PERANCANGAN MOTION GRAPHIC SEBAGAI MEDIA PUBLIKASI …
Transcript of PERANCANGAN MOTION GRAPHIC SEBAGAI MEDIA PUBLIKASI …
PERANCANGAN MOTION GRAPHIC SEBAGAI
MEDIA PUBLIKASI KTP ANAK DI KOTA SALATIGA
Artikel Ilmiah
Diajukan Kepada
Fakultas Teknologi Informasi
Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Desain
Peneliti :
Pratama Dody Kurniawan - 692014023
Michael Bezaleel Wenas, S.Kom., M.Cs.
Program Studi Desain Komunikasi Visual
Fakultas Teknologi Informasi
Universitas Kristen Satya Wacana
Salatiga
2019
1
1. Pendahuluan
Seiring perkembangan zaman, pemerintah terus melakukan perbaikan dan
perkembangan pendataan masyarakat di Indonesia. Dalam Peraturan Menteri
Dalam Negeri (Permendagri) No 2 Tahun 2016 mengenai Kartu Identitas Anak
(KIA), program KIA rencananya akan berjalan secara bertahap hingga 2019
menurut pertimbangan anggaran yang ada, mengingat saat ini jumlah anak di
Indonesia yang berumur kurang dari 17 tahun sekitar 79 juta sedangkan dari 514
kabupaten atau kota di Indonesia saat ini baru 110 kabupaten atau kota yang telah
menerbitkan KIA.
Menurut Menteri Dalam Negeri (Mendagri) Tjahjo Kumolo tujuan program
KIA yaitu untuk meningkatkan pendataan, perlindungan dan pelayanan publik serta
sebagai upaya memberikan perlindungan dan pemenuhan hak konstitusional warga
Negara khususnya anak. Keunggulan dari program KIA yaitu dapat dijadikan
sebagai pengganti Kartu Tanda Penduduk (KTP) apabila anak tersebut belum
berusia 17 tahun. Jika anak tersebut sudah berusia 17 tahun KIA akan berubah
menjadi KTP dengan NIK yang sama. Keunggulan dari KIA bisa juga untuk
membuka rekening tabungan di bank serta membuat paspor atas nama anak [1].
Menurut sensus Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2016, jumlah anak usia
0-16 tahun di Kota Salatiga berjumlah 40.451 anak. Data tersebut didapat dari
seluruh Kecamatan yang terdapat di Kota Salatiga [2].
Menurut data dari Disdukcapil Kota Salatiga dari hasil wawancara dengan
Bapak Brian Ardianto selaku Database Operator KIA Kota Salatiga, tercatat
sebanyak 23.440 anak sudah memiliki atau sudah membuat KIA, jumlah tersebut
hanya 45% dari jumlah seluruh anak yang wajib memiliki KIA di Kota Salatiga
pada tahun 2018. Jumlah tersebut sangatlah sedikit mengingat Kota Salatiga
mempunyai luas 56.781 km2 dan menduduki peringkat luas wilayah ke-18 kota
madya terkecil di Indonesia. Pihak Disdukcapil sudah melakukan beberapa
sosialisasi yang isinya manfaat memiliki data kependudukan serta syarat dan tata
cara membuat KIA melalui radio yang disiarkan setiap hari di radio Suara Salatiga,
melalui koran Salatiga yang diterbitkan setiap tiga bulan sekali, menggunakan
leafleat yang disebarkan ke kelurahan dan ditempelkan di tempat strategis seperti
mading dan papan pengumuman di Kota Salatiga, memberikan formulir
pendaftaran KIA kepada pihak Sekolah Dasar (SD) di Kota Salatiga setiap tahun
dimana formulir tersebut mewajibkan anak dengan usia dibawah 17 tahun yang
berdomisili di Kota Salatiga untuk wajib memiliki KIA.
Dari data yang diambil di beberapa SD di Kota Salatiga, ada beberapa SD
yang sudah menerapkan wajib membuat KIA di dalam sekolah dengan memberikan
formulir pendaftaran KIA secara langsung kepada murid, namun masih banyak SD
yang tidak memberikan informasi mengenai program KIA. Sebagian besar SD yang
sudah menerapkan wajib membuat KIA hanya SD swasta, sedangkan untuk SD
Negeri banyak yang belum menerapkan wajib membuat KIA di sekolah. Kurangnya
media publikasi KIA di Kota Salatiga membuat banyak masyarakat yang belum
mengenal betul tentang bagaimana dan apa manfaat dari KIA. Dari data yang
diambil melalui wawancara langsung kepada beberapa masyarakat dengan anak
yang masih menginjak tingkat SD dan Taman Kanak-Kanak (TK) di Kota Salatiga,
2
masyarakat banyak yang belum mengenal tentang program KIA yang sedang
berjalan sekarang ini, beberapa masyarakat yang sudah membuat KIA hanya
sebatas mengetahui tentang adanya KIA dari mulut ke mulut tanpa mengerti
bagaimana dan apa manfaat dari KIA.
