PERANAN PROGRAM PEMBERDAYAAN PEREMPUAN KEPALA …repository.utu.ac.id/689/1/I-V.pdf · miskin, dan...

64
PERANAN PROGRAM PEMBERDAYAAN PEREMPUAN KEPALA KELUARGA (PEKKA) DALAM MENINGKATKAN KESEJAHTERAAN JANDA DI KECAMATAN TANGAN- TANGAN KABUPATENACEH BARAT DAYA SKRIPSI Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Memenuhi Syarat-syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Sosial Oleh TRISNA SUSIANDA NIM : 10C20201040 KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS TEUKU UMAR MEULABOH ACEH BARAT 2014

Transcript of PERANAN PROGRAM PEMBERDAYAAN PEREMPUAN KEPALA …repository.utu.ac.id/689/1/I-V.pdf · miskin, dan...

Page 1: PERANAN PROGRAM PEMBERDAYAAN PEREMPUAN KEPALA …repository.utu.ac.id/689/1/I-V.pdf · miskin, dan 320-480 untuk kategori hampir berkecukupan, di negara-negara dunia ketiga, masyarakat

PERANAN PROGRAM PEMBERDAYAAN PEREMPUAN KEPALA KELUARGA (PEKKA) DALAM MENINGKATKAN

KESEJAHTERAAN JANDA DI KECAMATAN TANGAN-

TANGAN KABUPATENACEH BARAT DAYA

SKRIPSI

Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Memenuhi

Syarat-syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Sosial

Oleh

TRISNA SUSIANDA

NIM : 10C20201040

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS TEUKU UMAR

MEULABOH – ACEH BARAT

2014

Page 2: PERANAN PROGRAM PEMBERDAYAAN PEREMPUAN KEPALA …repository.utu.ac.id/689/1/I-V.pdf · miskin, dan 320-480 untuk kategori hampir berkecukupan, di negara-negara dunia ketiga, masyarakat

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pembangunan merupakan hal terpenting yang harus ditingkatkan demi

mencapai tujuan masyarakat yang adil, makmur, dan sejahtera. Namun proses

pembangunan ini terganggu ketika krisis moneter tahun 1997 melanda Indonesia

dan pada era tersebut semakin terlihat jelas jurang antara golongan miskin dan

golongan kaya. Untuk masalah kemiskinan, Indonesia sendiri menggunakan tiga

penggolongan kemiskinan, yaitu masyarakat yang hidup dibawah garis

kemiskinan, masyarakat yang hidup tepat diatas garis kemiskinan, dan yang

terakhir adalah golongan masyarakat yang hidup di atas batas garis kemiskinan.

Menurut Sayogya (Ichwan Muis, 2008:65) mengenai batas garis

kemiskinan itu sendiri adalah setara dengan harga 240 kg beras per orang dalam

satu tahun untuk pedesaan dan 360 kg beras per orang per tahun untuk wilayah

perkotaan. Dalam perkembangan selanjutnya, batas kemiskinan dikoreksi

menjadi < 240 yang dikategorikan sangat miskin, 240-320 untuk kategori

miskin, dan 320-480 untuk kategori hampir berkecukupan, di negara-negara dunia

ketiga, masyarakat yang hidup didalam lingkaran kemiskininan adalah masyarakat

yang hidup didalam keluarga yang dikepalai oleh wanita, karena dalam

keluarga tersebut tidak ada pria yang mampu menafkahi keluarganya (Todaro

& Smith, 2006: 81).

Sebagian wanita mengalami trauma karena tindak kekerasan dalam rumah

termasuk pembatasan hak-hak wanita dalam kegiatan ekonominya. Terlepas dari

Page 3: PERANAN PROGRAM PEMBERDAYAAN PEREMPUAN KEPALA …repository.utu.ac.id/689/1/I-V.pdf · miskin, dan 320-480 untuk kategori hampir berkecukupan, di negara-negara dunia ketiga, masyarakat

2

semua kondisi kehidupan wanita yang memprihatinkan, wanita khususnya yang

hidup di negara berkembang sebenarnya memiliki peran tersendiri sebagai salah

satu instrumen pengentasan kemiskinan. Berdasarkan beberapa bukti

emipiris, tingkat pengembalian (rate of return) dari investasi pendidikan kaum

wanita lebih tinggi dibanding dengan tingkat pengembalian dari investasi

pendidikan kaum pria. Hal ini menunjukan bahwa kaum wanita dapat

memberikan produktivitas kerja yang lebih tinggi dibanding kaum pria. Bahkan

dengan pendidikan wanita yang lebih tinggi, untuk jangka panjang wanita tersebut

dapat menjamin kualitas intelejensi anak-anaknya sehingga berguna untuk masa

depan. Apalagi Perempuan kepala keluarga di Indonesia Di tahun 2010, Biro

Pusat Statistik (BPS) memperkirakan terdapat 65 juta keluarga di Indonesia. Dari

keluarga-keluarga tersebut, 14% (9 juta) nya dikepalai oleh perempuan. BPS

mendefinisikan kepala keluarga sebagai seorang yang bertanggung jawab atas

kebutuhan sehari-hari sebuah keluarga atau seorang yang dianggap kepala dari

keluarga tersebut.

Kondisi demikian juga sejalan dengan apa yang telah disampaikan oleh

Komnas Perempuan yang kemudian membentuk sebuah program yang

melindungi hak-hak para wanita yaitu PEKKA. Data Susenas Indonesia tahun

2007 menunjukkan bahwa jumlah rumah tangga yang dikepalai perempuan

mencapai 13.60% atau sekitar 6 juta rumah tangga yang mencakup lebih dari 30

juta penduduk. Jika dibandingkan data tahun 2001 ketika PEKKA pertama

digagas yang kurang dari 13%, data ini menunjukkan kecenderungan

peningkatan rumah tangga yang dikepalai perempuan rata-rata 0.1% pertahun.

Berdasarkan Undang-Undang Perkawinan Nomor 1 tahun 1974, dalam

Page 4: PERANAN PROGRAM PEMBERDAYAAN PEREMPUAN KEPALA …repository.utu.ac.id/689/1/I-V.pdf · miskin, dan 320-480 untuk kategori hampir berkecukupan, di negara-negara dunia ketiga, masyarakat

3

kehidupan sosial politik dan kemasyarakatan di Indonesia, kepala keluarga

adalah suami atau laki-laki. Oleh karena itu keberadaan perempuan sebagai

kepala keluarga tidak sepenuhnya diakui baik dalam sistem hukum yang berlaku

maupun dalam kehidupan sosial masyarakat. Sebagai akibatnya perempuan

kepala keluarga menghadapi diskriminasi hak dalam kehidupan sosial politiknya

(PEKKA, 2010). Rumah tangga yang dikepalai perempuan umumnya miskin

dan merupakan kelompok termiskin dalam strata sosial ekonomi di Indonesia.

Hal ini sangat terkait dengan kualitas sumberdaya perempuan kepala keluarga

yang rendah. Data dasar Sekretariat Nasional PEKKA di 8 provinsi menunjukkan

bahwa PEKKA umumnya berusia antara 20 – 60 tahun, lebih dari 38.8% buta

huruf dan tidak pernah duduk di bangku sekolah dasar sekalipun. Sebagian

wanita menghidupi antara 1-6 orang tanggungan, bekerja sebagai buruh tani dan

sektor informal dengan pendapatan rata-rata kurang dari Rp 10.000 per hari.

PEKKA (Pemberdayaan Perempuan Kepala Keluarga) adalah sebuah LSM

Indonesia yang didirikan pada tahun 2001 yang bekerja dengan lebih dari 12.000

perempuan kepala keluarga melalui sebuah jejaring yang terdiri dari 500

kelompok PEKKA yang tersebar di 330 desa di 8 Propinsi di Indonesia, termasuk

NAD, Jawa Barat, Jawa Tengah, Kalimantan Barat, Nusa Tenggara Barat, Nusa

Tenggara Timur, Maluku Utara dan Sulawesi Tenggara dan sekarang PEKKA

sudah meluas sampai di 19 propinsi.

Di Aceh pada tahun 2002 mulai dibentuk kelompok PEKKA di lima

kabupaten yaitu: Aceh Besar, Pidie, Bireun, Aceh Timur dan Aceh Barat Daya.

Pada tahun 2007, diperluas sampai ke kabupaten Aceh Jaya dan Singkil, sekarang

wilayah PEKKA di Aceh sudah meliputi 9 kabupaten yaitu Aceh Besar, Pidie,

Page 5: PERANAN PROGRAM PEMBERDAYAAN PEREMPUAN KEPALA …repository.utu.ac.id/689/1/I-V.pdf · miskin, dan 320-480 untuk kategori hampir berkecukupan, di negara-negara dunia ketiga, masyarakat

4

Bireun, Idi Rayeuk, Aceh Jaya, Aceh Barat Daya, Aceh Selatan, dan Aceh

Singkil. Di Aceh, ada ribuan perempuan yang menjadi kepala keluarga akibat

terjadinya konflik yang berkepanjangan, karena cerai hidup, ditelantarkan atau

tidak menikah, perempuan yang menikah tetapi menghidupi keluarga karena

suami sakit, cedera, tidak dapat bekerja, atau bekerja diluar negeri dan suaminya

tersebut tidak membiayai kebutuhan ekonomi keluarga juga dapat menjadi

anggota PEKKA. Sampai tahun 2005 setelah gempa bumi dan Tsunami pada 26

desember 2004 telah banyak membuat anggota PEKKA meninggal, ratusan rumah

dan ratusan sumber penghidupan mereka hancu, Yang tersisa hanyalah semangat

untuk bangkit mereka yang tidak pernah mati, berjuang dalam ketidakpastian.

Dikabupaten Aceh Barat Daya masih banyak terdapat perempuan sebagai

kepala keluargaterutama yang tinggal didaerah pedesaan, salah satu daerah

tersebut berada di Kecamatan Tangan-tangan yang merupakan salah satu

Kecamatan dari 9 Kecamatan di Kabupaten Aceh Barat Daya, jarak dengan

ibukota kabupaten adalah ± 13 Km, penduduknya didominasi oleh petani, hanya

sebagian kecil yang berprofesi sebagai Pengusaha dan Pegawai Negeri. PEKKA

sudah terbentuk di Kecamatan Tangan-tangan sejak tahun 2002 dan sudah mulai

membentuk kelompok-kelompok di gampong, walau agak sedikit sulit mengajak

para janda bergabung namun PEKKA terus bersosialisasi tentang pentingnya

berkelompok agar kehidupan mereka lebih maju dan berkembang. Seiring

berjalannya waktu dari 15 gampong yang ada di Kecamatan Tangan-tangan hanya

2 gampong yang belum terbentuk kelompok PEKKA, ini karena kesadaran

masyarakat yang masih sangat rendah akan pentingnya berorganisasi dan

berkelompok.

Page 6: PERANAN PROGRAM PEMBERDAYAAN PEREMPUAN KEPALA …repository.utu.ac.id/689/1/I-V.pdf · miskin, dan 320-480 untuk kategori hampir berkecukupan, di negara-negara dunia ketiga, masyarakat

5

Perempuan kepala keluarga yang tergabung dalam kelompok PEKKA di

Kecamatan Tangan-tangan merupakan keluarga sangat miskin, faktor utama yang

menyebabkan Janda sulit untuk maju dan berkembang adalah akses keadilan yang

kurang, baik dalam masalah sosial, hukum dan politik. Janda sering

termarjinalkan dan dipandang sebelah mata dan susah dalam berbagai pengurusan

seperti KTP, akta kelahiran anak, mendapatkan Bantuan Langsung Tunai (BLT),

beras miskin (RASKIN), Jaminan Kesehatan untuk mayarakat Miskin

(JAMKESMAS), perebutan hak asuh anak dalam keluarga janda serta dalam hal

akses modal untuk membuka usaha karena dianggap perempuan sebagai kepala

keluarga tidak akan mampu mengembalikan modal pada waktu yang di tentukan.

PEKKA.

Berdasarkan uraian di atas maka, penulis tertarik untuk melakukan

penelitian yang berjudul Peranan Program Pemberdayaan Perempuan Kepala

Keluarga (PEKKA) Dalam Meningkatkan Kesejahteraan Janda Di

Kecamatan Tangan-Tangan Kabupaten Aceh Barat Daya ?.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan masalah dalam penelitian

ini adalah:

1. Bagaimana peranan Program Pemberdayaan Perempuan Kepala keluarga

(PEKKA) dalam meningkatkan kesejahteraan janda di Kecamatan

Tangan-tangan Kabupaten Aceh Barat Daya?

2. Apa kendala yang dihadapi PEKKA dalam meningkatkan kesejahteraan

janda di Kecamatan Tangan-tangan Kabupaten Aceh Barat Daya?

Page 7: PERANAN PROGRAM PEMBERDAYAAN PEREMPUAN KEPALA …repository.utu.ac.id/689/1/I-V.pdf · miskin, dan 320-480 untuk kategori hampir berkecukupan, di negara-negara dunia ketiga, masyarakat

6

1.1.1. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang di atas, adapun tujuan penelitian ini

ialah:

1. Untuk mengetahui bagaimana peranan PEKKA dalam meningkatkan

kesejahteraan janda?

2. Untuk mengetahui kendala-kendala apa saja yang dihadapi PEKKA

dalam meningkatkan kesejahteraan jandadi Kecamatan Tangan-tangan

Kabupaten Aceh Barat Daya?

1.4. Manfaat Penelitian

1.4.1. Mamfaat teoritis

1. Untuk dapat meningkatkan kemampuan berfikir peneliti melalui karya

ilmiah, sekaligus penerapan ilmu pengetahuan yang telah diperoleh

guna mendukung teori yang teori yang telah ada.

2. Menambah referensi bagi peneliti selanjutnya, yang juga ingin

melakukan penelitian yang sama dengan penulis.

1.4.2. Manfaat Praktis

1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menghasilkan suatu imformasi

yang berisikan tentang peranan program PEKKA dalam meningkatkan

kesejahteraan janda khususnya bermanfaat bagi warga di kecamatan

Tangan-tangan dan umumnya bermamfaat bagi pemerintah daerah.

2. Dapat dijadikan referensi bagi akademik serta mahasiswa program ilmu

studi Administrasi Negara, yang juga nantinya akan melakukan

penelitian yang sama dengan penulis.

Page 8: PERANAN PROGRAM PEMBERDAYAAN PEREMPUAN KEPALA …repository.utu.ac.id/689/1/I-V.pdf · miskin, dan 320-480 untuk kategori hampir berkecukupan, di negara-negara dunia ketiga, masyarakat

7

1.5. Sistematika Penulisan

Untuk memberikan gambaran yang jelas dalam penulisan skripsi ini ditulis

dengan struktur berikut:

Bab I Pendahuluan

Bab ini terdiri atas latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian,

mamfaat penelitian dan sistematika penulisan.

Bab II Tinjauan Pustaka

Bab ini yang memuat tentang teori-teori yang mendukung penelitian.

Bab III Metodologi Penelitian

Pada Bab ini berisi tentang metodologi penelitian, sumber data dan

teknik pengumpulan data, instrument penelitian, teknik analisis data,

pengujian kredibilitas data dan teknik penentuan informan.

