Desain Tesis - RA142561 FLEKSIBILITAS RUANG: PERANCANGAN ...
PERANCANGAN INTERIOR RUANG STUDIO MANUFAKTUR …
Transcript of PERANCANGAN INTERIOR RUANG STUDIO MANUFAKTUR …
51
PERANCANGAN INTERIOR RUANG STUDIO MANUFAKTUR MEBEL UNTUK
MENGATASI MASALAH KEBISINGAN
Titi Ayu Pawestri1 dan Aldike Tiya Wijaya
2
1Program Pendidikan Vokasi Universitas Brawijaya Jl. Veteran 12-16 Malang 65145
Telp. 089686124154 [email protected] , [email protected] 2Program Pendidikan Vokasi Universitas Brawijaya Jl. Veteran 12-16 Malang 65145
Telp. 08991753545 [email protected]
Diterima: 27 Desember 2018 Layak Terbit: 30 Januari 2019
Abstract : Designing Interior of Furniture Manufacture Studio Room to Overcome Noise.
Noise is a major problem in a company that produces furniture. Noise that occurs continuously
will cause some health risks for both physical and mental. This can affect the performance of the
employees. The employee productivity can decrease or even affect the quality of goods produced.
For this reason, it is important to re-layout and make use of acoustic materials that can reduce
environmental noise caused by the furniture production process. Acoustic materials that can
reduce noise are used in all interior elements in the studio room which is located adjacent to the
production room. In addition to reducing noise, the acoustic materials can also add the beauty
of the room.
Keywords: noise, acoustic material, studio designing
Abstrak: Perancangan Interior Ruang Studio Manufaktur Mebel Untuk Mengatasi
Masalah Kebisingan. Kebisingan merupakan permasalahan utama pada sebuah perusahaan
yang memproduksi mebel. Kebisingan yang terjadi secara terus menerus akan menimbulkan
beberapa resiko kesehatan baik kesehatan fisik maupun mental. Hal ini dapat mempengaruhi
kinerja para karyawan yang bekerja di dalamnya. Sehingga produktivitas karyawan dapat
menurun atau bahkan dapat mempengaruhi kualitas barang yang diproduksi. Untuk itu
diperlukan sebuah penanganan secara perencanaan interior dengan cara re-layout dan penerapan
material akustik yang dapat mengurangi kebisingan lingkungan yang disebabkan oleh proses
produksi mebel. Material akustik yang dapat mengurangi kebisingan diaplikasikan ke dalam
seluruh elemen interior yang digunakan pada ruang studio desain perusahaan mebel yang
letaknya berdekatan dengan ruang produksi. Sehingga material akustik yang diaplikasikan ke
dalam ruang studio desain selain dapat mengurangi kebisingan, juga dapat menambah keindahan
ruangan.
Kata kunci: kebisingan, material akustik, perancangan studio
Kemajuan teknologi dan peningkatan kebutuhan hidup masyarakat merupakan faktor yang
berpengaruh pada peningkatan aktivitas produksi sebagai upaya untuk memenuhi target produksi
sesuai dengan permintaan pasar. Semakin banyaknya perusahaan industri mengakibatkan
semakin ketatnya persaingan antar pengusaha terutama pada bidang industri mebel. Mebel
merupakan sebuah keharusan bagi masyarakat untuk dimiliki guna menunjang kegiatan sehari-
hari. Sehingga dalam perkembangannya, industri mebel semakin banyak jumlah dan ragamnya,
yang membuat banyak pula kebutuhan akan tenaga ahli di bidang mebel tersebut yang dituntut
52
selalu produktif dan kreatif setiap saat. Hal ini didukung dengan pernyataan Direktur Jenderal
Industri Kecil dan Menengah (IKM) Kementerian Perindustrian, Gati Wibawaningsih, yang
mengatakan bahwa periode Januari-Oktober 2018 nilai pengapalan produk mebel dan kerajinan
kayu nasional mencapai 1,4 miliar dollar AS (ekonomi.kompas.com, tanggal akses 6 Maret
2019). Dari pernyataan ini berarti komoditas ekspor mebel naik 4,83 persen dari periode yang
sama di tahun 2017. Sehingga akan berpengaruh pada penyerapan karyawan yang bergerak di
bidang mebel.
