PERANAN GURU BIMBINGAN KONSELING TERHADAP …

158
PERANAN GURU BIMBINGAN KONSELING TERHADAP PEMBINAAN KARAKTER PESERTA DIDIK SEKOLAH LANJUTAN TINGKAT PERTAMA DI KECAMATAN POLI-POLIA KABUPATEN KOLAKA SULAWESI TENGGARA THE RULE OF COUNSELING TEACHERS TO BUILDING MORAL’S STUDENT IN JUNIOR HIGH SCHOOL OF POLI-POLIA DISTRICT KOLAKA REGENCY NORTH SULAWESI TESIS Oleh AMBO RAPPE NIM: 01.12.313.2011 PROGRAM PASCASARJANA MAGISTER MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR 2014

Transcript of PERANAN GURU BIMBINGAN KONSELING TERHADAP …

Page 1: PERANAN GURU BIMBINGAN KONSELING TERHADAP …

PERANAN GURU BIMBINGAN KONSELING TERHADAP PEMBINAAN KARAKTER PESERTA DIDIK SEKOLAH LANJUTAN TINGKAT

PERTAMA DI KECAMATAN POLI-POLIA KABUPATEN KOLAKA SULAWESI TENGGARA

THE RULE OF COUNSELING TEACHERS TO BUILDING MORAL’S STUDENT IN JUNIOR HIGH SCHOOL OF POLI-POLIA DISTRICT

KOLAKA REGENCY NORTH SULAWESI

TESIS

Oleh

AMBO RAPPE NIM: 01.12.313.2011

PROGRAM PASCASARJANA MAGISTER MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

2014

Page 2: PERANAN GURU BIMBINGAN KONSELING TERHADAP …

i

PERANAN GURU BIMBINGAN KONSELING TERHADAP PEMBINAAN KARAKTER PESERTA DIDIK SEKOLAH LANJUTAN TINGKAT

PERTAMA DI KECAMATAN POLI-POLIA KABUPATEN KOLAKA SULAWESI TENGGARA

THE RULE OF COUNSELING TEACHERS TO BUILDING MORAL’S STUDENT IN JUNIOR HIGH SCHOOL OF POLI-POLIA DISTRICT

KOLAKA REGENCY NORTH SULAWESI

TESIS

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Magister

Program Studi

Magister Manajemen Pendidikan Islam

Disusun dan Diajukan oleh:

AMBO RAPPE NIM: 01.12.313.2011

Kepada

PROGRAM PASCASARJANA MAGISTER MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

2014

Page 3: PERANAN GURU BIMBINGAN KONSELING TERHADAP …

ii

TESIS

PERANAN GURU BIMBINGAN KONSELING TERHADAP PEMBINAAN KARAKTER PESERTA DIDIK SEKOLAH LANJUTAN TINGKAT

PERTAMA DI KECAMATAN POLI-POLIA KABUPATEN KOLAKA SULAWESI TENGGARA

Yang disusun dan diajukan oleh

AMBO RAPPE NIM: 01.12.313.2011

Telah dipertahankan di Hadapan Panitia Ujian Tesis pada Tanggal 21 Maret 2014

Menyetujui,

Komisi Pembimbing Pembimbing I Pembimbing II Dr. H. Lukman Hakim, M. Si Drs. Samhi Muawan Djamal, M. Ag.

Mengetahui,

Ketua Program Studi Direktur Program Pascasarjana Magister Manajemen Pendidikan Islam Unismuh Makassar Prof. Dr. H. Abd. Rahman Getteng, M. A Prof. Dr.H.M. Ide Said D.M.,M.Pd. NBM. 1044594 NBM. 988463

Page 4: PERANAN GURU BIMBINGAN KONSELING TERHADAP …

iii

HALAMAN PENERIMAAN PENGUJI

Judul : Peranan Guru Bimbingan Konseling terhadap Pembinaan Karakter Peserta Didik Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama di Kecamatan Poli-Polia Kabupaten Kolaka Sulawesi Tenggara

N a m a : Ambo Rappe N I M : 01.12.313.2011

Program studi : Manajemen Pendidikan Islam

Telah diuji dan dipertahankan di depan Panitia Penguji Tesis pada Tanggal

21 Maret 2014 dan dinyatakan telah memenuhi persyaratan dan dapat

diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister

Manajemen Pendidikan Islam pada Program Pascasarjana Universitas

Muhammadiyah Makassar.

Makassar, Desember 2014

TIM Penguji :

1. Dr. H. Lukman Hakim, M. Si ................................................. (Ketua/Pembimbing I/ Penguji)

2. Drs. Samhi Muawan Djamal, M. Ag. ................................................. (Sekretaris/Pembimbing II/ Penguji) 3. Prof. Dr.H.M. Ide Said D. M., M. Pd. ............................................... (Penguji I)

4. Prof. Dr. H. Abd. Rahman Getteng, M. A. ................................................ (Penguji II)

Page 5: PERANAN GURU BIMBINGAN KONSELING TERHADAP …

iv

PERNYATAAN KEASLIAN TESIS

Yang bertandatangan di bawah ini:

Nama : Ambo Rappe

Nomor Pokok : 01. 12. 313. 2011

Program Studi : Manajemen Pendidikan Islam

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa tesis yang saya tulis ini benar-benar

merupakan hasil karya saya sendiri, bukan merupakan pengambilalihan

tulisan atau pemikiran orang lain. Apabila dikemudian hari terbukti atau dapat

dibuktikan bahwa sebagian atau keseluruhan tesis ini hasil karya orang lain,

saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut.

Makassar, Desember 2014

Yang menyatakan,

Ambo Rappe

Page 6: PERANAN GURU BIMBINGAN KONSELING TERHADAP …

v

KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan ke hadirat Allah Swt. atas

segala rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan

tesis dengan judul “Peranan Guru Bimbingan Konseling terhadap Pembinaan

Karakter Peserta Didik Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama di Kecamatan Poli

Polia Kabupaten Kolaka Sulawesi Tenggara” tanpa kendala yang berarti.

Penulis menyadari bahwa proses penulisan tesis ini tidak dapat

terlaksana dengan baik tanpa keterlibatan berbagai pihak. Oleh karena itu,

perkenankanlah penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-

besarnya kepada Dr. H. Lukman Hakim, M. Si sebagai pembimbing I dan

Drs. Samhi Muawan Djamal, M.Ag. sebagai pembimbing II, atas ilmu,

motivasi, arahan, serta bimbingannya kepada penulis, demi kesempurnaan

tesis ini.

Ucapan terima kasih dan penghargaan juga penulis sampaikan

kepada Dr. Irwan Akib, M.Pd., sebagai Rektor Universitas Muhammadiyah

Makassar, Prof. Dr. H. M. Ide Said D.M, M.Pd., sebagai Direktur Program

Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Makassar, dan kepada

Prof. Dr.H. Abd. Rahman Getteng., Ketua Program Studi Manajemen

Pendidikan Islam Program Pascasarjana Universitas Muhammadiyah

Makassar, seluruh dosen dan staf pada Program Studi Manajemen

Pendidikan Islam Program Pascasarjana Universitas Muhammadiyah

Page 7: PERANAN GURU BIMBINGAN KONSELING TERHADAP …

vi

Makassar, serta rekan-rekan mahasiswa pada Program Pascasarjana

Universitas Muhammadiyah Makassar.

Sembah sujud dan terima kasih yang tak terhingga kepada ibunda

Siang dan Ayahanda Muh. Djafar (Almh), isteri tercinta Marliah, putra dan

putri tersayang, seluruh sahabat dan keluarga atas motivasi, dukungan, serta

do’a yang senantiasa diberikan kepada penulis, hingga akhirnya penulis

dapat menyelesaikan studi pada Program Pascasarjana Universitas

Muhammadiyah Makassar.

Penulis menyadari bahwa tesis ini masih memiliki banyak kekurangan,

baik dari segi bahasa maupun metode penulisannya. Dengan demikian,

saran dan kritikan yang konstruktif sangat penulis butuhkan guna

penyempurnaan tesis ini di masa-masa mendatang.

Harapan penulis semoga Allah swt. berkenan membalas budi baik

semua pihak yang telah mecurahkan bantuannya kepada penulis dan

semoga dapat bernilai ibadah di sisi-Nya dan tesis ini memberi manfaat bagi

para pembacanya. Amin.

Makassar, Desember 2014

Penulis

Ambo Rappe

Page 8: PERANAN GURU BIMBINGAN KONSELING TERHADAP …

vii

ABSTRAK

AMBO RAPPE, 2014. Peranan Guru Bimbingan Konseling terhadap Pembinaan Karakter Siswa di Kecamatan Poli Polia Kabupaten Kolaka Sulawesi Tenggara. Dibimbing oleh Lukman Hakim dan Samhi Muawan Djamal.

Penelitian ini dilaksanakan dengan tujuan (1) mengetahui peranan guru bimbingan konseling dalam pembinaan karakter siswa SMP di Kecamatan Poli-PoliaKabupaten Kolaka Sulawesi Tenggara, (2) mengetahui gambaran karakter siswa SMP di Kecamatan Poli-Polia Kabupaten Kolaka Sulawesi Tenggara, (3) mengetahui pola pembinaan karakter siswa SMP di Kecamatan Poli-Polia Kabupaten Kolaka Sulawesi Tenggara. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dan jenis penelitian lapangan. Instrumen penelitian berjumlah 80 orang yang terdiri atas siswa SMP Negeri 1 dan SMP Negeri 2 Poli-Polia Kabupaten Kolaka Sulawesi Tenggara, diambil dari 531 orang siswa. Pengumpulan data yang digunakan adalah metode observasi, dokumentasi, dan kuesioner. Data yang diperoleh dianalisis secara deskriptif kualitatif dibantu dengan distribusi frekuensi untuk memudahkan dalam mendeskripsikan variabel penelitian.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa peranan guru bimbingan

konseling dalam pembinaan karakter siswa SMP di Kecamatan Poli Polia Kabupaten Kolaka Sulawesi Tenggara termasuk dalam kategori baik sebagai informator, organisator, motivator, direktor, inisiator, transmitter, fasilitator, mediator, dan evaluator. Hal ini terlihat dari peran guru yang selalu memberikan bantuan atas peran tersebut, baik sebelum, selama, maupun setelah siswa mengalami masalah atau kesulitan. Karakter siswa SMP di Kecamatan Poli-Polia Kabupaten Kolaka Sulawesi Tenggara termasuk dalam kategori sangat baik, dalam aspek agama, penerapan pancasila, serta adat dan budaya. Hal ini terlihat dari keseharian siswa yang menjunjung tinggi agama, adat, budaya, dan rasa kekeluargaan yang tercermin dalam pelaksanaan aktivitas kehidupan sehari-hari. Pola pembinaan karakter siswa SMP di Kecamatan Poli-Polia Kabupaten Kolaka Sulawesi Tenggara dilakukan dengan berbagai cara yaitu pola otoriter, permisif, demokratis, dan persuasif. Namun, pola pembinaan yang paling tepat digunakan adalah pola pembinaan karakter secara demokratis dan persuasif.

Page 9: PERANAN GURU BIMBINGAN KONSELING TERHADAP …

viii

ABSTRACT

AMBO RAPPE, 2014. The Rule of Counseling Teachers to Building Moral’s Student in Junior High School of Poli-Polia District Kolaka Regency North Sulawesi. Guided by Lukman Hakim and Samhi Muawan Djamal.

This research was conducted with the purpose (1) determine the rule of counseling teachers to building moral’s student in Junior High School of Poli-Polia District Kolaka Regency North Sulawesi, (2) reveal the character of student in Junior High School of Poli-Polia District Kolaka Regency North Sulawesi, (3) determine pattern of building moral’s student in Junior High School of Poli-Polia District Kolaka Regency North Sulawesi. This study used a qualitative approach and field research. The research instrument amounted to 80 people consisting of Junior High School student’s of SMP Negeri 1 and SMP Negeri 2 Poli Polia District Kolaka Regency North Sulawesi, taken from 531 students. Data collection methods used are observation, documentation, and questionnaire. Data were analyzed by descriptive qualitative assisted with the frequency distribution to make it easier to describe the study variables.

The results showed that the rule of counseling teachers to building

moral’s student in Junior High School of Poli-Polia District Kolaka Regency North Sulawesi included as well as in both categories as Informator, organizer, motivator, director, initiator, transmitters, facilitators, mediator, and evaluators. This is evident from the role of the teacher who always gives relief over that role, either before, during, and after the students have problems or difficulties. Character of student in Junior High School of Poli-Polia District Kolaka Regency North Sulawesi is included in the excellent category, the religious aspect, the application of Pancasila, as well as customs and culture. This is evident from the students' everyday uphold religion, customs, culture, and sense of family that is reflected in the implementation of activities of daily life. The pattern character of student in Junior High School of Poli-Polia District Kolaka Regency North Sulawesi done in various ways namely the pattern of authoritarian, permissive, democratic, and persuasive. However, the most appropriate training patterns are patterns used in the democratic character building and persuasive.

Page 10: PERANAN GURU BIMBINGAN KONSELING TERHADAP …

ix

ABSTRAK ARAB

Page 11: PERANAN GURU BIMBINGAN KONSELING TERHADAP …

x

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ................................................................................. i

HALAMAN PERSETUJUAN .................................................................. ii

HALAMAN PENERIMAAN PENGUJI .................................................... iii

PERNYATAAN KEASLIAN TESIS ......................................................... iv

KATA PENGANTAR .............................................................................. v

ABSTRAK .............................................................................................. vii

ABSTRACT ............................................................................................ viii

ABSTRAK ARAB ................................................................................... ix

DAFTAR ISI ........................................................................................... x

DAFTAR TABEL .................................................................................... xii

DAFTAR GAMBAR ................................................................................ xv

DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................. xvi

BAB I PENDAHULUAN ....................................................................... 1

A. Latar Belakang ..................................................................... 1

B. Rumusan Masalah ................................................................ 9

C. Tujuan Penelitian .................................................................. 9

D. Manfaat Penelitian ................................................................ 10

BAB II KAJIAN PUSTAKA .................................................................... 12

A. Peranan Guru Bimbingan Konseling ..................................... 12

B. Pembinaan Karakter Siswa ................................................... 36

C. Kerangka Pikir ...................................................................... 43

BAB III METODE PENELITIAN ............................................................. 47

A. Jenis Penelitian ..................................................................... 47

B. Lokasi dan Waktu Penelitian ................................................. 47

C. Instrumen Penelitian ............................................................. 48

D. Sumber Data Penelitian ........................................................ 49

Page 12: PERANAN GURU BIMBINGAN KONSELING TERHADAP …

xi

E. Teknik Pengumpulan Data .................................................... 50

F. Definisi Operasional Variabel ................................................ 51

G. Teknik Analisis Data .............................................................. 52

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ................................ 54

A. Selayang Pandang Lokasi Penelitian .................................... 54

B. Peranan Guru Bimbingan Konseling dalam Pembinaan

Karakter Peserta Didik Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama di

Kecamatan Poli-Polia Kabupaten

Kolaka ................................................................................... 60

C. Deskripsi Karakter Peserta Didik Sekolah Lanjutan Tingkat

Pertama di Kecamatan Poli-Polia Kabupaten Kolaka ........... 79

D. Deskripsi Pola Pembinaan Karakter Peserta Didik Sekolah

Lanjutan Tingkat Pertama di Kecamatan Poli-Polia

Kabupaten Kolaka ............................................................... 93

E. Pembahasan ......................................................................... 100

BAB V SIMPULAN DAN SARAN .......................................................... 108

A. Simpulan ............................................................................... 108

B. Saran .................................................................................... 109

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................... 110

Page 13: PERANAN GURU BIMBINGAN KONSELING TERHADAP …

xii

DAFTAR TABEL

Halaman

1. Keadaan Siswa SMP Negeri 1 Poli-Polia Kabupaten Kolaka .......... 56

2. Sarana Prasarana SMP Negeri 1 Poli-Polia Kabupaten Kolaka ...... 57

3. Keadaan Siswa SMP Negeri 2 Poli-Polia Kabupaten Kolaka .......... 59

4. Sarana Prasarana SMP Negeri 2 Poli-Polia Kabupaten Kolaka ...... 60

5. Tanggapan Responden Mengenai Guru Bimbingan Konseling

Memberikan Informasi Tentang Tata Tertib yang Berlaku di Sekolah 62

6. Tanggapan Responden Mengenai Guru Bimbingan Konseling

Memberikan Informasi Tentang Sanksi yang Diberikan Apabila

Siswa Melanggar Tata Tertib Sekolah ............................................. 63

7. Tanggapan Responden Mengenai Guru Bimbingan Konseling

Melatih Kedisiplinan dalam Mengikuti Pembelajaran di Kelas ......... 64

8. Tanggapan Responden Mengenai Larangan Guru Bimbingan

Konseling kepada Siswa untuk Merokok di Lingkungan Sekolah .... 65

9. Tanggapan Responden Mengenai Guru Bimbingan Konseling

Memantau Kondisi Siswa di Kelas ................................................... 66

10. Tanggapan Responden MengenaiGuru Bimbingan Konseling

memotivasi siswa untuk belajar ....................................................... 67

11. Tanggapan Responden MengenaiGuru Bimbingan Konseling

Memanggil Secara Khusus Siswa yang Melakukan Pelanggaran

di Sekolah ........................................................................................ 69

12. Tanggapan Responden Mengenai Guru Bimbingan Konseling

Melakukan pemantauan dan Pemberian Arahan kepada Siswa

di Kelas Saat GuruMata Pelajaran Tidak Hadir di Sekolah ............. 70

13. Tanggapan Responden Mengenai Guru Bimbingan Konseling

Memberikan Solusi Saat Siswa Menghadapi Masalah .................... 71

Page 14: PERANAN GURU BIMBINGAN KONSELING TERHADAP …

xiii

14. Tanggapan Responden Mengenai Guru Bimbingan Konseling

Melakukan Kunjungan Rumah Apabila Siswa Mengalami Masalah

di Sekolah ........................................................................................ 72

15. Tanggapan Responden MengenaiGuru Bimbingan Konseling

Memberikan Nasehat kepada Siswa Agar Tidak Melakukan

Pelanggaran di Sekolah .................................................................. 73

16. Tanggapan Responden Mengenai Guru Bimbingan Konseling

Menjadi Fasilitator Saat Siswa Mengalami Kesulitan Belajar .......... 74

17. Tanggapan Responden Mengenai Guru Bimbingan Konseling

Memfasilitasi Siswa dan Guru Mata Pelajaran Apabila Terdapat

Permasalahan Nilai ......................................................................... 75

18. Tanggapan Responden Mengenai Guru Bimbingan Konseling

Menjadi Mediator Saat Terjadi Kesalahpahaman atau Perkelahian

Antarsiswa ....................................................................................... 77

19. Tanggapan Responden Mengenai Guru Bimbingan Konseling

Melakukan Evaluasi Terhadap Kinerjanya Sebagai Konselor

Siswa di Sekolah ............................................................................. 78

20. Tanggapan Responden Mengenai Siswa Saling Tolong Menolong

Saat Menemui Kesulitan .................................................................. 80

21. Tanggapan Responden Mengenai Siswa Mengembalikan Barang

Temuan yang Bukan Miliknya .......................................................... 81

22. Tanggapan Responden Mengenai Siswa Memiliki Sopan Santun

Saat Bertutur Kata dengan Siswa Lain ............................................ 81

23. Tanggapan Responden Mengenai Siswa Rajin Melaksanakan

Ibadah Shalat .................................................................................. 82

24. Tanggapan Responden MengenaiSiswa Rajin Mengerjakan

Tugasnya Secara Mandiri ................................................................ 83

25. Tanggapan Responden Mengenai Siswa Bersikap Sopan Saat

Makan dan Minum ........................................................................... 84

26. Tanggapan Responden Mengenai Siswa Mengenakan Pakaian

yang Sopan (Berbusana Muslim) .................................................... 85

Page 15: PERANAN GURU BIMBINGAN KONSELING TERHADAP …

xiv

27. Tanggapan Responden Mengenai Siswa Hadir di Sekolah Tepat

Waktu .............................................................................................. 86

28. Tanggapan Responden Mengenai Siswa Merasa Iri pada Saat

Temannya Memperoleh Nilai yang Lebih Baik ................................ 87

29. Tanggapan Responden MengenaiSiswa Memiliki Batasan

Pergaulan dengan Siswa Lain yang Berlawanan Jenis ................... 88

30. Tanggapan Responden Mengenai Siswa Mendengarkan Nasehat

yang Diberikan Oleh Guru ............................................................... 89

31. Tanggapan Responden Mengenai Siswa Memilih-Milih dalam

Berteman Sesuai dengan Strata Sosialnya ..................................... 90

32. Tanggapan Responden Mengenai Siswa Menghargai dan Bersikap

Sopan Terhadap Guru ..................................................................... 91

33. Tanggapan Responden Mengenai Siswa Melaksanakan Seluruh

Tata Tertib Sekolah dengan Baik .................................................... 91

34. Tanggapan Responden Mengenai Siswa Memiliki Kesungguhan

dalam Belajar di Kelas ..................................................................... 92

Page 16: PERANAN GURU BIMBINGAN KONSELING TERHADAP …

xv

DAFTAR GAMBAR

Halaman

1. Kerangka Pikir Penelitian................................................................. 46

Page 17: PERANAN GURU BIMBINGAN KONSELING TERHADAP …

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

1. KuesionerPenelitian ......................................................................... 113

2. Skor Peranan Guru Bimbingan Konseling dan Karakter Siswa ....... 116

3. Pedoman Wawancara Penelitian ..................................................... 123

4. Hasil Wawancara Penelitian ............................................................ 124

5. Daftar Riwayat Hidup Penulis .......................................................... 136

6. Persuratan Penelitian ...................................................................... 137

Page 18: PERANAN GURU BIMBINGAN KONSELING TERHADAP …

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan kegiatan universal dalam kehidupan manusia,

sekaligus masalah yang sangat aktual untuk dibahas sepanjang zaman.

Pendidikan dapat menjadi proses bagi manusia mengerti akan dirinya

beserta segala potensi kemanusiaannya, serta mengenal lingkungan

masyarakat dan alam sekitarnya. Selain itu, pendidikan juga dapat menjadi

sarana bagi manusia untuk menghayati keberadaannya di hadapan Sang

Khalik. Urgensi pendidikan membuat para pengambil kebijakan negara ini

selalu mengadakan pembaruan sebagai upaya agar pendidikan benar-benar

dapat memberikan kontribusi yang signifikan untuk mengikuti irama

perkembangan bangsa yang sarat dengan muatan penguasaan iptek dengan

parameter imtaq (Hisyam, 2000: 12). Pendidikan diharapkan bukan hanya

membentuk manusia yang unggul dari segi ilmu pengetahuannya saja,

melainkan menjadi insan yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang

Maha Esa.

Pendidikan merupakan suatu usaha untuk menambah kecakapan,

keterampilan, pengertian, dan sikap melalui belajar dan pengalaman yang

diperlukan untuk memungkinkan manusia mempertahankan dan

melangsungkan hidup, serta untuk mencapai tujuan hidupnya. Usaha

tersebut dapat dilakukan, baik dalam masyarakat yang masih berkembang,

1

Page 19: PERANAN GURU BIMBINGAN KONSELING TERHADAP …

2

masyarakat yang sudah maju, maupun yang sangat maju (Mappanganro,

1996: 9). Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa pendidikan berfungsi

dalam menunjang pembangunan bangsa yaitu menghasilkan tenaga-tenaga

pembangunan yang terampil serta menguasai ilmu pengetahuan dan

teknologi sesuai dengan kebutuhan pembangunan yang mengglobal.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang

Sistem Pendidikan Nasional memaparkan bahwa pendidikan adalah usaha

sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses

pembelajaran agar siswa secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk

memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,

kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya

masyarakat, bangsa, dan negara (Departemen Pendidikan Nasional, 2003:

2). Hal tersebut mengandung makna bahwa proses pendidikan bukan hanya

mengutamakan pencapaian kecerdasan semata, melainkan akhlak mulia

juga menjadi prioritas utama yang akan memberi kontribusi terhadap

karakter siswa. Faktor penting untuk mewujudkan kolaborasi antara kekuatan

intelektual dan spritual dalam dunia pendidikan umumnya dan pembelajaran

khususnya dapat terwujud, maka dibutuhkan peran serta guru sebagai

pengajar sekaligus pendidik, terutama guru Bimbingan Konseling.

Guru adalah faktor penentu bagi keberhasilan pendidikan di sekolah

karena guru merupakan sentral serta sumber kegiatan belajar mengajar.

Selain itu, guru merupakan komponen yang juga berpengaruh terhadap

peningkatan mutu pendidikan di sekolah. Hal ini menunjukkan bahwa

Page 20: PERANAN GURU BIMBINGAN KONSELING TERHADAP …

3

kemampuan atau kompetensi profesional seorang guru sangat menentukan

mutu pendidikan. Guru Bimbingan Konseling di sekolah memiliki peran

khusus dalam pembinaan siswa agar melahirkan siswa yang berkarakter

positif sesuai yang diharapkan. Hal ini tentu bermanfaat bagi diri anak untuk

beradaptasi dengan lingkungannya (Abbas, 1999: 17).

Keberadaan guru Bimbingan Konseling di sekolah sangat diperlukan.

Salah satu fungsi adanya bimbingan dan konseling adalah sebagai upaya

pencegahan terhadap kemungkinan adanya masalah dalam belajar maupun

dalam diri anak, yakni suatu upaya untuk melakukan intervensi mendahului

kesadaran terhadap kebutuhan memberikan bantuan. Dalam upaya preventif

atau pencegahan, maka intervensi haruslah mendahului munculnya

kebutuhan atau masalah, bila tidak demikian maka bukanlah upaya preventif.

Upaya preventif meliputi strategi dan program yang dapat digunakan untuk

mengantisipasi resiko-resiko hidup yang tidak perlu terjadi. Upaya-upaya

pembentukan kelompok belajar, kegiatan ekstrakurikuler, pemilihan jurusan,

pramuka dan semacamnya, kesemuanya itu merupakan bagian dari

rangkaian upaya preventif.

Layanan bimbingan konseling dapat berfungsi preventif atau

pencegahan karena merupakan usaha pencegahan timbulnya masalah.

Dalam fungsi pencegahan ini, layanan yang diberikan dapat berupa bantuan

bagi para siswa agar terhindar dari berbagai masalah yang dapat

menghambat perkembangannya. Kegiatan yang berfungsi sebagai

Page 21: PERANAN GURU BIMBINGAN KONSELING TERHADAP …

4

pencegahan dapat berupa program orientasi, program bimbingan karir,

inventarisasi data, dan sebagainya (Sukardi, 2000: 54).

Pelaksanaan bimbingan dan konseling di sekolah menitikberatkan

pada bimbingan terhadap perkembangan pribadi melalui pendekatan

perorangan dan kelompok siswa yang menghadapi masalah untuk

mendapatkan bantuan khusus untuk mampu mengatasi masalah yang

dihadapinya. Upaya preventif yang dilakukan guru Bimbingan Konseling

sangat strategis dan sangat membantu pembinaan karakter siswa.

Berdasarkan fungsi dan tujuan pendidikan nasional dikatakan bahwa

pendidikan di setiap jenjang termasuk Sekolah Menengah Pertama (SMP)

harus diselenggarakan secara sistematis guna mencapai tujuan pendidikan

yang telah ditetapkan. Tujuan pendidikan tersebut berkaitan erat dengan

pembentukan karakter siswa, yaitu diharapkan proses pendidikan melahirkan

siswa yang mampu bersaing, beretika, bermoral, sopan santun, dan mampu

berinteraksi dengan masyarakat.

Penelitian di Harvard University Amerika Serikat menunjukkan bahwa

ternyata kesuksesan seseorang tidak ditentukan semata-mata oleh

pengetahuan dan kemampuan teknis (hard skill) saja, tetapi lebih ditentukan

oleh kemampuan mengelola diri dan orang lain (soft skill). Penelitian ini

mengungkapkan kesuksesan hanya ditentukan sekitar 20% oleh hard

skill dan sisanya 80% oleh soft skill. Bahkan orang-orang tersukses di dunia

bisa berhasil karena lebih banyak didukung oleh kemampuan soft skillnya

daripada hard skillnya. Hal ini mengisyaratkan bahwa keberhasilan

Page 22: PERANAN GURU BIMBINGAN KONSELING TERHADAP …

5

pencapaian mutu pendidikan yang berkualitas dapat diraih melalui

pembinaan karakter ke arah positif.

Saat ini pendidikan yang diterapkan merujuk pada pembentukan

karakter siswa dan dikolaborasikan dengan kemampuan guru dalam

mengajar di kelas, sehingga siswa tidak hanya unggul dalam hal

pengembangan ilmu pengetahuan secara kognitif tetapi juga memperhatikan

perkembangan sikap (afektif), dalam hal ini karakter siswa.

Karakter merupakan nilai-nilai perilaku manusia yang berkaitan

dengan hubungannya terhadap Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama

manusia, lingkungan, dan kebangsaan yang terwujud dalam pikiran, sikap,

perasaan, perkataan, dan perbuatan berdasarkan norma-norma agama,

hukum, tata krama, budaya, dan adat istiadat. Saat ini marak pendidikan

diarahkan menjadi pendidikan karakter, yaitu suatu sistem penanaman nilai-

nilai karakter kepada warga sekolah yang meliputi komponen pengetahuan,

kesadaran atau kemauan, dan tindakan untuk melaksanakan nilai-nilai

positif, baik terhadap Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama manusia,

lingkungan, maupun kebangsaan sehingga menjadi manusia insan kamil.

Penerapan pendidikan karakter melibatkan seluruh komponen (stakeholders)

di sekolah, diantaranya isi kurikulum, proses pembelajaran dan penilaian,

kualitas hubungan, penanganan atau pengelolaan mata pelajaran,

pengelolaan sekolah, pelaksanaan aktivitas atau kegiatan ekstrakurikuler,

pemberdayaan sarana prasarana, pembiayaan, dan etos kerja seluruh warga

dan lingkungan sekolah.

Page 23: PERANAN GURU BIMBINGAN KONSELING TERHADAP …

6

Pendidikan karakter dapat diintegrasikan dalam pembelajaran pada

setiap mata pelajaran. Materi pembelajaran yang berkaitan dengan norma

atau nilai-nilai kehidupan pada setiap mata pelajaran perlu dikembangkan,

dieksplisitkan, dan dikaitkan dengan konteks kehidupan sehari-hari. Dengan

demikian, pembelajaran nilai-nilai karakter tidak hanya pada tataran kognitif,

tetapi menyentuh pada internalisasi dan pengamalan nyata dalam kehidupan

siswa sehari-hari sebagai anggota masyarakat.

Salah satu media yang potensial untuk pembinaan karakter dan

peningkatan mutu siswa di sekolah adalah pelaksanaan kegiatan

ekstrakurikuler. Kegiatan ekstrakurikuler merupakan kegiatan pendidikan di

luar mata pelajaran untuk membantu pengembangan siswa sesuai dengan

kebutuhan, potensi, bakat, dan minat anak melalui kegiatan yang secara

khusus diselenggarakan oleh pendidik dan atau tenaga kependidikan yang

berwenang di sekolah. Melalui kegiatan ekstrakurikuler diharapkan dapat

mengembangkan kemampuan dan rasa tanggung jawab sosial, serta potensi

dan prestasi yang dimiliki oleh siswa. Selain itu, pendidikan karakter di

sekolah juga sangat terkait dengan pengelolaan sekolah, dalam hal

pengintegrasian pendidikan karakter dalam perencanaan, pelaksanaan, dan

evaluasi kegiatan-kegiatan pendidikan di sekolah termasuk pembelajaran

secara memadai.

