PERBANDINGAN KADAR VITAMIN C SERUM PADA KASUS …
Transcript of PERBANDINGAN KADAR VITAMIN C SERUM PADA KASUS …
PERBANDINGAN KADAR VITAMIN C SERUM
PADA KASUS KETUBAN PECAH DINI DAN HAMIL NORMAL
DI RSUP. H. ADAM MALIK MEDAN DAN RS. JEJARING MEDAN
TESIS MAGISTER
RINA SINTA DHANU
127041158
PROGRAM MAGISTER KEDOKTERAN KLINIS
DEPARTEMEN OBSTETRI DAN GINEKOLOGI
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
M E D A N
2 0 1 9
Universitas Sumatera Utara
PENELITIAN INI DI BAWAH BIMBINGAN TIM 5
PEMBIMBING:
Dr. dr. Makmur Sitepu, MKed(OG), SpOG (K)
dr. Ichwanul Adenin, M.Ked(OG), SpOG (K)
PENYANGGAH :
dr. Herbert Sihite, M. Ked(OG), SpOG
dr. Syamsul Arifin Nasution, MKed(OG), SpOG (K)
dr. Roy Yustin Simanjuntak, SpOG (K)
Diajukan untuk melengkapi tugas - tugas
dan memenuhi salah satu syarat
untuk mencapai keahlian dalam bidang Magister
Obstetri dan Ginekologi
Universitas Sumatera Utara
i
HALAMAN PERNYATAAN ORISINILITAS
TESIS ini Adalah Hasil Karya Saya Sendiri, Dan Semua Sumber Baik Yang
Dikutip Maupun Dirujuk Telah Saya Nyatakan Dengan Benar
Nama : Rina Sinta Dhanu
Tanda Tangan :
Tanggal : 08 Februari 2019
Universitas Sumatera Utara
LEMBAR PENGESAHAN
Judul Tesis : PERBANDINGAN KADAR VITAMIN C SERUM PADA KASUS
KETUBAN PECAH DINI DAN HAMIL NORMAL DI RSUP. H. ADAM MALIK MEDAN
DAN RS. JEJARING MEDAN
Nama Mahasiswa : Rina Sinta Dhanu
NIM : 127041158
Program Studi : Magister Kedokteran Klinik
Konsentrasi : Obstetri dan Ginekologi
Menyetujui,
Pembimbing I Pembimbing II
Dr.dr. M.akmur Sitepu, M.Ked(OG), SpOG(K) dr. Ichwanul Adenin, MKed(OG), SpOG(K)
NIP.196001071985031009 NIP. 195902231986031001
Ketua Program Studi Dekan
Magister Kedokteran Klinik
Dr. dr. Rodiah Rahmawaty Lubis, M.Ked(Oph), Sp.M(K) Dr. dr. Aldy Safruddin Rambe, Sp.S(K)
NIP. 19760417 20051 2 002 NIP. 19660524 199203 1 002
Universitas Sumatera Utara
Telah diuji pada :
Tanggal : 09 Mei 2019
Penguji :
Penguji I Penguji II
dr. Herbert Sihite, M.Ked (OG), SpOG dr. Syamsul Arifin, M.Ked(OG), SpOG.(K)
NIP. 196204021987031001 NIP. 196706131997032005
Penguji III
dr. Roy Yustin Simanjuntak, SpOG(K)
NIP. 197207042000121001
Mengetahui,
Ketua Departemen
Obstetri dan Ginekologi
Dr. dr. Makmur Sitepu, M.Ked(OG), Sp.OG(K)
NIP.196001071985031009
Universitas Sumatera Utara
ii
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur saya haturkan ke hadirat Allah Swt. Karena berkat
rahmat dan karunia-Nya saya dapat menyelesaikan penulisan tesis ini. Tesis ini
disusun untuk melengkapi tugas-tugas dan memenuhi salah satu syarat untuk
menyelesaikan Program Magister Pendidikan Dokter Spesialis Obstetri dan
Ginekologi. Sebagai manusia biasa, saya menyadari bahwa tesis ini masih
memiliki banyak kekurangan dan jauh dari kata sempurna, namun besar harapan
saya kiranya tulisan sederhana ini dapat bermanfaat dalam menambah
perbendaharaan bacaan khususnya tentang:
“PERBANDINGAN KADAR VITAMIN C SERUM
PADA KASUS KETUBAN PECAH DINI DAN HAMIL NORMAL
DI RSUP. H. ADAM MALIK MEDAN DAN RS. JEJARING MEDAN”
Dengan selesainya laporan penelitian ini, perkenankanlah saya
menyampaikan rasa terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada
yang terhormat:
1. Rektor Universitas Sumatera Utara Prof. Dr. Runtung Sitepu SH, MHum
dan Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Dr. dr. Aldy
Safruddin Rambe, SpS (K) yang telah memberikan kesempatan kepada
saya untuk mengikuti Program Magister Kedokteran Klinis dan Program
Pendidikan Dokter Spesialis di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera
Utara Medan.
2. DR. dr. Makmur Sitepu, M.Ked(OG), SpOG (K) Ketua Departemen
Obstetri dan Ginekologi FK USU Medan ; dr. Indra G Munthe, M.Ked
(OG) SpOG (K) , Sekretaris Departemen Obtetri dan Ginekologi FK USU
Medan ; dr. Riza Rivany, SpOG (K), Ketua Program Studi Dokter
Spesialis Obstetri dan Ginekologi FK USU Medan ; Prof. DR. dr. Sarma N
Lumbanraja,M.Ked (OG), SpOG (K), Sekretaris Program Studi Dokter
Spesialis Obstetri dan Ginekologi FK USU Medan yang telah bersama-
sama berkenan membimbing saya menyelesaikan Program Magister
Universitas Sumatera Utara
iii
Kedokteran Klinis Obstetri dan Ginekologi di Fakultas Kedokteran USU
Medan .
3. Prof.dr.Delfi Lutan,Msc,SpOG (K) selaku Ketua Departemen Obstetri dan
Ginekologi FK USU Medan pada saat saya diterima mengikuti Pendidikan
Dokter Spesialis Obstetri dan Ginekologi ; Prof. DR. dr. M.Fidel Ganis
Siregar, M.Ked (OG), SpOG (K) selaku Sekretaris Departemen Obstetri
dan Ginekologi FK USU Medan; DR. dr. Henry Salim Siregar, SpOG (K)
selaku Ketua Program Studi Dokter Spesialis Obstetri dan Ginekologi FK
USU Medan dr. M.Rhiza Tala, M.Ked(OG) SpOG, (K) selaku Sekretaris
Program Studi Dokter Spesialis Obstetri dan Ginekologi FK USU Medan,
yang telah bersama-sama berkenan menerima saya untuk mengikuti
Program Magister Kedokteran Klinis Obstetri dan Ginekologi dan
Program Pendidikan Dokter Spesialis Obstetri dan Ginekologi FK USU
Medan sejak tahun 2013.
4. Kepada dr. Edy Ardiansyah, M.Ked (OG), SpOG (K), selaku bapak angkat
saya selama menjalani masa pendidikan yang telah banyak mengayomi,
membimbing dan memberikan nasehat yang bermanfaat kepada saya
selama dalam pendidikan.
5. Kepada Dr. dr. Makmur Sitepu, M.Ked (OG),SpOG (K), dr.Ichwanul
Adenin, M.Ked(OG), SpOG (K) selaku pembimbing tesis magister saya,
serta dr. Herbert Sihite, M.Ked(OG), SpOG, dr. Syamsul Ariifin Nasution,
M.Ked(OG), SpOG (K), dr. Roy Yustin Simanjuntak, SpOG.K selaku
pembanding tesis saya. Terima kasih sebesar-besarnya saya ucapkan
kepada para guru saya di Tim 5 atas segala koreksi, kritik yang
membangun, serta segala bantuan, bimbingan, juga waktu dan pikiran
yang telah diluangkan dengan penuh kesabaran, dalam rangka melengkapi
penulisan dan penyusunan tesis ini hingga dapat terselesaikan dengan baik.
6. Kepada dr selaku pembimbing statistik saya dr. Surya Darma, MPH yang
telah meluangkan waktu untuk membimbing dan membantu saya dalam
penyelesaian analisis statistik tesis saya ini.
Universitas Sumatera Utara
iv
7. Kepala SMF Kebidanan dan Kandungan RSUP.H.Adam Malik Medan
dr.T.M.Ichsan,SpOG, Sekretaris SMF Kebidanan dan Kandungan
RSUP.H.Adam Malik Medan dr. Hanudse Hartono, M.Kes, SpOG (K),
Koordinator Pelayanan dr. Risman F.Kaban, M.Ked(OG), SpOG,
Koordinator Pendidikan dr. Sarah Dina, M.Ked (OG), SpOG (K),
Koordinator Penelitian dr.Khairani Sukatendel, M.Ked (OG), SpOG (K),
Koordinator Peningkatan Mutu dr.M.Fahdy,Msc,SpOG.
8. Ketua Divisi Fetomaternal DR. dr. Makmur Sitepu, M.Ked(OG), SpOG
(K), Ketua Divisi Fertilitas dan Endokrinologi Reproduksi dr. Ichwanul
Adenin, M.Ked(OG), SpOG(K), Ketua Divisi Uroginekologi dr. M.Rhiza
Z Tala, M.Ked (OG) SpOG (K), Ketua Divisi Obstetri Ginekologi Sosial
dr. Khairani Sukatendel, M.Ked (OG), SpOG (K), Ketua Divisi Onkologi
dr. Deri Edianto,M.Ked (OG) , SpOG (K).
9. Para guru yang saya hormati, seluruh staf pengajar Departemen Obstetri
dan Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara yang
tidak dapat saya sebutkan satu persatu , baik di RSUP.H.Adam Malik
Medan, RSUD Dr.Pirngadi Medan, RSU Haji Mina Medan, RS KESDAM
II Putri Hijau Medan, RSU Sundari yang telah banyak mendidik saya sejak
awal hingga akhir Pendidikan Magister Kedokteran dan Pendidikan
Dokter Spesialis di Departemen Obstetri dan Ginekologi.
10. Direktur RSUP H. Adam Malik Medan dan Ketua Departemen ilmu
Kebidanan dan Penyakit Kandungan, beserta seluruh staf medis,
paramedis maupun non medis – paramedis yang telah memberikan
kesempatan, sarana serta bantuan kepada saya untuk bekerja selama
mengikuti pendidikan Magister Kedokteran dan Pendidikan Dokter
Spesialis di Departemen Obstetri dan Ginekologi .
11. Direktur RSUD Dr. Pirngadi Medan dan Kepala SMF Obstetri dan
Ginekologi RSUD Dr.Pirngadi Medan beserta para Guru saya di SMF
Obgyn yang telah memberikan kesempatan dan saran kepada saya untuk
Universitas Sumatera Utara
v
bekerja selama mengikuti Pendidikan Magister Kedokteran dan
Pendidikan Dokter Spesialis di Departemen Obstetri dan Ginekologi.
12. Direktur RSU Haji Mina Medan dan Kepala SMF Obstetri dan Ginekologi
RSU Haji Mina Medan beserta para Guru saya di SMF Obgyn yang telah
memberikan kesempatan dan saran kepada saya untuk bekerja selama
mengikuti Pendidikan Magister Kedokteran dan Pendidikan Dokter
Spesialis di Departemen Obstetri dan Ginekologi.
13. Kepala Rumkit Tingkat II Kesdam I/BB Medan dan Kepala SMF Obstetri
dan Ginekologi beserta para Guru saya di SMF Obgyn yang telah
memberikan kesempatan dan saran kepada saya untuk bekerja selama
mengikuti Pendidikan Magister Kedokteran dan Pendidikan Dokter
Spesialis di Departemen Obstetri dan Ginekologi.
14. Ketua Yayasan dan Direktur RSU Sundari Medan beserta para Guru saya
yang telah memberikan kesempatan dan saran kepada saya untuk bekerja
selama mengikuti Pendidikan Magister Kedokteran dan Pendidikan Dokter
Spesialis di Departemen Obstetri dan Ginekologi.
15. Terima Kasih kepada Direktur RSUD. Hadrianus Sinaga Pangururan
Kabupaten Samosir, Seluruh staf pegawai, Perawat dan Bidan, selama ini
banyak membantu, menerima saya sebagai keluarga baru dan bekerja
sama dengan baik selama 6 bulan saya menjalanin stase mandiri luar kota
16. Kepada sahabat-sahabat satu angkatan saya, dr. Nutrisia, dr.Rizky,
dr.Wardy, dr.Fakhrurrazi, dr.Mervina, dr.Vivi, dr. Ajeng terima kasih
untuk kebersamaannya dalam suka dan duka serta kerja samanya selama
pendidikan hingga saat ini.
17. Seluruh rekan sejawat PPDS yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu
baik para senior maupun junior saya, terima kasih atas kerjasama,
kebersamaan, bantuan, dorongan semangat dan doa yang telah diberikan
kepada saya.
Universitas Sumatera Utara
vi
18. Ibu Hj.Sosmalawaty, Ibu Zubaidah, Ibu Mawan, Kak Asih , Kak Mimie,
Vina Lisvia, Anggi, Maya, Kak Tuti, Kak Sri, Kak Yus, Tri , Kak Pon,
Kak Ozik, kak rida dan seluruh pegawai di lingkungan RSUP HAM dan
RSUD Dr.Pirngadi, Terima kasih atas bantuan, kerjasama dan
kebersamaan selama ini .
Sembah sujud, hormat dan terima kasih yang tak terhingga dari lubuk hati
sanubari terdalam saya haturkan kepada kedua orang tua yang saya hormati, cintai
dan sayangi ayahanda dr. H. Rusli Dhanu, SpS (K) dan ibunda Hj. Sopanita br.
Tarigan. Tiada kata yang dapat melukiskan rasa terima kasih saya hanya rasa
syukur yang tidak terhingga kepada Allah SWT telah menitipkan saya kepada
orang tua yang telah membesarkan, membimbing, mendoakan, mendidik dan
mendukung saya dengan penuh keikhlasan dan kasih sayang semenjak lahir
hingga saat ini. Hanya Allah SWT yang dapat membalas semua yang telah mereka
berikan selama ini. Semoga saya dapat menjadi anak yang berbakti bagi kedua
orang tua saya.
Sembah sujud, hormat dan terima kasih yang tak terhingga dari lubuk hati
sanubari terdalam saya haturkan kepada bapak mertua Budianto, SKM (Alm) dan
ibu mertua Hj. Nani Febriani, BSc yang sangat banyak membantu, memberi
semangat, doa dan kasih sayang yang tiada hentinya kepada saya selama
mengikuti pendidikan ini.
Kepada suamiku yang tercinta dan tersayang Ade Setiawan, SP yang
selalu memberikan kasih sayang dan kesabaran yang luar biasa tetap
mendampingi saya dalam suka maupun duka, memberikan semangat dan menjadi
suami teladan dan terhebat. Semoga Allah Swt Selalu melindungi kita dan
melimpahkan rahmat dan nikmat-Nya kepada kita. Semoga kita selalu bersama
selamanya.
Kepada anakku tersayang Kikandria Arkana Dera, Ken Liona Dera, Alano
Lucca Pranaja terima kasih atas pengertiannya dan penguat hati mami selama
menjalani pendidikan. Maafkan mami atas kurangnya perhatian yang mami
berikan oleh karena kesibukan dan kewajiban mami dalam menyelesaikan
pendidikan, terima kasih atas doa, pelukan dan ciuman serta senyum yang selalu
Universitas Sumatera Utara
vii
kalian berikan untuk mami sehingga mendatangkan semangat baru serta selalu
kuat dan tegar dalam menyelesaikan pendidikan ini.
Kepada abang, kakak, dan adik ku tersayang , Riki Dhanu, S.sos, dr. Rika
Wahyuni Dhanu, MKed(An), SpAn, Rini Elisa Dhanu, MPsi, Psikolog, Rici Putra
Dhanu. Kepada kakak, Abang dan adik iparku tersayang Cut Salma, Amd, dr.
Indra Saputra, MKed(Surg), SpB, Chandra Asrama, SE, dr. Gusti Nugroho,
MKed(Ped), SpPD, dr. Yunika Khairina, Gratia Ariefa, SE, SH terima kasih atas
bantuan, dorongan, semangat dan doa yang telah diberikan selama menjalani
pendidikan.
Kepada seluruh pihak yang tidak dapat saya sebutkan maupun tidak
tersebut sebelumnya, saya memohon maaf atas segala kesalahan yang saya
lakukan selama ini, baik yang disadari maupun tidak . Semoga Allah Swt. selalu
memberikan limpahan kasih sayang-Nya serta rahmat dan karunia-Nya kepada
kita semua. Aamiin.
