Peranan Mahasiswa Terhadap Penenggulangan Bencana

58
BAB I DATA DAN FAKTA GEMPA BUMI SUMATERA BARAT 30 SEPTEMBER 2009 A. Kronologis Gempa Sumatera Barat Sumatera merupakan sebuah pulau yang berada di pinggiran lempeng eurasia yang bertumbukan dengan lempeng India- Australia. Sebagai wilayah di pinggiran lempeng yang bertumbukan, maka daerah ini, khususnya pesisir Barat pulau sangat rawan terhadap gempa tektonik. Sumatera Barat merupakan bagian dari kerawanan ini. Bersama-sama dengan potensi bencana alam lain seperti longsor, banjir, abrasi, aktivitas gunung berapi, serta tsunami yang bisa timbul akibat gempa di dasar laut. 1 Dari semua yang disebutkan diatas gempa yang berpotensi tsunami merupakan yang paling menakutkan bagi masyarakat. Hal ini diakibatkan serangkaian peristiwa gempa yang mengguncang bumi Sumatera pada tahun-tahun belakangan. Dimulai gempa disertai tsunami di Aceh (9,2 SR) pada 26 Desember 2004 yang menelan korban jiwa sangat besar yaitu sekitar 250.000 jiwa, serta kerusakan infrastruktur yang sangat berat. Kemudian disusul gempa Nias (8,7 SR) 28 maret 2005, selanjutnya Siberut 10 April 2005 dan Sipora-Pagai 12 dan 13 September 2007. Ini semua merupakan gempa yang berepisenter di laut. Pada tahun 2007 itu juga terjadi tepatnya tanggal 6 Maret , terjadi gempa

Transcript of Peranan Mahasiswa Terhadap Penenggulangan Bencana

Page 1: Peranan Mahasiswa Terhadap Penenggulangan Bencana

BAB I

DATA DAN FAKTA GEMPA BUMI SUMATERA BARAT 30 SEPTEMBER 2009

A. Kronologis Gempa Sumatera Barat

Sumatera merupakan sebuah pulau yang berada di pinggiran lempeng eurasia yang

bertumbukan dengan lempeng India-Australia. Sebagai wilayah di pinggiran lempeng yang

bertumbukan, maka daerah ini, khususnya pesisir Barat pulau sangat rawan terhadap gempa

tektonik. Sumatera Barat merupakan bagian dari kerawanan ini. Bersama-sama dengan

potensi bencana alam lain seperti longsor, banjir, abrasi, aktivitas gunung berapi, serta

tsunami yang bisa timbul akibat gempa di dasar laut.1

Dari semua yang disebutkan diatas gempa yang berpotensi tsunami merupakan yang

paling menakutkan bagi masyarakat. Hal ini diakibatkan serangkaian peristiwa gempa yang

mengguncang bumi Sumatera pada tahun-tahun belakangan. Dimulai gempa disertai tsunami

di Aceh (9,2 SR) pada 26 Desember 2004 yang menelan korban jiwa sangat besar yaitu

sekitar 250.000 jiwa, serta kerusakan infrastruktur yang sangat berat. Kemudian disusul

gempa Nias (8,7 SR) 28 maret 2005, selanjutnya Siberut 10 April 2005 dan Sipora-Pagai 12

dan 13 September 2007. Ini semua merupakan gempa yang berepisenter di laut. Pada tahun

2007 itu juga terjadi tepatnya tanggal 6 Maret , terjadi gempa didarat yang berpusat di dua

tempat, yaitu Singkarak dan Sianok.1

Ketakutan masyarakat Sumatera Barat menemukan puncaknya pada hari Rabu tanggal

30 September 2009, pukul 17.16 WIB telah terjadi gempa bumi dahsyat berkekuatan 7,6 SR,

Berlokasi 57 km barat daya Pariaman Sumatera Barat (BMKG).1

Sumatera Barat memang sangat rawan terhadap gempa. Potensi gempa tersebut

terdapat di darat dan di laut. Gempa di darat bersumber dari pergerakan mendatar sepanjang

sesar besar/ patahan yang dinamakan sesar sumatera. Sudah banyak gempa yang terjadi di

sepanjang patahan ini di daratan pulau sumatera. Yang paling besar antara lain gempa di

Padang Panjang 1926, Liwa 1994, Sungai penuh 1995, Singkarak dan Sianok 2007.

Sedangkan gempa laut bersumber dari dua tempat, yakni: 1. daerah sekitar pulau siberut; 2.

Daerah sekitar Sipora-Pagai. Kedua sumber ini diketahui memiliki periode ulang yang lebih

Page 2: Peranan Mahasiswa Terhadap Penenggulangan Bencana

lama daripada gempa di darat, walupun begitu kekuatan gempanya bisa mencapai lebih dari 8

SR dan berpotensi tsunami.1

B. Statistik Gempa Sumatera Barat

Sumber : Badan Nasional Penanggulangan Bencana, SAMPU I Dep. PU, Posko

Penanggulangan Bencana Pusat Dep. PU (www.pu.go.id) 2

Kekuatan : 7,6 SR

Durasi : 45 detik

Kedalaman : 71 Kilometer

Waktu : 17.16 WIB

Hari : Rabu, 30 September 2009

Lokasi : 0.84 Lintang Selatan, 99.65 Bujur Timur, 57 Kilometer Barat

Daya Pariaman

Page 3: Peranan Mahasiswa Terhadap Penenggulangan Bencana

Daerah Terparah : Kota Padang, Kabupaten Padang Pariaman, Kota Pariaman,

Kabupaten Agam, dan Kabupaten Pesisir Selatan

Data Korban Manusia : Meninggal 1.117 jiwa, Luka berat 1.214 jiwa, Luka ringan

1.688 jiwa.

Data Kerusakan Infrastruktur :

Sarana/prasarana Ringan Sedang Berat

Rumah 78.802 73.733 119.005

Pendidikan 1.137 1.447 2.164

Kesehatan 52 50 51

Kantor 105 83 254

Jalan 33 82 170

Jembatan 5 41 15

Irigasi 27 144 147

Rumah Ibadah 649 1.199 1.003

Pasar 20 16 49

Total Kerugian : Rp 22,2 triliun

(Sumber : Satkorlak PB Sumbar)1

BAB II

REAKSI MAHASISWA KEDOKTERAN TERHADAP BENCANA GEMPA

Page 4: Peranan Mahasiswa Terhadap Penenggulangan Bencana

A. Aksi Tanggap Bencana Hippocrates Emergency Team

Tepat pada pukul 17.16 WIB, gempa berkekuatan 7,6 SR menghentak bumi Sumatera

Barat dan sekitarnya selama kurang lebih 1 menit. Menurut beberapa informasi, getaran

gempa juga dapat dirasakan di Malaysia, Singapura, dan orang-orang yang berada di gedung

bertingkat di Kota Jakarta. Gempa yang berpusat di 22 Km Barat Daya Pariaman (0,72 LS-

99,94 BT) dengan kedalaman 71 km menurut Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika

(BMKG) ini telah meluluhlantakkan tatanan kehidupan di dua daerah yang paling dekat

dengan episentrum gempa, yaitu kota Padang dan Kabupaten Padang Pariaman, Sumatera

Barat. Di dua tempat tersebut, sebagian besar rumah mengalami retakan yang cukup parah

dan tak sedikit yang rata dengan tanah, sehingga hanya menyisakan puing-puing bagi

pemiliknya. Jalan-jalan juga mngalami retakan dan terdapat celah yang cukup dalam,

sehingga banyak yang tidak bisa lagi dilalui oleh kendaraan bermotor, terutama kendaraan

roda empat. Penduduk yang berada dekat dengan garis pantai segera berlarian

menyelamatkan diri karena merebaknya isu tsunami yang segera akan menghantam Kota

Padang dan sekitarnya beberapa menit setelah kejadian gempa.

Suasana kota semakin mencekam dengan teriakan-teriakan dari orang-orang yang

belum menemukan sanak saudaranya yang terpisah saat menyelamatkan diri atau karena

masih terjebak di dalam puing-puing reruntuhan bangunan. Belum lagi kepanikan yang

melanda warga karena langit-langit kota penuh ditutupi dengan asap yang membubul dari

bangunan-bangunan yang terbakar akibat hubungan arus pendek listrik saat gempa melanda.

Hampir semua fasilitas kota lumpuh akibat gempa, sambungan listrik di semua penjuru kota

sengaja dipadamkan untuk mencegah kebakaran meluas dan air PDAM (Perusahaan Daerah

Air Minum) tidak mengalir karena pipa-pipa air banyak yang rusak akibat gempa. Riuh alarm

dari mobil ambulan berseliweran yang sibuk mengevakuasi korban gempa, mobil pemadam

kebakaran yang berusaha memadamkan kebakaran yang terjadi hampir di setiap sudut kota

dan mobil kepolisian yang berusaha menstabilkan situasi ikut menambah kepanikan warga

kota yang sebelumnya tidak pernah membayangkan bencana seperti ini melanda sehingga

kelengahan mereka berakibat fatal.

