PERANCANGAN ALAT BANTU PROSES PENCELUPAN ZAT … · resiko yang tinggi juga didapatkan dalam...

136
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user PERANCANGAN ALAT BANTU PROSES PENCELUPAN ZAT WARNA DAN PENGUNCIAN WARNA PADA KAIN BATIK SEBAGAI USAHA MENGURANGI INTERAKSI DENGAN ZAT KIMIA DAN MEMPERBAIKI POSTUR KERJA (Studi kasus di Perusahaan Batik Brotoseno, Masaran, Sragen) Skripsi ROSVITA FEBRINA DARANINDRA I 1306018 JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2010

Transcript of PERANCANGAN ALAT BANTU PROSES PENCELUPAN ZAT … · resiko yang tinggi juga didapatkan dalam...

Page 1: PERANCANGAN ALAT BANTU PROSES PENCELUPAN ZAT … · resiko yang tinggi juga didapatkan dalam evaluasi postur kerja dengan menggunakan RULA. Tujuan dari penelitian ini adalah menghasilkan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

PERANCANGAN ALAT BANTU PROSES PENCELUPAN ZAT WARNA DAN PENGUNCIAN WARNA PADA KAIN BATIK SEBAGAI USAHA MENGURANGI INTERAKSI

DENGAN ZAT KIMIA DAN MEMPERBAIKI POSTUR KERJA (Studi kasus di Perusahaan Batik Brotoseno, Masaran, Sragen)

Skripsi

ROSVITA FEBRINA DARANINDRA

I 1306018

JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA 2010

Page 2: PERANCANGAN ALAT BANTU PROSES PENCELUPAN ZAT … · resiko yang tinggi juga didapatkan dalam evaluasi postur kerja dengan menggunakan RULA. Tujuan dari penelitian ini adalah menghasilkan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

SKRIPSI PERANCANGAN ALAT BANTU PROSES PENCELUPAN

ZAT WARNA DAN PENGUNCIAN WARNA PADA KAIN BATIK SEBAGAI USAHA MENGURANGI INTERAKSI DENGAN ZAT KIMIA DAN MEMPERBAIKI POSTUR KERJA

(Studi kasus di Perusahaan Batik Brotoseno, Masaran, Sragen)

ROSVITA FEBRINA DARANINDRA I 1306018

SKRIPSI PERANCANGAN ALAT BANTU PROSES PENCELUPAN

ZAT WARNA DAN PENGUNCIAN WARNA PADA KAIN BATIK SEBAGAI USAHA MENGURANGI INTERAKSI DENGAN ZAT KIMIA DAN MEMPERBAIKI POSTUR KERJA

(Studi kasus di Perusahaan Batik Brotoseno, Masaran, Sragen)

ROSVITA FEBRINA DARANINDRA I 1306018

2010

2010

Page 3: PERANCANGAN ALAT BANTU PROSES PENCELUPAN ZAT … · resiko yang tinggi juga didapatkan dalam evaluasi postur kerja dengan menggunakan RULA. Tujuan dari penelitian ini adalah menghasilkan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

i

PERANCANGAN ALAT BANTU PROSES PENCELUPAN ZAT WARNA DAN PENGUNCIAN WARNA PADA KAIN BATIK SEBAGAI USAHA MENGURANGI INTERAKSI

DENGAN ZAT KIMIA DAN MEMPERBAIKI POSTUR KERJA (Studi kasus di Perusahaan Batik Brotoseno, Masaran, Sragen)

Skripsi

Sebagai Persyaratan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Teknik

ROSVITA FEBRINA DARANINDRA

I 1306018

JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA 2010

Page 4: PERANCANGAN ALAT BANTU PROSES PENCELUPAN ZAT … · resiko yang tinggi juga didapatkan dalam evaluasi postur kerja dengan menggunakan RULA. Tujuan dari penelitian ini adalah menghasilkan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ii

LEMBAR PENGESAHAN

Judul Skripsi:

PERANCANGAN ALAT BANTU PROSES PENCELUPAN ZAT WARNA DAN PENGUNCIAN WARNA PADA KAIN BATIK SEBAGAI USAHA MENGURANGI INTERAKSI

DENGAN ZAT KIMIA DAN MEMPERBAIKI POSTUR KERJA (Studi kasus di Perusahaan Batik Brotoseno, Masaran, Sragen)

Ditulis oleh:

ROSVITA FEBRINA DARANINDRA I 1306018

Mengetahui,

Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II

Rahmaniyah Dwi Astuti, ST, MT Ilham Priadythama, ST, MT NIP. 19760122 199903 2 001 NIP. 19801124 200812 1 002

Ketua Program S-1 Non Reguler

Jurusan Teknik Industri Fakultas Teknik UNS

Taufiq Rochman, STP, MT NIP 19701030 199802 1 001

Pembantu Dekan I Ketua Jurusan

Fakultas Teknik UNS Teknik Industri

Ir. Noegroho Djarwanti, MT Ir. Lobes Herdiman, MT NIP. 19561112 198403 2 007 NIP. 19641007 199702 1 001

Page 5: PERANCANGAN ALAT BANTU PROSES PENCELUPAN ZAT … · resiko yang tinggi juga didapatkan dalam evaluasi postur kerja dengan menggunakan RULA. Tujuan dari penelitian ini adalah menghasilkan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

iii

LEMBAR VALIDASI

Judul Skripsi:

PERANCANGAN ALAT BANTU PROSES PENCELUPAN ZAT WARNA DAN PENGUNCIAN WARNA PADA KAIN BATIK SEBAGAI USAHA MENGURANGI INTERAKSI

DENGAN ZAT KIMIA DAN MEMPERBAIKI POSTUR KERJA (Studi kasus di Perusahaan Batik Brotoseno, Masaran, Sragen)

Ditulis oleh:

ROSVITA FEBRINA DARANINDRA I 1306018

Telah disidangkan pada hari Rabu tanggal 27 Oktober 2010

Di Jurusan Teknik Industri Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret Surakarta,

dengan

Dosen Penguji :

1. Ir. Susy Susmartini, MSIE. NIP. 19530101 198601 2 001

2. Taufiq Rochman, STP, MT NIP. 19701030 199802 1 001

Dosen Pembimbing :

1. Rahmaniyah Dwi Astuti, ST, MT NIP. 19760122 199903 2 001

2. Ilham Priadythama, ST, MT NIP. 19801124 200812 1 002

Page 6: PERANCANGAN ALAT BANTU PROSES PENCELUPAN ZAT … · resiko yang tinggi juga didapatkan dalam evaluasi postur kerja dengan menggunakan RULA. Tujuan dari penelitian ini adalah menghasilkan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

iv

SURAT PERNYATAAN

ORISINALITAS KARYA ILMIAH

Saya mahasiswa Jurusan Teknik Industri UNS yang bertanda tangan di bawah ini,

Nama : Rosvita Febrina Daranindra

Nim : I 1306018

Judul tugas akhir : Perancangan Alat Bantu Proses Pencelupan Zat Warna

Dan Penguncian Warna Pada Kain Batik Sebagai Usaha

Mengurangi Interaksi Dengan Zat Kimia Dan

Memperbaiki Postur Kerja. (Studi kasus di Perusahaan

Batik Brotoseno, Masaran, Sragen).

Menyatakan bahwa Tugas Akhir (TA) atau Skripsi yang saya susun tidak

mencontoh atau melakukan plagiat dari karya tulis orang

lain. Jika terbukti bahwa Tugas Akhir yang saya susun

mencontoh atau melakukan plagiat dapat dinyatakan

batal atau gelar Sarjana yang saya peroleh dengan

sendirinya dibatalkan atau dicabut.

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya dan apabila

dikemudian hari terbukti melakukan kebohongan maka saya sanggup

menanggung segala konsekuensinya.

Surakarta, 1 November 2010

Rosvita Febrina Daranindra I 1306018

Page 7: PERANCANGAN ALAT BANTU PROSES PENCELUPAN ZAT … · resiko yang tinggi juga didapatkan dalam evaluasi postur kerja dengan menggunakan RULA. Tujuan dari penelitian ini adalah menghasilkan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

v

SURAT PERNYATAAN

PENYUSUNAN KARYA ILMIAH

Saya mahasiswa Jurusan Teknik Industri UNS yang bertanda tangan di bawah ini,

Nama : Rosvita Febrina Daranindra

Nim : I 1306018

Judul tugas akhir : Perancangan Alat Bantu Proses Pencelupan Zat Warna

Dan Penguncian Warna Pada Kain Batik Sebagai Usaha

Mengurangi Interaksi Dengan Zat Kimia Dan

Memperbaiki Postur Kerja. (Studi kasus di Perusahaan

Batik Brotoseno, Masaran, Sragen).

Menyatakan bahwa Tugas Akhir (TA) atau Skripsi yang saya susun sebagai syarat

lulus Sarjana S1 disusun secara bersama-sama dengan Pembimbing 1 dan

Pembimbing 2. Bersamaan dengan syarat pernyataan ini bahwa hasil penelitian

dari Tugas Akhir (TA) atau Skripsi yang saya susun bersedia digunakan untuk

publikasi dari proceeding, jurnal, atau media penerbit lainnya baik di tingkat

nasional maupun internasional sebagaimana mestinya yang merupakan bagian

dari publikasi karya ilmiah

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya.

Surakarta, 1 November 2010

Rosvita Febrina Daranindra I 1306018

Page 8: PERANCANGAN ALAT BANTU PROSES PENCELUPAN ZAT … · resiko yang tinggi juga didapatkan dalam evaluasi postur kerja dengan menggunakan RULA. Tujuan dari penelitian ini adalah menghasilkan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

vi

KATA PENGANTAR

Segala puji, hormat dan syukur hanya bagi Tuhan, karena segala sesuatu

adalah dari Dia, oleh Dia dan hanya bagi Dia. Hanya dengan anugerah dan

penyertaanNya akhirnya penulis dapat menyelesaikan laporan Skripsi dengan

judul “Perancangan Alat Bantu Proses Pencelupan Zat Warna Dan Penguncian

Warna Pada Kain Batik Sebagai Usaha Mengurangi Interaksi Dengan Zat Kimia

Dan Memperbaiki Postur Kerja. (Studi kasus di Perusahaan Batik Brotoseno,

Masaran, Sragen)”. Dalam pelaksanaan maupun penyusunan laporan skripsi ini,

penulis telah mendapatkan bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak. Untuk itu,

penulis mengucapkan terima kasih dan rasa hormat kepada:

1. Tuhan Jesus Kristus yang telah memberikan anugerah, mukjizat serta

penyertaan dalam menyelesaikan skripsi ini

2. Ir. Noegroho Djarwanti, MT., selaku Pembantu Dekan I Fakultas Teknik

Universitas Sebelas Maret Surakarta.

3. Ir. Lobes Herdiman, MT., selaku Ketua Jurusan Teknik Industri Universitas

Sebelas Maret Surakarta.

4. Rahmaniyah Dwi Astuti, ST, MT, selaku Dosen Pembimbing I atas segala

bimbingan, kesabaran, bantuan dan waktu yang tak ternilai harganya.

5. Ilham Priadythama, ST, MT, selaku Dosen Pembimbing II atas segala

bimbingan, kesabaran, bantuan dan waktu yang tak ternilai harganya.

6. Ir. Susy Susmartini, MSIE., selaku Dosen Penguji I dan Pembimbing

Akademik, atas semua masukan dan bimbingan yang diberikan.

7. Taufiq Rochman, STP, MT., selaku Dosen Penguji II atas semua masukan

yang diberikan.

8. My amazing family, mama, eyang kung-ti, oma-opa, dek Rana, dek Fira yang

telah memberikan doa, semangat, dukungan, pengertian, dan cinta sehingga

penulis dapat menyelesaikan semuanya. Aku sayang kalian semua.

9. Bulik Ana, Om Nug, Om Pran, Om Eq dan seluruh keluarga besarku yang ada

di Karanganyar, Jakarta, Surabaya, Bandung, dan Semarang, terima kasih atas

bantuan, doa dan dukungan yang diberikan untuk memacu semangatku.

Page 9: PERANCANGAN ALAT BANTU PROSES PENCELUPAN ZAT … · resiko yang tinggi juga didapatkan dalam evaluasi postur kerja dengan menggunakan RULA. Tujuan dari penelitian ini adalah menghasilkan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

vii

10. Kakakku Johanes, yang senantiasa memberikan aku doa, semangat, cinta,

motivasi, bantuan, dan dukungan untuk segera menyelesaikan semuanya.

Trimakasih kak buat kebersamaan ini, semoga ini jadi yang terbaik.

11. Keluarga besar Batik Brotoseno atas waktu penelitian yang diberikan dan

pembelajaran yang luar biasa selama penelitian.

12. Sari, Asti, Mas Aang, Ririn, Rezky, terima kasih atas motivasi, semangat, dan

bantuan kalian selama ini. Maaf kalo sudah banyak merepotkan. Semoga

persahabatan ini akan terus terjaga.

13. Keluarga besar Laboratorium Perancangan Sistem Kerja dan Ergonomi, atas

persahabatan, pembelajaran dan kerja sama yang luar biasa selama ini.

Semoga persahabatan ini akan terus terjaga walau jarak dan waktu sudah

memisahkan kita.

14. Mbak Yayuk, Mbak Rina, Mbak Tutik, dan Pak Agus atas bantuan yang

diberikan dalam hal administrasi.

15. Teman-teman seperjuangan Teknik Industri angkatan 2006. Terima kasih atas

persaudaraan dan kasih yang kalian berikan selama ini. Semoga kisah kita

akan terus abadi walau jarak dan waktu memisahkan kita.

16. Seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Terima kasih atas

segala bimbingan, bantuan, kritik, dan saran dalam penyusunan skripsi ini.

Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi rekan-rekan mahasiswa maupun

siapa saja yang membutuhkannya. Penulis menyadari bahwa laporan tugas akhir

ini masih jauh dari sempurna, Oleh karena itu, penulis menerima segala saran dan

kritik yang membangun.

Surakarta, 1 November 2010

Penulis,

Page 10: PERANCANGAN ALAT BANTU PROSES PENCELUPAN ZAT … · resiko yang tinggi juga didapatkan dalam evaluasi postur kerja dengan menggunakan RULA. Tujuan dari penelitian ini adalah menghasilkan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

viii

ABSTRAK

Rosvita Febrina Daranindra, NIM: I 1306018. PERANCANGAN ALAT BANTU PROSES PENCELUPAN ZAT WARNA DAN PENGUNCIAN WARNA PADA KAIN BATIK SEBAGAI USAHA MENGURANGI INTERAKSI DENGAN ZAT KIMIA DAN MEMPERBAIKI POSTUR KERJA (Studi kasus di Perusahaan Batik Brotoseno, Masaran, Sragen). Skripsi. Surakarta : Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Sebelas Maret, Oktober 2010.

Pada produksi batik tulis di Perusahaan Batik “Brotoseno”, tiga orang

pekerja pada proses pencelupan zat warna dan penguncian warna mengalami iritasi akibat interaksi dengan zat kimia. Operator juga harus mencelupkan kain batik dengan posisi berdiri membungkuk. Akibat dari aktivitas ini terdapat banyak keluhan yang ditunjukkan melalui hasil wawancara dan kuesioner NBM. Nilai resiko yang tinggi juga didapatkan dalam evaluasi postur kerja dengan menggunakan RULA. Tujuan dari penelitian ini adalah menghasilkan rancangan alat bantu yang dapat memperbaiki postur kerja dan mengurangi interaksi dengan zat kimia pada proses pencelupan zat warna dan penguncian warna.

Tahap pertama identifikasi keluhan dan harapan operator melalui wawancara dan hasilnya diterjemahkan menjadi kebutuhan dan menjadi konsep perancangan alat. Tahap kedua adalah penentuan fitur dan ide perancangan. Tahap ketiga pengambilan data antropometri pekerja. Tahap keempat spesifikasi detail perancangan. Tahap kelima perhitungan beban yang ditanggung operator. Tahap akhirnya adalah perhitungan RULA pada hasil perancangan. Penelitian ini juga memasukkan estimasi biaya.

Hasil penelitian ini adalah desain alat bantu yang dapat mengurangi interaksi operator dengan zat kimia, serta perbaikan pada postur kerja yang ditunjukkan melalui hasil evaluasi RULA. Produk ini akan dibuat dengan proyeksi biaya sebesar Rp 4.105.000,00. Kata kunci: Alat bantu, batik, pencelupan dan penguncian warna, RULA xix + 115 halaman; 56 gambar; 30 tabel; 6 lampiran Daftar Pustaka: 16 (1975-2010)

Page 11: PERANCANGAN ALAT BANTU PROSES PENCELUPAN ZAT … · resiko yang tinggi juga didapatkan dalam evaluasi postur kerja dengan menggunakan RULA. Tujuan dari penelitian ini adalah menghasilkan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ix

ABSTRACT Rosvita Febrina Daranindra, NIM: I 1306018. THE DESIGN OF AIDEDTOOL FOR BATIK DYEING PROCESS AND COLOR LOCKING IN ORDER TO REDUCE CHEMICAL SUBSTANCE INTERACTION AND TO IMPROVE WORKING POSTURE (Case Study: Batik Brotoseno Company, Masaran, Sragen). Final Assignment. Surakarta: Department of Industrial Engineering, Faculty of Engineering, Universitas Sebelas Maret, October 2010.

In the area of batik production in Batik Brotoseno Company, the three

worker did the dyeing process and locking dye color with irritated chemicals substance interacting. Operators also have to dip the batik with a bended standing position. As a result of this activity there are many complaints these were shown through interviews and questionnaires NBM. High risk value is also obtained in the evaluation of working posture using RULA. The purpose of this research was to produce design tool which can improve working posture and reduce interaction with chemicals in the dyeing process and locking the color.

The former stage of this research is the identification of complaint and expectations of the operator through the interviews. Then the result was translated into the need and the concept of design tools. The second stage is the determination of the features and design ideas. The third stage is detailed design specification generation. The fifth stage is the calculation of the burden borne by the operator. The finally stage is calculations of RULA design. This research also included cost estimation.

The results of this study is the design of aided tool that can reduce the operator interaction with the chemical, as well as improvements in working posture demonstrated by the results of the RULA evaluation. This product would also be promising with the projecting cost of Rp 4.105.000,00.

Keywords: Aided tool, batik, dyeing and color locking, RULA xix+ 115 pages, 56 pictures, 30 tables, 6 appendices References: 17 (1975-2010)

Page 12: PERANCANGAN ALAT BANTU PROSES PENCELUPAN ZAT … · resiko yang tinggi juga didapatkan dalam evaluasi postur kerja dengan menggunakan RULA. Tujuan dari penelitian ini adalah menghasilkan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

x

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.

LEMBAR PENGESAHAN

LEMBAR VALIDASI

SURAT PERNYATAAN ORISINALITAS KARYA ILMIAH

SURAT PERNYATAAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH

KATA PENGANTAR

ABSTRAK

ABSTRACT

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL

DAFTAR GAMBAR

DAFTAR LAMPIRAN

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penelitian

1.2 Perumusan Masalah

1.3 Tujuan Penelitian

1.4 Manfaat Penelitian

1.5 Batasan Masalah

1.6 Asumsi Penelitian

1.7 Sistematika Penulisan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Gambaran Umum Perusahaan Batik Brotoseno

2.1.1. Profil Perusahaan

2.1.2. Jenis-Jenis Batik

2.1.3. Bahan Baku Pembuatan Batik Tulis

2.1.4. Peralatan Pembuatan Batik Tulis

2.1.5. Proses Produksi Batik Tulis

2.1.6. Zat Pewarna Batik

i

ii

iii

iv

v

vi

viii

ix

x

xiv

xvi

xix

I-1

I-1

I-3

I-3

I-4

I-4

I-4

I-4

II-1

II-1

II-1

II-2

II-3

II-4

II-4

II-7

Page 13: PERANCANGAN ALAT BANTU PROSES PENCELUPAN ZAT … · resiko yang tinggi juga didapatkan dalam evaluasi postur kerja dengan menggunakan RULA. Tujuan dari penelitian ini adalah menghasilkan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xi

2.2. Bahaya Bahan Kimia Di Tempat Kerja

2.2.1. Interaksi Bahan Kimia

2.2.2. Proses Zat Kimia Dalam Tubuh

2.2.3. Efek Terhadap Kesehatan

2.2.4. Prinsip Pencegahan/Pengendalian Bahan Kimia

2.3. Pengertian Ergonomi

2.3.1. Desain Dan Ergonomi

2.3.2. Pendekatan Ergonomis Dalam Perancangan Desain

Kerja

2.3.3. Desain Stasiun Kerja Dan Sikap Kerja Berdiri

2.4. Nordic Body Map (NBM)

2.5. Antropometri dalam Ergonomi

2.5.1. Pengertian Antropometri

2.5.2. Faktor Penyebab Variabilitas Ukuran Tubuh

Manusia.

2.5.3. Dimensi Anthropometri Umum

2.5.4. Aplikasi Data Antropometri dalam Perancangan

Produk/Fasilitas Kerja

2.6. Metode Rapid Upper Limb Assessment (RULA)

2.7. Mekanika Konstruksi

2.7.1. Statika

2.7.2. Gaya

2.7.3. Massa Jenis

2.7.4. Berat Benda

2.8. Penelitian Sebelumnya

BAB III METODE PENELITIAN

3.1. Penentuan Tempat dan Waktu Penelitian

3.2. Pengumpulan Data Bak Pencelup Kain Awal

3.3. Pengambilan Foto Postur Kerja Operator dan Perhitungan

RULA Awal

3.4. Wawancara Operator dan Pemberian Kuesioner Nordic

II-10

II-11

II-11

II-12

II-13

II-14

II-15

II-17

II-18

II-19

II-20

II-21

II-25

II-27

II-31

II-33

II-40

II-40

II-41

II-44

II-45

II-45

III-1

III-2

III-3

III-3

Page 14: PERANCANGAN ALAT BANTU PROSES PENCELUPAN ZAT … · resiko yang tinggi juga didapatkan dalam evaluasi postur kerja dengan menggunakan RULA. Tujuan dari penelitian ini adalah menghasilkan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xii

Body Map

3.5. Identifikasi Keluhan, Harapan dan Kebutuhan Operator

3.6. Fitur dan Ide Rancangan

3.7. Pengumpulan Data Anthropometri Pekerja

3.8. Penentuan Spesifikasi Detail Perancangan

3.8.1 Detail Desain

3.8.2 Penentuan Spesifikasi Geometri Rancangan

3.8.3 Penentuan Material Perancangan

3.9. Penghitungan Beban Yang Ditanggung Operator

3.10. Perhitungan RULA pada Hasil Perancangan

3.11. Rancangan Akhir

3.12. Pembuatan Prototipe Hasil Rancangan

3.13. Estimasi Biaya

3.14. Analisa dan Interpretasi Hasil

3.15. Kesimpulan dan Saran

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

4.1. Pengumpulan Data

4.1.1 Data Bak Pencelup Kain Batik Awal

4.1.2 Keperluan Perancangan Alat Bantu Pada Bak

Pencelup Kain

4.2. Pengolahan Data

4.2.1 Fitur dan Ide Rancangan

4.2.2 Data Antropomentri Pekerja

4.2.3 Penentuan Spesifikasi Detail Perancangan

4.2.4 Perhitungan Beban Yang Ditanggung Operator

4.2.5 Perhitungan RULA Pada Hasil Perancangan

4.2.6 Pembuatan Prototipe Hasil Rancangan

4.2.7 Estimasi Biaya Rancangan

BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL

5.1. Analisis Rancangan Alat Bantu

5.2.1 Detail Rancangan Alat Bantu

III-3

III-4

III-4

III-4

III-5

III-5

III-5

III-6

III-6

III-6

III-7

III-7

III-7

IV-7

IV-8

IV-1

IV-1

IV-1

IV-5

IV-8

IV-8

IV-12

IV-14

IV-30

IV-32

IV-40

IV-42

V-1

V-1

V-1

Page 15: PERANCANGAN ALAT BANTU PROSES PENCELUPAN ZAT … · resiko yang tinggi juga didapatkan dalam evaluasi postur kerja dengan menggunakan RULA. Tujuan dari penelitian ini adalah menghasilkan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xiii

5.2.2 Spesifikasi Geometri Alat Bantu

5.2.3 Material Perancangan

5.2.4 Usulan Bak Pencelup Kain

5.2.5 Prototipe Rancangan Alat Bantu

5.2.6 Kelebihan dan Kelemahan Alat Bantu

5.2. Analisis Beban yang Ditanggung Operator

5.3. Analisis Perbandingan Postur Kerja

5.4. Analisis Biaya

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

6.2. Saran

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Kuesioner Nordic Body Map

Hasil Kuesioner Nordic Body Map

Pertanyaan Terbuka

Hasil Perhitungan RULA

RULA Employee Assessment Worksheet

Perhitungan manual jangkauan tangan ke atas dan jangkauan

tangan ke bawah

V-2

V-3

V-4

V-4

V-7

V-9

V-9

V-11

VI-1

VI-1

VI-1

L-2

L-4

L-5

L-7

L-10

L-12

Page 16: PERANCANGAN ALAT BANTU PROSES PENCELUPAN ZAT … · resiko yang tinggi juga didapatkan dalam evaluasi postur kerja dengan menggunakan RULA. Tujuan dari penelitian ini adalah menghasilkan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xiv

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1

Tabel 2.2

Tabel 2.3

Tabel 2.4

Tabel 2.5

Tabel 2.6

Tabel 2.7

Tabel 2.8

Tabel 2.9

Tabel 2.10

Tabel 2.11

Tabel 2.12

Tabel 4.1

Tabel 4.2

Tabel 4.3

Tabel 4.4

Tabel 4.5

Tabel 4.5

Tabel 4.6

Tabel 4.7

Tabel 4.8

Tabel 4.9

Tabel 4.10

Tabel 4.11

Tabel 4.12

Tabel 4.13

Kuesioner Nordic Body Map

Pengukuran dimensi tubuh

Skor bagian lengan atas (upper arm)

Skor bagian lengan bawah (Lower arm)

Skor pergelangan tangan (wrist)

Skor bagian leher (Neck)

Skor bagian batang tubuh (Trunk)

Skor bagian kaki (Legs)

Score Grup A

Score Grup B

Grand score

Kategori tindakan berdasarkan grand score

Keluhan operator pada proses pencelupan

Harapan Operator

Keluhan, harapan dan kebutuhan operator

Fitur rancangan alat bantu

Ide rancangan alat bantu

Ide rancangan alat bantu (lanjutan)

Data Anthropometri Operator

Rekapitulasi hasil perhitungan data antropometri

Komponen penyusun alat bantu pencelup kain batik

Rekapitulasi ukuran alat bantu pencelup kain batik

Tabel Penilaian RULA pada postur awal untuk operator

terpendek

Tabel Penilaian RULA pada postur awal untuk operator

tertinggi

Tabel Penilaian RULA pada postur tubuh saat menarik

tongkat kendali

Tabel Penilaian RULA pada postur tubuh saat mengulur

II-20

II-30

II-34

II-34

II-35

II-36

II-36

II-36

II-37

II-38

II-38

II-39

IV-7

IV-7

IV-8

IV-9

IV-10

IV-11

IV-12

IV-13

IV-16

IV-22

IV-34

IV-35

IV-38

Page 17: PERANCANGAN ALAT BANTU PROSES PENCELUPAN ZAT … · resiko yang tinggi juga didapatkan dalam evaluasi postur kerja dengan menggunakan RULA. Tujuan dari penelitian ini adalah menghasilkan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xv

Tabel 4.14

Tabel 5.1

Tabel 5.2

Tabel 5.3

tongkat

Estimasi Biaya Rancangan

Perbandingan kondisi kerja awal dan setelah perancangan

Perbandingan hasil RULA sebelum dan sesudah

perancangan

Biaya Pembuatan Produk

IV-40

IV-42

V-2

V-10

V-12

Page 18: PERANCANGAN ALAT BANTU PROSES PENCELUPAN ZAT … · resiko yang tinggi juga didapatkan dalam evaluasi postur kerja dengan menggunakan RULA. Tujuan dari penelitian ini adalah menghasilkan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xvi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1

Gambar 2.2

Gambar 2.3

Gambar 2.4

Gambar 2.5

Gambar 2.6

Gambar 2.7

Gambar 2.8

Gambar 2.9

Gambar 2.10

Gambar 2.11

Gambar 2.12

Gambar 2.13

Gambar 2.14

Gambar 2.15

Gambar 2.16

Gambar 2.17

Gambar 2.18

Gambar 2.19

Gambar 2.20

Gambar 2.21

Gambar 2.22

Gambar 2.23

Gambar 3.1

Gambar 3.1

Gambar 4.1

Gambar 4.2

Skema proses produksi batik

Skema design management

Nordic Body Map

Ukuran tubuh manusia yang sering digunakan untuk

merancang produk

Antropometri Struktural Posisi Berdiri dan Duduk

(a,b) Antropometri Fungsional/dinamis

Anthropometri untuk perancangan produk atau fasilitas

Postur tubuh bagian lengan atas (Upper arm)

Postur tubuh bagian lengan bawah (Lower arm)

Postur tubuh bagian pergelangan tangan (wrist)

Postur tubuh bagian leher (Neck)

Postur tubuh bagian batang tubuh (Trunk)

Sistem Penilaian RULA

Tumpuan rol

Tumpuan sendi

Tumpuan jepit

Sketsa prinsip statika kesetimbangan

Sketsa shearing force diagram

Sketsa normal force

Sketsa moment bending (+)

Landasan Sketsa moment bending (-)

Landasan arah kanan

Landasan arah kiri

Metode penelitian

Metode penelitian (Lanjutan)

Bak pencelup kain di Perusahaan Batik Brotoseno

(a) Bak Kayu (b) Tongkat penahan kain

Dimensi bak pencelup kain di Perusahaan Batik Brotoseno

II-6

II-17

II-19

II-22

II-23

II-24

II-28

II-34

II-34

II-35

II-35

II-36

II-39

II-40

II-41

II-41

II-42

II-43

II-43

II-43

II-44

II-44

II-44

III-1

III-2

IV-2

Page 19: PERANCANGAN ALAT BANTU PROSES PENCELUPAN ZAT … · resiko yang tinggi juga didapatkan dalam evaluasi postur kerja dengan menggunakan RULA. Tujuan dari penelitian ini adalah menghasilkan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xvii

Gambar 4.3

Gambar 4.4

Gambar 4.5

Gambar 4.6

Gambar 4.7

Gambar 4.8

Gambar 4.9

Gambar 4.10

Gambar 4.11

Gambar 4.12

Gambar 4.13

Gambar 4.14

Gambar 4.15

Gambar 4.16

Gambar 4.17

Gambar 4.18

Gambar 4.19

Gambar 4.20

(a) Bak tampak depan, (b) Bak tampak samping (c) Bak

tampak atas

Posisi pencelupan kain di bak kayu pada stasiun

pewarnaan (a) Pencelupan oleh operator ke-1

(b) Pencelupan oleh operator ke-2

Postur tubuh operator saat membersihkan bak kayu

Sketsa fitur rancangan alat bantu pada bak pencelup kain

batik

Sketsa usulan pada bak pencelup kain batik

Postur tubuh operator saat menjangkau ke atas dan ke

bawah

Usulan perbaikan pada ukuran dan pelapis bak (a)Posisi

keseluruhan bak pencelup kain (b) bak pencelup kain

tampak depan (c) bak pencelup kain tampak atas (d) bak

pencelup kain tampak samping

Desain rancangan alat bantu pencelup kain batik

Desain rancangan alat bantu tampak depan

Desain rancangan alat bantu tampak samping

Desain rancangan alat bantu tampak atas

Desain alat bantu pada bak pencelup kain batik (posisi

normal)

Desain alat bantu pada bak pencelup kain batik (posisi

tarikan maksimal)

Detail komponen alat bantu pada bak pencelup kain

Bill Of Materials

Kondisi pembebanan pada rancangan alat bantu

Diagram benda bebas pulley

Perbandingan posisi awal pengoperasian alat untuk

operator tertinggi dan terendah. (a) Operator terendah,

(b) Operator tertinggi

Perbandingan perhitungan sudut postur kerja pada posisi

IV-3

IV-6

IV-6

IV-11

IV-12

IV-13

IV-24

IV-25

IV-25

IV-26

IV-26

IV-27

IV-27

IV-28

IV-29

IV-30

IV-31

IV-33

Page 20: PERANCANGAN ALAT BANTU PROSES PENCELUPAN ZAT … · resiko yang tinggi juga didapatkan dalam evaluasi postur kerja dengan menggunakan RULA. Tujuan dari penelitian ini adalah menghasilkan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xviii

Gambar 4.21

Gambar 4.22

Gambar 4.23

Gambar 4.24

Gambar 4.25

Gambar 4.26

Gambar 4.27

Gambar 4.28

Gambar 4.29

Gambar 4.30

Gambar 5.1

Gambar 5.2

awal pengoperasian alat. (a) Postur operator terpendek,

(b) Postur operator tertinggi

RULA Scoring untuk postur awal untuk operator tependek

RULA Scoring untuk postur awal untuk operator tependek

Posisi pengoperasian alat saat menarik tongkat kendali

Perhitungan sudut postur kerja pada saat menarik tongkat

kendali

RULA Scoring untuk postur tubuh saat menarik tongkat

kendali

Posisi pengoperasian alat saat mengulur tongkat kendali

Perhitungan sudut postur kerja pada saat mengulur tongkat

kendali

RULA Scoring untuk postur tubuh saat mengulur tongkat

kendali

Prototipe Rancangan Alat Bantu

Prototipe Usulan Bak Pencelup Kain

Perbedaan antara Rancangan dan Miniatur Alat Bantu.