Bab IV Hasil dan Pembahasan

Memuat tentang uraian laporan hasil penelitian dan pembahasan hasil

penelitian.Yakni deskripsi dari interprestasi data-data yang diperoleh.

Bab V Penutup

Berisi kesimpulan dan saran

Page 9: PERANAN PROGRAM PEMBERDAYAAN PEREMPUAN KEPALA …repository.utu.ac.id/689/1/I-V.pdf · miskin, dan 320-480 untuk kategori hampir berkecukupan, di negara-negara dunia ketiga, masyarakat

vii

ABSTRAK

TRISNA SUSIANDA. Perana Program Pemberdayaan Perempuan kepala

keluarga (PEKKA) dalam Meningkatkan Kesejahteraan Janda di

Kecamatan Tangan-tangan Kabupaten Aceh Barat Daya, pembimbing I,

Said Fadhlain S.IP. Pembimbing II, Saiful Asra, M.Soc.sc

Pembangunan merupakan hal terpenting yang harus ditingkatkan demi tercapai

masyarakat yang adil makmur dan sejahtera. Di Negara-negara ketiga masyarakat

yang hidup di dalam lingkaran kemiskinan adalah masyarakat yang hidup di

dalam keluarga yang dikepalai oleh wanita karena tidak ada yang mampu

menafkahinya. Sejak tahun 2001 komnas perempuan telah meluncurkan Program

Pemberdayaan Perempuan Kepala Keluarga (PEKKA) yang bertujuan untuk

pemberdayaan Perempuan dalam rangka ikut berkontribusi membangun tatanan

masyarakat yang sejahtera adilgender dan bermartabat. PEKKA yang

dilaksanakan di Kecamatan Tangan-tangan sejak tahun 2002 sampai dengan

sekarang berbagai program telah dilaksanakan. Permasalahan dalam penelitian ini

adalah bagaimana peranan program (PEKKA) dalam meningkatakan

kesejahteraan janda dan apa saja kendala yang dihadapi PEKKA dalam

meningkatkan kesejahteraan janda di kecamatan Tangan-tangan kabupaten Aceh

Barat Daya. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui peranan Program

PEKKA dalam meningkatkan kesejahteraan janda dan untuk mengetahui kendala-

kendala yang dihadapi PEKKA dalam meningkatkan kesejahteraan janda di

kecamatan Tangan-tangan Kabupaten Aceh Barat Daya. Metode penelitian yang

digunakan adalah metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Sumber data

yang diperoleh adalah sumber data primer dan skunder. Teknik pengumpulan data

yaitu observasi wawancara dan dokumentasi. Berdasarkan hasil penelitian

didapatkan bahwaprogram PEKKA di Kecamatan Tangan-tangan sudah sangat

banyak membantu keluarga janda. Peranan PEKKA sangat terlihat terhadap

peningkatan pemberdayaan Perempuan Kepala Keluarga yang tergolong miskin

sebelum dan sesudah bergabung dengan kegiatan PEKKA di kecamatan Tangan-

tangan. Disamping itu dalam pelaksanaan juga masihterdapat kelemahan dan

kendala-kendala baik oleh pengelola maupun oleh anggota yang namun tidak

begitu berpengaruh terhadap proses pelaksanaan program PEKKA secara umum.

Kata Kunci : Peranan, Program Pemberdayaan Perempuan Kepala Keluarga

(PEKKA), Kesejahteraan, dan Janda.

Page 10: PERANAN PROGRAM PEMBERDAYAAN PEREMPUAN KEPALA …repository.utu.ac.id/689/1/I-V.pdf · miskin, dan 320-480 untuk kategori hampir berkecukupan, di negara-negara dunia ketiga, masyarakat

viii

ABSTRACT

TRISNA SUSIANDA. Role Of Program Enableness of Woman of family

head ( PEKKA) in Improving Prosperity of Widow in District Of Hands Sub-

Province Acheh South-West, counsellor of I, Said Fadhlain S.Ip. Counsellor

Of II, Saiful Asra, M.Soc.Sc

Development represent all important matter which must be improved by for the

shake of reached by society which is welfare and justice and is secure and

prosperous. In third Nations of society which is life in poorness circle is society

which is life in family headed by woman for no capable to do it maintain. Since

year 2001 woman komnas have launched Program Enableness Of Woman of

Family Head ( PEKKA) with aim to for the enableness of Woman in order to

following to have contribution develop;build secure and prosperous society

tatanan of adilgender and is prestigious. executed PEKKA in District of Hands

since year 2002 up to now various program have been executed. Problem of this

research is how role of program ( PEKKA) in meningkatakan prosperity of widow

and any kind of constraint faced by PEKKA in improving prosperity of widow in

district of Hands Acheh South-West sub-province. Target of this research is to

know role of Program of PEKKA in improving prosperity of widow and to know

constraints faced by PEKKA in improving prosperity of widow in district of

Hands Sub-Province Acheh South-West. Method Research the used is descriptive

method with approach qualitative. Source of data the obtained is the source of

primary data and of skunder. Technique data collecting that is observation

interview and documentation. Pursuant to result of research got by PEKKA

bahwaprogram in District of Hands have plenty of assisting widow family. Role

of PEKKA very seen to make-up of enableness of Woman of impecunious

pertained Family Head before and after joining forces with activity of PEKKA in

district of Hands. Beside that in execution also weakness masihterdapat and

constraints either by organizer and also by member which but do not so have an

effect on to process execution of program of PEKKA in general.

Keyword : Role, Program Enableness Of Woman Of Family Head ( PEKKA),

Prosperity, and Widow.

Page 11: PERANAN PROGRAM PEMBERDAYAAN PEREMPUAN KEPALA …repository.utu.ac.id/689/1/I-V.pdf · miskin, dan 320-480 untuk kategori hampir berkecukupan, di negara-negara dunia ketiga, masyarakat

8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Penelitian Terdahulu

Penelitian dahulu berfungsi untuk membantu penelitian yang penulis

lakukan. Penelitian sebelumnya telah mengkaji beberapa penelitian yang hampir

sama dan masih memiliki kaitan dengan variable dalam penelitian ini mengenai

peranan program Pemberayaan perempuan Kepala Keluarga (PEKKA) dalam

meningkatkan kesejahteraan Janda. Berikut ini hasil penelitian terdahulu yang

pernah dilakukan oleh peneliti lainnya terkait masalah yang sama tentang

PEKKA.

Dalam penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Siska Sasmita, (2001) dari

Fakultas Ilmu-ilmu sosial (FIS) Universitas Negri Padang dengan judul “ Peranan

Perempuan Suku Minangkabau yang Menjadi Kepala Keluarga (PEKKA) Bagi

Penciptaan ketahanan Pangan Rumah Tangga Di Kecamatan Padang Timur ”,

pendekatan penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini adalah menggunakan

pendekatan kualitatif. Penelitian ini lebih memfokuskan pada asfek Peranan

Perempuan Suku Minang kabau yang Menjadi Kepala Keluarga Bagi Penciptaan

ketahanan Pangan Rumah Tangga. Sementara penelitian yang akan dilakukan oleh

penulis lebih kepada peranan program pemberdyaan perempuan kepala keluarga

(PEKKA) Kecamatan Tangan-tangan Kabupaten Aceh Barat Daya.

Hasil penelitian tersebut menyebutkan bahwa perempuan kepala keluarga

suku Minang Kabau dalam menciptakan ketahan pangan rumah tangga sangat

memprihatinkan, karena dari penghasilan mereka yang relatif kecil dan

Page 12: PERANAN PROGRAM PEMBERDAYAAN PEREMPUAN KEPALA …repository.utu.ac.id/689/1/I-V.pdf · miskin, dan 320-480 untuk kategori hampir berkecukupan, di negara-negara dunia ketiga, masyarakat

9

meningkatnya harga kebutuhan sehari-hari membuat mereka tidak mampu

memenuni kebutuhan pangan keluarga yang diasuhnya.

Berbeda dengan kajian yang akan diteliti oleh penulis, yaitu mengenai

peranan Program Pemberdayaan Perempuan kepala keluarga (PEKKA) disini

penulis ingin mengetahui sejauh mana program- program yang dilaksanakan oleh

PEKKA berperan dalam meningkatkan kesejahteraan perempuan kepala keluarga

terutama janda.

2.2. Peranan

2.2.1 Pengertian Peranan

Berbicara mengenai peran, akan lebih jelas jika dikaitkan dengan posisi.

Posisi adalah situasi atau kedudukan seseorang didalam sukruktur sosial. Dan bila

dikaitkan dengan asfek penilaian tinggi atau rendah, maka sudah menggambarkan

status dari posisi tersebut, sedangkan peranan adalah asfek dinamis dari suatu

posisi, jika dikaitkan dengan kategori individu tertentu dalam sistem sosial, maka

telah ada menggambarkan peranan yang ada hubungannya dengan peran-peran

rumusan yang berlaku khusus untuk kategori yang bersangkutan Aida Vitayala

(dalam Ismah Salman, 2005:61)

Dalam hidup bermasyarakat, individu menerima suatu status dan

mendudukinya di dalam hubungan dengan status-status lainya. Apabila seseorang

melaksanakan hak-hak dan kewajiban yang melekat pada status itu atau

mewujudkannya, maka berarti ia melakukan sebuah peran.

Menurut Linton Ralph (2004: h. 148-150) Status dan peranan merupakan

ideal patterns bagi kehidupan sosial. Dan juga merupakan”model” untuk

Page 13: PERANAN PROGRAM PEMBERDAYAAN PEREMPUAN KEPALA …repository.utu.ac.id/689/1/I-V.pdf · miskin, dan 320-480 untuk kategori hampir berkecukupan, di negara-negara dunia ketiga, masyarakat

10

mengorganisir sikap dan tingkah laku individu lainnya di dalam turut serta

mengekspresikan social pattern.

Lebih lanjut Linton Ralph (2004: h. 150) mengungkapkan selama tidak

ada intervensi dari sumber-sumber luar, maka makin sempurna para anggota

masyarakat menyesuaikan diri dengan status dan perannya, akan makin baik

fungsi masyarakat.

Menurut Soejono Soekanto (2002: h. 43) “peranan adalah aspek dinamisi

kedudukan (status). Apabila seseorang melaksanakan hak dan kewajiban sesuai

dengan kedudukannya, maka ia akan menjalankan suatu peranan”. Konsep tentang

peran (role) bahwa:

1. Bagian tugas utama yang harus dilakukan oleh manajemen.

2. Pola perilaku yang diharapkan dapat menyertai suatu status.

3. Bagian suatu fungsi seseorang dalam kelompok atau pranata

4. Fungsi yang diharapkan dari seorang atau terjadinya karakteristik yang ada

padanya.

5. Fungsi setiap variable dalam hubungan sebab akibat.

Berdasarkan pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa bahwa peranan

merupakan penilaian sejauh mana fungsi seseorang atau bagian dalam menunjang

usaha pencapaian tujuan yang ditetapkan atau ukuran mengenai hubungan dua

variabel yang mempunyai hubungan sebab akibat.

2.2.2 Peran Perempuan

Calvin dan Gardner (dalam Ismah Salman, 2005: 63) mengklarifikasi

strategi-strategi coping yang ada dalam tipe-tipe peran perempuan, yaitu:

Page 14: PERANAN PROGRAM PEMBERDAYAAN PEREMPUAN KEPALA …repository.utu.ac.id/689/1/I-V.pdf · miskin, dan 320-480 untuk kategori hampir berkecukupan, di negara-negara dunia ketiga, masyarakat

11

1. Tipe I: Mendefinisikan ulang peran struktural (structural role definition)

mencakup kegiatan kegiatan mendefinisikan kembali peran-peran dari diri

dan orang-orang yang terlibat supaya lebih sesuai dengan situasi yang ada,

misalnya dengan memberiakan peran-peran yang baru pada masing-masing

anggota keluarga, baik istri, suami, anak, atau pihak lain.

2. Tipe II: Mendefinisikan ulang peran personal (personal role difinitation)

yaitu mendefinisikan kembali peran-peran personal yang diemban oleh

individu perempuan, tanpa harus mengubah lingkungan.

3. Tipe III: Tingkahlaku peran reaktif (reactive role behaviour) yaitu ussaha

individu melaksanakan semua peran dan tuntutan yang ada dengan maksud

untuk memuaskan semua pihak (syndrome superwomen).

Dari semua tipe coping di atas, yang paling efektif dan sesuai dengan ajaran

islam serta kemampuan perempuan sebagai manusia, maka tipe I lebih tepat untuk

dikembangkan, baik untuk individu maupun organisasi perempuan. Dalam

kenyataan, kebanyakan pekerja perempuan, dalam rumah tangga bersifat rangkap

tiga; pertama, sebagai ibu dengan tugas reproduktif melahirkan), kedua,

melaksanakan fungsi produktif dengan menghasilkan uang untuk kepentingan

keluarga, dan ketiga sebagai anggota masyarakat.

Menurut Aida (dalam Ismah Salman.2005: 63) pemilihan peran yang akan

terjadi dapat terbentuk melalui:

1. Peran Tradisi, menempatkan perempuan dalam fungsi reproduktif

(mengurus rumah tangga, melahirkan dan mengasuh anak, mengayomi

suami). Hidupnya seratus persen untuk keluarga. Pembagian kerja sangat

jelas, perempuan dirumah, laki-laki diluar rumah

Page 15: PERANAN PROGRAM PEMBERDAYAAN PEREMPUAN KEPALA …repository.utu.ac.id/689/1/I-V.pdf · miskin, dan 320-480 untuk kategori hampir berkecukupan, di negara-negara dunia ketiga, masyarakat

12

2. Peran Transisi, mempolakan peran tradisi lebih utama dari yang lain.

Pembagian tugas menurut aspirasi jender tetap eksis mempertahankan

keharmonisan dan urusan rumah tangga tetap menjadi tanggung jawab

perempuan.

3. Dwi Peran, memposisikan perempuan dalam kehidupan dua dunia, peran

domestik-publik sama penting. Pendapat suami menjadi pemicu ketegaran

atau keresahan.

4. Peran Egalitarian, menyita waktu dan perhatian perempuan untuk kegiatan

diluar. Dukungan moral dan bentuk kepedulian laki-laki. Sangat hakiki

untuk menghindari konflik kepentingan.

5. Peran Kontemporer, adalah dampak pilihan perempuan untuk mandiri dalam

kesendirian. Jumlahnya belum banyak tetapi benturan demi benturan dari

dominasi yang belum terlalu peduli kepada kepentingan perempuan

mungkin akan meningkatkan populasinya.

