PERBANDINGAN EFEKTIFITAS RELAKSASI NAFAS DALAM DAN …
Transcript of PERBANDINGAN EFEKTIFITAS RELAKSASI NAFAS DALAM DAN …
1
PERBANDINGAN EFEKTIFITAS RELAKSASI NAFAS DALAM DAN TERAPI
MUSIK DENGAN RELAKSASI NAFAS DALAM DAN DZIKIR
TERHADAP SKALA NYERI DAN TINGKAT KECEMASAN
PASIEN LUKA BAKAR YANG DILAKUKAN PERAWATAN LUKA
DI RSUPN DR. CIPTO MANGUNKUSUMO
TAHUN 2017
Tati Muliatin
Fakultas Ilmu Keperawatan, Universitas Muhammadiyah Jakarta
Jl. Cempaka Putih Tengah 1 No.1, Jakarta Pusat
ABSTRAK
Luka bakar adalah luka yang disebabkan oleh pengalihan energi dari suatu sumber panas pada
tubuh, panas dapat dipindahkkan oleh hantaran/radiasi electromagnet. Nyeri adalah suatu
respon atau mekanisme pertahanan tubuh yang menandakan adanya masalah. Nyeri merupakan
hal yang tidak menyenangkan dan merupakan sensasi yang sangat personal yang tidak dapat
dibagi dengan orang lain. Tujuan penelitian ini adalah untuk membuktikan apakah ada
Perbandingan Efektifitas Relaksasi Nafas Dalam dan Terapi Musik dengan Relaksasi Nafas
Dalam dan Dzikir terhadap skala nyeri dan tingkat kecemasan pasien luka bakar yang
dilakukan perawatan luka di RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo. Desain yang digunakan pada
penelitian ini adalah Quasi eksperimen dengan rancangan Pre test-post test design. Sampel
berjumlah 12 orang subjek dilakukan pemberian memberikan terapi musik dengan relaksasi
nafas dalam dan terapi dzikir. Untuk menguji adanya Perbandingan Efektifitas Relaksasi
Nafas Dalam dan Terapi Musik dengan Relaksasi Nafas Dalam dan Dzikir terhadap skala nyeri
dan tingkat kecemasan pasien luka bakar yang dilakukan perawatan luka maka digunakan Uji
T dependent. Berdasarkan hasil uji T dependen diperoleh P value < 0,05 sehingga H0 ditolak
dapat di simpulkan bahwa ada Perbandingan Efektifitas Relaksasi Nafas Dalam dan Terapi
Musik dengan Relaksasi Nafas Dalam dan Dzikir terhadap skala nyeri dan tingkat kecemasan
pasien luka bakar yang dilakukan perawatan luka di RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo.
Disarankan untuk tenaga kesehatan agar memberikan pendidikan kesehatan kepada keluarga
terkait fungsi dari terapi Musik dengan Relaksasi Nafas Dalam dan Dzikir terhadap skala nyeri
dan tingkat kecemasan pasien luka bakar.
Daftar Pustaka: 31 (1998-2015)
Kata Kunci: Luka Bakar, Nyeri, Kecemasan, Relaksasi, Terapi Musik dan Dzikir
2
PENDAHULUAN
Kulit dengan luka bakar akan
mengalami kerusakan pada epidermis,
dermis, maupun jaringan subkutan
tergantung faktor penyebab dan lamanya
kontak dengan sumber panas. Kedalaman
luka bakar akan mempengaruhi
kerusakan/integritas kulit dan kematian sel
(Moenajat, 2003). Kerusakan kulit akibat
luka bakar menimbulkan nyeri dan
perubahan psikologis bagi individu yang
mengalaminya, terutama luka bakar
superfisial yang luas dan luka bakar partial
thickness. Disamping nyeri akibat trauma
integumen, nyeri yang berlangsung terus
menerus juga dialami selama perawatan
luka dan terapi fisik (Black & hawk, 2014).
Dengan demikian dapat disimpulkan
bahwa luka bakar merupakan masalah yang
komplek yang tidak hanya mempengaruhi
fisik tetapi juga psikologis sehingga
diperlukan intervensi keperawatan untuk
mengurangi nyeri dan dampak dari
perubahan psikologis tersebut.
Pada respon nyeri, individu yang
mengalami luka bakar akan mengalami
nyeri hebat akibat terpaparnya ujung saraf
karena hilangnya integritas kulit. Respon
fisiologis terhadap nyeri berupa stimulasi
simpatik (nyeri ringan, moderat, dan
superficial) stimulus parasimpatik (nyeri
berat dan dalam). Gangguan fisik seperti
nyeri dapat mempengaruhi rasa nyaman
pasien dan mengganggu proses
penyembuhan luka yang disebabkan oleh
peningkatan kortisol (Nurachmah dkk,
2011). Menurut Lucia & Elsye (2016)
respon psikologis pada pasien luka bakar
yang mendapat terapi SEFT (Spiritual
emotional freedom technique) perasaan
pasien menjadi lebih tenang nyaman, ikhlas
dan pasrah, suka cita dan nyeri berkurang,
sedangkan respon fisiologisnya proses
penyembuhan luka lebih baik dan efektif.