Pada saat yang bersamaan, sekumpulan mahasiswa berseragam dan menggunakan

scraft merah sebagai tanda pengenal mereka tengah bersiaga mempersiapkan segala bantuan

Page 5: Peranan Mahasiswa Terhadap Penenggulangan Bencana

yang bisa mereka berikan sebagai Tim Bantuan Medis kepada para korban bencana gempa.

Sekumpulan mahasiswa ini menamakan diri mereka Hippocrates Emergency Team (HET).

Hippocrates Emergency Team Badan Eksekutif Mahasiswa Keluarga Mahasiswa

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas (HET BEM KM FK Unand) merupakan salah

satu dari Unit kegiatan Mahasiswa Fakultas (UKMF) Kedokteran Universitas Andalas yang

tergabung dalam Keluarga Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Andalas (KM FK

Unand). Keluarga Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Andalas terdiri dari berbagai

elemen kemahasiswaan, diantaranya Unit Kegiatan Mahasiswa Fakultas yang berfungsi

menjadi wadah berbagai dinamika kehidupan kampus. HET sendiri adalah UKMF yang

memfokuskan kegiatannya di bidang bantuan medis darurat dan penanggulangan bencana.

Sebagai UKMF yang menitikberatkan tindakan medis cepat dan tepat untuk berbagai situasi,

HET langsung menyiagakan anggota-anggotanya dan cepat mendirikan posko bantuan medis

di kampus Fakultas Kedokteran Unand untuk membantu korban-korban yang pada waktu itu

mengungsi ke Kampus Fakultas Kedokteran Unand yang merupakan salah satu shelter

perlindungan tsunami yang terdapat di Kelurahan Jati.

Saat Kepanikan di halaman kampus mulai pecah. Beberapa orang mahasiswa dan

dosen yang masih berada di dalam gedung mulai berlarian keluar gedung dan berkumpul di

halaman kampus, sedangkan beberapa orang lainnya sibuk menghubungi keluarga dan sanak

saudara lainnya untuk sekedar menanyakan kondisi mereka. Seperti masyarakat umum

lainnya, tidak ada sesuatu hal terlalu berarti yang dapat mereka lakukan. Ketakutan dan

kepasrahan jelas terlihat dari rawut wajah mereka saat itu.

Kondisi yang jauh berbeda terjadi di sekitar kantor Sekretariat HET. Teman-teman

anggota HET saat itu juga segera melakukan serangkaian langkah penyelamatan yang

bertujuan agar efek yang ditimbulkan akibat gempa tidak terlalu meluas. Beberapa menit

berikutnya, Koordinator Satgas langsung menyiagakan seluruh anggota HET. Dengan

berbekal belasan pendidikan kegawatdaruratan yang pernah diikutinya, Koordinator Satgas

tampaknya sudah mengerti betul apa yang harus diperbuatnya saat itu. Mempersiapkan

anggota menjadi TBM (Tim Bantuan Medis) dalam waktu yang singkat merupakan pilihan

utama. Serangkaian kegiatan dilakukan untuk merealisasikannya, salah satunya menyiagakan

seluruh anggota.

Page 6: Peranan Mahasiswa Terhadap Penenggulangan Bencana

Di dalam siaga bencana tersebut, seluruh anggota HET, terutama anggota aktif,

diinstruksikan untuk mempersiapkan seluruh keperluan yang diperlukan sebagai TBM dalam

waktu hanya 10 menit. Mempersiapkan seluruh keperluan yang dibutuhkan dalam waktu 10

menit bagi sebagian orang mungkin terdengar mustahil. Anggapan itu cukup beralasan karena

sebagian rumah tinggal atau rumah kontrakan mayoritas anggota HET juga tak luput dari

hentakan gempa. Saat orang lain sibuk menyelamatkan diri ke tempat yang lebih aman dan

mengevakuasi barang-barang berharga mereka dari rumah yang telah hancur, seluruh anggota

HET justru harus mempersiapkan barang-barang yang dibutuhkan saat ditugaskan menjadi

TBM nanti dalam waktu yang relatif singkat. Semua aktivitas yang dilakukan berpacu dengan

waktu, karena satu detik saja waktu terbuang sama dengan beberapa nyawa melayang

menanti pertolongan kami. Loyalitas, tanggung jawab dan kedisiplinan sangat diuji dalam

pengorbanan ini. Namun, fakta membuktikan, mayoritas anggota HET mampu lulus dengan

hasil yang sangat memuaskan dalam ujian ini. Tidak ada yang terlalu mengherankan, karena

dalam setiap rangkaian pendidikan yang ditempuh selama ini di HET, seluruh anggota telah

ditempa untuk terbiasa dengan kondisi ini, bahkan mungkin dalam kondisi yang lebih sulit

sekalipun. Pengorbanan besar yang diberikan selama mengikuti pendidikan di HET, akhirnya

membuahkan hasil.

B. Aksi-Aksi Hippocrates Emergency Team di Lokasi Bencana

Rabu, 30 September 2009

Pada pukul 17.16, gempa berkekuatatan 7,6 terjadi. Hippocrates Emergency

Team menyiagakan anggota dan langsung mendirikan posko bantuan medis di

Daftar TBM yang ditugaskan oleh Satgas Saat Gempa Bumi 30 September 2009

Page 7: Peranan Mahasiswa Terhadap Penenggulangan Bencana

kampus Fakultas Kedokteran Unand untuk membantu korban-korban yang pada

waktu itu mengungsi ke Kampus Fakultas Kedokteran Unand yang merupakan salah

satu shelter perlindungan Tsunami yang terdapat di Kelurahan Jati. Kasus-kasus yang

ditangani antara lain korban luka dan perdarahan serta fraktur dan dislokasi.

Hippocrates Emergency Team juga pada saat yang bersamaan mengirimkan anggota

ke RS dr.M.Djamil untuk membantu para tenaga medis dalam menangani korban

yang terus berdatangan ke Rumah Sakit. Beberapa anggota juga diterjunkan ke Pasar

Raya Padang yang pada waktu itu juga banyak terdapat korban yang memerlukan

bantuan tenaga medis segera. Sementara itu, Hippocrates Emergency Team juga

berkoordinasi dengan Satkorlak PB Sumatera Barat, Pusdalops BPB (Badan

Penanggulangan Bencana) Kota Padang, serta Dinas Kesehatan Propinsi Sumatera

Barat.

Kamis, 1 Oktober 2009

Kamis dinihari, Hippocrates Emergency Team menurunkan tim ke Lokasi

Hotel Ambacang yang pada waktu itu, juga memerlukan bantuan tenaga untuk

evakuasi dan penanganan korban. Anggota Hippocrates Emergency Team tetap

membantu evakuasi di Hotel Ambacang dan penanganan korban di RS dr.M.Djamil.

Hippocrates Emergency Team juga bekerja sama dengan Dinas Kesehatan Propinsi

Pemasangan Bidai & Pendirian Posko Bantuan Medis di Kampus FK Unand

Page 8: Peranan Mahasiswa Terhadap Penenggulangan Bencana

Sumatera Barat untuk menyalurkan bantaun logistik ke beberapa kecamatan di Kota

Padang.

Jum’at, 2 Oktober 2009

Pada hari Jum’at, Hippocrates Emergency Team menurunkan beberapa tim

untuk melakukan Initial Assessment ke beberapa Kecamatan di Kota Padang dan ke

Kabupatan Padang Pariaman. Untuk Kota Padang, Hippocrates Emergency Team

melakukan Assessment ke 5 Kecamatan antara lain Kercamatan Padang Timur,

Kecamatan Kuranji, Kecamatan Padang Selatan, Kecamatan Lubuk Kilangan dan

Kecamatan Bungus Teluk Kabung. Assessment ini akan digunakan sebagai acuan

dalam pemberian bantuan baik itu logistik ataupun bantuan kesehatan. Dalam hal ini,

Hippocrates Emergency Team juga bekerja sama dengan Mercy Corps International.

Sementara itu, Hippocrates Emergency Team tetap membantu di RS. Dr.M.Djamil.

Sabtu, 3 Oktober 2009

Pada hari Sabtu, Hippocrates Emergency Team mulai memberikan bantuan

medis untuk para korban gempa dalam bentuk pengobatan. Pengobatan massal ini

dilakukan tak hanya di Kota Padang namun juga di Kabupaten Padang Pariaman. Di

Kota Padang, pengobatan dilakukan di bebarapa kecamatan antara lain Kecamatan

Bungus, Kelurahan Tunggul Hitam dan Kelurahan Ampang. Hippocrates Emergency

Team juga tetap berkoordinasi dengan Mercy Corps International dan Kogami

(Komunitas Tanggap Tsunami).

Tim Assessment HET FK Unand yang Berangkat ke Pariaman

Page 9: Peranan Mahasiswa Terhadap Penenggulangan Bencana

Pengobatan Keliling HET di daerah Padang

Minggu, 4 Oktober 2009

Setelah melalui assessments dan koordinasi dengan SATLAK PB Kab.

Padang Pariaman, Hippocrates Emergency Team mendirikan posko kedua di Padang

Alai tepatnya di SMPN 1 V Koto Timur Kab. Padang Pariaman. Disini kita tidak

hanya mendirikan posko bantuan kesehatan, tapi juga posko yang digunakan untuk

penyaluran bantuan logistik.

