Peranan Guru PAI

download Peranan Guru PAI

of 149

Transcript of Peranan Guru PAI

  • 7/26/2019 Peranan Guru PAI

    1/149

    PERANAN GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM

    PEMBINAAN KECERDASAN EMOSIONAL SISWA

    DI SMA MARTIA BHAKTI BEKASI

    Skripsi

    Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

    Untuk Memenuhi Syarat Mencapai Gelar Sarjana

    Pendidikan Islam (S.Pd.I)

    Oleh:

    Siti Khoirunnisa

    NIM: 108011000127

    JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

    FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

    UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

    SYARIF HIDAYATULLAH

    JAKARTA

    1434 H/2013 M

  • 7/26/2019 Peranan Guru PAI

    2/149

    PERANAN GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM TERHADAP

    PEMBINAAN KECERDASAN EMOSIONAL SISWA

    DI SMA MARTIA BHAKTI BEKASI

    Skripsi

    Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

    Untuk Memenuhi Syarat Mencapai Gelar Sarjana

    Pendidikan Islam (S.Pd.I)

    Oleh:

    Siti Khoirunnisa

    NIM: 108011000127

    Dosen Pembimbing

    Pembimbing 1 Pembimbing II

    Dra. Eri Rossatria, M.Ag Ahmad Irfan Mufid, MA

    NIP: 1947071711966082001 NIP: 197102141997031001

    JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAMFAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

    UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

    SYARIF HIDAYATULLAH

    JAKARTA

    1434 H/2013

  • 7/26/2019 Peranan Guru PAI

    3/149

    LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING SKRIPSI

    Skripsi berjudul Peranan Guru Pendidikan Agama Islam Terhadap

    Pembinaan Kecerdasan Emosional Siswa Di SMA Martia Bhakti Bekasi

    disusun oleh Siti Khoirunnisa, NIM. 108011000127, Jurusan Pendidikan Agama

    Islam, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif

    Hidayatullah Jakarta. Telah melalui bimbingan dan dinyatakan sah sebagai karya

    ilmiah yang berhak untuk diujikan pada sidang munaqasah sesuai ketentuan yang

    ditetapkan oleh fakultas.

    Jakarta, 6 Mei 2013

    Yang mengesahkan,

    Pembimbing 1 Pembimbing II

    Dra. Eri Rossatria, M.Ag Ahmad Irfan Mufid, MA

    NIP: 1947071711966082001 NIP: 197102141997031001

  • 7/26/2019 Peranan Guru PAI

    4/149

    LEMBAR PENGESAHAN

    Skripsi berjudul : Peranan Guru Pendidikan Agama Islam Dalam

    Pembinaan Kecerdasan Emosional Siswa di SMA Martia Bhakti Bekasi

    disusun oleh SITI KHOIRUNNISA Nomor Induk Mahasiswa 108011000127,

    diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) Universitas Islam

    Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, dan telah dinyatakan lulus dalam Ujian

    Munaqasah pada tanggal 27 Mei 2013, dihadapan dewan penguji. Karena itu,

    penulis berhak memperoleh gelar Sarjana S1 (S.Pd.I) dalam bidang Pendidikan

    Agama Islam.

    Jakarta, 27 Mei 2012

    Panitia Ujian Munaqosah

    Ketua Panitia Tanggal Tanda Tangan

    Bahrissalim. M. Ag

    NIP : 19680307 199803 1 002 ............. ....................

    Sekretaris (Sekretaris Jurusan/ Prodi)

    Drs. Sapiudin Shidiq, M. AgNIP : 19670328 200003 1 001 ............... ....................

    Penguji 1

    Dr. Yayah Nurmaliah MA ................ ...................

    Penguji 2

    Siti Khadijah, MA ................ ..................

    NIP : 19700727 199703 2 004

    Mengetahui,

    Dekan

    Prof. Dr. H. Rifat Syauqi Nawawi, MA

    NIP: 19520520 198103 1 001

  • 7/26/2019 Peranan Guru PAI

    5/149

    i

    Nama : Siti Khoirunnisa

    NIM : 108011000127

    Judul : Peranan Guru Pendidikan Agama Islam Terhadap Pembinaan

    Kecerdasan Emosional Siswa Di SMA Martia Bhakti Bekasi

    ABSTRAK

    Selama ini banyak orang yang berpendapat bahwa untuk meraih prestasi

    belajar yang tinggi diperlukan kecerdasan intelektual (IQ) yang tinggi. Namun,

    menurut hasil penelitian terbaru dibidang psikologi membuktikan bahwa IQ

    bukanlah satu-satunya faktor yang mempengaruhi prestasi belajar seseorang,

    tetapi ada banyak faktor lain yang mempengaruhi salah satunya adalah kecerdasan

    emosional. Kecerdasan emosional adalah kemampuan seseorang untuk mengenali

    emosi diri, mengelola emosi diri, memotivasi diri sendiri, mengenali emosi yanglain (empati) dan kemampuan untuk membina hubungan (kerjasama) dengan

    orang lain.

    Permasalahan yang terjadi karena adanya anak/siswa yang ber-IQ tinggi

    tetapi prestasi akademiknya menurun, ini merupakan permasalahan yang harus

    dicari solusinya. Dari alasan tersebut penulis mencoba mengadakan penelitian

    mengenai bagaimana peranan guru pendidikan agama Islam terhadap pembinaan

    kecerdasan emosional siswa di SMA Martia Bhakti Bekasi.

    Tujuan penelitian ini untuk mengetahui tentang peranan guru pendidikan

    agama Islam terhadap pembinaan kecerdasan emosional siswa di SMA Martia

    Bhakti Bekasi. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

    deskriptif analisis, dari populasi 198 siswa yang dipilih menjadi sampel sebanyak40 siswa, dengan teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini

    adalah cara acak (Random Sampling).

    Instrument penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan

    menggunakan angket, wawancara, dan observasi. Angket sebagai alat untukmenjaring jawaban siswa, sedangkan wawancara dilakukan terhadap guru

    pendidikan agama Islam. Observasi dilakukan dengan mengamati kondisi sekolah

    dan segala objek penelitian di sekolah.

    Teknik analisa data dilakukan dengan cara mentabulasikan data sesuaidengan jawaban siswa yang sejenis, Selanjutnya dipersentasikan dan peneliti

    melakukan interpretasi data dengan hal ini dimaksudkan untuk mengetahui

    kondisi atau gambaran masing-masing aspek yang diteliti berdasarkan tanggapan

    respondenHasil penelitian disimpulkan bahwa Peranan Guru Pendidikan Agama

    Islam Terhadap Pembinaan Kecerdasan Emosional Siswa di SMA Martia Bkahti

    Bekasi dengan kategori baik.

    Kata Kunci: Peranan Guru Pendidikan Agama Islam, Kecerdasan Emosional

  • 7/26/2019 Peranan Guru PAI

    6/149

    ii

    KATA PENGANTAR

    Alhamdulillah, segala puji dan syukur penulis haturkan kehadirat Allah

    SWT yang telah memberikan taufiq dan hidayah-Nya kepada kita semua,

    sehingga penulis dapat menyelesaikan skrispsi ini. Sholawat dan salam semoga

    senantiasa tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW yang telah membawa

    petunjuk kepada umat manusia dan membimbing mereka kejalan yang di ridhai

    Allah SWT.

    Laporan skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat mencapai gelar

    Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I) pada jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas

    Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Jakarta. Laporan skripsi ini membahas tentang

    Peranan Guru Pendidikan Agama Islam (PAI) Terhadap Pembinaan Kecerdasan

    Emosional Siswa di SMA Martia Bhakti Bekasi

    Selanjutnya penulis menyadari sepenuhnya bahwa tidak sedikit kesulitan

    yang dihadapi selama penulisan skripsi ini. Namun atas bimbingan-Nya dan

    motivasi dari berbagai pihak penulis menyadari bahwa keberhasilan dan

    kesempurnaan merupakan sebuah proses yang harus dijalani. Oleh sebab itu, pada

    kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada semua pihak

    yang berjasa dalam penulisan skripsi ini, diantaranya:

    1. Prof. Dr. Rifat Syauqi Nawawi, MA Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan

    Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

    2. Bahrissalim MA, Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam

    3.

    Sapiudin Shidiq MA, Sekretaris Jurusan Pendidikan Agama Islam

    4.

    Tanenji MA, penasehat akademik yang telah membimbing dan

    memotivasi mahasiswanya.

    5.

    Dra. Eri Rossatria M.Ag dosen pembimbing skripsi I dan Ahmad Irfan

    Mufid MA dosen pembimbing skripsi II, yang telah memberikan waktu,

    tenaga dan pikiran untuk membimbing, mengarahkan, dan

    mengembangkan pemikiran kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi

    ini.

  • 7/26/2019 Peranan Guru PAI

    7/149

    iii

    6.

    Orang tua tercinta H. Sayuti dan Hj. Saodah yang dengan segala kasih

    sayang yang tercurah dan tak henti-hentinya memberikan motivasi baik

    moral maupun materil serta doa, sehingga penulis dapat menempuh

    pendidikan di perguruan tinggi dan dapat menyelesaikan skrispsi ini.

    7. Segenap Bapak/ Ibu Dosen Jurusan Pendidikan Agama Islam, yang telah

    memberikan ilmu pengetahuan yang sangat berguna bagi para

    mahasiswanya.

    8.

    Seluruh staf perpustakaan utama dan perpustakaan Fakultas Ilmu Tarbiyah

    dan Keguruan, yang telah memberikan pelayanan dan fasilitas serta buku-

    buku yang penulis perlukan.

    9.

    Seluruh guru SMA Martia Bhakti Bekasi ibu Rhandu, ibu Wahyu, bapak

    Suwargono, bapak Zaenal, bapak Somantri selaku guru Pendidikan Agama

    Islam

    10.

    Teman-teman seperjuangan Jurusan PAI angkatan 2008, khususnya kelas

    D. terima kasih atas motivasi dan dukungannya.

    Serta semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, mudah-

    mudahan bantuan, bimbingan, semangat dan doa yang telah diberikan menjadi

    pintu datanganya ridha dan kasih sayang Allah SWT di dunia dan akhirat kelak.

    Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi khazanah

    ilmu pengetahuan pada umumnya.

    Jakarta, 6 Mei 2013

    Penulis

  • 7/26/2019 Peranan Guru PAI

    8/149

    iv

    DAFTAR ISI

    ABSTRAK .................................................................................................. i

    KATA PENGANTAR ................................................................................ ii

    DAFTAR ISI .............................................................................................. iv

    DAFTAR TABEL ...................................................................................... vi

    DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................. x

    BAB I PENDAHULUAN

    A.

    Latar Belakang Masalah ........................................................ 1

    B.

    Identifikasi Masalah .............................................................. 8

    C.

    Pembatasan Masalah ............................................................. 8

    D.

    Perumusan Masalah .............................................................. 9

    E. Tujuan Penelitian .................................................................. 9

    F. Manfaat Penelitian ............................................................... 9

    BAB II KAJIAN TEORI

    A. Peranan Guru Pendidikan Agama Islam ................................ 10

    1.

    Pengertian Peranan .......................................................... 10

    2.

    Pengertian Guru Pendidikan Agama Islam ...................... 11

    3.

    Peran dan Tugas Guru PAI .............................................. 15

    4. Syarat dan Tanggung Jawab Guru Pendidikan Agama Islam 26

    B. Pengertian Kecerdasan Emosional ........................................ 29

    1. Pengertian Kecerdasan .................................................... 29

    2.

    Pengertian Emosi ............................................................ 33

    3.

    Pengertian Kecerdasan Emosional ................................... 35

    4.

    Aspek-aspek Kecerdasan Emosional ............................... 39

    5.

    Pengembangan Kecerdasan Emosional ............................ 45

    6.

    Kecerdasan Emosional dalam Pendidikan Islam .............. 46

    7. Metode dalam Membina Kecerdasan Emosional ............. 52

    C. Hasil Penelitian yang Relevan ............................................... 54

    D. Kerangka Berpikir ................................................................ 58

  • 7/26/2019 Peranan Guru PAI

    9/149

    BAB III METODOLOGI PENELITIAN

    A.

    Tempat dan Waktu Penelitian ............................................... 59

    B.

    Metode Penelitian ................................................................. 59

    C.