Apabila pasien dibiarkan dalam kondisi
stressor akan menimbulkan dampak
gangguan psikologis yang lebih berat dan
penyembuhan luka yang lama (Azhari,
2012).
Perubahan psikologis terutama
kecemasan sering juga di alami oleh pasien
luka bakar dikarenakan kondisi ketidak
berdayaan, perawatan yang lama, regimen
perawatan yang menimbulkan nyeri,
protokol perawatan seperti pengendalian
infeksi dimana pasien ditempatkan di
ruangan khusus dan pengunjung harus
dibatasi sehingga pertemuan dengan
keluarga berkurang, dan kecacatan yang
diakibatkan luas dan lokasi luka bakar
(Black & Hawk, 2014). Kecemasan adalah
kekhawatiran yang tidak jelas dan
menyebar, yang berkaitan dengan perasaan
yang tidak pasti dan tidak berdaya. Keadaan
ini tidak memiliki objek yang spesifik.
Kecemasan dialami secara subjektif dan
dikomunikasikan secara personal.
Kecemasan adalah respon emosional dan
merupakan penilaian intelektual terhadap
suatu bahaya (Stuart, 2013). Oleh karena
banyaknya faktor atau kondisi psikologis
yang dialami oleh pasien dengan luka
bakar, dapat mempengaruhi tingginya
angka kecemasan. Dimana hal tersebut
dapat menjadi faktor penyulit dalam proses
penyembuhan penyakit.
Menurut WHO (World Health
Organization) tahun 2016, diperkirakan
265.000 kematian setiap tahun disebabkan
oleh luka bakar. Di India, lebih dari
1.000.000 orang dibakar setiap tahun.
Hampir 173.000 anak-anak Bangladesh
mengalami luka bakar. Pada tahun 2008,
lebih dari 410.000 luka bakar terjadi di
Amerika Serikat, dengan sekitar 40.000
yang membutuhkan rawat inap. Luka bakar
terjadi sebagian besar pada negara
berpenghasilan rendah dan menengah.
3
Luka bakar umumnya terjadi terutama di
rumah dan tempat kerja. Dibanyak negara
berpenghasilan tinggi, angka kematian
akibat luka bakar telah menurun, dan
tingkat kematian anak dari luka bakar saat
ini lebih dari 7 kali lebih tinggi di negara-
negara berpenghasilan rendah dan
menengah dibandingkan di negara-negara
berpenghasilan tinggi.
Di Indonesia kejadian luka bakar
pada tahun 2008 sebesar 2,2% dan menurun
sebesar 1,5% pada tahun 2013 menjadi
0,7%. Provinsi dengan angka kejadian
tertinggi adalah Papua sebanyak 2,0% dan
Bangka Belitung sebanyak 1,4% (Depkes,
2013). Berdasarkan penelitian yang
dilakukan oleh (Puji, 2012), sebagian besar
pasien luka bakar adalah orang dewasa
dengan perbandingan laki laki dan
perempuan sebesar 2,26 : 1 dan usia rata-
rata 25,7 tahun. Penyebab luka bakar pada
umumnya adalah gas LPG (30,4%), api
(25,7%) dan air panas (19,1%). Rata-rata
setiap bulannya terdapat 15-20 pasien baru
dengan luka bakar derajat I-II-III dan
luasnya antara 20-90% dengan lama
perawatan rata-rata lebih dari 1 bulan
(register Unit Luka Bakar RSCM, 2015).
Pada penelitian Moenajat (2003), tercatat
angka kejadian gangguan stres paska
trauma di RS Cipto Mangunkusumo adalah
16,2%, paska rawat inap 21,1% dan pada
rawat inap 10,7%. Karena itu pencegahan
terjadinya bahaya kebakaran dan
pertolongan pertama pada korban luka
bakar perlu disosialisasikan. Adanya
perbaikan managemen pelayananan baik
prehospital dan hospital untuk mengurangi
angka kesakitan dan kematian.
Kecemasan dan nyeri pada pasien
luka bakar dapat mengganggu rasa nyaman
dan mempengaruhi proses penyembuhan
luka. Berdasarkan penelitian yang
dilakukan oleh Nurachmah, dkk (2011)
adanya gangguan fisik seperti nyeri dan
psikis dapat mempengaruhi rasa nyaman
pasien dan mengganggu proses
penyembuhan luka yang disebabkan oleh
peningkatan kortisol. Penelitian tersebut
menunjukkan ketika pasien diberikan rasa
nyaman dengan menggunakan metode
balutan luka, maka terjadi pengaktifan TGF
β1 yang dapat menurunkan produksi
kortisol, sehingga mempercepat proses
penyembuhan luka. Selain itu penurunan
kortisol memiliki efek hampir menyeluruh
dalam menurunkan seluruh aspek dari
proses inflamasi (H.Purwanto, 2014).
Dengan demikian perawat memiliki
peranan penting dalam menangani dampak
yang timbul dari luka bakar khususnya
kecemasan dan nyeri pada pasien.
