PERANAN MGMP DALAM MENINGKATKAN PROFEIONALISME GURU pai di smp oLEH S. Ch. Hamidah
Peranan Guru PAI
-
Upload
zainul-mustofa -
Category
Documents
-
view
277 -
download
1
Transcript of Peranan Guru PAI
-
7/26/2019 Peranan Guru PAI
1/149
PERANAN GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM
PEMBINAAN KECERDASAN EMOSIONAL SISWA
DI SMA MARTIA BHAKTI BEKASI
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Untuk Memenuhi Syarat Mencapai Gelar Sarjana
Pendidikan Islam (S.Pd.I)
Oleh:
Siti Khoirunnisa
NIM: 108011000127
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1434 H/2013 M
-
7/26/2019 Peranan Guru PAI
2/149
PERANAN GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM TERHADAP
PEMBINAAN KECERDASAN EMOSIONAL SISWA
DI SMA MARTIA BHAKTI BEKASI
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Untuk Memenuhi Syarat Mencapai Gelar Sarjana
Pendidikan Islam (S.Pd.I)
Oleh:
Siti Khoirunnisa
NIM: 108011000127
Dosen Pembimbing
Pembimbing 1 Pembimbing II
Dra. Eri Rossatria, M.Ag Ahmad Irfan Mufid, MA
NIP: 1947071711966082001 NIP: 197102141997031001
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAMFAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1434 H/2013
-
7/26/2019 Peranan Guru PAI
3/149
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING SKRIPSI
Skripsi berjudul Peranan Guru Pendidikan Agama Islam Terhadap
Pembinaan Kecerdasan Emosional Siswa Di SMA Martia Bhakti Bekasi
disusun oleh Siti Khoirunnisa, NIM. 108011000127, Jurusan Pendidikan Agama
Islam, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta. Telah melalui bimbingan dan dinyatakan sah sebagai karya
ilmiah yang berhak untuk diujikan pada sidang munaqasah sesuai ketentuan yang
ditetapkan oleh fakultas.
Jakarta, 6 Mei 2013
Yang mengesahkan,
Pembimbing 1 Pembimbing II
Dra. Eri Rossatria, M.Ag Ahmad Irfan Mufid, MA
NIP: 1947071711966082001 NIP: 197102141997031001
-
7/26/2019 Peranan Guru PAI
4/149
LEMBAR PENGESAHAN
Skripsi berjudul : Peranan Guru Pendidikan Agama Islam Dalam
Pembinaan Kecerdasan Emosional Siswa di SMA Martia Bhakti Bekasi
disusun oleh SITI KHOIRUNNISA Nomor Induk Mahasiswa 108011000127,
diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, dan telah dinyatakan lulus dalam Ujian
Munaqasah pada tanggal 27 Mei 2013, dihadapan dewan penguji. Karena itu,
penulis berhak memperoleh gelar Sarjana S1 (S.Pd.I) dalam bidang Pendidikan
Agama Islam.
Jakarta, 27 Mei 2012
Panitia Ujian Munaqosah
Ketua Panitia Tanggal Tanda Tangan
Bahrissalim. M. Ag
NIP : 19680307 199803 1 002 ............. ....................
Sekretaris (Sekretaris Jurusan/ Prodi)
Drs. Sapiudin Shidiq, M. AgNIP : 19670328 200003 1 001 ............... ....................
Penguji 1
Dr. Yayah Nurmaliah MA ................ ...................
Penguji 2
Siti Khadijah, MA ................ ..................
NIP : 19700727 199703 2 004
Mengetahui,
Dekan
Prof. Dr. H. Rifat Syauqi Nawawi, MA
NIP: 19520520 198103 1 001
-
7/26/2019 Peranan Guru PAI
5/149
i
Nama : Siti Khoirunnisa
NIM : 108011000127
Judul : Peranan Guru Pendidikan Agama Islam Terhadap Pembinaan
Kecerdasan Emosional Siswa Di SMA Martia Bhakti Bekasi
ABSTRAK
Selama ini banyak orang yang berpendapat bahwa untuk meraih prestasi
belajar yang tinggi diperlukan kecerdasan intelektual (IQ) yang tinggi. Namun,
menurut hasil penelitian terbaru dibidang psikologi membuktikan bahwa IQ
bukanlah satu-satunya faktor yang mempengaruhi prestasi belajar seseorang,
tetapi ada banyak faktor lain yang mempengaruhi salah satunya adalah kecerdasan
emosional. Kecerdasan emosional adalah kemampuan seseorang untuk mengenali
emosi diri, mengelola emosi diri, memotivasi diri sendiri, mengenali emosi yanglain (empati) dan kemampuan untuk membina hubungan (kerjasama) dengan
orang lain.
Permasalahan yang terjadi karena adanya anak/siswa yang ber-IQ tinggi
tetapi prestasi akademiknya menurun, ini merupakan permasalahan yang harus
dicari solusinya. Dari alasan tersebut penulis mencoba mengadakan penelitian
mengenai bagaimana peranan guru pendidikan agama Islam terhadap pembinaan
kecerdasan emosional siswa di SMA Martia Bhakti Bekasi.
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui tentang peranan guru pendidikan
agama Islam terhadap pembinaan kecerdasan emosional siswa di SMA Martia
Bhakti Bekasi. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
deskriptif analisis, dari populasi 198 siswa yang dipilih menjadi sampel sebanyak40 siswa, dengan teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini
adalah cara acak (Random Sampling).
Instrument penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan
menggunakan angket, wawancara, dan observasi. Angket sebagai alat untukmenjaring jawaban siswa, sedangkan wawancara dilakukan terhadap guru
pendidikan agama Islam. Observasi dilakukan dengan mengamati kondisi sekolah
dan segala objek penelitian di sekolah.
Teknik analisa data dilakukan dengan cara mentabulasikan data sesuaidengan jawaban siswa yang sejenis, Selanjutnya dipersentasikan dan peneliti
melakukan interpretasi data dengan hal ini dimaksudkan untuk mengetahui
kondisi atau gambaran masing-masing aspek yang diteliti berdasarkan tanggapan
respondenHasil penelitian disimpulkan bahwa Peranan Guru Pendidikan Agama
Islam Terhadap Pembinaan Kecerdasan Emosional Siswa di SMA Martia Bkahti
Bekasi dengan kategori baik.
Kata Kunci: Peranan Guru Pendidikan Agama Islam, Kecerdasan Emosional
-
7/26/2019 Peranan Guru PAI
6/149
ii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, segala puji dan syukur penulis haturkan kehadirat Allah
SWT yang telah memberikan taufiq dan hidayah-Nya kepada kita semua,
sehingga penulis dapat menyelesaikan skrispsi ini. Sholawat dan salam semoga
senantiasa tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW yang telah membawa
petunjuk kepada umat manusia dan membimbing mereka kejalan yang di ridhai
Allah SWT.
Laporan skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat mencapai gelar
Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I) pada jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas
Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Jakarta. Laporan skripsi ini membahas tentang
Peranan Guru Pendidikan Agama Islam (PAI) Terhadap Pembinaan Kecerdasan
Emosional Siswa di SMA Martia Bhakti Bekasi
Selanjutnya penulis menyadari sepenuhnya bahwa tidak sedikit kesulitan
yang dihadapi selama penulisan skripsi ini. Namun atas bimbingan-Nya dan
motivasi dari berbagai pihak penulis menyadari bahwa keberhasilan dan
kesempurnaan merupakan sebuah proses yang harus dijalani. Oleh sebab itu, pada
kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada semua pihak
yang berjasa dalam penulisan skripsi ini, diantaranya:
1. Prof. Dr. Rifat Syauqi Nawawi, MA Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Bahrissalim MA, Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam
3.
Sapiudin Shidiq MA, Sekretaris Jurusan Pendidikan Agama Islam
4.
Tanenji MA, penasehat akademik yang telah membimbing dan
memotivasi mahasiswanya.
5.
Dra. Eri Rossatria M.Ag dosen pembimbing skripsi I dan Ahmad Irfan
Mufid MA dosen pembimbing skripsi II, yang telah memberikan waktu,
tenaga dan pikiran untuk membimbing, mengarahkan, dan
mengembangkan pemikiran kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi
ini.
-
7/26/2019 Peranan Guru PAI
7/149
iii
6.
Orang tua tercinta H. Sayuti dan Hj. Saodah yang dengan segala kasih
sayang yang tercurah dan tak henti-hentinya memberikan motivasi baik
moral maupun materil serta doa, sehingga penulis dapat menempuh
pendidikan di perguruan tinggi dan dapat menyelesaikan skrispsi ini.
7. Segenap Bapak/ Ibu Dosen Jurusan Pendidikan Agama Islam, yang telah
memberikan ilmu pengetahuan yang sangat berguna bagi para
mahasiswanya.
8.
Seluruh staf perpustakaan utama dan perpustakaan Fakultas Ilmu Tarbiyah
dan Keguruan, yang telah memberikan pelayanan dan fasilitas serta buku-
buku yang penulis perlukan.
9.
Seluruh guru SMA Martia Bhakti Bekasi ibu Rhandu, ibu Wahyu, bapak
Suwargono, bapak Zaenal, bapak Somantri selaku guru Pendidikan Agama
Islam
10.
Teman-teman seperjuangan Jurusan PAI angkatan 2008, khususnya kelas
D. terima kasih atas motivasi dan dukungannya.
Serta semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, mudah-
mudahan bantuan, bimbingan, semangat dan doa yang telah diberikan menjadi
pintu datanganya ridha dan kasih sayang Allah SWT di dunia dan akhirat kelak.
Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi khazanah
ilmu pengetahuan pada umumnya.
Jakarta, 6 Mei 2013
Penulis
-
7/26/2019 Peranan Guru PAI
8/149
iv
DAFTAR ISI
ABSTRAK .................................................................................................. i
KATA PENGANTAR ................................................................................ ii
DAFTAR ISI .............................................................................................. iv
DAFTAR TABEL ...................................................................................... vi
DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................. x
BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah ........................................................ 1
B.
Identifikasi Masalah .............................................................. 8
C.
Pembatasan Masalah ............................................................. 8
D.
Perumusan Masalah .............................................................. 9
E. Tujuan Penelitian .................................................................. 9
F. Manfaat Penelitian ............................................................... 9
BAB II KAJIAN TEORI
A. Peranan Guru Pendidikan Agama Islam ................................ 10
1.
Pengertian Peranan .......................................................... 10
2.
Pengertian Guru Pendidikan Agama Islam ...................... 11
3.
Peran dan Tugas Guru PAI .............................................. 15
4. Syarat dan Tanggung Jawab Guru Pendidikan Agama Islam 26
B. Pengertian Kecerdasan Emosional ........................................ 29
1. Pengertian Kecerdasan .................................................... 29
2.
Pengertian Emosi ............................................................ 33
3.
Pengertian Kecerdasan Emosional ................................... 35
4.
Aspek-aspek Kecerdasan Emosional ............................... 39
5.
Pengembangan Kecerdasan Emosional ............................ 45
6.
Kecerdasan Emosional dalam Pendidikan Islam .............. 46
7. Metode dalam Membina Kecerdasan Emosional ............. 52
C. Hasil Penelitian yang Relevan ............................................... 54
D. Kerangka Berpikir ................................................................ 58
-
7/26/2019 Peranan Guru PAI
9/149
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A.
Tempat dan Waktu Penelitian ............................................... 59
B.
Metode Penelitian ................................................................. 59
C.
Populasi dan Sampel ............................................................. 59
D. Teknik Pengumpulan Data .................................................... 60
E. Teknik Analisis Data ............................................................. 64
F. Interpretasi Data ................................................................... 66
BAB IV HASIL PENELITIAN
A.
Gambaran Umum SMA Martia Bhakti Bekasi ...................... 67
1.
