PERANAN KEYAKINAN GURU TERHADAP HAKIKAT …

20
Peranan Keyakinan Guru terhadap Hakikat dan Be/ajar Mengajar Sains terhadap Pengembangan Profesionalisme PERANAN KEYAKINAN GURU TERHADAP HAKIKAT DAN BELAJAR MENGAJAR SAINS DALAM PENGEMBANGAN PROFESIONALISME Oleh: Iceng Hidayat FKIP Universitas Sriwijaya Abstract This article is a study aiming at developing a professionalism- enhancing system that can bridge the gap between the curriculum that prepares teachers and the teaching they practice at schools. An understanding of the system of teachers' beliefs will assist in enhancing the effectiveness of the teaching of science and represents a significant indicator of teachers' behavior in the classroom. In relation to science, teachers believe that it is manmade so that it is imperfect and must be continuously developed. They also realize that science is part of daily life. In teaching science, emphasis should be on exploratory learning with little instruction but with a provision of structured materials. Teachers' beliefs have important roles in instructional reformation. Beliefs could be constructed through active participation and collaborative partnership so that belief and knowledge transformation can occur. Transformational and continuous professional development is needed to align teachers' beliefs with reformation recommendations. Successful reform in science teaching and true implementation by the teachers as intended will need some kind of enabling condition. The PPGS (short for Penugasan Pendidikan Guru ke Sekolah or School Assigned Teacher Education) program is a system to accommodate the transformational professional development of science teachers and expected to be an agent of change in science teaching. Every reform or innovation in science teaching could be validated by being put into practice in PPGS forums first. 63

Transcript of PERANAN KEYAKINAN GURU TERHADAP HAKIKAT …

Page 1: PERANAN KEYAKINAN GURU TERHADAP HAKIKAT …

Peranan Keyakinan Guru terhadap Hakikat dan Be/ajar Mengajar Sainsterhadap Pengembangan Profesionalisme

PERANAN KEYAKINAN GURU TERHADAP HAKIKATDAN BELAJAR MENGAJAR SAINS DALAM

PENGEMBANGAN PROFESIONALISME

Oleh: Iceng HidayatFKIP Universitas Sriwijaya

Abstract

This article is a study aiming at developing a professionalism­enhancing system that can bridge the gap between the curriculumthat prepares teachers and the teaching they practice at schools. Anunderstanding of the system of teachers' beliefs will assist inenhancing the effectiveness of the teaching of science and representsa significant indicator of teachers' behavior in the classroom. Inrelation to science, teachers believe that it is manmade so that it isimperfect and must be continuously developed. They also realizethat science is part of daily life. In teaching science, emphasis shouldbe on exploratory learning with little instruction but with a provisionof structured materials. Teachers' beliefs have important roles ininstructional reformation. Beliefs could be constructed throughactive participation and collaborative partnership so that belief andknowledge transformation can occur. Transformational andcontinuous professional development is needed to align teachers'beliefs with reformation recommendations. Successful reform inscience teaching and true implementation by the teachers as intendedwill need some kind of enabling condition. The PPGS (short forPenugasan Pendidikan Guru ke Sekolah or School AssignedTeacher Education) program is a system to accommodate thetransformational professional development of science teachers andexpected to be an agent of change in science teaching. Every reformor innovation in science teaching could be validated by being putinto practice in PPGS forums first.

63

Page 2: PERANAN KEYAKINAN GURU TERHADAP HAKIKAT …

Cakrawala Pendidikan, Februari 2007, Th. XXVI, No. J

Key words: teachers' professional development, teachers' beliefsystem, science teaching

Pendahuluan

Kfebijakan wajib belajar pendidikan dasar sembilan tahunmerupakan kebijakan yang terkait dengan standar minimal

utu sumber daya manusia. Dengan kebijakan ini,diharapkan tidak akan ada lagi manusia yang buta aksara, lebihkhusus semua orang melek sains, atau dengan kata lain sains literasimenjadi tujuan pendidikan sains.

Perubahan konsep pendidikan sains terjadi secara dramatis, yaitudari pendidikan elit menjadi pendidikan untuk semua orang. Hal initentu saja bukan karena kebutuhan masyarakat Indonesia umumnya,yang masih berjuang untuk memenuhi kebutuhan utama pangan,sandang dan papan, tetapi lebih dikarenakan oleh desakan globaltidak mungkin dihindari lagi dan telah menyebabkan timbulkesadaran perlunya literasi sains bagi semua orang, termasuk semuawarga negara Indonesia. Semua warga negara harus benar-benarmelek sains sehingga mampu membuat keputusan tentang isu sehari­hari, seperti kesehatan, penyediaan air minum bermutu, danpemanasan global. Implikasi keputusan ini harus masuk akal dandapat dimengerti.

Literasi sains adalah pengetahuan dan pemahaman konsep­konsep dan proses ilmiah yang diperlukan untuk membuat ke­putusan seperti tersebut. Masyarakat harus mampu menyadari bahwalingkungan hidup telah berubah menuju ke arah pemusnahankehidupan di muka bumi ini, sebagai dampak keputusan sesaat gunapemenuhan kebutuhan sehari-hari manusia. Perbuatan manusia yangtidak peduli dan buta sains, demi kebutuhan sesaat telah merusakekosistem, sehingga terjadi bencana alam dan kemanusiaan.Lingkungan yang kotor menyebabkan kesehatan masyarakat me­nurun dan angka kematian pun meningkat. Semua permasalahan inidapat dihadapi dengan upaya perubahan yang diperlukan agar dapat

64

Page 3: PERANAN KEYAKINAN GURU TERHADAP HAKIKAT …

Peranan Keyakinan Guru terhadap Hakikatdan Be/ajar Mengajar Sainsterhadap Pengembangan Profesionalisme

menciptakan generasi peserta didik baru yang memiliki suatutingkatan literasi sains secukupnya untuk mereka dapat berpartisi­pasi dan peduli secara aktif dalam diskusi dan membuat keputusantentang isu-isu masyarakat dan global ini.