Kinerja dan kedisiplinan karyawan bergantung pada kondisi fisik, dimana kesehatan
tenaga kerja pada suatu perusahaan berpengaruh pada kualitas kerja. Karyawan akan mampu
bekerja secara optimal apabila merasakan kenyamanan tanpa gangguan dalam melaksanakan
pekerjaan. Perlindungan kesehatan merupakan suatu keharusan bagi sebuah perusahaan demi
keberlanjutan kinerja karyawan. Salah satunya dengan memperkecil pengaruh pencemaran yang
berpotensi muncul selama aktivitas kerja. Dalam kasus ini pencemaran yang dimaksud adalah
gangguan kebisingan yang dihasilkan dari serangkaian proses mekanik pada aktivitas produksi
mebel yang berpengaruh pada kesehatan karyawan.
Kebisingan yang terjadi secara terus menerus akan menimbulkan beberapa resiko
kesehatan, utamanya berkaitan dengan penurunan tingkat pendengaran. Pengertian Kebisingan
adalah terjadinya bunyi yang tidak dikehendaki sehingga mengganggu atau membahayakan
kesehatan. Sesuai dengan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1405/MENKES/SK/XI/2002, menyatakan bahwa persyaratan tingkat kebisingan di ruang kerja
maksimal 85 dBA. Kebisingan pada manusia berpengaruh pada kerusakan pada bagian-bagian
indera pendengaran yang dapat mengakibatkan ketulian progresif. Kondisi demikian jika terjadi
pada sebagian besar karyawan akan mengakibatkan kerugian, baik secara materi biaya
pengobatan, maupun berkurangnya fungsi pendengaran. Ruang workshop dengan intensitas
kebisingan yang tinggi terletak bersebelahan dengan ruang kerja desainer, drafter dan konsultasi,
dimana pekerja dalam ruang tersebut mengalami high job pressure. Hal tersebut berpengaruh
53
pada kenyamanan bekerja dan gangguan terhadap tenaga kerja, baik secara fisiologis, seperti
peningkatan tekanan darah, gangguan pendengaran maupun gangguan psikologis, seperti kurang
konsentrasi, emosi, rasa tidak nyaman, dan gangguan dalam berkomunikasi, yang dapat
mengakibatkan tujuan utama organisasi tidak dapat tercapai secara maksimal.
Dengan kajian-kajian permasalahan diatas, dapat diketahui bahwa permasalahan
kebisingan akibat aktivitas industri/produksi memiliki urgensi tinggi terhadap kesehatan dan
kualitas kerja karyawan yang bersangkutan. Dalam hal ini ruangan yang sangat berdekatan
dengan ruang workshop produksi mebel adalah ruang studio desain, drfater dan konsultasi
sehingga solusi pengendalian kebisingan yang perlu dilakukan pada ruang desain, drafter dan
konsultasi salah satunya adalah penerapan desain enclosure terhadap sumber kebisingan, dengan
mengurangi vibrasi dengan pengaplikasian beberapa alternatif material akustik pada target
kebisingan, dapat juga dengan pengkondisian letak/jarak lokasi kebisingan. Penelitian kali ini
akan mengaplikasikan bata ekspose dan material kayu parket. Batu bata merupakan blok
bangunan modular, yang bahan bakunya terbuat dari tanah liat, bersifat sebagai pereduksi udara
yang sangat baik. Sedangkan kayu parket merupakan material lantai yang digunakan dapat
meredam suara terutama kebisingan yang dihasilkan oleh langkah kaki. Material lebih unggul
dalam hal operasional, perawatan, kesesuaian aktivitas dalam studio, dan biaya jika
dibandingkan dengan karpet (Pasamurti, 2018). Sesuai dengan penelitian yang telah dilakukan
oleh Pasamurti, perpaduan material bata dan kayu parket/vinyl mampu merekomendasikan
reduksi kebisingan 27 – 35 dB. Apabila material bata dibiarkan tanpa pelapis diglatsir semen
atau biasa disebut bata ekspose, maka permukaan dinding semakin tidak rata dan menonjolkan
pori-pori batanya. Hal ini sesuai dengan prinsip pereduksian suara yang menyatakan bahwa tipe
bahan berpori (untuk suara dengan frekuensi menengah sampai tinggi) mampu menyerap suara
(Sarwono, 2016).