Mempertahankan rasa nyaman pasien
selama prosedur pergantian balutan
menjadi pertimbangan untuk
meminimalkan respon nyeri pasien luka
bakar.
Beberapa intervensi terkait dalam
nyeri dan kecemasan dikembangkan dalam
berbagai penelitian dan telah banyak
dipublikasikan melalui jurnal dan literatur-
literatur yang selalu berkembang. Menurut
Bulechek, et al(2016) dalam mengatasi
masalah nyeri dan kecemasan, perawat
dapat melakukan beberapa intervensi
diantaranya teknik relaksasi nafas dalam
dan terapi musik. Intervensi ini telah
dibuktikan berdasarkan beberapa penelitian
yang telah dilakukan diantaranya oleh
Elfira, dkk (2012) pengaruh terapi musik
Mozart terhadap intensitas nyeri pada
pasien fraktur dengan sampel penelitian
sebanyak 20 orang, berdasarkan hasil nilai
p = 0,000 maka disimpulkan terdapat
pengaruh yang signifikan antara terapi
musik Mozart terhadap intensitas nyeri.
Dalam Penelitian lain dilakukan oleh Park,
Oh dan Kim (2013) yang meneliti tentang
4
efek relaksasi nafas dalam untuk
mengurangi nyeri dan cemas saat
perawatan luka bakar. Disimpulkan bahwa
teknik relaksasi nafas dalam dapat
dilakukan oleh perawat untuk mengurangi
nyeri dan kecemasan pasien. Sefti, dkk
(2015) melakukan penelitian tentang
pengaruh pemberian musik terhadap skala
nyeri akibat perawatan luka bedah pada
pasien pasca operasi di ruang perawatan
bedah Manado tahun 2015, penelitian
tersebut menjelaskan bahwa terapi musik
dan relaksasi nafas dalam dapat digunakan
sebagai intervensi dalam mengatasi nyeri
dan kecemasan.
Unit luka bakar RS. Cipto
Mangukusumo merupakan unit pelayanan
khusus yang memberikan perawatan pada
orang- orang yang menderita luka bakar
dan merupakan rumah sakit rujukan
nasional. Pada saat ini ruangan luka bakar
telah mengalami peningkatan pelayanan
berupa penambahan kapasitas tempat tidur
dan rungan ICU dan kamar operasi.
Peningkatan pelayanan bukan hanya dari
segi sarana saja,akan tetapi dari
keperawatan juga dituntun untuk
meningkatan pelayanan yang prima. Salah
satunya adalah melakukan perawatan luka
yang nyaman bagi pasien dan sesuai
standar. Perawatan luka merupakan
prosedur utama bagi pasien luka bakar akan
tetapi penatalaksanaannya sering kali
membuat pasien tidak nyaman dan
menimbulkan ketakutan, kondisi ini kadang
tidak berkurang walaupun terapi
farmakologi sudah diberikan. Oleh karena
itu peneliti tertarik melakukan penelitian
terhadap efektifitas relaksasi nafas dalam
dan terapi musik terhadap intensitas nyeri
dan cemas pada pasien luka bakar yang
sedang dilakukan perawatan luka.
METODOLOGI PENELITIAN
Dalam penelitian ini, desain yang
digunakan quasi experimental dengan
nonequivalent control group pre test-post
test design yaitu metode eksperimental
dengan melibatkan kelompok intervensi
dan kelompok kontrol, dengan masing-
masing kelompok dilakukan observasi
sebelum dan sesudah intervensi. Metode ini
yang bermanfaat untuk mengungkapkan
hubungan sebab akibat dengan melibatkan
kelompok kontrol disamping kelompok
eksperimental.
Dalam rancangan ini, pada sampel
penelitian, sebelum dilaksanakannya
intervensi nafas dalam dan terapi musik
atau intervensi nafas dalam dengan dzikir
dilakukan observasi terlebih dahulu skala
nyeri dan tingkat cemas, kemudian
kelompok pertama (6 responden) diberikan
intervensi nafas dan terapi musik dan
kelompok kedua (6 responden) diberikan
intervensi nafas dalam dan terapi dzikir.
Setelah dilakukan intervensi kedua
kelompok diobservasi kembali tingkat
cemas dan skala nyeri. Intervensi dilakukan
pada saat melakukan perawatan luka bakar
dan dilakukan selama 4 hari. Hal ini
dilakukan untuk melihat perubahan tingkat
nyeri dan kecemasan yang terjadi setelah
adanya eksperimen.
Penelitian ini dilakukan di Unit
Pelayan Luka Bakar di Rumah Sakit Cipto
Mangunkusumo pada bulan Desember
2016 sampai dengan bulan Januari 2017.