    Populasi dan Sampel ............................................................. 59

    D. Teknik Pengumpulan Data .................................................... 60

    E. Teknik Analisis Data ............................................................. 64

    F. Interpretasi Data ................................................................... 66

    BAB IV HASIL PENELITIAN

    A.

    Gambaran Umum SMA Martia Bhakti Bekasi ...................... 67

    1.

    Sejarah Singkat SMA Martia Bhakti ............................... 67

    2.

    Visi dan Misi .................................................................. 68

    3.

    Keadaan Guru dan Karyawan .......................................... 69

    4. Keadaan Siswa ................................................................ 72

    5.

    Sarana dan Prasarana ....................................................... 72

    6. Ekstrakulikuler ................................................................ 74

    B. Deskripsi Data ...................................................................... 75

    1.

    Peranan Guru PAI dalam pembinaan kecerdasan

    emosional siswa .............................................................. 75

    2.

    Kecerdasan Emosional Siswa .......................................... 88

    C.

    Interpretasi Data ................................................................... 104

    1. Upaya Guru Pendidikan Agama Islam dalam Pembinaan

    Kecerdasan Emosional Siswa .......................................... 104

    2. Kecerdasan Emosional Siswa .......................................... 108

    BAB V PENUTUP

    A.

    Kesimpulan ........................................................................... 110

    B.

    Saran .................................................................................... 111

    DAFTAR PUSTAKA

    LAMPIRAN

  • 7/26/2019 Peranan Guru PAI

    10/149

    vii

    DAFTAR LAMPIRAN

    Lampiran 1 : Lembar Uji Referensi

    Lampiran 2 : Angket Penelitian

    Lampiran 3 : Hasil Angket Penelitian Peranan Guru PAI

    Lampiran 4 : Hasil Angket Penelitian Kecerdasan Emosional

    Lampiran 5 : Berita Wawancara

    Lampiran 6 : Surat Permohonan Izin Penelitian

    Lampiran 7 : Surat Keterangan dari Sekolah

  • 7/26/2019 Peranan Guru PAI

    11/149

    1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A.Latar Belakang Masalah

    Pendidikan memiliki peran penting dalam rangka memelihara eksistensi

    setiap bangsa di dunia sepanjang zaman. Pendidikan sangat menentukan bagi

    terciptanya peradaban masyarakat yang lebih baik. Untuk itulah perwujudan

    masyarakat yang berkualitas tersebut menjadi tanggung jawab pendidikan,

    terutama dalam mempersiapkan peserta didik menjadi subjek yang makin

    berperan menampilkan keunggulan dirinya yang tangguh, kreatif, mandiri, dan

    berdaya saing dengan bangsa-bangsa di dunia.

    Pemerintah Indonesia telah menggariskan dasar-dasar dan tujuan

    pendidikan dan pengajaran dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang

    Sistem Pendidikan Nasional menurut pasal 1, Undang-Undang ini disebutkan:

    Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

    belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik dapat secara aktif

    mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,

    pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang

    diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.1

    Pengertian pendidikan di atas menunjukkan bahwa tugas seorang pendidik

    adalah membantu peserta didik dalam mengembangkan potensi yang dimiliki

    1Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional, (Jakarta: Sinar Grafika, 2008), h. 3

  • 7/26/2019 Peranan Guru PAI

    12/149

    2

    anak didik, serta ikut berperan serta di dalam meningkatkan keimanan dan

    ketaqwaan serta membentuk kepribadian siswa baik secara lahir maupun batin.

    Sedangkan fungsi dan tujuan pendidikan nasional dalam pasal 3 Undang-

    Undang No. 20 Tahun 2003 adalah:

    Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan mendidik

    watak serta peradaban bangsa yang bermatabat dalam rangka mencerdaskan

    kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar

    menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,

    berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga

    negara yang demokratis serta bertanggung jawab.2

    Dari pengertian pendidikan dan fungsi serta tujuan pendidikan di atas,

    maka akan tampak jelas target dari pendidikan itu sendiri yaitu diharapkan akanterwujudnya manusia-manusia Indonesia yang mempunyai potensi dan

    kepribadian seutuhnya, yang mampu bertanggung jawab untuk dirinya maupun

    orang-orang yang berada disekitarnya.

    Tujuan utama pendidikan ialah mengembangkan pengetahuan, sikap dan

    keterampilan secara simultan dan seimbang, sehingga terjadi suatu hubungan baik

    antara masing-masing kecakapan yang menjadi tujuan dari pendidikan tersebut.

    Dunia pendidikan kita telah memberikan porsi yang sangat besar untuk

    pengetahuan, namun di sisi lain mengesampingkan pengembangan sikap atau nilai

    dan perilaku dalam pembelajarannya. Penyelenggaraan pendidikan dewasa ini

    terlihat lebih menekankan pada segi pengembangan intelektual peserta didik, dan

    masyarakat kita pada umumnya beranggapan bahwa hanya dengan kecerdasan

    intelektual seorang anak mampu menghadapi tantangan era globalisasi di masa

    depan.3

    Faktanya dalam dunia pendidikan, ukuran keberhasilan belajar tidak hanya

    terletak pada prestasi belajar yang dinyatakan dalam raport, melainkan juga

    terletak pada perubahan sikap dan perilaku ke arah yang lebih baik. Hal ini

    disebabkan secara otomatis menjadi pribadi yang berhasil dalam hidupnya.

    2Ibid.3Lawrence E. Shapiro, Kiat-kiat Mengajarkan Kecerdasan Emosional Anak, (Jakarta:

    Gramedia, 1997), h. 7.

  • 7/26/2019 Peranan Guru PAI

    13/149

    3

    Akhir-akhir ini, banyak diberitakan di beberapa media masa tentang kasus

    tawuran, mungkin kata tersebut sering kita dengar dan baca di media massa. Aksi

    tersebut dapat berupa kekerasan verbal (mencaci maki) maupun kekerasan fisik

    (memukul, meninju, membunuh, dan lain-lain). Pada kalangan remaja aksi yang

    biasa dikenal sebagai tawuran pelajar/masal merupakan hal yang sudah terlalu

    sering kita saksikan, bahkan cenderung dianggap biasa. Pelaku-pelaku tindakan

    aksi ini bahkan sudah mulai dilakukan oleh siswa-siswa di tingkat SLTP/SMP.

    Hal ini sangatlah memprihatinkan bagi kita semua.

    Banyaknya tawuran antar pelajar di kota-kota besar di Indonesia

    merupakan fenomena menarik untuk dibahas. Disini penulis akan memberi

    beberapa contoh dari berita-berita yang ada. Hanya dalam waktu setahun, 13

    pelajar di Jabodetabek tewas mengenaskan gara-gara tawuran. Yang terakhir,

    Alawy Yusianto Putra, siswa SMA Negeri 6, Jakarta Selatan, meninggal terkena

    senjata tajam. Sudah sepantasnya pelaku tawuran dihukum pidana.4Kepala Polda

    Metro Jaya Inspektur Jenderal Untung S Rajab mengatakan, yang terjadi bukan

    tawuran, melainkan penyerbuan siswa SMAN 70 ke SMAN 6. Dalam penyerbuan

    itu, para pelaku membawa senjata tajam seperti gir dan celurit serta potongan

    kayu. Bahkan di Jakarta Utara, tawuran antar pelajar sudah mengarah pada

    kriminalitas, berupa perampokan. Salah satunya tawuran yang terjadi di kawasan

    Pademangan, 13 September 2012. Dalam rekontruksi yang digelar Polsek

    Pademangan, di Jalan Benyamin Sueb, 6 tersangka siswa SMK Taman Siswa

    Taman Madya 1 Kemayoran menyerang sejumlah pelajar SMA Negeri 40

    Pademangan yang melintas di jalan. Setelah menyerang tersangka merampas

    dompet dan telepon seluler milik korban.5

    Kondisi seperti ini terbukti memengaruhi pendidikan di Indonesia saat ini,

    yang masih lebih menghargai kecerdasan intelektual (Intelligence Quotient) dari

    pada kecerdasan-kecerdasan yang lain. Peserta didik lebih sering dites IQ, namun

    tidak pernah diberi tes-tes kecerdasan yang lain seperti EQ (Emotional Quotient)

    4Gunawan, Pelaku Harus Dipidanakan, Beri Sanksi Juga Jajaran Manajemen Sekolah,

    Kompas,Jakarta, 26 September 2012, h. 1. 5Gunawan, Perlu Sanksi Tawuran, Polisi Tangkap Pelaku dan Pihak yang Bantu

    Menyembunyikan,Kompas, Jakarta, 28 September 2012, h. 1

  • 7/26/2019 Peranan Guru PAI

    14/149

    atau SQ (Spiritual Quotient). Dalam sistem pendidikan di Indonesia, siswa yang

    cerdas adalah siswa yang nilai-nilai raport sekolah atau Indeks Prestasinya (IP)

    tinggi. Sementara sikap, kreativitas, kemandirian, emosi dan spiritualitas belum

    mendapat penilaian yang proporsial.6

    Berbagai gejala kehidupan saat ini, seperti dekadensi moral, pengikisan

    nilai-nilai budaya bangsa dan berbagai hal lain sangat berpotensi mengikis jati diri

    bangsa. Nilai-nilai kehidupan yang diperihara menjadi goyah bahkan berangsur-

    angsur hilang. Perambatan budaya luar yang kurang ramah terhadap budaya

    bangsa ini pada gilirannya menuntut peranan pendidikan emosional untuk benar-

    benar menjamin lahirnya generasi yang tanggung secara intelektual maupun

    moral.

    Menurut Goleman, khusus pada orang-orang yang murni hanya memiliki

    kecerdasan akademis tinggi atau ber-IQ tinggi, mereka cenderung

    memiliki rasa gelisah yang tidak beralasan, terlalu kritis, rewel, cenderung

    menarik diri, terkesan dingin dan cenderung sulit mengekspresikan

    kekesalan dan kemarahannya secara tepat. Bila didukung dengan

    rendahnya taraf kecerdasan emosionalnya, maka orang-orang seperti ini

    sering menjadi sumber masalah. Karena sifat-sifat di atas, bila seseorang

    memiliki IQ tinggi namun taraf kecerdasan emosionalnya rendah, maka

    cenderung akan terlihat sebagai orang yang keras kepala, sulit bergaul,

    mudah frustasi, tidak mudah percaya kepada orang lain, tidak peka dengan

    kondisi lingkungan dan cenderung putus asa bila mengalami stress.7

    Merupakan suatu kenyataan bahwa kecerdasan yang digambarkan melalui

    Intelligence Quotient (IQ), belum tentu menjamin keberhasilan belajar seorang

    anak. IQ tidak menggambarkan kecerdasan seseorang secara keseluruhan, karena

    hanya merupakan kemampuan memecahkan persoalan yang bertumpu pada akal

    sehat serta rasio semata.8 Sekurang-kurangnya terdapat delapan kecerdasan lain

    seperti yang ditawarkan oleh Howard Gardner yang dapat dikembangkan untuk

    menopang kehidupan siswa dimasa yang akan datang. Kedelapan kecerdasan

    tersebut ialah kecerdasan linguistic, kecerdasan matematis, kecerdasan visual,

    6Agus Efendi,Revolusi Kecerdasan Abad 21, (Bandung: Alfabeta, 2005), Cet. Ke-1, h. 4.

    7Daniel Goleman, Emotional Intelligence, Kecerdasan Emosional,. Terj, T. Hermaya,

    (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2001), Cet. Ke-11, h. 618Ibid., h. 7.

  • 7/26/2019 Peranan Guru PAI

    15/149

    5

    kecerdasan musical, kecerdasan fisik, kecerdasan interpersonal, kecerdasan

    intrapersonal dan kecerdasan naturalis.9

    Dari berbagai hasil penelitian, telah banyak terbukti bahwa kecerdasan

    emosi memiliki peran jauh lebihsignificantdibanding kecerdasan intelektual (IQ).

    Kecerdasan otak (IQ) barulah sebatas syarat minimal meraih keberhasilan, namun

    kecerdasan emosilah yang sesungguhnya (hampir seluruhnya terbukti)

    mengantarkan seseorang menuju puncak prestasi. Terbukti, banyak orang-orang

    yang memiliki kecerdasan intelektual tinggi, terpuruk ditengah persaingan.