2.3 Program Pembardayaan Perempuan Kepala Keluarga (PEKKA)

Pemberdayaan Perempuan Kepala Keluaraga (PEKKA) merupakan sebuah

lembaga yang mengorganisir masyarakat miskin khususnya perempuan-

perempuan yang menjadi kepala keluarga. PEKKA mulai digagas pada akhir

tahun 2000 dari rencana awal Komnas Perempuan yang ingin

mendokumentasikan kehidupan janda di wilayah konflik dan keinginan Program

Pengembangan Kecamatan (PPK) merespon permintaan janda korban konflik di

Aceh untuk memperoleh akses sumber daya agar dapat mengatasi persoalan

ekonomi dan trauma mereka. Semula upaya ini diberi nama“widows project”

yang sepenuhnya didukung dana hibah dari Japan Social Development

Page 16: PERANAN PROGRAM PEMBERDAYAAN PEREMPUAN KEPALA …repository.utu.ac.id/689/1/I-V.pdf · miskin, dan 320-480 untuk kategori hampir berkecukupan, di negara-negara dunia ketiga, masyarakat

13

Fund(JSDF) melalui Trust Fund Bank Dunia. KOMNAS Perempuan kemudian

meminta Nani Zulminarni, pada saat itu adalah ketua Pusat Pengembangan

Sumberdaya Wanita (PPSW), menjadi Koordinator program ini.

Melalui proses refleksi dan diskusi intensif dengan berbagai fihak, Nani

kemudian mengusulkan mengintegrasikan kedua gagasan awal ini ke dalam

sebuah upaya pemberdayaan yang lebih komprehensif. Untuk itu “Widows

Project” atau “Proyek untuk Janda” diubah tema dan judulnya menjadi lebih

provokatif dan ideologis, yaitu dengan menempatkan janda lebih pada kedudukan,

peran, dan tanggung jawabnya sebagai kepala keluarga. Selain itu, upaya ini

diharapkan mampu pula membuat perubahan sosial dengan mengangkat martabat

janda dalam masyarakat yang selama ini terlanjur mempunyai stereotype negatif.

Oleh karena itu Nani mengusulkan judul Program Pemberdayaan Perempuan

Kepala Keluarga atau disingkat Program PEKKA yang disepakati oleh semua

fihak. Selanjutnya kata PEKKA juga dipergunakan untuk menyingkat Perempuan

Kepala Keluarga.

2.3.1 Profil Perempuan Kepala Keluarga

Seknas PEKKA mendampingi Perempuan miskin yang melaksanakan

peran dan tanggung jawab sebagai pencari nafkah, pengelola rumah tangga, dan

pengambil keputusan dalam keluarga yang mencakup:

1. Perempuan yang ditinggal/dicerai hidup.

2. Perempuan yang suaminya meninggal dunia.

3. Perempuan yang membujang atau tidak menikah

4. Perempuan bersuami, tetapi oleh karena suatu hal, suaminya tidak dapat

menjalankan fungsinya sebagai kepala keluarga.

Page 17: PERANAN PROGRAM PEMBERDAYAAN PEREMPUAN KEPALA …repository.utu.ac.id/689/1/I-V.pdf · miskin, dan 320-480 untuk kategori hampir berkecukupan, di negara-negara dunia ketiga, masyarakat

14

5. Perempuan bersuami, tetapi tidak mendapatkan nafkah lahir dan batin

karena suaminya bepergian lebih dari satu tahun.

2.3.2 Visi dan Misi PEKKA

Seknas PEKKA mempunyai visi untuk pemberdayaan perempuan kepala

keluarga dalam rangka ikut berkontribusi membangun tatanan masyarakat yang

sejahtera, adil gender, dan bermartabat.

Untuk mewujudkan visi tersebut, Seknas PEKKA mengemban misi untuk:

1. Meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan Perempuan Kepala Keluarga.

2. Membuka akses Perempuan Kepala Keluarga terhadap berbagai

sumberdaya.

3. Membangun kesadaran kritis Perempuan Kepala Keluarga baik terhadap

kesetaraanperan, posisi, dan status mereka, maupun terhadap kehidupan

sosial politiknya.

4. Meningkatkan partisipasi Perempuan Kepala Keluarga dalam berbagai

proses kehidupan sosial, ekonomi, politik dan budaya.

5. Meningkatkan kontrol perempuan terhadap proses pengambilan keputusan

mulai ditingkat rumah tangga hingga negara.

Untuk mencapai cita-cita ini Seknas PEKKA mengembangkan strategi

Empat Pilar Pemberdayaan PEKKA.

1. Membangun Visi; pada dasarnya membangun kesadaran kritis PEKKA

terhadap hak sebagai manusia, perempuan dan warga negara, menumbuhkan

motivasi untuk memperbaiki kehidupan, dan pada akhirnya memfasilitasi

mereka untuk membangun visi dan misi kehidupan. Visi dan Misi menjadi

landasan utama PEKKA untuk bergerak selanjutnya.

Page 18: PERANAN PROGRAM PEMBERDAYAAN PEREMPUAN KEPALA …repository.utu.ac.id/689/1/I-V.pdf · miskin, dan 320-480 untuk kategori hampir berkecukupan, di negara-negara dunia ketiga, masyarakat

15

2. Peningkatan kemampuan; meningkatkan kapasitas PEKKA untuk

mengatasi berbagai persoalan kehidupan melalui pendampingan intensif,

berbagai pelatihan dan lokakarya terkait dengan membangun kepercayaan

diri, meningkatkan keterampilan teknis dan manajerial. Melatih dan

mengembangkan pemimpin dan fasilitator masyarakat dari kalangan

PEKKA.

3. Pengembangan Organisasi dan Jaringan; melalui penumbuhan,

pengembangan dan penguatan kelompok berbasis di masyarakat yang diberi

nama Kelompok Perempuan Kepala Keluarga (Kelompok PEKKA) di

seluruh wilayah program. Kelompok-kelompok ini kemudian difasilitasi

untuk mengembangkan organisasinya menjadi Serikat PEKKA yang

mandiri dan berjaringan mulai dari tingkat kecamatan hingga nasional, serta

berjaringan dengan lembaga lain yang dapat mendukung kerja-kerja mereka.

4. Advokasi untuk Perubahan; Fokus pada akses terhadap informasi,

sumberdaya.

5. kehidupan dan pengambilan keputusan serta akses terhadap keadilan

hukum.

6. Perubahan tata nilai negatif terhadap perempuan dan Perempuan Kepala

Keluarga melalui kampanye dan pendidikan pada masyarakat luas.

2.3.3 Komponen Program PEKKA

Strategi Seknas PEKKA dioperasionalkan kedalam program PEKKA yang

dikembangkan berdasarkan kebutuhan, kondisi dan sumberdaya yang tersedia.

Adapun program-program tersebut sebagai berikut:

Page 19: PERANAN PROGRAM PEMBERDAYAAN PEREMPUAN KEPALA …repository.utu.ac.id/689/1/I-V.pdf · miskin, dan 320-480 untuk kategori hampir berkecukupan, di negara-negara dunia ketiga, masyarakat

16

1. Pemberdayaan Ekonomi

a. Pengembangan sumberdaya keuangan bersama PEKKA melalui

kegiatan simpan pinjam dengan sistem koperasi.

b. Peningkatan sumber pendapatan keluarga PEKKA melalui

pengembangan usaha individu dan usaha bersama.

2. Pendidikan Sepanjang Hayat

a. Pemberantasan buta huruf dan angka bagi keluarga PEKKA melalui

kelaskeaksaraan fungsional dan akses program Penyetaraan Pendidikan.

b. Akses pendidikan yang murah dan berkualitas termasuk akses beasiswa

bagi anak-anak PEKKA yang putus sekolah 9 tahun.

c. Penyelenggaraan Pendidikan Anak Usia Dini, Mengorganisir Kelas

Belajar anak- anak PEKKA.

3. Pemberdayaan Hukum

a. Kegiatan penyadaran tentang hak dan perlindungan hukum bagi

PEKKA.

b. Melatih kader PEKKA menjadi Kader Hukum agar mampu

mendampingi aksesproses hukum yang adil bagi PEKKA dan

keluarganya dalam penyelesaian kasus kekerasan dalam umah tangga.

c. Advokasi reformasi hukum dan proses hukum yang adil gender.

4. Pemberdayaan Politik

a. Penyadaran kritis akan hak politik PEKKA.

b. Mengorganisir PEKKA untuk terlibat dan mengawasi proses

pengambilan keputusan diberbagai tingkatan dan terlibat dalam proses

politik di berbagai tingkatan.

Page 20: PERANAN PROGRAM PEMBERDAYAAN PEREMPUAN KEPALA …repository.utu.ac.id/689/1/I-V.pdf · miskin, dan 320-480 untuk kategori hampir berkecukupan, di negara-negara dunia ketiga, masyarakat

17

5. Hak Kesehatan Sepanjang Masa

a. Gerakan hidup sehat dan berkualitas melalui kegiatan penyadaran kritis

akan hak dan kesehatan khususnya kesehatan reproduksi.

b. Mengembangkan kader-kader kesehatan dari kalangan PEKKA agar

dapat mengorganisir akses pelayanan kesehatan yang murah dan

berkualitas.

c. Advokasi kebijakan terkait hak pelayanan kesehatan yang mudah,

murah dan berkualitas bagi masyarakat miskin.

6. Media Komunitas

a. Sistem pendukung kegiatan pengorganisasian PEKKA dan

memperjuangkan.

b. Hak akses teknologi informasi bagi masyarakat miskin.

c. Melatih dan mengembangkan kader-kader pengelola dan pengembang

media rakyat termasuk radio komunitas, video komunitas, fotografi, dan

penulisan.

d. Mengembangkan penggunaan media komunitas untuk kegiatan

pendidikan bagi rakyat, kampanye perubahan sosial, dan advokasi

kebijakan.

Rumah tangga yang dikepalai perempuan umumnya miskin dan

merupakan kelompok termiskin dalam strata sosial ekonomi di Indonesia. Hal ini

sangat terkait dengan kualitas sumberdaya perempuan kepala keluarga (PEKKA)

yang rendah. Data dasar Sekretariat Nasional PEKKA di 8 provinsi menunjukkan

bahwa PEKKA umumnya berusia antara 20 – 60 tahun, lebih dari 38.8% buta

huruf dan tidak pernah duduk di bangku sekolah dasar sekalipun. Mereka

Page 21: PERANAN PROGRAM PEMBERDAYAAN PEREMPUAN KEPALA …repository.utu.ac.id/689/1/I-V.pdf · miskin, dan 320-480 untuk kategori hampir berkecukupan, di negara-negara dunia ketiga, masyarakat

18

menghidupi antara 1-6 orang tanggungan, bekerja sebagai buruh tani dan sektor

informal dengan pendapatan rata-rata kurang dari Rp 10,000 per hari. Riset

Seknas PEKKA tahun 2009 menunjukkan bahwa 55% PEKKA hidup di bawah

garis kemiskinan Indonesia dan sepertiga komunitas PEKKA tidak bisa

mendapatkan akses jamkesmas dan BLT. Paling tidak 78% PEKKA yang bercerai

mengalami kekerasan dalam rumah tangga dan kurang dari 50% PEKKA

sesungguhnya mencatatkan perkawinannya.

2.3.4 Cara PEKKA Mencapai Tujuannya

Seknas PEKKA mengembangkan strategi Empat Pilar Pemberdayaan

PEKKA, yaitu:

1. Membangun Visi

pada dasarnya membangun kesadaran kritis PEKKA terhadap hak sebagai

manusia, perempuan dan warga negara, menumbuhkan motivasi untuk

memperbaiki kehidupan, dan pada akhirnya memfasilitasi mereka untuk

membangun visi dan misi kehidupan. Visi dan Misi menjadi landasan utama

PEKKA untuk bergerak selanjutnya.

2. Peningkatan kemampuan

Meningkatkan kapasitas PEKKA untuk mengatasi berbagai persoalan

kehidupan melalui pendampingan intensif, berbagai pelatihan dan lokakarya

terkait dengan membangun kepercayaan diri, meningkatkan keterampilan teknis

dan manajerial. Melatih dan mengembangkan pemimpin dan fasilitator

masyarakat dari kalangan PEKKA.

Page 22: PERANAN PROGRAM PEMBERDAYAAN PEREMPUAN KEPALA …repository.utu.ac.id/689/1/I-V.pdf · miskin, dan 320-480 untuk kategori hampir berkecukupan, di negara-negara dunia ketiga, masyarakat

19

3. Pengembangan Organisasi dan Jaringan

Melalui penumbuhan, pengembangan dan penguatan kelompok berbasis

di masyarakat yang diberi nama Kelompok Perempuan Kepala Keluarga

(PEKKA) di seluruh wilayah program. Kelompok-kelompok ini kemudian

difasilitasi untuk mengembangkan organisasinya menjadi Serikat PEKKA yang

mandiri dan berjaringan mulai dari tingkat kecamatan hingga nasional, serta

berjaringan dengan lembaga lain yang dapat mendukung kerja-kerja mereka.

4. Advokasi untuk Perubahan

Fokus pada akses terhadap informasi, sumberdaya kehidupan dan

pengambilan keputusan serta akses terhadap keadilan hukum. Perubahan tata nilai

negatif terhadap perempuan dan Perempuan Kepala Keluarga melalui kampanye

dan pendidikan pada masyarakat luas

Gambar 2.1 Kerangka kerja PEKKA

3.3.5 Wilayah Kerja PEKKA

Hingga akhir tahun 2011, Seknas PEKKA telah menumbuhkan,

mengembangkan dan mendampingi Pekka di 19 Provinsi di Indonesia.

Page 23: PERANAN PROGRAM PEMBERDAYAAN PEREMPUAN KEPALA …repository.utu.ac.id/689/1/I-V.pdf · miskin, dan 320-480 untuk kategori hampir berkecukupan, di negara-negara dunia ketiga, masyarakat

20

1. Kerja Seknas PEKKA di awali di empat wilayah pada tahun 2002 yaitu:

a. Nanggroe Aceh Darussalam (NAD): Aceh Bireun, Aceh Barat Daya,

Aceh Besar, Pidie, Aceh Timur, Aceh Jaya, Singkil, Aceh Selatan, Nagan

Raya.

b. Jawa Barat (JABAR): Cianjur, Subang, Sukabumi, Karawang

c. Nusa Tenggara Timur (NTT): Flores Timur

d. Sulawesi Tenggara (SULTRA): Buton

2. Berkembang ke 4 provinsi berikutnya pada tahun 2003 yaitu:

a. Kalimantan Barat (KALBAR) : Kodya Pontianak, Kubu Raya

b. Jawa Tengah (JATENG): Batang, Pemalang, Brebes

c. Tenggara Barat (NTB): Lombok Barat, Lombok Tengah

d. Maluku Utara - (MALUT): Halmahera Utara

3. Pada akhir tahun 2010, Seknas PEKKA memperluas wilayah kerja ke 6

provinsi lagiyaitu:

a. Sumatra Utara (SUMUT): Asahan

b. Sumatra Selatan (SUMSEL): Ogan Komering Ilir

c. Jawa Timur (JATIM): Bangkalan

d. Sulawesi Selatan (SULSEL) : Bone

c. Sulawesi Utara (SULUT): Bolaang Mongondow

d. Bali

4. Pada awal tahun 2011, Seknas PEKKA menjangkau 5 Provinsi termasuk:

a. Sumatera Barat (Sumbar ): Sijunjung

b Banten: Lebak

c. Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY): Bantul

Page 24: PERANAN PROGRAM PEMBERDAYAAN PEREMPUAN KEPALA …repository.utu.ac.id/689/1/I-V.pdf · miskin, dan 320-480 untuk kategori hampir berkecukupan, di negara-negara dunia ketiga, masyarakat

21

d. Kalimantan Selatan (Kalsel): Hulu Sungai Utara

e. Daerah Khusus Ibukota Jakarta (DKI): Kepulauan Seribu

2.4 Pengertian Kesejahteraan

Kesejahteraan kalau diartikan secara harfiah mengandung makna yang

luas dan mencangkup segi pandangan atau ukuran-ukuran tertentu tentang suatu

hal yang menjadi ciri utama dari pengertian tersebut. Kesejahteraan berawal dari

kata sejahtera, yang mendapat awalan kata ke dan akhiran an. Sejehtera berarti

aman sentosa makmur atau selamat. Artinya terlepas dari segala macam gangguan

dan kesukaran.

