Perbandingan Tingkat Kesembuhan Luka Sayat Dengan Pemberian Lendir

28
PERBANDINGAN TINGKAT KESEMBUHAN LUKA SAYAT DENGAN PEMBERIAN LENDIR BEKICOT (ACHATINA FULICA) DIBANDINGKAN DENGAN PEMBERIAN MADU PADA TIKUS PUTIH (Rattus norvegicus) Disusun Oleh : Elman Dani Firdaus 1018011008

description

jbk

Transcript of Perbandingan Tingkat Kesembuhan Luka Sayat Dengan Pemberian Lendir

PERBANDINGAN TINGKAT KESEMBUHAN LUKA SAYAT DENGAN PEMBERIAN LENDIR BEKICOT (ACHATINA FULICA) DIBANDINGKAN DENGAN PEMBERIAN MADU PADA TIKUS PUTIH (Rattus norvegicus)

PERBANDINGAN TINGKAT KESEMBUHAN LUKA SAYAT DENGAN PEMBERIAN LENDIR BEKICOT (ACHATINA FULICA) DIBANDINGKAN DENGAN PEMBERIAN MADU PADA TIKUS PUTIH (Rattus norvegicus)

Disusun Oleh :Elman Dani Firdaus1018011008I. PENDAHULUANLatar BelakangLuka merupakan cedera yang cukup sering dihadapi para dokter. Jenis luka diantaranya adalah luka sayat, luka insisi disebabkan gerakan menyayat dengan benda tajam seperti pisau atau silet.

Masyarakat Indonesia sudah sejak zaman dahulu mengenal dan memanfaatkan lendir bekicot yang berkhasiat sebagai salah satu upaya dalam menyembuhkan luka sayat. Lendir yang diproduksi kelenjar di dinding tubuh bekicot, maupun zat getah bening yang mengalir dalam tubuh bekicot mempunyai aktivitas pembasmian bakteri dan benda asing. Komponen-komponen pada lendir bekicot diantaranya zat analgesik, peptida antimikroba (Achasin) dan zat antiseptik yang berfungsi dalam penutupan luka sayat

Salah satu maanfaat madu adalah dapat digunakan sebagai terapi topikal untuk penyembuhan luka, seperti luka sayat, infeksi, luka paska-operasi, dan luka ulkus, baik luka ulkus kaki, dekubitus, maupun ulkus kaki diabetes. Selain itu manfaat dari madu, antara lain menyebutkan bahwa madu memiliki aktivitas sebagai antibakteri, antifungi, serta mampu menyembuhkan berbagai luka dan penyakit infeksi yang seriusRUMUSAN MASALAH Dengan memperhatikan latar belakang masalah di atas maka penulis menetapkan perumusan masalah adalah bagaimana perbandingan tingkat kesembuhan luka sayat antara pemberian lendir bekicot (Achatina fulica) dan madu pada tikus putih (Rattus norvegicus) ?

TUJUAN Tujuan umumMengetahui perbandingan tingkat kesembuhan luka sayat antara pemberian lendir bekicot (Achatina fulica) dengan pemberian madu pada tikus putih (Rattus norvegicus)

b)Tujuan khususMengetahui pengaruh lendir bekicot (Achatina fulica) terhadap proses penyembuhan luka sayat pada tikus putih (Rattus norvegicus)Mengetahui pengaruh madu terhadap proses penyembuhan luka sayat pada tikus putih (Rattus norvegicus)

MANFAAT 1.Memberikan informasi bagi masyarakat mengenai perbandingan tingkat kesembuhan luka sayat antara pemberian lendir bekicot (Achatina fulica) dengan pemberian madu2. Menambah wawasan dan khasanah ilmu pengetahuan penulis terutama tentang perbandingan tingkat kesembuhan luka sayat antara pemberian lendir bekicot (Achatina fulica) dengan pemberian madu3.Memberikan informasi serta sebagai tambahan kepustakaan yang dapat digunakan untuk penelitian selanjutnya sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan.

KERANGKA TEORI

LUKA SAYATFAKTOR HOSTUmurJenis KelaminStatus gizi

METODE ENVIRONMENTMetode perawatanRuang perawatan FAKTOR AGENT MikroorganismePenyebab infeksi Lendir bekicot (Achatina fulica)Madu

PENYEMBUHANDerajat Lokasi Kausa Luas Komplikasi

KERANGKA KONSEPMaduKontrolLendir Bekicot (Achatina fulica)Tikus dengan luka sayatGambaran klinis kulit tikusGambaran histopatologi kulit tikus perwaktuHIPOTESISBerdasarkan rumusan masalah yang telah dipaparkan sebelumnya, maka hipotesis dalam penelitian ini adalah terdapat perbedaan tingkat kesembuhan luka sayat antara pemberian lendir bekicot (Achatina fulica) dengan pemberian madu pada tikus putih (Rattus norvegicus).