Reformasi pendidikan selama ini sebenamya sudah terarah dantelah menyediakan bagi para pendidik bahan-bahan kurikulum danpengajaran beserta bagaimana cara mengajarkannya (Bybee, 1997).Namun ia mengingatkan bahwa ada sesuatu yang hilang inipenting untuk mendukung reformasi seutuhnya, yaitu aspek

guna v-........._Jl.JI._....... _ ...... A....... _ ...Ju- ... ,......A.A.\,..I• .ll..ll.

masyarakat suatudukungan dan masukan dari semua partisipan, yang -.......... __ ....... ''''''" .... C'{:.:lot"'\£lO£ll

mitra (stakeholders), seperti guru, orang tua peserta didik, masyara­kat, pendidik guru, lembaga pendidikan tenaga(LPTK), pebisnis, dan peserta didik. Hal ini memerlukankomitmen jangka panjang terkait dengan sumber daya manusiabahan ajar, dan semua itu harus merupakan komitmen guru.

Reformasi yang berkelanjutan dan bersifat kolaboratif telah di­lakukan dan dikenal sebagai Program Kemitraan (DirektoratKetenagaan, 2006). Tindakan reformasi atau perubahan ini seringsekali diiringi dengan kegiatan pelatihan gllfU melalui konferensidan workshop, yang dampaknya tidak pemah tahan lama. Tampak­nya ada permasalahan yang belum secara akurat mampu diidenti­fikasi penyebab permasalahan di atas, terutama yang terkait dengankonsepsi guru tentang pendidikan sains dan keyakinan (belie.fs)tentang sains dan pembelajarannya, dan bagaimana keterkaitannyadengan praktik di lapangan (practices). Oleh karena itu, kajianterkait dengan guru sebagai manusia yang memiliki profesi men­didik periu dilakukan dalam rangka peningkatan pengembanganprofesionalisme.

65

Page 4: PERANAN KEYAKINAN GURU TERHADAP HAKIKAT …

Cakrawala Pendidikan, Februari 2007, Th. XXVI. No.1

Pengembangan profesionalitas guru memerlukan sistem yangmampu menjaga keteraturan dan arah pengembangan dalamkerangka yang menuju pada pencapaian target tertentu. Oleh karenaitu sistem ini perlu disediakan dan ditentukan agar pengembanganprofesionalisme guru dapat dicapai. Melalui sistem ini guru dapatsaling berlatih, belajar dan mempraktikkan pengetahuan danketerampilan di depan kelas secara baik. Salah satu sistem itu adalahsistem kemitraan antara Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan(LPTK) dengan sekolah melalui Program Penugasan PendidikanGuru ke Sekolah (PPGS). PPGS dikembangkan melalui kemitraanantara LPTK dan sekolah serta berbasis sekolah.

Keyakinan (Beliefs) Guru dan Dampaknya pada PraktikPengajaran (Teaching Practice)

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003tentang Sistem Pendidikan Nasional berdampak luas pada semuabidang pendidikan, termasuk dalam hal ini tenaga pendidikan. PadaBab XI Pendidik dan Tenaga Kependidikan Pasal 39 ayat (2)dinyatakan bahwa "Pendidik merupakan tenaga profesional ...".Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005tentang Standar Nasional Pendidikan menyuratkan bahwa pendidiksebagai agen pembelajaran harus menguasai kompetensi pedagogik,kompetensi kepribadian, kompetensi profesional, dan kompetensisosial. Penafsiran kompetensi tersebut lebih lanjut kiranya dapatdirangkum seperti pada gambar berikut ini.

66

Page 5: PERANAN KEYAKINAN GURU TERHADAP HAKIKAT …

Peranan Keyakinan Guru terhadap Hakikat dan Be/ajar Mengajar Sainsterhadap Pengembangan Projesionalisme

II SIKAP/NILAI/KEYAKINAN II

til PENGETAHUAN III III KETERAMPILAN III

~ ~I~II~KOM~PET~ENSI~III

/fIII PENGALAMAN III

Kompetensi seorang guru terdiri dari beragam komponen dansifatnya sangat pribadi dan utuh. Pemyataan ini sejalan dengankonsep kompetensi guru yang didefinisikan oleh DepartemenPendidikan Nasional (2001) yang menyatakan bahwa:

"Kompetensi bersifat personal dan kompleks serta merupakan satukesatuan utuh yang menggambarkan potensi yang mencakuppengetahuan, keterampilan, sikap dan nilai, yang dimiliki seseorangyang terkait dengan profesi tertentu berkenaan dengan bagian­bagian yang dapat diaktualisasikan atau diwujudkan dalam bentuktindakan atau kinerja untuk menjalankan profesi tersebut" (hal. 6).

Tersirat dalam pemyataan di atas bahwa guru harus mampumenggunakan aspek-aspek kompetensi tersebut dalam kehidupandan pekerjaan sehari-harinya, dan jika dampak dari tindakan ataukinerjanya dapat diterima dan sesuai dengan nilai masyarakat dilingkungannya, barulah dapat dikatakan sebagai seorang guruprofesional yang kompeten.

Kompetensi adalah perilaku yang dapat diamati pada perbuatanseseorang atau tindakannya. Perilaku pun bukan segala-galanya.Kehidupan seorang guru dalam situasi belajar mengajar di kelasmungkin terlihat kompeten, tetapi pada situasi lain, misalnya dilingkungan rumah mungkin tidak terlihat sebagai orang yangberkompeten. Jadi, kekompetenan bergantung pada suatu harapan

67

Page 6: PERANAN KEYAKINAN GURU TERHADAP HAKIKAT …

Cakrawala Pendidikan, Februari 2007, Th. XXVI, No. I

atau nilai-nilai dari lingkungan tempat ia berperan. Pandangan guruterhadap mata pelajaran dan pembelajaran dipengaruhi oleh ke­yakinan terhadap hakikat sains dan pembelajaran sains.