Kondisi sejahtera (well-being) biasanya menunjuk pada istilah

kesejahteraan sosial (social welfare) sebagai kondisi terpenuhinya kebutuhan

material dan non material (Suharto, 2006: h.67).

Menurut Midgley (2000: h.45) kesejahteraan sosial ini diartikan sebagai“

a condition or state of human well-being.” kondisi sejahtera terjadi manakala

kehidupan manusia aman dan bahagia karena kebutuhan dasar akan gizi,

kesehatan, pendidikan, tempat tinggal, dan pendapatan dapat terpenuhi, serta

manakala manusia memperoleh perlindungan dari resiko-resiko utama yang

mengancam kehidupannya.

Berdasarkan teori kesejahteraan di atas, maka pengukuran terhadap

kesejahteraan masyarakat dianggap dapat diukur dari seberapa besar masyarakat

mampu mengakses dan mendapatkan pelayanan dari fasilitas-fasilitas sosial yang

ada di sekitarnya guna menunjang kehidupannya. Indikator-indikator

kesejahteraan yang didasarkan pada aspek sosial-ekonomi yang demikian tersebut

disebut sebagai indikator non-income.

Page 25: PERANAN PROGRAM PEMBERDAYAAN PEREMPUAN KEPALA …repository.utu.ac.id/689/1/I-V.pdf · miskin, dan 320-480 untuk kategori hampir berkecukupan, di negara-negara dunia ketiga, masyarakat

22

Sebagian ekonom tidak sependapat untuk menggunakan pendapatan

(income) sebagai parameter utama dalam menentukan tingkat kesejahteraan,

mengukur, dan memperbaiki dimensi lain dari kemiskinan, seperti kesehatan, gizi,

permukiman, dan pendidikan. Memang tidak diragukan bahwa pendapatan adalah

penting dalam mendapatkan dimensi kesejahteraan tersebut. Bagaimanapun juga

banyak faktor non-moneter ikut berperan dalam menentukan kesejahteraan, yang

paling jelas adalah keberadaan bermacam barang non-pasar dan umum (Sahn,

2001: 26).

Ada beberapa definisi atau pengertian tentang kesejahteraan sosial,

menurut Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), kesejahteraan sosial sebagai suatu

kondisi atau keadaan sejahteraan baik fisik, mental maupun sosial dan tidak hanya

perbaikan-pebaikan penyakit-penyakit sosial tertentu saja. Kemudian pengertian

tersebut disempurnakan menjadi suatu kegiatan yang terorganisir dengan tujuan

membantu penyelesaian timbal balik antara individu-indivu, kelompok-kelompok,

maupun komunitas-komunitas memenuhi kebutuhan-kebutuhan dan memecahkan

masalah-masalah penyesuaian diri mereka terhadap perubahan pola-pola

masyarakat, serta melalui tindakan kerja sama untuk memperbaiki kondisi-kondisi

ekonomi dan sosial Muhidin, (2004: 1-2).

Soeharto (2006: 3) mengakatan bahwa: “kesejahteraan merupakan sebagai

suatu kondisi kehidupan manusia yang aman dan bahagia karena kebutuhan dasar

akan gizi, kesehatan, pendidikan, tempat tinggal dan pendapatan dapat dipenuhi

serta manakala manusia memperoleh perlindungan dari resiko-resiko utama yang

mengancam kehidupannya”.

Page 26: PERANAN PROGRAM PEMBERDAYAAN PEREMPUAN KEPALA …repository.utu.ac.id/689/1/I-V.pdf · miskin, dan 320-480 untuk kategori hampir berkecukupan, di negara-negara dunia ketiga, masyarakat

23

Di samping itu pula definisi kesejahteraan menurut Undang-Undang No

11 tahun 2009 adalah kondisi terpenuhinya kebutuhan material, spiritual, dan

sosial warga Negara agar dapat hidup layak dan mampu mengembangkan diri,

sehingga dapat melaksanakan fungsi sosialnya (Muhidin, 2004:2). Dari beberapa

definisi di atas dapat ditarik beberapa pokok pikiran:

1. Konsep kesejahteraan sosial sebagai suatu system ”organized system yang

berintikan lembaga-lembaga dan pelayanan sosial.

2. Tujuan sistem tersebut untuk mencapai tingkat kehidupan yang sejahtera

dalam arti tingkat kebutuhan pokok seperti sandang, pangan, papan,

kesehatan dan juga relasi-relasi sosial dengan lingkungannya.

3. Tujuan tersebut dapat dicapai dengan cara meningkatkan kemampuan

individu baik dalam memecahkan masalahnya maupun dalam memenuhi

kebutuhannya.

Adapun indikatornya adalah terpenuhinya kebutuhan hidup, baik secara

materi (sandang, pangan dan papan), maupun secara spiritual (pengetahuan dan

pelaksanaan ibadah. Suatu konsep kesejahteraan memang pada dasarnya memiliki

suatu kaitan yang erat akan kebutuhan manusia tersebut, suatu kebutuhan yang

dianggap penting oleh suatu kelompok manusia belum tentu menjadi suatu standar

yang bersifat universal untuk mengetahui kebutuhan manusia. Adapun pendapat

para ahli tentang kebutuhan manusia ini diantaranya adalah Abraham Maslow .

Maslow membagikan kebutuhan manusia menjadi 2 yaitu kebutuhan

primer dan kebutuhan sekunder, tetapi setelah itu Moslow membagi lagi menjadi

5 yaitu:

Page 27: PERANAN PROGRAM PEMBERDAYAAN PEREMPUAN KEPALA …repository.utu.ac.id/689/1/I-V.pdf · miskin, dan 320-480 untuk kategori hampir berkecukupan, di negara-negara dunia ketiga, masyarakat

24

1. Kebutuhan fisik dasar

2. Kebutuhan sosial

3. Kebutuhan keselamatan

4. Kebutuhan kejiwaan

Adapun pendapat ahli yang lain adalah Calvin Hall, Calvin menyatakan

bahwa setiap manusia mempunyai kebutuhan atau dengan kata lain tidak ada

manusia yang tidak punya kebutuhan. Oleh Karena manusia akan berusaha untuk

mencapai kebutuhan tersebut, dimana usaha untuk mencapai kebutuhan tersebut

akan mempengaruhi tingkah laku manusia. Calvin Hall membagi 2 kebutuhan,

yakni:

1. Kebutuhan yang sifatnya psikologis.

2. Kebutuhan yang sifatnya biologi.

Selanjutnya istilah “sosial” menurut Dr. J.A. Paison (dalam Nungroho,

2007:28) mempunyai dua arti luas yang berbeda yaitu:

1. Sebagai sebuah indikasi dari pada kehidupan bersama makhluk manusia.

Umpama dalam kebersamaan rasa, berfikir bertindak dan dalam hubungan

dengan manusia.

2. Sejak abad ke-19 istilah sosial mempunyai konotasi yang berbeda, lebih

sentimental dan karena itu menjadi agak kabur. Seperti istilah yang serupa

dikaitkan dengan persoalan kemiskinan dan ketelantaran orang. Sebagai

contoh: pekerja sosial, pelayanan sosial, aksi sosial dan semacamnya.

Dari konotasi ini, kemudian berkembang dalam segala arah yang

bersangkut paut dengan pembaharuan masyarakat yang bertujuan menanggulangi

kemiskinan dan ketelantaran.

Page 28: PERANAN PROGRAM PEMBERDAYAAN PEREMPUAN KEPALA …repository.utu.ac.id/689/1/I-V.pdf · miskin, dan 320-480 untuk kategori hampir berkecukupan, di negara-negara dunia ketiga, masyarakat

25

Seperti pendapat para ahli tentang definisi dari kesejahteraan sosial antara

lain. Menurut Walter A. Friedlander (dalam Rukminto, 2004: h.04) Kesejahteraan

sosial adalah “sistem yang terorganisir dan institusi dan pelayanan sosial, yang

dirancang untuk membantu individu ataupun kelompok agar dapat mencapai

standar hidup dan kesehatan yang lebih memuskan”.

Dalam undang-undang No.6 tahun 1974 tentang ketentuan-ketentuan

pokok kesejahteraan sosial, pasal 2 ayat 1 yang berbunyi: “Kesejahteraan sosial

ialah sesuatu tata kehidupan dan penghidupan sosial material maupun sepiritul

yang meliputi rasa keselamatan. Kesusilaan dan ketentraman lahir batin yang

memungkinkan bagi setiap warga negara untuk mengadakan usaha pemenuhan

kebutuhan jasmaniah, rohaniah dan sosial yang sebaik-baiknya bagi diri, serta

masyarakat yang menjunjung tinggi hak asasi serta kewajiban manusia sesuai

dengan pancasila”.

Arthur Dunham (dalam Nugroho, 2007: h.20) mengatakan bahwa:

“Kesejahteraan sosial dapat didefinisikan sebagai kegiatan-kegiatan yang

terorganisir dalam tujuan meningkatkan kesejahteraan dari segi sosial melalui

pembeian bantuan kepada orang untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan di dalam

beberapa bidang seperti kehidupan keluarga dan anak, kesehatan, penyusuaian

sosial, waktu senggang. Standar-standar kehidupan dan lembaga-lembaga sosial”.

Dari defenisi di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa kesejahteraan sosial

mencakup berbagai usaha yang dikembangkan untuk meningkatkan taraf hidup

manusia, baik itu dibidang fisik, mental, emosional, sosial, ekonomi, ataupun

kehidupan spiritual.

Page 29: PERANAN PROGRAM PEMBERDAYAAN PEREMPUAN KEPALA …repository.utu.ac.id/689/1/I-V.pdf · miskin, dan 320-480 untuk kategori hampir berkecukupan, di negara-negara dunia ketiga, masyarakat

26

Selanjutnya menurut Abraham Maslow dalam Sumarno Nugroho (2007: h.

20) bahwa usaha-usaha peningkatan taraf hidup ini dimulai dari prioritas yang

paling rendah sampai kepada tingkat yang tinggi, yang diurutkan sebagai berikut:

1. Kebutuhan-kebutuhan dasar fisiologis

Kebutuhan fisologis merupakan sekumpulan kebutuhan dasar yang paling

mendesak pemuasannya karena berkaitannya langsung dengan

pemeliharaan biologis dan kelangsungan hidup. Kebutuhan ini antara lain

kebutuhan akan makanan, air, oksigen, istirahat, keseimbangan temperatur,

seks dan kebutuhan akan sensoris. Karena merupakan kebutuhan yang

paling mendesak maka kebutuhan fisiologis akan paling didahulukan

pemuasannya oleh individu.

2. Kebutuhan akan rasa aman

Yakni kebutuhan yang mendorong individu untuk memperoleh

ketentraman perlindungan, kepastian dan keteraturan dari lingkungannya.

3. Kebutuhan akan cinta yang memiliki

Merupakan sesuatu kebutuhan yang mendorong seseorang untuk

mengadakan hubungan efektif atau ikatan emosional lain. Baik sesama

jenis maupun lain jenis, di lingkungan keluarga, kelompok, ataupun

masyarakat.

4. Kebutuhan akan harga diri

Kebutuhan harga diri dapat dibagi kedalam dua bagian, pertama adalah

penghormatan atau penghargaan diri sendiri. Dan bagian yang kedua

adalah penghargaan dari orang lain. Bagian pertama mencakup hasrat

untuk memperoleh kompetensi, rasa percaya diri, kekuatan pribadi,

Page 30: PERANAN PROGRAM PEMBERDAYAAN PEREMPUAN KEPALA …repository.utu.ac.id/689/1/I-V.pdf · miskin, dan 320-480 untuk kategori hampir berkecukupan, di negara-negara dunia ketiga, masyarakat

27

kemandirian dan kebebasan. Artinya seseorang ingin mengetahui atau

yakin bahwa dirinya berharga serta mampu mengatasi segala tantangan

dalam hidupnya. Bagian kedua meliputi antara lain prestasi, dalam hal ini

seseorang membutuhkan penghargaan atas apa-apa yang dilakukannya.

5. Kebutuhan akan aktualisasi diri

Kebutuhan untuk mengungkapkan diri atau aktualisasi diri merupakan

kebutuhan manusia yang paling tinggi. Kebutuhan ini akan muncul apa

bila kebutuhan-kebutuhan lain yang ada dibawahnya (1 s/d 4) telah

terpuaskan dengan baik. Kebutuhan akan aktualisasi diri sebagai hasrat

individu untuk menjadi orang sesuai keinginan dan potensi yang

dimilikinya (Nurdin, 2001: h.19).

Kebutuhan manusia yang banyak itu menurut Rusalan H. Prawiro (2003:

h.7) terbagi dalam dua gologan yaitu kebutuhan ekonomi dan kebutuhan

kebudayaan. Kebutuhan dasar inilah kebutuhan yang dituntut jasmani. Kebutuhan

mahluk atau akan kebutuhan eksitensi yang dicukupi supaya orang dapat hidup

dan melangsungkan hidupnya, wujud dan banyak sedikitnya kebutuhan ini tidak

selalu sama, berbeda-beda menurut kebiasaan masyarakat, umur dan jenis

kelamin.

Lebih jelas Soemarwoto (dalam Suyanto, 2005: h.6) membagi kebutuhan

pokok atau bebutuhan dasar atas tiga golongan yaitu:

1. Kebutuhan dasar untuk melangsungkan hidup secara hayati yang sehat dan

aman merupakan naluri yang paling hakiki bagi semua makhluk hidup,

golongan ini terdiri dari udara, air dan pangan yang harus tersedia dalam

kualitas yang memadai serta perlindungan terhadap serangan penyakit.

Page 31: PERANAN PROGRAM PEMBERDAYAAN PEREMPUAN KEPALA …repository.utu.ac.id/689/1/I-V.pdf · miskin, dan 320-480 untuk kategori hampir berkecukupan, di negara-negara dunia ketiga, masyarakat

28

Hewan buas dan sesama manusia. Kebutuhan ini sifatnya mutlak dan tidak

nisbi, yaitu sama untuk semua orang menurut jenis kelamin, umur dan

sifat pekerjaan.

2. Kebutuhan dasar untuk kelangsungan hidup yang manusiawi antara lain

agama, pendidikan, perlindungan hukum, pakaian dan rumah pekerjaan.

Kebutuhan ini bersifat nisbi. Dipengaruhi oleh minat, sosial budaya dan

berubah dari waktu kewaktu.

3. Kebutuhan dasar untuk memilih baik sebagai naluri untuk memelihara

kelangsungan hidup hayatnya. Maupun kelangsungan hidup manusiawi

nya yang terungkap dalam kelakuan sosial budaya.

