PERBANDINGAN METODE MENGHAFAL AL-QUR’AN DI …
Transcript of PERBANDINGAN METODE MENGHAFAL AL-QUR’AN DI …
PERBANDINGAN METODE MENGHAFAL AL-QUR’AN DI PONDOK
PESANTREN DAARUL HUFFAAZH AL-ISLAMI DAN PONDOK
PESANTREN SATU QUR’AN JAMBI
SKRIPSI
Diajukan sebagai salah satu Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana
Stara Satu (S.1) Dalam Ilmu Al-Qur‟anDan Tafsir
Fakultas Ushuluddin Dan Studi Agama
Oleh:
JANNATI HANDAYANI
UT.160083
PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR
FAKULTAS USHULUDDIN DAN STUDI AGAMA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SULTHAN THAHA SAIFUDDIN
JAMBI
2020
i
Dr. H. Abd. Ghaffar, M.Ag Jambi, 9 juni 2020
Drs. H. Zikwan, M.Ag
Alamat : Fak. Ushuluddin UIN STS Jambi Kepada Yth.
Jl. Raya Jambi-Ma. Bulian Bapak Dekan
Simp. Sungai Duren Fak.Ushuluddin
Muaro Jambi UIN STS Jambi
di-
Jambi
NOTA DINAS
Assalamu‟alaikum Wr. Wb.
Setelah membaca dan mengadakan perbaikan sesuai dengan persyaratan yang
berlaku di Fakultas Ushuluddin dan Studi Agama UIN STS Jambi, maka kami
berpendapat bahwa skripsi saudara (Jannati Handayani) dengan judul
“Perbandingan Metode Menghafal Al-Qur’an di Pondok Pesantren Daarul
Huffadz al-Islami dan Pondok Pesantren Satu Qur’an Jambi” telah dapat
diajukan untuk di munaqasyahkan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh
gelar Sarjana Strata Satu (S.1) Jurusan/Program Studi Ilmu Al- Quran dan Tafsir
(IAT) di Fakultas Ushuluddin dan Studi Agama UIN STS Jambi.
Demikianlah yang dapat kami sampaikan kepada bapak/ibu, semoga
bermanfaat bagi kepentingan agama, nusa dan bangsa.
Wassalamu‟alaikum Wr. Wb
Pembimbing I Pembimbing II
Dr. H. Abd. Ghaffar, M.Ag Drs. H. Zikwan, M.Ag
NIP.196110061993031001 NIP. 196610151992021002
i
i
i
iv
MOTTO
مش واوا له لحفظىن لىا الز اوا وحه وز
Sesungguhnya Kamilah yang menurunkan Al-Qur'an, dan pasti Kami (pula) yang
memeliharanya. (Q.S. Al-Hijr Ayat 9)
v
PERSEMBAHAN
Bismillāhirrahmānirrahīm
Alhamdulillahirabbil ‘alamin dengan rahmat dan hidayah Allah SWT penulis
telah menyelesaikan skripsi ini.
Skripsi ini penulis persembahkan untuk:
Bapak , Ibu, kaka, abang dan keluarga tercinta yang selalu mendukung,
memberi masukan, motivasi dan doa dalam menyelesaikan skripsi ini.
Seluruh dosen di UIN STS Jambi yang telah memberikan pengajaran dan
motivasi sehingga penulis selalu bersemangat untuk terus maju dan
berkembang.
Almamater Fakultas Ushuludin dan Studi Agama UIN Sulthan Thaha Saifuddi
Jambi
Teman-teman seperjuangan Jurusan Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir, khususnya
kelas A
Para Ustaz dan ustazah yang telah memberikan nasihat dan motivasi kepada
penulis
Semoga Allah membalas segala amal dan menjadikannya ladang pahala.
vi
ABSTRAK
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh Perbedaan praktik menghafal al-
Qur‟an dianggap sebagai sesuatu yang wajar dan legal. Penulis bermaksud
mencari karakteristik masing-masing pesantren dalam metode menghafal Al-
Qur‟an dengan menggunakan studi komparasi atau perbandingan.. Hal ini di
sebabkan karena terjadinya perbedaan kemampuan setiap orang dalam menghafal
al-Qur‟an. Hal tersebutlah yang menarik penulis untuk mengambil penelitian
metode menghafal al-Qur‟an di Pondok Pesantren Daarul Huffadz al-islami dan
Pondok Pesantren Satu Qur‟an Jambi, guna mengetahui karakteristik metode
menghafal al-Qur‟an di kedua pesantren tersebut.
Pendekatan penelitian yang penulis gunakan adalah penelitian lapangan
(fieldresearch), yang menggunakan pendekatan kualitatif yang bersifat deskriptif,
yaitu dengan membuat gambaran secara sistematis, faktual, dan akurat mengenai
perbandingan metode menghafal al-Qur‟an di Pondok Pesantren Darul Huffadz
Al-Islami dan Pondok Pesantren Satu Qur‟an Jambi.
Hasilnya penulis menemukan bahwa terdapat perbedaan dan persamaan
pada PP Darul Huffadz Al-Islami dan PP Satu Qur‟an Jambi. kedua Pondok
Pesantren taḥfȋẓ tersebut sama-sama menggunakan metode taḥfȋẓ dan Muroja‟ah,
yang mana keduanya tidak dapat dipisahkan. Adapun persamaan dalam Metode
Taḥfȋẓ yang diterapkan oleh santri PP Darul Huffadz Al-Islami dan PP Satu
Qur‟an Jambi yaitu Metode Waḥdah , metode talaqqi, takrir, semaan dengan
teman Taḥfȋẓ, menyetorkan hafalan kepada guru Taḥfȋẓ, menggunakan Quran
pojok dan pada Metode muroja‟ah melalui proses muroja‟ah yang disimak
kepada guru, Muroja‟ah mandiri, Murāja‟ah dengan teman. Sedangkan pada
perbedaannya yaitu terletak pada aplikasi pelaksanaan metode menghafal Al-
Qur‟an. Pada pelaksanaan metode Taḥfȋẓ yang diterapkan di Pondok Pesantren
Darul Huffadz al-Islami tidak memiliki metode khusus. Sedangkan di Pondok
Pesantren Satu Qur‟an Jambi memiliki pedoman metode khusus untuk diterapkan
oleh santri penghafal Al-Qur‟an.
vii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, segala puji dan syukur penulis haturkan kepada Allah
SWT, yang telah memberikan nikmat dan karunianya berupa kesehatan,
kesempatan dan kekuatan lahir batin sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi ini dengan judul, “Perbandingan Metode Menghafal Al-Qur‟an di Pondok
Pesantren Daarul Huffadz Al-Islami dan Pondok Pesantren Satu Qur‟an
Jambi”.Sholawat serta salam selalu tercurahkan kepada junjungan kita, Nabi dan
Rosul kita, yakni Nabi Muhammad SAW. Seorang manusia mulia sebagai rahmat
untuk sekalian alam.
Selanjutnya penulis menyadari dalam proses penyelesaian skripsi ini,
penulis telah dibantu oleh berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis menyampaikan
rasa terima kasih yang tak terhingga kepada beberapa pihak yang telah membantu
penulisan skripsi ini sampai selesai. Penulis juga menyampaikan rasa terima kasih
yang sebesar-besarnya kepada orang tua dan keluarga yang telah menjaga,
mendidik, menyayangi dan senantiasa mensupport serta mendoakan penulis
sehingga karya ini dapat disesaikan.
Dan pada kesempatan ini, penulis juga mengucapkan rasa terima kasih
yang sebesar-besar kepada
1. Prof. Dr. H. Suaidi Asy‟ari, M.A., Ph.D selaku Rektor Universitas Islam
Negeri Sultan Thaha Saifuddin Jambi.
2. Ibu Dr. Rofiqoh Ferawati, SE.M.EI, Bapak Dr. As‟ad Isma, M.Pd, Bapak
Bahrul Ulum, S.Ag., MA, selaku Wakil Rektor I, II, dan III Universitas
Islam Negeri Sultan Thaha Saifuddin Jambi.
3. Bapak Dr. Abdul Halim, M.Ag selaku Dekan Fakultas Ushuluddin dan
Studi Agama UIN STS Jambi.
4. Bapak Dr. Masiyan M.Ag selaku Wakil dekan bidang Akademik Fakultas
Ushuluddin dan Studi Agama UIN STS Jambi.
5. Bapak Dr.Edy Kusnaidi, M. Fil.I. selaku Wakil dekan bidang Administrasi
Umum Perencanaan dan Keuangan Fakultas Ushuluddin dan Studi Agama
UIN STS Jambi.
6. Bapak Dr. M. Ied Al-Munir, M.Ag selaku Wakil dekan bidang
Kemahasiswaan dan bidang Kerjasama luar Fakultas Ushuluddin dan
Studi Agama UIN STS Jambi.
7. Bapak Dr. Bambang Husni Nugroho, M.H.I selaku ketua Prodi Ilmu Al-
Qur‟an dan Tafsir Fakultas Ushuluddin dan Studi Agama UIN STS Jambi.
viii
8. Bapak Dr. H. Abd. Ghaffar, M.Ag selaku pembimbing I yang telah banyak
memberikan kontribusi dan waktu demi terselesaikannya Penulisan Skripsi
ini.
9. Bapak Drs. H. Zikwan, M.Ag selaku pembimbing II yang telah banyak
memberikan saran dan waktu demi terselesaikannya Penulisan Skripsi ini.
10. Bapak Drs. Muhsin Ham, M. Fil.I selaku pembimbing akademik yang
senantiasa selalu memberi saran, semangat dan waktunya demi
terselesaikannya Skripsi ini.
11. Para Dosen Ilmu Al-Qur‟an dan Tafsir Fakultas Ushuluddin dan Studi
Agama UIN STS Jambi.
12. Bapak Ibu Karyawan dan Karyawati Fakultas Ushuluddin dan Studi
Agama UIN STS Jambi.
13. Ayah, Ibu, Kakak, Abang, Keluarga Besar, Sahabat-sahabat seperjuangan
dan teman-teman mahasiswa Jurusan Ilmu Al-Qur‟an dan Tafsir 2016,
yang senantiasa memberikan dukungan dan semangat demi kelancaran
penulisan Skripsi ini.
14. Seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah
membantu baik secara langsung maupun tidak langsung kepada penulis
demi kelancaran penulisan Skripsi ini.
Semoga Allah SWT., membalas segala kebaikan dan bantuannya kepada
penulis selama ini. Penulis menyadari bahwa Skripsi ini masih jauh dari kata
sempurna untuk itu penulis mengharapkan masukan serta saran dari pembaca.
Semoga karya tulis ini dapat bermanfaat bagi penulis sendiri dan pada umumnya
kepada seluruh pembaca.
Jambi, 25 Juni 2020
Penulis,
Jannati Handayani
UT.160083
xi
PEDOMAN TRANSLITERASI
A. Alfabet
Arab Indonesia Arab Indonesia
ṭ ط ‟ ا
ẓ ظ B ب
„ ع T ت
Gh غ Th ث
F ف J ج
Q ق ḥ ح
K ك kh خ
L ل D د
M م Dz ذ
N ن R ر
H ه Z ز
W و S ش
‟ ء Sh ش
Y ي ṣ ص
ḍ ض
B. Vokal dan Harkat
Arab Indonesia Arab Indonesia Arab Indonesia
ȋ اي ā آ A ا
Aw ا و ȋ اي I ا
Ai ا ي ū ا و U ا
C. Tā’ marbūṭah
Transliterasi untuk Tā‟ marbūṭah ini ada dua macam
1. Tā‟ marbūṭah yang mati atau mendapat harakat sukun maka
transliterasinya adalah h.
Arab Indonesia
ḥilmah حكمة
Jaziyah جسية
2. Tā‟ marbūṭah hidup atau yang mendapat harakat fathah, kasrah dan
dammah, maka transliterasinya adalah t.
Arab Indonesia
Wizārat al-Tarbiyah وزارةالتربية
Mir‟ātu al-zaman مراةالسمه
xi
3. Tā‟ marbūṭah yang berharakat tanwin maka transliterasinya adalah
tan/tin/tun.
Arab Indonesia
Faja‟atun فجعة
D. Daftar Singkatan
Beberapa singkatan yang dibakukan adalah:
Swt. = subḥanahuwata„ala
Saw. = ṣallallāhu „alaihiwasallam
As. = „alaihi al - salām
Cet. = Cetakan
t.p. = Tanpa penerbit
t.t. = Tanpa tempat
t.th. = Tanpa tahun
H = Hijriah
M = Masehi
SM = SebelumMasehi
QS. …/…: 4 = QS. al-Baqarah/2: 4 atau QS. Ali „Imran/3: 4
xiii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .......................................................................................... i
NOTA DINAS ....................................................................................................ii
SURAT PERNYATAAN ORSINALITAS SKRIPSI ................................... iii
PENGESAHAN ................................................................................................ iv
MOTTO ............................................................................................................ v
PERSEMBAHAN ............................................................................................. vi
ABSTRAK........................................................................................................vii
KATA PENGANTAR ................................................................................... viii
DAFTAR ISI ...................................................................................................... x
PEDOMANA TRANSLITERASI..................................................................xii
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................. 1
A. Latar Belakang Masalah ..................................................................... 1
B. Rumusan Masalah............................................................................... 4
C. Batasan masalah ................................................................................. 4
D. Tujuan dan kegunaan penelitian ......................................................... 5
E. Kerangka Teori ................................................................................... 5
F. Metode penelitan ................................................................................ 7
G. Tinjauan pustaka ................................................................................. 8
H. Sistematika penulisan ....................................................................... 11
BAB II PROFIL PONDOK PESANTREN DAARUL HUFFADZH AL-
ISLAMI DAN PONDOK PESANTREN SATU QUR’AN JAMBI ............ 12
A. Biografi Pondok Pesantren Daarul Huffadz Al-Islami dan Pondok
Pesantren Satu Qur‟an Jambi ................................................................ 12
1. Sejarah berdirinya PP Daarul Huffadz Al-Islami ...................... 13
2. Letak Geografis PP Daarul Huffadz Al-Islami ......................... 14
3. Visi, Misi dan Tujuan ................................................................ 14
4. Struktur Organisasi Pesantren dan Tenaga Pengajar ................. 15
5. Struktur Organisasi Santri Daarul Huffadz ............................... 16
6. Fasilitas Pesantren ..................................................................... 16
7. Sumber Dana ............................................................................. 16
8. Prestasi Pondok Pesantren ......................................................... 16
9. Program Kegiatan PP Daarul Huffadz Al-Islami ...................... 17
B. Biografi Pondok Pesantren Satu Qur‟an Jambi
1. Sejarah berdirinya PP Satu Qur‟an Jambi ................................. 20
2. Letak Geografis PP Satu Qur‟an Jambi .................................... 21
3. Struktur Organisasi Pesantren dan tenaga pengajar .................. 21
4. Struktur Organisasi Santri ......................................................... 22
5. Sumber Dana ............................................................................. 24
6. Visi, Misi dan Tujuan ................................................................ 24
7. Fasilitas Pesantren ..................................................................... 24
xiv
8. Prestasi Pondok Pesantren ........................................................ 26
9. Program Kegiatan PP Satu Qur‟an ............................................ 26
10. Sumber Dana ............................................................................. 27
11. Prestasi Santri Satu Qur‟an Jambi ............................................. 27
12. Program Kegiatan Pesantren ..................................................... 27
BAB III TINJAUAN UMUM MENGHAFAL AL-QUR’AN ..................... 31
A. Fase Menghafal................................................................................. 31
B. Fase Menjaga Hafalan (Muroja‟ah) .................................................. 43
C. Perusak Hafalan ................................................................................ 48
D. Keutamaan Menghafal Al-Qur‟an .................................................... 49
E. Adab Penghafal Al-Qur‟an ............................................................... 52
BAB IV HASIL PEMBAHASAN DAN PENELITIAN DI PONDOK
PESANTREN DAARUL HUFFADZH AL-ISLAMI DAN PONDOK
PESANTREN SATU QUR’AN JAMBI ........................................................ 57
A. Metode menghafal Al-Qur‟an di Pondok Daarul Huffaadzh Al-Islami .........
.......................................................................................................... 57
1. Implementasi Metode Menghafal Al-Qur‟an di Pondok Daarul
Huffaadzh Al-Islami.................................................................. 57
2. Analisis Metode Tahfidz dan Murāja‟ah yang diterapkan santri di
Pondok Pesantren Darrul Huffadzh Al-Islami .......................... 67
B. Metode Tahfidz yang diterapkan di Pondok Pesantren Satu Qur‟an
Jambi ................................................................................................. 69
1. Implementasi Menghafal Al-Qur‟an di Pondok Pesantren Satu
Qur‟an Jambi ............................................................................. 69
2. Analisis Metode Tahfidz dan Murāja‟ah yang diterapkan santri di
Pondok Pesantren Satu Qur‟an Jambi ....................................... 76
C. Persamaan dan Perbedaan Metode Menghafal Al-Qur‟an di Pondok
Pesantren Daarul Huffadz Al-Islami dan Pondok Pesantren Satu Qur‟an
Jambi ................................................................................................. 82
BAB V PENUTUP ............................................................................................... 85
A. Kesimpulan ........................................................................................... 85
B. Saran ..................................................................................................... 85
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
CURRICULUM VITAE
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Menghafal al-Qur‟an merupakan suatu perbuatan yang sangat terpuji dan
mulia. Orang-orang yang mempelajari, membaca atau menghafal al-Qur‟an
merupakan orang-orang pilihan yang memang dipilih oleh Allah untuk menerima
warisan kitab suci al-Qur‟an. Allah berfirman :
قتصذ ىهم سابق بالخيشت بارن وم ثم اوسثىا النتب الزيه اصطفيىا مه عبادوا فمىهم ظالم لىفسه ومىهم م
رلل هى الفضل النبيش الله
“Kemudian Kitab itu Kami wariskan kepada orang-orang yang Kami
pilih di antara hamba-hamba Kami, lalu di antara mereka ada yang
menganiaya diri mereka sendiri dan di antara mereka ada yang
pertengahan dan diantara mereka ada (pula) yang lebih dahulu berbuat
kebaikan dengan izin Allah. Yang demikian itu adalah karunia yang amat
besar”. (Q.S. Fathir : 32).1
Dalam proses menghafal al-Qur‟an pada garis besarnya dapat dilakukan
dengan dua jalan :
1. Menghafal terlebih dahulu walaupun menghafal itu sendiri belum
mengetahui tentang seluk beluk ulumul Quran, gaya bahasa, atau
makna yang terkandung di dalamnya. Penghafal seperti ini biasanya
mengandalkan pada kecermatan
2. Terlebih dahulu mempelajari uslub bahasa dengan mendalami bahasa
Arab dengan segala aspeknya sebelum menghafal. Cara seperti ini
akan lebih bagus karena akan banyak memberikan keuntungan dan
kemudahan dalam memahami isi kandungan ayat ayat yang dibacanya.
Hukum menghafal al-Qur‟an adalah fardhu kifayah yang artinya jika
sebagian kaum muslimin ada yang melakukannya maka gugurlah
kewajiban muslim lainnya, akan tetapi jika kaum muslimin tidak ada
1Lajnah Pentashih Mushaf Alquran Depertemen Agama Indonesia,Alquran Dan
Terjemahnya Special For Women, (Bandung: Dyamil Alquran, 2005), 320
2
satupun yang melakukannya maka berdosalah seluruh kaum
muslimin.2
Sejak Rasulullah Muhammad saw masih hidup, menghafal al-Qur‟an
merupakan salah satu model yang dikembangkan di dalam mengajarkan al-Qur‟an
dan menstimulus (merangsang) tumbuhnya motivasi amaliyah sesuai dengan ayat-
ayat yang telah diturunkan. Karena itu menghafal al-Qur‟an sudah dikembangkan
sejak awal turunnya ayat. Rasulullah Muhammad saw menyuruh para sahabat
untuk menghafal dan menulis ayat-ayat al-Qur‟an.3
Rasulullah juga menerangkan bagaimana ayat tersebut disusun dalam
suatu surat, yakni mana ayat yang dahulu dan mana ayat yang berikutnya.
Hingga perintah ini dijadikan sebagai peraturan yaitu al-Qur‟an sajalah yang
ditulis. Larangan ini dengan tujuan agar al-Qur‟an itu tetap terpelihara
kebutuhannya. Disamping menulis Nabi juga menganjurkan supaya al-Qur‟an itu
tetap dibaca dan dihafal juga diwajibkan dalam shalat.4
Menghafal al-Qur‟an atau yang lebih dikenal dengan sebutan Taḥfȋẓ
adalah pekerjaan yang sulit bagi sebagaian orang. Sebagian yang lain merasa
pesimis bisa menghafal al-Qur‟an, terlebih untuk orang non-Arab yang bahasa
bawaannya bukan bahasa Arab. Harus belajar sekian tahun untuk bisa membaca
rangkaian huruf-huruf hijaiyah, itu pun masih banyak yang salah.5
Tradisi menghafal al-Qur‟an juga dilakukan oleh para ulama atau
cendekiawan muslim di zaman keemasan Islam, seperti Imam Syafi‟i, Ibnu Sina,
dan para ilmuwan Muslim lainnya. Para cendekiawan muslim saat itu, apapun
bidang keahliannya tetap berpijak di atas pondasi Taḥfȋẓ al-Qur‟an yang kuat.
Imam Syafi‟i telah hafal al-Qur‟an sejak usia tujuh tahun. Begitu juga dengan
2Muhaimin Zen, Tata cara menghafal Alquran dan Petunjuknya,(Jakarta : Pustaka Al-
Husna, 1985), 35 3M. Sonhadji, dkk., Alquran dan Tafsirnya Jilid V, (Yogyakarta: Dana Bhakti Wakaf,
1990), 246 4 Ibid., 247
5 Majdi Ubaid Al-hafidz, 9 langkah mudah Menghafal Alquran,(Solo,PT.Aqwam Media
Profetika,2019), 12
3
Ibnu Sina, seorang pakar kedokteran, sudah hafal al-Qur‟an sejak usia sembilan
tahun.6
Menurut Ahsin W. Al-Hafidz, orang yang menghafal al-Qur‟an akan
memiliki ketajaman ingatan dan kebersihan jiwa. Nilai nilai yang terkandung
didalam al-Qur‟an akan menjadi motivator terhadap kreativitas pengembangan
ilmu yang dikuasainya. Menghafal al-Qur‟an bukan sekedar menghafal teks,
namun juga berusaha memahami artinya. Karena segala ilmu yang ada di dunia
sudah terdapat di al-Qur‟an.7
Kesadaran umat islam untuk mensyiarkan dan mendalami al-Qur‟an
tampak semakin tinggi. Hal ini ditunjukkan oleh semakin pesatnya
perkembangan Lembaga Tahfidz al-Qur‟an, satu diantaranya adalah Pondok
Pesantren Taḥfȋẓ Qur‟an Darul Huffadz dan Pondok Pesantren Satu Qur‟an
Jambi yang menjadi objek kajian di skripsi ini.
Pondok Pesantren dapat diartikan sebagai tempat atau komplek para santri
untuk belajar atau mengaji ilmu pengetahuan agama kepada kiai atau guru ngaji,
biasanya komplek itu berbentuk asrama atau kamar-kamar kecil dengan
bangunan apa adanya yang menunjukkan kesederhanaannya. Mastuhu
mendefinisikan bahwa pondok pesantren adalah lembaga tradisional Islam untuk
memahami, menghayati dan mengamalkan ajaran agama Islam dengan
menekankan pentingnya moral agama Islam sebagai pedoman hidup
bermasyarakat sehari-hari.8
Objek penelitian ini adalah Pondok pesantren Darul Hufadz Al-Islami dan
Pondok Pesantren Satu Qur‟an Jambi yang merupakan lembaga khusus
menghafal al-Qur‟an. Di Pondok pesantren Darul Hufadz Al-Islami pendidikan
utamanya adalah menghafal al-Qur‟an, di samping itu diajarkan juga ilmu-ilmu
6 Masagus A. Fauzan dan Farid Wajdi, Quantum Tahfiz, Siapa Bilang Menghafal
AlQur‟an Susah?, (Bandung: YKM Press, 2010), 49 7 Ahmad Ma‟ruf dan Safitri Erlinda Wulandari, Pengembangan Metode dan Sistem
Evaluasi Tahfidzul Qur‟an di Pondok Pesantren Nurul Huda Singosari Malang. Jurnal al-
Ghazwah Vol. 1, No. 2, 2007, 30 8Muhlis Mudhofar,”Strategi Pembelajaran tahfidzul Qur‟an di Pondok Pesantren
Alquran Boyolali”,Tesis (Surakarta: Program Pasca Sarjana IAIN Surakarta, 2017), 36.
4
agama lainnya, seperti ilmu nahwu, shorof, tajwid, fiqih, akhlak, tarikh dan lain
sebagainya.