    Sebaliknya banyak yang mempunyai kecerdasan intelektual biasa-biasa saja,

    justru sukses menjadi bintang-bintang kinerja, pengusaha- pengusaha sukses, dan

    pemimpin-pemimpin di berbagai kelompok. Di sinilah kecerdasan emosi (EQ)

    membuktikan eksistensinya.10

    Penelitian psikologis dibidang kecerdasan menemukan perlu

    dikembangkannya kecerdasan emosional yang bertumpu pada karakteristik

    pribadi anak, agar anak lebih mampu mengatasi berbagai tantangan yang

    merupakan kunci sukses dalam menata hidupnya.11

    Kecerdasan emosional yang

    secara umum mencakup kesadaran diri, kontrol diri, kemandirian, ketekunan,

    semangat dan motivasi diri, empati serta kecakapan dalam bersosalisasi. Semua

    ini merupakan kemampuan-kemampuan dasar yang dibutuhkan setiap pribadi agar

    berhasil dalam hidupnya.12

    Hendaknya orangtua dan guru tidak hanya mementingkan dan

    memperhatikan pendidikan anak hanya pada segi intelektualnya (IQ) saja, akan

    tetapi lebih penting dari itu, dari segi Emosional (EQ) pun orang tua atau guru

    harus mementingkan dan memperhatikannya.

    Kecerdasan emosional tidaklah ditentukan sejak lahir, melainkan dapat

    dipupuk dan dikembangkan dalam diri anak melalui pembiasaan sehari-hari.

    9Collin Rose, dkk., Super Accelerated Learning: Revolusi Belajar Cepat Abad 21

    Berdasarkan Riset Terbaru Para Ilmuwan, (Bandung: Jabal, 2007), h. 21-25.10

    Ary Ginanjar Agustian, Rahasia Sukses Membangun Kecerdasan Emosi Dan Spiritual

    ESQ: Emotional Spiritual Quotient, The ESQ Way 165: 1 Ihsan, 6 Rukun Iman Dan 5 Rukun

    Islam, (Jakarta: Penerbit Arga, 2005), h. 17.11

    E. Shapiro, op. cit., h. 4.12

    GeMozaik, Pentingnya Pendidikan Kecerdasan Emosional, h. 1-2, (http://Google.com),2005.

  • 7/26/2019 Peranan Guru PAI

    16/149

    6

    Keluarga dan sekolah seharusnya berperan aktif dalam memberikan stimulus

    melalui penanaman nilai yang baik dan tepat, guna memupuk kecerdasan

    emosional pada anak. Lingkungan yang pertama dikenal anak adalah keluarga,

    keluarga merupakan bentuk kekerabatan terkecil dalam dunia sosial. Seorang anak

    dalam keluarga mendapat pendidikan yang pertama dan utama dari orang tuanya.

    Keluarga juga sangat berperan dalam membentuk pribadi yang matang guna

    memupuk kecerdasan emosional anak. Hal ini senada dengan pendapat Goleman

    yang mengungkapkan bahwa kehidupan keluarga merupakan sekolah kita yang

    pertama dalam mempelajari emosi.13

    Anak merupakan titipan (amanah) dari Allah SWT. Orang tua merupakan

    pemeran utama dalam mendidik anak-anaknya. Secara kodrati bayi dilahirkan

    dalam keadaan suci, keluargalah yang membesarkannya menjadi baik atau buruk.

    Orang tua dalam hal ini bertanggung jawab untuk selalu mengembangkan potensi

    yang dibawa oleh anak semenjak lahir agar menjadi lebih baik. Dalam konsep

    Islam, keluarga adalah penanggung jawab utama terpeliharanya potensi tersebut.

    Ketika dalam keluarga bagi sebagian anak bukan lagi merupakan landasan

    kokoh dalam perkembangan dirinya. Maka sekolah yang merupakan lingkungan

    kedua anak, menjadi sebagai salah satu tempat dimana anak dapat mencari

    pembentukan terhadap kekurangan dalam bidang kecerdasan emosional yang

    kurang ia dapatkan di kehidupan keluarga. Dalam hal ini sekolah memikul

    tanggung jawab untuk memberdayakan kecerdasan emosional anak didiknya.

    Konsep pendidikan emosional dapat dengan baik dikembangkan oleh

    peserta didik ketika disajikan dalam bentuk yang empiris. Dalam kurikulum

    pendidikan nasional, penanaman kecerdasan emosional ini terintegrasikan dalam

    berbagai studi, diantaranya adalah bidang studi pendidikan agama Islam (PAI).

    Artikulasi Pendidikan Islam dipahami sebagai wawasan atau pengetahuan agama

    Islam yang mengedepankan nilai-nilai moral, etika dan estetika dalam kehidupan

    sehari-hari.

    13John Gottman, Kiat-kiat Membesarkan Anak yang Memiliki Kecerdasan Emosional,

    (Jakarta: Grasindo, 1999), h. 2.

  • 7/26/2019 Peranan Guru PAI

    17/149

    Dalam rangka mencapai pendidikan, Islam mengupayakan pembinaan

    seluruh potensi manusia secara serasi dan seimbang dengan terbinanya seluruh

    potensi manusia secara sempurna; diharapkan ia dapat melaksanakan fungsi

    pengabdiannya sebagai khalifah di muka bumi. Untuk dapat melaksanakan

    pengabdian tersebut harus dibina seluruh potensi yang dimiliki yaitu potensi

    spiritual, kecerdasan, perasaan, dan kepekaan. Potensi-potensi itu sesungguhnya

    merupakan kekayaan dalam diri manusia yang amat berharga.14

    Dengan melihat urgensi peran guru, khususnya guru agama dalam

    melaksanakan rangkaian-rangkaian kegiatan pengajaran agama yang dengannya

    diharapkan agar siswa siswinya mampu memahami dan mengimplementasikan

    pendidikan agama yang telah diberikan, baik ketika belajar di sekolah maupun

    diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Serta dengan memeperhatikan

    bagaimana realitas kualitas pendidikan kita dan upaya apa yang dapat dilakukan

    untuk meningkatkan kualitas pendidikan sehingga bisa menghasilkan SDM yang

    lebih berkualitas sebagaimana yang diharapkan, agar bangsa Indonesia menjadi

    bangsa yang produktif dan memiliki kepercayaan diri yang kuat sehingga mampu

    bersaing dengan bangsa-bangsa lain dalam kehidupan global ini.

    Dari pengamatan penulis di SMA Martia Bhakti Bekasi permasalahan

    yang sering muncul dan sering dialami siswa khususnya dalam kecerdasan

    emosionalnya adalah siswa belum mampu mengontrol emosi, lebih mudah

    tersinggung, memiliki sensitifitas yang tinggi, kurang percaya diri, komunikasi

    kurang baik antar teman, mudah terpengaruh, egois, kurang menghargai sesama

    teman dan adanya perasaan minder dalam pergaulan.15

    Melihat permasalahan di atas, maka pihak sekolah harus aktif melakukan

    pendekatan dan pembinaan kepada seluruh siswa baik yang melakukan

    penyimpangan-penyimpangan maupun yang tidak, supaya mereka terhindar dari

    perilaku-perilaku yang menyimpang demi tercapainya tujuan pendidikan yang

    dikehendaki.

    14Abudin Nata,Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1997), Cet. Ke-1,

    h. 53-5415

    Hasil Wawancara dengan Guru Pendidikan Agama Islam di SMA Martia Bhakti Bekasi.

  • 7/26/2019 Peranan Guru PAI

    18/149

    8

    Dalam hal ini merupakan tanggung jawab seluruh pihak sekolah, termasuk

    di dalamnya guru Pendidikan Agama Islam yang selanjutnya di sebut guru agama,

    demi tercapainya tujuan pendidikan di sekolah. Adapun tugas pokok guru agama

    adalah mendidik dan mengajarkan pengetahuan agama ke pribadi anak didik yang

    peranan utamanya adalah mengubah sikap mental anak didik untuk beriman dan

    bertaqwa kepada Tuhan yang Maha Esa serta mampu mengamalkan ajaran agama.

    Dengan dasar itulah penulis merasa perlu dan tertarik untuk meneliti

    fenomena di atas yang kemudian dituangkan dalam bentuk sebuah skripsi dengan

    judul: Peranan Guru Pendidikan Agama Islam Dalam Pembinaan

    Kecerdasan Emosional Siswa di SMA Martia Bhakti Bekasi

    B.Identifikasi Masalah

    Berkaitan dengan latar belakang di atas, maka masalah yang dapat

    diidentifikasi adalah sebagai berikut:

    1.

    Lembaga pendidikan hanya mengedepankan pada pembinaan kecerdasan

    intelektual (IQ) semata tanpa diimbangi kecerdasan emosional (EQ).

    2. Kurangnya perhatian guru dalam membina kecerdasan emosional siswa di

    sekolah

    3.

    Adanya ketimpangan prilaku sosial yang terjadi dalam dunia pendidikan di

    Indonesia.

    4.

    Mayoritas dari setiap pelaksanaan pendidikan masih berorientasi pada aspek-

    aspek pengetahuan (kognitif) dan keterampilan (psikomotor) saja, padahal

    pembelajaran yang berhasil adalah pembelajaran yang menyeimbangkan

    berbagai aspek antara lain aspek kognitif, psikomotorik, dan afektif yang

    menanamkan nilai-nilai sikap dan moral kepada peserta didik.

    C.

    Pembatasan Masalah

    Permasalahan tentang Peranan Guru Pendidikan Agama Islam Dalam

    Pembinaan Kecerdasan Emosional Siswa sangat luas. Karena itu, agar masalah

    tidak rancu dalam skripsi ini, maka permasalahan dibatasi pada persoalan berikut:

  • 7/26/2019 Peranan Guru PAI

    19/149

    9

    1.

    Peranan guru PAI dalam skripsi ini dibatasi pada peranan guru PAI dalam

    pembinaan kecerdasan emosional siswa, peranan yang dimaksud adalah

    peranan guru sebagai pendidik, pembimbing, motivator, pengelola kelas dan

    evaluator.

    2. Kecerdasan emosional yang dimaksud dalam skripsi ini adalah kemampuan

    untuk mengenali emosi diri, mengelola emosi, memotivasi diri sendiri,

    mengenali emosi orang lain dan membina hubungan

    D.Perumusan Masalah

    Berdasarkan pembatasan masalah di atas, maka penulis merumuskan

    masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

    Bagaimana Peranan Guru PAI Dalam Pembinaan Kecerdasan Emosional

    Siswa Di SMA Martia Bhakti Bekasi?

    E.Tujuan Penelitian

    Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini diantaranya adalah:

    Untuk mengetahui peranan guru pendidikan agama Islam dalam membina

    kecerdasan emosional siswa di SMA Martia Bhakti Bekasi.

    F. Manfaat Penelitian

    Adapun manfaat penelitian ini adalah:

    1)

    Kegunaan teoritis, yaitu pengembangan ilmu pengetahuan dan penambahan

    wawasan mengenai peran guru Pendidikan Agama Islam dalam mencerdaskan

    emosional siswa di SMA Martia Bhakti Bekasi

    2) Kegunaan praktis, yaitu diharapkan penelitian ini berguna untuk menambah

    khazanah ilmu pengetahuan bagi penulis sebagai calon guru pada khususnya,

    dan dapat memberi informasi tentang pentingnya memberikan bantuan kepada

    siswa dalam membina kecerdasan emosinya sehingga siswa tersebut menjadi

    pribadi yang tangguh dalam menghadapi persoalan dalam hidupnya.

  • 7/26/2019 Peranan Guru PAI

    20/149

    10

    BAB II

    KAJIAN TEORI

    A.Peranan Guru Pendidikan Agama Islam

    1. Pengertian Peranan

    Sebelum penulis membahas tentang pengertian Guru Pendidikan Agama

    Islam ada baiknya penulis membahas tentang pengertian peranan. Peranan adalah

    kata dasar peranyang ditambahkan akhiran an, peran menurut Kamus Besar

    Bahasa Indonesia memiliki arti perangkat tingkah laku yang diharapkan dapat

    dimiliki oleh orang yang berkedudukan dalam masyarakat.1Setelah mendapatkan

    akhiran an, kata peran memiliki arti yang berbeda, diantaranya.

    a)

    Peranan adalah tindakan yang dilakukan oleh seseorang dalam suatu

    peristiwa.2

    b)

    Peranan adalah konsekuensi atau akibat kedudukan atau status seseorang.3

    Berdasarkan pengertian peranan yang telah dikemukakan di atas, maka

    menurut pendapat penulis, peranan adalah sesuatu yang menjadi bagian atau

    seseorang yang mempunyai wewenang dalam menjalankan hak dan kewajiban

    sesuai dengan kedudukannya untuk mencapai tujuan.