Apabila kebutuhan-kebutuhan di atas dapat terwujud maka individu

tersebut dapat dikatakan sejahtera dalam hidupnya. Untuk mencapai kebutuhan-

kebutuhan tersebut, seorang individu bukan hanya yang normal saja, bahkan yang

tidak normal pun melakukan segala usaha untuk mewujudkannya.

2.5 Definisi Janda

Secara ilmiah janda bisa diartikan seorang perempuan yang pernah

melakukan hubungan biologis, tapi dengan alasan tertentu harus hidup tanpa

suami.Sedangkan berdasar filsatat bahwa janda adalah wanita yang pernah

merasakan cinta kasih dan melakukan hubungan intim tapi merelakan cinta

kasihnya tidak berlanjut dikarenakan masing-masing memilih jalan hidup sendiri-

sendiri untuk memperoleh kebebasan masing-masing tanpa suatu ikatan

pernikahan. Namun secara agama bahwa janda adalah perempuan mukalaf yang

pernah menikah, tapi karena ditakdirkan oleh Allah SWT harus menanggung

hidup dan kehidupannya tanpa suami, setelah melewati masa iddah bisa

Page 32: PERANAN PROGRAM PEMBERDAYAAN PEREMPUAN KEPALA …repository.utu.ac.id/689/1/I-V.pdf · miskin, dan 320-480 untuk kategori hampir berkecukupan, di negara-negara dunia ketiga, masyarakat

29

menentukan hidupnya sendiri untuk mengurus dan mengatur anak keturunannya

menjadi anak sholeh sebagai ahli waris yang bermanfaat bagi dirinya dan

memberi manfaat bagi orang lain.

Janda adalah wanita yang tidak bersuami lagi, baik karena bercerai dengan

suaminya ataupun karena ditinggal mati suaminya (Dahlan,1999,h. 801). Ahli fiqh

mendefinisikan janda sebagai seorang yang pernah melakukan hubungan badan

dalam ikatan perkawinan yang sah.

Dari kamus besar Bahasa Indonesia diperoleh pengertian bahwa, “janda

adalah wanita yang tidak bersuami lagi karena bercerai atau ditinggal mati

suaminya” (Depdiknas, 2002, h. 457). Pada umumnya keluarga terdiri dari ayah,

ibu, dan anak. Ayah berperan sebagai orang tua yang bertanggung jawab atas

kebutuhan keluarga, sedangkan ibu adalah seorang wanita yang memiliki

kewajiban untuk mengurusi urusan rumah tangga. Janda melaksanakan tanggung

jawab mencari nafkah sendiri, tanpa ditemani suami, sehingga banyak diantara

mereka yang mengalami stres, belum lagi gunjingan dari masyarakat sekitar yang

penilaian terhadap janda adalah negatif.

2.5.1 Masalah-Masalah yang Dihadapi Seorang Janda

Hurlock (2000,h. 361) dalam hal ini menyebutkan beberapa masalah yang

umumnya dihadapi oleh janda dari kalangan dewasa muda atau dewasa, masalah-

masalah yang dihadapi umumnya adalah masalah ekonomi, sosial, keluarga, dan

seksual. Kimmel (Walsh, 2003, h. 67) menyatakan beberapa permasalahan yang

sering timbul di dalam keluarga dengan orang yang ditinggal baik wanita atau pria

yakni kesepian, perasaan terjebak dengan tanggung jawab mencari sumber

pendapatan, lebih banyak ekonomi yang muncul menghadapi perubahan hidup

Page 33: PERANAN PROGRAM PEMBERDAYAAN PEREMPUAN KEPALA …repository.utu.ac.id/689/1/I-V.pdf · miskin, dan 320-480 untuk kategori hampir berkecukupan, di negara-negara dunia ketiga, masyarakat

30

yang lebih menekan, lebih rentan terkena depresi, fisik yang rentan terhadap

penyakit.

Masalah khusus yang timbul pada keluarga yang hanya wanita saja tanpa

adanya pria adalah kesulitan mendapatkan pekerjaan yang layak, dan kesulitan

menutupi biaya lainnya. Sementara pada keluarga dengan orang tua tinggal pria

masalah khusus yang timbul hanya dalam hal memberikan perlindungan dan

perhatian pada anak (Walsh dalam Hurlock 2003, h. 69).

Page 34: PERANAN PROGRAM PEMBERDAYAAN PEREMPUAN KEPALA …repository.utu.ac.id/689/1/I-V.pdf · miskin, dan 320-480 untuk kategori hampir berkecukupan, di negara-negara dunia ketiga, masyarakat

31

BAB III

METODE PENELITAN

3.1 Lokasi penelitian

Lokasi penelitian merupakan tempat dimana penelitian dilakukan. Dengan

ditetapkan lokasi dalam penelitian, maka akan lebih mudah untuk mengetahui

tempat dimana suatu penelitian dilakukan. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan

Tangan-tangan Kabupaten Aceh Barat Daya.

Dipilihnya lokasi ini sebagai tempat penelitian, karena di desa ini

merupakan salah satu lokasi sasaran dari PEKKA dan layak dilakukan penelitian,

untuk mengetahui apakah program yang dijalankan oleh PEKKA memberikan

peranan yang baik bagi kehidupan janda di Kecaamatan Tangan-tangan.

Kemudian dari komposisi penduduk, Kecamatan Tangan-tangan masih

banyak terdapat perempuan yang berperan sebagai kepala keluarga atau janda.

Sehingga program PEKKA dilaksanakan guna memberikan pemberdayaan kepada

janda.

3.2 Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode

penelitian deskriptif analisis, dimana hasil akhir dari penelitian ini digambarkan

dengan kata-kata yang menunjukkan hasil akhir penelitian. Penelitian deskriptif

adalah pencarian fakta dengan penafsiran yang tepat. Penelitian ini mempelajari

masalah-masalah dalam masyarakat serta tata cara yang berlaku dalam situasi

tertentu termasuk dalam hubungan, kegiatan-kegiatan, sikap, pandangan serta

proses yang berlangsung dan pengaruh dari fenomena (Nazir, 2000: h.63)

Page 35: PERANAN PROGRAM PEMBERDAYAAN PEREMPUAN KEPALA …repository.utu.ac.id/689/1/I-V.pdf · miskin, dan 320-480 untuk kategori hampir berkecukupan, di negara-negara dunia ketiga, masyarakat

32

3.3 Sumber Data

Sumber data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah berdasarkan data

primer dan skunder. Menurut Sugiyono (2009: 137) “data primer merupakan

sumber data yang langsung memberikan data kepada pengumpul data”.

Sedangkan data skunder menurut Sugiyono (2009: 137) merupakan sumber data

yang diperoleh dengan cara membaca, mempelajari, dan memahami melalui

media lainyang bersumber dari literatur, buku-buku, serta dokumen perusahaan.

Data primer dalam penelitian ini dikumpulkan melaui penelitian langsung

dilapangan yang bersumber dari penelitian dan wawancara dengan berbagai pihak

setempat seperti pengurus PEKKA, Janda dan msyarakat.

Data skunder yang ada dalam penelitian ini terdiri dari dokumen yang

diperoleh dari berbagai sumber yang terkait dengan data-data PEKKA

dikecamatan Tangan-tangan.

3.4 Teknik Pengumpulan Data

Maksud dari teknik pengumpulan data disini ialah bagaimana peneliti

dapat memperoleh data dan menyusunnya dengan alat bantu (instrument) secara

sistematis dan tepat (Arikunto, 2006: 222). Adapun metode-metode yang

digunakan untuk mengumpulkan data ialah sebagai berikut:

1. Observasi (pengamatan)

Observasi adalah pengamatan dan pencacatan secara sistematik terhadap

gejala yang tampak pada obyek penelitian (Margono,2005: 158). Tujuannya ialah

memperoleh imformasi tentang tindakan masyarakat berdasarkan realita yang ada

tampa ada usaha untuk mempengaruhi, mengatur atau bahkan memanipulasinya

(Nasution, 2007: 106).

Page 36: PERANAN PROGRAM PEMBERDAYAAN PEREMPUAN KEPALA …repository.utu.ac.id/689/1/I-V.pdf · miskin, dan 320-480 untuk kategori hampir berkecukupan, di negara-negara dunia ketiga, masyarakat

33

Pada tulisan ini peneliti hanya mengamati peranan Program PEKKA

dalam meningkatkan Kesejahteraan Janda di Kecamatan Tangan-tangan

Kabupaten Aceh Barat Daya.

2. Wawancara

Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu, yaitu

pewawancara (interviwee) yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara

(interviewee), atau yang memberikan jawaban atas pertanyaan tersebut (Moleong,

2002: 137). Wawancara akan lilakukan pada saat peneliti melakukan observasi ke

lapangan. Dari wawancara mendalam peneliti akan mengambil imformasi lebih

jauh mengenai hal yang berkaitan dengan peran dan fungsi Perpustakaan

Gampong dalam meningkatkan motivasi belajar siswa dan siswi di gampong.

Dengan metode ini diharapkan peneliti memperoleh data yang jelas dan akurat

tidak hanya tergantung pada pertanyaan-pertanyaan yang disiapkan saja. Apa bila

ternyata ada imformasi yang perlu diketahui lebih lanjut, peneliti akan

mengajukan pertanyaan baru diluar daftar yang telah disiapkan. Namun demikian,

daftar pertanyaan yang telah disiapkan tetap jadi panduan.

3. Dokumentasi

Teknik Dokumentasi yang di gunakan hanya sebagai pelengkap dari teknik

pengumpul data lainnya. Data yang diambil dari dokumen hanya meliputi

gambaran umum wilayah penelitian, jumlah penduduk, tingkat pendidikan, sarana

pendidikan, prasarana umum, serta dokumentasi perpustakaan Gampong.

3.5 Instrumen Penelitian

Penelitian yang menggunakan metode kualitatif, adalah suatu metode

penelitian yang digunakan untuk meneliti pada kondisi objek yang alami, maka

Page 37: PERANAN PROGRAM PEMBERDAYAAN PEREMPUAN KEPALA …repository.utu.ac.id/689/1/I-V.pdf · miskin, dan 320-480 untuk kategori hampir berkecukupan, di negara-negara dunia ketiga, masyarakat

34

peneliti adalah sebagai instrument kunci moleong, 2002:4). Peneliti merupakan

instrumen kunci utama, karena peneliti sendirilah yang menentukan keseluruhan

skenario penelitian serta langsung turun ke lapangan melakukan pengamatan dan

wawancara dengan informan. Adapun alat bantu yang biasa dilakukan dalam

penelitian kualitatif seperti antara lain, alat kamera, pedoman wawancara,

dokumen-dokumen yang berhubungan masalah penelitian dan alat bantu lainnya.

3.6 Teknik Analisis Data

Teknik analisis data adalah proses pengumpulan data secara sistematis

untuk mempermudah peneliti dalam memperoleh kesimpulan. Analisis data

menurut Bogdan dalam Sugiyono ( 2009: h. 334) yaitu proses mencari dan

menyusun secara sistematik data yang diperoleh dari hasil wawancara, cacatan

lapangan dan bahan-bahan lain sehingga dapat mudah dipahami dan temuannya

dapat diimformasikan kepada orang lain. Analisis data kualitatif bersifat induktif

yaitu analisis berdasarkan data yang diperoleh, selanjutnya dikembangkan pola

hubungan tertentu atau menjadi hipotesis. Berdasarkan hipotesis yang dirumuskan

berdasarkan data tersebut, selanjutnya dicarikan data lagi secara berulang-ulang

sehingga dapat disimpulkan apakah hipotesis dapat diterima atau ditolak

berdasarkan data yang terkumpul. Bila hipotesis dapat diterima maka berkembang

menjadi teori.

Menurut Miles dan Huberman (2007: h. 16) analisis data terdiri dari tiga

alur kegiatan yang terjadi secara bersama-sama yaitu pengumpulan data, reduksi

data, penyajian data, penarikan data/verifikasi.

1. Reduksi Data: sebagaimana proses pemilihan pemusatan perhatian pada

penyederhanaan, pengabstratan dan transformasi data “kasar” yang

Page 38: PERANAN PROGRAM PEMBERDAYAAN PEREMPUAN KEPALA …repository.utu.ac.id/689/1/I-V.pdf · miskin, dan 320-480 untuk kategori hampir berkecukupan, di negara-negara dunia ketiga, masyarakat

35

muncul dari catatan-cacatan tertulis di lapangan. Reduksi data berlangsung

terus menerus selama penelitian dilapangan, selama pengumpulan data

berlansung, terjadi tahapan reduksi selanjutnya membuat ringkasan,

mengkode, menelusuri tema, membuat gugus-gugus membuat partisi dan

menulis memo. Reduksi data/proses transformasi ini berlanjut terus

menerus sesudah penelitian lapangan sampailaporan akhir lengkap

tersusun.

2. Penyajian data: membangdingkan dan menghubungkan semua data primer

yang ditemukan dilapangan dengan data skunder, yaitu data yang

diperoleh dari perpustakaan, selanjutnya melakukan iterpretasi terhadap

data tersebut, guna membagi konsep yang bermakna.

3. Penarikan kesimpulan/verivikasi: kesimpulan ini dilakukan berdasarkan

hasil interpretasi data yang diperoleh dari data primer (wawancara dan

observasi) dan data skunder (buku-buku, internet, dan jurnal). Untuk

menghindari kesalahan interpretasi terhadap data dan pematangan hasil

yang diperoleh.

3.7 Pengujian Kredibilitas Data

Uji kredibilitas data atau kepercayaan terhadap data hasil penelitian

kualitatif antara lain dilakukan dengan perpanjangan pengamatan, peningkatan

ketekunan, triangulasi, diskusi dengan teman sejawat, dan member chek.

Digunakannya uji ini dimaksudkan untuk mendapatkan data yang lebih mendalam

mengenai subyek penelitian (Sugyiono, 2008: 270).

Page 39: PERANAN PROGRAM PEMBERDAYAAN PEREMPUAN KEPALA …repository.utu.ac.id/689/1/I-V.pdf · miskin, dan 320-480 untuk kategori hampir berkecukupan, di negara-negara dunia ketiga, masyarakat

36

Adapun pengujian kredibilitas data adalah sebagai berikut:

1. Perpanjangan pengamatan

Perpanjangan pengamatan perlu dilakukan karna berdasarkan

pengamatan yang telah dilakukan, dirasakan data yang diperoleh masih

kurang memadai. Menurut Moleong (2007: 327) perpanjangan

pengamatan berarti peneliti tinggal dilapangan penelitian sampai

kejenuhan mengumpulkan data tercapai.

2. Peningkatan ketekunan

Peningkatan ketekunan berarti melakukan pengamatan secara lebih

mendalam untuk memperoleh kepastian data. Meningkatkan ketekunan

dilakukan dengan temuan yang diteliti sehingga berguna untuk memeriksa

data apakah benar dan bisa dipercaya atau tidak.

3. Triagulasi

Analisa Triangulasi merupakan suatu metode analisis untuk

mengawasi masalah akibat dari kajian mengandalkan satu teori saja, satu

macam data atau satu metode penelitian juga (Sugiyono, 2007: 225).