Sejarah Singkat SMA Martia Bhakti ............................... 67
2.
Visi dan Misi .................................................................. 68
3.
Keadaan Guru dan Karyawan .......................................... 69
4. Keadaan Siswa ................................................................ 72
5.
Sarana dan Prasarana ....................................................... 72
6. Ekstrakulikuler ................................................................ 74
B. Deskripsi Data ...................................................................... 75
1.
Peranan Guru PAI dalam pembinaan kecerdasan
emosional siswa .............................................................. 75
2.
Kecerdasan Emosional Siswa .......................................... 88
C.
Interpretasi Data ................................................................... 104
1. Upaya Guru Pendidikan Agama Islam dalam Pembinaan
Kecerdasan Emosional Siswa .......................................... 104
2. Kecerdasan Emosional Siswa .......................................... 108
BAB V PENUTUP
A.
Kesimpulan ........................................................................... 110
B.
Saran .................................................................................... 111
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
-
7/26/2019 Peranan Guru PAI
10/149
vii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Lembar Uji Referensi
Lampiran 2 : Angket Penelitian
Lampiran 3 : Hasil Angket Penelitian Peranan Guru PAI
Lampiran 4 : Hasil Angket Penelitian Kecerdasan Emosional
Lampiran 5 : Berita Wawancara
Lampiran 6 : Surat Permohonan Izin Penelitian
Lampiran 7 : Surat Keterangan dari Sekolah
-
7/26/2019 Peranan Guru PAI
11/149
1
BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang Masalah
Pendidikan memiliki peran penting dalam rangka memelihara eksistensi
setiap bangsa di dunia sepanjang zaman. Pendidikan sangat menentukan bagi
terciptanya peradaban masyarakat yang lebih baik. Untuk itulah perwujudan
masyarakat yang berkualitas tersebut menjadi tanggung jawab pendidikan,
terutama dalam mempersiapkan peserta didik menjadi subjek yang makin
berperan menampilkan keunggulan dirinya yang tangguh, kreatif, mandiri, dan
berdaya saing dengan bangsa-bangsa di dunia.
Pemerintah Indonesia telah menggariskan dasar-dasar dan tujuan
pendidikan dan pengajaran dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional menurut pasal 1, Undang-Undang ini disebutkan:
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik dapat secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,
pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang
diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.1
Pengertian pendidikan di atas menunjukkan bahwa tugas seorang pendidik
adalah membantu peserta didik dalam mengembangkan potensi yang dimiliki
1Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional, (Jakarta: Sinar Grafika, 2008), h. 3
-
7/26/2019 Peranan Guru PAI
12/149
2
anak didik, serta ikut berperan serta di dalam meningkatkan keimanan dan
ketaqwaan serta membentuk kepribadian siswa baik secara lahir maupun batin.
Sedangkan fungsi dan tujuan pendidikan nasional dalam pasal 3 Undang-
Undang No. 20 Tahun 2003 adalah:
Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan mendidik
watak serta peradaban bangsa yang bermatabat dalam rangka mencerdaskan
kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar
menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga
negara yang demokratis serta bertanggung jawab.2
Dari pengertian pendidikan dan fungsi serta tujuan pendidikan di atas,
maka akan tampak jelas target dari pendidikan itu sendiri yaitu diharapkan akanterwujudnya manusia-manusia Indonesia yang mempunyai potensi dan
kepribadian seutuhnya, yang mampu bertanggung jawab untuk dirinya maupun
orang-orang yang berada disekitarnya.
Tujuan utama pendidikan ialah mengembangkan pengetahuan, sikap dan
keterampilan secara simultan dan seimbang, sehingga terjadi suatu hubungan baik
antara masing-masing kecakapan yang menjadi tujuan dari pendidikan tersebut.
Dunia pendidikan kita telah memberikan porsi yang sangat besar untuk
pengetahuan, namun di sisi lain mengesampingkan pengembangan sikap atau nilai
dan perilaku dalam pembelajarannya. Penyelenggaraan pendidikan dewasa ini
terlihat lebih menekankan pada segi pengembangan intelektual peserta didik, dan
masyarakat kita pada umumnya beranggapan bahwa hanya dengan kecerdasan
intelektual seorang anak mampu menghadapi tantangan era globalisasi di masa
depan.3
Faktanya dalam dunia pendidikan, ukuran keberhasilan belajar tidak hanya
terletak pada prestasi belajar yang dinyatakan dalam raport, melainkan juga
terletak pada perubahan sikap dan perilaku ke arah yang lebih baik. Hal ini
disebabkan secara otomatis menjadi pribadi yang berhasil dalam hidupnya.
2Ibid.3Lawrence E. Shapiro, Kiat-kiat Mengajarkan Kecerdasan Emosional Anak, (Jakarta:
Gramedia, 1997), h. 7.
-
7/26/2019 Peranan Guru PAI
13/149
3
Akhir-akhir ini, banyak diberitakan di beberapa media masa tentang kasus
tawuran, mungkin kata tersebut sering kita dengar dan baca di media massa. Aksi
tersebut dapat berupa kekerasan verbal (mencaci maki) maupun kekerasan fisik
(memukul, meninju, membunuh, dan lain-lain). Pada kalangan remaja aksi yang
biasa dikenal sebagai tawuran pelajar/masal merupakan hal yang sudah terlalu
sering kita saksikan, bahkan cenderung dianggap biasa. Pelaku-pelaku tindakan
aksi ini bahkan sudah mulai dilakukan oleh siswa-siswa di tingkat SLTP/SMP.
Hal ini sangatlah memprihatinkan bagi kita semua.
Banyaknya tawuran antar pelajar di kota-kota besar di Indonesia
merupakan fenomena menarik untuk dibahas. Disini penulis akan memberi
beberapa contoh dari berita-berita yang ada. Hanya dalam waktu setahun, 13
pelajar di Jabodetabek tewas mengenaskan gara-gara tawuran. Yang terakhir,
Alawy Yusianto Putra, siswa SMA Negeri 6, Jakarta Selatan, meninggal terkena
senjata tajam. Sudah sepantasnya pelaku tawuran dihukum pidana.4Kepala Polda
Metro Jaya Inspektur Jenderal Untung S Rajab mengatakan, yang terjadi bukan
tawuran, melainkan penyerbuan siswa SMAN 70 ke SMAN 6. Dalam penyerbuan
itu, para pelaku membawa senjata tajam seperti gir dan celurit serta potongan
kayu. Bahkan di Jakarta Utara, tawuran antar pelajar sudah mengarah pada
kriminalitas, berupa perampokan. Salah satunya tawuran yang terjadi di kawasan
Pademangan, 13 September 2012. Dalam rekontruksi yang digelar Polsek
Pademangan, di Jalan Benyamin Sueb, 6 tersangka siswa SMK Taman Siswa
Taman Madya 1 Kemayoran menyerang sejumlah pelajar SMA Negeri 40
Pademangan yang melintas di jalan. Setelah menyerang tersangka merampas
dompet dan telepon seluler milik korban.5
Kondisi seperti ini terbukti memengaruhi pendidikan di Indonesia saat ini,
yang masih lebih menghargai kecerdasan intelektual (Intelligence Quotient) dari
pada kecerdasan-kecerdasan yang lain. Peserta didik lebih sering dites IQ, namun
tidak pernah diberi tes-tes kecerdasan yang lain seperti EQ (Emotional Quotient)
4Gunawan, Pelaku Harus Dipidanakan, Beri Sanksi Juga Jajaran Manajemen Sekolah,
Kompas,Jakarta, 26 September 2012, h. 1. 5Gunawan, Perlu Sanksi Tawuran, Polisi Tangkap Pelaku dan Pihak yang Bantu
Menyembunyikan,Kompas, Jakarta, 28 September 2012, h. 1
-
7/26/2019 Peranan Guru PAI
14/149
atau SQ (Spiritual Quotient). Dalam sistem pendidikan di Indonesia, siswa yang
cerdas adalah siswa yang nilai-nilai raport sekolah atau Indeks Prestasinya (IP)
tinggi. Sementara sikap, kreativitas, kemandirian, emosi dan spiritualitas belum
mendapat penilaian yang proporsial.6
Berbagai gejala kehidupan saat ini, seperti dekadensi moral, pengikisan
nilai-nilai budaya bangsa dan berbagai hal lain sangat berpotensi mengikis jati diri
bangsa. Nilai-nilai kehidupan yang diperihara menjadi goyah bahkan berangsur-
angsur hilang. Perambatan budaya luar yang kurang ramah terhadap budaya
bangsa ini pada gilirannya menuntut peranan pendidikan emosional untuk benar-
benar menjamin lahirnya generasi yang tanggung secara intelektual maupun
moral.
Menurut Goleman, khusus pada orang-orang yang murni hanya memiliki
kecerdasan akademis tinggi atau ber-IQ tinggi, mereka cenderung
memiliki rasa gelisah yang tidak beralasan, terlalu kritis, rewel, cenderung
menarik diri, terkesan dingin dan cenderung sulit mengekspresikan
kekesalan dan kemarahannya secara tepat. Bila didukung dengan
rendahnya taraf kecerdasan emosionalnya, maka orang-orang seperti ini
sering menjadi sumber masalah. Karena sifat-sifat di atas, bila seseorang
memiliki IQ tinggi namun taraf kecerdasan emosionalnya rendah, maka
cenderung akan terlihat sebagai orang yang keras kepala, sulit bergaul,
mudah frustasi, tidak mudah percaya kepada orang lain, tidak peka dengan
kondisi lingkungan dan cenderung putus asa bila mengalami stress.7
Merupakan suatu kenyataan bahwa kecerdasan yang digambarkan melalui
Intelligence Quotient (IQ), belum tentu menjamin keberhasilan belajar seorang
anak. IQ tidak menggambarkan kecerdasan seseorang secara keseluruhan, karena
hanya merupakan kemampuan memecahkan persoalan yang bertumpu pada akal
sehat serta rasio semata.8 Sekurang-kurangnya terdapat delapan kecerdasan lain
seperti yang ditawarkan oleh Howard Gardner yang dapat dikembangkan untuk
menopang kehidupan siswa dimasa yang akan datang. Kedelapan kecerdasan
tersebut ialah kecerdasan linguistic, kecerdasan matematis, kecerdasan visual,
6Agus Efendi,Revolusi Kecerdasan Abad 21, (Bandung: Alfabeta, 2005), Cet. Ke-1, h. 4.
7Daniel Goleman, Emotional Intelligence, Kecerdasan Emosional,. Terj, T. Hermaya,
(Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2001), Cet. Ke-11, h. 618Ibid., h. 7.
-
7/26/2019 Peranan Guru PAI
15/149
5
kecerdasan musical, kecerdasan fisik, kecerdasan interpersonal, kecerdasan
intrapersonal dan kecerdasan naturalis.9
Dari berbagai hasil penelitian, telah banyak terbukti bahwa kecerdasan
emosi memiliki peran jauh lebihsignificantdibanding kecerdasan intelektual (IQ).
Kecerdasan otak (IQ) barulah sebatas syarat minimal meraih keberhasilan, namun
kecerdasan emosilah yang sesungguhnya (hampir seluruhnya terbukti)
mengantarkan seseorang menuju puncak prestasi. Terbukti, banyak orang-orang
yang memiliki kecerdasan intelektual tinggi, terpuruk ditengah persaingan.