Berdasarkan permasalahan yang ada, dapat disimpulkan bahwa Disdukcapil
Kota Salatiga memerlukan media tambahan untuk membantu publikasi KIA di Kota
Salatiga. Video Motion Graphic KIA merupakan media yang dinilai lebih efektif
mengingat perkembangan zaman membuat teknologi yang mengarah ke arah digital
sangat berkembang cepat. Penyampaian informasi mengenai KIA dapat
disampaikan dengan mudah melalui Motion Graphic karena informasi yang
disampaikan memalui media visual akan lebih menarik audience dalam memahami
isi dari informasi yang disampaikan. Saat ini era digital telah menjadi gaya hidup
baru bagi sebagian besar masyarakat di Indonesia.
2. Tinjauan Pustaka
Berdasarkan penelitian Chandy Afrizal dari jurnal yang berjudul
“Pelaksanaan Kebijakan Pembuatan Kartu Identitas Anak Di Kota Bandar
Lampung” menggunakan metode analisis deskriptif kualitatif. Kemendagri
berharap KIA bisa menjadi kertu identitas bagi anak, namun semenjak program ini
diluncurkan, banyak tanggapan dan kritikan yang datang. Sebagian kalangan
menganggap bahwa KIA adalah program yang penting. Namun tidak sedikit yang
menganggap KIA tidak memiliki tujuan yang jelas. Berbagai tanggapan tersebut
seharusnya menjadi masukan untuk pemerintah dalam rangka mematangkan
program KIA di Indonesia. Namun belum adanya realisasi dari fasilitas umum
seperti rumah sakit, sekolah dan tempat umum lainnya membuat masyarakat
banyak yang masih memandang remeh atau tidak menganggap penting KIA [3].
Pada penelitian Chandy Afrizal dan penelitian yang sedang dilakukan,
terdapat beberapa persamaan objek dan subjek penelitian, yaitu KIA sebagai fokus
penelitiannya dan masyarakat sebagai subjek penelitiannya, selain itu juga memiliki
permasalahan yang sama yaitu masyarakat banyak yang masih memandang remeh
dan tidak menganggap penting KIA.
Terdapat juga penelitian Yessica Brigitta dari jurnal yang berjudul
“Perancangan Video Company Profile Lembah Kamuning Dairy Farm, Desa
Cigugur, Kuningan dengan Teknik Motion Graphic” menggunakan metode
kualitatif. Informasi adalah hal yang penting dan selalu dibutuhkan manusia.
Perkembangan teknologi saat ini membuat informasi dapat diakses dengan cepat,
mudah, dan akurat. Publikasi sebuah perusahaan merupakan cara yang ampuh
untuk menyampaikan informasi yang ingin di sampaikan, dengan begitu
masyarakat dapat mengerti tentang profil dari perusahaan tersebut. Motion Graphic
sebagai teknik yang dipilih untuk video Company Profile sudah diuji dan dianggap
cocok karena penonton lebih mudah mengingat dan lebih tertarik karena
kelengkapan informasi yang disampaikan sangat mudah dipahami [4].
Berdasarkan penelitian Yessica Brigitta dan penelitian yang sedang
dilakukan, ditemukan adanya perbedaan dan persamaan. Perbedaannya adalah
3
objek penelitian yang dilakukan berbeda, yaitu Lembah Kamuning Dairy Farm.
Selain itu subjek yang dituju juga berbeda, pada penelitian Yessica Brigitta subjek
penelitian ditujukan kepada masyarakat luas dengan tujuan berwisata, sedangkan
subjek pada penelitian yang sedang dilakukan ditujukan kepada orang tua yang
memiliki anak berumur 0 sampai kurang dari 17 tahun yang berdomisili di Kota
Salatiga. Lalu terdapat juga adanya persamaan yang digunakan untuk
menyelesaikan permasalahan yang ada di objek penelitian, yaitu merancang sebuah
Motion Graphic. Pada penelitian yang sedang dilakukan, penempatan publikasi
video Motion Graphic menggunakan fasilitas umum dimana kondisi fasilitas umum
seperti TV yang ada di ruang tunggu Disdukcapil, poliklinik, dan kantor kelurahan
desa tidak selalu kondusif dalam penyampaian informasi melalui suara.
Penyampaian informasi menggunakan text serta gaya desain yang sederhana dalam
Motion Graphic akan membuat informasi yang disampaikan akan dapat diterima
dengan mudah oleh audience.
Lalu ada juga penelitian Ni Kadek Sumiari dan Putu Setyarini dengan judul
“Perancangan Media Publikasi Kesenian Tari Bali Berbasis Web” dengan
menggunakan metode kualitatif. Dalam kebudayaan Bali, kesenian tari merupakan
salah satu aspek penunjang yang penting. Perkembangan zaman membuat banyak
perubahan dalam kebudayaan seni tari seperti munculnya banyak tarian kreasi yang
lebil modern. Kebutuhan informasi tentang kesenian tari Bali menjadi salah satu
aspek yang penting untuk menarik minat wisatawan. Teknologi yang berkembang
pesat saat ini, khususnya dalam bidang informasi harus dimanfaatkan sebagai media
publikasi tentang kesenian tari Bali. Dengan memanfaatkan teknologi, kesenian tari
Bali dapat dipublikasikan dengan mudah dan cepat, sehingga informasi yang
disampaikan lebih valid, hemat biaya serta tidak membuang banyak waktu [5].
Pada penelitian Ni Kadek Sumiari dan Putu Setyarini dan penelitian yang
sedang dilakukan, terdapat perbedaan objek dan subjek penelitian yaitu tari Bali
sebagai fokus penelitiannya dan wisatawan sebagai subjek penelitiannya. Namun
terdapat persamaan media yaitu sebagai media publikasi.