Triangulasi dapat diartikan sebagai pengecekan data dari berbagai sumber

dengan berbagai cara. Menurut Sugiyono 2007: 273) terdapat minimal tiga

macam triangulasi, yaitu:

a. Triangulasi sumber data

Pada triangulasi sumber data, data dicek kredibilitasnya dari

berbagzai sumber data yang berbeda dengan teknik yang sama

misalnya, mengecek sumber data yang berbeda antara bawahan,

atasan dan teman.

Page 40: PERANAN PROGRAM PEMBERDAYAAN PEREMPUAN KEPALA …repository.utu.ac.id/689/1/I-V.pdf · miskin, dan 320-480 untuk kategori hampir berkecukupan, di negara-negara dunia ketiga, masyarakat

37

b. Triangulasi teknik pengumpulan data

Pada triangulasi teknik pengumpulan data, data dicek

kredibilitasnya menggunakan berbagai ternik yang berbeda dengan

sumber data yang sama.

c. Triangulasi waktu pengumpulan data

Pada triangulasi waktu pengumpulan data, data

dicekkridibilitasnya pada waktu yang berbeda-beda namun dengan

sumber data dan teknik yang sama. Triangulasi menjadikan data yang

diperoleh dalam penelitian menjadi lebih konsisten, tuntas dan pasti

sertameningkatkan kekuatan data (Sugiyono,2007: 241).

4. Pemeriksaan teman sejawat

Dilakukan dengan mendiskusikan data hasil temuan dengan rekan-

rekan sesama mahasiswa maupun teman yang bukan mahasiswa. Melalui

diskusi ini diharapkan ada saran atau masukan yang berguna.

5. Analisis kasus negatif

Menurut sugiyono (2008: 275) melakukan analisis kasus negative

berarti peneliti mencari data yang telah ditemukan.

6. Member chek

Member chek atau pengujian anggota dilakukan dengan cara

mendiskusikan hasil penelitian kepada sumber-sumber yang telah

memberikan data untuk mengecek kebenaran data dan interprestasinya.

Menurut Moleong, (2007: 366) pengecekan dilakukan dengan jalan:

a) Penilaian dilakukan oleh responden.

b) Mengkoreksi kekeliruan.

Page 41: PERANAN PROGRAM PEMBERDAYAAN PEREMPUAN KEPALA …repository.utu.ac.id/689/1/I-V.pdf · miskin, dan 320-480 untuk kategori hampir berkecukupan, di negara-negara dunia ketiga, masyarakat

38

c) Menyediakan tambahan imformasi.

d) Memasukkan responden dalam kancah penelitian, menciptakan

kesempatan untuk mengikhtisarkan sebagai langkah awal analisis data

e) Menilai kecukupan menyeluruh data yang dikunpulkan.

Pengujian kredibilitas (credibility) bertujuan untuk menilai kebenaran

dari temuan penelitian kualitatif. Kredibilitas ditunjukkan ketika

partisipan mengungkapkan bahwa transkip penelitian memang bnar-

benar sebagai pengalamanya sendiri. Dalam hal ini penelitia akan

memberikan data yang telah di transkipkan untuk dibaca ulang oleh

partisipan.

3.8 Teknik Penentuan Informan

Menurut Sugiyono (2009: 221) penentuan sampel atau penentuan

informan dalam penelitian kualitatif berfungsi untuk mendapatkan informasi yang

maksimum, karena itu orang yang dijadikan sampel atau informan sebaiknya yang

memenuhi kriteria.

Teknik penentuan informan pada penulisan ini penulis mengunakan

Purposive sampling (pengambilan informan berdasarkan tujuan), artinya orang

yang dijadikan sebagai informan ditunjuk secara sengaja oleh peneliti berdasarkan

atas pertimbangan sesuai dengan maksud dan tujuan penelitian. Penentuan

informan berdasarkan maksud dan tujuan penulis. Informan yang dipilih karena

para informan ini lebih mengetahui permasaalahan yang akan diteliti. Sebagai

informan yang ada merupakan bagian dari pengurus PEKKA, kader PEKKA,

Janda yang menjadi anggota PEKKA serta pihak Kecamatan.

Page 42: PERANAN PROGRAM PEMBERDAYAAN PEREMPUAN KEPALA …repository.utu.ac.id/689/1/I-V.pdf · miskin, dan 320-480 untuk kategori hampir berkecukupan, di negara-negara dunia ketiga, masyarakat

39

Untuk pengecekan tentang kebenaran hasil wawancara yang didapat dari

informan, maka yang akan menjadi informan dalam penelitian ini adalah:

Camat Tangan-tangan : 1

Kader PEKKA : 1

Ketua LKM : 1

Anggota PEKKA : 6

Jumlah : 9

3.9 Jadwal Penelitian

Adapun Jadwal penelitian dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

No Kegiatan Feb

2014

Mar

2014

Apr

2014

Mai

2014

Jun

2014

Jul

2014

Agu

2014

Sep

2014

1 Pengajuan judul

dan proposal

2 Menunggu

Keluar SK

3 Bimbingan

4 Seminar

proposal judul

5 Melenglapi

bahan skrpsi

5 Seminar hasil

6 Sidang

Page 43: PERANAN PROGRAM PEMBERDAYAAN PEREMPUAN KEPALA …repository.utu.ac.id/689/1/I-V.pdf · miskin, dan 320-480 untuk kategori hampir berkecukupan, di negara-negara dunia ketiga, masyarakat

40

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian

4.1.1 Kondisi Geografis

Dalam melaksanakan penelitian, mengetahui kondisi lingkungan yang

akan diteliti merupakan hal yang sangat penting yang harus diketahui oleh

peneliti. Adapun lokasi penelitian yang diambil penulis adalah Kecamatan

Tangan-tangan, Kabupaten Aceh Barat Daya. Sehubungan dengan penelitian ini,

maka yang perlu diketahui oleh peneliti adalah kondisi geografis, kondisi

demografis, keadaan sosial dan ekonomi.

1. Letak desa

Kecamatan Tangan Tangan Merupakan Kecamatan yang terletak di

sebelah timur kabupaten Aceh Barat Daya yang berjarak 20 KM dari ibu kota

Kabupaten Aceh Barat Daya dengan luas wilayah 63 km² secara umum

keberadaan penduduk kecamatan Tangan-tangan berjumlah 12.373 Jiwa dalam 2

kemukiman dan 15 desa. Dan mayoritas penduknya bermata pencaharian petani,

nelayan, dan pedagang.

2. Batas kecamatan

Kecamatam Tangan-tangan merupakan salah satu kecamatan yang ada di

Kabupaten Aceh Barat Daya yang berbatasan langsung dengan daerah dan

Kecamatan lain, adapun batasnya adalah sebagai berikut :

Sebelah Utara dengan Gayo Luwes

Sebelah Selatan dengan Lautan Hindia

Page 44: PERANAN PROGRAM PEMBERDAYAAN PEREMPUAN KEPALA …repository.utu.ac.id/689/1/I-V.pdf · miskin, dan 320-480 untuk kategori hampir berkecukupan, di negara-negara dunia ketiga, masyarakat

41

Sebelah Barat dengan Kecamatan Setia

Sebelah Timur dengan Kecamatan Manggeng

3. Cakupan Wilayah/Gampong

Tabel 4.1 Cakupan wilayah/Gampong yang ada di Kecamatan Tangan-tangan.

No. NamaGampong Luas Wilayah JumlahDusun

1. Ie Lhop 6 KM2 3

2. Kuta Bakdrien 7 KM2 3

3. Suak Labu 4 KM2 3

4. Padang Bak Jeumpa 1 KM2 3

5. Gunung Cut 4 KM2 3

6. Blang Padang 2 KM2 3

7. Padang Kawa 1,5 KM2 3

8. Mesjid 0,87 KM2 3

9. Pante Geulumpang 4 KM2 3

10. Adan 7,5 KM2 3

11. Bineh Krueng 2,5 KM2 3

12. Drien Jalo 1,2 KM2 3

13. Drien Kipah 7 KM2 3

14. Suak Nibong 1,3 KM2 3

15. Padang Bak Jok 6 KM2 3

Sumber : Kecamatan dalam angka Thn. 2014

4.1.2 Kondisi Demografis

Jumlah penduduk Kecamatan Tangan-tangan berdasarkan data dinamis

tahun 2011 secara keseluruhan adalah 12.373 jiwa, dengan perincian 6243 jiwa

penduduk laki-laki-laki dan 6130 jiwa penduduk perempuan.

4.1.3 Kondisi sosial ekonomi

Mengetahui keadaan sosial ekonomi suatu wilayah sangat penting, agar

kita mengetahui berbagai potensi yang dimiliki wilayah tersebut. Selain itu bagi

pihak pemerintah dengan sedirinya dapat dijadikan dasar guna menyusun

kebijaksanaan pemerintah setempat. Masing-masing aspek sosial dan ekonomi

suatu daerah pada hakikatnya menunjukkan tingkat keberhasilan dan kemajuan

Page 45: PERANAN PROGRAM PEMBERDAYAAN PEREMPUAN KEPALA …repository.utu.ac.id/689/1/I-V.pdf · miskin, dan 320-480 untuk kategori hampir berkecukupan, di negara-negara dunia ketiga, masyarakat

42

daerahnya didalam melaksanakan pembangunan. Untuk mengetahui aktifitas yang

di jalani oleh suatu wilayah dalam bidang ekonomi umumnya dapat ditunjukkan

melalui mata pencaharian penduduknya. Disamping itu dengan melihat mata

pencaharian penduduk tersebut kita dapat mengetaui pula tingkat tinggi rendahnya

taraf hidup masyarakat.

Masyarakat di kecamatan Tangan-tangan secara keseluruhan memiliki

mata pencaharian sebagai petani. Untuk lebih jelasnya dibawah ini disajikan tabel

mengenai penduduk kecamatan tangan-tangan menurut mata pencaharian:

Tabel 4.3 Jumlah penduduk Menurut Mata Pencaharian

No Tingkat Pendidikan Jumlah

1 Petani 2.214

2 Nelayan 62

3 Buruh 252

4 PNS 135

5 Wiraswasta 191

6 Pelajar/Mahasiswa 3.496

7 TNI/POLRI 21

8 Lain-lain 5.999

Jumlah 12.373

sumber : Kecamatan dalam angka Tahun 2014

4.1.4 Deskripsi PEKKA di Kecamatan Tangan-tangan

Pada tahun 2002, sekretariat Nasional Program Pemberdayaan Perempuan

Kepala Keluarga (seknas PEKKA) mulai mengorganisir kelompok miskin dengan

membentuk kelompok-kelompok Perempuan Kepala Keluarga (PEKKA). Para

anggota telah mengembangkan berbagai kegiatan ekonomi, sosial dan budaya

untuk memperkuat diri agar dapat mengatasi berbagai persoalan kemiskinan yang

dihadapi, mendapatkan pengakuan dan menjadi bagian dari masyarakat yang

setara dengan lainnya. Mereka menjadi kepala keluarga karena suami meninggal,

Page 46: PERANAN PROGRAM PEMBERDAYAAN PEREMPUAN KEPALA …repository.utu.ac.id/689/1/I-V.pdf · miskin, dan 320-480 untuk kategori hampir berkecukupan, di negara-negara dunia ketiga, masyarakat

43

terbunuh dalam konflik, bercerai, ditinggalkan merantau tanpa berita, diabaikan

suami yang berpoligami, suami sakit menahun atau cacat dan lajang yang tidak

atau belum menikah namun harus menanggung beban keluarga. Definisi

Perempuan Kepala Keluarga (PEKKA) menurut Seknas PEKKA adalah

perempuan yang melaksanakan peran dan tanggungjawab sebagai pencari nafkah,

pengelola rumah tangga, dan pengambil keputusan dalam keluarganya. Sedangkan

menurut BPS (Badan Pusat Statistik) Kepala Keluarga adalah pencari nafkah

dalam keluarga atau seseorang yang dianggap sebagai kepala keluarga.

Pada tahun 2002 mulai dibentuk kelompok PEKKA di lima kabupaten

yait: Aceh Besar, Pidie, Bireun, Aceh Timur dan Aceh Barat Daya. Pada tahun

2007, diperluas ke kabupaten Aceh Jaya dan Singkil, sampai dengan akhir

Desember 2008 wilayah kerja PEKKA meliputi 8 kabupaten yaitu: Aceh Besar,

Pidie, Bireun, Aceh Timur, Aceh Jaya, Aceh Barat daya, Aceh Selatan, dan Aceh

Singkil. Hampir setengah (47%) anggota kelompok PEKKA berusia antara 31-60

tahun, dan juga hampir separuh (46%) menanggung beban minimal 3 anak.

Mereka bekerja sebagai petani, peternak, dan pengrajin bordir dengan pendapatan

harian sekitar 14,532 rupiah per hari dan pengeluaran harian sebesar 14,042 per

hari. Sebagian besar dari mereka menjadi kepala keluarga karena suami

meninggal dunia. Pada saat ini anggota PEKKA di Aceh berjumlah 3,310 orang

yang tergabung dalam 176 kelompok di 147 desa di 33 kecamatan di 8

kabupaten. Kelompok-kelompok yang berasal dalam satu kecamatan atau lebih

yang saling berdekatan, kemudian membentuk lembaga keuangan mikro (LKM).

Sejauh ini sudah terbentuk 8 lembaga keuangan mikro.

Page 47: PERANAN PROGRAM PEMBERDAYAAN PEREMPUAN KEPALA …repository.utu.ac.id/689/1/I-V.pdf · miskin, dan 320-480 untuk kategori hampir berkecukupan, di negara-negara dunia ketiga, masyarakat

44

Khususnya di Kecamatan Tangan-tangan Kabupatan Aceh Barat Daya

masih banyak terdapat perempuan yang berperan sebagai kepala keluarga atau

janda yang umumnya bermata pencaharian sebagai buruh tani, penjahit, pedagang,

pembuat kue, pembantu rumah tangga dan lain sebagainya yang pendapatannya

sangat minim. Pada tahun 2002 PEKKA sudah mulai terjun ke gampong-

gampong untuk membentuk kelompok-kelompok baru. Adapun nama-nama

gampong yang sudah ada kelompok PEKKA di Kecamatan Tangan-tangan

adalah:

Tabel 4.4 jumlah Kelompok PEKKA di Kecamatan Tangan-tangan.

No Gampong Jumlah Anggota

1 Adan 25

2 Suak Labu 18

3 Padang Bak jempa 14

4 Blang Padang 23

5 Padang kawa 19

6 Drien Jaloe 16

7 Gunung Cut 22

8 Pante geulumpang 25

9 Bineh Krueng 17

10 Kuta Bak Drien 24

11 Ie Lhop 22

12 Mesjid 21

13 Drien kipah 15

Jumlah 261

Sumber : PEKKA Tangan-tangan 2014

Setelah membentuk kelompok baru di gampong-gampong, selanjutnya

barulah PEKKA mulai mengoperasikan prgram-program PEKKA yang

dikembangkan berdasarkan kebutuhan kelompok dan anggota diantaranya dapat

dilihat di tabel dibawah ini:

Page 48: PERANAN PROGRAM PEMBERDAYAAN PEREMPUAN KEPALA …repository.utu.ac.id/689/1/I-V.pdf · miskin, dan 320-480 untuk kategori hampir berkecukupan, di negara-negara dunia ketiga, masyarakat

45

Tabel 4.5 Program PEKKA yang sudah terealisasikan

No Program Keterangan

1 Pemberdayaan Ekonomi - Simpan Pinjam

- Pengembangan Usaha

- Bantuan Langsung Masyarat

(BLM) seperti Rehap Rumah,

Memasng Listrik.