Sebaliknya banyak yang mempunyai kecerdasan intelektual biasa-biasa saja,
justru sukses menjadi bintang-bintang kinerja, pengusaha- pengusaha sukses, dan
pemimpin-pemimpin di berbagai kelompok. Di sinilah kecerdasan emosi (EQ)
membuktikan eksistensinya.10
Penelitian psikologis dibidang kecerdasan menemukan perlu
dikembangkannya kecerdasan emosional yang bertumpu pada karakteristik
pribadi anak, agar anak lebih mampu mengatasi berbagai tantangan yang
merupakan kunci sukses dalam menata hidupnya.11
Kecerdasan emosional yang
secara umum mencakup kesadaran diri, kontrol diri, kemandirian, ketekunan,
semangat dan motivasi diri, empati serta kecakapan dalam bersosalisasi. Semua
ini merupakan kemampuan-kemampuan dasar yang dibutuhkan setiap pribadi agar
berhasil dalam hidupnya.12
Hendaknya orangtua dan guru tidak hanya mementingkan dan
memperhatikan pendidikan anak hanya pada segi intelektualnya (IQ) saja, akan
tetapi lebih penting dari itu, dari segi Emosional (EQ) pun orang tua atau guru
harus mementingkan dan memperhatikannya.
Kecerdasan emosional tidaklah ditentukan sejak lahir, melainkan dapat
dipupuk dan dikembangkan dalam diri anak melalui pembiasaan sehari-hari.
9Collin Rose, dkk., Super Accelerated Learning: Revolusi Belajar Cepat Abad 21
Berdasarkan Riset Terbaru Para Ilmuwan, (Bandung: Jabal, 2007), h. 21-25.10
Ary Ginanjar Agustian, Rahasia Sukses Membangun Kecerdasan Emosi Dan Spiritual
ESQ: Emotional Spiritual Quotient, The ESQ Way 165: 1 Ihsan, 6 Rukun Iman Dan 5 Rukun
Islam, (Jakarta: Penerbit Arga, 2005), h. 17.11
E. Shapiro, op. cit., h. 4.12
GeMozaik, Pentingnya Pendidikan Kecerdasan Emosional, h. 1-2, (http://Google.com),2005.
-
7/26/2019 Peranan Guru PAI
16/149
6
Keluarga dan sekolah seharusnya berperan aktif dalam memberikan stimulus
melalui penanaman nilai yang baik dan tepat, guna memupuk kecerdasan
emosional pada anak. Lingkungan yang pertama dikenal anak adalah keluarga,
keluarga merupakan bentuk kekerabatan terkecil dalam dunia sosial. Seorang anak
dalam keluarga mendapat pendidikan yang pertama dan utama dari orang tuanya.
Keluarga juga sangat berperan dalam membentuk pribadi yang matang guna
memupuk kecerdasan emosional anak. Hal ini senada dengan pendapat Goleman
yang mengungkapkan bahwa kehidupan keluarga merupakan sekolah kita yang
pertama dalam mempelajari emosi.13
Anak merupakan titipan (amanah) dari Allah SWT. Orang tua merupakan
pemeran utama dalam mendidik anak-anaknya. Secara kodrati bayi dilahirkan
dalam keadaan suci, keluargalah yang membesarkannya menjadi baik atau buruk.
Orang tua dalam hal ini bertanggung jawab untuk selalu mengembangkan potensi
yang dibawa oleh anak semenjak lahir agar menjadi lebih baik. Dalam konsep
Islam, keluarga adalah penanggung jawab utama terpeliharanya potensi tersebut.
Ketika dalam keluarga bagi sebagian anak bukan lagi merupakan landasan
kokoh dalam perkembangan dirinya. Maka sekolah yang merupakan lingkungan
kedua anak, menjadi sebagai salah satu tempat dimana anak dapat mencari
pembentukan terhadap kekurangan dalam bidang kecerdasan emosional yang
kurang ia dapatkan di kehidupan keluarga. Dalam hal ini sekolah memikul
tanggung jawab untuk memberdayakan kecerdasan emosional anak didiknya.
Konsep pendidikan emosional dapat dengan baik dikembangkan oleh
peserta didik ketika disajikan dalam bentuk yang empiris. Dalam kurikulum
pendidikan nasional, penanaman kecerdasan emosional ini terintegrasikan dalam
berbagai studi, diantaranya adalah bidang studi pendidikan agama Islam (PAI).
Artikulasi Pendidikan Islam dipahami sebagai wawasan atau pengetahuan agama
Islam yang mengedepankan nilai-nilai moral, etika dan estetika dalam kehidupan
sehari-hari.
13John Gottman, Kiat-kiat Membesarkan Anak yang Memiliki Kecerdasan Emosional,
(Jakarta: Grasindo, 1999), h. 2.
-
7/26/2019 Peranan Guru PAI
17/149
Dalam rangka mencapai pendidikan, Islam mengupayakan pembinaan
seluruh potensi manusia secara serasi dan seimbang dengan terbinanya seluruh
potensi manusia secara sempurna; diharapkan ia dapat melaksanakan fungsi
pengabdiannya sebagai khalifah di muka bumi. Untuk dapat melaksanakan
pengabdian tersebut harus dibina seluruh potensi yang dimiliki yaitu potensi
spiritual, kecerdasan, perasaan, dan kepekaan. Potensi-potensi itu sesungguhnya
merupakan kekayaan dalam diri manusia yang amat berharga.14
Dengan melihat urgensi peran guru, khususnya guru agama dalam
melaksanakan rangkaian-rangkaian kegiatan pengajaran agama yang dengannya
diharapkan agar siswa siswinya mampu memahami dan mengimplementasikan
pendidikan agama yang telah diberikan, baik ketika belajar di sekolah maupun
diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Serta dengan memeperhatikan
bagaimana realitas kualitas pendidikan kita dan upaya apa yang dapat dilakukan
untuk meningkatkan kualitas pendidikan sehingga bisa menghasilkan SDM yang
lebih berkualitas sebagaimana yang diharapkan, agar bangsa Indonesia menjadi
bangsa yang produktif dan memiliki kepercayaan diri yang kuat sehingga mampu
bersaing dengan bangsa-bangsa lain dalam kehidupan global ini.
Dari pengamatan penulis di SMA Martia Bhakti Bekasi permasalahan
yang sering muncul dan sering dialami siswa khususnya dalam kecerdasan
emosionalnya adalah siswa belum mampu mengontrol emosi, lebih mudah
tersinggung, memiliki sensitifitas yang tinggi, kurang percaya diri, komunikasi
kurang baik antar teman, mudah terpengaruh, egois, kurang menghargai sesama
teman dan adanya perasaan minder dalam pergaulan.15
Melihat permasalahan di atas, maka pihak sekolah harus aktif melakukan
pendekatan dan pembinaan kepada seluruh siswa baik yang melakukan
penyimpangan-penyimpangan maupun yang tidak, supaya mereka terhindar dari
perilaku-perilaku yang menyimpang demi tercapainya tujuan pendidikan yang
dikehendaki.
14Abudin Nata,Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1997), Cet. Ke-1,
h. 53-5415
Hasil Wawancara dengan Guru Pendidikan Agama Islam di SMA Martia Bhakti Bekasi.
-
7/26/2019 Peranan Guru PAI
18/149
8
Dalam hal ini merupakan tanggung jawab seluruh pihak sekolah, termasuk
di dalamnya guru Pendidikan Agama Islam yang selanjutnya di sebut guru agama,
demi tercapainya tujuan pendidikan di sekolah. Adapun tugas pokok guru agama
adalah mendidik dan mengajarkan pengetahuan agama ke pribadi anak didik yang
peranan utamanya adalah mengubah sikap mental anak didik untuk beriman dan
bertaqwa kepada Tuhan yang Maha Esa serta mampu mengamalkan ajaran agama.
Dengan dasar itulah penulis merasa perlu dan tertarik untuk meneliti
fenomena di atas yang kemudian dituangkan dalam bentuk sebuah skripsi dengan
judul: Peranan Guru Pendidikan Agama Islam Dalam Pembinaan
Kecerdasan Emosional Siswa di SMA Martia Bhakti Bekasi
B.Identifikasi Masalah
Berkaitan dengan latar belakang di atas, maka masalah yang dapat
diidentifikasi adalah sebagai berikut:
1.
Lembaga pendidikan hanya mengedepankan pada pembinaan kecerdasan
intelektual (IQ) semata tanpa diimbangi kecerdasan emosional (EQ).
2. Kurangnya perhatian guru dalam membina kecerdasan emosional siswa di
sekolah
3.
Adanya ketimpangan prilaku sosial yang terjadi dalam dunia pendidikan di
Indonesia.
4.
Mayoritas dari setiap pelaksanaan pendidikan masih berorientasi pada aspek-
aspek pengetahuan (kognitif) dan keterampilan (psikomotor) saja, padahal
pembelajaran yang berhasil adalah pembelajaran yang menyeimbangkan
berbagai aspek antara lain aspek kognitif, psikomotorik, dan afektif yang
menanamkan nilai-nilai sikap dan moral kepada peserta didik.
C.
Pembatasan Masalah
Permasalahan tentang Peranan Guru Pendidikan Agama Islam Dalam
Pembinaan Kecerdasan Emosional Siswa sangat luas. Karena itu, agar masalah
tidak rancu dalam skripsi ini, maka permasalahan dibatasi pada persoalan berikut:
-
7/26/2019 Peranan Guru PAI
19/149
9
1.
Peranan guru PAI dalam skripsi ini dibatasi pada peranan guru PAI dalam
pembinaan kecerdasan emosional siswa, peranan yang dimaksud adalah
peranan guru sebagai pendidik, pembimbing, motivator, pengelola kelas dan
evaluator.
2. Kecerdasan emosional yang dimaksud dalam skripsi ini adalah kemampuan
untuk mengenali emosi diri, mengelola emosi, memotivasi diri sendiri,
mengenali emosi orang lain dan membina hubungan
D.Perumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah di atas, maka penulis merumuskan
masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
Bagaimana Peranan Guru PAI Dalam Pembinaan Kecerdasan Emosional
Siswa Di SMA Martia Bhakti Bekasi?
E.Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini diantaranya adalah:
Untuk mengetahui peranan guru pendidikan agama Islam dalam membina
kecerdasan emosional siswa di SMA Martia Bhakti Bekasi.
F. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian ini adalah:
1)
Kegunaan teoritis, yaitu pengembangan ilmu pengetahuan dan penambahan
wawasan mengenai peran guru Pendidikan Agama Islam dalam mencerdaskan
emosional siswa di SMA Martia Bhakti Bekasi
2) Kegunaan praktis, yaitu diharapkan penelitian ini berguna untuk menambah
khazanah ilmu pengetahuan bagi penulis sebagai calon guru pada khususnya,
dan dapat memberi informasi tentang pentingnya memberikan bantuan kepada
siswa dalam membina kecerdasan emosinya sehingga siswa tersebut menjadi
pribadi yang tangguh dalam menghadapi persoalan dalam hidupnya.
-
7/26/2019 Peranan Guru PAI
20/149
10
BAB II
KAJIAN TEORI
A.Peranan Guru Pendidikan Agama Islam
1. Pengertian Peranan
Sebelum penulis membahas tentang pengertian Guru Pendidikan Agama
Islam ada baiknya penulis membahas tentang pengertian peranan. Peranan adalah
kata dasar peranyang ditambahkan akhiran an, peran menurut Kamus Besar
Bahasa Indonesia memiliki arti perangkat tingkah laku yang diharapkan dapat
dimiliki oleh orang yang berkedudukan dalam masyarakat.1Setelah mendapatkan
akhiran an, kata peran memiliki arti yang berbeda, diantaranya.
a)
Peranan adalah tindakan yang dilakukan oleh seseorang dalam suatu
peristiwa.2
b)
Peranan adalah konsekuensi atau akibat kedudukan atau status seseorang.3
Berdasarkan pengertian peranan yang telah dikemukakan di atas, maka
menurut pendapat penulis, peranan adalah sesuatu yang menjadi bagian atau
seseorang yang mempunyai wewenang dalam menjalankan hak dan kewajiban
sesuai dengan kedudukannya untuk mencapai tujuan.