Keyakinan sebagai salah satu komponen kompetensi guruberperan penting dalam reformasi pendidikan sains. Terkait denganhal ini salah seorang peneliti Hashweh (1996) berpendapat bahwaselama ini penelitian guru lebih ditekankan pada aspek kognitif ataupemikiran guru, padahal hal itu tidak akan dapat menyediakanpemahaman tentang perilaku guru yang cukup, dan studi terkaitdengan keyakinan guru justru akan mampu menyediakan sesuatupendekatan lebih menjanjikan untuk memahami perilaku gurudengan lebih baik.

Koballa dan Crowley (1985) mendefinisikan keyakinan sebagaiinformasi yang diterima seseorang sebagai sesuatu hal yang benar.O'Loughlin (1989) menyebutkan bahwa asumsi yang telah adasebelumnya sebagai suatu bentuk keyakinan, dan mempunyaibeberapa ciri penjelasan sistematis dan jelas, yang terkait denganteori. Orton (1996) berpendapat bahwa keyakinan mencakuppengetahuan, sehingga pernyataan tentang pengetahuan guru me­rupakan pernyataan tentang keyakinan guru. Beberapa penjelasanyang lain misalnya keyakinan adalah (1) himpunan gagasan dantindakan seseorang yang terkoordinir dalam menghadapi situasiterkait dengan kebiasaan cara berpikir dan bertindak pada situasitertentu (Wodlinger, 1985); (2) proses mental internal yangmelandasi penentu perilaku dan lingkungan yang diciptakan orang(Bussis, Chittenden, dan Amarel, 1976); dan (3) gambaran yangdimiliki seseorang tentang sesuatu seperti seharusnya (Barth dikutipdalam Hamilton 1993: 89).

Fenstermacher (1979), seorang filsuf sekaligus antropologismendefinisikan keyakinan sebagai proposisi atau pernyataan hu­bungan antara sesuatu yang dianggap benar. Untuk menerimaproposisi sebagai suatu kebenaran adalah dengan memberinya nilai(value) yang beralasan logis, empiris, sosial, dan emosional. Jadi,keyakinan adalah suatu cara menjelaskan hubungan antara tugas,

68

Page 7: PERANAN KEYAKINAN GURU TERHADAP HAKIKAT …

Peranan Keyakinan Guru terhadap Hakikat dan Be/ajar MengaJar Sainsterhadap Pengembangan Profesionalisme

tindakan, peristiwa atau orang lain dan sikap orang terhadap sesuatuhal. Keyakinan mencakup posisi seseorang terkait dengan suatuproposisi, pernyataan, tugas, tindakan, peristiwa, orang lain, atausuatu sikap. Semua ragam keyakinan ini terorganisir menjadi suatusistem keyakinan, yang membantu seseorang dalam mengerti duniaini. Sistem keyakinan adalah himpunan keyakinan, bukti diri untukseseorang yang memilikinya dan reievan dengan konteksnya.

Guru sains memiliki keyakinan tersirat dan tersurat tentang sains,inkuiri, pengajaran dan pembelajaran (NRC, 1996). Perubahandalam praktik belajar mengajar akan terjadi jika terjadi perubahankeyakinan guru yang memandu praktik pengajarannya (Nespor,1987). Sejumlah studi penelitian telah dikaksanakan berhubungandengan sistem keyakinan guru (Hashweh, 1996; Tobin, 1993;Etchberger dan Shaw 1992; Martens, 1992; Cronin-Jones. 1991).Tobin (1993) berpendapat bahwa usaha untuk menjelaskan mengapapara guru melakukan apa yang mereka sedang lakukan membawa kepengembangan suatu kerangka teoretis yang menyertakan keyakinanguru. Keyakinan guru timbul dari pengalaman mereka yang kayadalam pendidikan, kehidupan anak-anak, kelas, sekolah rutin sehari­hari, pengembangan profesionalitas, media, dan keluarga. Hashweh(1996) menyatakan bahwa studi tentang keyakinan guru kebanyakanterkait pembelajaran dan pengetahuan.

Pajares (1992) berargumentasi' bahwa karena "keyakinan terciptamelalui suatu proses pemberbudayaan dan konstruksi sosial",beberapa aspek eksternal dapat mempengaruhi keyakinan guru,seperti kebijakan dan pengembangan profesionalitas. Kebijakanpembaharuan umumnya melalui pembaharuan yang biasanyamemuat tujuan sekolah dan isi sains, hakikat sains, pengajaran sains.sumber daya untuk mengajar dan belajar sains di sekolah, peranguru, dan evaluasi. Pengembangan profesionalitas mengacu padaprogram yang dikembangkan untuk membantu para guru mening­katkan kualitas pengajaran mereka yang berdampak pada pening­katan prestasi dan pembelajaran peserta didik. Peneliti kini berbedapandangan dan telah menyadari bahwa keyakinan guru berpengaruh

69

Page 8: PERANAN KEYAKINAN GURU TERHADAP HAKIKAT …

Cakrawala Pendidikan, Februari 2007, Th. XXVI, No.1

sangat kuat pada isi dan implementasi kurikulum, dan sering kali,kurikulum diimplementasikan tidak seperti yang seharusnya sesuaidengan yang telah dirancang dan dimaksudkan dalam kurikulum(Cronin-Jones, 1991). Hal ini biasanya terjadi karena guru kesulitandalam mengimplementasikan kurikulum yang tuntutannya tidaksesuai dan tidak mendukung keyakinan guru tentang mengajar danbelajar sains. Jelas bahwa posisi keyakinan guru dalam keputusanpraktik pengajaran sangat menentukan. Melalui keyakinan ini, gurumemilih kegiatan belajar mengajar yang bagaimana yang akanmereka laksanakan. Keyakinan guru ini membentuk hakikat praktikpengajaran guru. Kita harus benar-benar segera menyadari bahwabagaimana pun kurikulum dikemas dengan sebaik-baiknya, guruakan tetap bertahan dengan keyakinannya, dan tetap mengajar sesuaidengan keyakinannya itu. Keyakinan guru pasti akan berdampakdalam mengimplementasikan kurikulum.

