiasaan hidup sehat.

Dalam pelaksanaan pembelajaran guru dapat memberikan berbagai pendekatan agar

siswa termotivasi dan tertarik untuk mengikuti pembelajaran. Cara pelaksanaan

pembelajaran kegiatan dapat dilakukan dengan latihan, menirukan, permainan,

perlombaan, dan pertandingan.

Pendidikan jasmani adalah suatu proses pendidikan seseorang sebagai

perorangan atau anggota masyarakat yang dilakukan secara sadar dan sistematik

melalui berbagai kegiatan jasmani untuk memperoleh pertumbuhan jasmani,

kesehatan, dan kesegaran jasmani, kemampuan dan keterampilan, kecerdasan dan

perkembangan watak serta kepribadian yang harmonis dalam rangka pembentukan

manusia Indonesia berkualitas berdasarkan Pancasila. (Cholik Muthohir, dalam

Samsudin, 2008 : 2).

Peranan pendidikan jasmani untuk merangsang pertumbuhan dan

perkembangan serta meningkatkan kemampuan gerak. Tidak ada Pendidikan

i

Jasmani yang tidak mempunyai sasaran pedagogis dan tidak ada pendidikan yang

lengkap tanpa Pendidikan Jasmani. Gerak sebagai aktivitas jasmani merupakan

dasar bagi manusia untuk belajar mengenal alam sekitar dan diri sendiri.

Pelaksanaan program Pendidikan Jasmani yang bermutu, yang

diselenggarakan dengan mematuhi kaidah-kaidah pedagogi, memberikan

sumbangan sangat berharga bagi perkembangan peserta didik secara menyeluruh.

Yang berkembang bukan hanya aspek ketrampilan dan kebugaran jasmani, namun

juga aspek lain yang sangat penting saja. Pendidikan jasmani merupakan bagian

integral dari sistem pendidikan secara keseluru dari sosok manusia seutuhnya, yakni

perkembangan pengetahuan dan penalaran, perkembangan intelegensi emosional

dan sifat-sifat lainya yang membuat karakter seseorang menjadi tangguh.

Dalam proses pembelajaran pendidikan jasmani, guru diharapkan mengajarkan

berbagai keterampilan gerak. Teknik dan strategi permainan dan olahraga,

internalisasi nilai-nilai afektif seperti : jujur, kerjasama, tanggung jawab, disiplin

dan sebagainya serta pembiasaan pola hidup sehat. Dalam pelaksanaan proses

pembelajaran tidak hanya melalui pembelajaran yang konvensional yang bersifat

kajian teoritis, namun perlu kiranya melibatkan unsur fisik, mental, intelektuan dan

emosi. Aktivitas pembelajaran harus diberikan melalui sentuhan dedaktik-metodik,

sehingga kegiatan pembelajaran yang dilakukan dapat mencapai tujuan pengajaran.

Pendidikan jasmani dalam pelaksanaan proses pembelajaran memanfaatkan aktifitas

jasmani dapat dipakai sebagai upaya untuk mengembangkan dan meningkatkan

individu secara kognitif, afektif dan psikomotor dalam kerangka sistem pendidikan

nasional.

i

Dalam mencapai tujuan pendidikan, banyak faktor pendukung yang diperlukan

antara lain : faktor guru, siswa, sarana prasarana dan juga metode pembelajarannya.

Metode yang dipilih dan diperkirakan haruslah cocok digunakan dalam proses

pembelajaran baik teori maupun praktek. Proses pembelajaran dapat dikatakan

efektif apabila perubahan perilaku yang terjadi pada siswa dapat mencapai optimal.

Sikap dan perilaku sehat pada siswa dapat terbentuk dengan meningkatkan

partisipasi secara aktif dalam segala bentuk aktifitas olahraga termasuk olahraga

permainan bola basket.

Seorang guru perlu mempelajari, memahami, dan mampu menerapkan

berbagai strategi, metode, dan pendekatan pembelajaran pada bidang studi yang

diampunya. Strategi yaitu perencanaan yang berisi tentang rangkaian kegiatan yang

didesain untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu, metode yaitu bagaimana

mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam kegiatan nyata agar

tujuan yang telah di susun tercapai secara optimal, dan pendekatan (approach)

diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang kita terhadap proses pembelajaran

(Wina Sanjaya, 2008:126-127). Pendekatan dalam pembelajaran merupakan cara

khusus yang dan terperinci yang telah dipikirkan dengan seksama sehingga

merupakan pola tertentu yang digunakan oleh guru dalam membimbing anak

mempelajari berbagai materi pelajaran. Dalam proses belajar mengajar diperlukan

adanya metode dan pendekatan untuk membantu memaksimalkan pencapaian tujuan

pembelajaran. Semakin tepat metode dan pendekatan yang digunakan dalam proses

belajar mengajar maka makin efektif dan tujuan pembelajaran akan tercapai.

Seorang guru Pendidikan Jasmani perlu mempelajari, memahami dan mampu

menerapkan berbagai metode pembelajaran pada bidang studi yang diampunya.

i

Menurut Sunaryo Basuki (1979 : 181) metodik mengajar adalah cara khusus dan

terperinci yang telah dipikirkan dengan seksama sehingga merupakan pola tertentu

yang digunakan oleh guru dalam membimbing anak dalam mempelajari berbagai

materi pelajaran. Dalam proses belajar mengajar diperlukan adanya metode untuk

membantu kelancaran pembelajaran, semakin tepat metode yang digunakan dalam

proses belajar mengajar maka makin efektif dan tujuan juga segera akan tercapai.

Di samping metode, guru harus memperhatikan karakter siswa termasuk

kemampuan gerak masing-masing siswa, kemampuan gerak dasar juga berpengaruh

terhadap hasil belajar shooting bola basket yang dicapai siswa.

Siswa mempunyai kemampuan gerak yang berbeda-beda, terjadinya perbedaan

kemampuan gerak antara siswa karena kondisi kualitas fisik yang berbeda, baik

kondisi secara internal maupun eksternal. Rusli Lutan (1988 : 322) mengatakan,

bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi proses belajar gerak adalah (1) kondisi

internal, kondisi siswa yang mencakup faktor-faktor yang terdapat atau melekat

dalam diri siswa, (2) kondisi eksternal, yang mencakup faktor-faktor dari luar yang

mempengaruhi diri siswa.

Kemampuan gerak (Motor ability) salah satu kondisi satu internal yang

membedakan setiap individu dalam mengembangkan suatu keterampilan gerak,

dapat dipandang sebagai landasan keberhasilan masa yang akan datang di dalam

melakukan keterampilan gerak. Perbedaan kemampuan gerak memiliki implikasi

terhadap proses pembelajaran. Ketepatan dan penugasan keterampilan olahraga

dipengaruhi kemampuan gerak. Tinggi rendahnya kemampuan gerak yang dimiliki

siswa menentukan hasil pembelajaran gerak olahraga umumnya, belajar teknik dasar

shooting bola basket khususnya.

i

Keadaan sesungguhnya di SMP Negeri 2 Playen, Gunungkidul cabang bola

basket merupakan cabang yang sangat diminati oleh sebagian besar siswa, namun

masalah penguasaan beberapa teknik dasar termasuk shooting perlu mendapat

pembenahan, sehingga perlu dikembangkan metode pembelajaran yang tepat agar

penguasaan teknik dasar menjadi lebih baik. Teknik shooting dalam permaninan

bola basket merupakan teknik yang sangat baku dan sering dilakukan oleh pemain

sebagai upaya memasukkan bola ke ring lawan untuk memperoleh kemenangan,

sehingga teknik shooting merupakan teknik yang harus dikuasai oleh peserta didik.

Kenyataan siswa sekarang ini khususnya di sekolah SMP Negeri 2 Playen,

Gunungkidul pada siswa kelas VIII terdapat perbedaan kemampuan gerak di antara

siswa, sebagian memiliki kemampuan gerak yang rendah, sebagian kemampuan

geraknya tinggi. Tingginya kemampuan gerak yang dimiliki siswa tersebut

disebabkan karena seringnya aktifitas kesehariannya akan memiliki banyak

pengalaman gerak, sehingga siswa tersebut memiliki kemampuan gerak yang tinggi,

sedangkan siswa yang kurang aktifitas kesehariannya maka siswa tersebut memiliki

kemampuan gerak yang jelek atau rendah. Perbedaan siswa dalam hal kemampuan

gerak akan menjadi bahan pertimbangan yang sangat penting ketika guru memilih

dan menentukan pendekatan mengajar yang sesuai dengan karakter dari masing-

masing siswa, memberikan perlakuan yang berbeda dalam proses belajar agar siswa

mencapai hasil yang optimal.

Pendekatan pembelajaran bagian progresif dan repetitif dapat dipakai sebagai

upaya untuk meningkatkan hasil belajar shooting bola basket bagi para siswa yang

memiliki tingkat kemampuan gerak yang berbeda-beda.

i

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas maka dapat

diidentifikasi beberapa masalah sebagai berikut :

1. Pendidikan jasmani merupakan bagian integral dari proses pendidikan

mempunyai tujuan untuk mengembangkan kebugaran fisik, mental, emosi dan

sosial melalui media aktivitas fisik.

2. Untuk mencapai tujuan pembelajaran yang optimal, mengajar harus didukung

dengan prinsip-prinsip ilmiah.

3. Pendekatan pembelajaran dengan metode bagian progresif dan repetitif ,

mempengaruhi hasil belajar shooting bola basket.

4. Kemampuan gerak yang dimiliki oleh siswa mempunyai peranan yang sangat

penting terhadap hasil belajar shooting bola basket.

5. Teknik dasar shooting bola basket.

C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan, masalah penelitian

ini dapat dirumuskan sebagai berikut :

1. Perbedaan pengaruh pendekatan pembelajaran bagian progresif dan repetitif

terhadap hasil belajar shooting bola basket.

2. Perbedaan pengaruh kemampuan shooting bola basket antara siswa yang

memiliki kemampuan gerak dasar tinggi dan rendah.

3. Pengaruh interaksi antara pendekatan pembelajaran dan kemampuan gerak dasar

terhadap hasil belajar shooting bola basket.

i

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, identifikasi masalah dan pembatasan

masalah maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut :

1. Adakah perbedaan pengaruh pendekatan pembelajaran bagian progresif dan

repetitif terhadap hasil belajar shooting bola basket?

2. Adakah perbedaan hasil belajar shooting bola basket antara siswa yang memiliki

kemampuan gerak dasar tinggi dengan rendah?

3. Adakah pengaruh interaksi antara pendekatan pembelajaran dan kemampuan

gerak dasar terhadap hasil belajar shooting bola basket?

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan permasalahan di atas maka tujuan penelitian ini adalah untuk

mengetahui :

1. Perbedaan pengaruh antara pendekatan pembelajaran dengan bagian progresif

dan repetitif terhadap hasil belajar shooting bola basket pada siswa putra kelas

VIII SMP Negeri 2 Playen, Gunungkidul.

2. Perbedaan pengaruh antara kemampuan gerak dasar tinggi dan rendah terhadap

hasil belajar shooting bola basket.

3. Pengaruh interaksi antara pendekatan pembelajaran bagian progresif dan

repetitif dengan kemampuan gerak dasar terhadap hasil belajar shooting bola

basket.

F. Manfaat Penelitian

Hasil yang diharapkan setelah penelitian :

i

1. Dapat memberikan dan menambah wawasan serta pengetahuan tentang ilmu

keolahragaan bagi peneliti tentang pengaruh pendekatan pembelajaran dengan

bagian progresif dan repetitif serta kemampuan gerak dasar terhadap hasil

belajar shooting bola basket.

2. Memberikan sumbangan pengetahuan sebagai bahan pertimbangan kepada guru

pendidikan jasmani dalam upaya menerapkan pendekatan pembelajaran dengan

pendekatan bagian progresif dan repetitif yang tepat dalam teknik dasar shooting

bola basket.

BAB II

LANDASAN TEORI, KERANGKA BERFIKIR

DAN HIPOTESIS

A. Landasan Teoritis

1. Pendekatan Pembelajaran

Dalam proses belajar mengajar diperlukan adanya suatu pendekatan

pembelajaran untuk membantu kelancaran proses pembelajaran, semakin tepat

pendekatan yang digunakan dalam proses belajar mengajar maka semakin efektif,

tujuan juga akan lebih cepat tercapai.

Pendekatan pembelajaran merupakan bagian dari strategi yang merupakan

langkah-langkah taktis bagi guru dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran untuk

mencapai tujuan. Menurut Sunaryo Basuki dan Soetrisno Moeh Soebroto

(1979:181) pendekatan pembelajaran yaitu cara bekerja yang telah diperkirakan

dengan seksama sehingga merupakan pola tertentu untuk mencapai tujuan,

i

sedangkan metode mengajar adalah cara mengajar yang sudah merupakan pola

tertentu guna mencapai tujuan pengajaran.

Menurut Mc. Geoch dalam Sukintaka (2004:21) membagi pendekatan

pembelajaran penjas dengan metode bagian menjadi 3 yaitu :

a. Metode bagian murni

b. Metode bagian progresif (maju berkelanjutan)

c. Metode bagian repetitive (berulang)

Dalam pembahasan penelitian ini diambil dua pendekatan pembelajaran yaitu

metode bagian progresif dan repetitif.

Menurut Joyce B., Weil M. dan E. Calhom (2000:12) metode pembelajaran

dapat diartikan sebagai suatu cara atau pola yang digunakan untuk mengatur proses

pembelajaran. Menurut Atwi Suparman (1997:16) metode mengajar berfungsi

dalam menyajikan (menguraikan, memberi contoh dan memberi latihan) isi

pelajaran kepada siswa untuk mencapai tujuan tertentu. Program yang diberikan

kepada siswa untuk mencapai tujuan tertentu. Program yang diberikan kepada siswa

harus disusun secara sistimatis, berurutan, berulang-ulang dan kian hari kian

bertambah bebannya dari yang mudah sampai yang sulit, sehingga dapat

memperoleh hasil belajar secara optimal. Peranan pendekatan pembelajaran

merupakan bagian yang sangat penting dalam proses belajar mengajar, sehingga

diharapkan dengan pemilihan pendekatan pembelajaran yang tepat akan membantu

siswa mencapai tingkat keberhasilan menyerap materi yang sebaik-baiknya.

a. Belajar Gerak Dalam Pendidikan Jasmani

i

Berdasarkan teori belajar, berkembang pandangan tentang difinisi belajar

sebagai berikut: menurut Oemar Hamalik (2006: 154), “belajar adalah

perubahan tingkah laku yang relatif mantap berkat latihan dan pengalaman”.

