Peraturan Muatan Indonesia

9
PERATURAN MUATAN INDONESIA BAB I UMUM Pasal 1.0 Pengertian muatan 1. Muatan mati (muatan tetap) ialah semua muatan yang berasal dari berat bangunan dan atau unsur bangunan, termasuk segala unsur tambahan tetap yang merupakan satu kesatuan dengannya. 2. Muatan hidup (muatan berguna, muatan bergerak, muatan tidak tetap) ialah semua muatan tidak tetap, kecuali muatan angin, muatan gempa dan pengaruh pengaruh khusus yang disebut dalam ayat ayat (3),(4) dan (5), yang dapat diharapkan membebani bangunan dan atau unsur bangunan. 3. Muatan angin ialah semua muatan pada bangunan dan atau unsur bangunan disebabkan oleh selisih dalam tekanan udara. 4. Muatan gempa ialah semua muatan pada bangunan dan atau unsur bangunan disebabkan oleh pengaruh gempa. 5. Pengaruh pengaruh khusus ialah semua pengaruh terhadap bangunan dan atau unsur bangunan yang diakibatkan oleh: selisih suhu, pemasangan (erection), penurunan pondasi, susut, gaya rem, gaya sentrifugal, muatan berulang dan pengaruh pengaruh khusus lainnya. Pasal 1.1 Ketentuan ketentuan mengenai pembebanan

Transcript of Peraturan Muatan Indonesia

Page 1: Peraturan Muatan Indonesia

PERATURAN MUATAN INDONESIA

BAB I

UMUM

Pasal 1.0 Pengertian muatan

1. Muatan mati (muatan tetap) ialah semua muatan yang berasal dari berat

bangunan dan atau unsur bangunan, termasuk segala unsur tambahan tetap

yang merupakan satu kesatuan dengannya.

2. Muatan hidup (muatan berguna, muatan bergerak, muatan tidak tetap) ialah

semua muatan tidak tetap, kecuali muatan angin, muatan gempa dan pengaruh

pengaruh khusus yang disebut dalam ayat ayat (3),(4) dan (5), yang dapat

diharapkan membebani bangunan dan atau unsur bangunan.

3. Muatan angin ialah semua muatan pada bangunan dan atau unsur bangunan

disebabkan oleh selisih dalam tekanan udara.

4. Muatan gempa ialah semua muatan pada bangunan dan atau unsur bangunan

disebabkan oleh pengaruh gempa.

5. Pengaruh pengaruh khusus ialah semua pengaruh terhadap bangunan dan atau

unsur bangunan yang diakibatkan oleh: selisih suhu, pemasangan (erection),

penurunan pondasi, susut, gaya rem, gaya sentrifugal, muatan berulang dan

pengaruh pengaruh khusus lainnya.

Pasal 1.1 Ketentuan ketentuan mengenai pembebanan

1. Bangunan bangunan harus diperhitungkan terhadap pembebanan pembebanan

oleh:

Muatan mati (BAB II ) dinyatakan dengan huruf a.

Muatan hidup (BAB III) dinyatakan dengan huruf b.

Muatan angin (BAB IV) dinyatakan dengan huruf c.

Muatan gempa (BAB V) dinyatakan dengan huruf d.

Pengaruh pengaruh khusus (BAB VI) dinyatakan dengan huruf e.

2. Kombinasi pembebanan yang harus ditinjau adalah sbb:

A. Kombinasi pembebanan tetap : a+b

B. Kombinasi pembebanan sementara : a+b+c

C. Kombinasi pembebanan khusus : A+e

Page 2: Peraturan Muatan Indonesia

 B+e

3. Apabila muatan angin, muatan gempa dan muatan hidup, baik yang membebani

bangunan dan atau unsur bangunan secara penuh maupun sebagian, secara

tersendiri atau dalam kombinasi memberikan pengaruh yang menguntungkan

bagi suatu unsur bangunan, maka pembebanan tersebut tidak boleh ditinjau di

dlalam perhitungan.

Catatan : Untuk keadaan keadaan tertentu muatan mati, muatan hidup dan muatan

angin harus/ dapat dikalikan dengan suatu koefisien reduksi.