1WJS. Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1985),
h. 3332Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai
Pustaka, 2007), ed. 3, h. 854.3S. Nasution, Sosiologi Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 1995), cet. Ke-1, ed. 1, h. 73.
-
7/26/2019 Peranan Guru PAI
21/149
11
2. Pengertian Guru Pendidikan Agama Islam
Al-Quran telah mengisyaratkan peran para nabi dan pengikutnya dalam
pendidikan dan fungsi fundamental mereka dalam pengkajian ilmu-ilmu Ilahi
serta aplikasinya. Isyarat tersebut, salah satunya terdapat dalam firman-Nya
berikut ini:
$Z/]/#rNgw qNk]B#q=GNk=7 G#O g J =r= G3 9#pJ 3 t:#r
Nk.r47 R)M R&9#O 3 s 9#Ya Tuhan Kami, utuslah untuk mereka sesorang Rasul dari kalangan mereka,
yang akan membacakan kepada mereka ayat-ayat Engkau, dan mengajarkan
kepada mereka Al kitab (Al Quran) dan Al-Hikmah (As-Sunnah) serta mensucikanmereka. Sesungguhnya Engkaulah yang Maha Kuasa lagi Maha Bijaksana. (QS.
Al-Baqoroh: 129)4
Ayat di atas dapat dipahami bahwa umat Islam dianjurkan untuk
mengajarkan ilmu pengetahuan dan menjadi seorang guru agama kepada orang
lain atau siswa, mendidiknya dengan akhlak Islam dan membentuknya menjadi
manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT.
Pendidik adalah orang dewasa yang bertanggung jawab memberi
bimbingan atau bantuan kepada anak didik dalam perkembangan jasmani danrohaninya agar mencapai kedewasaannya, mampu melaksanakan tugasnya sebagai
makhluk Allah swt, khalifah di permukaan bumi, sebagai makhluk sosial dan
sebagai individu yang sanggup berdiri sendiri.5
Istilah lain yang lazim dipergunakan untuk pendidik adalah guru. Kedua
istilah tersebut bersesuaian artinya. Bedanya, istilah guru seringkali dipakai di
lingkungan pendidikan formal, sedangkan pendidik dipakai di lingkungan formal,
informal maupun nonformal.
4 Tim Pustaka Al-Kautsar, Mushaf Al-Quran dan Terjemahnya, (Jakarta: Pustaka Al-
Kautsar, 2009), h. 205H. Ihsan Hamdani, H. A. Fuad Ihsan,Filsafat Pendidikan Islam, (Bandung: Pustaka Setia,
2001), h. 93.
-
7/26/2019 Peranan Guru PAI
22/149
12
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia guru adalah orang yang
pekerjaannya (mata pencahariannya, profesinya) mengajar. Sedangkan guru
agama adalah guru yang mengajarkan agama.6
Menurut Zakiah Daradjat menyatakan bahwa: Guru adalah seseorang
yang memiliki kemampuan dan pengalaman yang dapat memudahkan dalam
melaksanakan peranannya dalam membimbing siswanya, ia harus sanggup
menilai diri sendiri tanpa berlebih-lebihan, sanggup berkomunikasi dan bekerja
sama dengan orang lain, selain itu perlu di perhatikan pula bahwa ia juga memiliki
kemampuan dan kelemahan.7
Menurut M. Arifin guru adalah orang yang membimbing, mengarahkan,
dan membina anak didik menjadi manusia yang matang atau dewasa dalam sikap
dan kepribadiannya, sehingga tergambarlah dalam tingkah lakunya nilai-nilai
agama Islam.8
Guru adalah orang yang kerjanya mengajar atau memberikan pelajaran di
sekolah atau kelas. Secara lebih khusus lagi, ia mengatakan bahwa guru adalah
orang yang bekerja dalam bidang pendidikan dan pengajaran yang ikut
bertanggung jawab dalam membantu anak-anak mencapai kedewasaan masing-
masing. Guru dalam pengertian tersebut, menurutnya bukanlah sekedar orang
yang berdiri di depan kelas untuk menyampaikan materi pengetahuan tertentu,
akan tetapi adalah anggota masyarakat yang harus ikut aktif dan berjiwa besar
serta kreatif dalam mengarahkan perkembangan anak didiknya untuk menjadi
anggota masyarakat sebagai orang dewasa.9
Kesimpulan yang dapat diambil oleh penulis dari berbagai pengertian di
atas, maka guru atau pendidik dapat diartikan sebagai orang yang mendidik, yaitu
yang bekerja dalam bidang pendidikan dan mempunyai tanggung jawab terhadap
pendidikan atau kedewasaan seorang anak.
6Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa,Kamus Besar Bahasa Indonesia, edisi. 3, h. 337.
7Zakiah Daradjat, Metodologi Pengajaran Agama Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1996),
cet. 1, h. 2668M. Arifin,Filsafat Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1987), h. 100
9H. Abudin Nata,Filsafat Pendidikan Islam, (Ciputat: Logos, 2001), Cet. Ke-4, h. 62-63.
-
7/26/2019 Peranan Guru PAI
23/149
13
Guru dalam Islam adalah orang yang bertanggung jawab terhadap
perkembang anak didik dengan mengupayakan seluruh potensinya, baik potensi
afektif, kognitif, maupun psikomotorik. Guru juga berarti orang dewasa yang
bertanggung jawab memberikan pertolongan pada anak didik dalam
perkembangan jasmani dan rohaninya agar mencapai tingkat kedewasaan, serta
mampu berdiri sendiri dalam memenuhi tugasnya sebagai hamba Allah SWT.
Disamping itu juga, ia mampu sebagai makhluk sosial dan makhluk individu yang
mandiri.10
Kesimpulan yang dapat di ambil dari beberapa pengertian diatas, bahwa
guru agama adalah orang dewasa yang bertanggung jawab terhadap
perkembangan anak didik melalui suatu proses bimbingan jasmani dan rohani
yang dilakukan dengan kesadaran untuk mengembangkan potensi anak didik
menuju ke arah kedewasaan. Guru agama tidak hanya menyampaikan ilmu
pengetahuan agama saja, tetapi ia juga harus dapat membentuk, menumbuhkan
dan memberikan nilai-nilai ajaran agama kepada siswa dalam kehidupan sehari-
hari.
Pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan latihan, sehingga
memberikan perubahan pada pertumbuhan jasmani dan rohani si terdidik menuju
kedewasaan dalam pola berfikir dan memiliki sikap dan nilai yang bermanfaat
bagi masyarakat dan kebudayaan yang sesuai dengan cita-cita pendidikan. Dengan
demikian yang menjadi sasaran pokok adalah bimbingan dan pimpinan kepada
anak yang sedang berkembang jasmani atau rohani menuju kesempurnaan.
Mengenai pengertian Pendidikan Agama Islam sendiri ada beberapa
pendapat para ahli. Diantaranya sebagai berikut:
M. Arifin menyatakan bahwa:pendidikan agama Islam adalah Proses
mengarahkan dan membimbing manusia didik kearah pendewasaan pribadi yang
beriman dan berilmu pengetahuan yang saling memperkokoh dalam
perkembangan mencapai titik optimal kemampuannya.11
10Muhammad Nurdin, Kiat Menjadi Guru Profesional, (Jogjakarta: Prisma Sophie
Jogjakarta, 1994), h. 15611
M. Arifin,Kapita Selekta Pendidikan, (Islam dan Umum), (Jakarta: Bumi Aksara, 1993),h. 44
-
7/26/2019 Peranan Guru PAI
24/149
14
Menurut Zakiyah Daradjat, Pendidikan Agama Islam adalah suatu usaha
untuk membina dan mengasuh peserta didik agar senantiasa dapat memahami
ajaran Islam secara menyeluruh. Lalu menghayati tujuan, yang pada akhirnya
dapat mengamalkan serta menjadikan Islam sebagai pandang hidup.12
Menurut Abdul Majid dan Dian Andayani mengatakan, Pendidikan
agama Islam adala upaya sadar dan terencana dalam menyiapkan peserta didik
untuk mengenal, memahami, menghayati, hingga mengimani ajaran agama Islam,
dibarengi dengan tuntutan untuk menghormati penganut agama lain dalam
hubungan dengan keturunan antar umat beragama hingga terwujud kesatuan dan
persatuan bangsa.13
Tayang Yusuf, dalam bukunya Abdul Majid dan Dian Andayani dalam
bukunya yang berjudul Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi
menjelaskan pendidikan Agama Islam adalah usaha sadar generasi tua untuk
mengalihkan pengalaman, pengetahuan, kecakapan dan keterampilan kepada
generasi muda agar kelak menjadi manusia bertakwa kepada Allah swt.14
Menurut A. Tafsir, pendidikan Agama Islam adalah bimbingan yang
diberikan seseorang kepada seseorang agar ia berkembang secara maksimal sesuai
dengan ajaran Islam.
Pengertian pendidikan agama Islam di atas, dapat disimpulkan bahwa
pendidikan agama Islam adalah usaha yang dilakukan secara sadar dan terencana
yang diberikan kepada peserta didik untuk menumbuhkan jasmani dan rohani
secara optimal untuk mencapai bentuk manusia yang berkualitas menurut ajaran
Islam yaitu manusia yang bertaqwa kepada Allah SWT. Dikatakan sebagai usaha
sadar karena pendidika itu dilakukan secara sengaja dan mempunyai tujuan
terencana dimaksudkan agar pendidik tidak dapat dilakukan seadanya, tetapi harus
dengan persiapan yang matang, pelaksanaan yang teratur, evaluasi yang terukur
serta tingkatan yang membedakan peserta didik dalam kelompok yang berbeda
satu sama lain.
12Zakiah Daradjat,Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 2012), Cet. Ke-10, h. 86
13Abdul Majid dan Dian Andayani, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi,
(Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2006), Cet. Ke-3, h. 130.14Ibid,.
-
7/26/2019 Peranan Guru PAI
25/149
15
Mata pelajaran Pendidikan Agama Islam itu secara keseluruhannya
mencakup bidang studi Al-Quran Hadis, Keimanan, Akhlak, Fiqh/Ibadah dan
Sejarah. Hal tersebut menggambarkan bahwa ruang lingkup Pendidikan Agama
Islam mencakup perwujudan keserasian, keselarasan dan keseimbangan hubungan
manusia dengan Allah swt, hubungan manusia dengan sesamanya, dan hubungan
manusia dengan makhluk lainnya maupun lingkungannya (Hablun minallah wa
hablun minannas)
Penjelasan guru dan pendidikan agama Islam di atas, dapat disimpulkan
bahwa guru pendidikan Agama Islam adalah usaha sadar orang dewasa yang
bertanggung jawab dalam membina, membimbing, mengarahkan, melatih,
menumbuhkan dan mengembangkan jasmani dan rohani anak didik ke arah yang
lebih baik agar menjadi menusia yang beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT
serta mampu melaksanakan tugasnya sebagai makhluk Allah, khalifah di muka
bumi sebagai makhluk sosial dan sebagai individu yang sanggup berdiri sendiri.
3. Peran dan Tugas Guru PAI
a. Peran Guru
Seorang guru dalam melaksanakan aktivitas keguruannya memiliki banyak
peran yang harus dilaksanakan. Diantaranya dalam kegiatan belajar mengajar
dimana seorang guru sangat memiliki pengaruh yang besar sekali terhadap
keberhasilan kegiatan belajar mengajar, agar tujuan pendidikan dapat terwujud
dengan baik.