Terkait reformasi pendidikan sains, bahwa pemahaman sistemkeyakinan guru akan membantu peningkatan keefektifan pendidikansains, maka penelitian dampak keyakinan guru terhadap praktik kinidipentingkan dan banyak dilakukan. Haney dan kawan-kawannya(1996) mengungkapkan bahwa keyakinan guru merupakan indikatorperilaku guru yang signifikan di dalam kelas. Sudah jelas diketahuibahwa perilaku atau tindakan guru dalam kelas berdampak padapembelajaran peserta didik, maka perannya sangat besar dalamreformasi pendidikan sains. Kedepannya, agar setiap inovasi yangdilakukan berhasil, maka guru harus memiliki keyakinan bahwareformasi pendidikan sains ini bukanlah suatu 'gaya-gayaan' politis.Guru harus meyakini bahwa inovasi ini akan meningkatkan mutupembelajaran dan pengajaran sains, efektif dan efisien, serta mudahuntuk diikuti. Guru harus mempunyai kesempatan untuk mencoba­coba inovasi ini dan mendapatkan balikan, sehingga dapat terlihatdengan jelas hubungan yang rumit antara sistem keyakinan guru danpraktik di kelas. Reformasi pendidikan sains ini tidak dapat lagi topdown, asal selesai dengan cepat sesuai dengan rencana proyek.Penelitian sistem keyakinan guru terkait reformasi pendidikan sains

70

Page 9: PERANAN KEYAKINAN GURU TERHADAP HAKIKAT …

Peranan Keyakinan Guru terhadap Hakikat dan Be/ajar MengaJar Sainsterhadap Pengembangan Profesionalisme

ini benar-benar dibutuhkan guna rnenuntun reforrnasi pendidikansains yang lebih langgeng.

Keyakinan Guru tentang Sains,Pengajaran, dan Belajar Sains

Pada saat penulis di Australia, baru saja terjadi perubahankurikulum baru. Reforrnasi pendidikan sains rnengarahkan kepadapenekanan hakikat sains, dan pembelajaran konstruktivis melaluihands-on, minds-on, pembelajaran kooperatif dan kontekstual.Tujuan pendidikan sains rnenekankan pada literasi sains, "everyAustralian school-Ieaver should understand the role of science andhave developed scient(fic skills" (Australian Educational Council.1994). Dengan aspek-aspek terkait pendidikan sains di atas. gurumengelola kegiatan belajar mengajar di kelas langsung sejalandengan kurikulum baru. Berdasarkan penelitian Hidayat (2002).yang dilakukan di sekolah dasar di Australia dengan subjek gurusekolah dasar terkait dengan keyakinan guru terhadap sains,mengajar dan belajar sains, yang hasilnya dapat dirangkum sepertiberikut.

Guru memiliki keyakinan ba,hwa sains berrnanfaat dan harusdipelajari di sekolah dan berbeda dari bidang ilmu pengetahuan lain.Sains sebagai batang tubuh pengetahuan dianggap sebagai kumpulanfakta, konsep, prinsip, dan teori, sebagai hasil eksperirnen yang telitidan pernaharnan urnurn tentang alarn sernesta, yang dilakukan olehilrnuwan. Oleh karena itu mereka juga rnernandang sains sebagaisuatu disiplin ilrnu pengetahuan praktis, yang didapatkan melaluipengalarnan langsung dalam suatu penyelidikan ilrniah, misalnya,eksperimentasi di laboratoriurn dengan menggunakan peralatan dandilakukan dengan proses ilrniah, seperti pengarnatan, penghipotesis­an, percobaan dalarn dunia fisis dan alarniah, dan penyirnpulan.Guru meyakini bahwa sains rnenekankan pada proses, sebagai salahsatu cara dalarn mengeksplorasi alam sernesta ini, rnaka harusmengandung nilai-nilai ilmiah, seperti kejujuran, pembenaran,keingintahuan, dan keterbukaan bagi pernbuktian baru. Terkait

71

Page 10: PERANAN KEYAKINAN GURU TERHADAP HAKIKAT …

Cakrawala Pendidikan, Februari 2007, Th. XXVI, No.1

dengan profesi mereka, guru merasa yakin bahwa sains adalahbentukan manusia, yang sifatnya tidak sempurna, sehingga harusterus dikembangkan. Sains disadari sebagai bagian dari kehidupansehari-hari.