.2 Tegangan yang diizinkan:

1. Dalam peninjauan kombinasi pembebanan tetap, seperti ditentukan dalam pasal 1.1 ayat (2) A,

dalam keadaan apapun tegangan yang diijinkan tidak boleh dinaikan.

2. Dalam peninjauan kombinasi pembebanan sementara. Seperti ditentukan dalam Pasal 1.1 ayat (2)

B. Dapat diadakan kenaikan tegangan yang diijinkan. Kenaikan ini bergantung pada jenis

tegangan dan jenis konstruksi, dan diambil sbb:

a. Pada konstruksi baja, kenaikan tegangan yang diijinkan didalam baja, paku keling dan

baut pas, untuk tekan, tarik dan geser adalah 33 %.

b. Pada konstruksi beton bertulang, kenaikan tegangan yang diijinkan adalah sbb:

- Untuk tekan, tarik dan geser di dalam beton adalah 100 %.

- Untuk tekan, tarik dan geser di dalam baja-tulangan adalah 50 %.

- Untuk tegangan lekat antara beton dan baja-tulangan adalah 50 %.

c. Pada konstruksi kayu, kenaikan tegangan yang diijinkan untuk tekan, tarik dan geser

adalah 50 %.

d. Pada tanah pondasi, kenaikan daya dukung yang diijinkan dapat diambil sbb:

Tanah Kenaikan yang

diijinkan (%)Jenis Daya dukung (kg/m2)

Keras >5 50

Sedang 2 – 5 30

Lunak 0,5 – 2 0 – 30

Amat Lunak 0 – 0,5 0

Page 3: Peraturan Muatan Indonesia

3. Apabila dalam peninjauan kombinasi pembebanan khusus seperti ditentukan dalam pasal 1.1 ayat

(2) C sebagai pengaruh khusus pada bangunan dan atau unsur bangunan adalah gaya gaya

dinamis yang sering bekerja berulang kali dengan atau tanpa berbalik tanda, seperti pada keran,

jembatan, dll. , maka harus diadakan penurunan tegangan yang diijinkan, untuk

memperhitungkan gejala kelelahan dari bahan.

Pasal 1.3 Muatan – batas bangunan

Dalam perencanaan konstruksi bangunan dengan analisa muatan batas (ultimate load/limit

analysis), maka dalam peninjauan kombinasi kombinasi pembebanan seperti yang

ditentukan dalam pasal 1.1, masing masing muatan harus dikalikan dengan koefisien muatan

(load factor) yang berlaku untuk masing masing muatan itu.

Pasal 1.4 Kestabilan Bangunan

Setiap bangunan harus ditinjau kestabilannya pada setiap kombinasi pembebanan seperti

yang ditentukan dalam pasal 1.1 ayat (2). Koefisien keamanan terhadap kestabilan itu,

seperti terhadap guling, dll., harus minimum 1,5.

Page 4: Peraturan Muatan Indonesia

BAB II

MUATAN MATI

Pasal 2.1 berat sendiri

1. Berat sendiri dari bahan bahan bangunan terpenting dan dari beberapa konstruksi yang harus

dipakai di dalam menentukan muatan mati, harus diambil seperti yang tercantum dalam tabel 1.

2. Apabila bahan bangunan atau konstruksi setempat memberikan berat sendiri yang jauh

menyimpang dari harga harga yang tercantum dalam Tabel 1, maka berat sendiri tersebut harus

ditentukan tersendiri, dan harga yang didapat kemudian dicantumkan di dalam peraturan

bangunan setempat sebagai pengganti dari harga yang tercantum dalam Tabel 1. Penyimpangan

ini terjadi terutama pada pasir (a.l. pasir besi titan), kerikil (a.l. kerikil kwarsa), batu pecah batu

alam, batu bata, batu belah, batu gunung, batu bulat, jenis jenis kayu dan genting, begitu pula

pada konstruksi konstruksi yang mengandung bahan bahan tersebut.

3. Apabila dai hasil penentuan berat sendiri ternyata diperoleh harga yang melampaui harga harga

dalam tabel 1 lebih dari 10 %, maka harga harga tersebut yang harus dipakai.

4. Berat sendiri dari bahan bangunan dan dari konstruksi yang tidak tercantum dalam tabel 1, harus

ditentukan tersendiri.