(a) Hasil Rancangan Alat Bantu (b) Hasil Miniatur Alat

Bantu

Stopper tongkat kendali pada miniatur alat bantu.

IV-34

IV-35

IV-36

IV-37

IV-37

IV-38

IV-39

IV-39

IV-40

IV-41

IV-41

V-5

V-7

Page 21: PERANCANGAN ALAT BANTU PROSES PENCELUPAN ZAT … · resiko yang tinggi juga didapatkan dalam evaluasi postur kerja dengan menggunakan RULA. Tujuan dari penelitian ini adalah menghasilkan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xix

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran L1.1

Lampiran L1.2

Lampiran L1.3

Lampiran L2.1

Lampiran L2.2

Lampiran L3.1

Kuesioner Nordic Body Map

Hasil Kuesioner Nordic Body Map

Pertanyaan Terbuka

Hasil Perhitungan RULA

RULA Employee Assessment Worksheet

Perhitungan manual jangkauan tangan ke atas dan

jangkauan tangan ke bawah

L-2

L-4

L-5

L-7

L-10

L-12

Page 22: PERANCANGAN ALAT BANTU PROSES PENCELUPAN ZAT … · resiko yang tinggi juga didapatkan dalam evaluasi postur kerja dengan menggunakan RULA. Tujuan dari penelitian ini adalah menghasilkan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

I-1

BAB I

PENDAHULUAN

Pada bab ini diuraikan beberapa hal pokok mengenai penelitian ini, yaitu

latar belakang penelitian, perumusan masalah yang diangkat, tujuan dan manfaat

penelitian yang dilakukan, batasan masalah dan asumsi, serta sistematika

pembahasan.

1.1 LATAR BELAKANG

Ergonomi merupakan disiplin keilmuan yang mempelajari manusia dalam

kaitannya dengan pekerjaannya, untuk memanfaatkan informasi-informasi

mengenai sifat, kemampuan, dan keterbatasan manusia untuk merancang suatu

sistem kerja sehingga orang dapat hidup dan bekerja pada sistem tersebut dengan

baik. Hal tersebut dapat meningkatkan efisiensi, efektifitas dan produktivitas

kerja, serta dapat menciptakan sistem serta lingkungan kerja yang cocok, aman,

nyaman dan sehat.

Kabupaten Sragen merupakan salah satu sentra industri batik yang ada di

Karesidenan Surakarta. Perusahaan Batik “Brotoseno” merupakan salah satu

perusahaan batik yang terdapat di kabupaten ini. Perusahaan ini menghasilkan

kerajinan batik yang meliputi batik tulis, cap (full print), dan kombinasi. Di area

produksi batik tulis terdapat dua stasiun kerja yaitu pembatikan dan pewarnaan.

Dari penelitian awal yang dilakukan di stasiun pewarnaan, didapatkan informasi

bahwa di stasiun ini terdapat 3 orang operator, dengan jam kerja selama 7

jam/hari. Kegiatan pewarnaan dilakukan setiap hari, dengan jumlah kain yang

diwarnai sekitar 100 – 150 lembar/hari. Khusus pada saat proses pencelupan pada

zat warna dan penguncian warna, digunakan dua buah bak yang terbuat dari kayu

dengan bentuk dan mekanisme penggunaan yang sama. Berdasarkan pengamatan

terhadap metode kerja yang dilakukan, setiap proses harus dilakukan oleh dua

orang operator. Setiap operator akan memegang salah satu ujung kain, kemudian

operator akan mencelupkan kain secara bergantian dari ujung ke ujung. Untuk

setiap lembar kain, tiap operator harus mencelupkan tangan ke bak sebanyak 5 -

15 kali. Proses pencelupan kain membutuhkan waktu sekitar 4 jam dari total

Page 23: PERANCANGAN ALAT BANTU PROSES PENCELUPAN ZAT … · resiko yang tinggi juga didapatkan dalam evaluasi postur kerja dengan menggunakan RULA. Tujuan dari penelitian ini adalah menghasilkan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

I-2

keseluruhan proses pewarnaan per hari. Karena proses-proses tersebut

membutuhkan minimal 2 orang operator, maka proses tidak akan berjalan secara

parallel dengan jumlah operator saat ini. Lebih jauh lagi jika hanya 1 operator

yang hadir, proses pewarnaan ini akan terhenti total.

Bak kayu pertama berisi zat pewarna kimia, sedangkan bak ke dua berisi

larutan pembangkit dan pengunci warna. Perusahaan ini lebih memilih

menggunakan pewarna kimia, karena pewarnaan dengan pewarna kimia memiliki

beberapa keunggulan yaitu waktu yang dibutuhkan untuk proses pewarnaan

menggunakan pewarna kimia lebih cepat dari pada menggunakan pewarna alami,

warna yang dihasilkan lebih cerah dan homogen, variasi warna lebih banyak,

harganya lebih murah, ketersediaan warna tidak terbatas dan batik dengan

pewarna kimia lebih stabil warnanya. Pewarna kimia yang digunakan terdiri dari 2

jenis yaitu zat warna napthol dan zat warna indigosol. Zat warna napthol

merupakan campuran dari Napthol, Turkis Red Oil (TRO), Kostik Soda (NaOH)

dan air. Sedangkan zat warna indigosol merupakan campuran dari Indigosol,

Natrium Nitrit (NaNO2), TRO, dan air. Pewarna napthol harus dibangkitkan dan

dikunci dengan larutan garam, sedangkan pewarna indigosol menggunakan

campuran Asam Klorida (HCL) dan air. Pada saat pencelupan di bak yang berisi

zat pewarna kimia, operator tidak dilengkapi dengan alat pelindung khusus,

sehingga tangan mereka harus berinteraksi langsung dengan dengan zat kimia,

sedangkan pada proses penguncian warna, operator dilengkapi alat pelindung

berupa sarung tangan plastik.

Berdasarkan wawancara dengan ketiga operator yang melakukan aktivitas

ini, operator mengeluhkan kulit tangan menjadi perih, gatal, panas dan pecah-

pecah setelah melakukan aktivitas ini. Kondisi ini tentu perlu dicermati, karena

membahayakan operator dan tidak memenuhi aspek K3. Berdasarkan buku

pedoman teknis upaya kesehatan kerja bagi perajin, pemaparan bahan-bahan

kimia terhadap kulit dapat mengakibatkan gangguan berupa iritasi serta allergi

dengan gejala gatal-gatal, kulit kering dan kemerah-merahan, dan pecah-pecah,

kerusakan kulit seperti ini akan memudahkan masuknya zat-zat kimia terutama

yang bersifat toksik kedalam tubuh (DEPKES, 2002).

Page 24: PERANCANGAN ALAT BANTU PROSES PENCELUPAN ZAT … · resiko yang tinggi juga didapatkan dalam evaluasi postur kerja dengan menggunakan RULA. Tujuan dari penelitian ini adalah menghasilkan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

I-3

Selain kondisi interaksi dengan zat kimia, postur tubuh operator saat

proses pencelupan juga menyebabkan keluhan ketidaknyamanan pada operator.

Berdasarkan hasil Nordic Body Map (NBM) yang diberikan kepada operator,

operator merasakan keluhan ketidaknyamanan di beberapa segmen tubuh yaitu

pada bagian leher, pundak, pinggang, pinggul, pergelangan tangan, jari-jari

tangan, serta paha.

Sedangkan berdasarkan postur tubuh operator pada saat mencelupkan kain

di bak, terdapat postur kerja yang mengindikasikan terjadinya cedera otot. Postur

kerja operator pada saat melakukan proses ini adalah berdiri dengan postur tubuh

membungkuk. Hal ini dibuktikan dengan identifikasi postur kerja pada posisi

operator saat proses pencelupan di bak dengan mengunakan metode Rapid Upper

Limb Assesment (RULA). Berdasarkan penilaian dengan menggunakan metode

RULA didapatkan hasil bahwa postur operator pada saat proses pencelupan kain

di bak pencelup mendapat nilai 7 dengan level resiko sangat tinggi dan perlu

dilakukan perbaikan sekarang juga.

Berdasarkan hasil penelitian awal, untuk mengatasi masalah keluhan

akibat interaksi dengan zat kimia, ketidaknyamanan pada postur kerja, dan

sekaligus dapat meningkatkan utilitas operator, diperlukan perancangan alat bantu

pada bak pencelupan kain batik dengan memperhatikan aspek ergonomi. Sebagai

upaya untuk untuk mengurangi interaksi dengan zat kimia dan memperbaiki

postur kerja.

1.2 PERUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan maka dapat dirumuskan

masalah dari penelitian ini yaitu bagaimana merancang alat bantu pada proses

pencelupan zat warna dan penguncian warna, untuk mengurangi interaksi dengan

zat kimia dan memperbaiki postur kerja para pekerja di Perusahaan Batik

“Brotoseno”.

1.3 TUJUAN PENELITIAN

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini yaitu menghasilkan

rancangan alat bantu yang dapat memperbaiki postur kerja para pekerja dan

Page 25: PERANCANGAN ALAT BANTU PROSES PENCELUPAN ZAT … · resiko yang tinggi juga didapatkan dalam evaluasi postur kerja dengan menggunakan RULA. Tujuan dari penelitian ini adalah menghasilkan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

I-4

mengurangi interaksi dengan zat kimia pada proses pencelupan zat warna dan

penguncian warna.

1.4 MANFAAT PENELITIAN

Manfaat yang diberikan oleh penelitian ini adalah alat bantu yang

dirancang dapat memperbaiki keselamatan dan kesehatan kerja operator di stasiun

pewarnaan batik tulis, khususnya pada proses pencelupan zat warna dan

penguncian warna.

1.5 BATASAN MASALAH

Agar lingkup penelitan ini menjadi lebih jelas dan lebih fokus maka

diperlukan adanya pembatasan masalah. Adapun batasan masalah dari penelitian

ini, sebagai berikut:

1. Lebar maksimal kain batik yang digunakan untuk dasar perancangan alat

bantu adalah 1,15 m.

2. Pembahasan dari aspek mekanika teknik lebih mengutamakan ke masalah

mekanisme sistem dan interaksi gaya antara alat bantu dan operator, belum

membahas tentang kekuatan material.

1.6 ASUMSI PENELITIAN

Asumsi penelitian diperlukan untuk menyederhanakan permasalahan yang

diteliti. Adapun asumsi yang digunakan, sebagai berikut:

1. Keluhan operator murni karena adanya permasalahan kondisi kerja terkait

dengan keselamatan dan kesehatan kerja.

2. Postur kerja yang dinilai adalah postur sesuai dengan kondisi kerja saat itu.

1.7 SISTEMATIKA PENULISAN

Sistematika penulisan dibuat agar dapat memudahkan pembahasan

penyelesaian masalah dalam penelitian ini. Penjelasan mengenai sistematika

penulisan, sebagai berikut :

Page 26: PERANCANGAN ALAT BANTU PROSES PENCELUPAN ZAT … · resiko yang tinggi juga didapatkan dalam evaluasi postur kerja dengan menggunakan RULA. Tujuan dari penelitian ini adalah menghasilkan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

I-5

BAB I : PENDAHULUAN

Bab ini menguraikan berbagai hal mengenai latar belakang penelitian,

perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, batasan

masalah, asumsi-asumsi dan sistematika penulisan yang digunakan

dalam penelitian mengenai perancangan alat bantu pada bak pencelup

kain batik di Perusahaan Batik “Brotoseno”.

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini menguraikan teori-teori yang akan dipakai untuk mendukung

penelitian, sehingga perhitungan dan analisis dilakukan secara teoritis.

Tinjauan pustaka diambil dari berbagai sumber yang berkaitan

langsung dengan permasalahan yang dibahas dalam penelitian.

BAB III : METODOLOGI PENELITIAN

Bab ini berisi tahapan yang dilalui dalam penyelesaian masalah secara

umum yang berupa gambaran terstruktur dalam bentuk flowchart

sesuai dengan permasalahan yang ada mulai dari studi pendahuluan,

pengumpulan data sampai dengan pengolahan data dan analisis.

BAB IV : PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

Bab ini berisi data-data dan informasi yang diperlukan untuk

menganalisis permasalahan, kemudian dilakukan pengolahan data

secara bertahap berdasarkan metodologi yang telah ditentukan.

BAB V : ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL

Bab ini memuat uraian analisis dan intepretasi dari hasil pengolahan

data yang telah dilakukan.

BAB VI : KESIMPULAN DAN SARAN

Bab ini menguraikan target pencapaian dari tujuan penelitian dan

kesimpulan yang diperoleh dari pembahasan masalah. Bab ini juga

menguraikan saran dan masukan bagi kelanjutan penelitian.

Page 27: PERANCANGAN ALAT BANTU PROSES PENCELUPAN ZAT … · resiko yang tinggi juga didapatkan dalam evaluasi postur kerja dengan menggunakan RULA. Tujuan dari penelitian ini adalah menghasilkan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

II-1

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini membahas mengenai konsep dan teori yang digunakan dalam

penelitian, sebagai landasan dan dasar pemikiran untuk membahas serta

menganalisa permasalahan yang ada.

2.1 GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN BATIK BROTOSENO

Pada sub bab ini akan dijelaskan tentang profil perusahaan, jenis-jenis

batik, bahan baku, peralatan, dan proses produksi pada Perusahaan Batik

”Brotoseno”.

2.1.1 Profil Perusahaan

Perusahaan Batik Brotoseno berawal dari usaha rumahan yang dijalankan

oleh Bapak Soeparjan beberapa dasawarsa yang lalu tepatnya pada tahun 1975.

Tongkat estafet kepemimpinan pada tahun 1997, diserahkan kepada putranya

yaitu Bapak H. Eko Suprihono, SE. Perusahaan ini berkantor pusat di Jln. Raya

Solo - Sragen Km. 18 Sragen - Jawa Tengah, sedangkan work shop-nya berlokasi

di Kuyang - Kliwonan – Masaran, Sragen - Jawa Tengah.

Dibawah kepemimpinan Bapak H. Eko Suprihono, SE, Batik Brotoseno

semakin berkembang, dan kini menjadi sebuah perusahaan batik yang

diperhitungkan di kancah perbatikan. Produk-produk yang dihasilkan meliputi

batik tulis, batik cap/fullprint, dan batik kombinasi. Ketiganya dijual dalam

bentuk jarik, pakaian wanita dan pria, bahan/kain, selendang, dan lain-lain.

Saat ini Batik Brotoseno memiliki dua show room, yaitu di Sragen dan

Jakarta. Batik Brotoseno senantiasa membuka diri untuk bekerjasama dengan

perorangan ataupun intitusi dalam beberapa hal, yaitu:

Page 28: PERANCANGAN ALAT BANTU PROSES PENCELUPAN ZAT … · resiko yang tinggi juga didapatkan dalam evaluasi postur kerja dengan menggunakan RULA. Tujuan dari penelitian ini adalah menghasilkan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

II-2

a. Penjualan dan Distribusi

Batik Brotoseno melayani penjualan retai atau skala grosir di semua

showroom. Bagi yang berasal dari luar daerah ataupun luar negeri dapat

melalui Griya Batik Brotoseno Online.

b. Pelatihan Membatik

Sebagai bentuk partisipasi dalam melestarikan budaya nasional khususnya

batik, Batik Brotoseno menawarkan diri untuk pelatihan membatik untuk

sekolah-sekolah maupun intitusi swasta atau pemerintah.

c. Pengadaan Produk Batik

Batik Brotoseno telah cukup berpengalaman dalam menangani order-order

produk batik untuk seragam sekolah,intitusi pemerintah maupun intitusi

swasta.

Batik Brotoseno mempekerjakan 100 orang karyawan tetap, 250 orang

karyawan borongan, dan 30 orang mitra. Jam kerja reguler selama 7 jam, mulai

dari pukul 08.00 hingga pukul 16.00 dengan waktu istirahat selama 1 jam pada

pukul 12.00 hingga pukul 13.00. Kapasitas produksi per bulan yaitu 13.000 meter

untuk batik handprinting, 5000 potong untuk batik kombinasi, dan 1500 potong

untuk batik tulis.

Perusahaan ini tidak hanya memasarkan produknya di dalam negeri, namun

juga telah merambah ke luar negeri, antara lain Jepang, Singapura, Malaysia,

Brunei, dan Australia. Perusahaan ini juga aktif mengikuti pameran-pameran, baik

pameran skala daerah, nasional maupun skala internasional. Dalam menjalankan

usahanya Batik Brotoseno senantiasa menganggap pengusaha sejenis adalah

kawan bukan lawan, dengan demikian tidak akan terjadi persaingan dengan cara

yang kurang sehat.

2.1.2 Jenis-Jenis Batik

Batik Brotoseno menghasilkan tiga jenis batik berdasarkan proses

pembuatanya yaitu:

Page 29: PERANCANGAN ALAT BANTU PROSES PENCELUPAN ZAT … · resiko yang tinggi juga didapatkan dalam evaluasi postur kerja dengan menggunakan RULA. Tujuan dari penelitian ini adalah menghasilkan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

II-3

a. Batik Tulis

Batik tulis/Batik Carik yaitu kain batik yang proses pengerjaannya

menggunakan alat canting untuk memindahkan lilin cair pada permukaan

kain guna menutupi bagian-bagian tertentu yang dikehendaki agar tidak

terkena zat warna. Yang sebelumnya kain tersebut sudah digambar dengan

pensil terlebih dahulu.

b. Batik Cap (Full print)

Batik Cap yaitu kain batik yang pengerjaannya dilakukan dengan cara

mencapkan batik cair pada kain dengan alat cap berbentuk stempel dari plat

tembaga sekaligus memindahkan pola ragam hias.

c. Batik Kombinasi

Batik Kombinasi yaitu kain batik yang proses pengerjaanya merupakan

kombinasi antara batik tulis dan batik cap/ full print.

2.1.3 Bahan Baku Pembuatan Batik Tulis

Jenis kain yang biasanya digunakan sebagai bahan baku pada pembuatan

batik tulis adalah:

- Katun

- Sutra (ATBR)

- Sutra Super

- Sutra Krep

- Sutra Sifon

- Organdi

- Serat Nanas

- Baron

Ukuran kain adalah:

- Panjang : + 1 – 2,75 meter

- Lebar : + 1 – 1,15 meter

Bahan tambahan yang digunakan untuk proses pembuatan batik tulis yaitu:

- Zat Warna

- Soda Ash

- Malam/lilin

- Natrium hidrosulfit

- Kaporit

- Sabun

- Air untuk proses dan sanitasi

- Kaustik soda

Page 30: PERANCANGAN ALAT BANTU PROSES PENCELUPAN ZAT … · resiko yang tinggi juga didapatkan dalam evaluasi postur kerja dengan menggunakan RULA. Tujuan dari penelitian ini adalah menghasilkan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

II-4

- Asam cuka

- Minyak tanah

- Kanji

- Bensin

2.1.4 Peralatan Pembuatan Batik Tulis

Peralatan yang digunakan dalam proses pembuatan batik tulis antara lain

adalah:

a. Pisau dan gunting.

b. Kompor.

c. Canting tulis.

Canting adalah alat pokok untuk membatik yang dapat menentukan kriteria

suatu hasil kerja apakah bisa disebut batik atau bukan batik. Canting terbuat

dari tembaga. Gunanya untuk melukis ( memakai cairan “malam” ), membuat

motif-motif batik yang dikehendaki. Canting terdiri dari cucuk (saluran kecil),

dan leleh (tangki).

d. Wajan untuk memasak lilin.

e. Meja Colet.

f. Gawangan.

Gawangan adalah perkakas untuk menyangkutkan dan membentangkan kain

sewaktu dibatik. Gawangan terbuat dari kayu atau bambu ringan dan kuat

agar mudah dipindah-pindah.

g. Kursi pembatik.

h. Bak air dari beton ukuran 1x2 meter.

i. Bak kayu untuk proses pencelupan.

j. Dapur dengan bahan bakar minyak tanah serta pelengkapnya.

2.1.5 Proses Produksi Batik Tulis

Proses membatik adalah rangkaian aktivitas yang dilakukan dalam

membuat batik, mulai dari menyiapkan kain dasar (kain polos ) sampai menjadi

kain batik yang siap digunakan sesuai keperluan (Siswanti, 2007). Proses kerja di

Industri batik tulis secara umum meliputi empat proses utama yaitu:

Page 31: PERANCANGAN ALAT BANTU PROSES PENCELUPAN ZAT … · resiko yang tinggi juga didapatkan dalam evaluasi postur kerja dengan menggunakan RULA. Tujuan dari penelitian ini adalah menghasilkan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

II-5

a. Persiapan awal

Persiapan awal proses pembatikan yaitu:

- Kain dipotong sesuai dengan ukuran yang ditentukan.

- Kemudian kain dicuci dengan direndam selama 12-24 jam. Proses

perendaman dapat juga dikerjakan dalam larutan alkali encer dingin untuk

mempercepat waktu perendaman dan agar kain mempunyai daya serap

lebih baik terhadap zat warna.

b. Proses Pembatikan (Peletakan lilin batik)

Proses peletakan lilin batik yaitu:

- Setelah proses perendaman kain dikeringkan.

- Kain digambar menurut motif yang ditentukan.

- Kemudian dilakukan pelekatan lilin batik pada kain dengan canting tulis,

menggunakan lilin batik.

c. Pewarnaan

Proses pewarnaan batik dilakukan dengan dua cara yaitu:

- Coletan

Mencolet/Coletan adalah memberi warna pada kain batik setempat dengan

larutan zat warna yang dikuaskan/dilukiskan dimana warna daerah yang

diwarnai itu dibatasi oleh garis-garis lilin sehingga warna tidak merembet

pada daerah lain. Zat warna yang sering digunakan zat warna

rapid/indigosol.

- Pencelupan

Proses pencelupan diawali dengan proses pencucian kain yang telah diberi

lilin di dalam air sabun, pencelupan pada zat warna, kemudian penguncian

warna dan dilanjutkan proses pencucian di air soda ash dan air biasa.

Berdasarkan pengamatan dilapangan, proses pewarnaan diawali dengan

proses mencolet pada detail-detail tertentu, membasahi kain yang di dalam

air sabun, pencelupan pada zat warna, kemudian penguncian warna dan

dilanjutkan proses pencucian di air soda dan air biasa. Proses ini dilakukan

sebanyak tiga kali perulangan untuk setiap lembar kain.

Page 32: PERANCANGAN ALAT BANTU PROSES PENCELUPAN ZAT … · resiko yang tinggi juga didapatkan dalam evaluasi postur kerja dengan menggunakan RULA. Tujuan dari penelitian ini adalah menghasilkan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

II-6

d. Penghilangan lilin batik

Setelah proses pewarnaan selesai kemudian masuk ke proses penghilangan

lilin batik, proses ini disebut proses nglorod yaitu menghilangkan lilin secara

keseluruhan dengan cara pendidihan didalam air panas sehingga lilin meleleh

dan lepas dari kain.

Untuk lebih jelasnya proses produksi pembuatan batik dapat dilihat pada

gambar 2.1.

Gambar 2.1 Skema proses produksi batik Sumber: Perusahaan Batik ”Brotoseno”, 2010

Page 33: PERANCANGAN ALAT BANTU PROSES PENCELUPAN ZAT … · resiko yang tinggi juga didapatkan dalam evaluasi postur kerja dengan menggunakan RULA. Tujuan dari penelitian ini adalah menghasilkan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

II-7

2.1.6 Zat Pewarna Batik

Yang dimaksud pewarna atau zat pewarna batik adalah zat warna tekstil

yang dapat digunakan dalam proses pewarnaan batik baik dengan cara pencelupan

maupun coletan pada suhu kamar sehingga tidak merusak lilin sebagai perintang

warnanya.

Berdasarkan sumbernya/asalnya zat pewarna batik dapat dibagi menjadi 2

golongan, yaitu:

a. Pewarna alami

Zat warna yang diperoleh dari alam/ tumbuh-tumbuhan baik secara langsung

maupun tidak langsung. Agar zat pewarna alam tidak pudar dan dapat

menempel dengan baik, proses pewarnaannya didahului dengan mordanting

yaitu memasukkan unsur logam ke dalam serat (Tawas/Al). Bahan pewarna

alam yang bisa digunakan untuk tekstil dapat diambil pada tumbuhan bagian

Daun, Buah, Kuli kayu, kayu atau bunga. Ada tiga tahap proses pewarnaan

alam yang harus dikerjakan yaitu: proses mordanting (proses awal/pre-

treatment), proses pewarnaan (pencelupan), dan proses fiksasi (penguatan

warna).

b. Pewarna buatan/pewarna sintetis

Zat wana kimia mudah diperoleh, stabil dan praktis pemakaiannya. Zat

Warna sintetis dalam tekstil merupakan turunan hidrokarbon aromatik seperti

benzena, toluena, naftalena dan antrasena diperoleh dari ter arang batubara

(coal, tar, dyestuff) yang merupakan cairan kental berwarna hitam dengan

berat jenis 1,03 - 1,30 dan terdiri dari despersi karbon dalam minyak.

Minyak tersebut tersusun dari beberapa jenis senyawa dari bentuk yang

paling sederhana misalnya benzena (CH) sampai bentuk yang rumit mialnya

6 6 krisena (CH) dan pisena (CH). Adapun zat warna yang biasa dipakai

untuk mewarnai batik antara lain:

Page 34: PERANCANGAN ALAT BANTU PROSES PENCELUPAN ZAT … · resiko yang tinggi juga didapatkan dalam evaluasi postur kerja dengan menggunakan RULA. Tujuan dari penelitian ini adalah menghasilkan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

II-8

- Zat warna reaktif

Zat warna reaktif umumnya dapat bereaksi dan mengadakan ikatan

langsung dengan serat sehingga merupakan bagian dari serat tersebut.

Jenisnya cukup banyak dengan nama dan struktur kimia yang berbeda

tergantung pabrik yang membuatnya. Salah satu yang saat ini sering

digunakan untuk pewarnaan batik adalah Remazol. Ditinjau dari segi

teknis praktis pewarnaan batik dengan remazol dapat digunakan secara

pencelupan, coletan maupun kuwasan. Zat warna ini mempunyai sifat

antara lain : larut dalam air, mempunyai warna yang briliant dengan

ketahanan luntur yang baik, daya afinitasnya rendah, untuk memperbaiki

sifat tersebut pada pewarnaan batik diatasi dengan cara kuwasan dan

fixasi menggunakan Natrium silikat.

Nama dagang zat warna teraktif, sebagai berikut:

1) Procion (produk dari I.C.I) Drimarine (produk Sandoz)

2) Cibacron (produk Ciba Geigy) Primazine (produk BASF)

3) Remazol (produk Hoechst) Levafix (produk Bayer)

- Zat warna indigosol

Zat warna indigosol adalah jenis zat warna Bejana yang larut dalam air.