2 Pendidikan Sepanjang Hayat - Membuat les untuk anak-anak

- Beasiswa untuk anak sekolah

seperti buku tulis, tas dan

seragam sekolah,

- Pendidikan untuk lansia

- Penguatan wawasan dan

Pelatihan mental anggota dll

3 Pemberdayaan Hukum - Pelatihan-pelatihan Penguatan

hukum kepada kader dan

anggota PEKKA

4 Pemberdayaan Politik - Pemahaman pentingnya

berpolitik

5 Hak Kesehatan Sepanjang

Masa

- Senam Lansia

- Pengobatan gratis

- Tensi darah untuk lansia dll

6 Media komunitas - Pelatihan komputer

- Melatih mengelola radio

komunitas dll

Sumber : PEKKA Tangan-tangan 2014

4.2 Hasil Penelitian

4.2.1 Peranan Program Pemberdayaan Perempuan Kepala Keluarga

(PEKKA) dalam Meningkatkan Kesejahteraan Janda

Proyek PEKKA diharapkan mampu memberikan kontribusi secara positif

untuk menyelesaikan masalah kemiskinan terutama untuk keluarga Janda yang

mayoritas tergolong miskin terutama yang terkait dengan demensi-dimensi

politik, sosial, hukum dan ekonomi, dan mampu menyediakan aset yang lebih

baik bagi anggota PEKKA dalam meningkatkan pendapatannya, meningkatkan

kualitas perumahannya dan pendidikan anak-anaknya serta dalam hal

menyuarakan aspirasinya dalam proses pengambilan keputusan serta mampu

Page 49: PERANAN PROGRAM PEMBERDAYAAN PEREMPUAN KEPALA …repository.utu.ac.id/689/1/I-V.pdf · miskin, dan 320-480 untuk kategori hampir berkecukupan, di negara-negara dunia ketiga, masyarakat

46

berdikari. PEKKA telah memberikan peranan yang sangat membantu keluarga-

keluarga janda miskin di daerah pedesaan dengan mengembangkan berbagai

program-program pemberdayaan.

Dari hasil wawancara dengan Ibu Nurimah selaku anggota PEKKA di

gampong Drien Jaloe, Mengatakan bahwa:

“Saya sangat senang dengan adanya program dari PEKKA ini,

karna banyak sekali membantu saya dalam menyekolahkan anak-

anak saya. PEKKA memberikan saya modal untuk usaha sehingga

saat ini saya sudah bisa bangkit dari pada hidup yang susah”

(wawancara tanggal 15 juni 2014)”

Hal senada juga diungkapkan oleh ibu Hafsah selaku anggota di gampong

Ie Lhop, mengatakan bahwa:

“Program PEKKA sangat bagus menurut saya, saya sekarang

sudah tidak kawatir lagi kalau masalah kekurangan modal untuk

buka usaha, karena PEKKA selalu siap membantu saya dan

keluarga untuk maju, dulu sebelum menjadi anggota PEKKA

sangat sulit untuk mendapatkan pinjaman tapi sekarang

Alhamdullah PEKKA mampu mambantu ekonomi keluarga saya”

(wawancara pada tanggal 14 juni 2014).

Wawancara dengan ibu Intan, selaku kader PEKKA, mengatakan bahwa:

“Selama ini program-program PEKKA sudah banyak sekali

berperan membantu keluarga janda yang telah ditinggal mati oleh

suaminya dia berusaha bangkit untuk membantu ekonomi

keluarganya, contohnya dulunya angka kemiskinan tinggi tetapi

sesudah adanya program tersebut angka kemiskinan menurun. Saya

sendiri dengan adanya program Pekka ini sangat mendukung sekali

khususnya di kecamatan Tangan-tangan ini” (wawancara pada

tanggal 14 juni 2014).

Wawancara dengan bapak Ruslan Adly, Sp. selaku Camat Tangan-tangan,

mengatakan bahwa:

Page 50: PERANAN PROGRAM PEMBERDAYAAN PEREMPUAN KEPALA …repository.utu.ac.id/689/1/I-V.pdf · miskin, dan 320-480 untuk kategori hampir berkecukupan, di negara-negara dunia ketiga, masyarakat

47

“Menurut saya PEKKA sangat bagus dan perlu didukung karena

sejak ada di kecamatan Tangan-tangan PEKKA sudah banyak

sekali turut ikut membantu pemerintah dalam mensejahterakan

masyarakat miskin khususnya para janda, dengan menjadi anggota

PEKKA mereka sekarang sudah mandiri dan sudah tidak

bergantung pada orang lain lagi” (wawancara pada tanggal 13 juni

2014).

Berdasarkan hasil wawancara di atas maka dapat disimpulkan bahwa

selama ini program-program PEKKAsangat berperan dalam membantu

meningkatkan kesejahteraan janda, PEKKA mampu memberikan perubahan-

perubahan positif bagi keuarga janda.

4.2.2 Program PEKKA

Selama ini ada beberapa program yang telah berhasil dijalankan oleh

PEKKA di kecamatan tangan-tangan. Berdasarkan hasil wawancara dengan ibu

Nurimah selaku anggota PEKKA, menyatakan bahwa:

“Sudah banyak sekali program yang dijalankan oleh PEKKA selain

simpan pinjam ini, ada juga bantuan untuk memasang listrik,

bantuan utuk anak sekaolah, membangun rumah, bantuan untuk

lansia, menjahit serta pelatihan-pelatihan dan masih banyak lagi,

namun ada juga program yang tidak berjalan lagi seperti program

untuk lansia sekarang sudah tidak ada lagi” (wawancara pada

tanggal 15 Juni 2014).

Hal senada juga di uangkapkan oleh ibu Rajian selaku anggota PEKKA,

menyatakan bahwa:

“Benar yang dikatakan oleh ibu Nurimah bahwa ada banyak

program yang sudah dijalankan oleh PEKKA dan sangat bagus

menurut saya, seperti program Simpan pinjam, yang sudah banyak

sekali bermanfaat membantu kami, dan juga bantuan rehap rumah

Alhamdulillah sekarang Rumah saya sudah lebih nyaman

dibandingkan dulu”.(wawancara pada tanggal 15 juni 2014).

Wawancara dengan ibu Intan selaku kader PEKKA menyatakan bahwa:

Page 51: PERANAN PROGRAM PEMBERDAYAAN PEREMPUAN KEPALA …repository.utu.ac.id/689/1/I-V.pdf · miskin, dan 320-480 untuk kategori hampir berkecukupan, di negara-negara dunia ketiga, masyarakat

48

“Selama ini sudah banyak sekali program PEKKA yang sudah

kami jalankan diantaranya simpan pinjam sebagi pengikat anggota

untuk mau berkelompok, bantuan rehap rumah, memasang listrik,

program untuk lansia, pendidikan sepanjang hayat, pemberdayaan

hukum untuk keadilan, pendidikan politik, radio komunitas serta

pengembangan usaha kecil mikro dan lain-lain” (wawancara

tanggal 14 Juni 2014).

Wawancara dengan ibu Nurhadisah selaku ketua LKM, mengatakan

bahwa:

“Banyak sekali program yang telah dijalankan oleh PEKKA salah

satunya program simpan pinjam LKM ini.Selaku ketua LKM

menurut saya Program ini sangatlah bagus karena sifatnya oleh kita

untuk kita dan akan kembali kepada kita, ibu-ibu janda diajak

untuk belajar menabung untuk masa depan, dimana uang simpanan

wajib tersebut akan diputar dengan dipinjamkan kembali secara

bergilir untuk memenuhi kebutuhan anggota atau dijadikan sebagai

modal usaha dan uang tersebut harus dikembalikan dalam tempo

satu tahun dengan bunga 10% ini lebih ringan dari pada pinjaman

di bank bunganya sangat tinggi” (wawancara tanggal 15 Juni

2014).

4.2.3 Sumber dana kegiatan PEKKA

Dalam melaksanakan tugasnya tentu saja diperlukan dana yang cukup

besar untuk mencapai cita-cita PEKKA berikut hasil wawancara dengan ibu Intan

selaku kader PEKKA, mengatakan bahwa:

“Sumber dana kegiatan PEKKA selama ini dihasilkan dari

swadaya kelompok melalui kegiatan simpan pinjam dan juga dari

bantuan yang diberikan dari hasil kerja sama oleh Word Bank,

JSDF (Japan Sosial Devlopment food), AusAID (Australian

Agency for Internasional Development)dan masih banyak lainnya

yang kemudian dikelola oleh Seknas PEKKA untuk keperluan

kegiatan PEKKA di berbagai daerah” (Wawancara pada tanggal 15

juni 2014).

Page 52: PERANAN PROGRAM PEMBERDAYAAN PEREMPUAN KEPALA …repository.utu.ac.id/689/1/I-V.pdf · miskin, dan 320-480 untuk kategori hampir berkecukupan, di negara-negara dunia ketiga, masyarakat

49

Hal senada juga diungkapkan oleh ibu Mariani selaku ketua LKM di

gampong Drien Jaloe, mengatakan bahwa :

“Benar yang dikatakan ibu Intan bahwa dana kegiatan PEKKA

selama ini setau saya ada dari bantuan luar negri karena ada

beberapa kali datang orang asing ke gampong kami untuk melihat

keadaan kelompok kami, mereka yang datang rata-rata tidak bisa

berbahasa Indonesia tapi bahasa Inggris namun ada dibawa juru

bicaranya” (wawancara pada tanggal 15 juni 2014).

Wawancara dengan ibu Hafsah selaku anggota PEKKA di Gampong Ie

Lhop, menyatakan bahwa :

“Digampong kami juga ada datang bule mereka datang untuk

melihat keadaan kelompok kami aktif atau tidak karena selama ini

dana kegiatan PEKKA juga ada dari bantuan mereka seperti rehap

rumah, beasiswa untuk anak-anak yang sekolah dan pelatihan-

pelatihan, kami berharab dana ini akan terus ada supaya semangat

berkelompok masyarakat semakin kuat” (wawancara pada tanggal

14 juni 2014).

Wawancara dengan ibu Rajian selaku anggota, menyatakan bahwa:

“Memang benar apa yang dikatakan oleh ibu Rajian, bahwa dana

PEKKA selama ini selain dari swadaya menabung di LKM juga

ada bantuan dari luar negri yang membantu PEKKA seperti rehap

rumah, beasiswa, memasang listrik dan kegiatan-kegiatan PEKKA

lainnya” (wawancara pada tanggal 15 juni 2014).

Derdasarkan wawancara diatas dapat dijelaskan bahwa dana kegiatan

PEKKA selama tidak dari pemerintah melainkan dari dana simpan pinjam

PEKKA itu sendiri dan dari kerja sama PEKKA dengan donator-donatur Asing

yang selama ini terjalin sangat baik.

Page 53: PERANAN PROGRAM PEMBERDAYAAN PEREMPUAN KEPALA …repository.utu.ac.id/689/1/I-V.pdf · miskin, dan 320-480 untuk kategori hampir berkecukupan, di negara-negara dunia ketiga, masyarakat

50

4.2.4 Manfaat Program PEKKA

Dari tahun 2002 sejak PEKKA pertama kali ada dikecamatan tangan-

tangan sampai sekarang, hasil 12 tahun pemberdayaan PEKKA dapat dilihat

sejauh mana program PEKKA bermanfaat bagi keluarga janda.

Berikut hasil wawancara dengan beberapa informan terkait manfaat PEKKA

Wawancara dengan ibu Marlinda selaku anggota PEKKA di Gampong Bineh

Krueng menyatakan bahwa:

“Program simpan pinjam PEKKA memberikan pinjaman untuk

membuka usaha atau menambah modal bagi yang sudah punya

usaha kecil-kecilan, seperti warung, menjahit, buat kue kemudian

dijual/dititipkan diwarung-warung dan lain-lain. Dari pinjaman

tersebut sebagian besar keluarga janda merasakan manfaat yang

positif dari program PEKKA” (wawancara pada tanggal 13 juni

2014).

Hasil wawancara dengan ibu hafsah di gampong ie lhop menatakan

bahwa:

“Banyak sekali manfaat yang sudah saya rasakan sesudah menjadi

anggota PEKKA selain perubahan disegi ekonomi juga bisa pergi

jalan-jalan keluar kota untuk ikut pelatihan dan disana bisa bertemu

banyak teman sesama janda” (wawancara tanggal 14 juni 2014)

Wawancara dengan Bapak Ruslan Adly, Sp. selaku camat Tangan-tangan

menyatakan Bahwa:

“Pihak keecamatan tidak memantau secara langsung kelapangan

namun hanya melihat dan memang benar program PEKKA sangat

bermanfaat dan berdampak positif terhadap masyarakat miskin

terutama janda, dan selama ini PEKKA selalu melibatkan camat,

dalam berbagai kegiatan mereka selalu mengikut sertakan camat

sebagai pembuka acara” (wawancara tanggal 13 juni 2014).

Page 54: PERANAN PROGRAM PEMBERDAYAAN PEREMPUAN KEPALA …repository.utu.ac.id/689/1/I-V.pdf · miskin, dan 320-480 untuk kategori hampir berkecukupan, di negara-negara dunia ketiga, masyarakat

51

Hal yang senada juga disampaikan oleh ibu Itan selaku Kader PEKKA

menyatakan Bahwa:

“Benar yang diungkapkan oleh pak camat, bahwa PEKKA dalam

melaksanakan kegiatan selalu melibatkan camat dan aparatur

gampong. Sejauh ini keluarga janda sudah menerima manfaat yang

positif setelah bergabung dengan PEKKA mereka bebih baik

dalam hal keberanian didepan publik, lebih percaya diri, banyak

teman, meningkat kemampuan utuk kebutuhan sehari-hari, lebih

faham masalah sosial politik, masalah HAM serta meningkat status

sosial dalam msayarakat menjadi lebih baik sehingga dilibatkan

dalam berbagai kegiatan dalam gampong” (wawancara tanggal 14

juni 2014).

Dari beberapa hal yang diwawancarai oleh penulis dapat dipahami bahwa

program PEKKA memberikan manfaat yang positif bagi keluarga janda di

kecamatan Tangan-tangan karena berdasarkan hasil pengamatan dilapangan

bahwa dari segi fisik sosial dan ekonomi banyak terjadi perubahan-perubahan

secara nyata.

4.2.5 Kendala-Kendala Yang Dihadapi PEKKA Dalam Meningkatkan

Kesejahteraan Janda

Dalam pelaksanaan suatu program sudah tentu mempunyai berbagai

kendala-kendala yang mengambat pencapian kinerja yang telah ditetapkan oleh

suatu lembaga baik di pemerintah maupun lembaga swasta. Sebagai lembaga

perempuan, PEKKA juga mempunyai berbagai kendala-kendala yang

dihadapidalam masa sepak terjang 12 tahun PEKKA berkarya bersama

perempuan-perempuan miskin dipedesaan.