Menurut Buchori (2007) bahwa pendidikan karakter seharusnya

membawa siswa ke pengenalan nilai secara kognitif, penghayatan nilai

secara afektif, dan akhirnya ke pengamalan nilai secara nyata.

Page 24: PERANAN GURU BIMBINGAN KONSELING TERHADAP …

7

Permasalahan pendidikan karakter yang selama ini ada di SMP perlu segera

dikaji untuk dicari altenatif solusinya, serta perlu dikembangkan secara lebih

operasional sehingga mudah diimplementasikan di sekolah.

Karakter siswa merupakan indikator kematangan emosionalnya.

Kematangan ini merujuk pada kemampuan manusia untuk mengenali

perasaan diri sendiri, orang lain, mengelola emosi, memotivasi diri, dan

hubungannya dengan sesama manusia. Dalam tahap perkembangannya,

siswa Sekolah Menengah Pertama telah memasuki usia remaja. Masa

remaja sering dikenal dengan istilah masa pemberontakan. Pada masa-

masa ini, seorang anak yang baru mengalami pubertas seringkali

menampilkan beragam gejolak emosi, menarik diri dari keluarga, serta

mengalami banyak masalah, baik di rumah, sekolah, atau di lingkungan

pertemanannya. Remaja adalah masa peralihan dari kanak-kanak ke

dewasa. Pada masa ini, anak sedang mencari pola hidup yang paling sesuai

baginya dan inipun sering dilakukan melalui metode coba-coba walaupun

melalui banyak kesalahan. Kesalahan yang dilakukannya sering

menimbulkan kekuatiran serta perasaan yang tidak menyenangkan bagi

lingkungan maupun orangtuanya. Oleh karena itu, pada saat ini dibutuhkan

pembinaan karakter anak dalam fase usia remaja.

Keberadaan bimbingan dan konseling di sekolah sangat berperan

dalam pembentukan dan mengatasi masalah karakter siswa. Pendidikan

karakter yang diterapkan juga akan membantu guru Bimbingan Konseling

dalam mengenali siswanya secara lebih dalam, sehingga keakraban antara

Page 25: PERANAN GURU BIMBINGAN KONSELING TERHADAP …

8

siswa dan guru dapat terjalin dengan baik yang berimplikasi pada mudahnya

guru mendekati siswa secara persuasif dalam proses penanaman akhlak dan

budi pekerti luhur. Selain itu, melalui bimbingan dan konseling guru dapat

menjadi fasilitator untuk mencari solusi atau jalan keluar yang paling tepat

saat siswa menghadapi suatu masalah ataupun kerumitan. Solusi yang

ditawarkan oleh guru Bimbingan Konseling tentu saja memperhatikan

perkembangan psikologis siswa, sehingga lebih tepat sasaran. Masalah yang

dihadapi siswa dapat berupa masalah pribadi, masalah sosial antara siswa,

serta masalah belajar yang dihadapi di kelas. Bimbingan dan konseling juga

berfungsi untuk membantu kelancaran proses pendidikan dan pengajaran di

sekolah, sebab guru Bimbingan Konseling bertugas memantau kedisiplinan

pembelajaran di kelas. Hal ini tentu saja memiliki kontribusi besar dalam

keberhasilan proses pembelajaran yang berimplikasi terhadap kualitas

pendidikan.

Berdasarkan hasil observasi di Sekolah Menengah Pertama

Kecamatan Poli-Polia yaitu SMP Negeri 1 dan SMP Negeri 2 Poli-Polia,

memperlihatkan bahwa karakter siswa pada umumnya bersifat heterogen

tergantung dari latar belakang keluarga masing-masing. Hal yang paling

menonjol untuk menggambarkan karakter siswa adalah tutur bahasa dan

tingkah laku siswa. Bagi siswa yang memiliki orang tua yang berpendidikan,

terlihat bahwa siswa tersebut memiliki karakter yang lebih baik dibandingkan

dengan siswa yang kurang mendapat perhatian dari orang tua mereka

mengenai perkembangan pendidikannya. Karakter siswa juga dipengaruhi

Page 26: PERANAN GURU BIMBINGAN KONSELING TERHADAP …

9

oleh kondisi geografis pemukiman para siswa. Bagi siswa yang tinggal di

daerah perkotaan, terlihat lebih disiplin dan memahami tata krama

dibandingkan dengan siswa yang tinggal relatif lebih jauh dari sekolah. Hal

ini dapat terjadi sebab bagi anak usia Sekolah Menengah Pertama,

merupakan fase anak menjadi remaja di mana pada fase ini anak banyak

mencontoh dan mudah mendapat pengaruh dari lingkungan sekitarnya.

Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, peneliti berinisiatif untuk

mengadakan penelitian dengan judul “Peranan guru Bimbingan Konseling

terhadap pembinaan karakter siswa di Kecamatan Poli Polia Kabupaten

Kolaka Sulawesi Tenggara”.

B. Rumusan Masalah

Bertitik tolak pada latar belakang yang telah dipaparkan di atas, maka

rumusan masalah yang diajukan dalam penelitian ini antara lain:

1. Bagaimana gambaran karakter siswa SMP di Kecamatan Poli-Polia

Kabupaten Kolaka Sulawesi Tenggara?

2. Bagaimana peranan guru bimbingan konseling dalam pembinaan

karakter siswa SMP di Kecamatan Poli-Polia Kabupaten Kolaka

Sulawesi Tenggara?

3. Bagaimana pola pembinaan karakter siswa SMP di Kecamatan

Poli-Polia Kabupaten Kolaka Sulawesi Tenggara?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan sebelumnya,

maka tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:

Page 27: PERANAN GURU BIMBINGAN KONSELING TERHADAP …

10

1. Mengetahui gambaran karakter siswa SMP di Kecamatan Poli-Polia

Kabupaten Kolaka Sulawesi Tenggara.

2. Mengetahui peranan guru bimbingan konseling dalam pembinaan

karakter siswa SMP di Kecamatan Poli-Polia Kabupaten Kolaka

Sulawesi Tenggara.

3. Mengetahui pola pembinaan karakter siswa SMP di Kecamatan

Poli-Polia Kabupaten Kolaka Sulawesi Tenggara.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat, bagi seluruh

pihak terkait dan para pembacanya, antara lain:

1. Bagi Peneliti

Penelitian ini dapat menambah wawasan, pengalaman, dan

pengetahuan mengenai pembinaan karakter siswa serta menunjang dalam

mengembangkan kompetensi peneliti.

2. Bagi guru bimbingan konseling

Penelitian ini bermanfaat dalam menumbuhkan motivasi kerja serta

inisiatif dalam rangka penyempurnaan program pembelajaran bimbingan dan

konseling di sekolah, sehingga terjalin kerja sama yang baik antara guru

bimbingan dan konseling dengan para guru serta utamanya bagi siswa.

Selain itu, dapat menjadi referensi terhadap pola pembinaan karakter yang

lebih baik bagi siswa di sekolah.

Page 28: PERANAN GURU BIMBINGAN KONSELING TERHADAP …

11

3. Bagi Instansi

Penelitian ini bermanfaat sebagai bahan masukan bagi penentu

kebijakan pendidikan, dalam pengambilan pertimbangan dan menetapkan

kebijakan pendidikan, khususnya program pendidikan karakter. Selain itu,

sebagai bahan masukan agar mempertimbangkan penambahan sarana dan

prasarana dalam upaya peningkatan kinerja guru.

4. Bagi Pembaca

Penelitian ini dapat dijadikan sebagai salah satu dasar pemikiran dan

rujukan untuk melaksanakan penelitian selanjutnya.

Page 29: PERANAN GURU BIMBINGAN KONSELING TERHADAP …

12

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Peranan Guru Bimbingan Konseling

1. Konsep Guru Bimbingan Konseling

a. Pengertian Guru Bimbingan Konseling

Dalam pengertian yang sederhana, guru adalah orang yang

memberikan ilmu pengetahuan kepada siswa. Sardiman (2009: 125)

mengatakan bahwa guru merupakan komponen manusiawi dalam proses

belajar mengajar, yang ikut berperan dalam usaha pembentukan sumber

daya manusia yang potensial di dalam pembangunan. Oleh karena itu, guru

merupakan salah satu komponen yang memiliki kontribusi positif dalam

pengembangan potensi manusia, sebab guru merupakan manusia yang

mampu memberikan motivasi dan mengembangkan potensi yang dimiliki

manusia melalui proses belajar mengajar, baik dalam sistem pendidikan

formal, maupun pendidikan informal dan non formal.

Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 Bab I Pasal 1 menyatakan

bahwa guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik,

mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi

peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal,

pendidikan dasar, dan pendidikan menengah.

Demikian pula disebutkan oleh Ametembun (dalam Sardiman, 2009:

32) bahwa guru adalah semua orang yang berwenang dan

12

Page 30: PERANAN GURU BIMBINGAN KONSELING TERHADAP …

13

bertanggungjawab terhadap pendidikan murid-murid, baik secara individual

maupun secara klasikal, di sekolah maupun di luar sekolah.

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa guru adalah semua orang

yang berwenang dan bertanggungjawab untuk membimbing dan membina

anak didik, baik secara individual maupun secara klasikal, di sekolah

maupun di luar sekolah.

Berkaian dengan guru Bimbingan Konseling, maka penting untuk

mengetahui makna kata bimbingan dan konseling. Bimbingan dan konseling

merupakan suatu proses pemberian bantuan kepada individu secara

berkelanjutan dan sistematis yang dilakukan oleh seorang ahli yang telah

mendapat latihan khusus, dengan tujuan agar individu dapat memahami

dirinya, lingkungannya, serta dapat mengarahkan diri dan menyesuaikan diri

dengan lingkungannya dalam proses mengembangkan potensi yang ada

dalam dirinya secara optimal untuk kesejateraan dirinya dan masyarakat.

(Salahuddin, 2010: 16).

Bimbingan merupakan terjemahan dari guidance yang didalamnya

terkandung beberapa makna, Sertzer dan Stone (dalam Salahuddin, 2010:

13) mengatakan bahwa guidance berasal dari kata guide yang mempunyai

arti to direct, pilot, manager, or steer yang berarti menunjukkan,

mengarahkan, mengatur, atau mengemudi. Bimbingan identik dengan proses

pendidikan. Apabila sesorang melakukan kegiatan mendidik berarti sekaligus

melakukan kegiatan membimbing. Dengan demikian, bimbingan dapat

Page 31: PERANAN GURU BIMBINGAN KONSELING TERHADAP …

14

dilakukan dalam lembaga pendidikan, keluarga, masyarakat, organisasi,

industri, dan sebagainya (Tohirin, 2008: 1).

Selanjutnya, Crow (dalam Tohirin, 2008: 17) menjelaskan bahwa

bimbingan adalah bantuan yang diberikan oleh seseorang, baik laki-laki

maupun perempuan yang memiliki pribadi yang baik dan pendidikan yang

memadai, kepada seseorang (individu) dari setiap usia untuk menolongnya

mengembangkan kegiatan-kegiatan hidupnya sendiri, mengembangkan arah

pandangannya sendiri, membuat pilihan sendiri, dan memikul bebannya

sendiri.

Walgito (1989: 4) mengungkapkan bahwa bimbingan merupakan

bantuan atau pertolongan yang diberikan kepada individu dalam menghindari

atau mengatasi kesulitan dalam hidupnya mencapai kesejahteraan.

Partowisastro (1984: 12) mengemukakan definisi bimbingan sebagai bantuan

yang diberikan kepada seseorang agar mengembangkan potensi-potensi

yang dimiliki, mengenal dirinya sendiri, mengatasi persoalan-persoalannya,

sehingga dapat menentukan sendiri jalan hidupnya secara

bertanggungjawab tanpa bergantung kepada orang lain.

Surya (2003: 12) berpendapat bahwa bimbingan adalah suatu proses

pemberian atau layanan bantuan yang terus menerus dan sistematis dari

pembimbing kepada yang dibimbing agar tercapai perkembangan yang

optimal dan penyesuaian diri dengan lingkungan. Adapun Hamalik (2000:

193) mengungkapkan bahwa bimbingan ialah penolong individu agar dapat

mengenal dirinya dan sekitarnya, serta mampu memecahkan masalah-

Page 32: PERANAN GURU BIMBINGAN KONSELING TERHADAP …

15

masalah yang dihadapi di dalam kehidupannya. Bimbingan merupakan suatu

bentuk bantuan yang diberikan kepada individu agar dapat mengembangkan

kemampuannya seoptimal mungkin dan membantu siswa agar memahami

dirinya (self understanding), menerima dirinya (self acceptance),

mengarahkan dirinya (self direction), dan merealisasikan dirinya (self

realization).

Berdasarkan beberapa pendapat di atas, maka dapat ditarik

kesimpulan bahwa bimbingan merupakan suatu proses yang terjadi secara

terus-menerus untuk membantu perkembangan individu dalam rangka

mengembangkan kemampuannya secara maksimal, serta memperoleh

manfaat yang sebesar-besarnya, baik bagi dirinya maupun bagi masyarakat.

Bimbingan dilakukan oleh seseorang yang mempunyai keahlian dan

pengalaman dalam memberikan bantuan atau pertolongan kepada individu

tersebut dapat mengembangkan potensi yang dimiliki, mengenal dirinya dan

dapat bertanggung jawab.

Adapun pengertian konseling adalah salah satu teknik inti dalam

bimbingan, karena konseling dapat memberikan perubahan yang mendasar,

yaitu mengubah sikap. Sikap mendasari perbuatan, pemikiran, pandangan,

perasaan, dan lain-lain (Hikmawati, 2011: 2)

Walgito (1989: 5) mendefinisikan konseling sebagai bantuan yang

diberikan individu dalam memecahkan masalah kehidupannya dengan

langsung berhadapan muka, dengan cara-cara yang sesuai dengan keadaan

individu yang dihadapi untuk mencapai kesejahteraan hidupnya.

Page 33: PERANAN GURU BIMBINGAN KONSELING TERHADAP …

16

Konseling adalah proses pemberian yang dilakukan melalui

wawancara konseling oleh seorang ahli kepada individu yang sedang

mengalami suatu masalah yang bermuara pada teratasinya masalah yang

dihadapi oleh klien (Prayitno, 1997: 106). Definisi lain menyebutkan bahwa

konseling merupakan upaya bantuan yang diberikan kepada seseorang

supaya dia memperoleh konsep diri dan kepercayaan pada diri sendiri, untuk

dimanfaatkan olehnya dan memperbaiki tingkah lakunya pada masa yang

akan datang (Wibowo, 1986: 39). Berdasarkan pengertian di atas, dapat

dikemukakan ciri-ciri pokok konseling, yaitu:

1. Adanya bantuan dari seorang ahli.

2. Proses pemberian bantuan dilakukan melalui wawancara konseling.

3. Bantuan diberikan kepada individu yang mengalami masalah agar

memperoleh konsep diri dan kepercayaan diri dalam mengatasi

masalah guna memperbaiki tingkah lakunya di masa datang.

Berdasarkan pendapat tersebut di atas, dapat dipahami bahwa

bimbingan dan konseling memiliki persamaan dan perbedaan.

Persamaannya adalah keduanya merupakan suatu bantuan bagi individu

dalam menghadapi masalah kehidupannya. Sedangkan perbedaannya

adalah bimbingan memiliki makna yang lebih luas daripada konseling,

bimbingan lebih menitikberatkan pada segi-segi preventif, sedangkan

konseling lebih menitikberatkan pada segi kuratif. Walaupun demikian,

penggunaan kata bimbingan selalu diikuti dengan kata konseling.

Page 34: PERANAN GURU BIMBINGAN KONSELING TERHADAP …

17

Melalui bimbingan dan konseling di sekolah, maka diharapkan

generasi muda menjadi generasi yang bermanfaat, baik bagi dirinya sendiri,

maupun bagi masyarakat luas, serta bagi bangsa dan negara. Manusia

diciptakan oleh Allah swt. untuk menjadi manusia yang bermanfaat, baik bagi

dirinya sendiri maupun sesamanya. Sebagaimana diungkapkan dalam

Firman Allah Q.S. Ali Imran Ayat 110 berikut ini.

Terjemahan : “Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk

manusia, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar dan beriman kepada Allah.” (Departemen Agama RI, 2002: 793)

Agar menjadi generasi yang mampu bermanfaat, baik bagi dirinya

sendiri maupun bagi masyarakat, serta bangsa dan negara, maka perlu

diperkenalkan kepada anak didik seperangkat ajaran yang mewajibkan kita

untuk senantiasa belajar, khususnya mempelajari ilmu agama. Sebagaimana

diungkapkan dalam Firman Allah swt dalam Q.S. At-Taubah Ayat 122.

Terjemahan : “Tidak sepatutnya bagi mukminin itu pergi semuanya (ke

medan perang). Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di

Page 35: PERANAN GURU BIMBINGAN KONSELING TERHADAP …

18

antara mereka beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya.” (Departemen Agama RI, 2002: 793)

Ayat tersebut memberikan gambaran mengenai pentingnya

memperdalam ilmu agama, dan menyampaikan ilmu agama tersebut sebagai

peringatan bagi yang lain, sebagai penjaga atau pelindung dirinya. Secara

eksplisit ayat tersebut juga mengisyaratkan perintah langsung kepada

petugas bimbingan dan konseling sebagai orang yang berilmu untuk

memberikan konseling yang baik kepada para siswanya. Hal tersebut

dilakukan agar siswa dapat menjaga dirinya dari berbagai hal yang bisa

menjadi masalah bagi hidupnya, serta menyelesaikan masalah yang sedang

dihadapinya sebagai upaya menjaga dirinya.

b. Fungsi dan Tujuan Bimbingan Konseling

Sugiyo dkk (1987: 14) menyatakan bahwa terdapat tiga fungsi

dilaksanakannya bimbingan dan konseling, yaitu:

a) Fungsi penyaluran (distributif)

Fungsi penyaluran ialah fungsi bimbingan dalam membantu

menyalurkan siswa-siswa dalam memilih program-program pendidikan yang

ada di sekolah, memilih jurusan sekolah, memilih jenis sekolah sambungan

ataupun lapangan kerja yang sesuai dengan bakat, minat, cita-cita, dan ciri-

ciri kepribadiannya. Selain itu, fungsi ini meliputi bantuan untuk memiliki

kegiatan-kegiatan di sekolah, antara lain membantu menempatkan anak

dalam kelompok belajar, dan sebagainya.

b) Fungsi penyesuaian (adjustif)

Page 36: PERANAN GURU BIMBINGAN KONSELING TERHADAP …

19

Fungsi penyesuaian ialah fungsi bimbingan dalam membantu siswa

untuk memperoleh penyesuaian pribadi yang sehat. Dalam berbagai teknik

bimbingan khususnya dalam teknik konseling, siswa dibantu menghadapi

dan memecahkan masalah-masalah dan kesulitan-kesulitan yang sedang

dihadapinya. Fungsi ini juga membantu siswa dalam usaha mengembangkan

dirinya secara optimal.

c) Fungsi adaptasi (adaptif)

Fungsi adaptasi ialah fungsi bimbingan dalam rangka membantu staf

sekolah khususnya guru dalam mengadaptasikan program pengajaran

dengan ciri khusus dan kebutuhan pribadi siswa-siswa. Dalam fungsi ini,

pembimbing menyampaikan data tentang ciri-ciri, kebutuhan minat, dan

kemampuan serta kesulitan-kesulitan siswa kepada guru. Dengan data ini

guru berusaha untuk merencanakan pengalaman belajar bagi para siswanya.

Sehingga para siswa memperoleh pengalaman belajar yang sesuai dengan

bakat, cita-cita, kebutuhan, dan minat yang dimilikinya.

Tujuan dilakukannya bimbingan terdiri atas tujuan sementara dan

tujuan akhir. Tujuan sementaranya adalah agar manusia mampu bersikap

dan bertindak seperti dalam situasi hidupnya saat ini. Sedangkan tujuan

akhirnya adalah agar manusia mampu mengatur kehidupannya sendiri,

mengambil sikapnya sendiri, dan menangung resiko dari tindakan-

tindakannya sendiri (Winkel, 1991: 17).

Berdasarkan pendapat di atas, maka tujuan sementara dapat berupa

bimbingan dan konseling dilakukan untuk melanjutkan sekolah, mengambil

Page 37: PERANAN GURU BIMBINGAN KONSELING TERHADAP …

20

sikap dan pergaulan, pemilihan jurusan saat mendaftarkan diri di Perguruan

Tinggi tertentu. Adapun tujuan akhir dapat berupa melatih kemampuan

manusia untuk mengatur kehidupannya sendiri, mempunyai pandangan

hidup sendiri, dan menanggung sendiri konsekuensi atau resiko dari tindakan

yang dilakukannya.

c. Pelaksanaan Bimbingan Konseling

Dalam konteks pemberian layanan bimbingan konseling, Prayitno

(1997: 35-36) mengatakan bahwa pemberian layanan bimbingan konseling

meliputi layanan orientasi, informasi, penempatan dan penyaluran,

pembelajaran, konseling perorangan, bimbingan kelompok, dan konseling

kelompok.

Pelaksanaan Bimbingan di sekolah terwujud dalam program

bimbingan, yang mencakup keseluruhan pelayanan bimbingan. Para petugas

bimbingan selain harus sehat fisik maupun psikisnya juga mendapatkan

pendidikan khusus dalam bidang bimbingan dan konseling. Secara ideal

petugas bimbingan dalam hal ini guru bimbingan konseling harus berijazah

sarjana FIP IKIP, jurusan BK, atau program yang sederajat. Di samping itu,

seorang pembimbing harus mempunyai pengalaman maupun pengetahuan

yang cukup baik yang bersifat praktis maupun teoritis. Hal ini sesuai dengan

pendapat Walgito (1989: 17) yang menyatakan bahwa agar seorang

pembimbing dapat menjalankan fungsi atau pekerjaannya dengan sebaik-

baiknya, maka seorang pembimbing harus mempunyai pengetahuan yang

Page 38: PERANAN GURU BIMBINGAN KONSELING TERHADAP …

21

cukup luas baik dari segi yang bersifat teoritis maupun yang bersifat praktis

mengenai bidang pekerjaannya.

Dasar dari pelaksanaan program bimbingan dan konseling di sekolah

tidak lepas dari dasar pendidikan pada umumnya dan pendidikan pada

khususnya (Walgito, 1989: 17). Dalam melaksanakan program bimbingan

dan konseling perlu diperhatikan batas-batas sampai di mana kemungkinan

kegiatan bimbingan dan konseling itu boleh dilaksanakan. Bimbingan dan

konseling di sekolah dilakukan untuk membantu siswa-siswi dalam membuat

rencana belajar dan mengambil keputusan sendiri. Bimbingan dilakukan

dengan melibatkan personil lain dalam memberikan bantuan pada siswa.

Bimbingan dilakukan dalam batas-batas kemampuan yang dimiliki oleh staf

pembimbing (tenaga ahli bimbingan, guru BK, konselor atau guru

pembimbing dan guru biasa). Program bimbingan sekolah berpusat pada

pencegahan kesulitan belajar di kelas yang dilakukan atas dasar

kesepakatan bersama antara konseling dan siswa.

Menurut Santoso pelaksanaan bimbingan dalam belajar dapat

dilakukan dengan berbagai cara, yaitu:

a) Bimbingan secara kelompok

Pelaksanaan bimbingan kelompok merupakan cara-cara tertentu

untuk mengelompokkan siswa. Aktivitas-aktivitas bimbingan kelompok

merupakan jenis kegiatan yang dilakukakan, karena pembimbing merangkap

sebagai pengajar, maka bimbingan kelompok yang paling dominan. Sebab di

samping memberikan pelajaran juga diiringi dengan pemberian bimbingan

Page 39: PERANAN GURU BIMBINGAN KONSELING TERHADAP …

22

secara pencegahan (preventif). Adapun bentuk bimbingan kelompok bagi

siswa, antara lain:

1) Pelajaran bimbingan

Pelajaran bimbingan ini yang diutamakan adalah kebutuhan siswa

yang berkenan dengan perkembangan pribadinya dan pergaulan sosialnya.

Dengan kata lain, ahli bimbingan lebih berfungsi sebagai pendidik daripada

sebagai pengajar. Pada pelajaran bimbingan yang biasanya berupa

pembahasan tentang suatu masalah yang tidak termasuk materi pelajaran

yang lain, misalnya cara belajar yang baik, cara memilih jurusan, cara

bergaul, pendewasaan diri, dan hubungan dengan orang tua.

2) Diskusi kelompok

Pelaksanaan diskusi kelompok ini dilakukan dengan membentuk

kelompok kecil yang terdiri dari empat sampai enam siswa untuk

mendiskusikan sesuatu bersama, misalnya kesukaran dalam belajar,

pergaulan dengan orang tua, atau pergaulan dengan lain jenis.

b) Bimbingan secara individu

Bimbingan secara individu dilaksanakan jika ada permasalahan dari

siswa yang bersangkutan langsung dipanggil ke ruang bimbingan. Adapun

bentuk dari bimbingan individu dapat berupa pemberian informasi,

pemberian nasehat, dan konsentrasi.

c) Konseling individual

Page 40: PERANAN GURU BIMBINGAN KONSELING TERHADAP …

23

Dalam pelaksanaan konseling individual, paling tidak ada empat hal

yang perlu diperhatikan, yaitu saat diam, kebingungan, mendengarkan, dan

melarikan diri dari kenyataan.

d. Sifat Bimbingan Konseling

Masalah bimbingan dan konseling mengacu pada situasi masa

pemberian bantuan yang dilihat dari segi proses penampakan hal atau

kesulitan yang dihadapi oleh siswa. Sehingga, pemberian bantuan dapat

dilakukan sebelum, selama, dan setelah ada kesulitan yang dihadapi siswa.

Adapun sifat bimbingan menurut Mapiare (1989: 23) dibagi menjadi empat,

antara lain:

1) Sifat pencegahan (preventive), yaitu pemberian bantuan kepada

siswa, sebelum menghadapi kesulitan atau persoalan yang serius.

2) Sifat pengembangan (development), yaitu usaha bantuan kepada

siswa dengan mengiringi perkembangan mentalnya, terutama untuk

menetapkan jalan berpikir dan bertindak siswa, sehingga dapat

berkembang secara optimal.

3) Sifat penyembuhan (curative), yaitu usaha bantuan yang diberikan

pada siswa selama atau setelah siswa mengalami persoalan serius,

dengan maksud agar siswa agar terbebas dari kesulitan.

4) Sifat pemeliharaan (treatment), yaitu usaha bantuan yang dilakukan

untuk memupuk dan mempertahankan kesehatan mental siswa

Page 41: PERANAN GURU BIMBINGAN KONSELING TERHADAP …

24

yang bersangkutan agar bertahan dalam kesembuhan, setelah

menjalani proses penyembuhan.

e. Jenis-Jenis Bimbingan dan Konseling

Adapun jenis pelayanan bimbingan dan konseling yang dapat

dilakukan, antara lain:

1) Layanan orientasi, yaitu layanan yang membantu peserta didik

memahami lingkungan baru, terutama lingkungan sekolah dan

objek-objek yang dipelajari, untuk menyesuaikan diri serta

mempermudah dan memperlancar peran siswa di lingkungan baru.

2) Layanan informasi, yaitu layanan yang membantu siswa menerima

dan memahami berbagai informasi diri, sosial, belajar, karir/

jabatan, dan pendidikan lanjutan.

3) Layanan penempatan dan penyaluran, yaitu layanan yang

membantu siswa memperoleh penempatan dan penyaluran yang

tepat di dalam kelas, kelompok belajar, jurusan/ program studi,

program latihan, magang, dan kegiatan ekstra kurikuler.

4) Layanan penguasaan konten, yaitu layanan yang membantu siswa

menguasai konten tertentu, terutama kompetensi dan atau

kebiasaan yang berguna dalam kehidupan di sekolah, keluarga,

industri, dan masyarakat.

5) Layanan konseling perorangan, yaitu layanan yang membantu

peserta didik dalam mengentaskan masalah pribadinya.

Page 42: PERANAN GURU BIMBINGAN KONSELING TERHADAP …

25

6) Layanan bimbingan kelompok, yaitu layanan yang membantu siswa

dalam pengembangan pribadi, kemampuan hubungan sosial,

kegiatan belajar, karir/ jabatan, dan pengambilan keputusan, serta

melakukan kegiatan tertentu melalui dinamika kelompok.

7) Layanan konseling kelompok, yaitu layanan yang membantu siswa

dalam pembahasan dan pengentasan masalah pribadi melalui

dinamika kelompok.

8) Layanan konsultasi, yaitu layanan yang membantu siswa dan pihak

lain dalam memperoleh wawasan, pemahaman, dan cara-cara

yang perlu dilaksanakan dalam menangani kondisi dan masalah

yang dihadapi siswa.

9) Layanan mediasi, yaitu layanan yang membantu siswa

menyelesaikan permasalahan dan memperbaiki hubungan antar

siswa itu sendiri (Depdiknas, 2009: 31-32)

Menurut Anshari (1991: 67) bahwa bantuan atau bimbingan yang

diberikan kepada siswa ada dua macam, antara lain:

a) Bimbingan yang bersifat preventif

Bimbingan yang bersifat preventif (pencegahan) adalah pemberian

bantuan kepada siswa sebelum menghadapi kesulitan atau persoalan yang

serius. Cara yang ditempuh bermacam-macam, yaitu: memelihara situasi

yang baik dan menjaga situasi itu agar tetap baik. Dalam hal ini hubungan

siswa dengan guru bimbingan konseling serta staf yang lain harus dijaga

sebaik mungkin. Demikian juga guru bimbingan konseling dalam

Page 43: PERANAN GURU BIMBINGAN KONSELING TERHADAP …

26

menyampaikan materi harus disesuaikan dengan keadaan anak. Minat anak

dan guru bimbingan konseling berusaha semaksimal mungkin menimbulkan

semangat anak agar tidak merasa bosan terhadap guru bimbingan konseling

dan materi yang diberikan.

Bimbingan yang berfungsi preventif merupakan pencegahan

terjadinya atau timbulnya masalah dari anak didik dan berfungsi

preservation, yaitu memelihara situasi dan menjaga agar situasi tersebut

tetap baik (Sukardi, 2000: 8).

Bimbingan preventif juga dapat dilakukan dengan cara penggunaan

waktu senggang, dengan cara mengisi dengan kegiatan-kegiatan yang

bermanfaat bagi dirinya maupun orang lain atau lingkungan. Sehingga,

diharapkan siswa mampu memanfaatkan waktu senggang dengan mengisi

kegiatan-kegiatan belajar, bekerja atau rekreasi yang membawa manfaat.

Djumhur dan Surya (dalam Ahmadi dan Rohani, 2009: 38)

mengungkapkan bahwa kegiatan bimbingan dalam waktu senggang dapat

membantu siswa untuk:

1) Menggunakan waktu senggang untuk kegiatan produktif.

2) Menyusun dan membagi waktu belajar dengan sebaik-baiknya.

3) Mengisi dan menggunakan waktu pada jam-jam bebas, hari libur

dan sebagainya.

4) Merencanakan suatu kegiatan.