54
METODE
Metode penelitian ini menggunakan metode analisa deskriptif. Prosedur pemecahan
masalah yang diselidiki dengan menggambarkan keadaan subyek atau obyek
dalam penelitian dapat berupa orang, lembaga, masyarakat dan yang lainnya yang pada saat
sekarang berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau apa adanya. Dalam hal ini langsung
mewawancarai karyawan yang menggunakan ruang studio desain, drafter dan konsultan. Materi
wawancara mengenai seberapa pengaruh gangguan kebisingan terhadap kenyamanan kinerja
pegawai di ruang studio desain, konsultasi dan drafter. Selain itu juga keinginan kenyamanan
visual yang dapat merepresentasikan ruang desain. Pengukuran dimensi ruangan dilakukan
dengan menggunakan alat ukur meteran, kebisingan dengan menggunakan SLM (Sound Level
Meter) dan dokumentasi foto-foto untuk menujukkan keadaan eksisting di lapangan. Studi
mengenai literatur digunakan untuk mencari data dan teori tentang material akustik untuk Noise
Reduction dan unsur-unsur desain interior studio perencaanaan. Selanjutnya akan diaplikasikan
material yang baik untuk mengurangi kebisingan yaitu batu bata ekspose dan kayu parket/ vynil.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil analisa survey sumber kebisingan yang terjadi diakibatkan oleh ruang
produksi, finishing, dan maintenance. Analisis material atap pada ruang workshop ini secara
keseluruhan diketahui menggunakan eternit yang memiliki sifat difusi, lantai dan dinding
bangunan menggunakan material beton yang memiliki sifat difraksi. Pada ruang ini penyekat
antar ruang menggunakan dinding multiplek yang memiliki sifat transmisi atau dapat
meneruskan gelombang bunyi (lihat Gambar 1).
55
Gambar 1 Analisa Ruang Workshop
Di samping itu sumber kebisingan dari ruang produksi sangat tinggi yang dapat
mengganggu kinerja dari para karyawan, khususnya ruang yang berdekatan dengan ruang
produksi. Pada keguatan survey lapangan dilakukan tiga kali pengukuran menggunakan aplikasi
Sound Level Meter (SLM) untuk mengetahui desibel kebisingan yang disebabkan oleh ruang
workshop (lihat Gambar 2).
56
Gambar 2 Sound Level Meter Ruang Workshop
Dari hasil pengukuran diketahui beberapa hasil yang berbeda yaitu 116dB, 112dB,
110dB, dengan kebisingan maksimal yang dihasilkan adalah 120dB. Padahal dalam Tabel 1
dipaparkan bahwa ambang batas pendengaran manusia kebisingan yang disarankan untuk pabrik
yang gaduh adalah 100dB, dan kantor pada umumnya 50dB yang dapat ditolerir oleh telinga
manusia. Ruang studio desain, drafter dan konsultasi termasuk dalam kategori kantor pada
umumnya (kondisi suara sedang) yang berdekatan dengan pabrik produksi mebel (kondisi suara
sangat hiruk pikuk).
Tabel 1 Kondisi suara dan batas tingkat kebisingan
(Sumber : surat edaran mentritenaga kerja transmigrasi dan koperasi no SE-01/MEN/1987)
Kondisi Suara Decibel (dB) Batas dengar tertinggi
Mengakibatkan ketulian 140 Ambang betas atas pendengaran
130 Pesawat terbang tinggal landas
Sangat hiruk pikuk
120 Diskotik yang amat gaduh
110 Diskotik yang gaduh
100 Pabrik yang gaduh
Kuat
90 Kereta api berjalan
80 Pojok perempatan jalan
70 Mesin penyedot debu
60 Percakapan dengan berteriak
Sedang
50 Rumah gaduh
Kantor pada umumnya
40 Percakapan kuat
Radio perlahan
Tenang
30 Rumah tenang
Kantor pribadi
20 Auditorium
percakapan
Sangat tenang 30
Suara daun-daun
Berbisik
0 Batas dengar rendah
Hal ini berarti sudah melebihi 20dB dari batas ambang yang diperbolehkan dalam ruang
produksi dan hal ini akan mempengaruhi kondisi suara pada ruang desain, drafter dan konsultasi
57
yang hanya memperbolehkan kebisingan di batas 85 dB. Salah satu solusi pengendalian
kebisingan terhadap sumber adalah dengan cara mendesain akustik lingkungannya untuk
mengurangi vibrasi, substitusi alat, dan/atau mengubah proses kerja. Pemilihan material
enclosure dilakukan sebagai langkah yang paling tepat untuk mengatasi permasalahan tersebut,
karena merupakan solusi yang praktis dan efisien.