Larutan zat warnanya merupakan suatu larutan berwarna jernih. Pada

saat kain dicelupkan ke dalam larutan zat warna belum diperoleh warna

yang diharapkan. Setelah dioksidasi/dimasukkan ke dalam larutan asam

(HCl atau H2SO4) akan diperoleh warna yang dikehendaki. Obat

pembantu yang diperlukan dalam pewarnaan dengan zat warna indigosol

adalah Natrium Nitrit (NaNO2) sebagai oksidator. Warna yang

dihasilkan cenderung warna-warna lembut/pastel. Dalam pembatikan zat

warna indigosol dipakai secara celupan maupun coletan.

Jenis warna Indigosol antara lain: Indigosol Yellow, Indigosol Green IB ,

Indigosol Yellow JGK, Indigosol Blue 04B , Indigosol Orange HR,

Indigosol Grey IBL, Indigosol Pink IR, Indigosol Brown IBR, Indigosol

Page 35: PERANCANGAN ALAT BANTU PROSES PENCELUPAN ZAT … · resiko yang tinggi juga didapatkan dalam evaluasi postur kerja dengan menggunakan RULA. Tujuan dari penelitian ini adalah menghasilkan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

II-9

Violet ARR, Indigosol Brown IRRD Indigosol Violet 2R Indigosol

Violet IBBF.

- Zat warna napthol

Zat warna ini merupakan zat warna yang tidak larut dalam air. Untuk

melarutkannya diperlukan zat pembantu kostik soda. Pencelupan naphtol

dikerjakan dalam 2 tingkat. Pertama pencelupan dengan larutan

naphtolnya sendiri (penaphtolan). Pada pencelupan pertama ini belum

diperoleh warna atau warna belum timbul, kemudian dicelup tahap

kedua/dibangkitkan dengan larutan garam diazodium akan diperoleh

warna yang dikehendaki. Tua muda warna tergantung pada banyaknya

naphtol yang diserap oleh serat. Dalam pewarnaan batik zat warna ini

digunakan untuk mendapatkan warna-warna tua/dop dan hanya dipakai

secara pencelupan.

Naptol yang banyak dipakai dalam pembatikan antara lain: Naptol AS-G,

Naptol AS-LB, Naptol AS-BO, Naptol AS-D, Naptol AS , Naptol

AS.OL, Naptol AS-BR, Naptol AS.BS, Naptol AS-GR

Garam diazonium yang dipakai dalam pembatikan antara lain: Garam

Kuning GC, Garam Bordo GP, Garam Orange GC, Garam Violet B,

Garam Scarlet R , Garam Blue BB, Garam Scarlet GG, Garam Blue B,

Garam Red 3 GL, Garam Black B, Garam Red B

- Zat warna rapid

Zat warna ini adalah naphtol yang telah dicampur dengan garam

diazodium dalam bentuk yang tidak dapat bergabung (koppelen). Untuk

membangkitkan warna difixasi dengan asam sulfat atau asam cuka.

Dalam pewarnaan batik, zat warna rapid hanya dipakai untuk pewarnaan

secara coletan.

Page 36: PERANCANGAN ALAT BANTU PROSES PENCELUPAN ZAT … · resiko yang tinggi juga didapatkan dalam evaluasi postur kerja dengan menggunakan RULA. Tujuan dari penelitian ini adalah menghasilkan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

II-10

2.2 BAHAYA BAHAN KIMIA DI TEMPAT KERJA

Bahan berbahaya khususnya bahan kimia adalah bahan-bahan yang pada

suatu kondisi tertentu dapat menyebabkan terjadinya kecelakaan, pada setiap

tingkat pekerjaan yang dilakukan (penyimpanan, pengangkutan, penggunaan,

pembuatan dan pembuangan).

Secara umum, bahan-bahan kimia berbahaya dapat dikelompokkan

menjadi :

1. Bahan kimia mudah meledak

Bahan kimia berupa padatan atau cairan, ataupun campurannya yang sebagai

akibat suatu perubahan (reaksi kimia, gesekan, tekanan, panas, dll) menjadi

bentuk gas yang berlangsung dalam proses yang relative singkat disertai

dengan tenaga perusakan yang besar, pelepasan tekanan yang besar serta

suara yang keras.

2. Bahan kimia mudah terbakar

Bahan kimia apabila mengalami suatu reaksi oksidasi pada suatu kondisi

tertentu, akan menghasilkan nyala api.

3. Bahan kimia beracun

Bahan kimia dalam jumlah relative sedikit, dapat mempengaruhi kesehatan

manusia atau bahkan menyebabkan kematian, apabila terabsorbsi tubuh

manusia melalui injeksi.

4. Bahan kimia korosif

Bahan kimia meliputi senyawa asam-asam alkali dan bahan-bahan kuat

lainnya, yang sering mengakibatkan kerusakan logam-logam bejanan atau

penyimpannya. Senyawa alkali dapat menyebabkan luka bakar pada tubuh,

merusak mata, merangsang kulit dan system pernafasan.

5. Bahan kimia oksidator

Bahan kimia yang sangat reaktif untuk memberikan oksigen, yang dapat

menyebabkan terjadinya kebakaran dengan bahan-bahan lainnya.

Page 37: PERANCANGAN ALAT BANTU PROSES PENCELUPAN ZAT … · resiko yang tinggi juga didapatkan dalam evaluasi postur kerja dengan menggunakan RULA. Tujuan dari penelitian ini adalah menghasilkan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

II-11

6. Bahan kimia reaktif

Bahan kimia yang sangat mudah bereaksi dengan bahan-bahan lainnya,

disertai pelepasan panas dan menghasilkan gas yang mudah terbakar atau

keracunan atau korosi.

7. Bahan kimia radioaktif

Bahan kimia yang mempunyai kemampuan untuk memancarkan sinar-sinar

radioaktif seperti sinar alfa, beta, gamma, netron, dan lain-lain, yang dapat

membahayakan tubuh manusia.

Suatu bahan kimia dikatakan memiliki sifat berbahaya apabila satu atau

lebih dari sifat-sifat bahaya tersebut diatas terdapat di dalam bahan kimia tersebut,

yang selain mudah meledak, dapat pula menjadi bahan kimia beracun dan

meracuni kehidupan.

2.2.1 Interaksi Bahan Kimia

Antara satu zat kimia dan zat kimia lain dapat menimbulkan interaksi atau

saling berpengaruh satu sama lainnya. Efek yang terjadi dapat dibedakan dalam:

a. Efek Aditif yaitu pengaruh yang saling memperkuat akibat kombinasi dari dua

zat kimia atau lebih. Pengaruh racun yang terjadi adalah penjumlahan dari

efek dari masing-masing zat kimia.

b. Efek simergi yaitu suatu keadaan dimana pengaruh gabungan dari dua zat

kimia jauh lebih besar dari jumlah masing-masing efek bahan kimia.

c. Potensiasi yaitu apabila suatu zat yang seharusnya tidak memiliki efek toksik

(pengaruh merugikan suatu zat kimia pada organism hidup) akan tetapi bila

zat ini ditambahkan pada zat kimia lain maka akan mengakibatkan zat lain

tersebut menjadi lebih toksik.

d. Efek antagonis yaitu apabila dua zat kimia yang diberikan bersamaan, maka

zat kimia yang satu akan melawan efek zat kimia yang lain.

2.2.2 Proses Zat Kimia Dalam Tubuh

Cara masuk bahan beracun ke dalam tubuh sangan besar pengaruhnya

terhadap kemungkinan keracunan. Zat kimia dapat masuk kedalam tubuh melalui

Page 38: PERANCANGAN ALAT BANTU PROSES PENCELUPAN ZAT … · resiko yang tinggi juga didapatkan dalam evaluasi postur kerja dengan menggunakan RULA. Tujuan dari penelitian ini adalah menghasilkan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

II-12

saluran pernafasan (per inhalasi), saluran cerna (per oral) dan kulit (per dermal).

Inhalasi merupakan cara masuk paling sering dalam industry. Di dalam tubuh,

melalui proses enzimatik terjadi perubahan bentuk secara biokimia

(biotranformasi) yang terjadi didalam hati. Proses demikian dapat juga terjadi di

ginjal, paru-paru dan kulit. (Budiono, S. 2003).

Biotranformasi ini mengupayakan agar terbentuk bahan yang kurang

beracun yang dikenal sebagai detoksikasi. Sebaliknya mungkin terjadi hasil yang

lebih bercun dari zat asalnya (aktivasi) mialnya pada berbagai zat penyebab

kanker. Pengeluaran hasil proses tersebut atau ekskresi umumnya dilakukan

melalui air seni dan feses, sebagian melalui udara pernafasan dan keringat.

2.2.3 Efek Terhadap Kesehatan

Pemajanan bahan kimia mengakibatkan terjadinya perubahan biologic atau

fungsi tubuh yang manifestasinya berupa keluhan, gejala dan tanda gangguan

kesehatan, terutama pada bagian yang terserang bahan kimia.

Tergantung dari oragan target, bahan kimia dapat bersifat neurotoksik

(meracuni syaraf), hepatotoksik (meracuni liver/hati), nefrotoksik (meracuni

ginjal), hematotoksik (meracuni darah), sistemik (meracuni seluruh fungsi tubuh)

dan sebagainya. Berdasarkan gejala yang ditimbulkan, bahan kimia dapat bersifat

asfiksian (gejala akibat kekurangan kadar oksigen), irritan (mengakibatkan/

merangsang iritasi), menimbulkan sensitasi dan alergi.

Tanda yang muncul bervariasi dari gejala non spesifik (lemah, pusing,

mual, muntah) ataupun spesifik (kejang, kelumpuhan, gangguan penglihatan,

diare, dll). Berikut ini pengaruh beberapa zat kimia pada kesehatan:

- Zat Irritan

Zat irritant akan mengakibatkan iritasi/rangsangan atau menimbulkan

inflamasi/peradangan pada mata, kulit,saluran nafas dan saluran cerna. Zat

irritant antara lain: asam asetat, asam klorida, arsen, asam nitrat, asam

kromat, fosfor, kalsium oksidan, dll.

Page 39: PERANCANGAN ALAT BANTU PROSES PENCELUPAN ZAT … · resiko yang tinggi juga didapatkan dalam evaluasi postur kerja dengan menggunakan RULA. Tujuan dari penelitian ini adalah menghasilkan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

II-13

- Zat Hepatotoksik (meracuni hati)

Zat Hepatotoksik antara lain: Karbon tetraklorida, Dimetil nitrosamine,

Aflatoksin, Arsen, Toluen diamin, dll.

- Zat Neurotoksik (meracuni saraf)

Zat Neurotoksik antara lain: Benzene, Toluena, Karbon disulfide, Arsen,

Merkuri, Xylene, Aseton, dll.

- Zat Netrotoksik (meracuni ginjal)

Zat Netrotoksik antara lain: Arsen, Anilin, Organo klorin, Merkuri, Metanol,

Fenol, Timah hitam, Kloroform, Fosfor (kuning), dll.

- Zat kimia yang meracuni system reproduksi

Zat kimia tersebut antara lain: Benzene, Timah hitam, Kadmium, Eter,

Nitrogen oksida, Kloroform, dll.

- Zat kimia yang meracuni darah

Zat kimia tersebut antara lain: Anilin, Toluidin, Nitrobenzen, Timah hitam,

Nitrogen triflourida, Propilnitrat, dll

- Zat Sensitasi atau alergi kulit

Zat Sensitasi antara lain: Karbon disulfide, Fenol, Zat warna, kreosot, dll.

Selain itu terdapat pula penyakit kulit yang disebabkan oleh penyebab

kimiawi (bahan kimia) seperti asam dan garam anorganik, senyawa hidrokarbon,

bahan warna, dsb.

2.2.4 Prinsip Pencegahan/Pengendalian Bahan Kimia

Mengingat bahaya bahan kimia di tempat kerja diperlukan pencegahan dan

pengendalian yang prinsip penerapannya sesuai denga Higiene Perusahaan

Kesehatan dan Keselamatan Kerja berupa “Hierarchi of Control”, yaitu Eliminasi,

Substitusi, Pengendalian Teknis, Pengendalian Administratif dan Alat Pelindung

Diri. Sedangkan para pekerja dilakukan pengujian/pemantauan kesehatan, hygiene

perorangan, pengujian/pemantauan biomedik disertai pelatihan tentang bahaya zat

kimia. (Budiono, S. 2003).

Page 40: PERANCANGAN ALAT BANTU PROSES PENCELUPAN ZAT … · resiko yang tinggi juga didapatkan dalam evaluasi postur kerja dengan menggunakan RULA. Tujuan dari penelitian ini adalah menghasilkan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

II-14

2.3 PENGERTIAN ERGONOMI

Ergonomi atau ergonomics (bahasa Inggrisnya) sebenarnya berasal dari

kata Yunani yaitu Ergo yang berarti ”kerja” dan Nomos yang berarti ”hukum”.

Ergonomi dapat didefinisikan sebagai studi tentang aspek-aspek manusia dalam

lingkungan kerjanya yang ditinjau secara anatomi, fisiologi, psikologi,

engineering, manajemen dan desain/perancangan (Nurmianto, 2004). Ergonomi

ialah suatu cabang ilmu yang sistematis untuk memanfaatkan informasi-informasi

mengenai sifat, kemampuan dan keterbatasan manusia untuk merancang suatu

sistem kerja sehingga orang dapat hidup dan bekerja pada sistem itu dengan baik,

yaitu mencapai tujuan yang diinginkan melalui pekerjaan itu, dengan efektif,

aman dan nyaman (Sutalaksana dkk., 1979).

Disiplin ergonomi adalah suatu cabang keilmuan yang sistematis untuk

memanfaatkan informasi-informasi mengenai sifat, kemampuan dan keterbatasan

manusia untuk merancang suatu sistem kerja sehingga orang dapat hidup dan

bekerja pada sistem tersebut dengan baik; yaitu mencapai tujuan yang diinginkan

melalui pekerjaan itu dengan efektif, efisien, aman dan nyaman (Wignjosoebroto,

1995). Dengan kata lain disini manusia tidak lagi harus menyesuaikan dirinya

dengan mesin yang dioperasikan (the man fits to the design), melainkan

sebaliknya yaitu mesin dirancang dengan lebih dahulu memperhatikan kelebihan

dan keterbatasan manusia yang mengoperasikannya (the design fits to the man).

Secara umum tujuan dari penerapan ergonomi (Tarwaka dkk.,2004), yaitu:

1. Meningkatkan kesejahteraan fisik dan mental melalui upaya pencegahan cedera

dan penyakit akibat kerja, menurunkan beban kerja fisik dan mental,

mengupayakan promosi dan kepuasan kerja.

2. Meningkatkan kesejahteraan sosial melalui peningkatan kualitas kontak sosial,

mengelola dan mengkoordinir kerja secara tepat guna dan meningkatkan

jaminan sosial baik selama kurun waktu usia produktif maupun setelah tidak

produktif.

Page 41: PERANCANGAN ALAT BANTU PROSES PENCELUPAN ZAT … · resiko yang tinggi juga didapatkan dalam evaluasi postur kerja dengan menggunakan RULA. Tujuan dari penelitian ini adalah menghasilkan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

II-15

3. Menciptakan keseimbangan rasional antara berbagai aspek yaitu aspek teknis,

ekonomis, antropologis dan budaya dari setiap sistem kerja yang dilakukan

sehingga tercipta kualitas kerja dan kualitas hidup yang tinggi.

2.3.1 DESAIN DAN ERGONOMI

Manusia dalam kehidupannya banyak menggunakan desain sebagai

fasilitas penunjang aktivitasnya. Manusia menginginkan desain sebagai produk

yang sesuai dengan trend dan mewadahi kebutuhannya yang semakin meningkat.

Melihat kondisi saat ini, kecenderungan desain yang berubah akibat peningkatan

kebutuhan manusia tersebut menimbulkan kesadaran manusia tentang pentingnya

desain yang eksklusif dan representatif, makin bertambahnya usaha-usaha di

bidang desain yang mengakibatkan persaingan mutu desain, peningkatan faktor

pemasaran (daya tarik dan daya jual di pasaran), serta tuntutan kapasitas produksi

yang semakin meningkat. Selain itu, aktivitas desain yang menghasilkan gagasan

kreatif dipengaruhi pula oleh kecepatan membaca situasi, khususnya kebutuhan

pasar dan permintaan konsumen.

Desain dapat diartikan sebagai salah satu aktivitas luas dari inovasi desain

dan teknologi yang digagaskan, dibuat, dipertukarkan (melalui transaksi jual-beli)

dan fungsional. Desain merupakan hasil kreativitas budi-daya (man-made object)

manusia yang diwujudkan untuk memenuhi kebutuhan manusia, yang

memerlukan perencanaan, perancangan maupun pengembangan desain, yaitu

mulai dari tahap menggali ide atau gagasan, dilanjutkan dengan tahapan

pengembangan, konsep perancangan, sistem dan detail, pembuatan prototipe dan

proses produksi, evaluasi, dan berakhir dengan tahap pendistribusian. Jadi

disimpulkan bahwa desain selalu berkaitan dengan pengembangan ide dan

gagasan, pengembangan teknik, proses produksi serta peningkatan pasar.

Ruang lingkup kegiatan desain mencakup masalah yang berhubungan

dengan sarana kebutuhan manusia, di antaranya desain interior, desain mebel,

desain alat-alat lingkungan, desain alat transportasi, desain tekstil, desain grafis,

dan lain-lain. Memperhatikan hal-hal tersebut, desainer dalam analisis pemecahan

Page 42: PERANCANGAN ALAT BANTU PROSES PENCELUPAN ZAT … · resiko yang tinggi juga didapatkan dalam evaluasi postur kerja dengan menggunakan RULA. Tujuan dari penelitian ini adalah menghasilkan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

II-16

masalah dan perencanaannya atau filosofi rancangan desain bekerja sama dengan

masyarakat dan disiplin ilmu lain seperti arsitek, psikolog, dokter atau profesi

yang lain. Misalnya, dalam merancang desain kursi pasien gigi, dibutuhkan kerja

sama dari dokter dan pasien, diperlukan penelitian lebih lanjut tentang aktivitas

dan posisi duduk pasien sebagai pemakai, yang efektif, efisien, aman, nyaman dan

sehat, sehingga desainer dapat menyatukan bentuk dengan memusatkan perhatian

pada estetika bentuk, konstruksi, sistem dan mekanismenya. Selain itu, desainer

dapat membuat suatu prediksi untuk masa depan, serta melakukan pengembangan

desain dan teknologi dengan memperhatikan segala kelebihan maupun

keterbatasan manusia dalam hal kepekaan indrawi (sensory), kecepatan,

kemampuan penggunaan sistem gerakan otot, dan dimensi ukuran tubuh, untuk

kemudian menggunakan semua informasi mengenai faktor manusia ini sebagai

acuan dalam perancangan desain yang serasi, selaras dan seimbang dengan

manusia sebagai pemakainya.

Penilaian suatu hasil akhir dari produk sebagai kategori nilai desain yang

baik biasanya ada tiga unsur yang mendasari, yaitu fungsional, estetika, dan

ekonomi. Kriteria pemilihannya adalah function and purpose, utility and

economic, form and style, image and meaning. Unsur fungsional dan estetika

sering disebut fit-form-function, sedangkan unsur ekonomi lebih dipengaruhi oleh

harga dan kemampuan daya beli masyarakat (Bagas, 2000). Desain yang baik

berarti mempunyai kualitas fungsi yang baik, tergantung pada sasaran dan filosofi

mendesain pada umumnya, bahwa sasaran berbeda menurut kebutuhan dan

kepentingannya, serta upaya desain berorientasi pada hasil yang dicapai,

dilaksanakan dan dikerjakan seoptimal mungkin.

Ergonomi merupakan salah satu dari persyaratan untuk mencapai desain

yang qualified, certified, dan customer need. Ilmu ini akan menjadi suatu

keterkaitan yang simultan dan menciptakan sinergi dalam pemunculan gagasan,

proses desain, dan desain final (periksa Gambar 2.2. Skema Design Management).

Page 43: PERANCANGAN ALAT BANTU PROSES PENCELUPAN ZAT … · resiko yang tinggi juga didapatkan dalam evaluasi postur kerja dengan menggunakan RULA. Tujuan dari penelitian ini adalah menghasilkan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

II-17

Gambar 2.2 Skema design management

Sumber: Bagas, 2000

2.3.2 PENDEKATAN ERGONOMIS DALAM PERANCANGAN DESAIN

KERJA

Secara ideal perancangan desain kerja haruslah disesuaikan dengan

peranan dan fungsi pokok dari komponen-komponen sistem kerja yang terlibat

yaitu manusia, mesin/ peralatan dan lingkungan fisik kerja. Peranan manusia

dalam hal ini akan didasarkan pada kemampuan dan keterbatasannya terutama

yang berkaitan dengan aspek pengamatan, kongnitif, fisik ataupun psikologisnya.

Demikian pula peranan atau fungsi mesin/peralatan seharusnya ikut menunjang

manusia (operator) dalam melaksanakan tugas yang ditentukan.

Suatu pengertian yang lebih komprehensif tentang ergonomi pada pusat

perhatian ergonomi adalah terletak pada manusia dalam rancangan desain kerja

ataupun perancangan alat kerja. Berbagai fasilitas dan lingkungan yang dipakai

manusia dalam berbagai aspek kehidupannya. Tujuannya adalah merancang

benda-benda fasilitas dan lingkungan tersebut, sehingga efektivitas fungsionalnya

meningkat dan segi-segi kemanusiaan seperti kesehatan, keamanan, dan

kepuasan dapat terpelihara.

Terlihat disini bahwa ergonomi memiliki 2 aspek sebagai contohnya

yaitu efektivitas sistem manusia di dalamya dan sifat memperlakukan manusia

secara manusia. Mencapai tujuan-tujuan tersebut, pendekatan ergonomi

Page 44: PERANCANGAN ALAT BANTU PROSES PENCELUPAN ZAT … · resiko yang tinggi juga didapatkan dalam evaluasi postur kerja dengan menggunakan RULA. Tujuan dari penelitian ini adalah menghasilkan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

II-18

merupakan penerapan pengetahuan-pengetahuan terpilih tentang manusia

secara sistematis dalam perancangan sistem-sistem manusia benda, manusia-

fasilitas dan manusia lingkungan. Dengan kata lain perkataan ergonomi adalah

suatu ilmu yang mempelajari manusia dalam berinterksi dengan obyek-obyek

fisik dalam berbagai kegiatan sehari-hari (Madyana, 1996).

Di pandang dari sistem, maka sistem yang lebih baik hanya dapat

bekerja bila sistem tersebut terdiri dari, yaitu:

1. Elemen sistem yang telah dirancang sesuai dengan apa yang dibutuhkan.

2. Elemen sistem yang saling berinterksi secara terpadu dalam usaha menuju

tujuan bersama.

Sebagai contoh, sejumlah elemen mesin dirancang baik, belum tentu

menghasilkan suatu mesin yang baik pula, bila mana sebelumnya tidak

dirancang untuk berinteraksi antara satu sama tainnya. Demikian manusia

sebagai operator dalam manusia mesin. Bila pekerja tidak berfungsi secara

efektif hal ini akan mempengaruhi sistem secara keseluruhan.

2.3.3 DESAIN STASIUN KERJA DAN SIKAP KERJA BERDIRI

Selain posisi kerja duduk, posisi berdiri juga banyak ditemukan di

perusahaan. Seperti halnya posisi duduk, posisi kerja berdiri juga mempunyai

keuntungan maupun kerugian. Menurut Sutalaksana dkk. (1979), bahwa sikap

berdiri merupakan sikap siaga baik fisik maupun mental, sehingga aktivitas kerja

yang dilakukan lebih cepat, kuat dan teliti. Namun demikian mengubah posisi

duduk ke berdiri dengan masih menggunakan alat kerja yang sama akan

melelahkan. Pada dasarnya berdiri lebih melelahkan daripada duduk dan energi

yang dikeluarkan untuk berdiri lebih banyak 10-16% dibanding dengan duduk.

Pada desain stasiun berdiri, apabila tenaga kerja harus bekerja untuk

periode yang lama, maka faktor kelelahan menjadi utama. Meminimalkan

pengaruh kelelahan dan keluhan subjektif, maka pekerja harus dirancang agar

tidak terlalu banyak menjangkau, membungkuk, atau melakukan gerakan dengan

posisi kepala yang tidak alamiah. Menurut Pullat (1992) memberikan

Page 45: PERANCANGAN ALAT BANTU PROSES PENCELUPAN ZAT … · resiko yang tinggi juga didapatkan dalam evaluasi postur kerja dengan menggunakan RULA. Tujuan dari penelitian ini adalah menghasilkan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

II-19

pertimbangan tentang pekerjaan yang paling baik dilakukan dengan posisi berdiri

sebagai berikut:

1. Tidak tersedia tempat untuk kaki dan lutut.

2. Harus memegang objek yang berat (lebih dari 4,5 kg).

3. Sering menjangkau ke atas, ke bawah dan ke samping.

4. Sering melakukan pekerjaan yang menekan kebawah.

5. Diperlukan mobilitas.

2.4 NORDIC BODY MAP (NBM)

Salah satu alat ukur ergonomi sederhana yang dapat digunakan untuk

mengenali sumber penyebab keluhan musculoskeletal (system otot dan rangka)

adalah nordic body map. Melalui nordic body map dapat diketahui bagian-bagian

otot yang mengalami keluhan dengan tingkat keluhan mulai dari rasa tidak sakit

sampai dengan sangat sakit (Corlett, 1992). Kuesioner ini diberikan sebelum dan

setelah melakukan pekerjaan. Gambar 2.3 merupakan pembagian segmen-segment

tubuh manusia pada kuesioner nordic body map.

Gambar 2.3 Nordic Body Map

Sumber : Corlett, 1992

Page 46: PERANCANGAN ALAT BANTU PROSES PENCELUPAN ZAT … · resiko yang tinggi juga didapatkan dalam evaluasi postur kerja dengan menggunakan RULA. Tujuan dari penelitian ini adalah menghasilkan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

II-20

Tabel 2.1 Kuesioner Nordic Body Map

No Kuesioner Nordic Body Map Pada Operator :

Keluhan Bagian Tubuh Ya Tidak

0 Leher bagian atas

1 Leher bagian bawah

2 Bahu kiri

3 Bahu kanan

4 Lengan atas bagian kiri

5 Punggung

6 Lengan atas bagian kanan

7 Pinggang ke belakang

8 Pinggul ke belakang

9 Daerah Pantat

10 Siku kiri

11 Siku kanan

12 Lengan bawah bagian kiri

13 Lengan bawah bagian kanan

14 Pergelangan tangan kiri

15 Pergelangan tangan kanan

16 Telapak tangan bagian kiri

17 Telapak tangan bagian kanan

18 Paha kiri

19 Paha kanan

20 Lutut kiri

21 Lutut kanan

22 Betis kiri

23 Betis kanan

24 Pergelangan kaki kiri

25 Pergelangan kaki kanan

26 Telapak kaki kiri

27 Telapak kaki kanan Sumber : Corlett, 1992

2.5 ANTHROPOMETRI DALAM ERGONOMI

Seberapa jauh seseorang dapat bekerja dengan baik bergantung pada

seberapa baik rancangan tempat kerjanya. Memperhatikannya berarti

Page 47: PERANCANGAN ALAT BANTU PROSES PENCELUPAN ZAT … · resiko yang tinggi juga didapatkan dalam evaluasi postur kerja dengan menggunakan RULA. Tujuan dari penelitian ini adalah menghasilkan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

II-21

berkontribusi pada keamanan, kesehatan, dan kenyamanan kerja. Pada gilirannya

hal-hal ini akan meningkatkan kemampuan kerja yang bersangkutan. Dua hal

diantaranya adalah dimensi benda-benda kerja yang berinteraksi dengan pekerja

dan lingkungan kerjanya. Karena dimensi objek mesti bersesuaian dengan

pemakaiannya maka perlu dikenali antropometri, suatu bidang kajian dari

Ergonomi yang memperhatikan karakter ukuran-ukuran fisik tubuh manusia

maupun penerapan data-data operatornya.

2.5.1 Pengertian Anthropometri

Istilah anthropometri berasal dari kata anthro yang berarti “manusia” dan

metri yang berarti “ukuran”. Anthropometri adalah studi tentang dimensi tubuh

manusia (Pullat, 1992). Secara definitif anthropometri dapat dinyatakan sebagai

satu studi yang berkaitan dengan pengukuran dimensi tubuh manusia

(Wignjosoebroto, 1995). Manusia pada dasarnya akan memiliki bentuk, ukuran

(tinggi, lebar, dsb) berat dan lain-lain yang berbeda satu dengan yang lainnya.

Dalam kaitannya dengan posisi tubuh, data anthropometri yang ada

dibedakan menjadi dua kategori (Suhardi,. 2008), yaitu:

a. Anthropometri struktural (statis)

Dimensi struktural ini mencakup pengukuran dimensi tubuh pada posisi tetap

dan standar. Dimensi tubuh yang diukur dengan posisi tetap meliputi berat

badan, tinggi tubuh dalam posisi berdiri, maupun duduk, ukuran kepala, tinggi

atau panjang lutut berdiri maupun duduk, panjang lengan dan sebagainya.

Page 48: PERANCANGAN ALAT BANTU PROSES PENCELUPAN ZAT … · resiko yang tinggi juga didapatkan dalam evaluasi postur kerja dengan menggunakan RULA. Tujuan dari penelitian ini adalah menghasilkan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

II-22

Gambar 2.4 Ukuran Tubuh Manusia yang Sering Digunakan Untuk

Merancang Produk Sumber: Suhardi, B. 2008

Gambar 2.5 memperlihatkan antropometri struktural. Antropometri struktural

ini diantaranya: tinggi selangkang, tinggi siku, tinggi mata, rentang bahu,

tinggi pertengahan pundak pada posisi duduk, jarak pantat-ibu jari kaki, dan

tinggi mata pada posisi duduk.

Page 49: PERANCANGAN ALAT BANTU PROSES PENCELUPAN ZAT … · resiko yang tinggi juga didapatkan dalam evaluasi postur kerja dengan menggunakan RULA. Tujuan dari penelitian ini adalah menghasilkan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

II-23

Gambar 2.5 Antropometri Struktural Posisi Berdiri dan Duduk

Sumber: Suhardi, B. 2008

b. Anthropometri fungsional (dinamis)

Antropometri fungsional adalah pengukuran keadaan dan ciri-ciri fisik

manusia dalam keadaan bergerak atau memperhatikan gerakan-gerakan yang

mungkin terjadi saat pekerja tersebut melaksanakan kegiatannya. Hasil yang

diperoleh merupakan ukuran tubuh yang nantinya akan berkaitan erat dengan

gerakan-gerakan nyata yang diperlukan tubuh untuk melaksanakan kegiatan-

kegiatan tertentu. Antropometri dalam posisi tubuh melaksanakan fungsinya

yang dinamis akan banyak diaplikasikan dalam proses perancangan fasilitas

ataupun ruang kerja.