II. TINJAUAN PUSTAKA

Khasiat bekicotLendir yang diproduksi kelenjar di dinding tubuh bekicot, maupun zat getah bening yang mengalir dalam tubuh bekicot mempunyai aktivitas penggumpalan serta pembasmian bakteri dan benda asing. Mungkin komponen itu pula yang berfungsi dalam penutupan luka sayat.

ManfaatBekicot dan lendirnya sangat bermanfaat untuk mengobati berbagai macam penyakit seperti abortus, sakit waktu menstruasi, radang selaput mata, sakit gigi, gatal-gatal, jantung dan lain-lain. Sedangkan kulit bekicot sangat mujarab untuk penyakit tumor. Sejenis obat yang dikenal berasal dari kulit bekicot, dinamakan Maulie, yang dapat menyembuhkan berbagai penyakit seperti kejang, jantung suka berdebar, tidak bisa tidur, leher membengkak dan penyakit kaum wanita termasuk keputihan (Berniyanti,2007).

Kandungan kimiaLendir bekicot mengandung analgesik, peptida antimikroba (Achasin), dan antiseptik yang dapat membantu mempercepat penutupan jaringan kulit yang luka.

Kandungan madu murni terdiri dari:

Tabel 1. Kandungan madu dari Indonesia (Sihombing, 1994)

KomposisiRataan (meq)Kisaran nilai (meq)Air22,916,6-37Fruktosa29,212,2-60,7Glukosa18,66,6-29,3Sukrosa13,41,4-53Asam bebas41,3110,33-62,21pH3,923,60-5,34Manfaat madu Antimikroba Madu memiliki aktivitas antimikroba, melawan peradangan dan infeksi. Didalam kandungan fisik dan kimiawi seperti kadar keasaman dan pengaruh osmotik berperan untuk membunuh mikroba. Kemampuan penyembuh luka Madu memiliki kemampuan untuk membersihkan luka, mengabsorbsi cairan edema di sekitar luka dan menambah nutrisi.

Luka sayat Membangkitkan reaksi pencegahan untuk menyembuhkan luka sayat.

Antioksidan Kandungan plasma darah semakin bertambah untuk melawan oksidasi dengan kadar yang lebih tinggi setelah minum madu. Dan terdapat juga fenolik didalam madu yang sangat efektif untuk ketahanan tubuh melawan stres (Bangroo dkk, 2005; Khatri dkk, 2005).

Mekanisme aktivitas antimikroba pada madu Hiperosmolar Madu memiliki konsentrasi gula yang tinggi dan kadar air yang rendah menyebabkan tekanan osmotik meningkat sehingga keadaan disekitar mikroba menjadi hipertonis yang menyebabkan air yang berada di dalam sel mikroba keluar sehingga terjadi plasmolisis. Tekanan osmotik yang tinggi berfungsi sebagai suatu medium hiperosmolar yang menyebabkan terjadinya aktivitas pembersihan luka dan mencegah pertumbuhan mikroba.

Higroskopis Madu juga bersifat higroskopis sehingga memungkinkan terjadinya dehidrasi mikroba yang mengakibatkan keadaan inaktif bahkan tanpa air mikroba tidak dapat bereplikasi atau bertahan hidup.Kadar pH rendah Dimana suatu kondisi lingkungan yang tidak menyokong untuk pertumbuhan mikroba.Inhibin Bahan termolabil ini diklaim oleh beberapa peneliti sebagai bahan antimikroba yang bertanggung jawab menghambat pertumbuhan organisme baik gram positif maupun gram negatif. Faktor inhibin ini kemudian menjadi efektif karena hidrogen peroksida.

Hidrogen Peroksida Aktivitas antimikroba dari madu sebagian besar disebabkan oleh adanya hidrogen peroksida yang dihasilkan secara enzimatik pada madu. Kandungan hidrogen peroksida ini menghasilkan radikal bebas hidroksil dengan efek antimikroba.Antimikroba Dari berbagai kandungan bahan antimikroba dari madu yang telah diketahui terdapat beberapa jenis madu dengan bahan kandungan tambahan yang berasal dari tanaman yang dikunjungi lebah (Hendri dkk, 2008; Yani dkk, 2008).