Selanjutnya oleh Hergenhahm, B.R. dan Mattew H.O. (1997: 2) bahwa dalam

belajar ditunjukkan dengan adanya: (1) suatu perubahan tingkah laku, (2)

perubahan tingkah laku relatif permanen, (3) perubahan tingkah laku akibat dari

pengalaman atau praktek, (4) pengalaman atau praktek harus diperkuat. Jenis

perubahan dan belajar itu sendiri merupakan perubahan perilaku dan penjelasan

tentang belajar yang dilakukan dengan membandingkan perilaku apa yang

mungkin ada sebelum individu ditempatkan pada situasi belajar dan perilaku apa

yang terjadi setelah perlakuan. Perubahan tersebut merupakan peningkatan

kemampuan untuk beberapa jenis “Performance” dan juga merupakan sebuah

cara pandang yang berbeda yang disebut sikap atau nilai. Perubahan tersebut

harus lebih dari sekedar kemampuan sesaat tetapi harus dapat dipanggil kembali

setelah beberapa waktu. Belajar harus dapat dibedakan dari jenis perubahan

yang mencirikan perkembangan seperti perubahan tinggi atau perkembangan

otot selama latihan. Menurut Kingsley H.L. dan Garry (1957: 12) “Learning is

the by process which behavior (in the broader sense) is originated or changed

thought practice and training”nya latihan. Sehingga apabila seorang anak belum

berhasil dalam belajar, ia harus mengulang proses atau aktivitas yang pernah

dilakukan. Proses ia sesuatu yang ada di lingkungannya, melalui manusia,

hewan, tumbuh-tumbuhan maupun benda-benda lain yang dijadikan bahan

belajar. Setiap aktivitas belajar akan menghasilkan perubahan-perubahan yang

dapat berupa tingkah laku, kecakapan, sikap, minat, nilai maupun pola

i

beraktivitas. Perubahan sebagai prestasi belajar biasanya merupakan

peningkatan menjadi lebih baik. Dari beberapa pengertian belajar yang telah

dikemukakan terdapat beberapa perumusan yang berbeda, tetapi secara umum

dapat didifinisikan bahwa pengertian belajar menurut penulis adalah suatu

proses perubahan tingkah laku, cara pandang, dan kemampuan seseorang dan

perubahan yang terjadi relatif tetap atau permanen yang merupakan hasil dari

pengalaman atau latihan.

Pengertian belajar gerak tidak terlepas dari pengertian belajar pada

umumnya. Belajar gerak merupakan salah satu bentuk belajar yang mempunyai

penekanan pada suatu spesifik yaitu untuk tujuan peningkatan kualitas gerak

tubuh.

Belajar adalah seperangkat yang bertalian dengan latihan atau

pengalaman yang mengantarkan kearah perubahan yang permanen dalam prilaku

terampil. Gerak dapat diartikan sebagai perubahan tempat, posisi, kecepatan

tubuh atau bagian tubuh manusia yang terjadi dalam suatu dimensi ruang dan

waktu serta dapat diamati secara objektif. (http://por.sps.upi.edu.).

Belajar gerak adalah belajar yang diwujudkan melalui respon-respon

muskular yang diekspresikan dalam gerakan tubuh atau bagian tubuh

(Sugiyanto, 2000:7-37). Di dalam pendidikan jasmani, belajar gerak berperan

dalam aspek-aspek pengembangan keterampilan gerak tubuh, penguasaan pola-

pola gerak keterampilan olahraga, dan pengekspresian pola-pola prilaku

personal dan interpersonal yang baik di dalam pertandingan.

i

Pengertian belajar gerak menurut Amung Ma’mun (2000:45) adalah

sebagai salah satu proses yang mengarah pada upaya untuk memperoleh

perubahan perilaku yang berhubungan dengan gerak.

Berdasarkan pengertian belajar gerak di atas, maka dapat ditarik 3 hal

pokok yaitu : (1) Belajar merupakan proses yang didalamnya terjadi pemberian

latihan dan pengalaman, (2) Terjadinya perubahan-perubahan dari gerakan yang

ditampilkan, (3) Perubahan yang terjadi relatif permanen.

Untuk mengetahui belajar gerak dalam pendidikan jasmani maka terlebih

dahulu kita perlu mengetahui pengertian pendidikan jasmani. Istilah pendidikan

jasmani dimaksudkan sebagai terjemahan dari istilah “Physical Education”,

berasal dari Amerika Serikat dan Indonesia meminjam istilah itu untuk

menyebutkan suatu kegiatan yang bersifat mendidik dengan memanfaatkan

kegiatan jasmani. Sedangkan istilah “olahraga” seperti yang berkembang di

Indonesia dewasa ini dianggap sebagai terjemahan dari istilah “sport” namun

dalam bahasa sehari-hari kedua istilah tersebut yaitu Pendidikan Jasmani dan

Olahraga masih sering digunakan secara berganti-ganti.

Pendidikan Jasmani adalah suatu proses pembelajaran melalui aktivitas

jasmani yang didesain untuk meningkatkan kebugaran jasmani, mengembangkan

keterampilan motorik, pengetahuan, perilaku hidup sehat, aktif, sikap sportif,

dan kecerdasan emosi (http://getskripsi.com/2009/01).

Peranan belajar gerak dalam pendidikan jasmani dilihat dari segi aspek

fisik adalah aspek yang pertama untuk meningkatkan kemampuan fisik,

sedangkan aspek yang kedua untuk meningkatkan kualitas gerak tubuh. Untuk

meningkatkan kemampuan fisik, kegiatan yang dilakukan perlu mengacu pada

i

prinsip-prinsip latihan fisik (physical training); sedangkan untuk meningkatkan

kualitas gerak, kegiatan yang dilakukan perlu mengacu pada prinsip-prinsip

belajar gerak (motor learning).

Proses belajar dan berlatih diperlukan untuk menguasai keterampilan

gerakan. Gerakan biasa dikuasai dengan baik apabila dipraktikkan berulang-

ulang. Jangka waktu yang diperlukan untuk pelaksanaan proses belajar dan

berlatih untuk setiap kategori gerakan keterampilan tidak sama. Semakin

kompleks gerakan keterampilan yang dipelajari akan memerlukan waktu yang

lebih lama. Lamanya waktu yang dperlukan bukan hanya tergantung pada

kompleksnya gerakan, tetapi juga dipengaruhi oleh bakat si pelajar.

Sugiyanto (2000:8-12) mengklasifikasikan keterampilan gerak

berdasarkan beberapa sudut pandang, yaitu :

1). Klasifikasi berdasarkan kecermatan gerakan

Kecermatan pelaksanaan gerakan bisa ditentukan antara lain oleh

jenis otot-otot yang terlibat. Ada gerakan yang melibatkan otot-otot besar,

dan ada yang melibatkan otot-otot halus. Berdasarkan kecermatan atau jenis

otot-otot yang terlibat, keterampilan gerak dikategorikan menjadi 2, yaitu :

a). Keterampilan gerak agal (gross motor skills) adalah gerakan yang di

dalam pelaksanaan otot-otot besar sebagai basis utama gerakan,

contohnya ; keterampilan gerakan meloncat tinggi dan lempar lembing.

b). Keterampilan gerak halus (fine motor skills) adalah gerakan yang di

dalam pelaksanaannya melibatkan otot-otot halus sebagai basis utama

gerakan, contohnya ; gerak menarik pelatuk senapan, dan pelepasan

busur dalam memanah.

i

Pada keterampilan gerak agal diperlukan keterlibatan bagian-bagian

tubuh secara keseluruhan; sedangkan pada keterampilan gera halus hanya

melibatkan sebagian dari anggota badan yang digerakkan oleh anggota

badan yang digerakkan oleh otot-otot halus.

2). Klasifikasi berdasarkan perbedaan titik awal dan akhir gerakan

Gerakan keterampilan ada yang mudah bisa diketahui bagian awal dan

bagian akhir gerakannya; tetapi ada juga yang sukar untuk bisa diketahui.

Dengan karakteristik seperti itu, keterampilan gerak bisa dibedakan menjadi

3 kategori, yaitu :

a) Keterampilan gerak diskret (discrete motor skill) adalah keterampilan

gerak di mana dalam pelaksanaannya bisa dibedakan secara jelas titik

awal dan titik akhir dari gerakan.

b) Keterampilan gerak serial (serial motor skill) adalah keterampilan gerak

diskret yang dilakukan beberapa kali secara berlanjut.

c) Keterampilan gerak kontinyu (continous motor skill) adalah keterampilan

gerak yang tidak bisa dengan mudah ditandai titik awal atau titik akhir

dari gerakannya.

Keterampilan gerak kontinyu untuk melakukannya dipengaruhi oleh

kemauan si pelaku dan stimulusi eksternal, dibandingkan dengan pengaruh

bentuk gerakannya sendiri. Misalnya sewaktu menggiring bola, yang

menentukan adalah keadaan bola dan maunya si pelaku untuk

menggiringnya, sedangkan bentuk gerakannya sendiri tidak berubah-ubah

atau tidak terpaku pada bentuk gerakan tertentu yang baku.

3). Kalsifikasi berdasarkan stabilitas lingkungan

i

Gerakan keterampilan dilakukan ada kalanya pelaku menghadapi

kondisi lingkungan yang tidak berubah dan ada kalanya berubah-ubah.

Berdasarkan kodisi lingkungan seperti ini, gerakan keterampilan dibedakan

menjadi 2, yaitu :

a). Keterampilan tertutup (closed skill) adalah keterampilan gerak dimana

pelaksanaannya terjadi pada kondisi lingkungan yang tidak berubah, dan

stimulus gerakannya timbul dari dari dalam diri si pelaku sendiri.

b). Keterampilan terbuka (open skill) adalah keterampilan gerak dimana

dalam pelaksanaannya terjadi pada kondisi lingkungan yang berubah-

ubah, dan pelaku bergerak menyesuaikan dengan stimulus yang timbul

dari lingkungannya. Perubahan kondisi ini bisa bersifat kontemporal dan

bersifat spasial. Contohnya adalah dalam melakukan gerakan memukul

bola yang dilambungkan. Dalam hal ini pelaku dipaksa mengamati

kecepatan, arah, dan jarak bola; kemudian menyesuaikan pukulannya.

Menurut Sugiyanto (2007:93-95) belajar gerak sebagai suatu aktifitas

berlangsung dalam suatu proses untuk mencapai tujuan belajar. Pencapaian

tujuan belajar gerak selalu melalui tahapan atau fase belajar yang dapat

diidentifikasikan ada 3 fase belajar yaitu :

1). Fase kognitif atau fase awal

Pada fase kognitif pelajar berusaha memahami ide atau konsep gerakan

melalui mendengarkan penjelasan atau melihat contoh gerakan. Agar konsep

gerak yang difahami pelajar adalah benar, perlu sajian model gerakan yang

benar dan dapat diamati dengan jelas oleh pelajar. Berdasarkan pemahaman

i

konsep gerakan yang diperoleh, pelajar kemudian berfikir dalam bentuk

merencanakan gerak dan urutan rangkaian gerakan yang akan dilakukan.

Rencana gerak tersebut kemudian dilaksanakan dalam kegiatan

mempraktikan gerakan. Saat awal mempraktikkan gerakan, aktifitas kognitif

masih mendominasi proses pelaksanaan gerak. Fikiran tentang konsep gerak

masih lebih dominan dibanding memikirkan pelaksanaan geraknya, sehingga

respon geraknya masih belum benar atau belum lancar.

2). Fase asosiatif atau fase menengah

Setelah pelajar mempraktikkan gerakan berulang-ulang, proses belajar gerak

akan memasuki fase asosiatif yaitu fase dimana dalam melaksanakan

keterampilan gerak, konsep gerak yang ada dalam fikiran sudah semakin

mudah dilaksanakan dalam respon geraknya. Aktifitas kognitif sudah

berasosiasi secara baik dengan respon geraknya, sehingga pelajar semakin

mudah dan benar dalam melaksanakan konsep gerakan. Pelajar semakin

menguasai ketreampilan gerak yang dipelajari. Dengan mengulang-ulang

praktik gerakan, pelajar akan memcapai fase otonom.

3). Fase otonom atau fase akhir

Fase otonom merupakan puncak pencapaian ketrampilan gerak. Pelajar

mampu melakukan gerakan ketrampilan secara otonom dan otomatis.

Gerakan yang otonom adalah gerakan dapat dilakukan walaupun pada saat

yang bersamaan pelaku melakukan aktivitas kognitif selain gerak yang

dilakukan. Misalnya pemain bola voli dapat menyemes dengan baik sambil

memperhatikan posisi pengeblok dan mencari daerah yang kosong.

Sedangkan gerakan yang otomatis adalah gerakan yang dilakukan seolah-

i

olah dengan sendirinya. Gerak otonom dan otomatis dapat terbentuk melalui

proses berlatih atau praktek berulang-ulang dalam jangka waktu yang relatif

lama.

Pembelajaran dalam pendidikan jasmani harus mampu membangkitkan

minat anak untuk menggali potensinya dalam hal gerak, oleh karena itu anak

harus diberi dorongan untuk terus menerus menjelajahi kemampuan-

kemampuannya. Tugas ini tidak mudah dan hasilnya tidak segera. Dari

pertemuan ke pertemuan, mungkin guru hanya akan melihat kemajuan yang

lambat, tersendat-sendat, serta seolah berjalan di tempat. Memang itulah yang

harus disadari oleh semua guru penjas. Tidak ada kemajuan dalam hal belajar

gerak yang bersifat kejutan. Semua kemajuan mengikuti pola yang teratur.

Jangan mengharapkan keajaiban. Harus sabar dan bersikap optimis bahwa murid

kita akan mencapai kemajuan. Bila tiba waktunya, jangan kaget jika tiba-tiba

guru sadar anak-anak sudah bertambah tinggi dan besar serta semakin terampil

gerakannya. Itulah upah dari kesabaran guru dalam mendidik anak. Disitulah

guru akan merasakan betapa mulianya tugas guru Penjas. Di pihak lain, sebagai

guru kita harus maklum bahwa setiap murid memiliki kekhasannya masing-

masing. Artinya, ada anak yang kelihatan mudah dalam mempelajari gerak-

gerak tertentu, sementara yang lainnya menemui kesulitan. Ada anak yang gigih

ingin bisa, ada juga anak yang mudah menyerah. Perbedaan individual dalam hal

kematangan dan pengalaman masa lalunya, menyebabkan kita sulit untuk

menyeragamkan kecepatan kemajuan anak-anak dalam hal belajar gerak.

Keluhan-keluhan seperti "saya tidak bisa" atau " saya tidak berbakat" dan

ucapan sejenis lainnya akan sering terdengar dari mulut anak-anak. Bahkan ada

i

anak yang belum mencoba sekalipun sudah mengatakan tidak mau melakukan,

karena dia yakin tidak akan berhasil. Bagaimanakah guru seharusnya

menghadapi kasus serupa itu? Tentu jawaban dan cara guru harus benar-benar

tepat agar tidak kian 'membenamkan' anak dalam citra rendah diri yang

dibuatnya sendiri. Menanamkan kesadaran pada anak-anak bahwa mempelajari

keterampilan dan gerak, bukanlah proses yang tergesa-gesa. Sebab diperlukan

waktu dan usaha yang tidak sebentar untuk menguasai sesuatu. Yang penting

jangan cepat menyerah. Ungkapan guru seperti, "cobalah lakukan lagi. Kamu

bukan tidak bisa, tapi belum bisa", adalah salah satu ungkapan yang bisa

membesarkan hati anak.