Page 50: PERANCANGAN ALAT BANTU PROSES PENCELUPAN ZAT … · resiko yang tinggi juga didapatkan dalam evaluasi postur kerja dengan menggunakan RULA. Tujuan dari penelitian ini adalah menghasilkan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

II-24

(a)

(b)

Gambar 2.6 (a,b) Antropometri Fungsional/dinamis Sumber: Suhardi, B. 2008

Data anthropometri dapat diaplikasikan secara luas, (Wignjosoebroto,

1995), antara lain dalam:

a. Perancangan areal kerja (Work station, interior mobil, dll).

Page 51: PERANCANGAN ALAT BANTU PROSES PENCELUPAN ZAT … · resiko yang tinggi juga didapatkan dalam evaluasi postur kerja dengan menggunakan RULA. Tujuan dari penelitian ini adalah menghasilkan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

II-25

b. Perancangan peralatan kerja seperti mesin, equipment, perkakas (tools) dan

sebagainya.

c. Perancangan produk-produk konsumtif seperti pakaian, kursi/meja komputer,

dan lain-lain.

d. Perancangan lingkungan kerja fisik.

2.5.2 Faktor Penyebab Variabilitas Ukuran Tubuh Manusia

Perbedaan antara satu populasi dengan populasi yang lain adalah

dikarenakan oleh faktor-faktor (Nurmianto, 2004), sebagai berikut:

a. Keacakan/random,

Walaupun telah terdapat dalam satu kelompok populasi yang sudah jelas sama

jenis kelamin, suku/bangsa, kelompok usia dan pekerjaannya, namun masih

akan ada perbedaan yang cukup signifikan antara berbagai macam

masyarakat. Distribusi frekuensi secara statistik dari dimensi kelompok

anggota masyarakat jelas dapat diapromaksimasikan dengan menggunakan

distribusi normal, yaitu dengan menggunakan data persentil yang telah diduga,

jika mean (rata-rata) dan standar deviasinya telah diestimasi.

b. Jenis kelamin,

Ada perbedaan signifikan antara dimensi tubuh pria dan wanita. Untuk

kebanyakan dimensi pria dan wanita ada perbedaan signifikan di antara mean

dan nilai perbedaan ini tidak dapat diabaikan. Pria dianggap lebih panjang

dimensi segmen badannya daripada wanita sehingga data anthropometri untuk

kedua jenis kelamin tersebut selalu disajikan secara terpisah.

c. Suku bangsa,

Variasi di antara beberapa kelompok suku bangsa telah menjadi hal yang tidak

kalah pentingnya karena meningkatnya jumlah angka migrasi dari satu negara

ke negara lain. Suatu contoh sederhana bahwa yaitu dengan meningkatnya

jumlah penduduk yang migrasi dari negara Vietnam ke Australia, untuk

Page 52: PERANCANGAN ALAT BANTU PROSES PENCELUPAN ZAT … · resiko yang tinggi juga didapatkan dalam evaluasi postur kerja dengan menggunakan RULA. Tujuan dari penelitian ini adalah menghasilkan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

II-26

mengisi jumlah satuan angkatan kerja (industrial workforce), maka akan

mempengaruhi anthropometri secara nasional.

d. Usia,

Secara umum dimensi tubuh manusia dapat digolongkan atas berbagai

kelompok usia, yaitu:

· Balita

· Anak-anak

· Remaja

· Dewasa

· Lanjut usia

Hal ini jelas berpengaruh terutama jika desain diaplikasikan untuk

anthropometri anak-anak. Anthropometrinya cenderung terus meningkat

sampai batas usia dewasa. Namun setelah menginjak usia dewasa, tinggi

badan manusia mempunyai kecenderungan menurun yang disebabkan oleh

berkurangnya elastisitas tulang belakang (intervertebral discs) dan

berkurangnya dinamika gerakan tangan dan kaki.

e. Jenis pekerjaan,

Beberapa jenis pekerjaan tertentu menuntut adanya persyaratan dalam seleksi

karyawannya, misalnya: buruh dermaga/pelabuhan harus mempunyai postur

tubuh yang relatif lebih besar dibandingkan dengan karyawan perkantoran

pada umumnya. Apalagi jika dibandingkan dengan jenis pekerjaan militer.

Selain faktor-faktor tersebut terdapat juga faktor-faktor yang perlu

dipertimbangkan karena mempengaruhi variabilitas ukuran tubuh manusia

(Wignjosoebroto, 1995), seperti:

a. Tebal/Tipisnya Pakaian,

Hal ini juga merupakan sumber keragaman karena disebabkan oleh

bervariasinya iklim/musim yang berbeda dari satu tempat ke tempat yang

lainnya terutama untuk daerah dengan empat musim. Misalnya pada waktu

musim dingin manusia akan memakai pakaian yang relatif lebih tebal dan

Page 53: PERANCANGAN ALAT BANTU PROSES PENCELUPAN ZAT … · resiko yang tinggi juga didapatkan dalam evaluasi postur kerja dengan menggunakan RULA. Tujuan dari penelitian ini adalah menghasilkan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

II-27

ukuran yang relatif lebih besar. Ataupun untuk para pekerja di pertambangan,

pengeboran lepas pantai, pengecoran logam. Bahkan para penerbang dan

astronaut pun harus mempunyai pakaian khusus.

b. Kehamilan pada wanita,

Faktor ini sudah jelas mempunyai pengaruh perbedaan yang berarti kalau

dibandingkan dengan wanita yang tidak hamil, terutama yang berkaitan

dengan analisis perancangan produk dan analisis perancangan kerja.

c. Cacat tubuh secara fisik,

Suatu perkembangan yang menggembirakan pada dekade terakhir yaitu

dengan diberikannya skala prioritas pada rancang bangun fasilitas akomodasi

untuk para penderita cacat tubuh secara fisik sehingga mereka dapat ikut serta

merasakan “kesamaan” dalam penggunaan jasa dari hasil ilmu ergonomi di

dalam pelayanan untuk masyarakat. Masalah yang sering timbul misalnya:

keterbatasan jarak jangkauan, dibutuhkan ruang kaki (knee space) untuk

desain meja kerja, lorong/jalur khusus untuk kursi roda, ruang khusus di

dalam lavatory, jalur khusus untuk keluar masuk perkantoran, kampus, hotel,

restoran, supermarket dan lain-lain.

Akhirnya, sekalipun segmentasi dari populasi yang ingin dituju dari

rancangan suatu produk selalu berhasil diidentifikasi sebaik-bailnya berdasarkan

faktor-faktor seperti yang telah diuraikan; namun adanya variasi ukuran bukan

tidak mungkin bisa tetap dijumpai. Permasalahan variasi ukuran sebenarnya akan

mudah diatasi dengan cara merancang produk yang ”mampu suai” (adjustable)

dalam suatu rentang dimensi ukuran pemakainya.

2.5.3 Dimensi Anthropometri Umum

Data anthropometri dapat dimanfaatkan untuk menetapkan dimensi ukuran

produk yang akan dirancang dan disesuaikan dengan dimensi tubuh manusia yang

akan menggunakannya (Wignjosoebroto, 1995). Pengukuran dimensi struktur

tubuh yang biasa diambil dalam perancangan produk maupun fasilitas dapat

dilihat pada gambar 2.7 di bawah ini.

Page 54: PERANCANGAN ALAT BANTU PROSES PENCELUPAN ZAT … · resiko yang tinggi juga didapatkan dalam evaluasi postur kerja dengan menggunakan RULA. Tujuan dari penelitian ini adalah menghasilkan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

II-28

Gambar 2.7 Anthropometri untuk perancangan produk atau fasilitas

Sumber: Wignjosoebroto S., 1995

Keterangan gambar di atas, yaitu:

1 : Dimensi tinggi tubuh dalam posisi tegak (dari lantai sampai dengan ujung

kepala).

2 : Tinggi mata dalam posisi berdiri tegak.

3 : Tinggi bahu dalam posisi berdiri tegak.

4 : Tinggi siku dalam posisi berdiri tegak (siku tegak lurus).

5 : Tinggi kepalan tangan yang terjulur lepas dalam posisi berdiri tegak (dalam

gambar tidak ditunjukkan).

6 : Tinggi tubuh dalam posisi duduk (di ukur dari alas tempat duduk pantat

sampai dengan kepala).

7 : Tinggi mata dalam posisi duduk.

8 : Tinggi bahu dalam posisi duduk.

9 : Tinggi siku dalam posisi duduk (siku tegak lurus).

10 : Tebal atau lebar paha.

Page 55: PERANCANGAN ALAT BANTU PROSES PENCELUPAN ZAT … · resiko yang tinggi juga didapatkan dalam evaluasi postur kerja dengan menggunakan RULA. Tujuan dari penelitian ini adalah menghasilkan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

II-29

11 : Panjang paha yang di ukur dari pantat sampai dengan. ujung lutut.

12 : Panjang paha yang di ukur dari pantat sampai dengan bagian belakang dari

lutut betis.

13 : Tinggi lutut yang bisa di ukur baik dalam posisi berdiri ataupun duduk.

14 : Tinggi tubuh dalam posisi duduk yang di ukur dari lantai sampai dengan

paha.

15 : Lebar dari bahu (bisa di ukur baik dalam posisi berdiri ataupun duduk).

16 : Lebar pinggul ataupun pantat.

17 : Lebar dari dada dalam keadaan membusung (tidak tampak ditunjukkan

dalam gambar).

18 : Lebar perut.

19 : Panjang siku yang di ukur dari siku sampai dengan ujung jari-jari dalam

posisi siku tegak lurus.

20 : Lebar kepala.

21 : Panjang tangan di ukur dari pergelangan sampai dengan ujung jari.

22 : Lebar telapak tangan.

23 : Lebar tangan dalam posisi tangan terbentang lebar kesamping kiri kanan

(tidak ditunjukkan dalam gambar).

24 : Tinggi jangkauan tangan dalam posisi berdiri tegak.

25 : Tinggi jangkauan tangan dalam posisi duduk tegak.

26 : Jarak jangkauan tangan yang terjulur kedepan di ukur dari bahu sampai

dengan ujung jari tangan.

27 : Tinggi dalam posisi berdiri dari ujung kaki hingga pantat bagian bawah.

Selanjutnya untuk memperjelas mengenai data anthropometri yang tepat

diaplikasikan dalam berbagai rancangan produk ataupun fasilitas kerja, diperlukan

pengambilan ukuran dimensi anggota tubuh. Penjelasan mengenai pengukuran

dimensi anthropometri tubuh yang diperlukan dalam perancangan dijelaskan pada

tabel 2.2.

Page 56: PERANCANGAN ALAT BANTU PROSES PENCELUPAN ZAT … · resiko yang tinggi juga didapatkan dalam evaluasi postur kerja dengan menggunakan RULA. Tujuan dari penelitian ini adalah menghasilkan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

II-30

Tabel 2.2 Pengukuran dimensi tubuh

Data Anthropometri Keterangan Cara Pengukuran

Tinggi badan tegak (tbt)

Dimensi tinggi tubuh dalam posisi tegak (vertikal dari lantai sampai dengan ujung kepala).

Tinggi bahu berdiri (tbb)

Ukur jarak vertikal dari permukaan tanah sampai bahu dalam kondisi subjek berdiri tegak.

Panjang lengan atas (pla)

Panjang lengan atas yang diukur dari bahu sampai siku dalam posisi siku tegak lurus.

Panjang lengan bawah (plb)

Panjang lengan bawah yang diukur dari siku sampai dengan pangkal telapak tangan.

Pangkal telapak tangan ke pangkal jari

(pttpj)

Panjang vertikal dari pangkal telapak tangan kepangkal jari dalam posisi telapak tangan terbuka

Diameter genggaman tangan

(gt)

Diameter genggaman tangan saat menggengam sesuatu.

Sumber: Roebuck, J.A., 1975

Page 57: PERANCANGAN ALAT BANTU PROSES PENCELUPAN ZAT … · resiko yang tinggi juga didapatkan dalam evaluasi postur kerja dengan menggunakan RULA. Tujuan dari penelitian ini adalah menghasilkan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

II-31

2.5.4 Aplikasi Data Anthropometri Dalam Perancangan Produk/Fasilitas

Kerja

Dengan adanya variabilitas dimensi tubuh manusia, maka terdapat tiga

prinsip dalam aplikasi data anthropometri agar produk yang dirancang dapat

mengakomodasi ukuran tubuh dari populasi yang akan menggunakan produk

tersebut (Wignjosoebroto, 1995), yaitu:

1. Prinsip perancangan produk bagi individu dengan ukuran yang ekstrim.

Disini rancangan produk dibuat agar bias memenuhi dua sasaran produk,

yaitu:

a. Bisa sesuai untuk ukuran tubuh manusia yang mengikuti klasifikasi

ekstrim dalam arti terlalu besar atau kecil bila dibandingkan dengan rata-

ratanya.

b. Tetap bisa digunakan untuk memenuhi ukuran tubuh yang lain (mayoritas

dari populasi yang ada).

Agar dapat memenuhi sasaran pokok tersebut, maka ukuran yang

diaplikasikan ditetapkan dengan cara:

a. Untuk dimensi minimum, harus ditetapkan dari suatu rancangan produk

umumnya didasarkan pada nilai percentile yang terbesar seperti 90-th, 95-

th, atau 99-th percentile. Misalnya untuk merancang tinggi pintu dipakai

tinggi manusia dengan percentile 99% ditambah dengan kelonggaran.

b. Untuk dimensi maksimu, harus ditetapkan dari suatu rancangan produk

umumnya didasarkan pada nilai percentile yang paling rendah seperti 1-th,

5-th, atau 10-th percentile. Misalnya untuk menentukan tinggi tombol

lampu digunakan persentil 5 yang berarti 5% dari populasi tidak dapat

menjangkaunya.

Secara umum aplikasi data anthropometri untuk perancangan produk ataupun

fasilitas kerja akan menetapkan nilai 5-th percentile untuk dimensi maksimum

dan 95-th untuk dimensi minimumnya.

Page 58: PERANCANGAN ALAT BANTU PROSES PENCELUPAN ZAT … · resiko yang tinggi juga didapatkan dalam evaluasi postur kerja dengan menggunakan RULA. Tujuan dari penelitian ini adalah menghasilkan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

II-32

2. Prinsip perancangan produk yang bisa dioperasikan di antara rentang ukuran

tertentu.

Prinsip ini digunakan untuk merancang suatu fasilitas agar dapat dipakai

dengan nyaman oleh semua orang yang mungkin memerlukannya. Dalam

prinsip ini biasanya dipakai data anthropometri dengan rentang persentil 5%

sampai 95%. Contoh penerapan prinsip ini adalah perancangan kursi kemudi

mobil yang bisa dimaju-mundurkan dan diatur kemiringan sandarannya.

3. Perancangan fasilitas berdasar harga rata-rata

Dalam hal ini rancangan produk didasarkan terhadap rata-rata ukuran

manusia. Pemakainya Prinsip ini hanya digunakan apabila perancangan

berdasar harga ekstrim tidak mungkin dilaksanakan dan tidak layak jika kita

menggunakan prinsip perancangan fasilitas yang bisa disesuaikan.

Berkaitan dengan aplikasi data anthropometri yang diperlukan dalam

proses perancangan produk ataupun fasilitas kerja, beberapa rekomendasi yang

bisa diberikan sesuai dengan langkah-langkah, sebagai berikut:

1. Pertama kali terlebih dahulu harus ditetapkan anggota tubuh yang mana yang

nantinya difungsikan untuk mengoperasikan rancangan tersebut,

2. Tentukan dimensi tubuh yang penting dalam proses perancangan tersebut,

dalam hal ini juga perlu diperhatikan apakah harus menggunakan data

structural body dimension ataukah functional body dimension,

3. Selanjutnya tentukan populasi terbesar yang harus diantisipasi,

diakomodasikan dan menjadi target utama pemakai rancangan produk tersebut,

4. Tetapkan prinsip ukuran yang harus diikuti semisal apakah rancangan

rancangan tersebut untuk ukuran individual yang ekstrim, rentang ukuran yang

fleksibel atau ukuran rata-rata,

5. Pilih persentil populasi yang harus diikuti; ke-5, ke-50, ke-95 atau nilai

persentil yang lain yang dikehendaki,

6. Setiap dimensi tubuh yang diidentifikasikan selanjutnya pilih atau tetapkan

nilai ukurannya dari tabel data anthropometri yang sesuai. Aplikasikan data

Page 59: PERANCANGAN ALAT BANTU PROSES PENCELUPAN ZAT … · resiko yang tinggi juga didapatkan dalam evaluasi postur kerja dengan menggunakan RULA. Tujuan dari penelitian ini adalah menghasilkan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

II-33

tersebut dan tambahkan faktor kelonggaran (allowance) bila diperlukan seperti

halnya tambahan ukuran akibat faktor tebalnya pakaian yang harus dikenakan

oleh operator, pemakaian sarung tangan (gloves), dan lain-lain.

2.6 METODE RAPID UPPER LIMB ASSESMENT (RULA)

Rapid Upper Limb Assessment (RULA) merupakan metode penilaian

postur kerja yang secara khusus digunakan untuk meneliti gangguan pada tubuh

bagian atas. RULA pertama kali dikembangkan oleh Dr. Lynn McAtamney dan

Dr. Nigel Corlet dari Universitas Notthingham (Univercity of Notthingham’s

Institute of Occupational Ergonomics). Penilaian postur kerja menggunakan

metode RULA tidak membutuhkan peralatan khusus dalam menilai postur leher,

punggung dan tubuh bagian atas, sejalan dengan fungsi otot dan beban eksternal

yang ditopang oleh tubuh.

Metode RULA dikembangkan sebagai metode untuk mendeteksi postur

kerja yang merupakan faktor resiko (risk factors) dan didesain untuk menilai para

pekerja dan mengetahui beban musculoskeletal yang kemungkinan dapat

menimbulkan gangguan pada anggota badan atas (Mc.Atamney dan Corlett,

1993). Faktor resiko yang telah diinvestigasi sebagai faktor beban eksternal, yaitu:

· Jumlah gerakan

· Kerja otot statis

· Tenaga/ kekuatan

· Penentuan postur kerja oleh peralatan

· Waktu kerja tanpa istirahat

Penilaian menggunakan RULA memiliki 3 tahapan pengembangan, yaitu:

1) Pengidentifikasian dan pencatatan postur kerja

Tubuh dibagi menjadi dua bagian yang membentuk dua grup yaitu, grup A

yang terdiri dari Lengan atas (upper arm), Lengan bawah (lower arm),

pergelangan tangan (wrist), Putaran pergelangan tangan (Wrist twist), dan grup

B yang terdiri dari Leher (neck), Punggung (trunk), dan kaki (legs). Hal ini

Page 60: PERANCANGAN ALAT BANTU PROSES PENCELUPAN ZAT … · resiko yang tinggi juga didapatkan dalam evaluasi postur kerja dengan menggunakan RULA. Tujuan dari penelitian ini adalah menghasilkan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

II-34

memastikan bahwa seluruh postur tubuh dicatat sehingga postur kaki, badan,

dan leher yang terbatas yang mungkin mempengaruhi postur bagian atas dapat

masuk dalam pemeriksaan.

a. Grup A

(1) Lengan atas (Upper arm)

Gambar 2.8 Postur tubuh bagian lengan atas (Upper arm)

Sumber: Hedge, 2000

Tabel 2.3 Skor bagian lengan atas (upper arm) Locate Upper arm position Score Adjusment

15o ke depan maupun kebelakang tubuh 1 + 1 jika bahu naik

> 15 okebelakang atau 15o-45 o 2 +1 jika lengan atas melengkung keluar

> 45o-90o 3 -1 jika lengan ditopang / seseorang yang berpengalaman

> 90o 4

Sumber: Hedge, 2000

(2) Lengan Bawah (Lower arm)

Gambar 2.9 Postur tubuh bagian lengan bawah (Lower arm)

Sumber: Hedge, 2000

Tabel 2.4 Skor bagian lengan bawah (Lower arm) Locate Lower arm position Score Adjusment

> 0o-90o 1 +1 jika lengan bekerja melewati garis tengah atau keluar dari sisi tubuh > 90o 2

Sumber: Hedge, 2000

Page 61: PERANCANGAN ALAT BANTU PROSES PENCELUPAN ZAT … · resiko yang tinggi juga didapatkan dalam evaluasi postur kerja dengan menggunakan RULA. Tujuan dari penelitian ini adalah menghasilkan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

II-35

(3) Pergelangan Tangan (Wirst)

Gambar 2.10 Postur tubuh bagian pergelangan tangan (wrist)

Sumber: Hedge, 2000

Tabel 2.5 Skor pergelangan tangan (wrist) Locate Wirst position Score Adjusment

Posisi netral 1 +1 jika pergelangan tangan menjauhi sisi tengah

0o-15 o 2

> 15o 3

Sumber: Hedge, 2000

(4) Putaran Pergelangan Tangan (Wrist Twist)

Untuk putaran pergelangan tangan (Wrist twist) pada posisi postur

yang netral diberi skor:

1 = posisi tengah dari putaran

2 = posisi pada atau dekat dari putaran

b. Grup B

(1) Leher (Neck)

Gambar 2.11 Postur tubuh bagian leher (Neck)

Sumber: Hedge, 2000

Page 62: PERANCANGAN ALAT BANTU PROSES PENCELUPAN ZAT … · resiko yang tinggi juga didapatkan dalam evaluasi postur kerja dengan menggunakan RULA. Tujuan dari penelitian ini adalah menghasilkan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

II-36

Tabel 2.6 Skor bagian leher (Neck) Locate Neck position Score Adjusment

0o-10o 1

+1 jika leher bengkok/berputar 10o-20o 2

> 20o 3

Ekstensi 4

Sumber: Hedge, 2000

(2) Batang Tubuh (Trunk)

Gambar 2.12 Postur tubuh bagian batang tubuh (Trunk)

Sumber: Hedge, 2000

Tabel 2.7 Skor bagian batang tubuh (Trunk) Locate Trunk position Score Adjusment

Posisi normal 90o 1 +1 jika leher berputar/bengkok

0o-20 o 2

20o-60o 3 +1 jika batang tubuh bungkuk

> 60o 4

Sumber: Hedge, 2000

(3) Kaki (Legs)

Tabel 2.8 Skor bagian kaki (Legs) Locate Legs position Score

Posisi normal/seimbang 1

Tidak seimbang 2

Sumber: Hedge, 2000

2) Pemberian skor

Skor untuk tiap gerakan dalam bekerja diberikan sesuai dengan ketetapan

yang ada.

a. Pemberian nilai (score) untuk Grup A

Page 63: PERANCANGAN ALAT BANTU PROSES PENCELUPAN ZAT … · resiko yang tinggi juga didapatkan dalam evaluasi postur kerja dengan menggunakan RULA. Tujuan dari penelitian ini adalah menghasilkan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

II-37

Nilai Grup A = Posture + Muscle use + Force/ Load

® Posture = nilai (skor) tiap posisi dalam ketegori grup A

® Muscle use (penggunaan otot) = +1 jika postur statis (dipertahankan

dalam waktu 1 menit) atau aktivitas diulang lebih dari 4 kali/ menit.

® Force/ load (beban), diberi skor:

0 untuk beban < 2kg (pembebanan sesekali)

1 untuk beban 2-10 kg (pembebanan sesekali)

2 untuk beban 2-10 kg (pembebanan statis atau berulang-ulang)

3 untuk beban > 10 kg (berulang-ulang atau sentakan cepat)

Hasil skor untuk grup A kemudian dimasukkan ke dalam tabel 2.9 berikut

ini.

Tabel 2.9 Score Grup A

Sumber: Hedge, 2000

Page 64: PERANCANGAN ALAT BANTU PROSES PENCELUPAN ZAT … · resiko yang tinggi juga didapatkan dalam evaluasi postur kerja dengan menggunakan RULA. Tujuan dari penelitian ini adalah menghasilkan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

II-38

b. Pemberian nilai (score) untuk Grup B

Nilai Grup B = Posture + Muscle use + Force/ Load

® Posture = nilai (skor) tiap posisi dalam ketegori grup B

® Muscle use (penggunaan otot) dan Force/ load (beban) pemberian skor

sama dengan Grup A.

Hasil skor untuk grup B kemudian dimasukkan ke dalam tabel 2.10 berikut

ini.

Tabel 2.10 Score Grup B

Sumber: Hedge, 2000

c. Penilaian akhir (Grand score) yaitu skor C

Skor C dapat diperoleh dengan melihat nilai A dan B pada tabel 2.11

berikut.

Tabel 2.11 Grand score

Sumber: Hedge, 2000

Page 65: PERANCANGAN ALAT BANTU PROSES PENCELUPAN ZAT … · resiko yang tinggi juga didapatkan dalam evaluasi postur kerja dengan menggunakan RULA. Tujuan dari penelitian ini adalah menghasilkan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

II-39

Sistem penilaian dari masing-masing grup selanjutnya dikombinasikan

sehingga menjadi skor final. Sistem penilaian RULA dilihat dari gambar

2.13 berikut ini.

Gambar 2.13 Sistem Penilaian RULA

Sumber: McAtamney dan Corlett, 1993

3) Penentuan level tindakan

Skala level tindakan yang menyediakan sebuah pedoman pada tingkat resiko

yang ada dan dibutuhkan untuk mendorong penilaian yang lebih detail

berkaitan dengan analisis yang didapat.

Tabel 2.12 Kategori tindakan berdasarkan grand score Kategori Tindakan Level Resiko Tindakan

1 - 2 Minimum Aman

3 - 4 Kecil Diperlukan beberapa waktu ke depan

5 - 6 Sedang Tindakan dalam waktu dekat

7 Tinggi Tindakan sekarang juga Sumber: McAtamney dan Corlett, 1993

Page 66: PERANCANGAN ALAT BANTU PROSES PENCELUPAN ZAT … · resiko yang tinggi juga didapatkan dalam evaluasi postur kerja dengan menggunakan RULA. Tujuan dari penelitian ini adalah menghasilkan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

II-40

2.7 MEKANIKA KONSTRUKSI

Mekanika (Bahasa Latin mechanicus, dari Bahasa Yunani mechanikos,

"seseorang yang ahli di bidang mesin") adalah jenis ilmu khusus yang

mempelajari fungsi dan cara kerja mesin, alat atau benda yang seperti mesin.

Mekanika (mechanics) juga berarti ilmu pengetahuan yang mempelajari gerakan

suatu benda serta efek gaya dalam gerakan itu.

Cabang ilmu mekanika terbagi dua, yaitu: mekanika statik dan mekanika

dinamik (tidak dibahas dalam penelitian ini). Mekanika teknik dikenal juga

sebagai mekanika rekayasa atau analisa struktur. Pokok utama dari ilmu tersebut

adalah mempelajari perilaku struktur terhadap beban yang bekerja padanya.

Perilaku struktur tersebut umumnya adalah lendutan dan gaya-gaya (gaya reaksi

dan gaya internal).

2.7.1 Statika

Statika adalah ilmu yang mempelajari tentang statik dari suatu beban

terhadap gaya-gaya dan beban yang mungkin ada pada bahan tersebut, atau juga

dapat dikatakan sebagai perubahan terhadap panjang benda awal karena gaya atau

beban (Popov, 1991). Terdapat 3 jenis tumpuan dalam ilmu statika untuk

menentukan jenis peletakan yang digunakan dalam menahan beban yag ada dalam

struktur, beban yang ditahan oleh peletakan masing-masing adalah:

1. Tumpuan rol,

Yaitu tumpuan yang dapat meneruskan gaya desak yang tegak lurus bidang

peletakannya.

Gambar 2.14 Tumpuan rol

Sumber: Popov, E.P., 1991

2. Tumpuan sendi,

Tumpuan yang dapat meneruskan gaya tarik dan desak tetapi arahnya selalu

menurut sumbu batang sehingga batang tumpuan hanya memiliki satu gaya.

Page 67: PERANCANGAN ALAT BANTU PROSES PENCELUPAN ZAT … · resiko yang tinggi juga didapatkan dalam evaluasi postur kerja dengan menggunakan RULA. Tujuan dari penelitian ini adalah menghasilkan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

II-41

Gambar 2.15 Tumpuan sendi

Sumber: Popov, E.P., 1991

3. Tumpuan jepitan,

Jepitan adalah tumpuan yang dapat menberuskan segala gaya dan momen

sehingga dapat mendukung H, V dan M yang berati mempunyai tiga gaya. Dari

kesetimbangan kita memenuhi bahwa agar susunan gaya dalam keadaan

setimbang haruslah dipenuhi tiga syarat yaitu ∑FHorisontal = 0, ∑FVertikal = 0,

∑M= 0

Gambar 2.16 Tumpuan jepit

Sumber: Popov, E.P., 1991

2.7.2 Gaya

Suatu konstruksi bertugas mendukung gaya-gaya luar yang bekerja

padanya yang kita sebut sebagai beban. Konstruksi harus ditumpu dan diletakkan

pada peletakan-peletakan tertentu agar dapat memenuhi tugasnya yaitu menjaga

keadaan konstruksi yang seimbang. Suatu konstruksi dikatakan seimbang bila

resultan gaya yang bekerja pada konstruksi tersebut sama dengan nol atau dengan

kata lain ∑Fx = 0, ∑Fy = 0, ∑Fz = 0, ∑M = 0 (Popov, E.P., 1991).

Gaya adalah sesuatu yang menyebabkan suatu benda dari keadaan diam

menjadi bergerak atau sebaliknya (Popov, 1991). Dalam ilmu statika berlaku

hukum (Aksi = Reaksi), gaya dalam statika, yaitu:

1. Gaya luar,

Gaya luar adalah gaya yang diakibatkan oleh beban yang berasal dari luar

sistem yang pada umumnya menciptakan kestabilan konstruksi (Popov, 1991).