Senin-Senin, 5-12 Oktober 2009

Hippocrates Emergency Team tetap melakukan pengobatan keliling ke daerah-

daerah di Kota Padang dan Pariaman.

Persiapan Pembagian Logistik

Page 10: Peranan Mahasiswa Terhadap Penenggulangan Bencana

Jum’at, 10 Oktober 2009

Hippocrates Emergency Team menyebarkan bantuan berupa Sembako, terpal

dan selimut. Pada hari ini, Posko Pengobatan di Daerah Padang Alai juga berakhir

dan kembali ke Padang.

Minggu, 11 Oktober 2009

Hippocrates Emergency Team menyebarkan bantuan berupa Sembako, alat-

alat pertukangan, baju,selimut, dan lain-lain ke Kabupaten Padang Pariaman tepatnya

di Kecamatan Sei. Geringging.

C. Bentuk Kerjasama dengan NGO, Sukarelawan, Fakultas , RSUP DR DJAMIL,

Organisasi Tim Bantuan Medis.

Dalam penanggulangan bencana ini, HET sebagai organisasi mahasiswa Fakultas

Kedokteran Universitas Andalas Padang tidak lepas dari kendala-kendala, antara lain : biaya

operasional, transportasi, komunikasi, obat-obatan, dan logistik. Oleh sebab itu HET

yang berada di bawah naungan Fakultas Kedokteran Universitas Andalas mendapat dukungan

dari pihak fakultas, misalnya dari segi biaya operasional, obat-obatan, dan juga transportasi

yang dalam hal ini sangat bermanfaat dan menunjang sekali pergerakan HET. Selain itu saat

operasi dilapangan HET bekerjasama dengan relawan-relawan dari yang memiliki visi sama

dalam menanggulangi bencana, baik itu dari kalangan mahasiswa kedokteran ataupun dari

berbagai pihak luar. Kerjasama yang ada dapat dari segi biaya, koordinasi dan komunikasi,

penyaluran bantuan bencana, pengangkatan pengobatan gratis, transportasi,dll.

Dari catatan yang dimiliki, HET telah bekerja sama dengan :

Pengobatan Keliling di Pariaman

Page 11: Peranan Mahasiswa Terhadap Penenggulangan Bencana

1. Perhimpunan Tim Bantuan Medis Mahasiswa Kedokteran Indonesia (PTBMMKI)

2. POTMA Fakultas Kedokteran Universitas Andalas

3. Satkorlak PB Sumatera Barat,

4. Pusdalops BPB (Badan Penanggulangan Bencana) Kota Padang,

5. Dinas Kesehatan Propinsi Sumatera Barat.

6. RS dr.M.Djamil

7. Mercy Corps International

8. Kogami

9. SATLAK PB Kab. Padang Pariaman

10. Solidaritas Anak Nagari

11. Perhimpunan Mahasiswa Indonesia di Jepang

12. Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI)

13. Kanwil BRI Makassar

14. PT JST Bekasi, Indonesia

15. Dan lain-lain

Kerjasama HET dengan Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) saat Pengobatan Massal di Pariaman

Page 12: Peranan Mahasiswa Terhadap Penenggulangan Bencana

D. Profil Organisasi Hippocrates Emergency Team

Hippocrates Emergency Team ( HET ) adalah suatu Unit Kegiatan Mahasiswa

Fakultas (UKMF) dibawah Badan Eksekutif Mahasiswa Keluarga Mahasiswa Fakultas

Kedokteran Universitas Andalas. HET merupakan Tim Bantuan Medis ( TBM ), dimana

anggotanya dipersiapkan untuk menghadapi keadaan gawat darurat, baik kegawatdaruratan

medis maupun untuk keadaan bencana. Untuk itu, setiap anggota HET dibekali kemampuan

medis praktis dan Search and Rescue (SAR), guna mendukung untuk tercapainya tujuan

tersebut diatas. Tidak hanya itu, HET dimana keanggotaannya sendiri terdiri dari dokter

spesialis, dokter, mahasiswa klinik (Dokter Muda) dan pra klinik Fakultas Kedokteran

Universitas Andalas juga bertujuan untuk mempersiapkan anggotanya untuk terjun ke

masyarakat yang merupakan tuntutan profesi sebagai seorang dokter nantinya. Hal ini dapat

dilihat dari Pengabdian Masyarakat yang diadakan oleh Hippocrates Emergency Team yang

memperlihatkan kontribusi mahasiswa Kedokteran secara nyata. Sejak berdiri tanggal 12

November 1990 sampai saat ini anggota HET berjumlah lebih 300 orang.

Kondisi geografis dan topografi Indonesia umumnya dan Sumatera Barat khususnya

menempatkan kita sebagai salah satu wilayah yang rawan terjadinya bencana alam. HET

sebagai Tim yang siap diturunkan ke daerah bencana oleh Fakultas Kedokteran Universitas

Andalas telah melaksanakan tugas tersebut selama ini. Sejauh ini HET selalu mengirimkan

Tim bersama Fakultas ke daerah bencana, seperti pada saat gempa di Bengkulu tahun 2000,

gempa dan Tsunami di Nangroe Aceh Darussalam, bencana alam di Muara Sipongi, gempa di

solok, tanah datar, gempa bumi di Lunang Silaut (Painan), dan gempa bumi Padang-Pariaman

pada 2009.

Secara terperinci, kegiatan HET adalah sebagai berikut :

1. Bidang Medis

Materi Medis

Ilmu medis praktis ini dipelajari mulai dari tingkat pendidikan dasar,

diantaranya :

- RJP (Resusitasi Jantung Paru)

Page 13: Peranan Mahasiswa Terhadap Penenggulangan Bencana

- Fraktur dan dislokasi

- Luka dan perdarahan

- Gigitan hewan berbisa (Envenomasi)

- Keracunan

- Ilmu Kedokteran Bencana

- Syok dan sinkop

- Sport Injuries

- Konvulsi

- Fisik Diagnostik

- Akut abdomen

- Resusitasi cairan

- Luka Bakar

- Bedah Minor

Dinas IGD

Bertujuan untuk meningkatkan kemampuan anggota dalam mengaplikasikan

teori yang didapatkannya dan tanggap terhadap keadaan gawat darurat.

Penyelenggaraannya bekerjasama dengan IGD RS Dr. M. Djamil.

Materi-materi medis diatas diberikan oleh dokter dari bagian bedah dan anestesi RS

Dr. M. Djamil Padang. Selain itu juga diberikan oleh senior-senior HET yang telah mendapat

gelar dokter dan dokter spesialis.

Dr. Zaidulfar, Sp. An (K) Dr. Rizki Rahmadian, Sp.OT

Page 14: Peranan Mahasiswa Terhadap Penenggulangan Bencana

2. Bidang Kegiatan Alam Terbuka

Tidak hanya berkutat di bidang medis, anggota HET juga melakukan kegiatan-

kegiatan di alam baik itu sebagai bekal dan persiapan dalam menghadapi keadaan bencana

ataupun untuk menyalurkan hobi anggota Hippocrates Emergency Team. Kegiatannya antara

lain :

Pendakian gunung

Diadakan minimal satu kali setahun

Rappelling dan Mountaineering. Bekerjasama dengan BRIMOB Padang

Panjang atau BRIMOB Padang Sarai

Penyeberangan kering

Penyeberangan basah

Caving (Penelusuran Gua)

Water Rescue. Bekerjasama dengan POLAIRUTDA Sumatera Barat

Vertical Rescue. Bekerjasama dengan Badan SAR Kota Padang.

Simulasi RJP

Page 15: Peranan Mahasiswa Terhadap Penenggulangan Bencana

Mountaineering di BRIMOB Padang Sarai

Rappelling di Padang Panjang

Materi Vertical Rescue oleh BASARDA

Penyeberangan Basah di Padang Panjang

Simulasi Vertical Rescue di Badan SAR Padang

Caving di Gua Ngalau Baba Indarung

Pendakian Gunung Singgalang

Page 16: Peranan Mahasiswa Terhadap Penenggulangan Bencana

3. Bidang Pengabdian Masyarakat

HET sebagai salah satu UKMF Fakultas Kedokteran Universitas Andalas juga turut

serta dalam melaksanakan Tri Dharma Perguruan Tinggi, salah satunya Pengabdian

Masyarakat. Dalam pelaksanaannya, kegiatan ini dilaksanakan minimal satu kali setahun dan

tergabung dalam rangkaian DIKLAT Medis dan SAR. Atau pun dilaksanakan dalam program

kepengurusan. Selain itu dapat juga diadakan atas permintaan instansi lain.

Pengabdian masyarakat Hippocrates Emergency Team meliputi :

Simulasi Terpadu Materi Mountaineering oleh BRIMOB Padang Sarai

Penyeberangan Kering di Lab. Anatomi Fak. Kedokteran Unand

Water Rescue / Water Safety

Page 17: Peranan Mahasiswa Terhadap Penenggulangan Bencana

Sirkumsisi

Bertujuan untuk meningkatkan kemampuan anggota HET dalam bedah minor.

Posyandu

Diantaranya yaitu penimbangan balita, pemberian makanan tambahan,

imunisasi, dan sebagainya.