Sampel pada penelitian ini adalah 12
responden yaitu pasien luka bakar yang
sedang dirawat di ruang perawatan luka
5
bakar Rumah Sakit Ciptomangunkusumo
dengan kriteria inklusi sebagai berikut:
1. Usia sama dengan atau lebih dari 12
tahun
2. Pasien dengan luka bakar yang dirawat
minggu ke I dan ke II
3. Dapat berkomunikasi verbal dengan
baik
4. Mampu membaca dan Bersedia terlibat
dalam penelitian atau menjadi responden
dengan mengisi informed consent
Kriteria Ekslusi
1. Responden yang mengalami penurunan
kesadaran/ gangguan mental
2. Responden yang tidak bersedia menjadi
sampel penelitian
Alat pengumpulan data yang
digunakan dalam penelitian ini berupa
questioner, lembar observasi. Analisa data
yang digunakan pada penelitian ini adalah
analisa univariat dan analisa bivariat. Pada
analisis univariat data ditampilkan dalam
tabel proporsi atau persentase sedangkan
pada analisa bivariat dalam penelitian ini
menggunakan Uji Beda Dua Mean
Dependent (Uji T Dependent) dan Uji Beda
Dua Mean Independent (Uji T
Independent). Pada penelitian ini,
diperhatikan masalah etika yang dapat
muncul selama proses penelitian. Oleh
karena itu, masalah etika yang ditekankan
pada penelitian ini yang pertama adalah
dengan Autonomy dengan memberikan
Informed Consent.
HASIL PENELITIAN
karakteristik responden
Tabel 1: Umur Variabel Mean Std.
Deviasi
Minimal-
Maksimal
95% CI
Umur
36,08 12,537 13-53 28,12 –
44,05
Tabel 2: Jenis Kelamin No
.
Variabel Kategori Frekuensi (%) n = 12
1. Jenis Kelamin Laki-laki
Perempuan
9 (75%)
3 (25%)
Analisa Bivariat
Tabel 3: Skala Nyeri Hari pertama Variabel Kelompok Pengukuran n Mean SD SE P.Value
Terapi
musik
dengan
relaksasi
nafas
dalam
Intervensi
(diberikan
terapi
musik)
Sebelum
Setelah
6
6,67
6,00
1,033
1,414
0,422
0,577
0,025
Terapi
Dzikir
Intervensi
(diberikan
terapi
Dzikir)
Sebelum
Sesudah
6
5,83
5,00
0,983
1,265
0,401
0,516
0,004
Tabel 4: Tingkat Kecemasan Hari Pertama Variabel Kelompok Pengukuran n Mean SD SE P.Value
Terapi
musik
dengan
relaksasi
nafas
dalam
Intervensi
(diberikan
terapi
musik)
Sebelum
Setelah
6
60,00
51,67
12,649
14,720
5,164
6,009
0,004
Terapi
Dzikir
Intervensi
(diberikan
terapi
Dzikir)
Sebelum
Sesudah
6
60,00
48,33
8,944
7,528
3,562
3,073
0,001
Tabel 5: skala nyeri hari kedua Variabel Kelompok Pengukuran n Mean SD SE P.Value
Terapi
musik
dengan
relaksasi
nafas
dalam
Intervensi
(diberikan
terapi
musik)
Sebelum
Setelah
6
6,50
5,67
1,409
1,211
0,428
0,494
0,004
Terapi
Dzikir
Intervensi
(diberikan
terapi
Dzikir)
Sebelum
Sesudah
6
5,50
4,67
0,837
0,816
0,342
0,333
0,004
6
Tabel 6: tingkat kecemasan hari Kedua Variabel Kelompok Pengukuran n Mean SD SE P.Value
Terapi
musik
dengan
relaksasi
nafas
dalam
Intervensi
(diberikan
terapi
musik)
Sebelum
Setelah
6
56,67
50,00
15,055
16,733
6,146
6,831
0,004
Terapi
Dzikir
Intervensi
(diberikan
terapi
Dzikir)
Sebelum
Sesudah
6
58,33
46,67
11,690
10,328
4,773
4,216
0,001
Tabel 7: skala nyeri hari Ketiga Variabel Kelompok Pengukuran n Mean SD SE P.Value
Terapi
musik
dengan
relaksasi
nafas
dalam
Intervensi
(diberikan
terapi
musik)
Sebelum
Setelah
6
6,17
5,33
1.329
1,211
0,543
0,494
0,004
Terapi
Dzikir
Intervensi
(diberikan
terapi
Dzikir)
Sebelum
Sesudah
6
4,67
3,67
1,211
1,033
0,494
0,422
0,012
Tabel 8 : tingkat kecemasan hari Ketiga Variabel Kelompok Pengukuran n Mean SD SE P.Value
Terapi
musik
dengan
relaksasi
nafas
dalam
Intervensi
(diberikan
terapi
musik)
Sebelum
Setelah
6
41,67
33,33
23,166
25,509
9,458
9,189
0,042
Terapi
Dzikir
Intervensi
(diberikan
terapi
Dzikir)
Sebelum
Sesudah
6
50,00
36,67
12,649
13,663
5,164
5,578
0,001
Tabel 9: skala nyeri hari Ke Empat Variabel Kelompok Pengukuran n Mean SD SE P.Value
Terapi
musik
dengan
relaksasi
nafas
dalam
Intervensi
(diberikan
terapi
musik)
Sebelum
Setelah
6
5,67
4,33
0,816
1,211
0,333
0,494
0,001
Terapi
Dzikir
Intervensi
(diberikan
terapi