5. Berat sendiri seperti disebut dalam ayat ayat (2), (3), dan (4), harus ditentukan dengan

memperhitungkan kelembaban setempat.

6. Penentuan berat sendiri seperti disebut dalam ayat ayat (3) dan (4), harus dilakukan dengan

disaksikan dean disetujui oleh pengawas bangunan yang berwenang.

7. Ke dalam pasal ini tidak termasuk syarat syarat bahan dan syarat syarat konstruksi.

Pasal 2.2 Reduksi muatan mati yang memberikan pengaruh yang menguntungkan

1. Apabila muatan mati memberikan pengaruh yang meguntungkan terhadap tegangan tegangan

yang bekerja di dalam suatu unsur dan/atau bagian bangunan, maka sebagai muatan mati harus

diambil harga berdasarkan Tabel 1 dikalikan dengan koefisien reduksi 0,9.

2. Apabila muatan mati suatu konstruksi dan/atau sebagian dari padanya memberikan pengaruh yang

menguntungkan terhadap kestabilan, maka dalam perhitungan kemanan guling, muatan mati

tersebut (kalau perlu termasuk berat blok blok jangkar) harus dikalikan dengan koefisien reduksi

0,9.

TABEL 1

Page 5: Peraturan Muatan Indonesia

BERAT SENDIRI BAHAN BANGUNAN DAN KONSTRUKSI

BAHAN BANGUNAN BERAT SENDIRI

Pasir (kering udara sampai lembab)1.600 kg/m3

Pasir (jenuh air)1.800 kg/m3

Kerikil (kering udara sampai lembab, tidak diayak)1.650 kg/m3

Pasir Kerikil (kering udara sampai lembab)1.850 kg/m3

Batu Pecah (tidak diayak)1.450 kg/m3

Batu karang (berat tumpuk)700 kg/m3

Batu belah, batu gunung dan batu bulat (berat tumpuk)1.500 kg/m3

Tanah, tanah liat dan tanah geluh (kering udara sampai lembab)1.700 kg/m3

Tanah, tanah liat dan tanah geluh (basah)2.000 kg/m3

Batu alam2.600 kg/m3

Beton *) **)2.200 kg/m3

Beton bertulang **)2.400 kg/m3

Pasangan batu bata1.700 kg/m3

Pasangan batu belah, batu gunung dan batu bulat2.200 kg/m3

Pasangan batu karang1.450 kg/m3

Besi tuang7.250 kg/m3

Baja7.850 kg/m3

Page 6: Peraturan Muatan Indonesia

Timah hitam (timbel)11.400 kg/m3

Jenis jenis kayu : bisa dilihat di PKKI – NI 5

KONSTRUKSI BERAT JENIS

Lantai kayu sederhana dengan balok kayu, tanpa langit langit dengan

bentang maksimum 5 m dan untuk muatan hidup paling tinggi 200

kg/m2

40 kg/m2

Langit langit dan dinding (termasuk rusuk rusuknya. Tetapi tanpa

penggantung langit langit atau pengaku pengaku). Terdiri dari:

a. Semen asbes (eternitdan bahan lain sejenis. Dengan tebal

maksimum 4 mm.

11 kg/m2

b. Kaca dengan tebal 3-4 mm 10 kg/m2

Penggantung langit langit (dari kayu). Dengan bentang maksimum 5 m

dan jarak s.k.s. minimum 0,807 kg/m2

Adukan per cm tebal:

a. Dari semen21 kg/m2

b. Dari kapur, tras atau semen merah 17 kg/m2

Dinding dinding pasangan batu bata:

a. Satu batu450 kg/m2

b. Setengah batu 250 kg/m2

Penutup lantai dari ubin semen portland, teraso dan beton. Tanpa

adukan , per cm tebal24 kg/m2

Aspal, termasuk bahan bahan mineral penambah per cm tebal 14 kg/m2

Penutup atap genting dengan reng dan usuk/kaso per m2 bidan atap 50 kg/m2

Penutup atap sirap dengan reng dan usuk/kaso, per m2 bidang atap 40 kg/m2

Page 7: Peraturan Muatan Indonesia

Penutup atap seng gelombang (BWG 24) tanpa gordeng/ gulung gulung 10 kg/m2

Semen asbes gelombang (tebal 5 mm) 11 kg/m2