Walaupun tidak persis sama, keyakinan pribadi guru tersebuttampak juga dalam kegiatan belajar mengajar di kelas sains. Gurumemberikan pengalaman langsung kepada siswa mengembangkanketerampilan proses, seperti memilih objek atau topik yang menarikuntuk diketahui oleh siswa lebih lanjut. Siswa diberi kebebasanuntuk membuat cara-cara untuk mencari jawaban terhadap per­tanyaan yang mereka. rumuskan sendiri. Guru menyediakan segalafasilitas yang diminta oleh siswa, termasuk waktu untuk percobaan.Siswa benar-benar melakukan inkuiri, seperti halnya ilmuwan cilik.Siswa pun mengkomunikasikan hasil temuan dengan menyampai­kannya dalam diskusi. Pembelajaran konstruktivis, hands-on danminds-on diimplementasikan di kelas. Guru memiliki keyakinanbahwa dalam pengajaran sains kepada siswa penekanan harus padapembelajaran eksploratori dengan hanya sedikit pengarahan danpenyediaan bahan-bahan yang terstruktur. Guru percaya bahwa"children can't survive learning without doing .... more on usingequipment to get concepts through to." Suatu keharusan untuk siswabelajar hands-on untuk memahami konsep yang dipelajarinya. Selainitu secara bervariasi seperti umumnya pelajaran berlangsung,kadang-kadang pengajaran formal guru memberikan ceramah, kerjakelompok kooperatif, belajar mengisi lembaran kegiatan siswa, danjuga membaca buku teks. Hal ini mereka lakukan sesuai dengantuntutan struktur kurikulum di sana. Guru percaya sekali bahwaanak-anak benar-benar memiliki rasa ingin tahu yang sangat besar,mereka membaca buku yang disukainya, saling bertanya dan berbagiinformasi satu dan lainnya. Guru menyadari bahwa anak-anakbelajar tidak hanya dari guru, tetapi juga dari kawan-kawan danbuku yang dipelajarinya.

Keyakinan guru berperan sangat penting dalam reformasi peng­ajaran. Partisipasi guru sangat kritis. Pada konteks pendidikan di

72

Page 11: PERANAN KEYAKINAN GURU TERHADAP HAKIKAT …

Peranan Keyakinan Guru terhadap Hakikat dan Belalar Mengalar S'wnsterhadap Pengembangan Pro(eslOnailsme

Indonesia, banyak hal yang terjadi pada reformasi pendidikan yangsedang berlangsung. Demikian pula pada pendidikan sains, yangmenekankan pada pendidikan sains untuk semua, yakni literasisains, keterlibatan guru sangat penting, terutama yang terkait dengankegiatan beIajar mengajar di kelas. Kurikulum baru 2006, jugadikenal sebagai Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)menekankan pembelajaran inkuiri ilmiah (scientific inquiry) dalamsains guna membekali kecakapan hidup peserta didik, yangmemerlukan kemampuan berpikir, bekerja dan bersikap ilmiah sertaberkomunikasi. Pembelajaran IPA harus menyediakan pengalamanbelajar langsung melalui keterampilan proses dan sikap ilmiah.Keyakinan guru tentang mengajar itu suatu kegiatan menjelaskandan menyampaikan informasi tentang konsep-konsep sains akantetap begitu dan tidak akan mendukung reformasi yang menuntutbelajar inkuiri. Bahkan, seperti yang terjadi pada reformasi diAmerika Serikat pada dekade tahun 70an, pengimplementasiankurikulum sains menekankan inkuiri membuat guru kesulitan.Karena bagi mereka inkuiri adalah gagasan yang masih asing.sehingga pembentukan konsep dan penemuan hukum-hukum me­lalui pendekatan induktif melalui kegiatan laboratorium tidak dapatberjalan.

Siswa belajar sains di kelas dengan mendengarkan ceramah guruditambah dengan kegiatan lab yang tujuannya untuk verifikasi.Bahkan guru sains merasa didukung untuk mengajarkan sains secaralangsung dengan hapalan, supaya siswa mampu lulus tes yangterkait dengan informasi fakta-fakta. Inkuiri sepertinya dianggaptidak ada dalam kurikulum (Chiappetta, 1991). Hal ini menunjukkanbahwa guru harus dilibatkan dalam pengembangan kurikulum sains,sehingga mereka dapat membangun pengetahuan mereka tentangliterasi sains, pembelajaran inkuiri dan mengubah keyakinannya.Bersamaan peserta didik belajar inkuiri, guru pun memilikikesempatan untuk membentuk pandangan dan keyakinan tentanginkuiri ini. Keyakinan dapat dibangun melalui partisipasi aktif dan

73

Page 12: PERANAN KEYAKINAN GURU TERHADAP HAKIKAT …

Cakrawala Pendidikan, Februari 2007, Th. XXVI. No. J

kerja sama kemitraan sehingga dapat terjadi transformasi keyakinandan pengetahuan.

Keyakinan tentang pengajaran inkuiri kemungkinan besar akandapat ditumbuhkembangkan dengan melalui pelatihan intensif yangdirancang dengan baik dalam bidang terkait inkuiri ilmiah dalampendidikan sains (Yerrick, Parke dan Nugent, 1997). Diperlukanpengembangan keprofesionalan yang transpormatif dan berkelanjut­an agar guru memiliki waktu dan kesempatan yang cukup untukmengkaitkan keyakinan mereka dengan tuntutan reformasi.

Pengembangan Keprofesionalan Transformatif dan PerubahanKeyakinan dan Praktik Pembelajaran Sains Secara Sistemik

Pengembangan keprofesionalan guru sudah lama dilakukanmelalui kolaborasi antara LPTK dengan sekolah. Namun padaumumnya kolaborasi yang dilakukan selama ini belum bersifatkemitraan dengan kesetaraan. Sekolah masih menganggap hubunganantara LPTK dengan sekolah bersifat "top down". Dalam kebijakanini LPTK pada umumnya memiliki posisi superior dan menentukankemauannya sendiri tanpa memperlihatkan kebutuhan sekolah. Gurudi sekolah yang akan menjadi mitra dalam membimbing calon guruharus menerima saja karena LPTK dianggap lebih memahamitentang belajar mengajar, sementara pengalaman dan pemahamanguru dengan siswa sehari-hari tidak begitu penting. Seperti yangdikatakan Liberman (1995) bahwa dalam kebijakan yang bersifat topdown, guru harus menerima saja kemauan LPTK lebih memahamitentang belajar mengajar, meskipun mengabaikan perannya.Liberman selanjutnya menjelaskan bahwa pengembangankeprofesionalan harus berubah menjadi model yang konsistendengan cara guru bekerja dengan siswa.