Publikasi menurut Wasiun, Nugraha dan Prabawani adalah sekumpulan
informasi yang berkaitan tentang makhluk hidup, barang maupun organisasi yang
disebarkan kepada masyarakat melalui media. Publikasi adalah serangkaian
promosi yang efisien dengan kelebihan dan kekurangan, sebagai berikut [6] :
Kelebihan publikasi :
1. Sumber informasi lebih dapat dipercaya kerena informasi berasal dari pihak
terkait.
2. Lebih menarik untuk dibaca karena publikasi menyajikan informasi yang
lebih rinci serta informasi yang disampaikan lebih lengkap daripada iklan
pada umumya.
Kekurangan publikasi :
1. Perusahaan atau lembaga tidak memilliki jaminan mengenai publikasi akan
dimuat atau disiarkan melalui media.
4
2. Informasi yang disampaikan hanya sekali saja tanpa banyak menggunakan
pengulangan informasi, maka jika informasi terlewatkan tidak ada
pengulangan informasi pada menit selanjutnya.
Motion Graphic menurut Ranang A.S dalam Prasetya adalah gabungan dari
tipografi, fotografi, musik, video, dan visual animasi yang berbasis pada waktu
dengan menggunakan animasi dan atau video untuk menciptakan ilusi gerak
ataupun tranformasi [7].
Menurut Ahli Teori Perfilman Michael Betancourt, artikelnya yang berjudul
“The Origins of Motion Graphics” dalam Algiffari, Motion Graphic adalah
kombinasi dari ilusi gerak dengan audio yang dihasilkan dari rekaman video dan
teknologi animasi yang biasanya ditampilkan melalui teknologi media elektronik
dalam bentuk multimedia [9].
Menurut Ping Zhang, artikelnya yang berjudul “Pop-Up Animations:
Impacts and Implications for Website Design and Online Advertising” Animation
pop up adalah efek animasi gambar dimana dalam lingkungan internet mengacu
pada animasi yang mengawali atau muncul pada layar ketika penonton tidak
menduganya. Animation pop-up sudah banyak dijumpai dalam berbagai media
grafis dan sudah digunakan secara luas di lingkungan internet [10].
Penelitian Raharjo yang mengatakan media visual memegang peranan yang
sangat penting dalam proses penyampaian informasi. Media visual dapat
mempercepat pemahaman serta memperkuat ingatan. Menurut Jacoby dan Dallas
(dalam Snodgrass dkk, 1996), stimulasi visual adalah bentuk stimulasi suatu objek
yang sudah dilihat kemudian dimasukan ke dalam ingatan.
Menurut Udik dalam Raharjo, terdapat beberapa prinsip penggunaan media
visual yang efektif [11].
1. Penggunaan unsur visual yang sederhana akan lebih mudah dipelajari
dibanding penggunaan unsur visual yang rumit dan akan terkesan
mengganggu perhatian.
2. Unsur visual dengan tambahan tulisan dapat memberikan penekanan
informasi sehingga informasi akan tersampaikan dengan baik.
3. Penggunaan grafik akan mambantu dalam memahami keseluruhan
informasi sebelum informasi dijabarkan.
Menurut Peraturan Dalam Negeri Nomor 2 tahun 2016 tentang Kartu
Identitas Anak yang disingkat menjadi KIA adalah suatu identitas resmi anak pada
usia kurang dari 17 tahun dan belum menikah yang diterbitkan oleh Dinas
Kependudukan dan Pencatatan Sipil kabupaten atau kota. Tujuan dari
diterbitkannya KIA yaitu untuk meningkatkan pendataan, perlindungan dan
pelayanan publik serta sebagai upaya memberikan perlindungan dan pemenuhan
hak konstitusional warga negara.
Pemerintah telah mewajibkan semua anak harus memiliki kartu identitas diri
yang disebut Kartu Identitas Anak. Kartu tersebut diharapkan dapat mengurangi
kesalahan dalam pendataan penduduk di Indonesia. Dengan proses pembuatan yang
tidak dipungut biaya akan mempermudah masyarakat dalam proses pembuatan
5
KIA. Pemerintah masih berusaha untuk menyelesaikan target pemerataan KIA yang
diharapkan dapat selesai pada tahun 2019 [12].
3. Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode analisis data dengan menggunakan
metode deskriptif kualitatif dengan subjek penelitian petugas atau operator KIA dan
masyarakat Kota Salatiga. Hal yang diteliti yaitu tentang bagaimana publikasi KIA
di Kota Salatiga. Penggumpulan data mengunakan wawancara kepada petugas atau
operator KIA, beberapa SD dan TK, serta masyarakat Kota Salatiga. Teknik analisis
data menggunakan langkah-langkah yang masih bersifat umum, yakni reduksi data,
penyajian data, dan menarik kesimpulan. Tahapan dapat dilihat pada Gambar 1.
Gambar 1. Tahapan Perancangan Motion Graphic.