Berdasarkan observasi awal peneliti, pondok pesantren Darul Huffadz Al-
Islami adalah pondok Taḥfȋẓ al-Qur‟an yang mana santri tidak tertuju oleh
program kegiatan menghafal, namun juga belajar kitab kuning dan tahsin. Untuk
kelanjutan pendidikan para santri, maka di sediakan ujian paket oleh pihak
pesantren pada tahun terakhir pendidikan. Dalam kegiatan menghafal al-Qur‟an,
para santri menggunakan metode pribadi, tidak diterapkan metode khusus, di
ataranya adalah metode memperbanyak membaca al-Qur‟an sebelum menghafal,
metode waḥdah, metode takrir, dan metode simaan sesama tahfidz dan lain
sebagainya. Sedangkan di Pondok Pesantren Satu Qur‟an memiliki metode
khusus dalam menghafal Al-Qur‟an, yakni metode gabungan. metode gabungan
tersebut merupakan gabungan dari berbagai metode. Di antaranya adalah Metode
at-Taisir, metode LUPAKAN, dan lain sebagainya. Sebelum menghafal Al-
Qur‟an, santri wajib mengkhatamkan 10 kali, agar bisa melanjutkan ke tahap
selanjutnya yaitu tahapan menghafal al-Qur‟an.
Perbedaan praktik menghafal al-Qur‟an dianggap sebagai sesuatu yang
wajar dan legal. Penulis bermaksud mencari karakteristik masing-masing
pesantren dalam metode menghafal al-Qur‟an dengan menggunakan studi
komparasi atau perbandingan.. Hal ini di sebabkan karena terjadinya perbedaan
kemampuan setiap orang dalam menghafal al-Qur‟ an. Hal tersebutlah yang
menarik penulis untuk mengadakan penelitian di dua pesantren Taḥfȋẓ ini. guna
mengetahui karakteristik kedua pesantren yang mengkhususkan dalam metode
menghafal al-Qur‟an sebagai program utamanya.
Berdasarkan latar belakang tersebut, penulis meneliti bagaimana metode
menghafal al-Qur‟an, persamaan dan perbedaan, dan analisa dari metode
menghafal al-Qur‟an yang diterapkan di pesantren Darul Huffadz dan Pondok
Pesantren Satu Qur‟an Jambi.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas, masalah
penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut :
5
1. Bagaimana sejarah pondok pesantren Darul Huffadz Al-Islami dan
Pondok Pesantren Satu Qur‟an jambi ?
2. Bagaimana metode menghafal yang digunakan santri pesantren Darul
Huffadz Al-Islami dan Pondok Pesantren Satu Qur‟an ?
3. Apakah perbedaan dan persamaan metode menghafal santri di Pondok
pesantren darul huffadz danPondok Pesantren Satu Qur‟an?
C. Batasan Masalah
Untuk menghindari adanya perluasan masalah yang dibahas yang
menyebabkan pembahasan menjadi tidak konsisten dengan rumusan masalah
yang telah peneliti buat sebelumnya maka peneliti memberikan batasan masalah
ini hanya membahas tentang perbandingan metode menghafal al-Qur‟an di
Pondok Pesantren Darul Hufadz di dan Pondok Pesantren Satu Qur‟an Jambi.
D. Tujuan dan Manfaat penelitian
Tujuan Peneliti :
1) Ingin mengetahui bagaimana sejarah Pondok Pesantren Darul
Huffadz Al-Islami dan Pondok Pesantren Satu Qur‟an Jambi.
2) Ingin mengetahui metode menghafal yang di gunakan oleh Pondok
Pesantren Darul Huffaz dan Pondok Pesantren Satu Qur‟an Jambi
3) Ingin mengetahui persamaan dan perbedaan metode dari kedua
Pesantren Tahfidz tersebut.
Manfaat Penelitian :
1) Penelitian ini dapat dijadikan pedoman dalam mengembangkan
pengetahuan akademik, dan bagi pondok tahfidzul qur‟an dapat
dijadikan salah satu pedoman dan sumber rujukan dalam
pengembangan menghafal al-Qur‟an.
2) Bagi peneliti dapat menambah pengetahuan, pengalaman, dan
wawasan di bidang menghafal al-Qur‟an yang tepat dan baik, serta
memotivasi peneliti untuk menghafal al-Qur‟an. Yang diperoleh
melalui perkuliahan dengan mengamati praktek kenyataan
dilapangan.
6
E. Kerangka Teori
Taḥfȋẓ al-Qur‟an adalah usaha menyimpan hafalan al-Qur‟an ke dalam
hati dengan menggunakan metode tertentu yang berkesan sehingga mampu
untuk mengingatnya lagi. Ini terkait dengan memori otak, bagaimana informasi
disimpan dalam fikiran, menjaga hafalan Qur‟an dalam akal dan hati.9
Adapun kerangka teori ini, ada beberapa definisi yang perlu dijelaskan
dalam penelitian ini, yaitu :
1. Metode
Dari segi bahasa metode berasal dari dua kata yaitu “metha”(melalui) dan
“hodos” (jalan, cara). Dengan demikian dapat diartikan bahwa metode adalah
cara atau jalan yang dilalui untuk mencapai suatu tujuan.10
Makna metode dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia metode memiliki
dua arti. Yang pertama : cara teratur yang digunakan untuk melaksanakan suatu
pekerjaan agar tercapai sesuai dengan yang dikehendaki, yang kedua : cara kerja
yang bersistem untuk memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan guna mencapai
tujuan yang ditentukan.11
Dalam hal ini tertuju pada metode yang digunakan
santri dalam menghafal Al-Qur‟an.
2. Menghafal al-Qur’an
Menghafal dalam bahasa Indonesia adalah berusaha meresapkan ke dalam
pikiran agar selalu ingat.12
Dalam kamus bahasa Arab kata menghafal berasal dari kata hifẓ -yahfaẓ-
hifẓan (حفظ-يحفظ-حفظا) yang artinya memelihara, menjaga dan menghafalkan.13
Menghafal adalah suatu aktifitas menanamkan materi di dalam ingatan,
sehingga nantinya dapat diproduksi (diingat) kembali secara harfiah, sesuai
dengan materi yang asli. Menghafal merupakan proses mental untuk mencamkan
9 Majdi Ubaid, 9 langkah mudah menghafal Alquran,(Solo,PT.AQWAM MEDIA,2014),
5 10
M. Munir, Metode Dakwah,(Jakarta, Prenada Media,2006),6 11
Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional,Kamus Bahasa Indonesia, (Jakarta,
Pusat bahasa, 2008), 952 12
Ibid., 501 13
A.W. Munawwir Muhammad Fairuz, Kamus al-Munawwir Arab Indonesia, (Surabaya:
Pustaka Progressif, 2007), 302.
7
dan menyimpan kesan-kesan yang nantinya suatu waktu bila diperlukan dapat
diingat kembali ke alam sadar.14
Menghafal al-Qur‟an juga dikatakan sebagai
suatu proses mengingat ayat ayat al-Qur‟an yang telah di hafal. Kemudian, di
baca tanpa melihat musḥaf al-Qur‟an.
3. Perbandingan
Dalam Kamus Bahasa Indonesia disebutkan bahwa perbandingan berasal
dari kata banding yang berarti pertimbangan, perbedaan (selisih), dan kesamaan.
Selanjutnya membandingkan mempunyai arti mengadu dua hal untuk diketahui
perbandingannya. Perbandingan diartikan sebagai selisih persamaan15
Perbandingan merupakan suatu metode pengkajian atau penyelidikan
dengan mengadakan perbandingan di antara dua objek kajian atau lebih untuk
menambah dan memperdalam pengetahuan tentang objek yang dikaji.16
4. Pondok Pesantren
Pesantren yang berarti asrama, tempat santri atau tempat murid-murid
belajar mengaji.17
Menurut Muhammad Dawam Raharjo, pondok pesantren
merupakan lembaga pendidikan dan penyiaran agama Islam.18
F. Metode penelitian
Adapun metode yang digunakan pada penulisan penelitian ini adalah
sebagai berikut :
1. Pendekatan Penelitian
Dalam penelitian ini penulis melaksanakan dengan menggunakan metode
lapangan (field research), yang menggunakan pendekatan kualitatif yang bersifat
deskriptif, yaitu dengan membuat gambaran atau lukisan secara sistematis,
faktual, dan akurat mengenai metode menghafal al-Qur‟andi Pondok Pesantren
Darul Huffadz dan Pondok Pesantren Satu Qur‟an Jambi
2. Subjek Penelitian
14
Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar, (Jakarta : PT. Rineka Cipta, 2002), 29. 15
Ibid., 131 16
Sjachran Basah, Hukum Tata Negara Perbandingan, (Jakarta, Bina Aksara, 1994), 7 17
kbbi-offline-1.5.1.zip - ZIP archive, _Application 18
Zamakhsyari Dhofier, Tradisi Pesantren, (Jakarta, LP3ES,1994), 18
8
Pondok Pesantren Darrul Huffadz Al-Islami dan Pondok Pesantren
Satu Qur’an Jambi
a. Pengasuh di Pondok Pesantren Darrul Huffadz Al-Islami dan Pondok
Pesantren Satu Qur‟an Jambi. Pengasuh pondok pesantren merupakan
orang yang paling mengerti seluk beluk tentang keadaan pondok
pesantren, santri dan hal-hal yang berkaitan dengan Nya.
b. Guru Taḥfȋẓ Pondok Pesantren Darrul Huffadz Al-Islami dan Pondok
Pesantren Satu Qur‟an Jambi. Guru Taḥfȋẓ merupakan orang yang
paling mengetahui tentang metode dalam menghafal dan menjaga
hafalan al-Qur‟an.
c. Santri Taḥfȋẓ di Pondok Pesantren Darrul Huffadz Al-Islami dan
Pondok Pesantren Satu Qur‟an Jambi. Yang dimaksud Santri Taḥfȋẓ
dalam penelitian ini adalah mereka yang telah dan sedang menerapkan
metode pembelajaran taḥfȋẓ al-Qur‟an dalam memelihara hafalan
mereka.
3. Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan meliputi data primer dan dara skunder. Adapun
jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
a) Data Primer adalah data dalam bentuk verbal atau kata-kata yang
diucapkan secara lisan, gerak-gerik atau perilaku yang dilakukan oleh
subjek yang dapat dipercaya.19
Atau data yang diperoleh langsung dari
sumber pertama (first hand) melalui observasi dan wawancara di
lapangan. Dalam hal ini data yang diinginkan adalah praktik
implementasi metode tahfidz yang di gunakan pada masing-masing
lembaga tahfidz.
b) Data Skunder, yaitu sumber yang tidak langsung memberikan data
kepada pengumpul data, data yang diperoleh dari sumber kedua berupa
dokumentasi serta peristiwa yang bersifat lisan dan tertulis.20
4. Teknik Pengumpulan Data
19
Jonathan Sarwono, Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif, (Yogyakarta : Graha
Ilmu, 2006), 16 20
Ibid., 18
9
Adapun metode yang peneliti gunakan dalam pengumpulan data adalah
sebagai berikut :
a. Pengamatan (Observasi)
Menurut Marshall, menyatakan bahwa melalui observasi, peneliti
belajar tentang perilaku, dan makna dari perilaku tersebut.21
Pada observasi
ini, peneliti mengadakan pengamatan dan ikut serta dalam kegiatan santri
Taḥfȋẓ seperti menghafal, setoran, muroja‟ah yang berhubungan dengan
metode yang digunakan santri Taḥfȋẓ Pondok Pesantren Darul Huffadz
dan Pondok Pesantren Satu Qur‟an Jambi.
b. Wawancara (Interview)
Menurut Esterberg, wawancara merupakan pertemuan dua orang
atau lebih untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga
dapat dikonstruksikan makna dalam suatu topik tertentu.22
Wawancara yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara
mendalam melalui wawancara terstruktur dan wawancara tidak terstruktur
yang berfungsi untuk mendapatkan informasi mengenai metode Taḥfȋẓ
al-Qur‟an.
c. Dokumen
Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu teknik
pengumpulan data yang didapatkan bisa berbentuk tulisan, dan gambar.23
Metode dokumentasi yang peneliti gunakan dalam penelitian ini adalah
metode dokumentasi tertulis dan dokumentasi bentuk gambar.
Dokumentasi tertulis yaitu mengenai sejarah, visi misi, dan profil. Adapun
berbentuk gambar seperti foto, dan vidio.
5. Metode Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu dengan
teknik analisis diskriptif komparatif.
a. Analisis deskriptif
21
Sugiono, Metode Penelitian Kualitatif Kualitatif Dan R&D(Bandung. CV Alfabeta,
2013), 226 22
Ibid., 240 23
Ibid., 244
10
Metode ini sebagai prosedur pemecahan masalah yang diselidiki
dengan menggambarkan keadaan subjek/ objek penelitian pada saat
sekarang berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau sebagaimana adanya.
analisis ini digunakan untuk mengetahui fakta-fakta yang terdapat pada
kedua lembaga Taḥfȋẓ yang diteliti dalam metode menghafal Al-Qur‟an.
b. Analisis Komparatif
Analisis komparatif merupakan logika perbandingan komparasi
yang dibuat adalah komparasi fakta-fakta replikatif. Dari komparasi fakta-
fakta dapat dibuat konsep atau abstraksi teoritisnya. Dari komparasi dapat
dibuat generalisasi untuk membantu memperluas daya prediksinya.
analisis ini digunakan untuk mengetahui perbandingan dan persamaan
metode menghafal al-Qur‟an dari kedua lembaga tahfidz yang diteliti.
G. Tinjauan Pustaka
Penelitian yang memfokuskan pada metode menghafal Qur‟an telah
banyak dilakukan oleh para sarjana al-Qur‟an. Bahkan karya – karya tentang
menghafal qur‟an atau cara menghafalnya sudah banyak bertebaran di
masyarakat. Berdasarkan penelusuran penulis, terdapat beberapa karya yang
membicarakan tentang metode menghafal Quran. Diantaranya adalah karya
Ustaz Adi hidayat yang berjudul Muslim zaman now metode At-Taisir tentang
penerapan metode at-Taisir untuk melatih kemantapan hafalan, buku yang
berjudul metode agar anak dapat menghafal al-Qur‟an karya Dr. Saad Riyadh
tentang cara-cara menghafal Alqur‟an yang efektif untuk diterapkan oleh
anak-anak , buku Alawiyah Wahid yang berjudul Cara Cepat Bisa Menghafal
al-Qur‟ankarya ini menceritakan tentang proses, beberapa metode, dan lika-
liku dalam menyelesaikan hafalan al-Qur‟an 30 juz dengan cara yang tepat.
Terdapat pula karya akademik yang membahas tentang Metode
Menghafal al-Qur‟an, yaitu Skripsi Ni‟mah Khoiryah (IAIN Salatiga, 2016)
yang berjudul Metode menghafal al-Qur‟an (Studi Komparasi Pondok
Pesantren Sabibul Huda dan Pondok Pesantren Nazzala Furqon). Jenis yang
digunakan adalah kualitatif. Skripsi Isna Rahmawati, mahasiswa IAIN
Walisongo Surabaya yang berjudul, “Studi Komparasi Proses Penghafalan al-
11
Qur‟an di PpMadrasatul Qur‟anl Aizizyah Ngaliyan Semarang dan Pp
Nahdlotusy Syubban Sayung Demak”. membahas tentang bagaimana metode
menghafal dari kedua pesantren tersebut.
Sebagaimana yang terlihat dari studi relevan ini bahwa belum ada diantara
kajian-kajian tersebut yang mengkaji tentang Perbandingan metode menghafal
Qur‟an di Pondok Pesantren Darul Huffadz Al-Islami dan Pondok Pesantren Satu
Qur‟an Jambi. Karya-karya tersebut berbeda dengan karya yang sedang penulis
selesaikan, beberapa karya tersebut memang juga berfokus pada metode
menghafal, dan perbedaannya terletak pada lokasi penelitian, tentu saja
penelitian yang dihasilkan akan berbeda.
H. Sistematika Penelitian
Untuk mendapatkan gambaran yang jelas dan menyeluruh serta
mempermudah pembahasan tema yang telah di angkat dalam penelitian ini, agar
sistematis maka perlu adanya sistematika pembahasan sebagai berikut :
BAB I : Pendahuluan
Pada bab ini membahas tentang latar belakang masalah, Rumusan
masalah, tujuan dan kegunaan penelitian, Kerangka Teori, Tinjauan Pustaka,
metode Penelitian, dan sistematika penulisan.
BAB II : Profil Pondok Pesantren
Pada bab ini akan diuraikan profil pondok pesantren antara lain letak
geografis pondok pesantren, latar belakang berdiri pondok pesantren. sumber
dana pondok pesantren. visi dan misi pondok pesantren. kondisi umum pondok
pesantren antara lain struktur organisasi, dan kegiatan santri.
BAB III : Tinjauan umum menghafal al-Qur’an
Merupakan kerangka yang berisikan tentang tinjauan umum metode
menghafal al-Qur‟an yang digunakan, pendekatan yang digunakan oleh
penghafal al-Qur‟an.
BAB IV : Analisis Data
12
Berisi tentang laporan hasil penelitian yang terdiri atas penyajian dan
analisis data, serta analisis komparasi metode menghafal al-Qur‟an antar kedua
lembaga Taḥfȋẓ. hasil penelitian yang kemudian dihubungkan dengan rangkaian
teori yang sudah ada yaitu metode menghafal al-Qur‟an dari masing-masing
lembaga Taḥfȋẓ.
BAB V : Penutup
Berisi tentang penutup dari seluruh pembahasan yang berisi tentang
kesimpulan akhir penelitian dan saran-saran.
12
BAB II
PROFIL PONDOK PESANTREN DAARUL HUFFAZH AL-ISLAMI DAN
PONDOK PESANTREN SATU QUR’AN JAMBI
A. Biografi Pondok Pesantren Daarul Huffazh Al-Islami
Nama Pondok Pesantren DaarulHuffaadzh Al-Islami berlokasi di Jl. Sunan
Gunung Jati, Lrg.BPKP, Rt. 2, Rw.4, Kelurahan Kenali Asam bawah, Kecamatan
Kota Baru, Kota Jambi, Provinsi Jambi. Di atas tanah wakaf seluas 1100 M2.
1. Sejarah Berdirinya Pondok Pesantren Daarul Huffazh Al-Islami
Berdirinya Pesantren Taḥfȋẓ Al-Qur‟an Daarul Huffazh ini terinspirasi
dari menurunnya akhlak generasi bangsa disebabkan minimnya ilmu
pengetahuan agama khususnya al-Qur‟an, dengan latar belakang seperti inilah
kami mendirikan pondok pesantren Daarul Huffazh.
Sejak awal mondok dulu, kiai Erman sudah terpatri di hati berniat suatu
saat untuk mempunyai pesantren. Lalu saat pulang ke Jambi, niat itu kian kuat
terutama karena dorongan dan doa Kiyai Syarif ( pimpinan pondok pesantren
Ummul Qura di Pondok Cabe, Tangerang).
Diawali dengan mengajar dan menjadi pengasuh Rumah Taḥfȋẓ Rizqullah
di Broni Jambi pada tahun 2012. Di saat itu, selain mengajar dan menjadi
pengasuh Rumah Tahfidz, kiai Erman juga meruqiyah orang yang sakit. Karena
sering meruqyah, Bu Eni yang sedang sakit minta tolong untuk diruqyah. Dari
pertemuan itulah kemudian lahir diskusi dan kesepakatan dengan Pak Indra dan
Bu Eni.
Sepasang suami isteri tersebut ingin membangun rumah Taḥfȋẓh dan
mengajak ke lokasi. Saat itulah tanah yang ada tujuh tumbuk dan satu bangunan
kos–kosan terdiri dari 16 kamar. Memang proyeksinya untuk kos karena wilayah
itu dekat dengan sebuah sekolah SMK swasta.
Saat melihat lokasi, langsung tercetus bukan hanya untuk rumah Taḥfȋẓ,
tapi pondok pesantren. Lalu semua sepakat dan dibangunlah aula sebagai
mushalla. Karena asrama sudah ada tetapi tempat sholat belum ada ketika itu.
13
Setelah semua siap, alhamdulillah akhirnya mulai menempati lokasi
pesantren pada tanggal 15 september 2014 diatas tanah wakaf 1100 M2 Maka
sejak saat itulah kegiatan pesantren sudah mulai berjalan, bersama empat orang
santri awal dan UstazUstazahnya.
Sebagai motivasi santri, mereka diikutkan dalam berbagai lomba. Pada
awalnya, salah satu santri menjadi juara 1 cabang 1 juz dalam MTQ Tingkat
Kota Jambi Tahun 2014. Lalu, menjadi juara umum dalam FASI Tingkat Kota
Jambi pada tahun 2016, dan pada tahun 2017 salah satu santri berhasil meraih
juara harapan 1 FASI X Tingkat Nasional di Banjarmasin Kalimantan Selatan.24
2. Letak Geografis Pondok Pesantren Daarul Huffadzh Al-Islami
Alamat Pondok Pesantren Darul Huffaazh :
Alamat Lengkap : Jl. Sunan Gunung Jati, Lrg. BPKP, Rt. 2, Rw.4
Kelurahan : Kenali Asam bawah
Kecamatan : Kota Baru
Kota : Jambi
Provinsi : Jambi
Kode Pos : 36128
Telepon : 082111046511
24
Buku Dokumentasi Pondok Pesantren Daarul huffadzh Al-Islami (Kota Jambi: 2014)
14
3. Visi, Misi dan Tujuan
Visi :
Menjadi lembaga yang menyiapkan calon pemimpin yang berkarakter,
hafal al-Qur‟an, dan berprestasi, serta menjadi generasi yang mampu
menebarkan akhlak dan menabur ilmu.
Misi :
1. Mengembangkan pendidikan al-Qur‟an dan kajian kitab-kitab kuning
(klasik) yang mengutamakan mutu dengan biaya terjangkau.
2. Mencetak generasi bangsa yang hafal al-Qur‟an.
Tujuan:
Pembinaan dan pendidikan anak merupakan tanggung jawab setiap
insan kaum muslimin pada khususnya, karena mereka adalah bagian dari
generasi penerus Islam yang akan menjadi harapan dimasa yang akan datang.
Adapun tujuan dari Pondok Pesantren Daarul Huffazh Al-Islami adalah
sebagai sarana untuk mendidik dan membina generasi penerus Islam, sehingga
kelak mereka akan menjadi manusia yang mandiri dan berkualitas dengan
landasan Iman dan taqwa kepada Allah SWT.25
4. Tenaga Pengasuh dan Pengajar
a. Organisasi Pesantren
25
Ibid., 15
15
Pembina Yayasan
H.Dwi Indrajaya
Hj. Enny
Kusbandiyah
Pimpinan
Ustadz Erman
Rifa’i
Sekretaris
Ustadzah
Nurhaliza
Bendahara
Ustadzah
Rosalinda
B.Unit Usaha dan
Umum
Ustadz As-Sidiqi
B.Kebersihan
Ustadzah Indah
B. Tahfidz dan
Pendidikan
Ustadz Hamzah
B.Keamanan
Ustadz Rizal
B.Kesiswaan
Ustadzah
Masridah
b. Tenaga Pengajar
GURU / USTAD,USTAZAH
PONDOK PESANTREN DAARUL HUFFADZH AL-ISLAMI
TPA TAḤFĪẒ GURU MATA PELAJARAN
Nurul Ustaz Sidiqi Ustazah Umi atiya(Aqidah Akhlaq)
Khodijah Ustaz mutawali Ustaz Huzaifi (Fiqh)
Indah Ustaz Sutris Ustaz Hamzah(Kitab Khulashoh)
Aulia Ustazah Huzaifi Ustaz mutawali (Tahsin dan tajwid)
Ustazah Rosalinda Ustaz Erman (Nahwu Shorof)
Ustazah Nurhaliza Ustazah Indah(Bahasa Inggris)
Ustazah Lisnawati
Ustazah Isnaini
c. Organisasi Santri DarHuf (ORSAT Darhuf)
16
Pimpinan
Ustadz Erman
Rifa’i
Ketua ORSAT
Darhuf
Amirul Mu’minin
Sekretaris
Masridah
Bendahara
Nurul
B.Kesehatan
Nur alfina
Alda
Ulia fitri
B. Pendidikan
Umam
Dinda
B.Keamanan
Daus
Zahira
B.Kebersihan
Hadi
Seli
5. Fasilitas Pesantren Darrul Huffadzh Al-Islami
a. Fasilitas yang tersedia
No. Fasilitas Jumlah
1. Kamar Santri Putri 4
2. Kamar Santri Putra 2
3. Ruang Kantor 1
4. Masjid 1
5. Dapur Umum 1
6. Pendopo 1
7. Lapangan 1
8. Ruang Aula 1
9. Saung 3
10. Kantin 1
11. Koperasi Pesantren 1
17
b. Fasilitas yang belum tersedia
Hampir semua sarana sudah melengkapi, namun untuk ruang kantor di
Pondok Pesantren ini masih menyatu dengan rumah pimpinan pesantren. karena
pihak pondok masih membangun fasilitas asrama di pondok pesantren Darrul
Huffadz Al-Islami. Saat ini sedang di bangun Asrama untuk santri putri.