Perbedaan anak-anak tersebut harus membuat guru penjas menjadi lebih

arif dalam menentukan tugas bagi masing-masing anak. Jangan sampai anak

diberi tugas yang seragam dengan kriteria keberhasilan yang sama bagi semua

orang. Kenali kemampuan murid, baik per kelompok maupun perorang, agar

penentuan tugas mereka bisa disesuaikan. Dengan cara itu anak akan merasa

bahwa guru memang mendorong semua siswa untuk mau dan mampu belajar.

Melalui program pendidikan jasmani yang teratur, terencana, terarah dan

terbimbing, diharapkan dapat dicapai seperangkat tujuan yang meliputi

pembentukan dan pembinaan bagi pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan

rohani. Liputan tujuan itu terdiri atas pertumbuhan dan perkembangan aspek

jasmani, intelektual, emosional, sosial dan moral spiritual. Tujuan itu dapat

dicapai melalui pengajaran gerak atau latihan jasmani yang diantaranya beruba

cabang-cabang olahraga formal. Namun dibalik kegiatan itu yang diutamakan

i

bukanlah kesempatan bergerak atau berolahraga untuk memperoleh

keterampilan. Yang diutamakan ialah suasana kependidikan.

Dari uraian di atas, kegiatan pendidikan jasmani harus mengandung

pengalaman belajar yang bersifat mendidik. Pendidikan sama sekali tak lengkap

tanpa pendidikan jasmani. Pendidikan jasmani merupakan bagian tak

terpisahkan dari pendidikan secara keseluruhan.

Pendidikan jasmani bertujuan untuk memberikan bantuan kepada peserta

didik untuk mengenal dirinya dan dunia sekitarnya guna meningkatkan

kesehatan jasmani, rohani dan sosial. Pengalaman belajar dalam pendidikan

jasmani menyiagakan seseorang untuk siap dalam menghadapi tugas dalam

bekerja dan mengisi waktu senggang. Sasaran akhir ialah bimbingan untuk

menguasai kewajiban sebagai orang dewasa yang kreatif.

Dengan melihat fungsi pendidikan jasmani seperti di atas, ternyata bahwa

belajar gerak mempunyai peranan penting di dalam pendidikan jasmani. Belajar

gerak berperan dalam pendidikan jasmani yang melibatkan domain psikomotor,

yaitu dalam upaya mencapai tujuan yaitu :

a. Mengembangkan keterampilan gerak

b. Menguasai pola-pola gerak keterampilan olahraga

c. Mengekspresikan pola-pola perilaku personal dan interpersonal yang baik di

dalam pertandingan.

Agar menjadi lebih jelas mengenai peranan belajar gerak di dalam

pendidikan jasmani bisa diberikan gambaran seperti berikut ini. Dilihat dari segi

kegiatan fisik, pendidikan jasmani memiliki dua aspek pokok. Aspek yang

pertama adalah meningkatkan kemampuan fisik, sedangkan aspek yang kedua

i

untuk meningkatkan kualitas gerak tubuh, untuk meningkatkan kemampuan

fisik, kegiatan yang dilakukan perlu mengacu pada prinsip-prinsip latihan fisik

(physical training); sedangkan untuk meningkatkan kualitas gerak, gerakan yang

dilakukan perlu mengacu pada prinsip-prinsip belajar gerak (motor learning).

b. Pendekatan Bagian Progresif

Pendekatan bagian progresif merupakan cara yang dilakukan untuk

meminimaliskan persoalan kegiatan belajar yang tidak mentransfer kepada

keseluruhan.

Pendekatan metode bagian progresif (maju berkelanjutan) adalah cara

mengajar dengan metode dimana unsur pertama dan kedua dipelajari secara

terpisah, kemudian setelah dikuasai baru disatukan, selanjutnya unsur ketiga

dipelajari secara terpisah pula, setelah dikuasai digabungkan dengan unsur satu

dan dua. Demikian seterusnya sehingga dapat dikuasai, setelah itu baru

melakukan gerakan yang sesungguhnya.

Amung Ma’mun (2000:91) mengatakan bahwa dalam metode bagian

progresif ketrampilan yang kompleks disajikan secara terpisah, tetapi kegiatan-

kegiatan terintegrasi ke dalam bagian yang lebih besar dan keseluruhan.

Sedangkan menurut Magill (2001:34) dalam metode bagian progresif siswa

mempraktekkan bagian pertama sebagai suatu unit yang independen kemudian

mempelajari bagian kedua secara terpisah kemudian bagian kedua bersama

dengan bagian pertama, sehingga tiap bagian yang independen secara progresif

bergabung pada bagian yang lebih besar.

i

Menurut Christina Robert W., Corsos D.M. (1988:76) metode bagian

progresif adalah suatu metode yang digunakan dalam pembelajaran di mana

siswa mempelajari satu bagian sampai dikuasai kemudian mempelajari bagian

yang lain sampai dikuasai selanjutnya dipraktekkan bersama sampai dikuasai,

kemudian bagian ketiga diajarkan tersendiri setelah bagian ini dikuasai. Ketiga

bagian dikombinasikan dan dipraktekkan bersama sampai dikuasai. Prosedur ini

dilanjutkan untuk masing-masing bagian yang tersisa sampai semua bagian

dapat dipraktekkan, sebagai satu gerakan keseluruhan.

Dengan demikian pendekatan metode bagian progresif menurut peneliti

adalah suatu metode dalam suatu pembelajaran di mana siswa mempelajari

bagian pertama dan mempelajari bagian kedua secara terpisah kemudian bagian

pertama dan kedua dipraktekkan bersama kemudian bagian ketiga dipelajari

secara terpisah, bagian satu, dua, dan tiga dipelajari secara bersama sampai

dikuasai. Prosedur ini dilakukan sampai selesai. Sebagai contoh dalam

mengajarkan lay-up shooting bola basket : (1) mempelajari cara menggiring bola

sampai dikuasai, (2) mempelajari cara melangkahkan kaki sampai dikuasai, (3)

mengkombinasikan teknik menggiring bola dan teknik melangkahkan kaki

sampai dikuasai, (4) mempelajari teknik menembak dengan sampai dikuasai, (5)

mengkombinasikan menggiring bola, teknik melengkahkan kaki, teknik

menembak sampai dikuasai, (6) mempelajari teknik sikap akhir setelah

menembak sampai dikuasai, (7) mengkombinasikan teknik menggiring bola,

teknik melangkahkan kaki, teknik menembak dan sikap akhir setelah menembak

sampai dikuasai.

i

Dengan demikian cara mengajar menggunakan pendekatan metode bagian

progresif adalah sebagai berikut: unsur pertama dan kedua dipelajari secara

terpisah, kemudian setelah dikuasai baru disatukan selanjutnya unsur ketiga

dipelajari secara terpisah pula dan setelah dikuasai digabungkan dengan unsur

satu dan dua. Demikian seterusnya sehingga semua unsur dapat dikuasai, setelah

itu baru melakukan gerakan yang sesungguhnya secara keseluruhan.

1). Kelebihan metode bagian progresif

a). Guru maupun siswa dapat lebih fokus pada bagian materi yang sedang

dipelajari

b). Praktek akan lebih mudah dikuasai

c). Ada kesempatan untuk mengoreksi terhadap kesalahan teknik

d). Cocok untuk mempelajari gerakan yang terdiri dari beberapa unsur

teknik

e). Siswa mempunyai kesempatan untuk istirahat (recovery)

Keuntungan dari penggunaan metode bagian progresif adalah adanya

pengurangan tuntutan perhatian dari performance keterampilan keseluruhan,

sehingga orang dapat memfokuskan perhatian pada aspek khusus dari suatu

bagian keterampilan (Magill, 2001:315).

2). Kekurangan metode bagian progresif

1). Membutuhkan waktu yang lama untuk menggabungkan unsur-unsur

teknik menjadi satu rangkaian gerakan

2). Perlu pembebanan tugas kepada siswa agar teknik mudah dikuasai

3). Siswa yang memiliki kemampuan gerak dasar tinggi akan lebih cepat

menguasai teknik dibanding kemampuan gerak dasar rendah.

i

4). Perhatian guru maksimal pada siswa yang mempunyai kemampuan gerak

dasar rendah

c. Pendekatan Bagian Repetitif

Pendekatan metode bagian repetitif atau metode berulang, adalah metode

pembelajaran dengan pelaksanaan pertama kali yang diajarkan adalah unsur

kesatu, setelah unsur satu dikuasai, berikutnya diajarkan unsur kesatu dan kedua

secara bersamaan. Berikutnya lagi diajarkan unsur kesatu, kedua, ketiga

bersamaan pula dan seterusnya.

Menurut Christina Robert W dan Corcos D.M. (1988:77)

mengemukakan pendekatan pembelajaran dengan metode bagian repetitif adalah

suatu metode dalam pembelajaran di mana siswa mempelajari sesuatu bagian

sampai dikuasai dan kemudian mengkombinasikan dengan bagian yang lain baru

dengan dipelajari atau dipraktekkan secara bersama sampai dikuasai. Prosedur

ini diikuti oleh masing-masing bagian yang tersisa sampai semua bagian dapat

dipraktekkan sebagai suatu keseluruhan. Sebagai contoh dalam mengajarkan

lay-up shooting bola basket yaitu: (1) Pertama-tama mempelajari teknik

mendrible bola sampai dikuasai, (2) mengulangi pelajaran teknik mendribel

bola, kemudian dilanjutkan dengan mempelajari teknik melahkahkan kaki

sampai dikuasai, baru selanjutnya mengkombinasikan antara teknik mendribel

bola dan teknik melangkahkan kaki secara bersama-sama, (3) mengulangi

kembali pelajaran tentang teknik mendribel bola dan teknik melangkahkan kaki,

kemudian menambah materi ketiga yaitu teknik menembak, selanjutnya

mengkombinasikan antara teknik mendribel bola, teknik melangkahkan kaki dan

i

teknik menembak secara bersama-sama dalam suatu rangkaian gerak. Demikian

seterusnya untuk mempelajari teknik berikutnya diawali dengan mengulang

teknik yang sudah dipelajari sebelumnya, kemudian dikombinasikan beberapa

teknik tersebut menjadi satu rangkaian gerakan secara bersama-sama.

Langkah pertama dalam penggunaan metode bagian repetitif dalam

pembelajaran adalah membagi materi pembelajaran menjadi beberapa bagian

yang dapat digunakan untuk memisahkan menjadi beberapa rangkaian gerak.

Dalam metode bagian repetatif terjadi pengulangan-pengulangan gerak baik

pada tiap bagian maupun pada cara mengkombinasikan antar bagian sehingga

dengan pengulangan ini siswa akan lebih mudah menguasai gerak pada tiap

bagian maupun gerak secara keseluruhan.

Mengacu pada sistem latihan menurut Yusuf Hadisasmita, Aip Syarifuddin

(1996:143) mengemukakan bahwa metode ulangan (Repetitive Methode) terdiri

dari mengulangi latihan-latihan tertentu yang dilakukan dengan atau tanpa

istirahat. Sifat-sifat metode ini sebagai berikut :

1. Latihan dengan intensitas yang konstan

2. Waktu istirahat yang optimal

3. Bentuk ulangan yang bermacam-macam

Metode ulangan dianjurkan untuk dipraktekkan terutama pada kelompok pelajar

remaja, dan juga untuk yang sudah maju pada periode persiapan (Preparatory

Period). Tujuan utamanya adalah : pertumbuhan kekuatan, daya tahan dan

kelincahan, menahan keadaan badan yang diperoleh pada periode latihan

terdahulu, ulangan latihan-latihan dasar pada waktu pemanasan, belajar sejumlah

kegiatan dan skill, dan adaptasi atlit terhadap merasakan kadar latihan.

i

1. Kelebihan metode repetitif

a). Pembelajaran dapat dilakukan dengan intensitas yang konstan

b). Apabila guru dapat me-manage waktu, siswa memperoleh waktu

istirahat yang optimal

c). Dengan pengulangan siswa akan mudah mengingat-ingat materi yang

sudah dipelajari

d). Siswa memahami betul tentang teknik bagian per bagian sehingga

mampu merangkai gerakan tersebut menjadi keseluruhan gerakan yang

benar.

e). Cocok untuk mempraktekkan skill yang sifatnya individu

2. Kekurangan metode repetitif

a). Timbul kejenuhan pada siswa terhadap teknik yang telah dipelajari.

b). Membutuhkan waktu yang lama untuk mengulang dan menggabungkan

unsur-unsur teknik menjadi satu rangkaian gerakan.

c). Bila guru tidak dapat me-manage waktu dengan baik, kesempatan untuk

istirahat sedikit.

d). Siswa yang memiliki tingkat pemahaman gerak rendah akan sulit

menggabungkan atau mengkombinasikan beberapa teknik.

Tabel 1. Perbandingan antara Metode Bagian Progresif dan Repetitif

METODE PEMBELAJARAN

Metode Bagian Progresif Metode Bagian Repetitif

Ø Kesempatan siswa untuk

mengulang teknik per bagian

lebih pendek.

Kesempatan siswa untuk

mengulang teknik per bagian lebih

lama.

i

Ø Tingkat penguasaan teknik per

bagian lebih baik.

Ø Tingkat kebosanan siswa

terhadap teknik yang diulang

rendah.

Ø Waktu interval latihan teknik

antar bagian cukup lama.

Ø Dengan mempelajari bagian

per bagian secara terpisah,

menyebabkan waktu istirahat

lebih lama.

Ø Lebih cocok untuk

mempelajari gerakan yang

kompleks

Tingkat penguasaan teknik per

bagian kurang.

Tingkat kebosanan siswa terhadap

teknik yang diulang tinggi.

Waktu interval latihan teknik antar

bagian sangat pendek.

Dengan mengulangi teknik yang

sudah diajarkan, kemudian

menggabungkan dengan teknik

yang baru, menyebabkan waktu

istirahat lebih pendek.

Lebih cocok untuk mempelajari

gerakan yang sederhana.

2. Kemampuan Gerak

Kemampuan gerak secara singkat didefinisikan sebagai kemampuan yang

umum dari seseorang untuk bergerak (Nurhasan, 2000:6.3). Sedangkan Rusli Lutan

(1988:96), menguraikan kemampuan motorik (motor ability) sebagai kapasitas dari

seseorang yang berkaitan dengan pelaksanaan dan peragaan dari suatu keterampilan

yang relatif melekat setelah masa kanak-kanak. Lebih lanjut dijelaskan bahwa

pengaruh faktor biologis sebagai kekuatan yang utama berpengaruh terhadap

i

kemampuan motorik (motor ability) seseorang. Kemampuan motorik (motor ability)

itulah sebagai landasan bagi perkembangan keterampilan.