III. METODOLOGI PENELITIAN

Desain PenelitianPenelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorik yang akan menggunakan metode rancangan acak terkontrol dengan pola post test only controlled group design. Sebanyak 18 ekor tikus putih (Rattus norvegicus) jantan dewasa galur Sprague Dawley berumur 3-4 bulan yang dipilih secara random yang dibagi menjadi 3 kelompok, dengan pengulangan sebanyak 6 kali, akan digunakan sebagai subjek penelitian.Tabel 3. Jenis perlakuan penelitian dan dosis yang diberikan pada setiap perlakuan.

No.Hewan PercobaanJenis PerlakuanDosis1Tikus dengan Luka Sayat--2Tikus dengan Luka SayatLendir Bekicot (Achatina fulica)100%3Tikus dengan Luka SayatMadu SNI100%Waktu dan Tempat PenelitianPenelitian ini akan dilakukan di Laboratorium Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Lampung, sedangkan pembuatan preparat dan pengamatannya akan dilakukan di Laboratorium Patologi Anatomi dan Histologi Fakultas Kedokteran Universitas Lampung. Dengan batas waktu sampai 14 hari.

Alat dan BahanAlat yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah pisau cukur dan gagangnya, sarung tangan steril, bengkok, kom steril, perlak, jas lab, gunting plester, pinset anatomis, aquades, spuit dan jarum, kassa steril, alkohol, dan arloji. Pada penelitian ini dubutuhkan bahan berupa madu SNI, lender bekicot (Achatina fulica), anestesi lidokain dan tikus putih.

Subyek Penelitian1. PopulasiPopulasi adalah keseluruhan obyek penelitian atau obyek yang diteliti. Dalam penelitian ini populasi yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah tikus putih (Rattus norvegicus) jantan dewasa galur Sprague Dawley berumur 3 - 4 bulan.2. SampelMenurut Frederer (1967), rumus penentuan sampel untuk uji eksperimental adalah : Dimana t merupakan jumlah kelompok percobaan dan n merupakan jumlah pengulangan atau jumlah sampel tiap kelompok. Penelitian ini akan menggunakan 3 kelompok perlakuan sehingga perhitungan sampel menjadi:

Jadi sampel yang akan digunakan tiap kelompok percobaan sebanyak 6 ekor (>6) dan jumlah kelompok yang akan digunakan adalah 3 kelompok sehingga penelitian ini akan menggunakan 21 ekor tikus putih dari populasi yang ada.

19Kriteria Inklusi dan EksklusiInklusi : Sehat (tidak tampak penampakan rambut kusam, rontok, atau botak dan aktif).Memiliki berat badan sekitar 200-250 gram.Berjenis kelamin jantan.Berusia sekitar 3 - 4 bulan.Ekslusi :Terdapat penurunan berat badan lebih dari 10% setelah masa adaptasi di laboratorium.Mati selama masa pemberian perlakuan.

Variabel PenelitianVariabel Bebas (Independent variable) Zat aktif yang diberikan pada tikus putih yaitu :Lendir Bekicot (Achatina fulica)Madu

Variabel Terikat (Dependent variable)Tingkat kesembuhan kulit tikus dengan luka sayat yaitu : Gambaran histopatologi kulit tikusGambaran klinis kulit tikus

Prosedur PenelitianSebelum dilakukan perlakuan kepada semua tikus laboratorium, terlebih dahulu tikus diadaptasikan dengan lingkungan laboratorium selama tujuh hari kemudian dilanjutkan dengan prosedur penelitian berikutnya.

Pembuatan Luka Sayat TerbukaCukur bagian punggung dari tikus putih.Lakukan anestesi pada area kulit yang akan dibuat luka sayat dengan dosis 0,2 cc lidokain dalam 2 cc aquades (Handian, 2006) atau suntikan secara interaperitoneal campuran 80 mg/kg ketamine dan 5 mg/kg xylazine (Turtay dkk, 2010). Kulit disayat dengan silet sepanjang 2 cm dengan kedalaman kira-kira 0,5 cmProsedur penanganan Luka Bakar Sayat TerbukaPenanganan dilakukan sebanyak dua kali sehari (Handian, 2006) dan selalu dibersihkan sebelum mengaplikasikan lendir bekicot dan madu ke tikus putih dengan cara, membersihkanya dengan air aquades. Berikut runtutan prosedur penanganan luka bakar yang akan di aplikasikan.Tempatkan perlak yang dilapisi kain di bawah luka yang akan dirawat.Pakai sarung tangan steril.Siapkan kasa.Olesi bagian luka dengan kasa yang telah dibasahi dengan lendir bekicot atau madu SNIsetebal 2 mm hingga menutup seluruh permukaan untuk kelompok perlakuan madu.Tutup luka dengan kasa sterilUntuk kelompok kontrol balutan tanpa diberikan apapun.