    1WJS. Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1985),

    h. 3332Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai

    Pustaka, 2007), ed. 3, h. 854.3S. Nasution, Sosiologi Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 1995), cet. Ke-1, ed. 1, h. 73.

  • 7/26/2019 Peranan Guru PAI

    21/149

    11

    2. Pengertian Guru Pendidikan Agama Islam

    Al-Quran telah mengisyaratkan peran para nabi dan pengikutnya dalam

    pendidikan dan fungsi fundamental mereka dalam pengkajian ilmu-ilmu Ilahi

    serta aplikasinya. Isyarat tersebut, salah satunya terdapat dalam firman-Nya

    berikut ini:

    $Z/]/#rNgw qNk]B#q=GNk=7 G#O g J =r= G3 9#pJ 3 t:#r

    Nk.r47 R)M R&9#O 3 s 9#Ya Tuhan Kami, utuslah untuk mereka sesorang Rasul dari kalangan mereka,

    yang akan membacakan kepada mereka ayat-ayat Engkau, dan mengajarkan

    kepada mereka Al kitab (Al Quran) dan Al-Hikmah (As-Sunnah) serta mensucikanmereka. Sesungguhnya Engkaulah yang Maha Kuasa lagi Maha Bijaksana. (QS.

    Al-Baqoroh: 129)4

    Ayat di atas dapat dipahami bahwa umat Islam dianjurkan untuk

    mengajarkan ilmu pengetahuan dan menjadi seorang guru agama kepada orang

    lain atau siswa, mendidiknya dengan akhlak Islam dan membentuknya menjadi

    manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT.

    Pendidik adalah orang dewasa yang bertanggung jawab memberi

    bimbingan atau bantuan kepada anak didik dalam perkembangan jasmani danrohaninya agar mencapai kedewasaannya, mampu melaksanakan tugasnya sebagai

    makhluk Allah swt, khalifah di permukaan bumi, sebagai makhluk sosial dan

    sebagai individu yang sanggup berdiri sendiri.5

    Istilah lain yang lazim dipergunakan untuk pendidik adalah guru. Kedua

    istilah tersebut bersesuaian artinya. Bedanya, istilah guru seringkali dipakai di

    lingkungan pendidikan formal, sedangkan pendidik dipakai di lingkungan formal,

    informal maupun nonformal.

    4 Tim Pustaka Al-Kautsar, Mushaf Al-Quran dan Terjemahnya, (Jakarta: Pustaka Al-

    Kautsar, 2009), h. 205H. Ihsan Hamdani, H. A. Fuad Ihsan,Filsafat Pendidikan Islam, (Bandung: Pustaka Setia,

    2001), h. 93.

  • 7/26/2019 Peranan Guru PAI

    22/149

    12

    Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia guru adalah orang yang

    pekerjaannya (mata pencahariannya, profesinya) mengajar. Sedangkan guru

    agama adalah guru yang mengajarkan agama.6

    Menurut Zakiah Daradjat menyatakan bahwa: Guru adalah seseorang

    yang memiliki kemampuan dan pengalaman yang dapat memudahkan dalam

    melaksanakan peranannya dalam membimbing siswanya, ia harus sanggup

    menilai diri sendiri tanpa berlebih-lebihan, sanggup berkomunikasi dan bekerja

    sama dengan orang lain, selain itu perlu di perhatikan pula bahwa ia juga memiliki

    kemampuan dan kelemahan.7

    Menurut M. Arifin guru adalah orang yang membimbing, mengarahkan,

    dan membina anak didik menjadi manusia yang matang atau dewasa dalam sikap

    dan kepribadiannya, sehingga tergambarlah dalam tingkah lakunya nilai-nilai

    agama Islam.8

    Guru adalah orang yang kerjanya mengajar atau memberikan pelajaran di

    sekolah atau kelas. Secara lebih khusus lagi, ia mengatakan bahwa guru adalah

    orang yang bekerja dalam bidang pendidikan dan pengajaran yang ikut

    bertanggung jawab dalam membantu anak-anak mencapai kedewasaan masing-

    masing. Guru dalam pengertian tersebut, menurutnya bukanlah sekedar orang

    yang berdiri di depan kelas untuk menyampaikan materi pengetahuan tertentu,

    akan tetapi adalah anggota masyarakat yang harus ikut aktif dan berjiwa besar

    serta kreatif dalam mengarahkan perkembangan anak didiknya untuk menjadi

    anggota masyarakat sebagai orang dewasa.9

    Kesimpulan yang dapat diambil oleh penulis dari berbagai pengertian di

    atas, maka guru atau pendidik dapat diartikan sebagai orang yang mendidik, yaitu

    yang bekerja dalam bidang pendidikan dan mempunyai tanggung jawab terhadap

    pendidikan atau kedewasaan seorang anak.

    6Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa,Kamus Besar Bahasa Indonesia, edisi. 3, h. 337.

    7Zakiah Daradjat, Metodologi Pengajaran Agama Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1996),

    cet. 1, h. 2668M. Arifin,Filsafat Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1987), h. 100

    9H. Abudin Nata,Filsafat Pendidikan Islam, (Ciputat: Logos, 2001), Cet. Ke-4, h. 62-63.

  • 7/26/2019 Peranan Guru PAI

    23/149

    13

    Guru dalam Islam adalah orang yang bertanggung jawab terhadap

    perkembang anak didik dengan mengupayakan seluruh potensinya, baik potensi

    afektif, kognitif, maupun psikomotorik. Guru juga berarti orang dewasa yang

    bertanggung jawab memberikan pertolongan pada anak didik dalam

    perkembangan jasmani dan rohaninya agar mencapai tingkat kedewasaan, serta

    mampu berdiri sendiri dalam memenuhi tugasnya sebagai hamba Allah SWT.

    Disamping itu juga, ia mampu sebagai makhluk sosial dan makhluk individu yang

    mandiri.10

    Kesimpulan yang dapat di ambil dari beberapa pengertian diatas, bahwa

    guru agama adalah orang dewasa yang bertanggung jawab terhadap

    perkembangan anak didik melalui suatu proses bimbingan jasmani dan rohani

    yang dilakukan dengan kesadaran untuk mengembangkan potensi anak didik

    menuju ke arah kedewasaan. Guru agama tidak hanya menyampaikan ilmu

    pengetahuan agama saja, tetapi ia juga harus dapat membentuk, menumbuhkan

    dan memberikan nilai-nilai ajaran agama kepada siswa dalam kehidupan sehari-

    hari.

    Pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan latihan, sehingga

    memberikan perubahan pada pertumbuhan jasmani dan rohani si terdidik menuju

    kedewasaan dalam pola berfikir dan memiliki sikap dan nilai yang bermanfaat

    bagi masyarakat dan kebudayaan yang sesuai dengan cita-cita pendidikan. Dengan

    demikian yang menjadi sasaran pokok adalah bimbingan dan pimpinan kepada

    anak yang sedang berkembang jasmani atau rohani menuju kesempurnaan.

    Mengenai pengertian Pendidikan Agama Islam sendiri ada beberapa

    pendapat para ahli. Diantaranya sebagai berikut:

    M. Arifin menyatakan bahwa:pendidikan agama Islam adalah Proses

    mengarahkan dan membimbing manusia didik kearah pendewasaan pribadi yang

    beriman dan berilmu pengetahuan yang saling memperkokoh dalam

    perkembangan mencapai titik optimal kemampuannya.11

    10Muhammad Nurdin, Kiat Menjadi Guru Profesional, (Jogjakarta: Prisma Sophie

    Jogjakarta, 1994), h. 15611

    M. Arifin,Kapita Selekta Pendidikan, (Islam dan Umum), (Jakarta: Bumi Aksara, 1993),h. 44

  • 7/26/2019 Peranan Guru PAI

    24/149

    14

    Menurut Zakiyah Daradjat, Pendidikan Agama Islam adalah suatu usaha

    untuk membina dan mengasuh peserta didik agar senantiasa dapat memahami

    ajaran Islam secara menyeluruh. Lalu menghayati tujuan, yang pada akhirnya

    dapat mengamalkan serta menjadikan Islam sebagai pandang hidup.12

    Menurut Abdul Majid dan Dian Andayani mengatakan, Pendidikan

    agama Islam adala upaya sadar dan terencana dalam menyiapkan peserta didik

    untuk mengenal, memahami, menghayati, hingga mengimani ajaran agama Islam,

    dibarengi dengan tuntutan untuk menghormati penganut agama lain dalam

    hubungan dengan keturunan antar umat beragama hingga terwujud kesatuan dan

    persatuan bangsa.13

    Tayang Yusuf, dalam bukunya Abdul Majid dan Dian Andayani dalam

    bukunya yang berjudul Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi

    menjelaskan pendidikan Agama Islam adalah usaha sadar generasi tua untuk

    mengalihkan pengalaman, pengetahuan, kecakapan dan keterampilan kepada

    generasi muda agar kelak menjadi manusia bertakwa kepada Allah swt.14

    Menurut A. Tafsir, pendidikan Agama Islam adalah bimbingan yang

    diberikan seseorang kepada seseorang agar ia berkembang secara maksimal sesuai

    dengan ajaran Islam.

    Pengertian pendidikan agama Islam di atas, dapat disimpulkan bahwa

    pendidikan agama Islam adalah usaha yang dilakukan secara sadar dan terencana

    yang diberikan kepada peserta didik untuk menumbuhkan jasmani dan rohani

    secara optimal untuk mencapai bentuk manusia yang berkualitas menurut ajaran

    Islam yaitu manusia yang bertaqwa kepada Allah SWT. Dikatakan sebagai usaha

    sadar karena pendidika itu dilakukan secara sengaja dan mempunyai tujuan

    terencana dimaksudkan agar pendidik tidak dapat dilakukan seadanya, tetapi harus

    dengan persiapan yang matang, pelaksanaan yang teratur, evaluasi yang terukur

    serta tingkatan yang membedakan peserta didik dalam kelompok yang berbeda

    satu sama lain.

    12Zakiah Daradjat,Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 2012), Cet. Ke-10, h. 86

    13Abdul Majid dan Dian Andayani, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi,

    (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2006), Cet. Ke-3, h. 130.14Ibid,.

  • 7/26/2019 Peranan Guru PAI

    25/149

    15

    Mata pelajaran Pendidikan Agama Islam itu secara keseluruhannya

    mencakup bidang studi Al-Quran Hadis, Keimanan, Akhlak, Fiqh/Ibadah dan

    Sejarah. Hal tersebut menggambarkan bahwa ruang lingkup Pendidikan Agama

    Islam mencakup perwujudan keserasian, keselarasan dan keseimbangan hubungan

    manusia dengan Allah swt, hubungan manusia dengan sesamanya, dan hubungan

    manusia dengan makhluk lainnya maupun lingkungannya (Hablun minallah wa

    hablun minannas)

    Penjelasan guru dan pendidikan agama Islam di atas, dapat disimpulkan

    bahwa guru pendidikan Agama Islam adalah usaha sadar orang dewasa yang

    bertanggung jawab dalam membina, membimbing, mengarahkan, melatih,

    menumbuhkan dan mengembangkan jasmani dan rohani anak didik ke arah yang

    lebih baik agar menjadi menusia yang beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT

    serta mampu melaksanakan tugasnya sebagai makhluk Allah, khalifah di muka

    bumi sebagai makhluk sosial dan sebagai individu yang sanggup berdiri sendiri.

    3. Peran dan Tugas Guru PAI

    a. Peran Guru

    Seorang guru dalam melaksanakan aktivitas keguruannya memiliki banyak

    peran yang harus dilaksanakan. Diantaranya dalam kegiatan belajar mengajar

    dimana seorang guru sangat memiliki pengaruh yang besar sekali terhadap

    keberhasilan kegiatan belajar mengajar, agar tujuan pendidikan dapat terwujud

    dengan baik.