Singer R.N., (1975:36), mengatakan sebagian besar kita sangat percaya

bahwa ada beberapa faktor yang memberikan sumbangan untuk dapat menghasilkan

penampilan keterampilan gerak yang tinggi adalah (1) proses pembelajaran,(2)

siswa, dan (3) situasi belajar. Lebih lanjut dikatakan, bahwa dua di antara ketiga

faktor tersebut di atas yakni faktor siswa dan proses pembelajaran memberikan

sumbangan yang sangat besar terhadap penampilan keterampilan gerak seseorang.

Dalam uraiannya tentang faktor siswa (individu) yang berpengaruh dalam

penampilan keterampilan gerak seseorang, salah satunya disebutkan faktor

motorability. Perbedaan kemampuan gerak yang ada pada siswa, harus menjadi

pertimbangan sebagai suatu faktor yang menentukan dalam belajar keterampilan

gerakan-gerakan olahraga umumnya dan dalam mempelajari keterampilan gerak

teknik dasar shooting bola basket khususnya. Perbedaan siswa dalam hal

kemampuan gerak akan menjadi pertimbangan yang sangat penting ketika guru

memilih dan menentukan pendekatan pembelajaran yang sesuai dengan karakter

dari masing-masing siswa. Dengan perbedaan ini, maka pada dasarnya setiap siswa

memerlukan perlakuan yang berbeda dalam proses belajarnya agar masing-masing

bisa mencapai hasil yang optimal sesuai dengan potensi yang dimilikinya.

Keterampilan dalam berbagai cabang olahraga memiliki struktur tersendiri,

lengkap dengan konsep dan prinsip yang mendasarinya. Memahami konsep-konsep

itu merupakan syarat untuk menguasai keterampilan yang dipelajari. Semakin

terkuasai konsepnya, semakin mudah suatu keterampilan dikuasai.

i

Pelajaran pendidikan jasmani adalah salah satu tempat untuk meningkatkan

kemampuan pemahaman anak terhadap berbagai konsep dasar keterampilan gerak.

Kemampuan pemahaman ini akan menjadi bekal yang sangat berguna bagi siswa

untuk menjadi 'pembelajar' dalam banyak cabang olahraga ketika mereka menjadi

dewasa kelak. Bahkan kemampuan ini dapat ditransfer untuk memahami bidang

lain. Untuk mendukung tujuan tersebut pelajaran pendidikan jasmani harus

mampu memberikan kesempatan kepada anak untuk memahami konsep dasar dari

berbagai keterampilan yang dipelajarinya.

Secara potensial setiap individu memiliki kemampuan gerak yang berbeda.

Perbedaan kemampuan gerak akan mempunyai implikasi terhadap hasil

pembelajaran. Secara umum kemampuan gerak dipengaruhi variabel keturunan dan

lingkungan. Variabel ini akan mempunyai pengaruh kepada potensial siswa dalam

pencapaian berbagai usaha. Motor ability berarti bersifat potensial, karena bersifat

potensial maka dapat digunakan memprediksi kemampuan seseorang anak. Guna

memprediksi seorang anak diperlukan pengukuran kemampuan gerak (measurement

motor ability). “Motor Ability Test telah dikembangkan oleh para ahli seperti

Cozens, Scott’s dan Barrow’s (Singer R.N., 1975 : 216), dan masih banyak bentuk

tes lainnya. Lebih lanjut dijelaskan oleh Singer bahwa motor ability test mempunyai

kegunaan untuk mengklasifikaskan dan memprediksi seseorang dalam keberhasilan

kegiatan fisik. Penelitian ini menggunakan kemampuan gerak sebagai variabel

atribut. Guna melihat apakah ada perbedaan pengaruh seseorang anak yang

memiliki kemampuan gerak tinggi dan gerak rendah terhadap hasil pembelajaran

shooting bola basket. Mengapa dibagi kemampuan gerak tinggi dan rendah, karena

suatau kecenderungan bahwa anak yang memiliki kemampuan gerak tinggi

i

mempunyai karakteristik gerak berbeda dengan mereka yang memiliki kemampuan

gerak rendah. Implikasinya adalah anak yang memiliki kemampuan gerak tinggi

memiliki kecenderungan suka bergerak walaupun tanpa diperintah, mempunyai

pengalaman kerja yang banyak, dengan demikian lebih cocok pada pendekatan

pembelajaran dengan metode bagian progresif. Anak-anak memiliki kemampuan

rendah memiliki kecenderungan malas bergerak, pengalaman gerak rendah dan

untuk bergerak perlu bimbingan dan didorong secara terus menerus dengan

demikian yang lebih cocok melalui pendekatan pembelajaran dengan metode

repetitif.

Model-model tes kemampuan gerak, banyak dan beraneka ragam. Guna

mengklasifikasikan kemampuan gerak anak Barrow motor ability test dipilih

sebagai instrumen dalam mengklasifikasikan kemampuan gerak anak. Test ini

dipilih karena memiliki kelebihan antara lain: jumlah mata tes sedikit, mudah

dilaksanakan, memiliki validitas dan rehabilitas tinggi, keakuratan dan ketepatan

cukup meyakinkan artinya bahwa tes ini betul-betul mengukur apa yang harus

diukur. Jenis item tes ini terdiri dari : (1) standing broad jump, (2) soft ball throw,

(3) zigzag run, (4) wall pass, (5) medicine ball put, (6) 60 yard dash (Johnson, B. L.

& Nelson, J.K., 1986:362-366).

3. Hasil Belajar Shooting Bola Basket

a. Permainan Bola Basket

i

Permainan bola basket adalah jenis olahraga beregu yang sederhana

tetapi cukup populer di dunia. Penggemarnya yang berasal dari segala usia

merasakan bahwa permainan bola basket adalah olahraga yang menyenangkan,

kompetitif, mendidik, menghibur dan menyehatkan. Ketrampilan-ketrampilan

perseorangan seperti tembakan, umpan, dribel, rebound dan kerja sama tim

untuk menyerang dan bertahan, adalah prasyarat agar berhasil dalam memainkan

olahraga ini.

Menurut Nuril Ahmadi (2007:2) mengatakan permainan bola basket

merupakan jenis olahraga yang akhir-akhir ini begitu cepat perkembangannya

dan banyak menarik perhatian dalam kehidupan manusia, khususnya kaum

remaja. Proses perkembangan yang sangat cepat ini dipengaruhi oleh beberapa

hal sebagai berikut :

1). Permainannya sederhana sehingga mudah dipelajari dan dikuasai dengan

sempurna.

2). Tidak memerlukan banyak pemain. Dalam permainan, setiap individu

hanya butuh 5 pemain.

3). Tempat bermain dapat dilakukan dimana saja, seperti di dalam ruangan

tertutup ( di dalam gedung) dengan peralatan yang relatif murah. Bahkan

permainan ini dapat dilakukan di halaman rumah dengan memasang satu

ring basket di tembok garasi, menggunakan perturan yang dimodifikasi.

4). Permainan bola basket juga menuntut perlunya melakukansuatu latihan

yang baik (disiplin) dalam rangka pembentukan kerja sama tim. Aspek

latihan serius ini sangat bermanfaat bagi kehidupan manusia di

masyarakat. Selain itu, permainan ini juga bermanfaat bagi penanaman

i

sikap disiplin, sportifitas, dan semangat juang yang nantinya akan sangat

berguna dalam kehidupan.

5). Permainan bola basket menyuguhkan kepada para penonton banyak hal

seperti dribbling sembari meliuk-liuk dengan lincah, tembakan bervariasi,

terobosan yang fantastis, gerakan yang penuh tipu daya, bergantinya

memasukkan gol-gol indah dari regu yang bermain.

Dari beberapa hal diatas dapat menjadikan permainan bola basket tumbuh dan

berkembang secara pesat di masyarakat.

b. Belajar shooting bola basket

Nana Sudjana (2000:22) secara implisit menyebutkan bahwa belajar yang

efektif dapat membantu siswa untuk meningkatkan kemampuan yang diharapkan

sesuai dengan tujuan pembelajaran. Untuk meningkatkan hasil belajar, perlu

diperhatikan kondisi internal dan kondisi eksternal. Kondisi internal adalah

kondisi atau situasi yang ada di luar siswa, misalnya: ruang belajar yang bersih,

sarana dan prasarana yang memadai.

Sehubungan dengan hasil belajar yang dicapai oleh siswa dalam proses

pembelajaran, Robert N. Gagne (1988:126-131) mengemukakan beberapa hasil

belajar, diantaranya:

a. Discrimination (diskriminasi), merupakan kemampuan para siswa untuk

melihat, mendengar atau merasakan beberapa perbedaan antara stimulus.

b. Concrete concept (konsep konkret), konsep ini menyiapkan pra siswa agar

mampu untuk mengidentifikasikan satu atau lebih contoh-contoh mengenai

konsep.

i

c. Defined concept (identifikasi konsep), adalah satu aturan yang beberapa

obyek atau peristiwa. Melalui aturan ini kita mengartikan suatu definisi yang

mengekspresikan hubungan antara atribut konsep dan fungsinya.

d. Rule (pola/ aturan), adalah kemampuan internal siswa yang menentukan

tingkah laku seseorang dan menampilkan demonstrasi suatu hubungan pada

situasi kelas.

e. Problem solving (pemecahan masalah), adalah suatu kondisi di mana para

siswa dihadapkan pada pilihan-pilihan dan penggunaan aturan-aturan untuk

menentukan suatu solusi pada situasi tertentu, alternatif-alternatif dan

kendala-kendalanya, problem solving merupakan sebagian ketrampilan

dalam proses pembelajaran yang merupakan ekspresi dari kemampuan para

siswa untuk menghubungkan antara aturan-aturan dan konsep.

f. Cognitif strategy (strategi kognitif), strategi ini terdiri dari beberapa tipe,

yaitu; control attending, encoding, retrivel dan problem solving.

g. Verbal information (informasi verbal) informasi verbal menunjukkan

informasi berupa: nama, kenyataan-kenyataan, proporsi yang dapat

dinyatakan secara verbal. Verbal information juga disebut sebagai

declarative knowledge.

h. Motor skills (ketrampilan motorik), adalah ketrampilan-ketrampilan yang

diharapkan dikuasai oleh siswa selama proses pembelajaran. Ketrampilan

motorik biasanya berupa performa / unjuk kerja yang dapat diamati

kemampuannya ketika digunakan dalam menyelesaikan suatu pekerjaan

yang hubungannya dengan aktivitas.

i

i. Attitude (sikap) dalam hal ini sikap dapat dipandang sebagai suatu skema

triadik (triadic sceme), yang dimaksud bahwa sikap merupakan konstelasi

komponen kognitif, afektif dan konatif yang saling berinteraksi untuk

memahami, merasakan dan berperilaku terhadap suatu obyek.

Menurut Nuril Ahmadi (2007:18) mengemukakan usaha memasukkan

bola ke keranjang basket diisilahkan dengan shooting (menembak). Hasil belajar

shooting bola basket yang dimaksud dalam penelitian ini adalah hasil dari proses

belajar yang merupakan kemampuan untuk melakukan gerakan shooting bola

basket dan hasil shooting bola basket yang dihasilkan.

Kemampuan gerakan shooting bola basket tersebut adalah sebagai

berikut:

a. Sikap awal

b. Teknik memegang bola

c. Teknik menembak

d. Sikap akhir

Menurut Akros Abidin (1999:58) menembak adalah keahlian yang

sangat penting didalam permainan bola basket. Teknik dasar seperti operan,

menggiring, bertahan dan rebounding mengantar pemain untuk memperoleh

peluang besar untuk membuat skor, tetapi tetap saja seorang pemain harus

melakukan tembakan. Bahkan menembak dapat menutupi teknik dasar lainnya.

Untuk dapat melakukan tembakan dengan baik, maka yang harus mendapat

perhatian khola basket antara lain meliputi : (1) posisi tangan, (2) pandangan (3)

keseimbangan, (4) irama menembak. Untuk lebih jelas dapat diuraikan sebagai

berikut :

i

a. Posisi tangan

Untuk menembak bola ke ring basket, tangan ditempatkan di belakang bola.

Juga penting menempatkan tangan yang tidak menembak di bawah bola,

untuk menjaga bola atau keseimbangan bola. Tangan yang menembak bebas

dan tak perlu menjaga keseimbangan bola. Posisi tangan yang rileks akan

menjadi arah alami, bola berada pada jari-jari, jadi tidak pada telapak tangan.

b. Pandangan

Dalam pelaksanaan menembak, pandangan harus dipusatkan ke ring basket,

tujukan pada posisi muka lingkaran untuk semua jenis tembakan, kecuali

untuk melakukan tembakan pantul. Pandangan sasaran secepat mungkin dan

jagalah mata terfokus sehingga bola mencapai sasaran. Konsentrasi pada

target dapat mengurangi gangguan, seperti teriakan, gerakan tangan lawan

dal lain sebagainya.

c. Keseimbangan

Menjaga keseimbangan akan memberikan tenaga dan kontrol irama

tembakan. Posisi kaki adalah dasar keseimbangan dan menjaga kepala

segaris kaki sebagai kontrol keseimbangan. Agar keseimbangan ini tetap

terjadi pada setiap pemain yang akan melakukan tembakan, yaitu kaki harus

dibuka selebar bahu dan arah jarijari kaki ke depan. Kaki sedikit ditekuk,

akan memberikan tenagauntuk menembak. Bahu harus rileks, ehingga akan

menciptakan keseimbangan yang sempurna untuk menenbak.

d. Irama Menembak

Menembak merupakan sinkronisasi antara kaki, pinggang, bahu dan siku,

serta kelentukan pergelangan tangan dan jari tangan. Tembakan bola yang

i

dilakukan dengan halus, bersamaan dengan gerakan pengangkat yang ritmis.

Kekuatan inti dan ritme tembakana berasal dari gerakan naik dan turun kaki.

Dorongan dan kontrol terakhir tembakan berasal dari kelentukan

pergelangan tangan, lepaskan bola dari jari tengan dengan sentuhan ujung

jari yang lembut untuk membuat putaran sisi belakang bola dan

memperhalus hasil tembakan.