Tahap 1
Tahap pertama adalah pengumpulan data dengan melakukan observasi yang
dilakukan di Kota Salatiga diketahui kurangnya media publikasi tentang KIA di
Kota Salatiga. Media publikasi KIA hanya dapat dilihat pada bagian dalam kantor
Dukcapil Kota Salatiga serta tidak ada media digital ataupun cetak yang tersebar di
Kota Salatiga. Data diperkuat dengan dilakukannya wawancara kepada Database
Operator KIA Kota Salatiga Bapak Brian Ardianto, SE, MM yang mengatakan
bahwa masih kurangnya media publikasi KIA di Kota Salatiga serta masih
kurangnya pemahaman masyarakat tentang program KIA di Kota Salatiga. Bapak
Brian juga mengatakan akan lebih bagus jika ada media publikasi tambahan seperti
media digital supaya masyarakat lebih tertarik untuk mengenal program KIA. Dari
data yang diperoleh dari Bapak Brian, pada bulan Juli 2018 tercatat sebanyak
24.411 anak sudah memiliki KIA, namun jumlah tersebut masih 48% dari total
jumlah seluruh anak dibawah 17 tahun di Kota Salatiga. Pihak Dukcapil sebenarnya
sudah melakukan kerjasama dengan seluruh SD di Kota Salatiga, namun masih
belum bisa memenuhi target. Dukcapil juga sudah membuat beberapa program
untuk mempermudah proses pembuatan KIA seperti cetak langsung jadi dan
program “3 in 1” dimana program tersebut berupa pengurusan Akta Kelahiran
dengan bonus Kartu Keluarga dan KIA. Wawancara juga dilakukan kepada
masyarakat Kota Salatiga dengan target para orang tua yang memiliki anak dengan
jenjang pendidikan TK hingga SD. Hasil dari wawancara tersebut adalah
masyarakat banyak yang belum mengenal betul tentang apa itu KIA dan untuk apa
KIA dibuat, bahkan masyarakat yang sudah memiliki KIA belum bisa merasakan
manfaat dari program KIA karena belum tahu manfaat dan kegunaan dari KIA.
Begitu juga dengan wawancara yang dilakukan dengan anak-anak SD, Sekolah
Menengah Pertama (SMP) dan Sekolah Menengah Atas (SMA), beberapa anak SD
mengatakan bahwa sudah memiliki KIA dari program yang diadakan di sekolah
yaitu anak yang berasal dari dalam Kota Salatiga langsung dibuatkan KIA oleh
6
pihak sekolah, sedangkan SD Negeri tidak. Anak-anak yang sudah memiliki KIA
pun tidak semua mengerti tentang kegunaan dan manfaat KIA yang sebenarnya.
Ditambah lagi anak SMP dan SMA dimana pihak sekolah tidak menerapkan
pembuatan KIA di sekolah, dari hasil wawancara yang dilakukan dengan beberapa
anak SMP dan SMA, sebagian besar tidak memiliki KIA, beberapa anak SMP dan
SMA tersebut mengatakan tidak tahu untuk apa KIA dan kurang tertarik untuk
membuat KIA.
Tahap 2
Tahap kedua adalah analisis data dimana data yang sudah diperoleh dipilih
untuk dilakukan pengolahan data. Metode analisis data menggunakan metode
deskriptif kualitatif dilakukan dengan memecah data menjadi komponen-komponen
yang lebih kecil berdasarkan elemen dan struktur tertentu. Pada proses analisis data
dibagi menjadi beberapa bagian yaitu reduksi data, penyajian data, dan penarikan
kesimpulan. Reduksi data adalah sebuah proses penyederhanaan, pemusatan,
pemilihan dan tranformasi dari data yang sudah terkumpul. Reduksa data berjalan
terus-menerus selama proyek yang berorientasi kualitatif berjalan [13].
Tabel 1. Segmen pasar yang dituju dari program KIA
No Informan Deskripsi Intisari
1. Database
Operator KIA
Kota Salatiga
(Bapak Brian
Ardianto, SE,
MM).
Target program KIA di kota salatiga
adalah seluruh anak berusia kurang
dari 17 tahun yang berdomisili di
Kota Salatiga. Dari total jumlah anak
yang ada di Kota Salatiga dengan
umur dibawah 17 tahun sejak 2016
hinnga 2018 tercatat hanya 48%
yang sudah memiliki KIA.
Anak berusia
kurang dari tujuh
belas tahun yang
berdomisili di
salatiga wajib
memiliki KIA.
48% anak sudah
memiliki KIA di
Kota Salatiga.
2. Peraturan
Menteri Dalam
Negeri
(Permendagri)
No 2 Tahun
2016 mengenai
Kartu Identitas
Anak (KIA).
Program KIA rencananya akan
berjalan secara bertahap hingga
2019. jumlah anak di Indonesia yang
berumur kurang dari 17 tahun sekitar
79 juta sedangkan dari 514
kabupaten atau kota di Indonesia
saat ini baru 110 kabupaten atau kota
yang telah menerbitkan KIA.
Program KIA akan
terus berjalan
secara bertahap
hingga 2019.
Salatiga menjadi
salah satu kota
yang sudah
menerbitkan KIA.
Kesimpulan kategori inti :
Berdasarkan hasil wawancara dan informasi dari Database Operator KIA
Kota Salatiga dan Peraturan Permendagri No 2 Tahun 2016 program KIA akan
berjalan bertahap hingga 2019 dan seluruh anak di Indonesia yang berumur
kurang dari 17 tahun wajib memiliki KIA serta tercatat hanya 48% anak dari tahun
2016 hingga 2018 yang sudah memiliki KIA di Kota Salatiga.