Pengobatan massal dan Apotek

Bekerjasama dengan puskesmas setempat.

Penyuluhan

Diberikan oleh anggota HET guna melatih cara berkomunikasi anggota HET

dengan masyarakat.

Rangkaian kegiatan ini diangkat dengan melibatkan seluruh anggota HET mulai dari

mahasiswa hingga dokter spesialis. Selain itu juga bekerjasama dengan LSM-LSM terkait.

Pengobatan Massal Penyuluhan di SD Binaan HET

Pengobatan Massal di Kabupaten Agam pasca bencana gempa

Sirkumsisi Massal

Page 18: Peranan Mahasiswa Terhadap Penenggulangan Bencana

4. Kegiatan Lain

Sebagai TBM, HET mempunyai satuan khusus untuk keadaan bencana. Selama ini

HET selalu berusaha mengirimkan Tim Bantuan Medis baik ke daerah bencana maupun ke

tempat selain daerah bencana.

TBM saat longsor TBM saat Gempa Bumi di Solok

Posyandu saat Pengabdian Masyarakat 2009

Pengobatan Gratis saat Pengabdian Masyarakat 2009

Page 19: Peranan Mahasiswa Terhadap Penenggulangan Bencana

Sejak berdiri pada tahun 1990, HET telah mengirimkan TBM pada :

1. Gempa Bumi di Prov. Bengkulu

2. Gempa Bumi dan Tsunami di Prov. Nangroe Aceh Darussalam

3. Tanah Longsor di Muara Sipongi

4. Gempa Bumi di Solok, Tanah Datar, Payakumbuh

5. Gempa Bumi di Lunang Silaut (Painan)

6. Gempa Bumi Sumatera Barat

7. Pencarian orang hilang di Kasang

8. TBM Hash House Harriers Padang

9. TBM Pioda

10. TBM Pelatihan oleh BASARDA

11. TBM Lomba Karate

12. dan lain-lain

Selain sebagai TBM, anggota HET juga sering diminta untuk memberikan materi

medis praktis dan penanggulangan bencana. Beberapa diantaranya adalah pemberian materi

medis pada diklat Mahasiswa Pecinta Alam (Mapala) dan acara tingkat nasional tentang

penanggulangan bencana.

Sebagai bagian dari masyarakat, HET juga berbagi ilmu dengan semua mahasiswa

yang ada di Fakultas Kedokteran Unand dalam bentuk pemberian materi, dan kunjungan ke

Tim Siaga Bencana saat Simulasi Tsunami Pertolongan Pertama pada

saat Simulasi Tsunami

Page 20: Peranan Mahasiswa Terhadap Penenggulangan Bencana

panti asuhan dalam rangka berbagi dengan sesama dan berusaha merasakan apa yang saudara

kita rasakan.

HET selalu berusaha untuk eksis dan mengembangkan diri dengan baik. Salah

satu caranya adalah dengan mengangkat acara besar seperti Pendidikan Penatalaksanaan

Gawat Darurat Medis ( PPGDM ) dan Jambore Nasional ( Jamnas ) XI serta Musyawarah

Nasional ( Munas ) VI. Jamnas XI dan Munas VI yang telah dilaksanakan pada bulan

Agustus 2007, telah berhasil mendapatkan keputusan-keputusan penting bagi

penanggulangan bencana di daerah dan nasional dan pesertanya telah mendapatkan pelatihan-

pelatihan yang mendukung untuk peningkatan kualitas anggota

Materi Penanggulangan Gempa dan Tsunami

Materi Envenomasi

Skrining kebersihan kuku di SD 23 Purus ( SD Binaan HET )

Penyuluhan dan Pemberian Barang Bekas Berkualitas ke Panti Asuhan Annisa

Page 21: Peranan Mahasiswa Terhadap Penenggulangan Bencana

PPGDM VII yang telah dilaksanakan pada bulan Oktober 2008, telah berhasil

memberikan ilmu gawat darurat medis kepada peserta yang berasal dari Umum ataupun

Mahasiswa Kedokteran

Pemberian Kenang-kenangan kepada Pembicara Seminar Nasional HET

Welcome Party di Kediaman Gubernur Sumatera Barat

Simulasi tatalaksana medis oleh peserta PPGDM VII

Panitia Jamnas XI Munas VI di Istana Bung Hatta Bukittinggi

Page 22: Peranan Mahasiswa Terhadap Penenggulangan Bencana

Walaupun HET selalu berusaha memberikan yang terbaik, masih banyak terdapat

kekurangan. Terutama sarana dan prasarana yang mendukung HET sebagai Tim Siaga

Bencana. Sejauh ini, semua kendala yang dihadapi selalu terselesaikan dengan baik. Dan

dengan persiapan yang lebih baik lagi, HET berharap dapat menjalankan tugas dengan cepat

dan tepat.

BAB III

PERAN MAHASISWA KEDOKTERAN DI DALAM PENANGGULANGAN

BENCANA

A. Peran penting Mahasiswa Kedokteran dalam Penanggulangan Bencana

Mahasiswa adalah suatu kumpulan kekuatan yang potensial untuk diberdayakan

dalam hal penanggulangan bencana. Dari segi kuantitas, jumlah mahasiswa dikatakan lebih

dari cukup. Sementara itu, kualitas sebagian besar mahasiswa juga sama baiknya. Sebagai

Pemberian Materi oleh dr. FadilPemberian materi Teknik Pembalutan

oleh dr. Wirsma Arif, Sp. B (Onk)

Page 23: Peranan Mahasiswa Terhadap Penenggulangan Bencana

orang yang tengah menempuh pendidikan di perguruan tinggi, walaupun dengan berbagai

latar belakang disiplin ilmu yang berbeda, mahasiswa mempunyai kemampuan pola pikir

kritis, berwawasan luas, dan inovatif yang diharapkan dapat menjadi andalan masyarakat

untuk meringankan beban komunitas disaat terjadinya bencana.

Mahasiswa dapat mengambil peran mulai pada saat prabencana, saat bencana, dan

pasca bencana. Di saat terjadinya bencana banyak kerusakan terjadi, tidak hanya

infrastruktur, korban jiwapun banyak berjatuhan. Kerusakan-lerusakan tersebut tak pelak lagi

membuat manusia yang hidup di dalamnya mengalami penurunan kualitas hidup. Kita ambil

contoh disaat terjadinya gempa bumi Sumatera Barat, 30 september 2009, seketika daerah

yang terkena dampak paling besar seperti Kota Padang lumpuh. Listrik padam, pasokan air

bersih tidak mengalir, bangunan-bangunan tersungkur, korban jiwa berjatuhan. Bagi mereka

yang selamatpun harus menghadapi masalah selanjutnya. Rusaknya tempat bermukim, tidak

adanya pasokan air bersih, kondisi stres seperti ini tentu membuat kualitas kesehatan turun.,

terutama anak-anak dan wanita sangat mudah jatuh sakit.

Masalah kesehatan penduduk korban bencana ini sebenarnya dapat dicegah dan

ditangani, para mahasiswa juga dapat berperan aktif di dalam bidang satu ini. Mahasiswa

kedokteran, selaku kelompok mahasiswa yang dibekali ilmu kesehatan sudah seharusnya ikut

membantu, mengaplikasikan ilmu yang mereka miliki. Mahasiswa kedokteran (preklinik dan

klinik) dapat mengambil peran dalam tindakan preventif, pertolongan pertama, kuratif, dan

juga rehabilitatif.

Dalam tindakan preventif mahasiswa kedokteran bisa melakukan promosi kesehatan

berupa penyuluhan atau langsung mengajarkan ilmu-ilmu aplikatif demi menigkatkan

kualitas kesehatan korban bencana tersebut. Penyakit- penyakit yang biasa berjangkit setelah

bencana biasanya tergantung daripada jenis bencana itu sendiri. Pada bencana banjir sering

terjadi penyakit-penyakit yang berpangkal pada air (water borne disease), seperti diare,

muntaber, leptospirosis, gatal-gatal, dan penyakit kulit lainnya. Tidak jarang penyakit-

penyakit tersebut menjadi wabah. Mahasiswa kedokteran dapat memberikan penyuluhan

mengenai pentingnya penggunaan air bersih, pengelolaan sanitasi yang baik, dan

menerangkan apa dampak yang akan terjadi bila hal-hal tersebut tidak dikelola dengan baik.

Sambil terus melakukan pemantauan berkelanjutan berharap timbulnya penyakit pada korban

bencana dapat ditekan seminimum mungkin.

Page 24: Peranan Mahasiswa Terhadap Penenggulangan Bencana

Pada saat terjadinya bencana, banyak penduduk yang secara langsung ataupun tidak

langsung mengalami stress atau trauma fisik. Banyak diantara tersebut adalah kejadian yang

bersifat kedaruratan sampai kegawatdaruratan yang tidak dimengerti oleh orang awam.

Mahasiswa kedokteran, tentunya yang telah dibekali ilmu ini, yang berada di dekat tempat

kejadian tentunya berkewajiban untuk menolong. Pada bencana gempa banyak orang yang

tertimpa bangunan atau terjatuh saat menyelamatkan diri. Luka, perdarahan, henti nafas akut,

patah tulang, dan cedera lainnya sering mengikuti korban gempa. Sebagian dapat ditangani

ditempat dan sebagian lagi harus mendapat pelayanan kesehatan di tempat yang memadai.