Menurut Nuril Ahmadi (2007:18-20) menyatakan memasukkan bola ke

keranjang diistilahkan dengan menembak, dapat dilakukan dengan satu tangan,

dua tangan dan lay-up.

a. Menembak dengan satu tangan (One hand set shoot)

Sikap badan pada waktu akan menembakkan bola yaitu berdiri tegak, kaki

sejajar atau kaki kanan di depan (bagi yang tidak kidal), kedua lutut agak

ditekuk. Bola dipegang dengan tangan kanan di atas kepala dan di depan

dahi, siku tangan kanan ditekuk ke depan, tangan kiri membantu memegang

bola agar tidak jatuh dan berfungsi menjaga keseimbangan, serta pandangan

ditujukan ke keranjang (ring basket). Kemudian bola ditembakkan ke

keranjang basket dengan gerakan siku, badan, dan lutut diluruskan secara

serempak. Pada waktu tangan lurus, bola dilepaskan, jarijari dan pergelangan

tangan diaktifkan.

i

Gambar 1 : Teknik menembak dengan satu tangan, Nuril Ahmadi (2007:18)

b. Tembakan dua tangan (Two hand set shoot)

Sikap badan pada waktu akan melakukan tembakan adalah : badan tegak,

kedua kaki dibuka sejajar. Kedua lutut agak ditekuk. Bola dipegang dengan

kedua belah tangan di atas dan depan dahi. Kedua siku ditekuk, pandangan

diarahkan ke keranjang basket yang menjadi sasaran tembakan. Bola

ditembakkan ke keranjang basket dengan bantuan dorongan, lengan (siku),

badan dan lutut diluruskan secara serempak. Pada waktu bola lepas, jarijari

tangan dan pergelangan tangan diaktifkan, artinya digerakkan ke atas ke

depan dan ke bawah.

Jadi jalannya bola ke atas, ke depan dan akhirnya ke bawah menuju ke

keranjang.

Gambar 2: Teknik menembak dengan satu tangan, Machfud Irsyada (2000:32)

c. Tembakan lay-up

Tembakan lay-up adalah tembakan yang dilakukan dengan gerakan dekat

sekali dengan keranjang basket, sehingga seolah-olah bola itu diletakkan ke

dalam keranjang basket yang didahului dengan gerakan dua langkah.

i

Gerakan melangkah dapat dilakukan dari menerima operan atau gerakan

menggiring bola. Melangkahkan kaki dua kali, mengoper atau menembak

bola merupakan unsur yang sangat penting dalam gerakan lay-up.

Gambar 3 : Gerakan langkah lay-up (Nuril Ahmadi 2007:2

Gambar 3 : Gerakan 2 langkah sebelum lay up (Nuril Ahmadi 2007:20)

Gambar 4 : Gerakan langkah lay-up (Nuril Ahmadi 2007:20)

Tiga hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan teknik tembakan lay-up,

yaitu :

a. Maat menerima bola, badan harus dalam keadaan melayang

b. Saat melangkah, langkah pertama harus lebar atau jauh guna

mendapatkan jarak maju sejauh mingkin, langkah kedua pendek untuk

memperoleh awalan tolakan agar dapat melompat setinggi-tingginya.

c. Saat melepaskan bola, bola harus dilepas dengan kekuatan kecil.

Kesalahan –kesalahan umum dalam melakukan lay-up :

a. Langkah pertama terlalu tinggi

b. Melepaskan bola dengan kekuatan besar

i

c. Pada saat meleyang kaki lemas bergantung tetapi aktif digerakkan

B. Kerangka berfikir

Berdasarkan permasalahan diatas, dan sejumlah teori yang dipakai serta

untuk memberikan gambaran yang jelas mengenai arah penelitian ini, maka

dapat disusun suatu kerangka berfikir sebagai berikut :

1. Perbedaan pengaruh penggunaan pendekatan pembelajaran dengan metode

bagian progresif dan repetitif terhadap hasil shooting bola basket.

Keefektifan proses pembelajaran ditunjukkan oleh seberapa besar hasil belajar

yang dicapai siswa, guru sebagai komponen aktif pembelajaran juga merupakan

manager di lapangan sangat berperan dalam menciptakan suatu kondisi

pembelajaran, salah satu upaya nyata yang dapat dilakukan guru adalah

pemilihan metode pembelajaran yang mampu membangkitkan siswa untuk

secara aktif terlibat dalam proses pembelajaran.

Penyampaian suatu materi pembelajaran dengan metode yang berbeda akan

menimbulkan hasil yang mungkin berbeda. Dalam metode mengajar bagian

siswa dituntut untuk menguasai teknik dasar shooting bola basket secara bagian

perbagian. Peningkatan pembelajaran dilakukan oleh guru ketika suatu bagian

telah dikuasai oleh siswa yaitu mempelajari bagian berikutnya sampai dikuasai

oleh siswa, baru dilakukan penggabungan antar bagian. Untuk menguasai suatu

teknik tersebut maka siswa diberi tugas latihan yang berulang-ulang, sehingga

pengulangan gerakan lebih banyak dilakukan dalam rangka penguasaan teknik

gerakan pada tiap-tiap bagian, sedang pengulangan gerakan penggabungan akan

diintegrasikan antar bagian sangat kurang padahal teknik penggabungan dan

pengintegrasian antar bagian sangat mempengaruhi hasil yang akan dicapai.

i

Metode mengajar repetitif mampu memberikan kesempatan kepada siswa untuk

melakukan pengulangan gerakan baik teknik pada tiap-tiap bagian maupun

pengulangan terhadap penggabungan antar bagian.

Berdasar pemikiran diatas dapat diduga bahwa dalam pembelajaran shooting

bola basket dengan metode bagian progresif dan repetitif, siswa akan memiliki

hasil belajar yang lebih baik dibandingkan dengan siswa yang menggunakan

metode bagian keseluruhan.

2. Perbedaan pengaruh kemampuan shooting bola basket antara siswa yang

memiliki kemampuan gerak dasar tinggi dan rendah.

Kemampuan gerak siswa dipengaruhi oleh aktifitas atau kegiatan jasmani

kesehariannya, semakin tinggi aktifitas fisik siswa dalam keseharian

kemampuan gerak siswa akan semakin bagus, dan sebaliknya semakin sedikit

aktifitas siswa yang dilakukan dalam kesehariannya, maka kemampuan

geraknya akan semakin jelek. Dengan demikian kemampuan gerak tinggi akan

mempermudah siswa dalam penyelesaian tugasnya yaitu belajar shooting bola

basket.

3. Pengaruh interaksi antara metode mengajar dengan kemampuan gerak terhadap

hasil belajar shooting bola basket.

Metode dalam proses pembelajaran pendidikan jasmani merupakan rangkaian

suatu gerakan keterampilan yang menggunakan anggota tubuh, hal ini akan

mempengaruhi dan meningkatkan kemampuan gerak siswa. Tinggi rendahnya

kemampuan gerak yang dimiliki siswa akan menentukan tingkat penguasaan

teknik dasar shooting bola basket, sehingga akan mempengaruhi hasil

pembelajaran. Dengan demikian antara metode pembelajaran dengan

i

kemampuan gerak terdapat interaksi dan memiliki peran dalam meningkatkan

hasil belajar shooting bola basket.

C. Pengajuan Hipotesis

Berdasarkan uraian dari kajian teori dan kerangka berpikir, maka dalam

penelitian ini mengajukan beberapa hipotesis, yaitu :

1. Ada perbedaan antara metode mengajar bagian progresif dan repetitif terhadap

peningkatan shooting bola basket.

2. Ada perbedaan kemampuan shooting bola basket antara siswa yang memiliki

kemampuan gerak dasar tinggi dan rendah.

3. Ada pengaruh interaksi antara metode mengajar dengan kemampuan gerak terhadap

hasil belajar shooting bola basket.

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian

i

Penelitian ini dilakukan di sekolah SMP Negeri 2 Playen, Gunungkidul. Dalam

hal ini, tempat penelitian sekaligus dijadikan sebagai tempat diselenggarakannya

proses belajar mengajar dan pengambilan data penelitian. Tujuan memilih

tempat tersebut sebagai tempat penelitian adalah untuk mempermudah proses

penelitian dari segi pelaksanaan teknis. Karena tempat penelitian ini merupakan

tempat dari sampel melakukan proses belajar mengajar setiap harinya.

2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan selama dua bulan mulai tanggal 1 Desember 2009

sampai dengan 30 Januari 2010 dengan frekuensi pertemuan tiga kali dalam

seminggu yaitu hari Senin, Rabu, dan Sabtu dan lamanya latihan 90 menit setiap

kali pertemuan. Penentuan waktu belajar dengan frekuensi 3 kali seminggu

sesuai dengan pendapat Brooks dan Fahey T.D (1984:405), bahwa dengan

frekuensi 3 kali seminggu dapat memberikan keterampilan, alasannya karena

dengan latihan 3 kali seminggu dapat memberikan kesempatan bagi tubuh untuk

beradaptasi terhadap beban aktifitas yang diterima. Dalam pelaksanaan

penelitian ini proses pembelajaran untuk metode progresif dan metode repetitif

dimulai sore hari pukul 14.00-15.30 WIB.

B. Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

eksperimental. Metode ini dipilih untuk mengetahui gejala-gejala tertentu melalui

perlakuan-perlakuan yang dikenalkan terhadap sampel percobaan. Sebagaimana

Nana Sudjana (1989:109) menjelaskan eksperimen faktorial adalah eksperimen

yang hampir atau semua taraf sebuah faktor dikombinasikan atau disilangkan

dengan semua taraf lainnya yang ada dalam eksperimen itu. Obeservasi dilakukan

i

selama berlangsungnya eksperimen yaitu mengobservasi pengaruh yang

ditimbulkan dari perlakukan (treatment) yang dikenalkan pada sampel percobaan.

Rancangan penelitian yang akan digunakan di dalam penelitian ini adalah

dengan rancangan faktorial 2 x 2. Ini berdasarkan jumlah variable yang ada, yaitu ;

(1) variable independent, yaitu metode progresif dan repetitif, (2) Variabel

atribut, yaitu kemampuan gerak tinggi dan rendah. (3) Variabel Dependent, hasil

belajar shooting bola basket.

Rancangan faktorial 2 x 2 ini dapat digambarkan dalam tabel dibawah ini

sebagai berikut :

Tabel 2. Rancangan Penelitian Faktorial 2 x 2

Kemampuan Gerak Dasar (B)

Pendekatan Pembelajaran (A)

Kemampuan

Gerak Tinggi (b1)

Kemampuan

Gerak Rendah (b2)

Metode Progresif

(a1)

a1b1

(10) a1b2

(10)

Metode Repetitif

(a2)

a2 b1

(10) a2b2 (10)

Keterangan :

a1b1 : Kelompok siswa yang memiliki kemampuan gerak tinggi diberikan

pembelajaran dengan pendekatan metode progresif.

a2b1

: Kelompok siswa yang memiliki kemampuan gerak tinggi diberikan

pembelajaran dengan pendekatan metode repetitif.

a1b2

: Kelompok siswa yang memiliki kemampuan gerak rendah diberikan

pembelajaran dengan pendekatan metode progresif.

a2b2

: Kelompok siswa yang memiliki kemampuan gerak rendah diberikan

pembelajaran dengan pendekatan metode repetitif.

C. Variabel Penelitian

i

Variabel penelitian terdiri dari :

1. Variabel independent, yaitu metode pembelajaran (A) yang terdiri dari dua

kelompok yaitu kelompok metode progresif (a1) dan kelompok metode repetitif

(a2).

2. Variabel atribut, yaitu kemampuan gerak (B) dibagi menjadi dua kelompok

yaitu kelompok kemampuan gerak tinggi (b1) dan kelompok kemampuan gerak

rendah (b2)

3. Variabel dependent, adalah hasil belajar shooting bola basket.

D. Definisi Operasional Variabel Penelitian

Tujuan definisi operasional dalam penelitian adalah untuk menjelaskan

masing-masing variabel dalam penelitian ini, agar tidak menimbulkan penafsiran

yang berbeda. Maka perlu dijelaskan variabel-variabel penelitian yang ada sebagai

berikut :

1. Metode bagian adalah suatu metode dalam pembelajaran dengan acara

mempelajari tiap-tiap bagian sampai dikuasai, dan setelah setiap bagian

dikuasai baru dirangkai sebagai kegiatan keseluruhan. Metode bagian dapat

dibagi menjadi dua yaitu metode bagian progresif dan metode bagian repetitif.

a. Metode bagian progresif adalah suatu metode dalam pembelajaaran dimana

siswa mempelajari bagian pertama dan mempelajari bagian kedua secara

terpisah kemudian bagian pertama dan kedua dipraktekkan bersama

kemudian bagian ketiga dipelajari secara terpisah, kemudian bagian satu,

dua, dan tiga dipelajari secara bersama sampai dikuasai. Prosedur ini

dilakukan sampai selesai.

i

b. Metode bagian repetitif adalah sebagai berikut : dimana siswa mempelajari

sesuatu bagian sampai dikuasai dan kemudian mengkombinasikan dengan

bagian-bagian lain yang baru, dengan dipelajari atau dipraktekkan secara

bersama sampai dikuasai. Kedua bagian ini kemudian dikombinasikan

dengan bagian ketiga yang dipelajari dan praktekkan secara bersama

sampai dikuasai. Prosedur ini diikuti oleh masing-masing bagian yang

tersisa sampai semua bagian dapat dipraktekan sebagai suatu keseluruhan.

2. Kemampuan gerak dalam penelitian ini merupakan sekelompok siswa yang

dikenai pembelajaran. Kemampuan gerak dalam penelitian ini merupakan

sekelompok siswa yang dikenai pembelajaran. Kemampuan gerak dibagi

menjadi dua yaitu kemampuan gerak tinggi dan kemampuan gerak rendah. Alat

yang digunakan dalam menentukan kemampuan gerak adalah dengan Barrow

Motor Ability Test. Nilai kemampuan motorik ditentukan dengan menghitung

T-score dan menghitung mean..

3. Hasil belajar shooting bola basket adalah tingkat keberhasilah siswa dalam

belajar shooting bola basket untuk mendapatkan prestasi teknik menembak

yang baik. Alat yang digunakan untuk menentukan tingkat keberhasilan siswa

dalam belajar shooting bola basket dengan Tes Bola basket dari Horrison.

(Mulyono, 2008:87).

E. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah sejumlah atau seluruh individu yang akan dijadikan objek

penelitian dan keseluruhan objek tersebut paling sedikit mempunyai satu sifat

i

kesamaan. Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh siswa

putra kelas VIII SMP Negeri 2 Playen, Gunungkidul tahun pelajaran 2009

/2010, yang berjumlah 60 orang.

2. Sampel

Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah siswa putra kelas VIII SMP

Negeri 2 Playen, Gunungkidul sebesar 40 siswa. Teknik pengambilan sampel

dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan teknik Purposive random

sampling, dikatakan purposive sebab populasi dalam penelitian ditentukan untuk

mewakili populasi dan ikut dalam penelitian ini. Teknik Purposive random

sampling merupakan teknik yang digunakan dalam penelitian sebagai

pertimbangan tertentu dalam menetapkan sampel sesuai dengan tujuan

penelitiannya. Pertimbangan sampel sepenuhnya ada pada peneliti sehingga

sangat subyektif sifatnya (Nana Sujana, Ibrahim, 2004:96).

Dari jumlah populasi yang ada untuk menjadi sampel harus memenuhi

ketentuan-ketentuan untuk memenuhi tujuan penelitian.

Ketentuan-ketentuan tersebut adalah :

1) Jenis kelamin laki-laki

2) Berminat untuk mengikuti belajar shooting bola basket

3) Sehat jasmani dan rohani

4) Bersedia menjadi sampel penelitian

5) Memiliki gerak dasar yang baik, diperoleh berdasarkan hasil observasi dan

informasi.