Medan, Desember 2018
Rina Sinta Dhanu
Universitas Sumatera Utara
viii
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI
TUGAS AKHIR
Sebagai sivitas akademik Universitas Sumatera Utara, saya yang bertanda tangan
dibawah ini :
Nama :
Program Studi : Magister Kedokteran Klinik
Departemen : Obstetri dan Ginekologi
Fakultas : Kedokteran
Jenis Karya : Tesis
demi pengembangan ilmu pengetahuan menyetujui untuk memberikan kepada
Departemen Obstetri & Ginekologi Universitas Sumatera Utara Hak Bebas
Royalti Noneksklusif (Non-exlusive Royalty-Free Right) atas karya ilmiah saya
yang berjudul:
PERBANDINGAN KADAR VITAMIN C SERUM
PADA KASUS KETUBAN PECAH DINI DAN HAMIL NORMAL
DI RSUP. H. ADAM MALIK MEDAN DAN RS. JEJARING MEDAN
Beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti
Nonesklusif ini Departemen Obstetri & Ginekologi Universitas Sumatera Utara
berhak menyimpan, mengalihmedia/formatkan, mengelola dalam bentuk
pangkalan data (database), merawat, dan memubliskan tugas akhir saya selama
tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik
Hak Cipta.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di : Medan
Pada tanggal : 08 Februari 2019
Yang menyatakan
( Rina Sinta Dhanu )
Universitas Sumatera Utara
ix
PERBANDINGAN KADAR VITAMIN C SERUM
PADA KASUS KETUBAN PECAH DINI DAN HAMIL NORMAL
DI RSUP. H. ADAM MALIK MEDAN DAN RS. JEJARING MEDAN
Rina Sinta Dhanu1, Makmur Sitepu
1, Ichwanul Adenin
1, Herbert Sihite
1,
Syamsul Arifin Nasution1, Roy Yustin Simanjuntak
1
1Departemen Obstetri dan Ginekologi
Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara
RSUP H Adam Malik Medan
ABSTRAK
Latar Belakang : Ketuban pecah dini (KPD) adalah penyebab utama kelahiran
prematur. Defisiensi mikronutrien yang merupakan faktor predisposisi terjadinya
perubahan struktur kolagen yang abnormal banyak dikaitkan dengan peningkatan
risiko KPD. ., konsentrasi vitamin C plasma rata-rata pada ibu hamil adalah 0,60 ±
0,02 mg / dl. Ada kecenderungan penurunan kadar vitamin C plasma rata-rata
seiring pertambahan usia kehamilan
Tujuan : Penelitian ini diharapkan dapat menunjukkan perbandingan kadar
vitamin C pada kasus ketuban pecah dini dan hamil normal.
Metode : Penelitian jenis Case Control dengan rancangan penelitian cross
sectional pada wanita bersalin dengan dan tanpa diagnosis KPD di RSUP. H.
Adam Malik Medan, RSUD dan Rumah Sakit Jejaring Medan dilakukan hingga
48 sampel terpenuhi. Dilakukan anamnesis, usia ibu, paritas, pemeriksaan fisik,
dan pencatatan hasil pengukuran LILA (Lingkar lengan Atas). Kemudian
dilakukan penilaian kadar serum vitamin C. Untuk menilai gambaran kadar serum
vitamin C antara wanita dengan KPD dan tanpa KPD dilakukan analisa statistik
Bivariat dengan menggunakan T-Test independen.
Hasil : Rerata kadar vitamin C serum pada kelompok ibu hamil dengan KPD
adalah 5,93 ± 1,60 ng/mL, median sebesar 5,70 ng/mL, sedangkan rerata pada
kelompok ibu hamil normal lebih tinggi yaitu 82,34 ± 51,75 ng/mL, median
sebesar 64,65 ng/mL. Berdasarkan uji statistik Mann-Whitney karena data tidak
berdistribui normal menunjukkan ada perbedaan yang bermakna kadar vitamin C
serum kedua kelompok penelitian (p<0,05). Kadar vitamin C pada kasus KPD dan
hamil normal sangat jauh berbeda dengan nilai 1.7(±0.3) berbanding dengan
74.7(±50.7) pada usia kehamilan 22 minggu. Terdapat peningkatan kadar vitamin
c dengan semakin tuanya kehamilan dengan nilai 1.96(±0.2) pada kelompok KPD
dibandingkan dengan 83.5(±53.1) pada kelompok kehamilan normal.
Kesimpulan : Terdapat perbedaan yang signifikan antara kadar vitamin C serum
pada wanita hamil dengan KPD dan tanpa diagnosis KPD dengan p value =0,000
Kata Kunci: Vitamin C, Ketuban Pecah Dini, KPD, Hamil Normal
Universitas Sumatera Utara
x
COMPARISON OF VITAMIN C SERUM LEVELS IN PREMATURE
RUPTURE OF MEMBRANE CASE COMPARED TO NORMAL
PREGNANCY IN H. ADAM MALIK GENERAL HOSPITAL AND
ANOTHER NETWORK HOSPITALS MEDAN
Rina Sinta Dhanu1, Makmur Sitepu
1, Ichwanul Adenin
1, Herbert Sihite
1,
Syamsul Arifin Nasution1, Roy Yustin Simanjuntak
1
1Departement of Obstetric dan Gynecology
Medical Faculty, University of North Sumatra
H. Adam Malik General Hospital Medan
ABSTRACT
Background : Premature rupture of membranes (PROM) is the main cause of
preterm birth. Micronutrient deficiencies which are predisposing factors for
abnormal changes in collagen structure are associated with an increased risk of
PROM. The mean plasma vitamin C levels in pregnant women is 0.60 ± 0.02 mg /
dl. There is a tendency decrease of mean plasma vitamin C levels with increasing
gestational age.
Aim : This research is expected to show a comparison of vitamin C levels in cases
of premature rupture of membranes and normal pregnancy.
Methods : The research was case control with a cross sectional study design in
women giving birth with and without PROM in H. Adam Malik General Hospital
Medan, Province Hospital and another Network Hospitals which were carried out
up to 48 samples fulfilled. History taking, physical examination, and Upper Arm
Circumference measurements were performed. Then the serum vitamin C level
was assessed. To assess the overview of serum vitamin C levels between women
with and without PROM, bivariate statistical analysis was performed using an
independent T-Test.
Results : The mean serum vitamin C levels in the group of pregnant women with
PROM was 5.93 ± 1.60 ng / mL, the median was 5.70 ng / mL, while the mean for
the group of normal pregnant women was 82.34 ± 51.75 ng / mL, the median is
64.65 ng / mL. Based on the Mann-Whitney statistical test because the data were
not normally distributed, there were significant differences in the serum vitamin C
levels of the two study groups (p <0.05). Vitamin C levels in cases of PROM and
normal pregnancy are much different with the values of 1.7 (± 0.3) compared with
74.7 (± 50.7) at 22 weeks' gestation. There was an increase in vitamin C levels
with the older gestation with a value of 1.96 (± 0.2) in the PROM group compared
with 83.5 (± 53.1) in the normal pregnancy group.
Conclusion: There was a significant difference between serum vitamin C levels in
pregnant women and without PROM with p value = 0,000.
Keywords: Vitamin C, Premature Rupture Of Membranes, PROM, Normal
Pregnancy
Universitas Sumatera Utara
xi
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI ............................................................................................................. xi
DAFTAR TABEL ..................................................................................................... xii
DAFTAR GAMBAR ................................................................................................ xiii
DAFTAR SINGKATAN .......................................................................................... xiv
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang………………………………………………………... 1
1.2 Rumusan Masalah…………………………………………………….. 4
1.3 Tujuan Penelitian…………………………………………………….... 4
1.5 Manfaat Penelitian…………………………………………………….. 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................ 6
2.1. Ketuban Pecah Dini................................................................................ 6
2.1.1. Definisi…………………………………………………………. 6
2.1.2. Etiologi dan Faktor Resiko .......................................................... 6
2.1.3. Diagnosis ..................................................................................... 10
2.1.4. Komplikasi................................................................................... 12
2.2. Vitamin C ............................................................................................... 13
2.2.1. Peran dan Fungsi ......................................................................... 13
2.2.2. Absorpsi ....................................................................................... 17
2.2.3. Metabolisme……………………………………………………. 18
2.2.4. Sumber Makanan……………………………………………….. 20
2.2.5. Rekomendasi Asupan…………………………………………... 20
2.2.6. Toksisitas……………………………………………………….. 22
2.2.7. Penggunaan Klinis……………………………………………… 22
2.3. Vitamin C Dalam Kehamilan………………………………………….. 24
2.4. Hubungan Vitamin C dan KPD.............................................................. 28
2.5. Kerangka Teori....................................................................................... 30
2.6. Kerangka Konsep ................................................................................... 31
2.7. Hipotesis Penelitian…………………………………………………… 31
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ............................................................ 32
3.1. Jenis dan Rancangan Penelitian ............................................................. 32
3.2. Tempat dan Waktu Penelitian ................................................................ 32
3.2.1. Tempat Penelitian ........................................................................ 32
3.2.2. Waktu Penelitian.......................................................................... 32
3.3. Populasi dan Sampel Penelitian ............................................................. 32
3.3.1. Populasi Penelitian ...................................................................... 32
3.3.2. Sampel Penelitian ........................................................................ 33
3.4. Kriteria Inklusi dan Eksklusi .................................................................. 33
3.4.1. Kriteria Inklusi ............................................................................. 33
3.4.2. Kriteria Eksklusi .......................................................................... 33
3.5. Besar Sampel .......................................................................................... 33
3.6. Identifikasi Variabel ............................................................................... 34
3.6.1. Variabel Bebas ............................................................................. 34
3.6.2. Variabel Tergantung .................................................................... 34
3.7. Defenisi Operasional .............................................................................. 35
3.8. Instrumen Penilaian ................................................................................ 36
Universitas Sumatera Utara
xii
3.9. Rancangan Analisis ................................................................................ 36
3.10. Cara Kerja dan Teknik Pengumpulan Data .......................................... 37
3.11. Kerangka Kerja .................................................................................... 37
3.12. Etika Penelitian .................................................................................... 38
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................. 39
4.1. Hasil Penelitian ...................................................................................... 39
4.2. Pembahasan ............................................................................................ 44
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................. 53
4.1. Kesimpulan ............................................................................................ 53
4.2. Saran ....................................................................................................... 54
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................... 55
Universitas Sumatera Utara
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Faktor Resiko Untuk KPD Prematur Spontan ............................................. 7
Tabel 2. Komplikasi KPD ........................................................................................... 12
Tabel 3. Definisi Operasional ..................................................................................... 35
Universitas Sumatera Utara
xiv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Lokasi Potensial untuk infeksi bakteri dalam uterus.................................. 8
Gambar 2. Molekul Asam Askorbat dan Asam
Dehidroaskorbat…………………… ......................................................... 13
Gambar 3. Vitamin C Dapat Mendonorkan Atom Hidrogen dan Membentuk
Radikal Bebas Askorbil Yang Relatif Stabil .............................................. 19
Gambar 4. Peran Vitamin C (Biru Muda) dan Vitamin B (Biru) untuk
Merangsang, Menguatkan, dan Meindungi Kolagen dalam Korion
dan Amnion untuk Mencegah Terjadinya KPD ......................................... 27
Universitas Sumatera Utara
xv
DAFTAR SINGKATAN
DNA Deoxyribonuclease Acid
ECM Extracellular Matrix
IMT Index Masa Tubuh
KPD Ketuban Pecah Dini
MMP-1 Metalloproteinase 1
MMP-2 Metalloproteinase 2
MMP-9 Metalloproteinase 9
MMPs Metalloproteinase
mRNA messengger Ribonucleic Acid
ROS Reactive Oxygen Species
SD Standard Deviasi
TIMPS Inhibitor Jaringan Khusus MMP
Universitas Sumatera Utara
1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar belakang
Berdasarkan Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI)
pada tahun 2012, angka kematian ibu di Indonesia adalah 359/100.000 kelahiran
hidup. Hal ini dapat diartikan bahwa setiap jam terdapat dua ibu postpartum
yang meninggal dunia dengan penyebab bervariasi. Penyebab utama kematian
ibu adalah perdarahan 42% diikuti dengan eklampsi 13%, abortus 11%, infeksi
termasuk Ketuban Pecah Dini (KPD) 10%, partus lama 9%, dan penyebab lain
(hiperemesis gravidarum, kehamilan lewat waktu) sekitar 15%.1
Ketuban pecah dini (KPD) adalah penyebab utama kelahiran prematur.
Keadaan ini terjadi pada 1-3% dari seluruh kehamilan dan tetap menjadi
penyebab utama morbiditas dan mortalitas perinatal di seluruh dunia, terutama
terjadinya kelahiran premature dimana 40% dari kelahiran prematur berhubungan
dengan KPD. Hal Ini juga dikaitkan dengan morbiditas maternal yang signifikan.
Kontribusinya pada mortalitas dan morbiditas perinatal cukup tinggi sehingga
penting untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang dapat membantu untuk
mencegah kondisi ini.1
Etiologi pasti dari KPD tidak diketahui tetapi umumnya bersifat
multifaktorial. KPD pada bayi prematur banyak dikaitkan dengan infeksi,
merokok, status sosial ekonomi rendah, kehamilan multipel, inkompetensi serviks,
perdarahan antepartum, polihidramnion dan riwayat KPD preterm sebelumnya
Universitas Sumatera Utara
2
atau riwayat persalinan prematur. Pecahnya selaput ketuban berhubungan dengan
peningkatan tekanan fisik yang melemahkan membran. Beberapa tahun terakhir,
beberapa penelitian menunjukkan bahwa pecahnya selaput ketuban berhubungan
dengan proses biokimia yaitu gangguan fungsi kolagen, berkurangnya sintesis
kolagen dan percepatan destruksi kolagen dengan perubahan seluler pada
membran janin. Hipotesis ini tidak saling berdiri sendiri dan mungkin stres
biofisik dapat memperkuat perubahan biokimia ini.1
Defisiensi mikronutrien yang merupakan faktor predisposisi terjadinya
perubahan struktur kolagen yang abnormal banyak dikaitkan dengan peningkatan
risiko KPD. Mikronutrien vitamin C (asam askorbat) adalah antioksidan larut air
yang efektif yang dapat menekan beberapa spesies oksigen reaktif sehingga
mengurangi stres oksidatif. Vitamin C juga bertindak sebagai kofaktor enzim
dalam biosintesis kolagen di mana vitamin C diperlukan untuk pembentukan
struktur triple heliks dari kolagen. Oleh karena itu vitamin C dianggap
berpartisipasi dalam keseimbangan antara sintesis dan degradasi kolagen. Peran
vitamin C pada KPD pertama sekali diteliti oleh widemen, mereka menunjukkan
bahwa wanita dengan konsentrasi serum asam askorbat yang rendah cenderung
memiliki tingkat kejadian KPD lebih tinggi dari pada mereka dengan konsentrasi
serum normal. Temuan ini diperkuat oleh penelitian berikutnya yang melaporkan
kandungan kolagen yang rendah dalam membran pasien dengan KPD premature,
sementara Plessinger menemukan bahwa pengobatan in vitro dari membran
ketuban dengan vitamin C mencegah kerusakan membran oleh asam hipoklorit.
Semakin banyak literatur tentang peran vitamin C sebagai faktor penyebab
Universitas Sumatera Utara
3
terjadinya KPD telah menyebabkan munculnya pemikiran bahwa suplementasi
vitamin mungkin merupakan strategi intervensi yang penting.1
Peran Vitamin C dalam kejadian KPD / prematur telah diselidiki
sebelumnya. Penelitian lain telah meneliti peran Vitamin C dalam menjaga
integritas membrane, kemudian asupan vitamin C dan juga pada pengukuran
konsentrasi asam askorbat dalam plasma, leukosit dan tali pusat karena
mempengaruhi terjadinya KPD prematur dan kelahiran prematur.2
KPD pada jangka panjang menyebabkan peningkatan risiko sepsis pada
maternal / neonatal dan kebutuhan untuk resusitasi neonatal saat persalinan. Bukti
yang ada menunjukkan bahwa pecahnya membran berhubungan dengan proses
biokimia yang melibatkan matriks ekstraseluler dari amnion. Hal ini ditandai oleh
degradasi dan disosiasi dari kolagen amnion yang menunjukkan adanya
keterlibatan enzim proteolitik, khususnya matriks metalloproteinase (MMP).
Namun, belum ada konsensus yang jelas mengenai peran khusus MMP tertentu
dalam persalinan normal atau KPD.3
Dalam beberapa studi yang telah dilakukan, ada kecenderungan penurunan
kadar serum vitamin C pada ibu hamil seiring dengan peningkatan usia
kehamilan dan juga pada ibu dengan KPD. Menurut penelitian yang dilakukan
oleh Osaikhuwuomwan, dkk., konsentrasi vitamin C plasma rata-rata pada ibu
hamil adalah 0,60 ± 0,02 mg / dl. Ada kecenderungan penurunan kadar vitamin C
plasma rata-rata seiring pertambahan usia kehamilan1
Sampai sejauh ini, masih belum ditemukan penelitian mengenai
perbandingan kadar vitamin C pada pasien dengan ketuban pecah dini dan hamil
normal khususnya di Sumatera Utara. Penelitian ini juga masih jarang dilakukan.
Universitas Sumatera Utara
4
Selain itu dari beberapa penelitian juga masih menunjukkan beberapa hasil yang
masih kontroversial. Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk menilai perbandingan
kadar vitamin C pada ketuban pecah dini dan hamil normal. Dengan begitu dapat
meningkatkan kesadaran klinisi tentang pentingnya asupan vitamin C selama
kehamilan. Diharapkan ke depannya pencegahan KPD dapat ditingkatkan oleh
para klinisi.