Pada umumnya enclosure merupakan konsep dari ruang eksterior di mana hal tersebut
serupa dengan konsep interior dengan perbedaan ada pada skala. Enclosure merupakan material
penutup elemen yang melingkupi sumber suara. Dalam konteks permasalahan kebisingan yang
dialami, aplikasi konsep enclosure bertujuan untuk pengendalian kebisingan terhadap media
tempuh yaitu dengan cara menutup ruang-ruang yang memiliki masalah terhadap sumber (lihat
Gambar 3).
Gambar 3 Denah Tata Letak Ruang Workshop Mebel
Berdasarkan survey lokasi dan analisa denah diatas diketahui bahwa ruang workshop
selaku sumber kebisingan memiliki jarak 18,5 m dengan tinggi bangunan ± 5m. Serta
58
berdasarkan pengukuran menggunakan sound meter diketahui hasil pengukuran intensitas
kebisingan yang disebabkan adalah 116dB (kebisingan maksimal 120dB), setara dengan
kebisingan yang disebabkan oleh diskotik yang gaduh.
Gambar 4 Denah Setelah Re-Layout
Pada ruang workshop atap yang digunakan bermaterial eternit atau asbestos serta
dinding penyekat tanpa pintu antar ruang workshop adalah bermaterial multiplek. Hal
tersebutlah yang menyebabkan kebisingan terdengar hingga ke ruang kantor meskipun jarak
sumber terhadap penerima kebisingan cukup jauh. Dengan pertimbangan bahwa ruang workshop
tidak memungkinkan untuk dilakukan perubahan layout, karena berdasarkan denah ruang
tersebut memiliki letak yang tepat untuk mempermudah akses pengiriman produk. Maka hal
pertama yang dilakukan adalah melakukan re-layout pada ruangan yang menerima kebisingan
(lihat Gambar 4).
Block biru pada denah diatas merupakan ruangan yang akan diinsulasi dengan desain
59
enclosure. Masing-masing ruangan akan diapliaksikan material yang berbeda, sesuai dengan
urgensi kebisingan yang dialami. Ruang studio desain, konsultasi dan perencanaan berada pada
blok biru tersebut. Berikut akan dibahas lebih detail untuk pengaplikasian material akustik pada
ruang Drafter, Desain dan Konsultasi (lihat Gambar 5).
Desain Interior Ruang Drafter, Desain dan Konsultasi
Gambar 5 denah ruang desain
60
Solusi akustik yang diterapkan untuk ruang ini dijelaskan pada Gambar 6.
Gambar 6 Detail Potongan Desain Design and Planning Room
61
Ruang ini lah yang paling memiliki urgensi tinggi terhadap kebisingan
dibandingkan dengan ruang yang lain. Penghuni pada ruang ini memiliki high job
pressure diantaranya ada desainer, drafter, dan konsultasi. Ruang ini didesain
sedemikian nyaman dan dilakukan perpindahan ruang (re-layouting). Ruang ini
berdekatan dengan ruang display. Selain itu ruang konsultan dijadikan satu
dengan ruang ini (bersekat dinding namun tidak full plafon) dengan alasan untuk
mempermudah akses interaksi dan komunikasi antar konsultan, desainer, HPP
maker, dan konsumen. Ruang ini tetap berdekatan dengan studio fotografi
produk, sama seperti sebelumnya.