6. Sumber Dana Pesantren
Sumber dana Pesantren Darrul Huffadzh Al-Islami adalah:
1. SPP/Uang Asrama.
2. Donasi dari perorangan/lembaga.
7. Prestasi Pesantren
a. Juara 1 Putra Hafalan 1 juz dalam MTQ, Tingkat Kota Jambi Tahun
2014.
b. Juara II Putri O2SN Cab. Tenis Meja, Tingkat Kabupaten Batanghari
Tahun 2015.
c. Juara Umum dalam FASI, Tingkat Kota Jambi pada tahun 2016.
d. Juara Harapan 1 FASI X, Tingkat Nasional di Banjarmasin Kalimantan
Selatan tahun 2017.
e. Juara III Putra FLS2N Cab. Seni Baca Al-Qur‟an, Tingkat Provinsi
Jambi Tahun 2016.
f. Juara II Hifzil Qur‟an 1 juz & Tilawah Putri MTQ ke 49 Kota Jambi
Tahun 2018.
g. Hafizah Terbaik 1, cab. Hafiz Al-Qur‟an 10 Juz, MTQ ke 49 Tingkat
Provinsi Jambi.26
8. Program Kegiatan Belajar dan Mengajar
a. Program Pendidkan Formal
1) Ujian Akhir Sekolah Menegah Tingkat pertama
2) Ujian Akhir Madrasah Aliyah
Untuk pendidikan formal di pesantren daarul Huffadzh tidak ada, dan
hanya fokus pada hafalan Al-Qur‟an. akan tetapi siswa yang sedang
26
Ibid., 35
18
menjalankan jenjang pendidikan tetap mengikuti ujian akhir, untuk
mendapatkan ijazah. Pihak pesantren telah bekerja sama dengan
sebuah yayasan MTS dan Aliyah.
b. Program Pesantren
1) Taḥfȋẓ Al-Qur‟an
2) Tilawah Al-Qur‟an
3) Albarzanji dan Kitab Kuning
c. Program-program kegiatan santri
1) Pidato
2) Sepak Bola
3) Bulu Tangkis
4) Muhadhoroh
5) Muhadatsah
6) Hadroh
7) Maulid Habsy
Adapun kegiatan menghafal al-Qur‟an ialah yang menjadi kegiatan utama
dimulai sejak sebelum subuh dan berlanjut sesuai dengan jadwal belajar mengajar
yang ada di Pondok Darrul Huffadzh Al-Islami, kegiatan tersebut ialah sebagai
berikut :
a. Disiplin Kegiatan
Setiap pondok pesantren atau asrama, pasti memiliki aturan yang harus di
taati, di patuhi, serta di jalankan. Begitu pula dengan pesantren Darul Huffadz
ini, dimulai dari sejak bangun tidur jam 3.15 WIB, sebelum subuh santri
melaksanakan sholat tahajjud. Selepas sholat tahajjud, lanjut menghafal. Setelah
itu aktivitas bebeas santri, ada yang nyuci, mandi, belajar, atau pun tetap
menghafal untuk persiapan setoran al-Qur‟an sampai menjelang adzan subuh
berkumandang.
Setelah sholat subuh, para santi membaca dzikir setelah subuh. Mereka
menggunakan panduan doa doa dari kitab munajat karya K.H. Syarif di dalam
19
munajat tersebut banyak terdapat doa-doa dari al-Qur‟an. Pembacaan munajat
berlangsung sampai pukul 06.00.
Kemudian pada pukul 06.00 sampai pukul 08.30, para santri melaksanakan
kegiatan piket,mandi, sarapan, setoran, tahsin bersama Ustaz dan Ustazahnya
masing-masing. Adapun kegiatan piket dipesantren ini yaitu : piket nyuci
peralatan setelah memasak, bersih-bersih masjid, bersih-bersih kamar, lapangan,
buang sampah, dan piket masak. Dalam proses memasak di bagi menjadi 2
bagian penugasan, yakni santri putra masak nasi, dan santri putri masak lauk.
Kemudian pada pukul 08.30 sampai 09.00 para santri melaksanakan
Sholat dhuha di masjid dan pembacaan surah al-Waqi‟ah. Kemudian dari jam
09.00-10.00 Murottal (membaca Al-Qur‟an dengan dipimpin Ustaz atau
Ustazahnya untuk anak yang juz 1. Dan untuk santri yang sudah juz 2 keatas,
melaksanakan muroja‟ah mandiri.
Kemudian pukul 10.00 sampai 11.00, sima‟an untuk santri yang telah
hafal 10 juz keatas. Dan menghafal mandiri untuk santri santri yang belum
sampai 10 juz. Pukul 11.00 sampai menjelang zuhur adalah waktu istirahat santri.
Kemudian setelah zuhur sampai jam 13.00, waktu istirahat dan makan.
Kemudian dari jam 13.00 sampai 15.00 para santri masuk ke kelas untuk
belajar kitab. Adapun kitab yang mereka pelajari yaitu kitab ta‟lim muta‟alim,
tajwid, tarikh, tauhid, dan fiqih)
Pukul 15.00 persiapan sholat ashar di mesjid. Setelah sholat ashar, para
santri dilanjutkan dengan piket sore, mandi, nyuci, dan kegiatan individual
lainnya.
Setelah sholat maghrib sampai jam 19.00 para santri melakukan kegiatan
munajat dan dilanjutkan dengan pembacaan tahlil. Disetiap malam jum‟at
rutunitas pembacaan surah yasiin. Dilanjutkan dengan makan malam, sampai
adzan isya berkumandang maka para santri kembali lagi ke masjid.
Setelah sholat isya, para santri melaksanakan rutinitas pembacaan dzikir
setelah sholat, pembacaan sholawat Nariyah dan pembacaan murottal yaitu
semua santri membaca 1 lembar ayat al-Qu‟an secara bersamaan.
20
Jam 21.00 – 22.00 adapun kegiatan santri yaitu tahsin (Perbaikan bacaan al-
Qur‟an)untuk santri yang masih baru menghafal, nakrir (mengulang hafalan),
murāja‟ah bersama teman, dan ada juga yang mendapatkan soal lanjutkan ayat
dari Ustazah. Pukul 22.00 tidur malam.
Jadwal kegiatan harian santri27
No Waktu Jenis Kegiatan
1 03.15 Bangun tidur, Sholat Tahajjud
2 04.30 Sholat Subuh
3 04.45 Munajat (Pembacaan Burdah setiap Jum‟at)
4 06.00 Tahsinul Qur‟an
5 07.30 Piket (Gotong Royong Pagi Jum‟at)
6 07.40 Mandi
7 07.45 Makan Pagi
8 08.00 Setoran Hafalan
9 09.00 Sholat Dhuha + Pembacaan surah Al-waqi‟ah
10 09.30 Muroja‟ah Hafalan
11 11.00 Istirahat
12 12.15 Sholat Zuhur
13 12.30 Makan siang
14 13.30 Belajar Kitab
15 15.15 Sholat Ashar
16 15.30 Piket
17 15.45 Mandi
18 18.00 Sholat Maghrib
19 19.00 Makan malam
(Pembacaan Yasiin dan Munajat setiap Malam Jum‟at)
27
Ustazah Rosalinda, Pembimbing Tahfidz, Wawancara dengan Penulis, 06 Januari 2020,
Wawancara Langsung.
21
20 19.30 Sholat Isya
21 20.00 Tahsinul Qur‟an
(Tausiyah pimpinan Pesantren setiap malam Jum‟at)
22 20.30 Muroja‟ah Hafalan
23 22.00 Istirahat
b. Disiplin Berpakaian
Para Ustaz / Ustazah maupun santriwan/wati diharuskan berpakaian
muslim , sopan, longgar, dan rapih. Khusus untuk belajar di kelas : memakai baju
Hitam putih.28
B. Profil Pondok Pesantren Satu Qur’an Jambi
Nama Pondok Pesantren Satu Qur‟an Jambi, yang terletak di desa sungai
duren, Kecamatan Jaluko, Kabupaten Muaro Jambi, Provinsi Jambi.
1. Sejarah berdirinya Pondok Qur’an Para Sahabat
Pesantren Tahfidz Satu Qur‟an Jambi mulai dibangun pada tahun 2015,
sebelumnya bernama Pondok Pesantren Al-Qolam. Pada tanggal 01 Oktober
2018, dipindah tangan ke tangan Bapak M. Edi Faryadi selaku Ketua Pembina
Yayasan dan beliau langsung mewakafkan seluruh tanah beserta bangunannya.
Atas gagasan Bapak M. Edi Faryadi dibuat nama baru yaitu Pesantren Tahfidz
Satu Qur‟an Jambi, yang mempunyai singkatan dari Semesta Alam Bersatu
didalam Naungan Al-Qur‟an. Kehadiran Pesantren Tahfidz Satu Qur‟an didasari
oleh kepedulian rasa tanggung jawab moral serta intelektual terhadap proses
pengembangan sumber daya insani yang sesungguhnya sehingga menjadi
kekuatan utama pemberdayaan ummat yang beradab, berkeadilan, dan memiliki
daya saing tinggi di era global.
Pesantren Taḥfȋẓ Satu Qur‟an Jambi berdiri dilokasi di Desa Sungai
Duren, Rt.08, Kec. Jaluko, Kabupaten Muaro Jambi dengan status lahan wakaf
dengan luas kurang lebih 34.977 m2 (+ 3,4 Ha).
28
Ustazah Rismah, Pembimbing Tahfidz Pondok Pesantren Daarul Huffadz Al-Islami,
Wawancara dengan Penulis 30 Januari 2020, Wawancara langsung
22
Pesantren Satu Qur‟an Jambi selalu bertekad untuk bisa mencetak
Generasi Penghapal Qur‟an yang bisa mandiri sesuai dengan mottonya
“Mencetak Generasi Muttaqin dan Mandiri”. Harapannya adalah agar Santri
lulusan dari Pesantren Tahfidz Satu Qur‟an Jambi dididik menjadi pemimpin
ummat juga dapat mempunyai jiwa berwirausaha sesuai dengan Sunnah
Rasulullah SAW.29
2. Letak Geografis Pondok Pesantren Satu Qur’an
Alamat Lengkap : Desa Sungai Duren, Rt.08, Kec. Jaluko, Kabupaten
Muaro Jambi
Desa : Sungai Duren
Kecamatan : Jaluko
Kabupaten : Muaro Jambi
Provinsi : Jambi
Status Tanah : Wakaf
Telepon : 08117454111
Facebook : Pesantren Satu Qur‟an Jambi
Instagram : @pesantren.satuquran
Youtube : Pesantren Satu Qur‟an Jambi
29
Buku Dokumentasi Pondok Pesantren Satu Qur‟an Jambi (Sungai Duren : 2019)
23
3. Struktur Organisasi Pesantren
Yayasan Satu
Qur’an Jambi
Pesantren Satu
Qur’an Jambi
Mudir
Wakil Mudir
SekretarisBendahara
Kabid Tahfidz Kabid Pendidikan Kabid KesiswaanKabid Umum dan
Unit Usaha
Kabid Lingkungan
dan Keamanan
a. Tenaga pengasuh
Pengasuh : Ustaz Musollin, S.Sy
Wakil : Ustaz M. Arsyad, S.Pd
Sekretaris / Bendahara : Ustazah Nur Chasanah
Kabid Taḥfȋẓ : Ustaz Andes Mardion
Kabid Pendidikan : Ustazah Sidarni, S.Pd
Kabid Kesiswaan : Ustazah Vivi, S.Kom
Kabid Unit Usaha : Ustazah Rahma
Kabid Umum dan Keamanan : M. Rusdi
24
b. Tenaga pengajar dan Tenaga Umum Pondok Pesantren Satu Qur’an30
GURU / USTAD,USTAZAH DAN TENAGA UMUM
PONDOK PESANTREN SATU QUR’AN JAMBI
TPA UMUM TAḤFĪẒ GURU MATA PELAJARAN
Seva Silvia
Yonni
Ustaz
Mushollin
Ali Abdurrahman, S.Pd
(Bahasa Inggris)
Khusnul
khotimah Ratnawati Ustaz Andes Ustaz Mushollin(Fiqh)
Ratmayu Rolia
Liberti
Ustazah
Rahmawati
Ahmad Budiman, S.Pd
(Siroh Nabawiyah)
Aulia Fira Ustazah vivi Ustaz Arsyad ( Hadits )
M. Rusdi Ustaz Faiz Ustaz Mukhlas (Nahwu Shorof)
Ustazah Yetmi
Ustazah
Yutami
Ustazah Nur
Hayani
4. Struktur Organisasi Santri Satu Qur’an (OSSAQA)
30
Ibid., 10
25
Pengasuh
Ustad Mushollin
W. Pengasuh
Ustadz Arsyad
Kabid. Kesiswaan
Ustadzah Pipi
Ketua OSSAQA
Linda Mauludi
Sekretaris
Novita Bulandari
B.Ibadah
Lilisma
Nabila
B.Kebersihan
Hanifia
Dini Wulandari
B.Keamanan
Suci Rosmaidah
Tiara
Sri Indah
B. Ekskull
Lilis
Celia Ananda
5. Sumber Dana Pesantren
Sumber dana Pesantren Darrul Huffadzh Al-Islami adalah:
1. SPP/Uang Asrama.
2. Donasi dari perorangan/lembaga.
6. Visi, Misi dan Tujuan
Visi :
Menjadi lembaga pendidikan dan pelatihan serta pengembangan sumber
daya insani yang dipercaya untuk mendidik dan menghasilkan insan pemimpin
masa depan yang dapat menghapal, menguasai dan memahami al-Qur‟an dan
hadits, berahlak mulia, cerdas dan mandiri.
26
Misi :
1) Mewujudkan lembaga pendidikan qur‟an yang modern, unggul,
kompetitif, global dan rahmatan lil alamin.
2) Mengembangkan potensi generasi yang berakhlak mulia, mandiri dan
berdaya saing berlandaskan iman, ilmu dan amal.
3) Mencetak generasi qur‟an yang mandiri, berjiwa pemimpin, cerdas,
visioner dan berwawasan luas yang siap untuk menyebarkan semangat
menghapal al-Qur‟an ke seluruh penjuru daerah.
4) Memberdayakan umat dalam mewujudkan kesalihan individu dan
kesalihan sosial melalui pemahaman ajaran islam berdasarkan al-Qur‟an
dan Hadits Nabi Muhammad SAW.
5) Mengembangkan ekonomi syariah dan usaha berbasis pertanian,
peternakan dan perikanan.
6) Mengembangkan layanan jasa yang terintegrasi dengan pendidikan.
Tujuan
1) Mendirikan sarana dan prasarana pendidikan berbasis tahfidzul qur‟an
yang menggabungkan antara pengetahuan agama, kemampuan dakwah,
semangat pengamalan dan ahlak yang mulia serta keterampilan
berwirausaha.
2) Menghasilkan generasi muda Islam yang mempunyai kemampuan
menghapal dan memahami al-Qur‟an secara tekstual maupun
kontekstual.
3) Menampung dan membimbing Santriwan/Santriwati yatim dan dhuafa
dengan pendidikan gratis berbasis tahfidzul qur‟an.
7. Fasilitas Pesantren
No. Fasilitas Jumlah
1. Kamar Santri Putri 1
2. Kamar Santri Putra 1
3. Ruang Kantor 1
4. Masjid 1
27
5. Dapur Umum 1
6. Perpustakaan 1
7. Pendopo 2
8. Ruang Kelas Putri 1
9. Mushollah Putri 3
10. Koperasi Pondok 1
8. Prestasi Pondok Pesantren Satu Qur’an Jambi
1. Juara II Putra, Hifzh al-Qur‟an 5 Juz dan Tilawah, Tingkat Kecamatan
Maro Sebo Ilir 2019.
2. Juara III Putri, Hifzh al-Qur‟an 5 Juz dan Tilawah, Tingkat Kecamatan
Maro Sebo Ilir 2019.
3. Juara I Putri, Lomba Cerdas Cermat, Tingkat Pesantren Tahfidz Satu
Qur‟an 2019.
4. Juara III Putra, Hifzh al-Qur‟an 10 Juz dan Tilawah, Tingkat Kecamatan
Maro Sebo Ilir 2019.
5. Juara III Putri, Hifzh al-Qur‟an 1 Juz dan Tilawah, Tingkat Kecamatan
Maro Sebo Ilir 2019.
6. Terbaik II Putra, Hapalan Yasin dan Tahlil, Tingkat Kecamatan Jambi
Luar Kota 2019.
7. Terbaik I Putra, Cabang Tartil, Tingkat Kecamatan Jambi Luar Kota 2019.
8. Juara III Syarhil Qur‟an, Tingkat Desa Sungai Duren 2019.
9. Juara III Putra, Tilawah Remaja, Tingkat Desa Sungai Duren 2019.
10. Juara II Penyelenggara Jenazah, Tingkat Desa Sungai Duren 2019.
9. Program Kegiatan Pesantren Satu Qur’an Jambi
1) Tahfidzul Qur‟an
2) Dauroh Tahsin dan Tajwid Bersanad
3) Belajar Mengajar (Fikih, Nahwu sharof, Bahasa Arab, Bahasa Inggris,
Sirah Nabawi, Hadits, Akidah Ahlak)
4) Ekstrakurikuler (Muhadharah, Tilawah, Memanah, Silat )
28
5) TPQ (Taman Pendidikan Al-Qur‟an)
Peserta TPQ berjumlah 20 santri pulang pergi, dengan 4 guru
pembimbing. Jadwal belajarnya dari hari senin sampai jum‟at. Jam belajar
mengajar pada program TPQ yaitu dimulai pada pukul 16:30 dan berakhir pukul
17:00. Mengenai biaya belajar pada program TPQ ini, SPPnya gratis tanpa biaya.
Infak seikhlasnya karena berniat untuk berbagi ilmu dengan masyarakat
lingkungan sekitar pesantren.
Selain belajar membaca al-Qur‟an dan belajar buku iqra‟, santri TPQ juga
menghafal al-Qur‟an. Cara menghafal pada program TPQ yaitu Murid
mencontohkan terlebih dahulu bacaan ayat yg akan di hafal oleh guru yang
membimbing agar bacaan yang dihafalkan santri TPQ benar dan sesuai kaidah
tajwid.31
6) Kelas Wirausaha (Budidaya Ikan Tawar, Sayur Hidroponik, Budidaya
Ternak (Ayam, Bebek, Kambing), dan Menjahit.
Adapun kegiatan menghafal al-Qur‟an ialah yang menjadi kegiatan utama
di pesantren Satu Qur‟an Jambi. dimulai sejak sebelum subuh dan berlanjut
sesuai dengan jadwal belajar mengajar yang ada di Pondok Satu Qur‟an.
kegiatan tersebut ialah sebagai berikut :
a) Disiplin Kegiatan
Setiap pondok pesantren pasti memiliki aturan yang harus di taati, di
patuhi, serta di jalankan. Begitu pula dengan Pesantren Satu Qur‟an ini, dimulai
dari sejak bangun tidur jam 03.00 WIB, sebelum subuh santri melaksanakan
sholat tahajjud. Selepas sholat tahajjud, lanjut menghafal. Setelah itu aktivitas
bebeas santri, ada yang nyuci, mandi, belajar, atau pun tetap menghafal untuk
persiapan setoran al-Qur‟an sampai menjelang adzan subuh berkumandang.
Setelah sholat subuh, para santi membaca dzikir setelah sholat, dan
dilanjutkan dengan pembacaan al-ma‟tsurat karya Hasan al-Banna. di dalam al-
Ma‟tsurat tersebut banyak terdapat doa-doa dari al-Qur‟an. Dilanjutkan dengan
pembacaan Asma‟ul ḥusna serta kajian ba‟da subuh.
31
Seva, Santriwati Pondok Pesantren Satu Qur‟an, Wawancara langsung, pada tanggal 18
Maret 2020
29
Kemudian pada pukul 06.00 sampai pukul 07.00, para santri melaksanakan
kegiatan setoran pertama yang di setorkan kepada Ustazah pembimbing tahfidz
masing-masing santri. Sebelum penutupan majelis pertemuan pertama, para
santri membaca surah as-sajidah.
Kemudian pada pukul 07.00 sampai 08.00 para santri melaksanakan
Sholat dhuha, sarapan pagi, dan agenda pribadi. Kemudian dari jam 08.00-11.15
kegiatan santri setoran hafalan yang ke 2, serta memuroja‟ah hafalan yang sudah
di setorkan di setoran yang pertama. Sebelum penutupan majelis pertemuan
pertama, para santri membaca surah al-Insan.
Kemudian pukul 11.15 sampai 13.00, waktunya santri untuk Istirahat,
Sholat, dan Makan (ISHOMA). Pukul 13.00 – 15.30 kegiatan belajar di kelas
oleh seluruh santri setiap hari senin sampai sabtu, dengan kurikulum lokal
pesantren dan kementerian agama. adapun pelajarannya yakni, bahasa arab, fiqih,
aqidah, bahasa inggris, Nahwu, shorof, tajwid, tahsin, siroh nabawiyah, siroh
sahabat, dan hadits.
Kemudian dari jam 15.30 sampai 16.00 para santri melaksanakan sholat
Ashar serta pembacaan dzikir setelah sholat dan al-Ma‟tsurot petang. Pukul
16.00-17.00 WIB tilawah pribadi dengan target 1 hari 3 juz, yang dilakukan oleh
seluruh santri. Pukul 17.00-18.00 santri melakukan aktivitas pribadi, piket dan
persiapan sholat maghrib. Pukul 18.00-19.15 Sholat maghrib, dan tilawah
mandiri. Adapun di hari kamis malam jum‟at, para santri melaksanakan
pembacaan Al-kahfi secara bersamaan dan hari jum‟at malam sabtu khataman al-
Qur‟an 30 juz oleh seluruh santri Pesantren Satu Qur‟an Jambi sampai waktu
sholat isya.
Setelah sholat isya sampai jam 20.00 makan malam, setelah itu bersiap-
siap menuju kelas pada pukul 20.00 untuk melaksanakan kegiatan setoran ke 3,
muroja‟ah hafalan yang telah dihafalkan sejak pagi sampai malam, serta
perbaikan bacaan oleh masing-masing Ustazah pendamping. Kegitan ini
berlangsung sampai pukul 22.00, sebelum menutup majelis para santri membaca
surah al-Mulk. Pukul 22.00 tidur malam.
30
Jadwal Agenda harian santri32
No Waktu Jenis Kegiatan
1 03.00 Bangun tidur, Sholat Tahajjud
2 04.35 Sholat Subuh
3 05.00 Al-Ma‟tsurat Pagi, Asmaul Husna dan Kajian Subuh
4 06.00 Setoran Pertama
5 07.00 Sarapan, Piket (Gotong Royong Pagi Minggu) dan agenda
pribadi
6 08.00 Setoran Kedua dan Muroja‟ah
7 11.15 ISHOMA
8 13.00 Belajar di kelas
9 15.30 Sholat Ashar dan pembacaan al-Ma‟tsurot petang
10 16.00 Membaca Al-Qur‟an mandiri
11 17.00 Istirahat, Piket, dan Agenda Pribadi
12 18.00 Sholat Maghrib dan Membaca Al-Qur‟an
13 19.15 Sholat Isya
14 19.25 Makan Malam
15 20.00 Setoran Ketiga dan Muroja‟ah
16 22.00 Tidur Malam
b) Disiplin Berpakaian
Para Ustaz / Ustazah diharuskan berpakaian seragam, baju Muslim, sopan,
longgar, dan rapih. Adapun disiplin pakaian untuk santri yakni :
Senin Selasa : Seragam Pesantren
Rabu kamis : Batik dan baju Muslim
Jum‟at : Baju Putih
32
Ustazah Pipi, Ketua bidang Kesiswaan, Wawancara dengan Penulis, 06 Maret 2020,
Wawancara Langsung.
31
BAB III
TINJAUAN UMUM MENGHAFAL AL-QUR’AN
A. Fase Menghafal
Menghafal al-Qur‟an merupakan pekerjaan yang mudah dan tidak pula
susah, apabila yang menghafal betul-betul serius dalam menghafalkannya. Ketika
orang menghafal maka secara otomatis berlatih disiplin, ikhlas, sabar, dan
amanah. Bukan sekedar untuk khatam, melainkan juga untuk belajar setia hidup
bersama al-Qur‟an.
Menghafal al-Qur‟an diartikan sebagai proses memasukkan ayat-ayat al-
Qur‟an, huruf demi huruf, ke dalam hati untuk terus memeliharanya hingga akhir
hayat.33
Metode menghafal yang Rasulullah lakukan dengan malaikat Jibril adalah
Talaqqi, yaitu Malaikat Jibril membaca kemudian diikuti bacaan tersebut oleh
Rasulullah.
ك به لساول لتعجل به ٦١فارا قشأوه فاتبع قشاوه ٦١ان عليىا جمعه وقشاوه ٦١ل تحش
“Janganlah kamu (Muhammad) gerakkan lidahmu untuk (membaca) Al-
Qur‟an karena hendak cepat-cepat (menguasai)nya. Sesungguhnya atas
tanggungan kamilah mengumpulkannya (di dadamu) dan (membuatmu
pandai) membacanya.Apabila Kami telah selesai membacakannya Maka
ikutilah bacaannya itu.” (QS. Al-Qiyamah: 16-18).34
Dijelaskan dalam kitab Tafsir Jalalain : (Janganlah kamu gerakkan
lidahmu untuk membacanya) membaca Al-Qur‟an, sebelum malaikat Jibril
selesai daripadanya (lisanmu karena hendak cepat-cepat menguasainya) karena
kamu merasa khawatir bacaannya tidak dapat kamu kuasai.