Seluruh populasi di tes kemampuan geraknya, hasil tes tersebut dirangking

dari 1- 60. Setelah dirangking siswa dibagi dalam tiga kelompok, masing-

i

masing kelompok 20 siswa yang memiliki hasil tes di atas rata-rata

diklasifikasikan siswa yang memiliki kemampuan gerak tinggi, 20 siswa

memiliki kemampuan gerak sedang dan 20 siswa yang memiliki hasil tes di

bawah rata-rata diklasifikasikan siswa yang memiliki kemampuan gerak rendah.

Siswa yang memiliki kemampuan sedang tidak dipakai sebagai sampel.

Selanjutnya 20 siswa yang memiliki kemampuan gerak tinggi dan

kemampuan gerak rendah masing–masing dibagi menjadi dua kelompok, yaitu

10 siswa yang mendapatkan pembelajaran dengan pendekatan bagian progresif

dan 10 siswa sebagai kelompok yang mendapatkan pembelajaran dengan

pendekatan bagian repetitif. Pembagian kelompok-kelompok ini dilakukan

secara acak atau random. Dengan demikian seluruh siswa terbagi ke dalam

empat sel yang terdiri dari masing-masing dua kelompok siswa yang memiliki

kemampuan gerak tinggi dan dua kelompok siswa yang memiliki kemampuan

gerak rendah.

F. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan

tes dan pengukuran beberapa variabel penelitian :

1. Data Kemampuan Gerak

Pengumpulan data kemampuan gerak diperoleh dengan Barrow Motor Ability

Test, (Johnson, B.L. & Nelson, J.K. 1986: 362-366). Barrow Motor Ability Tes

terdiri dari beberapa butir tes sebagai berikut :

a. Standing Broad Jump

b. Soft Ball Throw

i

c. Zig-zag run, untuk mengukur kecepatan dan kelincahan.

d. Wall Pass

e. Medicine Ball-Put

f. The 60 Yard Dash (lari cepat 55,8 meter), untuk mengukur kecepatan lari.

Data hasil kemampuan gerak dasar dipakai untuk mengelompokkan yaitu

sampel yang memiliki kemampuan gerak tinggi dan sampel yang memiliki

kemampuan gerak rendah, pengukuran ini hanya dilakukan sebanyak 1 (satu)

kali pada awal perlakuan.

Salah satu teknik pengumpulan data dan dalam penelitian ini adalah dengan

melakukan pengukuran kemampuan gerak dengan menggunakan Barrow Motor

Ability Tes.

2. Data Hasil shooting bola basket

Data ini diperoleh dengan cara melakukan tes shooting bola basket

menggunakan Tes shooting Bola basket dari Horrison (1969) dalam Mulyono

(2008:87-90). Data diambil pada waktu tes awal dan tes akhir dengan

kesempatan melakukan shooting sebanyak 2 (dua) kali. Hasil shooting yang

peroleh dipakai sebagai data sampel. Menurut Neumann, Hans (1987:19)

menyatakan tembakan dasar untuk para pemula adalah tembakan di bawah

basket atau under the basket shoot. Tembakan ini akan mendasari kemampuan

tembakan jarak jauh, tembakan loncat, tembakan kaitan, tembakan lay-up. Bila

seorang pemain tidak dapat melakukan under the basket shoot dengan baik, ia

bukan seorang pemain yang baik, sebab tembakan ini merupakan tembakan yang

termudah.

i

3. Mencari Reliabilitas Tes

Pengujian reliabilitas data menggunakan teknik intraclass correlation

dari Baumgartner, T.A & Jackson, A.S. (1998:118-199). Langkah-langkah

perhitungan reliabilitas dengan intraclass correlation sebagai berikut :

1) Mencari nilai ( ) ( )

å å åån

Tj

k

TiXX

22

2 ,,,

2) Menghitung SST, SSS,SSt dan SS1 dengan rumus :

( )

å å-=nk

XXSST

2

2

( ) ( )

nk

X

k

TiSSS

22 åå -=

( ) ( )

nk

X

n

TjSSt

22 åå -=

( ) ( ) ( )

å ååå --+=n

Tj

nk

Tj

nk

XXSS

222

21

3) Hasil-hasil penghitungan diringkas dalam tabel anava :

Tabel 3. Ringkasan anava untuk uji reliabilitas

Sumber Variasi Df SS MS

Diantara Subyek n-1 SSS SSS/dfS

Diantara Trial k-1 SSt SSt/dft

Interaksi (n-1)(k-1) SS1 SS1/df1

Total nk-1 SST SST/dfT

4) Mencari reliabilita dengan rumus :

S

WS

MS

MSMSR

-=

i

1

1

dfdf

SSSSMS

t

tW +

+=

Keterangan :

R = Koefisien reliabilitas

SSS = Jumlah dalam kelompok

SSW = Jumlah antar kelompok

MSS = Rata-rata dalam kelompok

MSW = Rata-rata antar kelompok

df = Derajat bebas

G. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan untuk pengujian hipotesis penelitian,

yaitu dengan teknik analisi varian (ANAVA) rancangan factorial 2 x 2 pada α – 0.05

dan jika Fo-nya signifikan analisis dilanjutkan dengan uji rentang newman-keuls

(Sudjana, 1994: 36). Untuk memenuhi asumsi dalam teknik anava, maka dilakukan

uji normalitas (Uji lilliefors) dan uji Homogenitas Varians (dengan uji Bartlet)

(Sudjana, 1992: 261-264).

Uji normaliatas ini dilakukan untuk mengetahui apakah data yang digunakan

dalam penelitan berasal dari sampel berdistribusi normal atau tiadak, sedangkan uji

homogenitas variasi dilakukan untuk mengetahui apakan kedua kelompok perlakuan

berasal dari populasi yang memiliki variasi homogen atau tidak. Urutan langkah-

langkah analisis data penelitian ini adalah :

i

1. Pengujian Prasyarat Analisis

Sebelum dilakukan analisis data dilakukan uji prasarat analisis yaitu diuji

normalitas (Uji Lilliefors) dan uji Homogenitas Varians (dengan Uji Bartlet).

a. Uji Normalitas

Uji normalitas data penelitian ini menggunakan metode Lilliefors

(Sudjana, 1992: 446). Adapun prosedur pengujian normalitas tersebut

adalah sebagai berikut :

1) Pengamatan x1,x2,…, Xn dijadikan bilangan baku z1,z2,…,zn dengan

menggunakan rumus :

s

XXz i

i

-=

Keterangan :

X = Rata-rata

Xi = Nilai variabel

s = Simpangan baku

2) Untuk tiap bilangan baku ini dan z1,z2,…,zn menggunakan daftar

distribusi normal baku, kemudian dihitung peluang F(zi) = P(z£ zi).

3) Selanjutnya dihitung proporsi yang lebih kecil atau sama dengan zi.

Jika proporsi dinyatakan oleh S(zi),

Maka ( )n

zyangzzbanyaknyazzS in

i

£=

,....,, 21

4) Hitung selisih (F(zi) – S(zi) kemudian ditentukan harga mutlaknya.

5) Ambil harga yang paling besar diantara harga-harga mutlak selisih

tersebut. Harga terbesar ini merupakan Lhitung.

b. Uji Homogenitas

i

Uji homogenitas dilakukan dengan uji Bartlet. Langkah-langkah

pengujiannya sebagai berikut :

1) Membuat tabel perhintungan yang terdiri dari kolom-kolom

kelompok sampel; dk (n-1);1/dk;SDi2, dan (dk)log SDi

2.

2) Menghitung varians gabungan dari semua sampel.

Rumusnya : ( )( )1

1 22

--

=n

SDnSD i

( )12 -= nLogSDB i

3) Menghitung 2c

Rumusnya : ( ) ( ) ( )2.....112iLogSDnBLn --=c

Dengan (Ln 10) =2,3026

Hasilnya ( )hitung2c kemudian dibandingkan dengan tabel

2c , pada taraf

signifikansi α =0,05 dan dk (n-1).

4) Apabila otabelhitung makaH,2,

2 cc di terima.

Artinya varians sampel bersifat homogen, Sebaliknya apabila

tabelhitung22 cc > , maka oH ditolak. Artinya varians sampel bersifat

tidak homogen.

2. Uji Hipotesis

a. Anava Rancangan Faktorial 2 x 2

1) Metode AB untuk Perhitungan Anava Dua Faktor

Tabel 4. Ringkasan Anava untuk Eksperimen Faktorial 2 x 2

Sumber Variasi Dk JK RJK Fo

Rata-rata Perlakuan

1 Ry R

i

A A – 1 Ay A A/B

B B – 1 By B B/E

AB (a-1)(b-1) ABy AB AB/E

Kekeliruan Ab(n - 1) Ey E

Keterangan :

A = Taraf faktorial A

B = Taraf faktorial B

n = Jumlah sampel

2) Kriteria Pengujian Hipotesis

Jika F ≥ F (1- α) (V1-V2), maka hipotesis nol ditolak

Jika F < F(1- α) (V1-V2), maka hipotesis nol diterima

Dengan : dk pembilang V1 (k-1) dan dk penyebut V2 – (n1 + …nk-k), α

= taraf signifikansi untuk pengujian hipotesis.

b. Uji Rentang Newman-Keuls Setelah Anava

Menurut Sudjana (1994 :36) langkah-langkah untuk melakukan Uji

Newman-Keuls adalah sebagai berikut :

1) Susun k buah rata-rata perlakuan menurut urutan nilainya, dan yang

paling kecil sampai kepada yang terbesar.

2) Dari rangkaian ANAVA , diambil harga RJKe, disertai dk-nya.

3) Hitung kekeliruan buku rata-rata tiap perlakuan dengan rumus :

4) Tentukan taraf signifikasi α, lalu gunakan rentang student. Untuk uji

Newman-Keuls, diambil v = dk dari RJK (kekeliruan) dan p =

2,3….,k. harga-harga yang didapat dari badan daftar sebanyak(k-1)

untuk v dan p supaya dicatat.

i

5) Kalikan harga-harga yang didapat di titik ... Diatas masing-masing

dengan Sy, dengan jalan demikian diperoleh apa yang dinamakan

rentang signifikan terkecil (RST).

6) Bandingkan selisih rata-rata terkecil dengan RST untuk mencari p-k

selisih rata-rata terbesar dan rata-rata terkecil kedua dengan RST untuk

p = (k-1), dan seterusnya. Demikian halnya perbandingan selisih rata-

rata terbesar kedua rata-rata terkecil dengan RST untuk p = (k-1),

selisih rata-rata terbesar kedua dan rata-rata terkecil dengan RST untuk

p = (k-2), dan seterusnya. Dengan jalan begini, semuanya akan ada ½

k (k-1) pasangan yang harus dibandingkan. Jika selisih-selisih yang

didapat lebih besar dari pada RST-nya masing-masing maka

disimpulkan bahwa terdapat perbedaan.

i

BAB IV

HASIL PENELITIAN

Dalam bab ini disajikan mengenai hasil penelitian beserta interpretasinya.

Penyajian hasil penelitian adalah berdasarkan analisis statistik yang dilakukan pada tes

awal dan tes akhir hasil belajar shooting Bola Basket. Berturut-turut berikut disajikan

mengenai deskripsi data, uji persyaratan analisis, pengujian hipotesis dan pembahasan

hasil penelitian.

Deskripsi Data

Deskripsi hasil analisis data hasil belajar shooting Bola Basket yang dilakukan

sesuai dengan kelompok yang dibandingkan disajikan sebagai berikut:

Tabel 5. Deskripsi Data Hasil Belajar Shooting Bola Basket Tiap Kelompok Berdasarkan Penggunaan Pendekatan Pembelajaran Dan Tingkat Kemampuan Gerak Dasar.

Perlakuan Tingkat

Kemampuan Gerak

Statistik Hasil Tes

Awal

Hasil Tes

Akhir

Peningkatan

Pembelajaran dengan pendekatan progresif

Tinggi

Jumlah 76 104 28 Rerata 7.600 10.400 2.800 SD 0.966 0.843 0.632

Rendah

Jumlah 52 67 15.00 Rerata 5.200 6.700 1.500 SD 0.919 1.160 0.527

Pembelajaran dengan pendekatan repetitive

Tinggi

Jumlah 85 99 14 Rerata 8.500 9.900 1.400 SD 0.972 0.876 0.516

Rendah

Jumlah 42 60 18 Rerata 4.200 6.000 1.800 SD 0.632 0.667 0.919

Gambaran menyeluruh dari nilai rata-rata Hasil Belajar Shooting Bola Basket

maka dapat dibuat histogram perbandingan nilai-nilai sebagai berikut:

i

Gambar 5. Histogram Nilai Rata-rata Hasil Belajar Shooting Bola Basket Tiap Kelompok Berdasarkan Penggunaan Pendekatan Pembelajaran Dan Tingkat Kemampuan Gerak Dasar.

PP = Kelompok pembelajaran dengan pendekatan progresif

PR = Kelompok pembelajaran dengan pendekatan repetitif

KD T = Kelompok kemampuan gerak tinggi

KD R = Kelompok kemampuan gerak rendah

= Hasil tes awal

= Hasil tes akhir

Masing-masing sel (kelompok perlakuan) memiliki peningkatan keterampilan

shooting pada permainan bola basket yang berbeda. Nilai peningkatan keterampilan

shooting pada permainan bola basket masing-masing sel (kelompok perlakuan) adalah

sebagai berikut:

Tabel 6. Nilai Peningkatan Keterampilan Shooting Pada Permainan Bola basket Masing-Masing Sel (Kelompok Perlakuan)

i

No Kelompok Perlakuan (Sel)

Nilai Peningkatan Keterampilan Shooting

1 A1B1 (KP1) 2.8 2 A1B2 (KP2) 1.5 3 A2B1 (KP3) 1.4 4 A2B2 (KP4) 1.8

Nilai rata-rata peningkatan keterampilan shooting pada permainan bola basket

yang dicapai tiap kelompok perlakuan disajikan dalam bentuk histogram sebagai

berikut:

Gambar 6. Histogram Nilai Rata-Rata Peningkatan Keterampilan Shooting Pada Permainan Bola basket Pada Tiap Kelompok Perlakuan.