Menurut Drs. M. Uzer Usman, peranan guru dalam kegiatan belajar
mengajar adalah Terciptanya serangkaian tingkah laku yang saling berkaitan
yang dilakukan dalam suatu situasi tertentu serta berhubungan dengan kemajuan
perubahan tingkah laku dan perkembangan siswa menjadi tujuannya.15
Peranan guru dalam proses belajar mengajar meliputi banyak hal. Yang
akan dikemukakan disini adalah peranan yang dianggap paling dominan dan
15Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2011),
Cet. Ke-26, h. 4
-
7/26/2019 Peranan Guru PAI
26/149
16
diklasifikasikan sebagaimana yang dikemukakan oleh beberapa ahli sebagai
berikut:
Menurut Moh. Uzer Usman, peran guru di bagi beberapa macam,
diantaranya:
1) Guru Sebagai Demonstrator(Pendidik)
Melalui peranannya sebagai demonstrator, lecturer, atau pengajar, guru
hendaknya senantiasa menguasai bahan atau materi pelajaran yang akan
diajarkannya serta senantiasa mengembangkannya dalam arti meningkatkan
kemampuannya dalam ilmu yang dimilikinya karena hal ini akan sangat
menentukan hasil belajar yang dicapai oleh siswa.16
Agar tercapainya apa yang
diinginkan guru agama itu tercapai, maka dari itu guru sendiri harus terus belajar
agar memperkaya dirinya dengan berbagai ilmu pengetahuan sebagai bekal dalam
melaksanakan tugasnya sebagai pengajar.
2)
Guru Sebagai Pengelola Kelas
Peran guru sebagai pengelola kelas (learning manager), guru hendaknya
mampu mengelola kelas sebagai lingkungan belajar serta merupakan aspek dari
lingkungan sekolah yang perlu diorganisasi. Lingkungan ini diatur dan diawasi
agar kegiatan-kegiatan belajar terarah kepada tujuan-tujuan pendidikan.
Pengawasan terhadap belajar lingkungan itu turut menentukan sejauh mana
lingkungan tersebut menjadi lingkungan belajar yang baik. Lingkungan yang baik
ialah yang bersifat menantang dan merangsang siswa untuk belajar, memberikan
rasa aman dan kepuasan dalam mencapai tujuan.
Menurut Uzer Usman dalam bukunya Menjadi guru profesional, tujuan
umum pengelolaan kelas ialah menyediakan dan menggunakan fasilitas kelas
untuk bermacam-macam kegiatan belajar mengajar agar mencapai hasil yang
biak. Sedangkan tujuan khususnya adalah mengembangkan kemampuan siswa
dalam menggunakan alat-alat belajar, menyediakan kondisi-kondisi yang
16Ibid., h. 9
-
7/26/2019 Peranan Guru PAI
27/149
17
memungkinkan siswa bekerja dan belajar, serta membantu siswa untuk
memperoleh hasil yang diharapkan.17
Sebagai pengelola kelas guru bertanggung jawab memelihara lingkungan
fisik kelasnya agar senantiasa menyenangkan untuk belajar dan mengarahkan
untuk membimbing proses-proses intelektual dan sosial didalam kelas. Tanggung
jawab yang lain ialah membimbing pengalaman-pengalaman siswa sehari-hari
kearahself firected behavior.
Pengelola kelas yang baik ialah mengadakan kesempatan bagi siswa untuk
sedikit demi sedikit mengurangi ketergantungannya pada guru sehingga mampu
membimbing kegiatannya sendiri dan tidak lupa pula menciptakan lingkungan
belajar yang baik serta serta dapat menggunakan fasilitas yang ada secara optimal
begitu pula dengan pemeliharaannya.
Kualitas dan kuantitas belajar siswa di dalam kelas bergantung pada
banyak faktor, antara lain guru, hubungan pribadi antara siswa di dalam kelas,
serta kondisi umum dan suasana di dalam kelas.
3)
Guru Sebagai Mediator dan Fasilitator
Sebagai mediator guru hendaknya memiliki pengetahuan dan pemahaman
yang cukup tentang media pendidikan, karena media pendidikan merupakan alat
komunikasi untuk lebih mengefektifkan proses belajar mengajar. Dengan
demikian media pendidikan merupakan dasar yang sangat diperlukan yang
bersifat melengkapi dan merupakan bagian integral demi berhasilnya proses
pendidikan dan pengajaran di sekolah.18
Sadirman A. M. dalam bukunya yang berjudul Interaksi dan Motivasi
Belajar Mengajar menjelaskan bahwa Guru sebagai fasilitator, yaitu guru
memberikan fasilitas dan kemudahan dalam proses belajar mengajar. Misalnya
dengan menciptakan suasana belajar mengajar yang sedemikian rupa, serasi
17Ibid., h. 10
18Ibid., h. 11
-
7/26/2019 Peranan Guru PAI
28/149
18
dengan perkembangan siswa, sehingga interaksi belajar mengajar akan
berlangsung secara efektif.19
4)
Guru Sebagai Evaluator
Di dalam Proses belajar mengajar guru hendaknya menjadi seorang
evaluator yang baik yaitu guru dapat mengetahui keberhasilan dan pencapaian
tujuan, penguasaan siswa terhadap pelajaran, serta ketepatan atau keefektifan
metode mengajar, guru dapat mengetahui apakah proses belajar yang dilakukan
cukup efektif memberi hasil yang baik dan memuaskan atau sebaliknya. Guru
hendaknya terus menerus mengikuti hasil belajar yang telah dicapai oleh siswa
dari waktu-kewaktu. Informasi yang diperoleh melalui evaluasi ini merupakanumpan balik (feedback) terhadap proses belajar mengajar.20
Guru hendaknya mampu dan terampil dalam melaksanakan penilaian,
karena dengan penilaian guru dapat mengetahui prestasi yang di capai oleh siswa
setelah melaksanakan proses belajar mengajar akan terus menerus ditingkatkan
untuk memperoleh hasil yang optimal. Dan materi yang sudah disampaikan itu
sudah tepat sehingga mendapatkan hasil yang optimal.
Guru sangat berperan dalam membantu perkembangan peserta didik untuk
mewujudkan tujuan hidupnya secara optimal. Minat, bakat, kemampuan, dan
potensi-potensi yang dimiliki oleh peserta didik tidak akan berkembang secara
optimal tanpa bantuan guru.
E. Mulyasa, dalam bukunya Menjadi Guru Profesional mengatakan
bahwa diantara tugas guru yang utama dalam pembelajaran adalah:
a. Guru Sebagai Pendidik
Mendidik dapat diartikan sebagai suatu usaha untuk mengantarkan
anak didik ke arah kedewasaannya baik secara jasmani maupun rohani. Oleh
karena itu, mendidik dikatakan sebagai upaya pembinaan pribadi, sikap mental
dan akhlak anak didik. Dibandingkan dengan pengertian mengajar, maka
pengertian mendidik lebih mendasar. Mendidik tidak sekedar transfer of
19Sadirman A. M, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta: Raja Grafindo
Persada, 2004), Cet. Ke-11, h. 145.20Ibid., h. 11-12
-
7/26/2019 Peranan Guru PAI
29/149
19
knowledge, tetapi juga transfer of values. Mendidik diartikan lebih
komprehensif, yakni usaha membina diri anak didik secara utuh, baik matra
kognitif, psikomotorik maupun efektif, agar tumbuh sebagai manusia-manusia
yang berpribadi.21
Guru adalah pendidik, yang menjadi tokoh, panutan, dan identifikasi
bagi para peserta didik, dan lingkungannya. Oleh karena itu, guru harus
memiliki standar kualitas pribadi tertentu, yang mencakup tanggung jawab,
wibawa, mandiri dan disiplin.
Berkaitan dengan tanggung jawab; guru harus mengetahui, serta
memahami nilai, norma moral, dan sosial, serta berusaha berprilaku dan
berbuat sesuai dengan nilai norma tersebut. Guru juga harus bertanggung
jawab terhadap segala tindakannya dalam pembelajaran di sekolah, dan dalam
kehidupan bermasyarakat.22
b.
Guru Sebagai Pengajar
Sebagai pengajar, guru harus memiliki tujuan yang jelas, membuat
keputusan secara rasional agar peserta didik memahami keterampilan yang
dituntut oleh pembelajaran. Untuk kepentingan tersebut, perlu dibina
hubungan yang positif antara guru dengan peserta didik. Hubungan ini
menyangkut bagaimana guru merasakan apa yang dirasakan peserta didiknya
dalam pembelajaran, serta bagaimana peserta didik merasakan apa yang
dirasakan gurunya. Sebaiknya guru mengetahui bagaimana peserta didik
memandangnya, karena hal tersebut sangat penting dalam pembelajaran, baik
di sekolah maupun di luar sekolah. Hal ini akan menjadi jelas jika secara hati-
hati menguji bagaimana guru merasakan apa yang dirasakan peserta didik
dalam pembelajaran (empati).23
c.
Guru Sebagai Pembimbing
Guru dapat diibaratkan sebagai pembimbing perjalanan (journey),
yang berdasarkan pengetahuan dan pengalamannya bertanggung jawab atas
21Sadirma, op.cit., h. 53
22E. Mulyasa, Menjadi Guru Profesional, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2011), Cet.
Ke-11, h. 3723Ibid., h. 40
-
7/26/2019 Peranan Guru PAI
30/149
20
kelancaran perjalanan itu. Dalam hal ini, istilah perjalanan tidak hanya
menyangkut fisik tetapi juga perjalanan mental, emosional, kreatifitas, moral,
dan spiritual yang lebih dalam dan kompleks. Sebagai pembimbing, guru
harus merumuskan tujuan secara jelas, menetapkan waktu perjalanan, serta
menilai kelancarannya sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan peserta
didik. Semua itu dilakukan berdasarkan kerjasama yang baik dengan peserta
didik, tetapi guru memberikan pengaruh utama dalam setiap aspek perjalanan.
Sebagai pembimbing, guru memiliki berbagai hak dan tanggung jawab dalam
setiap perjalanan yang di rencanakan dan dilaksanakannya.24
d.
Guru Sebagai Evaluator
Selain menilai hasil belajar peserta didik, guru harus pula menilai
dirinya sendiri, baik sebagai perencana, pelaksana, maupun penilai program
pembelajaran. Oleh karena itu, dia harus memiliki pengetahuan yang memadai
tentang penilaian program sebagaimana memahami penilaian hasil belajar.
Sebagai perancang dan pelaksana program, dia memerlukan balikan tentang
efektivitas programnya agar bisa menentukan apakah program yang
direncanakan dapat dilaksanakan dengan sebaik-baiknya. Perlu diingat bahwa
penilaian bukan merupakan tujuan, melainkan alat untuk mencapai tujuan.
Dr. Wina Sanjaya, M.Pd, menjelaskan bahwa agar proses pengajaran
menjadi optimal, maka peran guru diantaranya, yaitu:
1) Guru Sebagai Sumber Belajar
Peran guru sebagai sumber belajar berkaitan erat dengan penguasaan materi
pelajaran. Bisa kita menilai baik atau tidaknya seorang guru hanya dari
penguasaan materi pelajaran.
2)
Guru Sebagai Fasilitator
Peran guru sebagai fasilitator dituntut agar mempunyai kemampuan dalam
berkomunikasi dan berinteraksi dengan siswa. Hal ini sangat penting,
kemampuan berkomunikasi secara efektif dapat memudahkan siswa menagkap
pesan sehingga dapat meningkatkan motivasi belajar mereka.
24Ibid., h. 40-41
-
7/26/2019 Peranan Guru PAI
31/149
21
3)
Guru Sebagai Pengelola
Sebagai pengelola pembelajaran (learning manajer), guru berperan dalam
menciptakan iklim belajar yang memungkinkan siswa dapat belajar secara
nyaman. Melalui pengelolaan kelas guru juga dapat menjaga kelas agar tetap
kondusif untuk terjadinya proses belajar seluruh siswa.
4) Guru Sebagai Demonstrator
Peran guru sebagai demonstrator adalah peran untuk mempertunjukkan
kepada siswa segala sesuatu yang dapat membuat siswa lebih mengerti dan
memahami setiap pesan yang disampaikan.