Sebagian mahasiswa kedokteran, terutama yang masih menempuh pendidikan preklinik, pasti

masih merasa ragu untuk melakukan tindakan perbaikan, tetapi masyarakat tidak mau tahu

hal tersebut. Mereka mengandalkan kita untuk menolong sanak saudaranya dan juga menjadi

suatu kewajiban moral bagi kita untuk menolong. Sudah selayaknya mahasiswa kedokteran,

meskipun masih pada jenjang preklinik, menguasai ilmu-ilmu medis praktis untuk menguasai

keadaan darurat di lapangan sehingga mahasiswa kedokteran dapat memberikan pertolongan

pertama pada keadaan-keadaan seperti di atas. Mahasiswa kedokteran yang tinggalnya di

daerah sekitar bencana tentunya yang menjadi harapan pertama.

Beberapa hari setelah kejadian penyakit-penyakit biasanya datang menghampiri

korban bencana, terutama yang tinggal di tenda-tenda penampungan. Peran mahasiswa

kedokteran (jenjang klinik) akan sangat terasa manfaatnya di saat ini. Walaupun belum

menjadi dokter dan belum memiliki surat izin praktek, dalam kondisi seperti ini, tidak ada

salahnya mereka mencoba mempraktekan ilmu yang mereka miliki walaupun hanya

mengobati penyakit secara simptomatik.

Di masa rehabilitatif mahasiswa kedokteran dapat membantu dalam kegiatan

penyembuhan trauma dan rasa takut pasca bencana. Bekerjasama dengan berbagai elemen

ikut membantu memulihkan mental dan jiwa para korban.

Tidak hanya pada bidang-bidang yang terlingkup dalam dunia kesehatan, mahasiswa

kedokteran sama seperti pemuda-pemuda lainnya, mereka juga dapat mengambil bidang

lebih luas dalam penanggulangan bencana. Melihat posisi medis yang telah mencukupi

mereka bisa ikut membantu dalam bidang logistik, komunikasi, bahkan dapur umum

sekalipun. Tidak batasan dalam berbuat baik yang terpenting kita mampu dan ikhlas

mengerjakannya

Page 25: Peranan Mahasiswa Terhadap Penenggulangan Bencana

Semua potensi mahasiswa (kedokteran khususnya) diatas tersebut akan lebih baik

lagi jika diorganisir dengan rapi. Pihak fakultas sebenarnya adalah yang paling ideal berperan

sebagai pihak penggerak mahasiswa. Akan tetapi, apakah kita yang bersemangat menggebu-

gebu untuk menolong sesama harus menunggu lama jika pihak fakultas yang kita harapkan

mengkoordinasikan tidak juga bergerak. Mahasiswa selaku kaum intelektual dapat

mengkoordinir potensi yang mereka punya tanpa menunggu pihak atas. Sehingga potensi

merekapun tidak terbuang sia-sia.

Mahasiswapun dapat menunjukan partisipasinya langsung dengan menolong orang-

orang yang terdekat dengannya ketika mengalami bencana karena pada fase-fase awal

tanggap darurat bencana bukanlah relawan-relawan dari jauh yang kita harap, tetapi adalah

orang-orang yang terdekat dengan kita.

B. Fakta yang Terjadi ditinjau dari peran Serta Mahasiswa Kedokteran Saat

Penanggulangan Bencana Gempa Bumi Sumatera Barat 30 September 2009.

Harapan idealnya mahasiswa (kedokteran) berperan seperti sebagaimana di atas.

Akan tetapi hal itu tampaknya belum terwujud sempurna. Sebagian besar mahasiswa masih

terlalu takut atau egois untuk turun membantu meringankan dampak bencana.

Fakta seperti ini bisa dilihat sewaktu bencana gempa besar Sumatera Barat 30

September 2009 kemarin. Pada saat terjadinya gempa mahasiswa turut larut dalam

kepanikan. Di kampus Fakultas Kedokteran Unand yang terletak di Perintis Kemerdekaan

tidak jauh beda. Ratusan mahasiswa yang tinggal di sekitar kampus berbondong-bondong

mendatangi kampus memenuhi lapangan parkir dan lapangan basket. Jaringan komunikasi

yang terputus juga membuat keadaan tambah mencekam. Keadaan riuh didalam kampus tidak

beda jauh dengan keadaan di luar kampus. Jalan perintis kemerdekaan macet total, ribuan

warga berusaha saling mendahului menuju tempat tertinggi menghindari tsunami. Bahkan

beberapa hari setelah gempa seluruh mahasiswa yang berasal dari negeri jiran, Malaysia,

eksodus ke negeri asal mereka. Sebagian besar dari mereka tidak lagi kembali untuk

melanjutkan pendidikan mereka.

Tidak semua mahasiswa kedokteran pada saat itu larut dalam kecemasan. Beberapa

menit setelah gempa pukul 17.16 WIB tersebut sekelompok mahasiswa yang tergabung

Page 26: Peranan Mahasiswa Terhadap Penenggulangan Bencana

dalam Hippocrates Emergency Team (HET) langsung bersiaga menanggapi status tanggap

darurat. Anggota HET yang dikoordinasikan oleh Irfan Meison Hardi (Koordinator Satgas)

disebarkan ke beberapa lokasi yang membutuhkan. Sampai H+12 atau sampai pada tanggal

12 Oktober 2009 anggota HET ikut menyokong fase tanggap bencana tersebut. Tidak hanya

Kota Padang, anggota-anggota HET yang memang sudah terlatih ini juga sampai ke

kabupaten Pariaman, daerah terparah yang terkena dampak gempa. Suatu hal yang cukup

membanggakan bagi Fakultas Kedokteran Unand.

Hari-hari pertama pasca gempa memang belum banyak mahasiswa kedokteran yang

menanggapi bencana tersebut, hal yang cukup membahagiakan berlangsung satu minggu

setelah bencana. Beberapa kelompok mahasiswa kedokteran Unand juga turut bergabung

mengabdikan diri menjadi relawan.

Gempa 30 September 2009 kemarin merupakan satu contoh kecil yang

memperlihatkan hasil kurang memuaskan bagi peran mahasiswa kedokteran dalam

menanggapi bencana. Kita tidak pernah tahu kapan bencana itu akan terjadi. Bisa jadi hari

ini, besok, lusa, atau minggu depan bencana itu datang menghampiri kita sekali lagi. Kita

harus siap kapanpun, tetapi kesiapan tersebut bukanlah hal yang instan. Perlu ada suatu

kordinasi sebelum bencana itu terjadi, pelatihan terhadap mahasiswa, penyiagaan

perlengkapan, dan manajemen yang baik menghadapi itu semua.

C. Kebaikan dan Kerugian Mahasiswa Ikut Berpartisipasi dalam Penanggulangan

Bencana

Mahasiswa memang menjadi salah satu harapan besar masyarakat dalam

meringankan beban mereka ketika bencana terjadi. Akan tetapi, tentunya seperti suatu

mekanisme sistem ada sisi positif dan negatif. Begitu pula berperannya seorang mahasiswa

dalam penanggulangan bencana. Kemungkinan positif tentunya akan dengan senang hati

dimanfaatkan. Dan hal-hal yang merugikan tentunya seminimal mungkin ditekan.

Dengan suatu koordinasi dan manajemen yang baik pada fase prabencana, mahasiswa akan

mendapatkan manfaat dari kerja keras mereka disaat bencana itu datang. Manfaat-manfaat

tersebut yang didapat mahasiswa, antara lain:

Page 27: Peranan Mahasiswa Terhadap Penenggulangan Bencana

Mahasiswa akan dengan langsung dapat mengaplikasikan ilmu yang telah mereka

pelajari

Mahasiswa dapat belajar bagaimana bekerja ditengah masyarakat

Mahasiswa dapat menambah keahlian dan pengetahuan mereka. Banyak ilmu-ilmu

yang tidak diajarkan di bangku kuliah didapatkan selama mereka berkecimpung di

dunia bencana.

Mahasiswa dapat memperluas hubungan sosial mereka. Mereka yang bergerak dalam

penanggulangan bencana adalah sekelompok orang yang berada dalam satu

penanggungan. Rasa kebersamaan akan saling mengakrabkan mereka.

Keadaan sulit disaat bencana akan menumbuhkan rasa iba dan prihatin. Bagi

mahasiswa yang dapat mengenali momen ini akan melatih kepekaan rasa

kemanusiaan mereka sehingga secara tidak langsungpun mereka menjadi mahasiswa

yang lebih humanis.

Walaupun bukan sebagai tujuan utama, keaktifan dikegiatan penanggulangan bencana

bisa mendatangkan penghasilan yang lumayan. Bergabung dalam LSM yang ikut aktif

dalam penanggulangan bencana akan mendapatkan tunjangan finansial yang dapat

juga membantu perkuliahan.

Selain hal-hal diatas banyak lagi manfaat positif yang dapat disimpulkan mahasiswa itu

sendiri ketika turut bergabung dalam kegiatan penanggulangan bencana.