Sedangkan beban adalah beratnya beban atau barang yang didukung oleh suatu

konstruksi atau bangunan beban dan dapat dibedakan menjadi beberapa

macam, yaitu:

Page 68: PERANCANGAN ALAT BANTU PROSES PENCELUPAN ZAT … · resiko yang tinggi juga didapatkan dalam evaluasi postur kerja dengan menggunakan RULA. Tujuan dari penelitian ini adalah menghasilkan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

II-42

a. Beban mati, yaitu beban yang sudah tidak bisa dipindah-pindah, seperti

dinding, penutup lantai dll.

b. Beban sementara, yaitu beban yang masih bisa dipindah-pindahkan, ataupun

beban yang dapat berjalan seperti beban orang, mobil (kendaraan), kereta

dll.

c. Beban terbagi rata, yaitu beban yang secara merata membebani struktur.

Beban dapat dibedakan menjadi beban segi empat dan beban segitiga.

d. Beban titik terpusat, adalah beban yang membebani pada suatu titik.

e. Beban berjalan, adalah beban yang bisa berjalan atau dipindah-pindahkan

baik itu beban merata, titik, atau kombinasi antar keduanya.

2. Gaya dalam,

Akibat adanya gaya luar yang bekerja, maka bahan memberikan perlawanan

sehingga timbul gaya dalam yang menyebabkan terjadinya deformasi atau

perubahan bentuk. Agar suatu struktur tidak hancur atau runtuh maka besarnya

gaya akan bergantung pada struktur gaya luar (Popov, 1991).

3. Gaya geser (shearing force diagram),

Gaya geser merupakan gaya dalam yang terjadi akibat adanya beban yang arah

garis kerjanya tegak lurus (^ ) pada sumbu batang yang ditinjau seperti tampak

pada gambar 2.17.

Gambar 2.17 Sketsa prinsip statika kesetimbangan

Sumber: Popov, E.P., 1991

Gaya bidang lintang ditunjukan dengan SFD (shearing force diagram), dimana

penentuan tanda pada SFD berupa tanda negatif (-) atau positif (+) bergantung

dari arah gaya.

Page 69: PERANCANGAN ALAT BANTU PROSES PENCELUPAN ZAT … · resiko yang tinggi juga didapatkan dalam evaluasi postur kerja dengan menggunakan RULA. Tujuan dari penelitian ini adalah menghasilkan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

II-43

Gambar 2.18 Sketsa shearing force diagram

Sumber: Popov, E.P., 1991

4. Gaya normal (normal force),

Gaya normal merupakan gaya dalam yang terjadi akibat adanya beban yang

arah garis kerjanya searah (// ) sumbu batang yang ditinjau (Popov, 1991).

Gambar 2.19 Sketsa normal force

Sumber: Popov, E.P., 1991

Agar batang tetap utuh, maka gaya dalam sama dengan gaya luar. Pada gambar

diatas nampak bahwa tanda (-) negative yaitu batang tertekan, sedang bertanda

(+) batang tertarik.

5. Momen,

Momen adalah gaya yang bekerja dikalikan dengan panjang lengan yang

terjadi akibat adanya beban yang terjadi pada struktur tersebut (Popov, 1991).

Gambar 2.20 Sketsa moment bending (+)

Sumber: Popov, E.P., 1991

Page 70: PERANCANGAN ALAT BANTU PROSES PENCELUPAN ZAT … · resiko yang tinggi juga didapatkan dalam evaluasi postur kerja dengan menggunakan RULA. Tujuan dari penelitian ini adalah menghasilkan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

II-44

Gambar 2.21 Landasan Sketsa moment bending (-)

Sumber: Popov, E.P., 1991

Dalam sebuah perhitugan gaya dalam momen memiliki kesepakatan yang

senantiasa dipenuhi yaitu pada arah tinjauan, diantaranya:

· Ditinjau dari arah kanan

Gambar 2.22 Landasan arah kanan

Sumber: Popov, E.P., 1991

· Ditinjau dari arah kiri

Gambar 2.23 Landasan arah kiri

Sumber: Popov, E.P., 1991

2.7.3 Massa Jenis

Massa adalah jumlah partikel yang terkandung dalam suatu zat. Dalam

satuan internasional adalah kg dan dalam cgs adalah gram.

Massa jenis adalah kerapatan suatu zat. Massa jenis diturunkan dari

besaran massa dan volume. Massa jenis adalah massa benda per satuan volume.

Lambang massa jenis adalah rho (ρ). Secara sistematis massa jenis dirumuskan:

ρ = m.V ……………………………………………… (2.1)

Bila searah jarum jam (+)

Bila berlawanan jarum jam (-)

Bila berlawanan jarum jam (-)

Bila searah jarum jam (+)

Page 71: PERANCANGAN ALAT BANTU PROSES PENCELUPAN ZAT … · resiko yang tinggi juga didapatkan dalam evaluasi postur kerja dengan menggunakan RULA. Tujuan dari penelitian ini adalah menghasilkan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

II-45

Keterangan:

ρ = massa jenis (kg/m3)

m = massa benda (kg)

V = Volume benda (m3)

Nilai massa jenis suatu zat adalah tetap, tidak tergantung pada massa

ataupun volume suatu zat, tetapi tergantung pada jenis zatnya. Oleh karena itu, zat

yang sejenis selalu memiliki massa jenis yang sama.

2.7.4 Berat Benda

Berat atau bobot adalah ukuran massa suatu benda dalam pengaruh

percepatan gravitasi suatu tempat. Secara sistematis berat benda dapat

dirumuskan:

w = mg ……………………………………………… (2.2)

Keterangan:

w = berat/bobot (kgm/s2 atau N)

m = massa (kg)

g = percepatan gravitasi (m/s2)

2.8 PENELITIAN SEBELUMNYA

Perancangan meja pengecap batik oleh Abdjad Ayu Artanti (2008).

Penelitian ini dilaksanaan di perusahaan batik Triwisma, Surakarta. Penelitian ini

menggunakan kuisioner Nordic Body Map sebagai identifikasi awal terhadap

keluhan yang dirasakan oleh operator. Kemudian dilakukan analisa gerakan kerja

yang berlangsung di area pengecapan batik yang selanjutnya digunakan untuk

mengevaluasi pengaruh keluhan muskuloskeletal terhadap postur kerja operator.

Metode yang digunakan adalah pendekatan antropometri serta evaluasi gerakan

dan postur kerja. Data antropometri yang digunakan adalah tinggi siku berdiri,

jangkauan tangan kedepan, dan rentangan tangan. Hasil penelitian ini adalah

perancangan meja pengecap yang sesuai dengan antropometri tubuh pekerja.

Page 72: PERANCANGAN ALAT BANTU PROSES PENCELUPAN ZAT … · resiko yang tinggi juga didapatkan dalam evaluasi postur kerja dengan menggunakan RULA. Tujuan dari penelitian ini adalah menghasilkan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

III-1

BAB III

METODE PENELITIAN

Pada bab ini diuraikan secara sistematis mengenai langkah-langkah yang

dilakukan dalam perancangan alat bantu pada bak pencelup kain batik. Adapun

langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian ditujukkan pada gambar 3.1 di

bawah ini.

Gambar 3.1 Metode penelitian

Page 73: PERANCANGAN ALAT BANTU PROSES PENCELUPAN ZAT … · resiko yang tinggi juga didapatkan dalam evaluasi postur kerja dengan menggunakan RULA. Tujuan dari penelitian ini adalah menghasilkan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

III-2

Gambar 3.1 (Lanjutan) Metode penelitian

Langkah-langkah penyelesaian masalah pada gambar 3.1, diuraikan dalam sub

bab di bawah ini.

3.1 Penentuan Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di Perusahaan batik “Brotoseno”, pada area produksi

batik tulis. Penelitian dilakukan selama bulan Maret – Agustus 2010.

Penelitian dilaksanakan di stasiun kerja pewarnaan kain yang akan

digunakan untuk mengetahui dan mempelajari keadaan proses kerja pencelupan

kain batik dengan maksud untuk mendapatkan informasi awal yang lengkap serta

menentukan masalah yang diangkat dalam penelitian. Metode untuk mendapatkan

data awal dilakukan dengan pengamatan langsung, pendokumentasian gambar,

wawancara dan penyebaran kuesioner Nordic Body Map kepada para pekerja.

Page 74: PERANCANGAN ALAT BANTU PROSES PENCELUPAN ZAT … · resiko yang tinggi juga didapatkan dalam evaluasi postur kerja dengan menggunakan RULA. Tujuan dari penelitian ini adalah menghasilkan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

III-3

3.2 Pengumpulan Data Bak Pencelup Kain Awal

Pada tahapan ini akan dikumpulkan data-data tentang bak pencelup kain

batik awal yang digunakan pada stasiun pewarnaan, area produksi batik tulis.

Adapun data-data tersebut meliputi komponen-komponen bak yang meliputi bak

kayu dan tongkat penahan kain, dimensi bak, jenis cairan di dalam bak, dimensi

kain, serta prosedur penggunaan bak pencelup kain awal.

3.3 Pengambilan Foto Postur Kerja Operator dan Perhitungan RULA

Awal

Pada tahap ini juga dilakukan pengambilan foto postur kerja operator,

yang akan digunakan sebagai dasar analisa postur kerja awal. Postur kerja yang

diambil meliputi postur-postur yang mewakili aktivitas pencelupan di bak

pencelup kain batik, yang kemudian akan dianalisis dengan menggunakan metode

Rapid Upper Limb Assesment (RULA) untuk mengetahui seberapa besar tingkat

resiko dari postur kerja operator. Metode RULA dipilih karena dideteksi bahwa

postur kerja yang merupakan faktor resiko (risk factors) yang memungkinkan

dapat menimbulkan gangguan pada anggota badan adalah postur kerja pada

segmen tubuh bagian atas.

Gambar postur kerja yang telah diambil kemudian akan dihitung sudut

postur kerja operator, dinilai scoring RULAnya, yang kemudian akan ditentukan

level resiko dan kategori tindakan yang akan diambil. Pengambilan gambar baik

bak pencelup kain dan postur kerja operator menggunakan camera digital sebagai

media pengambilan gambar dokumentasi.

3.4 Wawancara Operator dan Pemberian Kuesioner Nordic Body Map

Pengumpulan data melalui wawancara dilakukan untuk mengetahui

keluhan ketidaknyamanan dan kesulitan apa saja yang dirasakan oleh operator

pada proses pencelupan kain di bak.

Kemudian diberikan kuesioner Nordic Body Map kepada operator untuk

mendukung hasil wawancara. Kuesioner ini berbentuk pertanyaan-pertanyaan

Page 75: PERANCANGAN ALAT BANTU PROSES PENCELUPAN ZAT … · resiko yang tinggi juga didapatkan dalam evaluasi postur kerja dengan menggunakan RULA. Tujuan dari penelitian ini adalah menghasilkan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

III-4

untuk mengetahui bagian-bagian otot yang mengalami keluhan saat melakukan

aktivitas pencelupan kain. Kuesioner ini diberikan kepada responden penelitian

yaitu para pekerja di stasiun pewarnaan. Munculnya keluhan atau rasa tidak

nyaman ini cukup mendukung untuk dilakukan penelitian mengenai proses

pencelupan kain batik. Pada tahap ini ditampilkan hasil kuesioner yang telah

diberikan kepada responden.

3.5 Identifikasi Keluhan, Harapan dan Kebutuhan Operator

Pada tahapan ini akan dilakukan interpretasi keluhan dan harapan operator

menjadi kebutuhan operator. Keluhan dan harapan operator diperoleh dengan cara

wawancara dengan ketiga operator di stasiun pewarnaan yang diekspresikan

sebagai pernyataan, serta didukung dengan hasil Nordic Body Map dan

perhitungan RULA pada postur kerja operator. Ketiganya interpretasikan menjadi

kebutuhan-kebutuhan operator. Kebutuhan inilah yang nantinya akan digunakan

sebagai dasar perancangan alat bantu pada bak pencelup kain batik. Hasil

rancangan alat bantu pada bak pencelup kain batik diharapkan mampu memenuhi

kebutuhan-kebutuhan operator tersebut.

3.6 Feature dan Ide Rancangan

Berdasarkan kebutuhan dari permasalahan pokok maka akan muncul

feature rancangan alat yang merupakan gambaran awal perancangan, kemudian

digali ide-ide yang mungkin dapat dilakukan untuk menginterpretasikan feature

awal rancangan sebagai upaya menemukan penyelesaian tentang kebutuhan-

kebutuhan operator yang belum terpenuhi pada alat yang digunakan sekarang.

Penggalian ide dilakukan dengan mengumpulkan informasi-informasi

yang telah didapat mengenai tujuan penggunaan dan batasan yang ada. Informasi

tersebut nantinya akan dikembangkan menjadi suatu batasan dalam perancangan,

untuk itu diperlukan tukar pikiran antara pemakai dan perancang disamping

adanya kemungkinan tambahan ide dari para ahli.

3.7 Pengumpulan Data Anthropometri Pekerja

Dalam perancangan ini juga diperlukan data anthropometri yang

digunakan untuk menetapkan ukuran rancangan. Hal ini dimaksudkan agar

Page 76: PERANCANGAN ALAT BANTU PROSES PENCELUPAN ZAT … · resiko yang tinggi juga didapatkan dalam evaluasi postur kerja dengan menggunakan RULA. Tujuan dari penelitian ini adalah menghasilkan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

III-5

rancangan yang dihasilkan dapat digunakan dengan baik dan disesuaikan atau

paling tidak mendekati karakteristik penggunanya. Pengambilan data diperoleh

dari hasil pengukuran anthropometri para pekerja yang sering melakukan aktivitas

pencelupan kain. Data diambil dari tiga operator di stasiun pewarnaan dan

berjenis kelamin pria. Adapun data anthropometri yang diambil sesuai dengan

variabel yang dibutuhkan yaitu: tinggi badan, tinggi bahu berdiri, panjang lengan

atas, panjang lengan bawah, pangkal telapak tangan ke pangkal jari dan diameter

genggaman tangan.

Data antropometri yang diambil merupakan populasi sehingga tidak

diperlukan pengujian data (uji keseragaman, kecukupan dan kenormalan). Data

tersebut yang nantinya akan digunakan sebagai dasar penentuan dimensi pada

komponen alat bantu. Pengambilan data antopometri menggunakan meteran

bangunan sebagai media pengukur.

3.8 Penentuan Spesifikasi Detail Perancangan

Tahap spesifikasi detail perancangan merupakan inti dari proses

perancangan alat bantu pada bak pencelup kain. Tahap ini mendetailkan ide-ide

yang telah dikembangkan dan melalui proses analisis yang cermat ide-ide

didetailkan sehingga dapat mendekati dari tujuan perancangan.

Pada tahap inilah ide-ide yang ada akan diaplikasikan pada pembuatan

rancangan alat bantu pada bak pencelup kain. Tahap spesifikasi detail mencakup

tiga hal yaitu:

3.8.1 Detail Desain

Tahap ini memberikan spesifikasi tentang detail desain rancangan dari ide-

ide yang dikembangkan serta bagaimana mekanisme kerja dan penggunaan alat

dengan mempertimbangkan kelayakan pengoperasian alat nantinya. Selain itu

juga memperhatikan segala kelebihan maupun keterbatasan manusia yang

merupakan pengguna dari alat yang dirancang.

3.8.2 Penentuan Spesifikasi Geometri Rancangan

Penentuan spesifikasi geometri rancangan meliputi penentuan dimensi

rancangan alat bantu, gambaran desain rancangan alat bantu dalam bentuk 2D dan

Page 77: PERANCANGAN ALAT BANTU PROSES PENCELUPAN ZAT … · resiko yang tinggi juga didapatkan dalam evaluasi postur kerja dengan menggunakan RULA. Tujuan dari penelitian ini adalah menghasilkan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

III-6

3D. Dimensi rancangan disesuaikan dengan penggunaan alat dan kesesuaian

dengan operator penggunannya.

Untuk kesesuaian rancangan dengan operator maka dalam perancangan

alat bantu akan memunculkan data antropometri yang diperlukan untuk

perancangan. Data antropometri muncul berdasarkan keputusan-keputusan yang

dipilih. Selain itu dimensi rancangan juga disesuaikan dengan ukuran kain yang

mengalami proses pencelupan.

3.8.3 Penentuan Material Perancangan

Penentuan material rancangan alat bantu pada bak pencelup kain

dipergunakan untuk mengetahui material apa yang cocok dengan alat hasil

perancangan. Penentuan material hasil rancangan dilakukan berdasarkan

informasi dari pustaka terkait element permesinan serta dari pihak teknisi.

Setelah itu dibuat prototipe produk yang disesuaikan dengan hasil

rancangan. Pembuatan prototipe digunakan untuk mengetahui apakah hasil

rancangan bisa diaplikasikan atau tidak.

3.9 Penghitungan Beban Yang Ditanggung Operator

Penghitungan beban yang ditanggung operator dilakukan saat operator

melakukan proses pencelupan dengan alat bantu yang dirancang. Dari sini dapat

dilihat apakah beban yang ditimbulkan dari penggunaan alat masih layak atau

masih dalam batas kemampuan operator. Beban yang ditanggung oleh operator

juga akan menentukan hasil perhitungan RULA.

3.10 Perhitungan RULA pada Hasil Perancangan

Perhitungan RULA pada hasil rancangan dilakukan dengan penerapan

desain perancangan alat bantu pada proses pencelupan kain batik. Pada tahap ini

dilakukan simulasi pengoperasian desain alat bantu kepada operator. Simulasi

menggunakan software ManneQuin. Kemudian diambil gambar postur kerja

operator yang meliputi postur-postur yang mewakili penerapan desain alat bantu

pada aktivitas pencelupan kain batik. Postur-postur inilah yang akan digunakan

sebagai dasar perhitungan RULA pada hasil rancangan. Perhitungan sudut-sudut

pada postur kerja menggunakan software Autocad. Semakin kecil nilai RULA

Page 78: PERANCANGAN ALAT BANTU PROSES PENCELUPAN ZAT … · resiko yang tinggi juga didapatkan dalam evaluasi postur kerja dengan menggunakan RULA. Tujuan dari penelitian ini adalah menghasilkan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

III-7

berarti hasil rancangan semakin baik dan layak untuk digunakan dan diharapkan

resiko kerja dapat dikurangi.

Untuk langkah-langkah perhitungan RULA pada hasil perancangan sama

dengan perhitungan RULA awal, namun hasil level resiko diharapkan masuk

dalam kategori minimum, kecil, dan sedang, hal ini berarti hasil rancangan

dianggap telah memenuhi tujuan dari perancangan alat bantu. Tetapi apabila level

resiko dari penggunaan rancangan masuk dalam kategori tinggi, berarti rancangan

dianggap belum memenuhi tujuan dari perancangan alat bantu pada bak pencelup

kain sehingga perlu dikaji kembali desain perancangannya mulai dari pemunculan

kebutuhan akan feature dan ide dari rancangan.

3.11 Rancangan Akhir

Rancangan akhir merupakan desain rancangan yang telah memenuhi

tujuan perancangan yaitu mengurangi interaksi dengan zat kimia dan memperbaiki

postur kerja para pekerja

3.12 Pembuatan Prototipe Hasil Rancangan

Pembuatan prototipe produk disesuaikan dengan hasil rancangan dan juga

material yang ada. Pembuatan prototipe digunakan untuk mengetahui apakah hasil

rancangan bisa diaplikasikan atau tidak. Dalam penelitian ini prototipe produk

dibuat dalam bentuk miniatur dengan perbandingan skala tertentu terhadap ukuran

aslinya.

3.13 Estimasi Biaya

Setelah didapatkan hasil perancangan alat bantu pada bak pencelup kain

batik, dapat diketahui bahan yang digunakan. Dari bahan yang dipakai, dapat

dihitung estimasi biaya yang akan dikeluarkan. Biaya dibagi menjadi dua, yaitu

biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja.

3.14 Analisa dan Interpretasi Hasil

Pada tahap ini dilakukan analisis dan interpretasi hasil terhadap

pengumpulan dan pengolahan data sebelumnya. Analisis dan interpretasi hasil

meliputi analisis hasil perancangan alat bantu, analisis terhadap beban operator,

Page 79: PERANCANGAN ALAT BANTU PROSES PENCELUPAN ZAT … · resiko yang tinggi juga didapatkan dalam evaluasi postur kerja dengan menggunakan RULA. Tujuan dari penelitian ini adalah menghasilkan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

III-8

analisis implementasi RULA ketika menggunakan hasil perancangan, dan analisis

biaya yang kaitannya dengan biaya komponen dari produk rancangan (biaya fix

dan biaya variabel) dan biaya per unit.

3.15 Kesimpulan dan Saran

Pada tahap ini akan membahas kesimpulan dari hasi pengolahan data

dengan memperhatikan tujuan yang ingin dicapai dari penelitian dan kemudian

memberikan saran perbaikan yang mungkin dilakukan untuk penelitian

selanjutnya.

Page 80: PERANCANGAN ALAT BANTU PROSES PENCELUPAN ZAT … · resiko yang tinggi juga didapatkan dalam evaluasi postur kerja dengan menggunakan RULA. Tujuan dari penelitian ini adalah menghasilkan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

IV-1

BAB IV

PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

Pada bab ini akan diuraikan proses pengumpulan dan pengolahan data.

Data yang dikumpulkan meliputi data bak pencelup kain batik awal, pengambilan

foto postur kerja pekerja dan data anthropometri pekerja. Kemudian tahap

pengolahan data meliputi perancangan alat bantu pada bak pencelup kain batik,

penghitungan beban operator, perhitungan RULA hasil rancangan, dan estimasi

biaya.

4.1 PENGUMPULAN DATA

Tahap pengumpulan data ini dilakukan untuk mendapatkan data awal

untuk perancangan alat bantu pada bak pencelup kain. Pada tahap-tahap

pengumpulan data lebih lengkap dapat dilihat pada subbab selanjutnya.

4.1.1 Data Bak Pencelup Kain Batik Awal

Data bak pencelup kain batik diperoleh dari pengamatan dan pengukuran

langsung di lapangan. Data yang diambil meliputi data komponen dari bak

pencelup kain batik, dimensi bak, jenis cairan di dalam bak dan mekanisme

penggunaan bak. Hasil pengumpulan data bak pencelup kain batik adalah sebagai

berikut:

1. Komponen-komponen bak pencelup kain batik

a. Bak kayu

Bak kayu merupakan tempat untuk mencelup kain batik pada proses

pewarnaan, khususnya pada saat pencelupan pada cairan warna dan

penguncian warna. Di stasiun pewarnaan terdapat dua buah bak

pencelup kain. Bak pertama berisi zat warna, dan bak kedua berisi

campuran air keras. Kedua bak berbentuk prisma segitiga terbalik

dengan dua kaki penyangga dan keseluruhan bagian bak terbuat dari

kayu, untuk bak yang berisi cairan air keras bagian dalam bak dilapisi

dengan karpet plastik.

Page 81: PERANCANGAN ALAT BANTU PROSES PENCELUPAN ZAT … · resiko yang tinggi juga didapatkan dalam evaluasi postur kerja dengan menggunakan RULA. Tujuan dari penelitian ini adalah menghasilkan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

IV-2

b. Tongkat penahan kain

Tongkat penahan kain berfungsi untuk menahan bagian tengah kain

pada saat proses pencelupan kain batik. Tongkat terbuat dari kayu dan

berbentuk batangan. Tongkat penahan kain diletakkan di dalam bak

setiap kali proses pewarnaan. Dengan adanya tongkat ini, bagian kain

yang dicelup akan tertahan di dalam cairan kimia (tidak mengambang

diatas air).

Untuk lebih jelasnya dapat di lihat pada gambar 4.1

(a) (b)

Gambar 4.1 Bak pencelup kain di Perusahaan Batik Brotoseno (a) Bak Kayu (b) Tongkat penahan kain

Sumber: Perusahaan Batik “Brotoseno”, 2010.

2. Dimensi bak pencelup kain

Dimensi yang dimiliki oleh bak pencelup kain adalah sebagai berikut:

a. Bak Kayu

- Panjang bak kayu : 130 cm

- Lebar bak kayu : 55 cm

- Kedalaman bak kayu : 25 cm

- Tinggi bak kayu : 58 cm

b. Tongkat Penahan Kain

- Panjang tongkat : 122 cm

- Diameter tongkat : 3,5 cm

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar 4.2.

Page 82: PERANCANGAN ALAT BANTU PROSES PENCELUPAN ZAT … · resiko yang tinggi juga didapatkan dalam evaluasi postur kerja dengan menggunakan RULA. Tujuan dari penelitian ini adalah menghasilkan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

IV-3

(a)

(b)

(c)

Gambar 4.2 Dimensi bak pencelup kain di Perusahaan Batik Brotoseno (a) Bak tampak depan, (b) Bak tampak samping (c) Bak tampak atas Sumber: Perusahaan Batik “Brotoseno”, 2010.

Page 83: PERANCANGAN ALAT BANTU PROSES PENCELUPAN ZAT … · resiko yang tinggi juga didapatkan dalam evaluasi postur kerja dengan menggunakan RULA. Tujuan dari penelitian ini adalah menghasilkan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

IV-4

3. Jenis cairan di dalam bak

Jenis cairan di dalam bak merupakan campuran zat kimia yang digunakan

untuk proses pewarnaan dan penguncian zat warna. Jenisnya yaitu:

a. Proses Pewarnaan

Proses pewarnaan kain batik di Perusahaan Brotoseno memanfaatkan

warna-warna sintetis. Penggunaan zat-zat pewarna jenis ini ternyata

membuat proses produksi batik lebih cepat dan beraneka ragam.

Pada proses ini digunakan dua jenis pewarnaan, yaitu:

- Pewarna Idigosol/Radip

Jenis ini menggunakan zat kimia antara lain: Indigosol Yellow,

Indigosol Green IB , Indigosol Yellow JGK, Indigosol Blue 04B ,

Indigosol Orange HR, Indigosol Grey IBL, Indigosol Brown IBR,

Indigosol Violet ARR, Indigosol Brown IRRD Indigosol Violet 2R

Indigosol Violet IBBF.

- Naptol

Jenis ini menggunakan zat kimia antara lain: Naptol AS-G, Naptol

AS-LB, Naptol AS-BO, Naptol AS-D, Naptol AS , Naptol AS.OL,

Naptol AS-BR, Naptol AS.BS, Naptol AS-GR.

Keduanya dilarutkan dengan air panas dengan komposisi tertentu.

b. Proses Penguncian Zat Warna

Pada proses ini digunakan campuran air dan larutan asam (HCl atau

H2SO4) dengan perbandingan komposisi campuran yaitu untuk 0,25 liter

air keras dicampur dengan 10 liter air. Campuran ini hanya digunakan

untuk penguncian warna setelah proses pewarnaan dengan menggunakan

pewarna jenis Indigosol/Radip. Sedangkan untuk Naptol-Garam, proses

penguncian warna menggunakan larutan Kaustik soda.

4. Prosedur penggunaan bak

Adapun prosedur penggunaan bak pencelup kain pada proses pencelupan

adalah sebagai berikut :

a. Proses pencelupan kain dilakukan oleh dua orang operator.

Page 84: PERANCANGAN ALAT BANTU PROSES PENCELUPAN ZAT … · resiko yang tinggi juga didapatkan dalam evaluasi postur kerja dengan menggunakan RULA. Tujuan dari penelitian ini adalah menghasilkan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

IV-5

b. Operator mengambil kain yang telah direndam dalam air (kain basah).

c. Salah satu operator memegang salah satu ujung kain.

d. Operator lain menaruh tongkat penahan pada bagian tengah kain di dasar

bak, kemudian memegang ujung kain yang lain.

e. Kedua operator secara bergantian mencelupkan kain ke zat warna agar

semua bagian kain tercelup. Pencelupan dilakukan + 5–10 kali

pencelupan.

f. Setelah itu kain ditiriskan sebentar agar zat warna meresap pada kain.

4.1.2 Identifikasi Masalah Pada Proses Pencelupan Kain

Tahap identifikasi masalah pada proses pencelupan kain berguna untuk

mengetahui bagaimana postur kerja operator pada saat proses pencelupan kain

batik pada bak dan identifikasi keluhan, harapan serta kebutuhan operator. Tahap-

tahap lebih lengkap dapat dilihat pada bagian selanjutnya.

1. Postur Tubuh Operator Pada Proses Pencelupan Kain di Bak

Postur tubuh operator pada proses pencelupan kain dibagi menjadi dua,

yaitu:

a. Postur tubuh saat pencelupan kain

Postur tubuh saat pencelupan kain dilakukan dengan postur membungkuk.

Proses ini dilakukan secara berulang-ulang oleh dua orang operator, tiap

operator secara bergantian mencelupkan tiap ujung kain batik ke dalam bak.

Postur ini meyebabkan keluhan nyeri pada bagian leher, pundak, punggung,

pinggang, pergelangan dan jari-jari tangan. Postur tubuh saat pencelupan

kain dapat dilihat pada gambar 4.3.

Page 85: PERANCANGAN ALAT BANTU PROSES PENCELUPAN ZAT … · resiko yang tinggi juga didapatkan dalam evaluasi postur kerja dengan menggunakan RULA. Tujuan dari penelitian ini adalah menghasilkan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

IV-6

(a) (b)

Gambar 4.3 Posisi pencelupan kain di bak kayu pada stasiun pewarnaan (a) Pencelupan oleh operator ke-1 (b) Pencelupan oleh operator ke-2.

b. Postur tubuh operator saat membersihkan bak.

Postur tubuh operator saat membersihkan bak dilakukan sesudah proses

pencelupan. Kegiatan ini dilakukan dengan posisi berdiri dan tubuh bagian

atas membungkuk. Untuk membuang cairan didalam bak, operator harus

menggulingkan bak atau membuang cairan sedikit demi sedikit dengan

menggunakan gayung. Postur ini meyebabkan keluhan nyeri pada bagian

punggung, pundak, pergelangan tangan dan pinggang. Postur tubuh operator

saat membersihkan bak dapat dilihat pada gambar 4.4.

Gambar 4.4 Postur tubuh operator saat membersihkan bak kayu

2. Identifikasi Keluhan, Harapan dan Kebutuhan Operator

Berdasarkan hasil wawancara dengan ketiga operator, kuesioner Nordic

Body Map, dan analisis RULA. Wawancara dilakukan untuk mendapatkan

Page 86: PERANCANGAN ALAT BANTU PROSES PENCELUPAN ZAT … · resiko yang tinggi juga didapatkan dalam evaluasi postur kerja dengan menggunakan RULA. Tujuan dari penelitian ini adalah menghasilkan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

IV-7

informasi secara langsung dari para pekerja mengenai keluhan ketidaknyamanan

yang dialami operator pada proses pencelupan kain di bak. Keluhan

ketidaknyamanan ini kemudian diidentifikasi menjadi kebutuhan operator.