Menggunakan waktu senggang untuk kegiatan produktif, seperti

kegiatan OSIS, kepramukaan, organisasi keagamaan, olah raga, dan

Page 44: PERANAN GURU BIMBINGAN KONSELING TERHADAP …

27

kesenian, dapat mengembangkan bakat dan potensi yang dimiliki siswa.

Siswa akan merasa diliputi kesibukan, sehingga sangat minim kemungkinan

bagi siswa untuk memikirkan dan mengatur waktunya pada hal-hal yang

tidak baik dan menjurus pada kegiatan amoral.

Adapun bimbingan yang bersifat preventif atau pencegahan dapat

dilakukan dengan menerapkan tata tertib, menanamkan kedisiplinan,

memberikan motivasi, dan memberikan nasehat (Anshari, 1991: 67).

1) Tata Tertib

Tata tertib adalah peraturan yang harus ditaati dalam situasi atau

dalam suatu tata kehidupan tertentu, baik berbentuk tulisan atau tidak

tertulis. Tata tertib yang tertulis misalnya tata tertib antara guru bimbingan

konseling dengan siswa, tata tertib pergaulan, dan sebagainya.

2) Menanamkan kedisiplinan

Disiplin merupakan suatu sikap mental yang dengan kesadaran dan

keinsyafannya mematuhi perintah atau larangan yang ada terhadap suatu

hal. Untuk menanamkan kedisiplinan pada anak dapat diusahakan dengan

melakukan pembiasaan melalui contoh dan teladan, penyadaran, dan kontrol

atau pengawasan. Contoh pembiasaan adalah menanamkan kebiasaan

untuk berpakaian rapi, harus atas ijin guru apabila masuk dan keluar kelas,

harus memberi salam, dan sebagainya. Contoh keteladanan adalah

membiasakan siswa mengikuti perilaku dan tutur kata guru, sehingga guru

harus memberikan teladan yang baik. Contoh penyadaran adalah

memberikan penjelasan mengenai permasalahan yang dihadapi, sehingga

Page 45: PERANAN GURU BIMBINGAN KONSELING TERHADAP …

28

timbul kesadaran siswa tentang adanya perintah yang harus dikerjakan dan

larangan-larangan yang harus ditinggalkan. Contoh pengawasan adalah

dengan selalu memantau gerak gerik siswa agar tidak melakukan

pelanggaran.

3) Memberi motivasi

Memberikan motivasi disini lebih ditekankan pada pembentukan

akhlaq yang baik, yang mana akhlaq merupakan keseluruhan dari gerak

hidup manusia. Sebagaimana diungkapkan oleh Sardiman (2009: 93) bahwa

motivasi adalah tenaga pendorong atau penarik yang menyebabkan adanya

tingkah laku ke arah suatu tujuan tertentu, yang timbul dari dalam maupun

luar individu tersebut.

4) Memberikan nasehat

Nasehat adalah ajaran atau pelajaran yang baik. Namun suatu

nasehat sudah barang tentu mesti timbul dari hati nurani yang tulus, demi

kepentingan dan kebaikan yang dinasehati. Pemberian nasehat dapat

dilakukan dengan memberikan jalan untuk kebahagiaan hidup di dunia dan

akhirat.

b) Bimbingan yang bersifat kuratif (penyembuhan)

Bimbingan yang bersifat kuratif yaitu bantuan yang diberikan kepada

siswa selama atau setelah siswa mengalami masalah serius, agar

terbebaskan dari masalah yang dihadapinya. Dalam rangka pemberian

bantuan yang diberikan secara sistimatis kepada siswa digunakan teknik

agar siswa mampu memecahkan segala masalah yang dihadapi, baik

Page 46: PERANAN GURU BIMBINGAN KONSELING TERHADAP …

29

masalah yang bersifat pribadi yang mengganggu perasaan, frustasi dalam

menghadapi, serta untuk menentukan pilihan yang tepat sesuai dengan

kemampuannya. Bimbingan yang bersifat kuratif dapat berupa

pemberitahuan, peringatan, hukuman, dan ganjaran (Anshari, 1991: 67)

1) Pemberitahuan

Pemberitahuan yaitu memberikan informasi kepada anak terhadap

sesuatu hal atau sikap yang kurang baik karena hal itu mengganggu jalannya

proses pendidikan. Pemberitahuan ini diberikan kepada anak yang belum

tahu, misalnya seorang anak yang memberikan suatu barang kepada

gurunya dengan tangan kiri.

2) Peringatan

Peringatan diberikan terhadap anak yang sudah berkali-kali

melakukan pelanggaran dan sebelumnya sudah diberi teguran. Peringatan

biasanya disertai dengan ancaman apabila hal tersebut terulang kembali.

Misalnya ada seorang anak yang berbuat nakal pada temannya beberapa

kali, setelah ditegur juga dia masih melakukan, maka diberi peringatan

dengan satu ancaman umpamanya kalau sampai melakukan lagi akan

dikeluarkan dari sekolah.

3) Hukuman

Hukuman adalah tindakan yang paling akhir terhadap pelanggaran

yang sudah berkali-kali dilakukan setelah diberitahukan dan diperingati.

Hukuman mempunyai arti dan nilai sebagai akibat suatu pelanggaran serta

sebagai titik tolak agar tidak terjadi pelanggaran.

Page 47: PERANAN GURU BIMBINGAN KONSELING TERHADAP …

30

4) Ganjaran

Ganjaran adalah alat pendidikan represif yang bersifat menyenangkan

untuk diberikan kepada siswa yang mempunyai prestasi terentu dalam

pendidikan, memiliki kerajinan dan tingkah laku yang baik. Sehingga, siswa

tersebut dapat dijadikan teladan bagi teman-temannya. Ganjaran dapat

berupa pujian, penghormatan, hadiah, dan tanda penghargaan.

2. Peran Guru Bimbingan Konseling

Implementasi kegiatan bimbingan konseling dalam pelaksanaan

pendidikan di sekolah sangat menentukan keberhasilan proses

pembelajaran. Oleh karena itu, peranan guru kelas dalam pelaksanaan

kegiatan bimbingan konseling sangat penting dalam rangka mengefektifkan

pencapaian tujuan pembelajaran yang dirumuskan. Sardiman (2009: 142)

menyatakan bahwa ada sembilan peran guru dalam kegiatan bimbingan

konseling, antara lain:

a) Informator, guru diharapkan sebagai pelaksana cara mengajar

informatif, laboratorium, studi lapangan, dan sumber informasi

kegiatan akademik maupun umum.

b) Organisator, guru sebagai pengelola kegiatan akademik, silabus,

jadwal pelajaran, dan lain-lain.

c) Motivator, guru harus mampu merangsang dan memberikan

dorongan serta reinforcement untuk mendinamisasikan potensi

siswa, menumbuhkan swadaya (aktivitas) dan daya cipta

Page 48: PERANAN GURU BIMBINGAN KONSELING TERHADAP …

31

(kreativitas) sehingga akan terjadi dinamika di dalam proses

belajar-mengajar.

d) Director, guru harus dapat membimbing dan mengarahkan kegiatan

belajar siswa sesuai dengan tujuan yang dicita-citakan.

e) Inisiator, guru sebagai pencetus ide dalam proses pembelajaran.

f) Transmitter, guru bertindak selaku penyebar kebijaksanaan dalam

pendidikan dan pengetahuan.

g) Fasilitator, guru akan memberikan fasilitas atau kemudahan dalam

proses belajar mengajar.

h) Mediator, guru sebagai penengah dalam kegiatan belajar siswa.

i) Evaluator, guru mempunyai otoritas untuk menilai prestasi anak

didik dalam bidang akademik dan tingkah laku sosialnya, sehingga

dapat menentukan bagaimana anak didiknya berhasil atau tidak.

Pemberian bantuan tidak hanya diberikan kepada anak yang normal

saja, anak berkebtuhan khusus juga perlu mendapatkan bantuan, karena

berdasarkan sejarah perkembangan pandangan masyarakat terhadap anak-

anak berkebutuhan khusus (ABK) maka dapat diketahui bahwa kebutuhan

anak berkebutuhan khusus dan keluarganya masih banyak yang terabaikan

hingga saat ini.

Sebagian besar masyarakat menganggap bahwa anak berkebutuhan

khusus meruakan anak yang menyandang kecacatan atau kelainan, bahkan

dianggap sebagai kutukan, gila, dan penyakit menular. Sehingga, banyak

dari mereka yang dikucilkan oleh masyarakat, bahkan menarik diri dari

Page 49: PERANAN GURU BIMBINGAN KONSELING TERHADAP …

32

masyarakat. Kondisi tersebut tentu membawa dampak terhadap

pertumbuhan anak berkebutuhan khusus dan keluarganya.

Dampak yang jelas ditemui adalah dampak terhadap konsep diri,

prestasi belajar, perkembangan fisik, dan perilaku menyimpang. Dengan

demikian, anak berkebutuhan khusus membutuhkan alat agar mereka dapat

mengatasi masalah tersebut serta mampu hidup mandiri. Salah satunya

adalah melalui pendidikan, sehingga anak berkebutuhan khusus

memperoleh bekal hidup dan mengoptimalkan perkembangannya. Namun,

permasalahan yang dialami anak berkebutuhan khusus tidak cukup dengan

proses pendidikan di kelas. Anak berkebutuhan khusus juga membutuhkan

layanan bimbingan dan konseling dalam belajar serta memandirikan diri.

Semium (2006: 72-76) mengungkapkan bahwa pada dasarnya

bimbingan konseling diberikan untuk semua konseli tidak terkecuali anak

berkebutuhan khusus. Namun untuk mencegah kerancuan maka anak

berkebutuhan khusus harus dilayani oleh pendidik yang disiapkan melalui

pendidikan guru untuk pendidikan luar biasa (PG PLB) sebab butuh takaran

yang tepat bagi konseli yang menyandang kekurang sempurnaan fungsi

indrawi

Pelayan bimbingan dan konseling bagi anak yang berkebutuhan

khusus amat erat kaitannya dengan pengembangan kecakapan hidup sehari-

hari (daily living activities).oleh karena itu pelayanan bimbingan dan

konseling bagi anak berkebutuhan khusus merupakan pelayanan interfensi

Page 50: PERANAN GURU BIMBINGAN KONSELING TERHADAP …

33

tidak langsung yang terfokus pada upaya mengembangkan lingkungan

perkembangan bagi kepentingan fasilitas perkembangan anak tersebut.

Permasalahan yang dihadapi anak yang berkebutuhan khusus pada

hakekatnya sangat kompleks yaitu masalah hambatan belajar,kelambatan

perkembangan, dan hambatan perkembangan.

Secara umum hambatan belajar yang sering dihadapi oleh anak

berkebutuhan khusus antara lain hambatan belajar keterampilan motorik,

bahasa, kognitif, persepsi, emosi, dan perilaku gabungan dari hambatan

tersebut. Oleh karena itu, anak berkebutuhan khusus akan merasa sulit

dalam menguasai dalam keterampilan dasar belajar seperti menulis,

membaca, dan menghitung. Hal in dapat diatasi dengan membuka

pengalaman secara luas kepada anak sehingga dapat membantu dan

mendorong seluruh aspek perkembangan anak secara komprehensif.

Faktor kelambatan perkembangan pada anak berkebutuhan khusus

dapat terjadi akibat ketidak mampuan lingkungan baik orang tua maupun

pengasuh anak untuk menjain intraksi yang seimbang, selaras, dan

berkesinambungan sesuai dengan kebutuhan perkembangan anak.

Sehingga dibutuhkan lingkungan yang kondusif melalui penciptaan interaksi

yang dapat menjadi partner bagi laju perkembangan anak. Masalah

hambatan perkembangan bagi anak yang berkebutuhan khusus lebih focus

pada terjadinya kesulitan, kegagalan, dan gangguan dalam satu atau lebih

aspek perkembangan yang menimbulkan resiko terhadap hambatan

perkembangan fisik, psikologis, sosial anak. Hal ini dapat diatasi dengan

Page 51: PERANAN GURU BIMBINGAN KONSELING TERHADAP …

34

penanganan emosional anak dengan menerima anak berkebutuhan khusus

selayaknya anak normal serta membangun lingkungan yang nyaman

baginya sehingga anak mendapat sedikit kesempatan untuk belajar,

mengekspresikan, dan mengendalikan emosionalnya. Hal ini sangat

membantu anak dalam mengatasi masalah perkembangannya

3. Tugas dan Tanggungjawab Guru Bimbingan Konseling

Menurut Kurikulum Pendidikan Dasar, tugas dan tanggung jawab guru

bimbingan dan konseling adalah:

a. Kegiatan menyusun program pelayanan dalam bidang bimbingan

pribadi, sosial, belajar, dan karir serta semua jenis layanan

termasuk kegiatan pendukung yang dihargai sebanyak 12 jam.

b. Kegiatan layanan dalam bidang bimbingan pribadi sosial, belajar,

dan karir yang dihargai sebanyak 6 jam.

c. Konselor yang membimbing 150 siswa dihargai 18 jam selebihnya

sebagai bonus dengan ketentuan berikut ini:

1) 10 – 15 siswa = 2 jam

2) 16 – 30 siswa = 4 jam

3) 31 – 45 siswa = 6 jam

4) 46 – 60 siswa = 8 jam

5) 61 – 75 siswa = 10 jam

6) 76 – lebih = 12 jam.

Sedangkan dalam Keputusan Menteri Pendidikan No. 84 Tahun 1993

dalam Bab II Pasal 3 (dalam Thantawy, 2004) tanggung jawab guru

Page 52: PERANAN GURU BIMBINGAN KONSELING TERHADAP …

35

bimbingan dan konseling adalah menyusun program bimbingan dan

konseling yaitu membuat rencana persiapan pelayanan bimbingan dan

konseling dalam bidang bimbingan pribadi sosial, bimbingan belajar,

bimbingan kelompok, informasi dan konseling kelompok. Melaksanakan

program bimbingan dan konseling yaitu melakukan pelayanan dalam bidang

bimbingan pribadi, belajar dan karir serta 7 jenis layanan yaitu layanan

informasi, orientasi, penempatan, pembelajaran, konseling pribadi,

bimbingan kelompok dan konseling kelompok.

Selanjutnya, diungkapkan pula terdapat tanggung jawab setelah

program bimbingan konseling dilakukan, antara lain:

a. Mengevaluasi pelaksanaan bimbingan dan konseling pribadi,

belajar dan karir serta 7 jenis layanan.

b. Menganalisa hasil evaluasi pelaksanaan bimbingan dan konseling,

yaitu menelaah hasil evaluasi pelaksanaan layanan dalam bidang

bimbingan pribadi, sosial, belajar dan karir serta 7 jenis layanan.

c. Melaksanakan tindak lanjut pelaksanaan bimbingan dan konseling,

yaitu kegiatan menindaklanjuti hasil analisis termasuk hasil evaluasi

pelaksanaan layanan dalam 4 bidang dan 7 jenis layanan.

d. Membimbing siswa dalam kegiatan ekstrakurikuler yaitu kegiatan

ekstrakurikuler guru pembimbing sama dengan ketentuan yang

berlaku bagi guru mata pelajaran maupun guru praktek.

e. Membimbing guru pembimbing dalam kegiatan proses bimbingan

yaitu guru yang masih junior.

Page 53: PERANAN GURU BIMBINGAN KONSELING TERHADAP …

36

Selanjutnya menurut Surat Keputusan Menteri Pendidikan dan Kepala

BAKN No: 0433/PM/1993 dan No: 25 Tahun 1993, bahwa guru bimbingan

dan konseling mempunyai tugas, yaitu tanggung jawab, wewenang, dan hak

secara penuh dalam kegiatan bimbingan dan konseling di sekolah.

Ketentuan untuk guru bimbingan dan konseling dalam melaksanakan

tugasnya, yaitu 1 orang guru bimbingan dan konseling memberikan layanan

kepada 150 siswa.

Berdasarkan pendapat di atas, terlihat bahwa tugas dan tanggung

jawab seorang guru bimbingan konseling cukup berat. Guru bimbingan dan

konseling adalah tenaga profesional yang memiliki keahlian khusus dalam

melaksanakan tugasnya yaitu memberikan layanan bimbingan dan konseling

kepada siswa agar siswa mencapai perkembangan yang optimal.

B. Pembinaan Karakter Siswa

1. Konsep Pembinaan

Secara etimologi, pembinaan berarti proses, pembuatan, cara

membina, pembaharuan, penyempurnaan, usaha, tindakan, dan kegiatan

yang dilakukan secara berdaya guna dan berhasil guna untuk memperoleh

hasil yang lebih baik. Sedangkan secara terminologi, pengertian pembinaan

dikemukakan oleh Arifin (2005 : 14) sebagai usaha orang dewasa secara

sadar untuk membimbing dan mengembangkan kepribadian serta

kemampuan dasar manusia, baik dalam berikhtiar, membentuk dan

mengarahkan fitrah manusia supaya berkembang sampai pada titik yang

maksimal yang dapat dicapai sesuai dengan tujuan yang dicita-citakan.

Page 54: PERANAN GURU BIMBINGAN KONSELING TERHADAP …

37

Simanjuntak dan Pasaribu (2000: 13) mengemukakan bahwa

pembinaan merupakan kegiatan mempertahankan dan menyempurnakan

apa yang telah ada. Sedangkan pengembangan menujukkan kegiatan untuk

menghasilkan sesuatu yang baru, di mana selama kegiatan tersebut

berlangsung penilaian serta penyempurnaan. Apabila telah mengalami

penyempurnaan akhirnya dipandang telah cukup mantap, maka berakhirlah

kegiatan pembinaan dan pengembangan.

Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa pembinaan

adalah usaha sadar yang dilakukan oleh pembina dalam memelihara dan

meningkatkan pembentukan karakter siswa yang orientasinya mengarah

kepada aktivitas menanamkan ilmu pengetahuan, keterampilan, akhlak, dan

budi pekerti. Pembinaan juga diartikan sebagai suatu usaha yang dilakukan

dalam memelihara, mempertahakan, dan mengembangkan potensi yang

telah dimiliki oleh seorang manusia agar kelak setelah selesai pembinaan,

mereka dapat berkembang dan memanfaatkan potensi yang ada pada

dirinya tersebut.

2. Konsep Karakter Siswa

Menurut Depdiknas (2003: 452) karakter memiliki beberapa arti, yaitu:

1) sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang membedakan seseorang

dari yang lain dan 2) karakter juga bisa bermakna "huruf".

Karakter adalah bawaan, hati, jiwa, kepribadian, budi pekerti, perilaku,

personalitas, sifat, tabiat, temperamen, dan watak. Adapun berkarakter

adalah berkepribadian, berperilaku, bersifat, bertabiat, dan berwatak

Page 55: PERANAN GURU BIMBINGAN KONSELING TERHADAP …

38

(Depdiknas, 2003: 348). Adapun menurut Poerwadarminta (2007: 521),

karakter adalah tabiat, watak, sifat-sifat kejiwaan, akhlaq, atau budi pekerti

yang membedakan seseorang dengan yang lain.

Saunders (2007: 126) menyatakan bahwa karakter adalah sifat nyata

dan berbeda yang ditunjukkan oleh individu, berupa sejumlah atribut yang

dapat diamati pada individu. Adapun Gulo (2002: 29) mendefinisikan karakter

sebagai kepribadian yang ditinjau dari titik tolak etis atau moral, misalnya

kejujuran seseorang, biasanya mempunyai kaitan dengan sifat-sifat yang

relatif tetap. Sedangkan Kamisa (2007: 281) mengungkapkan bahwa

karakter adalah sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang

membedakan seseorang dari yang lain, tabiat, watak. Berkarakter artinya

mempunyai watak, mempunyai kepribadian.

Karakter adalah kualitas mental atau moral, kekuatan moral, nama,

atau reputasinya. Secara psikologi, karakter adalah kepribadian yang ditinjau

dari titk tolak etis atau moral, misalnya kejujuran seseorang; biasanya

mempunyai kaitan dengan sifat-sifat yang relatif tetap (Asmani, 2011: 27).

Hermawan Kertajaya (dalam Asmani, 2011: 28) mengemukakan

bahwa karakter adalah ciri khas yang dimiliki oleh suatu benda atau individu.

Ciri khas tersebut adalah asli dan mengakar pada kepribadian benda atau

individu tersebut dan merupakan mesin yang mendorong seseorang

bertindak, bersikap, berujar, dan merespons sesuatu.

Albertus (2010: 79-80) menyatakan bahwa karakter diasosiasikan

dengan temperamen yang memberinya sebuah definisi yang menekankan

Page 56: PERANAN GURU BIMBINGAN KONSELING TERHADAP …

39

unsur psikososial yang dikaitkan dengan pendidikan dan konteks lingkungan.

Karakter juga dipahami dari sudut pandang behavioral yang menekankan

unsur somato-psikis yang dimiliki oleh individu sejak lahir. Karakter dianggap

sama dengan kepribadian sedangkan kepribadian dianggap sebagai ciri atau

karakteristik atau gaya atau sifat khas dari diri seseorang, yang bersumber

dari bentukan-bentukan yang diterima dari lingkungan, misalnya pengaruh

keluarga pada masa kecil dan bawaan seseorang sejak lahir.

Karakter merupakan sifat pribadi yang relatif stabil pada diri individu

yang menjadi landasan bagi penampilan perilaku dalam standar nilai dan

norma yang tinggi. Relatif stabil adalah suatu kondisi yang apabila telah

terbentuk akan tidak mudah diubah. Landasan adalah kekuatan yang

pengaruhnya sangat besar/ dominan yang menyeluruh terhadap hal-hal yang

terkait langsung dengan kekuatan yang dimaksud. Penampilan perilaku

adalah aktivitas individu atau kelompok. Standar nilai dan norma yang

dimaksud adalah iman, taqwa, pengendalian diri, disiplin, kerja keras, ulet,

bertanggungjawab, jujur, membela kebenaran, kepatuhan, kesopanan,

kesantunan, ketaatan pada peraturan, loyalitas, demokratis, kebersamaan,

musyawarah, gotong royong, toleransi, tertib, damai, anti kekerasan, dan

hemat atau efisien.

Karakter adalah watak, tabiat, akhlak, atau kepribadian seseorang

yang terbentuk dari hasil internalisasi berbagai kebajikan (virtues) yang

diyakini dan digunakan sebagai landasan untuk cara pandang, berpikir,

bersikap, dan bertindak. Kebajikan terdiri atas sejumlah nilai, moral, dan

Page 57: PERANAN GURU BIMBINGAN KONSELING TERHADAP …

40

norma, seperti jujur, berani bertindak, dapat dipercaya, dan hormat kepada

orang lain. Interaksi seseorang dengan orang lain menumbuhkan karakter

masyarakat dan karakter bangsa. Oleh karena itu, pengembangan karakter

bangsa hanya dapat dilakukan melalui pengembangan karakter individu

seseorang. Akan tetapi, karena manusia hidup dalam ligkungan sosial dan

budaya tertentu, maka pengembangan karakter individu seseorang hanya

dapat dilakukan dalam lingkungan sosial dan budaya yang berangkutan.

Dengan kata lain, pengembangan budaya dan karakter bangsa hanya dapat

dilakukan dalam suatu proses pendidikan yang tidak melepaskan peserta

didik dari lingkungan sosial, budaya masyarakat, dan budaya bangsa.

Lingkungan sosial dan budaya bangsa adalah Pancasila. Sehingga,

pendidikan karakter dan budaya bangsa haruslah berdasarkan nilai-nilai

Pancasila, sebab mendidik budaya dan karakter bangsa termasuk

mengembangkan nilai-nilai Pancasila pada diri peserta didik melalui

pendidikan hati, otak, dan fisik.

Berdasarkan kajian nilai-nilai agama, norma-norma sosial, peraturan/

hukum, etika akademik, dan prinsip-prinsip HAM, telah teridentifikasi butir-

butir nilai yang dikelompokkan menjadi lima nilai utama, yaitu nilai-nilai

perilaku manusia dalam hubungannya dengan Tuhan Yang Maha Esa, diri

sendiri, sesama manusia, dan lingkungan serta kebangsaan. Pembinaan

karakter yang baik akan mendorong siswa tumbuh dengan kapasitas dan

komitmennya untuk melakukan berbagai hal yang terbaik dan melakukan

Page 58: PERANAN GURU BIMBINGAN KONSELING TERHADAP …

41

segalanya dengan benar sesuai dengan tujuan hidup. Masyarakat juga

berperan membentuk karakter anak melalui orang tua dan lingkungannya.

Pembinaan karakter dilakukan melalui tahap pengetahuan (knowing),

pelaksanaan (acting), dan kebiasaan (habit). Karakter tidak terbatas pada

pengetahuan saja. Seseorang yang memiliki pengetahuan tentang kebaikan

belum tentu mampu bertindak sesuai dengan pengetahuannya, jika tidak

terlatih menjadi suatu kebiasaan untuk selalu melakukan kebaikan tersebut.

Karakter juga menjangkau wilayah emosi dan kebiasaan diri. Dengan

demikian, diperlukan tiga komponen karakter yang baik (components of good

character) yaitu pengetahuan tentang moral (moral knowing), penguatan

emosi atau perasaan (moral feeling), dan perbuatan bermoral (moral action).

Hal ini diperlukan agar siswa dan atau warga sekolah lain yang terlibat dalam

sistem pendidikan tersebut sekaligus dapat memahami, merasakan,

menghayati, dan mengamalkan nilai-nilai moral.

Dimensi-dimensi yang termasuk dalam moral knowing yang akan

mengisi ranah kognitif adalah kesadaran moral (moral awareness),

pengetahuan tentang nilai-nilai moral (knowing moral values), penentuan

sudut pandang (perspective taking), logika moral (moral reasoning),

keberanian mengambil sikap (decision making), dan pengenalan diri (self

knowledge). Moral feeling merupakan penguatan aspek emosi siswa untuk

menjadi manusia berkarakter. Penguatan ini berkaitan dengan bentuk-bentuk

sikap yang harus dirasakan oleh siswa, yaitu kesadaran akan jati diri

(conscience), percaya diri (self esteem), kepekaan terhadap derita orang lain

Page 59: PERANAN GURU BIMBINGAN KONSELING TERHADAP …

42

(emphaty), cinta kebenaran (loving the good), pengendalian diri (self control),

kerendahan hati (humility). Moral action merupakan perbuatan atau tindakan

moral yang merupakan hasil dari dua komponen karakter lainnya. Untuk

memahami apa yang mendorong seseorang dalam perbuatan yang baik,

maka harus dilihat tiga aspek lain dari karakter, yaitu kompetensi

(competence), keinginan (will), dan kebiasaan (habit) (Simanjuntak dan

Pasaribu, 2000: 22).

Nilai-nilai yang dikembangkan dalam pendidikan karakter dan budaya

bangsa diidentifikasi dari sumber-sumber berikut ini:

1) Agama. Masyarakat Indonesia adalah masyarakat beragama,

sehingga kehidupan individu, masyarakat, dan bangsa selalu

didasari pada ajaran agama dan sesuai dengan kepercayaannya.

Secara politis, kehidupan kenegaraanpun didasari pada nilai

agama. Dengan demikian, nilai-nilai pendidikan karakter dan

budaya bangsa harus didasarkan pada nilai-nilai dan kaidah yang

berasal dari agama.

2) Pancasila. Negara kesatuan Republik Indonesia ditegakkan atas

prinsip kehidupan kebangsaan dan kenegaraan yang disebut

Pancasila. Nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila menjadi

nilai-nilai yang mengatur kehidupan politik, hukum, ekonomi,

kemasyarakatan, budaya, dan seni. Pendidikan karakter dan

budaya bangsa bertujuan mempersiapkan peserta didik menjadi

warga negara yang lebih baik, yaitu warga negara yang memiliki

Page 60: PERANAN GURU BIMBINGAN KONSELING TERHADAP …

43

kemampuan, kemauan, dan menerapkan nilai-nilai Pancasila dalam

kehidupannya sebagai warga negara.

3) Budaya. Tidak ada manusia yang hidup bermasyarakat dan tidak

didasari oleh penerapan nilai-nilai budaya yang diakui masyarakat

tempatnya bermukim. Nilai-nilai budaya dapat dijadikan dasar

dalam pemberian makna terhadap suatu konsep dan arti dalam

komunikasi dengan antar anggota masyarakat. Sehingga, budaya

dijadikan sebagai sumber nilai dalam pendidikan karakter dan

budaya bangsa.

C. Kerangka Pikir Penelitian

Bimbingan konseling adalah salah satu komponen yang penting dalam

proses pendidikan sebagai suatu sistem. Bimbingan merupakan bantuan

kepada individu dalam menghadapi persoalan-persoalan yang dapat timbul

dalam hidupnya. Bantuan semacam itu sangat tepat jika diberikan di sekolah,

supaya setiap siswa lebih berkembang ke arah yang semaksimal mungkin.

Dengan demikian bimbingan menjadi bidang layanan khusus dalam

keseluruhan kegiatan pendidikan sekolah yang ditangani oleh tenaga-tenaga

ahli dalam bidang tersebut.

Keberadaan guru bimbingan dan konseling atau konselor dalam

Sistem Pendidikan Nasional dinyatakan sebagai salah satu kualifikasi

pendidik, sejajar dengan kualifikasi guru, dosen, pamong belajar, tutor,

widyaiswara, fasilitator dan instruktur (Undang-Undang No. 20 Tahun 2003,

Pasal 1 Ayat 6). Namun pengakuan secara eksplisit dan kesejajaran posisi

Page 61: PERANAN GURU BIMBINGAN KONSELING TERHADAP …

44

antara kualifikasi tenaga pendidik satu dengan yang lainnya tidak

menghilangkan arti bahwa setiap tenaga pendidik, termasuk konselor,

memiliki konteks tugas, ekspektasi kinerja, dan seting pelayanan spesifik

yang satu dan yang lainnya mengandung keunikan dan perbedaan. Oleh

sebab itu, konteks dan ekspektasi kinerja guru bimbingan dan konseling atau

konselor mendapatkan penegasan kembali dengan maksud untuk

meluruskan konsep dan praktik bimbingan dan konseling ke arah yang tepat.

Merujuk pada Peraturan Pemerintah RI Nomor 74 Tahun 2008

Tentang Guru, untuk selanjutnya tenaga pendidik di bidang bimbingan dan

konseling disebut dengan Guru Bimbingan dan Konseling atau Konselor.

Dengan adanya PPG BK/K diharapkan kompetensi guru BK/ Konselor

sekolah dapat meningkat dan akhirnya menjadi konselor yang profesional.

Tenaga kependidikan atau pembimbing di sekolah lanjutan tingkat

pertama (SLTP) yang tugasnya memberikan bantuan layanan bimbingan dan

konseling baik kepada siswa yang bermasalah maupun tidak, terutama untuk

membantu perkembangan siswa agar dapat mencapai prestasi yang optimal

dalam proses belajar maupun pembentukan karakternya. Peran guru

bimbingan konseling secara rinci adalah sebagai informator, organisator,

motivator, director, inisiator, transmitter, fasilitator, mediator, dan evaluator.