Dalam kegiatan penanggulangan bencana dapat juga ditemukan beberapa sisi lemah

bagi mahasiswa, misalnya:

Mahasiswa yang terlalu aktif terkadang secara tidak langsung mengorbankan

pendidikan mereka sendiri, sesuatu yang sebenarnya menjadi tujuan mereka dalam

melanjutkan pendidikan di perguruan tinggi. Beberapa di antara mereka terpaksa

menunda kelulusan.

Berkecimpung di dunia penanggulangan bencana adalah sebuah panggilan jiwa.

Panggilan jiwa ini membuat beberapa orang betul-betul larut didalamnya. Harta benda

Page 28: Peranan Mahasiswa Terhadap Penenggulangan Bencana

sendiri tidak segan-segan dipergunakan untuk menolong korban bencana. Hal ini

sebenarnya merupakan suatu hal yang sangat terpuji, tetapi bagi mahasiswa yang

notabenenya belum berpenghasilan hal ini terkadang menjadi masalah. Mereka yang

bermurah hati tersebut akhirnya mengalami kesulitan finansial sendiri.

Tidak mendapat dukungan orang tua. Jiwa muda mahasiswa yang menggebu

membuat mereka selalu bersemangat apabila menggeluti suatu kegiatan, tidak

terkecuali hal penanggulangan bencana. Sebagian orangtua tidak menyetujui anak

yang mereka sayangi ikut bersusah-susah menghadapi kerasnya dampak bencana

namun semangat muda anak-anak mereka bertentangan dengan keinginan mereka.

Perbedaan pandangan ini tidak jarang membuat hubungan anak-orangtua pun menjadi

renggang.

Cedera. Pada dunia penanggulangan bencana terutama pada fase tanggap bencana

kerusakan sisa bencana masih berserakan, bencana susulanpun masih mungkin

menghampiri. Dalam setiap kegiatan operasi lapangan tanggap bencana tentunya kita

selalu berusaha untuk menjadikan faktor keselamatan pribadi di atas segala-galanya,

tetapi kadang nasib buruk menyapa, luka, cedera, penyakit menular, trauma fisik-

mental, sampai kehilangan jiwa bisa terjadi termasuk pada rekan-rekan mahasiswa.

Hal-hal buruk tersebut sebenarnya dapat ditekan seminimal mungkin dengan

persiapan sedemikian rupa yang semaksimal mungkin. Sebagai seorang dewasa yang

berintelektual mahasiswa harus sadar diri dan mampu membaca situasi dan keadaan

dimanapun termasuk dalam sudut pandang kebencanaan.

D. Keterbatasan dari Mahasiwa Kedokteran Untuk Terlibat dalam Penanggulangan

Bencana

Setiap manusia pasti mempunyai kelebihan yang dianugerahkan Tuhan kepada

dirinya. Kelebihan tersebut akan optimal jikalau mereka berusaha untuk mengenali,

mempelajari, melatih, dan mengaplikasikannya.

Mahasiswa kedokteran sendiri memiliki banyak potensi lebih. Secara umum mereka

adalah orang-orang yang mempunyai kecerdasan diatas rata-rata. Sudah menjadi rahasia

Page 29: Peranan Mahasiswa Terhadap Penenggulangan Bencana

umum untuk menempuh pendidikan menjadi seorang dokter harus mempunyai satu syarat,

pintar.

Akan tetapi, kepintaran secara akademis bukan berarti membuat setiap mahasiswa

kedokteran yang berkecimpung di dunia kebencanaan sukses. Ada beberapa keterbatasan dari

mahasiswa kedokteran baik ditinjau dari sudut pandang pribadi atau pun sistem yang

mengayomi mereka. Berikut beberapa diantaranya:

Mahasiswa kedokteran tidak terbiasa dengan bencana. Kurikulum pendidikan dokter

saat ini belum memasukan Ilmu Kedokteran Bencana sebagai salah satu kompetensi

yang harus dimiliki seorang dokter umum. Beberapa fakultas kedokteran hanya

memasukan cabang ilmu itu sebagai mata kuliah elektif.

Kurangnya pengetahuan dan pelatihan. Dalam dunia kebencanaan kita tidak kaku.

Kita tidak hanya menjalankan bidang sesuai keprofesian kita, tetapi apabila

dibutuhkan kita harus siap menjalankan peran diluar bidang keprofesian kita. Sebagai

seorang dokter akan lebih sempurnanya jika kita dapat menjadi dokter yang mampu

diterjunkan ke lapangan, tidak hanya duduk manis di posko kesehatan. Untuk dapat

menjadi seorang dokter yang diharapkan tersebut tentunya perlu dibekali ilmu dan

pelatihan lapangan, fisik, stamina, dan mental juga perlu dilatih. Pembekalan ilmu

evakuasi adalah salah satu contoh ilmu lapangan yang perlu dipelajari oleh seorang

dokter atau mahasiswa kedokteran sendiri. Sehingga nantinya dokter dapat langsung

terjun ke lapangan membantu mengikuti proses evakuasi, memperkecil resiko

keparahan korban sewaktu dievakuasi, dan langsung melakukan pertolongan pertama

di tempat.

Beban Studi mahasiswa kedokteran yang relatif berat. Untuk menjadi seorang dokter

seorang mahasiswa kedokteran harus menempuh pendidikan yang cukup panjang

dengan beban yang relatif berat. Untuk menyelesaikan pendidikan preklinik saja

seorang mahasiswa harus menyelesaikan lebih-kurang 130 SKS, belum lagi masa

pendidikan klinik yang sangat padat. Beban studi ini membuat mahasiswa kedokteran

harus banyak berkutat dengan kuliah dan perpustakaan. Banyak dari mereka yang

tidak mempunyai waktu untuk concern pada kebencanaan.

Page 30: Peranan Mahasiswa Terhadap Penenggulangan Bencana

Kesan eksklusif mahasiswa kedokteran. Di dunia luar banyak orang, kelompok

mahasiswa lain, menilai mahasiswa kedokteran adalah kelompok mahasiswa yang

eksklusif. Hal ini mungkin diakibatkan kurangnya sosialisasi sebagian besar

mahasiswa kedokteran kepada rekan-rekan mahasiswa lain. Mahasiswa

kedokteranpun yang cenderung berkelompok ketika turun ke masyarakat memperkuat

kesan ini. Akibatnya mahasiswa kedokteran tidak bisa berkerja sama secara

maksimal, terutama dengan kelompok mahasiswa lainnya.

Kurangnya sarana dan prasarana. Hal ini mungkin juga disebabkan oleh kurang

kepeduliannya pihak fakultas terhadap kesiapan mahasiswanya menghadapi bencana.

Tidak jarang, organisasi mahasiswa yang telah mengidentifikasikan diri sebagai tim

emergency sekalipun sulit untuk mendapat bantuan sarana dan prasarana.

Kelemahan-kelemahan mahasiswa kedokteran dalam dunia kebencanaan di atas

tentunya harus menjadi perhatian mahasiswa kedokteran itu sendiri, pihak fakultas, dan

pihak-pihak terkait lainnya. Mereduksi hal-hal tersebut ikut mereduksi hal-hal yang tidak kita

harapkan dari mahasiswa kedokteran dalam menghadapi bencana.

E. Menjadi Mahasiswa yang Tanggap Bencana

Sebenarnya tidak ada yang membatasi seseorang untuk turut berperan aktif dalam

penanggulangan bencana. Banyak peran yang masih kosong untuk diisi, tidak mesti pula

adalah peran yang sesuai keahlian kita. Yang penting adalah menjadi berguna bagi

masyarakat. Membantu orang terdekat kita yang sedang kesusahan adalah suatu perbuatan

yang sangat mulia.

Demi mengoptimalkan potensi yang dimiliki oleh mahasiswa kedokteran dalam

peran aktif mereka di bidang kebencanaan banyak usaha yang dapat dilakukan, baik oleh

pihak fakultas, organisasi mahasiswa, ataupun pribadi mereka sendiri.

Pihak Fakultas:

Page 31: Peranan Mahasiswa Terhadap Penenggulangan Bencana

Memasukan Ilmu Kedokteran Bencana kedalam kurikulum pendidikan dokter

Mengenalkan mahasiswa kepada bencana: mengenalkan kepada jenis-jenis bencana,

pihak-pihak terkait dalam bencana, peran mahasiswa kedokteran dalam bencana, dll

Memberikan pelatihan-pelatihan terkait penanggulangan bencana

Mengkordinasi mahasiswa dalam penanggulangan bencana

Menyediakan sarana dan prasarana demi penanggulangan bencana

Mempermudah izin bagi mahasiswa yang ikut turun dalam tanggap bencana

Mengapresiasi setiap mahasiswa yang telah ikut dalam penanggulangan bencana

Individu:

Menyadari bahwa dirinya mempunyai potensi dan sangat dibutuhkan masyarakat

Menyiapkan diri sebaik mungkin menghadapi bencana

Mencari dan menambah pengetahuan dalam kebencanaan

Mengikuti pelatihan-pelatihan yang menunjang

Bersikap kooperatif di dalam kegiatan penanggulangan bencana

Bergabung dalam organisasi atau instansi terkait

Tetap memperhatikan akademik karena tujuan utama seorang mahasiswa adalah

menuntu ilmu sesuai bidangnya dan memberi pengertian kepada orang tua agar tidak

terjadi kesalahpahaman

Saling berbagi ilmu dan pengalaman kepada rekan-rekan lain demi kepentingan

regenerasi

Demi terwujunya mahasiswa yang tanggap bencana tidak hanya merupakan peran

satu pihak, tetapi saling kerjasama berbagai pihak, usaha keras, dan pengertian kita bersama.