5)
Guru Sebagai Pembimbing
Guru sebagai pembimbing, yaitu guru harus dapat membimbing dan
mengarahkan kegiatan belajar mengajar siswa sesuai dengan tujuan yang
dicita-citakan.25
Sebagai pembimbing dalam proses pembelajaran, ini berarti guru
dituntut untuk mampu memberikan bimbingan belajar kepada siswanya.
Tujuan bimbingan secara umum adalah membantu murid-murid agar
mendapat penyesuaian yang baik dalam situasi belajar, sehingga setiap murid
dapat belajar dengan efisien sesuai dengan kemampuan yang dimiliknya.
Untuk jelasnya tujuan pelayanan bimbingan belajar dirinci sebagai berikut:
a.
Memberikan cara-cara belajar yang efisien dan efektif bagi seorang
anak atau kelompok anak.
b. Menunjukkan cara-cara mempelajari dan menggunakan buku pelajaran
c.
Memberikan informasi (sarana dan petunjuk) bagi yang memanfaatkan
perpustakaan.
d. Menunjukkan cara-cara menghadapi kesulitan belajar dalam bidang
studi tertentu.26
Siswa adalah individu yang unik. Keunikan itu dapat dilihat dari
adanya perbedaan. Walaupun secara fisik mungkin memiliki kemiripan, tetapi
pada hakikatnya mereka tidaklah sama, baik dalam bakat, minat, kemampuan
dan sebagainya. Perbedaan itulah yang menuntut guru harus berperan sebagai
25Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, (Jakarta:
PT. Kencana, 2006), Ed-1, Cet. Ke-5, h. 21-26. 26
Abu Ahmadi, Widodo Supriyono, Psikologi Belajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 1991), Cet.Ke-1, h. 105.
-
7/26/2019 Peranan Guru PAI
32/149
22
pembimbing. Membimbing siswa agar dapat menemukan potensi yang
dimilikinya sebagai bekal hidup mereka. Membimbing siswa agar dapat
mencapai dan melaksanakan tugas-tugas perkembangan mereka, sehingga
dengan ketercapaian itu ia dapat tumbuh berkembang sebagai manusia ideal
yang menjadi harapan setiap orang tua dan masyarakat.
6) Guru sebagai Motivator
Proses pembelajaran akan berhasil manakala siswa mempunyai motivasi
dalam belajar. Oleh sebab itu, guru perlu menumbuhkan motivasi belajar
siswa. Untuk memperoleh hasil belajar yang optimal, guru dituntut kreatif
mengembangkitkan motivasi belajar siswa, yaitu dengan cara:
a.
Memperjelas tujuan yang ingin dicapaib.
Membangkitkan minat siswa
c. Menciptakan suasana yang menyenangkan dalam belajar
d. Berilah pujian yang wajar terhadap setiap keberhasilan siswa
e.
Berikan penilaian
f.
Berilah komentar terhadap hasil pekerjaan siswa
g. Ciptakan persaingan dan kerja sama.27
Dalam proses pembelajaran, motivasi merupakan salah satu aspek
dinamis yang sangat penting. Sering terjadi siswa yang kurang berprestasi
rendah bukan berarti oleh kemampuannya yang rendah, tetapi dikarenakan
tidak adanya motivasi untuk belajar sehingga ia tidak berusaha untuk
mengerahkan segala kemampuannya. Dengan demikian dapat dikatakan siswa
berprestasi rendah belum tentu disebabkan oleh kemampuannya yang rendah
pula, tetapi mungkin disebabkan oleh tidak adanya dorongan atau motivasi.
Sebagai motivator guru harus mampu menciptakan suasana yang
merangsang siswa untuk tetap bersemangat dalam melakukan kegiatan-
kegiatan sekolah dan dapat meningkatkan kecerdasan siswa.
Menurut E Mulyasa dalam bukunya Implementasi Kurikulum TingkatSatuan Pendidikan Kemandirian Guru dan Kepala Sekolah, mengemukakan
bahwasanya: Guru sebagai motivator hendaknya guru bertanggung jawab
mengarahkan pada yang baik, harus menjadi contoh, sabar, dan penuh
pengertian. Guru harus mampu menumbuhkan disiplin dalam diri (self
27Wina Sanjaya, op. cit., h. 29-30.
-
7/26/2019 Peranan Guru PAI
33/149
23
dicipline). Untuk kepentingan tersebut, guru harus mampu melakukan tiga hal
sebagi berikut:
a. Membantu peserta didik mengembangkan pola prilaku untuk dirinya
b.
Membantu peserta didik meningkatkan standar prilakunyac.
Menggunakan pelaksanaan aturan sebagai alat untuk menegakkan
disiplin.28
7) Guru sebagai Evaluator
Sebagai evaluator, guru berperan untuk mengumpulkan data atau
informasi tentang keberhasilan pembelajaran yang telah dilakukan. Yang
mempunyai fungsi untuk menentukan keberhasilan siswa dalam mencapai tujuan
yang telah ditentukan atau menentukan keberhasilan siswa dalam menyerap
materi kurikulum, dan untuk menentukan keberhasilan guru dalam melaksanakan
seluruh kegiatan yang telah diprogramkan.29
Seorang guru hendaknya harus memiliki kemampuan dan terampil dalam
melaksanakan penilaian, karena dengan penilaian guru dapat mengetahui prestasi
yang dicapai siswa setelah melaksanakan proses belajar, dan dengan penilaian
juga dapat memotivasi seorang guru untuk mengajar lebih maksimal.
b. Tugas Guru
Salah satu faktor yang paling menentukan dalam proses pembelajaran di
kelas adalah guru. Tugas guru yang paling utama adalah mengajar dan mendidik.
Sebagai pengajar guru merupakan peranan aktif (medium) antara peserta didik
dengan ilmu pengetahuan. Secara umum dapat dikatakan bahwa tugas dan
tanggung jawab yang harus dilaksanakan oleh guru adalah mengajak orang lain
berbuat baik. Tugas tersebut identik dengan dakwah Islamiyah yang bertujuan
mengajak umat Islam untuk berbuat baik. Di dalam Al-Quran Al-Imran ayat 104
Allah SWT berfirman:
` 3 F9rN3 YBpB&b q
-
7/26/2019 Peranan Guru PAI
34/149
24
Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada
kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar,
merekalah orang-orang yang beruntung.(Q.S Al-Imran: 104)
Guru agama tidak hanya bertugas melaksanakan pendidikan Agama
dengan baik, akan tetapi guru agama juga harus bisa memperbaiki pendidikan
agama yang terlanjur salah diterima oleh anak didik, baik dalam keluarga, dan
pembinaan kembali terhadap pribadi yang baik.
Menurut Slameto dalam bukunya Belajar dan Faktor-faktor yang
Mempengaruhinyamenerangkan bahwa tugas guru adalah:
a) Mendidik dengan titik berat memberikan arah dan motivasi pencapaian tujuan
baik jangka pendek maupun jangka panjang
b)
Memberikan fasilitas pencapaian tujuan pengalaman belajar yang memadaic)
Membantu perkembangan aspek-aspek pribadi seperti sikap, nilai-nilai dan
penguasaan diri.30
Menurut Heri Jauhari Muhtar dalam bukunya Fiqih Pendidikan,
mengatakan bahwa secara umum tugas pendidik atau guru yaitu:
1) Mujaddid, yaitu sebagai pembaharu ilmu, baik dalam teori maupun praktek,
sesuai dengan syariat Islam
2)
Mujtahid, yaitu sebagai pemikir yang ulung, dan
3) Mujahid, yaitu sebagai pejuang kebenaran.31
Sedangkan Uzer Usman menjelaskan beberapa tugas guru diantaranya:
a) Tugas Profesional
Tugas profesional yaitu tugas yang berkenaan dengan profesi tugas guru,
yang meliputi mendidik, mengajar, dan melatih. Mendidik berarti meneruskan dan
mengambangkan nilai-nilai hidup. Lebih lanjut ia menjelaskan mengajar berarti
meneruskan dan mengembangkan ilmu pengatahuan dan teknologi. Sedangkan
melatih berarti mengembangkan keterampilan-keterampilan pada siswa, dalam hal
ini guru berprofesi untuk dapat melaksanakan tugasnya dengan baik maka seorangguru hendaknya memahami segala aspek pribadi anak didiknya, baik segi jasmani
30Slameto, Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhunya, (Jakarta: Rineka Cipta,
2010), Cet. Ke-5, h. 97.31
Heri Jauhari Muhtar, Fiqih Pendidikan, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2005), Cet.Ke-1, h. 155.
-
7/26/2019 Peranan Guru PAI
35/149
25
maupun segi rohani. Guru hendaknya menganal dan memahami tingkat
perkembangan anak didik.32
Di samping memahami siswa, guru juga harus mengenal dan memahami
dirinya, agar terhindar dari konflik yang berhubungan dengan tugasnya seperti
frustasi dan ketidakmampuan menyesuaikan dirinya, sehingga ia dapat memahami
dan membantu siswa dengan sebaik-baiknya.
a) Tugas kemanusiaan
Tugas guru dalam bidang kemanusiaan di sekolah harus dapat menjadikan
dirinya sebagai orang tua kedua, ia harus mampu menarik simpati sehingga ia
menjadi idola para siswanya. Pelajaran apapun yang diberikan, hendaknya dapat
menjadi motivasi bagi siswanya dalam belajar. Bila seorang guru dalam
penampilannya sudah tidak menarik, maka kegagalan pertama adalah ia tidak
akan dapat menanamkan benih pengajarannya itu kepada para siswanya. Para
siswa enggan menghadapi guru yang tidak menarik (rapih).
b) Tugas kemasyarakatan
Masyarakat menempatkan guru pada tempat yang lebih terhormat di
lingkungannya, karena dari seorang guru diharapkan masyarakat dapat
memperoleh ilmu pengetahuan. Ini berarti bahwa guru berkewajiban untuk
mencerdaskan kemajuan masyarakat dan bangsa ini, dengan kata lain bahwa guru
berkewajiban mencerdaskan bangsa menuju pembentukan manusia Indonesia
seutuhnya yang berdasarkan Pancasila.33
Abu Ahmad, menjelaskan bahwa tugas profesional guru agama adalah
sebagai berikut:
1. Guru harus dapat menetapkan dan merumuskan tujuan instruksional dan
target yang hendak di capai.
2.
Guru agama harus memiliki pengetahuan yang cukup mengenai berbagai
metode menggunakan dalam situasi yang sesuai.
3.
Guru agama harus dapat memilih bahan dan mempergunakan alat-alatpembantu dan menciptakan kegiatan yang dilakukan anak didik dalam
pengalaman kaifiyah pelajaran agama tersebut.
32Uzer Usman, op. cit., h. 6
33Ibid., h. 7
-
7/26/2019 Peranan Guru PAI
36/149
26
4.
Guru agama harus dapat menetapkan cara-cara penilaian setiap hasil sesuai
dengan target dan situasi yang khusus. Adapun yang dinilai adalah apa
yang dilakukan anak didik setelah menerima pelajaran agama.34
Pada dasarnya tugas pokok guru ada dua, yaitu mendidik dan mengajar
siswa di sekolah, tetapi untuk menciptakan pengajaran dan pendidikan yang lebih
baik, seorang guru dituntut untuk profesional dalam tugasnya seperti menciptakan
suasana pendidikan yang bermakna, menyenangkan, kreatif, dinamis serta
member teladan yang baik kepada siswa maupun masyarakat disekitarnya dan
sebagainya.
4. Syarat dan Tanggung Jawab Guru Pendidikan Agama Islam
Syarat utama menjadi guru agama, selain ijazah dan syarat-syarat yang
lain mengenai kesehatan jasmani dan rohani, ialah sifat-sifat yang perlu untuk
dapat memberikan pendidikan dan pengajaran.