Dzikir)
Sebelum
Sesudah
6
4,33
3,33
1,366
1,033
0,558
0,422
0,012
Tabel 10: Tingkat kecemasan hari Ke Empat
Variabel Kelompok Pengukuran n Mean SD SE P.Value
Terapi
musik
dengan
relaksasi
nafas
dalam
Intervensi
(diberikan
terapi
musik)
Sebelum
Setelah
6
33,33
28,33
25,820
21,370
10,541
8,724
0,076
Terapi
Dzikir
Intervensi
(diberikan
terapi
Dzikir)
Sebelum
Sesudah
6
48,33
33,33
14,720
12,111
6,009
4,944
0,001
Tabel 11: Distribusi Terapi Musik Dengan
Relaksasi Nafas Dalam Dan Dzikir
Variabel Pengukuran n Mean SD SE P.Value
Kelopok
kontrol
Nyeri
Terapi Dzikir
Terapi Musik
6
37,00
46,33
7,537
8,733
3,077
3,565
0,068
Kelopok
kontrol
Cemas
Terapi Dzikir
Terapi Musik
6
410,00
355,00
86,487
147,614
35,308
60,263
0,351
6,67 6 6,5 5,67 6,17 5,33 5,674,33
5,83 5 5,5 4,67 4,67 3,67 4,33 3,33
1 2 3 4 5 6 7 8
Intervensi Skala Nyeri terapi musik dengan relaksasi dan dzikir
Terapi musik dengan Relaksasi Nafas Dalam Terapi Dzikir
6051,67
56,6750
41,6733,33 33,33
28,33
6048,33
58,3346,67 50
36,6748,33
33,33
1 2 3 4 5 6 7 8
Intervensi Skala Cemas Terhadap terapi musik dengan relaksasi dan dzikir
Terapi musik dengan Relaksasi Nafas Dalam Terapi Dzikir
7
PEMBAHASAN
Karakteristik Responden
Hasil analisa didapatkan bahwa
responden berdasarkan karakteristik usia,
didapat nilai mean 36,08 dengan standart
deviasi 12,537 dengan rentang usia antara
13 tahun sampai 53 tahun. Berdasarkan
penelitian yang dilakukan oleh (Puji, 2012),
sebagian besar pasien luka bakar adalah
orang dewasa dengan perbandingan laki
laki dan perempuan sebesar 2,26 : 1 dan
usia rata-rata 25,7 tahun. Penyebab luka
bakar pada umumnya adalah gas LPG
(30,4%), api (25,7%) dan air panas
(19,1%). Rata-rata setiap bulannya terdapat
15-20 pasien baru dengan luka bakar
derajat I-II-III dan luasnya antara 20-90%
dengan lama perawatan rata-rata lebih dari
1 bulan (register Unit Luka Bakar RSCM,
2015). Hingga saat ini peneliti masih belum
menemukan data tambahan tentang konsep
dan penilitian terkait terhadap angka
kejadian luka bakar di dunia maupun di
Asia.
Berdasarkan hasil analisa
didapatkan bahwa responden yang berjenis
kelamin laki-laki sebesar 9 orang (75%).
Rata-rata pasien yang menjalani perawatan
luka bakar di Rumah Sakit Cipto
Mangunkusumo sebagian besar adalah laki-
laki. Berdasarkan Toomey (2008) &
Wilson (2006) dalam Kozier (2011) jenis
kelamin dapat menjadikan faktor yang
signifikan dalam respon nyeri, dimana pria
lebih jarang melaporkan nyeri
dibandingkan wanita. Dibeberapa budaya
ada kebiasaan bahwa pria diharapkan tidak
terlalu menunjukkan respon nyeri.
Berdasarkan hasil analisa
didapatkan bahwa seluruh responden
menderita luka bakar derajat 2, yaitu
sebesar 12 orang (100%). Menurut
Moenajat (2003) luka bakar derajat tiga
merupakan Luka bakar yang mengenai
semua lapisan epidermis dan sebagian besar
dermis. Luka bakar ini ditandai oleh warna
yang merah dan melepuh. Luka bakar ini
mengenai seluruh lapisan kulit, jaringan
lemak, otot, pembuluh darah dan persarafan
hingga mengenai tulang-tulang.
Disebabkan kontak yang lama dengan api,
uap panas, bahan kimia, atau listrik
bervoltase tinggi sehingga luka bakar
terlihat seperti lilin, kuning kecoklatan,
berbintik-bintik, hangus, atau merah yang
tidak memucat. Luka-luka ini anastetik
karena resptor nyeri telah musnah.
Sehingga pada pasien dengan derajat luka
bakar 3 tidak dapat dijadikan sampel
dikarenakan musnahnya reseptor nyeri.
Sehingga peneliti hanya mengambil pasien
dengan luka bakar derajat 2 supaya mudah
untuk mendapatkan hasil penelitian sesuai
yang peneliti inginkan.
Analisa Bivariat
Untuk menguji perbedaan mean
pada pasien saat melakukan perawatan luka
bakar di ruang perawatan sebelum diberi
terapi musik dengan relaksasi nafas dalam
dan dzikir kemudian sesudah diberikan
terapi musik dengan relaksasi nafas dalam
dan dzikir menggunakan uji t- dependen.