7
Tabel 2. Media Publikasi program KIA di Kota Salatiga
No Informan Deskripsi Intisari
1. Database
Operator
KIA Kota
Salatiga
(Bapak Brian
Ardianto, SE,
MM).
Pihak Dukcapil Kota Salatiga
sudah melakukan publikasi KIA
dengan cara melakukan kerjasama
dengan seluruh SD di Kota
Salatiga, lalu mengirimkan surat
ke seluruh Kacamatan di Kota
Salatiga, serta dengan
menerapkan cetak langsung jadi
dan program “3 in 1”.
Penambahan media publikasi
seperti media digital akan
menambah minat minat
masyarakat untuk lebih mengenal
program KIA.
Program publikasi
yang dilakukan
oleh Dukcapil
adalah kerjasama
dengan seluruh SD
dan Kecamatan di
Kota Salatiga, lalu
catak langsung jadi
dan program ”3 in
1”. Penambahan
media digital akan
menambah minat
masyarakat untuk
mengenal program
KIA.
2. Orang tua
yang
memiliki
anak umur
empat sampai
delapan tahun
dengan
tingkatan
pendidikan
TK dan SD
awal.
Belum adanya pemberitahuan dari
sekolah (TK) mengenai program
KIA. Orang tua murid hanya
mengetahui tentang program KIA
dari mulut ke mulut tanpa
mengerti tujuan dan pentingnya
KIA. Sebagian SD swasta di Kota
Salatiga sudah menerapkan wajib
memiliki KIA serta pembuatan
KIA di sekolah. Namun pada SD
Negeri belum ada informasi
mengenai KIA di sekolah.
Tidak ada
Informasi dari TK
serta SD Negeri
tentang KIA. Orang
tua murid kurang
memahami tentang
apa dan untuk apa
KIA.
3. Anak SMP
dan SMA
yang
berdomisili di
Kota Salatiga
dengan umur
dibawah 17
tahun.
Belum mengenal KIA dan tidak
memiliki KIA. Hanya anak SMP
yang pada saat SD diwajibkan
memiliki KIA saja yang sudah
memiliki KIA.
Masih banyak anak
SMP dan SMA
dengan usia
dibawah 17 tahun
yang belum
mengenal KIA.
Kesimpulan kategori inti :
Berdasarkan hasil wawancara dan informasi dari Database Operator KIA
Kota Salatiga, orang tua murid, Anak SMP dan SMA Kota Salatiga. Masih banyak
orang tua serta anak-anak yang belum mengenal KIA, serta hanya SD swasta saja
yang sudah menerapkan wajib memiliki KIA di sekolah. Dengan menambah media
digital diharapkan akan menambah minat masyarakat dalam mengenal program
KIA.
8
Dari hasil Reduksi Data dapat dilihat bahwa tingkat kepemilikan KIA di
Kota Salatiga hanya sebesar 48% tercatat dari tahun 2016 hingga 2018. Hasil
tersebut sangatlah sedikit mengingat program tersebut sudah berjalan dua tahun.
Tingkat kepemilikan KIA terbesar ada pada usia balita dan pada jenjang SD, jumlah
tersebut masih jauh dari target jumlah KIA yang diharapkan. Serta masih kurangnya
informasi membuat masyarakat banyak yang belum mengerti tenang program KIA.
Setelah mendapatkan hasil Penyajian Data maka dapat ditarik kesimpulan
target audience, media publikasi, gaya publikasi, penempatan publikasi, serta isi
publikasi.
Tabel 3. Kesimpulan
No. Kesimpulan Hasil
1. Target audience Orang tua yang memiliki anak dibawah 17 tahun yang
berdomisili di Kota Salatiga.
2. Media Publikasi Media Digital.
3. Gaya Publikasi Motion Graphic dengan infografis didalamnya. Dilihat
dari target audience adalah orang tua yang sudah bisa
membaca serta dibutuhkannya informasi yang lebih
rinci berupa tulisan.
4. Penempatan
Publikasi
Fasilitas umum berupa TV yang ada di ruang tunggu
Disdukcapil, poliklinik, dan kantor kelurahan desa.
Dilihat dari kegiatan masyarakat yang dekat dengan
fasilitas umum.
5. Isi Publikasi Informasi tentang manfaat dan fungsi KIA serta cara
pembuatan KIA di Kota Salatiga.
Tahap 3
Dari data yang sudah diperoleh maka dirancang sebuah Video Infografis
dengan bentuk Motion Graphic media publikasi Kartu Identitas Anak Kota
Salatiga. Proses perancangan terdiri dari tiga tahap yaitu pra produksi, produksi dan
Pasca Produksi. Proses perancangan dapat dilihat pada Gambar 2.
Gambar 2. Proses Perancangan Motion Graphic.
9
Pra Produksi
a. Ide Dan Konsep
Dalam proses perancangan berisikan tentang tujuan, manfaat, syarat, dan
cara pembuatan KIA di Kota Salatiga. Media dirancang untuk anak yang
berdomisili di Kota Salatiga dengan umur kurang dari 17 tahun dengan target
audience orang tua yang memiliki anak dengan umur kurang dari 17 tahun yang
berdomisili di Kota Salatiga. Pada bagian awal Motion Graphic akan ditampilkan
apa itu KIA, tujuan serta manfaat dari KIA. Pada bagian selanjutnya ditampilkan
bagaimana syarat pembuatan dan bagaimana cara membuat KIA di Kota Salatiga.