Model ini lebih mampu memberikan kesempatan guru mem­bangun pengetahuan sendiri yang berbasis konstruktivisme, Guruterlibat belajar aktif dengan turut memikirkan dan mendiskusikantentang hal-hal yang dipelajarinya dalam forum yang sistemik.Mereka bisa berulang kali mencoba mempraktikkan

74

Page 13: PERANAN KEYAKINAN GURU TERHADAP HAKIKAT …

Peranan Keyak/l1an Guru lerhadap Hakikal dan Be/alar Menga/or Sa/l1slerhadap Pengembangan ProjeslOnalisme

pengetahuannya, konsepsi atau keyakinan terhadap sains, belajar danmengajar sains ke dalam pembelajaran di kelas dengan mekanismepeer evaluation. Melalui sistem pengembangan profesionalisme ini,guru akan mampu mengubah pandangan dan keyakinannya padainovasi pembelajaran yang baru. Dengan kata lain, sangat diperlukansistem pengembangan keprofesionalan guru yang mampu meng­akomodasi rutinitas pelatihan pembelajar sehingga perubahantransformatif bisa terjadi. Diperlukan model pengembangankeprofesionalan dengan proses aktif dan berkelanjutan, yangberlangsung dalam konteks praktik di kelas sehari-hari. Libermanmenemukan pengembangan keprofesionalan model ini mcmberiguru suatu kebebasan menyatakan harapan arah dari pembeJajaranprofesionalnya, sehingga dapat membangun jembatan di anlarakesenjangan antara teori dan praktik. Guru benar-benar dapatmeningkatkan keprofesionalan mereka karena ikut membantumenentukan model pembelajarannya.

Pengembangan Keprofesionalan Guru pada Program Preservice

Pengembangan profesionalisme guru sebenarnya juga sudahdimulai sejak mahasiswa calon guru masih kuliah di kampus melaluiprogram preservice. Tetapi seperti dikatakan Firman (2000) bahwakurangnya kerjasama dan komunikasi fungsional antara LPTK dansekolah menyebabkan kurang terbinanya mahasiswa yang PPL. Disisi lain guru juga tidak mendapatkan sesuatu yang diharapkan dapatmeningkatkan kemampuan mereka lebih-Iebih pada perubahankeyakinan terhadap subject matter, belajar, dan mengajar sains.Perlu ada peningkatan kerjasama kemitraan antara LPTK dengansekolah agar PPL bisa dilakukan secara efektif dan mampumembentuk guru yang profesional seeara transformatif.

75

Page 14: PERANAN KEYAKINAN GURU TERHADAP HAKIKAT …

Cakrawala Pendidikan, Februari 2007, Til. )(XVI, No.1

Pengembangan Keprofesionalan Transformatif melaluiProgram Lesson Study

Upaya peningkatan keprofesionalan guru berbasis sekolah diPulau Jawa dilakukan oleh beberapa LPTK dan Japan InternationalCooperation Agency (JICA) secara kolaboratif melaluipenyelenggaraan "Indonesian Afathematics and Science TeacherEducation Project - Japan International Cooperation Agency,(IMSTEP - JICA)", yang selanjutnya disebut IMSTEP. Proyek inidilaksanakan untuk mengembangkan pengajaran sains danmatematika padajenjang pendidikan sekolah menengah dan dasar.

Melalui IMSTEP ini peningkatan mutu guru diadakan melaluipelatihan guru dalam bidang pendidikan sains dan matematika danpeningkatan program pendidikan persiapan guru sains danmatematika. 1MSTEP mengadopsi sistem persekolahan Jepang,jugyou kenkyuu (Lesson Study), yaitu proses pengembangankeprofesionalan guru jangka p~mjang berkesinambungan dalamperancangan dan pengimplementasian rencana pembelajaran, dantelah berhasil membantu guru-guru di Jepang meningkatkan praktikmengajar mereka berdasarkan pada bukti, yang diperoleh sendiridari dalam kelas mereka sendiri.

Model pengembangan keprofesionalan pembelajaran berkelan­jutan memiliki asumsi bahwa perubahan yang terkait dengankebiasaan, keyakinan berangsur-angsur akan lebih dapat dibangun.Apa yang telah terjadi di kelas m'erupakan hal yang sangat penting.Lesson Study merupakan proses kolaboratif, yang mengundang guruuntuk terlibat aktif dalam suatu proses dekonstruksi pembelajaran,baik mendukung pembelajaran yang telah berjalan dengan baik ataupun yang tidak, dan akhirnya dapat membangun ulang rencanapembelajaran milik bersama. Hal ini juga telah mengarahkan guruke dalam dunia penelitian, dengan menggunakan kelas sebagailaboratorium penelitian, tempat pembuatan hipotesis, pengujian,pengevaluasian, dan peninjauan kembali, seperti kerja seorangilmuwan.

76

Page 15: PERANAN KEYAKINAN GURU TERHADAP HAKIKAT …

Peranan Keyakinan Guru terhadap Hakikat dan Be/ajar A1engajar Sainsterhadap Pengembangan Profesionalisme

Inti proses Lesson Study adalah 1) proses ini berpusat padasiswa; 2) guru berkesempatan mengembangkan pengetahuan danketerampilan; 3) guru bekerja secara kolaboratif; 4) proses antarguruyang saling menghargai satu dan lainnya dan antarguru dan pendidikguru; dan 5) proses langsung disesuaikan dengan KTSP dan berbasisStandar lsi (Sl) dan Standar Kelulusan (SKL). Pada Lesson Study,guru dan sejawat bersama-sama membuat perencanaan, melakukanobservasi, mengajar, dan merefleksikan pelajaran, yang dikenaldengan istilah "research lesson". Kelebihan pengembangan

adalah turut

reformasi pendidikan....,_ ........... _.... mengajar berbasis inkuiri ilmiah standar.......... A.'-' ....... A ........., ...

mengenai pengadopsiandan pengadaptasianStudy pada baca Hendayana, dkk. (2006).