(Sesungguhnya atas tanggungan Kamilah mengumpulkannya) di
dadamu, maksudnya membuat kamu dapat menghafalnya (dan bacaannya)
yakni membuatmu pandai membacanya; atau membuat mudah dibaca olehmu.
33
Deden Makhyaruddin, Rahasia Nikmatnya menghafal Alquran, Jakarta selatan, (PT
Mizan Publika, 2015) 92 34
Tim Penterjemah dan Penafsir Alquran, Alquran dan Terjemahnya, (Jakarta: Departemen
Agama: RI, 1998), 577.
32
(Apabila Kami telah selesai membacakannya) kepada kamu melalui
bacaan malaikat Jibril (maka ikutilah bacaannya itu) artinya, dengarlah dengan
seksama bacaan Jibril kepadamu terlebih dahulu. Sesungguhnya Nabi saw.
setelah itu mendengarkannya terlebih dahulu dengan seksama, kemudian
membacanya.35
Dijelaskan dalam hadis di dalam kitab shahih Bukhari
ث نا جرير عن موسى بن أب عائشة عن سعيد بن جب ي عن ابن بة بن سعيد حد ث نا ق ت ي عباسفي ق ولو} حد عليو سسل إاا ن لل جريل اللوحي سكان ما ل ترك بو لسانك لت عجل بو {قال كان رسول الل صلى الل
يامة} ل يحرك بو لسانو سشفت يو ف يشتد عليو سكان ي عرف منو فأن لل الل الية الت ف ل أقس بي وم النا أن نمعو ف صدرك سق رآنو} فإاا ترك بو لسا نا جعو سق رآنو {قال علي ق رأنه نك لت عجل بو إن علي
نا أن ن ب ينو بل نا ب يانو علي سانك قال فكان إاا أته جريل فاتبع ق رآنو {فإاا أن للناه فاستمع ث إن علي أطرق فإاا اىب ق رأه كما سعده الل
“Telah menceritakan kepada kami Qutaibah bin said telah menceritakan kepada
kami Jarir dari Musa bin Abu Aisyah dari Sa'id bin Jubair dari Ibnu Abbas
radiallahu 'anhuma,yakni terkait dengan firman-Nya,“Laa Tuharrik Lisaanaka
Lita‟‟jala Bihi.Ibnu Abbas berkata, "Apabila Jibril turun kepada Rasulullah
shallallahu 'alaihi wasallam dengan membawa wahyu, maka biasanya beliau
mengerakkanlisan dan kedua bibirnya, serta beliau merasakan sesuatu yang
berat.Maka Allah menurunkan ayat yang di dalamnya terdapat ungkapan, “Laa
Uqsimu Biyaumil Qiyaamah, Laa Tuharrik Bihi Lisaanak Lita‟jala Bihi, Inna
„alaina Jam‟ahu Wa Qur‟aanah”maksudnya adalah, bahwa Kamilah yang akan
mengumpulkannya di dalam dadamu. “Faidzaa Qara‟naahu Fattabi‟ Qur‟aanaa”
Yakni, apabila kami menurunkannya maka dengarkanlah. “Tsumma „alaina
bayaanah..”Yakni, Kamilah yang akan menjelaskannya melalui perantara
lisanmu. Biasanya, apabila beliau didatangi oleh Jibril, maka beliau menunduk,
dan setelah Jibril pergi, beliau membacanya sebagaimana yang diperintahkan
Allah.(HR. Bukhari, 4548).36
Dalam ayat dan hadits tersebut Allah mengajarkan kepada Rasululah
bagaimana cara menerima wahyu dari malaikat agar tidak memberatkan bagi
dirinya, Karena pada mulanya Rasulullah saw. jika menerima wahyu maka ia
menggerakkan lidahnya untuk mengejar bacaan Jibril, karena khawatir lupa dan
yang demikian ini terasa berat bagi Rasulullah saw. Karena itulah Allah
35
Imam Jalaluddin Al-Mahali,Imam Jalaluddin As-Syuyuti, Tafsir Jalalain 4,
Bandung(Sinar baru Algensindo : 2016), 2604-2605 36
Imam Az-Zabidi, Ringkasan Shahih Bukhari, (Bandung: Mizan Pustaka, 2013),1284.
33
melarang agar jangan terburu-buru menggerakkan lidahnya, tapi hendaklah
mendengarkan dengan sungguh-sungguh bacaan yang dibacakan kepadanya,
maka bila telah selesai Jibril membacanya barulah ia mengikutinya, dan Allah
yang akan mengumpulkan ayat-ayat yang diturunkan ke dalam hati Nabi
Muhammad saw. sehingga tidak akan lupa.
Dan ditegaskan pula di dalam suroh Thaha ayat 114:
ضى إليك سحيو سقل رب زد رآن من ق بل أن ي الملك الق سل ت عجل الل (111ن علما )ف ت عال الل
“Maka Maha Tinggi Allah raja yang sebenar-benarnya, dan janganlah
kamu tergesa-gesa membaca Al-Qur‟an sebelum disempurnakan
mewahyukannya kepadamu, dan Katakanlah : “Ya Tuhanku,
tambahkanlah kepadaku ilmu pengetahuan” (Q.S. Thaha: 114).37
Ibnu Abbas r.a. mengatakan, Rasulullah saw. menemui kesukaran bila
dituruni wahyu, sebab ia selalu menggerakkan lidah dan bibirnya untuk mengejar
ayat yang dibaca oleh Malaikat JIbril karena kuatir akan lupa, dan setelah ayat
tersebut turun, maka Rasulullah cukup tunduk diam mendengarnya sampai Jibril
selesai membaca. Maka ia membacanya sebagaimana yang dijanjikan oleh Allah
bahwa Dia akan mengumpulkan ayat-ayat itu di dalam hatinya.38
Pada zaman Rasulullah saw saat menerima wahyu dan mengajarkan al-
Qur‟an kepada para sahabat dengan cara hafalan. Karena Nabi Muhammad saw
adalah seorang nabi yang ummi, yakni tidak pandai membaca dan menulis.
Setelah suatu ayat diturunkan dan diterima oleh beliau, maka segeralah beliau
menghafalnya dan segera pula beliau mengajarkan kepada para sahabatnya,
sehingga benar-benar me-nguasainya, serta menyuruhnya agar mereka mereka
menghafalnya.39
Secara umum, ada beberapa model atau metode menghafal al-Qur‟an,
yang mungkin bisa dikembangkan dalam rangka mencari alternatif terbaik untuk
menghafal al-Qur‟an, dan bisa memberikan bantuan kepada para penghafal
37
Tim Penterjemah dan Penafsir Alquran, Alquran dan Terjemahnya, 320. 38
Terjemah singkat Tafsir Ibnu Katsir Jilid 8, (Surabaya: PT Bina Ilmu), 271-272. 39
Ibid, 5-6
34
dalam mengurangi kepayahan dalam menghafal al-Qur‟an. Metode-metode itu
diantara lain ialah40
:
a. Metode Waḥdah
Yang dimaksud dengan metode ini, yaitu menghafal satu per satu terhadap
ayat-ayat yang hendak dihafalnya. Untuk mencapai hafalan awal, setiap ayat bisa
dibaca sebanyak sepuluh kali atau berulang-ulang sesuai kemampuan penghafal
sehingga proses ini mampu membentuk pola bayangannya. Dengan demikian
penghafal akan mampu meng-kondisikan ayat-ayat yang dihafalkannya dalam
bayangannya, hingga dapat membentuk gerak refleks pada lisannya. Demikian
selanjutnya, sehingga semakin banyak diulang maka kualitas hafalan akan
semakin representatif.41
b. Metode Kitābah
Kitābah artinya menulis. Pada metode ini penghafal menulis terlebih
dahulu ayat-ayat yang akan dihafalnya. Kemudian ayat ter-sebut dibaca hingga
lancar dan benar bacaannya. Metode ini cukup praktis dan baik, karena di
samping membaca dengan lisan, aspek visual menulis juga akan sangat
membantu dalam mempercepat terbentuknya pola hafalan dalam bayangannya.42
c. Metode Sima’i
Sima‟i artinya mendengar. Yang dimaksud dengan metode ini adalah
mendengarkan sesuatu bacaan untuk dihafalkannya. Metode ini akan sangat
efektif bagi penghafal yang mempunyai daya ingat ekstra, terutama bagi
penghafal tunanetra, atau anak-anak yang masih di bawah umur yang belum
mengenal tulis dan baca al-Qur‟an. Menurut Munjahid, menghafal al-Qur‟an
dengan metode mendengarkan (simā‟i) ini memiliki keuntungan, seorang
penghafal akan cepat lancar baik sambungan antar ayat satu dengan ayat
berikutnya. Namun metode ini juga terdapat kelemahan yaitu pada jangka
40
Alawiyah Wahid, Cara Cepat Bisa Menghafal Alquran, (Jogjakarta: 2014, Diva Press),
55-56 41
Ibid., 57 42
Ibid., 58
35
panjang jika seorang penghafal lupa akan sulit untuk mengingatnya, karena tidak
ada bayangan terhadap tulisan dan letak ayat pada mushaf.43
d. Metode Gabungan
Menurut Ahsin metode ini merupakan gabungan antara metode pertama
dan metode kedua, yakni metode waḥdah dan metode kitābah. Hanya saja
Kitābah (menulis) di sini lebih memiliki fungsional sebagai uji coba terhadap
ayat-ayat yang telah dihafalnya. Kelebihan metode ini adalah adanya fungsi
ganda, yakni berfungsi untuk menghafal dan sekaligus berfungsi untuk
pemantapan hafalan. Karena dengan menulis akan memberikan kesan visual
yang mantap. Menurut Munjahid, dari metode-metode di atas dapat dipilih oleh
seorang penghafal al-Qur‟an sesuai dengan keinginan dan kecocokan atau
kondisi masing-masing.44
e. Metode Jama’
Yang dimaksud metode ini, ialah cara menghafal yang dilakukan secara
kolektif, yakni ayat-ayat yang dihafal dibaca secara kolektif, atau bersama-sama,
dipimpin oleh seorang instruktur. Cara ini termasuk metode yang baik untuk
dikembangkan, karena akan dapat menghilang-kan kejenuhan, di samping akan
banyak membantu menghidupkan daya ingat terhadap ayat-ayat yang
dihafalkannya.45
f. Metode Semaan dengan Sesama Teman Taḥfȋẓh
Maksud dengan metode ini adalah simaan al-Qur‟an atau tasmi‟
(memperdengarkan hafalan kepada orang lain), misalnya kepada sesama teman
taḥfȋẓ atau kepada senior yang lebih lancar merupakan salah satu metode untuk
tetap memelihara hafalan supaya tetap terjaga, serta bertambah lancar. Kegiatan
ini bisa dilakukan dengan simaan al-Qur‟an bersama, satu orang yang membaca,
seluruh penghafal yang lainnya yang menyima‟kan.46
g. Metode Mengulang atau Takrir
43
Ibid., 58-59 44
Ibid., 62-63 45
Ibid., 65-66 46
Ibid., 66
36
Metode takrir maksudnya adalah mengulangi kembali hafalan yang sudah
dihafalkan atau hafalan yang sudah disetorkan kepada guru atau kyai secara
terus-menerus dan istiqomah. Ini bertujuan supaya hafalan yang sudah dihafalkan
tetap terjaga, berkualitas baik, kuat dan lancar. Mengulang bisa dilakukan dengan
sendiri atau didengarkan oleh guru atau yang lain.47
h. Memperbanyak Membaca al-Qur’an sebelum Menghafal
E. Memperbanyak membaca al-Qur‟an sesering mungkin sebelum menghafalkan
al-Qur‟an. Yang mana tujuannya untuk mengenal terlebih dahulu ayat-ayat
yang hendak dihafalkan dan tidak asing dengan ayat-ayat tersebut, sehingga
lebih mudah dalam meng-hafalkannya. Semakin sering membaca al al-Qur‟an
bin naẓri, maka akan semakin mudah menghafalkan. Contohnya, jika
seseorang sering membaca surat al-Fātiḥah dan Yāsȋn atau surat-surat lain
yang sering dibaca, maka lama kelamaan menjadi hafal dengan sendirinya
karena seringnya dibaca. Hal tersebut sering dilakukan oleh ulama-ulama
salaf. Mereka mempraktikkan metode sering membaca al-Qur‟an atau materi
lainnya sampai menjadi hafal dengan sendirinya. Dan metode tersebut juga
sangat cocok dan dapat membantu bagi orang-orang yang mempunyai daya
ingat agak lemah.48
i. Menyetorkan Hafalan kepada Guru Taḥfȋẓ Al-Qur’an
Setiap santri ataupun seseorang yang menghafalkan al-Qur‟an wajib
menyetorkan hafalannya kepada seorang pembimbing nya dalam menghafal. Hal
ini bertujuan agar bisa diketahui letak kesalahan ayat-ayat yang dihafalkan.
Dengan menyetorkannya kepada seorangpembimbing, maka kesalahan tersebut
dapat diperbaiki. Sesungguhnya, menyetorkan hafalan kepada pembimbing yang
merupakan kaidah baku yang sudah ada sejak zaman Rasulullah saw.
Pada dasarnya, al-Qur‟an diambil dengan cara talaqqi (berguru kepada
ahlinya), dan sangat di sarankan untuk belajar dari lisan para ulama yang
mempunyai keahlian atau pakar mengenai lafal-lafal al-Qur‟an. Sehingga,
47
Ibid., 67 48
Ibid., 72-73
37
seorang murid tidak terjerumus dalam kekeliruan ketika membaca atau
mengucapkan ayat-ayat al-Qur‟an Al-Karim.
Dengan demikian, menghafal al-Qur‟an kepada seorang guru yang ahli
dan paham mengenai al-Qur‟an sangat diperlukan bagi sang calon penghafal
supaya bisa menghafal al-Qur‟an dengan baik dan benar. 49
Selain dari beberapa metode di atas, ada metode baru dalam menghafal al-
Qur‟an di Indonesia. beberapa contoh metode baru tersebut yaitu :
1) Metode Kaisa
Metode Kaisa yaitu metode menghafalkan ayat-ayat al-Qur‟an dengan
menggunakan gerakan tubuh yang disesuaikan dengan terjemahan ayat.
Kekuatan metode Kaisa ini terletak pada pendekatan agar penghafal menjadi
rileks saat menghafal, dan tentunya tetap mengutamakan tajwid.
Metode Kaisa merupakan metode kinestetis yang mulai digagas oleh Laili
pada tahun 2012 dan resmi pada tahun 2014, metode ini diberi nama metode
Kaisa dengan alasan karena pada saat itu salah satu anaknya, Kaisa Aulia Kamal
lolos pada audisi hafiz Quran yang tayang di stasiun televisi Trans7 dan berhasil
memperoleh juara 3 dan juara favorit pada tahun 2014.50
2) Metode At-Taisir
Metode at-taisir ialah metode pendekatan terbaru dalam menghafal al-
Qur‟an. At-taisir artinya mudah Metode ini melatih mengingat ayat dalam satu
detik, hingga nomor dan posisinya didalam mushaf. Hal ini menjakadikan anda
begitu mudah mengakses al-Qur‟an begitu mudah di dalam al-Qur‟an di setiap
kesempatan.51
3) Metode ACQ (Aku Cinta Qur’an)
Metode ini merupakan metode menghafal al-Qur‟an dengan gerak isyarat
tangan yang dikolaborasikan dengan seimbang antara gerakan mulut dan isyarat
tangan, sehingga metode ini dinilai sangat efektif dalam proses menghafal al-
49
Ibid., 85-87 50
http://www.bersamaislam.com/2016/lima-bersaudara-ini-hafal-Qur‟an-
dengan.htmldiakses pada tanggal 19 februari 2020 51
Adi hidayat, Muslim Zaman Now Metode At-Taisir, (Institut Quantum akhyar: 2019), 21
38
Qur‟an. Dalam penerapannya, tidak sulit untuk digunakan para penghafal al-
Qur‟an karena metode ACQ ini mengajarkan penghafal untuk mencintai al-
Qur‟an dan memahami al-Qur‟an, sehingga dengan kecintaan terhadap al-Qur‟an
inilah akan muncul semangat dalam menghafal al-Qur‟an.52
Pada prinsipnya semua metode di atas baik sekali untuk dijadikan
pedoman menghafal al-Qur‟an, baik salah satu di antaranya, atau digunakan
semua sebagai alternatif atau kompilasi metode di atas agar berkesan tidak
monoton, sehingga dengan demikian dapat menghilangkan kejenuh-an dalam
proses menghafal al-Qur‟an. Ada beberapa tips ketika akan memulai menghafal
sebagai berikut53
:
1. Lebih baik dilakukan setelah sholat subuh, mulai menghafalkannya dimulai
dari kalimat per kalimat bukan ayat per ayat. Dan setelah hafal satu kalimat,
baru berpindah ke kalimat yang lainnya
2. Minimal menghafal satu halaman, atau lebih baik lagi dua halaman setiap
harinya. Agar kelak yang tergambar di ingatan kita adalah seperti membuka
al-Qur‟an satu di sisi kanan dan satu lagi di sisi kiri.
3. Lebih dan sangat dianjurkan untuk menyetorkan hafalan yang baru kita
hafal, kepada guru/Ustaz ataupun pada orang yang sudah hafal lebih dari
kita. Bukan saja karena menjaga agar apa yang kita hafal itu sudah benar
kata per katanya, akan tetapi juga sangat bermanfaat sebagai latihan dalam
hafalan kita.
Munjahid menambahkan paparannya dengan kiat praktis dan efektif dalam
menghafal al-Qur‟an, di antaranya54
:
1. Memelihara diri dari hadats, karena al-Qur‟an adalah kitab suci yang
diturunkan dari dzat yang suci, maka untuk dapat melekatkan hafalan pada
52
http://www.kompasiana.com/addhymanipi/sa-diah-lanre-said-penemu-metode-hafal-
alquran-dengan-isyarat-tangan_556c2031739373c4048b456b, diakses pada tanggal 23 februari
2020 53
Muh. Hambali, Cinta Alquran Para Hafizh Cilik, (Jogjakarta: Najah, 2013), 47 54
Munjahit, Strategi Menghafal Alquran 10 Bulan Khatam, (Yogyakarta: Idea Press, 2007),
113-119
39
hati seseorang, dibutuhkan kesucian diri. Di antaranya upaya dengan
memelihara diri dari hadats kecil dan besar. Terutama pada saat
menyentuh dan membaca al-Qur‟an.
2. Sholat dan berdo‟a, bagi seorang penghafal al-Qur‟an agar cepat hafal dan
dapat melekat kuat hafalannya di dalam dada, banyak sekali ikhtiarikhtiar
khusus yang dilakukan. Di antaranya dengan sholat-sholat sunah yang
dikhususkan untuk dapat melekatkan hafalan, dan lain sebagainya.
3. Berkonsentrasi, yang dimaksud konsentrasi di sini adalah terfokusnya
pikiran dan ingatan seorang penghafal al-Qur‟an pada ayat-ayat yang
sedang dihafal, atau dengan niat menjaga hafalan al-Qur‟annya.
4. Memilih model atau metode menghafal yang tepat, karena model atau
metode menghafal yang dimiliki seseorang dengan lainnya kadang tidak
sama, karena setiap orang mempunyai porsi daya ingat yang berbeda-beda.
Artinya tiap orang memiliki model atau gaya menghafal yang berbeda
dengan lainnya.
faktor pendukung dalam menghafal al-Qur’an yakni55
:
a. Menanamkan Kecintaan kepada al-Qur‟an
Penanaman cinta al-Qur‟an merupakan wujud cinta kita terhadap
firman firman Allah Swt. Kegiatan membaca al-Qur‟an merupakan
bentuk peribadatan yang diyakini dapat mendekatkan diri kepada Allah
Swt dan menambah kecintaan terhadap al-Qur‟an, serta dapat
meningkatkan keimanan dan ketaqwaan yang berimplikasi pada sikap
dan perilaku positif, dapat mengontrol diri, dapat tenang, lisan terjaga,
dan istiqamah dalam beribadah.56
b. Luruskan Niat
55
Yahya bin „Abdurrazzaq, Cara Mudah & Cepat Menghafal Alquran, (Jakarta: Pustaka
Imam Syafi‟i, 2018), 54 56
Rita Sulistiani,“Penanaman Cinta Alquran melalui Tadarus pada Siswa Mts Ma‟arif NU
Purwokerto Barat Kabupaten Banyumas”, Skripsi, (Purwokerto : Program Sarjana IAIN
Purwokerto, 2017), 4
40
Niat adalah awal dari semua amal. Dan sesungguhnya setiap
amal itu tergantung niatnya. Nabi bersabda :
انما الأعمال الالنيات“Sesungguhnya amalan itu tergantung niatnya.” (H.R. Bukhari dan
Muslim)57
Oleh karena itu, hendaklah kita meluruskan niat dalam menghafal
al-Qur‟an semata-mata untuk mengharapkan ridha-Nya, memperoleh
ketinggian derajat dalam surga-Nya. Bukan untuk tujuan duniawi, baik
berupa harta, wibawa, beasiswa, ataupun martabat sosial.
c. Ikhlas karena Allah
Secara bahasa (lughah) kata ikhlas berasal dari bahasa Arab:
khalasha, yakhlushu, khulushan, ikhlashan, yang berarti bersih, tiada
bercampur, tulus, membersihkan sesuatu hingga menjadi bersih.
Imam al-Qusyairi menyebutkan perihal makna ikhlas. Ikhlas
berarti bermaksut menjadikan Allah SWT, sebagai satusatunya
sesembahan.58
Imam Al-Ghazali menyatakan bahwa Ikhlas itu
membersihkan amal-amal dari campuran campuran tersebut seluruhnya,
sedikitnya dan banyaknya. Sehingga menjadi semata-mata padanya
dengan maksut at-taqarrub.59
Setiap kali keikhlasan kita bertambah, maka setiap kali itu pula
pahala Allah Swt akan terus mengalir. Sebagai bekal kita di akhirat kelak
dan persiapan di saat tidak adanya harta, tahta, saudara, bahkan keluarga.
Bila kita melandaskan hanya karena Allah dan mengharapkan keridhaan-
Nya.
d. Manajemen waktu dan tempat
Seorang yang menghafal al-Qur‟an harus dapat memanfaatkan
waktu sebaik-baiknya dan memilih tempat yang cocok dan nyaman sesuai
57
Herman Syam El hafizh, Siapa bilang menghafal Alquran itu sulit, (Yogyakarta: Pro-U
Media,2015), 19. 58
Al-Qusyairi, Risalah al-Qusyairiyah, (Mesir: Musthofa al-Baabi alHalabii,1990), 183. 59
Abu Hamid Muhammad Al-Ghazali, Mutiara Ihya‟ Ulumuddin, (Bandung: Mizan Media
Utama. 2008), 57.
41
suasana hati demi terciptanya konsentrasi dalam menghafal al-Qur‟an.
Jangan berkeyakinan bahwa ada waktu yang tidak bisa digunakan untuk
menghafal. Setiap saat di waktu malam dan siang adalah waktu yang baik
untuk menghafal al-Qur‟an. Tetapi memang waktu-waktu yang mudah
untuk kegiatan hafalan, atau lebih baik, bila dilihat dari sisi kejernihan
pikiran dan kemampuan otak untuk merenungkan ayat-ayat al-Qur‟an.
Waktu tersebut misalnya : Saat sahur, di pagi hari buta, dan sebelum
tidur.60
Ahsin Wijaya Al-Hafidz juga menyebutkan waktu-waktu yang
dianggap sesuai dan baik untuk menghafal al-Qur‟an dapat
diklasifikasikan sebagai berikut : Waktu sebelum terbit fajar, Setelah fajar
sehingga terbit matahari, Setelah bangun dari tidur siang, Setelah shalat,
Waktu diantara maghrib dan isya‟.61
Tempat yang ideal dan mendukung para penghafal al-Qur‟an
berkonsentrasi adalah tempat-tempat yang nyaman, baik dari penglihatan
maupun pendengaran, sehingga tidak memecah konsentrasi dalam
menghafal. Oleh karena itu dengan pengelolaan waktu dan memilih tempat
yang tepat untuk menghafal al-Qur‟an sangat penting dan menunjang
dalam keberhasilan menghafal al-Qur‟an.62
e. Izin dari orang tua, wali, Atau Suami
Meminta izin sama dengan mengharap ridho, doa dan restu nya
dari orang tua, wali, atau suami. Hal ini akan menciptakan saling
pengertian antara kedua belah pihak, yakni antara orang tua dengan
anak, antara seorang wali dengan orang yang berada dibawah
perwaliannya, atau antara suami dengan istrinya.63
f. Menggunakan satu mushaf al-Qur‟an
60
Muhammad Habibillah Muhammad Asy-Syinqithi, Kiat Mudah Menghafal Qur‟an, 80-81. 61
Ahsin Wijaya, Bimbingan Praktis Menghafal Alquran, (Jakarta: Bumi Aksara, 2009), 59-
60. 62
Ibid,. 45 63
Ibid., 29
42
Menggunakan satu mushaf yang sama selama menghafal al-Qur‟an
menjadi sebuah keharusan. Hal ini karena mata akan merekam dan
benak akan menyimpan visualisasi mushaf yang digunakan ketika
menghafal. Termasuk merekan tanda/coretan kesalahan yang kita
tambahkan di mushaf.64
g. Mampu membaca dengan Baik
Sebelum seorang penghafal melangkah pada periodemenghafal,
seharusnya ia terlebih dahulu meluruskan dan memperlancar bacaannya.