Bagi guru agama, disamping harus memiliki syarat-syarat tersebut, masih
harus ditambah dengan syarat-syarat yang lain, yang oleh Direktorat Pendidikan
Agama telah ditetapkan sebagai berikut:
a.
Setiap pendidik harus memiliki sifat rabbani
b.
Seorang pendidik hendaknya mengajarkan ilmunya dengan penuh rasa
sabarc.
Seorang pendidik harus memiliki kejujuran dengan menerapkan apa yang
dia ajarkan dalam kehidupan pribadinya
d.
Seorang pendidik harus memiliki wawasan dan pengetahuan yang luas
e. Seorang pendidik harus cerdik dan terampil dalam menciptakan metode
pengajaran yang variatif serta sesuai dengan materi pelajaran
f.
Seorang pendidik harus mampu bersikap tegas dan melakukan sesuatu
sesuai proporsinya sehingga ia akan mampu mengontrol dan menguasai
siswa
g.
Seorang pendidik harus mampu memahami psikologi anak, psikologi
perkambangan, dan psikologi pendidikan
h.
Seorang pendidik harus peka terhadap fenomena kehidupan yang sedang
berkembangi.
Seorang pendidik harus memiliki sifat adil terhadap seluruh anak
didiknya.35
34Abu Ahmad,Metodik Khusus Pendidikan Agama Islam, (Bandung: Amrico, 1986), h. 100
35Ibid., h. 169
-
7/26/2019 Peranan Guru PAI
37/149
27
Persyaratan tersebut bahwa seorang guru agama yang diharapkan adalah
mereka yang mempunyai pengetahuan luas serta dapat mengamalkannya, yang
nampak dalam tingkah laku sehari-hari, misalnya adil, penyabar, pemaaf, bersih
jasmani dan rohaninya serta ikhlas dalam menjalankan tugasnya.
Guru agama yang dikemukakan di atas menunjukkan bahwa seorang guru
agama itu tidak cukup hanya seorang yang berilmu pengetahuan agama saja, akan
tetapi harus mengamalkannya melalui iman dan taqwa kepada Allah SWT, serta
bersosialisasi dengan masyarakat dengan baik dan benar. Sebab guru agama
adalah cerminan figur Rasulullah SAW bagi umat Islam yang harus diteladani
seluruh tingkah lakunya. Dalam menjalani tugasnya mengajar, mendidik serta
membimbing anak didiknya yang berbeda satu sama lainnya, seorang guru agama
perlu membekali dirinya dengan ilmu-ilmu lain, misalnya ilmu psikologi
pendidikan, bimbingan konseling dan sebagainya.
Guru adalah orang yang bertanggung jawab mencerdaskan kehidupan anak
didik. Pribadi susila yang cakap adalah yang diharapkan ada pada setiap diri anak
didik. Tidak ada seorang guru pun yang mengharapkan anak didiknya menjadi
sampah masyarakat.
Tanggung jawab guru adalah untuk memberikan sejumlah norma kebaikan
kepada anak didiknya agar tahu mana perbuatan yang susila dan asusila, mana
perbuatan yang bermoral dan amoral. Semua norma itu tidak mesti harus guru
berikan ketika di kelas, di luar kelas pun sebaiknya guru contohkan melalui sikap,
tingkah laku, dan perbuatan. Pendidikan dilakukan tidak semata-mata dengan
perkataan, tetapi dengan sikap, tingkah laku dan perbuatan.36
Djamarah merinci lagi bahwa tanggung jawab pendidik adalah sebagai
berikut:
a.
Korektor, yaitu pendidik bisa membedakan mana nilai yang baik dan mana
nilai yang buruk, koreksi yang dilakukan bersifat menyeluruh dari efektifsampai ke psikomotor.
b.
Inspirator, yaitu pendidik menjadi inspirator/ilham bagi kemajuan belajar
siswa/mahasiswa, petunjuk bagaimana belajar yang baik, dan mengatasi
permasalahan lainnya.
36Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif, (Jakarta: PT.
Rineka Cipta, 2000), Cet. Ke-1, h. 31
-
7/26/2019 Peranan Guru PAI
38/149
28
c.
Informator, yaitu pendidik harus dapat memberikan informasi
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
d. Organisator, yaitu pendidik harus mampu mengelola kegiatan akademik
(belajar).e.
Motivator, yaitu pendidik harus mampu mendorong peserta didik agar
bergairah dan aktif belajar.
f. Inisiator, yaitu pendidik menjadi pencetus ide-ide kemajuan dalam
pendidikan dan pengajaran.
g.
Fasilitator, yaitu pendidik dapat memberikan fasilitas yang
memungkinkan memudahkan kegiatan belajar.
h. Pembimbing, yaitu pendidik harus mampu membimbing anak didik
menjadi manusia dewasa susila yang cakap.
i.
Demonstrator, yaitu jika diperlukan pendidik bisa mendemontrasikan
bahan pelajaran yang susah dipahami.
j. Pengelola kelas, yaitu pendidik harus mampu mengelola kelas untuk
menunjang interaksi edukatif.k.
Mediator, yaitu pendidik menjadi media yang berfungsi sebagai alat
komunikasi guna mengefektifkan proses interaksi edukatif.
l. Supervisor, yaitu pendidik hendaknya dapat memperbaiki, dan menilai
secara kritis terhadap proses pengajaran, dan
m.
Evaluator, yaitu pendidik dituntut menjadi evaluator yang baik dan jujur.37
Guru harus bertanggung jawab atas segala sikap, tingkah laku, dan
perbuatan dalam rangka membina jiwa dan watak anak didik. Dengan demikian,
tugas dan tanggung jawab guru adalah untuk membentuk anak didik agar menjadi
orang bersusila yang cakap, berguna bagi agama, nusa dan bangsa di masa yang
akan datang.38
Keutamaan profesi guru dalam agama Islam sangatlah besar sehingga
Allah SWT menjadikannya sebagai tugas yang diemban Rasulullah SAW,
sebagaimana diisyaratkan dalam Firman-Nya surat Ali Imran ayat 164:
)9` B! #?ZBsJ9#)]/Nkw q` BM gRq=GNk=mG#
Nk2 rNgJ=r= G3 9#pJ 6 t:#rb )r#qR%.` B@ 6%"9@=7BSungguh Allah telah memberi karunia kepada orang-orang yang beriman ketika
Allah mengutus diantara mereka seorang Rasul dari golongan mereka sendiri,
yang membacakan kepada mereka ayat-ayat Allah, membersihkan (jiwa) mereka,
dan mengajarkan kepada mereka Al kitab dan Al hikmah. dan Sesungguhnya
37A. Fatah Yasin, Dimensi-dimensi Pendidikan Islam, (Malang: UIN Malang Press, 2008),
Cet. Ke-1, h. 67.38
Bahri Djamarah, op. cit.,h. 36
-
7/26/2019 Peranan Guru PAI
39/149
29
sebelum (kedatangan Nabi) itu, mereka adalah benar-benar dalam kesesatan
yang nyata. (Q.S Ali Imran: 164)
Dalam pembentukan kepribadian anak didiknya di sini guru agama
mempunyai pengaruh yang sangat besar, sebagai figur bagi anak didiknya, baik
apa yang dilakukan, diucapkan, maupun tindakannya.
Dalam hal ini Abdurrahman An-Nahlawi menyatakan bahwa tanggung
jawab dan tugas seorang guru agama diantaranya:
a.
Fungsi penyucian, artinya seorang guru berfungsi sebagai pembersih diri,
pemeliharaan diri, pengembangan, serta pemeliharaan fitrah manusia.
b.
Fungsi pengajaran, artinya seorang guru berfungsi sebagai penyampai ilmu
pengetahuan dan berbagai keyakinan kepada umat manusia agar mereka
menerapkan seluruh pengetahuannya dalam kehidupan sehari-hari.39
Mengingat lingkup pekerjaan guru, seperti yang telah dilukiskan di atas,
maka tugas guru itu meliputi: Pertama, guru sebagai pengajar. Kedua, guru
sebagai pembimbing. Ketiga sebagai pemegang administrasi atau guru sebagai
Pemimpin (Manajer Kelas).40
Ketiga, tugas itu dilaksanakan sejalan secara
seimbang dan serasi, tidak boleh ada satupun yang terabaikan, karena semuanya
fungsional dan saling terkait dalam menuju keberhasilan pendidikan sebagai suatu
keseluruhan yang tidak dapat terpisahkan.
B.Pengertian Kecerdasan Emosional
1. Pengertian Kecerdasan
Kecerdasan dalam bahasa Inggris disebut intelligence dan bahasa Arab
disebut al-dzaka. Menurut arti bahasa adalah pemahaman, kecepatan, dan
kesempurnaan sesuatu dalam arti, kemampuan (al-qudrah) dalam memahami
sesuatu sacara tepat dan sempurna.41
Kecerdasan berasal dari kata cerdas yang
secara harfiah berarti sempurna perkembangan akal budinya, pandai dan tajam
39Abdurrahman An-Nahlawi, Pendidikan Islam di Rumah, Sekolah dan Masyarakat,
(Jakarta: Gema Insani Press, 1995), h. 170 40
Zakiah Darajat, Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam , (Jakarta: Bumi Aksara,
1995), Cet. Ke-2, h. 26541
Ramayulis,Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2002), Edisi revisi Cet. Ke-7,h. 96.
-
7/26/2019 Peranan Guru PAI
40/149
30
pikirannya. Selain itu cerdas dapat pula berarti sempurna pertumbuhan tubuhnya
seperti sehat dan kuat fisiknya.42
Jadi, kecerdasan merupakan kemampuan
tertinggi dari jiwa makhluk hidup yang hanya dimiliki oleh manusia, kecerdasan
ini diperoleh manusia sejak lahir, dan sejak itulah potensi kecerdasan ini mulai
berfungsi mempengaruhi tempo dan kualitas perkembangan individu.
Kecerdasan merupakan kata benda yang menerangkan kata kerja atau
keterangan. Seseorang menunjukkan kecerdasannya ketika ia bertindak atau
berbuat dalam suatu situasi secara cerdas atau bodoh, kecerdasan seseorang dapat
dilihat dalam caranya orang tersebut berbuat atau bertindak.43
Beberapa para ahli mencoba merumuskan definisi kecerdasan diantaranya:
Suharsono menyebutkan bahwa kecerdasan adalah kemampuan untuk
memecahkan masalah secara benar, yang secara relatif lebih cepat dibandingkan
dengan usia biologisnya.44
David Wechsler, seorang penguji kecerdasan. Menurutnya, kecerdasan
adalah; Kemampuan sempurna (komprehensif) seseorang untuk berprilaku
terarah, berpikir logis, dan berinteraksi secara baik dengan lingkungannya.45
Berdasarkan hasil penelitiannya, J.P. Chaplin merumuskan tiga definisi
kecerdasan, yaitu:
1)
Kemampuan menghadapi dan menyesuaikan diri terhadap situasi baru secara
cepat dan efektif.
2) Kemampuan menggunakan konsep abstrak secara efektif, yang meliputi empat
unsur, seperti memahami, berpendapat, mengontrol dan mengkritik.
3) Kemampuan memahami pertalian-pertalian dan belajar dengan cepat sekali.46
Pada mulanya, para ahli beranggapan bahwa kecerdasan hanya berkaitan
dengan kemampuan struktur akal (intellect) dalam menangkap gejala sesuatu,
42WJ.S. Poerwadarminta, op.cit., h. 211
43M. Alisuf Sabri, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 2010), Cet. Ke-4,
h. 115.44
Suharsono,Mencerdaskan Anak(Depok, Inisiasi Press, 2003), h. 43. 45
Makmun Mubayidh,Kecerdasan dan Kesehatan Emosional Anak, Terj. DariAdz-Dzaka
Al-Athifi wa Ash-Shihhah Al-Athifiyah oleh Muhammad Muchson Anasy, (Jakarta: Pustaka Al-
Kautsar, 2010), Cet. Ke-4, h. 13.46
J.P. Chaplin, Kamus Lengkap Psikologi, Terj. Kartini Kartono, Judul asli, Dictionary of
Psychology(Jakarta: Rajawali Pers, 2008), h. 253.