Pengukuran skala nyeri dan cemas
dilakukan 4 hari. Pada saat intervensi
sebelum dan sesudah dilakukan intervensi
di dapat bahwa rata-rata skala nyeri dan
cemas mengalami perubahan yang
signifikan yaitu p value < 0,05 namun di
hari ke empat didapatkan tidak ada
perbedaan antara kelompok intervensi
terapi musik dan terapi dzikir dimana p
value untuk kelompok terapi musik
kususnya pada kecemasan klien di dapatkan
> 0,05 yang artinya tidak ada hubungan
yang bermakna dan tidak adanya perubahan
yang cukup signifikan terhadap rasa cemas
nya tersebut di banding kan dengan skala
8
nyerinya. Meskipun demikian terdapat
penurunan rata-rata nilai kecemasan dari
hari pertama (mean 60,00 dengan standart
deviasi 12,649 sebelum intervensi dan
sesudah intervensi 51,67 dengan standar
deviasi 14,720) sedangkan pada hari ke-4
(dengan nilai mean 48,33 dengan standar
deviasi 14,720 sedangkan nilai rata-rata
pada responden sesudah di intervensi
dengan terapi dzikir adalah 33,33 dengan
standar deviasi 12,111) yang menunjukan
bahwa setelah diberikan intervensi baik
terapi musik dan nafas dalam maupun
terapi dzikir, dapat menurunkan tingkat
kecemasan pasien dalam menjalankan
intervensi perawatan luka bakar.
Kecemasan pada pasien luka bakar
dapat mengganggu rasa nyaman dan
mempengaruhi proses penyembuhan luka.
Kecemasan adalah perasaan takut yang
tidak jelas dan tidak didukung oleh situasi.
Ketika merasa cemas, individu merasa
tidak nyaman atau takut atau mungkin
memiliki firasat akan ditimpa malapetaka
padahal ia tidak mengerti mengapa emosi
yang mengancam tersebut terjadi (Sheila,
2008). Setelah beberapa hari dilakukan
intervensi baik terapi musik dan nafas
dalam maupun dzikir, pasien telah memiliki
kesiapan ketika akan memulai perawatan
luka, sehingga perasaan takut yang timbul
menjadi lebih berkurang. Dengan demikian
dapat disimpulkan bahwa Relaksasi Nafas
Dalam dan Terapi Musik dengan Relaksasi
Nafas Dalam dan Dzikir efektif terhadap
skala nyeri dan tingkat kecemasan pasien
luka bakar yang dilakukan perawatan luka
di RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo.
Berdasarkan penelitian yang
dilakukan oleh Nurachmah, dkk (2011)
adanya gangguan fisik seperti nyeri dan
psikis dapat mempengaruhi rasa nyaman
pasien dan mengganggu proses
penyembuhan luka yang disebabkan oleh
peningkatan kortisol. Penelitian tersebut
menunjukkan ketika pasien diberikan rasa
nyaman dengan menggunakan metode
balutan luka, maka terjadi pengaktifan TGF
β1 yang dapat menurunkan produksi
kortisol, sehingga mempercepat proses
penyembuhan luka. Selain itu penurunan
kortisol memiliki efek hampir menyeluruh
dalam menurunkan seluruh aspek dari
proses inflamasi (H.Purwanto, 2014).
Hasil penelitian ini sejalan dengan
penelitian lain Bulechek, et al(2016)
dimana dalam mengatasi masalah nyeri dan
kecemasan, perawat dapat melakukan
intervensi teknik relaksasi nafas dalam dan
terapi musik.
Menurut Elfira, dkk (2012) dalam
studinya menyatakan bahwa terapi musik
Mozart dapat menurunkan intensitas nyeri
pada pasien fraktur (p < 0,000). Studi lain
tentang terapi music terhadap nyeri juga
menunjukan respon positif seperti pada
penelitian Sefti, dkk (2015) melakukan
penelitian tentang pengaruh pemberian
musik terhadap skala nyeri akibat
perawatan luka bedah pada pasien pasca
operasi di ruang perawatan bedah Manado
tahun 2015, penelitian tersebut menjelaskan
bahwa terapi musik dan relaksasi nafas
dalam dapat digunakan sebagai intervensi
dalam mengatasi nyeri dan kecemasan.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
1. Karakteristik usia dengan nilai rentang
antara 13 tahun sampai 53 tahun dan
didominasi jenis kelamin terbanyak
adalah laki-laki.
2. Terdapat perubahan yang signifikan
terhadap skala nyeri pada pasien luka
bakar yang dilakukan perawatan luka
pada kelompok intervensi terapi musik
sebelum diberikan terapi musik pada
9
hari keempat adalah 5,67 dan setelah
diberikan terapi musik adalah 4,33.
3. Terdapat perubahan yang signifikan
terhadap tingkat kecemasan pasien
luka bakar yang dilakukan perawatan
luka pada kelompok intervensi terapi
musik sebelum diberikan terapi musik
pada hari pertama adalah 60,00 dan
setelah diberikan terapi musik adalah
51,67.