Bukanlah hal mustahil kita bisa mewujudkan kampus siaga bencana.

Page 32: Peranan Mahasiswa Terhadap Penenggulangan Bencana

F. Pelatihan-pelatihan yang Perlu Diikuti oleh Mahasiswa Kedokteran

Banyak pelatihan yang bisa diikuti mahasiswa kedokteran untuk menjadi seorang

mahasiswa yang tanggap akan bencana, antara lain:

Pelatihan Basic Life Support. Pelatihan ini penting sekali untuk semua orang,

terutama sekali para tenaga medis. Banyak keadaan gawat darurat dilapangan yang

harus mendapat tatalaksana ditempat. Kemampuan BLS sangat penting disini.

Pengenalangan penyakit-penyakit pasca bencana. Mahasiswa kedokteran harus

mengetahui penyakit-penyakit apa saja yang merebak setelah terjadinya bencana.

Dengan itu mereka dapat melakukan tindakan preventif agar penyakit tersebut tidak

mewabah. Bahkan dalam keadaan darurat mereka diharapkan dapat menegakan

diagnosis sementara dan memberikan therapi.

Pengenalan obat-obatan. Menindaklanjuti aspek diatas, pengenalan obat-obatan

sangat perlu sekali. Minimal mereka harus mengetahui nama obat, indikasi,

kontraindikasi, aturan pakai, dan efek samping obat.

Pelatihan penyuluhan. Mahasiswa kedokteran mempunyai pengaruh yang cukup

disegani masyarakat. Hal ini dapat digunakan untuk menyuluh dan menggerakan

masyarakat untuk menghindari hal-hal yang menurunkan kwalitas kesehatan mereka.

Teknik evakuasi. Sebagai dokter alangkah baiknya kita mempunyai kemampuan

lapangan, tidak hanya menunggu bola. Seorang dokter dapat terjun langsung pada

operasi SAR menjadi seorang rescuer dan langsung menatalaksana di tempat terhadap

korban yang membutuhkan. Untuk mengikuti operasi SAR tersebut tentunya

dibutuhkan ilmu evakuasi, baik evakuasi darat, perairan, ataupun ketinggian.

Alangkah sempurnanya jika seorang dokter atau mahasiswa kedokteran menguasai

ketiga teknik evakuasi tersebut.

Selain itu ilmu-ilmu lain yang juga selayaknya bisa dikuasai mahasiswa kedokteran

sebagaimana yang juga diberikan kepada relawan-relawan lain adalah manajemen

bencana, dapur umum, assesment, manajemen posko, sanitasi, trauma healling, dll.

Page 33: Peranan Mahasiswa Terhadap Penenggulangan Bencana

G. Fasilitas yang Mendukung

Untuk mewujudkan semua itu tentunya tidak terlepas dari dukungan sarana dan

prasarana. Peran vital fasilitas tidak dapat dipungkiri. Beberap fasilitas yang kiranya perlu

disediakan, antara lain:

Komunikasi. Peran komunikasi sangat vital sekali di saat terjadinya bencana.

Pendirian sebuah stasiun radio di masing-masing fakultas akan sangat membantu

dalam menerima atau memberi informasi mengenai bencana. Disamping itu juga

perlunya alat komunikasi mobile berupa pesawat HT yang digunakan tim saat turun

ke lapangan.

Alat-alat emergency, seperti alat-alat yang digunakan untuk pertolongan pertama.

Obat-obatan yang memadai

Perlengkapan lapangan yang memadai, seperti tandu, senter, baju lapangan, alat-alat

rescue, dll

Logistik. Yang dimaksud logistik disini adalah perlengkapan seperti tenda darurat,

terpal, genset, kebutuhan sangan, dan tentunya kebutuhan pangan sendiri bagi anggota

tim

Transportasi. Mobil ambulan dan sebuah kendaraan operasional adalah suatu modal

transportasi yang ideal

Posko dan tim pengelola. Posko dibutuhkan agar birokrasi dan manajemen lebih

gampang. Juga dibutuhkan orang-orang yang memang concern bekerja memanajemen

semua hal tersebut.

Fasilitas walaupun sangat vital bukan berarti menjadi suatu penghalang niat kita

untuk membantu sesama dalam penanggulangan bencana. Niat dan usaha adalah dua hal yang

menjadi dasar. Kerja pada bidang kebencanaan bukanlah suatu kerja yang menghasilkan,

disini kita dituntut untuk ikhlas dan berdedikasi. Segala usaha kita akan dinilai oleh

masyarakat sendiri dan Tuhan tentunya.

Page 34: Peranan Mahasiswa Terhadap Penenggulangan Bencana

BAB IV

ASPEK MEDIKOLEGAL MAHASISWA KEDOKTERAN BERTINDAK DALAM

PELAYANAN GAWAT DARURAT BENCANA

A. Masalah Lingkup Kewenangan Personil dalam Pelayanan Gawat Darurat

Pelayanan gawat darurat bencana terutama pada fase pra-rumah sakit umumnya

tindakan pertolongan pertama dilakukan oleh masyarakat awam baik yang tidak terlatih

maupun yang terlatih di bidang medis. Dalam hal itu ketentuan perihal kewenangan untuk

melakukan tindakan medis dalam undang-undang kesehatan tidak akan diterapkan, karena

masyarakat melakukan hal itu dengan sukarela dan dengan itikad yang baik. Selain itu

mereka tidak dapat disebut sebagai tenaga kesehatan karena pekerjaan utamanya bukan di

Page 35: Peranan Mahasiswa Terhadap Penenggulangan Bencana

bidang kesehatan.3 Tenaga kesehatan menurut UU No. 36/2009 tentang Kesehatan : “Tenaga

kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam bidang kesehatan serta

memiliki pengetahuan dan/atau keterampilan melalui pendidikan di bidang kesehatan yang

untuk jenis tertentu memerlukan kewenangan untuk melakukan upaya kesehatan”.4

Jika tindakan fase pra-rumah sakit dilaksanakan oleh tenaga terampil yang telah

mendapat pendidikan khusus di bidang kedokteran gawat darurat dan yang memang tugasnya

di bidang ini (misalnya petugas 118), maka tanggungjawab hukumnya tidak berbeda dengan

tenaga kesehatan di rumah sakit. Penentuan ada tidaknya kelalaian dilakukan dengan

membandingkan keterampilan tindakannya dengan tenaga yang serupa.4

Jadi dalam hal ini, seorang mahasiswa kedokteran tentu bukanlah termasuk kedalam

kelompok “masyarakat awam”, namun mereka juga belum dapat digolongkan sebagai tenaga

kesehatan. Namun, mahasiswa kedokteran dapat dikatakan sebagai tenaga yang terdidik dan

terampil dalam bidang kedokteran, karena selama pendidikannya dan selaras dengan tujuan

pendidikannya yaitu mempersiapkan mereka sebagai tenaga kesehatan yang memiliki

kompetensi dalam menangani masalah kesehatan. Oleh sebab itu, mereka juga memiliki

tanggung jawab dan berkewajiban menolong sesama sesuai dengan ilmu dan keterampilan

yang telah dipelajarinya dalam bidang kedokteran.

B. Masalah Medikolegal pada Penanganan Pasien Gawat Darurat

Pengertian gawat darurat menurut The American Hospital Association (AHA) adalah:

An emergency is any condition that in the opinion of the patient, his family, or whoever

assumes the responsibility of bringing the patient to the hospital-requires immediate medical

attention. This condition continues until a determination has been made by a health

care professional that the patient’s life or well-being is not threatened.3

Adakalanya pasien untuk menempatkan dirinya dalam keadaan gawat darurat

walaupun sebenarnya tidak demikian. Sehubungan dengan hal itu perlu dibedakan antara

false emergency dengan true emergency yang pengertiannya adalah:

A true emergency is any condition clinically determined to require immediate medical

care. Such conditions range from those requiring extensive immediate care and admission to

Page 36: Peranan Mahasiswa Terhadap Penenggulangan Bencana

the hospital to those that are diagnostic problems and may or may not require admission

after work-up and observation.” 3

Selain menempatkan pasien dalam keadaan gawat darurat, perlu dilakukan penilaian

dan penentuan tingkat urgensi masalah kesehatan yang dihadapi pasien, untuk itu

diselenggarakanlah triage. Tenaga yang menangani hal tersebut yang paling ideal adalah

dokter, namun jika tenaga terbatas, di beberapa tempat dikerjakan oleh perawat melalui

standing order yang disusun rumah sakit.3

Selain itu perlu pula dibedakan antara penanganan kasus gawat darurat fase pra-

rumah sakit dengan fase di rumah sakit. Pihak yang terkait pada kedua fase tersebut dapat

berbeda, di mana pada fase pra-rumah sakit selain tenaga kesehatan akan terlibat pula orang

awam, disinilah di perlukannya peran yang lebih besar untuk mahasiswa kedokteran yang

telah terlatih ikut terlibat, sebab kecepatan dan ketepatan tindakan pada fase pra-rumah sakit

sangat menentukan survivabilitas pasien. Sedangkan pada fase rumah sakit umumnya yang

terlibat adalah tenaga kesehatan, khususnya tenaga medis dan perawat.