Prosedur operasional pembuatan slideMetode pembuatan preparat histopatologi Bagian Patologi Anatomi Laboratorium Patologi Anatomi Fakultas Kedokteran Universitas Lampung (2012) :Prosedur pembuatan slide :Organ telah dipotong secara representatif dan telah difiksasi menggunakan formalin 10% selama 3 jam.Bilas dengan air mengalir sebanyak 3-5 kali.Dehidrasi dengan :Alkohol 70% selama 0,5 jamAlkohol 96% selama 0,5 jamAlkohol 96% selama 0,5 jamAlkohol 96% selama 0,5 jamAlkohol absolut selama 1 jamAlkohol absolut selama 1 jamAlkohol absolut selama 1 jamAlkohol xylol 1:1 selama 0,5 jamClearing dengan menggunakan:Untuk membersihkan sisa alkohol, dilakukan clearing dengan xilol I dan II masing-masing selama 1 jam.Impregnansi dengan parafin selama 1 jam dalam oven suhu 65oC.Pembuatan blok parafin:Sebelum dilakukan pemotongan blok parafin, parafin didinginkan dalam lemari es. Pemotongan menggunakan rotary microtome dengan menggunakan disposable knife. Pita parafin dimekarkan pada water bath dengan suhu 60oC. Dilanjutkan dengan pewarnaan hematoksilin eosin.

Prosedur pulasan HE :Setelah jaringan melekat sempurna pada slide, memilih slide yang terbaik selanjutnya secara berurutan memasukkan ke dalam zat kimia di bawah ini dengan waktu sebagai berikut.Dilakukan deparafinisasi dalam : Larutan xylol I selama 5 menitLarutan xylol II selama 5 menitEthanol absolut selama 1 jamHydrasi dalam:Alkohol 96% selama 2 menitAlkohol 70% selama 2 menitAir selama 10 menitPulasan inti dibuat dengan menggunakan : Haris hematoksilin selama 15 menitAir mengalirEosin selama maksimal 1 menitLanjutkan dehidrasi dengan menggunakanAlkohol 70% selama 2 menit Alkohol 96% selama 2 menitAlkohol absolut 2 menitPenjernihan:Xylol I selama 2 menitXylol II selama 2 menit

Cara Pengumpulan DataKlinisDalam penelitian ini digunakan teknik observasi eksperimen, dimana sampel dibagi menjadi 3 kelompok kemudian dilakukan dua hari sekali untuk melihat penyembuhan secara makroskopis. Pengamatan ini dilakukan mulai awal dari mulai pemberian terapi sampai hari terakhir penyembuhan untuk mengetahui perubahannya dengan batas waktu penelitian selama 7 hari. Lalu mnegukur persentase kesembuhan dilakukan dengan menggunakan rumus :Px = [(pl-px)/pl] x 100%Dimana :px=Persentase hari ke xpl = panjang hari ke 1px= panjang hari ke x

HistopatologiPenyembuhan diobservasi pada fase proliferasi. Sampel biopsi diambil dalam satu kali dan serentak pada hari ke 7. Gambaran yang didnilai adalah panjang reepitelisasi dengan system skoring pada pembesaran 40x yaitu :Tabel penilaian mikroskopis.Parameter dan DiskripsiSkorDerajat terjadinya epitelisasiEpitelisasi normal/lapang pandang kecil mikroskop3Epitelisasi sedikit/lapang pandang kecil mikroskop2Tidak ada epitelisasi/lapang pandang kecil mikroskop1Jumlah pembentukan pembuluh darah baruLebih 2 pembuluh darah baru/lapang pandang kecil 33 mikroskop1-2 pembuluh darah baru/lapang pandang kecil 22mikroskopTidak ada pembuluh darah baru/lapang pandang kecil 11MikroskopDerajat pembentukan kolagenKepadatan kolagen lebih dari jaringan normal/lapang3pandang kecil mikroskopKepadatan kolagen sama dengan jaringan normal/lapang2pandang kecil mikroskopKepadatan kolagen kurang dari jaringan normal/lapang1pandang kecil mikroskop

Pengolahan dan Analisis DataHasil penelitian lalu akan dianalisis apakah memiliki distribusi normal (p>0,05) atau tidak secara statistik dengan uji normalitas Shapiro-Wilk karena jumlah sampel 50. Kemudian dilakukan uji Levene untuk mengetahui apakah dua atau lebih kelompok data memiliki varians yang sama (p>0,05) atau tidak. Jika varians data berdistribusi normal dan homogen, akan dilanjutkan dengan metode uji parametrik one way ANOVA. Apabila tidak memenuhi syarat uji parametrik, akan dilakukan transformasi. Jika pada uji ANOVA menghasilkan nilai p