Sebagian besar ulama bahkan tidak memperkenankan anak didik yang
diampunya untuk menghafal al-Qur‟an sebelum terlebih dahulu
menghkhatamkan al-Qur‟an bin-nadzar (dengan membaca). Ini
dimaksudkan, agar calon penghafal benar-benar lurus dan lancar dalam
membacanya, serta ringan lisannya untuk mengucapkan fonetik Arab.65
h. Istiqāmah
i. Istiqāmah adalah tegak dihadapan Allah SWT atau tetap pada jalan yang
lurus dengan tetap menjalankan kebenaran dan menunaikan janji baik
yang berkaitan dengan ucapan, perbuatan, sikap, dan niat. Pendek kata
yang dimaksud dengan istiqamah adalah menempuh jalan yang lurus
dengan tidak menyimpang dari ajaran Tuhan. Istiqāmah juga bisa
diartikan dengan tidak goncang dalam menghadapi macam-macam
problem yang dihadapi dalam kehidupan dengan tetap bersandar dengan
tetap berpegang pada tali Allah Swt.66
Dalam proses menghafal, kerap terjadi lemah nya semangat pada santri
yang sedang menghfal al-Qur‟an. Sebab, menghafal al-Qur‟an itu membutuhkan
waktu yang tidak sebentar. Seiring berjalannya waktu, semangat menghafal
terkadang kendur di tengah-tengah jalan. Di masa-masa inilah syetan berupaya
untuk menggoda dan berusaha untuk menghentikan dari menghafal. Maka dari itu
64
Herman Syam, Siapa Bilang Menghafal Alquran Itu Sulit?, (Yogyakarta: Pro-U Media:
2015),52 65
Ahmad Salim Badwilan, Cara Mudah Bisa Menghafal Al Qur‟an, (Yogjakarta: Bening,
2010), 59 66
Jamaluddin Ahmad al-Buny, Menelusuri Taman-Taman Mahabbah Shufiyah,
(Yogyakarta: Mitra Pustaka, 2002), 151.
43
diperlukan niat yang kuat agar tidak mudah tergoda dan agar selalu ingat tujuan
awal menghafal al-Qur‟an.
B. Fase Menjaga Hafalan (Muroja’ah)
Muroja‟ah ialah yang berarti pengulangan. Apabila proses menghafal al-
Qur‟an telah selesai, maka proses muroja‟ah mulai mengambil perannya, itu
merupakan nikmat yang sangat besar dari Allah swt dan merupakan karunia yang
agung dari-Nya, ketika proses muroja‟ah juga harus rajin mengulang sendiri
hafalan yang telah di hafalkan dan melakukan sima‟an dengan orang lain untuk
menjaga hafalannya. Mereka tidak lepas ataupun tidak boleh lupa akan muroja‟ah
al-Qur‟an. Dengan muroja‟ah maka hafalan yang telah dihafal akan lebih baik dan
mutqin.67
Fase muroja‟ah ini adalah yang sangat penting.Seperti yang dijelaskan
dalam hadis Nabi:
ث نا أبو أسامة عن ب ريد عن أب ب ردة عن أب موسى د بن العلء حد ث نا مم النب صلى الل عليو عن حدرآن ف والذي ن فسي لهاسسل قال ت عاىدسا ال بل ف ع يا من ال بيده لو أشد ت فص
“Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Al „Ala , telah
menceritakan kepada kami Abu Usamah dari Buraid dari Abu Burdah dari
Abu Musa dari Nabi Shallallahu „alaihi wasallam, beliau bersabda:
“Peliharalah selalu Al-Qur‟an, demi Dzat yang berada di tangan-Nya,
sungguh hafalan itu lebih cepat hilang dari pada unta ditambatannya.”
(HR. Bukhari, 4645).68
Dari Ja‟far ash-Shadiq, ia berkata : “Hati bagaikan tanah, ilmu bagaikan
tanamannya, dan mudzakarah (menghafal) adalah airnya. Apabila aliran air
terhenti menyirami tanah,niscaya tanamanakan mengering.”69
Imam al-Khatib al-Baghdadi berkata ttatkala ia bercerita tentang cara
menghafalkan hafits: ”Menjaga hafalan itu lebih utama”.70
Rasulullah saw membagi al-Qur‟an itu ke dalam tujuh pembagian, dan
setiap harinya beliau mengulang setiap bagian tersebut. Sehingga beliau
67
Abdurrahman, Bagaimana Menghafal Al Qur‟an,(Jakarta Timur : Pustaka Al Kautsar,
2007), 72 68
Imam Az-Zabidi, Ringkasan Shahih Bukhari, 75 69
Ibid., 180 70
Ibid., 180
44
mengkhatamkan al-Qur‟an setiap tujuh hari sekali. Setelah menguasai hafalan
dan mengulangnya dengan itqan (mantap), maka sebaiknya hafalan al-Qur‟an
tersebut dijadikan sebagai wirid harian hingga akhir hayat, karena itulah yang
dilakukan oleh Nabi saw semasa hidupnya.71
Banyak metode dan cara untuk melakukan Murāja‟ah, yang berbeda-
beda antara satu pribadi dengan yang lainnya. Secara umum, Murāja‟ah dapat
dilakukan sendiri atau bersama orang lain. Masing-masing dari kedua cara ini
mempunyai bentuk dan metode tersendiri, diantaranya yaitu72
:
A. Melakukan Murāja‟ah Sendiri
Seorang yang telah hafal al-Qur‟an bersandar pada dirinya sendiri
dalam melakukan Murāja‟ah. Murāja‟ah ini memiliki beberapa bentuk,
yaitu :
1) Membagi al-Qur‟an menjadi enam bagian
Yaitu dengan membaca al-Qur‟an sebanyak 5 juz
setiap harinya, lalu menamatkan seluruh al-Qur‟an dalam
waktu enam hari.
2) Melakukan Murāja‟ah di dalam Sholat
Metode ini sangat bermanfaat dan efektif. Yaitu
membaca ayat al-Qur‟an yang telah di hafalkan sebanyak
mungkin ketika shalat malam, sebab ketika itu hati masih
bersih
3) Menamatkan Al-Qur‟an sebulan sekali
Membaca al-Qur‟an 1 juz setiap hari, lalu
menamatkan al-Qur‟an dalam satu bulan. Seorang
penghafal al-Qur‟an tidak boleh menamatkan bacaan al-
Qur‟annya lebih dari satu bulan. Sebab, tingkatan seperti ini
merupakan tingkatan penghafal pemalas.
4) Murāja‟ah dengan mendengarkan rekaman al-Qur‟an
71
Abdul Muhsin Al-Qasim, Cara Praktis Menghafal Alquran, Diterjemahkan dari buku
aslinya yang berjudul “Ishal thariqoh Li hifzil Qur‟an” oleh Team Indonesia ( Maktab Dakwah,
2007), 4. 72
Ibid., 179-190
45
Mendengarkan rekaman tilawah suara qari‟ yang
sudah masyhur dan hafalannya sempurna. Yaitu dengan
memperdengarkan audio murottal dimana pun berada.
B. Melakukan Murāja‟ah Bersama Orang lain
Jika kita hanya mengandalkan hafalan sendiri, kita pasti berfikir
bahwa bacaan kita sudah benar. Namun, tatkala memperdengarkannya
kepada orang lain, ternyata masih juga banyak kekeliruannya, baik dari
segi bacaan ataupun tajwidnya. Maka, hendaklah mencari seseorang yang
mau menyimak hafalan kita agar betul- betul sempurna dari segi hafalan
dan bacaannya.73
Secara umum, lebih diutamakan melakukannya bersama seorang
syaikh yang sempurna hafalannya.beberapa bentuk metode Murāja‟ah
bersama orang lain, yaitu :
1) Murid menyetor seluruh hafalannya kepada pembimbing
hafalan
Yaitu, dengan melakukan Murāja‟ah ayat yang telah
dihafalkan sebelumnya, dan membacakan hafalan baru di
hadapan pembimbing hafalan. Membacakan hafalan yang lama
di hadapan pembimbing nya, dengan batasan yang telah
ditentukan oleh pembimbing hafalannya. Apabila hafalan
muridnya sudah sempurna, maka ia memindahkannya kepada
hafalan surah yang lain.
2) Mudarasah dan mengulangi hafalan
Melakukan Mudarasah (membaca ulang) Al-Qur‟an
bersama seorang teman dengan cara mengulang bacaan
surah tertentu setiap hari. Di hari kedua, halaman pertama
surah tersebut tidak lagi dibaca, akan tetapi membaca ulang
halaman baru setelahnya dari surah tersebut. Demikian
seterusnya, setiap kali menambah hafalan baru kedepan,
73
Ibid., Agar Orang Sibuk Bisa Menghafal Alquran, 166
46
anda membaca halaman yang telah lewat dengan
meninggalkan satu halaman di awalnya.
Sesungguhnya, kita dan al-Qur‟an selalu bersama dalam sebuah
perjalanan, perjalanan sejak masa buaian hingga liang lahat (meninggal), teman
setia dalam perjalanan ini adalah al-Qur‟an. Sedangkan me-Murāja‟ahnya adalah
sebagai penjaga keamanan dalam perjalanan htersebut.
Dalam al-Qur‟an dijelaskan tentang beberapa karakter orang yang
menghafal al-Qur‟an, yaitu74
:
Yang pertama : Dzolimun linafsihi, yang artiya menzholimi diri
sendiri.Tergesa-gesa ingin cepat hafal, serba ingin instan.Inginnya cepat hafal
tanpa memedulikan muroja‟ah, atau mengulang hafalan.Akibatnya hafalan-
hafalan yang sudah dihafal terbengkalai begitu saja. Sehingga terkesan
menzhalimi dirinya sendiri. Karena al-Qur‟an bukanlah seperti buku-buku
pelajaran biasa yang jika telah selesai ditinggalkan begitu. Justru al-Qur‟an adalah
selalu harus diutamakan dari hal lainnya.
Yang kedua : Muqtashid, atau pertengahan. Yang kedua ini karakter yang
biasa-biasa saja. Jika berada di lingkungan pesantren, akan rajin untuk menghafal
dan mengulangnya. Namun sebaliknya jika berada diluar pesantren tidak
bersemangat untuk berinterkasi dengan al-Qur‟an. Padahal al-Qur‟an adalah
amanah yang harus dijaga sampai seumur hidup, hingga akhir hayat.
Yang ketiga : Sabiqun bil Khoirot,berlomba-lomba menuju kebaikan. Terus
mengulang hafalannya, tanpa harus dipantau oleh guru atau suasana sekitarnya.
Benar-benar merasa bahwa al-Qur‟an adalah amanah yang besar. Sehingga
muncul kesadaran untuk terus melisankan ayat-ayat al-Qur‟an setiap waktu. al-
Qur‟an telah tersimpan didalam dada nya, hafal 30 juz selancar hafalan surah Al-
Fatihah. Mereka faham isi al-Qur‟an, sehingga selalu mentadabburi serta
mengamalkan isinya dalam kehidupan mereka. Mereka tetap rendah hati
(tawadu‟), karena mereka menyadari bahwa kemampuan yang dimiliki atas izin
74
AlQur‟an Hafalan, (Bandung : Cordoba, 2018), 609
47
dan karunia Allah yang maha agung. Kelompok inilah yang dimaksud sebagai
Ahlul Qur’an.
Sedangkan menurut Raghib As Sirjani dalam bukunya Cara Cerdas Hafal
al-Qur‟an mencantumkan kaidah pokok, kaidah pendukung dan kaidah-kaidah
emas dalam menghafal al-Qur‟an yakni sebagai berikut :
Pertama, Kaidah mendukung, Ikhlas, tekad yang kuat, mengamalkan apa
yang dihafalkan, sering mengulang-ngulang bacaan, melakukan sholat secara
khusyuk dengan ayat-ayat yang telah dihafal.
Kedua, Kaidah pendukung, membuat perencanaan yang jelas, bergabung
dalam sebuah kelompok, memperhatikan ayat-ayat mutasyabihat, perlombaan
menghafal al-Qur‟an.
Ketiga, Kaidah-kaidah emas, hendaknya membatasi porsi hafalan untuk
setiap harinya, jangan menghafal melebihi batasan harian sampai hafal sempurna,
jangan beralih ke surat lain sebelum benar-benar hafal, senantiasa
memperdengarkan hafalan ke guru, dan manfaatkan usia emas dalam menghafal.75
Selain itu memilih waktu yang tepat untuk menghafal dan mengulang
hafalan juga memengaruhi banyaknya hafalan yang akan kita dapat. Ahsin W. Al-
Haafidz dalam bukunya Bimbingan Praktis Menghafal al-Qur‟an telah
menginventarisi waku-waktu yang dianggap ideal untuk menghafal al-Qur‟an
sebagai berikut :
1. Waktu sebelum fajar,
2. Waktu setelah fajar, hingga terbit matahari,
3. Setelah bangun dari tidur siang,
4. Setelah sholat,
5. Waktu diantara Maghrib dan Isya,
6. Tempat menghafal.76
Dari definisi dan pengertian diatas yang dikemukakan oleh para ahli
tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa menghafal al-Qur‟an adalah proses
75
Raghib As Srijani, Cara Cerdas Hafal Alquran, (Solo: Aqwam, 2013), 55-123. 76
Ahsin W. Hafdiz, Bimbingan Praktis Menghafal Alquran, (Jakarta: Bumi Aksara, 2004),
61
48
untuk menjaga, memelihara, dan melestarikan kemurnian al-Qur‟an di luar kepala
agar tidak terjadi perubahan dan pemalsuan.
C. Perusak Hafalan
Ada berbagai hal yang dapat merusak hafalan bahkan mampu
menghilangkannya. Para penghafal al-Qur‟an mesti mewaspadai dan mampu
menghindari hal-hal yang dapat merusak hafalannya. Berikut ini hal-hal yang
dapat merusak hafalan, yaitu77
:
1) Perbuatan Maksiat
سل يليد الظالمين إل خسارا
“dan al-Qur‟an itu tidaklah menambah kepada orang-orang
yang zalim selain kerugian”.(Q.S. Al-Isra ayat 82)
Selain berpotensi merusak dan menghilangkan hafalan,
pelaku ini juga disebut sebagai orang zhalim yang amat merugi.
Karena itu, hendaknya ahli al-Qur‟an menjaga seluruh tubuhnya
dari perbuatan maksiat, dari kepala hingga ujung kaki.
Imam nawawi rahimahullah menulis dalam at-Tibyan
sebagai berikut :
سينبغى أن يطهرقلبو من الأدنس ليصلح لبول الران سحفظو ساستثماره“Dan hendaklah menghafal al-Qur‟an itu menyucikan hati
dari segala noda agar Al-Qur‟an dapat mudah diterima, dijaga serta
diambil manfaatnya”.78
Jadikanlah setiap ayat al-Qur‟an sebagai pedoman
beraktifitas.Al-Qur‟an merupakan senjata yang paling kuat untuk
mengusir segala kemungkaran. merupakan petunjuk bagi orang
yang beriman, orang yang senantiasa meletakkan Qur‟an didalam
hatinya.
2) Kurang Muroja’ah
77
Ibid., 38-40 78
Imam Abu Zakariya Yahya bin Syaraf An-Nawawi,At-Tibyan Fi Adab Hamalatil Qur‟an
(Jakarta :Pustaka Kautsar, 2012) 20
49
Hal selanjutnya yang dapat merusak hafalan ialah kurangnya
Murāja‟ah, waktu khusus untuk mengulang hafalan. Ini dapat terjadi
pada penghafal kala sibuk beraktifitas sehingga tidak disiplin dalam
mengulang hafalan.
3) Ujub dan Riya
Sifat ujub dan riya adalah senyawa batil yang mampu
menghanyutkan ayat-ayat suci yang telah terpatri di jiwa. Keduanya
seringkali ditanamkan setan kala penghapal Qur‟an mulai tampil di
hadapan publik ataupun rajin bermusabaqah.
Imam an-Nawawi rahimahullah mengingatkan para
penghafal untuk berhati-hati dengan penyakit ini. Beliau menuliskan
dalan at-Tibyan :
“al-Qur‟an yang telah ia raih adalah titipan Allah, bukan atas
kehebatan dan kemampuannya (dalam meraih hal tersebut). Maka
seorang yang dititipi tidaklah pantas merasa ujub, sombong atas hal
yang bukan miliknya.
Demikian diantara perbuatan yang dinilai dapat merusak bahkan
menghilangkan hafalan al-Qur‟an. Para ahli al-Qur‟an mesti menjaga dan
mewaspadai dirinya dari hal-hal tersebut yang telah disebutkan diatas. Semoga
Allah senantiasa menjaga para ahli Qur‟an dari perbuatan tersebut. Allah
Musta‟an.
D. Keutamaan Menghafal al-Qur’an
Menghafal Al-Qur‟an merupakan suatu perbuatan yang sangat ter-puji dan
mulia. Karena menghafal adalah dasar dari pembelajaran al-Qur‟an yang mana
Al-Qur‟an diturunkan kepada Rasulullah melalui Malaikat Jibril secara bertahap
atau mutawatir.
Orang-orang yang mempelajari, membaca, atau menghafal al-Qur‟an
merupakan orang-orang pilihan yang memang dipilih Allah untuk menerima
warisan kitab suci al-Qur‟an.
50
تصد سمن ه م ه ظال لن فسو سمن نا من عبادن فمن رات ث أسرث نا الكتاب الذين اصطفي ي بان ه سابق ال (23)الل الك ىو الفضل الكبي
“Kemudian Kitab itu Kami wariskan kepada orang-orang yang
Kami pilih di antara hamba-hamba Kami, lalu di antara mereka ada yang
menganiaya diri mereka sendiri, dan di antara mereka ada yang
pertengahan dan di antara mereka ada (pula) yang lebih cepat berbuat
kebaikan dengan izin Allah. Yang demikian itu adalah karunia yang amat
besar.”(Q.S. Fatir :32)
ى من قيل : قال الناس من اىلين علسجل الل إن :م.ص الل رسول قال : قال عنو الل رضي انس عن ؟ يرسول ران اىل : قال الل سخاصتو )رساىاحمدسابنماجهوالنساءسالدارمى( الل اىل ى ال
“Dari Anas r.a. ia berkata: Sesungguhnya Rasulullah saw bersabda :
Sesunngguhnya Allah itu mempunyai keluarga yang terdiri dari para
manusia. Kata Anas selanjutnya : Lalu Rasulullah saw ditanya : Siapakah
mereka itu wahai Rasulullah? Jawab beliau : Yaitu Ahlul Qur‟an. Mereka
adalah keluarga Allah dan orang-orang istimewa baginya. ” {HR. Ahmad,
Ibnu Majah, An-Nasa‟i, Ad-Darami}79
Dari sahabat Abu Umamah Al-Bahili ra : Saya mendengar Rasulullah saw
bersabda :
ولق عت رسول الل صلى الله عليو سسل ي رآن فإنو عن أب أمامة الباىلي رضي الل عنو قال: س رءسا اليامة شفيعا لأصحا )رساه مسل . (بو يت ي وم ال
“Abu Umamah al-Bahili ra berkata : Aku mendengar Rasulullah saw
bersabda: Bacalah Al-Qur‟an karena ia akan memberikan syafaat pada hari
kiamat kepada para “sahabatnya”. (HR. Muslim, 1337)80
Berikut ini adalah keutamaan menghafal Al-Qur‟an antara lain, adalah81
:
a) Allah memberikan kedudukan yang tinggi dan terhormat di antara
manusia lain
Dari Umar bin Khaththab ra., bahwa Nabi Muhammad saw telah
bersabda :
إواللهيشفعبهزاالنتابأقىاماويضعبهالآخشيه
79
Ibid., 26-27
80 Imam Az-Zabidi, Ringkasan Shahih Bukhari, 213
81Sugianto, Ilham Agus, Kiat Praktis Menghafal Alquran, (Bandung:Mujahid Press, 2004),
37-40
51
Artinya: “Sesungguhnya Allah mengangkat derajat kamu dengan
kitab ini dan menjatuhkan yang lain.” {HR. Muslim}
b) Termasuk sebaik-baik umat
Sebagaimana sabda Rasulullah saw :
رك ران ت عل من خي سعلمو ال
"Sebaik-sebaik orang di antara kamu adalah orang yang belajar
Al-Qur‟an dan mengajarkannya."{HR. Bukhari}
c) Orang yang hafal Al-Qur‟an selalu diliput dengan rahmat Allah, dan
mendapatkan cahaya Allah.
d) Yang paling berhak memimpin.
Rasulullah saw bersabda :
وم ي ؤم الكتااللل أق رؤى ال
"Yang lebih berhak memimpin suatu kaum adalah yang paling
bagus bacaan Al-Qur‟annya." {HR. Muslim}
e) Tergolong manusia yang paling tinggi derajatnya di surga.
f) Orang yang hafal al-Qur‟an menemani para Nabi kelak di hari akhir
dan termasuk golongan yang tidak peduli terhadap hisab, tidak terkejut
sewaktu waktu sangkakala ditiup dan tidak susah pada hari
kegelisahan yang sangat besar.
Menghafal al-Qur‟an adalah keistimewaan umat Islam, karena Allah telah
menjadikan umat terbaik dikalangan manusia dan memudakannya untuk menjaga
kitab-Nya, baik secara tulisan maupun hafalan.82
E. Adab Para Penghafal al-Qur’an
Para penghafal al-Qur‟an mempunyai beberapa adab dan etika yang harus di
perhatikan dan harus dilaksanakan, hingga mereka benar-benar menjadi golongan
Al-Qur‟an, seperti yang di sabdakan Nabi saw. “ Sesungguhnya Allah mempunyai
82
Hasan bin Ahmad bin Hasan Hamam, Menghafal Alquran itu mudah, (Jakarta: Pustaka at-
Tazkia, 2008),10.
52
golongan-golongan dari manusia”. Siapa mereka itu wahai Rasulullah?” Beliau
menjawab, “Golongan al-Qur‟an. Mereka adalah golongan Allah dan orang-orang
yang khusus.”83
Para ulama salaf berpesan bahwa sanya para penghafal al-Qur‟an
hendaknya senantiasa menjauhi ghibah (menuturkan kejelekan orang lain) dan
duduk bersama orang-orang yang banyak bicara, ngobrol dan bercanda.84
Diantara etika dan adab para penghafal al-Qur‟an ialah85
:
1. Meninggalkan atau menasehati teman yang buruk
2. Menjaga diri dari perkara syubhat dan meragukan
3. Menghindari majelis-majelis laghwi (canda tawa sia-sia)
4. Menghindari orang yang gemar maksiat dan durhaka kepada Allah
5. Menjaga akhlak mulia
6. Menjaga diri dari aturan yang tidak layak menurut aturan masyarakat
sekitar
7. Hendaknya senantiasa menjadikan Nabi sebagai teladan dalam perkataan
dan perbuatan
8. Menghindari pertemanan dengan orang-orang yang mufsid (suka merusak)
9. Menjauhi teman yang malas
10. Hindari para pengangguran. Mengganggur dari urusan dunia dan urusan
akhirat
11. Tidak melakukan kedzaliman terhadap makhluk yang lain
12. Berbuat baik terutama terhadap ahli Al-Qur‟an
13. Selalu terdepan melaksanakan hukum-hukum Al-Qur‟an
14. Senantiasa berlomba-lomba dalam hal kebaikan dan ibadah utama
15. Mendakwahkan Al-Qur‟an dimanapun berada
16. Menjaga Al-Qur‟an dari penistaan dan penyimpangan orang-orang yang
bodoh
83
Yusuf Al-Qaradhawi, Bagaimana berinteraksi dengan Alquran, (Jakarta Timur: Pustaka
Al-Kautsar) 151 84
Herman syam, Siapa Bilang Menghafal Alquran Itu Sulit, (Yogyakarta : Pro-U Media,
2015) 217 85
Ibid., 218
53
17. Memberi makan kepada para penghafal Al-Qur‟an
18. Menahan diri dari candaan yang berlebihan
19. Menegakkan Qiyāmullail
20. Menahan dari tidur pada halaqah Taḥfȋẓh apalagi di depan gurunya
21. Tidak meninggikan suara di depan gurunya
22. Meninggalkan obrolan yang tidak penting ketika halaqah berlangsung
23. Menahan menjawab ketika Al-Qur‟an masih terbuka di depannya
24. Tidak merendahkan penghafal Al-Qur‟an yang lain
25. Memuliakan guru selayaknya
26. Menjauhi hal-hal yang tidak disukai guru
27. Tidak menempati tempat guru
28. Memuliakan guru dan sanak keluarganya
Imam an-Nawawi menulis dalam At-Tibyan beberapa adab utama para
penghafal al-Qur‟an. Diantaranya :
1. Hendaknya para penghafal al-Qur‟an senantiasa menjaga wudhu dan
bersiwak dalam setiap interaksinya dengan al-Qur‟an. Baik saat hafalan
maupun berMurāja‟ah
2. Hendaknya para penghafal memiliki tenpat yang bersih dan suci. Masjid
ialah tempat terbaik yang disepakati para ulama karena menghimpun
berbagai kemuliaan dan keberkahan
3. Dianjurkan untuk menghadap kiblat agar lebih menghadirkan kekhusyuan
dan ketawadhuan
4. Membiasakan beristi‟adzah, memohon perlindungan kepada Allah dari
berbagai gangguan setan yang mungkin hadir dalam proses hafalan
5. Berpenampilan terbaik sebagai penghormatan terhadap kemuliaan dan
keagungan al-Qur‟an86
Penghafal al-Qur‟an dan pencari ilmu harus takut kepada Allah tentang
dirinya, memurnikan amal bagi Allah semata. Jika dia melakukan sesuatu yang
dibenci Allah, hendaklah dia segera bertaubat dan kembali kepada-Nya, lalu
86
Ibid., 29
54
memulai lagi keikhlasannya dalam pencarian ilmu dan amalnya. Seorang
penghafal al-Qur‟an harus lebih banyak menghafal dari yang dilakukan orang lain,
sebab dengan begitu dia akan mndapatkan pahala yang lebih banyak pula daripada
orang lain.87
87
Ibid., 58
57
BAB IV
ANALISIS DATA
METODE MENGHAFAL AL-QUR’AN DI PONDOK
PESANTRENDAARUL HUFFADZH AL-ISLAMI DAN PONDOK
PESANTREN SATU QUR’AN JAMBI
A. Metode menghafal Al-Qur’an di Pondok Daarul Huffaadzh Al-Islami
Yaitu melalui 3 tahapan sebagai berikut:
- Pra Taḥfȋẓ, yaitu persiapan sebelum menghafal Al-Qur‟an
- Taḥfȋẓ, yaitu menghafal sedikit demi sedikit ayat-ayat Al-Qur‟an
- Murāja‟ah, yaitu mengulang hafalan.