C. Hubungan Hukum dalam Pelayanan Gawat Darurat

Di USA dikenal penerapan doktrin Good Samaritan dalam peraturan perundang-

undangan pada hampir seluruh negara bagian. Doktrin tersebut terutama diberlakukan dalam

fase pra-rumah sakit untuk melindungi pihak yang secara sukarela beritikad baik menolong

seseorang dalam keadaan gawat darurat. Dengan demikian seorang pasien dilarang

menggugat dokter atau tenaga kesehatan lain untuk kecederaan yang dialaminya. Dua syarat

utama doktrin Good Samaritan yang harus dipenuhi adalah:

1. Kesukarelaan pihak penolong. Kesukarelaan dibuktikan dengan tidak ada harapan

atau keinginan pihak penolong untuk memperoleh kompensasi dalam bentuk apapun. Bila

pihak penolong menarik biaya pada akhir pertolongannya, maka doktrin tersebut tidak

berlaku.

2. Itikad baik pihak penolong. Itikad baik tersebut dapat dinilai dari tindakan yang

dilakukan penolong. Hal yang bertentangan dengan itikad baik misalnya melakukan

trakeostomi yang tidak perlu untuk menambah keterampilan penolong.3

Dalam hal pertanggungjawaban hukum, bila pihak pasien menggugat tenaga

kesehatan karena diduga terdapat kekeliruan dalam penegakan diagnosis atau pemberian

Page 37: Peranan Mahasiswa Terhadap Penenggulangan Bencana

terapi maka pihak pasien harus membuktikan bahwa hanya kekeliruan itulah yang menjadi

penyebab kerugiannya/cacat (proximate cause). Bila tuduhan kelalaian tersebut dilakukan

dalam situasi gawat darurat maka perlu dipertimbangkan faktor kondisi dan situasi saat

peristiwa tersebut terjadi.

Kita mengetahui bahwa setiap tindakan medis harus mendapatkan persetujuan dari

pasien (informed consent). Hal itu telah diatur sebagai hak pasien dalam UU No.36/2009

tentang Kesehatan pasal 56 ayat 1. Namun, dalam keadaan gawat darurat di mana harus

segera dilakukan tindakan medis pada pasien yang tidak sadar dan tidak didampingi, tidak

perlu persetujuan dari siapapun (pasal 11 Peraturan Menteri Kesehatan No.585/1989).3

Hal lain yang perlu diperhatikan bagi setiap penolong selain hal diatas adalah apabila

seseorang bersedia menolong orang lain dalam keadaan darurat, maka ia harus melakukannya

hingga tuntas dalam arti ada pihak lain yang melanjutkan pertolongan itu atau korban tidak

memerlukan pertolongan lagi. Dalam hal pertolongan tidak dilakukan dengan tuntas maka

pihak penolong dapat digugat karena dianggap mencampuri/ menghalangi kesempatan

korban untuk memperoleh pertolongan lain (loss of chance).3

BAB V

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Gempa bumi yang melanda Sumatera Barat pada 30 September 2009 telah

diajadikan sebagai bencana nasional oleh Pemerintah Republik Indonesia. Hal ini disebabkan

karena bencana gempa bumi ini telah merenggut banyak korban jiwa dan merusak tatanan

kehidupan masyarakat Sumatera Barat diberbagai sektor. Korban jiwa yang banyak

berjatuhan disebabkan karena kurangnya ketanggapan dan kesigapan sebagian besar

masyarakat dalam menghadapi bencana, yang merupakan sesuatau hal yang tidak perlu

terjadi, jika hal ini telah dicegah dengan baik sebelumnya.

Page 38: Peranan Mahasiswa Terhadap Penenggulangan Bencana

Untuk mencegah meluasnya kerugian yang terjadi akibat gempa bumi terutama di

segi korban jiwa dan kesehatan penduduk yang survive, serangkaian tindakan penyelamatan

segera yang efektif dan efisien mutlak di perlukan. Mengharapkan bantuan dari pihak luar

bukanlah keputusan yang bijak pada saat itu, mengingat pilihan itu membutuhkan

serangkaian birokrasi dan waktu. Oleh sebab itu, pemberdayaan maksimal segala potensi dan

sumber daya masyarakat Sumatera Barat, khususnya kota padang dan pariaman sebagai

daerah yang terkena bencana dan yang paling dekat dengan bencana merupakan pilhan yang

tepat dan rasional. Berdasarkan pemikiran inilah sudah seharusnya-lah seluruh potensi yang

dimilki dapat di berdayakan, salah satunya ialah Mahasiswa Kedokteran.

Salah satunya HET FK Unand sebagai bagian dari Mahasiswa Kedokteran yang

terlatih dalam kedaruratan penanggulangan bencana terutama di bidang medis dan sekaligus

berada tepat di lokasi bencana mutlak untuk dapat melakukan serangkaian tindakan yang

cepat, tepat, tanggap, terorganisir, efektif dan efisien dalam menangani kegawatdaruratan

medis dalam penanggulangan bencana tersebut. Tindakan ini cukup membantu dalam

rehabilitasi penanganan korban bencana, terbukti dari besarnya apresiasi masyarakat korban

bencana dan banyaknya kerjasama-kerjasama dengan berbagai pihak yang terbina selama

penanggulangan bencana berlangsung.

B. SARAN

Dalam evaluasi tindakan yang dilakukan oleh HET, dan beberapa relawan yang ikut

serta, masih memiliki beberapa kekurangan yang patut dijadikan sebagai ”pekerjaan rumah”

bagi masyarakat terutama pemerintah terkait. Beberapa kelemahan ini, diantaranya adalah

masih minimnya pengetahuan dan dukungan masyarakat dan pemerintah (birokrasi) dalam

penanganan korban bencana, fasilitas yang belum memadai, dan belum jelasnya pembagian

peran serta dan kewajiban setiap pihak yang terkait dalam penanganan bencana ini.

Oleh sebab itu, perlu dilakukan evaluasi dan kajian yang lebih mendalam tentang

standar penanggulangan bencana, pembekalan pengetahuan penanggulangan bencana kepada

masyarakat. Selain itu juga yang tidak kalah pentingnya ialah pembahasan mengenai aspek

Page 39: Peranan Mahasiswa Terhadap Penenggulangan Bencana

kepastian hukum dalam tindakan gawat darurat bencana terutama dalam bidang medis yang

masih menjadi polemik bagi tenaga kesehatan dan terutama relawan seperti teman-teman

mahasiswa kedokteran yang turun dalam penanggulangan bencana.

Keterangan :

1. Koordinator Satgas : salah satu dari pengurus inti HET yang bertugas membentuk dan

mengkoordinir satuan-satuan tugas (satgas). Anggota satuan tugas (satgas) berasal dari

anggota HET yang ditugaskan sebagai Tim Bantuan Medis di lapangan.

2. Anggota HET terbagi menjadi dua kelompok besar, yaitu anggota aktif dan anggota non

aktif. Anggota aktif adalah anggota HET yang masih terdaftar sebagai mahasiswa sarjana

srata 1 (S1) atau dokter muda (co-ass), terdiri dari 3 strata, yaitu anggota biasa, anggota

utama, dan anggota khusus. Sedangkan anggota non-aktif dikenal sebagai anggota luar

biasa dan Anggota Kehormatan, merupakan anggota HET yang telah menyelesaikan

pendidikan sarjana strata 1 (S1) dengan prediket dokter (Luar Biasa), dan orang-orang

yang dianggap berjasa terhadap kemajuan Hippocrates Emergency Team (Kehormatan).

Page 40: Peranan Mahasiswa Terhadap Penenggulangan Bencana

3. Shelter : kb. 1 (tempat) perlindungan. 2 lindungan, naungan. -kkt. 1 memberi tempat,

menginap kepada. 2 berlindung/bersembunyi kepada, menyembunyikan (a fugitive). -

sheltered ks. tersembunyi, bersembunyi.

4. Sekretariat HET : Fakultas Kedokteran Universitas Andalas,

Jln. Perintis Kemerdekaan Padang 25128

Telp : 0852 7444 2000

Email : [email protected]

DAFTAR PUSTAKA

1. Jasmi, Khairul dkk. Gempa Dahsyat Sumatera Barat. Padang: PT Genta Singgalang

Press; 2010. h 2-6

2. Badan Nasional Penanggulangan Bencana, 2009. Gempa Bumi di Sumatera Barat.

http//www.pu.go.id. Di Unduh pada tanggal 2 Mei 2010 pukul 14.00 WIB

3. Herkutanto, Bagian Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal Fakultas Kedokteran

Universitas Indonesia/ Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo. Majalah Kedokteran

Indonesia Volum: 57 Nomor: 2, Februari 2007

4. Undang-undang No 36/2009 tentang Kesehatan