PERBANDINGAN HUKUM POSITIF DENGAN HUKUM SYARIAH

29
PERBANDINGAN HUKUM POSITIF DENGAN HUKUM SYARIAH Dr. Ghansham Anand, S.H., M.Kn.

description

PERBANDINGAN HUKUM POSITIF DENGAN HUKUM SYARIAH. Dr. Ghansham Anand , S.H., M.Kn. AGENDA. Sumber Hukum Islam Kedudukan Hukum Perbankan Dalam Sistem Islam Pengakuan akad Asas-Asas akad Prinsip Umum Muamalat Pengertian Akad Pembentukan Akad Kedudukan fatwa DSN dalam Hukum Positif. - PowerPoint PPT Presentation

Transcript of PERBANDINGAN HUKUM POSITIF DENGAN HUKUM SYARIAH

Page 1: PERBANDINGAN HUKUM POSITIF DENGAN HUKUM SYARIAH

PERBANDINGAN HUKUM POSITIFDENGAN

HUKUM SYARIAH

Dr. Ghansham Anand, S.H., M.Kn.

Page 2: PERBANDINGAN HUKUM POSITIF DENGAN HUKUM SYARIAH

Sumber Hukum Islam Kedudukan Hukum Perbankan Dalam Sistem

Islam Pengakuan akad Asas-Asas akad Prinsip Umum Muamalat Pengertian Akad Pembentukan Akad Kedudukan fatwa DSN dalam Hukum Positif

AGENDA

Page 3: PERBANDINGAN HUKUM POSITIF DENGAN HUKUM SYARIAH

SUMBER HUKUM ISLAM

AL QURAN

SUNNAH

IJMA

QIYAS

Page 4: PERBANDINGAN HUKUM POSITIF DENGAN HUKUM SYARIAH

KEDUDUKAN HUKUM PERBANKAN DALAM SISTEM ISLAM

ISLAM

AQIDAH SYARIAH AKHLAK

IBADAH MUAMALAH

POLITIK SOSIAL EKONOMI

DLL PERBANKAN

Page 5: PERBANDINGAN HUKUM POSITIF DENGAN HUKUM SYARIAH

Dalam tataran syariah, suatu akad tidak hanya menyangkut hubungan horisontal, tetapi juga hubungan vertikal

Suatu akad non tunai wajib dibuat secara tertulis.

Kesetaran antara para pihak Adanya saksi

PENGAKUAN AKAD

Page 6: PERBANDINGAN HUKUM POSITIF DENGAN HUKUM SYARIAH

Bahwa pengakuan akad di dalam syariah islam disamping bersifat horisontal juga bersifat vertikal, dengan dalil :“Hai orang-orang yang beriman, penuhilah akad-akad” (al haasirah 1)

PENGAKUAN AKAD

Page 7: PERBANDINGAN HUKUM POSITIF DENGAN HUKUM SYARIAH

Al Baqarah 282:“ Hai orang-orangyang beriman, apabila

kamu bermu’amalah tidak secara tunai untuk waktu yang ditentukan, hendaklah kamu menuliskannya. Dan hendaklah seorang penulis di antara kamu menuliskannya dengan benar. Dan janganlah penulis enggan menuliskannya sebagaimana Allah telah mengajarkannya, maka hendaklah ia menulis, dan hendaklah orang yang berhutang itu mengimlakkan

PENGAKUAN AKAD

Page 8: PERBANDINGAN HUKUM POSITIF DENGAN HUKUM SYARIAH

(apa yang akan ditulis itu) dan hendaklah ia bertakwa kepada Allah Tuhannya, dan janganlah ia mengurangi sedikitpun dari hutangnya. Jika yang berhutang itu orang yang lemah akalnya atau lemah (keadaannya) atau dia sendiri tidak mampu mengimlakkan, maka hendaklah walinya mengimlakkan dengan jujur. Dan persaksikanlah dengan 2 orang saksi dari orang laki-laki. Jika tidak ada 2 orang elaki, maka (boleh) seorang lelaki dan 2 orang perempuan dari saksi-saksi yang kamu ridhai, supaya jika seorang lupa maka yang seorang lagi mengingatkannya