Di dalam kegiatan belajar mengajar guru bukan sekedar mentransfer

ilmu kepada siswa dan siswa menyerap ilmu dari guru, namun terdapat

berbagai kegiatan lain yang harus dilaksanakan terlebih jika mengharapkan

hasil belajar yang lebih baik. Sehingga pembelajaran bukan hanya

Page 62: PERANAN GURU BIMBINGAN KONSELING TERHADAP …

45

difokuskan pada pencapaian pengetahuan semata, tetapi juga

memperhatikan sikap dan karakter yang dapat dibentuk setelah proses

pembelajaran. Karakter yang dimaksud adalah karakter religius, karakter

pancasilais dan karakter budaya. Karakter religius merupakan karakter

siswa yang mencerminkan sebuah sikap sesuai dengan al-Qur’an dan

Hadits, yang terlihat berdasarkan amalan-amalan yang berdasar pada

akhlakul karimah siswa. Karakter pancasilais merupakan karakter yang

mencerminkan kepribadian berdasarkan pada pancasila yang membentuk

kepribadian nasionalis yang tinggi. Adapun karakter budaya merupakan

sikap dan perilaku siswa yang berdasar pada kearifan lokal serta nilai-nilai

atau norma sosial yang berlaku dalam masyarakat. Dalam proses

pembinaan karakter siswa, terdapat beberapa alternatif cara yang dapat

dilakukan, yaitu dengan menerapkan berbagai pola pembinaan karakter

pada diri siswa seperti pola pembinaan otoriter, persuasif, permisif, dan

demokratis. Pada dasarnya, siswa saat ini tidak bisa dihadapi dengan pola

pembinaan yang cenderung keras atau otoriter dan memaksakan kehendak

guru padanya. Karakter siswa saat ini lebih tepat apabila dibina melalui pola

pembinaan demokratis atau persuasif, namun untuk beberapa kasus

diperlukan pula pola pembinaan yang otoriter pada siswa. pola pembinaan

yang diterapkan sangat bergantung pada kondisi serta lingkungan siswa.

Untuk lebih jelasnya, maka kerangka pikir penelitian ini dapat digambarkan

dalam bentuk bagan berikut ini:

Page 63: PERANAN GURU BIMBINGAN KONSELING TERHADAP …

46

Gambar 1. Kerangka Pikir Penelitian

UU RI Nomor 20 Tahun 2003

Peraturan Pemerintah RI Nomor 74 Tahun 2008

Peranan Guru Bimbingan Konseling

Indikator:

Informator

Organisator

Motivator

Director

Inisiator

Transmitter

Fasilitator

Mediator

Evaluator

Karakter siswa

Indikator:

Karakter religius (agama)

Karakter Pancasilais (kenegaraan)

Karakter budaya (nilai dan tata krama)

Pola Pembinaan Karakter siswa

Pola pembinaan otoriter

Pola pembinaan demokratis

Pola pembinaan persuasive

Pola pembinaan permisif

Page 64: PERANAN GURU BIMBINGAN KONSELING TERHADAP …

47

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif, yakni suatu

jenis penelitian yang sifatnya mengungkap dan menggambarkan fakta dan

data yang diperoleh secara mendalam dan apa adanya, karena data tersebut

ditulis dalam bentuk pemaparan, yang dikategorikan ke dalam metode

penelitian lapangan (field research).

Penelitian ini akan mendeskripsikan peranan guru bimbingan

konseling terhadap pembinaan karakter siswa. Hasil penelitian ini akan

memberikan gambaran atau mendiskripsikan secara sistematis, faktual, dan

akurat terhadap objek yang akan diteliti. Namun, untuk memudahkan

pemaparan tersebut, peneliti menggunakan perhitungan sederhana dengan

tabel frekuensi.

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

Page 65: PERANAN GURU BIMBINGAN KONSELING TERHADAP …

48

Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Poli Polia Kabupaten Kolaka

Propinsi Sulawesi Tenggara, tepatnya di dua Sekolah Menengah Pertama

yaitu SMP Negeri 1 Poli-Polia dan SMP Negeri 2 Poli-Polia. Penelitian

dilakukan selama tiga bulan, yaitu dimulai pada bulan September sampai

bulan November.

C. Instrumen Penelitian

Peneliti dalam melakukan penelitian ini bertindak sebagai instrumen

dan pengumpul data. Dalam penelitan kualitatif peneliti berperan sebagai

human instrument, yang bertindak untuk menetapkan fokus penelitian,

memilih informan sebagai sumber data, melakukan pengumpulan data,

menilai kualitas data, analisis data, menafsirkan data, dan membuat

kesimpulan atas temuanya.

Menurut Sugiyono (2009: 23) bahwa peneliti sebagai instrumen

penelitian serasi untuk penelitian serupa karena memiliki ciri-ciri berikut:

1. Peneliti sebagai alat peka dan dapat bereaksi terhadap segala

stimulus dari lingkungan yang harus diperkirakannya bermakna

atau tidak bagi penelitian.

2. Peneliti sebagai alat dapat menyesuaikan diri terhadap semua

aspek keadaan dan mengumpulkan aneka ragam data sekaligus.

3. Tidak ada suatu instrumen berupa tes atau angket yang dapat

menangkap keseluruhan situasi, kecuali manusia.

47

Page 66: PERANAN GURU BIMBINGAN KONSELING TERHADAP …

49

4. Suatu situasi yang melibatkan interaksi manusia tidak dapat

dipahami dengan pengetahuan semata, perlu sering

merasakannya, menyelaminya, berdasarkan pengetahuan kita.

5. Peneliti sebagai instrumen dapat segera menganalisis data yang

diperoleh.

6. Hanya manusia sebagai instrumen yang dapat mengambil

kesimpulan berdasarkan data yang dikumpulkan pada suatu saat

dan menggunakan segera sebagai balikan untuk memperoleh

penegasan, perubahan, dan perbaikan

Berdasarkan pada pandangan di atas, maka pada dasarnya kehadiran

peneliti disamping sebagai instrumen juga menjadi faktor penting dalam

seluruh kegiatan penelitian ini, karena kedalaman dan ketajaman dalam

menganalisis data tergantung pada peneliti.

D. Sumber Data Penelitian

Sumber data adalah subjek dari mana data diperoleh (Arikunto, 2001:

129). Dalam penelitian ini, data-data yang diperlukan diperoleh dari dua

sumber yaitu:

1. Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh dari sumbernya secara

langsung, diamati dan dicatat secara langsung, seperti, pembagian angket,

wawancara, observasi, dan dokumentasi. Dalam penelitian ini, data primer

yang diperoleh oleh peneliti adalah berupa hasil pengolahan angket yang

membantu peneliti dalam memaparkan gambaran peran guru bimbingan

Page 67: PERANAN GURU BIMBINGAN KONSELING TERHADAP …

50

konseling dan karakter siswa di SMP Negeri 1 Poli-Polia dan SMP Negeri 2

Poli-Polia yang dibagikan kepada 80 orang siswa sebagai responden dari

531 siswa secara keseluruhan. Selain itu, terdapat hasil wawancara dengan

pihak terkait yang memahami serta dapat dijadikan sebagai sumber

informasi mengenai penelitian ini, seperti guru bimbingan konseling dan

pengawas, serta kepala sekolah SMP Negeri 1 Poli-Polia dan SMP Negeri 2

Poli-Polia.

2. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh dari data yang sudah ada

dan memunyai hubungan dengan masalah yang diteliti, meliputi literatur-

literatur yang ada mengenai siswa serta guru bimbingan konseling di SMP

Negeri 1 Poli-Polia dan SMP Negeri 2 Poli-Polia. Dalam penelitian ini, data

sekunder yang diperoleh langsung dari pihak-pihak yang berkaitan berupa

data-data sekolah dan berbagai literatur yang relevan dengan pembahasan.

E. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data yang dilakukan melalui tahap persiapan penulis

terlebih dahulu, yaitu melengkapi hal-hal yang dibutuhkan di lapangan,

kemudian melakukan pengumpulan data dengan teknik berikut ini:

1. Observasi, yaitu penulis mengadakan pengamatan secara

langsung di lokasi penelitian seperti kegiatan guru yang terkait

dengan tujuan penelitian ini, kemudian dibuat dalam bentuk catatan

sistematik.

Page 68: PERANAN GURU BIMBINGAN KONSELING TERHADAP …

51

2. Wawancara, yaitu penulis mengumpulkan data dengan cara

mewawancarai orang-orang yang dianggap dapat memberikan data

kongkrit mengenai pola pembinaan karakter siswa oleh guru

bimbingan konseling di SMP Negeri 1 Poli-Polia dan SMP Negeri 2

Poli-Polia.

3. Angket, yaitu penulis menyebarkan lembaran-lembaran yang

berisikan pertanyaan-pertanyaan yang bersifat alternatif kepada

para siswa untuk mengetahui sejauh mana peranan guru

bimbingan konseling terhadap pembinaan karakter siswa di SMP

Negeri 1 Poli-Polia dan SMP Negeri 2 Poli-Polia.

4. Dokumentasi, yaitu suatu metode pengumpulan data yang

dilakukan dengan cara mempelajari dokumen, arsip, dan

sebagainya yang ada hubungannya dengan guru bimbingan

konseling dan karakter siswa di SMP Negeri 1 Poli-Polia dan SMP

Negeri 2 Poli-Polia.

F. Definisi Operasional Variabel

Agar tercapai kesamaan pengertian dan pengukuran variabel dalam

penelitian ini, maka dikemukakan definisi operasional variabel berikut ini.

a) Peranan guru bimbingan konseling adalah pelaksanaan tugas guru

bimbingan konseling berupa tingkah laku yang bersifat bantuan

yang diberikan oleh guru dengan tujuan tercapainya kemajuan

perubahan tingkah laku dan perkembangan siswa dengan bersikap

Page 69: PERANAN GURU BIMBINGAN KONSELING TERHADAP …

52

sebagai informator, organisator, motivator, director, inisiator,

transmitter, fasilitator, mediator, dan evaluator di sekolah.

b) Pembinaan karakter adalah suatu upaya yang dilakukan guru

bimbingan konseling dalam proses penanaman pendidikan budi

pekerti yang melibatkan aspek pengetahuan, tindakan, dan

perasaan, agar siswa mencapai beberapa nilai-nilai pendidikan

karakter, meliputi karakter religius, pancasila, dan budaya.

G. Teknik Analisis Data

Analisis data kualitatif adalah upaya yang dilakukan dengan jalan

bekerja dengan data, mengorganisasikan data, memilah-milah data menjadi

satuan yang dapat dikelola, mensintesiskannya, mencari dan menemukan

pola, menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari, serta

memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain atau

dideskripsikan.

Lebih lanjut diungkapkan bahwa, teknik analisis data yang digunakan

dalam penelitian ini sebagai berikut:

a. Induktif yaitu metode yang digunakan dengan jalan mengolah data

yang bersifat khusus kemudian menarik kesimpulan yang bersifat

umum.

Page 70: PERANAN GURU BIMBINGAN KONSELING TERHADAP …

53

b. Deduktif yaitu metode yang digunakan dengan jalan mengelola

data yang bersifat umum kemudian menarik kesimpulan bersifat

khusus.

Meskipun telah ditegaskan bahwa data yang diperoleh dianalisis

secara kualitatif, Namun, untuk memudahkan pemaparan tersebut, peneliti

menggunakan perhitungan sederhana dengan tabel frekuensi. Data yang

bersifat angka-angka yang menunjukkan jumlah persentase, sehingga

analisisnya bersifat kuantitatif. Dengan demikian, penelitian ini menggunakan

analisis kualitatif dan kuantitatif dengan cara membagi hasil data dengan

distribusi frekuensi untuk membantu penulis dalam memaparkan data dalam

bentuk narasi, dengan rumusannya sebagai berikut:

P = Persentase

f = Frekuensi

n = Jumlah Responden

100 % = Angka pembulat

Page 71: PERANAN GURU BIMBINGAN KONSELING TERHADAP …

54

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Selayang Pandang Lokasi Penelitian

1. Gambaran Umum SMP Negeri 1 Poli-Polia Kabupaten Kolaka

a. Sejarah Singkat SMP Negeri 1 Poli-Polia Kabupaten Kolaka

Lembaga pendidikan formal SMP Negeri 1 Polia-Polia Kabupaten

Kolaka didirikan pada tanggal 5 Oktober 1994. Sekolah tersebut berada di

Jalan Drs. H. Abdullah Silondai No. 1A Kecamatan Poli-Polia, Kabupaten

Kolaka Propinsi Sulawesi Tenggara. Berdirinya SMP Negeri 1 Poli-Polia

Kabupaten Kolaka diprakarsai oleh salah seorang sesepuh masyarakat

bernama Jamaluddin dan Rami S. SMP Negeri 1 Poli-Polia Kabupaten

Page 72: PERANAN GURU BIMBINGAN KONSELING TERHADAP …

55

Kolaka sejak berdirinya telah mengembangkan pengajaran pendidikan

dengan pola trilogi, yaitu untuk mengembangkan aspek kognitif, afektif, dan

psikomotorik siswa dengan seimbang. Sampai saat ini, lulusan sekolah

tersebut banyak yang melanjutkan di berbagai perguruan tinggi baik negeri

maupun swasta.

Selain itu, beberapa alumni juga telah bekerja sesuai dengan bidang

yang ditekuninya. Bahkan terdapat beberapa alumni yang telah

menyelesaikan program S1, kembali mengabdi di sekolah tersebut. SMP

Negeri 1 Poli-Polia terus melakukan perbaikan dan berbenah diri untuk

menyongsong masa depan yang lebih baik. SMP Negeri 1 Poli-Polia

Kabupaten Kolaka didirikan dengan tujuan untuk meningkatkan kualitas

putra-putri bangsa, khususnya warga Kabupaten Kolaka Propinsi Sulawesi

Tenggara, guna menjadi generasi yang sanggup menjawab derasnya

tantangan zaman dan perkembangan era globalisasi saat ini.

Untuk mengetahui perkembangan SMP Negeri 1 Poli-Polia Kabupaten

Kolaka, tentu dapat dilihat dari keadaan siswa beserta sarana prasarana

yang dimiliki.

1) Keadaan Siswa

Berikut ini adalah gambaran keadaan siswa SMP Negeri 1 Poli-Polia

Kabupaten Kolaka, yang dituangkan pada tabel di bawah ini.

Tabel 4. 1 Keadaan Siswa SMP Negeri 1 Poli-Polia Kabupaten Kolaka

No Siswa Jenis kelamin

Jumlah Laki-laki Perempuan

1 Kelas VII-a 15 19 34

54

Page 73: PERANAN GURU BIMBINGAN KONSELING TERHADAP …

56

2 3 4 5 6 7 8 9

10 11 12

Kelas VII-b Kelas VII-c Kelas VII-d Kelas VIII-a Kelas VIII-b Kelas VIII-c Kelas VIII-d Kelas IX-a Kelas IX-b Kelas IX-c Kelas IX-d

18 13 19 19 18 17 14 12 15 13 12

17 22 15 15 17 17 21 22 20 19 23

35 35 34 34 35 34 35 34 35 32 35

Jumlah 185 227 412

Sumber : Kantor SMP Negeri 1 Poli-Polia Kabupaten Kolaka, Tahun 2013/2014

2) Keadaan Sarana Prasarana

Tak dapat dipungkiri bahwa kelangsungan proses belajar mengajar

tidak saja ditentukan oleh adanya peserta didik dan pengajar yang

profesional, akan tetapi ditentukan pula oleh tersedianya sarana, dan fasilitas

yang cukup memadai. Demikian pula halnya di SMP Negeri 1 Poli-Polia,

yang merupakan salah satu lembaga pendidikan formal di bawah naungan

Dinas Pendidikan Nasional juga memiliki fasilitas pembelajaran yang

menunjang untuk pencapaian pendidikan yang bermutu dan berkualitas.

Fasilitas pengajaran yang penulis maksudkan adalah berupa fasilitas fisik

yang meliputi sarana dan prasarana.

Adapun fasilitas yang telah dimiliki oleh SMP Negeri 1 Poli-

PoliaKabupaten Kolaka dapat dilihat tabel 4.2 sebagai berikut:

Tabel 4. 2 Sarana Prasarana SMP Negeri 1 Poli-Polia Kabupaten Kolaka

No. Sarana Prasarana Jumlah Kondisi

1. Ruang kelas 12 Baik

2. Ruang Perpustakaan 1 Baik

Page 74: PERANAN GURU BIMBINGAN KONSELING TERHADAP …

57

3. Ruangan kepala sekolah 1 Baik

4. Ruangan guru 1 Baik

5 Ruangan UKS 1 Baik

6 Laboratorium 1 Baik

7 Laboratorium komputer 1 Baik

8 Masjid 1 Baik

9 Kantin 1 Baik

10 Lapangan 1 Baik

11 Kursi/Meja siswa 434/427 Baik

12 Kursi/Meja guru 57/53 Baik

13 Lemari 21 Baik

14 Komputer 8 Baik

Sumber : Kantor SMP Negeri 1 Poli-Polia Kabupaten Kolaka, Tahun 2013/2014

2. Gambaran Umum SMP Negeri 2 Poli-Polia Kabupaten Kolaka

SMP Negeri 2 Poli-Polia Kabupaten Kolaka didirikan pada tahun 2007

oleh Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Kabupaten Kolaka

bekerjasama dengan Pemerintah Kabupaten Kolaka. Adapun tujuan sekolah

ini didirikan menurut Kepala Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga, Drs.

Sofyan Rindi, M.Si dan Bupati Kabupaten Kolaka Drs H. Amir Sahaka, M.Si,

sekaligus tokoh penggagas berdirinya SMP Negeri 2 Poli-Polia Kabupaten

Kolaka adalah sebagai salah satu upaya untuk meningkatkan sumber daya

manusia dan penciptaan insan-insan terdidik dalam melanjutkan cita-cita

bangsa khusunya, serta diharapkan Kota Kendari sebagai ibukota Sulawesi

Tenggara menjadi kota pendidikan. Peresmian penyelenggaran pelaksanaan

pendidikan di SMP Negeri 2 Poli-Polia ditetapkan dalam SK Bupati pada

tanggal 14 April 2004, serta mendapat legalitas formal dari Dinas Pendidikan

Nasional RI dengan Nomor Statistik Sekolah (NSS) yaitu 2013 06000903.

Page 75: PERANAN GURU BIMBINGAN KONSELING TERHADAP …

58

SMP Negeri 2 Poli-Polia Kabupaten Kolaka terletak di Jalan Poros

Andowengga Baula Desa Andowengga Kecamatan Poli-Polia Kabupaten

Kolaka Propinsi Sulawesi Selatan, berdiri di area tanah seluas 10.017 m2.

Pada awal berdirinya, SMP Negeri 2 Poli-Polia Kabupaten Kolaka hanya

memiliki 5 ruang belajar dan perlahan bertambah sesuai kebutuhan. Jika

pada awalnya area tanah yang begitu luas hanya dibanguni dengan luas

bangunan 320 m2 (40m x 8m) dan dimanfaatkan untuk kegiatan

pembelajaran terhadap 41 siswa. Akan tetapi dengan bergulirnya waktu yang

begitu cepat dan animo masyarakat begitu besar terhadap lembaga

pendidikan tersebut, maka saat ini SMP Negeri 2 Poli-Polia Kabupaten

Kolaka telah memiliki luas bangunan 5.495 m2 serta diperuntukkan bagi

kegiatan pembelajaran siswa yang berjumlah 412 orang dengan tenaga

pendidik yang berjumlah 51 orang pada tahun 2013.

a. Visi dan Misi SMP Negeri 2 Poli-Polia Kabupaten Kolaka

1) Visi

Visi SMP Negeri 2 Poli-Polia Kabupaten Kolaka adalah terciptanya

generasi umat yang berkualitas sebagai pengemban masyarakat madani

yang Islami.

2) Misi

Adapun misi SMP Negeri 2 Poli-Polia Kabupaten Kolaka adalah:

(1) Membentuk manusia Indonesia seutuhnya, sehat jasmani dan

rohani, serta berimtak dan beriptek.

Page 76: PERANAN GURU BIMBINGAN KONSELING TERHADAP …

59

(2) Memupuk perpaduan intelektualitas, ibadah, dan aqidah dalam

pengajaran pendidikan.

(3) Mempersiapkan kader yang memiliki pengetahuan dan

keterampilan yang Islami.

(4) Menanamkan kemandirian hidup.

Demikian lembaga pendidikan tersebut sebagai wadah untuk

membina ilmu pengetahuan yang diharapkan benar-benar difungsikan oleh

siswa untuk menjadi pola dasar dalam menghadapi perkembangan zaman

dewasa ini. SMP Negeri 2 Poli-Polia Kabupaten Kolaka diharapkan oleh para

masyarakat setempat untuk mencetak para cendekiawan yang dapat

menjadi pengayom terhadap generasi-generasi muda selanjutnya.

b. Keadaan Siswa dan Sarana Prasarana SMP Negeri 2 Poli-Polia Kabupaten Kolaka

Untuk mengetahui perkembangan SMP Negeri 2 Poli-Polia Kabupaten

Kolaka, tentu dapat dilihat dari keadaan siswa berikut fasilitas yang dimiliki.

1) Keadaan Siswa

Berikut ini adalah gambaran keadaan siswa SMP Negeri 2 Poli-Polia

Kabupaten Kolaka, yang dituangkan pada tabel di bawah ini.

Tabel 4. 3 Keadaan Siswa SMP Negeri 2 Poli-Polia Kabupaten Kolaka

No Siswa Jenis kelamin

Jumlah Laki-laki Perempuan

1 2 3

Kelas VII Kelas VIII Kelas IX

21 15 17

23 21 22

44 36 39

Jumlah 53 66 119

Page 77: PERANAN GURU BIMBINGAN KONSELING TERHADAP …

60

Sumber : Kantor SMP Negeri 2 Poli-Polia Kabupaten Kolaka, Tahun 2013/2014

Berdasarkan data pada tabel tersebut di atas, dapat diketahui bahwa

jumlah siswa SMP Negeri 2 Poli-Polia Kabupaten Kolaka tahun 2013 cukup

banyak, yaitu mencapai 119 orang yang terdiri dari siswa laki-laki sebanyak

53 orang dan siswa perempuan sebanyak 66 orang. Apabila jumlah siswa

119 orang, maka diperlukan paling tidak satu orang guru bimbingan

konseling untuk memberikan bantuan serta mengatasi permasalahan yang

dialami oleh siswa.

2) Keadaan Sarana Prasarana

Fasilitas yang dimiliki oleh SMP Negeri 2 Poli-Polia Kabupaten Kolaka

masih dalam kondisi sederhana. Meskipun demikian, pihak sekolah tetap

berusaha untuk memenuhi sarana dan prasarana yang memadai dalam

rangka menunjang kelancaran proses pembelajaran. Adapun sarana dan

prasarana yang telah dimiliki oleh SMP Negeri 2 Poli-Polia Kabupaten

Kolaka dapat dilihat tabel 4.4 sebagai berikut:

Tabel 4. 4 Sarana Prasarana SMP Negeri 2 Poli-Polia Kabupaten Kolaka

No. Sarana Prasarana Jumlah Luas (m2) Kondisi

1. Ruang belajar 3 150 m2 Baik

2. Mesjid 1 190 m2 Baik

3. Aula 1 195 m2 Baik

4. Ruangan kepala sekolah 1 50 m2 Baik

5 Ruangan guru 1 100 m2 Baik

6 Ruang tata usaha 1 50 m2 Baik

7 Ruang Perpustakaan 1 650 m2 Baik

8 Lapangan Olah raga 1 75 m2 Baik

9 Laboratorium computer 1 79 m2 Baik

Page 78: PERANAN GURU BIMBINGAN KONSELING TERHADAP …

61

10 Poliklinik Pengobatan 1 55 m2 Baik

11 Kursi/Meja siswa 120/60 - Baik

12 Kursi/Meja guru 29/24 - Baik

13 Lemari 6 - Baik

14 Papan tulis 3 - Baik

Sumber : Kantor SMP Negeri 2 Poli-Polia Kabupaten Kolaka, Tahun 2013/2014

B. Peranan Guru Bimbingan Konseling dalam Pembinaan Karakter

Siswa SMP di Kecamatan Poli-Polia Kabupaten Kolaka

Proses pembelajaran akan bermutu apabila seluruh komponen

pembelajaran mendukung dan memuaskan pihak-pihak yang terlibat

dalam kegiatan pembelajaran. Guru merupakan salah satu komponen

pembelajaran yang memiliki kontribusi positif dalam pengembangan potensi

manusia, sebab guru merupakan manusia yang mampu memberikan

motivasi dan mengembangkan potensi yang dimiliki manusia melalui proses

belajar mengajar, baik dalam sistem pendidikan formal, maupun pendidikan

informal dan non formal. Guru memegang peranan penting dalam proses

pembelajaran, baik dalam aspek pencapaian suatu pengetahuan maupun

terhadap pembinaan sikap siswa ke arah positif. Dalam penelitian ini, secara

khusus akan dibahas mengenai peranan guru bimbingan konseling,

diantaranya sebagai informator, organisator, motivator, director, inisiator,

transmitter, fasilitator, mediator, dan evaluator.

Sebagaimana penjelasan sebelumnya, sebagai informator guru

diharapkan sebagai pelaksana cara mengajar informatif, laboratorium, studi

lapangan, dan sumber informasi kegiatan akademik maupun umum. Sebagai

organisator, guru sebagai pengelola kegiatan akademik, silabus, jadwal

Page 79: PERANAN GURU BIMBINGAN KONSELING TERHADAP …

62

pelajaran, dan lain-lain. Sebagai motivator, guru harus mampu merangsang

dan memberikan dorongan serta reinforcement untuk mendinamisasikan

potensi siswa, menumbuhkan swadaya (aktivitas) dan daya cipta (kreativitas)

sehingga akan terjadi dinamika di dalam proses belajar-mengajar. Sebagai

director, guru harus dapat membimbing dan mengarahkan kegiatan belajar

siswa sesuai dengan tujuan yang dicita-citakan. Sebagai inisiator, guru

sebagai pencetus ide dalam proses pembelajaran. Sebagai transmitter, guru

bertindak selaku penyebar kebijaksanaan dalam pendidikan dan

pengetahuan. Sebagai fasilitator, guru akan memberikan fasilitas atau

kemudahan dalam proses belajar mengajar. Sebagai mediator, guru sebagai

penengah dalam kegiatan belajar siswa. Sebagai evaluator, guru mempunyai

otoritas untuk menilai prestasi anak didik dalam bidang akademik dan

tingkah laku sosialnya, sehingga dapat menentukan bagaimana anak

didiknya berhasil atau tidak.

Pada dasarnya, peran guru bimbingan konseling tidak berbeda jauh

dengan guru mata pelajaran pada umumnya. Namun, peran guru bimbingan

konseling lebih bersifat memberi bantuan, arahan, bimbingan, baik secara

perorangan maupun secara kelompok.

Sebagai informator, guru berperan sebagai sumber, penyampai, serta

menghadirkan cara mengajar yang informatif bagi siswa agar siswa

memperoleh ilmu pengetahuan sebagai bekal dalam menghadapi ataupun

memecahkan masalah yang dihadapi.

Tabel 4. 5

Page 80: PERANAN GURU BIMBINGAN KONSELING TERHADAP …

63

Tanggapan Responden Mengenai Guru Bimbingan Konseling Memberikan Informasi Tentang Tata Tertib yang Berlaku di Sekolah

No Kategori Frekuensi Persentase

1 Selalu 43 53,8

2 Sering 30 37,5

3 Jarang 5 6,2

4 Kadang-Kadang 2 2,5

5 Tidak Pernah - 0

Jumlah 80 100

Sumber : Hasil Pengolahan Data Kuesioner, 2014

Data yang diperoleh pada tabel di atas menunjukkan bahwa terdapat

43 orang (53,8%) yang menyatakan guru bimbingan konseling selalu

memberikan informasi tentang tata tertib yang berlaku di sekolah , 30 orang

(37,5%) menyatakan sering, 5 orang (6,2%) menyatakan jarang, 2 orang

(2,5%) menyatakan kadang-kadang, dan tidak ada responden yang

menyatakan tidak pernah.

Berdasarkan hasil pengolahan data tersebut, terlihat bahwa guru

bimbingan konseling telah menjalankan perannya sebagai informator

mengenai tata tertib sekolah. Tata tertib merupakan serangkaian aturan yang

berisi hal-hal yang dapat dilakukan dan tidak dapat dilakukan lengkap

dengan ganjaran dan hukuman yang diberikan. Keberadaan tata tertib

sekolah sangat menolong dalam upaya kelancaran proses pembelajaran.

Apabila kehidupan tidak dilandasi oleh peraturan, maka hidup akan

cenderung bebas tanpa memahami hal-hal yang patut dan tidak patut untuk

dilakukan. Hal ini tentu akan sangat mempengaruhi pembinaan karakter

siswa. Apabila tidak ada tata tertib yang diberlakukan di sekolah, sudah tentu

siswa akan bertindak sesuka hatinya. Padahal secara ideal sekolah

Page 81: PERANAN GURU BIMBINGAN KONSELING TERHADAP …

64

merupakan wadah siswa untuk belajar, yaitu mengalami perubahan tingkah

laku ke arah yang lebih baik. Dengan demikian, guru bimbingan konseling

dapat berlaku sebagai pemberi informasi kepada siswa agar selalu mematuhi

tata tertib dalam pelaksanaan pendidikan yang akan mencerminkan karakter

siswa itu sendiri nantinya.

Tabel 4. 6 Tanggapan Responden Mengenai Guru Bimbingan Konseling Memberikan Informasi Tentang Sanksi yang Diberikan Apabila Siswa Melanggar Tata

Tertib Sekolah

No Kategori Frekuensi Persentase

1 Selalu 39 48,8

2 Sering 33 41,2

3 Jarang 7 8,8

4 Kadang-Kadang 1 1,2

5 Tidak Pernah - 0

Jumlah 80 100

Sumber : Hasil Pengolahan Data Kuesioner, 2014

Data yang diperoleh pada tabel di atas menunjukkan bahwa terdapat

39 orang (48,8%) yang menyatakan guru bimbingan konseling selalu

memberikan informasi tentang sanksi yang diberikan apabila siswa

melanggar tata tertib sekolah, 33 orang (41,2%) menyatakan sering, 7 orang

(8,8%) menyatakan jarang, 1 orang (1,2%) menyatakan kadang-kadang, dan

tidak ada responden yang menyatakan tidak pernah.

Hasil pengolahan data tersebut di atas menunjukkan bahwa guru

bimbingan selalu menginformasikan kepada siswa mengenai sanksi yang

diberikan kepada siswa yang melanggar. Pemberian sanksi dilakukan

dengan maksud agar siswa enggan bahkan tidak akan melakukan

pelanggaran terhadap tata tertib yang telah disepakati. Informasi mengenai

Page 82: PERANAN GURU BIMBINGAN KONSELING TERHADAP …

65

sanksi yang diberikan dapat memotivasi siswa untuk menghindari perbuatan-

perbuatan tercela. Hal ini tentu menjadi salah satu alternatif baik dalam

membina karakter siswa ke arah yang positif. Apabila siswa tidak memahami

sanksi yang diberikan saat pelanggaran terjadi, maka pelanggaran akan

menjadi suatu kebiasaan. Dengan demikian, guru bimbingan konseling

sewajarnya selalu mengingatkan siswa mengenai sanksi yang ada.