Seito, Imansyah, dan Kuboki (2006) menemukan dampakStudy, yaitu (1) perubahan basis akademik pelajaran; (2) perubahanstruktur pelajaran dengan kegiatan eksperimen atau manual dandiskusi; dan (3) perubahan rea~si siswa dalam pelajaran. Lewis,Perry, dan Hurd (2004) bahkan lebih rinci menguraikan perubahanini seperti (1) meningkatnya pengetahuan tentang materi aj ar danpengajaran; (2) meningkatnya jaringan kesejawatan; (3) meningkat­nya hubungan antara praktik sehari-hari dengan tujuan jangkapanjang; dan (4) meningkatnya motivasi dan rasa mampu me­nyelesaikan masalah pelajaran.

Lesson Study ini juga ada kelemahannya, yaitu prosesnya lambatdan menuntut guru benar-benar fokus pada siswa dan proseskegiatan belajar mengajamya. Hasil observasi penulis pada kegiatanLesson Study di beberapa SMPN di Sumedang, Jawa Barat, terjadibeberapa kendala terkait dengan kebiasaan guru. Guru masihberusaha untuk menjaga citra masing-masing, sehingga masih terjadi

77

Page 16: PERANAN KEYAKINAN GURU TERHADAP HAKIKAT …

Cakrawala Pendidikan, Februari 2007, Th. XXVI, No.1

tindakan saling menunjukkan bahwa saya guru yang baik, danmengajar bagus dan sebagainya. Di pihak narasumber dari LPTKpun hampir sarna, mereka masih seperti seorang pengawas yangakan menilai kinerja, sehingga guru merasa risih untuk bertindaksewajarnya sealamiah mungkin.

Penutup

Keprofesionalan guru sains dapat dikembangkan secaratransformatif bila disediakan wahana untuk mentransformasikanpengetahuan, pemahaman, dan keyakinan guru terhadap hakikatsains, belajar dan mengajar sains. Keyakinan ini harus dipraktekkanmelalui wahana ini dengan peer evaluation sehingga mereka bisasaling belajar secara intersubjektif. Kesuksesan pengimplementasianprogram reformasi pendidikan sains di kelas bergantung padapartisipasi guru dalam proses pembuatan keputusan. Hal ini tidakakan dapat dicapai tanpa benar-benar mempertimbangkankompetensi guru, yang salah satu aspeknya adalah keyakinan.Pembelajaran bermakna sifatnya adalah kontinuum dari hapalansampai inkuiri bebas, demikian pula kompetensi guru dalammembuat keputusan yang profesional dalam implementasi inovasipembelajaran.

Lesson Study merupakan salah satu wahana transformasikeyakinan guru terhadap hakikat sains, belajar, dan mengajar sainsyang berbasis kemitraan antara LPTK dengan sekolah. Kemitraanmelalui wahana Lesson Study harus diletakkan pada posisi kesama­an, keselarasan dan kesetaraan kepentingan masing-masing yangtidak bersifat yang satu merasa superior atas yang lain. SelainLesson study, program PPGS juga telah dirintis yang memung­kinkan guru mempunyai alternatif dalam mengembangkankeprofesionalan. PPGS diharapkan kemitraan akan berdampakpeningkatan mutu LPTK dan sekolah. Guru dapat menikmatikepakaran pendidik guru dari LPTK dan Pendidik guru dapatmemperoleh penghayatan nyata suasana kependidikan di sekolah

78

Page 17: PERANAN KEYAKINAN GURU TERHADAP HAKIKAT …

Peranan Keyakman Guru terhadap Hakikat dan BelaJar MengaJar Sainsterhadilp Pengembangan ProfeslOnalisme

secara langsung dengan menjadi guru di sekolah. Sehingga dapatsecara bersamaan saling berbagi dan saling mendapatkan hal-halyang kemudian digunakan untuk meningkatkan mutu programpendidikan persiapan guru sains (guru prajabatan) untuk pendidikguru di LPTK, dan peningkatan pembelajaran sains di sekolah bagiguru.

Keyakinan sebagai salah satu aspek kompetensi guru tampaknyamemiliki keterkaitan dengan pengembangan kompetensi. Dengankeyakinan guru tentang sains, dan pembelajaran sains makakompetensi guru akan dicapai melalui praktik yang dilakukan secarakonsisten.

Program pengembangan keprofesionalan guru harus dapat mem­bantu guru memahami lebih lanjut hakikat subject matter dalam halini sains, hakikat belajar sains, dan hakikat pengajaran sains yanglebih visioner. Setiap perubahan termasuk reformasi pendidikansains biasanya menjadikan suatu konflik bagi pendidik yang me­miliki kompetensi dan keyakinan tentang pengajaran sains. Setiapperubahan dan implementasi inovasi akan menyebabkan konflikdalam diri guru, karena diperlukan perubahan keyakinan lama yangselama ini mereka pegang. Perubahan kebiasaan dan keyakinan inimemerlukan waktu yang lama sehingga diperlukan wahana yangbias secara kontinyu dan konsisten mempraktikkan hal yang barutersebut. Keberhasilan suatu reformasi akan memerlukan dukungandan masukan dari para mitra pendidikan, serta komitmen semuanya.

Daftar Pustaka

Australian Educational Council. 1994. A Statement on Science forAustralian Schools. Carlton: Curriculum Corporation.

Bussis, A., Chittenden, E., & Amarel, M. 1976. Beyond SurfaceCurriculum: an Interview Study of Teachers Understandings.Boulder, CO: Westview Press.

Bybee, R.W. 1997. Achieving Scientific Literacy: From Purposes toPractices. Portsmouth NH: Heinemann.