    Menurut Drs. M. Uzer Usman, peranan guru dalam kegiatan belajar

    mengajar adalah Terciptanya serangkaian tingkah laku yang saling berkaitan

    yang dilakukan dalam suatu situasi tertentu serta berhubungan dengan kemajuan

    perubahan tingkah laku dan perkembangan siswa menjadi tujuannya.15

    Peranan guru dalam proses belajar mengajar meliputi banyak hal. Yang

    akan dikemukakan disini adalah peranan yang dianggap paling dominan dan

    15Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2011),

    Cet. Ke-26, h. 4

  • 7/26/2019 Peranan Guru PAI

    26/149

    16

    diklasifikasikan sebagaimana yang dikemukakan oleh beberapa ahli sebagai

    berikut:

    Menurut Moh. Uzer Usman, peran guru di bagi beberapa macam,

    diantaranya:

    1) Guru Sebagai Demonstrator(Pendidik)

    Melalui peranannya sebagai demonstrator, lecturer, atau pengajar, guru

    hendaknya senantiasa menguasai bahan atau materi pelajaran yang akan

    diajarkannya serta senantiasa mengembangkannya dalam arti meningkatkan

    kemampuannya dalam ilmu yang dimilikinya karena hal ini akan sangat

    menentukan hasil belajar yang dicapai oleh siswa.16

    Agar tercapainya apa yang

    diinginkan guru agama itu tercapai, maka dari itu guru sendiri harus terus belajar

    agar memperkaya dirinya dengan berbagai ilmu pengetahuan sebagai bekal dalam

    melaksanakan tugasnya sebagai pengajar.

    2)

    Guru Sebagai Pengelola Kelas

    Peran guru sebagai pengelola kelas (learning manager), guru hendaknya

    mampu mengelola kelas sebagai lingkungan belajar serta merupakan aspek dari

    lingkungan sekolah yang perlu diorganisasi. Lingkungan ini diatur dan diawasi

    agar kegiatan-kegiatan belajar terarah kepada tujuan-tujuan pendidikan.

    Pengawasan terhadap belajar lingkungan itu turut menentukan sejauh mana

    lingkungan tersebut menjadi lingkungan belajar yang baik. Lingkungan yang baik

    ialah yang bersifat menantang dan merangsang siswa untuk belajar, memberikan

    rasa aman dan kepuasan dalam mencapai tujuan.

    Menurut Uzer Usman dalam bukunya Menjadi guru profesional, tujuan

    umum pengelolaan kelas ialah menyediakan dan menggunakan fasilitas kelas

    untuk bermacam-macam kegiatan belajar mengajar agar mencapai hasil yang

    biak. Sedangkan tujuan khususnya adalah mengembangkan kemampuan siswa

    dalam menggunakan alat-alat belajar, menyediakan kondisi-kondisi yang

    16Ibid., h. 9

  • 7/26/2019 Peranan Guru PAI

    27/149

    17

    memungkinkan siswa bekerja dan belajar, serta membantu siswa untuk

    memperoleh hasil yang diharapkan.17

    Sebagai pengelola kelas guru bertanggung jawab memelihara lingkungan

    fisik kelasnya agar senantiasa menyenangkan untuk belajar dan mengarahkan

    untuk membimbing proses-proses intelektual dan sosial didalam kelas. Tanggung

    jawab yang lain ialah membimbing pengalaman-pengalaman siswa sehari-hari

    kearahself firected behavior.

    Pengelola kelas yang baik ialah mengadakan kesempatan bagi siswa untuk

    sedikit demi sedikit mengurangi ketergantungannya pada guru sehingga mampu

    membimbing kegiatannya sendiri dan tidak lupa pula menciptakan lingkungan

    belajar yang baik serta serta dapat menggunakan fasilitas yang ada secara optimal

    begitu pula dengan pemeliharaannya.

    Kualitas dan kuantitas belajar siswa di dalam kelas bergantung pada

    banyak faktor, antara lain guru, hubungan pribadi antara siswa di dalam kelas,

    serta kondisi umum dan suasana di dalam kelas.

    3)

    Guru Sebagai Mediator dan Fasilitator

    Sebagai mediator guru hendaknya memiliki pengetahuan dan pemahaman

    yang cukup tentang media pendidikan, karena media pendidikan merupakan alat

    komunikasi untuk lebih mengefektifkan proses belajar mengajar. Dengan

    demikian media pendidikan merupakan dasar yang sangat diperlukan yang

    bersifat melengkapi dan merupakan bagian integral demi berhasilnya proses

    pendidikan dan pengajaran di sekolah.18

    Sadirman A. M. dalam bukunya yang berjudul Interaksi dan Motivasi

    Belajar Mengajar menjelaskan bahwa Guru sebagai fasilitator, yaitu guru

    memberikan fasilitas dan kemudahan dalam proses belajar mengajar. Misalnya

    dengan menciptakan suasana belajar mengajar yang sedemikian rupa, serasi

    17Ibid., h. 10

    18Ibid., h. 11

  • 7/26/2019 Peranan Guru PAI

    28/149

    18

    dengan perkembangan siswa, sehingga interaksi belajar mengajar akan

    berlangsung secara efektif.19

    4)

    Guru Sebagai Evaluator

    Di dalam Proses belajar mengajar guru hendaknya menjadi seorang

    evaluator yang baik yaitu guru dapat mengetahui keberhasilan dan pencapaian

    tujuan, penguasaan siswa terhadap pelajaran, serta ketepatan atau keefektifan

    metode mengajar, guru dapat mengetahui apakah proses belajar yang dilakukan

    cukup efektif memberi hasil yang baik dan memuaskan atau sebaliknya. Guru

    hendaknya terus menerus mengikuti hasil belajar yang telah dicapai oleh siswa

    dari waktu-kewaktu. Informasi yang diperoleh melalui evaluasi ini merupakanumpan balik (feedback) terhadap proses belajar mengajar.20

    Guru hendaknya mampu dan terampil dalam melaksanakan penilaian,

    karena dengan penilaian guru dapat mengetahui prestasi yang di capai oleh siswa

    setelah melaksanakan proses belajar mengajar akan terus menerus ditingkatkan

    untuk memperoleh hasil yang optimal. Dan materi yang sudah disampaikan itu

    sudah tepat sehingga mendapatkan hasil yang optimal.

    Guru sangat berperan dalam membantu perkembangan peserta didik untuk

    mewujudkan tujuan hidupnya secara optimal. Minat, bakat, kemampuan, dan

    potensi-potensi yang dimiliki oleh peserta didik tidak akan berkembang secara

    optimal tanpa bantuan guru.

    E. Mulyasa, dalam bukunya Menjadi Guru Profesional mengatakan

    bahwa diantara tugas guru yang utama dalam pembelajaran adalah:

    a. Guru Sebagai Pendidik

    Mendidik dapat diartikan sebagai suatu usaha untuk mengantarkan

    anak didik ke arah kedewasaannya baik secara jasmani maupun rohani. Oleh

    karena itu, mendidik dikatakan sebagai upaya pembinaan pribadi, sikap mental

    dan akhlak anak didik. Dibandingkan dengan pengertian mengajar, maka

    pengertian mendidik lebih mendasar. Mendidik tidak sekedar transfer of

    19Sadirman A. M, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta: Raja Grafindo

    Persada, 2004), Cet. Ke-11, h. 145.20Ibid., h. 11-12

  • 7/26/2019 Peranan Guru PAI

    29/149

    19

    knowledge, tetapi juga transfer of values. Mendidik diartikan lebih

    komprehensif, yakni usaha membina diri anak didik secara utuh, baik matra

    kognitif, psikomotorik maupun efektif, agar tumbuh sebagai manusia-manusia

    yang berpribadi.21

    Guru adalah pendidik, yang menjadi tokoh, panutan, dan identifikasi

    bagi para peserta didik, dan lingkungannya. Oleh karena itu, guru harus

    memiliki standar kualitas pribadi tertentu, yang mencakup tanggung jawab,

    wibawa, mandiri dan disiplin.

    Berkaitan dengan tanggung jawab; guru harus mengetahui, serta

    memahami nilai, norma moral, dan sosial, serta berusaha berprilaku dan

    berbuat sesuai dengan nilai norma tersebut. Guru juga harus bertanggung

    jawab terhadap segala tindakannya dalam pembelajaran di sekolah, dan dalam

    kehidupan bermasyarakat.22

    b.

    Guru Sebagai Pengajar

    Sebagai pengajar, guru harus memiliki tujuan yang jelas, membuat

    keputusan secara rasional agar peserta didik memahami keterampilan yang

    dituntut oleh pembelajaran. Untuk kepentingan tersebut, perlu dibina

    hubungan yang positif antara guru dengan peserta didik. Hubungan ini

    menyangkut bagaimana guru merasakan apa yang dirasakan peserta didiknya

    dalam pembelajaran, serta bagaimana peserta didik merasakan apa yang

    dirasakan gurunya. Sebaiknya guru mengetahui bagaimana peserta didik

    memandangnya, karena hal tersebut sangat penting dalam pembelajaran, baik

    di sekolah maupun di luar sekolah. Hal ini akan menjadi jelas jika secara hati-

    hati menguji bagaimana guru merasakan apa yang dirasakan peserta didik

    dalam pembelajaran (empati).23

    c.

    Guru Sebagai Pembimbing

    Guru dapat diibaratkan sebagai pembimbing perjalanan (journey),

    yang berdasarkan pengetahuan dan pengalamannya bertanggung jawab atas

    21Sadirma, op.cit., h. 53

    22E. Mulyasa, Menjadi Guru Profesional, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2011), Cet.

    Ke-11, h. 3723Ibid., h. 40

  • 7/26/2019 Peranan Guru PAI

    30/149

    20

    kelancaran perjalanan itu. Dalam hal ini, istilah perjalanan tidak hanya

    menyangkut fisik tetapi juga perjalanan mental, emosional, kreatifitas, moral,

    dan spiritual yang lebih dalam dan kompleks. Sebagai pembimbing, guru

    harus merumuskan tujuan secara jelas, menetapkan waktu perjalanan, serta

    menilai kelancarannya sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan peserta

    didik. Semua itu dilakukan berdasarkan kerjasama yang baik dengan peserta

    didik, tetapi guru memberikan pengaruh utama dalam setiap aspek perjalanan.

    Sebagai pembimbing, guru memiliki berbagai hak dan tanggung jawab dalam

    setiap perjalanan yang di rencanakan dan dilaksanakannya.24

    d.

    Guru Sebagai Evaluator

    Selain menilai hasil belajar peserta didik, guru harus pula menilai

    dirinya sendiri, baik sebagai perencana, pelaksana, maupun penilai program

    pembelajaran. Oleh karena itu, dia harus memiliki pengetahuan yang memadai

    tentang penilaian program sebagaimana memahami penilaian hasil belajar.

    Sebagai perancang dan pelaksana program, dia memerlukan balikan tentang

    efektivitas programnya agar bisa menentukan apakah program yang

    direncanakan dapat dilaksanakan dengan sebaik-baiknya. Perlu diingat bahwa

    penilaian bukan merupakan tujuan, melainkan alat untuk mencapai tujuan.

    Dr. Wina Sanjaya, M.Pd, menjelaskan bahwa agar proses pengajaran

    menjadi optimal, maka peran guru diantaranya, yaitu:

    1) Guru Sebagai Sumber Belajar

    Peran guru sebagai sumber belajar berkaitan erat dengan penguasaan materi

    pelajaran. Bisa kita menilai baik atau tidaknya seorang guru hanya dari

    penguasaan materi pelajaran.

    2)

    Guru Sebagai Fasilitator

    Peran guru sebagai fasilitator dituntut agar mempunyai kemampuan dalam

    berkomunikasi dan berinteraksi dengan siswa. Hal ini sangat penting,

    kemampuan berkomunikasi secara efektif dapat memudahkan siswa menagkap

    pesan sehingga dapat meningkatkan motivasi belajar mereka.

    24Ibid., h. 40-41

  • 7/26/2019 Peranan Guru PAI

    31/149

    21

    3)

    Guru Sebagai Pengelola

    Sebagai pengelola pembelajaran (learning manajer), guru berperan dalam

    menciptakan iklim belajar yang memungkinkan siswa dapat belajar secara

    nyaman. Melalui pengelolaan kelas guru juga dapat menjaga kelas agar tetap

    kondusif untuk terjadinya proses belajar seluruh siswa.