1) Implementasi Metode Menghafal Al-Qur’an di Pondok Daarul
Huffaadzh Al-Islami
Dalam disipilin Ulumul Quran, proses perekaman wahyu (jam‟ al –
Qur‟an) digolongkan menjadi dua kategori, yaitu : jam‟ al-Qur‟an dalam
arti menghafal, dan menulis al-Qur‟an. Jam‟ Al-Qur‟anyang berarti
menghafal, misalnya, merekam dan menjaga kemurnian al-Qur‟an dari
kepunahan dengan mengingat (menyimpan) dalam hati dan fikiran.
Sementara Jam‟ Al-Qur‟an dalam arti menulis adalah melahirkan
keseluruhan ayat-ayat al-Qur‟an dalam bentuk tulisan, sehingga wahyu
yang turun bisa dijumpai dalam bentuk verbalnya.88
Hingga saat ini aktifitas menghafal dan mencetak mushaf al-
Qur‟an terus berlangsung. Pesantren, sebagai sebuah subkultural, lahir dan
berkembang seiring dengan derap langkah kebutuhan masyarakat islam
akan pengajaran agama Islam. Denyut nadi dan dinamika kehidupan
dipesantren adalah cerminan langsung dari sikap dan pola hidup kiyai
yang mengasuhnya. Salah satu pola hidup keagamaan yang paling
menonjol dan karenanya menjadi karakteristik pesantren adalah penekanan
yang kuat kepada aspek rohani atau spiritual. Dengan kata lain, pesantren
88
Ali Romdhoni, Tradisi Hafalan Qur‟an di Masyarakat Muslim Indonesia, Journal of
Qur‟an and Hadith Studies, Vol .4, No. 1, (2015), 2.
sangat identik dengan pola hidup yang dalam tradisi sufisme bisa
disebut zuhud.89
Pesantren Taḥfȋẓ al-Qur‟an yang bertujuan membimbing santri
untuk Menghafal Al-Qur‟an, serta memiliki akhlak mulia, dan sekaligus
diharapkan dapat mengamalkan ajaran-ajaran al-Qur‟an. Seiring dengan
bergulirnya waktu, Pesantren Taḥfȋẓ al-Qur‟an semakin besar dan
semakin berkembang pesat.
Al-Ustaz Erman Rifa‟i Al-Hafizh adalah pengasuh dari Pondok
Pesantren Darrul Huffadzh Al-Islami atau orang yang bertanggung jawab
atas segala aktivitas di Pondok Pesantren Darrul Huffadzh Al-Islami.
Metode menghafal al-Qur‟an di Pondok Pesantren Darrul Huffadzh Al-
Islami tidak terdapat metode khusus. Seperti ungkapan dari Al Ustaz
Erman Rifa‟i Al-Hafizh berikut ini:
[A]Untuk tata cara santri menghafal al-Qur‟an di sini santri
tersebut harus mengawali dengan perbaikan bacaan selama 2
sampai 3 bulan dan menyelesaikan membaca al-Qur‟an 30 juz
(bin-nadzar) secara baik dan benar. Dan ditekankan kepada
santri baru untuk diutamakan dalam belajar makharijul huruf
dengan baik dan benar. Jika bacaan santri tersebut telah bagus,
maka di perbolehkan untuk menghafal al-Qur‟an atas izin
pembimbing tahfidznya. Menghafal al-Qur‟an dimulai dari juz
30. Setiap harinya santri wajib membaca al-Qur‟an minimal 2
juz per hari. Di pondok pesantren ini tidak diterapkan metode
khusus, karena dalam proses menghafal ini sesuai kemampuan
masing-masing santri. Untuk fase Murāja‟ah hafalan, para
santri berbeda-beda dalam penerapan muroja‟ahnya, tetapi dari
pihak pondok telah mengatur jadwal santri khusus Murāja‟ah
hafalannya, yaitu waktu ngaji malam di dampingi oleh
pembimbing tahfidznya. Ketika sudah mencapai kelipatan 5
juz, maka wajib bagi santri tersbebut untuk mengikuti ujian
tahfidz, yang di uji oleh pembimbing tahfidznya. Namun untuk
mempermudah dalam menghafal al-Qur‟an, santri diwajibkan
menggunakan al-Qur‟an pojok.”90
89
Ahmad atabik, The Living Qur‟an: Potret Budaya Tahfidz Alquran di Nusantara,
Jurnal Penelitian, Vol. 8, No. 1, Februari (2014), 169. 90
Ustaz Erman Rifa‟i Al-Hafizh, Pimpinan Pondok Pesantren Daarul Huffadzh Al-Islami
, Wawancara dengan Penulis 05 Januari 2020
Ustazah Nurhaliza merupakan salah satu pembimbing tahfidz yang
ada di Pondok Pesantren Daarul Huffadz Al-Islami, beliau
mengungkapkan bahwa proses menghafal dan Murāja‟ah di pesantren
Darrul Huffadz Al-Islami berlangsung secara perkelompok, ada Ustaz atau
Ustazah pembimbing tahfidz nya perkelompok. Kurang lebih, satu
pembimbing tahfidz memegang 10 sampai 15 santri. Dari awal masuk
sampai fase Murāja‟ah, santri tersebut dibimbing dengan satu Ustaz atau
Ustazah pembimbing Taḥfȋẓnya. Untuk menghafal, santri menyetorkan
hafalannya kepada Ustazah pembimbing tahfidznya masing- masing.
Target hafalan per hari minimal 1 halaman. Untuk Murāja‟ah hafalan,
santri wajib menyetorkan Murāja‟ahnya kepada pembimbing Taḥfȋẓnya.
Dan ada juga yang meMurāja‟ah hafalannya bersama-sama dengan teman
tahfidznya, dengan cara melanjutkan atau tebak ayat dan surah. Hal ini
dilakukan agar santri tidak bosan.91
A. Pra Taḥfȋẓ
al-Qur‟an merupakan pedoman hidup yang dijamin mudah
untuk hihafal. Sebelum memasuki proses menghafal al-Qur‟an,
santri Darrul Huffadz Al-Islami diwajibkan untuk memperbaiki
bacaannya hingga benar. Dengan mentalaqqi bacaannya,
mempelajari makhorijul huruf dan mengkhatamkan 30 juz bersama
pembimbing tahfidz nya. Pada tahap ini, santri belum di
perkenankan untuk menghafal al-Qur‟an. Proses ini berlangsung
selama 2-3 bulan. Sehingga santri yang baru menghafal benar-
benar menguasai makhorijul huruf dan tahsinul Qur‟an dengan
baik.92
91
Ustazah Nurhaliza, Pembimbing Tahfidzh Pondok Pesantren Daarul Huffadzh Al-Islami
, Wawancara dengan Penulis 05 Januari 2020 92
Ustazah Masridah, Pembimbing Tahfidzh Pondok Pesantren Daarul Huffadzh Al-Islami
, Wawancara dengan Penulis 05 Januari 2020
B. Taḥfȋẓ dan Murāja’ah
1) Azizah Aslamiyah
Azizah adalah santriwati Pondok Pesantren Daarul Huffadzh
Al-Islami,berasal dari kota Jambi, berusia 19 tahun. Sampai
sekarang sudah mampu menghafal al-Qur‟an 22 juz. Dia
menghafal al-Qur‟an karena kemauan ia sendiri, dukungan orang
tua juga dorongan dari sang kiyai. Cara Azizah dalam menghafal
al-Qur‟an yaitu dengan menghafal al-Qur‟an ayat per ayat,
diulang-ulangi terus sampai lancar. Dia menambah hafalan 2
halaman sampai 3 halaman per hari. Seperti ungkapan Azihah
berikut ini:
[A]cara saya dalam menghafal awalnya saya baca
dahulu berulang-ulang kemudian saya bayangkan dan
sambil menghafal ayat per ayat sampai lancar, setelah
lancar satu ayat baru saya lanjutkan ke ayat yang lain.
Setelah itu baru saya ulangi lagi dari ayat pertama sampai
ayat terakhir secara berulang-ulang sampai lancar.
Kemudian minta di sima‟kan oleh teman saya sebelum
menyetorkan ke Ustazah. Kalo Murāja‟ahnya saya lebuh
suka dengan cara melanjutkan ayat bersama teman. Dan
menyetorkan muroja‟ahnya kepada Ustazah. Dan setiap
kelipatan 5 juz ada ujian tahfidz nya.”93
2) Nizla Maghfiroh
Nizla adalah santriwati Pondok Pesantren Daarul Huffadzh Al-
Islami, berasal dari Batang hari, berusia 20 tahun. Sampai sekarang
alhamdulillah telah menyelesaikan hafalannya dan sekarang masih
dalam tahap Murāja‟ah hafalan. Dia menghafal al-Qur‟an karena
kemauan ia sendiri, serta ridho ke dua orang tuanya. Cara Nizla
dalam menghafal al-Qur‟an yaitu dengan mengulang-ulang bacaan
1 halaman itu selama 10 kali, dan menghafalkannya dari ayat per
93
Azizah, Santri Pondok Pesantren Daarul Huffadzh Al-Islami , Wawancara dengan
Penulis 05 Januari 2020, Rekaman suara
ayat sampai lancar. Lalu mengulanginya dari pojok bawah sampai
atas. Seperti ungkapan Nazla sebagai berikut :
[A]Cara saya dalam menghafal al-Qur‟an yaitu
mengulang-ulang bacaan 1 halaman itu selama 10 kali, dan
menghafalkannya dari ayat per ayat sampai lancar. Lalu
mengulanginya dari pojok bawah sampai atas. Kalo sudah
lancar langsung di setorkan ke Ustazah waktu saya
menghafal yaitu setelah sholat tahajjud dan setelah sholat
ashar. Kalau Murāja‟ah setelah sholat 5 waktu.dengan cara
mengulang hafalan secara mandiri. Bagi saya
memanfaatkan waktu yang sempit itulah yang enak bagi
saya untuk mengulang hafalan.”94
3) Ulifia Fitri
Ulifia adalah santriwati Pondok Pesantren Daarul Huffadzh Al-
Islami, berasal dari kabupaten Tebo, berusia 14 tahun. Sampai
sekarang sudah mampu menghafal al-Qur‟an 15 juz. Dia
menghafal al-Qur‟an karena keinginan orang tua dan keinginannya
sendiri. Cara Ulifia menghafal al-Qur‟an yakni dengan cara
menghafal satu ayat sampai lancar, lalu dilanjutkan dengan ayat
berikutnya sampai setengah pojok. Kalau sudah lancar maka
hafalkan setengah pojoknya lagi. Dan menggabungkan setengah
pojok tersebut menjadi satu halaman. Seperti ungkapan Ulfia
sebagai berikut :
[A]Cara saya menghafal al-Qur‟an yaitu menghafal
satu ayat sampai lancar, lalu dilanjutkan dengan ayat
berikutnya sampai setengah pojok, lalu melancarkan
setengah pojok yang telah di hafalkan sampai tidak ada
salahnya lagi. Kalau sudah lancar maka hafalkan setengah
pojoknya lagi seperti cara yang sama. Setelah itu
menggabungkan setengah pojok yang telah di hafal tersebut
menjadi satu halaman lancar tanpa salah dan siap untuk di
setorkan ke Ustazah. Kalau untuk muroja‟ahnya, saya
94
Nizla, Santri Pondok Pesantren Daarul Huffadzh Al-Islami , Wawancara dengan
Penulis 05 Januari 2020, Rekaman suara
menggabungkan hafalan lama dengan hafalan baru untuk di
Murāja‟ahi.”95
4) Zahratun Nisa
Zahra adalah santriwati Pondok Pesantren Daarul Huffadzh
Al-Islami, berasal dari kabupaten Tanjab tim. Berusia 19 tahun.
Sampai sekarang sudah menghatamkan hafalan al-Qur‟an nya.
Dia menghafal al-Qur‟an karena kemauan sendiri dan restu
orang tua. Cara Zahra menghafal yaitu dengan cara
memperbanyak membaca al-Qur‟an, dan menghafalnya dengan
menghafal ayat-perayat sambil membayangkan ayat yang di
hafal. Sebagaimana ungkapan Zahra sebagai berikut :
[A]waktu yang sering saya gunakan dalam menambah
hafalan saya lebih suka pada waktu ba‟da subuh karena
waktu tersebut pikiran masih fresh, dan situasi yang sepi
seperti ba‟da tahajjud lebih mudah untuk menghafal. Dalam
satu hari saya mampu menambah hafalan sebanyak 1
lembar. Dengan cara memperbanyak membaca al-Qur‟an,
dan menghafalnya dengan ayat-perayat sambil
membayangkan ayat yang di hafal. Karena sudah banyak di
baca, maka akan memudahkan saya dalam mengingat ayat
tersebut, dengan izin Allah. Dan setelah khatam 30 juz,
tanggung jawab saya lebih besar untuk bisa menjaga
hafalan saya, untuk itu tiap harinya saya muroja‟ah hafalan
sdalam sehari 3 juz. Kiat saya untuk menjaga hafalan yaitu
dengan tikrar-an yaitu membaca ulang hafalan”.96
5) Dinda Amelia
Dinda Amelia adalah santriwati Pondok Pesantren Daarul
Huffadzh Al-Islami, berasal dari kabupaten Batang hari, berusia 15
tahun. Sampai sekarang sudah mampu menghafal al-Qur‟an 16 juz.
95
Ulifia, Santri Pondok Pesantren Daarul Huffadzh Al-Islami , Wawancara dengan
Penulis 05 Januari 2020, Rekaman suara
96 Zahra, Santri Pondok Pesantren Daarul Huffadzh Al-Islami , Wawancara dengan
Penulis 06 Januari 2020, Rekaman suara
Dia menghafal al-Qur‟an karena termotivasi oleh keluarganya yang
seorang hafidz Qur‟an, serta dukungan ke dua orang tua. Cara
Dinda menghafal al-Qur‟an yakni dengan cara dibaca berulang-
ulang sampai 3 kali, lalu di hafalkan ayat yang sudah dibaca
sampai 3 kali tersebut. Kemudian setelah hafal ia tulis sepenggal
ayat yang di awal. Seperti ungkapan Dinda sebagai berikut :
[A]Cara saya menghafal al-Qur‟an yaitu baca
berulang-ulang sampai 3 kali, lalu di hafalkan ayat yang
sudah dibaca tersebut. Kemudian setelah hafal saya tulis
sepenggal awal ayat di sebuah buku tulis, untuk pedoman
ketika muroja‟ah hafalan.saya menghafal dari satu ayat ke
ayat selanjutnya sampai satu halaman. Lalu saya ulangi lagi
sampai lancar dan minta tolong teman untuk mensima‟kan
bacaan saya, setelah lancar langsung di setorkan ke
Ustazah.”97
Dari wawancara penulis dengan pengasuh, guru-guru dan
santri di Pondok Darrul Huffadzh Al-Islami dapat diketahui bahwa
pelaksanaan menghafal al-Qur‟an tidak memiliki metode khusus
dari pihak pesantren, karena dalam proses menghafal setiap santri
memiliki keterbatasan dan kemampuan yang berbeda-beda dalam
menghafal Al-Qur‟an.
Dari informan di atas, metode menghafal al-Qur‟an yang
penulis dapatkan di Pondok Pesantren Daarul Huffadzh Al-Islami
yakni dengan menggunakan metode binnazhor, metode menghafal
ayat per ayat, metode Waḥdah , metode takrir, metode Kitābah,
metode semaan dengan sesama teman tahfidz, menyetorkan
hafalan kepada guru tahfidz al-Qur‟an dan menggunakan Al-
Qur‟an pojok, sedangkan metode muroja‟ah nya ialah metode
muroja‟ah dengan guru, muroja‟ah dengan teman, Murāja‟ah
mandiri, Murāja‟ah bersama teman, dan Ujian Tahfidz.
97
Dinda Amelia, Santri Pondok Pesantren Daarul Huffadzh Al-Islami , Wawancara
dengan Penulis 06 Januari 2020, Rekaman suara
2) Analisis Metode Tahfidz dan Murāja’ah yang diterapkan
santri di Pondok Pesantren Darrul Huffadzh Al-Islami
Dilihat dari hasil temuan observasi dan wawancara tersebut,
sebenarnya tidak terdapat metode khusus dalam menghafal al-Qur‟an,
hanya saja santri berinisiatif sendiri untuk menggunakan metode atau
sesuai kemampuan santri. Dalam hal ini, penulis menemukan beberapa
metode yang digunakan santri dalam menghafal al-Qur‟an dan
Murāja‟ah hafalannya di pondok pesantren Darrul Huffadzh Al-Islami,
yaitu sebagai berikut:
1. MetodeTalaqqi
Dengan metode Talaqqi ini, santri belajar langsung ke hadapan
guru, membuat santri jadi lebih mengetahui dimana letak kesalahan
dan kekurangan dalam bacaan mereka, karena langsung diberitahu
oleh guru untuk bacaan mereka ketika sedang belajar langsung.
Tahapan talaqqi merupakan langkah pertama bagi santrii baru.
2. Metode Binnazhor
Adalah metode membaca al-Qur‟an dengan melihat mushaf,
Metode ini diterapkan bagi santri yang baru akan mulai menghafal
al-Qur‟an. Proses ini diawali dengan talaqqi (memperdengarkan
bacaannya secara langsung kepada pembimbing tahfidz, dengan
menekankan pada kefasihan bacaan), santri membaca al-Qur‟an
dengan cara langsung dihadapan pembimbing tahfidz (guru
tahfidz). Dan jika ada kesalahan, langsung dikoreksi dan
dibenarkan oleh pembing tahfidznya. Cara ini bertujuan untuk
mengenalkan kepada santri yang akan menghafal al-Qur‟an yaitu
mengenai Makhrijul Huruf, sehingga sesuai dengan kaidah Ilmu
Tajwid.
Metode ini dianggap sebagai salah satu tahap awal yang efektif
sebelum santri menghafalkan al-Qur‟an. Sehingga seorang santri
apabila akan menghafal al-Qur‟an ia telah fasih atau benar bacaan
dan tajwidnya.
3. Metode memperbanyak membaca al-Qur’an sebelum
menghafal
Dari para informan mengungkapkan cara yang dilakukan dalam
menghafal mereka mayoritas melakukan dengan banyak membaca
ayat yang akan di hafalkan secara berulang, dalam menambah
hafalan.
4. Metode Waḥdah atau ayat per ayat
Selain menggunakan metode diatas, para informan juga
mengungkapkan dalam menghafal al-Qur;an mereka menggunakan
metode menghafal satu per satu terhadap ayat-ayat yang hendak
dihafalnya (metode Waḥdah).
5. Metode takrir atau mengulang
Metode ini biasa digunakan santri dalam menghafal al-
Qur‟an, di mana santri sudah mampu menghafal dengan ditakrir
atau diulang kembali, harapannya supaya hafalan yang
dihafalkannya tersebut tetap terjaga dan menjadikan lancar dan
berkualitas dalam menghafal al-Qur‟an
6. Metode Kitābah
Selain menggunakan metode yang diatas, dari informan
mengungkapkan bahwasanya dalam menghafal al-Qur‟an mereka
menggunakan metode Kitābah, dengan cara menulis ayat untuk
mempertajam ingatan hafalannya.
7. Metode Semaan dengan Sesama Teman Taḥfȋẓh
Metode ini biasa digunakan santri dalam menghafal al-
Qur‟an, simaan al-Qur‟an atau tasmi‟ (memperdengarkan hafalan
kepada orang lain), misalnya kepada sesama teman tahfidz atau
kepada senior yang lebih lancar merupakan salah satu metode
untuk tetap memelihara hafalan supaya tetap terjaga, serta
bertambah lancar.
8. Menyetorkan Hafalan kepada Guru Taḥfȋẓ Al-Qur’an
Setiap santri ataupun seseorang yang menghafalkan al-Qur‟an
wajib menyetorkan hafalannya kepada seorang pembimbing nya
dalam menghafal. Hal ini bertujuan agar bisa diketahui letak
kesalahan ayat-ayat yang dihafalkan.
9. Menggunakan Qur’an Pojok (Qur’an Hafalan)
Dianjurkan bagi santri untuk menggunakan Qur‟an Pojok
atau Qur‟an Hafalan.Yaitu Qur‟an yang disetiap sudut halaman nya
berakhir dengan akhir ayat.Hal ini bertujuan agar menyelaraskan
semua ingatan hafalan santri.Di Pondok Pesantren ini tidak
diterapkan metode khusus, namun metode yang digunakan untuk
mempermudah dalam menghafal al-Qur‟an adalah dengan
diharuskannya santri menggunakan al-Qur‟an Pojok atau Qur‟an
Hafalan.
10. Muroja’ah dengan guru
Yaitu proses mengulang hafalan yang telah dihafalkan ataupun
disetorkan. Santri dibebankan untuk mengulang hafalannya secara
mandiri dan kemudian disima‟kan kepada guru pembimbing
tahfidz. Proses ini dilakukan ketika seorang santri telah hafal 5 juz,
ia menyetorkan kembali dari juz 1 sampai 5 kepada guru
pembimbing tahfidznya, dan kemudian dijeda dulu untuk
menambah hafalannya.
Dan jika telah selesai diulang hafalannyakepada guru
pembimbing taḥfȋẓ, maka boleh melanjutkan kembali hafalan baru.
Hal ini bertujuan untuk menjaga hafalan yang ada yang telah
disetorkan, agar tidak lupa.
11. Murāja’ah Mandiri
Ialah mengulang hafalan secara pribadi atau sendiri-
sendiri, dilaksanakan sesuai dengan inisiatif santri sendiri.
Muroja‟ah mandiri dilakukan setiap ada kesempatan untuk
mengulang hafalan.
12. Murāja’ah dengan teman
Ialah mengulang hafalan secara berpasangan, deangan
cara sambung ayat, dan lanjutkan ayat bersama teman. Cara seperti
ini bisa dilakukan kapan saja, ketika sedang istirahat atau pun di
waktu mengaji malam khusus muroja‟ah.
13. Ujian Taḥfȋẓ
Ujian taḥfȋẓ dilakukan ketika santri telah menghafalkan
sampai juz 5 dan seterusnya, ujian tahfidz ini dilaksanakan
ketika santri telah mencapai target kelipatan 5. dilaksanakan
simaan ujian tahfidz.
Hal ini dilakukan untuk memotivasi agar dengan ujian ini
santri merasa mempunyai kewajiban untuk selalu mengulang
hafalannya. Memberi semangat, mempersiapkan ujian, melatih
kemampuan daya ingat santri terhadap hafalannya, melatih
tampil di depan orang banyak agar tidak grogi jika berhadapan
dengan masyarakat, dan motivasi karna dengan semakin sering
diulang maka hafalan pun akan menjadi kuat dan lancar.