PENGAKUAN AKAD

Page 9: PERBANDINGAN HUKUM POSITIF DENGAN HUKUM SYARIAH

Janganlah saksi-saksi itu enggan memberi keterangan apabila mereka dipanggil; dan janganlah kamu jemu menulis hutang itu, baik kecil maupun besar sampai batas waktu membayarnya. Yang demikian itu lebih adil di sisi Allah dan lebih dapat menguatkan persaksian dan lebih dekat kepada tidak menimbulkan keraguanmu.

PENGAKUAN AKAD

Page 10: PERBANDINGAN HUKUM POSITIF DENGAN HUKUM SYARIAH

PENGAKUAN AKAD

Tulislah mu’amalahmu itu, kecuali jika mu’amalah itu perdagangan tunai yang kamu jalankan diantara kamu, maka tak ada dosa bagi kamu, (jika) kamu tidak menulisnya. Dan persaksikanlah jika kamu berjual beli; dan janganlah penulis dan saksi saling menyulitkan. Jika kamu lakukan yang demikian, maka sesungguhnya hal itu adalah suatu kefasikan pada dirimu. Dan bertakwalah kepada Allah; Allah mengajarmu; dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.

Page 11: PERBANDINGAN HUKUM POSITIF DENGAN HUKUM SYARIAH

Jika kamu dalam perjalanan dan bermu’amalah tidak secara tunai sedang kamu tidak memperoleh seorang penulis, maka hendaklah ada barang tanggungan yang dipegang oleh yang berpiutang. Akan tetapi jika sebagian kamu mempercayai sebagian yang lain, maka hendaklah yang dipercayai itu menunaikan amanatnya (hutangnya) dan hendaklah ia bertakwa kepada Tuhannya;

PENGAKUAN AKAD

Page 12: PERBANDINGAN HUKUM POSITIF DENGAN HUKUM SYARIAH

Al-hurriyah (kebebasan) Al-musawah (kesetaraan) Al-’adalah (keadilan) Al-ridha (kerelaan) As-shidiq (kejujuran dan kebenaran) Al-kitabah (tertulis)

ASAS-ASAS AKAD

Page 13: PERBANDINGAN HUKUM POSITIF DENGAN HUKUM SYARIAH

1. Prinsip umum muamalat adalah semua dibolehkan, kecuali ada dalil yang

menyatakan keharamannya.

- Asas terbuka Buku III BW - Asas Pacta sunt servanda- causa/oorzak yang halal

PRINSIP UMUM MUAMALAT*

*Hukum yang berkaitan dengan tindakanh ukum manusia dalam persoalan keduniaan(M Farid Wajdi, Da’irah ma’arif al-quran al-isyrin)

Page 14: PERBANDINGAN HUKUM POSITIF DENGAN HUKUM SYARIAH

Haram zatnya Kausa yang halal = 1320 BW

Haram selain zatnya◦ Tadlis (non disclosure) penipuan = 1321 BW◦ Gharar kekhilafan = 1321 BW◦ Rekayasa pasar Monopoli = UU anti monopoli◦ Riba

Tidak sah/lengkap akadnya◦ Rukun tidak terpenuhi 1320 BW dan 1321 BW

(paksaan)◦ Terjadi ta’alluq perjanjian bersyarat 1253 BW◦ Terjadi 2 akad dalam 1 akad

TRANSAKSI YANG DILARANG

Page 15: PERBANDINGAN HUKUM POSITIF DENGAN HUKUM SYARIAH

TRANSAKSI YANG DILARANG

• penambahan pendapatan secara tidak sah (batil) Riba

• transaksi yang digantungkan kepada suatu keadaan yang tidak pasti dan bersifat untung-untunganMaisir