    4) Guru Sebagai Demonstrator

    Peran guru sebagai demonstrator adalah peran untuk mempertunjukkan

    kepada siswa segala sesuatu yang dapat membuat siswa lebih mengerti dan

    memahami setiap pesan yang disampaikan.

    5)

    Guru Sebagai Pembimbing

    Guru sebagai pembimbing, yaitu guru harus dapat membimbing dan

    mengarahkan kegiatan belajar mengajar siswa sesuai dengan tujuan yang

    dicita-citakan.25

    Sebagai pembimbing dalam proses pembelajaran, ini berarti guru

    dituntut untuk mampu memberikan bimbingan belajar kepada siswanya.

    Tujuan bimbingan secara umum adalah membantu murid-murid agar

    mendapat penyesuaian yang baik dalam situasi belajar, sehingga setiap murid

    dapat belajar dengan efisien sesuai dengan kemampuan yang dimiliknya.

    Untuk jelasnya tujuan pelayanan bimbingan belajar dirinci sebagai berikut:

    a.

    Memberikan cara-cara belajar yang efisien dan efektif bagi seorang

    anak atau kelompok anak.

    b. Menunjukkan cara-cara mempelajari dan menggunakan buku pelajaran

    c.

    Memberikan informasi (sarana dan petunjuk) bagi yang memanfaatkan

    perpustakaan.

    d. Menunjukkan cara-cara menghadapi kesulitan belajar dalam bidang

    studi tertentu.26

    Siswa adalah individu yang unik. Keunikan itu dapat dilihat dari

    adanya perbedaan. Walaupun secara fisik mungkin memiliki kemiripan, tetapi

    pada hakikatnya mereka tidaklah sama, baik dalam bakat, minat, kemampuan

    dan sebagainya. Perbedaan itulah yang menuntut guru harus berperan sebagai

    25Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, (Jakarta:

    PT. Kencana, 2006), Ed-1, Cet. Ke-5, h. 21-26. 26

    Abu Ahmadi, Widodo Supriyono, Psikologi Belajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 1991), Cet.Ke-1, h. 105.

  • 7/26/2019 Peranan Guru PAI

    32/149

    22

    pembimbing. Membimbing siswa agar dapat menemukan potensi yang

    dimilikinya sebagai bekal hidup mereka. Membimbing siswa agar dapat

    mencapai dan melaksanakan tugas-tugas perkembangan mereka, sehingga

    dengan ketercapaian itu ia dapat tumbuh berkembang sebagai manusia ideal

    yang menjadi harapan setiap orang tua dan masyarakat.

    6) Guru sebagai Motivator

    Proses pembelajaran akan berhasil manakala siswa mempunyai motivasi

    dalam belajar. Oleh sebab itu, guru perlu menumbuhkan motivasi belajar

    siswa. Untuk memperoleh hasil belajar yang optimal, guru dituntut kreatif

    mengembangkitkan motivasi belajar siswa, yaitu dengan cara:

    a.

    Memperjelas tujuan yang ingin dicapaib.

    Membangkitkan minat siswa

    c. Menciptakan suasana yang menyenangkan dalam belajar

    d. Berilah pujian yang wajar terhadap setiap keberhasilan siswa

    e.

    Berikan penilaian

    f.

    Berilah komentar terhadap hasil pekerjaan siswa

    g. Ciptakan persaingan dan kerja sama.27

    Dalam proses pembelajaran, motivasi merupakan salah satu aspek

    dinamis yang sangat penting. Sering terjadi siswa yang kurang berprestasi

    rendah bukan berarti oleh kemampuannya yang rendah, tetapi dikarenakan

    tidak adanya motivasi untuk belajar sehingga ia tidak berusaha untuk

    mengerahkan segala kemampuannya. Dengan demikian dapat dikatakan siswa

    berprestasi rendah belum tentu disebabkan oleh kemampuannya yang rendah

    pula, tetapi mungkin disebabkan oleh tidak adanya dorongan atau motivasi.

    Sebagai motivator guru harus mampu menciptakan suasana yang

    merangsang siswa untuk tetap bersemangat dalam melakukan kegiatan-

    kegiatan sekolah dan dapat meningkatkan kecerdasan siswa.

    Menurut E Mulyasa dalam bukunya Implementasi Kurikulum TingkatSatuan Pendidikan Kemandirian Guru dan Kepala Sekolah, mengemukakan

    bahwasanya: Guru sebagai motivator hendaknya guru bertanggung jawab

    mengarahkan pada yang baik, harus menjadi contoh, sabar, dan penuh

    pengertian. Guru harus mampu menumbuhkan disiplin dalam diri (self

    27Wina Sanjaya, op. cit., h. 29-30.

  • 7/26/2019 Peranan Guru PAI

    33/149

    23

    dicipline). Untuk kepentingan tersebut, guru harus mampu melakukan tiga hal

    sebagi berikut:

    a. Membantu peserta didik mengembangkan pola prilaku untuk dirinya

    b.

    Membantu peserta didik meningkatkan standar prilakunyac.

    Menggunakan pelaksanaan aturan sebagai alat untuk menegakkan

    disiplin.28

    7) Guru sebagai Evaluator

    Sebagai evaluator, guru berperan untuk mengumpulkan data atau

    informasi tentang keberhasilan pembelajaran yang telah dilakukan. Yang

    mempunyai fungsi untuk menentukan keberhasilan siswa dalam mencapai tujuan

    yang telah ditentukan atau menentukan keberhasilan siswa dalam menyerap

    materi kurikulum, dan untuk menentukan keberhasilan guru dalam melaksanakan

    seluruh kegiatan yang telah diprogramkan.29

    Seorang guru hendaknya harus memiliki kemampuan dan terampil dalam

    melaksanakan penilaian, karena dengan penilaian guru dapat mengetahui prestasi

    yang dicapai siswa setelah melaksanakan proses belajar, dan dengan penilaian

    juga dapat memotivasi seorang guru untuk mengajar lebih maksimal.

    b. Tugas Guru

    Salah satu faktor yang paling menentukan dalam proses pembelajaran di

    kelas adalah guru. Tugas guru yang paling utama adalah mengajar dan mendidik.

    Sebagai pengajar guru merupakan peranan aktif (medium) antara peserta didik

    dengan ilmu pengetahuan. Secara umum dapat dikatakan bahwa tugas dan

    tanggung jawab yang harus dilaksanakan oleh guru adalah mengajak orang lain

    berbuat baik. Tugas tersebut identik dengan dakwah Islamiyah yang bertujuan

    mengajak umat Islam untuk berbuat baik. Di dalam Al-Quran Al-Imran ayat 104

    Allah SWT berfirman:

    ` 3 F9rN3 YBpB&b q

  • 7/26/2019 Peranan Guru PAI

    34/149

    24

    Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada

    kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar,

    merekalah orang-orang yang beruntung.(Q.S Al-Imran: 104)

    Guru agama tidak hanya bertugas melaksanakan pendidikan Agama

    dengan baik, akan tetapi guru agama juga harus bisa memperbaiki pendidikan

    agama yang terlanjur salah diterima oleh anak didik, baik dalam keluarga, dan

    pembinaan kembali terhadap pribadi yang baik.

    Menurut Slameto dalam bukunya Belajar dan Faktor-faktor yang

    Mempengaruhinyamenerangkan bahwa tugas guru adalah:

    a) Mendidik dengan titik berat memberikan arah dan motivasi pencapaian tujuan

    baik jangka pendek maupun jangka panjang

    b)

    Memberikan fasilitas pencapaian tujuan pengalaman belajar yang memadaic)

    Membantu perkembangan aspek-aspek pribadi seperti sikap, nilai-nilai dan

    penguasaan diri.30

    Menurut Heri Jauhari Muhtar dalam bukunya Fiqih Pendidikan,

    mengatakan bahwa secara umum tugas pendidik atau guru yaitu:

    1) Mujaddid, yaitu sebagai pembaharu ilmu, baik dalam teori maupun praktek,

    sesuai dengan syariat Islam

    2)

    Mujtahid, yaitu sebagai pemikir yang ulung, dan

    3) Mujahid, yaitu sebagai pejuang kebenaran.31

    Sedangkan Uzer Usman menjelaskan beberapa tugas guru diantaranya:

    a) Tugas Profesional

    Tugas profesional yaitu tugas yang berkenaan dengan profesi tugas guru,

    yang meliputi mendidik, mengajar, dan melatih. Mendidik berarti meneruskan dan

    mengambangkan nilai-nilai hidup. Lebih lanjut ia menjelaskan mengajar berarti

    meneruskan dan mengembangkan ilmu pengatahuan dan teknologi. Sedangkan

    melatih berarti mengembangkan keterampilan-keterampilan pada siswa, dalam hal

    ini guru berprofesi untuk dapat melaksanakan tugasnya dengan baik maka seorangguru hendaknya memahami segala aspek pribadi anak didiknya, baik segi jasmani

    30Slameto, Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhunya, (Jakarta: Rineka Cipta,

    2010), Cet. Ke-5, h. 97.31

    Heri Jauhari Muhtar, Fiqih Pendidikan, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2005), Cet.Ke-1, h. 155.

  • 7/26/2019 Peranan Guru PAI

    35/149

    25

    maupun segi rohani. Guru hendaknya menganal dan memahami tingkat

    perkembangan anak didik.32

    Di samping memahami siswa, guru juga harus mengenal dan memahami

    dirinya, agar terhindar dari konflik yang berhubungan dengan tugasnya seperti

    frustasi dan ketidakmampuan menyesuaikan dirinya, sehingga ia dapat memahami

    dan membantu siswa dengan sebaik-baiknya.

    a) Tugas kemanusiaan

    Tugas guru dalam bidang kemanusiaan di sekolah harus dapat menjadikan

    dirinya sebagai orang tua kedua, ia harus mampu menarik simpati sehingga ia

    menjadi idola para siswanya. Pelajaran apapun yang diberikan, hendaknya dapat

    menjadi motivasi bagi siswanya dalam belajar. Bila seorang guru dalam

    penampilannya sudah tidak menarik, maka kegagalan pertama adalah ia tidak

    akan dapat menanamkan benih pengajarannya itu kepada para siswanya. Para

    siswa enggan menghadapi guru yang tidak menarik (rapih).

    b) Tugas kemasyarakatan

    Masyarakat menempatkan guru pada tempat yang lebih terhormat di

    lingkungannya, karena dari seorang guru diharapkan masyarakat dapat

    memperoleh ilmu pengetahuan. Ini berarti bahwa guru berkewajiban untuk

    mencerdaskan kemajuan masyarakat dan bangsa ini, dengan kata lain bahwa guru

    berkewajiban mencerdaskan bangsa menuju pembentukan manusia Indonesia

    seutuhnya yang berdasarkan Pancasila.33

    Abu Ahmad, menjelaskan bahwa tugas profesional guru agama adalah

    sebagai berikut:

    1. Guru harus dapat menetapkan dan merumuskan tujuan instruksional dan

    target yang hendak di capai.

    2.

    Guru agama harus memiliki pengetahuan yang cukup mengenai berbagai

    metode menggunakan dalam situasi yang sesuai.

    3.

    Guru agama harus dapat memilih bahan dan mempergunakan alat-alatpembantu dan menciptakan kegiatan yang dilakukan anak didik dalam

    pengalaman kaifiyah pelajaran agama tersebut.

    32Uzer Usman, op. cit., h. 6

    33Ibid., h. 7

  • 7/26/2019 Peranan Guru PAI

    36/149

    26

    4.

    Guru agama harus dapat menetapkan cara-cara penilaian setiap hasil sesuai

    dengan target dan situasi yang khusus. Adapun yang dinilai adalah apa

    yang dilakukan anak didik setelah menerima pelajaran agama.34

    Pada dasarnya tugas pokok guru ada dua, yaitu mendidik dan mengajar

    siswa di sekolah, tetapi untuk menciptakan pengajaran dan pendidikan yang lebih

    baik, seorang guru dituntut untuk profesional dalam tugasnya seperti menciptakan

    suasana pendidikan yang bermakna, menyenangkan, kreatif, dinamis serta

    member teladan yang baik kepada siswa maupun masyarakat disekitarnya dan

    sebagainya.