Hal tersebut sesuai dengan hasil wawancara dengan ibu Hafsah anggota dari

Gampong Ie Ihop menyatakan bahwa:

Page 55: PERANAN PROGRAM PEMBERDAYAAN PEREMPUAN KEPALA …repository.utu.ac.id/689/1/I-V.pdf · miskin, dan 320-480 untuk kategori hampir berkecukupan, di negara-negara dunia ketiga, masyarakat

52

“Ketika saya mulai aktif di kelompok sering mendapat ocehan

tetangga karena sering berpergian untuk pertemuan dan juga

banyak tetangga-tetanga yang menebarkan isu-isu negative tentang

PEKKA supaya tidak ada keluarga janda yang mau untuk

bergabung menjadi kelompok PEKKA” (wawancara pada tanggal

14 juni 2014).

Hal senada juga dialami oleh ibu Rajian selaku anggota di Gampong

Blang Padang, menyatakan bahwa:

“Saya sering menjadi omongan orang ketika sering pergi keluar

untuk pertemuan, mereka bilang hanya buang-buang waktu saja

ikut PEKKA tidak ada untungnya.Setelah itu saya sempat tidak

aktif lagi karena malas dengan omongan orang gampong sehingga

saya diberi pemahaman oleh ketua LKM untuk terus aktif supaya

kehidupan keluarga saya bisa lebih baik, Alhamdulillah sekarang

saya sudah bisa merasakan hasilnya” (wawancara pada tanggal 15

juni 2014).

Dari hasil wawancara diatas dapat dipahami bahwa sebelum bergabung

dengan PEKKA ruang gerak untuk para janda sangatlah terbatas karena dibatasi

dengan status mereka sebagai janda yang sangat sensitif dimata masyarakat,

sehingga para janda sangat sulit untuk bisa bangkit dan berkembang. Inilah yang

menjadi tujuan PEKKA yaitu ingin ikut berkontribusi membangun tatanan

masyarakat yang adil jender dan sejahtera tanpa ada deskriminasi karena status

mereka janda dan selalu mendapatkan posisi yang rendah dalam strata sosial.

Hasil wawancara dengan ibu Intan selaku kader PEKKA menyatakan

bahwa:

“Banyak sekali kendala-kendala yang kami alami terutama ketika

membuka akses yang baru digampong sangatlah susah untuk

mengajak ibu-ibu janda mau bergabung dalam kelompok, bahkan

ketika membuat pertemuan sangat sulit mengharapkan mereka bisa

berkumpul semua, karena sehari-hari pekerjaan mereka sebagai

buruh tani mengahuskan mereka jarang ada dirumah tapi di sawah

atau di kebun. Tidak hanya itu kendala lain juga kami alami ketika

Page 56: PERANAN PROGRAM PEMBERDAYAAN PEREMPUAN KEPALA …repository.utu.ac.id/689/1/I-V.pdf · miskin, dan 320-480 untuk kategori hampir berkecukupan, di negara-negara dunia ketiga, masyarakat

53

membuat kegiatan digampong-gampong ada aparatur gampong

yang tidak mau hadir” (wawancara pada tanggal 14 juni 2014).

Wawancara dengan ibu Mariani selaku ketua LKM di Gampong Drie

Jaloe, menyatakan bahwa:

“Karena pertama-tama PEKKA datang ke masyarakat tanpa

membawa janji dan bantuan apapun, cuma mengajak merekauntuk

berkelompok dan menabung. Sangat sulit untuk bisa diterima,

Karena hampir semuaproyek pemerintah yang datang ke Gampong

selalu membawa bantuan dan janji-janji. Sudah tentu PEKKA

tidaklah diminati, dan sering ditolak dan di tinggalkan masyarakat

di tahap awalnya, inilah kendala yang sangat sulit bagi saya ketika

mengajak mereka untuk berkelompok” (wawancara pada tanggal

15 juni 2014).

Dari pernyataan diatas dapat kita kita pahami bahwa setiap pelaksanaan

program tentu tidak terlepas dari sebuah kendala baik karena manajemen yang

kurang bagus maupun karena sebuah situasi atau keadaan yang tanpa diduga

sebelumnya, sehingga berdampak negatif terhadap hasil yang ingin dicapai oleh

sebuah lembaga.

4.3 Pembahasan

4.3.1. Peranan program pemberdayaan perempuan kepala keluarga

(PEKKA) dalam meningkatkan kesejahteraan janda

Program Pemberdayaan Perempuan Kepala Keluarga (PEKKA)

merupakan sebuah kebijakan pemberdayaan kepada perempuan-perempuan

miskin yang menjadi kepala keluarga dan mempunyai tanggungan menghidupi

anak-anaknya, program tersebut secara langsung berperan dalam membangun

tatanan masyarakat yang sejahtera, adil gender, dan bermartabat.

Menurut Soejono Soekanto (2002: 43) “peranan adalah aspek dinamisi

kedudukan (status). Apabila seseorang melaksanakan hak dan kewajiban sesuai

Page 57: PERANAN PROGRAM PEMBERDAYAAN PEREMPUAN KEPALA …repository.utu.ac.id/689/1/I-V.pdf · miskin, dan 320-480 untuk kategori hampir berkecukupan, di negara-negara dunia ketiga, masyarakat

54

dengan kedudukannya, maka ia akan menjalankan suatu peranan”. Konsep tentang

peran (role) bahwa:

1. Bagian tugas utama yang harus dilakukan oleh manajemen.

2. Pola perilaku yang diharapkan dapat menyertai suatu status.

3. Bagian suatu fungsi seseorang dalam kelompok atau pranata

4. Fungsi yang diharapkan dari seorang atau terjadinya karakteristik yang ada

padanya.

5. Fungsi setiap variable dalam hubungan sebab akibat.

Berdasarkan pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa bahwa peranan

merupakan penilaian sejauh mana fungsi seseorang atau lembaga dalam

menunjang usaha pencapaian tujuan yang ditetapkan atau ukuran mengenai

hubungan dua variabel yang mempunyai hubungan sebab akibat.

Perubahan-perubahan positif yang dirasakan oleh keluarga Janda setelah

ikut bergabung menjadi anggota PEKKA diantaranya adalah tumbuhnya rasa

kemandirian dari ibu-ibu PEKKA, sehingga tidak lagi bergantung pada orang lain

terutama mengharapkan bantuan dari pemeritah walaupun ada program-program

yang telah dihentikan, namun Ibu-ibu PEKKA dapat berswadaya dengan potensi

yang telah diperoleh dari PEKKA. Inilah peranan yang sangat bagus yang dibagun

oleh PEKKA untuk mencapai cita-cita mereka yaitu ikut berkontribusi dalam

membangun tatanan masyarakat yang sejahtera, adil jender dan bermartabat.

Menurut Midgley (2000: h.45) kesejahteraan diartikan sebagai “a

condition or state of human well-being”. Kondisi sejahtera terjadi manakala

kehidupan manusia aman dan bahagia karena kebutuhan dasar akan gizi,

kesehatan, pendidikan, tempat tinggal, dan pendapatan dapat terpenuhi, serta

Page 58: PERANAN PROGRAM PEMBERDAYAAN PEREMPUAN KEPALA …repository.utu.ac.id/689/1/I-V.pdf · miskin, dan 320-480 untuk kategori hampir berkecukupan, di negara-negara dunia ketiga, masyarakat

55

manakala manusia memperoleh perlindungan dari resiko-resiko utama yang

mengancam kehidupannya.

Adapun indikatornya adalah terpenuhinya kebutuhan hidup, baik secara

materi (sandang, pangan dan papan), maupun secara spiritual (pengetahuan dan

pelaksanaan ibadah. Suatu konsep kesejahteraan memang pada dasarnya memiliki

suatu kaitan yang erat akan kebutuhan manusia tersebut, suatu kebutuhan yang

dianggap penting oleh suatu kelompok manusia belum tentu menjadi suatu standar

yang bersifat universal untuk mengetahui kebutuhan manusia. Adapun pendapat

para ahli tentang kebutuhan manusia ini diantaranya adalah Abraham Maslow.

Maslow membagikan kebutuhan manusia menjadi 2 yaitu kebutuhan primer dan

kebutuhan sekunder. Tetapi setelah itu Moslow membagi lagi menjadi 5 yaitu:

1. Kebutuhan fisik dasar

2. Kebutuhan sosial

3. Kebutuhan keselamatan

4. Kebutuhan kejiwaan dan

5. Kebutuhan aktualisasi diri

4.3.2. Kendala-kendala yang dihadapi PEKKA dalam meningkatkan

kesejahteraan Janda

Pada dasarnya setiap program atau kegiatan sudah tentu mempunyai

kendala-kendala yang dihapi begitu juga dengan PEKKA dalam setiap

kegiatannya mempunyai berbagai kendala yang menghambat proses kelancaran

kegiatan PEKKA baik dalam pengelolaan maupun dari anggota itu sendiri. Seperti

sangat sulit dalam hal melakukan perekrutan dalam membentuk kelompok baru,

dalam hal mengumpulkan anggota ketika membuat pertemuan dengan kelompok

Page 59: PERANAN PROGRAM PEMBERDAYAAN PEREMPUAN KEPALA …repository.utu.ac.id/689/1/I-V.pdf · miskin, dan 320-480 untuk kategori hampir berkecukupan, di negara-negara dunia ketiga, masyarakat

56

dan masalah yang paling sering dialami oleh anggota PEKKA adalah seringkali

menjadi buah bibir masyarakat ketika sering keluar rumah untuk mengikuti

berbagai kegiatan yang diselenggarakan oleh PEKKA ini karena status mereka

sebagai perempuan yang tidak bersuami atau janda.

Menurut Ihromi, (2004 : 156) konsekuensi yang ditanggung oleh janda

pasca perceraian adalah “ masalah penyesuaian kembali terhadap peranan masing-

masing serta hubungan dengan lingkungan sosial ( Social relationship).

Dari penjelasan diatas dapat dipahami bahwa PEKKA dalam

keikutsertaannya ingin membangun tatanan masyarakat yang adil dan sejahtera

tidak terlepas dari berbagai kendala-kendala yang menghambat tujuan PEKKA,

namun walaupun demikian PEKKA terus berusaha untuk tetap komitmen

mendampingi perempuan-perempuan miskin terutama Janda di Indonesia untuk

terus maju dan bangkit dari kemiskinan dan kebodohan menuju kehidupan yang

lebih sejahtera.

Page 60: PERANAN PROGRAM PEMBERDAYAAN PEREMPUAN KEPALA …repository.utu.ac.id/689/1/I-V.pdf · miskin, dan 320-480 untuk kategori hampir berkecukupan, di negara-negara dunia ketiga, masyarakat

57

BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Berdasarhasil penelitian dan pembahasan mengenai Peranan Program

Pemberdayaan Perempuan Kepala Keluarga (PEKKA) Dalam meningkatkan

Kesejahteraan Janda di Kecamatan Tangan-tangan Kabupaten Aceh Barat Daya.

Dari hasil penelitian diperoleh makadapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai

berikut:

1. Program Pemberdayaan Perempuan Kepala Keluarga (PEKKA) sangat

berperan dalam meningkatkan kesejahteraan keluarga janda, terutama dalam

meningkatkan ekonomi dengan memberikan modal usahaya itu berupa

simpan pinjam, beasiswa untuk anak sekolah, rehapr umah, serta pelatihan-

pelatihan untuk penguatan pemahaman dan masih banyak program-program

lainnya. Baik yang bersifat keberlanjutan maupun sementara.

2. Dalam pelaksanaan program pemberdayaan perempuan kepala keluarga

(PEKKA) masih terdapat kendala-kendala yang sering dihadapi baik oleh

anggota maupun pengelola, seperti dalam membuka akses di gampong yang

baru sangat sulit mengajak ibu-ibu mau bergabung dengan kelompok karena

mereka menganggap hanya buang-buang waktu saja, dan sering menjadi buah

bibir masyarakat karena sering berpergian untuk mengikuti berbagai

kegiantan. Namun masalah-masalah tersebut bisa diatasi sedikit demi sedikit

baik oleh pengelola maupun oleh anggota.

Page 61: PERANAN PROGRAM PEMBERDAYAAN PEREMPUAN KEPALA …repository.utu.ac.id/689/1/I-V.pdf · miskin, dan 320-480 untuk kategori hampir berkecukupan, di negara-negara dunia ketiga, masyarakat

58

5.2 Saran

1. Terhadap Program Pemberdayaan Perempuan Kepala Keluarga (PEKKA)

yang telah berhasil dalam meningkatkan kesejahteraan dalam keluarga janda

maka perlu peninjauan ulang dalam Pengelola PEKKA serta juga perlu

penilaian terhadap program tersebut dan mencari solusi baaimana

mempertahankan program yang telah ada dan melanjutkan program-program

yang sempat berhenti.

2. Dari segi kendala hendaknya PEKKA mempunyai cara pendekatan yang

lebih baik lagi dengan calon anggota yang ingin dirangkul sehingga mereka

mempunyai keyakinan bahwa menjadi anggota PEKKA akan berdampak

positif terhadap masa depan mereka.

Page 62: PERANAN PROGRAM PEMBERDAYAAN PEREMPUAN KEPALA …repository.utu.ac.id/689/1/I-V.pdf · miskin, dan 320-480 untuk kategori hampir berkecukupan, di negara-negara dunia ketiga, masyarakat

xiii

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Cakupan Wilayah/Gampong yang ada di kecamatan

Tangan-tangan ……………………………………................ 42

Tabel 4.2 Mata Pencaharian Penduduk Di Kecamatan

Tangan-tangan ……………………………………………… 43

Table 4.3 Jumlah Angota Kelompok PEKKA di Kecamatan

Tangan-tangan……………………………………………… 45

Page 63: PERANAN PROGRAM PEMBERDAYAAN PEREMPUAN KEPALA …repository.utu.ac.id/689/1/I-V.pdf · miskin, dan 320-480 untuk kategori hampir berkecukupan, di negara-negara dunia ketiga, masyarakat

xiv

DAFTAR ISTILAH

AusAID : Australian Agency for Internasional Devlopment

PEKKA : Pemberdayaan Perempuan Kepala Keluarga

BPS : Badan Pusat Statistik

BLT : Bantuan Langsung Tunai

JAMKESMAS : Jaminan Kesehatan Masyarakat

JSDF : Japan Social Devlopment Fund

LKM : Lembaga Keuangan Mikro

PPSW : Pusat Pengembangan Sumberdaya Wanita

PPK : Program Pengembangan Kecamatan

Seknas PEKKA : Sekretariat Nasional Pemberdayaan Perempuan

Kepala Keluarga

Page 64: PERANAN PROGRAM PEMBERDAYAAN PEREMPUAN KEPALA …repository.utu.ac.id/689/1/I-V.pdf · miskin, dan 320-480 untuk kategori hampir berkecukupan, di negara-negara dunia ketiga, masyarakat

xv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran I : Pedoman Wawancara

Lampiran II : Surat Permohonan Melakukan Penelitian

Lampiran III : Surat Izin Penelitian

Lampiran IV : Perkembangan PEKKA di Aceh Tahun 2014

Lampiran V : Anggaran Dasar Federasi Serikat PEKKA

Lampiran VI : Dokumentasi