-
7/26/2019 Peranan Guru PAI
41/149
31
sehingga kecerdasan hanya bersentuhan dengan aspek-aspek kognitif (al-majal al-
marifi). Namun pada perkembangan selanjutnya, didasari bahwa kehidupan
manusia bukan semata-mata memenuhi struktur akal, melainkan terdapat struktur
kalbu yang perlu mendapat tempat tersendiri untuk menumbuhkan aspek-aspek
afektif (al-majal al-infiali) seperti kehidupan emosional, moral, spiritual dan
agama.47
Karena itu, jenis-jenis kecerdasan pada diri seseorang sangat baragam
seiring dengan kemampuan atau potensi yang ada pada dirinya.
Di dalam diri setiap individu manusia terdapat struktur nafsani
(pshychophysic) yang secara intern menumbuhkan suatu kecerdasan. Jusuf
Mudzakir dalam Nuansa-Nuansa Psikologi Islam, menerangkan ada 3 macam
jenis kecerdasan, yaitu:
1)
Kecerdasan Kalbu yang terdiri dari : Intelektual/intuitif (ilham, ilmu laduni,
dan firasat), Emosional (tenang, tanggap, sabar), Moral (santun, bijak, tidak
angkuh atau sombong), Spiritual (toleransi, inklusif, tidak fanatik).
%!##r9?rO g/b q=2 qG(yaitu) orang-orang yang sabar dan hanya kepada Tuhan saja mereka
bertawakal.
(QS. An-Nahl: 42)
2)
Kecerdasan Akal/intelektual yang terdiri dari: berfikir, memahami,
memperhatikan, melihat dengan seksama, mengambil perumpamaan,
interpretasi, merenung, menganalogi, menalar, mengingat, menghitung,
mempersepsi, memprediksi, memecahkan masalah secara rasional.
=?r@VB{#$k5R$Z=9O g=9c r3GDan perumpamaan-perumpamaan itu Kami buat untuk manusia supaya
mereka berfikir. (QS. Al-Hasyr: 21)
3)
Kecerdasan Nafsu yang meliputi: Syahwat (memiliki kecerdasan dalam
berhasrat yang apabila mencapai puncaknya mampu mengendalikan hawa
47Abdul Mujib dan Jusuf Mudzakir, Nuansa-nuansa Psikologi Islam, (Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada, 2001), Cet. Ke-1, h. 318-319.
-
7/26/2019 Peranan Guru PAI
42/149
32
nafsu), Ghadhab (memiliki kecerdasan berdaya atau kemampuan yang apabila
mencapai puncaknya mencapai keberanian).48
$Br/&R4b )Z9#o$B{q9$/w)$BO m14b )1q
LmDan aku tidak membebaskan diriku (dari kesalahan), karena Sesungguhnya
nafsu itu selalu menyuruh kepada kejahatan, kecuali nafsu yang diberi rahmat
oleh Tuhanku. Sesungguhnya Tuhanku Maha Pengampun lagi Maha
Penyanyang. (QS. Yusuf: 53)
Howard Gardner, Profesor dari Harvard University yang dikutip oleh KH.
Toto Tasmara memperkenalkan delapan kecerdasan. Kecerdasan ini terdiri dari:
1)
Linguistic Intelligence, kemampuan yang berkaitan dengan kemampuan
menangkap kata-kata dan kemampuan menyusun kalimat.
2) Logical-Mathematical Intelligence, kemampuan menghitung aritmatika dan
berfikir logis, analitis sampai pada system berfikir yang rumit.
3)
Musical Intelligence, kemampuan memahami nada music, komposisi.
4)
Spacial Intelligence, kemampuan untuk melihat sesuai dalam perspektif (think
in picture), mampu mempersepsi lingkungan.
5) Bodily Kinestic Intelligence, kemampuan memahami jasmani.
6)
Interpersonal Intelligence, kemampuan memahami orang lain.
7)
Intrapersonal Intelligence, kemampuan memahami emosinya sendiri.
8)
Naturalist Intelligence, kemampuan mengenal benda di sekitar.
49
Kecerdasan yang dikemukakan oleh Gardner ini dikenal juga sebagai
keragaman kecerdasan (multiple intelligence). Pembagian kecerdasan oleh
Gardner ini telah membuka paradigma baru dari sebuah kata kecerdasan. Karena
berdasarkan pembagian-pembagian kecerdasan menurutnya, ternyata cerdas
bukan semata dapat memiliki skor tinggi sewaktu ujian namun cerdas itu
beranekaragam.
Pengertian tersebut dapat dirumuskan bahwa kecerdasan merupakan
kemampuan berpikir untuk memecahkan masalah-masalah kehidupan dan
melakukan tindakan yang dapat menghasilkan sesuatu yang bernilai guna bagi
masyarakat.
48Ibid.
49Toto Tasmara, Kecerdasan Ruhaniah, (Trancendental Intelligence), (Jakarta: Gema
Insani Press, 2001), cet. Ke-1, h. 48.
-
7/26/2019 Peranan Guru PAI
43/149
33
2. Pengertian Emosi
Akar kata emosi adalah movere, kata kerja Bahasa Latin yang berarti
menggerakkan, bergerak ditambah awalan e- untuk memberi arti bergerak
menjauh, menyiratkan bahwa kecenderungan bertindak merupakan hal mutlak
dalam emosi yang berarti bergerak menjauh, menyiratkan bahwa
kecenderungan bertindak merupakan hal mutlak dalam emosi.50 Dalam makna
paling harfiah, Oxford English Dictionarymendefinisikan emosi sebagai setiap
kegiatan atau pergolakan pikiran, perasaan, nafsu; setiap keadaan mental yang
hebat atau meluap-luap. Menurut Daniel Goleman emosi merujuk pada suatu
perasaan dan pikiran yang khas, suatu keadaan biologis dan psikologis danserangkaian kecenderungan untuk bertindak.51
Daniel Goleman mengemukakan beberapa macam emosi, yaitu:
a)
Amarah: beringas, mengamuk, benci, jengkel, kesal hati, terganggu, rasa
pahit, berang, tersinggung, bermusuhan, dan barang kali yang paling
hebat, tindak kekerasan dan kebencian patologis.
b) Kesedihan: pedih, sedih, muram, suram, melankolis, mengasihi diri,
kesepian, ditolak, putus asa, dan kalau menjadi patologis, depresi berat.
c)
Rasa takut: cemas, takut, gugup, khawatir, was-was, perasaan takut sekali,
waspada, tidak tenang, ngeri, sebagai patalogi, fobia dan panic.
d) Kenikmatan: bahagia, gembira, riang, puas, senang, terhibur, bangga,
kenikmatan indrawi, takjub, rasa terpesona, rasa puas, rasa terpenuhi,
kegirangan luar biasa, senang sekali, dan batas ujungnya, mania.
e) Cinta: penerimaan, persahabatan, kepercayaan, kebaikan hati, rasa dekat,
bakti, hormat, kemesraan, kasih sayang.
f)
Terkejut: terkesiap, terkejut, takjub, terpana.
g)
Jengkel: hina, jijik, muak, mual, benci, tidak suka, mau muntah.
h) Malu: rasa salah, malu hati, kesal hati, sesal, hina, aib, dan hati hancur
lebur.52
Emosi adalah pengalaman yang sangat kompleks. Masing-masing pakar
memberikan definisi emosi yang berbeda. Istilah yang makna tepatnya masih
50Daniel Goleman, Emotional Intelligence, Kecerdasan Emosional, Terj. T. Hermaya,
(Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2001), Cet. 11, h. 7.51Ibid., h. 411.
52Ibid..
-
7/26/2019 Peranan Guru PAI
44/149
34
membingungkan baik para ahli psikologi maupun ahli filsafat selama lebih dari
satu abad.53
Beberapa para ahli mencoba merumuskan definisi emosi diantaranya:
Salovey dan Mayers mendefinisikan emosi sebagai respon terorganisasi,
termasuk sistem fisiologis, yang melewati berbagai batas sub-sistem psikologis,
misalnya kognisi, motivasi, dan pengalaman. Pengertian ini memberitahukan
bahwa emosi merupakan respon atas stimulus yang diperoleh dari lingkungan
sekitar yang terorganisasi dengan baik yang melewati sub-sistem psikologis.
Emosi mempunyai peran dalam peningkatan proses kontruksi pikiran dalam
berbagai bentuk pengalaman kehidupan manusia.
Menurut Dr. H. Syamsu Yusuf LN, M.Pd, dalam buku Psikologi
Perkembangan Anak dan Remaja, emosi itu merupakan warna afektif yang
menyertai setiap keadaan atau perilaku individu. Yang dimaksud warna afektif ini
adalah perasaan-perasaan tertentu yang dialami pada saat seseorang menghadapi
suatu situasi tertentu. Contohnya, gembira, bahagia, putus asa, terkejut, benci, dan
sebagainya.54
Emosi sebagai suatu peristiwa psikologis mengandung ciri-ciri sebagai
berikut: Pertama, lebih bersifat subjektif dari pada peristiwa psikologis lainnya,
seperti pengamatan dan berfikir. Kedua, bersifat fluktuatif (tidak tetap), dan
Ketiga,banyak berkaitan dengan peristiwa pengenalan panca indra.55
Perjalanan hidup kita sehari-hari, kita kadang tidak dapat membedakan
antara perasaan dan emosi, karena keduanya merupakan kelangsungan kualitatif
yang tidak jelas batasnya. Pada suatu saat tertentu, warna efektif dapat dikatakan
perasaan, tetapi juga dapat dikatakan sebagai emosi. Oleh karena itu, emosi adalah
setiap keadaan diri seseorang yang disertai dengan warna efektif, baik pada
tingkat yang lemah maupun pada tingkat yang kuat. Warna efektif merupakan
53Ibid.
54Syamsu Yusuf LN, M.Pd, Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja, (Bandung: PT
Remaja Karya, 2010), Cet. Ke-11, h. 11555
Ibid., 116
-
7/26/2019 Peranan Guru PAI
45/149
35
perasaan yang berbeda-beda, baik perasaan senang maupun perasaan tidak
senang.56
Sebagian orang menganggap bahwa perasaan dan emosi adalah sama,
namun anggapan itu salah. Menurut M. Alisuf Sabri dalam bukunya
mengungkapkan bahwa antara perasaan dan emosi adalah berbeda. Pada perasaan
terdapat kesediaan kontak dengan situasi luar (baik positif maupun negatif),
sedangkan pada emosi kontak itu seolah-olah menjadi retak atau terputus
(misalnya terkejut, ketakutan, mengantuk, dan sebagainya).57
Menurut beberapa pendapat di atas, maka emosi merupakan suatu respon
atas rangsangan yang diberikan baik dari lingkungan maupun dari dalam diri
individu sendiri, sehingga individu dapat menentukan pilihan dalam hidup yang
menentukan kehidupannya. Atau dengan kata lain emosi adalah suatu perasaan
(efek) yang mendorong individu untuk merespon atau bertingkah laku terhadap
stimulus, baik yang berasal dari dalam maupun dari luar dirinya.
3. Pengertian Kecerdasan Emosional
Kecerdasan emosional merupakan istilah yang diperkenalkan pertama kali
oleh John Mayer dari Universitas New Hampshire dan Peter Salovey dari
Universitas Harvard pada tahun 1990. Istilah tersebut kemudian dipopulerkan oleh
Daniel Goleman dalam karya monumentalnyaE