4. Terdapat perubahan yang signifikan
terhadap skala nyeri pada pasien luka
bakar yang dilakukan perawatan luka
pada kelompok intervensi terapi dzikir
sebelum diberikan terapi dzikir pada
hari kedua adalah 5,50 dan setelah
diberikan terapi dzikir adalah 4,67.
5. Terdapat perubahan yang signifikan
terhadap tingkat kecemasan pasien
luka bakar yang dilakukan perawatan
luka pada kelompok intervensi terapi
dzikir sebelum diberikan terapi dzikir
pada hari keempat adalah 48,33 dan
setelah diberikan terapi dzikir adalah
33,33.
6. Terdapat perbedaan yang signifikan
terhadap Perbandingan Efektifitas
Relaksasi Nafas Dalam dan Terapi
Musik dengan Relaksasi Nafas Dalam
dan Dzikir terhadap skala nyeri dan
tingkat kecemasan pasien luka bakar
yang dilakukan perawatan luka di
RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo
Saran
1. Bagi Pelayanan Kesehatan:
Meningkatkan kualitas pelayanan
kesehatan pada pasien luka bakar, baik
diruang perawatan rumah sakit
maupun klinik perawatan luka dengan
mengamati aspek biopsikososial.
2. Bagi Institusi Pendidikan:
Meningkatkan pengetahuan dan
pemahaman mahasiswa dengan
menambahkan bahan kajian mengenai
terapi nonfarmakologi untuk
mengatasi nyeri dan cemas pada mata
ajar keperawatan medikal bedah.
3. Bagi Penelitian Keperawatan:
Diharapkan penelitian ini
meningkatkan pengetahuan peneliti
dan mengembangkan metode relaksasi
nafas dalam dan terapi musik untuk
menurunkan tingkat kecemasan dan
skala nyeri pasien luka bakar pada saat
perawatan luka dan diharapkan juga
penelitian ini dapat di kembangkan
dengan jumlah sample penelitian yang
lebih besar.
DAFTAR PUSTAKA:
Arina & Faradisi,F. 2011. Perbedaan
efektifitas terapi murotal dan terapi
musik klasik terhadap tingkat
kecemasan pada pasien preoperasi
fraktur ektremitas di Rumah Sakit
Moewardi Surakarta. Retrivied
from: stikesmuh-pkj.ac.id
Azhari, N. (2012). Hubungan Body Image
dengan Mekanisme Koping yang
digunakan penderita Luka
Bakar di ruangan khusus Luka
Bakar bangsal Bedah RSUP
Muhammad Djamil, Padang.
Retrivied from:
repository.unand.ac.id
Ani Hary. (2015). Prayer and dhikir as
Spiritual related Interventions For
Reducing Post Surgery pain
Intensity in Moslems Patient.
Retrivied from:
www.ejmanager.com
10
Black.J.M dan Hawks. J.H. (2014).
Keperawatan medikal bedah :
Manajemen Klinis Untuk Hasil
Yang Diharapkan. Ed.8 (3). Jakarta
: Salemba Medika
Bulechek. G.M., Butcher.H.K.,
Dochterman.J.M., Wagner. C.M.
(2016). Nursing intervention
classification. Kidlington : Elcevier
Global Rights
Berman. (2009). Buku Ajar Praktik
Keperawatan Klinis, Jakarta
Penerbit: EGC
Brunner&Suddarth. (2010). Textbook Of
Medical Surgical Nursing (12th
ed).USA, Linppicott
Campbell. (2001). Efek Terapi
musik,memanfaatkan kekuatan
musik, Jakarta, Gramedia, Pustaka
utama
Depkes. (2013). Prevalensi luka bakar di
Indonesia. Retrivied from. http :
USU.co.id
De Jong. (2005). Buku Ajar Ilmu Bedah,
Edisi 2, Jakarta Penerbit: EGC
Djohan. 2006. Terapi musik teori dan
aplikasi,Yogyakarta, galang press
Dody.S,et al, Terapi musik relaksasi dan
suara alam terhadap tingkat nyeri
dan kecemasan pasien, Retrivied
From Jurnal keperawatan dan
kebidanan (JIKK), Vol I, No: 8, Juni
2013; 448-462
Elfira, Yuhendri. (2012). Pengaruh terapi
musik Mozart terhadap intensitas
nyeri pada pasien fraktur di RSUD.
Achmad Mochtar, Bukittinggi,
Retrivied from Jurnal.Kesehatan
STIKes Prima Nusantara
Bukittingggi, Vol 4 No 1 Januari
2012
Hannan. (2014). Dzikir Khafi untuk
menurunkan tingkat kecemasan
Lansia, 2014, Retrivied from
e-journal.wiraraja.ac.id
Hidayat, A. A. A. (2007). Metode
penelitian keperawatan dan tehnik
analisis data, Jakarta Penerbit:
Salemba Medika
Hudak & Gallo. (2010). Keperawatan
Kritis, Edisi VI, Penerbit: EGC
Buku Kedokteran.