1.2. Rumusan Masalah
KPD dapat menyebabkan kelahiran prematur yang apabila terjadi maka
dapat meningkatkan angka kesakitan dan kematian pada noeonatus. Berdasarkan
literatur, vitamin C mempengaruhi ketebalan selaput ketuban. Oleh sebab itu,
penting untuk dilakukan penilaian kadar vitamin C terhadap kejadian KPD dan
perbandingannya dengan kehamilan normal.
1.3. Tujuan Penelitian
1.3.1. Tujuan Umum
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui perbandingan kadar
vitamin C pada kasus ketuban pecah dini dan hamil normal.
1.3.2. Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui distribusi wanita hamil dengan KPD dan wanita hamil
normal berdasarkan usia, gravida, usia kehamilan, dan status gizi
2. Untuk mengetahui perbedaan kadar vitamin C pada wanita hamil dengan
KPD dan hamil normal
Universitas Sumatera Utara
5
3. Untuk menilai rerata kadar vitamin C pada wanita dengan dan tanpa diagnosis
KPD berdasarkan usia, gravida, usia kehamilan, dan status nutrisi
1.4. Manfaat Penelitian
1.4.1. Manfaat Teoritis
Melalui hasil penelitian ini diharapkan dapat diketahui efek penurunan
kadar vitamin C serum wanita hamil pada saat persalinan. Dengan begitu dapat
diprediksi prognosis ibu dan janin sehingga wanita dengan ketuban pecah dini
dapat di tatalaksana dengan lebih baik.
1.4.2. Manfaat Metodologis
Melalui hasil penelitian ini diharapkan dapat diketahui bagaimana
tatalaksana yang benar pada wanita hamil yang mengalami KPD. Disamping itu
dapat diketahui pula cara mencegah terjadinya KPD pada wanita hamil.
1.4.3. Manfaat Aplikatif
Melalui hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk
memperoleh data efek penurunan kadar vitamin C serum pada wanita hamil yang
menjalani persalinan di rumah sakit, serta dapat membantu klinisi dalam
memprediksi prognosis ibu dan janin sehingga dapat mengurangi angka
morbiditas dan mortalitas ibu hamil dan janin yang menjalani persalinan.
Universitas Sumatera Utara
6
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Ketuban Pecah Dini
2.1.1. Defenisi
Ketuban pecah dini adalah keadaan pecahnya selaput ketuban sebelum
persalinan. Ketuban pecah dini (KPD) mengacu pada gangguan membran janin
sebelum awal persalinan, sehingga terjadi kebocoran cairan ketuban secara
spontan. KPD yang terjadi sebelum 37 minggu kehamilan didefinisikan sebagai
KPD premature.27
Insiden KPD preterm berkisar antara 3,0-10,0% dari semua kelahiran. KPD
prematur merupakan komplikasi yang terjadi pada sekitar 3 persen kehamilan dan
menyumbang sepertiga kelahiran prematur. Persalinan prematur mempengaruhi
satu dari 10 kelahiran, 11% di Amerika dan bahkan kelahiran yang lebih besar di
negara berkembang dan menyebabkan 40-75% kematian neonatal. KPD adalah
salah satu penyebab penting kelahiran prematur yang dapat menyebabkan
tingginya morbiditas dan mortalitas perinatal bersama dengan morbiditas ibu.28
2.1.2. Etiologi dan Faktor risiko
Penelitian histologis dari lokasi ruptur membran pada aterm telah
menunjukkan zona perubahan morfologi yang ditandai oleh penebalan komponen
jaringan ikat dari membran, penipisan lapisan sitotrofoblas dan desidua, dan
gangguan hubungan antara amnion dan korion. Perubahan fisiologis normal ini
menyertai pematangan serviks dalam persiapan untuk persalinan saat aterm, dan
Universitas Sumatera Utara
7
mengakibatkan lemahnya selaput janin di wilayah os servikalis interna yang
merupakan predisposisi untuk ruptur pada lokasi tersebut. Pada tingkat sel,
perubahan ini dihasilkan dari pelepasan fosfolipase, eikosanoid (terutama
prostaglandin E2), sitokin, elastase, matriks metaloproteinase, dan / atau protease
lainnya dalam merespon stimulus fisiologis atau patologis.53,54
Tabel 1. Faktor risiko untuk KPD prematur spontan53
Universitas Sumatera Utara
8
Sejumlah faktor risiko berhubungan dengan KPD prematur. Pasien kulit
hitam memiliki peningkatan risiko untuk KPD prematur dibandingkan dengan
pasien berkulit putih. Pasien lain yang berisiko tinggi termasuk mereka yang
memiliki status sosial ekonomi rendah, perokok, memiliki riwayat infeksi menular
seksual, pernah mengalami kelahiran prematur sebelumnya, mengalami
perdarahan pervaginam, atau distensi uterus (misalnya, polihidramnion,
kehamilan multifetal). Prosedur yang dapat mengakibatkan KPD prematur
termasuk cerclage dan amniosentesis.51,55
Gambar 1. Lokasi potensial untuk infeksi bakteri dalam uterus56
Universitas Sumatera Utara
9
Tampaknya tidak ada etiologi tunggal untuk KPD prematur. Infeksi atau
inflamasi koriodesidua dapat menyebabkan KPD prematur. Diperkirakan bahwa
setidaknya 40% dari semua kelahiran prematur terjadi pada ibu dengan infeksi
intrauterin. Mikroorganisme telah diisolasi dari cairan ketuban wanita yang
mengalami persalinan prematur dengan atau tanpa KPD prematur, meskipun
tingkat kultur positif lebih tinggi pada wanita yang mengalami KPD prematur
(sekitar 32,4%) dibandingkan pada mereka dengan persalinan prematur dan
ketuban yang intak (sekitar 12,8%). Infeksi dapat dikaitkan dengan KPD prematur
baik sebagai penyebab atau konsekuensinya. Infeksi yang mendahului KPD
prematur sering subklinis dan dianggap naik dari traktus genitalia bagian bawah.
Lokasi potensial untuk infeksi bakteri dalam uterus ditunjukkan dalam Gambar 1.
Setelah ruptur membran, invasi bakteri asending dapat menyebabkan infeksi
intrauterin pada sampai dengan 60% dari kasus tanpa adanya terapi
antibakteri.52,57
Mekanisme yang diduga mendasari infeksi dan KPD prematur
membutuhkan invasi bakteri intrauterin, yang mengaktifkan desidua dan membran
janin untuk menghasilkan sitokin pro-inflamasi. Hal ini menyebabkan pelepasan
prostaglandin, metalloprotease, dan zat bioaktif lainnya. Prostaglandin
menstimulasi kontraksi uterus, dan metalloprotease melembutkan serviks dan
menargetkan membran, yang menyebabkan ruptur.56
Penurunan kandungan kolagen dalam membran mempengaruhi terjadinya
KPD prematur. Sangat mungkin bahwa beberapa faktor dapat menjadi
predisposisi bagi pasien tertentu terhadap KPD prematur.51,55
Universitas Sumatera Utara
10
2.1.3. Diagnosis
Penilaian awal dari ibu hamil yang datang dengan keluhan KPD aterm
harus meliputi 3 hal, yaitu konfirmasi diagnosis, konfirmasi usia gestasi dan
presentasi janin, dan penilaian kesejahteraan maternal dan fetal. Tidak semua
pemeriksaan penunjang terbukti signifikan sebagai penanda yang baik dan dapat
memperbaiki luaran. Beberapa pemeriksaan yang perlu dilakukan dan mana yang
tidak cukup bukti untuk perlu dilakukan.
Anamnesis dan pemeriksaan fisik (termasuk pemeriksaan spekulum) KPD
aterm didiagnosis secara klinis pada anamnesis pasien dan visualisasi
adanya cairan amnion pada pemeriksaan fisik. Dari anamnesis perlu
diketahui waktu dan kuantitas dari cairan yang keluar, usia gestasi dan
taksiran persalinan, riwayat KPD aterm sebelumnya, dan faktor risikonya.
Pemeriksaan digital vagina yang terlalu sering dan tanpa indikasi
sebaiknya dihindari karena hal ini akan meningkatkan risiko infeksi
neonatus. Spekulum yang digunakan dilubrikasi terlebih dahulu dengan
lubrikan yang dilarutkan dengan cairan steril dan sebaiknya tidak
menyentuh serviks. Pemeriksaan spekulum steril digunakan untuk menilai
adanya servisitis, prolaps tali pusat, atau prolaps bagian terbawah janin
(pada presentasi bukan kepala); menilai dilatasi dan pendataran serviks,
mendapatkan sampel dan mendiagnosis KPD aterm secara visual.
Dilatasi serviks dan ada atau tidaknya prolaps tali pusat harus
diperhatikan dengan baik. Jika terdapat kecurigaan adanya sepsis, ambil
dua swab dari serviks (satu sediaan dikeringkan untuk diwarnai dengan
Universitas Sumatera Utara
11
pewarnaan gram, bahan lainnya diletakkan di medium transport untuk
dikultur48
. Jika cairan amnion jelas terlihat mengalir dari serviks, tidak
diperlukan lagi pemeriksaan lainnya untuk mengkonfirmasi diagnosis.
Jika diagnosis tidak dapat dikonfirmasi, lakukan tes pH dari forniks
posterior vagina (pH cairan amnion biasanya ~ 7.1-7.3 sedangkan sekret
vagina ~ 4.5 - 6) dan cari arborization of fluid dari forniks posterior
vagina. Jika tidak terlihat adanya aliran cairan amnion, pasien tersebut
dapat dipulangkan dari rumah sakit, kecuali jika terdapat kecurigaan yang
kuat ketuban pecah dini. Semua presentasi bukan kepala yang datang
dengan KPD aterm harus dilakukan pemeriksaan digital vagina untuk
menyingkirkan kemungkinaan adanya prolaps tali pusat49
.
Ultrasonografi (USG). Pemeriksaan USG dapat berguna untuk
melengkapi diagnosis untuk menilai indeks cairan amnion. Jika
didapatkan volume cairan amnion atau indeks cairan amnion yang
berkurang tanpa adanya abnormalitas ginjal janin dan tidak adanya
pertumbuhan janin terhambat (PJT) maka kecurigaan akan ketuban pecah
sangatlah besar, walaupun normalnya volume cairan ketuban tidak
menyingkirkan diagnosis. Selain itu USG dapat digunakan untuk menilai
taksiran berat janin, usia gestasi dan presentasi janin, dan kelainan
kongenital janin.
Pemeriksaan laboratorium Pada beberapa kasus, diperlukan tes
laboratorium untuk menyingkirkan kemungkinan lain keluarnya cairan/
duh dari vagina/ perineum. Jika diagnosis KPD aterm masih belum jelas
setelah menjalani pemeriksaan fisik, tes nitrazin dan tes fern, dapat
Universitas Sumatera Utara
12
dipertimbangkan. Pemeriksaan seperti insulin-like growth factor binding
protein 1(IGFBP-1) sebagai penanda dari persalinan preterm, kebocoran
cairan amnion, atau infeksi vagina terbukti memiliki sensitivitas yang
rendah9. Penanda tersebut juga dapat dipengaruhi dengan konsumsi
alkohol. Selain itu, pemeriksaan lain seperti pemeriksaan darah ibu dan
CRP pada cairan vagina tidak memprediksi infeksi neonatus pada KPD
preterm50
.
2.1.4. Komplikasi
Salah satu komplikasi yang paling umum dari KPD prematur adalah
persalinan premature. Periode laten yang merupakan waktu dari ketuban pecah
sampai melahirkan, umumnya berbanding terbalik dengan usia kehamilan saat
terjadinya KPD. Penelitian sebelumnya menemukan bahwa 95 persen pasien
melahirkan dalam waktu sekitar satu hari setelah KPD, sedangkan penelitian lain
yang menganalisis pasien dengan KPD prematur dengan usia kehamilan antara 16
dan 26 minggu kehamilan menentukan bahwa 57 persen pasien melahirkan dalam
satu minggu dan 22 persen memiliki periode laten empat minggu. Ketika KPD
terjadi terlalu dini pada neonatus yang masih hidup, dapat ditemukan gejala sisa
seperti malpresentasi, kompresi tali pusat, oligohidramnion, enterokolitis
nekrotikans, gangguan neurologis, perdarahan intraventrikular dan sindrom
gangguan pernapasan.9
Universitas Sumatera Utara
13
Tabel 2. Komplikasi KPD.9
2.2. Vitamin C
2.2.1. Peran dan Fungsi
Asam askorbat umumnya dikenal sebagai vitamin C memainkan fungsi
penting dalam tubuh manusia, meskipun fungsinya pada tingkat sel tidak terlalu
jelas vitamin C diperlukan untuk sintesis kolagen. Beberapa jaringan tubuh yang
mengandung kolagen yaitu kerangka tulang, gusi, otot kulit dan jaringan parut.
Produksi hormon dan neurotransmitter tertentu serta metabolisme beberapa asam
amino dan vitamin memerlukan vitamin C. Vitamin ini juga membantu hati dalam
detoksifikasi zat beracun dalam sistem peredaran darah dalam melawan infeksi.
Asam askorbat berperan pada sistem kekebalan tubuh agar dapat berfungsi
normal. Sebagai antioksidan, vitamin C bereaksi dengan senyawa seperti histamin
dan peroksida untuk mengurangi gejala inflamasi. Sifat antioksidannya dikaitkan
dengan pengurangan insiden kanker.11
Universitas Sumatera Utara
14
Gambar 2. Molekul asam askorbat dan asam dehidroaskorbat.12
Vitamin C adalah vitamin yang larut dalam air yang tidak disintesis oleh
manusia. Karena itu vitamin esensial ini harus dicerna. Asam askorbat tidak
mudah berdifusi melintasi membran sel. Namun, asam askorbat mudah
mengoksidasi menjadi asam dehidroaskorbat yang lolos dengan mudah melalui
membran sel. Kekurangan diet asam askorbat menyebabkan penyakit kulit yang
ditandai dengan melemahnya kolagen dan pendarahan kapiler.13,14
Asam askorbat berfungsi sebagai agen pereduksi dengan mengirimkan
atom hidrogen dengan elektron tunggal ke ROS dengan satu elektron tak
berpasangan di cincin luarnya. ROS dengan elektron berpasangan di cincin
luarnya stabil. Pada keadaan asam askorbat menjadi ROS yang lemah yang
disebut asam dehidroaskorbat dan hilang dalam urin.13
Asam askorbat secara langsung menstimulasi sintesis kolagen melalui
aktivasi beberapa gen. Ironisnya, dalam proses ini asam askorbat mungkin
memerlukan ROS untuk melakukan tugas-tugas ini. Geesin et al telah
menunjukkan bahwa asam askorbat dapat menginduksi sintesis kolagen dan
peroksidasi lipid. Peroksidasi lipid melibatkan abstraksi atom hidrogen dari asam
lemak tak jenuh ganda, sehingga memulai reaksi berantai dari perubahan ikatan
asam lemak. Pengamatan ini menunjukkan bahwa asam askorbat dapat
menggunakan produk peroksidasi lipid untuk mengatur sintesa kolagen. Chojkier
et al telah mendokumentasikan bahwa ketika asam askorbat ditambahkan ke
kultur fibroblast, merangsang produksi kolagen, 1 (I) procollagen messenger
ribonucleic acid (mRNA) dan transkripsi gen kolagen, proses yang dihambat
ketika peroksidasi lipid juga dihambat.13
Universitas Sumatera Utara
15
Asam askorbat berfungsi untuk memperkuat dan menstabilkan kolagen.
Asam askorbat adalah kofaktor enzimatik untuk enzim, lysyl hydroxylase dan
prolyl hydroxylase yang diperlukan untuk sintesis hidroksiprolin dan hidroksisin.
Kolagen membutuhkan jembatan hidroksiprolin melintasi triple helix untuk
memberikan stabilitas pada kolagen.13
Asam askorbat juga mempengaruhi ekspresi metalloproteinase 2 (MMP-
2). Ketika asam askorbat ditambahkan dalam jumlah fisiologis ke sel amnion
manusia (WISH cells), penurunan aktivitas gelatinolytic-collagen I dan III
tergantung dosis. Analisis media kultur mengungkapkan bahwa MMP-2 mRNA
menurun dikarenakan penambahan asam askorbat. Dalam percobaan yang sama,
produksi kolagen I meningkat sebagai respons terhadap peningkatan paparan
asam askorbat.13
Sebagai antioksidan, peran utama vitamin C adalah untuk menetralisir
radikal bebas. Karena asam askorbat larut dalam air, ia dapat bekerja dengan baik
di dalam dan di luar sel untuk memerangi kerusakan radikal bebas. Radikal bebas
mencari pasangan elektron untuk mendapatkan kembali stabilitas mereka.