    4. Syarat dan Tanggung Jawab Guru Pendidikan Agama Islam

    Syarat utama menjadi guru agama, selain ijazah dan syarat-syarat yang

    lain mengenai kesehatan jasmani dan rohani, ialah sifat-sifat yang perlu untuk

    dapat memberikan pendidikan dan pengajaran.

    Bagi guru agama, disamping harus memiliki syarat-syarat tersebut, masih

    harus ditambah dengan syarat-syarat yang lain, yang oleh Direktorat Pendidikan

    Agama telah ditetapkan sebagai berikut:

    a.

    Setiap pendidik harus memiliki sifat rabbani

    b.

    Seorang pendidik hendaknya mengajarkan ilmunya dengan penuh rasa

    sabarc.

    Seorang pendidik harus memiliki kejujuran dengan menerapkan apa yang

    dia ajarkan dalam kehidupan pribadinya

    d.

    Seorang pendidik harus memiliki wawasan dan pengetahuan yang luas

    e. Seorang pendidik harus cerdik dan terampil dalam menciptakan metode

    pengajaran yang variatif serta sesuai dengan materi pelajaran

    f.

    Seorang pendidik harus mampu bersikap tegas dan melakukan sesuatu

    sesuai proporsinya sehingga ia akan mampu mengontrol dan menguasai

    siswa

    g.

    Seorang pendidik harus mampu memahami psikologi anak, psikologi

    perkambangan, dan psikologi pendidikan

    h.

    Seorang pendidik harus peka terhadap fenomena kehidupan yang sedang

    berkembangi.

    Seorang pendidik harus memiliki sifat adil terhadap seluruh anak

    didiknya.35

    34Abu Ahmad,Metodik Khusus Pendidikan Agama Islam, (Bandung: Amrico, 1986), h. 100

    35Ibid., h. 169

  • 7/26/2019 Peranan Guru PAI

    37/149

    27

    Persyaratan tersebut bahwa seorang guru agama yang diharapkan adalah

    mereka yang mempunyai pengetahuan luas serta dapat mengamalkannya, yang

    nampak dalam tingkah laku sehari-hari, misalnya adil, penyabar, pemaaf, bersih

    jasmani dan rohaninya serta ikhlas dalam menjalankan tugasnya.

    Guru agama yang dikemukakan di atas menunjukkan bahwa seorang guru

    agama itu tidak cukup hanya seorang yang berilmu pengetahuan agama saja, akan

    tetapi harus mengamalkannya melalui iman dan taqwa kepada Allah SWT, serta

    bersosialisasi dengan masyarakat dengan baik dan benar. Sebab guru agama

    adalah cerminan figur Rasulullah SAW bagi umat Islam yang harus diteladani

    seluruh tingkah lakunya. Dalam menjalani tugasnya mengajar, mendidik serta

    membimbing anak didiknya yang berbeda satu sama lainnya, seorang guru agama

    perlu membekali dirinya dengan ilmu-ilmu lain, misalnya ilmu psikologi

    pendidikan, bimbingan konseling dan sebagainya.

    Guru adalah orang yang bertanggung jawab mencerdaskan kehidupan anak

    didik. Pribadi susila yang cakap adalah yang diharapkan ada pada setiap diri anak

    didik. Tidak ada seorang guru pun yang mengharapkan anak didiknya menjadi

    sampah masyarakat.

    Tanggung jawab guru adalah untuk memberikan sejumlah norma kebaikan

    kepada anak didiknya agar tahu mana perbuatan yang susila dan asusila, mana

    perbuatan yang bermoral dan amoral. Semua norma itu tidak mesti harus guru

    berikan ketika di kelas, di luar kelas pun sebaiknya guru contohkan melalui sikap,

    tingkah laku, dan perbuatan. Pendidikan dilakukan tidak semata-mata dengan

    perkataan, tetapi dengan sikap, tingkah laku dan perbuatan.36

    Djamarah merinci lagi bahwa tanggung jawab pendidik adalah sebagai

    berikut:

    a.

    Korektor, yaitu pendidik bisa membedakan mana nilai yang baik dan mana

    nilai yang buruk, koreksi yang dilakukan bersifat menyeluruh dari efektifsampai ke psikomotor.

    b.

    Inspirator, yaitu pendidik menjadi inspirator/ilham bagi kemajuan belajar

    siswa/mahasiswa, petunjuk bagaimana belajar yang baik, dan mengatasi

    permasalahan lainnya.

    36Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif, (Jakarta: PT.

    Rineka Cipta, 2000), Cet. Ke-1, h. 31

  • 7/26/2019 Peranan Guru PAI

    38/149

    28

    c.

    Informator, yaitu pendidik harus dapat memberikan informasi

    perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

    d. Organisator, yaitu pendidik harus mampu mengelola kegiatan akademik

    (belajar).e.

    Motivator, yaitu pendidik harus mampu mendorong peserta didik agar

    bergairah dan aktif belajar.

    f. Inisiator, yaitu pendidik menjadi pencetus ide-ide kemajuan dalam

    pendidikan dan pengajaran.

    g.

    Fasilitator, yaitu pendidik dapat memberikan fasilitas yang

    memungkinkan memudahkan kegiatan belajar.

    h. Pembimbing, yaitu pendidik harus mampu membimbing anak didik

    menjadi manusia dewasa susila yang cakap.

    i.

    Demonstrator, yaitu jika diperlukan pendidik bisa mendemontrasikan

    bahan pelajaran yang susah dipahami.

    j. Pengelola kelas, yaitu pendidik harus mampu mengelola kelas untuk

    menunjang interaksi edukatif.k.

    Mediator, yaitu pendidik menjadi media yang berfungsi sebagai alat

    komunikasi guna mengefektifkan proses interaksi edukatif.

    l. Supervisor, yaitu pendidik hendaknya dapat memperbaiki, dan menilai

    secara kritis terhadap proses pengajaran, dan

    m.

    Evaluator, yaitu pendidik dituntut menjadi evaluator yang baik dan jujur.37

    Guru harus bertanggung jawab atas segala sikap, tingkah laku, dan

    perbuatan dalam rangka membina jiwa dan watak anak didik. Dengan demikian,

    tugas dan tanggung jawab guru adalah untuk membentuk anak didik agar menjadi

    orang bersusila yang cakap, berguna bagi agama, nusa dan bangsa di masa yang

    akan datang.38

    Keutamaan profesi guru dalam agama Islam sangatlah besar sehingga

    Allah SWT menjadikannya sebagai tugas yang diemban Rasulullah SAW,

    sebagaimana diisyaratkan dalam Firman-Nya surat Ali Imran ayat 164:

    )9` B! #?ZBsJ9#)]/Nkw q` BM gRq=GNk=mG#

    Nk2 rNgJ=r= G3 9#pJ 6 t:#rb )r#qR%.` B@ 6%"9@=7BSungguh Allah telah memberi karunia kepada orang-orang yang beriman ketika

    Allah mengutus diantara mereka seorang Rasul dari golongan mereka sendiri,

    yang membacakan kepada mereka ayat-ayat Allah, membersihkan (jiwa) mereka,

    dan mengajarkan kepada mereka Al kitab dan Al hikmah. dan Sesungguhnya

    37A. Fatah Yasin, Dimensi-dimensi Pendidikan Islam, (Malang: UIN Malang Press, 2008),

    Cet. Ke-1, h. 67.38

    Bahri Djamarah, op. cit.,h. 36

  • 7/26/2019 Peranan Guru PAI

    39/149

    29

    sebelum (kedatangan Nabi) itu, mereka adalah benar-benar dalam kesesatan

    yang nyata. (Q.S Ali Imran: 164)

    Dalam pembentukan kepribadian anak didiknya di sini guru agama

    mempunyai pengaruh yang sangat besar, sebagai figur bagi anak didiknya, baik

    apa yang dilakukan, diucapkan, maupun tindakannya.

    Dalam hal ini Abdurrahman An-Nahlawi menyatakan bahwa tanggung

    jawab dan tugas seorang guru agama diantaranya:

    a.

    Fungsi penyucian, artinya seorang guru berfungsi sebagai pembersih diri,

    pemeliharaan diri, pengembangan, serta pemeliharaan fitrah manusia.

    b.

    Fungsi pengajaran, artinya seorang guru berfungsi sebagai penyampai ilmu

    pengetahuan dan berbagai keyakinan kepada umat manusia agar mereka

    menerapkan seluruh pengetahuannya dalam kehidupan sehari-hari.39

    Mengingat lingkup pekerjaan guru, seperti yang telah dilukiskan di atas,

    maka tugas guru itu meliputi: Pertama, guru sebagai pengajar. Kedua, guru

    sebagai pembimbing. Ketiga sebagai pemegang administrasi atau guru sebagai

    Pemimpin (Manajer Kelas).40

    Ketiga, tugas itu dilaksanakan sejalan secara

    seimbang dan serasi, tidak boleh ada satupun yang terabaikan, karena semuanya

    fungsional dan saling terkait dalam menuju keberhasilan pendidikan sebagai suatu

    keseluruhan yang tidak dapat terpisahkan.

    B.Pengertian Kecerdasan Emosional

    1. Pengertian Kecerdasan

    Kecerdasan dalam bahasa Inggris disebut intelligence dan bahasa Arab

    disebut al-dzaka. Menurut arti bahasa adalah pemahaman, kecepatan, dan

    kesempurnaan sesuatu dalam arti, kemampuan (al-qudrah) dalam memahami

    sesuatu sacara tepat dan sempurna.41

    Kecerdasan berasal dari kata cerdas yang

    secara harfiah berarti sempurna perkembangan akal budinya, pandai dan tajam

    39Abdurrahman An-Nahlawi, Pendidikan Islam di Rumah, Sekolah dan Masyarakat,

    (Jakarta: Gema Insani Press, 1995), h. 170 40

    Zakiah Darajat, Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam , (Jakarta: Bumi Aksara,

    1995), Cet. Ke-2, h. 26541

    Ramayulis,Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2002), Edisi revisi Cet. Ke-7,h. 96.

  • 7/26/2019 Peranan Guru PAI

    40/149

    30

    pikirannya. Selain itu cerdas dapat pula berarti sempurna pertumbuhan tubuhnya

    seperti sehat dan kuat fisiknya.42

    Jadi, kecerdasan merupakan kemampuan

    tertinggi dari jiwa makhluk hidup yang hanya dimiliki oleh manusia, kecerdasan

    ini diperoleh manusia sejak lahir, dan sejak itulah potensi kecerdasan ini mulai

    berfungsi mempengaruhi tempo dan kualitas perkembangan individu.

    Kecerdasan merupakan kata benda yang menerangkan kata kerja atau

    keterangan. Seseorang menunjukkan kecerdasannya ketika ia bertindak atau

    berbuat dalam suatu situasi secara cerdas atau bodoh, kecerdasan seseorang dapat

    dilihat dalam caranya orang tersebut berbuat atau bertindak.43

    Beberapa para ahli mencoba merumuskan definisi kecerdasan diantaranya:

    Suharsono menyebutkan bahwa kecerdasan adalah kemampuan untuk

    memecahkan masalah secara benar, yang secara relatif lebih cepat dibandingkan

    dengan usia biologisnya.44

    David Wechsler, seorang penguji kecerdasan. Menurutnya, kecerdasan

    adalah; Kemampuan sempurna (komprehensif) seseorang untuk berprilaku

    terarah, berpikir logis, dan berinteraksi secara baik dengan lingkungannya.45

    Berdasarkan hasil penelitiannya, J.P. Chaplin merumuskan tiga definisi

    kecerdasan, yaitu:

    1)

    Kemampuan menghadapi dan menyesuaikan diri terhadap situasi baru secara

    cepat dan efektif.

    2) Kemampuan menggunakan konsep abstrak secara efektif, yang meliputi empat

    unsur, seperti memahami, berpendapat, mengontrol dan mengkritik.

    3) Kemampuan memahami pertalian-pertalian dan belajar dengan cepat sekali.46

    Pada mulanya, para ahli beranggapan bahwa kecerdasan hanya berkaitan

    dengan kemampuan struktur akal (intellect) dalam menangkap gejala sesuatu,

    42WJ.S. Poerwadarminta, op.cit., h. 211

    43M. Alisuf Sabri, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 2010), Cet. Ke-4,

    h. 115.44

    Suharsono,Mencerdaskan Anak(Depok, Inisiasi Press, 2003), h. 43. 45

    Makmun Mubayidh,Kecerdasan dan Kesehatan Emosional Anak, Terj. DariAdz-Dzaka

    Al-Athifi wa Ash-Shihhah Al-Athifiyah oleh Muhammad Muchson Anasy, (Jakarta: Pustaka Al-

    Kautsar, 2010), Cet. Ke-4, h. 13.46

    J.P. Chaplin, Kamus Lengkap Psikologi, Terj. Kartini Kartono, Judul asli, Dictionary of

    Psychology(Jakarta: Rajawali Pers, 2008), h. 253.