Identifikasi ini bertujuan untuk mempermudah perancang dalam merancang alat

bantu yang sesuai dengan kebutuhan operator.

Hasil wawancara terhadap operator mengenai keluhan ketidaknyamanan

pada proses pencelupan kain dapat dilihat pada tabel 4.1.

Tabel 4.1 Keluhan operator pada proses pencelupan

No Keluhan Operator Persentase

1. Nyeri pada bagian telapak tangan 100% 2. Nyeri pada bagian pundak 67% 3. Nyeri pada bagian pinggang 67% 4. Nyeri pada bagian leher 33% 5. Nyeri pada bagian pergelangan tangan 33% 6. Nyeri pada pinggul 33%

Selain itu wawancara juga dilakukan untuk mengetahui harapan operator

yang selanjutnya dijadikan pertimbangan dalam perancangan. Tabel 4.2

menunjukkan beberapa pernyataan harapan pekerja mengenai fasilitas untuk

pencelupan kain batik.

Tabel 4.2 Harapan Operator

No Harapan Operator Persentase

1. Saya ingin sarana yang bisa mengurangi nyeri di telapak tangan atau mengurangi kontak langsung dengan zat kimia.

100%

2. Saya ingin sarana yang memungkinkan proses pencelupan dengan posisi yang nyaman (badan tidak perlu membungkuk).

100%

3. Saya ingin sarana yang mudah digunakan dan tidak mengurangi aktivitas pencelupan.

67%

4. Saya ingin proses pencelupan tetap bisa dilakukan walau hanya ada 1 orang pekerja. 100%

5 Saya ingin bak pencelup kain yang lebih baik dan tahan terhadap zat kimia.

67%

Dari keluhan dan harapan mereka dapat ditentukan kebutuhan dan

rancangan produk yang bisa dibuat. Tabel 4.3 menyatakan tentang keluhan,

harapan, dan kebutuhan operator.

Page 87: PERANCANGAN ALAT BANTU PROSES PENCELUPAN ZAT … · resiko yang tinggi juga didapatkan dalam evaluasi postur kerja dengan menggunakan RULA. Tujuan dari penelitian ini adalah menghasilkan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

IV-8

Tabel 4.3 Keluhan, harapan dan kebutuhan operator

No Keluhan Harapan Kebutuhan

1.

Perih dan gatal pada telapak tangan karena harus kontak langsung dengan zat kimia

Sarana yang bisa mengurangi nyeri pada telapak tangan atau kontak langsung dengan zat kimia

Alat bantu yang bisa mengurangi keluhan pada telapak tangan

2.

Pegal pada punggung, pinggang, pundak dan leher karena posisi membungkuk saat proses pencelupan

Sarana yang memungkinkan proses pencelupan kain dengan posisi yang nyaman

Alat bantu yang memungkinkan proses pencelupan tanpa membungkuk

Sarana yang mudah digunakan dan tidak mengurangi aktivitas pencelupan kain

Alat bantu dibuat dengan mekanisme sederhana namun dengan posisi kerja yang lebih baik

3.

Proses pencelupan tidak dapat berjalan apabila hanya ada 1 orang operator.

Sarana yang dapat dioperasikan oleh 1 operator.

Alat bantu yang dapat dioperasikan hanya 1 orang operator tanpa mengurangi aktivitas pencelupan.

4.

Kondisi bak yang mulai rusak dan ukurannya tidak sesuai dengan panjang kain.

Bak pencelup kain yang lebih baik dan tahan terhadap zat kimia.

Perbaikan pada kondisi bak pencelup kain lama.

4.2 PENGOLAHAN DATA

Pengolahan data dalam penelitian ini dibagi menjadi beberapa bagian.

Bagian-bagiannya, yaitu: Penentuan feature dan ide perancangan, penentuan

spesifikasi detail perancangan, perhitungan RULA pada hasil perancangan,

perhitungan beban yang ditanggung operator saat proses pencelupan dan

perhitungan biaya rancangan. Bagian-bagian pengolahan data ini dijelaskan secara

lebih detail pada bagian-bagian berikut ini.

4.2.1 Feature dan Ide Rancangan

Dengan mempertimbangkan kebutuhan-kebutuhan operator dan tujuan

perancangan, maka feature rancangan alat bantu pada bak pencelup kain batik

dapat dilihat pada tabel 4.4.

Page 88: PERANCANGAN ALAT BANTU PROSES PENCELUPAN ZAT … · resiko yang tinggi juga didapatkan dalam evaluasi postur kerja dengan menggunakan RULA. Tujuan dari penelitian ini adalah menghasilkan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

IV-9

Tabel 4.4 Feature rancangan alat bantu

No Kebutuhan Feature Alat

1.

Alat bantu yang bisa mengurangi keluhan/ ketidaknyamanan pada telapak tangan

· Alat bantu dilengkapi dengan komponen yang mampu mengantikan fungsi kedua tangan operator, sehingga dapat meminimalkan kontak langsung tangan operator dengan zat kimia saat proses pencelupan kain.

· Komponen ini yang akan mencelupkan kain ke cairan kimia dengan sistem pencelupan naik turun secara bergantian dari ujung ke ujung kain sehingga seluruh bagian kain akan tercelup ke zat warna.

2.

Alat bantu yang memungkinkan proses pencelupan tanpa membungkuk

· Alat bantu dioperasikan dengan sistem tarik ulur, sistem ini yang menyebabkan kain dapat tercelup di zat warna. Untuk itu alat dilengkapi dengan komponen berupa tongkat yang akan berfungsi sebagai kendali alat.

· Pengaturan panjang tarikan tongkat kendali disesuaikan dengan postur kerja dan antropometri tubuh operator, serta diatur agar seluruh bagian kain tetap dapat tercelup di zat kimia. Dengan ini diharapkan operator tidak perlu membungkukkan badan saat proses pencelupan.

3.

Alat bantu yang dapat dioperasikan hanya 1 orang operator tanpa mengurangi aktivitas pencelupan.

Rancangan alat bantu akan didesain sehingga dapat dioperasikan oleh satu operator. Peranan operator ke-2 akan digantikan dengan memanfaatkan mekanisme tarik ulur.

4.

Alat bantu dibuat dengan mekanisme sederhana namun dengan posisi kerja yang lebih baik

Alat dibuat dengan postur kerja berdiri dan dibuat dengan sistem manual dan sederhana, sehingga operator dapat mudah menggunakannya.

5. Perbaikan pada kondisi bak pencelup kain lama.

Usulan perbaikan pada beberapa bagian bak pencelup kain, namun masih tetap mempertahankan desain bak sebelumnya.

Berdasarkan feature rancangan yang telah dinyatakan diatas, dapat

dikembangkan ide-ide rancangan alat bantu. Ide yang dikembangkan diharapkan

mampu memenuhi kebutuhan,dan berdasarkan prinsip ergonomi agar operator

dapat menggunakan hasil rancangan dengan nyaman.

Tabel 4.5 menjabarkan ide yang dikembangkan dalam perancangan alat

bantu berdasarkan kebutuhan operator:

Page 89: PERANCANGAN ALAT BANTU PROSES PENCELUPAN ZAT … · resiko yang tinggi juga didapatkan dalam evaluasi postur kerja dengan menggunakan RULA. Tujuan dari penelitian ini adalah menghasilkan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

IV-10

Tabel 4.5 Ide rancangan alat bantu

No Feature Alat Ide Rancangan Alat Bantu

1.

Komponen yang dapat mengantikan fungsi kedua tangan operator saat proses pencelupan

· Komponen tersebut berupa 2 buah tongkat penyangga kain yang dipasang sejajar.

· Tongkat penyangga dilengkapi dengan penjepit untuk mencekam kain agar kain tidak jatuh saat dicelupkan.

· Kedua ujung kain akan dicelupkan secara bergantian, sehingga sistem kerja tongkat penyangga adalah bergerak naik turun secara bergantian (sama seperti sistem pencelupan sebelumnya).

2.

Komponen yang berfungsi untuk mengendalikan kerja alat

· Alat bantu dilengkapi dengan tongkat kendali di salah satu sisi alat bantu. Tongkat ini akan mengatur gerakan tongkat penyangga kain.

· Dengan adanya tongkat ini operator hanya perlu menarik atau mengulur tongkat penyangga saat proses pencelupan berlangsung.

· Posisi tongkat kendali didesain untuk posisi kerja operator berdiri, dan ukurannya akan disesuaikan dengan data antropometri operator, sehingga operator dapat nyaman saat menggunakannya.

3.

Rancangan alat bantu didesain hanya dikendalikan oleh satu orang operator

· Sistem kerja alat adalah menarik dan mengulur tongkat kendali ke atas dan kebawah.

· Tali diikat pada tongkat kendali dan dihubungkan melingkar pada kedua sisi alat bantu.

· Untuk memudahkan gerakan tongkat kendali digunakan pulley. Sehingga dalam mekanisme ini tidak diperlukan operator kedua.

4.

Pengoperasian alat dengan sistem manual dan sederhana.

· Pengoperasian alat dikendalikan sepenuhnya oleh operator. Operator hanya perlu menarik dan mengulur tongkat kendali kearah atas dan bawah.

· Sistem kerja alat adalah gerakan tarik ulur pada tongkat kendali, yang secara otomatis akan menyebabkan gerakan naik turun dari tongkat penyangga kain.

· Untuk mewujudkan ini maka digunakan pulley. Pulley untuk tali pada tongkat kendali, dipasang sejajar pada satu tiang dengan pulley untuk tali yang menghubungkan tongkat penyangga kain. Kedua pulley akan bergerak bersamaan saat operator mengoperasikan alat.

5. Tempat untuk meniriskan kain setelah dicelupkan

Alat bantu akan dilengkapi dengan tempat untuk meniriskan kain setelah dicelupkan. Tempat meniriskan kain berupa tiang yang akan dipasang melintang pada rangka alat bantu.

Page 90: PERANCANGAN ALAT BANTU PROSES PENCELUPAN ZAT … · resiko yang tinggi juga didapatkan dalam evaluasi postur kerja dengan menggunakan RULA. Tujuan dari penelitian ini adalah menghasilkan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

IV-11

Tabel 4.5 (Lanjutan) Ide rancangan alat bantu

No Feature Alat Ide Rancangan Alat Bantu

6. Usulan perbaikan pada bak pencelup awal

Perbaikan dilakukan dengan menyesuaikan ukuran bak dengan ukuran kain yang dicelupkan, tanpa merubah desain bak. Bagian dalam bak akan diberi pelapis yang tahan terhadap zat kimia untuk melindungi rangka kayu. Bak juga akan dilengkapi saluran pembuangan air yang berfungsi untuk mengalirkan cairan saat bak dibersihkan.

Untuk lebih jelasnya gambaran feature dan ide rancangan alat bantu dapat

dilihat pada sketsa gambar berikut:

Gambar 4.5 Sketsa feature rancangan alat bantu pada bak pencelup kain batik

Page 91: PERANCANGAN ALAT BANTU PROSES PENCELUPAN ZAT … · resiko yang tinggi juga didapatkan dalam evaluasi postur kerja dengan menggunakan RULA. Tujuan dari penelitian ini adalah menghasilkan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

IV-12

Gambar 4.6 Sketsa usulan pada bak pencelup kain batik

4.2.2 Data Antropomentri Pekerja

Pengukuran data antropometri dilakukan kepada 3 orang operator di

Stasiun Pewarnaan. Data anthropometri yang dipakai adalah tinggi badan tegak

yang digunakan untuk menentukan tinggi operator yang digunakan untuk

menentukan perhitungan RULA setelah perancangan. Tinggi bahu berdiri,

panjang lengan atas, panjang lengan bawah, dan pangkal telapak tangan ke

pangkal jari yang akan digunakan untuk menentukan jangkauan tangan operator.

Serta diameter genggaman tangan yang digunakan untuk menetukan ukuran

tongkat kendali. Data selengkapnya dapat dilihat pada tabel 4.6 berikut.

Tabel 4.6 Data Anthropometri Operator

1 2 31 Tinggi badan tegak Tbt 164 168 172

2 Tinggi bahu berdiri Tbb 136 139 144

3 Panjang lengan atas Pla 27 30 32

4 Panjang lengan bawah Plb 25 26 27

5 Pangkal telapak tangan ke pangkal jari Pttpj 10 10 11

6 Diameter genggaman tangan Dgt 4,5 4 4,5

No Data yang diukur Simbol Operator (dalam cm)

Berdasarkan data diatas akan dihitung jangkauan tangan operator

berdasarkan posisi yang paling nyaman saat operator menjangkau ke atas maupun

ke bawah, sedangkan diameter genggaman tangan menggunakan ukuran

Page 92: PERANCANGAN ALAT BANTU PROSES PENCELUPAN ZAT … · resiko yang tinggi juga didapatkan dalam evaluasi postur kerja dengan menggunakan RULA. Tujuan dari penelitian ini adalah menghasilkan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

IV-13

sebenarnya. Contoh perhitungan manual untuk mentukan jangkauan tangan

operator dengan tinggi 164 cm dapat dilihat pada gambar 4.7 dan perhitungan

berikut:

Gambar 4.7 Postur tubuh operator saat menjangkau ke atas dan ke bawah

a. Jangkauan tangan keatas (Jta)

Jangkauan tangan keatas (Jta) = tb + ( Pla x sin θ ) + ( ( Plb+Pttpj ) x sin θ )

= 136 + (27 x sin 15) + ((25+10) x sin 48)

= 169 cm

b. Jangkauan tangan kebawah (Jtb) = tb - ( Pla x cos θ ) - (( Plb+Pttpj ) x cos θ )

= 136 - (27 x cos 19) - ((25+10) x cos 29)

= 74, 63 cm » 75 cm

Adapun rekapitulasi hasil perhitungan data antropometri dapat dilihat pada

tabel 4.5 di bawah ini :

Tabel 4.7 Rekapitulasi hasil perhitungan data antropometri

1 2 31 Jangkauan tangan ke atas Jta 169 175 194

2 Jangkauan tangan ke bawah Jtb 74 79 82

3 Diameter genggaman tangan Dgt 4,5 4 4,5

No Data yang diukur Simbol Operator (dalam cm)

Data antropometri ini yang akan digunakan sebagai dasar perancangan alat

bantu pada bak pencelup kain batik. Pemilihan data yang dipergunakan untuk

Page 93: PERANCANGAN ALAT BANTU PROSES PENCELUPAN ZAT … · resiko yang tinggi juga didapatkan dalam evaluasi postur kerja dengan menggunakan RULA. Tujuan dari penelitian ini adalah menghasilkan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

IV-14

pengukuran alat mempertimbangkan karakteristik dan keterbatasan operator. Hal

ini dimaksudkan agar operator dapat nyaman saat mengoperasikan alat.

4.2.3 Penentuan Spesifikasi Detail Perancangan

Dalam penentuan spesifikasi detail perancangan ditentukan detail desain

rancangan, spesifikasi geometri rancangan dan penentuan material rancangan alat

bantu. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada bagian berikut ini.

A. Detail Desain

Tahap ini diawali dengan proses mendetailkan ide. Detail ide pembuatan

alat bantu pencelupan kain batik mengacu pada ide-ide yang telah muncul. Hasil

dari detail ide tersebut adalah:

1. Dibuat alat bantu pencelup kain batik yang rangkanya terpisah dari bak

pencelupnya. Alat bantu dapat dibongkar pasang untuk mempermudah saat

membawa dan memindahkan alat.

2. Alat bantu dioperasikan secara manual oleh satu orang operator. Sistem

pencelupan adalah mencelupkan kain secara bergantian dari ujung ke

ujung kain (sama dengan sistem sebelumnya) sampai seluruh bagian kain

tercelup.

3. Alat bantu dilengkapi dengan dua buah tongkat penyangga kain yang

berfungsi untuk mencelupkan kain ke cairan kimia. Ukuran tongkat

disesuaikan dengan lebar kain terbesar, dan tinggi tongkat saat bergerak

naik akan disesuaikan dengan panjang kain. Dengan ini seluruh bagian

kain dapat tercelup di cairan kimia.

4. Tongkat penyangga kain akan dilengkapi dengan penjepit kain agar kain

tidak jatuh saat dicelupkan. Posisi penjepit dapat digeser sesuai dengan

lebar kain yang dicelupkan. Dengan adanya tongkat ini, operator tidak

perlu mencelupkan tangan ke dalam bak saat proses pencelupan. Saat

proses pencelupan, kedua tongkat akan bergerak naik turun secara

bergantian, sehingga kain dicelupkan dari ujung ke ujung kain.

5. Alat dioperasikan dengan cara menarik dan mengulur tongkat kendali.

Tongkat kendali ditempatkan di sisi depan rangka alat bantu. Ukuran

Page 94: PERANCANGAN ALAT BANTU PROSES PENCELUPAN ZAT … · resiko yang tinggi juga didapatkan dalam evaluasi postur kerja dengan menggunakan RULA. Tujuan dari penelitian ini adalah menghasilkan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

IV-15

diameternya disesuaikan dengan ukuran genggaman tangan operator,

dengan ini diharapkan operator dapat nyaman saat menggunakannya.

Panjang tarikan tongkat disesuaikan dengan panjang jangkauan tangan

operator dari atas ke bawah dengan posisi berdiri tegak, tanpa harus

menundukkan badan. Untuk mengembalikan tali keposisi semula

digunakan pemberat. Pemberat dipasang pada tali yang dihubungkan

dengan tongkat kendali di kedua sisi alat bantu.

6. Tali akan diikat secara melingkar pada tongkat kendali kemudian tali

dihubungkan dengan menggunakan pulley pada kedua sisi alat bantu

(masing-masing sisi mengunakan enam buah pulley).

7. Gerakan menarik dan mengulur tongkat kendali akan mempengaruhi

gerakan tongkat penyangga kain. Untuk itu pulley yang digunakan untuk

tali pada tongkat kendali, dipasang sejajar dengan pulley yang

menghubungkan tongkat penyangga kain. Kedua pulley akan bergerak

bersamaan saat proses tarik-ulur. Sehingga saat tongkat kendali ditarik dan

diulur, tongkat penyangga kain juga akan ikut bergerak naik turun.

8. Karena keterbatasan panjang tarikan operator (panjang tarikan operator

lebih pendek daripada ukuran tinggi tongkat penyangga kain saat bergerak

naik), maka pulley pada penyangga kain menggunakan pulley dengan

ukuran yang lebih besar dari pada pulley pada tongkat kendali. Dengan ini

diharapkan saat proses pencelupan seluruh bagian kain tetap dapat

tercelup, dan operator juga tidak perlu membungkukkan badan.

9. Agar tali yang diikat di tongkat kendali senantiasa tegang, maka digunakan

lembaran karet. Karet diikat pada tali dibawah tongkat kendali.

10. Untuk tempat meniriskan kain setelah dicelupkan, tiang jemuran dipasang

pada badan rangka, dan diatur posisinya tepat diatas bak pencelup kain

agar tetesan-tetasan cairan kimia dapat jatuh kedalam bak.

Berdasarkan detail desain rancangan maka komponen-komponen

penyusun dari alat bantu pencelup kain batik antara lain yaitu :

Page 95: PERANCANGAN ALAT BANTU PROSES PENCELUPAN ZAT … · resiko yang tinggi juga didapatkan dalam evaluasi postur kerja dengan menggunakan RULA. Tujuan dari penelitian ini adalah menghasilkan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

IV-16

Tabel 4.8 Komponen penyusun alat bantu pencelup kain batik

No Komponen Fungsi

1. Rangka Utama Sebagai penyangga utama dari keseluruhan komponen penyusun alat bantu pencelup kain batik. Rangka utama dapat dibongkar pasang untuk mempermudah memindahkan alat bantu.

2. Tongkat kendali Sebagai kendali utama untuk mengoperasikan alat bantu. Tongkat kendali berhubungan langsung dengan operator. Tongkat ini dioperasikan operator dengan cara menarik dan mengulur tongkat, sehingga secara otomatis tongkat penyangga kain juga akan bergerak naik dan turun secara bergantian.

3. Tongkat penyangga kain

Sebagai tempat mengaitkan kedua ujung kain saat dicelupkan ke zat kimia (menggantikan fungsi tangan operator). Alat bantu membutuhkan dua buah tongkat penyangga.

4. Penjepit kain Untuk menjepit atau mencekam kain pada tongkat penyangga kain agar kain tidak jatuh saat dicelupkan.

5. Pulley Sebagai penghubung dan penerus gaya putar pada mekanisme sistem tarik ulur obyek dengan menggunakan tali didalam pengoperasian alat bantu. Alat ini membutuhkan 16 buah pulley.

6. Bearing Membantu memperingan putaran pulley. Untuk setiap pulley digunakan dua buah bearing.

7. Polypropylene rope

Penghubung antara antara kedua tongkat penyangga kain.

8. Pemberat Mengembalikan tongkat keposisi semula setelah ditarik operator.Berat pemberat didesain lebih berat dari pada tongkat kendali.

9. Karet Menjaga agar tali yang diikat pada tongkat kendali posisinya senantiasa stabil (tidak kendor).

9. Tiang tirisan kain Tempat meniriskan kain setelah dicelupkan ke zat kimia.

B. Penentuan Spesifikasi Geometri Rancangan

1. Penentuan Dimensi Rancangan Alat Bantu

Berdasarkan detail desain yang telah ditentukan maka diperlukan data-

data anthropometri yang sesuai untuk tahap perancangan. Data-data

Page 96: PERANCANGAN ALAT BANTU PROSES PENCELUPAN ZAT … · resiko yang tinggi juga didapatkan dalam evaluasi postur kerja dengan menggunakan RULA. Tujuan dari penelitian ini adalah menghasilkan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

IV-17

anthropometri yang digunakan yaitu :

a. Jangkauan tangan ke atas (Jta)

Jangkauan tangan ke atas diperlukan untuk mendapatkan ukuran

tinggi maksimal jangkauan tangan operator saat mengulur tongkat

kendali pada posisi berdiri, dan merupakan tinggi normal tongkat

kendali dari tanah saat tidak ditarik. Jangkauan tangan ke atas didapat

dari tinggi bahu operator ditambah dengan panjang lengan atas,

panjang lengan bawah, dan panjang pangkal telapak tangan sampai

dengan pangkal jari setelah dikali sudut yang terbentuk. Ukuran yang

dipergunakan adalah jangkauan operator terpendek. Dengan ini

diharapkan seluruh operator dengan ukuran tubuh pendek maupun

tinggi tetap nyaman saat mengoperasikan alat (tinggi maksimal

tongkat saat diulur atau kondisi normal tidak terlalu tinggi).

b. Jangkauan tangan ke bawah (Jtb)

Jangkauan tangan ke bawah diperlukan untuk mendapatkan ukuran

tinggi maksimal jangkauan tangan operator saat menarik tongkat

kendali pada posisi berdiri tegak. Jangkauan tangan ke atas didapat

dari tinggi bahu operator dikurangi dengan panjang lengan atas,

panjang lengan bawah, dan panjang pangkal telapak tangan sampai

dengan pangkal jari setelah dikali sudut yang terbentuk.Ukuran yang

dipergunakan adalah jangkauan tangan operator tertinggi. Dengan ini

diharapkan seluruh operator tidak perlu membungkukkan badan saat

proses pencelupan kain.

Dari ukuran jangkauan tangan keatas dan jangkauan tangan kebawah

akan dihitung selisih antara jta operator terpendek dan jtb operator

tertinggi untuk mendapatkan panjang lintasan maksimal tarikan operator.

Dengan ini diharapkan postur tubuh operator tidak perlu membungkuk saat

mengoperasikan alat.

c. Diameter genggaman tangan (Dgt)

Diameter genggaman tangan diperlukan untuk mengetahui ukuran

diameter tongkat kendali. Dengan ini diharapkan operator dapat

Page 97: PERANCANGAN ALAT BANTU PROSES PENCELUPAN ZAT … · resiko yang tinggi juga didapatkan dalam evaluasi postur kerja dengan menggunakan RULA. Tujuan dari penelitian ini adalah menghasilkan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

IV-18

nyaman saat menggunakannya. Ukuran yang digunakan adalah

diameter genggaman tangan normal.

Dengan tetap mempertimbangkan dimensi bak pencelup kain, ukuran

kain dan data antropometri operator ditentukan dimensi pada perancangan

alat bantu. Komponen alat bantu yang dimensinya berdasarkan data

antropometri operator adalah tongkat kendali operator dan panjang

maksimal tarikan tongkat.

Dimensi-dimensi yang digunakan pada alat bantu pada bak pencelup

kain batik meliputi:

a. Tinggi rangka alat bantu

Penentuan tinggi rangka alat bantu disesuaikan dengan panjang kain

dan tinggi dasar bak pencelup. Panjang kain maksimalnya 2,75 m,

dan saat proses pencelupan kain dapat dilipat menjadi 2 sehingga

panjangnya 1,375 m atau 138 cm. Tinggi dasar bak dari lantai 33 cm

dan kedalaman bak 30 cm. Diameter pulley yang digunakan adalah 15

cm dan jari-jari tongkat penyangga kain Dan diperhitungkan

pemberian allowance agar tongkat penyangga kain tidak membentur

pulley. Maka dapat ditentukan perhitungan tinggi rangka alat bantu

sebagai berikut:

Tinggi rangka (Tr) = Tdb + Pk + R tongkat + d pulley + allowance

= 33 + 138 + 2,8 + 15 + 11 cm

= 199,8 cm » 2 m

Keterangan:

Tr = Tinggi rangka alat bantu

Tdb = Tinggi dasar bak dari lantai

Pk = Panjang kain

Rtongkat = Jari-jari tongkat penyangga kain

d pulley = Diameter pulley

Page 98: PERANCANGAN ALAT BANTU PROSES PENCELUPAN ZAT … · resiko yang tinggi juga didapatkan dalam evaluasi postur kerja dengan menggunakan RULA. Tujuan dari penelitian ini adalah menghasilkan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

IV-19

b. Panjang rangka alat bantu

Penentuan panjang rangka ditentukan oleh lebar bak pencelup

ditambah allowance supaya saat bak ditempatkan, badan bak tidak

membentur dalam rangka alat bantu. Maka dapat ditentukan

perhitungan tinggi rangka alat bantu sebagai berikut:

Panjang rangka (Pr) = Lb + allowance

= 140 + 20

= 160 cm » 1,60 m

Keterangan:

Pr = Panjang rangka

Lb = Lebar bak pencelup

c. Lebar rangka alat bantu

Penentuan lebar rangka ditentukan dengan mempertimbangakan

ukuran diameter pulley dan jarak antar pulley. Maka lebar rangka alat

bantu ditentukan sepanjang 100 cm atau 1 m.

d. Tongkat penyangga kain

Penentuan dimensi tongkat penyangga kain ditentukan dengan lebar

kain terbesar ditambah allowance sebagai tempat untuk mengikatkan

tali. Ukurannya juga lebih pendek daripada ukuran dalam bak agar

tidak membentur sisi bak saat kain dicelupkan.

Panjang tongkat penyangga kain ( Ptpk ) = Lk + allowance

= 115 + 20

= 135 cm » 1,4 m

Keterangan:

Ptpk = Panjang tongkat penyangga kain

L k = Lebar kain

Diameter tongkat yaitu 2 cm. Tinggi tongkat maksimal dari dasar bak

Page 99: PERANCANGAN ALAT BANTU PROSES PENCELUPAN ZAT … · resiko yang tinggi juga didapatkan dalam evaluasi postur kerja dengan menggunakan RULA. Tujuan dari penelitian ini adalah menghasilkan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

IV-20

saat proses pencelupan adalah 138 cm atau 1,38 m.

e. Tongkat kendali operator

Penentuan dimensi tongkat penyangga kain ditentukan dengan

panjang rangka alat bantu ditambah allowance. Pemberian allowance

dimaksudkan agar badan tongkat kendali ukurannya menjadi lebih

panjang daripada badang rangka, sehingga tongkat tidak

bergelantungan kedalam rangka (badan tongkat akan terhalang badan

rangka ketika tongkat diulur).

Panjang tongkat kendali operator ( Ptko ) = Pr + allowance

= 160 + 20

= 180 cm » 1,80 m

Keterangan:

Ptko = Panjang tongkat kendali operator

Pr = Panjang rangka

Diameter tongkat berdasarkan diameter genggaman tangan operator,

agar operator nyaman saat memegangnya yaitu 4,5 cm atau 0,045 m.

Tinggi tongkat normal atau tinggi maksimal tongkat saat diulur

berdasarkan jangkauan tangan keatas operator terpendek yaitu 169 cm

atau 1,69 m.

Panjang tarikan tongkat merupakan selisih antara ukuran jangkauan

tangan keatas operator terpendek dan jangkauan tangan kebawah

operator tetinggi. Selisih ini merupakan panjang maksimal tongkat

dapat ditarik-ulur oleh operator.

Panjang tarikan tongkat kendali ( Pttk ) = Jta (op) – Jtb (ot)

= 169 - 82

= 87 cm » 0,87 m

Page 100: PERANCANGAN ALAT BANTU PROSES PENCELUPAN ZAT … · resiko yang tinggi juga didapatkan dalam evaluasi postur kerja dengan menggunakan RULA. Tujuan dari penelitian ini adalah menghasilkan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

IV-21

Keterangan:

Pttk = Panjang tarikan tongkat kendali

Jta (op) = Jangkauan tangan keatas operator terpendek

Jtb (ot) = Jangkauan tangan kebawah operator tertinggi

f. Ukuran tali

Tali yang digunakan menggunakan polypropylene rope dengan

diameter 6 mm. Jenis tali ini dipilih karena polypropylene rope ukuran

6mm memiliki kekuatan putus minimum 5.00 KN, dan beban aman

(safety factor 12) tali sebesar 0,417 KN atau 41,7 kg. Dengan berat

tali sebesar 0,02 Kg/m (Engineering Toolbox, 2010).

g. Ukuran pulley

Alat bantu menggunkan 16 buah pulley. Duabelas buah pulley

berukuran diameter 7,5 cm digunakan untuk tali yang berfungsi untuk

mengerakkan tongkat kendali operator, sedangkan empat buah pulley

berukuran diameter 15 cm digunakan untuk untuk tali yang berfungsi

menghubungkan antara kedua tongkat penyangga kain.

h. Bearing

Bearing yang digunakan berukuran diameter dalam 1,7 cm dan

diameter luar berukuran 3,5 cm.

i. Poros pulley

Ukuran poros pulley disesuaikan dengan ukuran diameter dalam

bearing dan pully yang digunakan.

j. Tiang tirisan

Penentuan panjang tiang tirisan kain berdasarkan panjang rangka yaitu

165 cm dengan diametr 1 inci atau 2,75 cm.

k. Alas bawah alat bantu

Alas bawah alat bantu terbuat dari balok kayu berukuran 14 x 120 cm.