Vitamin C adalah sumber elektron yang sempurna sehingga dapat
menyumbangkan electron kepada radikal bebas seperti radikal hidroksil dan
superoksida dan menyempurnakan reaktivitas mereka.58
Vitamin C melindungi DNA sel dari kerusakan yang disebabkan oleh
radikal bebas dan mutagen. Ia mencegah perubahan genetik yang berbahaya
dalam sel dan melindungi limfosit dari mutasi pada kromosomnya.58
Vitamin C mencegah kerusakan radikal bebas dalam paru-paru dan bahkan
dapat membantu melindungi sistem saraf pusat dari kerusakan tersebut. Dalam
Universitas Sumatera Utara
16
sebuah penelitian pada marmut, terapi asam askorbat secara efektif mengurangi
kerusakan paru-paru akut yang disebabkan oleh pemberian radikal oksigen bebas
anion super oksida ke trakea. Asam askorbat juga telah diuji sebagai antioksidan
untuk reaksi inflamasi pada tikus. Dosis tinggi yang diberikan setelah namun tidak
sebelum cedera berhasil menekan edema.58
Sebagai antioksidan, vitamin C dapat meremajakan vitamin E,
menjadikannya sebagai kontributor tidak langsung untuk memerangi kerusakan
radikal bebas dalam lemak. Tidak mengherankan bahwa dua nutrien ini dapat
menjadi mitra yang efektif dalam mengurangi proses destruktif dari per-oksidasi
lipid. Dalam penelitian pada hewan dan manusia pengurangan ini terjadi pada
subyek dengan diabetes, arteriosklerosis otak atau gangguan jantung. Bersama-
sama vitamin C dan vitamin E dapat membantu mencegah pembekuan darah,
suatu kondisi yang berkontribusi terhadap risiko stroke. Kombinasi sinergis dari
vitamin C dan vitamin E dapat lebih meningkat dengan penambahan vitamin A.
Dalam sebuah penelitian kombinasi ini efektif dalam meningkatkan karakteristik
perlindungan antioksidan enzimatik dan nonenzimatik dari hati pada tikus.
Kombinasi antioksidan klasik terbentuk ketika vitamin C ditambahkan dengan
vitamin E, beta-karoten dan selenium. Ia membantu untuk meringankan
pankreatitis, atau inflamasi dari pankreas dalam satu penelitian.
58
Peningkatan yang diinduksi ROS dalam per oksidasi lipid memainkan
peran penting dalam mekanisme kerusakan lambung yang disebabkan oleh ASA
(aspirin), vitamin C melemahkan efek merusak dari ASA dalam penyembuhan
ulkus akibat aktivitas antioksidasi dengan mekanisme yang melibatkan pelestarian
Universitas Sumatera Utara
17
mikrosirkulasi lambung dan melemahkan per oksidasi lipid dan pelepasan
sitokin.58
Orang tua yang menkonsumsi suplemen vitamin C dan vitamin E memiliki
risiko 50% lebih rendah dari kematian lebih dini akibat penyakit daripada orang-
orang yang tidak menkonsumsi suplemen. Sebuah penelitian di California
menyimpulkan bahwa orang yang mengkonsumsi vitamin C lebih dari 750 mg /
hari mengurangi risiko kematian lebih dini sebesar 60%.58
Vitamin C melindungi sperma dari kerusakan oksidatif, meningkatkan
kualitas sperma pada perokok dan efektif dalam mengobati aglutinasi sperma,
kondisi yang menyebabkan sperma tetap bersama-sama. Satu gram Vitamin C,
yang diminum setiap hari, membantu meningkatkan kesuburan pada pria yang
memiliki masalah dengan aglutinasi sperma. Vitamin C bertempur melawan
banyak polutan lingkungan termasuk CO, hidrokarbon, pestisida dan logam berat
dengan merangsang enzim dalam hati yang mendetoksifikasi tubuh. Dalam
beberapa penelitian, vitamin C telah mengurangi kelainan kromosom pada pekerja
yang terpapar polutan seperti tar batubara, stirena, metil metakrilat dan eter
terhalogenasi. Vitamin C juga melindungi dengan mencegah perkembangan
nitrosamin, bahan kimia yang menyebabkan kanker yang berasal dari nitrat yang
terkandung dalam banyak makanan.58
Kombinasi asupan vitamin E dan vitamin C, selama setidaknya 10 tahun
membantu mempertahankan fungsi kognitif yang lebih baik pada wanita pada usia
70 tahun.59
2.2.2. Absorpsi
Universitas Sumatera Utara
18
Pada manusia dan marmut, absorpsi vitamin C terjadi pada mukosa bukal,
lambung dan usus kecil. Absorpsi bukal dari vitamin C dimediasi oleh difusi pasif
melalui membran rongga bukal. Absorpsi gastrointestinal terjadi melalui
mekanisme transportasi yang efisien dan tergantung natrium yang aktif dan
memerlukan energi dan dimediasi oleh karier. Gabby dan Singh (1991) juga
menjelaskan absorpsi vitamin C terjadi melalui sistem transportasi aktif yang
terletak di usus dan re-absorpsi pada ginjal. Karena mekanisme absorpsi di usus
dan ginjal dapat mencapai titik jenuh, lebih baik untuk memakan beberapa dosis
yang lebih kecil dari vitamin C dalam satu hari daripada satu dosis besar. Pada
asupan yang lebih tinggi, proses ini tersaturasi; hingga 180 mg, ada rata-rata
absorpsi 70% pada perokok dan non-perokok, tetapi absorpsi menurun 50-16%
pada asupan melebihi kisaran 1,5-12 g. Sekitar 80-90% asam askorbat diabsorpsi
di saluran pencernaan. Asam yang diabsorpsi bersirkulasi bebas dalam plasma,
leukosit dan sel darah merah dan memasuki semua jaringan dengan konsentrasi
maksimum 68-86 mol / l plasma yang dapat dicapai dengan asupan oral 90-150
mg / hari. Tubuh menggunakannya dalam dua jam dan kemudian biasanya keluar
dari darah dalam tiga sampai empat jam. Vitamin C digunakan dengan lebih cepat
di bawah kondisi stres, dengan penggunaan alkohol dan dengan merokok. Kadar
vitamin C dari perokok jauh lebih rendah dibandingkan non-perokok yang
diberikan asupan yang sama. Demam, penyakit virus, antibiotik, obat nyeri,
produk minyak bumi atau karbon monoksida dan paparan logam berat
mengurangi absorpsi atau peningkatan pemanfaatan vitamin C. Antibiotik sulfa
meningkatkan eliminasi vitamin C dari tubuh 2 sampai 3 kali.58
Universitas Sumatera Utara
19
Ukuran kumpulan askorbat total tubuh dipengaruhi oleh absorpsi usus dan
tubulus ginjal yang terbatas. Askorbat tubuh mencapai maksimal 20 mg / kg berat
badan, yaitu dengan ukuran kumpulan total sekitar 1,5 g, ketika asupan askorbat
meningkat 30 sampai 180 mg / hari. Di atas tingkat asupan, ekskresi dalam urin
meningkat pesat.58
2.2.3. Metabolisme
Asam askorbat adalah gula kristal putih yang secara alamiah terjadi dalam
bentuk kimia asam L-Xylo-ascorbic acid dan D-Xylo-ascorbate. L- xylo-ascorbate
tidak memiliki aktivitas vitamin. Ia secara reversibel dioksidasi menjadi asam
dehidroaskorbat L pada paparan dengan tembaga, kondisi panas atau agak basa.
Asam askorbat L dan asam dehidroaskorbat L adalah bentuk aktif secara fisiologis
dari vitamin C. Oksidasi lebih lanjut dari asam dehidroaskorbat L menjadi 2,3-
diketo-L-gluconid acid dan oksalat bersifat ireversibel. Sulfasi dari askorbat
menjadi askorbat-2-sulfat adalah jalur minor dengan signifikansi biologis yang
tidak jelas saat ini. Ia mungkin tidak memiliki sifat antiscorbutik atau untuk
bertindak sebagai agen sulfasi yang penting secara in vivo.58
Jalur utama dari oksidasi dan turn-over asam askorbat diyakini melibatkan
pengeluaran dari dua elektron dan dengan menghasilkan radikal bebas askorbat
(AFR) pertama dan kemudian dehidroaskorbat. Dua molekul AFR dapat bereaksi
bersama untuk membentuk satu molekul askorbat dan satu dehidroaskorbat. Atau,
AFR dapat direduksi oleh enzim tergantung NADH mikrosomal, mono-dehidro-
L-ascorbate oxidoreductase menjadi askorbat.58
Universitas Sumatera Utara
20
Gambar 3. vitamin C dapat mendonorkan atom hidrogen dan membentuk
radikal bebas askorbil yang relatif stabil60
2.2.4. Sumber Makanan
Buah dan sayuran merupakan sumber yang baik dari vitamin C, dan ~ 90%
dari asupan harian pada populasi umum berasal dari sumber-sumber ini.
Kandungannya bervariasi di antara spesies, tetapi buah jeruk, kiwi, mangga, dan
sayuran seperti brokoli, tomat, kentang, dan paprika merupakan sumber yang kaya
akan vitamin C. Karena vitamin C menurun ketika dipanaskan dan selama
penyimpanan, pengolahan dan prosedur persiapan harus dipertimbangkan saat
memperkirakan asupan vitamin C. Sebanyak 5-9 porsi segar, yang diproses
dengan minimal, atau buah dan sayuran beku per hari diperkirakan sama dengan ~
200 mg vitamin C. Adanya vitamin C dalam produk makanan selain buah dan
sayuran biasanya karena fungsi tambahannya sebagai pengawet untuk makanan
olahan untuk melindungi terhadap oksidasi. Di daerah di mana vegetasi jarang,
seperti daerah Arktik, orang secara tradisional mengandalkan sumber-sumber
alternatif dari vitamin C, seperti tanaman obat (teh herbal dan tincture dari
pinggul mawar, jarum pinus, dan kulit pohon) dan organ hewan, seperti hati
mentah dan kulit ikan paus.61,62
Universitas Sumatera Utara
21
2.2.5. Rekomendasi Asupan
Berdasarkan pada asupan vitamin C yang diperlukan untuk mencapai
mendekati kejenuhan dalam plasma dan leukosit dengan ekskresi urin yang
minimal, dan disesuaikan dengan massa tubuh, RDA sebesar 75 untuk wanita dan
90 mg / hari untuk laki-laki ditentukan oleh US Institute of Medicine (IOM) pada
tahun 2000. RDA untuk wanita hamil adalah 85 mg / hari dan menyusui (≥ 19
tahun) sebesar 120 mg / hari. Tidak ada RDA yang ditetapkan untuk bayi, asupan
yang memadai dari vitamin C ditetapkan sebesar 40 mg / hari untuk bayi sampai
usia 6 bulan, dan 50 mg / hari untuk bayi hingga 12 bulan. Untuk anak-anak,
rekomendasi tersebut berdasarkan pada estimasi massa tubuh dalam kaitannya
dengan orang dewasa: 15 mg / hari untuk anak-anak sampai usia 3 tahun, 25 mg /
hari untuk anak-anak hingga usia 8 tahun, dan 45 mg / hari untuk anak-anak
sampai usia 13 tahun. RDA untuk remaja berdasarkan pada jenis kelamin: 75 mg /
hari untuk remaja laki-laki dan 65 mg / hari untuk remaja perempuan usia 13-17
tahun.61
Telah lama diketahui bahwa perokok dan individu yang terpapar asap
tembakau lingkungan (perokok pasif) memiliki status vitamin C yang lebih rendah
dibandingkan bukan perokok. Hal ini diyakini sebagian karena kebiasaan makan
yang buruk, tetapi juga karena sifat oksidasi asap tembakau, yang mengakibatkan
peningkatan turn-over vitamin C. Akibatnya, IOM merekomendasikan bahwa
perokok mendapatkan vitamin C tambahan 35 mg / hari. Tidak ada peningkatan
RDA yang telah ditetapkan untuk perokok pasif, tetapi mereka sangat dianjurkan
untuk memastikan bahwa mereka memenuhi standar RDA-nya.61
Universitas Sumatera Utara
22
Data terakhir menunjukkan bahwa RDA untuk vitamin C yang saat ini
ditetapkan oleh IOM untuk pria dan wanita mungkin terlalu rendah. Berdasarkan
tinjauan komprehensif dari bukti ilmiah dari metabolisme manusia,
farmakokinetik, dan studi observasional serta uji coba terkontrol acak tahap 2,
disimpulkan bahwa 200 mg / hari adalah asupan optimal dari vitamin C untuk
sebagian besar populasi orang dewasa untuk memaksimalkan manfaat kesehatan
potensial dari vitamin dengan risiko yang paling kecil untuk ketidakcukupan atau
efek kesehatan yang merugikan.63
2.2.6. Toksisitas
Vitamin C umumnya aman dan ditoleransi dengan baik, bahkan dalam
dosis besar. IOM menentukan Tolerable Upper Intake Level untuk konsumsi
vitamin C oral sebesar 2 g sehari untuk orang dewasa berdasarkan pada gangguan
pencernaan yang diamati pada beberapa individu dengan dosis yang lebih tinggi.
Jumlah asupan vitamin C yang tinggi telah dikaitkan dengan peningkatan risiko
batu ginjal, meskipun bukti bercampur dan tidak konsisten. Rekomendasi saat ini
adalah untuk menghindari suplemen vitamin C pada mereka yang rentan terhadap
pembentukan batu ginjal. Vitamin C yang dikonsumsi dengan besi dapat
meningkatkan risiko kelebihan zat besi pada individu yang rentan. Pasien dengan
kondisi ini tidak harus menghindari makan buah dan sayuran, tetapi membatasi
asupan zat besi sebagai gantinya. Vitamin C telah dilaporkan menyebabkan
hemolisis pada individu dengan defisiensi glukosa-6-fosfat dehidrogenase, namun
laporan tersebut belum dibuktikan.61
Universitas Sumatera Utara
23
2.2.7. Penggunaan Klinis
RDA saat ini untuk vitamin C sebagian besar melebihi jumlah
yang diperlukan untuk mencegah penyakit sucrvy (~ 10 mg / hari). Namun,
mengingat kemungkinan keparahan dari kejadian yang berkaitan dengan penyakit
sucrvy, terapi penggantian segera disarankan ketika tanda atau gejala klinis dari
kekurangan vitamin C diidentifikasi. Suplementasi oral dengan 500 mg / hari akan
cukup dalam kasus ringan, namun terapi parenteral mungkin diperlukan pada
kasus yang berat dan dalam kasus-kasus gangguan fungsi usus atau kurangnya
kepatuhan. Kekurangan vitamin C subklinis sulit dideteksi karena gejala khas,
kelelahan dan kelemahan tidak spesifik. Kekurangan vitamin C yang jelas dapat
dilihat pada populasi kurang gizi, termasuk orang-orang dengan kondisi kronis,
kebiasaan makan yang buruk, malabsorpsi, atau dependensi kimia.61
Literatur epidemiologi telah menemukan hubungan antara status vitamin C
yang buruk dan peningkatan risiko penyakit kardiovaskular (CVD), termasuk
penyakit jantung koroner, stroke iskemik, dan hipertensi. Mereka dengan
konsentrasi vitamin C plasma mendekati jenuh tampaknya memiliki risiko CVD
yang paling rendah, yang menunjukkan bahwa asupan yang lebih besar dari RDA
diperlukan untuk mencapai manfaat kesehatan ini. Namun, uji coba terkontrol
secara acak yang dirancang dengan baik belum dilakukan untuk mengkonfirmasi
atau menolak hubungan sebab akibat antara status vitamin C dan CVD. Dengan
demikian, suplementasi profilaksis untuk individu yang berisiko tinggi saat ini
tidak direkomendasikan oleh komunitas medis. Sebaliknya, sejumlah besar studi
intervensi besar telah mengkonfirmasi bahwa suplementasi pada individu yang
sudah bergizi baik tidak memiliki manfaat kesehatan tambahan.61,64
Universitas Sumatera Utara
24
Penggunaan klinis lain dari vitamin C adalah untuk meningkatkan absorpsi
besi hon-heme. Dalam usus kecil, vitamin C mereduksi zat besi dan
memungkinkan transportasi yang efisien di seluruh epitel usus. Makanan sumber
vitamin C atau suplemennya, bila dikonsumsi dengan besi, dapat menyebabkan
peningkatan produksi hemoglobin pada pasien anemia. Penelitian terbaru di NIH
dan University of Iowa telah menyarankan bahwa dosis gram dari vitamin C
intravena mungkin memiliki manfaat dalam terapi kanker bersamaan dengan
kemoterapi standar. Efek menguntungkan dari vitamin C intravena ini mungkin
karena autooksidasi askorbat dan generasi hidrogen peroksida, yang toksik secara
selektif bagi sel-sel kanker.61
2.3. Vitamin C dalam kehamilan
Kadar serum asam askorbat plasma ibu menurun secara normal pada
kehamilan sampai trimester ketiga. Konsentrasi vitamin C lebih tinggi pada janin
daripada ibu. Vitamin ditransfer secara pasif di seluruh plasenta sebagai asam
dehidroaskorbat dan diubah menjadi asam askorbat yang kurang permeabel dalam
kompartemen janin.13
Penurunan progresif dalam konsentrasi vitamin C serum yang diamati
tersebut dapat menunjukkan peningkatan utilisasi vitamin pada ibu hamil untuk
menjaga homeostasis spesies oksigen reaktif yang normal dengan menggunakan
vitamin untuk membersihkan spesies oksigen reaktif yang berlebihan yang
dihasilkan selama status kehamilan. Temuan ini lebih lanjut mendukung laporan
sebelumnya mengenai penurunan kadar nutrient antioksidan dalam kehamilan.