Pada ruang ini didesain dengan aplikasi dinding bata ekspos, dan lantai
parket yang dengan selisih tinggi 30cm dari lantai ruang lain. Menggunakan
plafon kayu karena kayu memiliki sifat absorbsi yang baik. Tabel 2 menunjukkan
tabel koefisien absorbsi material serta finishing yang digunakan.
Tabel 2 Tabel Koefisien Absorbsi Material Serta Finishing Yang Digunakan
Elemen Material Finishing Koefisien serap
Dinding Bata Ekspose
80% Unfinish
20% finishing cat * α pada ƒ = 500Hz
Bata ekspose α = 0.06
Plester halus
(finishing cat)
α = 0.02
Plafon Kayu Parket Finishing politur venis Kayu parket α = 0.10
Lantai Lantai semen
Finishing parket
Lantai semen α =
0.015
Dilapisi kayu α = 0.10
*) Frekuensi 500Hz dipakai sebagai rerata koefisien absorbsi material pada umumnya
62
Pemilihan material akustik dengan koefisien serap yang tinggi selain
memberikan performa yang baik juga dapat memberikan keindahan visual. Misal
pada dinding diaplikasikan material bata ekspose yang mempunyai koefisien
serap 0,02. Permukaan yang tidak rata atau kasar dapat menyebarkan suara serta
menyerap suara. Bahan material kayu yang mempunyai pori-pori yang yang
banyak dan besar juga dapat menyerap suara dengan baik. Bahan kayu akan
berbeda dengan bahan kayu parket yang lebih licin permukaannya. Permukaan
yang licin dan rata akan lebih mudah memantulkan suara daripada menyerapnya.
Penggunaan finishing cat atau politur juga akan memberikan pengaruh yang
berbeda dalam menerima suara. Dari ketiga elemen (dinding, lantai, plafon) ini
yang paling berperan besar adalah elemen dinding karena sumber suara berada
satu garis lurus dengan bidang dinding. Sehingga material bata ekspose
diaplikasikan pada elemen dinding ruang studio desain, drafter dan konsultasi
(lihat Gambar 7 dan Gambar 8).
Gambar 7 Aplikasi Desain Ruang Drafter dan Desain
63
Gambar 8 Aplikasi Desain Consultant Space
KESIMPULAN DAN SARAN
Perancangan desain interior enclosure (implementasi material akustik)
pada sebuah perusahaan workshop mebel ini bertujuan sebagai solusi
permasalahan kebisingan yang berpengaruh pada emosi konsentrasi kerja hingga
kesehatan pendengaran para karyawan. Setelah pengaplikasian konsep material
akustik dapat ditarik kesimpulan bahwa material bata ekspose diaplikasikan
dalam elemen dinding ruang studio desain, drafter dan konsultasi mempunyai
koefisien absorbsi yang tinggi, material kayu parket diaplikasikan dalam elemen
lantai ruang studio desain, drafter dan konsultasi mampu meredam suara dengan
baik, perpaduan elemen bata ekspose dan kayu parket yang estetik dapat
memberikan rangsangan visual dan kreativitas karyawan yang berada pada ruang
studio desain.
DAFTAR PUSTAKA
Doelle, L.L. 1972. Akustik Lingkungan. Jakarta: Erlangga.
Mediastika, E. Christina. 2005. Akustika Bangunan. Jakarta: Erlangga.
64
Acoustic Interior. Desain Akustik Ruangan : Bahan Kedap Suara vs Bahan
Penyerap Suara, (Online), (http://peredamsuara.web.id) , diakses tanggal 6
Januari 2019.
Kencanawati, Cok Istri Putri Kusuma. 2017. Mata Kuliah Akustik, Noise dan
Material Penyerap Suara, (Online),
(simdos.unud.ac.id/uploads/file_pendidikan_1_dir/8fd00a708e84a556c9dba88
5cc89bec2.pdf), tanggal akses 4 Januari 2019.
Pasamurti, Titi Dwita dan Iyati, Wasiska. 2016. Rekayasa Desain Akustik Ruang
Kelas SDN Kauman 1 Malang , (Online)
(arsitektur.studentjournal.ub.ac.id/index.php/jma/article/download/541/504),
diakses tanggal 6 Januari 2019.
,