Keterangan :

KP1 = Kelompok pembelajaran dengan pendekatan progresif pada tingkat

kemampuan gerak tinggi

KP2 = Kelompok pembelajaran dengan pendekatan progresif pada tingkat

kemampuan gerak rendah

0

0.5

1

1.5

2

2.5

3

Rerata Peningkatan

Kelompok

Peningkatan Keterampilan Shooting Bola Basket

2.8 1.5 1.4 1.8

A1B1 (KP1) A1B2 (KP2) A2B1 (KP3) A2B2 (KP4)

i

KP3 = Kelompok pembelajaran dengan pendekatan repetitif memiliki kemampuan

gerak tinggi

KP4 = Kelompok pembelajaran dengan pendekatan repetitif pada tingkat

kemampuan gerak rendah

Pendekatan pembelajaran progresif dan pendekatan pembelajaran repetitif

memberikan pengaruh yang berbeda terhadap peningkatan keterampilan shooting pada

permainan bola basket. Jika antara kelompok siswa yang mendapat pembelajaran

dengan pendekatan progresif dan dengan pembelajaran dengan pendekatan repetitif

dibandingkan, maka dapat diketahui bahwa kelompok perlakuan pembelajaran dengan

pendekatan progresif memiliki peningkatan keterampilan shooting pada permainan bola

basket lebih tinggi dari pada kelompok pembelajaran dengan pendekatan repetitif.

Antara kelompok siswa yang memiliki kemampuan gerak tinggi dan rendah juga

memiliki peningkatan keterampilan shooting pada permainan bola basket yang berbeda.

Jika antara kelompok siswa yang memiliki kemampuan gerak tinggi dan rendah

dibandingkan, maka dapat diketahui bahwa kelompok siswa yang memiliki kemampuan

gerak tinggi memiliki peningkatan keterampilan shooting pada permainan bola basket

lebih tinggi dari pada kelompok siswa yang memiliki kemampuan gerak rendah.

Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas pada tes bertujuan untuk mengetahui tingkat keajegan hasil tes

dilakukan. Tes yang dilakukan terdiri dari tes keterampilan shooting pada permainan

bola basket serta tes kemampuan gerak. Hasil uji reliabilitas data kemudian

dikategorikan, dengan menggunakan pedoman tabel koefisien korelasi dari Book

Walter yang dikutip Mulyono B. (1992:22), yaitu :

Tabel 7. Range Kategori Reliabilitas

i

Kategori Reliabilita

Tinggi Sekali 0,90 – 1,00

Tinggi 0,80 – 0,89

Cukup 0,60 – 0,79

Kurang 0,40 – 0,59

Tidak Signifikan 0,00 – 0,39

Hasil uji reliabilitas data keterampilan shooting pada permainan bola basket pada

penelitian ini adalah sebagai berikut :

Tabel 8. Ringkasan Hasil Uji Reliabilitas Data

Variabel Reliabilita Kategori

a. Keterampilan shooting 0,717 Cukup

b. Kemampuan gerak 1) Standing Broad Jump 0,972 Tinggi Sekali 2) Softball Throw 0,974 Tinggi Sekali

3) Lari Zig-Zag 0,987 Tinggi Sekali

4) Wall Pass 0,816 Tinggi

5) Medicine Ball Put 0,954 Tinggi Sekali

6) Lari 60 Yard 0,843 Tinggi

Pengujian Persyaratan Analisis

1. Uji Normalitas

Sebelum dilakukan analisis data perlu diuji distribusi kenormalannya. Uji

normalitas data dalam penelitian ini digunakan pendekatan Lilliefors. Hasil uji

normalitas data yang dilakukan pada tiap kelompok adalah sebagai berikut:

Tabel 9. Rangkuman Hasil Uji Normalitas Data

Kelompok Perlakuan

N M SD Lhitung Ltabel 5% Kesimpulan

KP1 10 2.800 0.632 0.1926 0.258 Berdistribusi Normal

KP2 10 1.500 0.527 0.2300 0.258 Berdistribusi Normal

i

KP3 10 1.400 0.516 0.2289 0.258 Berdistribusi Normal

KP4 10 1.800 0.919 0.2000 0.258 Berdistribusi Normal

Dari hasil uji normalitas yang dilakukan pada KP1 diperoleh nilai Lo = 0.1926. Di

mana nilai tersebut lebih kecil dari angka batas penolakan pada taraf signifikansi 5%

yaitu 0.258. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa data pada KP1 termasuk

berdistribusi normal. Dari hasil uji normalitas yang dilakukan pada KP2 diperoleh nilai

Lo = 0.2300, yang ternyata lebih kecil dari angka batas penolakan hipotesis nol

menggunakan signifikansi 5% yaitu 0.258. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa

data pada KP2 termasuk berdistribusi normal. Dari hasil uji normalitas yang dilakukan

pada KP3 diperoleh nilai Lo = 0.2289. Di mana nilai tersebut lebih kecil dari angka

batas penolakan menggunakan signifikansi 5% yaitu 0.258. Dengan demikian dapat

disimpulkan bahwa data pada KP3 termasuk berdistribusi normal. Adapun dari hasil uji

normalitas yang dilakukan pada KP4 diperoleh nilai Lo = 0.200, yang ternyata juga

lebih kecil dari angka batas penolakan hipotesis nol menggunakan signifikansi 5%

yaitu 0.258. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa data pada KP4 juga termasuk

berdistribusi normal.

2. Uji Homogenitas

Uji homogenitas dimaksudkan untuk menguji kesamaan varians antara kelompok

1 dengan kelompok 2. Uji homogenitas pada penelitian ini dilakukan dengan uji Bartlet.

Hasil uji homogenitas data antara kelompok 1 dan kelompok 2 adalah sebagai berikut:

Tabel 10. Rangkuman Hasil Uji Homogenitas Data

∑ Kelompok Ni SD2gab Χ2

o χ2tabel 5% Kesimpulan

4 10 0.3389 1,4329 7.81 Varians homogen

i

Dari hasil uji homogenitas diperoleh nilai χ2o = 4,2233. Sedangkan dengan K - 1 =

4 – 1 = 3, angka χ2tabel 5% = 7,81, yang ternyata bahwa nilai χ2

o = 4,2233 lebih kecil dari

χ2tabel 5% = 7.81. Sehingga dapat disimpulkan bahwa antara kelompok dalam penelitian

ini memiliki varians yang homogen.

Pengujian Hipotesis

Pengujian hipotesis penelitian dilakukan berdasarkan hasil analisis data dan

interketerampilan analisis varians. Uji rentang Newman-Keuls ditempuh sebagai

langkah-langkah uji rata-rata setelah Anava. Berkenaan dengan hasil analisis varians

dan uji rentang Newman-Keuls, ada beberapa hipotesis yang harus diuji. Urutan

pengujian disesuaikan dengan urutan hipotesis yang dirumuskan pada bab II.

Hasil analisis data, yang diperlukan untuk pengujian hipotesis sebagai berikut:

Tabel 11. Ringkasan Nilai Rata-Rata Keterampilan Shooting Pada Permainan Bola basket Berdasarkan Jenis Pendekatan Pembelajaran Dan Tingkat Kemampuan Gerak

Variabel

Rerata Keterampilan Shooting

A1

A2

B1 B2 B1 B2

Hasil tes awal 7,600 5,200 8,500 4,200

Hasil tes akhir 10,400 6,700 9,900 6,000

Peningkatan 2,800 1,500 1,400 1,800

Keterangan :

A1 = Pembelajaran dengan pendekatan progresif.

A2 = Pembelajaran dengan pendekatan repetitif.

B1 = Kelompok siswa yang memiliki kemampuan gerak tinggi

B2 = Kelompok siswa yang memiliki kemampuan gerak rendah

i

Tabel 12. Ringkasan Hasil Analisis Varians Untuk Penggunaaan Pendekatan

Pembelajaran Shooting Pada Permainan Bola basket (A1 dan A2)

Sumber Variasi

dk JK RJK Fo

Ft

A 1 3,0250 3,025 6,7640 * 4.11

Kekeliruan 36 16,1000 0,447

Tabel 13. Ringkasan Hasil Analisis Varians Untuk Tingkat Kemampuan gerak (B1 dan B2)

Sumber Variasi dk JK RJK Fo

Ft

B 1 2,0250 2,025 4,5280

* 4.11

Kekeliruan 36 16,1000 0,447

Tabel 14. Ringkasan Hasil Analisis Varians Dua Faktor

Sumber Variasi

dk JK RJK Fo

Ft

Rata-rata

Perlakuan 1 140,6250 140,625

A 1 3,0250 3,025 6,7640 * 4.11

B 1 2,0250 2,025 4,5280 * 4.11

AB 1 7,2250 7,225 16,1553 * 4.11

Kekeliruan 36 16,1000 0.447

Total 40 169,0000

Tabel 15. Ringkasan Hasil Uji Rentang Newman-Keuls Setelah Analisis Varians

KP A1B2 A2B1 A2B2 A1B1 RST

Rerata 1.500 1.400 1.800 2.800

A1B2 1.500 - 0.100 0.300 1.300 * 0.6112

A2B1 1.400 - 0.400 1.400 * 0.7359

i

A2B2 1.800 - 1.000 * 0.8121

A1B1 2.800 -

Keterangan ;

Yang bertanda * signifikan pada P £ 0,05.

Berdasarkan hasil analisis data di atas dapat dilakukan pengujian hipotesis sebagai

berikut:

1. Pengujian Hipotesis I

Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa pembelajaran dengan pendekatan

progresif memiliki peningkatan yang berbeda dengan pembelajaran dengan pendekatan

repetitif. Hal ini dibuktikan dari nilai Fhitung = 6,7640 > Ftabel = 4.11. Dengan demikian

hipotesis nol (H0) ditolak. Yang berarti bahwa pembelajaran dengan pendekatan

progresif memiliki peningkatan yang berbeda dengan pembelajaran dengan pendekatan

repetitif dapat diterima kebenarannya. Dari analisis lanjutan diperoleh bahwa ternyata

pembelajaran dengan pendekatan progresif memiliki peningkatan yang lebih baik dari

pada pembelajaran dengan pendekatan repetitif, dengan rata-rata peningkatan masing-

masing yaitu 2,150 dan 1,600.

2. Pengujian Hipotesis II

Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa siswa yang memiliki kemampuan gerak

tinggi memiliki peningkatan keterampilan shooting pada permainan bola basket yang

berbeda dengan siswa yang memiliki kemampuan dasar rendah. Hal ini dibuktikan dari

nilai Fhitung = 4,5280 > Ftabel = 4.11. Dengan demikian hipotesis nol (H0) ditolak. Yang

berarti bahwa siswa yang memiliki kemampuan gerak tinggi memiliki peningkatan

i

keterampilan shooting pada permainan bola basket yang berbeda dengan siswa yang

memiliki kemampuan gerak rendah dapat diterima kebenarannya.

Dari analisis lanjutan diperoleh bahwa ternyata siswa yang memiliki kemampuan

gerak tinggi memiliki peningkatan keterampilan shooting pada permainan bola basket

yang lebih baik dari pada siswa yang memiliki kemampuan gerak rendah, dengan rata-

rata peningkatan masing-masing yaitu 2,100 dan 1,650.

3. Pengujian Hipotesis III Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa pengaruh interaksi antara pembelajaran

shooting pada permainan bola basket dan tingkat kemampuan gerak sangat bermakna.

Karena Fhitung = 16,1553 > Ftabel = 4.11. Dengan demikian hipotesis nol ditolak. Yang

berarti terdapat pengaruh interaksi yang signifikan antara jenis pendekatan

pembelajaran shooting pada permainan bola basket dan tingkat kemampuan gerak.

Pembahasan Hasil Penelitian

Perbedaan Pengaruh Pendekatan Pembelajaran Progresif dan Repetitif Terhadap

Hasil Belajar Keterampilan Shooting Pada Permainan Bola basket

Berdasarkan pengujian hipotesis pertama ternyata ada perbedaan pengaruh yang

nyata antara kelompok siswa yang mendapatkan pembelajaran dengan pendekatan

progresif dan kelompok siswa yang mendapatkan pembelajaran dengan pendekatan

repetitif terhadap peningkatan keterampilan shooting pada permainan bola basket. Pada

kelompok siswa yang mendapat pembelajaran dengan pendekatan progresif mempunyai

peningkatan keterampilan shooting pada permainan bola basket yang lebih baik

i

dibandingkan dengan kelompok siswa yang mendapat pembelajaran dengan pendekatan

repetitif.

Perbedaan pendekatan yang digunakan selama pembelajaran mempengaruhi,

semangat, motivasi, kreatifitas yang berbeda dari siswa, sehingga dapat memperoleh

hasil dalam penguasaan gerakan keterampilan shooting yang berbeda pula. Kelompok

yang diberikan perlakuan pembelajaran shooting dengan pendekatan progresif dan

pendekatan repetitif memiliki pengaruh yang berbeda terhadap peningkatan

keterampilan shooting dalam permainan bola basket.

Kelompok yang mendapat perlakuan pembelajaran dengan pendekatan progresif,

ternyata memiliki peningkatan keterampilan shooting yang lebih baik dari pada

kelompok yang mendapat perlakuan pembelajaran dengan pendekatan repetitif. Metode

pembelajaran progresif merupakan model pembelajaran dimana pembelajaran dilakukan

secara terpisah, dimana siswa mempelajari bagian pertama dan kedua secara terpisah

dan kemudian bagian pertama dan kedua dipraktekkan bersama, kemudian bagian

ketiga dipelajari secara terpisah. Dengan pembelajaran metode progresif ini diharapkan

keterampilan siswa akan dapat dikuasai dengan baik, karena siswa diharapkan lebih

fokus terhadap materi yang diberikan, sehingga praktek akan lebih mudah dikuasai.

Pembelajaran melalui pendekatan progresif ini mampu mendorong siswa untuk

mencapai perolehan hasil belajar secara optimal. Dengan sistem pembelajaran secara

terpisah dimana siswa mendapatkan materi pelajaran yang dipelajari secara terpisah

diharapkan akan mendapatkan pemahaman yang baik dalam mempelajari permainan

bola basket. Situasi ini memberi peluang bagi siswa untuk mengembangkan

kemampuan berpikir dan bertindak secara cepat dan tepat dalam melakukan setiap

tugas.

i

Perbedaan Hasil Belajar Keterampilan Shooting Pada Permainan Bola basket

Antara Siswa Yang Memiliki Kemampuan Gerak Tinggi Dan Kemampuan

Gerak Rendah

Berdasarkan pengujian hipotesis ke dua ternyata ada perbedaan pengaruh yang

nyata antara kelompok siswa dengan kemampuan gerak tinggi dan kemampuan gerak

rendah terhadap peningkatan keterampilan shooting pada permainan bola basket. Pada

kelompok siswa dengan kemampuan gerak tinggi mempunyai peningkatan keterampilan

shooting pada permainan bola basket lebih baik dibanding kelompok siswa dengan

kemampuan gerak rendah.

Ternyata ada perbedaan pengaruh yang nyata antara kelompok siswa dengan

kemampuan gerak tinggi dan kemampuan gerak rendah terhadap hasil keterampilan

shooting pada permainan bola basket. Pada kelompok siswa dengan kemampuan gerak

tinggi mempunyai peningkatan keterampilan shooting pada permainan bola basket lebih

tinggi dibanding kelompok siswa dengan kemampuan gerak rendah. Pada kelompok

siswa kemampuan gerak tinggi memiliki potensi yang lebih tinggi dari pada siswa yang

memiliki kemampuan gerak rendah.