Dari analisis data yang di dapatkan, maka dapat diketahui
beberapa metode tahfidz yang di gunakan oleh santri Darrul Huffadz
Al-Islami, yakni sebagai berikut :
- Metode Talaqqi, belajar membaca secara langsung dengan
pembimbing tahfidz
- Metode Binnazr, yaitu membaca Al-Qur‟an dengan melihat
teks Al-Qur‟an
- Metode Waḥdah , menghafal ayat per ayat
- Metode takrir, menghafal dengan cara diulang-ulang
- Metode Kitābah, menghafal dengan cara ditulis
- Metode Semaan dengan Teman Taḥfȋẓh, memperdengarkan
hafalan kepada teman
- Menyetorkan Hafalan kepada Guru Tahfidz al-Qur‟an
- Menggunakan Quran Pojok, diwajibkan menggunakan satu
jenis mushaf saja.
- Muroja‟ah dengan guru, mengulang hafalan dengan disima‟
kepada guru.
- Murāja‟ah dengan teman, mengulang secara bersamaan dengan
teman
- Murāja‟ah mandiri, mengulang secara pribadi
- Murāja‟ah bersama teman, yaitu dengan cara sambung ayat
- Ujian taḥfȋẓ, tes kemampuan hafalan
B. Metode Taḥfȋẓ yang diterapkan di Pondok Pesantren Satu Qur’an
Jambi
Yaitu melalui 3 tahapan sebagai berikut:
- Pra taḥfȋẓ, yaitu persiapan sebelum menghafal al-Qur‟an Tahfidz,
yaitu menghafal sedikit demi sedikit ayat-ayat al-Qur‟an
- Murāja‟ah, yaitu mengulang hafalan.
1) Implementasi Menghafal Al-Qur’an di Pondok Pesantren Satu
Qur’an Jambi
Pesantren taḥfȋẓ al-Qur‟an yang bertujuan membimbing
santri untuk Menghafal Al-Qur‟an, serta memiliki akhlak mulia, dan
sekaligus diharapkan dapat mengamalkan ajaran-ajaran al-Qur‟an.
Seiring dengan bergulirnya waktu, Pesantren Taḥfȋẓ al-Qur‟an
semakin besar dan semakin berkembang pesat.
Alur Program Tahfidz di Pondok pesantren Satu Qur‟an ini
yaitu :
1. Talaqqi
2. Tilawah dengan
target
Ujian Tahsin dan
Tajwid
Setoran hapalan &
Muroja'ah (disertai
ujian tahfizh
berkala)
Hatam Setoran
Hafalan
(dihadiri orang tua/
wali dan seluruh
lingkup pesantren)
Wisuda Tahfidz
Pengabdian
Ujian Akhir
Tahfidz
(Memenuhi syarat
wisuda)
Dari wawancara penulis dengan pengasuh, guru-guru dan
santri di Pondok Pesantren Satu Qur‟an Jambi dapat diketahui
bahwa pelaksanaan metode menghafal al-Qur‟an melalui beberapa
proses sebagai berikut :
A. Pra Taḥfȋẓ
Sebelum memasuki proses menghafal al-Qur‟an, santri Satu
Qur‟an jambi diwajibkan untuk menunaikan penugasan yang
diberikan oleh pihak pesantren, yaitu talaqqi (langsung bertemu
dengan guru tahfidz melalui pertemuan langsung atau face to face.
Santri menirukan bacaan guru pembimbing tahfidznya) dengan
panduan mengaji iqra‟, dari iqra‟ 1-6 dan tilawah dengan target 10
kali khatam. Sambil memperbaiki bacaannya hingga benar
makhorijul huruf bacaannya serta mengetahui hukum-hukum
tajwid dan tahsin secara mendasar. Biasanya, proses ini
berlangsung selama satu bulan. Pada tahap ini, santri belum di
perkenankan untuk menghafal al-Qur‟an. Sehingga santri yang
baru menghafal benar-benar menguasai makhorijul huruf, tajwid
dan tahsinul Qur‟an dengan baik.
Setelah mengkhatamkan al-Qur‟an 10 serta mengikuti
pembelajaran Iqra‟, tajwid dan tahsin selama 1 bulan, santri wajib
mengikuti ujian tahsin dan tajwid sebelum memasuki proses
menghafal Al-Qur‟an atas izin pembimbing tahfidznya.98
Cara ini sebagai salah satu tahap awal yang efektif sebelum
santri menghafalkan al-Qur‟an. Sehingga seorang santri apabila
akan menghafal al-Qur‟an ia telah fasih atau benar bacaan dan
tajwidnya.
B. Tahfidz
Ketika proses Taḥfȋẓ dilaksanakan, target hafalan yang
harus dicapai santri yaitu satu bulan hafal satu juz secara mutqin.
Jika hal ini berhasil dicapai, maka dalam 3 tahun santri akan
menghafal sebanyak 30 juz secara mutqin.
Dalam proses menghafal al-Qur‟an di Pondok Pesantren
Satu Qur‟an Jambi, dari hasil temuan melalui observasi dan
wawancara kepada informan, ditemukan paparan dari informan
bahwa proses hafalan al-Qur‟an di Pondok Pesantren Satu Qur‟an
98
Ustazah Yetmi, Pembimbing Tahfidzh Pondok PesantrenSatu Qur‟an Jambi,
Wawancara dengan Penulis 15 Maret 2020
Jambi menggunakan suatu metode khusus yang di gagas oleh al-
Ustaz Mushollin selaku Mudir (Pengasuh PP Satu Qur‟an Jambi)
dalam menghafal al-Qur‟an, buku panduannya belum selesai di
buat, akan tetapi konsep metodenya sudah di rancang dan masih
dalam proses pengetikan. Seperti ungkapan beliau berikut ini :
[A]Untuk tata cara santri menghafal al-Qur‟an di
sini santri tersebut harus mengawali dengan perbaikan
bacaan selama 1 bulan dan menyelesaikan membaca al-
Qur‟an 10 kali khatam. Ditekankan pada santri baru untuk
belajar makharijul huruf dengan baik dan benar, serta
talaqqi bacaan dengan pembimbing tahfidznya dengan
membaca Iqra‟ sampai bacaannya bagus. Seiring
berjalannya waktu ia diwajibkan untuk mengkhatamkan al-
Qur‟an 10 kali. Jika bacaan santri tersebut telah bagus,
maka di perkenankan untuk mengikuti ujian tahsin dan
tajwid atas izin pembimbing tahfidznya. Jika dinyatakan
lulus, baru santri boleh menghafal al-Qur‟an. Dimulai dari
juz 30. Setiap harinya santri wajib membaca al-Qur‟an
minimal 3 juz per hari. Di pondok pesantren ini diterapkan
metode khusus, untuk memudahkan santri dalam
mengambil langkah dalam tahap menghafal al-Qur‟an.
Yaitu metode Waḥdah , LUPAKAN metode at-taisir dan
metode sudan. Yaitu santri menghafal dari ayat per-ayat,
lihat, ucapkan dengan suara yang lantang, pahami, arti,
kaitkan, ayat, nyetor ke pembimbing tahfidznya. dengan
memperhatikan letak halaman, posisi dalam mushaf, nama
surah, dan surah keberapa. Untuk fase Murāja‟ah hafalan,
pihak pondok telah mengatur jadwal santri khusus
Murāja‟ah hafalannya, yaitu waktu ngaji malam di
dampingi oleh pembimbing tahfidznya. Setiap pekan ada
ujian tahfidznya. Ketika sudah mencapai kelipatan 5 juz,
maka wajib bagi santri tersbebut untuk mengikuti ujian
tahfidz, yang di uji oleh pembimbing tahfidznya dengan 10
pertanyaan. ketika sudah 30 juz, maka diujikan kembali
untuk memutqinkan hafalannya”.99
Adapun pemaparan dari Ustazah pembimbing tahfidz
mengenai program tahfidz di Pondok Pesantren Satu Qur‟an Jambi,
sebagaimana ungkapan beliau berikut ini :
99
Ustaz Mushollin, Pengasuh Pondok Pesantren Satu Qur‟an Jambi, Wawancara dengan
Penulis 10 Maret 2020
Ustazah Itmi
[A]Cara menghafal santri Satu Qur‟an Jambi, yaitu
dengan menggunakan Metode gabungan. Yakni
gabungan dari metode Waḥdah , metode at-taisir,
metode takrir, metode sudan, dan metode LUPAKAN.
Sebelum menghafal al-Qur‟an santri setiap harinya
diberi motivasi selesai sholat subuh, agar ruhaninya
selalu teringat akan kuasa Allah SWT dan selalu
terjaga semangat menghafalnya. Untuk target hafalan
perhari yaitu 1 halaman, target 1 bulan yaitu 1 juz
dengan menyelesaikan ujian tahfidz nya. Untuk
Murāja‟ah hafalannya, mereka Murāja‟ah sendiri-
sendiri, tapi tetap ada partner Murāja‟ahnya, untuk
menyima‟kan hafalan temannya dan berkewajiban
untuk selalu mengingatkan partnernya untuk menyetor
hafalan dan Murāja‟ah hafalan. Setiap selesai satu juz,
wajib mengikuti ujian tahfidz syarat untuk melanjutkan
hafalan ke juz berikutnya. Dan setiap ujian tahfidz
kelipatan 5, di uji oleh pengasuh dan pembimbing
tahfidznya di saksikan oleh santri lainnya. Seluruh
santri di haruskan memakai mushaf al-Qur‟an
pojok.”100
Ustazah Rahmah
[A]Sebelum mulai menghafal al-Qur‟an, santri
diwajibkan terlebih dahulu mempelajari kaidah tajwid,
tahsin dan makhorijul huruf. . Bagi santri yang
makhorijul hurufnya masih banyak yang salah, maka
santri tersebut harus belajar dari awal yaitu belajar
membaca Iqra‟.
Selain itu santri memiliki target tilawah al-Qur‟an
sebanyak 10 kali khatam selama 1 bulan, hal ini
bertujuan agar santri terbiasa membaca dan mendengar
ayat-ayat al-Qur‟an yang akan dihafalkan. Setelah
melewati tahap tersebut, maka santri mengikuti ujian
tajwid dan tahsin. Kalo sudah lulus, barulah dia
menghafal al-Qur‟an.
Target menghafal hafalan baru di sini 1 lembar
sehari, dengan memuroja‟ah hafalan yang sebelumnya.
Kegiatan Murāja‟ah dilaksanakan di halaqoh malam.
Setelah menyetor hafalan baru 1 halaman, maka wajib
menyetorkan Murāja‟ah yang di hafalkan kemarin.
Setiap pekan diwajibkan menyetorkan hafalannya
100
Ustazah Itmi, Pembimbing Tahfidz Pondok Pesantren Satu Qur‟an Jambi, Wawancara
dengan Penulis 10 Maret 2020
selama 1 pekan tersebut. Dengan sekali duduk,
membacanya dihadapan Ustazah pembimbing
tahfidznya.ketika telah mencapai 1 juz, maka ada ujian
kenaikan juz, cara tersebut merupakan syarat untuk
melanjutkan hafalan ke juz selanjutnya.
Setiap santri memiliki partner Murāja‟ahnya, agar
saling menyima‟kan hafalan sesama teman. Dan tidak
mengganggu teman yang lainnya dalam menghafal dan
Murāja‟ah hafalannya.”101
Selanjutnya, pemaparan dari santri Pondok Pesantren Satu
Qur‟an mengenai metode menghafal dan Murāja‟ah di Pondok
Pesantren Satu Qur‟an Jambi, yaitu sebagai berikut :
1. Suci Rosmiati
Suci merupakan santriwati Pondok Pesantren Satu
Qur‟an Jambi, berasal dari Sengeti, berusia 21 tahun.
Sampai sekarang sudah mampu menghafal al-Qur‟an 25
juz. Dia menghafal al-Qur‟an karena keinginan orang tua
dan keinginannya sendiri. Cara Suci menghafal al-Qur‟an
yakni dengan cara menghafal satu ayat sampai lancar, lalu
dilanjutkan dengan ayat berikutnya sampai setengah pojok.
Kalau sudah lancar maka hafalkan setengah pojoknya lagi.
Dan menggabungkan setengah pojok tersebut menjadi satu
halaman. Diulangi sebanyak 3 kali pengulangan, dan
memperhatikan halaman, letak posisi dalam mushaf, nama
surah, nomor surah, dan letak ayat. Seperti ungkapan Ulfia
sebagai berikut :
[A]Cara saya menghafal al-Qur‟an yakni
dengan cara menghafal satu ayat sampai lancar, lalu
dilanjutkan dengan ayat berikutnya sampai setengah
pojok. Kalau sudah lancar maka hafalkan setengah
pojoknya lagi. Dan menggabungkan setengah pojok
tersebut menjadi satu halaman. Diulangi sebanyak 3
101
Ustazah Rahmah, Pembimbing Tahfidz Pondok Pesantren Satu Qur‟an Jambi,
Wawancara dengan Penulis 10 Maret 2020
kali pengulangan, dan memperhatikan halaman, letak
posisi dalam mushaf, nama surah, nomor surah, dan
letak ayat. Karena, akan ditanya oleh pembimbing
hafalan ketika sedang menyetorkan hafalan. Csrs satya
mengulang hafalan saya yaitu dengan Murāja‟ah
mandiri, lalu minta sima‟kan dengan partner Murāja‟ah
sebelum menyetorkan ulang kepada Ustazah
pembimbing tahfidz.102
2. Nur Amalia
Nur merupakan santriwati Pondok Pesantren Satu
Qur‟an Jambi, berasal dari Batang Hari, berusia 18 tahun.
Sampai sekarang sudah mampu menghafal al-Qur‟an 20
juz. Dia menghafal al-Qur‟an karena keinginannya sendiri.
Cara Nur menghafal al-Qur‟an yakni dengan cara membaca
sebanyak bacaan 5 kali pengulangan pada ayat yang akan di
hafalkan. Sebagaimana ungkapan Nur berikut ini :
[A]Cara saya menghafal al-Qur‟an yakni dengan
mengulang apa yang akan saya hafalkan sebanyak 5
kali pengulangan, agar apa yang saya hafalkan tersebut
tidak sulit diingat dan diucapkan. Saya menghafal Al-
Qur‟an dengan suara yang keras. Selanjtnya, setelah
hafal saya perhatikan halaman, surah, letak ayat.
Kemudian saya setorkan kepada pembimbing tahfidz .
untuk Murāja‟ah, setiap harinya selalu mengulang
hafalan yang telah dihafal pada setiap pekannya. Setor
satu halaman, Murāja‟ah satu juz sebelumnya. Saya
Murāja‟ah dengan partner hafalan dengan cara
disima‟kan, sambung ayat, teka-teki surah. Dan ada
saatnya Murāja‟ah berbarengan dengan cara membaca
sama-sama ayat yang akan di Murāja‟ahi.103
3. Husna Syafira
Husna merupakan santriwati di Pondok Pesantren
Satu Qur‟an Jambi, berasal dari Bangko, berusia 17 tahun.
Sampai sekarang sudah mampu menghafal al-Qur‟an 15
juz. Dia menghafal al-Qur‟an karena termotivasi oleh kaka
102
Suci, Santri Pondok PesantrenSatu Qur‟an Jambi, Wawancara dengan Penulis 15
Maret 2020, Rekaman suara 103
Nur Amalia, Santri Pondok PesantrenSatu Qur‟an Jambi, Wawancara dengan Penulis
15 Maret 2020, Rekaman suara
nya yang hafidz Qur‟an. Cara menghafal al-Qur‟an Husna
Syafira yaitu sebagai beriku :
[A]Pertama-tama, luruskan niat menghafal al-
Qur‟an alhamdulillah setiap setelah sholat subuh, ada
motivasi yang disampaikan oleh mudir, ataupun Ustaz
yang lainnya untuk menyemangati santri sebelum
menghafal al-Qur‟an. Setelah itu baca do‟a dan
membaca halaman yang akan dibaca berulang ulang,
minimal 10 kali. Kemudian baca terjemahan ayat, dan
dilanjutkan menghafal ayat pertama dengan membaca
berulang-ulang. Setelah hafal, lalu membaca arti dan
mentadabburinya, kemudian perhatikan posisi ayat
dalam al-Qur‟an, nama surah, nomor surah, dan pojok
halaman. Lalu meminta teman untuk menyimak.
Kemudian menghafal ayat kedua dan kembali meminta
tolong ke teman untuk menyimak, begitu seterusnya
sampai selesai 1 halaman. Setelah selesai menghafal 1
halaman, hafalan siap untuk disetorkan.”104
Begitulah pemaparan dari informan, umumnya para santri
menggunakan cara yang sama dalam menghafal dan Murāja‟ah
hafalannya. Karena sudah ada kurikulum dari pesantren, santri tidak
perlu bingung dengan cara apa menghafalkan al-Qur‟an.
2) Analisis Metode Taḥfȋẓ dan Murāja’ah yang diterapkan santri
di Pondok Pesantren Satu Qur’an Jambi
Dilihat dari hasil temuan observasi dan wawancara tersebut,
terdapat metode khusus dalam menghafal al-Qur‟an di Pondok
Pesantren Satu Qur‟an Jambi, yaitu metode gabungan yang
merupakan gabungan dari berbagai metode, yaitu:
1) Metode Waḥdah atau ayat per ayat
Dari pemaparan para informan, mengungkapkan dalam
menghafal al-Qur‟an, kebanyakan dari mereka menggunakan
104
Husna Syafira, Santri Pondok PesantrenSatu Qur‟an Jambi, Wawancara dengan
Penulis 20 Maret 2020,
metode menghafal satu per satu terhadap ayat-ayat yang hendak
dihafalnya (metode Waḥdah ).
2) Metode at-Taisir
Yaitu menghafal al-Qur‟an dengan metode ini melatih
mengingat ayat dalam satu detik, hingga nomor ayat, posisi
halaman, dan letak ayat di dalam mushaf. Di pesantren satu
Qur‟an ini, setiap menyetorkan ke pembimbing tahfidz,
menggunakan cara ini. Dan akan ditanya oleh pembimbing
tahfidznya.
3) Metode LUPAKAN
Metode menghafal al-Qur‟an ini diberinama “LUPAKAN” :
L : Lihatlah ayat yang akan dihafal sebanyak 3- 10 kali
U :Ucapkanlah dengan suara yang dapat didengar telinga kita
Pa : Pahami arti ayat
Ka : Kaitkan ayat-ayat nya
N : Nyetor ke Ustazah pembimbing tahfidz
Pengasuh Pondok Pesantren Satu Qur‟an menjelaskan
bahwa ketika menghafal yang pertama Anda bisa melihat dan
mengucapkan ayat yang tengah anda coba hafal sebanyak 3
sampai 10 kali berulang-ulang. Lalu, agar mempermudah
mengaitkan tiap ayat saat menghafal kita coba ketahui arti
setiap ayat dan yang paling penting dari setiap hafalan yang
telah dihafalkan yaitu penghafal harus menyetorkan hafalannya
ke Ustazah pembimbing Taḥfȋẓ.105
4) Metode Sudan
Dalam pemaparan yang dijelakan oleh pengasuh Pondok
Pesantren Satu Qur‟an, Yang diterapkan pesantren ini yaitu
cara Murāja‟ahnya. Hafal satu lembar, Murāja‟ah 20 halaman.
Jadi, dalam satu hari santri selalu meMurāja‟ahkan hafalannya
105
Ustaz Mushollin, Pengasuh Pondok Pesantren Satu Qur‟an Jambi, Wawancara dengan
Penulis 10 Maret 2020
sebanyak 1 juz. Khusus santri yang telah menghafal lebih dari
1 juz.106
Setiap santri memiliki kemampuan dan keterbatasan masing-
masing dalam menghafal al-Qur‟an, mereka berinisiatif sendiri untuk
menggunakan metode tambahan sesuai kemampuan santri. Dalam hal ini,
penulis menemukan beberapa metode yang digunakan santri dalam
menghafal al-Qur‟an dan Murāja‟ah hafalannya di pondok pesantrenSatu
Qur‟an Jambi, yaitu sebagai berikut:
1) Metode Talaqqi
Dengan metode Talaqqi ini, santri belajar langsung
ke hadapan guru, membuat santri jadi lebih mengetahui
dimana letak kesalahan dan kekurangan dalam bacaan
mereka, karena langsung diberitahu oleh guru untuk bacaan
mereka ketika sedang belajar langsung. Pada tahapan awal
ini, santri belajar membaca al-Qur‟andengan metode Iqro‟,
yaitu dari iqra‟ 1 sampai iqra‟ 6 sampai lancar dan baik
dalam membaca ayat Al-Qur‟an.
2) Metode memperbanyak membaca al-Qur’ansebelum
menghafal
Dari para informan mengungkapkan cara yang
dilakukan dalam menghafal mereka mayoritas melakukan
dengan banyak membaca ayat yang akan di hafalkan secara
berulang, dalam menambah hafalan. Semakin sering
membaca al-Qur‟an, maka akan semakin mudah
menghafalkannya.
Alawiyah Wahid mengemukakan suatu metode
untuk mempercepat menghafalkan al-Qur‟anialah
memperbanyak membaca al-Qur‟an sesering mungkin
106
Hasil wawancara dengan Ustaz Mushollin pada tanggal 10 maret 2020
sebelum menghafalkan al-Qur‟an. Yang mana tujuannya
untuk mengenal terlebih dahulu ayat-ayat yang hendak
dihafalkan dan tidak asing dengan ayat tersebut, sehingga ia
lebih mudah dalam menghafalkannya.107
3) Metode takrir atau mengulang
Metode ini biasa digunakan santri dalam menghafal al-
Qur‟an, di mana santri sudah mampu menghafal dengan
ditakrir atau diulang berkali-kali, harapannya supaya
hafalan yang dihafalkannya tersebut tetap terjaga dan
menjadikan lancar dan berkualitas baik dalam menghafal
al-Qur‟an.
Metode takrir maksudnya mengulang kembali hafalan
yang sudah dihafalkan atau hafalan yang sudah disetorkan
kepada pembimbing tahfidz secara istiqomah. Bertujuan
supaya hafalan yang sudah dihafalkan tetap terjaga,
berkualitas baik, kuat dan lancar.108
4) Metode Semaan dengan Sesama Teman Taḥfȋẓh
Metode ini biasa digunakan santri dalam menghafal
Al-Qur‟andan Murāja‟ah hafalan, simaan al-Qur‟anatau
tasmi‟ (memperdengarkan hafalan kepada orang lain),
misalnya kepada sesama teman tahfidz atau kepada senior
yang lebih lancar merupakan salah satu metode untuk tetap
memelihara hafalan supaya tetap terjaga, serta bertambah
lancar.
5) Menyetorkan Hafalan kepada Guru Tahfidz al-Qur’an
107
Alawiyah Wahid, Cara Cepat Bisa Menghafal Alquran, (Yogyakarta : Diva Press,
2014), 102
108 Ibid., 70
Setiap santri atau yang telah hafal ayat al-Qur‟an
yang ia hafalkan, maka wajib menyetorkan hafalannya
kepada seorang pembimbing tahfidznya dalam menghafal
dan Murāja‟ah. Halini bertujuan agar bisa diketahui letak
kesalahan ayat-ayat yang dihafalkannya serta menjadi
pedoman evaluasi perkembangan santri selama menghafal
Al-Qur‟andi Pondok Pesantren.
6) Menggunakan Al-Qur’anPojok (al-Qur’anHafalan)
Dianjurkan bagi santri untuk menggunakan Quran
Pojok atau Quran Hafalan.Yaitu al-Qur‟anyang disetiap
sudut halaman nya berakhir dengan akhir ayat. Hal ini
bertujuan agar menyelaraskan semua ingatan hafalan santri.
7) Murāja’ah dengan guru
Yaitu proses mengulang hafalan yang telah
dihafalkan ataupun disetorkan. Santri dibebankan untuk
mengulang hafalannya secara mandiri dan kemudian
disima‟kan kepada teman Murāja‟ah nya dulu, baru di
tasmi‟kan guru pembimbing tahfidz. Dan jika telah selesai
diulang hafalannya kepada guru pembimbing tahfidz, maka
boleh melanjutkan kembali hafalan baru nya. bertujuan
untuk menjaga hafalan yang ada yang telah disetorkan, agar
tidak lupa.109
8) Murāja’ah Mandiri
Mengulang hafalan secara mandiri atau sendiri-sendiri,
dilaksanakan sesuai dengan inisiatif santri itu sendiri.
109
Ustazah vivi, Pembimbing Tahfidz Ponpes Satu Qur‟an Jambi, Wawancara dengan
Penulis 08 Maret 2020, Wawancara langsung
Muroja‟ah mandiri dilakukan setiap ada kesempatan untuk
mengulang hafalan.110
9) Murāja’ah dengan teman
Mengulang hafalan secara berpasangan, deangan cara
menyima‟kan bacaan hafalan sesama teman tahfidz. Sebelum
menyetorkan hafalannya kepada pembimbing tahfidz.