79

Page 18: PERANAN KEYAKINAN GURU TERHADAP HAKIKAT …

Cakrawala Pendidikan, Februari 2007, Th. XXV), No.)

Chiappetta, E. L. 1991. "School Science Education in the U.S.: AHistorical Overview". In Science Education in the UnitedStates: Issues, Crises and Priorities, diedit oleh Majumdardkk., The Pennsylvania Academy of Science.

Cronin-Jones, L.L. 1991. "Science Teacher Beliefs and TheirInfluence on Curriculum Implementation: Two Case Studies".Journal ofResearch in Science Teaching, 28 (3),235-250.

Departemen Pendidikan Nasional. 2001. Kebijaksanaan Umum:Kurikulum Berbasis Kompetensi Pendidikan Dasar danMenengah. Jakarta: Badan Penelitian dan PengembanganPusat Kurikulum.

Direktorat Ketenagaan. 2006. Panduan Program Hibah KemitraanLPTK 2007. Jakarta.

Etchberger, M. L. & Shaw, K. L. 1992. "Teacher Changes as aProgression of Transitional Images: A Chronology of aDeveloping Constructivist Teacher". School Science andMathematics, 92,411-417.

Fenstermacher, G. D. 1979. "A Philosophical Consideration ofRecent Research on Teacher Effectiveness". Review ofResearch in Education, 6, 157-185.

Firman, H. 2000. "Permasalahan Komunikasi dan Kemitraan antaraLPTK dengan Sekolah", dalam Proceeding National ScienceEducation Seminar on The Problems of Mathematics andScience Education and Alternatives to Solve the Problems,February 23, 2000 at FPMIPA UM. Malang: JICA-IMSTEPFPMIPA UM.

Hamilton, M. L. 1993. "Think You Can: The Influence of Culture onBeliefs", in C. Day, J. Calderhead, and P. Denicolo (Eds.).Research on Teacher Thinking: Understanding ProfessionalDevelopment. London: The Falmer Press.

80

Page 19: PERANAN KEYAKINAN GURU TERHADAP HAKIKAT …

Peranan Keyakinan Guru terhadap Hakikat dan Be/ajar MengaJar Sainsterhadap Pengembangan Profesionalisme

Haney, 1.1., Czerniak, C.M., & Lumpe, A.T. 1996. "Teacher Beliefsand Intentions Regarding the Implementation of ScienceEducation Reform Strands". Journal of Research in ScienceTeaching, 33 (9), 971-993.

Hasweh, M. Z. 1996. "Effects of Science Teachers' EpistemologicalBeliefs in Teaching". Journal of Research in ScienceTeaching, 33(1), 47-63.

Hendayana, S. 2006. Lesson Study. Suatu Strategi untukMeningkatkan Keprofesionalan Pendidik (PengalamanIMSTEP-JICA). Bandung: UPI PRESS.

Hidayat, I. 2002. Primary School Teacher' Beliefs about Science,Teaching and Learning Science: A case study. Paper presentedat the Tenth Annual Symposium: Contemporary Approachesto Research in Mathematics, Science, Health, andEnvironment Education at Deakin University, Victoria.December 2002.

KobaUa, T. R. & Crowley, F. E. 1985. "The Influence of Attitude onScience Teaching and Learning". School Science andMathematics, 85(3), 222-232.

Lewis, c., Perry, R. dan Hurd, 1. 2004. "A Deeper Look at LessonStudy", Educational Leadership (Februari): 61 (5), 18-23.Online pada http://\\-ww.lessonresearch.net/res.htmI. Diaksespada 5 September 2006.

Liberman, A. 1995. "Practices that Support Teacher Development:Transforming Conceptions of Professional Learning". InInnovating and Evaluating Science Education: NSFEvaluation Forums_ (NSF 67-78). Washington, DC: NationalScience Foundation.

Martens, M. L. 1992. "Inhibitors to Implementing a Problem­Solving Approach to Teaching Elementary Science: A Case

81

Page 20: PERANAN KEYAKINAN GURU TERHADAP HAKIKAT …

Cakrawala Pendidikan, Februari 2007, Th. XXVI, No. I

Study of a Teacher in Change". School Science andMathematics, 92(3), 150-156.

Nespor, J. 1987. "The Role of Beliefs in Practice of Teaching".Journal ofCurriculum Studies, 19(4),317-328.

O'Loughlin, M. 1989. "The Influence of Teachers' Belief aboutknowledge, Teaching, and learning on Their Pedagogy: AConstructivist Reconceptualization and Research Agenda forTeacher Education". Paper Presented at the AnnualSymposium ofThe Jean Piaget Society. Philadelphia.

Orton, R. E. 1996. "How Can Teacher Beliefs about StudentLearning Be Justified?" Curriculum Inquiry, 26(2), 133-146.

Pajares, M. F. 1992. "Teachers' Beliefs and Educational Research:Cleaning Up a Messy Construct". Review of EducationalResearch, 62(3), 307-332.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005tentang Standar Nasional Pendidikan.

Saito, E., Imansyah, H., dan Kuboki, 1. 2006. "Indonesian LessonStudy in Practice: Case Study of Indonesian Mathematics andScience Teacher Education Project", Journal of In-ServiceEducation (32) 2: 171-184.

Tobin, K. 1993. "Referents for Making Sense of Science Teaching".International Journal ofScience Education, 15(3),241-254.

Wodlinger, M. G. 1985. "Entry Beliefs of First-Year PreserviceTeachers". Alberta Journal of Educational Research, 31 (l),54-69.

Yerrick, R., Parke, H. dan Nugent, 1. 1997. "Struggling to PromoteDeeply Rooted Change: The "Filtering Effect" of Teachers'Beliefs on Understanding Transformational Views ofScience". Science Education, 81, 137-159.

82