Informasi tentang KIA akan disajikan dalam bentuk Motion Graphic dengan
tambahan text didalamnya. Perancangan Motion Graphic digambarkan dengan
menggunakan gaya Flat Design karena memiliki beberapa ciri khas yang terletak
pada penggunaan ikon, ilustrasi dan elemen yang terkesan sederhana serta warna
yang mencolok membuat gaya Flat Design dapat dinikmati oleh orang tua maupun
anak dengan jelas, informasi yang banyak serta kondisi ruang publik yang ramai
akan membuat audience harus fokus pada informasi yang terdapat pada Motion
Graphic, dengan gambaran informasi yang sederhana akan membuat media lebih
mudah dimengerti dan dipahami oleh masyarakat. Effect yang digunakan dalam
Motion Graphic adalah Animation pop-up dengan alasan supaya setiap objek yang
digambarkan terlihat lebih menarik dan tidak membosankan. Video Motion
Graphic KIA memiliki durasi 1-2 menit karena akan di tayangkan pada fasilitas
umum dimana durasi lebih dari 3 menit akan membuat audience merasa bosan dan
tidak efektif untuk dilihat.
b. Konten
Konten yang akan disajikan yaitu tentang informasi singkat mengenai apa
itu KIA dan bagaimana fungsi dan proses pembuatan di Kota Salatiga serta apa saja
syarat yang dibutuhkan untuk memiliki KIA.
c. Storyboard
Kemudian pada tahap selanjutnya dilanjutkan dengan pembuatan
storyboard yang bertujuan untuk memberikan gambaran mengenai Motion Graphic
yang akan dibuat dan juga informasi yang akan dicantumkan dalam Motion Graphic
tersebut berupa Informasi mengenai KIA dan juga bagaimana proses pembuatan
KIA di Kota Salatiga. Perancangan storyboard dapat dilihat pada Gambar 3.
10
Gambar 3. Storyboard Perancangan Motion Graphic.
d. Sketsa Karakter dan Aset
Tahap selanjutnya setelah ide, konsep dan konten sudah ditentukan yaitu
membuat sketsa untuk menggambarkan isi dari Motion Graphic KIA. Proses
pembuatan sketsa dilakukan dengan membuat gambar menggunakan pensil. Sketsa
yang dibuat akan menyesuaikan ciri khas dari KIA dengan maksud penggambaran
karakter dan aset yang dibuat akan mencerminkan tentang KIA.
Sketsa pertama yang dibuat yaitu sketsa karakter utama dari Motion
Graphic KIA. Sketsa karakter bertujuan untuk mencernimkan pengguna dari KIA
yaitu anak yang memiliki umur dibawah tujuh belas tahun. Penggambaran karakter
digambarkan dengan ilustrasi karakter seorang bayi, anak SD, anak SMP dan anak
SMA dengan tujuan karakter tersebut akan mewakili anak dengan umur dibawah
tujuh belas tahun. Aset berfungsi sebagai gambaran pendukung untuk memperjelas
isi dari Motion Graphic KIA. Penggambaran aset akan berhubungan dengan fungsi
dan manfaat dari KIA dengan bentuk ilustrasi yang sederhana. Proses sketsa
karakter terdapat dilihat pada Gambar 4 dan proses sketsa aset dapat dilihat pada
Gambar 5.
Gambar 4. Sketsa Karakter Perancangan Motion Graphic.
11
Gambar 5. Sketsa Aset Perancangan Motion Graphic.
Produksi
a. Digital Artwork
Tahap selanjutnya adalah tahap Digital Artwork. Pada tahap ini sketsa yang
sudah dibuat akan dibuat kembali dalam bentuk digital dimana sketsa tersebut akan
diberi warna, garis, serta shading supaya tampilan gambarnya menjadi lebih jelas
dan lebih menarik. Pada penggambaran aset menggunakan pemilihan warna dan
bentuk yang terkesan lucu dengan gaya flat design yang sederhana dan tidak
menambahkan banyak detail. Proses Digital Artwork karakter dan aset terdapat
dilihat pada Gambar 6.
Gambar 6. Digital Artwork karakter dan aset.
Untuk font yang digunakan adalah Arial Rounded MT Bold & Arial dengan
jenis huruf sans serif lebih bersifat sederhana dan mudah dibaca. Font Arial
Rounded MT Bold & Arial dapat dilihat pada Gambar 7.
Gambar 7. Font Arial Rounded MT Bold & Arial.
b. Audio Mixing
Selanjutnya masuk pada tahap Audio Mixing musik yang telah dipilih
sebagai backsound music video Motion Graphic untuk menetukan durasi dan
12
transisi pada video. Audio Mixing menggunakan efek Constant Power untuk
menghaluskan penggabungan musik. Efek Constant Gain digunakan untuk
menurunkan Volume suara musik secara perlahan. Proses Audio Mixing dapat
dilihat pada Gambar 8.