• transaksi yang objeknya tidak jelas, tidak dimiliki, tidak diketahui keberadaannya, atau tidak dapat diserahkan pada saat transaksi dilakukan

Gharar• transaksi yang objeknya dilarang

dalam syariahHaram • transaksi yang menimbulkan

ketidakadilan bagi pihak lainnyaZalim

Page 16: PERBANDINGAN HUKUM POSITIF DENGAN HUKUM SYARIAH

2. Dilakukan atas dasar suka rela (antaradhin) pasal 1320 BW adanya kesepakatan

3. Dilakukan atas dasar pertimbangan mendatangkan manfaat dan menghindarkan

mudharat (jalb al-mashalih wa dar’u al-mafasid) asas Manfaat

4. Dilakukan dengan memelihara nilai keadilan dan menghindari kezaliman tidak berat sebelah (misbruik van omstandigheden)

PRINSIP UMUM MUAMALAT

Page 17: PERBANDINGAN HUKUM POSITIF DENGAN HUKUM SYARIAH

Ikatan antara dua ucapan (pernyataan) Pengertian sempit : Pertalian ijab dengan

kabul menurut cara yang sah dan ada pengaruhnya pada obyeknya.

UU Perbankan syariah: Akad adalah kesepakatan tertulis antara Bank Syariah atau UUS dan pihak lain yang memuat adanya hak dan kewajiban bagi masing-masing pihak sesuai dengan Prinsip Syariah.

PENGERTIAN AKAD *

* Wahbah al-zuhaili: fiqh al-Islam wa adillatuh)

Page 18: PERBANDINGAN HUKUM POSITIF DENGAN HUKUM SYARIAH

PEMBENTUKAN AKAD

Rukun•sesuatu yang menjadi faktor asasi bagi terwujudnya sesuatu, yang tanpa dipenuhinya rukun tersebut maka suatu akad menjadi tidak sah (Batal)

Syarat•Syarat akad bukan merupakan rukun akad, jika syarat akad tidak dipenuhi, tidak menyebabkan akad itu menjadi batal, akan tetapi menjadi fasid (rusak).

Page 19: PERBANDINGAN HUKUM POSITIF DENGAN HUKUM SYARIAH

RUKUN AKAD

1 • Subyek (Aqidani)

2 • Obyek akad

3 • Ijab dan Qabul

Page 20: PERBANDINGAN HUKUM POSITIF DENGAN HUKUM SYARIAH

Subyek Akad (aqidani)

Syarat Subyek (aqidani/para pihak): cakap (ahliah: kecakapan seseorang untuk memperoleh hak-hak yang sah baginya, memikul hak-hak orang lain dan diakuinya tindakan-tindakannya sebagai perbuatan yang sah), (pasal 1320, 1329 setiap orang adalah cakap melakukan perikatan kecuali 1330, orang yang belum dewasa, ditaruh dibawah pengampuan BW)

RUKUN AKAD

Page 21: PERBANDINGAN HUKUM POSITIF DENGAN HUKUM SYARIAH

Obyek akad : disesuaikan dengan jenis akad yang dilakukan, yang pada umumnya harus memenuhi 4 syarat:Harus ada secara konkret ketika akad dilangsungkan,

atau diperkirakan akan ada pada masa yang ditentukan, pasal 1334 (barang yang baru akan ada di kemudian hari dapat menjadi pokok perjanjian) VS short selling dan futures trading

Harta yang dimiliki secara sah dan halal dimanfaatkan, pasal 1471 BW (jual beli barang milik orang lain adalah batal)

RUKUN AKAD

Page 22: PERBANDINGAN HUKUM POSITIF DENGAN HUKUM SYARIAH

Harus dapat diserahkan ketika terjadi akadMu’ayyan (jelas/dapat ditentukan), psl 1320 BW (hal

tertentu), 1332 BW (hanya barang yang dapat diperdagangkan saja dapat menjadi pokok suatu perjanjian), 1333 BW (suatu perjanjian harus mempunyai pokok suatu barang yang paling sedikit ditentukan jenisnya, tidak dipermasalahakan mengenai jumlahnya asal dapat ditentukan kemudian)