Terkadang dengan cara sambung ayat, dan saling
melanjutkan ayat bersama teman. Cara seperti ini bisa
dilakukan kapan saja, ketika sedang istirahat atau pun di waktu
mengaji malam khusus muroja‟ah.111
10) Ujian Taḥfȋẓ
Ujian Taḥfȋẓ dilakukan perpekan, perbulan dan per
kelipatan 5 juz. Dalam 1 pekan terdapat 6 hari untuk jadwal
menghafal, yaitu hari senin, selasa, rabu, kamis, jum‟at, dan
sabtu. Dalam waktu 1 pekan tersebut, santri wajib mengikuti
ujian tahfidz pekanan, hafalan yang telah ia hafal dari hari
senin sampai jum‟at. Yang diuji oleh pembimbing tahfidz.
ketika santri telah menghafal 1 juz, maka diwajibkan untuk
mengikuti ujian kenaikan juz. Waktu yang ditentukan oleh
pihak pesantren yaitu minimal 1 bulan sekali. Yang diuji oleh
pembimbing tahfidz nya masing-masing. Ketika santri telah
mencapai target kelipatan 5,10,15,20,25,30 maka dilakukan
ujian kenaikan juz kelipatan 5, yang diuji oleh pengasuh
pondok pesantren dan Ustazah pembimbing tahfidz disaksikan
oleh teman-teman tahfidz.
111 Hasil wawancara dengan Ustazah Rahmah, 10 maret 2020
Hal ini dilakukan untuk memotivasi agar dengan ujian ini
santri merasa mempunyai kewajiban untuk selalu mengulang
hafalannya. Memberi semangat, mempersiapkan ujian, uji
kemampuan daya ingat santri terhadap hafalannya, melatih
tampil di depan orang banyak agar tidak grogi jika berhadapan
dengan masyarakat, dan motivasi karna dengan semakin sering
diulang maka hafalan pun akan menjadi kuat dan lancar. 112
Dari analisis data yang di dapatkan, maka dapat diketahui beberapa
metode tahfidz yang di gunakan oleh santri Satu Qur‟an Jambi, yakni sebagai
berikut :
- Metode Waḥdah , yaitu menghafal ayat per ayat
- Metode at-Taisir, menghafal letak ayat, posisi halaman, nomor surah
- Metode LUPAKAN, yaitu Lihatlah, Ucapkan, pahami arti, Kaitkan
arti/ayat, dan Nyetor
- Metode Sudan, menyetor 1 halaman Murāja‟ah 1 juz
- Metode Talaqqi, membaca langsung di hadapan pembimbing tahfidz
- Metode memperbanyak membaca al-Qur‟an sebelum menghafal
- Metode takrir atau mengulang
- Metode Semaan dengan Sesama Teman Taḥfȋẓh
- Menyetorkan Hafalan kepada Guru Taḥfȋẓ al-Qur‟an
- Menggunakan Qur‟an Pojok (Qur‟an Hafalan)
- Murāja‟ah dengan guru Taḥfȋẓ
- Murāja‟ah Mandiri
- Murāja‟ah dengan teman
- Ujian Taḥfȋẓ
112
Ustazah Nur Chasanah, Pembimbing Tahfidz, Wawancara dengan Penulis 08 Januari
2020, Wawancara langsung
C. Persamaan dan Perbedaan Metode Menghafal al-Qur’an di Pondok
Pesantren Daarul Huffadz Al-Islami dan Pondok Pesantren Satu
Qur’an Jambi
1. Persamaan-Persamaan
Dari hasil wawancara dan observasi di Pondok Pesantren
Daarul Huffadz Al-Islami dan Pondok Pesantren Satu Qur‟an
Jambi, dapat dilihat beberapa persamaan metode yang di gunakan
untuk menghafal al-Qur‟an. Persamaan tersebut ialah :
Pondok Pesantren Daarul Huffadz Al-Islami dan Pondok
Pesantren Satu Qur‟an Jambi merupakan dua lembaga yang sama-
sama mengutamakan mengafal al-Qur‟antanpa mengesampingkan
pembelajaran disiplin ilmu lainnya, dan juga pendidikan formal.
Dalam proses menghafal al-Qur‟an, secara umum metode
yang digunakan kedua pondok tersebut ialah, metode Tahfidz
(menghafal) dan metode Murāja‟ah (mengulang). Adapun
persamaan dalam Metode Taḥfȋẓ yang diterapkan oleh santri PP
Darul Huffadz Al-Islami dan PP Satu Qur‟an Jambi yaitu Metode
Waḥdah , metodetalaqqi, takrir, semaan dengan teman Taḥfȋẓ,
menyetorkan hafalan kepada guru Taḥfȋẓ, menggunakan Quran
pojok dan pada Metode muroja‟ah melalui prosesmuroja‟ah yang
disimak kepada guru, Muroja‟ah mandiri, Murāja‟ah dengan
teman.
2. Perbedaan-Perbedaan
Selain terdapat kesamaan metode dalam kedua pondok
tersebut, ditemukan pula perbedaan-perbedaan dalam pelaksanaan
menghafalkan al-Qur‟an di Pondok Pondok Pesantren Daarul
Huffadz Al-Islami dan Pondok Pesantren Satu Qur‟an Jambi,
sebagaimana yang disebutkan dibawah ini :
1) Terletak pada aplikasi pelaksanaan metode menghafal
Alqur‟an. Dalam pelaksanaannya, metode tahfidz yang
diterapkan di Pondok Pesantren Darul Huffadz Al-
Islamitidak memiliki metode khusus. Sedangkan di Pondok
Pesantren Satu Qur‟an Jambi memiliki pedoman metode
khusus untuk diterapkan oleh santri penghafal al-Qur‟an.
2) Ujian Muroja‟ah yang diterapkan di Pondok Daarul
Huffadz Al-Islami dan Pondok Pesantren Satu Qur‟an
jambi, yaitu Pondok Daarul Huffadz Al-IslamiUjian
hafalan setiap selesai kelipatan 5 juz. Sedangkan untuk
Metode muroja‟ah yang diterapkan di Pondok Satu Qur‟an
Jambi yaitu Ujian hafalan pekanan, setiap bulan dan setiap
kelipatan 5 juz.
84
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Terdapat perbedaan dan persamaan dalam penerapan metode
menghafal al-Qur‟an pada Pondok Pesantren Darul Huffadz Al-Islami dan
Pondok Pesantren Satu Qur‟an Jambi. kedua Pondok Pesantren Taḥfȋẓ
tersebut sama-sama menggunakan metode Taḥfȋẓ dan Murāja‟ah, yang
mana keduanya tidak dapat dipisahkan. Adapun persamaan dalam Metode
Taḥfȋẓ yang diterapkan oleh santri PP Darul Huffadz Al-Islami dan PP
Satu Qur‟an Jambi yaitu Metode Waḥdah , metode talaqqi, takrir, semaan
dengan teman Taḥfȋẓ, menyetorkan hafalan kepada guru Taḥfȋẓ,
menggunakan Quran pojok dan pada Metode murāja‟ah melalui proses
muroja‟ah yang disimak kepada guru, Muroja‟ah mandiri, Murāja‟ah
dengan teman. Sedangkan pada perbedaannya yaitu terletak pada aplikasi
pelaksanaan metode menghafal Al-Qur‟an. Pada pelaksanaan metode
Taḥfȋẓ yang diterapkan di Pondok Pesantren Darul Huffadz al-Islami tidak
memiliki metode khusus sebagai panduan santri dalam menghafal al-
Qur‟an. Sedangkan di Pondok Pesantren Satu Qur‟an Jambi memiliki
pedoman metode khusus untuk diterapkan oleh santri penghafal al-Qur‟an.
B. Saran
Berdasarkan dari hasil penelitian lapangan yang penulis lakukan,
dengan uraian di atas, ada beberapa saran yang dianjurkan menyangkut
penelitian ini, yaitu :
1. Pondok Pesantren
Dilihat dari karakteristik dari kedua pondok pesantren yang
berbeda, mulai tahapan-tahapan awal sebelum melangkah pada
menghafal Al-Qur‟an sampai tahapan menghafal Al-Qur‟an sudah
mumpuni dalam mencetak generasi Qur‟ani yang lebih konsisten
85
terhadap apa yang sudah menjadi tanggung jawab dalam belajar dan
menjaga Al-Qur‟an.
2. Santri
Dengan berbagai macam metode, dan banyak pula yang dilakukan
dalam menghafal Al-Qur‟an melalui metode-metode tersebut. Tetap
menjadikan santri menjadi lebih istiqomah dalam menjaga hafalan Al-
Qur‟an dengan baik.
DAFTAR PUSTAKA
A. Karya Ilmiah
Abdurrahman, Bagaimana Menghafal Al Qur‟an, Jakarta Timur : Pustaka Al
Kautsar, 2007.
Al-Buny, Jamaluddin Ahmad. Menelusuri Taman-Taman Mahabbah Shufiyah,
Yogyakarta: Mitra Pustaka, 2002.
Al-Ghazali, Abu Hamid Muhammad. Mutiara Ihya‟ Ulumuddin, Bandung: Mizan
Media Utama. 2008.
Al-hafidz, Majdi Ubaid. 9 langkah mudah Menghafal Al-Qur‟an, Solo:
PT.Aqwam Media Profetika, 2019.
Al-Mahali, Imam Jalaluddin dan Imam Jalaluddin As-Syuyuti, Tafsir Jalalain 4,
Bandung: Sinar baru Algensindo 2016.
Al-Qasim, Abdul Muhsin. Cara Praktis Menghafal al-Qur‟an, Diterjemahkan
dari buku aslinya yang berjudul “Ishal thariqoh Li hifzil Qur‟an” oleh
Team Indonesia, Maktab Dakwah, 2007.
Al-Qusyairi, Risalah al-Qusyairiyah, Mesir: Musthofa al-Baabi alHalabii,1990.
An-Nawawi, Imam Abu Zakariya Yahya bin Syaraf. At-Tibyan Fi Adab Hamalatil
Qur‟an , Jakarta :Pustaka Kautsar, 2012.
As-Srijani, Raghib. Cara Cerdas Hafal al-Qur‟an, Solo: Aqwam, 2013.
Atabik,Ahmad. The Living Qur‟an: Potret Budaya Tahfidz al-Qur‟an di
Nusantara, Jurnal Penelitian, Vol. 8, No. 1, Februari 2014.
Az-Zabidi, Imam. Ringkasan Shahih Bukhari, (Bandung: Mizan Pustaka, 2013.
Badwilan, Ahmad Salim. Cara Mudah Bisa Menghafal Al Qur‟an, Yogjakarta:
Bening, 2010.
Bahreisy, Salim dan Bahreisy, Said. Terjemah singkat Tafsir Ibnu Katsir Jilid 8,
Surabaya: PT Bina Ilmu, 1990.
Buku Dokumentasi Pondok Pesantren Daarul huffadzh Al-Islami, Kota Jambi:
2014
Dhofier, Zamakhsyari. Tradisi Pesantren, Jakarta: LP3ES,1994
El hafizh, Herman Syam. Siapa bilang menghafal Al-Qur'an itu sulit, Yogyakarta:
Pro-U Media,2015.
Fairuz, A.W. Munawwir Muhammad. Kamus al-Munawwir Arab Indonesia,
(Surabaya: Pustaka Progressif, 2007.
Hamam, Hasan bin Ahmad bin Hasan. Menghafal al-Qur‟an itu mudah, Jakarta:
Pustaka at-Tazkia, 2008.
Hambali,Muhammad. Cinta al-Qur‟an Para Hafizh Cilik, Jogjakarta: Najah,
2013.
Hidayat, Adi. Muslim Zaman Now Metode At-Taisir, Institut Quantum akhyar:
2019
Lajnah Pentashih Mushaf Al-Qur‟an Depertemen Agama Indonesia, Al-Qur‟an
Dan Terjemahnya Special For Women, Bandung: Dyamil Al-Qur‟an,
2005.
Ma‟ruf, Ahmad dan Safitri Erlinda Wulandari, Pengembangan Metode dan Sistem
Evaluasi Tahfidzul Qur‟an di Pondok Pesantren Nurul Huda
Singosari Malang. Jurnal al-Ghazwah Vol. 1, No. 2, 2007.
Makhyaruddin, Deden. Rahasia Nikmatnya menghafal Al-Qur‟an, Jakarta selatan:
PT Mizan Publika, 2015.
Masagus, A. Fauzan dan Farid Wajdi, Quantum Taḥfȋẓ, Siapa Bilang Menghafal
AlQur‟an Susah?, Bandung: YKM Press, 2010.
Mudhofar, Muhlis. Strategi Pembelajaran tahfidzul Qur‟an di Pondok Pesantren
Al-Qur‟an Boyolali”,Tesis, Surakarta: Program Pasca Sarjana IAIN
Surakarta, 2017
Munir, Muhammad. Metode Dakwah, Jakarta: Prenada Media,2006
Munjahit, Strategi Menghafal Al-Qur‟an 10 Bulan Khatam, Yogyakarta: Idea
Press, 2007.
PDF file Dokumentasi Pondok Pesantren Satu Qur‟an Jambi, Sungai Duren : 2019
Rita Sulistiani,“Penanaman Cinta Al-Qur‟an melalui Tadarus pada Siswa Mts
Ma‟arif NU Purwokerto Barat Kabupaten Banyumas”, Skripsi,
Purwokerto : Program Sarjana IAIN Purwokerto, 2017
Sarwono, Jonathan. Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif, Yogyakarta :
Graha Ilmu, 2006
Sugiono, Metode Penelitian Kualitatif Kualitatif Dan R&D, Bandung: CV
Alfabeta, 2013
Syam, Herman Siapa Bilang Menghafal al-Qur‟an Itu Sulit, Yogyakarta : Pro-U
Media, 2015.
Wahid,Alawiyah. Cara Cepat Bisa Menghafal Al-Qur‟an, Jogjakarta: Diva Press,
2014.
Wijaya, Ahsin. Bimbingan Praktis Menghafal Al-Qur‟an, Jakarta, Bumi Aksara,
2009.
Yahya bin „Abdurrazzaq, Cara Mudah & Cepat Menghafal Al-Qur‟an, Jakarta:
Pustaka Imam Syafi‟i, 2018.
Zen, Muhaimin. Tata cara menghafal Al-Qur‟an dan Petunjuknya, Jakarta:
Pustaka Al-Husna, 1985.
B. Website
Husni, Mirza. Lima bersaudara Hafal Al-
Qur‟an,http://www.bersamaislam.com/2016/lima-bersaudara-ini-
hafal-Qur‟an-dengan.htmldiakses pada tanggal 19 februari 2020
Manyipi,suardi. Sa‟diahLandre Said, Penemu Metode Hafal Al-Qur‟an dengan
Isyarat Tangan, http://www.kompasiana.com/addhymanipi/sa-diah-
lanre-said-penemu-metode-hafal-al-Qur‟an-dengan-isyarat-
tangan_556c2031739373c4048b456b, diakses pada tanggal 23
februari 2020
C. Wawancara
Azizah, Santri Pondok Pesantren Daarul Huffadzh Al-Islami , Wawancara dengan
Penulis 05 Januari 2020, Rekaman suara
Dinda Amelia, Santri Pondok Pesantren Daarul Huffadzh Al-Islami , Wawancara
dengan Penulis 06 Januari 2020, Rekaman suara
Husna Syafira, Santri Pondok PesantrenSatu Qur‟an Jambi, Wawancara dengan
Penulis 20 Maret 2020
Nizla, Santri Pondok Pesantren Daarul Huffadzh Al-Islami , Wawancara dengan
Penulis 05 Januari 2020, Rekaman suara
Nur Amalia, Santri Pondok PesantrenSatu Qur‟an Jambi, Wawancara dengan
Penulis 15 Maret 2020, Rekaman suara
Seva, Santriwati Pondok Pesantren Satu Qur‟an, Wawancara langsung, pada
tanggal 18 Maret 2020
Suci, Santri Pondok PesantrenSatu Qur‟an Jambi, Wawancara dengan Penulis 15
Maret 2020, Rekaman suara
Ulifia, Santri Pondok Pesantren Daarul Huffadzh Al-Islami , Wawancara dengan
Penulis 05 Januari 2020, Rekaman suara
Ustaz Erman Rifa‟i Al-Hafizh, Pimpinan Pondok Pesantren Daarul Huffadzh Al-
Islami , Wawancara dengan Penulis 05 Januari 2020
Ustaz Mushollin, Pengasuh Pondok Pesantren Satu Qur‟an Jambi, Wawancara
dengan Penulis 10 Maret 2020
Ustazah Yetmi, Pembimbing Tahfidzh Pondok PesantrenSatu Qur‟an Jambi,
Wawancara dengan Penulis 15 Maret 2020
Ustazah Itmi, Pembimbing Tahfidz Pondok Pesantren Satu Qur‟an Jambi,
Wawancara dengan Penulis 10 Maret 2020
Ustazah Masridah, Pembimbing Tahfidzh Pondok Pesantren Daarul Huffadzh Al-
Islami , Wawancara dengan Penulis 05 Januari 2020
Ustazah Nurhaliza, Pembimbing Tahfidzh Pondok Pesantren Daarul Huffadzh Al-
Islami , Wawancara dengan Penulis 05 Januari 2020
Ustazah Rahmah, Pembimbing Tahfidz Pondok Pesantren Satu Qur‟an Jambi,
Wawancara dengan Penulis 10 Maret 2020
Ustazah Nur Chasanah, Pembimbing Tahfidz, Wawancara dengan Penulis 08
Januari 2020, Wawancara langsung
Ustazah Pipi, Ketua bidang Kesiswaan, Wawancara dengan Penulis, 06 Maret
2020, Wawancara Langsung.
Ustazah Rismah, Pembimbing Tahfidz Pondok Pesantren Daarul Huffadz Al-
Islami, Wawancara dengan Penulis 30 Januari 2020, Wawancara
langsung
Ustazah Rosalinda, Pembimbing Tahfidz, Wawancara dengan Penulis, 06 Januari
2020, Wawancara Langsung.
Ustazah vivi, Pembimbing Tahfidz Ponpes Satu Qur‟an Jambi, Wawancara
dengan Penulis 08 Maret 2020, Wawancara langsung
Zahra, Santri Pondok Pesantren Daarul Huffadzh Al-Islami , Wawancara dengan
Penulis 06 Januari 2020, Rekaman suara
INSTUMEN PENGUMPULAN DATA
“PERBANDINGAN METODE MENGHAFAL Al-Qur’an DI PESANTREN
DARUL HUFFADZ DAN PONDOK PESANTREN SATU QUR’AN
JAMBI”
NO. JENIS DATA METODE SUMBER DATA
1.
Letak geografis Pesantren
Darul Huffadz dan
Pondok Pesantren Satu
Qur‟an Jambi
-Observasi
-Dokumentasi
-Wawancara
-Setting
-DokumentasiGeografis
Pengurus/PembinaPesantren
2.
Sejarah Pesantren Darul
Huffadz dan Pondok
Pesantren Satu Qur‟an
Jambi
-Visi,
Misi,danTujuanPesantren
DarulHuffadzdanPondok
Pesantren Satu Qur‟an
Jambi
-Wawancara
-Dokumentasi
-Pengurus/Pembina Pesantren
-DokumentasiVisi, Misi, danTujuan
3.
StrukturOrganisasidanKe
pengurusanPesantrenDar
ulHuffadzdanPondok
Pesantren Satu Qur‟an
Jambi
-Wawancara
-Dokumentasi
Pembina/PengurusPesantren
4.
Sarana/FasilitasPesantren
DarulHuffadzdanPondok
Pesantren Satu Qur‟an
Jambi
-Observasi
-Dokumentasi
-Wawancara
-KeadaanFasilitas
-Pembina/Pengurus
-DokumentasiFasilitas
5.
ProgramdiPesantrenDarul
HuffadzdanPondok
Pesantren Satu Qur‟an
Jambi
-Wawancara
-Observasi
-Keadaan Program
- Pembina/PengurusPesantren
-Pengamatan
6.
MetodeMenghafal Al-
Qur‟an
diPesantrenDarulHuffadz
danPondok Pesantren
Satu Qur‟an Jambi
-Observasi
-Wawancara
-Dokumentasi
- Pembina Taḥfȋẓ
-Pimpinan, Ustaz/Ustazah
-santri
A. PanduanObservasi
No
.
Jenis Data ObjekObservasi
1.
LetakGeografisPesantrenDarulHuffadzdanPondo
k Pesantren Satu Qur‟an Jambi
-KeadaandanLetakgeografis
2.
Program di PesantrenDarulHuffadz dan Pondok
Pesantren Satu Qur‟an Jambi
-Program-Program yang ada di
PesantrenDarulHuffadzdanPondo
k Pesantren Satu Qur‟an Jambi
3.
Metodemenghafal
diPesantrenDarulHuffadzdanPondok Pesantren
Satu Qur‟an Jambi
-Santrisantri yang
sedangmenghafal Al-Qur‟an
-Ustaz/Ustazah
B. Panduan Dokumentasi
No. Jenis Data DataDokumentasi
1.
Letak Geografis Pesantren
Darul Huffadz danPondok
Pesantren Satu Qur‟an Jambi
-Data dokumentasi letak geografis
Pesantren Darul Huffadz dan
Pondok Pesantren Satu Qur‟an
Jambi
2.
Visi, Misi, danTujuan
Pesantren Darul Huffadz dan
Pondok Pesantren Satu Qur‟an
Jambi
-Data Dokumentasi tentangVisi,
Misi, dan Tujuan Pesantren Darul
Huffadz dan Pondok Pesantren
Satu Qur‟an Jambi
3.
StrukturOrganisasidanKepeng
urusanPesantrenDarulHuffadz
danPondok Pesantren Satu
Qur‟an Jambi
-Data dokumentasi Struktur
Organisasi dan Kepengurusan
Pesantren Darul Huffadz dan
Pondok Pesantren Satu Qur‟an
Jambi
4.
MetodeMenghafal Al-
Qur‟andi
PesantrenDarulHuffadz dan
Pondok Pesantren Satu Qur‟an
Jambi
-Data dokumentasi Metode
Menghafal Al-Qur‟an di
Pesantren Darul Huffadz dan
Pondok Pesantren Satu Qur‟an
Jambi
C. Butir-ButirWawan
No. Jenis Data Sumber Data
danSubtansiWawancara
1.
LetakgeografisPesantrenDarulHuffadzdanRu
mah Taḥfȋẓ al-Rasyid
Pimpinan/Pembina Pesantren dan
Rumah Taḥfȋẓ
-Bisa dijelaskan letak geografis
Pesantren/Rumah Taḥfȋẓ ?
2.
SejarahPesantrenDarulHuffadzdanPondok
Pesantren Satu Qur‟an Jambi
-Visi,
Misi,danTujuanPesantrenDarulHuffadzdanP
ondok Pesantren Satu Qur‟an Jambi
Pimpinan/Pembina Pesantren
-Bagaimana sejarah pendirian
Pesantren
-Kapan dan oleh siapa
Pesantren/Rumah Taḥfȋẓ ini
didirikan ?
3.
StrukturOrganisasidanKepengurusanPesantre
nDarulHuffadzdanPondok Pesantren Satu
Qur‟an Jambi
Pimpinan/Pembina Pesantren
-Bagaimana stuktur organisasi dan
kepengurusan di pesantren?
4.
Program di Pesantren Darul Huffadz dan
Pondok Pesantren Satu Qur‟an Jambi
Pimpinan/Pembina Pesantren
-Bagaimana program yang ada di
pesantren?
5.
Metode Menghafal Al-Qur‟an di Pesantren
Darul Huffadzdan Pondok Pesantren satu
Qur‟an Jambi
Pimpinan/Pembina, Ustaz/Ustazah,
dan santri
-Bagaimana cara menghafal yg
dilakukan oleh mayoritas para santri
?
-Bagaimana penerapan metode
tersebut ?
-Kapan dilaksanakan proses
menghafal ?
-Apa saja Amalan-amalan yang
dilakukan ?
D. Time Line
LAMPIRAN-LAMPIRAN
Gambar 1 : Pengasuh Pondok Pesantren Daarul Huffadz Al-Islami
No. Kegiatan Februari Maret April
Bulan ke
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1. Observasi,
2. Dokumenta
si
3. Wawancara
4. Pengolahan
Data
5. Validasi
Data
Gambar 2 : Proses Belajar Kitab Kuning
Gambar 3 : Kegiatan Tasmi’ 30 juz
Gambar 4 : Proses Setoran dengan Ustazah
Gambar 5 : Pengasuh Pondok Pesantren Satu Qur’an Jambi
Gambar 6 : menghafal dan muroja’ah bersama rekan Murāja’ahnya
Gambar 7 : Proses Menghafal Alqur’an
Gambar 8 : Ujian Taḥfȋẓ kelipatan 10 juz
CURRICULUM VITAE
Informasi Diri
Jannati Handayani dilahirkan di kelurahan Bagan Pete, kecamatan Alam Barajo,
Kota Jambi, provinsi Jambi pada tanggal 18 Januari 1999, Putri dari bapak Anwar
Salim dan Ibu Rosdiana.
Riwayat Pendidikan
Lulusan UIN STS Jambi tahun 2020
Alumni Tsanawiyah dan Aliyah Pondok Pesantren Qotrun Nada
Depok, Jawa Barat pada Tahun 2016
Alumni SDN 151 Kota Jambi pada Tahun 2011, dan MI Tarbiyah
Islamiyah Jambi pada tahun 2011
Demikian daftar riwayat hidup ini saya buat supaya dapat digunakan sebagaimana
mestinya.