Homzova & Zelenicova, Measuring Pre-op
Anxiety in Patient Undergoing
Elective Surgery in Chezch
Republik, Retrivied from Central
European Journal Of Nursing And
Widwifery, (2015 : 6(4) : 321-326
Jokomono. (2016). Intervensi musik
gamelan untuk mengurangi nyeri
dan kecemasan pada pasien akut di
unit gawat darurat rumah sakit
Mardi Rahayu Kudus. Retrivied
from akbidmr.ac.id
Kozier, B; Glenora; Audrey; Shirlee.
(2010). Fundamental
Nursing:Concept and Procedures,
7th edition, USA: Pearson Prentice
Hall.
LeMone. (2015). Medical Surgical
Nursing: Critical Thinking in
Patient Care Volume 1, Edisi:
5,penerbit: EGC.
11
Moenajat. (2003). Luka bakar pengetahuan
klinis praktis, Edisi Revisi, Jakarta,
Balai Penerbit: FKUI.
Mutia,F. 2014. Pengaruh kompres panas
dan dingin terhadap penurunan
nyeri kala I fase persalinan
fisiologis ibu primipara. Retrivied
from: Journal.fk.unand.ac.id
Mukhoirotin, et al. (2010). Pemanfaatan
Stimulasi Kutaneus (Slow Stroke
Back Massage) terhadap penurunan
intensitas nyeri haid, Retrivied from
Jurnal.unipdu.ac.id
Notoatmojo, S. (2012). Metodologi
penelitian kesehatan, Jakarta:
Penerbit: Rineka Cipta
Ni Made. 2012. Pengaruh pemberian GIM
terhadap nyeri pada pasien post
operasi Fraktur di RSUD
Panembahan Senopati Bantul,
Retrivied from: Jurnal Respati.ac.id
Novita. 2012. Pengaruh terapi musik
terhadap nyeri post operasi ORIF di
RSUD Abdul Moeloek, Lampung.
Retrivied from: Journal.lib.ui.ac.id
Nurachmah, Elly., Kristanto, Heri., &
Gayatri, Dewi. (2011). Aspek
kenyamanan pasien luka kronik
ditinjau dari transforming growth
faktor β1 dan kadar kortisol.
Retrivied from http://journal.ui.ac.id
Makara Kesehatan, 15 (2).
Nursalam. (2011). Metodelogi Penelitian
Ilmu Keperawatan: Pendekatan
Praktis, Edisi 3, Jakarta, Salemba
Medika.
Park. E., Oh. H dan Kim. Taeim. (2013).
The effect of relaxation breathing
on procedural pain and anxiety
during burn care (Article).
Retrivied from www.elsevier.com
Perry & Potter. 2010. Buku Ajar
Fundamental Keperawatan Edisi 4
Volume I, Jakarta Penerbit:
EGC
Puji. (2012). Epidemiology of Burn Injuries
in Cipto Mangunkusumo hospital
from 2009-2010. Retrivied from
www.JPR journal.com
Retnowati, dkk. 2000. Hubungan persepsi
tentang menopause dengan tingkat
kecemasan pada wanita yang
menghadapi menopause. Retrivied
from : Jurnal psikologis 2000.no
2,96-100
Rompas, et al. (2015). Pengaruh pemberian
musik terhadap skala nyeri akibat
perawatan luka bedah pada pasien
pasca operasi di ruang Perawatan
Bedah Flamboyan RS. TK III
Wolter Mongosidi, Menado,
Retrivied From: e-Jurnal
Keperawatan Volume 3 nomor: 2,
Mei 2015
Satiadarma. 2004. Teori Alternatif, Jakarta,
Yayasan spiritia
Scou. 2008. Music Therapi for post cardiac
patient, Aalborg university,
Denmark download from ubn.aau
on Desember 12, 2016
Stuart, G. W., & Laraia, M. T. (2013).
Principles & practice of psychatric
nursing edisi 10. USA: Mosby.
12
Sugiyono. (2013). Penelitian Kuntitatif,
Bandung, Alfabeta
Tamsuri. (2016). Konsep dan
penatalaksanaan nyeri, Jakarta
Penerbit: EGC
Ust.Zen. (2007). Kekuatan metode
lafidzi,Hidup sehat dengan olah
lahir, pikir dan
Dzikir,Jakarta, Qultum Media
Utomo. 2015. Pengaruh wudhu terhadap
kecemasan saat menghadapi ujian
praktikum pada mahasiswa
keperawatan UIN
syarifhidayatullah,Jakarta.
Retrivied from: Jurnal
repository.uinjkt.ac.id
WHO. 2016. Prevalence of Burns.
Retrivied from http://www.who.int
Yusrizal, et al. (2012). Pengaruh Tehnik
Relaksasi Nafas Dalam & Masase
terhadap penurunan skala nyeri
pada pasien apendiktomi di RSUD
Dr. M. Zein Painan.Retrivied from
Ners Jurnal Keperawatan Volume
8, No 2, Desember 2012 : 138-146
Yuanita. 2008. Terapi musik untuk anak
balita panduan untuk
mengoptimalkan kecerdasan anak,
Yogyakarta, Cemerlang Publishing