RUKUN AKAD (OBYEK AKAD)

Page 23: PERBANDINGAN HUKUM POSITIF DENGAN HUKUM SYARIAH

Ijab dan Qabul (Shighah); pernyataan mengadakan akad dari pihak-pihak yang mengadakan akad, yang terdiri dari 3 syarat:

Ijab dan kabul harus secara jelas menunjukkan maksud kedua belah pihak

Antara ijab dan kabul harus selarasAntara ijab dan kabul harus muttashil (nyambung)

yang dilakukan dalam satu majlis akad.

RUKUN AKAD

Page 24: PERBANDINGAN HUKUM POSITIF DENGAN HUKUM SYARIAH

Para pihak bebas menetapkan syarat-syarat akad, sepanjang :

Tidak mengharamkan yang halal atau sebaliknya;

Tidak menggugurkan atau bertentangan dengan rukun;

SYARAT-SYARAT AKAD

Page 25: PERBANDINGAN HUKUM POSITIF DENGAN HUKUM SYARIAH

MACAM-MACAM AKAD BERDASARKAN SIFAT/HUKUMNYA

AKAD

SHAHIH

TIDAK SHAHIH

MEMENUHI RUKUN DAN SYARAT

BATHIL/BATAL

FASID/RUSAK

CACAT PADA RUKUN DAN OBYEKNYA

SAH RUKUNNYA TETAPI MENGANDUNG HAL-HAL YANG TIDAK DIBENARKAN HUKUM

Page 26: PERBANDINGAN HUKUM POSITIF DENGAN HUKUM SYARIAH

Timbulnya hak dan kewajiban bagi para pihak

Memiliki dampak hukum pada obyek akad

AKIBAT AKAD

Page 27: PERBANDINGAN HUKUM POSITIF DENGAN HUKUM SYARIAH

SUBYEK HUKUM POSITIF FATWA DSN

Ganti rugi psl. 1243 & 1267 BW Prinsip recovery cost (No.48/DSN-MUI/II/2005)

Denda Psl. 103-109 UU Pasar Modal Prinsip Ta'zir (fatwa DSN No. 17/DSN-MUI/XI/2000)

Penyelesaian Sengketa UU No. 30/1999 arbitrase dan penyelesaian sengketa

Badan Arbitrase Syariah

Sewa/Ijarah Bab VII Bk. III BW Ijarah (fatwa DSN No. 09/DSN-MUI/IV/2000)

Leasing SKB Menkeu, memperindag 7/2/74 IMBT (fatwa DSN No. 27/DSN-MUI/III/2002)

Penjaminan/garansi Bab XVII Bk. III BW Kafalah (fatwa DSN No. 11/DSN-MUI/IV/2000)

Pengalihan Utang Novasi (Bab IV Bagian III Buku III BW) Hawalah (Fatwa DSN No.12/DSN-MUI/IV/2000)

Joint/equity financing Matschaap (Bab VIII BW) Mudharabah (fatwa DSN No. 07/DSN-MUI/IV/2002)Musyarakah (fatwa DSN No. 08/DSN-MUI/IV/2002

KOMPARISI FATWA DSN DENGAN HUKUM POSITIF

Page 28: PERBANDINGAN HUKUM POSITIF DENGAN HUKUM SYARIAH

Penggunaan jaminan dalam akad syariah tidak bersifat wajib prinsip 5C

Perjanjian jaminan tetap merupakan perjanjian accessoir dari akad-akad syariah.

JAMINAN DALAM AKAD SYARIAH

Page 29: PERBANDINGAN HUKUM POSITIF DENGAN HUKUM SYARIAH