Gambar 8. Proses Audio Mixing.
c. Animating
Setelah selesai tahap Audio Mixing, selanjutnya masuk pada proses
Animating. Pada proses ini, semua aset yang telah dibuat kemudian dirangkai dan
dianimasikan sesuai dengan durasi yang telah ditentukan. Penggunaan efek pop-up
bersifat gambar yang ditampilkan akan muncul dari kecil ke besar atau sebaliknya
ketika audience tidak menduganya. Efek Moving dan Masking juga digunakan
untuk menambah kesan hidup pada gambar. Proses Animating dapat dilihat pada
Gambar 9.
Gambar 9. Proses Animating.
d. Sound Effects
Selanjutnya masuk pada proses Sound Effect dimana proses ini merupakan
proses terakhir pada tahapan produksi. Dalam proses Sound Effect animasi dan
backsound music yang sudah jadi diberi tambahan Sound Effects yang berguna
untuk memberikan tekanan pada setiap pergerakan animasi dan pergantian Scene.
Proses Sound Effects dapat dilihat pada Gambar 10.
13
Gambar 10. Proses Sound Effects.
Pasca Produksi
a. Rendering
Tahap selanjutnya yaitu proses rendering, proses rendering merupakan
proses terakhir setelah proses editing selesai. Pada proses ini semua file yang sudah
dibuat yaitu ilustrasi, animasi, Sound Effects, dan background music disatukan
menjadi satu bentuk output yang berupa video. Format video yang digunakan
adalah H.264 (Mp4) dengan resolusi 1920 x 1080 (1.0) pixel, 29.97 fps. Format
tersebut bertujuan supaya video memiliki resolusi yang besar ketika ditampilkan
pada layar dengan resolusi tinggi. Proses Rendering dapat dilihat pada Gambar 11.
Gambar 11. Proses Rendering.
4. Hasil dan Pembahasan
Berikut adalah hasil dari perancangan video Motion Graphic yang telah
dibuat. Dalam video Motion Graphic KIA terbagi menjadi tiga bagian yaitu
opening, isi dan closing. Hasil dari perancangan ini dapat dilihat pada Gambar 12.
14
Gambar 12. Desain opening, isi, dan closing.
Pada bagian opening video disambut dengan animasi dari bentuk KIA dan
animasi karakter dua orang anak SD. Hasil dari perancangan opening Motion
Graphic dapat dilihat pada Gambar 13.
Gambar 13. Desain opening Motion Graphic.
Selanjutnya pada scene 2 menampilkan tentang peraturan pemerintah yang
membahas tentang KIA ditambah dengan animasi karakter anak yang bertujuan
untuk menggambarkan umur dari pengguna KIA. Scene 2 dapat dilihat pada
Gambar 14.
Gambar 14. Peraturan pemerintah tentang KIA.
15
Pada scene 3 berisikan penjelasan dan animasi tentang manfaat dari KIA.
Manfaat dari KIA terbagi menjadi enam bagian yaitu tentang pelayanan publik,
pendidikan, dokumen keimigrasian, tabungan di bank, tiket kereta api dan data diri
yang sah. Scene 3 dapat dilihat pada Gambar 15.
Gambar 15. Manfaat KIA.
Lanjut pada scene 4. Dalam scene ini berisikan animasi ilustrasi dari gedung
Disdukcapil Kota Salatiga yang bertujuan untuk memberikan informasi bahwa
tempat pembuatan KIA di Kota Salatiga adalah di Disdukcapil Kota Salatiga. Scene
4 dapat dilihat pada Gambar 16.
Gambar 16. Animasi ilustrasi Gedung Disdukcapil Kota Salatiga.
Selanjutnya pada scene 5 menampilkan animasi ilustrasi bagian lobby
Disdukcapil Kota Salatiga dengan tambahan informasi tentang syarat pembuatan
KIA di Kota Salatiga. Scene 5 dapat dilihat pada Gambar 17.
Gambar 17. Syarat pembuatan KIA.
16
Pada scene 6 berisikan animasi ilustrasi dari KIA beserta penjelasan tentang
apa saja isi kartu KIA. Scene 6 dapat dilihat pada Gambar 18.
Gambar 18. Isi dari Kartu KIA.
Lanjut pada scene 7. Scene ini menampilkan animasi dua anak SD yang
sedang memegang KIA. Scene ini menggambarkan bahwa setelah mengenal apa itu
KIA dan tau apa saja syarat untuk membuat KIA, anak tersebut bisa mendapatkan
KIA milik sendiri. Scene 7 dapat dilihat pada Gambar 19.
Gambar 19. Anak mendapatkan KIA.
Scene terakhir yaitu scene 8 berisikan logo dari Disdukcapil Kota Salatiga.
Scene 8 dapat dilihat pada Gambar 20.
Gambar 20. Logo Disdukcapil Kota Salatiga.
Dari hasil perancangan video Motion Graphic kemudian dilakukan evaluasi.
Evaluasi yang pertama dilakukan wawancara kepada Bapak Brian Ardianto selaku
Database Operator KIA dan Bapak Noegroho Agoes Setijono selaku kepala
Disdukcapil Kota Salatiga. Ada beberapa hal yang perlu ditambahkan dan penulisan
yang harus diperbaiki sehingga perlu dilakukan revisi pada video yaitu penambahan
informasi Permendagri No 2 tahun 2016 mengenai KIA dan perbaikan kata dalam
penulisan informasi pada video Motion Graphic. Setelah dilakukan perbaikan dari
17
evaluasi konten atau isi dari video Motion Graphic sudah bagus dan menarik, dari
segi informasi dan tampilan juga sudah cukup jelas.