Karena konsentrasi vitamin C serum ditemukan paling rendah pada trimester
ketiga, ini menunjukkan bahwa stres oksidatif paling tinggi selama trimester
Universitas Sumatera Utara
25
kehamilan ini. Hal ini oleh karena itu menggarisbawahi kebutuhan suplementasi
vitamin C di seluruh periode kehamilan karena rata-rata konsentrasi vitamin C
serum dalam ketiga trimester secara signifikan lebih rendah dari normal. Hal ini
juga menguatkan bukti klinis mengenai manfaat tegas dari suplementasi
antioksidan untuk memproteksi terhadap spesies oksigen reaktif yang berlebihan
selama kehamilan.65
Kehamilan normal menginduksi perubahan besar dalam anatomi dan
fisiologi maternal yang melibatkan proses metabolisme untuk mendukung
pertumbuhan dan perkembangan janin. Perubahan besar dalam hemodinamik ibu
meliputi peningkatan volume plasma, curah jantung dan denyut nadi serta
penurunan resistensi vaskuler sistemik. Metabolisme bahan bakar juga diubah
untuk menjamin suplai substrat yang siap tersedia untuk plasenta dan janin.
Adaptasi metabolik kehamilan cenderung untuk menyebabkan peningkatan berat
badan, peningkatan penumpukan lemak di tubuh maupun di paha, resistensi
insulin, hemodilusi dan hiperlipidimia.66
Proses konversi oksidatif asam lemak tak jenuh dengan produk utama
yang dikenal sebagai lipid hidroperoksida dan berbagai metabolisme sekunder
yang disebut sebagai proses radikal bebas dari peroksidasi lipid. Di dalam tubuh
ROS dan antioksidan tetap seimbang. Bila keseimbangan terganggu terhadap ROS
yang melimpah, stres oksidatif terjadi. Pada mamalia ROS merupakan faktor
penting dari replikasi sel, diferensiasi dan pertumbuhan selama kehamilan. Pada
wanita ROS berperan dalam remodeling jaringan uterus, implantasi embrio,
penyelesaian vili dan perkembangan pembuluh darah yang merupakan
karakteristik dari kehamilan. Jadi kehamilan adalah kondisi yang penuh stres
Universitas Sumatera Utara
26
dimana banyak fungsi fisiologis dan metabolisme yang diubah hingga batas
tertentu. 66
Penanda peroksidasi lipid (MDA) telah diamati meningkat selama
perkembangan kehamilan normal seperti yang diamati oleh beberapa peneliti.
Meningkatnya kadar lipid dalam kehamilan dapat meningkatkan kerentanan dari
polyunsaturated fatty acids (PUFA) terhadap kerusakan peroksidasi yang
kemungkinan oleh radikal bebas yang dapat menyebabkan peningkatan produksi
MDA. Peroksidasi lipid juga diinduksi dalam plasenta. Peroksida lipid yang
berasal dari trofoblas dan kompartemen inti vili yang disekresikan ke dalam
sirkulasi ibu mungkin menambah kadarnya dalam darah ibu dengan dimulainya
kaskade peroksidasi. Karena plasenta kaya akan mitokondria ia mendukung stres
oksidatif selama kehamilan.66
Berkurangnya asam askorbat sebagai antioksidan yang larut dalam air
dilaporkan berfungsi sebagai pertahanan lini pertama dari antioksidan terhadap
radikal bebas yang dijumpai terutama dalam plasma. Kemungkinan bahwa asam
askorbat dikonsumsi sebagai pertahanan terhadap stres oksidatif. Ketika kapasitas
asam askorbat terlampaui, radikal bebas bisa berdifusi melalui membran sel dan
memulai peroksidasi lipid.66
Dengan demikian peningkatan kadar produk peroksidasi lipid yaitu MDA
dan penurunan kadar asam askorbat menunjukkan stres oksidatif dalam kasus
primigravida normal. Ada peningkatan stres oksidatif dengan bertambahnya usia
kehamilan.66
Universitas Sumatera Utara
27
Darah ibu yang rendah dan tingkat leukosit vitamin C dikaitkan dengan
peningkatan risiko KPD. Kadar asam askorbat plasma dari pengambilan sampel
darah yang diperoleh antara bulan keenam dan ke delapan kehamilan ditemukan
lebih rendah pada pasien dengan ruptur membran spontan sebelum persalinan
dibandingkan dengan kadar asam askorbat dari pasien inpartu dengan membran
utuh. Pasien dengan kadar asam askorbat plasma <10 nmol / L, 14,6% mengalami
ruptur membrane spontan sebelum onset inpartu sedangkan hanya 1,4%
mengalami ruptur membrane spontan sebelum onset inpartu jika kadar asam
askorbat plasma melebihi 30 nmol / L. Tingkat rata-rata asam askorbat yang lebih
rendah telah diukur dalam cairan ketuban wanita hamil yang merokok (77 nmol /
L) bila dibandingkan dengan tingkat pada wanita hamil yang tidak merokok (159
nmol / L); perbandingan ini lebih besar daripada perbandingan rata-rata tingkat
darah perokok dibandingkan bukan perokok (65 nmol / L vs 42 nmol / L).13,15
Universitas Sumatera Utara
28
Gambar 4. Peran vitamin C (biru muda) dan vitamin E (biru) untuk
merangsang, menguatkan, dan melindungi kolagen dalam korion dan
amnion untuk mencegah terjadinya KPD.13
Dalam studi prospektif, kadar leukosit vitamin C diukur pada wanita hamil
pada usia kehamilan 20, 28, dan 32 minggu. Tingkat vitamin C yang rendah pada
kehamilan 20 minggu mengidentifikasi wanita dengan peningkatan kejadian KPD
(P <0,05). Temuan klinis yang menurunkan kadar asam askorbat plasma dan
leukosit berkorelasi dengan peningkatan risiko untuk KPD konsisten dengan
tindakan biologis vitamin C untuk merangsang sintesis dan memperkuat kolagen,
sekaligus melindunginya dari kerusakan oleh ROS.13,16
Nilai referensi kadar vitamin C normal 0,6 mg / dl dilaporkan oleh Nino
dan Shaw, dkk., yang telah diterima dan telah digunakan dalam beberapa
penelitian hal ini akan meningkatkan proporsi peserta dengan konsentrasi vitamin
C yang rendah.
2.4. Hubungan vitamin C dan KPD
Asam askorbat sangat penting untuk produksi dan pemeliharaan kolagen.
Ini memodulasi transkripsi mRNA kolagen, memainkan peran penting baik dalam
pembentukan triple helix kolagen dan stabilisasi juga terlibat dalam pembentukan
penguatan cross-link kolagen. Status vitamin C yang tidak adekuat selama
kehamilan dapat mengganggu perkembangan matriks ekstraseluler membran
ketuban.3,24
Universitas Sumatera Utara
29
Telah dilaporkan bahwa asam askorbat dapat menurunkan regulasi
ekspresi mRNA MMP2 dalam sel WISH. Namun pengamatan ini tidak dibuktikan
oleh penelitian proteomik dan perlu dikonfirmasi dalam jaringan amnion. Telah
dilaporkan konsentrasi asam askorbat yang secara signifikan lebih rendah dalam
jaringan amniotik dari wanita KPD dibandingkan dengan kontrol. Namun,
meskipun peran pasti bahwa vitamin C berperan dalam pembentukan kolagen,
konsentrasi kolagen dalam membran ketuban tidak menunjukkan hubungan yang
signifikan dengan konsentrasi askorbat membran amniotik. Ada kemungkinan
bahwa proses persalinan dan tegangan mekanis dan oksidatif yang terkait
dengannya mungkin telah mengacaukan hubungan prelabor apa pun.3,25
Penurunan sampai 80% dalam asam askorbat plasma dengan persalinan
KPD telah dilaporkan. Defisiensi mikronutrien yang mengarah ke struktur
kolagen yang abnormal telah dikaitkan dengan peningkatan risiko persalinan
dengan KPD. Vitamin C mikronutrien adalah antioksidan larut air yang efektif
yang mengais beberapa spesies oksigen reaktif, sehingga mengurangi stres
oksidatif. Ia juga bertindak sebagai enzimatik ke enzim lysyl hydroxylase dan
prolyl hydroxylase, yang diperlukan untuk sintesis hydroxyproline dan
hydroxylysine. Kolagen membutuhkan jembatan hidroksiprolin di seluruh triple
helix untuk memberikan stabilitas. Asam askorbat juga menyebabkan
downregulation dari metalloproteinase-2 dan biosintesis kolagen di mana
diperlukan untuk pembentukan struktur heliks triple kolagen. Dengan demikian,
asam askorbat berpartisipasi dalam keseimbangan antara sintesis dan degradasi
kolagen dan ini mungkin penting dalam mengurangi terjadinya KPD prematur.5
Universitas Sumatera Utara
30
Asam askorbat juga memiliki fungsi antioksidan melalui aktivitas
pembilasan radikal bebasnya. Peningkatan konsentrasi penanda kerusakan
oksidatif di jaringan dari persalinan KPD dibandingkan dengan kontrol. Secara
khusus, karbonil protein meningkat dalam jaringan KPD dibandingkan dengan
kontrol. Konsentrasi MDA secara signifikan meningkat pada jaringan KPD yang
ruptur dibandingkan dengan jaringan yang sama dari pasien kontrol. Perbandingan
tidak diamati di tempat ruptur, tetapi ini mungkin mencerminkan stres oksidatif di
lokasi ruptur dan peningkatan dengan proporsi lebih kecil dari peroksidasi lipid
dalam hubungannya dengan persalinan KPD.3,26
Universitas Sumatera Utara
31
2.5. Kerangka Teori
Asupan Vitamin C
kurang selama
kehamilan
Melambatnya
pembentukan
hydroxyproline
Ketuban Pecah
Dini (KPD)
Depolimerasi kolagen
pada selaput
korion/amnion
Ketuban tipis, lemah (rapuh),
mudah pecah spontan
terganggunya proses
biosintesis kolagen
MMP-2 Oxidative stress
meningkat
merenggangnya
ikatan triple helix
polipeptida
kolagen
Degradasi
matriks
membran
ekstraseluler
ketuban
Universitas Sumatera Utara
32
2.6. Kerangka Konsep
Variabel Independen Variabel Dependen
2.7. Hipotesis Penelitian
Terdapat perbedaan kadar serum vitamin C pada ketuban pecah dini
dibandingkan dengan kadar vitamin C pada kehamilan normal.
Kadar Vitamin C
serum
Ketuban Pecah
Dini
Universitas Sumatera Utara
33
BAB 3
METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Jenis dan Rancangan Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian analitik komparatif dengan rancangan
penelitian case-control yang menilai perbandingan kadar vitamin C serum pada
wanita hamil yang mengalami KPD dan hamil normal.
3.2. Tempat dan Waktu Penelitian
3.2.1. Tempat penelitian
Tempat penelitian ini dilakukan di RSUP. H. Adam Malik Medan, dan
Rumah Sakit Jejaring Medan.
3.2.2. Waktu penelitian
Penelitian ini dilakukan pada Januari 2019 sampai besar sampel terpenuhi
dan setelah mendapatkan ethical clearance dari Komisi Etik Penelitian Fakultas
Kedoteran Universitas Sumatera Utara
3.3. Populasi dan sampel Penelitian
3.3.1. Populasi Penelitian
Populasi dari penelitian adalah wanita bersalin yang datang ke RSUP H.
Aadam Malik Medan dan RS Jejaring Medan dengan diagnosis KPD dan tanpa
diagnosis KPD.
Universitas Sumatera Utara
34
3.3.2. Sampel Penelitian
Sampel penelitian adalah wanita bersalin dengan dan tanpa diagnosis KPD
yang sudah memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi yang diambil dengan teknik
consecutive sampling.
3.4. Kriteria Inklusi dan Eksklusi
3.4.1. Kriteria Inklusi
1. Wanita Hamil dengan KPD dan tanpa KPD
2. Wanita yang bersalin di RSUP HAM dan Rumah Sakit Jejaring Medan
3. Usia kehamilan ≥ 20 minggu
4. Kehamilan Janin Tunggal
3.4.2. Kriteria Eksklusi
1. Sampel darah rusak
2. Polihidramnion
3. Gemelli
3.5. Besar Sampel
Besar sampel diperoleh dengan menggunakan rumus besar sampel untuk analitik
komparatif tidak berpasangan :
Zα = Nilai baku normal dari tabel Z yang besarnya tergantung pada nilai α
yang ditentukan Zα = 1,64
Universitas Sumatera Utara
35
Zβ = Nilai baku normal dari table Z yang besarnya tergantung pada nilai β
yang ditentukan Zβ = 0,84
SD = 0,1458. (Rerata simpangan baku kadar Vitamin C serum)
X1-X2 = 0,12 ng/dl (Selisih rerata vit C serum dari kedua kelompok)
Data SD dan X1-X2 (Richa S; 2014)
n1 = n2 = 18 18 + (10% n) = 20 orang
Sehingga total besar sampel pada penelitian ini adalah sebanyak 40 orang.
3.6. Identifikasi Variabel
3.6.1. Variabel Bebas
Kadar Vitamin C Serum
3.6.2. Variabel Tergantung
Kejadian KPD
3.7. Definisi Operasional
Tabel 3.1. Definisi Operasional
No Variabel Definisi Cara Ukur Kategori Skala
1 Kadar
Vitamin C
Serum
Kadar Vitamin C
yang terdapat dalam
serum ibu hamil
sebelum tanda – tanda
inpartu dan persalinan
terjadi
Pemeriksaan
laboratorium
dengan sampel
darah pasien
ng/ml Rasio
2 Ketuban
Pecah dini
Kejadian pecahnya
amnion pada wanita
yang sedang hamil
tanpa adanya tanda –
tanda Inpartu
Anamnesis,
Pemeriksaan
fisik, USG,
dan Tes
Nitrazin
Menderita
Tidak
Menderita
Ordinal
3 Usia Lama hidup pasien
dari sejak lahir sampai
penelitian dilakukan
Anamnesis
dan Rekam
Medis
< 20 tahun
20-25 tahun
26-31 tahun
Ordinal
Universitas Sumatera Utara
36
32-37 tahun
> 37 tahun
4 Gravida Wanita yang sedang
hamil
Anamnesa
riwayat jumlah
kehamilan
Primigravida
(wanita yang
hamil untuk
pertama kalinya
Multigravida (wanita yang
hamil lebih dari
1 kali
Ordinal
5 Usia
kehamilan
masa sejak terjadinya
konsepsi sampai
dengan saat
kelahiran
Anamnesa dari
hari pertama
haid terakhir
lalu dilakukan
penghitungan
usia kehamilan
<24 minggu
25-28 minggu
29-32 minggu
33-36 minggu
37-40 minggu
Ordinal
6 Status
Nutrisi /
Gizi
Ibu
Status gizi merupakan
gambaran
terpenuhinya
kebutuhan gizi yang
diukur dengan
indikator (LILA)
adalah penilaian status
gizi untuk mengetahui
ibu hamil umur 15-45
tahun yang
mengalami gizi
kurang
Pita ukur
LILA Gizi baik jika
ukuran LILA ≥
23,5 cm
Gizi kurang jika ukuran
LILA ≤ 23,5
Ordinal
3.8. Instrumen Penilaian
Peneliti melakukan penelitian terhadap wanita hamil yang mengalami
KPD. Kemudian dilakukan anamnesis, usia ibu, gravida, pemeriksaan fisik, dan
pencatatan hasil pengukuran LILA (Lingkar Lengan Atas ). Kemudian dilakukan
penilaian kadar serum vitamin C dari wanita hamil yang mengalami KPD dan
wanita hamil yang tidak mengalami KPD. Untuk pemeriksaan vitamin C serum,
dilakukan pengambilan sampel darah sebanyak 3 cc, dimasukkan ke dalam tabung
Universitas Sumatera Utara
37
vacutainer 3cc kemudian dikirim ke laboratorium terpadu USU dan dilakukan
sentrifuge selama 10 menit dengan kecepatan 3.600 putaran per menit (rpm).
Kemudian serum dipisahkan 2 cc dimasukkan dalam microtube untuk diperiksa
kadar vitamin C dalam serum darah. Pemeriksaan dengan menggunakan Kit
ascorbic acid khusus serum menggunakan metode kromatografi. Hasil dicatat lalu
dilakukan analisa.
3.9. Rancangan analisis
Hasil penelitian ini disajikan ke dalam tabel distribusi frekuensi. Untuk
menilai distribusi frekuensi karakteristik sampel penelitian berdasarkan usia,
gravida, usia kehamilan, dan status nutrisi, dilakukan analisa statistik univariat.
Untuk menilai gambaran kadar serum vitamin C antara wanita dengan KPD dan
wanita tanpa KPD dilakukan analisa statistik Bivariat dengan menggunakan T-
Test independent. Penelitian ini menggunanakan tingkat kepercayaan 95%.