  • 7/26/2019 Peranan Guru PAI

    41/149

    31

    sehingga kecerdasan hanya bersentuhan dengan aspek-aspek kognitif (al-majal al-

    marifi). Namun pada perkembangan selanjutnya, didasari bahwa kehidupan

    manusia bukan semata-mata memenuhi struktur akal, melainkan terdapat struktur

    kalbu yang perlu mendapat tempat tersendiri untuk menumbuhkan aspek-aspek

    afektif (al-majal al-infiali) seperti kehidupan emosional, moral, spiritual dan

    agama.47

    Karena itu, jenis-jenis kecerdasan pada diri seseorang sangat baragam

    seiring dengan kemampuan atau potensi yang ada pada dirinya.

    Di dalam diri setiap individu manusia terdapat struktur nafsani

    (pshychophysic) yang secara intern menumbuhkan suatu kecerdasan. Jusuf

    Mudzakir dalam Nuansa-Nuansa Psikologi Islam, menerangkan ada 3 macam

    jenis kecerdasan, yaitu:

    1)

    Kecerdasan Kalbu yang terdiri dari : Intelektual/intuitif (ilham, ilmu laduni,

    dan firasat), Emosional (tenang, tanggap, sabar), Moral (santun, bijak, tidak

    angkuh atau sombong), Spiritual (toleransi, inklusif, tidak fanatik).

    %!##r9?rO g/b q=2 qG(yaitu) orang-orang yang sabar dan hanya kepada Tuhan saja mereka

    bertawakal.

    (QS. An-Nahl: 42)

    2)

    Kecerdasan Akal/intelektual yang terdiri dari: berfikir, memahami,

    memperhatikan, melihat dengan seksama, mengambil perumpamaan,

    interpretasi, merenung, menganalogi, menalar, mengingat, menghitung,

    mempersepsi, memprediksi, memecahkan masalah secara rasional.

    =?r@VB{#$k5R$Z=9O g=9c r3GDan perumpamaan-perumpamaan itu Kami buat untuk manusia supaya

    mereka berfikir. (QS. Al-Hasyr: 21)

    3)

    Kecerdasan Nafsu yang meliputi: Syahwat (memiliki kecerdasan dalam

    berhasrat yang apabila mencapai puncaknya mampu mengendalikan hawa

    47Abdul Mujib dan Jusuf Mudzakir, Nuansa-nuansa Psikologi Islam, (Jakarta: PT. Raja

    Grafindo Persada, 2001), Cet. Ke-1, h. 318-319.

  • 7/26/2019 Peranan Guru PAI

    42/149

    32

    nafsu), Ghadhab (memiliki kecerdasan berdaya atau kemampuan yang apabila

    mencapai puncaknya mencapai keberanian).48

    $Br/&R4b )Z9#o$B{q9$/w)$BO m14b )1q

    LmDan aku tidak membebaskan diriku (dari kesalahan), karena Sesungguhnya

    nafsu itu selalu menyuruh kepada kejahatan, kecuali nafsu yang diberi rahmat

    oleh Tuhanku. Sesungguhnya Tuhanku Maha Pengampun lagi Maha

    Penyanyang. (QS. Yusuf: 53)

    Howard Gardner, Profesor dari Harvard University yang dikutip oleh KH.

    Toto Tasmara memperkenalkan delapan kecerdasan. Kecerdasan ini terdiri dari:

    1)

    Linguistic Intelligence, kemampuan yang berkaitan dengan kemampuan

    menangkap kata-kata dan kemampuan menyusun kalimat.

    2) Logical-Mathematical Intelligence, kemampuan menghitung aritmatika dan

    berfikir logis, analitis sampai pada system berfikir yang rumit.

    3)

    Musical Intelligence, kemampuan memahami nada music, komposisi.

    4)

    Spacial Intelligence, kemampuan untuk melihat sesuai dalam perspektif (think

    in picture), mampu mempersepsi lingkungan.

    5) Bodily Kinestic Intelligence, kemampuan memahami jasmani.

    6)

    Interpersonal Intelligence, kemampuan memahami orang lain.

    7)

    Intrapersonal Intelligence, kemampuan memahami emosinya sendiri.

    8)

    Naturalist Intelligence, kemampuan mengenal benda di sekitar.

    49

    Kecerdasan yang dikemukakan oleh Gardner ini dikenal juga sebagai

    keragaman kecerdasan (multiple intelligence). Pembagian kecerdasan oleh

    Gardner ini telah membuka paradigma baru dari sebuah kata kecerdasan. Karena

    berdasarkan pembagian-pembagian kecerdasan menurutnya, ternyata cerdas

    bukan semata dapat memiliki skor tinggi sewaktu ujian namun cerdas itu

    beranekaragam.

    Pengertian tersebut dapat dirumuskan bahwa kecerdasan merupakan

    kemampuan berpikir untuk memecahkan masalah-masalah kehidupan dan

    melakukan tindakan yang dapat menghasilkan sesuatu yang bernilai guna bagi

    masyarakat.

    48Ibid.

    49Toto Tasmara, Kecerdasan Ruhaniah, (Trancendental Intelligence), (Jakarta: Gema

    Insani Press, 2001), cet. Ke-1, h. 48.

  • 7/26/2019 Peranan Guru PAI

    43/149

    33

    2. Pengertian Emosi

    Akar kata emosi adalah movere, kata kerja Bahasa Latin yang berarti

    menggerakkan, bergerak ditambah awalan e- untuk memberi arti bergerak

    menjauh, menyiratkan bahwa kecenderungan bertindak merupakan hal mutlak

    dalam emosi yang berarti bergerak menjauh, menyiratkan bahwa

    kecenderungan bertindak merupakan hal mutlak dalam emosi.50 Dalam makna

    paling harfiah, Oxford English Dictionarymendefinisikan emosi sebagai setiap

    kegiatan atau pergolakan pikiran, perasaan, nafsu; setiap keadaan mental yang

    hebat atau meluap-luap. Menurut Daniel Goleman emosi merujuk pada suatu

    perasaan dan pikiran yang khas, suatu keadaan biologis dan psikologis danserangkaian kecenderungan untuk bertindak.51

    Daniel Goleman mengemukakan beberapa macam emosi, yaitu:

    a)

    Amarah: beringas, mengamuk, benci, jengkel, kesal hati, terganggu, rasa

    pahit, berang, tersinggung, bermusuhan, dan barang kali yang paling

    hebat, tindak kekerasan dan kebencian patologis.

    b) Kesedihan: pedih, sedih, muram, suram, melankolis, mengasihi diri,

    kesepian, ditolak, putus asa, dan kalau menjadi patologis, depresi berat.

    c)

    Rasa takut: cemas, takut, gugup, khawatir, was-was, perasaan takut sekali,

    waspada, tidak tenang, ngeri, sebagai patalogi, fobia dan panic.

    d) Kenikmatan: bahagia, gembira, riang, puas, senang, terhibur, bangga,

    kenikmatan indrawi, takjub, rasa terpesona, rasa puas, rasa terpenuhi,

    kegirangan luar biasa, senang sekali, dan batas ujungnya, mania.

    e) Cinta: penerimaan, persahabatan, kepercayaan, kebaikan hati, rasa dekat,

    bakti, hormat, kemesraan, kasih sayang.

    f)

    Terkejut: terkesiap, terkejut, takjub, terpana.

    g)

    Jengkel: hina, jijik, muak, mual, benci, tidak suka, mau muntah.

    h) Malu: rasa salah, malu hati, kesal hati, sesal, hina, aib, dan hati hancur

    lebur.52

    Emosi adalah pengalaman yang sangat kompleks. Masing-masing pakar

    memberikan definisi emosi yang berbeda. Istilah yang makna tepatnya masih

    50Daniel Goleman, Emotional Intelligence, Kecerdasan Emosional, Terj. T. Hermaya,

    (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2001), Cet. 11, h. 7.51Ibid., h. 411.

    52Ibid..

  • 7/26/2019 Peranan Guru PAI

    44/149

    34

    membingungkan baik para ahli psikologi maupun ahli filsafat selama lebih dari

    satu abad.53

    Beberapa para ahli mencoba merumuskan definisi emosi diantaranya:

    Salovey dan Mayers mendefinisikan emosi sebagai respon terorganisasi,

    termasuk sistem fisiologis, yang melewati berbagai batas sub-sistem psikologis,

    misalnya kognisi, motivasi, dan pengalaman. Pengertian ini memberitahukan

    bahwa emosi merupakan respon atas stimulus yang diperoleh dari lingkungan

    sekitar yang terorganisasi dengan baik yang melewati sub-sistem psikologis.

    Emosi mempunyai peran dalam peningkatan proses kontruksi pikiran dalam

    berbagai bentuk pengalaman kehidupan manusia.

    Menurut Dr. H. Syamsu Yusuf LN, M.Pd, dalam buku Psikologi

    Perkembangan Anak dan Remaja, emosi itu merupakan warna afektif yang

    menyertai setiap keadaan atau perilaku individu. Yang dimaksud warna afektif ini

    adalah perasaan-perasaan tertentu yang dialami pada saat seseorang menghadapi

    suatu situasi tertentu. Contohnya, gembira, bahagia, putus asa, terkejut, benci, dan

    sebagainya.54

    Emosi sebagai suatu peristiwa psikologis mengandung ciri-ciri sebagai

    berikut: Pertama, lebih bersifat subjektif dari pada peristiwa psikologis lainnya,

    seperti pengamatan dan berfikir. Kedua, bersifat fluktuatif (tidak tetap), dan

    Ketiga,banyak berkaitan dengan peristiwa pengenalan panca indra.55

    Perjalanan hidup kita sehari-hari, kita kadang tidak dapat membedakan

    antara perasaan dan emosi, karena keduanya merupakan kelangsungan kualitatif

    yang tidak jelas batasnya. Pada suatu saat tertentu, warna efektif dapat dikatakan

    perasaan, tetapi juga dapat dikatakan sebagai emosi. Oleh karena itu, emosi adalah

    setiap keadaan diri seseorang yang disertai dengan warna efektif, baik pada

    tingkat yang lemah maupun pada tingkat yang kuat. Warna efektif merupakan

    53Ibid.

    54Syamsu Yusuf LN, M.Pd, Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja, (Bandung: PT

    Remaja Karya, 2010), Cet. Ke-11, h. 11555

    Ibid., 116

  • 7/26/2019 Peranan Guru PAI

    45/149

    35

    perasaan yang berbeda-beda, baik perasaan senang maupun perasaan tidak

    senang.56

    Sebagian orang menganggap bahwa perasaan dan emosi adalah sama,

    namun anggapan itu salah. Menurut M. Alisuf Sabri dalam bukunya

    mengungkapkan bahwa antara perasaan dan emosi adalah berbeda. Pada perasaan

    terdapat kesediaan kontak dengan situasi luar (baik positif maupun negatif),

    sedangkan pada emosi kontak itu seolah-olah menjadi retak atau terputus

    (misalnya terkejut, ketakutan, mengantuk, dan sebagainya).57

    Menurut beberapa pendapat di atas, maka emosi merupakan suatu respon

    atas rangsangan yang diberikan baik dari lingkungan maupun dari dalam diri

    individu sendiri, sehingga individu dapat menentukan pilihan dalam hidup yang

    menentukan kehidupannya. Atau dengan kata lain emosi adalah suatu perasaan

    (efek) yang mendorong individu untuk merespon atau bertingkah laku terhadap

    stimulus, baik yang berasal dari dalam maupun dari luar dirinya.

    3. Pengertian Kecerdasan Emosional

    Kecerdasan emosional merupakan istilah yang diperkenalkan pertama kali

    oleh John Mayer dari Universitas New Hampshire dan Peter Salovey dari

    Universitas Harvard pada tahun 1990. Istilah tersebut kemudian dipopulerkan oleh

    Daniel Goleman dalam karya monumentalnyaE