Tabel 4. 7 Tanggapan Responden Mengenai Guru Bimbingan Konseling Melatih

Kedisiplinan dalam Mengikuti Pembelajaran di Kelas

No Kategori Frekuensi Persentase

1 Selalu 49 61,2

2 Sering 26 32,5

3 Jarang 4 5,0

4 Kadang-Kadang 1 1,2

5 Tidak Pernah - 0

Jumlah 80 100

Sumber : Hasil Pengolahan Data Kuesioner, 2014 Berdasarkan data yang diperoleh pada tabel di atas terlihat bahwa

terdapat 49 orang (61,2%) yang menyatakan guru bimbingan konseling

selalu melatih kedisiplinan siswa dalam mengikuti pembelajaran di kelas, 26

orang (32,5%) menyatakan sering, 4 orang (5,0%) menyatakan jarang, 1

orang (1,2%) menyatakan kadang-kadang, dan tidak ada responden yang

menyatakan tidak pernah. Berdasarkan hasil pengolahan data tersebut,

terlihat bahwa guru bimbingan konseling sangat memperhatikan kedisiplinan

siswa termasuk dalam pembelajaran di kelas. Guru bimbingan konseling

bukan hanya berperan saat siswa menghadapi masalah, tetapi membentuk

siswa berkarakter baik sebelum siswa menghadapi suatu masalah, termasuk

melatih kedisiplinan. Cara yang ditempuh oleh guru bimbingan siswa

Page 83: PERANAN GURU BIMBINGAN KONSELING TERHADAP …

66

beragam, dimulai dari mengawasi siswa saat masuk ke dalam lingkungan

sekolah. Guru bimbingan konseling berdiri di depan pagar dengan maksud

mengawasi siswa yang terlambat, melihat kelengkapan siswa dalam

berpakaian, sampai pada saat siswa melaksanakan pembelajaran di kelas.

Hal ini akan berimplikasi terhadap karakter siswa, sebab siswa yang dilatih

hidup disiplin maka akan menjadi sebuah kebiasaan siswa.

Tabel 4. 8 Tanggapan Responden Mengenai Larangan Guru Bimbingan Konseling

kepada Siswa untuk Merokok di Lingkungan Sekolah

No Kategori Frekuensi Persentase

1 Selalu 50 62,5

2 Sering 26 32,5

3 Jarang 4 5,0

4 Kadang-Kadang - 0

5 Tidak Pernah - 0

Jumlah 80 100

Sumber : Hasil Pengolahan Data Kuesioner, 2014 Berdasarkan data yang diperoleh pada tabel di atas, terdapat 52

orang (83,3%) yang menyatakan bahwa guru bimbingan konseling selalu

melarang siswa untuk merorok di lingkungan sekolah, 28 orang (35,0%)

menyatakan sering, dan tidak ada responden yang menyatakan jarang,

kadang-kadang, dan tidak pernah. Hasil pengolahan data di atas

menggambarkan bahwa guru bimbingan konseling selalu mengelola siswa

baik dari segi pembelajaran maupun kesehariannya. Sehingga guru

bimbingan konseling tidak hanya berlaku sebagai pengajar namun bertugas

untuk mendidik siswa ke arah yang baik. Pada usia sekolah mengengah

pertama ini, siswa memasuki fase remaja, di mana anak selalu berusaha

mencoba sesuatu hal yang belum pernah dirasakan, termasuk menghisap

Page 84: PERANAN GURU BIMBINGAN KONSELING TERHADAP …

67

rokok. Rokok mengandung nikotin yang merupakan unsur berbahaya bagi

tubuh manusia apabila dikonsumsi, bukan hanya bagi pihak yang

mengkonsumsi langsung, tetapi juga orang yang menghirup asap rokok. Bagi

penikmat rokok, nikotin dapat membuat pikiran tenang dan kenikmatan

tersendiri, namun efek dari kenikmatan itu akan membawa kesengsaraan,

misalnya perokok rentan dengan penyakit paru-paru.

Tabel 4. 9 Tanggapan Responden Mengenai Guru Bimbingan Konseling Memantau

Kondisi Siswa di Kelas

No Kategori Frekuensi Persentase

1 Selalu 52 65,0

2 Sering 28 35,0

3 Jarang - 0

4 Kadang-Kadang - 0

5 Tidak Pernah - 0

Jumlah 80 100

Sumber : Hasil Pengolahan Data Kuesioner, 2014 Berdasarkan data yang diperoleh pada tabel di atas, terdapat 50

orang (62,5%) yang menyatakan bahwa guru bimbingan konseling selalu

memantau kondisi siswa di kelas, 26 orang (32,5%) menyatakan sering, dan

4 orang (5,0%) menyatakan jarang, serta tidak ada responden yang

menyatakan kadang-kadang dan tidak pernah.

Berdasarkan hasil pengolahan data terlihat bahwa guru bimbingan

konseling tidak hanya mengawasi siswa di luar kelas, tetapi juga di dalam

kelas. Pengawasan dilakukan dengan mengamati langsung, maupun dengan

menanyakan kepada guru mata pelajaran mengenai kondisi kelas yang

diampunya. Apabila ada keluhan dari guru-guru lain, maka guru bimbingan

konseling bertugas untuk mengatasi permasalahan tersebut dengan

Page 85: PERANAN GURU BIMBINGAN KONSELING TERHADAP …

68

memberikan layanan secara berkelompok maupun individu. Kondisi siswa di

kelas menggambarkan sikap, perilaku, dan tutur kata yang sebenarnya.

Sebab kebanyakan waktu siswa diluangkan di dalam kelas. Apabila guru

bimbingan konseling selalu memantau kondisi siswa di kelas, siswa akan

merasa bahwa segala kegiatan yang dilakukan diperhatikan, sehingga siswa

akan berbuat sesuai dengan aturan yang berlaku di sekolah tersebut.

Tabel 4. 10 Tanggapan Responden Mengenai Guru Bimbingan Konseling memotivasi

siswa untuk belajar

No Kategori Frekuensi Persentase

1 Selalu 77 96,2

2 Sering 3 3,8

3 Jarang - 0

4 Kadang-Kadang - 0

5 Tidak Pernah - 0

Jumlah 80 100

Sumber : Hasil Pengolahan Data Kuesioner, 2014 Berdasarkan data yang diperoleh pada tabel di atas, terdapat 77

orang (96,2%) yang menyatakan bahwa guru bimbingan konseling selalu

memotivasi siswa untuk belajar, 3 orang (3,8%) menyatakan sering, dan

tidak ada responden yang menyatakan jarang, kadang-kadang, dan tidak

pernah.

Berdasarkan hasil pengolahan data tersebut, terlihat bahwa secara

langsung guru bimbingan konseling tidak memiliki materi yang luas seperti

guru mata pelajaran pada umumnya. Namun, guru bimbingan konseling

harus menjalankan tugasnya untuk selalu mengingatkan dan memberikan

semangat kepada siswa agar merasa nyaman dalam belajar, melalui

motivasi. Melalui motivasi, siswa akan selalu terdorong untuk melakukan

Page 86: PERANAN GURU BIMBINGAN KONSELING TERHADAP …

69

proses belajar sebagai usaha merubah tingkah laku, baik dalam aspek

kognitif, afektif, dan psikomotorik. Pada saat siswa melakukan proses

belajar, bukan hanya ilmu pengetahuan yang diperoleh, namun juga

perubahan sikap yang tercermin dari karakter siswa. Hal ini dapat dijadikan

upaya pembinaan karakter siswa. guru bimbingan konseling dapat

melakukan pendekatan persuasif untuk memberikan dorongan agar lebih giat

belajar kepada siswa dengan bahasa yang ringan dan penuh keakraban.

Pada dasarnya, anak usia SMP akan merasa bosan apabila membicarakan

tentang pembelajaran di kelas. Dengan demikian, guru bimbingan konseling

harus memiliki cara yang tepat untuk menyampaikan motivasi belajar kepada

siswa. Motivasi memberi pengaruh yang sangat besar pada diri anak, apabila

berisi kenyamanan dan kesenangan hati dan pikiran dalam belajar.

Tabel 4. 11 Tanggapan Responden Mengenai Guru Bimbingan Konseling Memanggil

Secara Khusus Siswa yang Melakukan Pelanggaran di Sekolah

No Kategori Frekuensi Persentase

1 Selalu 56 70,0

2 Sering 21 26,2

3 Jarang 3 3,8

4 Kadang-Kadang - 0

5 Tidak Pernah - 0

Jumlah 80 100

Sumber : Hasil Pengolahan Data Kuesioner, 2014

Berdasarkan data yang diperoleh pada tabel di atas, terdapat 56

orang (70,0%) yang menyatakan bahwa guru bimbingan konseling selalu

memanggil secara khusus siswa yang melakukan pelanggaran di sekolah, 21

orang (26,2%) menyatakan sering, 3 orang (3,8%) menyatakan jarang dan

tidak ada responden yang menyatakan kadang-kadang dan tidak pernah.

Page 87: PERANAN GURU BIMBINGAN KONSELING TERHADAP …

70

Hasil pengolahan data di atas menunjukkan bahwa guru bimbingan

konseling berusaha menjaga perasaan siswanya yang melakukan

pelanggaran. Pelanggaran yang dilakukan oleh siswa bukan berarti tanpa

sebab. Seorang anak terkadang berada paa fase di mana segala perbuatan

yang dilakukan akibat dari kurangnya perhatian yang diperolehnya,

ketidaksengajaan, kondisi pribadi dan lingkungan, serta banyak hal yang

menjadi penyebab. Apabila siswa diberikan sanksi secara terang-terangan di

hadapan temannya, siswa akan merasa malu dan cenderung akan bermental

pendendam terhadap guru yang memberikan sanksi ataupun akan merusak

mentalnya. Oleh karena itu, alangkah lebih baik apabila siswa dipanggil

secara khusus dalam upaya pembinaan dan perbaikan diri siswa, serta

menjaga harga diri siswa. panggilan khusus yang dilakukan, juga akan

menjadi teladan bagi diri siswa terhadap gurunya. Apabila guru menanamkan

sikap damai saat menyelesaikan masalah, maka siswa juga akan terlatih

untuk menyelesaikan masalah secara baik-baik melalui diskusi bersama. Hal

ini tentu akan berimplikasi terhadap pembentukan karakter siswa.

Tabel 4. 12 Tanggapan Responden Mengenai Guru Bimbingan Konseling Melakukan

pemantauan dan Pemberian Arahan kepada Siswa di Kelas Saat Guru Mata Pelajaran Tidak Hadir di Sekolah

No Kategori Frekuensi Persentase

1 Selalu 44 55,0

2 Sering 31 38,8

3 Jarang 5 6,2

4 Kadang-Kadang - 0

5 Tidak Pernah - 0

Jumlah 80 100

Sumber : Hasil Pengolahan Data Kuesioner, 2014

Page 88: PERANAN GURU BIMBINGAN KONSELING TERHADAP …

71

Hasil pengolahan data yang diperoleh pada tabel di atas,

menunjukkan bahwa terdapat 44 orang (55,0%) yang menyatakan guru

bimbingan konseling selalu memantau dan mengarahkan siswa di kelas saat

guru mata pelajaran tidak hadir di sekolah, 31 orang (38,8%) menyatakan

sering, 5 orang (6,2%) menyatakan jarang dan tidak ada responden yang

menyatakan kadang-kadang dan tidak pernah.

Berdasarkan hasil pengolahan data di atas, terlihat bahwa guru

bimbingan konseling juga berperan sebagai director atau pengarah, dalam

hal ini guru mengarahkan kepada siswa sekaligus memantau siswa saat

guru mata pelajaran tidak hadir di sekolah. Apabila guru mata pelajaran tidak

hadir pada jam mengajarnya, maka guru bimbingan konseling bertugas untuk

mengisi jam kosong tersebut dan mengisi dengan materi bimbingan dan

konseling atau memberikan asesmen berupa pertanyaan singkat yang dapat

menggambarkan minat, bakat, keinginan, serta mengetahui siswa secara

lebih mendalam. Selain agar waktu belajar tidak terbuang sia-sia, peran guru

bimbingan konseling dalam kondisi ini adalah sebagai upaya preventif atau

pencegahan, agar siswa dapat menghindari hal-hal yang berbau

pelanggaran apalagi kesalahan. Terkadang dibutuhkan cara yang membuat

siswa merasa senang dan gembira saat guru bimbingan konseling masuk

mengisi jam kosong, misalnya melakukan games yang bersifat mendidik dan

membina karakter siswa.

Tabel 4. 13 Tanggapan Responden Mengenai Guru Bimbingan Konseling Memberikan

Solusi Saat Siswa Menghadapi Masalah

Page 89: PERANAN GURU BIMBINGAN KONSELING TERHADAP …

72

No Kategori Frekuensi Persentase

1 Selalu 50 62,5

2 Sering 25 31,2

3 Jarang 4 5,0

4 Kadang-Kadang 1 1,2

5 Tidak Pernah - 0

Jumlah 80 100

Sumber : Hasil Pengolahan Data Kuesioner, 2014

Data pada tabel di atas memperlihatkan bahwa terdapat 50 orang

(62,5%) yang menyatakan guru bimbingan konseling selalu memberikan

solusi kepada siswa saat menghadapi masalah, 25 orang (31,2%)

menyatakan sering, 4 orang (5,0%) menyatakan jarang, 1 orang (1,2%)

menyatakan kadang-kadang, dan tidak ada responden yang menyatakan

tidak pernah.

Berdasarkan hasil pengolahan data di atas terlihat bahwa guru

bimbingan konseling telah berperan baik sebagai inisiator atau pencetus

sebuah ide dalam memecahkan permasalahan yang dialami oleh siswa.

Hasil penelitian menunjukkan, apabila guru bimbingan konseling selalu

memberikan solusi, maka siswa selalu menceritakan segala permasalahan

yang dihadapi kepada guru bimbingan konseling mereka, yang sering dikenal

dengan kata “curhat” atau curahan hati. Apabila siswa mampu menceritakan

masalah yang dihadapinya, hal ini menunjukkan bahwa guru bimbingan

konseling mampu bersikap profesional baik sebagai pengajar maupun

pendidik. Jika siswa memperoleh solusi yang tepat dari guru bimbingan

konselingnya, maka siswa tersebut akan menjalin hubungan baik dengan

gurunya. Menjalin silaturahim adalah salah satu karakter baik yang dianggap

dapat melancarkan segala urusan hidup manusia.

Page 90: PERANAN GURU BIMBINGAN KONSELING TERHADAP …

73

Tabel 4. 14 Tanggapan Responden Mengenai Guru Bimbingan Konseling Melakukan

Kunjungan Rumah Apabila Siswa Mengalami Masalah di Sekolah

No Kategori Frekuensi Persentase

1 Selalu 13 16,2

2 Sering 50 62,5

3 Jarang 11 13,8

4 Kadang-Kadang 6 7,5

5 Tidak Pernah - 0

Jumlah 80 100

Sumber : Hasil Pengolahan Data Kuesioner, 2014

Berdasarkan data pada tabel di atas, terlihat bahwa terdapat 13 orang

(16,2%) yang menyatakan guru bimbingan konseling selalu melakukan

kunjungan rumah apabila ada siswa yang mengalami masalah di sekolah, 50

orang (62,5%) menyatakan sering, 11 orang (13,8%) menyatakan jarang, 6

orang (7,5%) menyatakan kadang-kadang, dan tidak ada responden yang

menyatakan tidak pernah.

Berdasarkan hasil pengolahan data tersebut, terlihat bahwa guru

bimbingan konseling masih harus meningkatkan peranannya sebagai

transmitter, yaitu penyebar kebijaksanaan dalam pendidikan. Dalam hal ini,

apabila guru bimbingan konseling melakukan kunjungan rumah, maka

secara tidak langsung guru memiliki perhatian yang sangat besar bagi

siswanya. Pada lingkungan daerah, siswa cenderung ada yang suka bolos

atau tidak masuk kelas, bahkan tidak datang ke sekolah. Apabila hal tersebut

terjadi dalam jangka waktu lama, tanpa ada kabar dari orang tua siswa,

maka guru bimbingan konseling sewajarnya melakukan kunjungan kelas.

Kunjungan kelas akan membuat siswa merasa malu berbuat salah karena

telah diberikan perhatian yang besar oleh gurunya lantas siswa tersebut tidak

Page 91: PERANAN GURU BIMBINGAN KONSELING TERHADAP …

74

mematuhi aturan sekolah, sehingga tidak jarang siswa yang terketuk hatinya

untuk menjadi lebih baik dan meninggalkan kebiasaan buruknya. Tentu hal

ini sangat besar pengaruhnya terhadap pembentukan karakter siswa.

Tabel 4. 15 Tanggapan Responden Mengenai Guru Bimbingan Konseling Memberikan

Nasehat kepada Siswa Agar Tidak Melakukan Pelanggaran di Sekolah

No Kategori Frekuensi Persentase

1 Selalu 31 38,8

2 Sering 46 57,5

3 Jarang 3 3,8

4 Kadang-Kadang - 0

5 Tidak Pernah - 0

Jumlah 80 100

Sumber : Hasil Pengolahan Data Kuesioner, 2014

Berdasarkan data yang diperoleh pada tabel di atas, terdapat 31

orang (38,8%) yang menyatakan bahwa guru bimbingan konseling selalu

memberi nasehat kepada siswa agar tidak melakukan pelanggaran di

sekolah, 46 orang (57,5%) menyatakan sering, dan 3 orang (3,8%)

menyatakan jarang, serta tidak ada responden yang menyatakan kadang-

kadang dan tidak pernah.

Berdasarkan hasil pengolahan data, terlihat bahwa guru selalu

memberikan nasehat kepada siswanya. Nasehat merupakan seruan,

anjuran, dan saran yang berisi ajaran atau pelajaran yang baik, demi

kepentingan dan kebaikan pihak yang dinasehati, dalam hal ini siswa.

Nasehat dapat berupa menceritakan pengalaman dan membandingkan

dengan yang dialami siswa, berupaya memberi siswa penyadaran terhadap

segala perbuatan salah yang dilakukan, sehingga terketuk hatinya untuk

meninggalkan perbuatan tersebut. Namun, saat ini siswa cenderung enggan

Page 92: PERANAN GURU BIMBINGAN KONSELING TERHADAP …

75

mendengarkan nasehat, sehingga diperlukan cara yang persuasif dan tepat

dalam mengambil hati siswa. Apabila isi nasehat cenderung memojokkan

siswa, maka siswa merasa tidak nyaman dengan keberadaan dan ucapan

guru. Sehingga, nasehat yang diberikan harus bermakna hikmah nagi siswa.

Tabel 4. 16 Tanggapan Responden Mengenai Guru Bimbingan Konseling Menjadi

Fasilitator Saat Siswa Mengalami Kesulitan Belajar

No Kategori Frekuensi Persentase

1 Selalu 11 13,8

2 Sering 39 48,8

3 Jarang 18 22,5

4 Kadang-Kadang 12 15,0

5 Tidak Pernah - 0

Jumlah 80 100

Sumber : Hasil Pengolahan Data Kuesioner, 2014

Data pada tabel di atas menunjukkan bahwa terdapat 11 orang

(13,8%) yang menyatakan guru bimbingan konseling selalu menjadi

fasilitator saat siswa mengalami kesulitan belajar, 39 orang (48,8%)

menyatakan sering, 18 orang (22,5%) menyatakan jarang, 12 orang (15,0%)

menyatakan kadang-kadang, dan tidak ada responden yang menyatakan

tidak pernah.

Berdasarkan hasil pengolahan data di atas, dapat terlihat bahwa guru

telah berupaya membantu siswa yang mengalami kesulitan belajar,

meskipun belum maksimal. Kesulitan belajar yang dialami siswa cenderung

berasal dari pelajaran sains. Guru bimbingan konseling hanya bertugas

sebagai fasilitator untuk menyampaikan kepada guru mata pelajaran apabila

siswa mengalami kesulitan belajar, namun tidak dapat terjun langsung untuk

memberikan materi ajar yang dianggap sulit, sebab bukan bidangnya.

Page 93: PERANAN GURU BIMBINGAN KONSELING TERHADAP …

76

Dengan demikian, tidak seluruh kesulitan belajar siswa dapat diatasi secara

langsung, sebab guru bimbingan konseling hanya mampu memberi alternatif

cara belajar serta metode yang dapat digunakan agar siswa merasa lebih

mudah untuk belajar, dikaitkan dengan cara mengatur perasaan siswa saat

ingin memulai belajar. Sebab kondisi siswa saat belajar akan sangat

mempengaruhi pencapaian prestasi belajar siswa ke depannya.

Tabel 4. 17 Tanggapan Responden Mengenai Guru Bimbingan Konseling Memfasilitasi

Siswa dan Guru Mata Pelajaran Apabila Terdapat Permasalahan Nilai

No Kategori Frekuensi Persentase

1 Selalu 49 61,2

2 Sering 27 33,8

3 Jarang 4 5,0

4 Kadang-Kadang - 0

5 Tidak Pernah - 0

Jumlah 80 100

Sumber : Hasil Pengolahan Data Kuesioner, 2014 Berdasarkan data yang diperoleh pada tabel di atas, terdapat 49

orang (61,2%) yang menyatakan bahwa guru bimbingan konseling selalu

memfasilitasi siswa dan guru mata pelajaran apabila ada masalah yang

berkenaan dengan nilai, 27 orang (61,2%) menyatakan sering, dan 4 orang

(5,0%) menyatakan jarang, serta tidak ada responden yang menyatakan

kadang-kadang dan tidak pernah.

Berdasarkan hasil pengolahan data tersebut, terlihat bahwa guru

bimbingan konseling telah menjalankan tugas fasilitatornya dengan sangat

baik, dengan menjalin komunikasi atau menjadi fasilitator antara guru mata

pelajaran dengan siswa yang mengalami masalah dengan nilai. Apabila

siswa memiliki masalah dengan nilainya, maka guru bimbingan konseling

Page 94: PERANAN GURU BIMBINGAN KONSELING TERHADAP …

77

dapat mengkomunikasikan hal tersebut kepada guru mata pelajaran untuk

diberikan remidial atau tugas pengganti remidial. Sebab siswa yang

mengalami masalah dalam nilai, berarti siswa tersebut bermasalah dan

butuh bantuan. Namun, terkadang ada siswa yang acuh tak acuh terhadap

nilainya, sehingga guru bimbingan konseling bertugas untuk mendata

seluruh siswa yang mengalami masalah tersebut dan dicarikan solusinya.

Tabel 4. 18 Tanggapan Responden Mengenai Guru Bimbingan Konseling Menjadi Mediator Saat Terjadi Kesalahpahaman atau Perkelahian Antarsiswa

No Kategori Frekuensi Persentase

1 Selalu 15 18,8

2 Sering 50 62,5

3 Jarang 15 18,8

4 Kadang-Kadang - 0

5 Tidak Pernah - 0

Jumlah 80 100

Sumber : Hasil Pengolahan Data Kuesioner, 2014 Berdasarkan data yang diperoleh pada tabel di atas, terdapat 15

orang (18,8%) yang menyatakan guru bimbingan konseling menjadi mediator

saat terjadi kesalahpahaman atau perkelahian antarsiswa, 50 orang (62,5%)

menyatakan sering, dan 15 orang (18,8%) menyatakan jarang, serta tidak

ada responden yang menyatakan kadang-kadang dan tidak pernah.

Pengolahan data tersebut menunjukkan bahwa dalam urusan

perkelahian yang terjadi antarsiswa seharusnya diatasi oleh guru bimbingan

konseling. Namun, wali kelas sebagai guru yang juga turut memperhatikan

dan bertanggungjawab atas anak walinya juga memiliki kontribusi yang besar

bagi pembinaan siswa. pertengkaran antarsiswa sangat lumrah ditemukan di

setiap sekolah. Pertengkaran dapat terjadi akibat adanya kesalahpahaman,

Page 95: PERANAN GURU BIMBINGAN KONSELING TERHADAP …

78

serta ketersinggungan pada diri siswa yang tidak dapat dibendung dan

disalurkan melalui perkelahian. Peran guru bimbingan konseling sangat

besar untuk membantu siswa yang belum mampu mengontrol emosinya saat

berinteraksi dengan sekitarnya. Pertengkaran biasanya diawali dengan

candaan yang berujung pada ketersinggungan. Sehingga, sepatutnya guru

bimbingan konseling memfasilitasi siswa, agar kesalahpahaman tersebut

dapat terurai menjadi sebuah pemecahan masalah. Sebagai fasilitator, guru

bimbingan konseling tidak boleh mendengarkan satu pihak saja, melainkan

keduabelah pihak yang bermasalah harus didengarkan pendapatnya, sebab

tidak akan ada pertengkaran apabila tidak ada pihak yang merasa dirugikan.

Dengan demikian, setelah melakukan diskusi, barulah dicarikan solusi agar

pertengkaran tersebut selesai pada saat itu juga dengan damai.

Tabel 4. 19 Tanggapan Responden Mengenai Guru Bimbingan Konseling Melakukan

Evaluasi Terhadap Kinerjanya Sebagai Konselor Siswa di Sekolah

No Kategori Frekuensi Persentase

1 Selalu 53 66,2

2 Sering 20 25,0

3 Jarang 5 6,2

4 Kadang-Kadang 2 2,5

5 Tidak Pernah - 0

Jumlah 80 100

Sumber : Hasil Pengolahan Data Kuesioner, 2014

Berdasarkan data yang diperoleh pada tabel di atas, terdapat 53

orang (66,2%) yang menyatakan bahwa guru bimbingan konseling

melakukan evaluasi terhadap kinerjanya sebagai konselor siswa di sekolah,

20 orang (25,0%) menyatakan sering, 5 orang (6,2%) menyatakan jarang,

Page 96: PERANAN GURU BIMBINGAN KONSELING TERHADAP …

79

dan 2 orang (2,5%) menyatakan kadang-kadang, serta tidak ada responden

yang menyatakan tidak pernah.

Penilaian kinerja yang dilakukan guru bimbingan konseling berbeda

dengan melihat kinerja pegawai kantor yang teramati oleh pimpinan. Guru

bimbingan konseling tentu sangat sering berinteraksi dengan siswa,

sehingga pihak yang sangat memahami pelaksanaan kinerjanya hanyalah

siswa. Berdasarkan hasil pengolahan data tersebut, terlihat bahwa kinerja

guru bimbingan konseling selalu terpantau oleh siswa. Bahkan guru

bimbingan konseling selalu memberikan lembar assesmen atau lembar

penilaian kinerjanya selama menjadi guru bimbingan konseling kepada

siswa, dan siswa mengisi lembar tersebut sesuai dengan apa yang mereka

alami. Pada dasarnya, penilaian atau evaluasi atas kinerja yang dilakukan

dapat menjadi referensi atau pijakan bagi para guru bimbingan konseling

untuk berusaha dan bekerja lebih baik lagi dalam menjalankan perannya

yang sangat banyak jika dibandingkan dengan guru mata pelajaran. Evaluasi

kinerja juga dapat memotivasi para guru bimbingan konseling untuk

menemukan alternatif atau cara yang lebih efektif dalam menghadapi

karakter siswa yang heterogen.

C. Deskripsi Karakter Siswa SMP di Kecamatan Poli-Polia Kabupaten Kolaka

Karakter merupakan sifat pribadi yang relatif stabil pada diri individu

yang menjadi landasan bagi penampilan perilaku dalam standar nilai dan

norma yang tinggi. Relatif stabil adalah suatu kondisi yang apabila telah

terbentuk akan tidak mudah diubah. Landasan adalah kekuatan yang

Page 97: PERANAN GURU BIMBINGAN KONSELING TERHADAP …

80

pengaruhnya sangat besar/ dominan yang menyeluruh terhadap hal-hal yang

terkait langsung dengan kekuatan yang dimaksud. Penampilan perilaku

adalah aktivitas individu atau kelompok. Standar nilai dan norma yang

dimaksud adalah iman, taqwa, pengendalian diri, disiplin, kerja keras, ulet,

bertanggungjawab, jujur, membela kebenaran, kepatuhan, kesopanan,

kesantunan, ketaatan pada peraturan, loyalitas, demokratis, kebersamaan,

musyawarah, gotong royong, toleransi, tertib, damai, anti kekerasan, dan

hemat atau efisien.

Dengan demikian, karakter memuat makna yang sangat kompleks.

Berikut ini digambarkan karakter siswa SMP di Kecamatan Poli-Polia

Kabupaten Kolaka Propinsi Sulawesi Tenggara yang merupakan hasil dari

pola pembinaan karakter yang diterapkan di sekolah tersebut.

Tabel 4. 20 Tanggapan Responden Mengenai Siswa Saling Tolong Menolong Saat

Menemui Kesulitan

No Kategori Frekuensi Persentase

1 Selalu 61 76,2

2 Sering 19 23,8

3 Jarang - 0

4 Kadang-Kadang - 0

5 Tidak Pernah - 0

Jumlah 80 100

Sumber : Hasil Pengolahan Data Kuesioner, 2014

Berdasarkan data yang diperoleh pada tabel di atas, terdapat 61

orang (76,2%) yang menyatakan bahwa siswa selalu saling tolong menolong

pada saat menemui kesulitan, 19 orang (23,8%) menyatakan sering, dan

Page 98: PERANAN GURU BIMBINGAN KONSELING TERHADAP …

81

tidak ada responden yang menyatakan jarang, kadang-kadang, dan tidak

pernah.

Sikap tolong menolong antarsiswa merupakan hal yang lumrah terlihat

di sekolah menengah pertama Poli-Polia kabupaten Kolaka. Masyarakat

daerah tersebut memang pada dasarnya memiliki sikap kekeluargaan yang

erat dan menurun pada anak mereka. Sikap tolong menolong yang terlihat

adalah di saat seorang siswa menemui kesulitan saat mengerjakan tugas,

maka siswa lain yang memiliki pengetahuan mengenai tugas tersebut

membantu memberi pemahaman kepada temannya. Sikap tolong menolong

juga terlihat saat seorang siswa tidak membawa bekal dan uang jajan, maka

ada beberapa siswa yang memberikan sebagian uang jajan yang dimilikinya

agar bisa makan bersama. Sikap demikian pada dasarnya bukan hanya

dimiliki oleh siswa namun kebanyakan masyarakat sekitar memiliki

kekeluargaan yang erat.

Tabel 4. 21 Tanggapan Responden Mengenai Siswa Mengembalikan Barang Temuan

yang Bukan Miliknya

No Kategori Frekuensi Persentase

1 Selalu 69 86,2

2 Sering 11 13,8

3 Jarang - 0

4 Kadang-Kadang - 0

5 Tidak Pernah - 0

Jumlah 80 100

Sumber : Hasil Pengolahan Data Kuesioner, 2014

Data yang diperoleh pada tabel di atas, menunjukkan bahwa terdapat

69 orang (86,2%) yang menyatakan bahwa siswa selalu mengembalikan

barang temuan yang bukan miliknya, 11 orang (13,8%) menyatakan sering,

Page 99: PERANAN GURU BIMBINGAN KONSELING TERHADAP …

82

dan tidak ada responden yang menyatakan jarang, kadang-kadang, dan

tidak pernah.

Berdasarkan hasil pengolahan data tersebut, terlihat bahwa siswa

merupakan sosok yang jujur sebab tidak mengambil apa yang bukan menjadi

haknya. Bahkan yang terlihat, siswa terkadang menyimpan buku paket atau

barang lain di dalam laci masing-masing dan tidak ada barang yang hilang.

Hal ini menunjukkan rasa saling percaya antarsiswa di sekolah tersebut.