3.10. Cara Kerja dan Teknik Pengumpulan Data
Setelah mendapat persetujuan dari komisi etik untuk melakukan penelitian,
penelitian dimulai dengan mengumpulkan subyek penelitian sesuai kriteria
inklusi dan eksklusi.
Peneliti kemudian mengumpulkan wanita yang datang ke bagian obstetri di
RSUP H. Adam Malik dan Rumah Sakit Jejaring Medan.
Peneliti kemudian membagi 2 kelompok wanita hamil, yaitu dengan diagnosis
KPD dan tanpa diagnosis KPD
Dilakukan anamnesis dan pemeriksaan fisik
Universitas Sumatera Utara
38
Dilakukan penilaian kadar serum vitamin C
Data dikumpulkan kemudian dianalisis secara statistik
3.11. Kerangka Kerja
3.12. Etika Penelitian
Semua peserta penelitian yang diikutsertakan dalam penelitian ini adalah
wanita yang bersalin dengan KPD dan hamil normal di RSUP. H. Adam Malik
Medan dan RSU. Jejaring Medan. Data – data yang ada akan dicatat oleh peneliti
dan kemudian dilakukan pengolahan data. Penelitian ini dilakukan dengan
persetujuan dari Komite Etik Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.
Analisis statistik
Sampel penelitian
Pengumpulan identitas dan data subyek
dari anamnesa dan rekam medis
Pemeriksaan fisik, Pemeriksaan status
nutrisi
Penilaian kadar serum vitamin C
Universitas Sumatera Utara
39
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil Penelitian
Telah dilakukan suatu penelitian potong lintang untuk menganalisa
perbandingan kadar vitamin C pada KPD dan hamil normal di RSUP H. Adam
Malik dan Rumah Sakit Jejaring Medan Penelitian ini menggunakan sampel
sebanyak 40 orang sampel yang memenuhi kriteria inklusi dan ekslusi.
Karakteristik dari subjek yang mengikuti penelitian dapat dilihat pada tabel di
bawah ini.
Tabel 4.1. Karakteristik Subjek Penelitian
Karakteristik Status Ibu Hamil
KPD Normal
N % N %
Paritas
Primigravida 13 65 3 15
Multigravida 7 35 17 85
Usia Kehamilan
< 24 minggu 1 5 1 5
24-28 minggu 1 5 1 5
29-32 minggu 1 5 1 5
33-36 minggu 7 35 7 35
37-40 minggu 10 50 10 50
Total 20 100 20 100
Universitas Sumatera Utara
40
Karakteristik Status Ibu Hamil
KPD Normal
N % N %
Usia Ibu
< 20 tahun 1 5 0 0
20-25 tahun
26-31 tahun
32-37 tahun
>37
8
7
3
1
40
35
15
5
2
8
9
1
10
40
45
5
Status Gizi
Gizi baik
Gizi kurang
12
8
60
40
20
0
100
0
Total 20 100 20 100
Berdasarkan tabel 4.1 gambaran karakteristik pada wanita hamil dengan
KPD menunjukkan bahwa sebagian besar (65%) dalam kategori primigravida dan
lainnya (35%) multigravida, sedangkan pada wanita hamil normal umumnya
dalam kategori paritas multigravida (85%) dan lainnya (15%) termasuk dalam
kategori primigravida.
Berdasarkan usia kehamilan baik pada kelompok KPD dan kelompok
tanpa KPD lebih banyak dengan usia kehamilan 37-40 minggu (50%), diikuti
dengan usia kehamilan 33-36 minggu (35%) dan lainnya usia kehamilan <24
minggu, 24-28 minggu dan 29-32 minggu masing-masing sebanyak 5%.
Berdasarkan kategori usia ibu, pada kelompok KPD, didapatkan subjek
penelitian lebih banyak dengan usia 20-25 tahun (40%) diikuti dengan usia 26-31
tahun (35%) dan paling rendah dengan usia < 20 tahun dan usia >37 tahun
masing-masing sebanyak 5%. Sementara pada kelompok non KPD didapatkan
subjek penelitian lebih banyak dengan usia 32-37 (45%) tahun dan pada usia 26-
Universitas Sumatera Utara
41
31 tahun (40%) diikuti dengan usia 20-25 tahun (10%) dan paling rendah dengan
usia dan usia >37 tahun masing-masing sebanyak 5%.
Berdasarkan kategori status gizi pada kelompok KPD didapatkan sebagian
besar (60%) gizi baik, lainnya (40%) dengan gizi kurang. Sementara pasien
kelompok non KPD seluruhnya dengan status gizi baik (100%).
Tabel 4.2. Perbedaan rerata kadar vitamin C pada wanita KPD dan Non
KPD
Kadar VIT C
(ng/mL) N Mean SD Min Max
Nilai p*
KPD 20 5.82 1,63 1,99 9,53
0,000
Non KPD 20 77,57 52,84 30,40 237,00
*Mann-Whitney Test
Tabel 4.2 menjelaskan bahwa kadar vitamin C serum pada kelompok ibu
hamil dengan KPD mempunyai rerata 5.82 ± 1,63 ng/mL lebih rendah dibanding
dengan kelompok ibu hamil normal mempunyai rerata kadar vitamin C yang
lebih tinggi yaitu 77,57 ± 52,84 ng/mL. Berdasarkan uji statistik Mann-Whitney,
menunjukkan ada perbedaan yang bermakna kadar vitamin C serum kedua
kelompok penelitian (p<0,05).
Universitas Sumatera Utara
42
Tabel 4.3. Perbedaan rerata kadar vitamin C pada wanita KPD dan Non
KPD berdasarkan usia ibu
Dari tabel 4.3. terdapat perbedaan rerata kadar vitamin C berdasarkan kelompok
usia ibu pada kelompok KPD yang tertinggi pada kelompok usia ibu >37 tahun
(9,53 ng/mL) dan semakin rendah pada usia ibu <20 tahun yaitu 5,07 ng/mL.
Namun pada kelompok non KPD, dimana kadar vitamin C jauh lebih tinggi juga
pada kelompok usia ibu >37 tahun (237 ng/mL) diikuti usia ibu 20-25 tahun (107
± 83,7 ng/mL) dan terendah pada usia ibu 26-31 tahun yaitu 64,12 ± 32,05
ng/mL.
Tabel 4.4. Perbedaan rerata kadar vitamin C pada wanita KPD dan Non
KPD berdasarkan gravida
Vitamin C
KPD Non KPD
Gravida
Primigravida 5,61 ± 1,66 48,3 ±12,5
Multigravida 6,29 ±1,60 82,7 ± 55,74
Dari tabel 4.4. berdasarkan kategori paritas terlihat perbedaan rerata kadar vitamin
C yaitu pada kelompok primigravida KPD lebih rendah (5,61 ± 1,66 ng/mL)
dibandingkan non KPD (48,3 ±12,5 ng/mL), demikian juga kadar vitamin C
Vitamin C
Usia Ibu KPD Non KPD
<20 5.07 -
20-25 5,26 ±1,90 107 ±83,7
26-31
32-37
>37
5.74 ±1,45
5,96 ±0,92
9,53
64,12 ±32,05
65,08 ±33,08
237
Universitas Sumatera Utara
43
pada kelompok multigravida KPD lebih rendah (6,29 ±1,60 ng/mL) dibandingkan
kelompok non KPD (82,7 ± 55,74 ng/mL).
Tabel 4.5. Perbedaan rerata kadar vitamin C pada wanita KPD
dan Non KPD berdasarkan usia kehamilan
Variabel < 24 25-28 29-32 33-36 37-40
KPD 5.07 5.60 9.53 5,57±1.83 5.7±1,38
Normal 167 237 132 67,68±34,69 54,23±19,1
Dari tabel 4.5. terdapat perbedaan rerata kadar vitamin C pada kelompok
KPD dan non KPD, dimana kadar vitamin C pada kelompok KPD lebih
rendah dibandingkan kelompok non KPD berdasarkan kategori usia
kehamilan.
Tabel 4.6. Perbedaan rerata kadar vitamin C pada wanita KPD dan
Non KPD berdasarkan status gizi
Vitamin C
KPD Non KPD
Gizi Baik 5.79 ±1,14 77,57 ±52,8
Gizi Kurang 6.04 ± 2,24 -
Dari tabel 4.6. dapat dilihat rerata kadar vitamin C pada kelompok KPD
gizi baik adalah 5.79 ±1,14 ng/mL dan gizi kurang sebesar 6.04 ± 2,24
ng/mL, sedangkan pada kelompok non KPD seluruhnya gizi baik dengan
rerata kadar vitamin C yang lebih tinggi yaitu 77,57 ±52,8 ng/mL.
4.2. Pembahasan
4.2.1. Usia
Universitas Sumatera Utara
44
Berdasarkan kategori usia terdapat perbedaan rerata kadar vitamin C pada
kelompok KPD dan non KPD. Pada kelompok KPD terbanyak kategori usia 20-
25 tahun (40%), sementara pada kelompok non KPD, terbanyak kategori usia 32-
37 tahun (45%). Usia sangat berpengaruh terhadap kesiapan ibu selama
kehamilan maupun menghadapi persalinan.36
Usia untuk reproduksi optimal bagi
seorang ibu adalah antara umur 20-35 tahun. Di bawah atau di atas usia tersebut
akan meningkatkan resiko kehamilan dan persalinan.37
Usia seseorang sedemikian
besarnya akan mempengaruhi sistem reproduksi, karena organ-organ
reproduksinya sudah mulai berkurang kemampuannya dan keelastisannya dalam
menerima kehamilan.
4.2.2. Gravida
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan didapatkan hasil bahwa
karakteristik pada wanita hamil dengan KPD dengan prosentase tertinggi
primigravida (65%) yang nilai rerata vitamin C adalah 5,61 ± 1,66 ng/mL, dan
karakteristik pada wanita hamil normal dengan prosentase tertinggi multigravida
(85%) yang nilai rerata vitamin C adalah 82,7 ± 55,74 ng/mL.
Paritas telah digunakan sebagai penanda risiko kehamilan pada nulipara
dan wanita grande multipara. Wanita nulipara dianggap memiliki risiko gangguan
hipertensi, persalinan operatif dan persalinan bayi lahir rendah berat badan.29
Sedangkan wanita dengan paritas tinggi terutama wanita dengan grand multipara
memiliki resiko pendarahan antepartum, diabetes mellitus gestational, kehamilan
terkait hipertensi, ketuban pecah dini, persalinan prematur dan perdarahan
postpartum.30
Universitas Sumatera Utara
45
Faktor paritas, terbagi menjadi primipara dan multipara. Primipara adalah
wanita yang pernah hamil sekali dengan janin mencapai titik mampu bertahan
hidup.. Ibu primipara yang mengalami ketuban pecah dini berkaitan dengan
kondisi psikologis, mencakup sakit saat hamil, gangguan fisiologis seperti emosi
dan termasuk kecemasan akan kehamilan.31
Pada ibu yang mengalami kecemasan, emosi saat hamil akan mengganggu
kondisi ibu, karena kelenjar adrenal akan menghasilkan hormon kortisol.
Sehingga ketika ibu mengalami kecemasan bagian otak yang bernama amygdala
akan mengirim sinyal ke hipotalamus, kemudian dari hypothalamus memproduksi
hormon CRH yang berhubungan dengan ACTH (adenokortikotropik hormon),
kemudian ACTH akan mengirim sinyal kepada kelenjar adrenal untuk
melepaskan kortisol. Tetapi apabila produksi kortisol berlebih akan menekan
sistem kekebalan tubuh, sehingga dimungkinkan ibu akan mudah terkena infeksi
atau inflamasi yang dapat menyebabkan peningkatan aktifitas iL-1 dan
prostaglandin, menghasilkan kolagenase jaringan, sehingga terjadi depolimerasi
kolagen pada selaput korion atau amnion, menyebabkan ketuban tipis, lemah dan
mudah pecah spontan sehingga terjadi ketuban pecah dini.32
Hasil penelitian ini sesuai degan penelitian Defrin dkk (2014) tentang
karakteristik pada wanita hamil dengan KPD mayoritas paritas dalam kategori
multipara sebanyak 84% dan tanpa KPD mayoritas dalam kategori multiparitas
sebanyak 59%.33
Paritas kedua dan ketiga merupakan keadaan yang relatif lebih aman saat
kehamilan dan melahirkan pada masa reproduktif, karena pada keadaan tersebut
dinding uterus belum banyak mengalami perubahan, dan serviks belum terlalu
Universitas Sumatera Utara
46
sering mengalami pembukaan sehingga dapat menyanggah selaput ketuban
dengan baik. Ibu yang telah melahirkan beberapa kali lebih berisiko mengalami
KPD, oleh karena vaskularisasi pada uterus mengalami gangguan yang
mengakibatkan jaringan ikat selaput ketuban mudah rapuh dan akhirnya pecah
spontan.31
Kehamilan yang terlalu sering, multipara atau grandemultipara
mempengaruhi proses embriogenesis, selaput ketuban lebih tipis sehingga mudah
pecah sebelum waktunya. Pernyataan teori dari menyatakan semakin banyak
paritas, semakin mudah terjadi infeksi amnion karena rusaknya struktur servik
pada persalinan sebelumnya. KPD lebih sering terjadi pada multipara, karena
penurunan fungsi reproduksi, berkurangnya jaringan ikat, vaskularisasi dan servik
yang sudah membuka satu cm akibat persalinan yang lalu.35
4.2.3. Usia kehamilan
Berdasarkan usia kehamilan baik pada kelompok KPD dan kelompok
tanpa KPD lebih banyak dengan usia kehamilan 37-40 minggu (50%), diikuti
dengan usia kehamilan 33-36 minggu (35%) dan lainnya usia kehamilan <24
minggu, 24-28 minggu dan 29-32 minggu masing-masing sebanyak 5%.
Usia kehamilan preterm adalah 28-36 (< 37 minggu) pada trimester ketiga
selaput ketuban mudah pecah, melemahnya kekuatan selaput ketuban ada
hubungannya dengan pembesaran uterus, kontraksi rahim dan gerakan janin. Hal
ini dikarenakan pecahnya selaput ketuban berkaitan dengan perubahan proses
biokimia yang terjadi dalam kolagen matrix ekstraseluler amionm korion dan
aptosis membran janin. Membran dan desidua bereaksi terhadap stimuli seperti
Universitas Sumatera Utara
47
infeksi dan peranan selaput ketuban dengan memproduksi mediator seperti
prostaglandin, sitokinin, dan protein hormone yang merangsang aktivitas matrixs
degrading enzyme. KPD pada kehamilan premature disebebkan oleh adanya
faktor – faktor eksternal misalnya infeksi dari vagina, polihidramnion,
inkompeten serviks dan solusio plasenta
Pada kehamilan aterm adalah usia kehamilan 37 – 42 minggu. Sesuai
dengan hasil penelitian ini juga didukung oleh pada penelitian lain yang
mengatakan bahwa 50% ibu yang mengalami KPD pada usai cukup bulan (aterm)
akan mulai mengalami proses persalinan dalam waktu 12 jam, 70 % dalam waktu
24 jam, 85% dalam waktu 84 jam, 95 % dalam waktu 72 jam. Menjelang usia
kehamilan cukup bulan kelemahan fokal terjadi pada selaput janin diatas os
serviks internal yang memicu adanya robekan dilokasi ini.
4.2.4. Status nutrisi
Berdasarkan status nutrisi pada subjek penelitian KPD sebagian besar gizi
baik (62,5%), sedangkan pada kelompok ibu hamil normal seluruhnya dengan
gizi baik (100%). WHO menyatakan bahwa gizi kurang pada kehamilan akhirnya
dapat menyebabkan beberapa penyakit dan penyulit dalam kehamila, diantaranya
gizi kurang, BBLR, ketuban pecah dini, perdarahan dan IUGR. Defisiensi
makanan memegang peranan yag sangat penting dalam timbulnya gizi kurang,
maka dapat dipahami bahwa frekuensi angka terjadinya gizi kurang di negara –
negara berkembang lebih tinggi jika dibandingkan dengan Negara – Negara maju.
Di Indonesia dari total jumlah ibu hamil 40 % diantaranya mengalami gizi kurang
dan 34 % malnutrisi kronis.
Universitas Sumatera Utara
48
4.2.5. Kadar vitamin C pada KPD dan hamil normal
Kadar vitamin C serum pada kelompok ibu hamil dengan KPD
mempunyai rerata 5,82 ± 1,63 ng/mL, sedangkan pada kelompok ibu hamil
normal mempunyai rerata kadar vitamin C yang lebih tinggi yaitu 77,57 ± 52,84
ng/mL dan secara statistik menunjukkan ada perbedaan yang bermakna kadar
vitamin C serum kedua kelompok penelitian (p<0,05).
Terdapat perbedaan rerata kadar vitamin C berdasarkan kelompok usia pada
kelompok KPD yang tertinggi pada kelompok usia ibu >37 tahun (9,53 ng/mL)
dan semakin rendah pada usia ibu <20 tahun yaitu 5,07 ng/mL. Namun pada
kelompok non KPD, dimana kadar vitamin C jauh lebih tinggi juga pada
kelompok usia ibu >37 tahun (237 ng/mL) diikuti usia ibu 20-25 tahun (107 ±
83,7 ng/mL) dan terendah pada usia ibu 26-31 tahun yaitu 64,12 ± 32,05 ng/mL.