Pegujian pertama dilakukan wawancara kepada Raffael A. Gumelar selaku
Head Animator dari Kumata Studio. Memberikan pendapat soal pergerakan Motion
Graphic untuk diperhalus lagi dan disarankan untuk menentukan skema warna
utama dan pola yang mau ditampilkan pada sequence. Selain itu, informasi yang
disampaikan sudah cukup jelas dan karakter yang dibuat sudah mencerminkan
pengguna KIA.
Pengujian yang kedua dilakukan kepada target audience yaitu orang tua
yang mempunyai anak dengan usia dibawah 17 tahun yang berdomisili di Kota
Salatiga berjumlah 10 orang. Proses pengujian yaitu dengan melakukan wawancara
langsung kepada target audience dengan menunjukan hasil video yang sudah jadi.
Hal-hal yang ditanyakan kepada audience meliputi keseluruhan penyampaian
informasi pada video. Dari hasil wawancara target audience mengatakan bahwa
video Motion Graphic KIA dapat dipahami dengan jelas. Dari segi animasi dan
durasi tampilan video ini tidak menimbulkan rasa bosan dan menarik untuk di
tonton.
5. Simpulan
Dari hasil video Motion Graphic sebagai media publikasi KTP Anak di Kota
Salatiga dapat disimpulkan melalui evaluasi dan pengujian bahwa video ini dapat
menjadi media publikasi baru bagi Disdukcapil Kota Salatiga khususnya untuk
program KIA. Selain itu, video Motion Graphic ini menggunakan ilustrasi dan
animasi dengan teknik pop-up yang dibuat semenarik mungkin sudah dapat
memberikan informasi yang mudah dipahami kepada para orang tua yang memiliki
anak dengan umur dibawah 17 tahun yang berdomisili di Kota Salatiga.
Untuk kedepannya, video Motion Graphic KIA dapat digunakan sebagai
landasan media publikasi baru pada berbagai program KIA di Kota Salatiga seperti
Program Layanan Online KIA, Program Jemput Bola, dan KIA keliling dengan
tujuan untuk mempermudah penyampaian informasi mengenai tujuan dan manfaat
KIA serta syarat dan cara pembuatan KIA di Kota Salatiga. Maka dari itu, video ini
sudah layak untuk dipakai dan dipublikasikan secara umum.
18
Daftar Pustaka
[1] Peraturan Menteri Dalam Negeri (Permendagri) No 2 Tahun 2016
mengenai Kartu Identitas Anak (KIA).
[2] BPS Kota Salatiga. 2018. Banyaknya penduduk kota Salatiga menurut
kelompok umur dan jenis kelamin 2016. BPS [Internet]. [diunduh 2018
Januari 31]. Tersedia pada https://salatigakota.bps.go.id.
[3] Afrizal, C. 2017. Pelaksanaan kebijakan pembuatan Kartu Identitas
Anak di Kota Bandar Lampung [Skripsi]. Bandar Lampung (ID).
Universitas Lampung.
[4] Brigitta, Y. 2016. Perancangan video company profile Lembah
Kamuning Dairy Farm, desa Cigugur, Kuningan dengan teknik motion
graphic [Skripsi]. Salatiga (ID). Universitas Kristen Satya Wacana.
[5] Sumiari, N. K., & Setyarini, P. 2015. Perancangan media publikasi
kesenian tari Bali berbasis web. Makalah. Dalam: Konferensi nasional
sistem & informatika 2015 di STMIK STIKOM Bali, 9-10 Oktober.
[6] Wasiun, R., Nugraha, H. S., & Prabawani, B. 2015. Pengaruh pelayanan
sistem online, tarif, dan publikasi terhadap keputusan pembelian secara
online tiket kereta api relasi Semarang-Jakarta. Diponegoro journal of
social and political of science tahun 2015 [Internet]. [diunduh 2018
Mar 27]; 1(1): 1-11. Tersedia pada: http://ejournal-
s1.undip.ac.id/index.php/jiab/article/viewFile/8208/7980.
[7] Prasetya, Y. 2017. Perancangan media informasi “ayo bawa bekal
makan sehat” berbentuk motion graphic 2 dimensi (studi kasus SD Al
Azhar 22 Salatiga) [Skripsi]. Salatiga (ID). Universitas Kristen Satya
Wacana.
[9] Algiffari, M. 2015. Perancangan motion graphic (bumper in) dan video
dokumenter permainan tradisional Jawa Barat. Jurnal sketsa. 4(1): 51.
[10] Zhang, P. 2006. Pop-Up Animations: Impacts and Implications for
Website Design and Online Advertising. Advances in Management
Information. 5: 2
[11] Raharjo, T., & Kawuryan, F. 2012. Pengaruh stimulasi visual untuk
meningkatkan kemampuan membaca pada anak disleksia. Jurnal
psikologi pitutur. 1(1): 17-18.
[12] Ardianto, B. 2017. Strategi peningkatan pelayanan publik dengan
metode SWOT pada kartu identitas anak. Karya tulis ilmiah inovasi.
1(1): 7-8.
[13] Lisa, R., Maschandra., & Iskandar, R. 2010. Analisis Data Kualitatif
Model Miles dan Huberman [Skripsi]. Padang (ID). Universitas Negeri
Padang.