Tabel 4. 22 Tanggapan Responden Mengenai Siswa Memiliki Sopan Santun Saat

Bertutur Kata dengan Siswa Lain

No Kategori Frekuensi Persentase

1 Selalu 73 91,2

2 Sering 7 8,8

3 Jarang - 0

4 Kadang-Kadang - 0

5 Tidak Pernah - 0

Jumlah 80 100

Sumber : Hasil Pengolahan Data Kuesioner, 2014

Berdasarkan data yang diperoleh pada tabel di atas, terdapat 73

orang (91,2%) yang menyatakan bahwa siswa selalu bersikap sopan santun

saat bertutur kata dengan sesamanya, 7 orang (8,8%) menyatakan sering,

dan tidak ada responden yang menyatakan jarang, kadang-kadang, dan

tidak pernah.

Masyarakat Poli-Polia masih memegang teguh adat dan budaya

mereka, termasuk sikap kekeluargaan dan kebersamaan, serta saling

menghargai. Sangat jarang ditemui pertengkaran atau perkelahian

antarsiswa. Pertengkaran terkadang terjadi hanya sebagai kesalahpahaman.

Hal ini dipengaruhi oleh sikap dan tutur kata yang baik antarsiswa. Meskipun

Page 100: PERANAN GURU BIMBINGAN KONSELING TERHADAP …

83

bagi orang-orang yang tidak memahami bahasa daerah mereka yang

terkesan diucapkan dengan suara lantang, namun tetap memegang teguh

sopan santun dan tutur kata yang baik.

Tabel 4. 23 Tanggapan Responden Mengenai Siswa Rajin Melaksanakan Ibadah Shalat

No Kategori Frekuensi Persentase

1 Selalu 78 97,5

2 Sering 2 2,5

3 Jarang - 0

4 Kadang-Kadang - 0

5 Tidak Pernah - 0

Jumlah 80 100

Sumber : Hasil Pengolahan Data Kuesioner, 2014

Data pada tabel di atas memperlihatkan bahwa terdapat 78 orang

(97,5%) yang menyatakan bahwa siswa selalu melaksanakan ibadah shalat

dengan rajin, 2 orang (2,5%) menyatakan sering, dan tidak ada responden

yang menyatakan jarang, kadang-kadang, dan tidak pernah.

Siswa SMP Negeri di Kecamatan Poli-Polia mayoritas beragama Islam

dan memiliki kesadaran yang besar dalam pelaksanaan shalat. Pada

dasarnya, sekolah memberi aturan bahwa pelaksanaan shalat dhuhur selalu

dilaksanakan secara berjamaah di masjid sekolah, sehingga dijadikan

sebagai rutinitas bagi para siswa, yang akan tumbuh menjadi sebuah

kebiasaan yang akan membawa kepada kesadaran pribadi. Terlihat bahwa

Kecamatan Poli-Polia termasuk dalam daerah religius yang memiliki

kesadaran beragama yang baik. Para orangtua memberi keteladanan yang

baik dalam beribadah, sehingga menurun pada anak mereka. Dengan

demikian, pihak sekolah tidak terlalu sulit untuk membangun karakter religius

Page 101: PERANAN GURU BIMBINGAN KONSELING TERHADAP …

84

pada diri siswa, sebab agama mereka anggap sebagai tiang hidup yang

dapat mengarahkan kehidupan mereka ke depannya.

Tabel 4. 24 Tanggapan Responden Mengenai Siswa Rajin Mengerjakan Tugasnya

Secara Mandiri

No Kategori Frekuensi Persentase

1 Selalu 63 78,8

2 Sering 14 17,5

3 Jarang 3 3,8

4 Kadang-Kadang - 0

5 Tidak Pernah - 0

Jumlah 80 100

Sumber : Hasil Pengolahan Data Kuesioner, 2014

Berdasarkan data yang diperoleh pada tabel di atas, terdapat 63

orang (78,8%) yang menyatakan siswa selalu rajin mengerjakan tugasnya

sendiri, 14 orang (17,5%) menyatakan sering, dan 3 orang (3,8%)

menyatakan kadang-kadang, serta tidak ada responden yang menyatakan

kadang-kadang dan tidak pernah.

Berdasarkan hasil observasi di atas, terlihat bahwa kebanyakan siswa

masih memiliki rasa percaya diri untuk mengerjakan tugasnya secara

mandiri. Bahkan ada beberapa siswa yang mengerjakan tugas secara

mandiri lalu mendiskusikannya dengan teman sebangku atau kelompoknya.

Hal ini selain membangun karakter jujur pada diri siswa juga dapat membina

rasa percaya diri, kerja keras, kerja sama serta ketekunan dalam belajar.

Meskipun tidak dapat dipungkiri bahwa masih banyak pula siswa yang masih

suka menyontek sebab ingin memperoleh jawaban dengan cepat tanpa mau

berusaha. Hal ini lah yang perlu diwaspadai dalam upaya pembinaan

karakter siswa di sekolah.

Page 102: PERANAN GURU BIMBINGAN KONSELING TERHADAP …

85

Tabel 4. 25 Tanggapan Responden Mengenai Siswa Bersikap Sopan Saat

Makan dan Minum

No Kategori Frekuensi Persentase

1 Selalu 63 78,8

2 Sering 17 21,2

3 Jarang - 0

4 Kadang-Kadang - 0

5 Tidak Pernah - 0

Jumlah 80 100

Sumber : Hasil Pengolahan Data Kuesioner, 2014

Berdasarkan data yang diperoleh pada tabel di atas, terdapat 63

orang (78,8%) yang menyatakan bahwa siswa selalu bersikap sopan pada

saat makan dan minum, 17 orang (21,2%) menyatakan sering, dan tidak ada

responden yang menyatakan jarang, kadang-kadang, dan tidak pernah.

Kegiatan makan dan minum adalah kegiatan yang ditunjukkan dalam

keseharian anak. Makan dan minum menggambarkan karakter atau pribadi

seseorang. Apabila anak mampu melakukan kegiatan makan dan minum

dengan sopan dan memiliki adab, tentu anak tersebut memahami tata krama

dan sopan santun, sehingga terbukti bahwa anak tersebut memiliki karakter

yang baik. Cara makan dan minum selalu menjadi sorotan sebab paling

mudah teramati oleh banyak orang, sehingga sewajarnya anak diberikan

bimbingan khusus serta arahan mengenai adab makan dan minum yang baik

sesuai dengan ajaran agama.

Tabel 4. 26 Tanggapan Responden Mengenai Siswa Mengenakan Pakaian yang Sopan

(Berbusana Muslim)

No Kategori Frekuensi Persentase

1 Selalu 58 72,5

2 Sering 16 20,0

Page 103: PERANAN GURU BIMBINGAN KONSELING TERHADAP …

86

3 Jarang 6 7,5

4 Kadang-Kadang - 0

5 Tidak Pernah - 0

Jumlah 80 100

Sumber : Hasil Pengolahan Data Kuesioner, 2014

Data yang diperoleh pada tabel di atas menunjukkan bahwa terdapat

58 orang (72,5%) yang menyatakan bahwa siswa selalu mengenakan

pakaian sopan atau busana muslim muslimah, 16 orang (20,0%)

menyatakan sering, dan 6 orang (7,5%) menyatakan jarang, serta tidak ada

responden yang menyatakan kadang-kadang dan tidak pernah.

Berdasarkan hasil pengolahan data di atas, terlihat bahwa belum

semua siswa mengenakan pakaian muslim dan muslimah. Namun, sebagian

besar siswa mengenakan pakaian yang sopan meski belum berhijab.

Pakaian akan menggambarkan karakter siswa, sebabpakaian yang

membungkus raga siswa. Apabila sekolah menengah pertama di daerah

Kecamatan Poli-Polia menerapkan pendidikan Islam, maka selayaknya

semua siswa harus mengenakan busana muslim muslimah. Hanya saja,

ajaran agama yang dianut para siswa heterogen dan wajib bagi kita semua

menghormati dan bersikap toleransi terhadap siswa yang bukan muslim.

Dengan demikian, sepatutnya guru selalu mengingatkan siswa agar

mematuhi aturan dan memberi sanksi yang sepadan apabila melanggar

peraturan dalam berpakaian.

Tabel 4. 27 Tanggapan Responden Mengenai Siswa Hadir di Sekolah Tepat Waktu

No Kategori Frekuensi Persentase

1 Selalu 50 62,5

2 Sering 22 27,5

Page 104: PERANAN GURU BIMBINGAN KONSELING TERHADAP …

87

3 Jarang 8 10,0

4 Kadang-Kadang - 0

5 Tidak Pernah - 0

Jumlah 80 100

Sumber : Hasil Pengolahan Data Kuesioner, 2014

Berdasarkan data yang diperoleh pada tabel di atas, terdapat 50

orang (62,5%) yang menyatakan bahwa siswa selalu hadir tepat waktu di

sekolah atau tidak terlambat, 22 orang (27,5%) menyatakan sering, dan 8

orang (10,0%) menyatakan jarang, serta tidak ada responden yang

menyatakan kadang-kadang dan tidak pernah.

Hasil pengolahan data di atas menggambarkan bahwa siswa pada

umumnya tepat waktu hadir di sekolah. Ketepatan waktu tersebut

menunjukkan sikap disiplin siswa, namun tidak hanya diukur dengan

ketepatan waktu saat hadir di sekolah melainkan ketepatan dalam

mengumpulkan tugas di kelas, mengerjakan pekerjaan rumah, serta

ketepatan waktu shalat berjamaah. Keterlambatan yang dialami oleh siswa

haruslah dikomunikasikan dengan baik, sebab terlambat pasti memiliki

banyak alasan, yang mungkin saja dapat ditolerir. Misalnya akses kendaraan

umum yang tidak menyentuh sampe kediaman sang anak, sehingga harus

berjalan jauh dari rumah mereka, atau ada faktor lain. Sebaiknya, jumlah

keterlambatan dibatasi, apabila terjadi terus menerus, maka tugas guru

bimbingan konseling adalah memberikan bantuan khusus kepada siswa

yang sering terlambat.

Tabel 4. 28 Tanggapan Responden Mengenai Siswa Merasa Iri pada Saat Temannya

Memperoleh Nilai yang Lebih Baik

Page 105: PERANAN GURU BIMBINGAN KONSELING TERHADAP …

88

No Kategori Frekuensi Persentase

1 Selalu 7 8,8

2 Sering 8 10,0

3 Jarang 13 16,2

4 Kadang-Kadang 52 65,0

5 Tidak Pernah - 0

Jumlah 80 100

Sumber : Hasil Pengolahan Data Kuesioner, 2014

Data yang diperlihatkan pada tabel di atas menunjukkan bahwa

terdapat 7 orang (8,8%) yang menyatakan bahwa siswa selalu merasa iri

pada saat temannya memperoleh nilai yang lebih baik, 8 orang (10,0%)

menyatakan sering, 13 orang (16,2%) menyatakan jarang dan 52 orang

(65,0%) menyatakan kadang-kadang, serta tidak ada responden yang

menyatakan tidak pernah.

Hasil pengolahan data di atas memperlihatkan bahwa sikap iri masih

dimiliki oleh para siswa dalam lingkup SMP Negeri di Kecamatan Poli-Polia

Kabupaten Kolaka. Rasa Iri yang dimiliki oleh para siswa boleh saja dijadikan

sebagai motivasi belajar, namun tidak boleh menimbulkan rasa saling benci

antarsiswa. Misalnya, ada siswa yang memperoleh nilai tinggi, maka siswa

lain patut iri secara positif dan memacu agar dirinya juga dapat lebih baik dari

temannya dengan jalan belajar lebih giat, bukan malah membenci temannya.

Rasa iri yang negatif akan menimbulkan rasa dengki dan cemburu, yang

akan berefek tidak baik bagi dirinya sendiri maupun bagi orang lain. Oleh

karena itu, selayaknya sikap iri hati dihilangkan perlahan dari diri siswa

dengan menerapkan sikap ikhlas dan mau kerja keras agar memperoleh

hasil belajar yang juga memuaskan nantinya.

Tabel 4. 29

Page 106: PERANAN GURU BIMBINGAN KONSELING TERHADAP …

89

Tanggapan Responden Mengenai Siswa Memiliki Batasan Pergaulan dengan Siswa Lain yang Berlawanan Jenis

No Kategori Frekuensi Persentase

1 Selalu 61 76,2

2 Sering 19 23,8

3 Jarang - 0

4 Kadang-Kadang - 0

5 Tidak Pernah - 0

Jumlah 80 100

Sumber : Hasil Pengolahan Data Kuesioner, 2014

Data pada tabel di atas memperlihatkan bahwa terdapat 61 orang

(76,2%) yang menyatakan bahwa siswa selalu menyadari adanya batasan

bergaul dengan siswa yang berlawanan jenis, 19 orang (23,8%) menyatakan

sering, dan tidak ada responden yang menyatakan jarang, kadang-kadang,

dan tidak pernah.

Hasil pengolahan data menunjukkan bahwa siswa memiliki sikap

sopan santun terhadap lawan jenisnya. Faktor utama yang membuat siswa

bersikap demikian adalah masih kentalnya adat, budaya, dan agama yang

dianut oleh masyarakat Poli-Polia Kabupaten Kolaka. Batasan pergaulan

yang dimiliki oleh siswa akan menggambarkan sikap dan karakter siswa.

Apabila siswa memiliki kesadaran dalam bergaul, artinya siswa tersebut

mampu menjaga dirinya dari hal-hal yang bersifat maksiat. Terlebih bahwa

pergaulan yang salah dapat membawa siswa menuju kebrobrokan akhlak.

Tabel 4. 30 Tanggapan Responden Mengenai Siswa Mendengarkan Nasehat yang

Diberikan Oleh Guru

No Kategori Frekuensi Persentase

1 Selalu 73 91,2

2 Sering 7 8,8

3 Jarang - 0

Page 107: PERANAN GURU BIMBINGAN KONSELING TERHADAP …

90

4 Kadang-Kadang - 0

5 Tidak Pernah - 0

Jumlah 80 100

Sumber : Hasil Pengolahan Data Kuesioner, 2014

Berdasarkan data yang diperoleh pada tabel di atas, terdapat 73

orang (91,2%) yang menyatakan bahwa siswa selalu mendengarkan nasehat

yang diberikan oleh guru, 7 orang (8,8%) menyatakan sering, dan tidak ada

responden yang menyatakan jarang, kadang-kadang, dan tidak pernah.

Pada umumnya, terlihat bahwa siswa di SMP Negeri Kecamatan Poli-

Polia Kabupaten Kolaka memiliki sopan santun dan kepekaan serta

kesadaran yang tinggi. Hal tersebut terlihat dari sikap siswa yang selalu

mendengarkan nasehat yang diberikan oleh gurunya. Nasehat berarti ujaran

atau seruan yang berisi hal yang mengajak kepada kebaikan. Apabila siswa

selalu mendengarkan nasehat yang diberikan kemudian mengamalkan

nasehat tersebut, maka siswa termasuk dalam anak yang berkarakter baik.

Sebab dengan nasehat, siswa akan belajar dan memahami hal-hal yang

benar dan salah serta mampu mengamalkannya dalam kehidupan.

Tabel 4. 31 Tanggapan Responden Mengenai Siswa Memilih-Milih dalam Berteman

Sesuai dengan Strata Sosialnya

No Kategori Frekuensi Persentase

1 Selalu - 0

2 Sering - 0

3 Jarang - 0

4 Kadang-Kadang 6 7,5

5 Tidak Pernah 74 92,5

Jumlah 80 100

Sumber : Hasil Pengolahan Data Kuesioner, 2014

Page 108: PERANAN GURU BIMBINGAN KONSELING TERHADAP …

91

Data pada tabel di atas memperlihatkan bahwa terdapat 74 orang

(92,5%) yang menyatakan bahwa siswa tidak pernah membeda-bedakan

sesuai dengan strata sosialnya dalam memilih teman, 6 orang (7,5%)

menyatakan kadang-kadang, dan tidak ada responden yang menyatakan

jarang, sering, dan selalu.

Berdasarkan hasil pengolahan data di atas, terlihat bahwa siswa tidak

pernah memilah milih teman saat bergaul. Selain karena sikap kekeluargaan

yang baik, siswa juga merasa sederajat dengan teman lainnya dan tidak

pernah mempermasalahkan strata sosial mereka. Bahkan terlihat bahwa

anak pengusaha bersahabat baik dengan anak petani bahkan anak nelayan,

namun dalam keseharian mereka terlihat rukun dan akrab. Lingkungan

teman adalah faktor utama pembentukan karakter siswa, terlebih pada usia

remaja. Meskipun masih ada beberapa siswa yang memiliki pergaulan yang

kurang baik, misalnya berteman dengan perokok. Namun, pada umumnya, di

daerah Poli-Polia, siswa berteman dengan seluruh anggota masyarakat yang

seumur mereka. Kehidupan di daerah ini terlihat sangat berbeda dengan

kehidupan di kota yang umumnya masih individualis.

Tabel 4. 32 Tanggapan Responden Mengenai Siswa Menghargai dan Bersikap Sopan

Terhadap Guru

No Kategori Frekuensi Persentase

1 Selalu 66 82,5

2 Sering 11 13,8

3 Jarang 3 3,8

4 Kadang-Kadang - 0

5 Tidak Pernah - 0

Jumlah 80 1000

Sumber : Hasil Pengolahan Data Kuesioner, 2014

Page 109: PERANAN GURU BIMBINGAN KONSELING TERHADAP …

92

Berdasarkan data pada tabel di atas, terlihat bahwa terdapat 66 orang

(82,5%) yang menyatakan bahwa siswa selalu menghargai dan bersikap

sopan terhadap guru, 11 orang (13,8%) menyatakan sering, 3 orang (3,8%)

menyatakan jarang, dan tidak ada responden yang menyatakan kadang-

kadang dan tidak pernah.

Pada umumnya, siswa telah memperlihatkan sikap menghargai,

menghormati, dan meneladani gurunya di sekolah. Hal ini sangat terlihat dari

sikap dan tutur kata yang diperlihatkan oleh siswa terhadap gurunya, jauh

lebih sopan dibanding saat berbicara dengan teman sebayanya. Terlihat pula

bahwa guru bukan hanya pengajar, sebab keakraban sangat terlihat.

Tabel 4. 33 Tanggapan Responden Mengenai Siswa Melaksanakan Seluruh Tata Tertib

Sekolah dengan Baik

No Kategori Frekuensi Persentase

1 Selalu 52 65,0

2 Sering 16 20,0

3 Jarang 12 15,0

4 Kadang-Kadang - 0

5 Tidak Pernah - 0

Jumlah 80 100

Sumber : Hasil Pengolahan Data Kuesioner, 2014

Data pada tabel di atas menunjukkan bahwa terdapat 52 orang

(65,0%) yang menyatakan bahwa siswa selalu melaksanakan seluruh tata

tertib sekolah, 16 orang (20,0%) menyatakan sering, 12 orang (15,0%)

menyatakan jarang, dan tidak ada responden yang menyatakan kadang-

kadang dan tidak pernah.

Page 110: PERANAN GURU BIMBINGAN KONSELING TERHADAP …

93

Tata tertib adalah peraturan yang harus ditaati dalam situasi atau

dalam suatu tata kehidupan tertentu, baik berbentuk tulisan atau tidak

tertulis, dalam hal ini di sekolah. Sebagian besar siswa telah mematuhi

peraturan, tetapi sebagian lagi masih ada yang melanggar aturan tersebut.

Apabila kehidupan tidak dilandasi oleh peraturan, maka hidup akan

cenderung bebas tanpa memahami hal-hal yang patut dan tidak patut untuk

dilakukan. Hal ini tentu akan sangat mempengaruhi pembinaan karakter

siswa. Apabila tidak ada tata tertib yang diberlakukan di sekolah, sudah tentu

siswa akan bertindak sesuka hatinya. Padahal secara ideal sekolah

merupakan wadah siswa untuk belajar, yaitu mengalami perubahan tingkah

laku ke arah yang lebih baik. Dengan demikian, peran guru dalam penentuan

tata tertib sekolah harus lebih aktif.

Tabel 4. 34 Tanggapan Responden Mengenai Siswa Memiliki Kesungguhan dalam

Belajar di Kelas

No Kategori Frekuensi Persentase

1 Selalu 68 85,0

2 Sering 8 10,0

3 Jarang 4 5,0

4 Kadang-Kadang - 0

5 Tidak Pernah - 0

Jumlah 80 100

Sumber : Hasil Pengolahan Data Kuesioner, 2014 Berdasarkan data pada tabel di atas, terlihat bahwa terdapat 68 orang

(85,0%) yang menyatakan bahwa siswa selalu sungguh-sungguh belajar di

kelas, 8 orang (10,0%) menyatakan sering, 4 orang (5,0%) menyatakan

jarang, dan tidak ada responden yang menyatakan kadang-kadang dan tidak

pernah.

Page 111: PERANAN GURU BIMBINGAN KONSELING TERHADAP …

94

Belajar merupakan proses perubahan tingkah laku menjadi lebih baik.

Terlihat bahwa kesadaran siswa terhadap proses belajar sangat baik karena

sebagian besar mengikuti pembelajaran dengan sungguh-sungguh di kelas.

Sikap siswa di kelas menggambarkan karakter siswa. Apabila siswa memiliki

kesungguhan belajar, maka siswa akan memperoleh banyak ilmu

pengetahuan yang akan mengembangkan dirinya menjadi manusia yang

lebih baik dari sebelumnya. Selain itu, kesungguhan siswa dalam

pembelajaran akan menggambarkan karakter yang dimilikinya, sehingga

mudah bagi guru untuk melihat karakter siswa saat pembelajaran

berlangsung.

D. Deskripsi Pola Pembinaan Karakter Siswa SMP di Kecamatan Poli-Polia Kabupaten Kolaka

Salah satu tanggung jawab guru terhadap siswa-siswa adalah

membina mereka untuk memiliki karakter yang baik dari segi agama,

pancasila, maupun budaya. Apabila disatukan akan melahirkan

akhlakulkarimah atau karakter yang baik. Pembinaan karakter dilakukan agar

siswa terhindar dari segala bentuk kehinaan dan kejahatan yang dikenal

dengan perbuatan tercela. Seorang siswa memerlukan penanaman nilai-nilai

dan akhlak ke dalam jiwa mereka agar memiliki jiwa dan karakter yang baik.

Peran serta guru bimbingan konseling dalam pembinaan karakter siswa tentu

sangat besar, sebab guru bimbingan konseling pada dasarnya bertugas

untuk memberikan bantuan kepada siswa baik sebelum, selama, maupun

setelah menghadapi suatu masalah.

Page 112: PERANAN GURU BIMBINGAN KONSELING TERHADAP …

95

Hal senada juga diungkapkan oleh Orang Tua Siswa SMP Negeri 1

Poli-Polia Kabupaten Kolaka, Suhartin, S. Pd berikut ini:

“Sebagai orang tua, saya berpikir bahwa sebagian besar waktu anak saya dipergunakan di sekolah untuk belajar. Meskipun karakter anak dapat berupa bawaan sejak lahir atau terbentuk dari pola pengasuhan saya di rumah, maka pastinya orang tua berharap agar guru memiliki perhatian yang besar dalam pembinaan karakter siswa. Ada orang tua yang sibuk dengan kegiatan rumah sehingga jarang memperhatikan anaknya, namun adapula anak yang jika diberitahu oleh gurunya, anak tersebut lebih mendengarkan daripada orang tuanya. Sehingga, kami orang tua pastinya membutuhkan peran serta guru dalam membina karakter anak. Apalagi ada anak yang memiliki masalah atau memang anak itu nakal, berarti anak tersebut membutuhkan arahan pula di sekolahnya.” Dalam membina karakter anak didik, tentu saja guru bimbingan

konseling memiliki cara yang berbeda dengan orang lain yang tidak memiliki

dasar pengetahuan konseling. Terlebih lagi guru bimbingan konseling telah

berupaya memahami karakter siswa yang cenderung bervariasi. Karakter

siswa di sekolah, dapat dipengaruhi oleh pola asuh orang tua, lingkungan,

pergaulan, dan kondisi keluarga baik dari segi ekonomi maupun kondisi

geografis tempat tinggalnya. Dengan demikian, tidak adil apabila siswa

mendapat perlakuan yang sama saat mengadakan suatu bimbingan dan

konseling, sebab kegiatan bimbingan konseling dilaksanakan sesuai dengan

pola pembinaan yang telah dirancang oleh gurunya sendiri dengan melihat

berbagai aspek pada diri siswa.

Sebagaimana diungkapkan oleh Guru bimbingan Konseling SMP

Negeri 1 Poli-Polia Kabupaten Kolaka, Ben Hajar, S. Pd berikut ini:

“Dalam pelaksanaan pembinaan karakter siswa, ada beberapa pola yang diterapkan tergantung pada situasi dan kondisi siswa, misalnya pola pembinaan karakter siswa otoriter, persuasif, permisif, dan

Page 113: PERANAN GURU BIMBINGAN KONSELING TERHADAP …

96

demokratis. pola pembinaan karakter siswa cukup variatif. Hal tersebut dilakukan dengan tujuan untuk mengikuti aturan atau norma-norma yang berlaku dalam keluarga siswa. Misalnya anak yang berada di lingkungan keluarga petani tentu memiliki pola asuh yang berbeda dengan anak yang berada di lingkungan bangsawan. Dengan demikian, pola pembinaan karakter yang diberikan juga berbeda.“ Penerapan pola pembinaan karakter siswa secara otoriter dilakukan

dengan memberi hukuman apabila siswa melanggar norma sosial atau

agama baik laki-laki maupun perempuan, seperti berbicara yang tidak sopan

(kotor), bersikap tidak menghargai guru dan teman-temannya, merusak

fasilitas sekolah, berjudi, berbuat asusila dan menonton video porno, serta

minum minuman keras. Hukuman juga diberikan bagi siswa yang tidak

melaksanakan shalat dhuhur berjamaah di sekolah. Hukuman yang diberikan

bukan bersifat hukuman fisik, tetapi pemberian skorsing atau dikembalikan

kepada orang tua.

Hal senada juga diungkapkan oleh kepala sekolah SMP Negeri 2 Poli-

Polia Kabupaten Kolaka, Kaharuddin, S. Ag berikut ini:

“Pembinaan karakter yang diberlakuakan di sekolah ini sangat beragam tergantung pada pola pikir dan keadaan siswa kami. Karena tidak mungkin menyamakan cara dalam menghadapi karakter yang juga berbeda, dalam hal ini karakter siswa. Siswa memiliki karakter yang homogen, sehingga guru BK pun harus bersikap heterogen dalam menghadapi setiap siswa. Pola pembinaan karakter atau bantuan yang diberikan kepada siswa dari guru BK juga melihat tingkat kesalahan yang dilakukan oleh siswa. Apabila dengan kesalahan yang dilakukan siswa cukup diberikan nasehat, maka pola pembinaan bersifat persuasif. Namun apabila melanggar norma agama, maka dilakukan pembinaan yang otoriter.”

Selanjutnya Drs. Hamsah sebagai Kepala Sekolah SMP 1 Poli-Polia

Kabupaten Kolaka mengemukakan bahwa:

Page 114: PERANAN GURU BIMBINGAN KONSELING TERHADAP …

97

“Pola pembinaan karakter siswa terhadap siswa secara otoriter tidak selamanya diterapkan, hanya pada saat-saat tertentu. Hal ini menunjukkan bahwa sikap otoriter guru BK dimaksudkan untuk segera merubah prilaku siswa yang tidak mengikuti aturan atau norma-norma, baik norma agama maupun nilai sosial dan budaya. Ketika perilaku siswa sudah berubah, maka guru BKpun merubah pola pembinaan karakter siswa, biasanya cenderung bersifat persuasif atau pemberian nasehat.” Selanjutnya, Sakinah, S. Pd sebagai guru bimbingan konseling SMP

Negeri 2 Poli-Polia Kabupaten Kolaka menjelaskan bahwa:

“Pola pembinaan karakter siswa sudah dilakukan sesuai dengan tingkat perkembangan kecerdasan dan kematangan siswa, walau dalam bentuk yang sederhana. Namun, pengaruh negatif dari perkembangan teknologi dan media serta zaman yang semakin berkembang, sehingga dibutuhkan pola pembinaan yang lebih persuasif untuk memahami perkembangan kepribadian anak. Sebab, setiap anak memiliki hak untuk berkembang dan berhak untuk merasakan kemajuan zaman, tetapi harus didampingi dengan pemberian pemahaman mengenai efek negatif dan positif yang akan ditimbulkan.” Pola pembinaan karakter yang dilakukan oleh guru bimbingan

konseling tidak berpusat kepada siswa laki-laki yang cenderung berbuat di

luar norma yang berlaku. Siswa perempuan juga mendapatkan bimbingan

dan pola pembinaan khusus, agar mampu menjaga dirinya agar tidak

terjerumus dalam pergaulan saat ini dan selalu mengingat agama sebagai

tiang hidup mereka yang dapat menyelamatkan kehidupannya kelak. Pola

pembinaan yang dilakukan oleh guru bimbingan konseling selalu konsisten,

agar siswa selalu bersikap disiplin dalam melaksanakan hubungannya yang

harmonis dengan Allah, sesama manusia, dan lingkungan alam.

Berdasarkan hasil pengamatan pola pembinaan karakter yang diterapkan

lebih kepada pemberian keteladanan.

Page 115: PERANAN GURU BIMBINGAN KONSELING TERHADAP …

98

Sebagaimana diungkapkan oleh Guru bimbingan Konseling SMP

Negeri 1 Poli-Polia Kabupaten Kolaka, Ben Hajar, S. Pd berikut ini:

“Apabila guru tidak mampu menjadi teladan maka siswa tidak memiliki arah dalam mencontoh kebaikan. Pembinaan karakter sama halnya dengan membina akhlak, dilakukan dengan menerapkan kegiatan positif yang dimulai dari contoh yang diberikan oleh guru-gurunya di sekolah. Selain itu, guru selalu memperhatikan sikap dan tutur kata sehari-hari di sekolah, menjaga hubungan baik dengan siswa agar guru dengan mudah memberikan nasehat kepada siswa dan didengarkan. Guru bimbingan konseling juga sering bersama-sama menyelenggarakan kegiatan keagamaan di sekolah, seperti maulid atau pesantren kilat. Pendekatan ini dikenal dengan pola pembinaan persuasif. Oleh karena itu, terlihat pula hasilnya, bahwa karakter siswa di sekolah ini pada umumnya santun dan agamis meskipun berasal dari lingkungan dan strata sosial yang berbeda.”

Senada dengan hal tersebut, Kaharuddin S.Ag sebagai kepala

sekolah SMP 2 Poli-Polia Kabupaten Kolaka menjelaskan bahwa:

“Karakter siswa beragam. Ada siswa yang melaksanakan proses pendidikan tanpa mengalami kendala atau masalah, namun ada pula siswa yang memiliki kendala akibat ulahnya sendiri. Masih terdapat beberapa siswa yang belum mematuhi aturan. Namun, pada umumnya siswa di sekolah ini masih memiliki sopan santun dan ajaran agama yang baik dari orang tua mereka yang bisa jadi pondasi kuat bagi diri mereka. Apabila kita menginginkan agar siswa dapat mengerti tentang aturan atau perilaku yang diharapkan dapat dipatuhi siswa, maka pemberian penjelasan yang menekankan pada aspek edukatif lebih efektif dari pada pemberian hukuman, terutama pada masa siswa-siswa paripurna yaitu umur 16-20 tahun. Di usia ini, siswa memasuki masa remaja yang juga masa pemberontakan. Apabila siswa tidak didekati secara persuasif maka bisa saja siswa malah membenci gurunya” Guru sebagai pengajar dan pendidik diharapkan dapat memberikan

proses pembelajaran bagi siswa yang menyenangkan serta bersifat

membekas pada diri siswa, termasuk pada saat membina karakternya.