Berdasarkan kategori gravida, terdapat perbedaan rerata kadar vitamin C
yaitu pada kelompok primigravida KPD lebih rendah (5,61 ± 1,66 ng/mL)
dibandingkan non KPD (48,3 ±12,5 ng/mL), demikian juga kadar vitamin C
pada kelompok multigravida KPD lebih rendah (6,29 ±1,60 ng/mL) dibandingkan
kelompok non KPD (82,7 ± 55,74 ng/mL). Berdasarkan kategori usia kehamilan,
kelompok subjek KPD dengan usia kehamilan 29-32 minggu memiliki rerata 9,53
dan kelompok non KPD dengan usia kehamilan <24 minggu memiliki nilai rerata
vitamin C tertinggi sebanyak 167. Berdasarkan kategori status gizi, rerata kadar
vitamin C pada kelompok KPD gizi baik adalah 5.79 ±1,14 ng/mL dan gizi
kurang sebesar 6.04 ± 2,24 ng/mL, sedangkan pada kelompok non KPD
Universitas Sumatera Utara
49
seluruhnya gizi baik dengan rerata kadar vitamin C yang lebih tinggi yaitu 77,57
±52,8 ng/mL.
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Defrin dkk (2014) didapatkan
adanya perbedaan bermakna kadar vitamin C plasma darah hamil aterm pada
ketuban pecah dini dengan hamil aterm tanpa ketuban pecah dini (P < 0.05).
Kadar rerata vitamin C plasma darah pada kehamilan aterm dengan ketuban pecah
dini lebih rendah dibandingkan dengan kadar vitamin C plasma darah pada
kehamilan aterm tanpa ketuban pecah dini di RS.DR.M. Djamil Padang, RSU
Achmad Mochtar Bukit Tinggi dan RSUD Pariaman.
Ketuban pecah dini merupakan salah satu dari komplikasi kehamilan yang
paling sering dijumpai. Insiden kejadian ketuban pecah dini pada kehamilan
berkisar antara 6% sampai 10% dan 20% dari kasus ini terjadi sebelum kehamilan
37 minggu. Insiden ketuban pecah dini di Indonesia berkisar 4,5% sampai 7,6 %
dari seluruh kehamilan.39
Ketuban pecah dini menyebabkan peningkatan
komplikasi dalam kehamilan baik terjadi pada usia kehamilan aterm maupun
preterm. Risiko infeksi setelah terjadi pecahnya ketuban berpengaruh kepada ibu,
fetus atau neonatus. Insiden infeksi pada neonatal setelah ketuban pecah dini yang
lebih dari 24 jam kirakira 1% dan jika terdapat korioamnionitis klinis risiko
meningkat menjadi 3% hingga 5 %.40
Korioamnion merupakan lapisan yang banyak dan kompleks yang terdiri
dari epithelial dan elemen jaringan penunjang dimana setiap komponen
mempunyai peran penting dalam metabolisme yang penting untuk integritas
fisiologi untuk perkembangan kehamilan. Amnion memperoleh kekuatannya
melalui kolagen. Bagaimana membran fetal dapat melemah dengan mekanisme
Universitas Sumatera Utara
50
eksogenus dan endogenus masih dalam investigasi yang aktif. Faktor endogenus
seperti variasi lokal pada penipisan membran atau kolagen dan faktor eksogenus
seperti efek yang diakibatkan oleh metabolisme mikroba, host atau akibat nikotin
yang mengurangi aktivitas antriprotease juga menyebabkan gangguan membran
lokal.41
Kekuatan dan integritas korioamnion dipertahankan oleh keseimbangan
faktor intrinsik yang meregulasi sintesis dan degradasi jaringan penyambung.
Degradasi kolagen dalam korioamnion dikontrol oleh matriks metalloproteinases.
Pelepasan matriks metalloproteinase diatur oleh Tissue Inhibitors of
Metalloproteinases atau TIMPS.41
Molekul tidak stabil yang dihasilkan terus
menerus dalam tubuh yang dikenal dengan reactive oxygen species (ROS)
dikatakan dapat menghasilkan kerusakan jaringan yang menyebabkan Premature
Rupture of Membrane (PROM) / ketuban pecah dini.
Pemaparan korioamnion dengan ROS dikatakan meningkatkan matriks
metalloproteinase sehingga menyebabkan ketuban pecah dini. Normalnya ada
keseimbangan antara produksi dan eliminasi dari ROS. Stres oksidatif terjadi
ketika prooksidan melebihi antioksidan.42
Vitamin C (asam askorbat) adalah
vitamin yang larut dalam air yang tidak disintesis oleh manusia oleh karena itu
vitamin esensial ini harus didapat dari makanan. Seperti yang kita ketahui vitamin
C merupakan salah satu anti oksidan. Tubuh menggunakan berbagai antioksidan
untuk membatasi kerusakan jaringan yang disebabkan radikal bebas. Asam
askorbat secara langsung merangsang sintesis kolagen.
Asam askorbat juga berfungsi sebagai reducing agent dengan mengirim
atom hidrogen dengan elektron tunggalnya ke ROS. Asam askorbat membuat
Universitas Sumatera Utara
51
kolagen kuat dan stabil.43
Stres oksidatif terjadi ketika prooksidan melebihi
antioksidan sehingga dapat menyebabkan ketuban pecah dini dan salah satu peran
vitamin C mengirim atom hydrogen dengan elektron tunggalnya ke ROS sehingga
membuat kolagen lebih kuat dan stabil.
Belum banyak penelitian yang membandingkan kadar vitamin C plasma
darah hamil aterm dengan ketuban pecah dini antara hamil aterm tanpa ketuban
pecah dini namun dari hasil penelitian ini sejalan dengan beberapa penelitian-
penelitian yang sebelumnya pernah dilakukan.44
Tetapi pada beberapa penelitian
yang lain menunjukkan hal yang sebaliknya dimana justru kadar vitamin C
plasma darah hamil aterm dengan ketuban pecah dini lebih tinggi dibanding
dengan kadar vitamin C plasma darah hamil aterm tanpa ketuban pecah dini.44
Penelitian yang memperlihatkan hasil senada yaitu penelitian yang
dilakukan E.Casanueva (1998) dimana pada penelitian tersebut dikatakan kadar
vitamin C < 1,8 ug/108 sel meningkatkan resiko kejadian ketuban pecah dini
bahkan dikatakan kadar vitamin C < 1,8 ug/108 sel pada usia kehamilan 28
minggu menunjukkan predictive value yang tinggi (p<0.05).45
Penelitian Tejero et al (2003) menunjukkan konsenterasi vitamin C pada
wanita dengan ketuban pecah dini saat hamil aterm lebih rendah dibanding
dengan wanita hamil aterm normal ( tanpa ketuban pecah dini).46
Berlawanan
dengan penelitian Barret et al (1994) tidak ditemukan hubungan antara rendahnya
kadar vitamin C dengan kejadian ketuban pecah dini dan pada penelitian tersebut
dikatakan pemberian suplemen vitamin C tidak dapat mencegah kejadian ketuban
pecah dini walau pada penelitian tersebut dikatakan diperlukannya jumlah sampel
Universitas Sumatera Utara
52
yang lebih besar lagi untuk menilai apakah pemberian suplementasi vitamin C
berhubungan dengan kejadian ketuban pecah dini.47
Begitu juga dengan penelitian yang dilakukan Rizka (2011) menghasilkan
hal yang berlawanan dimana pada hasil didapatkan kadar vitamin C pada pasien
hamil aterm dengan ketuban pecah dini lebih tinggi dibanding dengan hamil aterm
tanpa ketuban pecah dini. Literatur mengatakan kadar normal vitamin C plasma
darah yaitu 26,1-84,6 umol/L (>0,6mg/ dl, > 20 ug/108 sel, > 114 nmol/108 sel)
dan dikatakan defisiensi jika < 11 umol/L (0,2mg/dl, <10 ug/108 sel, < 57
nmol/108 sel).39
Universitas Sumatera Utara
53
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
1. Kelompok KPD, sebagian besar dengan kelompok usia 20-25 tahun
(40%), paritas primigravida (65%), mempunyai usia kehamilan
terbanyak adalah 37-40 minggu (55%), dan sebagian besar dengan
gizi baik (60%).
2. Kelompok non KPD, kelompok usia terbanyak adalah 32-37 tahun
(45%), umumnya dengan paritas multigravida (85%), usia kehamilan
terbanyak adalah 37-40 minggu (50%), dan seluruhnya adalah status
gizi baik (100%).
3. Nilai rerata kadar vitamin C serum pada wanita hamil dengan KPD
lebih rendah yaitu 5,82 ± 1,63 ng/mL, dibandingkan dengan wanita
hamil tanpa KPD dengan nilai rerata 77,57 ± 52,84 ng/mL. Dan
terdapat perbedaan yang signifikan antara kadar vitamin C pada
kelompok KPD dan non KPD dengan p = 0,001.
4. Terdapat perbedaan nilai rerata kadar vitamin C pada kelompok KPD
dan non KPD, dimana kadar vitamin C lebih rendah pada kelompok
KPD dibandingkan pada kelompok non KPD pada kategori
berdasarkan usia, usia kehamilan, paritas, dan status gizi.
Universitas Sumatera Utara
54
5.2. Saran
Perlu diberikan suplemen vit C pada ibu hamil sejak kehamilan minggu
pertama untuk meningkatkan kadar vit C dalam darah dan mengurangi risiko
ketuban pecah dini.
Universitas Sumatera Utara
55
DAFTAR PUSTAKA
1. Osaikhuwuomwan JA, Okpere EE, Okonkwo CA, et al. Plasma vitamin C
levels and risk of preterm prelabour rupture of membranes. Arch Gynecol
Obstet 2011; 284: 593–597.
2. Osaikhuwuomwan JA. Preterm rupture of membranes: the vitamin c factor.
Rev Artic 2010; 12: 60–68.
3. Stuart EL, Evans GS, Lin YS, et al. Reduced Collagen and Ascorbic Acid
Concentrations and Increased Proteolytic Susceptibility with Prelabor Fetal
Membrane Rupture in Women1. Biol Reprod 2005; 72: 230–235.
4. Meinert M, Malmström A, Petersen AC, et al. Chorioamniontis in preterm
delivery is associated with degradation of decorin and biglycan and
depletion of hyaluronan in fetal membranes. Placenta 2014; 35: 546–551.
5. Sharma R, Mehta S. Ascorbic Acid Concentration and Preterm Premature
Rupture of Membranes. J Obstet Gynecol India 2014; 64: 417–420.
6. Hassan GI, Onu AB. Total serum vitamin C concentration in pregnant
women: implications for a healthy pregnancy Concentração total de
vitamina C na gestante: implicações para uma gestação saudável. Rev Bras
Saúde Matern Infant, Recife 2006; 6: 293–296.
7. Mathews F, Neil A. Antioxidants and preterm prelabour rupture of the
membranes. BJOG An Int J Obstet Gynaecol 2005; 112: 588–594.
8. Juhl B, Lauszus FF, Lykkesfeldt J. Poor vitamin C status late in pregnancy
is associated with increased risk of complications in type 1 diabetic
women: A cross-sectional study. Nutrients 2017; 9: 6–8.
9. Medina TM, Hill DA. Preterm Premature Rupture of Membranes:
Diagnosis and Management. Am Fam Physicianmily physician 2006; 73:
659–64.
10. Appel LA, Martins ADS, Miglioli AMD, et al. Premature Rupture Of
Membrane And Molecular And Microbiological Profile Of Blood Of
Newborns With Suspected Neonatal Infection. IJDR 2017; 7: 16299–
16303.
11. Walingo M. Role of Vitamin C (Ascorbic Acid) on Human Health- A
Review. AJFNS 2005; 5: 1–15.
12. HACIŞEVK A. An Overview of Ascorbic Acid Biochemistry. J Fac
Pharm 2009; 38: 233–255.
13. Woods JR, Plessinger MA, Miller RK. Vitamins C and E: Missing links in
preventing preterm premature rupture of membranes? Am J Obstet Gynecol
2001; 185: 5–10.
Universitas Sumatera Utara
56
14. Ministry of Health Malaysia. Ascorbic Acid ( Vitamin C ). Recomm Nutr
Intakes Malaysia 2005; 1: 102–110.
15. Zamani M, Goodarzi MT, Lavasani NS, et al. Effects of ascorbic acid on
serum level of unconjugated estriol and its relationship with preterm
premature rupture of membrane: a double-blind randomized controlled
clinical trial. Iran J Med Sci 2013; 38: 227–232.
16. Ghomian N, Hafizi L, Takhti Z. The Role of Vitamin C in Prevention of
Preterm Premature Rupture of Membranes. Iran Red Crescent Med J 2013;
15: 113–6.
17. Casanueva E, Ripoll C, Tolentino M, et al. Vitamin C supplementation to
prevent premature rupture of the chorioamniotic membranes: A randomized
trial. Am J Clin Nutr 2005; 81: 859–863.
18. Strauss JF. Extracellular matrix dynamics and fetal membrane rupture.
Reprod Sci 2013; 20: 140–153.
19. Berillis P. Marine Collagen : Extraction and Applications. SMGroup 2015;
1: 1–13.
20. Parry S, Strauss JF. Premature Rupture of The Fetal Membranes:
Mechanism of Disease. Kofinas Perinat 2010; 1: 1–13.
21. Agarwal A, Aziz N, Rizk B. Premature Rupture of Membranes and
Oxidative Stress. Stud Women’s Heal 2013; 8: 1–363.
22. Gelse K, Pöschl E, Aigner T. Collagens - Structure, function, and
biosynthesis. Adv Drug Deliv Rev 2003; 55: 1531–1546.
23. Silvipriya KS, Krishna Kumar K, Bhat AR, et al. Collagen: Animal sources
and biomedical application. J Appl Pharm Sci 2015; 5: 123–127.
24. Rumbold A, Ota E, Nagata C, et al. Vitamin C supplementation in
pregnancy. Cochrane Database Syst Rev 2015; 1: Art. No.: CD004072.
25. N. Rangaswamy, D. Kumar, R.M. Moore, B.M. Mercer, J.M. Mansour, R.
Redline JJM. Weakening and Rupture of Human Fetal Membranes –
Biochemistry and Biomechanics. Preterm Birth - Mother Child 2012; 1: 32.
26. Ilhan N, Celik E, Kumbak B. Maternal plasma levels of interleukin-6, C-
reactive protein, vitamins C, E and A, 8-isoprostane and oxidative status in
women with preterm premature rupture of membranes. J Matern Fetal
Neonatal Med 2014; 7058: 1–4.
27. Endale T, Fentahun N, Gemada D, Hussen MA. Maternal and fetal
outcomes in term premature rupture of membrane. World J Emerg Med.
2016;7(2):147-52.
28. Dars S, Malik S, Samreen I, Kazi RA. Maternal morbidity and perinatal
outcome in preterm premature rupture of membranes before 37 weeks
Universitas Sumatera Utara
57
gestation. Pak J Med Sci. 2014;30(3):626-9.
29. Manuaba IBG. Ilmu Kebidanan, Penyakit kandungan, dan KB Untuk
Pendidikan Bidan. Jakarta : EGC. 2010
30. Rizwan N, Gulshan P, Razia MA. Frequency of grand multiparity and its
fenomaternal outcome at liaquat university hospital, Hyderabad. Isra
medical Journal; 1 : 49- 53. 2009
31. Cunningham G. Obstetri William Ed. 21, Vol. 1. Jakarta: EGC. 2006
32. Maria. Ketuban Pecah Dini Berhungan Erat Dengan Persalinan Preterm dan
Infeksi Intrapartum. Jakarta : CDK. 2007
33. Defrin, Dewita M, Rasyid R. perbedaan kadar vitamin C plasma darah pada
kehamilan aterm dengan ketuban pecah dini dengan kadar vitamin C
plasma darah pada kehamilan aterm tanpa ketuban pecah dini. OBGIN
EMAS, Volume 2, Nomor 16, Mei – Agustus 2014
34 Varney H. Buku ajar asuhan kebidanan. Edisi ke-4. Jakarta: EGC.hlm. 36-
9. 2006
35. Nugroho T. Buku Ajar Obstetri untuk Mahasiswa Kebidanan. Yogyakarta :
Nuha Medika. 2011
36. Julianti. Prevalensi SDKI. Jakarta : Buletin Penelitian Indonesia. 2001
37. Depkes Provinsi Lampung. 2012. Profil Kesehatan Provinsi Lampung
Tahun 2012. Lampung: Dinas Kesehatan Provinsi Lampung
38 Healthy weight gain during pregnancy 2010
39. Dewoto HR. Vitamin dan Mineral dalam Farmakologi Dan Terapi. Editor
Sulistia G. Ganiswarna. Edisi Keempat. Farmakologi Fakultas Kedokteran-
Universitas Indonesia. Jakarta. 2007; 733.