Rekapitulasi ukuran alat bantu pada bak pencelup kain batik dapat

dilihat pada tabel 4.9.

Page 101: PERANCANGAN ALAT BANTU PROSES PENCELUPAN ZAT … · resiko yang tinggi juga didapatkan dalam evaluasi postur kerja dengan menggunakan RULA. Tujuan dari penelitian ini adalah menghasilkan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

IV-22

Tabel 4.9 Rekapitulasi ukuran alat bantu pencelup kain batik

No Komponen Alat Bantu Ukuran

1. Rangka Utama Panjang 160 cm

Lebar 100 cm

Tinggi 200 cm

2. Tongkat Penyangga Kain Panjang 130 cm

Diameter 2 cm

3. Tongkat kendali operator Panjang 180 cm

Diameter 4,5 cm

4 Polypropylene rope Diameter 6 mm

5 Pulley Diameter Pulley A 15 cm

Diameter Pulley B 7,5 cm

6 Poros pulley Diameter 22 mm

7 Bearing Diameter dalam 1,75 cm

Diameter luar 3,5 cm

8 Karet Panjang 20 cm

Lebar 5 cm

9 Tiang Tirisan Panjang 165 cm

Diameter 2,75 cm

l. Usulan pada bak pencelup kain batik

Usulan perbaikan pada bak pencelup kain batik yaitu perubahan

ukuran pada beberapa bagian bak. penambahan pelapis yang tahan

terhadap bahan kimia di bagian dalam bak kayu, dan pemberian

saluran untuk mengalirkan cairan saat bak dibersihkan.

Perubahan ukuran dilakukan pada panjang dan lebar bak. Ukuran

panjang bak diubah menjadi 140 cm, kedalaman 30 cm, dan lebarnya

menjadi 70 cm. Ukuran tongkat penahan kain juga disesuaiakan

dengan panjang bak yaitu 135 cm dan diameternya disesuaikan

dengan diameter gengaman tangan operator yaitu 4,5 cm. Sedangkan

desain dan material bak masih mempertahankan desain dan material

yang lama.

Penambahan pelapis pada bagian dalam bak kayu dimaksudkan untuk

memberikan lapisan pelindung pada bak. Alternatif material yang

digunakan adalah kaca dan stainless steel. Kedua material ini adalah

Page 102: PERANCANGAN ALAT BANTU PROSES PENCELUPAN ZAT … · resiko yang tinggi juga didapatkan dalam evaluasi postur kerja dengan menggunakan RULA. Tujuan dari penelitian ini adalah menghasilkan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

IV-23

material yang tahan terhadap korosi dan zat kimia. Kaca merupakan

material yang dipilih karena sifatnya yang tembus pandang dan

permukaan yang halus sehingga mudah dibersihkan, cukup kuat,

harganya cukup murah, tahan terhadap zat/reaksi kimia dan tegangan

termal, dan kedap air. Stainless steel merupakan logam yang tahan

terhadap korosi dan zat kimia karena mengandung lapisan film oksida

Kromium, dimana lapisan oksida ini menghalangi proses oksidasi besi

(Ferum), namun untuk melapisi bagian dalam bak material ini harus

dilas, dan akan menghilangkan lapisan kromium ini. Maka kaca

merupakan material yang dipilih untuk melapisi bagian dalam bak.

Dengan ini diharapkan bak dapat lebih tahan lama. Sedangkan

penambahan saluran pembuangan air pada bak dimaksudkan untuk

mempermudah saat proses membersihkan/menguras bak.

Gambar usulan perbaikan dapat dilihat pada gambar 4.8.

(a)

Page 103: PERANCANGAN ALAT BANTU PROSES PENCELUPAN ZAT … · resiko yang tinggi juga didapatkan dalam evaluasi postur kerja dengan menggunakan RULA. Tujuan dari penelitian ini adalah menghasilkan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

IV-24

(b)

(c)

(d)

Gambar 4.8 Usulan perbaikan pada ukuran dan pelapis bak (a) Posisi keseluruhan bak pencelup kain (b) bak pencelup kain tampak depan (c) bak pencelup kain tampak atas (d) bak pencelup kain tampak samping

Page 104: PERANCANGAN ALAT BANTU PROSES PENCELUPAN ZAT … · resiko yang tinggi juga didapatkan dalam evaluasi postur kerja dengan menggunakan RULA. Tujuan dari penelitian ini adalah menghasilkan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

IV-25

2. Gambar desain rancangan

Bagian ini menunjukkan desain hasil rancangan alat bantu pada bak

pencelup kain batik. Desain secara lebih jelas ditunjukkanpada gambar 4.9

sampai dengan gambar 4.15.

Gambar 4.9 Desain rancangan alat bantu pencelup kain batik

Gambar 4.10 Desain rancangan alat bantu tampak depan

Page 105: PERANCANGAN ALAT BANTU PROSES PENCELUPAN ZAT … · resiko yang tinggi juga didapatkan dalam evaluasi postur kerja dengan menggunakan RULA. Tujuan dari penelitian ini adalah menghasilkan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

IV-26

Gambar 4.11 Desain rancangan alat bantu tampak samping

Gambar 4.12 Desain rancangan alat bantu tampak atas

Page 106: PERANCANGAN ALAT BANTU PROSES PENCELUPAN ZAT … · resiko yang tinggi juga didapatkan dalam evaluasi postur kerja dengan menggunakan RULA. Tujuan dari penelitian ini adalah menghasilkan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

IV-27

Gambar 4.13 Desain alat bantu pada bak pencelup kain batik (posisi normal)

Gambar 4.14 Desain alat bantu pada bak pencelup kain batik (posisi tarikan maksimal

Page 107: PERANCANGAN ALAT BANTU PROSES PENCELUPAN ZAT … · resiko yang tinggi juga didapatkan dalam evaluasi postur kerja dengan menggunakan RULA. Tujuan dari penelitian ini adalah menghasilkan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

IV-28

Gambar 4.15 Detail komponen alat bantu pada bak pencelup kain

Prosedur penggunaan alat bantu pada bak pencelup kain batik adalah

sebagai berikut:

1. Operator mengambil kain yang telah direndam dalam air (kain basah).

2. Operator mengaitkan salah satu ujung kain ke penjepit di tongkat

penyangga kain 1.

3. Bagian tengah kain (yang ada didalam bak) ditahan dengan menggunakan

tongkat penahan yang ada didalam bak.

4. Ujung kain yang lain dikaitkan pada penjepit di tongkat penyangga kain 2.

5. Operator menarik dan mengulur tongkat kendali agar tongkat penyangga

kain bergerak naik turun secara bergantian.

6. Setelah kain selesai dicelupkan, kain dilepas dari tongkat penyangga kain,

kemudian ditiriskan pada tiang tirisan.

7. Setelah kain selesai ditiriskan, dapat dilanjutkan ke proses berikutnya.

C. Penentuan Material Rancangan

Alat bantu pada bak pencelup kain tersusun oleh komponen-komponen

penyusun. Komponen-komponen penyusun tersebut dapat dilihat dalam diagram

bill of materials pada gambar 4.16 di bawah ini.

Pemberat

Page 108: PERANCANGAN ALAT BANTU PROSES PENCELUPAN ZAT … · resiko yang tinggi juga didapatkan dalam evaluasi postur kerja dengan menggunakan RULA. Tujuan dari penelitian ini adalah menghasilkan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

IV-29

Gambar 4.16 Bill Of Materials

Dari gambar bill of materials diatas, dapat dijelaskan material yang

digunakan untuk masing-masing komponen penyusun produknya yaitu:

1. Rangka utama

Rangka utama tersusun dari tiga material utama yaitu besi pipa berukuran

diameter 2 inci dan 1 inci, besi as, plat besi, mur baut dan balok kayu. Besi

pipa yang digunakan adalah besi pipa yang berukuran 2 inci. Balok kayu

digunakan untuk alas rangka utama. Kayu yang dipilih adalah jenis kayu

bangkirai ukuran 14x14. Material kayu dipilih sebagai alas rangka dengan

pertimbangan stasiun pewarnaan merupakan area yang lembab, dan bagian

lantai basah. Besi plat digunakan untuk bagian sambungan rangka.

2. Penyangga kain

Tongkat penyangga kain merupakan bagian yang paling sering terkena zat

kimia untuk itu dipilih material yang terbuat dari pipa stainless steel 3.14

berukuran 1 inci. Penyangga kain akan dilengkapi dengan penjepit kain.

Penjepit kain terbuat dari stainless steel.

3. Tongkat kendali

Tongkat kendali terbuat dari kayu. Jenis kayu yang dipilih adalah kayu

meranti.

4. Beban

Beban digunakan untuk mengendalikan ketinggian tongkat kendali. Untuk

perancangan digunakan beban dengan berat 1 kg.

Page 109: PERANCANGAN ALAT BANTU PROSES PENCELUPAN ZAT … · resiko yang tinggi juga didapatkan dalam evaluasi postur kerja dengan menggunakan RULA. Tujuan dari penelitian ini adalah menghasilkan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

IV-30

5. Tali

Tali yang digunakan adalah polypropylene rope berukuran diameter 6 mm.

Tali ini yang akan menghubungkan tongkat kendali dengan pemberat dan

penghubung antara kedua tongkat penyangga kain.

6. Pulley

Pulley yang digunakan dalam perancangan adalah pulley nilon. Alat bantu

membutuhkan 10 buah pulley, yaitu 12 buah pulley berdimeter 7,5 cm dan

4 buah pulley berdiameter 15 cm.

7. Bearing

Bearing yang digunakan adalah bearing baja 6202 berukuran diameter

dalam 1,75 cm dan diameter luar 3,5 cm.

8. Karet

Karet yang digunakan adalah karet mentah berbentuk lembaran berukuran

panjang 20 cm, lebar 5 cm dan tebal 3 mm.

9. Pengait

Pengait terbuat dari besi. Komponen ini yang akan menghubungkan tali

dengan karet.

10. Tiang tirisan

Tiang tirisan juga merupakan bagian yang sering terkena zat kimia. Untuk

itu dipilih material yang terbuat dari stainless steel berukuran diameter 1

inci.

4.2.4 Perhitungan Beban Yang Ditanggung Operator

Gambar 4.17 Kondisi pembebanan pada rancangan alat bantu

Page 110: PERANCANGAN ALAT BANTU PROSES PENCELUPAN ZAT … · resiko yang tinggi juga didapatkan dalam evaluasi postur kerja dengan menggunakan RULA. Tujuan dari penelitian ini adalah menghasilkan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

IV-31

Gaya yang terjadi pada alat bantu yaitu gaya pada tangan operator, gaya

pada batang kayu, gaya pada kain, dan gaya pada tongkat stainless steel, dengan

asumsi gaya gesek belum diperhitungkan. Dimana F pada pulley adalah 0, dan

karena ukuran pulley untuk kain besarnya 2 kali ukuan pulley untuk kendali

operator maka besarnya gaya pada pulley kain 2 kali pulley kendali operator.

Gaya-gaya yang terjadi dapat dirumus:

Σ M o = 0

( F tangan + F batang )R 1 – ( F kain + F stainless steel ) R 2 = 0

( F tangan + F batang )R 1 – 2( F kain + F stainless steel ) = 0

Asumsi : gaya gesek belum diperhitungkan

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada diagram bebas pada gambar 6.18.

Gambar 4.18 Diagram benda bebas pulley

Dimana:

Batang ρ = 0,6 gr/cm3

V = 2.862,78 cm3

m batang = ρ . V

= 0,6 gr/cm3 . 2.862,78 cm3

= 1717,67 gr = 1,71 kg

Stainless steel ρ = 8 gr/cm3

V = 98,02 cm3

m ss = ρ . V

= 8 gr/cm3 . 98,02 cm3

= 784,16 gr = 0,78 kg

m kain = 2 kg

Gravitasi (g) = 9,81 m/ s2

Page 111: PERANCANGAN ALAT BANTU PROSES PENCELUPAN ZAT … · resiko yang tinggi juga didapatkan dalam evaluasi postur kerja dengan menggunakan RULA. Tujuan dari penelitian ini adalah menghasilkan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

IV-32

Jadi dapat dihitung gaya tiap-tiap bagian yaitu:

F = W

F = m.g

3. F kain = m kain . g kain

= 2 kg . 9,81 m/ s2

= 19,62 N

4. F batang = m batang . g batang

= 1,71 kg . 9,81 m/ s2

= 16,78 N

5. F ss = m ss . g ss

= 0,78 kg . 9,81 m/ s2

= 7,65 N

Jadi besarnya gaya pada tangan operator adalah

Σ F pulley = 0

( F tangan + F batang ) – 2 ( F kain + F stainless steel ) = 0

( F tangan + 16,78 ) – 2 (19,62 + 7,65 ) = 0

( F tangan + 16,78 ) – 54,54 = 0

F tangan – 37,76 = 0

F tangan = 37,76 N

Jadi besarnya beban pada tangan operator adalah:

F = m.g

F tangan operator = m . g

37,76 N = m . 9,81 m/ s2

m = 85,39,81

76,37= kg

4.2.5 Perhitungan RULA Pada Hasil Perancangan

Desain rancangan apabila diterapkan untuk proses mencelupkan kain

dengan menggunakan alat bantu pencelup pada bak pencelup kain ditunjukkan

pada gambar 4.19.

Page 112: PERANCANGAN ALAT BANTU PROSES PENCELUPAN ZAT … · resiko yang tinggi juga didapatkan dalam evaluasi postur kerja dengan menggunakan RULA. Tujuan dari penelitian ini adalah menghasilkan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

IV-33

1. Posisi tubuh saat posisi awal pengoperasian alat bantu

Postur dibawah ini merupakan postur tubuh yang diharapkan pada saat

posisi awal proses pencelupan menggunakan alat bantu pencelup kain.

Tinggi tongkat kendali disesuaikan dengan jangkauan tangan operator.

Dengan ini operator akan memegang tongkat kendali dengan posisi berdiri

dan postur tubuh tegak. Berdasarkan hal tersebut akan dipilih operator

yang akan dijadikan dasar penilaian RULA, untuk itu dibandingkan postur

tubuh operator untuk operator tertinggi dan terpendek. Perbandingan

postur tubuh operator dapat dilihat pada gambar 4.19.

Keterangan: 1. Tinggi alat : 200 cm 2. Tinggi operator :164 cm (Operator

paling rendah) 3. Tinggi bahu : 136 cm 4. Panjang upper arm : 27 cm 5. Panjang lower arm : 25 cm 6. Pangkal telapak tangan ke pangkal

jari : 10 cm 7. Diameter genggaman tangan : 4 cm 8. Jangkauan tangan ke atas : 164 cm 9. Jangkauan tangan ke bawah: 82 cm

(a)

Keterangan: 1. Tinggi alat : 200 cm 2. Tinggi operator :172 cm (Operator

paling tinggi) 3. Tinggi bahu : 144 cm 4. Panjang upper arm : 32 cm 5. Panjang lower arm : 27 cm 6. Pangkal telapak tangan ke pangkal

jari : 11 cm 7. Diameter genggaman tangan : 4,4 cm 8. Jangkauan tangan ke atas : 164 cm 9. Jangkauan tangan ke bawah: 82 cm

(b) Gambar 4.19 Perbandingan posisi awal pengoperasian alat untuk operator

tertinggi dan terendah. (a) Operator terendah, (b) Operator tertinggi

Page 113: PERANCANGAN ALAT BANTU PROSES PENCELUPAN ZAT … · resiko yang tinggi juga didapatkan dalam evaluasi postur kerja dengan menggunakan RULA. Tujuan dari penelitian ini adalah menghasilkan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

IV-34

Setelah itu dilakukan perhitungan sudut-sudut anggota tubuh tertentu pada

penerapan desain rancangan sebagai dasar perhitungan RULA.

Perhitungannya dapat dilihat pada gambar 4.20.

(a) (b)

Gambar 4.20 Perbandingan perhitungan sudut postur kerja pada posisi awal pengoperasian alat. (a) Postur operator terpendek,

(b) Postur operator tertinggi.

Setelah itu, dilakukan pemberian skor masing-masing segmen tubuh.

Adapun penilaian RULA untuk operator terpendek dapat dilihat pada tabel

4.10.

Tabel 4.10 Tabel Penilaian RULA pada postur awal untuk operator terpendek. Penilaian Skor

Pergerakan lengan atas 4 Pergerakan lengan bawah 1 Pergerakan pergelangan tangan 1 Putaran pergerakan tangan 1 Pergerakan leher 2 Pergerakan batang tubuh 1 Postur kaki 1

Skor penilaian RULA di atas kemudian dimasukkan ke tabel perhitungan

nilai RULA. Hasilnya dapat dilihat pada gambar 4.21.

Page 114: PERANCANGAN ALAT BANTU PROSES PENCELUPAN ZAT … · resiko yang tinggi juga didapatkan dalam evaluasi postur kerja dengan menggunakan RULA. Tujuan dari penelitian ini adalah menghasilkan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

IV-35

Gambar 4.21 RULA Scoring untuk postur awal untuk operator tependek

Hasil perhitungan skor RULA untuk operator terpendek menunjukkan

bahwa skor akhir yang didapat adalah 3 atau level resiko kecil. Artinya

bahwa postur kerja operator pada penerapan desain rancangan tergolong

aman.

Sedangkan penilaian RULA untuk operator tertinggi dapat dilihat pada

tabel 4.11.

Tabel 4.11 Tabel Penilaian RULA pada postur awal untuk operator tertinggi. Penilaian Skor

Pergerakan lengan atas 4 Pergerakan lengan bawah 1 Pergerakan pergelangan tangan 1 Putaran pergerakan tangan 1 Pergerakan leher 2 Pergerakan batang tubuh 1 Postur kaki 1

Skor penilaian RULA di atas kemudian dimasukkan ke tabel perhitungan

nilai RULA. Hasilnya dapat dilihat pada gambar 4.22.

Page 115: PERANCANGAN ALAT BANTU PROSES PENCELUPAN ZAT … · resiko yang tinggi juga didapatkan dalam evaluasi postur kerja dengan menggunakan RULA. Tujuan dari penelitian ini adalah menghasilkan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

IV-36

Gambar 4.22 RULA Scoring untuk postur awal untuk operator tertinggi

Hasil perhitungan skor RULA untuk operator terpendek menunjukkan

bahwa skor akhir yang didapat adalah 3 atau level resiko kecil. Artinya

bahwa postur kerja operator pada penerapan desain rancangan tergolong

aman.

Hasil skor akhir RULA untuk operator tertinggi dan terpendek ternyata

tidak jauh berbeda, yaitu 3 (kecil) atau diperlukan tindakan beberapa

waktu kedepan. Namun karena sebagian besar sudut-sudut yang terbentuk

dari postur kerja pada operator tertinggi dan terendah ternyata lebih besar

pada operator tertinggi, maka operator dengan ukuran tubuh tertinggi

dipilih sebagai dasar perhitungan RULA selanjutnya.

2. Postur tubuh operator saat menarik tongkat kendali

Postur dibawah ini merupakan postur tubuh yang diharapkan pada saat

operator saat menarik tongkat kendali. Operator akan menarik tongkat

kendali sesuai dengan jangkauan tangan operator dan kebutuhan

pencelupan. Postur tubuh operator dapat dilihat pada gambar 4.23.

Page 116: PERANCANGAN ALAT BANTU PROSES PENCELUPAN ZAT … · resiko yang tinggi juga didapatkan dalam evaluasi postur kerja dengan menggunakan RULA. Tujuan dari penelitian ini adalah menghasilkan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

IV-37

Keterangan: 1. Tinggi alat : 200 cm 2. Tinggi operator :172 cm 3. Tinggi bahu : 144 cm 4. Panjang upper arm : 32 cm 5. Panjang lower arm : 27 cm 6. Pangkal telapak tangan ke pangkal

jari : 11 cm 7. Diameter genggaman tangan : 4,4cm 8. Jangkauan tangan ke atas : 164 cm 9. Jangkauan tangan ke bawah: 82 cm

Gambar 4.23 Posisi pengoperasian alat saat menarik tongkat kendali

Setelah itu dilakukan perhitungan sudut-sudut anggota tubuh tertentu pada

penerapan desain rancangan sebagai dasar perhitungan RULA.

Perhitungan sudut dapat dilihat pada gambar 4.24.

Gambar 4.24 Perhitungan sudut postur kerja pada saat menarik tongkat kendali

Setelah itu, dilakukan pemberian skor masing-masing segmen tubuh.

Adapun penilaian RULA pada proses ini dapat dilihat pada tabel 4.12.

Page 117: PERANCANGAN ALAT BANTU PROSES PENCELUPAN ZAT … · resiko yang tinggi juga didapatkan dalam evaluasi postur kerja dengan menggunakan RULA. Tujuan dari penelitian ini adalah menghasilkan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

IV-38

Tabel 4.12 Tabel Penilaian RULA pada postur tubuh saat menarik tongkat kendali Penilaian Skor

Pergerakan lengan atas 2 Pergerakan lengan bawah 1 Pergerakan pergelangan tangan 1 Putaran pergerakan tangan 1 Pergerakan leher 2 Pergerakan batang tubuh 1 Postur kaki 1

Skor penilaian RULA di atas kemudian dimasukkan ke tabel perhitungan

nilai RULA. Dimana beban yang ditanggung operator saat menarik

tongkat kendali adalah 3,85 kg. Hasilnya dapat dilihat pada gambar 4.25.

Gambar 4.25 RULA Scoring untuk postur tubuh saat menarik tongkat kendali

Hasil perhitungan skor RULA di atas menunjukkan bahwa skor akhir

yang didapat adalah 6 atau sedang. Artinya bahwa postur kerja operator

pada penerapan desain rancangan tergolong aman.

3. Posisi operator saat mengulur tongkat kendali

Posisi dibawah ini merupakan posisi tubuh yang diharapkan pada saat

operator saat mengulur tongkat kendali. Operator akan mengulur tongkat

kendali ke posisi semula (pada posisi awal tongkat kendali) atau sesuai

Page 118: PERANCANGAN ALAT BANTU PROSES PENCELUPAN ZAT … · resiko yang tinggi juga didapatkan dalam evaluasi postur kerja dengan menggunakan RULA. Tujuan dari penelitian ini adalah menghasilkan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

IV-39

kebutuhan pencelupan. Postur tubuh operator dapat dilihat pada gambar

4.26.

Keterangan: 1. Tinggi alat : 200 cm 2. Tinggi operator :172 cm 3. Tinggi bahu : 144 cm 4. Panjang upper arm : 32 cm 5. Panjang lower arm : 27 cm 6. Pangkal telapak tangan ke pangkal

jari : 11 cm 7. Diameter genggaman tangan: 4,4cm 8. Jangkauan tangan ke atas : 164 cm 9. Jangkauan tangan ke bawah: 82 cm

Gambar 4.26 Posisi pengoperasian alat saat mengulur tongkat kendali

Setelah itu dilakukan perhitungan sudut-sudut anggota tubuh tertentu pada

penerapan desain rancangan sebagai dasar perhitungan RULA.

Perhitungan sudut dapat dilihat pada gambar 4.27

Gambar 4.27 Perhitungan sudut postur kerja pada saat mengulur tongkat kendali

Setelah itu, dilakukan pemberian skor masing-masing segmen tubuh.

Adapun penilaian RULA pada proses ini dapat dilihat pada tabel 4.13.

Page 119: PERANCANGAN ALAT BANTU PROSES PENCELUPAN ZAT … · resiko yang tinggi juga didapatkan dalam evaluasi postur kerja dengan menggunakan RULA. Tujuan dari penelitian ini adalah menghasilkan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

IV-40

Tabel 4.13 Tabel Penilaian RULA pada postur tubuh saat mengulur tongkat kendali Penilaian Skor

Pergerakan lengan atas 2 Pergerakan lengan bawah 1 Pergerakan pergelangan tangan 2 Putaran pergerakan tangan 1 Pergerakan leher 2 Pergerakan batang tubuh 1 Postur kaki 1

Skor penilaian RULA di atas kemudian dimasukkan ke tabel perhitungan

nilai RULA. Hasilnya dapat dilihat pada gambar 4.28.

Lengan Atas (4)

Kaki (1)

Punggung (1)

Leher (2)

Putaran Pergelangan Tangan (1)

Pergelangan Tangan (1)

Lengan Bawah (1)

3 01

012

3

4

3

A

B

+

+ +

=

Postur Skor A

Postur Skor B

Skor OtotSkor

BebanSkor A

Skor B

Skor Total

Skor OtotSkor

Beban

+

=

Gambar 4.28 RULA Scoring untuk postur tubuh saat mengulur tongkat kendali

Hasil perhitungan skor RULA di atas menunjukkan bahwa skor akhir

yang didapat adalah 3 atau level resiko kecil. Artinya bahwa postur kerja

operator pada penerapan desain rancangan tergolong aman.

4.2.6 Pembuatan Prototipe Hasil Rancangan

Setelah dilakukan tahapan-tahapan di atas, maka selanjutnya dilakukan

proses pembuatan prototipe dari alat bantu hasil rancangan. Prototipe dibuat untuk

mewujudkan hasil rancangan menjadi nyata, dan untuk mengetahui apakah hasil

Page 120: PERANCANGAN ALAT BANTU PROSES PENCELUPAN ZAT … · resiko yang tinggi juga didapatkan dalam evaluasi postur kerja dengan menggunakan RULA. Tujuan dari penelitian ini adalah menghasilkan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

IV-41

rancangan dapat diaplikasikan atau tidak. Prototipe alat bantu dibuat dalam bentuk

miniatur dengan perbandingan 1:3 dari dimensi sesungguhnya. Miniatur alat bantu

proses pencelupan zat warna dan penguncian warna ditunjukkan pada gambar

4.29. Sedangkan gambar 4.30 menunjukkan hasil miniatur usulan bak pencelup

kain.

Gambar 4.29 Miniatur Rancangan Alat Bantu

Gambar 4.30 Miniatur Usulan Bak Pencelup Kain

Page 121: PERANCANGAN ALAT BANTU PROSES PENCELUPAN ZAT … · resiko yang tinggi juga didapatkan dalam evaluasi postur kerja dengan menggunakan RULA. Tujuan dari penelitian ini adalah menghasilkan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

IV-42

4.2.7 Estimasi Biaya Rancangan

Biaya rancangan alat bantu pada bak pencelup kain batik merupakan biaya

yang dibutuhkan untuk membeli material yang dibutuhkan untuk memproduksi

alat dan biaya tenaga kerja yang digunakan. Estimasi iaya pembuatan alat bantu

pada bak pencelup kain batik dijelaskan pada tabel 4.14.

Tabel 4.14 Estimasi Biaya Rancangan

No Bahan Ukuran Kebutuhan Satuan Harga Satuan

(Rp) Biaya (Rp)

1. Besi Pipa Ø 1,5 inci

P: 6 m 24 m Lonjor 150.000 600.000

2. Besi Pipa Ø 1 inci P: 6 m

1,65 m Lonjor 140.000 140.000

3. Besi As Ø 1,75 mm

P: 6 m 1 m Lonjor 10.000 10.000

4. Stainless Steel 3.14

Ø 2 cm 4,4 m Lonjor 500.000 500.000

5. Pulley nilon r: 15 cm 4 Buah 50.000 200.000 6. Pulley nilon r: 7,5 cm 12 Buah 12.000 144.000 7. Bearing Dd: 1,75 cm 32 Buah 16.000 512.000 8. Kayu 140 x 140 mm 2 Lonjor 25.000 50.000 9. Mur-Baut 6 Buah 1000 6.000

10. Penjepit Stainless Steel

4 Buah 125.000 500.000

11. Karet P: 20 cm, L: 5 cm, t: 3 mm

2 Lembar 10.000 20.000

12. Pemberat 2 Buah 10.000 20.000

13. Tali polypropylene

4 Gulung 10.000 40.000

13. Biaya tenaga kerja

3 orang 3 Hari 210.000 630.000

14. Biaya Ide 400.000

15. Biaya transportasi

120.000

Total Biaya 3.892.000

Jadi biaya yang dibutuhkan untuk membuat satu unit alat bantu pada bak

pencelup kain batik yang sesuai dengan rancangan yaitu sebesar Rp 3.892.000,00.

Page 122: PERANCANGAN ALAT BANTU PROSES PENCELUPAN ZAT … · resiko yang tinggi juga didapatkan dalam evaluasi postur kerja dengan menggunakan RULA. Tujuan dari penelitian ini adalah menghasilkan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

V-1

BAB V

ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL

Pada bab ini akan dilakukan analisis dan interpretasi hasil penelitian yang

telah dikumpulkan dan diolah pada bab sebelumnya. Analisis mencakup analisis

terhadap rancangan alat bantu, analisis perhitungan beban yang ditanggung

operator, analisis terhadap postur kerja, serta analisis biaya. Analisis dan

interpretasi hasil tersebut akan diuraikan dalam sub bab di bawah ini.

5.1. Analisis Rancangan Alat Bantu

Rancangan alat bantu pada proses pencelupan zat warna dan penguncian

warna merupakan usaha memperbaiki kondisi kerja pada proses lama. Alat ini

dirancang untuk membantu proses pencelupan pada bak pencelup kain yang telah

ada. Analisis rancangan alat bantu meliputi:

5.2.1 Detail Rancangan Alat Bantu

Rancangan alat bantu pada proses pencelupan pada zat warna dan

penguncian warna, sudah mampu memenuhi kebutuhan perancangan yang

diinterpretasikan dari keluhan dan harapan operator. Kebutuhan akan komponen

yang mampu mengurangi interaksi tangan dengan zat kimia, dipenuhi dengan

memberikan komponen berupa tongkat penyangga kain yang dilengkapi dengan

penjepit, untuk mencekam kain saat dicelupkan. Desain tongkat kendali operator

yang berfungsi untuk mengoperasikan alat, sudah dirancang sesuai dengan

dimensi antropometri operator, sehingga operator dapat melakukan aktivitas

pencelupan zat warna dan penguncian warna dengan posisi yang lebih nyaman

dari sebelumnya (tanpa harus membungkukkan badan).