Kemampuan gerak merupakan modal yang mendasari dari gerak yang dilakukan

seseorang. Kemampuan gerak siswa merupakan dasar dalam pembentukan keterampilan

siswa. Kemampuan gerak yang baik menunjang kesiapan siswa untuk melakukan

pembelajaran keterampilan. Kemampuan gerak yang tinggi dapat mempercepat proses

penguasaan keterampilan gerak yang dipelajari. Siswa yang memiliki kemampuan gerak

tinggi memiliki kemampuan untuk beradaptasi terhadap hasil belajar keterampilan gerak

i

shooting pada permainan bola basket yang lebih baik, dari pada siswa yang memiliki

kemampuan gerak rendah.

Pengaruh Interaksi Antara Pendekatan Pembelajaran Dengan Kemampuan

Gerak Terhadap Hasil Belajar Keterampilan Shooting Pada Permainan Bola

basket

Dari tabel ringkasan hasil analisis varian dua faktor, nampak bahwa faktor-faktor

utama penelitian dalam bentuk dua faktor menunjukkan interaksi yang nyata antara

faktor pendekatan pembelajaran (A) dan faktor kemampuan gerak (B). Untuk

kepentingan pengujian bentuk interaksi AB terbentuklah tabel berikut ini:

Tabel 16. Pengaruh Sederhana, Pengaruh Utama, dan Interaksi Faktor, A dan B

Terhadap Hasil Belajar Keterampilan Shooting

Faktor A = Pendekatan Pembelajaran

B = Kemampuan

gerak

Taraf A1 A2 Rerata A1 – A2

B1 2,800 1,400 2,100 1,400

B2 1,500 1,800 1,650 -0,300

Rerata 2,150 1,600 8,225 0.550

B1 – B2 1,300 -0,400 0,450

Interaksi antara dua faktor penelitian dapat dilihat pada gambar berikut:

i

Gambar 7. Bentuk Interaksi Perubahan Besarnya Peningkatan Keterampilan Shooting

Pada Permainan Bola basket

A1

A1A2

A2

0

0.5

1

1.5

2

2.5

3

1 2

A1

A2

B1

B1B2

B2

0

0.5

1

1.5

2

2.5

3

1 2

B1

B2

Keterangan :

: A1 = Pembelajaran dengan pendekatan progresif

: A2 = Pembelajaran dengan pendekatan repetitif.

: B1 = Kemampuan gerak tinggi

: B2 = Kemampuan gerak rendah

i

Atas dasar gambar di atas, bahwa bentuk garis perubahan besarnya nilai

keterampilan shooting pada permainan bola basket adalah tidak sejajar dan pada titik

tertentu akan bersilangan. Garis perubahan peningkatan keterampilan antar kelompok

memiliki suatu titik pertemuan atau persilangan. Antara jenis pembelajaran shooting

pada permainan bola basket dan tingkat kemampuan gerak memiliki titik persilangan.

Berarti terdapat interaksi yang signifikan diantara keduanya. Gambar tersebut

menunjukkan bahwa kemampuan gerak berpengaruh terhadap hasil pembelajaran

shooting pada permainan bola basket.

Nilai peningkatan hasil belajar keterampilan shooting pada permainan bola basket

masing-masing sel dapat dibandingkan sebagai berikut :

a. Siswa yang memiliki kemampuan gerak tinggi dengan pendekatan progresif,

memiliki peningkatan hasil belajar keterampilan shooting pada permainan bola

basket sebesar 2,8. Siswa yang memiliki kemampuan gerak tinggi dengan

pendekatan repetitif memiliki peningkatan hasil belajar keterampilan shooting

sebesar 1,4.

b. Siswa yang memiliki kemampuan gerak rendah dengan pendekatan progresif,

memiliki peningkatan hasil belajar keterampilan shooting pada permainan bola

basket sebesar 1,5. Siswa yang memiliki kemampuan gerak rendah dengan

pendekatan repetitif, memiliki peningkatan hasil belajar keterampilan shooting

sebesar 1,8.

Berdasarkan hasil penelitian, siswa yang memiliki kemampuan gerak tinggi

memiliki peningkatan keterampilan shooting pada permainan bola basket yang besar

jika diberikan pembelajaran dengan pendekatan progresif, sedangkan siswa yang

memiliki kemampuan gerak rendah akan efektif apabila diberikan dengan pendekatan

i

pembelajaran repetitif. Kefektifan penggunaan pendekatan pembelajaran shooting pada

permainan bola basket dipengaruhi oleh tingkat kemampuan gerak yang dimiliki siswa.

i

BAB V

KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan hasil analisis data yang telah dilakukan, dapat

diperoleh kesimpulan sebagai berikut:

1. Ada perbedaan pengaruh yang signifikan antara pendekatan pembelajaran progresif

dan repetitif terhadap hasil belajar keterampilan shooting pada permainan bola

basket. Dengan penerapan pembelajarann dengan pendekatan progresif ternyata

akan memberikan pengaruh pada keterampilan shooting yang lebih baik

dibandingkan dengan pembelajaran dengan pendekatann repetitif.

2. Ada perbedaan hasil belajar keterampilan shooting yang signifikan antara siswa

yang memiliki kemampuan gerak tinggi dan rendah. Peningkatan keterampilan

shooting pada permainan bola basket pada siswa yang memiliki kemampuan gerak

tinggi lebih baik dari pada yang memiliki kemampuan gerak rendah.

3. Terdapat pengaruh interaksi yang signifikan antara pendekatan pembelajaran dan

tingkat kemampuan gerak terhadap hasil belajar keterampilan shooting pada

permainan bola basket.

(a) Siswa yang memiliki kemampuan gerak tinggi lebih cocok jika diberikan

pembelajaran dengan pendekatan progresif.

(b) Siswa dengan kemampuan gerak rendah lebih cocok jika diberikan

pembelajaran dengan pendekatan repetitif.

B. Implikasi

i

Kesimpulan dari hasil penelitian ini dapat mengandung pengembangan ide yang

lebih luas jika dikaji pula tentang implikasi yang ditimbulkan. Atas dasar kesimpulan

yang telah diambil, dapat dikemukakan implikasinya sebagai berikut:

1. Keterampilan shooting bola basket pada siswa dapat meningkat melalui perlakuan

yang diberikan, baik dengan pendekatan pembelajaran progresif maupun dengan

pendekatan repetitif.

2. Pendekatan pembelajaran dengan bagian progresif memberikan pengaruh yang

efektif dalam pembelajaran keterampilan, khususnya shooting bola basket.

Pembelajaran shooting bola basket dengan pendekatan bagian progresif secara

meyakinkan memberikan pengaruh yang lebih efektif dalam meningkatkan

penguasaan keterampilan teknik shooting bola basket daripada pendekatan dengan

bagian repetitif.

3. Pendekatan pembelajaran progresif merupakan pendekatan pembelajaran yang lebih

efektif untuk meningkatkan keterampilan shooting bola basket, terutama bagi siswa

yang memiliki kemampuan gerak tinggi, karena dengan pendekatan pembelajaran

yang dipelajari dengan materi secara terpisah antara bagian satu dengan yang lain

kemudian dipraktekkan secara bersama akan berpengaruh terhadap pemahaman

siswa terhadap materi yang dipelajari. Siswa akan lebih dapat fokus dalam

mempelajari materi yang diberikan.

4. Pendekatan pembelajaran repetitif merupakan pendekatan pembelajaran yang lebih

efektif untuk meningkatkan keterampilan shooting bola basket, terutama bagi siswa

yang memiliki kemampuan gerak rendah, karena dengan pendekatan pembelajaran

yang dipelajari secara berulang-ulang bagian demi bagian akan memberikan

i

kemudahan bagi siswa untuk mengenal, memahami dan mengingat-ingat kembali

tentang spesifik gerakan yang sedang dipelajari.

5. Pembelajaran dengan pendekatan bagian progresif ternyata memberikan pengaruh

yang lebih tinggi dalam meningkatkan keterampilan shooting bola basket. Kebaikan

pembelajaran dengan pendekatan bagian progresif dapat dipergunakan sebagai

solusi bagi pengajar dan pembina di tingkat Sekolah Menengah Pertama (SMP)

dalam upaya meningkatkan keterampilan shooting bola basket.

6. Besarnya peningkatan keterampilan shooting bola basket dipengaruhi oleh

pendekatan pembelajaran yang digunakan dan tingkat kemampuan gerak yang

dimiliki siswa. Tinggi-rendahnya kemampuan gerak yang dimiliki siswa

mempengaruhi hasil belajar keterampilan. Oleh karena itu, penerapan pendekatan

pembelajaran yang perlu memperhatikan faktor kemampuan gerak.

C. Saran

Berdasarkan hasil penelitian ini maka kepada pengajar dan pembina olahraga

khususnya sepakbola diberikan saran-saran sebagai berikut:

1. Dalam upaya untuk meningkatkan keterampilan, khususnya keterampilan shooting

bola basket, harus menggunakan pendekatan pembelajaran yang tepat sesuai dengan

perkembangan siswa.

2. Pembelajaran dengan pendekatan bagian progresif memiliki pengaruh yang lebih

baik dalam meningkatkan keterampilan shooting bola basket, sehingga pengajar

dan pelatih lebih memilih pembelajaran dengan pendekatanbagian progresif dalam

upaya meningkatkan hasil shooting bola basket bagi siswanya.

i

3. Pengajar disarankan agar mengembangkan pendekatan pembelajaran bagian

progresif dalam rangka meningkatkan hasil pembelajaran keterampilan shooting

bola basket.

Penerapan penggunaan pendekatan pembelajaran untuk meningkatkan keterampilan

shooting bola basket, perlu memperhatikan faktor kemampuan gerak.

i

DAFTAR PUSTAKA

Akros Abidin.1999. Buku Penutun Bola Basket Kembar. Jakarta : Raja Grafindo Persada

Amung Ma’mun. 2000. Perkembangan Gerak dan Belajar Gerak. Jakarta :

Departemen Pendidikan Nasional, Direktorat Jendral Pendidikan Dasar dan Menengah.

Atwi Suparman. 1997. Desain Instruksional. Jakarta : Departemen Pendidikan Dan

Kebudayaan, Direktorat Jendral Pendidikan Dasar dan Menengah.

Baumgartner, A.T. & Jackson A.S. 1998. Measurement For Evaluaton in Physical Education and Exercise Science. 5th ed USA : WmC: Brown Comunication,Inc.

Brooks, GA. And Fahey, T.D. 1984. Exercise Physiology : Human Bioenergenetics and Its Aplications. New York : John Willey and Sons Ins.Ist Ed.

Christina Robert W. & Corcos D.M. 1988. Coaches Guide to Teaching Sport Skill.

Champaing : Human Kinetics Freemen & William H. 2001. Physical Education and Sport. Toronto : A Pearson

Education Company Gadne & Robert M. 1988. The Conditions. 3 Edition. New York : Holt, Rinchart and

Winston. Hergenhahn. B.R., Mattew H.O. 1997. An Introduction to Theories of Learning. New

Jersey : Prentice Hall Upper Saddle Rive

http://getskripsi.com. 2009. Upaya-meningkatkan-kesegaran-jasmani-melalui-pendekatan-bermain-dalam-pembelajaran-pendidikan-jasmani. Available in: http://getskripsi.com/2009/01/Accessed: 04 September 2009

http://por.sps.upi.Edu. 2009. Paedagogik Olahraga, Jurnal Sumber: http://por.sps.upi. Edu. Acessed : Oktober 18, 2009.

Johnson, B. L. and Nelson, J.K. 1986. Practical Measurement for Evaluation in

Physical Education. Minnesota. Burgers Publishing. Joyce B. Wiel M. dan Calhoun. 2000. Models of Teaching. Boston : Alyn and Bacon Kingsley. H. L. and Garry. 1957. The Nature and Condition of Learning : Prentice Hall

Inc

i

Maggil Richard A. 2001. Motor Learning Concept and Applications. Singapore : Mc Graw. Hall Book

Mulyono B. 2008. Tes dan Pengukuran Pendidikan Jasmani/Olahraga : Solo : UNS

Press Machfud Irsyada. 2000. Bola Basket. Jakarta : Depdiknas Nana Sujana. 1989. Metode Stastika. Bandung : Transito Nana Sujana, 2000. Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung : PT. Sinar Baru

Agresindo.

Nana Sujana, Ibrahim. 2004. Penelitian dan Penilaian Pendidikan. Bandung. Sinar Baru Algensindo

Neumann, Hans. 1987. Bola Basket. PB Perbasi. Jakarta Nurhasan. 2000. Tes dan Pengukuran Pendidikan Jasmani: Prinsip-prinsip dan

Penerapannya. Departemen Pendidikan Nasional. Jakarta. Nuril Ahmadi. 2007. Permainan Bola Basket : Solo : Era Intermedia Oemar Hamalik. 2006. Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem.

Jakarta : Bumi Aksara Rusli Lutan. 1988. Belajar Ketrampilan Motorik, Pengantar Teori dan Metode. Jakarta.

Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Proyek Pengembangan Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan.

Rusli Lutan. 1998. Strategi Pembelajaran Pendidikan Jasmani dan Kesehatan. Jakarta :

Departemen Pendidikan Nasional, Direktorat Jendral Pendidikan Dasar Dan Menengah.

Samsudin. 2008. Pembelajaran Pendidikan Jasmani Olahraga Dan Kesehatan SD/MI.

Jakarta : Prenada Media Group. Sigit Brotoraharjo. 2007. Perbedaan Pengaruh Metode Belajar dan Kemampuan

Motorik Terhadap Hasil Penempatan Pukulan Forehand Tenis. Solo : UNS Singer R.N. 1975. Motor Learning and Human Performance. London: Collier

Macmillans Publisher. Singer, Robert, N. 1982. The Learning of Motor Skills. New York : Macmillan

Publishing Company, Inc. Sudjana. 1992. Desain dan Analisis Eksperimen. Bandung : Tarsito

i

Sudjana. 1994. Desains dan Analisis Eksperimen. Bandung Penerbit Tarsito.

Sudjana, Ibrahim. 2004. Penelitian dan Penilaian Pendidikan. Bandung. Sinar Baru Algensindo.

Sukintaka. 2004. Teori Pendidikan Jasmani Filosofi Pembelajaran Dan Masa Depan.

Bandung : Nuansa Cendekia. Sugiyanto. 2000. Perkembangan Pembelajaran Motorik. Jakarta : Universitas Terbuka. Sugiyanto. 2007. Teori Kepelatihan Dasar. Jakarta : Lembaga Akreditasi Nasional

Keolahragaan Sunaryo Basuki, Soetrisno Moeh Soebroto. 1979. Tuntunan Mengajar. Depdikbud.

Jakarta

Wina, Sanjaya. 2008. Strategi Pembelajaran Berorientasi Proses Pendidikan. Jakarta: Prenada Media.

Yusuf Hadisasmita dan Aip Syarifuddin. 1996. Ilmu Kepelatihan Dasar. Depdikbud. Jakarta