Apabila guru memberikan pola pembinaan yang baik, menyesuaikan dengan

Page 116: PERANAN GURU BIMBINGAN KONSELING TERHADAP …

99

tingkat perkembangannya dan selalu mengingatkan dengan pemberian

nasehat, serta tidak menghardik, tetapi memberi rasa aman dan nyaman

pada diri siswa, maka efek yang ditimbulkan adalah siswa akan merasa

dihargai dan disayangi oleh gurunya dan tidak ada rasa keterpaksaan saat

ingin merubah sikapnya menjadi lebih baik.

Berdasarkan hasil wawancara di atas, dapat dideskripsikan bahwa

pola pembinaan demokratis dan persuasif merupakan pola pembinaan

karakter siswa yang banyak diterapkan oleh guru bimbingan konseling di

SMP Negeri 1 dan SMP Negeri 2 Poli-Polia Kabupaten Kolaka. Bentuk

demokratis dan persuasif merupakan bentuk pola pembinaan karakter siswa

yang efektif dibanding dengan bentuk otoriter dan permisif. Dalam bentuk

demokratis dan persuasif, pola pembinaan karakter siswa siswa lebih banyak

mengedepankan aspek edukatif dan tidak mendahulukan hukuman ketika

siswa melakukan kesalahan, tetapi Guru BK lebih banyak memberikan

bantuan berupa nasehat serta layanan bimbingan dan konseling, baik secara

pribadi maupun secara kelompok.

Pola pembinaan karakter siswa secara demokratis diterapkan Guru

BK dengan cara memberikan penjelasan untuk membantu siswa mengerti

perilaku tertentu yang diharapkan dapat dimiliki oleh siswa. Guru BK

memberi penjelasan tentang perilaku atau aturan yang harus dipatuhi

dengan kata-kata yang dapat dimengerti oleh siswa. Misalnya,

memberitahukan kepada siswa mengenai larangan keluar masuk ketika

pembelajaran sedang berlangsung atau datang tepat waktu, sebab hal

Page 117: PERANAN GURU BIMBINGAN KONSELING TERHADAP …

100

tersebut akan mengganggu proses pembelajaran, larangan makan dan

minum sambil berjalan, karena hal tersebut bertentangan dengan adab

makan dan minum menurut ajaran agama Islam.

Hukuman hanya diberikan apabila siswa telah berusia 12 tahun,

itupun bukan dalam bentuk hukuman fisik yang menyakitkan. Hukuman

diterapkan dengan menyuruh siswa membersihkan kelas sendiri, dan tidak

memperbolehkan siswa keluar kelas sampai jangka waktu tertentu. Hukuman

diberikan dengan tujuan agar siswa segera mengetahui kesalahannya dan

tidak mengulanginya. Pemberian hukuman juga dilakukan dengan

memperhatikan situasi, kondisi, perkembangan kecerdasan, dan pola

pembinaan akhlak siswa sesuai dengan ajaran agama Islam.

Pola pembinaan karakter siswa secara demokratis yang dilakukan

Guru bimbingan konseling cukup variatif, mulai dari pemberian penjelasan,

mengajak siswa berdiskusi sambil memberikan penekanan terhadap hal-hal

yang dianggap sangat sensitif bila dilanggar. Misalnya, tidak boleh

mengangkat suara tinggi bila memanggil orang yang lebih tua dan tidak

boleh menyebut secara langsung nama orang yang dipanggil, melainkan

harus menyebut nama kedua dari orang tersebut. Selain itu, mereka juga

dibiasakan untuk menyerap pancaran keakraban dalam kata hati, sehingga

siswa memahami bahwa apa yang diperbuat Guru BK nya, tidak lain

semata-mata sebagai upaya membantu dirinya untuk lebih meningkatkan

keakraban terhadap nilai-nilai ajaran Islam yang mutlak diperlukan di dalam

pembentukan akhlak mulia. Menurut pengamatan penulis, hal tersebut dapat

Page 118: PERANAN GURU BIMBINGAN KONSELING TERHADAP …

101

melahirkan sikap penyadaran diri dan pertautan perasaan antara Guru BK

dan siswa. Dengan demikian, siswa dapat merasakan sekolah sebagai

tempat yang dapat memberikan perlindungan dan keamanan yang

melahirkan rasa keakraban. Hal ini menunjukkan bahwa siswaSMP Negeri di

Kecamatan Poli-Polia Kabupaten Kolaka sangat mengedepankan sikap

saling menghormati dalam pergaulan serta memegang teguh sikap

kekeluargaan, terlebih terhadap guru mereka.

E. Pembahasan

Pada penelitian ini akan dideskripsikan mengenai peranan guru

bimbingan konseling, pola pembinaan karakter siswa, serta gambaran

karakter siswa SMP Negeri di Kecamatan Poli-Polia Kabupaten Kolaka

Propinsi Sulawesi Tenggara. Peran guru bimbingan konseling pada dasarnya

sama dengan peran guru pada umumnya. Namun, tanggung jawab seorang

guru bimbingan konseling bukan dibebankan sebagai pengajar, tetapi lebih

kepada pendidik, penyuluh, serta membantu siswa yang membutuhkan

bantuan atas masalah yang dihadapinya. Guru bimbingan konseling yang

dikenal dengan istilah konselor adalah tenaga pendidik profesional yang

telah menyelesaikan pendidikan akademik strata satu (S-1) program studi

Bimbingan dan Konseling dan program Pendidikan Profesi Konselor dari

perguruan tinggi penyelenggara program pengadaan tenaga kependidikan

yang terakreditasi. Sedangkan bagi individu yang menerima pelayanan

profesi bimbingan dan konseling disebut konseli, dan pelayanan bimbingan

dan konseling pada jalur pendidikan formal dan nonformal diselenggarakan

Page 119: PERANAN GURU BIMBINGAN KONSELING TERHADAP …

102

oleh konselor. Dalam Permendiknas No. 27 tahun 2008 tentang Standar

Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Konselor dinyatakan bahwa

kompetensi yang harus dikuasai guru Bimbingan dan Konseling/Konselor

mencakup 4 (empat) ranah kompetensi, yaitu kompetensi pedagogik,

kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional.

Guru adalah seorang pendidik, pembimbing, pelatih, dan pemimpin

yang dapat menciptakan iklim belajar yang menarik, memberi rasa aman,

nyaman, dan kondusif dalam kelas. Keberadaannya di tengah-tengah siswa

dapat mencairkan suasana kebekuan, kekakuan, dan kejenuhan belajar

yang terasa berat diterima oleh para siswa. Kondisi seperti itu tentunya

memerlukan keterampilan dari seorang guru agar dapat mengelola kelas

dengan baik, dan tidak semua guru mampu untuk melakukannya. Selain itu,

sebagai pengajar, guru mempunyai peranan aktif atau menjadi mediator

antara siswa dengan ilmu pengetahuan yang disajikan dalam bentuk materi

pelajaran.

Sebagai guru, di samping melaksanakan tugas pengajaran, juga

melaksanakan tugas pendidikan dan pembinaan bagi siswa, membantu

pembentukan kepribadian, pembinaan akhlak di samping menumbuhkan

dan mengembangkan keimanan dan ketaqwaan para siswa. Peranan guru

yang sangat penting dalam proses pembelajaran, maka guru dinilai

kompeten secara profesional, apabila guru tersebut mampu melaksanakan

peranannya secara maksimal, bekerja dalam usaha mencapai tujuan

Page 120: PERANAN GURU BIMBINGAN KONSELING TERHADAP …

103

pendidikan (tujuan instruksional) sekolah, serta mampu melaksanakan

peranannya dalam proses mengajar dan belajar dalam kelas.

Secara umum, latar belakang perlunya bimbingan berhubungan erat

dengan pencapaian tujuan pendidikan nasional, yaitu meningkatkan kualitas

sumber daya manusia Indonesia yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa

terhadap Tuhan Yang Maha Esa, berbudi pekerti luhur, berkepribadian,

berdisiplin, bekerja keras, tangguh, bertanggung jawab, mandiri, cerdas dan

terampil serta sehat jasmani dan rohani. Adapun fungsi pelaksanaan

bimbingan dan konseling adalah dalam hal penyaluran yaitu membantu

menyalurkan siswa-siswa dalam memilih program-program pendidikan yang

ada di sekolah, memilih jurusan sekolah, memilih jenis sekolah sambungan

ataupun lapangan kerja yang sesuai dengan bakat, minat, cita-cita dan ciri-

ciri kepribadiannya. Di samping it, guru BK memberi bantuan untuk memiliki

kegiatan-kegiatan di sekolah antara lain membantu menempatkan anak

dalam kelompok belajar, dan lain-lain.

Bimbingan juga membantu siswa untuk memperoleh penyesuaian

pribadi yang sehat. misalnya dibantu menghadapi dan memecahkan

masalah dan kesulitannya. Selain itu, ada fungsi adaptasi yaitu fungsi

bimbingan dalam rangka membantu staf sekolah khususnya guru dalam

mengadaptasikan program pengajaran dengan ciri khusus dan kebutuhan

pribadi siswa-siswa. Dalam fungsi ini pembimbing menyampaikan data

tentang ciri-ciri, kebutuhan minat dan kemampuan serta kesulitan siswa

kepada guru. Sehingga, guru berusaha untuk merencanakan pengalaman

Page 121: PERANAN GURU BIMBINGAN KONSELING TERHADAP …

104

belajar bagi para siswanya. Sehingga para siswa memperoleh pengalaman

belajar yang sesuai dengan bakat, cita-cita, kebutuhan dan minat.

Hal ini senada dengan teori yang mengungkapkan bahwa fungsi

bimbingan konseling tidak hanya memberikan bantuan khusus saat siswa

mengalami permasalahan, seperti membuat pelanggaran dan berkelahi,

tetapi lebih kepada fungsi menyalurkan diri, penyesuaian dan adaptasi

(Sugiyo, 1987: 14).

Guru bimbingan dan konseling adalah orang yang mempunyai tugas,

tanggung jawab, wewenang, dan hak secara penuh dalam kegiatan

bimbingan dan konseling terhadap sejumlah peserta didik.

Guru bimbingan dan konseling berbeda dengan guru-guru lainnya

(guru bidang studi atau guru mata pelajaran). Perbedaan ini terlihat dari

pembelajaran yang diberikan dan juga tanggung jawab pengajarannya. Jika

guru bidang studi atau guru mata pelajaran bertanggung jawab terhadap

mata pelajaran yang diajarkannya, maka guru bimbingan dan konseling jauh

lebih luas dari tenaga pendidik lainnya. Jika guru mata pelajaran memberikan

pembelajaran dengan mengajar mata pelajaran pokoknya, maka guru

bimbingan dan konseling memberikan layanan bimbingan dan konseling

kepada para siswa agar dapat berkembang secara optimal, bertanggung

jawab dan mandiri.

Sebagaimana diungkapkan oleh Sardiman (2009:142) bahwa ada

sembilan peran guru dalam kegiatan BK, yaitu sebagai informator,

organisator, motivator, director, inisiator, transmitter, fasilitator, mediator, dan

Page 122: PERANAN GURU BIMBINGAN KONSELING TERHADAP …

105

evaluator. Pada umumnya guru penyuluh bertanggungjawab dalam

melaksanakan Bimbingan Pendidikan (Educational Guidance), dan

bimbingan dalam masalah-masalah pribadi (Personal Guidance). Selain itu,

guru bimbingan konseling harus menetapkan kasus-kasus yang perlu

mendapatkan perhatiannya dengan segera dengan jalan meneliti catatan-

catatan sekolah, mengadakan pertemuan-pertemuan dengan anggota-

anggota staff sekolah lainya, melaksanakan observasi yang dilakukannya

sendiri dan menggunakan teknik sosiometrik. Seluruh kinerja guru bimbingan

konseling pada umumnya bertujuan dalam pembentukan dan pembinaan

karakter anak.

Dalam pembinaan karakter siswa, terdapat beberapa pola yang

digunakan, yaitu pola otoriter, permisit, demokratis, dan persuasif. Pola

pembinaan secara otoriter yang dilakukan Guru BK dalam rumah tangga

tidak identik dengan kekerasan. Disini berlaku teori Ibnu Khaldun bahwa

kekerasan terhadap siswa membahayakan mereka. Perlakuan keras dan

kasar terhadap siswa menyebabkan jiwa dan kepribadiannya menjadi kerdil,

dan pada akhirnya akan merusak sifat kemanusiaannya yang semestinya

dipupuk melalui hubugan sosial dalam pergaulan. Oleh karena itu, Guru BK

harus memahami tingkat perkembangan kecerdasan dan kematangan siswa,

agar tidak keliru dalam melakukan pola asuh terhadap siswa .

Pola pembinaan karakter siswa siswa secara demokratis yang

dilakukan Guru BK cukup variatif, mulai dari pemberian penjelasan,

mengajak siswa berdiskusi sambil memberikan penekanan terhadap hal-hal

Page 123: PERANAN GURU BIMBINGAN KONSELING TERHADAP …

106

yang dianggap sangat sensitif bila dilanggar. Misalnya, tidak boleh

mengangkat suara tinggi bila memanggil orang yang lebih tua, dan tidak

boleh menyebut secara langsung nama orang yang dipanggil, melainkan

harus menyebut nama kedua dari orang tersebut.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang

Sistem Pendidikan Nasional merumuskan fungsi dan tujuan pendidikan

nasional yang harus digunakan dalam mengembangkan upaya pendidikan di

Indonesia, yang menyebutkan bahwa pendidikan nasional berfungsi

mengembangkan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang

bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan

untuk berkembangnya potensi siswa agar menjadi manusia yang beriman

dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,

berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis

serta bertanggung jawab. Tujuan tersebut merupakan rumusan mengenai

kualitas manusia Indonesia yang harus dikembangkan oleh setiap satuan

pendidikan, sehingga menjadi dasar dalam pengembangan pendidikan

karakter dan budaya bangsa.

Karakter yang dimaksud adalah watak, tabiat, akhlak, atau

kepribadian seseorang yang terbentuk dari hasil internalisasi berbagai

kebajikan (virtues) yang diyakini dan digunakan sebagai landasan untuk cara

pandang, berpikir, bersikap, dan bertindak. Karakter tersebut terdiri atas

sejumlah nilai, moral, dan norma, seperti jujur, berani bertindak, dapat

dipercaya, dan hormat kepada orang lain. Interaksi seseorang dengan orang

Page 124: PERANAN GURU BIMBINGAN KONSELING TERHADAP …

107

lain menumbuhkan karakter masyarakat dan karakter bangsa. Oleh karena

itu, pengembangan karakter bangsa hanya dapat dilakukan melalui

pengembangan karakter individu seseorang. Akan tetapi, karena manusia

hidup dalam ligkungan sosial dan budaya tertentu, maka pengembangan

karakter individu seseorang hanya dapat dilakukan dalam lingkungan sosial

dan budaya yang berangkutan. Dengan kata lain, pengembangan budaya

dan karakter bangsa hanya dapat dilakukan dalam suatu proses pendidikan

yang tidak melepaskan siswa dari lingkungan sosial, budaya masyarakat,

dan budaya bangsa. Lingkungan sosial dan budaya bangsa adalah

Pancasila. Sehingga, pendidikan karakter dan budaya bangsa haruslah

berdasarkan nilai-nilai Pancasila, sebab mendidik budaya dan karakter

bangsa termasuk mengembangkan nilai-nilai Pancasila pada diri siswa

melalui pendidikan hati, otak, dan fisik.

Berdasarkan hasil pengamatan terlihat bahwa karakter yang terbentuk

dan terbina selama ini pada diri anak meliputi karakter agamais, pancasila,

dan budaya, misalnya dengan memperlihatkan karakter antara lain: selama

proses pembelajaran selalu tercipta nilai-nilai pendidikan karakter antara lain

nilai religious, kerja sama, mandiri, percaya diri, cermat, disiplin, kritis,

toleransi, rasa ingin tahu dan bertanggung jawab, dalam RPP yang dibuat

dan dilaksanakan oleh guru, dicantumkan indikator dan nilai pendidikan

karakter, pada saat waktu shalat, siswa dan guru shalat berjamaah di mesjid

dan dipimpin oleh guru atau seorang siswa, pelajaran agama disesuaikan

dengan keyakinan masing-masing dan diajar oleh guru berwewenang, tiap

Page 125: PERANAN GURU BIMBINGAN KONSELING TERHADAP …

108

tahun diadakan peringatan hari besar Islam, Tiap tahun diadakan bakti sosial

yaitu siswa diharapkan menyumbang makanan, minuman, pakaian dan

uang, pelaksanaan ekstrakurikuler disesuaikan dengan bakat siswa

(pramuka, bernyanyi, dan, perkemahan dan olah raga, siswa berjabatangan

dengan guru-guru/staf dalam lingkungan sekolah maupun di luar lingkungan

sekolah.

Seluruh pendidikan karakter yang diterapkan dikolaborasikan dengan

kemampuan guru dalam mengajar di kelas, sehingga siswa tidak hanya

memiliki pengetahuan secara kognitif tetapi juga memperhatikan

perkembangan sikap siswa. Berdasarkan dari uraian tersebut di atas bahwa

setiap kegiatan, baik dalam sekolah maupun di luar sekolah senantiasa

terbentuk pendidikan karakter termasuk antar siswa dengan siswa lain, antar

siswa dengan tenaga pendidik dan kependidikan, demikian pula antar tenaga

pendidik dan kependidikan selalu terjadi hubungan silaturrahmi. Selain itu,

terbentuk pula karakter siswa, seperti disiplin, kerjasama, rasa ingin tahu,

cermat, kritik, toleransi, mandiri, dan rasa percaya diri pada siswa.

Page 126: PERANAN GURU BIMBINGAN KONSELING TERHADAP …

109

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan sebagaimana diuraikan

pada bagian sebelumnya, maka diberikan beberapa simpulan sebagai

berikut:

1. Peranan guru bimbingan konseling dalam pembinaan karakter siswa

SMP di Kecamatan Poli-Polia Kabupaten Kolaka Sulawesi Tenggara

termasuk dalam kategori baik sebagai informator, organisator,

motivator, director, inisiator, transmitter, fasilitator, mediator, dan

evaluator. Hal ini terlihat dari peran guru yang selalu memberikan

bantuan atas peran tersebut, baik sebelum, selama, maupun

setelah siswa mengalami masalah atau kesulitan.

2. Karakter siswa SMP di Kecamatan Poli-Polia Kabupaten Kolaka

Sulawesi Tenggara termasuk dalam kategori sangat baik, dalam

aspek agama, penerapan pancasila, serta adat dan budaya. Hal ini

terlihat dari keseharian siswa yang menjunjung tinggi agama, adat,

budaya, dan rasa kekeluargaan yang tercermin dalam pelaksanaan

aktivitas kehidupan sehari-hari.

3. Pola pembinaan karakter siswa SMP di Kecamatan Poli-Polia

Kabupaten Kolaka Sulawesi Tenggara dilakukan dengan berbagai

108

Page 127: PERANAN GURU BIMBINGAN KONSELING TERHADAP …

110

cara yaitu pola otoriter, permisif, demokratis, dan persuasif. Namun,

pola pembinaan yang paling tepat digunakan adalah pola

pembinaan karakter secara demokratis dan persuasif.

B. Saran

Adapun saran yang dapat diberikan oleh penulis melalui penelitian ini

antara lain:

1. Sebaiknya guru memperhatikan kurikulum sekolah yang diterapkan

dengan melihat tahap perkembangan anak, baik dari segi kognitif

maupun psikologinya agar pembinaan dilakukan secara terarah.

2. Diharapkan agar pembinaan karakter yang dilakukan oleh guru

harus diselipkan dengan nilai-nilai dan norma agama yang berlaku.

3. Diharapkan peran dan kerjasama harmonis antara pihak sekolah

dalam hal ini guru BK dengan orang tua siswa dalam rangka

tercapainya efesiensi dan efektifitas pembinaan karakter siswa.

Page 128: PERANAN GURU BIMBINGAN KONSELING TERHADAP …

111

DAFTAR PUSTAKA

Abbas, H. 1999. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Raja Grafindo Persada

Ahmadi, Abu dan Achmad, Rohani. 2009. Bimbingan dan Konseling di

Sekolah. Jakarta: PT Rineka Ilmu Albertus, D. K. 2010. Pendidikan Karakter, Strategi Mendidik Anak di Zaman

Global. Jakarta: Grasindo Anshari, Hafi. 1991. Pengantar Ilmu Pendidikan. Surabaya: Usaha Nasional Arifin, M. 2005. Teori Konseling Umum dan Agama. Jakarta: Golden Terayon Arikunto, Suharsimi. 2001. Prosedur Penelitian, Suatu Pendekatan Praktik.

Jakarta: PT Rineka Cipta Asmani, J. M. 2011. Buku Panduan Internalisasi Pendidikan Karakter di

Sekolah. Yogyakarta: Diva Press Buchori, Mochtar. 2007. Paradigma Baru Pendidikan Nasional. Jakarta: PT

Rineka Cipta Departemen Agama Republik Indonesia. 2002. Al-Qur’an dan

Terjemahannya. Solo: PT Toha Putra Depertemen Pendidikan dan Kebudayaan. 1991. Kamus Besar Bahasa

Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka Departemen Pendidikan Nasional. 2003. Kamus Besar Bahasa Indonesia,

Edisi kedua. Jakarta: PT Balai Pustaka Departemen Pendidikan Nasional. 2009. Pedoman Pelaksanaan Tugas

Guru dan Pengawas. Jakarta: Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan

Gulo, W. 2002. Personality Of Psiochologis. Canbera: Perss University Hamalik, Oemar. 2000. Psikologi Belajar Mengajar. Jakarta: Sinar Baru

Algesindo Hikmawati, Fenti. 2011. Bimbingan Konseling, Edisi Revisi. Jakarta: Raja

Grafindo Persada

Page 129: PERANAN GURU BIMBINGAN KONSELING TERHADAP …

112

Hisyam. 2000. Guru dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru Kamisa. 2007. Kepribadian Anak, Cet III. Bandung: PT Hikmah Mapiare, Andi. 1989. Pengantar Bimbingan dan Konseling di Sekolah.

Surabaya: Usaha Nasional Mappanganro. 1996. Masa Kanak-Kanak dan Perkembangan Rasa

Keagamaan dalam “Warta Alauddin” Tahun XII No. 66. Ujungpandang: IAIN Alauddin Press

Partowisastro, Koestoer. 1984. Diagnosa dan Pemecahan Kesulitan Belajar.

Jakarta: Penerbit Erlangga Peraturan Pemerintah RI Nomor 74 Tahun 2008 tentang Guru Poerwadarminta, W. J. S. 2007. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta:

PT Balai Pustaka Prayitno. 1997. Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling Kelompok. Jakarta:

PT Rineka Cipta Salahauddin, Anas. 2010. Bimbingan dan Konseling, Cet III. Bandung:

Pustaka Setia Sardiman. 2009. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar Pedoman bagi

Guru dan Calon Guru, Cet. III. Jakarta: Rajawali Saunders, W. B. 2007. Psikologi Kepribadian, Cet.IX. Jakarta: Bumi Aksara Semium, Yustinus. 2006. Kesehatan Mental I: Pandangan Umum Mengenai

Penyesuaian Diri dan Kesehatan Mental serta Teori yang Terkait. Yogyakarta: Kanisius

Simajuntak, B dan Pasaribu, I. L. 2000. Membina dan Mengembangkan

Generasi Muda. Bandung: Penerbit Tarsito

Sugiyo. 1987. Bimbingan dan Konseling Cet III. Bandung: Pustaka Setia

Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R & D), Bandung: CV Alfabeta

Sukardi, Dewa Ketut. 2000. Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah. Surabaya: Usaha Nasional

Surya, M. 2003. Psikologi Pembelajaran dan Pengajaran. Jakarta: CV Mahaputra Adidaya

Page 130: PERANAN GURU BIMBINGAN KONSELING TERHADAP …

113

Thantawy, R. 2004. Manajemen Bimbingan dan Konseling. Jakarta: Pamator Tohirin. 2008. Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan Madrasah Berbasis

Integrasi. Jakarta: Raja Grafindo Persada

Undang-Undang No. 20 Tahun 2003, Pasal 1 Ayat 6 tentang Sistem Pendidikan Nasional

Walgito, Bimo. 1989. Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah. Yogkayarta: Andi Offset

Wibowo, Mungkin Eddy. 1986. Konseling Kelompok Perkembangan.

Semarang: UNNES Press

Winkel. 1991. Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah Menengah. Yogyakarta: Yayasan Penerbit Fakultas Psikologi

Page 131: PERANAN GURU BIMBINGAN KONSELING TERHADAP …

114

Lampiran 1 : Kuesioner Penelitian

KUESIONER PENELITIAN

CARA PENGISIAN KUESIONER

1. Berikan tanda checklist (√) pada tempat yang telah tersedia sesuai dengan jawaban yang dianggap paling benar

2. Setiap pertanyaan hanya membutuhkan satu jawaban saja. 3. Mohon agar dapat memberikan jawaban yang sebenar-benarnya.

IDENTITAS RESPONDEN

Nama : Usia : …………… tahun Jenis Kelamin : a. Laki-laki b. Perempuan

No Pernyataan SL SR JR KK TP

Peranan Guru Bimbingan Konseling

1. Guru Bimbingan Konseling memberikan

informasi mengenai tata tertib yang

berlaku di sekolah

2. Guru Bimbingan Konseling memberikan

informasi mengenai sanksi yang

diberikan apabila siswa melanggar tata

tertib sekolah

3. Guru Bimbingan Konseling melatih

kedisiplinan dalam mengikuti

pembelajaran di kelas

4. Guru Bimbingan Konseling melarang

siswa merokok di lingkungan sekolah

5. Guru Bimbingan Konseling memantau

kondisi siswa di kelas

6. Guru Bimbingan Konseling memotivasi

siswa untuk belajar

7. Guru Bimbingan Konseling memanggil

secara khusus siswa yang melakukan

pelanggaran di sekolah

8. Guru Bimbingan Konseling memantau

dan mengarahkan siswa di kelas saat

guru mata pelajaran tidak hadir di

sekolah

Page 132: PERANAN GURU BIMBINGAN KONSELING TERHADAP …

115

Lanjutan Lampiran I

9. Guru Bimbingan Konseling memberikan

solusi saat siswa menghadapi masalah

10. Guru Bimbingan Konseling melakukan

kunjungan rumah apabila siswa

mengalami masalah di sekolah

11. Guru Bimbingan Konseling memberikan

nasehat kepada siswa agar tidak

melakukan pelanggaran di sekolah

12. Guru Bimbingan Konseling menjadi

fasilitator saat siswa mengalami

kesulitan belajar

13 Guru Bimbingan Konseling

memfasilitasi siswa dan guru mata

pelajaran apabila terdapat

permasalahan nilai

14 Guru Bimbingan Konseling menjadi

mediator saat terjadi kesalahpahaman

atau perkelahian antarsiswa

15 Guru Bimbingan Konseling melakukan

evaluasi terhadap kinerjanya sebagai

konselor siswa di sekolah

Karakter Siswa

1. Siswa saling tolong menolong saat

menemui kesulitan

2. Siswa mengembalikan barang temuan

yang bukan miliknya

3. Siswa memiliki sopan santun saat

bertutur kata dengan siswa lain

4. Siswa rajin melaksanakan ibadah shalat

5. Siswa rajin mengerjakan tugasnya

secara mandiri

6. Siswa bersikap sopan saat makan dan

minum

7. Siswa mengenakan pakaian yang

sopan (berbusana muslim)

8. Siswa hadir di sekolah tepat waktu

9. Siswa merasa iri pada saat temannya

memperoleh nilai yang lebih baik

Page 133: PERANAN GURU BIMBINGAN KONSELING TERHADAP …

116

10. Siswa memiliki batasan pergaulan

dengan siswa lain yang berlawanan

jenis

11. Siswa mendengarkan nasehat yang

diberikan oleh guru

12. Siswa memilih milih dalam berteman

sesuai dengan strata sosialnya

13. Siswa menghargai dan bersikap sopan

terhadap guru

14. Siswa melaksanakan seluruh tata tertib

sekolah dengan baik

15. Siswa memiliki kesungguhan dalam

belajar di kelas

Keterangan: SL : Selalu SR : Sering JR : Jarang KK : Kadang-Kadang TP : Tidak Pernah

Page 134: PERANAN GURU BIMBINGAN KONSELING TERHADAP …

117

Lampiran 2 : Skor Peranan Guru Bimbingan Konseling dan Karakter Siswa

No Res.