Penggunaan mekanisme tarik ulur dengan memanfaatkan pemberat dan

pulley, mewujudkan sarana yang dapat dioperasikan oleh satu orang operator. Alat

ini dioperasikan dengan sistem manual, menjawab kebutuhan alat yang mudah

digunakan dan tidak mengurangi aktivitas pencelupan kain.

Perubahan kondisi kerja yang diharapkan setelah menggunakan alat bantu

dapat dilihat pada tabel 5.1 berikut.

Page 123: PERANCANGAN ALAT BANTU PROSES PENCELUPAN ZAT … · resiko yang tinggi juga didapatkan dalam evaluasi postur kerja dengan menggunakan RULA. Tujuan dari penelitian ini adalah menghasilkan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

V-2

Tabel 5.1 Perbandingan kondisi kerja awal dan setelah perancangan

Kondisi Awal Kondisi Setelah

Perancangan Analisa

· Pada kondisi awal proses pencelupan harus dilakukan oleh 2 orang operator. Proses ini dilakukan dengan postur tubuh berdiri dengan punggung membungkuk. Operator juga harus berinteraksi langsung dengan zat kimia.

· Pada kondisi setelah perancangan, proses pencelupan dilakukan dengan menggunakan bantuan alat bantu. Alat bantu didesain dapat dioperasikan oleh satu orang operator. Interaksi langsung dengan zat kimia juga diminimalkan dengan adanya tongkat penyangga kain. Operator juga tidak perlu membungkukkan badan saat proses berlangsung, karena alat dioperasikan dengan cara ditarik dan diulur.

5.2.2 Spesifikasi Geometri Alat Bantu

Spesifikasi geometri alat bantu meliputi keseluruhan dimensi yang

digunakan pada rancangan alat bantu. Dimensi anthropometri yang digunakan

sebagai pertimbangan untuk merancang alat bantu ada penelitian ini adalah tinggi

badan, tinggi bahu berdiri, panjang lengan atas, panjang lengan bawah, pangkal

telapak tangan ke pangkal jari dan diameter genggaman tangan. Data tersebut

digunakan untuk menentukan dimensi tongkat kendali operator dan pertimbangan

ukuran pulley yang digunakan. Sedangkan dimensi alat bantu yang lain

dipertimbangkan dari dimensi bak pencelup kain dan ukuran kain yang

digunakan.

Panjang tali yang dibutuhkan tidak dapat ditentukan secara pasti, hal ini

disebabkan karena mempertimbangkan proses penyetingan tali untuk

mewujudkan sistem sesuai dengan sistem kerja pada rancangan alat bantu. Tali

pada tongkat penyangga kain dibuat fleksibel panjangnya menyesuaikan dengan

ukuran panjang kain. Beberapa alternatif yang dapat dilakukan yaitu dengan cara

penggulungan pada tali, menambah klem pada tongkat kendali, atau dengan

Page 124: PERANCANGAN ALAT BANTU PROSES PENCELUPAN ZAT … · resiko yang tinggi juga didapatkan dalam evaluasi postur kerja dengan menggunakan RULA. Tujuan dari penelitian ini adalah menghasilkan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

V-3

mengatur posisi pulley, sehingga dapat menyesuaikan dengan ukuran panjang kain

yang akan dicelupkan.

Ukuran diameter genggaman tongkat kendali operator disesuaikan dengan

diameter genggaman tangan. Sedangkan posisi ketinggian maksimal tongkat dan

panjang maksimal tarikan tongkat, perlu mempertimbangkan panjang jangkuan

tangan operator keatas dan kebawah. Dari hasil pengolahan data pada tabel 4.7

dipilih nilai jangkauan tangan operator ke atas adalah 169 cm. Nilai ini didapatkan

dari jangkauan tangan operator terpendek, tujuannya agar operator dengan tinggi

badan terpendek tetap nyaman saat menjangkau tongkat pada posisi normal.

Sedangkan nilai jangkauan tangan ke bawah didapatkan dari jangkauan tangan

operator tertinggi, tujuannya agar operator dengan tinggi badan tetinggi tidak

perlu membungkuk saat menarik tongkat sampai tarikan maksimal. Dengan ini,

diharapkan operator dapat lebih nyaman saat mengoperasikan alat.

Panjang maksimal tarikan operator adalah 87 cm, sedangkan ukuran

panjang kain yang harus dicelupkan adalah 138 cm. Berdasarkan hal tersebut,

agar seluruh kain dapat dicelupkan dengan satu kali tarikan, maka alat bantu

menggunakan 2 ukuran pulley dengan perbandingan ukuran 2:1 yaitu pulley

dengan diameter 7,5 cm dan 15 cm.

5.2.3 Material Perancangan

Tongkat penyangga kain dan penjepit adalah komponen yang akan

berinteraksi langsung dengan zat kimia. Maka material yang dipilih untuk

komponen tersebut adalah stainless steel. Stainless steel dipilih karena stainless

steel merupakan baja tahan karat yang mengandung setidaknya 10,5% Kromium

untuk mencegah proses korosi (pengkaratan logam). Kemampuan tahan karat

diperoleh dari terbentuknya lapisan film oksida Kromium, dimana lapisan oksida

ini menghalangi proses oksidasi besi (Ferum) (berdasarkan Wikipedia, 2010).

Pada desain perancangan, tongkat kendali operator terbuat dari kayu

meranti, hal ini mempertimbangkan harga material yang paling murah diantara

alternatif material lain. Terdapat alternatif lain yang dapat digunakan untuk

material tongkat kendali yaitu besi pipa alumunium dengan ukuran disesuaikan

Page 125: PERANCANGAN ALAT BANTU PROSES PENCELUPAN ZAT … · resiko yang tinggi juga didapatkan dalam evaluasi postur kerja dengan menggunakan RULA. Tujuan dari penelitian ini adalah menghasilkan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

V-4

desain rancangan. Keunggulan besi pipa yaitu besi pipa memiliki berat yang lebih

ringan dari pada kayu, sehingga beban yang ditanggung operator saat

mengoperasikan alat menjadi lebih ringan, namun harganya lebih mahal.

Sedangkan tali yang digunakan adalah polypropylene rope dengan

diameter 6mm. Ukuran ini merupakan ukuran tali polypropylene paling kecil yang

tersedia di pasaran, selain itu tali polypropylene memiliki beberapa keungulan

yaitu tahan terhadap zat kimia, juga cukup ringan dan mampu menahan beban

sampai 41,7 kg.

5.2.4 Usulan Bak Pencelup Kain

Pada penelitian ini bak pencelup kain hanya berfungsi sebagai tempat

penampungan cairan kimia untuk proses pewarnaan. Sedangkan proses

pencelupan sendiri sistemnya sama dengan sistem sebelumnya, yaitu dikendalikan

oleh operator tetapi dengan bantuan alat bantu. Maka usulan perbaikan pada bak

pencelup kain hanya meliputi memperbesar panjang dan lebar bak, memberi

pelapis pada dinding bak dan saluran pembuangan air, tanpa merubah desain bak

yang sudah ada.

Perubahan ukuran panjang dan lebar bak, disebabkan karena

menyesuaikan dengan ukuran kain yang ada (maksimal ukuran kain 1,15 m).

Dengan ini diharapkan proses pencelupan dapat lebih mudah. Karena keseluruhan

rangka bak terbuat dari kayu dan terus-menerus terkena cairan kimia, maka akan

memperbesar kemungkinan bak cepat rusak dan lapuk. Dengan

mempertimbangkan hal tersebut, maka pemberian lapisan kaca pada dinding bak

diharapkan mampu melindungi rangka bak dari zat kimia. Penambahan saluran

pembuangan air akan mempermudah aktivitas membersihkan/menguras bak,

dengan ini diharapkan resiko terkena cairan kimia dan cedera otot dapat

diminimalkan. Dengan ini kebutuhan akan bak yang lebih baik dan tahan terhadap

zat kimia sudah terpenuhi.

5.2.5 Prototipe Rancangan Alat Bantu

Dalam proses pembuatan prototipe rancangan, alat bantu diwujudkan

dalam bentuk miniatur dengan skala 1:3 dari ukuran sebenarnya. Karena ukuran

Page 126: PERANCANGAN ALAT BANTU PROSES PENCELUPAN ZAT … · resiko yang tinggi juga didapatkan dalam evaluasi postur kerja dengan menggunakan RULA. Tujuan dari penelitian ini adalah menghasilkan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

V-5

miniatur lebih kecil dari ukuran alat sebenarnya, maka spesifikasi alat yang dibuat

tidak dapat menyerupai spesifikasi yang diinginkan. Hal ini disebabkan karena

produk yang dibuat mempertimbangkan segi proporsional ukuran, serta

mengupayakankan agar sistem kerja alat tetap dapat berjalan sesuai dengan sistem

kerja rancangan. Hal inilah yang memungkinkan adanya perubahan dalam produk

apabila dibandingkan dengan rancangan yang dibuat.

Perbedaan desain miniatur yang dibuat dengan rancangan ditunjukkan

pada gambar 5.1 berikut ini.

(a) (b)

Gambar 5.1 Perbedaan antara Rancangan dan Miniatur Alat Bantu. (a) Hasil Rancangan Alat Bantu (b) Hasil Miniatur Alat Bantu

Beberapa perubahan yang terjadi pada miniatur alat bantu antara lain pada

sistem pemasangan tali penghubung tongkat kendali dan pemberat pada kedua sisi

alat bantu, dan pemberian stopper pada tongkat kendali operator. Berikut ini

perubahan pada setiap bagian tersebut:

1. Sistem pemasangan tali penghubung tongkat kendali

Pada desain rancangan alat bantu, sistem pemasangan tali penghubung

tongkat kendali dan pemberat dibuat melingkar dengan bantuan 6 buah pulley

ukuran 7,5 cm di kedua sisi alat bantu. Sedangkan pada miniatur hanya

menggunakan 4 buah pulley berskala 1:3 dari ukuran sebenarnya, dan tali

Page 127: PERANCANGAN ALAT BANTU PROSES PENCELUPAN ZAT … · resiko yang tinggi juga didapatkan dalam evaluasi postur kerja dengan menggunakan RULA. Tujuan dari penelitian ini adalah menghasilkan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

V-6

tidak dipasang secara melingkar pada masing-masing sisi alat bantu (tali pada

bagian bawah dihilangkan). Karena tali pada tiap sisi tidak dipasang secara

continue, maka karet yang berfungsi sebagai tensioner (penegang agar tali

tidak kendur) juga dihilangkan.

Perubahan ini disebabkan karena terjadi kesulitan penyetingan tali pada

miniatur untuk mewujudkan sistem kerja alat sesuai dengan sistem kerja yang

diinginkan pada perancangan. Karena ukuran miniatur jauh lebih kecil dari

ukuran sebenarnya, apabila tali dipasang sesuai dengan desain rancangan,

sistem kerja tidak dapat berjalan sesuai dengan sistem kerja awal, hal ini tentu

tidak memenuhi spesifikasi kerja alat yang diinginkan.

Penghilangan tensioner pada miniatur berakibat tali tidak bisa stabil sehingga

terkadang terjadi slip baik pada tali penghubung tongkat kendali maupun

pada tongkat penyangga kain, untuk mengatasi ini maka ketika tongkat

kendali ditarik posisi tongkat kendali operator harus benar-benar seimbang.

2. Stopper (penahan) pada tongkat kendali operator

Perubahan pada sistem pemasangan tali juga berdampak pada stopper tongkat

kendali operator. Pada desain rancangan, stopper tongkat kendali operator

memanfaatkan pemberat. Karena sistem tali dipasangang secara continue,

maka ketika alat dalam posisi normal, posisi tongkat dikendalikan oleh

pemberat. Pemberat akan ditahan oleh pulley pada bagian bawah alat bantu,

sehingga tongkat kendali dapat berada pada posisi sesuai desain rancangan.

Sedangkan pada miniatur, karena 2 buah pulley pada bagian bawah

dihilangkan, maka tidak ada yang menahan pemberat posisi normal, hal ini

mengakibatkan posisi ketinggian tongkat tidak berada pada ketinggian yang

ditentukan pada rancangan. Untuk mengatasi ini maka pada bagian rangka

alat bantu diberi tambahan stopper berupa besi berbentuk siku untuk menahan

tongkat kendali pada posisi semula. Posisi stopper diletakkan pada posisi

tengah ketinggian alat bantu, atau pada ketinggian 100 cm. Bentuk stopper

pada miniatur dapat dilihat pada gambar 5.2 berikut ini.

Page 128: PERANCANGAN ALAT BANTU PROSES PENCELUPAN ZAT … · resiko yang tinggi juga didapatkan dalam evaluasi postur kerja dengan menggunakan RULA. Tujuan dari penelitian ini adalah menghasilkan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

V-7

Gambar 5.2 Stopper tongkat kendali pada miniatur alat bantu.

Karena alat bantu hanya diwujudkan dalam bentuk miniatur, maka

perubahan yang terjadi pada miniatur alat hanya merupakan solusi agar alat tetap

dapat berjalan sesuai dengan sistem kerja yang ada pada rancangan alat bantu.

Apabila alat diaplikasikan pada bentuk prototipe pada ukuran sebenarnya, perlu

dilakukan penelitian apakah perubahan-perubahan ini perlu dilakukan atau tidak.

5.2.6 Kelebihan dan Kelemahan Alat Bantu

Hasil rancangan alat tentunya memiliki kelebihan dan kelemahan. Ada

beberapa kelebihan yang dimiliki produk hasil rancangan, yaitu:

1. Nyaman saat dipakai,

Desain rancangan alat bantu disesuaikan dengan dimensi tubuh operator,

khususnya pada ukuran dan posisi tongkat kendali operator, sehingga

operator merasa nyaman saat mengoperasikan alat. Dimensi alat bantu juga

disesuaikan dengan ukuran dimensi bak pencelup kain, dan ukuran kain.

2. Mengurangi resiko nyeri pada pemakai,

Alat ini dilengkapi komponen berupa tongkat penyangga kain. Dengan

adanya komponen ini, operator tidak perlu mencelupkan tangan ke zat kimia

saat proses berlangsung. Desain alat juga dibuat untuk memperbaiki postur

kerja sebelumnya. Postur kerja membungkuk dengan tingkat resiko tinggi dan

dianggap berbahaya bagi operator dihilangkan, dan digantikan dengan postur

yang memiliki tingkat resiko yang lebih kecil dan tidak menimbulkan resiko

cedera otot bagi operator.

Stopper tongkat kendali

Page 129: PERANCANGAN ALAT BANTU PROSES PENCELUPAN ZAT … · resiko yang tinggi juga didapatkan dalam evaluasi postur kerja dengan menggunakan RULA. Tujuan dari penelitian ini adalah menghasilkan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

V-8

3. Dapat dioperasikan oleh satu orang operator,

Desain alat bantu akan dibuat sehingga dapat dioperasikan oleh satu operator.

Peranan operator ke-2 akan digantikan dengan memanfaatkan mekanisme

tarik ulur dengan bantuan pulley dan pemberat. Dengan ini diharapkan sistem

dapat berjalan secara paralel, dan proses pencelupan pada zat warna maupun

penguncian warna dapat tetap berjalan walaupun hanya ada 1 orang operator

yang hadir.

4. Dibuat dari material yang kuat,

Pemilihan bahan sudah mempertimbangkan faktor beban baik dari kain

maupun tiap-tiap komponen. Pemilihan material juga sudah

mempertimbangkan penggunaan material yang tahan korosi, karena sistem

pencelupan menggunakan cairan kimia.

5. Mudah digunakan dan tidak mengurangi aktivitas pencelupan sebelumnya,

Pengoperasian rancangan alat bantu dilakukan secara manual oleh operator,

sistem pencelupan sama dengan sistem pencelupan awal, namun dengan

postur kerja yang lebih baik, meminimumkan interaksi tangan dengan zat

kimia, dan dapat dilakukan oleh satu orang operator.

6. Dilengkapi dengan tempat untuk meniriskan kain,

Alat bantu sudah dilengkapi dengan tempat untuk meniriskan kain setelah

dicelupkan. Posisinya sudah disesuaikan dengan panjang kain, posisi bak

pencelup kain dan jangkuan tangan operator.

Sedangkan kelemahan yang dimiliki hasil rancangan, yaitu:

1. Sistem pemasangan (set up) tali.

Pemasangan tali baik untuk menghubungkan tongkat kendali maupun pada

tongkat penyangga kain harus benar-benar tepat dan seimbang pada kedua

sisi tiap komponen. Tali yang menghubungkan tongat kendali tidak boleh

kendur (harus selalu stabil). Jika hal tersebut tidak terpenuhi maka alat bantu

tidak akan dapat dioperasikan, tali juga akan slip atau tidak seimbang pada

kedua sisinya.

Page 130: PERANCANGAN ALAT BANTU PROSES PENCELUPAN ZAT … · resiko yang tinggi juga didapatkan dalam evaluasi postur kerja dengan menggunakan RULA. Tujuan dari penelitian ini adalah menghasilkan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

V-9

5.2. Analisis Beban yang Ditanggung Operator

Beban yang ditanggung operator merupakan perhitungan beban yang akan

ditanggung oleh operator pada saat mengoperasikan alat bantu. Perhitungan beban

dicari dengan mempertimbangkan interaksi gaya yang terjadi antara alat bantu dan

operator. Gaya-gaya tersebut adalah gaya pada tangan operator, gaya pada batang

kayu, gaya pada kain dan gaya pada tongkat stainless steel. Untuk perhitungan ini,

diasumsikan gaya gesek yang terjadi pada alat bantu belum diperhitungkan. Hal

ini dikarenakan tidak dapat dipastikan tipe dan jenis material bearing, pulley, serta

tali yang digunakan, kehalusan permukaan bearing dan pulley, ketegangan pada

pemasangan tali, dan kemungkinan terjadinya slip pada tali dengan

mempertimbangkan koefisien gesek kinetik yang terjadi, sebagai dasar untuk

menghitung seberapa besar gaya gesek yang terjadi pada alat bantu.

Berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan pada subbab 4.2.4

didapatkan besarnya beban yang ditanggung operator saat menarik tongkat

kendali adalah 3,85 kg. Nilai ini didapatkan dari penjumlahan antara gaya-gaya

searah (Ftangan dan Fbatang) dikurangi dengan gaya-gaya berlawanan (Fkain dan

Fstainless steel). Karena gaya gesek belum diperhitungkan, maka besarnya beban tentu

lebih ringan dari beban sebenarnya. Hal ini tidak menjadi masalah, karena untuk

perhitungan dengan menggunakan metode RULA, nilai range pembebanan

dengan skor 2 (pembebanan statis atau berulang) nilai pembebannya antara 2-10

kg. Maka apabila terjadi penambahan beban akibat gaya gesek yang terjadi,

nilainya masih dalam range tersebut (< dari 10 kg). Oleh karena itu, berdasarkan

perhitungan RULA beban 3,85 kg digolongkan cukup ringan, sehingga dapat

disimpulkan beban yang ditimbulkan dari penggunaan alat masih layak atau masih

dalam batas kemampuan operator.

5.3. Analisis Perbandingan Postur Kerja

Postur kerja pada hasil perancangan digunakan untuk memodelkan postur

kerja yang diharapkan saat mengoperasikan alat bantu. Tujuannya adalah untuk

membandingkan postur kerja sebelum menggunakan alat bantu dan setelah

menggunakan alat bantu, pada proses pencelupan zat warna dan penguncian

Page 131: PERANCANGAN ALAT BANTU PROSES PENCELUPAN ZAT … · resiko yang tinggi juga didapatkan dalam evaluasi postur kerja dengan menggunakan RULA. Tujuan dari penelitian ini adalah menghasilkan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

V-10

warna. Proses pembandingannya dimulai dengan membuat gambar model

operator dengan software ManneQuin.

Gambar model disesuaikan dengan ukuran dimensi tubuh operator, baik

operator tertinggi dan terendah, yang kemudian dilakukan perhitungan sudut dan

penilaian terhadap gambar tersebut dengan menggunakan metode RULA.

Penilaian ini bertujuan untuk mengetahui apakah kondisi postur kerja setelah

perancangan yang diilustrasikan melalui gambar ini, masih berpotensi

menimbulkan cidera musculoskeletal.

Postur kerja yang diambil pada postur kerja awal adalah postur kerja saat

mencelupkan kain ke bak, sedangkan postur kerja pada pengoperasian alat bantu

adalah postur kerja saat menarik dan mengulur tongkat kendali. Hasil penilaian

RULA pada postur kerja sebelum dan sesudah perancangan dapat dilihat dalam

tabel 5.2 berikut ini.

Tabel 5.2 Perbandingan hasil RULA sebelum dan sesudah perancangan Awal Setelah Perancangan

Gerakan Level

Tindakan Level

Resiko Tindakan Gerakan

Level Tindakan

Level Resiko

Tindakan

Mencelupkan kain ke bak

7 Tinggi Tindakan sekarang

juga

Menarik tongkat kendali

6 Sedang

Tindakan dalam waktu dekat

Mengulur tongkat kendali

3 Kecil

Diperlukan beberapa

waktu kedepan

Berdasarkan tabel 5.2, dapat dilihat bahwa terjadi penurunan level resiko

berdasarkan hasil penilaian dengan menggunakan metode RULA pada postur

kerja sesudah perancangan, dibandingkan dengan postur kerja awal. Untuk postur

kerja saat mencelupkan kain (sebelum menggunakan alat bantu) memiliki skor 7

dengan level resiko tinggi. Sedangkan untuk postur kerja setelah menggunakan

alat bantu, proses pencelupan kain dibagi menjadi dua posisi, yaitu posisi ke-1

pada saat menarik tongkat kendali memiliki skor 6 dengan level resiko sedang,

dan posisi ke-2 pada saat mengulur tongkat kendali memiliki skor 3 dengan level

resiko kecil.

Page 132: PERANCANGAN ALAT BANTU PROSES PENCELUPAN ZAT … · resiko yang tinggi juga didapatkan dalam evaluasi postur kerja dengan menggunakan RULA. Tujuan dari penelitian ini adalah menghasilkan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

V-11

Penurunan level resiko ini terjadi karena terjadinya perubahan postur kerja

operator sebelum dan sesudah perancangan. Rancangan alat bantu membuat

operator tidak perlu menundukkan badan pada saat proses pencelupan zat warna

dan penguncian warna. Hal ini dipengaruhi oleh dimensi alat bantu, khususnya

pada tinggi maksimal dan panjang tarikan maksimal tongkat kendali yang sudah

disesuaikan dengan dimensi tubuh operator. Sikap kerja operator yang semula

berdiri dengan punggung membungkuk > 600 dan leher ekstensi, berubah menjadi

berdiri tegak dengan leher fleksi < 200. Posisi lengan atas saat menarik tongkat

yang semula fleksi > 450 berubah menjadi < 450, lengan bawah dan pergelangan

tangan tidak keluar dari sisi tubuh dengan sudut < 900.

Dari keseluruhan penilaian setelah perancangan dapat diperoleh hasil

bahwa postur tubuh operator saat menggunakan alat bantu pada proses pencelupan

zat warna dan penguncian warna memiliki level resiko yang kecil terhadap cidera

musculoskeletal dibandingkan dengan postur kerja awal. Hal ini disebabkan oleh

desain alat bantu yang lebih ergonomis sehingga memungkinkan operator dapat

bekerja dengan postur tubuh yang baik.

5.4. Analisis Biaya

Estimasi biaya merupakan perkiraan besarnya biaya yang dikeluarkan

untuk membuat alat bantu pada proses pencelupan dan penguncian warna. Biaya

perancangan tersebut terdiri dari biaya material dan biaya non material. Biaya

material merupakan biaya yang dikeluarkan untuk membeli bahan yang

digunakan untuk pembuatan alat bantu.

Pada proses pembuatan produk rancangan, biaya yang dikeluarkan berbeda

dengan estimasi sebelumnya. Total estimasi biaya untuk biaya meterial sebesar

Rp 2.742.000,00, mengalami peningkatan menjadi Rp 2.835.000,00 untuk total

biaya material pembuatan produk dalam ukuran sebenarnya. Sedangkan total

biaya non material yang semula sebesar Rp 1.150.000,00 mengalami peningkatan

menjadi Rp 1.270.000,00. Perubahan ini terjadi karena terjadi kenaikan harga

material dan biaya tenaga kerja, kenaikan harga dapat dilihat pada tabel 5.3

berikut ini.

Page 133: PERANCANGAN ALAT BANTU PROSES PENCELUPAN ZAT … · resiko yang tinggi juga didapatkan dalam evaluasi postur kerja dengan menggunakan RULA. Tujuan dari penelitian ini adalah menghasilkan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

V-12

Tabel 5.3 Biaya Pembuatan Produk

No Bahan Ukuran Kebutuhan Satuan Harga Satuan

(Rp) Biaya (Rp)

1. Besi Pipa Ø 1,5 inci

P: 6 m 24 m Lonjor 150.000 600.000

2. Besi Pipa Ø 1 inci P: 6 m

1,65 m Lonjor 140.000 140.000

3. Besi As Ø 1,75 mm

P: 6 m 1 m Lonjor 50.000 50.000

4. Stainless Steel 3.14

Ø 2 cm 4,4 m Lonjor 500.000 500.000

5. Pulley nilon r: 15 cm 4 Buah 50.000 200.000

6. Pulley nilon r: 7,5 cm 12 Buah 12.000 144.000

7. Bearing Dd: 1,75 cm 32 Buah 16.000 512.000

8. Kayu 140 x 140 mm 2 Lonjor 25.000 50.000

9. Mur-Baut 6 Buah 1500 9.000

10. Penjepit Stainless Steel

4 Buah 125.000 500.000

11. Karet P: 20 cm, L: 5 cm, t: 3 mm

2 Lembar 10.000 20.000

12. Pemberat 2 Buah 15.000 30.000

13. Tali polypropylene 4 Gulung 10.000 40.000

13. Biaya tenaga kerja 3 orang 5 Hari 150.000 750.000

14. Biaya Ide 400.000

15. Biaya transportasi

120.000

Total Biaya 4.105.000

Dengan demikian besarnya biaya keseluruhan yang diperlukan dalam pembuatan

produk alat bantu yang semula Rp 3.892.000,00 meningkat menjadi Rp

4.105.000,00. Karena biaya yang diinvestasikan untuk pembuatan alat bantu cukup

besar, maka dengan mempertimbangkan omset penjualan setiap bulan dapat

diperhitungkan payback periode untuk biaya investasi pembuatan alat bantu adalah

sebagai berikut.

Berdasarkan informasi dari pihak perusahaan, setiap bulan perusahaan

dapat menjual rata-rata 190 lembar kain batik tulis dengan harga Rp 500.000,00

(diasumsikan dengan patokan harga jual paling murah untuk batik tulis), dengan

Page 134: PERANCANGAN ALAT BANTU PROSES PENCELUPAN ZAT … · resiko yang tinggi juga didapatkan dalam evaluasi postur kerja dengan menggunakan RULA. Tujuan dari penelitian ini adalah menghasilkan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

V-13

keuntungan sebesar Rp 100.000,00 per kain batik. Maka total keuntungan per bulan

sebesar Rp 1.900.000,00. Jadi, untuk mendapatkan payback periode investasi untuk

biaya pembuatan alat bantu yaitu dengan membagi total biaya investasi dengan

total keuntungan perbulan (diasumsikan seluruh keuntungan diinvestasikan untuk

pembuatan alat bantu), maka didapatkan lamanya waktu payback periode investasi

selama 2,5 bulan.

Page 135: PERANCANGAN ALAT BANTU PROSES PENCELUPAN ZAT … · resiko yang tinggi juga didapatkan dalam evaluasi postur kerja dengan menggunakan RULA. Tujuan dari penelitian ini adalah menghasilkan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

VI-1

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

Bab ini berisi kesimpulan berdasarkan analisis yang telah diuraikan pada

bab sebelumnya serta saran untuk penelitian selanjutnya.

6.1. KESIMPULAN

Berdasarkan analisis yang telah diuraikan pada bab sebelumnya maka

kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini, sebagai berikut:

1. Penelitian ini telah menghasilkan alat bantu pada proses pencelupan zat warna

dan penguncian warna yang dapat memperbaiki postur kerja dan mengurangi

interaksi dengan zat kimia pada pemakainya.

2. Alat bantu yang dihasilkan memiliki rangka alat bantu terpisah dari bak

pencelup kain, sistem pencelupan bergantian dari ujung ke ujung kain,

dilengkapi oleh komponen yang dapat mengantikan fungsi kedua tangan

operator saat proses pencelupan, dan dioperasikan dengan cara manual oleh

satu orang operator dengan total biaya pembuatan sebesar Rp 4.105.000,00,00.

3. Berdasarkan penilaian dengan menggunakan metode RULA pada postur kerja

setelah menggunakan alat bantu, terjadi penurunan level resiko dibandingkan

sebelum menggunakan alat bantu. Penurunan level resiko tersebut adalah

postur pencelupan tanpa alat bantu (postur awal) memiliki level tinggi.

Sedangkan saat mengoperasikan alat, postur kerja dibagi menjadi dua yaitu

pada postur kerja saat menarik alat bantu memiliki level resiko sedang dan

saat mengulur alat bantu memiliki level resiko kecil.

6.2. SARAN

Saran yang dapat diberikan untuk langkah pengembangan atau penelitian

selanjutnya, sebagai berikut:

1. Desain perancangan dapat dikembangkan untuk perbaikan pada fungsi

sistem pengaturan tali untuk mempermudah proses set up alat.

Page 136: PERANCANGAN ALAT BANTU PROSES PENCELUPAN ZAT … · resiko yang tinggi juga didapatkan dalam evaluasi postur kerja dengan menggunakan RULA. Tujuan dari penelitian ini adalah menghasilkan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

VI-2

2. Desain dapat dikembangkan lebih sederhana dengan pembebanan yang

lebih ringan.

3. Penelitian dapat dilanjutkan untuk pembuatan alat dalam ukuran

sebenarnya, sehingga dapat dilakukan perbaikan-perbaikan dalam usaha

penyempurnaan sistem yang sudah dirancang.