40. Moore RM, Mansour JM, and Redline RW. The Physiology Of Fetal
Membrane Rupture: Insight Gained From The Determination Of Physical
Properties. Placenta 27. 2007; 1037-1051
41 Janice FI and Jamesan MA. The Pathobiology Of Premature Rupture Of
Membranes. Seminars In Perinatology, Vol 20, No 5 (October). 1996; 344-
368.
42. Mariangela L, Perrone S, and Vezzosi P. Association Between Oxidative
Stress In Pregnancy And Preterm Premature Rupture Of Membranes.
Clinical Biochemistry 4 2007; 793–797.
43. Bornaa S, Bornab, and Daneshbodie. Vitamins C And E In The Latency
Period In Women With Preterm Premature Rupture Of Membranes.
International Journal Of Gynecology And Obstetrics 90. 2005; 16-20.
44. Graham B, and Jauniaux E. Oxidative Stress. Best Practice & Research
Universitas Sumatera Utara
58
Clinical Obstetrics And Gynaecology 25. 1998; 287– 299.
45. Esther C, Ortego FV, and Pfeffer F. Vitamin C And Premature Rupture Of
Chorioamniotic Membranes. Nuhition Research, 18 No.2. 1998; 241-245
46. Tejero, E., Perichart, O., Pfeffer, F., Casanueva, E. and Vadillo-Ortega, F..
Collagen synthesis during pregnancy, vitamin C availability, and risk of
premature rupture of fetal membranes. Int J Gynaecol Obstet. 81: 29-34.
2003
47. Barrett D, L Somogyi , dan H Ramaswamy.. Processing Fruit Second
Edition Science and Technology. London New York: CRS Press.
2004
48. Woman and Newborn Health Service. King Edward Memorial Hospital.
Clinical Guidelines Obstetrics and Midwifery Guidelines. September 2002.
49. Angelini DJ, Afontaine D. Obstetric triage and emergency care protocols.
Academic Emergency Medicine. Volume 20, Issue 4, page E10, April
2013. Newyork, NY: Springer Publishing Co.,2013;336
50. Torbe Al, Kowalski K. Materna serum and vaginal fluid C-reaktive protein
levels predict early-onset neonatal infection in preterm premature rupture of
membranes. J Perinatol. 2010 Oct;30(10);655
51. Medina TM, Hill A. Preterm Premature Rupture of Membranes: Diagnosis
and Management. Am Fam Physician 2006;73:659-64, 665-6
52. Mercer BM. Preterm premature rupture of the membranes. Obstet Gynecol
2003;101:178-93.
53. Caughey AB, Robinson JN, Norwitz ER. Contemporary Diagnosis and
Management of Preterm Premature Rupture of Membranes. Rev Obstet
Gynecol. 2008;1(1):11-22
54. Parry S, Strauss JF 3rd. Preterm premature rupture of the fetal membranes.
N Engl J Med. 1998;338:663-670.
55. Stuart EL, Evans GS, Lin YS, Powers HJ. Reduced collagen and ascorbic
acid concentrations and increased proteolytic susceptibility with prelabor
fetal membrane rupture in women. Biol Reprod 2005;72:230-5
56. Epstein FH. Intrauterine Infection and Preterm Delivery. The New England
Journal of Medicine 2000; 342(20)
57. R, et al. Infection and prematurity and the role of preventive strategies.
Semin Neonatol 2002; 7: 259–274
Universitas Sumatera Utara
59
58. Iqbal K, et al. Biological Significance of Ascorbic Acid (Vitamin C) in
Human Health – A Review. Pakistan Journal of Nutrition 3 (1): 5-13,
2004
59. Grodstein, F., J. Chen and W.C. Willett. Highdose antioxidant supplements
and cognitive function in community-dwelling women, Am. J. Clin. Nutr.,
2003; 77:975-984.
60. Chapter 17. Dietary antioxidants: a consideration of factors influencing
requirements
61. Lykkesfeldt J, Michels AJ. Vitamin C. Adv. Nutr. 5: 16–18, 2014
62. Sari RK. VITAMIN dan MINERAL. Available from:
http://skp.unair.ac.id/repository/webpdf/web_VITAMIN__dan_MINERAL
_RATIH_KUMALA_SARI.pdf
63. Frei B, Birlouez I, Lykkesfeldt J. What is the optimum intake of vitamin C
in humans? Crit Rev Food Sci Nutr. 2012;52:815–29.(Abstract)
64. Lykkesfeldt J and Poulsen HE. Is vitamin C supplementation beneficial?
Lessons learned from randomized controlled trials. Brit. J.Nutr.
2010;103:1251–9.
65. Hassan GI, Onu AB. Total serum vitamin C concentration in pregnant
women: implications for a healthy pregnancy. Rev. Bras. Saúde Matern.
Infant., Recife, 6 (3): 293-296
66. Ghate J, et al. Antioxidant role of Vitamin C in normal pregnancy.
Biomedical Research 2011; 22 (1): 49-51
67. Hornig DH, Glastibaar BE; Vitamin C and increased requirements of
smokers. Int J Vit Nutr Res 1985:27 Suppl 139-155
68. Benjamin A, Abenhaim, A Haim et al. Increased Risk of Preterm premature
Ruptur of Membranes at Early Gestational Ages among Maternal Cigarette
Smokers
Universitas Sumatera Utara
60
LEMBAR PENJELASAN KEPADA CALON SUBYEK PENELITIAN
Dengan hormat,
Saya yang bernama dr. Rina Sinta Dhanu adalah peserta didik yang sedang
menjalani Program Pendidikan Magister Kedokteran Klinik Kebidanan dan Kandungan
(Obstetri dan Ginekologi) di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara. Saat ini
saya sedang mengadakan penelitian dengan judul “Perbandingan Kadar Vitamin C Serum
Pada Kasus Ketuban Pecah Dini dan Hamil Normal di RSUP H Adam Malik Medan dan RS
Jejaring Medan.” Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat kadar vitamin C
pada ibu hamil dengan ketuban pecah dini dan pada hamil normal.
Penelitian dilakukan dengan cara mengambil sampel darah pasien yang
mengalami ketuban pecah dini dan hamil normal. Partisipasi ibu bersifat sukarela dan
tanpa paksaan. Identitas pribadi ibu sebagai partisipan akan dirahasiakan dan semua
informasi yang diberikan hanya akan digunakan untuk penelitian ini. Ibu juga tidak akan
dibebankan biaya apa pun dalam penelitian ini. Seandainya ibu menolak untuk
berpartisipasi dalam penelitian ini, ibu tidak akan kehilangan hak sebagai pasien. Setelah
memahami berbagai hal yang menyangkut penelitian ini, diharapkan ibu dapat mengisi
lembar persetujuan turut serta dalam penelitian yang telah disediakan. Apabila ibu
membutuhkan penjelasan lebih lanjut, maka dapat menghubungi saya:
Nama : dr. Rina Sinta Dhanu
Alamat : Jalan Karya Tani No 47 Medan 20143
HP : 08126461166
Terima kasih saya ucapkan kepada ibu yang telah ikut berpartisipasi dalam
penelitian ini. Keikutsertaan ibu dalam penelitian ini akan menyumbangkan sesuatu
yang berguna bagi ilmu pengetahuan.
Medan, Januari 2019
Peneliti,
(dr. Rina Sinta Dhanu)
Universitas Sumatera Utara
61
LEMBAR PERSETUJUAN SETELAH PENJELASAN
(INFORMED CONSENT)
Saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama :
Umur :
Alamat :
Telp/HP:
Setelah mendapat penjelasan dari peneliti tentang penelitian “ Perbandingan
kadar vitamin C serum pada kasus ketuban pecah dini dan hamil normal di
RSUP H. Adam Malik dan RS Jejaring Medan” dan saya memahaminya, maka
dengan ini saya secara sukarela dan tanpa paksaan menyatakan bersedia ikut
serta dalam penelitian tersebut.
Demikianlah surat pernyataan ini saya perbuat untuk dapat digunakan
seperlunya.
Medan, 2019
( )
Universitas Sumatera Utara
62
Tabel induk penelitian vitamin C pada KPD
I II III IV V VI VII
1 As 18 21,2 Multigravida 22 – 23 minggu 5,07
2 Vt 20 22,6 Multigravida 28 – 29 minggu 5,6
3 Su 41 21,8 Multigravida 31 – 32 minggu 9,53
4 Aw 21 23,4 Primigravida 34 – 35 minggu 6,42
5 Ft 20 24,6 Primigravida 35 – 36 minggu 5,55
6 Ar 24 23,8 Primigravida 36 – 37 minggu 5,97
7 Ch 26 24,2 Primigravida 36 – 37 minggu 6,47
8 Nu 35 23,1 Multigravida 36 – 37 minggu 7,07
9 Ga 24 23,1 Primigravida 36 – 37 minggu 1,99
10 Ur 23 23,8 Primigravida 37 – 38 minggu 7,07
11 Sy 23 22,4 Primigravida 37 - 38 minggu 7,54
12 Na 27 25,5 Primigravida 37 – 38 minggu 4,19
13 Ax 25 24,3 Primigravida 37 – 38 minggu 3,98
14 Sa 32 23,6 Multigravida 37 – 38 minggu 4,93
15 Ma 26 26,8 Primigravida 38 – 39 minggu 5,8
16 Yu 27 21,6 Primigravida 38 – 39 minggu 4,32
17 Fe 27 23,5 Multigravida 38 – 39 minggu 5,56
18 Di 26 24,6 Primigravida 38 – 39 minggu 8,12
19 Ek 30 25,6 Primigravida 38 – 39 minggu 5,57
Universitas Sumatera Utara
63
20 Pa 37 26,4 Multigravida 39 – 40 minggu 6,29
Universitas Sumatera Utara
64
Tabel induk penelitian vitamin C pada non KPD
I II III IV V VI VII
1 Af 22 24,6 Multigravida 22 – 23 minggu 167
2 Ik 38 26,8 Multigravida 28 – 29 minggu 237
3 Rh 35 25,6 Multigravida 31 – 32 minggu 132
4 Md 35 23,5 Multigravida 34 – 35 minggu 107
5 Zu 31 24,6 Multigravida 35 – 36 minggu 125
6 Nr 29 25,6 Multigravida 36 – 37 minggu 38,1
7 Hj 33 25,2 Multigravida 36 – 37 minggu 45,7
8 Nu 35 24,2 Multigravida 36 – 37 minggu 66,9
9 Ti 37 25,7 Multigravida 36 – 37 minggu 41,8
10 Wi 21 25,5 Primigravida 36 – 37 minggu 48,6
11 Mi 29 25,4 Multigravida 37 – 38 minggu 56,4
12 Be 36 24,8 Multigravida 37 – 38 minggu 32,8
13 Rn 27 25,5 Multigravida 37 – 38 minggu 30,4
14 Na 31 26,8 Multigravida 37 – 38 minggu 88,5
15 Es 33 24,8 Multigravida 37 - 38 minggu 50,5
16 Is 27 23,8 Primigravida 38 – 39 minggu 60,7
17 Hw 29 24,2 Primigravida 38 – 39 minggu 35,7
Universitas Sumatera Utara
65
18 Re 30 23,8 Multigravida 38 – 39 minggu 78,2
19 Te 32 24,8 Multigravida 38 – 39 minggu 62,4
20 Mh 32 23,8 Multigravida 39 – 40 minggu 46,7
Universitas Sumatera Utara
66
Uji Normalitas
Tests of Normality
KPD Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
VitaminC KPD .127 20 .200
* .977 20 .888
NonKPD .230 20 .007 .796 20 .001
*. This is a lower bound of the true significance.
a. Lilliefors Significance Correction
Uji Mann Whitney
Test Statisticsa
VitaminC
Mann-Whitney U .000
Wilcoxon W 210.000
Z -5.410
Asymp. Sig. (2-tailed) .000
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .000b
a. Grouping Variable: kelompokbaru
b. Not corrected for ties.
Statistics
vitc20
N Valid 1
Missing 0
Mean 5.0700
Median 5.0700
Mode 5.07
Minimum 5.07
Maximum 5.07
Statistics
vitc2025
N Valid 8
Missing 0
Mean 5.2650
Median 5.7600
Universitas Sumatera Utara
67
Mode 1.99a
Std. Deviation 1.90844
Minimum 1.99
Maximum 7.54
a. Multiple modes exist. The
smallest value is shown
Statistics
vitaminc2631
N Valid 6
Missing 0
Mean 5.7433
Median 5.6800
Mode 4.19a
Std. Deviation 1.45960
Minimum 4.19
Maximum 8.12
a. Multiple modes exist. The
smallest value is shown
Statistics
vitaminc3237
N Valid 4
Missing 0
Mean 5.9650
Median 5.9300
Mode 4.93a
Std. Deviation .92266
Minimum 4.93
Maximum 7.07
a. Multiple modes exist. The
smallest value is shown
Universitas Sumatera Utara
68
Statistics
vitaminc37
N Valid 1
Missing 0
Mean 9.5300
Median 9.5300
Mode 9.53
Minimum 9.53
Maximum 9.53
Non KPD Kategori Usia
Statistics
vitaminc2025
N Valid 2
Missing 0
Mean 107.8000
Median 107.8000
Mode 48.60a
Std. Deviation 83.72144
Minimum 48.60
Maximum 167.00
a. Multiple modes exist. The
smallest value is shown
Statistics
vitaminc2631non
N Valid 8
Missing 0
Mean 64.1250
Median 58.5500
Mode 30.40a
Std. Deviation 32.05369
Minimum 30.40
Maximum 125.00
a. Multiple modes exist. The
smallest value is shown
Universitas Sumatera Utara
69
Statistics
vitc3237non
N Valid 9
Missing 0
Mean 65.0889
Median 50.5000
Mode 32.80a
Std. Deviation 33.08325
Minimum 32.80
Maximum 132.00
a. Multiple modes exist. The
smallest value is shown
Statistics
vitc37non
N Valid 1
Missing 0
Mean 237.0000
Median 237.0000
Mode 237.00
Minimum 237.00
Maximum 237.00
Paritas KPD
Statistics
vitcprimikpd
N Valid 13
Missing 0
Mean 5.6146
Median 5.8000
Mode 1.99a
Std. Deviation 1.66245
Minimum 1.99
Maximum 8.12
a. Multiple modes exist. The
smallest value is shown
Universitas Sumatera Utara
70
Statistics
vitcmultikpd
N Valid 7
Missing 0
Mean 6.2929
Median 5.6000
Mode 4.93a
Std. Deviation 1.60483
Minimum 4.93
Maximum 9.53
a. Multiple modes exist. The
smallest value is shown
Statistics
vitcpriminonkpd
N Valid 3
Missing 0
Mean 48.3333
Median 48.6000
Mode 35.70a
Std. Deviation 12.50213
Minimum 35.70
Maximum 60.70
a. Multiple modes exist. The
smallest value is shown
Statistics
vitcmultinon
N Valid 17
Missing 0
Mean 83.0412
Median 62.4000
Mode 32.80a
Std. Deviation 55.44896
Minimum 32.80
Maximum 237.00
a. Multiple modes exist. The
smallest value is shown
Universitas Sumatera Utara
71
Usia Kehamilan
Statistics
vitckpd24
N Valid 1
Missing 0
Mean 5.0700
Median 5.0700
Mode 5.07
Minimum 5.07
Maximum 5.07
Statistics
vitcnon24
N Valid 1
Missing 0
Mean 167.0000
Median 167.0000
Mode 167.00
Minimum 167.00
Maximum 167.00
Statistics
vitckpd2528
N Valid 1
Missing 0
Mean 5.6000
Median 5.6000
Mode 5.60
Minimum 5.60
Maximum 5.60
Universitas Sumatera Utara
72
Statistics
vitcnon2528
N Valid 1
Missing 0
Mean 237.0000
Median 237.0000
Mode 237.00
Minimum 237.00
Maximum 237.00
Statistics
vitckpd2932
N Valid 1
Missing 0
Mean 9.5300
Median 9.5300
Mode 9.53
Minimum 9.53
Maximum 9.53
Statistics
vitcnon2932
N Valid 1
Missing 0
Mean 132.0000
Median 132.0000
Mode 132.00
Minimum 132.00
Maximum 132.00
Group Statistics
ug3336 N Mean Std. Deviation Std. Error Mean
VitC3336 Ya 6 5.5783 1.83079 .74742
Tidak 7 67.5857 34.69896 13.11498
Universitas Sumatera Utara
73
Group Statistics
ug3740 N Mean Std. Deviation Std. Error Mean
VitC3740 Ya 11 5.7609 1.38595 .41788
Tidak 10 54.2300 19.15841 6.05842
Statistics
vitcgizikurangkpd
N Valid 8
Missing 0
Mean 6.0425
Median 6.1450
Mode 1.99a
Std. Deviation 2.24304
Minimum 1.99
Maximum 9.53
a. Multiple modes exist. The
smallest value is shown
Statistics
vitcgizibaikkpd
N Valid 12
Missing 0
Mean 5.7917
Median 5.6850
Mode 3.98a
Std. Deviation 1.14997
Minimum 3.98
Maximum 8.12
a. Multiple modes exist. The
smallest value is shown
Universitas Sumatera Utara