Peranan Guru Bimbingan Konseling

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 Total

1 4 4 5 3 5 5 4 5 4 4 4 5 4 3 3 62

2 4 5 4 4 5 5 5 5 5 4 4 5 5 5 5 70

3 5 5 4 4 5 4 5 4 5 5 3 5 5 4 5 68

4 4 4 5 5 4 5 5 4 5 4 4 4 5 4 5 67

5 5 3 5 4 5 5 4 5 4 4 4 4 4 4 4 64

6 4 4 4 5 4 5 4 5 5 4 4 4 4 5 5 66

7 5 5 5 5 4 5 5 5 4 3 3 5 5 4 5 68

8 5 4 5 5 5 5 5 4 5 4 4 4 4 4 5 68

9 5 4 4 5 4 4 5 5 5 5 5 4 5 4 3 67

10 5 5 4 4 5 5 4 5 5 3 3 5 5 5 4 67

11 5 4 5 4 4 5 5 5 5 4 4 4 5 4 5 68

12 5 5 5 5 5 5 4 5 4 4 4 4 4 4 5 68

13 4 4 5 5 5 5 4 4 5 4 4 5 4 4 5 67

14 5 4 5 5 4 4 5 4 5 3 3 4 5 4 5 65

15 2 4 4 5 5 5 4 5 5 4 4 4 4 4 4 63

16 5 5 5 4 5 5 5 5 4 4 4 5 4 5 5 70

17 5 4 5 5 5 5 5 4 5 3 3 4 5 3 5 66

18 4 2 4 4 5 5 5 5 5 4 3 4 4 4 5 63

19 5 5 4 5 4 5 5 4 5 4 4 4 5 4 3 66

20 4 4 5 4 5 5 5 4 4 4 4 5 4 5 4 66

21 5 4 4 5 5 5 5 5 5 5 5 4 4 3 5 69

Page 135: PERANAN GURU BIMBINGAN KONSELING TERHADAP …

118

22 4 4 4 4 5 5 5 4 5 3 3 4 5 4 5 64

23 5 5 5 5 5 5 5 5 5 4 3 4 4 4 5 69

24 4 5 4 4 4 5 5 4 4 3 3 5 4 5 5 64

25 4 5 4 5 5 5 5 4 5 5 5 4 5 3 4 68

26 5 3 4 5 5 5 4 5 5 4 3 4 4 4 5 65

27 5 4 4 4 5 5 4 4 5 4 4 4 4 3 5 64

28 5 5 4 5 5 5 4 4 4 3 3 5 5 4 5 66

29 2 4 5 5 4 5 4 5 5 4 3 4 4 4 3 61

30 5 4 4 5 4 5 5 4 5 5 5 4 4 4 4 67

31 4 5 5 5 5 5 5 4 5 4 4 4 5 5 5 70

32 5 5 5 4 4 5 5 4 5 3 3 4 4 4 5 65

33 5 5 5 5 5 5 5 5 4 4 3 4 4 3 5 67

34 5 5 5 5 4 5 4 4 5 4 4 5 4 4 4 67

35 4 4 4 5 4 5 3 5 5 2 2 4 5 4 5 61

36 5 5 5 4 5 5 5 4 4 5 5 4 4 5 3 68

37 5 4 5 5 4 5 5 4 5 4 4 4 5 4 5 68

38 4 5 4 5 4 5 5 4 5 4 2 4 5 3 5 64

39 5 5 5 5 5 5 4 4 4 5 5 5 5 4 5 71

40 5 5 5 4 4 5 5 5 5 2 2 4 4 5 4 64

41 5 3 5 5 5 5 5 5 5 4 2 4 4 4 5 66

42 4 5 4 5 5 5 5 4 5 4 4 3 4 3 2 62

43 5 4 5 5 5 5 4 3 5 4 4 4 5 4 5 67

44 5 4 5 4 4 5 5 4 4 2 2 4 5 5 5 63

45 4 5 4 5 5 5 5 3 5 4 4 4 5 4 4 66

46 4 4 5 5 5 5 5 5 5 4 2 4 5 4 2 64

47 5 4 5 4 4 5 5 5 5 5 5 5 5 3 5 70

Page 136: PERANAN GURU BIMBINGAN KONSELING TERHADAP …

119

48 4 5 3 5 5 5 4 3 4 4 4 4 5 5 5 65

49 5 5 4 5 5 5 5 5 5 4 4 5 5 4 4 70

50 4 5 5 4 4 5 5 4 5 4 4 4 5 4 5 67

51 5 4 5 5 4 5 5 5 3 2 2 4 5 4 5 63

52 4 3 3 5 4 5 5 5 4 4 4 4 3 3 5 61

53 5 5 4 4 5 5 4 5 5 4 4 5 5 4 5 69

54 4 5 5 5 4 5 5 3 5 3 3 4 5 4 4 64

55 4 5 5 5 5 5 5 4 5 5 4 5 5 4 5 71

56 5 5 5 4 5 5 5 5 4 4 4 4 5 5 5 70

57 4 4 3 5 4 5 4 5 3 4 4 5 5 3 5 63

58 5 4 5 5 5 5 3 4 5 2 2 4 3 4 4 60

59 4 3 5 4 5 5 5 5 5 4 4 3 5 4 5 66

60 4 5 2 5 5 5 5 5 4 5 5 4 5 4 5 68

61 5 4 5 3 5 5 4 4 3 4 4 5 4 5 4 64

62 4 4 5 5 5 5 3 5 5 3 3 4 5 4 5 65

63 4 4 5 4 5 5 5 5 4 4 2 4 5 4 5 65

64 5 5 4 5 4 5 5 5 5 4 4 5 5 3 5 69

65 4 5 5 4 5 5 5 5 4 5 5 5 4 4 5 70

66 3 5 5 5 4 5 4 5 4 2 2 5 5 5 4 63

67 5 5 5 4 5 5 5 4 5 4 2 5 3 4 5 66

68 5 4 4 3 5 5 5 3 4 4 4 4 5 4 4 63

69 3 5 5 5 5 5 5 4 4 3 3 4 5 4 4 64

70 5 4 3 5 4 5 5 5 4 4 4 5 3 3 5 64

71 5 5 5 4 5 5 5 5 4 4 2 5 5 4 4 67

72 3 3 5 5 4 5 5 5 3 4 4 5 5 4 5 65

73 4 4 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 4 4 71

Page 137: PERANAN GURU BIMBINGAN KONSELING TERHADAP …

120

74 4 5 5 5 5 5 4 4 4 4 4 5 5 5 5 69

75 3 5 4 4 4 5 5 5 5 4 4 4 4 3 4 63

76 5 4 5 5 5 5 5 5 5 4 3 5 5 4 4 69

77 4 5 5 5 5 5 5 4 2 5 5 5 5 4 5 69

78 5 4 5 4 5 5 5 5 5 4 4 5 5 4 5 70

79 3 5 5 5 5 5 4 5 4 4 4 3 5 3 5 65

80 5 3 4 3 5 5 5 5 5 4 4 5 5 4 5 67

No Res

.

Karakter Siswa

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14

15

Total

1 4 5 4 5 5 4 5 3 2 5 5 5 5 3 4 64

2 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 75

3 5 5 5 5 5 5 5 5 5 4 5 4 5 5 5 73

4 5 5 5 5 5 5 4 4 5 5 5 5 4 5 5 72

5 5 5 5 5 5 5 5 5 2 5 4 5 5 3 5 69

6 4 5 4 5 4 5 5 4 5 5 5 5 5 5 5 71

7 5 4 5 5 5 5 5 5 3 5 5 5 5 3 5 70

8 5 5 5 5 4 5 4 3 5 4 5 5 5 5 5 70

9 5 5 5 5 5 4 5 5 5 5 5 5 5 5 5 74

10 4 5 5 5 5 5 5 4 5 5 4 5 5 5 5 72

11 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 4 5 5 74

12 5 5 4 5 5 5 5 5 5 4 5 5 5 5 5 73

13 5 5 5 5 5 4 5 4 3 5 5 5 5 3 5 69

14 4 4 5 5 5 5 4 4 5 5 5 5 5 5 4 70

15 5 5 5 5 4 5 5 4 5 5 5 4 5 5 5 72

16 5 5 5 5 5 5 5 4 5 5 4 5 5 5 5 73

Page 138: PERANAN GURU BIMBINGAN KONSELING TERHADAP …

121

17 5 5 5 5 5 5 5 3 5 4 5 5 4 5 5 71

18 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 3 73

19 4 5 5 5 5 4 4 4 5 5 5 5 5 5 5 71

20 5 5 5 5 5 5 5 5 2 5 5 5 5 4 5 71

21 5 5 5 5 5 5 5 4 3 5 5 5 5 4 5 71

22 5 4 5 5 4 5 5 3 5 4 5 5 4 5 5 69

23 4 5 5 5 5 5 4 5 5 5 5 5 5 5 5 73

24 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 75

25 5 5 5 5 5 4 5 5 2 5 5 5 5 3 5 69

26 5 5 5 5 4 5 5 4 5 4 5 5 4 5 5 71

27 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 75

28 4 4 5 5 5 5 4 3 3 5 5 5 5 3 4 65

29 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 75

30 5 5 5 5 5 4 3 5 5 5 5 4 5 5 5 71

31 5 5 4 5 4 5 5 5 5 4 5 5 3 5 5 70

32 5 5 5 5 5 5 4 4 2 5 5 5 5 3 5 68

33 4 4 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 73

34 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 4 5 5 5 5 74

35 5 5 5 5 5 5 5 5 5 4 5 5 4 5 5 73

36 5 5 5 5 4 4 5 4 5 5 5 5 5 5 3 70

37 5 5 5 5 3 5 4 5 5 5 5 5 5 5 5 72

38 4 5 5 5 5 5 5 5 2 5 5 5 5 3 5 69

39 5 4 5 5 5 5 5 4 3 5 5 5 5 3 5 69

40 5 5 5 5 5 5 5 5 5 4 5 5 4 5 5 73

41 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 75

42 4 5 5 5 4 4 5 3 5 5 5 5 5 5 5 70

Page 139: PERANAN GURU BIMBINGAN KONSELING TERHADAP …

122

43 5 5 5 5 5 5 4 5 4 5 5 5 5 4 4 71

44 5 5 5 5 5 5 5 5 5 4 5 5 3 5 5 72

45 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 4 5 4 5 5 73

46 5 5 5 5 5 5 5 4 5 5 5 5 5 5 5 74

47 4 5 5 5 5 4 4 5 4 5 5 5 5 4 5 70

48 5 4 4 5 4 5 5 3 5 4 5 4 4 5 5 67

49 5 5 5 5 4 5 5 5 2 5 5 5 5 3 5 69

50 5 5 5 4 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 74

51 5 5 5 5 5 5 3 4 5 5 5 5 5 5 5 72

52 4 5 5 5 5 4 5 4 5 4 5 5 5 5 5 71

53 5 4 5 5 5 5 5 4 4 5 5 5 5 4 5 71

54 5 5 5 5 3 5 5 5 5 5 5 5 5 5 3 71

55 5 5 5 5 5 5 4 5 5 5 4 5 4 5 4 71

56 4 5 5 5 5 5 3 5 4 5 5 5 5 4 5 70

57 5 5 5 5 5 4 5 4 5 4 5 5 5 5 5 72

58 5 4 5 5 5 5 5 5 3 5 5 5 5 3 5 70

59 4 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 4 5 5 5 73

60 5 5 5 5 4 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 74

61 5 5 5 5 5 4 4 4 4 4 5 5 5 4 5 69

62 5 5 4 5 5 5 3 5 3 5 5 5 5 3 5 68

63 5 5 5 5 4 5 5 5 5 5 5 5 3 5 5 72

64 4 4 5 5 5 5 3 3 4 5 5 5 5 4 5 67

65 5 5 5 5 5 4 5 5 5 5 5 5 5 5 5 74

66 5 5 5 5 3 5 5 5 4 4 5 5 5 4 4 69

67 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 75

68 4 5 5 4 4 5 4 5 4 5 5 5 5 4 5 69

Page 140: PERANAN GURU BIMBINGAN KONSELING TERHADAP …

123

69 5 5 5 5 5 4 5 4 4 5 5 5 5 4 5 71

70 5 4 5 5 5 5 3 5 5 4 5 5 5 5 5 71

71 5 5 5 5 5 5 5 5 4 5 5 5 5 4 5 73

72 4 5 5 5 5 5 4 5 5 5 5 5 5 5 3 71

73 5 5 5 5 5 4 5 5 5 5 4 4 4 5 5 71

74 5 5 5 5 5 5 5 4 4 4 5 5 5 4 5 71

75 4 5 5 5 4 5 5 5 4 5 5 5 5 4 5 71

76 5 5 5 5 5 5 4 5 4 5 5 5 5 4 5 72

77 5 5 4 5 5 4 5 5 5 4 5 5 5 5 4 71

78 5 5 5 5 5 5 5 4 5 5 5 5 5 5 5 74

79 4 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 74

80 5 5 5 5 5 4 4 5 3 4 5 5 5 4 4 68

Page 141: PERANAN GURU BIMBINGAN KONSELING TERHADAP …

124

Lampiran 3 : Pedoman Wawancara Penelitian

PERANAN GURU BIMBINGAN KONSELING TERHADAP PEMBINAAN KARAKTER PESERTA DIDIK SEKOLAH LANJUTAN TINGKAT

PERTAMA DI KECAMATAN POLI-POLIA KABUPATEN KOLAKA SULAWESI TENGGARA

A. Informan Penelitian

Nama : Jenis kelamin : Jabatan : B. Pelaksanaan Wawancara

Hari/tanggal : Lokasi :

C. Data yang Diperoleh

Data yang diinginkan dalam penelitian ini antara lain:

1. Bagaimana peranan guru bimbingan konseling dalam pembinaan karakter

siswa SMP di Kecamatan Poli-Polia Kabupaten Kolaka Sulawesi

Tenggara?

2. Bagaimana gambaran karakter siswa SMP di Kecamatan Poli-Polia

Kabupaten Kolaka Sulawesi Tenggara?

3. Bagaimana pola pembinaan karakter siswa SMP di Kecamatan Poli-Polia

Kabupaten Kolaka Sulawesi Tenggara?

Page 142: PERANAN GURU BIMBINGAN KONSELING TERHADAP …

125

Lampiran 4 : Hasil Wawancara Penelitian

PERANAN GURU BIMBINGAN KONSELING TERHADAP PEMBINAAN KARAKTER PESERTA DIDIK SEKOLAH LANJUTAN TINGKAT

PERTAMA DI KECAMATAN POLI-POLIA KABUPATEN KOLAKA SULAWESI TENGGARA

A. Informan Penelitian Nama : Suhartin, S. Pd Jenis kelamin : Perempuan Jabatan : Orang tua siswa SMP Negeri 1 Poli-Polia Kabupaten

Kolaka B. Pelaksanaan Wawancara Hari/tanggal : Senin, 11 November 2013 Lokasi : SMP Negeri 1 Poli-Polia Kabupaten Kolaka

A. Data yang Diperoleh

Data yang diinginkan dalam penelitian ini antara lain:

1. Bagaimana peranan guru bimbingan konseling dalam pembinaan karakter

siswa SMP di Kecamatan Poli-Polia Kabupaten Kolaka Sulawesi

Tenggara?

Jawab: Sebagai orang tua, saya berpikir bahwa sebagian besar waktu

anak saya dipergunakan di sekolah untuk belajar. Meskipun karakter anak

dapat berupa bawaan sejak lahir atau terbentuk dari pola pengasuhan

saya di rumah, maka pastinya orang tua berharap agar guru memiliki

perhatian yang besar dalam pembinaan karakter siswa. Ada orang tua

yang sibuk dengan kegiatan rumah sehingga jarang memperhatikan

anaknya, namun adapula anak yang jika diberitahu oleh gurunya, anak

Page 143: PERANAN GURU BIMBINGAN KONSELING TERHADAP …

126

tersebut lebih mendengarkan daripada orang tuanya. Sehingga, kami

orang tua pastinya membutuhkan peran serta guru dalam membina

karakter anak. Apalagi ada anak yang memiliki masalah atau memang

anak itu nakal, berarti anak tersebut membutuhkan arahan pula di

sekolahnya.

2. Bagaimana gambaran karakter siswa SMP di Kecamatan Poli-Polia

Kabupaten Kolaka Sulawesi Tenggara?

Jawab: Selama saya menyekolahkan anak saya di sekolah ini, serta

melihat lingkungan bermain anak saya, mereka baik semua. Mungkin

salah satu sebabnya adalah di daerah Poli-Polia, sangat ditekankan

kerukunan, kerjasama, saling tolong menolong, serta ketaatan beragama

yang dimiliki juga sangat baik. Meskipun ada pula beberapa anak yang

nakal, tetapi saya melihat bahwa lingkungan sekolah ini cukup baik untuk

membentuk karakter anak menjadi lebih baik. Tentu saja itu juga karena

ada arahan dari gurunya.

Poli-Polia, 11 November 2013

Orang tua Siswa

SMP Negeri 1 Poli-Polia Kolaka

Suhartin, S. Pd

Page 144: PERANAN GURU BIMBINGAN KONSELING TERHADAP …

127

PERANAN GURU BIMBINGAN KONSELING TERHADAP PEMBINAAN KARAKTER PESERTA DIDIK SEKOLAH LANJUTAN TINGKAT

PERTAMA DI KECAMATAN POLI-POLIA KABUPATEN KOLAKA SULAWESI TENGGARA

A. Informan Penelitian Nama : Ben Hajar, S. Pd Jenis kelamin : Laki-Laki Jabatan : Guru Bimbingan Konseling SMP Negeri 1 Poli-Polia

Kabupaten Kolaka B. Pelaksanaan Wawancara Hari/tanggal : Senin, 11 November 2013 Lokasi : SMP Negeri 1 Poli-Polia Kabupaten Kolaka

C. Data yang Diperoleh

Data yang diinginkan dalam penelitian ini antara lain:

1. Bagaimana peranan guru bimbingan konseling dalam pembinaan karakter

siswa SMP di Kecamatan Poli-Polia Kabupaten Kolaka Sulawesi

Tenggara?

Jawab: Apabila saya sebagai guru BK ditanyakan peranan guru

bimbingan konseling dalam pembinaan karakter siswa SMP di Kecamatan

Poli-Polia ini, tentu ada peranan tersendiri. Sebab, guru BK bukan hanya

bertugas selayaknya guru mata pelajaran yang memberi pengajaran dan

pendidikan kepada siswa, namun lebih ditekankan pada pemberian

bantuan kepada siswa baik dalam upaya pencegahan atau penyelesaian

masalah. Sehingga, peran guru BK sebenarnya lebih luas daripada guru

mata pelajaran.

Page 145: PERANAN GURU BIMBINGAN KONSELING TERHADAP …

128

2. Bagaimana gambaran karakter siswa SMP di Kecamatan Poli-Polia

Kabupaten Kolaka Sulawesi Tenggara?

Jawab: Apabila guru tidak mampu menjadi teladan maka siswa tidak

memiliki arah dalam mencontoh kebaikan. Pembinaan karakter sama

halnya dengan membina akhlak, dilakukan dengan menerapkan kegiatan

positif yang dimulai dari contoh yang diberikan oleh guru-gurunya di

sekolah. Selain itu, guru selalu memperhatikan sikap dan tutur kata sehari-

hari di sekolah, menjaga hubungan baik dengan siswa agar guru dengan

mudah memberikan nasehat kepada siswa dan didengarkan. Guru

bimbingan konseling juga sering bersama-sama menyelenggarakan

kegiatan keagamaan di sekolah, seperti maulid atau pesantren kilat.

Pendekatan ini dikenal dengan pola pembinaan persuasif. Oleh karena itu,

terlihat pula hasilnya, bahwa karakter siswa di sekolah ini pada umumnya

santun dan agamis meskipun berasal dari lingkungan dan strata sosial

yang berbeda.

3. Bagaimana pola pembinaan karakter siswa SMP di Kecamatan Poli-Polia

Kabupaten Kolaka Sulawesi Tenggara?

Jawab: Dalam pelaksanaan pembinaan karakter siswa, ada beberapa

pola yang diterapkan tergantung pada situasi dan kondisi siswa, misalnya

pola pembinaan karakter siswa otoriter, persuasif, permisif, dan

demokratis. pola pembinaan karakter siswa cukup variatif. Hal tersebut

dilakukan dengan tujuan untuk mengikuti aturan atau norma-norma yang

berlaku dalam keluarga siswa. Misalnya anak yang berada di lingkungan

Page 146: PERANAN GURU BIMBINGAN KONSELING TERHADAP …

129

keluarga petani tentu memiliki pola asuh yang berbeda dengan anak yang

berada di lingkungan bangsawan. Dengan demikian, pola pembinaan

karakter yang diberikan juga berbeda

Poli-Polia, 11 November 2013

Guru Bimbingan Konseling

SMP Negeri 1 Poli-Polia Kolaka

Ben Hajar, S. Pd

Page 147: PERANAN GURU BIMBINGAN KONSELING TERHADAP …

130

PERANAN GURU BIMBINGAN KONSELING TERHADAP PEMBINAAN KARAKTER PESERTA DIDIK SEKOLAH LANJUTAN TINGKAT

PERTAMA DI KECAMATAN POLI-POLIA KABUPATEN KOLAKA SULAWESI TENGGARA

A. Informan Penelitian Nama : Drs. Hamsah Jenis kelamin : Laki-Laki Jabatan : Kepala Sekolah SMP Negeri 1 Poli-Polia Kabupaten Kolaka B. Pelaksanaan Wawancara Hari/tanggal : Selasa, 12 November 2013 Lokasi : SMP Negeri 1 Poli-Polia Kabupaten Kolaka

D. Data yang Diperoleh

Data yang diinginkan dalam penelitian ini antara lain:

1. Bagaimana peranan guru bimbingan konseling dalam pembinaan karakter

siswa SMP di Kecamatan Poli-Polia Kabupaten Kolaka Sulawesi

Tenggara?

Jawab: Guru bimbingan konseling telah menjalankan peranannya dengan

baik. Guru BK juga memiliki RPP dalam pemberian pembelajaran dan

pendidikan. Sehingga, memiliki arah dalam pelaksanaan tugasnya. Guru

BK juga sering menggantikan guru mata pelajaran yang tidak sempat

hadir. Dengan demikian, guru BK tidak hanya berperan dalam pendidikan

di sekolah ini, tetapi lebih banyak memberi bantuan, bimbingan, dan

konseling bagi anak yang mengalami permasalahan. Permasalahan

bukan hanya sikap nakal siswa, melainkan masalah belajar, dan masalah

perkembangan anak juga menjadi tanggung jawabnya.

Page 148: PERANAN GURU BIMBINGAN KONSELING TERHADAP …

131

2. Bagaimana gambaran karakter siswa SMP di Kecamatan Poli-Polia

Kabupaten Kolaka Sulawesi Tenggara?

Jawab: sebagai kepala sekolah yang juga turut mengamati karakter anak

didik di sekolah ini, saya melihat bahwa karakter anak pada dasarnya

baik, terlihat juga anak-anak di sekolah ini masih polos karena belum

mendapat pengaruh jelek dari hidup perkotaan. Semangat kerja dan

membantu orang tua terlihat jelas, apabila anak pulang sekolah. Di

sekolah, sikap tersebut terbawa karena siswa sangat rajin dalam

membantu pihak sekolah saat ada kegiatan. Poli-Polia masih memiliki

adat dan tata krama yang kuat, sehingga generasi dan anak-anak di

daerah ini terdidik demikian sedari kecil.

3. Bagaimana pola pembinaan karakter siswa SMP di Kecamatan Poli-Polia

Kabupaten Kolaka Sulawesi Tenggara?

Jawab: Pola pembinaan karakter siswa terhadap siswa secara otoriter

tidak selamanya diterapkan, hanya pada saat-saat tertentu. Hal ini

menunjukkan bahwa sikap otoriter guru BK dimaksudkan untuk segera

merubah prilaku siswa yang tidak mengikuti aturan atau norma-norma,

baik norma agama maupun nilai sosial dan budaya. Ketika perilaku siswa

sudah berubah, maka guru BKpun merubah pola pembinaan karakter

siswa, biasanya cenderung bersifat persuasif atau pemberian nasehat.

Poli-Polia, 12 November 2013

Kepala Sekolah

SMP Negeri 1 Poli-Polia Kolaka

Page 149: PERANAN GURU BIMBINGAN KONSELING TERHADAP …

132

Drs. Hamsah

PERANAN GURU BIMBINGAN KONSELING TERHADAP PEMBINAAN KARAKTER PESERTA DIDIK SEKOLAH LANJUTAN TINGKAT

PERTAMA DI KECAMATAN POLI-POLIA KABUPATEN KOLAKA SULAWESI TENGGARA

A. Informan Penelitian Nama : Sakinah, S. Pd Jenis kelamin : Perempuan Jabatan : Guru Bimbingan Konseling SMP Negeri 2 Poli-Polia

Kabupaten Kolaka B. Pelaksanaan Wawancara Hari/tanggal : Kamis, 14 November 2013 Lokasi : SMP Negeri 2 Poli-Polia Kabupaten Kolaka

C. Data yang Diperoleh

Data yang diinginkan dalam penelitian ini antara lain:

1. Bagaimana peranan guru bimbingan konseling dalam pembinaan karakter

siswa SMP di Kecamatan Poli-Polia Kabupaten Kolaka Sulawesi

Tenggara?

Jawab: Peran guru bimbingan konseling sangat besar bagi perkembangan

karakter anak di sekolah ini. Pada dasarnya, di setiap sekolah karakter

anak tidak semua sama, pasti akan ada ditemukan anak yang memiliki

masalah, baik masalah belajar maupun masalah sosial. Di sekolah ini pun

tidak luput dari anak yang demikian. Disinilah peran guru BK bekerja, baik

sebagai fasilitator, mediator, evaluator, motivator, inisiator, dan berbagai

peran lainnya. Namun, pada dasarnya guru BK lebih ditekankan untuk

menangani siswa yang mengalami perilaku menyimpang, sehingga anak

tersebut tetap dapat menjalankan proses pembelajaran dengan lancar.

Page 150: PERANAN GURU BIMBINGAN KONSELING TERHADAP …

133

2. Bagaimana gambaran karakter siswa SMP di Kecamatan Poli-Polia

Kabupaten Kolaka Sulawesi Tenggara?

Jawab: Karakter anak di sekolah ini, pada umumnya baik. Namun, tidak

dapat dipungkiri bahwa ada beberapa siswa yang harus diberi bantuan

dalam belajarnya. Karakter anak yang berbeda, membuat guru BK juga

harus memberi perlakuan yang berbeda, namun tidak bersikap pilih kasih.

Pada umumnya, siswa di sekolah ini masih memegang tata krama dan

adat istiadat Poli-Polia yang terkenal agamis dan sopan santung dalam

bersikap. Tetapi anak yang memiliki masalah mungkin saja mendapat

pengaruh besar dari lingkungannya.

3. Bagaimana pola pembinaan karakter siswa SMP di Kecamatan Poli-Polia

Kabupaten Kolaka Sulawesi Tenggara?

Jawab: Pola pembinaan karakter siswa sudah dilakukan sesuai dengan

tingkat perkembangan kecerdasan dan kematangan siswa, walau dalam

bentuk yang sederhana. Namun, pengaruh negatif dari perkembangan

teknologi dan media serta zaman yang semakin berkembang, sehingga

dibutuhkan pola pembinaan yang lebih persuasif untuk memahami

perkembangan kepribadian anak. Sebab, setiap anak memiliki hak untuk

berkembang dan berhak untuk merasakan kemajuan zaman, tetapi harus

didampingi dengan pemberian pemahaman mengenai efek negatif dan

positif yang akan ditimbulkan.

Poli-Polia, 14 November 2013

Guru Bimbingan Konseling

SMP Negeri 2 Poli-Polia Kolaka

Page 151: PERANAN GURU BIMBINGAN KONSELING TERHADAP …

134

Sakinah, S. Pd

PERANAN GURU BIMBINGAN KONSELING TERHADAP PEMBINAAN KARAKTER PESERTA DIDIK SEKOLAH LANJUTAN TINGKAT

PERTAMA DI KECAMATAN POLI-POLIA KABUPATEN KOLAKA SULAWESI TENGGARA

A. Informan Penelitian Nama : Kaharuddin, S. Ag Jenis kelamin : Laki-Laki Jabatan : Kepala Sekolah SMP Negeri 2 Poli-Polia Kabupaten Kolaka B. Pelaksanaan Wawancara Hari/tanggal : Kamis, 14 November 2013 Lokasi : SMP Negeri 2 Poli-Polia Kabupaten Kolaka

C. Data yang Diperoleh

Data yang diinginkan dalam penelitian ini antara lain:

1. Bagaimana peranan guru bimbingan konseling dalam pembinaan karakter

siswa SMP di Kecamatan Poli-Polia Kabupaten Kolaka Sulawesi

Tenggara?

Jawab: Peran guru BK dalam pelaksanaan pembelajaran telah dijalankan

dengan baik. Dalam satu sekolah tentu ada siswa yang mengalami

kendala atau masalah dalam pembelajaran. Maka guru BK memiliki peran

besar terhadap hal tersebut. Selain itu, ada tata tertib sekolah yang

pelaksaanannya harus dipatuhi oleh siswa, dan guru BK turut andil dalam

mengawasi serta mencari solusi yang tepat dalam membina anak yang

demikian. Namun, peran guru pada dasarnya sama dengan guru mata

pelajaran, tetapi sebenarnya lebih besar lagi. Sebab anak-anak yang

Page 152: PERANAN GURU BIMBINGAN KONSELING TERHADAP …

135

mengalami permasalahan pembelajaran maupun permasalahan sosial,

harus ditangani secara khusus oleh guru BK.

2. Bagaimana gambaran karakter siswa SMP di Kecamatan Poli-Polia

Kabupaten Kolaka Sulawesi Tenggara?

Jawab: Karakter siswa beragam. Ada siswa yang melaksanakan proses

pendidikan tanpa mengalami kendala atau masalah, namun ada pula

siswa yang memiliki kendala akibat ulahnya sendiri. Masih terdapat

beberapa siswa yang belum mematuhi aturan. Namun, pada umumnya

siswa di sekolah ini masih memiliki sopan santun dan ajaran agama yang

baik dari orang tua mereka yang bisa jadi pondasi kuat bagi diri mereka.

Apabila kita menginginkan agar siswa dapat mengerti tentang aturan atau

perilaku yang diharapkan dapat dipatuhi siswa, maka pemberian

penjelasan yang menekankan pada aspek edukatif lebih efektif dari pada

pemberian hukuman, terutama pada masa siswa-siswa paripurna yaitu

umur 16-20 tahun. Di usia ini, siswa memasuki masa remaja yang juga

masa pemberontakan. Apabila siswa tidak didekati secara persuasif maka

bisa saja siswa malah membenci gurunya.

3. Bagaimana pola pembinaan karakter siswa SMP di Kecamatan Poli-Polia

Kabupaten Kolaka Sulawesi Tenggara?

Jawab: Pembinaan karakter yang diberlakuakan di sekolah ini sangat

beragam tergantung pada pola pikir dan keadaan siswa kami. Karena

tidak mungkin menyamakan cara dalam menghadapi karakter yang juga

berbeda, dalam hal ini karakter siswa. Siswa memiliki karakter yang

Page 153: PERANAN GURU BIMBINGAN KONSELING TERHADAP …

136

homogen, sehingga guru BK pun harus bersikap heterogen dalam

menghadapi setiap siswa. Pola pembinaan karakter atau bantuan yang

diberikan kepada siswa dari guru BK juga melihat tingkat kesalahan yang

dilakukan oleh siswa. Apabila dengan kesalahan yang dilakukan siswa

cukup diberikan nasehat, maka pola pembinaan bersifat persuasif. Namun

apabila melanggar norma agama, maka dilakukan pembinaan yang

otoriter.

Poli-Polia, 14 November 2013

Kepala Sekolah

SMP Negeri 2 Poli-Polia Kolaka

Kaharuddin, S. Ag

Page 154: PERANAN GURU BIMBINGAN KONSELING TERHADAP …

137

Lampiran 5 : Riwayat Hidup Penulis

RIWAYAT HIDUP

Ambo Rappe, lahir di Saohiring Kabupaten Sinjai,

tepatnya pada tanggal 26 April 1969. Penulis merupakan

anak ke 1 dari 7 bersaudara, buah hati pasangan

Muh. Djafar, M. S dan Siang.

Penulis memulai pendidikan formal di SD No. 67 Saohiring Kecamatan Sinjai

Tengah pada tahun 1975 dan tamat pada tahun 1983, kemudian penulis

melanjutkan pendidikan pada Madrasah Tsanawiyah Swasta Nurul Hidayah

di Manimpahoi Kecamatan Sinjai Tengah Tahun 1983 dan tamat pada tahun

1986, selanjutnya melanjutkan di Pendidikan Guru Agama Negeri (PGAN)

Ujung Pandang dan tamat pada tahun 1989. Pada tahun yang sama, penulis

melanjutkan pendidikan di Universitas Muhammadiyah Makassar pada

Fakultas Ushuluddin Jurusan Dakwah dan berhasil selesai pada tahun 1994.

Pada tahun 2006, penulis berhasil terangkat sebagai Pegawai Negeri Sipil

dalam Lingkup Departemen Agama Kabupaten Kolaka Sulawesi Tenggara.

Penulis telah menikah dengan Marliah dan dikarunia tiga orang anak, yaitu

Nurul Mukhairah Purnama Amra, Muhammad Qadri Amra, dan

Nurwahyudianti Amra. Kemudian pada tahun 2011 penulis melanjutkan

kembali pendidikannya di Universitas Muhammadiyah Makassar pada

Page 155: PERANAN GURU BIMBINGAN KONSELING TERHADAP …

138

jurusan Magister Manajemen Pendidikan Islam dan berhasil selesai pada

tahun 2014.

Page 156: PERANAN GURU BIMBINGAN KONSELING TERHADAP …
Page 157: PERANAN GURU BIMBINGAN KONSELING TERHADAP …
Page 158: PERANAN GURU BIMBINGAN KONSELING TERHADAP …